analisis willingness to pay masyarakat terhadap

116
ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB (Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten) ANNISSA MERRYNA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: dinhkien

Post on 12-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB

(Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

ANNISSA MERRYNA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

i

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Studi Kasus : Desa Curug Goong,

Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)” BELUM PERNAH

DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN

MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK

TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR

HASIL KARYA SENDRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN

YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, 27 Agustus 2009

Annissa Merryna H44053639

Page 3: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

ii

ABSTRACT

Annissa Merryna (H44053639). Analysis of Willingness to Pay Community for Payment Environmental Services (Case Study : Curug Goong Village, Padarincang District, Serang Regency, Banten). Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc and Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Water is one of important elements in human life. Water is also used for a variety of interest such as drinking, cooking, washing, and all other activities that directly relate to human walfare. The purpose of research is to determine the value of willingness to pay (WTP) for community economic instruments, namely payment environmental services, the factors that affect respondents’s willingness to do a payment environmental services and the factors that affect the value of preparedness. Willingness of respondents to pay for environmental services is influenced by several factors, such as the assessment of water quality, the amount of water needs, and the distance to the water source. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable amount of water needs is significant at 95 percent, while variable distance to the water source is significant at 99 percent.

WTP value in this research is the value that will be given by the respondents to environmental services generated by Cirahab spring per liter per household. Average WTP is Rp. 101/liter/household, while total WTP is Rp. 83.835/liter. The factors affecting the value of respondents’s WTP are influenced by the assessment of water quality, the amount of water need, the distance to the water source, and the average household income. The assessment of water quality impacts is significant at 90 percent, variable anount of water needs is significant at 95 percent, variable distance to water source is significant at 99 percent, and variable average household income is significant at 90 percent.

Once established average WTP value per liter per household has been determined the potential value of water Cirahab spring is calculated by multiplying the average WTP value with the number of respondents environmental services utilization. The value of environmental services by community is around 51.887.305/liter/year that can be generated by 4,94 Ha of land through transfer benefit method. Land should be planted to absorp tree so that the quality water and quantity water of Cirahab spring be sustainable.

The potential valus of Cirahab spring was obtained from the multiplication number of environmental services by community with average WTP value, so the potential value of Cirahab spring is Rp. 5.240.617.805/year which is more greater than the cost restoration of forest ecology is Rp. 544.758.500/Ha/year.

Key words : water, payment environmental services, willingness to pay, transfer benefit, the cost restoration of forest ecology

Page 4: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

iii

RINGKASAN

Annissa Merryna (H44053639). Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Air juga dipergunakan untuk berbagai kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala aktifitas lainnya yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai willingness to pay (WTP) masyarakat terhadap instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi kesedian responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kesediaan tersebut. Kesediaan responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, dan jarak rumah ke sumber air. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, sedangkan variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf 99 persen.

Nilai WTP dalam penelitian ini adalah nilai yang akan diberikan oleh responden terhadap jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab per liter per KK. Nilai rataan WTP responden adalah Rp. 101/liter/KK sedangkan nilai total WTP adalah Rp. 83.835/liter. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air dan rata-rata pendapatan rumah tangga. Variabel penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jumlah kebutuhan air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen, variabel jarak rumah ke sumber air berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen.

Setelah didapatkan nilai rataan WTP per liter per KK maka akan dicari nilai potensial pemanfaatan dari mata air Cirahab dengan cara mengalikan nilai rataan responden dengan jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat. Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab oleh masyarakat sebanyak 51.887.305/liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 Ha lahan melalui metode transfer benefit. Lahan tersebut dapat ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab dapat lestari.

Sedangkan nilai potensial pemanfaatan mata air Cirahab didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan oleh masyarakat dengan nilai rataan WTP sehingga nilai potensial pemanfaatan adalah sebesar Rp. 5.240.617.805/tahun yang nilainya jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya pemulihan ekologi hutan sebesar Rp. 544.758.500/Ha/tahun.

Kata kunci : air, pembayaran jasa lingkungan, willingness to pay, transfer benefit,biaya pemulihan ekologi hutan

Page 5: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN MATA AIR CIRAHAB

(Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

ANNISSA MERRYNAH44053639

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 6: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

Judul Skripsi : Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Studi Kasus : Desa Curug Goong Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten)

Nama : Annissa Merryna

NRP : H44053639

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si NIP. 196.204.211.986.031.003

Diketahui,

Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya danLingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 196.204.211.986.031.003

Tanggal Lulus :

Page 7: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang

telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa

Lingkungan (Studi Kasus : Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang,

Kabupaten Serang, Banten)” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi

syarat memperoleh gelar sarjana pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan

Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat digunakan sebagai

bahan rujukan lain bagi masyarakat ilmiah yang ingin menyusun penelitian yang

sejenis.

Skripsi ini bertujuan untuk menghitung besarnya willingness to pay

masyarakat terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan dan

faktor-faktor yang akan mempengaruhi kesediaan dan nilai dari willingness to pay

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan bagi pemerintah

dan masyarakat setempat dalam mengambil langkah untuk menyusun kebijakan

pengelolaan sebagai upaya konservasi di mata air Cirahab serta dapat bermanfaat

bagi pihak lain yang berkepentingan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc sebagai dosen pembimbing pertama dan

Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan masukannya selama penyusunan skripsi ini.

Serta pihak-pihak lain yang senantiasa membantu dan memberi motivasi serta doa

kepada penulis.

Seperti pepatah, “tiada gading yang tak retak”. Penulis meyakini bahwa

manusia bukanlah makhluk yang benar-benar sempurna. Penulis mengharapkan

saran dan kritik terhadap skripsi ini. Hal ini agar budaya berpikir kritis bisa lebih

berkembang di masyarakat dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Page 8: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1987.

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara

pasangan Ir. Mawardi Muchtar dan Elfiani Mawardi.

Penulis mengawali pendidikan di TK Nurul Hidayah

Pejaten Pasar Minggu pada tahun 1991, kemudian penulis

melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Anyelir 1

Depok. Pada tahun 1999, penulis melanjutkan pendidikan

di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri (SLTP) 2 Depok dan melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Depok dan masuk dalam

program studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pada tahun 2005, penulis diterima

di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan

kemahasiswaan sebagai staf divisi Komunikasi dan Informasi Badan Ekskutif

Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen Periode 2006/2007, kepala

divisi Enterpreneurship Resources Environmental and Economic Student

Association (REESA) Periode 2007/2008, anggota Forum Mahasiswa Cinta

Lingkungan (Formalin), dan aktif dalam kepanitiaan beberapa event kampus.

Selain itu, penulis juga tercatat sebagai salah satu finalis Abang Mpok Depok

2009 dan aktif dalam kegiatan sebagai duta pariwisata Kota Depok

Tahun 2009-2011.

Page 9: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat

dan kasih sayangNya yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi

dengan baik mulai dari proses penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak, pada kesempatan oini penulis ingin menyampaikan ucapan teri

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluargaku tersayang : Papa (Ir. Mawardi Muchtar), Mama (Elfiani

Mawardi), Adik-adikku (Niko Avila dan Nesya Yolanda) atas do’a, perhatian,

dukungan, kesabaran, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M. Sc dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si

sebagai dosen pembimbing skripsi atas arahan, bimbingan, masukan,

kesabaran, semangat, pengertian, perhatian yang telah diberikan kepada

penulis.

3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama.

4. Bapak Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.

5. Bapak N. P. Rahadian selaku Direktur Eksekutif Rekonvasi Bhumi atas

informasi yang telah diberikan kepada penulis.

6. Bapak Mamat dan keluarga atas tumpangan kamar di rumah Beliau selama

penulis melakukan penelitian.

7. Masyarakat Desa Curug Goong yang telah bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

8. Sahabatku tersayang Aufa Hilliyun Aidha Syafril atas semangat, doa, bantuan

yang diberikan kepada penulis.

9. Teman-teman penulis antara lain, Cici, Midun, Gareth, Mia, Bude Mila,

Mutiara, Titut, Dhibo, Tata, Etha, Ani, Danti, Rani, Achy, Tri, Ratih, Mega,

Mita, Evi, Atung, Dores, Hans, Buja dan teman-teman ESL 42 yang tidak

dapat disebutkan satu per satu atas kebersamaan, bantuan, doa, dan dukungan

yang diberikan.

10. Teman-teman sebimbingan antara lain, Kartini, Indra, dan Beru atas bantuan

dan kerjasama, semangat dan doa yang telah diberikan.

Page 10: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

x

11. Teman-teman Asrama A1-115 (Shinta, Ocha, Nia, Shely, dan Vbee) atas

kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa yang diberikan.

12. Teman-teman KKP Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal (Irvan,

Dhofir, Farida, Siti) atas pengalaman yang diberikan selama KKP.

13. Ibu Us, Bapak Joko, Mbak Dewi dan teman-teman Kos Tridara Perwira 53

atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis.

14. Staf-staf administrasi departemen yang telah membantu penulis serta semua

pihak yang telah membantu penulis. Semoga Allah swt membalasnya. Amin.

Page 11: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

xi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN....................................................................................................... i

ABSTRACT............................................................................................................ ii

RINGKASAN ........................................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP.............................................................................................. viii

UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xiv

I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah....................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 6

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan.................................... 6

2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan ....................................... 7

2.2.1 The Dose-Response Method (DRM).................................................... 7

2.2.2 Hedonic Price Method (HPM).............................................................. 8

2.2.3 Travel Cost Method (TCM).................................................................. 9

2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM)........................................... 10

2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM) ............................................... 11

2.3 Instrumen Ekonomi ..................................................................................... 12

2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi .............................................................. 12

Page 12: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

xii

2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi ................................................................ 13

2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi.............................................................. 14

2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan ..................................................................... 17

2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan............................................... 17

2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan ..................................................................... 17

2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan......................................... 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 20

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis...................................................................... 20

3.1.1 Contingent Valuation Method........................................................ 20

3.1.2 Analisis Regresi Logit ...................................................................... 28

3.1.3 Analisis Regresi Berganda ............................................................... 30

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional................................................................ 31

3.3 Hipotesis Operasional.................................................................................. 32

IV. METODE PENELITIAN ............................................................................... 35

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 35

4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 35

4.3 Penentuan Jumlah Responden ..................................................................... 36

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 36

4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan......................................................................................... 36

4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan......................................................................................... 38

4.4.3 Analisis Fungsi WTP.......................................................................... 42

4.5 Pengujian Parameter.................................................................................... 44

4.5.1 Uji G ................................................................................................... 44

4.5.2 Uji Wald.............................................................................................. 45

4.5.3 Uji Odds Ratio .................................................................................... 46

4.5.4 Uji Keandalan ..................................................................................... 46

4.5.5 Uji Statistik t ....................................................................................... 46

Page 13: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

xiii

4.4.6 Uji Statistik F...................................................................................... 47

4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity) .................................................. 48

4.5.8 Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 48

4.5.9 Uji Kenormalan .................................................................................. 49

4.6 Batasan Operasional .................................................................................... 49

V. KEADAAN UMUM ........................................................................................ 51

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................... 51

5.2 Kondisi Lingkungan .................................................................................... 53

5.3 Karakteristik Responden ............................................................................. 54

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 60

6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 60

6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................... 66

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay ...... 70

6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi Hutan............................................................................................................ 73

6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa Lingkungan.................................................................................................. 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79

7.1 Kesimpulan.................................................................................................. 79

7.2 Saran............................................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82

Page 14: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan .................................................................................................... 12

2. Metode Prosedur Penelitian ........................................................................... 35

3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air ........................... 37

4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008......................................... 52

5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab..................................................................................................... 62

6. Classification Table ....................................................................................... 63

7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas Air .................................................................................................................. 64

8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........................ 67

9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab ........................................................................................... 69

10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong ........ 71

11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong............................................ 74

12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun....................... 75

13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air Cirahab........................................................................................................... 77

Page 15: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan .................................................... 19

2. Transformasi Logit......................................................................................... 29

3. Diagram Alur Kerangka Berfikir ................................................................... 34

4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009............................................................................. 54

5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009............................................................................... 55

7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009........................................................................... 57

8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 ................................................................... 58

9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009................................................................... 59

10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi Mata Air Cirahab 61

11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ............... 68

12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab........... 77

Page 16: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter..................................................... 85

2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter .............................................. 89

3. Uji Kenormalan.............................................................................................. 93

4. Kuisioner Penelitian....................................................................................... 94

5. Kondisi Lokasi Penelitian .............................................................................. 99

6. Peta Lokasi Penelitian.................................................................................. 100

Page 17: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam diantaranya lahan,

mineral, batu bara, ikan, air, dan lain-lain. Menurut Fauzi (2006) sumber daya

alam tersebut dibagi menjadi sumber daya alam yang dapat pulih dan tidak dapat

pulih. Sumber daya alam memiliki nilai intrinsik yaitu nilai yang terkandung

dalam sumber daya, terlepas apakah sumber daya tersebut dikonsumsi atau tidak.

Dalam ilmu ekonomi konvensional, nilai intrinsik ini sering diabaikan sehingga

menggunakan alat ekonomi konvensional semata untuk memahami pengelolaan

sumber daya alam sering tidak mengenai sasaran yang tepat.

Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga

dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak,

mencuci, dan segala aktifitas lain yang langsung berhubungan dengan

kesejahteraan manusia. Peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan

peningkatan kebutuhan air bersih. Air bersih yang tersedia di alam semakin buruk

kondisinya sehingga air menjadi tidak tersedia dengan baik secara kuantitatif dan

kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

pengelolaan untuk mendapatkan air yang baik secara kuantitatif dan kualitatif

memerlukan biaya yang sangat tinggi.

Pengadaan air yang baik secara kualitas dan kuantitas dipengaruhi oleh

proses hidroligis yaitu siklus yang menggambarkan perjalanan siklus air dengan

proses alami. Daur hidrologis menyebabkan air selalu tersedia di bumi untuk

kepentingan makhluk hidup. Air yang tersedia akan melimpah jika daur hidrologis

stabil, artinya tidak ada kerusakan-kerusakan pada jaringan penyimpan air bumi.

Page 18: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

2

Kerusakan jaringan penyimpan air yang terjadi belakangan ini dapat disebabkan

oleh kerusakan hutan, padatnya pemukiman dan lain-lain yang menyebabkan air

tidak dapat bertahan lama di bumi karena menguap ke atmosfer atau mengalir

langsung ke laut sehingga air yang tersedia di bumi menjadi sedikit jumlahnya.

Penurunan kualitas dan kuantitas air berkaitan erat dengan Daerah Aliran

Sungai (DAS). Menurut Asdak (1995), DAS merupakan satuan wilayah

tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh pemisah topografi yang

menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau

dan laut serta mengisi air bawah tanah. Salah satu bagian dari DAS Cidanau

adalah mata air Cirahab.

Mata air Cirahab merupakan mata air di DAS Cidanau yang memiliki

debit air terbesar yaitu 300 liter/detik. Sebagian besar kebutuhan air masyarakat

Desa Curug Goong bergantung pada kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.

Penggunaan mata air secara terus-menerus oleh semua stakeholder terkait

dikhawatirkan akan mengancam kualitas dan kuantitas mata air Cirahab. Salah

satu instrumen ekonomi untuk kelestarian lingkungan melalui pembayaran jasa

lingkungan (PJL) salah satu contoh penerapan PJL DAS Cidanau yang dilakukan

oleh PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) sebagai pemanfaat jasa lingkungan

kepada masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan yang bertujuan untuk DAS

Cidanau tercapainya keberlanjutan produksi air yang dibutuhkan oleh PT. KTI.

Berdasarkan contoh pemodelan tersebut dibutuhkan sebuah penelitian

awal dalam penerapan PJL di mata air Cirahab sehingga nantinya diharapkan mata

air dapat lestari dan memberikan manfaat secara berkelanjutan. Berikut ini akan

dilakukan sebuah penelitian mengenai PJL dari persepsi pemanfaat langsung jasa

Page 19: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

3

lingkungan yaitu masyarakat sebagai pemanfaat jasa lingkungan yang dihasilkan

oleh mata air Cirahab, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau

yang terletak di Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang,

Banten.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan ketersediaan air yang baik secara kualitatif dan kuantitatif

saat ini merupakan problematika yang sering terjadi. Problematika ini tidak hanya

terjadi pada masyarakat perkotaan namun juga pada masyarakat pedesaan yang

memiliki sumber daya alam yang melimpah. Keterbatasan pendanaan sering kali

menjadi kendala dalam pengelolaan sumber daya alam tersebut dengan baik

sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti sumber daya alam tersebut mengalami

degradasi yang akan merugikan berbagai pihak.

