analisis manajemen risiko kredit sepeda motor … · manajemen risiko merupakan suatu proses...
TRANSCRIPT
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
SEPEDA MOTOR HONDA
PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
Oleh
RUSLAN EFENDI
H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
SEPEDA MOTOR HONDA
PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RUSLAN EFENDI
H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
SEPEDA MOTOR HONDA
PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
Oleh
RUSLAN EFENDI
H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
SEPEDA MOTOR HONDA
PADA PERUSAHAAN MULTIFINANCE DI INDONESIA
(STUDI KASUS PADA PT. PQR FINANCE)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
RUSLAN EFENDI
H24103018
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2007
ABSTRAK
Ruslan Efendi. H24103018. Analisis Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda Pada Perusahaan Multifinance di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. PQR Finance). Di bawah bimbingan Wita Juwita Ermawati. Selama kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006, pembiayaan konsumen tumbuh dengan rata-rata 19,22 persen per tahun (Statistik BI dalam Economic Review Journal, 2006). PT. PQR Finance merupakan perusahaan pembiayaan yang berorientasi pada pembiayaan sepeda motor Honda. Peningkatan persentase cadangan penghapusan piutang (loan loss provision) terhadap total asset PT. PQR Finance yaitu dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun 2006) mengindikasikan peningkatan tingkat risiko kredit macet yang dihadapi PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Tujuan penelitian adalah : (1). Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance; (2). Menganalisis seberapa besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda yang dihadapi oleh PT. PQR Finance; (3). Mengetahui pengelolaan dan pengendalian risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan enam staf ahli Risk Portofolio Division PT. PQR Finance. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data historis PT. PQR Finance yang meliputi laporan keuangan dan laporan portofolio risiko tahun 2004 - 2006, studi literatur, laporan penelitian dan publikasi elektronik. Analisis menggunakan analisis rasio keuangan, analisis dampak dan probabilitas serta metode CreditRisk+ dengan bantuan Spreadsheet Microsoft Excel CSFB dan Minitab 14. Metode CreditRisk+ meliputi menetapkan exposure, probability of default dan standar deviasi tiap kelas konsumen, penghitungan expected loss dan unexpected loss (tingkat kepercayaan 99 persen), economic capital dan backtesting. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance diklasifikasikan menjadi tiga faktor yaitu faktor internal perusahaan (kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, teknologi dan informasi, kebijakan perusahaan dan keuangan), faktor business partner (dealer dan konsumen), lingkungan eksternal (kebijakan pemerintah, persaingan dalam industri pembiayaan sepeda motor, dan kondisi negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment, jangka waktu kredit, pendapatan konsumen, moral dan morale hazard. Peringkat risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate yang berarti kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka PT. PQR Finance dapat dengan baik mengelola risiko kredit yang terjadi. Nilai expected loss tahun 2005 mencapai Rp 624.209.403.115,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 1.336.277.928.654,00. Tahun 2005, nilai unexpected loss mencapai Rp 2.291.182.236.209,00 dan tahun 2006 mencapai Rp 4.579.060.206.464,00 yang berarti kerugian katastropik yang harus mampu ditutupi oleh PT. PQR Finance dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Pengelolaan risiko kredit yaitu membangun supply chain management, penetapan prosedur dan kebijakan transaksi kredit, pembangunan sistem terintegrasi (credit scoring dan business intelligence system). Pengendalian risiko kredit yaitu rescheduling dan reconditioning, kerjasama dengan PT. Asuransi Astra Buana, serta penetapan loan loss provision dan perolehan recovery rates.
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor tanggal 23 Oktober 1985 dengan nama
Ruslan Efendi, sebagai putra tunggal Daman H. Mangunkusuma dan Nenih.
Penulis mengawali masa pendidikannya di SD Negeri Tanah Sareal IV Bogor
pada tahun 1991 – 1997, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 8
Bogor tahun 1997 – 2000 dan SMU Negeri 5 Bogor tahun 2000 – 2003. Tahun
2003, penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan di IPB
dan organisasi kemahasiswaan Centre of Management (Com@) IPB selama kurun
waktu tahun 2004 – 2006 sebagai Direktur Produksi, Operasi dan Kewirausahaan
maupun Dewan Komisaris. Pada periode tahun 2004 – 2006, penulis juga aktif
dalam kerohanian Islam mahasiswa Manajemen angkatan 40 IPB, sebagai Ketua
Kewirausahaan. Penulis berpartisipasi dalam mengkoordinasikan organisasi
kemahasiswaan Statistics Consultant for Management (Ticons) proyek SP4
Departemen Manajemen IPB tahun 2005 – 2006 dan menjadi Ketua Divisi
Internal pada kepengurusan periode 2005-2006.
Penulis juga sering mengikuti berbagai seminar dan pelatihan yang
mendukung dalam pengembangan diri dan ilmu pengetahuan, baik yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi maupun perusahaan. Memperoleh prestasi
dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTM) tingkat IPB sebagai juara I
tahun 2005 sekaligus mewakili IPB untuk LKTM tingkat wilayah II dan menjadi
salah satu mahasiswa berprestasi Departemen Manajemen tahun 2006. Penulis
juga pernah mengikuti Apprenticeship Programme di PT. Federal International
Finance tahun 2006.
iv
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada
Rabb Semesta Alam, Allah SWT, dengan segala keagungan-Nya telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang
berjudul Analisis Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda Pada
Perusahaan Multifinance di Indonesia (Studi Kasus Pada PT. PQR Finance)
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis
dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko yang
terjadi dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang
lebih besar. Risiko kredit merupakan risiko yang sering dihadapi lembaga
keuangan bukan bank (Non Bank Financial Institutions). Pengelolaan dan
pengendalian yang baik terhadap kemungkinan risiko kredit yang dihadapi dapat
menjadi daya saing bagi perusahaan pembiayaan yang dapat meningkatkan
pendapatan perusahaan dengan meminimalisir kemungkinan kerugian. Analisis
manajemen risiko dalam mengelola kemungkinan tingkat risiko yang terjadi
sangat penting dan berguna bagi perusahaan pembiayaan (multifinance).
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih
sedalam-dalamnya kepada:
1. Ibu Wita Juwita Ermawati S.TP, MM sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
membagikan ilmu, motivasi, saran dan pengarahan kepada penulis dalam
penyempurnaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc dan Ibu Heti Mulyati, S.TP. MT,.
atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji dan memberikan masukan,
nasihat, kritik serta saran yang membangun.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen,
seluruh staf dosen pengajar dan karyawan serta karyawati Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
v
4. Bapak Yayat Hermawan, selaku staf Risk Portofolio Division dan seluruh staf
karyawan PT. PQR Finance baik di Kantor Pusat maupun Kantor Cabang
yang telah menyumbangkan waktu, pikiran dan informasi selama penelitian.
5. Papa dan Mama, dengan segala keringat, do’a, dekapan kasih sayang tanpa
batas, hati yang tulus, senyum, dukungan, ilmu, materiil, perhatian,
kebersamaan dalam suka maupun duka dan semua keindahan yang diberikan
sehingga membuat penulis tetap bertahan.
6. Etty Nurbaeti atas kasih sayang yang tulus, perhatian, do’a dan motivasi.
7. Sahabat-sahabat terbaik satu peluh dan senyum. Terima kasih atas semua
kebersamaan dan semoga masa depan menjadi masa yang terindah. Teruntuk
Irwan Herma’, Adit’oshi Novian the First, Yan Risiana, dan Aldhika Big D.
8. Kurnia 3P, Kania, dan Amik Susanti selaku rekan satu bimbingan untuk
kerjasama dan motivasi selama bimbingan dan konsultasi skripsi.
9. Sahabat-sahabat terbaik dalam keceriaan dan kebersamaan. Teruntuk Hendra
Mbud, Cangkurileung Gumilang, Rio Son, Both of Bayu, Made, Fun’di, Dedi,
Roni F, Jayawinangun, Yudi d’Gone, Sun’sa, Iman, Aldo, Asep, Gema, Alex
Bembi, Ayu Ningsih, In the Rush, Yenni Baba’, Eltse’, Ulfath, Rinrin Ch.,
Pacuz Is., Cornel Lusi, Yayuk, Ipeh, Wina, Nela, Okty, Nene’, Cici, Funny,
Rae’, Yu’nia, Dian Tsu, Elwe’, Imel KW dan Mira Nur.
10. Sahabat dalam perjuangan yaitu Imam F.M dan M. Arfan.
11. Manajemen 40 untuk persahabatan selama 4 tahun di masa perkuliahan.
Saudara/i Manajemen 41 serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan
satu per satu yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan dalam penulisan yang
lebih baik lagi.
Bogor, Agustus 2007
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit ................................................................................................. 5
2.1.1. Definisi Kredit ....................................................................... 5 2.1.2. Jenis-Jenis Kredit .................................................................. 5
2.2. Risiko ................................................................................................. 7 2.2.1. Definisi Risiko ....................................................................... 7 2.2.2. Klasifikasi Risiko ................................................................... 8
2.3. Risiko Kredit ...................................................................................... 11 2.3.1. Definisi Risiko Kredit ............................................................ 11 2.3.2. Dimensi Risiko Kredit ........................................................... 11 2.3.3. Bentuk dan Jenis Risiko Kredit ............................................. 13
2.4. Manajemen Risiko ............................................................................. 18 2.4.1. Definisi Manajemen Risiko ................................................... 18 2.4.2. Siklus Manajemen Risiko ...................................................... 18
2.5. Analisis Internal Risiko Kredit .......................................................... 20 2.6. Lembaga Pembiayaan ........................................................................ 21 2.7. Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................. 23
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 25 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 27 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 27 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 28
3.4.1. Analisis Rasio Keuangan ....................................................... 28 3.4.2. Analisis Dampak dan Probabilitas ......................................... 30
vii
A. Register Risiko ............................................................... 30 B. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................... 32 3.4.3. Metode CreditRisk+ ............................................................. 34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................................... 38 4.1.1. Sejarah Singkat PT. PQR Finance ........................................ 38 4.1.2. Visi dan Misi PT. PQR Finance ........................................... 38 4.1.3. Struktur Organisasi PT. PQR Finance.................................... 39 4.1.4. Skema Kredit dan Business Partner PT. PQR Finance ........ 40 4.1.5. Perkembangan Aktiva PT. PQR Finance .............................. 41 4.1.6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PQR Finance ............ 42
4.2. Karakteristik Portofolio Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance .............................................................................. 45
4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance ................................................................... 50 4.4. Analisis Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance .............................................................................. 63
4.4.1. Analisis Kualitas dan Kuantitas Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance ................................ 63
4.4.2. Analisis Internal Risiko Kredit Metode CreditRisk+ Portofolio .............................................................................. 74
4.5. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance .............................................................................. 81
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan........... ..................................................................................... 88 B. Saran......... ................................................................................................. 89 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 90 LAMPIRAN................. .................................................................................... 92
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Besar pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan pada kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006 (triliun rupiah) ......................................... ... 1
2. Persentase penyisihan piutang ragu-ragu (loan loss provision) terhadap total asset tahun 2004 – 2006 ................................................................. 3
3. Register risiko ............................................................................................ 30
4. Penilaian risiko ........................................................................................... 31
5. Aggregate risk matrix ................................................................................. 33
6. Persentase perkembangan kinerja keuangan PT. PQR Finance tahun 2004-2006 ........................................................................................ 43
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance ............ 50
8. Hubungan antara down payment dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007..................................................... 55
9. Hubungan antara jangka waktu kredit (tenor) dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 .................................................... 56
10. Hubungan antara pendapatan konsumen dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 ..………………………………. 58
11. Aggregate risk matrix PT. PQR Finance .................................................... 74
12. Persentase kolektibilitas portofolio kredit terhadap total kredit PT. PQR Finance selama tahun 2006 ......................................................... 86
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Klasifikasi Risiko ........................................................................................ 10
2. Dimensi Risiko .......................................................................................... 12
3. Kerangka risiko kredit ............................................................................... 13
4. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen risiko kredit ..................... 17
5. Siklus manajemen risiko ............................................................................ 18
6. Kerangka pemikiran konseptual ................................................................. 27
7. Hubungan dampak dan probabilitas dalam pemeringkatan risiko ............. 31
8. Skema kredit dan business partner PT. PQR Finance ................................ 41
9. Perkembangan total aktiva PT. PQR Finance tahun 2004-2006 ………. .. 42
10. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria jumlah kredit Tahun 2007 di PT. PQR Finance ........................................ 45
11. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria harga sepeda motor tahun 2007 di PT. PQR Finance ......................................... 46
12. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria down payment tahun 2007 di PT. PQR Finance ................................................................ 47
13. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria usia konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance ....................................... 47
14. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria jangka waktu kredit tahun 2007 di PT. PQR Finance ..................................................... 48
15. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria pendapatan konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance ............................ 49
16. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria wilayah tahun 2007 di PT. PQR Finance ............................................................... 49
17. Persentase total exposure terhadap total kredit selama kurun waktu Januari 2005 sampai Februari 2007……….……………………………… 75
18. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2005................................. 77
19. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2006................................. 78
20. Persentase cadangan penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan terhadap total real loss tahun 2005-2006 .................................................................. 79
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar Istilah ............................................................................................... 92
2. Struktur Organisasi Kantor Pusat PT. PQR Finance ................................. 94
3. Struktur Organisasi Kantor Cabang PT. PQR Finance ............................... 95
4. Tabel Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit .................................. 96
5. Keterangan Indikator Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit ........... 97
6. Tabel Register Kuantitas Risiko Kredit .................................................... 99
7. Keterangan Indikator Register Kuantitas Risiko Kredit ............................. 100
8. Exposure Tahun 2005 dan 2006 ………………………………………… 102
9. Probability of Default Tahun 2005 dan 2006 ……………………………. 104
10. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 ………… 106
11. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 ………… 108
12. Proses Transaksi Kredit ..........…………………………………………… 110
13. Proses Penagihan Piutang ......................................................................... 111
14. Proses Remedial …………………………………………………………. 112
15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005 dan 2006 ………………………………………………………………… 113
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Keterpurukan ekonomi Indonesia sejak tahun 1998 menyebabkan
kurang berkembangnya berbagai sektor industri, tidak terkecuali sektor
industri keuangan. Tetapi pada perkembangannya, pertumbuhan lembaga
keuangan bukan bank (Non Bank Financial Institutions) selama periode
tahun 2000 hingga periode Maret 2007 mengindikasikan semakin
membaiknya perekonomian di Indonesia. Berdasarkan data statistik Bank
Indonesia (2007), persentase kontribusi lembaga keuangan bukan terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) pada harga berlaku mengalami peningkatan
dari rata-rata 0,60 persen (tahun 2000) menjadi 0,79 persen (Maret 2007).
Perkembangan ini menunjukkan perkembangan perusahaan pembiayaan.
Dalam kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006, pembiayaan
konsumen tumbuh rata-rata 19,22 persen per tahun. Tabel 1 menunjukkan
besarnya pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan dalam kurun waktu
tahun 1999 hingga September 2006.
Tabel 1. Besar pembiayaan berdasarkan jenis pembiayaan pada kurun waktu tahun 1999 hingga September 2006 (triliun rupiah)
Jenis Pembiayaan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sept 2006
Anjak Piutang 6,407 6,553 3,277 3,181 3,180 2,537 1,495 1,2Kartu kredit 0,337 0,403 0,796 1,147 0,809 1,526 1,848 1,5Pembiayaan konsumen
4,323 8,515 12,361 16,594 22,666 35,958 50,3 50,3
Sewa guna usaha 10,928 13,731 14,133 12,576 11,594 14,484 19,1 18,6Pembiayaan lainnya 0,236 0,189 0,276 0,439 0,79 0,392 0,2821 0,1Total Pembiayaan 22,231 29,391 30,845 33,937 38,328 54,897 73,025 71,7
Sumber : Statistik BI dalam Economic Review Journal, 2006
Di Indonesia, terdapat 132 perusahaan pembiayaan yang aktif
melakukan kegiatan usaha dari 230 perusahaan pembiayaan yang
memperoleh ijin dari Departemen Keuangan. Menurut Shinduwinata (2005),
jumlah lembaga pembiayaan non bank untuk kredit kendaraaan bermotor
mencapai 72 perusahaan. Berdasarkan data InfoBank (2005), dari segi asset
terdapat sepuluh besar perusahaan pembiayaan keuangan yang menguasai 62
2
persen asset dibandingkan dengan 132 perusahaan pembiayaan lainnya. Hal
ini menunjukkan ketatnya persaingan dalam industri pembiayaan. Salah satu
perusahaan pembiayaan sepeda motor yang memiliki total asset terbesar
yaitu PT. PQR Finance. Pada tahun 2004, PT. PQR Finance memiliki total
asset lima persen dari total asset perusahaan pembiayaan sebesar Rp 78,876
triliun dan menempatkannya dalam lima besar perusahaan pembiayaan
dengan total asset terbesar.
PT. PQR Finance merupakan perusahaan pembiayaan yang
berorientasi pada pembiayaan sepeda motor Honda. Dalam kurun waktu
tahun 2004 sampai tahun 2005, terjadi peningkatan jumlah pendapatan
pembiayaan konsumen sebesar 9,82 persen. Sedangkan, dalam kurun waktu
2005 sampai tahun 2006 terjadi penurunan yang signifikan sebesar 22,24
persen (PT. PQR Finance, 2007). Penurunan pendapatan pembiayaan
konsumen ini disebabkan persaingan dalam industri pembiayaan yang
semakin ketat dan menimbulkan potensi risiko bagi PT. PQR Finance.
Kemudahan dalam memperoleh pembiayaan untuk pembelian sepeda
motor dari perusahaan pembiayaan menjadi salah satu penyebab
peningkatan penjualan sepeda motor di Indonesia yang dapat menimbulkan
potensi risiko bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan, tidak terkecuali
dengan PT. PQR Finance. Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR
Finance dihadapkan pada berbagai aspek risiko yang dapat menimbulkan
potensi kerugian bagi perusahaan tersebut. Risiko yang sering dihadapi
perusahaan pembiayaan pada umumnya adalah risiko kredit.
