analisis penerapan interpretasi standar akuntansi...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN INTERPRETASI STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK) 16 TENTANG
PERJANJIAN KONSESI JASA PADA INDUSTRI
KETENAGALISTRIKAN (STUDI KASUS PT XYZ)
LAPORAN MAGANG
SHOLAHUDDIN ALRAHMANI
0906525794
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN INTERPRETASI STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN (ISAK) 16 TENTANG
PERJANJIAN KONSESI JASA PADA INDUSTRI
KETENAGALISTRIKAN (STUDI KASUS PT XYZ)
LAPORAN MAGANG
Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana
Ekonomi
SHOLAHUDDIN ALRAHMANI
0906525794
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan laporan magang ini. Laporan Magang ini tidak akan menjadi
seperti ini tanpa bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Abdul Rahman Marsoel dan Ibu Farida atas
segala bentuk dukungan baik yang bersifat tangible maupun intangible. God’s
choices are proven to be the best one could ever ask, for example; your parents;
2. Bapak Ludovicus Sensi Wondabio selaku pembimping Laporan Magang yang
telah memberikan banyak masukan dan arahan terkait penulisan Laporan Magang
ini. At first, dreams seem impossible, then improbable, and eventually inevitable;
3. Abdul Karim Amrullah dan Zuyyina Choirunnisa selaku kakak dan adik
penulis yang merupakan jajaran dari stakeholder utama kehidupan penulis.
Brothers and sisters fight, they all do. Another thing they do for sure is loving
each other;
4. Keluarga besar Bani Baidlowi yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang
menjadi salah satu motor utama setiap langkah positif yang diambil penulis.
Family comes first.;
5. Sholahuddin Alrahmani selaku penulis Laporan Magang ini, karena
sesungguhnya Laporan Magang ini tidak akan terselesaikan tanpa kemauan dan
kemampuan penulis. Dealing with ourselves might not be as easy as it seems;
6. Ardika Syahputra, Atyanta Dhany Harjasa, dan Faris Naufal Rahman selaku
stakeholders Jackhammer Co. yang sejatinya tidak berhubungan dengan
penyelesaian Laporan Magang ini. Everyday is a holiday when you work on the
things you like;
7. Nuri Lathifah dan Shabrina Adzhani Awanis Latief selaku teman setia penulis
dalam berbagai hal yang tidak mengurangi maskulinitas penulis. I may not be the
easiest person to deal with in most of the time, yet you girls stick through this far;
8. Teman-teman penulis dari MAN Insan Cendekia Serpong angkatan 2009 yang
tidak dapat disebutkan satu per satu, yang seperti beberapa pihak sebelumnya,
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
vi Universitas Indonesia
sebenarnya tidak berhubungan dengan penyelesaian Laporan Magang ini. You
guys are the best thing ever happened to me after food, sleep, movies, and
football;
9. Kelompok Belajar yang beranggotakan Akbari Jamalullail Faisal, Agustinus
Gerald Windoe, Ferzy Ferlian Manalu, Muhammad Audi Vialdo, Muhammad
Rasyid Hidayat, dan Randhy Nugroho yang menemani masa kuliah penulis dan
tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam seksi ini. College life wouldn’t
be so fun without you guys;
10. Badan Semi Otonom Band FEUI atas kisah cinta dan kasihnya selama 3 tahun
periode keanggotaan aktif. Doing something wrong has never felt so right;
11. Amino Football Club selaku wadah penulis bermain futsal di lingkungan
kampus dan menorehkan prestasi non-akademis selain juara 1 Indigo Denim
Contest kategori Local Brand. People say football is a matter of life and death.
They don’t get it, it’s more than that;
12. Tim Audit PT XXX yang terdiri dari Mas Firman Sababalat, Mbak Octaviana
Lolita, Mas Fajri Satria Wika, Mas Galih Baskoro, Meka Darwis, Sylvia
Cahayadi, Deodatus Bayu Segara, Dianti Mellisa, dan Evansyah Syarif atas
bantuan dan bimbingannya selama periode magang serta penulisan dan
penyelesaian laporan magang penulis. If you put your mind to it, there’s nothing
you can’t achieve;
13. Arsenal Football Club selaku pengatur utama mood penulis dalam
menyongsong hari senin di setiap minggu. Once a gooner always a gooner; dan
14. HDD External penulis yang berisi kumpulan film penulis yang telah wafat di
usia dini. I miss you so bad sometimes it hurts;
Akhir kata, saya berharap Allah SWT membalas segala kebaikan dari semua
pihak yang terlibat dalam penulisan laporan magang ini.
Depok, 5 Juli 2013
Sholahuddin Alrahmani
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Universitas Indonesia viii
ABSTRAK
Nama : Sholahuddin Alrahmani
Program Studi : Akuntansi
Judul : Analisis Penerapan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK) 16 tentang Perjanjian Konsesi Jasa pada Industri
Ketenagalistrikan (Studi Kasus PT XYZ)
Laporan Magang ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penerapan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 tentang perjanjian konsesi jasa pada
industri ketenagalistrikan dengan studi kasus di PT XYZ. PT XYZ merupakan
perusahaan yang bergerak di industri ketenagalistrikan dan mengikuti perjanjian
Power Purchase Agreement dengan PLN. Pembahasan akan meliputi isu
akuntansi terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ pada tahun 2012 yang terbagi ke
dalam 4 bagian yaitu pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan.
Pembahasan juga akan meliputi prosedur audit serta isu pajak terkait penerapan
ISAK 16 di PT XYZ secara garis besar.
Kata kunci :
ISAK 16, Power Purchase Agreement, akuntansi, audit, pajak
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Universitas Indonesia ix
ABSTRACT
Name : Sholahuddin Alrahmani
Study Program : Accounting
Title : Analysis of the Implementation of Interpretation of Financial
Accounting Standards (ISAK) 16 about Service Concession
Arrangements on Power Sector Industry (Case Study PT XYZ)
This Internship Report aims to explain about the analysis of the imlementation of
Interpretation of Financial Accounting Standards (ISAK) 16 about service
concession arrangements on power sector industry (case study PT XYZ). PT XYZ
is a company which working in the power sector industry and has been engaging
to Power Purchase Agreement with PLN due to its operational activity. The
discussion will present the accounting issues related to the implemetation of ISAK
16 in PT XYZ for the year 2012 which will be divided into four groups which are
recognition, measurement, presentation, and disclosure.The discussion will also
present the audit procedures and taxation issues on the implementation of ISAK
16 in PT XYZ.
Key words :
ISAK 16, Power Purchase Agreement, accounting, audit, taxation
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Universitas Indonesia x
DAFTAR ISI
JUDUL i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Latar Belakang Kegiatan Magang ............................................................. 2
1.3 Tujuan Program Kegiatan Magang ............................................................ 2
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan Program Magang......................................... 3
1.5 Pelaksanaan Program Magang ................................................................... 3
1.6 Ruang Lingkup Penulisan .......................................................................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 4
2. LANDASAN TEORI ......................................................................................... 6 2.1 Dasar Hukum Pengadaan Ketenagalistrikan .............................................. 6
2.1.1 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik ....................................................... 6
2.1.2 Usaha Penunjang Tenaga Listrik ......................................................... 7
2.2 Power Purchase Agreement ....................................................................... 8
2.3 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 ............................. 11
2.3.1 Perlakuan Hak Operator atas Infrastruktur ........................................ 12
2.3.2 Pengakuan dan Pengukuran Imbalan atas Perjanjian ........................ 13
2.3.3 Jasa Konstruksi atau Peningkatan Kemampuan ................................ 13
2.3.4 Jasa Operasi ....................................................................................... 14
2.3.5 Biaya Pinjaman yang Ditanggung oleh Operator .............................. 14
2.3.6 Aset Keuangan ................................................................................... 14
2.3.7 Aset Takberwujud ............................................................................. 15
2.3.8 Hal yag Diberikan kepada Operator oleh Pemberi Konsesi .............. 15
3. PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................... 16 3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ASR .............................................. 16
3.1.1 Jasa Profesional KAP ASR ............................................................... 16
3.1.2 Sektor Industri KAP ASR ................................................................. 19
3.2 Profil PT XYZ.......................................................................................... 20
3.2.1 Proses Bisnis PT XYZ ...................................................................... 23
3.2.2 Perjanjian Power Purchase Agreement PT XYZ .............................. 23
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN .................................................................. 26 4.1 Perlakuan akuntansi untuk PPA antara PT XYZ dengan PLN ................ 26
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Universitas Indonesia xi
4.2 Prosedur Audit PT XYZ .......................................................................... 34
4.2.1 Tahapan Perencanaan Audit PT XYZ ............................................... 34
4.2.2 Prosedur Audit Aset Tetap PT XYZ ................................................. 40
4.3 Isu Akuntansi Terkait Penerapan ISAK 16 .............................................. 43
4.3.1 Recognition (Pengakuan) .................................................................. 43
4.3.2 Measurement (Pengukuran) .............................................................. 45
4.3.3 Presentation (Penyajian) ................................................................... 52
4.3.4 Disclosure (Pengungkapan) .............................................................. 59
4.4 Isu Perpajakan Terkait Penerapan ISAK 16 ............................................ 60
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 64 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 64
5.2 Saran ........................................................................................................ 65
5.2.1 Saran untuk PT XYZ ........................................................................ 65
5.2.2 Saran untuk KAP ASR ..................................................................... 66
DAFTAR REFERENSI ...................................................................................... 67
LAMPIRAN ......................................................................................................... 68
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Universitas Indonesia xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Value Chain Sektor Tenaga Listrik.....................................……..... ..9
Gambar 2.2 Skema PPA……………………………………………………….....9
Gambar 4.1 Kerangka Berpikir Akuntansi untuk PPA...............................……..28
Gambar 4.2 Materialitas PT XYZ.........................................................................39
Gambar 4.3 Prosedur Audit Aset Tetap KAP ASR..............................................41
Gambar 4.4 Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2011 sebelum dan
sesudah penerapan ISAK 16.............................................................54
Gambar 4.5 Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2011
sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16........................................55
Gambar 4.6 Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2012 sebelum dan
sesudah penerapan ISAK 16.............................................................57
Gambar 4.7 Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2012
sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16........................................58
Gambar 4.8 Perhitungan kompensasi rugi pajak PT XYZ...................................62
Gambar 4.9 Perhitungan beban pajak penghasilan PT XYZ................................63
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
Universitas Indonesia xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2011..................................…21
Tabel 3.2 Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2011..................................…22
Tabel 4.1 Ringkasan technical consultation KAP ASR……...........................33
Tabel 4.2 Prosedur audit aset tetap KAP ASR berdasarkan audit objective.....42
Tabel 4.3 Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2011…….........45
Tabel 4.4 Buku besar terkait CIP PT XYZ tahun 2011....................................46
Tabel 4.5 Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2011...............48
Tabel 4.6 Biaya pembiayaan untuk CIP tahun 2011.........................................48
Tabel 4.7 Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2011..............................49
Tabel 4.8 Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2012.................50
Tabel 4.9 Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2012...............51
Tabel 4.10 Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2012..............................51
Tabel 4.11 Pengungkapan berdasarkan ISAK 22 di laporan audit PT XYZ......60
Tabel 4.12 Kompensasi rugi pajak PT XYZ.......................................................6
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut report dari McKinsey (2012), Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dalam beberapa tahun ke belakang. Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rentang tahun 2000 – 2010
yang mencapai angka 5,2%. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat
ketiga dalam daftar negara OECD (Organisation for Economoic Co-operation
and Development) dan BRIC (Brazil, Russia, India, and China) yang memiliki
PDB riil tertinggi. Indonesia pun mencatatkan prestasi sebagai negara dengan
ekonomi terbesar ke-16 di dunia.
Berkembangnya perekonomian Indonesia ini menimbulkan berbagai tantangan.
Salah satu tantangan yang harus dihadapi pemerintah Indonesia dalam
mempertahankan pertumbuhan ekonomi adalah masalah infrastruktur.
Perkembangan infrastruktur harus sejalan dengan perkembangan ekonomi.
Berbagai macam infrastruktur yang perlu ditingkatkan adalah transportasi, jalan
tol, ataupun listrik dan sumber energi. Sektor listrik diatur oleh Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai mana tertera dalam Undang-Undang No.
30/2009. Dalam mengupayakan peningkatan produksi listrik di Indonesia,
pemerintah Indonesia dapat mengundang Independent Power Producer (IPP)
untuk bekerja sama dalam proses produksi listrik di Indonesia lewat sebuah
bentuk kerja sama yang kerap disebut Power Purchase Agreement (PPA).
Power Purchase Agreement memungkinkan IPP untuk membangun Power Plant
atau pembangkit listrik dan mengoperasikan serta merawat Power Plant tersebut.
IPP kemudian menjual listrik yang diproduksi oleh Power Plant ke pemerintah
Indonesia, dalam hal ini, Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan perjanjian
konsesi (umumnya 30 tahun) yang berujung pada pengalihan kepemilikan Power
Plant ke PLN pada akhir masa konsesi.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Dalam konstruksi dan masa operasi Power Plant, IPP akan menerapkan
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 - “Perjanjian Konsesi Jasa”
dalam pencatatannya. ISAK 16 merupakan adopsi dari IFRS Interpretations
Committee No. 12 (IFRIC 12) – “Service Concession Arrangements”.
1.2 Latar Belakang Kegiatan Magang
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan proses globalisasi, persaingan
dalam dunia kerja semakin meningkat. Tak cukup hanya berbekal teori yang
dipelajari di bangku kuliah, seorang calon tenaga kerja perlu memperhatikan
aspek praktikal yang berkaitan dengan pekerjaannya. Karena pada akhirnya nanti,
hal yang penting bukan hanya mengetahui teori yang relevan terhadap sebuah
pekerjaan melainkan penerapan teori tersebut.
Berdasarkan alasan tersebut, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Indonesia
memberikan opsi dalam pelaksanaan tugas akhir bagi mahasiswanya yang
mengejar gelar Strata 1 (S1) berupa Laporan Magang. Berbeda dengan skripsi
yang berfokus pada teori, laporan magang memberi kesempatan bagi mahasiswa
untuk berkecimpung langsung di dunia kerja dan menerapkan ilmu-ilmu serta
teori akuntansi yang telah dipelajari selama masa perkuliahan dalam lingkungan
kerja nyata. Hal ini diharapkan mampu menyiapkan mental dan kesiapan
mahasiswa dalam menghadapi lingkungan kerja setelah selesai menimba ilmu di
lingkungan kampus karena pada kenyataannya ada beberapa hal yang tidak bisa
dipelajari di dalam kelas dan tidak ditulis dalam text book sehingga diharapkan
mahasiswa yang mengikuti program magang mampu mendapat gambaran nyata
tentang lingkungan pekerjaan di industri yang dipilih.
1.3 Tujuan Kegiatan Program Magang
Pemahaman teori saja dirasa belum cukup sebagai bekal mahasiswa dalam
mengarungi kerasnya dunia kerja. Adanya pengalaman akan kondisi nyata
lingkungan kerja dan pengaplikasian teori dalam menghadapi problema yang
muncul dirasa menjadi hal yang fundamental untuk dapat tetap bersaing di dunia
kerja. Dengan adanya program magang diharapkan mahasiswa dapat menimba
pengalaman dan memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan teori yang telah
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
3
Universitas Indonesia
dipelajari sehingga lebih siap dalam bersaing di dunia kerja selepas meraih gelar
sarjana.
Di lain sisi, program magang juga memberi benefit bagi kantor atau tempat
magang. Kantor yang bersangkutan dapat memantau dan mendapat gambaran
secara langung mengenai kualitas calon pekerjanya sehingga dapat mempermudah
proses rekruitmen dan mendapat tambahan tenaga kerja.
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan Program Magang
Penulis menjalani program magang di Kantor Akuntan Publik ASR. Kantor KAP
ASR bertempat di wilayah Jakarta. Waktu pelaksanaan program magang adalah 3
bulan dimulai dari 7 Januari 2012 hingga 5 April 2012.
Penulis ditempatkan pada divisi Energy, Utilities, and Mining (EUM) yang
menyediakan jasa audit dan assurance untuk perusahan yang bergerak di industri
energi, utilitas, dan pertambangan. Jam kerja dimulai dari pukul 08.00 hingga
pukul 17.00 pada hari Senin sampai Jumat.
Berkaitan dengan topik yang diangkat dalam Laporan Magang ini, penulis
ditempatkan dalam technical team dalam engagement PT XYZ untuk menentukan
perlakuan akuntansi apa yang paling tepat untuk PT XYZ seiring dengan
perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN.
1.5 Pelaksanaan Program Magang
Pada program magang yang diberikan oleh KAP ASR penulis ditempatkan pada
divisi Energy, Utilities, and Mining (EUM) dengan posisi Vocational Employee
(VE). Selama program magang ini, penulis diperlakukan selayaknya pekerja tetap
dalam artian penulis memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti pekerja tetap
lainnya. Secara umum, aktivitas yang penulis lakukan selama program magang ini
adalah sebagai berikut:
a) Membantu tim dalam melaksanakan General Audit per 31 Desember 2012
PT XXX dan anak perusahaannya.
b) Membantu tim dalam melengkapi dokumentasi hasil audit PT XXX
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
4
Universitas Indonesia
c) Membantu tim dalam melaksanakan General Audit Dana Pensiun XX
1.6 Ruang Lingkup Penulisan
Pada laporan magang ini penulis akan membahas tentang implementasi
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan 16 (ISAK 16) pada proyek
pembangunan power plant PT XYZ. PT XYZ sendiri merupakan anak perusahaan
dari PT XXX yang merupakan klien yang diaudit oleh penulis selama periode
program magang di KAP ASR.
Rumusan masalah yang ingin diangkat penulis dalam laporan magang kali ini
adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk PPA antara PT XYZ dengan PLN?
b. Bagaimana prosedur audit KAP ASR terkait dengan penerapan ISAK 16
di PT XYZ?
c. Apakah isu akuntansi terkait dengan penerapan ISAK 16 di PT XYZ?
d. Apakah isu perpajakan terkait dengan penerapan ISAK 16 di PT XYZ?
Melalui laporan magang ini penulis berharap dapat memberikan gambaran secara
umum bagi para pembaca bagaimana pencatatan terhadap konsesi jasa menurut
ISAK 16 dan pengaplikasiannya pada pembangunan Power Plant di PT XYZ.
1.7 Sistematika Penulisan
Laporan magang ini akan dibagi dalam 5 bagian (bab) yang disertai lampiran
sebagai dokumen pendukung laporan dengan sistematika seperti berikut:
a. BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan latar belakang program magang, tujuan kegiatan
program magang, tempat, waktu dan pelaksanaan program magang, ruang
lingkup dan sistematika laporan magang.
b. BAB 2. LANDASAN TEORI
Bab ini akan memaparkan teori-teori yang dijadikan sebagai landasan
pembahasan dan analisa pada implementasi ISAK 16 pada proyek
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
5
Universitas Indonesia
pembangunan power plant di PT XYZ. Teori yang dimaksud meliputi
ulasan tentang landasan hukum pengadaan listrik, ISAK 16, dan
pembahasan mengenai Power Purchase Agreement.
c. BAB 3. PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini akan memberikan gambaran umum atas PT XYZ. Bab ini dibagi
menjadi dua bagian utama, yakni gambaran umum tentang PT XYZ dan
ulasan mengenai kontrak Power Purchase Agreement PT XYZ.
d. BAB 4. PEMBAHASAN
Bab ini membahas secara mendalam mengenai tema yang diangkat dalam
laporan magang. Laporan magang ini akan membahas bagaimana
perlakuan akuntansi yang tepat untuk PT XYZ dilanjutkan dengan bahasan
mengenai prosedur audit terkait penerapan ISAK 16 serta isu akuntansi
dan perpajakan terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ.
e. BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan ringkasan dari analisa terhadap perusahaan dan
aktivitas program magang. Saran yang disertai masukan menjadi perhatian
utama penulis terhadap Departemen Akuntansi FE UI, kantor akuntan
publik dan kantor klien.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
6 Universitas Indonesia
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Hukum Pengadaan Ketenagalistrikan
Dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia,
perbaikan sektor infrastruktur memegang peran yang vital. Salah satu infrastruktur
yang penting untuk diperhatikan adalah tenaga listrik. Sesuai dengan Pasal 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2009 (UU 30/2009),
definisi dari ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan
dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
Dalam pasal 3 UU 30/2009 disebutkan bahwasanya penyediaan dari tenaga listrik
dikontrol oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Namun dalam industri
ketenagalistrikan ini, pemerintah juga turut mengundang partisipasi sektor swasta.