Menurut Fauzi (2006), air saat ini merupakan barang publik yang dapat

dinikmati oleh siapapun. Air juga merupakan barang ultra essential bagi

kelangsungan hidup manusia. Tanpa air, manusia tidak akan mungkin bisa

bertahan hidup. Bahkan dalam ilmu ekonomi dikenal istilah water-diamond

paradox atau paradoks air dan berlian, dimana air yang begitu esential dinilai

begitu murah sementara berlian yang sebatas perhiasan dinilai begitu mahal.

Kontribusi air terhadap pembangunan ekonomi dan sosial juga sangat vital

sehingga seiiring bertambahnya penduduk dan eskalasi pembangunan ekonomi,

fungsi ekonomi dan sosial air sering terganggu karena semakin kritisnya suplai

air, sementara permintaan semakin meningkat.

Melihat kekhawatiran ini, maka sumber daya air seharusnya tidak lagi

dijadikan sebagai barang publik yang dapat dinikmati oleh siapapun sehingga

diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air yang arif dan bijaksana.

Page 20: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

4

Pengelolaan sumber daya air tersebut sebaiknya berbasis lingkungan agar

pemanfaat jasa lingkungan air dapat menikmati jasa lingkungan secara

berkelanjutan. Sehingga diperlukan sebuah penelitian mengenai pengelolaan

sumber daya air melalui instrumen ekonomi yaitu PJL.

Kemunculan PJL saat ini belum dikaitkan dengan tingginya kompetisi

yang nyata dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pemanfaat dan

penyedia jasa lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini akan mencoba untuk

mencari nilai willingness to pay (WTP) terhadap PJL dari persepsi masyarakat

yang memanfaatkan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab di

Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten.

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik beberapa perumusan masalah

antara lain :

1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kesediaan responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan terhadap mata air Cirahab?

2) Berapakah besarnya WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan?

3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap

pembayaran jasa lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk menilai jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab melalui

instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan. Penilaian atas jasa

lingkungan tersebut dikaitkan dengan:

1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan.

Page 21: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

5

2) Menganalisis nilai pembayaran jasa lingkungan oleh responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan.

3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap

pembayaran jasa lingkungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian tentang penilaian pembayaran jasa lingkungan yang dihasilkan

oleh mata air Cirahab dapat bermanfaat bagi :

1) Akademisi dan peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi pelengkap khasanah

keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan.

2) Pemerintah Daerah, sebagai bahan acuan dalam penerapan kebijakan

pengelolaan mata air Cirahab.

3) Masyarakat setempat untuk menambah pengetahuan mengenai keilmuan

ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai pembayaran jasa

lingkungan.

Page 22: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang

dipandang memiliki nilai ekonomi. Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek

yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan

dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya

dan bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya

adalah komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang

bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasilkan tersebut

seperti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai

ekonominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), sehingga

transaksi barang dan jasa tersebut dapat dilakukan.

Menurut Fauzi (2006), sumber daya alam selain menghasilkan barang dan

jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat

menghasilkan jasa-jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain,

misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat

tersebut sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak

terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya.

Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya

melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut

(Fauzi, 2006).

Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis)

yang konvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam

menentukan nilai sumber daya karena konsep biaya dan manfaat sering tidak

Page 23: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

7

memasukkan manfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena

itu lahirlah pemikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (non-

market valuation).

2.2 Metode Estimasi Penilaian Nilai Jasa Lingkungan

Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan sampai saat ini

telah berkembang sekitar 15 jenis metode menurut Yakin (1997). Diantaranya

adalah the Dose-Response Method (DRM), Hedonic Price Method (HPM), Travel

Cost Method (TCM), dan the Averting Behaviour Method (ABM). Namun, yang

paling populer saat ini adalah Contingent Valuation Method (CVM) dan superior

karena bisa mengukur dengan baik nilai penggunaan (use values) dan nilai dari

non pengguna (non use values). Berikut ini akan disinggung sedikit mengenai

metode penilaian ekonomi terhadap lingkungan selain CVM karena konsep CVM

akan dijelaskan lebih lanjut pada bab berikutnya.

2.2.1 The Dose-Response Method (DRM)

Metode ini menurut Yakin (1997) berdasarkan pada gagasan bahwa

kualitas lingkungan bisa dianggap sebagai suatu faktor produksi. Peningkatan

kualitas lingkungan akan mengakibatkan perubahan dalam biaya produksi yang

selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya sutu perubahan harga, output, dan atau

tingkat pengembalian modalnya. Masalah yang bisa diterapkan dengan metode

ini misalnya dampak kualitas air terhadap produktivitas pertanian, perikanan

komersial, industri pengguna air bersih, dan dampak polusi udara terhadap

bahan/material, kesehatan, produktivitas manusia, serta kebersihan rumah tangga

atau bangunan. Saat ini metode ini umumnya diaplikasikan pada penilaian

ekonomi dari lingkungan pertanian.

Page 24: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

8

2.2.1.1 Kelebihan DRM

Adapun kelebihan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1) Metode ini dapat diterapkan pada kasus-kasus dimana orang tidak sadar

terhadap dampak yang diakibatkan oleh polusi.

2) Merupakan metode pengukuran manfaat yang sulit dan biasanya menjadi

perhatian pembuat kebijaksanaan

2.2.1.2 Kelemahan DRM

Adapun kelemahan dari metode ini adalah sebagai berikut :

1) Metode ini kesulitan untuk memperkirakan fungsi dose-response, yaitu

modelling respon produsen dan memasukkan efek dari output dan harga.

2) Jika nilai non pengguna cukup tinggi maka metode ini akan menyebabkan

estimasi yang terlalu rendah terhadap keuntungan dari kebijaksanaan

lingkungan.

2.2.2 Hedonic Price Method (HPM)

Menurut Yakin (1997), metode ini berdasarkan asumsi bahwa barang

pasar menyediakan pembeli dan sejumlah jasa yang beberapa diantaranya bisa

merupakan kualitas lingkungan. Misalnya, bangunan rumah dengan kualitas udara

segar disekitarnya, pembelinya akan menerima sebagai pelengkap. Jika seseorang

merasa tertarik dengan panorama lingkungan pelengkap tersebut, mereka mau

membayar lebih untuk rumah yang berada di area kualitas lingkungan yang baik

dibandingkan dengan rumah dengan kualitas yang sama pada tempat lain yang

kualitas lingkungannya lebih jelek.

2.2.2.1 Kelebihan HPM

Adapun kelebihan dari metode HPM adalah sebagai berikut :

Page 25: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

9

1) Hasil perhitungan manfaat yang diperoleh berdasarkan tingkah laku pasar

yang diteliti. Akibatnya, banyak ahli ekonomi telah memperlakukan metode

ini baik daripada hasil survei.

2) Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi nilai dari ”green premium”

pada barang konsumen ramah lingkungan atau nilai dari resiko lingkungan

pada kesehatan manusia melalui pembedaan upah.

2.2.2.2 Kelemahan HPM

Adapun kelemahan dari metode HPM adalah sebagai berikut :

1) Harga yang tersedia harus valid.

2) Tidak mampu mendapatkan pilihan estimasi harga dengan terdapatnya

ketidakpastian.

3) Tidak bisa mengestimasi nilai pengukuran kesejahteraan yang didasarkan

pada surplus konsumen.

4) Adanya tingkat multikolinearitas yang tinggi dalam persamaan HPM.

5) Memiliki reabilitas yang rendah karena data yang dibutuhkan sangat besar

dan sulit diperoleh.

2.2.3 Travel Cost Method (TCM)

Menurut Yakin (1997), model yang mendasari metode ini yaitu dengan

asumsi bahwa orang lain akan melakukan perjalanan berulang-ulang ke tempat

tersebut sampai pada titik dimana nilai marginal dari perjalanan terakhir bernilai

sama dengan jumlah uang dan waktu yang dikeluarkan untuk mencapai lokasi

tersebut dan untuk mengestimasi besarnya nilai manfaat dari upaya perubahan

kualitas lingkungan dari tempat rekreasi yang dikunjungi.

Page 26: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

10

2.2.3.1 Kelebihan TCM

Adapun kelebihan dari metode TCM adalah sebagai berikut :

1) Hasil perhitungan manfaat berdasarkan tingkah laku pasar yang diteliti

2) Metode ini dapat mengestimasi besarnya surplus konsumen

2.2.3.2 Kelemahan TCM

Adapun Kelemahan dari metode TCM adalah sebagai berikut :

1) Biaya perjalanan yang dipakai harus valid sedangkan dalam kenyataannya

susah untuk mengestimasi dengan tepat.

2) Opportunity cost harus dimasukkan dalam perhitungan

3) Teori ekonomi gagal untuk menjelaskan hubungan jumlah kunjungan dengan

biaya perjalanan. Metode ini hanya berdasarkan pada ketegasan (fitting) garis

regresi pada satu set data yang dikumpulkan karena dibatasi pada nilai yang

memanfaatkan lokasi tersebut, sehingga jika pelestarian lingkungan pada

lokasi tersebut penting bagi non pengguna, maka manfaat yang diestimasi jauh

lebih kecil dari yang sebenarnya.

2.2.4 The Averting Behaviour Method (ABM)

Menurut Yakin (1997) metode ini menilai kualitas lingkungan berdasarkan

pada pengeluaran untuk mengurangi atau mengatasi efek negatif dari polusi.

Misalnya, dalam kasus keabnormalan yang disebabkan oleh polusi udara yang

mengharuskan seseorang berobat ke dokter. Biaya berobat ke dokter ini dianggap

sebagai nilai dari benefit untuk memperbaiki kualitas lingkungan.

Page 27: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

11

2.2.4.1 Kelebihan ABM

Kelebihan dari metode ABM adalah pengukuran manfaat yang dihasilkan

berdasarkan karakteristik pasar yang diselidiki.

2.2.4.2 Kelemahan ABM

Adapun kelemahan dari metode ABM adalah sebagai berikut :

1) Membutuhkan data yang memuaskan dan rumit.

2) Metode ini tergantung pada asumsi yang tidak bisa dijelaskan/dianalisis

dengan tepat yang berkaitan dengan spesifikasi fungsi utilitas oraang yang

diteliti.

2.2.3 Contingent Valuation Method (CVM)

Menurut Fauzi (2006), metode CVM ini sangat tergantung pada hipotesis

yang akan dibangun. Misalnya, seberapa besar biaya yang harus ditanggung,

bagaimana pembayarannya, dan sebagainya. Metode CVM ini secara teknis dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu teknis eksperimental melalui simulasi dan teknik

survei. Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif sumber daya

alam atau sering juga dikenal dengan nilai keberadaaan. Metode CVM pada

dasarnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar dari masyarakat

terhadap perbaikan lingkungan dan keinginan menerima kompensasi dari

kerusakan lingkungan. Untuk lebih lengkapnya mengenai metode CVM akan

dijelaskan pada bab berikutnya.

Tabel-1 berikut ini menunjukan perbandingan teknik CVM dengan teknik

penilaian ekonomi lingkungan lainnya.

Page 28: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

12

Tabel 1. Perbandingan antara Metode Valuasi Ekonomi terhadap Kebijaksanaan Lingkungan

Kriteria Validitas Reabilitas ComprehensiveKelengkapan

dan

KepraktisanThe Dose Response (DRM) Sedang Sangat Rendah Tinggi SedangHedonic Price Method (HPM) Sedang Sedang Rendah SedangTravel Cost Method (TCM) Sedang Sedang Rendah SedangAverting Behaviour Method (ABM) Sedang Sedang Rendah SedangContingent Valuation Method (CVM) Sedang Sangat Tinggi Sangat Tinggi Tinggi

Sumber : Hoevanagel dalam Yakin (1997)

Dilihat dari ruang lingkup penerapannya, CVM memiliki kemampuan

yang besar untuk mengestimasi manfaat lingkungan dari berbagai segi. CVM

pernah diterapkan pada berbagai kasus lingkungan seperti polusi udara, polusi air,

kecelakaan reaktor nuklir, pemburuan binatang, kepadatan konservasi dan

preservasi lahan, rekreasi, limbah beracun, populasi ikan, hujan asam, hutan,

lahan basah, spesies langka dan sebagainya. DRM baru diterapkan pada kasus

yang berkaitan dengan polusi. HPM telah diterapkan pada kasus-kasus seperti

kualitas air, kualitas udara, ketenangan, dan perburuan hewan liar. TCM

diterapkan khususnya pada kasus-kasus rekreasi dan kegiatan yang terkait. Akan

tetapi, berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu tiap metode

mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

2.3 Instrumen Ekonomi

2.3.1 Definisi Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan

lingkungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan

melalui mekanisme pasar. James (1997) diacu dalam Fauzi (2007) mendefinisikan

Page 29: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

13

instrumen ekonomi untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan sebagai

mekanisme administratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi

perilaku siapapun yang mendapatkan nilai dari sumber daya, memanfaatkannya,

atau menyebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan

aktivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan (2002) diacu dalam Fauzi

(2007) mengembangkan definisi instrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang

berorientasi kearah peningkatkan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dari

sumber daya alam dengan memodifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara

memberikan insentif kepada mereka untuk menginternalisasikan eksternalitas

yang mungkin timbul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain

untuk mempengaruhi keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau

dengan merubah atraksi dari aktivitas tertentu.

2.3.2 Fungsi Instrumen Ekonomi

Panayotou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada

empat hal utama menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan

lingkungan, yaitu :

1) Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar

melalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan

dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.

2) Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika

dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai

wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.

3) Instrumen ekonomi berfungsi untuk menganjurkan efisiensi dalam

penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak

Page 30: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

14

menimbulkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui isntrumen ekonomi

akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien.

4) Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue

generating).

2.3.3 Tipologi Instrumen Ekonomi

Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga

kategori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu :

1) Instrumen peningkatan revenue, seperti pajak, dan biaya perijinan yang dapat

meningkatkan biaya relatif dari teknologi intensif dan produk emisi. Instrumen

ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk meningkatkan

efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang lebih rendah,

serta memberikan penerimaan bagi pemerintah.

2) Instrumen Budget-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau

teknologi intensif energi dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan

bagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based,

yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi

membolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk

memenuhi komitmen standar ini. Instrumen budget-neutral ini dapat

dikhususkan pada teknologi (misalnya renewable portfolio standard atau

emisi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja

(misalnya domestic emission trading program).

3) Instrumen Ekspenditur, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan

biaya relatif dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan

atau intensitas energi, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang

Page 31: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

15

ada. Instrumen ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui

akselerasi depresiasi untuk tujuan pajak) atau biaya kompetitif jangka panjang

melalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi

teknologi baru. Dengan membiayai subsidi ini, pemerintah layaknya harus

meningkatkan pajak lainnya atau menurunkan ekspenditur.

Sedangkan Panayatou (1994) diacu dalam Fauzi (2007) lebih jauh

membagi tipologi instrumen ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan:

1) Hak kepemilikan (property right)

2) Penciptaan pasar (market creation)

3) Instrumen fiskal

4) Sistem pungutan (charge system), instrumen ekonomi

5) Instrumen finansial

6) Instrumen pertanggung jawaban (liability)

7) Performance dan bond system

Perspektif lainnya dari instrumen ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan

pada ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya

memberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri

responsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang

spesifik. Berkaitan dengan instrumen ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip umum

yang diaplikasikan dalam desain modelnya, yaitu :

1) Biaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didisain secara benar

ekspektasinya, dan terus menerus.

Page 32: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

16

2) Instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena

biasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk

hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama.

3) Instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk

berinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan

dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan

peralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang

mengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan kapital.

4) Instrumen diharapkan tidak membuat terjadinya transfer kesejahteraan

diantara pihak yang terlibat dan atau wilayah. Instrumen seperti inilah yang

mudah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue,

atau pengukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari

wilayah pemanfaat intensif bahan bakar fosil ke wilayah yang banyak

memanfaatkan sumber daya hidroelektrik.

Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrumen ekonomi,

bervariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu,

berbagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan

efektivitas detail disain berbagai instrumen ekonomi. Dalam penyusunan model

instrumen ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi biaya agregat

dengan tujuan lainnya seperti minimisasi distribusi dampak.

Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan

interaksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan

keluaran yang diharapkan. Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket

kebijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi

Page 33: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

17

mengikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat

instrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi.

2.4 Pembayaran Jasa Lingkungan

2.4.1 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan

Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya

berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible) yang

meliputi antara lain jasa wisata alam/rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi,

kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,

keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Provinsi Banten, 2006).