Pada tahun 2002 sampai tahun 2006 terjadi peningkatan unit
pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance dengan rata-rata 33,87
persen (PT. PQR Finance, 2007). Dengan terjadinya peningkatan unit
pembiayaan ini, maka PT. PQR Finance dihadapkan pada tingkat risiko
kredit yang cukup tinggi apabila tidak dikelola dengan baik. Risiko kredit
terjadi ketika pemilik sepeda motor tidak mampu lagi membayar angsuran
kreditnya. Pada saat kredit macet, maka perusahaan akan menarik kembali
sepeda motor yang telah dibiayai dari konsumen dan kemudian akan dijual
kembali kepada dealer dengan harga yang lebih rendah dari harga awal.
3
Selisih harga tersebut dapat menjadi kerugian bagi perusahaan pembiayaan.
Pada tahun 2006, PT. PQR Finance memiliki 2.411.517 konsumen di 104
cabang di seluruh Indonesia. Hal ini mengindikasikan potensi risiko kredit
macet perusahaan pembiayaan ini menjadi semakin besar apabila tidak
dikelola dengan baik.
Tabel 2. Persentase penyisihan piutang ragu-ragu (loan loss provision) terhadap total asset tahun 2004 – 2006
Tahun Loan Loss Provision (ribuan rupiah)
Total Asset (ribuan rupiah)
Loan Loss Provision per Total Asset (%)
2004 254.521.290 8.735.276.672 2,91 2005 683.336.003 15.332.114.268 4,46 2006 680.334.121 10.488.284.625 6,49
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
Tabel 2 menunjukkan peningkatan persentase penyisihan piutang
ragu-ragu (loan loss provision) terhadap total asset PT. PQR Finance yaitu
dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun 2006).
Peningkatan persentase tersebut menunjukkan peningkatan tingkat risiko
kredit macet yang dihadapi PT. PQR Finance dalam kegiatan operasinya.
Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu ditunjang oleh kualitas
manajemen risiko kredit yang baik untuk meminimalisir potensi kerugian
yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Identifikasi dan analisis manajemen
risiko kredit sangat penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif
dalam perumusan strategi tata kelola risiko kredit. Penelitian ini
menunjukkan bagaimana kualitas manajemen dalam menghadapi kuantitas
risiko kredit PT. PQR Finance yang berpotensi menimbulkan kerugian.
1.2. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya risiko kredit
sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance ?
2. Seberapa besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda yang dihadapi
oleh PT. PQR Finance ?
3. Bagaimana pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko
kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance ?
4
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya
risiko kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance.
2. Menganalisis seberapa besar tingkat risiko kredit sepeda motor Honda
yang dihadapi oleh PT. PQR Finance.
3. Mengetahui pengelolaan dan pengendalian (program mitigasi) risiko
kredit sepeda motor Honda pada PT. PQR Finance.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan analisis
penulis. Penulis diharapkan mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan
yang didapatnya dengan hal-hal yang terjadi di perusahaan. Hasil
penelitian dapat digunakan sebagai bahan rujukan pada penelitian
selanjutnya apabila terjadi korelasi permasalahan yang saling terkait.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini berguna sebagai input alternatif untuk
melaksanakan strategi-strategi perusahaan terhadap berbagai
kemungkinan yang terjadi pada risiko kredit yang dihadapi sehingga
dapat meminimalisir kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan berkontribusi dalam memajukan pendidikan di
Indonesia terutama kalangan akademis dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PQR Finance. Analisis penelitian
terfokus pada identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit,
analisis risiko kredit sepeda motor Honda dan pengelolaannya. Penelitian ini
hanya membahas risiko kredit, sedangkan risiko operasional dan risiko pasar
tidak menjadi bahasan dalam penelitian. Penelitian ini hanya melihat dari
sudut pandang perusahaan. Penelitian ini tidak menganalisis faktor-faktor
yang menyebabkan konsumen gagal bayar. Perhitungan risiko kredit pada
penelitian ini tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga dan
tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang mempengaruhi kinerja
PT. PQR Finance.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kredit
2.1.1. Definisi Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere, artinya
kepercayaan dan kebenaran. Dalam pelaksanaan perkreditan, unsur
kepercayaan menyangkut karakter dari pemohon kredit. Oleh karena
itu, karakter pemohon kredit merupakan faktor yang
dipertimbangkan oleh pemberi kredit dalam pengambilan keputusan
kredit (Djinarto, 2000).
Menurut J.F Johnson dalam Djinarto (2000), kredit adalah
kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan memberi
janji untuk membayar pada tanggal tertentu di masa yang akan
datang. Menurut Kasmir (2004), kredit berarti memperoleh barang
dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau
memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di
kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan
perjanjian. Kredit dapat berbentuk barang atau uang. Kredit dalam
bentuk uang disebut pinjaman.
2.1.2. Jenis-Jenis Kredit
Menurut Kasmir (2004), jenis-jenis kredit dilihat dari berbagai
segi yaitu :
1. Segi Kegunaan
a. Kredit Investasi
Kredit investasi yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek atau pabrik baru di
mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif
lebih lama dan digunakan untuk kegiatan utama perusahaan.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan
produksi dalam operasionalnya. Kredit modal kerja memiliki
6
jangka waktu yang lebih pendek dibandingkan kredit
investasi.
2. Segi Tujuan
a. Kredit Produktif
Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha,
produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk
menghasilkan barang atau jasa.
b. Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai
secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan
barang dan jasa yang dihasilkan.
c. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk
kegiatan perdagangan dan untuk membeli barang dagangan
yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut. Kredit ini diberikan kepada pemasok atau
agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam
jumlah tertentu.
3. Segi Jangka Waktu
a. Kredit Jangka Pendek
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun. Kredit ini
dapat digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu
antara satu tahun sampai tiga tahun.
c. Kredit Jangka Panjang
Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu di
atas tiga tahun atau lima tahun.
4. Segi Jaminan
Maksud dari segi jaminan adalah setiap pemberian suatu fasilitas
kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat
7
berharga minimal senilai dengan nilai kredit yang diberikan.
Jenis kredit dilihat dari segi jaminan yaitu :
a. Kredit dengan jaminan
Kredit ini menggunakan jaminan dalam bentuk barang
berwujud atau tidak berwujud. Hal ini berarti setiap kredit
yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan calon debitur.
b. Kredit tanpa jaminan
Kredit ini diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu.
Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter
serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan
kreditur (bank) bersangkutan.
5. Segi Sektor Usaha
a. Kredit Pertanian
b. Kredit Peternakan
c. Kredit Industri
d. Kredit Pertambangan
e. Kredit Pendidikan
f. Kredit Profesi
g. Kredit Perumahan
h. Kredit Sektor Usaha Lainnya
2.2. Risiko
2.2.1. Definisi Risiko
Menurut Djohanputro (2004), risiko adalah ketidakpastian hasil
sebagai akibat keputusan atau situasi saat ini. Risiko merupakan
ukuran kuantitas atau ukuran empiris yang dapat mengukur
kemungkinan nilai suatu kejadian dengan fluktuasinya. Risiko
memiliki data pendukung (pengetahuan) mengenai kemungkinan
kejadian.
Tampubolon (2005) mendefinisikan risiko sebagai suatu
rentang (continuum) yang dapat bergerak ke arah ancaman dengan
dampak negatif, yaitu tidak tercapainya tujuan. Risiko juga dapat
8
bergerak ke arah ancaman dengan dampak positif yaitu tercapainya
tujuan yang ditetapkan disertai dengan berbagai tingkat
kemungkinan terjadinya ancaman maupun peluang tersebut.
Risiko didefinisikan sebagai kombinasi antara kemungkinan
suatu kejadian dengan konsekuensinya. Risiko berarti suatu potensial
kejadian-kejadian dan konsekuensi-konsekuensinya yang dapat
berupa kesempatan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan atau
ancaman untuk sukses (www.irm.com, 2002)
Vaughan dalam Darmawi (2004) mengemukakan beberapa
definisi risiko sebagai berikut:
1. Risiko adalah peluang kerugian (risk is the chance of loss)
Chance of loss dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan
di mana terdapat suatu keterbukaan terhadap kerugian atau
kemungkinan kerugian.
2. Risiko adalah kemungkinan kerugian (risk is the possibility of
loss)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa
berada di antara nol dan satu. Pengertian risiko ini tidak cocok
dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
3. Risiko adalah ketidakpastian (risk is uncertainty)
Risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertainty) yaitu
adanya risiko karena adanya ketidakpastian. Oleh karena itu,
risiko sama artinya dengan ketidakpastian.
2.2.2. Klasifikasi Risiko
Menurut Djohanputro (2004), risiko perusahaan atau risiko
korporat adalah fluktuasi dari exposure korporat sebagai akibat
keputusan atau kondisi saat ini. Besaran risiko korporat terkait
dengan ketidakpastian dari nilai perusahaan dan kekayaan pemegang
saham. Risiko korporat dapat dikategorikan ke dalam empat jenis
risiko, yaitu risiko keuangan, risiko operasional, risiko strategis, dan
risiko eksternalitas. Masing-masing kategori risiko tersebut terdiri
dari beberapa jenis risiko.
9
1. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah fluktuasi target keuangan atau ukuran
moneter perusahaan karena gejolak berbagai variabel makro.
Ukuran keuangan dapat berupa arus kas, laba perusahaan,
Economic Value Added (EVA), dan pertumbuhan penjualan.
Risiko keuangan terdiri atas empat jenis risiko, yaitu risiko
likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan, dan risiko pasar
(risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko
ekuitas).
2. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang
diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem. Risiko
operasional dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sumber
daya manusia, teknologi, sistem dan prosedur, kebijakan, serta
struktur organisasi. Risiko operasional dibagi menjadi lima
kategori risiko, yaitu risiko produktivitas, risiko teknologi, risiko
inovasi, risiko sistem, dan risiko proses.
3. Risiko Strategis
Risiko strategis adalah risiko yang dapat mempengaruhi exposure
korporat dan exposure strategis (terutama exposure keuangan)
sebagai akibat keputusan yang tidak strategis yang tidak sesuai
dengan lingkungan eksternal dan internal usaha. Risiko strategis
kemudian dibagi menjadi tiga jenis risiko, yaitu risiko usaha,
risiko transaksi strategis, dan risiko hubungan investor.
4. Risiko Eksternalitas
Risiko eksternalitas adalah potensi penyimpangan hasil pada
exposure korporat dan strategis, dan dapat memberikan dampak
pada potensi penutupan usaha. Risiko eksternalitas dapat dibagi
menjadi empat jenis risiko yaitu risiko reputasi, risiko
lingkungan, risiko sosial, dan risiko hukum.
10
Klasifikasi risiko perusahaan di atas dapat digambarkan dalam suatu
skema sebagai berikut :
Gambar 1. Klasifikasi risiko (Djohanputro, 2004)
Menurut Kountur (2004), risiko dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Sudut pandang manajer perusahaan
a. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko yang dihadapi perusahaan
yang dapat memberikan dua kemungkinan, yakni
kemungkinan merugikan dan kemungkinan menguntungkan.
Risiko Korporat
Risiko Keuangan
Risiko Operasional
Risiko Strategis
Risiko Eksternalitas
Risiko Pasar
Risiko Likuiditas
Risiko Kredit
Risiko Permodalan
Risiko SDM
Risiko Transaksi Strategis
Risiko Produktivitas
Risiko Teknologi
Risiko Inovasi
Risiko Sistem
Risiko Proses
Risiko Bisnis
Risiko Leverage Operasi
Risiko Hukum
Risiko Reputasi
Risiko Tingkat
Risiko Nilai Tukar
Risiko Lingkungan
Risiko Komoditas
Risiko Ekuitas
11
b. Risiko Murni
Risiko murni adalah risiko dimana tidak ada kemungkinan
yang menguntungkan dan hanya kemungkinan yang
merugikan.
2. Sumber penyebab risiko
a. Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-
faktor ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga,
tingkat bunga dan mata uang.
b. Risiko Operasional
Risiko operasional adalah semua risiko yang tidak masuk
pada kelompok risiko keuangan. Risiko operasional
disebabkan oleh faktor manusia, alam, dan teknologi.
2.3. Risiko Kredit
2.3.1. Definisi Risiko Kredit
Menurut Coyle (2000), risiko kredit adalah suatu kerugian yang
berpotensi menimbulkan penolakan atau ketidakmampuan konsumen
kredit untuk membayar hutangnya secara penuh dan tepat waktu.
Djohanputro (2004), mendefinisikan risiko kredit sebagai risiko
dimana debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat membayar
utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan,
atau turunnya kualitas debitur atau pembeli sehingga persepsi
mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Tampubolon
(2005), mendefinisikan risiko kredit sebagai exposure yang ada atau
yang potensial mengancam penghasilan dan modal perusahaan, yang
timbul karena kegagalan debitur (obligor) untuk memenuhi syarat
yang tertuang dalam kontrak dengan perusahaan sebagaimana yang
telah diperjanjikan.
2.3.2. Dimensi Risiko Kredit
Ukuran nilai suatu risiko kredit terdiri dari faktor kuantitas
exposure kredit dan kualitas exposure kredit. Kuantitas exposure
12
kredit tercermin dalam besarnya pinjaman. Semakin besar pinjaman
maka semakin besar juga tingkat exposure kredit. Kualitas exposure
kredit tercermin oleh kemungkinan gagal bayar dari debitur atau
pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh
debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan maka
semakin rendah kualitas kredit dan semakin tinggi risiko kredit yang
dihadapi (Djohanputro, 2004). Ukuran nilai suatu risiko kredit
tercermin dalam dimensi risiko yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Dimensi risiko (Djohanputro, 2004)
Kuantitas dan kualitas risiko kredit tercermin dalam kerangka
risiko kredit pada Gambar 3. Penyebab gagal bayar pada risiko kredit
yaitu kebangkrutan nasabah dan kesulitan keuangan yang dihadapi
nasabah. Apabila nasabah berada pada ambang batas kriteria
kesehatan tidak dipenuhi maka memiliki potensi gagal bayar dan
menurunkan peringkat nasabah. Penurunan peringkat nasabah
disebabkan penurunan kinerja nasabah. Kelemahan kontrak kredit
menyebabkan pelanggaran kontrak kredit dan berpotensi dalam
meningkatkan risiko kredit.
Exposure Kredit
Probabilitas Gagal Bayar
Kualitas Jaminan
Probabilitas Likuidasi Jaminan
Kualitas Risiko Kredit
Kuantitas Risiko Kredit
Dimensi Risiko
13
Gambar 3. Kerangka risiko kredit (Djohanputro, 2004)
2.3.3. Bentuk dan Jenis Risiko Kredit
Menurut Djohanputro (2004), ada tiga jenis risiko dalam risiko
kredit yaitu :
1. Risiko Gagal Bayar
Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal
bayar pada periode tertentu. Untuk mengukur probabilitas gagal
bayar, perusahaan dapat melakukan pemeringkatan (rating).
2. Risiko Exposure
Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada besarnya
kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Bagi perbankan,
kredit merupakan komitmen dalam bentuk line of credit yang
termasuk bagian dari exposure. Bagi perusahaan perdagangan,
besarnya transaksi secara kredit merupakan besarnya eksposur.
Jenis-jenis status kredit yang berimplikasi terhadap besarnya
exposure, yaitu :
a. Kesepakatan transaksi yang dapat dikembalikan (revocable),
perusahaan dapat membatalkan transaksi tanpa menunggu
kesepakatan dari konsumen. Perusahaan dalam hal ini
mengidentifikasi adanya risiko gagal bayar dari konsumen
maka dilakukan pembatalan.
b. Kesepakatan bersifat irrevocable, perusahaan tidak dapat
membatalkan kesepakatan secara sepihak kecuali berdasarkan
kesepakatan kedua pihak.
Kebangkrutan nasabah
Kesulitan keuangan nasabah
Ambang batas kriteria kesehatan tidak dipenuhi
Penurunan kinerja nasabah
Kelemahan kontrak kredit
Gagal bayar
Potensi gagal bayar
Penurunan peringkat nasabah
Pelanggaran kontrak
Potensi pelanggaran kontrak
Risiko Kredit
14
c. Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian. Hal
ini terjadi apabila konsumen sudah mentransfer pembayaran
sedangkan perusahaan belum menerima pembayaran tersebut.
d. Status terselesaikan (settled). Hal ini terjadi apabila uang
pembayaran telah masuk ke dalam rekening perusahaan.
e. Status gagal (failed). Hal ini terjadi pada saat ditetapkan,
konsumen dinyatakan gagal bayar.
3. Risiko Recovery
Risiko recovery berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari
konsumen. Tingkat recovery adalah sejauh mana perusahaan
dapat tetap mengupayakan agar nilai kredit dengan status gagal
bayar tersebut dapat diupayakan berapapun nilai nominal yang
dapat diperoleh. Semakin kecil kemungkinan perolehan dari
kredit macet, semakin besar risiko recovery. Semakin kecil risiko
yang terkait dengan jaminan dan eksekusinya, semakin kecil
risiko recovery dan semakin besar tingkat recovery. Risiko
recovery dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan
recovery dari kredit macet. Risiko-risiko yang merupakan bagian
dari risiko recovery yaitu :
a. Risiko jaminan
Risiko ini terkait dengan kejelasan status hukum jaminan,
fluktuasi nilai likuidasi jaminan dan kemudahan eksekusi.
b. Risiko jaminan pihak ketiga
Selain jaminan dalam bentuk asset, ada jaminan berupa
kepercayaan. Jaminan ini memiliki kegagalan eksekusi yang
sangat tinggi.
c. Risiko hukum
Risiko ini berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan
mengubah kontrak dan status pinjaman untuk
mengakomodasikan kepentingan dan kemampuan perusahaan
dan debitur. Perubahan kontrak berupa reschedule pinjaman,
pemotongan pinjaman, dan penukaran pinjaman menjadi
15
setoran modal (debt to equity swap). Kegagalan untuk
melakukan renegosiasi menyebabkan tindakan hukum harus
ditempuh.
