analisis resiko bank syariah pada produk ......(studi kasus bni syariah cabang makassar) skripsi...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS RESIKO BANK SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(STUDI KASUS BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
MUKAMMILAH
105 251 109 216
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1443 H/ 2020 M
-
ii
ANALISIS RESIKO BANK SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN
MUDHARABAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(STUDI KASUS BNI SYARIAH CABANG MAKASSAR)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
MUKAMMILAH
105 251 109 216
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1443 H/ 2020 M
-
vii
ABSTRAK
Mukammilah. 105251109216. 2016. Analisis Resiko Bank Syariah Pada Produk
Pembiyaan Mudharabah dalam Perspektif Hukum Islam. Dibimbing oleh St.
Saleha Madjid dan Siti wahidah mustamin.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui resiko bank syariah pada pembiayaan mudharabah,
dan cara memanegement resiko pembiayaan di bank syariah.
Penelitian ini dilaksanakan di Bank BNI Syariah Cabang makassar. Yang
berlangsung 2 bulan mulai dari Februari sampai April 2020. Teknik pengumpulan
data yang dilakukan melakukan wawancara secara langsung kepada informan
yaitu pegawai dan nasabah bank bni syariah cabang makasar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya
risiko pembiayaan di BNI Syariah, manajemen risiko pembiayaan yang
diterapkan, dan penanganan terhadap pembiayaan bermasalah. Dengan
menggunakan metode penelitian berupa deskriptif kualitatif,
Maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab terjadinya risiko
pembiayaan adalah:
1) Moral Obligasi nasabah rendah karena modal sepenuhnya disediakan
pihak Bank.
2) Nasabah berpotensi memanipulasi laporan keuangan menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut. rugi sehingga menjadi alasan untuk tidak membayar
bagi hasil.
Dan cara memanegement tersebut adalah:
1) Penjualan aset melalui lelang.
2) Penjualan aset sukarela ( dijual sendiri oleh nasabah untuk menutupi
fasilitas pembiayaan ).
Kata kunci: Risiko, Mamanegement
-
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam atas izin dan limpahan
rahmat-Nya berupa kesehatan, keimanan, dan kesempatan berfikir kepada
manusia, sehingga mampu melangsungkan hidup di atas muka bumi dan mampu
berpikir rasional, kritis, kreatif dan ulet dalam bertindak. Shalawat dan salam atas
kehadiran Rasulullah saw. Atas akhlak dan contoh tauladan yang dimiliki
menjadikannya sebagai panutan bagi ummat manusia sebagai rahmatanlil alamin.
Nabi yang membawa risalah kebenaran dan pencerahan bagi umat, yang
merubah wajah dunia dari wajah biadab menuju jalan yang beradab, dari alam
yang gelap menuju alam yang terang benderang. Kedatangannya juga
membebaskan manusia dari belenggu kebodohan (jahiliyah) dan perbudakan, lalu
mencerahkan dengan kecerdasan sehingga membuat umatnya taat, tetapi bukan
ketaatan tanpa rasio dan kecerdasan tetapi tidak membuatnya angkuh dan
sombong.
Penulis menghadirkan karya tulis ilmiah tentu masih jauh dari
kesempurnaan dengan segala kekurangan dan keterbatasannya, penulis berharap
semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi bagi yang
berminat pada tema kajian ini, yang berjudul “Analisis Resiko Bank Syariah
Pada Produk Pembiyaan Mudharabah dalam Perspektif Hukum Islam”.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati, selama mengikuti program perkuliahan di
Fakultas Agama Islam Universita Muhammadiyah Makassar sampai selesainya
skripsi ini telah memperoleh banyak pelajaran dalam dunia proses dan arti
-
ix
kebersamaan yang sesungguhnya , motivasi, semangat hidup untuk tetap
melangkah menggapai cita-cita serta bantuan dari berbagai pihak yang menjadi
motivator tersendiri bagi penulis.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga, penulis hanturkan kepada
kedua orang tua tercinta, Jamaluddin dan Hasnaeni yang senantiasa mendoakan,
memberi dukungan moril maupun materil selama menempuh pendidikan. Dan
ucapan terimakasih pula penulis haturkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar;
2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama
Islam;
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP. Selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah;
4. Bapak Hasanuddin, SE. Sy., selaku Sekretaris Prodi Hukum Ekonomi
Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama menempuh
pendidikan.
5. Ibu Ibu St. Saleha Madjid, S.Ag., M.Hi ( Selaku Pembimbing I ) dan Ibu Siti
Walidah Mustamin. S.Pd.,M.Si (selaku pembimbing II) dalam menyelesaikan
Skripsi ini;
6. Bapak/Ibu para dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar yang senantiasa membimbing penulis selama menempuh
pendidikan di Hukum Ekonomi Syariah.;
-
x
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Endi Syukri, Jumaidy,
yang senantiasa selalu memberi support nasehat dan semangat, Terima kasih
kepada Mutmainnah, Musdalifah, Jusni .Terima kasih kepada kalian yang
senantiasa selalu bersama selama kurang lebih 4 tahun ini, semoga ini bukan
akhir dari hubungan kita. Terima kasih pula penulis ucapkan atas segala
dukungannya kepada, Fatiha, Muftihatul khaeran nisa, kalian adalah teman
terbaik. Dan terakhir penulis ucapkan terima kasih atas segala do’a dan
dukungannya kepada keluarga besar, teman-teman angkatan 2016 kelas C,
terima kasih kepada teman-teman alumni Asmadina 016, serta mereka yang tidak
sempat disebutkan namanya satu-persatu.
Hanya kepada Allah swt Penulis memohon agar mereka yang berjasa
kepada penulis diberikan balasan yang berlipat ganda dan semoga Skripsi ini
memberikn manfaat bagi kita semua. Aminn yaa Rabbalaalaminn.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 19 Dzulqaidah 1441
10 Juli 2020 M
Penulis :
Mukammilah
(105251109216)
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
HAMALAN JUDUL ............................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASAH ..................................................................... iv
HALAM PERSETUJUAN .................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakan ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 4
C. Tujuan ................................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................... 6
A. Perbankan Syariah .............................................................................. 6
B. Pembiayaan ....................................................................................... 16
C. Mudharabah ...................................................................................... 18
D. Resiko Pembiayaan Mudharabah ...................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 35
B. Lokasi dan Objek Penelitian ............................................................. 35
-
xii
C. Fokus dan Deskripsi Penelitian ......................................................... 35
D. Sumber Data ..................................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 37
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 37
G. Teknik Analisis Data ........................................................................ 39
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN .................................... 40
A. Gambar Umum Bank BNI Syariah ................................................... 40
B. Resiko Bank Syariah pada Produk Pembiayaan Mudarabah ........... 59
C. Dokumentasi ..................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 64
A. Kesimpulan ....................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
i
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan adalah lembaga intermediasi keuangan (financial
intermediary institution), yakni menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1
Sedangkan Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan berdasarkan
syariat Islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam
agama Islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang
disebut dengan riba. Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga
kepada para nasabahnya.
Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk
transaksi. Pelarangan ini salah satu yang membedakan sistem perbankan
syariah dengan perbankan konvensional. Kedua jenis bank ini memiliki
produk bank yang hampir sama, hanya berbeda pada sistem operasinya. Bank
konvensional menggunakan sistem bunga, sedangkan bank syariah
menerapkan sistem bagi hasil. Produk bank yang menerapkan sistem bagi
hasil adalah pembiyaan mudharabah. Pembiyaan mudharabah merupakan
Salah satu produk dalam perbankan syariah yang akad ini telah dikenal oleh
umat Muslim sejak zaman nabi, bahkan telah diperaktikkan oleh bangsa Arab
1 Muhammad Dwiono Koesen Al Jambi, Ayo Ke Bank Syariah.( Mitra Sukses/ Pustaka
Ar Rayhan.jakarta, 2016) h.4
-
2
sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai
pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan
demikian, ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini
dibolehkan, baik menurut Al-Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’.Sebagaimana
firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah 275:
CKُCُDَ; Hَ EَLَن إCُDَ; EFَGَ َّHُِم ا?ََِِّّ?ا RَKِ ُنEَSTْ َّU?ا ُVُS
َم َّNWََو YَTَْ7?ْا ُ EَL ۗ َوأWََ]َّ هللاَّ ِّN?ا [ُْ̂ Kِ YُTَْ7?ْا EFََّ_ِا إCُ?Eَ` aُْbَّ_َQِL cَِ? اْ?gFَِّ ۚ َذٰ
hَ?ِهُ إNُKََْوأ jََOkَ EKَ ُVَOَl hَٰbَ:_ْEَl VِِّLَر RْKِ ٌoَpqِCْKَ َُءهEsَ RْFََl ۚ EَL ِّN?ا
Eqَ RْKََو ۖ ِ |cَِ أَْ}Ezَُب ا?Eَّxِر ۖ ھuُِ?Evَ EَbTِl aُْونَ هللاَّ َد Qَlُو?َٰ
Terjemahnya:
“ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum
datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang
kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”2
Secara umum konsep hukum bank syariah menawarkan sistem
perekonomian yang sesuai dengan syariat islam atau prinsip syariah.
