analisis potensi dan strategi pengembangan sektor...
TRANSCRIPT
ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JOMBANG
JAWA TIMUR
SKRIPSI PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
HANIDA AYU ARNIAWANTY NIM.105080400111036
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2014
ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JOMBANG
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGROBISNIS PERIKANAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
HANIDA AYU ARNIAWANTY NIM.105080400111036
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2014
SKRIPSI ANALISIS POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN
TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JOMBANG JAWA TIMUR
Oleh : HANIDA AYU ARNIAWANTY
NIM. 105080400111036
telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 21 April 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat SK Dekan No. :
Tanggal :
Menyetujui,
Dosen Penguji I Dosen Pembimbing I
(Dr. Ir. Agus Tjahjono, MS) (Dr. Ir. Nuddin Harahap, MP) Tanggal : Tanggal :
Dosen Penguji II Dosen Pembimbing II
(Dr. Ir. Anthon Efani, MS) (Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP)
Tanggal : Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Jurusan
(Dr. Ir. Nuddin Harahap, MP)
Tanggal :
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hanida Ayu Arniawanty
NIM : 105080400111036
Judul Skripsi : Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Sektor Perikanan
Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang,
Jawa Timur
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar –
benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain
kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 15 April 2014
Mahasiswa
(Hanida Ayu Arniawanty)
RINGKASAN
HANIDA AYU ARNIAWANTY. Penelitian Skripsi tentang “Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang, Jawa Timur” (di bawah bimbingan Dr. Ir. Nuddin Harahap, MP. dan Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP.)
Perikanan merupakan sektor yang penting. Namun di Indonesia, sektor ini belum dikelola dengan baik. Bagaimanapun juga pemerintah berusaha membangun sektor ini dan diarahkan ke peningkatan pendapatan nelayan atau pembudidaya ikan. Secara ekonomi, pengelolaan perikanan ditujukan untuk memaksimalkan pendapatan daerah. Otonomi daerah tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya dukungan dari kemampuan keuangan daerah yang memadai. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan undang – undang yang berlaku. Penelitian skripsi ini dilakukan di Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur pada tanggal 6 – 29 Januari 2014.
Tujuan dilaksanakannya penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang, kontribusi yang diberikan sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang, hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang dan Strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara yang akan dilakukan kepada orang kunci yang mengetahui informasi yang dituju dalam penelitian ini mengenai potensi perikanan di Kabupaten Jombang. Sedangkan, sumber data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari dokumen – dokumen Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Jombang. Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.
Potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang terdiri dari potensi usaha perikanan tangkap pada sungai dan waduk, potensi budidaya perikanan air tawar pada kolam dan keramba, potensi sumber air dan tanah yang mempunyai kualitas baik untuk budidaya perikanan, potensi pemasaran hasil perikanan yang pengirimannya sudah meliputi beberapa kota dan meningkatnya jumlah permintaan produk perikanan yang ditandai dengan peningkatan jumlah konsumsi ikan. Besar produksi pada penangkapan perairan umum adalah 196,90 ton/tahun, produksi pada budidaya kolam sebesar 15.550,40 ton/tahun, produksi pada budidaya keramba sebesar 1,3 ton/tahun, produksi olahan ikan sebesar 549.372 kg/tahun dan volume
pemasaran hasil perikanan sebesar 622.522 kg/tahun untuk ikan segar dan 9.222 kg/tahun untuk produk olahan ikan.
Kontribusi sektor perikanan terhadap PAD Kabupaten Jombang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 PAD dari sektor perikanan sebesar Rp 27.650.000 atau 0,00028% dari keseluran PAD, pada tahun 2009 PAD sektor perikanan sebesar Rp 31.802.000 atau 0,00035% dari keseluruhan PAD, tahun 2010 PAD dari sektor perikanan sebesar Rp 34.525.000 atau 0,00031% dari keseluruhan PAD, tahun 2011 PAD dari sektor perikanan sebesar Rp 31.241.000 atau 0,00025% dari keseluruhan PAD dan pada tahun 2012 PAD sektor perikanan sebesar Rp 48.508.800 atau 0,00029% dari keseluruhan PAD Kabupaten Jombang. Analisis hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang mendapatan nilai koefisien korelasi sebesar 0 yang artinya bahwa hasil sektor perikanan di Kabupaten Jombang tidak memiliki hubungan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. Sehingga apabila nilai sektor perikanan meningkat atau menurun, tidak akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya meningkatan kontribusi terhadap Pendapatn Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang adalah dengan bantuan subsidi dari pemerintah terhadap pembudidaya berupa pakan, benih dan kolam, melakukan Kerja Sama Operasional (KSO) antara pemerintah dengan swasta dan memberikan penyuluhan kepada kelompok pembudidaya dalam mengatasi penyakit ikan seperi cacar, kembung dan jamur.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyajikan Laporan Skripsi
dengan judul Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Sektor Perikanan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang Jawa Timur sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Laporan penelitian ini akan membahas secara rinci tentang potensi – potensi
perikanan di Kabupaten Jombang yang meliputi: luas lahan perikanan, hasil
produksi perikanan, kualitas sumber air dan tanah, pendapatan nelayan dan
pembudidaya ikan serta sumberdaya manusia yang ada di Kabupaten Jombang.
Dalam otonomi daerah, pendapatan daerah merupakan faktor yang penting
dalam melaksanakan pembangunan daerah. Oleh karena itu dalam penulisan ini
juga akan dibahas mengenai besarnya kontribusi sektor perikanan dan
hubungannya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Selain itu, dalam penulisan ini juga akan dibahas mengenai permasalahan sektor
perikanan di Kabupaten Jombang yang meliputi faktor internal berupa kekuatan dan
kelemahan sektor perikanan Kabupaten Jombang dan faktor eksternal berupa
peluang dan ancaman sektor perikanan Kabupaten Jombang. Dengan dasar
tersebut, maka akan disusun strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya
meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Jombang yang akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT.
Tidak lupa, penulis juga mohon maaf karena penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mohon adanya kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan ke depannya. Semoga dengan terselesaikannya laporan skripsi ini
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Malang, 15 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………………… i LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………………………. Ii LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………………….. iii RINGKASAN …………………………………………………………………………. v KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. vii DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ix DAFTAR TABEL …………………………………………………………………. xi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………. xiii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………. xiv 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1 1.2 Perumusan Masalah ………………………………………………………… 4 1.3 Tujuan ………………………………………………………………………….. 5 1.4 Kegunaan …………………………………………………………………. 6
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam ………………………………………………………… 7 2.2 Jenis Sumber Daya Alam ……………………………………………….. 8 2.3 Sumber Daya Perikanan ……………………………………………….. 9 2.4 Potensi Perikanan ………………………………………………………… 10 2.5 Usaha Budidaya Perikanan ……………………………………………….. 11 2.6 Pembangunan Perikanan ……………………………………………….. 11 2.7 Otonomi Daerah 2.7.1 Pengertian Otonomi Daerah ………………………………………. 12 2.7.2 Asas – Asas Dalam Otonomi Daerah ……………………………… 13 2.7.3 Tujuan Otonomi Daerah ……………………………………………….. 14 2.8 Sumber Penerimaan Daerah ……………………………………………….. 14 2.9 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2.9.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ……………………… 15 2.9.1 Sumber – Sumber Pendapata Asli Daerah (PAD) ……………... 16
2.10 Analisis Korelasi 2.10.1 Pengertian Korelasi …………………………………………………. 17 2.10.2 Kegunaan Korelasi …………………………………………………. 18 2.10.3 Karakteristik Korelasi …………………………………………………. 18 2.10.4 Koefisien Korelasi …………………………………………………. 19
2.11 Analisis SWOT ………………………………………………………….. 20
3. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………… …….. 27 3.2 Pendekatan / Jenis Penelitian ……………………………………….. 27 3.3 Jenis dan Sumber Data ………………………………………………… 28 3.4 Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………… 29 3.5 Teknik Penentuan Key Informant ……………………………………….. 29 3.6 Metode Analisis Data …………………………………………………………. 30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Kabupaten Jombang ……………… 38 4.1.2 Pemerintahan Daerah ………………………………………………… 39 4.1.3 Kependudukan dan Tenaga Kerja ……………………………….. 39 4.1.4 Keadaan Umum Perikanan ……………………………..…………. 40 4.2 Potensi Sektor Perikanan di Kabupaten Jombang ………………………. 41 4.2.1 Penangkapan di Perairan Umum ………………………………. 42 4.2.2 Budidaya Air Tawar ………………………………………………... 43 4.2.3 Sumber Air …………………………………………………………. 48 4.2.4 Keadaan Tanah …………………………………………………………. 50 4.2.5 Pengolahan Ikan ………………………………………………… 51 4.2.6 Ikan Hias Air Tawar ………………………………………………… 52 4.2.7 Pemasaran Hasil Perikanan ………………………………………… 53 4.2.8 Tingkat Konsumsi Ikan …………………………………………………. 54 4.2.9 Penghasilan Rata –Rata …………………………………………………. 55 4.2.10 Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Perikanan ……………… 56 4.2.11 Balai Benih Ikan (BBI) ………………………………………………… 57 4.2.12 Sentra Aquabis Perikanan (SAP) ………………………………. 60 4.3 Kontribusi Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang …………………………………………………………. 61 4.4 Hubungan Antara Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang ………………………………………………………….. 64 4.5 Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dalam Upaya Meningkatkan Kontribusi terhadap PAD Kabupaten Jombang ……………………….. 65 4.5.1 Identifikasi Variabel Kekuatan ………………………………………… 66 4.5.2 Identifikasi Variabel Kelemahan ……………………………….. 68 4.5.3 Identifikasi Variabel Peluang ………………………………………… 70 4.5.4 Identifikasi Variabel Ancaman ………………………………………… 71 4.5.5 Analisis Matrik IFAS dan EFAS ………………………………………… 71 4.5.6 Analisis Matrik SWOT …………………………………………………. 73 4.5.7 Analisis Matrik Grand Strategi ………………………………………… 74 4.5.8 Implementasi Strategi …………………………………………………. 76 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ………………………………………………………………….. 78 5.2 Saran …………………………………………………………………………… 79 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 80 LAMPIRAN …………………………………………………………………………… 82
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman 1. Produksi Perikanan Kabupaten Jombang Menurut Kecamatan Pada Tahun 2009 (dalam ton) …………………………………………. ……. 3 2. Contoh dari Tabel EFAS ……………………………………………….............. 23 3. Contoh dari Tabel IFAS ……………………………………………………….. 24 4. Contoh dari Tabel Matrik SWOT ………………………………………………. 25 5. Variabel untuk Menganalisis Potensi Sektor Perikanan di Kabupaten
Jombang ………………………………………………………………………… 31
6. Skala Kemampuan Keuangan Daerah ………………………………………. 32 7. EFAS …………………………………...……………………………………. 36 8. IFAS ………………………………...………………………………………. 36 9. Matrik SWOT ………………………………...………………………………. 37 10. Jumlah Apartur Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang ……………… 39 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2013 ………………………. 39 12. Jenis Usaha Perikanan di Kabupaten Jombang ........................................... 41 13. Potensi Perairan Umum di Kabupaten Jombang ………………………………. 42 14. Hasil Produksi Penangkapan di Perairan Umum ………………………………. 42 15. Potensi Luas Lahan Perikanan di Kabupaten Jombang ………………………. 43 16. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kolam ………………………………. 45 17. Penggunaan Pupuk pada Budidaya Kolam ………………………………. 45 18. Jumlah Produksi Budidaya Kolam di Kabupaten Jombang ……………… 46 19. Jumlah RTP Keramba di Kabupaten Jombang Tahun 2012 ……………… 47 20. Jumlah Benih Ikan yang Ditanam Tahun 2012 ………………………………. 47 21. Jumlah Produksi Budidaya Keramba di Kabupaten Jombang …………….. 47
22. Nama, Panjang dan Debit Air di Kabupaten Jombang ……………………… 48 23. Jenis Tanah di Kabupaten Jombang ………………………………………. 49 24. Jenis Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Jombang Tahun 2012 …….. 51 25. Hasil Produksi Ikan Hias di Kabupaten Jombang Tahun 2012 ……………… 52 26. Pengiriman Ikan ke Luar Daerah Tahun 2012 ………………………………. 52 27. Pemasukkan Ikan dari Luar Daerah Tahun 2012 ………………………. 53 28. Konsumsi Ikan Tahun 2010 – 2012 ……………………………………….. 54 29. Pendapatan Nelayan di Kabupaten Jombang ………………………………. 55 30. Pendapatan Pembudidaya Ikan di Kabupaten Jombang ……………… 55 31. Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2010 – 2012 ………………………………. 56 32.Data Induk Ikan Produktif di UPTD Pengembangan Perikanan Tahun 2011 ………………………………………………………………… 58 33. Data Induk Ikan Produktif di UPTD Pengembangan Perikanan Tahun 2012 ………………………………………………………………… 58 34. Data Produk Benih Tahun 2011 – 2012 ……………………………………….. 58 35. Pembesaran Ikan Tahun 2011 ………………………………………………… 59 36. Pembesaran Ikan Tahun 2012 ……………………………………………….. 59 37. Hasil Produksi SAP Tahun 2013 ……………………………………………….. 60 38. Data Realisasi Pendapatan Sektor Perikanan ………………………………. 62 39. Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PAD Kabupaten Jombang Tahun 2008 – 2012 ………………………………………………………… 62 40. Rata – Rata Kontribusi Seluruh Sektor Terhadap PAD Kabupaten Jombang 63 41. Analisis ,atrik IFAS dan EFAS ………………………………………………… 71 42. Matrik Faktor Strategi Eksternal ………………………………………………… 72 43. Matriks SWOT …………………………………………………………………. 73 44. Hasil Analisis SWOT ………………………………………………………… 74
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Analisis SWOT ………………………………………………………….. 26 2. Diagram Analisis SWOT ………………………………………………….. 37 3. Diagram Analisis SWOT ………………………………………………….. 74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Peta Kabupaten Jombang ………………………………………... 82 2. Perhitungan Nilai Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Jombang ………………………………………………… 83 3. Analisis Korelasi antara Sektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Jombang ………………………………………………… 87
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu wilayah terdapat banyak kekayaan alam. Kekayaan alam tersebut
dapat menghasilkan keuntungan dan manfaat yang besar apabila diolah dengan
baik. Apabila suatu wilayah mengandung banyak kekayaan alam, namun tidak ada
pengetahuan dan teknologi yang dapat diterapkan dengan baik, maka kekayaan
tersebut dapat dikatakan tidak mempunyai harga. Sebaliknya, meskipun ada
kemampuan berupa pengetahuan dan keterampilan tinggi, tetapi tidak dipraktekkan
karena tidak ada kesempatan atau karena faktor – faktor lain yang tidak
memungkinkan interaksi, maka semua itu menjadi tidak berguna.
Sumberdaya adalah suatu konsep yang dinamis, sehingga ada kemungkinan
bahwa perubahan dalam informasi, teknologi dan relatif kelangkaannya dapat
berakibat sesuatu yang semula dianggap tidak berguna menjadi berguna dan
bernilai. Jelas apa yang kita anggap sebagai sumberdaya akan tergantung pada
kondisi yang diwariskan di masa lalu, teknologi sekarang dan masa mendatang,
kondisi ekonomi dan juga selera (Reksohadiprodjo dan Pradono, 1988).