Menurut Djohanputro (2004), model pemeringkatan yang
umum digunakan yaitu 5C yang meliputi :
a. Character
Karakter (character) berkaitan dengan perilaku calon debitur
atau pembeli secara kredit mengenai keinginan untuk membayar
dan memenuhi kewajiban. Perusahaan menggunakan data masa
lalu mengenai track record calon debitur. Karakter dapat
dikaitkan dengan pelanggaran moral (moral hazard), yaitu
kecenderungan seseorang dengan sengaja menyimpangkan
wewenang dan kemampuan untuk kepentingan pribadi dengan
mengorbankan kepentingan orang lain dan menggunakan
kemampuan atau kekayaan orang lain.
b. Capacity
Kapasitas (capacity) menunjukkan kemampuan calon debitur
atau pembeli secara kredit untuk membayar kewajiban pinjam
meminjam. Potensi pembayaran kewajiban debitur dapat dilihat
dari laporan keuangan historis dan kinerja berupa proforma arus
kas, neraca dan laba rugi. Rasio lancar, rasio kas dan rasio
efisiensi dapat menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban.
c. Capital
Modal (capital) ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman
dan modal sendiri (ekuitas).
d. Collateral
Jaminan (collateral) merupakan piranti pengaman pinjaman yang
terakhir. Jaminan akan dieksekusi apabila debitur atau pembeli
secara kredit menyatakan tidak dapat membayar dan pinjaman
tidak mungkin direstrukturisasi. Perusahaan kreditur perlu
memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan kredit
16
karena faktor status hukum jaminan, nilai jaminan terhadap
kewajiban, kemudahan likuidasi jaminan.
e. Condition
Kondisi (condition) mengacu kepada kondisi eksternal
perusahaan yang mempengaruhi kelangsungan perusahaan.
Kondisi perusahaan berupa kondisi makro (ekonomi, politik,
selera konsumen, dan lingkungan) dan intervensi pihak
berkepentingan (stakeholders).
Menurut Coyle (2000), pendekatan pemberian pinjaman yang
digunakan yaitu CAMPARI ICE yang meliputi :
a. Character
Karakter peminjam selalu menjadi faktor utama dalam setiap
keputusan pemberian pinjaman. Integritas dan kejujuran bukan
merupakan satu-satunya aspek karakter yang harus
dipertimbangkan. Karakter peminjam dapat dianalisis melalui
latar belakang atau catatan masa lalu peminjam dan wawancara
pribadi.
b. Ability
Ability mengacu pada konteks apakah debitur memiliki
kemampuan untuk membayar dan berkaitan pada apakah debitur
memiliki kelayakan untuk memperoleh kredit.
c. Means
Means berarti kapasitas dimana debitur memiliki kemampuan
teknis, manajerial dan kemampuan keuangan yang baik.
d. Purpose
Tujuan debitur dalam permohonan kredit harus jelas dan dapat
diterima. Perusahaan atau lembaga pembiayaan sebaiknya tidak
memberikan pinjaman jika tidak mengetahui tujuan penggunaan
kredit.
e. Amount of loans
Jumlah kredit (amount of loans) sebaiknya konsisten terhadap
tujuan penggunaan kredit.
17
f. Repayment
Sumber pembayaran kembali harus dapat diketahui sebelum
permohonan kredit disetujui. Kemampuan untuk membayar
kembali penting dan membuktikan kemampuan keuangan yang
baik dari debitur.
g. Insurance
Insurance bagi debitur merupakan sarana pengaman kredit, yaitu
dalam hal ini dapat berupa jaminan kredit. Jaminan merupakan
suatu hal yang penting dalam keputusan pemberian pinjaman.
h. Interest, Commission dan Extras
Kebijakan pemberian kredit pada bank atau lembaga
pembiayaan memperlakukan tingkat bunga untuk setiap jenis
debitur dan kredit. Tingkat suku bunga ini digunakan untuk
menjamin risiko kredit. Komisi ditujukan untuk biaya-biaya
yang mungkin dikumpulkan sebagai hasil dari transaksi kredit.
Extras berarti biaya-biaya lain yang digunakan dalam transaksi
kredit.
Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen risiko kredit
dicerminkan pada Gambar 4. Loss Given Default (LGD) merupakan
jumlah kerugian pada saat terjadinya gagal bayar dikurangi dengan
jaminan yang ada. Kerugian yang diharapkan dan kerugian yang
tidak diharapkan oleh perusahaan diukur berdasarkan deviasi normal
dan konsep Value at Risk (Wibowo, 2004).
Gambar 4. Kerangka risiko kredit berdasarkan komponen risiko kredit (Wibowo, 2004)
Risiko Gagal Bayar Risiko Recovery Risiko Exposure
Expected and Unexpected Loss
Loss Given Default
Kebijakan perusahaan
18
2.4. Manajemen Risiko
2.4.1. Definisi Manajemen Risiko
Menurut Kountur (2004), manajemen risiko adalah cara-cara
yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan
yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen risiko
dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur dan menangani risiko-
risiko yang dihadapi perusahaan.
Tampubolon (2004) mendefinisikan manajemen risiko sebagai
paradigma baru berupa tata kelola organisasi yang tidak bersifat
statis (lentur) agar mampu menanggapi risiko usaha yang terus
berkembang sejalan dengan perubahan yang terjadi. Djohanputro
(2004), mendefinisikan manajemen risiko korporat terintegrasi
merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,
mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan
risiko dan dalam memonitor serta mengendalikan penanganan risiko.
Secara lebih spesifik, Lam (2003) mendefinisikan manajemen risiko
kredit sebagai proses yang berkenaan dengan identifikasi,
mengkuantifikasi, mengawasi, dan mengendalikan risiko kredit,
transaksi kredit dan tingkat portofolio kredit.
2.4.2. Siklus Manajemen Risiko
Menurut Djohanputro (2004), siklus manajemen risiko terdiri
dari lima tahap sesuai dengan Gambar 5.
Keterangan :
Gambar 5. Siklus manajemen risiko (Djohanputro, 2004)
Identifikasi risiko
Pengukuran risiko
Pemetaan risiko Model pengelolaan risko
Pengawasan dan pengendalian risiko
Evaluasi pihak berkepentingan
Hubungan Langsung Hubungan Tidak Langsung
19
Tahap 1. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh
perusahaan. Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah
dengan melakukan analisis pihak berkepentigan (stakeholders).
Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie, yaitu shared
value, strategy, structure, staff, skills, system dan style.
Tahap 2. Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu kuantitas risiko
dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak
nilai atau eksposure yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko
terkait dengan kemungkinan suatu risiko terjadi. Semakin tinggi
kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya.
Tahap 3. Pemetaan Risiko
Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Penetapan prioritas
disebabkan karena keterbatasan sumber daya untuk menghadapi
semua risiko. Pemetaan bertujuan untuk memilah-milah risiko yang
mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai
perusahaan bila dikelola.
Tahap 4. Model Pengelolaan Risiko
Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa
pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan
struktur organisasi pengelolaan.
Tahap 5. Monitor dan Pengendalian
Monitor dan pengendalian penting dilaksanakan karena :
1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan
risiko berjalan sesuai dengan rencana.
2. Manajemen perlu memastikan model pengelolaan risiko cukup
efektif, artinya model yang diterapkan sesuai dan mencapai
tujuan pengelolaan risiko.
20
3. Risiko itu sendiri berkembang. Monitor dan pengendalian
bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap
kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko.
Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang
otomatis pada perubahan prioritas risiko.
Menurut Tampubolon (2005), proses manajemen risiko yang
menjadi tanggung jawab manajer risiko sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi risiko dengan menggunakan alat seperti risk
workshop, scenario, dan risk assesment.
2. Mengelompokkan risiko berdasarkan kategorinya.
3. Mengukur risiko.
4. Menilai dan mengukur pengendalian.
5. Mitigasi risiko berupa program pengarah untuk menghilangkan,
mengurangi, menetapkan atau justru meningkatkan risiko yang
ada.
6. Memantau risiko dengan menetapkan frekuensi pemantauan
berdasarkan tinggi rendahnya risiko yang ada.
2.5. Analisis Internal Risiko Kredit
Menurut Lam (2003), analisis internal risiko kredit atau model
portofolio kredit digunakan untuk mengukur risiko kredit dari exposure
individual dan menghitung besarnya kerugian yang dihadapi. Analisis
internal risiko kredit terdiri dari beberapa model, antara lain :
1. Financial Models, terdiri dari The RiskMetric Group’s dan KMV’s
Portofolio Manager yang mengacu pada analisis terhadap struktur
modal. Analisis pada model ini berdasarkan pada kemungkinan tingkat
kegagalan debitur (peminjam) yang ditinjau dari nilai asset. Model ini
digunakan untuk menganalisis nilai foreign currency swaps dan option
pricing .
2. Econometric Model, yaitu McKinsey and Company’s
CreditPortofolioView yang mengukur tingkat kegagalan (default rate)
untuk debitur individu atau kelompok dengan memperhitungkan
perilaku variabel makroekonomi.
21
3. Actuarial Model, yaitu CreditRisk+ Model. CreditRisk+ Model didasari
oleh pendekatan portofolio untuk membentuk pola risiko kegagalan
kredit dari informasi jumlah exposure dan kualitas kredit. Pengukuran
CreditRisk+ Model menggunakan recovery rates, tingkat gagal bayar
(default rates), dan volatilitas gagal bayar (default rates volatilities).
Metode CreditRisk+ adalah model credit default risk yang berarti tidak
mengasumsikan penyebab terjadinya gagal bayar (default). Metode
CreditRisk+ bersifat default model yang berarti semua portofolio
exposure menunjukkan risiko gagal bayar kredit konsumen. Metode
CreditRisk+ diperkenalkan oleh Credit Suisse Group Boston pada
Desember 1996. Model ini bisa diterapkan untuk menghitung risiko
kredit, dimana distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan
oleh frekuensi dari default kredit (frequency of event) dan nilai dari
kredit yang gagal (severity of loan losses).
2.6. Lembaga Pembiayaan
Jenis usaha pembiayaan (multifinance) terdiri dari sewa guna usaha,
modal ventura, perdagangan surat berharga, anjak piutang, usaha kartu
kredit dan pembiayaan konsumen melalui SK Menteri Keuangan
No.84/PMK.012/2006 Bab II Pasal 2 tentang kegiatan usaha perusahaan
pembiayaan. Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006
(2006), lembaga pembiayaan (multifinance) adalah badan usaha yang
melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga
pembiayaan dapat dilakukan oleh Bank, Lembaga Keuangan bukan Bank
dan Perusahaan pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di
luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga
Pembiayaan. Perusahaan pembiayaan melakukan kegiatan yang meliputi :
a. Sewa Guna Usaha
Sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating
22
lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran. Finance lease
adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha pada
akhir masa konrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna
usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati bersama. Operating lease
adalah kegiatan sewa guna usaha dimana penyewa guna usaha tidak
mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna. Sepanjang
perjanjian sewa guna usaha masih berlaku, hak milik atas barang moda
objek transaksi sewa guna usaha berada pada perusahaan sewa guna
usaha.
b. Modal Ventura
Perusahaan modal ventura (venture capital company) adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal
ke dalam suatu perusahaan pasangan usaha (investee company) untuk
jangka waktu tertentu. Penyertaan modal dalam setiap perusahaan
pasangan usaha bersifat sementara dan tidak dapat melebihi jangka
waktu sepuluh tahun.
c. Perdagangan Surat Berharga
Perusahaan perdagangan surat berharga (securities company) adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan surat berharga.
d. Anjak Piutang
Perusahaan anjak piutang (factoring company) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
e. Usaha Kartu Kredit
Perusahaan kartu kredit (credit card company) adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan pembiayaan untuk membeli barang dan jasa dengan
menggunakan kartu kredit. Pemegang kartu kredit adalah nasabah yang
mendapat pembiayaan dari perusahaan kartu kredit.
23
f. Pembiayaan Konsumen
Perusahaan pembiayaan konsumen (consumers finance company) adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem pembayaran
angsuran atau berkala oleh konsumen.
Perusahaan pembiayaan dapat melakukan lebih dari satu kegiatan
pembiayaan. Perusahaan pembiayaan dapat berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) atau koperasi. Perusahaan pembiayaan dilarang menarik dana secara
langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan Surat
Sanggup Bayar (Promissory Note). Perusahaan pembiayaan hanya dapat
menerbitkan Surat Sanggup Bayar sebagai jaminan atas hutang kepada bank
yang menjadi krediturnya (www.pajak.go.id, 2006).
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Olof (2006) meneliti mengenai penerapan metode CreditRisk+ dalam
pengukuran risiko kredit pada pembiayaan kendaraan bermotor (studi kasus
pada PT. XYZ). Metode CreditRisk+ sesuai untuk mengukur risiko kredit
kendaraan bermotor serta cukup efektif dan praktis dalam penerapannya
karena hanya memerlukan data internal berupa jumlah unit kendaraan,
jumlah exposure, kolektabilitas dan recovery rate. Tahapan-tahapan
CreditRisk+ yaitu pengumpulan data debitur, penyusunan band, penyusunan
exposure default per band, pengukuran recovery rate, pengukuran severity
loss (Loss Given Default), pengukuran probability of default dan
cummulative probability of default, pengukuran expected dan unexpected
loss, pengukuran economic capital, backtesting, dan pengujian validitas.
Data LGD yang diperoleh dibagi menjadi tiga band yaitu Rp 1.000.000,00 ;
Rp 10.000.000,00 dan Rp 100.000.000,00.
Iqbal (2007) melakukan penelitian mengenai analisis risiko
pembiayaan syariah dengan menggunakan metode CreditRisk+ pada BMT
Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Metode CreditRisk+ dapat dijadikan sebagai alat penghitungan alternatif
dalam mengestimasi risiko pembiayaan. Hasil penghitungan dengan metode
CreditRisk+ Portofolio dapat menjadi informasi yang berguna sebagai
24
evaluasi apakah risiko pembiayaan mampu ditanggung oleh keadaan
keuangan perusahaan dan sebagai estimasi potensi kerugian yang akan
dihadapi pada periode berikutnya. Hasil pengujian validasi melalui
backtesting memperoleh hasil bahwa potensi kerugian memiliki selisih
sebesar Rp 7.663.805,65 dibandingkan dengan real loss Desember 2004
atau terjadi deviasi sekitar 4,41 persen. Hasil validasi menunjukkan bahwa
metode CreditRisk+ Portofolio sesuai untuk mengukur risiko pembiayaan
syariah pada BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu. Total potensi
kerugian untuk Bulan Desember 2004 dari 522 debitur berdasarkan
penghitungan sebesar Rp 181.350.000,00 atau 8,09 persen dari total
pembiayaan sebesar Rp 2.242.711.600,00. Strategi mitigasi dan pengelolaan
risiko atas kerugian yang mungkin terjadi antara lain adalah (1). Pemberian
pembiayaan kepada debitur di semua sektor ekonomi; (2). Penanganan
portofolio bemasalah melalui penjadwalan ulang pembiayaan, restukturisasi
atau penghapusan piutang; (3). Penggunaan metode CreditRisk+ Portofolio
untuk menghitung estimasi risiko pembiyaan satu bulan mendatang; (4).
Membentuk cadangan penghapusan piutang yang berasal dari kas sebesar
Rp 181.350.000,00 untuk bulan Desember 2004 dan modal ekonomi unrtuk
risiko yang berasal dari modal sebesar Rp. 45.073.668,50.
25
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Perkembangan perekonomian Indonesia selama beberapa tahun
terakhir memberikan dampak yang positif bagi perusahaan pembiayaan,
tidak terkecuali PT. PQR Finance. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006
terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR Finance
dengan rata-rata 55,34 persen (PT. PQR Finance, 2007). Perkembangan
positif yang diraih PT. PQR Finance telah sesuai dengan visi dan misi
perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, PT. PQR Finance dihadapkan
pada potensi risiko yang mempengaruhi kinerjanya. Risiko yang dihadapi
oleh PT. PQR Finance berasal dari internal dan eksternal perusahaan.
Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor, PT. PQR Finance
dihadapkan pada risiko kredit. Peningkatan persentase penyisihan
penghapusan piutang (loan loss provision) terhadap total asset PT. PQR
Finance yaitu dari 2,91 persen (tahun 2004) menjadi 6,49 persen (tahun
2006) mengindikasikan peningkatan kerugian yang diakibatkan
meningkatnya risiko kredit. Persentase tersebut mengindikasikan
peningkatan penghapusan piutang ragu-ragu PT. PQR Finance. Hal tersebut
disertai dengan peningkatan jumlah konsumen pembiayaan sepeda motor
Honda yang dapat menimbulkan potensi risiko kredit macet apabila tidak
dikelola dengan baik. Peningkatan risiko kredit macet tersebut perlu
ditunjang oleh kualitas manajemen risiko kredit yang baik untuk
meminimalisir potensi kerugian yang dihadapi oleh PT. PQR Finance.
Identifikasi dan analisis manajemen risiko kredit sangat penting dan berguna
sebagai salah satu input alternatif dalam perumusan strategi tata kelola risiko
kredit. Risiko kredit yang dihadapi perusahaan meliputi risiko gagal bayar,
risiko exposure dan risiko recovery. Besarnya risiko kredit tercermin dalam
dimensi risiko kredit yaitu kuantitas risiko kredit dan kualitas risiko kredit.
Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar
pada periode tertentu. Risiko exposure merupakan risiko yang melekat pada
besarnya kredit yang menghadapi risiko gagal bayar. Risiko recovery
26
berkaitan dengan terjadinya gagal bayar dari konsumen. Semakin kecil
kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin kecil recovery rates
(Lampiran 1). Risiko recovery dinyatakan dalam bentuk persentase
kemungkinan recovery dari kredit macet.
