analisis program islam itu indah di trans...
TRANSCRIPT
ANALISIS PROGRAM ISLAM ITU INDAH DI TRANS TV
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Rasyid Hartadi
NIM: 108051000014
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
i
ABSTRAK
RASYID HARTADIAnalisis Program Islam Itu Indah di Trans TV
Program Islam Itu Indah merupakan salah satu bentuk produk media massa televisi. Sebelum dapat dinikmati oleh khalayak luas, program Islam Itu Indah tentu sudah melalui serangkaian proses produksi. Proses produksi merupakan perjalanan panjang sebuah proses pembuatan acara yang melewati berbagai tahapan, melibatkan banyak sumber daya manusia (SDM) dan juga didukung berbagai macam sarana dan prasarana, serta biaya produksi. Proses produksi yang baik tentu sangat diperlukan dalam menghasilkan program yang berkualitas, karena itu dibutuhkan sebuah proses yang benar-benar penuh persiapan dan perencanaan matang serta terarah, sehingga bisa menghasilkan tayangan yang bermutu.
Berdasarkan latar belakang di atas, Bagaimana format program Islam Itu Indah? Bagaimana rangkaian proses produksi program Islam Itu Indah? Apa faktor pendukung dan faktor penghambat proses produksi program Islam Itu Indah?
Alan Wurtzel (1985) menjelaskan four stage of televison production atau empat tahapan prosedur kerja untuk memroduksi sebuah program siaran televisi, yaitu: pre production planning (pra produksi), setup and rehearsal, production (pelaksanaan produksi) dan post production (pasca produksi). Teori ini relevan dengan apa yang peneliti teliti yaitu tentang bagaimana proses produksi program Islam Itu Indah. Karena dalam proses produksinya tentu ada tahapan-tahapan yang harus dilalui agar produksi program Islam itu Indah dapat berjalan dengan baik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Karena penelitian ini membutuhkan observasi di lapangan, dan juga peneliti melakukan wawancara kepada para narasumber yang berkaitan dengan peneltian ini. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif, karena peneliti ingin menjabarkan atau menggambarkan bagaimana proses produksi program Islam Itu Indah.
Peneliti menemukan data bahwa program Islam Itu Indah memiliki empat konsep acara atau format program yang berbeda-beda, yaitu konsep indoor, outdoor, goes to school dan silaturahmi. Program Islam itu Indah juga melalui berbagai tahapan proses produksi yang sesuai dengan standard operation procedur (SOP) produksi program pada televisi, di antaranya: pra produksi, setup dan rehearsal, pelaksanaan produksi dan post/pasca produksi. Tahapan-tahapan tersebut memiliki keterkaitan yang kuat antara satu dengan yang lainnya sehingga bisa menciptakan sebuah tayangan yang menarik, berkualitas dan layak untuk ditonton para pemirsanya. Selain itu, ada juga beberapa faktor pendukung dan penghambat yang ditemui dalam proses produksi program Islam Itu Indah, baik itu yang bersifat teknis maupun non teknis.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan karunia, ridho, nikmat dan barokah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat serta salam juga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari jalan kesesatan menuju jalan
kebenaran, yang juga menjadi suri tauladan bagi penulis dalam menjalani kehidupan.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari benar bahwa tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak terkait, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Karena berkat arahan, bantuan, petunjuk dan motivasi yang diberikan,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna mencapai gelar Strata Satu (SI)
pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi (Fidkom), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada kedua orang tua penulis, Bapak Suharno dan Ibu Rukiyah yang tak
henti-hentinya mendoakan, memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada
penulis. Selanjutnya, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayaullah
Jakarta.
iii
2. Dr. Arief Subhan M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, M.A, Pudek II Drs. H.
Mahmud Jalal, M.A, Pudek III Drs. Study Rizal LK, M.A.
3. Drs. Jumroni, M.Si dan Umi Musyarrofah, M.A. selaku Ketua Jurusan dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Dr. H. Sunandar, M.Ag. selaku Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, petunjuk, dan pemikirannya kepada penulis.
5. Para Dosen, Karyawan, dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, dan juga seluruh staf pengurus UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Adik-adikku Febri dan Reza, yang telah memberikan semangat dan
motivasi khusus kepada penulis.
7. KPI A angkatan 2008, Ditya, Sevty, Eni, Icha, Hafid, Betong, dan teman-
teman lainnya yang telah banyak memberikan kenangan semasa kuliah.
8. Tim Islam Itu Indah Trans TV, khususnya produser program Hans
Haryanto yang telah banyak membantu penulis ketika melakukan
penelitian dari awal hingga akhir.
9. Ustad Muhammad Nur Maulana, yang telah banyak memberikan ilmu,
nasehat dan keceriaan selama penulis melakukan penelitian di lapangan.
Pak Ustad ooh Pak Ustad. Alhamdu, lillah…
10. Dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
iv
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan
yang diberikan dan mohon maaf atas segala kekhilafan yang terjadi selama ini.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi teman-
teman mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan khususnya bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, 22 Mei 2012
Rasyid Hartadi
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Kegunaan Penelitian 6
E. Kajian Pustaka 6
F. Metodologi Penelitian 8
G. Sistematika Penulisan 10
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Media Massa Televisi 12
B. Dakwah Melalui Media Televisi 15
C. Menyiapkan Program Televisi 18
D. Produksi Program Televisi 20
1. Materi Produksi 22
2. Sarana Produksi 22
vi
3. Biaya Produksi 23
4. Organisasi Pelaksana Produksi 24
5. Tahapan Pelaksanaan Produksi 25
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Stasiun Televisi Trans TV 30
1. Sejarah dan Perkembangan 30
2. Logo, Visi dan Misi 32
3. Organisasi Manajemen Trans TV 33
4. Kategori Program Trans TV 34
B. Profil Program Islam Itu Indah 35
1. Latar Belakang Program Islam Itu Indah 35
2. Gambaran Umum Program Islam Itu Indah 37
3. Visi dan Misi Program 39
4. Tim Program Islam Itu Indah 39
5. Segmentasi Pemirsa 40
6. Tujuan dan Sasaran Program 41
7. Rating dan Share 41
C. Profil Ustad Muhammad Nur Maulana 43
BAB IV ANALISIS PROGRAM ISLAM ITU INDAH
A. Format Program Islam Itu Indah 47
1. Format Reguler 48
vii
2. Format Non Reguler 50
B. Proses Produksi Program Islam Itu Indah 52
1. Pra Produksi 52
2. Setup dan rehearsal 56
3. Pelaksanaan Produksi 58
4. Post Produksi 63
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Produksi
Program Islam Itu Indah 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 67
B. Saran 69
DAFTAR PUSTAKA 70
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rincian Program Islam Itu Indah 39
Tabel 2 Tim Program Islam Itu Indah 40
Tabel 3 Rating dan Share Program Islam Itu Indah 42
Tabel 4 Rating dan Share Program Islam Itu Indah 42
Tabel 5 Format Program Islam Itu Indah 51
Tabel 6 Kru Produksi Program Islam Itu Indah 55
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan perusahaan
media yang tergabung dalam Trans Corporation. Trans TV memperoleh izin
siaran pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus uji kelayakan yang dilakukan
tim antardepartemen pemerintah. Sejak 15 Desember 2001, Trans TV memulai
siaran secara resmi. Penambahan jam tayang Trans TV dilakukan secara bertahap,
puncaknya pada Maret 2002, Trans TV memulai siaran secara penuh.
Trans TV mempunyai visi dan misi yaitu menyampaikan program-
program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang
dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi
dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat; serta sebagai
wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan dan
menyejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai
demokrasi.1
Tayangan Trans TV secara bertahap mengedepankan produk (tayangan)
lokal. Di tahun pertamanya, isi siaran Trans TV 50% berasal dari luar negeri
sedangkan 50% lagi merupakan produk lokal. Pada tahun kedua, 70% acara Trans
TV sudah didominasi produk lokal dan sisanya 30% adalah produk asing. Pada
1 http://www.transtv.co.id, diakses pada 21 Maret 2012.
2
tahun keempat dan seterusnya, lebih dari 75% tayangan Trans TV merupakan
produk dalam negeri.
Pada dasarnya, siaran Trans TV menganut konsep general entertainment,
sehingga pemirsa bisa menikmati berbagai macam tayangan hiburan, baik itu
yang bersifat drama maupun non drama. Berbagai program dikemas secara
menarik dan menghibur. Program Trans TV terdiri atas beberapa kategori, di
antaranya: series (Suami-Suami Takut Istri, Kejar Tayang, dll.), movies (Bioskop
Trans TV, Bioskop Indonesia, Sinema Pagi, dll.), entertainment (Extravaganza,
Dering, Sketsa, Termehek-Mehek, Online, Indonesia Mencari Bakat 2, dll.), news
(Reportase, Reportase Investigasi, Jelang Siang, Bingkai Berita, dll.), information
(Insert, Ngulik, Ceriwis, Griya Unik, Kulliner Pilihan, dll.) dan religion
(Teropong Iman, Halal, Islam Itu Indah dan IQRA).
Salah satu program keagamaan yang tayang di Trans TV adalah Islam Itu
Indah. Islam Itu Indah adalah program ceramah Islami berdurasi 60 menit yang
dipandu oleh Ustad M. Nur Maulana. Program yang tayang pada pukul 05.30
WIB ini mengulas berbagai masalah yang tidak hanya berkisar pada masalah-
masalah hablun minallah (salat, puasa, zakat, dan haji) saja, tapi masalah-masalah
hablunn minannas seperti masalah peningkatan sumber daya manusia (umat),
hubungan antarmanusia, ekonomi dan sebagainya, juga dibahas dalam program
dakwah ini. Program Islam Itu Indah dikemas secara ringan, lucu dan menghibur,
namun tetap sesuai dengan syariat Islam yang berlandaskan Al Quran dan Hadis.
Selain itu, program Islam Itu Indah kini juga ditayangkan dengan konsep
program yang lebih beragam, di antaranya ada konsep indoor, outdoor, goes to
3
school dan jalan-jalan. Dengan konsep yang beragam tersebut menjadikan
program Islam Itu Indah lebih variatif dan menarik untuk ditonton. Para pemirsa
program Islam Itu Indah akan menikmati variasi tayangan dari keempat konsep
tersebut setiap harinya.
Program Islam Itu Indah pada setiap minggunya memperoleh rating share
rata-rata di atas 15%. Hal itu bisa dilihat dari komparasi program (program
comparation+all station) yang diterbitkan oleh AC Nielsen setiap minggunya
yang menghasilkan data bahwa Islam Itu Indah rata-rata mendapatkan rating
share di atas 15%. Program Islam Itu Indah rata-rata unggul dalam hal rating
share dengan para pesaingnya/program lainnya, baik itu program yang tayang
pada jam tersebut (jam tayang program Islam Itu Indah) maupun program Agama
lainnya. Itu artinya, program Islam Itu Indah diminati dan disukai para
pemirsanya.
Program Islam Itu Indah merupakan salah satu contoh dari pengembangan
metode dakwah “da’wah bil lisan” yang dikembangkan melalui publikasi
penyiaran dengan menggunakan media penyiaran televisi. Memang sudah
selayaknya di era modern seperti sekarang ini dakwah harus bisa memanfaatkan
media-media modern seperti televisi, agar dakwah bisa diterima masyarakat
secara komprehensif.2
Setiap media massa, termasuk media televisi pasti memiliki produk
(program) yang akan disampaikan kepada khalayak luas. Berbagai program yang
disuguhkan kepada khalayak tentu sudah melalui serangkaian proses yang pada
2 Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), h. 28.
4
akhirnya terbentuk sebuah program yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
Rangkaian proses tersebut disebut proses produksi. Proses produksi merupakan
proses pembuatan sebuah acara yang kemudian ditayangkan di televisi. Proses
produksi merupakan perjalanan panjang yang melewati berbagai tahapan,
melibatkan banyak sumber daya manusia (SDM) dan didukung berbagai macam
sarana dan prasarana, serta biaya produksi.
Proses produksi yang baik tentu sangat diperlukan dalam menghasilkan
sebuah tayangan yang berkualitas, karena itu dibutuhkan sebuah proses yang
benar-benar penuh persiapan dan perencanaan matang serta terarah, sehingga bisa
menghasilkan tayangan yang bermutu. Proses produksi yang baik yaitu proses
produksi yang sesuai dengan prosedur kerja (standard operation procedure
[SOP]) produksi program televisi.
Dalam merencanakan sebuah produksi program televisi, seorang produser
profesional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran
mendalam, di antaranya: materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya
produksi (financial), organisasi pelaksana produksi, dan tahapan pelaksanaan
produksi.3 Lima hal tersebut harus dilakukan secara sistematis dengan baik dan
benar sehingga bisa menghasilkan sebuah program/tayangan yang menarik dan
berkualitas bagi para pemirsanya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul
“Analisis Program Islam Itu Indah di Trans TV.”
