analisis sosiologi sastra novel boys beyond the light karya astrid tito & t. akbar maulana dan
TRANSCRIPT
i
ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA
NOVEL BOYS BEYOND THE LIGHT
KARYA ASTRID TITO & T. AKBAR MAULANA
DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA
DI SMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nurul Hikmah
NIM 132110115
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Nurul Hikmah
NIM : 132110115
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
sendiri, bukan plagiat dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,
saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 10 Agustus 2017
Yang membuat pernyataan,
Nurul Hikmah
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
taqwa di antara kalian” (Q.S. Al-Hujarat: 13).
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain” (Q.S. Alam Nasyrah Ayat: 6-7).
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan doa,
pengorbanan, cinta dan kasih sayang selama ini dengan
tulus.
2. Hadiah untuk adikku Dela Anita Hikmah yang selalu
memberi kebahagiaan di rumah.
3. Sahabat-sahabatku yang tidak dapat saya sebutkan satu
per satu yang selalu memberiku semangat dan teman
seangkatan 2013.
vi
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah Swt. yang telah memberikan
petunjuk, kemudahan, dan pertolongan pada penulis untuk dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Analisis Sosiologi Sastra novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo, yang telah merekomendasikan usulan penelitian ini.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
4. Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. selaku dosen Pembimbing I dan Nurul Setyorini,
M.Pd. selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,
membimbing, memotivasi serta mengarahkan dengan penuh kesabaran sampai
terselesaikannya skripsi ini.
vii
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah Swt. meninggikan hal-hal yang baik dalam penyusunan
skripsi ini serta mengampuni hal-hal yang tidak baik dalam penyusunan skripsi
ini. Semoga Allah Swt. melimpahkan manfaat dan barokah dari semua hal yang
telah dibaca dalam skripsi ini.
Purworejo, 10 Agustus 2017
Penulis,
Nurul Hikmah
viii
ABSTRAK
Hikmah, Nurul. 2017. “Analisis Sosiologi Sastra Novel Boys Beyond The Light
Karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (1) unsur-unsur intrinsik; (2)
aspek sosiologi sastra; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber penelitian
ini adalah novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
Objek penelitian ini adalah aspek sosiologi sastra novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana. Fokus penelitian berupa unsur-unsur
intrinsik, aspek-aspek sosiologi dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T. Akbar Maulana, dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka. Instrumen penelitinnya
adalah penulis sendiri sebagai peneliti, kartu pencatat data, dan alat tulis. Teknik
analisis data ini menggunakan teknik content analysis atau teknik analisis isi.
Teknik penyajian hasil analisis data disajikan dengan teknik informal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana bertema pencarian jati diri. Jalan ceritanya
menggunakan alur campuran. Tokoh utama meliputi: (a) Bagas, (b) Galih, (c)
Abay, dan (d) Teguh. Tokoh tambahan meliputi: (a) Papa, (b) Mama, (c) Mbok
Nah, (d) Ayah, (e) Mamak, (f) Pak Ahmed, (g) Puteh, (h) Gebi, (i) Abu Jalud, (j)
Umu Fitri, (k) Karli, (l) Okasan, (m) Pak Hamzah, dan (n) Mr. abu Salman. Latar
meliputi: (a) tempat, (b) suasana, dan (c) waktu. Sudut pandang novel tersebut
menggunakan sudut pandang orang ketiga. Aspek-aspek sosiologi sastra dalam
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana meliputi (a)
kekerabatan antara tokoh Bagas dengan Galih, dan Abay dengan orangtuanya;(b)
ekonomi keluarga Bagas yang kaya dan keluarga Abay yang sederhana;(c)
pendidikan Bagas seorang pelajar yang pandai, sedangkan Teguh dan Abay
merupakan pelajar pandai yang mendapat beasiswa sekolah di luar negeri;(d) cinta
kasih ibu kepada anaknya dan cinta kasih lawan jenis;(e) keagamaan terhadap
Allah Swt ketika Abay beribadah dan bersyukur. Pembelajaran novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana di SMA menggunakan
model think pair share (TPS) dengan langkah meliputi: (a) think berpikir dengan
materi yang disajikan; (b) pair, siswa berpasangan dan berdiskusi tentang materi
yang disajikan; (c) share menyampaikan hasil diskusi kelompoknya mengenai
bahan ajar yang dipelajari.
Kata kunci: unsur intrinsik, sosiologi sastra, novel boys beyond the light.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Batasan Masalah ....................................................................... 7
D. Rumusan Masalah .................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................... 8
G. Penegasan Istilah ...................................................................... 9
H. Sistematika Skripsi .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12
B. Kajian Teoretis ......................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
A. Sumber Penelitian ..................................................................... 39
B. Objek Penelitian ....................................................................... 39
C. Fokus Penelitian ....................................................................... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 40
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 41
F. Teknik Analisis Data ................................................................ 42
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis .............................................. 43
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data .......................................................................... 44
B. Pembahasan Data ...................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 127
B. Saran ........................................................................................ 129
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 131
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kartu Pencatat Data .............................................................. 41
Tabel 2 : Kartu Pencatat Data .............................................................. 42
Tabel 4.1 : Data Tema Mayor dan Tema Minor novel Boys Beyond
The Light karya Astrid Tito & T Akbar Maulana ................ 45
Tabel 4.2 : Data Tokoh Novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana ...................................................... 46
Tabel 4.3 : Alur dalan novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& T Akbar Maulana ............................................................. 47
Tabel 4.4 : Data Latar (setting) Novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana........................................... 48
Tabel 4.5 : Data Amanat Novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana...................................................... 49
Tabel 4.6 : Data Amanat Novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana...................................................... 49
Tabel 4.7 : Data Aspek Sosiologi Sastra Novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T Akbar Maulana ................................. 50
Tabel 4.8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Boys Beyond
The LightKarya Astrid Tito & T Akbar Maulanadi Kelas
XII SMA............................................................................... 51
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Sampul Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
Akbar Maulana
Lampiran 2 : Sinopsis Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
Akbar Maulana
Lampiran 3 : Biografi Pengarang
Lampiran 4 : Kartu Pencatat Data
Lampiran 5 : Silabus Pembelajaran
Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 7 : Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 8 : Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, penegasan istilah dan sistematika skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang berisikan tentang
kehidupan manusia untuk memberikan gambaran kehidupan individu dengan
segala aspek kehidupannya di dalam masyarakat, karena sastra dapat
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Di dalam kehidupan secara individu,
masing-masing individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda antar
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Oleh karena itu, diharapkan
karya sastra tidak hanya sebagai bahan bacaan saja atau hanya sebuah hiburan
tetapi harus mengandung nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai budaya.
Setyorini (2014: 83) suatu karya sastra merupakan sebuah karya yang
pada hakikatnya dibuat dengan mengedepankan aspek keindahan di samping
keefektifan penyampaian pesan. Keindahan dalam karya sastra dapat
diwujudkan melalui media bahasa. Media bahasa merupakan sarana yang
digunakan pengarang untuk menyampaikan buah pikiran dan imajinasinya
dalam proses penciptaan karya sastra.
Karya sastra lahir karena adanya keinginan dari pengarang untuk
mengungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki ide, gagasan,
dan kreativitas yang dimiliki. Sukirno (2013: 3), menjelaskan kreatifitas
2
berarti kemampuan untuk mencipta. Lebih lanjut, diterangkan bahwa menulis
kreatif adalah aktifitas menuang gagasan secara tertulis atau melahirkan daya
cipta berdasarkan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau karangan
dalam teks.
Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang
berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga muncul gagasan
imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan karya sastra akan
menyumbangkan tata nilai figur dan tatanan tuntutan masyarakat, hal ini
merupakan ikatan timbal balik antara karya sastra dengan masyarakat,
walaupun karya sastra tersebut berupa fiksi, tetapi pada kenyataannya, sastra
juga mampu memberikan manfaat yang berupa nilai-nilai sosial bagi
pembacanya.
Sastra selalu menampilkan gambaran hidup dan kehidupan itu
sendiri, yang merupakan kenyataan sosial. Dalam hal ini, kehidupan tersebut
akan mencakup hubungan antar masyarakat dengan orang seorang,
antarmanusia, manusia dengan Tuhan-Nya, dan antar peristiwa yang terjadi
dalam batin seseorang. Nurgiyantoro (2013: 14), mengatakan bahwa
membaca sebuah novel untuk sebagian (besar) orang hanya ingin menikmati
cerita yang disuguhkan. Mereka hanya akan mendapatkan kesan secara umum
dan samar tentang plot dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca
novel yang terlalu panjang yang baru dapat diselesaikan setelah berkali-
berkali baca, dan setiap kali baca hanya selesai beberapa episode, akan
3
memaksa kita untuk senantiasa mengingat kembali cerita yang telah dibaca
sebelumnya.
Novel merupakan salah satu bentuk mengunggkapkan kepribadian
tokoh di dalam sebuah karya sastra yang dihasilkan pengarang melalui cerita
yang disajikan, sehingga menarik perhatian pembaca untuk mengetahui
gambaran-gambaran tokoh dalam setiap kepribadian yang dimiliki. Sastra
mampu membentuk watak-watak pribadi secara personal, dan akhirnya dapat
pula secara sosial. Sastra mampu berfungsi sebagai penyadar manusia akan
kehadirannya yang bermakna bagi kehidupan, bagi sang pencipta maupun
dihadapan sesama manusia.
Nasution (2016: 16), sosiologi sastra adalah menghubungkan
pengalaman tokoh-tokoh khayalan dan situasi cipta pengarang itu dengan
keadaan sejarah yang merupakan asal-usulnya. Pendekatan sosiologiyang
dilakukan saat ini, hanya menaruh perhatian besar terhadap aspek
dokumentasi sastra, hal ini berdasarkan bahwa sastra merupakan cerminan
kehidupan yang kaitannya dengan hubungan seseorang di dalam masyarakat.
Faruk (2016: 1), mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang ilmiah
dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-
lembaga dan proses-prosessosial. Selanjutnya dikatakan, bahwa sosiologi
berusaha menjawab pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat
dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan mengapa masyarakat bertahan
hidup. Melalui penelitian yang ketat mengenai lembaga-lembaga sosial,
agama, ekonomi, politik, dan keluarga, yang secara bersama-sama
4
membentuk apa yang disebut struktur sosial, sosiologi dikatakan memperoleh
gambaran mengenai mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural,
yang dengannya individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-
peranan tertentu dalam struktur sosial itu.
Salah satu novel sastra yang membahas tentang masyarakat adalah
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana. Novel
tersebut karena di dalamnya terdapat konflik-konflik sosial dan aspek-aspek
sosial. Dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar
Maulana juga terdapat unsur intrinsik yang menarik untuk di analisis. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun
cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah
novel. Unsur yang dimaksud misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan,
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-
lain.
Ada beberapa pendapat yang membuktikan bahwa novel Boys Beyond
The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana layak dianalisis dengan
kajian sosiologi sastra dan layak sebagai bahan pembelajaran satra khususnya
novel di SMA kelas XII. Menurut Brigadir Jenderal TNI (Mar) Yuniar Ludfi
selain sebagai novel, Boys Beyond The Light yang mengedepankan kisah
cinta anak manusia, juga menceritakan kisah empat anak muda yang sedang
mencari jati diri dan eksistensi kehidupan mereka di dunia yang paradoks ini.
Di satu titik, sadar atau tidak mereka merupakan anak-anak cerdas yang
dimanipulasi informasi dan propaganda di media mengenai apa yang disebut
5
„perjuangan‟. Karena jauh dari orangtua, penentuan sikap tanpa bimbingan
membawa mereka ke jalan terjal menuju jurang. Ada yang menyadari hal
tersebut salah, namun ada yang tidak.
Novel yang diangkat dari kisah nyata ini memberikan gambaran
kepada para pembaca bahwa gerakan radikal terorisme bukan hanya
menyasar fisik, misalnya melakukan pemboman atau aksi bersenjata, tetapi
juga pola pikir masyarakat terutama para pemuda, melalui berbagai cara,
seperti pembayaran kebencian melalui cyberspace atau penyebaran agitasi
melalui sosial media maupun buku. Semoga ke depannya tidak ada lagi
pemuda/pemudi yang dengan mudahnya dipengaruhi propaganda dari
kelompok teror sehingga berniat masuk ke dalam kelompok tersebut. Semoga
ke depannya para orangtua dan guru dapat memberikan bimbingan kepada
anak-anak untuk tidak mudah terpengaruh hasutan tersebut. Kepada para
pemuda tersebutlah kita akan mewariskan bangsa dan negara ini, dan juga
Islam yang rahmatun lil’ alamin”.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana dengan
sosiologi sastra dan pembelajarannya di SMA karena novel tersebut
mempunyai daya pikat yang luar biasa untuk diketahui terutama dalam segi
kehidupan sosialnya. Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
Akbar Maulana cocok diterapkan dalam materi pembelajaran di SMA karena
banyak petuah yang bisa diambil dalam novel ini terutama kehidupan sosial
remaja saat ini.
6
Pembelajaran sastra adalah suatu rangkaian pembelajaran yang
melibatkan komponen-komponen di dalamnya yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Pengajaran sastra dapat dikatakan sebagai
wahana untuk belajar menemukan nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra
yang dibelajarkan (Ismawanti, 2013: 3).
Oleh karena itu, dapat ditegaskan pengajaran sastra yang dilakukan
dengan benar dapat mengembangkan kecakapan tersebut lebih dari mata
pelajaran yang lain. Berdasarkan hal tersebut, sastra mempunyai kedudukan
yang cukup tinggi dalam dunia pendidikan. Dengan belajar sastra siswa dapat
berimajinasi sesuai dengan dunianya sehingga dapat mengangkat kreatifitas
siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disimpulkan, dapat diidentifikasi
beberapa masalah, antara lain;
1. novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
memuat unsur intrinsik yang menarik;
2. novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
terdapat persoalan-persoalan sosial yang dapat dipecahkan melalui
pembelajaran sastra di SMA;
3. novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
mengandung banyak aspek-aspek sosial yang dapat diajarkan melalui
pembelajaran sastra di SMA;
7
4. novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana dapat
dijadikan sebagai bahan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.
C. Batasan Masalah
Untuk mencegah adanya kekaburan masalah dan mengarahkan
penelitian ini agar lebih intensif serta efisien dengan tujuan yang ingin
dicapai, diperlukan pembatasan masalah. Pembatasan masalah penelitian ini
adalah analisis sosiologi sastra novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T. Akbar Maulana dan rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Boys Beyond The
Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana?
2. Bagaimanakah aspek-aspek sosial pada novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana?
3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran novel Boys Beyond The
Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana di SMA?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Boys Beyond
The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
8
2. mendeskripsikan aspek-aspek sosial pada novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
3. mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Boys Beyond
The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana di SMA.
F. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian ini ada dua macam, yaitu secara teoretis dan
secara praktis.
1. Secara teoretis
Secara teoretis, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. memberi gambaran yang jelas tentang sosiologi sastra yang terdapat
dalam novel.
b. mengembangkan penelitian tentang sosiologi sastra dalam sebuah
novel.
c. hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian serta wawasan kepada
pembaca tentang aspek-aspek sosial yang terdapat dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
2. Secara praktis
Secara praktis, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut.
a. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik, penilaian ini diharapkan memudahkan
peserta didik dalam memahami unsur intrinsik dan aspekn nilai sosial
serta dapat dengan mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
9
b. Bagi Guru
Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
referensi serta salah satu alternatif guru untuk mengatasi kesulitan
pembelajaran sastra novel yang lebih efektif dan bervariatif sesuai
dengan pendidikan berkarakter tentang aspek/ nilai sosial pada peserta
didik.
c. Bagi Peneliti Berikutnya
Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi acuan dalam mengembangkan penelitian berikutnya.
G. Penegasan Istilah
Peneliti akan menjelaskan berbagai istilah untuk menghindari
kesalahpahaman yang digunakan dalam penulisan judul penelitian. Judul
penelitian ini adalah “ Analisis Sosiologi Sastra Novel Boys Beyond The
Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajarannya di SMA”.
1. Analisis
Tim Redaksi KBBI (2013: 58) menjelaskan bahwa analisis berarti
penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya.
2. Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat
reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat
sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar
10
penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan
sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya
sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan
zamannya (Endraswara 2013: 77).
3. Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan
menonjolkan watak dan sifat perilaku (Tim Redaksi KBBI, 2013: 969).
Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
diterbitkan PT. Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2016 dengan jumlah
halaman 212 halaman, dan novel ini penulis gunakan sebagai sumber dan
objek penelitian.
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksana pembelajaran adalah rencana atau langkah-
langkah pelaksanaan pembelajaran sesuai materi mata pelajaran. Materi
mata pelajaran yang diajarkan dengan acuan silabus kurikulum 2013 dan
rencana pelaksana pembelajaran.
Dari pengertian istilah-istilah di atas, disimpulkan bahwa maksud
judul dalam skripsi ini adalah aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana dan
rencana pelaksanaan pembelajarannya di SMA.
11
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Penelitian ini supaya lengkap dan sistematis perlu adanya sistematika
penulisan. Sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :
Pada bagian awal penulis menyajikan judul skripsi, persetujuan
pembimbing, pengesahan, moto dan persembahan, prakata, daftar isi, daftar
lampiran, dan abstrak.
Bab I Pendahuluan. Pada bab ini dibahas latar belakang, identifikasi
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika skripsi.
Bab II Tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Pada bab ini dibahas
tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka terdiri dari beberapa
buku dan penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III Metode penelitian. Pada bab ini dibahas sumber penelitian,
objek penelitian, fokus penelitian, Sumber data, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis.
Bab IV Pada bab ini penyajian dan pembahasan data penelitian.
Penyajian dan analisis data yang difokuskan pada aspek sosiologi sastra pada
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
Bab V Penutup, berisi simpulan dan saran. Untuk halaman
selanjutnya, disertakan daftar pustaka, dan lampiran. Lampiran berisi sinopsis
dari novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Bab ini memaparkan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan
pustaka berisi kajian beberapa buku dan paparan penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini dan kajian teoretis berisi paparan teoretis yang menjadi
acuan penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini disajikan tinjauan pustaka yang berisi beberapa
buku dan paparan penelitian terdahulu yang relevan sebagai referensi
penelitian ini.
1. Kajian Beberapa Buku
Beberapa buku yang dijadikan referensi pembelajaran sastra adalah
buku yang berjudul Paradigma Sosiologi Sastra (Ratna, 2013). Buku
tersebut memuat pengertian sosiologi sastra, sejarah sosiologi sastra,
sosiologi sastra Indonesia, kaitan sosiologi sastra dengan psikologi dan
teori-teori sosiologi sastra. Selain itu, digunakan juga buku Pengantar
Sosialogi Sastra (Faruk, 2016). Buku tersebut berisi tentang sosiologi dan
cara pandang, teori tentang masyarakat, karya sastra, dan sosiologi sastra
Indonesia.
Beberapa buku yang menjadi acuan tentang karya sastra sebagai
objek penelitian berjudul Pengkajian Prosa Fiksi (Ginanjar, 2012). Buku
tersebut membahas mengenai karya sastra, pengkajian prosa, dan sosiologi
13
sastra. Selain itu, dalam buku berjudul Teori Pengkajian Fiksi (Nurgiyantoro,
2013) dapat digunakan sebagai pedoman karena memuat hakikat fiksi, unsur
fiksi, dan kajian fiksi. Buku yang dijadikan referensi pembelajaran sastra
adalah Model-model Pengajaran dan Pembelajaran (Huda, 2013). Buku
tersebut berisi tentang model-model pengajaran dan pembelajaran.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian terhadap kajian sosiologi sastra pernah dilakukan peneliti
terdahulu. Berikut ini merupakan beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian ini yaitu Kustantyani (2012), I Wayan Mika (2013), dan
Nasution (2016).
Kustantyani (2012) dalam penelitiannya berjudul “Analisis
Sosiologi Sastra Novel Bidadari Berkalam Ilahi Karya Wahyu Sujani dan
Pembelajarannya di Kelas XI SMA” menyimpulkan bahwa dengan
pendekatan sosiologi sastra siswa mampu menentukan nilai sosial pada
novel Bidadari Berkalam Ilahi karya Wahyu Sujani, seperti aspek-aspek
sosial yang meliputi aspek kekerabatan, perekonomian, cinta kasih,
moralitas, dan pendidikan. Hubungan aspek-aspek sosial yang meliputi,
hubungan kekerabatan dengan perekonomian, hubungan kekerabatan
dengan kepercayaan, hubungan kekerabatan dengan pendidikan, hubungan
kekerabatan dengan cinta kasih. Selain itu, skenario pembelajaran metode
PAIKEM yang digunakan Kustantyani (2012) dapat mengembangkan dan
meningkatkan prestasi siswa kelas XI SMA. Sehingga siswa lebih
14
memahami materi tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel
Bidadari Berkalam Ilahi karya Wahyu Sujani.
Penelitian yang dilakukan oleh Kustantyani mempunyai persamaan
dan perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya kedua penelitian ini
membahas aspek-aspek sosial. Perbedaannya terletak pada metode
pembelajaran yang digunakan oleh Kustantyani adalah metode PAIKEM
sedangkan penulis menggunakan model think-pair share.
I Wayan Mika (2013) menulis skripsi berjudul “ Analisis Sosiologi
Sastra Novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda”. Permasalahan yang
disajikan dalam penelitian ini antara lain mendeskripsikan aspek-aspek
sosial, dalam novel Dr. Ratini Karya Nyoman Manda. Aspek-aspek
tersebut meliputi aspek agama, aspek magis, aspek percintaan, dan aspek
teknologi.
Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Mika mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Persamaan kedua penelitian ini membahas aspek-aspek sosial.
Perbedaannya terletak pada aspek-aspek yang dianalisis. I Wayan Mika
menganalisis aspek agama dan aspek percintaan. Sedangkan peneliti
menganalisis aspek kekerabatan, cinta kasih, ekonomi, keagamaan, dan
pendidikan.
Nasution (2016) dalam penelitiannya berjudul “ kajian sosiologi
sastra novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto”. Novel tersebut dikaji
dengan pendekatan sosiologi sastra. Berdasarkan pendekatan tersebut,
15
ditemukan bahwa: (1) pandangan dunia pengarang; (2) latar belakang sosial
budaya yang mencakup pendidikan, pekerjaan, bahasa, tempat tinggal, adat
kebiasaan, dan agama; (3) pandangan pengarang terhadap tokoh wanita;
serta (4) karakter tokoh dan hubungan antar tokoh. Kehidupan sosial yang
digambarkan pengarang didominasi oleh adat budaya jawa yaitu Solo.
Penelitian yang dilakukan oleh Nasution mempunyai persamaan
dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaan
kedua penelitian ini membahas sosiologi sastra. Perbedaanya terletak pada
aspek sosiologi sastra yang dianalisis.
Dari ketiga penelitian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini
bukanlah penelitian yang baru, tetapi merupakan penelitian lanjutan dari
penelitian-penelitian terdahulu sehingga diharapkan dapat melengkapi dan
mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat
materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang
diteliti. Dalam kajian teoretis ini dibahas mengenai pengertian novel, unsur
intrinsik novel, pengertian sosiologi sastra, aspek-aspek sosiologi sastra,
pembelajaran satra di SMA, tujuan pembelajaran sastra di SMA, fungsi
pembelajaran sastra di SMA, pemilihan bahan pembelajaran sastra, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA.
16
1. Pengertian Novel
Novel merupakan salah satu bentuk mengunggkapkan kepribadian
tokoh di dalam sebuah karya sastra yang dihasilkan pengarang melalui
cerita yang disajikan, sehingga menarik perhatian pembaca untuk
mengetahui gambaran-gambaran tokoh dalam setiap kepribadian yang
dimiliki. Sastra mampu membentuk watak-watak pribadi secara personal,
dan akhirnya dapat pula secara sosial. Sastra mampu berfungsi sebagai
penyadar manusia akan kehadirannya yang bermakna bagi kehidupan, bagi
sang pencipta maupun dihadapan sesama manusia.
2. Unsur Intrinsik
Nurgiantoro (2013: 30) menyatakan unsur intrinsik (intrinsic)
adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. adalah unsur-
unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur
intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut
serta membangun cerita. Berdasarkan pendapat Nurgiyantoro di atas, dapat
disimpulkan bahwa unsur intrinsik merupakan unsur yang membangun
suatu hasil karya sastra dari dalam. Unsur intrinsik juga dapat dijadikan
sebagai landasan awal dalam mempelajari hasil karya sastra, salah satunya
novel.
a. Tema
Tema adalah masalah hakiki manusia, seperti cinta kasih,
ketakutan, kebahagiaan, kesengsaraan, keterbatasan dan sebagainya
17
(Ginanjar 2012: 10). Masalah hakiki manusia tersebut berasal dari rasa
kejiwaan manusia secara pribadi maupun sebagai manifestasi interaksi
dengan manusia lain. Oleh karena itu, gagasan utama dari suatu novel
biasanya berisi pandangan tertentu atau perasaan tertentu mengenai
kehidupan.
Menurut (Sukirno 2013: 90) tema adalah makna cerita, gagasan
sentral, atau dasar cerita yang hendak diperjuangkan dalam cerita. Tema
berfungsi melayani perhatian total sang pengarang terhadap pengalaman
dan hubungannya dengan lingkungan yang dihadapi. Tema memiliki
beberapa jenis, yaittu: tema jasmani, tema moral, tema sosial, tema
egoik, dan tema ketuhanan. Tema jasmaniah berfokus pada penonjolan
fisik. Tema moral mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral
manusia dan hubungan antarmanusia. Tema sosial meliputi hal-hal di
luar masalah pribadi, seperti masalah politik, pendidikan, dan
lingkungan. Tema egoik merupakan tema yang menyangkut reaksi-
reaksi pribadi yang pada umumnya menentang pengaruh sosial. Tema
ketuhanan merupakan tema yang berkaitan dengan kondisi dan situasi
manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Selain kelima tema itu, ada
tradisional yaitu tema yang menempatkan kebenaran selalu
mengalahkan kejahatan dan tema modern yaitu tema yang menempatkan
kejahatan memenangkan kebenaran.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema
adalah makna cerita yang hendak diperjuangkan dalam cerita yang
18
didalamnya tentang masalah hakiki manusia. Tema pada novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulan dalam
penelitian ini, dikatakan indah karena novel tersebut membahas masalah
sosial dan pencarian jati diri anak muda di Indonesia.
b. Tokoh dan penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting
dalam prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya
atau pelaku cerita. Istilah penokohan untuk melukiskan gambaran yang
jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. (Ginanjar
2012: 15) mengungkapkan bahwa novel-novel Indonesia adalah novel
tokohan, yakni segala persoalan berasal, berpijak, dan berujung pada
sang tokoh.
Nurgiyantoro (2013: 258-278) membedakan beberapa tokoh,
yaitu tokoh utama dan tokoh tambaha, tokoh protagonis dan tokoh
antagonis, tokoh sederhana dan tokoh bulat, tokoh statis dan tokoh
berkembang.
1) Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering muncul dalam
cerita. Tokoh utama paling banyak berperan dan selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain dalam cerita tersebut.
Sebaliknya, tokoh tambahan adalah tokoh yang peranannya lebih
sedikit dibandingkan dengan tokoh utama, dan kehadirannya jika
19
ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung ataupun
tidak langsung.
2) Tokoh protagonis dan antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah
satu jenisnya secara popular disebut tokoh hero, tokoh yang
mewakili norma-norma ideal. Sebaliknya, tokoh antagonis biasanya
menarik simpati pembaca. Tokoh antagonis adalah tokoh yang
selalu menyebabkan konflik bagi tokoh protagonis.
3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu
kualitas tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Sebaliknya, tokoh
bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya.
4) Tokoh statis dan tokoh berkembang
Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak
mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai
akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tokoh berkembang
adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan
perwatakan sejalan dengan perkembangan dan perubahan peristiwa
dan plot yang dikisahkan.
5) Tokoh tipikal dan tokoh netral
Tokoh tipikal merupakan tokoh yang sedikit ditampilkan
keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas
20
pekerjaan atau kualitas kebangsaannya, atau sesuatu yang bersifat
mewakili. Tokoh netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi
cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajinatif yang
hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
Dari penjelasan tokoh dan penokohan di atas dapat
disimpulkan bahwa tokoh dan penokohan itu penting untuk
membangun sebuah karya sastra yang berupa novel. Dalam novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
menggunakan tokoh utama dan tokoh tambahan.
c. Alur/plot
Alur/plot adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita
yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang peranan
penting dalam cerita. Fungsi plot memberikan penguatan dalam cerita.
Menurut Ginanjar (2012: 12) plot memiliki fungsi untuk membaca ke arah
pemahaman cerita secara rinci dan menyediakan tahap-tahap tertentu bagi
pengarang untuk melanjutkan cerita berikutnya.
Secara teoretis plot biasanya dikembangkan dalam urutan-urutan
tertentu. Waluyo (dalam Ginanjar 2012: 13) membedakan plot menjadi
tujuh tahapan: (1) exposition, yaitu paparan awal cerita; (2)
incitingmoment, yaitu peristiwa mulai adanya problem-problem yang
ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan atau ditingkatkan; (3)
rising action, yaitu penanjakan konflik; (4) complication, yaitu konflik
yang semakin ruwet; (5) klimaks, yaitu puncak dari seluruh cerita dan
21
semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk dapat menonjolkan
saat klimaks cerita tersebut; (6) falling action, yaitu konflik yang dibangun
cerita itu menurun karena telah mencapai klimaksnya; (7) denovement,
yaitu penyelesaian.
Berdasarkan kriteria urutan waktu, Nurgiyantoro (dalam
Ginanjar 2012: 13) membedakan alur menjadi tiga: (1) alur maju atau
progresifdalam sebuah novel terjadi jika cerita dimulai dari awal,
tengah, dan akhir terjadinya peristiwa, (2) alur mundur, regresif atau
flashback terjadinya jika dalam cerita tersebut dimulai dari akhir cerita
atau tengah cerita kemudian menuju awal cerita; dan (3) alur campuran
yaitu gabungan antara alur maju dan alur mundur.
d. Latar
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Kadang-
kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang banyak mempengaruhi
penokohan dan kadang membentuk tema. Pada banyak prosa khususnya
novel, latar membentuk suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca
yang ada di lingkungan tokoh memberi pengaruh terhadap perasaan
tokoh cerita tersebut (Ginanjar 2012: 17).
