analisis teknik, metode, dan ideologi …/analisis... · penelitian ini merupakan penelitian...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN DALAM
SUBTITLE FILM JANE EYRE
VERSI SERIAL TV BBC
TESIS
Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Program Studi Linguistik
Minat Utama Linguistik Penerjemahan
Oleh:
Prima Purbasari
S130809011
Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan
Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Prima Purbasari
NIM : S130809011
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Analisis Teknik,
Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV
BBC” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya yang
terdapat dalam tesis ini diberi tanda citasi dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan saya tersebut terbukti tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh
dari tesis tersebut.
Surakarta, 12 Desember 2011
Yang membuat pernyataan,
Prima Purbasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Mama dan Ayah,
Adek-Adekku,
Sahabat-Sahabat,
Terima kasih untuk doa, supports, dan bantuannya…
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Tak pernah terlambat untuk bermimpi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil „alamin. Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas
petunjuk, bimbingan, serta pertolonganNYA sehingga penulis bisa menyelesaikan
penelitian ini.
Dengan tulus penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta,
2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D, Ketua Program Studi Linguistik
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai
pembimbing I yang telah menyediakan waktu, kemudahan, serta bimbingan dan saran
dalam menyelesaikan tesis ini,
3. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D selaku pembimbing II yang telah memberikan
waktu, kemudahan dan bimbingan serta sarannya selama proses penulisan tesis ini,
4. Semua dosen Program Pascasarjana UNS yang mengampu pada Program Linguistik
Minat Utama Penerjemahan,
5. Semua karyawan perpustakaan dan biro administrasi yang telah memberi bantuan
demi kelancaran penulisan tesis ini,
6. Kedua orang tua (Drs. Dwi Priyo Basuki, M.Si dan Khuzaemah, S.Pd., M.M.) yang
tak pernah letih dan lupa dalam memberikan doa, semangat, nasihat, dan dukungan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
adik-adik (Priza dan Prizqi) yang juga ikut mendoakan dan menyemangati; serta
segenap keluarga besar yang turut mendoakan.
7. Agustin Widiani dan Mas Bayu Budiharjo yang bersedia terlibat dan memberikan
bantuan untuk penulisan tesis ini.
8. Rohmita Khoirun Nisaa‟ yang juga memberikan bantuan dan dukungan selama ini.
9. Sahabat-sahabat dan teman-teman LP 2009: Mita, Agustin, Mbak Ria, Mbak Beta, Bu
Titik, Bu Dewi, Reni, Mbak Fella, Mas Bayu, dan Mas Rahmat yang telah
memberikan saran, semangat, inspirasi dan juga bantuan selama masa kuliah dan
proses penulisan tesis, serta semua yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
dan selalu memberikan bantuan, inspirasi, semangat, dan doa kepada penulis.
Dalam kesempatan ini tidak ada yang bisa penulis sampaikan selain ucapan
terima kasih yang tulus. Teriring doa semoga rahmat dan hidayah Allah SWT
senantiasa tercurah kepada mereka atas kebaikan yang diberikan kepada penulis.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam studi
penerjemahan.
Surakarta, Desember 2011
Prima Purbasari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Prima Purbasari. S130809011. 2011. Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi
Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC. Tesis.
Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat Utama Penerjemahan.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R.
Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D.
Film dapat menjadi daya tarik yang mendunia serta menjadi media edukasi
bagi masyarakat di dunia, terutama bila dilengkapi dengan subtitle yang dapat
menyalurkan pesan dari film tersebut. Namun, bahasa lisan perlu dibuat lebih ringkas
ketika digunakan sebagai bahasa tertulis dalam subtitle sehingga timbul batasan-
batasan tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan penerjemah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi
penerjemahan yang digunakan dalam subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC,
serta mendiskripsikan dampak penggunaannya terhadap kualitas subtitle dari aspek
keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability) serta keterbacaan (readability).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, kualitatif terpancang untuk
kasus tunggal. Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis sumber data. Sumber data pertama
adalah dokumen yang berupa transkrip film Jane Eyre beserta teks terjemahannya
(subtitle) dalam Bahasa Indonesia. Sumber data kedua berupa informasi yang didapat
dari responden/rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi teknik, metode,
dan ideologi dengan pengkajian dokumen, penyebaran kuesioner dan wawancara
mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan dengan teknik purposive sampling.
Analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model analisis sesuai
dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh Spradley.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 12 jenis teknik penerjemahan
dari 685 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan film Jane Eyre yang berupa
teks audio dan visual. Berdasarkan frekuensi penggunaannya, secara berurutan teknik-
teknik tersebut adalah: penerjemahan literal 156 (22, 77%), transposisi 137 (20%),
kompresi linguistik 110 (16, 05%), padanan lazim 98 (14, 30%), amplifikasi linguistik
41 (5, 98%), amplifikasi 36 (5, 25%), reduksi 35 (5, 10%), modulasi 35 (5, 10%),
partikularisasi 19 (2, 77%), peminjaman murni 9 (1, 31%), kalke 8 (1, 16%), dan
generalisasi 1 (0, 14%). Berdasarkan teknik yang dominan muncul, penerjemah
cenderung menggunakan metode penerjemahan komunikatif dengan ideologi
domestikasi. Dampak dari penggunaan teknik, metode dan ideologi penerjemahan
yang dipilih terhadap kualitas terjemahan ialah didapatkannya nilai overall quality 2,
82 dengan nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2, 88 dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
keterbacaan 2, 98. Hal ini mengindikasikan bahwa subtitle film ini memiliki kualitas
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan yang baik. Teknik yang paling banyak
memberikan kontribusi positif terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan terjemahan adalah teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan
generalisasi. Teknik penerjemahan yang paling banyak mengurangi tingkat
keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan terjemahan adalah teknik reduksi.
Sebagai salah satu jenis penerjemahan film yang berbeda dengan jenis
penerjemahan lain karena adanya beberapa batasan tertentu, faktor-faktor legibility
perlu diperhatikan dalam subtitling. Pilihan kata yang tepat serta bentuk yang sepadan
dalam bahasa sasaran juga penting untuk diperhatikan karena makna dan kesan yang
diterima pemirsa bisa berbeda dengan maksud penulis asli.
Kata Kunci: subtitle, subtitling, teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi
penerjemahan, kualitas terjemahan, keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRACT
Prima Purbasari. S130809011. 2011. Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi
Penerjemahan dalam Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC. Thesis.
Postgraduate Program in Linguistic, Majoring in Translation Studies. Sebelas
Maret University. Surakarta. Thesis Advisor: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan,
M.Ed., M.A., Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D.
Beside becoming a world-wide attraction, film can also be a means of
education especially if subtitle is provided. However, spoken language is needed to be
summarized when it is used as a written language in subtitling. Therefore, certain rules
occur and it may affect the translator‟s decision. The aims of this research are to
identify and describe the translation techniques, method and ideology used in the
subtitle of the BBC television series, Jane Eyre and also to describe the subtitle‟s
quality as the impact of techniques, method and ideology applied, in terms of
accuracy, acceptability, and readability.
This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a single
case. It involves two kinds of data sources. The first data source is the film transcript
of Jane Eyre and its subtitle in Indonesian. The second data source is the information
collected from respondents/rater. Techniques of collecting data are document analysis,
questionnaire distribution, and in-depth interview. Purposive sampling is applied in
this research. During the data collection process, the analysis is also conducted. The
model of analysis is ethnographic analysis.
The research findings show that there are 12 kinds of translation techniques
from 685 techniques applied in translating the audio and visual text of Jane Eyre.
Based on the frequencies, the techniques are literal translation 156 (22, 77%),
transposition 137 (20%), linguistic compression 110 (16, 05%), established equivalent
98 (14, 30%), linguistic amplification 41 (5, 98%), amplification 36 (5, 25%),
reduction 35 (5, 10%), modulation 35 (5, 10%), particularization 19 (2, 77%), pure
borrowing 9 (1, 31%), calque 8 (1, 16%), and generalization 1 (0, 14%). Based on the
dominant techniques that occur, the translator tends to use communicative translation
method and domestication as the ideology. Then, the impact of the application of those
translation techniques, method, and ideology toward the translation quality is the
overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2, 74, acceptability 2,
88, and readability 2, 98. These indicate that the subtitle has a good quality. The
translation techniques which give the most positive contribution for the translation
quality are particularization, pure borrowing, calque, and generalization. The
technique which gives the most negative contribution is reduction.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
In subtitling, legibility factors are important to be noticed and taken into
consideration. The appropriate choice of words and equivalent forms in target
language are also important to be concerned because the meaning and impression
received by the audience may be different with the writer‟s intention.
Keywords: subtitle, subtitling, translation technique, translation method, translation
ideology, translation quality, accuracy, acceptability and readabilit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing ............................................................................................ ii
Pengesahan Tesis ....................................................................................................... iii
Pernyataan .................................................................................................................. iv
Persembahan .............................................................................................................. v
Motto .......................................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................................... vii
Abstrak ....................................................................................................................... ix
Abstract ...................................................................................................................... xi
Daftar Isi..................................................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................................ xviii
Daftar Tabel ............................................................................................................... xix
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Pembatasan Masalah .................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian........................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan .......................................................................................... 9
1.1. Pengertian Penerjemahan ............................................................... 9
1.2. Proses Penerjemahan ..................................................................... 10
1.3. Teknik Penerjemahan .................................................................... 12
1.4. Metode Penerjemahan ................................................................... 18
1.5. Ideologi Penerjemahan .................................................................. 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1.6. Kualitas Terjemahan ...................................................................... 23
2. Film........... .............................................................................................. 26
3. Subtitling ................................................................................................ 27
3.1. Subtitling Sebagai Penerjemahan Audiovisual .............................. 27
3.2. Jenis-Jenis Subtitling ..................................................................... 30
3.3 Standardisasi Subtitling ................................................................. 33
3.4. Kendala dan Keterbatasan Subtitling ............................................. 36
4. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 37
B. Kerangka Pikir ............................................................................................. 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 41
B. Data dan Sumber Data ................................................................................. 42
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 44
D. Teknik Cuplikan .......................................................................................... 48
E. Validitas Data .............................................................................................. 50
F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 51
G. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 53
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Penelitian
1. Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan ............................................... 55
1.1. Teknik Penerjemahan............................................................................ 55
1. Penerjemahan Literal .......................................................................... 56
2. Transposisi .......................................................................................... 57
3. Kompresi Linguistik ........................................................................... 59
4. Padanan Lazim ................................................................................... 60
5. Amplifikasi Linguistik........................................................................ 62
6. Amplifikasi ......................................................................................... 64
7. Reduksi ............................................................................................... 65
8. Modulasi ............................................................................................ 67
9. Partikularisasi .................................................................................... 68
10. Peminjaman Murni ........................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
11. Kalke ................................................................................................ 71
12. Generalisasi ...................................................................................... 72
1.2. Metode Penerjemahan ........................................................................... 73
1.3. Ideologi Penerjemahan ......................................................................... 76
2. Kualitas Subtitle Film Jane Eyre ................................................................. 76
1. Keakuratan Subtitle Film Jane Eyre ..................................................... 77
1.1. Terjemahan akurat ....................................................................... 77
1.2. Terjemahan kurang akurat ........................................................... 79
1.3 Terjemahan tidak akurat .............................................................. 84
2. Keberterimaan Subtitle Film Jane Eyre ................................................ 86
2.1. Terjemahan berterima .................................................................. 86
2.2. Terjemahan kurang berterima ..................................................... 89
2.3 Terjemahan tidak berterima ......................................................... 91
3. Keterbacaan Subtitle Film Jane Eyre .................................................... 92
3.1. Terjemahan yang mudah dipahami ............................................. 95
3.2. Terjemahan yang agak sulit dipahami ......................................... 97
B. Pembahasan
1. Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas
Subtitle Film Jane Eyre ................................................................................ 98
a. Dampak Teknik Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan ............... 100
1. Penerjemahan Literal .......................................................................... 102
2. Transposisi .......................................................................................... 103
3. Kompresi Linguistik ........................................................................... 104
4. Padanan Lazim ................................................................................... 105
5. Amplifikasi Linguistik........................................................................ 106
6. Amplifikasi ......................................................................................... 107
7. Reduksi ............................................................................................... 108
8. Modulasi ............................................................................................ 109
9. Partikularisasi .................................................................................... 110
10. Peminjaman Murni ........................................................................... 110
11. Kalke ................................................................................................ 111
12. Generalisasi ...................................................................................... 111
b. Dampak Metode Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan ............. 112
c. Dampak Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan ............ 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 123
B. Saran .......................................................................................................... 125
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 127
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram V Newmark ............................................................................... 19
Gambar 2. Diagram Kerangka Pikir........................................................................... 40
Gambar 3. Skema Trianggulasi Data ......................................................................... 50
Gambar 4. Skema Trianggulasi Metode..................................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skala Penilaian Keakuratan ...................................................................... 46
Tabel 2. Skala Penilaian Keberterimaan ................................................................. 47
Tabel 3. Skala Penilaian Keterbacaan ..................................................................... 47
Tabel 4. Contoh Identifikasi Teknik Penerjemahan ................................................ 52
Tabel 5. Contoh Analisis Komponen ...................................................................... 53
Tabel 6. Teknik-Teknik Penerjemahan dalam Subtitle film Jane Eyre .................. 56
Tabel 7. Contoh Penggunaan Teknik Penerjemahan Literal ................................... 57
Tabel 8. Contoh Penggunaan Teknik Transposisi................................................... 58
Tabel 9. Contoh Penggunaan Teknik Kompresi Linguistik .................................... 59
Tabel 10. Contoh Penggunaan Teknik Padanan Lazim ............................................ 60
Tabel 11. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi Linguistik ................................ 63
Tabel 12. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi .................................................. 64
Tabel 13. Contoh Penggunaan Teknik Reduksi ........................................................ 65
Tabel 14. Contoh Penggunaan Teknik Modulasi ...................................................... 67
Tabel 15. Contoh Penggunaan Teknik Partikularisasi .............................................. 69
Tabel 16. Contoh Penggunaan Teknik Peminjaman Murni ...................................... 70
Tabel 17. Contoh Penggunaan Teknik Kalke ........................................................... 71
Tabel 18. Contoh Penggunaan Teknik Generalisasi ................................................. 72
Tabel 19. Contoh Terjemahan Akurat ....................................................................... 77
Tabel 20. Contoh Terjemahan Kurang Akurat .......................................................... 79
Tabel 21. Contoh Terjemahan Tidak Akurat ............................................................ 84
Tabel 22. Contoh Terjemahan Berterima .................................................................. 87
Tabel 23. Contoh Terjemahan Kurang Berterima ..................................................... 89
Tabel 24. Contoh Terjemahan Tidak Berterima ....................................................... 91
Tabel 25. Contoh Terjemahan yang Mudah Dipahami ............................................. 95
Tabel 26. Contoh Terjemahan yang Agak Sulit Dipahami ....................................... 98
Tabel 27. Teknik Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Kualitas Terjemahan
Subtitle film Jane Eyre .............................................................................. 99
Tabel 28. Komponensial Teknik, Metode, Ideologi, dan Kualitas Subtitle Film
Jane Eyre ................................................................................................... 130
Tabel 29. Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle Film
Jane Eyre ................................................................................................... 159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Komponensial Teknik, Metode, Ideologi, dan Kualitas Subtitle
Film Jane Eyre.. .................................................................................... 130
Lampiran 2. Tabel Rekapitulasi Hasil Penilaian Kualitas Terjemahan Subtitle Film
Jane Eyre. . ........................................................................................... 159
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Analisis Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan dalam
Subtitle Film Jane Eyre Versi Serial TV BBC
Prima Purbasari1
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Esd.,M.A.,Ph.D2 Drs. Riyadi
Santosa, M.WEsd.,Ph.D3
ABSTRACT
2011. Thesis. Postgraduate Program in Linguistic, Majoring in
Translation Studies. Sebelas Maret University. Surakarta.
Thesis Advisor: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A.,
Ph.D. (2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D.
Beside becoming a world-wide attraction, film can also be a means
of education especially if subtitle is provided. However, spoken
language is needed to be summarized when it is used as a written
language in subtitling. Therefore, certain rules occur and it may
affect the translator’s decision. The aims of this research are to
identify and describe the translation techniques, method and
ideology used in the subtitle of the BBC television series, Jane
Eyre and also to describe the subtitle’s quality as the impact of
techniques, method and ideology applied, in terms of accuracy,
acceptability, and readability.
This research is a descriptive, qualitative research, and focuses on a
single case. It involves two kinds of data sources. The first data
source is the film transcript of Jane Eyre and its subtitle in
Indonesian. The second data source is the information collected
from respondents/rater. Techniques of collecting data are document
analysis, questionnaire distribution, and in-depth interview.
Purposive sampling is applied in this research. During the data
collection process, the analysis is also conducted. The model of
analysis is ethnographic analysis.
1 Mahasiswa Jurusan Program Studi Linguistik dengan NIM S130809011
2 Dosen Pembimbing I
3 Dosen Pembimbing II
The research findings show that there are 12 kinds of translation
techniques from 685 techniques applied in translating the audio
and visual text of Jane Eyre. Based on the frequencies, the
techniques are literal translation 156 (22, 77%), transposition 137
(20%), linguistic compression 110 (16, 05%), established
equivalent 98 (14, 30%), linguistic amplification 41 (5, 98%),
amplification 36 (5, 25%), reduction 35 (5, 10%), modulation 35
(5, 10%), particularization 19 (2, 77%), pure borrowing 9 (1, 31%),
calque 8 (1, 16%), and generalization 1 (0, 14%). Based on the
dominant techniques that occur, the translator tends to use
communicative translation method and domestication as the
ideology. Then, the impact of the application of those translation
techniques, method, and ideology toward the translation quality is
the overall quality score 2, 82 with the average score of accuracy 2,
74, acceptability 2, 88, and readability 2, 98. These indicate that
the subtitle has a good quality. The translation techniques which
give the most positive contribution for the translation quality are
particularization, pure borrowing, calque, and generalization. The
technique which gives the most negative contribution is reduction.
In subtitling, legibility factors are important to be noticed and
taken into consideration. The appropriate choice of words and
equivalent forms in target language are also important to be
concerned because the meaning and impression received by the
audience may be different with the writer’s intention.
Keywords: subtitle, subtitling, translation technique, translation
method, translation ideology, translation quality, accuracy,
acceptability and readability.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI
PENERJEMAHAN DALAM SUBTITLE FILM JANE EYRE
VERSI SERIAL TV BBC
Prima Purbasari1
Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Esd.,M.A.,Ph.D2 Drs. Riyadi
Santosa, M.WEsd.,Ph.D3
ABSTRAK
2011. Tesis. Pascasarjana Program Magister Linguistik, Minat
Utama Penerjemahan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Pembimbing: (1) Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D.
(2) Drs. Riyadi Santosa, M.Ed. Ph.D.
Film dapat menjadi daya tarik yang mendunia serta menjadi media
edukasi bagi masyarakat di dunia, terutama bila dilengkapi dengan
subtitle yang dapat menyalurkan pesan dari film tersebut. Namun,
bahasa lisan perlu dibuat lebih ringkas ketika digunakan sebagai
bahasa tertulis dalam subtitle sehingga timbul batasan-batasan
tertentu yang dapat mempengaruhi keputusan penerjemah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang
digunakan dalam subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC,
serta mendiskripsikan dampak penggunaannya terhadap kualitas
subtitle dari aspek keakuratan (accuracy), keberterimaan
(acceptability) serta keterbacaan (readability).
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, kualitatif terpancang
untuk kasus tunggal. Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis sumber
data. Sumber data pertama adalah dokumen yang berupa transkrip
film Jane Eyre beserta teks terjemahannya (subtitle) dalam Bahasa
Indonesia. Sumber data kedua berupa informasi yang didapat dari
responden/rater. Pengumpulan data dilakukan melalui identifikasi
teknik, metode, dan ideologi dengan pengkajian dokumen,
1 Mahasiswa Jurusan Program Studi Linguistik dengan NIM S130809011
2 Dosen Pembimbing I
3 Dosen Pembimbing II
penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam. Pemilihan
sampel data dilakukan dengan teknik purposive sampling. Analisis
dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Model
analisis sesuai dengan model analisis etnografi yang diusulkan oleh
Spradley.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 12 jenis teknik
penerjemahan
dari 685 teknik yang digunakan dalam menerjemahkan film Jane
Eyre yang berupa teks audio dan visual. Berdasarkan frekuensi
penggunaannya, secara berurutan teknik-teknik tersebut adalah:
penerjemahan literal 156 (22, 77%), transposisi 137 (20%),
kompresi linguistik 110 (16, 05%), padanan lazim 98 (14, 30%),
amplifikasi linguistik 41 (5, 98%), amplifikasi 36 (5, 25%), reduksi
35 (5, 10%), modulasi 35 (5, 10%), partikularisasi 19 (2, 77%),
peminjaman murni 9 (1, 31%), kalke 8 (1, 16%), dan generalisasi 1
(0, 14%). Berdasarkan teknik yang dominan muncul, penerjemah
cenderung menggunakan metode penerjemahan komunikatif
dengan ideologi domestikasi. Dampak dari penggunaan teknik,
metode dan ideologi penerjemahan yang dipilih terhadap kualitas
terjemahan ialah didapatkannya nilai overall quality 2, 82 dengan
nilai rata-rata keakuratan terjemahan 2, 74, keberterimaan 2, 88
dan keterbacaan 2, 98. Hal ini mengindikasikan bahwa subtitle film
ini memiliki kualitas keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan
yang baik. Teknik yang paling banyak memberikan kontribusi
positif terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan terjemahan adalah teknik partikularisasi, peminjaman
murni, kalke, dan generalisasi. Teknik penerjemahan yang paling
banyak mengurangi tingkat keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan terjemahan adalah teknik reduksi.
Sebagai salah satu jenis penerjemahan film yang berbeda dengan
jenis penerjemahan lain karena adanya beberapa batasan tertentu,
faktor-faktor legibility perlu diperhatikan dalam subtitling. Pilihan
kata yang tepat serta bentuk yang sepadan dalam bahasa sasaran
juga penting untuk diperhatikan karena makna dan kesan yang
diterima pemirsa bisa berbeda dengan maksud penulis asli.
Kata Kunci: subtitle, subtitling, teknik penerjemahan, metode
penerjemahan, ideologi penerjemahan, kualitas terjemahan,
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film telah menjadi alternatif yang menarik bagi sebagian besar masyarakat
baik sebagai sarana hiburan maupun edukasi. Istilah film berasal dari
photographic film (juga disebut dengan filmstock) yang dahulu digunakan sebagai
alat untuk merekam dan menampilkan gambar-gambar yang bergerak. Film
banyak dipertimbangkan sebagai salah satu bentuk seni yang penting karena
selain menghibur dan mendidik, film juga dapat memberikan pencerahan serta
inspirasi bagi para penontonnya. Film diciptakan oleh atau berdasarkan budaya
tertentu sehingga apa yang dihasilkan pun merupakan refleksi dari budaya
tersebut. Film apapun dapat menjadi daya tarik yang mendunia serta menjadi
media edukasi bagi masyarakat di seluruh dunia, terutama bila dilengkapi dengan
dubbing (sulih suara) atau subtitle yang dapat menyediakan terjemahan dialog
dalam film serta mampu menyalurkan pesan dari film tersebut. Melalui film,
masyarakat dapat mengetahui dan memahami budaya-budaya negara lain. Hingga
saat ini, budaya tetap menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan. Dengan
melihat budaya lain melalui film, masyarakat dapat memperkaya pengetahuan
mereka akan budaya serta diharapkan mampu melihat perspektif lain dari hal yang
sama, pun dengan pandangan yang berbeda dan hal ini dapat terwujud melalui
bantuan dubbing atau subtitle, salah satu jenis penerjemahan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Terdapat dua pendekatan dasar ketika melakukan transfer dialog lisan
suatu program dari satu bahasa ke bahasa yang lain, baik hasil akhirnya berupa
lisan seperti produksi aslinya ataupun ditransformasikan menjadi teks tulis. Jika
pendekatan pertama yang dikehendaki, maka prosesnya disebut sebagai dubbing
dan disebut dengan subtitling jika pilihan kedua yang digunakan (Cintas, 2009).
Karena faktor ekonomis, memerlukan lebih sedikit biaya dibandingkan dubbing,
subtitling menjadi pilihan yang bijak bagi pihak-pihak yang bekerja dalam bisnis
film. Subtitling pun lebih sering digunakan daripada dubbing, namun hal ini
bukan berarti bahwa kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan subtitling
lebih sedikit. Umumnya, sesuai pernyataan O’Connell (2007), orang dapat
berbicara lebih cepat dibandingkan saat membaca, yang mengakibatkan perlunya
bahasa lisan dibuat lebih ringkas ketika akan digunakan sebagai bahasa tertulis
dalam subtitle. Hal ini menyebabkan timbulnya space dan time constraint atau
batasan tempat dan waktu yang dapat mempengaruhi keputusan penerjemah.
Batasan tempat timbul seiring terbatasnya jumlah tempat yang disediakan untuk
subtitle. Faktor ini memiliki pengaruh terhadap pemilihan kata, lebih luas lagi;
berpengaruh terhadap kualitas hasil terjemahan subtitle. Selain itu, sebagai suatu
kesatuan, unsur-unsur lain yang terdapat dalam film semisal intonasi, gerak tubuh,
maupun unsur non verbal lainnya harus tetap diperhatikan dan dijadikan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan ketika menerjemahkan. Faktor
perbedaan budaya juga menjadi kendala tersendiri bagi seorang penerjemah film.
Adanya suatu anggapan bahwa negara yang kaya cenderung memakai
dubbing dalam menerjemahkan film atau program televisi sedangkan negara-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
negara miskin lebih memilih untuk menggunakan subtitling tidaklah tepat untuk
dikatakan saat ini karena terdapat beberapa faktor lain yang ikut mempengaruhi
pilihan maupun tingkat intensitas penggunaan dubbing atau subtitling. Faktor-
faktor yang juga merupakan tren baru tersebut adalah biaya dan waktu yang
tersedia, jenis atau genre program, status bahasa sumber dan bahasa target
(sebagai bahasa internasional, bahasa utama atau bahasa minoritas misalnya),
serta hubungan yang ada di antara faktor-faktor tersebut (O’Connell, 2007). Di
Indonesia, sebagai contoh, tingginya minat terhadap film-film berbahasa asing
dapat dilihat dari ramainya pengunjung bioskop-bioskop yang seringkali
menampilkan film-film berbahasa Inggris terbaru dan maraknya tempat
persewaan film yang menyediakan berbagai film berbahasa asing lainnya baik
dalam bentuk VCD ataupun DVD. Hal ini meningkatkan minat terhadap
subtitling. Banyaknya film-film maupun program-program televisi (yang bahasa
sumbernya mayoritas adalah Bahasa Inggris) yang didistribusikan ke Indonesia
dalam selang waktu yang relatif cepat antara film yang satu dengan lainnya
membuat subtitling menjadi pilihan yang tepat untuk penerjemahan film
meskipun dubbing juga tetap digunakan untuk genre-genre acara televisi tertentu,
serial televisi untuk anak-anak misalnya.
Uraian mengenai film sebagai media massa serta perannya dalam dunia
sosial ini menarik minat penulis untuk menjadikan film sebagai obyek penelitian.
Dalam penelitian ini, film yang dipilih sebagai obyek adalah Jane Eyre versi serial
televisi yang ditayangkan oleh BBC pada tahun 2006. Film dipilih dalam bentuk
VCD karena VCD lebih mudah dijangkau masyarakat karena lebih mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dijumpai di berbagai rental film. Serial ini dibuat berdasarkan sebuh novel karya
Charlotte Bronte yang diterbitkan pada tahun 1847. Novel dengan judul yang
sama ini telah diadaptasi ke dalam berbagai film bisu, film televisi, layar lebar,
drama musikal, pertunjukan radio, dan berbagai karya literatur. Menurut
Wikipedia; terdapat 7 film bisu antara tahun 1910-1926, 11 film layar lebar sekitar
tahun 1934-2011, 9 pertunjukan musikal dari 1994 hingga 2009, sebuah
pertunjukan radio pada tahun 1943, 9 serial atau film televisi di tahun 1952-2006,
sebuah graphic novel di tahun 2003 berjudul Jane Eyre: The Graphic Novel, dan
20 karya literatur yang diterbitkan dari tahun 1938 sampai 2010. Di Indonesia
sendiri, novel Jane Eyre dicetak kembali pada tahun 2011. Ini menunjukkan
besarnya minat para penikmat novel maupun film karya Bronte sehingga
mendorong para pembuat film, produser-produser maupun kelompok atau
individu-individu lainnya untuk memproduksi berbagai bentuk hiburan yang
terinspirasi oleh novel Jane Eyre ini. Dinilai sebagai sebuah bentuk adaptasi yang
berhasil, miniseri berjudul sama yang ditayangkan BBC One di Inggris pada tahun
2006 yang menjadi obyek bahasan dalam penelitian ini telah meraih critical
acclaim serta nominasi-nominasi bergengsi dari berbagai acara penghargaan.