Jasa lingkungan yang ada saat ini suatu saat nanti akan mengalami

penurunan kualitas. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat mengatasi

penurunan kualitas lingkungan dalam penelitian ini adalah pembayaran jasa

lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang

menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara

memberikan nilai oleh penerima manfaat kepada penerima manfaat jasa

lingkungan (Wunder, 2005).

2.4.2 Fungsi Jasa Lingkungan

Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa

lingkungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu :

1) Jasa penyediaan (provising services), jasa penyediaan yang dimaksud disini

adalah penyediaan sumber daya alam berupa sumber bahan makanan, obat-

obatan alamiah, sumber daya genetik, kayu bakar, serat, air, mineral dan lain-

lain.

Page 34: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

18

2) Jasa pengaturan (regulating services), jasa pengaturan yang dimaksud disini

adalah jasa lingkungan memiliki fungsi menjaga kualitas udara, pengeturan

iklim, pengaturan air, pengontrol erosi, pengaturan untuk menjernihkan air,

pengaturan pengelolaan sampah, pengaturan untuk mengontrol penyakit,

pengaturan untuk mengurangi resiko yang menghambat perbaikan kualitas

lingkungan dan lain-lain.

3) Jasa kultural (cultural services), jasa cultural yang dimaksud disini adalah jasa

lingkungan sebagai identitas dan keragamana budaya, nilai-nilai religious dan

spiritual, pengetahuan, inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, rekreasi, dan

lain-lain.

4) Jasa pendukung (supporting services), jasa pendukung yang dimaksud disini

adalah jasa lingkungan sebagai produksi utama yang memproduksi oksigen.

Produk jasa lingkungan hutan atau kawasan konservasi umumnya dibagi

dalam 4 (empat) kategori berupa (Wunder, 2005) :

1) Penyerap dan penyimpangan karbon (carbon sequestration and storage)

2) Perlindungan keanekaragaman hayati (biodiversity protection)

3) Perlindungan daerah aliran sungai (watershed protection)

4) Keindahan bentang alam (landscape beauty)

Terkait dengan pemanfaatan air, hutan memberikan jasa lingkungan

manfaat berupa memperbaiki kualitas air dengan mengurangi sedimentasi dan

erosi, mengatur aliran dan supply air melalui kemampuan penyerapan, mengisi air

bawah tanah dan menyimpannya, mencegah dan mengurangi bencana akibat air

seperti banjir, menahan air hujan pada sistem pengakaran selama musim hujan

dan secara perlahan melepaskan air selama musim kemarau.

Page 35: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

19

2.4.3 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Mekanisme pembayaran lingkungan menurut World Bank (2003) diacu

dalam Wunder (2005) akan dijelaskan pada Gambar-1.

Gambar 1. Mekanisme Pembayaran Jasa LingkunganPenyedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan

suatu jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh

mekanisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri.

Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah sehingga

menghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya

yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar

dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk generasi

mendatang.

Page 36: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

20

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Contingent Valuation Method

3.1.1.1 Konsep Contingent Valuation Method

Contingent Valuation Method (CVM) adalah metode teknik survei untuk

menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau harga yang mereka berikan

terhadap komoditi yang tidak memiliki pasar seperti barang lingkungan (Yakin,

1997). CVM menggunakan pendekatan secara langsung yang pada dasarnya

menanyakan kepada masyarakat berapa besarnya Willingness to Pay (WTP) untuk

manfaat tambahan dan/atau berapa besarnya Willingness to Accept (WTA) sebagai

kompensasi dari kerusakan barang lingkungan. Dalam penelitian ini, pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan WTP.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran yang

mendekati dari barang-barang lingkungan jika pasar dari barang-barang tersebut

benar-benar ada. Oleh karena itu, pasar hipotetik (kuisioner dan responden) harus

sebisa mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus

mengenal dengan baik komoditas yang ditanyakan dalam kuisioner. Responden

juga harus mengenal alat hipotetik yang digunakan untuk pembayaran.

3.1.1.2 Kelebihan Contingent Valuation Method

Penggunaan CVM dalam memperkirakan nilai ekonomi suatu lingkungan

memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

1) Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal penting yaitu

seringkali menjadi satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat dan dapat

diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan.

Page 37: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

21

2) Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan

di sekitar masyarakat.

3) Dibandingkan dengan teknik penilaian lingkungan lainnya, CVM memiliki

kemampuan untuk mengestimasi nilai non-pengguna. Dengan CVM,

seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang

lingkungan bahkan jika tidak digunakan secara langsung.

4) Meskipun teknik dalam CVM membutuhkan analisis yang kompeten, namun

hasil dari penelitian menggunakan metode ini tidak sulit untuk dianalisis dan

dijabarkan.

3.1.1.3 Kelemahan Contingent Valuation Method

Teknik CVM memiliki kelemahan yaitu munculnya berbagai bias dalam

pengumpulan data. Bias dalam CVM menurut Hanley dan Spash (1993) terdiri

dari :

1) Bias Strategi (Strategic Bias)

Adanya responden yang memberikan suatu nilai WTP yang relatif kecil

karena alasan bahwa ada responden lain yang akan membayar upaya peningkatan

kualitas lingkungan dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan dapat terjadi.

Alternatif untuk mengurangi bias strategi ini adalah melalui penjelasan bahwa

semua orang akan membayar nilai tawaran rata-rata atau penekanan sifat hipotetis

dari perlakuan. Hal ini akan mendorong responden untuk memberikan nilai WTP

yang benar.

Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan Spash (1993)

menyarankan empat langkah untuk meminimalkan bias strategi yaitu :

a) Menghilangkan seluruh pencilan (outliner)

Page 38: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

22

b) Penekanan bahwa pembayaran oleh responden adalah dapat dijamin

c) Menyembunyikan nilai tawaran responden lain

d) Membuat perubahan lingkungan bergantung pada nilai tawaran

Sedangkan Hoehn dan Randall (1987) diacu dalam Hanley dan Spash

(1993) menyarankan bahwa bias strategi dapat dihilangkan dengan menggunakan

format referendum terhadap nilai WTP yang terlalu tinggi.

2) Bias Rancangan (Design Bias)

Rancangan studi CVM mencakup cara informasi yang disajikan, instruksi

yang diberikan, format pertanyaan, dan jumlah serta tipe informasi yang disajikan

kepada responden. Beberapa hal dalam rencangan survei yang dapat

mempengaruhi responden adalah :

a) Pemilihan jenis tawaran (bid vehicle). Jenis tawaran yang diberikan dapat

mempengaruhi nilai-nilai rata-rata tawaran.

b) Bias titik awal (starting point bias). Pada metode bidding game, titik awal

yang diberikan kepada responden dapat mempengaruhi nilai tawaran (bid)

yang ditawarkan. Hal ini dapat dikarenakan responden yang ditanyai merasa

kurang sabar (ingin cepat selesai) atau karena titik awal yang mengemukakan

besarnya nilai tawaran adalah tepat dengan selera responden (disukai

responden karena responden tidak memiliki pengalaman tentang nilai

perdagangan benda lingkungan yang dipermasalahkan).

c) Sifat informasi yang ditawarkan (nature of information provided). Dalam

sebuah pasar hipotesis, responden mengkombinasikan informasi benda

lingkungan yang diberikan kepadanya dan bagaimana pasar akan bekerja.

Page 39: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

23

Tanggapan responden dapat dipengaruhi oleh pasar hipotesis maupun

komoditas spesifik yang diinformasikan pada saat survei.

3) Bias yang Berhubungan dengan Kondisi Kejiwaan Responden (Mental

Account Bias)

Bias ini terkait dengan langkah proses pembuatan keputusan seorang

individu dalam memutuskan seberapa besar pendapatan, kekayaan, dan waktunya

yang dapat dihabiskan untuk benda lingkungan tertentu dalam periode waktu

tertentu.

4) Kesalahan Pasar Hipotetik (Hypotetical Market Error)

Kesalahan pasar hipotetik terjadi jika fakta yang ditanyakan kepada

responden di dalam pasar hipotetik membuat tanggapan responden berbeda

dengan konsep yang diinginkan peneliti sehingga nilai WTP yang dihasilkan

menjadi berbeda dengan nilai yang sesungguhnya. Hal ini dikarenakan studi CVM

tidak berhadapan dengan perdagangan aktual, melainkan suatu perdagangan atau

pasar yang murni hipotetik yang didapatkan dari pertemuan antara kondisi

psikologi dan sosiologi prilaku. Terjadinya bias pasar hipotetik bergantung pada :

a) Bagaimana pertanyaan disampaikan ketika melaksanakan survei.

b) Seberapa realitistik responden merasakan pasar hipotetik akan terjadi.

c) Bagaimana format WTP yang digunakan.

Solusi untuk menghilangkan bias ini salah satunya yaitu desain dari alat

survei sedemikian rupa sehingga maksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji

dan melakukan pengulangan kembali untuk kekonsistenan dari responden.

Page 40: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

24

3.1.1.4 Tahapan Studi Contingent Valuation Method

Menurut Hanley dan Spash (1993), beberapa tahap dalam penerapan

analisis CVM, yaitu :

1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Tahap awal dalam menjalankan CVM adalah membuat pasar hipotetik dan

pertanyaan mengenai nilai barang/jasa lingkungan. Pasar hipotetik tersebut

membangun suatu alasan mengapa masyarakat seharusnya membayar terhadap

suatu barang/jasa lingkungan dimana tidak terdapat nilai dalam mata uang

berapa harga barang/jasa lingkungan tersebut. Dalam pasar hipotetik harus

menggambarkan bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan.

Skenario kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam kuisioner sehingga

responden dapat memahami barang lingkungan yang dipertanyakan serta

keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Selain itu, di dalam kuisioner

juga perlu dijelaskan perubahan yang akan terjadi jika terdapat keinginan

masyrakat membayar.

2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Setelah kuisioner selesai di buat, maka dilakukan kegiatan pengambilan

sampel. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan tatap muka,

dengan perantara telepon, atau surat. Wawancara dengan telepon telah

menjadi pilihan terakhir mengingat pengumpulan informasi mengenai suatu

barang lewat telepon tergolong cukup sulit, terkait dengan keterbatasan waktu.

Wawancara dengan surat cukup sering dilakukan tetapi sering mengalami bias

dalam bentuk tidak mendapat tanggapan (non-response bias) atau tingkat

tanggapan yang rendah (low-response rates). Wawancara menggunakan

petugas yang terlatih memungkinkan cakupan untuk pertanyaan dan jawaban

Page 41: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

25

secara lebih rinci tetapi tidak menutup kemungkinan bias yang dilakukan oleh

petugas tersebut.

3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Avarage WTP)

Setelah data mengenai nilai WTP terkumpul, tahap selanjutnya adalah

nilai tengah (median) dan nilai rata-rata (mean) dari WTP tersebut. Nilai

tengah digunakan apabila terjadi rentang nilai penawaran yang terlalu jauh,

misalnya dari 25 responden, 24 responden, memiliki nilai penawaran sebesar

Rp. 10.000 tetapi ada satu responden yang memiliki nilai penawaran sebesar

Rp. 1.000.000. Jika penghitungan nilai penawaran menggunakan rata-rata,

maka akan diperoleh nilai yang lebih tinggi dari yang sebenarnya, oleh karena

itu digunakan nilai tengah karena nilai tengah tidak dipengaruhi oleh rentang

penawaran yang cukup besar. Nilai tengah penawaran selalu lebih kecil

daripada nilai rata-rata penawaran.

4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Sebuah kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP

sebagai variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut

sebagai variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk

memperkirakan perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel

independen yang berhubungan dengan mutu lingkungan.

Variabel bebas yang mempengaruhi nilai WTP contohnya antara lain

tingkat pendapatan (Y), tingkat pendidikan (E), tingkat pengetahuan (K),

tingkat umur (A), dan beberapa variabel yang mengukur kualitas lingkungan

(Q). Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat berkorelasi

linier dengan bentuk persamaan umum sebagai berikut :

Page 42: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

26

WTPi = f(Yi, Ei, Ki, Ai, Qi) ............................................................................. (1)

dimana i adalah responden ke-i.

5) Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan data merupakan proses dimana rata-rata penawaran

dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Bentuk ini sebaiknya

termasuk seluruh komponen dari nilai relevan yang ditemukan seperti nilai

keberadaan dan nilai penggunaan. Keputusan dalam penjumlahan data

ditentukan oleh :

a) Pilihan terhadap populasi yang relevan. Tujuannya untuk mengidentifikasi

semua pihak yang utilitasnya dipengaruhi secara signifikan oleh kebijakan

yang baru dan semua pihak yang memiliki batas politik yang relevan, dimana

dipengaruhi oleh kebijakan baru tersebut.

b) Berdasarkan rata-rata contoh ke rata-rata populasi. Nilai rata-rata contoh dapat

digandakan oleh jumlah rumah tangga dalam populasi N, meskipun akan

timbul kebiasaan, sebagai contoh adanya tingkat pendapatan tertinggi dan

terendah. Jika variabel ini telah dimasukkan ke dalam kurva penawaran,

estimasi rata-rata populasi μ, dapat diturunkan dengan memasukkan nilai

populasi yang relevan ke dalam kurva penawaran. Nilai ini dapat digandakan

dengan N.

c) Pilihan dari pengumpulan periode waktu yang menghasilkan manfaat. Ini

tergantung pada pola CVM yang akan dipakai. Setiap kasus dari manfaat dan

biaya dari waktu cukup panjang, masyarakat dikonfrontasi dengan keperluan

penggunaan preferensi saat ini untuk mengukur tingkat preferensi di masa

depan, sebagaimana adanya implikasi discounting.

Page 43: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

27

6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Tahap ini menilai sejauh mana penerapan CVM telah berhasil dilakukan.

Penilaian tersebut dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan

seperti apakah responden benar-benar mengerti mengenai pasar hipotetik,

berapa banyak kepemilikan responden terhadap barang/jasa lingkungan yang

terdapat dalam pasar hipotetik, seberapa baik pasar hipotetik yang dibuat dapat

mencakup semua aspek barang/jasa lingkungan, dan lain-lain pertanyaan

sejenis.

3.1.1.5 Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi

pengoperasian CVM, yaitu :

1) Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kredibilitas dan realitas.

2) Alat pembayaran yang digunakan dan/atau ukuran kesejahteraan (WTP)

sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan-aturan yang terkait di masyarakat.

3) Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik

yang dimaksud dalam kuisiner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka.

4) Jika memungkinkan, ukuran WTP sebaiknya dicari, karena responden sering

kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin mereka berikan.

5) Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah

perolehan selang kepercayaan dan reabilitas.

6) Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi uuntuk

memperkecil strategi bias secara khusus.

7) Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi.

Page 44: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

28

8) Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karakteristik yang

sama dengan populasi dan penyesuaian diperlukan.

9) Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju

dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted

direkomendasikan oleh Mitchell dan Carson (1989) diacu dalam Hanley dan

Spash (1993).

3.1.2 Analisis Regresi Logit

Analisis regresi logit merupakan bagian dari analisis regresi. Analisis ini

mengkaji hubungan pengaruh-pengaruh peubah penjelas (χ) terhadap peubah

respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu. Namun jika peubah

respon dari analisis regresinya berupa kategorik, maka analisis regresi yang

digunakan adalah analisis regresi logit (Hosmer dan Lemeshow, 1989). Peubah

kategori bisa merupakan suatu pilihan ya/tidak atau suka/tidak. Sedangkan peubah

penjelas pada analisis regresi logit ini dapat berupa peubah kategori maupun

numerik, untuk menduga besarnya peluang kejadian tertentu dari kategori peubah

respon.

Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi logit biner, dimana peubah

responnya hanya memiliki dua peluang kejadian yaitu apakah responden bersedia

membayar atau tidak bersedia membayar. Dalam analisisnya pemodelan peluang

kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi

logit. Formula dari transformasi logit tersebut adalah :

Logit (pi) = logePi

Pi

1 ........................................................................................ (2)

dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon

untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori

Page 45: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

29

sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi perhatian dalam

penelitian. Gambar-2 berikut ini mengilustrasikan proses transformasi logit

tersebut.

Dengan demikian model yang digunakan dalam analisis regresi logit biner

adalah sebagai berikut :

Logit (pi) = β0 + β1*X .......................................................................................... (3)

dengan logit (pi) adalah nilai transformasi logit untuk peluang kejadian sukses, β0

adalah intersep model garis regresi, β1 adalah slope model garis regresi dan X

adalah peubah penjelas.