Menurut (Sukirno 2013: 89) latar cerita terdiri atas latar
tempat, latar waktu, latar situasi, dan latar budaya. Latar tempat dapat
berupa alam yang terbuka luas, di dalam ruang yang luas, dan di ruang
22
yang lebih sempit. Latar waktu dapat menunjukkan pukul, pagi, siang,
sore, malam, hari, bulan, tahun, dan zaman. Adapun latar situasi berupa
penceritaan situasi hujan, terang, sibuk, tenang, marah, aman, rusuh,
duka, suka, menyendiri, banyak orang, dan situasi-situasi yang lainnya.
Latar budaya adalah kondisi dua adat istiadat masyarakat disekitarnya.
e. Sudut pandang
Ratna (2013: 113) mengatakan dalam pengeritan ilmu sastra
modern, sudut pandang dianggap sebagai cara yang paling halus untuk
memahami hubungan antara penulis dengan struktur naravitas, yaitu
dengan memanfaatkan mediasi-mediasi variasi narator. Sudut pandang
menyangkut tempat berdirinya pengarang dalam sebuah cerita sekaligus
menentukan struktur gramatikal naratif. Analisis sosiologis memanfaatkan
signifikasi sudut pandang melalui interaksi status dan peranan,
khususnya status dan peranan tokoh-tokoh utama.
f. Amanat
Tim Redaksi KBBI (2013: 47) menjelaskan amanat artinya
pesan, perintah. Amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan
pengarang melalui cerita.
3. Pengertian Sosioligi
Sosilogi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi
berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu,
berkawan, teman) dan logi (logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan).
Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti
23
masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai
asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang
mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam
masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris.
Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan,
mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana.
Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku
pengajaran yang baik. Jadi, Sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya
sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatan (Ratna 2013: 1-
2).
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat
reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat
sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar
penelitian sosiologi sastra adalah kelahiran sastra tidak dalam kekosongan
sosial. Kehidupan sosial akan menjadi picu lahirnya karya sastra. Karya
sastra yang berhasil atau sukses yaitu yang mampu merefleksikan
zamannya (Endraswara 2013: 77).
Nasution (2016) Sosiologi sastra memiliki perkembangan yang
cukup pesat sejak penelitian-penelitian yang menggunakan teori
strukturalisme dianggap mengalami stagnasi. Didorong oleh adanya
kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek
kebudayaan yang lain, maka karya sastra harus dipahami sebagai bagian
yang tak terpisahkan dengan sistem komunikasi secara keseluruhan.
24
Sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat, usaha manusia
untuk menyesuaikan diri dan usahanya mengarah masyarakat tersebut. Novel
genre utama sastra dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali
dunia. Dalam hal ini hubungan manusia dengan keluarganya, lingkungannya,
politiknya, negaranya, dan sebagainya. Dengan demikian, tampak jelas bahwa
novel berurusan dengan tekstur sosial, ekonomi, politik yang juga menjadi
urusan sosiologi. Novel menyusup menembus permukaan kehidupan sosial
dan menunjukkan cara-cara manusia menghayati masyarakat dan
perasaannya (Damono, 1984:7).
Menurut Damono (1984: 6) bahwa sosiologi adalah telaah yang
objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang
lembaga dan proses sosial. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana ia
berlangsung dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-
lembaga sosial dan segala masalah perekonomian, keagamaan, politik, dan
lain-lain yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial. Kita mendapat
gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang
menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.
Ada tiga pendekatan yang dilakukan sosiologi sastra terhadap sastra
Wellek dan Werren (dalam Ginanjar 2012: 32).
a. Sosiologi pengarang, profesi pengarang dalam dan institut sastra.
Masalah yang berkaitan disini adalah dasar ekonomi produksi sastra,
25
latar belakang sosial, status pengarang dan ideologi pengarang terlihat
dari berbagai kegiatan pengarang diluar karya sastra.
b. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri,
yang menjadi pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam
karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.
c. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan dampak sosial
karya sastra.
Ian Watt dalam Damono (1984:3) mengklasifikasikan tiga jenis
pendekatan dalam sosiologi sastra yaitu:
a. Konteks sosial pengarang
Permasalahan yang pertama ini juga termasuk juga faktor-faktor
sosial yang dapat mempengaruhi si pengarang sebagai perseorangan
disamping mempengaruhi isi karya sastranya. Hal-hal yang dibahas
dalam konteks sosial pengarang yaitu (1) bagaimana pengarang
mendapat meta pencahariannya; apakah ia menerima bantuan dari
pengayom (katrom), atau dari masyarakat secara langsung atau dari
rangkap, (2) prosfesionalisme dalam kepengarangan; yaitu sejauh mana
pengarang itu menganggap pekerjaan itu sebagai suatu profesi, dan (3)
masyarakat apa yang dituju pengarang; yaitu hubungan yang erat antara
pengarang dan masyarakat yang dalam hal ini sangat penting, sebab
sering didapati bahwa masyarakat yang dituju itu menentukan bentuk
dan isi karya sastra.
26
b. Sastra sebagai cermin masyarakat
Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu
sendiri adalah suatu kenyataan sosial (Sapardi Djoko Damono, 1978).
Sastra sebagai cermin masyarakat mempunyai pengertian, yaitu sampai
sejauh mana sastra dapat dianggap sebagai cermin keadaan masyarakat
yang dapat perhatian dalam sastra sebagai cermin masyarakat adalah (1)
sastra mungkin tidak dapat mencerminkan masyarakat pada waktu karya
sastra itu ditulis karena banyak ciri-ciri masyarakat yang ditampikan dalam
karya sastra itu sudah tidak berlaku lagi pada saat karya sastra itu ditulis, (2)
sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang sering mempengaruhi
pemilihan dan penampilan tanpa fakta sosial dalam karyanya, (3) genre
sastra sering merupakan sikap sosial suatu kelompok tertentu dan bukan
sikap sosial seluruh masyarakat, (4) sastra berusaha untuk menampilkan
keadaan masyarakat secermat-cermatnya sehingga mungkin saja tidak
dapat dipercaya sebagai cermin masyarakat.
c. Fungsi sosial sastra
Dalam fungsi sosial sastra ada tiga hal yang harus diperhatikan
yaitu (1) sudut pandang ekstrim kaum romantik yang menganggap sastra
itu sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi sehingga sastra
harus berfungsi sebagai pembaharu dan perombak, (2) dari sudut lain
dikatakan bahwa sastra bertugas sebagai penghibur belaka, (3) sastra
harus mengajarkankan sesuatu dengan cara menghibur. Telaah sosiologi
dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu : (1) sosiologi
27
pengarang, (2) sosiologi karya sastra, dan (3) sosiologi sastra yang
mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra.
Faruk (2016: 1) mendefinisikan sosiologi sebagai studi yang
ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi
mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Selanjutnya
dikatakan, bahwa sosiologi berusaha menjawab pertanyaan mengenai
bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana cara kerjanya, dan
mengapa masyarakat bertahan hidup. Melalui penelitian yang ketat
mengenai lembaga-lembaga sosial, agama, ekonomi, politik, dan
keluarga, yang secara bersama-sama membentuk apa yang disebut
struktur sosial, sosiologi dikatakan memperoleh gambaran mengenai
mekanisme sosialisasi, proses belajar secara kultural, yang dengannya
individu-individu dialokasikan pada dan menerima peranan-peranan
tertentu dalam struktur sosial itu.
4. Aspek-aspek Sosiologi
Sosiologi dan sastra merupakan satu kesatuan yang akan dikaji dalam
penelitian yang keduanya saling berkaitan. Hubungan antara sosiologi dan
sastra adalah sastra diciptakan pengarang dengan menggunakan seperangkat
peralatan tertentu yang bercermin pada masyarakatnya, sehingga pengarang
dapat mengangkat cerita tentang kehidupan sosial masyarakat.
Menurut Ratna (2015: 29) bahwa sosiologi sastra tidak cukup
dipahami dengan memanfaatkan kedua ilmu, tetapi juga memerlukan
sejarah, agama, ekonomi, hukum, psikologi, dan kebudayaan pada
28
umumnya. Selanjutnya, Soekanto (2013: 46) menjelaskan bahwa terdapat
sosiologi yang dipusatkan pada masalah-masalah politik, agama, hukum,
keluarga, pendidikan, dan ekonomi. Selain itu, Nurgiyantoro (2015: 131)
juga menjelaskan bahwa masalah-masalah sosial antara lain berupa
masalah ekonomi, sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, sosial,
politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih antarsesama,
propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan
hubungan sosial lainnya.
Dari penjabaran di atas, aspek-aspek sosiologi yang digunakan
untuk menkaji novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar
Maulana meliputi: (a) kekerabatan, (b) cinta kasih, (c) perekonomian, (d)
keagamaan, dan (e) pendidikan.
a. Aspek Kekerabatan
Kekerabatan berasal dari kata „Kerabat‟ yang berarti dekat
(pertalian keluarga). Menurut Utomo (2013: 43) kerabat atau keluarga
merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah kecil
orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga itu dapat
berbentuk keluarga inti (Nucleus Family): ayah, ibu, anak, atau
keluarga yang diperluas (di samping inti, ada orang lain: kakek, nenek,
adik ipar, pembantu dan lain-lain).
Kata “kerabat” mendapat awalan ber- menjadi “berkerabat”
yang berarti masih mempunyai hubungan dalam satu keluarga (Sugono
dkk, 2008: 673-674). Kekerabatan berarti perihal berkerabat, hubungan
29
manusia dengan manusia, hubungan darah, hubungan perkawinan yang
hidup bersama membentuk suatu ikatan (ikatan keluarga dan ikatan
sosial). Hubungan sosial tersebut berupa hubungan baik maupun
hubungan tidak baik. Semua itu bisa terjadi di masyarakat maupun teks
sastra yang dianggap sebagai cermin sosial masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa kekerabatan adalah hubungan seseorang yang mempunyai
hubungan darah dari orang-orang sebelumnya. Sehingga menjadi
saudara yang hidup secara bersama membentuk suatu ikatan keluarga
dan ikatan sosial.
b. Aspek Cinta Kasih
Soekanto (2013: 233) menjelaskan bahwa aspek cinta kasih
merupakan rasa cinta kasih yang menghasilkan perbuatan-perbuatan
yang pada umumnya positif. Rasa cinta kasih biasanya telah mendarah
daging (internalized) dalam diri seorang atau sekelompok orang.
Perasaan cinta dan kasih sayang memang peranan penting
dalam kehidupan manusia, sebab cinta kasih merupakan landasan
dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan
pemeliharaan anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan
manusia yang akrab. Cinta kasih juga bisa kepada orangtua, anak, cinta
kepada kekasih, cinta kepada sahabat, dan masih banyak cinta yang
lainnya.
30
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa cinta kasih adalah perasaan kasih sayang atau suka terhadap
orang lain baik cinta untuk anak, teman, pasangan dan masih banyak
yang lainnya.
c. Aspek Perekonomian
Sugono dkk. (2008: 355) ekonomi berarti ilmu tentang asas-asas
produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang serta kekayaan,
pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga, tata
kehidupan perekonomian, urusan keuangan rumah tangga.
Masalah perekonomian dapat dijumpai pada masyarakat
tradisional, yang sering dihubungkan dengan upacara-upacara adat yang
harus dilakukan. Tidak jarang upacara adat memerlukan biaya besar dan
yang mampu mengadakannya hanyalah orang-orang yang mampu secara
materi. Bahkan hal itu sering kali merupakan status symbol dari yang
bersangkutan.
Selain itu, Soekanto (2013: 14) menjelaskan bahwa ilmu ekonomi
pada hakikatnya mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi
kebutuahan materialnya dari bahan-bahan yang terbatas persediaannya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek
perekonomian adalah tingkat kekayaan kehidupan masyarakat dari
berbagai golongan.
31
d. Aspek Keagamaan
Keagamaan adalah getaran jiwa yang menyebabkan manusia
berlaku religius. Ginanjar (2012: 58) menjelaskan agama adalah hal
yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga dari pendidikan ini
diharapkan dapat terbentuk manusia religius. Kewajiban beragama
merupakan hak asasi setiap manusia di bumi. Dengan agama kita
menjadi tahu mana yang baik dan mana yang benar. Perilaku yang kita
lakukan di dunia akan mendapat balasan sesuai dengan amal ibadah
kita di dunia.
e. Aspek Pendidikan
Soekanto (2013: 47-48) menjelaskan sosiologi pendidikan
adalah cabang sosiologi yang mempelajari lembaga-lembaga dan
proses-proses pendidikan. Tujuan utama pendidikan adalah untuk
meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses
sosialisasi. Sosiologi pendidikan tidak hanya membatasi diri pada
pendidikan yang diberikan di sekolah-sekolah, tetapi juga pendidikan
keluarga, pendidikan masyarakat, dan sebagainya.
Aspek pendidikan merupakan aspek yang berhubungan dengan
proses pembentukan kepribadian seseorang untuk menjadikannya
manusia yang berpendidikan atau berilmu. Menurut Utomo (2013: 2)
pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus
menerus tak terputus dari generasi ke generasi di manapun didunia ini.
32
upaya memanusiakan manusia melalui pendidikan itu diselenggarakan
sesuai dengan pandangan hidup dan dalam latar sosial-kebudayaan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
proses pendidikan adalah proses untuk meningkatkan kedewasaan
manusia melalui pendidikan dan pelatihan.
5. Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran sastra adalah suatu rangkaian kegiatan belajar
mengajar sastra yang melibatkan serangkaian komponen yang berkaitan
dan terpadu untuk mencapai tujuan. Sebagai wahana untuk belajar
menemukan nilai yang terdapat dalam karya sastra yang dibelajarkan
(Ismawanti, 2013: 3).
6. Tujuan Pembelajaran Sastra di SMA
Nurgiyantoro (2014: 452) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran
sastra secara umum ditekankan, atau demi terwujudnya, kompetensi bersastra
atau kompetensi mengapresiasi sastra peserta didik secara memadai. Walau
terlibat masih umum, tujuan capaian kompetensi tersebut paling tidak telah
memberi arah terhadap rumusan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran
yang lebih khusus dan operasional. Namun, setidaknya tujuan pembelajaran
sastra itu haruslahdiarahkan agar peserta didik memperoleh sesuatu, sesuatu
yang bernilai lebih dibanding bacaan-bacaan lain yang bukan bacaan
kesusastraan.
33
7. Fungsi Pembelajaran Sastra di SMA
Rahmanto (1988: 6-25) mengatakan bahwa pembelajaran sastra
berfungsi untuk: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan
pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang
pembentukan watak.
a. Membantu keterampilan berbahasa
Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat melatih keterampilan
menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Siswa dapat melatih
keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra yang
dibacakan oleh guru atau melalui rekaman. Siswa dapat melatih
keterampilan bicara dengan ikut berperan dalam suatu pertunjukan
drama. Siswa dapat melatih keterampilan membaca melalui membaca
puisi. Selain itu siswa dapat mendiskusikanya dan hasil diskusi sebagai
latihan menulis.
b. Meningkatkan Kemampuan Budaya
Sastra tidak seperti ilmu yang lain seperti kimia atau sejarah,
sastra tidak menampilkan ilmu dalam bentuk jadi. Sastra berkaitan
dengan semua aspek manusia alam dan manusia dengan
keseluruhannya.
c. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Dalam melaksanakan pengajaran sastra kita tidak boleh
berhenti pada pengertian keterampilan atau pengetahuan. Dalam
pembelajaran sastra pengajaran sebagai proses pengembangan individu
34
secara keseluruhan. Oleh karena itu, kecakapan yang terdapat dalam
diri pendidik hendaknya dikembangkan agar pendidik dapat
menyadari potensinya dan dapat mengabdikan diri bagi kepentingan
generasinya.
d. Menunjang Pembentukan Watak
Kepribadian sangat menentukan perilaku seseorang, Tidak
satupun pendidikan yang mampu menentukan watak manusia.
Pendidikan hanya dapat berusaha membentuk dan membina watak
seseorang, tetapi tidak dapat menjamin dapat merubah secara mutlak
watak manusia yang dididik.
Berdasarkan berbagai fungsi pembelajaran sastra tersebut, pada
dasarnya karya sastra banyak memberikan kemanfaatan bagi
pembacanya, baik sebagai sarana hiburan maupun sebagai sarana
mendidik. Mendidik manusia agar dapat lebih bermoral dan
menghargai manusia, meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di
dalamnya, serta dapat menyadarkan manusia untuk meneruskan tradisi
luhur bangsa.
8. Pemilihan Bahan Pembelajaran Sastra
Untuk mencapai proses belajar ngengajar pendidik hendaknya
memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikan. Oleh
karena itu, hendaknya guru memperhatikan: Isi pelajaran hendaknya cukup
benar, bahan ajarannya sahih, bahan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan siswa, bahan yang diajarkan haruslah bermanfaat.
35
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA
Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran ini akan dibahas tentang
langkah-langkah pembelajaran dalam kurikulum 2013.
Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran yang harus disusun dalam rencana
pembelajaran kurikulum 2013, antara lain: kompetensi initi, kompetensi
dasar, materi pelajaran, alokasi waktu, dan sumber belajar.
1) Kompetensi Inti
Kompetensi inti dalam penelitian ini adalah memahami,
menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan persadaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minat untuk
memecahkan masalah;
2) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah menganalisis teks
cerita dalam novel. Baik melalui lisan atau tulisan;
3) Indikator
Indikator merupakan kompetensi dasar secara spesifik yang
dapat dijadikan ukuran mengetahui ketercapaian pembelajaran.
Indikator berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya
36
perubahan sikap siswa. Indikator rencana pelaksanaan pembelajaran
dalam penelitian ini sebagai berikut:
a) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel;
b) menjelaskan aspek-aspek sosiologi dalam novel;
c) menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran.
4) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk pernyataan
yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila rumusan kompetensi
dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam
merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas
sebuah tujuan atau beberapa tujuan.
5) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari materi
pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut kemudian
dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk memudahkan
penetapan uraian materi dapat diacu dari indikator.
6) Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh tiap-tiap
pendidik berbeda karena dikembangkan sesuai dengan kreativitas
37
pendidik. Model pembelajaran yang digunakan secara teratur dan sesuai
dengan materi yang akan disampaikan. Model pembelajaran hendaknya
bersifat membangun semangat siswa mengikuti pembelajaran sehingga
memahami materi yang disampaikan oleh pendidik. Pemilihan model
pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik,
serta karakteristik dari setiap imdikator dan kompetensi yang hendak
dicapai pada setiap mata pelajaran.
Di dalam memilih model pembelajaran guru yang bersangkutan
dapat memilih model yang baik, tepat, sesuai dengan tujuan, bahan, dan
keadaan siswa. Untuk menghindari agar siswa tidak jenuh dalam
menerima pelajaran, guru dalam mengajar menggunakan metode yang
beragam secara maksimal.
Model Think-Pair Share (TPS) merupakan strategi pembelajaran
yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di
University of Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh banyak
penulis di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya.
Strategi ini memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau
berpikir‟ (wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran
kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam
meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan (Huda 2013: 206).
Jadi, model Think-Pair Share dalam pembelajaran sastra
khususnya novel dapat terlaksana dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
38
1. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4 anggota/siswa.
2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.
3. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas
tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
4. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan.
Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya
masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
7) Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah mingggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per-minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasa,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar;
8) Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian akan dibahas sumber penelitian, objek penelitian,
fokus penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data,
dan teknik penyajian hasil analisis.
A. Sumber Penelitian
Sumber penelitian adalah darimana data itu diperoleh (Arikunto:
2010: 129). Pada penelitian ini yang menjadi sumber penelitian adalah novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & Akbar Maulana diterbitkan PT.
Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2016 dengan jumlah halaman 212
halaman. Novel ini merupakan novel keempat dan novel pertama karya Akbar
Maulana. Selain novel ini, Asrid Tito telah menghasilkan novel chicklit best
seller Jodoh Pasti Bertemu terbitan Matahari, novel motivasi Cerita Satu
Cinta terbitan Gramedia Pustaka Utama, dan novel Cinta Tiga Benua terbitan
Matahari yang ditulis bersama rekannya Faris BQ.
B. Objek Penelitian
Objek Penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto 2010: 116). Objek penelitian ini adalah aspek sosiologi
sastra novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & Akbar Maulana, yang
terdiri atas aspek kekerabatan, cinta kasih, ekonomi, keagamaan, dan
pendidikan.
40
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono 2015: 285-286).
Penelitian ini difokuskan pada aspek-aspek sosiologi sastra novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & Akbar Maulana, yang meliputi unsur
intrinsik yang terdiri atas tema, tokoh dan penokohan, alur/plot, latar, sudut
pandang, dan amanat. Aspek sosiologi sastra dalam novel yang meliputi aspek
kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek pendidikan, aspek perekonomian, dan
rencana pelaksanaan pembelajarannya di kelas XII SMA.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(Sugiyono, 2015: 203). Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam
penelitian ini penulis menggunakan teknik studi pustaka. Teknik studi pustaka
adalah teknik yang berkaitan dengan kajian teoretis dan referensi lain yang terkait
dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang teliti
(Sugiyono, 2015: 398). Sedangkan menurut (Sudaryanto, 2015: 205) teknik catat
adalah teknik yang dilakukan dengan pencatat data pada kartu pencatat data yang
dilakukan dengan klasifikasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut:
1. membaca keseluruhan novel secara cermat;
41
2. menandai keseluruhan novel yang mengandung unsur imtrinsik dan aspek
sosiologi sastra dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito &
Akbar Maulana.
3. mencatat data-data yang diperoleh sesuai dengan objek kajian ke dalam
kartu pencatat data.
E. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) menjelaskan instrumen penelitian adalah alat
pengumpul data yang digunakan peneliti agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kartu
pencatat data dan alat tulisnya. Kartu pencatat data digunakan untuk mencatat
semua data yang diperoleh dari kutipan-kutipan yang berhubungan dengan
fokus dan objek penelitian. Dalam hal ini, penelitipun merupakan instrumen
penelitian, karena peneliti menggunakan kartu pencatat. Adapun bentuk kartu
pencatat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 1
Kartu Pencatat Data
No Unsur Intrinsik Data Halaman
Kartu data tersebut di atas digunakan untuk mencatat data-data unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& Akbar Maulana.
42
Tabel 2
Kartu Pencatat Data
No Aspek Sosiologi Data Halaman
Kartu data tersebut di atas digunakan untuk mencatat data-data atau
kutipan aspek sosiologi yang terdapat dalam novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & Akbar Maulana.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Bogdan (dalam Sudaryanto, 2015: 334)
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kualitatif dengan
menggunakan teknik content analysis atau teknik analisis isi. Endraswara
(2013: 203) menjelaskan analisis isi adalah strategi untuk menangkap pesan
karya sastra. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam
pengumpulan data yaitu:
1. menganalisis unsur intrinsik novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & Akbar Maulana ;
2. menganalisis data dari segi aspek-aspek sosial novel Boys Beyond The
Light karya Astrid Tito & Akbar Maulana yang meliputi: aspek cinta kasih,
aspek kekerabatan, aspek pendidikan, dan aspek perekonomian;
3. menyimpulkan hasil analisis ke dalam kartu pencatat data.
43
G. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Sudaryanto (2015: 240-241) menyatakan teknik penyajian data ada dua
teknik, yaitu penyajian data yang bersifat informal dan penyajian data yang
bersifat formal. Penyajian data informal adalah perumusan dengan kata-kata
biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan
penyajian data formal adalah perumusan dengan apa yang umum dikenal
sebagai tanda dan lambang-lambang. Teknik yang digunakan dala penyajian
hasil analisis adalah teknik informal. Dengan penyajian analisis informal,
penulis menyajikan hasil analisis yang berupa aspek-aspek sosial novel novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & Akbar Maulana yang meliputi
aspek kekerabatan, aspek cinta kasih, aspek ekonomi, pendidikan dan rencana
pelaksanaannya di kelas XI SMA, dipaparkan dengan kata-kata biasa tanpa
menggunakan lambang dan bilangan.
44
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN DATA
Dalam bab ini disajikan dua paparan pokok, yaitu (1) penyajian data dan
(2) pembahasan data hasil penelitian yang terdiri dari unsur intrinsik novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana, aspek sosiologi sastra
dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra
dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana di
kelas XII SMA.
A. Penyajian Data
Pada bab ini penulis menmyajikan data-data tentang (1) unsur
intrinsik pada novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar
Maulana, (2) aspek sosiologi sastra pada novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana di kelas XII SMA. Di bawah ini merupakan
penyajian data tersebut.
1. Unsur Intrinsik Pada Novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito
& T. Akbar Maulana
Data hasil penelitian novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& T. Akbar Maulana disajikan dalam bentuk tabel data unsur instrinsik
yang terdiri dari tema, tokoh dan penokohan, alur/plot, latar, sudut
pandang, dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan gagasan utama yang disajikan oleh pengarang
secara implisit atau eksplisit yang dijadikan sebagai penopang sebuah
45
karya sastra yang bertujuan untuk membangun cerita. Tema dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu tema mayor dan tema minor. Di
bawah ini disajikan Tabel 4. 1 yang berisi data tema dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
Tabel 4. 1
Data Tema Mayor dan Tema Minor novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
No Tema dan Masalah Halaman Novel
1. Tema Mayor
Pencarian jati diri, masalah yang
menjerumuskan Galih, Bagas, Abay, dan
Teguh masuk ke dalam kelompok RIIS.
138, 147
2. Tema Minor
Cinta kasih Abay dan Gebi, kurangnya
kasih sayang yang diberikan orangtua
Bagas dan Galih, dan Pendidikan.
49, 73,74, 115,
120
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur pembangun
yang penting dalam karya sastra. Tokoh merupakan pelaku atau orang
yang terlibat dalam cerita, sedangkan penokohan merupakan cara
pengarang menggambarkan atau melukiskan watak dari tokoh-tokoh
dalam cerita. Di bawah ini disajikan data tokoh dan penokohan dalan
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
pada tabel 4. 2
46
Tabel 4. 2
Data Tokoh dan Penokohan Novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana
No Tokoh dan
Penokohan
Nama Tokoh Halaman
1. a. Tokoh Utama
1. Bagas (pendiam
dan kalem)
2. Galih (perhatian
kepada
kakaknya)
3. Abay (sopan,
berbakti kepada
orangtua, pandai)
4. Teguh (pandai,
pendendam)
39, 96
3, 49
22, 60
60, 74
c Tokoh
Tambahan
1. Papa (tegas)
2. Mama (baik, suka
mengatur)
3. Mbok Nah
(sabar)
4. Ayah
(tanggungjawab)
5. Mamak (baik
hati)
6. Pak Ahmed (baik
hati)
7. Puteh (penuh
kasih sayang)
8. Gebi (baik hati)
9. Abu Jalad (kasar)
10. Umu Fitri (tegas,
emosi)
11. Karli (ramah)
12. Okasan (baik
hati)
13. Pak Hamzah
(baik, ramah,
peduli)
14. Mr. Abu Salman
(baik)
11, 13
91, 157
45, 170
18, 31
31, 139, 140-141
31, 53
26, 31
16, 111
129, 134
134, 135
178, 181
175, 176
207, 209
47
c. Alur
Alur merupakan sebuah rangkaian cerita secara runtut yang
berfungsi untuk menjelaskan kejadian dan bertujuan membangun
sebuah cerita. Oleh karena itu, melalui alur jalan cerita dapat tertata
secara runtut dan memberikan penguatan dalam proses membangun
cerita. Alur dalam penelitian ini adalah alur campuran. di bawah ini
disajikan tabel 4. 3 data tahapan alur dalam novel Boys Beyond The
Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
Tabel 4. 3
Alur dalan novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar
Maulana
No Tahapan Alur Halaman
1. Penyituasian 41, 48
2. Pemunculan konflik 48,81, 115
3. Peningkatan Konflik 96, 116
4. Klimaks 138, 147, 157,
161,
5. Penyelesaian 157, 181, 200
d. Latar/Setting
Latar merupakan tempat kejadian di dalam cerita yang mengacu
pada keterangan tempat, waktu, dan suasana yang sedang terjadi
dalam cerita. Di bawah ini merupakan data latar tempat, waktu, dan
suasana dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
Akbar Maulana pada tabel 4. 4
48
Tabel 4. 4
Data Latar (setting) Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito &
T. Akbar Maulana
No Latar /Setting) Halaman
1. Tempat
a) Kamar Bagas
b) Auditorium I Convensional Hall
c) Pondok Pesantren
d) Restoran
e) Aula Gor KONI Banda Aceh
f) Rumah Sakit
g) Ruang Keluarga
h) Bandara
i) Sekolah
j) Kamar Asrama
k) Hotel
l) Dapur Umum
m) Kamp
n) Apartemen
o) Restoran Mazoya Kafe
p) Kantor KBRI
36
8
15
18
26
30
50
58-59
76
68
78
133
138
145
126
176
2. Suasana
a) Kebahagiaan
b) Kecemasan
c) Ketegangan
d) Kesedihan
8
125, 148
160, 161
167
3. Waktu
a) Pagi
b) Siang
c) Sore
d) Malam
48, 66, 125
87
17, 77
28, 78
e. Sudut Pandang /Point Of View
Sudut pandang dinyatakan sebagai sudut pandang pengarang,
dalam hal ini adalah teknik teknik yang digunakan oleh pengarang
untuk perperan dalam cerita itu yang menggambarkan tokoh, tindakan,
latar atau peristiwa yang membentuk sebuah cerita . Sudut pandang
49
merupakan penyebutan kata ganti nama untuk tokoh-tokoh dalam
cerita, dan posisi narator dalam cerita. Dalam novel ini sudut pandang
yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Berikut
data Tabel 4. 5 yang berisi data sudut pandang dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
Tabel 4. 5
Data Amanat Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
Akbar Maulana
No Sudut Pandang/Point Of View) Halaman
1. Sudut Pandang ketiga 15, 87, 150,
159
f. Amanat
Dalam karya sastra pasti ada suatu pesan yang ingin
disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat adalah pesan yang
ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya. Dalam Tabel 4.
6 di bawah ini disajikan data pesan atau amanat dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana sebagai
berikut.
