analisis strategi pemasaran dalam upaya …repository.ub.ac.id/7273/7/anisa eliana garneti.pdf ·...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN VOLUME
PENJUALAN TANAMAN HIAS BONEKA LUMUT DENGAN MEDIA TANAM
KOKEDAMA PADA UMKM PLANTER CRAFT BANDUNG
SKRIPSI
Oleh :
ANISA ELIANA GARNETI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN
VOLUME PENJUALAN TANAMAN HIAS BONEKA LUMUT DENGAN
MEDIA TANAM KOKEDAMA PADA UMKM PLANTER
CRAFT BANDUNG
Oleh :
ANISA ELIANA GARNETI
135040100111152
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil
penelitian saya sendiri, dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak
pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Oktober 2017
Anisa Eliana Garneti
NIM. 135040100111152
Teruntuk Bapak, Ibu, dan Adik Saya persembahkan sebuah tanggung
jawab dan cinta saya terhadap keluarga
Skripsi ini tidak lepas dengan adanya bantuan dari pihak terkait, Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ir. Budi Setiawan, MS selaku pembimbing utama yang telah memberikan
bimbingan, saran serta motivasi yang membangun dan bermanfaat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Fadli Adisajana selaku pemilik Planter Craft Bandung yang terbersedia menjadi narasumber
terhadap penulis.
3. Bapak Wiyanto dan Ibu Siti Fadjari Noerochma selaku orang tua penulis yang senantiasa
memberikan kasih sayang serta motivasi untuk penulis.
4. Azhar Hambali dan Anshar Irsyad selaku saudara kandung yang senantiasa memberikan canda
dan tawa.
5. Rizvianty Hasdistiara dan Febriana Dian selaku kerabat yang senantiasa memberikan motivasi
serta direpotkan oleh penulis.
6. Jane, Fida, Sonia, Opi, Chana, Yunda, Vio, Acha, Ina, Tara, Dita selaku teman terbaik penulis
yang dianggap keluarga oleh penulis.
7. Lia, Patricia, Prisca, Upeh, Faris, Mute, Rana, Sofia, Ina, Risngo, Dwi, Ica selaku teman
penulis yang selalu memberikan dukungan
8. Wahyu, Abbyyu, Vidi, Maliki, Jodi, Robbi, selaku sahabat travelling penulis.
9. Karina, Nadila, Dinda, Amira, Ono, Mipa, Yolanda, Risna, Dania selaku teman sepermainan
penulis.
10. Teman-teman seperjuangan bimbingan Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan dan Agribisnis angkatan
2013 yang namanya tidak dapat penulis tulis satu persatu.
RINGKASAN
ANISA ELIANA GARNETI, 135040100111152. ANALISIS STRATEGI
PEMASARAN DALAM UPAYA PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN
TANAMAN HIAS BONEKA LUMUT DENGAN MEDIA TANAM
KOKEDAMA PADA UMKM PLANTER CRAFT. Dibawah Bimbingan
Prof. Dr. Ir. Budi Setiawan, MS.
Ekonomi kreatif di Indonesia sudah mendapatkan perhatian serius dari
pemerintah. Kontribusi ekonomi kreatif berdampak positif terhadap ekonomi
nasional, baik terhadap nilai tambah, lapangan pekerjaan, lapangan usaha maupun
terkaitan antar sektor. Dalam menunjang perekonomian kreatif di butuhkan salah
satunya sebuah inovasi terhadap terobosan terbaru dalam berbagai hal. Inovasi ini
tercipta atas keresahan yang dialami oleh masyarakat. Sektor pertanian
memberikan kontribusinya terhadap perekonomian kreatif. Salah satu produk
yang tercipta adalah boneka lumut karya perusahan Planter Craft. Boneka lumut
merupakan produk dengan inovasi pada media tanam dengan menggunakan
kokedama. Kokedama ditemukan pertama kali pada negara Jepang dengan
memanfaatkan bahan baku tanah liat, kerikil, cocopeat atau serbuk kayu, dan
lumut sendiri. Pada boneka lumut penggunaan tanaman hias sukulen dan kaktus
menjadi pilihan. Ketertarikan masyarakat terhadap produk inovasi ini terbukti
dengan pendistribusian produk boneka lumut yang sudah tersebar diseluruh
Indonesia dan Korea Selatan.
Strategi pemasaran yang tepat diperlukan dalam hal ini dikarenakan adanya
ketertarikan masyarakat terhadap produk yang cukup tinggi dan persebaran
produk yang luas. Namun permasalahan muncul diakibatkan jumlah pendapatan
yang diterima perusahaan cenderung berfluktuatif, produk yang ditawarkan
merupakan produk pertanian kreatif, dan waktu terbetuknya perusahaan yang
cukup singkat.
Maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis strategi pemasaran
yang telh diterapkan oleh Planter Craft Bandung terkait dengan volume penjualan
dan 2) Menganalisis strategi yang tepat untuk memasarkan tanaman hias produk
boneka lumut dengan enggunkan media tanam kokedama guna meningkatkan
volume penjualan. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis kualitatif deskriptif dan analisis kuantitatif statistik deskriptif. Lokasi
penelitian bertempatan pada UMKM Planter Craft Bandung, dengan
menggunakan metode purposive (sengaja). Dan penentuan responden pada
penelitian menggunakan key informant yaitu pemilik atau direktur pada
perusahaan dengan menggunakan teknik wawancara melalui kuisioner dengan
pertanyaan terbuka. Dan menggunakan informant yaitu manajer produksi dan
pemasaran, dan manajer publikasi. Sedangkan responden konsumen ditentukan
menggunkan accidental sampling dengan teknik pengambilan sampling secara
non pbrobability sebanyak 30 responden.
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan perbandingan volume
penjualan yang sudah didapat pada bulan Mei 2016 higga April 2017 dengan
ii
strategi yang telah digunakan perusahaan. Sedangkan untuk menyiptakan startegi
pemasaran alternatif menggunakan analisis pada matriks IFE (Internal Factor
Evaluation), matriks EFE (External Factor Evaluation), matriks SWOT
(Strenghts, Weakness, Opportunities, and Threats), dan matriks QSPM
(Qualitative Strategic Planning Matrix) sebagai alat analisis pengambilan
keputusan.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan pertama adalah perusahaan Planter
Craft sudah menerapkan bauran pemasaran (4P) dalam pelaksanaan strategi
pemasaran dan penjualan yang didapatkan perbulannya dapat mencapai 267 buah.
Sedangkan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan kedua adalah perusahaan
Planter Craft sedang bearada dalam posisi “Growth”. Dimana kondisi internal
perusahaan berada pada kondisi rata-rata dan kondisi eksternal perusahaan
merespon kuat peluang atau perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan
menghindari ancaman. Dan alternatif strategi yang ditumuskan pada matriks
QSPM adalah: (1) Menyusun perencanaan perusahaan, (2) Melakukan inovasi
secara berkala dengan meningkatkan kualitas produk, (3) Mengembangkan daerah
pemasaran, (4) Menjalin hubungan baik dengan relasi, dan (5) Memaksimalisasi
promosi produk di berbagai media.
iii
SUMMARY
ANISA ELIANA GARNETI, 135040100111152. MARKETING STRATEGY
ANALYSIS TO INCREASE BONEKA LUMUT ORNAMENTAL PLANT
SALES WITH KOKEDAMA AS A GROWING MEDIA IN UMKM
PLANTER CRAFT BANDUNG. Under Guidance of Prof. Dr. Ir. Budi
Setiawan, MS.
The creative economy in Indonesia has received serious attention from the
government. The contribution of the creative economy has a positive impact on
the national economy, both on added value, employment, business field and inter-
sectoral. In supporting the creative economy in need one of them an innovation to
the latest breakthrough in various ways. This innovation is created on the unrest
experienced by the community. The agricultural sector contributes to the creative
economy. One of the products created is a stuffed moss by the company of Planter
Craft. Moss doll is a product with innovation on planting medium by using
kokedama. Kokedama was first discovered in Japan by utilizing raw materials of
clay, gravel, cocopeat or wood powder, and moss itself. In moss dolls the use of
succulent ornamental plants and cactus becomes an option. Public interest in this
innovation product is proven by the distribution of stuffed moss products that have
been spread all over Indonesia and South Korea.
The right marketing strategy is needed in this case because of the public
interest in the high enough product and the widespread product distribution. But
problems arise due to the amount of revenue received by companies tend to
fluctuate, the product offered is a creative agricultural product, and time
terbetuknya company is quite short.
So the purpose of this research are: 1) Analyzing marketing strategy
applied by Planter Craft Bandung related to sales volume and 2) Analyzing the
right strategy to market ornamental plants of moss doll products by using
kokedama planting media in order to increase sales volume. The type of research
used in this study is descriptive qualitative analysis and quantitative statistical
descriptive statistics. The location of the research is located at UMKM Planter
Craft Bandung, using purposive method. And the determination of respondents on
research using key informant ie owner or director at company by using interview
technique through questionnaire with open question. And using informant are
production and marketing managers, and publication managers. While consumer
respondents determined menggunkan accidental sampling with sampling
techniques in non pbrobability of 30 respondents.
Data analysis techniques in this study using the comparison of sales
volume that has been obtained in May 2016 higga April 2017 with strategies that
have been used company. While to create alternative marketing strategy using
analysis on IFE matrix (Internal Factor Evaluation), EFE matrix (External Factor
Evaluation), SWOT matrix (Strenghts, Weakness, Opportunities, and Threats),
and QSPM (Qualitative Strategic Planning Matrix) decision-making.
The results obtained in accordance with the first objective is the Planter
Craft company has implemented the marketing mix (4P) in the implementation of
iv
marketing and sales strategies obtained monthly can reach 267 pieces. While the
results obtained in accordance with the second objective is the company Planter
Craft is bearada in the position "Growth". Where the internal conditions of the
company are in the average condition and the external conditions of the company
respond strongly to opportunities or companies can take advantage of
opportunities and avoid threats. The alternative strategies formulated in the QSPM
matrix are: (1) Preparing the company's planning, (2) Performing periodic
innovations by improving product quality, (3) Developing marketing areas, (4)
Establishing good relationships with relationships, and (5) Maximizing product
promotion in various media.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan
judul “Analisis Strategi Pemasaran Dalam Upaya Peningkatan Volume
Penjualan Tanaman Hias Boneka Lumut Dengan Media Tanam Kokedama
pada UMKM Planter Craft Bandung”. Skripsi ini diajukan dalam rangka untuk
memenuhi tugas akhir menyelesaikan studi program Strata Satu (S-1) di Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis
tidak bekerja sendiri. Sehingga penulis mengucapkan terimakasih atas segala
bantuan yang didapat kepada:
1. Bapak Prof.Dr.Ir. Budi Setiawan, MS selaku pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, saran serta motivasi yang membangun
dan bermanfaat bagi penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini.
2. Fadli Adisajana selaku pemilik Planter Craft Bandung yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bila dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat baik bagi rekan-rekan mahasiswa,
instansi pemerintah, perusahaan tempat penulis melaksanakan penelitian, serta
pihak lainnya yang terkait.
Malang, Oktober 2017
Penulis
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Anisa Eliana Garneti, lahir di Jakarta pada
tanggal 15 Juli 1995. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan suami istri Wiyanto dan Siti Fadjari Noerochmah. Penulis bertempat
tinggal pada Komp. Bumi Panyileukan blok I1 no.5, Bandung.
Penulis menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Soka V/ 34
Bandung pada tahun 2001 hingga 2007. Pada tahun 2007 hingga 2010, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Salman Al-Farisi
Bandung. Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Akhir Darul Hikam Bandung pada tahun 2010 hingga 2013. Setelah
menyelesaikan pendidikan SMA Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa
Timur melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
vii
DAFTAR ISI
No. Teks Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 6
2. TINJAUAN PUSATAKA ..................................................................................... 7
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu................................................................................. 7
2.2. Profil Tananaman Hias ............................................................................................ 11
2.2.1. Tinjauan Tentang Tanaman Hias ................................................................. 11
2.2.2. Tinjauan Tentang Kaktus dan Sukulen ....................................................... 12
2.3. Tinjauan Tentang Kokedama .................................................................................. 13
2.4. Tinjauan Tentang Strategi Pemasaran ..................................................................... 14
2.4.1. Tinjauan Teori Pemasaran ........................................................................... 14
2.4.2. Tinjauan Teori Manajemen Pemasaran ....................................................... 15
2.4.3. Tinjauan Teori Strategi Pemasaran ............................................................. 16
2.4.4. Tinjauan Teori Bauran Pemasaran (Marketing Mix) ................................... 19
2.5. Tinjauan Tentang Analisis Lingkungan Perusahaan ............................................... 23
2.5.1. Tinjauan Tentang Matriks IE ....................................................................... 24
2.6. Tinjauan Tentang Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, dan
Threats).................................................................................................................... 28
2.7. Tinjauan Tentang QSPM ......................................................................................... 28
3. KERANGKA TEORITIS ..................................................................................... 29
3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................................ 29
3.2. Hipotesis .................................................................................................................. 32
3.3. Batasan Penelitian ................................................................................................... 32
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................................... 32
viii
4. METODE PENELITIAN ..................................................................................... 36
4.1. Pendekatan Penelitian .............................................................................................. 36
4.2. Lokasi Peneltian dan Waktu Penelitian ................................................................... 36
4.3. Metode Penentuan Sample ...................................................................................... 36
4.4. Metode Pengumpulan Data ..................................................................................... 37
4.5. Metode Analisis Data .............................................................................................. 39
5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 46
5.1. Gambaran Umum ..................................................................................................... 46
5.1.1. Profil Perusahaan ........................................................................................... 46
5.1.2 Visi dan Misi Planter Craft ............................................................................ 47
5.1.3. Sejarah Planter Craft .................................................................................... 48
5.1.4. Struktur Organisasi Planter Craft ................................................................ 49
5.2. Hasil dan Pembahasan ............................................................................................. 50
5.2.1. Analisis Strategi Pemasaran yang diterapkan ................................................ 50
5.3. Analisis Lingkungan Perusahaan sebagai Alternatif Strategi Pemasaran dalam
Meningkatkan Volume Penjualan ........................................................................... 53
5.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan ..................................... 53
5.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan ............................................. 61
5.3.3. Analisis Matriks IFE ...................................................................................... 65
5.3.4. Analisis Matriks EFE .................................................................................... 66
5.3.5. Analisis Matriks IE ........................................................................................ 68
5.3.6. Analisis Matriks SWOT ................................................................................ 69
5.3.7. Analisis Matriks QSPM ............................................................................... 74
6. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 78
6.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 78
6.2. Saran ..................................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
No. Teks Halaman
Tabel 1. Matriks IE ......................................................................................................... 24
Tabel 2. Matriks Analisis SWOT .................................................................................... 28
Tabel 3. Skala Perbandingan Pasangan IFE.................................................................... 40
Table 4. Skala Perbandingan Pasangan EFE .................................................................. 41
Tabel 5. Matriks IE ......................................................................................................... 43
Tabel 6. Tabel The Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) ............................ 44
Tabel 7. Daftar kekuatan perusahaan Planter Craft ................................................................. 53
Tabel 8. Daftar kelemahan perusahaan Planter Craft............................................................... 58
Tabel 9. Daftar peluang perusahaan Planter Craft ................................................................... 61
Tabel 10. Daftar ancaman perusahaan Planter Craft ................................................................ 63
Tabel 11. Matriks IFE pada perusahaan Planter Craft ............................................................. 65
Tabel 12. Matriks EFE pada perusahaan Planter Craft ............................................................ 66
Tabel 13. Matriks QSPM perusahaan Planter Craft ................................................................. 74
x
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman
Gambar 1. Pendekatan Sistem Manajemen Pemasaran .................................................. 15
Gambar 2. Analisis SWOT ............................................................................................. 28
Gambar 3. Diagram Kerangka Berpikir .......................................................................... 31
Gambar 4. Struktur Organisasi Planter Craft .................................................................. 49
Gambar 5. Matriks IE pada perusahaa Planter Craft ...................................................... 68
Gambar 6. Matriks SWOT pada perusahaa Planter Craft ............................................... 69
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
Lampiran 1. Kuisioner untuk Direktur Perusahaan Planter Craft ................................... 83
Lampiran 2. Kuisioner unruk Konsumen Perusahaan Planter Craft ............................... 88
Lampiran 3. Daftar Produk Boneka Lumut dan Rata-Rata Penjualan per Bulan ........... 92
Lampiran 4.Matriks Urgensi untuk Pembuatan Bobot Faktor Internal pada
Perusahaan ................................................................................................. 97
Lampiran 5. Perhitungan Peringkat Faktor Internal pada Perusahaan ............................ 102
Lampiran 6. Matriks Urgensi untuk Pembuatan Bobot Faktor Eksternal pada
Perusahaan ................................................................................................. 108
Lampiran 7. Perhitungan Peringkat Faktor Eksternal pada Perusahaan ......................... 109
Lampiran 8. Perhitungan matriks QSPM pada Perusahaan ............................................ 110
Lempiran 9. Dokumentasi ............................................................................................... 112
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekonomi kreatif di Indonesia mulai mendapat perhatian serius dari
pemerintah dalam beberapa terakhir ini. Ekonomi kreatif berkontribusi secara
positif terhadap ekonomi nasional, baik terhadap nilai tambah, lapangan
pekerjaan, lapangan usaha maupun terhadap saling keterkaitan antar sektor
(Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2014). Sesuai dengan Instruksi
Presiden RI no. 6 tahun 2009 mengenai kebijakan ekonomi kreatif maka sektor
pertanian dapat dikembangkan mengikuti kebijakan pemerintah. Dengan adanya
perkembangan perekonomian kreatif sektor pertanian diupayakan adanya
peningkatan pada aspek kretivitas dan pengembangan usaha untuk meningkatkan
nilai tambah pada sektor hulu hingga hilir. Pengembangan hasil pertanian dengan
melakukan inovasi atau diolah maka berpotensi untuk menciptakan hal baru
dengan didukung oleh adanya peningkatan pemasaran serta nilai sosial ekonomi
(Setiawan, 2012). Salah satu sektor yang berkontribusi dalam perekonomian
kreatif adalah sektor pertanian. Mengoptimalkan industri pertanian yang dikemas
dengan kreatif melalui teknologi informasi akan mendapatkan keuntungan pada
posisi pasar (Herwibawa, 2014).
Sektor hortikultura menjadi subsektor yang telah menjadi sumber
pertumbuhan kekuatan ekonomi baru ditingkat pedesaan dan perkotaan
(Direktorat Jendral Hortikultura, 2015). Minat masyarakat Indonesia terhadap
kebutuhan tanaman hias cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Kendala yang
dihadapi oleh pengembangan tanaman hias adalah pembudidayaan dan pemuliaan
yang dapat terbilang kurang. Melihat potensi tanaman hias yang cukup besar
Indonesia memiliki peluang yang besar untuk mengembangkannya. Melihat
potensi tersebut kekayaan tanaman hias di Indonesia sendiri dapat ditambah
dengan mendatangkan flora hias tropis dan sub tropis dari luar negeri (Rukmana,
1998).
Kebutuhan tanaman hias di Indonesia mengalami kecenderungan yang
meningkat dari waktu ke waktu. Fenomena yang terjadi pada tanaman hias
2
membuat perhatian masyarakat terhadap tanaman hias yang meningkat
dikarenakan manfaat yang terkandung dalam tanaman hias (Rakhman dan
Bukhari, 2010). Dilansir melalui sebuah artikel Nasional Republika, produk
domestik bruto (PDB) pada industri florikultura telah mencapai lebih dari Rp 7
triliun. Melalui nilai PDB yang didapat industri florikultura mampu menyumbang
5,68 persen dari keseluruhan nilai produk domestik bruto (Nurdiansyah, 2017).
Tanaman hias memiliki keindahan tersendiri disetiap jenisnya, hal ini
menyebabkan masyarakat tertarik untuk memiliki tanaman hias. Banyaknya jenis
tanaman hias akan menjadikan tren yang berbeda disetiap tahunnya. Tren tanaman
hias yang berbeda setiap tahunnya menyebabkan harga yang ditawarkan kepada
masyarakat cenderung melambung tinggi (Ambarwati, 2007). Meningkatnya
kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap tanaman hias disebabkan oleh
kesadaran masyarakat akan manfaat tanaman hias. Sejalan dengan hal tersebut
menyebabkan peningkatan persaingan di pasar tanaman hias. Namun disayangkan
pasaran tanaman hias di Indonesia masih memiliki kelemahan yaitu mutu tanaman
dan kontinuitas pasokan (Riyanto, 2007).
Tanaman hias memiliki jenis yang beragam, salah satunya adalah tanaman
hias dengan jenis kaktus dan sukulen. Adapun beberapa jenis tanaman hias kaktus
dan sukulen seperti ferocactus, gymnocalyum, certus, haworthia, agave, sene/cio,
echeveria, eurphobia dan macam-macam lainnya cocok untuk ditanam dengan
suhu ruangan (Kristiani, 2002). Perkembangan tanaman hias juga dapat
memanfaatkan berbagai macam media tanam. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan media tanam tanah, cocopeat, dan lumut atau dikenal dengan
kokedama. Arti nama dari kokedama dalam bahasa jepang adalah boneka lumut,
dalam prakteknya tanah yang dicampur dengan cocopeat serta lumut akan dibuat
seperti bola dan diikat dengan menggunakan benang. Kokedama merupakan
teknik media tanaman untuk tanaman hias yang berawal dari negara Jepang.