3 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2007), h. 23.
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada proses produksi program Islam Itu Indah
format reguler yang terdiri atas tiga konsep program berbeda, yaitu indoor,
outdoor dan goes to school, selama bulan Maret 2012. Karena pada bulan
Maret, taping program Islam Itu Indah lebih variatif dengan menggunakan
ketiga konsep tersebut secara bergantian setiap minggunya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana format program Islam Itu Indah di Trans TV?
b. Bagaimana rangkaian proses produksi program Islam Itu Indah di Trans
TV?
c. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses produksi
program Islam Itu Indah di Trans TV?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui format program Islam Itu Indah di Trans TV.
2. Mengetahui rangkaian proses produksi program Islam Itu Indah di Trans
TV.
3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses
produksi program Islam Itu Indah di Trans TV.
6
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis/akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam segi
keilmuan komunikasi, terutama bagi peminat media tentang proses produksi
program di media televisi. Dan juga diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang dakwah Islam, khususnya
program keagamaan melalui media televisi
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna di masa yang akan datang.
Dapat menjadi masukan bagi lembaga penyelenggara siaran televisi,
terutama terkait dengan proses produksi program televisi.
E. Kajian Pustaka
Setelah mencari dan mendata judul skripisi yang ada di perpustakaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, ternyata belum ada skripsi yang
berjudul Analisis Program Islam Itu Indah di Trans TV. Namun, ada beberapa
skripsi yang masih berkaitan dengan judul tersebut, di antaranya:
1. Analisis Produksi Program Jejak Islam di TV ONE, milik Mochammad
Zuhdi Kurniawan, NIM: 2020510000316. Penelitiannya mengenai
bagaimana desain program, proses pra produksi, pelaksanaan produksi dan
paska produksi acara tersebut. Yang membedakan dengan penelitian penulis
yaitu subjek dan objek penelitiannya. Subjek penelitiannya program Jejak
Islam, sedangkan objek penelitiannya mengulas bagaimana desain produksi
7
acara tersebut. format acara dalam program tersebut juga berbeda dengan
format acara yang ingin penulis teliti.4
2. Analisis Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV ONE, milik Irham
Maulana, NIM: 106051101907. Penelitiannya mengenai bagaimana
perencanaan materi program siaran dalam penentuan topik acara,
perencanaan sumber daya manusia dalam memilih narasumber dan
perencanaan teknis siaran. Subjek dan objek penelitian ini berbeda dengan
apa yang akan penulis teliti. Subjek penelitiannya yaitu sumber daya
manusia yang berkaitan langsung atas keberlangsungan program Apa Kabar
Indonesia, sedangkan objek penelitiannya yaitu faktor utama dalam
menentukan hasil penelitian. Jika penelitian ini meneliti secara luas
mengenai suatu program, maka penulis hanya akan fokus meneliti mengenai
proses produksi suatu acara. Format acara dalam penelitian ini juga berbeda
dengan apa yang akan penulis teliti.5
3. Analisis Produksi Program Drama Komedi Sitkom OB (Office Boy) di
RCTI, milik Yofy Andres, NIM 203051001450, penelitianya berisi tentang
bagaimana proses produksi program drama Sitkom OB. Program Sitkom OB
berhasil menarik perhatian khalayak dan digemari oleh pemirsanya tanpa
membedakan jenis kelamin, usia, golongan, terbukti dengan sudah
diproduksi/ditayangkannya 450 episode program Sitkom OB. Subjek dan
4
Mochammad Zuhdi Kurniawan, Analisis Produksi Program Jejak Islam di TV ONE (Skripsi S1 Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
5 Irham Maulana, Analisis Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV ONE (Skripsi S1 Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
8
objek penelitian ini berbeda dengan penulis. Subjek penelitian dalam judul
ini adalah Sitkom OB, sedangkan objek penelitiannya yaitu proses produksi
Sitkom OB. Tema dan format acara dalam program tersebut berbeda dengan
program yang ingin penulis teliti.6
F. Metodologi Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma klasik.
Karena peneliti ingin mengungkapkan apa adanya mengenai data yang ditemukan
di lapangan. Di sini, peneliti ingin mengetahui bagaimana proses produksi
program Islam Itu Indah di Trans TV.
Sedangkan pendekatan penelitiannya adalah pendekatan penelitian
kualitatif. Karena penelitian ini membutuhkan observasi di lapangan, dan juga
peneliti melakukan wawancara kepada para narasumber yang berkaitan dengan
peneltian ini. Selain itu, data yang dihasilkan juga berupa kata-kata atau suara
dalam bentuk hasil rekaman wawancara dari para narasumber. Salah satu fungsi
penelitian kualitatif yaitu dapat dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti
sesuatu dari segi prosesnya.7
Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif naratif. Karena
peneliti hanya menjabarkan atau menggambarkan bagaimana proses produksi
program Islam Itu Indah di Trans TV.
6
Yofy Andres, Analisis Produksi Program Drama Komedi Sitkom OB (Office Boy) di RCTI(Skripsi S1 Fidkom UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009).
7 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 7.
9
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah kantor Trans
TV, Jalan Kapten P. Tendean, Kav. 12 – 14 A, Jakarta 12790.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah program Islam itu
Indah, sedangkan objek penelitiannya adalah proses produksi program Islam
Itu Indah.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi dilakukan pada proses produksi program Islam Itu
Indah selama bulan Maret 2012. Observasi dilakukan secara langsung
di lapangan dengan cara menyaksikan dan mengamati proses produksi
program tersebut. Observasi juga dilakukan secara tidak langsung
dengan cara mengamati program Islam Itu Indah melalui televisi dan
dalam bentuk DVD/video.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan secara langsung kepada produser
program Islam Itu Indah Hans Haryanto dan narasumber program
Islam itu Indah Ustad Muhammad Nur Maualana. Wawancara
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai program
Islam Itu Indah di Trans TV.
10
c. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari sumber data tambahan seperti buku,
arsip dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, video, dan lain-
lain.
4. Teknik Analisis Data
Data yang sudah terkumpul diolah dan dianalisis. Metode yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif, yaitu laporan tentang data
dengan cara menerangkan, memberi gambaran, menglasifikasikan serta
menginterpretasikan data yang sudah terkumpul, kemudian membuat
kesimpulan atas data tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini sistematis, maka penulis membagi skripsi ini ke dalam
lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian
pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Membahas tentang televisi dan perkembangannya, media
massa televisi, dakwah melalui media televisi, program televisi
dan produksi program televisi.
11
BAB III GAMBARAN UMUM
Memuat tentang profil stasiun televisi Trans TV, profil
program Islam Itu Indah dan profil Ustad Muhammad Nur
Maulana.
BAB IV ANALISIS PROGRAM ISLAM ITU INDAH
Menjelaskan tentang format program Islam Itu Indah, proses
produksi program Islam Itu Indah, serta faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam proses produksi program Islam Itu
Indah.
BAB V PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran dari penulis.
12
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Media Massa Televisi
Media massa televisi merupakan alat komunikasi massa yang dapat
menjangkau masyarakat dalam jumlah besar dan luas. Komunikasi massa melalui
media televisi mengandung pengertian yaitu proses komunikasi antara
komunikator (organisasi media massa) dengan komunikan (khalayak) yang
tersebar luas, heterogen dan anonim melalui sarana media televisi.
Menurut Melvin DeFleur, proses komunikasi massa (melalui media
televisi) terdiri atas beberapa unsur yaitu: sumber (komunikator), transmitter,
saluran (media), penerima (komunikan), umpan balik dan tujuan, serta gangguan
(noise) yang ada di semua unsur tersebut. Adanya unsur umpan balik (feedback)
adalah yang membedakan model komunikasi ini dengan model komunikasi
sebelumya (model komunikasi Lasswell), yang menganggap bahwa dalam proses
komunikasi massa tidak ada umpan balik (zero feedback).
Model komunikasi DeFleur memberikan penjelasan lebih lengkap tentang
fenomena komunikasi massa, namun dalam hal ini, sumber atau komunikator
memperoleh umpan balik yang terbatas dari audiennya.1 Dalam teori ini dikatakan
bahwa umpan balik dalam komunikasi massa itu ada, tapi datangnya terlambat
(delayed). Orang (pemirsa televisi) mencoba memberikan respon terhadap apa
1 Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media,
Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 20.
13
yang disajikan media massa, respon itu berupa komentar, pendapat, saran, kritik,
dan sebagainya, yang disampaikan kepada stasiun penyiaran atau program
bersangkutan.
Televisi sebagai salah satu media massa mempunyai fungsi dan
kedudukan yang sama seperti halnya media massa lainnya, di antaranya sebagai
sumber informasi, menghibur, memengaruhi, mendidik, dan kontrol sosial.
Menurut Harold D Lasswell (1948), tiga fungsi utama media massa
terhadap masyarakat/audien yaitu:2
1. Media berfungsi untuk memberitahu audien mengenai apa yang terjadi di
sekitar mereka (surveying the environment).
2. Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang
terjadi, maka audien dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih
akurat (correlation of environment part).
3. Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada
generasi audien selanjutnya (transmit social norms and customs). Menurut
Lasswell, penyampaian warisan sosial ini merupakan fungsi media yang
paing kuat.
Media massa televisi mempunyai keistimewaan dan daya tarik tersendiri
dibandingkan dengan media massa lainnya (surat kabar, majalah, radio, dan
sebagainya). Dengan sifatnya yang audio-visual, mayoritas masyarakat lebih suka
menonton televisi daripada mendengarkan radio, ataupun membaca surat kabar.
2 Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media,
Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 83.
14
Karena sifatnya yang audio-visual jugalah, pesan-pesan yang disampaikan media
televisi lebih mudah untuk dimengerti, dipahami, dan diterima oleh masyarakat.
Media televisi bisa menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya
dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan.
Penyampaian isi pesan melalui media televisi seolah-olah langsung dari
komunikator ke komunikan. Informasi yang disampaikan televisi, akan mudah
dipahami karena jelas terdengar dan terlihat.3
Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga membuat pola-pola
aktivitas kehidupan manusia berubah total sebelum dan sesudah munculnya salah
satu media massa elektronik ini. Media televisi menjadi panutan baru (news
religius) bagi kehidupan masyarakat. Tidak menonton televisi sama saja dengan
makhluk buta yang hidup dalam tempurung.4
Media televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang berbeda
dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi (sumber universal
bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru (pembuat berita/cerita televisi),
bintang televisi serta pembawa acara televisi.5
Kelebihan media televisi dibandingkan media massa lainnya antara lain:
Pertama, televisi bisa menembus jarak dan ruang. Kedua, sasaran media televisi
dapat menjangkau massa cukup besar. Ketiga, daya rangsang seseorang terhadap
media televisi cukup tinggi, hal ini disebabkan karena kekuatan suara dan gambar
3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 8.
4 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 23.
5 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 4.
15
yang dimiliki televisi. Keempat, informasi yang diberikan televisi disampaikan
lebih singkat, jelas, dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari
isi pesan dalam menangkap siaran televisi.
Namun, kehadiran televisi sebagai media komunikasi massa bisa
membawa dampak positif maupun negatif bagi penikmatnya, tergantung dari
bagaimana mereka (para pemirsa televisi) bisa memanfaatkan media massa
tersebut.
B. Dakwah Melalui Media Televisi
Dakwah merupakan aktivitas atau usaha untuk mengubah individu atau
masyarakat kepada situasi yang lebih baik dalam berbagai persoalan menurut
ajaran Islam, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menurut Samsul Munir Amin, dakwah adalah suatu aktivitas yang
dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam
kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan
menjalankannya dengan baik, dalam kehidupan individual maupun bermasyarakat
untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia maupun di akhirat, dengan
menggunakan berbagai media dan cara-cara tertentu.6
Dakwah juga diartikan sebagai kegiatan ajakan dalam bentuk lisan,
tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha memengaruhi
orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar timbul suatu pengertian,
6 Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), h. 8.
16
kesadaran, penghayatan serta pengamalan terhadap ajaran agama sebagai suatu
pesan yang disampaikan tanpa ada unsur paksaan.7
Dengan demikian dakwah bisa dikatakan sebagai suatu strategi
penyampaian nilai-nilai Islam pada umat manusia demi terwujudnya tata
kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dapat juga dikatakan
sebagai agen mengubah manusia ke arah kehidupan yang lebih baik. Pemahaman
dakwah akan terasa sempit jika dakwah diartikan hanya sebatas melalui podium
atau mimbar. Dakwah dalam arti luas tidak sebatas pada mimbar saja, karena
dakwah melalui mimbar hanya satu dari sekian banyak metode dakwah.