Perikanan merupakan sektor yang penting. Namun di Indonesia, sektor ini
belum dikelola dengan baik. Bagaimanapun juga pemerintah berusaha membangun
sektor ini dan diarahkan ke peningkatan pendapatan nelayan atau pembudidaya
ikan. Menurut Erwadi dan Syafri (2003) dalam Rakalela (2009), peluang bisnis
kelautan dan perikanan setidaknya dapat dilihat dari dua faktor, yakni faktor internal
berupa potensi sumberdaya kelautan dan perikanan, potensi sumberdaya manusia,
teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran, dan faktor eksternal yang
2
berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan syarat-syarat yang
menyertai permintaan tersebut dalam persaingan dengan daerah atau negara lain.
Secara ekonomi, pengelolaan perikanan ditujukan untuk memaksimalkan
pendapatan daerah. Pencapaian pendapatan maksimum nelayan atau pembudidaya
ikan dihadapkan pada berbagai faktor pembatas, seperti potensi sumberdaya, harga
input-output sumberdaya, tenaga kerja, modal, faktor musim dan input penunjang
lainnya.
Tidak dapat disangkal bahwa otonomi daerah tidak akan dapat dilaksanakan
secara baik tanpa didukung oleh kemampuan keuangan daerah yang memadai.
Karena itulah pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya melalui
Undang – Undang No.32 Tahun 2004 (Sjafrizal, 2001).
Kabupaten Jombang cukup potensial untuk pengembangan budidaya ikan baik
kolam maupun keramba. Mengingat permintaan produk ikan cenderung mengalami
kenaikan dan ketersediaan lahan maupun sarana untuk budidaya ikan cukup baik.
Komoditi yang potensial dan mempunyai prospek yang cukup besar untuk
dikembangkan di Kabupaten Jombang antara lain Gurame, Lele, Tombro, Patin, dan
Lobster air tawar (Portal Resmi Kabupaten Jombang, 2012). Pengembangan
budidaya ikan juga tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Jombang, contohnya
di daerah Ngoro, Tembelang, Megaluh, dan Peterongan. Produksi perikanan
Kabupaten Jombang menurut kecamatan pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel
1.
3
Tabel 1. Produksi Perikanan Kabupaten Jombang menurut Kecamatan pada Tahun 2009 (dalam ton)
Kecamatan Perairan
Umum Sawah
Tambak Kolam Mina
Padi Karamba Jumlah
Bandar Kd.My 18,80 - 473,90 - - 492,70
Perak 6,30 - 243,80 - - 250,10
Gudo 9,80 - 260,60 - - 270,40
Diwek 6,80 - 1.288,10 - - 1.294,90
Ngoro 12,50 - 1.542,20 - 29,10 1.583,50
Mojowarno 7,60 - 508,80 - - 516,40
Bareng 12,40 - 90,00 - - 102,40
Wonosalam 4,60 - 0,40 - - 5,00
Mojoagung 10,30 - 418,90 - - 429,20
Sumobito 6,50 - 438,90 - - 445,40
Jogoroto 5,20 - 1.208,00 - - 1.213,20
Peterongan 7,60 - 525,10 - - 532,70
Jombang 5,30 - 470,90 - - 476,20
Megaluh 20,50 - 168,20 - - 188,70
Tembelang 8,50 - 305,30 - - 313,80
Kesamben 17,40 - 660,50 - - 677,90
Kudu 6,30 - 3,20 - - 9,50
Ngusikan - - 136,80 - - 136,80
Ploso 19,40 - 43,10 - - 62,50
Kabuh 1,20 - 0,50 - - 1,70
Plandaan 21,30 - 6,20 - - 27,50
Sumber: Kabupaten Jombang, 2009
Dari tabel produksi perikanan di Kabupaten Jombang menurut kecamatan
pada tahun 2009 dapat diketahui bahwa kecamatan yang memiliki potensi dalam
menghasilkan jumlah produksi perikanan yang cukup besar adalah Kecamatan
Diwek, Ngoro dan Jogoroto.
4
Untuk mengetahui potensi perikanan dan mengetahui besar kontribusi sektor
perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang, maka
penelitian ini perlu dilaksanakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat untuk mengembangkan usaha perikanan di Kabupaten Jombang.
1.2 Perumusan Masalah
Kabupaten Jombang memiliki potensi yang cukup tinggi dalam sektor
perikanan walaupun Kabupaten Jombang bukan merupakan kawasan pesisir.
Pengembangan budidaya ikan tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Jombang.
Produksi perikanan di Kabupaten Jombang meliputi produksi perikanan perairan
umum, sawah tambak, kolam, mina padi, dan keramba. Permintaan produk
perikanan semakin tahun semakin meningkat. Komoditi perikanan yang sangat
potensial yang dibudidayakan adalah ikan gurame, ikan lele, ikan tombro, ikan patin,
dan lobster air tawar. Kabupaten Jombang juga merupakan sentra penghasil ikan
lele terbesar di Jawa Timur. Selama ini Kabupten Jombang menjadi pemasok
terbesar ikan lele Jawa Timur dari hasil budidaya selain Kabupaten Tulungagung.
Selain usaha budidaya perikanan darat, peluang investasi komoditi perikanan
dalam usaha pembenihan dan olahan hasil perikanan juga sangat potensial di
Kabupaten Jombang. Untuk pembenihan peluang usaha masih cukup besar.
Menurut Portal Resmi Kabupaten Jombang (2012), BBI Ngoro hanya mampu
mensuplai 40% kebutuhan benih masyarakat, khususnya masyarakat Jombang.
Dari uraian di atas, sektor perikanan di Kabupaten Jombang seharusnya dapat
memberikan kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Jombang mengingat potensi sektor perikanan yang ada cukup potensial
untuk dikembangkan. Oleh karena itu diperlukan adanya strategi pengembangan
5
yang tepat untuk meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang?
2. Berapa besar kontribusi yang diberikan sektor perikanan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang?
3. Bagaimana hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jombang?
4. Bagaimana strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya
meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Jombang?
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis:
1. Potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang.
2. Kontribusi yang diberikan sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
3. Hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Jombang.
4. Strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya meningkatkan
kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
6
1.3 Kegunaan
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi:
1. Pembudidaya
Sebagai bahan informasi yang dapat digunakan untuk
pengembangan budidaya sektor perikanan.
2. Pemerintah
Sebagai bahan informasi dan pertimbangan di dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan di dalam pembangunan sektor perikanan.
3. Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti tentang potensi dan
strategi pengembangan sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Jombang.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Alam
Sumberdaya adalah sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam
kondisi dimana kita menemukannya. Sumberdaya alam bisa meliputi semua yang
terdapat di bumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, dan
terbatas jumlahnya. Sumberdaya adalah suatu konsep yang dinamis, sehingga ada
kemungkinan bahwa perubahan dalam informasi, teknologi dan relative
kelangkaannya dapat berakibat sesuatu yang semula dianggap tidak berguna
menjadi berguna dan bernilai. Dalam hal pasok sumberdaya alam kita harus
membedakan istilah “stock” dan “flow”. Sumberdaya alam yang tersedia dalam
jumlah, kualitas, tempat dan waktu tertentu disebut “stock” sumberdaya. Sedangkan
“flow” merupakan komoditi sumberdaya yang dihasilkan dari “stock” sumberdaya.
“Stock” menunjukkan apa yang diketahui tersedia untuk penggunaan sampai masa
tertentu, sedangkan “flow” merupakan indikasi penggunaan saat ini. Jika “stock”
akan berkurang jumlahnya sejumlah yang digunakan oleh manusia, maka “flow”
akan selalu berubah jumlahnya tergantung penggunaan (Reksohadiprodjo dan
Pradono, 1988).
Menurut Prawiro (1983), sumberdaya alam dibentuk atau diciptakan oleh alam
menurut hokum – hukumnya, tanpa campur tangan perbuatan manusia secara aktif.
Mungkin sekali manusia ikut urun (ambil bagian) dalam proses pembentukan
tersebut, namun bukan manusia dengan adaptasinya yang aktif, melainkan manusia
dengan kepasifannya seperti halnya pada hewan dan tumbuhan. Manusia masih
8
pada tingkat bersatu dengan alam yang tunduk kepada hokum – hokum alam seperti
benda – benda natural yang lain.
2.2 Jenis Sumber Daya Alam
Menurut Reksohadiprodjo dan Prabowo (1987), jenis sumberdaya alam terdiri
dari:
a. Sumber daya alam yang dapat diperbarui (renewable resources)
Sumber daya alam yang dapat diperbarui atau dihasilkan lagi oleh
manusia. Ini berarti bahwa setelah sumber daya alam tadi habis dipakai,
masih dapat dihasilkan sumber daya yang serupa, sebagai contoh: hutan
(kayu), air, ikan, dan hasil hasil pertanian lainnya.
b. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable/exhaustible
resources)
Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui atau dihasilkan sendiri
oleh manusia. Sumber daya alam semacam itu dihasilkan oleh alam melalui
proses kimia/biologis, contohnya: minyak bumi dan barang – barang
tambang lainnya.
c. Sumber daya alam yang dapat diganti (replaceable)
d. Sumber daya alam yang tidak dapat diganti (non-replaceable)
Sumber daya alam yang dipakai sekali habis seperti misalnya minyak bumi harus
dicarikan gantinya. Karena minyak bumi mempunyai berbagai fungsi sebagai
sumber energy misalnya untuk menjalankan generator listrik, dan sebagainya maka
untuk berbagai penggunaan tersebut sumber daya penggantinya mungkin dapat
bermacam – macam, misalnya untuk menjalankan mobil, bensin dapat diganti
alcohol atau listrik. Untuk menjalankan generator listrik dapat digantikan
9
kedudukannya oleh tenaga air, tenaga nuklir, panas bumi (geothermal), atau panas
matahari.
2.3 Sumber Daya Perikanan
Perikanan merupakan sektor yang penting di dalam perekonomian Indonesia
karena memanfaatkan sebagian terbesar dari sumberdaya alam dan memeberi
pekerjaan kepada bagian penduduk yang miskin di pedesaan. Menurut
Reksohadiprodjo dan Prabowo (1987), perikanan mempunyai peranan yang penting
di dalam penyediaan protein yang murah. Keputusan Rapat Kerja Pangan LIPI-NAS
1968 yang mengikuti anjuran Komisi FAO / WHO 1965 menetapkan bahwa untuk
hidup sehat bagi rata – rata orang Indonesia diperlukan protein sebanyak 55
gram/orang sehari dimana yang 15 gram merupakan protein hewani. Dari 15 gram
tersebut sebanyak 10 gram dibebankan pada subsektor perikanan. Sumbangan lain
dari perikanan ialah berupa devisa terutama dari ekspor udang dan cakalang.
Sebelum tahun 1966 ekspor udang boleh dikatakan tidak berarti sama sekali karena
kecilnya jumlah yang diekspor, tetapi pada tahun 1969 saja telah diekspor 21,4 juta
ton udang. Tahun 1979 jumlah ekspor udang naik menjadi 67,7 juta ton.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1985 Tentang
Perikanan, perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam
pembangunan perekonomian nasional, terutama dalam meningkatkan perluasan
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa
pada umumnya, nelayan kecil, pembudidaya ikan kecil, dan pihak – pihak pelaku
usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara lingkungan, kelestarian, dan
kelestarian sumberdaya ikan.
10
2.4 Potensi Perikanan
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut
dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km
dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia
sebesar 7,1 juta km2. Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara
yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan
keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan terbesar. Klasifikasi potensi
tersebut pada umumnya dibedakan menjadi sumber daya terbaharukan (renewable
resources), seperti sumber daya perikanan (perikanan tangkap dan budidaya),
mangrove, terumbu karang, padang lamun, energi gelombang, pasang surut, angin
dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion); dan sumber daya tidak
terbaharukan (non-renewable resources), seperti sumber daya minyak dan gas bumi
dan berbagai jenis mineral. Selain dua jenis sumber daya tersebut, juga terdapat
berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang dapat dikembangkan untuk
pembangunan kelautan seperti pariwisata bahari, industri maritim, jasa angkutan,
dan sebagainya. Di samping itu terdapat potensi pengembangan untuk (a) perikanan
tangkap di perairan umum, (b) budidaya laut terdiri dari budidaya ikan, budidaya
moluska, dan budidaya rumput laut, (c) budidaya air payau (tambak), (d) budidaya
air tawar terdiri dari perairan umum (danau, waduk, sungai, dan rawa), kolam air
tawar, dan mina padi di sawah, serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan
industri bioteknologi. Selain itu juga terdapat potensi dan peluang pengembangan
meliputi (1) pengembangan pulau-pulau kecil, (2) pemanfaatan Benda Berharga
Asal Muatan Kapal Tenggelam, (3) pemanfaatan air laut dalam (deep sea water), (4)
industri garam rakyat, (5) pengelolaan pasir laut, (6) industri penunjang, dan (7)
keanekaragaman hayati laut. (DKP Provinsi Banten, 2013).
11
2.5 Usaha Budidaya Perikanan
Menurut Undang Undang Nomor 31 pada pasal 1, pembudidaya ikan adalah
kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta
memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Menurut Reksohadiprodjo dan Pradono (1988), untuk usaha perikanan darat,
usaha budidaya ikan meliputi pemeliharaan ikan atau udang baik di dalam kolam
maupun di tambak payau, pemeliharaan ikan di sawah dan pemeliharaan ikan di
perairan umum.
2.6 Pembangunan Perikanan
Pembangunan sangat penting dilakukan dalam suatu daerah. Pembangunan
perikanan juga penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan memberikan
manfaat lainnya seperti memperluas lapangan pekerjaan.
Usaha – usaha yang dilakukan dalam pembangunan perikanan ialah
intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi, peningkatan pengadaan sarana
pemasaran perikanan, peningkatan prasarana pelabuhan perikanan dan jaringan
irigasi untuk pertambakan. Dalam hal perikanan laut usaha intensifikasi dilakukan
melalui penyebaran nelayan tradisional ke perairan lepas pantai dan samudera atau
ke perairan pantai lain yang potensial. Indonesia dan modernisasi alat tangkap para
nelayan tradisional didorong. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengarahkan
penangkapan ikan kea rah utara, barat, dan Indonesia bagian timur. Diversifikasi
dilakukan dengan jalan modernisasi alat tangkap melalui koperasi. Rehabilitasi
ditujukan pada sarana dan prasarana penangkapan ikan. Penyuluhan dan latihan
12
terus dilakukan. Informasi pasar diberikan. Bimbingan oleh perusahaan besar (inti)
juga dilaksanakan. Dalam hal perikanan darat, intensifikasi dilakukan berdasar
teknologi baru, pemakaian pupuk dan insektisida, penggunaan bibit ikan/udang yang
bermutu dan penentuan sistem pengairan yang teratur (Reksohadiprodjo dan
Pradono, 1988).
2.7 Otonomi Daerah
2.7.1 Pengertian Otonomi Daerah
Menurut Sunarno (2012), pengertian daerah otonom adalah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batasan – batasan wilayah, yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyrakat
setempat menurut prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
sistem NKRI. Berdasarkan rumusan tersebut, dalam daerah otonom terdapat
unsur – unsur sebagai berikut:
a. Unsur (elemen) batas wilayah. Sebagai kesatuan masyarakat hukum, batas
suatu wilayah adalah sangat menentukan untuk kepastian hukum bagi
pemerintah dan masyarakat dalam melakukan interaksi hukum.
b. Unsur (elemen) pemerintahan. Eksistensi pemerintahan di daerah,
didasarkan atas undang – undang yang memberikan kewenangan kepada
pemerintahan daerah, untuk menjalankan urusan pemerintahan yang
berwenang mengatur berdasarkan kreativitasnya sendiri. Elemen
pemerintahan daerah adalah meliputi pemerintah daerah dan lembaga
DPRD sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
c. Unsur masyarakat. Masyarakat sebagai elemen pemerintahan daerah
merupakan kesatuan masyarakat hukum.jelas mempunyai tradisi, kebiasaan,
13
dan adat istiadat yang turut mewarnai system pemerintahan daerah, mulai
dari bentuk cara berpikir, bertindak, dan kebiasaan tertentu dalam kehidupan
masyarakat. Bentuk – bentuk partisipatif budaya masyarakat antara lain
gotong – royong, permusyawaratan, cara menyatakan pendapat, dan pikiran
yang menjulang pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
melalui pelayanan pemerintahan.