Budidaya tanaman hias dengan menggunakan media tanam kokedama dapat
menjadi daya tarik untuk penikmat tanaman hias. Penempatan tanaman kokedama
dapat memanfaatkan lahan kecil dan memperindah ruangan dalam rumah dengan
cara digantung ataupun diletakan disudut rumah (Martin, 2015).
3
Seiring meningkatnya pembangunan menyebabkan kebutuhan tanaman
hias meningkat dikarenakan tanaman hias dapat dijadikan sebuah komponen
untuk taman maupun tanaman penghias ruangan. Salah satu jenis tanaman hias
yang berpontesi untuk dikembangkan adalah tanaman kaktus. Tanaman kaktus
sendiri memiliki banyak keunggulan salah satu alasannya adalah perawatan yang
mudah. (Endah, 2005). Diperlukannya strategi untuk memasarkan tanaman hias
dengan adanya peluang internasional. Produk yang berkualitas, strategi promosi,
strategi pemasaran serta peranan pemerintah dalam membuka akses ke pasar
internasional diperlukan untuk memasarkan produk tanaman hias (Redaksi
Penebar Swadaya, 2008).
Pentingnya perusahaan merancang strategi pemasaran agar tujuan yang
dimiliki oleh perusahaan dapat tercapai. Pengaplikasian strategi pemasaran pada
produk yang akan dipasarkan oleh perusahaan agar tepat pada saat penjualan di
pasaran. Dengan menggunakan strategi pemasaran yang tepat akan memudahkan
penerimaan produk kepada calon konsumen sehingga calon konsumen akan
membeli produk yang dijual. Penerapan strategi yang tepat pada saat memasarkan
produk menunjang keberhasilan suatu perusahaan yang nantinya dapat
menciptakan, memelihara, dan mengembangkan produk sesuai keinginan
konsumen. Prospek dalam suatu bisnis dapat dikatakan bagus apabila mangsa
pasarnya luas, permintaan akan produk tersebut besar, dan bahan bakunya mudah
di dapat.
Penjualan tanaman hias dengan menggunakan media tanam kokedama dapat
ditemukan di kota Bandung. Planter Craft merupakan rumah produksi yang
berbasis UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang menyediakan produk
tanaman hias dengan menggunakan media tanam kokedama yang diberi nama
boneka lumut. Jenis tanaman hias yang menggunakan media tanam kokedama ini
terbuat dari tanaman sukulen, kaktus, kembang goyang, anggrek hingga bonsai.
Boneka lumut ini dapat dijadikan sebagai hiasan rumah, souvenir pernikahan,
hingga aksesoris dekorasi. Namun jenis tanaman sukulen dan kaktus dapat
ditemukan pada produk boneka lumut. Pemasaran yang telah dilakukan oleh
Planter Craft dengan produk boneka lumut sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia
4
seperti kota Bogor, Jakarta, Medan, Nusa Tenggara Timur (NTT), Makassar
hingga Bali.
Usaha boneka lumut yang dirintis oleh Planter Craft yang dimulai pada
awal tahun 2015 melakukan strategi pemasaran sesuai dengan keadaan yang
dihadapi oleh perusahaan. Tujuan Planter Craft menggunakan beberapa macam
strategi agar produk yang diciptakannya dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Media sosial seperti website, instagram, facebook dan lainnya serta media masa
seperti radio dan televisi menjadi alat pemasaran yang digunakan oleh Planter
Craft untuk mengembangkan usahanya. Dampak yang diberikan pada
penjualannya cukup signifikan dikarenakan tersebarnya informasi mengenai
produk boneka lumut kepada masyarakat Indonesia. Strategi pemasaran sangat
dibutuhkan dalam menunjang keberlangsungan suatu usaha. Sebagai industri yang
bergerak dibidang pertanian kreatif Planter Craft memerlukan strategi pemasaran
sebagai upaya meningkatkan volume penjualan dan memperoleh strategi
alternatif.
1.2. Rumusan Masalah
Kokedama pertama kali diterapkan pada tanaman hias bonsai lalu
diterapkan pada tanaman hias dengan komoditas kaktus maupun sukulen. Selain
menjadi inovasi pada tanaman hias kokedama memiliki daya tarik dan memiliki
nilai seni didalamnya. Kokedama sudah mulai dipasarkan di Indonesia salah satu
pengembangan kokedama ini adalah boneka lumut yang diciptakan oleh UMKM
Planter Craft. Tidak hanya menjual boneka lumut namun perusahaan ini
mengedukasikan konsumen untuk mengenal dan membuat sendiri kreasi dari
kokedama.
Pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap
tinggi dan rendahnya pendapatan suatu usaha hal ini menjadi penting dalam
menjalankan usaha. Dalam usaha adapun tujuan akhir yang akan dicapai yaitu
dengan memasarkan produknya dengan mendapatkan laba yang maksimal dalam
setiap satuan lahan. Usaha yang dilakukan dalam mencapai tujuan akhir tersebut
5
diperlukan perencanaan yang teliti disetiap kegiatan ekonominya dimulai dengan
pra panen, pasca panen, hingga pemasaran suatu komoditas pertanian.
Penjualan yang tidak stabil dan cederung berfluktuatif merupakan sebuah
permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan. Munculnya persaingan diantara
produk yang ditawarkan oleh perusahaan lain menjadikan Planter Craft
memerlukan stategi yang tepat untuk usahanya. Strategi yang diperlukan ini untuk
tetap bertahannya posisi perusahaan di pasaran. Khususnya pada produk,
distribusi, harga, dan promosi diperlukan untuk penetapan strategi agar tetap dapat
bersaing antara satu dengan lainnya.
Permasalahan yang terjadi pada penelitian ini didasari dengan produk yang
ditawarkan oleh perusahaan merupakan bentuk dari pertanian kreatif. Dimana
produk yang ditawarkan memiliki masa jenuh tersendiri. Maka dirasa dengan
adanya strategi pemasaran yang dilakukan dapat mengatasi permasalahan tersebut.
Permasalahan lain adalah mengenai umur perusahaan yang masih terbilang cukup
baru dikarenakan perusahaan berdiri semenjak 2014. Hal ini menyebabkan masih
perlunya peningkatan strategi pemasaran yang perlu dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
diatas, maka masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh Planter Craft
Bandung apabila dikaitkan dengan volume penjualan?
2. Bagaimana strategi yang tepat untuk memasarkan tanaman hias produk
boneka lumut dengan menggunakan media tanam kokedama guna
meningkakan volume penjualan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yang terurai sebagai berikut:
1. Menganalisis strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh Planter Craft
Bandung terkait dengan volume penjualan.
2. Menanalisis strategi yang tepat untuk memasarkan tanaman hias produk
boneka lumut dengan menggunakan media tanam kokedama guna
meningkatkan volume penjualan.
6
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
strategi pemasaran produk boneka lumut dalam pengambilan keputusan
strategi pemasaran yang tepat.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi referensi dan informasi
mengenai strategi pemasaran pada penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai acuan dengan tujuan untuk
membandingkan penelitian sebelumnya dengan penelitian selanjutnya. Adapun
penelitian terdahulu yang telah dilakukan dapat dijadikan acuan, yaitu Nurhadi
(2008), Rizka Maulida (2010), Budi Asih dan Sri Astiti (2014), In Purnama, M.
Sarma. Dan M. Najib (2014), dan Edward Mutandwa, dkk (2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Nurhadi (2008) memiliki tujuan untuk
menidentifikasikan faktor-faktor pada lingkungan eksternal dan internal yang
mempengaruhi pengembangan tanaman hias pada perusahaan serta merumuskan
strategi alternatif yang sesuai dan menarik bagi pengembangan usaha. Pengolahan
data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif deskriptif untuk
menganalisis lingkungan perusahaan dan analisis kuantitatif yang digunakan pada
Matriks EFE (external factor evaluation), Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation), Matriks IE (Internal External), Matriks SWOT(Strenghts, Weakness,
Opportunities, Threats), dan Matriks QSP (Quantitative Strategy Planning).
Pengambilan responden pada penelitian ini dilakukan secara purposive dengan
pihak-pihak terkait seperti pimpinan perusahaan atau pemilik, manager, dan pihak
terlibat lainnya dengan melakukan wawancara. Hasil yang dihasilkan pada
penelitian ini berdasarkan analisis matriks IE, perusahaan terdapat pada posisi
kuadran V yang harus mempertahankan dan memelihara. Pada matriks SWOT
terdapat tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan oleh perusahan. Analisis
QSPM didapati bahwa perusahaan perlu meningkatkan kerjasama dan hubungan
baik dengan pelanggan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rizka Maulida
(2010) tujuan pada penelitian ini adalah untuk menganalisis kegiatan pemasaran,
mengidentifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pemasaran, dan merumuskan strategi alternatif bagi kegiatan pemasaran di Ciapus
Bromelia. Jenis dan sumber data yang digunakan pada penelitian merupakan data
kuantitatif mencakup data penerimaan, pengeluaran Ciapus Bromel serta data
statistik terkait perusahaan dan data kualitatif merupakan data yang diperoleh
umumnya akan dianalisis terlebih dahulu. Identifikasi permasalahan dengan
7
mengalalisis segmentation, targeting¸dan positioning perusahaan lalu mengkaji
bauran pemasaran yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis faktor internal dan eksternal perusahaan lalu
dirumuskan melalui matriks SWOT( Strenghts, Weakness, Opportunities,
Threats). Responden yang diambil pada penelitian ini adalah pihak internal
perusahaan yaitu pemilik, manajer pengelola, dan karyawan perusahaan. adapun
responden yang berasal dari pihak eksternal yang merupakan pihak-pihak luar
yang terkait dengan perusahaan secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-
pihak yang berasal dari eksternal perusahaan berupa pakar yang berkompeten
dengan tanaman hias dan pihak konsumen yang diambil datanya sebanyak 30
responden dengan menggunakan teknik convenience sampling. Hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini adalah perusahaan memiliki keunggulan produk
sehingga memiliki daya saing yang tinggi, harga yang ditawarkan kopetitif karena
sesuai dengan kualitas, promosi yang dilakukan menitik beratkan pada
pengenalan produk, dan kegiatan distribusi yang dilakukan cukup baik namun
perlunya penambahan distributor. Pada hasil analisis lingkungan internal maupun
eksternal memiliki empat kelemahan, empat kekuatan, dua peluang dan empat
ancaman. Strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah pengenalan dan
penguatan company profile, pengedukasian konsumen, dan penanaman
positioning product, serta mengoptimalkan networking perusahaan pada wilayah
jabodetabek.
Adapun penelitian yang telah dilakukan oleh Budi Asih dan Sri Astiti (2014)
dengan yang memiliki tujuan antara lain adalah untuk mengetahui faktor internal
dan eksternal pemasaran yang dihadapi oleh usaha pengolahan jamur tiram KWT
spora Bali, untuk mengidentifikasikan strategi pemasaran apa saja yang dapat
diterapkan oleh usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali, dan mengetahui
strategi pemasaran mana yang dapat dilakukan oleh KWT Spora Bali dalam
kaitannya dengan aspek pemasaran sehingga dapat mengembangkan kegiatan
usaha pengolahan jamur tiram. Adapun penetapatan responden melalui cara
purposive, responden yang dipilih pada penelitian ini adalah seluruh anggota
KWT Spora Bali dengan jumlah 10 orang. Pada penelitian mnggunakan metode
observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini menggunakan
8
analisis lingkungan internal dan eksternal lalu analisis lingkungan tersebut di
analisis menggunakan metode IFE dan EFE. Pada tahap pemaduan digunakan alat
analisis matriks IE dan matriks SWOT. Tahapan terakhir analisis yang dilakukan
adaah dengan menggunakan matriks QSPM yang digunakan untk penentuan
prioritas dari beberapa alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan melalui
tahapan pemaduan. Hasil pada matriks IE adalah usaha yang hold and maintain
strategy atau strategi yang sedang mempertahankan dan memelihara sehingga
strategi yang dapat dilakukan adala penetrasi pasar dengan cara meningkatkan
penjualan atas produk dan pasar yang telah tersedia. Dan diperoleh hasil dari
matriks SWOT adalah enam strategi aplikatif dari strategi penetrasi pasar. dan
melalui analisis yang terakhir adalah QSPM diperoleh strategi pemasaran prioritas
usaha pengolahan jamur tiram KWT Spora Bali dengan memperbaiki tampilan
produk melalui perbaikan kemasan.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukann oleh Purnama, In,
Sarma, M. dan Najib, M. (2014), dengan judul strategi peningkatan pemasaran
mangga di pasar internasional. Penelitian yang memiliki tujuan untuk dapat
menganalisis faktor internal maupun faktor eksternal yang mempengaruhi
pemasaran mangga dengan spesifikasi mangga gedong Gincu, dan Arumis ke
pasar internasional. Adapun tujuan lainnya adalah untuk menyusun strategi
rekomendasi bagi peningkatan pemasaran mangga di pasar interasional. Alat
analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah alat analisis SWOT (strengths,
weakness, opportunities, threats) dan AHP (analytical hierarchy process).
Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling atu dengan
pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Responden yang diambil pada
penelitian ini adalah sebanyak Sembilan orang untuk analisis SWOT dan lima
orang pada analisis AHP. Hasil yang dapat adalah posisi internal usaha mangga
menunjukan angka 2,103 dan dapat diartikan usaha mangga ini cukup lemah.
Kelemahan utama pada usahanya adalah keterbatasan penerapan teknologi
pascapanen. Sedangkan pada posisi eksternal didapati skor 2,893 yang
menunjukan bahwa usaha mangga Indonesia dapat memanfaatkan peluang dengan
baik dan menghindari ancaman yang dihadapi. Posisi usaha persaingan mangga
Indonesia terdapat pada posisi sel II yaitu sel tumbuh dan membangun. Sedangkan
9
hasil dari analisis AHP adalah perlunya peningkatan pemasaran mangga di pasar
internasonal. Dan alternatif strategi yang ditawarkan adalah melakukan
standarisasi kebun, melakukan kerja sama dengan eksportir dan petani, dan
pembangunan one stop service.
Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Edward Mutandwa, dkk (2009),
dengan judul analisis pemasaran ekspor kopi di Rwanda: aplikasi dari matriks
BCG (Boston Consulting Group). Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk
mengklasifikasikan ekspor kopi Rwanda dilihat dari pasar saham dan penjualan
serta untuk menentukan pemilihan strategi marketing yang tepat berhubungan
dengan pasar ekspor kopi Rwanda. Alat analisis yang digunakan adalah matriks
BCG (Boston Consulting Group), dan pendekatan penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif berdasarkan data
sekunder ekspor kopi di beberapa destinasi, sedangkan data kualitatif sebagian
besar berdasarkan wawancara dengan pemagang kunci saham pada sektor kopi.
Hasil pada penelitian ini adalah dalam menggunakan matriks BCG untuk
menggklasifikasikan pasaran kopi Rwanda menggunakan dua parameter yaitu
relative market share dan rate of market growth. Dalam matriks menunjukan
ekspor kopi untuk negara Jerman, Inggris, Russia, Swedia, Swiss, dan Belgia ada
pada bagian cash cow. Untuk prospek meningkatkan pasaran kopi Rwanda di
Asia, Jepang menjadi destinasi untuk pengembangannya. Dalam matriks BCG
negara Jepang dapat dirubah posisinya menjadi bintang (stars) atau cash cow
dikarenakan investasi yang menjanjikan. Pasaran lainnya adalah negara Morok
dan Cina yang tidak terlihat perkembangan yang signifikan dalam empat tahun
dan hanya memberikan kontribusi kecil dalam ekspor kopi. Hal tersebut
menyebabkan negara Moroko, Cina, Portugal, Belanda, Kenya, Israel, dan Italia
berada dalam posisi anjing (dogs) dalam matriks BCG. Sedangkan negara
Perancis berada dalam posisi bintang (stars) dalam matriks BCG.
Penelitian penelitian terdahulu tersebut menjadi acuan pada penulisan ini,
namun adapun hal yang membedakan peneletian tedahulu dengan penelitian yang
akan dilakukan. Hal yang membedakan adalah dalam penentuan lokasi penelitian,
lokasi yang digunakan adalah Planter Craft Bandung dengan bahan yang diteliti
adalah boneka lumut dengan tanaman sukulen. Responden pada penelitian yang
10
akan dilakukan menggunakan key informant dan konsumen. Alat analisis yang
digunakan pada penelitian ini adalah analisis faktor internal (IFE) dan analisis
faktor eksternal (EFE) lalu dilanjutkan dengan menganalisis dengan menggunakan
alat analisis SWOT. Pada penetapan hasil akan menggunakan alat analisis QSPM.
2.2. Profil Tanaman Hias
2.2.1. Tinjauan Mengenai Tanaman Hias
Tanaman hias dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu adalah tanaman hias
daun yang memiliki bentuk dan warna daun yang unik dan tanaman hias bunga
yang memiliki daya tarik pada bentuk, warna, dan aroma bunganya. Adapun
fungsi yang berbeda-beda tanaman hias pada taman yaitu sebagai tanaman
pelindung, penghias taman, center point, bedengan, dan penutup tanah.
Penggolongan tanaman pelindung adalah tanaman yang bejenis tanaman pohon
yang banyak digunakan di tepi jalan ataupun di taman-taman dan memiliki fungsi
agar melindungi tanaman dari sinar matahari langsung. Penghias taman memiliki
fungsi sebagai penghias taman dan dibatasi hanya untuk tanaman-tamanan yang
secara umum digunakan untuk penghias tanaman rumah, penghias pekarangan,
maupun penghias tepi jalan. Tanaman yang berfungsi sebagai center point hanya
diaman secara tunggal atau beberapa saja dan posisi tanaman biasanya berada
ditengah atau tempat-tempat yang akan digunakan sebagai titik utama pandangan.
Tanaman bedengan yang merupakan jenis tamanan herba atau semak ditaman
secara masal dan biasanya pola penanamannya sejajar membentuk sebuah pagar.
Dan sebagai penutup tanah, tanaman yang kerap digunakan selain rumput adalah
jenis tanaman herba berbunga, fungsi dari penutup tanah untuk menutupi tanah
dari curahan hujan langsung dan tanaman hias akan memberikan kesan semarak
karena akan berbunga pada masanya. (Ratnasari, 2007)
2.2.2. Tinjauan Teori Tanaman Kaktus dan Sukulen
Berdasarkan bentuk tumbuhnya tanaman dikelompokan menjadi beberapa
bagian yaitu herba dan semak. Tanaman herba dan semak dapat tergolong tegak
ataupun melata, perdu dan pohon. Penggolongan lainnya adalah tanaman air,
palem, bamboo, paku-pakuan, kaktus dan sukulen, dan tanaman buah. Pada
tanaman kaktus dan sukulen merupakan jenis tanaman lunak yang tidak berkayu.
Tanaman pada jenis ini memiliki batang dan daun yang mampu menyimpan air
11
dan tahan terhadap kondisi yang kering. Contoh dari tanaman kaktus dan sukulen
adalah Neoregelia sp., Aloe sp., dan Mammilaria elongata.
Kaktus atau kaktos yang berasal dalam bahasa Yunani memiliki arti
tanaman berduri, merupakan salah satu jenis tanaman yang unik dan khas. Bentuk
yang beragam dimiliki kaktus membuatnya menjadi keunikan serta memiliki duri-
duri yang tajam, bulu-bulu yang halus dan warna-warna yang khas. Tanaman
kaktus pada dasarnya merupakan tanaman sukulen yang mampu bertahan hidup
dalam kondisi kekeringan dan miskin air sekalipun. Hal ini dikarenakan tanaman
kaktus mampu menyimpan dan menimbun cadangan air. Karakteristik kaktus
sebagai tanaman sukulen menjadikan nilai tambah keunikan dan kekhasannya,
sehingga penampilan dan perawatannya lebih mudah di bandingkan tanaman hias
lainnya.
Pada umumnya tanaman kaktus terdapat berbagai macam jenis yang
tumbuh di berbagai belahan dunia dalam jumlah yang sangat besar. Jumlah ini
akan terus bertambah seiring dengan perbanyakan tanaman yang sering dilakukan
oleh penggemar kaktus. Budidaya tanaman kaktus memerlukan media tanam yang
tepat yang pada umumnya terdiri dari tiga bagian. Tiga bagian ini yaitu pasir
sungai yang bersih, humus dan pupuk kandang yang sudah matang dengan
berbandingan 2:1:0,5. Namun, dari beberapa hobiis kaktus ada juga yang
menggunakan arang sekam dan pupuk kandang, ataupun pasir dan kompos
sebagai media tanaman tanaman kaktus. Hal ini beralasanan bahan-bahan tersebut
lebih ringan, sehingga mudah untuk mengangkut atau memindahkannya. Maka
dengan demikian perawatannya akan lebih mudah. Penggunaan bahan-bahan
tersebut dikarenakan tujuan komersial.