Didalam kajian hubungan antar peubah kategorik dikenal adanya ukuran

asosiasi, atau ukuran keeratan hubungan antar peubah kategori. Salah satu

keuntungan penggunaan analisis regresi logit adalah bahwa ukuran asosiasi ini

seringkali merupakan fungsi dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu

ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis regresi logit adalah odd

ratio.

Odd sendiri dapat diartikan sebagi ratio peluang kejadian tidak sukses dari

peubah respon. Adapun ratio odd mengindikasikan seberapa lebih mungkin,

g(χ)π(χ)

predictor (χ)predictor (χ)

Logit Transformasi

Gambar 2. Transformasi Logit

Page 46: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

30

dalam kaitannya dengan nilai odd, munculnya kejadian sukses pada suatu

kelompok dibandingkan dengan kelompok lainnya.

3.1.3 Analisis Regresi Berganda

Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa

peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas

X1, X2, ... , Xk dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya merupakan

pengembangan model regresi sederhana dengan satu peubah bebas sehingga

asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak-bebas Y juga sama.

Persamaan model regresi liner berganda secara umum adalah sebagai berikut :

Yi = β1X1i + β2X2i + β3X3i + ... + βkXki + εi ......................................................... (4)

Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data

populasi atau sampai n untuk data contoh (sample). Xki merupakan pengamatan

ke-i untuk peubah bebas Xk . Koefisien β1 dapat merupakan intersep model regresi

berganda.

Untuk mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat

terkecil (Ordinary Least Square atau OLS). Metode OLS dilakukan dengan

pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan

pengganggu (Residual Sum of Square atau RRS) yaitu Σei2 = minimum (terkecil).

Pemilihan model ini didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai

sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum

digunakan. Asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode

OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2004) :

1) Nilai yang diharapkan bersyarat (Conditional Expected Value) dari εi

tergantung pada Xi tertentu adalah nol.

Page 47: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

31

2) Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya

dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya

tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.

3) Varians bersyarat dari € adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama

asumsi homoskedastisitas.

4) Variabel bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang

jika stokastik maka didistribusikan secara independent dari gangguan €.

5) Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya.

6) € didistibusikan secara normal dengan rata-rata dan varians yang diberikan

oleh asumsi 1 dan 2.

Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka

suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan

metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (best

linier unbiased estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model

regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran

pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan

dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius

sedangkan asumsi 1,4, dan 6 tidak.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki

debit air terbesar yaitu 300 liter/detik yang merupakan suatu jasa lingkungan yang

cukup besar untuk dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar antara lain sebagai

pemasok kebutuhan air bersih, pemasok kebutuhan air untuk pertanian, pemasok

pendapatan pemerintah daerah sebagai potensi daerah wisata, dan lain-lain.

Pemanfaatan secara besar-besaran oleh penerima manfaat jasa lingkungan akan

Page 48: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

32

menyebabkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab menurun. Penerima manfaat

jasa lingkungan mata air Cirahab adalah masyarakat dan dua perusahaan air

minum dalam kemasan (AMDK) yaitu PT. Tirta Jaya Anugerah Mandiri dan PT.

Lima Heksa Perkasa. Masyarakat dan perusahaan tersebut memanfaatkan jasa

lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab secara terus-menerus sehingga

dikhawatirkan akan menurunkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.

Oleh karena itu diperlukan suatu upaya konservasi untuk mempertahankan

kualitas mata air Cirahab agar tetap menghasilkan jasa lingkungan yang

berkelanjutan. Salah satu upaya konservasi adalah dengan menerapkan instrumen

ekonomi yaitu PJL. Nilai WTP terhadap PJL ini akan dimanfaatkan oleh penyedia

jasa lingkungan untuk mempertahankan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh

mata air Cirahab sehingga upaya konservasi mata air Cirahab diperlukan

sinergitas antara penerima manfaat dan penyedia jasa lingkungan selanjutnya.

3.3 Hipotesis Operasional

Secara umum diduga bahwa dengan diterapkannya pembayaran jasa

lingkungan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.

Pembayaran jasa lingkungan yang dibayarkan oleh masyarakat Desa Curug

Goong akan digunakan untuk pembelian bibit di lokasi penyedia yang akan

ditetapkan selanjutnya.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1) Penerima manfaat mata air Cirahab adalah rumah tangga yang memanfaatkan

jasa lingkungan mata air sebagai pemasok kebutuhan air rumah tangganya.

2) Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kesediaan responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan oleh masyarakat yaitu penilaian

Page 49: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

33

kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke

sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan.

3) Variabel-variabel yang akan memiliki koefisien bernilai positif yang artinya

akan meningkatkan besarnya nilai WTP oleh masyarakat yaitu penilaian

terhadap kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah

ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan.

4) Nilai pembayaran jasa lingkungan tersebut akan dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas dan kuantitas mata air Cirahab agar dapat memberikan

manfaat yang berkelanjutan bagi pengguna langsungnya.

Page 50: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

34

Keterangan : Di luar Lingkup Penelitian

Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Berfikir

Mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanauyang memiliki debit air

terbesar yaitu 300 liter/ detik

Fungsi Jasa Lingkungan mata air Cirahab adalah sebagai jasa penyedia air

Dimanfaatkan oleh pemanfaat langsung

Diperlukan suatu instrumen ekonomi berupa pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya

pelestarian kualitas dan kuantitas mata air Cirahab

WTP responden terhadap

pembayaran jasa lingkungan

Contingent Valuation Method

Pembayaran jasa lingkungan

Industri Masyarakat (Rumah Tangga)

Menjaga kualitas dan kuantitas mata air Cirahab

Mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi kesediaan/ketidakse

diaan responden untuk melakukan pembayaran jasa

lingkungan

Analisis Regresi Logit

Mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi WTP responden

terhadap pembayaran jasa

lingkungan

Analisis Regresi

Berganda

Penilaian ekonomi fungsi hidrologis mata air Cirahab

Page 51: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pedesaan sekitar DAS Cidanau yaitu Desa

Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Pemilihan lokasi

tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena lokasi tersebut letak dimana

mata air Cirahab yang memiliki debit air terbesar di DAS Cidanau berada.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pertengahan bulan Maret

sampai dengan pertengahan bulan Mei 2009.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Sedangkan data

sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi

pemerintahan di lokasi penelitian dan instansi-instansi yang terkait dengan

pengelolaan upaya konservasi mata air Cirahab. Berikut akan ditampilkan matriks

metode prosedur dalam penelitian.

Tabel 2. Metode Prosedur Penelitian

No TujuanMetode

Pengambilan Metode AnalisisSampel

1Faktor-faktor yang mempengaruhi

ConvinienceAnalisis Regresi Logit

kesediaan atau ketidaksediaan

responden terhadap PJL

2 Nilai WTP responden terhadap PJL Convinience Analisis CVM

3Faktor-faktor yang mempengaruhi

ConvinienceAnalisis Regresi Berganda

nilai WTP responden terhadap PJL

Page 52: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

36

4.3 Penentuan Jumlah Responden

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

convenience sampling yaitu pengambilan responden yang mudah ditemui dan

mempunyai kemampuan sebagai responden (Nazir, 1988) dengan pertimbangan

secara sengaja rumah tangga mana yang menggunakan jasa lingkungan mata air

Cirahab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Responden diambil

sebanyak 83 KK dari 828 KK yang berada di Desa Curug Goong.

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan

dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan

program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 15.0.

4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan

Untuk menentukan tingkat penerimaan responden terhadap pembayaran

jasa lingkungan sebagai upaya konservasi dikumpulkan berupa data binner. Data

binner merupakan bentuk data yang menggambarkan pilihan “Ya atau Tidak”.

Dengan kondisi seperti ini, jenis penggunaan regresi yang sesuai untuk pemodelan

adalah regresi logit (Ramanathan, 1997). Hal yang membedakan model regresi

logit dengan regresi biasa adalah peubah terikat dalam model bersifat dikotomi

(Hosmer dan Lameshow, 1989). Bentuk fungsi ini model logit adalah :

Li = 0 + 1KAi + 2JPAi + 3JKAi + 4JRSAi + 5TPi + β6RPDT + i …… (6)

dimana :

Li = Peluang responden bersedia (benilai 1 untuk “bersedia” dan bernilai 0

untuk “tidak bersedia”)

0 = Intersep

Page 53: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

37

β1,…β7 = Koefisien dari regresi

KA = Penilaian terhadap kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2

jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5

jika “sangat kotor”)

Tabel 3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air

Sangat Jernih Jernih Biasa KotorSangat Jenih 1 0 0 0Jernih 0 1 0 0Biasa 0 0 1 0Kotor 0 0 0 0

JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang)

JKA = Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga (liter/hari)

JRSA = Jarak rumah ke mata air (meter)

TP = Tingkat pendidikan responden (tahun)

RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

i = Responden ke-i (i = 1, 2,…., n)

= Galat

β1,…β7 > 0

Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian

kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber

air, tingkat pendidikan responden, dan rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian

kualitas air adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka akan

mempengaruhi peluang kesediaan responden dalam membayar pembayar jasa

lingkungan. Interpretasi jumlah pengguna air dalam rumah tangga adalah semakin

banyak pengguna maka diduga akan mempengaruhi peluang responden dalam

kesediaannya membayar pembayaran jasa lingkungan.

Page 54: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

38

Interpretasi jumlah kebutuhan air adalah jika jumlah kebutuhan air untuk

rumah tangga semakin besar maka mempengaruhi peluang kesediaan responden

untuk membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi.

Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat rumah responden

dengan sumber air maka akan mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan. Interpretasi tingkat pendidikan

responden adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan

mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk membayar pembayaran jasa

lingkungan. Interpretasi rata-rata pendapatan adalah semakin tinggi tingkat

pendapatan responden maka akan mempengaruhi responden untuk melakukan

pembayaaran jasa lingkungan.

4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan

Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP dengan

menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley dan Spash, 1993) :

1) Membuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market)

Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan mata

air Cirahab sebagai pemasok kebutuhan rumah tangga masyarakat Desa Curug

Goong. Selain itu, tidak adanya anggaran dari pemerintah daerah untuk

pengelolaan mata air Cirahab turut memperparah kualitas dan kuantitas mata air

Cirahab yang semakin menurun. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan

salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk

upaya konservasi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam

skenario sebagai berikut :

Page 55: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

39

Pasar Hipotetik :

“Jika masyarakat Desa Curug Goong yang selama ini kehidupannya bergantung

pada kualitas dan kuantitas dari mata air Cirahab menginginkan ada suatu upaya

konservasi yaitu pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas dan kuantitas

mata air tetap terjaga. Suatu saat nanti kualitas dan kuantitas mata air Cirahab

akan menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pertumbuhan

penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan

pasokan air akan semakin meningkat, tinggi-rendahnya curah hujan akan

mempengaruhi jumlah ketersediaan air, kegiatan manusia yang turut mengganggu

kualitas dan kuantitas air seperti halnya juga lama atau pendeknya musim

kemarau. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada kualitas dan

kuantitas mata air Cirahab yang merupakan pemasok kebutuhan air rumah tangga

desa Curug Goong”

Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi

hipotetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya

konservasi untuk pelestarian mata air Cirahab. Nilai pembayaran jasa lingkungan

yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per

KK per liter. Setiap responden diajukan pertanyaan apakah mereka setuju atau

menolak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi yang

akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa kuisioner yang

memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar

pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan

bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan.

Page 56: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

40

2) Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids)

Jika alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara

langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dichotomous choice yaitu

menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah

responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh

perbaikan kualitas lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan. Metode ini

lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian

dibanding dengan metode lain. Metode ini memudahkan pengklasifikasian

responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan

dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan

lingkungan.

3) Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WTP)

WTPi dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan

keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP

dibagi dengan rumus :

n

i

WiPfiEWTP1

……………………………………………………………… (7)

dimana :

EWTP = Dugaan rataan WTP

Wi = Nilai WTP ke-i

Pfi = Frekuensi Relatif

n = Jumlah responden

i = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan

Page 57: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

41

4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Pendugaan kurva akan dilakukan dengan mengunakan persamaan sebagai

berikut :

WTP = f (KA, JPA, JKA, JRSA, TP, RPDT) …………………………………. (8)

dimana :

WTP = Nilai WTP responden (Rp/liter)

KA = Penilaian terhadap kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2

jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5

jika “sangat kotor”)

JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang)

JKA = Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga (liter/hari)

JRSA = Jarak rumah ke mata air (meter)

TP = Tingkat pendidikan responden (tahun)

RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

5) Menjumlahkan Data (Agregating Data)

Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran

dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai

tengah WTP maka dapat di duga nilai WTP dari rumah tangga dengan

menggunakan rumus :

PN

niWTPiTWTP

n

i

1

……………………………………………………….. (9)

dimana :

TWTP = Total WTP

WTPi = WTP individu sampel ke-i

ni = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP

Page 58: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

42

N = Jumlah sampel

P = Jumlah populasi

i = Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan

6) Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise)

Hal ini merupakan penilaian sejauhmana penggunaan CVM telah berhasil.

Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam

pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran

sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti

mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam

menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang

digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa

baik permasalahan yang terjadi di asosiasikan dengan CVM.

Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat tingkat keandalan

(reability) fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang

melihat nilai R2 dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP.

4.4.3 Analisis Fungsi WTP

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi

linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

WTP = 0 + 1KAi + 2JPAi + 3JKAi + 4JRSAi + 5TPi + β6RPDT + i .. (10)

dimana :

WTPi = Nilai WTP Responden (Rp/liter)

0 = Intersep

Page 59: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

43

1,…,5 = Koefisien regresi

KA = Penilaian kualitas air (bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2

jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”)

JPA = Jumlah pengguna air (orang)

JKA = Jumlah kebutuhan air (liter/hari/KK)

JRSA = Jarak rumah ke mata air (m)

TP = Tingkat pendidikan (tahun)

RPDPT = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)

i = Responden ke-i (i = 1, 2,…., n)

= Galat

Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori dan observasi

langsung di lokasi penelitian. Besarnya nilai WTP penerima manfaat dipengaruhi

oleh faktor-faktor sebagai berikut : penilaian kualitas air, jumlah pengguna air,

jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata

pendapatan.

Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian

kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber

air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian kualitas air

adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka diduga akan

mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi.

Interpretasi jumlah pengguna air adalah semakin banyak jumlah pengguna

air dalam satu rumah maka diduga akan mempengaruhi responden dalam

memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi jumlah kebutuhan air

adalah semakin banyak jumlah kebutuhan air yang dimanfaatkan oleh responden

Page 60: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

44

maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan

yang lebih tinggi.

Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat jarak rumah

ke sumber air maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan

nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi tingkat pendidikan adalah semakin

tinggi tingkat pendidikan responden maka diduga akan mempengaruhi responden

dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi rata-rata

pendapatan adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan responden maka diduga

akan mempengaruhi nilai kesediaan yang lebih tinggi.

4.5 Pengujian Parameter

Pengujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa kebaikan suatu

model yang telah dibuat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

4.5.1 Uji G

The log-likelihood biasa dikenal sebagai -2LL (two times the log

likelihood) dimana nilai tersebut dapat memperkirakan distribusi chi-square (λ2)

dan memungkinkan penentuan level signifikansi. Statistik uji G adalah uji rasio

kemungkinan maksimum (likelihood ratio test) yang digunakan untuk menguji

peranan variabel bebas secara serentak (Hosmer. D. W dan S. Lemeshow, 1989).

Rumus umum untuk uji G adalah :

li

loG ln2 ……………………………………………………………….... (11)

dimana :

l0 = nilai likehood tanpa variabel penjelas

l1 = nilai likehood model penuh

Page 61: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

45

Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden rumah tangga Desa

Curug Goong adalah sebagai berikut :

H0 : β1 = β2 =…= 0

H1 : minimal ada satu βi tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,…, n

Statistik G akan mengikuti sebaran λ2 dengan derajat bebas α. Kriteria

keputusan yang diambil adalah jika G > λ2 p (α), maka hipotesis nol (H0) ditolak.

Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan

peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi

(Hosmer dan Lemeshow, 1989).

4.5.2 Uji Wald

Uji wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut

yang variabel bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang

semua variabelnya bernilai nol.

)( iSE

iW

...……………………………………………………………… (12)

H0 : β0 = 0

Hi : βi ≠ 0

dimana :

βi = Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga (koefisien X)

SE (βi) = Galat dari kesalahan dari βi

Uji wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H0

jika | W | > Zα/2 (Hosmer dan Lemeshow, 1989).

