analisis semiotika makna toleransi agama...

134
ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM HUJAN BULAN JUNI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun Oleh: AHMAD SOPYAN ASAURI NIM : 1112051000166 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2019 M  

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI AGAMA

    DALAM FILM HUJAN BULAN JUNI

    SKRIPSI

    Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

    Sarjana Sosial (S.Sos)

    Disusun Oleh:

    AHMAD SOPYAN ASAURI

    NIM : 1112051000166

    PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

    HIDAYATULLAH JAKARTA

    1438 H/ 2019 M

     

  •  

  •  

  •  

  • i

    ABSTRAK

    Ahmad Sopyan Asauri, 1112051000166, Analisis Semiotika

    Makna Toleransi Agama Dalam Film Hujan Bulan Juni

    Hujan Bulan Juni merupakan film yang bergenre drama

    pada tahun 2017. Film ini dibuat dari novel Hujan Bulan Juni.

    Film yang berlokasi di kota Jakarta dan Manado ini,

    mengindikasikan bagaimana toleransi yang terjadi didalam

    kehidupan yang multikultural. Film Hujan Bulan Juni dapat

    dijadikan contoh betapa pentingnya melihat toleransi antar

    golongan dalam kehidupan yang penuh dengan perbedaan.

    Maka, dalam hal ini peneliti merumuskan dua pertanyaan,

    Apa makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam Hujan Bulan

    Juni? Kemudian, apa makna toleransi agama yang terdapat dalam

    film Hujan Bulan Juni?

    Penelitian ini berfokus pada makna denotasi, konotasi dan

    mitos dalam semiotik yang kemudian dikaitkan dengan unsur-

    unsur toleransi. Dalam penelitian ini menggunakan metode

    semiotika dengan menggunakan teori Roland Barthes, dimana ia

    menjelaskan tentang makna denotasi, konotasi serta mitos.

    Film Hujan Bulan Juni ini menjelaskan bagaimana cara

    berkomunikasi dengan orang berbeda agama dan budaya yang

    perlu dikaji secara semiosis. Karena banyak simbol- simbol atau

    tanda-tanda yang mungkin menghadirkan berbagai interpretasi

    dan pesan simbolik.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa toleransi agama dan

    budaya yang terdapat pada makna simbol yang muncul dalam

    beberapa scene atau adegan di dalam film Hujan Bulan Juni.

    Peneliti menjelaskannya dalam tabel-tabel yang menjelaskan

    makna denotasi, konotasi, dan mitos. Kemudian terdapat pula

    scene atau adegan yang berkaitan dengan unsur-unsur toleransi.

    Kata kunci : Film, Hujan Bulan Juni, Toleransi Agama dan

    Budaya, Denotasi, Konotasi, Mitos dan Semiotik.

     

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahirabbil alamin

    Segala puji bagi Allah Subhanu wa Ta’ala yang telah

    memberikan kasih sayang-Nya serta kemudahan dan kelancaran

    bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    ”Analisis Semiotika Makna Toleransi Agama Dalam Film

    Hujan Bulan Juni” Sholawat serta salam dipanjatkan kepada

    junjungan Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam beserta

    keluarga, para sahabat dan pengikutnya.

    Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

    dukungan berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan hingga

    akhir penulisan skripsi ini selesai. Atas bantuan dan dukungannya

    maka penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-

    dalamnya kepada yang terhormat:

    1. Dr. Suparto, M. Ed, Ph. D sebagai Dekan Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti

    Napsiyah, MSW. Sebagai Wakil Dekan I Bidang

    Akademik. Dr. Sihabudin N, M.Ag sebagai Wakil

    Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Drs.

    Cecep Sastrawijaya, MA. Sebagai Wakil Dekan III

    Bidang Kemahasiswaan.

    2. Dr. Armawati Arbi, M.si.., sebagai Ketua Jurusan

    Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)

    dan Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A sebagai Sekretaris

     

  • iii

    Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam

    (KPI).

    3. Ade Masturi, M.A sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

    yang tidak bosan-bosannya meluangkan waktu dan

    selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk

    menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

    4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan

    memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

    5. Prof. Dr. Andi M. Faisal Bakti, M.A. sebagai Dosen

    Pembimbing Akademik.

    6. Seluruh Staf Perpustakaan Utama dan Fakultas, serta

    bagian Tata Usaha yang telah membantu penulis

    dalam mempergunakan buku-buku dan pembuatan

    surat menyurat.

    7. Kedua orang tua tercinta, bapak H. Nurhadi, ibu

    Hj.Haryati. yang selalu mendoakan saya di setiap

    sujudnya. Bapak kolot, emak kolot dan emak oyot

    yang berada dikampung tercinta. Tidak lupa juga

    mang Herman dan bi Nun beserta keluarga besar pak

    RT Marsan dan Hj. Harkat yang selalu mendoakan

    saya dikampung halaman.

     

  • iv

    8. Pemuda pemudi kampung Garudug desa Ranca Iyuh

    yang selalu memberi semangat dan suport pada

    penulis

    9. Seluruh Mahasiswa Fakultas Dakwan dan Ilmu

    Komunikasi khususnya jurusan Komunikasi dan

    Penyiaran Islam tahun angkatan 2012, yang telah

    menemani dan membuat cerita selama kuliah

    dikampus ini

    10. Motor kesayangan, vebi alias vespa biru, nengsih

    vespa putih dan vario tecno yang selalu setia

    menemani penulis kemanapun hingga dapat

    menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini.

    Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

    dalam kelancaran skripsi ini. Semoga Allah Subhnahu wa Ta’ala

    memberikan kebaikan dan karunia yang tidak terhingga kepada

    kita semua.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

    membacanya dan dapat memberikan kontribusi positif bagi

    bidang keilmuan.

    Jakarta, 27 Mei 2018

    Ahmad Sopyan Asauri

     

  • v

    Daftar Isi

    ABSTRAK .....................................................................................i

    KATA PENGANTAR ................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................. v

    DAFTAR TABEL..................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................ viii

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................... 1

    B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................... 7

    1. Batasan Masalah..................................................... 7

    2. Rumusan Masalah .................................................. 7

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................... 8

    1. Tujuan Penelitian ................................................... 8

    2. Manfaat Penelitian ................................................. 8

    D. Metodologi Penelitian .................................................. 9

    1. Subjek dan Objek Penelitian .................................. 9

    2. Paradigma Penelitian ............................................ 10

    3. Pendekatan Penelitian ......................................... 10

    4. Metode Penelitian................................................. 11

    5. Teknik Pengumpulan Data ................................... 12

    6. Teknik Analisis Data ............................................ 14

    E. Tinjauan Pustaka ........................................................ 14

    F. Sistematika Penulisan................................................. 17

    BAB II KERANGKA TEORITIS DAN KONSEP ................. 21

    A. Landasan Teori .......................................................... 21

    1. Tinjauan Umum Semiotika .................................. 21

    2. Semiotika Roland Barthes ................................... 24

    B. Tinjauan Umum Tentang Film ................................. 29

    1. Pengertian Film .................................................... 29

     

  • vi

    2. Sejarah Film ........................................................ 32

    3. Jenis-Jenis Film .................................................... 34

    4. Unsur-unsur Film ................................................. 37

    5. Struktur Dalam Film ............................................ 41

    6. Sinematografi Film............................................... 42

    C. Tinjauan Umum Tentang Toleransi .......................... 45

    D. Unsur-unsur Toleransi ............................................... 57

    BAB III GAMBARAN UMUM................................................. 61

    A. Gambaran Umum Film Hujan Bulan Juni ................. 61

    B. Sinopsis Film Hujan Bulan Juni ................................. 63

    C. Profil SutradaraFilm Hujan Bulan Juni ...................... 66

    D. Profil Pemain Film Hujan Bulan Juni ........................ 67

    BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN .............................. 79

    A. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Dalam Film

    Hujan Bulan Juni .................................................. ..... 80

    B. Makna Toleransi Agama dan Budaya Dalam Film

    Hujan Bulan Juni ...................................................... 106

    BAB V PENUTUP .................................................................... 111

    A. Kesimpulan .............................................................. 111

    B. Saran ......................................................................... 115

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

     

  • vii

    Daftar Tabel

    1. Tabel 4.1 ............................................................................... 81

    2. Tabel 4.2 ............................................................................... 87

    3. Tabel 4.3 ................................................................................ 92

    4. Tabel 4.4 ................................................................................ 97

    5. Tabel 4.5 .............................................................................. 102

     

  • viii

    Daftar Gambar

    1. Gambar 2. 1 Peta Roland Barthes .......................................... 25

    2. Gambar 2.2 Order Signification ............................................. 27

     

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Indonesia merupakan bangsa yang majemuk mulai dari

    agama, suku, bahasa dan adat istiadat. Kemajemukan bangsa

    Indonesia menjadi negeri yang menarik dan kaya akan tradisi.

    Dari berbagai keragaman dan kebhinekaan yang ada, tidak

    terkecuali keberagaman agama, merupakan suatu anugerah yang

    sangat luar biasa dari sang maha kuasa. Dan juga telah menjadi

    bukti sejarah bahwa bangsa ini bisa menumbuhkan rasa toleransi

    dalam perbedaan keyakinan hingga budaya sehingga menjadi

    pendorong kemerdekaan negara Indonesia.

    Hal ini membuktikan bahwa bangsa ini telah berhasil

    menjadikan keragaman agama sebagai salah satu alat pemersatu

    yang sangat efektif, sehinga mampu menciutkan perbedaan yang

    ada.1

    Akan tetapi, pada saat ini keadaan toleransi dalam

    kebhinekaan nyaris menjadi buruk dan sedikit demi sedikit

    seperti menghilang dari kehidupan bangsa. Hal ini bisa

    berdampak buruk bagi masa depan bangsa Indonesia. Hilangnya

    1 H.Mubarok, Kompendium Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta:

    Pusat Kerukunan Umat Beragama), h. 6

     

  • 2

    toleransi juga dapat menghancurkan kesatuan dan persatuan.

    Intoleransi yang mulai meluas bisa terjadi akibat masyarakat kita

    mudah terpengaruh dengan informasi bohong atau hoaks. Hal itu

    terbukti ketika informasi dari orang ke orang, dan banyak juga

    berita yang dilebih-lebihkan oleh orang yang tidak bertanggung

    jawab di media sosial. Dalam hal ini, komunikasi massa

    merupakan media yang sangat berpengaruh bagi umat manusia,

    yakni melalui pesan-pesan yang disampaikan kepada masyarakat.