(Redaksi Agromedia, 2007)
2.3. Tinjauan Tentang Kokedama
Kokedama terkenal pertama kali di temukan di negara Jepang, dimana
bola lumut atau boneka lumut dan menggunakan tali. Kokedama ini merupakan
media tanam yang unik dan mudah untuk dibudidayakan didalam rumah dan
taman. Seperti tanaman vertikal lainnya, kokedama memiliki visual yang menarik
dimana media tanam ini dapat menghemat ruangan dalam satu waktu yang sama.
12
Media tanam kokedama memiliki aksen yang sederhana untuk tema berkebun
outdoor. Berikut merupakan cara pembuatan kokedama:
1. Buatlah lingkaran pada lembaran lumut dengan menggunakan gunting.
(kebanyakan lembaran lumut dapat didapatkan pada pusat pertanaman)
2. Basahilah tanah, buatlah bola pada tanah liat dengan menggunkan tangan
untuk membuat bola tersebut. Peraslah bola tanah liat untuk menggurangi air
yang berlebih.
3. Letakkan bola tanah liat yang sudah dibuat sebelumnya diatas lembaran lumut
yang sudah berbentuk lingkaran.
4. Buatlah lubang dengan menggunakan kedua jari jempol untuk membuat
lubang diatas bola tanah liat. Hal ini diperuntukan untuk meletakkan tanaman
kaktus atau sukulen diatasnya.
5. Letakkan tanaman kaktus ataupun sukulen diatas lubang bola tanah liat yang
telah dibuat.
6. Bungkuslah bola tanah liat dengan lembaran lumut.
7. Dalam membungkus bola dengan lumut, selipkanlah ujung lumut di bawah
lubang tepatnya di bawah daun tanaman.
8. Apabila ukuran lembaran lumut terlalu besar, maka guntunglah bagian yang
dirasa berlebih tersebut hingga lembaran lumut dapat terselipkan di bawah
lubang pada bawah daun tanaman.
9. Gunakan tali untuk mengikat bola lumut, cara mengikat tali pada bola lumut
adalah dengan memutar tali kesegala arah. Tujuannya sangat sederhana untuk
menjaga lumut dengan bola tanah liat tetap bersatu. Dengan mengikatkan tali
akan membuat tapilan lebih estetik. Dan perhatikan ikatan tali pada bola lumut
agar tetap cukup pada saat mengikat bola tersebut.
10. Potonglah tali dengan menggunakan gunting dan gantunglah kokedama di
tempat yang dirasa cocok.
(Daigle, 2015)
2.4. Tinjauan Tentang Strategi Pemasaran
2.4.1. Tinjauan Teori Pemasaran
13
Penjualan dan periklanan seringkali dirancukan sebagai pengertian
pemasaran, namun bukan hanya hal tersebut yang berada dalam variabel
pemasaran. Menciptakan interaksi dari entitas dan publik (individual dan
organisasi) yang menguntungkan dalam jangka waktu panjang merupakan tujuan
dari pemasaran. Tujuan dari suatu pemasaran adalah menyampaikan ke konsumen
akhir sebagai transaksi terakhir.
Pemasaran merupakan proses bisnis dengan usaha menyeleraskan antara
sumber daya manusia, finansial dan fisik organisasi dengan keinginan serta
kebutuhan para konsumen atau pelanggan didalam konteks strategi kompetitif
organisasi (Meldrum, 2000). Sedangkan pengertian lain menjelaskan bahwa
pemasaran merupakan proses manajerial dan sosial dimana dalam proses tersebut
individu dan kelompok mendapatkan yang dibutuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa
yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005). Lain pengertian mengatakan
bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep,
harga, promosi dan distribusisejumlah ide, barang, dan jasa untuk mencitakan
pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi (Lamb,
2003).
Dengan demikian atas dasar definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
pemasaran merupakan suatu proses bisnis dan manajerial dengan menciptakan
suatu produk maupun jasa yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
dengan cara menawarkan hingga mempertukarkan produk dan jasa tersebut.
2.4.2. Tinjauan Teori Manajemen Pemasaran
Aktivitas pemasaran organisasi sangat dipengaruhi oleh produksi,
penjualan, pasar, dan sosial pemasaran. Produksi akan berfokus pada kemampuan
internal perusahaan yang melebihi dari keinginan dan kebutuhan pasar. Namun
orientasi produksi akan menjadi keliru karena perusahaan tidak
mempertimbangkan apakah barang ataupun jasa yang dihasilkan merupakan
produk yang sesuai dan efisien dengan kebutuhan pasar. Terkadang yang terbaik
diproduksi oleh perusahaan pada saat produk yang dihasilkan sesuai dengan apa
14
yang diinginkan oleh pasar. Perusahaan yang berhasil dalam persaingan pasaran
adalah perusahaan yang memiliki suatu pemahaman bahwa mereka dapat
menentukan terlebih dahulu apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen
lalu memproduksinya.
Manajemen pemasaran ialah proses untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitas dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh individu atau oleh
perusahaan. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa apabila seseorang atau
perusahaan, ingin memperbaiki pemasarannya, maka ia harus memperbaiki
kegiatan pemasaran itu sebaik mungkin. Manajemen pemasaran adalah sebuah
proses, maka dapat digambarkan pendekatan sistem sebagai berikut:
Feedback (balikan)
Gambar 1. Pendekatan Sistem Manajemen Pemasaran
Sumber gambar: Alma, 2004
Keberhasilan suatu kegiatan pemasaran dalam sebuah perusahaan
membutukan input atau masukan. Masukan ini dapat dimisalkan berasal dari
informasi kegiatan yang berjalan di lapangan. Setelah masukan diproses dan
diadakan analisis dari berbagai sumber informasi lainnya maka akan
menghasilkan output atau keluaran. Output yang dihasilkan berupa suatu
keputusan dan kebijaksanaan yang harus ditempuh guna mencapai tujuan
perusahaan. Setelah keputusan diambil dan dilaksanakan, ditunggu bagaimana
pelaksanaannya. Dan feedback (balikan) yang sangat berguna untuk memperbaiki
kebijaksanaan lebih lanjut. (Alma, 2004)
2.4.3. Tinjauan Teori Strategi Pemasaran
Memperoleh laba yang maksimal serta memiliki pertumbuhan jangka
panjang merupakan tujuan dari suatu usaha yang dijalankan. Maka dibutuhkannya
perencanaan untuk mencapai dalam tujuan tersebut. Maka perencanaan strategis
merupakan proses manajerial untuk menghasilkan dan mempertahankan
Input (Masukan) Processing
(Proses)
Ouput (Keluran) Objective
(tujuan)
15
kesesuaian antara sasaran dan sumber daya organisasi dengan peluang pasar
(market opportunities) yang timbul.
(Lamb, 2003)
Menurut Kotler (2004) mengatakan bahwa strategi pemasaran adalah
logika pemasaran, dimana dalam suatu bisnis diharapkan akan mencapai
sasarannya. Dalam strategi pemasaran terdiri atas pengembalian keputusan
tentang biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran dan alokasi
pemasaran. Hal tersebut diungkapkan oleh Bennett (1988) dalam Fandy Tjiptono
(2008) bahwa strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara implisit
maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai
tujuannya.
Maka dapat disimpulkan strategi pemasaran merupakan suatu perencanaan
pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan dalam suatu bisnis unuk mencapai
tujuan perusahaan dengan mencapai laba yang maksimal. Dalam melakukan
strategi pemasaran terdiri atas pengambilan keputusan mengenai biaya pemasaran
dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran.
Untuk mencapai tujuan perusahaan strategi pemasaran merupakan alat
fundamental yang direncanakan dengan mengembangkan keunggulan bersaing
yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program untuk
melayani pasar. Strategi pemasaran memiliki lima elemen yang saling terkait:
1. Pemilihan pasar, yaitu dengan memilik pasar yang akan dilayani dengan
melakukan segmentasi pasar sasaran yang paling memungkinkan.
2. Perencanaan produk, yaitu mengenai produk spesifik yang dijual, merek
dagang, kemasan, ukuran, pelayanan, dan jaminan pengembalian.
3. Penetapan harga, yaitu dengan menentukan harga yang dapat mencerminkan
nilai kuantitatif dari produk kepada pelanggan.
4. Sistem distribusi, yaitu mengenai saluran perdagangan grosir dan eceran yang
dilalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan
menggunakannya.
5. Komunikasi pemasaran, (promosi) yang meliputi periklanan, promosi,
penjualan, pemasaran langsung, dan hubungan masyarakat.
(Dolan 1991, dalam Tjiptono 2008)
16
Merencanakan strategi pemasaran perusahaan terdapat hal-hal dasar
mengenai strategi di dalam pemasaran yang dikenal dengan strategi produk-pasar
(product-market strategy). Strategi produk pasar adalah mengenai produk yang
akan dipasarkan oleh perusahaan dan pasar yang akan dilayani oleh perusahaan.
dari hal dasar mengenai strategi produk-pasar dapat ditetapkan alternatif strategi
pemasaran yaitu:
1. Strategi penetrasi pasar
Strategi penetrasi pasar memilik tujuan untuk meningkatkan posisi
perusahaan yang dihubungkan dengan produk dan pasar yang sedang dilayani
perusahaan sekarang ini. Perusahaan melakukan kegiatan pemasaran yang
lebih agresif atau dengan intensifikasi pemasaran dengan produk yang sama
dan pasar yang tetap sama yang telah dilayani oleh perusahaan.
2. Strategi formulasi kembali produk atau pengembangan produk
Perusahaan menekankan pada meningkatkan mutu dan lain-lain dari
produk yang sedang dipasarkan oleh perusahaan dengan sasaran pasar yang
dituju. Harapan dengan menggunakannya strategi formulasi kembali produk
atau pengembangan produk adalah penjualan perusahaan dapat ditingkatkan.
3. Strategi perluasan atau pengembangan pasar
Strategi perluasan atau pengembangan pasar melakukan perbaikan produk
yang ada untuk mendapatkan pasar atau kelompok yang baru.
4. Strategi pergantian produk
Pergantian produk yang lebih baik secara terus menerus merupakan cara
yang dilakukan pada strategi pergantian produk. Melalui strategi ini
perusahaan akan selalu membina para pelanggan, sehingga pejualan
diharapkan dapat meningkat terus meningkat.
5. Strategi segmentasi pasar dengan difensiasi produk
Strategi segmentasi pasar dengan diferensiasi produk ditunjukan untuk
menarik perhatian konsumen baru dengan memperbesar pilihan produk yang
telah ada. Menggunakan strategi ini dapat diperluas dengan mencakup
segmenasi pasar yang baru dengan produk yang sudah didiferensias
17
6. Strategi perulasan product-line
Dalam mengahadapi perkembangan teknologi strategi perluasan product-
line digunakan dengan memperluas product-line yang dapat ditawarkan
kepada konsumen. Dengan menggunakan strategi ini maka terdapat
diversifikasi produk yang ditawarkan kepada konsumen.
7. Strategi diversifikasi yang terkonsetrasi
Tujuan dari strategi ini adalah menarik konsumen baru dengan
menambahkan jenis produk baru yang mempunyai teknologi dan cara
pemasaran yang sama.
8. Strategi diversifikasi horizontal
Strategi diversifikasi horizontal dilakukan untuk memperluas product-line
yang dilakukan dengan teknologi yang berbeda atau tidak terkait dengan
teknologi yang sedang digunakan pada produk yang sekarang. Product-line ini
sendiri ditawarkan kepada konsumen pada saat ini.
9. Strategi diversifikasi konglomerat
Pada strategi diversifikasi konglomerat menggunakan diversifikasi pada
produk yang tidak memiliki hubungan teknologi, produk dan pasar yang
dilayani oleh perusahaan saat ini dengan tujuan untuk menarik kelompok
konsumen baru.
10. Strategi integrasi
Tujuan dari strategi integrasi adalah untuk meningkatkan profitability,
efisiensi, serta pengendalian melalui penggabungan atau integrasi dengan
perusahaan yang ada hubungannya dengan proses produksi yang dijalankan.
(Assuari,
2014)
2.4.4. Tinjauan Teori Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Marketing mix atau dikenal dengan bauran pemasaran merupakan strategi
mencampur beberapa kegiatan pemasaran, sehingga mendatangkan hasil yang
memuaskan. Terdapat empat komponen yang mencakup bauran pemasaran yang
dikenal dengan sebutan 4P, yaitu:
1. Produk (Product)
18
Produk yang merupakan titik sentral dari kegiatan pemasaran dapat berupa
barang maupun berupa jasa. Apabila tidak ada produk maka tidak ada pemindahan
hak milik, jika tidak ada pemindahan hak milik maka tidak ada pemasaran.
Memiliki produk yang berkualitas dan disenangi oleh konsumen maka usaha dari
salah satu komponen bauran pemasaran ini akan berhasil. Produk yang akan
dipasarkan akan lebih baik apabila mengikuti sesuai dengan kebutuhan (needs)
dan keingingan (wants) kosumen. Konsumen akan membeli produk tersebut
karena produk tersebut akan memenuhi kebutuhannya. Namun, konsumen tidak
hanya membeli produk tersebut hanya untuk memperoleh barang tersebut namun
ada unsur lain di dalamnya. Mengasilkan produk perlu memperhatikan seperti
model, rupa, ciri-ciri istimewa, dan atribut produk tersebut.
Menurut Indriyo Sudarmo (2012), produk merupakan pengertian atau
pandangan konsumen terhadap suatu produk yang dibutuhkan dan dinginkannya.
Konsumen akan memiliki konsep atau pandangan tertentu terhadap suatu produk.
Produk terbagi atas dua jenis barang yaitu barang konsumen atau konsumsi dan
barang industrial. Barang konsumsi adalah barang yang dibeli oleh masyarakat
untuk dipakai sendiri atau dikonsumsikan sendiri guna memenuhi kebutuhannya
sehari hari. Dari jenis barang konsumen ini terbagi atas tiga jenis barang yaitu
barang konvenien (convenience goods), barang shopping (shopping goods), dan
barang spesial atau barang mewah (specialty goods). Barang konvenien ini dapat
dikatakan sebagai barang sehari hari, konsumsi akan barang konvenien ini akan
berfrekuensi tinggi tetapi dalam jumlah kecil. Lalu barang shopping dapat
dikatakan sebagai barang perabotan rumah tangga, namun frekuensi pembelian
barang ini jarang dengan pembelian atau pengeluaran lebih tinggi. Sedangkan
barang mewah atau barang spesial merupakan barang kebutuhan sehari hari yang
pada umumnya barang ini tergolong dengan harga mahal dan kebutuhannya tidak
banyak jumlahnya serta frekuensi pembeliannya sangat kecil. Penggolongan jenis
produk industrial merupakan barang yang memiliki sifat yang berbeda dengan
barang konsumsi. Barang industri dibeli dan dipergunakan sebagai alat usaha atau
alat berproduksi lagi ataupun dijual kembali dalam menjual bisnisnya, baik bisnis
yang bersifat mencari keuntungan ataupun bersifat nir laba.
19
Maka dapat disimpulkan pengertian produk adalah pemindahan hak milik
dari sebuah produk yang menjadi sebuah titik sentral dari pemasaran yang dibuat
atas kebutuhan dan keinginan dari konsumen yang akan membeli. Dan dalam
menghasilkan sebuah produk pentingnya memerhatikan komposisi dari produk
seperti tampilan atau rupa, model, dan ciri khas yang diberikan dari produk sendiri
tanpa mengurangi kualitas dari produk. Penggolongan dari produk terbagi atas dua
jenis produk yaitu barang konsumsi serta barang industrial. Barang konsumsi
adalah barang yang di konsumsi atau dibeli untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari. Sedangkan barang industrial merupakan barang yang tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan konsumen melainkan untuk kebutuhan industri untuk
menghasilkan keuntungan didalamnya.
Terdapat beberapa strategi perlu dikembangkan dalam suatu produk yaitu
strategi pemberian merek, strategi pembungkus dan strategi trading up dan
trading down. Memberikan sebuah labeling atau cap pada produk dapat
menentukan ciri suatu barang. Strategi pemberian merek memungkinkan produsen
tidak memberikan merek pada barangnya, namun produsen akan menyerahkan
mereknya terhadap para penyalur. Namun strategi sudah dipikirkan secara matang
dengan akibat apabila penyalur akan lebih terkenal dibandingkan produsen itu
sendiri. Pada strategi pembungkus perlunya diperhatikan apabila memungkinkan
perubahan pembungkus, kapan pembungkus harus dirubah, dan pengaruh
pembungkus pada penjualan. Strategi pembuatan bungkus pada produk yang
dapat dipergunakan kembali (reuse packaging) dan multiple packaging yaitu
dengan memasukan berbagai jenis barang dalam suatu pembungkus. Terakhir
adalah strategi trading up dan trading down. Trading up memiliki arti perusahaan
membuat produk baru yang harganya tinggi dan akan meningkatkan prestise bagi
para pembelinya, disamping produk yang sudah ada yang memiliki harga murah
namun kurang mementingkan prestisnya. Strategi tranding down artinya membuat
produk baru yang harganya rendah, disamping produk lama yang harganya tinggi.
Maksudnya adalah memberi kesempatan kepada konsumen yang berpenghasilan
rendah. (Alma, 2004)
2. Harga (Price)
20
Keberhasilan suatu produk dapat ditentukan oleh kebijaksanaan harga.
Kebijaksanaan harga dapat dilakukan pada setiap tingkatan distribusi, seperti oleh
produsen, oleh grosir dan retailer (pedagangan eceran). Dalam penentuan harga
terdapat beberapa strategi inverted pricing dimana produsen mencoba menetapkan
harga ecerean tertinggi. Setelah harga eceran teringgi ditetapkan produsen
mencoba mengkakulasi harga untuk retailer, harga untuk grosir, dan akhirnya
harga untuk pabrik. Dengan demikian produsen menetapkan value added atau
nilai tambah untuk masing-masing penyalur dan mengawasi harga jual produknya.
Adapun strategi penetapan harga yang diikuti oleh produsen bergantung pada
keadaan produknya yaitu skiming price dan penetration price. Menetapkan harga
setinggi tingginya dapat disebut juga dengan skiming price. Namun strategi ini
dimungkinkan apabila produknya diarahkan kepada konsumen yang
berpenghasilan tinggi dan merupakan produk baru yang sangat istimewa.
Penetration price bertujuan untuk menerobos produk ke pasar, karena banyaknya
barang sejenis yang sudah tersedia di pasaran. Oleh karena itu produsen
menetapkan harga rendah untuk merebut pasar. Strategi yang terakhir adalah
mencoba untuk mengikuti harga pasaran (live and let live policy). Pada strategi
yang mengikuti harga pasar produsen dapat menghasilkan barang dengan harga
pokok rendah dan mampu menjual produk tersebut dengan harga rendah. Akan
lebih baik bagi produsen mengikuti harga pasar karena dikhawatirkan jika harga
turun akan menimbulkan perang harga. (Alma, 2004)
3. Distribusi (Place/ Distribution)
Perencanaan pola distribusi akan dilakukan sebelum produsen
memasarkan produknya. Perantara dan saluran distribusi merupakan dua hal
penting dalam pendistribusian. Perantara dikatakan penting dikarenakan dalam
segala hal mereka berhubungan dengan konsumen. Perantara dapat menjadi agen
pembelian yang baik bagi para konsumen, dan dapat pula menjadi penjual yang
ahli bagi produsen. Produsen dapat melaksanakan strategi push and pull, pada
strategi push akan mendorong jalur distribusi untuk menjual lebih banyak produk
ke konsumen. Dalam usaha untuk mendorong penjualan melalui saluran distribusi
21
dapat dilakukan dengan memberikan diskon khusus, bonus, kontes, dan
periklanan. (Alma, 2004)
4. Promosi (Promotion)
Promosi sangat berkembang pada masa “selling concept” dimana
produsen sangat mengandalkan dan memberikan harapan tinggi akan
meningkatnya penjualan dengan mempergunakan promosi. Produsen sudah mulai
memperhatikan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pemasaran yang
sukses tidak terlepasnya antara produk dan promosi, diperlukannya
keseimbangan, produk baik, sesuai dengan selera konsumen, dan dengan
mengungganakan teknik promosi yang tepat akan sangat membantu suksesnya
usaha pemasaran. Dalam kegiatan pemasaran ini terdapat beberapa kegiatan
diantaranya adalah periklanan, personal selling, promosi penjualan, publicity, dan
semuanya dilakukan oleh perusahaan dipergunakan untuk meningkatkan
penjualan. Dalam menetapkan marketing mix untuk mencapai target penjualan
tertentu, makan diperlukan penetapan marketing mix dengan sebaik-baiknya.
adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan seperti marketing mix harus
seimbang, tidak boleh statis, tidak boleh meniru, harus memiliki tujuan dalam
jangka panjang, serta harus didasarkan pengalaman.