Selain itu, tema dari dakwah Islam juga tidak berkisar pada masalah-
masalah hablun minallah saja seperti salat, puasa, zakat, haji dan tema-tema-tema
ritual keagamaan lainnya. Masalah-masalah hablunn minannas seperti masalah
peningkatan sumber daya manusia (umat), ekonomi, demokrasi, etos kerja, dan
sebagainya juga merupakan tema-tema sentral yang juga menjadi masalah bagi
kepentingan umat Islam.
Secara umum, metode dakwah sendiri dapat dikelompokan menjadi tiga
macam, yaitu da’wah bil hal, da’wah bil qalam, dan da’wah bil lisan. Da’wah bil
hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata, yaitu aktivitas dakwah melalui
keteladanan dan tindakan amal nyata. Da’wah bil qalam adalah dakwah yang
dilakukan melalui tulisan di media cetak seperti buku, majalah dan surat kabar;
7Muzayyin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),
Cetakan ke 2, h. 6.
17
dan internet. Da’wah bil lisan adalah dakwah yang dilakukan dengan lisan, di
antaranya dengan ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain sebagainya.
Dakwah harus dilakukan secara dinamis mengikuti perkembangan zaman.
Di era modern saat ini, dengan perkembangan teknologi komunikasi yang
semakin tinggi, da’wah bil lisan dapat dikembangkan melalui publikasi penyiaran
dengan menggunakan media penyiaran seperti radio dan televisi.8 Dengan
menggunakan media massa, maka jangkauan dakwah tidak lagi terbatas pada
ruang dan waktu.
Efisiensi dan efektifitas dakwah dapat terpenuhi jika menggunakan media
massa khususnya televisi, karena ciri-ciri dari media televisi antara lain
menimbulkan keserempakan dan mampu menjangkau komunikan (mad’u) yang
bersifat heterogen.
Untuk berdakwah pada masyarakat yang majemuk tidak membutuhkan
waktu yang lama, pesan-pesan ajaran agama Islam yang disampaikan dengan
menggunakan media massa dapat diterima secara serempak dan bersama-sama
dalam jumlah khalayak yang besar dan tentu saja sarana ini dapat memudahkan
tugas para juru dakwah.
8 Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam (Jakarta: Amzah, 2008), h. 11.
18
C. Menyiapkan Program Televisi
Ada lima hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program
siaran televisi, yaitu: pola siaran, arahan pola siaran, perubahan pola siaran,
bahan program dan sistem penempatan program siaran.9
1. Pola siaran. Programmer terlebih dahulu akan mengumpulkan referensi-
referensi yang diperlukan; kebijakan siaran dari pemimpin stasiun televisi,
persoalan sosial budaya yang berkembang di masyarakat, jangkauan
siaran, hasil jajak pendapat penonton, pemasok program/PH, dan tentunya
analisis bahan siaran yang mengacu pada kebijaksanaan umum (fungsi)
siaran televisi.
2. Arahan Pola Siaran. Arahan penyiaran televisi dimaksudkan sebagai
rambu-rambu kebijakan pola siaran. Arahan penyiaran ini juga tercantum
dalam UU Penyiaran No. 32 tahun 2002, yaitu:
a. Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan
pendapat umum yang konstrukstif dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk menjaga kelestarian persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia.
b. Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan dan kecerdasan
kehidupan bangsa.
c. Mengembangkan dan melestarikan nila-nilai budaya bangsa.
9 RM Soenarto, Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran (Jakarta:
FFTK-IKJ Press, 2007), h. 5.
19
d. Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai perikehidupan
bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
e. Dapat meningkatkan peranan bangsa dan negara di tengah-tengah
pergaulan antarbangsa dalam melestarikan ketertiban dunia.
f. Meningkatkan pembangunan watak, kepribadian bangsa, harkat
dan martabat manusia.
g. Dapat menimbulkan kesadaran hukum dan terpeliharanya
ketertiban umum serta rasa kesusilaan.
h. Dapat meningkatkan upaya bagi suksesnya pembangunan nasional.
3. Perubahan Pola Siaran. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan.
Namun, sebaiknya perubahan tidak sering dilakukan, karena perubahan
acara yang sering dilakukan dapat mengurangi simpati pemirsa terhadap
acara tersebut. Penonton bisa beranggapan bahwa stasiun bersangkutan
tidak profesional, dan itu bisa berakibat penonton meninggalkan saluran
stasiun tersebut dan beralih ke stasiun lain.
Ada dua alasan mengapa ada perubahan pola acara. Pertama,
penempatan susunan acara dan mingguan ternyata tidak tepat. Dengan
kata lain, ada kesalahan dalam menganalisis strategi yang ingin dicapai,
yaitu tepat waktu penyiaran dan tepat diperhatikan penonton. Kedua, ada
acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun yang satu dengan
stasiun lainnya. Acara yang satu dinilai lebih unggul dari acara yang
lainnya pada waktu yang sama. Akibat benturan ini bisa saja acara bisa
20
dihentikan penyiarannya atau dipidah jam tayangnya, lalu diganti dengan
judul acara lain untuk “bertanding” melawan acara di stasiun lainnya.
4. Bahan Program. Manusia bisa berfikir, punya akal, punya peradaban,
serta punya kepandaian. Mereka punya budaya, dan dari budaya itulah
program siaran televisi bisa dipetik.
5. Sistem Penempatan Program Siaran. Yaitu sistem perencanaan
penempatan program siaran yang dikelompokan menjadi tiga macam,
antara lain:
a. Program tahunan (yearly program), perencanaan program tahunan
berpijak pada berlakunya manajemen stasiun televisi yang
bersangkutan.
b. Program mingguan (weekly program), perencanaan susunan
program siaran pada setiap minggunya.
c. Program harian (daily program), penyusunan program harian
didasarkan pada berapa banyak bahan siaran yang tersedia.
Ketersediaan bahan ini bisa berupa bahan siaran jadi, bisa pula
berupa bahan siaran yang harus diproduksi terlebih dahulu.
D. Produksi Program Televisi
Seorang produser profesional, ketika merencanakan sebuah produksi
program televisi akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan
pemikiran mendalam, yaitu materi produksi, sarana produksi (equipment), biaya
21
produksi (financial), organisasi pelaksana produksi dan tahapan pelaksanaan
produksi.10
Berfikir tentang produksi program televisi bagi produser profesional,
berarti mengembangkan gagasan bagaimana materi produksi itu, selain untuk
menghibur, dapat menjadi suatu sajian yang bernilai dan memiliki makna.
Produksi yang bernilai atau berbobot hanya dapat diciptakan oleh seorang
produser yang memiliki visi. Visi tersebut harus tumbuh dari suatu acuan
mendalam yang bermuara pada orientasi, ideologi, religi dan pemikiran-
pemikiran kritis atau sarana yang dipakai untuk menampilkan materi produksi.
Berawal dari dorongan kreativitas, seorang produser yang mengahadapi
materi produksi akan membuat seleksi. Dalam seleksi ini, intelektualitas dan
spiritualitas secara kritis akan menentukan materi mana yang diperlukan dan
mana yang tidak. Kemudian akan lahir ide atau gagasan. Dilengkapi dengan
materi atau bahan lain penunjang ide ini, akan tercipta konsep berupa naskah
untuk produksi. Naskah merupakan bahan dasar yang perlu dipikirkan oleh
seorang produser ketika akan mulai produksi.
Hasil produksi yang memiliki visi akan tampak dalam bentuk kekhasan
dan keunikan dari suatu produksi. Produksi yang tidak memiliki sifat tersebut
berarti produksi kodian, tidak menarik dan biasa-biasa saja, tidak memukau dan
memesona. Tidak mampu stop the eye and the ears.11
10 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2007), h. 23.11 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2007), h. 24.
22
1. Materi Produksi
Meteri produksi dapat berupa apa saja, kejadian, pengalaman, hasil
karya, benda, binatang dan manusia merupakan bahan yang dapat diolah
menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser harus kreatif dalam
memilih materi produksi. Kepekaan kreatif tersebut bisa timbul karena
pengalaman, pendidikan, dan sikap kritis yang dimiliki. Seorang produser
yang bervisi akan memilih materi yang bermutu dan bernilai, karena hanya
materi yang bagus yang dapat diolah menjadi sebuah produksi yang berbobot.
Selain itu, riset yang mendalam sangat diperlukan agar materi
produksi benar-benar lengkap. Semakin lengkap data yang diperoleh, maka
semakin mudah untuk diolah menjadi program yang baik. Dari hasil riset
materi produksi, kemudian akan muncul ide atau gagasan yang selanjutnya
akan diubah menjadi tema untuk sebuah program. Tema atau konsep program
tersebut kemudian akan disempurnakan dalam bentuk naskah program.
2. Sarana Produksi
Sarana produksi adalah sarana penunjang terwujudnya ide menjadi
kongkret, yaitu hasil produksi. Peralatan yang berkualitas diperlukan agar
menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Kepastian adanya peralatan akan
mendorong kelancaran seluruh persiapan produksi.
Ada tiga unit pokok peralatan yang diperlukan sebagai alat produksi,
yaitu unit peralatan perekam gambar, unit peralatan perekam suara dan unit
peralatan pencahayaan. Kualitas standar dari ketiga unit peralatan akan
23
menjadi pertimbangan utama seorang produser dalam perencanaan
produksinya. Selain itu diperlukan pula peralatan penunjang produksi seperti
alat transportasi dan dekorasi.
3. Biaya Produksi
Merencanakan biaya produksi membutuhkan pemikiran yang cukup
rumit. Produser akan memikirkan sejauh mana memperoleh dukungan
finansial dari stasiun televisi yang bersangkutan. Karena itu, perencanaan
biaya produksi dapat didasarkan dua kemungkinan, yaitu financial oriented
dan quality oriented.12
a. Financial Oriented
Perencanaan produksi yang didasarkan pada kemungkinan
keuangan yang ada (terbatas). Karena itu, kebutuhan produksi juga
harus pula dibatasi, misalnya tidak menggunakan bintang tamu “kelas
satu”, mengambil lokasi shooting tidak terlalu jauh, dan konsumsi
yang sederhana.
b. Quality Oriented
Perencanaan biaya produksi pada hasil yang maksimal. Dalam
hal ini tidak ada masalah keuangan. Biasanya produksi yang seperti ini
adalah produksi prestige. Produksi yang diharapkan mendatangkan
keuntungan besar, baik dari segi nama maupun finansial.
12 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi (Yogyakarta: Pinus Book Publisher,
2007), h. 29.
24
Biaya sewa atau penggunaan peralatan, pembayaran bintang
tamu (kontrak), sewa lokasi dan pembelian material produksi (kaset
video, film), termasuk biaya tetap (fixed cost). Sementara itu,
transportasi, akomodasi, dan konsumsi merupakan biaya tidak tetap
(variable cost).
Estimasi biaya harus dilakukan dengan pemikiran secara
mendalam agar tidak terjadi kekeliruan. Hal itu diperlukan untuk
mencegah terjadi pemborosan biaya pada saat pelaksanaan produksi.
Bagaimanapun, tidak ada produksi yang ingin menderita kerugian
dikarenakan kekeliruan dalam penghitungan estimasi biaya produksi.
4. Organisasi Pelaksana Produksi
Organisasi pelaksana produksi meliputi semua kru yang bertugas dan
juga semua pihak yang berkaitan dengan proses produksi tersebut. Seorang
produser harus menyusun rapi organisasi pelaksana produksi agar tidak
menghambat jalanannya proses produksi. Dalam hal ini, produser biasanya
dibantu oleh produser pelaksana. Ia mendampingi sutradara dalam
mengendalikan organisasi.
Produser pelaksana membawahi bendahara dan kasir dalam mengatur
keuangan untuk membayar berbagai kebutuhan yang diperlukan. Sementara
itu, sekretariat mengerjakan hal-hal yang berhubungan dengan perizinan,
kontrak dan surat menyurat. Tanggung jawab pelaksanaan dari organisasi
yang bersifat lapangan ini dipikul oleh unit manager. Bidang yang berada di
25
bawah koordinasi pelaksana unit manager misalnya perizinan, transportasi,
konsumsi dan akomodasi.
Seorang sutradara atau pengarah acara (program director) harus bisa
merealisasikan konsep yang telah dituangkan dalam naskah. Pengarah acara
bertugas mengomandoi para kru yang bertugas. Biasaya seorang pengarah
acara dibantu oleh seorang pengarah lapangan (floor director) yang bertugas
mengarahkan para kru dan pengisi acara di lapangan (studio). Pengarah acara
hanya memberikan komando dari ruang kontrol (control room). Pengarah
lapangan bertugas dari apa yang diperintahkan oleh pengarah acara. Semua
perintah sebelum sampai kepada kru dan pengisi acara, terlebih dahulu harus
melalui pengarah lapangan. Berjalannya sebuah produksi sepenuhnya adalah
tanggung jawab pengarah acara.