Hal ini dapat terlihat dari Pasal 4 UU 30/2009 ayat 2 yang menyatakan
bahwasanya badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat dapat
berpartisipasi dalam usaha penyediaan tenaga listrik.
Dalam Bab VII mengenai Usaha Ketengalistrikan yang terdapat di UU 30/2009
Pasal 8, usaha ketenagalistrikan terbagi menjadi 2 yaitu Usaha Penyediaan Tenaga
Lisrik dan Usaha Penunjang Tenaga Listrik.
2.1.1 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Usaha penyediaan tenaga listrik terklasifikasi menjadi 2 menurut UU 30/2009,
yaitu Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum dan Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri.
2.1.1.1 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentigan Umum
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud
dalam UU 30/2009 meliputi:
a. Pembangkitan tenaga listrik;
b. Transmisi tenaga listrik;
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
7
Universitas Indonesia
c. Distribusi tenaga listrik; dan/atau
d. Penjualan tenaga listrik.
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan oleh
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta,
koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga
listrik. Meski badan usaha swasta diberikan keleluasaan dalam menyediakan
tenaga listrik untuk kepentingan umum, prioritas pertama dalam menyediakan
tenaga listrik untuk kepentingan umum adalah ke badan usaha milik negara. Jika
tidak ada badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, atau koperasi yang
dapat menyediakan tenaga listrik di wilayah tersebut, Pemerintah wajib
memberikan tugas ke badan usaha milik negara untuk dapat menyediakan tenaga
listrik untuk wilayah yang bersangkutan.
2.1.1.2 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri sebagaimana dimaksud
dalam UU 30/2009 meliputi:
a. Pembangkitan tenaga listrik;
b. Pembangkitan tenaga listrik dan distribusi tenaga listrik; atau
c. Pembangkitan tenaga listrik, transmisi tenaga listrik, dan distribusi tenaga
listrik.
Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dapat dilaksanakan
oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, perseorangan, dan
lembaga/badan usaha lainnya.
2.1.2 Usaha Penunjang Tenaga Listrik
Menurut UU 30/2009, usaha penunjang tenaga listrik terbagi menjadi 2.
Pembagian tersebut adalah Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik dan Usaha
Industri Penunjang Tenaga Listrik.
2.1.2.1 Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
8
Universitas Indonesia
Yang termasuk sebagai usaha jasa penunjang tenaga listrik sebagaimana
didefinisikan oleh UU 30/2009 adalah:
a. Konsultasi dalam bidang instalasi penyediaan tenaga listrik;
b. Pembangunan dan pemasangan instalasi penyediaan tenaga listrik;
c. Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik;
a. Pengoperasian instalasi tenaga listrik;
b. Pemeliharaan instalasi tenaga listik;
c. Penelitian dan pengembangan;
d. Pendidikan dan pelatihan;
e. Laboratorium pengujian peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
f. Sertifikasi peralatan dan pemanfaat tenaga listrik;
g. Sertifikasi kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan; atau
h. Usaha jasa lain yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan tenaga
listrik.
2.1.2.2 Usaha Industri Penunjang Tenaga Listrik
Yang termasuk sebagai usaha industri penunjang tenaga listrik sebagaimana
didefinisikan oleh UU 30/2009 adalah:
a. Usaha industri peralatan tenaga listrik; dan/atau
b. Usaha industri pemanfaat tenaga listrik.
2.2 Power Purchase Agreement (PPA)
Dari pemaparan UU 30/2009 yang telah disebutkan diatas dapat digaris bawahi
bahwasanya pengadaan ketenagalistrikan tidak lagi dimonopoli oleh pemerintah,
dalam hal ini PLN. Badan usaha milik swasta dapat melakukan pengadaan tenaga
listrik untuk kepentingan umum. Namun, pada kenyataannya di lapangan, badan
usaha milik swasta mengalami kendala dalam hal penyaluran tenaga listrik kepada
end user atau masyarakat. Di sisi lain, PLN telah memiliki infrastrukur untuk
dapat menyalurkan ketenagalistrikan ke masyarakat umum. Hal ini kemudian
menyebabkan adanya interaksi antara badan usaha milik swasta yang bergerak di
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
9
Universitas Indonesia
bidang pengadaan ketenagalistrikan atau Independent Power Producer (IPP)
dengan PLN yang sering disebut dengan Power Purchase Agreement (PPA).
Gambar 2.1: Value Chain Sektor Tenaga Listrik
Sumber: KAP ASR, Power Sector Training, Telah diolah kembali, 2012.
Gambar diatas menjelaskan bagaimana skema value chain dalam sektor tenaga
listrik. Dapat dilihat bahwasanya IPP dan PLN mampu berperan di sektor
pembangkitan tenaga listrik. Namun seperti yang telah diutarakan, akibat
kurangnya infrastruktur yang dimiliki oleh IPP, transmisi dan distribusi tenaga
listrik diserahkan ke PLN.
Gambar 2.2: Skema PPA
Sumber
Energi Pembangkit End
User
Distribusi Transmisi
- IPP - Rumah
tangga
- PLN
- PLN
- Dll
- Industri
- PLN
PLN
PPA
IPP
Power Plant
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
10
Universitas Indonesia
Sumber: KAP ASR, Power Sector Training, Telah diolah kembali, 2012.
Dalam pengalihan tenaga listrik dari IPP ke PLN, kedua pihak umumnya
menggunakan skema konsesi jasa yang disebut PPA. Seperti terlihat dalam
gambar, skema PPA melingkupi pembangunan pembangkit listrik atau power
plant oleh IPP. IPP juga turut bertanggung jawab untuk melakukan pendanaan
atau financing atas konstruksi power plant terkait.
Setelah fase konstruksi power plant telah selesai, IPP bertanggung jawab untuk
mengoperasikan dan merawat power plant. IPP kemudian menjual listrik yang
dihasilkan oleh power plant ke PLN dengan rate harga yang telah ditentukan. PPA
umumnya memiliki periode konsesi jasa selama kurang lebih 30 tahun. Pada akhir
periode konsesi jasa, PLN memiliki hak untuk membeli power plant IPP.
Komponen pendapatan yang diakui oleh IPP selama masa perjanjian konsesi jasa
PPA adalah sebagai berikut:
a. Komponen A – Capital Cost Recovery
Komponen A merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke
IPP atas jasa konstruksi dan pengadaan power plant berdasarkan PPA.
Komponen A umumnya bersifat tetap dan tidak terpengaruh akan jumlah
tenaga listrik yang disalurkan ke PLN.
b. Komponen B – Fixed Operating and Maintenance
Komponen B merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke
IPP untuk jasa operasi dan perawatan dalam menjaga performa power
plant. Komponen B dikalkulasikan berdasarkan kapasitas dari power plant
dan indeks harga.
c. Komponen C – Energy Payment
Komponen C merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke
IPP untuk mengganti biaya bahan bakar yang diperlukan oleh power plant.
Komponen C dikalkulasikan berdasarkan jumlah tenaga listrik yang
disalurkan ke PLN dan harga pasar dari bahan bakar power plant.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
11
Universitas Indonesia
d. Komponen D – Variable Operating and Maintenance
Komponen D merupakan komponen pendapatan yang diberikan PLN ke
IPP untuk jasa operasi dan perawatan dalam menjaga performa power
plant. Komponen D dikalkulasikan berdasarkan jumlah aktual tenaga
listrik yang disalurkan ke PLN dan penyesuaian atas suku bunga inflasi.
2.3 Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 16 membahas tentang Perjanjian
Konsesi Jasa. ISAK 16 merupakan adopsi dari IFRIC 12 Service Concession
Arrangements. Perjanjian konsesi jasa dalam ruang lingkup ISAK 16 umumnya
melibatkan entitas swasta (operator) dengan pemerintah untuk membangun atau
menaikkan nilai dari infrastruktur yang digunakan untuk menyediakan jasa publik
serta mengoperasikan dan memelihara infrastruktur tersebut dalam jangka waktu
tertentu.
Entitas swasta dalam perjanjian dibayar untuk jasa yang diberikan dalam periode
perjanjian. Perjanjian antara entitas swasta dengan pemerintah ini biasanya diikat
dalam kontrak yang mengatur standar kinerja, mekanisme penyesuaian harga, dan
pengaturan penyelesaian perselisihan.
Perjanjian jasa secara kontraktual mengharuskan entitas swasta untuk
menyediakan jasa ke publik atas nama entitas publik atau pemerintah. Ciri umum
lain dari perjanjian jasa ini adalah:
a. Pemberi konsesi adalah entitas publik, termasuk badan pemerintah, atau
entitas swasta yang telah diberikan tanggung jawab atas jasa tersebut.
b. Entitas swasta yang bertindak selaku penerima konsesi bertanggung jawab
setidaknya untuk sebagian pengelolaan infrastruktur dan jasa terkait dan
tidak hanya bertindak sebagai agen untuk kepentingan pemberi konsesi.
c. Kontrak menetapkan harga awal yang akan dikenakan oleh operator dan
mengatur perubahan harga selama periode perjanjian jasa.
d. Operator diwajibkan untuk menyerahkan infrastruktur kepada pemberi
konsesi pada akhir periode perjanjian dalam kondisi yang telah ditentukan,
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
12
Universitas Indonesia
dengan sedikit atau tanpa imbalan tambahan, terlepas dari pihak yang
awalnya membiayai infrastruktur.
Adanya ISAK 16 ini untuk memberikan panduan akuntansi untuk entitas swasta
penerima konsesi. ISAK 16 ini berlaku untuk perjanjian konsesi jika:
a. Pemberi konsesi mengendalikan atau meregulasi jasa apa yang harus
diberikan oleh operator dengan infrastruktur, kepada siapa jasa harus
diberikan, dan berapa berapa harganya; dan
b. Pemberi konsesi mengendalikan – melalui kepemilikan, hak manfaat, atau
bentuk lain – atas setiap kepentingan residu signifikan dalam infrastruktur
pada akhir masa perjanjian.
ISAK 16 juga berlaku untuk infrastruktur yang dibangun entitas swasta penerima
konsesi atau diperoleh entitas swasta penerima konsesi dari pihak ketiga untuk
tujuan perjanjian jasa dan infrastruktur yang telah ada yang aksesnya diberikan
oleh pemberi konsesi kepada operator untuk tujuan perjanjian jasa. ISAK 16 tidak
mengatur akuntansi untuk infrastruktur yang telah diakui sebagai aset tetap oleh
entitas swasta penerima konsesi sebelum perjanjian jasa. ISAK 16 juga tidak
mengatur akuntansi untuk pemberi konsesi.
Berbagai permasalahan yang dibahas dalam ISAK 16 antara lain adalah:
a. Perlakuan hak operator atas infrastruktur;
b. Pengakuan dan pengukuran imbalan perjanjian;
c. Jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan;
d. Jasa operasi;
e. Biaya pinjaman;
f. Perlakuan akuntansi setelah pengakuan awal asset keuangan dan asset tak
berwujud; dan
g. Hal yang diberikan oleh pemberi konsesi kepada operator
2.3.1 Perlakuan Hak Operator atas Infrastruktur
Infrastruktur dalam ruang lingkup ISAK 16 tidak diakui sebagai aset tetap oleh
operator. Hal ini disebabkan karena perjanjian konsesi jasa tidak memberikan hak
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
13
Universitas Indonesia
kepada operator untuk mengendalikan penggunaan infrastruktur jasa publik.
Operator dalam hal ini hanya memiliki akses untuk mengoperasikan infrastruktur
sesuai dengan kepentingan pemberi konsesi jasa yang telah ditentukan dalam
kontrak.
2.3.2 Pengakuan dan Pengukuran Imbalan atas Perjanjian
Operator mengakui dan mengukur pendapatan sesuai dengan PSAK 34: Kontrak
Konstruksi dan PSAK 23: Pendapatan untuk jasa yang dilakukan sesuai dengan
perjanjian konsesi jasa. Apabila operator melakukan lebih dari satu jasa (jasa
konstruksi atau peningkatan kemampuan dan jasa operasi) dalam satu kontrak
atau perjanjian, maka imbalan yang diterima atau yang dapat diterima
dialokasikan dengan mengacu pada nilai wajar relatif dari jasa yang diberikan,
jika jumlahnya dapat diidentifikasi secara terpisah. Sifat imbalan menentukan
perlakuan akuntansi selanjutnya.
2.3.3 Jasa Konstruksi atau Peningkatan Kemampuan
Operator mencatat pendapatan dan biaya yang terkait dengan jasa konstruksi atau
peningkatan kemampuan sesuai PSAK 34: Kontrak Konstruksi.
Jika operator melakukan jasa konstruksi atau peningkatan kemampuan, maka
imbalan yang diterima atau dapat diterima operator atas perjanjian konsesi jasa
diakui dalam nilai wajar. Imbalan dalam hal ini dapat merupakan hak atas:
a. Aset keuangan
Operator mengakui aset keuangan selama operator memiliki hak
kontraktual tanpa syarat untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari
atau atas diskresi pemberi konsesi untuk jasa konstruksi.
b. Aset takberwujud
Operator mengakui aset takberwujud sejauh operator menerima hak
(lisensi) untuk membebankan pengguna jasa publik. Hak ini bukan
merupakan hak tanpa syarat untuk menerima kas karena besarnya dapat
berubah tergantung dari penggunaan publik terhadap jasa.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
14
Universitas Indonesia
Apabila operator menerima imbalan berupa sebagian aset keuangan dan sebagian
aset takberwujud maka pencatatannya harus dipisah untuk masing-masing
komponen. Imbalan atau piutang yang diterima untuk kedua komponen tersebut
harus diakui pada nilai wajar.
2.3.4 Jasa Operasi
Pendapatan dan biaya yang terkait dengan jasa operasi dicatat sesuai dengan
PSAK 23: Pendapatan. Ada kemungkinan bagi operator untuk memiliki
kewajiban kontraktual yang harus dipenuhi sebagai syarat untuk memperoleh
lisensi untuk memelihara infrastruktur pada kondisi tertentu atau untuk
memulihkan infrastruktur ke kondisi tertentu sebelum diserahkan kembali ke
pemberi konsesi pada akhir perjanjian jasa. Kewajiban yang terkait dengan
pemeliharaan dan pemulihan infrastruktur, kecuali untuk peningkatan kemampuan
elemen, diakui dan diukur sesuai dengan PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi,
dan Aset Kontijensi, yaitu berdasarkan pada estimasi terbaik atas pengeluaran
yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan.
2.3.5 Biaya Pinjaman yang Ditanggung oleh Operator
Dalam pelaksanaan konsesi jasa, seringkali operator meminjam biaya dari pihak
ketiga dalam membiayai proyek yang dikerjakannya. Sesuai dengan PSAK 26:
Biaya Pinjaman, biaya pinjaman yang terkait dengan perjanjian diakui sebagai
beban pada periode terjadinya biaya pinjaman tersebut, kecuali operator memiliki
hak kontraktual untuk menerima aset takberwujud (hak untuk membebankan
pengguna layanan publik). Dalam hal ini, biaya pinjaman dikapitalisasi selama
tahap pembangunan sesuai dengan PSAK 26.
2.3.6 Aset Keuangan
Aset keuangan yang diakui diperlakukan sesuai dengan PSAK 50: Instrumen
Keuangan: Penyajian, PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran, dan PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
15
Universitas Indonesia
Jumlah yang dapaat ditagih dari, atau atas diskresi pemberi konsesi, dicatat sesuai
dengan PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran sebagai:
a. Pinjaman yang diberikan dan piutang;
b. Aset keuangan tersedia untuk dijual; atau
c. Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, jika pada saat
pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
dan syarat penetapan tersebut terpenuhi.
Jika jumlah yang dapat ditagih dari pemberi konsesi dicatat baik sebagai pinjaman
yang diberikan dan piutang atau aset keuangan tersedia untuk dijual, maka PSAK
55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran mensyaratkan bunga untuk
dihitung menggunakan metode suku bunga efektif untuk dapat diakui dalam laba
rugi.
2.3.7 Aset Takberwujud
Untuk aset takberwujud yang diakui, berlaku PSAK 19: Aset Takberwujud. PSAK
19 paragraf 44-46 memberi panduan terkait pengukuran aset takberwujud yang
diperoleh dalam pertukaran dengan aset atau aset-aset nonmoneter atau kombinasi
aset nonmoneter dengan aset moneter.
2.3.8 Hal yang Diberikan kepada Operator oleh Pemberi Konsesi
Sesuai dengan yang telah dijelaskan di awal, item infrastruktur yang diberi akses
oleh pemberi konsesi ke operator tidak diakui sebagai aset tetap. Pemberi konsesi
mungkin memberikan item lain untuk disimpan atau dipergunakan sesuai dengan
keinginan operator. Jika aset tersebut merupakan bagian imbalan yang harus
dibayar oleh pemberi konsesi untuk jasa, maka aset tersebut bukan merupakan
hibah pemerintah. Aset tersebut diakui sebagai aset operator yang diukur pada
nilai wajar pada saat pengakuan awal. Operator mengakui liabilitas yang
ditanggung terkait dengan kewajiban yang belum terpenuhi dalam pertukaran aset
tersebut.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
16 Universitas Indonesia
BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik (KAP) ASR
Kantor Akuntan Publik (KAP) ASR merupakan jaringan internasional ABC yang
membentuk ABC Indonesia bersama dengan PT TAX dan PT ABC ADV. ABC
merupakan salah satu kantor jasa professional terbesar yang sering disebut big
four. ABC mempunyai pegawai kurang lebih 163.000 orang di 151 negara dan
telah beroperasi serta berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi dan sosial di
Indonesia dalam kurun waktu 30 tahun.
3.1.1 Jasa Profesional KAP ASR
KAP ASR menawarkan beberapa jenis jasa professional pada klien-kliennya. Jasa
professional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Assurance Service
KAP ASR menawarkan jasa pemberian opini independen terkait
kepatuhan (compliance) klien terhadap peraturan dan persyaratan
pelaporan lain melalui pelaksanaan jasa audit. Jasa audit yang dilakukan
oleh KAP ASR dilakukan atas laporan keuangan tahunan dan interim,
pelaporan kepatuhan di masing-masing sektor industri, konversi pada
IFRS (International Financial Reporting Standards), tata kelola
perusahaan, dan jasa audit internal yang termasuk jasa pengawasan,
manajemen resiko, dan pengendalian internal.
Jasa assurance dan opini ini diperlukan oleh perusahan klien-klien KAP
ASR dalam rangka memberi keyakinan yang wajar bagi para pembaca dan
pengguna laporan keuangan untuk memberi kepastian bahwasanya
informasi yang terdapat di laporan keuangan tersebut dapat dipercaya.
