angela_2011_145

30
Page 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat badan Lahir Bayi Angela Merici Sengo Bay 102011145 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Abstrak Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber Sumber Daya Manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Berat lahir yang normal menjadi titk awal yang baik proses tumbuh kembang bayi pasca lahir serta menjadi menjadi petunjuk bagi kualitas hidup selanjutnya, karena berat lahir yang norml dapat menurunkan risiko menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa. Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kematian pada masa perinatal. Penelitian ini bertujuan mengetahui factor-faktor risiko pada kejadian Berat Badan Lahir rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan bayi lahir rendah adalah usia ibu, merokok, hipertensi dan pendidikan. Desain yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan sampel terdiri dari 140 ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi BBLR adalah pendidikan ibu ( p=..). Sedangkan faktor- faktor lain seperti usia, merokok dan hipertensi tidak memiliki makna yang signifikan. Kata Kunci : Masa kehamilan, Berat Badan Lahir, Faktor risiko

Upload: resti-aulia-wulandari

Post on 12-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

blok 26

TRANSCRIPT

Page

1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat badan Lahir Bayi

Angela Merici Sengo Bay

102011145

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Abstrak

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber Sumber Daya

Manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan oleh kondisi pada

saat janin dalam kandungan. Berat lahir yang normal menjadi titk awal yang baik proses tumbuh kembang

bayi pasca lahir serta menjadi menjadi petunjuk bagi kualitas hidup selanjutnya, karena berat lahir yang

norml dapat menurunkan risiko menderita penyakit degeneratif pada usia dewasa. Bayi Berat Badan

Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan kematian pada masa perinatal.

Penelitian ini bertujuan mengetahui factor-faktor risiko pada kejadian Berat Badan Lahir rendah.

Faktor-faktor yang menyebabkan bayi lahir rendah adalah usia ibu, merokok, hipertensi dan pendidikan.

Desain yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan sampel terdiri dari 140 ibu hamil. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi BBLR adalah pendidikan ibu ( p=..).

Sedangkan faktor-faktor lain seperti usia, merokok dan hipertensi tidak memiliki makna yang signifikan.

Kata Kunci : Masa kehamilan, Berat Badan Lahir, Faktor risiko

Abstrack

The gestation period is a crucial period for the formation of source quality human resources in

the future, because the development of the child will be determined by conditions at the time of

the fetus in the womb. Normal birth weight be a good start titk growth process after the baby is

born and becomes a guide for the quality of the next life, because norml birth weight can reduce

the risk of degenerative disease in adulthood. Low Weight Babies (LBW) is one of the factors

that lead to death in the perinatal period. This study aims to determine the risk factors on the

incidence of low birth weight. The factors that cause low birth is maternal age, smoking,

hypertension, and education. The design used was a cross sectional study sample consisted of

101 pregnant women. The results showed that low birth weight is a variable that affects the

Page

2

mother's education (p = ..). While other factors such as age, smoking and hypertension has no

significant meaning.

Keywords: Pregnancy, birth weight, risk factors

Pendahuluan

Masa kehamilan merupakan periode yang sangat penting bagi pembentukan kualitas sumber

daya manusia dimasa yang akan datang, karena tumbuh kembang anak akan sangat ditentukan

oleh kondisi pada saat janin dalam kandungan. Selanjutnya berat lahir yang normal menjadi titik

awal yang baik bagi proses tumbuh kembang pasca lahir, serta menjadi petunjuk bagi kualitas

hidup selanjutnya, karena berat lahir yang normal dapat menurunkan risiko menderita penyakit

degeneratif pada usia dewasa. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR

didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada

bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi

antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah

multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2%. Berdasarkan hasil Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) terakhir yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003,

perkiraan angka kematian ibu sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2004 di

Provinsi Jawa Barat dilaksanakan survey kesehatan daerah dan dari survey tersebut diperoleh

angka kematian ibu sebesar 155 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian ibu

Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 101 per

100.000 kelahiran hidup.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR adalah karakteristik ibu hamil adalah

umur ibu, hipertensi, merokok maupun pendidikan.. Begitu pula pada ibu hamil yang terkena

paparan asap rokok berpeluang 3,719 kali lebih besar mengalami kelahiran prematur. Pendidikan

yang dijalani seseorang juga memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berfikir, dengan

kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih

Page

3

rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan

individu yang berpendidikan lebih rendah.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang

kebutuhan gizi serta masih banyaknya ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti kurang

energi kronis serta status sosial ekonomi keluarga yang minim dapat mempengaruhi

pertumbuhan bayi yang dikandungnya juga mempengaruhi kehamilan dan mereka mempunyai

resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Analisa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh usia ibu, riwayat penyakit

hipertensi, pendidikan ibu dan keterpaparan asap rokok terhadap kejadian bayi berat lahir rendah

(BBLR).

Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengaruh usia ibu terhadap risiko kejadian bayi berat lahir rendah.

b. Untuk mengetahui pengaruh riwayat penyakit hipertensi pada ibu terhadap risiko kejadian

bayi berat lahir rendah.

c. Untuk mengetahui adanya keterpaparan asap rokok terhadap risiko kejadian bayi berat

lahir rendah.

d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu terhadap risiko kejadian bayi berat lahir

rendah.

Manfaat Penelitian

Menambah pengetahuan dan mampu mengembangkan keterampilan dalam mempraktekkan

metode bidang kesehatan anak dan maternitas tentang pengaruh usia ibu, status gizi, riwayat

Page

4

penyakit dan keterpaparan asap rokok pada ibu hamil terhadap kejadian bayi berat lahir rendah

(BBLR).

Tinjauan Pustaka

Berat Badan Lahir Rendah

Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram disebabkan karena lahir kurang

bulan atau cukup bulan yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Macam-macam bayi

lahir rendah yang dibagi 3 kategori : 1) Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari

2500 gram tanpa memandang masa gestasi. 2) Berat Badan Lahir Normal bila berat antara

2500 – 4000 gram. 3) Bayi Besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram. Berat badan

lahir merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor melalui suatu proses yang berlangsung

selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir

adalah sebagai berikut:2

1. Umur kehamilan

Umur ibu erat kaitanya dengan berat bayi lahir. Kehamilan dibawah umur 20 tahun

merupakan kehamilan berisiko tinggi, dan dua sampai empat kali lebih tinggi di

bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur. Pada umur yang masih

muda, perkembangan organ - organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal.

Selain itu emosi dan kejiwaanya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan

ibu tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering

terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang

dilahirkan akan semakin ringan. Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko

tetapi kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, sangat berbahaya.

Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak

peranakan, atau penyakit degenerative pada persendian tulang belakang dan panggul.

Kesulitan lain kehamilan diatas usia 35 tahun ini yakni bila ibu ternyata mengidap

penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahir dengan membawa. Semakin muda

dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil, akan berpengaruh terhadap

kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda perlu tambahan gizi yang banyak karena

Page

5

selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus

berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua perlu

energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan diharuskan

untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna

mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Mengingat bahwa faktor umur

memegang peranan penting terhadap derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil

serta bayi, maka sebainya merencanakan kehamilan pada usia antara 20-30 tahun .

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pelajaran untuk mengembangkan atau

meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri

sendiri. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa

terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebih banyak pada

ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) hingga tidak. Pendidikan banyak

menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi berbagai masalah misalnya

membutuhkan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya

kesedian menjadi peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil

untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR bahwa ibu

mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan pertumbuhan, akan

dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan ibu mempunyai latar

belakang pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh

kembang yang baik

3. Merokok

Salah satu perilaku negatif yang sering terjadi pada ibu hamil adalah kebiasaan

meroko dan berinteraksi dengan komunitas orang yang merokok. Walaupun ibu tidak

meroko secara langsung tetapi ketika ibu berinteraksi dengan komunitas tersebut, ibu

tetap akan menghirup asap rokok. Organ yang berada pada kondisi seperti ini

dikatakana sebagai perokok pasif dengan resiko yang lebih besar di bandingkan

dengan perokok aktif. Suatu penelitian di Ontario menunjukkan akibat merokok

tersebut menyebabkan terjadinya plasenta abruption dan plasenta previa. Plasenta

abruption dapat terjadi akibatpengurangan aliran darah ke plasenta yang akhirnya

menyebabkan nekrosis pada periper dari plasenta. Sedangkan plasenta previa terjadi