Manajemen risiko merupakan suatu proses terstruktur dan sistematis
dalam mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko
yang timbul dalam kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari
kerugian yang lebih besar. Pada proses identifikasi diharapkan akan
teridentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR
Finance. Analisis rasio dilakukan untuk mengetahui kinerja perusahaan
terhadap risiko dari suatu kegiatan usaha. Setelah mengetahui kinerja
keuangan PT. PQR Finance maka dilakukan analisis kualitas dan kuantitas
manajemen risiko kredit terhadap PT. PQR Finance.
Pengukuran risiko kredit yang mencerminkan kualitas dan kuantitas
risiko kredit dilakukan menggunakan metode analisis dampak dan
kemungkinan terjadinya risiko dan metode CreditRisk+. Analisis dampak
dan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan tabel register risiko. Pada
analisis ini dapat diketahui bagaimana kualitas manajemen kredit PT. PQR
Finance dalam mengelola kuantitas risiko kredit yang dihadapi. Analisis
CreditRisk+ berdasarkan data-data historis perusahaan seperti data
Performance Loan, Non Performance Loan (Lampiran 1), exposure per
kelompok konsumen, kolektabilitas dan recovery rate selama kurun waktu
tahun 2005 sampai tahun 2006.
Pada tahap terakhir proses manajemen risiko kredit, diketahui
pengelolaan dan pengendalian risiko kredit di PT. PQR Finance. Pada
akhirnya, dapat diketahui sejumlah modal yang efisien untuk dapat
menutupi dan meminimalisir kerugian dari risiko kredit sebagai input
alternatif bagi PT. PQR Finance dalam rangka peningkatan kinerja
perusahaan dan menurunkan tingkat kerugian perusahaan. Adapun kerangka
pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat digambarkan pada Gambar 6.
27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat PT. PQR Finance yang
berlokasi di Jakarta. Waktu penelitian dimulai dari bulan April 2007 sampai
dengan Juni 2007.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui pengamatan, pencatatan, pengumpulan
data dan wawancara langsung dengan enam staf ahli yang terkait dengan
bidang penelitian. Pengamatan dilakukan langsung di tempat penelitian
dengan mengamati proses kredit di Departemen Kredit. Sedangkan
Peningkatan Loan Loss Provision per Total Asset
Visi dan Misi PT. PQR Finance
Risiko Kredit
Kualitas Risiko Kuantitas Risiko
Pengukuran Risiko
Analisis Dampak dan Probabilitas
Credit Risk+ Model
Faktor-Faktor Risiko Kredit
Dimensi Risiko
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit (Mitigasi Risiko)
Gambar 6. Kerangka pemikiran konseptual
28
wawancara dilakukan terhadap enam staf bagian Risk Portofolio
Division dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian di PT. PQR
Finance.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui data historis PT. PQR Finance, studi
literatur, koran, majalah, laporan penelitian dan publikasi elektronik.
Jenis data sekunder yang digunakan adalah laporan keuangan dan
laporan portofolio risiko PT. PQR Finance tahun 2004 hingga tahun
2006 dan bahan-bahan penunjang yang terkait dengan penelitian.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Pengolahan secara kualitatif dilakukan dengan mengkaji konsep
manajemen risiko kredit PT. PQR Finance berdasarkan teori-teori serta
prinsip-prinsip yang telah berkembang. Metode kualitatif digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko kredit dan menganalisis pengelolaan
serta pengendalian risiko kredit oleh PT. PQR Finance. Metode kualitatif
juga digunakan untuk mengukur kualitas manajemen risiko kredit PT. PQR
Finance. Metode kuantitatif digunakan untuk mengukur risiko kredit yang
dihadapi oleh PT. PQR Finance. Analisis kuantitatif risiko kredit
menggunakan konsep analisis rasio keuangan, penilaian risiko dengan tabel
register kuantitas risiko kredit dan CreditRisk+. Semua data diolah dengan
menggunakan software spreadsheet CreditRisk+ CSFB Microsoft Excel dan
Minitab 14.
3.4.1. Analisis Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2004), analisis rasio-rasio keuangan diantaranya :
a. Gross Return on Assets (Gross ROA)
Gross Return on Assets = Earning Before Taxes……………......1 Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan asset sebelum
dikurangi pajak (earning before taxes).
29
b. Net Return on Assets (Net ROA)
Net Return on Assets (Net ROA) = Earning After Tax (EAT)......2 Total Assets
Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memperoleh profitabilitas dan efesiensi secara keseluruhan
setelah dikurangi pajak (earning after taxes).
c. Return On Equity (ROE)
Return On Equity (ROE) = Earning After Tax (EAT)..................3 Equity Capital
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
perusahaan pembiayaan dalam mengelola modal (equity capital)
yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan bersih.
d. Primary Ratio
Primary Ratio= Equity Capital....................................................4 Total Asset
Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana penurunan
yang terjadi dalam total asset dapat tertutupi oleh modal usaha.
e. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin = Net income ..............................5 Earning Before Tax
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan pendapatan bersih (net income) dari kegiatan
operasi perusahaan.
Menurut Muljono (2001), analisis rasio-rasio keuangan perkreditan
antara lain :
a. Rasio Risiko Kredit (Credit Risk Ratio)
Credit Risk Ratio = Bad Debts.....................................................6 Total loans Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi dana likuiditasnya dengan mengadakan pergeseran
atau penarikan kredit macet (bad debts) terhadap total kredit
(total loans) untuk memenuhi permintaan kredit lain.
b. Rasio Modal (Capital Ratio)
Capital Ratio = Equity Capital + Loan Loss Provision...............7 Total Loans
30
Rasio ini untuk mengukur kemampuan permodalan (equity
capital) dan cadangan konsumen gagal bayar dalam menghadapi
kemungkinan kegagalan dalam pemberian kredit. Loan loss
provision merupakan penyisihan piutang ragu-ragu.
c. Tingkat Pengembalian Kredit (Rate of Return on Loans)
Rate of Return on Loans = Interest and Fees on Loans...............8 Total Loans
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga
kredit (interest and fees on loans) terhadap jumlah kredit yang
dicairkan.
d. Interest Margin
Interest Margin = Interest Income – Interest Expense................9 Total Loans Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan bunga
bersih dibandingkan total kredit yang dicairkan.
3.4.2. Analisis Dampak dan Probabilitas
A. Register Risiko
Tabel register risiko digunakan untuk menganalisis
kualitas dan kuantitas manajemen risiko kredit yang diterapkan
oleh PT. PQR Finance. Indikator-indikator mengenai risiko
kredit terkait dengan sumber risiko kredit yang terjadi. Tabel
register risiko dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Register risiko Sumber Risiko
Pernyataan Mengenai Risiko
Taksiran Potensi Dampak Risiko (H-M-L)
Taksiran Potensi Terjadi Risiko (H-M-L)
Nilai Risiko
... ... ... ... ...
Keterangan : high (H), moderate (M), low (L) Sumber : Tampubolon, 2005
Tabel register risiko di atas diberi penilaian terhadap risiko
berdasarkan analisis dampak dan kemungkinan terjadinya risiko.
Nilai risiko yang diberikan berdasarkan dampak risiko dan
kemungkinan terjadinya risiko di PT. PQR Finance. Penilaian
31
risiko yang berdasarkan dampak risiko dan kemungkinan
terjadinya risiko dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penilaian risiko Dampak risiko Kemungkinan terjadi
risiko (probability) Nilai
Risiko Mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai semua atau sebagian sasaran dan tujuan dalam jangka panjang
Hampir pasti (75%)
Tinggi (High)
Mencegah organisasi memenuhi tujuannya untuk periode tertentu saja
Mungkin (25% – 75%)
Sedang (Moderate)
Menyebabkan sedikit ketidaknyamanan tapi tidak terlalu berpengaruh pada pencapaian tujuan
Kemungkinan kecil (25%)
Rendah (Low)
Sumber : Tampubolon, 2005
Penilaian terhadap potensi dampak risiko dan potensi
terjadinya risiko diakumulasi menjadi suatu penilaian risiko
dengan menggunakan angka. Risiko dianalisis secara subyektif
dan diberi nilai mulai dari angka 1 sampai dengan 10. Semakin
tinggi potensi dampak risiko dan potensi terjadinya risiko maka
semakin tinggi penilaian terhadap risiko. Gambar 7 dapat
memberi pedoman mengenai risiko yang masih dapat diterima,
memerlukan pengelolaan yang secukupnya atau harus dikelola
dengan menggunakan program mitigasi yang lebih ketat.
Sedang
(5)
Cukup tinggi
(8)
Sangat tinggi
(10)
Rendah
(2)
Sedang
(6)
Cukup tinggi
(9)
P R High (5) O B A B Moderate (3) I L I Low (1) T Y
Rendah
(1)
Rendah
(3)
Sedang
(7)
Low (1) Moderate (3) High (5) DAMPAK RISIKO YANG DIIDENTIFIKASI
Gambar 7. Hubungan dampak dan probabilitas dalam pemeringkatan risiko (Tampubolon, 2005)
32
Penilaian hasil akhir untuk tabel kuantitas risiko kredit
menggunakan skala dampak dan probabilitas dengan
menghitung rata-rata nilai risiko yang disesuaikan dengan
judgement ahli (Risk Portofolio Division PT. PQR Finance).
Nilai rata-rata kuantitas risiko kredit merupakan perbandingan
antara jumlah nilai risiko terhadap sumber risiko. Menurut
Tampubolon (2005), skala dampak dan probabilitas pada
Gambar 7 dibagi menjadi rendah (1-3), moderate (4-7), tinggi
(9-10). Penilaian hasil akhir untuk tabel kualitas manajemen
risiko kredit diberi bobot melalui judgement ahli kemudian total
akhir dijumlahkan dengan nilai akhir lemah (weak) untuk
rentang 100-200, memuaskan (satisfactory) untuk rentang 210-
390, dan kuat (strong) untuk rentang 400-500.
Tabel register risiko yang mengukur kualitas dari
manajemen risiko kredit dan kuantitas risiko kredit kemudian
dinyatakan dalam suatu Aggregate Risk Matrix. Tabel 5
menunjukkan bagaimana manajemen risiko yang diterapkan
untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko yang
dihadapi PT. PQR Finance.
Tabel 5. Aggregate risk matrix Quality of Risk Management
Quantity of Risk
Low Moderate High Weak Low to
Moderate Moderate to High
High
Satisfactory Low Moderate Moderate to High
Strong Low Low to Moderate
Moderate
Sumber : Tampubolon, 2005
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2005), pengujian validitas atau
keabsahan data yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif,
antara lain adalah :
33
1. Perpanjangan pengamatan
Melalui perpanjangan pengamatan, peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara kembali
dengan sumber data yang pernah ditemui atau sumber data
yang baru.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan dilakukan dengan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali mengenai apakah data yang
telah ditemukan tersebut salah atau tidak dan peneliti juga
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis
tentang objek yang diamati melalui peningkatan ketekunan.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi terdiri
atas triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu. Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini
merupakan triangulasi teknik melalui wawancara dan tabel
register.
4. Diskusi
Melakukan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait yaitu
dengan staf Risk Portofolio Division PT. PQR Finance.
5. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang
diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari member
check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi
data, maka data tersebut semakin valid dan kredibel.
34
3.4.3. Metode CreditRisk+
Menurut Marisson dalam Winarni (2004), manfaat kuantifikasi risiko
kredit yaitu :
1. Supporting origination decision
Kuantifikasi risiko berfungsi untuk membantu keputusan
penyaluran kredit dengan memperhatikan tingkat risiko yang
akan ditanggung.
2. Supporting portofolio optimization
Kuantifikasi risiko berfungsi untuk mengoptimisasi risk dan
return portofolio yaitu dengan mengetahui konsentrasi dan
diversifikasi dari setiap portofolio kredit sehingga dapat
meminimumkan risiko terhadap tingkat pengembalian (return)
yang diharapkan atau memaksimumkan tingkat pengembalian
(return) pada tingkat risiko yang ditetapkan.
3. Supporting capital management
Kuantifikasi risiko berfungsi untuk menentukan besarnya
cadangan modal yang perlu disediakan untuk menutupi expected
loss dari kredit dan mampu memperkirakan besarnya economic
capital yang harus tersedia untuk menyerap potensi risiko kredit.
Oleh karena itu, kuantifikasi risiko sangat penting. Pada penelitian
ini kuantifikasi risiko menggunakan metode CreditRisk+. Metode
CreditRisk+ memiliki keunggulan dalam perhitungan karena berasal
dari data internal perusahaan yang secara praktis dan efektif mampu
mengukur kemungkinan risiko kegagalan dan kerugian konsumen.
Penggunaan metode ini mengasumsikan tingkat kemungkinan gagal
bayar (probability of default) setiap konsumen yang berasal dari
perusahaan dan merupakan kejadian historis maupun hasil
perhitungan atas survei yang dilakukan perusahaan ketika calon
konsumen menjadi konsumen. Tahapan yang dilakukan dalam
metode CreditRisk+ meliputi :
35
Tahap 1. Menetapkan Exposure
Exposure diperoleh dari tagihan kredit sepeda motor Honda dalam
status overdue 30 hari (Lampiran 1) atau gagal bayar lebih dari 30
hari. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh PT. PQR Finance
berbeda-beda setiap konsumen sehingga penetapan angsuran setiap
konsumen juga berbeda-beda. Untuk memudahkan perhitungan maka
nilai exposure diperoleh dari jumlah pembiayaan konsumen tersebut
yang dibagi menjadi 54 kelompok konsumen dengan karakteristik
yang sama yaitu kemungkinan gagal bayar (probability of default),
nilai dana awal pembayaran sebagai persetujuan transaksi (down
payment) dan wilayah. Nilai dari 54 exposure kelompok konsumen
tersebut kemudian diurutkan dari nilai yang terkecil hingga yang
terbesar.
Tahap 2. Menghitung Kemungkinan Gagal Bayar dan Standar Deviasi
Tahap ini dilakukan dengan menghitung rata-rata kemungkinan
gagal bayar (probability of default) dan standar deviasi (standard
deviation) setiap kelompok konsumen. Probability of default
(Lampiran 1) merupakan persentase gagal bayar bersih yang telah
dikurangi oleh recovery rate. Recovery rate adalah persentase nilai
utang yang dapat dibayar kembali atau persentase rata-rata tagihan
tertunggak yang dapat dilunasi konsumen. Nilai recovery rate akan
menurunkan tingkat kerugian dimana besarnya kerugian akibat
adanya kredit yang gagal bayar akan segera ditutup sebagian dengan
adanya recovery.
Tahap 3. Mengukur Expected Loss (EL) dan Unexpected Loss (UEL)
Expected loss (EL), seperti yang dijelaskan pada Lampiran 1,
merupakan kerugian akibat gagal bayar yang harus dapat ditutupi
oleh provisi yang telah dicadangkan. Expected loss (EL) untuk
seluruh kelompok konsumen dinotasikan sebagai berikut :
EL = ∑ (Exposure) x (Probability of default).................................10 m
i=1
36
Dimana,
m = jumlah kelompok konsumen
Unexpected loss (UEL), seperti yang dijelaskan pada Lampiran 1,
merupakan kerugian akibat gagal bayar konsumen yang harus dapat
dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected
Loss adalah nilai kumulatif kemungkinan gagal (cummulative
probability of defaults) mencapai nilai 99 persen yang berarti
maksimal rugi dapat terjadi pada tingkat keyakinan tertentu (99%).
Cummulative probability of defaults, seperti yang dijelaskan pada
Lampiran 1, menggunakan distribusi Poisson dengan asumsi
kemungkinan gagal (probability of default) dari sebagian kelompok
konsumen bernilai kecil dan kejadian macet antar kelompok
konsumen saling independen (www.csfb.com, 1997). Dalam Crouhy
(2000), rumus distribusi Poisson dinotasikan sebagai berikut :
Dimana,
n = jumlah kerugian konsumen yang gagal bayar (1,2,3....n)
e = nilai distribusi Poisson (2,71828…)
µ = nilai rata-rata kemungkinan gagal bayar
Menurut Crouhy (2000), untuk menganalisis distribusi kemungkinan
kerugian dari seluruh portofolio risiko maka menggunakan fungsi
penghasil kemungkinan risiko gagal bayar yang dinotasikan sebagai
berikut :
...............................................................12
........................................................13
Dimana,
n = jumlah kerugian konsumen yang gagal bayar (1,2,3....n)
e = nilai distribusi Poisson (2,71828…)
µ = nilai rata-rata kemungkinan gagal bayar
p = probabilitas gagal bayar
z = portofolio risiko
Probability (n defaults) = ..................................................11
37
Fungsi di atas menggunakan distribusi Poisson dan Taylor series.
Untuk mempermudah pengolahan, maka pada tahap ini dilakukan
pengolahan data dengan menggunakan spreadsheet CreditRisk+
CSFB Microsoft Excel dan Minitab 14.
Tahap 4. Modal Ekonomi (Economic Capital)
Economic capital adalah modal yang harus dimiliki perusahaan
untuk menutupi kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal
bayar konsumen pada portofolio kredit. Economic capital dalam
pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih UEL dan EL.
Economic Capital = UEL – EL.........................................................14
Tahap 5. Backtesting
Untuk menjaga reliabilitas suatu model, pada tahap ini
membandingkan hasil proyeksi pengukuran expected loss (potential
loss) yang diperkirakan dengan kerugian aktual (real loss). Menurut
Jorion dalam Iqbal (2007), tahap perbandingan ini menggunakan
simpangan atau standar deviasi (σ) sebagai berikut :
σ = Potential loss – Real loss x 100%.............................................15 Real loss
Kerugian aktual (real loss) pada PT. PQR Finance merupakan total
penjumlahan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu (written off
doubtful accounts) dengan kerugian dari penjualan dan penyisihan
penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih (net loss from sale
and diminution in market value of repossessed collateral) dan
dikurangi penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan
(recovery of written off receivables) selama periode tahun 2005 dan
tahun 2006. Model dapat diterapkan apabila menghasilkan standar
deviasi ≤ 6 persen. Jika simpangan berada di antara 6 – 8 persen
maka terjadi kesalahan penentuan asumsi, parameter atau kesalahan
penghitungan sehingga harus diuji kembali. Jika penyimpangan
validasi terlalu besar, berarti diperlukan perbaikan kesalahan asumsi,
parameter, proses, teknik, perbaikan data yang dimasukkan atau
mengganti dengan model yang lain.