Untuk para klien KAP ASR sendiri, jasa ini dapat memberi peningkatan
kualitas pelaporan dan sebagai sarana pemenuhan ketentuan perundangan
dan peraturan-peraturan lain seperti yang tertera pada Undang-undang No.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
17
Universitas Indonesia
40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 68 yang menyebutkan
bahwa perseroan yang mengumpulkan dan/atau mengelola dana
masyarakat, merupakan perseroan terbuka, merupakan persero,
mempunyai aset dan/jumlah peredaran usaha minimal Rp 50.000.000.000,
wajib menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit.
b. Tax Service
KAP ASR turut menyediakan jasa di bidang perpajakan dalam rangka
membantu klien-kliennya untuk mengoptimalkan posisi perpajakan baik di
dalam maupun di luar negeri, membantu perencanaan perpajakan yang
efektif dan efisien, serta memberi solusi dalam permasalahan pajak yang
sedang atau akan dihadapai oleh kliennya. Beberapa contoh jasa
perpajakan yang diberikan oleh KAP ASR adalah terkait merger dan
akuisisi, international structuring, manajemen pajak, pajak tidak langsung,
transfer pricing, pajak karyawan dan ekspatriat, pension, tunjangan, dan
outsourcing.
c. Advisory Service
KAP ASR juga menawarkan jasa konsultasi untuk kliennya atas
permasalahan yang sedang dihadapi, konsultasi terkait peningkatan
performa perusahaan, ataupun perihal penyelenggaraan program ataupun
proyek tertentu atau ketika perusahaan menghadapai suatu kontrak atau
transaksi khusus. Jasa konsultasi yang ditawarkan meliputi:
a. Lead Advisory
KAP ASR menyediakan jasa strategis dan taktis untuk bermacam
tahapan pendanaan perusahaan mulai dari networking dan
negosiasi hingga tahap penyelesaian perjanjian kontrak atau
transaksi yang sifatnya bervariasi mulai dari merger dan akuisisi,
penambahan modal, dan lain-lain.
b. Corporate Valuation and Advisory
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
18
Universitas Indonesia
KAP ASR menawarkan jasa valuasi yang berkaitan dengan
pengukuran nilai perusahaan atau saham yang berhubungan dengan
kenpentingan merger dan akuisisi ataupun restrukturisasi, valuasi
atas transfer bisnis ataupun aset, analisis rasio merger, dan valuasi
intangible asset. Jasa yang diberikan ini bertujuan untuk membantu
klien mengelola masalah-masalah yang mempunyai tingkat resiko
tinggi untuk memastikan bahwa hal-hal yang material telah
dievaluasi secara kuat dan disetujui oleh auditor klien.
c. Business Recovery Services
KAP ASR juga menyediakan jasa untuk mengembalikan nilai dari
bagian bisnis klien yang sedang mengalami permasalahan yang
membuat kinerjanya tidak optimal. Jasa ini termasuk juga penilaian
bisnis, benchmarking kinerja bisnis klien dengan kompetitor yang
lebih optimal, restrukturisasi dan regenerasi, restrukturisasi hutang,
pendanaan, dan pelepasan aset.
d. Forensic Services
KAP ASR menyediakan jasa bantuan bagi klien dalam pengelolaan
resiko fraud, investigasi atas kasus fraud,akuntansi forensik terkait
identifikasi dan investigasi kasus kriminal, solusi atas money
laundering, dan solusi mengenai pengunaan teknologi komputer
forensik dan analisis transaksi yang beresiko.
e. Transaction Services, Mergers Acquisitions and Disposal
KAP ASR membantu klien dalam proses identifikasi perusahaan
target akuisisi, merencanakan kesepakatan dengan aspek pajak
yang efisien, pelakasanaan due dilligence terkait transaksi dan
kesepakatan besar seperti merger, akuisisi, ataupun pelepasan aset.
Jasa ini berguna untuk mengungkap potensi finansial dan risiko
serta keuntungan strategis dalam transaksi baik yang bersifat
domestik ataupun global.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
19
Universitas Indonesia
f. Performance Improvement
KAP ASR juga turut berperan dalam proses perbaikan performa
kerja perusahaan klien dengan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas proses operasional penting yang di dalamnya termasuk
peningkatan implementasi tata kelola perusahaan yang baik,
manajemen resiko, dan pengelolaan sumber daya manusia yang
optimal.
g. Internal Audit Services
KAP ASR juga memberikan jasa internal audit bagi klien untuk
membantu klien mendapatkan keyakinan memadai terkait kontrol
perusahaan yang sedang berjalan, pengelolaan resiko yang optimal,
dan tata kelola perusahaan yang baik. Jasa audit internal KAP ASR
ini menyediakan suatu bentuk kemitraan strategis dan outsourcing
tim audit internal, review atas perbaikan efisiensi biaya, kinerja
strategis, perancangan dan implementasi fungsi audit internal,
penilaian resiko dan kontrol, penyusunan standar atau manual
kebijakan perusahaan, dan tingkat compliance atau kepatuhan
terhadap Sarbanes-Oxley.
3.1.2 Sektor Industri KAP ASR
Dalam operasionalnya, KAP ASR memiliki klien dalam jumlah yang sangat besar
dan beroperasi di sektor industri yang berbeda-beda. Berdasarkan fakta tersebut,
KAP ASR membagi masing-masing jenis jasa professional yang ditawarkannya
sesuai dengan sektor industri klien-klien yang dimilikinya. Hal ini diharapkan
dapat membuat para profesional yang bekerja di KAP ASR untuk lebih fokus dan
memilih keahlian yang mendalam mengenai satu industri yang spesifik sehingga
diharapkan dapat memberi nilai tambah ke klien KAP ASR. Berikut ini adalah
pembagian sektor industri di KAP ASR:
a. Energy, Utilities, and Mining
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
20
Universitas Indonesia
KAP ASR menyediakan jasa profesional bagi perusahaan yang beroperasi
di industri pertambangan, minyak dan gas bumi, serta sub sektor utilities
dan perusahaan-perusahaan penyedia jasa yang berkaitan dengan industri
tersebut. Grup atau divisi ini terdiri dari tim yang memiliki wawasan luas
terkait industri energi dan utilities baik dalam skala domestik maupun
global. KAP ASR turut berperan membantu klien dalam berbagai isu
terkait perubahan regulasi, profitabilitas, masalah lingkungan, nilai
pemegang saham, dan lain-lain.
b. Financial Services
Grup atau divisi ini berfokus pada klien yang bergerak di industri atau
sektor jasa finansial seperti perbankan, asuransi, pasar modal, dan
manajemen investasi.
c. Consumer Industrial Products and Services
Grup atau divisi ini berfokus pada klien yang bergerak di industri atau
sektor industri otomotif, perkebunan, farmasi, produk konsumen dan ritel,
serta sekotr logistik.
d. Technology, Information, Communications, and Entertainment Media
Grup atau divisi ini berfokus pada klien yang bergerak di industri
teknologi, informasi, komunikasi, dan media baik dalam skala domestik
ataupun global.
e. Sustainability and Climate Change Indonesia
KAP ASR juga memberikan jasa pada kliennya terkait isu-isu
sustainability pada berbagai aspek dalam kegiatan operasional perusahaan.
Jasa yang diberikan terkait dengan jasa perpajakan, konsultasi akuntansi,
jasa compliance, jasa feasibility study, due dilligence atas aspek keuangan
dan perpajakan, strategi tanggung jawab sosial, serta pelaporan atas emisi
karbon pada aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan.
3.2 Profil PT XYZ
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
21
Universitas Indonesia
PT XYZ didirikan berdasarkan Akta Notaris Hasanal Yani A S.H., No XX
tanggal 28 Agustus 2006 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dengan Surat Keputusan No. XX-015XX HT.01.01-TH.2006 tanggal 12
Oktober 2006 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 95
tanggal 28 November 2006.
Sesuai dengan Akta Pendirian Perusahaan, maksud dan tujuan Perusahaan adalah
menyelenggerakan usaha ketenagalistrikan guna kepentingan umum. PT XYZ
merupakan anak perusahaan dari PT XXX, PT YYY, dan PT ZZZ dengan struktur
kepemilikan seperti terlihat dalam tabel 3.1
31-Des-11
Jumlah Lembar Saham
Persentase Kepemilikan Jumlah
PT XXX
125.952
59,75%
125.952.000
PT YYY
61.440
29,15%
61.440.000
PT ZZZ
23.400
11,10%
23.400.000
210.792
100,00%
210.792.000
Tabel 3.1: Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2011
Sumber: Laporan Audit PT XYZ tahun 2011, Telah diolah kembali, 2011
Sesuai Akta Risalah RUPSLB No. 5 tanggal 7 Juni 2010, untuk memenuhi
kewajiban jaminan modal yang disyaratkan PLN terkait kontrak Power Purchase
Agreement, diputuskan bahwa pemegang saham akan memberikan tambahan
setoran modal sejumlah Rp 245.274.000.000 (nilai penuh) paling lambat dua
minggu setelah tanggal addendum PPA dan Rp 438.486.000.000 (nilai penuh)
paling lambat dua minggu sebelum tanggal financing close.
Berdasarkan Akta Risalah RUPS Tahunan No. 116 tanggal 25 Maret 2011,
pemegang saham sepakat untuk mengubah jadwal tambahan setoran modal yang
sebelumnya ditetapkan melalui Akta Risalah RUPSLB No. 5 tanggal 7 Juni 2010
menjadi Rp 264.740.000.000 (nilai penuh) sebelum 20 April 2011 untuk
keperluan pembayaran uang muka kontrak Engineering, Procurement and
Construction dan Rp 438.488.000.000 (nilai penuh) sebelum 4 Juni 2011 untuk
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
22
Universitas Indonesia
memenuhi kewajiban jaminan modal. Pemegang saham sepakat untuk melakukan
perubahan modal dasar PT XYZ menjadi minimal Rp 914.020.000.000.
Dalam memenuhi keperluan tersebut, PT XXX telah menyetorkan modal senilai
Rp 146.556.000.000 (nilai penuh) dan Rp 11.626.000.000 (nilai penuh) pada
tanggal 26 Oktober 2010 dan 1 April 2011. PT YYY juga telah menyetor modal
sebesar Rp 77.172.000.000 (nilai penuh) pada 4 Mei 2011.
Berdasarkan kesepakatan pemegang saham yang dituangkan dalam Akta
Penyimpanan No. 7 tanggal 24 November 2011, pemegang saham akan
memberikan tambahan modal senilai Rp 477.740.000.000 (nilai penuh) sebelum
16 Desember 2011 dan senilai 225.488.000.000 (nilai penuh) yang direncanakan
sebelum 15 Pebruari 2012. Sesuai dengan kesepakatan tersebut, PT XX
menyetorkan tambahan modal senile Rp 127.269.000.000 (nilai penuh) dan Rp
134.728.000.000 (nilai penuh) pada tanggal 1 Desember 2011 dan 14 Pebruari
2012. PT YYY menambah modal senilai Rp 62.087.000.000 (nilai penuh) dan Rp
65.732.000.000 (nilai penuh) pada 1 Desember 2011 dan 14 Pebruari 2012. PT
ZZZ juga melakukan penambahan modal senilai Rp 53.030.000.000 (nilai penuh)
dan Rp 25.028.000.000 (nilai penuh) pada 26 dan 31 Januari 2012. Pada 31
Desember 2012, struktur modal PT XYZ adalah seperti yang tertera di tabel 3.2
31-Des-12
Jumlah Lembar Saham
Persentase Kepemilikan Jumlah
PT XXX
125.952
59,75%
546.131.000.000
PT YYY
61.440
29,15%
266.431.000.000
PT ZZZ
23.400
11,10%
101.458.000.000
210.792
100,00%
914.020.000.000
Tabel 3.2: Struktur Kepemilikan PT XYZ tahun 2012
Sumber: Dokumentasi audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
23
Universitas Indonesia
Seperti terlihat dalam tabel, PT XXX memiliki persentase kepemilikan paling
besar. Namun laporan keuangan PT XYZ tidak dikonsolidasi karena PT XXX
tidak memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding PT YYY dan PT ZZZ
terhadap keputusan PT XYZ.
3.2.1 Proses Bisnis PT XYZ
Pada dasarnya, PT XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pengembangan fasilitas ketenagalistrikan atau power plant. PT XYZ hanya
mempunyai satu pelanggan yaitu PT Perusahaan Listrik Nasional (Persero) atau
biasa disingkat PLN. PT XYZ telah menanda-tangani kontrak Power Purchase
Agreement dengan PLN untuk menjual listrik selama jangka waktu 30 tahun. Pada
tahun 2012, PT XYZ telah memasuki tahap konstruksi power plant. Manajemen
dari PT XYZ saat ini berfokus pada penyelesaian pembangunan power plant dan
telah membentuk komite audit independen untuk memonitor dan mensupervisi
proses pembangunan power plant agar dapat selesai sesuai dengan target yang
dicanangkan yaitu Juli 2014.
PT XYZ akan mengoperasikan power plant yang dibangun di Banjarsari,
Sumatera Utara, dekat dengan lokasi induk perusahaannya, PT XXX. Dalam
rangka konstruksi dan pembangunan power plant, PT XYZ menandatangani
kontrak Engineering, Procurement, dan Construction dengan CNEEC (China
National Electric Equipment Corporation).
Sehubungan dengan besarnya modal kerja yang dibutuhkan dalam industri
ketenagalistrikan, kompetisi dalam industri ini terbatasi hanya untuk beberapa
perusahaan saja. Bila dibandingkan dengan permintaan atas listrik, supply atau
penyaluran ketenagaan listrik masih jauh dibawah permintaan pasar sehingga
industri ketenagalistrikan dapat disimpulkan masih profitable untuk jangka waktu
panjang bagi PT XYZ.
3.2.2 Perjanjian Power Purchase Agreement PT XYZ
Pada 16 Januari 2007, sebagai upaya pelaksanaan operasi perusahaan, PT XYZ
dan PLN menandatangani Power Purchase Agreement (PPA). Secara garis besar
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
24
Universitas Indonesia
Power Purchase Agreement ini menyatakan bahwa PT XYZ akan menyediakan
tenaga listrik kepada PLN yang dihasilkan dari fasilitas power plant atau
pembangkit tenaga listrik yang bertenaga batubara yang terdiri dari 2 unit yang
masing-masingnya berkapasitas 100MW yang berlokasi di Sumatera Selatan yang
akan dibangun sesuai dengan kontrak Engineering, Procurement, dan
Construction antara PT XYZ dengan kontraktor. Penyediaan listrik pertama
direncanakan pada tanggal 16 Januari 2011 dan berdasarkan PPA, PLN
berkomitmen untuk membeli listrik dari PT XYZ selama 30 tahun hingga tahun
2041.
Perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN terdiri atas 21 ayat dimana dalam
perjanjian PPA ini menyebutkan bahwa PLN selaku pembeli mempunyai
purchase option untuk membeli hak, kepemilikan, dan pengendalian PT XYZ atas
dokumen-dokumen dalam proyek yang bersangkutan termasuk pembangkit listrik
atau power plant dalam harga yang telah ditetapkan di Lampiran F seksi 2.2
sebagaimana tertera di pasal 18.
Apabila PLN mengeksekusi hak tersebut, maka PLN harus memberikan
pemberitahuan tertulis minimal 180 hari kepada PT XYZ dan PT XYZ harus
mentransfer hak, kepemilikan, dan pengendalian atas dokumen-dokumen dalam
proyek bersangkutan sesuain dengan provisi di Lampiran F.
Tarif listrik terdiri dari tiga komponen, yaitu pembayaran atas kapasitas (capacity
payment atau capital cost recovery) yang berfungsi untuk memulihkan semua
biaya tetap dan pajak, termasuk kewajiban utang perusahaan dan pengembalian
atas kontribusi modal; pembayaran atas energi (energy payment) yang berfungsi
untuk memulihkan biaya bahan bakar; serta pembayaran atas biaya operasional
(operation and maintenance payment). Tarif listrik tersebut dinyatakan dalam
mata uang IDR dengan beberapa penyesuaian terhadap nilai tukar USD yang
berlaku saat periode pembayaran.
Pembangunan pembangkit listrik tidak dapat dilaksanakan sesuai jadwal semula
diakibatkan terjadinya perubahan makro ekonomi global yang signifikan pada
tahun 2008 sehingga biaya investasi meningkat dan mengakibatkan proyek
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
25
Universitas Indonesia
pembangunan menjadi tidak layak dan kreditur mensyaratkan adanya penyesuaian
tarif jual beli listrik PPA. Kendala yang sama juga dihadapi Independent Power
Producer lain selain PT XYZ.
Proses negosiasi ulang tarif jual beli listrik PPA telah dimulai pada bulan Maret
2012. Tarif jual beli PPA baru telah disepakait dengan PLN dan telah mendapat
persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan amandemen PPA
pada tanggal 28 Juli 2011 telah ditandatangani.
PT XYZ juga telah menandatangani amandemen kontrak EPC, amandemen
kontrak jasa teknis/pengawas, menandatangani perjanjian kredit, sehingga proyek
pembangunan telah dimulai dengan commencement date ditetapkan pada tanggal
15 September 2011 dan diperkirakan commercial operation date dapat dicapai
pada bulan November 2014 atau sekitar 36 bulan masa konstruksi.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
26 Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Jenis audit yang dilakukan oleh KAP ASR untuk PT XYZ adalah audit atas
laporan keuangan dimana tujuan dari proses audit ini adalah untuk melihat dan
memastikan bahwa laporan keuangan klien telah sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia dan bebas dari salah saji yang bersifat material.
Berlakunya ISAK 16 sejak 1 Januari 2012 akan membuat perubahan dalam
penyajian laporan keuangan PT XYZ selaku penerima konsesi jasa. Dalam
memulai pembahasan di bab ini, penulis akan membahas perlakuan akuntansi
yang tepat untuk PT XYZ sehubungan dengan PPA antara PT XYZ dengan PLN,
prosedur audit terkait dengan penerapan ISAK 16 pada PT XYZ serta isu-isu
akuntansi dan perpajakan yang timbul akibat penerapan ISAK 16 pada PT XYZ.
4.1 Perlakuan akuntansi untuk PPA antara PT XYZ dengan PLN
Perjanjian Power Purchase Agreement (PPA) antara PT XYZ dan PLN
menyatakan bahwa PT XYZ akan menyediakan tenaga listrik kepada PLN yang
dihasilkan dari fasilitas power plant atau pembangkit tenaga listrik yang bertenaga
batubara yang terdiri dari 2 unit yang masing-masingnya berkapasitas 100 MW
yang berlokasi di Sumatera Selatan yang akan dibangun sesuai dengan kontrak
Engineering, Procurement, dan Construction antara PT XYZ dengan kontraktor.
Dalam proses audit PT XYZ, muncul isu terkait perlakuan akuntansi terhadap
perjanjian PPA ini. Pihak manajemen PT XYZ menganggap proyek pembangunan
pembangkit listrik ini merupakan perjanjian sewa sehingga perlakuan akuntansi
dalam proyek ini mengikuti ISAK 8 yang mengatur tentang perjanjian sewa. Di
sisi lain, KAP ASR berpendapat bahwasanya PPA yang dijalani antara PT XYZ
dan PLN ini merupakan perjanjian konsesi jasa sehingga perlakuan akuntansinya
harus mengikuti ISAK 16 yang secara spesifik mengatur tentang perjanjian
konsesi jasa.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Dalam mengatasi perbedaan pendapat ini, KAP ASR mengadakan pertemuan
dengan pihak manajemen untuk memutuskan standar akuntansi mana yang akan
dipakai sehubungan dengan perjanjian PPA ini. Dalam pertemuan tersebut,
auditor dari KAP ASR menjelaskan alasan penerapan ISAK 16 dalam kasus PPA
PT XYZ dengan PLN.
Dalam menetapkan perlakuan akuntansi untuk PPA PT XYZ dengan PLN, KAP
ASR menggunakan kerangka berpikir seperti yang tertera pada gambar 4.1
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
28
Universitas Indonesia
Gambar 4.1: Kerangka Berpikir Akuntansi untuk PPA
Sumber: KAP ASR, Power Sector Training, Telah diolah kembali, 2012.
Berangkat dari kerangka berpikir yang ada pada gambar 4.3, KAP ASR
memutuskan bahwa perlakuan akuntansi yang tepat bagi PT XYZ adalah ISAK 16.
Dapat dilihat dari kontrak PPA antara PT XYZ dengan PLN bahwasanya PLN
sebagai pemberi konsesi jasa mengatur jasa apa yang diberikan PT XYZ melalui
infrastruktur yang berupa pembangkit listrik.
PLN juga mengatur kepada siapa tenaga listrik itu dijual maupun harga jual
tenaga listri tersebut. Hal ini tertera pada bagian pembuka PPA yang berbunyi
Tidak
Pemberi konsesi jasa mengontrol dan mengatur jasa
yang diberikan operator dgn infrastruktur, kepada
siapa jasa diberikan, dan menetapkan harga
Pemberi konsesi jasa mengontrol, melalui
kepemilikan, residu yang bersifat signifikan
pada infrastruktur di akhir masa perjanjian
Infrastruktur dibangun atau dibeli dari pihak
ketiga atau infrastruktur digunakan untuk
seluruh masa kegunaanntya dalam
perjanjian
Infrastruktur sudah tersedia
atau pemberi konsesi jasa
memberi akses ke operator
untuk dalam rangka perjanjian
Termasuk dalam cakupan ISAK 16
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya Ya
Di luar cakupan ISAK 16
Tidak
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
29
Universitas Indonesia
“SELLER wishes to provide PLN with the supply of electricity power generated
or produced from its minemouth power plant facility using coal from coal mine
located surrounding the plant...”