Penayangan serial televisi Jane Eyre produksi BBC di luar Inggris sendiri yaitu
Amerika, Spanyol dan Portugal, menurut situs Wikipedia telah menarik minat
banyak penonton. Di Spanyol contohnya, serial ini memiliki sekitar 17,7%
pemirsa dari total pemirsa televisi Spanyol. Hal inilah yang juga menarik minat
penulis untuk menjadikan salah satu film televisi hasil adaptasi novel Jane Eyre
sebagai obyek penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Beberapa penelitian mengenai subtitle atau teks terjemahan film telah
dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian dengan judul “Kajian
Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Teks Terjemahan Film American
Beauty” oleh Adventina Putrianti pada tahun 2007. Penelitian terkait lainnya
dilakukan oleh Asrofin Nur Kholilah dalam tesisnya yang berjudul “Analisis
Teknik dan Kualitas Subtitle Film My Mom’s New Boyfriend” pada tahun 2010.
Sama-sama mengacu pada subtitling, terdapat beberapa perbedaan antara
penelitian ini dengan kedua penelitian sebelumnya. Obyek penelitian ini berupa
serial televisi, sedangkan obyek penelitian kedua penelitian di atas berupa film
layar lebar atau film bioskop. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui jenis-jenis teknik penerjemahan, metode dan ideologi yang diterapkan
dalam subtitle Jane Eyre serta dampak penggunaan teknik-teknik, metode, dan
ideologi penerjemahan tersebut terhadap kualitas terjemahannya. Permasalahan
ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Putrianti (2007), yaitu kajian
terjemahan tindak ilokusi ekspresif. Tindak ilokusi merupakan salah satu kategori
Tindak Tutur atau Speech Act, selain tindak lokusi dan perlokusi, yang pertama
kali diungkapkan oleh Austin (1962) dalam bukunya How to Do Things with
Words. Tindak Tutur merupakan salah satu teori dalam kajian Pragmatik
sedangkan penelitian ini murni mengkaji subtitling atau penerjemahan film.
Dalam penelitiannya, dikaji pula tingkat kesepadanan makna dan bentuk tindak
ilokusi ekspresif dalam bahasa sumber (Bahasa Inggris) kedalam bahasa sasaran
(Bahasa Indonesia) namun tidak mengkaji serta teknik penerjemahan yang
digunakan. Meskipun sama-sama mengkaji teknik penerjemahan serta dampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penerapannya terhadap kualitas subtitle, merujuk pada penelitian kedua yang
dilakukan oleh Kholifah (2010), penelitian ini dapat disebut berbeda karena
mengkaji metode serta ideologi yang digunakan oleh penerjemah. Secara ringkas,
gap yang ada antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. jenis-jenis teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang digunakan oleh
penerjemah dalam subtitle film.
2. dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut terhadap kualitas
subtitle yang dihasilkan.
B. Pembatasan Masalah
Dengan tujuan untuk membuat tesis ini lebih terarah dan fokus, perlu
diketahui bahwa penulis hanya mengkaji subtitle yang terdapat dalam film Jane
Eyre versi serial televisi yang diproduksi oleh stasiun televisi Inggris BBC One
tahun 2006 versi VCD, bukan dalam bentuk film bioskop maupun DVD. Mini seri
ini terdiri dari empat episode yang masing-masing episodenya memiliki durasi
tayang rata-rata 50 menit. Dalam hal ini, hanya episode pertama yang dipilih
sebagai data karena selain panjang durasi yang sama antar tiap episode, episode
awal adalah episode penting yang memberikan gambaran mengenai latar belakang
Jane Eyre, tokoh utama serial ini. Data yang dianalisis berupa dialog; satuan
lingual yang terdiri atas kata, frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung teknik
penerjemahan, maupun unsur lain dalam bentuk tertulis yang merupakan bagian
dari serial televisi tersebut. Karena penelitian ini berfokus pada subtitling atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
penerjemahan film dari Bahasa Inggris sebagai bahasa sumber ke dalam Bahasa
Indonesia sebagai bahasa sasaran maka dialog dalam bahasa lain, dalam hal ini
dialog dalam Bahasa Prancis, tidak diikutsertakan dalam proses analisis.
C. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam proposal tesis ini dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Teknik, metode, dan ideologi penerjemahan apa yang digunakan oleh
penerjemah dalam subtitle film Jane Eyre versi serial televisi BBC?
2. Bagaimana dampak teknik, metode, dan ideologi penerjemahan tersebut
terhadap kualitas hasil terjemahan atau subtitle film Jane Eyre versi serial
televisi BBC?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan-rumusan masalah yang telah disebutkan di atas,
tujuan proposal tesis ini adalah:
1. Mendeskripsikan teknik-teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang
digunakan oleh penerjemah dalam membuat subtitle film Jane Eyre versi
serial televisi BBC.
2. Mendeskripsikan dampak penggunaan teknik, metode dan ideologi
penerjemahan terhadap kualitas subtitle film Jane Eyre versi serial televisi
BBC.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
E. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, tesis ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
lebih jelas dan terperinci kepada pembaca mengenai penerjemahan film atau
subtitling, terutama penerjemahan film yang didistribusikan dalam bentuk VCD.
Diharapkan dapat memberikan informasi yang memadai mengenai teknik-teknik
yang biasa digunakan dalam penerjemahan film serta informasi mengenai jenis
metode dan ideologi yang kemungkinan besar cenderung sering digunakan dalam
penerjemahan film.
Secara praktis, tesis ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan pertimbangan bagi penulis-penulis lain, terutama yang berkecimpung di
bidang terjemahan yang berniat membuat karya tulis mengenai kualitas karya
terjemahan film atau subtitle maupun jenis penerjemahan audiovisual lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Teori
1. Penerjemahan
1.1. Pengertian Penerjemahan
Pada dasarnya, semua definisi yang ada mengenai istilah penerjemahan
mengarah pada hal yang sama, yaitu bahwa yang disebut dengan penerjemahan
adalah suatu upaya untuk mengalihkan pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa
lain. Catford (1974: 20) memberikan gagasan mengenai penerjemahan sebagai
penggantian suatu teks tertulis dalam suatu bahasa (BSu) dengan teks dalam
bahasa lain (BSa) yang sepadan. Definisi yang diberikan oleh Catford ini masih
sederhana, belum mencakup makna, pesan, maupun bentuk di dalam
penerjemahan. Namun, Nida dan Taber (1969:12) menyatakan bahwa
penerjemahan adalah menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran padanan
alami yang paling mendekati pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam makna
dan kedua dalam gaya. House (2001) mengemukakan bahwa makna yang
terkandung dalam suatu bentuk yang diterjemahkan (suatu unit linguistik) harus
diberikan secara sepadan/ekuivalen dalam setiap terjemahannya dalam bahasa
apapun. Dalam hal ini, Larson (1984) menjelaskan bahwa menerjemahkan pada
dasarnya adalah mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. „Bentuk‟ yang
dimaksud disini adalah bahasa, baik verbal maupun non-verbal.
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Terkait hal ini, Munday (2001: 1) memberikan pengertian tersendiri
tentang penerjemahan, yakni:
an act of communication which attempts to relay, across cultural
linguistic boundaries, another act of communication which may have
been intended for different purposes and different readers.
Melalui definisi ini, Munday menggolongkan penerjemahan sebagai tindak
komunikasi yang berupaya menyampaikan pesan yang melintasi batasan
linguistik dan budaya. Lebih jauh, tujuan dari penerjemahan itu sendiri bisa
berbeda-beda sebagaimana beragamnya pembaca. Terkait hal ini, bahasa
merupakan unsur utama dalam bidang penerjemahan, dan karena bahasa adalah
bagian dari kebudayaan maka penerjemahan tidak saja bisa dipahami sebagai
pengalihan bentuk dan makna tetapi juga budaya (Hoed, 1992:80).
1.2. Proses Penerjemahan
Dalam melakukan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan tentulah
akan melalui sebuah proses. Begitupun dalam melakukan aktifitas penerjemahan
akan terjadi proses penerjemahan. Proses penerjemahan adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah dalam memproses pengalihan
informasi yang ada dalam bahasa sumber (BSu) kedalam bahasa sasaran (BSa).
Menurut Nida dan Taber (1969:33) penerjemahan merupakan proses
yang kompleks karenanya penerjemahan berlangsung dalam tiga tahap yakni:
A. Tahap analisis (analysis)
Dalam menganalisa sebuah teks, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menganalisa teks yang akan diterjemahkan dengan tujuan untuk
mengetahui apa yang ingin disampaikan oleh si penulis asli dan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mengidentifikasi kata-kata sulit dan istilah teknis dari kalimat kompleks. Dalam
tahap ini, penerjemah menganalisis teks BSu dalam hal hubungan gramatikal dan
makna serta rangkaian kata-kata untuk memahami makna atau isi secara
keseluruhan. Hal-hal yang dianalisis berupa aspek linguistik dan aspek
ekstralinguistik. Unsur-unsur kebahasaan seperti unsur-unsur kata, struktur tata
bahasa, dan konteks komunikasi termasuk dalam unsur linguistik. Unsur
ekstralinguistik terkait dengan sosio budaya teks BSu yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari bahasa itu.
B. Pengalihan (transfer)
Setelah penerjemah benar-benar memahami makna yang terkandung
dalam bahasa sumber dan juga struktur bahasa sumber, langkah berikutnya dalam
proses penerjemahan adalah pengalihan makna. Pada tahapan ini penerjemah
mulai menerjemahkan dalam pikiran dan dituliskan ke dalam BSa, mencari
padanan kata yang tepat dari BSu ke dalam BSa. Pada tahap ini juga seorang
penerjemah memutuskan ideologi mana yang akan digunakan (foreignization
atau domestication), metode apa yang akan dipakai dan teknik apa yang akan
diaplikasikan dengan mempertimbangkan tiga aspek yaitu keakuratan (accuracy),
kewajaran (naturalness), dan keterbacaan (readability).
C. Penyelarasan (restructuring)
Restrukturisasi atau penyelarasan isi pesan pada BSa adalah tahap akhir
dalam proses penerjemahan. Tahap ini merupakan penyesuaian hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
penerjemahan dengan kaidah dan pemikiran pembaca BSa dalam bentuk bahasa
yang sewajar mungkin. Dalam tahapan ini seorang penerjemah membuat hasil
terjemahannya yang luwes dan mudah dipahami agar pembaca tidak merasa
seperti merasa membaca teks terjemahan. Beberapa penerjemah menyatakan
bahwa tujuan dari restructuring adalah; mengecek penggunaan istilah-istilah
teknis secara konsisten, meyakinkan struktur kalimat terjemahan dengan tata
Bahasa Indonesia, dan mempertimbangkan apakah kalimat-kalimat kompleks
seharusnya ditulis kembali menjadi kalimat yang lebih sederhana agar mudah
dimengerti.
1.3. Teknik Penerjemahan
Ketika menerjemahkan, seorang penerjemah pasti mengalami kesulitan
dalam memecahkan masalah-masalah pada tataran unit bahasa yang kecil seperti
kata, frasa atau kalimat. Istilah strategi penerjemahan sering digunakan, padahal
strategi ini terwujud dalam teknik penerjemahan yang terlihat pada produk atau
hasil terjemahan. Untuk lebih memahami kedua istilah tersebut, Molina dan Albir
(2002:508) memberikan definisi sebagai berikut:
strategies open the way to finding a suitable solution for translation unit.
The solution will be materialized by using a particular technique.
Therefore, strategies and techniques occupy different places in problem
solving: strategies are part of the process, techniques affect the result.
Molina dan Albir (2002: 509) mendefinisikan teknik penerjemahan
sebagai prosedur untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana
kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
lingual. Di bawah ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina dan Albir
(2002: 509-511):
a. Transposisi (Transposition)
Merupakan teknik penggantian kategori tata bahasa (gramatikal) BSu kedalam
BSa yang dianggap lebih sesuai.
BSu : how hungry you are
BSa : kau lapar sekali.
b. Modulasi (Modulation)
Dengan teknik ini, penerjemah mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori
kognitif dalam kaitannya dengan BSu.
BSu : she does the laundry
BSa : ia tukang cuci kami.
c. Adaptasi (Adaptation)
Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mengubah unsur budaya pada BSu ke
dalam budaya BSa.
BSu : how’s Jefry?
BSa : bagaimana kabar Jupri?
d. Amplifikasi (Amplification)
Teknik ini mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrasekan suatu
informasi yang implisit dari BSu ke dalam BSa. Teknik ini biasanya
digunakan dalam pengalihbahasaan (interpreting) dan dubbing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BSu : you must change
BSa : kau harus ganti pakaian.
e. Peminjaman (Borrowing)
Borrowing merupakan teknik penerjemahan yang memungkinkan penerjemah
meminjam kata atau ungkapan dari BSu, peminjamannya bisa berupa
peminjaman murni (pure borrowing) maupun peminjaman yang telah
dinaturalisasikan (naturalized borrowing) baik dalam bentuk morfologi
ataupun pengucapan yang disesuaikan dalam BSa.
1) Pure Borrowing
BSu : hotel
BSa : hotel
2) Naturalized Borrowing
BSu : calculator
BSa : kalkulator.
f. Kalke (Calque)
Teknik ini merujuk pada penerjemahan secara literal, baik kata maupun frasa
dari BSu ke dalam BSa yang dapat berwujud leksikal atau struktural.
BSu : a smile
BSa : sebuah senyuman.
g. Kompensasi (Compensation)
Teknik memperkenalkan unsur-unsur pesan, informasi, atau pengaruh
stilistika teks BSu ke dalam teks BSa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BSu : enter, stranger, but take heed
of what awaits the sin of greed
BSa : masuklah, orang asing, tetapi berhati-hatilah
terhadap dosa yang harus ditanggung orang serakah.
h. Penerjemahan Literal (Literal Translation)
Penerjemahan kata atau ekspresi dari BSu ke BSa secara kata per kata tetapi
strukturnya sudah mengikuti aturan BSa.
BSu : look at his wings
BSa : lihat sayapnya.
i. Kreasi Diskursif (Discursive Creation)
Teknik ini digunakan untuk menentukan padanan sementara untuk istilah yang
maknanya tidak terduga dan keluar konteks. Teknik ini biasanya diterapkam
untuk menerjemahkan judul buku atau film.
Contoh:
BSu : Shopaholic and Sister
BSa : Si Gila Belanja Punya Kakak.
j. Padanan Lazim (Established Equivalent)
Teknik penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim digunakan atau
diakui baik dalam kamus atau penggunaan bahasa sehari-hari dalam BSa.
BSu : afternoon, miss
BSa : selamat siang, Nona.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
k. Generalisasi (Generalization)
Dalam teknik ini penerjemah mengubah istilah asing yang bersifat khusus
menjadi lebih dikenal dan umum dalam BSa.
BSu : flat
BSa : apartemen
l. Partikularisasi (Particularization)
Teknik ini merupakan kebalikan dari generalisasi. Penjelasan yang lebih
konkrit dan jelas lebih diutamakan oleh penerjemah dalam BSa, sementara itu
dalam BSu hanya diberikan istilah umum saja.
BSu : it is upholstered with velvets and furs
BSa : perabotannya berlapis beludru dan bulu binatang.
m. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification)
Teknik penambahan elemen-elemen linguistik dalam teks BSa agar lebih
sesuai dan mudah dimengerti. Teknik ini biasa digunakan dalam consecutive
interpreting dan dubbing (sulih suara).
BSu : but never here
BSa : tapi tak pernah kulihat di sini.
n. Kompresi Linguistik (Linguistic Compression)
Penerapan teknik ini dilakukan dengan mensintesa unsur-unsur linguistik
dalam teks BSa. Teknik ini biasa digunakan dalam simultaneous interpreting
dan subtitling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
BSu : there’s still plenty of rooms
BSa : masih banyak tempat
o. Reduksi (Reduction)
Teknik ini menekankan pada pemadatan teks dari BSu ke dalam BSa,
merupakan kebalikan dari amplifikasi.
BSu : keep fighting spirit!
BSa : bersemangatlah!
p. Substitusi (Substitution)
Teknik ini umumnya digunakan dalam pengalihbahasaan dengan cara
mengubah unsur-unsur linguistik ke dalam paralinguistik (berhubungan
dengan intonasi dan gerakan tubuh) atau sebaliknya.
BSu : he shakes his head (paralinguistik)
BSa : dia tidak setuju
q. Variasi (Variation)
Dengan teknik ini penerjemah mengubah unsur-unsur linguistik dan
paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik, perubahan tona, gaya
bahasa, dialek sosial, dan juga dialek geografis. Teknik ini biasanya digunakan
untuk menerjemahkan naskah drama dan cerita anak-anak.
BSu : hello, babe
BSa : halo, cewek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
r. Deskripsi (Description)
Penggantian istilah atau ungkapan dalam BSu baik dengan deskripsi bentuk
atau fungsinya maupun keduanya.
Bsu: Panettone (I)
BSa: The traditional Italian cake eaten on New Year’s eve (E)
1.4. Metode Penerjemahan
Metode penerjemahan merupakan cara sebuah proses penerjemahan
dilakukan sesuai tujuan penerjemah, yaitu opsi global yang berdampak pada teks
bahasa sasaran secara keseluruhan atau konteks makro yang memberi pengertian
bahwa metode tersebut telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya (Molina
dan Albir, 2002). Sebelum melakukan kegiatan penerjemahan, seorang
penerjemah harus memperhatikan karakteristik pembaca targetnya dan untuk
keperluan apa hasil terjemahannya nanti, sehingga penerjemah bisa memutuskan
metode apa yang akan digunakan dalam menerjemahkan suatu teks. Venuti
(1995:20-21) menyimpulkan bahwa dalam konteks makro ada dua kecenderungan
yang muncul mengenai bagaimana bentuk dan cara penerjemahan yang diinginkan
masyarakat. Namun, dua kecenderungan ini menunjukkan perbedaan yang kuat,
satu sisi meyakini bahwa terjemahan yang baik adalah yang dekat dengan budaya
dan bahasa sumber (foreignizing atau foreignisasi), sementara yang lain meyakini
bahwa terjemahan yang baik harus dekat dengan budaya dan bahasa sasaran
(domestication atau domestikasi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sehubungan dengan ini, Newmark (1988:45) membagi metode
penerjemahan menjadi 8 berdasarkan tujuan dan pertimbangan „untuk siapa‟
penerjemahan dilakukan. Empat dari delapan metode berorientasi pada BSu, dan
empat yang lainnya berorientasi pada BSa. Kedelapan metode itu digambarkan
dalam diagram yang disebut diagram V. Berikut adalah diagram yang dimaksud:
SL emphasis TL emphasis
word-for-word translation adaptation
literal translation free translation
faithful translation idiomatic translation
semantic translation communicative translation
Gambar 1: Diagram V
Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai metode-metode
tersebut. Metode no 1 - 4 adalah metode yang berorientasi pada bahasa sumber,
sedangkan metode no 5 - 8 merupakan metode-metode yang berorientasi pada
bahasa sasaran.
1. Penerjemahan Kata demi Kata (Word for Word Translation)
Penerjemahan ini masih terikat pada struktur BSu tanpa sedikitpun
penyesuaian terhadap struktur BSa. Nababan (2003) menyatakan bahwa
penerjemah hanya mencari padanan kata BSu dalam BSa tanpa mengubah
susunan kata dalam terjemahannya. Susunan kata dalam BSa sama persis dengan
susunan kata dalam kalimat BSu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Metode ini dilakukan dengan melakukan perubahan struktur kalimat pada
BSa. Pada awalnya penerjemah menerjemahkan teks dalam BSu secara kata demi
kata kemudian disesuaikan dengan susunan kata dalam BSa namun kata-kata
maupun gaya bahasa dalam BSu masih dipertahankan.
3. Penerjemahan Setia (Faithful Translation)
Penerjemahan ini dilakukan untuk memproduksi makna kontekstual teks
asli namun tetap mempertahankan aspek bentuk atau struktur gramatikal BSu
sehingga pembaca masih dapat melihat kesetiaan pada segi bentuknya. Karena
berpegang teguh pada makna dan tujuan teks BSu, maka hasil terjemahannya
seringkali terasa kaku. Hoed (2006: 57) mengungkapkan bahwa metode ini
dipergunakan untuk memperkenalkan metafora asing, ungkapan, dan istilah baru
untuk mengisi kekosongan ungkapan dan istilah dalam BSa.
4. Penerjemahan Semantik (Semantic Translation)
Dibandingkan dengan penerjemahan setia, penerjemahan ini lebih luwes
dan memperhatikan kaidah-kaidah BSa. Berdasarkan pernyataan yang diberikan
oleh Newmark (1988: 46), penerjemahan semantik dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan unsur estetika dalam BSu dengan tetap memperhatikan
makna.
5. Adaptasi (Adaptation)
Metode ini merupakan metode yang paling bebas dalam hal keterikatan
dengan budaya dan bahasa sumber. Sebagai contoh; latar belakang budaya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
konteks sosial, nama tokoh, tema, dan alur dari sebuah karya sastra dapat diubah
sesuai dengan budaya BSa.
6. Penerjemahan Bebas (Free Translation)
Metode ini mengutamakan kesepadanan pesan teks BSu dengan pesan teks
BSa namun seringkali tidak mempertimbangkan bentuk teks. Terjemahan yang
dihasilkan bisa lebih panjang atau lebih pendek dari teks BSu karena
penerjemahan bebas biasanya dilakukan dengan cara parafrase.
7. Penerjemahan Idiomatik (Idiomatic Translation)
Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk mereproduksi pesan dalam
BSu namun nuansa maknanya cenderung sedikit menyimpang jika dibandingkan
dengan teks asli. Biasanya hal ini dilakukan melalui penggunaan kolokasi dan
ungkapan idiomatik yang tidak terdapat dalam BSu.
8. Penerjemahan Komunikatif (Communicative Translation)
Metode ini menekankan pada efek yang ditimbulkan kepada pembacanya
dengan menitikberatkan pada reproduksi makna kontekstual sehingga aspek
kebahasaan maupun isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca. Newmark
(1988: 47) mengatakan bahwa
communicative translation attempts to render the exact contextual meaning
of the original in such a way that both content and language are readily
acceptable and comprehensible to the readership.
Penerjemahan komunikatif ini memperhatikan prinsip-prinsip komunikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1.5. Ideologi Penerjemahan
Ideologi penerjemahan mendasari seorang penerjemah dalam melakukan
kegiatan penerjemahan, termasuk pengambilan keputusan untuk teknik dan
metode penerjemahan yang akan digunakan. Ideologi penerjemahan merupakan
suatu kecenderungan terhadap salah satu dari dua kutub yang berlawanan, yaitu
foreignisasi atau ideologi yang berorientasi pada bahasa sumber dan domestikasi,
ideologi yang berorientasi pada bahasa sasaran (Venuti dalam Hoed, 2006).
Shuttleworth dan Cowie dalam Yang (2010) memberikan pengertian bahwa:
domestication designates the type of translation in which a transparent,
fluent style is adopted to minimize the strangeness of the foreign text for
target language readers, while foreignization means a target text is
produced which deliberately breaks target conventions by retaining
something of the foreignness of the original.
Dalam penerjemahan domestikasi atau domesticating translation, nilai-nilai
budaya yang dominan yang terdapat dalam masyarakat BSa dapat terbawa pada
saat proses penerjemahan serta menciptakan ilusi transparasi domestikasi
perbedaan linguistik dan budaya antara BSu dan BSa. Nida dan Taber dalam Hoed
(2004) mengatakan bahwa penerjemahan yang berorientasi pada keberterimaan
dalam bahasa pembacanya merupakan penerjemahan yang baik. Venuti (1995)
menyarankan penggunaan ideologi foreignisasi sebagai solusi terhadap
perselisihan penerjemahan istilah-istilah budaya demi mencegah terjadinya
permasalahan dalam hal budaya. Namun menurut Munday (2001), pembaca
bahasa sasaran akan merasakan keberadaan si penerjemah jika ideologi
foreignisasi ini diterapkan dalam suatu terjemahan dan pembaca akan merasa
bahwa mereka sedang membaca teks terjemahan. Pilihan untuk menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
ideologi domestikasi atau foreignisasi sepenuhnya merupakan hak penerjemah.
Seperti yang dikemukakan oleh Hoed (2004) bahwa ideologi penerjemahan adalah
prinsip atau keyakinan tentang „benar atau salah‟ dalam penerjemahan. Hal ini
tentu saja bersifat sangat relatif dan berkaitan dengan faktor-faktor di luar proses
penerjemahan. Pembaca sasaran dan tujuan suatu penerjemahan itu dilakukan
menentukan „benar atau salahnya‟ suatu terjemahan. Demikian, dapat dikatakan
bahwa seorang penerjemah yang menganut ideologi domestikasi cenderung
mengusahakan keberterimaan dalam budaya dan bahasa sasaran dan cenderung
menggunakan metode yang berorientasi pada bahasa sasaran. Sedangkan
penerjemah dengan ideologi foreignisasi cenderung mempertahankan gaya penulis
asli, sehingga lebih cenderung menggunakan metode penerjemahan yang
menekankan pada budaya dan bahasa sumber.
1.6. Kualitas Terjemahan
Beberapa kriteria, pendekatan dan cara lain diusulkan dalam menilai
kualitas hasil terjemahan, misalnya, teknik cloze test, meminta respon pembaca
dengan alternatif jawaban/terjemahan, teknik penjelasan ke rekan, membaca teks
dengan suara keras, dan mempublikasikan draf hasil terjemahan (Nida & Taber,
1969:169-173); terjemahan balik, uji pengetahuan, uji perfomansi (Brislin, 1976);
dan pendekatan berdasar fungsionalistik (functionalistic, “skopos”-related
approach (Reis dan Vermeer, 1971 dalam House, 2001:245) namun teknik dan
pendekatan tersebut masih memiliki kekurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berikutnya, Nababan (2004) mengusulkan kajian kualitas terjemahan ini
dikaitkan dengan tiga aspek, yakni tingkat keakuratan, tingkat keberterimaan, dan
tingkat keterbacaan.
a. Keakuratan atau ketepatan (accuracy)
Istilah keakuratan (accuracy) dalam evaluasi penerjemahan sering
digunakan untuk menyatakan sejauh mana terjemahan sesuai dengan teks aslinya
(Shuttleworth & Cowie, 1997:3). Keakuratan merupakan kesesuaian atau
ketepatan pesan yang disampaikan antara BSu dan BSa. Akurasi berhubungan erat
dengan padanan. Hal yang menjadi prioritas dalam penerjemahan bukan
kesejajaran formal (formal correspondence) tapi kesepadanan pesan (equivalence)
antara teks BSu dan BSa. Demikian, yang lebih dipentingkan adalah penyampaian
pesan secara sepadan (Hoed, 2006). Machali (2000:110) menyatakan bahwa
ketepatan ini dapat dilihat dari aspek linguistik (struktur gramatika), semantik, dan
pragmatik. Keakuratan (accuracy) tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan
kata, tetapi juga ketepatan gramatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik.
b. Keberterimaan (acceptability)
Keberterimaan mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks
terjemahan dalam BSa sesuai dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca
BSa. Teks tersebut harus dapat diterima dan dipahami maksudnya oleh pembaca
sasaran. Pembaca akan memahami makna yang terkandung dalam kalimat-kalimat
yang membentuk suatu teks terjemahan dan kemudian mengaitkannya dengan
konteks situasi teks tersebut. Istilah keberterimaan (acceptability) ini digunakan
untuk menyatakan ketaatan terjemahan pada aturan linguistik dan norma tekstual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
bahasa sasaran (Toury dalam Shuttleworth & Cowie, 1997:2). Toury memberikan
gagasan bahwa suatu terjemahan akan menjadi adequate jika norma yang diikuti
berasal dari budaya dan bahasa sumber, sedangkan terjemahan tersebut disebut
berterima (acceptable) jika norma yang diikuti berasal dari budaya dan bahasa
sasaran (dalam Munday, 2001).
c. Keterbacaan (readibility)
Keterbacaan (readibility), merujuk pada Sakri dalam Nababan (2003:62),
merupakan derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dibaca dan dipahami
maksudnya. Suatu teks terjemahan dapat dinilai mempunyai tingkat keterbacaan
yang tinggi jika teks tersebut mudah dibaca dan pembaca dapat menangkap pesan
yang disampaikan, terlepas dari masalah kesesuaian pesan tersebut dengan pesan
yang terdapat dalam teks BSu. Dengan kata lain, pembaca berperan sebagai
subjek yang menentukan tingkat keterbacaan sebuah teks.