Para kru yang bertugas dalam sebuah proses produksi di antaranya dari
bidang teknik yaitu camera persons (campers), pemandu gambar (swicther),
penata suara, penata cahaya, perekam gambar (VTR operator), dan
sebagainya; serta dari bidang siaran yaitu pengarah acara, pengarah lapangan,
penata dekor, penata rias, penata pakaian (wardobe), dan lain-lain.
5. Tahapan Pelaksanaan Produksi
Alan Wurtzel (1985) menjelaskan four stage of televison production
atau empat tahapan prosedur kerja untuk memroduksi sebuah program siaran
televisi, yaitu: pre production planning (pra produksi), setup and rehersal,
26
production (pelaksanaan produksi) dan post production (pasca produksi). 13
Teori ini relevan dengan apa yang peneliti teliti yaitu tentang bagaimana
proses produksi program Islam Itu Indah. Karena dalam proses produksinya
tentu ada tahapan-tahapan yang harus dilalui agar produksi program Islam itu
Indah dapat berjalan dengan baik.
a. Pre Production Planning (Pra Produksi)
Tahapan ini biasa disebut sebagai tahap perencanaan. Pre
production planning ini di antaranya; penemuan ide atau gagasan,
pengumpulan data yang diperlukan, persiapan pendukung rencana. Kunci
keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan oleh baiknya
tahap perencanaan dan persiapan ini.
b. Setup and Rehearsal
Setup merupakan tahapan persiapan yang bersifat teknis dan
dilakukan oleh tim inti bersama kerabat kerja lainnya. Proses ini meliputi
berbagai macam persiapan sarana dan prasarana yang akan digunakan
pada proses shooting nanti, hingga mempersiapkan denah untuk setting
lampu, mikrofon maupun tata dekorasi.
Sedangkan rehearsal adalah latihan bagi para kru dan pengisi
acara sebelum acara dimulai. Rehearsal biasa disebut juga sebagai gladi
resik dalam sebuah acara. Proses ini biasanya akan dipimpin oleh
13 Darwanto S, Manajemen Produksi Acara Siaran (Multi Media Training Centre [MMTC],
1992), h. 104.
27
pengarah lapangan/floor director atau langsung dipimpin oleh pengarah
acara/director.
c. Production (Pelaksanaan Produksi)
Tahap pelaksanaan produksi adalah upaya bagaimana seorang
sutradara (program director) bekerja sama dengan semua kru dalam
mewujudkan rencana yang sudah dituangkan dalam kertas atau naskah
(rundown acara), termasuk di dalamnya pengambilan angle kamera.
Angle kamera adalah sudut atau ukuran pengambilan gambar
merujuk kepada jarak subjek atau objek dari kamera dan seberapa
dominan subjek dan objek itu memenuhi layar kamera.14
Istilah yang digunakan dalam hal ukuran pengambilan gambar atau
yang lebih sering disebut sebagai bahasa kamera, antara lain:
1) Big Close Up (BCU): yaitu pengambilan gambar pada wajah secara
keseluruhan.
2) Close Up (CU): Pengambilan gambar dari kepala sampai atas dada.
3) Medim Close Up (MCU): Pengambilan gambar dari kepala sampai di
bawah dada.
4) Medium Shot (MS): Pengambilan gambar dari kepala sampai
pinggang.
5) Medium Long Shot (MLS)/Knee Shot (KS): Pengambilan gambar dari
kepala sampai lutut.
14 Morrisan, M. A, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 99.
28
6) Long Shot (LS)/Full Shot: Pengambilan gambar keseluruhan tubuh,
dari kepala hingga kaki.
7) Shoting Group of people: Pengambilan gambar satu orang, dua orang,
dst. sebagai gambar keseluruhan.
8) Wide Angle: Sudut lebar ukuran pengambilan gambar yang
memasukan keadaan sekeliling, jadi sudut lebar akan memberikan
pandangan atas keseuruhan keadaan.15
Selain itu, ada juga teknik pengambilan gambar yang meliputi
pergerakan kamera, di antaranya:
1) Zoom in atau Zoom out: yaitu gerakan lensa kamera yang mendekati
atu menjauhi objek.
2) Tilt up atau Tilt Down: yaitu pergerakan kamera dari bawah ke atas
atau dari atas ke bawah.
3) Panning: yaitu pergerakan kamera mengikuti urutan objek ke kiri atau
ke kanan.
d. Post Production (Pasca Produksi)
Tahap pasca produksi/post production merupakan tahap
penyelesaian atau penyempurnaan (editing) dari sebuah proses produksi.
Tahap ini dilakukan jika produksi program yang dilakukan
rekaman/taping. Pada produksi siaran langsung/live, tidak dilakukan post
production. Hanya saja program yang disiarkan secara langsung,
sebelumnya harus benar-benar dipersiapkan dengan matang, baik dari segi
15 Morrisan, M. A, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana, 2008), h. 99.
29
teknis maupun non teknis, agar penyelenggaraan siaran dapat berjalan
dengan baik. Karena pada siaran live, tidak ada shot ulang atau retake.
Tahapan penyelesaian dari post production ini meliputi:
1) Editing suara dan gambar.
2) Pengisian grafik pemangku gelar atau berupa insert visualisasi lainnya.
3) Pengisian narasi.
4) Pengisian sound effect dan ilustrasi.
5) Melakukan evaluasi terhadap hasil produksi. Di dalam evaluasi ini
dapat saja produksi tadi dinyatakan layak siar, tapi dapat pula masih
harus dilakukan perbaikan, misalnya masalah ilustrasi, sound effect,
editing gambar, dan sebagainya.16
16 Darwanto S, Manajemen Produksi Acara Siaran (Multi Media Training Centre [MMTC],
1992), h. 108.
30
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Stasiun Televisi Trans TV
1. Sejarah dan Perkembangan
PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) merupakan
perusahaan yang dimiliki oleh Trans Corporation, yang juga merupakan
pemilik dari Trans7. Trans TV memperoleh ijin siaran pada bulan Oktober
1998 setelah dinyatakan lulus dari ujian kelayakan yang dilakukan tim
antardepartemen pemerintah, maka sejak tanggal 15 Desember 2001, Trans
TV memulai siaran secara resmi.
Penambahan jam tayang Trans TV dilakukan secara bertahap.
Puncaknya pada Maret 2002, Trans TV memulai siaran secara penuh, yaitu 18
jam sehari pada hari Senin hingga Jumat, dan 22 jam sehari pada hari Sabtu
dan Minggu. Penambahan program siaran Trans TV juga dilakukan seiring
dengan adanya penambahan jam tayang tersebut.
Tayangan Trans TV secara bertahap mengedepankan produk
(tayangan) lokal. Di tahun pertamanya, isi siaran Trans TV 50% berasal dari
luar negeri sedangkan 50% lagi merupakan produk lokal. Pada tahun kedua,
70% acara Trans TV sudah didominasi produk lokal dan sisanya 30% adalah
produk asing. Pada tahun keempat dan seterusnya, lebih dari 75% tayangan
Trans TV merupakan produk dalam negeri.
31
Saham Trans TV seluruhnya dikuasai oleh Chairul Tanjung lewat
kepemilikan 99,99 PT Para Inti Investindo (pada tahun 2006 diganti namanya
dengan PT Trans Corpora/Trans Corp), dan sisanya PT Para Investindo.
Kontribusi Trans TV juga tidak kecil. Sekurang-kurangnya Trans TV sudah
mengalami break even point by operation pada tahun kedua, sekitar Mei
2003. Artinya, sudah tidak perlu kucuran dana lagi dari pemilik. Titik balik
keberhasilan Trans TV berlangsung sejak kuartal satu 2002. Menurut survey
Nielsen Media Research, saat itu Trans TV berada pada peringkat ke-5
sebagai peraih iklan terbanyak dari 10 stasiun televisi.1
Sejak awal, pembangunan Trans TV dirancang untuk bisa beroperasi
menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra produksi hingga
tahap pasca produksi dan siaran on air. Tetapi karena sistem penyiaran di
Indonesia masih menggunakan sistem analog, maka output yang bersifat
digital akan diubah menjadi analog. Walaupun demikian, pemirsa Trans TV
akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih dan tajam. Kelak jika
sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke sistem digital, Trans TV hanya
perlu memodifikasi pemancar-pemancarnya saja.
Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga menjadikan
proses kerja dapat berjalan lebih efisien dan efektif. Peran kaset (video tape)
nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir dari satu server ke
server komputer lainnya melalui jaringan kabel optik yang terpasang di
1 http://www.transtv.co.id, diakses pada 21 Maret 2012.
32
seluruh gedung. Seluruh studio juga terintegrasi satu sama lain sehingga
memungkinkan siaran yang simultan.
2. Logo, Visi dan Misi2
Logo:
Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan
keabadian. Kilauannya merefleksikan kehidupan dan adat istiadat dari
berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta
budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan
karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.
Visi:
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan
hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program
berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat
diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi
dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.
2 http://www.transtv.co.id, diakses pada 21 Maret 2012.
33
Misi:
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta
menyejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-
nilai demokrasi.
3. Organisasi Manajemen Trans TV
Komisaris Utama : Chairul Tanjung
Komisaris : Chairal Tanjung
Komisaris : Ishadi S.K
Direktur Utama : Wishnutama
Direktur Sales dan Marketing : Atiek Nur Wahyuni
Direktur Keuangan dan
Corp. Services : Warnedy
Kepala Divisi News : Gatot triyanto
Kepala Divisi Tech.
and Facilities Services : Azuan Syahril
Kepala Divisi Finance : Hannibal K. Pertama
Kepala Divisi Programming : A. Ferizqo Irwan
Kepala Divisi Corporate Services : Latief Harnoko
Kepala Divisi Produksi : Roan Yandi A
Emil Syarief
34
4. Kategori Program di Trans TV
a. Series : Fringe 2, supernatural V, vampire diaries.
b. Movies : Bioskop Trans TV, bioskop Indonesia, Sinema dini
hari, Mr Bean, Bisokop Trans TV Spesial.
c. News : Jelajah, Reportase Siang, Jelang Siang, Reportase
Pagi, Reportase Sore, Reportase Malam, Benu Buloe,
Jika Aku Menjadi, Bosan Jadi Pegawai, Harmoni Alam,
Bingkai Berita, Riwayat Pengabdian, iND!GO, Anak
Negeri, Sepenggal Sejarah.
d. Information : Ceriwis, Insert Pagi, Insert, Inside, Gula Gula, Koper
dan Ransel, Ngulik, Ala Chef, Celebrity On Vacation,
Griya Unik, Kuliner Pilihan, Wisata Terapi.
e. Entertainment : Sketsa, Termehek Mehek, Gong Show , Ethnic
Runaway, Ranking 1, Gaul Bareng Bule, Nilai
Kehidupan, Super Trap, Comedy Project, Kakek-Kakek
Narsis, BRI di Hati, Show Imah, Nature's Life,
Semangat Pagi, Fun Cooking, Magic Comedy, Digital
Clip, Tahan Tawa, Dia-Loe-Gue, Teater Komedi,
Bukan Prime Time, Rival.
f. Religious : Halal?, Islam Itu Indah, IQRA.
g. Reality Show : Buah Hati.
35
B. Profil Program Islam Itu Indah
1. Latar Belakang Program Islam Itu Indah
Program Islam Itu Indah bisa hadir di tengah-tengah masyarakat
Indonesia adalah karena Trans TV sebagai salah satu televisi swasta nasional
berkewajiban memberikan tayangan agama (dakwah) kepada para
pemirsanya. Menurut produser program Islam Itu Indah Hans Haryanto, hal
tersebut didukung juga dengan Indonesia sebagai penduduk dengan mayoritas
muslim terbesar di dunia, “…Jadi kita berkewajiban untuk memberikan
tayangan program agama kepada pemirsa Trans TV…”3
Nama Islam Itu Indah sendiri merupakan hasil diskusi direktur utama
Trans TV beserta orang-orang divisi programming yang hasilnya yaitu
menyetujui penamaan program tersebut dengan nama Islam Itu Indah. Pada
awalnya acara ini diberi nama Ceramah Lucu, karena ceramah ini dilakukan
oleh seorang Ustad yang tampil atraktif dan lucu, serta ceramahnya kerap
mengundang tawa para jamaahnya.