Keberadaan bank syariah diharapkan dapat mendorong perekonomian suatu
negara, tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah:
kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosial ekonomi dan distribusi
pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan
2 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan
-
3
investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil, serta
pelayanan yang efektif.
Perkembangan bank syariah di Indonesia berkembang sangat pesat.
Banyak faktor yang akan mempengaruhi percepatan perkembangan
Perbankan Syariah di masa yang akan datang. Salah satu faktor yang sangat
penting adalah faktor hukum. Arah perkembangan Perbankan Syariah di masa
yang akan datang masih akan sangat signifikan dipengaruhi oleh
perkembangan infrastruktur hukum Perbankan Syariah di Indonesia3
Produk bank yang menerapkan sistem bagi hasil adalah pada
pembiyaan modal kerja dan investasi dalam bentuk pembiyaan mudharabah.
pembiyaan mudharabah merupakan perjanjian kerjasama, Dimana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib)
bertanggung jawab atas pengelolaan usaha serta pembagian keuntungan.
Risiko pembiayaan muncul ketika nasabah tidak mampu melunasi
pinjaman kepada bank dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Risiko
pembiayaan atau yang disebut dengan non performing finance (NPF) akan
berpengaruh terhadap perolehan laba bank dan secara langsung berpengaruh
terhadap profitabilitas bank. Tingkat NPF yang tinggi menunjukkan suatu
keadaan bank yang tidak sehat.
3 Iqtishadia, Implikasi dan Tantangan Lahirnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008,
Vol. 8 No. 2, September 2015
-
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian di Bank BNI Syariah cabang makassar dengan judul “Analisis
Resiko Bank Syariah Pada Produk Pembiyaan Mudharabah dalam
Perspektif Hukum Islam”
1. Apa saja resiko Bank Syariah pada produk pembiayaan mudharabah?
2. Bagaimana proses managemen resiko pembiayaan mudharabah di bank
syariah?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas, maka
ada beberapa tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini, adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja resiko bank syariah pada produk pembiayaan
mudharabah.
2. Untuk mengetahui bagaimana memanagemen resiko pembiayaan
mudharabah di bank syariah
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini, secara umum di harapkan dapat memberikan
kontribusi bagi:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka
bagi para pembaca dalam hal pengembangan ilmu.
-
5
2. Manfaat Praktis
a. Penulis
Menambahkan wawasan untuk berpikir secara kritis dan
sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan sebagai
alat dalam mengimplementasikan teori-teori ilmu ekonomi khususnya
terkait dengan ekonomi Syariah (Islam) yang diperoleh selama kuliah.
b. Penulis selanjutnya
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi untuk pengembangan selanjutnya.
c. Masyarakat
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran kepada masyarakat dn pihak terkait pada persoalan yang
berhubungan dengan Bank BNI syariah cabang makassar.
d. Lembaga
Penelitian ini di harapkan mampu memberikan sumbangsih
pemikiran dan solusi pengelolaan pelayanan bagi perbankan khususnya
pada Bank BNI Syariah cabang makassar.
-
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perbankan Syariah
1. Pengertian Perbankan Syariah
Perbankan Syariah merupakan lembaga perbankan yang
dijalankan dengan prinsip syariah. Dalam setiap aktivitas usahanya,
bank syariah selalu menggunakan hukum-hukum islam yang tercantum
di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Berbeda dengan bank konvensional
yang mengandalkan sistem bunga, bank syariah lebih mengutamakan
sistem bagi hasil, sistem sewa, dan sistem jual beli yang tidak
menggunakan sistem riba sama sekali. Menurut Siamat Dahlam, Bank
Syariah merupakan bank yang menjalankan usaha perbankan dengan
berdasar ataupun memperhatikan prinsip-prinsip syariah yang tertuang
di dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit bank syariah, mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.4
Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1
tentang perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
4 Irwan Misbach, Bank Syariah : kualitas layanan, kepuasan dan kepercayaan, hl.20
-
7
tentang bank syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.5
Di Indonesia sangat di dambakan kehadiran bank berdasarkan
syariah, ketua pengurus muhammadiyah priode 1937-1944 telah
menguraikan pendapatnya tentang penggunaan jasa bank konvensional
sebagai hal yang terpaksa dilakukan karena umat islam belum
mempunyai bank sendiri yang bebas dari riba.6
Setelah itu muncul ide untuk mendirikan bank yang berdasarkan
syariat Islam di Indonesia. Kemudian di bicarakan pada seminar
nasional Hubungan Indonesia dengan Timur Tengah pada tahun 1974
dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional yang dilaksanakan
oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu kemasyarakatan dan Yayasan Bhineka
Tunggal Ika. Namun ada beberapa alasan yang menghambat
terealisasinya ide ini yaitu: operasi bank syariah yang menerapkan
prinsip bagi hasil belum diatur, dan oleh karena hal itu tidak sejalan
dengan UU pokok perbankan yang berlaku, yaitu UU No. 14 tahun
1967. Konsep bank syariah dari segi politis juga dianggap berkonotasi
ideologis, merupakan bagian atau berkaitan dengan konsep negara
Islam, oleh karena itu tidak dikehendaki pemerintah.7 Dan akhirnya
5 PT.Buku kita, undang-undangRI no.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah 6 Awaluddin, Manajemen Bank Syariah (Makassar :AlauddinUniversiy Press, 2011),
hl.20 7 Duddy Yustiady, Penjelasan Perbankan Syariah Secara Umum, (AJB Bumiputera
FISIP UI, Depok April 2003), hl.2
-
8
setelah melewati hambatan Bank Syariah ini didirikan oleh Majelis
Ulama Indonesia pada 18-20 agustus 1990.8
Dalam perkembangan selanjutnya dari kehadiran Bank Syariah di
Indonesia mengembirakan. Di samping Bank Muamalat Indonesia saat
ini juga telah lahir Bank syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah
Mandiri. Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang
dari bank Konvesional yang sudah ada seperti Bank BNI, Bank BRI
dan lain-lain.dengan latar belakang adanya suatu keyakinan dalam
agama Islam yang merupakan suatu alternative atas perbankan dengan
kekhususannya pada prinsip syariah.9
2. Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia
Berdirinya Bank Syariah di Indonesia tentunya memiliki landasan
atau dasar hukum yang melindungi dan menjadi dasar menjalankan
segala aktivitas perekonomian yang meliputi kegiatan perbankan.
Dalam berjalannya segala aktivitas perbankan, bank syariah memiliki
dua dasar hukum berdasarkan peraturan negara dan berdasarkan Al-
Qur’an dan hukum islam yang lainnya.
8 Thamrin Abdullah dan Francis Tanri, Bank dan Lembaga Keuangan, hl. 214 9 Malayu S.P. hasibun, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hl. 39
-
9
a. Berdasarkan Hukum Islam
Dasar hukum utama yang menjadi landasan berdirinya bank
syariah antara lain Q.S An-Nisa 29:
Hَ اCُxKَآ Rَ;>َِّ?ا Eَbُّ;َأ Eَ; َنCَُ أَْن َّHِِطِ] إEَ7?ْEِL aَُْxTَْL aَُْ?اCَKَْا أCُOGُْQَ
aُِْL َنEGَ َ Eََِرةً Nََ Rْqَاٍض aُْxْKِ ۚ َوCُOُ:Dَْ Hَا أَْ_aَُُْ ۚ إِنَّ هللاَّ
EFًTWَِر
Terjemahanya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”10
Dalam artian ini bisa ditafsirkan bahwa bank syariah dalam
melaksanakan tugasnya tidak boleh menyeleweng dari ajaran Islam
(batil) namun harus selalu saling tolong menolong demi menciptakan
suatu kesejahtraan. Kita tahu banyak sekali tindakan-tindakan ekonomi
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam hal ini terjadi karena beberapa
pihak tidak tahan dengan godaan uang serta mungkin mereka memiliki
tekanan baik kekurangan dalam hal ekonomi atau yang lain, maka bank
syariah harus membentengi mereka untuk tidak berbuat sesuatu yang
menyeleweng dari Islam.