Lebih lanjut, tingkat keterbacaan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu; panjang rata-rata kalimat, jumlah kata baru, serta kompleksitas gramatikal
bahasa yang digunakan (Richard et al dan Sakri dalam Nababan, 2003). Selain
faktor kebahasaan, tingkat keterbacaan juga dipengaruhi oleh latar pendidikan dan
budaya pembaca sasaran. Terkait dengan subtitle, sebagai sumber data penelitian,
keterbacaan dibedakan menjadi dua bagian, yaitu legibility dan readability.
Seperti yang diungkapkan oleh Gottlieb (dalam Spanakaki, 2007) bahwa subtitle
dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif untuk mencapai tingkat keterbacaan
yang tinggi merupakan subtitle yang baik. Legibility mencakup hal-hal seputar
posisi pemenggalan kata dalam satu baris, jumlah panjang baris, ukuran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
warna huruf, penggunaan tanda baca, typeface serta waktu kemunculan teks.
Readibility terkait dengan penyederhanaan kosakata dan struktur kalimat,
penggabungan dialog-dialog pendek dan penghilangan, serta kecenderungan
untuk menetralkan dialog atau ujaran yang tidak baku menjadi lebih jelas dan
sesuai standart. Secara ringkas, readability lebih mengacu pada perubahan-
perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa
sumber agar dapat dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility berhubungan
dengan penampilan (appearance) teks pada layar.
2. Film
Film sama seperti bangunan, buku, dan simfoni; artefak yang dibuat oleh
manusia untuk kepentingan-kepentingan manusia itu sendiri (human purposes).
Melalui sebuah film, kita disuguhi gambar-gambar yang bergerak, rangkaian
gambar yang ditampilkan dengan cepat dan berurutan. Ada berbagai jenis film
yang dapat dijumpai, seperti; dokumenter, fiksi, live-action, atau animasi.
Para pembuat film dan penonton juga memberikan kategori untuk film
berdasarkan genre, suatu hal yang lebih mudah dikenali daripada didefinisikan.
Seperti yang disebutkan oleh Bordwell dan Thompson (1997: 51), beberapa genre
tersebut adalah western (film barat), musikal, aksi, horor, komedi, romansa, dan
sebagainya. Karena film fiksi popular di kalangan masyarakat, maka genre fiksi
lebih mudah dipikirkan daripada genre lainnya. Namun film dokumenter pun
mempunyai genrenya sendiri seperti film propaganda atau film
instruksional/instructional sedangkan genre yang terkenal dari film eksperimental
adalah “found-footage”. Meski begitu, dalam banyak kasus, kategori-kategori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
genre tidak selalu berada pada jenis-jenis film tertentu. Para ahli setuju bahwa
tidak ada patokan yang pasti untuk menentukan genre dari sebuah film.
Lebih jauh, konten atau isi sebuah film tidaklah muncul begitu saja,
namun ada sebagai hasil dari proses produksi film; audiensi tidak membuat
pilihan terhadap film secara sembarangan, tapi dengan keinginan untuk dihibur
atau untuk mendapat inspirasi atau pencerahan melalui cara-cara tertentu;
produser tidak sembarangan membuat film tetapi berdasar pada masukan-
masukan yang diberikan audiensi. Bisa dikatakan, terdapat hubungan yang
kompleks dan tak pasti antara film-film di era tertentu dan “masyarakat” yang ada
di tempat film-film tersebut dibuat dan dikonsumsi. Film memang document
cultural, namun apa yang didokumentasikan adalah hubungan kompleks antara
pembaca, teks fiksi, penulis, dan budaya (Allen dan Gomery, 1985: 166).
3. Subtitling
3.1. Subtitling Sebagai Penerjemahan Audiovisual
Terdapat dua pendekatan dasar ketika melakukan transfer dialog lisan
suatu program dari satu bahasa ke bahasa yang lain, baik hasil akhirnya berupa
lisan seperti produksi aslinya ataupun ditransformasikan menjadi teks tulis. Jika
pilihan pertama yang dikehendaki, maka bahasa asli digantikan oleh bahasa lain,
bahasa target. Proses ini umumnya dikenal sebagai „revoicing‟. Penggantian
bahasa lisan ini bisa jadi perubahan total, hal ini terjadi ketika pemirsa target tidak
bisa lagi mendengar bahasa sumber (dikenal dengan dubbing atau lip sync), atau
perubahan sebagian, yaitu ketika dialog lisan bahasa sumber masih dapat
terdengar samar-samar seperti dalam kasus voiceover. Meskipun benar halnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
bahwa kebiasaan, kecondongan budaya, serta pertimbangan finansial telah
menjadikan dubbing, subtitling, dan voiceover sebagai tiga jenis penerjemahan
(audiovisual translation modes) yang paling sering atau lazim digunakan, namun
bukan berarti bahwa ketiga jenis penerjemahan audiovisual tersebut adalah satu-
satunya pilihan dalam industri ini. Penulis-penulis seperti Luyken et al. (1991)
dan Díaz Cintas (1999) memberikan 10 jenis multilingual transfer yang berbeda
dalam bidang komunikasi audiovisual. Namun, dikarenakan ketiga jenis
penerjemahan audiovisual yang telah disebut sebelumnya merupakan jenis
penerjemahan yang paling umum, maka hanya tiga audiovisual translation modes
ini yang akan diberikan definisinya.
Suatu penerjemahan audiovisual dapat disebut dengan dubbing atau sulih
suara ketika original soundtrack yang terdiri atas dialog para aktor dan aktris
suatu film atau tayangan televisi digantikan dengan rekaman suara bahasa sasaran
yang me-reproduksi pesan aslinya. Tentu saja harus dipastikan bahwa suara
bahasa sasaran sudah sinkron dengan gerakan bibir para aktor dan aktris yang
terlihat di layar hingga bisa membuat para pemirsanya percaya bahwa pemain-
pemain film tersebut memang berbicara bahasa mereka, bahasa sasaran. Yang
disebut dengan subtitling adalah penyajian teks tertulis yang biasanya terletak di
bagian bawah layar yang bertujuan untuk menyampaikan dialog yang terdengar
dari suatu program televisi atau film kedalam bahasa sasaran. Bukan hanya
ucapan-ucapan yang terdengar saja, namun elemen-elemen linguistik lainnya,
yaitu gambar-gambar visual seperti; selipan-selipan, huruf, graffiti, spanduk atau
sejenisnya; maupun soundtrack (lagu-lagu, voices off) juga turut diterjemahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sedangkan yang dimaksud dengan voiceover adalah pengurangan tingkat volume
suara yang terdengar dalam bahasa asli/bahasa sumber seminimal mungkin. Ini
dilakukan untuk memastikan bahwa terjemahan dialog lisan, yang sengaja dibuat
terdengar lebih dominan dari suara dialog asli, dapat terdengar dengan baik oleh
penonton dalam bahasa sasaran. Umumnya penonton diberi kesempatan untuk
mendengar dialog dalam bahasa sumber selama beberapa detik pertama sebelum
volume suara dikurangi dan dialog terjemahan terdengar lebih dominan. Rekaman
dialog terjemahan berakhir beberapa detik sebelum dialog asli selesai diucapkan
sehingga memungkinkan penonton untuk mendengar suara asli para aktor atau
aktris dalam volume normal sekali lagi (Cintas, 2009: 4).
Seperti yang diungkapkan oleh Cintas (2009: 4), Romero Fresco (2006)
berkata bahwa sifat independen audiovisual translation sebagai disiplin ilmu yang
bebas dan sifat ketergantungannya pada disiplin ilmu yang terkait lainnya
merupakan dua gagasan dasar yang untuk beberapa hal dianggap sebagai studi
yang paling bermanfaat mengenai penerjemahan audiovisual. Meskipun terdengar
saling bertentangan namun Romero Fresco (2006) berargumen bahwa kedua cara
untuk memahami penerjemahan audiovisual ini sesungguhnya melengkapi satu
sama lain. Sebagai bidang studi independen dalam domain yang lebih luas dari
studi penerjemahan, penerjemahan audiovisual lebih merupakan sebuah bagian
utuh dari tempatnya sendiri daripada menjadi bagian dari sebuah cabang ilmu;
penerjemahan literatur misalnya. Pakar-pakar berpengaruh dalam ilmu
penerjemahan seperti Bassnett (2002) dan Snell-Hornby (1995), dalam Cintas
(2009), menempatkan dubbing dan subtitling pada area yang lebih besar dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
penerjemahan literatur, menyamakannya dengan „penerjemahan film bioskop‟ dan
„penerjemahan film‟ meskipun rasanya kurang tepat untuk menyamakan
penerjemahan audiovisual dengan penerjemahan film karena film hanyalah bagian
kecil dari berbagai jenis program-program audiovisual yang seringkali
diterjemahkan: seperti dokumenter, serial televisi, reality show, atau video game.
Film atau sinema merupakan sebuah refleksi suatu realitas, kehidupan
nyata, namun film juga bisa merubah realitas tersebut dengan membentuk
gambaran-gambaran maupun hal-hal klise tertentu dan membentuk persepsi para
pemirsanya tentang dunia. Dengan wewenang yang diberikan sebagai bentuk
tekanan dari media, maka tidaklah berlebihan untuk menyatakan bahwa
audiovisual translation ialah media yang tidak hanya menyaring informasi tapi
juga asumsi-asumsi serta nilai-nilai masyarakat tertentu yang kemudian ditransfer
ke dalam budaya-budaya lain. Film dan produksi-produksi audiovisual lainnya
merupakan satu dari piranti-piranti pokok yang menyampaikan kejadian sehari-
hari, stereotip, dan isu-isu tentang kategori-kategori sosial. Dubbing, voiceover
serta subtitling memungkinkan pandangan-pandangan tersebut untuk dapat
diakses oleh audiensi.
3.2. Jenis-Jenis Subtitling
Subtitling tidak selalu melibatkan dua bahasa, bisa interlingual atau
intralingual. Intralingual subtitling, yang melibatkan satu bahasa, umumnya dapat
diasosikan dengan jenis subtitle yang ditujukan untuk orang yang tidak bisa
mendengar atau mengalami masalah pendengaran. Real time subtitle yang dibuat
dan disiarkan sesaat setelah tuturan-tuturan asli diucapkan secara live di layar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
adalah contoh intralingual subtitling. Selain dipergunakan untuk membantu
orang-orang yang mempunyai kesulitan dalam mendengar, subtitling jenis ini
dapat pula bermanfaat bagi kelompok masyarakat minoritas lainnya; seperti para
imigran, pengungsi, atau siswa asing yang dapat memanfaatkan jenis subtitle ini
untuk meningkatkan kemampuan berbahasa mereka karena selain audio, program
televisi tertentu juga menampilkan teks tertulisnya (Vanderplank dalam O‟connell
dalam Kuhiwczak dan Littau, 2007).
Subtitling memungkinkan trek suara asli bahasa sumber tetap muncul
sehingga Danan (dalam Vanderplank dalam Kuhiwczak dan Littau, 2007)
menyatakan bahwa secara tak langsung, interlingual subtitling turut andil dalam
menciptakan serta meningkatkan ketertarikan terhadap penggunaan bahasa asing
dan sekaligus minat terhadap budayanya. Subtitling acapkali menjadi pilihan bagi
pemirsa dengan tingkat pendidikan yang bagus, terlebih bila mereka memiliki
cukup pengetahuan tentang budaya dan bahasa sumber.
Sehubungan dengan hal ini, Gottlieb (1998) memberikan definisi
mengenai kedua jenis subtitling dari sudut pandang linguistik sebagai berikut:
a. Intralinguistik
Merupakan bentuk subtitle yang sesuai dengan bahasa asli. Subtitling ini
bisa dikatakan bersifat vertikal karena hanya menuangkan informasi lisan
ke dalam bentuk teks tertulis, hanya berubah dalam hal mode bukan
bahasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Interlinguistik
Subtitling ini melibatkan dua bahasa, bahasa asli yang dituangkan ke
dalam teks bahasa sasaran. Subtitling ini bersifat diagonal sebab
penerjemah harus mentransfer informasi lisan dalam bahasa sumber dan
kemudian dialihkan ke dalam bahasa sasaran sekaligus dalam bentuk teks
sehingga terjadi perubahan mode dan bahasa.
Sedangkan secara teknis, (O‟Connell 2007) mengajukan dua jenis
subtitling, yaitu:
a. Closed Subtitling
Jenis subtitling ini ditampilkan dalam bentuk teletext yang sifatnya
optional, yang berarti bahwa teks bisa ditampilkan atau dihilangkan sesuai
dengan keinginan penonton atau pemirsanya. Subtitling ini umumnya
digunakan untuk memfasilitasi penyandang tunga rungu dalam
mendapatkan informasi. Pembuatan subtitle jenis ini biasanya disesuaikan
dengan kebutuhan khusus penyandang tuna rungu dan memasukkan
beberapa informasi tambahan sehingga subtitle ini cenderung berupa
ringkasan dengan beberapa penjelasan.
b. Open Subtitling
Bertentangan dengan sifat closed subtitling, open subtitling yang biasa
dijumpai dalam film bioskop atau program televisi tertentu ini tidak dapat
dihilangkan oleh pemirsanya. Subtitle ditampilkan sebagai satu kesatuan
dengan film. Subtitle jenis inilah yang digunakan untuk menerjemahkan
film yang trek suara aslinya (original soundtrack) berupa bahasa asing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
oleh karena itu subtitling ini identik dengan interlingual translation,
melibatkan dua bahasa.
3.3. Standardisasi Subtitling
Subtitling maupun dubbing dapat dianggap sebagai jenis penerjemahan
film yang kompleks. Menurut Caillé (dalam Zatlin, 2005: 128), dubbing
menempatkan penegasan khusus pada fonetik sedangkan penekanan khusus pada
segi semantik dapat ditemui dalam subtitling. Sejumlah konvensi telah tercipta
untuk memudahkan pemirsa dalam membaca subtitle. Umumnya, ketika dialog
antara dua pembicara ditampilkan pada layar, tiap tuturan tertulisnya dapat
dikenali dari garis pemisah dan tiap barisnya tertulis secara justified, bukan
centered. Bay (dalam Zatlin, 2005: 133), menemukan sebuah keuntungan dalam
memakai huruf miring atau italic untuk tuturan dari pembicara kedua. Dengan
begini, pemirsanya lebih aware atau lebih mudah mengenali pergantian suara
dalam dialog. Contoh yang diberikan adalah sebagai berikut:
“ - Why are you crying?
- Because I want to! ”
Sesuai aturan dalam grammar Bahasa Inggris, huruf miring juga dapat digunakan
pada kata atau istilah asing dan dapat pula digunakan pada tuturan yang tertulis
sebagai voice over atau ucapan seorang narator dalam film atau program televisi.
Sedangkan untuk lirik lagu yang diterjemahkan, Karamitroglou (dalam Zatlin,
2005) menganjurkan penggunaan huruf miring yang disertai tanda petik. Selain
itu, baik bold-face ataupun garis bawah diperbolehkan dalam subtitling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Untuk lebih jelasnya, Karamitroglou (1998) memaparkan aturan-aturan
dalam standarisasi subtitling yang mengacu pada panduan subtitling untuk
produksi program televisi di Eropa berikut ini:
1. Posisi pada layar: Teks ditempatkan pada bagian bawah layar sehingga
tidak menutupi gambar. Baris terendah setidaknya seperdua belas dari
total tinggi layar. Posisi teks berada di tengah bagian bawah.
2. Untuk segmentasi dan panjang baris: penempatan baris seharusnya
proporsional antara baris atas dan bawah serta diusahakan agar memiliki
panjang yang sama karena pemirsa terbiasa dengan teks berbentuk segi
empat daripada berbentuk segitiga.
3. Jumlah baris: jumlah yang diperbolehkan maksimal dua baris teks per
tayang dan menempati paling tidak dua per dua belas dari total tinggi
layar. Jika hanya terdiri dari satu baris, hendaknya diletakkan di bagian
bawah.
4. Jumlah karakter per baris: masing-masing baris berjumlah tak lebih dari
35 karakter huruf dan tanda baca untuk meminimalkan reduksi pesan.
Baris yang sampai melebihi 40 karakter akan mempengaruhi legibility
teks karena kemungkinan besar ukuran font harus diperkecil.
5. Durasi: penonton atau pemirsa berusia 14-65 dari kalangan sosial
menengah dan berpendidikan baik memiliki kemampuan membaca
dengan kecepatan rata-rata 150-180 kata per menit yang berarti sekitar
dua atau tiga kata per detik. Dengan demikian, teks dua baris terdiri dari
14-16 kata yang membutuhkan waktu setidaknya 5, 5 detik. Sementara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
teks satu baris rata-rata terdiri dari 7-8 kata dan membutuhkan sekitar 3,5
detik per tayang.
6. Tanda baca: tanda titik dipergunakan di setiap akhir ujaran karakter atau
aktor yang berbicara. Tanda tanya (?) dan seru (!) digunakan untuk
menunjukkan pertanyaan dan perintah, seruan yang dikatakan oleh aktor.
Sementara garis pemisah (-) diletakkan sebelum ujaran masing-masing
aktor. Penanda ini umumnya digunakan untuk teks yang berbentuk dialog
dan melibatkan lebih dari satu karakter atau aktor. Tanda garis miring (/)
pun dapat digunakan untuk tujuan yang sama.
7. Bahasa lisan: idealnya, bahasa lisan diterjemahkan dengan gaya bahasa
yang sama untuk mendapatkan efek yang sama, namun penggabungan
kalimat atau ujaran perlu dihindari karena dapat mengganggu penonton
atau pemirsa selama image reading.
8. Kategori faktor-faktor linguistik yang bisa dihilangkan:
a. padding expression, yaitu ekspresi yang hampir tidak memiliki
muatan semantik dan kemunculannya bersifat fungsional untuk
mempertahankan alur ujaran yang wajar. Contoh ekspresi ini antara
lain; well, you know, as I say, dan sebagainya.
b. Tautological cumulative adjectives/adverbs seperti; great big, super
extra, teeny weeny yang mana kata pertama memiliki peran dalam
penekanan dan bisa digabungkan menjadi satu kata yang sepadan
menjadi huge, extremely, dan tiny.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
c. responsive expression seperti yes, no, ok, please, thanks, thank you,
atau sorry bisa dihilangkan dengan asumsi bahwa ungkapan-ungkapan
tersebut telah dikenal luas oleh sebagian besar masyarakat dunia.
3.4. Kendala dan Keterbatasan Subtitling
Banyak terdapat batasan-batasan dalam subtitling yang berikut ini secara
ringkas dapat terangkum ke dalam empat batasan-batasan utama yang menjadi
sebab atas timbulnya kesulitan-kesulitan tertentu, dalam hal sinkronisasi, bagi
penerjemah subtitle (Hatim dan Mason, 1997):
1. Pergeseran mode dari bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan. Ini
mengakibatkan ciri-ciri tutur tertentu; seperti dialek tidak baku, intonasi,
alih kode, dan turn-taking; secara otomatis tidak dapat ditunjukkan dalam
bentuk tertulis bahasa sasaran.
2. Terikat oleh beberapa faktor yang telah ditentukan terkait dengan media
atau saluran tempat pengalihan pesan tersebut berlangsung. Faktor-faktor
ini adalah batasan jumlah spasi (umumnya maksimal 33 atau 40 spasi per
baris dalam kasus tertentu, tak lebih dari dua baris setiap muncul pada
layar) dan judul ditampilkan selama minimal dua detik dan maksimal
tujuh detik.
3. Faktor-faktor pada poin kedua menyebabkan terjadinya reduksi pada teks
bahasa sumber sehingga penerjemah harus menetapkan strategi-strategi
koherensi untuk mendapatkan hasil yang maksimal atas pengalihan pesan
dari teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran yang bentuknya lebih
ringkas. Dalam komunikasi langsung, penambahan jumlah tuturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
melebihi normal dapat memberikan kesempatan lebih banyak atau waktu
yang lebih lama bagi lawan bicara untuk menangkap maksud pembicara
yang sesungguhnya. Sedangkan dalam subtitling, jumlah tuturan yang
berlebihan ini justru dikurangi sehingga kesempatan untuk dapat lebih
mudah memahami makna suatu tuturan pun menjadi berkurang. Tidak
seperti bentuk komunikasi tertulis lainnya, subtitling tidak
memungkinkan pembacanya untuk menelesuri kembali atau membaca
ulang teks dalam memahami makna.
4. Keharusan untuk menyesuaikan dengan gambar visual. Audio dan
gambar visual merupakan dua elemen yang tak terpisahkan dalam film
sehingga koherensi antara subtitle dengan gambar-gambar bergerak pun
harus tetap ada. Penyesuaian subtitle dengan gambar yang terdapat di
layar ini menjadi suatu batasan yang menimbulkan permasalahan lain
lagi.
4. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian mengenai subtitle atau teks terjemahan film telah
dilakukan sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian dengan judul “Kajian
Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Teks Terjemahan Film American
Beauty” oleh Adventina Putrianti pada tahun 2007. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimanakah penerjemahan tindak ilokusi ekspresif,
kesepadanan teks terjemahan tindak ilokusi ekspresif dan keberterimaan teks
terjemahan tindak ilokusi ekspresif dalam film American Beauty. Melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penelitian ini, diketahui bahwa sejumlah 70% dari keseluruhan data dinilai
berterima dan sebanyak 30% dari data yang mengandung tindak ilokusi ekspresif
tidak berterima.
Penelitian lainnya, yang relevan dengan penelitian ini, dilakukan oleh
Asrofin Nur Kholilah dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Teknik dan Kualitas
Subtitle Film My Mom’s New Boyfriend” pada tahun 2010. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui teknik-teknik yang diaplikasikan dalam
menerjemahkan subtitle film My Mom’s New Boyfriend serta mengetahui tingkat
keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan subtitle film tersebut. Berdasarkan
hasil penelitiannya, terdapat sebelas teknik penerjemahan yang muncul, yaitu:
padanan tetap, modulasi, kompresi linguistik, amplifikasi, transposisi
pengurangan/penghilangan, generalisasi, peminjaman/naturalisasi, partikularisasi,
penerjemahan literal, dan adaptasi. Dari 326 data, sebanyak 281 data (86%)
diterjemahkan dengan akurat; 39 data (12%) diterjemahkan dengan kurang akurat;
dan 6 data (2%) diterjemahkan dengan tidak akurat. Dari segi keberterimaan, 301
data (92%) dinilai sebagai terjemahan yang berterima; 20 data (6%) dinilai oleh
para rater sebagai terjemahan yang kurang berterima; dan 5 data (2%) sebagai
terjemahan yang tidak berterima. Sebagai kesimpulan akhir dari penelitian
tersebut, subtitle ini cukup mudah dipahami meskipun terdapat beberapa istilah
asing. Karena prosentasenya kecil, maka tidak mengganggu proses pembacaan
gambar sehingga pemirsa tetap terbantu dengan teks tersebut. Dari rincian
analisis, maka disimpulkan bahwa subtitle film My Mom’s New Boyfriend
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
memiliki kualitas terjemahan yang baik karena akurat, berterima dan mudah
dipahami.
B. Kerangka Pikir
Sebagai landasan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dalam tesis
ini, diperlukan adanya kerangka pikir untuk memberikan gambaran tentang alur
pemikiran yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Untuk lebih jelasnya,
alur pikir ini dapat dilihat pada gambar kerangka pikir berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Teks bahasa
sasaran
(subtitle film
Jane Eyre)
Teks bahasa
sumber
(dialog dalam
film Jane Eyre)
Teknik
Metode
Ideologi
Kualitas Subtitle
Keterbacaan Keberterimaan Keakuratan
Responden/Pemirsa Pembaca Ahli/Rater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dasar yang menggunakan pendekatan
kualitatif karena satuan terjemahan (translation unit) yang dikaji berada pada
tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat. Penelitian ini disebut pula dengan
penelitian kualitatif deskriptif karena data yang disajikan lebih bermakna dan
dapat memberikan pemahaman yang nyata dibandingkan data berupa angka atau
frekuensi. Jenis penelitian bersifat holistik serta lentur dan terbuka. Disebut
holistik karena beragam permasalahan selalu dipandang tanpa melepas kondisi
lain yang berada dalam konteksnya. Variabel sebab dan variabel akibat saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi. Desainnya bersifat lentur dan terbuka
sebab penelitian dapat berkembang terus selama pengumpulan data di lapangan
(Sutopo, 2006: 38).
Sesuai dengan gagasan Yin (dalam Sutopo, 2006), penelitian ini disebut
sebagai penelitian terpancang atau embedded research karena fokus penelitian,
dalam hal ini berupa subtitling, telah ditentukan sebelumnya (Sutopo, 2006).
Bentuk rancangan penelitian ini adalah suatu studi kasus (case research) karena
berusaha mendeskripsikan suatu latar, objek atau suatu peristiwa tertentu secara
mendalam. Dikatakan sebagai studi kasus tunggal, merujuk pada Sutopo (2006:
136), karena tidak ada usaha maupun pemikiran untuk melakukan generalisasi dan
hasil penelitian selalu terikat pada kekhususan karakteristik konteks yang dipilih
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
serta hanya terarah pada sasaran dengan satu karakteristik. Orientasi penelitian ini
adalah produk atau karya terjemahan, yakni subtitle film.
Penelitian ini juga dapat dilihat sebagai penelitian etnografi, salah satu
jenis penelitian kualitatif. Spradley (1997: 16) mengemukakan bahwa berbagai
perbedaan budaya dan cara berinteraksi orang-orang yang memiliki perspektif
berbeda dapat diketahui melalui etnografi. Memahami rumpun manusia,
memahami masyarakat yang kompleks, merupakan salah satu tujuan penelitian
etnografi. Film sebagai salah satu produk seni tidak terlepas dari isu budaya,
terlebih lagi bila distribusi film tersebut bersifat internasional seperti hampir
seluruh film berbahasa Inggris. Ketika film dipertontonkan di luar negara tempat
produksinya, yang juga berbeda budaya, subtitle yang dibuat pun dapat
mempengaruhi penyampaian makna budaya asli. Untuk alasan inilah model
analisis etnografi dirasa cocok untuk diterapkan dalam penelitian ini.
B. Data dan Sumber Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa kata, frasa, klausa, dan
kalimat yang mengandung teknik penerjemahan dalam film Jane Eyre versi serial
televisi BBC tahun 2006 yang tersaji dalam bentuk subtitle. Sedangkan sumber
data penelitian ini berupa:
1. Dokumen, yaitu transkrip film serial televisi berbahasa Inggris Jane Eyre
episode pertama produksi stasiun televisi BBC One tahun 2006 beserta teks
terjemahan Bahasa Indonesia yang terdapat dalam mini seri tersebut dalam bentuk
subtitle. Data yang diambil berupa satuan lingual pada tataran kata, frasa, klausa,
maupun kalimat yang mengandung teknik penerjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Jane Eyre merupakan serial televisi bergenre drama karya sutradara
Susanna White dengan Sandy Welch sebagai penulis screenplaynya. Serial ini
bercerita tentang gadis bernama Jane Eyre yang diasuh tanpa kasih sayang oleh
bibinya. Ia kemudian dikirim ke Lowood Institution. Tumbuh sebagai guru di
sekolah tersebut, Jane kemudian dipekerjakan sebagai guru pribadi Adele. Ia jatuh
cinta pada Ayah angkat Adele sekaligus pemilik Thornfield Hall, Edward
Rochester, seorang bangsawan yang mempunyai rahasia besar. Jane Eyre adalah
seorang gadis yang berusaha untuk mempertahankan jiwa bebasnya di tengah-
tengah berbagai masalah yang muncul sebagai bagian dari konspirasi masyarakat
dan keadaan saat itu. Menurut situs http://www.filmeducation.org/, film ini
mengangkat banyak isu yang sama dengan keadaan pada zaman penulisnya,
Charlotte Brontë. Selain di Inggris, serial yang ditayangkan oleh stasiun tv BBC
One ini juga ditayangkan di Amerika, Spanyol, dan Portugal. Mini seri ini telah
mendapat critical acclaim serta nominasi-nominasi bergengsi dari berbagai acara
penghargaan. Masuk dalam berbagai nominasi, Jane Eyre memenangkan
beberapa penghargaan seperti Outstanding Art Direction for a Miniseries or
Movie, Outstanding Costumes for a Miniseries, dan Outstanding Hairstyling for a
Miniseries dalam Primetime Emmy Awards, serta meraih Best Make-Up and Hair
Design dalam BAFTA TV Awards.