Page 62: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

46

4.5.3 Uji Odds Ratio

Odds ratio merupakan kemunculan dari peubah respon (Y = 1) sebesar exp

(β) kali jika taraf yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan

taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf

atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata

lain, odds ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang.

4.5.4 Uji Keandalan

Uji ini dilakukan dalam pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan

CVM dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) dari OLS (Ordinary

Least Square) WTP. Nilai R2 lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliable.

Sedangkan nilai R2 yang tinggi dapat menunjukan tingkat realibilitas penggunaan

CVM.

4.5.5 Uji Statistik t

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing

variabelnya (Xi) mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat (Yi) sebagai

variabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1997) adalah sebagai

berikut :

H0 : βi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

bebasnya (Yi)

H1 : βi ≠ 0 atau variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak

bebasnya (Yi)

t hit(n-k) = is

i

0

………………………………………………………………. (13)

Jika thit (n-k) > tabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh

nyata terhadap (Yi)

Page 63: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

47

Jika thit (n-k) < tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata

terhadap (Yi).

4.4.6 Uji Statistik F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi) secara

bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) Prosedur pengujiannya

(Ramanathan, 1997) antara lain :

H0 = β1 = β2 = … = βk = 0

Variabel bebas (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

tidak bebasnya (Yi)

H0 = β1 = β2 = … = βk ≠ 0

Variabel bebas (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak

bebasnya (Yi)

F hit =)1(/

)1/(

nkJKG

kJKK

………………………………………………………….. (14)

dimana :

JKK = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom

JKG = Jumlah kuadrat galat

n = Jumlah sampel

k = Jumlah peubah

Jika Fhit < Ftabel, maka H0 diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak

berpengaruh nyata terhadap (Yi)

Jika Fhit > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya variabel (Xi) secara serentak

berpengaruh nyata terhadap (Yi).

Page 64: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

48

4.5.7 Uji Multikolinear (multicollinearity)

Dalam model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi

masalah multicollinearity, yaitu terjadi kolerasi yang kuat antar variabel-variabel

bebasnya. Untuk mendeteksi adanya multicollinearty dalam sebuah model dapat

dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi (R2) dengan

koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r2). Untuk hal ini dapat

dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya.

Multicollinearity dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila

koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai

koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara

simultan. Namun multicollinearity dianggap sebagai masalah serius jika koefisien

determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai

koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara

simultan, atau secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut :

r2 λi, λj > R2 λi, …, λj ………………………………………………………….. (15)

Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana

apabila VIF < 10 maka tidak ada masalah multicollinearity.

4.5.8 Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah

homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran

atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi

adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti

yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt diacu dalam Ramanathan (1997).

Langkah-langkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white

heteroskedastisitas sebagai berikut :

Page 65: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

49

H0 : tidak ada heteroskedastisitas

H1 : ada masalah heteroskedastisitas

Tolak H0 jika obs* R2 > λ2df-2 atau probability obs* R2 < α

Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot

grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual

menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam

model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.

4.5.9 Uji Kenormalan

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data

atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga

statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Jarque Bera

dengan prosedur sebagai berikut :

H0 = error term terdistribusi normal

H1 = error term tidak terdistribusi normal

Terima H0 jika statistic J-B < λ2df-2 atau jika diperoleh nilai probabilitas lebih

besar dari α.

4.6 Batasan Operasional

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Wilayah penelitian adalah Desa Curug Goong yaitu tempat dimana mata air

Cirahab berada.

2) Objek penelitian adalah mata air Cirahab yang merupakan pemasok air bagi

kebutuhan rumah tangga masyarakat desa Curug Goong.

3) Responden adalah kepala keluarga dalam rumah tangga yang menerima

manfaat mata air Cirahab dengan usia 17 tahun ke atas dan sudah bekerja.

Page 66: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

50

4) WTP merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk

memperoleh suatu peningkatan kualitas jasa lingkungan menjadi lebih baik

dari keadaan sebelumnya.

5) CVM digunakan untuk menampung preferensi responden pada kondisi

tertentu guna mengetahui keinginan untuk membayar.

6) Tingkat pendapatan responden merupakan pendapatan total rumah tangga

yang diperoleh responden setiap bulannya.

Page 67: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

V. KEADAAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak kurang lebih 25 km di sebelah tenggara dari

pusat pemerintahan Kota Serang. Daerah wilayah penelitian ini difokuskan pada

Desa Curug Goong dimana secara administratif Desa Curug Goong termasuk di

wilayah Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Wilayah ini terletak

di sekitar 1060 00’ 00” – 1060 03’ 00” BT dan 60 10’ 30” – 60 15” 00” BB. Desa

Curug Goong merupakan wilayah yang berada di daerah aliran sungai Cidanau

dan berdekatan dengan Cagar Alam Rawa Danau, dengan batas sebagai berikut:

1) Sebelah Utara : Cagar Alam Rawa Danau, Desa Cipayung

2) Sebelah Selatan : Gunung Karang, Desa Lebak

3) Sebelah Timur : Gunung Kemuning, Desa Batu Kuwung

4) Sebelah Barat : Wilayah Anyer, Desa Cisaat

Kondisi lahan sebagian berupa lahan darat, lahan sawah dan lahan rawa,

dan sebagian besar berupa kebun dan tanaman keras terutama di daerah sekitar

mata air. Menurut data yang diperoleh dari Kepala Desa Curug Goong (2008),

luas wilayah Desa Curug Goong adalah 333,57 Ha yang terdiri dari lahan

persawahan seluas ± 150,24 Ha, pemukiman penduduk seluas ± 86,13 Ha,

perkebunan seluas ± 48,70 Ha, dan hutan seluas ± 48,5 Ha.

Desa Curug Goong terdiri atas 11 kampung, 16 RT, dan 6 RW dengan

jumlah penduduk 3.504 jiwa yang terdiri atas 828 kepala keluarga. Sebaran

wilayah Desa Curug Goong dapat dilihat pada Tabel-4.

Page 68: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

52

Tabel 4. Sebaran wilayah Desa Curug Goong Tahun 2008

No Nama Kampung RT RW Total1 Cilehem 1 1 552 Sukaraja 2 1 1173 Sukaraja 3 1 564 Sukamanah 4 1 645 Cibetus 5 2 656 Cigadel 6 2 447 Kebon Cau 7 2 408 Curug Goong Beji 8 3 439 Curug Goong Beji 9 3 7510 Curug Permai 10 4 4811 Curug Permai 11 4 5212 Curug Masjid 12 5 2713 Curug Masjid 13 5 5114 Kampung Jati 14 5 3415 Eksodan 15 6 2916 Eksodan 16 6 28

Sumber : Kecamatan Padarincang (2008)

Sumber penghasilan masyarakat Desa Curug Goong adalah di sektor

pertanian karena 70 persen dari total penduduk Desa menjadi petani buruh. Luas

lahan pertanian rata – rata dibawah 1 Ha dan luas lahan sebagian penduduk rata –

rata antara 0,20 – 0,50 Ha. Selain itu masyarakat Desa Curug Goong juga banyak

yang menjadi buruh pabrik karena di lokasi penelitian terdapat dua perusahaan

AMDK yaitu PT. Tirta Jaya Anugrah Mandiri dan PT. Lima Heksa Perkasa yang

sebagian besar karyawannya merupakan masyarakat Desa Curug Goong (Hasil

wawancara dengan Kepala Desa Curug Goong, 2009).

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Curug Goong sangat berhubungan

dengan angkatan kerja, dalam hal ini tingkat keahliannya akan berpengaruh

terhadap produktifitas mereka. Berdasarkan tamatan pendidikan jumlah penduduk

yang berusia diatas usia produktif yang telah menyelesaikan pendidikannya yaitu

sebesar 72 persen dengan tingkat pendidikan sebesar 71 persen menyelesaikan

Page 69: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

53

sekolah dan 1 persen tidak tamat tingkat sekolah dasar, adapun jumlah penduduk

yang tidak sekolah sebesar 12,91 persen (Hasil wawancara dengan pihak

Kecamatan Padarincang, 2009).

Fasilitas sosial dan umum yang terdapat di wilayah tersebut adalah masjid

sebanyak 7 buah, mushola sebanyak 4 buah, sarana pendidikan taman kanak-

kanak 1 buah, sarana pendidikan sekolah dasar sebanyak 2 buah, sarana

pendidikan madrasah sebanyak 3 buah, sarana pendidikan pesanteren 5 buah,

sarana kelembagaan desa, sarana kesehatan, dan MCK umum.

5.2 Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan di Desa Curug Goong cukup memprihatinkan karena

sebagian besar masyarakat Desa Curug Goong memanfaatkan air dari mata

Cirahab untuk kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Hal ini sangat kontras,

bagaimana suatu wilayah dimana terdapat sumber air tetapi masyarakat di sekitar

mata air tersebut masih saja mengalami masalah kesulitan air. Kondisi mata air

Cirahab di lokasi penelitian ini juga dijadikan tempat pemandian umum setiap hari

sabtu dan minggu. Oleh karena itu, mata air Cirahab perlu dikembangkan karena

berpotensi sebagai daerah wisata dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD).

Tipe jalan menuju mata air Cirahab ini berupa gang-gang sempit yang

hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan motor. Selain itu kondisi jalan sangat

buruk karena masih berupa batu-batuan kerikil yang jika datang hujan, jalanan

menjadi sangat licin dan penuh lumpur.

Page 70: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

54

5.3 Karakteristik Responden

Karakteristik umum responden di Desa Curug Goong diperoleh

berdasarkan survei terhadap 83 reponden. Karakteristik umum responden ini

dijelaskan dari beberapa kriteria seperti yang dijelaskan di bawah ini.

5.3.1 Jenis Kelamin Responden

Sebagian responden yang masuk dalam survei adalah laki-laki yaitu

berjumlah 55 orang (66 persen), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan

berjumlah 28 orang (34 persen). Dominasi responden laki-laki dikarenakan pada

umumnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suatu rumah tangga

adalah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei,

laki-laki lebih berperan. Perbandingan responden laki-laki dan perempuan dapat

dilihat pada Gambar-4.

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 4. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009

5.3.2 Tingkat Usia Responden

Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia

21 tahun sampai 67 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia

Page 71: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

55

42-48 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen) dan pada sebaran usia

49-55 tahun, yaitu berjumlah 20 orang (24 persen). Responden yang berusia

antara selang 21-27 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang

berusia 28-34 tahun, yaitu berjumlah 14 orang (17 persen), responden yang

berusia 35-41 tahun, yaitu berjumlah 13 orang (16 persen), dan responden yang

berusia 56-62 tahun, yaitu berjumlah 3 orang (4 persen), serta responden yang

berusia 63-69 tahun, yaitu berjumlah 7 orang (8 persen). Tingkat usia seseorang

mencerminkan tingkat kedewasaan orang tersebut dalam mengambil

keputusan/tindakan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dirinya.

Perbandingan distribusi usia responden di Desa Curug Goong tahun 2009 dapat

dilihat pada Gambar-5.

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 5. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009

Page 72: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

56

5.3.3 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir

Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi mulai dari tidak sekolah

sampai ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 1 orang (1 persen) responden tidak

sekolah, sebanyak 33 orang responden (40 persen) menamatkan pendidikannya

sampai sekolah dasar, sejumlah 21 orang responden (25 persen) tamatan Sekolah

Menengah Pertama (SMP), sejumlah 23 orang respon (28 persen) tamatan sekolah

Menengah Atas (SMA), dan sejumlah 6 orang responden (7 persen) menamatkan

pendidikannya sampai perguruan tinggi. Perbandingan persentase tingkat

pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada Gambar-6.

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 6. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong BerdasarkanDistribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009

5.3.4 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden di Desa Curug Goong bervariasi mulai dari

buruh pabrik, pedagang, ibu rumah tangga, petani, kuli bangunan, wiraswasta,

satpam, kontraktor, tukang ojek, dan supir. Mayoritas pekerjaan responden adalah

Page 73: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

57

ibu rumah tangga. Hal tersebut disebabkan karena dalam penelitian ini lebih

diutamakan ibu rumah tangga untuk memberikan data mengenai jumlah

kebutuhan air yang digunakan oleh rumah tangga. Perbandingan persentase

jumlah responden pada setiap jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar-7.

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 7. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jenis Pekerjaan Tahun 2009

5.3.5 Rata-rata Pendapatan

Tingkat rata-rata pendapatan rumah tangga di Desa Curug Goong

tergolong rendah karena mayoritas rata-rata pendapatan responden adalah sebesar

Rp.750.000,00/bulan. Hal ini juga terkait dengan jenis pekerjaan responden yang

mayoritas ibu rumah tangga, petani dan buruh dimana pendapatan yang

diterimanya sangat rendah. Rata-rata pendapatan rumah tangga yang berada pada

level (< Rp.750.001,00) sebanyak 17 responden (20 persen), pada level

(Rp.750.001,00 – Rp.2.450.000,00) sebanyak 53 responden (64 persen), pada

Page 74: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

58

level (Rp.2.450.001,00 - Rp.4.150.000,00) sebanyak 10 responden (12 persen),

pada level (Rp.4.150.001,00 – Rp.5858.000,00) sebanyak 2 responden (2 persen),

sedangkan pada level (> Rp.9.250.000,00) sebanyak 1 responden (1 persen).

Berikut persentase rata-rata pendapatan rumah tangga responden di Desa Curug

Goong Tahun 2009 pada dilihat pada Gambar-8.

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 8. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009

5.3.6 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan responden mayoritas berada pada selang 4-6 orang

berjumlah 83 responden. Jumlah tanggungan yang dimaksudkan adalah mencakup

keluarga inti (anak dan istri/suami) serta tambahan tanggungan bukan keluarga

inti yang tinggal dirumah responden maupun tidak tetapi kebutuhannya dibiayai

responden. Perbandingan persentase jumlah responden sesuai dengan jumlah

tanggungan masing-masing dapat dilihat pada Gambar-9.

Page 75: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

59

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 9. Karakteristik Responden di Desa Curug Goong Berdasarkan Distribusi Jumlah Tanggungan Tahun 2009

Page 76: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab

Variabel respon yang digunakan dalam analisis ini adalah peluang

responden memilih bersedia atau tidak bersedia membayar pembayaran jasa

lingkungan sebagai upaya konservasi oleh masyarakat sebagai pemanfaat jasa

lingkungan yang disediakan oleh mata air Cirahab. Jika responden bersedia

melakukan pembayaran jasa lingkungan, maka diberi nilai satu, sedangkan jika

responden tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan sebagi upaya

konservasi, maka diberi nilai dua.

Variabel yang akan menjelaskan variabel respon terdiri dari enam variabel

penjelas. Variabel-variabel penjelas tersebut terdiri atas penilaian terhadap

kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber

air, tingkat pendidikan, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.

Dengan menggunakan analisis regresi logit akan diperoleh model yang

tepat untuk peluang responden bersedia atau tidak bersedia membayar

pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan

variabel-variabel yang secara nyata dapat mempengaruhi peluang responden.

Berikut pada Gambar-10, ditampilkan distibusi pilihan bersedia dan tidak bersedia

responden dalam membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya

konservasi terhadap mata air Cirahab.

Page 77: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

61

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 10. Distribusi Pilihan Bersedia dan Tidak Bersedia Responden Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan sebagai Upaya Konservasi

Mata Air Cirahab

Pada penelitian ini responden yang diwawancara sebanyak 83 responden

dimana mereka diminta pendapatnya mengenai kesediaan untuk melakukan

pembayaran jasa lingkungan, selain tentang persepsi terhadap adanya penetapan

kebijaksanaan pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air

Cirahab. Hal tersebut disebabkan karena terdapat beberapa responden yang setuju

dilakukan upaya konservasi namun tidak bersedia membayar pembayaran jasa

lingkungan. Alasan responden yang menjawab bahwa mereka setuju dengan

upaya konservasi yang akan dilakukan namun tidak bersedia untuk membayar

adalah responden merasa bahwa mereka tidak mempunyai uang lebih untuk jasa

lingkungan yang mereka terima, mereka menganggap air yang digunakan

merupakan anugerah dari Tuhan yang dapat dinikmati tanpa harus mengeluarkan

uang, dan mereka beranggapan bahwa hal ini merupakan tanggung jawab

Page 78: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

62

pemerintah untuk memberikan sedikit anggaran pemerintah untuk melestarikan

kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.