    Salah satu bentuk media komunikasi tersebut adalah film.

    Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang

    dapat menyampaikan pesan secara massif dan mempunyai

    sasaran yang beragam baik dari agama, etnis, status, umur dan

    letak geografis yang dapat memainkan peran untuk

    menyampaikan pesan tertentu terhadap masyarakat.2. film juga

    dapat dipandang melalui dua hal, yaitu dari segi fisik dan non

    fisik. Secara fisik, film banyak dipengaruhi oleh penemuan dan

    kemajuan dari perpaduan teknologi saat ini. Hal ini tampak pada

    wujud teknologi perekaman maupun penyajian. Sedangkan dari

    2Asep S Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola

    Alternatif Dakwah Melalui TV (Bandung: Pusday Press, 2000), h. 95

     

  • 3

    segi non fisik atau sisi cerita, film lebih banyak dipengaruhi oleh

    faktor perkembangan budaya.3

    Saat ini film merupakan salah satu hiburan yang memiliki

    daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat, dalam berbagai

    macam genre yang dihasilkan. Namun, film yang bagus dan

    berkualitas bukan hanya dilihat dari alur ceritanya saja, akan

    tetapi mempunya pesan moral maupun dakwah yang disampaikan

    kepada penonton. Melalui tanda-tanda, simbol dan ikon yang

    terkandung di dalamnya.

    Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, menonton film

    sangat mudah di dapatakan. Setiap hari, bahkan setiap jam kita

    dapat menyaksiskan berbagai film melalui televisi, bioskop,

    hingga internet yang sudah tersebar dimana-mana. Namun, film

    juga bisa menjadi media pendidikan, terutama terkait dengan

    pesan-pesan yang disampaikan pada film tersebut agar dapat

    diterima oleh masyarakat tanpa terasa menggurui. Film bukan

    hanya sekedar hiburan yang berbagai ceritanya mudah dilupakan

    begitu saja. Sebaliknya, film juga banyak menanamkan sebuah

    pelajaran, hikmah menarik dan menghayati kisahnya sembari kita

    3Estu niyarso, Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk

    Pembelajaran Sinematografi (Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 1

     

  • 4

    menikmati alur cerita. Terdapat beberapa film yang memberikan

    pelajaran tentang nilai-nilai toleransi antara lain; film Tiga Hati

    Dua Dunia Satu Cinta yang rilis pada tahun 2010.

    Film ini menceritakan tentang kisah seorang laki-laki yang

    menikahi dua orang perempuan dengan dua agama yang berbeda.

    Selanjutnya, film Mencari Hilal (2015). Film ini menceritakan

    tentang perbedaan prinsip antara ayah dan anak, yang tujuannya

    sama-sama ingin menemukan jalan kebenaran. Film yang tak

    kalah menarik lainnya adalah film karya Hanung Bramantyo yang

    berjudul Tanda Tanya. Film tersebut menggambarkan perbedaan

    dari sisi konflik dan benturan prinsip. Dan banyak lagi film yang

    mengandung nilai-nilai toleransi di dalamnya.

    Penulis dalam hal ini, tertarik untuk meneliti film karya pria

    kelahiran Yogyakarta Rani Nurcahyo Hestu Saputra, seorang

    sutradara kondang yang berhasil membuat film edukasi berbasis

    nilai-nilai toleransi dalam beragama dan berbudaya, sehingga

    menjadi pembelajaran bagi kalangan anak muda di negeri ini.

    Film yang dibut oleh Reny Nurcahyo Hestu Saputra ini diangkat

    dari sebuah novel berjudul “Hujan Bulan Juni” karya seorang

    sastrawan Sapardi Djoko Damono.

     

  • 5

    Sebelum dijadikan sebuah film, Hujan Bulan Juni telah

    lebih dahulu dijadikan lagu, komik, novel dan akhirnya di layar

    lebar. Sebuah film drama Indonesia yang mengambil lokasi

    syuting 80% di kota Manado, Jakarta hingga Jepang ini

    menceritakan tentang hubungan dua orang remaja yang bekerja

    sebagai staf departemen di Universitas Indonesia. Pingkan

    (Kristen), diperankan oleh Velove Vexia yang diproyeksikan

    sebagai dosen muda jurusan Sastra Jepang.

    Sarwono (Islam) sebagai akademisi Antropologi. Film ini

    bukan seperti film-film remaja lainnya, akan tetapi film ini

    terlihat menuntun orang untuk lebih dewasa. Terutama dilihat

    dari cara Sarwono dan Pingkan menjalani hubungan mereka,

    walaupun dalam keadaan berbeda dalam keyakinan (agama) dan

    budaya, mereka menghabiskan hidupnya di lingkungan

    Universitas. Sarwono adalah akademisi Antropologi dan Pinkan

    seorang dosen muda yang mendapat kesempatan kuliah di Jepang

    selama dua tahun, karena takut kesepian dan khawatir kekasihnya

    diambil orang. Sarwono pun meminta pingkan untuk menjadi

    asistennya selama berada di Manado untuk tugas presentasi

     

  • 6

    kerjasama antar jurusan Antropologi ke Universitas Sam

    Ratulangi.

    Disanalah Pingkan bertemu dengan keluarga besar

    almarhum ayahnya. Dalam pertemuan ini Pingkan dipojokan

    pertanyaan-pertanyaan tentang hubungannya dengan Sarwono

    oleh keluarga almarhum ayahnya, karena ia orang Solo bukan

    Manado. Ben sepupu Pingkan yang diperankan oleh Baim Wong

    juga selalu memojokan Pingkan tentang hubungannya dengan

    Sarwono yang beda agama dan budaya.

    Hal ini terekam jelas dalam film Hujan Bulan Juni pada

    menit ke 59: 26, saat Sarwono, pingkan dan Baim dalam

    perjalanan menuju Gorontalo. Di dalam mobil Baim menanyakan

    keseriusan hubungan Pingkan dan Sarwono. Seperti: Baim:

    “Kamu serius berhubungan dengan dia? Kamu mau menikah

    dengan dia? Dan Pingkan pun menjawab‟berani gimana maksud

    kamu?” lalu Ben menanyakan lagi: “kalau kamu punya anak

    nanti anak kamu ikut siapa? lalu Pingkan menjawab:”yaaa ikut

    orang tuanya lah.

    Melihat bagaimana bisa dua orang yang berbeda agama dan

    budaya tersebut bisa menjalani hubungan dengan harmonis, maka

     

  • 7

    penulis akan melakukan penelitian dengan judul ANALISIS

    SEMIOTIKA MAKNA TOLERANSI AGAMA DALAM FILM

    HUJAN BULAN JUNI.

    B. Batasan dan Rumusan Masalah

    1. Batasan Masalah

    Melihat latar belakang masalah diatas, untuk

    menghindari meluasnya pembahasan dan mempertajam

    analisis penelitian, peneliti memberikan batasan masalah

    dengan berfokus hanya pada rangkaian gambar scene dan

    dialog terkait toleransi agama dan budaya dalam film Hujan

    Bulan Juni dengan menggunakan analisis semiotik Roland

    Barthes. Karena menurut Bhartes semua objek kultural dapat

    dioleh secara tekstual. Dengan demikian dapat meneliti

    bermacam-macam teks seperti film, berita, fiksi dan drama.4

    2. Rumusan Masalah

    Adapun rumusan masalah yang telah penulis buat yakni

    sebagai berikut:

    4 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    wacana, Analisis Semiotik, Analisis Framing,(bandung: Remaja Rosdakarya,

    2006),hal.123

     

  • 8

    a. Bagaimana makna denotasi, konotasi dan mitos

    yang terdapat dalam film Hujan Bulan Juni?

    b. Apa saja pesan-pesan toleransi agama dan budaya

    dalam film Hujan Bulan Juni

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari

    penelitian ini diantaranya:

    a. Untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan

    mitos yang terdapat dalam film Hujan Bulan Juni.

    b. Untuk mengetahui bagaimana toleransi agama dan

    budaya dalam film Hujan Bulan Juni.

    2. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

    baik dari segi akademis maupun praktis.

    a. Manfaat Akademis

    Penelitian ini diharapan dapat memberikan

    wawasan dan pengetahuan tentang makna toleransi

    agama dan budaya dalam sebuah film. Selain itu

    penelitian ini diharapkan menjadi sebuah referensi di

     

  • 9

    bidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam

    mengembangkan penelitian skripsi menggunakan teori

    semiotika Roland Barthes.

    b. Manfaat Praktis

    Dalam pengembangan wawasan bagi masyarakat

    tentang pentingnya pemamfaatan dalam segala bentuk

    media yang ada sebagai alat bantu atau media dakwah,

    juga untuk masyarakat muslim agar bisa ikut berperan

    aktif dalam pengembangan tugas dakwah tanpa

    terkecuali bagi para seniman sastra, penulis, produser

    atau sutradara yang meningkatkan nilai toleransi

    beragama dengan perannya masing-masing. Yang

    mengutamakan cinta kasih sayang sesama manusia

    dalam kehidupan multikultural. dan juga penelitian ini

    dapat mengembangkan pemikiran dan pengetahuan bagi

    pembaca.

    D. Metodologi Penelitian

    1. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek dari penelitian ini adalah film Hujan Bulan Juni,

    sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah potongan

     

  • 10

    adegan (scene) dalam film Hujan Bulan Juni yang berkaitan

    dengan tanda nilai-nilai toleransi agama dan budaya yang

    disampaikan.

    2. Paradigma Penelitian

    Paradigma merupakan perspektif yang digunakan untuk

    mempelajari fenomena dan menginterpretasikan temuan.5

    Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    paradigma konstruktif. Dalam pandangan kaum konstrukif,

    relitas dianggap sebagai hasil konstruksi manusia dan tidak

    pernah bebas nilai.6

    Peneliti menggunakan paradigma ini

    karena peneliti ingin mendapatkan pengembangan pemahaman

    yang membantu proses interpretasi atau pandangan suatu

    peristiwa.