Page

6

karena terjadinya pembesaran plasenta sebagai akibat dari berkurangnya transpot

oksigen dari ke fetus akibat paparan CO. Plasenta berubah secara tetap dengan

kerusakan pada kemampuan plasenta untuk melakukan pertukaran gas karena

terjadinya pengentalan dari trophoblastic basal lamina dan mengurangi ukuran pada

kapiler dari fetus. Jika plasenta tersebut bermasalah, maka hal ini dapat menggangu

suplai makan ke janin. Karena lingkungan rahim tidak ideal maka janin tidak tumbuh

dengan kecepatan yang semestinya. Maka tanpa adanya bantuan medis, bayi tersebut

akan lahir kecil tidak sesuai usia kehamilan walaupun lahir tepat pada waktunya.

4. Hipertensi

Tekanan darah ibu hamil yang tinggi (hipertensi) dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan janin intrauterin yang tentunya akan berdampak terhadap berat badan

lahir. Hal ini terjadi karena adanya penurunan perfusi uteroplasenta, vasopasme, dan

kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta yang akan mengakibatkan

keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin. Keterbatasan persediaan

oksigen dan nutrisi bagi janin tentunya akan berakibat terhadap proses tumbuh

kembang janin yang nantinya akan berdampak terhadap berat bayi yang dilahirkan.

Pada ibu yang tekanan darahnya normal, tidak ditemukan kelainan-kelainan tersebut

sehingga perfusi nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin menjadi adekuat.2,3

Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah salah satu bentuk rancangan penelitian deskriptif analitik dengan

menggunakan desain cross sectional. Penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan suatu keadaan secara

objektif, sedangkan penelitian analitik adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu bisa terjadi. Desain cross sectional merupakan suatu penelitian

dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek

diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Paradigma penelitian sebagai model relasasi anatar

variabel – variabel dalam suatu kajian penelitian.Variabel depedent yang digunakan adalah berat

badan lahir rendah. Dan Variabel independent yang digunakan umur ibu, hipertensi, rokok dan

pendidikan ibu. Hubungan antara variabel dalam penelitian ini adalah asimetris berarti variabel

Page

7

yang satu mempengaruhi yang lain. Dalam penelitian ini termasuk penelitian bivariat antara

variabel usia ibu, penyakit hipertensi pada saat kehamilan, pendidikan dan keterpaparan asap

rokok terhadap kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).4

Hasil Penelitian

A. Analisis Univariant

Tabel 1 menunjukan nilai berat badan lahir(BBL) berkisar lebih sama dengan 2500 gram dengan rata-rata 3121 gram. Berdasarkan berat badan lahir, sebagian besar mempunyai berat badan lahir normal (78,6%) yakni lebih sama dengan 2500 dan hanya 21,4% yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram seperti yang terlihat pada tabel berikut iniTabel 1. Distribusi frekuensi menurut BBL

BBL n % Mean Min Max

Kurang 30 21,43121 1588 4900

Normal 110 78,6Total 140 100

Keterangan:Kurang: <2500 gramNormal: ≥2500 gramTabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar subyek berusia kurang dari 25 tahun dengan proporsi 64,3% dan sebesar 35,7% subyek berusia lebih dari 25 tahunTabel 2. Distribusi frekuensi menurut umur

Umur n % Mean Min Max< 25 90 64,3

23,35 14 45≥ 25 50 35,7Total 140 100

Tabel 3 menunjukan bahwa sebagian besar subyek tidak hipertensi yakni dengan proporsi 93,6% dan sebesar 6,4% subyek mengalami hipertensi

Tabel 3. Distribusi frekuensi menurut tekanan darah

Tekanan darah n %Hipertensi 9 6,4

Tidak Hipertensi 131 93,6Total 140 100

Page

8

Tabel 4 menunjukan bahwa sebagian besar subyek tidak merokok yakni dengan proporsi 62,1% dan sebesar 37,9% subyek mengalami merokok

Tabel 4. Distribusi frekuensi menurut konsumsi rokok

Konsumsi Rokok n %Merokok 53 37,9

Tidak Merokok 87 62,1Total 140 100

Tabel 5 menunjukan bahwa sebagian besar subyek bertingkat pendidikan sedang yakni dengan proporsi 58,6% dan sebesar 41,4% subyek tingkat pendidikan yang rendah, dan 0% yang berpendidikan tinggi