Berdasarkan pendapat responden mengenai kesediaannya untuk membayar

pembayaran jasa lingkungan terdapat 52 responden (63 persen) yang bersedia

membayar pembayaran jasa lingkungan. Sedangkan 31 responden (37 persen)

tidak bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan. Alasan responden yang

bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan adalah bahwa dengan adanya

upaya konservasi di mata air Cirahab maka mereka dapat memanfaatkan jasa

lingkungan yang disediakan oleh mata air tersebut sampai generasi mendatang,

selain itu ternyata di lokasi penelitian pernah diadakan sebuah diskusi mengenai

kebutuhan air bersih dan sanitasi lingkungan yang diadakan oleh LSM

Rekhonvasi Bhumi sehingga kesadaran responden untuk menjaga kelestarian

sumber daya yang ada sudah cukup baik. Berikut ini akan ditampilkan hasil logit

untuk peluang responden yang bersedia atau tidak bersedia membayar

pembayaran jasa lingkungan dapat dilihat pada Tabel-5.

Tabel 5. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter Pilihan Bersedia atau Tidak Bersedia Responden dalam Membayar Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab

Variabel Koefisien Sig Exp (β) KeteranganConstant -0,29 0,991 0,971 (-)KA0 (-) 0,066 (-) Berpengaruh Nyata ***KA1 2,272 0,201 9,698 Tidak BerpengaruhKA2 -0,656 0,707 0,519 Tidak BerpengaruhKA3 1,142 0,531 3,133 Tidak BerpengaruhJPA 0,249 0,540 1,282 Tidak BerpengaruhJKA 0,029 0,020 1,030 Berpengaruh Nyata **JRSA -0,021 0,000 0,980 Berpengaruh Nyata *TP -0,124 0,346 0,883 Tidak BerpengaruhRPDT 0,000 0,512 1,000 Tidak Berpengaruh

Keterangan = * pada tingkat kepercayaan 99 persen

** pada tingkat kepercayaan 95 persen

*** pada tingkat kepercayaan 90 persen

Page 79: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

63

KA0 = penilaian terhadap kualitas air adalah sangat jernih

KA1 = penilaian terhadap kualitas air adalah jernih

KA2 = penilaian terhadap kualitas air adalah biasa

KA3 = penilaian terhadap kualitas air adalah kotor

JPA = Jumlah pengguna air

JKA = Jumlah kebutuhan air

JRSA = Jarak rumah ke sumber air

TP = Tingkat pendidikan

RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga

Tabel 6. Classification Table

ObservedPredicted Percentage

CorrectY

Tidak Bersedia Bersedia

YTidak Bersedia 25 6 80,6

Bersedia 4 48 92,3

Overall Percentage 88,0Sumber : Output Olahan Data Primer (2009)

Berdasarkan analisi regresi logit, pengujian dilakukan melalui metode

enter yang menghasilkan Overall Percentage sebesar 88,0 persen maka model

regresi yang dihasilkan cukup layak.

Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :

Li = -0,29 + KA0 + 0,029 JKA – 0,021 JRSA

Pada model tersebut variabel yang memiliki pengaruh nyata berada pada

taraf kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel

jumlah kebutuhan air memiliki pengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 persen

dan variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki pengaruh nyata pada taraf

kepercayaan 90 persen. Variabel penilaian kualitas air yang sangat jernih memiliki

nilai Sig sebesar 0,066 yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata

terhadap peluang responden membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α

(10 persen), hal ini dikarenakan jika responden menilai air sangat jernih maka

mereka menggunakan air tersebut untuk kebutuhan rumah tangga sehingga akan

Page 80: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

64

memperbesar peluang responden untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan.

Besarnya peluang responden terhadap penilaian kualitas air dapat dilihat pada

Tabel-7.

Tabel 7. Perbandingan Nilai Odds Ratio pada Variabel dummy Penilaian Kualitas Air

Penilaian Kualitas Air Bersedia Tidak Bersedia Total Exp(β)Sangat Jernih 26 13 39 (-)Jernih (dummy) 17 11 28 9,698Biasa (dummy) 8 5 13 0,519Kotor (dummy) 1 2 3 3,133

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Nilai Exp (β) sebesar 9,698 yang artinya responden yang memberikan

penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memiliki peluang lebih besar

9,698 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan penilaian terhadap

kualitas air adalah jernih. Nilai Exp (β) sebesar 0,519 yang artinya responden

yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih akan memberikan

peluang lebih besar 0,519 kali dibandingkan dengan responden yang memberikan

penilaian terhadap kualitas air adalah biasa. Nilai Exp (β) sebesar 3,133 yang

artinya responden yang memberikan penilaian kualitas air adalah sangat jernih

akan memiliki peluang lebih besar 3,133 kali dibandingkan dengan responden

yang memberikan penilaian terhadap kualitas air adalah kotor.

Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,002 yang artinya

bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden bersedia

membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien

bertanda positif (+) berarti responden yang jumlah kebutuhan airnya lebih banyak

maka peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan lebih

tinggi, hal ini disebabkan oleh kesadaran yang cukup tinggi dari responden atas

Page 81: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

65

ancaman akan ketersediaan air di masa mendatang. Nilai Exp (β) pada variabel ini

bernilai 1,030 yang artinya responden yang jumlah kebutuhan airnya besar akan

memiliki peluang untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 1,030 kali lebih

besar dibandingkan dengan peluang responden yang jumlah kebutuhan airnya

lebih sedikit.

Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki nilai Sig sebesar 0,000 yang

artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap peluang responden

membayar pembayaran jasa lingkungan pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien

bertanda negatif (-) berarti semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan

semakin besar peluang responden bersedia membayar pembayaran jasa

lingkungan, hal ini dikarenakan bahwa responden yang jarak rumahnya semakin

jauh dari mata air akan mengeluarkan biaya yang lebih besar jika mengambil air

di tempat lain. Nilai Exp (β) pada variabel ini sebesar 0,980 yang artinya

responden yang jarak rumahnya lebih jauh dengan mata air memiliki peluang

untuk membayar pembayaran jasa lingkungan 0,980 kali lebih besar dibandingkan

peluang responden yang jarak rumahnya lebih dekat dengan mata air.

Variabel tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan, dan jumlah pengguna

air yang diduga memiliki pengaruh nyata terhadap peluang responden untuk

melakukan pembayaran jasa lingkungan, namun pada perhitungan statistik

ternyata variabel tersebut tidak berpengaruh nyata karena nilai Sig dari masing-

masing variabel lebih besar dari α (10 persen) yaitu sebesar 0,346, 0,517, dan

0,540, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan dalam satu rumah tangga

bervariasi dan pengambil keputusan untuk melakukan pembayaran jasa

lingkungan tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan responden. Sedangkan untuk

Page 82: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

66

variabel rata-rata pendapatan responden dalam rumah tangga ternyata pada taraf

kepercayaan α (10 persen) dikarenakan data yang diperoleh tidak beragam jika

dibandingkan dengan tingkat kesediaan responden sehingga berapapun

pendapatan responden mereka telah memiliki kesadaran yang baik untuk

melakukan upaya konservasi mata air Cirahab. Variabel jumlah pengguna air yang

tidak berpengaruh pada taraf kepercayaan α (10 persen) dikarenakan berapapun

pengguna air dalam rumah tersebut tidak mempengaruhi terhadap keputusan

untuk melakukan PJL sehingga, berapapun penggunanya pengambil keputusan

berada di Kepala Keluarga.

6.2 Analisis Willingness to Pay Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab

Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis

WTP responden terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diterapkan di

mata air Cirahab. Hasil pelaksanaan CVM adalah sebagai berikut :

1) Membangun Pasar Hipotesis (Setting-up the Hypothetical Market)

Berdasarkan pasar hipotesis yang telah dibangun pada saat penelitian yaitu

situasi hipotetik yang menggambarkan keadaan lingkungan mata air Cirahab pada

masa mendatang akan mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sehingga akan

dilakukan suatu instrumen ekonomi berupa pembayaran jasa lingkungan untuk

menanggulangi penurunan tersebut, maka responden memperoleh gambaran

tentang situasi hipotetik yang dibangun mengenai upaya perbaikan kualitas dan

kuantitas mata air Cirahab.

Page 83: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

67

2) Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dichotomous choice

yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan

nilai air per liter dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak

sejumlah uang tersebut untuk ikut andil dalam pembayaran jasa lingkungan mata

air Cirahab.

3) Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP)

Dugaan nilai WTP (EWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi

WTP responden dan dengan menggunakan rumus (7). Data distribusi WTP

responden dapat dilihat pada Tabel-8.

Tabel 8. Distribusi WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong

NoKelas WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah

(Rp/liter)(Rp/KK/liter) (Responden) (Pfi)1 53 12 0,23 122 79 10 0,19 153 105 19 0,37 384 132 3 0,06 85 158 5 0,10 156 184 1 0,02 47 211 1 0,02 48 263 1 0,02 5

Total 52 1,00 101Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Kelas WTP responden diperoleh dengan menentukan terlebih dahulu nilai

terkecil sampai nilai terbesar WTP yang ditawarkan responden. Dengan demikian

dapat diperoleh nilai rataan WTP (EWTP) sebesar Rp. 101/KK/liter.

Page 84: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

68

4) Memperkirakan Kurva WTP (Estimating Bid Curve)

Kurva WTP responden berdasarkan nilai WTP responden terhadap jumlah

responden yang memilih nilai WTP tersebut. Gambar-11 dibawah ini adalah

menjelaskan kurva permintaan WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan.

Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Gambar 11. Kurva Penawaran WTP terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan

Berdasarkan dugaan kurva penawaran WTP dapat dihitung surplus

konsumen yang akan diperoleh masyarakat. Surplus konsumen adalah surplus

atau kelebihan yang diterima responden karena nilai WTP yang diinginkan lebih

tinggi daripada nilai WTP rata-ratanya. Perhitungan surplus konsumen dapat

didasarkan pada rumus :

SK = Σ (WTPi – P) dimana WTPi > P ……………………………………... (16)

Page 85: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

69

keterangan :

SK = Surplus Konsumen

WTPi = WTP responden ke-i

P = WTP rata-rata

Sehingga surplus konsumen responden terhadap pembayaran jasa

lingkungan mata air Cirahab adalah sebesar Rp. 13/KK/liter.

5) WTP Agregat atau Total WTP (TWTP)

Nilai total (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP

responden dan dengan menggunakan rumus (9). Dari kelas WTP dikalikan dengan

frekuensi relatif (ni / N) kemudian dikalikan dengan populasi dari tiap kelas WTP.

Hasil perkalian tersebut kemudian dijuumlahkan sehingga didapatkan total WTP

(Rp/liter) oleh responden. Hasil perhitungan TWTP dapat dilihat pada Tabel-9.

Tabel 9. Total WTP Responden Masyarakat terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab

NoKelas WTP Frekuensi

PopulasiJumlah Total

(Rp/KK/liter) (Responden) (Rp/liter)1 53 12 191,08 10.1272 79 10 159,23 12.5793 105 19 302,54 31.7674 132 3 47,77 6.3065 158 5 79,62 12.5796 184 1 15,92 2937 211 1 15,92 3368 263 1 15,92 4.188

Total 52 828 83.835Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP dari populasi

adalah sebesar Rp. 83.835,00/liter.

Page 86: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

70

6) Evaluasi Pelaksanaan CVM

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda cukup baik karena diperoleh

nilai R2 sama dengan 37,7 persen. Penelitian ini berkaitan dengan benda-benda

lingkungan yang dapat mentolerir nilai R2 sampai dengan 15 persen (Mitchell dan

Carson, 1989 diacu dalam Hanley dan Spash, 1993), hal ini karena penelitian ini

tentang lingkungan berhubungan dengan prilaku manusia sehingga nilai R2 tidak

harus besar. Oleh karena itu, hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian ini masih

dapat diyakini kebenaran dan keandalannya.

6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP maka

telah ditetapkan 6 variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen

yaitu penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air, jumlah pengguna air,

jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Namun

setelah diuji dengan beberapa pengujian parameter maka didapatkan dua variabel

yaitu variabel tingkat pendidikan dan jumlah pengguna air yang harus dikeluarkan

dari model karena terdapat pelanggaran asumsi OLS yaitu autokorelasi. Sehingga

dalam pengujian selanjutnya didapatkan 4 variabel yang diduga akan

mempengaruhi nilai WTP. Hasil analisis nilai WTP responden dapat dilihat pada

Tabel-10.

Page 87: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

71

Tabel 10. Hasil Analisis Nilai WTP Responden Masyarakat Desa Curug Goong

Variabel Koefisien Sig VIF KeteranganConstant 92,417 0,000 (-) (-)KA -13,177 0,043 1,021 Berpengaruh Nyata**JKA 0,176 0,006 1,190 Berpengaruh Nyata**JRSA -0,198 0,000 1,044 Berpengaruh Nyata*RPDT 0,0000061 0,071 1,191 Berpengaruh Nyata***

R2 37,7%F-Statistik 11,789 0,000

Keterangan : * pada taraf kepercayaan 99 persen ** pada taraf kepercayaan 95 persen *** pada taraf kepercayaan 90 persen

Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini

ditunjukkan oleh R2 sebesar 37,7 persen, yang berarti 37,7 persen keragaman

WTP respoden dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang

terdapat dalam model, sedangkan sisanya 62,3 persen diterangkan oleh variabel

lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung sebesar 11,789 dengan nilai Sig

sebesar 0,000, hal ini menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden terhadap

pembayaran jasa lingkungan yang akan dilakukan pada taraf α = 0,15. Model

yang dihasilkan ini telah diuji multikolinierity, normalitas dan heteroskedastisitas,

dari hasil ketiganya tidak diperoleh suatu pelanggaran.

Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah :

WTPi = 92,417 - 13,177 KA + 0,176 JKA – 0,198 JRSA + 0,0000061 RPDT

Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata pada taraf

kepercayaan 99 persen adalah jarak rumah ke sumber air, sedangkan variabel

jumlah kebutuhan air dan penilaian terhadap kualitas air berpengaruh nyata pada

taraf 95 persen, dan variabel rata-rata pendapatan rumah tangga berpengaruh

Page 88: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

72

nyata pada taraf 90 persen. Variabel penilaian terhadap kualitas air memiliki nilai

Sig sebesar 0,043 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap

nilai WTP responden pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-)

berarti bahwa semakin kotor penilaian responden terhadap kualitas air maka akan

semakin besar nilai WTP yang akan diberikan oleh responden. Hal ini disebabkan

karena pengetahuan masyarakat mengenai penilaian kualitas air sudah cukup baik,

mereka mengetahui bahwa jika suatu saat nanti kualitas air buruk maka perlu

dilakukan suatu upaya konservasi untuk mencegah penurunan kualitas air di masa

mendatang.

Variabel jumlah kebutuhan air memiliki Sig sebesar 0,006 yang artinya

variabel ini berpengaruh nyata pada taraf α (5 persen). Nilai koefisien yang

bertanda positif (+) berarti bahwa semakin besar jumlah kebutuhan air yang

responden peroleh dari mata air Cirahab maka responden akan memberikan nilai

WTP yang semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin besar jumlah air

yang dimanfaatkan responden dari mata air Cirahab maka responden semakin

menyadari bahwa di masa yang akan datang akan terjadi penurunan kuantitas dari

mata air Cirahab sehingga diperlukan suatu upaya konservasi untuk mencegah

penurunan tersebut.

Variabel jarak rumah ke sumber air memiliki Sig sebesar 0,000 yang

artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden yang

pada taraf α (1 persen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti bahwa semakin

jauh rumah responden dengan mata air Cirahab maka akan semakin besar nilai

WTP yang akan diberikan oleh responden, hal ini disebabkan karena responden

Page 89: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

73

lebih memilih menjaga mata air Cirahab dibandingkan memperoleh jasa

lingkungan di alternatif pengganti mata air Cirahab.

Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga memiliki pengaruh nyata pada

taraf kepercayaan 90 persen. Variabel rata-rata pendapatan rumah tangga

memiliki nilai Sig sebesar 0,071 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh

nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α (10 persen). Nilai

koefisien bertanda positif (+) berarti bahwa semakin tinggi nilai rata-rata

pendapatan responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang

semakin tinggi, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi nilai rata-rata

pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari

terlebih dahulu sehinggaa responden mau memberikan sisa uangnya untuk ikut

dalam upaya konservasi mata air Cirahab dalam bentuk pembayaran jasa

lingkungan.

6.4 Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan terhadap Biaya Pemulihan Ekologi Hutan

Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan dari mata air Cirahab

didapatkan dari perkalian jumlah pemanfaatan jasa lingkungan dengan nilai rata-

rata WTP dari masyarakat Desa Curug Goong. Jumlah pemanfaatan jasa

lingkungan mata air Cirahab dapat dilihat pada Tabel-11.