Namun, karena dianggap kurang pas dan kurang menarik, maka
pergantian nama pun dilakukan, dari yang awalnya diberi nama Ceramah
Lucu menjadi Islam Itu Indah. Menurut Hans Haryanto, “…Ceramah Lucu
diganti menjadi Islam Itu Indah, alasannya karena kita mengganggap bahwa
3 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
36
judul Islam Itu Indah sangat familiar dan eye catching ketika didengar dan
dilihat oleh pemirsa…”4
Saat ini, sudah hampir 1 ½ tahun program Islam Itu Indah tayang di
Trans TV sejak pertama kali tayang yaitu pada 12 Desember 2010 lalu. Pada
awalnya, program Islam Itu Indah hanya berdurasi 30 menit, tapi seiring
perjalanannya, penambahan durasi pun dilakukan mengingat animo penonton
yang cukup besar terhadap program ini. Akhirnya, dari pihak manajemen
Trans TV pun mengizinkan penambahan durasi menjadi 60 menit.
Program Islam Itu Indah sebenarnya juga pernah ditayangkan pada
malam hari waktu prime time. Hal itu dilakukan juga karena keinginan dari
para pemirsa yang meminta program Islam Itu Indah ditayangkan pada malam
hari. Namun, karena berdasarkan slot tayang program Islam Itu Indah tidak
memungkinkan ditayangkan pada malam hari, akhirnya program Islam Itu
Indah ditayangkan di waktu semula yaitu pada pukul 05.30 – 06.30 WIB.
Selain itu, ternyata program Islam Itu Indah juga pernah ditayangkan
secara live, tapi pada bulan ramadhan dan dengan format yang berbeda yaitu
tablig akbar. Namun untuk saat ini program Islam Itu Indah hanya
ditayangkan secara taping/rekaman, hal itu dikarenakan kondisi technical dari
para kru secara kesuluruhan yang tidak memungkinkan untuk melakukan
shooting secara live.
4 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
37
2. Gambaran Umum Program Islam Itu Indah
Islam Itu Indah adalah program ceramah Islami berdurasi 60 menit
yang dipandu oleh Ustad M. Nur Maulana. Program yang tayang pada pukul
05.30 WIB ini mengulas berbagai masalah mengenai kehidupan sehari-hari
masyarakat yang dikemas secara ringan, lucu dan menghibur sesuai dengan
syariat Islam yang berlandaskan Al Quran dan Hadis. Walaupun acara ini
dikemas dengan sedemikian rupa, namun tidak menghilangkan esensi ataupun
inti dari isi ceramah yang dibawakan oleh Ustad Maulana.
Shooting program ini dilakukan secara taping/rekaman dari masjid ke
masjid, dari sekolah ke sekolah, atau dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan dihadiri oleh sekitar 100 – 200 jamaah majelis taklim yang berasal
dari berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, juga turut mengundang bintang tamu dari kalangan
selebritis yang nanti pada saat shooting akan melakukan obrolan/chit-chat
dengan Ustad Maulana yang juga bertindak sebagai host dan narasumber
tentang tema yang sedang dibahas. Menurut Hans Haryanto maksud kehadiran
bintang tamu di sini adalah agar lebih menarik para penonton.
“Sebenarnya bintang tamu di sini, selain kita sesuaikan dengan tema yang akan dibahas, bintang tamu dalam program Islam Itu Indahadalah sebagai ‘bumbu’ karena untuk men-treat atau menarik para penonton.”5
5 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
38
Program Islam Itu Indah dimasukan ke dalam jenis acara Variety
Talkshow Religi, yaitu program yang berisi perbincangan (ceramah) dari
narasumber atau host kepada para audience-nya, yang membahas tentang
tema tertentu.
Format program Islam Itu Indah sendiri terdiri dari beberapa bentuk,
antara lain: format reguler seperti taping outdoor, indoor, dan goes to school;
dan format non reguler yaitu off air silaturahmi Ustad ke berbagai daerah di
Indonesia.
Karakter dari program Islam Itu Indah yaitu menarik, mendidik, serta
memberikan pesan moral dan agama namun tetap berusaha untuk menghibur
pemirsa. Selain itu, content dari acara ini difokuskan pada bagaimana gaya
Pak Ustad yang lucu dan menghibur ketika membawakan ceramah kepada
para jamaahnya, namun tetap pada konteks tema.6
Program Islam Itu Indah ditayangkan dalam lima segmen di setiap
episodenya. Setiap episodenya akan membahas satu tema besar dan masing-
masing segmen akan membahas sub tema dengan diselingi pertanyaan dari
para jamaah, baik itu dari bintang tamu maupun jamaah lainnya.
Berikut ini adalah rincian program (program detail) Islam Itu Indah.
(Lihat tabel 1 pada halaman berikutnya).
6 Tim Islam Itu Indah, Production Book (PB) Program Islam Itu Indah (Jakarta: Tim I3,
2010). h.2.
39
Tabel 1
Rincian Program Islam Itu Indah
Nama Program Islam Itu Indah
Jenis Program Variety Religi/Program Agama
Format ProgramTalkshow (on air), jalan-jalan (off air
silaturahmi luar kota)
Jenis Produksi Multicamera – Live On Tape
Jenis Siaran Nasional
Waktu Siar Setiap hari pukul 05.30 – 06.30 WIB.
Durasi 60’ (Incl. CB)
SasaranAll 5+ (semua orang dengan umur lima tahun ke
atas)
KriteriaHost yang juga bertindak sebagai narasumber
memberikan ceramah kepada para jamaah.
3. Visi dan Misi Program
Visi dari program Islam Itu Indah yaitu berkewajiban memberikan
tontonan yang bermanfaat bagi pemirsanya, sedangkan misinya adalah
bagaimana kita (para pekerja media) di dunia broadcasting dan bisnis dapat
memberikan tayangan yang ringan dan bermanfaat bagi pemirsanya.7
4. Tim Program Islam Itu Indah
Tim Islam Itu Indah merupakan tim inti yang melewati semua tahapan
proses produksi. Biasanya tim ini akan dibantu oleh kru produksi lapangan
7 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26 Maret 2012.
40
seperti camera person, audio, lighting, director, floor director dan lain-lain,
ketika proses pelaksanaan produksi.
Berikut ini adalah susunan tim program Islam Itu Indah. (lihat tabel 2).
Tabel 2
Tim Program Islam Itu Indah
No. Jabatan Nama
1Kepala Departemen
ProduksiRoan Y. Anpira
2 Eksekutif Produser Nur Asfin Mardini
3 Produser Hans Haryanto
4 Creative
Gina Herlianawati
Rani Handayani
Reshi Hupudiani
5 Production Assistance (PA)
Maulani Nurseha
H. S, Adhe Udiani
Dadan Trisyana
5. Segmentasi Pemirsa
Target penonton Islam Itu Indah terdiri dari berbagai kalangan dan
dengan latar belakang yang berbeda-beda, di antaranya: 8
a. Kalangan menengah ke bawah sampai menengah ke atas (ABC+)
b. Laki-laki dan perempuan (male & female)
c. Lebih kepada orang yang berumur 15 tahun ke atas (15+)
8 Tim Islam Itu Indah, Production Book (PB) Program Islam Itu Indah (Jakarta: Tim I3,
2010). h.2.
41
d. Dan keluarga serta siapa saja yang menonton program ini (family & all
people).
6. Tujuan dan Sasaran Program9
a. Memberikan wacana, tuntunan, dan ulasan mengenai Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menghibur dengan memberikan lelucon/candaan selama ceramah, namun
tetap memberikan tuntuan agama.
7. Rating dan Share
Rating dan share program Islam Itu Indah biasa dibilang cukup baik.
Pada setiap minggunya Islam Itu Indah memperoleh rating dan share rata-rata
di atas 15%. Hal itu bisa dilihat dari komparasi program (program
comparation+all station) yang diterbitkan oleh AC Nielsen setiap minggunya
yang menghasilkan data bahwa Islam Itu Indah rata-rata mendapatkan rating
share di atas 15%.
Program Islam Itu Indah rata-rata unggul dalam hal rating share
dengan para pesaingnya/program lainnya, baik itu program yang tayang pada
jam tersebut (jam tayang program Islam Itu Indah) maupun program Agama
lainnya. Itu artinya, program Islam Itu Indah masih diminati dan disukai para
pemirsanya.
9 Tim Islam Itu Indah, Production Book (PB) Program Islam Itu Indah (Jakarta: Tim I3,
2010). h.2.
42
Seperti penuturan Hans Haryanto yang mengatakan “…Rating share-
nya alhamdulillah Islam Itu Indah masih disukai oleh jamaah pemirsa,
sekarang itu rating share rata-rata di atas 15%.”10
Berikut ini adalah rating share program Islam Itu Indah yang
dihimpun dari lembaga survei AC Nielsen selama dua minggu, antara 19
Februari s.d. 3 Maret 2012. (lihat tabel 3 dan 4).
Tabel 3
Rating dan Share Islam Itu Indah 19 – 25 Februari 2012.11
Tabel 4
Rating dan Share Islam Itu Indah 26 Februari – 3 Maret 2012.12
10 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.11 Dokumen Pribadi tim Islam Itu Indah (Source: Nielsen Media Research: Week 0648
Program Research/Transtv/HAN).12 Dokumen Pribadi tim Islam Itu Indah (Source: Nielsen Media Research: Week 0648
Program Research/Transtv/HAN).
TEMA WEEK TVR TVS HARIFormula Anak Pandai 1209 1 15.4 Minggu
Kenapa Harus Istri 1209 1.1 13.2 Senin
Anugerah Kehamilan 1209 1.4 17.6 Selasa
Amar Ma'ruf Nahi Munkar 1209 1.6 21.6 Rabu
Beratnya Mengaku Salah 1209 1.7 18.4 Kamis
Doa Keselamatan 1209 1.6 20.2 Jumat
Orang tuaku Idolaku 1209 1.4 18.1 Sabtu
TEMA WEEK TVR TVS HARI
Silaturahim Kepulaun Penyengat 1208 1.5 23.3 Minggu
Pemimpin Perempuan 1208 1.2 16.5 Senin
Menyesal 1208 1.4 18.9 Selasa
Manusia dan Malaikat 1208 1.2 15.8 RabuTobat Sambal 1208 1.5 19.1 KamisSederhana bukan berarti miskin 1208 1.5 19.2 Jumat
Silaturahim Belitung Timur 1208 1.4 17.9 Sabtu
43
C. Profil Ustad Muhammad Nur Maulana
Nama : Muhammad Nur Maulana
Tempat, tanggal lahir : Makassar, 20 September 1974
Ibu : Masyita
Bapak : Maulana
Istri : Nur Aliah
Anak : Munawar
Pendidikan : -SD Kompleks Layang, Makassar.
-SMP Darul Dakwah wal Irsyad (DDI)
Galesong Beru, Makassar.
-Pondok Pesantren An-Nahdah, Makassar
(setingkat SMA/Aliyah).
Ustad Muhammad Nur Maulana sudah hampir 1 ½ tahun membawakan
program Islam Itu Indah di Trans TV. Proses perjalanan Ustad Maulana sampai
akhirnya bisa menjadi narasumber program Islam Itu Indah bisa dibilang cukup
unik. Awalnya yaitu ketika secara tidak sengaja Direktur Utama Trans TV
Wisnutama tertarik saat melihat sebuah video di situs youtube, yaitu video yang
memperlihatkan bagaimana seorang Ustad yang sedang berceramah dengan gaya
yang lucu dan atraktif. Kemudian Wisnutama langsung menyuruh salah seorang
dari pihak Trans TV untuk menghubungi Ustad tersebut, dan langsung
44
menjemputnya untuk di bawa ke Jakarta. Ustad tersebut adalah Ustad M. Nur
Maulana “…Yang kata kuncinya adalah jamaah oh jamaah…”13
Pada saat itu, Trans TV sudah menyiapakan sebuah acara untuk beliau
dengan nama Ceramah Lucu, yang kemudian berganti nama menjadi Islam Itu
Indah. Menurut Ustad Maulana, ia bersedia menjadi narasumber di program Islam
Itu Indah adalah karena memang hal itu sesuai dengan harapan beliau sejak dulu,
yaitu ingin berceramah kepada semua masyarakat yang ada di berbagai daerah di
Indonesia, “…Kalau dulu kan saya harus ceramah dari deerah ke daerah lain, tapi
dengan adanya program Islam Itu Indah ceramah saya langsung sampai ke semua
orang di Indonesia.”14
Beliau senang bisa ada di program Islam Itu Indah, karena bisa merasakan
pengalaman baru dalam hal berdakwah, yaitu bisa berdakwah secara tim (tim
Islam Itu Indah). Di mana, Ustad dan tim Islam Itu Indah akan bersama-sama
dalam mencari dan mengembangkan tema yang akan menjadi topik pembahasan.
Namun, segala sesuatu pasti ada kendalanya, begitu juga kendala yang
dihadapi Ustad Maulana ketika membawakan program Islam Itu Indah. Tapi
beliau tidak menganggap kendala itu sebagai suatu masalah. Kendala yang beliau
hadapi mungkin lebih kepada bagaimana menyiapkan bahan atau materi ceramah.