Berdasarkan pada Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004, pengertian
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang – undangan.
2.7.2 Asas – Asas dalam Otonomi Daerah
Menurut Sunanrno (2012), dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan
dilaksanakan asas – asas sebagai berikut:
a. Asas desentralisasi, adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam system NKRI.
b. Asas dekonsentrasi, adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada gubernur, sebagai wakil pemerintah kepada instansi
vertical di wilayah tertentu.
c. Asas tugas pembantuan, adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah
dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota
dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk
melaksanakan tugas tertentu.
14
2.7.3 Tujuan Otonomi Daerah
Pada dasaranya ada 3 alasan pokok mengapa diperlukan otonomi daerah.
Menurut Syarief (2000) dalam Sjafrizal (2008), pertama adalah Political Equality,
yaitu guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada tingkat daerah. Hal ini
penting artinya untuk meningkatkan demokratisasi dalam pengelolaan negara.
Kedua adalah Local Accountability yaitu meningkatkan kemampuan dan tanggung
jawab pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat di
daerah. Hal ini sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan sosial di masing – masing daerah. Ketiga adalah Local
Responsiveness yaitu meningkatkan tanggung jawab pemerintah daerah terhadap
masalah – masalah sosial – ekonomi yang terjadi di daerahnya. Unsur ini sangat
penting bagi peningkatan upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
sosial di daerah.
2.8 Sumber – Sumber Penerimaan Daerah
Telah diketahui bahwa pemerintah daerah terdiri dari pemerintah propinsi dan
pemerintah kabupaten/kota, seperti yang dinyatakan dalam Undang – Undang
Nomor 22 Tahun 1999 dimana tidak dikenal lagi pembagian daerah sebagai daerah
tingkat I dan daerah tingkat II. Pemerintah daerah hanya dibedakan menjadi daerah
propinsi dan daerah kabupaten/kota, tidak ada lagi daerah kotamadya. Seperti
halnya dengan pemerintah pusat yang menarik pajak untuk membiayai kegiatannya,
maka pemerintah daerah juga menarik pajak untuk membiayai kegiatan pemerintah
daerah, disamping sumber – sumber pendapatan lainnya (Suparmoko, 2002).
Menurut Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1999 pasal 3, sumber – sumber
penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentraisasi adalah:
15
a. Pendapatan Asli Daerah
b. Dana Perimbangan
c. Pinjaman Daerah
d. Lain – lain penerimaan yang sah
2.9 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2.9.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan perundang – undangan.
Menurut Sjafrizal (2008), peningkatan PAD merupakan upaya konvensional
yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan
keuangan daerahnya. Perbedaan potensi ekonomi daerah yang cukup besar
memungkinkan beberapa daerah tertentu untuk mengupayakan peningkatan PAD
ini melalui upaya penggalian potensi ekonomi daerah yang ada dan belum banyak
dimanfaatkan. Pada dasarnya ada 3 upaya utama yang dapat dilakukan dalam
rangka meningkatkan PAD suatu daerah.
a. Pertama, penyesuaian tariff pajak dan retribusi daerah sesuai dengan
perkembangan harga dan tingkat inflasi. Hal ini perlu dilakukan mengingat
banyak sekali tariff pajak daerah tersebut telah ditetapkan sejak lama dan
tidak pernah dirubah. Akibatnya, penetapan tariff tersebut telah terlalu
rendah dibandingkan dengan perkembangan harga. Karena itu, melalui
penyesuaian tariff pajak tersebut, peningkatan PAD akan dapat pula
diupayakan.
16
b. Kedua, mencari kemungkinan penetapan jenis pajak baru sesuai dengan
undang – undang berlaku. Upaya ini akan memerlukan studi yang cukup
mendalam terhadap beberapa potensi objek pajak baru yang ada di daerah
bersangkutan.
c. Ketiga, meningkatkan efisiensi pengelolaan PAD dengan melibatkan pihak
swasta dalam pengelolaan objek pajak tertentu
Ketiga upaya ini dapat dilakukan secara sekaligus guna lebih memaksimalkan
peningkatan penerimaan PAD daerah yang bersangkutan.
2.9.2 Sumber – Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut Suparmoko (2002), pendapatan asli daerah terdiri dari:
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi atau badan kepada pemerintah (daerah) tanpa balas jasa langsung
yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang berlaku. Penerimaan dari pajak ini digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
c. Keuntungan perusahaan milik daerah
Menurut Sjafrizal (2008), pengembangan perusahaan daerah
merupakan salah satu cara peningkatan kemampuan keuangan daerah yang
17
sudah dilakukan sejak lama. Namun demikian hasilnya belum begitu banyak,
dan bahkan banyak pula terjadi perusahaan daerah yang mengalami
kesulitan keuangan. Permasalahan yang selama ini dialami pada umumnya
adalah kurang dapatnya dipisahkan secara tegas antara urusan bisnis
dengan urusan pemerintahan. Dalam era otonomi daerah sekarang ini,
peluang untuk mengembangkan perusahaan daerah menjadi unit usaha
yang sehat semakin terbuka. Hal ini dimungkinkan karena pemerintah
dewasa ini mempunyai wewenang cukup besar yang memungkinkan
dilakukannya pengambilan keputusan lebih cepat. Disamping itu, berbagai
terobosan juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan semangat
kewirausahaan para birokrat.
d. Hasil pengelolaan kekayaan daerah
e. Lain – lain pendapatan asli daerah
2.10 Analisis Korelasi
2.10.1 Pengertian Korelasi
Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi/hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik
bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
(kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu (Sarwono, 2005).
18
2.10.2 Kegunaan Korelasi
Pengukuran asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan (strength) dan arah
hubungan hubungan antar dua variabel atau lebih. Contoh: mengukur hubungan
antara variabel: 1) Motivasi kerja dengan produktivitas; 2)Kualitas layanan dengan
kepuasan pelangga; 3)Tingkat inflasi dengan IHSG.
Pengukuran ini hubungan antara dua variabel untuk masing-masing kasus
akan menghasilkan keputusan, diantaranya: a) Hubungan kedua variabel tidak
ada; b) Hubungan kedua variabel lemah; c) Hubungan kedua variabel cukup kuat;
d) Hubungan kedua variabel kuat; dan e) Hubungan kedua variabel sangat
kuat.Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika
hubungan mendekati 1, maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan
mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.
2.10.3 Karakteristik Korelasi
Korelasi mempunyai karakteristik-karakteristik diantaranya:
a. Kisaran Korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat positif dan
dapat pula negatif.
b. Korelasi Sama Dengan Nol: Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak
ada hubungan antara dua variabel.
c. Korelasi Sama Dengan Satu: Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua
variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus)
positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik,
maka Y juga naik.
d. Korelasi sama dengan minus satu (-1): artinya kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi
19
sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun dan
berlaku sebaliknya.
2.10.4 Koefisien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara
dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien
korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan
dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai
hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan
tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel
mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku sebaliknya. Untuk memudahkan
melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis
memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
• 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
• >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
• >0,25 – 0,5: Korelasi cukup
• >0,5 – 0,75: Korelasi kuat
• >0,75 – 0,99: Korelasi sangat kuat
• 1: Korelasi sempurna
20
2.11 Analisis SWOT
Menurut Rangkuti (2004), dalam proses penyusunan perencanaan strategis
terdapat tiga tahap, yaitu: Tahap pengumpulan data, Tahap analisis, dan Tahap
pengambilan keputusan.
1. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan
internal. Data eksternal berasal dari lingkungan luar, seperti:
Analisis pasar
Analisis competitor
Analisis komunitas
Analisis pemasok
Analisis pemerintah
Data internal dapat diperoleh dari dalam lingkungan, seperti:
Laporan keuangan
Laporan kegiatan sumber daya manusia
Laporan kegiatan operasional
Laporan kegiatan pemasaran
Dalam tahap ini terdapat tiga model yang digunakan, yaitu: Matrik Faktor
Strategi Eksternal, Matrik Faktor Strategi Internal, Matrik Profil Kompetitif.
a. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal,terlebih dahulu perlu
mengetahui faktor strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara
menentukan faktor strategi eksternal (EFAS):
Disusun dalam kolom 1 ( 5 – 10 peluang dan ancaman)
21
Diberi bobot masing – masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor – faktor tersebut
kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing – masing faktor yang nilainya mulai dari 4,0sampai dengan 1,0.
Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor
– faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
Jumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 untuk memperoleh total skor
pembobotan.
Tabel 2. Contoh dari tabel EFAS
Faktor – Faktor Strategi Eksternal
Bobot Rating Bobot x Rating
Peluang - - -
Ancaman - - -
Total Sumber: Rangkuti, 2004
b. Matrik Faktor Strategi Internal
Setelah faktor – faktor strategi internal diidentifikasi, suatu tabel IFAS
(Internal Strategic Factors Analysys Summary) disususun untuk merumuskan
22
faktor – faktor strategis internal tersebut dalam kerangka Stregth and
Weakness. Tahapnya adalah:
Tentukan faktor – faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan
perusahaan dalam kolom 1.
Beri bobot masing – masing faktor tersebut dalam kolom 2 dengan skala
muali dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting).
Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing – masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor),
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan.
Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4.
Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor
– faktor tertentu dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan.
Tabel 3. Contoh dari Tabel IFAS
Faktor – Faktor Strategi Internal
Bobot Rating Bobot x Rating
Kekuatan - - -
Kelemahan - - -
Total Sumber: Rangkuti, 2004
23
2. Tahap Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi, tahap selanjutnya adalah
memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model – model kuantitatif
perumusan strategi. Pada penelitian ini, model yang digunakan adalah matrik
SWOT.
Matrik SWOT ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan emapat set
kemungkinan alternative strategis.
Tabel 4. Matrik SWOT
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) • Tentukan 5 – 10
faktor – faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W) • Tentukan 5 – 10
faktor – faktor kelemahan internal
OPPORTUNIES (O) • Tentukan 5 – 10 faktor
peluang eksternal
STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan unuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T) • Tentukan 5 – 10 faktor
ancaman eksternal
STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Menurut Rangkuti (2004), analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunitties), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
24
3. Mendukung 1. Mendukung
strategi turn- around strategi agresif
4. Mendukung strategi 2. Mendukung strategi defensif diversifikasi
Gambar 1. Analisis SWOT
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Daerah
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).
Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, daerah ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi
diversifikasi (produk/pasar).
Kuadran 3 : Suatu daerah menghadapi peluang pasar yang sangat besar,
tetapi di pihak lain, ia menghadapi beberapa kelemahan
internal. Fokus strategi pada daerah ini adalah meminimalkan
BERBAGAI PELUANG
BERBAGAI ANCAMAN
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN INTERNAL
25
masalah – masalah internal daerah sehingga dapat merebut
peluang pasar yang lebih baik.
Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,
daerah tersebut menghadapi berbagai ancaman dan
kelemahan internal.
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur pada
tanggal 6 – 29 Januari 2014. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jombang
atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
Kabupaten Jombang bukan merupakan kawasan pantai/pesisir, namun
memiliki potensi yang cukup tinggi dalam sektor perikanan darat berupa budidaya
keramba ataupun kolam dan juga merupakan sentra penghasil ikan lele terbesar di
Jawa Timur. Usaha perikanan tersebut tentu memberikan kontribusinya kepada
pemerintah daerah. Baik besar ataupun kecilnya jumlah kontribusi yang diberikan,
pasti akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
3.2 Pendekatan / Jenis Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.
Menurut Kountur (2004), metode penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang
memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada
perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Penelitian deskriptif mempunyai ciri – ciri,
yaitu berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu dan menguraikan satu
variabel atau lebih namun diuraikan satu per satu.
Metode deskriptif pada penelitian ini meliputi metode deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
27
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Sedangkan metode deskriptif kuantitatif adalah suatu pendekatan ilmiah untuk
pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
Menurut Soeratno dan Arsyad (1993), data primer adalah data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan atau
menggunakannya. Menurut Azwar (2013), data primer adalah data yang diperoleh
langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari.
Data primer yang akan dianalisis dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara
yang akan dilakukan kepada orang kunci atau orang– orang yang mengetahui
informasi yang dituju dalam penelitian ini mengenai potensi perikanan di Kabupaten
Jombang yaitu kepala bagian Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang
dan pembudidaya ikan di Kabupaten Jombang.
Data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari
dan mengumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dengan mudah dan cepat
karena sudah tersedia misalnya di perpustakaan, perusahaan – perusahaan, atau
kantor – kantor pemerintah (Sarwono, 2006).
Sumber data sekunder yang akan dianalisis dalam penelitian ini berasal dari
dokumen – dokumen Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang dan
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Jombang
28
yang meliputi dokumen potensi Kabupaten Jombang, laporan akhir tahun Kabupaten
Jombang, dokumen realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Jombang tahun 2008 – 2012 dan dokumen – dokumen lainnya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengumpulan data dengan
menggunakan metode wawancara dan dokumentasi.
Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk
memperoleh informasi. Menurut Sarwono (2006), kelebihan teknik wawancara ialah
memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya
kelemahannya adalah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama
yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarai sangat diperlukan.
Sedangkan, metode dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam
mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca surat – surat,
pengumuman, ikhtisar rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan bahan –
bahan tertulis lainnya.
3.5 Teknik Penentuan Key Informant
Penentuan key informant atau orang kunci dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling dipilih karena dalam data yang diperoleh
pada penelitian ini berasal dari orang – orang kunci yang dianggap memiliki atau
mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Key informant dalam
penelitian ini adalah:
1. Kepala Seksi Produksi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Jombang.
29
2. Kepala Bidang Bina Usaha Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Jombang.
3. Sub Bagian Keuangan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Jombang.
4. Sub Bagian Umum Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah.
5. Pembudidaya kolam di Desa Tambakrejo, Kabupaten Jombang.
3.6 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif terkait dengan potensi sektor perikanan di
Kabupaten Jombang, kontribusi sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Jombang, hubungan antara sektor perikanan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang dan strategi pengembangan
sektor perikanan dalam upaya meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
5. Potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang
Untuk menjawab tujuan pertama yaitu mempelajari dan menganalisis
potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang dengan bantuan tabel variabel
potensi perikanan sebagai berikut:
30
Tabel 5. Variabel untuk menganalisis potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang
No. Variabel Potensi
Perikanan Fakta Ideal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Perikanan Tangkap Perairan Umum Budidaya Ikan Air Tawar - Kolam - Keramba Sarana Produksi - Benih - Pakan Jenis Alat Tangkap Air - Sumber air - Debit Air Tanah - Keadaan tanah - Letak geografi tanah Industri Pengolahan Distribusi Pemasaran Hasil Perikanan Tingkat Konsumsi Ikan Sumber Daya Manusia
Sumber: Laporan Akhir Kajian Inventarisasi Potensi SDA Kabupaten Pelawan, 2009
Data pada tabel di atas pada kolom fakta diperoleh dari Laporan Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang dan Laporan Badan Pusat
Statistik Kabupaten Jombang. Selain itu data juga diperoleh dari hasil
wawancara kepada kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Jombang. Tabel ini digunakan dalam membantu menganalisis semua potensi
31
sektor perikanan yang ada di Kabupaten Jombang sesuai dengan variabel –
variabel potensi perikanan.