Tabel 4. 6
Data Amanat Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
Akbar Maulana
No Amanat Halaman
1. Orangtua sebaiknya memberikan kasih sayang
yang tulus terhadap anak
210
2. Jangan pernah menanamkan dendam yang melekat
pada diri karena dendam itu tidak baik dan dapat
merusak masa depan
201
50
2. Aspek Sosiologi Sastra Dalam Novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana
Aspek sosiologi sastra dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana yang dibahas dalam skripsi ini terdiri (1)
aspek kekerabatan, seperti hubungan kekeluargaan anak dengan orang tua;
(2) aspek cinta kasih, seperti kasih sayang orang tua terhadap anak, kasih
sayang lawan jenis; (3) aspek ekonomi, seperti perekonomian keluarga,
bisnis, dan usaha seseorang; (4) aspek keagamaan, seperti shalat,
bersyukur, berdoa, berserah diri kepada Allah; dan (5) aspek pendidikan,
seperti pendidikan SD, SMP, SMP, dan Kuliah. Hal itu dapat dilihat pada
tabel 4. 7.
Tabel 4. 7
Data Aspek Sosiologi Sastra Novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana
No Aspek
Sosiologi
Sastra
Data Halaman
1 Kekerabatan a. Bagas dan Galih
b. Abay dengan orangtuanya
39, 40
32, 114
2. Ekonomi a. Keluarga Bagas dan Galih yang
kaya
b. Keluarga Abay yang sederhana
12, 48
18, 116
3. Pendidikan a. Bagas seorang pelajar yang
pandai
b. Teguh dan Abay seorang pelajar
yang mendapat beasiswa masuk
ke sekolah internasional dengan
beasiswa
8,14
60, 106
4. Cinta Kasih a. cinta kasih ibu kepada anak
b. cinta kasih lawan jenis
32, 91
132, 16-17
5. Keagamaan a. beribadah
b. bersyukur
109-110, 111
46, 58
51
3. Rencana Pelaksana Pembelajaran Unsur Intrinsik Dan Aspek
Sosiologi Sastra Dalam Novel Boys Beyond The Light Karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana Di Kelas XII SMA
Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Boys Beyond The Light
Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana Di Kelas XII SMA berdasarkan
kurikulum 2013 terdiri atas kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah
pembelajaran, dan evaluasi. Data selengkapnya terdapat dalam tabel 4. 8
berikut ini.
Tabel 4.8
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana di Kelas XII SMA
No. Komponen Data
1. Kompetensi Inti Aspek sosiologi sastra pada novel
2. Kompetensi Dasar 3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel
3. Indikator 1) Siswa mampu menganalisis unsur
intrinsik novel Boys Beyond The Light
Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
2) Siswa mampu menganalisis aspek
sosiologi sastra novel Boys Beyond The
Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana.
4. Tujuan
Pembelajaran
1) Siswa dapat menganalisis unsur
intrinsik novel Boys Beyond The Light
Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana..
2) Siswa dapat menganalisis aspek
sosiologi novel Boys Beyond The Light
Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
5. Alokasi Waktu 4x45 menit (2x pertemuan)
6. Materi
Pembelajaran
Pembelajaran unsur intrinsik dan aspek
sosiologi novel Boys Beyond The Light
Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
7. Model
Pembelajaran
Think-Pair Share (TPS) menggunakan
langkah diskusi dan tanya jawab
8. Sumber Belajar 1) Novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana.
52
2) Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas
XII.
3) Buku Pelengkap Materi Pembelajaran.
9. Langkah
Pembelajaran
1) Pendahuluan
Think
a) Guru telah memberi waktu siswa
membaca novel terlebih dahulu.
b) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan
dibahas.
c) Guru menyampaikan sedikit materi
mengenai sosiologi sastra.
2) Kegiatan Inti
Pair
a) Guru meminta siswa untuk
berpasangan dan berdiskusi.
b) Guru mempersilahkan siswa untuk
mengajukan pertanyaan apabila
kurang jelas.
c) Guru mendampingi siswa dalam
kegiatan diskusi kelompok.
Share
a) Setiap perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusinya.
b) Guru selaku moderator dalam diskusi
memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk memberikan
tanggapan.
c) Guru memberikan tanggapan dan
penguatan pada siswa.
3) Penutup
a) Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil hasil pembelajaran.
b) Guru melakukan evaluasi terhadap
kegiatan yang sudah dilakukan.
10. Evaluasi Siswa mengerjakan soal esai mengenai
materi sosiologi sastra yang baru diajarkan.
B. Pembahasan Data
Dalam pembelajaran penulis membagi menjadi 3 sub bab, yaitu: (1)
unsur intrinsik novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana; (2) aspek sosiologi satra novel Boys Beyond The Light karya Astrid
53
Tito & T Akbar Maulana. (3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran unsur
intrinsik dan aspek sosiologi dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana di kelas XI SMA.
1. Unsur Intrinsik Novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T
Akbar Maulana
Unsur intrinsik novel terdiri dari tema, tokoh dan penokohan,
alur/plot, latar, sudut pandang, dan amanat. Berikut ini merupakan unsur
intrinsik novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana yaitu sebagai berikut.
a. Tema
Tema merupakan unsur pokok dalam karya sastra novel, tema
dapat diartikan sebagai ide pokok atau gagasan dari pengarang yang
hendak disampaikan kepada para pembaca. Penulis memaparkan tema
dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana yaitu tema mayor dan tema minor.
1) Tema Mayor
Tema mayor merupakan makna cerita dalam karya fiksi
novel yang menjadi dasar atau gagasan umum karya itu, mungkin
dapat lebih dari satu interpretasi. Tema mayor yang terdapat dalam
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana yang menjadi masalah utama adalah masalah tentang
anak-anak yang sedang mencari jati diri. Mereka adalah Galih,
Bagas, Teguh, dan Abay. Mereka berempat terjerumus ke dalam
54
kelompok RIIS. Hal ini dapat dilihat dari kutipan-kutipan sebagai
berikut.
“Abay, Galih, Bagas, dan Teguh kalian dipindah tugaskan
ke Baghdad,” titah abu Jalud tegas seraya menatap mata
kami satu persatu. “Kalian dianggap satu keluarga oleh para
amir. Teguh menjadi orang yang bertanggung jawab atas
keberadaan kalian di Baghdad. Sedangkan kalian Abay, dan
Bagas, kalian sangat cerdas dan mampu merakit bom.
Tugas kalian merakit dua bom mobil dan lima bom tubuh.
Galih akan membantu Bagas dan Abay,” jelas Abu jalud
lagi (Halaman: 138).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Abay, Galih, Bagas, dan
Teguh terjerumus masuk kedalam kelompok radikal RIIS. Setelah
bergabung mereka ditugaskan untuk melakukan pengeboman.
Abay dan Galih diutus sebagai eksekutor. Hal ini dapat dilihat
dikutipan dibawah ini.
“Atas hasil keputusan para amir, maka sebagai pengganti
dua orang eksekutor itu adalah Abay dan Galih.” Berita
yang disampaikan Teguh dengan nada tenang itu mendarat
di segenap pancaindraku laiknya sebuah bom atom
berkekuatan super yang meledak tepat di jantungku. aku
sama sekali tak percaya atas apa yang telah dia katakan
(Halaman: 147).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Galih dan Abay
sebagai eksekutor peledakan bom bunuh diri. Abay dan Galih
terkejut dengan berita yang disampaikan oleh Teguh. Namun
keduanya tak percaya dengan hal tersebut.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Keempat anak tersebut terjerumus masuk ke dalam kelompok RIIS.
Teguh sebagai penanggung jawab, Bagas dan Abay segay perakit
55
bom, dan Galih sebagai pembantu mereka. Namun, pada saatAbay
dan Galih di perintahkan untuk menjadi eksekutor dalam peledakan
bom bunuh diri mereka tidak percaya akan hal itu.
2) Tema Minor
Tema minor adalah tema tambahan yang terdapat dalam
novel sebagai pelengkap dari tema mayor. Dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar Maulana ada
beberapa tema minor atau masalah-masalah sebagai pelengkap atau
tambahan dalam tema mayor, antara lain sebagai berikut.
a) Masalah keluarga Bagas dan Galih yang kurang kasih sayang
dari orang tua
Dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& T Akbar Maulana permasalahan yang dialami Bagas dan
Galih adalah kurangnya kasih sayang yang diberikan kedua
orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Mas Bagas benar! Uangnya disumbangin! Aku lihat
sendiri pas Mas Bagas transfer uang ke berbagai
rekening!” Aku berteriak sekuat tenagaku. Aku mau
Mas Bagas diperlakukan kasar saat dia melakukan hal
yang benar. Cukup Papa yang pernah berbuat kasar
pada Mas Bagas hingga Mas Bagas terluka. Tapi tidak
dengan Mama. Aku tidak rela Mas Bagas yang sudah
kekurangan kasih sayang masih harus menerima
perbuatan kasar dari Papa dan Mama (Halaman: 49).
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
hubungan anak dengan orangtuanya kurang harmonis.
Perselisihan yang terjadi antara Mama dengan Mas Bagas yang
56
mengakibatkan Mama marah kepada Mas Bagas, tetapi Galih
sebagai adik membela Bagas bahwa apa yang dilakukan mas
Bagas itu benar. Galih merasa kasihan karena Bagas sudah
pernah diperlakukan kasar oleh Papanya.
b) Masalah percintaan Abay
Dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& T Akbar Maulana permasalahan yang dialami Abay tentang
percintaan yang menjerumuskannya mengikuti kelompok RIIS.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Lagi pula baru saja Tek Kumala pesan pisang sale
pada Mamak banyak sekali. Ternyata si Gebi mau
dilamar Zaki, anak Pak RW yang calon perwira polisi,
yang baru lulus akpol. Mereka mau mengadakan acara
lamaran nanti malam. Jadi sudahlah, kamu jangan
menjadi pengganggu rencana baik mereka!” seru
Mamak dengan nada serius (Halaman: 115).
Kabar yang Abay dapatkan dari Mamaknya membuat
Abay sedih. Abay sedih karena Gadis yang ia cintai akan
dilamar oleh seorang calon perwira polisi. Abay merasa tidak
pantas untuk memperjuangkan cintanya kepada Gebi. Hal ini
diperjelas dalam kutipan berikut ini.
“Apakah Gebi senang dengan yang macho-macho
seperti ini? Seperti Zaki yang seorang calon perwira
polisi? Yang memegang senjata membela kebenaran?
Laiknya para superhero bermental kesatria? benakku
bertanya-tanya (Halaman: 120).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Abay kecewa
mendengar berita dari Mamak. Berita bahwa gadis yang ia
57
sukai hendak dilamar oleh seorang perwira polisi. Abay
berfikir bahwa Gebi lebih menyukai laki-laki yang macho
bukan seperti dirinya yang orang biasa.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Abay kecewa dengan kabar berita yang ia dapatkan dari
Mamak. Akibat dari berita itu Abay memutuskan untuk ikut
jihad kelompok RIIS.
c) Masalah dendam Teguh
Dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& T Akbar Maulana permasalahan yang dialami oleh Teguh
adalah masalah dendam yang latarbelakang Teguh mengikuti
kelompok RIIS. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Oh, jadi isu kalau ayah-ibu Bang Teguh pentolan
GAM itu tidak benar tanyaku penasaran.
“Tak benarlah! Mana mereka mengerti? Mereka hanya
paham pupuk dan pakan!” seru Bang Teguh dengan
napas tersengal, menahan marah yang mungkin masih
berkobar di dadanya (Halaman: 73).
Percakapan Teguh dan Abay tentang masalalu keluarga
Teguh yang digosipkan bahwa orangtua Teguh adalah pentolan
GAM ternyata tidak benar. Hal tersebut diklarifikasi oleh
Teguh kepada Abay. Hal ini diperjelas dalam kutipan berikut.
“Syukurlah Bang Teguh nggak trauma, ya?” tanyaku
naif.
“Siapa bilang aku nggak trauma, Bay? Ana dendam
sekali. Tapi tak tahu dendam pada siapa. Yang ana
rasakan, bila ana marah, sepertinya kobaran api yang
menjilati tubuh orangtua ana ikut membakar dada ana.
Terkadang emosi diri ini meletup-letup. Ingin bunuh
58
orang saja rasanya bila sedang marah, “ ucap Bang
Teguh dengan wajah serius (Halaman: 74).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Teguh
mempunyai sifat dendam. Teguh dendam karena orangtuanya
dituduh sebagai pentolan GAM dan dibunuh keji. Sifat
dendamnya itulah yang membawanya masuk ke dalam
kelompok RIIS.
Dari kutipan beberapa kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa Teguh terjerumus ke dalam kelompok
radikal RIIS karena dendam di masa lalunya. Teguh dendam
atas perlakuan kedua orangtuanya yang dituduh sebagai
pentolan GAM.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan bagian penting dalam karya
sastra. Tokoh menunjuk pada orang, pelaku dalam cerita, sedangkan
penokohan cara pengarang menggambarkan watak dan sifat dari tokoh
dalam cerita. Pengarang menggambarkan watak tokoh melalui tokoh
utama dan tokoh tambahan.
1) Tokoh Utama
Tokoh utama dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana ada empat yaitu: Galih, Bagas,
Teguh, dan Abay. Keempat tokoh utama yang memiliki sifat yang
berbeda-beda.
59
a) Galih
Galih mempunyai sifat yang baik. Ia selalu ingin
melindungi kakaknya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di
bawah ini.
“Mas Bagas benar! Uangnya disumbangin! Aku
berteriak sekuat tenagaku. Aku tak mau Mas Bagas
diperlakukan kasar saat dia melakukan hal yang benar.
Cukup Papa yang pernah berbuat kasar pada Mas Bagas
hingga Mas Bagas terluka. Tapi tidak dengan Mama.
Aku tidak rela Mas Bagas yang sudah kekurangan kasih
sayang masih harus menerima perbuatan kasar dari Papa
dan Mama (Halaman: 49).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Galih
mempunyai sifat yang baik. Sebagai adik ia ingin melindungi
kakaknya. Galih membela kakaknya yang mendapat perlakuan
kasar dari orangtuanya. Hal tersebut diperjelas dalam kutipan
berikut.
Setelahnya, malam itu aku tak bisa tidur. Kedua mataku
tersekat dalam bayang malam, terbelalak dalam kelam.
Hatiku terasa sakit, seakan ikut merasakan penderitaan
Mas Bagas, yang hanya bisa merintih penuh luka pada
desau angin di luar jendela. Tiga hari berlalu begitu saja.
Waktu berjalan datar. Aku mendatangi kamar Mas
Bagas. Pelan aku menghampirinya. (Halaman: 3)
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Galih
sangat menyayangi Mas Bagas. Galih iba atas apa yang terjadi
pada kakaknya. Galih seperti merasakan apa yang dialami oleh
kakaknya yang sedang kesakitan.
60
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Galih memiliki sifat yang baik hati. Ia ingin melindungi dan
membela kakaknya atas perlakuan kasar orangtuanya.
b) Bagas
Bagas memiliki sifat pendiam dan kalem, tipikal manusia
tenang, anak baik-baik, dan sama sekali tidak suka keramaian.
Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Ngaco kamu!” Mas Bagas terkekeh. “ Aku nggak suka
ramai-ramai, Lih. Kamu tahu aku, kan. Aku pencari
kedamaian hati. Ramai-ramai, teriak-teriak di kafe, itu
bukan tipeku. Aku merasa terintimidasi kalau dalam
keramaian,” ucap Mas Bagas seraya membuang botol jus
dingin yang sudah habis diteguknya ke dalam tempat
sampah berbentuk katak yang dia letakkan di samping
meja belajar (Halaman: 39).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Bagas
mempunyai sifat yang baik. Dia lebih suka kedamaian daripada
keramaian, dan nongkrong di kafe. Selain sifat-sifat baiknya,
Bagas juga tak lepas dari sifat buruk yang menjerumuskannya.
Bagas tipikal manusia murung. Apabila menemukan kesalahan,
dia cenderung menyalahkan diri sendiri, sehingga dia suka
berpikiran negatif. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah
ini.
“Memang mas sudah siap mati? Sudah siap?!” Aku
mengentak-entakkan kakiku di atas karpet tebal seraya
mendengus kesal.
“Kenapa nggak siap? Bukankah semua orang juga akan
mati, Lih? Hanya masalah timing and the way saja yang
nggak sama, kan?” tanyanya lagi, masih dengan ekspresi
wajah tanpa emosi. Aku menggeleng. Tak percaya
61
dengan pola pikir Mas Bagas yang penuh rasa putus asa
itu (Halaman: 96).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Bagas
mempunyai sifat buruk yang menjerumuskannya. Pola pikir
putus asa yang ada pada dirinya saat dia menghadapi masalah.
Pola pikir itulah yang menjerumuskan dirinya ke dalam hal-hal
yang tidak diinginkan.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Bagas termasuk anak yang pendiam, baik, sopan tetapi, ia juga
mempunyai sifat buruk yang suka mengurung diri. Dari sifat
buruknyalah ia terjerumus ke dalam kelompok radikal RIIS.
c) Abay
Abay memiliki sifat sopan, berbakti kepada orangtua dan
pandai. Hal itu dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Laki-laki itu berdiri di samping kami seraya
mempersilahkan kami untuk memilih. Aku membuka
lembar demi lembar buku menu tersebut. Ada menu
utama yang menggodaku: sis kebab dari daging sapi.
Tapi menu itu dibandrol dengan harga Rp 195.000. Juga
ada adana kebab yang harganya hampir sama dengan sis
kebab. Wow, betapa mahalnya harga kebab yang dibuat
dari daging dipotong kubus dan dirangkai pada tusukan
itu. aku langsung menutup buku menu itu, lalu berkata
sopan, “ Terserah Ayah saja. Aku ikut saja” (Halaman:
22).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Abay
mempunyai sifat sopan dan berbakti kepada orang tua. Abay
termasuk anak yang nurut kepada orangtua. Selain itu, Abay
62
juga pandai dalam menuntut ilmu. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Hahaha, nggak, Bang. Ana alhamdulillah lulus tes. Jadi
diterima di sekolah International Mustafa Ghardaly
Imam Khatib High scool, dengan beasiswa penuh yang
katanya kalau dihitung-hitung mencapai 200 juta
pertahun lho, Bang, “ beritaku semangat (Halaman: 60).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Abay
memang anak yang pandai. Abay dapat diterima di sekolah
internasional karena lulus tes dengan beasiswa penuh. Beasiswa
yang membuatnya tidak mengeluarkan uang untuk biaya
sekolahnya sendiri.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Abay memang anak yang mempunyai sifat sopan dan berbakti
kepada kedua orangtuanya. Selain itu, Abay juga termasuk anak
yang pandai sehingga ia dapat diterima di sekolah internasional
di Turki atas beasiswa yang ia peroleh.
d) Teguh
Teguh adalah seorang anak yang pandai. Ia mendapatkan
beasiswa sekolah di luar negeri. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Oh, jadi kamu salah satu penerima beasiswa Diyanet
Foundation dari pemerintah Turki tahun ini?” tanyanya
sedikit antusias. Dia membenahi kacamatanya. “Selamat,
ya. Ana sekarang naik kelas dua belas di sekolah
International Mustafa Ghardaly Imam Khatib High School.
Sama dengan anta, ana juga penerima beasiswa Diyanet
Foundation,” ucap Bang Teguh seraya meninggalkan
senyuman yang lumayan cerah (Halaman: 60).
63
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Teguh
memang anak yang pandai. Teguh dapat diterima di sekolah
internasional Turki karena beasiswanya. Selain pandai, Teguh
juga memiliki sifat buruk. Ia memiliki sifat pendendam. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
“Syukur Bang Teguh nggak trauma, ya?” tanyaku naif.
“Siapa bilang nggak trauma, Bay? Ana dendam sekali.
Tapi tak tahu dendam pada siapa. Yang ana rasakan, bila
ana marah, sepertinya kobaran api yang menjilati tubuh
orang tua ana ikut membakar dada ana. Terkadang emosi
diri ini meletup-letup. Ingin bunuh orang saja rasanya
bila sedang marah, “ ucap Bang Teguh dengan wajah
serius. (Halaman: 74).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Teguh
memang anak yang pendendam. Teguh tidak dapat mengontrol
emosi yang ada pada dirinya. Dendam yang ada dalam dirinya
yang membuat ia jatuh ke dalam hal yang tidak diinginkan.
Teguh bergabung dalam kelompok radikal RIIS.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Teguh seorang anak yang pandai. Ia mendapatkan beasiswa
sekolah di luar negeri. Selain pandai, Teguh memiliki sifat
buruk yaitu pendendam. Akibat dendam yang ada pada dirinya
mengakibatkan ia terjerumus ke dalam kelompok radikal GAM.
2) Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana adalah tokoh yang membantu
dalam cerita yang penting. Tokoh tambahan yang ada dalam novel
64
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
yaitu: Papa, Mama, Mbok Nah, Ayah, Mamak, Puteh, Pak Ahmed,
Gebi, Napat, Abdul Karim, Abu Jalud, Umi Fitri, Karli, Okosa,
Otosan, Bang Hidayat, Pak Hamzah, Mr. Abu Salman.
a) Papa
Papa adalah orang yang berpendidikan tinggi dan
seorang pebisnis. Papa berkepribadian tegas, tetapi bersifat
dingin terhadap anak-anaknya. Hal tersebut dapat terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Ya, aku masih ingat kalimat yang disampaikan Papa
pada Mama di sebuah acara jamuan makan malam
mewah. Kala itu Papa baru saja meresmikan sebuah
usaha hotel miliknya. Kata Papa saat kepada Mama,
“Bila kamu tetap mau jadi istriku, jadilah istri yang
terlihat smart.” (Halaman: 11).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Papa
adalah seorang pebisnis tetapi, ia memiliki sifat yang arogan.
Papa mewajibkan Mama menjadi istri yang pandai. Hal ini
dikarenakan Papa adalah seorang yang berpendidikan. Hal
tersebut terlihat dikutipan berikut.
“Papa adalah orang berpendidikan. Beliau mengenyam
pendidikan S-1 di Amerika, lalu mendapatkan gelar
master dari salah satu universitas terbaik di Skotlandia”
(Halaman: 13).
Berdasarkan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Papa
seorang yang berpendidikan. Papa lulusan S-1 di Amerika dan
65
mendapat gelar master dan salah satu lulusan terbaik di salah
satu universitas di Skotlandia.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Papa mempunyai sifat yang arogan. Sebagai kepala rumah
tangga ia mengharuskan keluarganya pandai.
b) Mama
Mama adalah tipe orang yang suka mengatur segala
urusan anak-anaknya. Walaupun ia suka mengatur dan tidak
disukai anak-anaknya tetapi sebenarnya ia mempunyai sifat
yang baik. Ia juga seorang pebisnis. Hal tersebut dapat terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Of couse I know, Dear. Absolutely, I know what’s best
for you! Kamu harus jadi pengusaha. Harus, Kamu
penerus semua perusahaan yang telah Mama bangun.
Sedangkan Bagas akan meneruskan grup korporasi yang
telah Mama bangun bersama Papa. Mama sudah
membuat mapping akan hal itu untuk kalian berdua.
Don’t worry, Honey. Kalian tinggal menjalankan saja,
ucap Mama seraya tersenyum (Halaman: 91)
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Mama termasuk
orang yang suka mengatur. Tanpa ia perdulikan apa keinginan
dan tujuan anak-anaknya. Walaupun ia suka ngatur sebenarnya
Mama mempunyai sifat yang baik, Mama lakukan itu semua
demi kebahagiaan anak-anaknya. Hal tersebut diperjelas dalam
kutipan berikut.
“Mama tahu Mama salah. Mama lebih mementingkan
bisnis dan segala urusan Mama daripada meluangkan
waktu lebih banyak untuk kalian, anak-anak Mama.
66
Mama menyesal, Nak. Mama menyesal. Mama nggak
akan bertindak kasar lagi pada kalian.” Suara Mama
terdengar semakin bergetar, seakan menahan diri dari
buncahan tangis yang akan pecah. Aku kembali fokus
dengan maksudku menelpon Mama (Halaman: 157).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Mama lebih
fokus terhadap bisnis daripada anak-anaknya. Mama menyadari
bahwa sikapnya salah dan menyesali atas perbuatannya. Mama
minta maaf atas perbuatannya yang sering berindak kasar
terhadap anak-anaknya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Mama bersikap seperti itu semata-mata hanya ingin melihat
anak-anaknya bahagia. Tetapi cara yang Mama gunakan salah,
ia juga menyadari dan menyesali berbuatannya.
c) Mbok Nah
Mbok Nah adalah pembantu rumah tangga yang bekerja
di rumah Bagas dan Galih. Mbok Nah memiliki sifat yang sabar.
Mbok Nah selalu sabar dalam menghadapi Galih dan Bagas.
Mbok Nah merawat Bagas dan Galih sudah seperti merawat
anaknya sendiri. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Mas Bagas....Mas? Ada Mas Galih nggak di kamar Mas
Bagas? Ini, dari tadi Mama telepon Hp-nya Mas Galih,
katanya nggak diangkat-angkat. Mama pesan, hari ini
Mas Galih harus mencari bimbel , kalau memang nggak
cocok sama Pak Sunaryo guru les kimianya,” ucap Mbok
Nah santun. Mas Bagas melirikku. Aku langsung
menepok jidatku lalu segera mengempaskan tubuhku di
67
atas bantal yang ada di karpet. Gitar yang telah kupegang
melorot jatuh dari perut gemukku (Halaman:45).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mbok Nah dengan
sabar menyampaikan perintah Mama kepada Galih dan Mas
Bagas. Selain sikap sabarnya Mbok Nah juga sangat
menyayangi Bagas dan Galih seperti menyayangi anaknya
sendiri. Hal tersebut diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Di mana, Den Bagas? Mbok juga rindu dengarnya,”
ucap wanita yang sudah seperti ibu kandungku serta
nenekku itu. Aku tercenung sesaat ketika mendapatkan
pernyataan itu. lalu dengan lidah kelu, aku berkata
dengan suara serak,” Mbok Nah, Mama. Sekarang nggak
perlu lagi mencari Mas Bagas. Karena sekarang Mas
Bagas sudah bahagia” (Halaman:170).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa perhatian Mbok
Nah terhadap Bagas dan Galih seperti kepada anaknya sendiri.
Mbok Nah mencari tahu kabar Bagas karena ia rindu. Kasih
sayang yang diberikan Mbok Nah untuk Bagas dan Galih
melebihi kasih sayang kepada anaknya sendiri.
Dari beberapa kutipan di atas dapat dilihat bahwa sifat
Mbok Nah sabar dan sangat menyayangi Bagas dan Galih
seperti menyayangi anaknya sendiri. Mbok Nah selalu bertanya
tentang kabar Bagus dan Galih.
d) Ayah
Ayah adalah seorang ayah yang tanggungjawab. Selalu
menepati janjinya. Ayah juga baik, ia menolong orang yang
68
sedang kesusahan. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Tak apalah mahal sedikit. Ini sebagai ganti selama
kamu belajar di pesantren, yang bermenu sangat
sederhana, “ucap Ayah seraya berjalan dengan percaya
diri ke arah restoran tersebut (Halaman: 18).
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa Ayah
adalah sosok Ayah yang bertanggungjawab. Ia menepati
janjinya membelikan sepatu kepada Abay. Walaupun harganya
mahal. selain tanggungjawab Ayah juga seorang yang suka
menolong. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Ah ya! Sekarang aku ingat. Dia adalah orang Turki
yang menikah dengan salah satu kerabat ayahku. Kala itu
dia tengahmenjual mobil istrinya, agar uang hasil
penjualan mobil tersebut bisa dijadikan sebagai modal
usaha membuka restoran kebab. Ayahkulah yang
akhirnya membeli mobil tersebut. Mobil minibus
sederhana yang sekarang menjadi mobil keluarga kami.
Bahkan yang aku ingat, ayahku tidak menawar harga
minibus itu, karena dia ingin menolong saudara sesama
Muslim yang ingin berdagang. Ingatanku pun makin
jelas, ketika orang Turki itu datang bersama istrinya yang
tengah hamil besar ke rumahku yang sederhana, walau
kala itu hari sudah beranjak malam (Halaman: 31)
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Ayah adalah
seorang yang baik hati. Ia menolong sahabatnya dengan cara
membeli mobilnya. Bahkan Ayah tidak mau menawar harga
mobil yang dijual oleh Pak Ahmed. Ayah berfikir bahwa ia
ingin menolong saudara sesama Muslim yang hendak
berdagang.
69
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Ayah memiliki sifat yang tanggungjawab. Tanggungjawabnya
digambarkan dengan perbuatannya menepati janjinya untuk
membelikan sepatu kepada Abay. Selain tanggungjawab Ayah
juga seorang yang suka menolong. Hal tersebut dibuktikan
dengan perbuatannya. Ayah membeli mobil dari orang Turki
tanpa menawar harganya semata-mata hanya ingin menolong
sesama Muslim yang hendak berdagang.
e) Mamak
Mamak adalah seorang ibu yang baik hati. Ibu yang
selalu menyemangati anaknya untuk bangkit ketika anaknya
sedang terpuruk. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Bangkitlah, Nak, berprestasilah. Ayahmu banyak
berkorban hanya untuk membeli sepatu itu. Dia bahkan
berkorban nyawa hanya untuk membuatmu bahagia,”
ucap Mamak dengan suara bergetar. Kedua matanya
kembali berkaca-kaca. Mendengar kalimat Mamak,
sebulir air mataku kembali jatuh menubruk sepatu itu. Ya
sepatu itu (Halaman: 31).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mamak adalah
seorang ibu yang menyayangi anaknya dengan penuh kasih
sayang. Seorang ibu yang memberikan motivasi kepada anaknya
agar tidak larut dalam kesedihan atas musibah yang ia alami.
Hal tersebut diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Abay? Ini Abay?” tanya Mamak, Seakan tak percaya
buah hatinya sedang menelpon dirinya. “Abay anakku!
70
Ba’a kaba wa’ang? Tangah dima wa’ang kini, Bay (Apa
kabarmu? Kamu sedang dimana sekarang, Bay)?”
Mamak bertanya bahagia (Halaman: 139).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Mamak bahagia
mendengar kabar dari Abay. Akan tetapi Mamak juga kecewa
saat mendengar kabar bahwa Abay sedang di Suriah. Mamak
menyuruh Abay pulang. Hal tersebut diperjelas pada kutipan di
bawah ini.
“Apa! Di Suriah? Inna lillaah!” Mamak setengah
berteriak. “Ya Allah! Mamak tak rida kalau kamu pergi
ke sana Bay! Kalau tahu seperti ini, Mamak tak kasih
izin kamu sekolah ke Turki. Kamu harus balik ke sini
atau ke Turki. Ilmumu belum penuh selengkapnya....
Kamu tak pham kalau... (Halaman: 140-141).
Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Mamak tidak
merestui Abay berada di Suriah. Mamak kecewa dengan
keputusan Abay. Mamak menyarankan Abay ubtuk kembali ke
Indonesia atau kembali ke Turki untuk melanjutkan sekolahnya.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa
Mamak mempunyai sifat yang baik hati. Ia menyayangi anaknya
dan memberikan solusi yang terbaik untuk anaknya.
f) Pak Ahmed
Pak Ahmed adalah seorang warga negara Turki yang
baik. Ia tidak melupakan kebaikan Ayahnya Abay yang pernah
menolongnya. Sekarang Pak Ahmed membalas kebaikan
orangtua Abay dengan cara mendaftarkan dan mengurus
71
beasiswa untuk sekolah SMA di Turki. Hal tersebut dapat
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Lalu beliau berkata di ujung telepon itu, “Segera saya
urus data-datamu, agar kamu bisa meneruskan SMA di
Turki. Tak perlu khawatir mengenai uang perbekalan dan
segala urusan itu, bila kamu lulus dan dapat full
scholarship, mungkin biaya perbekalan akan lebih ringan
lagi. Namun, ringan atau berat, saya tetap akan bantu.
Jangan khawatir.” (Halaman: 31)
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Pak Ahmed
adalah seorang yang baik. Pak Ahmed tidak lupa kepada orang
lain yang pernah menolongnya dengan cara membeli mobilnya.
Ia tahu caranya membalas budi kebaikan orang lain. Hal tersebut
diperjelas dengan kutipan berikut ini.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup dari Pak
Ahmed teman almarhum ayahku, aku pun akhirnya
mendaftar. Aku memberikan semua biodataku pada Pak
Ahmed. Lalu sekitar bulan Maret 2012 aku melakukan
tes ujian masuk. Banyak sekali yang diuji, dari bahasa
Arab, bahasa Inggris, sampai sains. Namun, karena cita-
citaku sebagai anak kampung yang ingin go international
begitu menggelora di jiwaku, aku pun memantapkan diri
dengan belajar tekun. Aku ingin membuat ayahku
tersenyum di alam sana, membuat beliau menepuk
dadanya bangga, bahwa tak sia-sia semua pengorbanan
yang beliau berikan kepadaku .(Halaman 51)
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Pak Ahmed
ingin mendaftarkan Abay masuk ke sekolah luar negeri. Dengan
semangat yang tinggi Abay belajar dengan tekun agar bisa
masuk dan mendapatkan beasiswa sekolah di luar negeri.
Kemudian Abay mengikuti serangkaian tes. Abay menginginkan
Ayahnya yang sudah meninggal bangga dengannya.
72
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Pak Ahmed memang benar orang yang baik. Ia membalas budi
Ayahnya Abay dengan cara menyalurkan Abay agar Abay dapat
beasiswa sekolah di luar negeri.
g) Puteh
Puteh adalah adik dari Abay. Dia seorang adik yang
sayang kepada kakaknya. Puteh juga mendukung dan selalu
memberi semangat kepada Abay. Hal tersebut dapat terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Selamat ya, Bang. Aku tahulah. Pasti Abang juara lagi,
“ ucap adik semata wayangku yang berwajah imut, dan
kini tingginya sudah sama denganku. Adikku yang
mengenakan jilbab putih ini mencium tanganku takzim.
Aku mengucek-ucek kepala adikku lembut, lalu
memeluk mamakku dan adikku ke dalam rangkuman
kedua tanganku. Kami bertiga pun berangkulan erat,
merasakan kebersamaan dalam kebahagiaan, yang
mungkin akan kurindu “. (Halaman: 26)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Puteh memberikan
selamat kepada Abangnya yang juara. Sedangkan Abay sendiri
juga menyayangi Puteh sebagai adik kandung satu-satunya. Selain
kepada Puteh Abay juga sangat menyayangi Mamaknya. Puteh
selalu menyayangi kakaknya terlihat dalam kutipan berikut.
Puteh tertawa kecil. “Mamak nih ada-ada saja. Nanti
Abang tambah shock lagi,” ucap Puteh seakan
mengingatkan Mamak. (Halaman 31)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Puteh membela Abay.
Ia tak ingin Abay tambah shock mendengar kabar dari
73
Mamaknya. Puteh tidak ingin kakaknya tambah sakit. Ia
membela kakaknya yang sedang diledek oleh Mamaknya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Puteh mempunyai sifat yang penyayang. Ia sangat menyayangi
Kakaknya.
h) Gebi
Gebi adalah sosok gadis cantik yang baik hati. Ia juga
peduli kepada orang lain. Hal tersebut dapat terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Selamat ya, bahasa Arab kamu memang bagus. Masa
Allah. Subhanallah,” ucap perempuan cantik, berjilbab,
dengan senyuman termanis yang pernah kutemui
sepanjang hidupku. Matanya tampak mengernyit di
bagian ujungnya saat dia tersenyum, membuatku
semakin kikuk di hadapannya (Halaman: 16).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Gebi memberikan
perhatian kepada Abay. Gebi sebenarnya menyukai Abay
namun tidak berani menyampaikan apa isi hatinya. Ia hanya
mampu menyurahkan isi hatinya lewat tulisan. Hal tersebut
dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Orang-orang yang merindu, tetapi tetap menjaga
kehormatan perasaannya, takut sekali berbuat dosa,
memilih senyap, lalu memperbaiki diri hingga waktu
memberikan kabar baik. Boleh jadi doa-doanya
menguntai tangga yang indah hingga ke kaki langit. Bila
tidak dengan yang dirindukan, mungkin terganti dengan
yang lebih baik (Halaman: 111).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Gebi memberikan
perhatian kepada Abay. Perhatian yang ia berikan melalui doa-
74
doa yang ia panjatkan. Dari beberapa kutipan di atas dapat
disimpulkan bahwa Gebi sosok gadis yang baik hati dan
sholehah.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Gebi merupakan gadis cantik yang baik hati. Selain baik hati ia
juga sholehah.
i) Abu Jalad
Abu Jalud adalah sosok laki-laki yang kasar. Dia
semena-mena dalam menyuruh pengikutnya semaunya sendiri.
Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Jadi, bagaiman? Kamu bersihin toilet juga nggak mau?”
Suara Abu Jalud meninggi, membuat janggutnya yang
tebal memanjang hingga batas leher itu bergerak-gerak.
Demi mendengar nada suaranya yang keras, jantungku
kembali berdetak cepat (Halaman: 128).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Abu Jalud
memang orang yang kasar dan semaunya sendiri. Abu Jalud
semena-mena ketika ia menyuruh orang lain untuk bekerja. Hal
tersebut diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Nanti akan ada dua orang eksekutor, yang akan menjadi
sang peledak. Kabarnya orang Irak sendiri,” ucap Abu
Jalud lagi, yang langsung diiringi anggukan kami
berempat. “Sekarang kalian boleh bersiap-siap. Saya
akan pergi ke kelompok-kelompok tugas yang lain.” Abu
Jalud menutup penjelasannya seraya menyerahkan kertas
yang tadi diberikan para amir kepada Bang Teguh
(Halaman: 138).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Abu Jalud
seorang yang semaunya sendiri. Ia memerintahkan tanpa
75
bertanya terlebih dahulu. Apa yang ia perintahkan harus selalu
dituruti oleh anak buahnya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Abu Jalud memiliki sifat yang kasar terhadap bawahannya. Ia
bersikap semaunya sendiri tanpa memikirkan orang lain.
j) Umu Fitri
Umu fitri adalah seorang wanita juru masak di dapur
umum. Dia wanita yang tegas. Dia juga memiliki sifat yang
keras. Apabila ada yang melakukan salah, ia memarahi tanpa
mendengarkan penjelasan terlebih dahulu. Hal tersebut
diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Ya ampun! Bukan masalah panas yang kamu rasa! Tapi
lihat, sup satu panci untuk kamp kamu jatuhkan!
Haduh!” Melihat kejadian tak sengaja ini, spontan Umu
Fitri yang bercadar itu ikut menjerit histeris. Bahkan
suaranya hampir membelah langit (Halaman: 129).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa sikap Umu Fitri
langsung marah dan kesal karena sup yang baru saja ia masak
tumpah. Walaupun itu tidak sengaja tumpah. Hal tersebut
diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Kamu yang masak sup ini! Saya ada kebutuhan lain
yang harus dikerjakan,” titah Umu Fitri tiba-tiba, seraya
menyorongkan pisau tajam itu hingga mengarah dan
berhenti tepat lima sentimeter di depan hidungku. Aku
lemas melihat pisau itu. Terbayang penyiksaan yang
akan kuterima bila melakukan kesalahan, seperti video
yang diperlihatkan Teguh kala itu (Halaman: 131).
76
Kutipan di atas memperjelas kutipan sebelumnya bahwa
sifat Umu Fitri memang keras. Umu Fitri memarahi Galih
dengan nada yang keras. Dia termasuk orang yang tidak bisa
mengontrol emosinya. Hal tersebut diperjelas pada kutipan di
bawah ini.
“Hey, Galih! Apa yang kamu lihat? Cepat kamu ambil
makanan jatah kampmu dan pergi dari sini.” Tiba-tiba
suara Umu Fitri menggelegar dan pecah di gendang
telingaku. Jantungku pun kembali jatuh karena merasa
ketangkap basah tengah memandang seorang wanita
yang bukan mahramku (Halaman: 134).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Umu Fitri berwatak
keras. Ia menegur Galih yang sedang memandang seorang
wanita. Sebab Wanita yang dilihat oleh Galih adalah wanita
yang bukan mahramnya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Umu Fitri memiliki sifat yang tegas dan emosional. Umu Fitri
tidak suka terhadap Galih yang suka memandangi wanita yang
bukan mahramnya.
k) Karli
Karli adalah seorang perempuan yang berparas cantik.
Dia juga ramah terhadap orang lain. Karli merupakan wanita
yang pendiam. Dia adalah Istri dari Bagas. Bagas dan Karli baru
saja melangsungkan pernikahan. Hal tersebut diperjelas pada
kutipan di bawah ini.
77
“Kaifa haluk?” tanyanya ramah dengan mata yang
menyipit, mungkin karena dia tengah tersenyum lagi.
Aku mengangguk seraya mengacungkan ibu jariku, tanda
aku dalam keadaan baik. Aku tahu arti pertanyaan itu.
Tapi aku tak bisa bahasa Arab (Halaman: 134).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Karli memiliki
sifat yang ramah. Ia menyapa kepada orang baru ia kenal.
Walaupun Karli tidak mengetahui siapa lawan bicaranya ia tetap
menyapa dan bertanya dengan sopan kepada orang lain. Hal
tersebut diperjelas pada kutipan di bawah ini.
Karli menoleh kepadaku lalu cepat-cepat menurunkan
cadarnya yang dia naikkan di atas kepalanya. Namun,
selintas aku sempat melihatnya tersenyum kepadaku
(Halaman: 135)
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Karli memang gadis
yang sopan. Ia memberikan senyumannya kepada orang yang
baru ia kenal. Bahkan kepada orang yang belum ia kenal ia juga
menyapa dengan sopan.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Karli memang seorang gadis yang sopan. Walaupun dengan
orang yang elum ia kenal ia menyapanya.
l) Okasan
Okasan adalah orang yang baik hati. Dia juga perhatian
pada orang lain. Hal tersebut diperjelas pada kutipan di bawah
ini.
“Ada apa dengan kakimu, Bay? Kecelakaan?” tanya
Okasan penuh perhatian, dengan mata yang bertumpu
pada perban yang melilit betisku (Halaman: 178).
78
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa sifat yang
dimiliki Okasan adalah baik hati. Walaupun Abay lebih muda
darinya tetapi ia menyapa dan bertanya tentang keadaan yang
dialami Abay. Okasan juga mengajak Abay pulang bersama. Hal
tersebut diperjelas dengan kutipan berikut ini.
“Abay juga begitu. Tak perlulah lama-lama di sini.
Sudah, balik saja ke sekolah lagi. Menuntut ilmu. Agar
kelak ilmumu bisa bermanfaat bagi kemajuan umat,”
tambah Okasan lagi (Halaman: 181).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Okasan mengajak dan
menyuruh Abay pulang. Okasan menyuruh Abay kembali
melanjutkan sekolahnya lagi. Okasan juga menasehati Abay
untuk menuntut ilmu agar kelak ilmunya dapat bermanfaat bagi
kemajuan umat.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
sifat yang dimiliki oleh Okasan adalah baik hati. Selain baik hati
Okosan juga memberikan nasehat kepada Abay.
m) Pak Hamzah
Pak Hamzah adalah seorang sopir yang bekerja di KBRI
Turki. Dia mempunyai sifat baik, ramah, dan peduli terhadap
orang lain. Hal tersebut diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Sudah memutuskan mau kembali kemana?” tanya Pak
Hamzah dengan bahasa Indonesia beraksen Arab itu
kepadaku. Aku yang duduk di sisi depan, tepat di sebelah
Pak Hamzah, hanya menggeleng lemah (Halaman: 175).
79
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan Pak Hamzah
termasuk orang yang ramah. Pak Hamzah memberikan nasehat
kepada Abay. Pak Hamzah juga menanyakan apakah Abay
hendak pulang ke Indonesia. Hal tersebut diperjelas pada
kutipan di bawah ini.
“Paspor itu harus dijaga baik-baik, bila kita bepergian ke
luar negeri,” nasihat Pak Hamzah dengan nada
kebapakan kepadaku. Aku hanya mengangguk
menanggapinya. Sebenarnya, paspor Turkiku masih
aman dan nyaman di dalam ranselku. Jadi, hatiku masih
tenang. Aku masih bisa pulang ke Indonesia, maupun
kembali ke Turki dengan nyaman (Halaman: 176).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Pak
Hamzah sedang memeberi nasehat kepada Abay. Agar Abay
menjaga baik-baik paspornya. Sebab, paspor tersebut
merupakan identitasnya ketika ia berpergian.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
Pak Hamzah memang orang yang baik, ramah. Selain itu Pak
Hamzah juga memiliki sifat yang peduli kepada orang lain.
n) Mr. Abu Salman
Mr. Abu Salman adalah seorang pakar teroris. Dia
memberitahu tentang RIIS adalah ajaran salah yang mengatas
namakan agama. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut
ini.
“I think I’m gonna straight to the point. Sejatinya, RIIS
muncul akibat oplosan tiga fenomena yang saling
berkelindan. Pertama, invasi ilegal Amerika terhadap
Irak tahun 2003. Invasi ini berhasil „memerdekakan‟
80
rakyat Irak dari cengkraman rezim Saddam Husein yang
sekuler. Kedua, rezim boneka bermazhab Syiah
pengganti Saddam yang dibentuk Amerika, yang telah
melakukan diskriminasi sistematis terhadap mayoritas
pengikut mazhab Sunni, yang akhirnya melahirkan RIIS.
Ketiga, konflik di Suriah pecah (Halaman: 207).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa RIIS kelompok
yang merusak. Kelompok yang terbuat dari latar belakang yang
tidak baik. Kelompok tersebut melakukan diskriminasi terhadap
pengikut mazhab Sunni. Dari situlah RIIS terbentuk.
Menyebabkan terjadinya konflik di suriah. Hal tersebut
diperjelas pada kutipan di bawah ini.
“Abu Salman kembali berkata, “Seorang lelaki yang telah
atau sedang mempersiapkan diri untuk berjihad di medan
pertempuran, bila saya meminjam istilah Connel 2005,
adalah laki-laki yang memiliki posisi kelelakian yang lebih
tinggi atau hegemonic masculinity dibandingkan dengan
yang hanya mengikuti kajian keagamaan saja atau
subordinate masculinity. Inilah yang dijadikan bahan
propaganda yang dikeluarkan RIIS di media sosial,
utamanya di YouTube. Mereka mengunggah kegalauan
setiap remaja. Misalnya pilihan kalimat ketika mereka
menjelaskan kondisi peperangan dengan istilah haadza
ardhul rijal, ungkapan bahasa Arab yang berarti „Ini
dunianya para lelaki‟. Kalimat ini membawa pesan tegas
kepada penonton: „Anda bukanlah lelaki tulen jika tidak
berada di dunia ini‟ (Halaman: 209).
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa kelompok RIIS
memprovokasi anak muda lewat sosial media. Kelompok radikal
RIIS ini merusak generasi yang akan datang. Cara yang
dilakukan kelompok radikal RIIS menggunakan kata-kata yang
menyebut bahwa apabila mereka bergabung dalam
kelompoknya maka dapat dikatakan sebagai seorang lelaki
81
tulen. Kelompok radikal RIIS inilah yang mengakibatkan anak
muda yang sedang bimbang dapat terjerumus dan mengikuti
kelompok radikal tersebut.
Dari beberapa kutipan di atas ddijelaskan bahwa Mr.
Abu Salman memiliki sifat yang baik. Sebagai pakar teroris ia
memberitahukan kepada masyarakat agar tidak mudah
terprovokasi. Sebab, kelompok radikal RIIS sangat berbahaya.
Kelompok tersebut dapat merusak masa depan anak muda.
Dari seluruh kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Boys Beyond
The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana beragam. Dari
keberagaman tokoh dan penokohan tersebut membuat daya tarik
bagi para pembaca.
c. Alur
Alur merupakan rangkaian cerita dari awal sampai akhir yang
merupakan rangkaian peristiwa lain yang dihubungkan dengan
kasualitasnya, sehingga peristiwa pertama menyebabkan peristiwa
kedua, peristiwa kedua menyebabkan peristiwa ketiga, dan selalu
seperti itu untuk selanjutnya. Novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana dibagi dalam beberapa peristiwa
mulai dari bab 1 sampai dengan bab 14. Dari rangkaian bab tersebut,
demikian pemaparannya mengenai alur.
82
Perkembangan alur adalah tahap yang menjelaskan jalannya
alur dari awal hingga akhir cerita dalam novel. Berikut pemaparan
mengenai tahapannya.
1) Tahap Penyesuaian
Tahap penyituasian berisi tentang pelukisan dan pengenalan
situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Pada tahap ini digambarkan
oleh tokoh Bagas. Bagas adalah seorang anak laki-laki yang terlahir
dari keluarga kaya raya, memiliki sifat yang baik karena kurang
kasih sayang dari kedua orang tuanya Bagas mempunyai sifat
buruk yang menjerumuskannya. Hal itu dapat pada kutipan di
bawah ini.
“Selain sifat-sifat baiknya, Mas Bagas juga tak lepas dari
sifat buruk yang menjerumuskannya. Mas Bagas tipikal
manusia pemurung. Bila menemukaan kesalahan, dia akan
dendam. Namun, bentuk dendamnya sedikit aneh
menurutku. Dia cenderung menyalahkan diri sendiri,
sehingga dia suka berpikiran negatif, skeptis, bahkan
menyakiti diri sendiri, sehingga dia suka mengurung di
dalam kamar berhari-hari? Aku bukan tipikal penyendiri
(Halaman: 41).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bagas memang anak
yang baik. Namun ia juga mempunyai sifat buruk yang
membuatnya kurang percaya diri. Bagas juga tipe anak yang
sederhana. Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Iya! Tapi kan bukan untuk dijual!” sembur Mama tinggi.
“Aku pikir...kita sudah punya banyak mobil. Lagi pula...aku
enggak enak pakai mobil itu ke sekolah. Nggak enak sama
yang lain...terlalu berlebihan. Aku nggak nyaman,” ucap
Mas Bagas sedikit terbata, seperti enggan menyinggung
perasaan Mama (Halaman: 48).
83
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bagas menolak
pemberian Mamanya. Justru ia menjual mobil hadiah dari
Mamanya. Bagi Bagas hadiah tersebuat terlalu berlebihan
untuknya. Bagas tidak nyaman dengan mobil pemberian Mamanya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
pemunculan konflik terjadi pada Bagas dan Mamanya. Bagas tak
sepaham dengan gaya hidup orangtuanya yang tergolong orang
kaya raya. Sedangkan Bagas menginginkan kehidupan yang
sederhana.
2) Tahap Pemunculan Konflik
Konflik mulai muncul saat Bagas menjual mobil pemberian
orangtuanya untuk hadiah kelulusan. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Bukannya itu hadiah atas kelulusanku, Ma?” tanya Mas
Bagas dengan wajah datar tanpa ekspresi.
“Iya! Tapi kan bukan untuk dijual!” sembur Mama tinggi.
“Aku pikir . . . kita sudah punya banyak mobil. Lagi pula . .
aku enggak enak pakai mobil itu ke sekolah. Nggak enak
sama yang lain . . .terlalu berlebihan. Aku nggak nyaman, “
ucap Mas Bagas sedikit terbata, seperti enggan
menyinggung perasaan Mama (Halaman: 48).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Bagas tidak
ingin membawa mobilnya ke sekolah karena menurut Bagas hadiah
mobil itu terlalu mewah. Bagas tidak terlalu suka dengan hal
tersebut. Sedangkan pemunculankonflik yang dialami Teguh
adalah tentang Teguh yang memiliki latarbelakang dendam di masa
lalu membuatnya ingin balas dendam. Namun cara balas dendam
84
yang dilakukan Teguh dengan jalan yang salah. Teguh ingin ikut
RIIS. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut ini.
“Saya suka kota gazintep. Di sana banyak orang Arab.
Selain berbatasan dengan Suriah, makanannya juga cocok
dengan lidah saya. Pedas, mirip dengan masakan orang
Indonesia. Rencananya saya akan ke sana, ke perbatasan.
Di sana ada Republic of Islam Iraq Syiria atau RIIS. Negara
murni Islam, seperti yang kita damba-dambakan selama
ini.” Tiba-tiba Bang Teguh menyalip ucapan Lavani.
Matanya yang berada di balik kacamatanya terlihat
membesar. Tanda dia sangat antusias. Senyumannya tiba-
tiba melebar (Halaman: 81).
Dari kutipan di atas dapat terlihat jelas bahwa Teguh ingin
memprovokasi teman-temannya untuk mengikuti RIIS. Dia sangat
antusias saat menceritakan RIIS agar teman-teman tergiur
mengikuti ajaran RIIS. Berbeda dengan Abay, Abay sedang galau
karena gadis yang ia sukai akan dilamar oleh saudaranya sendiri.
“Kalau si Gebi, sebaiknya tak usah kamu belikan oleh-
oleh, Nak. takut mengundang fitnah orang sekampung,”
jawab Mamak cepat.
“Tapi, Mak?”
“Lagi pula baru saja Tek Keulama pesan pisang sale pada
Mamak banyak sekali. Ternyata si Gebi mau dilamar Zaki,
anak Pak RW yang calon perwira polisi, yang baru lulus
Akpol. Mereka mau mengadakan acara lamaran nanti
malam. Jadi sudahlah, kamu jangan menjadi pengganggu
rencana baik mereka!” seru Mamak dengan nada serius
(Halaman: 115).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Abay merasa minder
dengan calon Gebi yang seorang polisi. Kabar yang ia dapat dari
Mamaknya mengakibatkan Abay merasa dirinya tidak pantas
memperjuangkan cintanya kepada Gebi. Akibat kegalauannya
85
tersebut menjerumuskan ia masuk ke dalam kelompok radikal
RIIS.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
tahap pemunculan konflik terjadi pada saat anak-anak muda ini
mengalami kegalauan. Dendam yang ada pada dirinya.
3) Peningkatan Konflik
Peningkatan konflik terjadi pada saat Bagas tidak mau
mendengarkan apa menurut Galih itu tidak baik untuk Mas Bagas.
Galih tidak ingin kakak semata wayangnya mengikuti RIIS.
“Kenapa nggak siap? Bukankah semua orang juga akan
mati, Lih? Hanya masalah timing and the way saja yang
nggak sama, kan? tanyanya lagi, masih dengan ekspresi
wajah tanpa emosi. Aku menggeleng. Tak percaya dengan
pola pikir Mas Bagas yang penuh rasa putus asa itu
(Halaman: 96).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Mas Bagas dan
Galih sedang berdebat. Galih meyakinkan Mas Bagas bahwa
keputusan yang ia ambil salah. Rasa putus asa yang ada dalam diri
Mas Bagas membuatnya salah mengambil keputusan.
Sedangkan peningkatan konflik yang dialami oleh Abay
adalah ketika Abay mendengar kabar bahwa Gebi akan dilamar
oleh Zaki. Timbulah rasa cemburu yang ada dalam diri Abay. yang
mengakibatkan iya terjerumus mengikuti RIIS.
“Iya Zaki, yang cakep, beralis tebal, dan gagah,” jelas
Mamak sambil memuji Zaki. Darahku semakin
menggelegak cemburu. “Zaki itu bila diurut-urut, dia masih
kemenakan ayahmu, Bay,” Berita mamakku lagi, membuat
dadaku semakin meletup geram (Halaman: 116).
86
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Abay merasa cemburu
dengan kabar yang ia dengar. Abay merasa minder ketika
Mamaknya memuji kegantengan Zaki. Gebi gadis yang ia cintai
hendak dilamar oleh saudaranya sendiri. Akibat hal tersebut Abay
memutuskan untuk ikut kelompok radikal RIIS.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
peningkatan konflik terjadi pada saat Gebi hendak dilamar oleh
Zaki. Sedangkan Zaki sendiri masih saudaranya. Sedangkan
peningkatan konflik yang dialami Galih dengan Mas Bagas terjadi
ketika mereka tak sepaham dengan keputusan Mas Bagas.
4) Klimaks
Puncak permaslahan terjadi ketika Abay, Galih, Bagas, dan
Teguh dikirim ke Baghdad. Mereka ditugaskan untuk meledakkan
bom.
“Abay, Galih, Bagas, dan Teguh kalian dipindahtugaskan
ke Baghdad, “titah Abu Jalud tegas seraya menatap mata
kami satu persatu. “Kalian dianggap satu keluarga oleh para
amir. Teguh menjadi orang yang bertanggung jawab atas
keberadaan kalian di Baghdad. Sedangkan kalian, Abay dan
Bagas, kalian sangat cerdas dan mampu merakit bom.
Tugas kalian merakit dua bom mobil dan lima bom tubuh.
Galih akan membantu Bagas dan Abay,” jelas Abu Jalud
lagi. (Boys Beyond The Light: 138)
Ketika sampai di Baghdad dan mendapat kabar bahwa yang
akan melakukan eksekutor bom telah meninggal. Teguh
mendapatkan berita bahwa sebagai penggantinya Abay dan
Galihlah yang akan ditugaskan untuk melakukan bom bunuh diri.
87
“Atas hasil keputusan para amir, maka sebagai pengganti
dua orang eksekutor itu adalah Abay dan Galih.” Berita
yang disampaikan Teguh dengan nada tenang itu mendarat
di segenap pancaindraku layaknya sebuah bom atom
berkekuatan super yang meledak tepat di jantungku. Aku
sama sekali tak percaya atas apa yang telah dia katakan
(Halaman: 147).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Galih belum siap untuk
mati. Akhirnya Galih dan Abay melarikan diri dari Teguh. Galih
dan Abay berusaha mencari pertolongan. Mereka menemukan
sebuah restoran yang masih buka. Akhirnya Galih bisa telepon
Mamanya dengan menggunakan ponsel milik penjaga kasir.
“Ma, tolong aku. aku lagi di Baghdad. Aku dan Mas Bagas
tak sengaja ikut RIIS, Ma. Mama tau RIIS, kan? Kelompok
Islam radikal yang sedang membangun negara di atas
Suriah dan Irak. Paspor kami ditahan mereka. Seminggu
lagi aku dijadwalkan untuk melakukan bom bunuh diri.
Sekarang aku sedang kabur, Ma. aku takut. aku belum siap
mati,” beritahuku dengan ketukan nada cepat (Halaman:
157).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Galih sedang meminta
pertolongan kepada Mamanya. Ia menjelaskan bahwa ia dan Mas
Bagas terjerumus dan mengikuti kelompok radikal RIIS. Paspor
mereka ditahan dan tidak bisa pulang. Belum selesai mendengar
jawaban dari Mamanya terdengar suara tembakan dari luar.
Ternyata Teguh sedang berkelahi dengan Abay. Galih berusaha
membantu menyelamatkan Abay.
“Tiba-tiba suara tembakan terdengar. Bang Teguh jatuh
tersungkur. Galih tampak mengarahkan AK 47-nya pada
Bang Teguh. Bang Teguh mengerang kesakitan.. Namun,
dia tak putus asa. Dia merogoh kantong celananya,
mencari-cari. Tak lama dia mengangkat kedua tangannya,
88
menyerah kalah. Aku dan Galih bernapas lega (Halaman:
161).
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Teguh dan Galih
berkelahi. Galih menembak Teguh karena Teguh ingin membunuh
Abay dan Galih yang berusaha kabur darinya. Setelah tertembak
dan kesakitan Teguh mencari tembakannya tetapi ia tidak
menemukan. Akhirnya Teguh menyerah Galih dan Abay dapat
bernafas lega.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
klimaks yang terjadi pada novel ini sangat mencengangkan. Terjadi
pertumpahan darah karena adanya perkelahian yang menggunakan
senjata tajam.
5) Penyelesaian
Galih mendapatkan pertolongan dari Mamanya. Galih
disuruh mencari di mana letak Kedutaan Indonesia dan minta
pertolongan di sana.
“Sekarang, kamu tanya orang di situ, bagaimana cara pergi
ke Kedutaan Indonesia yang ada di Baghdad. Jangan
katakan apa-apa. Jangan ceritakan apa pun pada siapa pun.
Dari sini Mama akan menghubungi kedubesnya untuk
menolong menampung kamu dulu. Mama segera kirim
orang untuk menjemput kamu,” jawab Mama tegas, laiknya
memberi komando kepada bawahannya. Aku mengangguk
mantap (Halaman: 157).
Setelah Galih mendapatkan pertolongan dan dapat kembali
ke Indonesia. Abay masih bimbang ia akan kembali ke Turki atau
kembali ke Indonesia. Setelah mengantarkan Galih ke bandara.
89
Abay kembali KBRI dan bertemu dengan Okasan. Kemudian Abay
di ajak Okasan pulang ke Turki.
“Alhamdulillah, Ya Allah. Kau telah menentukan pilihan-
Mu dengan mengirimkan orang-orang-Mu untuk
membantuku. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih,
Ya Allah (Halaman: 181)
Setelah semuanya membaik. Galih disuruh Mamanya untuk
mencari Karli istri Bagas. Galih mengajak Abay mencari Karli ke
Turki. Abay disuruh membujuk Karli agar ikut Galih ke Indonesia
menemui Mamanya. Namun ibu Karli menolak dan mengusir
mereka dari apartemennya.