Karena tidak mungkin dalam beberapa taping mengambil tema yang sama. Lain
halnya ketika beliau masih berdakwah keliling daerah, yang setidaknya bisa
13 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad Muhammad Nur
Maulana, Jakarta, 8 April 2012.14 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad Muhammad Nur
Maulana, Jakarta, 8 April 2012.
45
berdakwah dengan tema yang sama dari daerah satu ke daerah lain. Seperti yang
dikatakan Ustad berikut ini.
“Di Islam Itu Indah materinya selalu up to date, bahan (ceramahnya) banyak. Kalau dulu sebelum di program Islam Itu Indah, saya cuma siapkan tiga bahan sebulan sudah aman, bisa ceramah monoton/sama dengan tempat yang berbeda-beda. Kalau sekarang kantidak bisa.”15
Ustad Maulana dikenal sebagai yang humoris, jenaka, dan sering
menyisipkan candaan atau guyonan ketika berdakwah. Selama hampir 1 jam
jamaah yang hadir akan dibuat tertawa dan paling tidak tersenyum. Menurutnya,
candaan tersebut hanya tambahan saja, dan itu sengaja dilakukan agar jamaah
yang mendengarkannya tidak bosan atau jenuh. Tentunya hal itu dibarengi
dengan tetap fokus pada materi/isi ceramah. Karenanya “…Alhamdulillah saya
juga selalu diingatkan oleh tim Islam Itu Indah jika ada isi materi yang belum
dibahas atau terlongkap. Itulah enaknya berdakwah secara tim, jadi bisa saling
mengingatkan...”16
Metode ceramah yang dilakukan Ustad Maulana disebut dengan metode
syiar, yaitu menyampaikan dakwah dengan teknik atau cara apa saja, termasuk
dakwah yang diselingi dengan humor/candaan. Beda dengan metode syariat, yaitu
menyampaikan dakwah dengan tata cara yang sudah diatur dalam Islam.
Menurutnya “…Kalau syariat tidak bisa, karena sudah diatur tata caranya dan
15 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad Muhammad Nur
Maulana, Jakarta, 8 April 2012.16 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad Muhammad Nur
Maulana, Jakarta, 8 April 2012.
46
harus serius tidak boleh bercanda, seperti khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri,
dll…”17
Mengenai sapaan khasnya “jamaah oh jamaah”, menurut Ustad Maulana
itu merupakan buatan beliau sendiri, hal itu dilakukan agar lebih praktis ketika
sedang berdakwah. Menurut beliau “…Kalau manggilnya satu per satu seperti
bapak-bapak, ibu-ibu, dan sebagainya, itu kelamaan...”18
17 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad Muhammad Nur
Maulana, Jakarta, 8 April 2012.18 Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad Muhammad Nur
Maulana, Jakarta, 8 April 2012.
47
BAB IV
ANALISIS PROGRAM ISLAM ITU INDAH
A. Format Program Islam Itu Indah
Program Islam Itu Indah merupakan salah satu contoh dari proses
komunikasi massa melalui media televisi. Sejalan dengan apa yang dikatakan
Melvin DeFleur bahwa proses komunikasi yang terjadi di media massa
melibatkan berbagai unsur di dalamnya seperti sumber (komunikator),
transmitter, saluran (media), penerima (komunikan), umpan balik dan tujuan,
serta gangguan (noise) yang ada di semua unsur tersebut.
Maka, pada program Islam itu Indah, sumber yang dimaskud adalah para
pekerja media, dalam hal ini adalah tim Islam Itu Indah dan juga pihak-pihak lain
yang terlibat di dalamnya, termasuk narasumber program Islam Itu Indah Ustad
M. Nur Maulana. Mereka semua sebagai sumber pesan menransmisikan isi pesan
kepada masyarakat luas melalui program Islam Itu Indah di Trans TV.
Selain itu, ada umpan balik/feedback yang terjadi di dalam proses
komunikasi tersebut. Program Islam Itu Indah melalui akun twitter-nya
@islamitu_indah akan menanggapi semua masukan yang ada, baik itu kritik,
saran maupun pertanyaan yang dilayangkan oleh para jamaah Islam Itu Indah
yang ada di rumah.
Namun, feedback tersebut terjadi secara tidak langsung dan terlambat
(delayed), karena program Islam Itu Indah ditayangkan secara rekaman/taping.
48
Semua masukan itu nantinya akan dibahas pada program Islam Itu Indah episode
selanjutnya.
Program Islam Itu Indah kini ditayangkan dengan format yang lebih
beragam. Hal tersebut dilakukan agar program Islam Itu Indah terlihat lebih
variatif dan tetap menarik untuk ditonton pemirsanya. Secara umum, format
program Islam Itu Indah terbagi menjadi dua macam, yaitu format reguler dan
non reguler.
1. Format Reguler (talkshow)
Program Islam Itu Indah format reguler menggunakan format takshow
yang dilakukan on air secara taping/rekaman. Program Islam Itu Indah format
reguler ini terbagi menjadi lima segmen dengan total durasi kurang lebih
sekitar 60 menit.
Segmen I yaitu berisi opening dan sapaan doa dari Ustad kepada para
jamaahnya yang ada di studio dan di rumah. Setelah itu Ustad memberitahu
jamaah tema apa yang akan dibahas, memperkenalkan bintang tamu dan
langsung membahas sub tema yang pertama.
Pada segmen II, Ustad melanjutkan pembahasan sub tema yang kedua,
kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab kepada pada jamaahnya.
Dalam satu segmen biasanya ada 1 – 2 orang jamaah yang bertanya. Sesi
tanya jawab ini dilakukan dari segmen II s.d. segmen IV.
Segmen III berisi pembahasan sub tema yang ketiga, sesi tanya jawab
dan terkadang diselingi chit-chat dengan para bintang tamu dan jamaah
49
lainnya. Segmen IV tidak jauh berbeda dengan segmen III, yaitu berisi
pembahasan sub tema keempat, sesi tanya jawab, dan chit-chat dengan para
jamaah dan bintang tamu. Pada segmen V, yaitu berisi pembahasan sub tema
kelima, penutup, doa bersama para jamaah, dan kesimpulan dari tema yang
sedang dibahas. Hans Haryanto mengatakan “…Ada 5 segmen. Segmen I
pengenalan tema dan artis, segmen II, III, dan IV adalah pembahasan tema,
sedangkan segmen V adalah kesimpulan dari tema serta doa...”1
Format reguler sendiri terdiri atas beberapa jenis, di antaranya indoor,
outdoor dan goes to school. Yang membedakan di antara ketiganya adalah
konsep lokasi shooting dan para jamaah yang hadir. Lokasi shooting pada
format reguler ini berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Pada jenis indoor, proses produksi dilakukan di dalam ruangan yaitu
di dalam masjid dengan dihadiri para jamaah perempuan (mayoritas ibu-ibu)
dan laki-laki yang berasal dari beberapa majelis taklim di Indonesia. Selain
itu, ada juga bintang tamu dari kalangan selebritis yang berjumlah dua orang
atau lebih.
Pada jenis outdoor, proses produksi dilakukan di luar ruangan seperti
di tempat-tempat wisata atau di tempat-tempat lainnya. Sama seperti jenis
indoor, pada jenis outdoor ini masih dihadiri oleh para bintang tamu dan juga
sekitar 100 – 200 orang jamaah majelis taklim yang berasal dari berbagai
daerah di Indonesia.
1 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
50
Sedangkan, goes to school ialah konsep produksi yang dilakukan di
sekolah-sekolah, baik itu SD, SMP ataupun SMA. Pada jenis ini, para
jamaahnya berasal dari siswa-siswi sekolah yang bersangkutan dan juga tidak
ada bintang tamu.
Selain itu, pada jenis goes to school ini biasanya ada peragaan atau
obrolan (gimmick) yang dilakukan Ustad kepada para siswa-siswi sekolah
bersangkutan tentang hal-hal yang unik dan menarik yang ada di sekolah
mereka, misalnya ekstra kurikuler atau hal-hal menarik lainnya yang ada di
sekolah tersebut.
Penambahan format goes to school dimaksudkan agar segmentasi
pemirsa program Islam Itu Indah tidak hanya mayoritas berasal dari kalangan
ibu-ibu dan bapak-bapak saja, melainkan juga berasal dari kalangan anak-
anak dan remaja. Sehingga segmentasi pemirsa program Islam Itu Indah lebih
beranekaragam, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Menurut Hans
Haryanto, “…Islam Itu Indah goes to school ialah dimana kita ingin pemirsa
Islam Itu Indah itu tidak hanya dari kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak saja,
tapi juga berasal dari kalangan remaja dan anak-anak sekolah...”2
2. Format Non Reguler
Format non reguler ialah format lain yang terdapat di program Islam
Itu Indah. Format ini dilakukan secara off air menggunakan teknik kamera
2 Wawancara pribadi dengan produser program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
51
electronic field production (EFP), yaitu shooting yang dilakukan dengan
hanya menggunakan dua orang camera person yang bertugas mengambil
gambar di lapangan.
Format ini berisi liputan perjalanan atau silaturahmi Ustad ke berbagai
kota dan daerah di Indonesia. Format ini dimaksudkan agar Ustad bisa lebih
dekat dengan masyarakat dan bisa berbagi ilmu dengan mereka. Hans
Haryanto menjelaskan “…Format silaturahmi ialah bagaimana Ustad
bersilaturahmi berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia dengan tujuan
untuk saling berbagi ilmu dengan para masyarakat...”3
Shooting format non reguler ini biasanya dilakukan setiap akhir pekan
selama 2 – 3 hari, yaitu pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu; dan dengan
daerah atau kota tujuan yang berbeda-beda setiap minggunya.
Berikut ini adalah tabel pembagian format program Islam Itu Indah.
Tabel 5
Format Program Islam Itu Indah
No. Reguler (Talkshow on air) Non Reguler (EFP off air)
1 Indoor Silaturahmi luar kota
2 Outdoor
3 Goes to school
3 Wawancara pribadi dengan produser program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
52
B. Proses Produksi Program Islam Itu Indah
Proses produksi program Islam Itu Indah dilakukan dengan beberapa
tahapan, yaitu terdiri atas empat tahapan prosedur kerja untuk memroduksi
program televisi. Alan Wurtzel menyebutnya sebagai four stage of televison
production.
1. Pra Produksi
Tahap pra produksi adalah tahap paling penting dalam sebuah proses
produksi televisi. Tahapan ini bisa dikatakan sebagai jantung dari sebuah
proses produksi. Karena secara keseluruhan proses produksi tidak akan
berjalan dengan baik tanpa ada persiapan dan perencanaan yang baik.
Pada tahap ini, tim program Islam Itu Indah lah yang mengambil peran
penting atas terselenggarnya proses produksi nanti. Tim yang terdiri dari
produser, creative dan production asisstance (PA) akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan job desk-nya masing-masing.
Pada tahapan ini, produser sebagai orang yang bertanggung jawab atas
sebuah program biasanya bertugas melakukan perencanaan biaya produksi,
mulai dari penyewaan tempat, biaya konsumsi, kontrak bintang tamu, serta
biaya sarana dan prasarana lainnya yang dapat menunjang proses produksi.
Produser nantinya juga bertugas mengawasi jalannnya proses produksi dari
awal sampai akhir.
Penentuan tema pembahasan (ceramah) juga dilakukan pada tahapan
ini. Produser dan tim creative bersama-sama melakukan riset (research) dan
pengembangan gagasan (brainstroming) tentang tema yang akan menjadi
53
topik pembahasan. Di sini, tim creative juga akan mendiskusikannya dengan
Ustad Maulana, agar nantinya tema yang didapat lebih beragam dan variatif.
Tema-tema yang diangkat biasanya mengenai kejadian atau masalah-masalah
sosial yang ada di masyarakat saat ini.
Ide atau gagasan merupakan buah pikiran dari seseorang perencana
acara siaran, dalam hal ini adalah produser dan kerabat kerja lainnya. Namun,
ide bisa saja tidak timbul dari satuan kerja produksi, tetapi dapat timbul dari
pihak luar seperti narasumber, event organizer, atau production house. Dalam
mencari ide dan gagasan, seorang produser harus memperhatikan beberapa
hal, antara lain:
a. Apakah ide atau gagasan tersebut cukup menarik
b. Apakah kekuatan yang tersembunyi dalam ide atau gagasan tadi
c. Apabila ide atau gagasan tadi dapat dirubah menjadi program siaran,
sekiranya apa manfaat bagi khalayak dan bagaimana dampaknya
d. Kalau ide tadi diangkat menjadi program siaran, harus ada alasan yang
meyakinkan.4
Setelah tema utama sudah didapat, selanjutnya tim creative akan
kembali melakukan riset dan pengembangan tema sehingga nantinya akan
menghasilkan beberapa sub tema. Setelah semua data dirasa lengkap, barulah
setelah itu tim creative akan menuangkan konsep acara tersebut ke dalam
rundown program. Selain itu, tim creative akan menghubungi para selebritis
4
Darwanto Sastro Soebroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta WacanaUniversity Press, 1994), h. 176.