2. Kontribusi sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang
Untuk menjawab tujuan kedua yaitu mempelajari dan menganalisis
besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Jombang digunakan rumus sebagai berikut:
Kontribusi sektor x = PAD Sektor x (Rp) x 100%
PAD Seluruh Kab. Jombang (Rp)
Besar atau kecilnya tingkat kontribusi sektor perikanan di Kabupaten
Jombang dapat dilihat dari perbandingan hasil kontribusi masing – masing sektor
di seluruh Kabupaten Jombang.
3. Hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu mempelajari dan menganalisis
hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Jombang digunakan analisis korelasi. Menurut Setiawan dan Kusrini
(2010), rumus korelasi adalah sebagai berikut:
Rxy = ∑ (xi – x) (yi – y)
√ ∑(xi – x)2 √(yi – y)2
dimana:
xi = Kontribusi sektor perikanan terhadap PAD Kabupaten Jombang
yi = PAD Kabupaten Jombang
i = tahun ke-
32
• Jika nilai korelasi = 0, maka sektor perikanan tidak mempunyai hubungan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. Artinya
apabila sektor perikanan menurun atau meningkat, itu tidak akan
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
• Jika nilai korelasi = +1, maka sektor perikanan mempunyai hubungan positif
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. Artinya
bahwa jika sektor perikanan meningkat, maka Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Jombang juga meningkat. Sebaliknya, jika sektor
perikanan menurun, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Jombang juga akan menurun.
• Jika nilai korelasi = -1, maka sektor perikanan mempunyai hubungan yang
negatif terhadapa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Artinya bahwa jika sektor perikanan meningkat, maka Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jombang menurun, sebaliknya jika sektor
perikanan menurun, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Jombang meningkat.
Dengan demikian berarti korelasi dapat bersifat langsung (searah/positif)
dan dapat juga bersifat berlawanan (berbalikan/negatif) antar variabel yang satu
(variabel tidak bebas) dengan variabel lainnya (variabel bebas). Sedangkan
besar kecilnya koefisien korelasi itu sendiri menunjukkan kuat atu tidaknya
hubungan tersebut. Pada dasarnya dapat dikatakan semakin besar koefisien
tersebut, berarti semakin kuat pula hubungan diantara variabel – variabel itu, dan
begitu juga sebaliknya (Suparmoko dan Sudarman, 1981).
33
4. Strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang
Untuk menjawab tujuan kelima yaitu mempelajari dan menganalisis strategi
pengembangan sektor perikanan dalam upaya meningkatkan kontribusi terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang digunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) sektor perikanan yang terdapat di Kabupaten Jombang. Dalam analisa
ini, strategi pengembangan yang dilakukan akan dilihat dari apa saja kelebihan
dan kekuatan dalam bidang perikanan di Kabupaten Jombang, yang kemudian
akan digunakan untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman di Kabupaten
Jombang pada sektor perikanannya.
Langkah pertama dalam analisis SWOT adalah tahap pengumpulan data.
Data yang digunakan pada tahap ini adalah data eksternal yang bersal dari
lingkungan luar Kabupaten Jombang dan data internal yang berasal dari dalam
lingkungan Kabupaten Jombang. Data eksternal dan internal ini kemudian
disusun dalam sebuah matrik yang disebut Matrik Faktor Strategi Eksternal
(EFAS) dan Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS).
34
Tabel 7. EFAS
Faktor – Faktor Strategi Eksternal Sektor Perikanan Kabupaten Jombang
Bobot Rating Nilai
Peluang 1. 2. 3.
Jumlah Ancaman 1. 2. 3.
Jumlah Total
Tabel 8. IFAS
Faktor – Faktor Strategi Internal Sektor Perikanan Kabupaten Jombang
Bobot Rating Nilai
Kekuatan 1. 2. 3.
Jumlah Kelemahan 1. 2. 3.
Jumlah Total
Setelah mengumpulkan semua informasi, tahap selanjutnya adalah
memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model – model kuantitatif
perumusan strategi. Pada penelitian ini, model yang digunakan adalah matrik
SWOT.
35
Tabel 9. Matrik SWOT
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) 1. 2. 3.
WEAKNESSES (W) 1. 2. 3.
OPPORTUNIES (O) 1. 2. 3
STRATEGI SO menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan unuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS (T) 1. 2. 3.
STRATEGI ST menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
STRATEGI WT menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
Untuk menentukan titik koordinat strategi pengembangan sektor perikanan
di Kabupaten Jombang, dilakukan perhitungan terhadap faktor internal dan faktor
eksternal dengan diagram analisis SWOT.
- Sumbu horizontal (x) sebagai faktor internal dan diperoleh nilai koordinat (x) =
jumlah kekuatan – jumlah kelemahan
- Sumbu vertikal (y) sebagai faktor eksternal dan diperoleh nilai koordinat (y) =
jumlah peluang – jumlah ancaman.
36
3. Strategi 1. Strategi
turn‐around agresif
4. Strategi 2. Strategi
defensif diversifikasi
Peluang
Y
Kelemahan X Kekuatan
Ancaman
Gambar 2. Diagram Analisis SWOT
37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Kabupaten Jombang
Secara geografis Kabupaten Jombang terletak di sebelah selatan garis
khatulistiwa berada antara 1120 03’ 46,57” sampai 1120 27’ 21,26” Bujur Timur dan
070 20’ 48,60” dan 070 46’ 41,26” Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.159,50
Km2.
Kabupaten Jombang mempunyai letak yang strategis karena terletak pada
bagian tengah Jawa Timur. Batas – Batas Kabupaten Jombang adalah:
a. Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto
b. Barat : Berbatasan d engan Kabupaten Nganjuk
c. Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang
d. Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Lamongan
Secara topografis, Kabupaten Jombang terdiri dari 3 sub area, yaitu:
a. Kawasan utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian
besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian berbukit yang meliputi
Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu dan Ngusikan.
b. Kawasan tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar merupakan
tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawijaya, karena
irigasinya cukup bagus meliputi Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak,
Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang,
Megaluh, Tembelangdan Kesamben.
38
c. Kawasan selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman
perkebunan yang meliputi kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno dan
Wonosalam.
4.1.2 Pemerintahan Daerah
Secara administrasi Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan
yang terdiri dari 302 desa dan 4 kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. Kecamatan
yang memiliki wilayah terluas yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63
km2, Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 km2 dan Kecamatan Kabuh
dengan luas 97,35 km2.
Pada tahun 2012 jumlah apartur pemerintah daerah di Kabupaten Jombang
sebanyak 12.538 orang yang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Apartur Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
S1
2. D1,D2,D3/Akademi
3. SLTA
4. SLTP
5. SD
5.767 orang
2.048 orang
3.627 orang
468 orang
195 orang
Total 12.538 orang
Sumber: Kabupaten Jombang dalam Angka, 2012
4.1.3 Kependudukan dan Tenaga Kerja
Penduduk merupakan suatu obyek dan subyek dalam pembangunan.
Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan catatan sipil jumlah penduduk
39
Kabupaten Jombang sampai akhir tahun 2012 sebanyak 1.427.749 jiwa yang
dapat dilihat pada Tabel 11.
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa kepadatan penduduk tertinggi berada di
Kecamatan Jombang, sedangkan kepadatan penduduk terendah berada di
Kecamatan Wonosalam, Plandaan, Kabuh dan Kudu.
Tabel 11. Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang Tahun 2012
No.
(1)
Kecamatan
(2)
Jumlah
Laki – Laki
(3)
Perempuan
(4)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Plandaan
Kabuh
Ploso
Ngusikan
Kudu
Kesamben
Tembelang
Megaluh
Jombang
Peterongan
Jogoroto
20.555
22.117
22.706
11.792
16.466
37.697
29.161
21.823
77.691
35.877
37.977
20.465
22.584
22.371
11.743
16.325
36.863
29.023
21.608
78.035
34.951
36.493
40
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Sumobito
Mojoagung
Wonosalam
Bareng
Mojowarno
Ngoro
Diwek
Gudo
Perak
Bandar KM
47.078
44.296
18.680
30.969
52.006
43.650
60.479
30.989
30.973
27.659
45.551
43.025
18.467
30.258
49.986
42.630
58.750
30.835
30.457
26.698
Total 720.911 707.118
Sumber: Kabupaten Jombang dalam Angka, 2012
Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Jombang masih mengalami
ketimpangan antara kesempatan bekerja dengan lapangan pekerjaan yang
tersedia. Oleh karena itu, diperluakan suatu terobosan untuk memecahkan
permasalan ini.
4.1.4 Keadaan Umum Perikanan
Sektor perikanan di Kabupaten Jombang semakin mengalami peningkatan
setiap tahun. Minat masyarakat dalam budidaya perikanan terus bertambah
karena usaha ini memberikan tingkat keuntungan yang relatif besar dan stabil.
Jenis usaha perikanan yang terdapat di Kabupaten Jombang terdiri dari:
usaha penangkapan, usaha budidaya dan usaha pengolahan yang dapat dilihat
pada Tabel 12.
Tabel 12. Jenis Usaha Perikanan di Kabupaten Jombang Tahun 2012
41
No. Jenis Usaha Jumlah Produksi
(Kg)
1. Penangkapan
- Perairan Umum
Total
196.900
196.900
2. Budidaya
- Kolam
- Karamba
Total
15.550.400
1.300
15.551.700
3. Pengolahan
- Pengasapan
- Pembuatan Tepung Ikan
- Pembuatan Kerupuk Ikan
Total
5.167
540.000
150
549.372
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel jenis usaha perikanan di Kabupaten Jombang dapat dilihat bahwa
budidaya kolam menghasilkan jumlah produksi paling besar. Menurut Laporan
Akhir Tahun Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang (2012),
besarnya produksi budidaya kolam ini dikarenakan minat masyarakat lebih tinggi
dalam usaha budidaya kolam yang menghasilkan keuntungan relatif besar dan
stabil.
42
4.2 Potensi Sektor Perikanan di Kabupaten Jombang
Sektor perikanan di Kabupaten Jombang cukup potensial untuk
dikembangkan. Perkembangan budidaya perikanan darat cukup baik yang ditandai
dengan peningkatan produksi setiap tahun. Usaha budidaya perikanan darat di
Kabupaten Jombang meliputi: karamba, kolam, dan perairan umum. Selain usaha
budidaya perikanan darat, Kabupaten Jombang juga memiliki usaha pengolahan
ikan dan pembenihan ikan yang potensial. Komoditi unggulan Kabupaten Jombang
adalah ikan gurame, tombro, nila dan patin, sedangkan komoditi andalannya adalah
ikan lele.
4.2.1 Penangkapan di Perairan Umum
Potensi sektor perikanan Kabupaten Jombang pada perairan umum terdiri
dari sungai, waduk / cekdam dan rawa dengan potensi produksi mencapai 554,86
ton tiap tahunnya yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Potensi Perairan Umum di Kabupaten Jombang
No. Jenis Perairan Luas / Panjang
1.
2.
3.
Sungai
Waduk / Cekdam
Rawa
340,54 Km2
25,98 Km2 / Ha
26,00 Ha
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel potensi perairan umum di Kabupaten Jombang dapat dilihat bahwa
luas sungai adalah 340,54 km, luas waduk adalah 25,98km2/Ha dan luas rawa
adalah 26,00 Ha. Dari semua jenis perairan umum yang ada di Kabupaten
Jombang, yang digunakan sebagai usaha budidaya perikanan hanya sungai dan
43
waduk, sedangkan rawa sudah tidak berproduksi lagi. Hal ini dikarenakan rawa di
Kabupaten Jombang sudah kering sehingga tidak dapat menghasilkan produksi
lagi. Hasil produksi usaha perikanan di perairan umum dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Hasil Produksi Penangkapan di Perairan Umum
Tahun Jumlah Produksi
(ton)
Peresentase Perubahan (%)
2008
2009
2010
2011
2012
0
208,30
208,70
196,80
196,90
-
100
0,19
(5,70)
0,05
Sumber:Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel hasil produksi penangkapan di perairan umum dapat dilihat bahwa
pada tahun 2008 perairan umum di Kabupaten Jombang tidak menghasilkan
produksi karena keadaan cuaca yang kurang baik. Namum pada tahun 2009,
perairan umum di Kabupaten Jombang dapat menghasilkan produksi yang cukup
tinggi. Sedangkan pada tahun 2011 terjadi penurunan hasil produksi yang
disebabkan karena jumlah nelayan yang berkurang dan kemarau panjang yang
terjadi sepanjang tahun 2011. Hasil produksi perairan umum Kabupaten Jombang
ini masih dibawah potensi produksi yang dapat dicapai, sehingga peluang untuk
mengembangkan dan meningkatkan hasil produksi perairan umum masih dapat
dilakukan secara optimal.
Budidaya perikanan di perairan umum dilakukan saat musim penghujan,
yaitu bulan Februari sampai dengan Maret. Hal ini dilakukan karena pada bulan
44
tersebut air sungai dan waduk dalam keadaan bagus, airnya tenang dan dalam
jumlah yang banyak. Ikan – ikan hasil penangkapan di perairan umum meliputi:
ikan tombro, ikan tawes, ikan mujair, ikan gabus, ikan lele, ikan sepat siam, udang
tawar dan siput/remis. Selain itu terdapat Rumah Tangga Perikanan (RTP)
perairan umum sebanyak 749 keluarga dan jumlah nelayan perairan umum
sebanyak 751 orang. Alat tangkap yang digunakan dalam usaha penangkapan
perairan umum di Kabupaten Jombang yaitu pancing.
4.2.2 Budidaya Air Tawar
Usaha budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Jombang meliputi kolam
dan karamba. Potensi luas lahan perikanan budidaya air tawar yang digunakan di
Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Potensi Luas Lahan Perikanan Budidaya Air Tawar yang Digunakan di Kabupaten Jombang
No.
(1)
Kecamatan
(2)
Kolam (Ha) Keramba (unit)
2011
(3)
2012
(4)
2011
(5)
2012
(6)
1.
2.
3.
4.
Ngoro
Perak
Kesamben
Jogoroto
33,94
0,64
2,36
2,76
33,94
0,64
2,36
2,76
29
-
-
-
32
-
-
-
45
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Bandar KM
Mojowarno
Jombang
Peterongan
Diwek
Tembelang
Bareng
Plandaan
Wonosalam
Kabuh
Gudo
Ploso
Megaluh
Mojoagung
Sumobito
Kudu
Ngusikan
1,65
0,41
3,09
1,49
4,72
1,14
1,08
1,48
-
0,29
0,53
0,08
2,21
0,57
0,74
0,53
0,78
1,66
0,49
3,09
1,49
4,72
1,14
1,08
1,48
-
0,29
0,54
0,08
2,22
0,57
0,74
0,53
0,78
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah 60,51 60,59 29 32
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa potensi lahan budidaya air tawar di
Kabupaten Jombang mengalami peningkatan pada tahun 2012. Peningkatan
potensi lahan budidaya kolam menjadi 60,59 Ha disebabkan karena adanya
penambahan lahan budidaya ikan oleh pembudidaya dari kegiatan
Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya dan
46
Pembinaan serta Kegiatan Pengembangan Perikanan (Rumah Tangga Sangat
Miskin) pada tahun 2012. Potensi lahan untuk budidaya dengan sistem keramba
juga mengalami peningakatan dibandingkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 32
unit di tahun 2012.
a. Budidaya Kolam
Berdasarkan Laporan Akhir Tahun Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Jombang Tahun 2012, luas potensi kolam di Kabupaten Jombang
diperkirakan sebesar 70,00 Ha dengan potensi produksi sebesar 11.200 ton,
namun kolam yang digunakan sebagai usaha budidaya perikanan sebesar 60,59
Ha. Jumlah pembudidaya ikan kolam sebanyak 2,275 orang. Dalam usaha
budidaya kolam ini, para pembudidaya menggunakan jenis pupuk organik,
anorganik dan ada juga yang tidak menggunakan pupuk.