    3. Pendekatan Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

    penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode

    penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji

    atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada

    5 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif ; Teori dan Praktik, (

    Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 25

    6Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif; Teori dan Praktik, h. 49

     

  • 11

    manipulasi di dalamnya tanpa ada pengujian hipotesis, dengan

    metode-metode alamiah ketika hasil penelitian bukanlah

    generalisasi berdasarkan ukuran kuantitas, namun dari segi

    kualitas dari fenomena yag diamati.7

    4. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis semiotika yang di gagas oleh roland barthes. Barthes

    menggunakan istilah “orders of significatin”. First order

    signification adalah denotasi. Sedangkan konotasi adalah

    second oder of signification. Lewat model ini Barthes

    menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan

    hubungan antara sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Itu

    yang di sebut barthes sebagai denotasi yaitu makna paling

    nyata dari tanda (sign).

    Dalam pengertian umum, denotasi biasanya difahami

    sebagai makna harfiyah, makna yang sesungguhnya, bahkan

    terkadang juga disebut dengan referensi atau acuan. Konotasi

    adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan

    signifikasi tahap kedua. hal ini menggambarkan interaksi yang

    7Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualittif dalam Prespektif

    Rancangan Penelitian, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2016), h.24

     

  • 12

    terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari

    pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya.

    Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang telah

    digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna

    konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya. Pada

    signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda

    bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan

    menjelskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas

    dan gejala alam. Mitos adalah suatu wahana dimana suatu

    ideologi berwujud. Siapa pun bisa menemukan ideologi dalam

    teks dengan jalan meneliti konotasi-konotasi yang terdapat di

    dalamnya.8

    5. Teknik Pengumpulan Data

    Dalam mengambil data ini, penulis menggunakan

    metode sebagai berikut:

    a. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pertama

    yang digunakan dalam penelitian ini dengan

    melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap

    8Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian

    dan Skripsi Komunikasi, ,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013),h.21-22

     

  • 13

    fenomena-fenomena yang di selidiki.9 Dalam hal ini

    penulis membaca dan memahami isi pesan dan

    makna dari tanda atau simbol yang ada pada film

    Hujan Bulan Juni. Setelah itu penulis mengutip dan

    kemudian mencatat dialog-dialog yang mengandung

    pesan pada film ini. Sebagai rangkayan pencatatan

    lambang atau pesan secara sistematis dan kemudian

    diberika interpretasi.

    b. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

    yang berupa catatan, buku-buku yang menunjang

    penulisan skripsi, internet dan lain sebagainya.

    Selanjutnya penulis akan mengumpulkan data yang

    diperoleh dari hasil pemilihan scene dan dialog dalam film

    Hujan Bulan Juni. Lalu mengolah hasil temuan atau data dan

    meninjau kembali data yang telah terkumpul yang kemudian

    dianalisis.

    9Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta

    Press, 2006) Cet. Ke-1

     

  • 14

    6. Teknik Analisis data

    Analisis data penelitian ini diawali dengan

    mengklasifikasikan adegan- adegan film Hujan Bulan Juni

    yang berhubungan dengan rumusan masalah. Kemudian, data

    dianalisis dengan menggunakan konsep semiotika Roland

    Barthes yaitu dengan cara menganalisis setiap adegan yang

    berhubungan dengan rumusan masalah berupa makna

    denotasi, konotasi, dan mitos.

    E. Tinjauan Pustaka

    Tinjauan pustaka bertujuan untuk membedakan antara

    penelitian ini dan penelitian sebelumya. Untuk memastikan

    bahwasannya belum ada penelitian yang sama dengan

    penelitian yang akan dilakukan dan juga sebagai bahan

    rujukan bagi penelitian. Beberapa diantaranya yaitu:

    1. Skripsi dengan judul “Gaya Bahasa Kumpulan Puisi

    Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan

    Implikasinya Terhadap Pembelajaran Siswa di Sekolah”

    yang ditulis oleh Tri Wulandari, Program Studi

    Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

     

  • 15

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta, Tahun 2014. Persamaan penelitian ini dengan

    penelitian yang akan berlangsung adalah sama-sama

    meneliti Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

    Damono. Perbedaannya adalah dari bagian subjek

    penelitian, yang dimana penelitian ini meneliti tentang

    sastra yang ada dalam film Hujan Bulan Juni sedangkan

    penelitian yang akan datang meneliti tentang film Hujan

    Bulan Juni dengan menggunakan teori semiotika Roland

    Bhartes.

    2. Skripsi yang berjudul “Alur Dalam Novel Hujan Bulan

    Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Rancangan

    Pembelajaran di SMA”, yang ditulis oleh Nadya Oktami,

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Lampung 2016. Penelitian ini meneliti tentang sastra

    Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono. Namun

    penelitian yang akan datang meneliti tentang film Hujan

    Bulan Juni. Inilah yang menjadi perbedaan dalam

    penelitian di atas dengan penilitian yang akan datang.

     

  • 16

    Diman penelitian yang akan datang meneliti tentang

    dengan menggunakan Semiotika Roland Bhartes.

    3. Skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Bahasa Pada Novel

    Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan

    Skenario Pembelajarannya di SMA” Program Studi

    Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

    Muhamadiyah Purwokerto 2016. Persamaan penelitian

    ini dengan penelitian yang akan berlangsung adalah

    sama-sama meneliti Hujan Bulan Juni karya Sapardi

    Djoko Damono. Perbedaannya adalah dari bagian subjek

    penelitian, yang dimana penelitian ini meneliti tentang

    sastra yang ada dalam film Hujan Bulan Juni sedangkan

    penelitian yang akan datang meneliti tentang film Hujan

    Bulan Juni dengan menggunakan teori semiotika Roland

    Bhartes.

    4. Skripsi yang berjudul “Analisis Semiotika Makna Islam

    Dalam Film Pengabdi Setan” yang ditulis oleh Dimas

    Lazuardi Abdullah, Program Studi Komunikasi

    Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah Dan Ilmu

     

  • 17

    Komunikasi, Tahun 2018. Persamaan penelitian ini

    dengan penelitian yang akan dilakukan terdapat pada

    analisa dan teori yang digunakan. Dimana penelitian ini

    menggunakan analisis semiotika milik Roland Barthes.

    Adapun perbedaan penelitian ini dengssan penelitian

    yang kan dilakukan yaitu dari segi subyek yang di teliti.

    Dimana penelitian ini menggunakan film Pengabdi Setan

    sebagai subyeknya sedangkan penelitian yang akan

    dilakukan menggunakan film Hujan Bulan Juni sebagai

    subyek penelitian yang akan dilakukan.

    F. Sistematika Penulisan

    Pada penelitian ini, penulis membahas lima bab dan

    masing-masing bab terdiri dari:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Pendahuluan, disini penulis memaparkan

    latar belakang masalah, batasan dan

    rumusan masalah, tujuan dan manfaat

    penelitian,metodologi penelitian, tinjauan

    pustaka dan sistematika penulisan.

     

  • 18

    BAB II : LANDASAN TEORITIS

    Landasan teoritis dan kerangka konsep,

    disini penulis menjelaskan tentang

    semiotika, konsep semiotika Roland

    Barthes, tinjauan tentang toleransi agama

    dan budaya serta membahas tentang

    sejarah film, jenis-jenis film, unsur-unsur

    film, dan teknik pengambilan gambar.

    BAB III : GAMBARAN UMUM

    Gambaran umum tentang film Hujan

    Bulan Juni, penulis memaparkan sinopsis

    film, profil film, pruduser fim, sutradara

    film dan profil para pemain film.

    BAB IV : TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN

    Temuan dan analisa data, dalam bab ini

    penulis fokus membahas hasil penelitian

    berupa makna denotasi, konotasi dan

    mitos yang terdapat pada adegan (scene)

    dalam film Hujan Bulan Juni dan

     

  • 19

    representasi makna toleransi agama dan

    budaya dalam film tersebut.

    BAB V : PENUTUP

    Penutup, berisi tentang kesimpulan hasil

    penelitian serta kritik dan saran.

     

  • 20

     

  • 21

    BAB II

    KERANGKA TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

    A. Landasan Teori

    1. Tinjauan Umum Semiotika

    Secara epistimologi, semiotika berasal dari bahasa

    Yunani yaitu semion yang berarti tanda. Tanda sendiri di

    definisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konsvensi sosial

    ayang terbangun sebelumnya, dapat dianggap dan diwakili

    sesuatu yanga lain.10

    Secara terminologis, semiotika dapat

    didefinisikan sebagai ilmu yaang mempelajari sederetan luas

    objek-objek, peristiwa-peristiwa dan seluruh kebudayaan

    sebagai tanda.11

    Menurut Morisson semiotika adalah studi mengenai

    tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi penting

    dalam pemikirian tradisi komunikasi. Tradisi semiotika

    mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili

    objek, situasi, keadaan, perasaan dan sebagainya yang berada

    10

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), h.95 11

    Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunkasi: Aplikasi

    Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana

    Media, 2013 ), h.7

     

  • 22

    di luar diri.12

    Sumbo Tinarbuko mendefinisikan semiotika

    sebagai ilmu yang mempelajari tanda (sign), berfungsinya

    tanda dan produksi makna.13

    Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai

    semiologis. Artinya adalah “kata-kata mengenai tanda-tanda”.

    Menurut Ferdinand De Saussure di dalam bukunya “Course In

    General Linguistik” bahasa adalah suatu sistem tanda yang

    mengekspresikan ide-ide ( gagasan-gagasan) dan karena itu

    dapat dibandingkan dengan sistem tulisan, huruf-huruf dan

    orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan, aturan-aturan

    sopan-santun dan sebagainya.14

    Analisis semiotika modern dikembangkan oleh

    Ferdinand De Saussure, ahli linguistik dari benua eropa dan

    Charles Sanders Pierce, seorang filosop asal benua Amerika.

    Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya, “semiologi”

    yang membagi tanda menjadi dua komponen yaitu penanda

    yang terletak pada tingkatan ungkapan dan mempunyai wujud

    12

    Morissan, Teori komunikasi: Individu Hingga Masa, (Jakarta:

    Kencana Prenada Media Grup, 2013 ), h.32 13

    Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, ( Yogyakarta:

    Jalasutra, 2009), h.12 14

    Atrhur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda Dalam

    Kebudayaan Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2004), h.4

     

  • 23

    tau merupakan fisik seperti huruf, kata, gambar, dan bunyi

    komponen yang lain adalah petanda. Yang terletak dalam

    tingkatan isi atau gagasan dari apa yang telah diungkapkan,

    serta sarannya bahwa hubugan kedua komponen ini adalah

    sewenang-wenang yang merupakan hal penting dalam

    perkembangan semiotik, sedangkan bagi Pierce lebih

    memfokuskan dari pada tiga aspek tanda yaitu dimensi ikon,

    indeks dan simbol.15

    Sedangkan pusat perhatian semiotika dalam kajian

    komunikasi itu sendiri menggali apa yang tersembunyi di balik

    bahasa, karena bahasa beroperasi sebagai simbol yang

    mengartikan makna yang ingin dikomunikasikan oleh

    pelakunya, kalau dalam film yakni bagaimana seroang

    sutradara menyampaikan maksud atau pesan yang akan

    disampaikan pada penonton. Melalui audio visual, sehingga

    khalayak mengerti apa yang dimaksud dari film trsebut.