54
untuk meminta kesediaanya menjadi bintang tamu dalam acara ini, dan juga
menghubungi koordinator para jamaah program Islam Itu Indah untuk
memastikan kesiapan mereka.
Tim PA dalam tahapan ini bertugas mengurusi semua urusan teknis
dan non teknis produksi, mulai lokasi shooting sampai sarana dan prasarana
lainnya seperti peralatan perekam gambar, suara dan tata pencahayaan.
Selama melakukan shooting, tim Islam Itu Indah akan dibantu oleh para kru
facilities. Tim PA-lah yang bertugas melakukan koordinasi dengan para kru
facilities tersebut. Seperti yang dipaparkan produser program Islam Itu Indah
berikut ini.
“Kru yang bertugas yaitu tim Islam Itu Indah dibantu oleh beberapa kru yang terdiri kru facilities seperti campers, audio, lighting, director, floor director, dll, dan mempunyai tugas masing-masing sehingga program Islam Itu Indah bisa terselenggara dengan baik.”5
Biasanya tim PA akan membuat crewcall, yaitu selebaran
pengumuman yang ditempelkan di mading-mading kantor, isinya mengenai
jadwal shooting secara keseluruhan. Tujuannya yaitu untuk memastikan
jadwal shooting agar diketahui oleh seluruh kru produksi program Islam Itu
Indah.
Berikut ini adalah susunan para kru produksi taping program Islam Itu
Indah. (lihat tabel 6 pada halaman berikutnya).
5 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
55
Tabel 6
Kru Produksi Program Islam Itu Indah
No. Jabatan Nama
1 Eksekutif Produser Nur Asfin Mardini
2 Produser Hans Haryanto
3 Creative Gina Herlianawati,
4 Production Assistance (PA) Dadan Trisyana
5 Director Temon
6 Camera Persons
Efiana Ardiyanti
A. Fahry Taringan
M. Huzni
M. Badar Wibowo
7 Floor DirectorCatur Wahyu A.
M. Ali Akbar
8 LightingAde Chandra
Agus Hardianto
9 Audio PersonMaria Ulfa
Ricky Sukarna
10 Video Tape Recorder (VTR) Lia V. P.
11 Camera Control Unit (CCU) Dendy F.
12 Mechanical Electrical Person Pujito
12 Property Yonih Lupoh
13 Technical Support Mustikaning Karana
14 Wardrobe Deasy Rui
15 Talent Bambang Acil
17 Unit Production Manager (UPM) Makmun
56
Perencanaan produksi harus dilakukan semaksimal mungkin agar hasil
produksi yang didapat juga maksimal. Selain itu, perencanaan yang kurang
matang juga nantinya akan berdampak pada pelaksanaan produksi di
lapangan. Pelaksanaan produksi akan terkesan asal dan tidak serius karena
pelaksanaan produksi tidak sesuai dengan yang sudah direncanakan
sebelumnya.
Pada program Islam Itu Indah, hal-hal seperti itu sering ditemukan.
Misalnya saja daftar alat produksi yang tertera pada program-good request
(permintaan barang program) tidak sesuai dengan alat yang ada di lapangan.
Selain itu, terkadang juga ditemukan kualitas alat produksi yang tidak sesuai
dengan standar yang sudah ditetapkan, seperti kamera dan mic yang tidak
dalam kondisi bagus. Hal-hal tersebut tentu saja dapat mengganggu jalannya
proses produksi.
2. Setup dan Rehearsal
Setup dan Rehearsal pada program Islam Itu Indah bisa dibilang
cukup sederhana. Untuk setup misalnya, diperlukan waktu kurang lebih 3 – 4
jam untuk mempersiapkan peralatan seperti kamera, audio, lighting dan
peralatan pendukung lainnya; serta dekorasi seperti karpet, pot, dan properti-
properti lainnya. Jika shooting dilakukan di dalam masjid (indoor), biasanya
setup yang dilakukan sedikit lebih lama daripada shooting outdoor, karena di
indoor properti dan peralatan yang digunakan akan lebih banyak. Jika
shooting dimulai (on cam) pukul 10.00, maka setup sudah harus dilakukan
57
sejak pukul 05.00 atau pukul 06.00. Biasanya setup akan berakhir pada pukul
09.00.
Sedangkan untuk reherasal sendiri biasanya dilakukan kepada para
jamaah dan bintang tamu yang hadir. Proses rehearsal dalam satu kali taping
(episode) biasanya akan memakan waktu 5 – 10 menit. Rehearsal akan
dilakukan oleh pengarah lapangan (floor director) dan tim creative.
Floor director biasanya bertugas mengatur duduk para jamaah secara
keseluruhan dan juga mengatur para bintang tamu kapan mereka akan mulai
muncul di layar (in frame). Tim creative pada proses rehearsal ini bertugas
mengatur para jamaah dan bintang tamu yang ingin bertanya nanti. Proses ini
meliputi: pada segmen berapa jamaah dan bintang bertanya, pertanyaan apa
yang diajukan dan pertanyaan tersebut akan disesuaikan dengan tema dan sub
tema yang sedang dibahas.
Proses setup dan rehearsal ini penting untuk dilakukan karena akan
berdampak langsung pada pelaksanaan produksi nanti. Proses ini bertujuan
untuk meminimalisasi berbagai kesalahan, baik itu kesalahan teknis maupun
non teknis yang terjadi pada saat pelaksanaan produksi di lapangan.
Namun, tahap setup dan rehearsal ini sering dilakukan tidak sesuai
dengan waktu yang sudah ditentukan sebelumnya atau sering mengalami
ketelambatan. Hal itu terjadi karena terlambatnya para pengisi acara serta
pendukung acara lainnya tiba di lokasi shooting. Akibatnya, pelaksanaan
produksi pun menjadi molor atau tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Inkonstistensi waktu sering terjadi pada tahapan ini.
58
3. Pelaksanaan Produksi
Tahap pelaksanaan produksi (shooting) program Islam Itu Indah
dilakukan secara taping/rekaman rutin setiap minggunya, yaitu pada hari
Selasa, Rabu dan Kamis. Dalam sehari biasanya ada sekitar 2 – 4 kali taping
(episode) tergantung kebutuhan.
Pengarah acara (director) berperan penting atas keberhasilan sebuah
proses produksi. Setiap komando yang ada dalam pelaksanaan produksi harus
melalui seorang sutradara/pengarah acara, dan akan diteruskan kepada
pengarah lapangan. Konsep yang sudah dituangkan ke dalam rundown
selanjutnya akan diwujudkan pada proses produksi ini.
Pada tahap pelaksanaan produksi program Islam Itu Indah, dalam satu
kali taping atau per episodenya terdapat lima segmen dengan masing-masing
segmen memiliki durasi yang berbeda-beda. Untuk segmen I, rata-rata total
durasi untuk badan program sekitar 6 – 7 menit. Segmen II – IV, badan
programnya rata-rata sekitar 8 – 10 menit per segmennya. Sedangkan untuk
segmen V, badan programnya rata-rata sekitar 11 menit. Total durasi untuk
badan program secara keseluruhan yaitu sekitar 40 menit. Menurut Hans
Haryanto, “…Dalam durasi 60 menit badan program sekitar 40 menitan., dan
sisanya 20 menit adalah commercial break…”6
6 Wawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto, Jakarta, 26
Maret 2012.
59
Namun, ketika pelaksanaan produksi terkadang ada penambahan
durasi yang tak terduga. Hal tersebut dilakukan mengingat pentingnya pada
saat-saat tertentu untuk melakukan penambahan durasi, misalnya ketika Ustad
sedang menjawab pertanyaan dari para jamaah atau ketika Ustad sedang
melakukan doa bersama para jamaah. Penambahan durasi juga harus
dilakukan dengan berbagai pertimbangan agar tidak terjadi over duration pada
saat pelaksanaan produksi.
Proses pelaksanaan produksi (taping) program Islam Itu Indah
menggunakan empat buah kamera yang terdiri dari kamera I, kamera II,
kamera III dan kamera IV. Keempat kamera tersebut mempunyai fungsi
masing-masing ketika pelaksanaan produksi, yaitu:
a. Kamera I dan III berfungsi untuk mengambil gambar para jamaah dan
bintang tamu.
b. Kamera II sebagai kamera master berfungsi untuk mengambil gambar
Ustad secara kontinu selama proses taping.
c. Kamera IV yang menggunakan jimmy jib berfungsi untuk mengambil
gambar Ustad dan para jamaah secara keseluruhan.
Salah satu unsur penting ketika pengambilan gambar di lapangan ialah
ukuran gambar atau yang lebih sering disebut dengan angle kamera. Angle
kamera yang digunakan pada proses shooting program Islam Itu Indah
bermacam-macam, antara lain:
60
a. Kamera I dan III biasanya mengambil angle para jamaah dan bintang
tamu dengan angle close up, medium close up, two shot dan group
shot.
b. Kamera II mengambil gambar Ustad secara kontinu dengan angle
medium shot atau medium long shot.
c. Sedangkan kamera IV mengambil gambar Ustad dan para jamaah
secara keseluruhan dengan angle wide shot.
Unsur penting lainnya yang tidak boleh terlupakan dalam hal
pengambilan gambar ialah teknik pengambilan gambar. Teknik pengambilan
gambar ini meliputi pergerakan kamera serta pergerakan objek gambar.
Pada proses shooting program Islam Itu Indah, teknik pengambilan
gambar yang digunakan juga bervariasi. Kamera I dan III biasanya
mengobinasikan angle kamera yang digunakan dengan teknik panning.
Kamera II yang berfungsi mengambil gambar Ustad secara kontinu juga akan
melakukan kombinasi pengambilan gambar dengan teknik pan dan tilit, yaitu
dengan cara mengikuti objek serta memperbaiki posisi.
Mengikuti objek berarti kamera akan bergerak mengikuti pergerakan
objek, namun komposisi gambar dari objek tersebut akan berubah.
Sedangkan, memperbaiki posisi yaitu di mana kamera harus bergerak dengan
pan, tilt dan zoom agar dapat mempertahankan komposisi terbaiknya terhadap
suatu objek yang sedang bergerak.7
7 Morrisan, M. A, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Jakarta: Kencana. 2008), h. 106.
61
Sebagai contoh, Ustad yang sedang berdiri dengan angle kamera
medium long shot, tiba-tiba duduk menghampiri salah satu jamaahnya. Dalam
keadaan seperti itu, kamera harus bergerak secara pan, tilt down dan zoom in
sesuai kebutuhan, agar posisi Ustad di dalam kamera tetap berada dalam
komposisi gambar yang baik.
Selanjutnya, Kamera IV yang menggunakan jimmy jib akan
melakukan beberapa kombinasi teknik pergerakan kamera. Misalnya pan dan
tilt akan dikombinasikan dengan teknik pergerakan kamera yang menjauhi
objek. Maksudnya di sini, kamera akan mengambil gambar wide shot dengan
teknik pan dan tilt, yang secara perlahan akan bergerak menjauhi objek secara
keseluruhan. Biasanya teknik shot ini dilakukan pada saat memulai dan
mengakhiri suatu segmen.
Dalam pelaksanaan produksi ada beberapa hal yang harus diperhatikan
agar pelaksanaan produksi dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil
yang maksimal, yaitu:
a. Semua peralatan yang digunakan harus ready for use.
b. Artis dan para pengisi acara lainnya harus sudah siap sebelum
shooting dilakukan.
c. Pengarahan harus diberikan kepada pada pengisi acara tentang hal-hal
yang dipandang perlu.
d. Jangan lupa mengontrol hal-hal kecil yang biasanya sering terlupakan.
e. Mulailah tepat pada waktunya, kecuali ada hal-hal khusus yang
menyebabkan keterlambatan. Kalau sampai terjadi hal demikian,
62
segera beritahukan kepada seluruh kru yang bertugas serta pengisi
acara lainnya, dan usahakan pastikan berapa lama harus menunggu.
f. Jangan segan-segan mengulangi shot yang tidak memuaskan dan juga
untuk mendapatkan stock shot sebanyak-banyaknya, dan pasti akan
dipergunakan pada saat editing nanti.8
Akibat perencanaan yang kurang matang pada tahap pra produksi,
maka hal itu akan berdampak juga pada tahapan pelaksanaan produksi.
Pelaksanaan produksi menjadi terganggu karena antara yang sudah
direncanakan tidak sesuai dengan apa yang terjadi. Perencanaan produksi
dengan pelaksanaan produksi menjadi tidak relevan dan mengalami gangguan.