Pengaturan harga jual listrik dalam perjanjian PPA ini tertera dalam Lampiran G.
Dalam perjanjian PPA juga menunjukkan bahwasanya PLN sebagai pemberi
konsesi jasa memiliki kontrol terhadap residu signifikan dari infrastruktur di akhir
masa perjanjian konsesi jasa. Disebutkan dalam pasal 18 pada kontrak PPA ini
bahwasanya PLN memiliki hak untuk membeli infrastruktur PT XYZ yang
berkaitan dengan perjanjian PPA. Mengutip dari pasal 18,
“PLN may exercise an option to purchase all of SELLER’s right, title, and interest
in the Project, including SELLER’s title and interest in and rights and obligations
under the Project Documents, for the price set forth in Section 2.2 of Appendix F.”
Infrastruktur dalam perjanjian ini merupakan 2 (dua) pembangkit listrik tenaga
batubara dengan kapasitas 100 MW. Pembangkit listrik tersebut dibangun melalui
kontrak antara PT XYZ dengan pihak ketiga sebagai kontraktor melalui
Engineering, Procurement, and Construction (EPC) Contract, yang dalam kasus
ini adalah CNEEC (China National Electric Equipment Corporation).
Dari fakta tersebut, KAP ASR berpendapat bahwa ISAK 16 merupakan perlakuan
akuntansi yang paling tepat untuk PPA PT XYZ dan PLN. Dalam pertemuan
dengan pihak manajemen PT XYZ, ditemui kesepakatan antara manajemen
dengan auditor KAP ASR untuk menerapkan ISAK 16 dalam kasus ini.
Hal ini terangkum dalam technical consultation KAP ASR. Dalam technical
consultation (terlampir) terangkum latar belakang fakta dan kondisi yang
mendasari penerapan ISAK 16 dalam kasus PT XYZ, analisa dan referensi teknis,
serta kesimpulan.
Dalam technical consultation tersebut dijelaskan di bagian latar belakang fakta
dan kondisi bahwasanya sejak tanggal operasi pembangkit listrik, PT XYZ akan
menyediakan jasa tenaga listrik ke PLN dan PLN akan membeli tenaga listrik
yang disediakan PT XYZ. KAP ASR juga menggaris-bawahi bahwasanya dalam
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
30
Universitas Indonesia
periode setelah tanggal pembiayaan (financing date) hingga akhir masa perjanjian,
PLN mempunyai hak untuk membeli seluruh hak, kepemilikan, dan
kepengendalian PT XYZ terhadap dokumen-dokumen perjanjian. PLN juga
menyetujui untuk membeli tenaga listrik yang diproduksi sebesar 100% dari
Capital Cost Recovery Charge Rate (output tenaga listrik yang tersedia untuk
dijual).
Dalam analisa dan referensi teknis, disebutkan bahwasanya ISAK 8 tidak berlaku
untuk perjanjian publik ke swasta (public to private) konsesi jasa yang termasuk
dalam ruang lingkup ISAK 16. KAP ASR kemudian mengkaji apakah perjanjian
antara PT XYZ dan PLN dapat didefinisikan sebagai perjanjian publik ke swasta
konsesi jasa.
Seperti dijelaskan dalam Bab II, ISAK 16 paragraf 5 menspesifikasikan
bahwasanya infrastruktur termasuk dalam ruang lingkup ISAK 16 jika:
a. Pemberi konsesi mengendalikan atau meregulasi jasa apa yang harus
diberikan oleh operator dengan infrastruktur, kepada siapa jasa harus
diberikan, dan berapa berapa harganya; dan
b. Pemberi konsesi mengendalikan – melalui kepemilikan, hak manfaat, atau
bentuk lain – atas setiap kepentingan residu signifikan dalam infrastruktur
pada akhir masa perjanjian.
Dalam mendefinisikan kondisi diatas, KAP ASR mereferensikan ke Peraturan
Pemerintah No 25 Tahun 2009 dan Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA02,
PA03, dan PA04 sebagai berikut:
1. Penjelasan lampiran Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2009 ayat 3 poin
b menyatakan bahwa “barang publik yang ketersediaannya merupakan
hasil dari kegiatan badan usaha milik Negara dan/atau badan usaha milik
daerah yang mendapat pelimpahan tugas untuk menyelenggarakan
pelayanan publik (public service obligation), sebagai contoh listrik hasil
pengelolaan PT (Persero) PLN dan air bersih hasil pengelolaan perusahaan
air minum daerah”. Dari fakta tersebut dapat disimpulkan bahwasanya
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
31
Universitas Indonesia
perjanjian dengan PLN dapat dikategorikan perjanjian konsesi untuk jasa
publik ke entitas swasta.
2. Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA02 menyatakan bahwa
“Pengendalian atau regulasi sebagaimana dimaksud dalam kondisi (a)
dapat melalui kontrak atau dengan cara lain (seperti melalui regulator), dan
termasuk keadaan di mana pemberi konsesi membeli seluruh output ,
begitu pula dalam keadaan dimana sebagian atau seluruh output dibeli oleh
pengguna lain. Untuk menerapkan kondisi ini, pemberi konsesi dan pihak
yang terkait akan dipertimbangkan bersama. Jika pemberi konsesi
merupakan entitas sektor publik, sektor publik secara keseluruhan,
bersama dengan regulator bertindak untuk kepentingan publik, dianggap
terkait dengan pemberi konsesi untuk tujuan Interpretasi ini.”. Berdasarkan
pemahaman KAP ASR terhadap perjanjian antara PT XYZ dan PLN, KAP
ASR berpendapat bahwa perjanjian konsesi jasa tersebut memenuhi
kriteria di PA02. Pengendalian atau regulasi yang merefer ke kondisi (a)
terbentuk di perjanjian PPA yang di dalamnya mengatur bahwa PLN akan
membeli 80% output dimana 9% output akan digunakan untuk cadangan
dan 11% sisanya untuk keperluan PT XYZ sendiri.
3. Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA03 menyatakan bahwa “Untuk
tujuan kondisi (a), pemberi konsesi tidak perlu sepenuhnya mengendalikan
harga. Kondisi (a) terpenuhi, cukup dengan pemberi konsesi dapat
mengatur harga, oleh kontrak atau regulator, misalnya dengan suatu
mekanisme pembatasan. Namun, kondisi tersebut harus diterapkan pada
substansi perjanjian. Ciri-ciri non-substantif, seperti pembatasan harga
yang hanya berlaku pada kondisi yang kemungkinannya kecil, harus
diabaikan. Sebaliknya, jika misalnya, kontrak dimaksudkan untuk
memberikan kebebasan kepada operator untuk menetapkan harga, tetapi
setiap kelebihan keuntungan dikembalikan kepada pemberi konsesi,
penerimaan operator dibatasi dan pengujian pengendalian atas elemen
harga telah terpenuhi.”. Lampiran G pada PPA menyatakan bahwa PLN
mengatur harga tenaga listrik dalam perjanjian ini meskipun harga masih
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
32
Universitas Indonesia
dapat disesuaikan terkait dengan beberapa faktor makro-ekonomi (seperti
harga batubara, Indeks Harga Konsumen, dll).
4. Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA04 menyatakan bahwa “Untuk
tujuan kondisi (b), pengendalian oleh pemberi konsesi atas kepentingan
residu signifikan harus membatasi kemampuan operator untuk menjual
atau menjaminkan infrastruktur dan memberikan pemberi konsesi hak
berkelanjutan atas penggunaan sepanjang periode perjanjian. Kepentingan
residu dalam infrastruktur merupakan estimasi nilai kini atas infrastruktur
seolah-olah sudah sampai akhir usia dan dalam kondisi yang diharapkan
pada akhir periode perjanjian.”. Perjanjian PPA antara PT XYZ dengan
PLN terdiri atas 21 ayat dimana dalam perjanjian PPA ini menyebutkan
bahwa PLN selaku pembeli mempunyai purchase option untuk membeli
hak, kepemilikan, dan pengendalian PT XYZ atas dokumen-dokumen
dalam proyek yang bersangkutan termasuk pembangkit listrik dalam harga
yang telah ditetapkan di Lampiran F seksi 2.2 sebagaimana tertera di pasal
18. Apabila PLN mengeksekusi hak tersebut, maka PLN harus
memberikan pemberitahuan tertulis minimal 180 hari kepada PT XYZ dan
PT XYZ harus mentransfer hak, kepemilikan, dan pengendalian atas
dokumen-dokumen dalam proyek bersangkutan sesuain dengan provisi di
Lampiran F. KAP ASR berpendapat bahwa purchase option dalam PPA
ini memenuhi kriteria yang disebutkan dalam PA04 karena membatasi
kemampuan praktikal operator untuk menjual infrastruktur dan memberi
PLN sebagai grantor hak untuk menggunakan infrastruktur setelah masa
perjanjian.
Berangkat dari latar belakang fakta dan kondisi serta analisa dan referensi teknis
tersebut, KAP ASR menyimpulkan bahwasanya perlakuan akuntansi yang paling
tepat dalam kasus PPA antara PT XYZ dan PLN adalah ISAK 16.
Dalam technical consultation tersebut dibahas juga apakah PT XYZ mengakui
aset yang timbul dari perjanjian PPA dengan PLN diakui sebagai aset keuangan
atau aset takberwujud. Paragraf 11 IFAS 50 Financial Instruments: Presentation
mendefinisikan aset keuangan sebagai aset keuangan termasuk hak kontraktual
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
33
Universitas Indonesia
untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari entitas lain (a contractual right
to receive cash or another financial asset from another entity). Paragraf 16 dari
ISAK 16 menyebutkan bahwa “Operator mengakui aset keuangan sejauh operator
memiliki hak kontraktual tanpa syarat untuk menerima kas atau aset keuangan lain
dari atau atas petunjuk pemberi konsesi untuk jasa konstruksi”. ISAK 16
menekankan bahwa operator memiliki hak tanpa syarat untuk menerima kas
dimana dalam hal ini pemberi konsesi jasa menanggung resiko terkait permintaan
atas jasa publik yang bersangkutan tidak mencukupi untuk pengembalian investasi
dari operator.
KAP ASR berpendapat bahwa dalam kasus ini aset yang timbul digolongkan
sebagai aset keuangan berdasarkan amandemen PPA tanggal 16 Januari 2007
klausa II paragraf 1 yang menyatakan bahwa PLN menyetujui untuk membeli
tenaga listrik yang diproduksi sebesar 100% dari Capital Cost Recovery Charge
Rate (output tenaga listrik yang tersedia untuk dijual) dimana bentuk ini
dispesifikasikan sebagai “take or pay”. KAP ASR berpendapat bahwa bentuk
“take or pay” ini memenuhi kriteria “hak kontraktual tanpa syarat untuk menerima
kas” yang disebutkan di ISAK 16. Ringkasan technical consultation dapat dilihat
di tabel 4.1 dan technical consultation KAP ASR dapat dilihat di lampiran.
Tabel 4.1: Ringkasan technical consultation KAP ASR
Sumber: Technical Consultation KAP ASR, diolah kembali, 2012
BACKGROUND TECHNICAL REFERENCES ANALYSIS CONCLUSION
Lampiran Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2009 ayat 3 poin b Perjanjian PT XYZ dengan PLN bergerak
di industri ketenagalistrikan
Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA02 PPA mengatur bahwa PLN akan
membeli 80% output dimana 9%
output akan digunakan untuk cadangan
dan 11% sisanya untuk keperluan PT
XYZ sendiri. (PPA pasal 8)
Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA03 PPA menyatakan bahwa PLN mengatur
harga tenaga listrik dalam perjanjian
ini meskipun harga masih dapat
disesuaikan terkait dengan beberapa
faktor makro-ekonomi (PPA Lampiran
G)
Panduan Aplikasi ISAK 16 paragraf PA04 PLN selaku pembeli mempunyai
purchase option untuk membeli hak,
kepemilikan, dan pengendalian PT XYZ
atas dokumen-dokumen dalam proyek
yang bersangkutan (PPA pasal 18)
PPA antara PT
XYZ dan PLN
Perlakuan
akuntansi
yang paling
tepat adalah
ISAK 16
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
34
Universitas Indonesia
4.2 Prosedur Audit PT XYZ
Sebelum berlakunya ISAK 16, pendapatan yang timbul dari konsesi jasa diakui
oleh manajemen PT XYZ sebagai aset tetap, lebih tepatnya aset dalam
penyelesaian atau aset konstruksi yang sering dikenal sebagai Construction in
Progress. Dalam mengukur dan mengakui pendapatan tersebut, PT XYZ mengacu
kepada persentase penyelesaian pekerjaan konstruksi yang tercermin dari
besarnya aset dalam penyelesaian yang tergolong sebagai aset tetap. Untuk dapat
memastikan nilai wajar dari pendapatan konstruksi akibat penerapan ISAK 16,
KAP ASR melakukan prosedur audit terkait aset tetap di PT XYZ. Prosedur audit
KAP ASR terhadap aset tetap di PT XYZ dimulai dari tahapan perencanaan.
4.2.1 Tahapan Perencanaan Audit PT XYZ
Sebelum tim audit melakukan fieldwork dalam rangka mengumpulkan bukti audit,
hal yang pertama kali dilakukan adalah melaksanakan tahapan perencanaan. Pihak
yang terlibat dalam tahapan perencanaan ini adalah tim manajer serta senior in-
charge dibantu oleh auditor junior. Tahapan perencanaan ini penting untuk
dilakukan secara cermat dan terperinci agar proses audit yang dilaksanakan dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Bagian dari tahapan tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Menerima dan melanjutkan klien
b. Pembentukan tim, pengecekan independensi tim, dan pembuatan surat
perjanjian kerja dengan klien
c. Memahami resiko bisnis klien
d. Menentukan strategi audit dan perencanaan audit
Untuk lebih jelasnya, keempat bagian tersebut akan dijelaskan dalam sub bab
berikut.
4.2.1.1 Menerima dan Melanjutkan Klien
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
35
Universitas Indonesia
Pada tahap ini auditor akan melakukan penilaian terhadap klien yang diaudit baik
klien tersebut merupakan klien baru atau klien lama dari KAP ASR. Penilaian ini
dilakukan terhadap resiko yang dimiliki oleh klien dalam bisnisnya ataupun resiko
yang dihadapi oleh KAP selama proses audit berlangsung.
PT XYZ merupakan anak perusahaan dari PT XXX yang merupakan klien lama
dari KAP ASR dalam artian pada tahun audit sebelumnya telah diaudit oleh KAP
ASR. Hal tersebut berarti bahwa PT XYZ juga merupakan klien lama dari KAP
ASR. Pada audit tahun 2012, KAP ASR hanya melakukan penilaian kembali
terhadap PT XYZ.
4.2.1.2 Pembentukan Tim, Pengecekan Independensi Tim, dan Pembuatan Surat
Perjanjian Kerja dengan Klien
Setelah proses penilaian kembali atas klien, tim manajer dan senior in-charge
akan membuat surat perjanjian yang ditanda-tangani oleh engagement partner.
Surat perjanjian ini umumnya dikenal sebagai engagement letter. Engagement
letter ini kemudian dikirimkan ke jajaran direksi PT XYZ untuk kemudian
disetujui.
Setelah proses penerimaan dan kelanjutan klien dapat diterima, maka tahap
selanjutnya adalah menentukan tim audit untuk menjalankan fieldwork pada klien.
Besar kecilnya tim audit ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
ukuran perusahaan klien, kompleksitas bisnis klien, dan besarnya biaya audit.
Setelah pembentukan tim audit terlaksana, akan diadakan kick-off meeting yang
dihadiri oleh seluruh anggota tim audit. Dalam kick-off meeting ini biasanya akan
dibahas perencanaan audit secara umum, isu-isu yang berpengaruh selama proses
audit, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar tim audit dapat mengenal klien
lebih jauh dan mempermudah komunikasi dan koordinasi selama proses audit
berlangsung.
Selain hal-hal diatas yang telah dibahas pada tahap ini pula rotasi tim audit
dipertimbangkan, terutama rotasi signing partner, engagement leader, dan tim
manajer. Hal selanjutnya yang dilakukan dalam tahap ini adalah tim manajer atau
senior in-charge melakukan pengecekan independensi terhadapt klien dalam hal
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
36
Universitas Indonesia
ini adalah PT XYZ. Proses pengecekan ini dilakukan dengan mengirimkan surat
pernyataan independensi kepada seluruh anggota tim audit yang nantinya akan
turut serta dalam fieldwork. Setelah seluruhh anggota tim dinyatakan independen
terhadap klien, maka proses audit berlanjut ke tahap berikutnya.
4.2.1.3 Memahami Resiko Bisnis Klien
Dalam tahap ini KAP ASR melakukan evaluasi terhadap pengendalian internal
klien. Proses ini akan menunjukkan apakah pengendalian internal yang telah
diterapkan oleh perusahaan sudah efektif dan efisien untuk proses bisnis yang
dijalankan oleh klien. Dalam melaksanakan evaluasi tersebut, tim audit harus
mempunyai pemahaman dan pengetahuan yang memadai terkait bisnis yang
dijalankan oleh klien. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam mendapatkan
pemahaman terhadap klien dan lingkungannya diantaranya adalah:
a. Keadaan industri dan peraturan serta faktor eksternal lainnya seperti
kerangka laporan keuangan yang berlaku bagi perusahaan. Dalam kasus
PT XYZ adalah pemahaman terhadap industri penyediaan tenaga listrik
dan keadaan ekonomi secara makro serta faktor-faktor ekonomi makro
yang dapat mempengaruhi industri penyediaan tenaga listrik.
b. Pemahaman atas tujuan dan strategi bisnis perusahaan serta terhadap
resiko bisnis yang berhubungan erat dengan perusahaan.
c. Pemahaman dasar atas bisnis klien.
d. Pengukuran dan peninjauan kinerja keuangan klien.
4.2.1.4 Menentukan Strategi Audit dan Perencanaan Audit
Pada tahap strategi auditor melakukan peninjauan terhadap minutes of meeting
rapat direksi untuk mencari tahu perihal kegiatan yang dapat mempengaruhi item-
item pada laporan keuangan sehingga berdampak pada proses audit yang
dilakukan. Auditor juga akan melakukan penilaian komprehensif mengenai
kondisi bisnis perusahaan, identifikasi resiko, bukti-bukti audit yang diperlukan
selama proses audit berlangsung, serta evaluasi terkait perjanjian yang dilakukan
perusahaan.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
37
Universitas Indonesia
Proses selanjutnya adalah auditor melakukan identifikasi terkait peraturan hukum
dan pemerintah yang berhubungan dengan perusahaan. Auditor dituntut untuk
memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup dan memadai terkait peraturan
dan hukum yang berhubungan dengan perusahaan dan bisnis klien baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung yang akan memberikan efek dan
pengaruh terhadap laporan keuangan serta pemahaman akan ketaatan klien
terhadap aturan dan hukum tersebut. Pemahaman ini didapat dengan cara diskusi
dengan manajemen klien serta korespondensi dari pihak lain yang relevan. Pada
tahap identifikasi ini diperoleh fakta bahwa perusahaan yang bergerak di industri
penyediaan tenaga listrik telah paham akan aturan dan hukum baik yang bersifat
umum ataupun spesifik terkait industri. KAP ASR tidak menemukan bentuk
pelanggaran terhadap aturan dan hukum yang ada yang dilakukan oleh pihak PT
XYZ. Terkait dengan pelaporan keuangan, KAP ASR mendeteksi beberapa
standar keuangan yang berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap laporan
keuangan PT XYZ meliputi IFAS 10, IFAS 26, dan ISAK 8 ataupun ISAK 16.
Setelah proses diatas, tim manajer atau senior in-charge mengidentifikasi pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan PT XYZ. Proses identifikasi ini
dibantu oleh manajemen dalam hal pendataan related parties maupun transaksi
yang terkait dengan masing-masing related party. KAP ASR tidak mendeteksi
adanya resiko signifikan untuk transaksi dengan related party sehubungan tidak
adanya transaksi signifikan dengan related party selain tambahan modal.