“Ayolah, Bro...,” aku kembali membujuknya, tapi Abay
malah terdiam. Dia tampak enggan. Maklum, ekspresi ibu
Karli tadi memang benar-benar tidak mengenakkan. Sudah
terbayang di otakku, bila kami kembali ke sana, kami akan
diomel-omeli lagi. Tapi entahlah, seperti ada sebuah
magnet besar yang menarikku kembali ke sana. Ya! Aku
harus kembali ke sana.
“Bay, gue sekalian mau melamar Karli, Bay.”
“hah? Melamar? (Halaman: 200).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Galih menyuruh
Abay untuk melamar Karli. Abay merasa enggan kembali ke rumah
Karli. Sebab perlakuan ibu Karli yang kurang sopan kepada Galih
dan Abay. Namun karena keputusan yang diambil Galih yang ingin
melamar Karli lebih besar dari ego Abay. Akhirnya Galih dan
Abay kembali ke rumah Karli untuk melamar Karli.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
tahap penyelesaian terjadi ketika Galih dan Abay meminta
90
pertolongan ke KBRI. Setelah sampai di KBRI Abay dan Galih
akhirnya bisa kembali ke Indonesia dengan selamat.
d. Latar/Setting
Latar novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T.
akbar Maulana dibagi menjadi latar tempat, suasana dan latar waktu.
Banyak kejadian yang menonjolkan sisi latar. Namun ada beberapa
latar yang menonjol, berikut peristiwa yang mewakili untuk
menunjukkan latar dari isi cerita novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. akbar Maulana.
1) Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi yang diceritakan dalam
karya sastra, seperti (a) Kamar Bagas, (b)Auditorium I
Conventional Hall, (c) Pondok Pesantren, (d) Restoran, (e) Aula
Gor KONI Banda Aceh, (f) Rumah Sakit, (g) Ruang Keluarga,(h)
Bandara, (i) Asrama, (j) Sekolah, (k) Kamar Asrama, (l) Dapur
Umum, (m) Kamp, (n) Apartemen, (o) Kantor KBRI. Dalam Novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
latar tempat lebih dari satu tempat, yaitu sebagai berikut.
a) Kamar Bagas
Galih meminta izin kepada Bagas untuk masuk ke dalam
kamarnya. Tetapi Tidak ada jawaban dari Bagas.
“Mas, aku masuk, ya?” izinku pada Mas Bagas. Tapi
Mas Bagas tidak menjawab. Hanya suara orang berkelahi
yang terdengar dari dalam kamar. Aku langsung
menempelkan ibu jari kananku pada sisi pintu, agar pintu
91
dapat mempersilakan aku masuk. Setelah sidik jariku
terbaca oleh sistem keamanan kamar Mas Bagas, tak
lama pintu terbuka dengan sendirinya (Halaman: 36).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu kamar Bagas. Belum diperbolehkan masuk
tetapi Galih bisa masuk ke kamar Bagas melalui sidik jarinya.
b) Auditorium I Conventional Hall
Suasana yang tergambar dalam Auditorium I
Conventional Hall adalah suasana bahagia. Hal ini dapat
dibukttikan dengan kutipan di bawah ini.
“Tepuk tangan bergemuruh, memantul ke seluruh sudut
dinding Auditorium I Convention Hall Jawaharlal Nehru
University. Aula besar ini sering dijadikan tempat
pertemuan dan kongres pendidikan internasional. Para tamu
undangan, para guru, para panitia hingga para peserta
dengan gegap gembita berdiri melakukan standing ovation.
Puluhan lampu snapshot yang tergantung di rigging langit-
langit dengan ketinggian lebih dari empat meter itu
berwarna-warni kompak menyoroti panggung. Lebih dari
300 orang perwakilan dari 35 negara di dunia hadir. Semua
memberkan aplaus meriah (Halaman: 8).
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa suasana yang
tergambar dalam Auditorium I Convention Hall Jawaharlal
Nehru University memang suasana yang bahagia. Auditorium
yang ramai orang-orang memberikan tepuk tangan meriah.
Suasana gembira yang tergambar dalam kutipan di atas.
92
c) Pondok Pesantren
Abay juara dan teman-temannya berkoar memberikan
selamat kebahagiaan untuk Abay. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan sebagai berikut.
“Abay juara, Abay juara, Abay juara!” kor kompak
teman-teman begitu ceria. Mereka mengiringiku keliling
lapangan pesantren atau dayah dalam bahasa Aceh.
Bapak guru pembimbingku hanya bisa tertawa-tawa
melihat kelakuan anak-anak didiknya. Rona kebahagiaan
membungkus wajahnya yang kemerahan karena diterpa
teriknya sinar matahari. Mungkin aku berhasil membuat
guruku bangga karena bisa mengharumkan nama
pesantrenku, bahkan mengharumkan nama kabupatenku
(Halaman: 15).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa suasana
yang tergambar dalam pondok pesantren adalah suasana yang
gembira. Abay juara dan dapat membanggakan sekolah, teman-
temannya, orangtua, bahkan kabupatennya.
d) Restoran
Restoran yang terlihat mahal. Hal ini dibuktikan dalam
kutipan sebagai berikut.
“Restoran apa ini? Kayaknya resoran mahal, Yah,” ucapku
seraya menatap ke sebuah restoran besar yang atapnya
melengkung, mirip kubah masjid. Papan nama besar dari
kayu bertuliskan Kayra Turkish Restaurant bertengger
gagah, tapi berkesan ramah di bawah atap kubah itu, seakan
siap menyambut siapa pun para pengunjung yang hendak
mampir ke restoran tersebut (Halaman: 18).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu restoran mahal dengan atap melengkung
seakan menyamput kedatangan para pengunjung.
93
e) Aula Gor KONI Banda Aceh
Diadakannya pertandingan badminton di Aula Gor
KONI Banda Aceh. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai
berikut.
“Ya alhamdulillah, aku baru saja memenangkan
pertandingan badminton antarkabupaten se-Provinsi Aceh,
yang diadakan di aula kursi tempat duduk di tribunnya. Hal
ini tak kuduga sama sekali, karena kurangnya persiapan
dan latihan. Modalku hanya tekad bulat membaja yang
kupatri dalam diriku, untuk mempersembahkan piala nan
tinggi dan uang saku sebesar Rp 5.000.000 yang diberikan
Gubernur Aceh untuk mamakku. Aku juga bertekad
membuat ayahku bangga, walau kami sudah terpisah jauh
(Halaman: 26).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu dalam Aula Gor KONI Banda Aceh yaitu
pertandingan bulutangkis di aula kursi tempat duduk di
tribunnya. Dengan model tekad yang kuat dalam diri, Abay
dapat memenangkan pertandingan tersebut. Kemenangannya
dipersembahkan untuk Ayahnya.
f) Rumah Sakit
Abay sedang berada di rumah sakit. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan sebagai berikut.
“Kalimat dokter itu berhasil membuatku “sadar”.
Rangkaian kalimat yang berhasil menggugah hatiku. Aku
menurunkan kedua mataku dari plafon kamar
perawatanku, lalu menoleh ke dokter itu, menatapnya
seakan meminta kalimat lain, kalimat yang lebih
memotivasi, kalimat yang mampu menjadi pembangkit
jiwaku yang terlanjur lemah terkulai (Halaman: 30).
94
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu berada dalam kamar perawatan di rumah
sakit. Di dalam kamar juga terdapat dosen yang sedang
memotifasi Abay.
g) Bandara
Abay sedang berada di suatu bandara. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan sebagai berikut.
“Setelah sampai di tempat pengambilan bagasi, dari
kejauhan aku melihat seseorang berwajah familier. Sabil
mencari travel bag besarku, aku pun beringsut pelan
mendekatinya. Ah benar saja! Dialah Bang Teguh.
Teguh Meutuwah. Kakak kelasku saat di SDN 1 dulu,
juga tetangga satu kampung saat kami kecil (Halaman:
58-59).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di bandara. Abay bertemu dengan Teguh saat
sedang menunggu tas di travel bag.Teguh adalah kakak
kelasnya pada saat duduk si bangku sekolah dasar.
“Changi Airport Singapore memang tak pernah sepi,
karena sebagai salah satu yang terbaik dan tersibuk di
dunia, bandar ini memang dijadikan tempat transit
hampir seluruh maskapai penerbangan (Halaman: 169).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di bandara. Suasana tersebut terlihat dari
penjelasan di atas. Bahwa bandara tersebut tidak pernah sepi.
Bandara tersebut merupakan bandara yang terbaik di dunia
karena sebagai tempat transit penerbangan diseluruh dunia.
95
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
suasana tempat yang digambarkan yaitu di bandara. Hal itu
dibuktikan dengan percakapan Teguh dan Abay.
h) Sekolah
Di sekolah baru Abay senior dan adik kelas saling
membantu. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Tenang saja. Di sekolah ini nggak kenal istilah
bullying. Justru para senior itu diminta kesediaannya
membimbing para adik kelas yang baru untuk segera
bisa menyesuaikan diri, atau yang lebih dikenal dengan
istilah sistem „Abalik‟” (Halaman: 68).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di sekolah. Abay bertemu dengan Kakak
kelas yang baik. Kakak kelas yang siap membimbing dan
membantu apa yang dibutuhkan adik kelasnya.
i) Kamar Asrama
Abdul karim mengajak Abay pergi keluar kamar. Hal ini
dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Aku menggelengkan kepala. “Silakan. Saya ingin
santai-santai di kamar dulu.” Jawabku seraya mengulas
senyum. Abdul Karim pun menganggukkan kepala, lalu
pergi meninggalkan kamar kami (Halaman: 78).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di kamar asrama. Tergambar dari percakapan
mereka.
96
j) Dapur Umum
Galih takjub melihat kecantikan Karli di dapur umum.
Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Masa Allah . . . .” Aku berbisik takjub.
Cahaya surya keemasan menyusup ke dalam dapur
umum, menerangi wajah seorang wanita yang terlihat
semakin benderang. Sedianya manusia memiliki
kekurangan fisik, tapi pahatan wajahnya terlihat begitu
sempurna di mataku (Halaman: 133).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu dapur umum. Tergambar dari percakapan
dalam kutipan di atas.
k) Kamp
Di kamp yang baru tempatnya lebih baik daripada kamp
persinggahan saat pertama kali mereka singgah. Hal ini
dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Setelah pembagian tugas, kami diberi waktu untuk
mempersiapkan diri lalu beristirahat tidur. Kamp kami di
sini memang jauh lebih baik daripada kamp
persinggahan tempat saat pertama kali kami datang. Di
sini seperti apartemen biasa, tapi tanpa perabotan. Yang
ada hanya hamparan permadani yang cukup tebal untuk
kami tidur (Halaman: 138).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di kamp. Hal tersebut tergambar dari
percakapan mereka.
97
l) Apartemen
Mereka sedang berada di salah satu kedai sederhana
yang atasnya ada apartemen lima lantai model lama. Hal ini
dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Kini aku sedang berada di daerah Al-Mansour,
Baghdad. Tepat di sebuah kedai sederhana, yang lima
lantai di atasnya merupakan apartemen model lama.
Salah satu kamarnya akan dijadikankami sebagai tempat
bermalam. Namun, lagi-lagi aku sampai ke tempat ini
bukan untuk tamasya, bersenang-senang, atau liburan.
Tapi ada misi besar yang dibebankan pada pundak kami
berempat (Halaman: 145).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di dalam apartemen sebagai tempat
bermalam. Mereka berempat akan menjalankan misi keesokan
harinya.
m) Kantor KBRI
Abay tinggal sementara di KBRI untuk menunggu
paspornya jadi. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai
berikut.
“Ya sudah, tinggal di KBRI saja dulu. Kamu bisa
mengobrol dengan staf-staf KBRI, sambil menunggu
paspormu jadi. Kamu sudah mengajukan permohonan
paspor baru, kan?” tanya Pak Hamzah kepadaku.
Namun, aku enggan menjawab pertanyaan itu. “Lagi
pula, bisa-bisanya paspormu dan Galih sama-sama
hilang, “komentar Pak Hamzah seraya menggeleng
(Halaman: 176).
98
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana tempat yang
digambarkan yaitu di KBRI. Abay sedang menunggu paspornya
jadi agar ia dapat pulang ke Turki.
Dari beberapa kutipan latar tempat di atas dapat
disimpulkan bahwa dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana mempunyai banyak latar
tempat yang menjadikan novel tersebut tidak membosankan bagi
pembaca.
2) Suasana
Latar suasana yang terkandung dalam novel Boys Beyond
The Light karya Astrid Tito & T Akbar Maulana antara lain
kebahagiaan, kecemasan, ketegangan, dan kesedihan. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan betikut ini.
a) Kebahagiaan
Mama bahagia melihat mas bagas dapat juara olimpiade
matematika. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Oh, my God! This is unbelievable! Bagas juara! Bagas
Juara Olimpiade Matematika! Oh, my God, I can’t
believe this! What a wonderful surprise! Oh, my God!”
Mama menjerit-jerit dari bangku VIP nan empuk tempat
kami duduk. Dia melonjak-lonjak gembira, persis anak
kecil yang tertawa ceria saat mendapat permen lolipop
warna-warni (Halaman: 8).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana bahagia. Terlihat jelas dari ekspresi
99
yang digambarkan oleh Mama. Mama bahagia dengan hasil
yang diraih oleh Mas Bagas.
b) Kecemasan
Timbul rasa cemas dalam diri Galih. Ketika ia sedang
tidur mendengar suara tembakan bertubi-tubi. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan sebagai berikut.
“Apa tuh, apa tuh, apa tuh.” Begitu mendengar suara
tembakan bertubi-tubi, aku langsung bangun dari tidurku
dan panik. Aku mencari perlindungan. Berlindung di
bawah meja! Ya di bawah meja itu!!! Benakku memberi
saran tergopoh-gopoh (Halaman: 125).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana kecemasan. Terlihat jelas dari
ekspresi yang digambarkan oleh Galih dan Abay.
c) Ketegangan
Bang Teguh marah kepada Abay karena Abay dan Galih
kabur. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Bang Teguh pun mengantupkan rahangnya. Giginya
bergemeretak bagai ingin melumat diriku. Mata
kelamnya penuh amarah. Keras hatinya seakan tidak
tertahan lagi. Bang Teguh berlari menerjangku. Bertubi-
tubi pukulan disarangkannya ke tubuhku. Sungguh, dia
sudah lupa diri. Dia menghajarku habis-habisan
(Halaman: 160).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Teguh benar-benar
marah. Ia marah kepada Abay. Teguh memukul Abay tanpa
berpikir panjang. Bahwa yang ia pukul adalah temannya sendiri.
Hal tersebut diperjelas dalam kutipan berikut.
100
“Tiba-tiba suara tembakan terdengar. Bang Teguh jatuh
tersengkur. Galih tampak mengarahkan AK 47-nya pada
Bang Teguh. Bang Teguh mengerang kesakitan. Namun,
dia tak putus asa. Dia mengangkat kedua tangannya,
menyerah kalah. Aku dan Galih bernapas lega (Halaman:
161).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang digambar-
kan adalah suasana ketegangan. Terlihat jelas dari percakapan
Teguh, Galih dan Abay.
Dari beberapa kutipa di atas dapat disimpulkan bahwa
suasana yang terjadi adalah suasana ketegangan. Hal tersebut
tergambar dari perkelahian yang dilakukan oleh Teguh dan
Abay.
d) Kesedihan
Galih sedih karena Bagas meninggal. Galih tidak bisa
menjaga Bagas. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai
berikut.
“Membaca kalimat demi kalimat di harian itu, duniaku
tiba-tiba runtuh. Kutenggelamkan wajahku ke dalam
koran yang masih kugenggam erat. Aku terenyak.
Mataku terpaku pada berita itu. Tanganku bergetar.
Gerahamku mengeras. Aku berkaca-kaca. Kutabrakkan
tulang punggungku pada dinding di belakangku. Aku
meluruh. Jatuh. Apa benar Mas Bagas sudah nggak
ada? Apa benar Mas Bagas sudah meninggal? Mati?
Kakakku telah mati? Air mataku tumpah seketika.
Tersedu. Menyesal. Aku menepuk-nepukkan koran itu ke
kepalaku. Aku telah gagal melindunginya. Gagal! Aku
malah meninggalkannya. Aku membiarkan ia sendirian
melawan orang yang badan dan tenaganya jauh lebih
besar darinya. Ya Allah!!! (Halaman: 167).
101
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana kesedihan. Terlihat jelas dari
percakapan Galih dan Abay. Galih sedih setelah membaca surat
kabar. Dalam surat kabar tersebut diberitakan bahwa Mas Bagas
telah mati. Galih merasa menyesal dan gagal melindungi
kakanya. Galih menyesal telah meninggalkan Mas Bagas
melawan Teguh sendiri.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
suasana yang terjadi pada novel tersebut meliputi: suasana
kebahagiaan yang dialami Mama karena melihat anak
kebanggaannya memenangkan lomba olimpiade. Suasana
kecemasan yang dialami Galih mendengar tembakan bertubi-tubi
kemudian mencari perlindungan. Suasana ketegangan yang dialami
Abay dan Galih. Abay dan Galih berusaha kabur dari Teguh karena
mereka tidak ingin melakukan bom bunuh diri, dan suasana
kesedihan tergambar ketika Galih mendengar berita bahwa Mas
Bagas telah mati. Galih menyesal telah meninggalkan Mas Bagas,
Galih merasa telah gagal melindungi kakaknya.
3) Waktu
Latar waktu yang berhubungan dengan kapan terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Rangkaian
peristiwa tidak dapat lepas dari perjalanan waktu yang bisa berupa
jam, hari, bulan, tahun, dan sebagainya. Latar waktu dalam novel
102
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar Maulana
adalah pagi, siang, sore, dan malam. Hal tersebut dapat dibuktikan
melalui kutipan di bawah ini.
a) Pagi
Bagas, Galih, dan Mama sedang sarapan bersama pagi
hari. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Setelah seminggu menghilang untuk urusan bisnis,
Mama mengecek keberadaan kami pada pagi hari. Dia
meminta kami sarapan bersama. Setelah sarapan
berlangsung dengan suasana kaku dan dingin, Mama
mengajak kami bicara sebentar di ruang keluarga. Ketika
Mama menanyakan bagaimana perasaan Mas Bagas
menyetir Rubicon, Mas Bagas hanya mengangkat bahu
lalu menjawab dengan santai, “Aku nggak jadi ke prom,
Ma. Lagi pula aku belum pernah menyetir mobil. Mobil
itu sudah nggak ada, sudah ku jual.” (Halamaan: 48).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana pagi. Terlihat jelas dari percakapan
ketika mereka sedang sarapan pagi. Mama yang baru pulang
dari urusan bisnisnya selama seminggu.
b) Siang
Pada waktu siang hari Galih dan Bagas sedang duduk di
teras samping. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Hari sudah menjelang siang, pukul 10 pagi. Aku dan
Mas Bagas tengah duduk-duduk di teras samping,
menghadap kolam renang yang nyaris tak pernah kami
gunakan. Mas Bagas duduk di kursi rotan, dengan
bantalan lapis beledu merah. Aku duduk di sofa nan
empuk, yang juga berbahan beledu merah. Merah adalah
warna kesukaan Mama. Tak heran bila perabotan di
rumah didominasi warna merah, kecuali kamarku dan
kamar Mas Bagas (Halaman: 87).
103
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana siang. Terlihat jelas dalam kutipan
tersebut. Galih dan Mas Bagas yang sedang bersantai di teras
samping pada pukul 10 WIB.
c) Sore
Perjalanan pulang Abay dan Ayahnya diwaktu makan
malam. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut.
“Sore hampir habis dimakan waktu. Setelah menempuh
perjalanan panjang dari Susoh ke Banda Aceh selama 8
jam, dan setelah berputar-putar keliling Banda Aceh,
akhirnya aku dan Ayah memutuskan untuk beristirahat
sejenak. lelah fisik sudah merambati tubuh kami,
ditambah untaian usus di dalam perut sudah mulai
bersuara minta diisi. Kami sepakat mengurai penat
sambil makan di sebuah restoran, sebelum kami pulang
kembali ke Susoh (Halaman: 17).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana sore. Terlihat jelas dari percakapan
dalam kutipan di atas. Dalam percakapan tersebut menyebutkan
waktu sore hari yang hendak habis.
d) Malam
Saat Abay dan Ayahnya pulang dari restoran Pak Ahmed
lewat perbukitan dengan mobil minibus yang meluncur
membelah jalanan malam yang melenggang. Hal ini dibuktikan
dalam kutipan sebagai berikut.
“Mobil minibus yang kami tunggangi pun meluncur,
membelah jalanan malam yang lenggang, Cahaya bulan
menyusup bagaikan sinar tipis yang menerangi jalan.
Namun, tak berapa lama memasuki wilayah perbukitan
yang berlika-liku, entah kenapa, mesin mobil minibus hasil
104
pembelian ayahku dari Pak Ahmed itu agak sedikit mogok.
Mobil itu terdengar menderu-deru tidak biasa (Halaman:
28).
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa suasana yang
digambarkan adalah suasana malam hari. Terlihat jelas dari
percakapan dalam kutipan di atas menyebutkan bahwa mereka
mengendarai mobilnya membelah jalanan malam yang lenggang
dengan cahaya bulan yang menyusup bagaikan sinar tipis yang
menerangi jalan.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
latar waktu yang mendukung pada novel boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana meliputi suasana pagi
hari tergambar dari percakapan yang ada dalam kutipan
menyebutkan bahwa mereka sedang melaksanakan sarapan pagi,
suasana siang hari tergambar dari percakapan Galih dan Bagas
di teras samping pada pukul 10 WIB, suasana sore hari terlihat
pada kutipan tersebut menyatakan sore hampir habis, dan
suasana malam hari terlihat pada kutipan di atas yang
menyatakan mobil meluncur membelah jalanan malam yang
lenggang, cahaya bulan menyusup bagaikan sinar tipis yang
menerangi jalan.
e. Sudut Pandang/Point of View
Sudut pandang yang digunakan dalam novel novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana adalah sudut
105
pandang orang ketiga serba tahu. Hal tersebut digambarkan oleh
pengarang dengan penggunaan nama orang dari pelaku yang ada di
dalam cerita. Pemilihan sudut pandang orang ketiga serba tahu
mempermudah pembaca mengenali tiap tokoh yang diceritakan atau
siapa yang bertindak. Hal itu dapat dibuktikan dalam kutipan di bawah
ini.
“Abay juara, Abay juara, Abay juara!” kor kompak teman-
teman begitu ceria. Mereka menggiringku keliling lapangan
pesantren atau dayah dalam bahasa Aceh. Bapak guru
pembimbingku hanya bisa tertawa-tawa melihat kelakuan
anak-anak didiknya. Rona kebahagiaan membungkus
wajahnya yang kemerahan karena diterpa teriknya sinar
matahari. Mungkin aku berhasil membuat guruku bangga
karena bisa mengharumkan nama pesantrenku, bahkan
mengharumkan nama kabupatenku (Halaman: 17).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bawa sudut pandang yang
digunakan dalam kutipan tersebut adalah sudut pandang orang ketiga.
Dalam kutipan yang digunakan adalah Abay. Hal tersebut diperjelas
dengan kutipan berikut.
Aku memetik gitar sambil bernyanyi. Lagu Fix You dari
Coldplay benar-benar kuhayati, hingga rasanya aku ingin
menangis. Tapi aku tidak bisa menangis. Air mata di dalam
pelupuk sepertinya sudah mengering. Di depan mataku, Mas
Bagas duduk terdiam. Wajahnya tampak mengeras.
Pandangannya terlempar pada air kolam renang yang
memantulkan cahaya matahari keemasan. Kilauannya yang
bagaikan emas cair itu begitu memekakan mata (Halaman:
87).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Dibuktikan
dengan menggunakan nama terang Mas Bagas.
106
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba
tahu. Situasi dan kondisi di dalam cerita nampak lebih hidup saat
pembaca mengetahui situasi dan kondisi jalan ceritanya.
f. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang
melalui karya satranya, baik disampaikan secara implisit maupun
secara eksplisit. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam
novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
adalah tentang jati diri dari keempat anak muda yang goyah karena
kurang kasih sayang dari orang tua, putus cinta, dan dendam yang ada
dalam dirinya. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui kutipan berikut
ini.
“Aku menggeleng kuat-kuat. Aku nyaris tak percaya, karena
aku hafal dengan wajah yang sampai saat ini masih kuhindari
itu. Wajah pembunuh yang telah menghilangkan nyawa
kakakku. Aku menautkan alis. Teguh Mauteuh akhirnya
menemukan ajalnya dengan cara yang memang dia cita-
citakan. Seperti kata Abay kala itu, Teguh „berbeda‟ karena
latarbelakang trauma mendalam masa kecilnya (Halaman:
201)
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Galih tidak percaya
bahwa wajah yang ia hafal. Wajah yang menyebabkan nyawa
kakaknya hilang. Dia adalah Teguh seorang yang mempunyai dendam
dalam dirinya. Dendam yang ia bawa sampai mati.
“Sedangkan bagi para orangtua, ayomilah mereka. Tuntun
mereka dengan kasih sayang berbentuk pertemanan. Bila
anak Anda laki-laki, tuntun rasa maskulin mereka ke arah
107
yang lebih produktif, karena di tangan merekalah, bumi dan
seluruh isinya ini akan diwariskan. Demikian Abay, pendapat
saya.” Abu Salman menutup penjelasannya dan menyerahkan
mikrofonnya kepadaku. Tepuk tangan kembali bergemuruh,
membahana ke seluruh sudut ruangan (Halaman: 210).
Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa orangtua sebaiknya
mengayomi dan mendidik anaknya dengan baik. Agar tidak
terjerumus ke hal-hal yang tak diinginkan.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
amanat yang terdapat di novel tersebut adalah tentang jati diri dari
keempat anak muda yang goyah karena kurang kasih sayang dari
orang tua, putus cinta, dan dendam yang ada dalam dirinya.
2. Aspek-Aspek Sosiologi Sastra yang terkandung dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana
Aspek sosiologi sastra dalam novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana yang akan dibahas dalam skripsi
ini terdiri dari kekerabatan, ekonomi, pendidikan, cinta kasih, dan
keagamaan. Berikut pembahasan semua aspek yang terdapat pada novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana.
a. Kekerabatan
Nilai kekerabatan dalam novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana terdiri atas kekerabatan
dengan keluarga yaitu tokoh utama dengan keluarga, saudara, dan
sahabatnya yang terjalin dengan baik.
108
Hubungan baik Bagas dan Galih terjalin baik. Bagas adalah
kakak kandung yang Galih, sikap Bagas yang dapat memberikan
contoh yang baik untuk Galih.
“Kakakku yang tampan, cerdas, dan tekun itu sangat sensitif
serta peka terhadap orang lain. Seumur hidup aku terdaulat
sebagai adik kandungnya, aku tidak pernah disakiti atau
merasa tersakiti olehnya. Dia tempat curhat yang baik,
pendengar yang setia, dan sabar dalam bernasihat. Di sosok
yang aku kagumi. Seorang sahabat hati. Boleh jadi aku
minus kasih sayang dari Papa dan Mama, tapi dengan
adanya Mbok Nah dan Mas Bagas, rasanya hidupku sudah
terlengkapi (Halaman: 39-40).
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan
Bagas dan Galih hubungan baik. Galih mengagumi sifat baik Bagas.
Walaupun Galih kurang kasih sayang dari kedua orangtuanya tetapi
ia tetap merasa bahagia karena Bagas melengkapi apa yang Galih
tidak dapatkan dari kedua orangtuanya.
Aspek kekerabatan yang lain yaitu terjalinnya hubungan
baik antara anak dengan orang tua.Abay adalah anak laki-laki yang
terlahir dari keluarga yang sederhana. Namun ia merasa bahagia
karena mendapatkan kasih sayang dan dukungan penuh dari
orangtuanya.
“Terserah kamu minatnya ke mana, Nak. Mau menjadi
olahragawan, Mamak dukung. Mau menjadi ilmuwan,
Mamak dukung. Mau jadi politisi pun, Mamak dukung.
Asal sejalan dengan agama, tidak melanggar perintah Allah,
pastilah Mamak kan dukung, Nak. Yang penting kamu
berbakti pada Mamak dan tak lupa bertanggung jawab pada
Puteh, “ jawab Mamak dengan senyuman bijaknya yang
selalu terasa hangat di dadaku (Halaman: 32).
109
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa kasih sayang yang
diberikan Mamak kepada Abay adalah bukti bahwa orangtuanya
sangat menyayangi dan mendukung penuh apa yang akan dipilih
Abay kelak. Yang penting Abay tidak melupakan kewajiban dan
tugasnya sebagai seorang kakak kepada adiknya.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek kekerabatan yang terjadi dalam novel meliputi kekerabatan
antara Bagas dan Galih yang merupakan kakak beradik yang terjalin
baik. Aspek kekerabatan hubungan antara orangtua dengan anak
yang terjalin dengan baik. Terlihat pada kutipan percakapan Abay
dengan Mamaknya.
b. Perekonomian
Latar belakang ekonomi keluarga Bagas dan Galih dari
kalangan orang kaya. Papanya adalah seorang pengusaha yang
terkenal. Hal ini terlihat dari kutipan berikut ini.
“Kenapa Papa bisa memberikan modal pada Mama? Karena
Papa yang berkulit sawo matang itu berasal dari keluarga
orang kaya raya. Papa adalah anak sulung pemilik salah
satu konglomerat di Indonesia. Kakekku yang orang Jawa
itu adalah seorang pengusaha yang dekat dengan “sang
pemilik negara” kala itu, hingga banyak bisnis yang
dipercayakan sang penguasa itu pada kakekku. Dari bisnis
kesehatan, obat-obatan, agrikultural, apartemen dan hotel,
hingga perkapalan (Halaman: 12).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Papa bagas dan
Galih memang keturunan orang kaya. Kakeknya merupakan salah
satu konglomerat di Indonesia. Perekonomian yang lain dalam novel
110
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana adalah
perekonomian keluarga Abay. Keluarga Abay termasuk perekonomian
sedang. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini.
“Beli sepatunya jangan mahal-mahal, Yah. Ingat kita harus
melunasi kredit koperasi guru akhir minggu ini,” pesan
Mamakpada Ayah saat melepas keberangkatan kami. Pesan
itu kembali terngiang di otakku. Wajarlah Mamak berpesan
semacam itu pada kami karena pada dasarnya kami
bukanlah keluarga kaya. Kami datang dari keluarga
sederhana dan biasa-biasa saja. Ayahku hanyalah seorang
pegawai negeri dengan jabatan standar dan ibuku hanyalah
seorang guru SMA (Halaman: 18).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa perekonomian keluarga
Abay termasuk keluarga yang sederhana. Abay disuruh membeli
sepatu dengan harga yang tidak mahal karena orangtuanya masih
mempunyai tanggungan untuk melunasi kredit mingguan di
koperasi.