Pada program Islam Itu Indah hal-hal seperti itu sering terjadi,
misalnya saja artis yang membatalkan niatnya untuk hadir menjadi bintang
tamu dalam taping program Islam Itu Indah, dan itu baru diketahui menjelang
pelaksanaan produksi.
Selain itu ditemukan juga seperti adanya sarana dan prasarana yang
tidak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan, misalnya kamera
dan audio dengan kondisi kurang bagus. Selain itu, ditemukan juga sarana dan
prasarana produksi yang tidak sesuai dengan kuantitas yang telah
direncanakan, misalnya saja dekorasi panggung kurang maksimal disebabkan
kurangnya berbagai properti pendukung lainnya.
8 Darwanto S, Manajemen Produksi Acara Siaran (Multi Media Training Centre [MMTC],
1992), h. 182.
63
4. Post Produksi
Setelah pelaksanaan produksi di lapangan selesai, proses produksi
akan berlanjut pada tahapan post/pasca produksi. Tahap post produksi dalam
sebuah program ialah tahap editing. Proses produksi program Islam Itu Indah
juga melalui tahapan ini, karena pelaksanaan produksi/shooting program
Islam Itu Indah dilakukan secara taping/rekaman.
Pada program Islam Itu Indah, proses editing dilakukan oleh seorang
editor dan dibantu oleh tim Islam Itu Indah yang terdiri dari produser, PA dan
creative. Tim Islam Itu Indah akan memberikan penjelasan-penjelasan kepada
editor terkait dengan isi materi editing. Tim Islam Itu Indah membantu
jalannya proses editing dengan tujuan agar proses editing dapat berjalan
dengan baik sebagaimana mestinya, serta lebih terarah. Selain itu, pada
tahapan ini produser juga akan mengontrol dan memonitoring jalannya proses
editing dari awal sampai akhir, agar hasil editing yang didapat sesuai dengan
konsep yang sudah ditetapkan bersama oleh tim Islam Itu Indah.
Proses editing program Islam Itu Indah setiap episodenya biasanya
memakan waktu hingga 1 ½ shift. Satu shift bila dalam hitungan jam yaitu
sekitar 8 jam. Jadi, untuk menyelesaikan satu episode kira-kira diperlukan
waktu sekitar 12 jam. Namun, dalam prosesnya sering terjadi penambahan
waktu editing karena masih ada hal-hal yang belum diselesaikan sebelumnya,
misalnya belum memasukan grafis, narasi dan sebagainya.
Proses editing pada program Islam Itu Indah meliputi berbagai hal,
antara lain:
64
a. Merapikan gambar, yaitu melakukan cut to cut gambar hasil shooting
yang disesuaikan dengan naskah/rundown.
b. Pengisian opening break bumper (OBB).
c. Memasukan grafis, seperti memasukan peta lokasi, ayat Al Quran,
Hadis dan sebagainya sesuai kebutuhan.
d. Pengisian narasi.
e. Pengisian template/pemangku gelar para pengisi acara.
f. Serta melakukan pengisian credit tittle yang berisi nama para kru
produksi dan dewan direksi program Islam Itu Indah Trans TV.
Agar proses editing tidak mengalami keterlambatan, sebaiknya
sebelum pelaksanaan editing harus telah disiapkan:
a. Shooting script/rundown lengkap.
b. Sound ilustration dan sound effect.
c. Grafik pemangku gelar.
d. Dan menyiapkan berbagai insert lainnya yang dibutuhkan.9
Setelah proses editing selesai, tahap berikutnya adalah tahap evaluasi
terhadap hasil produksi/editing. Produser dan eksekutif produser akan
mengevaluasi hasil produksi dengan cara me-review atau melihat kembali
hasil editing apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
Selanjutnya, sebelum hasil produksi benar-benar siap untuk
ditayangkan, tahap evaluasi berikutnya dilakukan oleh bagian programming
9 Darwanto S, Manajemen Produksi Acara Siaran (Multi Media Training Centre [MMTC],
1992), h. 182.
65
Trans TV, yaitu dengan cara mengontrol kualitas (quality control) hasil
editing apakah sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh divisi
programming Trans TV, baik dari segi gambar maupun suara. Hasil dari
quality control akan menentukan apakah hasil produksi tersebut layak tayang
atau tidak untuk ditayangkan sesuai dengan standar kalayakan yang ada.
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Proses Produksi Program
Islam Itu Indah
Dalam memroduksi sebuah program televisi tentu tidak semudah yang
dibayangkan. Pasti ada kendala atau faktor penghambat yang akan dihadapi ketika
melaksanakan proses produksi tersebut. Namun, ada pula faktor pendukung yang
membuat proses produksi tersebut berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
Pada produksi program Islam Itu Indah sendiri juga terdapat faktor
pendukung dan faktor penghambat dalam proses produksinya, antara lain:
1. Faktor pendukung:
a. Teknis
1) Genset dalam kondisi bagus, sehingga pasokan listrik pada saat
shooting tidak terganggu.
2) Lighting tidak bermasalah sehingga menghasilkan kualitas gambar
yang yang bagus.
3) VTR berfungsi dengan baik, sehingga dapat merekam gambar dan suara
sebagaimana mestinya.
66
4) Serta peralatan-peralatan lainnya yang berfungsi dengan baik sehingga
dapat mendukung jalannya proses produksi.
b. Non Teknis
1) Cuaca yang sedang bagus/cerah jika proses pelaksanaan produksi
dilakukan dengan konsep outdoor.
2) Jika dalam pelaksanaan produksi (konsep outdoor) terjadi hujan, maka
ada lokasi lain/backup lokasi yang dapat digunakan, seperti di aula atau
di tempat-tempat lainnya.
2. Faktor Penghambat/Kendala yang dihadapi:
a. Teknis
1) Listrik yang tiba-tiba mati pada saat shooting.
2) Genset yang tiba-tiba meledak pada saat pelaksanaan produksi.
3) Audio yang bermasalah, sehingga mengganggu jalannya komunikasi
para kru dilapangan, dan dapat mengakibatkan miss communication.
b. Non teknis
1) Artis/bintang tamu yang telat datang, sehingga proses shooting jadi
terlambat.
2) Hujan yang turun ketika pelaksanaan produksi dengan konsep
outdoor.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara umum, format program Islam Itu Indah terbagi menjadi dua macam,
yaitu format reguler dan non reguler. Format reguler terdiri atas beberapa
jenis, yaitu indoor, outdoor, dan goes to school. Pada jenis indoor, proses
produksi dilakukan di dalam ruangan yaitu di dalam masjid dan dihadiri oleh
para jamaah dari beberapa majelis taklim. Pada jenis outdoor, proses produksi
dilakukan di luar ruangan seperti di tempat-tempat wisata atau di tempat-
tempat lainnya, serta masih dihadiri oleh para jamaah majelis taklim. Pada
jenis goes to school, proses produksi dilakukan di sekolah-sekolah, baik itu di
SD, SMP ataupun SMA, dan para jamaahnya berasal dari siswa-siswi sekolah
yang bersangkutan.
Sedangkan format non reguler yaitu shooting yang dilakukan secara
off air menggunakan teknik kamera electronic field production (EFP), yaitu
shooting yang dilakukan dengan hanya menggunakan dua camera person
yang bertugas mengambil gambar di lapangan. Format ini berisi liputan
perjalanan/silaturahmi Ustad ke berbagai kota dan daerah di Indonesia.
2. Proses produksi program Islam Itu Indah terdiri dari beberapa tahapan, yaitu
pra produksi, setup dan rehearsal, pelaksanaan produksi, dan post produksi.
Tahap pra produksi meliputi research dan brainstroming tentang tema
pembahasan oleh tim Islam Itu Indah yang terdiri dari produser, tim creative
68
dan tim production assistance (PA); perencanaan biaya produksi oleh
produser; serta menyiapkan sarana dan prasarana produksi oleh tim PA.
Tahap setup dan rehearsal program Islam Itu Indah meliputi berbagai
hal. Untuk setup di antaranya: persiapan dan pengaturan peralatan shooting
seperti kamera, sound, lighting, dll; serta dekorasi panggung seperti karpet,
pot, dan berbagai properti lainnya. Sedangkan rehearsal (gladi resik)
dilakukan oleh pengarah lapangan kepada para jamaah dan bintang tamu.
Tahap pelaksanaan produksi/taping program Islam Itu Indah terbagi
menjadi lima segmen dengan durasi sekitar 7 – 11 menit setiap segmennya,
dengan total badan program sekitar 40 menit. Selain itu, taping program Islam
Itu Indah menggunakan empat buah kamera yang terdiri dari satu kamera
master, satu kamera jimmy jib, dan dua kamera lainnya.
Tahap post produksi yaitu tahap editing yang meliputi merapikan
gambar (cut to cut), pengisian OBB, narasi, grafis, pemangku gelar
(template), credit tittle, dan lain sebagainya. Selanjutnya hasil editing
dievaluasi dengan cara di-review oleh eksekutif produser, produser dan bagian
programming Trans TV.
3. Pada produksi program Islam Itu Indah juga terdapat faktor pendukung dan
faktor penghambat dalam proses produksinya. Berbagai faktor tersebut ada
yang bersifat teknis dan non teknis. Teknis biasanya berhubungan dengan
sarana dan prasarana produksi seperti kamera, audio, lighting; dan non teknis
seperti kondisi cuaca, pengisi acara dan sebagainya.
69
B. Saran
1. Kepada para pengelola program siaran di televisi pada umumnya, hendaknya
ketika melakukan proses produksi harus melalui perencanaan yang matang
sehingga hasil produksi yang didapat pun sesuai dengan yang diharapkan.
2. Kepada pengelola program Islam Itu Indah, alangkah baiknya jika program
Islam Itu Indah bisa ditayangkan secara langsung/live. Dengan ditayangkan
secara live, maka tidak hanya jamaah yang ada di studio saja yang bisa
bertanya langsung pada Ustad Maulana, tapi jamaah yang ada di rumah juga
bisa bertanya langsung pada Ustad Maulana. Karena selama ini feedback yang
terjadi bersifat tidak langsung dan terlambat, yaitu hanya melalui twitter saja.
3. Selain itu, untuk setting, dekorasi dan suasana panggung (lokasi shooting)
hendaknya dirubah dalam jangka waktu tertentu (per minggu atau per bulan),
agar pemirsa di rumah tidak bosan dan lebih tertarik untuk menyaksikan
program Islam Itu Indah.
4. Kepada narasumber program Islam Itu Indah, pengemasan dakwahnya agar
lebih menggunakan bahasa yang bisa dimengerti dan diterima oleh semua
kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Karena seperti yang
diketahui segmentasi penonton Islam Itu Indah berasal dari berbagai kalangan
dan dengan latar belakang yang berbeda.
70
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam. Jakarta: Amzah. 2008.
Andres, Yofy. Analisis Produksi Program Drama Komedi Sitkom OB (Office Boy) di RCTI. Jakarta: Fidkom UIN Jakarta. 2009.
Arifin, Muzayyin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara. 1993.
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. 2002.
Djamak, Hidajanto dan Andi Fachruddin. Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional dan Regulasi. Jakarta: Kencana. 2011.
Efendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pusaka. Jilid 16.
Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1996.
Kurniawan, Mochammad Zuhdi. Analisis Produksi Program Jejak Islam di TV ONE. Jakarta: Fidkom UIN Jakarta. 2009.
Maulana, Iraham. Analisis Produksi Program Apa Kabar Indonesia di TV ONE. Jakarta: Fidkom UIN Jakarta. 2010.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2009.
Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana. 2008.
. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana. 2011.
71
Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid U. Teori Komunikasi Massa. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
Muda, Deddy Iskandar. Jurnalistik Televisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005.
Muis, Abdul. Komunikasi Islam.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2001.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011.
Prastowo Andi. Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2007.
Rosyidi, Lathief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: FirmaRimbow. 1989.
S, Darwanto. Manajemen Produksi Acara Siaran. Multi Media Training Centre (MMTC). 1992.
Soenarto, RM. Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran. Jakarta: FFTK-IKJ Press. 2007.
Subroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi. Jogjakarta: Duta Wacana University Press. 1994.
Sunandar. Telaah Format Keagamaan di Televisi: Studi Deskriptif Analisis TPI. Yogyakarta: Tesis. 1998.
Tim Islam Itu Indah. Production Book (PB) Program Islam Itu Indah. Jakarta: Tim I3. 2010.
Wibowo, Fred. Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher. 2007.
INTERNEThttp://www.transtv.co.id
72
HASIL WAWANCARAWawancara Pribadi dengan Produser Program Islam Itu Indah Hans Haryanto.
Jakarta, 26 Maret 2012.
Wawancara Pribadi dengan Narasumber Program Islam Itu Indah Ustad M. Nur Maulana. Jakarta, 8 April 2012.
LAINNYADokumen Pribadi Tim Islam Itu Indah
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Mei 2012
Rasyid Hartadi