(Alma, 2004)
2.5. Tinjauan Tentang Analisis Lingkungan Perusahaan
Analisis lingkungan dimaksud untuk mencoba mengidentifikasikan
peluang yang perlu segera mendapatkan perhatian dan pada saat yang sama
diarahkan untuk mengetahui ancaman yang perlu mendapatkan antisipasi. Analisis
lingkungan terbagi atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Dimana
analisis lingkungan internal memberikan gambaran bahwa perusahaan memiliki
kekuatan atau kelemahan di bidang manajemen produksi, operasi pemasaran dan
22
distribusi, organisasi sumber daya manusia, keuangan dan akutansi. Adapun
tujuan dilakukannya analisis internal adalah untuk mendapatkan faktor kekuatan
yang digunakan dan faktor kelemahan yang akan diantisipasi. (Suwarsono
(1998) dikutip dari jurnal Budiasih, 2014)
Analisis lingkungan eksternal perusahaan menurut lingkungan ekonomi,
demografi, alam, teknologi, dan politik termasuk kedalamnya lingkungan umum.
Lingkungan industri terdiri dari ancaman pesaing baru, kekuatan posisi pemasok,
dan persaingan antar perusahaan. (Kottler dan
Keller, 2009)
Maka dapat disimpulkan melalui pendalapat diatas bahwa analisis
lingkungan terbagi atas dua yaitu analisis lingkungan eksternal dan analisis
lingkungan internal. Dalam hal ini fokus dari analisis faktor internal adalah
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Sedangkan analisis faktor
eksternal memiliki fokus atas peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
perusahaan.
23
.
2.5.1. Tinjauan Tentang Matriks IE
Tabel 1. Matriks IE
Sumber: Rangkuti, 2016
Tabel diagram diatas mengidentifikasi sembilan strategi dalam
perusahaan. Strategi pertumbuhan merupakan strategi yang merupakan
pertumbuhan dalam perusahaan itu sendiri. Strategi ini di desain untuk mencapai
pertumbuhan, baik dalam penjualan, aset, keuntungan, maupun kombinasi
ketiganya. Hal-hal yang dapat dicapai adalah dengan cara menurunkan harga,
menambah kualitas produk dan jasa, mengembangkan produk baru, ataupun
meningkatkan akses pasar yang lebih luas. Usaha yang dapat dilakukan dengan
meminimalkan biaya untuk meningkatkan profit. Dengan meminimalkan biaya
merupakan cara strategi yang penting apabila perusahaan belum mendapat
keuntungan dari large-scale production. Kecuali apabila perusahaan
memfokuskan pada pasar tertentu yang menguntungkan.
Strategi dasar pertumbuhan pada tingkat korporat terbagi atas dua bagian
yaitu konsentrasi pada satu perusahaan atau difersifikasi terhadap perusahaan lain.
Perusahaan yang memiliki kinerja baik cenderung pada strategi konsentrasi
berbeda halnya dengan strategi difersifikasi yang pada umumnya perusahaan
relatif kurang memiliki kinerja yang baik agar mendapatkan peningkatan pada
pekerjaannya. Perusahaan yang memilih strategi konsentrasi dapat tumbuh
melalui integrasi secara vertikal maupun horizontal, baik secara internal yang
melalui sumber dayanya sendiri maupun eksternal dengan menggunakan sumber
daya dari luar. Sedangkan perusahaan yang memilih pada strategi diversifikasi
24
dapat tumbuh melalui konsenterasi ataupun diversifikasi, baik secara internal
dengan melalui pengembangan produk baru maupun ekternal melalui akuisisi.
Pada sel 1 merupakan strategi pertumbuhan, strategi pertumbuhan terdapat
pada sel 1,2 dan 5 sedangkan pada sel 7 sel 8 merupakan strategi pertumbuhan
dengan upaya diversifikasi. Pertumbuhan melalui konsentrasi dapat dicapai
melalui integrasi vertikal apabila perusahaan memiliki posisi kompertitif pasar
yang sangat kuat dengan cara mengambil alih fungsi distributor ataupun
mengambil alih fungsi supplier. Agar mendapat meningkatkan kekuatan pada
bisnisnya ataupun pada posisi kopetitifnya, perusahaan dapat meminimalkan biaya
dan operasi yang tidak efisien untuk mengontrol kualitas dan distribusi produk.
Sedangkan pada strategi konsentarsi melalui integrasi horizontal terdapat
pada sel 2 dan sel 5. Pada strategi ini yang merupakan kegiatan untuk memperluas
perusahaan dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis
produk serta jasa. Perusahaan dapat memperluas pasar, fasilitas, produksi dan
teknologi melalui pengembangan internal maupun eksternal melalui akuisisi
dengan perusahaan lain yang ada pada perusahaan yang sama. Pada sel 2
perusahaan tersebut berada pada industri yang sangat atraktif, tujuannya adalah
untuk meningkatkan profit. Memanfaatkan keuntungan economics of scale dalam
pemasaran maupun produksi merupakan salah satu caranya. Sedangkan pada sel
5, perusahaan berada dalam moderate attractive industri dan strategi yang dapat
diterapkan adalah konsolidasi dengan tujuan untuk menghindari kehilangan
penjualan dan profit.
Diversifikasi konsentris merupakan strategi pada sel 7 pada matriks IE
yang pada umumnya dilakukan pada perusahaan yang memiliki kondisi
competitive position sangat kuat, namum memiliki daya tarik industri yang
rendah. Perusahaan dapat memanfaatkan kekuatannya dengan menciptakan
produk baru secara efisien. Hal ini dikarenakan perusahaan sudah memiliki
kemampuan manufaktur dan pemasaran yang baik.
Perusahaan yang menghadapi competitive position yang tidak begitu kuat
dan memiliki daya tarik industri yang rendah dapat dilakukan strategi diversifikasi
konglomerat apabila perusahaan tersebut melakukan kegiatan bisnis yang tidak
saling berhubungan. Strategi ini terdapat pada sel 8, dimana perusahaan yang
25
memiliki dua faktor tersebut memaksa untuk melakukan usahanya kedalam
perusahaan lain. Namun, apabila perusahaan telah mencapai usaha yang matang,
perusahaan dapat dikatakan hanya memiliki competitive position maka kinerja
perusahaan tersebut akan cenderung menurun. Maka strategi diversifikasi
konglomerat diperlukan karena tekanan pada strategi ini lebih kepada sinergi
financial pada product market synergy.
(Rangkuti, 2016)
Strategi stability terdapat pada sel 7 atau adapat dikatakan sebagai srategi
kombinasi. Strategi kombinasi biasanya silakukan pada perusahaan besar yang
memiliki berbagai macam usaha. Strategi ini dilakukakan karena perusahaan
menghadapi berbagai macam lingkungan dengan percepatan pertumbuhan yang
tidak sama, produk perusahaan berada pada tingkat daur hidup yang berbeda dan
perusahaan memiliki tingkat pertmbuhan divisi yang berbeda. Pada sel 3, 6, dan 9
yang merupakan strategi retrenchment akan berbeda beda penangannya setiap sel.
Sel 3 sendiri merupakan strategi putar balik atau turnaround dimana perusahaan
memiliki prestasi yang kurang baik namun belum mencapai tahap yang sangat
kritis. Upaya pada strategi ini berupa penghapusan produk yang tidak berguna,
pengurangan tenaga kerja, menetapkan outlet distribusi, serta mencari metode lain
agar perusahan lebih efisien. Pada sel 6 meruakan captive company atau
divestment digunakan pada saat perusahaan gagal mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Hal yang dapat dilakkan pada strategi ini adalah dengan meliputi
penjualan bisnis atau pemisahan bagian pruhsaan sehingga berdampak
memperbaiki keadaan keuangan yang dijual ataupun dipisahkan. Dan pada sel 9
perusahaan berada pada kondisi lemah pada kekuatan internal dan lemah pada
daya tarik industri yang akan menyebabkan perusahaan bangkrut atau likuidasi.
Dalam halini perusahaan ditutup serta asset yang dimiliki dijual. Pada strategi ini
memilik banyakk kerugiannya baik pemiik, pemegang saham maupun pekerja
maka strategi ini tidak diinginkan. (Purwanto, 2012)
2.6. Tinjauan Tentang Analisis SWOT (Strenght, Weakness,
Opportunities, dan Threats)
26
Alat SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threats) membantu
menghasilkan ringkasan suatu strategi untuk membangun kekuatan, kelemahan,
kesempatan eksternal dan ancaman perusahaan. kekuatan dan kelemahan dapat
meliputi organisasi tertentu, kemampuan bersaing, atau potensi keunggulan.
Kesempatan dan ancaman biasanya berasal dari lingkungan persaingan eksternal
perusahaan. kekuatan biasanya meliputi faktor-faktor seperti kualitas produk atau
jasa, biaya yang lebih rendah daripada pesaing, proses yang efektif, dan staf yang
terlatih. Sedangkan kelemahan cenderung merupakan faktor internal pada
organisasi seperti ukuran relatif terhadap pesaing, ukuran operasi, banyaknya
pengalaman pada daerah geografis tertentu ketika melihat pasar baru. Lalu
peluang atau kesempatan diambil dari faktor di luar organisasi seperti kesempatan
pasar ekspor yang baru, serta kesulitan yang dihadapi pesaing. Ancaman juga
biasanya bersifat eksternal dan sering berbentuk tindakan pesaing seperti
meluncurkan produk baru yang menyebabkan produk terlihat kuno.
(Burtonshaw-Gunn, 2011)
Analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threats) biasa
digunakan untuk mengevaluasi kesempatan dan tantangan di lingkungan bisnis
maupun pada lingkungan internal perusahaan. Untuk mempermudah dalam
melaksanakan analisis SWOT diperlukannya matriks SWOT. Matriks SWOT
akan mempermudah merumuskan berbagai strategi yang perlu dijalankan dalam
suatu usaha. Matriks SWOT tersebut dibuat dengan cara mengelompokkan
masing-masing problem pada unsure SWOT dalam tabel 2. dibawah ini:`
Tabel 2. Matriks Analisis SWOT
STRENGHT
(S/kekuatan)
Daftar semua kekuatan
yang dimiliki.
WEAKNESS
(W/Kelemahan)
Daftar semua kelemahan
yang dimiliki.
OPPORTUNITIES Strategi SO Strategi WO
27
(O/Peluang)
Daftar semua peluang
yang dimiliki.
Gunakan semua
kekuatan yang dimiliki
untuk memanfaatkan
peluang yang ada.
Atasi semua kelemahan
dengan memanfaatkan
semua peluang yang ada.
TREATS (T/Ancaman)
Daftar semua ancaman
yang dimiliki.
Strategi ST
Gunakan semua
kekuatan untuk
menghindar dari semua
ancaman.
Strategi WT
Tekan semua kelemahan
dan cegah semua
ancaman.
Sumber: Kuncoro&Suharjono (2003)
Pada dasarnya strategi yang diambil harus diarahkan pada usaha-usaha
untuk menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan, memanfaatkan
peluang-peluang bisnis serta mengantisipasi ancaman. Dengan matriks strategi
SWOT tersebut, kemudian dilakukan positioning, untuk mengkur posisi usaha
yang bersangkutan. (Kuncoro,
2005)
2.7. Tinjauan Tentang Analisis QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix)
Teknik QSPM atau quantitative strategic planning matrix dirancang untuk
menentukan kemenarikan (relative attractiveness) dan mengevaluasi pilihan-
pilihan strategi yang dapat dilaksanakan secara objektif, berdasarkan faktor-faktor
sukses internal dan eksternal yang telah diidentifikasi pada internal factor
evaluation (IFE) dan external factor evaluation (EFE). Maka matriks QSPM atau
quantitative strategic planning matrix merupakan matirks tahap akhir dari
kerangka kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini secara jelas menunjukkan
strategi yang paling baik untuk dipilih.
(Purwanto, 2012)
III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Mengangkat isu mengenai inovasi dalam bidang pertanian khususnya pada
tanaman hortikultura yaitu tanaman hias menjadi dasar permasalahan pada
penelitian ini. Inovasi merupakan rangkaian proses kreativitas untuk menyiptakan
kebaruan atas suatu nilai ekonomi (Marceau, 2011). Inovasi dapat diterapkan
diberbagai hal salah satunya pada bidang pertanian yang diharapkan dari berbagai
inovasi yang diciptakan akan mempermudah manusia dalam melakukan berbagai
macam hal. Perbaruan yang diciptakan dapat berangkat dari berbagai macam
permasalahan yang terjadi.
Munculnya inovasi ini dikembangkan pertama kali oleh negara Jepang lalu
dikembang di Indonesia oleh usaha Planter Craft. Inovasi ini adalah kokedama
yang berupa media tanam untuk tanaman hias sukulen dan kaktus. Kokedama
memiliki daya tarik tersendiri dikarenakan terbilang sebagai produk yang unik dan
dapat menjadi penghias dalam ruangan. Produk kokedama yang ditawarkan dapat
disebut boneka lumut.
Pemasaran yang dilakukan oleh Planter Craft Bandung melalui jejaring
internet dengan memanfaatkan sosial media dan media televisi sebagai media
promosi. Terciptanya produk boneka lumut yang dapat dikatakan sebagai inovasi
baru dibidang pertanian sehingga menyebabkan terciptanya persaingan. Dengan
adanya persaingan tersebut perusahaan memerlukan beberapa strategi agar
usahanya tetap berdiri dan memiliki konsumen yang loyal. Dalam hal persaingan
pun menyebabkan perusahaan mengalami beberapa kali penurunan penjulan.
Dalam mengatasi penurunan pada penjualan, maka perusahaan Planter Craft
Bandung berusaha untuk meningkatkan volume penjualannya.
Upaya untuk meningkatkan volume penjualan boneka lumut
diperlukannya penyusunan strategi pemasaran yang tepat. Hal mendasar pada
perencanaan strategi pemasaran adalah analisis lingkungan internal maupun
eksternal perusahaan. Faktor internal dalam perusahaan sendiri merupakan
manajemen produksi, operasi pemasaran dan distribusi, organisasi sumber daya
manusia, keuangan dan akutansi. Hal ini termasuk didalamnya adalah bauran
pemasaran yaitu mengenai produk, harga, distribusi maupun promosi yang
29
dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan Faktor eksternal pada perusahaan
merupakan lingkungan ekonomi, demografi, pemasok, konsumen, dan teknologi.
Setelah mendata faktor internal dan eksternal perusahaan lalu dianalisis
menggunakan IFE dan EFE. Menganalisis faktor internal melalui IFAS untuk
mengetahui faktor-faktor internal yang terdapat dalam perusahaan yang berupa
kekuatan dan kelemahan. Sedangkan dalam menganalisis faktor eksternal melalui
EFAS untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang terdapat pada perusahaan
yang berupa peluang serta ancaman. Analisis yang didapatkan akan berupa sebuah
alternatif strategi yang selanjunya analisis dilanjutkan dengan pembuatan matriks
IE.
Matriks IE bertujuan untuk perusahaan mencapai pertumbuhan baik
dalam penjualan, aset, keuntungan maupun kombinasi dari ketiganya. Selanjutnya
adalah menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki
perusahan dalam bentuk matrik SWOT. Fungsi dari analisis ini adalah untuk
mengetahui dan dapat memanfaatkan faktor peluang dan kekuatan sehingga dapat
meminimalisasikan faktor kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh
perusahaan. Analisis SWOT akan membentuk beberapa formula strategi yang
nanatinya akan menjadi beberapa strategi.
Program strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh perusahaan akan
dikaitkan pada bauran pemasan yang diantaranya adalah harga, promosi, produk,
dan saluran distribusi dengan volume penjualan. Dari strategi yang sudah
diterapkan oleh perusahaan nantinya akan dianalisis melalui matriks QSPM atau
quantitative strategic planning matrix untuk mengetahui strategi yang akan
diterapkan oleh perusahaan. Dengan melalui beberapa analisis untuk mendapatkan
strategi altrnatif yang paling sesuai dengan dikaitkannya program strategi dengan
bauran pemasaran dapat meningkatkan volume penjualan sehingga dampak yang
diberikan untuk perusahan adalah meningkatkan pendapatan perusahaan.
Kerangka pemikiran akan menjawab permasalahan dalam penelitian maka
secara skematis yang disajikan dalam gambar dibawah ini:
30
Gambar 3. Diagram Kerangka Berpikir
31
3.2. Hipotesis
Pada penelitian ini dapat dibangun sebuah hipotesis melalui dasar tujuan
penelitian dan kerangka berpikir sebagai berikut:
Strategi pemasaran dengan memanfaatkan bauran pemasaran yaitu produk,
promosi, distribusi, dan harga secara efektif akan mendapatkan volume penjualan
secara maksimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.
3.3. Batasan Masalah
Pada penelitian ini adapun batasan-batasan permasalahan sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan pada Planter Craft Bandung hanya produk
boneka lumut.
2. Penelitian akan menganalisis mengenai strategi pemasaran yang dilakukan
oleh perusahaan dengan merujuk pada bauran pemasaran dan faktor
lingkungan internal serta faktor lingkungan eksternal
3. Komoditas yang diangkat dalam penelitian merupakan sukulen dan kaktus.
4. Data penjualan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data penjualan
pada bulan Mei 2016 hingga April 2017.
5. Responden pada penelitian ini adalah konsumen yang pernah membeli
boneka lumut.
3.4. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdapat definisi operasional dan pengukuran variabel seperti
berikut:
1. Produk boneka lumut dengan mengguakan tanaman hias jenis sukulen dan
kaktus
2. Tanaman hias merupakan salah satu cabang dari tanaman hortikultura
yang dapat digunakan sebagai penghias ruangan maupun taman.
3. Kokedama merupakan sebuah media tanam dengan komposisi tanah,
cocopeat dan lumut yang berbentuk bola dan diikat dengan benang.
4. Produksi adalah proses pembuatan boneka lumut yang dihasilkan oleh
Planter Craft Bandung dalam kurun waktu satu tahun yaitu pada bulan
Oktober 2015 hingga Oktober 2016.
32
5. Produk adalah barang yang dihasilkan oleh Planter Craft Bandung untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
6. Harga adalah satuan tetapan yang berguna dalam pertukaran nilai yang
telah ditetapkan oleh perusahaan Planter Craft Bandung pada produk
Boneka lumut.
7. Distribusi adalah suatu proses untuk menyampaikan produk Boneka lumut
ketangan konsumen atau pembeli.
8. Promosi merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk Boneka
lumut ke masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan serta
diakukan oleh Planter Craft Bandung.
9. Lingkungan internal adalah kondisi disekitar yang langsung berkaitan
dengan perusahaan Planter Craft Bandung yang melingkupi faktor
manajemen produksi, manajemen pemasaran, distribusi, sumber daya
manusia, serta keuangan.
10. Pemasaran adalah sebuah proses pertukaran nilai dari sebuah penciptaan
sebuah produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
11. Sumber daya manusia merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah
proses bisnis di dalam perusahaan Planter Craft Bandung yang berada
dalam satu visi dan misi yang sama dengan perusahaan.
12. Keuangan adalah suatu kegiatan manajerial pendanaan dalam perusahaan
Planter Craft Bandung
13. Lingkungan eksternal adalah kondisi disekitar yang berada diluar
perusahaan Planter Craft Bandung yang melingkupi faktor lingkungan
ekonomi, demografi, alam, dan teknologi.
14. Lingkungan ekonomi adalah kondisi perekonomian yang sedang dialami
oleh perusahaan Planter Craft Bandung.
15. Demografi adalah komposisi penduduk yang memperngaruhi strategi
perusahaan Planter Craft Bandung.
16. Alam adalah kondisi lingungan sekitar yang berhubungan dengan
wawasan iklim dan ekologis.
17. Teknologi adalah sarana maupun prasarana yang menunjang kebutuhan
serta mempermudah kegiatan bisnis perusahaan Planter Craft Bandung .
33
18. Kekuatan merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan Planter Craft
Bandung yang dapat memberikan keunggulan kompetitif di pasar.
19. Kelemahan merupakan kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan Planter
Craft Bandung. Kekurangan yang dimiliki perusahaan dapat menjadi
hambatan bagi perusahaan.
20. Peluang merupakan situasi mendukung serta memberikan kesempatan
pada Planter Craft Bandung di dalam usahanya.
21. Ancaman merupakan situasi yang dapat menjadi penghambat Planter Craft
Bandung di dalam usahanya.
22. Program strategi pemasaran adalah penetapan strategi yang diterapkan
oleh Planter Craft Bandung dengan menggunakan dasar kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman dalam mencapainya.
23. Matriks IFE atau internal factor evaluation bertujuan untuk menganalisis
lingkungan internal perusahaan Planter Craft Bandung dengan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
24. Matriks EFE atau external factor evaluation bertujuan untuk menganalisis
lingkungan eksernal peusahaan Planter Craft Bandung dengan
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi.
25. Matriks IE atau matriks interal eksternal merupakan matriks yang
menunjukan parameter untuk menunjukkan pertumbuhan perusahaan
dengan melihat pengaruh lingkungan interal dan lingkungan eksternal
perusahaan Planter Craft Bandung. Pada matriks IE terdapat dua sumbu
yaitu sumbu horizontal dan sumbu vertikal, sumbu horizontal merupakan
total skor untuk IFE dan sumbu vertikal merupakan total skor untuk EFE.
26. Matriks SWOT atau strengths, weakness, opportunities, threats adalah alat
analisis untuk menyusun segala macam strategi dengan didasari faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terdapat pada produk
boneka lumut pada perusahaan Planter Craft Bandung.