    15

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framming, ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), h.125

     

  • 24

    2. Analisis Semiotika Roland Barthes

    Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah

    protestan di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil

    pantai atlatik di sebelah barat daya Prancis. Ia dikenal sebagai

    salah seorang pemikir strukturalis yang rajin mempraktekan

    model linguistik dan semiologi Sausssure. Ia berpendapat

    bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan

    asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu

    tertentu16

    Semiotika dalam pandangan Barthes pada dasarnya

    hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-

    hal. Memaknai dalam hal ini tidak dapat dicampur adukan

    dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-

    objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-

    objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi

    sistem struktur dari tanda.17

    16

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), h.63 17

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), h.15

     

  • 25

    1. Signifer (penanda) 2. Signified (petanda)

    3. Denotative sign (tanda denotatif)

    4. Connotative signifier (penanda konotatif)

    5. Connotative

    signified (petanda

    konotatif)

    6. Connotatifive sign (tanda konotatif)

    Gambar 2. 1 Peta Roland Barthes

    Dari peta diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri

    atas petanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat

    bersamaan tanda denotatif adalah juga tanda konotatif(4)

    dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: jika

    anda mengenal kata “singa”, barulah konotasi seperti harga

    diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin.18

    Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar

    memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua

    bagian tanda denotatif yng melandasi kebenarannya.

    Sesugguhnya inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti

    18

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), h.69

     

  • 26

    bagi penyempurnaan semiologi Saussure yang berhenti pada

    penandaan pada tataran denotatif.19

    Berthes melontarkan konsep tentang konotasi dan

    denotasi sebagai kunci analisisnya.20

    Barthes mengunakan

    istilah “ orders of signification”. First signification adalah

    denotasi sedangkan konotasi adalah seccond orders of

    signification. Lewat simbol ini Barthes menjelaskan bahwa

    signifikasi tahap pertama merupakan hubungan-hubungan

    sebuah tanda terhadap realitas eksternal. itu yang disebut

    Barthes sebagai makna denotasi yaitu makna yang paling

    nyata dari tanda.21

    19

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), 20

    Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunkasi: Aplikasi

    Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana

    Media, 2013 ), h.21 21

    Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunkasi: Aplikasi

    Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana

    Media, 2013 ), h.21

     

  • 27

    Gambar 2.2 order signification

    Dalam gambar tersebut, tanda panah dari signified

    mengarah pada mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran

    konsep mental. Suatu tanda mitos bisa dikatakan sebagai

    ideologi dominan pada waktu tertentu denotasi dan konotasi

    memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa

    dikategorikan sebagai third of signification ( istilah ini bukan

    dari Barthes). Barthes menyebut konsep ini sebagi mitos.22

    Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar

    memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua

    bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya. Konotasi

    22

    Papilon Manurung, Metedologi Penelitian Komunikasi: Teori dan

    Aplikasi, (Yogyakarta:Gitanyali,2004),h.58

    First Order

    culture signs reality

    Second order

    denotatio

    n

    Signifier

    signified

    myth

    connotation

    content

    form

     

  • 28

    identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos

    yang berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan

    pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu

    periode tertentu. Menurut Barthes, mitos adalah pengkodean

    makna dan nilai-nilai sosial sebagai suatu yang dianggap

    alamiah.23

    Kata mitos berasal dari kata Yunani mythos yang artinya

    kata-kata, wicara, kisah tentang para dewa. Ini bisa

    didefinisikan sebagai narasi yang dalam karakter-karakternya

    para dewa, pahlawan dan makhluk-makhluk mistis dengan

    plotnya adalah tentang asal-usul segala sesuatu yag tentang

    peristiwa metafisis yang berlangsung didalam kehidupan

    manusia.24

    Mitos lahir melalui konotasi tahap kedua dimana

    rangkayan tanda yang terkombinasikan sebagaimana dalam

    film disebut dengan teks yang akan membantu pemaknaan

    tingkat kedua. Ide-ide dari Barthes banyak digunakan untuk

    memahami realitas budaya media kontemporer yang

    23

    Ahkmad Muzakki, Kontribusi Semiotika Dalam Memahami Bahasa

    Agama, (Malang: UIN Malang Press),h.23 24

    Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:

    Jalasutra, 2010),h.56

     

  • 29

    dikonsumsi oleh manusia setiap harinya seperti film, lagu,

    novel dan sebagainya.25

    Dalam mitos terdapat pola tiga dimensi, yaitu penanda

    dan tanda yang sudah dibangun oleh rantai pemaknaan yang

    telah ada sebelumnya. Jadi mitos adalah bagaimana

    kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek

    tentang realitas atau gejala alam.26

    Dari skema yang diberikan Barthes, peneliti memilih

    teori Roland Barthes untuk penelitian film Hujan Bulan Juni.

    Karena teori Roland Barthes lebih tepat bagi peneliti untuk

    meneliti makna toleransi agama yang ada dalam film Hujan

    Bulan Juni.

    B. Tinjauan Umum Tentang film

    1. Pengertian Film

    Secara epitimologis, film berarti gambar yang bergerak.

    Film lahir sebagai bagian dari perkembangan teknologi. Film

    pertama kali ditemukan sebagai hasil dari pengembangan

    prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Seperti televisi siaran,

    25

    Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta; UIN

    Jakarta Press, 2006),h.101 26

    Ahkmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa

    Agama,(Malang: UIN Malang Press),h.91

     

  • 30

    tujuan khalayak menonton film hanya untuk memperoleh

    hiburan. Akan tetapi, dalam film juga terkandung fungsi

    informatif maupun edukatif bahkan persuasif.27

    Menurut Alex Sobur, film merupakan bayangan yang

    diangkat dari kenyataan hidup yang dialami dalam kehidupan

    sehari-hari yang menyebabkan selalu ada kecenderungan

    untuk mencari relevansi antara film dengan kehidupan nyata,

    yang kemudian memproyeksikannya keatas layar.28

    Film merupakan salah satu bentuk media komunikasi

    massa dari berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian. Film

    dapat dapat digunakan sebagai penyampaian pesan moral dan

    juga kritik sosial. Meskipun masih banyak bentuk-bentuk

    media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi

    penontonnya. Oleh karena itu, film adalah medium

    komunikasi yang ampuh, bukan hanya untuk hiburan akan

    27

    Ahkmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa

    Agama,(Malang: UIN Malang Press), h.91 28

    Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis

    Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. ( Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2006 ), h.127

     

  • 31

    tetapi juga untuk penerangan pendidikan (edukatif) secara

    penuh ( media yang komplit)29

    Dalam kajian semiotika film adalah salah satu produk

    media massa yang menciptakan atau mendaur ulang tanda

    untuk tujuannya sendiri. Caranya adalah dengan mengetahui

    dengan apa yang dimaksudkan atau dipresentasikan oleh

    sesuatu, bagaiman makna itu digambarkan dan mengapa ia

    memiliki makna sebagaimana ia tampil. Pada tingkat penanda,

    film adalah teks yang memuat serangkaian citra fotografi yang

    mengakibatkan adanya ilusi gerak dan tindakan dalam

    kehidupan nyata. Pada tingkat penanda, film merupakan

    cermin kehidupan metaforsis. Jelas bahwa topik film menjadi

    sangat pokok dalam semiotika, karena di dalam genre film

    terdapat signifikasi yang ditaggapi oleh orang-orang masa kini

    dan memalui film mereka mencari reaksi, inspirasi dan

    wawasan pada tingkat interpretant.30

    29Onong Uchaja Efendi, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:

    Cpta Aditya Bakti,2003), h.207 30

    Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:

    Jalasutra,, 2010), h.134

     

  • 32

    2. Sejarah film

    Para teoritikus film menyatakan bahwa film yang kita

    kenal saat ini merupakan perkembangan lanjut dari fotografi.

    Fotografi sendiri ditemukan oleh Joseph Nichepore Niepce

    asal Prancis pada tahun 1826. Pada saat itu ia berhasil

    membuat campuran dengan perak untuk menciptakan gambar

    pda sebuah lempengan timah yang tebal dan disinari dalam

    beberapa jam.31

    Penyempurnaan teknik fotografi terus berlanjut hingga

    akhirnya mendorong rintisan penciptaan film atau gambar

    hidup. Dua nama penting dalam penemuan rintisan film adalah

    Thomas Alva Edison dan Lumiere bersaudara. Pada tahun

    1887, Thomas Alva Edison merancang sebuah alat untuk

    merekam dan memproduksi gambar yag mirip dengan fungsi

    fonograf untuk merekam suara. Meskipun ia telah

    menciptakan mekanisme namun ia belum menemukan bahan

    dasar untuk membuat gambar.

    Akhirnya masalah ini terpecahkan dengan bantuan

    Geogre Eastman yang menawarkan gulungan oita souloid,

    31

    Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: Gramedia,

    1996), h.2

     

  • 33

    sebuah pita yang mirip plastik dan tembus pandang yang

    cukup ulet dan mudah digulung. Akhirnya terciptalah alat

    yang dinamakan kinetoskop.32

    Penemuan ini lalu dikembangkan oleh kaka beradik asal

    Prancis, Aguste dan Loise Luimere. Mereka merancang

    perkembangan kinetoskop berupa pranti yang

    mengkombinasikan kamera, alat memproses film dan

    proyektor menjadi satu. Piranti ini disebut sinematograf yang

    dipatenkan pada maret 1895.33

    Alat ini memiliki keunggulan yakni mekanisme gerakan

    tersendat yang mirip gerakan mesin jahit, yang memungkinkan

    fram dari film yang di putar akan berhenti sesaat ujntuk

    disinari lampu proyektor. Sinematograf ini brfungsi sebagai

    alat perekam. Aguste dan Luimere pun akhirnya berbuat dan

    memutar film untuk pertama kalinya yang mereka

    pertontonkan kepada warga Prancis berjudul Workers Leaving

    The Luimere’s Factory yang bercerita tentang laki-laki dan

    wanita pekerja di pabrik Luimere.34

    32

    Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film. h.2

    33

    Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film. h.3

    34

    Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film Di

    Jawa, (Jakarta: Komunitas Bambu,2009), h. XV

     

  • 34

    Adapun peneliti memilih film Hujan Bulan Juni untuk

    membahas objek dalam film tersebut mengenai mengenai

    toleransi agama yang terkandung dalam film Hujan Bulan

    Juni.