10 Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan
-
10
Ayat selanjutnya yang menjadi landasan hukum Bank Syariah
terdapat dalam Q.S Al-Baqarah 283:
hَٰOqَ aُْ:xْGُ َِْن َوإِْنl ۖ ٌoَCُ7DْKَ ٌنEَھNَِl Eً7ِEGَ واuَُِ aَْ?َو Nٍَkَ
ۗ ُVَّLَر َ أTOَْl EًَْL aَُُْْL RَKََُِدِّ ا?َِّ
-
11
mendasarkan kegiatan atau aktivitasnya berdasarkan atau sesuai
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara kesatuan dan
berlandaskan atas Pancasila tentu tidak etis jika hukum tertinggi di
negara ini yakni Undang-Undang maupun pemerintah tidak dijadikan
sebuah landasan hukum. Pada dasarnya pengkhususan bank syariah
memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan Bank
Konvensional, dimana sistem yang mereka gunakan bukan bunga
namun bagi hasil dimana bank syariah harus bisa menyertakan atau
menyeimbangkan uang masyarakat dengan baik selain itu gotong
royong dan kekeluargaan juga diterapkan dengan baik oleh bank
syariah.
a. Berdasarkan Hukum Nasional
Dalam Undang-Undang ini bank syariah diposisikan sebagai
bank umum serta bank pengkreditan rakyat, dimana pemerintah
telah memberikan izin atas keberadaan bank syariah untuk
melakukan segala tindakan atau kegiatan perbankan layaknya
seperti bank konvensional. Landasan hukum yang melindungi
Bank Syariah di Indonesia, ada beberapa peraturan yang membahas
tentang Bank Syariah diantaranya :
1) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
Undang-Undang ini berisikan tentang penyempurnaan dan
penjelasan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yakni
-
12
penjelasan tentang bagaimana bank syariah sebagai bank
umum dan ban pengkreditan rakyat khususnya berada di pasal
6 serta berisi juga tentang penjabaran dari prinsip syariah.
2) Undang-Undang No 23 Tahun 2003
Dalam undang-undang ini berisi tentang perlindungan dari
keberadaan bank syariah, dimana perlindugan tersebut
berbentuk penugasan kepada Bank Indonesia untuk
mempersiakan segala bentuk perangkat aturan serta fasilitas-
fasilitas yang mampu menunjang segala bentuk kegiatan yang
imbasnya akan mendukung kelancaran dan keefektifan
jalannya operasional bank syariah.
3) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008
Undang-Undang ini yang lebih spesifik diantara peraturan
yang lainnya, dalam undang-undang ini sebenarnya muncul
ketika memang di Indonesia perkembangan bank syariah
semakin pesat untuk itulah ketentuan dan peraturan yang ada
dalam undang-undang ini sangat lengkap. Dalam bab 1 pasal 1
bahkan sudah disebutkan secara jelas tentang perbedaan bank
konvensional dan bank syariah dimana diberikan beberapa
pengertian serta jenis-jenis yang dimiliki oleh masing-masing
bank. Tidak hanya itu dalam undang-undang ini juga
dijelaskan bahwasanya dalam usaha menjalankan fungsinya
bank syariah melakukan penghimpunan dana dari nasabah dan
-
13
akan menyalurkan pembiayaan tersebut berdasarkan akad yang
telah diatur dalam ekonomi Islam seperti mudharabah,
wadiah, musyarakah.12
4) Undang-Undang dasar 1945 pasal 33
Hukum pertama yang menjadi asas kegiatan perbankan baik
konvesional maupun syariah harus memenuhi beberapa kriteria
yang telah ditetapkan dalam undang-undang dasar 1945 pasal
33, antara lain :
a) Segala bentuk perekonomian disusun sebagai sebuah usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
b) Semua cabang produksi yang vital atau penting bagi negara
serta menjadi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara.
b. Prinsip-prinsip Bank Syariah
Prinsip dalam kegiatan usaha bank syariah adalah aturan
yang berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau
kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah.
c. Fungsi dan Peranan Bank Syariah
Menurut Karim, fungsi dan peranan Bank Syariah dapat di
golongkan kedalam tiga bagian berikut:13
12Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Pengembangan Perbankan
Syariah, (Jakarta, 2011), h.5 13 Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan (Cet. 1, Ed. 3; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hl. 65
-
14
1) Manager investasi, sebagai pengelola investasi atas dana yang
dimiliki oleh pemilik dana.
2) Investor, sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi
atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening
investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan
kebijakan bank.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank
Syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa lainnya sesuai
dengan prinsip-prinsip Syariah.
Berdasarkan fungsi dan peranan bank syariah yang
dijelaskan di atas, maka perlu di ketahui perbedaan bank syariah
dan bank konvesional, serta perbedaan antara bunga dan bagi hasil
berikut ini:
a) Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Adapun perbedaan Bank Syariah dan Bank
Konvesional dilihat dari beberapa aspek. Perbedaan itu
dapat dijelaskan dalam table berikut ini:14
14 Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Cet. 1; Jakarta: Penerbi Gema Insani,
2001), hl. 34
-
15
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvesional
Perbedaan Bank Islam/Syariah Bank Konvesional
1. Fungsi dan peranan
a. Agen investasi/manager investasi.
b. Hubungan dengan nasabah adalah hubungan kemitraan.
a. Penyedia jasa/lalu lintas pembayaran.
b. Hubungan bank dengan nasabah adalah kreditur
2. Landasan operasional
a. Uang sebagai alat tukar bukan komuditas.
b. Bunga dalam berbagai bentuk dilarang
a. Uang sebagai komoditi yang diperdagangkan.
b. Bunga sebagai instumen imbalan terhadap pemilik uang yang ditetapkan dimuka.
3. Resiko usaha a. Dihadapi bersama antara
bank dengan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran.
b. Tidak mengenal kemungkinan terjadinya selisih (Negatif Spread)
a. Resiko bank tidak terkait langsung dengan debitur
b. Kemungkinan terjadi selisih negatif antara pendapatan bunga dan beban bunga
4. Sistem pengawasan
Adanya dewan pengawas Syariah untuk memastikan operasional bank agar tidak menyimpang dari syariah disamping tuntutan moralitas pengelola Bank.
Aspek moralitas seringkali terlanggar karena tidak ada nilai-nilai religus yang mendasari operasional.
b) Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan
riba. Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik
-
16
dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat
nyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam table berikut:15
Table 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waku akad dengan asumsi harus selalu untung.
Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
Besarnya peresentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama.
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.
B. Pembiayaan
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain
15 Ibid.hal. 61
-
17
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan.
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan menyatakan
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.
Sedangkan menurut Kasmir. Pembiayaan adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.16
Unsur-unsur Pembiayaan pada dasarnya dilakukan atas dasar
kepercayaan, dengan demikian pemberi pembiayaan memberikan
kepercayaan kepada orang lain atas dana yang diberikan. Dengan
demikian dalam pembiayaan harus benar-benar saling jujur tidak ada
kebohongan dan harus bisa dipastikan bahwa pembiayaan atau dana yang
diberikan kepada penerima pembiayaan dapat dikembalikan sesuai dengan
jangka waktu yang sudah disepakati oleh pihak yang terkait. Adapun
unsur-unsur dalam pembiayaan, yaitu :
16Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.113
-
18
a) Adanya dua belah pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul maal)
dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan
dan penerima pembiayaan merupakan hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan, yang diartikan pula sebagai kehidupan saling tolong
menolong.
b) Adanya kepercayaan shahibul maal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib.
c) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul maal dengan
pihak lainnya yang berjanji membeayar dari mudharib kepada shahibul
maal.17
C. Mudharabah
1. Pengertian Mudharabah
Pengertian Mudharabah adalah suatu produk finansial syariah
yang berbasis kemitraan (partnership). Dari definisi tersebut telah
diketahui bahwa dalam mudharabah terdapat dua pihak yang berjanji
melakukan kerja sama dalam suatu ikatan kemitraan. Pihak yang satu
merupakan pihak yang menyediakan dana untuk diinvestasikan ke
dalam kerja sama kemitraan tersebut, yang disebut shahib al-mal atau
rabbul-maal, sedangkan pihak yang lain menyediakan fikiran, tenaga
dan waktu untuk mengelola usaha kerja sama tersebut yang disebut
mudharib.
17
Ibid.h.133
-
19
Mereka bersepakat untuk membagi hasil usaha yang berupa
keuntungan saja berdasarkan pembagian yang porsi pembagian
keuntungan tersebut telah disepakati di awal perjanjian, sedangkan
dalam hal terjadi kerugian dipikul seluruhnya oleh shahib al-mal dan
mudarib menanggung kehilangan pikiran, tenaga dan waktunya yang
telah dicurahkan untuk mengelola usaha tersebut.