Selanjutnya KAP ASR akan melakukan penilaian terkait isu going concern. Tidak
ada isu going concern yang ditemukan dalam kasus PT XYZ. Langkah
selanjutnya yang dilakukan auditor adalah menentukan tingkat materialitas. Tiga
tingkatan materialitas yang digunakan KAP ASR adalah:
a. Overall Materiality (OM) adalah tingkatan materialitas klien secara
keseluruhan laporan keuangannya yang dilihat dari suatu tolak ukur. Tolak
ukur dalam penentuan OM dapat didasari dari total pendapatan, total
pengeluaran, gross profit, total aset, total ekuitas, dan lainnya. Penentuan
tolak ukur ini didapatkan professional judgement, jenis industri klien dan
hasil diskusi antara engagement leader, tim manajer, serta senior in-charge.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Umumnya untuk klien yang bersifat profit oriented, tolak ukur yang
digunakan adalah total untung/rugi sebelum pajak dari operasi yang
berlangsung. Sementara untuk klien yang tidak berorientasi pada profit,
biasanya digunakan total biaya atau pendapatan sebagai tolak ukur.
Sedangkan untuk klien yang bersifat asset-based entities (mutual fund)
biasanya digunakan total aset.
Setelah mengidentifikasi tolak ukur mana yang digunakan, tim manajer
atau senior in-charge akan menentukan rule of thumb persentase yang
akan dikalikan dengan benchmark sebagai dasar dalam membuat
pertimbangan awal mengenai overall materiality.
Persentase yang dapat digunakan antara lain:
- Entitas yang bersifat profit oriented, persentase yng dapat
diterapkan adalah hingga 5% dari total untung/rugi sebelum pajak
atau hingga 0.5% dari total pendapatan
- Entitas yang tidak berorientasi pada profit, persentase yang dapat
diterapkan adalah hingga 1% dari total biaya atau total pendapatan
- Entitas dalam industri mutual fund, persentase yang dapat
diterapkan adalah hingga 0.5% dari nilai aset bersih atau hingga
1% dari total aset.
Overall materiality digunakan untuk melakukan evaluasi efek dari salah
saji yang tidak diperbaiki dalam suatu laporan keuangan secara
keseluruhan. Penentuan overall materiality ini penting karena digunakan
sebagai dasar dalam perhitungan performance materiallity dan de minimis
SUM.
b. Performance Materiality (PM) adalah tingkatan materialitas yang
ditetapkan untuk saldo akun secara keseluruhan yang akan diaudit dimana
besarnya angka PM ini bergantung dari besarnya angka OM yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Besaran PM umumnya berkisar antara 50%-
75% dari OM. Hal ini menunjukkan adanya pengurangan sebesar 25%-
50% dari OM, pengurangan ini disebut sebagai haircut.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
39
Universitas Indonesia
c. De minimis Summary of Unadjusted Misstatement (SUM) adalah
tingkatan materialitas yang ditetapkan untuk satu saldo sub akun yang
akan diaudit. Tingkat besaran SUM berkisar antara 5%-10% dari OM.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat materialitas suatu sub
akun tidak boleh melebihi SUM, tingkat materialitas keseluruhan sub akun dalam
suatu akun tidak boleh melebihi PM, dan tingkat materialitas keseluruhan PM
dalam satu laporan keuangan tidak boleh melebihi OM. Dalam kondisi tertentu,
penggunaan dari ketiga tingkatan materialitas tersebut dapat berbeda tergantung
dari professional judgement auditor untuk menentukan tingkat materialitas yang
dipakai. Sebagai contoh jika sub akun memiliki jumlah nominal yang besar, maka
ada kemungkinan tingkat materialitas yang dipakai bukan lagi merupakan SUM
melainkan PM.
Berikut adalah tingkat materialitas pada proses audit PT XYZ oleh KAP ASR
Gambar 4.2: Materialitas PT XYZ
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, Telah Diolah Kembali, 2012
Seperti dapat dilihat dari gambar diatas, dasar perhitungan materialitas yang
dipakai adalah Total Aset dari Trial Balance per Juni 2012 dengan rule of thumb
sebesar 1%. Dasar dari penetapan ini adalah PT XYZ merupakan perusahaan yang
masih berada dalam tahap pengembangan yang tercermin dari pembangunan
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
40
Universitas Indonesia
pembangkit listrik yang masih berada dalam tahap konstruksi sehingga tidak ada
pendapatan yang dihasilkan selama 2012. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
KAP ASR percaya bahwa total aset merupakan benchmark yang paling
representatif.
KAP ASR menerapkan rule of thumb sebesar 1% dengan dasar bahwa PT XYZ
telah mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank untuk membiayai proyek yang
dijalani dan informasi yang ada di laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh
shareholder dari PT XYZ saja.
Dalam menentukan PM dan SUM, landasan dari KAP ASR adalah fakta
bahwasanya resiko audit PT XYZ terbilang rendah dan penyesuaian atau
adjustment yang kemungkinan muncul berjumlah sedikit. Hal ini tak lepas dari
kondisi PT XYZ yang masih dalam tahap perkembangan dan sebagian besar
transaksi yang terjadi selama 2012 diekspektasikan berkaitan dengan konstruksi
pembangkit listrik yang sedang berjalan.
4.2.2 Prosedur Audit Aset Tetap PT XYZ
Aset tetap pada umumnya mempunyai nilai saldo yang besar dan berpengaruh
signifikan terhadap pelaporan keuangan perusahaan. Terlebih lagi dalam kasus PT
XYZ, pembangunan pembangkit listrik yang merupakan operasi inti perusahaan
diklasifikasikan sebagai aset konstruksi yang termasuk dalam aset tidak lancar
yang prosedur auditnya mengikuti prosedur audit aset tetap.
Prosedur audit aset tetap dapat terbilang kompleks dimana auditor tidak hanya
memastikan nilai aset tetap yang tercatat oleh klien itu benar dan tersaji secara
wajar melainkan juga harus menguji nilai beban penyusutan dan akumulasi
penyusutan apakah telah dihitung secara akurat oleh klien mengingat hal tersebut
akan berpengaruh terhadap nilai buku aset tetap.
KAP ASR membuat proses audit yang sedemikian rupa guna mencapai tujuan-
tujuan audit untuk aset tetap tersebut. Berikut dapat dilihat dalam gambar proses
audit untuk aset tetap yang umumnya dijalankan oleh KAP ASR.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
41
Universitas Indonesia
Gambar 4.3: Prosedur Audit Aset Tetap KAP ASR
Sumber: Data Olahan
Mendapatkan nilai
rekonsiliasi atas suatu
akun
- Memisahkan saldo-saldo terkait akun yang ada di jurnal umum
- Bandingkan dengan angka tahun sebelumnya - Uji keakuratan perhitungan klien - Memeriksa kemungkinan terjadinya penghilangan atas
suatu saldo
Mendokumentasikan
penambahan aset tetap
yang signifikan
- Memeriksa dokumen pendukung - Mengevaluasi apakah penambahan aset harus dibebankan
atau dikapitalisasi - Memastikan nilai penambahan yang dicatat klien akurat - Memastikan otorisasi atas penambahan aset tetap
Mendokumentasikan
pelepasan aset tetap
yang signifikan
- Memeriksa dokumen pendukung - Memeriksa keakuratan akumulasi penyusutan yang diakui
saat pelepasan - Memeriksa keakuratan untung/rugi yang diakui - Memeriksa harga jual yang dipakai - Memastikan otorisasi atas pelepasan aset tetap
Menghitung kembali
beban penyusutan
atas aset tetap
- Mengevaluasi umur ekonomis yang ditetapkan oleh klien - Menghitung ulang nilai beban penyusutan sesuai dengan
pengklasifikasian aset klien - Mengevaluasi jika terdapat perbedaan perhitungan
Memeriksa perjanjian
sewa guna klien
- Mengevaluasi perjanjian sewa guna usaha yang dimiliki klien
- Memastikan sewa guna usaha tersebut diakui sebagai beban atau dikapitalisasi
Mengidentifikasi aset yang
dijaminkan atau aset yang
disewagunakan ke pihak
lain
- Mengkaji ulang semua perjanjian hukum, kontrak, dan dokumen pendukung lainnya
- Diskusi dengan pihak manajemen dan mengkaji ulang perjanjian fasilitas kredit
Mengevaluasi
kebijakan akuntansi
yang diterapkan
perusahaan
- Memastikan kebijakan akuntansi yang diterapkan adalah kebijakan terbaru
- Mengevaluasi kewajaran kebijakan tersebut - Memastikan kebijakan tersebut sesuai PSAK - Memastikan kebijakan diterapkan dalam kinerja
bisnis
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
42
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 menunjukkan prosedur audit aset tetap pada umumnya dalam KAP
ASR. Sehubungan dengan kasus penerapan ISAK 16 di PT XYZ, seperti yang
diketahui bahwasannya hingga saat ini pembangkit tenaga listrik dalam Power
Purchase Agreement dengan PLN masih berada dalam tahap konstruksi. Dalam
pencatatannya, PT XYZ masih mengakui pembangunan tersebut dalam aset
konstruksi atau aset dalam penyelesaian (Construction in Progress). Prosedur
audit untuk aset konstruksi sama seperti prosedur audit untuk aset tetap pada
umumnya.
Tabel 4.2: Prosedur audit aset tetap KAP ASR berdasarkan audit objective
Sumber: Data olahan
Tabel 4.2 menunjukkan prosedur audit aset tetap KAP ASR berdasarkan audit
objective. Prosedur tersebut, sama dengan yang tertera pada gambar 4.2 adalah
prosedur audit aset tetap pada umumnya. Sehubungan dengan penerapan ISAK 16
dan kondisi kemajuan proyek PT XYZ yang masih dalam tahap konstruksi
Completeness Accuracy Existence Classification Cut-off Right and Obligation
Memisahkan saldo-saldo terkait akun yang ada di
jurnal umuma
Bandingkan dengan angka tahun sebelumnya
Uji keakuratan perhitungan klien a
Memeriksa kemungkinan terjadinya penghilangan
atas suatu saldoa a
Memeriksa dokumen pendukung a a
Mengevaluasi apakah penambahan aset harus
dibebankan atau dikapitalisasia
Memastikan nilai penambahan yang dicatat klien
akurata
Memastikan otorisasi atas penambahan aset tetap a a
Memeriksa dokumen pendukung a a
Memeriksa keakuratan akumulasi penyusutan yang
diakui saat pelepasana
Memeriksa keakuratan untung/rugi yang diakui a
Memeriksa harga jual yang dipakai a
Memastikan otorisasi atas pelepasan aset tetap a
Mengevaluasi umur ekonomis yang ditetapkan oleh
kliena
Menghitung ulang nilai beban penyusutan sesuai
dengan pengklasifikasian aset kliena
Mengevaluasi jika terdapat perbedaan perhitungan a
Mengevaluasi perjanjian sewa guna usaha yang
dimiliki kliena a
Memastikan sewa guna usaha tersebut diakui
sebagai beban atau dikapitalisasia a
Mengkaji ulang semua perjanjian hukum, kontrak,
dan dokumen pendukung lainnyaa
a
Diskusi dengan pihak manajemen dan mengkaji
ulang perjanjian fasilitas kredita
a
Memastikan kebijakan akuntansi yang diterapkan
adalah kebijakan terbarua a
Mengevaluasi kewajaran kebijakan tersebut a a
Memastikan kebijakan tersebut sesuai PSAK a a
Memastikan kebijakan diterapkan dalam kinerja
bisnisa a
NO PROSEDUR DETAIL
Mendapatkan nilai rekonsiliasi
atas suatu akun1
Audit Objectives
Mendokumentasikan
penambahan aset tetap yang
signifikan
2
Mendokumentasikan
pelepasan aset tetap yang
signifikan
3
Menghitung kembali beban
penyusutan atas aset tetap4
Memeriksa perjanjian sewa
guna klien5
Mengidentifikasi aset yang
dijaminkan atau aset yang
disewagunakan ke pihak lain
6
Mengevaluasi kebijakan
akuntansi yang diterapkan
perusahaan
7
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
43
Universitas Indonesia
pembangkit listrik, secara garis besar prosedur audit yang dilakukan oleh KAP
ASR untuk memastikan kewajaran saldo aset dalam penyesuaian adalah semua
prosedur di tabel 4.1 kecuali nomor 4 dan 6. Hal ini terjadi mengingat tidak ada
pelepasan aset dalam penyelesaian dalam tahun 2012 maupun beban penyusutan
dikarenakan pembangkit listrik masih berada dalam tahap konstruksi.
Pada umumnya, perhitungan aset finansial ini dapat dilakukan dengan 2 cara;
dengan memakai konsultan atau perhitungan manajemen secara independen.
Dalam kasus PT XYZ, perhitungan untuk aset keuangan yang timbul akibat ISAK
16 memakai perhitungan yang dibuat oleh KAP ASR. Pada awalnya, pihak
manajemen berencana untuk menggunakan jasa pihak ketiga atau konsultan luar
dalam pembuatan perhitungan. Namun karena adanya kendala waktu yang
berhubungan dengan deadline keluarnya laporan keuangan audit PT XYZ, pihak
manajemen memutuskan untuk memamakai perhitungan dari KAP ASR.
4.3 Isu Akuntansi Terkait Penerapan ISAK 16
Dalam penerapan ISAK 16 pada kasus PT XYZ, muncul berbagai isu akuntansi.
Dalam pembahasan dalam bab ini, penulis akan membagi pembahasan isu
akuntansi yang timbul ke dalam 4 bagian; Recognition (Pengakuan), Measurement
(Pengukuran), Presentation (Penyajian), dan Disclosure (Pengungkapan).
4.3.1 Recognition (Pengakuan)
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, operator dalam perjanjian konsesi jasa
tidak mengakui infrastruktur sebagai aset tetap karena perjanjian konsesi jasa
tidak memberikan hak kepada operator untuk mengendalikan penggunaan
infrastruktur. Operator hanya memiliki akses untuk mengoperasikan infrastruktur
untuk menyediakan layanan publik untuk kepentingan pemberi konsesi sesuai
dengan persyaratan yang diatur dalam kontrak sebagaimana diterangkan dalam
paragraf 11 ISAK 16.
Dalam ISAK 16 paragraf 13 dijelaskan bahwasanya dalam mengakui dan
mengukur pendapatan yang timbul akibat ISAK 16, dalam kasus ini adalah
pendapatan konstruksi dan pendapatan keuangan, operator menggunakan aturan
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
44
Universitas Indonesia
sesuai dengan PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi dan PSAK 23 (revisi
2010): Pendapatan. Jika operator melakukan lebih dari satu jasa (jasa
pembangunan atau peningkatan kemampuan dan jasa operasi) dalam satu kontrak,
imbalan yang diterima atau piutang harus dialokasikan dengan mengacu pada nilai
wajar relatif dari jasa yang diberikan apabila jumlahnya dapat diidentifikasikan
secara terpisah.
PSAK 34 paragraf 22-35 mengatur pengakuan pendapatan dan beban kontrak.
PSAK 34 mengakui pendapatan dan beban dengan mengacu pada persentase
penyelesaian kontrak atau sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian.
Metode ini menghubungkan pendapatan dengan biaya kontrak yang terjadi dalam
tahap penyelesaian sehingga pendapatan, beban, dan laba yang dilaporkan dapat
diatribusikan secara proporsional. Sesuai dengan paragraf 22 PSAK 34,
pendapatan dan beban diakui pada tanggal akhir periode pelaporan.
PSAK 23 paragraf 23 menyebutkan bahwa tingkat penyelesaian transaksi dapat
ditentukan dengan berbagai metode. Entitas menggunakan metode yang dapat
mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Metode tersebut meliputi
1. Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total
jasa yang harus dilakukan.
3. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total
biaya transaksi.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen. Pendapatan bunga diakui dengan
menggunakan metode suku bunga efektif seeperti yang dijelaskan dalam PSAK
55.
Dalam kasus PT XYZ, sesuai dengan kontrak PT XYZ termasuk operator yang
melakukan lebih dari satu jasa dimana PT XYZ bertanggung jawab untuk
membangun dan mengoperasikan pembangkit listrik. Hal ini menyebabkan PT
XYZ harus mengalokasikan pendapatan dan biaya secara terpisah. Ini telah
dilaksanakan sebagaimana terlihat dalam laporan keuangan PT XYZ yang
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
45
Universitas Indonesia
mengakui pendapatan terpisah untuk pendapatan konstruksi dan pendapatan
keuangan.
Pengakuan pendapatan dan beban telah diakui pada tanggal akhir periode
pelaporan seperti diatur dalam PSAK 34 paragraf 22. Perhitungan pendapatan
keuangan juga telah menggunakan metode suku bunga efektif sebagaimana diatur
dalam PSAK 23. Rincian perhitungan dapat dilihat di tabel.
4.3.2 Measurement (Pengukuran)
Terkait dengan penerapan ISAK 16, PT XYZ akan mengakui adanya pendapatan
konstruksi dan aset keuangan. Perhitungan pendapatan konstruksi dihitung dari
tahun 2011 dimana pendapatan konstruksi terbentuk dari penambahan biaya
konstruksi yang terdiri dari beban yang ditangguhkan dan construction in
progress serta margin dari pendapatan konstruksi itu sendiri. Pihak manajemen
PT XYZ menetapkan margin konstruksi sebesar 5% berdasarkan estimasi pasar
atas proyek yang serupa. Berikut adalah perhitungan pendapatan konstruksi untuk
tahun 2011.
Tabel 4.3: Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2011
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Jumlah Beban yang ditangguhkan berasal dari saldo awal beban ditangguhkan
pada tahun 2011 yang berjumlah sebesar 807.924 USD. Saldo akhir beban
ditangguhkan di 2011 adalah 1.853.750 USD yang berarti terjadi penambahan
sebesar 1.045.825 USD. Penambahan tersebut kemudian dibagi 12 untuk
mendapatkan rata-rata penambahan beban ditangguhkan per bulan untuk tahun
Beban yang ditangguhkan CIPBiaya Pembiayaan (Beban tangguhan)
Biaya Pembiayaan (CIP)
Januari - - - - 5% - Februari - - - - 5% - Maret - - - - 5% - April - - - - 5% - Mei - - - - 5% - Juni - - - - 5% - Juli - - - - 5% - Agustus - - - - 5% - September 1.592.293 - 85.276 - 5% 1.582.368 Oktober 87.152 - - - 5% 91.510 November 87.152 3.193 6.456 3.193 5% 84.731 Desember 87.152 4.052.719 - 91.626 5% 4.346.865 Total 1.853.750 4.055.912 6.105.473
Margin Pendapatan konstruksi
Penambahan biaya konstruksi
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
46
Universitas Indonesia
2011 yang berjumlah 87.152,11 USD. Perhitungan baru dimulai di bulan
September mengingat proses konstruksi baru berjalan di bulan September 2011.
Saldo Beban yang ditangguhkan di bulan September berasal dari saldo awal di
2011 sebesar 807.924 USD ditambahkan dengan penambahan per bulan sebesar
87.152,11 USD sebanyak 9 (sembilan) kali. Saldo di bulan berikutnya merupakan
penambahan per bulan dari Beban yang ditangguhkan.
Beban ditangguhkan adalah biaya-biaya yang terjadi dan terkait secara langsung
untuk persiapan proyek pembangunan pembangkit listrik ditangguhkan dan mulai
diamortisasi pada tanggal penyelesaian konstruksi dengan menggunakan metode
garis lurus sepanjang masa perjanjian listrik dengan PLN. Beban ditangguhkan ini
meliputi konsultasi jasa teknis, pembebasan lahan, biaya perjanjian kredit, legal
dan notaris atas perjanjian kredit, maupun beban keuangan. Terkait dengan
pengaplikasian ISAK 16, beban ditangguhkan akan diklasifikasikan sebagai harga
pokok penjualan dari pendapatan yang timbul akibat ISAK 16 sehingga akan
muncul penyesuaian untuk menghapus beban ditangguhkan.
Meskipun commencement date dimulai pada September 2011, transaksi terkait
konstruksi pembangkit listrik baru dimulai pada bulan November 2011 sehingga
dari Januari hingga Oktober 2011, komponen CIP pada perhitungan pendapatan
konstruksi masih nol. Berikut adalah bagian dari buku besar yang berisi jurnal
terkait CIP pada tahun 2011.