2. Informan, yang terdiri atas rater dan responden (pemirsa) yang membantu
penilaian kualitas terjemahan. Rater yang terlibat dalam penilaian keakuratan,
sejumlah tiga orang, dipilih sesuai kriteria yang telah ditentukan, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a. memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian
dalam bidang penerjemahan,
b. menguasai tata Bahasa Inggris dan/atau Bahasa Indonesia dengan baik serta
penggunaannya terutama terkait dengan subtitling,
c. memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d. bersedia terlibat dalam penelitian ini.
Sedangkan rater untuk menilai tingkat keberterimaan dipilih sesuai kriteria
berikut ini:
a. memiliki pengetahuan tentang penerjemahan dan/atau memiliki keahlian
dalam bidang penerjemahan,
b. menguasai tata Bahasa Indonesia dengan baik serta penggunaannya,
c. memiliki latar belakang pendidikan bahasa,
d. bersedia terlibat dalam penelitian ini.
Responden (pemirsa) yang dilibatkan dalam penilaian keterbacaan subtitle,
sejumlah tiga orang, akan dipilih sesuai kriteria berikut:
a. menguasai Bahasa Indonesia dengan baik,
b. berusia 18 tahun keatas,
c. menggemari film, dan belum pernah menonton film Jane Eyre.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mengkaji dokumen dan arsip (content analysis), kuesioner, dan wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1. Analisis dokumen
Dalam bukunya, Ary (2002: 442) menekankan bahwa tujuan dari analisis
konten atau analisis dokumen adalah mengidentifikasi karakteristik-karakteristik
yang telah ditetapkan dalam obyek tertulis maupun visual. Buku, koran, program
televisi, film, iklan, serta komposisi musikal adalah beberapa jenis material yang
dapat dikaji dengan pendekatan ini, content atau document analysis. Karena
sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle serial televisi Jane Eyre yang
tersaji dalam bentuk tertulis, maka salah satu teknik pengumpulan data berupa
analisis dokumen. Dokumen tertulis dan arsip seringkali menjadi sumber data atau
sumber informasi yang penting dalam penelitian kualitatif, oleh karena itu perlu
dilakukan teknik mencatat dokumen ini untuk memperoleh beragam hal sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan peneliti (Yin dalam Sutopo, 2006:81). Dalam
melakukan analisis dokumen, langkah-langkah yang ditempuh ialah:
a. Mengamati VCD serial televisi Jane Eyre dan membaca subtitle yang
terdapat di bagian bawah layar.
b. Mencatat unsur-unsur dalam film, baik yang berbentuk audio maupun
visual, yang tersaji sebagai subtitle dalam bahasa sasaran (Bahasa
Indonesia) untuk kemudian dibandingkan dengan transkrip film dalam
bahasa sumber (Bahasa Inggris).
c. Mengidentifikasi teknik-teknik penerjemahan yang digunakan.
d. Mengidentifikasi metode dan ideologi penerjemahan yang digunakan.
e. Melakukan analisis ketepatan, keberterimaan, dan keterbacaan data.
f. Melakukan penilaian terhadap data yang telah dianalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan untuk pengumpulan data dalam suatu
penelitian. Teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan secara lisan atau tertulis,
namun bentuk tertulis lebih sering digunakan (Sutopo, 2006). Dalam penelitian ini
kuesioner bertujuan untuk mendapatkan data awal dalam memperoleh informasi
mengenai kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keterbacaan, dan
keberterimaan terjemahan. Selanjutnya dijadikan acuan dalam wawancara untuk
memperoleh informasi lebih mendalam. Seperti yang ditegaskan oleh Sutopo
(2006: 82), kuesioner terbuka (open-ended questionnaire) memungkinkan peneliti
untuk memberi kesempatan pada informan agar dapat memaparkan alasan atau
penjelasan, argumen, dan pernyataan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Berikut adalah tabel skala penilaian kualitas terjemahan yang digunakan
untuk mengukur tingkat keakuratan, keberterimaan serta keterbacaan dalam
subtitle film Jane Eyre dari Nababan (2010):
Tabel 1. Skala Penilaian Keakuratan
Skala Kategori Indikator
3 Akurat
Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran, tidak terjadi distori makna.
2 Kurang Akurat Pesan tersampaikan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran, namun terjadi distorsi makna,
terjemahan makna ganda atau penghilangan
makna.
1 Tidak Akurat Pesan tidak tersampaikan secara akurat ke dalam
bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 2. Skala Penilaian Keberterimaan
Skala Kategori Indikator
3 Berterima
Terjemahan terasa alamiah dan sesuai dengan
kaidah dan budaya bahasa sasaran.
2 Kurang Berterima Terjemahan terasa kurang alamiah, terdapat
sedikit bagian yang kurang sesuai dengan kaidah
dan budaya bahasa sasaran.
1 Tidak
Berterima
Terjemahan tidak alamiah, tidak sesuai dengan
kaidah dan budaya bahasa sasaran.
Tabel 3. Skala Penilaian Keterbacaan
Skala Kategori Indikator
3 Tingkat
Keterbacaan Tinggi
Terjemahan mudah dipahami oleh pemirsa.
2 Tingkat
Keterbacaan Sedang
Terjemahan dapat dipahami, namun ada bagian
tertentu yang kurang dapat dipahami oleh
pemirsa.
1 Tingkat
Keterbacaan Rendah
Terjemahan sulit dipahami oleh pemirsa.
3. Wawancara
Sutopo (2006: 67) menyatakan bahwa manusia dalam posisinya sebagai
narasumber atau informan berperan sebagai sumber data yang sangat penting
untuk penelitian kualitatif. Maka dari itu, wawancara adalah salah satu teknik
yang baik untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini. Untuk penelitian
ini, wawancara hanya dilakukan jika sekiranya ditemukan kesulitan dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
analisis data maupun jika diperlukan konfirmasi atau informasi lebih lanjut
mengenai data yang diperoleh dari kuesioner. Wawancara akan dilakukan dengan
informan yang telah dipilih secara selektif (purposive sampling) berdasarkan
kriteria yang telah disebutkan sebelumnya pada penjelasan mengenai data dan
sumber data. Pelaksanaan wawancara dilakukan dengan metode mendalam (in-
depth interviewing). Sesuai dengan penjelasan dari Moleong (2000: 148),
wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan
maksud tertentu.
D. Teknik Cuplikan
Sutopo (2006: 63) memberikan pemahaman bahwa teknik cuplikan adalah
bentuk khusus atau merupakan proses bagi pemusatan sumber data yang
mengarah pada seleksi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang teknik
cuplikannya cenderung berupa teknik acak (random sampling), teknik cuplikan
dalam penelitian kualitatif lebih bersifat selektif karena cuplikan diambil bukan
untuk mewakili populasi, namun informasinya. Teknik cuplikan yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah purposive sampling atau criterion based sampling
yang digunakan untuk menentukan sumber data maupun informan yang dipilih
berdasarkan posisi dengan akses tertentu dalam kaitannya dengan informasi yang
dibutuhkan dan dipastikan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap.
Informan dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang telah
disebutkan sebelumnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah subtitle film
Jane Eyre yang dipilih karena banyaknya berbagai media hiburan yang tercipta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
sebagai hasil adaptasi atau terinspirasi film ini sejak tahun 1910 hingga saat ini.
Hal ini menunjukkan besarnya animo masyarakat akan film maupun novel
aslinya. Karena dinilai sebagai suatu bentuk adaptasi yang berhasil dan „jujur‟,
besarnya jumlah pemirsa yang didapat, serta terdaftar dalam berbagai nominasi
acara penghargaan dan memenangkan berbagai penghargaan; Jane Eyre versi
serial televisi tahun 2006 ini yang diambil sebagai obyek penelitian. Karena VCD
lebih mudah dijangkau oleh masyarakat dan tetap diminati seiring maraknya DVD
maka film dipilih dalam versi VCD.
Mini seri ini terdiri dari empat episode yang masing-masing episodenya
memiliki durasi tayang rata-rata 50 menit. Dalam hal ini, hanya episode pertama
yang akan dipilih sebagai data karena selain panjang durasi yang sama antar tiap
episode, episode awal adalah episode penting yang memberikan gambaran
mengenai latar belakang Jane Eyre, tokoh utama serial ini. Dalam episode ini
dapat pula dijumpai lebih banyak dialog yang direduksi bahkan tidak
diterjemahkan. Episode pertama ini juga menunjukkan lebih banyak dialog dalam
Bahasa Prancis yang menggambarkan pertemuan dua budaya, Inggris dan Prancis.
Secara otomatis pula, dialog-dialog berbahasa Prancis maupun terjemahannya
dalam Bahasa Inggris (yang kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia)
yang ditampilkan dalam bentuk tertulis sebagai bagian dari subtitle tidak termasuk
sebagai data. Hal ini dikarenakan fokus penelitian adalah penerjemahan film
berbahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
E. Validitas Data
Dalam penelitian ini dikembangkan dua teknik triangulasi dari empat
teknik yang dianjurkan Patton dalam Sutopo (2006: 92) yaitu:
1) Trianggulasi Data (data triangulation).
Trianggulasi sumber data diarahkan untuk memperoleh informasi
mengenai kualitas terjemahan dari sumber data yang berbeda agar data dapat lebih
teruji kebenarannya setelah dibandingkan dengan data yang sama namun
diperoleh dari sumber data yang berbeda . Sumber data yang dimaksud adalah
dokumen (subtitle) dan informan yang terdiri dari rater dan responden. Berikut
adalah skema trianggulasi data dengan modifikasi.
Analisis dokumen Dokumen/arsip
Data Rater
Kuesioner Responden
Gambar 3. Skema Trianggulasi Data (Sutopo, 2006 :96)
2) Trianggulasi Metode (methodological triangulation).
Trianggulasi metode juga digunakan untuk lebih memastikan kemantapan
informasi terkait kualitas terjemahan namun dilakukan pada sumber yang sama
dengan penekanan pada teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda
seperti yang tampak berikut ini (skema dibuat dengan modifikasi):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Kuesioner
Informan (rater dan responden)
Data Wawancara
Analisis dokumen Dokumen/arsip
Gambar 4. Skema Trianggulasi Metode (Sutopo, 2006 :96)
F. Teknik Analisis Data
Content analysis diterapkan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini
dengan pendekatan penerjemahan (teknik, metode, ideologi dan kualitas).
Tahapan-tahapan dalam menganalisis data untuk penelitian ini, sesuai dengan
yang dianjurkan oleh Spradley (1997) untuk penelitian etnografi, meliputi analisis
domain; analisis taksonomi; analisis komponen; dan analisis tema yang
berikutnya akan digambarkan melalui tabel-tabel dibawah ini.
1. Analisis Domain
Pemilahan terhadap data yang dikumpulkan mulai dilakukan pada tahap
ini untuk mengetahui apakah data tersebut seluruhnya memang data yang
diperlukan atau ada yang tidak termasuk data.
Contoh data : Bsu: where is the rat?
BSa: dimana tikus itu?
Contoh bukan data : BSu: merci, merci.
BSa: thank you.
Kata merci berasal dari Bahasa Prancis, maka kata ini tidak termasuk sebagai data
karena bahasa sumber yang diperlukan sebagai data adalah Bahasa Inggris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2. Analisis Taksonomi
Data kemudian diidentifikasi jenis-jenis teknik penerjemahannya. Teknik-
teknik penerjemahan yang menjadi acuan disini merupakan usulan Molina dan
Albir (2002).
Tabel 4. Contoh Identifikasi Teknik Penerjemahan
No data BSu BSa Teknik Penerjemahan
001 Where is the rat? Dimana tikus itu? Penerjemahan literal,
transposisi
015 We haven’t got all
day.
Kita tak punya waktu
seharian
Amplifikasi
Meskipun definisi, teknik penerjemahan literal mirip dengan teknik Kalke
(Calque), namun teknik yang digunakan dalam menerjemahkan data nomor 001
adalah teknik penerjemahan literal karena satu kata tidak harus diterjemahkan
dengan satu kata dalam bahasa sasaran. Sedangkan data nomor 015 diterjemahkan
dengan teknik amplifikasi karena kata benda all day yang secara harfiah dapat
diterjemahkan “seharian” diganti dengan penggunaan istilah yang lebih jelas
dalam bahasa sasaran, yaitu “waktu seharian.”
3. Analisis Komponen
Hubungan antar data dengan kualitas terjemahannya (keakuratan,
keberterimaan, dan keterbacaan) dapat diketahui melalui tahapan analisis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 5. Contoh Analisis Komponen
No
BSu BSa Teknik Metode Ideologi Kualitas
Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
42 Kalke Akurat:
Kurang
Akurat:
Tidak
Akurat:
Berterima:
Kurang
Berterima:
Tidak
Berterima:
Terbaca:
Kurang
Terbaca:
Tidak
Terbaca:
Dalam analisis komponen ini, data yang telah diketahui jenis teknik, metode, dan
ideologi penerjemahannya akan dinilai tingkat keakuratan, keberterimaan, serta
keterbacaannya.
4. Tema Budaya (Cultural Value)
Tema budaya atau cultural value dalam penelitian ini berupa penilaian
akhir mengenai kualitas terjemahan yang dapat diketahui setelah pelaksanaan
ketiga tahapan analisis di atas.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati VCD serial televisi Jane Eyre dan membaca subtitle yang
terdapat di bagian bawah layar.
2. Memilih data dengan menerapkan teknik analisis domain dan kemudian
dipilah sebelum akhirnya diberi nomor urut sesuai dengan waktu
kemunculan kata, frasa, atau kalimat yang muncul pada layar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
3. Data yang telah terkumpul diberi kode berdasarkan bahasa sumber, bahasa
sasaran, dan nomor urut, sebagai contoh:
Kode : BSu/001
Keterangan : Bsu : bahasa sumber
001 : nomor urut data
Kode : BSa/001
Keterangan : BSa : bahasa sasaran
001 : nomor urut data
4. Dengan menggunakan teknik analisis taksonomi, data kemudian dicatat
dan diidentifikasi jenis teknik penerjemahannya serta metode dan ideologi
penerjemahannya.
5. Pada tahap ini, data disusun dalam bentuk kuesioner untuk disebarkan
kepada para informan guna memperoleh informasi berbentuk nilai
mengenai kualitas terjemahan yang dihasilkan.
6. Untuk mengetahui dampak penggunaan teknik, metode, dan ideologi
penerjemahan terhadap kualitas hasil terjemahan, teknik analisis
komponen dilakukan. Data yang telah diidentifikasi teknik, metode serta
ideologi penerjemahannya kemudian dibandingkan dengan informasi
penilaian kualitas terjemahan yang didapat dari informan dan dilakukan
wawancara.
7. Analisis data dilaksanakan untuk mencari tema budaya.
8. Berdasarkan semua tahapan analisis yang telah dilakukan, dibuat suatu
kesimpulan sebagai tahap akhir penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil penelitian mengenai teknik, metode, ideologi,
dan kualitas subtitle film serial televisi Jane Eyre produksi stasiun televisi Inggris
BBC One berikut pembahasan tentang dampak penggunaan teknik-teknik tersebut
terhadap kualitas subtitle film secara keseluruhan.
Temuan penelitian dan pembahasan pada bab ini akan disajikan dalam tiga
bagian: hasil identifikasi teknik-teknik penerjemahan, metode, serta ideologi
penerjemahan; kualitas subtitle film Jane Eyre; dan pemaparan mengenai dampak
teknik, metode, dan ideologi penerjemahan terhadap kualitas subtitle.
A. Temuan Penelitian
1. Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan
1.1. Teknik Penerjemahan
Setelah melalui beberapa tahapan analisis, dengan menerapkan teknik
analisis taksonomi yang disarankan oleh Spradley (1997) dalam metode etnografi,
didapatkan 12 jenis teknik penerjemahan sejumlah 685 teknik. Setelah melalui
proses identifikasi, diketahui bahwa lebih dari satu teknik diterapkan pada
beberapa ujaran. Berikut adalah tabel yang menunjukkan jenis-jenis teknik
penerjemahan dan frekuensi penggunaannya.
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 6. Teknik-Teknik Penerjemahan dalam Subtitle film Jane Eyre
No Teknik Jumlah Persentase
1. Penerjemahan literal 156 22, 77 %
2. Transposisi 137 20 %
3. Kompresi Linguistik 110 16, 05 %
4. Padanan Lazim 98 14, 30 %
5. Amplifikasi Linguistik 41 5, 98 %
6. Amplifikasi 36 5, 25 %
7. Reduksi 35 5, 10 %
8. Modulasi 35 5, 10 %
9. Partikularisasi 19 2, 77 %
10. Peminjaman Murni 9 1, 31 %
11. Kalke 8 1, 16 %
12. Generalisasi 1 0, 14 %
Jumlah 685 100 %
Teknik-teknik ini diterapkan dalam 407 data yang diperoleh sebagai hasil
dari analisis domain saat awal pemilihan data. Dalam mengidentifikasi jenis-jenis
teknik penerjemahan ini, acuan yang digunakan adalah kedelapan belas teknik
penerjemahan yang disarankan oleh Molina dan Albir (2002). Selanjutnya adalah
penjabaran lebih lanjut mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam subtitle
Jane Eyre versi BBC tahun 2006 dengan beberapa contohnya.
1. Penerjemahan Literal
Literal translation, yang juga dikenal dengan penerjemahan harfiah,
merupakan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kata atau ungkapan secara kata demi kata. Baik bentuk atau struktur kalimat, frasa
maupun kata dalam BSa seharusnya sesuai dengan fungsi dan makna BSu. Dari
keseluruhan teknik yang teridentifikasi, mayoritas merupakan teknik
penerjemahan literal, yaitu sejumlah 156 teknik (22, 77 %). Dari total 685 teknik,
beberapa contoh penerapannya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 7. Contoh Penggunaan Teknik Penerjemahan Literal
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. I won’t shoot you. Aku tak akan menembakmu.
2. What is your name, child? Siapa namamu, Nak?
3. I think when we grow up, we have
to be teachers.
Kurasa jika kita dewasa, kita harus
menjadi guru.
4. God has already taken her, Jane. Tuhan sudah mengambilnya, Jane.
Melalui tabel di atas dapat dilihat bahwa struktur BSa sama dengan BSu
tetapi beberapa diantaranya tidak hanya diterjemahkan dengan teknik ini, tetapi
juga menggunakan teknik lain seperti yang dapat terlihat dari ujaran no 2, yaitu
teknik padanan lazim sehingga kata child menjadi “nak” dalam BSa. Dalam
Bahasa Indonesia, kata panggilan “nak” sudah lazim dipakai untuk ditujukan pada
anak kecil.
2. Transposisi
Teknik kedua setelah penerjemahan literal, yang paling banyak digunakan
adalah transposisi. Perbedaan tata bahasa antara bahasa sumber dan bahasa
sasaran dapat diatasi salah satunya dengan menerapkan teknik transposisi, yaitu
mengganti kategori gramatikal BSu. Dalam penelitian ini, diketahui bahwa teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tersebut cukup sering digunakan, yakni sejumlah 137 teknik (20%). Hal ini
disebabkan oleh perbedaan struktur kalimat yang signifikan antara BSu dan BSa.
Tabel 8. Contoh Penggunaan Teknik Transposisi
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. I hope you slept well. Kuharap tidurmu nyenyak.
2. Where do you live? Di mana rumahmu?
3. The thought of presents makes her
live and breathe.
Memikirkan hadiah membuatnya
hidup dan bernafas.
4. But he has ... He has had
disappointments in his life.
Tapi ia pernah dikecewakan.
Pengaruh teknik transposisi dapat dilihat pada perubahan kelas kata pada
ujaran no 1. Kata slept yang merupakan kata kerja berubah menjadi kata benda
dalam BSa, yaitu “tidur.” Pada ujaran yang sama, teknik modulasi juga terlibat di
dalamnya. Dengan tetap mempertahankan struktur BSu, kalimat dalam BSu dapat
diterjemahkan menjadi “kuharap kau tidur dengan nyenyak”, namun teknik
modulasi yang digunakan disini menyebabkan terjadinya perubahan fokus dalam
kalimat BSa. Pada BSu penekanan terdapat pada kata you yang dalam hal ini
ditujukan untuk Jane, sedangkan pada BSa penekanan diletakkan pada kata
“tidur.” Perubahan fokus ini tidak berpengaruh pada makna maupun pesan dalam
BSu.
Untuk ujaran no 2, perubahan kelas kata terjadi pada kata live dalam BSu
yang berupa kata kerja menjadi “rumah” yang merupakan kata benda. Teknik
modulasi juga mempengaruhi perubahan sudut pandang pada BSu dan BSa.
Tuturan dalam BSu yang berarti “dimana kau tinggal?” diterjemahkan menjadi
“dimana rumahmu?.” Lebih lanjut, kata benda dengan cetak tebal pada ujaran no
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1, 3, dan no 4 berubah menjadi kata kerja dalam BSa. Pada ujaran no 4, terlihat
bahwa teknik kompresi linguistik membuat beberapa kata menjadi lebih singkat
namun tetap jelas, yakni but he has… he has had diterjemahkan menjadi “tapi ia
pernah” dan disappointments in his life diringkas menjadi “dikecewakan.” Hal ini
tentu saja efektif dalam subtitling karena menghemat beberapa karakter dan
pemirsa pun memerlukan lebih sedikit waktu untuk membaca serta memahami
maksud ujaran dalam BSa tersebut.
3. Kompresi Linguistik
Teknik yang dipakai untuk mensintesa unsur-unsur linguistik dalam BSa
ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi linguistik. Jumlah frekuensi
penggunaan teknik kompresi linguistik ini adalah 110 (16, 05%).
Tabel 9. Contoh Penggunaan Teknik Kompresi Linguistik
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. You must have been travelling all
day.
Pasti perjalananmu lama.
2. Ah! I don’t think Miss Adèle can
wait any longer.
Sepertinya Nn. Adele sudah tak
sabar lagi.
3. What are you doing standing over
there where I can’t see you?
Kenapa kau berdiri di tempat yang
tak bisa kulihat?
4. Oh! I can see there is another
problem.
Sepertinya ada masalah lain.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa ujaran dalam BSa yang
tidak didapat murni dari penerapan teknik kompresi linguistik tetapi juga hasil
dari penerapan teknik lain. Ujaran no 1 dan no 2 adalah contoh dari hal ini. Ujaran
no 1 dapat diterjemahkan menjadi “kau pasti telah bepergian selama seharian”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
namun alternatif lain muncul dalam BSa, yaitu seperti yang tertera dalam tabel.
Selain beberapa kata dalam BSu dihilangkan, lebih tepatnya disintesa menjadi
lebih ringkas, ujaran ini juga merupakan hasil dari teknik modulasi. Seperti yang
tertulis pada ujaran no 1, cara lain untuk menerjemahkan ujaran ini dari sudut
pandang yang berbeda adalah “pasti perjalananmu lama.” Sedangkan pada ujaran
no 2, jelas terlihat bahwa kata panggilan “nona” adalah padanan lazim bagi miss,
begitu juga dengan singkatan yang umum digunakan dalam BSu, yaitu “Nn.”
Kata-kata I don’t think yang diterjemahkan menjadi “sepertinya” memperlihatkan
adanya penerapan teknik kompresi linguistik dalam ujaran ini.
4. Padanan Lazim
Menduduki tingkat presentase terbesar ketiga, teknik ini digunakan
sebanyak 98 kali (14, 30%). Teknik padanan lazim atau established equivalent
adalah teknik penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim dikenal dan
digunakan dalam BSa.
Tabel 10. Contoh Penggunaan Teknik Padanan Lazim
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. My goodness, Miss Eyre. Astaga, Nn. Eyre.
2. Oh, thank goodness, you will be
able to understand her.
Syukurlah, kau bisa mengerti kata-
katanya.
3. Damn it! Christ! Sial!
4. Excuse me, sir? Maaf, Tuan?
Kata goodness, merujuk pada Oxford Advanced Learner’s Dictionary
(1995), dideskripsikan dengan: used in exclamation instead of God; expressing
relief; expressing protest; expressing surprise. Dalam kasus ini, kata goodness
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
yang digunakan untuk mengekspresikan rasa terkejut pada ujaran no 1 dan no 2
memiliki makna yang berbeda karena diujarkan pada konteks situasi yang
berbeda. Pada ujaran no 1, ungkapan my goodness menunjukkan rasa terkejut atau
kaget. Ungkapan ini diujarkan oleh Ny.Fairfax, kepala pelayan di Thornfield Hall,
saat melihat betapa lahap Jane memakan hidangan yang disediakan Ny. Fairfax
untuknya. Malam itu ia baru tiba di Thornfield Hall dan terlihat sangat lapar
setelah perjalanan jauh dari Institut Lowood. Lain halnya dengan kata goodness
yang terdapat dalam ungkapan thank goodness yang juga diucapkan oleh
Ny.Fairfax. Pada ujaran no 2, ungkapan ini digunakan untuk mengekspresikan
rasa terkejut bahwa ternyata Jane bisa memahami lirik lagu yang dinyanyikan oleh
Adele dan juga merupakan wujud rasa syukur atau perasaan lega karena Jane
memiliki kemampuan berbahasa Prancis. Ibu Adele, anak asuh pemilik Thornfield
Hall, adalah perempuan berkewarganegaraan Prancis. Oleh karena itu, meskipun
pada pada dasarnya Adele juga memahami Bahasa Inggris, Ny.Fairfax merasa
lega menyadari hal ini dan berharap komunikasi antara Adele dan Jane sebagai
guru privatnya dapat berjalan baik. Selain padanan lazim, teknik amplifikasi
linguistik juga diterapkan pada ujaran no 2, tuturan …you will be able to
understand her sebenarnya dapat diterjemahkan menjadi “… kau bisa
memahaminya” tetapi pada BSa ditambahkan unsur linguistik yang telah ditandai
dengan garis bawah berikut ini: “kau bisa mengerti kata-katanya.”
Selanjutnya, ungkapan damn it pada ujaran no 3 memiliki padanan kata
yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia, “sial”, sedangkan ungkapan
Christ! dalam BSa dihilangkan dengan penggunaan teknik reduksi karena dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Bahasa Indonesia tidak dapat dijumpai padanan yang tepat dan penggunaan kata
“sial” sudah dapat mengungkapkan keseluruhan pesan dalam BSu. Kata ini sudah
mewakili perasaan kesal penuturnya, Edward Rochester, yang merasa kesal dan
marah karena kudanya tiba-tiba berhenti berlari karena terkejut dengan
keberadaan Jane sehingga menyebabkan ia terjatuh dari punggung kuda. Selain
itu, akan terasa aneh jika kata ini diterjemahkan menjadi “Tuhan” atau
“Tuhanku.” Ungkapan ini tidak biasa diucapkan oleh penutur Bahasa Indonesia
saat dalam keadaan marah.
Teknik padanan lazim ini juga tepat untuk diterapkan pada ujaran no 4.
Ungkapan excuse me, sir? dalam konteks ini tidak bermakna “permisi” namun
berarti ucapan minta maaf yang diucapkan jika seseorang tidak memahami atau
mungkin tidak mendengar tuturan lawan bicaranya. Ungkapan ini adalah alternatif
lain dari ungkapan pardon me. Ini adalah ungkapan yang dituturkan Jane sebagai
reaksi atas pertanyaan tiba-tiba dan terdengar kurang bersahabat dari seseorang
yang baru saja dikenalnya, Tn.Rochester. Majikan barunya tersebut bertanya apa
Jane mengharapkan hadiah darinya, yang baru saja pulang dari perjalanan jauh.