27. AS atau atteactiveness score adalah sebuah nilai yang menunjukkan
ketertarikan dari masing-masing strategi yang sudah dipilih.
28. TAS atau total atteactiveness score adalah sebuah akumulasi nilai yang
menunjukkan ketertarikan dari masing-masing strategi.
34
29. Matriks QSPM atau quantitative strategy planning method merupakan
matriks dengan menganalisis kuantitatif strategi-strategi yang terlah
diterapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan ketertarikan dari
masing-masing strategi untuk mendapatkan strategi yang utama.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan pada penelitian ini mengguakan pendekatan campuran atau
mix method yaitu dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Analisis kualitatif deskriptif digunakan dalam menganalisis lingkungan pada
perusahaan Planer Craft Bandung. Data kualitatif yang diperoleh pada penelitian
ini dianalisis terlebih dahulu melalui hasil wawancara dengan key informant yang
telah ditentukan. Hal ini digunakan agar dapat mengetahui faktor-faktor yang
dihadapi oleh perusahaan seperti kekuatan (strengths), kelemahan (weakness),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Dan analisis kuantitatif statistik
deskriptif dengan mengunakan dalam perhitungan untuk matriks IFE, matriks
EFE, matriks SWOT, dan matriks QSPM. Data analisis kuantitatif lainnya
didapatkan melalui data penjualan perusahaan pada waktu Mei 2016 hingga April
2017.
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan bertempatan pada UMKM Planter Craft Bandung.
Dengan menggunakan metode purposive pada pemilihan lokasi penelitian
mengacu pada tujuan penelitian. Lokasi penelitian bertempatan pada kota
Bandung, pemilihan ini dikarenakan Bandung merupakan salah satu sentra
produksi penghasil tanamanan hortikultura utama di Indonesia. UMKM Planter
Craft dipilih sebagai objek penelitian dikarenakan perusahaan tersebut
membudidayakan dan memasarkan tanaman sukulen dengan menggunakan
kokedama. Produk yang ditawarkan oleh perusahaan merupakan produk inovasi
dalam bentuk media tanam untuk tanaman hias yang diberi nama boneka lumut.
Pada penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli tahun 2017.
4.3. Metode Penentuan Sample
Penentuan responden pada penelitian ini adalah pengelola perusahaan dan
konsumen. Pengelola perusahan sebagai key informant adalah direktur
perusahaan, manajer keuangan, manajer produksi dan pemasaran, dan manajer
publikasi dan pengembangan sebagai informan yang diharapkan dapat
memberikan kondisi lingkungan internal maupun eksteral perusahaan. Sedangkan
37
responden konsumen ditentukan dengan menggunakan accidental sampling
dimana merupakan teknik pengambilan sampling secara non probability karena
konsumen yang dijadikan responden adalah konsumen yang berinteraksi langsung
dengan perusahaan untuk membeli produk. Penelitian dikatakan layak apabila
ukuran sampel panelitian berjumlah diantara 30 hingga 500 (Sugiyono, 2016).
Maka jumlah sampel konsumen yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah
sebanyak 30 sampel. Kreteria yang ditentukan sebagai sampel adalah konsumen
yang pernah membeli produk boneka lumut perusahaan Planter Craft.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian menggunakan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan
dalam memenuhi tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Wawancara
Teknik wawancara bertujuan untuk mendalami suatu kejadian dan
atau kejadian pada subjek penelitian. Wawancara pada dasarnya
merupakan percakapan, namun percakapan yang dilakukan memiliki
tujuan (Suharsaputra, 2012). Wawancara yang dilakukan pada penelitian
ini menggunakan kuisioner dengan pertanyaan terbuka dengan informan
yang telah dipilih terlebih dahulu. Pada penelitian ini wawancara
dilakukan kepada direktur, manajer keuangan, manajer produksi dan
pemasaran, dan manajer publikasi dan pengembangan. Wawancara
dilakukan bertujuan untuk menggali informasi strategi pemasaran pada
produk boneka lumut perusahaan Planter Craft.
Wawancara pada penelitian ini menggunakan kuisioner dengan
pertanyaan terbuka untuk menggali informasi sebagai pengumpulan data.
Bentuk wawancara dengan memeberikan daftar pertanyaan atau peryataan
tertulis untuk dijawab oleh sampel penelitian. Kuisioner dengan
pertanyaan terbuka yang diajukan pada sampel yaitu direktur, manajer
keuangan, manajer produksi dan pemasaran, dan manajer publikasi dan
pengembangan tersaji pada lampiran1. Dan kuisioner dengan pertanyaan
tertutup diajukan kepada konsumen tersaji pada lampiran 2. sebagai acuan
penentu variabel strategi pemasaran.
38
2. Observasi
Observasi memiliki berbagai teknik dalam pengupulan data dan
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan kuisioner (Sugiyono, 2016). Observasi tidak hanya
terbatas pada orang seperti wawancara dan kuisioner yang selalu
berkomunikasi dengan orang namun juga terhadap objek-objek alam yang
lain. Pada penelitian ini observasi yang dilakukan dengan melalui
pengamatan langsung terhadap kegiatan pemasaran produk Planter Craft.
Jenis obervasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah obsevervasi non-
partisipan, dikarenakan peneliti tidak langsung terlibat dengan proses
pemasarannya.
3. Dokumentasi
Teknik ini yang diperoleh melalui kumpulan data yang dimiliki
melalui literatur ataupun studi pustaka terkait dengan kajian. Literatur
ataupun studi pustaka dapat diperoleh melalui internet, skripsi, jurnal,
buku, laporan. Data tersebut didapatkan melalui studi pustaka, data
internal perusahaan, buku teks, artikel, Badan Pusat Statistik, dan data-
data lainnya dari beberpa instansi seperti Direktorat Jendal Tanaman Hias,
Direktorat Jendral Holtikultura.
39
4.5. Metode Analisis Data
Berdasarkan pada tujuan pertama pada penelitian ini untuk menganalisis
macam-macam strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh perusahan serta
kaitannya dengan upaya peningkatan volume penjualan pada lokasi penelitian.
Langkah yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dengan cara
menidentifikasikan strategi pemasaran pada bauran pemasaran yang terdiri dari
produk, harga, promosi, serta distribusi yang telah diterapkan oleh perusahaan.
Selanjutnya adalah dengan membandingkan data hasil penjualan dengan masing-
masing strategi yang telah dilakukan pada lokasi penelitian. Setelah
membandingkan maka akan diperoleh data mengenai salah satu strategi mana
dengan pendapatan yang paling tinggi. Adapun metode analisis yang digunakan
sebagai berikut:
1. Analisis Faktor Internal (IFE) dan Faktor Eksternal (EFE)
Pada tahapan menganalisis faktor internal dan eksternal ini dilakukan kegiatan
pengumpulan data, pengklasifikasian dan pra analisis. Data yang butuhkan pada
tahapan ini berupa data ekternal dan data internal yang dimiliki perusahaan. Data
eksternal perusahaan dapat diperoleh melalui peluang (opportunities) dan
ancaman (threats) yang ada dalam lokasi penilitian. Sedangkan data internal
perusahaan dapat diperoleh melalui kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weakness). Melakukan analisis EFE dan IFE dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi Faktor Internal Perusahaan
Tahapan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengidentifikasi
faktor-faktor internal, yaitu dengan menuliskan kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki oleh perusahaan.
b. Menentukan Bobot Terhadap Setiap Variabel
Penentuan bobot terhadap setiap variabel pada analisa internal perusahaan
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak perusahaan
yaitu pihal manajemen atau ahli strategi dengan menggunakan paired
comparison (perbandingan berpasangan). Metode tersebut digunakan
untuk memberikan penilaian teradap bobot setiap faktor penentu internal.
40
Penentuan bobot setiap faktor penentu menggunakan perbandingan antara
kedua faktor dan responden diminta untuk memilih salah satu yang
berkaitan dengan teliti.
Tabel 3. Skala Perbandingan Pasangan IFE
Faktor
Strategis
Internal
A B C ….. Total Bobot
A
B
C
…..
Total
Sumber: Kinnear dan James (1998)
setelah responden membandingkan lalu melakukan perhitungan total
disetiap faktor internal yang dimiliki. Untuk mendapatkan jumlah bobot
setiap faktor dilakukan perhitungan dengan total perfaktor dibagi dengan
total keseluruhan faktor. Total bobot yang didapatkan harus berjumlah 1
dari keseluruhan faktor kekuatan dan kelemahan.
c. Menentukan Peringkat
Menentukan peringkat (rating) pada faktor strategis internal pada kolom 3
mengacu pada kondisi setiap faktor. Skala yang diberikan pada peringkat
ini adalah 1 hingga 4 dengan ketentuan sebagai berikut:
1= Memiliki kekuatan yang sangat kecil atau kelemahan yang sangat
besar
2= Memiliki kekuatan yang kecil atau kelemahan yang besar
3= Memiliki kekuatan yang besar atau kelemahan yang kecil
4= Memiliki kekuatan yang sangat besar atau kelemahan yang sangat
kecil
d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot
e. Skor yang diperoleh, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan total skor
terbobot
41
Total skor terbobot berada antara nilai 1 hingga 4. Apabila total skor
analisa internal didapatkan adalah 1,00 hingga 1,99 maka menggambarkan
situasi internal perusahaan yang sangat buruk atau perusahaan merespon
lemah kondisi internal. Sedangkan apabila total skor 2,00-2,99 maka
menggambarkan situasi internal perusahaan yang rata-rata. Dan apabila
total skor adalah 3,00-4,00 maka situasi internal perusahaan berada pada
tingkat di atas rata-rata atau perusahaan merespon kuat kondisi internal.
2. Analisis Faktor Eksternal (EFE)
a. Mengidentifikasi faktor eksternal perusahaan
Tahapan pertama yang perlu dilakukan adalah dengan mengidentifikasi
faktor-faktor eksternal, yaitu dengan menuliskan peluang dan ancaman
yang dimiliki oleh perusahaan.
b. Menentukan bobot terhadap setiap variabel
Penentuan bobot terhadap setiap variabel pada analisa eksternal
perusahaan dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pihak
perusahaan yaitu pihal manajemen atau ahli strategi dengan enggunakan
paired comparison (perbandingan berpasangan). Metode tersebut
digunakan untuk memberikan penilaian teradap bobot setiap faktor
penentu eksternal. Penentuan bobot setiap faktor penentu menggunakan
perbandingan antara kedua faktor dan responden diminta untuk memilih
salah satu yang berkaitan dengan teliti.
Tabel 4. Skala Perbandingan Pasangan EFE
Faktor
Strategis
Internal
A B C ….. Total Bobot
A
B
C
…..
Total
Sumber: Kinnear dan James (1998)
42
setelah responden membandingkan lalu melakukan perhitungan total
disetiap faktor eksternal yang dimiliki. Untuk mendapatkan jumlah bobot
setiap faktor dilakukan perhitungan dengan total perfaktor dibagi dengan
total keseluruhan faktor. Total bobot yang didapatkan harus berjumlah 1
dari keseluruhan faktor peluang dan ancaman.
c. Menentukan Peringkat
Menentukan peringkat (rating) pada faktor strategis internal pada kolom 3
mengacu pada kondisi setiap faktor. Skala yang diberikan pada peringkat
ini adalah 1 hingga 4 dengan ketentuan sebagai berikut:
1= Memiliki peluang yang sangat kecil atau ancaman yang sangat
besar
2= Memiliki peluang yang kecil atau ancaman yang besar
3= Memiliki peluang yang besar atau ancaman yang kecil
4= Memiliki peluang yang sangat besar atau ancaman yang sangat
kecil
d. Mengalikan bobot dengan peringkat untuk mendapatkan skor terbobot
e. Skor yang diperoleh, kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan total skor
terbobot
Total skor terbobot berada antara nilai 1 hingga 4. Apabila total skor
analisa internal didapatkan adalah 1,00 hingga 1,99 maka perusahaan tidak
mampu memanfaatkan peluang untuk mengindari ancaman atau
perusahaan merespon lemah kondisi eksternal. Sedangkan apabila total
skor 2,00-2,99 maka menggambarkan situasi eksternal perusahaan yang
rata-rata. Dan apabila total skor adalah 3,00-4,00 maka perusahaan dapat
memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman atau perusahaan
merespon kuat kondisi eksternal.
3. Matriks IE
Matriks IE merupakan parameter yang digunakan dengan tujuan
untuk memperoleh startegi bisnis yang lebih detail. Parameter yang
digunakan dalam matriks ini adalah parameter kekuatan internal
perusahaan (IFAS) dan pengaruh eksternal yang dihadapi (EFAS). Dalam
pengukurannya menggunakan total dari analisis IFAS dan analisis EFAS.
43
Untuk menentukan dimana letak strategi tersebut digunakan tiga
pembagian yaitu kuat, rata-rata dan lemah. Kategori kuat apabila total
analisis IFAS maupun EFAS memiliki skor 3,0 hingga 4,0. Apabila total
analisis IFAS maupun EFAS mendapati skor 2,0 hingga 2,99 maka
termasuk dalam kategori rata-rata. Dan kategori lemah apabila total
analisis IFAS maupun EFAS memiliki total skor 1,0 hingga 1,99. Matriks
IE menjelaskan dalam tabel seperti berikut:
Tabel 5. Matriks IE
Sumber: Freddy Rangkuti, 2016
(Rangkuti,2016)
4. Matriks SWOT
Tahapan yang dilakukan untuk membuat matriks SWOT (strengths,
weakness, opportunities,dan threats) adalah dengan menggunakan external
factor evaluation (EFE) dan internal factor evaluation (IFE). Hal ini
digunakan untuk membantu memberikan gambaran keunggulan mengenai
kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang di hadapi oleh
perusahaan. adapun langkah-langkah dalam membuat matriks SWOT
sebagai berikut:
a. Mendaftarkan mengenai faktor peluang dan ancaman signifikan
eksternal perusahaan.
b. Mendaftarkan mengenai faktor kekuatan dan kelemahan signifikan
internal perusahaan.
c. Mencocokan kekuatan-kekuatan internal dan peluang-peluang
eksternal perusahaan pada sel SO strategi.
44
d. Mencocokan kelemahan-kelemahan internal dan peluang-peluang
eksternal perusahaan pada sel WO strategi.
e. Mencocokan kekuatan-kekuatan internal dan ancaman-ancaman
eksternal perusahaan pada sel ST strategi.
f. Mencocokan kelemahan-kelemahan internal dan ancaman-ancaman
eksternal perusahaan pada sel WT strategi. (Purwanto,
2012)
5. Tahap Pengambilan Keputusan
Tahap pengambilan keputusan merupakan tahapan terakhir pada
kerangka kerja analisis formula startegi. Pada tahapan ini menggunakan
metode matriks QSPM atau quantitative strategic planning matrix yang
dapat menunjukkan strategi alternatif terbaik untuk dipilih. Berikut adalah
tahapan untuk merumuskan matriks QSPM atau quantitative strategic
planning matrix:
Tabel 6. Tabel The Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
N
o
Faktor
Sukses
Kritis
Alternatif Strategi
Ratin
g
Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3
AS TAS AS TAS AS TAS
Opportunity (Peluang)
1. Indikato
r
(1-4) O1S1
(1-4)
Ratin
g x
AS
O1S2
(1-4)
Ratin
g x
AS
O1S3
(1-4)
Ratin
g x
AS
Threats (Ancaman)
1. Indikato
r
(1-4) T1S1
(1-4)
Ratin
g x
AS
T1S2
(1-4)
Ratin
g x
AS
T1S3
(1-4)
Ratin
g x
AS
45
Strengths (Kekuatan)
1. Indikato
r
(1-4) S1S1
(1-4)
Ratin
g x
AS
S1S2
(1-4)
Ratin
g x
AS
S1S3
(1-4)
Ratin
g x
AS
Weakness (Kelemahan)
1. Indikato
r
(1-4) W1S
1 (1-
4)
Ratin
g x
AS
W1S
2 (1-
4)
Ratin
g x
AS
W1S
3 (1-
4)
Ratin
g x
AS
Jumlah
Sumber: Iwan Purwanto, 2012
A. Membuat daftar kekuatan dan kelemahan perusahaan (internal factor)
serta peluang dan ancaman (external factor) yang langsung diambil
dari matriks IFE dan EFE.
B. Memberikan nilai rating (bobot kemenarikan yang diterima) masing-
masing faktor internal dan faktor eksternal diatas, sesuai yang terdapat
dalam matriks IFE dan EFE.
C. Menetapkan attractiveness score (AS), yaitu sebuah angka yang
menunjukkan relative attractiveness untuk masing masing strategi
yang dipilih. Attractiveness score ditetapkan dengan cara meneliti
masing masing internal dan external critical success factor. Tentukan
bagaimana peran faktor-faktor internal dan eksternal dalam proses
pemilihan strategi alternatif yang dipilih pada analisis matriks tertentu.
D. Nilai attractiveness score (AS) harus ada pada masing-masing strategi
untuk menunjukan relative attractiveness dari satu strategi ke strategi
lainnya dengan batasan nilai 1 untuk kategori tidak menarik, 2 untuk
kategori agak menarik, 3 untuk kategori secara logis menarik dan 4
untuk kategori sangat menarik.
E. Hitunglah total attractiveness score (TAS) dengan cara mengalikan
rating dan attractiveness score. Total attractiveness score
menunjukkan relative attractiveness dari masing-masing alternatif
strateginya.
46
F. Kemudian adalah menjumlahkan semua total attractiveness score
(TAS) pada masing-masing kolong QSPM. Nilai QSPM yang tersebar
menunjukkan bahwa alternatif itu menjadi pilihan strategi utama dan
nilai total attractiveness score terkecil menunjukkan bahwa alternatif
strategi yang menjadi pilihan terakhir.
(Purwanto, 2012)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum
5.1.1. Profil Perusahaan
Planter Craft merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam industri
pertanian kreatif sejak awal tahun 2015. Unik dan kreatif merupakan ciri khas
dari produk yang ditawarkan oleh Planter Craft. Produk yang ditawarkan oleh
Planter Craft adalah boneka lumut yang terbuat dari lumut dengan menggunakan
tanaman hias sukulen, tanaman hias anggrek, dekorasi dinding, dekorasi
panggung serta artwork. Bahan-bahan dalam pembuatan produknya dengan
menggunakan bahan yang ramah lingkungan sehingga menciptakan produk yang
ramah lingkungan. Inspirasi serta ide awal dibangunnya bisnis oleh Planter Craft
bermula ketika pemilik usaha melihat banyaknya potensi tanaman hias di
Indonesia dibandingkan negara lainnya.
Boneka lumut dapat dijadikan tanaman hias dengan menggunakan banyak
ruang untuk menyimpannya. Hal ini dikarenakan bentuk dari boneka lumut yang
tidak terlalu besar. Dalam hal pemeliharaan tanaman boneka lumut ini tidak ada
cara khusus untuk merawatnya. Hanya saja, hal yang membedakan dalam
pemeliharaannya yang cenderung lebih mudah dibandingkan dalam merawat
tanaman lainnya. Boneka lumut cukup direndam didalam air selama tiga menit
dan hanya dilakukan seminggu sekali.
Bahan-bahan yang digunakan dalam produksi produk yang diciptakan oleh
Planter Craft berasal dari tumbuhan lumut, limbah serbuk kayu, dan limbah sabut
kelapa. Material yang digunakan tersebut dicampurkan dengan menggunakan
tanah liat dan tanaman lumut untuk sebagai pelapis boneka lumut untuk dijadikan
berbentuk budar menerupai bola sebagai dasar dari boneka lumut. Setelah bola
sebagai dasar boneka lumut langkah selanjutnya bola tersebut dikolaborasikan
dengan beberapa tanaman hias seperti tanaman sukulen, kembang goyang, kaktus,
anggrek dan bonsai. Kemudian untuk beberapa jenis boneka, digunakan tatakan
kayuyang diperoleh dari material limbah kayu. Tumbuhan lumut yang digunakan
dalam membuat boneka lumut Planter Craft adalah tumbuhan lumut yang
47
memiliki kelembaban yang tinggi. Aksesori lebah atau bunga digunakan untuk
mata, hidung, telinga, dan mulut boneka. Sementara bagian lengan dan kaki
boneka digunakan bahan dari kabel untuk mendapatkan sentuhan boneka.
Lokasi Planter Craft terdapat pada Jalan Sukagalih No.58, Kelurahan
Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Planter Craft memilki kerjasama
dengan sebuah panti asuhan untuk memantu dalam bidang produksi. Adapun
beberapa prestasi yang telah diraih oleh Planter Craft seperti memenangkan
Wirausaha Muda Mandiri pada tahun 2015 kategori industri kreatif yang diadakan
oleh PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. Pengusaha juga memiliki keinginan
memperkenalkan Planter Craft ke seluruh dunia bahwa Indonesia memiliki
perusahaan ramah lingkungan seperti yang sedang dijalankan sekarang.
5.1.2. Visi dan Misi Planter Craft
1. Visi Planter Craft
Menjadi perusahaan florikultur terdepan di Asia Tenggara, di Indonesia
pada tahun 2025.