Tabel 4.4: Buku besar terkait CIP PT XYZ tahun 2011
No Tgl No Jurnal Nama Saldo CCY Original Ccy Kurs USD
1 28-Okt-11 BNI - 0344 PT. Adhi Realty 25.000.000 IDR 25.000.000 8.828 2.832
2 28-Okt-11 BNI - 0345 PT. Adhi Realty 1.269.100.000 IDR 1.244.100.000 8.828 140.927
3 28-Okt-11 BNI - 0345 PT. Adhi Realty 1.393.510.000 IDR 124.410.000 8.828 14.093
1 15-Nop-11 BNI - 0368 Adhi Realty 4.271.410.000 IDR 2.877.900.000 8.995 319.944
2 15-Nop-11 BNI - 0368 Adhi Realty 4.561.700.000 IDR 290.290.000 8.995 32.272
23 30-Nop-11 BJ 0185 Bank BNI 4.570.483.585 USD 958 9.170 958
24 30-Nop-11 BJ 0186 Bank BNI 4.590.978.618 USD 2.235 9.170 2.235
1 23-Des-11 BJ 0185 Bank BNI 4.592.808.532 USD 200 9.170 200
2 31-Des-11 BJ 0186 Bank BNI 4.648.576.995 USD 6.186 9.015 6.186
3 29-Des-11 BNI-151- 0004 CNEEC 37.621.512.733 IDR 32.972.935.738 9.160 3.599.665
4 29-Des-11 BNI-151- 0004 CNEEC 39.599.888.877 IDR 1.978.376.144 9.160 215.980
5 15-Des-11 BNI - 0058 Bank BNI 40.308.403.679 USD 77.560 9.135 77.560
6 31-Des-11 BJ 0212 Divisi KPS QQ Kelompok SDF 40.366.258.483 USD 6.386 9.060 6.386
7 23-Des-11 BNI - 0422 Pemda DKI/BPHTB 40.604.372.733 IDR 238.114.250 9.015 26.413
8 31-Des-11 BJ 0215 Bank BNI 40.616.109.240 USD 1.294 9.068 1.294
9 31-Des-11 BJ 0217 PT Studio Dwi Tri Matra Consultant 41.091.849.240 IDR 475.740.000 9.068 52.464
31-Des-11 REKLAS AUDIT CNEEC 42.410.766.669 IDR 1.318.917.430 9.068 145.447
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Angka CIP untuk bulan November bersumber dari transaksi Bank BNI tanggal 30
November 2011 sebesar 958 USD dan 2.235 USD. Transaksi ini merupakan
pembebanan bunga pinjaman 70% atas penarikan I USD 1.064.290,00 dan
pembebanan bunga pinjaman 30% atas penarikan I USD 1.064.290,00 yang
berkaitan dengan pembiayaan proyek pembangunan pembangkit listrik. Transaksi
tanggal 28 Oktober 2011 hingga 15 November 2011 dengan PT Adhi Realty tidak
masuk ke perhitungan CIP karena merupakan transaksi penyewaan gedung dan
tidak berhubungan dengan proyek pembangunan pembangkit listrik.
Untuk bulan Desember 2011, angka CIP berasal dari transaksi dengan Bank BNI
sejumlah 200 USD dan 6.185 USD yang terkait dengan koreksi pembebanan
bunga pinjaman bulan November 2011 atas penarikan I USD 1.064.290,00 dan
pembebanan bunga pinjaman bulan Desember 2011 atas penarikan I USD
1.064.290,00. serta transaksi dengan CNEEC terkait kontrak EPC yang terdiri dari
pembayaran invoice No : CNEEC-B-PCIC-IDR-01-006 Tgl 15 Des 2011
( Progres payment For Civil Work - Site Preparation And Acces Road) serta PPn
10% Atas Invoice No : CNEEC-B-PCIC-IDR-01-006 Tgl 15 Des 2011 ( Progres
payment For Civil Work - Site Preparation And Acces Road) yang dibayarkan
tanggal 29 Desember 2011 yang masing-masingnya berjumlah 3.599.665 USD
dan 215.980 USD dan juga transaksi dengan Bank BNI untuk biaya penerbitan
LC sebesar 77.560 USD dan koreksi pembayaran biaya provisi sebesar 0,6% atas
penarikan kredit pertama dari biaya ditangguhkan ke Aktiva Dalam Penyelesaian
sebesar 6.385 USD ditambah dengan pembebanan bunga pinjaman bulan
Desember 2011 atas penarikan I USD 2.300.937,47 dan reklasifikasi audit terkait
PPN atas uang muka yang menjadi progress masing-masing sebesar 1.294 USD
dan 145.447 USD.
Biaya pembiayaan harus dikurangi karena dikapitalisasi di laba rugi tahun
berjalan. Detail biaya pembiayaan untuk biaya yang ditangguhkan di tahun 2011
adalah sebagai berikut:
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
48
Universitas Indonesia
Tabel 4.5: Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2011
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Sedangkan detail biaya pembiayaan untuk CIP di tahun 2011 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6: Biaya pembiayaan untuk CIP tahun 2011
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Pendapatan konstruksi dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Biaya Ditangguhkan + CIP – Biaya pembiayaan) * (1 + Margin)
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa total pendapatan konstruksi yang diakui di
tahun 2011 adalah sebesar 6.105.473 USD.
Pada tahun 2011, perhitungan untuk aset keuangan dihitung dengan
memperhatikan berbagai komponen seperti saldo awal aset keuangan,
penambahan aset keuangan, dan tingkat pendapatan keuangan. Perhitungan untuk
aset keuangan di tahun 2011 dapat dilihat di tabel berikut.
Date Rp Rate USD
14/09/2011 100.000.000 8.730 11.455
19/09/2011 650.000.000 8.805 73.822
04/11/2011 57.854.804 8.962 6.456
Bulan No Jurnal Nama Keterangan Klasifikasi USD
11-11 BJ 0185 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman 30% Atas Penarikan I USD 1.064.290,00 Bunga Kredit 957,86
11-11 BJ 0186 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman 70% Atas Penarikan I USD 1.064.290,00 Bunga Kredit 2.235,01
12-11 BJ 0185 Bank BNI Koreksi Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan November 2011 Atas
Penarikan I USD 1.064.290,00
Bunga Kredit 199,55
12-11 BJ 0186 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan Desember 2011 Atas Penarikan I USD
1.064.290,00
Bunga Kredit 6.186,19
12-11 BNI - 0058 Bank BNI Pembayaran Biaya Penerbitan LC Sebesar USD 62,040,367 Sesuai Srt BPI No.
060/03-BPI/SRT/XII/2011 Tanggal 2 Des 2011
Provisi 77.560,46
12-11 BJ 0212 Divisi KPS QQ Kelompok SDF Koreksi Pembayaran Biaya Propisi Sebesar 0,6% Atas Penarikan Kredit
Pertama Dari Biaya Ditangguhkan Ke ADP
Provisi 6.385,74
12-11 BJ 0215 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan Desember 2011 Atas Penarikan I USD
2.300.937,47
Bunga Kredit 1.294,28
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.7: Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2011
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Saldo awal Aset Keuangan didapat dari saldo akhir aset keuangan di bulan
sebelumnya. Penambahan aset keuangan berasal dari pendapatan konstruksi yang
ada di bulan yang sama. Rate pendapatan didapat dari rumus:
((1 + Effective Interest Rate)1/12
– 1) * 12
Suku bunga efektif yang digunakan adalah 13,80% dan telah diperiksa oleh KAP
ASR melalui goalseek untuk memastikan ketepatannya. Pendapatan keuangan
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
[({A + (A + B)} / 2) * C] / 12
A = Saldo awal aset keuangan
B = Penambahan aset keuangan
C = Rate Pendapatan keuangan
Saldo akhir dari aset keuangan merupakan jumlah dari saldo awal aset keuangan,
penambahan aset keuangan, dan pendapatan keuangan. Dari tabel di atas dapat
dilihat bahwasanya pendapatan keuangan yang diakui oleh PT XYZ di tahun 2011
adalah sebesar 88.231 USD.
Pada tahun 2011, jurnal penyesuaian terkait dengan penerapan ISAK 16 adalah
sebagai berikut:
Januari - - 12,99% - 0 Februari - - 12,99% - 0 Maret - - 12,99% - 0 April - - 12,99% - 0 Mei - - 12,99% - 0 Juni - - 12,99% - 0 Juli - - 12,99% - 0 Agustus - - 12,99% - 0 September - 1.582.368 12,99% 8.568 1.590.936 Oktober 1.590.936 91.510 12,99% 17.724 1.700.169 November 1.700.169 84.731 12,99% 18.870 1.803.771 Desember 1.803.771 4.346.865 12,99% 43.070 6.193.705 Total 5.094.876 6.105.474 88.231
Saldo akhir aset keuangan
Saldo awal aset keuangan Penambahan aset
Rate pendapatan keuangan
Pendapatan keuangan
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Secara total, penerimaan PT XYZ di tahun 2011 dari ISAK 16 adalah sebesar
6.193.705 USD dengan rincian pendapatan konstruksi sebesar 6.105.145 USD dan
88.231 USD dari pendapatan keuangan. HPP didapat dari penjumlahan CIP
sebesar 4.055.912 USD dan biaya yang ditangguhkan sebesar 1.853.750 USD
setelah dikurangi dengan beban keuangan untuk CIP dan beban yang
ditangguhkan masing-masing sebesar 94.819 USD dan 91.732 USD.
Untuk tahun 2012, perhitungan pendapatan konstruksi dapat dilihat dari tabel
berikut:
Tabel 4.8: Perhitungan pendapatan konstruksi PT XYZ tahun 2012
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Beban yang ditangguhkan pada tahun 2012 berasal dari penambahan beban
ditangguhkan pada tahun 2012 sebesar 2.720.042 USD dimana saldo awal beban
ditangguhkan di 2012 adalah nol hasil dari audit adjustment yang dibuat KAP
Aset keuangan dari jasa konsesi 6.105.474
Pendapatan konstruksi (6.105.474)
Aset keuangan dari jasa konsesi 88.231 Pendapatan keuangan (88.231)
HPP 5.723.111
ADP (3.961.093)
Biaya yang ditangguhkan (1.762.018)
Beban keuangan 186.551 Biaya yang ditangguhkan (91.732) ADP (94.819)
Beban yang ditangguhkan
CIP Biaya Pembiayaan (Beban tangguhan)
Biaya Pembiayaan (CIP)
Januari 226.670 10 - 10 5% 238.004 Februari 226.670 35.990 - 37.180 5% 236.754 Maret 226.670 10.042 - 8.852 5% 239.253 April 226.670 20.895.210 - 215.088 5% 21.952.132 Mei 226.670 19.640.649 - 222.622 5% 20.626.932 Juni 226.670 230.588 - 226.337 5% 242.467 Juli 226.670 186.213 - 174.944 5% 249.836 Agustus 226.670 14.184.374 - 295.210 5% 14.821.626 September 226.670 290.560 - 228.580 5% 303.083 Oktober 226.670 6.665.560 67.814 280.041 5% 6.871.594 November 226.670 16.438.707 10.406 363.959 5% 17.105.563 Desember 226.670 10.943.197 - 318.137 5% 11.394.317 Total 2.720.043 89.521.100 78.220 2.370.960 94.281.561
Penambahan biaya konstruksiMargin Pendapatan konstruksi
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
51
Universitas Indonesia
ASR terkait dengan penerapan ISAK 16. Penambahan saldo beban ditangguhkan
di 2012 sebesar 2.720.042 USD dibagi dengan jumlah bulan (12) untuk
mendapatkan rata-rata penambahan beban ditangguhkan per bulan yaitu 226.670
USD.
Untuk CIP, angka didapatkan dari transaksi yang terangkum di buku besar yang
terkait dengan konstruksi pembangunan pembangkit listrik (lampiran). Detail
biaya pembiayaan untuk beban tangguhan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9: Biaya pembiayaan untuk biaya ditangguhkan tahun 2012
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Detail biaya pembiayaan untuk CIP di tahun 2012 dapat dilihat di lampiran 2.
Pendapatan konstruksi dihitung dengan cara yang sama seperti tahun 2011. Pada
tahun 2012, jumlah pendapatan konstruksi yang diakui adalah sebesar 94.281.561
USD.
Perhitungan aset keuangan di tahun 2012 menggunakan formula yang sama
seperti di tahun 2011. Rincian perhitungan dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 4.10: Perhitungan aset keuangan PT XYZ tahun 2012
Sumber: Dokumentasi KAP ASR, telah diolah kembali
Date Rp Rate USD
04/10/2012 650000000 9585 67.814
29/11/2012 100000000 9610 10405,82726
Januari 6.193.705 238.004 12,99% 68.361 6.500.070 Februari 6.500.070 236.754 12,99% 71.672 6.808.496 Maret 6.808.496 239.253 12,99% 75.025 7.122.775 April 7.122.775 21.952.132 12,99% 195.995 29.270.901 Mei 29.270.901 20.626.932 12,99% 428.664 50.326.497 Juni 50.326.498 242.467 12,99% 546.305 51.115.270 Juli 51.115.270 249.836 12,99% 554.886 51.919.993 Agustus 51.919.992 14.821.626 12,99% 642.501 67.384.119 September 67.384.119 303.083 12,99% 731.352 68.418.554 Oktober 68.418.553 6.871.594 12,99% 778.120 76.068.267 November 76.068.266 17.105.563 12,99% 916.372 94.090.201 Desember 94.090.201 11.394.317 12,99% 1.080.610 106.565.127 Total 515.218.846 94.281.561 6.089.861
Saldo awal aset keuangan
Penambahan aset
Rate pendapatan keuangan Pendapatan keuangan
Saldo akhir aset keuangan
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
52
Universitas Indonesia
Saldo awal aset keuangan di Januari 2012 menggunakan saldo akhir aset
keuangan di Desember 2011. Dapat dilihat dalam tabel bahwasanya di tahun 2012
pendapatan keuangan yang diakui oleh PT XYZ adalah sebesar 6.089.861 USD.
Pada tahun 2012, jurnal penyesuaian terkait dengan penerapan ISAK 16 adalah
sebagai berikut:
Secara total, penerimaan PT XYZ di tahun 2012 dari ISAK 16 adalah sebesar
100.371.422 USD dengan rincian pendapatan konstruksi sebesar 94.281.560 USD
dan 6.089.861 USD dari pendapatan keuangan. HPP didapat dari penjumlahan
CIP sebesar 87.150.139 USD dan biaya yang ditangguhkan sebesar 2.641.823
USD setelah dikurangi beban keuangan sebesar masing-masing 2.370.962 USD
dan 78.220 USD.
4.3.3 Presentation (Penyajian)
Berlakunya ISAK 16 pada PT XYZ berdampak pada perubahan laporan keuangan.
Perubahan ini mengambil tempat baik di balance sheet maupun income statement.
Seperti diketahui, sebelum adopsi ISAK 16 PT XYZ mencatat pembangunan
infrastruktur sebagai aset tetap dengan kategori aset dalam penyelesaian atau
construction in progress. ISAK 16 telah diaplikasikan secara restrospektif.
Pengaplikasian retrospektif ini sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan di paragraf 14. Pengaplikasian
ISAK 16 telah menyebabkan penyajian kembali laporan keuangan Perusahaan
tahun 2011.
Jurnal
Aset keuangan dari jasa konsesi 94.281.560
Pendapatan konstruksi (94.281.560)
Aset keuangan dari jasa konsesi 6.089.861 Pendapatan keuangan (6.089.861)
Uang muka pihak ke III 580.238
Hutang lainnya 870.359
ADP (1.450.597)
Beban keuangan 2.449.182 Biaya yang ditangguhkan (78.220) ADP (2.370.962)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
53
Universitas Indonesia
Mengingat perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN masih memasuki tahap
konstruksi, maka pembangunan pembangkit listrik selaku infrastruktur dalam
perjanjian PPA tidak semestinya dicatat sebagai construction in progress
melainkan dicatat sebagai pendapatan konstruksi. Berikut gambaran laporan posisi
keuangan dan laporan pendapatan komprehensif PT XYZ sebelum dan sesudah
penerapan ISAK 16. Angka yang tersaji dinyatakan dalam dolar AS dalam nilai
penuh.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
54
Universitas Indonesia
Gambar 4.4: Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2011 sebelum
dan sesudah penerapan ISAK 16
Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012
Laporan Posisi Keuangan
PT XYZ
(dinyatakan dalam Dollar AS)
Sebelum ISAK 16 Setelah ISAK 16
Nama Akun 31 December 2011 31 December 2011
Kas dan setara kas 22.838.595 22.838.595
Uang muka lancar - 2.070.747
Aset lancar lainnya 37.085.862 97.891
Jumlah Aset Lancar 59.924.457 25.007.233
Uang muka, tidak lancar - 34.917.223
Harga perolehan aset tetap 313.735 313.735
Akumulasi penyusutan 44.945 44.945
Aset tetap (nilai bersih) 268.790 268.790
Aset dalam penyelesaian 4.644.857 588.945
Beban Ditangguhkan 1.853.750 -
Aset keuangan dari jasa konsesi - 6.193.705
Bank Garansi 4.521.394 4.521.395
Aset keuangan tidak lancar lainnya 8.756 8.756
Jumlah aset tidak lancar 11.297.546 46.498.814
Jumlah aset 71.222.003 71.506.046
Hutang lainnya 255.201 52.464
Biaya yang masih harus dibayar 58.091 260.828
Hutang pajak 131.700 131.700
Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang Jatuh Tempo 388 388
Liabilitas jangka pendek 445.380 445.380
Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang 7.611 7.611
Hutang Pokok Pinjaman Jangka Panjang 3.365.227 3.365.227
Liabilitas pajak tangguhan - 71.011
Liabilitas jangka panjang 3.372.838 3.443.849
Modal saham ditempatkan dan disetor 22.601.074 22.601.074
Setoran modal lainnya 47.709.844 47.709.844
Laba (Rugi) Tahun Lalu (1.840.626) (1.840.626)
Laba (Rugi) Tahun Berjalan (666.308) (853.475)
Jumlah ekuitas 67.803.984 67.616.817
Jumlah liabilitas dan ekuitas 71.622.202 71.506.046
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
55
Universitas Indonesia
Gambar 4.5: Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2011
sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16
Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012.
Dapat dilihat pada gambar kondisi laporan posisi keuangan dan laporan
pendapatan komprehensif PT XYZ di tahun 2011 sebelum dan sesudah penerapan
ISAK 16. Pada bagian laporan posisi keuangan sebelum penerapan ISAK 16
terlihat PT XYZ masih mencatat pembangunan pembangkit listrik selaku
infrastruktur pada perjanjian PPA sebagai aset dalam penyelesaian senilai
4.644.857 USD.
Bila dilihat ke laporan pendapatan komprehensif, PT XYZ tidak mencatat
pendapatan mengingat jenis operasi bisnis PT XYZ yang bergerak di industri
penyedia tenaga listrik dimana pendapatan utama dan satu-satunya perusahaan
bersumber dari tenaga listrik yang dijual.
Hingga tahun 2012 berakhir, perjanjian PPA dengan PLN masih memasuki tahap
konstruksi yang berarti belum ada tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit
listrik PT XYZ yang kemudian dijual ke PLN sehingga tidak ada pendapatan yang
dicatat oleh PT XYZ.
Laporan Pendapatan Komprehensif
PT XYZ
31 December 2011
(dinyatakan dalam Dollar AS)
Sebelum ISAK 16 Setelah ISAK 16
31 December 2011 31 December 2011
Pendapatan - 6.193.705
Harga Pokok Penjualan - 5.723.111
Laba kotor - 470.594
Beban umum dan administrasi 1.478.597 1.478.597
laba/(rugi) selisih kurs - 400.199
Beban bunga - 186.551
Pendapatan bunga (853.662) (1.067.078)
Lain-lain 41.374 41.374
Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan (666.308) (569.049)
Pajak Penghasilan - 284.426
Laba/(rugi) komprehensif lainnya - -
Laba komprehensif (666.308) (853.475)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
56
Universitas Indonesia
Dengan berlakunya ISAK 16 pada 1 Januari 2012, PT XYZ akan mencatat
pembangunan pembangkit listrik sebagai pendapatan konstruksi dengan
berdasarkan hitungan dari KAP ASR serta mencatat aset keuangan dari PLN di
sisi aset seperti terlihat di laporan posisi keuangan setelah penerapan ISAK 16.