Page 90: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

74

Tabel 11. Jumlah Pemanfaatan Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab untuk Kebutuhan Rumah Tangga Masyarakat Desa Curug Goong

No

Banyaknya Pemanfaatan Frekuensi

(Responden)Frekuensi Relatif Total (liter/hari)

(liter/hari)

1 19 0 0 0

2 38 0 0 0

3 57 0 0 0

4 76 0 0 0

5 95 33 329,20 31.274

6 114 4 39,90 4.549

7 133 6 59,86 7.961

8 152 5 49,88 7.582

9 171 0 0,00 0

10 190 15 149,64 28.431

11 209 0 0,00 0

12 228 3 29,93 6.824

13 247 1 9,98 2.464

14 266 1 9,98 2.654

15 285 8 79,81 22.745

16 304 0 0,00 0

17 323 1 9,98 3.222

18 342 0 0,00 0

19 361 0 0,00 0

20 380 2 19,95 7.582

21 399 1 9,98 3.980

22 418 1 9,98 4.170

23 437 2 19,95 8.719

Total 83 828 142.157Sumber : Data Primer Diolah (2009)

Maka nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah

sebesar Rp. 14.357.857/hari atau Rp. 5.240.617.805/tahun dari total pemanfaatan

jasa lingkungan mata air Cirahab sebesar 142.157 liter/hari atau 51.887.305

liter/tahun. Total pemanfaatan jasa lingkungan tersebut dapat dihasilkan oleh

lahan seluas 4,94 Ha melalui metode transfer benefit dari data penelitian Otto

Sumarwoto diacu dalam laporan USAID (2006).

Page 91: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

75

Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Sumber Daya Alam (2009)

biaya pemulihan ekologi hutan per hektar per tahun adalah sebesar

Rp. 110.275.000 sehingga untuk melakukan pemulihan ekologi hutan seluas

4,94 Ha adalah sebesar Rp. 544.758.000. Rincian biaya total pemulihan ekologi

hutan per hektar per tahun dapat dilihat pada Tabel-12.

Tabel 12. Biaya Total Pemulihan Ekologi Hutan per Hektar per Tahun

No Rincian Biaya Jumlah (Rp) Penelitian

1 Biaya pembuatan reservoir 40.500.000 (-)

2 Pengaturan tata air 22.810.000 Manan (1999)

3 Pengendalian erosi dan limpasan 6.000.000 Manan et al (1998)

4 Pembentukan tanah 500.000 Pangestu dan Ahmad (1998)

5 Pendaur ulang unsur hara 4.610.000 Pangestu dan Ahmad (1998)

6 Pengurai limbah 435.000 Pangestu dan Ahmad (1998)

7 Keanekaragaman hayati 2.700.000 Pangestu dan Ahmad (1998)

8 Sumberdaya genetic 410.000 Pangestu dan Ahmad (1998)

9 Pelepasan karbon 32.310.000 Wasis (2003)

Total 110.275.000Sumber : Lembaga Sumberdaya Alam (2009)

Hasil perhitungan diatas diketahui bahwa nilai potensial pemanfaatan lebih

besar dari biaya pemulihan ekologi hutan yang artinya hal ini dapat mengurangi

tingkat degradasi lingkungan.

6.5 Kebijakan Pengelolaan Mata Air Cirahab melalui Pembayaran Jasa Lingkungan

Sampai saat ini pengelolaan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air

Cirahab belum pernah ada. Padahal pengelolaan tersebut sangat diperlukan,

mengingat mata air Cirahab tidak saja menjadi pemasok kebutuhan rumah tangga

tetapi juga pemasok kebutuhan produksi dua perusahaan AMDK. Selain itu

pemanfaatan mata air Cirahab juga sebagai tempat pemandian umum yang

dilakukan setiap hari sabtu dan minggu yang akan memberikan dampak positif

dan dampak negatif terhadap kualitas dan kuantitas mata air Cirahab.

Page 92: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

76

Berdasarkan keterangan responden dampak negatif yang ditimbulkan dari

kegiatan pemandian umum adalah menumpuknya timbunan sampah yang dapat

mempengaruhi kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab. Sehingga diperlukan

suatu pengelolaan lingkungan oleh berbagai pihak terkait. Dengan adanya

pengelolaan yang terpadu maka dampak yang dapat diharapkan adalah

meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pelaksanaan PJL.

Dengan adanya peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan

sumber daya air secara terpadu maka diharapkan PJL yang sebelumnya baru

diterapkan pada taraf perusahaan maka akan dapat diterapkan pula pada taraf

masyarakat pedesaan. Sebelum adanya realisasi dari pelaksanaan PJL pada taraf

masyarakat sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penetapan pihak penyedia jasa

lingkungan beserta lokasi penyedia jasa lingkungan kemudian pembentukan

kelembagaan serta aturan-aturan yang mengatur mekanisme PJL. Lokasi penyedia

jasa lingkungan bisa saja ditetapkan dimana saja tetapi lebih baik di Desa Curug

Goong karena kondisi lahan Desa Curug Goong terbilang baik untuk menanam

pohon penyerap air. Selain itu, masyarakat sekitar dan pemerintah dapat

mengeksplorasi sumber daya alam yang dimiliki di lokasi penelitian. Pada

Tabel-13 berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam menetapkan PJL

sebagai instrumen ekonomi sebagai upaya konservasi mata air Cirahab.

Page 93: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

77

Tabel 13. Langkah-Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Mata Air Cirahab

No Uraian

1 Menentukan pelaku utama yaitu pihak pemanfaat dan penyedia jasa lingkungan

2 Menentukan batasan wilayah ekosistem mata air Cirahab

3 Membangun keterkaitan antara ekosistem dengan pelaku utama

4 Menentukan karakter dari struktur dan fungsi ekosistem

5 Menetapkan mekanisme pengelolaan dan pemantauan

6 Menetapkan masalah ekonomi yang akan mempengaruhi ekosistem dan para pelaku

7 Menetapkan kebijakan yang mengatur PJL

8 Memberikan pendampingan pada masyarakat Desa Curug Goong mengenai PJL

Sumber : Pengamatan Pada Waktu Penelitian oleh Penulis (2009)

Setelah langkah-langkah penetapan PJL ditentukan kemudian dibuat

usulan mekanisme PJL mata air Cirahab sebagai upaya konservasi mata air

Cirahab. Skema tersebut akan dijelaskan pada Gambar-12.

Gambar 12. Usulan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab

Pembayaran jasa lingkungan (PJL) mata air Cirahab di Desa Curug Goong

dilakukan oleh masyarakat pemanfaat jasa lingkungan yang berupa sumber daya

Page 94: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

78

air. Pengelolaan pendanaan dilakukan oleh foum pengelola mata air Cirahab yang

dibentuk oleh pemerintah daerah dengan bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM). Forum pengelola mata air Cirahab tersebut terdiri dari beberapa unsur

stakeholder yaitu pemerintah, masyarakat, dan LSM. Forum tersebut berfungsi

untuk mengelola dana imbal dari PJL yang nantinya akan diperuntukan pendanaan

konservasi hutan yang dilakukan oleh masyarakat penyedia jasa lingkungan.

Pendanaan PJL yang dipungut dari masyarakat pemanfaat besarnya disesuaikan

dengan rataan WTP yang didapat melalui metode CVM. Kegiatan konservasi

hutan terdiri dari reforestation, forest management, forest protection, namun

demikian pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan harus ditunjang dengan aturan

hukum yang kuat.

Page 95: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1) Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa

lingkungan sebesar 52 responden (63 persen). Faktor-faktor yang

mempengaruhi kesediaan responden terhadap PJL sebagai upaya konservasi

mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jumlah kebutuhan air,

dan jarak rumah ke sumber air. Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah :

a) Interpretasi variabel penilaian terhadap kualitas air adalah penilaian kualitas

air sangat jernih maka akan memperbesar peluang responden melakukan PJL,

b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin banyak jumlah

kebutuhan air responden maka akan memperbesar peluang responden

melakukan PJL, dan c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah

semakin jauh jarak rumah ke sumber air maka akan memperbesar peluang

responden melakukan PJL.

2) Nilai rataan WTP responden adalah Rp.101/KK/liter, untuk setiap kepala

keluarga (KK) yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya

konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp. 83.835/liter. Nilai

potensial pemanfaatan jasa lingkungan mata air Cirahab adalah

Rp. 5.240.617.805/tahun. Biaya pemulihan ekologi hutan sebesar

Rp. 544.758.500/tahun.

Page 96: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

80

3) Nilai WTP tersebut dipengaruhi oleh penilaian kualitas air, jumlah kebutuhan

air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga.

Interpretasi variabel-variabel tersebut adalah : a) Interpretasi variabel

penilaian terhadap kualitas air adalah semakin kotor penilaian terhadap

kualitas air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi,

b) Interpretasi variabel jumlah kebutuhan air adalah semakin besar jumlah

kebutuhan air maka responden akan memberikan nilai WTP yang semakin

tinggi, c) Interpretasi variabel jarak rumah ke sumber air adalah semakin jauh

jarak rumah responden maka responden akan memberikan nilai WTP yang

semakin tinggi, dan d) Interpretasi variabel rata-rata pendapatan rumah tangga

adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan rumah tangga maka responden

akan memberikan nilai WTP yang semakin tinggi.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian maka dapat

disarankan :

1) Pembayaran jasa lingkungan saat ini masih diterapkan oleh perusahaan yang

memiliki keuntungan namun seharusnya pembayaran jasa lingkungan

diterapkan oleh seluruh elemen pihak penerima manfaat jasa lingkungan agar

pemanfaatan jasa lingkungan dapat berkelanjutan. Hal ini terlihat dari nilai

potensial pemanfaatan sangat besar oleh masyarakat Desa Curug Goong

sehingga instrumen ekonomi dalam bentuk pembayaran jasa lingkungan

sangat diperlukan untuk keberlanjutan pemanfaatan jasa lingkungan.

2) Diperlukan suatu pendekatan terhadap masyarakat mengenai mekanisme PJL

yang akan dilakukan dan penyebaran informasi mengenai dampak positif dan

negatif dari diberlakukannya kebijakan PJL.

Page 97: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

81

3) Diperlukan penelitian lanjutan mengenai pembayaran jasa lingkungan di mata

air Cirahab dari persepsi penerima manfaat yaitu industri air minum dalam

kemasan yang menerima manfaat jasa lingkungan untuk kebutuhan

produksinya.

Page 98: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Dinas Kehutanan dam Perkebunan. 2006. Kajian Pembayaran Jasa Lingkungan di Provinsi Banten. Pemerintah Provinsi Banten : Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

Fauzi, Akhmad. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

_____________. 2007. Istrumen Ekonomi untuk Pengelolaan Lingkungan.Laporan disampaikan kepada DANIDA Denmark dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) RI.

Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta : Bumi Aksara

Hanley, N dan C. L. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. Edward Elgar Publishing England.

Herlianto. 2005. Nilai Ekonomi Fungsi Hidrologis Hutan Taman Nasional Gunung Halimun : Studi kasus Desa Cisarua Kecamatan Sukamajaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hosmer, D. W and S.Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. John Wiley & Sons Inc. New York.

Irianto, Gatot. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Air. Jakarta : Papas Sinar Sinanti

Kosoy, Nicholas, Martinez-Tuna, Miguel, dkk. 2005. Payment for Enviromental Services in Watershed : Insigths From a Comparative Study of two Cases in Central America.

Landell-Mills, Natasha dan Porras, Ina. 2009. Peluru Perak atau Emas Loyang?.Srikandi Kathryn, penerjemah. Terjemahan dari : Silver Bullet or Fool Gold?. The International Institute for Environment and Development : London

Lembaga Sumberdaya Alam. 2009. Kerugian Negara Berdasarkan Kerusakan Lingkungan. Dalam Laporan Lembaga Sumberdaya Alam. www.elsdainstitute.or.id/modul/auditkehutanan/kerusakanlingkungan.pdf. Diakses : 23 Juni 2009

Letson, David (ed). 2002. Florida Coastal Enviromental Resources : a Guide to Economic Valuation and Impact Analysis. Florida Sea Grant College Program : Florida

Page 99: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

83

Mackinnon, Kathy dkk. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta : Prehanllindo

Yavanica, Emilea. 2009. Analisis Nilai Kerusakan Lingkungan dan Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap Program Perbaikan Lingkungan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Mitchell, Bruce dkk. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Munawir. 2007. Transaksi yang Adil untuk Jasa Aliran Sungai di Indonesia. United Kingdom : International for Environment and Development

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Pagiola, Stafano. 2004. Selling Forest Environmental Services. London : Earthscan

Ramathan, R. 1997. Introductory Economics with Applications. Philadelpia : The Dryden Press.

Rekonvasi Bhumi. 2007. Forum Komunikasi DAS Cidanau Menuju Pengelolaan Terpadu DAS Cidanau. Serang : Rekonvasi Bhumi

Riduwan, dan Sunarto. 2009. Pengantar Statistik Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung : Alfabeta

Sumarwoto, Oto. 2006. Kemitraan Pengguna untuk Konservasi TNGP. Dalam laporan USAID. United State : Development Alternative.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Penerbit: Andi

Wunder, Sven. 2005. Payment for Enviromental Services : Some Nuts and Bolts. Research. Center for International Forestry Research

Yakin, A. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta : CV. Akademika Presindo

Page 100: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

LAMPIRAN

Page 101: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

85

Lampiran 1. Hasil Regresi Logit dengan Metode Enter

Iteration History(a,b,c,d)

Iteration-2 Log

likelihood Coefficients

Constant TP RPDT KA(1) KA(2) KA(3) JRSA JPA JKAStep 1

165.283 -.595 .004 .000 1.151 .440 1.172 -.008 .155 .008

2 53.579 -.500 -.037 .000 1.542 .071 1.237 -.013 .216 .0153 49.081 -.282 -.089 .000 1.904 -.358 1.163 -.017 .250 .0234 48.265 -.086 -.118 .000 2.190 -.601 1.142 -.020 .251 .0285 48.234 -.032 -.124 .000 2.268 -.654 1.142 -.021 .249 .0296 48.234 -.029 -.124 .000 2.272 -.656 1.142 -.021 .249 .0297 48.234 -.029 -.124 .000 2.272 -.656 1.142 -.021 .249 .029

a Method: Enterb Constant is included in the model.c Initial -2 Log Likelihood: 109.691d Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.Step 1 Step 61.457 8 .000

Block 61.457 8 .000Model 61.457 8 .000

Page 102: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

86

Model Summary

Step-2 Log

likelihoodCox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 48.234(a) .523 .713

a Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.1 2.246 8 .973

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Y = tidak bersedia Y = bersedia Total

Observed Expected Observed Expected ObservedStep 1 1 8 7.851 0 .149 8

2 7 7.175 1 .825 83 6 6.759 2 1.241 84 5 4.457 3 3.543 85 3 2.425 5 5.575 86 2 1.467 6 6.533 87 0 .614 8 7.386 88 0 .210 8 7.790 89 0 .038 8 7.962 810 0 .002 11 10.998 11

Page 103: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

87

Classification Table(a)

Observed Predicted

YPercentage

Correcttidak

bersedia bersediaStep 1 Y tidak bersedia 25 6 80.6

bersedia 4 48 92.3Overall Percentage 88.0

a The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Lower Upper Lower Upper Lower UpperStep 1(a)

TP -.124 .131 .890 1 .346 .883 .683 1.143RPDT .000 .000 .419 1 .517 1.000 1.000 1.000KA 7.204 3 .066KA(1) 2.272 1.777 1.635 1 .201 9.698 .298 315.611KA(2) -.656 1.747 .141 1 .707 .519 .017 15.916KA(3) 1.142 1.822 .393 1 .531 3.133 .088 111.443JRSA -.021 .005 16.599 1 .000 .980 .970 .989JPA .249 .406 .375 1 .540 1.282 .579 2.840JKA .029 .010 9.478 1 .002 1.030 1.011 1.049Constant -.029 2.586 .000 1 .991 .971

a Variable(s) entered on step 1: TP, RPDT, KA, JRSA, JPA, JKA.