38
IV. PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Singkat PT. PQR Finance
PT. PQR Finance merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang pembiayaan konsumen, yaitu kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan sistem
pembayaran angsuran atau berkala. PT. PQR Finance memperoleh
ijin usaha sebagai perusahaan pembiayaan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. 1151/KMK.013/1989 tanggal 17
Oktober 1989 dan No. 1004/KMK.013/1990 tanggal 30 Agustus
1990. PT. PQR Finance memulai operasi komersial pada tahun
1989. PT. PQR Finance didirikan pada tanggal 1 Mei 1989
memperoleh ijin dalam bidang Sewa Guna Usaha, Anjak piutang
dan Pembiayaan Konsumen. Pada tahun 2007, PT. PQR Finance
telah memiliki 104 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia
seperti di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara dan Papua.
4.1.2. Visi dan Misi PT. PQR Finance
Visi PT. PQR Finance adalah menawarkan solusi keuangan
yang terbaik bagi pelanggan secara individual.
Misi-misi PT. PQR Finance yaitu :
1. Beroperasi secara lugas dengan tetap mengindahkan aspek
kehati-hatian. Hal ini berarti menjalankan bisnis dengan
prosedur dan aturan main yang sederhana, efisien dan cepat
tetapi tetap menjalankan fungsi pengendalian untuk
meminimalisir risiko bisnis.
2. Memberikan produk berupa keuntungan finansial atau jasa
keuangan kepada segmen konsumen kelas bawah.
39
3. PT. PQR Finance memperkuat dan melebarkan infrastruktur
(fasilitas) untuk mendukung kredit mikro (kredit untuk
kebutuhan yang bersifat konsumtif) dan kredit tanpa jaminan.
4. Berkontribusi dalam meningkatkan distribusi sepeda motor
Honda.
5. Mencapai harapan para konsumen, karyawan, pemegang saham,
kreditur dan pemerintah.
4.1.3. Struktur Organisasi PT. PQR Finance
PT. PQR Finance memiliki kantor pusat yang berlokasi di
Jakarta dan 104 kantor cabang yang berada di seluruh Indonesia.
Kantor pusat PT. PQR Finance memiliki peran do the right things
yang berarti melakukan sesuatu yang benar atau efektif sedangkan
kantor cabang memiliki peran do the things right yang berarti
melakukan sesuatu secara benar atau efisien. Struktur organisasi
kantor pusat PT. PQR Finance (Lampiran 2) terdiri dari :
1. Dewan Komisaris yang dipimpin oleh Presiden Komisaris
Dewan komisaris yaitu pihak yang ditunjuk untuk mewakili
pemegang saham dalam mengawasi berjalannya suatu
perusahaan.
2. Dewan Direksi yang dipimpin oleh Presiden Direktur
a. Marketing Director
Marketing Director membawahi Marketing Division dan
Remedial and Legal Division. Marketing division berperan
untuk meningkatkan volume konsumen baru dan
meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan penjual
sepeda motor Honda seperti dealer sepeda motor Honda.
Remedial and Legal Division berperan untuk meningkatkan
tingkat recovery terhadap konsumen gagal bayar.
b. Operational Director
Operational Director membawahi Operational Division
dan Finance Division. Operational Division berperan
dalam manajemen pengumpulan transaksi kredit terhadap
40
konsumennya (collection management). Finance Division
berperan untuk meminimalkan biaya usaha (cost of fund).
c. Business Support Director
Business Support Director membawahi Information and
Technology (IT) Division, Corporate Development Division
dan Corporate Community. IT Division berperan untuk
mengelola sistem secara keseluruhan dan sistem informasi
manajemen. Corporate Development Division berperan
dalam sumber daya manusia di lingkungan perusahaan
seperti Human Research Development (HRD). Corporate
Community berperan sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap stakeholders (karyawan perusahaan,
masyarakat, pemerintah, konsumen).
3. Tim Audit
4. Risk Portofolio Division
Risk Portofolio Division merupakan divisi lintas divisi (divisi
operasional, pemasaran, keuangan serta Remedial and Legal)
yang menangani kemungkinan-kemungkinan terjadinya risiko.
Struktur organisasi departemen wilayah kantor cabang
(Lampiran 3) terdiri dari struktur organisasi kantor cabang itu
sendiri dan Marketing Field. Kantor cabang memiliki enam
departemen yaitu Departemen Kredit, Account Receivables (AR),
Remedial, Finance, Personal and Business Support (PBS) dan Used
Motorcycle (UMC). Kantor cabang berperan dalam meningkatkan
efisiensi biaya operasional, memiliki produktivitas yang telah
ditetapkan, kecepatan dan akurasi pelayanan terhadap konsumen.
4.1.4. Skema Kredit dan Business Partner PT. PQR Finance
Secara umum pihak-pihak yang terkait dalam lingkup bisnis
PT. PQR Finance yaitu dealer dan konsumen. Sebagai perusahaan
pembiayaan, PT. PQR Finance memiliki kerjasama bisnis dengan
dealer yang menjual sepeda motor Honda dengan mencairkan dana
tunai kepada dealer tersebut apabila konsumen telah memenuhi
41
persyaratan kreditnya. Konsumen yang telah memenuhi persyaratan
tertentu memiliki kewajiban membayar kepada PT. PQR Finance
berdasarkan syarat-syarat yang telah disepakati. Dealer
mengirimkan sepeda motor Honda kepada konsumen setelah
memenuhi persyaratan kredit pada PT. PQR Finance. Gambar 8
menunjukkan skema kredit dan business partner PT. PQR Finance.
Gambar 8. Skema kredit dan business partner PT. PQR Finance
(PT. PQR Finance, 2006)
4.1.5. Perkembangan Aktiva PT. PQR Finance
Sejak didirikan pada tahun 1989, PT. PQR Finance
mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini terlihat dengan
pertumbuhan aktiva perusahaan tersebut. Dalam kurun waktu tahun
2004 sampai tahun 2005 terjadi peningkatan total aktiva dari Rp
8,73 triliun menjadi Rp 15,33 triliun. Persaingan antar perusahaan
pembiayaan dan perekonomian yang kurang baik dibandingkan
tahun 2005 menyebabkan total aktiva PT. PQR Finance menurun
pada tahun 2006 menjadi sebesar Rp 10,48 triliun. Penurunan total
aktiva PT. PQR Finance mengindikasikan terjadi penurunan kinerja
perusahaan tersebut. Perkembangan total aktiva PT. PQR Finance
selama kurun waktu tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 dapat
dilihat pada Gambar 9.
PT. PQR Finance
Dealer Konsumen
Angsuran Pencairan
Sepeda Motor Honda
42
15.332.114.268
10.488.284.6258.735.276.672
0
2000000000
4000000000
6000000000
8000000000
10000000000
12000000000
14000000000
16000000000
18000000000
Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006
4.1.6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT. PQR Finance
Perkembangan usaha PT. PQR Finance selama tiga tahun
terakhir menunjukkan kinerja yang kurang baik. Hal ini tidak
terlepas dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) selama tahun 2004 hingga tahun 2006
(PT. PQR Finance, 2007). Persaingan usaha antar perusahaan
pembiayaan semakin ketat. Hal ini menyebabkan perusahaan-
perusahaan pembiayaan yang tidak memiliki keuangan yang kuat
kurang bisa bertahan dalam industri ini. Sebagai perusahaan
pembiayaan dengan keuangan yang cukup kuat, PT. PQR Finance
masih tetap terkena dampak dari persaingan usaha dalam industri
pembiayaan ini. PT. PQR Finance mengalami peningkatan total
kredit kotor dari tahun 2004 sebesar Rp 7,89 triliun, tahun 2005
sebesar Rp 14,05 triliun hingga tahun 2006 sebesar Rp 9,30 triliun.
Peningkatan total kredit tersebut tidak disertai dengan
perkembangan kinerja keuangan yang baik. Perkembangan usaha
yang kurang baik ini mengindikasikan peningkatan risiko usaha
suatu perusahaan. Kinerja keuangan PT. PQR Finance selama kurun
waktu tahun 2004 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 6.
Gambar 9. Perkembangan total aktiva PT. PQR Finance tahun 2004-2006 (PT. PQR Finance, 2007)(diolah)
Ribuan Rupiah 18.000.000.000
16.000.000.000
14.000.000.000
12.000.000.000
10.000.000.000
8.000.000.000
6.000.000.000
4.000.000.000
2.000.000.000
43
Tabel 6. Persentase perkembangan kinerja keuangan PT. PQR Finance tahun 2004-2006
Indikator Tahun 2004
(persen) Tahun 2005
(persen) Tahun 2006
(persen) Gross ROA 6,95 4,11 4,55Net ROA 4,57 2,86 3,25ROE 46,26 33,69 20,43Net Profit Margin 65,76 69,62 71,43Rate of Return on Loans 0,76 0,79 1,72Primary Ratio 9,88 8,49 15,91Capital Ratio 14,17 14,12 25,26Credit Risk Ratio 0,20 0,37 0,50Interest Margin -11,19 -8,93 -14,83
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
Tabel 6 menunjukkan tingkat profitabilitas usaha (Gross
ROA, Net ROA, dan ROE) PT. PQR Finance mengalami
penurunan dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Gross Return On
Total Assets (ROA) menunjukkan penurunan kinerja dengan rata-
rata 15,08 persen dari tahun 2004 (6,95%) hingga tahun 2006
(4,55%). Hal ini berarti terjadi penurunan kemampuan manajemen
dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan harta yang ada.
Net ROA menunjukkan penurunan kinerja dengan rata rata 11,90
persen dari tahun 2004 (4,57%) hingga tahun 2006 (3,25%). Net
ROA pada Tabel 6 menunjukkan penurunan kemampuan
manajemen dalam memperoleh laba bersih dan efisiensi
pengelolaan harta secara keseluruhan. Penurunan Return On Equity
(ROE) PT. PQR Finance dengan rata-rata 33,27 persen dari tahun
2004 (46,26%) hingga tahun 2006 (20,43%) menunjukkan
penurunan kemampuan manajemen perusahaan tersebut dalam
mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan pendapatan
bersih.
Dalam menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. PQR
Finance menunjukkan perkembangan yang baik. Hal ini terlihat dari
peningkatan net profit margin dan rate of return on loans dari tahun
2004 hingga tahun 2006 seperti pada Tabel 6. Net profit margin PT.
44
PQR Finance selama kurun waktu tahun 2004 (65,76%) hingga
tahun 2006 (71,43%) mengalami peningkatan dengan rata-rata 4,23
persen. Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan pendapatan bersih dari kegiatan operasi
perusahaan tersebut. Begitu pula dengan rate of return on loans
yang mengalami peningkatan dengan rata-rata 60,83 persen dari
tahun 2004 (0,76%) hingga tahun 2006 (1,72%). Peningkatan ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut pendapatan
bunga terhadap jumlah kredit yang dicairkan.
Tabel 6 menunjukkan peningkatan tingkat solvabilitas PT.
PQR Finance dari tahun 2004 hingga tahun 2006. Peningkatan
tingkat solvabilitas pada Tabel 6 terlihat pada peningkatan primary
ratio dan capital ratio. Hal ini menunjukkan peningkatan
kemampuan PT. PQR Finance dalam mencari sumber dana untuk
membiayai kegiatan perkreditannya. Tingkat solvabilitas juga dapat
menjadi alat ukur untuk melihat kekayaan dan efisiensi bagi
manajemen perusahaan. Primary ratio mengalami peningkatan
dengan rata-rata 36,66 persen dari tahun 2004 (9,88%) hingga tahun
2006 (15,91%). Peningkatan primary ratio menunjukkan
peningkatan ketersediaan modal perusahaan untuk menutupi apabila
terjadi penurunan total assets. Peningkatan capital ratio PT. PQR
Finance dengan rata-rata 39,27 persen dari tahun 2004 (14,17%)
hingga tahun 2006 (25,26%) menunjukkan peningkatan permodalan
dan cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan
terutama risiko gagal bayar konsumen.
Peningkatan credit risk ratio PT. PQR Finance dengan rata-
rata 60,07 persen dari tahun 2004 (0,20%) hingga tahun 2006
(0,50%) menunjukkan peningkatan risiko kredit macet dapat
merugikan perusahaan terhadap kredit yang disalurkan. Interest
margin PT. PQR Finance pada Tabel 6 menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan ditinjau dari sudut
45
pendapatan bunga bersih dibandingkan total kredit yang dicairkan
mengalami penurunan dengan rata-rata 22,94 persen dari tahun
2004 (-11,19%) sampai dengan tahun 2006 (-14,93%). Persentase
negatif berarti kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pendapatan ditinjau dari pendapatan bunga masih rendah
dibandingkan dengan beban yang telah dikeluarkan oleh PT. PQR
Finance.
4.2. Karakteristik Portofolio Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance
Pada tahun 2007, PT. PQR Finance memiliki 2.426.779 konsumen di
seluruh Indonesia dengan total kredit sebesar Rp 15,54 triliun (PT. PQR
Finance, 2007). Dalam menjalankan kegiatan perkreditannya, PT. PQR
Finance memiliki segmentasi konsumen berdasarkan kriteria tertentu yaitu
berdasarkan jumlah kredit yang diberikan kepada konsumen, harga sepeda
motor Honda, dana awal pembayaran konsumen (down payment), usia
konsumen, jangka waktu kredit, pendapatan konsumen dan wilayah
penyebaran kredit. Gambar 10 menunjukkan portofolio segmentasi total
kredit sepeda motor Honda PT. PQR Finance pada tahun 2007 berdasarkan
jumlah kredit terhadap konsumennya.
Gambar 10. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria
jumlah kredit Tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Gambar 10 menunjukkan bahwa sebesar 50,01 persen dari total kredit
PT. PQR Finance berada pada jumlah kredit konsumen antara Rp 10 juta
Persentase
46,67% 50,01%
0,76% 0,02% 2,53%0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
x < 5 5 ≤ x <10 15 ≤ x <20
Diatas 20 10 ≤ x <15
Keterangan : x = jumlah kredit (juta rupiah)
46
sampai Rp 15 juta. PT. PQR Finance mempunyai jumlah kredit konsumen
antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta sebesar 46,67 persen dari total kredit dan
jumlah kredit konsumen kurang dari Rp 5 juta sebesar 2,53 persen dari total
kredit serta jumlah kredit konsumen lebih dari 15 juta sebesar kurang dari
satu persen dari total kreditnya. Gambar 11 menunjukkan portofolio
segmentasi kredit sepeda motor Honda PT. PQR Finance berdasarkan harga
sepeda motor Honda yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.
Gambar 11. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria harga sepeda motor tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Gambar 11 menunjukkan bahwa sebesar 74,59 persen dari total kredit
yang ditujukan pada konsumen yang melakukan transaksi kredit dengan
harga sepeda motor Honda antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta. Sebesar
19,89 persen dari total kredit ditujukan kepada konsumen dengan harga
sepeda motor kurang dari Rp 10 juta. Sebesar 5,08 persen dari total kredit
ditujukan kepada konsumen yang melakukan transaksi kredit dengan harga
sepeda motor Honda antara Rp 15 juta sampai Rp 20 juta. Sebesar 0,44
persen dari total kredit untuk kredit konsumen dengan harga sepeda motor
lebih dari Rp 20 juta. Berdasarkan data di atas, maka potensi peningkatan
risiko kredit di PT. PQR Finance dapat terjadi untuk konsumen dengan
kredit pada harga sepeda motor antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta.
Berdasarkan dana awal penyetoran konsumen (down payment), total kredit
yang ditujukan untuk konsumen dapat dilihat pada Gambar 12.
Persentase
19,89%
0,44%
74,59%
5,08%
0,0% 10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
x < 10 10 ≤ x <15 15 ≤ x <20
diatas 20 juta Keterangan : x = harga sepeda motor (juta rupiah)
47
Gambar 12. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria down payment tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Gambar 12 menunjukkan bahwa sebesar 77,37 persen total kredit
ditujukan pada konsumen dengan down payment kurang dari 20 persen.
Sedangkan kurang dari delapan persen total kredit tahun 2007 ditujukan
konsumen dengan down payment diatas 20 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat risiko kredit PT. PQR Finance terjadi sebagian besar
disebabkan pemberian kredit yang ditujukan kepada konsumen dengan
down payment yang rendah (kurang dari 20 persen). Pemberian kredit
berdasarkan kriteria usia konsumen, dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria usia konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Persentase
77,37%
6,52% 4,76%11,36%
0,00%10,00%
20,00%30,00%
40,00%50,00%
60,00%70,00%
80,00%90,00%
x < 20% 20% ≤ x < 25% 25% ≤ x < 30% Di atas 30
Persentase
Keterangan = x = down payment
Keterangan : x = usia konsumen
27,85%
36,38%
26,76%
9,01%
0,00% 5,00%
10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00%
20 ≤ x < 30 30 ≤ x < 40 40 ≤ x < 50 50 ≤ x < 60
48
Gambar 13 menunjukkan bahwa sekitar 36,38 persen dari total kredit
ditujukan kepada konsumen dengan usia antara 30 tahun sampai 40 tahun.
Total pemberian kredit untuk usia antara 20 – 30 tahun dan 40 – 50 tahun
sejumlah 27,85 persen dan 26,76 persen. Sekitar 9,01 persen dari total kredit
ditujukan untuk konsumen antara usia 50 tahun sampai 60 tahun. Portofolio
kredit sepeda motor Honda berdasarkan jangka waktu kredit konsumen PT.