Pertanyaan semacam ini tentu saja mengejutkan dan terdengar tidak sopan karena
tidak berupa sebuah salam yang biasa diucapkan oleh orang-orang yang baru
saling mengenal.
5. Amplifikasi Linguistik
Teknik yang digunakan untuk menambahkan unsur-unsur linguistik dalam
terjemahan agar lebih sesuai dengan kaidah BSa ini mempunyai fungsi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
berlawanan dengan teknik kompresi linguistik. Diketahui ada 41 teknik semacam
ini (5, 98%).
Tabel 11. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi Linguistik
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. Oh, I thought I saw someone at
the window.
Tapi sepertinya aku melihat
seseorang di balik jendelanya.
2. Now you can tell me what she is
singing?
Sekarang kau bisa beritahu aku lagu
apa yang ia nyanyikan?
3. You must change. Kau harus ganti pakaian.
4. Miss Eyre, can we proceed? Nn. Eyre, kita bisa teruskan
pembicaraan?
Teknik amplifikasi linguistik diterapkan disini untuk memperjelas maksud
ujaran tokoh dalam mini seri ini dengan menambahkan beberapa kata sesuai
konteks. Ujaran no 1 misalnya, bagian ujaran … at the window dalam BSa
berubah menjadi “… di balik jendelanya” karena yang dimaksud Jane, tokoh yang
mengucapkan ujaran ini, ia tidak benar-benar melihat seseorang di jendela,
dengan jendela terbuka. Ia hanya melihat siluet seseorang di balik jendela. Tanpa
perlu menambahkan unsur-unsur linguistik atau informasi tambahan, ujaran no 2
dan 4 sebenarnya tetap dapat diterjemahkan dengan baik. Ujaran no 2 sebagai
contoh, tanpa mengikutsertakan kata “lagu” dalam BSa, pemirsa sebenarnya tetap
dapat mengetahui bahwa yang sedang Adele nyanyikan adalah sebuah lagu.
Didukung pula dengan adanya faktor visualisasi dan trek suara yang menunjukkan
Adele sedang menari dan bernyanyi. Begitu pula dengan BSa pada ujaran no 4
yang sebenarnya cukup bisa diatasi dengan ujaran “Nn.Eyre, bisa kita lanjutkan?”
misalnya. Tanpa adanya kata “pembicaraan” dalam BSa, pemirsa masih dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
memahami bahwa apa yang dimaksud penutur, dalam cerita ini adalah
Tn.Rochester, adalah melanjutkan pembicaraan karena sejak tadi Jane dan
Tn.Rochester memang sedang berbicara.
6. Amplifikasi
Intensitas pemakaian teknik ini lebih banyak jika dibandingkan dengan
teknik reduksi, yakni 36 teknik (5, 25%). Berlawanan dengan teknik reduksi,
teknik amplifikasi digunakan jika diperlukan tambahan informasi yang tidak
terdapat dalam BSu untuk mempermudah penyampaian pesan.
Tabel 12. Contoh Penggunaan Teknik Amplifikasi
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. We haven’t got all day. Kita tak punya waktu seharian.
2. I was fully occupied. Melukis menyita pikiranku.
3. He is very changeable. Suasana hatinya mudah berubah.
4. So, on our whirlwind tour, we
alight in Paris.
Jadi dalam perjalanan kami
berkeliling dunia kami tiba di Paris.
Teknik ini sangat bermanfaat untuk menerjemahkan ujaran no 2, sebagai
contoh, karena dalam BSu tidak tersurat informasi bahwa yang menyita pikiran
Jane sebagai penutur dalam dialog ini adalah melukis. Perlu diketahui bahwa
ujaran ini disampaikan Jane sebagai jawaban atas pertanyaan Tn.Rochester yang
bertanya apakah Jane merasa bahagia saat melukis. Ujaran tersebut kemudian
dilanjutkan Jane dengan perkataan I was not unhappy. BSa yang muncul dalam
subtitle tentu dapat mempermudah pemirsa dalam memahami maksud ujaran Jane
dalam dialog ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Teknik amplifikasi juga sangat berguna untuk mengungkap maksud
penutur dalam BSu pada ujaran no 4. Berdasarkan Oxford Advanced Learner’s
Dictionary, “perjalanan berkeliling dunia” merupakan terjemahan yang bagus
untuk istilah whirlwind yang berarti a column of air that turns round and round
very rapidly (1995). Pemirsa tentu sangat terbantu dengan terjemahan yang ada
dalam BSa untuk istilah whirlwind tour meskipun tidak terdapat informasi yang
jelas apakah yang dimaksud dengan perjalanan berkeliling ini memang
perjalananan mengelilingi dunia atau hanya mengunjungi berbagai negara.
7. Reduksi
Tidak selisih banyak dengan jumlah teknik amplifikasi yang digunakan
dalam subtitle Jane Eyre, 35 (5, 10%) teknik yang diidentifikasi merupakan teknik
reduksi. Teknik yang menekankan pada pemampatan informasi BSu ke dalam
BSa ini merupakan kebalikan dari teknik amplifikasi.
Tabel 13. Contoh Penggunaan Teknik Reduksi
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. VOYAGES AND TRAVELS
ILLUSTRATED
PETUALANGAN DAN
PERJALANAN
2. Mrs. Fairfax …I don’t think I can
wait any longer.
–
3. I was just thinking, sir, it’s ... Not
many employers would ask the
opinion of someone they pay £30 a
year to.
Aku sedang berpikir, tak banyak
majikan yang meminta pendapat
seseorang yang bekerja untuk
mereka.
4. An exotic bird. –
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 13 menunjukkan beberapa kata atau ujaran maupun informasi
tertentu tidak diterjemahkan ke dalam BSa. Ujaran no 1 bukanlah sebuah ujaran
sebagai bagian dari dialog dalam Jane Eyre tetapi judul buku milik Jane yang
selalu dibawanya kemanapun ia pergi hingga dewasa dan tinggal di Thornfield
Hall, tempatnya bekerja sebagai guru pribadi. Judul buku ini muncul di awal
cerita dan menjadi ujaran pertama dalam analisis ini. Dalam mini seri ini, pemirsa
dapat melihat bahwa buku tersebut adalah buku bergambar karena di dalamnya
terdapat berbagai gambar tempat-tempat yang disukai Jane, dipertegas dengan
tulisan ILLUSTRATED pada sampul buku. Meskipun dalam BSa tidak ditemui
terjemahan dari kata ini, pemirsa cukup dibantu dengan adanya visualisasi yang
tersedia.
Ujaran no 2 yang merupakan ujaran yang disampaikan Adele dari
kejauhan ini, trek suaranya pun terdengar samar-samar, sama sekali tidak
dijumpai dalam subtitle Jane Eyre. Hal yang terjadi karena penerapan teknik
reduksi ini juga tidak mengganggu penyampaian pesan, bahkan memberikan jeda
waktu lebih bagi pemirsa, dari kegiatan membaca subtitle, sehingga pemirsa pun
dapat dengan nyaman menikmati visualisasi yang ada. Hal ini dikarenakan
Ny.Fairfax yang saat itu akan memperkenalkan Jane pada Adele mengulangi
perkataan Adele tersebut dengan berkata pada Jane: I don’t think Miss Adele can
wait any longer dan terjemahannya muncul dalam subtitle. Ujaran Adele yang
disampaikan pada Jane tersebut tersampaikan pula pada pemirsa. Sama halnya
dengan ujaran no 4, keseluruhan ujaran tidak dijumpai dalam subtitle. Dengan
melakukan penyesuaian, ujaran ini bisa saja diterjemahkan menjadi “perempuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
yang eksotis” misalnya, karena burung biasanya identik dengan kecantikan atau
keindahan. Namun gambaran mengenai Celine Varens, orang yang dimaksud
lewat ujaran ini, masih dapat ditangkap oleh pemirsa karena sebelumnya
Rochester telah mendeskripsikannya sebagai seorang wanita yang sangat cantik
lewat ujaran she is very beautiful. Terlebih, dengan adanya faktor visualisasi,
pemirsa dapat melihat bahwa perempuan tersebut memang seorang gadis yang
cantik. Ujaran an exotic bird ditambahkan untuk menambah kesan betapa
menariknya gadis cantik tersebut
Pengaruh teknik reduksi juga mempengaruhi ujaran no 3. Informasi bahwa
besar gaji Jane per tahunnya adalah 30 pounds tidak disampaikan dalam BSa.
Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh pada jalan cerita karena besar gaji Jane
tersebut tidak pernah diungkit lagi pada adegan-adegan selanjutnya dan tidak
menjadi persoalan tertentu.
8. Modulasi
Ketika terdapat perubahan sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif
dalam BSa; maka hampir dapat dipastikan bahwa teknik modulasi terlibat di
dalamnya. Setelah melalui tahap analisis taksonomi, didapatkan 35 teknik
modulasi (5, 10%). Jumlah ini sama dengan frekuensi penggunaan teknik reduksi.
Tabel 14. Contoh Penggunaan Teknik Modulasi
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. That child has the devil in her,
I’ve always said!
Sudah kubilang dia memang anak
iblis.
2. That will amuse even him. Dia pasti tertawa.
3. No, you don’t belong here. Kau tak boleh kemari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4. She is a dancer. Ia pandai berdansa.
Maksud ujaran yang dicetak tebal pada ujaran no 1 dalam BSu kurang
lebih adalah “ada iblis dalam dirinya” yang kemudian pada akhirnya menjadi
“anak iblis” dalam BSa. Perubahan sudut pandang ini memang tidak merubah
pesan asli dalam BSu, rasa tidak suka penuturnya pada orang yang dimaksud,
yaitu Jane, juga dapat dirasakan lewat ujaran sejenis ini. Akan tetapi sebutan atau
istilah “anak iblis” terasa lebih kuat dan memiliki lebih banyak nilai negatif di
dalamnya jika dibandingkan dengan ungkapan dalam BSu, has the devil in her,
yang lebih mengacu pada sifat buruk yang ada pada Jane.
Perubahan sudut pandang karena pengaruh teknik modulasi juga dapat
dirasakan melalui ujaran no 4. Kata benda a dancer kemudian diterjemahkan
menjadi “pandai berdansa” dalam BSa dengan asumsi bahwa seorang penari tentu
pandai berdansa. Lebih jauh, tidak ada kepastian apakah yang dimaksud dengan
penutur ujaran ini, Tn.Rochester, adalah Celine Varens memang berprofesi
sebagai penari atau hanya sebuah ungkapan untuk memberikan kesan bahwa dia
memang pintar berdansa seperti yang muncul dalam BSa, pun tidak ada faktor
visualisasi yang mendukung hal ini. Meskipun begitu, hal ini tidak menghalangi
pemirsa dalam menangkap pesan yang ada dalam ujaran tersebut, keseluruhan
dialog maupun jalan cerita karena hal ini tidak menjadi fokus cerita.
9. Partikularisasi
Teknik partikularisasi ini diperlukan untuk menyediakan istilah yang lebih
khusus dalam BSa. Dalam hal ini, terdapat 19 kata atau istilah (2, 77%) yang lebih
tepat diterjemahkan dengan teknik ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 15. Contoh Penggunaan Teknik Partikularisasi
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. You’re so small. Kau sangat kurus.
2. And he does find beauty. Dan ia menemukan gadis cantik itu.
3. I’ve seen one like this in the West
Indies.
Aku pernah lihat capung seperti ini
di Hindia Barat.
4. It is upholstered with velvets and
furs.
Perabotannya berlapis beludru dan
bulu binatang.
Untuk beberapa kasus seperti yang terdapat dalam tabel di atas, teknik
partikularisasi memang efektif untuk dipergunakan, khususnya untuk ujaran no 2
dan no 4. Kata benda beauty dalam ujaran no 2 berarti kecantikan atau keindahan
dan bisa berarti seorang perempuan cantik. Dengan memakai istilah yang lebih
khusus dan menyesuaikan dengan konteks serta visualisasi yang ada, kata ini
diterjemahkan dengan baik menjadi “gadis cantik.”
Penggunaan istilah yang lebih khusus dalam BSa untuk kata furs juga
dirasa tepat. Yang dimaksud dengan “bulu” disini bisa saja bukan bulu binatang
tetapi bulu buatan seperti yang terdapat pada baju atau sarung bantal biasa.
Namun, menyesuaikan dengan konteks situasi maupun mendasarkan penilaian
pada ujaran-ujaran yang diucapkan Tn.Rochester sebelum maupun sesudahnya,
yakni: imagine a suite of rooms in a particularly gorgeous Parisian hotel dan
everything is sensuous to the touch, the best that this youngish man’s money can
buy, maka terjemahan “bulu binatang” dalam BSa terdengar tepat dan masuk akal.
Mengacu pada ujaran-ujaran tersebut, hotel di Paris ini digambarkan sebagai hotel
yang mewah, indah dan tentu dilengkapi dengan segala perabotan mahal, seperti
bulu binatang tentunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
10. Peminjaman Murni
Teknik peminjaman murni atau pure borrowing termasuk dalam tiga
teknik terakhir yang paling sedikit diterapkan dalam subtitle mini seri ini, hanya
diterapkan dalam 9 ujaran (1, 31%). Teknik ini diterapkan jika tidak terdapat
padanan istilah atau ungkapan dalam BSa.
Tabel 16. Contoh Penggunaan Teknik Peminjaman Murni
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. ward of Mr. Rochester of
Thornfield Hall.
…anak asuh dari Tn. Rochester
pemilik Thornfield Hall.
2. Musk and amber. Musk dan amber.
Seperti yang terlihat, Thornfield Hall (pada ujaran no 1) adalah nama
tempat Jane bekerja, tempat kastil milik Edward Rochester terletak. Nama tempat
asing, seperti nama negara atau kota, yang telah dikenal secara umum dalam BSa
biasanya memiliki padanan kata dan dapat disampaikan pada BSa dengan teknik
padanan lazim. Dalam Bahasa Indonesia sebagai contoh, England lebih dikenal
dengan Inggris dan padanan nama kota Canada adalah Kanada. Namun Thornfield
Hall tidak dikenal dengan baik dalam BSa dan tidak ada padanan kata yang lazim
digunakan maka tetap ditulis seperti ini dalam BSa. Sedangkan musk dan amber
(pada ujaran no 2) adalah jenis wewangian yang berasal dari tumbuhan yang tidak
terdapat di Indonesia. Dari Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995)
didapatkan suatu definisi, yaitu a substance with a strong smell produced by a
certain type of male deer, it is used in making perfume. Dalam kamus ini juga
tersedia pengertian musk yang merupakan nama bunga, yaitu musk-roses yang
merupakan sejenis bunga mawar yang berbau seperti musk. Amber merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sejenis zat organik berwarna coklat kekuning-kuningan yang didapatkan dari
pohon pinus melalui proses tertentu (fossilization). Jenis zat bernama musk dan
amber ini tidak dikenal luas dalam lingkungan BSa dan tidak memiliki padanan
istilah yang tepat dalam BSa sehingga teknik peminjaman murni perlu diterapkan
pada ujaran no 2.
11. Kalke
Teknik yang dipakai untuk menerjemahkan sebuah kata atau frasa secara
literal ini hampir sama dengan teknik penerjemahan literal, namun terjemahan
yang dihasilkan teknik kalke dapat memiliki kesamaan secara leksikal ataupun
struktural dengan BSu sedangkan teknik penerjemahan literal lebih mementingkan
kesamaan dalam struktur kalimat. Jauh lebih sedikit dari penerjemahan literal,
teknik kalke hanya diterapkan dalam 8 kata atau frasa (1, 16%).
Tabel 17. Contoh Penggunaan Teknik Kalke
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. VOYAGES AND TRAVELS
ILLUSTRATED
PETUALANGAN DAN
PERJALANAN
2. Liar Pembohong.
3. Quiet! Tenanglah!
4. Sit! Duduk.
Selain adanya penerapan teknik reduksi pada ujaran no 1 seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, semua ujaran pada tabel 17 diterjemahkan secara literal
dengan teknik kalke. Sebagai informasi, ujaran no 1 dan no 2 bukan ujaran-ujaran
audible yang terdapat dalam dialog Jane Eyre tetapi tulisan yang terdapat pada
sampul buku milik Jane (ujaran no 1) dan tulisan pada papan kayu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
tergantung di leher Jane saat ia sedang dihukum untuk berdiri dengan mengenakan
papan (ujaran no 2).
12. Generalisasi
Merupakan kebalikan dari teknik partikularisasi, dalam penelitian ini
hanya hanya dijumpai 1 teknik generalisasi (0, 14%). Teknik generalisasi dapat
diidentifikasi dari pemakaian istilah yang lebih umum atau netral dalam BSa.
Tabel 18. Contoh Penggunaan Teknik Generalisasi
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. And what happens to disobedient
deceitful girls when they die?
Dan apa yang terjadi pada anak
pembangkang dan pembohong..jika
mereka meninggal?
Dengan menggunakan teknik generalisasi, kata girls yang sebenarnya
memiliki arti “anak-anak perempuan” diganti dengan istilah yang lebih umum
dalam BSa, yakni kata “anak.”
Sebagai salah satu jenis penerjemahan audiovisual, bukan hanya dialog
berupa trek suara atau audio dalam mini seri ini yang diterjemahkan ke dalam
bentuk subtitle, namun unsur-unsur visual lain yang tidak audible yang terdapat di
dalamnya juga. Dalam episode pertama Jane Eyre yang menjadi kajian dalam
penelitian ini, hanya terdapat dua bentuk subtitle yang merupakan terjemahan dari
wujud visual dalam mini seri ini, yaitu judul sebuah buku yang kebetulan muncul
pertama kali pada awal cerita dan sebuah kata yang tertulis pada papan yang
tergantung pada leher Jane, sang tokoh utama. Secara berurutan, kedua kata-kata
tersebut adalah voyages and travels illustrated dan liar yang diterjemahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
menjadi “petualangan dan perjalanan” dengan menggunakan teknik kalke dan
reduksi serta kata “pembohong” yang diterjemahkan dengan teknik kalke.
1.2. Metode Penerjemahan
Dari hasil pembahasan sebelumnya mengenai teknik-teknik penerjemahan,
diketahui bahwa dari seluruh jenis teknik yang digunakan pada subtitle film Jane
Eyre yaitu sebanyak 12 teknik, 3 teknik diantaranya meupakan teknik-teknik
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber, yakni: 1) penerjemahan
literal; 2) peminjaman murni; dan 3) kalke. Kemudian, 9 teknik lainnya yakni: 1)
padanan lazim; 2) transposisi; 3) amplifikasi; 4) amplifikasi linguistik; 5) reduksi;
6) modulasi; 7) kompresi linguistik; 8) partikularisasi; dan 9) generalisasi,
termasuk teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran.
Teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber memiliki jumlah total
frekuensi pemggunaan 173 kali atau sebanyak 25, 24% dan sejumlah 512 lainnya
merupakan frekuensi penggunaan teknik penerjemahan yang berorientasi pada
bahasa sasaran dengan jumlah prosentase 74, 76%. Dari jumlah tersebut dapat
dilihat bahwa teknik-teknik yang digunakan lebih banyak berorientasi pada bahasa
sasaran sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa metode yang dipergunakan
juga cenderung berorientasi pada bahasa sasaran. Sesuai dengan jenis-jenis
metode penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark (1988), dari empat
metode yang berorientasi pada bahasa sasaran; yaitu adaptasi, penerjemahan
bebas, penerjemahan idiomatik, dan penerjemahan komunikatif; metode yang
cenderung digunakan penerjemah dalam penerjemahan subtitle film Jane Eyre
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
adalah penerjemahan komunikatif. Metode ini digunakan dengan mengalihkan
makna kontekstual teks asli secara tepat sehingga aspek kebahasaan maupun
isinya langsung dapat dimengerti oleh pembaca tanpa menimbulkan kesulitan bagi
pembacanya. Penerjemahan komunikatif menekankan pada efek yang ditimbulkan
kepada pembacanya dengan memperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam BSu
dan BSa, seperti unsur-unsur budaya.
Ciri-ciri metode penerjemahan ini dapat ditemui dalam subtitle film Jane
Eyre. Pemakaian istilah-istilah yang lazim atau dikenal dalam bahasa sasaran
merupakan salah satunya, contohnya adalah kata benda pada ujaran no 275, Ah!
Mercenary girl!, yang diterjemahkan ke dalam BSa dengan teknik padanan lazim
menjadi “gadis mata duitan!.” Istilah ini telah dikenal masyarakat dalam BSa
secara luas dan menimbulkan kesan tersendiri bagi pemirsa film ini karena istilah
ini berkaitan dengan budaya dalam BSa. Menilik definisi kata sifat mercenary
dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995), yaitu mainly concerned
with making money or gaining some personal advantage, maka padanan kata
benda yang digunakan dalam BSa dirasa sudah tepat. Penggunaan istilah semacam
ini juga dapat ditemui dalam ujaran no 283, all young people wish to travel. Kata-
kata bergaris bawah pada ujaran tersebut diterjemahkan ke dalam BSa menjadi
“muda-mudi.” Kesan atau efek yang ditimbulkan kepada pemirsa film tentu akan
berbeda jika kata-kata all young people ini diterjemahkan dengan menggunakan
istilah yang berbeda, “orang-orang muda” atau “semua anak muda” misalnya.
Meskipun istilah “anak muda” merupakan istilah yang lazim dalam BSa, istilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
“muda-mudi” lebih dekat dengan pemirsa dalam BSa karena “kekhasan” gaya
Bahasa Indonesia lebih terasa.
Ciri lain dari penerjemahan komunikatif, yaitu pengalihan makna
kontekstual untuk memudahkan pemahaman pemirsa, dapat pula ditemui dalam
subtitle film ini. Contoh yang tepat untuk hal ini adalah ujaran even if they find
kindness and food and a fire. Kata-kata bergaris bawah pada ujaran BSu tersebut
diterjemahkan menjadi “meski mereka hidup berkecukupan”. Ujaran ini memang
tergolong terjemahan yang kurang akurat, namun sangat berterima di dalam BSa.
Terjemahan ini disebut sebagai terjemahan dengan tingkat keberterimaan tinggi
karena dalam BSa, hubungan antara makanan dan api atau perapian dengan
kehidupan yang nyaman atau berkecukupan tidak dapat dipahami dengan baik
atau dengan kata lain, tidak ada relasi antara keduanya. Hal ini dikarenakan
perbedaan kondisi lingkungan dan cuaca antara kedua negara. Negara tempat
pemirsa BSu berada memiliki empat musim berbeda yang salah satunya adalah
musim dingin. Saat musim ini tiba, persediaan makanan (dan kayu bakar) yang
cukup, dan perapian menjadi pusat perhatian atau hal yang sangat penting bagi
para penduduknya, terutama penduduk Inggris pada tahun 1848, setting waktu
yang diceritakan pada film. Karena udara yang dingin, para penduduk
memerlukan perapian untuk menghangatkan badan. Pada masa sekarang ini,
fungsi api perapian dapat digantikan dengan alat pemanas ruangan. Sedangkan
Indonesia, tempat para pemirsa BSa berada, hanya memiliki dua musim tidak
termasuk musim dingin atau salju. Sehingga konsep makanan dan perapian serta
hubungannya dengan tingkat kehidupan yang nyaman tidak ada dalam budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
BSa. Oleh karena itu, dengan penggunaan teknik kompresi linguistik maupun
reduksi, penerjemah memutuskan untuk memakai istilah “hidup berkecukupan”
untuk memberikan gambaran yang jelas dan mudah dipahami oleh pemirsa BSa.
1.3. Ideologi Penerjemahan
Melalui hasil yang didapatkan dari analisis dan pembahasan mengenai
teknik dan metode penerjemahan yang diterapkan dalam penerjemahan film Jane
Eyre, dapat disimpulkan bahwa ideologi penerjemahan yang cenderung digunakan
oleh penerjemah dalam menerjemahkan ujaran-ujaran berupa dialog dalam film
ini adalah ideologi domestikasi. Sebelumnya, didapatkan hasil bahwa teknik-
teknik penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan setiap ujaran dalam
film cenderung dekat pada BSa sehingga metode yang digunakan pun berorientasi
pada BSa. Dalam penerjemahan domestikasi atau domesticating translation, nilai-
nilai budaya yang dominan yang terdapat dalam masyarakat BSa dapat terbawa
pada saat proses penerjemahan berlangsung. Hal ini terlihat jelas dalam subtitle
film Jane Eyre.
2. Kualitas Subtitle Film Jane Eyre
Penilaian kualitas subtitle dari segi keakuratan, keberterimaan, dan
keterbacaan merupakan salah satu rumusan masalah dalam penelitian ini.
Menggunakan skala 1-3 sebagai instrumen untuk analisis, dengan masing-masing
kriteria yang telah dijelaskan pada bab 3, dilibatkan tiga orang rater untuk
menentukan nilai masing-masing data. Ketiga skor yang diberikan oleh para rater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
tersebut kemudian akan diambil nilai rata-ratanya. Skor dengan rata-rata ini
berfungsi sebagai instrumen yang dipergunakan untuk membantu pendeskripsian
data. Berikut adalah pemaparan mengenai kualitas subtitle film Jane Eyre.
1. Keakuratan Subtitle Film Jane Eyre
Keakuratan merupakan kesesuaian atau ketepatan pesan yang disampaikan
antara BSu dan BSa. Menggunakan skala penilaian tingkat keakuratan seperti
yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, hasil yang didapat adalah terjemahan
yang akurat sebanyak 319 (78, 37%), terjemahan yang kurang akurat sebanyak 79
(19, 41%), dan terjemahan yang tidak akurat sebanyak 9 (2, 21%).
1.1. Terjemahan akurat
Terjemahan yang termasuk dalam kategori ini adalah ujaran yang
pesannya tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran dan tidak terjadi
distori makna. Dengan nilai rata-rata keakuratan 2, 66 – 3, berikut ini merupakan
contoh subtitle yang diterjemahkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran.
Tabel 19. Contoh Terjemahan Akurat
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. I am not a liar. Aku bukan pembohong
2. Your aunt tells me that you are a
deceitful child.
Bibimu bilang kau pembohong.
3. She’s not part of the family. Ia bukan anggota keluarga kami.
4. Didn’t they feed you? Mereka memberimu makan?
Ujaran no 1 - 3 mendapatkan nilai masing-masing 3 dari para rater karena
pesan tersampaikan dengan baik tanpa ada perubahan makna pada BSa. Teknik
literal digunakan untuk menerjemahkan ujaran no 1, sedangkan ujaran no 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
diterjemahkan dengan menggunakan teknik kompresi linguistik. Meskipun
dilakukan sintesa unsur-unsur linguistik dalam BSu, namun tidak terjadi
perubahan pesan pada BSa. Karena teknik literal merupakan teknik
menerjemahkan secara kata per kata, maka terjemahan yang dihasilkan memiliki
pesan yang sepadan dengan BSu.
Teknik amplifikasi dan amplifikasi linguistik yang digunakan untuk
menerjemahkan kata-kata dalam BSu pada ujaran no 3 berpengaruh terhadap
tingkat keakuratan terjemahan yang dihasilkan. Dalam kasus ini, kedua teknik
tersebut memberikan pengaruh yang positif untuk nilai keakuratannya, yaitu nilai
3. Kata benda the family diterjemahkan dengan menggunakan teknik amplifikasi
menjadi “anggota keluarga kami” pada ujaran no 3. Penambahan kata atau
informasi dalam BSa membuat pesan yang terkandung dalam ujaran-ujaran BSu
tersebut menjadi jelas dan menghasilkan terjemahan yang akurat.
Berbeda dengan ujaran-ujaran sebelumnya, ujaran no 4 memiliki nilai rata-
rata keakuratan 2, 66 karena terjemahan yang dihasilkan dari penerapan teknik
kompresi linguistik dan transposisi ini dirasa memiliki pesan yang sedikit berbeda
dengan BSu. Walaupun pemirsa masih dapat menangkap pesan dalam BSa,
namun tetap terdapat perbedaan makna. Menurut rater pertama, terjemahan
seharusnya menjadi “tidakkah mereka memberimu makan?” Terdapat penekanan
dalam ujaran ini yang menandakan rasa penasaran atau sedikit tidak percaya.