2. Misi Planter Craft
a. Mengkampanyekan gaya hidup atau green living di Indonesia, ini juga
merupakan salah satu bentuk kepedulian kami terhadap pemanasan global.
b. Menciptakan produk-produk kreatif yang dicintai pasar.
c. Memberikan wadah untuk petani dan meningkatkan taraf hidup.
d. Membuka lapangan pekerjaan baru lagi.
48
5.1.3. Sejarah Planter Craft
Planter Craft berdiri pada awal tahun 2015 dan pada saat itu pendiri
Planter Craft masih dalam masa perkuliahan di Universitas Padjajaran, Bandung.
Produk boneka lumut ditemukan dengan keinginan pendiri untuk memulai sebuah
usaha. Pada awal mula usaha dengan memasarkan tanaman hias hanya hari
minggu saat car free day (CFD). Dikarenakan peminat tanaman hias tidak terlalu
banyak, pendiri Planter Craft akhirnya melakukan inovasi.
Ide inovasi muncul dikarenakan melihat banyaknya lumut yang dibuang
dan dijadikan limbah. Limbah lumut tersebut dirasa dapat dijadikan potensi untuk
di budidayakan. Kokedama dijadikan solusi sebagai dasar inovasi boneka lumut.
Media tanam kokedama merupakan salah satu seni bonsai (tanaman mini) dari
Jepang dengan menggunakan media tanam bola lumut. Media perakaran seperti
tanah dan pupuk komos dibuat seperti bola lalu dilapisi dengan tanaman lumut
agar menjaga kelembaban tanah. Tanaman yang digunakan pada media tanaman
kokedama yang diciptakan oleh Planter Craft beragam mulai dari tanaman hias
sukulen, anggrek, hingga tanaman kayu. Perusahaan Planter Craft inovasi tanaman
hias dengan memanfaatkan media lumut dapat diasa memiliki daya tarik
tersendiri.
Boneka lumut dengan menggunakan tanaman hias sukulen langsung di
promosikan dengan menggunakan media sosial instagram. Hal tersebut dirasa
Planter Craft karena inovasi tersebut belum ditemukan di Indonesia. Beberapa saat
setelah melakukan promosi melalui media sosial dan saat itu media elektronik
seperti stasiun televisi tertarik untuk meliput. Saat ini Planter Craft dengan produk
boneka lumut ini sudah diliput berbagai media elektronik hingga media cetak.
Pemasaran yang dilakukan melalui dua cara yaitu online dan offline.
Pemasaran online melalui media sosial (instagram dan facebook) dan website
untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Sedangkan pemasaran dengan cara
offline lebih mengedepankan kegiatan-kegiatan bazzar, pameran yang diadakan
oleh komunitas dan mendirikan toko resmi di beberapa pusat pembelanjaan.
Dampak dari promosi yang dilakukan oleh berbagai media memjadikan penjualan
boneka lumut semakin bertambah.
49
Inovasi boneka lumut tidak hanya sebagai tanaman hias namun sebagai
tanaman dekorasi hingga souvenir. Produk-produk yang diciptakan oleh Planter
Craft diikuti berbagai kompetisi-kompetisi. Kompetisi yang beragam dari tingkat
nasional hingga internasional menjadikan produk Planer Craft boneka lumut
dapat dinilai unik dengan diitandai oleh kemenangan yang berhasil diraih. Boneka
lumut inipun diapresiasi oleh Universitas Padjajaran melalui bentuk hak cipta
produk. Pada saat ini pemasaran produk Planter Craft sudah seluruh Indonesia dan
Internasional seperti Korea Selatan.
5.1.4. Struktur Organisasi Planter Craft
Gambar 4. Struktur Organisasi Planter Craft
Sumber: Planter Craft (2016)
Fungsi masing-masing struktur organisasi perusahaan:
1. Direktur: Bertanggung jawab dalam memimpn dan menjalankan perusahaan
serta memiliki kewenangan dalam menentukan peraturan yang ada di dalam
perushaan.
2. Produksi: Melakukan produksi produk Planter Craft.
3. Manajer Publikasi dan Pengembangan: Melakukan publikasi event yang
diadakan dan mengembangkan produk Planter Craft.
4. Manajer Pasca Produksi dan Pemasaran: Melakukan control kualitas produk
dan bertanggung jawab dalam memasarkan produk Planter Craft.
5. Manajer Keuangan: Bertanggung jawab terhadap rekapitulasi kas perusahaan.
50
5.2. Hasil dan Pembahasan
5.2.1. Analisis Strategi Pemasaran yang Diterapkan
Planter Craft sebagai perusahaan yang memberikan sebuah inovasi dalam
bidang tanaman hias dengan berupa salah satu produknya adalah boneka lumut.
Memasarkan produk boneka lumut Planter Craft telah menggunakan berbagai
macam strategi. Strategi pemasaran yang dilakukan ini dapat diharapkan untuk
meningkatkan penjualan produknya serta pendapatan perusahaan. Penerapan
dalam strategi pemasaran perusahaan menerapkan bauran pemasaran yang
diantaranya adalah produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi
(promotion). Berikut adalah bauran pemasaran yang telah dilakukan oleh
perusahaan Planter Craft:
1. Produk (Product)
Produk yang dihasilkan oleh Planter Craft diantaranya adalah boneka
lumut, M&HC (Moss and Handy Craft) kit, kokedama anggrek dan berbagai
tanaman lainnya. Produk tersebut dihasilkan dengan bahan bahan baku
diantaranya adalah tanah liat, kerikil, serabut kelapa dan lumut. Sedangkan
tanaman hias yang dipilih untuk boneka lumut berasal dari tanaman sukulen. Hasil
dari produk ini digunakan sebagai media tanam tanaman hias yang dinamakan
kokedama. Kokedama yang berasal dari Jepang ini diadaptasi oleh Planter Craft
menjadi sebuah inovasi untuk tanaman hias. Berikut adalah produk boneka lumut
Planter Craft.
Boneka lumut sebagai salah satu produk Planter Craft merupakan produk
inovasi pertama di Indonesia yang diyakini akan menjadi market leader dalam
bidang lumut di Indonesia. Nilai seni yang terdapat pada boneka lumut ini
menjadikan keunikan sebagai keunggulan. Keunikan yang dimiliki boneka lumut
akan memuculkan pesaing-pesaing baru disekitar perusahaan. Hal ini dikarenakan
oleh mudahnya bahan baku yang didapat dan proses produki pembuatan boneka
lumut.
Pengembagan produk boneka lumut dapat berupa pembuatan dekorasi
stand. Salah satu dekorasi stand yang telah diaplikasikan oleh Planter Craft adalah
dekorasi stand Sinarmas Land. Selain dari dekorasi stand adapun pengembangan
boneka lumut sebagai cindera mata pada acara tertentu. Pengembangan produk
51
boneka lumut oleh Planter Craft masih akan dikembangkan sesuai dengan
permintaan konsumen.
2. Distribusi (Place)
Ketersediaan bahan baku yang didapati oleh Planter Craft melalui petani
yang sudah menjadi pemasok tetap. Petani lumut ini didapati dikawasan Lembang
dan pemasok tanaman hias terdapat pada wilayah Desa Cihideung, Kecamatan
Parongpong. Bahan baku yang diperoleh dari pemasok selalu memenuhi
permintaan yang diminta oleh Planter Craft. Maka dari itu, perusahaan tidak
pernah mendapati adanya kekurangan ataupun kelangkaan bahan baku.
Distribusi yang dilakukan oleh Planter Craft pada umumnya sudah tersebar
keseluruh Indonesia. Pengiriman produk boneka lumut ini menggunakan jasa
pengiriman yaitu JNE (Jalur Nugraha Ekakurir). Pengiriman melalui jasa
pengiriman dilakukan apabila konsumen membeli produk dengan cara pemesanan
online. Adapun distibusi lain yaitu melalui outlet yang sudah tersedia, bazzar,
reseller dan melalui rumah produksi langsung. Outlet yang tersedia berada di Mall
Paris Van Java, Bandung, lalu adapun produk di beberapa café. Hal ini dilakukan
konsumen apabila membeli produk dengan cara pemesanan offline.
Mempermudah jangkauan penjualan Planter Craft menyediakan sebuah
agen dibeberapa kota untuk menjual produknya yang diantaranya boneka lumut.
Ketentuan yang diberikan untuk menjadi agen reseller hanya berupa pembelian
minimal produk boneka lumut sebanyak 10 produk. Tujuan perusahaan memiliki
reseller dalam penjualannya adalah untuk mendekatkan konsumen dengan
perusahan. Sehingga konsumen yang ingin membeli dapat membeli di kota
dimana konsumen itu berada. Selain dari itu tujuan perusahaan memiliki reseller
untuk mengefisiensikan biaya distribusi pemasaran. Hal ini dikarenakan
pengiriman produk Planter Craft menjadi tanggung jawab tanggung jawab
perusahaan.
Salah satu pendistribusian yang dilakukan oleh Planter Craft adalah
melalui bazzar. Bazzar diselenggarakan diberbagai lokasi yang berbeda seperti
Jakarta, Bandung, Makassar, dan Bogor. Penyelanggaraan bazzar biasanya
dilakukan pada pusat pembelanjaan. Sedangkan penyelenggaraan bazzarpun
52
dilakukan di luar negeri pada kota Seoul, Korea Selatan pada acara International
Horticulture Festival.
3. Harga (Price)
Harga yang ditawarkan oleh Planter Craft untuk boneka lumut seharga Rp
140.000-,. Pasar yang dituju sebagai sasaran oleh perusahaan adalah daerah
Bandung, Jakarta dan sekitarnya. Potongan harga atau discount diadakan oleh
Planter Craft pada beberapa keadaan seperti adanya tahun baru ataupun hari-hari
besar lainnya. Pemotongan harga berlaku bagi konsumen yang membeli produk
Planter Craft dalam sekala besar. Selain untuk konsumen Planter Craft
memberlakukan potongan harga untuk retailer sebersar 20% dengan persyaratan
pembelian minimum 15 produk.
Pemberian potongan harga untuk konsumen beragam mulai dari 20% hingga
50%. Pemberian potongan hargapun diberikan pada hari-hari tertentu. Sedangkan
fasilitas lainnya yang diberikan Planter Craft adalah pengiriman tanpa berbayar
dibeberapa kota. Pengiriman tanpa berbayar atau gratis berlaku hanya pada daerah
JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi).
4. Promosi (Promotion)
Promosi adalah cara yang dilakukan untuk membujuk serta menarik perhatian
konsumen untuk membeli produk. Berbagai media digunakan sebagai sarana
promosi produk Planter Craft. Media sosial seperti instagram, facebook, dan
website digunakan sebagai pemasaran secara online secara rutin setiap bulannya.
Adapun media lain yang digunakan sebagai promosi yaitu media elektronik
seperti televisi dan radio serta media cetak seperti majalah dan koran. Peliputan
yang dilakukan beberapa media televisi diantaranya adalah Trans Tv, CNN
Indonesia, Net Tv, Metro Tv, dan RTv. Sedangkan peliputan yang dilakukan oleh
media cetak yaitu Media Indonesia dan Trubus. Promosi dilakukan Planter Craft
dikarenakan untuk mempermudah memperkenalkan produk serta pelaksanaan
penjualan. Upaya yang dilakukan untuk pengiklanan produk diantaranya adalah
promosi diberbagai program televisi, majalah, koran hingga brosur dan pamphlet
yang disebarkan ke sekolah-sekolah, pusat pembelanjaan dan café.
53
5. Volume Penjualan
Penjualan boneka lumut dapat mencapai rata-rata 267 buah produk per
bulannya. Penjualan boneka lumut terbesar diperoleh apabila perusahaan Planter
Craft mengikuti bazzar. Dalam satu bulannya Planter Craft dapat mengikuti dua
hingga tiga macam bazzar. Sedangkan pendapatan yang didapatkan oleh
perusahaan sekitar Rp 10.000.000,00 hingga Rp 70.000.000,00.
5.3. Analisis Lingkungan Perusahaan sebagai Alternatif Strategi Pemasaran
dalam Meningkatkan Volume Penjualan
5.3.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Perusahaan
Hasil identifikasi yang dilakukan pada perusahaan Planter Craft meliputi:
1. Kekuatan
Tabel 7. Daftar kekuatan pada perusahaan Planter Craft
No Kekuatan
1. Penempatan outlet pada pusat pembelanjaan.
2. Keunikan inovasi produk pertanian.
3. Promosi oleh media massa dan media cetak.
4. Lokasi produksi dekat dengan sumber bahan baku.
5. Pemberian potongan harga.
6. Terdapat Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
7. Sumber daya manusia yang terampil pada bidang produksi
boneka lumut boneka lumut.
Sumber: Hasil olahan wawancara
a. Manajemen
1) Sudah adanya HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual)
Produk boneka lumut yang termasuk kedalam produk pertanian kreatif
yang diadaptasi dari media tanam kokedama. Boneka lumut yang merupakan
produk inovatif dari perusahaan Planter Craft telah mendapatkan Hak Atas
Kekayaan Interlektual atau HAKI. Hal tersebut diungkapkan oleh direktur
perusahaan, sebagai berikut:
54
“Jadi orang-orang kompetitor pikir banyak yang tutup karena aku
bilang kita udah ada HAKInya udah ada mereknya itu dilindungi sama
kampus. Kalau mau bikin perisis saya bisa tuntut”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
Maka dengan adanya perlindungan akan merek perusahaan dapat memiliki
kewenangan atas hak cipta dari boneka lumut terhadap kompetitor.
Kompertitor yang mencoba mencotoh maupun menjiplak karya Planter Craft
dapat diberlakukan sanksi. Selain hal tersebut adanya HAKI (Hak Atas
Kekayaan Interlektual) memperudah perusahaan untuk dapat memperbesar
jaringan pemasaran. Salah satu jaringan pemasaran yaitu dapat memasuki
usaha ritel modern dan mudah dalam peminjaman modal kepada Bank
maupun Dinas KUMKN Diskoperindag Kota Bandung.
b. Sumber Daya Manusia
1) Sumber daya manusia yang terampil dalam bidang produksi boneka lumut
Perusahaan Planter Craft memiliki empat bagian divisi didalamnya salah
saunya adalah bagian produksi. Pada bagian produksi perusahaan
membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak untuk memenuhi pesanan. Hal
ini dikarenakan Planter Craft membuat boneka lumut dengan mengandalkan
kreatifitas layaknya diungkapkan oleh direktur perusahaan, sebagai berikut:
“Iya bikinnya (boneka lumut) harus perfect. Jadi emang dituntut harus
bisa buat produk ntar akhirnya bisa. Jadi saya bikinnya perfect orang-
orang (anak panti pada bidang produksi) itu bakal ikut sama saya”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
Kreatifitas yang cukup tinggi dibutuhkan didalamnya maka perusahaan
membutuhkan tenaga kerja yang terampil untuk membuat boneka lumut.
Perusahaan Planter Craft berkerjasama dengan salah satu panti asuhan di
Bandung untuk memproduksi boneka lumut. Dengan adanya bentuk kerjasama
tersebut perusahaan mengangkat salah satu anak panti asuhan untuk dijadikan
sebagai kepala bidang pada divisi pasca produksi dan pemasaran.
55
c. Produk
1) Keunikan inovasi produk pertanian
Boneka lumut merupakan produk Planter Craft yang dikembangkan
dari media tanam kokedama. Pada dasarnya media tanaman kokedama
dapat dipadukan oleh berbagai macam tanaman hias. Bentuk inovasi ini
diungkapkan oleh direktur perusahaan, sebagai berikut:
“Karena saya pengen bikin yang unik belum pernah ada di Indonesia.
Dan lumut orang hanya memandang sebelah mata, dengan kita bikin
kan saya cuman bikin empat fotonya (awal yang diunggah di media
sosial) bisa dibilang hebohnya sangat”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
Pemeliharaan tanaman hias menggunakan media tanam kokedama
terbilang mudah, dikarenakan hanya membutuhkan perendaman selama
tiga hari dan penyemprotan yang dilakukan tiga kali dalam seminggu.
Pemeliharaan yang mudah media tanam kokedama yang dijadikan sebagai
boneka lumut dapat diletakan pada ruangan terbuka ataupun tertutup.
Ukuran boneka yang kecil tidak menghabiskan banyak ruang untuk
meletakannya.
d. Harga
1) Adanya potongan harga
Potongan harga atau discount diberikan oleh Planter Craft kepada
konsumen pada waktu tertentu. Potongan harga sendiri menjadi daya tarik
konsumen sebagai pertimbangan untuk membeli produk boneka lumut.
Pemberian potongan harga ini diberikan diungkapkan oleh Direktur
perusahaan, sebagai berikut:
“Biasanya bazzar atau event atau gak lagi ada hal-hal tertentu. Kaya
misalnya Salma ngajakin ada discount ya sudah saya bikin discount
nya. Cuman jarang ada discount. Udah sama ongkir (biaya pengiriman)
jadi Rp 110.000 udah sama sertifikat adopsinya”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
56
Potongan harga yang diberikan kepada konsumen terdapat pada waktu-
waktu tertentu tersebut ada pada hari besar seperti akhir tahun, tahun baru,
hari raya Idul Fitri, dan hari-hari besar lainnya. Besarnya potongan harga
yang diberikanpun beragam mulai dari 20% hingga 50% dari harga boneka
lumut. Selain pada hari besar potongan harga diberikan disaat Planter Craft
menghadiri acara bazzar maupun acara-acara besar lainnya.
e. Distribusi
1) Penempatan outlet pada pusat pembelanjaan
Penempatan outlet resmi pada pusat pembelanjaan yang terletak di kota
Bandung ini diungkapkan oleh direktur perusahaan, sebagai berikut:
“Kalau di Bandung kita muter-muter keliling Bandung, cuman kaya
bazzar-bazzar gitu sih. Kalau penjualannya tetep ada di PVJ”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
Outlet atau booth resmi milik perusahaan Planter Craft berada pada
pusat pembelanjaan. Peletakan outlet pada pusat pembelajaan terletak di
Carrefour Mall Paris Van Java, Bandung. Pembukaan outlet ini bertujuan
untuk mempermudah para konsumen yang datang ke lokasi tetap untuk
dapat melihat berbagai produk Planter Craft. Letak dari penempatan outlet
pada pusat pembelanjaan ini berlokasi cukup dekat dengan lokasi kantor
Planter Craft. Sehingga hal ini mempermudah perusahaan untuk
mengontrol kinerja dan pemenuhan produk dari boneka lumut.
2) Lokasi produksi dekat dengan sumber bahan baku
Lokasi produksi boneka lumut dapat terbilang cukup dekat dengan
perolehan bahan baku. Hal tersebut diungkapkan oleh direktur perusahaan,
sebagai berikut:
“Produksinya sih di Bandung udah tepat karena semuanya ada mulai
dari tanaman hias, semuanya ada. Kalau di Jakarta sendiri sangat
susah. Di Bandung itu sangat strategis buat tanaman tapi buat
penjualan Jakarta lebih cocok buat penjualan.”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
57
Produksi boneka lumut dikerjakan didaerah Jl. Sukagalih, Bandung
dimana kantor perusahaan Planter Craft memiliki jarak yang sangat dekat
dengan panti asuhan kuncup harapan. Sedangkan untuk bahan baku yang
digunakan didapatkan pada wilayah Maribaya, Lembang, Bandung. Maka
lokasi produksi dengan perolehan bahan baku dapat terbilang dekat. Jarak
yang terbilang dekat dapat mempermudah perusahaan untuk mengambil
bahan baku serta tidak memerlukan biaya yang cukup besar.
f. Promosi
1) Peliputan oleh media massa dan media cetak
Promosi yang dilakukan oleh Planter Craft melalui berbagai media
yaitu televisi, media sosial, dan majalah. Peliputan untuk Planter Craft
dilakukan oleh stasiun televisi diantaranya adaah NetTv, MetroTv, Trans7,
CNN Indonesia, dan lainnya. Sedangkan media sosial digunakan oleh
perusahaan sebagai media promosi secara kontinyu, diantaranya adalah
instagram, website resmi, dan facebook. Dan promosi lainnya dilakukan
melalui majalah yaitu majalah Trubus.
58
2. Kelemahan
Tabel 8. Daftar kelemahan pada perusahaan Planter Craft
No Kelemahan
1. Pencacatan keuangan yang tidak terorganisir.
2. Tidak adanya perekrutan karyawan.
3. Tidak ada tenaga ahli dalam bidang budidaya tanaman hias.
4. Harga yang cenderung mahal.
5. Tidak adanya grading tanaman hias.
6. Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis.
7. Tidak adanya penetapan untuk waktu kerja.
Sumber: Hasil olahan wawancara
a. Manajemen
1) Tidak adanya grading tanaman hias
Tanaman hias jenis sukelen merupakan salah satu bahan baku dalam
boneka lumut. Sedangkan tanaman hias sukulen diterima oleh perusahaan
beasal dari petani yang sudah menjadi mitra kerja. Pembuatan boneka
lumut perusahaan Planter Craft tidak melakukan grading. Dalam hal ini
perusahaan tidak memiliki standarisasi dalam pemilihan tanaman hias
untuk pembuatan boneka lumut.
2) Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis
Perusahaan Planter Craft tidak memiliki perencanaan secara terperinci
mengenai kegiatan serta pencapaian yang akan dilakukan. Perusahaan
melakukan kegiatan apabila dirasa kegiatan tersebut harus dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan Planter Craft pun tidak memiliki suatu target
pencapaian. Maka perusahaan hanya melakukan kegiatan-kegiatan seperti
rutinitas.
b. Sumber Daya Manusia
1) Tidak adanya perekrutan karyawan
Perusahaan Planter Craft tidak mengadakan perekrutan karyawan.
Karyawan yang berkerja dengan Planter Craft saat ini direkrut oleh
59
perusahaan berdasarkan kepada kebutuhan perusahaan dan atas
kepercayaan dari direktur perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan
tidak terlalu membutuhkan banyak karyawan. Dalam bidang produksi
perusahaan telah berkerja sama dengan salah satu panti asuhan.
2) Tidak ada tenaga ahli dari budidaya tanaman hias
Perusahaan Planter Craft tidak memiliki bagian divisi untuk budidaya.
Sehingga pada pengembangan budidaya perusahaan mengandalkan
pengamatan sederhana saja Seluruh bahan baku yang digunakan oleh
Planter Craft berasal dari petani. Perusahaan tidak memiliki lahan untuk
melakukan budidaya. Tenaga ahli budidaya bagi perusahaan dirasa
diperlukan untuk pengembangan terhadap produk.
3) Tidak adanya penetapan untuk waktu kerja
Waktu kerja yang dikerjakan oleh perusahaan diungkapkan oleh
Direktur perusahaan sebagai berikut:
“Weekend (pengerjaan boneka lumut), baru dikerjain setiap sabtu
minggu.”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
Waktu kerja dalam perusahaan Planter Craft dapat terbilang fleksibel.
Hal ini dikarenakan karyawan yang berkerja pada perusahaan masih
berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa. Waktu pengerjaan boneka lumut
dikerjakan apabila adanya pesanan dan waktu luang dari karyawan.
Pengerjaan lebih sering dilakukan pada saat hari libur seperti hari sabtu
dan minggu. Sedangkan waktu pengerjaan untuk mengerjakan boneka
lumut dalam satu hari adalah tujuh jam dimulai pada pukul 08.00 hingga
pukul 15.00.
c. Harga
1) Harga yang cenderung mahal
Harga boneka lumut yang diberikan oleh perusahaan Planter Craft
adalah sebesar Rp 140.000,00. Hal ini dirasa cenderung mahal untuk
sebuah boneka lumut yang berukuran kecil. Harga yang dibutuhkan dalam
proses produksi dengan menggunakan bahan baku tersebut tidak
60
membutuhkan dana yang besar. Sehingga keuntungan yang didapat oleh
perusahaan cukup besar. Namun perusahaan memberikan harga tersebut
dikarenakan produk boneka lumut merupakan produk pertanian inovatif.
d. Keuangan
1) Pencatatan keuangan yang tidak terorganisir
Pencatatan keuangan yang tidak teroganisir diungkapkan oleh direktur
perusahaan, sebagai berikut:
“Nah ini juga salah satu kekurangan kita, diawal keuangan kita baru
dirapihin akhir-akhir ini. Kalo tahun lalu tuh, kita ada masuk belasan
puluhan terus terusan. Kita aktif dipenjualannya tinggi tapi gak
dibedain karena cuman saya yang nge handle. Saya punya pegawai,
terus saya ngajak salma belakangan. Jadi salahnya, setelah masuk tim
ada salma baru ngerapihinnya.”
(Faldi Adisajana, Wawancara tanggal 16 Juni 2017)
Hal ini didukung oleh pernyataan manajer pasca produksi dan
pemasaran, sebagai berikut:
“Sayangnya kelemahan kita teh gak ada pencatatan keuangannya dari
kemaren baru dibenerinnya akhir-akhir ini aja. Jadi keuangannya baru
mulai dikit-dikit dirapihin”
(Salma Dahlia, Wawancara tanggal 17 Juni 2017)
Salah satu divisi dalam perusahaan Planter Craft adalah divisi
keuangan. Namun disayangkan kinerja divisi keuangan dalam perusahaan
kurang maksimal. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak memiliki
pencatatan keuangan yang terorganisir. Maka perusahaan tidak mengetahui
secara detail pendapatan yang didapatkan selama satu tahun. Perusahaan
hanya mengetahui pendapatan per bulan yang didapatkan. Namun
pencacatan perbulan tidak direkap untuk kebutukan pecatatan keuangan
perusahaan.
61
5.3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Perusahaan
Hasil identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diperoleh
peluang dan ancaman terhadap perusahaan sebagai berikut:
Tabel 9. Daftar peluang perusahaan Planter Craft
No Peluang
1. Adanya dukungan dari pemerintah.
2. Daerah pemasaran yang luas.
3. Pemasaran secara online.
4. Ketertarikan masyarakat akan inovasi tanaman hias.
5. Pemasok dapat memenuhi permintaan bahan baku.
Sumber : Hasil Olahan Wawancara
1. Peluang
a. Adanya dukungan dari pemerintah
Dukungan dari pemerintah dengan adanya sebuah kerjasama yang
melibatkan perusahaan Planter Craft. Kerjasama tersebut merupakan sebuah
kepercayaan dari pemerintah khususnya pemerintah kota Bandung.
Perusahaan Planter Craft dipercaya oleh pemerintah untuk membuat sebuah
proyek untuk bandara yang terletak di kota Bandung. Dukungan lainnya yang
diberikan pemerintah untuk perusahaan adalah dengan pemberian HAKI (Hak
Atas Kekayaan Intelektual) untuk boneka lumut.
b. Pemasaran secara online
Pemasaran secara online merupakan salah satu cara yang dilakukan
oleh perusahaan Planter Craft. Pemasaran ini dapat dilakukan oleh beberapa
media sosial seperti instagram, facebook, dan website. Konsumen dapat
melihat produk yang ditawarkan melalui medi tersebut dan memesan melalui
salah satu karyawan atau admin untuk melakukan transaksi. Pengiriman
produk akan dikirimkan melalui jasa pengiriman barang. Dengan adanya
penjualan secara online akan lebih mudah bagi perusahaan untuk
menyebarkan produk ke seluruh Indonesia. Dengan penyebaran konsumen
ini akan menguntungkan perusahaan yang tidak terpatok oleh satu daerah
saja.
62
c. Daerah pemasaran yang luas
Pemasaran produk Planter Craft yang sudah menyebar keseluruh
Indonesia maupun luar negeri seperti Korea Selatan. Hal ini dipermudah
dikarenakan pembelian yang dapat diakses secara online serta pengiriman
produk melalui jasa pengiriman barang. Selain adanya akses online adapun
pemasaran melalui bazzar di berbagai tempat contohnya di daerah sekitar
Bogor, Jakarta, Makassar dan daerah lainnya. Dengan cakupan daerah
pemasaran yang luas dapat memperkenalkan produk Planter Craft salah
satunya adalah boneka lumut.
d. Ketertarikan masyarakat akan inovasi tanaman hias
Boneka lumut yang menjadi salah satu inovasi pada media tanam
kokedama dengan memanfaatkan lumut didalamnya menjadi daya tarik
bagi masyarakat. Keunggulan dari boneka lumut ini sendiri adalah
mudahnya perawatan, tidak menggunakan lahan besar, berbagai tanaman
hias, bentuknya yang unik serta untuk semua kalangan usia. Perawatan
untuk boneka lumut ini dapat terbilang mudah dengan cara
menyemprotkan air beberapa kali saja dalam satu minggu untuk menjaga
kelembapan dari lumut. Boneka lumut yang memilki bentuk tidak terlalu
besar maka tidak memerlukan lahan yang besar dan bisa diletakan didalam
ruangan ataupun luar ruangan. Lalu bentuknya yang unik dengan
menggunakan aksesoris tambahan untuk menarik perhatian seperti tangan,
mata dan kaki untuk boneka. Serta boneka lumut yang dapat dimiliki oleh
berbagai kalangan dari anak kecil hingga orang dewasa.
e. Pemasok dapat memenuhi permintaan bahan baku
Memenuhi bahan baku untuk pembuatan boneka lumut perusahaan
Planter Craft berkerjasama dengan petani sebagai pemasok. Bahan baku
seperti tanaman hias sukulen, lumut, tanah liat, kerikil hingga sabut kelapa
(cocopeat) dapat dipenuhi oleh petani. Pemenuhan permintaan bahan baku
kepada petani ini selalu dapat terpenuhi. Maka perusahaan Planter Craft
selalu dapat memenuhi pesanan konsumen yaitu boneka lumut.
63
2. Ancaman
Tabel 10. Daftar ancaman perusahaan Planter Craft
No. Ancaman
1. Adanya masa jenuh dari produk tanaman hias.
2. Tidak adanya petani alternatif dalam memenuhi bahan
baku.
3. Potensi masuknya pesaing baru.
4. Berkembangnya inovasi produk pertanian kreatif.
Sumber: Hasil Olahan Wawancara
a. Adanya masa jenuh dari produk pertanian tanaman hias
Produk boneka lumut yang dihasilkan oleh perusahaan Planter Craft
merupakan sebuah inovasi media tanam kokedama dengan menggunakan
tanaman hias. Tren dari produk pertanian kreatif akan cepat berubah. Hal
ini dikarenakan dengan pengaruh preferensi konsumen yang berubah-ubah.
Pengaruh lainya adalah adanya masa jenuh dari produk boneka lumut.
Maka hal ini dapat menjadi ancaman terhadap perusahaan Planter Craft.
b. Tidak adanya petani alternatif dalam memenuhi bahan baku
Perusahaan Planter Craft tidak memproduksi bahan baku sendiri
melainkan bermitra dengan petani untuk mendapatkan bahan baku
tersebut. Petani yang dipercaya oleh perusahaan merupakan petani yang
dapat memenuhi bahan baku seperti tanaman hias, lumut, kerikil, sabut
kelapa (cocopeat), hinga tanah liat. Jumlah petani yang bermitra dengan
perusahaan Planter Craft hanya terbatas. Perusahaan tidak memiliki petani
mitra alternatif untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan. Hal ini
dikarenakan petani mitra selalu memenuhi permintaan kebutuhan dari
perusahaan.
c. Potensi masuknya pesaing baru
Boneka lumut yang merupakan produk andalan dari perusahaan Planter
Craft menggunakan kekreatifan dalam pembuatannya. Dalam proses
pembuatan boneka lumut yang sederhana hanya dengan menggunakan
bahan baku yang mudah didapati. Proses pembuatannya yang sederhana
akan menimbulkan potensi masuknya pesaing baru. Hal lainnya adalah
64
bahan baku yang mudah didapat dan biayanya cenderung murah akan
menimbulkan pesaing meniru produk dan menjual produknya dengan
harga yang cenderung lebih murah. Hal ini akan berdampak pada posisi
perusahaan di pasar dan market share yang dikuasai oleh perusahaan.
d. Berkembangnya inovasi produk pertanian kreatif
Kokedama yang dijadikan media tanaman untuk tanaman sukulen pada
boneka lumut merupakan salah satu inovasi pertanian kreatif. Media tanam
kokedama merupakan media tanam yang cukup mudah untuk merawatnya.
Inovasi lainnya pada media tanam kokedama adalah dengan mudahnya
peletakan media tanam dapat diletakan pada luar ruangan (outdoor) dan
dalam ruangan (indoor). Berkembangnya teknologi serta ilmu pengetahuan
maka akan lebih banyak inovasi pertanian khususnya pada produk
pertanian kreatif. Hal ini dibutuhkan inovasi atau perkembangan secara
terus-menerus agar produk pertanian kreatif tidak mengalami keadaan
kemunduran.
65
5.3.3. Analisis Matriks IFE
Hasil identifikasi faktor kekuatan dan kelemahan yang mempengaruhi
perkembangan pada perusahaan Planter Craft akan dianalisis pada matriks IFE
sebagai berikut:
Tabel 11. Matriks IFE pada perusahaan Planter Craft
Faktor Strategis Internal Rating Bobot Skor
Kekuatan (Strengthss)
A Penempatan outlet pada pusat pembelanjaan 3 0,039 0,117
B Keunikan inovasi produk pertanian 3 0,072 0,216
C Promosi oleh media massa dan media cetak 4 0,078 0,312
D Lokasi produksi dekat dengan sumber bahan baku 4 0,097 0,388
E Pemberian potongan harga 4 0,036 0,144
F Terdapat Hak Atas Kekayaan Intektual (HAKI) 3 0,060 0,180
G Sumber daya manusia yang terampil dalam bidang
produksi boneka lumut
4 0,064 0,256
Total 0,446 1,613
Kelemahan (Weakness)
H Pencatatan keuangan yang tidak terorganisir 1 0,124 0,124
I Tidak adanya perekrutan karyawan 2 0,058 0,116
J Harga yang cenderung mahal 2 0,044 0,088
K Tidak ada tenaga ahli dari budidaya tanaman hias 3 0,030 0,090
L Tidak adanya grading tanaman hias 3 0,041 0,123
M Perencanaan perusahaan yang tidak tertulis 1 0,138 0,138
N Tidak adanya penetapan untuk waktu kerja 2 0,119 0,238
Total 0,554 0,917
Total 1 2,530
Sumber: Hasil identifikasi faktor internal perusahaan
Identifikasi faktor internal pada perusahaan Planter Craft bahwa pada tabel
11 masing-masing terdapat tujuh faktor kekuatan dan tujuh faktor kelemahan.
Total skor pada matriks IFE sebesar 2,530 dengan masing-masing total skor
faktor kekuatan sebesar 1,613 dan total skor faktor kelemahan sebesar 0,917.
Maka pada identifikasi pada faktor strategis internal skor faktor kekuatan lebih
besar dibandingkan skor faktor kelemahan. Pada faktor kekuatan terdapat tiga
faktor yang paling berpengaruh pada perusahan Planter Craft yaitu lokasi
produksi dekat dengan sumber bahan baku (0,388), promosi oleh media massa
dan media cetak (0,312), dan sumber daya manusia yang terampil dalam
66
bidang produksi boneka lumut (0,256). Sedangkan pada faktor kelemahan
terdapat tiga faktor dominan yaitu tidak adanya penetapan untuk waktu kerja
(0,238), perencanaan perusahaan yang tidak tertulis (0,138), dan pencacatan
keuangan yang tidak teroganisir (0,124). Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
kondisi internal perusahaan Planter Craft berada pada kondisi rata-rata, dilihat
dari total skor kekuatan dan kelemahan yaitu 2,530.
5.3.4. Analisis Matriks EFE
Hasil identifikasi pada faktor peluang dan ancaman yang mempengaruhi
perusahaan Planter Craft akan dianalisis melalui matriks EFE dibawah ini:
Sumber: Hasil identifikasi faktor eksternal perusaha
Matrik Urgensi Eksternal
Faktor Strategis Eksternal Rating Bobot Skor
Peluang (Opportunities)
A Adanya dukungan dari pemerintah 3 0.076 0.228
B Daerah pemasaran yang luas 4 0.132 0.528
C Pemasaran secara online 3 0.104 0.312
D Ketertarikan masyarakat akan inovasi tanaman
hias
4 0.132 0.528
E Pemasok dapat memenuhi permintaan bahan baku. 4 0.158 0.632
Total 0.602 2.228
Ancaman (Threats)
F Adanya masa jenuh dari produk pertanian kreatif 3 0.075 0.225
G Tidak adanya petani alternatif dalam memenuhi
bahan baku
2 0.144 0.288
H Potensi masuknya pesaing baru 2 0.11 0.22
I Berkembangnya inovasi produk pertanian kreatif 3 0.069 0.207
Total 0.398 0.94
Total 1 3.168
Sumber : Hasil identifikasi faktor eksternal perusahaan
Identifikasi faktor eksternal pada perusahaan Planter Craft bahwa pada
tabel. 12 teradapat lima faktor peluang dan empat faktor ancaman. Total skor pada
matriks EFE adalah sebesar 3,168 dengan masing total skor faktor peluang sebesar
2,228 dan faktor ancaman sebesar 0,940. Maka identifikasi pada faktor strategis
eksternal skor faktor peluang lebih besar dibandingkan total skor pada faktor
ancaman. Pada faktor peluang terdapat tiga faktor yang paling berpengaruh pada
perusahaan Planter Craft yaitu pemasok dapat memenuhi permintaan bahan baku
Tabel 12. Matriks EFE pada perusahaan Planter Craft
67
(0,632), daerah pemasaran yang luas (0,528), dan ketertarikan masyarakat akan
inovasi tanaman hias (0,528). Sedangkan pada faktor ancaman terdapat tiga faktor
yang mempengaruhi perusahaan Planter Craft yaitu tidak adanya petani alteratif
dalam memenuhi bahan baku (0,288), adanya masa jenuh dari produk pertanian
kreatif (0,225), dan potensi masuknya pesaing baru (0,220). Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa kondisi eksternal perusahaan merespon kuat peluang atau
perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman.
68
5.3.5. Analisis Matriks IE
Penentuan posisi strategi untuk perusahaan Planter Craft menggunakan
matriks IE dapat diperoleh melalui total skor dalam matriks internal dan eksternal.
Total skor dalam matriks internal diperoleh sebesar 2,530 dengan artian kondisi
perusahan berada pada kondisi rata-rata. Sedangkan total skor dalam matriks
eksternal diperoleh sebesar 3,168 dengan artian kondisi eksternal perusahaan
merespon kuat peluang. Dalam matriks IE, perusahaan Planter Craft berada dalam
posisi ”Growth” yang terletak pada sel II yaitu strategi konsentarsi melalui
integrasi horisontal. Integrasi horizontal perusahaan dapat memperuluas pasar,
fasilitas, produksi dan teknologi. Pada sel II perusahaan Planter Craft berada pada
industri yang sangat atraktif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keuntungan
pada perusahaan.
Gambar 5. Matriks IE pada perusahaan Planter Craft.
69
5.3.6. Analisis Matriks SWOT (Strengthss, Weakness, Opportunities, dan
Threats)
Pada tahap pencocokan (matching) menggunakan matriks SWOT seperti
berikut:
Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan (S)
(S1) Penempatan outlet pada
pusat pembelanjaan
(S2) Keunikan inovasi produk
pertanian
(S3) Promosi oleh media massa
dan media cetak
(S4) Lokasi produksi dekat
dengan sumber bahan
baku
(S5) Pemberian potongan
harga
(S6) Terdapat Hak Atas
Kekayaan Intelektual
(HAKI)
(S7) Sumber daya manusia
yang terampil dalam
bidang produksi boneka
lumut
Kelemahan (W)
(W1) Pencacatan keuangan
yang tidak terorganisir
(W2) Tidak adanya perekrutan
karyawan
(W3) Harga yang cenderung
mahal
(W4) Tidak ada tenaga ahli dari
budidaya tanaman hias
(W5) Tidak ada grading
tanaman hias
(W6) Perencanaan perusahaan
yang tidak tertulis
(W7) Tidak adanya penetapan
untuk waktu kerja
Peluang (O)
(P1) Adanya dukungan dari
pemerintah
(P2) Daerah pemasaran yang
luas
(P3) Pemasaran secara online
(P4) Ketertarikan masyarakat
akan inovasi tanaman
hias
(P5) Pemasok dapat
memenuhi permintaan
bahan baku
Strategi SO
1. Mengencarkan promosi
produk di berbagai media
(S2, S3, S7, P2,P3,P4)
2. Menjalin hubungan baik
dengan pemerintah (P1,
S6)
3. Membuka cabang outlet
(S1, S2, S5, P2, P4)
4. Menambah variasi produk
(S4, S7,P5)
Strategi WO
1. Membuka perekrutan
karyawan (W1, W2, W4,
W5, W6, P1, P2, P3)
2. Mengencarkan promosi
produk di berbagai media
(W3, P2, P3, P4)
3. Meningkatkan kualitas
produk (W4, W5, P5)
Ancaman (T)
(T1) Adanya masa jenuh dari
produk pertanian kreatif
(T2) Tidak adanya petani
alternatif dalam
memenuhi bahan baku
(T3) Potensi masuknya
pesaing baru
(T4) Berkembangnya inovasi
produk pertanian kreatif
Strategi ST
1. Melakukan inovasi
produk secara berkala
dengan meningkatan
kualitas produk (S2, S3,
S6, S7, T1, T3,T4)
2. Menambah relasi
pemasok ( S4, T2)
Strategi WT
1. Menyusun perencanaan
perusahaan (W1, W2,
W6, W7, T1, T3, T4)
Gambar 6. Matriks SWOT pada perusahaan Planter Craft
70
Analisis pada matriks SWOT pada perusahaan Planter Craft didapatkan
setelah menganalisis lingkungan internal dan ekternal perusahaan dengan
menghasilkan tujuh faktor kekuatan, tujuh faktor kelemahan, lima faktor
peluang dan empat faktor ancaman. Faktor-faktor tersebut dapat membantu
dalam menyusun matriks SWOT dengan mencocokan atau menggabungkan
beberapa faktor seperti kekuatan dan peluang (S-O), kekuatan dan ancaman
(S-T), kelemahan dan peluang (W-O), dan kelemahan dan ancaman (W-T).