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa
dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana dilihat dari tokoh utama memiliki perekonomian yang
berbeda. Galih dan Bagus dari kalangan orang kaya yang serba ada
sedangkan Abay dari kalangan keluarga yang biasa saja.
c. Pendidikan
Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana mempunyai aspek pendidikan yang baik. Bagas merupakan
pelajar yang pandai. Bahkan ia sempat mendapatkan juara pada saat
111
mengikuti olimpiade matematika. Hal ini dapat terlihat melalui
kutipan berikut.
“Oh, my God! This is unbelievable! Bagas juara! Bagas
Juara Olimpiade Matematika! Oh, my God, I can’t believe
this! What a wonderful surprise! Oh, my God!” Mama
menjerit-jerit dari bangku VIP nan empuk tempat kami
duduk. Dia melonjak-lonjak gembira, persis anak kecil yang
tertawa ceria saat mendapat permen lolipop warna-warni
(Halaman: 8).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mama senang melihat
Bagas juara. Anak kebanggaannya juara dalam Olimpiade
Matematika. Hal tersebut diperjelas dalam kutipan berikut.
“Selamat, Bu, Dik, Bagas berhasil membuat Indonesia
bangga. Tidak seperti saya. . . ,” ucap teman baru Mas
Bagas itu, dengan wajah “kelam” yang tak kusuka. Dia
mengulurkan tangannya kepadaku ramah. Namun, entah
mengapa, aku malas menyambut uluran tangannya
(Halaman: 14).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Teguh juga termasuk
anak yang pandai. Teguh juga salah satu peserta olimpiade seperti
Bagas. Teguh memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Mas
Bagas dapat juara dalam olimpiade.
Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Bagas
memang anak yang pandai. Bagas juara pada saai ia mengikuti
mengikuti lomba olimpiade matematika bertaraf internasional. Bagas
dapat membuat bangga orangtua, negara dan adiknya. Selain
pendidikan Bagas dalam novel juga menceritakan tentang pendidikan
Abay dan Teguh. Abay dan Teguh termasuk anak-anak yang pandai.
Hal ini dapat terlihat dari kutipan berikut.
112
“Oh, jadi kamu salah satu penerima beasiswa Diyenet
Foundation dari pemerintah Turki tahun ini?” tanyanya
sedikit antusias. Dia membenahi kacamatanya. “Selamat,
ya. ana sekarang naik kelas dua belas di sekolah
Internasional Mustafa Ghardalyy Imam Khatib High school.
Sama dengan anta, ana juga penerima beasiswa Diyanet
Foundation, “ucap Bang Teguh seraya meninggalkan
senyuman yang lumayan cerah (Halaman: 60).
Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa Abay dan Teguh
juga termasuk anak yang pandai. Mereka dapat masuk ke sekolah
Internasional Mustafa Ghardaly Imam Khatib High school dengan
beasiswa yang mereka perolehnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa aspek pendidikan dari tokoh
utama yang terdapat dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T. Akbar Maulana termasuk pandai. Bagas dan Teguh yang
menjadi peserta dalam lomba olimpiade yang bertaraf internasional.
Sedangkan Abay dan Teguh merupakan siswa yang berprestasi dan
mendapatkan beasiswa sekolah di luar negeri. Mereka adalah anak-anak
generasi muda yang dapat membanggakan keluarga maupun negara
atas prestasi yang telah mereka dapatkan.
d. Cinta Kasih
Aspek cinta kasih dalam novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T Akbar Maulana terdapat cinta kasih terhadap
keluarga dan cinta kasih terhadap lawan jenis. Cinta kasih keluarga
terjadi pada saat Mamak menasehati Abay tentang apa yang akan
ambil ketika Abay telah lulus sekolah. Hal ini daoat dibuktikan
dengan kutipan berikut ini.
113
“Terserah kamu minatnya ke mana, Nak. Mau menjadi
olahragawan, Mamak dukung. Mau menjadi ilmuwan,
Mamak dukung. Mau jadi politisi pun, Mamak dukung.
Asal sejalan dengan agama, tidak melanggar perintah Allah,
pastilah Mamak kan dukung, Nak. Yang penting kamu
berbakti pada Mamak dan tak lupa bertanggung jawab pada
Puteh, “ jawab Mamak dengan senyuman bijaknya yang
selalu terasa hangat di dadaku (Halaman: 32).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa kasih sayang yang
diberikan Mamak ke Abay adalah kasih sayang yang tulus orang tua
kepada anaknya. Orang tua yang selalu mendukung apa keinginan
anaknya. Tidak hanya mendukung tentang apa keinginan anaknya,
Mamak juga memberikan nasihat bahwa Abay harus taqwa kepada
Allah dan juga bertanggungjawab terhadap adiknya Puteh.
Sedangkan cinta kasih terhadap lawan jenis dalam novel ini terlihat
pada kutipan berikut ini.
“Hari ini Mas Bagas akan menikah dengan seorang
perempuan Anatolia keturunan Arab yang dengar-dengar
bernama asli Zehra Payasli. Namun, Mas Bagas selalu
menebut nama perempuan itu Karli. Entah hanya untuk
nama samaran atau nama alias, dengan maksud keamanan
atau apa, tapi kami pun, aku, dan Abay, jadi ikutan
menyebut calon mempelai wanitanya Mas Bagas dengan
nama Karli (Halaman: 132).
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahawa hubungan cinta
kasih antara Bagas dan Karli itu dibuktikan dengan sebuah pernikah.
Bagas sungguh-sungguh mencintai Karli ia mempunyai rencana
untuk menikahi Karli. Cinta kasih terhadap lawan jenis juga terlihat
dari tokoh Abay. Ia mencintai seorang gadis bernama Gebi. Gebi
114
adalah teman SMP Abay sekaligus tetangganya. Hal tersebut dapat
dilihat dari kutipan berikut.
“Dialah wanita anggun yang mampu membuatku merasakan
sesuatu yang tak bisa kujelaskan dengan kalimat sastra dari
bahasa mana pun. Yang membuatku merasakan sesuatu
yang tak bisa kuhitung dengan rumus matematika. Yang
membuatku merasakan sesuatu yang tak bisa kuurai laiknya
senyawa kimia. Dialah Cut Gebrina Rizki atau Gebi, anak
sahabat mamakku. Aku mengenalnya sejak kami masih
sama-sama kecil. Letak rumahnya pun tak jauh dari
rumahku, hanya berbeda jalan saja. Terkadang wanita
bermata jeli ikut hadir kalau aku bertanding badminton.
Gebi dan bundanya sering sekali menemani Mamakku yang
hadir memberikan support pertandingan batminton skala
nasional. Tapi selama ini, kami tidak pernah saling bicara.
Hanya tatapan mata yang penuh getar dari kejauhanlah yang
membuatku selalu bersemangat dalam bertanding
(Halaman: 16-17).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa hubungan cinta kasih
yang terjalin antara Abay dan Gebi. Abay menyukai Gebi namun
Abay belum berani mengungkapkannya kepada Gebi. Walaupun
demikian Gebi menjadi alasan Abay untuk bersemangat ketika Abay
bertanding batminton dan di lihat oleh Gebi dari kejauhan.
Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek
cinta kasih yang terdapat dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana terjalin dengan baik. Dari hubungan
cinta kasih anak dengan orangtua maupun hubungan anak dengan
lawan jenisnya.
e. Keagamaan
Aspek keagamaan yang terkandung dalam novel Boys
Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana adalah
115
bahwa tokoh utama termasuk anak yang taat dalam beribadah dan
juga pandai bersyukur. Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan di
bawah ini.
“Syukurlah. Thanks, Mbok. Nanti aku telepon Mama,
Bilang terima kasih,” jawab Mas Bagas datar tanpa senyum.
(Halaman: 46).
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mas Bagas
mengucapkan rasa syukur. Di buktikan dengan kata”syukurlah”.
“Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah . . . .” Bibirku
basah akan tahmid, sebagai ungkapan rasa syukurku kepada
Allah, Tuhan Maha Pemilik Seluruh Alam Semesta. Ingin
rasanya aku langsung merundukan kepala, mencium bumi,
saking hatiku telah berbalut rasa syukur yang meletup-letup,
atas bantuan Allah yang begitu luar biasa untukku. Berhasil
mengijakkan diri di negara Turki Utsmani ini adalah ilusi
besar terindah yang terjadi dalam hidupku (Halaman: 58).
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa rasa syukur yang
diucapkan kepada Sang Pencipta. Rasa syukur yang ia panjatkan
karena dapat mengijakkan kaki di Turki.
“Aku pun beristigfar banyak-banyak, lalu mengambill
wudhu. Selain ingin melakukan shalat sunat Istikharah,
untuk meminta petunjuk-Nya, aku pun ingin membasahi
wajahku yang kering karena musim panas yang mulai
menyapa. Ini pertama kalinya aku merasakan panas di
negara empat musim. Ternyata rasa panasnya berbeda.
Panasnya begitu kering dan gersang. Tidak seperti di Aceh
yang panas dan lembap. Suhu panas di turki lebih dari itu.
Di Kayseri saja bisa mencapai suhu tertinggi 43 derajat,
apalagi di Gaziantep yang sudah terkontaminasi dengan
hawa gurun, panasnya mungkin bisa mencapai di atas 43⁰C
(Halaman: 111).
Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek
keagamaan yang terdapat novel Boys Beyond The Light karya Astrid
116
Tito & T Akbar Maulana taat beribadah dan pandai bersyukur.
Terilahat bahwa Bagas dan Abay selalu bersyukur ketika ia
mendapatkan nikmat dari Allah. Abay juga taat dalam menjalankan
ibadah kepada Allah, tidak hanya ibadah wajib. Ibadah yang sunnah
pun ia lakukan.
3. Pembelajaran Novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T
Akbar Maulana
Pembelajaran sastra yang dilakukan seorang guru tidak hanya
mengajarkan teori-teori saja, tetapi juga mengenalkan karya sastra dan
menerapkan teori-teori untuk mengapresiasi karya sastra. Mengapreasi
karya sastra dapat melatih siswa mempertajam perasaan, penalaran, dan
daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya agama, dan
lingkungan hidup. Pengalaman siswa dalam mengkaji dan mengapresiasi
karya sastra akan berdampak positif dan berpengaruh terhadap kepekaan,
religi, dan nalar siswa misalnya nilai-nilai positif dalam karya sastra
seperti yang dicontohkan dalam karya sastra (novel Boys Beyond The
Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana). Berikut ini rencana
pelaksanaan pembelajaran Novel Boys Beyond The Light Karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana di kelas XII SMA.
A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan kompetensi yang berpedoman
pada silabus kurikulum 2013. Kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi kelulusan yang
117
harus dimiliki peserta didik pada setiap kelas atau program.
Kompetensi yang akan dicapai adalah aspek sosiologi sastra
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak
118
secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang
harus dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran materi pokok mata pelajaran tertentu. Kompetensi
dasar dalam pembelajaran ini adalah 3.9. Menganalisis isi dan
kebahasaan novel. Pembelajaran sastra yang dilakukan mengenai
unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra novel Boys Beyond The
Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
C. Indikator
Indikator adalah kompetensi dasar yang lebih spesifik dan
acuan dalam menentukan penelitian. Indikator pencapaian hasil
belajar dalam pembelajaran ini, yaitu:
1) mendeskripsikan isi novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana;
2) mendeskripsikan unsur intrinsik novel Boys Beyond The
Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana;
3) mendeskripsikan aspek sosiologi sastra novel Boys Beyond
The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
119
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil
belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar. Tujuan dalam pembelajaran ini yaitu:
1) siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh
dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat) novel
Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana;
2) siswa dapat menguraikan aspek sosiologi sastra dalam novel
Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana.
E. Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan
dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran sosiologi sastra
novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana sebanyak 4x45 menit (dua kali pertemuan) pelajaran di
kelas.
F. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah bagian dari struktur keilmuan
suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus
isi atau konteks, proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan
keterampilan. Materi dalam pembelajaran ini, yaitu:
120
1) unsur intrinsik novel (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
sudut pandang, dan amanat);
2) aspek sosiologi sastra (kekerabatan, cinta kasih, pendidikan,
keagamaan, dan ekonomi).
G. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh tiap-tiap
pendidik berbeda karena dikembangkan sesuai dengan kreativitas
pendidik. Model pembelajaran yang digunakan secara teratur dan
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Model pembelajaran
hendaknya bersifat membangun semangat siswa mengikuti
pembelajaran sehingga memahami materi yang disampaikan oleh
pendidik.
Model pembelajaran yang digunakan penulis dalam
pembelajaran sastra mengenai aspek sosiologi sastra novel Boys
Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana adalah
model think pair share (TPS). Model pembelajaran TPS dapat
dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut.
1) Think
Siswa membaca novel dan soal yang berhubungan
dengan materi unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra dalam
novel. Guru memberi motivasi siswa tentang pentingnya
121
materi yang akan dibahas. Guru menyampaikan sedikit materi
mengenai sosiologi sastra.
2) Pair
Pada tahapan ini guru meminta siswa untuk
berpasangan dan berdiskusi. Guru mempersilahkan siswa
untuk mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. Guru
mendampingi siswa dalam kegiatan diskusi kelompok. Guru
mempersilahkan siswa yang akan mengajukan pertanyaan.
3) Share
Pada langkah terakhir, setiap perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusinya tentang aspek sosiologi sastra
dan hasil diskusi kelompoknya. Kemudian guru memberi
penguatan terhadap jawaban siswa.
H. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat
teks/materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai
kompetensi dasar. Sumber belajar dalam pembelajaran ini, yaitu:
1) novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana;
2) buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
yangdisusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia tahun 2015 diwajibkan dari sekolah
122
sebagai acuan materi pembelajaran agar lebih mendukung dari
segi dan isi manfaat dari buku tersebut;
3) buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan Nurgiyantoro
sebagai buku pelengkap sebagai buku acuan materi belajar
harus mendukung dari segi isi dan manfaat dari buku tersebut.
Isi buku tersebut benar-benar mendukung materi yang sedang
dipelajari.
I. Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran merupakan
gambaran dari semua kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
sastra mengenai sosiologi sastra novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana, yaitu sebagai berikut.
Pertemuan Pertama
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, dan
megondisikan kelas.
b) Guru memberi motivasi kepada siswa.
c) Guru memberi waktu kepada siswa untuk membaca novel Boys
Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
d) Guru memberikan sedikit materi yang akan disampaikan
mengenai sosiologi sastra.
123
2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersilakan siswa membentuk kelompok untuk
berdiskusi.
b) Siswa disilakan untuk mendiskusikan soal dan jawaban
mengenai materi sosiologi sastra dan bertanya apabila ada
hal yang belum jelas.
3) Kegiatan Penutup
Dalam menutup kegiatan belajar mengajar, guru dan
siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari. Guru memberikan sedikit gambaran mengenai
materi yang akan disampaikan pada pertemuan berikutnya, dan
yang terakhir adalah guru mengakhiri pembelajaran dengan doa.
J. Penilaian Hasil Pembelajaran.
Penilaian adalah penelitian yang bertujuan untuk mengukur
keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Alat yang digunakan adalah tes esai dan lisan. Tes esai
digunakan untuk menilai proses berpikir dan kreativitas siswa dalam
mengolah kata. Sedangkan tes lisan dilakukan pada saat kegiatan
diskusi dan anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi sementara
kelompok lain menanggapi.
Soal!
1) Tes soal bentuk esai (uraian)
124
a) Sebutkan unsur intrinsik novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana!
b) Sebutkan aspek sosiologi sastra yang terdapat dalam novel
Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T. Akbar
Maulana!
c) Buatlah sinopsis dari novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T. Akbar Maulana!
2) Tes soal bentuk lisan
a) Apa tema novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito
& T. Akbar Maulana!
b) Alur apa yang digunakan dalam novel Boys Beyond The
Light karya Astrid Tito & T. Akbar Maulana!
Jenis / Teknik Penilaian
Jenis/ Teknik Bentuk Instrumen
Obeservasi Lembar pengamatan sikap dan rubrik
Tes Tulis Tes uraian menemukan unsur intrinstik dan
kritik sosial dalam naskah drama
Tes Praktik Menulis teks laporan hasil penelitiannya.
1. Lembar Pengamatan Sikap (Observasi)
125
Mata Pelajaran :………………………………….
Kelas/ Semester :………………………………….
Tahun Pelajaran :………………………………….
Waktu Pengamatan :…………………………………..
Indikator pengembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli,
responsive, dan santun.
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas.
2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum
konsisten.
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai
konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten.
No Nama
siswa
Religius Tanggugjawab Peduli Responsife Santun
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK
1
2
3
4
5
Keterangan
126
1 = kurang
2 = sedang
3 = baik
4 = sangat baik
Lembar Penilaian Antar Peserta Didik
Nama peserta didik yang dinilai :…………………………….
Kelompok :…………………………….
Kelas :…………………………….
No Aspek yang dinilai
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
1 Kerja sama
2 Inisiatif
3 Kedisiplinan
4 Tanggung jawab
Keterangan
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup
4 : baik
Nilai
127
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi intisari pemabahasan
data yang mengacu pada rumusan masalah. Saran merujuk pada penelitian ini baik
bagi sekolah, guru, siswa, dan peneliti selanjutnya.
A. Simpulan
1. Unsur intrintrik dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid Tito & T
Akbar Maulana adalah terdiri dari: (a) tema, meliputi: tema mayor dan
tema minor. Tema mayor meliputi: para pemuda yang mencari jati diri,
sedangkan tema minor meliputi: cinta kasih, kurangnya kasih sayang yang
diberikan orangtua, dan pendidikan; (b) tokoh dan penokohan, meliputi:
tokoh utama, dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam novel meliputi:
Galih, Bagas, Abay, dan Teguh. Sedangkan tokoh tambahan, meliputi:
Papa, Mama, Mbok Nah, Ayah, Mamak, Pak Ahmed, Puteh, Gebi, Abu
Jalad, Umu Fitri, Karli, Okasan, Pak Hamzah, dan Mr. Abu Salman; (c)
alur yang digunakan dalam novel tersebut adalah alur campuran; (d)
dalam novel tersebut terdapat tiga latar yang meliputi: 1. latar tempat.
Latar tempat terdiri dari: Kamar Bagas, Auditorium I Convensional Hall,
Pondok Pesantren, Restoran, Aula Gor KONI Banda Aceh, Rumah Sakit,
Ruang Keluarga, Bandara, Sekolah, Kamar Asrama, Hotel, Dapur Umum,
Kamp, Apartemen, Restoran Mazoya Kafe, Kantor KBRI; 2. latar suasana
terdiri dari: kebahagiaan, kecemasan, ketegangan, dan kesedihan; 3. latar
waktu: pagi, siang, sore, dan malam; (e) sudut pandang yang digunakan
128
dalam novel tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu;
(f) dalam novel tersebut terdapat amanat: orangtua sebaiknya memberikan
kasih sayang yang tulus terhadap anak.
2. Aspek sosiologi sastra dalam novel Boys Beyond The Light karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1) aspek
kekerabatan, seperti hubungan kekeluargaan anak dengan orang tua; (2)
aspek cinta kasih, seperti kasih sayang orang tua terhadap anak, kasih
sayang lawan jenis; (3) aspek ekonomi, seperti perekonomian keluarga,
bisnis, dan usaha seseorang; (4) aspek keagamaan, seperti shalat,
bersyukur, berdoa, berserah diri kepada Allah; dan (5) aspek pendidikan,
seperti pendidikan formal di sekolah, kejuaraan dalam pertandingan, dan
pendidikan Islami yang diperoleh dari pondok pesantren.
3. Rencana Pelaksana Pembelajaran Unsur Intrinsik Dan Aspek Sosiologi
Sastra Dalam Novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana Di Kelas XII SMA dilaksanakan dengan menggunakan
kurikulum 2013. Novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T
Akbar Maulana dapat digunakan sebagai bahan apresiasi sastra di SMA,
yakni dalam pembelajaran Kompetensi Dasar menganalisis unsur intrinsik
novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana,
siswa juga dapat menganalisis aspek sosiologi sastra yang terdapat di
dalamnya. Metode yang digunakan yaitu metode Think Pair Share. Dalam
pembelajaran ini terbagi menjadi tiga tahapan yakni tahapan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam tahapan perencanaan guru memanfaatkan
129
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam tahapan pelaksanaan, guru
sebagai motivator dan fasilitator, sedangkan siswa sebagai objek
pembelajaran. Sumber belajar yang digunakan adalah buku pelajaran
bahasa Indonesia yang diwajibkan, buku pelengkap, novel Boys Beyond
The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana dan buku-buku tentang
sastra.
B. Saran
Merujuk pada simpulan yang disajikan di atas, selanjutnya peneliti
menyampaikan saran yang kaitannya dengan penelitian yang telah dilakukan.
Saran tersebut mengarah pada pembaca, siswa, guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia, dan peneliti selanjutnya.
1. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami isi
novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana dan
mengambil manfaat dari novel tersebut. Selain itu, diharapkan pembaca
semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan
memilih novel yang bermutu dan dapat menggunakan hasil penelitian ini
untuk sarana pembinaan watak diri pribadi.
2. Bagi Siswa
Bagi siswa, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan
di bidang sastra khususnya dalam nila-nilai pendidikan lewat karya sastra
yang dibacanya serta dapat mengubah pola pikir dan menambah hasil-hasil
penelitian sastra khususnya mengenai tinjauan terhadap isi karya sastra.
130
3. Bagi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, penelitian ini
diharapkan sebagai perbandingan terhadap pengajaran sastra, memperkaya
wawasan, dan diharapkan dapat menambah alternatif pembelajaran sastra
yang menarik, kreatif, dan inovatif kepada siswa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, peneliti ini hendaknya perlu dilahirkan
kembali dan ditingkatkan dengan konsep pemikiran yang lebih mendalam
demi memajukan dunia pendidikan. Oleh sebab itu, bagi peneliti
selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.
131
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Damono, Sapardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: Caps.
Faruk. 2016. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi: Teori dan Praktik. Surakarta.
Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ismawanti, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Kustantyani.2012. “Analisis Sosiologi Sastra Novel Bidadari Berkalam Ilahi
karya wahyu Sujani dan Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Maulana T Akbar & Astrid Tito. 2016. Boys Beyond The Light. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Mika, I Wayan. 2013. “Analisis Sosiologi Sastra Novel Dr. Ratini Karya Nyoman
Manda.” Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Udayana. Bali.
Nasution, Wahidah. 2016. “Analisis Sosiologi sastra Novel Dua Ibu karya
Arswendo Atmowiloto: Suatu Tinjauan Sastra”. Jurnal STKIP Bina
Bangsa Getsempena. (Volume IV No 1)
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada.
Nurgiyantoro, Burhan. 2014. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanesius.
Ratna, Nyoman Kutha. 2013. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
132
Setyorini, Nurul. 2014.”Aspek-aspek Stilistika Novel Lalilta Karya Ayu Utami”.
Prosiding Seminar Nasional “Pembelajaran Bahasa untuk Meningkatkan
Kualitas Manusia Indonesia yang Berkarakter dalam Era Mondial”.
http.//ejournal.umpwr.ac.id. Diakses 11 Agustus 2017 Pukul 21.05 WIB
Soekanto, Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian (Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sugono, Dendy dkk. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sukirno. 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Utomo, Lilik Wahyu. 2013. Ilmu Pendidikan. Purworejo; Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
LAMPIRAN
Lampiran 1
SINOPSIS NOVEL BOYS BEYOND THE LIGHT
KARYA ASTRID TITO & T AKBAR MAULANA
Novel ini menceritakan tentang kisah empat pemuda yang mencari jati
diri. Mereka adalah Galih, Bagas, Teguh, dan Abay. Galih merupakan adik dari
Bagas yang lahir dari keluarga konglomerat, orangtuanya pengusaha ternama di
Jakarta. Bagas anak yang pandai, bersikap sopan, dan sangat menyayangi adiknya.
Walaupun mereka terlahir dari kalangan orang kaya tetapi mereka tidak sombong.
Bagus suka mengurung diri apabila ia merasa bersalah, iapun merasa kurang kasih
sayang dari orangtuanya yang sibuk dengan bisnisnya. Teguh adalah teman
Bagas, mereka bertemu saat mengikuti salah satu lomba olimpiade matematika.
Sedangkan Abay merupakan adik tingkat Teguh ketika di SD dan bertemu lagi di
satu sekolah yang sama di Turki karena mendapatkan beasiswa.
Bagas putus asa karena kurang kasih sayang dari orangtuanya. Sehingga ia
terjerumus ke dalam kelompok RIIS, Bagas mengetahui kelompok RIIS itu dari
sahabatnya Teguh. Ketika Galih mengetahui kakak satu-satunya itu mengikuti
kelompok RIIS, Galih langsung menasehati Bagas dan menyuruh Bagas
meninggalkan kelompok itu. Tetapi, Bagas tetap bersikeras mengikuti kelompok
radikal RIIS itu. Galihpun akhirnya mengikuti kelompok radikal RIIS itu dengan
tujuan melindungi kakaknya. Galih tidak ingin Bagas mati sia-sia karena
mengikuti kelompok radikal RIIS. Sedangkan Abay putus asa karena perempuan
yang ia cintai dilamar oleh seorang polisi sekaligus saudaranya sendiri.
Lampiran 2
Keputusasaannya menyebabkan ia mengambil jalan yang salah yaitu mengikuti
kelompok radikal RIIS.
Setelah mereka berempat mengikuti kelompok radikal RIIS, Teguh yang
selalu sebagai pemimpin mereka mendapat tugas dari pemimpin bahwa Galih dan
Abay menjadi eksekutor meledakkan bom bunuh diri. Galih meledakkan bom
menggunakan mobil, sedangkan Abay meledakkan bom bunuh diri. Mengetahui
hal tersebut Galih dan Abay yang belum siap mati akhirnya kabur dengan bantuan
Bagas. Pada saat Galih dan Abay mencoba kabur Teguh mengetahuinya kemudian
bertengkar hebat dengan dengan Abay, Bagas menolong Abay dan akhirnya
Bagas mati tertembak pistol Teguh. Mengetahui hal tersebut Galih terpukul dan
merasa bersalah karena meninggalkan Bagas dan memilih kabur. Galih dan Abay
mencari pertolongan untuk pulang ke Indonesia ke Dubes yang ada di KBRI.
Setelah mendapat pertolongan Galih pulang ke Indonesia sedangkan Abay
memutuskan kembali pulang ke Turki untuk melanjutkan sekolahnya.
BIOGRAFI PENGARANG
ASTRID TITO
“I am just an ordinary and happy housewife,” jawab Astrid Tito, ibu dua
anak yang memiliki hoby dan passion menulis ini. Walau demikian, wanita yang
sebelumnya bermukim di Novena, Singapura, ini telah menghasilkan novel
chicklit best teller Jodoh Pasti Bertemu terbitan Matahari, novel motivasi Cerita
Satu Cinta terbitan Gramedia Pustaka Utama, dan novel Cinta Tiga Benua terbitan
Matahari yang ditulis bersama rekannya Faris BQ. “Be the best version of you”
adalah moto hidup founder Yayasan Baitul Adzkia ini.
T AKBAR MAULANA
T Akbar Maulana adalah wajah baru di dunia pena. Dia lahir di Susoh,
Aceh Barat Daya (Abdya), Aceh, pada 19 Juli 1998. Dia pernah bersekolah di TK
Aisyiah, Abdya (2002-2004) dan SD Center Blangpidie, Abdya (2004-2010). Dia
juga pernah SMP sekaligus nyantri di SMP Islam YPUI Darul Ulum, Jambo Tape,
Banda Aceh (2010-2013), dan melanjutkan studi SMA di Internasional Mustafa
Germirli Anatolia Imam Khatip High School (Uluslararasi Mustafa Germirli
Anadolu Imam Hatip Lisesi) atas beasiswa Turkey Diyanet Fondation Full
Scholarship. Salah seorang alumni Imam Hatip adalah Presiden Turki Recep
Tayyip Erdogan.
Pemuda sejuta mimpi ini dikenal dengan sebutan Einstein Hafis, qari,
saintis, dan olahragawan yang memiliki segudang prestasi. Beberapa prestasinya
adalah Juara 2 dan 3 Eurolympique di Paris, Juara 3 Tingkat SMA Internasional
Arabic Competition se-Asia; Juara Bulutangkis di Aceh dan Turki; Juara Pidato
Bahasa Arab Tingkat SMP se-Banda Aceh, Aceh Besar; Harapan I Lomba
Menulis Esai di Kayseri, Turki; Juara Membaca Puisi di sekolah; dan juara 2
membuat Puisi tentang Tsunami se-Aceh. Sekarang ini dia tengah disibukkan
dengan proyek penelitiannya, baik sains maupun banyak hal lainnya.
Mantan ketua Osis SMP Islam YPUI Darul Ulum ini juga aktif banyak
organisasi di Turki, beberapa di antaranya, pengurus olahraga di PPI Turki, Ketua
Kesenian PPI Kayseri, Turki, dan Ketua Kebudayaan dan Olahraga Ikamat (Ikatan
Masyarakat Aceh di Turki). Selain itu, Akbar juga adalah salah satu pendiri
Syababul Quran Generasi Gaul Qur‟ani yang bertujuan menambah penghafal Al-
Quran muda. Pemuda yang gemar makan nasi balado ikan dan gulai sumpeda ini
sering menjadi imam masjid dan pengisi ceramah di kabupatennya, dan juga
sering diundang untuk seminar-seminar Al-Quran dan motivasi, baik di Aceh
maupun nasional. Cita-cita tulusnya adalah ingin memperkenalkan Islam sebagai
agama yang rahmatan lil’alamin pada seluruh penduduk dunia.
Lampiran 3
KARTU PENCATAT DATA
Unsur-unsur intrinsik dalam novel Boys Beyond The Light
karya Astrid Tito & T Akbar Maulana
No Unsur
Intrinsik Uraian Kutipan
Uraian
Halaman
1. Tema Tema Mayor
“Abay, Galih, Bagas, dan Teguh kalian
dipindahtugaskan ke Baghdad,” titah abu
Jalud tegas seraya menatap mata kami satu
persatu. “Kalian dianggap satu keluarga
oleh para amir. Teguh menjadi orang yang
bertanggung jawab atas keberadaan kalian
di Baghdad. Sedangkan kalian Abay, dan
Bagas, kalian sangat cerdas dan mampu
merakit bom. Tugas kalian merakit dua
bom mobil dan lima bom tubuh. Galih akan
membantu Bagas dan Abay,” jelas Abu
jalud lagi.