Page 104: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

88

Correlation Matrix

Constant TP RPDT KA(1) KA(2) KA(3) JRSA JPA JKAStep 1 Constant 1.000 -.470 .196 -.514 -.587 -.518 -.232 -.591 .067

TP -.470 1.000 -.129 -.046 .074 -.077 .213 .003 -.111RPDT .196 -.129 1.000 -.076 -.164 -.003 -.023 -.268 -.262KA(1) -.514 -.046 -.076 1.000 .798 .807 -.251 .073 .114KA(2) -.587 .074 -.164 .798 1.000 .810 .136 .067 -.175KA(3) -.518 -.077 -.003 .807 .810 1.000 -.047 .129 -.118JRSA -.232 .213 -.023 -.251 .136 -.047 1.000 .075 -.685JPA -.591 .003 -.268 .073 .067 .129 .075 1.000 -.161JKA .067 -.111 -.262 .114 -.175 -.118 -.685 -.161 1.000

Page 105: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

89

Lampiran 2. Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation NWTP (Rp/liter) 63.43 60.107 83Kualitas air 1.76 .850 83Jarak rumah (m) 231.93 134.196 83Jumlah kebutuhan air (lt/hari) 171.69 93.243 83

Pendapatan RT (Rp/bulan) 1625855 1770794.628 83

Model Summary(b)

Change Statistics

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the Estimate

R Square Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change Durbin-Watson

1 .614(a) .377 .345 48.653 .377 11.789 4 78 .000 1.313

a Predictors: (Constant), Pendapatan RT (Rp/bulan), Kualitas air, Jarak rumah (m), Jumlah kebutuhan air (lt/hari)b Dependent Variable: WTP (Rp/liter)

Page 106: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

90

ANOVA(b)

ModelSum of

Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 111618.5 4 27904.616 11.789 .000(a)

Residual 184633.9 78 2367.102Total 296252.4 82

a Predictors: (Constant), Pendapatan RT (Rp/bulan), Kualitas air, Jarak rumah (m), Jumlah kebutuhan air (lt/hari)b Dependent Variable: WTP (Rp/liter)

Coefficient Correlations(a)

ModelPendapatan

RT (Rp/bulan) Kualitas airJarak

rumah (m)

Jumlah kebutuhan air

(lt/hari)1 Correlations Pendapatan RT

(Rp/bulan) 1.000 .019 .176 -.377

Kualitas air .019 1.000 .075 .102Jarak rumah (m) .176 .075 1.000 -.130Jumlah kebutuhan air (lt/hari) -.377 .102 -.130 1.000

Covariances Pendapatan RT (Rp/bulan) 1.10E-011 3.93E-007 2.38E-008 -7.84E-008

Kualitas air 3.93E-007 40.847 .019 .041Jarak rumah (m) 2.38E-008 .019 .002 .000Jumlah kebutuhan air (lt/hari) -7.84E-008 .041 .000 .004

a Dependent Variable: WTP (Rp/liter)

Page 107: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

91

Correlations

WTP (Rp/liter) Kualitas airJarak

rumah (m)

Jumlah kebutuhan air

(lt/hari)Pendapatan

RT (Rp/bulan)Pearson Correlation WTP (Rp/liter) 1.000 -.193 -.429 .327 .347

Kualitas air -.193 1.000 -.081 -.124 -.050Jarak rumah (m) -.429 -.081 1.000 .079 -.133Jumlah kebutuhan air (lt/hari) .327 -.124 .079 1.000 .366

Pendapatan RT (Rp/bulan) .347 -.050 -.133 .366 1.000

Sig. (1-tailed) WTP (Rp/liter) . .040 .000 .001 .001Kualitas air .040 . .232 .133 .325Jarak rumah (m) .000 .232 . .238 .115Jumlah kebutuhan air (lt/hari) .001 .133 .238 . .000

Pendapatan RT (Rp/bulan) .001 .325 .115 .000 .

N WTP (Rp/liter) 83 83 83 83 83Kualitas air 83 83 83 83 83Jarak rumah (m) 83 83 83 83 83Jumlah kebutuhan air (lt/hari) 83 83 83 83 83

Pendapatan RT (Rp/bulan) 83 83 83 83 83

Page 108: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

92

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

95% Confidence Interval for B Correlations

Collinearity Statistics

BStd. Error Beta

Lower Bound

Upper Bound

Zero -Order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 92.417 19.515 4.736 .000 53.565 131.269Kualitas air -

13.1776.391 -.186 -2.062 .043 -25.901 -.453 -.193 -.227 -.184 .979 1.021

Jarak rumah (m) -.198 .041 -.442 -4.840 .000 -.279 -.117 -.429 -.481 -.433 .958 1.044Jumlah kebutuhan air (lt/hari)

.176 .063 .274 2.806 .006 .051 .301 .327 .303 .251 .841 1.190

Pendapatan RT (Rp/bulan)

6.05E-006

.000 .178 1.827 .071 .000 .000 .347 .203 .163 .839 1.191

a Dependent Variable: WTP (Rp/liter)

Page 109: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

93

Lampiran 3. Uji Kenormalan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 83

Normal Parameters(a,b) Mean .0000000Std. Deviation 47.45137725

Most Extreme Differences

Absolute.121

Positive .121Negative -.077

Kolmogorov-Smirnov Z 1.105Asymp. Sig. (2-tailed) .174

a Test distribution is Normal. b Calculated from data

Page 110: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

94

Lampiran 4. Kuisioner Penelitian

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGANFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGORJl. Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680

Telp/ Fax. (0251) 421672

KUISIONER PENELITIAN MASYARAKAT (RUMAH TANGGGA)

Nama : No. :Alamat : Kp. Kel : Kec :

RT : RW :

A. Karakteristik Responden1. Jenis Kelamin : L / P 2. Umur : _____________ tahun3. Status : Belum Menikah / Sudah Menikah4. Jika sudah menikah, berapa jumlah (orang) anggota keluarga yang

ditanggung?________orang5. Pendidikan formal terakhir yang ditempuh Saudara ?

a. SD Kelas : 1 2 3 4 5 6 b. SMP / Tsanawiyah Kelas : 1 2 3 c. SMA / STM / Aliyah Kelas : 1 2 3 d. Perguruan Tinggi D3 S1 S2e. Tidak Sekolah

6. Apakah jenis pekerjaan utama Saudara sehari-hari ?a. Petani (pemilik / penggarap) d. PRTb. Pegawai Negeri Sipil e. Ibu RTc. Pedagang f. Lainnya, ______d. Buruh Pabrik

7. Rata-rata pendapatan perbulan (dalam rupiah) Saudara ?a. < 500.000 Tepatnya : Rp. __________b. 500.001 – 1.000.000 Tepatnya : Rp. __________c. 1.000.001 – 1.500.000 Tepatnya : Rp. __________d. 1.500.001 – 2.000.000 Tepatnya : Rp. __________e. > 2.000.000 Tepatnya : Rp. __________

8. Adakah pendapatan lain selain pekerjaan yang Saudara sebutkan di atas?a. Ya, bekerja sebagai ___________________________b. Tidak

9. Berapakah pendapatan per bulan yang Saudara dapatkan dari pekerjaan sambilan tersebut? Rp. ______________________________________

10. Apakah ada anggota keluarga lainnya yang bekerja?a. Ya b. Tidak

Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Willingness To Pay Rumah Tangga Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Fungsi Hidrologis Mata Air Cirahab”. Kami mohon partisipasi Saudara untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat menjadi data yang objektif. Informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk digunakan untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasinya Kami ucapkan terima kasih.

Page 111: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

95

11. Kalau ada, berapa total pendapatan mereka perbulannya?Rp. _______________________________________________________

12. Total Pendapatan per bulan 1 rumah tangga : Rp. ________________13. Total pengeluaran Saudara per hari ? Rp. ________________________

a. Konsumsi keluarga Rp.b. Biaya anak sekolah Rp. c. Uang jajan anak Rp. d. Listrik Rp. e. Tabungan Rp. f. Biaya pengobatan Rp. g. Lainnya Rp.

B. Jumlah Kebutuhan Air Dari Pemanfaatan Sumber Air1. Apakah Saudara menerima manfaat dari jasa lingkungan yang dihasilkan

oleh sumber air yang Saudara manfaatkan?a. Ya b. Tidak

1. Manfaat apa saja yang Saudara terima dari jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan ?

a. Air bersih untuk minumb. Mencuci Pakaian c. Mencuci Piringd. Mandie. Air untuk produksi sebuah output f. Lainnya,____________________________________________

2. Dalam 1 rumah, ada berapa orang yang menggunakan air tersebut? ________ orang

3. Menurut Saudara, Bagaimanakah penilaian terhadap kualitas air dari mata air Cirahab yang Saudara manfaatkan?

a. Sangat Jernihb. Jernihc. Biasad. Kotore. Sangat Kotor

4. Kira-kira berapakah jumlah galon (19 lt) yang yang Saudara manfaatkan per hari untuk keperluan rumah tangga? __________ buah

C. Domisili / Jarak Rumah dari Sumber Air1. Kira-kira, berapa jarak (dalam meter) antara rumah dengan sumber

air yang Saudara manfaatkan?a. < 50 Tepatnya ___________________b. 51 – 100 Tepatnya___________________c. 101 – 150 Tepatnya___________________d. 151- 200 Tepatnya___________________e. 201 – 250 Tepatnya___________________f. 251 – 300 Tepatnya___________________g. 301 – 350 Tepatnya___________________h. 351- 400 Tepatnya___________________i. 401 – 450 Tepatnya___________________j. 451 – 500 Tepatnya___________________k. > 500 Tepatnya___________________

2. Apakah Saudara membutuhkan biaya transportasi / upah pikul untuk mendapatkan air dari mata air tersebut?

a. Ya b. Tidak

Page 112: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

96

3. Kira-kira seberapa besar biaya transportasi / upah pikul (dalam rupiah)per hari yang Saudara keluarkan untuk mendapatkan air dari mata air tersebut?

a. < 1000 Tepatnya Rp. _________________b. 1.001 -5.000 Tepatnya Rp. _________________c. 5.001 – 10.000 Tepatnya Rp. _________________d. 10.001 – 15.000 Tepatnya Rp. _________________e. Lainnya, _______________________________________

4. Apakah Saudara mengetahui tentang jasa lingkungan?a. Ya b. Tidak

5. Jika Ya, jasa lingkungan apa saja yang Anda ketahui?___________________________________________________________

6. Apakah Saudara mengetahui, mata air Cirahab merupakan bagian dari DAS Cidanau?

a. Ya b. Tidak7. Apakah Saudara mengetahui fungsi atau manfaat dari mata air Cirahab

yang Saudara manfaatkan?a. Ya b. Tidak

8. Apa saja manfaat jasa lingkungan yang dihasilkan oleh mata air Cirahabyang Saudara ketahui?a. Mengatur aliran secara alamib. Pemasok kebutuhan air bagi rumah tanggac. Sebagai daerah potensi wisatad. Lainnya, sebutkan ___________________________________

9. Apakah Saudara mengetahui bentuk penurunan kualitas mata air yang Saudara manfaatkan?

a.Ya b. Tidak10. Penyebab utama penurunan kualitas mata air cirahab yang Saudara

rasakan?a. Pencemaran air oleh sampahb. Pencemaran air oleh limbah rumah tangga (detergen)c. Pencemaran air oleh limbah pertanian (pupuk dan pestisida)d. Pendangkalane. Penebangan liarf. Musim Kemarau yang berkepanjangang. Musim Hujan yang menyebabkan air menjadi keruhh. Penyebab lainnya, ______________________________

11. Menurut Saudara perlukah upaya konservasi perlu dilakukan?a. Ya b. Tidak

12. Apakah bentuk upaya konservasi yang sebaiknya dilakukan?a. Melakukan penyuluhan mengenai pengehematan airb. Melakukan upaya reboisasi hutan (penghijauan hutan)c. Melakukan penanaman di hutan rakyat

Masyarakat Desa Curug Goong disini dapat berfungsi sebagai penyedia dan pemanfaat jasa lingkungan. Dalam penelitian ini, masyarakat diasumsikan sebagai pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau karena masyarakat memanfaatkan mata air Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300/liter/detik. Mata air tersebut sejak dahulu merupakan pemasok kebutuhan air bagi kehidupan rumah tangga masyarakat Desa Curug Goong.

Page 113: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

97

d. Melakukan upaya gerakan menanam 1000 pohon e. Lainnya, ___________________________________________

13. Apakah menurut Saudara, kondisi lahan di Desa Curug Goong cukup baik untuk ditanami pohon sebagai penyerapan air?

a. Ya b. Tidak14. Bagaimanakah menurut Saudara kondisi lahan di Desa Curug Goong?

a. Sangat Baik b. Cukup Baikc. Baikd. Buruke. Sangat Buruk

D. Kesediaan Masyarakat untuk Melakukan Pembayaran Jasa Lingkungan dari Sumber Air

1. Apakah Saudara setuju jika dilakukan suatu upaya perbaikan kualitas dan kuantitas air di mata air Cirahab?

a. Setuju b. Tidak 2. Berapa besar uang (dalam rupiah / galon) yang ingin dan bisa Saudara

berikan kepada lembaga yang Saudara percayai sebesar air yang Saudara gunakan?

Sumber air yang saudara manfaatkan saat ini adalah air dari mata air Cirahab yang merupakan bagian dari DAS Cidanau yang memiliki debit air terbesar yaitu 300 lt/detik. Sumber air yang Saudara manfaatkan saat ini masih mampu memberikan pasokan air yang memadai kepada para penggunanya. Namun demikian, ada banyak faktor yang mengancam ketersediaan pasokan air di masa mendatang. Pertama, adalah pertumbuhan penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan pasokan airpun akan semakin meningkat pula.

Jumlah dan kualitas air ditentukan oleh kondisi yang terjadi pada sumber airnya. Misalnya, tinggi-rendahnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan air, seperti halnya juga lama atau pendeknya musim kemarau. Kedua hal tersebut bisa mengalami perubahan di masa mendatang. Jumlah hujan, misalnya akan terjadi penurunan di masa mendatang. Selain itu, ada juga kegiatan manusia yang turut mengganggu jumlah dan kualitas air. Beberapa kegiatan pertanian misalnya banyak menggunakan jenis pupuk dan pestisida juga mempengaruhi kualitas dan jumlah persediaan air.

Saat ini kondisi sumber air semakin buruk dan jika tidak segera ditanggulangi untuk melindungi sumber air, nampaknya akan terjadi kekurangan persediaan air dimasa mendatang. Hal ini bisa berarti bahwa Saudara terpaksa harus mengatur pembagian air kepada pengguna lainnya sehingga Saudara pun pada gilirannya akan mengalami kekurangan pasokan air. Selain itu, jika pasokan air menurun, Saudara akan mengeluarkan biaya yang lebih besar seperti biaya transportasi yang lebih besar untuk mendapatkan air yang berkualitas baik. Salah satu yang mungkin dapat dicoba untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan melindungi sumber air agar kualitas tidak memburuk dan jumlah air tidak berkurang dengan cara menanam pohon di daerah hulu. Tentu saja semua itu tidak akan bisa dilakukan tanpa mengeluarkan biaya untuk membeli bibit.

Anggaplah bahwa Saudara sebagai pemanfaat sumber air setempat harus ikut membayar untuk upaya pelestarian sumber air tersebut.

Page 114: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

98

a) 1500 d) 3000b) 2000 e) 3500c) 2500 f) lainnya, _______________________

3. Berikan alasan mengapa Saudara memberikan imbalan sebesar tersebut?__________________________________________________________

4. Ada beberapa alasan mengapa beberapa orang tidak berkenaan untuk membayar sedikitpun dalam upaya perlindungan sumber air untuk mencegah terjadinya kekurangan dan penurunan mutu air di masa mendatang. Dapatkah Saudara menjelaskan mengapa Saudara tidak berkenaan untuk memberikan imbalan?

a. Saya tidak punya uang lebih / saya tidak mampu membayar

b. Perubahan kualitas / kuantitas terlalu kecil untuk dianggap penting

c. Saya pikir masalah tersebut bukan prioritasd. Saya tidak terlalu tertarik dengan masalah inie. Saya perlu lebih banyak informasi / waktu untuk

menjawab pertanyaan inif. Saya puas dengan keadaan sekarang / nantig. Saya pikir itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk

membayar biaya perlindungan terhadap sumber airh. Saya tidak mau membayar air lebih mahali. Saya tidak peduli dengan kondisi sekarang / nantij. Saya tidak percaya bahwa lembaga-lembaga pelaksanaan

program akan mampu mengimplementasikan program tersebut

Tanggal Pengisian Kuisioner :Waktu Pengisian Kuisioner :Tanda Tangan :

Page 115: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

99

Lampiran 5. Kondisi Lokasi Penelitian

Sumber mata air Cirahab Aktivitas masyarakat (mencuci)

Aktivitas masyarakat (membawa air) Wawancara responden oleh penulis

Aktivitas masyarakat (mandi) Pendopo di sekitar mata air Cirahab

Page 116: ANALISIS WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP

100

Lampiran 6. Peta Lokasi Penelitian