Dalam adegan saat salah satu tokoh film Jane Eyre yaitu Tn. Rochester
mengucapkan ujaran ini, dia dan Jane Eyre yang merupakan guru pribadi anak
angkatnya sedang bercakap-cakap. Ini merupakan percakapan pertama mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
sebagai majikan dan salah satu orang yang ia pekerjakan. Tn. Rochester
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum dan pribadi kepada Jane.
Ia sedang menyampaikan rasa kagumnya karena Jane bisa bertahan di Institut
Lowood selama delapan tahun dan berkata bahwa Jane terlihat sangat kurus
sebelum akhirnya ia bertanya: didn’t they feed you? Ketika diterjemahkan menjadi
“mereka memberimu makan?,” ujaran ini terdengar sebagai pertanyaan umum
saja, yang diajukan oleh seseorang tanpa asumsi apapun tentang pertanyaan yang
diajukannya. Sedangkan ujaran dalam BSu diajukan dengan asumsi bahwa Jane
tidak diberi cukup makan saat ia berada di Institut Lowood, tempatnya tinggal
dulu, karena Jane terlihat sangat kurus sehingga Tn.Rochester bertanya untuk
memastikan dugaannya dengan penekanan pada kata didn’t atau yang berarti
“tidakkah” dalam BSa. Namun, secara umum pesan telah tersampaikan dengan
baik pada BSa sehingga terjemahan ini termasuk terjemahan yang akurat.
1.2. Terjemahan kurang akurat
Karena pesan tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran, namun
terjadi distorsi makna, terjemahan makna ganda atau penghilangan makna maka
79 terjemahan dalam penelitian ini tergolong terjemahan yang kurang akurat
seperti yang dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Contoh Terjemahan Kurang Akurat
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. She is a dancer. Ia pandai berdansa.
2. Please help me! Let me out! Let
me out! Let me out!
keluarkan aku!
3. I have tried so very hard. Aku sudah berusaha keras.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
4. Oh, thank goodness, you will be
able to understand her.
Syukurlah, kau bisa mengerti kata-
katanya.
Terjemahan-terjemahan ini memiliki nilai rata-rata keakuratan 2 - 2, 33.
Nilai 2 diperoleh untuk dua ujaran pertama dan dua ujaran selanjutnya
memperoleh nilai yang lebih tinggi, 2, 33, namun tetap tergolong terjemahan yang
kurang akurat karena informasi tidak tersampaikan dalam BSa atau terdapat
beberapa kata yang tidak diterjemahkan dengan padanan kata yang tepat sehingga
sebagian pesan tidak tersampaikan ke dalam BSa. Adjective “pandai berdansa”
dalam ujaran pertama BSa pada tabel 20 yang diterjemahkan dengan teknik
modulasi dan transposisi, sebagai contoh, bukan terjemahan yang tepat untuk
istilah dancer. Perubahan sudut pandang; dari “ia seorang penari” (BSu) menjadi
“ia pandai berdansa” (BSa) seharusnya tidak merubah pesan asli ujaran ini, dan
memang pemirsa masih dapat memahami maksud ujaran Tn.Rochester, tokoh
dalam film ini, bahwa Celine pandai berdansa. Namun, perubahan kelas kata dari
kata benda menjadi kata sifat membuat kalimat BSa kurang akurat. Seseorang
yang berprofesi sebagai penari tentu pandai menari atau berdansa tetapi tidak
dapat dipastikan bahwa orang yang pandai berdansa adalah seorang penari.
Untuk ujaran selanjutnya, teknik reduksi rupanya cukup berdampak
terhadap pesan dalam ujaran BSa. Terlihat dalam tabel, kalimat please help me
tidak diterjemahkan. Sedangkan teknik kompresi linguistik yang juga diterapkan
pada ujaran no 2 menghasilkan terjemahan yang efektif. Mengingat sumber data
dalam penelitian ini adalah subtitle atau terjemahan teks film maka banyak hal
yang perlu diperhatikan karena adanya beberapa batasan-batasan tertentu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
membedakannya dengan jenis terjemahan lainnya, seperti batasan tempat dan
waktu. Karena terbatasnya tempat pada layar dan keharusan untuk menyesuaikan
waktu kemunculan teks pada layar dengan ujaran para tokoh dalam film atau
faktor visual lainnya, maka terjemahan pun diharapkan tidak terlalu panjang
karena dikhawatirkan akan mengganggu pandangan, konsentrasi pada gambar di
layar maupun jalan cerita, atau pemahaman pemirsa film terhadap terjemahan itu
sendiri. Beberapa teknik yang diharapkan dapat mengatasi masalah ini adalah
teknik reduksi dan kompresi linguistik, mengingat kedua teknik ini diterapkan
dengan melakukan pemadatan teks dan penghilangan beberapa unsur linguistik
dalam teks BSa. Kedua teknik ini juga cukup sering digunakan dalam
penerjemahan film.
Tampak pada tabel, ujaran let me out! yang diujarkan sebanyak tiga kali
oleh Jane terjemahannya hanya tertulis satu kali saja, yaitu “keluarkan aku!”.
Dalam subtitling, ujaran-ujaran semacam ini memang hendaknya diringkas
dengan cara menulis terjemahannya satu kali saja namun terpampang pada layar
dengan waktu kemunculan yang cukup lama sesuai dengan ujaran sang tokoh
pada film, waktu kemunculan teks berakhir hingga ia selesai mengucapkan ujaran
tersebut. Contoh lain untuk terjemahan teks subtitle semacam ini pada film Jane
Eyre adalah kata “Helen.” Dalam adegan tersebut, Jane menyebut nama temannya
yang saat itu baru meninggal dunia karena sakit sebanyak empat kali. Namun pada
layar yang tampak hanya 1 kata dan muncul selama 2, 7 detik, durasi waktu yang
cukup panjang untuk sebuah kata dengan enam karakter huruf, disesuaikan
dengan lamanya Jane mengucapkan kata tersebut pada film. Karena kata atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kalimatnya sama, maka ujaran semacam ini tidak perlu diulang atau
diterjemahkan sebanyak kata atau kalimat pada BSu sebab pemirsa sudah
dipastikan dapat memahami teks tersebut.
Salah satu rater memberikan nilai keakuratan 3 untuk dua ujaran terakhir
pada tabel, tetapi dua rater lainnya menilai bahwa kedua ujaran ini tergolong
kurang akurat sebab terdapat kata-kata yang cukup crucial namun tidak
diterjemahkan. Ujaran no 3 misalnya, kata-kata yang bergaris bawah pada ujaran I
have tried so very hard tidak diterjemahkan. Frasa so very hard hanya
diterjemahkan menjadi “berusaha keras” padahal Ny. Reed, Bibi Jane yang
mengucapkan ujaran ini, memberi penekanan pada kata-katanya. Kata very yang
berarti “sangat” diucapkan dengan tambahan kata so yang jika diartikan dalam
BSa adalah “aku sudah berusaha sangat sangat keras” atau “aku sudah berusaha
sangat keras sekali”. Pemakaian dua kata bermakna sama yang sebenarnya
mubazir ini diutarakan oleh Ny. Reed dengan maksud memberi pemahaman pada
lawan bicaranya, Tn. Brocklehurst yang kemudian menjadi kepala sekolah tempat
Jane disekolahkan, bahwa ia tidak sekedar sangat berusaha keras tetapi berusaha
sekuat tenaganya untuk mengasuh Jane dan berusaha menjadikannya anak yang
baik. Sedikit menilik pada cerita film ini, sebenarnya Bibi Jane berbohong pada
Tn. Brocklehurst dengan berujar seperti ini. Ia sama sekali tidak berusaha
mengasuh maupun mendidik Jane dengan baik karena ia membenci Jane. Semasa
hidupnya, suami Ny. Reed sangat menyayangi adik perempuan dan anaknya, yaitu
Jane, melebihi kasih sayangnya pada istrinya sendiri. Karena inilah Ny. Reed
membenci Jane dan berniat mengirimnya ke asrama sekolah milik Tn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Brocklehurst yang dikenal sebagai sekolah dengan tingkat kematian para siswanya
yang tinggi. Institud Lowood, nama sekolah ini, memiliki kondisi lingkungan
yang tidak sehat dan para gurunya tidak memperhatikan asupan makanan siswa-
siswanya sehingga banyak siswa yang tidak dapat bertahan hidup karena terserang
berbagai penyakit. Ujaran no 3 ia pergunakan sebagai alasan agar tampak wajar;
memberi kesan bahwa Jane adalah seorang gadis kecil yang benar-benar nakal dan
susah diatur, dan mencegah pertanyaan atau kecurigaan tertentu, misalnya seperti;
mengapa orang kaya sepertinya mengirim keponakannya ke sekolah seperti itu
dan tidak menyekolahkannya di sekolah bergengsi atau sekolah khusus
bangsawan. Teknik reduksi yang digunakan disini tidak memberikan kontribusi
yang positif untuk hasil terjemahannya, terutama keakuratan terjemahannya.
Sama halnya dengan permasalahan pada ujaran sebelumnya, kata-kata
dengan cetak tebal pada ujaran terakhir tidak tersampaikan dengan baik ke dalam
BSa, lebih tepatnya tidak diterjemahkan. Teknik kompresi linguistik kurang tepat
untuk menerjemahkan ujaran ini. Dinilai kurang akurat dengan nilai rata-rata
keakuratan 2, 33, ujaran ini seharusnya diterjemahkan menjadi “syukurlah, kau
akan dapat memahami kata-katanya.” Ujaran ini disampaikan Ny. Fairfax, sang
kepala pelayan, sebagai ungkapan rasa syukur atau senang karena Jane dapat
memahami Bahasa Prancis, bahasa yang sering digunakan Adele sebagai gadis
keturunan Prancis, sehingga diharapkan dan dapat dipastikan bahwa Jane akan
mengerti semua perkataaan Adele dalam Bahasa Prancis nantinya. Pesan pada
BSa disini menjadi sedikit berbeda. Ucapan syukur ini bukan hanya dimaksudkan
untuk saat itu saja, karena Jane bisa memahami ucapan Adele ketika itu, tetapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
juga disampaikan sebagai perasaan senang karena Jane bisa berbahasa Prancis
sehingga komunikasi Jane dengan Adele sebagai anak didiknya nanti akan
berjalan dengan baik.
1.2. Terjemahan tidak akurat
Kategori ketiga adalah subtitle yang diterjemahkan secara tidak akurat
karena pesan sama sekali tidak tersampaikan ke dalam BSa. Dalam penelitian ini
ditemukan 15 ujaran yang tergolong tidak akurat dengan nilai rata-rata keakuratan
antara 1 sampai 1, 33.
Tabel 21. Contoh Terjemahan Tidak Akurat
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. An exotic bird. -
2. Mrs. Fairfax …I don’t think I can
wait any longer
-
3. And it’s very overrated. Dan mereka salah besar.
4. I do not think there is anything in
science that will allow that, sir.
Kurasa itu tak ada hubungannya
dengan kepandaian, Tuan.
Nilai keakuratan 1 diberikan oleh para rater untuk ujaran no 1-3. Terlihat
dengan jelas bahwa ujaran no 1 dan 2 memang tidak akurat karena ujaran dalam
BSu sama sekali tidak diterjemahkan dan tidak dimunculkan pada layar sebagai
bagian dari subtitle film Jane Eyre. Pemadatan teks berusaha dilakukan pada
kedua ujaran ini, tetapi penghilangan teks pada hal ini bisa berakibat pada
hilangnya informasi untuk para pemirsa film Jane Eyre. Sama halnya dengan
penjelasan yang diberikan sebelumnya pada kategori subtitle yang kurang akurat,
teknik reduksi yang diterapkan disini tidak menghasilkan terjemahan yang efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
karena adanya penghilangan informasi. Ujaran no 1 sebenarnya merupakan suatu
perumpamaan yang digunakan Tn. Rochester untuk mendeskripsikan Celine,
wanita cantik berkebangsaan Prancis yang merupakan mantan kekasihnya. Karena
tidak diterjemahkan, tentu saja pemirsa kehilangan sedikit informasi tentang
Celine. Ujaran no 2 sebenarnya dikatakan oleh Adele yang saat itu berada di
dalam sebuah gedung untuk menyambut kedatangan Jane sebagai guru pribadi
barunya. Ia merasa tidak sabar untuk segera bertemu dengan Jane hingga ia
memanggil Ny. Fairfax. Suara Adele memang samar-samar, namun pemirsa tentu
masih dapat mendengarnya. Tidak tampaknya terjemahan dari ucapan Adele
tersebut pada layar tentu mengundang rasa penasaran para pemirsa film karena
pemirsa dapat mendengar suara Adele tapi kemungkinan tidak dapat memahami
apa yang sudah dikatakannya. Selanjutnya pada ujaran no 3, kata overrated tidak
diterjemahkan dengan benar. “Salah besar” bukanlah arti sesungguhnya untuk
kata tersebut, seharusnya kata ini diterjemahkan manjadi “melebih-lebihkan” atau
“berlebihan.” Teknik amplifikasi yang seharusnya bisa memberikan penjelasan
lebih dalam hal penyampaian pesan tidak menghasilkan terjemahan dengan
tingkat keakuratan yang tinggi.
Dalam salah satu adegan, Jane memberikan jawaban pada Tn. Rochester
yang bertanya apakah ia tampan dengan ujaran no, sir. Jawaban ini membuatnya
mengajukan pertanyaan lain, yakni apakah sekarang Jane akan menganggapnya
tampan jika ia berkata bahwa kekayaannya sejumlah 20 ribu pound. Jawaban yang
diberikan Jane adalah ujaran ini: I do not think there is anything in science that
will allow that, sir. Ujaran “...itu tak ada hubungannya dengan kepandaian” sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
sekali berbeda dengan makna ujaran dalam BSu. Maksud Jane yang sebenarnya
adalah tidak ada suatu prinsip atau hukum tertentu yang mengatakan bahwa
seorang pria tentu terlihat tampan jika ia kaya. Dengan nilai rata-rata keakuratan
1, 33 ujaran yang dihasilkan lewat penerapan teknik padanan lazim dan
transposisi ini tergolong terjemahan yang tidak akurat
Nilai rata-rata keakuratan yang didapatkan untuk seluruh ujaran adalah 2,
74. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa subtitle film Jane Eyre memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi karena pesan yang terdapat pada BSu dapat tersampaikan
dengan baik ke dalam BSa.
2. Keberterimaan Subtitle Film Jane Eyre
Aspek penting yang menduduki urutan kedua dalam penilaian kualitas
suatu terjemahan adalah keberterimaan atau acceptability. Keberterimaan
mengarah pada kelaziman dan kealamiahan teks terjemahan. Suatu terjemahan
harus disesuaikan dengan kaidah dan norma kebahasaan pembaca BSa, dalam
penelitian ini adalah pemirsa film Jane Eyre. Sesuai dengan skala yang telah
ditentukan, telah didapatkan sejumlah terjemahan yang berterima sebanyak 379
(93, 12%), terjemahan yang kurang berterima sebanyak 25 (6, 14%), dan 3
terjemahan yang tidak berterima (0, 73%).
2.1. Terjemahan berterima
Terjemahan yang terasa alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya
bahasa sasaran merupakan indikasi terjemahan yang berterima atau memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
tingkat keberterimaan yang tinggi. Beberapa contoh ujaran tertulis pada tabel 22
berikut dengan nilai keberterimaan rata-rata 2, 66 - 3.
Tabel 22. Contoh Terjemahan Berterima
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. If you take advantage of the
education here, if you are not too
rebellious, and if you are patient,
then you’ll find your way out.
Kalau kau ambil manfaatnya, tidak
membangkang dan sabar maka kau
akan keluar dari sini.
2. There’s always a light burning in
the tower.
Lampu selalu dinyalakan di
menara.
3. All young people wish to travel. Muda-mudi biasanya senang
bepergian.
4. Hello … Shouldn’t you be in the
portrait?
Halo. Bukankah kau seharusnya
ikut berfoto keluarga?
Ujaran no 1 sampai no 3 ditetapkan sebagai terjemahan yang berterima
dengan nilai rata-rata keberterimaan 3. Sama dengan ujaran-ujaran yang tergolong
akurat pada kategori terjemahan yang akurat, meskipun beberapa unsur linguistik
tidak muncul pada ujaran BSa, namun teknik kompresi linguistik yang diterapkan
pada ujaran no 1 tidak menjadikan terjemahan ini tidak berterima atau memiliki
tingkat keberterimaan yang rendah karena kalimatnya tetap terdengar alamiah.
Selain ujaran no 1, nilai rata-rata keberterimaan 3 juga didapat untuk ujaran no 2
yang diterjemahkan dengan teknik modulasi. Teknik yang dilakukan dengan
merubah sudut pandang, fokus, maupun kategori kognitif dalam hubungannya
dengan teks BSu ini pun diterapkan pada ujaran no 1. Teknik ini memberikan
pengaruh positif terhadap tingkat keberterimaan terjemahan yang dihasilkan.
Perubahan sudut pandang dan fokus dalam BSa sudah dilakukan dengan tepat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
tanpa membuat terjemahan terasa kaku, tetap sesuai dengan kaidah dan norma
BSa.
Pemakaian istilah-istilah yang lebih mudah dipahami dan dikenal oleh
masyarakat BSa dapat membantu pemirsa agar lebih nyaman dalam membaca
subtitle sehingga tidak dibutuhkan banyak waktu untuk membaca subtitle dan
pemirsa tetap dapat menikmati unsur visual yang disajikan dalam film. Hal ini
dapat dimungkinkan dengan menggunakan teknik padanan lazim seperti yang
dilakukan dalam menerjemahkan istilah young people pada ujaran no 3. Seperti
tampak pada tabel, istilah “muda-mudi” sudah dikenal luas dan terdengar akrab
bagi pemirsa Indonesia dan tentu saja berterima.
Frasa “berfoto keluarga” pada ujaran terakhir, dinilai terdengar janggal
oleh salah satu rater. Akan terdengar lebih baik jika ujaran ini diganti dengan frasa
“foto keluarga” atau “berfoto bersama.” Dalam Bsu memang tidak disebutkan
bahwa sang fotografer, orang yang mengucapkan ujaran ini, bertanya mengapa
Jane tidak ikut berfoto bersama dengan anggota keluarga lainnya. Namun teknik
amplifikasi diterapkan dengan maksud memberikan tambahan informasi pada
pemirsa, yang sebenarnya tidak diperlukan mengingat faktor-faktor visual pada
layar yang dapat membantu pemahaman pemirsa terhadap keseluruhan subtitle
sehingga potrait diterjemahkan menjadi “berfoto keluarga.” Pada kategori
keakuratan, ujaran ini memiliki nilai rata-rata keakuratan 2, 33 yang berarti
tergolong terjemahan kurang akurat karena pada layar tampak bahwa sang
fotografer sedang melukis Ny. Reed dan keluarganya bukan memotret mereka
dengan kamera. Hal inilah yang menyebabkan terjemahan ini kurang akurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tetapi, ujaran ini tergolong terjemahan yang berterima karena masih sesuai
dengan kaidah dan budaya BSa.
2.2. Terjemahan kurang berterima
25 terjemahan dalam penelitian ini merupakan terjemahan yang terasa
kurang alamiah dan kurang sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
Terjemahan-terjemahan yang dinilai kurang berterima ini memiliki nilai rata-rata
keberterimaan yang berkisar dari angka 2 hingga 2, 33.
Tabel 23. Contoh Terjemahan Kurang Berterima
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. Are you injured, sir? Kau terluka, Tuan?
2. It is a summer evening and there is
perfume in the air.
Malam itu di sebuah musim panas,
harum parfum memenuhi ruangan.
3. I have little experience of them. Pengalamanku pada hadiah sangat
sedikit.
4. The ideas all yours? Semua dari idemu sendiri?
Ujaran no 1 memiliki nilai rata-rata keberterimaan 2, 33 sebagai hasil dari
penerapan teknik literal. Selain teknik tersebut, teknik padanan lazim berperan
dalam menerjemahkan beberapa kata dalam ujaran BSu yakni kata sapaan sir
yang diterjemahkan menjadi “tuan.” Kata sapaan dalam BSa ini merupakan diksi
atau pilihan kata yang tepat untuk istilah sir karena kata ini telah dikenal luas di
kalangan masyarakat pengguna BSa. Namun kata you yang menyertai penggunaan
kata sir tidak diterjemahkan dengan baik sesuai konteks dalam scene disini. Kata
yang bergaris bawah pada ujaran “kau terluka, Tuan?” semestinya diganti dengan
kata sapaan “anda” sebab ujaran ini ditujukan Jane kepada Tn. Rochester, seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
yang lebih tua darinya; terlihat sebagai seseorang yang kaya berdasarkan
penampilannya; serta sebagai seseorang yang baru, maka Jane berusaha bersikap
hormat dengan menyebut Tn. Rochester dengan sapaan “tuan.” Dalam BSa,
penggunaan kata sapaan ini lumrah disertai dengan kata “anda.”
Pada ujaran-ujaran selanjutnya yang masing-masing memiliki nilai rata-
rata keberterimaan 2, beberapa kata terdengar janggal seperti yang dapat
diperhatikan pada kata-kata bergaris bawah pada ujaran no 2 berikut “malam itu
di sebuah musim panas, harum parfum memenuhi ruangan.” Kata preposisi
“sebuah” tidak tepat untuk disandingkan dengan frasa “musim panas.” Seharusnya
kata preposisi yang tepat adalah “suatu” sehingga terjemahannya “malam itu di
suatu musim panas...” terdengar alamiah dan berterima. Begitu pula pada ujaran
no 3, yakni I have little experience of them, terdapat kata yang tidak
diterjemahkan dengan pilihan kata yang sepadan. Selain ujaran “pengalamanku
pada hadiah sangat sedikit” terdengar janggal dan tidak alamiah maupun sesuai
dengan kaidah BSa, kata experience tidak diterjemahkan dengan memperhatikan
konteks yang ada. Teknik amplifikasi yang dipergunakan dengan melakukan
pengeksplisitan kata them menjadi “hadiah” maupun teknik transposisi tidak
memberikan dampak yang baik pada hasil terjemahan. Ujaran ini disampaikan
Jane sebagai jawaban ketika Tn. Rochester bertanya apa ia menyukai hadiah. Jane
berkata bahwa ia tak tahu karena ia tidak pernah mendapatkan hadiah sehingga
pengetahuannya tentang hadiah juga sedikit seperti yang diungkapkannya pada
ujaran I believe they are generally though pleasant things, sir. Inilah maksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
sebenarnya dari ujaran Jane. Jadi experience sebaiknya diterjemahkan menjadi
“pengetahuan.”
2.1. Terjemahan tidak berterima
Hanya terdapat 3 (0, 73%) terjemahan dalam penelitian ini yang tidak
dapat disebut sebagai terjemahan yang tidak alamiah serta tidak sesuai dengan
kaidah dan budaya bahasa sasaran. Terjemahan-terjemahan tersebut memiliki nilai
rata-rata keberterimaan 1.
Tabel 24. Contoh Terjemahan Tidak Berterima
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. Uncle Reed, please don’t come
back.
-
2. Mrs. Fairfax …I don’t think I can
wait any longer
-
3. An exotic bird. -
Pada tabel 24 tampak dengan jelas bahwa tidak terdapat ujaran dalam BSa
pada kolom Bahasa Sasaran. Dengan menerapkan teknik reduksi, ketiga ujaran ini
sama sekali tidak diterjemahkan ke dalam BSa.
Berdasarkan pada penghitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai rata-
rata keberterimaan 2, 88 untuk subtitle film Jane Eyre. Ini berarti bahwa subtitle
film ini dapat disebut sebagai subtitle dengan tingkat keberterimaan tinggi, sudah
alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
3. Keterbacaan Subtitle Film Jane Eyre
Menghasilkan suatu teks terjemahan yang mudah dibaca dan dipahami
oleh pembaca merupakan salah satu tujuan utama dari kegiatan penerjemahan.
Untuk mengukur serta mengetahui tingkat keterbacaan subtitle film Jane Eyre,
sebuah kuesioner telah dibagikan kepada responden dengan kriteria yang telah
disampaikan pada bab 3. Kuesioner terdiri dari delapan pertanyaan dengan bobot
tertentu. Tiga pertanyaan diantaranya menyangkut readability dan lima
pertanyaan lainnya merupakan pertanyaan – pertanyaan seputar legibility subtitle
film Jane Eyre. Readability lebih mengacu pada perubahan-perubahan kualitatif
dan kuantitatif dalam pengalihan informasi pada bahasa sumber agar dapat
dipahami oleh pemirsa, sedangkan legibility mengacu pada penampilan
(appearance) teks pada layar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada bab
2, tingkat keterbacaan pada subtitle tidak dapat terlepas dari kedua aspek tersebut.
Seluruh teknik dengan frekuensi penggunaan sebanyak 685 teknik berikut metode
penerjemahan komunikatif dan ideologi domestikasi dalam subtitle film Jane Eyre
ini juga berpengaruh terhadap tingkat keterbacaan subtitle.
Sebagai respon atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut lebility
dalam subtitle, seluruh pemirsa film Jane Eyre tersebut mengungkapkan bahwa
subtitle atau teks terjemahan film Jane Eyre tidak terlalu panjang per tayangnya
yang berarti bahwa jumlah kata per baris dan jumlah baris per tayang telah sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam subtitling. Kesimpulan ini juga
didasarkan pada penghitungan jumlah karakter huruf per baris, pada subtitle film
Jane Eyre, yang telah dilakukan sebelumnya. Dari sebanyak 221 teks subtitle
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
yang terdiri dari dua baris dan 74 teks subtitle yang hanya terdiri dari satu baris,
didapatkan hanya sebanyak 10 teks subtitle yang terdiri lebih dari 35 karakter
namun tidak lebih dari 40 karakter huruf dan tanda baca. Pada subtitle film Jane
Eyre, tidak terdapat teks yang terdiri lebih dari dua baris per tayang. Merujuk pada
standardisasi subtitling yang dinyatakan oleh Karamitloglou (1998), teks pada
layar sebaiknya berjumlah maksimal dua baris per tayang dengan masing-masing
baris yang tak lebih dari 35 karakter huruf dan tanda baca karena baris yang terdiri
lebih dari 40 karakter akan berpengaruh pada ukuran huruf yang kemungkinan
akan diperkecil karena keterbatasan tempat pada layar.
Sehubungan dengan hal tersebut, ukuran huruf pada subtitle film Jane
Eyre, sebagian responden menyatakan bahwa huruf pada subtitle film ini
berukuran sedang dan lainnya menyatakan huruf berukuran cukup besar dan jelas.
Berkaitan dengan penempatan atau posisi subtitle pada layar, posisi subtitle film
Jane Eyre sama sekali tidak mengganggu pandangan responden saat
memperhatikan gambar pada layar. Ini merupakan jawaban yang diberikan oleh
seluruh responden. Meskipun satu orang responden mengatakan ada sejumlah
gambar yang tertutupi teks dalam beberapa adegan, responden tersebut
menyatakan tidak bermasalah dengan penempatan subtitle secara keseluruhan.
Batasan tempat dan waktu yang berlaku dalam subtitling tidak hanya
memberikan dampak pada jumlah karakter maupun penempatan teks, tetapi juga
berdampak pada waktu tayang atau durasi setiap teks. Pada penerjemahan film,
sinkronisasi juga harus diperhatikan karena audio dan gambar visual merupakan
dua elemen yang tak terpisahkan dalam film sehingga koherensi antara subtitle
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
dengan gambar-gambar bergerak pun harus tetap ada agar tidak mengganggu
pemirsa dalam menikmati sebuah film. Untuk itu, sebuah pertanyaan tentang
sinkronisasi kemunculan teks dengan dialog tokoh pada film pun diberikan pada
kuesioner ini. Beberapa responden menyatakan subtitle muncul bersamaan dengan
ujaran tokoh pada film dan satu responden menyatakan subtitle muncul segera
setelah ujaran tokoh pada film terdengar.
Untuk pertanyaan seputar readability, didapatkan hasil bahwa tidak ada
responden yang merasa bahwa teks terjemahan film ini sulit untuk dipahami
dengan alasan bahwa teks terjemahan film ini cukup mudah dipahami karena tata
bahasa yang digunakan sederhana dan tidak ada ejaan yang membingungkan.