Mudharabah didefinisikan sebagai suatu perjanjian antara
sekurang-kurangnya dua pihak di mana satu pihak, yaitu pihak yang
menyediakan pembiayaan (financier atau shahib al-mal),
memercayakan dana kepada pihak lainnya, yaitu pengusaha (mudarib)
untuk melaksanakan suatu kegiatan. Mudarib mengembalikan pokok
dari dana yang diterimanya kepada shahib al-mal ditambah suatu
bagian dari keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pembiayaan mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha
antara pihak pertama (Malik, Shohibul mal, atau Bank Syariah) yang
menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib,atau
nasabah) yang bertindak selaku pengelola dan dengan membagi
keuntungan sesuai kesepakatan yang di tuang dalam akad, sedang
kerugian seluruhnya di tanggung oleh pihak Bank Syariah, kecuali
jika pihak kedua melakukan kesalahan yang di sengaja, lalai, atau
menyalahi perjanjian.
Mudharabah dalam menghimpun dana adalah akad kerja sama
antara pihak pertama (Malik, Shohibul mal, atau nasabah) sebagai
-
20
pemilik dana dan pihak kedua (‘amil, mudharib,atau Bank Syariah)
yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan
usaha sesuai dengan kesepakatan yang di tuangkan dalam akad.18
2. Mudharabah dalam Persfektif Islam
Menurut Ibnu Hazm, mudharabah merupakan bagian dari
bahasan fiqih yang tidak mempunyai dasar acuan langsung dalam al-
Qur’an dan al-hadis karena praktek Mudharabah ini sebenarnya telah
dipraktekan sejak zaman sebelum Islam dan Islam mengakuinya
dengan tetap ada dalam sistem Islam. Bahkan dalam hukum Italia,
istilah mudharabah dikenal dengan nama Comenda.
Para ahli hukum Islam sendiri masih berbeda pendapat
mengenai sifat, isi dan persyaratan tentang mudharaba kesepakatan
bulat bahwa kemitraan antara pemberi modal (mudharib, atasan, atau
penabung) dan pemakain modal (dharib, manajer, pengusaha atau
wakil) adalah halal di dalam Islam.
Ketika harta yang dijadikan modal tersebut di pergunakan oleh
Mudhorib / pengelola, maka harta tersebut sesungguhnya telah berada
dibawah kekuasaan pengelola, sedangkan harta tersebut bukan
miliknya, sehingga harta tersebut berkedudukan sebagai amanat
(titipan). Apabila harta tersebut rusak bukan karena kelalaian
pengelola, maka ia wajib menanggungnya.
18 Muhammad Dwiono Koesen Al Jambi, Ali. Ayo Ke Bank Syariah. Mitra Sukses/
Pustaka Ar Rayhan.jakarta. 2016
-
21
Begitu pula apabila kesepakatan-kesepakatan yang telah
disepakati antara pemilik modal dengan pengelola telah diingkari oleh
salah satu pihak, maka keadaan tersebut menyebabkan kecacatan
dalam perjanjian tersebut sehingga pengelolaan dan penguasaan harta
tersebut dianggap ghasab.
Para ulama mazhab melarang modal tersebut dijadikan hutang
bagi pengelola terhadap pemilik modal. Dalam hal manajemen,
mudhorib atau pengusaha mempunyai kebebasan dalam mengelola
usahanya. Dalam hal ini mudharabah bersifat mutlak dalam arti
pemilik modal tidak mengikat pengelolaan harta untuk berdagang di
Negara tertentu, memperdagangkan barang-barang tertentu, pada
waktu-waktu tertentu. Sehingga bila terdapat persyaratan-persyaratan
mudharabah tersebut tidak sah. Hal ini dikemukakan oleh ulama
mazhab syafi’i dan maliki sedangkan menurut Abu hanifah dan
Ahmad bin Hambal, mudharabah yang terdapat persyaratan-
persayratan masih tetap sah untuk dilaksankan.
Dalam kontrak mudharabah, pihak pemilik modal tidak dapat
menuntut jaminan dari mudhorib atas usaha yang dijalankannya.
Karena dalam kontrak mudharabah pemilik modal dan mudhorib
sama-sama harus menaggung resiko. Apabila pemilik modal menuntut
adanya persayaratan tersebut maka menurut Imam malik dan Imam
Syafi’i kontrak tersebut tidak sah. Hal yang tidak kalah pentingnya
dalam sitem mudharabah adalah mengenai bagi hasil (Prifit and Loss
-
22
Sharing). Pada dasarnya, kerjasama dalam mudharabah ini adalah
untuk mendatangkan keuntungan yang kemudian keuntungan tersebut
di bagikan kepada pemilik modal dan mudhorib sesuai dengan
kesepakatan di awal menganai persentase keuntungan yang didapat
masing-masing.
Pekerjaan, modal dan resiko menentukan sekali dalam
menentukan keuntungan dalam sebuah kontrak mudharabah.
Pembagian keuntungan dilakukan melalui tingkat perbandingan ratio,
bukan ditentukan dalam jumlah yang pasti. Menentukan jumlah
keuntungan secara pasti kepada pihak yang terlibat dalam kontrak
akan menjadikan kontrak tersebut tidak berlaku.19
3. Jenis-jenis Mudharabah
1. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara
shohibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak
di batasi oleh jenis usaha, waktu, tmpat, perusahaan, dan pelanggan.
Investasi tidak terikat ini pada usaha perbankan atau lembaga
keuangan syari’ah lainnya (non bank) di aplikasikan pada tabungan
dan deposito.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah
muthlaqoh, Mudharib di batasi dengan jenis usaha, waktu, waktu,
19 scoutismylife.wordpress.com/2012/12/27/mudharabah dalam konteks bank syariah (10
desember 2019, 11:28)
-
23
dan tempat usaha. Adanya pembatasan ini sering kali
mencerminkan kecenderungan umum si shohibul al-maal dalam
memasuki dunia usaha.20
3. Fatwa Tentang Pembiayaan Mudharabah
a. Ketentuan Pembiayaan
1. Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang di salurkan
oleh (Lembaga Keuangan Syariah) LKS kepada pihak lainya
untuk suatu usaha yang produktif.
2. Dalam pembiayaan ini LKS sebagai shohibul maal (pemilik
dana) pembiayaan 100% kebutuhan suatu proyek (usaha)
sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib
atau pengelola usaha.
3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan di tentukan berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak (LKS dengan pengusaha).
4. Mudhorib boleh melakukan sebagai macam usaha yang telah di
sepakati bersama dan sesuai dengan syari’ah, LKS tidak ikut
serta dalam managemen perusahaan atau projek tetapi
mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.
5. Jumlah dana pembiayaan harus di nyatakan dengan jelas dalam
bentuk tunai dan bukan piutang.
20 Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Pebankan dan Perangsuransian Syariah di
Indonesia. Edisi I. PT.Pranada Media. Jakarta. 2004. Hlm 84.
-
24
6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian
akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah)
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi
perjanjian.
7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada
jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib
atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat di cairkan apabila
mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal
yang telah disepakati bersama akad.
8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme
pembiayaan keuntungan di atur oleh LKS dengan
memperhatikan fatwa (Dewan Syariah Nasional) DSN.
9. Biaya opresional di bebankan kepada mudharib.
10. Dalam hal penyandang dana LKS tidak melakukan kewajiban
atau melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan, mudharib
berhak mendapat ganti rugi atau biaya yang telah di keluarkan.
b. Rukun Dan Syarat Pembiayaan
1. Penyedia dana (shohibul maal) dan pengelola (mudharib) harus
cakap hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus di nyatakan oleh para pihak
untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad), dengan pemperhatikan hal-hal berikut:
-
25
a) Penawaran dan penerima harus secara aksplisit
menunjukkan tujuan kontak (akad).
b) Penerimaan dan penawaran di lakukan pada saat kontrak.
c) Akad di tuangkan secara tertulis, melalui korespondensi,
atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi
modern.
3. Modal ialah sejumlah uang atau aset yang di berikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan
syarat sebagai berikut:
a) Modal harus di ketahui jumlah dan jenisnya.
b) Modal dapat menbentuk uang atau barang yang di nilai.
Jika modal di berikan dalam bentuk aset, maka aset
tersebut harus di nilai pada waktu akad.
c) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus di bayar
kepada mudharib, baik secara bertahab maupun tidak,
sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang di dapat sebagai
kelebihan dari modal. Syarat keuntungan berikut ini harus di
penuhi:
a) Harus di peruntukan oleh kedua belah pihak dan tidak
boleh di isyaratkan hanya untuk satu pihak.
b) Bagian keuntungan proposional bagi setiap pihak harus di
ketahui dan di nyatakan pada waktu kontrak yang di
-
26
sepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah), dari
keuntungan yang sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah
harus berdasarkan kesepakatan.
c) Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari
mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung
kerugian apapun kecuali di akibatkan dari kesalahan di
sengaja, kelalaian, atau pelanggaran kesepakatan.