Tabel 16. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kolam
No. Kategori RTP
1.
2.
3.
4.
Besarnya Usaha
0,1 Ha
0,1 – 0,3 Ha
0,3 – 0,5 Ha
> 0,5 Ha
2.130
103
9
9
Jumlah 2.251
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2014
47
Tabel 17. Penggunaan Pupuk pada Budidaya Kolam
No. Jenis Pupuk RTP Jumlah Pupuk
1.
2.
3.
4.
Organik
Anorganik
Campuran
Tidak pakai
68 RTP
72 RTP
-
2.111 RTP
4.353 kg
4.065 kg
-
-
Jumlah 2.251 RTP 8.418 kg
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2014
Komoditas perikanan yang masih dibudidayakan adalah jenis – jenis ikan
konsumsi seperti tombro, nila, gurami, patin, lele dan bawal air tawar. Ikan lele
merupakan komoditas andalan, sedangkan tombro, nila, gurami dan patin
merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Jombang yang dalam
perkembangannya masih diupayakan pengelompokan wilayah pembudidayaan
berdasarkan potensi sumberdaya alam dan minat masyarakat. Untuk hasil
produksi budidaya air tawar di Kabupaten Jombang dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 18. Jumlah Produksi Budidaya Kolam di Kabupaten Jombang
Thn Jenis Ikan Jumlah
(ton) Tombro Gurami Patin Lele Nila Bawal
2008
2009
2010
2011
2012
1.150,00
54,40
75,10
2,10
1,20
960,00
475,80
488,20
653,20
523,80
350,00
161,00
180,10
802,50
493,30
4.700,00
7.176,00
6.532,80
7.523,30
6.792,80
1.200,00
71,30
101,10
71,00
31,20
-
-
-
6.496,90
7.708,10
8.360,00
7.938,50
7.377,30
15.549,00
15.550,40
48
Sumber: Laporan Akhir Tahun Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel jumlah produksi budidaya kolam diatas dapat dilihat bahwa pada
tahun 2011 hasil produksi budidaya kolam mengalami peningkatan yang sangat
tinggi. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya minat masyarakat untuk
melaksanakan budidaya ikan. Selain itu, pada tahun 2011 terdapat komoditas ikan
baru yang dikembangkan yaitu bawal air tawar. Bawal air tawar merupakan
komoditas baru yang dikembangkan di Kabupaten Jombang, khusunya di
Kecamatan Ngoro. Bawal air tawar dibudidayakan di kolam air deras dimana
sumber air berasal dari sungai konto. Pengembangan bawal air tawar ini cukup
pesat di Kecamatan Ngoro. Bawal air tawar bersifat omnivora, sehingga dapat
ditambahkan daun – daunan sebagai pakan tambahan yang sangat sesuai dengan
sumberdaya perikanan yang ada di Kecamatan Ngoro. Oleh karena itu,
pengoptimalan potensi lahan budidaya kolam di Kabupaten Jombang perlu
ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan produksi yang lebih maksimal.
b. Budidaya Keramba
Berdasarkan Laporan Akhir Tahun Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Jombang Tahun 2012, luas lahan untuk budidaya keramba yang
tersedia di Kabupaten Jombang diperkirakan sebesar 883 m2, sedangkan lahan
karamba yang digunakan untuk budidaya hanya sebesar 144 m2 yang terdiri dari
32 unit keramba pada tahun 2012. Jenis ikan yang dibudidayakan dalam keramba
adalah ikan mas dan nila. Di Kabupaten Jombang terdapat beberapa Rumah
Tangga Perikanan (RTP) keramba di Kabupaten Jombang yang dapat dilihat pada
49
Tabel 19. Jumlah benih ikan yang ditanam dalam usaha budidaya keramba juga
dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 19. Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) Keramba di Kabupaten Jombang Tahun 2012
No. Kategori RTP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Besarnya Usaha
< 50 m2
50 – 100 m2
100 – 300 m2
300 – 500 m2
> 500 m2
30 RTP
-
-
-
-
-
Jumlah 30 RTP
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Tabel 20. Jumlah Benih Ikan yang ditanam Tahun 2012
No. Jenis Ikan Volume (1000 ekor)
1.
2.
3.
Mas ( 1-5 cm )
Mas (5 cm)
Nila
1,20
2,80
4,00
Jumlah 8,00
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2014
50
Hasil produksi budidaya keramba di Kabupaten Jombang dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Jumlah Produksi Budidaya Keramba di Kabupaten Jombang
Tahun Jumlah Produksi (ton) %
2008
2009
2010
2011
2012
74,58
29,10
24,30
0,8
1,3
-
(60,98)
(16,49)
(96,71)
62,50
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Penurunan yang sering terjadi dalam hasil produksi budidaya keramba ini
disebabkan karena pembudidayaan sistem keramba mengalami stagnasi dari
tahun 2010 hanya mencapai 29 unit. Selain itu, terbatasnya stock pakan alami
berupa cacing sutera yang ada di sepanjang sungai konto berkurang sehingga
para pembudidaya keramba harus menambah biaya produksi untuk pengadan
pakan.
4.2.3 Sumber Air
Sumber air yang digunakan dalam usaha perikanan di Kabupaten Jombang
bersala dari sungai dan air tanah (sumur bor). Kualitas dan kuantitas sumber air
ini cukup baik untuk digunakan dalam usaha perikanan. Berikut ini merupakan
nama sungai, panjang dan debit air yang terdapat di Kabupaten Jombang yang
dapat dilihat pada Tabel 22.
51
Dari tabel nama, panjang dan debit sungai di Kabupaten Jombang dapat
diketahui bahwa Kabupaten Jombang memiliki banyak sungai. Namun sebagian
besar sungai yang ada di Kabupaten Jombang memiliki debit sungai yang relatif
kecil. Menurut Jukri (2013), sungai yang memiliki debit antara 2,92 – 41,22 adalah
kisaran sungai yang memiliki debit air relatif kecil.
Tabel 22. Nama, Panjang dan Debit Air di Kabupaten Jombang
No. Nama Panjang
(Km) Debit Air
Maksimum Minimum
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Kali Brantas
Kali Konto Kediri
Kali Pait Tengah
Kali Bening
Kali Sembung
Kali Jarak
Kali Pakel
Kali Jiken
Kali Krisik
Kali Gogor
Kali Bengawan
Kali Putih
Kali Catak Banteng
Klai Gunting
Kali Jurang Jero
Kali Sumber Aren
44.261
14.119
2.300
7.250
10.700
12.800
12.800
5.245
4.850
4.850
6.000
7.250
8.750
12.876
12.375
6.075
439,330
71,502
41,318
12,065
21,932
37,194
49,956
39,204
19,602
30,199
28,707
23,634
38,634
61,635
13,707
7,672
21,967
2,599
3,085
1,938
1,595
2,628
1,225
1,488
0,872
0,885
0,876
1,426
1,298
1,736
1,829
0,736
52
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
Kali Pasinan
Kali Mangir
Kali Gondang
Kali Marmoyo
Kali Bancang
Kali Gembyang
Kali Kabuh
Kali Kulak
Kali Peleman
Kali Katemas
Kali Made
Kali Kromong
Kali Door
Kali Beng
Kali Pelabuhan
Kali Ngotok Ring Kanal
Kali Jombang
Kali Jombang Wetan
Kali Jombang Kulon
Kali Kuwik
Kali Sumber Pangkat
Kali Langkap
Kali Maling
Kali Wungu
Kali Seloatep
2.880
5.300
3.800
23.860
7.000
1.500
12.000
8.300
8.450
10.440
8.000
3.250
5.500
3.500
2.500
27.846
4.250
6.115
8.250
5.000
1.938
4.000
1.000
8.000
5.111
8,883
18,634
14,496
53,484
14,761
13,089
47,969
14,803
15,547
19,578
18,478
17,696
24,719
32,245
12,968
70,445
29,712
19,482
13,578
13,965
6,248
4,806
6,230
6,548
23,707
0,640
0,955
0,950
1,841
0,712
0,736
0,963
0,612
0,649
0,728
0,728
0,699
1,935
2,438
0,701
4,910
1,935
1,728
0,947
0,869
0,660
0,609
0,716
0,840
1,061
53
42. Kali Pancir 5.000 47,414 1,948
Sumber: Jombang Dalam Angka, 2012
4.2.4 Keadaan Tanah
Berdasarkan data yang diperoleh dari Portal Kabupaten Jombang (2012),
jenis tanah yang ada di Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Jenis Tanah di Kabupaten Jombang
No. Jenis Tanah Kecamatan
1.
2.
3
4.
5.
6.
Tanah Latosol Coklat Kemerahan
Tanah Regosol Keabuan
Tanah Asosiasi aluvial kelabu dan aluvial keabuan
Tanah Grumasol Kelabu Tua.
Tanah Komplek Mediteran Coklat dan Latosol
Tanah Assosiasi
Mediteran Coklat dan Grumusol Kelabu
Kecamatan Bareng, Wonosalam, sebagian Mojowarno
Kecamatan Diwek, Ngoro, Mojowarno, Jogoroto, Mojoagung, Megaluh, Sumobito dan Peterongan
Kecamatan Jombang, Bandarkedungmulyo, Tembelang, Megaluh, Ploso, Kesamben
Kecamatan Plandaan, Kabuh, Sebagian Kudu
Kecamatan Jombang, Megaluh, Plandaan dan Kabuh Utara
Kecamatan Mojowarno dan Ngoro
54
Sumber: Portal Resmi Kabupaten Jombang, 2012
Tanah merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan usaha budidaya
ikan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Jombang, jenis tanah yang dipakai dalam usaha budidaya ikan di
Kabupaten Jombang mayoritas jenis tanah liat berpasir. Menurut Susanto (2008),
jenis tanah yang sangat baik digunakan untuk lahan potensial budidaya ikan adalah
jenis tanah dengan tekstur lempung liat sedikit berpasir (sandy loam), seperti jenis
tanah glei dan alluvial. Dengan demikian jenis tanah yang terdapat pada Kecamatan
Jombang, Bandarkedungmulyo, Tembelang, Megaluh, Ploso dan Kesamben
memiliki potensi yang sangat baik untuk digunakan sebagai lahan budidaya
perikanan.
4.2.5 Pengolahan Ikan
Kegiatan usaha budidaya perikanan di Kabupaten Jombang memiliki potensi
yang cukup untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Saat ini pembudidaya
ikan terus bertambah setiap tahunnya sehingga hasil produksi perikanan terus
mengalami peningkatan. Untuk menjaga keseimbangan jumlah produksi dan
kemampuan daya serap konsumen di pasaran maka perlu dilakukan kegiatan
yang menunjang akses pasar, antara lain dengan melakukan kegiatan produk
olahan ikan sehingga konsumen tidak merasa jenuh.
Di Kabupaten Jombang terdapat beberapa pengolahan ikan berupa
pengasapan, pembuatan tepung ikan, dan pembuatan kerupuk ikan. Lokasi olahan
pengasapan ikan terdapat di Kecamatan Mojoagung, Pembuatan tepung ikan
terdapat di Kecamatan Perak, Pembuatan kerupuk ikan terdapat di Kecamatan
55
Diwek, dan pengolahan petis ikan terdapat di Sambong. Untuk hasil produksi
usaha pengolahan ikan di Kabupaten Jombang dapat dilihat pada tabel 24.
Tabel 24. Jenis Usaha Pengolahan Ikan di Kabupaten Jombang Tahun 2012
No. Jenis Olahan Volume (Kg) Nilai (Rp)
1.
2.
3.
4.
Pengasapan
Pembuatan tepung ikan
Pembuatan kerupuk ikan
Lain – lain
5.167
540.000
150
4.055
106.478.389,00
2.160.000.000,00
1.500.000,00
144.575.368,00
Jumlah 549.372 2.412.553.757,00
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa jenis usaha pengolahan ikan di Kabupaten
Jombang masih sangat sedikit. Seharusnya, dengan hasil produksi yang
meningkat maka usaha pengolahan ikan pun juga meningkat. Oleh sebab itu
pengembangan usaha pengolahan ikan sangat diperlukan di Kabupaten Jombang
untuk meningkatkan kontribusi dan juga nilai jual ikan. Dalam usaha pembuatan
kerupuk ikan terdapat kendala dalam pemasaran. Biaya pemasaran yang terlalu
mahal menjadikan usaha pembuatan kerupuk ikan ini tidak begitu aktif dalam
berproduksi. Peminat usaha pengolahan perikanan di Kabupaten Jombang ini
masih sangat rendah.
56
4.2.6 Ikan Hias Air Tawar
Kabupaten Jombang juga memiliki potensi jenis ikan ekonomis seperti
cupang, gapi, maskoki, rainbow, louhan, trigger, lemon, dan lobster yang dapat
dilihat pada tabel 25.
Tabel 25. Hasil Produksi Ikan Hias di Kabupaten Jombang Tahun 2012
No. Jenis Ikan Produksi (X1000 Ekor)
Nilai (Rpx1000)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Gapi
Cupang
Koi
Manvis
Moli
Koki
Ikan Lainnya
0,40
0,50
0,10
0,20
0,80
0,80
1,50
20,00
25,00
200,00
86,00
280,00
400,00
300,00
Jumlah 4,30 1.311,00
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel hasil produksi ikan hias di Kabupaten Jombang Tahun 2012 dapat
dilihat bahwa tingkat hasil produksi ikan hias di Kabupaten Jombang masih sangat
rendah. Sampai saat ini jumlah pembudidaya ikan hias di Kabupaten Jombang
masih sangat sedikit, yaitu 2 keluarga dari Rumah Tangga Perikanan ikan hias
dan terdiri dari 2 orang pembudidaya ikan hias.
57
4.2.7 Pemasaran Hasil Perikanan (Perairan Umum dan Budidaya)
Kegiatan pemasaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
proses produksi. Hasil produksi perikanan Kabupaten Jombang juga dipasarkan ke
luar daerah yang dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Pengiriman Ikan ke Luar Daerah Tahun 2012
No. Daerah Ikan Segar
(kg)
Produk Olahan
(kg)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bojonegoro
Sidoarjo
Surabaya
Mojokerto
Pasuruan
Malang
Madiun
60.971
110.783
289.095
115.082
1.150
5.177
40.264
-
-
9.222
-
-
-
-
Jumlah 622.522 9.222
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dalam pemasaran hasil perikanan di Kabupaten Jombang, jenis komoditi
perikanan yang dipasarkan adalah ikan segar dan produk olahan. Ikan segar yang
dikirim ke luar daerah yaitu ikan lele dan ikan bawal air tawar.
Selain pengiriman ke luar daerah, Kabupaten Jombang juga mendapat
pemasukan dari luar daerah, seperti: Lamongan, Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya
dan Tuban. Untuk mengetahui pemasukan ikan dari luar daerah ke Kabupaten
Jombang dapat dilihat pada tabel 27.
58
Tabel 27. Pemasukkan Ikan dari Luar Daerah Tahun 2012
No. Daerah Pengirim Ikan Segar
(Kg)
Olahan
(Kg)
1.
2.
3.
4.
5.