PQR Finance dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar … Portofolio Kredit Sepeda Motor Honda Berdasarkan
Gambar 14. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria
jangka waktu kredit tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Gambar 14 menunjukkan bahwa sekitar 67,38 persen dari total kredit
tahun 2006 ditujukan kepada konsumen dengan jangka waktu kreditnya
antara 24 bulan sampai 36 bulan (2 – 3 tahun). Hal ini mengindikasikan
bahwa sebagian besar potensi peningkatan risiko kredit pada PT. PQR
Finance terjadi untuk konsumen yang melakukan transaksi kredit dalam
jangka waktu yang menengah (2 – 3 tahun). Sekitar 20,15 persen dari total
kredit ditujukan pada konsumen dengan jangka waktu kredit antara 12 bulan
sampai 24 bulan. Sekitar 8,41 persen dari total kredit ditujukan untuk
konsumen dengan jangka waktu diatas 36 bulan (3 tahun) dan 2,89 persen
total kredit ditujukan untuk konsumen dengan jangka waktu kredit kurang
dari satu tahun. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria
pendapatan konsumen PT. PQR Finance dapat dilihat pada Gambar 15.
Persentase
4,07% 20,15%
67,38%
8,41%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
x < 12 12 ≤ x < 24 24 ≤ x < 36 Di atas 36 Keterangan : x = jangka waktu kredit
49
Gambar 15. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria pendapatan konsumen tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Gambar 15 menunjukkan bahwa sekitar 64,94 persen dari total kredit
PT. PQR Finance tahun 2007 ditujukan untuk konsumen dengan pendapatan
kurang dari Rp 2.000.000,00. Hal ini sesuai dengan misi dari perusahaan
tersebut untuk memberikan fasilitas jasa keuangan bagi segmen kelas
menengah ke bawah. Kebijakan mengenai segmentasi konsumen ini tidak
terlepas dari terjadinya risiko kredit. Sekitar 32,23 persen dari total kredit
ditujukan untuk konsumen dengan pendapatan antara
Rp 2.000.000,00 sampai Rp 5.000.000,00 sedangkan kurang dari tiga persen
total kredit ditujukan untuk konsumen dengan pendapatan diatas
Rp 5.000.000,00 Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan wilayah
penyebaran konsumen PT. PQR Finance dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Portofolio kredit sepeda motor Honda berdasarkan kriteria
wilayah tahun 2007 di PT. PQR Finance (PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
Persentase 64,94%
32,23%
2,25% 0,38% 0,21% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%
x < 2 2 ≤ x < 5 5 ≤ x < 10 10 ≤ x < 25 diatas 25 Keterangan : x = pendapatan konsumen (juta rupiah)
A19%
B28% C
9%
D11%
E8%
F6%G
6%H
12%
I1%
Keterangan : A = JABOTABEK B = SUMATERA C = JABAR D = JATENG E = KALIMANTAN F = SULAWESI G = BALI &
LOMBOK H = JATIM I = NTT & PAPUA
50
Gambar 16 menunjukkan portofolio kredit berdasarkan wilayah di
seluruh Indonesia. Gambar tersebut menunjukkan 28 persen total kredit
ditujukan untuk konsumen di wilayah Sumatera. Data di atas menunjukkan
bahwa wilayah Sumatera merupakan wilayah dengan konsumen kredit
sepeda motor Honda PT. PQR Finance terbanyak di antara wilayah lainnya.
Sekitar 19 persen dari total kredit ditujukan untuk konsumen di wilayah
Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) dan sekitar 32 persen
total kredit ditujukan untuk konsumen di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Jawa Barat.
4.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance
PT. PQR Finance telah menempatkan posisinya sebagai perusahaan
pembiayaan sepeda motor terbesar di Indonesia. Sebagai perusahaan
pembiayaan, PT. PQR Finance tidak terlepas dari keberadaan risiko kredit.
Risiko kredit terjadi ketika perusahaan pembiayaan menghadapi
kemungkinan ketidakmampuan konsumennya untuk membayar kredit
secara penuh dan tepat waktu. Pemberian kredit bagi PT. PQR Finance
berkaitan dengan persetujuan suatu kredit atas sepeda motor dengan
perjanjian kontrak tertentu dan pengenaan kewajiban bagi konsumennya
untuk membayar secara berkala dalam periode tertentu dengan syarat-syarat
yang telah disepakati. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT.
PQR Finance dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance Sumber faktor
1. Internal perusahaan
a. Kualitas dan kuantitas SDM b. Teknologi dan Informasi (TI) c. Kebijakan perusahaan d. Keuangan
2. Business partner
a. Dealer b. Konsumen : Overdue, down payment, jangka waktu kredit, (tenor), pendapatan konsumen, angsuran kredit, moral hazard dan morale hazard.
3. Lingkungan eksternal
a. Kebijakan pemerintah terhadap perusahaan pembiayaan b. Persaingan dalam industri pembiayaan dan sepeda motor c. Kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara
Sumber : Data primer dan data sekunder pada PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
51
Berdasarkan Tabel 7, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit dapat
diklasifikasikan menjadi tiga sumber faktor yaitu faktor internal perusahaan,
konsumen dan lingkungan.
1. Faktor internal perusahaan
Meskipun telah menjadi salah satu perusahaan pembiayaan terbesar di
Indonesia, PT. PQR Finance harus mampu meningkatkan kualitas
internal perusahaannya agar mampu meningkatkan kinerjanya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi risiko kredit yang berasal dari internal PT.
PQR Finance yaitu berasal dari kualitas dan kuantitas Sumber Daya
Manusia (SDM), Teknologi dan Informasi (TI), kebijakan perusahaan
dan keuangan.
a. Kualitas dan kuantitas SDM
Sebagai perusahaan pembiayaan, PT. PQR Finance harus
memiliki kualitas SDM yang baik dan kuantitas SDM yang memadai
baik di kantor pusat maupun kantor cabangnya. SDM yang
berkualitas dapat memimimalisir kemungkinan terjadinya risiko
kredit. Dalam kaitannya dengan operasional perusahaan yang
berhubungan dengan kredit sepeda motor yang dijalankan PT. PQR
Finance maka faktor SDM sangat penting untuk departemen-
departemen yang berperan dalam transaksi kredit seperti Departemen
Kredit, Departemen Account Officer (AO), dan Departemen
Remedial. Kerugian risiko kredit yang terkait dengan faktor SDM
internal perusahaan berkenaan dengan moral hazard dan morale
hazard (Lampiran 1). Moral hazard terjadi apabila karyawan internal
perusahaan dengan sengaja melakukan tindakan demi
menguntungkan diri sendiri terutama dalam menjalankan tugasnya
sehingga menimbulkan kerugian risiko kredit bagi perusahaan.
Morale hazard dapat terjadi karena kekuranghati-hatian karyawan
dalam melakukan transaksi kredit dengan konsumen.
Bagi Departemen Kredit, SDM merupakan aspek vital dalam
kegiatan usaha perusahaan ini. Dalam departemen kredit, kualitas
surveyor harus baik karena memiliki tanggung jawab atas
52
kemungkinan persetujuan kredit sepeda motor terhadap calon
konsumennya. Apabila kualitas surveyor rendah maka akan
meningkatkan risiko kredit perusahaan ini seperti kesalahan dalam
memberikan laporan kelayakan calon konsumen. Ketidakmampuan
konsumen dalam membayar angsuran kredit dapat disebabkan karena
kesalahan surveyor dalam mensurvei calon konsumen kredit sebelum
kredit diberikan.
Bagi Departemen Account Officer (AO), kolektor memiliki
peran yang sangat penting. Kualitas kolektor yang baik dapat
meminimalisir kemungkinan keterlambatan pembayaran angsuran
kredit konsumen. Kolektor bertugas untuk mengumpulkan angsuran
konsumen untuk angsuran kredit yang jatuh tempo maupun untuk
angsuran kredit yang telah melebihi jatuh tempo (overdue) sampai 60
hari. Bagi Departemen Remedial, kualitas eksekutor yang baik dalam
menindak konsumen yang tidak mampu membayar sisa angsuran
kredit dapat meminimalkan kerugian yang diterima perusahaan.
Eksekutor berperan untuk mengumpulkan semaksimal mungkin
pendapatan dari angsuran kredit bermasalah yang telah melebihi 60
hari dari jatuh tempo dan melakukan tindakan berdasarkan prosedur
yang telah ditetapkan terhadap konsumen tersebut.
b. Teknologi dan Informasi (TI)
Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat
memungkinkan peningkatan efisiensi dan efektivitas dalam dunia
usaha, tidak terkecuali PT. PQR Finance. PT. PQR Finance yang
memiliki 104 cabang yang tersebar di Indonesia. Oleh karena itu,
teknologi dan informasi berperan sangat penting terutama dalam
menyampaikan kebijakan-kebijakan berkenaan dengan transaksi
bisnis perusahaan tersebut (kebijakan mengenai kredit) yang berasal
dari kantor pusat kepada kantor cabangnya. PT. PQR Finance
memiliki sistem terintegrasi untuk menganalisis kelayakan calon
konsumen atau pemeringkatan kredit (credit scoring) secara
terkomputerisasi berdasarkan variabel-variabel yang ditetapkan PT.
53
PQR Finance. Sistem ini memungkinkan efektivitas dan efisiensi
waktu untuk menilai kelayakan calon konsumen secara tepat.
Ketepatan penilaian kelayakan calon konsumen dapat meminimalisir
kerugian risiko kredit. Sistem yang diterapkan PT. PQR Finance
secara terpusat, hal ini untuk mengendalikan risiko kredit secara
ketat.
c. Kebijakan perusahaan
Kebijakan perusahaan berkenaan dengan kebijakan yang
diterapkan terhadap kegiatan usaha PT. PQR Finance yaitu kebijakan
mengenai kredit. Kebijakan mengenai kredit dapat berupa kebijakan
penetapan suku bunga kredit atau kebijakan mengenai down payment
dari calon konsumen. Kebijakan perusahaan tersebut akan dapat
meningkatkan atau mengurangi tingkat risiko kredit perusahaan.
Kebijakan mengenai tingkat suku bunga dan tingkat down payment
yang rendah dapat meningkatkan risiko kredit sedangkan kebijakan
mengenai tingkat suku bunga dan tingkat down payment yang tinggi
dapat mengurangi risiko kredit sepeda motor Honda PT. PQR
Finance. Kebijakan mengenai batas pembayaran awal calon
konsumen (down payment) untuk menjadi konsumen dapat
mempengaruhi risiko kredit yang berasal dari sudut pandang
kemampuan finansial konsumennya.
Kebijakan perusahaan menjalin hubungan kerjasama dengan
PT. Asuransi Astra Buana merupakan kebijakan untuk mengurangi
kerugian risiko kredit yang dihadapi PT. PQR Finance. PT. Asuransi
Astra Buana merupakan perusahaan asuransi yang memiliki
hubungan kerjasama dengan PT. PQR Finance. Kebijakan ini
memungkinkan konsumen untuk membayar premi dalam jumlah
tertentu sesuai dengan yang disyaratkan oleh PT. PQR Finance. Premi
tersebut dibayar oleh konsumen dengan jumlah angsuran kredit setiap
bulannya. Hal ini ditujukan untuk meminimalisir kerugian risiko
kredit yang diakibatkan bagi konsumen yang mengalami kehilangan,
pencurian, perampasan dan kecelakaan (75 persen masih utuh) selama
54
masa angsuran kredit masih berjalan. Prosedur kontrak merupakan
prosedur yang vital dalam suatu transaksi kredit. Kualitas kontrak
yang baik, dimana telah memenuhi persyaratan dan prosedur yang
telah ditetapkan oleh PT. PQR Finance, akan meminimalkan
terjadinya kerugian risiko kredit.
d. Keuangan
Kemampuan keuangan PT. PQR Finance berhubungan dengan
kemampuan dalam menyediakan sejumlah uang secara tunai terhadap
dealer resmi sepeda motor Honda apabila calon konsumen telah
memenuhi syarat-syarat tertentu untuk diberikan fasilitas kredit
sepeda motor dari PT. PQR Finance. Kemampuan keuangan PT. PQR
Finance ini dapat juga berhubungan dengan kemampuan dalam
mencadangkan sejumlah uang (cadangan penghapusan piutang ragu-
ragu) untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian akibat konsumen
yang gagal bayar sebagai bagian dari kerugian risiko kredit.
Cadangan penghapusan piutang ragu-ragu harus mampu menutupi
kemungkinan kerugian yang akan dihadapi oleh PT. PQR Finance
secara efisien dan efektif. Peningkatan capital ratio PT. PQR Finance
dengan rata-rata 39,27 persen dari tahun 2004 (14,17%) hingga tahun
2006 (25,26%) menunjukkan kemampuan keuangan perusahaan yang
kuat untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian-kerugian dari
kegiatan usahanya.
2. Faktor Business Partner
Dalam kegiatan usahanya, PT. PQR Finance tidak terlepas dari
kerjasama bisnis (business partner) dengan dealer dan konsumen.
a. Dealer
Dealer merupakan organisasi bisnis yang berorientasi sebagai
penyalur kendaraan bermotor. Dari sudut pandang hubungan
kerjasama dengan dealer, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
kredit berupa risiko dari moral hazard yang dilakukan oleh dealer
dan kurang baiknya kualitas kerjasama antar perusahaan dengan
dealer. PT. PQR Finance memiliki hubungan kerjasama dengan
55
dealer resmi sepeda motor Honda sehingga antar kedua perusahaan
tersebut memiliki hubungan kerjasama yang kuat. Oleh karena itu,
kemungkinan kerugian yang diakibatkan oleh dealer dapat
diminimalisir.
b. Konsumen
Dari sisi konsumen, faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
kredit antara lain :
1. Overdue
Overdue merupakan lama waktu tertunggak (hari tertunggak)
konsumen dalam melunasi kewajiban-kewajibannya berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang telah disepakati. Hal ini berarti
konsumen belum melunasi kewajibannya sampai melebihi jatuh
tempo yang telah disepakati. Semakin panjang waktu overdue
maka kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin besar dan
semakin pendek waktu overdue (termasuk kredit dengan status
lancar) maka kemungkinan kerugian dari risiko kredit semakin
kecil.
2. Down Payment
Down payment merupakan sejumlah uang yang disetorkan
oleh konsumen sebagai dana awal untuk memulai kontrak kredit
sepeda motor Honda. Tabel 8 menunjukkan hubungan antara down
payment terhadap kolektibilitas kredit.
Tabel 8. Hubungan antara down payment dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007 (triliun rupiah)
Kolektibilitas Down Payment A B C D E Total DP ≤ 5% 4,380 0,250 0,131 0,047 0,023 4,831 DP 5-10% 3,950 0,230 0,096 0,043 0,016 4,335 DP 10-20% 3,640 0,200 0,043 0,039 0,006 3,928 DP 20-25% 0,890 0,020 0,005 0,003 0,001 0,919 DP 25-30% 0,610 0,010 0,003 0,001 0,000 0,627 DP ≥ 30% 1,210 0,010 0,004 0,002 0,001 1,226
Total 14,800 0,720 0,282 0,135 0,047 15,871 Keterangan : DP = Down Payment ; A = Kredit Lancar; B = Kredit Dalam Perhatian Khusus (Overdue 30); C = Kredit Kurang Lancar (Overdue 60); D = Kredit Diragukan (Overdue 90);
E = Kredit Macet (Overdue 150 atau lebih) Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
56
Tabel 8 menunjukkan bahwa down payment kurang dari lima
persen (DP ≤ 5%) memiliki nilai kredit macet tertinggi yang
mencapai Rp 0,023 triliun atau 48 persen dari total kredit macet
periode Februari 2007. Hal ini mengindikasikan down payment
kurang dari lima persen memiliki tingkat risiko kredit macet yang
tertinggi. Down payment kurang dari lima persen memiliki tingkat
risiko kredit yang tertinggi juga nilai kredit dalam perhatian
khusus (Overdue 30), kredit kurang lancar (Overdue 60), dan
kredit diragukan (Overdue 90). Nilai risiko kredit untuk down
payment antara lima persen sampai 10 persen dan down payment
antara 10 persen sampai 20 persen memiliki tingkat risiko kredit
yang tinggi pula. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin rendah
persentase down payment konsumen, maka semakin tinggi tingkat
risiko kredit gagal bayar yang dihadapi PT. PQR Finance.
3. Jangka waktu kredit (Tenor)
Jangka waktu kredit merupakan periode yang diberikan
kepada konsumen untuk melunasi kewajibannya berdasarkan
persetujuan antar perusahaan dan konsumen tersebut. Tabel 9
menunjukkan hubungan antara jangka waktu kredit (tenor)
terhadap kolektibilitas kredit.
Tabel 9. Hubungan antara jangka waktu kredit (tenor) dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007
Kolektibilitas (dalam rupiah) Tenor (bulan) Overdue 30 Overdue 90 Total
< 12 10.508.574.848 2.146.327.629 12.654.902.47712 - 24 80.496.838.874 14.538.810.055 95.035.648.92924 - 36 583.228.670.715 107.946.000.495 691.174.671.210
> 36 93.452.378.786 17.255.658.973 110.708.037.759Total 767.686.463.223 141.886.797.152 909.573.260.375
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
Tabel 9 menunjukkan bahwa konsumen dengan jangka waktu
kredit (tenor) antara 24 sampai 36 bulan memiliki jumlah
tunggakan (overdue 30 hari) yang paling tinggi dengan nilai
mencapai Rp 583.228.670.715,00 (75,97 persen dari total
57
kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus).
Untuk jangka waktu kredit (tenor) lebih dari 36 bulan termasuk
dalam kategori jumlah tunggakan yang tinggi pada kredit dalam
perhatian khusus (overdue 30) selama periode Februari tahun 2007
dengan nilai mencapai Rp 93.452.378.786,00 (12,17 persen dari
total kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian
khusus). Nilai tunggakan terendah dengan status kredit dalam
perhatian khusus (overdue 30) yaitu jangka waktu kredit yang
disepakati konsumen kurang dari 12 bulan yang mencapai
Rp 10.508.574.848,00 (1,37 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit dalam perhatian khusus) dan jangka waktu
kredit konsumen antara 12 bulan sampai 24 bulan yang mencapai
Rp 80.496.838.874,00 (10,49 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit dalam perhatian khusus).