Tabel 5. Distribusi frekuensi menurut tingkat pendidikan

Pendidikan n %Tinggi 0 0SedangRendah

8258

58,641,4

Total 140 100

B. Analisis Bivariat

Analisis hubungan antara variable bebass dan variable terikat dengan menggunakan chi

square. Hasil uji dipaparkan pada tabel berikut ini:

VariabelBerat Badan

Lahir N Uji Df P Ho≥ 2500 <2500

Usia- < 25 tahun - ≥ 25 tahun

6644

246

9050

Continuity correction

1 >0,05(0,070)

Diterima

Total 110 30 140Rokok- Tidak- Ya

7436

1317

8753

Continuity correction

1 <0,05(0,029)

Ditolak

Page

9

Total 110 30 140Hipertensi- Tidak- Ya

1055

264

1319

Fisher 1 >0,05(0,099)

Diterima

Total 110 30 140

Pendidikan- Sedang- Rendah

5951

237

8258

Continuity correction

1 <0,05(0,039)

Ditolak

Total 110 30 140

Pembahasan

1. Hubungan umur ibu dengan berat badan lahir (BBL)

Hasil analisis hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBL diperoleh ada sebanyak

90 ibu yang berumur kurang dari 25 tahun dan 50 ibu yang berumur lebih dari 25 tahun

melahirkan bayi dengan berat lebih dari 2500. Selain itu ada 66(60,0%) ibu yang

berumur kurang dari 25 tahun dan 24(80,0%) ibu yang berumur lebih dari 25 tahun

melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2500. Hasil uji statistic diperoleh nilai

p=0,070 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur ibu

dan berat badan lahir.5

2. Hubungan antara rokok dengan berat badan lahir.

Hasil analisis hubungan antara rokok dengan kejadian berat badan lahir diperoleh bahwa

ada sebanyak 13(43,3%) ibu yang tidak merokok dan 17(56,7%) yang merokok

melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 2500. Selain itu, ada 74(67,3%) yang

tidak merokok dan 36(32,7%) yang merokok yang melahirkan bayi dengan berat badan

kurang dari 2500. Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,391 maka dapat disimpulkan

tidak ada hubungan yang bermakna antara rokok dengan berat badan lahir (RR=0,769;

CI 95%= 0,477-1,239). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang merokok mempunyai

risiko 0,76 kali untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2500.

3. Hubungan hipertensi dengan berat badan lahir

Page

10

Hasil analisis hubungan antara hipertensi dengan kejadian berat badan lahir diperoleh

bahwa ada sebanyak 26(86,7%) ibu yang tidak hipertensi dan 4(13,3%) yang hipertensi

melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 2500. Selain itu, ada 105(95,5%) yang

tidak hipertensi dan 5(4,5%) yang hipertensi yang melahirkan bayi dengan berat badan

kurang dari 2500. Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,099 maka dapat disimpulkan

tidak ada hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan berat badan lahir

(RR=1,443; CI 95%= 0,799-2,604). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang hipertensi

mempunyai risiko 1,4 kali untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir kurang dari

2500.6

4. Hubungan pendidikan dengan berat badan lahir

Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan kejadian berat badan lahir diperoleh

bahwa ada sebanyak 13(21,3%) ibu yang berpendidikan sedang dan 48(78,7) yang

berpendidikan tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 2500. Selain itu, ada

25(62,5%) yang berpendidikan sedang dan 15(37,5%) yang berpendidikan tinggi

melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 2500. Hasil uji statistic diperoleh nilai

p=0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan berat badan lahir (RR=2,763; CI 95%= 1,680-4,545). Hal ini menunjukkan

bahwa ibu yang berpendidikan sedang mempunyai risiko 2,7 kali untuk melahirkan bayi

dengan berat badan lahir kurang dari 2500.

Pembahasan

A. Analisis Univariat

Bayi dengan lahir rendah akan mengakibatkan penyakit jantung dengan masa datang.

Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi kelahiran berat badan yaitu : umur ibu,

pendidikan, hipertensi, dan paparan asap rokok. Umur ibu yang mengalami

kehamilan yang terbaik lebih dari sama dengan 25 tahun. Pada tabel 1 masih ada

subyek yang hamil usia kurang dari 25 tahun, yang merupakan faktor resiko

tertinggu terjadinya BBLR. Wanita umur dibawah 25 tahun masih berada didalam

tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil akan membuat dirinya

harus berbagai janin yang dikandungnya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pada

Page

11

penelitian yang sudah dijelaskan dalam tabel ke 2 dan tabel ke 3 adalah kurangnya

paparan asap rokok dan kurangnya penyakit hipertensi. Tidak hanya faktor paparan

asap rokok dan penyakit hipertensi, namun ada juga faktor pendidikan. Pada

penelitian yang sudah dijelaskan pada tabel 4 , terdapat banyak subyek yang

memiliki pengetahuan sedang memiliki porposi 62,4 % hal ini sangat mempengaruhi

faktor resiko kelahiran bayi rendah.6,7

B. Analisis Bivariat

1) Hubungan antara umur dan berat badan lahir rendah

Umur ibu sangat mempengaruhi keadaan kondisi kehamilan ibu karena selain

berhubungan dengan kematangan organ reproduksi juga berhubungan dengan

kondisi psikologis terutama kesiapan menerima kehamilan.Analisis bivariant

antara umur ibu dengan berat badan lahir rendah menunjukan hubungan yang

tidak bermakna (p = .. ). Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian

lainnya menunjukkan bahwa ibu yang kurang dari 25 tahun mempunyai

faktor resiko menjadi lebih besar dari pada ibu yang hamil dengan umur sama

dengan 25 tahun. Selain itu KEK yang beresiko terhadap BBLR banyak

terjadi pada wanita muda.

2) Hubungan antara rokok dan berat badan lahir rendah

Ibu hamil yang merupakan perokok aktif maupun yang terkena paparan asap

rokok dari orang lain (perokok pasif) memiliki risiko bayinya lahir prematur

atau terlahir dengan masalah kesehatan. Anak yang terlahir dari wanita yang

merokok selama kehamilan memiliki peningkatan risiko bayi terlahir dalam

keadaan tidak bernyawa, berat badan lahir kurang, dan masalah kesehatan

lainnya. Analisis bivariant antara ibu yang merokok dengan berat badan lahir

rendah menunjukan hubungan yang tidak bermakna (p =0,017).

3) Hubungan antara hipertensi dan berat badan lahir rendah

Tekanan darah ibu hamil yang tinggi (hipertensi) dapat mengakibatkan

gangguan pertumbuhan janin intrauterin yang tentunya akan berdampak

terhadap berat badan lahir. Hal ini terjadi karena adanya penurunan perfusi

uteroplasenta, vasopasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah

Page

12

plasenta yang akan mengakibatkan keterbatasan persediaan oksigen dan

nutrisi bagi janin. Keterbatasan persediaan oksigen dan nutrisi bagi janin

tentunya akan berakibat terhadap proses tumbuh kembang janin yang

nantinya akan berdampak terhadap berat bayi yang dilahirkan. Pada ibu yang

tekanan darahnya normal, tidak ditemukan kelainan-kelainan tersebut

sehingga perfusi nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan janin menjadi

adekuat. Analisis bivariant antara ibu yang hipertensi dengan berat badan

lahir rendah menunjukan hubungan yang tidak bermakna (p =0,082).8

4) Hubungan antara pendidikan dan berat badan lahir rendah

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pelajaran

untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga

sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Berdasarkan tingkat pendidikan

ibu dapat dijelaskan bahwa terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi

yang jumlahnya lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan

rendah (SD) hingga tidak. Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan

dalam menghadapi berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi

untuk anaknya, memberi oralit waktu menceret misalnya kesedian menjadi

peserta keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil

untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR

bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup penting dalam kesehatan dan

pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan

ibu mempunyai latar belakang pendidikan lebih tinggi akan mendapat

kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik. Analisis bivariant antara

pendidikan ibu dengan berat badan lahir rendah menunjukan hubungan yang

bermakna (p =0,023).

Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Page

13

Pada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir dilakukan

dengan uji univariat yang dilakukan dengan melihat besarnya frekuensi dari tiap variable

yakni berat badan lahir, umur ibu, rokok, hipertensi dan pendidikan. Sedangkan uji

bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independent/exposure

(umur ibu, rokok, hipertensi, dan pendidikan) dengan variabel dependent/outcome (berat

badan lahir).