Alasan lainnya adalah karena subtitling Jane Eyre memiliki kosakata yang baik;
bahasa yang digunakan sederhana dan runtut; bahasanya sangat familiar jadi
mudah untuk dipahami dan diikuti. Selanjutnya, seluruh responden menjawab
bahwa tidak ada istilah-istilah dalam subtitle film Jane Eyre yang mengganggu
atau sulit untuk dipahami. Sebagai jawaban atas pertanyaan terakhir, diketahui
bahwa para responden merasa terbantu dengan subtitle yang disediakan untuk film
Jane Eyre.
Untuk mengetahui tingkat keterbacaan subtitle Jane Eyre secara
keseluruhan melalui penilaian untuk tiap terjemahannya, kuesioner diberikan
kepada tiga orang rater dengan skala penilaian keterbacaan yang terdapat pada bab
3 sebagai acuan pemberian nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
3.1. Terjemahan mudah dipahami
. Hasil yang didapatkan melalui kuesioner tersebut, tidak ada terjemahan
yang dapat dikategorikan sebagai terjemahan yang tidak terbaca atau sulit
dipahami oleh pemirsa film. Sebanyak 406 (99, 75%) terjemahan tergolong
sebagai terjemahan yang mudah dipahami pemirsa atau memiliki tingkat
keterbacaan yang tinggi. Contoh terjemahan dengan nilai rata-rata keterbacaan 2,
66 - 3 selanjutnya dapat dilihat pada tabel.
Tabel 25. Contoh Terjemahan yang Mudah Dipahami
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. Did I do the right thing? Apakah tindakanku benar?
2. I did not bewitch your horse, sir. Aku tak menyihir kudamu, Tuan.
3. Now get off back to Thornfield
Hall, if that is indeed where you
live.
Pulanglah ke Thornfield Hall jika
di sana kau tinggal.
4. Take her up to the Red Room
immediately!
Bawa dia ke kamar merah, cepat.
Seperti disebutkan sebelumnya, diketahui bahwa keseluruhan ujaran
mudah dipahami dengan baik oleh pemirsa, tidak ada pemakaian kata atau istilah
yang membingungkan. Merujuk pada tabel, ujaran no 1 - 3 mendapat nilai rata-
rata keterbacaan 3 dari para rater. Teknik kompresi linguistik dan transposisi yang
diterapkan pada ujaran no 1 menghasilkan terjemahan yang baik dan mudah
dipahami pemirsa film Jane Eyre. Beberapa unsur linguistik yang dihilangkan
pada ujaran-ujaran BSu dengan penggunaan teknik kompresi linguistik tidak
membuat terjemahan menjadi membingungkan atau susah dipahami. Begitu pula
dengan pemakaian teknik transposisi. Teknik ini dibutuhkan untuk menghasilkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
terjemahan dengan struktur kalimat BSa yang tepat karena perbedaan struktur
bahasa yang ada antara BSu dan BSa.
Pemilihan istilah yang tepat dan umum dalam BSa merupakan salah satu
aspek yang memberikan kemudahan tersendiri bagi pemirsa film untuk
memahami subtitle. Istilah pada ujaran no 2 yang diterjemahkan dengan
menggunakan teknik padanan lazim sebagai contohnya; kata “Tuan” merupakan
istilah yang cocok untuk mengganti kata sir dalam BSa. Tidak berbeda dengan
teknik sebelumnya, pemakaian teknik peminjaman murni disini tidak
menimbulkan kesulitan bagi pemirsa dalam membaca subtitle. Nama tempat
“Thornfield Hall” yang tetap diterjemahkan apa adanya ke dalam BSa pada ujaran
no 3 tidak mengganggu pemahaman pemirsa. Melalui dialog dan bantuan gambar
visual dalam film, secara otomatis tentu pemirsa dapat memahami bahwa
“Thornfield Hall” adalah nama sebuah lokasi, tempat kastil milik Tn.Rochester
berada. Jika nama tempat ini tidak diterjemahkan dengan memakai teknik
peminjaman murni namun memakai teknik naturalisasi atau adaptasi misalnya,
kemungkinan besar terjemahan yang dihasilkan terasa aneh dan tidak sesuai
konteks cerita dalam film.
Kata benda “kamar merah” lah yang menjadi pokok permasalahan
penilaian keterbacaan untuk ujaran no 4. Terjemahan yang muncul sebagai hasil
penerapan teknik literal, transposisi, dan terutama teknik reduksi ini dianggap
cukup membingungkan. Untuk seseorang yang belum melihat film Jane Eyre
dipastikan memang akan menemui kesulitan dalam memahami maksud kata benda
ini. Tentu akan timbul pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan kamar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
merah ini dan kemungkinan muncul gambaran tentang sebuah kamar yang seluruh
tembok atau mungkin seluruh perabotannya bercat merah. Namun bagi pemirsa
yang telah memperhatikan film ini, istilah “kamar merah” dapat dipahami dengan
baik. Perlu diperhatikan kembali bahwa subtitle maupun trek suara dalam film dan
gambar visual yang ada merupakan suatu kesatuan. Ketika ujaran ini diujarkan
oleh Ny. Reed, gambar visual pada layar menunjukkan adegan saat Jane dibawa
dengan paksa menuju kamar merah yang dimaksud, yang terletak di lantai atas.
Sesampainya di kamar tersebut, terlihat bahwa pencahayaan yang ada membuat
ruangan itu terlihat berwarna merah. Selanjutnya Jane berteriak minta tolong agar
ia segera dikeluarkan dari kamar itu karena seketika itu juga seorang laki-laki
dengan rambut yang berantakan dan mengenakan baju tidur berwarna putih,
bangun dari tempat tidurnya. Permainan cahaya dan suara musik yang menjadi
bagian dari adegan dalam film itu menciptakan suasana atau atmosfir yang cukup
seram dan mendebarkan. Lewat adegan ini dan adegan-adegan selanjutnya,
pemirsa tentu dapat memahami bahwa kamar merah yang dimaksud adalah kamar
tidur suami Ny. Reed, paman Jane, yang telah meninggal. Mempertimbangkan hal
tersebut, terjemahan ini masih tergolong terjemahan yang mudah dipahami.
3.2. Terjemahan kurang dapat dipahami
Dari seluruh ujaran yang diteliti, hanya terdapat 1 (0, 24%) terjemahan
yang agak sulit dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre. Terjemahan ini
mendapatkan nilai rata-rata keterbacaan 2, 33 dari para rater yang terlibat dalam
penelitian ini. Terjemahan yang masuk kategori ini dapat dilihat pada tabel 26.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 26. Contoh Terjemahan yang Kurang Dapat Dipahami
No Bahasa Sumber Bahasa Sasaran
1. Girls, look how the sun casts
shadows on the flowers.
Anak-anak, lihat bayangan yang
dibuat matahari di atas bunga-bunga.
Nilai rata-rata keterbacaan 2, 33 ditetapkan untuk terjemahan ini karena
terjemahan yang dihasilkan melalui penggunaan teknik padanan lazim dan
modulasi ini kurang dapat dipahami dengan baik.
Demikian, dengan nilai rata-rata keterbacaan 2, 98, subtitle film Jane Eyre
dapat dinilai sebagai subtitle dengan tingkat keterbacaan yang tinggi karena
seluruh pemirsa film sebagai responden penelitian ini tidak menemui masalah
yang berarti dalam memahami keseluruhan subtitle.
B. Pembahasan
1. Dampak Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas
Subtitle Film Jane Eyre
Dalam karya terjemahan, teknik-teknik, metode serta ideologi
penerjemahan yang dipilih dan digunakan oleh penerjemah akan berpengaruh
terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan; yang terdiri dari aspek keakuratan,
keberterimaan, dan keterbacaan. Berikut adalah kajian mengenai dampak 12
teknik penerjemahan, metode penerjemahan komunikatif, dan ideologi
domestikasi yang digunakan dalam menerjemahkan subtitle film Jane Eyre
terhadap kualitas subtitle film tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 27. Teknik Penerjemahan dan Dampaknya terhadap Kualitas Terjemahan Subtitle film Jane Eyre.
No Teknik Metode Ideologi Jumlah Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan
A KA TA B KB TB MD KD TD
1. Literal
Penerjemahan
Komunikatif
Domestikasi 156 98,07% 1, 92% - 98,07% 1, 92% - 100% - -
2. Transposisi
137 96,35% 2, 91% 0,72% 97,81% 2,18% - 100% - -
3. Kompresi
Linguistik
110 75,45% 21,81% 2,72% 93,63% 6,36% - 100% - -
4. Padanan
Lazim
98 97,95% 2,04% - 97,95% 2,04% - 100% - -
5. Amplifikasi
Linguistik
41 68,29% 24,39% 7,31% 95,12% 4,87% - 100% - -
6. Amplifikasi
36 72,22% 25% 2,77% 94,44% 5,55% - 100% - -
7. Reduksi 35 48,57% 37,14% 14,28% 88,57% 2,85% 8,57% 100% - -
8. Modulasi 35 57,14% 37,14% 5,71% 85,71% 14,28% - 97,14
%
2,85% -
9. Partikularisa
si
19 100% - - 100% - - 100% - -
10. Peminjaman
Murni
9 100% - - 100% - - 100% - -
11. Kalke
8 100% - - 100% - - 100% - -
12. Generalisasi
1 100% - - 100% - - 100% - -
A : Akurat B : Berterima MD : Mudah Dipahami
KA : Kurang Akurat KB : Kurang Berterima KD : Kurang Dapat Dipahami
TA : Tidak Akurat TB : Tidak Berterima TD : Tidak Dapat Dipahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
a. Dampak Teknik Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan
Melalui tabel 27 di atas, terlihat bahwa teknik penerjemahan literal
mempunyai frekuensi penggunaan yang paling banyak diantara teknik-teknik
penerjemahan lainnya dan menghasilkan terjemahan yang mayoritas akurat,
berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre. Meskipun teknik
yang paling sering digunakan dalam menerjemahkan dialog serta kata atau
kalimat berwujud visual dalam film Jane Eyre ini merupakan salah satu teknik
yang berorientasi pada bahasa sumber, tidak berarti bahwa metode dan ideologi
penerjemahan dalam subtitle film ini cenderung berorientasi pada bahasa sumber.
Hal ini disebabkan teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSu, termasuk
teknik penerjemahan literal, memiliki jumlah frekuensi penggunaan 173 kali atau
sebanyak 25, 24% dan frekuensi penggunaan sejumlah 512 lainnya merupakan
teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa dengan jumlah presentase 74,
76%. Dari jumlah tersebut dapat dilihat bahwa teknik-teknik yang digunakan lebih
banyak berorientasi pada bahasa sasaran sehingga ditarik kesimpulan bahwa
metode yang dipergunakan cenderung berorientasi pada bahasa sasaran.
Dapat diketahui pula bahwa teknik penerjemahan yang paling banyak
memberikan kontribusi positif sehingga seluruh terjemahan yang dihasilkan
termasuk kategori terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami adalah
teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi. Selanjutnya,
teknik padanan lazim digunakan sebanyak 98 kali dan menghasilkan 98, 63%
terjemahan yang akurat, berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa film. Di
lain sisi, teknik yang kurang memberikan pengaruh yang positif terhadap kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
terjemahan secara keseluruhan adalah teknik modulasi. Teknik ini merupakan
satu-satunya teknik yang menyebabkan 1 terjemahan kurang dapat dipahami oleh
pemirsa film. 18 terjemahan atau 37, 14% terjemahan yang dihasilkan kurang
akurat, 5 terjemahan (14, 28%) kurang berterima, dan 1 terjemahan (2, 85%) agak
sulit dipahami oleh pemirsa. Dalam urutan selanjutnya adalah teknik reduksi, dan
urutan ketiga adalah teknik amplifikasi. Penggunaan teknik reduksi ini juga
ternyata mempunyai dampak yang paling negatif terhadap kualitas terjemahan
dalam subtitle film Jane Eyre. Dari frekuensi penggunaan sebanyak 35; 14, 28%
diantaranya adalah terjemahan dengan kategori tidak akurat dan 8, 57%
terjemahan yang dihasilkan tidak berterima. Urutan setelahnya ialah teknik
amplifikasi linguistik dengan jumlah terjemahan yang tidak akurat sebanyak 7,
31% dan teknik kompresi linguistik dengan tingkat keakuratan 7, 31%.
Untuk aspek keakuratan, teknik yang memberikan dampak paling positif
adalah teknik literal (98, 07%). Teknik yang menghasilkan terjemahan kurang
akurat dengan jumlah terjemahan paling dominan adalah teknik reduksi dan
modulasi (37, 14%). Teknik reduksi juga merupakan teknik yang menyebabkan
terjemahannya tidak akurat dengan jumlah paling besar (14, 28%). Dalam aspek
keberterimaan, teknik literal juga memberikan dampak paling positif (98, 07%).
Teknik modulasi menghasilkan terjemahan yang mayoritas kurang berterima
diantara semuanya (14, 28%) dan satu-satunya terjemahan yang tidak berterima
dihasilkan oleh teknik reduksi (8, 57%). Teknik modulasi pun merupakan satu-
satunya teknik yang membuat hasil terjemahannya tidak seluruhnya mudah
dipahami, hanya 97, 14 % dan 2, 85% kurang dapat dipahami. Teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
partikularisasi, peminjaman murni, kalke, dan generalisasi yang berhasil
menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami
pemirsa tidak termasuk sebagai bahan pertimbangan disini.
1. Penerjemahan Literal
Dari keseluruhan teknik yang teridentifikasi, penerjemahan literal
mempunyai frekuensi penggunaan 156 kali (22, 77 % dari keseluruhan teknik).
Teknik ini menghasilkan terjemahan yang akurat dan berterima sebanyak 98,
07%, dan seluruhnya mudah dipahami oleh permirsa film. Sedangkan hasil
terjemahannya yang kurang akurat dan kurang berterima berjumlah 1, 92%, serta
tidak ada terjemahan yang tidak akurat dan tidak berterima. Karena teknik literal
merupakan teknik menerjemahkan secara kata per kata maka, dalam penelitian ini,
terjemahan yang dihasilkan mayoritas memiliki pesan yang sepadan dengan BSu.
Berikut adalah contoh terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima:
BSu: does Miss Eyre require a present?
BSa: apakah Nn. Eyre perlu hadiah?
Terjemahan ini kurang akurat karena pilihan kata atau diksi yang
dipergunakan dalam BSa kurang tepat. Kata require memang dapat diartikan
kedalam BSa dengan kata “perlu”, namun kata ini kurang sesuai untuk
dipergunakan dalam konteks ini. Adele, anak yang dirawat Tn. Rochester,
bertanya padanya apakah ia membawa hadiah untuk Jane sepulangnya dari
bepergian. Kemudian Tn. Rochester mengucapkan kalimat tersebut, does Miss
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Eyre require a present?, sehingga pilihan kata yang tepat untuk konteks ini adalah
“ingin” atau “menginginkan”: “apakah Nn. Eyre menginginkan hadiah?”
BSu: they go to heaven.
BSa: mereka pergi ke surga.
Kalimat “mereka pergi ke surga” terdengar kurang alamiah untuk kalangan
masyarakat BSa. Teknik literal rupanya tidak cukup efektif untuk digunakan
dalam menerjemahkan ujaran ini agar dapat menghasilkan terjemahan yang
berterima. Ujaran dalam BSu ini seharusnya diterjemahkan menjadi “mereka
masuk surga”. Ujaran semacam ini tentu lebih berterima bagi pemirsa BSa.
2. Transposisi
Teknik transposisi digunakan sebanyak 137 kali (20%). Teknik ini
menghasilkan 96, 35% terjemahan yang akurat, 97, 81% terjemahan yang
berterima, dan seluruhnya mudah dipahami dengan baik oleh pemirsa film Jane
Eyre. Terjemahan yang kurang akurat berjumlah 2, 91%, terdapat 0, 72%
terjemahan yang tidak akurat, dan 2, 18% terjemahan yang dihasilkan kurang
berterima. Salah satu contohnya adalah ujaran no 267.
BSu: a very small one
BSa: senyum yang sangat kecil
Selain teknik literal, teknik transposisi juga memberikan dampak yang
kurang positif untuk kualitas terjemahan ujaran ini sehingga terjemahannya
menjadi kurang berterima. Akan lebih baik jika adjektif “kecil” disini
diterjemahkan menjadi “sekilas.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
BSu: how long is it since you have sat beside the fire and eaten a hearty meal
BSa: kapan terakhir kau duduk di dekat perapian dan makan makanan sehat?
Menilik Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995), arti kata hearty
adalah large; contohnya eat a hearty breakfast; have a hearty appetite.
Kemungkinan besar penerjemah salah mengartikan hearty sebagai healthy
sehingga a hearty meal diterjemahkan menjadi “makanan sehat’ dan menjadikan
terjemahan dalam BSa kurang akurat.
3. Kompresi Linguistik
Sebagai hasil dari proses identifikasi yang telah dilakukan, terdapat 110
(16, 05%) teknik kompresi linguistik yang digunakan penerjemah dalam
penerjemahan film ini. Mayoritas terjemahan yang dihasilkan akurat, berterima,
dan mudah dipahami pemirsa film, secara berurutan prosentasenya adalah 75,
45%; 93, 63%; dan 100%. Terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima
prosentasenya 21, 81% dan 6, 36%, serta terdapat 2, 72% terjemahan yang tidak
akurat. Sebagian contohnya adalah sebagai berikut:
BSu: I think you may have a little of the witch about you.
BSa: kurasa kau juga punya sifat buruk.
“Sifat buruk”, terjemahan frasa a little of the witch, tidak bisa disebut
sebagai terjemahan yang tepat, menjadikan terjemahan ini tergolong tidak akurat
karena pesan dalam BSa sama sekali berbeda dengan pesan asli dalam BSu.
Teknik kompresi linguistik yang digunakan untuk menerjemahkan frasa ini tidak
memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil terjemahannya. Yang dimaksud
Tn. Rochester, sang penutur, bukan “sifat buruk” tetapi arti sebenarnya dari kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
witch yaitu “sihir” karena ujaran Tn. Rochester selanjutnya adalah you bewitched
my horse yang diterjemahkan dengan baik menjadi “kau sudah menyihir kudaku.”
Pada pertemuan pertama mereka, ia juga mengatakan hal yang sama, bahwa Jane
telah menyihir kudanya.
Dalam subtitling, teknik kompresi linguistik memang bisa membantu
penerjemah dalam memenuhi salah satu persyaratan subtitle yang baik, yaitu
terjemahan harus ringkas namun tetap jelas. Namun dalam beberapa kasus, demi
mencapai tujuan ini, penerjemah film Jane Eyre kurang memperhatikan pesan
yang semestinya tetap tersampaikan dengan baik dalam BSa.
4. Padanan Lazim
Sebagai teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi paling besar
untuk kualitas subtitle film Jane Eyre di antara teknik-teknik yang berorientasi
pada BSa. Dengan jumlah 98 teknik, teknik ini menghasilkan terjemahan yang 97,
95% akurat, 97, 95% berterima, dan seluruhnya mudah dipahami, serta hanya 2,
04% terjemahan yang kurang akurat dan kurang berterima. Dalam subtiling,
teknik ini memang membantu menyediakan akses bagi pemirsa film agar subtitle
dapat berterima dan mudah dipahami sehingga tidak mengurangi kenyamanan
pemirsa dalam menikmati film, namun dalam penelitian ini ditemukan dua
terjemahan yang kurang berterima, contohnya yaitu:
BSu: I did not bewitch your horse, sir.
BSa: Aku tak menyihir kudamu, Tuan.
Kata sapaan dalam BSa ini merupakan diksi atau pilihan kata yang tepat
untuk istilah sir karena kata ini telah dikenal luas di kalangan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
pengguna BSa. Namun kata your yang menyertai penggunaan kata sir tidak
diterjemahkan dengan baik sesuai konteks dalam scene disini. Kata sapaan dalam
BSa semestinya diganti dengan kata sapaan “anda” sehingga terjemahannya
menjadi “kuda anda” sebab ujaran ini ditujukan Jane kepada Tn. Rochester,
seorang yang lebih tua darinya dan juga sebagai seseorang yang baru dikenalnya.
Dalam BSa, penggunaan kata sapaan ini lumrah disertai dengan kata “anda.”
5. Amplifikasi Linguistik
Untuk membantu pemirsa film, pemberian tambahan penjelasan atau
informasi perlu dilakukan agar terjemahan menjadi lebih jelas dan mudah
dipahami. Sejumlah 41 teknik amplifikasi linguistik yang digunakan penerjemah
film ini membuat 68, 29% terjemahannya akurat, 95, 12% berterima, dan
semuanya mudah dipahami. Sebagian kecil, yakni 24, 39% dan 4, 87%
terjemahannya kurang akurat dan kurang berterima. Salah satu terjemahan yang
kurang akurat ialah:
BSu: someone else can look at his unpleasant face
BSa: biar orang lain saja yang melihat muka buruknya itu
“Buruk” bukanlah terjemahan yang tepat untuk kata sifat unpleasant.
Dalam ujaran BSu, yang dimaksud dengan unpleasant face adalah “wajah yang
tidak menyenangkan.” Tidak selalu berarti bahwa seseorang dengan wajah tidak
menyenangkan berwajah buruk. Menurut Oxford Advanded Learner’s Dictionary
(1995), arti kata pleasant adalah giving pleasure to the mind, feelings or senses;
enjoyable dan polite and friendly, sehingga seseorang yang wajahnya tidak terlihat
ramah dapat pula disebut sebagai seseorang dengan wajah tidak menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Secara keseluruhan pun terjemahan dalam BSa kurang akurat karena pesan yang
tersampaikan berbeda. Pada dialog sebelumnya, seorang prajurit Amerika
bertanya pada Celine dimana kekasihnya saat itu dan ia menjawab bahwa Edward
sedang pergi berjudi. Kemudian prajurit tersebut berkata someone else can look at
his unpleasant face yang akan lebih tepat jika diterjemahkan menjadi “orang lain
bisa melihat wajahnya yang tidak menyenangkan itu.” Akan timbul kesan bahwa
si penutur tidak ingin bertemu dengan Edward, orang yang dimaksud disini, jika
terjemahannya menjadi “biar orang lain saja yang melihat muka buruknya itu.”
6. Amplifikasi
Penerjemah dapat pula mengeksplisitkan atau memparafrasekan informasi
tertentu yang terdapat dalam film jika dirasa pemirsa akan kesulitan memahami
maksud terjemahan jika diterjemahkan apa adanya atau tanpa tambahan informasi.
Dalam subtitle, kemungkinan seperti ini dapat terjadi karena perbedaan budaya
antara BSu dan BSa. Melalui penerapan teknik amplifikasi, 72, 22% terjemahan
yang dihasilkan akurat, 94, 44% terjemahan berterima, dan seluruhnya mudah
dipahami pemirsa. Diketahui hanya 25% terjemahan yang kurang akurat, 2, 77%
diantaranya tidak akurat, dan 5, 55% kurang berterima, contoh terjemahannya
yaitu:
BSu: I’d more likely find Pilot poring over the flora and fauna of the South
American flatlands.
BSa: mungkin aku lebih sering melihat Pilot membuka buku flora-fauna di
Amerika Selatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Teknik amplifikasi dapat memberikan kemudahan bagi para pemirsa
dalam memahami terjemahan, namun dapat pula menghasilkan terjemahan yang
ambigu atau memiliki makna taksa sehingga terjemahannya kurang akurat. Kata-
kata bergaris bawah pada BSa berikut dinilai ambigu, “mungkin aku lebih sering
melihat Pilot membuka buku flora-fauna di Amerika Selatan”. Frasa ini memiliki
dua makna; bahwa anjing peliharaan Tn. Rochester, Pilot, membuka buku tentang
flora-fauna saat ia sedang berada di Amerika Selatan dan makna kedua adalah
Pilot sedang membuka buku yang berisi atau membahas flora-fauna yang ada di
Amerika Selatan. Berdasarkan ujaran pada BSu, makna kedua lah yang
dimaksudkan disini. Akan lebih baik jika frasa bergaris bawah tersebut diubah
menjadi “membuka buku tentang flora-fauna Amerika Selatan” misalnya.
7. Reduksi
Untuk mencapai tujuan efisiensi yang diperlukan dalam membuat subtitle,
teknik reduksi digunakan dalam memadatkan informasi dalam BSu. Dalam
menjaga keakuratan pesan, tentu hal ini cukup beresiko. Dalam subtitle film Jane
Eyre, teknik ini menghasilkan terjemahan kurang akurat, tidak akurat, dan tidak
berterima yang paling banyak, yakni sejumlah 37, 14%, 14, 28%, dan 8, 57% dari
seluruh terjemahan sedangkan terjemahan yang kurang berterima berjumlah 2,
85%. Meskipun begitu, teknik ini cukup efektif untuk digunakan dalam
menerjemahkan film Jane Eyre karena mayoritas terjemahannya akurat (48, 57%),
berterima (88, 57%), dan sepenuhnya mudah dipahami pemirsa, salah satu
contohnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
BSu: take her up to the Red Room immediately!
BSa: bawa dia ke kamar merah, cepat.
Dengan memakai teknik reduksi, kata up dalam BSu tidak diterjemahkan
sehingga informasi tambahan bahwa “kamar merah” yang dimaksud terletak di
lantai atas tidak tersampaikan sehingga terjemahannya kurang akurat.
8. Modulasi
Memiliki jumlah frekuensi pemakaian yang sama dengan teknik reduksi,
yaitu sebanyak 35 kali, teknik modulasi juga menyebabkan terjemahan yang
dihasilkan 37, 14% kurang akurat. Namun sebagian besar terjemahannya sudah
akurat, berterima, dan mudah dipahami yang secara berurutan prosentasenya
adalah 57, 14%, 85, 71% dan 97, 14%. Sebagian kecil terjemahan yang kurang
akurat ada sebanyak 37, 14%, 5, 71% tidak akurat, 14, 28% kurang berterima, dan
2, 85% terjemahannya kurang dapat dipahami pemirsa film. Teknik ini merupakan
satu-satunya teknik yang menyebabkan satu terjemahan kurang dapat dipahami
oleh pemirsa film Jane Eyre, yaitu:
BSu: girls, look how the sun casts shadows on the flowers.
BSa: anak-anak, lihat bayangan yang dibuat matahari di atas bunga-bunga.
Penerapan teknik modulasi yang menyebabkan perubahan fokus pada BSa
menimbulkan kesulitan bagi pemirsa dalam memahami maksud beberapa kata
dalam BSa “…lihat bayangan yang dibuat matahari di atas bunga-bunga.”
Terjemahan ini tentu akan lebih mudah dipahami jika diganti dengan kata-kata
yang lebih umum dan luwes, misalnya “… lihat bayangan di atas bunga-bunga
itu”. Tanpa menambahkan kata-kata “yang dibuat matahari”, tentu pemirsa telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
memiliki pemahaman umum bahwa bayangan timbul karena adanya matahari atau
sinar dari sumber cahaya lain. Gambar visual pada layar yang menunjukkan
bahwa adegan dalam film tersebut terjadi di siang hari pun mendukung hal ini.
9. Partikularisasi
Dalam subtitle film Jane Eyre, penggunaan teknik partikularisasi
ditemukan sebanyak 19 kali dan menghasilkan terjemahan-terjemahan yang
sepenuhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami pemirsa film karena
pemakaian istilah yang lebih khusus membuat pemirsa lebih mudah memahami
maksud terjemahan, contohnya:
BSu: or rather, beauty finds him
BSa: atau gadis cantik itulah yang menemukannya.
10. Peminjaman Murni
Teknik peminjaman murni merupakan satu dari empat teknik
penerjemahan yang memberikan kontribusi paling besar bagi tingkat kualitas
terjemahan. Karena meminjam istilah dalam BSu untuk dipakai dalam BSa, dapat
dipastikan bahwa terjemahannya tentu akurat. Satu dari 9 terjemahannya adalah:
BSu: ah, there’s Thornfield Hall now, miss.
BSa: itu Thornfield Hall, Nona.
Thornfield Hall adalah nama tempat Jane bekerja, tempat kastil milik
Edward Rochester terletak. Karena terikat konteks tempat dan situasi, nama
tempat seperti ini biasanya tetap digunakan atau ditulis seperti ini dalam subtitle
film berbahasa asing.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
11. Kalke
Karena diterjemahkan secara literal, maka 8 terjemahan kata atau frasa
dalam subtitle film Jane Eyre ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, bahkan
seluruhnya berterima dan mudah dipahami oleh pemirsa film, sebagai contohnya:
BSu: a smile
BSa: sebuah senyuman.