    3. Jenis-Jenis Film

    Dalam perkembangannya, baik karena kemajuan teknik-

    teknik yang semakin canggih maupun tuntunan masa

    penonton, pembuatan film semakin bervariasi. Untuk sekedar

    memperlihatkan variasi film yang di produksi, maka jenis-

    jenis film dapat digolongkan sebagai berikut:35

    a. Teatrical Film ( Film Teaterikal)

    Film teaterikal disebut juga film cerita,

    merupakan film yang terdapat unsur drama yang

    memainkan emosi penonton. Film teaterikal ini

    digolongkan menjadi empat yaitu :

    a) Film aksi adalah film yang sebagian besar

    adegannya sebagian besar menonjolkan

    kekuatan fisik serta ketangkasan dalam

    bertarung seperti peperangan, tembak-

    35

    Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika Dalam Film, Jurnal Ilmu

    Komunikasi, Vol. 1, No.1, April 2011, hal. 133.

     

  • 35

    tembakan, perkelahian serta adegan

    yangmenebarkan lainnya.

    b) Film spikodrama adalah semacam film

    horor yang bertemakan mengenai kekuatan

    supernatural, maupun hal-hal gaib.

    c) Film komedi, film ini di isi denganlelucon

    para aktor/artis. Alur ceritanya

    penuhlelucon sehingga tidak kaku dan

    membuat penonton tertawa.

    b. Non teatrical film (film non-teaterikal)

    Film-film jenis ini lebih cenderung untuk jadi

    alat komunikasi untuk menyampaikan informasi

    maupun pendidikan. Film non-drama ini terbagi

    menjadi tiga jenis yaitu:

    a) Film pendidikan, film ini adalah untuk para

    siswa yang sudah tertentu bahan pelajaran

    yang akan diikutinya. Sehingga film

    pendidikan menjadi pelajaran ataupun

    intruksi belajar yang direkam dalam wujud

    visual. Isi yang disampaikan sesuai dengan

     

  • 36

    kelompik penontonnya dan dipertunjukan

    di depan kelas. Setiap film ini tetap

    memerlukan adanya guru atau instruktur

    yang membimbing siswa.36

    b) Film animasi atau film kartun, ceritanya

    biasanya campur. Ada yang drama,

    komedi, action, namun aktor/artis yang

    ditampilkan tidaklah nyata melainkan

    sebuah animasi.

    c. Film Dokumenter

    Film dokumenter adalah film yang dibuat dari

    hasil interpretasi pembuatnya mengenai sebuah

    kenyataan teesebut. Film dokumenter berisikan

    peristiwa penting yang diperkirakan tidak akan

    terulang lagi karena rekaman kejadian yang diambil

    langsung saat kejadian nyata sedang berlangsung.

    Danesi juga mendefinisikan film dokumenter

    sebagai film nonfiksi yang menggambarkan situasi

    36Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta:

    Jalasutra,2010 ), h.134

     

  • 37

    kehidupan yang nyata dengan setiap individu

    menggambarkan perasaannya dan pengalamannya

    dalam situasi apa adanya, tanpa persiapan langsung

    pada kamera atau pewawancara.37

    Film Bujan Bulan Juni adalah termasuk film

    cerita, yang menyajikan cerita tentang perilaku

    manusia yang hidup di negara yang beragam agama

    dan budaya. Peneliti ingin melihat kandungan

    toleransi agama dan budaya dalam film Hujan Bulan

    Juni.

    4. Unsur-Unsur Film

    Dalam pembuatan sebuah karya film, diperlukan sebuah

    upaya kerja yang kolaboratif, yakni melibatkan sejumla

    keahlian kreatif yang menghasilkan suatu keutuhan yang

    saling mendukung dan menciptakan perpaduan yang baik

    sebagai syarat utama bagi lahirnya film yang baik. Berikut

    adalah unsur-unsur yang diperlukan dalam film:

    37

    Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media,( Yogyakarta:

    Jalasutra, 2010 ), h.134

     

  • 38

    a. Sutradara

    Sutradara menduduki posisi tertinggi dari sebagai

    artistik. Ialah yang memimpin pembuatan film tentang

    “bagaimana yang harus tampak” oleh penonton.

    Sutradara bertanggung jawab untuk mengatur laku di

    depan kamera, mengarahkan akting dan dialog serta

    mengontrol posisi kamera serta gerak kamera, suara,

    pencahayaan, disamping hal-hal lain yang

    menyumbang kepada hasil akhir sebuah film.

    b. Penulis Skenario

    Penulis skenario merupakan seorang yang

    memilii keahlian untuk menuangkan sebuah film dalam

    bentuk tulisan. Penulis skenario memiliki tugas untuk

    menjabarkan gagasan, jalan cerita, perwatakan dan

    bahasa. Ia menyusun dialog ke dalam bahasa yang

    hidup dan sesuai dengan karakter para tokoh.

    c. Penata Fotografi

    Penata fotografi atau juru kamera adalah tangan

    kanan sutradara dalam kerja lapangan. Bersama

    sutradara ia bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot

     

  • 39

    dan menentukan jenis lensa dan filter lensa yang

    hendak digunakan serta menentukan diafragma kamera

    dan mengatur pencahayaan, ia pun bertanggung jawab

    untuk memeriksa hasil syuting dan menjadi pengawas

    pada proses film di laboratorium agar mendapatkan

    hasil akhir yang baik.

    d. Penyunting

    Penyunting atau editor memiliki tugas menyusun

    hasil syuting hingga membentuk pengertian cerita.

    Editor bekerja dibawah pegawasan sutradara tanpa

    mematikan kreatifitas sebab pekerja editor berdasrkan

    suatu konsepsi. Editor memiliki hak untuk memotong,

    menyempurnakan dan membentuk kembali gambar

    atau hasil syuting untuk mendapatkan isi yang

    diinginkan dalam setiap bagian atau film secara

    keseluruhan.

    e. Penata Artistik

    Penata artistik adalah seorang yang memiliki

    keahlian dalam menyusun segala sesuatu yang

    melatarbelakangi cerita film. Yakni menyangkut

     

  • 40

    tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah

    tempat atau waktu berlangsungnya cerita dalam film.

    f. Penata Suara

    Penata suara memiliki tugas untuk merekam

    suara baik dilapangan maupun di studio. Perpaduan

    unsur suara ini nantinya akan menjadi jalur suara yang

    letaknya bersebalahan dengan jalur gambar dalam hasil

    akhir film yang siap diputar.

    g. Penata Musik

    Penata musik adalah oarng yang bertugas dan

    bertnggung jawab atas paduan bunyi yang berfungsi

    untuk menambahkan nilai dramatik dalam sebuah film.

    h. Pemeran

    Pemeran merupakan orang yang bertugas untuk

    memainkan peran tokoh dalam sebuah film. Ia

    memalui proses penokohan yang akan menggerakan

    seorang pemeran dan menyajikan penampilan yang

    tepat, seperti cara betingkah laku, ekspresi emosi

    dengan mimik dan gerak-gerik, cara berdialog untuk

    tokoh cerita yang dibawakannya.

     

  • 41

    5. Struktur Dalam Film

    Dalam film panjang maupun pendek terdapat beberapa

    struktur fisik yaitu:

    a. Shoot

    Shoot adalah suatu bagian dari rangkaian gambar

    yang begitu panjang, yang hanya direkam dalam satu

    take saja. Secara teknis, shoot adalah ketika

    kameramen mulai menekan tombol record hingga

    menekan tombol record.

    b. Scene

    Adegan adalah suatu segmen pendek dari

    keseluruhan yang memperlihatkan satu aksi

    berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu, isi

    cerita, tema, karakter, atau motif. Satu adegan biasanya

    terdiri dari beberapa shoot yang saling berhubungan.38

    c. Squene

    Sautu segmen yang besar yang memperlihatkan

    suatu peristiwa yang utuh. Satu squene umumnya

    terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan.

    38Himawan Pratista, Memahami Film, ( Jakarta: Homeian Pustaka,

    2008 ), h.12

     

  • 42

    Dalam karya literatur squene dapat diartikan sebagai

    bab atau sekumpulan bab atau serangkaian adegan

    yang disusun secara serangkai.

    6. Sinematografi Film

    Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan

    filmnya serta hubungan kamera dengan obyek yang diambil.

    Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat

    dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap objek (type

    of shoot), yaitu:

    a. Big close up atau extreme close up

    Ukuran close up dengan framing lebih

    memusat/detail pada salah satu bagian tubuh atau aksi

    yang mendukung informasi dalam jalina alur cerita

    disebut big close up. Fungsinya untuk menonjolkan

    ekspresi yang dikeluarkan objek.

    b. Close up

    Close up adalah framing pengambilan gambar,

    dimana kamera berada dekat atau terlihat dekat dengan

    subjek sehingga gambar yang dihasilkan atau gambar

    subjek memenuhi ruang frame. Close up disebut juga

     

  • 43

    close shoot. Fungsinya untuk memberi gambaran jelas

    terhadap objek.

    c. Medium close up

    Medium close up adalah pengambilan gambar

    dengan komposisi framing subjek lebih jauh dari close

    up, tetapi lebih dekat dari medium shoot. Fungsinya

    untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton

    jelas.

    d. Medium shoot

    Medium shoot merekam gambar subjek kurang

    lebih setengah badan. Pada pengambilan gambar

    dengan medium shoot biasanya digunakan kombinasi

    dengan follow shoot terhadap subjek yang bergerak.

    Hal ini bermaksud untuk memperlihatkan detail subjek

    dan sedikit memberi ruang pada subjek.

    e. Medium full shoot

    Disebut knee shoot karena memberi batasan

    framing tokoh sampai kira-kira ¾ ukuran tubuh.