Perlu dicermati bahwa sebelum ISAK 16, laporan posisi keuangan PT XYZ tidak
balance dengan selisih saldo sebesar 400.199 USD. Hal ini disebabkan selisih
kurs yang digunakan oleh KAP ASR dan PT XYZ dalam proses translate saldo di
laporan keuangan. Selisih ini kemudian akan dibuang ke laba/(rugi) selisih kurs di
laporan pendapatan komprehensif.
Aset lancar lainnya mengalami perbedaan akibat reklasifikasi audit dimana saldo
sebesar 36.987.971 USD direklasifikasi sebagai uang muka yang terbagi menjadi
uang muka lancar dan tidak lancar. Reklasifikasi ini tidak berhubungan dengan
ISAK 16. Jurnal penyesuaian untuk ISAK 16 pada 2011 sebagaimana telah
dibahas sebelumnya adalah sebagai berikut:
Laporan posisi keuangan dan laporan pendapatan komprehensif di tahun 2012
sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16 adalah sebagai berikut.
Aset keuangan dari jasa konsesi 6.105.474
Pendapatan konstruksi (6.105.474)
Aset keuangan dari jasa konsesi 88.231 Pendapatan keuangan (88.231)
HPP 5.723.111
ADP (3.961.093)
Biaya yang ditangguhkan (1.762.018)
Beban keuangan 186.551 Biaya yang ditangguhkan (91.732) ADP (94.819)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
57
Universitas Indonesia
Gambar 4.6: Laporan Posisi Keuangan PT XYZ 31 Desember 2012 sebelum
dan sesudah penerapan ISAK 16
Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012
Laporan Posisi Keuangan
PT XYZ
(dinyatakan dalam Dollar AS)
Sebelum ISAK 16 Setelah ISAK 16
Nama Akun 31 December 2012 31 December 2012
Kas dan setara kas 41.933.117 41.933.109
Uang muka lancar - 6.888.528
Aset lancar lainnya 116.119 116.119
Jumlah Aset Lancar 42.049.236 48.937.756
Uang muka, tidak lancar 34.610.846 28.303.990
Harga perolehan aset tetap 1.105.650 1.111.583
Akumulasi penyusutan 92.027 92.027
Aset tetap (nilai bersih) 1.013.623 1.019.556
Aset dalam penyelesaian 90.971.698 -
Beban Ditangguhkan 2.720.043 -
Aset keuangan dari jasa konsesi 6.193.705 106.565.127
Bank Garansi 4.239.917 4.239.917
Aset keuangan tidak lancar lainnya - -
Jumlah aset tidak lancar 139.749.833 140.128.590
Jumlah aset 181.799.069 189.066.345
Hutang lainnya 4.933.394 1
Biaya yang masih harus dibayar 43.009 4.106.043
Hutang pajak 360.148 360.148
Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang Jatuh Tempo 2.003 2.003
Liabilitas jangka pendek 5.338.554 4.468.195
Bunga Atas Pinjaman Jangka Panjang 1.309.942 1.309.942
Hutang Pokok Pinjaman Jangka Panjang 80.334.780 80.334.780
Liabilitas pajak tangguhan 71.011 2.103.580
Liabilitas jangka panjang 81.715.733 83.748.302
Modal saham ditempatkan dan disetor 101.169.445 101.169.445
Setoran modal lainnya - -
Laba (Rugi) Tahun Lalu (2.694.101) (2.694.101)
Laba (Rugi) Tahun Berjalan (675.120) 2.374.505
Jumlah ekuitas 97.800.224 100.849.849
Jumlah liabilitas dan ekuitas 184.854.511 189.066.345
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
58
Universitas Indonesia
Gambar 4.7: Laporan Pendapatan Komprehensif PT XYZ 31 Desember 2012
sebelum dan sesudah penerapan ISAK 16
Sumber: Dokumentasi audit KAP ASR, Telah diolah kembali, 2012.
Dari gambar diatas dapat dilihat kondisi laporan posisi keuangan dan laporan
pendapatan komprehensif PT XYZ di tahun 2012 sebelum dan sesudah penerapan
ISAK 16. Pada bagian laporan posisi keuangan sebelum penerapan ISAK 16
terlihat PT XYZ masih mencatat pembangunan pembangkit listrik selaku
infrastruktur pada perjanjian PPA sebagai aset dalam penyelesaian senilai
90.971.698 USD. Serupa dengan laporan di tahun 2011, PT XYZ tidak mencatat
pendapatan di laporan pendapatan komprehensif sebelum penerapan ISAK 16.
Saldo aset keuangan dari konsesi jasa merupakan bawaan dari laporan posisi
keuangan tahun 2011 setelah penerapan ISAK 16.
Sama dengan laporan posisi keuangan di 2011, laporan posisi keuangan di tahun
2012 tidak balance akibat selisih penggunaan kurs antara KAP ASR dan PT XYZ.
Selisih di 2012 adalah sebesar 3.055.441 USD dan akan dibuang ke laba/(rugi)
selisih kurs.
Laporan Pendapatan Komprehensif
PT XYZ
31 December 2012
(dinyatakan dalam Dollar AS)
Sebelum ISAK 16 Setelah ISAK 16
31 December 2012 31 December 2012
Pendapatan - 100.371.422
Harga Pokok Penjualan - 89.791.962
Laba kotor - 10.579.460
Beban umum dan administrasi 2.300.901 2.294.968
laba/(rugi) selisih kurs - 3.054.008
Beban bunga - 2.449.182
Pendapatan bunga (1.767.962) (2.209.954)
Lain-lain 142.181 142.191
Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan (675.120) 4.849.065
Pajak Penghasilan - 2.474.560
Laba/(rugi) komprehensif lainnya - -
Laba komprehensif (675.120) 2.374.505
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
59
Universitas Indonesia
Terdapat berbagai perbedaan antara laporan keuangan sebelum dan sesudah
penerapan ISAK 16. Perbedaan tersebut diakibatkan oleh penyesuaian baik yang
berhubungan dengan ISAK 16 ataupun tidak. Perbedaan yang disebabkan oleh
penyesuaian akibat penerapan ISAK 16 merupakan akibat dari jurnal penyesuaian
untuk ISAK 16 pada 2012 yang telah dibahas sebelumnya. Jurnal penyesuaian
tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.4 Disclosure (Pengungkapan)
Terkait dengan perjanjian konsesi jasa, pengungkapan diatur dalam ISAK 22
“Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”. ISAK 22 mengatur informasi apa yang
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dari operator dan pemberi
konsesi.
Pada setiap periode, operator dan pemberi konsesi mengungkapkan hal berikut:
a. Gambaran perjanjian
b. Persyaratan signifikan dari perjanjian yang dapat mempengaruhi jumlah,
waktu, dan kepastian arus kas masa depan (misalnya masa konsesi, tanggal
penentuan ulang harga dan dasar penentuan ulang harga atau negosiasi
ulang)
c. Sifat dan tingkatan (misalnya jumlah, jangka waktu atau nilai yang sesuai)
dari:
a. Hak menggunakan aset tertentu
Jurnal
Aset keuangan dari jasa konsesi 94.281.560
Pendapatan konstruksi (94.281.560)
Aset keuangan dari jasa konsesi 6.089.861 Pendapatan keuangan (6.089.861)
Uang muka pihak ke III 580.238
Hutang lainnya 870.359
ADP (1.450.597)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
60
Universitas Indonesia
b. Kewajiban untuk memberikan jasa atau hak yang diharapkan dalam
penyediaan jasa
c. Kewajiban untuk memperoleh atau membangun aset tetap
d. Kewajiban untuk memberikan atau hak untuk menerima aset tertentu
pada akhir masa konsesi
e. Opsi pembaharuan dan penghentian
f. Hak dan kewajiban lain
d. Perubahan dalam perjanjian yang terjadi selama periode berjalan
e. Pengklasifikasian perjanjian konsesi jasa
Operator mengungkapkan jumlah pendapatan dan laba atau rugi yang diakui
selama periode atas pertukaran jasa konstruksi dengan aset keuangan atau aset
takberwujud. Pada laporan keuangan PT XYZ, pengungkapan berdasarkan ISAK
22 ditunjukkan di tabel 4.11. Catatan 1.b dari laporan audit PY XYZ dapat dilihat
di lampiran.
Tabel 4.11: Pengungkapan berdasarkan ISAK 22 di laporan audit PT XYZ
Sumber: Data olahan
4.4 Isu Perpajakan Terkait Penerapan ISAK 16
Penerapan ISAK 16 menyebabkan PT XYZ mengakui pendapatan di tahun 2011
dan 2012 yang bersumber dari pendapatan konstruksi dan keuangan seperti telah
Laporan Audit PT XYZ
Catatan 1.b
Catatan 1.b
Hak menggunakan aset tertentu Catatan 1.b
Kewajiban untuk memberikan jasa atau hak yang diharapkan dalam penyediaan jasa Catatan 1.b
Kewajiban untuk memperoleh atau membangun aset tetap Catatan 1.b
Kewajiban untuk memberikan atau hak untuk menerima aset tertentu pada akhir
masa konsesi Catatan 1.b
Opsi pembaharuan dan penghentian -
Hak dan kewajiban lain Catatan 1.b
Catatan 1.b
Catatan 1.b
Gambaran perjanjian
Persyaratan signifikan dari perjanjian yang dapat mempengaruhi jumlah, waktu, dan
kepastian arus kas masa depan (misalnya masa konsesi, tanggal penentuan ulang harga
dan dasar penentuan ulang harga atau negosiasi ulang)
Sifat dan tingkatan
Perubahan dalam perjanjian yang terjadi selama periode berjalan
Pengklasifikasian perjanjian konsesi jasa
ISAK 22
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
61
Universitas Indonesia
dijabarkan di laporan keuangan komprehensif di gambar 4.5 dan 4.7 Seperti yang
dapat dilihat di gambar tersebut, pengaukuan pendapatan tersebut berdampak pada
timbulnya pajak penghasilan di tahun 2011 dan 2012 yang masing-masing
berjumlah 284.426 USD dan 2.474.560 USD.
Hal ini juga berdampak pada timbulnya liabilitas pajak tangguhan di tahun 2011
dan 2012 masing-masing sebesar 71.011 USD dan 2.032.569 USD. Jurnal
penyesuaian terkait pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
Sedangkan jurnal penyesuaian terkait pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8 menunjukkan proses perhitungan kompensasi rugi pajak akhir tahun.
Perbedaan antara piutang dari perjanjian konsesi jasa dengan aset tetap dalam
penyelesaian fiskal pada perhitungan bersumber dari selisih penerimaan akibat
ISAK 16 dengan HPP. Biaya yang tidak dapat dikurangkan bersumber dari biaya
jamuan rapat, hiburan, dan publikasi serta tunjangan Pph 21.
Pajak final pendapatan giro dan deposito 213.416 Kas (213.416)
Beban pajak tangguhan 71.011 Liabilitas pajak tangguhan (71.011)
Pajak final pendapatan giro dan deposito 441.991 Kas (441.991)
Beban pajak tangguhan 2.032.569 Liabilitas pajak tangguhan (2.032.569)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
62
Universitas Indonesia
Gambar 4.8: Perhitungan kompensasi rugi pajak PT XYZ
Sumber: Laporan audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Kompensasi rugi pajak ditunjukkan secara detail di tabel 4.12. Pada tahun 2011,
perhitungan. Pada perhitungan di tahun 2011, kompensasi rugi pajak yang
digunakan adalah dari tahun 2007 hingga 2010 dengan menggunakan rate 9.068
dan pada 2012 menggunakan kompensasi rugi pajak dari tahun 2008 hingga 2011
dengan rate 9.670.
Tabel 4.12: Kompensasi rugi pajak PT XYZ
2012 2011
Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan 4.849.065 (569.049)
Perbedaan waktu:
Perbedaan antara piutang dari perjanjian konsesi
jasa dengan aset tetap dalam penyelesaian fiskal (10.579.460) (470.594)
Beban bunga 2.449.182 186.551
(8.130.278) (284.043)
Perbedaan tetap:
Biaya yang tidak dapat dikurangkan 267.824 143.768
Pendapatan bunga yang dikenakan pajak final (2.209.954) (1.067.078)
Selisih karena pengukuran kembali laporan
keuangan 1.372.232 583.676
(569.898) (339.634)
Rugi pajak - tahun berjalan (3.851.111) (1.192.726)
Kompensasi rugi pajak - awal tahun (4.925.139) (4.887.472)
Kompensasi rugi pajak akhir tahun (8.776.250) (6.080.198)
2007 (7.508.233.089)
2008 (3.669.073.015)
2009 (17.237.483.701)
2010 (15.903.898.142)
2011 (10.815.642.153)
Tahun Jumlah (IDR)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
63
Universitas Indonesia
Sumber: Laporan audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Perhitungan beban pajak penghasilan PT XYZ di tahun 2012 dan 2011 dapat
dilihat di gambar 4.9.
Gambar 4.9: Perhitungan beban pajak penghasilan PT XYZ
Sumber: Laporan audit PT XYZ, Telah diolah kembali, 2012
Besarnya komponen di perbedaan tetap dalam perhitungan merupakan 25% dari
besarnya komponen di perbedaan tetap di gambar 4.8. PT XYZ tidak mengakui
aset tangguhan pajak karena kecil kemungkinan PT XYZ dapat memanfaatkan
aset pajak tangguhan di masa yang akan datang. Tidak ada perbedaan perlakuan
pajak terkait pendapatan yang timbul akibat ISAK 16 maupun pendapatan biasa.
Dapat disimpulkan bahwasanya isu perpajakan terkait dengan penerapan ISAK 16
bagi PT XYZ adalah timbulnya beban pajak tangguhan dan liabilitas pajak
tangguhan akibat pengakuan pendapatan.
2012 2011
Laba/(rugi) sebelum pajak penghasilan 4.849.065 (569.049)
Pajak dihitung pada tarif 25% 1.212.266 (142.262)
Perbedaan tetap:
Biaya yang tidak dapat dikurangkan 66.956 35.942
Pendapatan bunga yg dikenakan pajak final (552.489) (266.770)
Selisih karena pengukuran kembali laporan
keuangan 343.058 145.919
Aset pajak tangguhan yang tidak dapat diakui 962.778 298.182
Beban pajak penghasilan 2.032.569 71.011
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
64 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
ISAK 16 merupakan peraturan atau standar yang masih terbilang baru.
Mengadopsi dari IFRIC 12, ISAK 16 berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2012.
Dalam kasus PT XYZ, perjanjian PPA antara PT XYZ dengan PLN masuk ke
dalam ruang lingkup ISAK 16.
Pengambilan keputusan manajemen beserta auditor untuk menerapkan ISAK 16
dalam kasus PT XYZ didasari oleh alasan sebagaimana tertera berikut:
- PLN selaku pemberi konsesi jasa mengatur jenis jasa apa yang harus
disediakan oleh PT XYZ selaku operator, kepada siapa jasa tersebut dijual,
dan berapa harga jual jasa tersebut.
- PLN selaku pemberi konsesi jasa memiliki kontrol atas residu signifikan
dari infrastruktur perjanjian konsesi jasa di masa akhir perjanjian.
- Infrastruktur dalam perjanjian konsesi jasa dibangun melalui pihak ketiga
dengan memiliki masa manfaat sama dengan masa perjanjian konsesi jasa.
Dalam pelaksaanaan auditnya, KAP ASR selaku auditor eksternal dari PT XYZ
melakukan prosedur audit terkait penerapan ISAK 16 di PT XYZ sama dengan
prosedur audit yang dipakai untuk aset tetap pada umumnya dalam rangka
memastikan kewajaran nilai aktiva dalam penyelesaian yang digunakan sebagai
tolak ukur pengakuan pendapatan konstruksi akibat penerapan ISAK 16 yang
menggunakan metode persentase penyelesaian sesuai PSAK 34.
Terkait dengan pengakuan (recognition) dalam ISAK 16 PT XYZ mengakui
pendapatan dan biaya terkait dengan pembangunan pembangkit listrik, sesuai
dengan PSAK 34 (Revisi 2010), "Kontrak Konstruksi", sedangkan Perusahaan
mengakui pendapatan atas operasi dan pemeliharaan sesuai dengan PSAK 23
(Revisi 2010), "Pendapatan". Untuk pengukuran (measurement) PT XYZ
mengukur pendapatan konstruksi dengan menggunakan metode persentase
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
65
Universitas Indonesia
penyelesaian yang mengacu pada aset dalam penyelesaian dan mengukur
pendapatan keuangan dengan metode suku bunga efektif.
Dalam hal penyajian (presentation), penerapan ISAK 16 menyebabkan perubahan
pada laporan keuangan. Penerapan ini bersifat retrospektif yang menyebabkan
perubahan di laporan keuangan tahun 2011. Penerapan ISAK 16 menyebabkan
munculnya pendapatan konstruksi dan pendapatan keuangan serta aset keuangan
dari konsesi jasa dan menghilangkan/menurunkan nilai saldo akun aset dalam
penyelesaian dan beban yang ditangguhkan di laporan keuangan PT XYZ. Terkait
dengan pengungkapan (disclosure) diatur dengan jelas sesuai dengan ISAK 22
“Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”. Isu perpajakan yang ditimbulkan oleh
penerapan ISAK 16 di PT XYZ adalah timbulnya beban pajak penghasilan dan
liabilitas pajak tangguhan.
5.2 Saran
ISAK 16 hanya mengatur pencatatan konsesi jasa dari pihak penerima konsesi
jasa namun tidak mengatur bagaimana pencatatan di pihak pemberi konsesi jasa.
Penulis berpendapat bahwa sebaiknya perlu ada aturan yang mengatur pencatatan
konsesi jasa dari pihak pemberi konsesi untuk mencegah inkonsistensian
pencatatan mengingat tidak tertutup kemungkinan satu perusahaan untuk menjadi
pemberi konsesi jasa maupun penerima konsesi jasa lain dalam sebuah
kesempatan.
5.2.1 Saran untuk PT XYZ
Setelah terlibat dalam sebagian proses audit PT XYZ, berikut ini adalah saran
yang bisa penulis berikan:
- Memperbaiki sistem dokumentasi agar dokumen dokumen yang
dibutuhkan dalam proses audit menjadi lebih mudah dan lebih cepat untuk
diakses.
- Rutin berkonsultasi dengan pihak auditor eksternal. Proses keputusan
penerapan ISAK 16 memakan waktu yang cukup banyak akibat kurangnya
komunikasi dari pihak manajemen dengan pihak auditor eksternal
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
66
Universitas Indonesia
sehingga proses penyusunan laporan keuangan yang telah diaudit menjadi
lambat.
- Memiliki lebih dari satu konsultan dalam menghitung nilai aset finansial
agar mendapat gambaran yang lebih komprehensif terkait nilai wajar aset
finansial yang timbul akibat perjanjian PPA dengan PLN
5.2.2 Saran untuk KAP ASR
Setelah terlibat selama kurang lebih 3 (tiga) bulan dalam proses audit KAP ASR,
berikut ini adalah saran yang bisa penulis berikan:
- Memberikan pelatihan terlebih dahulu kepada anak magang. Hal ini
bertujuan agar proses kerja tim tidak terhambat dan menjadi lebih efektif
dan efisien bilamana anak magang mendapat pelatihan terlebih dahulu
sebelum langsung turun ke lapangan dan turut serta dalam proses audit.
Pelatihan singkat sebaiknya diberikan di awal periode anak magang
menjalani program magang itu sendiri. Hal ini disebabkan tanggung jawab
yang dibebankan ke anak magang tidak berbeda jauh dengan tanggung
jawab yang dibebankan ke junior auditor.
- Memberi studi literatur yang cukup kepada anak magang agar dapat
memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif terkait isu yang ada
dalam technical consultation.
- Dalam menerima klien, KAP ASR harus turut mempertimbangkan
workload dari tim auditor yang ada agar tidak terjadi excessive workload
yang mana dapat mempengaruhi kualitas laporan audit yang dikeluarkan.
- Membuat planning atau perencanaan audit yang terperinci agar proses adit
berjalan lancar, tidak overlapping antar auditor, proses audit berjalan
efisien baik dari segi biaya maupun waktu.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
67 Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Ikatan Akuntan Indonesia. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan No. 16 –
Perjanjian Konsesi Jasa. Jakarta. IAI. 2012
Ikatan Akuntan Indonesia. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan No. 22 –
Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan. Jakarta. IAI. 2012
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34
(revisi 2010) – Kontrak Konstruksi. Jakarta. IAI. 2012
Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23
(revisi 2009) – Pendapatan. Jakarta. IAI. 2012
Oberman, Raoul, & Dobbs, Richard (2012). The archipelago economy:
Unleashing Indonesia's potential. September, 2012.
http://www.mckinsey.com/insights/asia-pacific/the_archipelago_economy
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan. (2009).