Dari hasil penelitian didapatkan ada hubungan yang bermakna antara merokok

pendidikan ibu hamil dengan berat badan lahir pada bayi yang dilahirkan. Namun tidak

ada hubungan yang bermakna antara umur ibu hamil dan hipertensi dengan berat badan

lahir. Frekuensi berat badan lahir normal lebih besar dibanding BBLR.

Saran

Dalam rangka meningkatkan berat badan lahir, perlu dilakukan kegiatan penyuluhan

kepada ibu hamil tentang pengaruh umur ibu, rokok, hipertensi (walaupun tidak memilki

hubungan bermakna dengan berat badan lahir), dan pendidikan (memilki hubungan yang

bermakna dengan berat badan lahir) terhadap berat badan lahir. Selain itu juga

mendorong kader posyandu agar dapat memotivasi ibu-ibu mengenai pentingnya berat

badan lahir normal terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi kelak.

Daftar Pustaka

1. Wiryo H. Peningkatan gizi bayi, anak, ibu hamil, dan menyusui dengan bahan makanan

lokal. Jakarta: Sangung Seto; 2002.h.22-7.

2. Gibney. M.J., Margetts B.M., Kearney J.M., Arab L. Gizi kesehatan masyarakat. Editor:

Widyastuti P, Hardiyanti EG. Jakarta: EGC; 2008.h.302-4.

3. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.2005.h 104-8

4. Erna Francin P, Yuyum Rumdasih, Heryati. Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:

EGC; 2005. Hal 51-57.

5. Bobak M, Dejmek J, Sram RJ. Unfavourable Birth Outcomes of the Roma Women in the

Czech Republic and the Potential Explanations: A Population Based Study. BMC Pub

Health. Vol 106, No 5. 2005.p 2461-2458.

Page

14

6) Bondevik GT, Lie RT, Ulstein M. Maternal hematological status and risk of low birth

weight preterm delivery in Nepal. Journal Acta Obstetri

Gynecologi. 2001. p.402—408.

7) Usha Ramakrishnan. Nutrition and Low Birth Weight. American Journal Clinic

Nutrition.2004. Vol 79, No 17.2.

8) Negi KS, Kandpal SD, Kukreti M. Epidemiological factors affecting low birth weight. JK

Science. Vol 8. No 1. 2006. p31-4.

Lampiran

Analisis Univariat: Umur ibu, Rokok, Hipertensi, BBL, Pendidikan

a. Umur Ibu

UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <25 90 64.3 64.3 64.3

>=25 50 35.7 35.7 100.0

Total 140 100.0 100.0

b. Rokok

ROKOK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Merokok 87 62.1 62.1 62.1

Merokok 53 37.9 37.9 100.0

Total 140 100.0 100.0

c. Hipertensi

Page

15

HIPERTENSI

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Hipertensi 131 93.6 93.6 93.6

Hipertensi 9 6.4 6.4 100.0

Total 140 100.0 100.0

d. BBL

BBL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >=2500 110 78.6 78.6 78.6

<2500 30 21.4 21.4 100.0

Total 140 100.0 100.0

e. Pendidikan

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sedang 82 58.6 58.6 58.6

Rendah 58 41.4 41.4 100.0

Total 140 100.0 100.0

Analisis Bivariat

a. Hubungan Umur Ibu dengan BBL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

UMUR * BBL 140 100.0% 0 .0% 140 100.0%

UMUR * BBL Crosstabulation

Page

16

BBL

Total>=2500 <2500

UMUR <25 Count 66 24 90

Expected Count 70.7 19.3 90.0

% within UMUR 73.3% 26.7% 100.0%

% within BBL 60.0% 80.0% 64.3%

>=25 Count 44 6 50

Expected Count 39.3 10.7 50.0

% within UMUR 88.0% 12.0% 100.0%

% within BBL 40.0% 20.0% 35.7%

Total Count 110 30 140

Expected Count 110.0 30.0 140.0

% within UMUR 78.6% 21.4% 100.0%

% within BBL 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.107a 1 .043

Continuity Correctionb 3.282 1 .070

Likelihood Ratio 4.405 1 .036

Fisher's Exact Test .053 .032

Linear-by-Linear Association 4.077 1 .043

N of Valid Casesb 140

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,71.