    Pengambilan gambar semacam ini memungkinkan

     

  • 44

    penonton untuk medapatkan informasi sambungan

    peritiwa dari aksi tokoh tersebut.

    f. Full shoot

    Full shoot memungkinkan pengambilan gambar

    dilakukan pada subjek secara utuh dari kepala hingga

    kaki. Secara teknis, batasan atas diberi sedikit riang

    untuk head room. Fungsi full shoot untuk

    memperlihatkan objek dengan lingkungan sekitar.

    g. Medium long shoot

    Framing camera dengan mengikutsertakan

    setting sebagai pendukung suasana diperlukan karena

    ada kesinambungan cerita dan aksi tokoh dengan

    setting tersebut.

    h. Long shoot

    Subjek akan terlihat 2/3 dari tinggi layar dengan

    mengambil gambar long shoot bisa menimbulkan suatu

    suasana yang dapat memperlihatkan keseluruhan

    pemandangan subyek. Pengambilan gambar secara

    long shoot mempunyai definisi memperlihatkan seting

     

  • 45

    dan karakter serta makna (petanda ) kontek, scape,

    jarak publik.39

    i. Extreme long shoot

    Pengambilan gambar dengan extreme long shot

    yang hampir tak terlihat membuat artis tampak berada

    dlam kejauhan. Shoot yang disini, setting ruang ikut

    berperan. Shoot yang diambil dari jarak sangat jauh,

    mulai dari kira-kira 200 meter sampai dengan jarak

    yang lebih jauh lagi. Tujuannya adalah untuk

    memperlihatkan situasi geografis.40

    C. Tinjauan Umum Tentang Toleransi

    Dalam kamus bahasa Indonesia, toleransi berasal dari

    kata toleran yag berarti batas ukur untuk penambahan atau

    pengurangan yang masih diperbolehkan.41

    secara etimologi,

    toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional dan

    kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah terminologi,

    toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang

    39

    Arthur Asa Berger, Media Analysi Techiniques, (Yogyakarta:

    Universitas Atmajaya, 2000), h.33

    40

    Marcelli Sumarno, DSasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT.

    Gramedia Widiawarna Indonesia, 1996), h.37

    41

    Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2001)

    h. 87

     

  • 46

    (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian

    (pendapat, panangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang

    berbeda dan bertentangan dengan pendiriannya.

    Toleransi berarti endurence atau ketabahan, yang bukan

    hanya menunjuk pada sikap membiarkan orang lain hidup di

    sekitar kita tanpa larangan dan penganiayaan.toleransi dalam

    artian seperti ini khususnya di bidangn agama menunjuk pada

    kerelaan dan kesediaaan untuk memasuki daln memberlakukan

    agama lain dengan penuh hormat dalam suatu dialog dengan

    orang lain secara terus menerus tanpa perlu dipengaruhi oleh

    orang lain dalam dialog tersebut.42

    Kata toleransi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu

    tolerantia yang artinya kelonggaran, kelembutan hati,

    keringanan dan kesabaran.43

    Oleh karena itu, dapat dipahami

    bahwa toleransi mengandung konsesi, yaitu pemberian yang

    hanya didasarkan kemurahan dan kebaikan hati. Toleransi

    terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan

    42

    Victor I. Tanja, Pluralisme Agama dan Problematika Sosial.

    Diskusi Teologi Tentang Isu-Isu Kontemporer, (Jakarta: PT Pustaka Cidesindo,

    1998), h. 28. 43

    Zuhairi Misrawi, Al-Qur’an Kitab Toleransi ( Jakarta : Pustaka

    Oasis, 2007), hlm. 161.

     

  • 47

    menghormati prinsip orang lain, tanpa mengorbankan prinsip

    sendiri.

    Terdapat beberapa pendapat dari para tokoh mengenai

    masalah toleransi, secara khusus tentang toleransi antar-umat

    beragama yaitu:Azhar Basyir dalam buku “Akidah Islam”

    (beragama secara dewasa) menyatakan bahwa toleransi

    beragama dalam Islam bukan dengan cara mengidentikan

    bahwa semua agama sama saja karena semuanya mengajarkan

    kepada kebaikan. Ajaran semacam ini menurut kacamata Islam

    sama sekali tidak dapat diterima.44

    Karena Islam secara tegas telah memberikan penegasan

    bahwa agama yang benar di hadirat Allah hanyalah Islam.

    Tetapi Islam juga mewajibkan kepada penganutnya untuk

    bersikap hormat terhadap keyakinan agama lain, dan berbuat

    baik serta berlaku adil terhadap penganut agamalain.45

    Harun Nasution dalam buku “Islam Rasional Gagasan

    dan Pemikiran menyatakan bahwa toleransi beragama akan

    terwujud jika meliputi 5 hal berikut: Pertama, Mencoba

    44

    Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa)

    Edisi Revisi ( Yogyakarta : UII Press 2013), hlm. 23.

    45

    Ahmad Azhar Basyir, Akidah Islam (Beragama Secara Dewasa)

    Edisi Revisi ( Yogyakarta : UII Press 2013), hlm. 23.

     

  • 48

    melihat kebenaran yang ada di luar agama lain. Kedua,

    Memperkecil perbedaan yang ada di antara agama-

    agama.Ketiga, Menonjolkan persamaan-persamaan yang ada

    dalam agama-agama.Keempat, Memupuk rasa persaudaraan

    se-Tuhan.Kelima, Menjauhi praktik serang-menyerang

    antaragama.46

    Kerukunan dan toleransi yang diajarkan oleh Islam itu,

    dalam kehidupan antar-umat beragama bukanlah suatu

    toleransi yang bersifat pasif. Tetapi aktif, aktif dalam

    menghargai dan menghormati keyakinan orang lain serta aktif

    dan bersedia senantiasa untuk mencari titik persamaan antar

    bermacam-macam perbedaan. Karena kemerdekaan beragama

    bagi seorang Muslim adalah suatu nilai hidup yang lebih tinggi

    daripada nilai jiwanya sendiri.47

    Perwujudan kerukunan dan toleransi beragama dapat

    direalisasikan dengan; Pertama, bahwa setiap penganut agama

    mengakui eksistensi agama-agama lain dan menghormati

    segala hak asasi pengikutnya.Kedua, dalam pergaulan

    46Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung:

    Mizan, 2000),hlm.275.

    47

    M. Natsir, Islam dan Kristen, hlm. 205.

     

  • 49

    bermasyarakat, tiap golonganumat Sehingga kerukunan dan

    toleransi ditumbuhkan oleh kesadaran yang bebas dari segala

    macam bentuk tekanan atau terhindar dari pengaruh

    hipokrisi.48

    Meskipun al-Qur‟an memberi penegasan bahwa Islam

    adalah satu- satunya agama yang diterima Allah Swt. Tetapi

    dalam waktu yang sama, al-Qur‟an juga melarang melakukan

    paksaan kepada siapa pun untuk memeluk suatu agama

    sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al- Baqarah (2): 256.

    ِن ي دِّ ل ا ِِف َه ا َر ْك ِإ يِّ ۖ ََل َغ ْل ا َن ِم ُد ْش رُّ ل ا َ َّين َ ب َ ت ْد وِت ۖ َق ُغ ا طن ل ا ِب ْر ُف ْك َي ْن َم َف

    عُ ْل ا ِب َك َس ْم َت ْس ا ِد َق َ ف ِو لن ل ا ِب ْن ِم ْؤ ُ ي َا َو ََل َم ا َص ِف ْن ا ََل ٰى َق ْ ث ُو ْل ا ِة َو وُ ۖ ْر لن ل ا عٌ َو ي َسَِ

    مٌ ي ِل َع

    Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama

    (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan

    yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar

    kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia

    48Sarjuni, & Didiek Ahmad Supadie, Pengantar Studi Islam (Jakarta:

    Rajawali Press, 2011), hlm. 57.

     

  • 50

    telah berpegang teguh kepada tali yang kuat yang tidak akan

    putus. Allah Maha Mendengar, MahaMengetahui.49

    Selain itu, di dalam al-Qur‟an terdapat sekitar 40 ayat

    yang berbicara mengenai larangan memaksa dan

    membenci.Lebih dari sepuluh ayat bicara larangan memaksa,

    untuk menjamin kebebasan berfikir, berkeyakinan dan

    beragama menekankan sikap saling mengerti menghormati,

    dan menghargai.mengutarakan aspirasi.50

    Manusia diberi kebebasan sepenuhnya untuk

    menentukan pilihannya sendiri, apakah menerima kebenaran

    Islam atau menolaknya. Konsekuensi dari ketentuan tersebut

    adalah Islam mengakui bahwa umat manusia di atas dunia ini

    tidak mungkin semuanya bersepakat dalam segala hal,

    termasuk dalam masalah keyakinan beragama.

    49

    Al-Qur‟an Dan Terjemahnya Juz 1- Juz 30 ( Jakarta : Pustaka Al-

    Mubin 2013 ), hlm.53.

    50Hamid Fahmy Zarkasyi, Islam, HAM dan Kebebasan Beragama

    (Jakarta: INSIST, 2011), hlm. 16.

     

  • 51

    Bentuk-Bentuk Toleransi Beragama

    a. Tidak memaksa dalam beragama.

    b. Menghormati keyakinan oranglain.

    c. Saling tolong-menolong dalam mu‟amalah dunia.

    d. Tidak boleh saling mencaci sesembahan.

    e. Berbuat adil.

    Sejarah panjang umat Islam telah melahirkan teladan

    bagi paham kemajemukan dan kebebasan beragama.Hal itu

    terjadi bukan tidak beralasan, karena Rasulullah sendiri

    penggagasnya seperti yang tertera dalam piagam madinah

    (Mitsaq al-Madinah) dalam ruang dan waktu ketika

    itu.Meskipun dalam bentuk sederhana, tetapi piagam tersebut

    telah menjamin sebuah kebebasan kepada pemeluk agama

    yang berbeda untuk menjalankan keyakinannya sesuai dengan

    ajaran agamannya masing-masing.51

    Hamka berpendapat bahwa semua manusia diberikan

    kebebasan oleh Allah SWT untuk memeluk agama apapun

    tanpa adanya paksaan.Hal ini sebagaimana yang diuraikan

    51

    Ma‟ruf Amin, Melawan Terorisme Dengan Iman (Jakarta:

    Tim Penanggulangan Terorisme), hlm. 141.