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
68
Universitas Indonesia
No Tgl No Jurnal Nama Keterangan Klasifikasi Dr Cr CCY Kurs USD
34 23-Mar-12 BJ 0090 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang s/d 23 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 6,002,95 X Rp 9.173,00 ) Bunga Kredit 55.065.060,35 USD 9.173,00 6.002,95
35 23-Mar-12 BJ 0092 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek s/d 23 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 Bunga Kredit 23.599.285,37 USD 9.173,00 2.572,69
36 23-Mar-12 BJ 0094 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang S/D 23 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 1.543.880,60 USD 9.173,00 168,31
37 23-Mar-12 BJ 0096 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek s/d 23 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 661.663,11 USD 9.173,00 72,13
38 23-Mar-12 BJ 0097 Bank BNI Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan Des 2011 Bunga Kredit 102.602,00 USD 9.173,00 11,19
39 23-Mar-12 BJ 0100 Bank BNI Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan 23 Maret 2012 Bunga Kredit 229.231,29 USD 9.173,00 24,99
47 11-Apr-12 BNI-507-020 Divisi KPS QQ Kelompok SDF Pembayaran Biaya Propisi Atas Penarikan Kredit Sesuai Surat BNI No : BIN/1.5/1359 tgl 11 April 2012 Provisi 1.270.160.725,40 USD 9.170,00 138.512,62
48 12-Apr-12 BNI-507-021 Bank BNI Pembayaran Biaya Propisi Atas Penerbitan LC No : ILDKB00558S12 Tanggal 12 April 2012 Provisi 237.215.155,95 USD 9.173,00 25.860,15
49 12-Apr-12 BNI-507-022 Bank BNI Pembayaran Biaya Propisi Atas Penerbitan LC No : ILDKB00563S12 Tanggal 12 April 2012 Provisi 237.215.155,95 USD 9.173,00 25.860,15
50 12-Apr-12 BNI-507-023 Bank BNI Pembayaran Biaya Propisi Atas Penerbitan LC No : ILDKB00566S12 Tanggal 12 April 2012 Provisi 35.600.963,38 USD 9.173,00 3.881,06
52 30-Apr-12 BJ 0130 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 948,14 X 9,180,00 ) Bunga Kredit 8.703.929,65 USD 9.180,00 948,14
53 30-Apr-12 BJ 0132 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang Bulan April 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 3,555,53 X 9,190,00 ) Bunga Kredit 32.675.291,45 USD 9.190,00 3.555,53
55 30-Apr-12 BJ 0134 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 406,35 X 9,180,00 ) Bunga Kredit 3.730.255,56 USD 9.180,00 406,35
56 30-Apr-12 BJ 0136 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek Bulan April 2012 Atas Penarikan 1.064.290 ( 1,523,80 X 9,190,00 ) Bunga Kredit 14.003.696,34 USD 9.190,00 1.523,80
58 30-Apr-12 BJ 0138 Bank BNI Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan 24 s/d 31 Maret 2012 Bunga Kredit 195.400,51 USD 9.180,00 21,29
59 30-Apr-12 BJ 0140 Bank BNI Pembebanan Bunga KI IDC Atas Hutang Jangka Panjang Atas Penarikan USD 1,064,290 Bulan April 2012 Bunga Kredit 733.550,13 USD 9.190,00 79,82
61 30-Apr-12 BJ 0142 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 (2,049,83 X Rp 9.180,00) Bunga Kredit 18.817.425,59 USD 9.180,00 2.049,83
62 30-Apr-12 BJ 0144 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang Bulan April 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 7,686,86 X Rp 9.190,00 ) Bunga Kredit 70.642.214,54 USD 9.190,00 7.686,86
64 30-Apr-12 BJ 0146 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 878,50 X 9,180,00 ) Bunga Kredit 8.064.610,97 USD 9.180,00 878,50
65 30-Apr-12 BJ 0148 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek Bulan April 2012 Atas Penarikan 2,300,937 ( 3,294,37 X 9,190,00 ) Bunga Kredit 30.275.234,80 USD 9.190,00 3.294,37
66 30-Apr-12 BJ 0149 Bank BNI Pembebanan Bunga KI IDC Periode 23 Maret s/d 31 Maret 2012 Atas penarikan 2,300,937,00 Bunga Kredit 263.673,32 USD 9.180,00 28,72
67 30-Apr-12 BJ 0151 Bank BNI Pembebanan Bunga KI IDC Periode April 2012 Atas penarikan 2,300,937,00 Bunga Kredit 989.852,05 USD 9.190,00 107,71
69 30-Apr-12 BJ 0153 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang 24 S/D 31 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 527.591,37 USD 9.180,00 57,47
70 30-Apr-12 BJ 0155 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Panjang Bulan April 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 1.980.622,84 USD 9.190,00 215,52
72 30-Apr-12 BJ 0157 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Jangka Pendek 24 s/d 31 Maret 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 226.110,59 USD 9.180,00 24,63
73 30-Apr-12 BJ 0159 Bank BNI Pembebanan Bunga Pinjaman Bulan April 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 848.838,36 USD 9.190,00 92,37
74 30-Apr-12 BJ 0160 Bank BNI Pembebanan Bunga IDC Atas Bunga Jangka Panjang Periode 23 Mrt s/d 31 Mrt 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 Bunga Kredit 6.668,47 USD 9.180,00 0,73
75 30-Apr-12 BJ 0162 Bank BNI Pembebanan Bunga IDC Atas Bunga Jangka Panjang Periode Bulan April 2012 Atas Penarikan USD 64,512,27 (USD 2,72) Bunga Kredit 25.034,02 USD 9.190,00 2,72
78 30-Apr-12 BJ 0183 Bank BNI Penarikan LC Tahap II Sebesar 20,680,122,00 Tanggal 11 April 2012 CNEEC 190.050.321.180,00 USD 9.170,00 20.680.122,00
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
69
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
70
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
71
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Buku besar terkait CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
72
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
73
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
74
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
75
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Biaya pembiayaan untuk CIP PT XYZ 2012 (lanjutan)
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
76
Universitas Indonesia
Lampiran 3: Consultation Memo KAP ASR
PT XYZ
Consultation Memo
Client Details
Client name : PT XYZ
Local charge code : 00000000
Engagement leader : XXXX
Engagement manager : XXXX
Reporting type : Technical Consultation
Is this an SEC registrant? : No
Is this an Assurance client? : Yes
Is this client listed on IDX? : No
Section 1
Issue Summary
Implication of the implementation of ISAK 16 on XYZ consession
Section 2
Background facts and circumtances
PT XYZ (“XYZ”) is a company which owned by PT XXX, PT YYY, and PT ZZZ. The Company is established in
order to organize the construction, operation, and maintenance of Banjarsari Power Plant 2 x 100 MW to
generate electricity power for PLNt. The Company has entered into a Power Purchase Agreement (“PPA”) with
PLN to sell electric power for a 30-year period from the power plant commercial operation date.
The Power Purchase Agreement stated that1:
1. From and after the Commercial Operation Date until the termination of this Agreement, XYZ shall make
available to PLN, and PLN shall purchase from XYZ the Net Dependable Capacity2 and Net Electrical
Output of the Plant3 stated in the PPA.
2. At any time after the financing date4 through the end of the term, PLN may exercise an option to
purchase all of XYZ’s right, title and interest in the project, including XYZ’s title and interest in and
rights and obligations under the project documents. PLN shall give XYZ not less than 180 days written
notice of its decision to exercise this option. XYZ's right, title, and interest in the Project and the Project
Documents shall be transferred to PLN.
3. PLN agreed to purchase any produced electricity power at 100% of Capital Cost Recovery Charge Rate
(electricity power output that available for sale). The term is specified as “take or pay” agreement.
Section 3
Consultation issues:
1. Accounting standards that may best be applied (ISAK 16 or ISAK 8)
2. If the arrangement falls under ISAK 16, how the Company should classify its assets? Financial assets or
intangible assets?
1 Point 1: PPA Art 8 paragraph c; point 2 Point 2: PPA Art 18; Point 3: PPA Amendment date 16 January 2007 Clause II
2 Net Dependable Capacity: shall mean the net dependable capacity of the first unit to be commissioned until both Units
have been commissioned and ii) thereafter, the net dependable capacity of the Plant, as determined by the Net Dependable Capacity Test in accordance with Regulation of the Minister of Mines and Energy No. 02.P/03/M.PE/1993. 3 Net Electrical Output: Net energy delivered by Seller to PLN at the interconnection point
4 Financing date: date when the preparation of EPC Contract, the financing arrangement, the design, engineering and
supply construction, the government authorization, and non exclusive easement have been fulfilled by contractor.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
77
Universitas Indonesia
Section 4
Engagement teams preliminary view and justification
The engagement team considers ISAK 16 to be the most appropriate standard for PT XYZ Financial Statements
due to the following reason:
a. The arrangement between operator (PLN) and the private sector (PT XYZ) is clearly defined in ISAK 16
b. The accounting treatment of infrastructures which the significant residual interest is controlled by PLN
through purchase option in PPA is in line with ISAK 16
c. Based on “take or pay agreement” between XYZ and PLN, the engagement team considers that the
infrastructures should be presented as financial assets.
Section 5
Technical Reference and Analysis
ISAK 8 stated that the interpretation does not apply to arrangements that are public to private service concession
arrangements within the scope of ISAK 16. Therefore, we perform assessment whether the Power Purchase
Agreements between XYZ and PLN can be defined as public to private service concession arrangements.
a. ISAK 8 or ISAK 16?
As mentioned in ISAK 16 Par 4, this interpretation provides accounting guidance for operator upon
concession agreement for public service to private entity.
ISAK 16 – Par 5 specifies that infrastructure is within the scope of the Interpretation when the following
conditions apply:
a) The grantor controls or regulates what service the operator must provide with the infrastructure, to
whom it must provide them, and at what price; and
b) The grantor controls – through ownership, beneficial entitlement or otherwise – any significant
residual interest in the infrastructure at the end of the term of the arrangement.
To define the conditions above, we refer to GR No 25 Year 2009 on Public Services and application
guidance of ISAK 16 paragraph PA02, PA03, and PA04 as follow:
1. Explanation Appendices of GR No 25 Year 2009 for art 3 point b stated that
“The examples of public goods which resulted from Stated Owned Enterprise activities or
Regional Owned Enterprise who received the delegation of task to provide public services
includes: electricity provides by PT PLN and water provided by PDAM”. Therefore, we are on the opinion that electricity concession supply with PLN can be categorised as
concession agreement for public service to private entity.
2. ISAK 16 application guidance PA02 stated that:
“The control or regulation referred to in condition (a) could be by contract or otherwise (such as
through a regulator), and includes circumstances in which the grantor buys all of the output as
well as those in which some or all of the output is bought by other users. In applying this
condition, the grantor and any related parties shall be considered together. If the grantor is a
public sector entity, the public sector as a whole, together with any regulators acting in the public
interest, shall be regarded as related to the grantor for the purposes of this Interpretation.” Based on our understanding on the Company Power Purchase Agreement, we are on the opinion that the
concession meet criteria mentioned in PA02. The control or regulation referred to in condition (a) are
formed in the Power Purchase Agreement between XYZ and PLN and includes circumstances in which
the grantor buys 80% output. The remaining outputs is used for reserve capacity (9% ) and 11% used for
own needs.
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
78
Universitas Indonesia
Section 5 (continued)
Technical Reference and Analysis (continued)
a. ISAK 8 or ISAK 16? (continued)
3. ISAK 16 application guidance PA03 stated that:
“For the purpose of condition (a), the grantor does not need to have complete control of the price:
it is sufficient for the price to be regulated by the grantor, contract or regulator, for example by a
capping mechanism. However, the condition shall be applied to the substance of the agreement.
Non-substantive features, such as a cap that will apply only in remote circumstances, shall be
ignored. Conversely, if for example, a contract purports to give the operator freedom to set prices,
but any excess profit is returned to the grantor, the operator's return is capped and the price
element of the control test is met.” The Appendix G of PPA stated that the grantor (PLN) regulates the prices even though the price is still
can be adjusted due several macro economics factors (e.g. coal prices, Indonesian Consumer Price
Index). However the price adjustment shall be applied to the substance of the agreement.
4. ISAK 16 application guidance PA04 stated that:
“For the purpose of condition (b), the grantor's control over any significant residual interest
should both restrict the operator's practical ability to sell or pledge the infrastructure and give
the grantor a continuing right of use throughout the period of the arrangement. The residual
interest in the infrastructure is the estimated current value of the infrastructure as if it were
already of the age and in the condition expected at the end of the period of the arrangement.”
The PPA stated that PLN has right to exercise an option to purchase all of Seller’s right, title, and interest
in the Project, including Seller’s title and interest in and rights and obligations under the Project
Documents, for the price set forth in Section 2.2. of Appendix F. In such event, PLN shall give Seller not
less than 180 days written notice of its decision to exercise this option. Seller's right, title, and interest in
the Project and the Project Documents shall be transferred to PLN. We are on the opinion that the
purchase option right met criteria stated in PA04 since the purchase option right restrict the operator’s
practical ability to sell or pledge the infrastructure and give the grantor a continuing right of use
throughout the period of the arrangement.
Based on above we conclude that XYZ concession is falls under ISAK 16.
b. Financial assets or Intangible assets
Paragraph 11 of IFAS 50 Financial Instruments: Presentation defines financial assets as a financial asset
to include 'a contractual right to receive cash or another financial asset from another entity'.
The ISAK 165 stated that the operator recognizes financial assets if they have a contractual right to receive
cash for the construction services if the grantor contractually guarantees the operator's cash flows. The ISAK
noted that the operator has an unconditional right to receive cash to the extent that the grantor bears the risk
(demand risk) that the cash flows generated by the users of the public service will not be sufficient to recover
the operator's investment.
We are on the opinion that the assets related to the public concession should be classified as financial assets
based on Amendment to PPA Date 16th January 2007 Clause II paragraph 1 which stated that PLN agreed to
purchase any produced electricity power at 100% of Capital Cost Recovery Charge Rate (electricity power
output that available for sale). The term is specified as “take or pay”. We believe that the “take or pay”
agreements fulfill the definition of “contractual right to receive cash for the construction services” as stated
in the ISAK 16 above.
5 Paragraph 16
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
79
Universitas Indonesia
c. Ilustration Example
Requirements from PPA
The terms of the Power Purchase Agreement require an operator to construct a Power Plant – completing
construction within 4 years and maintain and operate the power plant to a specified standard for 30 years.
The terms of arrangements require the grantor (PLN) to pay the operator xx per year in years 1 – 30, started
from its commencing date for making the electricity available to PLN.
For the purpose of this illustration, it is assumed that all cash flow take place at the end of the year.
Description Year IDR Construction services 2011 42 2012 510 2013 2332 Operation cost 2014 - 2049 46 Maintenance cost n/a n/a
Contract Revenue
The operator recognises contract revenue and costs in accordance with IFAS 34 Construction Contracts and
IFAS 23 Revenue. The costs of each activity– construction, operation and resurfacing–are recognised as
expenses by reference to the stage of completion of that activity. Contract revenue–the fair value of the
amount due from the grantor for the activity undertaken–is recognised at the same time.
Description Fair value Construction services fee Forecast cost + 23% Operation services fee Forecast cost + xx% Effective interest rate
In year 2011 the construction cost of IDR42, construction revenue of IDR 51.6 and hence the construction
profits of 9.6 are recognized in profit and loss.
Financial Assets
The amounts due from the grantor meet the definition of a receivable in IFAS 55 Financial Instruments:
Recognition and Measurement. The receivable is measured initially at fair value. It is subsequently measured
at amortised cost, ie the amount initially recognised plus the cumulative interest on that amount calculated
using the effective interest method minus repayments.
Description IDR Amount due for construction in year 2011 51.6 Effective interest rate in year 2011 on receivable at the end of the year (6% x 51.6) 3.1 Amount due for construction in year 2012 627.3 Receivable in the end of year 2012 682.0 Effective interest rate in year 2012 on receivable at the end of the year (6% x 682) 40.9 Amount due for construction in year 2013 2868.3 Receivable in the end of year 2013 3591.3 Effective interest rate in year 2013 on receivable at the end of the year (6% x 3591)
215.4
Amount due for operation in year 2014 xx Cash receipt from operation in year 2014 (860) Receivable in the end of year 2014 2946 + xx
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Catatan 1.b Laporan Audit PT XYZ 2012
b. Power Purchase Agreement (“PPA”)
Pada tanggal 16 Januari 2007, Perusahaan menandatangani PPA dengan PT Perusahaan
Listrik Negara (“PLN”). Perusahaan bertanggungjawab untuk memasok tenaga listrik
kepada PLN yang dihasilkan melalui fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (“PLTU”)
Banjarsari.
Renegosiasi penyesuaian tarif jual beli listrik PPA telah dimulai pada bulan Maret 2010.
Tarif jual beli listrik PPA baru telah disepakati bersama PLN dan telah mendapat
persetujuan dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sehingga amandemen PPA
telah ditandatangani pada tanggal 28 Juli 2011 dimana periode komitmen pembelian
listrik berubah hingga tahun 2044 (30 tahun sejak mulai beroperasi di tahun 2014).
Komitmen yang terdapat dalam PPA adalah sebagai
berikut:
i. Tarif listrik terdiri dari empat komponen, yaitu pembayaran atas kapasitas (capacity
payment atau capital cost recovery) yang berfungsi untuk memulihkan semua biaya
tetap dan pajak, termasuk kewajiban utang perusahaan dan pengembalian atas
kontribusi modal; pembayaran atas energi (energy payment) yang berfungsi untuk
memulihkan biaya bahan bakar; pembayaran atas biaya operasional (operation and
maintenance payment); serta pengembalian modal atas pembangunan fasilitas
tambahan. Tarif listrik tersebut dinyatakan dalam mata uang IDR dengan beberapa
penyesuaian terhadap nilai tukar Dolar Amerika Serikat (“USD”) yang berlaku pada
saat periode pembayaran.
ii. Setelah pembangunan PLTU selesai dilakukan, Perusahaan dipersyaratkan untuk
membuat perjanjian dengan pihak asuransi yang kompeten untuk mengasuransikan
peralatan atau komponen vital PLTU setelah melalui penilaian pihak ke 3 (loss
adjuster) yang menilai komponen apa saja yang harus diasuransikan sehingga
kepastian keberlangsunganPLTUakan terjamin. Kewajiban lainnya yang
dipersyaratkan dalam PPA adalah melakukan pemeliharaan alat dengan cara dan
tenaga yang tepat serta sesuai dengan kaidah terbaik dalam pemeliharaan PLTU
sehingga kepastian keberlangsungan operasi PLTU akan terjamin selama masa
perjanjian PPA. Ini termasuk melakukan overhaul ringan, overhaul besar dan
pemeliharaan rutin lainnya.
iii. Perusahaan harus membayarkan performance security dalam bentuk bank garansi
senilai Rp 41.000.000.000 yang ditempatkan pada PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. Sampai dengan tanggal pelaporan ini, bank garansi tersebut telah
diperpanjang hingga tahun 2014 sesuai masa konstruksi. Perusahaan telah melakukan
komitmen ini.
iv. PLN memiliki opsi untuk membeli hak, title, dan kepemilikan Perusahaan atas
pembangkit listrik dengan nilai penyelesaian berdasarkan pada formula yang telah
diatur dalam PPA.
Sampai dengan tahun 2012, Perusahaan telah melakukan amandemen kontrak
Engineering, Procurement and Construction (“EPC”) PLTU, amandemen kontrak jasa
teknis/pengawas, menandatangani perjanjian kredit, sehingga proyek pembangunan
PLTU Banjarsari telah dimulai, dengan financing date ditetapkan pada tanggal 15
Desember 2011 sehingga diperkirakan commercial operation date PLTU Banjarsari
dapat dicapai pada bulan November 2014 (36 bulan masa konstruksi).
Analisis penerapan ...,Sholahudin Alrahmani, FE UI, 2013