b. Computed only for a 2x2 table

Page

17

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for UMUR (<25 /

>=25).375 .142 .992

For cohort BBL = >=2500 .833 .709 .979

For cohort BBL = <2500 2.222 .974 5.071

N of Valid Cases 140

b. Hubungan Rokok ddengan BBL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

ROKOK * BBL 140 100.0% 0 .0% 140 100.0%

ROKOK * BBL Crosstabulation

BBL

Total>=2500 <2500

ROKOK Tidak Merokok Count 74 13 87

Expected Count 68.4 18.6 87.0

% within ROKOK 85.1% 14.9% 100.0%

% within BBL 67.3% 43.3% 62.1%

Merokok Count 36 17 53

Expected Count 41.6 11.4 53.0

% within ROKOK 67.9% 32.1% 100.0%

% within BBL 32.7% 56.7% 37.9%

Total Count 110 30 140

Expected Count 110.0 30.0 140.0

% within ROKOK 78.6% 21.4% 100.0%

% within BBL 100.0% 100.0% 100.0%

Page

18

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.742a 1 .017

Continuity Correctionb 4.770 1 .029

Likelihood Ratio 5.596 1 .018

Fisher's Exact Test .020 .015

Linear-by-Linear Association 5.701 1 .017

N of Valid Casesb 140

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,36.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for ROKOK

(Tidak Merokok / Merokok)2.688 1.178 6.132

For cohort BBL = >=2500 1.252 1.020 1.537

For cohort BBL = <2500 .466 .247 .880

N of Valid Cases 140

c. Hubungan hipertensi dengan BBL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

HIPERTENSI * BBL 140 100.0% 0 .0% 140 100.0%

HIPERTENSI * BBL Crosstabulation

Page

19

BBL

Total>=2500 <2500

HIPERTENSI Tidak Hipertensi Count 105 26 131

Expected Count 102.9 28.1 131.0

% within HIPERTENSI 80.2% 19.8% 100.0%

% within BBL 95.5% 86.7% 93.6%

Hipertensi Count 5 4 9

Expected Count 7.1 1.9 9.0

% within HIPERTENSI 55.6% 44.4% 100.0%

% within BBL 4.5% 13.3% 6.4%

Total Count 110 30 140

Expected Count 110.0 30.0 140.0

% within HIPERTENSI 78.6% 21.4% 100.0%

% within BBL 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.026a 1 .082

Continuity Correctionb 1.742 1 .187

Likelihood Ratio 2.568 1 .109

Fisher's Exact Test .099 .099

Linear-by-Linear Association 3.005 1 .083

N of Valid Casesb 140

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,93.

b. Computed only for a 2x2 table

Page

20

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for HIPERTENSI

(Tidak Hipertensi /

Hipertensi)

3.231 .810 12.882

For cohort BBL = >=2500 1.443 .799 2.604

For cohort BBL = <2500 .447 .199 1.001

N of Valid Cases 140

d. Hubungan pendidikan dengan BBL

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PENDIDIKAN * BBL 140 100.0% 0 .0% 140 100.0%

PENDIDIKAN * BBL Crosstabulation

BBL

Total>=2500 <2500

PENDIDIKAN Sedang Count 59 23 82

Expected Count 64.4 17.6 82.0

% within PENDIDIKAN 72.0% 28.0% 100.0%

% within BBL 53.6% 76.7% 58.6%

Rendah Count 51 7 58

Expected Count 45.6 12.4 58.0

% within PENDIDIKAN 87.9% 12.1% 100.0%

% within BBL 46.4% 23.3% 41.4%

Total Count 110 30 140

Expected Count 110.0 30.0 140.0

% within PENDIDIKAN 78.6% 21.4% 100.0%

Page

21

% within BBL 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 5.152a 1 .023

Continuity Correctionb 4.247 1 .039

Likelihood Ratio 5.440 1 .020

Fisher's Exact Test .035 .018

Linear-by-Linear Association 5.115 1 .024

N of Valid Casesb 140

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,43.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for PENDIDIKAN

(Sedang / Rendah).352 .140 .888

For cohort BBL = >=2500 .818 .694 .965

For cohort BBL = <2500 2.324 1.069 5.051

N of Valid Cases 140

Page

22