     

  • 52

    oleh Hamka dalam Tafsir Al- Azhar QS. Al-Baqarah (2) : 256.

    ِن ي دِّ ل ا ِِف َه ا َر ْك ِإ يِّ ۖ ََل َغ ْل ا َن ِم ُد ْش رُّ ل ا َ َّين َ ب َ ت ْد وِت ۖ َق ُغ ا طن ل ا ِب ْر ُف ْك َي ْن َم َف

    ةِ َو ْر ُع ْل ا ِب َك َس ْم َت ْس ا ِد َق َ ف ِو لن ل ا ِب ْن ِم ْؤ ُ ي َا َو ََل َم ا َص ِف ْن ا ََل ٰى َق ْ ث ُو ْل وُ ۖ ا لن ل ا عٌ َو ي َسَِ

    مٌ ي ِل َع

    Artinya:“Tidak ada paksaan dalam agama. Telah nyata

    kebenaran dan kesesatan. Maka barangsiapa yang menolak

    segala pelanggaran besar dan beriman kepada Allah, maka

    sesungguhnya telah berpeganglah dia dengan tali yang amat

    teguh, yang tidak akan putus selama- lamanya. Dan Allah

    Maha Mendengar, lagi maha Mengetahui.52

    Hamka mengatakan bahwa sungguh ayat ini adalah suatu

    tantangan kepada manusia, karena Islam adalah benar.Orang

    tidak akan dipaksa untuk memeluknya, tetapi orang hanya

    diajak untuk berfikir. Asal dia berfikir sehat, dia pasti akan

    sampai kepada Islam. Tetapi kalau ada paksaan, pastilah

    timbul pemaksaan pemikiran, dan mestilah timbul taqlid.

    52

    Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz III (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983),

    hlm. 20.

     

  • 53

    Ayat ini adalah dasar teguh dari Islam. Musuh-musuh

    Islam membuat berbagai macam fitnah yang dikatakan ilmiah

    bahwa Islam disebarkan dengan pedang. Islam dituduh

    memaksa manusia untuk memeluk agamanya. Padahal kalau

    memang mereka benar-benar ingin mencari data yang ilmiah

    hendaknya mereka melihat langsung dari Al-Qur‟an yaitu

    seperti terdapat dalam surat al- Baqarah : 256 ini, bahwa

    dalam hal agama tidak boleh ada paksaan.

    Akan tetapi di samping harus bergaul, tolong-menolong

    dan berbuat baik kepada umat agama lain, menurut Hamka

    umat Islam juga tetap diminta untuk selalu waspada terhadap

    golongan Yahudi dan Nasrani karena dalam hal ini Allah

    sendiri telah menjelaskan di dalam QS. al-Baqarah (2) :120.

    ْم ُه َ ت لن ِم َع ِب تن َ ت ٰ َّتن َح َرٰى ا َص نن ل ا َوََل وُد ُه َ ي ْل ا َك ْن َع ٰى ْرَض َ ت ْن َل َو

    Artinya:“Dan sekali-kali tidaklah akan rela orang-

    orang Yahudi dan tidak pula orang Nasrani, sebelum kamu

    jadi pengikut agama mereka.”53

    53

    H. Rusydi, Pribadi dan Martabat, hlm. 293

     

  • 54

    Menurut Hamka, ayat ini mengandung pesan dan

    pedoman bagi kita sampai hari kiamat, bahwasanya di dalam

    dunia ini akan tetap terus ada perlombaan merebut pengaruh

    dan menanamkan kekuasaan agama. Ayat ini juga telah

    memberikan peringatan bagi kita bahwa tidaklah begitu

    penting bagi orang Yahudi dan Nasrani menyahudikan dan

    menasranikan orang yang belum beragama, tetapi yang lebih

    penting adalah meyahudikan dan menasranikan pengikut Nabi

    Muhammad sendiri yaitu umat Islam.54

    Hamka sebagai seorang ulama dikenal tegas dan gigih

    membela akidah Islam, hal ini tercermin dalam sikapnya

    ketika menyikapi toleransi yang sudah menyangkut masalah

    keimanan. Menurut Hamka tidak ada toleransi dalam masalah

    yang menyangkut keimanan.

    Toleransi dalam beragama adalah sikap sabar dan

    menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan

    agama atau sistem keyakainan dan ibadah penganut agama-

    agama lain. Dari kajian diatas toleransi mengarah pada sikap

    54

    Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz I, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 1982),

    hlm. 295.

     

  • 55

    terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam

    perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa,

    adat istiadat budaya serta agama. Ini semua menjadi fitrah dan

    sunnatullah yang menjadi ketetapan tuhan.

    Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

    ا وًب ُع ُش ْم اُك َن ْل َع َوَج ٰى َث ْ ُن َوأ ٍر ذََك ْن ِم ْم اُك َن ْق َل َخ ننا ِإ ُس ننا ل ا ا َه ي ُّ َأ ا َي

    ٌم ي ِل َع لنَو ل ا نن ِإ ْم اُك َق ْ ت َأ لنِو ل ا َد ْن ِع ْم ُك َرَم ْك َأ نن ِإ وا َرُف ا َع َ ت ِل َل ِئ ا َب َ ق َو

    يٌ ِب َخ

    Artinya : “Hai manusia, seungguhnya kami menciptakan

    kamu dari seorang laki-laki dan perempuan da menjadikan

    kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu

    saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling

    mulia diantara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa,

    sesungguhnya Allah mah mengetahui lahi maha mengenal”55

    Dalam ayat lain Allah berfirman :

    ْن ِم ْم وُك ِرُج ُُيْ َوََلْ ِن ي دِّ ل ا ِِف ْم وُك ُل ِت ا َق ُ ي ََلْ َن ي لنِذ ا ِن َع لنُو ل ا ُم اُك َه ْ ن َ ي ََل

    َّيَ ِط ِس ْق ُم ْل ا بُّ ُُيِ لنَو ل ا نن ِإ ْم ِه ْي َل ِإ وا ُط ِس ْق ُ ت َو ْم وُى رُّ َ ب َ ت ْن َأ ْم رُِك ا َي ِد

    55

    Al Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Pustaka Al Mubin, 2013),

    h.517

     

  • 56

    Artinya : “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat

    baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada

    menerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu

    dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang

    yang berlaku adil.56

    (QS.Al-Mumtahanah:8 )

    Mengenai sistem keyakinan dan agama yang berbeda-

    beda, Al-Quran menjelaskan pada ayat terakhir surat Al-

    Kafirun.

    ن ي ِد ل ا َويَل ْم ُك ُن ي ِد ْم ُك َل

    Artinya : “Untukmulah agamamu dan untukkulah

    agamaku”57

    Dalam islam tidak melarang toleransi antar umat

    beragama, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua

    belah pihak saling menghormati haknya masing-masing.

    Toleransi beragama bukan berarti kita boleh bebas dalam

    menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama

    yang lainatau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan rutinitas

    semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan

    56

    Al Qur‟an dan Terjemahannya, ( Jakarta : Pustaka Al Mubin, 2013),

    h.550 57

    Al Qur‟an dan Terjemahannya, h.603

     

  • 57

    tetapi toleransi beragama harus dpahami sebagai bentuk

    pengakuan kia akan adanya agama-agama lain selain agama

    kita dengan segala bentuk sistem dan tata cara peribadatannya

    dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan

    agama masing-masing.

    Bahwa prinsip menganut agama tunggal merupakan

    suatu keniscayaan. Tidak mungkin manusia menganut agama

    beberapa agama dalam waktu yang sama, atau mengamalkan

    ajaran dari berbagai ajaran secara bersamaan. Oleh sebab itu,

    Al Quran menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang

    teguh pada sistem keEsaan Allah secara mutlak, sedangkan

    orang yang non-muslim pada ajaran ketuhanan yang

    ditetapkan sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan

    tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai

    sistem dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling

    menghujat.

    D. Unsur-Unsur Toleransi

    Mengenai toleransi terdapat unsur-unsur yang

    ditekankan untuk mengekspresikan terhadap orang lain,

    yaitu:

     

  • 58

    1. Memberikan Kebebasan dan Kemerdekaan

    Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat,

    bergerak maupun berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga

    dalam memilih agama atau kepercayaan. Kebebasan ini

    diberikan sejak manusia lahir dan tidak dapat digantikan atau

    direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan

    ini datang dari tuhan yang maha esa yang harus dijaga dan

    dilindungi. Di setiap negara melindungi kebebasa-kebebasan

    setiap manusia baik dalam undang-undang baik dalam

    peraturan yang ada.58

    2. Mengakui Hak Setiap Orang

    Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap

    orang di dalam menentukan sikap, perilaku dan nasibnya

    masing-masing. tentu saja sikap atau perilaku yang

    dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain karena

    kalau demikian, kehidupan di dalam masyarakat akan

    kacau.

    3. Menghormati Keyakinan Orang Lain

    Dalam konteks ini, diberlakukan bagi toleransi

    58Maskuri Abdullah, pluralisme Agama dan Kerukunan Dalam

    Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas, 2001), h.13

     

  • 59

    antar agama. namun apabila dikaitkan dalam toleransi di

    lingkungan sosial, maka menjadi menghormati

    keyakinan orang lain dalam memilih suatu kelompok.

    Contohnya dalam pengambilan keputusan seseorang

    untuk memilih organisasi pencak silat. Sebagai individu

    yang toleran seseorang harus menghormati keputusan

    orang lain yang berbeda dengan kelompok yang kita

    ikuti.

    4. Saling Mengerti

    Tidak akan terjadi saling menghormati antara

    manusia bila mereka tidak saling mengerti. Saling

    membenci dan saling anti saling berebut pengaruh adalah

    salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan

    saling menghargai antara satu dengan yang lain.59

    59Maskuri Abdullah, pluralisme Agama dan Kerukunan Dalam

    Keagamaan ,h.13

     

  • 60

     

  • 61

    BAB III

    GAMBARAN UMUM

    A. Gambaran Umum Film Hujan Bulan Juni

    Film Hujan Bulan Juni merupakan sebuah film yang

    bergenre drama yang di dibuat dari novel karya sastrawan

    Sapardi Djoko Damono. Sebelum dijadikan sebuah film, Hujan

    Bulan Juni telah lebih dahulu dijadikan lagu, komik, novel dan

    akhirnya hadir di layar lebar. Film Hujan Bulan Juni di sutradarai

    oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputro dan dirilis pada tanggal 2

    November 2017.