5. Kerugian usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
perimbangan (muqabil) modal yang di sediakan oleh penyedia
dana, harus memperhatikan hal-hal tersebut:
a) Kegiatan usaha adalah hal eksklusif mudharib, tanpa
campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak
untuk melakukan pengawasan.
b) Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan
pengelola sedemikian rupa yang dapat mengalangi
tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syari’ah islam dan
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan
harus mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktifitas itu.
c. Ketentuan hukum pembiayaan:
1) Mudharabah boleh di batasi pada priode tertentu.
2) Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah
kejadian di masa depan yang belum tentu terjadi.
-
27
3) Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena
pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad amanah) kecuali
akibat dari kesalahan di sengaja, kelalaian, atau pelanggaran
kesepakatan.
4) Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika
terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka
penyelesaiannya di lakukan melalui Badan Arbitrsi Syari’ah
setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.21
D. Resiko Pembiayaan Mudharabah
Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan kejadian atau keadaan
yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Risiko
pada bank syariah juga bisa memiliki konotasi yang berbeda dan
menyarankan arti yang berbeda bagi bidang yang berbeda. Misalnya,
dalam ekonomi mikro, risiko mengacu kepada ketidak pastian atas
konsekuensi (positif atau negatif) dari sebuah keputusan. Sementara, untuk
bidang ekonomi keuangan, konotasi risiko umumnya negatif, karena
mengacu pada potensi kerugian.
Meskipun masih ada ambiguitas seputar sekitar definisi dari kata
risiko, definisi tersebut masih dapat digunakan untuk mempertimbangkan
kemungkinan adanya situasi yang mengandung risiko pada bank syariah,
untuk mengidentifikasi atau memprediksi berbagai situasi masa depan
dalam aktivitas bisnis bank syariah, dan kemampuan untuk menetapkan
21 Muhammad Dwiono Koesen Al Jambi, Ali. Hidup Berkah Tanpa RIba. Iluvia
Publishing. Cengkareang Jakarta Barat. 2016
-
28
masing-masing probabilitas terjadinya risiko dalam bank syariah. Di
dalam Islam sendiri sebenarnya telah membedakan secara jelas dua bentuk
yang berbeda dari risiko dalam kegiatan bisnis. Kedua jenis risiko yang
dimaksud itu adalah:
1. Risiko terkait dengan transaksi atau dalam kegiatan ekonomi yang
bertujuan menciptakan nilai tambah atau kekayaan.
2. Risiko yang terkait dengan perjudian (eating wealth for nothing).
Maka sebenarnya masih sulit untuk mendefiniskan risiko pada
bank syariah secara spesifik. Namun, dari literatur yang ditemukan dalam
studi ini terdapat pembahasan yang sudah spesifik mengenai risiko pada
akad syarian yang diaplikasikan pada perbankan syariah. Dikarenakan
bank syariah mengaplikasikan akad-akad syariah dalam kegiatanya
bisnisnya, maka risiko-risiko modern akad pembiayaan pada bank syariah
tergantung karakteristik pada produk-produk pembiayaannya, yaitu:
Risiko yang timbul pada akad Ijarah bisa jadi penyebabnya ialah jika
barang milik bank timbul risiko tidak produktif aset ijarah karena tidak
adanya nasabah; jika barang bukan milik bank, timbul risiko rusaknya
barang oleh nasabah karena pemakaian tidak normal; dalam hal jasa
tenaga kerja yang disewakan bank kemudian disewakan kepada nasabah
timbul risiko kualitas pemberi jasa mungkin kurang cakap seperti yang
diharapkan.
Sedangkan risiko pada pengembangan akad Ijarah, yaitu
pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) ialah mengenai ketidak
-
29
mampuan nasabah membayar angsuran dalam jumlah besar di akhir
periode, jika pembayaran dilakukan dengan sistem pembayaran angsuran
dalam jumlah besar di akhir periode. Jika bank menggunakan akad Salam
yang biasanya digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang
pertanian, maka risiko yang dihadapi bisa saja pada saat penjual tidak
dapat memenuhi kontrak sebagaimana yang diperjanjikan. Misalnya, tidak
mengirimkan sebagian atau seluruh barang pesanan.
Risiko lain, bisa saja adanya kemungkinan penurunan nilai barang-
barang pesanan atau penurunan nilai inventory yang disimpan. Penurunan
nilai barang ini bisa terjadi karena rusak atau harga di pasar mengalami
penurunan. Risiko jika menggunakan akad Istishna sebenarnya risiko yang
sama dengan Salam. Istishna menurut sebagian fuqaha merupakan jenis
khusus dari Salam, tetapi banyak diaplikasikan jika bank ini melakukan
kegiatan bisnis di bidang-bidang manufaktur dan konstruksi yang jangka
waktunya relatif panjang. Namun dalam hal ini bank dapat menghadapi
risiko yang berupa default pelaksanaan yang tidak sesuai kontrak. Bisa jadi
karena terlambat melaksanakan kontrak atau mungkin saja kualitas barang
yang dipesan tidak sesuai.
Pada akad Mudharabah dan Musyarakah, pada akad ini penilaian
risiko pada bank biasanya meliputi risiko bisnis yang dibiayai atau resiko
berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah dan musyarakah, serta risiko
karakter dari mudharib. Lebih dalam lagi dijelaskan bahwa pada akad
Mudharabah nasabah sebagai pengelola dana, sebenarnya tidak
-
30
mempunyai kewajiban untuk menanggung risiko kerugian yang timbul.
Mudharib juga tidak diwajibkan untuk memberikan agunan kepada bank .
Kerugian yang dapat dibebankan kepada nasabah adalah apabila kerugian
tersebut dikarenakan kelalaian dan kecurangan yang dilakukannya sendiri.
Untuk menghadapi kemungkinan risiko kecurangan atau kelalaian
nasabah pada akad Mudharabah ini bank dapat melakukan pengawasan
secara aktif dan melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap
operasional bisnis, maupun berkas-berkas nasabah. Namun, pada jenis
akad Mudharabah Mutlaqah bank biasanya tidak ikut campur dalam
pengelolaan usaha, sehingga dengan adanya ketentuan ini menyebabkan
bank bisa jadi menghadapi risiko yang tinggi karena seluruh kerugian akan
ditanggung bank sebagai pemilik modal. Namun, studi ini telah
menyetujui penjelasan yang ditulis oleh Rivai & Ismal (2013),
Bahwa risiko yang sangat tinggi pada Mudharabah Mutlaqah
tersebut bisa diatasi dengan meminta jaminan kepada nasabah, meskipun
pada akad aslinya Mudharabah tidak disyaratkan adanya jaminan atau
agunan. Sementara akad Musyarakah apabila diaplikasikan pada bank,
maka digunakan untuk investasi jangka panjang pengusaha, bank sebagai
investor yang masing-masing menyerahkan modal untuk melaksanakan
usaha, serta sepakat untuk membagi keuntungan dan kerugian (risiko).
Keuntungan dan kerugian ini sesuai nisbah yang telah disepakati
dalam perjanjian. Risiko kerugian yang bisa dihadapi oleh bank bisa jadi
risiko kerugian dari hasil usaha atau proyek yang dibiayai atau adanya
-
31
ketidak jujuran dari partner usaha. Namun, bisa jadi pula risiko
pembiayaan Musyarakah relatif lebih kecil daripada risiko dengan akad
pembiayaan Mudharabah, karena pada Musyarakah bank sebetulnya dapat
ikut mengelola usaha yang dijalankan bersama dan melakukan
pengawasan secara lebih ketat terhadap usaha yang dijalankan. Namun,
masalah lain yang timbul apabila akad jenis ini digunakan ialah
keterbatasan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) yang
melakukan pengelolaan dan melakukan pengawasan.
Akad lain yang dapat diterapkan oleh bank adalah Murabahah.
Risiko yang dihadapi bank syariah jika menggunakan akad ini tanpa
modifikasi sama halnya seperti Mudharabah, yaitu ketiadaan jaminan bagi
bank seandainya pembeli membatalkan transaksi. Selanjutnya, bank juga
akan mengalami risiko kerugian karena menurunnya nilai barang akibat
cacat atau rusak selama masa penyimpanan. Meskipun telah disebutkan
bahwa akad-akad bank syariah yang digunakan untuk pembiyaaan
memiiliki risiko yang spesifik sesuai jenis akadnya, namun manajemen
risikonya masih juga belum menemukan bentuk yang pasti dan sesuai
dengan jenis risiko yang dihadapi oleh bank syariah.