Brondong Lamongan
Pasuruan
Sidoarjo
Surabaya
Tuban
310.341
183.341
40.393
278.671
147.922
34.685
1.445.433
247.852
-
1.619.444
Jumlah 960.668 3.347.414
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Adanya pemasukan dari luar daerah ke Kabupaten Jombang disebabkan
karena hasil produksi perikanan Kabupaten Jombang hanya terbatas pada ikan air
tawar saja, sehingga untuk mendapatkan ikan laut harus mengambil dari luar
daerah Kabupaten Jombang. Permintaan pasar untuk produk perikanan di
Kabupaten Jombang cukup besar kerena meningkatnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengkonsumsi ikan sebagai sumberprotein atau gizi.
4.2.8 Tingkat Konsumsi Ikan
Tingkat konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Jombang semakin meningkat
setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya mengkonsumsi ikan untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Perhitungan konsumsi ikan menggunakan rumus sebagai berikut:
Konsumsi = A + B – C + 15% produksi(tercecer)
D
59
Keterangan:
A = Hasil produksi (segar dan olahan yang dikonversi segar) kg
B = Pemasukan ikan dari luar daerah (segar dan olahan yang dikonversi segar) kg
C = Pengiriman ikan ke luar daerah (segar dan olahan yang dikonversi segar) kg
D = Jumlah penduduk
Perkembangan konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Jombang dapat dilihat
pada tabel 28.
Tabel 28. Konsumsi ikan tahun 2010 – 2012
Tahun Tingkat Konsumsi Ikan Persentase Perubahan (%)
2010
2011
2012
14,70
16,42
16,50
-
11,70
0,49
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel konsumsi ikan pada tahun 2010 sampai dengan 2012 dapat
diketahui bahwa kosumsi ikan masyarakat Kabupaten Jombang mengalami
peningkatan. Namun demikian peningkatan tersebut belum mencapai standart
nasional tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia. Menurut sindonews (2012),
standart nasional tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada tahun 2012
adalah sebesar 20 kg per kapita per tahun.
4.2.9 Penghasilan Rata – Rata
Pembangunan perikanan adalah bagian dari pembangunan nasional yang
kegiatannya diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dan
pembudidaya ikan. Salah satu contohnya yaitu dengan meningkatkan pendapatan
60
nelayan dan pembudidaya ikan guna meningkatkan kualitas hidup dalam
masyarakat. Perkembangan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan di
Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Tabel 29 dan Tabel 30.
Tabel 29. Pendapatan Nelayan di Kabupaten Jombang
Tahun Pendapatan Nelayan
(Rp/Th)
Persentase Perubahan
(%)
2010
2011
2012
1.690.000
2.434.820
2.670.000
-
44,07
9,66
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Tabel 30. Pendapatan Pembudidaya Ikan di Kabupaten Jombang
Tahun Pendapatan Nelayan
(Rp/Th)
Persentase Perubahan
(%)
2010
2011
2012
3.514.000
4.150.000
7.260.000
-
18,10
74,94
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel pendapatan nelayan dan pembudidaya di Kabupaten Jombang
tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan di
Kabupaten Jombang mengalami peningkatan tiap tahun. Namun demikian,
pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan ini masih dibawah Upah Mininum
Regional (UMR) yang ditetapkan pemerintah daerah Kabupaten Jombang, yaitu
61
sebesar Rp 1.200.000,00/bulan yang berarti sebesar Rp 14.400.000,00/tahun.
Oleh karena itu, peningkatan hasil produksi perikanan perlu ditingkatkan untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, diimbangi juga dengan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia dan teknologi.
4.2.10 Tenaga Kerja pada Usaha Perikanan
Kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Jombang khususnya pada usaha
budidaya ikan dapat menghasilkan keuntungan yang relatif besar dan stabil
membuat minat masyarakat semakin meningkat untuk menjadikan ini sebagai
peluang usaha. Perkembangan penyerapan tenaga kerja pada usaha perikanan di
Kabupaten Jombang dapat dilhat pada Tabel 31.
Tabel 31. Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2010 - 2012
Jenis
Pekerjaan
2010 (orang)
2011 (orang)
2012 (orang)
Nelayan
Pembudidaya Ikan
715
2.030
751
2.299
751
2.307
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012 Peningkatan jumlah nelayan dan pembudidaya ikan ini merupakan suatu
peluang Kabupaten Jombang untuk menjadikan sektor perikanan sebagai
lapangan usaha baru sehingga dapat meminimalkan tingkat kemiskinan dan
pengangguran. Namun dalam pelaksanaan usaha perikanan ini harus ditingkatkan
lagi mengenai kualitas sumberdaya manusia dan teknologi agar dapat
mengoptimalkan hasil produksi perikanan.
62
Dalam wawancara peneliti terhadap para pembudidaya yang dapat dilihat
pada Lampiran 1, umumya mereka sudah bekerja selama 1 – 4 tahun.
Pembudidaya ini memperoleh kemampuan budidaya dari kegiatan penyuluhan
tentang teknik budidaya oleh petugas penyuluh Dinas Peternakan dan Perikanan
Kabupaten Jombang. Dalam kegiatan budidayanya, mereka menggunakan modal
sendiri dan pinjaman . Namun dalam pengembangan usaha perikanan, para
pembudidaya sangat membutuhkan bantuan berupa mesin pakan dan kolam
permanen. Minat masyarakat Kabupaten Jombang dalam pengembangan sektor
perikanan sangt tinggi sehingga sangat bagus untuk dijadikan peluang dalam
meningkatkan kontribusi dan pengembangn sektor perikanan di Kabupaten
Jombang.
4.2.11 Balai Benih Ikan (BBI)
Benih merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kegiatan usaha
perikanan. Oleh karena itu dibutuhkan benih yang unggul dalam proses produksi
sehingga dapat menghasilkan produk perikanan yang bermutu.
UPTD pengembangan perikanan yang dibangun oleh pemerintah Kabupaten
Jombang adalah UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ngoro. Sebelumnya Balai Benih
Ikan Ngoro ini merupakan tempat Training Centre (TC) Gerakan Pramuka yang
berdiri pada tahun 1972 dan terletak di sebelah utara Jalan Kawi Ngoro. Tugas –
tugas pokok dan fungsi Balai Benih Ikan Ngoro adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana program kegiatan dalam rangka pelaksanaan
kebijakan teknis di bidang pembenihan ikan.
2. Pelaksanaan kegiatan produksi benih dan induk unggul.
63
3. Penyelenggaraan kegiatan kaji terap pengembangan ikan.
4. Pelaksanaan bimbingan ketrampilan.
5. Menyiapkan bahan untuk penyusunan pedoman teknis mengenai
pembenihan dalam rangka program penyuluhan.
UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Ngoro terbagai menjadi 2 yaitu BBI Ngoro yang
berada di Desa Ngoro, Kecamatan Ngoro dengan luas 1,7 Ha dan BBI Bareng
yang ada di Desa Bareng , Kecamatan Bareng dengan luas 1,3 Ha. Kegiatan
pengembangan bibit ikan unggul di UPTD Pengembangan Perikanan antara lain:
1. Pengadaan konikel tank
2. Pengadaan rak konikel tank
3. Pengadaan pakan induk
4. Pengadaan pakan benih
5. Pengadaan obat-obatan
6. Pembalikan tanah dan pembuatan kemalir
7. Pembersihan (normalisasi) kolam pengendapan
Kegiatan – kegiatan yang ada di dalam Balai Benih Ikan (BBI) meliputi:
1. Induk Ikan
Induk ikan produktif yang dimiliki UPTD Pengembangan Perikanan dapat
dilihat pada Tabel 32 dan Tabel 33.
64
Tabel 32. Data Induk Ikan Produktif di UPTD Pengembangan Perikanan Tahun 2011
No Jenis Ikan Jumlah Induk (ekor) Total (ekor)
Jantan Betina
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tombro
Nila
Gurami
Lele
Patin
Bawal
33
34
32
11
11
3
38
68
61
30
10
6
71
102
93
41
21
9
Jumlah 124 213 337
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Tabel 33. Data Induk Ikan Produktif di UPTD Pengembangan Perikanan Tahun
2012 No. Jenis Ikan Jumlah Induk (ekor) Total (ekor)
Jantan Betina
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tombro
Nila
Gurami
Lele
Patin
Bawal
37
76
16
36
50
51
40
102
84
20
28
30
77
178
100
56
78
81
Jumlah 266 304 570
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
65
2. Produksi Benih
Kegiatan usaha pembenihan di Balai Benih Ikan (BBI) Ngoro cukup potensial
untuk dikembangkan. Hasil produksi benih dari BBI Ngoro tahun 2011 – 2012
dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Data Produk Benih Tahun 2011 - 2012
No.
Jenis Ikan
Produksi Benih (ekor)
2011 2012
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tombro
Nila
Gurami
Lele
Patin
Bawal
152.000
200.250
83.000
925.500
2.000
4.000
152.000
200.250
83.000
925.000
2.000
4.000
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari Tabel 34 dapat diketahui bahwa produksi benih dari Balai Benih Ikan
(BBI) Ngoro memberikan hasil produksi yang cukup besar. Namun BBI Ngoro
sampai saat ini hanya mampu memenuhi permintaan benih masyarakat
Kabupaten Jombang sebanyak 40%. Dengan demikian usaha pembenihan ini
cukup potensial untuk dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhan benih
masyarakat Kabupaten Jombang. Selain menghasilkan produksi benih, BBI Ngoro
juga melakukan kegiatan pembesaran ikan dengan hasil produksi yang dapat
dilihat pada Tabel 35 dan Tabel 36.
Tabel 35. Pembesaran Ikan Tahun 2011
66
Jenis Ikan Produksi (Kg)
Pembesaran ikan bawal
Pembesaran ikan nila
779
15
Jumlah 794
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2011
Tabel 36. Pembesaran Ikan Tahun 2012
Jenis Ikan Produksi (Kg)
Pembesaran ikan bawal
Pembesaran ikan nila
Pembesaran ikan lele
2.196
266
123
Jumlah 2.585
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Dari tabel pembesaran ikan tahun 2011 dan 2012 di atas dapat dilihat bahwa
terjadi peningkatan hasil produksi yang cukup tinggi dari tahun 2011. Balai Benih
Ikan (BBI) Ngoro diharapkan dapat menjadi penyedia benih dan kajian terap yang
berkualitas. Hal ini tentunya dapat terlaksana dengan adanya dukungan
kelengkapan sarana dan prasaran yang baik. Selain itu, kualitas pembudidaya ikan
harus ditingkatkan dalam rangka pengembangan potensi perikanan di Kabupaten
Jombang. Dengan demikian akan tercapai kesejahteraan dan peningkatan
pendapatan para pembudidaya ikan.
4.2.12 Sentra Aquabis Perikanan (SAP)
Sentra Aquabis Perikanan (SAP) adalah suatu kegiatan dari pemerintah
Kabupaten Jombang yang baru dilaksanakan pada tahun 2013. Kegiatan Sentra
Aquabis Perikanan ini merupakan usaha pembesaran ikan, seperti: ikan lele, kan
67
patin dan ikan gurame yang terdapat pada lingkungan Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Jombang. Dalam usaha pembesaran ini terdapat transaksi
jual beli antara bakul dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Jombang. Sentra Aquabis Perikanan ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi
sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Berikut ini merupakan hasil produksi perikanan dari Sentra Aquabis Perikanan
(SAP) selama tahun 2013 yang dapat dilihat pada Tabel 37.
Tabel 37. Hasil Produksi SAP Tahun 2013
Bulan Kegiatan Hasil Produksi (kg)
Nilai (Rp)
Agustus
Oktober
November
Desember
Penjualan hasil panen ikan patin
Penjualan hasil panen ikan lele
Budidaya lele
Panen ikan gurame
161
343
107
124
2.737.000
4.561.900
1.423.100
3.100.000
Total 11.822.000
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2013
Sentra Aquabis Perikanan (SAP) merupakan suatu kegiatan usaha perikanan
yang baru dibentuk oleh pemerintah daerah Kabupaten Jombang. Pada Tabel 37
dapat diketahui hasil produksi SAP cukup besar. Dengan demikian, Sentra
Aquabis Perikanan ini diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan kontribusi
sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
68
4.3 Kontribusi Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Jombang
Pemerintahan dan pembangunan daerah di seluruh Indonesia telah
memasuki era otonomi daerah. Pemerintah daerah diberikan wewenang dalam
pembangunan di daerahnya masing – masing yang selanjutnya akan mendorong
pembangunan nasional secara keseluruhan.
Otonomi daerah tidak akan dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya
kemampuan keuangan daerah yang memadai. Oleh karena itu selain memberikan
wewenang, pemerintah pusat juga memberikan dukungan dana untuk memperkuat
keuangan daerah.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyatakan
tentang otonomi daerah, yaitu hak, wewenang dan kewajiban pemerintah daerah
dalam mengatur dan mengurus sendiri daerahnya berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan perundang – undangan maka pemerintah Kabupaten Jombang juga
menetapkan kebijakan – kebijakan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) guna memajukan pembangunan Kabupaten Jombang.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
keuangan daerah adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
tersebut. Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang – undang nomor 33
Tahun 2004 adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Sumber –
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah: pendapatan pajak daerah, hasil
retribusi darah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain
pendapatan asli daerah yang sah.
69
Kabupaten Jombang memiliki bebrapa sektor sebagai penyumbang
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sektor – sektor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dinas Kesehatan
2. Bapelkes Rumah Sakit Daerah
3. Dinas Perhubungan dan Komunikasi
4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
5. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
6. Sekretaris Daerah-Bagian Humas
7. Badan Pelayanan Perizinan
8. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
9. Dinas Pertnian
10. Dinas Peternakan dan Perikanan
11. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
Sektor perikanan merupakan salah satu sektor penyumbang PAD di
Kabupaten Jombang. UPTD Pengembangan Perikanan Balai Benih Ikan (BBI)
Ngoro adalah satu – satunya sumber penyumbang PAD dari sektor perikanan
sampai dengan tahun 2012. Berikut ini merupakan hasil kontribusi yang diberikan
BBI Ngoro terhadap Pendapatan AsIi Daerah (PAD) Kabupaten Jombang yang
dapat dilihat pada Tabel 37 dan Tabel 38.
Tabel 38. Data Realisasi Pendapatan Sektor Perikanan
Tahun Anggaran (Target) (Rp) Realisasi (Rp)
2008 20.000.000 27.650.000
2009 25.050.000 31.802.000
2010 32.250.000 34.525.000
70
2011 34.500.000 31.214.000
2012 34.500.000 48.508.800
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, 2012
Tabel 39. Kontribusi Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang Tahun 2008 – 2012
Tahun PAD Sektor Perikanan (Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp)
R (%)
2008 27.650.000 97.601.053.972,00 0,00028
2009 31.802.000 90.214.137.927,09 0,00035
2010 34.525.000 109.154.035.427,86 0,00031
2011 31.241.000 124.799.217.856,05 0,00025
2012 48.508.800 164.389.353.734,76 0,00029
Sumber: Kabupaten Jombang Dalam Angka, 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendapatan dari sektor perikanan
mengalami peningkatan walaupun pada tahun 2011 mengalami penurunan. Namun
kontribusi sektor perikanan terhadap PAD Kabupaten Jombang masih sangat kecil
jika dibandingkan dengan sektor – sektor lainnya penyumbang PAD yang terdapat di
Kabupaten Jombang yang dapat dilihat rinciannya pada Tabel 40 dan Lampiran 2.
Dengan demikian diharapkan sektor perikanan dapat meningkatkan kontribunya
terhadap PAD dengan potensi yang ada di Kabupaten Jombang.