“Atas hasil keputusan para amir, maka
sebagai pengganti dua orang eksekutor itu
adalah Abay dan Galih.” Berita yang
disampaikan Teguh dengan nada tenang itu
mendarat di segenap pancaindraku laiknya
sebuah bom atom berkekuatan super yang
meledak tepat di jantungku. aku sama
sekali tak percaya atas apa yang telah dia
katakan.
Tema Minor
“Mas Bagas benar! Uangnya disumbangin!
Aku lihat sendiri pas Mas Bagas transfer
uang ke berbagai rekening!” Aku berteriak
sekuat tenagaku. Aku mau Mas Bagas
diperlakukan kasar saat dia melakukan hal
yang benar. Cukup Papa yang pernah
berbuat kasar pada Mas Bagas hingga Mas
Bagas terluka. Tapi tidak dengan Mama.
Aku tidak rela Mas Bagas yang sudah
kekurangan kasih sayang masih harus
menerima perbuatan kasar dari Papa dan
Mama.
“Lagi pula baru saja Tek Kumala pesan
pisang sale pada Mamak banyak sekali.
138
147
49
115
Lampiran 4
Ternyata si Gebi mau dilamar Zaki, anak
Pak RW yang calon perwira polisi, yang
baru lulus akpol. Mereka mau mengadakan
acara lamaran nanti malam. Jadi sudahlah,
kamu jangan menjadi pengganggu rencana
baik mereka!” seru Mamak dengan nada
serius.
“Apakah Gebi senang dengan yang
macho-macho seperti ini? Seperti Zaki
yang seorang calon perwira polisi? Yang
memegang senjata membela kebenaran?
Laiknya para superhero bermental
kesatria? benakku bertanya-tanya.
“Oh, jadi isu kalau ayah-ibu Bang Teguh
pentolan GAM itu tidak benar tanyaku
penasaran.
“Tak benarlah! Mana mereka mengerti?
Mereka hanya paham pupuk dan pakan!”
seru Bang Teguh dengan napas tersengal,
menahan marah yang mungkin masih
berkobar di dadanya.
“Syukurlah Bang Teguh nggak trauma,
ya?” tanyaku naif.
“Siapa bilang aku nggak trauma, Bay? Ana
dendam sekali. Tapi tak tahu dendam pada
siapa. Yang ana rasakan, bila ana marah,
sepertinya kobaran api yang menjilati tubuh
orangtua ana ikut membakar dada ana.
Terkadang emosi diri ini meletup-letup.
Ingin bunuh orang saja rasanya bila sedang
marah, “ ucap Bang Teguh dengan wajah
serius.
120
73
74
2. Tokoh dan
Penokohan
Tokoh Utama
Galih (baik)
“Mas Bagas benar! Uangnya disumbangin!
Aku berteriak sekuat tenagaku. Aku tak
mau Mas Bagas diperlakukan kasar saat dia
melakukan hal yang benar. Cukup Papa
yang pernah berbuat kasar pada Mas Bagas
hingga Mas Bagas terluka. Tapi tidak
dengan Mama. Aku tidak rela Mas Bagas
yang sudah kekurangan kasih sayang masih
harus menerima perbuatan kasar dari Papa
49
dan Mama.
Bagas (pendiam, baik)
“ Ngaco kamu!” Mas Bagas terkekeh. “
Aku nggak suka ramai-ramai, Lih. Kamu
tahu aku, kan. Aku pencari kedamaian hati.
Ramai-ramai, teriak-teriak di kafe, itu
bukan tipeku. Aku merasa terintimidasi
kalau dalam keramaian,” ucap Mas Bagas
seraya membuang botol jus dingin yang
sudah habis diteguknya ke dalam tempat
sampah berbentuk katak yang dia letakkan
di samping meja belajar.
“Memang mas sudah siap mati? Sudah
siap?!” Aku mengentak-entakkan kakiku di
atas karpet tebal seraya mendengus kesal.
“Kenapa nggak siap? Bukankah semua
orang juga akan mati, Lih? Hanya masalah
timing and the way saja yang nggak sama,
kan?” tanyanya lagi, masih dengan ekspresi
wajah tanpa emosi. Aku menggeleng. Tak
percaya dengan pola pikir Mas Bagas yang
penuh rasa putus asa itu.
Abay (sopan, berbakti kepada orang tua)
“Laki-laki itu berdiri di samping kami
seraya mempersilahkan kami untuk
memilih. Aku membuka lembar demi
lembar buku menu tersebut. Ada menu
utama yang menggodaku: sis kebab dari
daging sapi. Tapi menu itu dibandrol
dengan harga Rp 195.000. Juga ada adana
kebab yang harganya hampir sama dengan
sis kebab. Wow, betapa mahalnya harga
kebab yang dibuat dari daging dipotong
kubus dan dirangkai pada tusukan itu. aku
langsung menutup buku menu itu, lalu
berkata sopan, “ Terserah Ayah saja. Aku
ikut saja”.
“Hahaha, nggak, Bang. Ana alhamdulillah
lulus tes. Jadi diterima di sekolah
International Mustafa Ghardaly Imam
Khatib High scool, dengan beasiswa penuh
yang katanya kalau dihitung-hitung
39
96
22
60
mencapai 200 juta pertahun lho, Bang, “
beritaku semangat.
Teguh (pandai)
“Oh, jadi kamu salah satu penerima
beasiswa Diyanet Foundation dari
pemerintah Turki tahun ini?” tanyanya
sedikit antusias. Dia membenahi
kacamatanya. “Selamat, ya. Ana sekarang
naik kelas dua belas di sekolah
International Mustafa Ghardaly Imam
Khatib High School. Sama dengan anta,
ana juga penerima beasiswa Diyanet
Foundation,” ucap Bang Teguh seraya
meninggalkan senyuman yang lumayan
cerah.
“Syukur Bang Teguh nggak trauma, ya?”
tanyaku naif.
“Siapa bilang nggak trauma, Bay? Ana
dendam sekali. Tapi tak tahu dendam pada
siapa. Yang ana rasakan, bila ana marah,
sepertinya kobaran api yang menjilati tubuh
orang tua ana ikut membakar dada ana.
Terkadang emosi diri ini meletup-letup.
Ingin bunuh orang saja rasanya bila sedang
marah, “ ucap Bang Teguh dengan wajah
serius.
Tokoh Tambahan
Papa
“Ya, aku masih ingat kalimat yang
disampaikan Papa pada Mama di sebuah
acara jamuan makan malam mewah. Kala
itu Papa baru saja meresmikan sebuah
usaha hotel miliknya. Kata Papa saat
kepada Mama, “Bila kamu tetap mau jadi
istriku, jadilah istri yang terlihat smart.”.
“Papa adalah orang berpendidikan. Beliau
mengenyam pendidikan S-1 di Amerika,
lalu mendapatkan gelar master dari salah
satu universitas terbaik di Skotlandia”.
60
74
11
13
Mama
“Of couse I know, Dear. Absolutely, I know
what’s best for you!Kamu harus jadi
pengusaha. Harus, Kamu penerus semua
perusahaan yang telah Mama bangun.
Sedangkan Bagas akan meneruskan grup
korporasi yang telah Mama bangun bersama
Papa. Mama sudah membuat mapping akan
hal itu untuk kalian berdua. Don’t worry,
Honey. Kalian tinggal menjalankan saja,
ucap Mama seraya tersenyum.
“Mama tahu Mama salah. Mama lebih
mementingkan bisnis dan segala urusan
Mama daripada meluangkan waktu lebih
banyak untuk kalian, anak-anak Mama.
Mama menyesal, Nak. Mama menyesal.
Mama nggak akan bertindak kasar lagi pada
kalian.” Suara Mama terdengar semakin
bergetar, seakan menahan diri dari
buncahan tangis yang akan pecah. Aku
kembali fokus dengan maksudku menelpon
Mama.
Mbok Nah
“Mas Bagas....Mas? Ada Mas Galih nggak
di kamar Mas Bagas? Ini, dari tadi Mama
telepon Hp-nya Mas Galih, katanya nggak
diangkat-angkat. Mama pesan, hari ini Mas
Galih harus mencari bimbel , kalau
memang nggak cocok sama Pak Sunaryo
guru les kimianya,” ucap Mbok Nah
santun. Mas Bagas melirikku. Aku
langsung menepok jidatku lalu segera
mengempaskan tubuhku di atas bantal yang
ada di karpet. Gitar yang telah kupegang
melorot jatuh dari perut gemukku.
“Di mana, Den Bagas? Mbok juga rindu
dengarnya,” ucap wanita yang sudah seperti
ibu kandungku serta nenekku itu. Aku
tercenung sesaat ketika mendapatkan
pernyataan itu. lalu dengan lidah kelu, aku
berkata dengan suara serak,” Mbok Nah,
Mama. Sekarang nggak perlu lagi mencari
Mas Bagas. Karena sekarang Mas Bagas
91
157
45
170
sudah bahagia”.
Ayah
“Tak apalah mahal sedikit. Ini sebagai ganti
selama kamu belajar di pesantren, yang
bermenu sangat sederhana, “ucap Ayah
seraya berjalan dengan percaya diri ke arah
restoran tersebut.
“Ah ya! Sekarang aku ingat. Dia adalah
orang Turki yang menikah dengan salah
satu kerabat ayahku. Kala itu dia
tengahmenjual mobil istrinya, agar uang
hasil penjualan mobil tersebut bisa
dijadikan sebagai modal usaha membuka
restoran kebab. Ayahkulah yang akhirnya
membeli mobil tersebut. Mobil minibus
sederhana yang sekarang menjadi mobil
keluarga kami. Bahkan yang aku ingat,
ayahku tidak menawar harga minibus itu,
karena dia ingin menolong saudara sesama
Muslim yang ingin berdagang. Ingatanku
pun makin jelas, ketika orang Turki itu
datang bersama istrinya yang tengah hamil
besar ke rumahku yang sederhana, walau
kala itu hari sudah beranjak malam.
Mamak
“Bangkitlah, Nak, berprestasilah. Ayahmu
banyak berkorban hanya untuk membeli
sepatu itu. Dia bahkan berkorban nyawa
hanya untuk membuatmu bahagia,” ucap
Mamak dengan suara bergetar. Kedua
matanya kembali berkaca-kaca. Mendengar
kalimat Mamak, sebulir air mataku kembali
jatuh menubruk sepatu itu. Ya sepatu itu.
“Abay? Ini Abay?” tanya Mamak, Seakan
tak percaya buah hatinya sedang menelpon
dirinya. “Abay anakku! Ba’a kaba wa’ang?
Tangah dima wa’ang kini, Bay (Apa
kabarmu? Kamu sedang dimana sekarang,
Bay)?” Mamak bertanya bahagia.
“Apa! Di Suriah? Inna lillaah!” Mamak
setengah berteriak. “Ya Allah! Mamak tak
18
31
31
139
140-141
rida kalau kamu pergi ke sana Bay! Kalau
tahu seperti ini, Mamak tak kasih izin kamu
sekolah ke Turki. Kamu harus balik ke sini
atau ke Turki. Ilmumu belum penuh
selengkapnya.... Kamu tak pham kalau.
Pak Ahmed
“Lalu beliau berkata di ujung telepon itu,
“Segera saya urus data-datamu, agar kamu
bisa meneruskan SMA di Turki. Tak perlu
khawatir mengenai uang perbekalan dan
segala urusan itu, bila kamu lulus dan dapat
full scholarship, mungkin biaya perbekalan
akan lebih ringan lagi. Namun, ringan atau
berat, saya tetap akan bantu. Jangan
khawatir.”.
Puteh
“Selamat ya, Bang. Aku tahulah. Pasti
Abang juara lagi, “ ucap adik semata
wayangku yang berwajah imut, dan kini
tingginya sudah sama denganku. Adikku
yang mengenakan jilbab putih ini mencium
tanganku takzim. Aku mengucek-ucek
kepala adikku lembut, lalu memeluk
mamakku dan adikku ke dalam rangkuman
kedua tanganku. Kami bertiga pun
berangkulan erat, merasakan kebersamaan
dalam kebahagiaan, yang mungkin akan
kurindu.
Gebi
“Selamat ya, bahasa Arab kamu memang
bagus. Masa Allah. Subhanallah,” ucap
perempuan cantik, berjilbab, dengan
senyuman termanis yang pernah kutemui
sepanjang hidupku. Matanya tampak
mengernyit di bagian ujungnya saat dia
tersenyum, membuatku semakin kikuk di
hadapannya.
“Orang-orang yang merindu, tetapi tetap
menjaga kehormatan perasaannya, takut
sekali berbuat dosa, memilih senyap, lalu
memperbaiki diri hingga waktu
memberikan kabar baik. Boleh jadi doa-
31
26
16
111
doanya menguntai tangga yang indah
hingga ke kaki langit. Bila tidak dengan
yang dirindukan, mungkin terganti dengan
yang lebih baik.
Abu Jalad
“Jadi, bagaiman? Kamu bersihin toilet juga
nggak mau?” Suara Abu Jalud meninggi,
membuat janggutnya yang tebal memanjang
hingga batas leher itu bergerak-gerak. Demi
mendengar nada suaranya yang keras,
jantungku kembali berdetak cepat.
“Nanti akan ada dua orang eksekutor, yang
akan menjadi sang peledak. Kabarnya orang
Irak sendiri,” ucap Abu Jalud lagi, yang
langsung diiringi anggukan kami berempat.
“Sekarang kalian boleh bersiap-siap. Saya
akan pergi ke kelompok-kelompok tugas
yang lain.” Abu Jalud menutup
penjelasannya seraya menyerahkan kertas
yang tadi diberikan para amir kepada Bang
Teguh.
Umu Fitri
“Ya ampun! Bukan masalah panas yang
kamu rasa! Tapi lihat, sup satu panci untuk
kamp kamu jatuhkan! Haduh!” Melihat
kejadian tak sengaja ini, spontan Umu Fitri
yang bercadar itu ikut menjerit histeris.
Bahkan suaranya hampir membelah langit.
“ Kamu yang masak sup ini! Saya ada
kebutuhan lain yang harus dikerjakan,”
titah Umu Fitri tiba-tiba, seraya
menyorongkan pisau tajam itu hingga
mengarah dan berhenti tepat lima
sentimeter di depan hidungku. Aku lemas
melihat pisau itu. Terbayang penyiksaan
yang akan kuterima bila melakukan
kesalahan, seperti video yang diperlihatkan
Teguh kala itu.
“Hey, Galih! Apa yang kamu lihat? Cepat
kamu ambil makanan jatah kampmu dan
128
138
129
131
134
pergi dari sini.” Tiba-tiba suara Umu Fitri
menggelegar dan pecah di gendang
telingaku. Jantungku pun kembali jatuh
karena merasa ketangkap basah tengah
memandang seorang wanita yang bukan
mahramku.
Karli
“Kaifa haluk?” tanyanya ramah dengan
mata yang menyipit, mungkin karena dia
tengah tersenyum lagi. Aku mengangguk
seraya mengacungkan ibu jariku, tanda aku
dalam keadaan baik. Aku tahu arti
pertanyaan itu. Tapi aku tak bisa bahasa
Arab.
Okasan
“Ada apa dengan kakimu, Bay?
Kecelakaan?” tanya Okasan penuh
perhatian, dengan mata yang bertumpu
pada perban yang melilit betisku.
Pak Hamzah
“Sudah memutuskan mau kembali
kemana?” tanya Pak Hamzah dengan
bahasa Indonesia beraksen Arab itu
kepadaku. Aku yang duduk di sisi depan,
tepat di sebelah Pak Hamzah, hanya
menggeleng lemah.
“Paspor itu harus dijaga baik-baik, bila kita
bepergian ke luar negeri,” nasihat Pak
Hamzah dengan nada kebapakan kepadaku.
Aku hanya mengangguk menanggapinya.
Sebenarnya, paspor Turkiku masih aman
dan nyaman di dalam ranselku. Jadi, hatiku
masih tenang. Aku masih bisa pulang ke
Indonesia, maupun kembali ke Turki
dengan nyaman.
Mr. Abu Salman
“I think I’m gonna straight to the point.
Sejatinya, RIIS muncul akibat oplosan tiga
fenomena yang saling berkelindan.
Pertama, invasi ilegal Amerika terhadap
Irak tahun 2003. Invasi ini berhasil
134
178
175
176
207
„memerdekakan‟ rakyat Irak dari
cengkraman rezim Saddam Husein yang
sekuler. Kedua, rezim boneka bermazhab
Syiah pengganti Saddam yang dibentuk
Amerika, yang telah melakukan
diskriminasi sistematis terhadap mayoritas
pengikut mazhab Sunni, yang akhirnya
melahirkan RIIS. Ketiga, konflik di Suriah
pecah.
“Abu Salman kembali berkata, “Seorang
lelaki yang telah atau sedang
mempersiapkan diri untuk berjihad di
medan pertempuran, bila saya meminjam
istilah Connel 2005, adalah laki-laki yang
memiliki posisi kelelakian yang lebih tinggi
atau hegemonic masculinity dibandingkan
dengan yang hanya mengikuti kajian
keagamaan saja atau subordinate
masculinity. Inilah yang dijadikan bahan
propaganda yang dikeluarkan RIIS di
media sosial, utamanya di YouTube.
Mereka mengunggah kegalauan setiap
remaja. Misalnya pilihan kalimat ketika
mereka menjelaskan kondisi peperangan
dengan istilah haadza ardhul rijal,
ungkapan bahasa Arab yang berarti „Ini
dunianya para lelaki‟. Kalimat ini
membawa pesan tegas kepada penonton:
„Anda bukanlah lelaki tulen jika tidak
berada di dunia ini‟.
209
3. Alur Tahap Penyesyaian
“Selain sifat-sifat baiknya, Mas Bagas juga
tak lepas dari sifat buruk yang
menjerumuskannya. Mas Bagas tipikal
manusia pemurung. Bila menemukaan
kesalahan, dia akan dendam. Namun,
bentuk dendamnya sedikit aneh menurutku.
Dia cenderung menyalahkan diri sendiri,
sehingga dia suka berpikiran negatif,
skeptis, bahkan menyakiti diri sendiri,
sehingga dia suka mengurung di dalam
kamar berhari-hari? Aku bukan tipikal
penyendiri.
41
Tahap Pemunculan Konflik
“Bukannya itu hadiah atas kelulusanku,
Ma?” tanya Mas Bagas dengan wajah datar
tanpa ekspresi.
“Iya! Tapi kan bukan untuk dijual!” sembur
Mama tinggi.
“Aku pikir . . . kita sudah punya banyak
mobil. Lagi pula . . . aku enggak enak
pakai mobil itu ke sekolah. Nggak enak
sama yang lain . . .terlalu berlebihan. Aku
nggak nyaman, “ ucap Mas Bagas sedikit
terbata, seperti enggan menyinggung
perasaan Mama.
“Saya suka kota gazintep. Di sana banyak
orang Arab. Selain berbatasan dengan
Suriah, makanannya juga cocok dengan
lidah saya. Pedas, mirip dengan masakan
orang Indonesia. Rencananya saya akan ke
sana, ke perbatasan. Di sana ada Republic
of Islam Iraq Syiria atau RIIS. Negara
murni Islam, seperti yang kita damba-
dambakan selama ini.” Tiba-tiba Bang
Teguh menyalip ucapan Lavani. Matanya
yang berada di balik kacamatanya terlihat
membesar. Tanda dia sangat antusias.
Senyumannya tiba-tiba melebar.
“Kalau si Gebi, sebaiknya tak usah kamu
belikan oleh-oleh, Nak. takut mengundang
fitnah orang sekampung,” jawab Mamak
cepat.
“Tapi, Mak?”
“Lagi pula baru saja Tek Keulama pesan
pisang sale pada Mamak banyak sekali.
Ternyata si Gebi mau dilamar Zaki, anak Pak
RW yang calon perwira polisi, yang baru
lulus Akpol. Mereka mau mengadakan acara
lamaran nanti malam. Jadi sudahlah, kamu
jangan menjadi pengganggu rencana baik
mereka!” seru Mamak dengan nada serius.
Peningkatan Konflik
“Kenapa nggak siap? Bukankah semua
orang juga akan mati, Lih? Hanya masalah
timing and the way saja yang nggak sama,
48
81
115
96
kan? tanyanya lagi, masih dengan ekspresi
wajah tanpa emosi. Aku menggeleng. Tak
percaya dengan pola pikir Mas Bagas yang
penuh rasa putus asa itu.
“Iya Zaki, yang cakep, beralis tebal, dan
gagah,” jelas Mamak sambil memuji Zaki.
Darahku semakin menggelegak cemburu.
“Zaki itu bila diurut-urut, dia masih
kemenakan ayahmu, Bay,” Berita
mamakku lagi, membuat dadaku semakin
meletup geram.
Klimaks
“Abay, Galih, Bagas, dan Teguh kalian
dipindahtugaskan ke Baghdad, “titah Abu
Jalud tegas seraya menatap mata kami satu
persatu. “Kalian dianggap satu keluarga
oleh para amir. Teguh menjadi orang yang
bertanggung jawab atas keberadaan kalian
di Baghdad. Sedangkan kalian, Abay dan
Bagas, kalian sangat cerdas dan mampu
merakit bom. Tugas kalian merakit dua
bom mobil dan lima bom tubuh. Galih akan
membantu Bagas dan Abay,” jelas Abu
Jalud lagi.
“Atas hasil keputusan para amir, maka
sebagai pengganti dua orang eksekutor itu
adalah Abay dan Galih.” Berita yang
disampaikan Teguh dengan nada tenang itu
mendarat di segenap pancaindraku
layaknya sebuah bom atom berkekuatan
super yang meledak tepat di jantungku.
Aku sama sekali tak percaya atas apa yang
telah dia katakan.
“Ma, tolong aku. aku lagi di Baghdad. Aku
dan Mas Bagas tak sengaja ikut RIIS, Ma.
Mama tau RIIS, kan? Kelompok Islam
radikal yang sedang membangun negara di
atas Suriah dan Irak. Paspor kami ditahan
mereka. Seminggu lagi aku dijadwalkan
untuk melakukan bom bunuh diri. Sekarang
aku sedang kabur, Ma. aku takut. aku belum
siap mati,” beritahuku dengan ketukan nada
116
138
147
157
cepat.
“Tiba-tiba suara tembakan terdengar. Bang
Teguh jatuh tersungkur. Galih tampak
mengarahkan AK 47-nya pada Bang Teguh.
Bang Teguh mengerang kesakitan.. Namun,
dia tak putus asa. Dia merogoh kantong
celananya, mencari-cari. Tak lama dia
mengangkat kedua tangannya, menyerah
kalah. Aku dan Galih bernapas lega.
Penyelesaian
“Sekarang, kamu tanya orang di situ,
bagaimana cara pergi ke Kedutaan
Indonesia yang ada di Baghdad. Jangan
katakan apa-apa. Jangan ceritakan apa pun
pada siapa pun. Dari sini Mama akan
menghubungi kedubesnya untuk menolong
menampung kamu dulu. Mama segera kirim
orang untuk menjemput kamu,” jawab
Mama tegas, laiknya memberi komando
kepada bawahannya. Aku mengangguk
mantap.
“Alhamdulillah, Ya Allah. Kau telah
menentukan pilihan-Mu dengan
mengirimkan orang-orang-Mu untuk
membantuku. Terima kasih. Terima kasih.
Terima kasih, Ya Allah.
“Ayolah, Bro...,” aku kembali
membujuknya, tapi Abay malah terdiam.
Dia tampak enggan. Maklum, ekspresi ibu
Karli tadi memang benar-benar tidak
mengenakkan. Sudah terbayang di otakku,
bila kami kembali ke sana, kami akan
diomel-omeli lagi. Tapi entahlah, seperti
ada sebuah magnet besar yang menarikku
kembali ke sana. Ya! Aku harus kembali ke
sana.
“Bay, gue sekalian mau melamar Karli,
Bay.”
“hah? Melamar?.
161
157
181
200
4. Latar/Setting Latar Tempat
Kamar Bagas
“Mas, aku masuk, ya?” izinku pada Mas
36
Bagas. Tapi Mas Bagas tidak menjawab.
Hanya suara orang berkelahi yang terdengar
dari dalam kamar. Aku langsung
menempelkan ibu jari kananku pada sisi
pintu, agar pintu dapat mempersilakan aku
masuk. Setelah sidik jariku terbaca oleh
sistem keamanan kamar Mas Bagas, tak
lama pintu terbuka dengan sendirinya.
Auditorium I Conventional Hall
“Tepuk tangan bergemuruh, memantul ke
seluruh sudut dinding Auditorium I
Convention Hall Jawaharlal Nehru
University. Aula besar ini sering dijadikan
tempat pertemuan dan kongres pendidikan
internasional. Para tamu undangan, para
guru, para panitia hingga para peserta
dengan gegap gembita berdiri melakukan
standing ovation. Puluhan lampu snapshot
yang tergantung di rigging langit-langit
dengan ketinggian lebih dari empat meter
itu berwarna-warni kompak menyoroti
panggung. Lebih dari 300 orang perwakilan
dari 35 negara di dunia hadir. Semua
memberkan aplaus meriah (Halaman: 8).
Pondok Pesantren
“Abay juara, Abay juara, Abay juara!” kor
kompak teman-teman begitu ceria. Mereka
mengiringiku keliling lapangan pesantren
atau dayah dalam bahasa Aceh. Bapak guru
pembimbingku hanya bisa tertawa-tawa
melihat kelakuan anak-anak didiknya. Rona
kebahagiaan membungkus wajahnya yang
kemerahan karena diterpa teriknya sinar
matahari. Mungkin aku berhasil membuat
guruku bangga karena bisa mengharumkan
nama pesantrenku, bahkan mengharumkan
nama kabupatenku (Halaman: 15).
Restoran
“Restoran apa ini? Kayaknya resoran
mahal, Yah,” ucapku seraya menatap ke
sebuah restoran besar yang atapnya
melengkung, mirip kubah masjid. Papan
nama besar dari kayu bertuliskan Kayra
8
15
18
Turkish Restaurant bertengger gagah, tapi
berkesan ramah di bawah atap kubah itu,
seakan siap menyambut siapa pun para
pengunjung yang hendak mampir ke
restoran tersebut (Halaman: 18).
Aula Gor KONI Banda Aceh
“Ya alhamdulillah, aku baru saja
memenangkan pertandingan badminton
antarkabupaten se-Provinsi Aceh, yang
diadakan di aula kursi tempat duduk di
tribunnya. Hal ini tak kuduga sama sekali,
karena kurangnya persiapan dan latihan.
Modalku hanya tekad bulat membaja yang
kupatri dalam diriku, untuk
mempersembahkan piala nan tinggi dan
uang saku sebesar Rp 5.000.000 yang
diberikan Gubernur Aceh untuk mamakku.
Aku juga bertekad membuat ayahku
bangga, walau kami sudah terpisah jauh.
Rumah Sakit
“Kalimat dokter itu berhasil membuatku
“sadar”. Rangkaian kalimat yang berhasil
menggugah hatiku. Aku menurunkan kedua
mataku dari plafon kamar perawatanku, lalu
menoleh ke dokter itu, menatapnya seakan
meminta kalimat lain, kalimat yang lebih
memotivasi, kalimat yang mampu menjadi
pembangkit jiwaku yang terlanjur lemah
terkulai.
Bandara
“Setelah sampai di tempat pengambilan
bagasi, dari kejauhan aku melihat seseorang
berwajah familier. Mata orang tersebut
tengah terpaku melihat ke arah puluhan
travel bag yang sedang berjalan di atas
conveyor belt.Aku ragu untuk menyapanya.
Smabil mencari travel bag besarku, aku pun
beringsut pelan mendekatinya. Ah benar
saja! Dialah Bang Teguh. Teguh
Meutuwah. Kakak kelasku saat di SDN 1
dulu, juga tetangga satu kampung saat kami
kecil. Bila pulang sekolah, sering kali kami
berada dalam satu labi-labi.
26
30
58-59
“Changi Airport Singapore memang tak
pernah sepi, karena sebagai salah satu yang
terbaik dan tersibuk di dunia, bandar ini
memang dijadikan tempat transit hampir
seluruh maskapai penerbangan. Walaupun
selalu penuh, siapapun yang berada di
bandara ini seakan terpuaskan dengan
fasilitas serba ada yang disediakan bandara
ini. Dari home theatre gratis, pijat kaki
gratis, hingga fasilitas tur keliling
Singapura gratis bila kita menunjukkan
boarding pass dengan waktu transit atau
delay lebih dari 5 jam. Jadi aku yakin,
kedatanganku yang telat 15 menit dari
waktu yang diperkirakan maskapai, tidak
membuatku resah. Banyak hal yang bisa
dilakukan di bandara ini.
Sekolah
“Tenang saja. Di sekolah ini nggak kenal
istilah bullying. Justru para senior itu
diminta kesediaannya membimbing para
adik kelas yang baru untuk segera bisa
menyesuaikan diri, atau yang lebih dikenal
dengan istilah sistem „Abalik‟”.
Kamar Asrama
“Aku menggelengkan kepala. “Silakan.
Saya ingin santai-santai di kamar dulu.”
Jawabku seraya mengulas senyum. Abdul
Karim pun menganggukkan kepala, lalu
pergi meninggalkan kamar kami.
Dapur Umum
“Masa Allah . . . .” Aku berbisik takjub.
Cahaya surya keemasan menyusup ke
dalam dapur umum, menerangi wajah
seorang wanita yang terlihat semakin
benderang. Sedianya manusia memiliki
kekurangan fisik, tapi pahatan wajahnya
terlihat begitu sempurna di mataku.
Kamp
“Setelah pembagian tugas, kami diberi
waktu untuk mempersiapkan diri lalu
beristirahat tidur. Kamp kami di sini
169
68
78
133
138
memang jauh lebih baik daripada kamp
persinggahan tempat saat pertama kali kami
datang. Di sini seperti apartemen biasa, tapi
tanpa perabotan. Yang ada hanya hamparan
permadani yang cukup tebal untuk kami
tidur.
Apartemen
“Kini aku sedang berada di daerah Al-
Mansour, Baghdad. Tepat di sebuah kedai
sederhana, yang lima lantai di atasnya
merupakan apartemen model lama. Salah
satu kamarnya akan dijadikankami sebagai
tempat bermalam. Namun, lagi-lagi aku
sampai ke tempat ini bukan untuk tamasya,
bersenang-senang, atau liburan. Tapi ada
misi besar yang dibebankan pada pundak
kami berempat.