Berikut adalah strategi alternatif:
1. Strategi Kekuatan dan Peluang (S-O)
Pada strategi mencocokan kekuatan dan peluang yang dimiliki
perusahaan dengan menggunakan semua kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada, alternatif startegi yang dapat di tawarkan untuk usaha
boneka lumut ini sebagai berikut:
a. Memaksimalisasi promosi produk di berbagai media (S2, S3, S7,
P2,P3,P4)
b. Menjalin hubungan baik dengan pemerintah (P1, S6)
c. Mengembangkan daerah pemasaran (S1, S2, S5, P2, P4)
d. Menambah variasi produk (S4, S7,P5)
2. Strategi Kekuatan dan Ancaman (S-T)
Pada strategi mencocokan kekuatan dan ancaman yang dimiliki
perusahaan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindar dari
ancaman, alternatif startegi yang dapat di tawarkan untuk usaha boneka
lumut ini sebagai berikut:
a. Melakukan inovasi produk secara berkala dengan meningkatan kualitas
produk (S2, S3, S6, S7, T1, T3,T4)
b. Menambah relasi pemasok ( S4, T2)
3. Strategi Kelemahan dan Peluang (W-O)
Pada strategi mencocokan kekuatan dan ancaman yang dimiliki
perusahaan dengan mengatasi semua kelemahan dengan memanfaatkan
semua peluang yang ada, alternatif startegi yang dapat di tawarkan untuk
usaha boneka lumut ini sebagai berikut:
a. Membuka perekrutan karyawan (W1, W2, W4, W5, W6, P1, P2, P3)
71
b. Memaksimalisasi promosi produk di berbagai media (W3, P2, P3, P4)
c. Meningkatkan kualitas produk (W4, W5, P5)
4. Strategi Kelemahan dan Ancaman (W-T)
Pada strategi mencocokan kelemahan dan ancaman yang dimiliki
perusahaan dengan menekankan semua kelemahan dan mencegah semua
ancaman, alternatif strategi yang dapat di tawarkan untuk usaha boneka
lumut sebagai berikut :
a. Menyusun perencanaan perusahaan (W1, W2, W6, W7, T1, T3, T4)
Berdasarkan hasil analisis pada matriks SWOT didapatkan beberapa
strategi alternatif yang dapat disarankan kepada perusahaan Planter Craft.
Hasil alternatif strategi tersebut dapat dibagungkan menjadi lima strategi
yang lebih spesifik berdasarkan penggabungan strategi yang terdapat pada
empat set strategi. Berikut adalah alternatif strategi yang diperoleh, antara
lain:
1. Memaksimalisasi promosi produk di berbagai media
Memaksimalisasi promosi produk boneka lumut di berbagai media
seperti media massa dan media cetak. Selain melalui media tersebut,
promosi dapat dilakukan pada saat perusahaan melakukan bazzar, seminar
maupun acara workshop. Dalam acara bazzar, seminar maupun workshop
perusahaan dapat melakukan pengedukasian produk terhadap konsumen.
Promosi melalui media massa dapat dilakukan secara rutin seperti pada
media sosial berupa pengunggahan informasi yang menarik perhatian
konsumen. Melakukan pengguggahan informasi secara rutin dan berkala
pada media sosial bertujuan agar konsumen akan terus mengetahui
perkembnagan produk boneka lumut. Promosi dilakukan bertujuan untuk
menarik konsumen untuk membeli produk boneka lumut agar perusahaan
dapat meningkatkan pendapatan.
2. Menjalin hubungan baik dengan relasi
Relasi yang sudah terjalin dengan perusahaan Planter Craft adalah
pemerintahan, media, dan pemasok. Menjalin hubungan baik dengan relasi
pemerintahan bertujuan untuk mendapatkan dukungan terhadap kegiatan
72
yang dilakukan oleh perusahaan Planter Craft. Sedangkan tujuan menjalin
hubungan baik dengan media yaitu media massa adalah sebagai media
perusahaan memperkenalkan produk boneka lumut agar dikenal oleh
masyarakat. Dan menjalin hubungan baik dengan pemasok dikarenakan
pemasok bahan baku dapat memenuhi permintaan bahan baku. Menjalin
hubungan baik ini dapat bertujuan agar proses produksi, promosi,
distribusi, dan pelayanan berjalan dengan lancar sehingga dapat memenuhi
permintaan konsumen.
3. Melakukan inovasi secara berkala dengan meningkatkan kualitas produk
Inovasi dapat dilakukan oleh perusahaan secara berkala mengikuti
dengan seiringya perubahan selera, kebutuhan, perkembangan teknologi
yang dibutuhkan oleh konsumen. Selain daripada itu adalah melakukan
inovasi agar perusahaan dapat menciptakan sesuatu yang lebih menarik
dan guna untuk mengindari masa jenuh dari produk boneka lumut.
Meningkat kualitas produk boneka lumut merupakan cara untuk
perusahaan melakukan inovasi. Perusahaan dapat mengembangkan potensi
sumber daya manusia yang terampil dalam bidang produksi untuk
melakukan inovasi dikarenakan pemasok yang terjalin dengan perusahaan
dapat memenuhi permintaan bahan baku. Pengembangan tersebut dapat
dalam pemberian ilmu mengenai budidaya tanaman.
4. Mengembangkan daerah pemasaran
Daerah jangkauan pemasaran produk lumut perusahaan Planter Craft
sudah menyebar keseluruh Indonesia. Penyebaran yang luas dikarenakan
beberapa hal yang sudah dilakukan perusahaan sebelumnya seperti dengan
penjualan online, mengikuti bazzar, penempatan outlet yang strategis, serta
terdapat reseller. Mengebangankan daerah pemasaran salah satunya dapat
dengan mendirikan beberapa outlet di berbagai tempat strategis lainnya
seperti daerah JABODETABEK (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi) yang memilki konsumen cukup besar. Maka dengan pembukaan
beberapa cabang diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan bagi
perusahaan.
73
5. Menyusun perencanaan perusahaan
Perencanaan perusahaan membantu perusahaan dalam menyusun
rencana yang akan dilakukan selama beberapa bulan atau tahun kedepan.
Rencana yang sudah disusun diharapkan dapat membantu perusahaan
mendapatkan target dari penjualan. Perencanaan tersebut meliputi
pencacatan keuangan, perekrutan karyawan, perencanaan kegiatan, dan
penetapan waktu kerja. Pencatatan keuangan perusahaan diharpkan akan
membantu perusahaan dalam mengelola pemasukan dan pengeluaran
perusahaan. Perekrutan karyawan yang berkompeten dalam bidangnya
diharapkan akan membantu kinerja perusahaan secara maksimal.
Perencanaan kegiatan dalam perusahaan diharapkan akan membantu
perusahaan untuk mengorganisir kegiatan yang dilakukan kedepan.
Penetapan waktu kerja dalam perusahaan diharapkan akan membantu
perusahaan dalam mengelola kinerja karyawan.
74
5.3.7. Analisis Matriks QSPM (Quantitative Strategy Planning Matrix)
Pada analisis matriks QSPM (Quantitative Strategy Planning Matrix)
selanjutnya bertujuan untuk mengurutkan strategi perusahaan yang ada pada
Lampiran . dapat dilihat pada tabel
Tabel 13. Matriks QSPM Perusahaan Planter Craft
Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi
Strategi
I
Strategi
II
Strategi
III
Strategi
IV
Strategi
V
TAS TAS TAS TAS TAS
Faktor Internal
Kekuatan (Strengthss)
Penempatan outlet pada pusat
pembelanjaan
0,039 0,177 0.117 0.117 0.156 0.117
Keunikan inovasi produk
pertanian
0,072 0,288 0.144 0.288 0.144 0.144
Promosi oleh media massa dan
media cetak
0,078 0,312 0.234 0.234 0.312 0.312
Lokasi produksi dekat dengan
sumber bahan baku
0,097 0,194 0.388 0.388 0.388 0.291
Pemberian potongan harga 0,036 0,144 0.072 0.072 0.108 0.144
Terdapat Hak Atas Kekayaan
Intektual (HAKI)
0,06 0,120 0.180 0.180 0.120 0.120
Sumber daya manusia yang
terampil dalam bidang produksi
boneka lumut
0,064 0,192 0.256 0.256 0.128 0.192
Kelemahan (Weakness)
Pencatatan keuangan yang tidak
terorganisir
0,124 0.124 0.124 0.124 0.372 0.496
Tidak adanya perekrutan
karyawan
0,058 0.116 0.174 0.174 0.232 0.232
Harga yang cenderung mahal 0,044 0.132 0.132 0.132 0.088 0.088
Tidak ada tenaga ahli dari
budidaya tanaman hias
0,030 0.030 0.060 0.060 0.090 0.090
Tidak adanya grading tanaman
hias
0,041 0.041 0.041 0.082 0.082 0.082
Perencanaan perusahaan yang
tidak tertulis
0,138 0.138 0.138 0.414 0.414 0.552
Tidak adanya penetapan untuk
waktu kerja
0,119 0.119 0.119 0.238 0.238 0.476
75
Tabel 14. (lanjutan)
Faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi
Strategi
I
Strategi
II
Strategi
III
Strategi
IV
Strategi
V
TAS TAS TAS TAS TAS
Faktor Eksternnal
Peluang (Opportunities)
Adanya dukungan dari
pemerintah
0,076 0.228 0.304 0.228 0.228 0.152
Daerah pemasaran yang luas 0,132 0.528 0.396 0.528 0.528 0.396
Pemasaran secara online 0,104 0.416 0.312 0.416 0.416 0.312
Ketertarikan masyarakat akan
inovasi tanaman hias
0,132 0.396 0.264 0.396 0.396 0.264
Pasokan bahan baku yang selalu
tersedia
0,158 0.316 0.632 0.474 0.474 0.632
Ancaman (Threats)
Adanya masa jenuh dari produk
pertanian kreatif
0,075 0.225 0.150 0.300 0.150 0.225
Tidak adanya petani alternatif
dalam memenuhi bahan baku
0,144 0.288 0.576 0.288 0.144 0.288
Potensi masuknya pesaing baru 0,11 0.330 0.330 0.330 0.330 0.440
Berkembangnya inovasi produk
pertanian kreatif
0,069 0.276 0.138 0.276 0.138 0.207
Total Nilai Daya Tarik 2 4.794 5.281 5.995 5.676 6.252
Sumber: Hasil identifikasi faktor internal dan eksternal perusahaan
Pada tabel 14 dapat dilihat bahwa urutan strategi yang dapat diterapkan
sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan perusahaan
Dalam menyusun perencanaan perusahaan dapat dilakukan dengan
membuat penjadwalan yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk untuk
memproduksi hingga memasarkan produk boneka lumut. Dengan
melakukan penjadwalan perusahaan dapat menghitung besarnya biaya
yang dikeluarkan dengan estimasi waktu yang diperlukan. Selain dalam
membuat penjadwalan perusahaan dapat membuat jadwal dalam kurun
waktu tertentu untuk kegiatan yang sekiranya dapat dilakukan. Pencacatan
keuangan dapat dicatatat mengenai pemasukan dan pengeluaran hal ini
dapat mengontrol dalam hal keuangan perusahaan.
76
2. Melakukan inovasi secara secara berkala dengan meningkatkan kualitas
produk
Meningkatkan kualitas dari produk boneka lumut dapat dengan
melkukan pengendalian kualitas produk. Hal ini dikarenakan dalam
pengendalian kualitas diharapkan dapat sesuai dengan harapan konsumen
dan selera konsumen. Inovasi pada produk dapat dilakukan dengan
melakukan pengembangan produk lebih baik dalam hal menambah variasi
produk, memperbaiki kemasan agar lebih menarik, meningkatkan kualitas
produk, memperbaharui sistem teknologi, memperbaiki sistem manajemen
sumberdaya mausia, serta memberikan edukasi lebih mengenai budidaya
kepada karyawan produksi.
3. Mengembangkan daerah pemasaran
Pengembangan daerah pemasaran dapat dikakukan oleh perusahaan
seperti membuka cabang baru di beberapa tempat yang dirasa strategis
oleh perusahaan seperti daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi. Selain itu perusahaan dapat membuat beberapa ketentuan kepada
reseller yang ingin menjual kembali produknya seperti memeberikan
beberapa potongan harga yang berbeda untuk banyaknya pembelian
boneka lumut, memberikan pengahargaan kepada reseeler apabila
memenuhi target penjualan, dan memberikan pengetahuan mengenai
produk boneka lumut yang akan dipasarkan.
4. Menjalin hubungan baik dengan relasi
Menjalin hubungan baik dengan relasi perusahaan Planter Craft dapat
melakukan berkerjasama dengan pemerintah melalui seminar nasional
ataupun proyek pemerintah yang melibatkan pertanian didalamnya.
Sedangkan menjalin hubungan baik dengan media masa dapat dilakukan
melalui kerjasama seperti melakukan wawancara disebuah acara staasiun
televisi,mengedukasi masyarakat melalui televisi, radio bahkan media
cetak mengenai keunggulan dan ciri khas produk boneka lumut.
77
5. Memaksimalisasi promosi produk di berbagai media
Wadah promosi untuk perusahaan Planter Craft dapat dilakukan dengan
beberapa hal seperti melakukan mengunggahan konten pada sosial media
secara rutin, memberikan potongan harga, dan mengiklankan pada media
sosial. Selain media sosial perusahaan dapat melakukan promosi pada saat
bazzar maupun seminar yang dihadiri oleh perusahaan.
78
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi pemasaran yang telah diterapkan oleh perusahaan Planter Craft
telah menerapkan bauran pemasaran yaitu 4P atau produk, harga,
distribusi, dan promosi. Produk yang telah diciptakan oleh perusahaan
berupa boneka lumut yang merupakan produk inovasi dari media tanam
kokedama. Sedangkan harga yang ditetapkan per buah dari bobeka lumut
sebesar Rp 140.000,00. Pendistribusian boneka lumut sudah menyebar
keseluruh Indonesia dengan melakukan penjualan secara online dan offline
(bazzar dan outlet). Dan promosi yang dilakukan melalui media masa dan
media cetak diantaranya adalah media sosial (instagram, facebook, dan
website), peliputan oleh media televisi dan media cetak. Penjualan rata-rata
produk boneka lumut yang didapatkan oleh Planter Craft adalah sebesar
267 buah per bulannya.
2. Berdasarkan kepada kekatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang
dimiliki oleh perusahaan, perumusan strategi yang sesuai dengan
perusahaan Planter Craft dengan posisi perusahaan pada sel II yaitu posisi
“Growth”. Hasil tersebut didapatkan melalui hasi matriks IFE dan EFE,
dengan masing-masing total nilai pada matriks IFE 2,530 dan matriks EFE
3,168. Dimana kondisi internal perusahaan berada pada kondisi rata-rata
dan kondisi eksternal perusahaan merespon kuat peluang atau perusahaan
dapat memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Sehingga
perusahaan memiliki strategi yang bertujuan adalah untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan. Melalui matriks SWOT didapatkan bahwa
perusahaan dapat menyusun perencanaan perusahaan, melakukan inovasi
secara secara berkala dengan meningkatkan kualitas produk,
mengembangkan daerah pemasaran, menjalin hubungan baik dengan
relasi, danmemaksimalisasi promosi produk di berbagai media. Dan hasil
yang didapati pada matriks QSPM menunjukan bahwa strategi prioritas
79
yang dapat direkomendasikan adalah strategi V yaitu menyusun
perencanaan perusahaan dengan nilai TAS terbesar diantara pembanding
alternatif strategi lainnya yaitu sebesar 6,252. Dalam menyusun
perencanaan perusahaan, perusahaan dapat melakukan penjadwalan dan
mengorganisir pencatatan keuangan.
6.2. Saran
Berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal maka penulis dapat
memberikan saran seperti berikut:
1. Untuk meningkatkan volume penjualan maka perusahaan dapat
memaksimalkan bauran pemasaran 4P yaitu produk, distribusi, harga dan
promosi
2. Untuk membuat perusahaan berkembang maka perusahaan perlu
melaksanakan strategi yang sesuai yaitu (a) menyusun perencanaan
perusahaan, (b) melakukan inovasi secara secara berkala dengan
meningkatkan kualitas produk, (c) mengembangkan daerah pemasaran ,
(d) menjalin hubungan baik dengan relasi, dan (e) memaksimalisasi
promosi produk di berbagai media.
DAFTAR PUSTAKA
Alma,Buchari. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV.
Alfabeta.
Ambarwati, Siti. 2007. Budi Daya Tanaman Hias. Jakarta: Azka Press
Assuari, Sofjan. 2014. Manajemen Pemasaran. Jakarta:Rajagrafindo Persada.
Burtonshaw-Gunn, Simon A-Gunn. 2011. Alat dan Teknik Analisis Manajemen.
Jakarta: Indeks.
Daigle, Tawni. 2015. DIY Succulents. United States of America: Adams Media.
Direktorat Jendral Hortikultura. 2015. Produksi Sayuran di Indonesia.
http://hortikultura.pertanian.go.id. Diakses pada 2 Januari 2017.
Endah, Joesi. 2015. Mempercantik Kaktus dan Meningkatkan Nilai Jualnya.
Jakarta: Agromedia Pustaka
Gitosudarmo, Indriyo. 2012. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Ichwanda, Fitriyah Inayah, dkk. 2015. Analisis Strategi Pemasaran Untuk
Meningkatkan Volume Penjualan Ekspor (Studi pada PT. Petrokimia
Gresik).Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 24. No 1: Universitas Brawijaya.
Kerin, Roger A. dan Robert A. Paterson. 2015. Pemasaran Strategis. Jakarta:
Indeks.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 2014. Ekonomi Kreatif: Kekuatan
Baru Indonesia Menuju 2025. Jakarta: Kementrian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif.
Kinnerar, Thomas C, dan James R Taylor. 1988. Riset Pemasaran Pendekatan
Terpadu. Edisi Ketiga, Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, P. 2000. Marketing Management: The Millennium Edition. Upper Saddle
River, NJ: Prentice-Hall International, Inc.
Kotler, Philip. 2004. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan,
implementasi dan Kontrol, Edisi Sebelas. Alih Bahasa, Hendra Teguh.
Jakarta: Penerbit PT. Prenhallindo.
Kristiani, Anie. 2002. Terarium Tanaman Mungil dalam Wadah Kaca.Yogyakarta
: Agromedia Pustaka.
Kuncoro, Mudrajad. 2005. Strategi Bagaimana Meraih Kenggulan Kompetitif.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Lamb, Charles W, dkk. 2003. Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.
Marceau, J. 2011. Innovation and Creativity in Industry and the Service Sectors.
New York: Routledge
Martin, Tovah. 2015. Gardening trends: The rise of 'kokedama'.
http://www.telegraph.co.uk/gardening/9712283/Gardening-trends-The-rise-
of-kokedama.html. diakses pada 26 Maret 2017.
Maulida, Rizka. 2010. Strategi Pemasaran Tanaman Hias Bromelia (Studi Kasus:
Ciapus Bromel, Desa Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor).
(Skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Meldrum, M. 2000. Marketing Management: A Relationship Marketing
Perspective. London: Macmillan Press Ltd.
Mutandwa, Edward dkk. 2009. Analysis of Coffee Export Marketing in Rwanda:
Application of The Boston Consulting Group Matrix. African Journal of
Business Management. Vol. (4), pp 210-219: Higher Instute of Agriculture
and Animal Husbandry.
NL, Budiasih. IGAA, Ambarwati. NW. Sri Astuti. 2014. Strategi Pemasaran
Produk Olahan Jamur Tiram pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Spora Bali.
Jurnal Manajemen Agribisnis. Vol. 2, No. 2: Universitas Udayana.
Nurdiansyah, Rusdy. 2017. Warga Curug Menikmati Hasil Budidaya Tanaman
Hias.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/intan/17/04/12/nasional/jabodet
abek-nasional/17/01/18/ojzci8384-warga-curug-menikmati-hasil-budidaya-
tanaman-hias. diakses pada 15 agustus 2017.
Nurhadi. 2008. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias pada PT.
Floracipta, Taman Anggrek Ragunan, Jakarta. (Skripsi). Bogor: Institut
Pertanian Bogor
Purnama, IN, Sarma, M, dan Najib,M. 2014. Strategi Penigkatan Pemasaran
Mangga di Pasar Internasional. Jurnal Hortikultura. 24(1): 85-93,2014.
Institut Pertanian Bogor
Purwanto, Iwan. 2012. Manajemen Strategi. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Rangkuti, Freddy. 2016. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Ratnasari, Juwita. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Redaksi Agromedia. 2007. Agar Tanaman Hias Tampil Cantik. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Redaksi Penebar Swadaya. 2008. Sukses Memulai Bisnis Tanaman Hias.Bogor:
Penebar Swadaya.
Riyanto, Anthonius. 2007. Peluang Bisnis Tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Rukmana, Rahmat dan Yuyun Yunarsih Oesman. 1998. Kaktus. Yogyakarta:
Penerbit Kanisus.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Setiawan, Iwan. 2012. Agribisnis Kreatif. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tjiptono., Fandy dan Chandra., Gregorius. 2012. Pemasaran Strategik edisi 2.
Yogyakarta: Andi.