     

  • 62

    Film ini mengambil lokasi syuting 80% di Manado, sisanya

    di Jepang dan di Jakarta.60

    Yang menceritakan tentang hubungan

    dua orang staf departemen di Universitas Indonesia yang tanpa

    status. Pingkan (Kristen) seorang dosen muda Sastra Jepang

    yang diperankan oleh Velove Vexia, dan Sarwono (Islam)

    sebagai staf peneliti di jurusan Antropologi yang diperankan oleh

    Adipati Dolken.

    Dalam film ini Pingkan mendapat kesempatan belajar ke

    Jepang. Mendengar hal ini Sarwono pun merasa nelangsa dan ia

    pun takut kehilangan pingkan. Karena kebiasaan mereka selalu

    bersama menghabiskan waktu di universitas. Sarwono meminta

    pingkan untuk menemaninya ke Manado dalam urusan kerjasama

    jurusan Antropologi di Universitas Sam Ratulangi Manado.

    Film Hujan Bulan Juni bukanlah tipikal konflik percintaan

    yang cengeng seperti film-film remaja umumnya. Ia terlihat lebih

    dewasa, terutama jika kita melihat cara Sarwono dan Pingkan

    memaknai hubungan mereka. Sarwono adalah orang Jawa-Islam

    dari Solo. Kulitnya cokelat dan logatnya yang bahasa jawa mudah

    dikenali. Dalam hal tersebut menjadi bahan perbincangan

    60

    https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-hujan-bulan-

    juni-adipati-dolken-bioskop/ diakses pada tangal 15 Mei 2019

     

    https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-hujan-bulan-juni-adipati-dolken-bioskop/https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/review-film-hujan-bulan-juni-adipati-dolken-bioskop/

  • 63

    keluarga pingkan yang berasal dari keturunan Minahasa-

    Kristen.61

    Tidak ada acara ngambekan antara satu sama lain

    dalam film ini. Namun film ini memberi pesan toleransi dalam

    kehidupan kita.

    B. Sinopsis Film Hujan Bulan Juni

    Film ini menceritakan tentang kisah dosen muda Sastra

    Jepang Universitas Indonesia bernama Pingkan yang (diperankan

    oleh Velove Vexia) yang mendapatkan kesempatan untuk belajar

    ke Jepang selama dua tahun. Sarwomo (diperankan oleh Adipati

    Dolken) yang mendengar kabar akan ditinggal pingkan jadi

    nelangsa, karena selama ini Pingkan hampir tak pernah lepas dari

    sisinya.

    Suatu hari Sarwono ditugaskan oleh Kaprodi untuk

    melakukan presentasi kerja sama ke Universitas Sam Ratulangi di

    Manado, Sulawesi Utara. Sebelum Pingkan berangkat ke Jepang

    Sarwono pun mengajak Pingkan untuk menjadi guide-nya selama

    di Manado.62

    Di Manado, Pingkan dan Sarwono pun bertemu

    dengan keluarga besar almarhum ayahnya yang tinggal disana.

    61

    https://www.duniaku.net/2017/11/09/review-hujan-bulan-juni/

    diakses pada tanggal 16 Mei 2019 62

    https://sinopsisfilmbioskopterbaru.com/hujan-bulan-juni-2017/

    Diakses pada tanggal 15 Mei 2019

     

    https://www.duniaku.net/2017/11/09/review-hujan-bulan-juni/https://sinopsisfilmbioskopterbaru.com/hujan-bulan-juni-2017/

  • 64

    Dalam perkumpulan keluarga almarhum ayahnya Pingkan

    mulai terpojok dengan pertanyaan-pertanyaan dari keluarga besar

    ayahnya mengenai hubungannya dengan Sarwono. Terutama

    perbedaan yang sangat besar yaitu adat dan budaya antar

    keduanya di mata keluarga besar pingkan. Mereka bukan tidak

    menyadari perbedaan tersebut, akan tetapi mereka sudah terlanjur

    nyaman satu sama lain dalam menjalani hubungan yang sudah

    bertahun-tahun.63

    Kisah Sarwono dan Pingkan dalam film ini

    menggambarkan bagaimana kehidupan dan prinsip beragama

    yang beragam bisa menjadi sangat romantis ketika dipertemukan

    satu sama lain, seperti umumnya di Indonesia. Terlihat saat

    pingkan mengajak foto sarwono di depan patung Yesus

    memberkati yang berada Manado. Sarwono pun menolak, dan

    pingkan berkata “kamu gak mau foto karena itu Yesus ya?”

    dengan sederhana Sarwono menjawab, “bukan itu, tapi simpanlah

    senyum terbaikmu hingga saat nanti kamu ketemu dengan Yesus

    yang sesungguhnya”

    63

    http://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-

    sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-

    darmono?page=all Diakses pada tanggal 16 Mei 2019

     

    http://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-darmono?page=allhttp://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-darmono?page=allhttp://jatim.tribunnews.com/2017/11/02/tayang-hari-ini-ini-sinopsis-film-hujan-bulan-juni-yang-diadopsi-dari-novel-sapardi-djoko-darmono?page=all

  • 65

    Terjadi juga saat mereka dalam perjalanan ke Gorontalo,

    Sarwono meminta izin sholat magrib. Mereka berhenti di suatu

    tempat, Pingkan dan Ben pun menunggu Sarwono yang sedang

    sholat magrib dan membuka rantang makanan mereka berdua.

    Setelah shalat Sarwono pun mengahampiri mereka, dan Pingkan

    pun memberi piring ke Sarwono dan mereka pun makan bersama.

    Disini terlihat mereka pun saling menghargai satu sama lain

    dalam berkeyakinan. Seiring berjalannya waktu Pingkan pun

    berangkat ke Jepang untuk melakukan studinya.

    Dan Sarwono pun selalu memberi kabar setiap hari kepada

    Pingkan yang sedang di Jepang. Setelah dua tahun lamanya

    pingkan di jepang Sarwono pun terjatuh sakit dan diperasi di

    rumah sakit. Dan pada saat Sarwono sakit, Pingkan pun dalam

    keadaan pulang ke Indonesia. Disana pingkan merasa sedih dan

    tidak sempat berbincang dengan Sarwono, karena Sarwono dalam

    keadaan koma dirumah sakit.

     

  • 66

    C. Profil Sutradara Film Hujan Bulan Juni

    Reny Nurcahyo Hestu Saputra biasa dipanggil Hestu

    kelahiran Yogyakarta 31 Juli 1985. Sutradara lulusan Akdemi

    Komunikasi Indonesia ( AKINDO ) Bidang Penyiaran TV ini

    pada mulanya membuat film lewat komunitas film di Jogya. Ia

    merasa bekerja di televisi akan lebih membatasi dirinya

    dibanding berkreasi dan berkesenian lewat film. Pada tahun 2007

    ia mengikuti workshop dari dapur film yang di naungi Hanung

    Bramantyo kemudian syuting layar lebar pertama kali sebagai

    asisten sutradara Hanung pada film Get Maried dan berlanjut

    pada Get Maried2.

     

  • 67

    Namun ia membuat beberapa film televisi dan video klip

    yang ditawarkan oleh Hanung untuk membantunya terbiasa

    memproduksinya.64

    D. Profil Pemain Film Hujan Bulan Juni

    1. Adipati Dolken Sebagai Sarwono

    Adipati Dolken dilahirkan di Bandung, Jawa Barat. Pada

    tanggal 19 Agustus 1991. Nama Adipati Dolken mulai dikenal

    oleh masyarakat sejak ia memerankan virgo dalam serial

    Kepompong. Bakat berakting yang apik serta tampang

    blasteran yang sangat mendukung karirnya semakin

    meningkat.

    64 http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4c3337645e6a1_rnc-

    hestu-saputra#.XRjZcj8zbIU diakses pada 16 mei 2019

     

    http://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4c3337645e6a1_rnc-hestu-saputra#.XRjZcj8zbIUhttp://filmindonesia.or.id/movie/name/nmp4c3337645e6a1_rnc-hestu-saputra#.XRjZcj8zbIU

  • 68

    Selain sinetron, Adipati juga merambah ke dunia layar

    lebar, karirnya dimulai pada tahun 2009 dengan membintangi

    film yang berjudul Putih Abu-Abu dan Sepatu Kets. Kemudian

    pada tahun-tahun berikutnya Adipati membintangi beberapa

    film seperti Pocong Keliling 2010, Perahu Kertas 2012,

    Malaikat Tanpa Sayap 2012, Aku, Kau dan KUA 2013,

    Jendral Soedirman 2015 dan yang terbaru adalah Pemburu di

    Manchester Biru 2018.65

    Nama besar Adipati Dolken dalam dunia perfilman

    Indonesia tidak bisa diragukan lagi. Selain telah berhasil

    membuat beberapa judul laris di pasaran, Adipati juga pernah

    beberapa kali masuk nominasi ajang penghargaan bergengsi di

    Indonesia. Seperti, pemenang piala citra tahun 2013, nominasi

    pemeran utama terbaik pada tahun 2016, nominasi akting

    singkat paling memukau pada tahun 2016 dan nominasi

    pemeran utama terbaik pada tahun 2017.66

    65 https://thegorbalsla.com/adipati-dolken/ Diakses pada tanggal 16 Mei

    2019

    66

    https://thegorbalsla.com/biodata-adipati-dolken/ Diakses pada tanggal

    16 Mei 2019

     

    https://thegorbalsla.com/adipati-dolken/https://thegorbalsla.com/biodata-adipati-dolken/

  • 69

    2. Velove Vexia Sebagai Pingkan

    Velove Vexia lahir di Manado pada 13 Maret 1990.

    Velove sejak kecil sudah terjun ke dunia entertaument. Pada

    yahun 2000, ketika usianya masih kanak-kanak ia

    mengelurakan album Velove, lagu andalannya saat itu berjudul

    Tikus Nakal. Hanya saja saat itu pesaing industri musik anak-

    anak cukup ketat dan Velova kurang berhasil untuk bersaing

    dengan penyanyi cilik lainnya.

    Ia mulai dikenal pada tahun 2007 ketika menginjak usia

    remaja. Namun, bukan sebagai penyanyi melainkan sebagai