Tabel 40. Rata – Rata Kontribusi Seluruh Sektor Terhadap PAD Kabupaten Jombang
71
No. Nama Sektor Penyumbang PAD Nilai (%)
(1) (2) (3)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Dinas Kesehatan
Bapelkes Rumah Sakit Daerah
Dinas Perhubungan dan Komunikasi
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
Sekretaris Daerah-Bagian Humas
Badan Pelayanan Perizinan
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Dinas Pertnian
Dinas Perikanan
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
0.06645
0.53330
0.03956
0.01957
0.00144
0.00024
0.01261
0.29304
0.00086
0.00029
0.02463
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Jombang, 2008-2012
Dari Tabel 40 dapat dilihat bahwa presentase kontribusi sektor perikanan
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang masih sangat kecil
apabila dibandingkan dengan sektor lainnya. Namun hal ini dapat terjadi
dikarenakan tidak semua pajak atas semua yang berkaitan dengan perikanan tidak
termasuk dalam dinas perikanan. Misalnya, biaya izin mendirikan pabrik pupuk,
restoran ikan dan lainnya.
Kontribusi terbesar diberikan oleh Bapelkes Rumah Sakit Daerah. Hal ini
berarti bahwa sebagian besar masyarakat Jombang mengalami gizi yang kurang
72
baik sehingga keadaan ini dapat djadikan peluang untuk meningkatkan tingkat
konsumsi ikan yang memiliki gizi yang tinggi dan dengan harga yang cukup murah.
4.4 Hubungan antara Sektor Perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Jombang
Analisis hubungan antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jombang dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan
hubungan sektor perikanan dan PAD Kabupaten Jombang. Metode yang akan
digunakan adalah analisis korelasi.
Analisis korelasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mengkaji
hubungan antar 2 variabel atau lebih untuk menjawab pertanyaan seperti: apakah
antar variabel mempunyai hubungan atau tidak mempunyai hubungan sama sekali
atau seberapa kuatkah hubungan antar variabel tersebut. Tingkat keeratan
hubungan tersebut ditunjukkan dengan suatu besaran yang disebut koefisien
korelasi yang dilambangkan dengan huruf r. Apabila hasil hubungan kedua variabel
tersebut bernilai positif yang menunjukkan bahwa apabila nilai variabel x meningkat
maka nilai varibel y juga akan meningkat, begitupula sebaliknya. Namun apabila
hasil hubungan kedua variabel tersebut bernilai negatif maka apabila nilai variabel x
meningkat maka nilai variabel y akan menurun, begitupula sebaliknya.
Variabel x pada penelitian ini adalah sektor perikanan Kabupaten Jombang
dan variabel y adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. Pada
lampiran 3 dapat dilihat bahwa hasil analisis korelasi antara sektor perikanan dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang menunjukkan nilai 0 yang
artinya bahwa hasil sektor perikanan di Kabupaten Jombang tidak memiliki
hubungan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. Kontribusi
73
yang diberikan oleh sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Darah (PAD)
Kabupaten Jombang sangat kecil jumlahnya sehingga sektor perikanan Kabupaten
Jombang memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap PAD Kabupaten Jombang.
Pengaruh yang sangat kecil ini terjadi dikarenakan beberapa kontribusi perikanan
masuk ke dalam kontribusi dinas lain, contohnya terhadap pembayaran pajak
perikanan akan dimasukkan ke dalam Dinas Pendapatan, Pengelolaan Aset dan
Keuangan Daerah Kabupaten Jombang.
4.5 Strategi Pengembangan Sektor Perikanan dalam Upaya Meningkatkan
Kotribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang
Sektor perikanan di Kabupaten Jombang cukup potensial untuk
dikembangkan. Sampai saat ini, minat masyarakat Kabupaten Jombang dalam
usaha budidaya perikanan darat terus mengalami peningkatan. Kesadaran
masyarakat akan pentingnya gizi yang terkandung di dalam ikan juga mulai
meningkat. Kebutuhan ikan menjadi sangat penting bagi masyarakat sehingga perlu
dilakukannya usaha pengembangan perikanan agar dapat memenuhi kebutuhan
ikan dalam masyarakat. Selain itu, usaha pembenihan juga cukup menjanjikan untuk
dijadikan usaha. Namun pada kenyataannya, sektor perikanan di Kabupaten
Jombang belum mampu memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang. Oleh karena itu diperlukan
adanya strategi pengembangan sektor perikanan dalam meningkatkan kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Dalam menentukan langkah – langkah pengembangan sektor perikanan,
maka akan digunakan analisis SWOT sebagai alat penyusun strategi. Pada
penelitian ini, analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor eksternal,
74
yaitu peluang dan ancaman dan faktor internal, yaitu kekuatan dan kelemahan dari
sektor perikanan di Kabupaten Jombang yang akan digunakan untuk menciptakan
suatu strategi dalam meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
Tahap pertama yang dilakukan untuk melakukan analisis SWOT adalah
mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan adalah data internal berupa kekuatan
dan kelemahan sektor perikanan Kabupaten Jombang. Variabel kekuatan dan
kelemahan ini nantinya akan disusun dalam sebuah Matrik Faktor Strategi Internal
atau Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS). Selain itu data eksternal
berupa peluang dan ancaman sektor perikanan di Kabupaten Jombang juga
diperlukan untuk menyusun Matrik Faktor Strategi Eksternal atau Eksternal Strategic
Factors Analysis Summary (EFAS). Data – data tersebut diperoleh dari dokumen –
dokumen Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang dan hasil
wawancara kepada kepala bagian Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Jombang.
4.5.1 Identifikasi Variabel Kekuatan
1. Tersedianya Lahan dalam Budidaya Perikanan
Potensi lahan budidaya perikanan Kabupaten Jombang untuk budidaya
kolam seluas 70,00 Ha dan karamba seluas 883 m2. Dalam budidaya kolam,
lahan yang digunakan masyarakat untuk usaha perikanan sampai tahun 2012
sebesar 60,59 Ha dan keramba sebesar 144 m2. Hal ini memungkinkan untuk
menambah usaha perikanan darat dengan menggunakan potensi lahan yang
masih tersedia, sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi ikan dan
75
menambah lapangan usaha bagi masyarakat Kabupaten Jombang. Selain itu
beberapa kecamatan di Kabupaten Jombang, seperti: Kecamatan Jombang,
Bandarkedungmulyo, Tembelang dan Kesamben memiliki tekstur tanah berupa
liat berpasir yang sangat cocok untuk usaha budidaya perikanan.
2. Dukungan Pemerintah Kabupaten Jombang
Dalam meningkatkan pembangunan suatu daerah sangat diperlukan
dukungan dan bantuan dari pemerintah daerah tersebut. Pemerintah Kabupaten
Jombang cukup berperan dalam kegiatan pengembangan sektor perikanan
Kabupaten Jombang, diantaranya adalah:
• Program Pengembangan Budidaya Perikanan yang meliputi: pengembangan
bibit ikan unggul, pendampingan pada kelompok pembudidaya ikan,
pembinaan dan pengembangan perikanan, magang budidaya perikanan dan
kajian kawasan budidaya ikan.
• Dibentuknya Sentra Aquabis Perikanan (SAP)
• Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya.
• Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan
berupa introduksi pengelolaan produk perikanan dan peningkatan konsumsi
ikan.
3. Distribusi Pemasaran Cukup Baik
Pemasaran merupakan faktor terpenting dalam sebuah kegiatan
produksi. Pemasaran hasil produksi perikanan Kabupaten Jombang berupa ikan
segar dan produk olahan sampai saat ini sudah didistribusikan ke beberapa kota,
76
yaitu: Bojonegoro, Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, Malang dan
Madiun.
4. Minat Masyarakat terhadap Usaha Bididaya Perikanan yang Meningkat
Usaha budidaya perikanan yang menjanjikan keuntungan yang relatif besar
dan stabil merupakan penyebab meningkatnya pembudidaya ikan di Kabupaten
Jombang. Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap usaha budidaya
perikanan ini tentu dapat menghasilkan produksi yang maksimal sehingga dapat
meningkatkan produktifitasnya.
4.5.2 Identifikasi Variabel Kelemahan
1. Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia pada Usaha Perikanan
Masih Kurang
Sumber daya manusia pada kegiatan usaha budidaya perikanan dan
pembenihan Kabupaten Jombang masih rendah. Kurangnya pengetahuan dan
teknologi membuat sektor perikanan Kabupaten Jombang belum menghasilkan
produksi yang optimal. Misalnya, pada Balai Benih Ikna (BBI) Ngoro. Balai Benih
Ikan (BBI) Ngoro merupakan UPTD pengembangan perikanan yang dibangun
pemerintah Kabupaten Jombang. BBI Ngoro ini merupakan satu – satunya
penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor perikanan samapi
dengan tahun 2012. Guna menjalankan tugas dan fungsinya, BBI Ngoro
didukung oleh 8 orang tenaga kerja yang terdiri dari 3 orang PNS dan 5 orang
tenaga honorer. Balai Benih Ikan ini diharapkan dapat semakin meningkatkan
produksi perikanan guna meningkatkan kontribusi terhadap PAD. Adanya
77
penambahan tenaga kerja dari sarjana perikanan pada BBI Ngoro ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas BBI ini.
2. Kurangnya Minat Masyarakat dalam Usaha Pengolahan Ikan
Usaha pengolahan ikan di Kabupaten Jombang kurang diminati
masyarakat. Walaupun saat ini terdapat usaha pengolahan tepung ikan, kerupuk
ikan dan pengasapan, namun usaha tersebut tidak mengalami produksi yang
stabil. Hal ini dikarenakan biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh para
pengolah produk perikanan terlalu mahal. Selain itu, teknologi yang masih
sederhana juga menjadi kendala dalam usaha pengolahan ini.
3. Masih Rendahnya Tingkat Konsumsi Ikan
Walaupun konsumsi ikan masyarakat Kabupaten Jombang mengalami
peningkatan, namun masih berada di bawah standart nasional tingkat konsumsi
ikan. Oleh karena itu diperlukannya suatu strategi yang dapat digunakan dalam
memperkenalkan pentingya mengkonsumsi ikan mengingat gizi yang terkandung
dalam ikan.
4. Peralatan Budidaya yang kurang mendukung
Budidaya kolam dan keramba di Kabupaten Jombang selama ini hanya
menggunakan teknologi yang sederhana dalam melakukan produksi. Hal ini
menyebabkan hasil produksi perikanan belum mencapai maksimal.
78
4.5.3 Identifikasi Variabel Peluang
1. Meningkatnya Permintaan Pasar Dan Konsumsi Ikan
Permintaan pasar atas produk perikanan mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah konsumsi ikan
masyarakat Kabupaten Jombang. Kesadaran atas gizi yang terkandung dalam
ikan menjadi alasan peningkatan konsumsi ini. Namun pada kenyataanya,
peningkatan permintaan pasar atas produk perikanan ini tidak diimbangi dengan
jumlah produksi perikanan yang cukup. Sampai saat ini, Kabupaten Jombang
masih menerima pemasukan produk perikanan dari luar kota.
Dengan demikian, apabila sektor perikanan Kabupaten Jombang dapat
mencukupi permintaan masyarakat, maka akan memberikan peluang yang baik
untuk sektor perikanan, baik untuk pembudidaya maupun untuk peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Perluasan Kesempatan Kerja
Sektor perikanan di Kabupaten Jombang memiliki potensi yang cukup besar
untuk dikembangkan. Tersedianya lahan dan besarnya permintaan ikan dapat
dijadikan peluang untuk membuka lapangan kerja baru. Dengan adanya peluang
ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga
untuk meningkatkan hasil produksi perikanan.
3. Peluang Investasi
Peluang investasi komoditi perikanan dalam usaha pembenihan sangat
potensial di Kabupaten Jombang. Peluang usaha untuk pembenihan cukup besar
79
karena Balai Benih Ikan (BBI) Ngoro bias mensuplai 40% kebutuhan benih
masyarakat, khususnya masyarakat Kabupaten Jombang.
4.5.4 Identifikasi Variabel Ancaman
1. Inflasi
Inflasi atau kenaikan harga yang terjadi dalam suatu perekonomian
mengakibatkan kenaikan pada seluruh harga barang, termasuk sarana produksi
perikanan, seperti: benih, pakan dan induk. Sarana produksi ini merupakan faktor
yang sangat penting dalam suatu usaha. Misalnya, ketika pakan alami yang
tersedia sangat sedikit sedangkan harga pakan dari pabrik mengalami kenaikan,
maka ini merupakan sebuah ancaman bagi pembudidaya ikan. Oleh karena itu
diperlukannya strategi alternatif untuk mengatasi ancaman ini.
2. Persaingan dari Luar Daerah
Persaingan dalam suatu pasar adalah ancaman yang pasti dalam setiap
usaha. Semakin majunya teknologi saat ini dan kualitas sumber daya manusia
yang ada menjadikan aspek terpenting dalam peningkatan kualitas dan kuantitas
hasil produksi. Sampai saat ini sektor perikanan Kabupaten Jombang masih
menggunakan teknologi sederhana sehingga kuantitas produksi yang dihasilkan
pun belum optimal. Oleh karena itu pengembangan sektor perikanan di Kabupaten
Jombang ini diperlukan untuk meminimalkan persaingan yang ada.
80
4.5.5 Analisis Matrik IFAS dan EFAS
Dari identifikasi variabel kekuatan dan kelemahan sektor perikanan
Kabupaten Jombang maka diperoleh Matrik IFAS yang dapat dilihat pada Tabel
41.
Tabel 41. Matrik IFAS
Faktor – Faktor Strategi Internal Sektor Perikanan Kabupaten Jombang
Bobot Rating Skor
Kekuatan
1. Tersedianya lahan dalam budidaya perikanan
2. Dukungan pemerintah Kabupaten Jombang
3. Distribusi pemasaran cukup baik
4. Minat masyarakat terhadap usaha budidaya perikanan yang terus meningkat
0,16
0,15
0,1
0,15
4
3
3
4
0,64
0,45
0,3
0,6
Jumlah 0,56 1,99
Kelemahan
1.Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia pada Usaha Perikanan Masih Kurang
2.Kurangnya minat masyarakat dalam usaha pengolahan ikan
3. Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan
4. Peralatan budidaya yang kurang mendukung
0,09
0,1
0,1
0,15
2
2
2
1
0,18
0,2
0,2
0,15
81
Jumlah 0,44 0,73
Total 1,00 2,72
Dari matrik IFAS di atas dapat diketahui bahwa skor untu kekuatan adalah
1,99 sedangkan skor untuk kelemahan adalah 0,73 sehingga dapat dikatakan
bahwa variabel kekuatan sektor perikanan di Kabupaten Jombang lebih
berpengaruh daripada variabel kelemahan yang ada.
Berdasarkan identifikasi variabel peluang dan ancaman sektor perikanan
Kabupaten Jombang, maka diperoleh matrik EFAS yang dapat dilihat pada Tabel
42.
Tabel 42. Matrik Faktor Strategi Eksternal
Faktor – Faktor Strategi Eksternal Sektor Perikanan Kabupaten Jombang
Bobot Rating Skor
Peluang
1. Meningkatnya permintaan pasar
2. Perluasan kesempatan kerja
3. Peluang investasi
0,2
0,19
0,2
4
3
4
0,8
0,57
0,8
Jumlah 0,59 2,17
Ancaman
1. Inflasi
2. Persaingan dari luar daerah
0,21
0,2
1
2
0,21
0,4
Jumlah 0,41 0,61
Total 1,00 2,78
82
Dari matrik EFAS diatas dapat diketahui skor dari peluang sebesar 2,17
sedangkan skor dari ancaman sebesar 0,61. Hal ini berarti bahwa peluang sektor
perikanan Kabupaten Jombang lebih besar daripada ancaman yang ada.