Tabel 9 menunjukkan bahwa konsumen dengan jangka waktu
kredit (tenor) antara 24 sampai 36 bulan memiliki jumlah
tunggakan (overdue 90 hari) yang paling tinggi dengan nilai
mencapai Rp 107.946.000.495,00 (76,08 persen dari total
kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Untuk jangka
waktu kredit (tenor) lebih dari 36 bulan termasuk dalam kategori
jumlah tunggakan yang tinggi pada kredit diragukan (overdue 90)
selama periode Februari tahun 2007 dengan nilai mencapai
Rp 17.255.658.973,00 (12,16 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit diragukan). Nilai tunggakan terendah dengan
status kredit diragukan (overdue 90) yaitu jangka waktu kredit
yang disepakati konsumen kurang dari 12 bulan yang mencapai
Rp 2.146.327.629,00 (1,51 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit diragukan) dan jangka waktu kredit konsumen
antara 12 bulan sampai 24 bulan yang mencapai
Rp 14.538.810.055,00 (10,25 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit diragukan).
58
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semakin panjang
jangka waktu kredit konsumen dengan status kredit dalam
perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan (overdue 90)
maka semakin tinggi kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan
semakin pendek jangka waktu kredit konsumen dengan status
kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan
(overdue 90), maka semakin rendah kemungkinan kerugian dari
risiko kredit yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Hal ini
menunjukkan bahwa jangka waktu kredit (tenor) yang panjang
memungkinkan konsumen untuk membayar tidak tepat waktu dan
tidak secara penuh.
4. Pendapatan konsumen
Pendapatan konsumen merupakan aspek kapasitas konsumen
dari segi keuangan, diharapkan agar konsumen mampu membayar
kewajibannya pada periode kredit yang telah disepakati. Tabel 10
menunjukkan hubungan antara pendapatan konsumen terhadap
kolektibilitas kredit.
Tabel 10. Hubungan antara pendapatan konsumen dan kolektibilitas kredit PT. PQR Finance periode Februari 2007
Kolektibilitas (dalam rupiah) Pendapatan Konsumen
(rupiah) Overdue 30 Overdue 90 Total
< 2 juta 507.170.223.002 93.456.709.182 600.626.932.1842 - 5 juta 242.613.360.652 44.897.944.030 287.511.304.6825 - 10 juta 14.343.072.070 2.801.956.477 17.145.028.54710 - 25 juta 2.578.638.687 504.883.095 3.083.521.782> 25 juta 981.168.812 225.304.368 1.206.473.180Total 767.686.463.223 141.886.797.152 909.573.260.375
Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
Tabel 10 menunjukkan bahwa konsumen dengan pendapatan
konsumen kurang dari Rp 2.000.000,00 memiliki jumlah
tunggakan (overdue 30 hari) yang paling tinggi dengan nilai
mencapai Rp 507.170.223.002,00 (66,06 persen dari total
kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus).
Untuk pendapatan konsumen antara Rp 2.000.000,00 hingga
Rp 5.000.000,00 termasuk dalam kategori jumlah tunggakan yang
59
tinggi pada kredit dalam perhatian khusus (overdue 30) selama
periode Februari tahun 2007 dengan nilai mencapai
Rp 242.613.360.652,00 (31,60 persen dari total kolektibilitas
kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus). Nilai
tunggakan yang termasuk rendah dengan status kredit dalam
perhatian khusus (overdue 30) yaitu pendapatan konsumen antara
Rp 5.000.000,00 hingga Rp 10.000.000,00 yang mencapai
Rp 14.343.072.070,00 (1,87 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit dalam perhatian khusus), pendapatan
konsumen antara Rp 10.000.000,00 sampai Rp 25.000.000,00
yang mencapai Rp 2.578.638.687,00 (0,34 persen dari total
kolektibilitas kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus)
serta pendapatan konsumen lebih dari Rp 25.000.000,00 yang
mencapai Rp 981.168.812,00 (0,13 persen dari total kolektibilitas
kredit dengan status kredit dalam perhatian khusus).
Tabel 10 menunjukkan bahwa konsumen dengan pendapatan
konsumen kurang dari Rp 2.000.000,00 memiliki jumlah
tunggakan (overdue 90 hari) yang paling tinggi dengan nilai
mencapai Rp 93.456.709.182,00 (65,87 persen dari total
kolektibilitas kredit dengan status kredit diragukan). Untuk
pendapatan konsumen antara Rp 2.000.000,00 hingga
Rp 5.000.000,00 termasuk dalam kategori jumlah tunggakan yang
tinggi pada status kredit diragukan (overdue 90) selama periode
Februari tahun 2007 dengan nilai mencapai Rp 44.897.944.030,00
(31,64 persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit
diragukan). Nilai tunggakan yang termasuk rendah dengan status
kredit diragukan (overdue 90) yaitu pendapatan konsumen antara
Rp 5.000.000,00 hingga Rp 10.000.000,00 yang mencapai
Rp 2.801.956.477,00 (1,97 persen dari total kolektibilitas kredit
dengan status kredit diragukan), pendapatan konsumen antara
Rp 10.000.000,00 sampai Rp 25.000.000,00 yang mencapai
Rp 504.883.095,00 (0,36 persen dari total kolektibilitas kredit
60
dengan status kredit diragukan) serta pendapatan konsumen lebih
dari Rp 25.000.000,00 yang mencapai Rp 225.304.368,00 (0,16
persen dari total kolektibilitas kredit dengan status kredit
diragukan).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semakin rendah
pendapatan konsumen dengan status status kredit dalam perhatian
khusus (overdue 30) atau kredit diragukan (overdue 90) maka
semakin tinggi kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan
semakin tinggi pendapatan konsumen dengan status status kredit
dalam perhatian khusus (overdue 30) atau kredit diragukan
(overdue 90), maka semakin rendah kemungkinan kerugian dari
risiko kredit yang dihadapi oleh PT. PQR Finance. Hal ini
disebabkan karena rata-rata konsumen dengan pendapatan tinggi
membayar angsuran secara penuh dan tepat waktu sebelum jatuh
tempo (kredit berstatus lancar). Tingginya jumlah konsumen
dengan pendapatan kurang dari Rp 2.000.000,00 (1.575.961
konsumen) sesuai dengan misi PT. PQR Finance yaitu
memberikan kredit untuk konsumen segmen menengah ke bawah.
5. Angsuran kredit
Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit sepeda motor
untuk kategori angsuran kredit dilihat dari jumlah angsuran yang
telah dibayar, periode angsuran yang telah dijalani, dan sisa hutang.
Jumlah angsuran kredit yang telah dibayar merupakan total jumlah
keseluruhan angsuran yang telah dipenuhi kewajibannya
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
sebelumnya. Semakin besar jumlah angsuran yang dilunasi maka
semakin kecil kemungkinan kerugian dari risiko kredit dan
semakin kecil jumlah angsuran yang dilunasi maka semakin besar
kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi PT. PQR
Finance.
Periode angsuran yang telah dijalani merupakan jangka waktu
kredit yang telah dilalui oleh konsumen secara penuh dalam
61
melunasi kewajibannya. Semakin panjang periode angsuran yang
telah dijalani secara penuh, maka semakin kecil kemungkinan
kerugian dari risiko kredit dan semakin pendek periode angsuran
yang telah dijalani secara penuh, maka semakin besar kemungkinan
kerugian dari risiko kredit yang dihadapi PT. PQR Finance. Sisa
hutang merupakan banyaknya jumlah keseluruhan angsuran yang
belum dilunasi oleh konsumen. Semakin besar sisa hutang
konsumen, maka semakin besar kemungkinan kerugian dari risiko
kredit dan semakin kecil sisa hutang konsumen, maka semakin
kecil kemungkinan kerugian dari risiko kredit yang dihadapi PT.
PQR Finance.
6. Moral hazard dan morale hazard
Kemudahan memperoleh kredit untuk pembelian sepeda
motor memiliki potensi menimbulkan moral hazard dan morale
hazard pada konsumen pembeli sepeda motor. Konsumen dapat
dengan mudah memperoleh sepeda motor baru dengan uang muka
(down payment) yang relatif rendah. Apabila konsumen tidak
mampu membayar angsuran selama jangka waktu yang telah
ditetapkan, maka perusahaan pembiayaan yang bersangkutan akan
menarik kembali unit sepeda motor tersebut. Bagi perusahaan
pembiayaan, hal ini dapat menjadi kerugian karena nilai jual motor
tersebut akan menjadi turun. Moral hazard dapat terjadi karena
tindakan konsumen melucuti komponen-komponen pada sepeda
motor tersebut dan menggantinya dengan harga yang lebih murah
dan dengan sengaja melakukan pelanggaran kontrak seperti
menunda pembayaran tepat waktu. Sedangkan, morale hazard
dapat terjadi karena konsumen secara tidak sengaja melakukan
tindakan yang menyalahi persetujuan transaksi, seperti bertindak
kurang hati-hati dalam memanfaatkan fasilitas kredit yang
diberikan.
62
3. Lingkungan eksternal
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan eksternal yaitu :
a. Kebijakan pemerintah terhadap perusahaan pembiayaan
Ketentuan dan tata cara mengenai pelaksanaan lembaga
pembiayaan diatur oleh pemerintah yang mulai dilandasi sejak tahun
1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri
(Menteri Keuangan, Menteri Industri dan Menteri Perdagangan) dan
pada tahun 1988 melalui Surat Keputusan Presiden No.61/1988
(Economic Review Journal, 2005) serta diperbaharui melalui Surat
Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006 Bab II Pasal 2
tentang kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Regulasi pemerintah
terhadap industri pembiayaan tidak terlalu ketat dibandingkan
terhadap bank. Pemerintah kurang memberikan perhatian yang lebih
terhadap perusahaan pembiayaan seperti belum jelasnya perumusan
terhadap peraturan dan kebijakan terkait risiko dan tingkat kesehatan
bagi perusahaan pembiayaan.
b. Persaingan dalam industri pembiayaan dan sepeda motor
Perusahaan pembiayaan semakin agresif dalam memberikan
kredit untuk pemilikan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor.
Hal ini, menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam industri
pembiayaan. Meningkatnya penjualan sepeda motor yang disebabkan
oleh adanya kemudahan dalam memperoleh kredit untuk pembelian
sepeda motor memberikan dampak pada peningkatan potensi risiko
perusahaan pembiayaan. Dengan semakin mudahnya persyaratan
kredit tersebut, maka semakin banyak orang yang tertarik untuk
membeli sepeda motor dengan sistem kredit ini. Kemudahan kredit
ini, menimbulkan risiko kredit yang semakin besar bagi perusahaan
pembiayaan.
c. Kondisi ekonomi, politik dan keamanan negara
Perkembangan industri pembiayaan yang cukup pesat
diantaranya dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi, politik, dan
keamanan negara. Salah satunya adalah adanya dukungan stabilitas
63
lingkungan ekonomi, antara lain peningkatan konsumsi masyarakat
terhadap kendaraan bermotor dan pengaruh suku bunga yang cukup
stabil. Selain hal tersebut, pengaruh kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi
ekonomi negara, juga memiliki pengaruh terhadap bisnis pembiayaan
yang dijalankan oleh PT. PQR Finance. Pada tahun 2005 hingga
tahun 2006, PT. PQR Finance mengalami penurunan pendapatan
bunga yang disebabkan oleh peningkatan harga BBM. Perkembangan
interest margin PT. PQR Finance tahun 2005 hingga tahun 2006
mengalami penurunan dari -11,19 persen menjadi -14,93 persen (PT.
PQR Finance, 2007).
4.4. Analisis Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance
4.4.1. Analisis Kualitas dan Kuantitas Manajemen Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance
Tabel register kualitas dan kuantitas manajemen risiko kredit
telah melalui tahap pengisian pendapat dengan enam pakar dari
bagian Risk Portofolio Division PT. PQR Finance. Pengujian
vailiditas dan reliabilitas terhadap pengisian tabel register kualitas
dan kuantitas manajemen risiko kredit dilakukan melalui proses
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi teknik,
diskusi dan member check (Sugiyono, 2005). Penilaian para ahli
manajemen Risk Portofolio Division PT. PQR Finance menghasilkan
suatu pembobotan terhadap kualitas manajemen risiko kredit dengan
total bobot sebesar 100. Hasil penilaian tabel register kualitas
manajemen risiko kredit (Lampiran 4) menunjukkan bahwa nilai
kualitas secara keseluruhan berjumlah 472. Hal ini berarti, kualitas
manajemen risiko kredit di PT. PQR Finance tergolong kuat (strong)
berdasarkan perkiraan nilai pada rentang 400-500. Implikasi dari
kualitas manajemen risiko kredit di PT. PQR Finance, yaitu :
1. Kebijakan kredit
Penerapan kebijakan kredit telah efektif dilaksanakan dari
manajemen tingkat atas di kantor pusat sampai dengan kantor
64
cabang. Kebijakan kredit yang dirumuskan telah efektif
dikomunikasikan dan sesuai dengan tujuan portofolio kredit
seperti penerapan down payment yang rendah dengan kendali
yang ketat terhadap masyarakat menengah ke bawah. Penentuan
batas risiko yang masih dapat diterima sebagai bagian dari
kebijakan kredit telah dilaksanakan secara efektif untuk
mengurangi peningkatan kerugian akibat terjadinya risiko kredit
seperti kebijakan mengenai ketetapan prosedur-prosedur
penagihan bagi konsumen yang berpotensial gagal bayar.
Jaminan atas pembiayaan (kredit) sepeda motor Honda berupa
Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB). Hal ini telah
efektif dilaksanakan dan telah efektif mengurangi kerugian atas
peningkatan kerugian risiko kredit.
2. Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan dan pemilihan risiko
Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan memerlukan
analisis trend untuk menentukan dampaknya pada kualitas
portofolio kreditnya. Analisis trend yang dilakukan dengan
menganalisis kemungkinan-kemungkinan kecenderungan
penyimpangan kredit konsumen dan menganalisis dampaknya,
sehingga dapat mengurangi kemungkinan peningkatan kerugian
risiko kredit. Analisis trend dilaksanakan secara efektif dan
apabila terjadi penyimpangan dilaporkan sesuai dengan
prosedur-prosedur kebijakan kredit yang telah ditetapkan.
3. Pelaksanaan analisis kredit
Pelaksanaan analisis kredit baik, lengkap, sesuai prinsip kehati-
hatian dan tepat waktu baik saat analisis sebelum transaksi kredit
disetujui terhadap calon konsumen maupun penilaian berkala
berikutnya. Analisis kredit yang dilaksanakan harus dilakukan
secara dinamis yaitu memerlukan perbaikan secara
berkesinambungan dan terus menerus sesuai dengan perubahan-
perubahan dalam industri atau bisnis pembiayaan sepeda motor.
65
Hal ini dilakukan agar analisis kredit yang dilaksanakan akurat
untuk mengurangi potensi peningkatan kerugian risiko kredit.
4. Risk rating dan problem loan identification
Pemeringkatan risiko (risk rating) dan identifikasi kredit
bermasalah (problem loan identification) dilaksanakan dengan
akurat dan tepat waktu. Pemeringkatan risiko dilaksanakan
dengan menganalisis risiko-risiko yang berpotensi menyebabkan
kerugian. Implementasi dari pemeringkatan risiko berupa sistem
penaksiran secara komprehensif terhadap kecenderungan
pemeringkatan risiko akibat konsumen yang berpotensi gagal
bayar. Risk rating dan problem loan identification berfungsi
sebagai early warning tool yang berarti sebagai alat peringatan
dini terhadap potensi kredit bermasalah, menetapkan suku bunga
yang tepat berdasarkan tingkat risiko yang dihadapi oleh PT.
PQR Finance, menetapkan secara akurat cadangan penghapusan
piutang setiap periode tertentu, dan penetapan proses
pengalokasian modal dengan baik.
5. Credit scoring
Credit scoring merupakan penetapan perkiraan calon konsumen
untuk dapat diterima menjadi konsumen PT. PQR Finance.
Pemeringkatan kredit dalam perhatian (overdue 60) belum
menunjukkan masalah dalam manajemen portofolio kredit secara
keseluruhan baik di kantor pusat maupun di kantor cabang PT.
PQR Finance. Hal ini berarti manajemen portofolio kredit dapat
secara akurat menentukan kredit terhadap konsumennnya dan
menunjukkan administrasi kredit sesuai dengan prosedur-
prosedur yang telah ditetapkan. Manajemen portofolio kredit
dapat melakukan tindakan yang tepat dan cepat terhadap kredit
dengan status overdue 30 (kredit dalam perhatian khusus),
overdue 60 (kredit kurang lancar), overdue 90 (kredit diragukan)
ataupun overdue lebih dari 150 (kredit macet).
66
6. Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) akurat, lengkap, dan
tepat waktu sehingga berguna bagi manajemen untuk mengelola
risiko kredit. PT. PQR Finance mengimplementasikan pelayanan
terpadu manajemen sistem, yang meliputi manajemen,
receivables management, remedial recovery dan accounting
process. Aplikasi dengan teknologi mutakhir melalui sistem
terintegrasi yang dikembangkan oleh PT. PQR Finance
diterapkan dalam semua aspek bisnis perusahaan, sehingga dapat
menghasilkan analisis yang akurat dan mendukung proses
pengambilan keputusan manajemen PT. PQR Finance, seperti
credit scoring yang dapat memudahkan calon pelanggan untuk
pembelian tipe pembiayaan yang diperlukannya. Sistem ini
dibangun sesuai dengan kebutuhan stakeholders.
7. Pengawasan aktif manajemen
Manajemen PT. PQR Finance telah secara aktif melakukan
pengawasan dan pengelolaan terhadap kegiatan usahanya. Hal
tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (GCG) yaitu transparansi, akuntabilitas, tanggung
jawab, independensi, dan keadilan (fairness). Menurut Hasbullah
(2004), transparansi (transparancy) berarti mewajibkan suatu
informasi yang terbuka, tepat waktu, jelas dan dapat
diperbandingkan menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan
perusahaan, exposure risiko dan kepemilikan perusahaan.
Akuntabilitas (accountability) berarti menjelaskan peran dan
tanggung jawab serta penilaian seluruh kinerja manajemen
terkait risiko kredit. Tanggung jawab (responsibility) berarti
memastikan bahwa perusahaan dikelola secara hati-hati sesuai
peraturan yang berlaku. Independensi (independency) berarti
bertindak hanya untuk kepentingan perusahaan dan mengurangi
conflict of interest. Keadilan (fairness) berarti menjamin
perlindungan hak-hak shareholders dan stakeholders.