Gambaran umum manajemen risiko bank syariah saat ini bisa
dilihat dari penjelasan Ernest dan Young (2000) bahwa proses dan
langkah-langkah penerapan manajemen risiko secara umum dapat berlaku
untuk semua bank, baik pada bank konvensional maupun pada bank
syariah. Kemudian penjelasan oleh Herlianto (2002) bahwa penerapan
-
32
manajemen risiko untuk semua perbankan harus memperhatikan dengan
cermat risk management life cycle yaitu siklus understanding, siklus
identifying, siklus assessing, siklus measuring, siklus managing, dan siklus
monitoring.
Berdasarkan adanya dua pendapat tersebut proses penerapan
manajemen risiko pada bank adalah proses yang tetap harus berjalan
meskipun pelaksanaannya pada setiap bank mungkin saja berbeda
tergantung jenis banknya (Rosly & Mohd. Zaini 2008). Penjelasan dalam
literatur lain juga mengatakan bahwa esensi penerapan manajemen risiko
sebenarnya adalah proses untuk melakuan kecukupan prosedur dan
metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat
terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima, serta dapat
memberikan keuntungan bagi bank sesuai dengan tingkat risiko yang
dapat diterima.
Ditambah dengan adanya perbedaan kondisi pasar, struktur, ukuran
serta kompleksitas usaha bank, maka tidak ada satu sistem manajemen
risiko yang universal untuk seluruh bank (Ikatan Bankir Indonesia, 2014,
p. 347). Literatur selanjutnya dibahas bahwa untuk mengantisipasi sebuah
risiko sebetulnya bisa dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap
risiko inheren dan penilaian terhadap kualitas penerapan manajemen risiko
yang meliputi sistem pengendalian risiko.
Sedangkan jenis risiko itu adalah risiko yang melekat pada setiap
kegiatan usaha bank, karena itu bank wajib menyampaikan laporan profil
-
33
risiko bank secara individual maupun secara konsolidasi. Dengan
demikian, manajemen risiko ialah kegiatan yang dilakukan untuk
menanggapi risiko yang telah diketahui dalam rangka meminimalisasi
konsekuensi buruk yang muncul. Manajemen risiko juga dikatakan
sebagai suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam rangka
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman terhadap bisnis.
Pendapat lain mengatakan bahwa manajemen risiko dalam Islam
sebenarnya adalah bagaimana mengendalikan kerugian yang ditimbulkan
dari kemungkinan-kemungkinan adanya risiko dan spekulasi. Di dalam
literatur fikih, term gharar memang berhubungan dengan risiko dan
ketidakpastian yang ada di dalam perjanjian. Namun, kurang tepat jika
dikatakan bahwa manajemen risiko dalam Islam adalah tentang bagaimana
mengendalikan terjadinya kemungkinan gharar, karena gharar dalam Islam
bukannya harus dikendalikan atau dikurangi, melainkan dihindari sama
sekali. Jadi, jika terdapat gharar berupa ketidak jelasan atau ketidak
pastian dalam usaha bank syariah, terutama kualitas nasabah yang
membutuhkan pembiayaan, bank syariah sebaiknya tidak menyalurkan
modalnya.
Untuk itu segmentasi nasabah sebenarnya sangat penting dalam hal
ini. Studi ini setuju dengan yang telah ditulis oleh Ikatan Bankir Indonesia
(2014) bahwa penentuan segmentasi nasabah sangat penting dalam
memetakan kebutuhan produk dan jasa perbankan, baik dari sisi asset dan
pembiayaan maupun liabilities dana dari masing-masing kelompok
-
34
nasabah dalam rangka meningkatkan kualitas layanan ataupun produk
pembiayaan. Tujuan segmentasi ini ialah selain untuk mengantisipasi
risiko, juga agar pengelolaan bisnis dapat dilakukan secara fokus, efisien,
dan tepat sasaran sesuai dengan besar kecilnya usaha dan atau karakteristik
usaha.
Definisi resiko menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
akibat yang kurang menyenangkan, merugikan,membahayakan dari suatu
perbuatan atau tindakan. Resiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya
suatu peristiwa tertentu. Sedangkan Menurut Adiwarman Karim Resiko
perbankan suatu kejadian potensial baik yang dapat di perkirakan maupun
tidak dapat di perkirakan yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan
permodalan perbankan.22
22 Adiwarman A. Karim, 2010, Bank islam: Analisis Fiqih dn Keuangan, Jakarta, Raja
Garindro Persada, hal 255
-
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses berpikir
induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek,
merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal
ini dengan terjun langsung ke lapangan atau lokasi objek penelitian, seperti
lingkungan masyarakat. Yang di maksud dalam penelitian ini adalah
pegawai Bank BNI Syariah Cabang Makassar.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Pemilihan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka
mempertanggung jawabkan data yang diambil. Dalam penelitian ini
lokasi penelitian ditetapkan pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar.
Di mana penetapan lokasi penelitian ini dimaksudkan untuk
mempermudah atau memperlancar objek yang menjadi sasaran dalam
penelitian, sehingga penelitian tersebut akan terfokus pada pokok
permasalahannya. Penelitian ini di rencanakan 2 (dua) bulan tahun 2020.
C. Fokus dan Deskripsi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengfokuskan pada Analisis Resiko
Bank Syariah Pada Produk Pembiyaan Mudharabah dalam Perspektif
Hukum Islam.
-
36
Penelitian ini berfokus dalam 2 hal pokok, yaitu:
1. Resiko Bank Syariah pada produk pembiayaan mudharabah.
2. Managemen resiko pembiayaan mudharabah di bank syariah.
D. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber asli yang dalam hal ini diperoleh atau dikumpulkan dari
lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan
yang memerlukannya.23 Dalam hal ini data yang diperoleh bersumber
dari pegawai yang bekerja di Bank BNI Syariah Cabang Makassar.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut diperoleh dari
perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu yang berbentuk
tulisan.24 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku,
jurnal, Al-Qur’an dan hadis yang berkaitan dengan permasalahan yang
akan diteliti.
23 Etta Mamang Sungaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Penerbit Andi),
171. 24 Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:
Ghalia IKAPI, 2002), 82.
-
37
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen yaitu satu-
satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk
mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.
Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada
peneliti itu sendiri.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu
percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi.25 Komunikasi
ini dilakukan secara langsung oleh pihak yang membutuhkan informasi
dengan pihak lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
Dengan cara ini, kita dapat menggali informasi lebih mendalam karena
segala sesuatu yang tidak dipahami dapat ditanyakan secara langsung.
Dalam hal ini, penulis memperoleh informasi dari pegawai yang bekerja
di Bank BNI Syariah Cabang Makassar.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pecairan, pengumpulan dan penyediaan
data sebagai bukti akurat untuk memperkuat informasi yang telah
25 NASUTION, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), 113.
-
38
diperoleh. Dokumentasi ini bisa berupa gambar ataupun dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh saat
penelitian sedang berlangsung.
3. Observasi
Peneliti melalui observasi langsung di lokasi (disebut
"Participant-Observer") di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga
mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain,
Pertama, peneliti dapat langsung melihat, merasakan, dan
mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dengan
demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa
saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini
adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian
kualitatif.
Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data
telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam
penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen
(berupa wawancara) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-
variabel tertentu saja.
Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,
menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara
gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal.
-
39
Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi"
realitas yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.26
G. Teknik Analisis Data
Dari semua data yang diperoleh dari lapangan saat penelitian,
kemudian penulis menganalisis dengan menggunakan analisis kualitatif
untuk mengambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi. Dalam hal ini
penulis Menganalisis Resiko Bank Syariah Pada Produk Pembiyaan
Mudharabah dalam Perspektif Hukum Islam.
Penelitian ini menggunakan berbagai teknik analisis data yaitu:
1. Reduksi Data ialah proses mengubah data kedalam pola, fokus,
kategori, atau pokok permasalahan tertentu.
2. Penyajian Data ialah menampilkan data dengan cara memasukkan
data dalam bentuk yang di inginkan seperti memberikan penjelasan
dan analisis.
3. Menarik Kesimpulan ialah mencari simpulan atas data yang
direduksi dan disajikan.
26 Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
2000), h. 19.