4.5.6 Analisis Matrik SWOT
Berdasarkan variabel kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
ada, maka diperlukan suatu strategi pengembangan yang dapat digunakan
sebagai solusi alternatif yang dapat digunakan untuk membantu meningkatkan
kontribusi sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Jombang. Berikut ini adalah matrik SWOT yang dapat digunakan sebagai strategi
pengembangan sektor perikanan Kabupaten Jombang yang dapat dilihat pada
Tabel 43.
83
Tabel 43. Matriks SWOT
IFAS EFAS
STRENGTHS (S) -Tersedianya lahan dalam budidaya perikanan
-Dukungan pemerintah Kabupaten Jombang
-Distribusi pemasaran cukup baik
-Minat masyarakat terhadap usaha budidaya perikanan yang terus meningkat
WEAKNESSES (W) -Kualitas dan kuantitas SDM pada usaha perikanan masih kurang
-Kurangnya minat masyarakat dalam usaha pengolahan ikan
-Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan
-Peralatan budidaya yang kurang mendukung
OPPORTUNIES (O) -Meningkatnya permintaan pasar
-Perluasan kesempatan kerja
-Peluang investasi -Peningkatan konsumsi ikan
STRATEGI SO a. Menggunaka
n lahan yang tersedia dan subsidi pemerintah secara optimal guna memenuhi peningkatan konsumsi ikan.
b. Meningkatkan kualitas SDM yang ada dan calon SDM baru untuk dapat meningkatkan hasil dan kualitas produksi sektor perikanan.
STRATEGI WO a. Menamb
ah jumlah SDM dari sarjana perikanan pada balai benih
b. Melakukan pembinaan pengolahan ikan secara intensif guna menumbuhkan minat dalam usaha pengolahan ikan.
TREATHS (T) -Inflasi -Persaingan dari luar daerah
STRATEGI ST a.Memaksimalkan dukungan
dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan permodalan
b.Menambah relasi dalam pemasaran
STRATEGI WT a.Pembuatan solusi
pakan alternatif untuk pembudidaya ikan.
b. Memanfaatkan teknologi modern guna meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi.
4.5.7 Analisis Matrik Grand Strategi
Hasil perhitungan skor tertimbang antara faktor internal dan faktor eksternal
akan dianalisis dengan Matrik Grand Strategi dengan hasil pengurangan
kekuatan dikurangi kelemahan dari faktor internal sebagai sumbu horizontal (X),
dan hasil pengurangan peluang dikurangi ancaman sebagai sumbu vertikal (Y)
84
untuk menghasilkan strategi yang tepat dalam strategi pengembangan sektor
perikanan di Kabupaten Jombang yang dapat dilihat pada Tabel 44.
Tabel 44. Hasil Analisis SWOT
Item Nilai Tertimbang Selisih Nilai
Kekuatan
Kelemahan
1,99
0,73
1,26
+
Peluang
Ancaman
2,17
0,61
1,56
+
O 2 (1,26;1,56) 1 W S -2 -1 1 2 -1 -2 T
Gambar 4. Diagram Analisis SWOT Dari gambar diagram analisis SWOT dapat diketahui bahwa
pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Jombang memiliki kekuatan yang
lebih tinggi daripada kelemahan dan memiliki peluang yang lebih besar daripada
ancaman yang ada. Hasil diagram analisis SWOT tersebut menunjukkan posisi
85
pada kuadran 1 yang artinya pengembangan sektor perikanan Kabupaten
Jombang sangat memungkinkan dilakukan dengan kekuatan dan peluang yang
ada sehingga mendukung kebijakan yang agresif.
4.6.8 Implementasi Strategi
Berdasarkan kondisi internal dan eksternal sektor perikanan Kabupaten
Jombang, maka strategi pengembangan yang diambil adalah strategi SO, yaitu
memanfaatkan kekuatan dan peluang potensi sektor perikanan yang ada sebesar
- besarnya guna meminimalkan kelemahan dan ancaman yang terdapat pada
sektor perikanan di Kabupaten Jombang. Beberapa implementasi strategi yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang dengan menggunakan
semua kekuatan dan peluang adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Kerja Sama Operasional (KSO) antara pemerintah dengan
swasta.
2. Memulai kembali usaha penangkapan ikan di perairan umum dengan
menambah jenis alat tangkap seperti bubu, pancing, anco dan jala tebar dan
menambah keamanan dalam budidaya perairan tawar terhadap serangan
penyakit dan racun.
3. Pembuatan keramba Jaring Tancap dengan memanfaatkan sungai – sungai
di Kabupaten Jombang dengan jenis komoditi ikan nila.
4. Membuka peluang usaha pengolahan perikanan. Dengan melihat jumlah
produksi perikanan yang ada di Kabupaten Jombang, terutama pada
produksi lele yang sangat tinggi maka yang dapat dilakukan adalah dengan
86
membuat usaha pengolahan ikan seperti bakso ikan lele dan pengolahan
dendeng ikan dengan menggunakan bahan baku ikan nila.
5. Menjadi investor dalam usaha pembenihan BBI Kabupaten Jombang yang
sampai saat ini hanya mampu mensuplai 40% dari kebutuhan benih.
6. Memberikan bantuan subsidi dari pemerintah daerah kepada pembudidaya
berupa mesin pakan, benih dan kolam permanen sehingga produktivitas
yang dihasilkan meningkat.
7. Penyuluhan kepada kelompok pembududaya tentang cara mengatasi
penyakit ikan seperti cacar dan jamur.
87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Potensi sektor perikanan di Kabupaten Jombang terdiri dari potensi usaha
perikanan tangkap pada sungai dan waduk dengan jumlah produksi 196,90
ton/tahun, potensi budidaya perikanan air tawar pada kolam dengan hasil
produksi sebesar 15.550,40 ton/tahun dan keramba sebesar 1,3 ton/tahun,
potensi sumber air dan tanah yang mempunyai kualitas baik untuk budidaya
perikanan, potensi pengolahan ikan dengan hasil produksi sebesar 549.372
kg/tahun, potensi pemasaran hasil perikanan yang pengirimannya sudah
meliputi beberapa kota sebesar 622.522 kg/tahun untuk ikan segar dan
9.222 kg/tahun untuk produk olahan ikan dan meningkatnya jumlah
permintaan produk perikanan yang ditandai dengan peningkatan jumlah
konsumsi ikan.
• Kontribusi sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Jombang dari tahun 2008 sampai dengan 2012 rata – rata sebesar Rp
34.745.360,00 atau sebesar 0,000296% dari keseluruhan PAD Kabupaten
Jombang. Hasil kontribusi sektor perikanan mempunyai nilai yang kecil jika
dibangdingkan dengan sektor lain yang ada di Kabupaten Jombang.
• Hasil analisis korelasi antara sektor perikanan terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Jombang menghasilkan koefisien korelasi sebesar
0, yang artinya bahwa sektor perikanan tidak mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang.
88
• Strategi pengembangan sektor perikanan dalam upaya meningkatan
kontribusi terhadap Pendapatn Asli Daerah (PAD) Kabupaten Jombang
adalah dengan menggunakan strategi SO, yaitu dengan menggunakan
kekuatan dan peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan dan
ancaman yang ada pada sektor perikanan Kabupaten Jombang, yaitu
dengan menggunakan lahan yang tersedia dan subsidi pemerintah secara
optimal guna memenuhi peningkatan konsumsi ikan dan meningkatkan
kualitas SDM yang ada dan calon SDM baru untuk dapat meningkatkan hasil
dan kualitas produksi sektor perikanan.
5.2 Saran
Saran yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Memaksimalkan potensi lahan perikanan yang ada untuk usaha budidaya
perikanan.
• Pemberian subsidi pakan, benih dan kolam pada pembudidaya
• Penyuluhan kepada kelompok pembudidaya dalam menghadapi serangan
penyakit ikan seperti cacar, kembung dan jamur.
• Memaksimalkan kinerja UPTD pengembangan perikanan milik pemerintah
untuk meningkatkan kontribusi sektor perikanan terhadap PAD Kabupaten
Jombang.
89
DAFTAR PUSTAKA
. 1999. Undang – Undang No. 25 Tahun 1999. Tentang Sumber – Sumber Penerimaan Daerah
. 2004. Undang – Undang No. 32 Tahun 2004. Tentang Pemerintahan Daerah
. 2004. Undang – Undang No. 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Azwar, Saifuddin. 2013. Metode Penelitian.Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Usman, Hardius. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Portal Resmi Kabupaten Jombang, 2012. Potensi-Perikanan-Kabupaten-Jombang. http://www.jombangkab.go.id. Diakses pada 11 November 2013
Prawiro, Ruslan. H. 1980. Alumni. Bandung
Rakalela, 2009. Potensi-sumberdaya-perikanan. http://www.rakalela.blogspot.com. Diakses pada 11 November 2013
Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Prabowo, Dibyo. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Alam. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Reksohadiprodjo, Sukanto dan Pradono. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Energi. BBPFE. Yogyakarta
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. 286 hlm
Sarwono, Jonathan. 2005. Buku-Lepas-Analisis-Korlasi. http://www.jonathansarwono.info/korelasi/korelasi.htm. Diakses pada 20 November 2013
Setiawan dan Kusrini, Dwi Endah. 2010. Ekonometrika. Andi. Yogyakarta.272 hlm
Sevilla, et al. 2006. Pengantar Metode Penelitian. UI-Press. Jakarta
Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Baduose Media
Sunarno, Siswanto. 2012. Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta
Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik. Andi. Yogyakarta. 426 hlm
90
Tarigan, Robinson. 2002. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Departemen Pendidikan Nasional
91
Lampiran 1. Perhitungan Nilai Kontribusi Sektor – Sektor di Kabupaten Jombang terhadap PAD Kabupaten Jombang Rumus Perhitungan:
( PAD Sektor x Kab. Jombang (Rp)) x 100%
PAD Seluruh sektor Kabupaten Jombang (Rp)
1. Dinas Kesehatan Tahun PAD Dinas
Kesehatan (Rp) PAD Kabupaten Jombang (Rp)
Persentase (%)
2008 4.673.378.100,00 97.601.053.972,00 0.047882009 5.111.430.250,00 90.214.137.927,09 0.056652010 5.632.787.380,00 109.154.035.427,86 0.051602011 9.005.580.850,00 124.799.217.856,05 0.072162012 14.529.171.495,00 164.389.353.734,76 0.08838
2. Bapelkes Rumah Sakit Daerah
Tahun PAD Bapelkes Rumah Sakit Daerah(Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp) Persentase (%)
2008 53.942.394.616,00 97.601.053.972,00 0.55268 2009 46.607.346.612,52 90.214.137.927,09 0.516632010 63.481.047.855,33 109.154.035.427,86 0.581572011 63.980.007.126,64 124.799.217.856,05 0.512662012 84.589.817.609,03 164.389.353.734,76 0.51456
92
3. Dinas Perhubungan dan Komunikasi
Tahun PAD Dinas
Perhubungan dan Komunikasi
(Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp)
Persentase (%)
2008 3.227.202.600,00 97.601.053.972,00 0.03306 2009 3.944.781.000,00 90.214.137.927,09 0.043722010 4.380.652.050,00 109.154.035.427,86 0.040132011 5.516.144.000,00 124.799.217.856,05 0.044202012 6.123.557.800,00 164.389.353.734,76 0.03725
4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Tahun PAD Dinas
Kependudukan dan Catatan
Sipil (Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp)
Persentase (%)
2008 1.185.276.500,00 97.601.053.972,00 0.01214 2009 1.961.438.500,00 90.214.137.927,09 0.021742010 3.263.739.500,00 109.154.035.427,86 0.029902011 2.379.673.000,00 124.799.217.856,05 0.019062012 2.681.091.000,00 164.389.353.734,76 0.01630
5. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata Tahun PAD Dinas
Kesehatan (Rp) PAD Kabupaten Jombang (Rp)
Persentase (%)
2008 69.515.000,00 97.601.053.972,00 0.000712009 35.685.000,00 90.214.137.927,09 0.000392010 35.570.000,00 109.154.035.427,86 0.000322011 403.003.000,00 124.799.217.856,05 0.003222012 301.276.000,00 164.389.353.734,76 0.00183
93
6. Sekretaris Daerah-Bagian Humas Tahun PAD Dinas
Kesehatan (Rp) PAD Kabupaten Jombang (Rp)
Persentase (%)
2008 - 97.601.053.972,00 -2009 21.427.000,00 90.214.137.927,09 0.000232010 40.000.000,00 109.154.035.427,86 0.000362011 37.485.000,00 124.799.217.856,05 0.000302012 45.140.000,00 164.389.353.734,76 0.00027
7. Badan Pelayanan Perizinan
Tahun PAD Badan Pelayanan
Perizinan (Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp) Persentase (%)
2008 - 97.601.053.972,00 -2009 519.600.611,00 90.214.137.927,09 0.005752010 1.826.168.332,00 109.154.035.427,86 0.016732011 2.454.066.227,00 124.799.217.856,05 0.019662012 2.595.652.003,00 164.389.353.734,76 0.01578
8. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Tahun PAD Dinas
Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset (Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp) Persentase (%)
2008 30.333.464.190,45 97.601.053.972,00 0.310792009 28.659.981.065,57 90.214.137.927,09 0.317682010 26.946.940.050,53 109.154.035.427,86 0.246872011 36.715.301.137,41 124.799.217.856,05 0.29419 2012 49.114.390.217,73 164.389.353.734,76 0.29876
94
9. Dinas Pertnian Tahun PAD Dinas
Pertanian (Rp) PAD Kabupaten Jombang (Rp)
Persentase (%)
2008 117.500.000,00 97.601.053.972,00 0.00120 2009 150.000.000,00 90.214.137.927,09 0.001662010 110.500.000,00 109.154.035.427,86 0.001012011 54.500.000,00 124.799.217.856,05 0.000432012 75.000.000,00 164.389.353.734,76 0.00045
10. Dinas Peternakan dan Perikanan
Tahun PAD Dinas
Peternakan dan Perikanan (Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp) Persentase (%)
2008 391.132.239,00 97.601.053.972,00 0.00400 2009 375.066.535,00 90.214.137.927,09 0.004152010 443,498.500,00 109.154.035.427,86 0.004062011 521.530.875,00 124.799.217.856,05 0.004172012 573.095.800,00 164.389.353.734,76 0.00348
11. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
Tahun PAD Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan
Pasar (Rp)
PAD Kabupaten Jombang (Rp) Persentase (%)
2008 2.404.762.850,00 97.601.053.972,00 0.02463 2009 2.517.349.310,00 90.214.137.927,09 0.027902010 2.797.411.260,00 109.154.035.427,86 0.025622011 3.338.611.140,00 124.799.217.856,05 0.026752012 3.384.729.310,00 164.389.353.734,76 0.02058
95
Lampiran 2. Analisis Korelasi antara Sektor Perikanan terhadap PAD Kabupaten Jombang Rxy = ∑( xi – x ) ( yi – y )
√∑( xi – x )2 √∑( yi – y )2
= ((-7.095.360) + (2.943.360) + (-220.360) + (-3.504.360) + (13.763.440)) x
((-19.630.505.811,55) + (-27.017.421.811,46) + (-8.077.524.355,69) +
(7.567.658.072,50) + (46.590.135.878,71))
√((-7.095.360)2 + (2.943.360)2 + (-220.360)2 + (-3.504.360)2 +
(13.763.440)2) x √((-19.630.505.811,55)2 + (-27.017.421.811,46)2 + (-
8.077.524.355,69)2 + (7.567.658.072,50)2 + (46.590.135.878,71)2)
= 0
96
Lampiran 3. Kegiatan Wawancara dengan Pembudidaya