12. Generalisasi
Pemakaian istilah yang baik lebih khusus, dengan menggunakan teknik
partikularisasi, maupun lebih umum dapat membantu memudahkan pemahaman
pemirsa film Jane Eyre dalam membaca subtitle. Teknik generalisasi hanya
dipergunakan satu kali untuk menerjemahkan kalimat tanya berikut ini:
BSu: and what happens to disobedient deceitful girls when they die?
BSa: dan apa yang terjadi pada anak pembangkang dan pembohong jika mereka
meninggal?
Kata girls yang sebenarnya memiliki arti “anak-anak perempuan” diganti
dengan istilah yang lebih umum dalam BSa, yakni kata “anak.” Tuturan ini
memang ditujukan Tn.Brocklehurst pada Jane yang saat itu adalah seorang gadis
yang masih kecil, namun dengan menggunakan girls, bukan berarti ucapan
Tn.Brocklehurst saat itu hanya dimaksudkan untuk anak-anak perempuan. Kata
yang ditandai dengan cetak tebal ini juga efektif digunakan agar hasil terjemahan
tetap ringkas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
b. Dampak Metode Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan
Menurut Newmark (1988), hanya metode penerjemahan semantik dan
penerjemahan komunikatif yang dapat mencapai dua tujuan utama kegiatan
penerjemahan, yaitu keakuratan dan faktor ekonomi. Ia mengungkapkan bahwa
metode penerjemahan komunikatif, yang cenderung digunakan oleh penerjemah
film Jane Eyre, dipergunakan dengan memerhatikan dan mengutamakan
kemampuan atau pengetahuan linguistik pembacanya. Teknik-teknik
penerjemahan, yang tentu saja berorientasi pada BSa, yang mendukung hal ini
adalah teknik padanan lazim, transposisi, amplifikasi, amplifikasi linguistik,
partikularisasi, dan generalisasi. Penambahan informasi maupun unsur-unsur
linguistik seperti yang biasa dilakukan dengan menerapkan teknik amplifikasi dan
amplifikasi linguistik dalam kegiatan penerjemahan jelas menunjukkan bahwa
teknik-teknik ini berpihak pada pembaca, mempertimbangkan pengetahuan yang
dimiliki pembaca sasarannya. Kedua teknik ini memberikan akses yang lebih baik
bagi para pembaca sasaran, pemirsa film dalam hal ini, untuk bisa memahami
maksud atau pesan ujaran-ujaran dalam subtitle dengan mudah. Pemakaian teknik
padanan lazim, transposisi, amplifikasi, dan amplifikasi linguistik menghasilkan
terjemahan yang seluruhnya mudah dipahami.
Mencakup seluruh aspek kualitas terjemahan, teknik partikularisasi dan
generalisasi menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat, berterima, dan
mudah dipahami. Sedangkan teknik transposisi tentu dibutuhkan untuk mengatasi
perbedaan struktur kalimat atau bahasa antara BSu dan BSa. Namun dari segi
keterbacaan, 12 teknik penerjemahan ini seluruhnya menghasilkan terjemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
dengan tingkat keterbacaan yang tinggi. Hanya terdapat satu terjemahan yang
kurang dapat dipahami yang dihasilkan oleh teknik modulasi yang dapat
digambarkan dengan prosentase 2, 85%. Terjemahan ini adalah data no 64 yakni
“anak-anak, lihat bayangan yang dibuat matahari di atas bunga-bunga.” Perubahan
fokus yang terjadi karena penerapan teknik modulasi ini kurang dapat
memberikan dampak yang positif untuk tingkat keterbacaan terjemahan sehingga
menimbulkan kesulitan bagi pemirsa film Jane Eyre dalam memahami maksud
terjemahan. Terjemahan ini tentu akan lebih mudah dipahami jika diganti dengan
kata-kata yang lebih umum dan luwes, misalnya “… lihat bayangan di atas bunga-
bunga itu”. Tanpa menambahkan kata-kata “yang dibuat matahari”, tentu pemirsa
telah memiliki pemahaman umum bahwa bayangan timbul karena adanya
matahari atau sinar dari sumber cahaya lain. Gambar visual pada layar yang
menunjukkan bahwa adegan dalam film tersebut terjadi di siang hari pun
mendukung hal ini. Karena metode penerjemahan komunikatif ini memang
dipergunakan untuk menghasilkan teks yang dapat diterima pembaca sasarannya
dengan baik, tentu saja terjemahan yang dihasilkan, yakni subtitle film Jane Eyre,
hampir 100% terbaca atau mudah dipahami pemirsa film ini.
Selanjutnya, dikatakan pula bahwa dengan menggunakan metode
penerjemahan komunikatif, komponen-komponen budaya yang terdapat dalam
BSu dialihkan dan dijelaskan secara kultural menggunakan istilah-istilah BSa
yang baik sepadan maupun netral. Dari 12 teknik yang digunakan dalam
menerjemahkan teks audio maupun visual dalam film Jane Eyre, teknik padanan
lazim memfasilitasi hal ini. Meskipun frekuensi pemakaian teknik ini jauh lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
sedikit dibandingkan teknik literal, namun teknik padanan lazim memberikan
sumbangan yang paling besar dan positif untuk kualitas subtitle Jane Eyre. 97,
59% terjemahan yang dihasilkan akurat dan berterima serta seluruhnya memiliki
tingkat keterbacaan yang tinggi.
Selain itu, menurut Newmark (1988) metode penerjemahan komunikatif
bersifat sosial, berkonsentrasi pada pesan yang terdapat dalam teks BSu,
cenderung sederhana, jelas dan singkat, dan menghasilkan teks terjemahan yang
natural. Terjemahan yang natural tentu tidak bisa lepas dari aspek keberterimaan
karena suatu terjemahan harus alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya
bahasa sasaran agar dapat disebut sebagai terjemahan yang natural. Terlihat
bahwa ke 12 teknik penerjemahan yang digunakan disini menghasilkan
terjemahan-terjemahan yang rata-rata berterima, bahkan dapat dikatakan bahwa
hampir seluruh terjemahan memiliki tingkat keberterimaan yang tinggi karena
terjemahan yang termasuk dalam kategori terjemahan yang kurang berterima dan
tidak berterima hanya minoritas. Teknik partikularisasi, peminjaman murni, kalke,
dan generalisasi menghasilkan terjemahan yang seluruhnya berterima. Hanya
teknik reduksi yang memberikan dampak tidak positif bagi tingkat keberterimaan
terjemahan sejumlah tiga data atau 8, 57% dari 35 terjemahan yang dihasilkan
melalui penerapan teknik ini. Data yang dimaksud tersebut adalah data no 10, 107,
dan no 359. Ujaran-ujaran BSu ini tidak hanya tidak berterima, namun juga
tergolong tidak akurat, dan tidak terbaca karena sama sekali tidak diterjemahkan
ke dalam BSa padahal memiliki kontribusi cukup penting bagi kelancaran alur
cerita pada film dan maksud ujaran yang dikandung sebenarnya dapat membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
pemahaman pemirsa film jika ujaran-ujaran tersebut diterjemahkan. Secara
berurutan, ujaran tersebut adalah uncle Reed, please don’t come back; Mrs.
Fairfax …I don’t think I can wait any longer; dan an exotic bird.
Terkait dengan terjemahan yang cenderung sederhana, jelas, dan singkat;
teknik reduksi dan kompresi linguistik adalah teknik-teknik penerjemahan dari 12
teknik yang dapat membantu terciptanya terjemahan semacam ini. Terjemahan
yang ringkas namun jelas merupakan salah satu tujuan utama subtitling karena
penerjemahan ini memiliki batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan saat
menerjemahkan teks BSu yang tidak dimiliki oleh jenis penerjemahan lain.
Batasan atau kendala yang dimaksud sehubungan dengan hal ini adalah waktu
tayang dan tempat yang tersedia pada layar televisi maupun bioskop. Seperti yang
telah dijelaskan pada bab 2, subtitle film harus memenuhi standarisasi yang ada.
Dalam hal ini, diantaranya adalah jumlah baris maksimal dua, jumlah karakter
yang terdiri dari huruf dan tanda baca tidak boleh lebih dari 35 karakter, dan
beberapa faktor legibility teks lainnya. Mempertimbangkan hal ini, pemadatan
maupun pengurangan informasi dapat dilakukan dengan penerapan teknik reduksi
dan kompresi linguistik. Kedua teknik ini tepat untuk dipergunakan untuk
beberapa kasus tertentu karena teks BSu yang terlalu singkat dapat pula
diterjemahkan dengan memberikan tambahan informasi melalui penerapan teknik
amplifikasi dan amplifikasi linguistik misalnya. Teknik reduksi dan kompresi
linguistik menghasilkan terjemahan yang seluruhnya mudah dipahami atau tingkat
keterbacaannya tinggi. Meskipun terdapat beberapa terjemahan yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
akurat, tidak akurat dan kurang berterima namun hanya minoritas, jumlahnya
lebih sedikit dibandingkan hasil terjemahan yang akurat dan berterima.
Tidak seperti teknik reduksi yang menghasilkan 8, 57% terjemahan yang
tidak berterima, terjemahan yang didapatkan sebagai hasil penerapan teknik
kompresi linguistik tidak ada yang termasuk golongan ini. Dalam hal keakuratan
dan keberterimaan, teknik kompresi linguistik memang menghasilkan terjemahan
yang lebih baik dibandingkan teknik reduksi karena teknik ini hanya
menghilangkan beberapa unsur linguistik dengan tetap memperhatikan informasi
yang terkandung dalam ujaran BSu tanpa menghilangkannya. Sedangkan teknik
reduksi disini seringkali dipergunakan dengan menghilangkan beberapa informasi
yang cukup penting sehingga pesan tidak tersampaikan dengan baik pada BSa dan
pada beberapa kasus tidak terkesan alamiah. Teknik ini memang memberikan
kontribusi yang paling sedikit untuk kualitas subtitle Jane Eyre. Pengurangan atau
penghilangan informasi untuk memadatkan terjemahan dalam memenuhi syarat
efisiensi maupun penambahan informasi untuk memberikan akses atau
kemudahan bagi pemirsa film dalam membaca dan memahami maksud ujaran-
ujaran dalam film Jane Eyre tidak selalu dapat menghasilkan atau menjadikan
subtitle tersebut efektif. Pengurangan atau penambahan informasi yang tidak tepat
dan berlebihan dapat menuntun pada suatu kemungkinan bahwa terjemahan yang
dihasilkan mempunyai kualitas terjemahan yang kurang ataupun tidak baik.
Telah disebutkan sebelumnya, metode penerjemahan komunikatif
mengutamakan penyampaian pesan pada BSu yang berarti bahwa metode ini
sangat concern dengan aspek keakuratan. Tampak pada tabel 27, seluruh teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
yang digunakan dalam penerjemahan film Jane Eyre ini menghasilkan terjemahan
yang mayoritas akurat. Nilai rata-rata keakuratan subtitle film Jane Eyre yang
didapatkan adalah 2, 74 sehingga dapat ditetapkan sebagai terjemahan dengan
tingkat keakuratan yang tinggi.
Newmark (1988) juga menuturkan bahwa tujuan lain dari penerjemahan
seharusnya untuk mencapai “efek ekuivalen”; yakni untuk menghasilkan efek
yang sama pada pembaca, atau mendekati, seperti efek yang diterima atau
dirasakan oleh pembaca BSu. Respon pembaca bahkan dapat diperhitungkan
sebagai salah satu tingkat keberhasilan penerjemahan. Hal ini juga berkaitan
dengan aspek keberterimaan pada hasil terjemahan. Metode penerjemahan
komunikatif, yang menempatkan kemampuan berbahasa dan pengetahuan yang
dimiliki pembaca sasaran sebagai pertimbangan utama, diharapkan dapat
menghasilkan terjemahan yang membawa efek yang sepadan bagi pembaca
sasaran. Hal ini terbukti benar adanya karena seluruh pemirsa film Jane Eyre
berpendapat bahwa tidak ada istilah-istilah yang membingungkan, kosakata yang
digunakan penerjemah cukup baik, dan hanya sebagian kecil terjemahan yang
dirasa tidak berterima atau menciptakan efek yang sepadan seperti yang
diharapkan. Sebelumnya telah dipaparkan bahwa ke 12 teknik penerjemahan yang
digunakan dalam penerjemahan film ini memberikan sumbangan yang positif
untuk aspek keberterimaan subtitle Jane Eyre. Lebih lanjut, pada temuan
penelitian dijabarkan bahwa terdapat sebanyak 379 terjemahan (93, 12%) yang
berterima, 25 (6, 14%) terjemahan yang kurang berterima, dan hanya 3 (0, 73%)
terjemahan yang tidak berterima dan nilai rata-rata keberterimaan yang didapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
adalah 2, 88. Ini menandakan bahwa terjemahan subtitle film Jane Eyre ini
termasuk terjemahan dengan tingkat keberterimaan yang tinggi karena terasa
alamiah dan tidak melanggar kaidah dan budaya bahasa sasaran.
c. Dampak Ideologi Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan
Ideologi penerjemahan merupakan suatu kecenderungan terhadap salah
satu dari dua kutub yang berlawanan, yaitu foreignisasi atau ideologi yang
berorientasi pada bahasa sumber dan domestikasi, ideologi yang berorientasi pada
bahasa sasaran (Venuti dalam Hoed, 2006). Karena merupakan suatu
kecenderungan, maka terdapat kemungkinan bahwa dalam analisis suatu teks
terjemahan ditemukan dua ideologi penerjemahan di dalamnya. Ini berarti, baik
disadari oleh penerjemah ataupun tidak, metode dan teknik penerjemahan yang
dipilih dan dipergunakan berorientasi pada BSu dan juga berorientasi pada BSa.
Hal ini juga ditemukan dalam subtitle film Jane Eyre, terdapat dua ideologi yaitu
foreignisasi dan domestikasi.
Sehubungan dengan ideologi foreignisasi, tampak pada tabel 27 bahwa
dari 4 teknik yang menghasilkan terjemahan yang seluruhnya akurat; berterima;
dan mudah dipahami, dua diantaranya adalah teknik peminjaman murni dan kalke
yang berorientasi pada BSu dan teknik-teknik lainnya berorientasi pada BSa, yaitu
partikularisasi dan generalisasi. Meskipun jumlahnya minoritas, kedua teknik
yang berorientasi pada BSu ini ikut memberikan sumbangan yang positif untuk
kualitas subtitle Jane Eyre. Teknik terakhir yang berorientasi pada BSu adalah
teknik literal. Teknik ini memiliki jumlah frekuensi penggunaan yang paling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
banyak diantara kedua belas teknik lainnya dan menduduki urutan kedua setelah
keempat teknik yang telah dibahas sebelumnya dalam hal memberikan dampak
yang positif bagi kualitas terjemahan. Dari ketiga teknik tersebut (literal,
peminjaman murni, dan kalke), dapat diketahui bahwa metode yang digunakan
ialah salah satu metode yang berorientasi pada BSu, yaitu metode penerjemahan
harfiah karena teknik literal paling menonjol diantara ketiganya. Dengan metode
ini, pada awalnya penerjemah menerjemahkan teks dalam BSu secara kata demi
kata kemudian disesuaikan dengan susunan kata dalam BSa namun kata-kata
maupun gaya bahasa dalam BSu masih dipertahankan. Meskipun begitu, metode
penerjemahan yang cenderung dominan dalam subtitle Jane Eyre adalah metode
yang berorientasi pada BSa dan ideologi penerjemahan yang lebih cenderung
digunakan oleh penerjemah adalah ideologi domestikasi. Ini terlihat dari jumlah
frekuensi penggunaan teknik-teknik penerjemahan yang berorientasi pada BSa
lebih banyak (512 kali) dibandingkan dengan teknik-teknik yang berorientasi pada
BSu (173 kali).
Dalam subtitle Jane Eyre, metode penerjemahan komunikatif lah yang
cenderung dipergunakan oleh penerjemah. Karena metode penerjemahan
komunikatif merupakan salah satu dari empat metode penerjemahan yang
menekankan atau berorientasi pada bahasa sasaran, mengacu pada diagram V
Newmark (1988), maka dapat diketahui bahwa ideologi penerjemahan yang
cenderung digunakan penerjemah dalam menerjemahkan teks audio maupun
visual dalam film Jane Eyre adalah ideologi domestikasi. Ideologi ini digunakan
untuk menerjemahkan teks BSu yang pembaca sasarannya luas atau ditujukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
untuk pembaca dalam jumlah besar. Film Jane Eyre ini memang ditujukan dan
dapat ditonton oleh pemirsa dari berbagai kalangan, khususnya bagi pemirsa
remaja dan dewasa. Diungkapkan oleh Shuttleworth dan Cowie dalam Yang
(2010) bahwa
domestication designates the type of translation in which a transparent,
fluent style is adopted to minimize the strangeness of the foreign text for
target language readers.
Ini menegaskan bahwa ideologi domestikasi mementingkan aspek
keberterimaan dalam menerjemahkan suatu teks. Telah dijabarkan sebelumnya,
metode penerjemahan komunikatif digunakan dengan tujuan menghasilkan
terjemahan yang natural, dengan kata lain metode ini juga menaruh perhatian pada
aspek keberterimaan sehingga kesimpulan bahwa kecenderungan ideologi sang
penerjemah film Jane Eyre ini ialah ideologi domestikasi adalah tepat adanya.
Seperti yang diketahui, subtitle film Jane Eyre dinilai sebagai terjemahan dengan
tingkat keberterimaan yang tinggi. Teknik-teknik penerjemahan yang
menyumbangkan kontribusi paling positif untuk aspek keberterimaan ini adalah
teknik partikularisasi dan generalisasi. Kedua teknik ini adalah teknik
penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran, dua dari beberapa teknik
yang dapat membantu maksud penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang
alamiah. Mengacu pada definisi Shuttleworth dan Cowie dalam Yang (2010),
ideologi domestikasi yang dipilih penerjemah dapat membantu meminimalisasi
“keanehan” dalam teks BSu agar dapat berterima bagi pembaca sasaran.
Sebagai hasil dari analisis terhadap subtitle film Jane Eyre yang telah
dilakukan secara menyeluruh dan mendalam, dapat ditarik suatu kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
bahwa 12 jenis teknik, metode penerjemahan komunikatif, serta ideologi
domestikasi yang cenderung digunakan penerjemah dalam menerjemahkan
ujaran-ujaran dalam film baik yang berupa dialog (audio) dan visual, memberikan
dampak yang positif terhadap keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan
subtitle. Mengacu pada analisis tentang dampak teknik, metode, dan ideologi
penerjemahan terhadap kualitas terjemahan yang dihasilkan, tampak bahwa
teknik, metode, dan ideologi penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran
maupun yang berorientasi pada bahasa sumber dapat menghasilkan terjemahan
yang mayoritas atau hampir seluruhnya akurat, berterima, dan mudah dipahami
pemirsa film. Namun, teknik-teknik yang berorientasi pada bahasa sasaran lebih
banyak memberikan kontribusi yang positif untuk kualitas subtitle dengan jumlah
total frekuensi penggunaan yang lebih besar.
Sebagai contoh, penggunaan teknik transposisi yang merupakan salah satu
teknik yang berorientasi pada bahasa sasaran, menghasilkan terjemahan yang
mayoritas akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Dalam
hal ini, dari 137 teknik transposisi yang dididentifikasi, hanya terdapat 4 teknik
yang menghasilkan terjemahan kurang akurat, 1 teknik berdampak pada
terjemahan yang tidak akurat, 3 teknik menghasilkan terjemahan yang kurang
berterima, dan terjemahan yang kurang terbaca merupakan dampak dari
penerapan teknik transposisi dengan frekuensi penggunaan 2 kali. Karena
diterapkan dengan cara merubah kategori tata bahasa (gramatikal) BSu ke dalam
BSa yang dianggap lebih sesuai, teknik ini seringkali memberikan dampak positif
terhadap kualitas terjemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Sedangkan teknik penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber
menghasilkan beberapa terjemahan yang kurang akurat, kurang berterima, dan
cukup sulit dipahami oleh pemirsa. Sebagai contohnya adalah penggunaan teknik
penerjemahan literal yang paling sering digunakan, yaitu sebanyak 156 data (22,
77 %). Diantara ketiga teknik yang berorientasi pada bahasa sumber, teknik ini
paling banyak menghasilkan beberapa terjemahan yang akurat, namun kurang
berterima meskipun masih dapat dipahami oleh pemirsa film. Teknik ini
diterapkan dengan cara menerjemahkan kata atau suatu ungkapan secara kata per
kata tanpa menjadikan faktor-faktor lain, seperti budaya BSa misalnya, sebagai
bahan pertimbangan dalam menerjemahkan. Hal ini berbeda dengan teknik
padanan lazim, contohnya, sebagai salah satu teknik yang berorientasi pada
bahasa sasaran karena teknik ini menggunakan istilah yang sudah lazim
digunakan dan diakui dalam kamus BSa maupun dalam komunikasi sehari-hari.
Setelah dilakukan pembobotan untuk penilaian kualitas terjemahan secara
keseluruhan seperti yang disarankan oleh Nababan (2010), nilai overall quality
yang didapatkan adalah 2, 82. Nilai rata-rata keakuratan subtitle film Jane Eyre
adalah 2, 74, sedangkan nilai rata-rata keberterimaan subtitle adalah 2, 88, dan
nilai rata-rata keterbacaannya adalah 2, 98. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pesan dalam subtitle film Jane Eyre telah tersampaikan secara akurat ke
dalam bahasa sasaran, tidak terjadi distorsi makna. Terjemahan-terjemahannya
alamiah dan sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran. Terjemahan teks
audio dan visual film Jane Eyre ini juga dapat dengan mudah dipahami oleh
pemirsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi dua sub bab, yaitu kesimpulan atas hasil penelitian dan
pembahasan mengenai teknik, metode, dan ideologi penerjemahan serta kualitas
subtitle film Jane Eyre dan saran bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai teknik, metode, dan ideologi
penerjemahan beserta kualitas subtitle film Jane Eyre, dapat ditarik kesimpulan
mengenai beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat 12 jenis teknik penerjemahan yang diterapkan dalam
menerjemahkan unsur-unsur dalam film Jane Eyre berupa audio atau trek
suara yang tersaji dalam bentuk dialog dan unsur-unsur yang berwujud
visual. 3 teknik diantaranya; yaitu penerjemahan literal, peminjaman
murni, dan kalke, berorientasi pada bahasa sumber. 9 teknik lainnya
berorientasi pada bahasa sasaran, yakni transposisi, kompresi linguistik,
padanan lazim, amplifikasi linguistik, amplifikasi, reduksi, modulasi,
partikularisasi, generalisasi, dan adaptasi.
2. Teknik-teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi paling besar
untuk kualitas subtitle film Jane Eyre adalah teknik partikularisasi,
peminjaman murni, kalke, dan generalisasi. Disesuaikan dengan situasi
tertentu, pemakaian istilah yang baik lebih khusus atau lebih umum,
maupun peminjaman istilah dari bahasa sumber, dapat membantu
123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
memudahkan pemahaman pemirsa karena kemungkinan pesan
tersampaikan dengan baik lebih besar. Teknik yang kurang memberikan
pengaruh positif terhadap kualitas terjemahan secara keseluruhan adalah
teknik modulasi karena satu terjemahan yang dihasilkan tidak berterima.
Ini adalah satu-satunya terjemahan yang tidak berterima dalam subtitle
film ini. Sedangkan teknik penerjemahan yang memberikan kontribusi
paling sedikit dan memberikan dampak negatif bagi tingkat keakuratan
dan keberterimaan subtitle film ini adalah teknik reduksi karena seringkali
menyebabkan kurang lengkapnya informasi tertentu dalam terjemahan
yang dihasilkan.
3. Metode dan ideologi penerjemahan yang cenderung digunakan penerjemah
adalah metode penerjemahan komunikatif dan ideologi domestikasi karena
teknik-teknik yang diterapkan cenderung lebih dekat kepada bahasa
sasaran. Ideologi domestikasi mementingkan aspek keberterimaan dan
metode penerjemahan komunikatif digunakan dengan tujuan menghasilkan
terjemahan yang natural. Dengan kata lain, metode ini juga menaruh
perhatian lebih pada aspek keberterimaan.
4. Nilai overall quality untuk subtitle film Jane Eyre yang didapatkan adalah
2, 82 sehingga subtitle dapat dinilai sebagai terjemahan yang akurat,
berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa karena pesan dalam subtitle
film Jane Eyre telah tersampaikan secara akurat ke dalam bahasa sasaran
dan tidak terjadi distorsi makna. Terjemahan-terjemahannya alamiah dan
sesuai dengan kaidah dan budaya bahasa sasaran. Selain itu, terjemahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
teks audio dan visual film Jane Eyre ini juga dapat dengan mudah
dipahami oleh pemirsa.
B. Saran
1. Subtitling memang merupakan salah satu jenis penerjemahan film yang
berbeda dengan jenis penerjemahan lain karena adanya beberapa batasan,
salah satu batasan yang paling terlihat jelas adalah batasan tempat dan
waktu. Hal ini menuntut penerjemah untuk lebih hati-hati dan
memperhatikan faktor-faktor legibility lainnya. Beberapa teknik yang
diharapkan dapat mendukung keefektifan subtitle adalah teknik reduksi
dan kompresi linguistik. Namun dalam menerjemahkan ujaran-ujaran
dalam film Jane Eyre penerjemah diharapkan lebih berhati-hati dan cermat
dalam menggunakan teknik kompresi linguistik. Dibandingkan dengan
teknik-teknik lainnya, teknik ini seringkali menghasilkan terjemahan yang
kurang akurat. Beberapa informasi yang cukup penting seringkali tidak
diterjemahkan atau dihilangkan.
2. Pilihan kata atau diksi maupun padanan kata yang tepat juga penting untuk
diperhatikan dalam penerjemahan film ini karena makna dan kesan yang
diterima pemirsa bisa berbeda dengan maksud penulis dialog film tersebut.
Untuk menimbulkan kesan yang sama seperti ujaran aslinya, seharusnya
ungkapan dalam bahasa sumber diterjemahkan ke dalam bentuk ungkapan
yang sepadan dalam bahasa sasaran, seperti idiom misalnya.
3. Penelitian ini masih jauh dari sempurna sehingga penelitian lebih lanjut
dan mendalam mengenai subtitling perlu dilakukan. Terutama penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
pada jenis penerjemahan audiovisual lain, baik dengan pendekatan yang
sama atau berbeda, misalnya dengan pendekatan pragmatik atau semantik.
4. Penerjemah film Jane Eyre tidak terlibat menjadi informan dalam
penelitian ini sehingga informasi yang didapatkan kurang terperinci dan
mendalam. Contohnya, berkaitan dengan saran sebelumnya, ialah hal
pemakaian teknik reduksi yang berdampak pada hilangnya beberapa
informasi penting dalam film. Tidak dapat diketahui dengan pasti apakah
hal ini sengaja dilakukan oleh penerjemah demi keefektifan subtitle atau
dikarenakan penerjemah tidak memahami istilah tertentu sehingga
direduksi begitu saja. Oleh karena itu, diharapkan penerjemah dapat ikut
terlibat dalam penelitian selanjutnya agar analisis data dapat menjadi lebih
lengkap dan mendetail.
5. Teknik partikularisasi dan generalisasi, dua teknik penerjemahan yang
saling bertolak belakang, menghasilkan terjemahan yang seluruhnya
akurat, berterima, dan mudah dipahami oleh pemirsa film Jane Eyre.
Alasan dibalik pemakaian istilah yang lebih khusus maupun lebih umum
dalam bahasa sasaran ini perlu diketahui dan dikaji lebih lanjut agar
pembahasan penelitian semakin mendalam dan lebih menarik. Misalnya,
penerjemah memutuskan untuk menggunakan kedua teknik ini untuk
mempermudah pemahaman pemirsa film Jane Eyre karena beberapa
istilah berkaitan dengan budaya atau adakah sebab dan alasan lain.
Berkaitan dengan saran sebelumnya, keterlibatan penerjemah sangat
dibutuhkan untuk mengungkap hal-hal seperti ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user