-
40
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tentang Bank BNI Syariah
1. Sejarah Bank BNI Syariah
Bank BNI Syariah sejak berdiri pada tahun 1946, Bank Negara
Indoneia (BNI), merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki
oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan
alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia,
yakni ORI atau Obligasi Ritel Indonesia, pada malam menjelang
tanggal 30 Oktober 1946. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang
diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa
depan yang lebih baik,
Setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan
“Bank BNI” dipersingkat menjadi “BNI”, Sedangkan tahun pendirian
yaitu “46” digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan
kebangaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip
syariah dengan konsep dual system banking, yakni menyediakan
layanan perbankan umum dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan
UU No. 10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank untuk
membuka layanan syariah. Di awali dengan pembentukan Tim Bank
Syariah di Tahun 1999, Bank Indonesia kemudian mengeluarkan ijin
-
41
prinsip dan usaha untuk beroperasinya unit usaha syariah BNI. Setelah
itu BNI Syariah menetapkan strategi pengembangan jaringan cabang.
Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor
Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga
dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional
(office channelling) dengan kurang lebih 750 outlet yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional
perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek
syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai
oleh Dr. Hasanuddin, M.Ag yang sebelumnya diketuai oleh KH Ma’ruf
Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui penguji dari DPS
sehingga telah memenuhi aturan syariah. Berdasarkan surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei
2010, maka telah diperoleh izin usaha bank umum syariah (BUS) PT
Bank BNI Syariah atau BNI Syariah.
BNI Syariah merupakan anak perusahaan dari BNI dengan
komposisi kepemilikan saham 99.99% dimiliki oleh BNI dan sisanya
dimiliki oleh PT. BNI Life. Hingga akhir Mei 2010, Unit Usaha Syariah
BNI memiliki aset sebesar Rp 5,2 triliun, total dana masyarakat sebesar
4,2 triliun, total pembiayaan Rp 3,2 triliun, modal sebesar Rp 1 triliun ,
dengan customer based lebih dari 420 ribu nasabah. Strategi jangka
menengah-panjang setelah spin off, BNI akan menjajaki kemungkinan
menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, baik institusi di
-
42
dalam maupun di luar negeri dalam mengebangkan PT Bank BNI
Syariah, termasuk mengundang investor strategis guna memperkuat
permodalan, keahlian, dan jaringan global. BNI Syariah akan menjadi
elemen penting dalam bisnis BNI secara holding melalui konsep BNI
Incorporated. Sementara itu,
Nasabah tetap dapat menikmati layanan yang ada selama ini,
seperti layanan e-channel BNI (BNI ATM, BNI SMS Bangking, BNI
Internet Bangking), tarik setor di seluruh kantor BNI, serta masih dapat
melakukan pembukaan rekening BNI Syariah di lebih dari 750 kantor
cabang BNI yang telah menjadi Syariah Channeling Outlet (SCO).
Demikian juga dengan fitur produk tidak mengalami perubahan, bahkan
ke depan akan lebih bervariasi.27
2. Visi dan Misi Bank BNI Syariah
1) Visi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar
Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam
layanan kinerja.
2) Misi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar
a) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli
pada kelestarian linkungan.
b) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa
perbankan syariah.
27
Betara indra gunawan, sejarah berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah,
http://ktara.blogspot.com/2015/03/sejarah-berdirinya -bank-negara-indonesia syariah.html, di
akses pada tanggal 26 januari 2020 (15.16)
-
43
c) Memberikan nilai invstasi yang optimal bagi investor.
d) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebangaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan
ibadah.
e) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.
3. Budaya Kerja PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar
1) Amanah
a) Jujur dan menepati janji
b) Bertanggung jawab
c) Bersemangat untuk menghasilkan karya terbaik
d) Bekerja ikhlas dan mengutamakan niat ibadah
e) Melayani melebihi harapan
2) Jamaah
a) Peduli dan berani memberikan maupun menerima umpan balik
yang konstruktif.
b) Membangun sinergi secara profesional.
c) Membagi pengetahuan yang bermanfaat.
d) Memahami keterkaitan proses kerja.
e) Memperkuat kepemimpinan yang efektif.
-
44
4. Kegiatan Operasional Perusahaan
a. Penghimpun Dana (Funding)
1) Produk Tabungan
Tabungan merupakan simpanan dalam bentuk mata uang rupiah
yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad
Mudharabah Mutlaqah atau akad Wadiah. Bank sebagai pihak
yang bebas tanpa pembatasan dari pemilik dana menyalurkan
dana nasabah tersebut dalam bentuk pembiayaan kepada usaha-
usaha yang menguntungkan dan tidak bertentangan dengan
prinsip Syariah. Atas keuntungan yang didapat dari penyaluran
dana, bank memberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati. Jenis tabungan yang ada di BNI Syariah yaitu:
a) Tabungan iB hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang
memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan dalam mata
uang Rupiah.
b) Tabungan iB Bisnis Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi
dengan detil mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan
bagi hasil yang lebih kompetitif dalam mata uang Rupiah.
c) Tabungan iB Tunas Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad wadiah yang diperuntukkan
bagi anak-anak dan pelajar yang berusiadi bawah 17 tahun.
-
45
2) Produk Transaksi
Produk transaksi di BNI Syariah yaitu Giro iB hasanah.
Simpanan Giro iB Hasanah merupakan produk penyimpanan
dana yang menggunakan prinsip wadiah yad addhamanh (titipan
murni). Pada produk ini nasabah menitipkan dana dan Bank
akan mempergunakan dana tersebut sesuai dengan prinsip
Syariah dan menjamin akan mengembalikan titipan tersebut
secara utuh bila sewaktu-waktu nasabah membutuhkannya.
3) Produk investasi
a) Deposito iB Hasanah
Deposito iB Hasanah adalah simpanan berjangka yang
ditujukan untuk berinvestasi bagi nasabah perorangan dan
perusahaan, dengan mengunakan prinsip mudharabah
mutlaqah. Dana nasabah akan dikelola dengan cara
disalurkan melalui pembiayaan usaha produktif yang sesuai
dengan prinsip syariah dan menghasilkan bagi hasil yang
kompetitif bagi nasabah.
b) Tabungan iB Baitullah Hasanah
Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang
dipergunakan sebagai sebagai sarana untuk mendapatkan
kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah haji
(regular/khusus) dan merencanakan ibadah umrah sesuai
-
46
dengan keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau
bulanan dalam mata uang Rupiah dan USD.
c) Tabungan iB Tepenas Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudhrabah untuk perencanaan
masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip Syariah
dengan sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk
membantu menyiapkan rencana masa depan seperti rencana
liburan, ibadah umrah, pendidikan ataupun rencana
pendidikan masa depan lainnya.
b. Penyaluran Dana (lending)
Penyaluran dana (pembiayaan) di BNI Syariah ada dua yaitu:28
1) Produktif
a) Tunas Usaha iB Hasanah
Tunas iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja dan
atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang
feasible namun belum bankable dengan prinsip syariah
dalam rangka mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden
Nomor 6 Tahun 2007.
b) Wirausaha iB Hasanah
Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan
produktif yang ditujukan untuk memunuhi kebutuhan
pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan
28 Sri Ekawati. 2018. Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Utama Makassar. h 60-61
-
47
investasi) yang tidak bertentangan dengan syariah dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Usaha Kecil iB Hasanah
Yaitu fasilitas pembiayaan produktif yang diberikan untuk
pengembangan usaha yang fesible guna memenuhi kebutuhan
modal kerja atau investasi.
d) Umrah Keluarga Hasanah
2) Konsumtif
Berikut merupakan pembiayaan konsumtif yang disalurkan oleh
BNI Syariah29
a) Griya iB Hasanah
Pembiayaan Griya IB Hasanah adalah fasilitas pembiayan
konsumif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk
membeli, mambangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,
rusun, rukan, apartemen, dan jenisnya), dan membeli tanah
kavling, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan
pembiayan dan kemampuan pembayaran kembali masing-
masing calon nasabah.
b) Oto iB Hasanah
Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif
murābaḥah yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk
29
BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar. h.27
-
48
pembelian kendaraan bermotor dengan agunan kendaraan
bermotor yang dibiayai dengan pembiayaan ini.
c) Multiguna iB Hasanah
Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif
dengan akad murābaḥah (jual beli) yang diberikan kepada
anggota masyarakat untuk pembelian barang kebutuhan
konsumtif dan/atau jasa sesuai prinsip syariah dengan disertai
agunan berupa fixed asset seperti tanah dan bangunan yang
ditinggali berstatus SHM atau SHGB dan bukan barang yang
dibiayai.
d) Fleksi iB Hasanah
Fleksi iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif
bagi pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga untuk
pembelian barang dan penggunaan jasa sesuai Syariat Islam.
e) Fleksi Umrah iB Hasanah
Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pembiayaan konsumtif
untuk memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket
perjalanan Ibadah Umrah bekerja sama dengan Biro
Perjalanan Umrah.
f) Pembiayaan Emas iB Hasanah
Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan
Emas) merupakan fasilitas pembiayaan dengan akad
murābaḥah (jual beli) yang diberikan untuk membeli emas
-
49
logam mulia dalam bentuk batangan yang diangsur secara
pokok setiap bulannya.
5. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Tugas
Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung
membuat skema wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota
organisasi pada setiap pekerjaan demi terwujudnya tujuan organisasi
tersebut.
Selain itu struktur organisasi sering disebut bagan atau skema
organisasi dengan cara memberikan gambaran secara skematis tentang
hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang
terdapat dalam satu organsasi untuk mencapai tujuan bersama.
Demikian pula halnya dengan PT. BNI Syariah, personilnya
melakukan pekerjaan sesuai dengan tanggu jawab dan wewenangnya
masing-masing, dan satu sama lainnya saling berhubungan dalam
usaha menciptakan tujuan perusahaan yang akan dicapai.
Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi PT.
BNI Syariah Kantor Cabang Makassar, sebagai berikut:30
4) Produk Transaksi
Produk transaksi di BNI Syariah yaitu Giro iB hasanah.
Simpanan Giro iB Hasanah merupakan produk penyimpanan
dana yang menggunakan prinsip wadiah yad addhamanh (titipan
30
Sumber: PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar
-
50
murni). Pada produk ini nasabah menitipkan dana dan Bank
akan mempergunakan dana tersebut sesuai dengan prinsip
Syariah dan menjamin akan mengembalikan titipan tersebut
secara utuh bila sewaktu-waktu nasabah membutuhkannya.
5) Produk investasi
d) Deposito iB Hasanah
Deposito iB Hasanah adalah simpanan berjangka yang
ditujukan untuk berinvestasi bagi nasabah perorangan dan
perusahaan, dengan mengunakan prinsip mudharabah
mutlaqah. Dana nasabah akan dikelola dengan cara
disalurkan melalui pembiayaan usaha produktif yang sesuai
dengan prinsip syariah dan menghasilkan bagi hasil yang
kompetitif bagi nasabah.
e) Tabungan iB Baitullah Hasanah
Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang
dipergunakan sebagai sebagai sarana untuk mendapatkan
kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah haji
(regular/khusus) dan merencanakan ibadah umrah sesuai
dengan keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau
bulanan dalam mata uang Rupiah dan USD.
f) Tabungan iB Tepenas Hasanah
Yaitu tabungan dengan akad mudhrabah untuk perencanaan
masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip Syariah
-
51
dengan sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk
membantu menyiapkan rencana masa depan seperti rencana
liburan, ibadah umrah, pendidikan ataupun rencana
pendidikan masa depan lainnya.
c. Penyaluran Dana (lending)
Penyaluran dana (pembiayaan) di BNI Syariah ada dua yaitu:31
3) Produktif
e) Tunas Usaha iB Hasanah
Tunas iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja dan
atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang
feasible namun belum bankable dengan prinsip syariah
dalam rangka mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden
Nomor 6 Tahun 2007.
f) Wirausaha iB Hasanah
Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan
produktif yang ditujukan untuk memunuhi kebutuhan
pembiayaan usaha-usaha produktif (modal kerja dan
investasi) yang tidak bertentangan dengan syariah dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
31 Sri Ekawati. 2018. Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Utama Makassar. h 60-61
-
52
g) Usaha Kecil iB Hasanah
Yaitu fasilitas pembiayaan produktif yang diberikan untuk
pengembangan usaha yang fesible guna memenuhi kebutuhan
modal kerja atau investasi.
h) Umrah Keluarga Hasanah
4) Konsumtif
Berikut merupakan pembiayaan konsumtif yang disalurkan oleh
BNI Syariah32
g) Griya iB Hasanah
Pembiayaan Griya IB Hasanah adalah fasilitas pembiayan
konsumif yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk
membeli, mambangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,
rusun, rukan, apartemen, dan jenisnya), dan membeli tanah
kavling, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan
pembiayan dan kemampuan pembayaran kembali masing-
masing calon nasabah.
h) Oto iB Hasanah
Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif
murābaḥah yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk
pembelian kendaraan bermotor dengan agunan kendaraan
bermotor yang dibiayai dengan pembiayaan ini.
32
BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar. h.27
-
53
i) Multiguna iB Hasanah
Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif
dengan akad murābaḥah (jual beli) yang diberikan kepada
anggota masyarakat untuk pembelian barang kebutuhan
konsumtif dan/atau jasa sesuai prinsip syariah dengan disertai
agunan berupa fixed asset seperti tanah dan bangunan yang
ditinggali berstatus SHM atau SHGB dan bukan barang yang
dibiayai.
j) Fleksi iB Hasanah
Fleksi iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif
bagi pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga untuk
pembelian barang dan penggunaan jasa sesuai Syariat Islam.
k) Fleksi Umrah iB Hasanah
Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pembiayaan konsumtif
untuk memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket
perjalanan Ibadah Umrah bekerja sama dengan Biro
Perjalanan Umrah.
l) Pembiayaan Emas iB Hasanah
Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan
Emas) merupakan fasilitas pembiayaan dengan akad
murābaḥah (jual beli) yang diberikan untuk membeli emas
logam mulia dalam bentuk batangan yang diangsur secara
pokok setiap bulannya.
-
54
6. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Tugas
Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam
pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung
membuat skema wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota
organisasi pada setiap pekerjaan demi terwujudnya tujuan organisasi
tersebut.
Selain itu struktur organisasi sering disebut bagan atau skema
organisasi dengan cara memberikan gambaran secara skematis tentang
hubungan pekerjaan antara orang yang satu dengan lainnya yang
terdapat dalam satu organsasi untuk mencapai tujuan bersama.
Demikian pula halnya dengan PT. BNI Syariah, personilnya
melakukan pekerjaan sesuai dengan tanggu jawab dan wewenangnya
masing-masing, dan satu sama lainnya saling berhubungan dalam
usaha menciptakan tujuan perusahaan yang akan dicapai.
Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur organisasi PT.
BNI Syariah Kantor Cabang Makassar, sebagai berikut:33
33 Sumber: PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar
-
55
Berikut ini akan di jelaskan secara singkat mengenai tugas setiap
bagian pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar:34
a. Kepala Cabang (Branch Manager)
1) Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat
mendukung kelancaran operasi cabang.
2) Mengkordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)
tahunan cabang
34
Dokumen BNI Syariah KCU Makassar Tahun 2013, Tugas dan Tanggung Jawab
Karyawan BNI Syariah KCU Makassar, hlm.2.
Gam
bar
1.1
S
tru
ktu
r. B
an
k B
NI S
yari
ah
(P
ers
ero
) T
bk. K
an
tor
Cab
an
g
Makassar
-
56
3) Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank
guna mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah
ditetapkan baik pendanaan maupun jasa-jasa.
b. Pemimpin Bidang Operasional (Operasional Manager)
1) Membantu Pemimpin Cabang terhadap pelaksanaan fungsi
pokok unit pelayanan nasabah dan unit operasional.
2) Mengontrol pelaksanaan fungsi pokok unit pelayanan nasabah
dan unit operasional.
d. Manager Bisnis (Bussiness Manager)
1) Bertanggung jawab pada pelaksanaan fungsi bisnis.
2) Mengontrol pelaksanaan fungsi bisnis unit pelayanan nasabah
dan unit operasional.
e. OSH (Operasional Service Head)
1) Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas
transaksi-transaksi jasa perbankan serta pemupukan dana di
kantor cabang.
2) Menyelenggarakan pembukuan accounting atas transaksi
keuangan di kantor cabang.
3) Menyelenggarakan pengadministrasian dan pemantauan atas
transaksi pembiayaan di kantor cabang.
4) Menyelenggarakan pelaporan transaksi kegiatan jasa-jasa
perbankan, pemupukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan
di kantor cabang sesuai pedoman atau ketentuan yang berlaku.
-
57
f. Processing
1) Memastikan bahwa semua pembiayaan, penambahan
pembiayaan telah mendapatkan persetujuan pejabat yang
berwenang sesuai dengan limit.
2) Memastikan kebenaran administrasi atas pembiayaan yang
diberikan.
3) Memeriksa kelengkapan dan keabsahan nota admnistrasi
pembiayaan.
4) Memastikan bahwa fisik jaminan sesuai dengan nilai dan
lokasinya.
g. Unit Branch Internal Control
Dimana unit tersebut merupakan unit yang berdiri sendiri/
independent dan tidak dibawahi lagi oleh pemimpin cabang
melainkan langsung dibawahi Devisi Kepatuhan. Unit tersebut
sebelumnya disebut Control Internal, tugas-tugas pokoknya adalah:
1) Melakukan pengawasan dengan cara melaksanakan pemeriksaan
terhadap aktivitas unit sehari-hari.
2) Melakukan pemeriksaan atas aktivitas unit secara harian,