Kantor KBRI
“Ya sudah, tinggal di KBRI saja dulu.
Kamu bisa mengobrol dengan staf-staf
KBRI, sambil menunggu paspormu jadi.
Kamu sudah mengajukan permohonan
paspor baru, kan?” tanya Pak Hamzah
kepadaku. Namun, aku enggan menjawab
pertanyaan itu. “Lagi pula, bisa-bisanya
paspormu dan Galih sama-sama hilang,
“komentar Pak Hamzah seraya menggeleng.
Suasana
Kebahagiaan
“Oh, my God! This is unbelievable! Bagas
juara! Bagas Juara Olimpiade Matematika!
Oh, my God, I can’t believe this! What a
wonderful surprise! Oh, my God!” Mama
menjerit-jerit dari bangku VIP nan empuk
tempat kami duduk. Dia melonjak-lonjak
gembira, persis anak kecil yang tertawa
ceria saat mendapat permen lolipop warna-
warni.
Kecemasan
“Apa tuh, apa tuh, apa tuh.” Begitu
mendengar suara tembakan bertubi-tubi,
aku langsung bangun dari tidurku dan
145
176
8
125
panik. Aku mencari perlindungan.
Berlindung di bawah meja! Ya di bawah
meja itu!!! Benakku memberi saran
tergopoh-gopoh. aku beranjak cepat. Lalu
bersembunyi di bawah meja dengan
dengkul yang bergetar takut. Hey, tapi apa
ini? Kenapa yang lain masih tenang saja?
Apa aku salah mendengar? Apa aku
mengigau? Hanya bermimpi buruk?
Tanyaku lagi dalam benak. aku melihat Mas
Bagas yang tidur di sampingku tadi masih
terlelap, seakan suara itu seperti bulu angsa
yang menggelitiki telinganya saja. Di
samping kananku ada beberapa orang
Kazakistan seumuranku yang juga masih
tertidur lelap, seakan suara tersebut hanya
suara lembut mendayu yang membuat tidur
semakin mendalam.
“Tapi, tapi . . . “ Abay gelagapan. Dia ingin
mengungkapkan sesuatu, tapi ucapannya
seperti tergulung dalam tenggorokan.
Ketegangan
“Bang Teguh pun mengantupkan
rahangnya. Giginya bergemeretak bagai
ingin melumat diriku. Mata kelamnya
penuh amarah. Keras hatinya seakan tidak
tertahan lagi. Bang Teguh berlari
menerjangku. Bertubi-tubi pukulan
disarangkannya ke tubuhku. Sungguh, dia
sudah lupa diri. Dia menghajarku habis-
habisan.
“Tiba-tiba suara tembakan terdengar. Bang
Teguh jatuh tersengkur. Galih tampak
mengarahkan AK 47-nya pada Bang Teguh.
Bang Teguh mengerang kesakitan. Namun,
dia tak putus asa. Dia mengangkat kedua
tangannya, menyerah kalah. Aku dan Galih
bernapas lega.
Kesedihan
“Membaca kalimat demi kalimat di harian
itu, duniaku tiba-tiba runtuh.
Kutenggelamkan wajahku ke dalam koran
148
160
161
167
yang masih kugenggam erat. Aku terenyak.
Mataku terpaku pada berita itu. Tanganku
bergetar. Gerahamku mengeras. Aku
berkaca-kaca. Kutabrakkan tulang
punggungku pada dinding di belakangku.
Aku meluruh. Jatuh. Apa benar Mas Bagas
sudah nggak ada? Apa benar Mas Bagas
sudah meninggal? Mati? Kakakku telah
mati? Air mataku tumpah seketika. Tersedu.
Menyesal. Aku menepuk-nepukkan koran
itu ke kepalaku. Aku telah gagal
melindunginya. Gagal! Aku malah
meninggalkannya. Aku membiarkan ia
sendirian melawan orang yang badan dan
tenaganya jauh lebih besar darinya. Ya
Allah!!!.
Waktu
Pagi
“Setelah seminggu menghilang untuk
urusan bisnis, Mama mengecek keberadaan
kami pada pagi hari. Dia meminta kami
sarapan bersama. Setelah sarapan
berlangsung dengan suasana kaku dan
dingin, Mama mengajak kami bicara
sebentar di ruang keluarga. Ketika Mama
menanyakan bagaimana perasaan Mas
Bagas menyetir Rubicon, Mas Bagas hanya
mengangkat bahu lalu menjawab dengan
santai, “Aku nggak jadi ke prom, Ma. Lagi
pula aku belum pernah menyetir mobil.
Mobil itu sudah nggak ada, sudah ku jual.”
Siang
“Hari sudah menjelang siang, pukul 10
pagi. aku dan Mas Bagas tengah duduk-
duduk di teras samping, menghadap kolam
renang yang nyaris tak pernah kami
gunakan. Mas Bagas duduk di kursi rotan,
dengan bantalan lapis beledu merah. Aku
duduk di sofa nan empuk, yang juga
berbahan beledu merah. Merah adalah
warna kesukaan Mama. Tak heran bila
perabotan di rumah didominasi warna
merah, kecuali kamarku dan kamar Mas
Bagas.
48
87
Sore
“Sore hampir habis dimakan waktu. Setelah
menempuh perjalanan panjang dari Susoh
ke Banda Aceh selama 8 jam, dan setelah
berputar-putar keliling Banda Aceh,
akhirnya aku dan Ayah memutuskan untuk
beristirahat sejenak. lelah fisik sudah
merambati tubuh kami, ditambah untaian
usus di dalam perut sudah mulai bersuara
minta diisi. Kami sepakat mengurai penat
sambil makan di sebuah restoran, sebelum
kami pulang kembali ke Susoh.
Malam
“Mobil minibus yang kami tunggangi pun
meluncur, membelah jalanan malam yang
lenggang, Cahaya bulan menyusup
bagaikan sinar tipis yang menerangi jalan.
Namun, tak berapa lama memasuki wilayah
perbukitan yang berlika-liku, entah kenapa,
mesin mobil minibus hasil pembelian
ayahku dari Pak Ahmed itu agak sedikit
mogok. Mobil itu terdengar menderu-deru
tidak biasa.
17
28
5. Sudut
Pandang/Point
of View
Sudut pandang orang ketiga serba tahu
“Abay juara, Abay juara, Abay juara!” kor
kompak teman-teman begitu ceria. Mereka
menggiringku keliling lapangan pesantren
atau dayah dalam bahasa Aceh. Bapak
guru pembimbingku hanya bisa tertawa-
tawa melihat kelakuan anak-anak didiknya.
Rona kebahagiaan membungkus wajahnya
yang kemerahan karena diterpa teriknya
sinar matahari. Mungkin aku berhasil
membuat guruku bangga karena bisa
mengharumkan nama pesantrenku, bahkan
mengharumkan nama kabupatenku.
Aku memetik gitar sambil bernyanyi. Lagu
Fix You dari Coldplay benar-benar
kuhayati, hingga rasanya aku ingin
menangis. Tapi aku tidak bisa menangis.
Air mata di dalam pelupuk sepertinya sudah
mengering. Di depan mataku, Mas Bagas
duduk terdiam. Wajahnya tampak
mengeras. Pandangannya terlempar pada air
17
87
kolam renang yang memantulkan cahaya
matahari keemasan. Kilauannya yang
bagaikan emas cair itu begitu memekakan
mata.
6. Amanat “Aku menggeleng kuat-kuat. Aku nyaris tak
percaya, karena aku hafal dengan wajah
yang sampai saat ini masih kuhindari itu.
Wajah pembunuh yang telah
menghilangkan nyawa kakakku. Aku
menautkan alis. Teguh Mauteuh akhirnya
menemukan ajalnya dengan cara yang
memang dia cita-citakan. Seperti kata Abay
kala itu, Teguh „berbeda‟ karena
latarbelakang trauma mendalam masa
kecilnya.
“Sedangkan bagi para orangtua, ayomilah
mereka. Tuntun mereka dengan kasih
sayang berbentuk pertemanan. Bila anak
Anda laki-laki, tuntun rasa maskulin
mereka ke arah yang lebih produktif, karena
di tangan merekalah, bumi dan seluruh
isinya ini akan diwariskan. Demikian Abay,
pendapat saya.” Abu Salman menutup
penjelasannya dan menyerahkan
mikrofonnya kepadaku. Tepuk tangan
kembali bergemuruh, membahana ke
seluruh sudut ruangan.
201
210
Aspek-aspek Sosiologi Sastra dalam novel Boys Beyond The Light karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana
No Aspek-aspek
Sosiologi
Uraian Kutipan Uraian Halaman
1. Kekerabatan “Kakakku yang tampan, cerdas, dan
tekun itu sangat sensitif serta peka
terhadap orang lain. Seumur hidup
aku terdaulat sebagai adik
kandungnya, aku tidak pernah
disakiti atau merasa tersakiti olehnya.
Dia tempat curhat yang baik,
pendengar yang setia, dan sabar
dalam bernasihat. Di sosok yang aku
kagumi. Seorang sahabat hati. Boleh
jadi aku minus kasih sayang dari
Papa dan Mama, tapi dengan adanya
39-40
Mbok Nah dan Mas Bagas, rasanya
hidupku sudah terlengkapi.
“Terserah kamu minatnya ke mana,
Nak. Mau menjadi olahragawan,
Mamak dukung. Mau menjadi
ilmuwan, Mamak dukung. Mau jadi
politisi pun, Mamak dukung. Asal
sejalan dengan agama, tidak
melanggar perintah Allah, pastilah
Mamak kan dukung, Nak. Yang
penting kamu berbakti pada Mamak
dan tak lupa bertanggung jawab pada
Puteh, “ jawab Mamak dengan
senyuman bijaknya yang selalu terasa
hangat di dadaku.
32
2. Perekonomian “Kenapa Papa bisa memberikan modal
pada Mama? Karena Papa yang
berkulit sawo matang itu berasal dari
keluarga orang kaya raya. Papa adalah
anak sulung pemilik salah satu
konglomerat di Indonesia. Kakekku
yang orang Jawa itu adalah seorang
pengusaha yang dekat dengan “sang
pemilik negara” kala itu, hingga
banyak bisnis yang dipercayakan sang
penguasa itu pada kakekku. Dari bisnis
kesehatan, obat-obatan, agrikultural,
apartemen dan hotel, hingga
perkapalan.
“Beli sepatunya jangan mahal-mahal,
Yah. Ingat kita harus melunasi kredit
koperasi guru akhir minggu ini,” pesan
Mamakpada Ayah saat melepas
keberangkatan kami. Pesan itu kembali
terngiang di otakku. Wajarlah Mamak
berpesan semacam itu pada kami
karena pada dasarnya kami bukanlah
keluarga kaya. Kami datang dari
keluarga sederhana dan biasa-biasa
saja. ayahku hanyalah seorang pegawai
negeri dengan jabatan standar dan
ibuku hanyalah seorang guru SMA.
12
18
3. Pendidikan “Oh, my God! This is unbelievable! 8
Bagas juara! Bagas Juara Olimpiade
Matematika! Oh, my God, I can’t
believe this! What a wonderful
surprise! Oh, my God!” Mama
menjerit-jerit dari bangku VIP nan
empuk tempat kami duduk. Dia
melonjak-lonjak gembira, persis anak
kecil yang tertawa ceria saat
mendapat permen lolipop warna-
warni.
“Selamat, Bu, Dik, Bagas berhasil
membuat Indonesia bangga. Tidak
seperti saya. . . ,” ucap teman baru
Mas Bagas itu, dengan wajah
“kelam” yang tak kusuka. Dia
mengulurkan tangannya kepadaku
ramah. Namun, entah mengapa, aku
malas menyambut uluran tangannya.
“Oh, jadi kamu salah satu penerima
beasiswa Diyenet Foundation dari
pemerintah Turki tahun ini?”
tanyanya sedikit antusias. Dia
membenahi kacamatanya. “Selamat,
ya. ana sekarang naik kelas dua belas
di sekolah Internasional Mustafa
Ghardalyy Imam Khatib High school.
Sama dengan anta, ana juga penerima
beasiswa Diyanet Foundation, “ucap
Bang Teguh seraya meninggalkan
senyuman yang lumayan cerah.
14
60
4. Cinta Kasih “Terserah kamu minatnya ke mana,
Nak. Mau menjadi olahragawan,
Mamak dukung. Mau menjadi
ilmuwan, Mamak dukung. Mau jadi
politisi pun, Mamak dukung. Asal
sejalan dengan agama, tidak
melanggar perintah Allah, pastilah
Mamak kan dukung, Nak. Yang
penting kamu berbakti pada Mamak
dan tak lupa bertanggung jawab pada
Puteh, “ jawab Mamak dengan
senyuman bijaknya yang selalu terasa
hangat di dadaku.
“Hari ini Mas Bagas akan menikah
32
132
dengan seorang perempuan Anatolia
keturunan Arab yang dengar-dengar
bernama asli Zehra Payasli. Namun,
Mas Bagas selalu menebut nama
perempuan itu Karli. Entah hanya
untuk nama samaran atau nama alias,
dengan maksud keamanan atau apa,
tapi kami pun, aku, dan Abay, jadi
ikutan menyebut calon mempelai
wanitanya Mas Bagas dengan nama
Karli.
“Dialah wanita anggun yang mampu
membuatku merasakan sesuatu yang
tak bisa kujelaskan dengan kalimat
sastra dari bahasa mana pun. Yang
membuatku merasakan sesuatu yang
tak bisa kuhitung dengan rumus
matematika. Yang membuatku
merasakan sesuatu yang tak bisa
kuurai laiknya senyawa kimia. Dialah
Cut Gebrina Rizki atau Gebi, anak
sahabat mamakku. Aku mengenalnya
sejak kami masih sama-sama kecil.
Letak rumahnya pun tak jauh dari
rumahku, hanya berbeda jalan saja.
Terkadang wanita bermata jeli ikut
hadir kalau aku bertanding
badminton. Gebi dan bundanya
sering sekali menemani Mamakku
yang hadir memberikan support
pertandingan batminton skala
nasional. Tapi selama ini, kami tidak
pernah saling bicara. Hanya tatapan
mata yang penuh getar dari
kejauhanlah yang membuatku selalu
bersemangat dalam bertanding.
16-17
5. Keagamaan “Syukurlah. Thanks, Mbok. Nanti
aku telepon Mama, Bilang terima
kasih,” jawab Mas Bagas datar tanpa
senyum.
“Alhamdulillah, alhamdulillah,
alhamdulillah . . . .” Bibirku basah
akan tahmid, sebagai ungkapan rasa
46
58
syukurku kepada Allah, Tuhan Maha
Pemilik Seluruh Alam Semesta. Ingin
rasanya aku langsung merundukan
kepala, mencium bumi, saking hatiku
telah berbalut rasa syukur yang
meletup-letup, atas bantuan Allah
yang begitu luar biasa untukku.
Berhasil mengijakkan diri di negara
Turki Utsmani ini adalah ilusi besar
terindah yang terjadi dalam hidupku.
“Aku pun beristigfar banyak-banyak,
lalu mengambill wudhu. Selain ingin
melakukan shalat sunat Istikharah,
untuk meminta petunjuk-Nya, aku
pun ingin membasahi wajahku yang
kering karena musim panas yang
mulai menyapa. Ini pertama kalinya
aku merasakan panas di negara empat
musim. Ternyata rasa panasnya
berbeda. Panasnya begitu kering dan
gersang. Tidak seperti di Aceh yang
panas dan lembap. Suhu panas di
turki lebih dari itu. Di Kayseri saja
bisa mencapai suhu tertinggi 43
derajat, apalagi di Gaziantep yang
sudah terkontaminasi dengan hawa
gurun, panasnya mungkin bisa
mencapai di atas 43⁰C.
111
SILABUS
Kelas XII SMA
Alokasi Waktu: 4 jam pelajaran/minggu
Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada
pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai
pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan danKompetensiKeterampilan sebagai berikut ini.
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.1 Mengidentifikasi isi dan sistematika surat
lamaran pekerjaan yang dibaca.
Surat Lamaran Pekerjaan:
identifikasi surat
Isi
Sistematika
Bahasa
Lampiran
Kalimat efektif.
Mendata sistematika dan isi surat
lamaran pekerjaan
Menyimpulkan sistematika dan unsur-unsur isi surat lamaran
pekerjaan
mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi sistematika dan unsur-
unsur isi surat lamaran pekerjaan.
4.1 Menyajikan simpulan sistematika dan
unsur-unsur isi surat lamaran pekerjaan
dalam bentuk visual
3.2 Memformulasikan unsur kebahasaan
surat lamaran pekerjaan
Surat Lamaran Pekerjaan:
unsur kebahasaan;
penulisan EYD; dan
daftar riwayat hidup.
Mendata ciri kebahasaan surat lamaran pekerjaan
Menyusun surat lamaran pekerjaan dengan memerhatikan isi,
4.2 Menyusun surat lamaran pekerjaan
dengan memerhatikan isi, sistematika dan
kebahasaan.
Lam
pir
an
5
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
sistematika, dan kebahasaan.
Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi surat lamaran pekerjaan
yang telah disusun
3.3 M
engidentifikasi informasi, yang mencakup
orientasi, rangkaian kejadian yang saling
berkaitan, komplikasi dan resolusi, dalam
cerita sejarah lisan atau tulis
Teks cerita (novel) sejarah
struktur teks cerita sejarah;
isi teks cerita sejarah;
nilai-nilai cerita (novel) sejarah; dan
kebahasaan teks cerita sejarah.
Mendata struktur (orientasi, rangkaian kejadian yang saling
berkaitan, komplikasi dan resolusi),
nilai-nilai, hal-hal yang
menarikdalam cerita (novel) sejarah.
Menyusun kembali nilai-nilai dari cerita (novel) sejarah ke dalam teks
eksplanasi
Mempresentasikan, menanggapi,
merevisi teks eksplanasi yang
disusun
4.3 M
engonstruksi nilai-nilai dari informasi
cerita sejarah dalam sebuah teks
eksplanasi
3.4 Menganalisis kebahasaan cerita atau
novel sejarah
Teks cerita (novel) sejarah
kebahasaan cerita (novel) sejarah;
unsur-unsur cerita;
topik; dan
kerangka karangan.
Mendata kebahasaan dan unsur-unsur cerita sejarah yang tersaji
Menyusun teks cerita (novel) sejarah
pribadi
Mempresentasikan, mengomentari, dan merevisi teks cerita (novel)
sejarah yang telah ditulis
4.4 Menulis cerita sejarah pribadi dengan
memerhatikan kebahasaan
3.5 Mengidentifikasi informasi (pendapat, alternatif solusi dan simpulan terhadap
suatu isu) dalam teks editorial
Teks Editorial:
isi teks editorial; Menemukan pendapat, alternatif
solusi, dan simpulan, informasi-
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
4.5 Menyeleksi ragam informasi sebagai
bahan teks editorial
pendapat;
ragam informasi; dan
simpulan.
informasi penting, dan ragam
informasi sebagai bahan teks
editorial
Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi informasi berupa pendapat,
alternatif solusi, dan simpulan,
informasi-informasi penting, dan
ragam informasi sebagai bahan teks
editorial.
3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan
teks editorial
Teks Editorial:
struktur;
unsur kebahasaan;
topik; dan
kerangka karangan.
Menentukan struktur dan unsur kebahasaan dalam teks editorial
Menyusun teks editorial yang sesuai topik, struktur, dan kebahasaan
Mempresentasikan, menanggapi, dan
merevisi topik, kerangka, stuktur,
unsur kebahasaan, dan teks editorial
yang telah disusun
4.6 Merancang teks editorial dengan
memerhatikan struktur dan kebahasaan .
3.7 Menilai isi dua buku fiksi (kumpulan
cerita pendek atau kumpulan puisi) dan
satu buku pengayaan (nonfiksi) yang
dibaca
Buku Pengayaan:
nilai-nilai dalam novel (agama, sosial, budya, moral, dll);
kaitan nilai dalam novel dengan
kehidupan;
amanat dalam novel; dan
laporan hasil membaca buku.
Laporan Hasil Membaca Buku
Menyusun Laporan buku fiksi yang dibaca.
Mempresentasikanlaporan yang
ditulisnya di depan kelas.
Menanggapi laporan yang dipresentasikan
4.7 Menyusun laporan hasil diskusi buku
tentang satu topik
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.8 Menafsir pandangan pengarang terhadap
kehidupan dalam novel yang dibaca
Pandangan pengarang
Menentukan pandangan pengarang terhadap kehidupan nyata dalam
novel yang dibaca
Mempresentasikan dan menanggapi
pandangan pengarang.
4.8 M
enyajikan hasil interpretasi terhadap
pandangan pengarang
3.9 M
enganalisis isi dan kebahasaan novel Unsur intrinsik dan ekstrinsik
Unsur kebahasaan
Ungkapan
Majas
Peribahasa
Menemukan isi (unsur intrinsik dan ekstrinsik) dan kebahasaan
(ungkapan, majas, peribahasa) novel
Menyusun novel berdasarkan
rancangan
Mempresentasikan, mengomentari, dan merevisi unsur-unsur intrinsik
dan kebahasaan novel, dan hasil
penyusunan novel
4.9 M
erancang novel atau novelet dengan
memerhatikan isi dan kebahasaan.
3.10 Mengevaluasi informasi, baik fakta
maupun opini, dalam sebuah artikel yang
dibaca
Artikel.
masalah
fakta dan opini
penyusunan opini
topik
masalah
kerangka
Mengkritisimasalah, fakta, opini, dan
aspek kebahasaan dalam artikel.
Menulis opini dalam bentuk artikel dengan memerhatikan unsur-unsur
artikel.
Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi fakta dan opini, unsur
kebahasaan, pengungkapan opini
dan hasil menyusunan opini dalam
bentuk artikel.
4.10 Menyusun opini dalam bentuk artikel
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
3.11 M
enganalisis kebahasaan artikel dan/atau
buku ilmiah
Artikel:
Masalah;
fakta dan opini;
penyusunan opini
topik
masalah
kerangka
Persamaan dan perbedaan penggunaan bahasa.
Menemukan unsur kebahasaan artikel dan/atau buku ilmiah
Menyusun artikel dan/atau buku
ilmiah sesuai dengan fakta
Mempresentasikan, menanggapi, dan merevisi unsur kebahasaan
artikel yang telah disusun,
4.11 M
engonstruksi sebuah artikel dengan
memerhatikan fakta dan kebahasaan
3.12 Membandingkan kritik sastra dan esai
dari aspek pengetahuan dan pandangan
penulis
Kritik dan Esai:
pengertian kritik;
jenis-jenis esai;
bagian-bagian esai (pembukaan, isi, penutup);
perbedaan kritik dan esai; dan
penyusunan kritik dan esai.
Menentukan unsur-unsur kritik dan esai, persamaan dan perbedaan kritik
dan esai, dari aspek pengetahuan dan
pandangan
Menulis kritik dan esai dengan memerhatikan aspek pengetahuan
dan pandangan tertulis
Mempresentasikan, menanggapi, merevisi kritik dan esai yang telah
ditulis
4.12 Menyusun kritik dan esai dengan
memerhatikan aspek pengetahuan dan
pandangan penulis
3.13 Menganalisis sistematika dan
kebahasaan kritik dan esai
Kritik dan Esai
pengertian kritik dan esai;
jenis-jenis kritik dan esai;
bagian-bagian kritik dan esai (pembukaan, isi, penutup);
perbedaan kritik dan esai; dan
Menemukan isi dan sistematika, kebahasaan kritik dan esai
Menyusun kritik dan esai
berdasarkan konstruksi dengan
memerhatikan sistematika dan
kebahasaan
4.13 Mengonstruksi sebuah kritik atau esai
dengan memerhatikan sistematika dan
kebahasaan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
penyusunan kritik dan esai Mempresentasikan, Memberikan penilaian terhadap kritik dan esai
berdasarkan sistematika dan
kebahasaan
3.14 Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat
dalam sebuah buku pengayaan (nonfiksi)
dan satu buku drama (fiksi)
Laporan hasil pembacaan buku dan drama fiksi
Laporan Hasil Membaca Buku
Menyusun laporan yang berisi refleksi nilai-nilai dalam kehidupan
nyata dari buku fiksi/nonfiksi yang
dibaca.
Mempresentasikan laporan buku yang ditulisnya
4.14 Menulis refleksi tentang nilai-nilai yang
terkandung dalam sebuah buku
pengayaan (nonfiksi) dan satu buku
drama (fiksi)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/Semester : XII
A. Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan kompetensi yang berpedoman pada
silabus kurikulum 2013. Kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan
untuk mencapai standar kompetensi kelulusan yang harus dimiliki peserta
didik pada setiap kelas atau program. Kompetensi yang akan dicapai adalah
aspek sosiologi sastra
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
A. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan hasil belajar yang harus dicapai oleh
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran materi pokok mata
pelajaran tertentu. Kompetensi dasar dalam pembelajaran ini adalah 3.9.
Menganalisis isi dan kebahasaan novel. Pembelajaran sastra yang
dilakukan mengenai unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra novel Boys
Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
B. Indikator
Indikator adalah kompetensi dasar yang lebih spesifik dan acuan
dalam menentukan penelitian. Indikator pencapaian hasil belajar dalam
pembelajaran ini, yaitu:
1) memahami isi novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T
Akbar Maulana;
2) memahami unsur intrinsik novel Boys Beyond The Light Karya Astrid
Tito & T Akbar Maulana;
3) memahami aspek sosiologi sastra novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana.
C. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Tujuan dalam pembelajaran ini yaitu:
1) siswa dapat menganalisis unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat) novel Boys Beyond
The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana;
2) siswa dapat menguraikan aspek sosiologi sastra dalam novel Boys
Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
D. Alokasi Waktu
Alokasi waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran sosiologi sastra novel Boys Beyond
The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana sebanyak 4x45 menit (dua
kali pertemuan) pelajaran di kelas.
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah bagian dari struktur keilmuan suatu bahan
kajian yang dapat berupa pengertian konseptual, gugus isi atau konteks,
proses, bidang ajar, pokok bahasan, dan keterampilan. Materi dalam
pembelajaran ini, yaitu:
1) unsur intrinsik novel (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut
pandang, dan amanat);
2) aspek sosiologi sastra (kekerabatan, cinta kasih, pendidikan,
keagamaan, dan ekonomi).
F. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari proses
pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan oleh tiap-tiap pendidik
berbeda karena dikembangkan sesuai dengan kreativitas pendidik. Model
pembelajaran yang digunakan secara teratur dan sesuai dengan materi yang
akan disampaikan. Model pembelajaran hendaknya bersifat membangun
semangat siswa mengikuti pembelajaran sehingga memahami materi yang
disampaikan oleh pendidik.
Model pembelajaran yang digunakan penulis dalam pembelajaran
sastra mengenai aspek sosiologi sastra novel Boys Beyond The Light Karya
Astrid Tito & T Akbar Maulana adalah model think pair share (TPS). Model
pembelajaran TPS dapat dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut.
1) Think
Siswa membaca novel dan soal yang berhubungan dengan materi
unsur intrinsik dan aspek sosiologi sastra dalam novel. Guru memberi
motivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan dibahas. Guru
menyampaikan sedikit materi mengenai sosiologi sastra.
2) Pair
Pada tahapan ini guru meminta siswa untuk berpasangan dan
berdiskusi. Guru mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan
apabila kurang jelas. Guru mendampingi siswa dalam kegiatan diskusi
kelompok. Guru mempersilahkan siswa yang akan mengajukan
pertanyaan.
3) Share
Pada langkah terakhir, setiap perwakilan kelompok menyampaikan
hasil diskusinya tentang aspek sosiologi sastra dan hasil diskusi
kelompiknya. Kemudian guru memberi penguatan terhadap jawaban
siswa.
G. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/materi ajar
yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar
dalam pembelajaran ini, yaitu:
1) novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana;
2) buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik yang diwajibkan dari
sekolah sebagai acuan materi pembelajaran agar lebih mendukung dari
segi dan isi manfaat dari buku tersebut.
3) buku pelengkap sebagai buku acuan materi belajar harus mendukung dari
segi isi dan manfaat dari buku tersebut. Isi buku tersebut benar-benar
mendukung materi yang sedang dipelajari.
H. Langkah Pembelajaran
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran merupakan gambaran dari
semua kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sastra mengenai
sosiologi sastra novel Boys Beyond The Light Karya Astrid Tito & T Akbar
Maulana, yaitu sebagai berikut.
Pertemuan Pertama
1) Kegiatan Pendahuluan
a) Guru memberikan salam pembuka, memimpin doa, dan megondisikan
kelas.
b) Guru memberi motivasi kepada siswa.
c) Guru memberi waktu kepada siswa untuk membaca novel Boys Beyond
The Light Karya Astrid Tito & T Akbar Maulana.
d) Guru memberikan sedikit materi yang akan disampaikan mengenai
sosiologi sastra.
2) Kegiatan Inti
a) Guru mempersilakan siswa membentuk kelompok untuk berdiskusi.
b) Siswa disilakan untuk mendiskusikan soal dan jawaban mengenai
materi sosiologi sastra dan bertanya apabila ada hal yang belum jelas.
3) Kegiatan Penutup
Dalam menutup kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa
bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Guru memberikan sedikit gambaran mengenai materi yang akan
disampaikan pada pertemuan berikutnya, dan yang terakhir adalah guru
mengakhiri pembelajaran dengan doa.
I. Penilaian Hasil Pembelajaran.
Jenis / Teknik Penilaian
Jenis/ Teknik Bentuk Instrumen
Obeservasi Lembar pengamatan sikap dan rubrik
Tes Tulis Tes uraian menemukan unsur intrinstik dan
kritik sosial dalam naskah drama
Tes Praktik Menulis teks laporan hasil penelitiannya.
1. Lembar Pengamatan Sikap (Observasi)
Mata Pelajaran :………………………………….
Kelas/ Semester :………………………………….
Tahun Pelajaran :………………………………….
Waktu Pengamatan :…………………………………..
Indikator pengembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli,
responsive, dan santun.
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas.
2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum
konsisten.
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai
konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten.
No Nama
siswa
Religius Tanggugjawab Peduli Responsife Santun
BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK
1
2
3
4
5
Lembar Penilaian Antar Peserta Didik
Nama peserta didik yang dinilai :…………………………….
Kelompok :…………………………….
Kelas :…………………………….
No
Aspek yang dinilai
Skala Penilaian
1 2 3 4 5
1 Kerja sama
2 Inisiatif
3 Kedisiplinan
4 Tanggung jawab
Keterangan
1 : sangat kurang
2 : kurang
3 : cukup
4 : baik
Nilai
Lampiran 7
Lampiran 8