67
8. Budaya kredit
Budaya kredit adalah pemahaman seluruh karyawan dan anggota
perusahaan pembiayaan terhadap seluruh peraturan dan prosedur
pemberian kredit, seperti penyeragaman persepsi dan definisi di
antara seluruh karyawan perusahaan pembiayaan mengenai
pemberian pinjaman yang diharuskan dengan pengembalian
pinjaman pokok beserta bunga, sehingga semua karyawan akan
berusaha agar seluruh transaksi kredit dibayarkan kembali untuk
menghindari terjadinya risiko kredit macet (zero tolerance). Bagi
PT. PQR Finance, budaya kredit telah diterapkan dengan baik
baik untuk manajemen di kantor pusat maupun di seluruh kantor
cabang.
9. Penyusunan strategi atau business plan
Penyusunan strategi bisnis konsisten dengan kecenderungan
risiko dan menghasilkan keseimbangan antara pengambilan
risiko dan pertumbuhan pendapatan. Produk pelayanan (services)
dan inisiatif baru diteliti secara mendalam dan diuji sebelum
diimplementasikan. Saat ini, PT. PQR Finance mempunyai 104
kantor cabang di seluruh Indonesia. Perluasan bisnis ditempuh
dengan membuka kantor cabang baru PT. PQR Finance di suatu
tempat tertentu telah dianalisis secara baik sehingga risiko yang
diambil sesuai dengan pendapatan yang akan diterima ke
depannya. Meningkatkan kualitas pelayanan jasa dari PT. PQR
Finance dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan
pendapatan sesuai dengan kemungkinan risiko yang tinggi
karena segmentasi konsumen PT. PQR Finance adalah bagi
masyarakat menengah ke bawah.
10. Kemampuan pejabat kredit
Jumlah dan kemampuan pejabat kredit sesuai dengan
kompleksitas portofolio kredit. Jumlah pejabat kredit yang cukup
memadai dan kemampuan pejabat kredit yang baik sesuai
dengan banyaknya jumlah konsumen PT. PQR Finance yang
68
mencapai 2,4 juta konsumen per Februari 2007. Tingkat turnover
pegawai di PT. PQR Finance yang rendah dan tingkat
pendidikan yang baik memungkinkan pengalihan tanggung
jawab yang rendah.
11. Struktur kompensasi
Struktur kompensasi memadai dibandingkan dengan
produktivitas, hasil kredit, kualitas kredit yang baik, dan
pengelolaan portofolio termasuk pengelolaan kredit yang baik.
Hasil penilaian pada tabel register kuantitas risiko kredit
(Lampiran 6) menunjukkan bahwa nilai rata-rata kuantitas
manajemen risiko kredit yaitu lima. Kuantitas risiko kredit yang
terjadi di PT. PQR Finance tergolong moderate pada rentang 1-10,
hal ini berarti risiko kredit yang terjadi masih dapat dikelola oleh PT.
PQR Finance. Implikasinya adalah terdapat beberapa potensi dampak
risiko yang tergolong tinggi tetapi potensi terjadinya risiko rendah
yaitu level of loan to total asset, loan to capital ratio, risk and return,
pendapatan bunga yang masih harus diterima, perubahan bauran
portofolio kredit, kecukupan penyisihan piutang ragu-ragu, tingkat
kredit jatuh tempo 30 hingga 150 hari, dan tingkat kecenderungan
kredit jatuh tempo lebih dari 150 hari. Implikasi dari kuantitas risiko
kredit di PT. PQR Finance yaitu :
1. Level loan to total asset
Tingginya tingkat total pembiayaan terhadap total asset (level of
loan to total asset) berdampak pada tingginya risiko kredit yang
dihadapi oleh PT. PQR Finance. Peningkatan risiko kredit macet
yang dihadapi dapat meningkatkan cadangan penghapusan
piutang (written off doubtful accounts) dan peningkatan kerugian
dari penjualan serta penyisihan penurunan nilai pasar yang
diambil alih sehingga berdampak pada berkurangnya pendapatan
bersih (net income) yang diterima oleh PT. PQR Finance.
Potensi terjadinya risiko dari tingginya level of loan to total asset
69
tergolong rendah karena diimbangi dengan prosedur dan
manajemen kredit yang baik.
2. Loan to capital ratio
Tingginya rasio total pembiayaan terhadap modal perusahaan
(loan to capital ratio) berdampak pada meningkatnya risiko
kredit dimana apabila tingkat kredit macet yang terjadi
mengalami peningkatan maka perusahaan harus mempunyai
modal yang kuat untuk menutupi kerugian yang diakibatkan
kredit macet tersebut. Apabila perusahaan tidak mempunyai
modal yang kuat berarti perusahaan tersebut tidak mampu
menutupi kerugian yang diakibatkan oleh adanya risiko kredit
yang terjadi sehingga menimbulkan kebangkrutan. Potensi
terjadinya risiko dari dampak yang tidak diharapkan tersebut
tergolong rendah, karena PT. PQR Finance mempunyai
keuangan yang cukup kuat untuk menutupi kerugian yang terjadi
dan mempunyai manajemen kredit yang baik sehingga potensi
kerugian kredit macet dapat ditekan seminimal mungkin.
3. Pertumbuhan kredit
Pertumbuhan kredit yang terjadi selama beberapa tahun terakhir
telah melampaui rencana sesuai dengan pertumbuhan ekonomi,
demografi dan persaingan. Pada tahun 2001 sampai tahun 2006
terjadi peningkatan unit pembiayaan sepeda motor pada PT. PQR
Finance dengan rata-rata 55,34 persen (PT. PQR Finance, 2007).
Dampak risiko dari pertumbuhan kredit ini tergolong moderate,
berarti tidak mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
peningkatan kerugian risiko kredit yang terjadi. Pertumbuhan
kredit selama kurun waktu tersebut disertai juga dengan tingkat
profitabilitas PT. PQR Finance yang cukup tinggi. Potensi
terjadinya risiko tergolong rendah yang berarti dampak negatif
dari pertumbuhan kredit memiliki kemungkinan yang kecil
dikarenakan PT. PQR Finance telah memiliki manajemen yang
kuat.
70
4. Pendapatan kredit
Pendapatan PT. PQR Finance sangat tergantung pada usaha
perkreditannya namun telah terdiversifikasi. Pendapatan dari
kegiatan perkreditan yang terdiversifikasi berarti pendapatan
diperoleh dari pengelolaan kredit terhadap segmentasi konsumen
tertentu telah baik dilaksanakan sesuai dengan yang telah
direncanakannya sehingga dapat meminimalisir kerugian dan
meningkatkan pendapatan. Oleh karena itu, potensi terjadinya
risiko cukup rendah dan tidak mempunyai pengaruh cukup besar
terhadap peningkatan kerugian dari usaha perkreditannya.
5. Persentase penyisihan piutang ragu-ragu terhadap total kredit
Persentase penyisihan piutang ragu-ragu terhadap total kredit
memiliki dampak moderate yang berarti cukup berpengaruh
terhadap pengurangan pendapatan bersih. Potensi terjadinya
risiko ini tergolong rendah. Hal ini terlihat dengan rendahnya
rasio penyisihan piutang ragu-ragu terhadap total kreditnya yang
kurang dari 10 persen (PT. PQR Finance, 2007).
6. Risk and return
Dampak dari risk and return tergolong tinggi, berarti PT. PQR
Finance menghadapi tingkat risiko yang tinggi dengan diimbangi
tingkat imbal hasil (return) yang tinggi. Hal ini dikarenakan
dengan misi PT. PQR Finance yang melakukan transaksi kredit
sebagian besar untuk masyarakat menengah ke bawah yang
memiliki potensi risiko gagal bayar (macet) yang tinggi. Akan
tetapi, potensi dari risiko tergolong rendah karena manajemen
kredit yang baik yaitu dari prosedur yang ketat dan kualitas SDM
yang baik sehingga tingkat profitabilitas yang dicapai cukup
tinggi.
7. Kebijakan kredit dan pemilihan risiko
Kebijakan kredit, pemilihan risiko dan jaminan kredit tergolong
moderate yang berarti pada pelaksanaannya tidak terlalu
menyimpang dan sesuai dengan yang direncanakan.
71
Penyimpangan dari penerapan kebijakan kredit dan kesalahan
dalam pemilihan risiko, dalam hal penerimaan konsumen, dapat
berakibat pada meningkatnya kredit macet dan menurunnya
pangsa pasar PT. PQR Finance. Potensi terjadinya risiko kredit
tersebut tergolong rendah.
8. Struktur kredit
Struktur kredit yaitu prosedur kredit, jangka waktu (tenor), suku
bunga, dan syarat lain yang akan diberikan kepada konsumen.
Struktur kredit memiliki dampak moderate yang berarti terdapat
sedikit kelemahan dalam struktur kredit dan terdapat
penyimpangan jaminan serta seimbang dengan tekanan
persaingan dalam industri pembiayaan. Potensi terjadinya risiko
tersebut tergolong rendah yang berarti struktur kredit di PT. PQR
Finance cenderung kuat sesuai dengan prosedur dan kebijakan
kredit yang ditetapkan.
9. Persyaratan dan dokumentasi collateral
Persyaratan collateral mempunyai dampak dengan adanya
pelanggaran dalam penentuan syarat-syarat jaminan terhadap
calon konsumen. Tetapi dampak tersebut tergolong rendah
karena jaminan berupa BPKB bagi konsumen tergolong cukup
baik untuk mengurangi kemungkinan peningkatan kerugian dari
risiko gagal bayar konsumen.
10. Pendapatan bunga yang masih harus diterima berbanding total kredit
Pendapatan bunga yang masih harus diterima berbanding total
kredit yang tinggi berdampak pada berkurangnya pendapatan
bersih dan meningkatnya potensi kerugian (penghapusan piutang
ragu-ragu) dari usaha perkreditan PT. PQR Finance. Tetapi,
potensi risiko yang terjadi di PT. PQR Finance tergolong rendah
yang berarti pendapatan bunga yang diterima sesuai dengan
rencana dan tepat waktu.
72
11. Perubahan bauran portofolio kredit
Perubahan bauran portofolio kredit memiliki dampak yang cukup
tinggi dan dapat meningkatkan risiko kredit. Perubahan bauran
portofolio ini dapat terjadi ketika sebagian besar konsumen PT.
PQR Finance rata-rata memiliki periode jangka waktu kredit
yang semakin panjang seperti dari rata-rata dengan jangka waktu
satu sampai dua tahun menjadi dua sampai tiga tahun. Hal ini
berdampak pada meningkatnya potensi gagal bayar konsumen
dan meningkatkan potensi kerugian akibat meningkatnya risiko
tersebut. Potensi dari dampak risiko tersebut tergolong rendah
karena manajemen PT. PQR Finance secara periodik
menganalisis dan memantau konsumen-konsumen yang
berpotensi gagal bayar dengan ketat.
12. Kecukupan penyisihan piutang ragu-ragu
Kecukupan penyisihan piutang ragu-ragu yang rendah
mempunyai dampak yang sangat besar dalam industri
pembiayaan sehingga menyebabkan perusahaan tidak dapat
menutupi kerugian dari konsumen yang gagal bayar dan
menyebabkan kebangkrutan. Bagi PT. PQR Finance, potensi dari
dampak risiko tersebut tergolong rendah karena PT. PQR
Finance mempunyai keuangan yang cukup kuat dengan total
asset mencapai Rp 10,49 triliun untuk tahun 2007.
13. Trend migrasi kredit
Trend migrasi kredit pada konsumen PT. PQR Finance
mempunyai dampak yang moderate dan berpotensi rendah yang
berarti perpindahan status konsumen yang tergolong lancar ke
konsumen dengan status yang meragukan (overdue 90 hari)
cukup rendah karena proses transaksi kredit yang ketat. Trend
migrasi kredit yang rendah menunjukkan baiknya manajemen
PT. PQR Finance dalam memperoleh pendapatan dan tingkat
kolektibilitas yang tinggi.
73
14. Tingkat kredit overdue 30 hingga 150 hari
Tingkat kredit jatuh tempo (overdue) antara 30 hingga 150 hari
mempunyai dampak yang moderate, berarti cukup memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kerugian yang disebabkan
pembayaran yang tidak tepat waktu atau tidak sesuai dengan
yang direncanakan. Potensi terjadinya risiko dari tingkat jatuh
tempo (overdue) antara 30 hingga 150 hari tergolong rendah
yang berarti pendapatan yang diterima tepat waktu dan kerugian
dapat diminimalisir.
15. Tingkat dan kecenderungan kredit overdue lebih dari 150 hari
Tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo (overdue) lebih
dari 150 hari (kredit macet) mempunyai dampak yang tinggi
yaitu potensi kerugian yang diakibatkan kredit macet sangat
besar dan dapat mengurangi pendapatan bersih (net income)
perusahaan. Potensi dari terjadinya risiko tersebut bagi PT. PQR
Finance tergolong rendah karena tingkat dan kecenderungan
kredit jatuh tempo lebih dari 150 hari (macet) sangat kecil yaitu
kurang dari lima persen sehingga kerugian dapat ditekan
semaksimal mungkin.
Kualitas manajemen risiko kredit dan kuantitas risiko kredit
disesuaikan dengan aggregate risk matrix. Aggregate risk matrix
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11 menunjukkan bahwa
peringkat risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate. Hal
ini berarti, dengan kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka
PT. PQR Finance masih dapat dengan baik mengelola risiko kredit
yang dihadapinya. Tetapi, manajemen risiko kredit PT. PQR Finance
tetap memerlukan pengelolaan terhadap risiko kredit dengan baik
sehingga dapat meminimalisir kerugian dari usaha perkreditannya.
74
Tabel 11. Aggregate risk matrix PT. PQR Finance Quality of Risk Management
Quantity of Risk
Low Moderate High Weak Low to Moderate Moderate to High High
Satisfactory Low Moderate Moderate to High
Strong Low Low to Moderate Moderate
4.4.2. Analisis Internal Risiko Kredit Metode CreditRisk+ Portofolio
Analisis internal risiko kredit dengan metode CreditRisk+
digunakan untuk mengukur tingkat potensi kerugian dari risiko kredit
yang terjadi di PT. PQR Finance. Analisis dengan menggunakan
metode ini berasal dari portofolio konsumen PT. PQR Finance yang
memiliki potensi gagal bayar atau meningkatkan kredit macet.
1. Menetapkan exposure, kemungkinan gagal bayar dan standar deviasi
Nilai exposure diperoleh dari konsumen dengan status
overdue 30 hari atau gagal bayar lebih dari 30 hari per bulan. Hal
ini bertujuan bahwa status overdue 30 hari sebagai alat peringatan
dini (early warning tool) untuk mengukur tingkat kredit macet
yang terjadi pada status overdue lebih dari 150 hari. Kelompok
konsumen ini dikelompokkan berdasarkan asumsi kemungkinan
gagal bayar (probability of default), recovery rate, down payment
dan wilayah yang sama. Nilai exposure dari kelompok konsumen
dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari 54 kelompok konsumen, nilai
exposure terkecil pada tahun 2005 sebesar Rp 1.347.735.711,59
dan nilai exposure terbesar yaitu Rp 902.008.133.877,62. Pada
tahun 2006, nilai exposure terkecil yaitu sebesar
Rp 2.425.500.657,17 dan nilai exposure terbesar yaitu
Rp 1.316.118.185.190,81. Pada tahun 2005, rata-rata persentase
exposure terhadap total kredit yang mencapai 4,07 persen
sedangkan pada tahun 2006 mencapai 5,12 persen. Hal ini
menunjukkan peningkatan risiko exposure sebesar 1,05 persen.
75
Rata-rata exposure maksimum (Lampiran 1), yaitu
penyimpangan exposure yang masih dapat ditolelir, diperkirakan
mencapai 0,54 persen (tahun 2005) dan 0,70 persen (tahun 2006)
dari kemungkinan terjadinya risiko exposure pada periode analisis
tersebut. Persentase total exposure selama kurun waktu Januari
2005 sampai Februari 2007 dapat dilihat pada Gambar 17.
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
jan.
05
feb.
05
mar
.05
apr.0
5
mei
.05
jun.
05
jul.0
5
ags.
05
sept
.05
okt.0
5
nov.
05
des.
05
jan.
06
feb.
06
mar
.06
apr.0
6
mei
.06
jun.
06
jul.0
6
ags.
06
sept
.06
okt.0
6
nov.
06
des.
06
jan.
07
feb.
07
Peningkatan persentase dari tahun 2005 sampai tahun 2006
berpotensi pada meningkatnya potensi kredit macet dan
menyebabkan meningkatnya kerugian. Peningkatan persentase
exposure dan exposure maksimum disebabkan pada pertumbuhan
kredit dan faktor-faktor eksternal perusahaan. Persentase exposure
ini dapat menjadi ukuran peringatan dini atas potensi kerugian
dari kredit macet konsumen pada saat overdue lebih dari 150 hari
(kredit macet). Pengelolaan dan pengendalian atas besarnya nilai
exposure ini memerlukan manajemen yang kuat sehingga mampu
meminimalisir potensi kerugian tersebut.
Pengukuran potensi risiko kredit yang dianalisis dengan
metode CreditRisk+ menggunakan asumsi kemungkinan gagal
bayar (probability of default) dan standar deviasi (Lampiran 1)
yang berasal dari PT. PQR Finance selama periode yang dianalisis
Gambar 17. Persentase total exposure terhadap total kredit selama kurun waktu Januari 2005 sampai Februari 2007(PT. PQR Finance, 2007) (diolah)
exposure
76
yaitu tahun 2005 dan tahun 2006. Penentuan perubahan
kemungkinan gagal bayar (probability of default) dan standar
deviasi (standard deviation) dari PT. PQR Finance atas dasar
pertimbangan pertumbuhan kredit dan faktor-faktor eksternal
perusahaaan. Kemungkinan gagal bayar (probability of default)
dan standar deviasi tiap kelompok konsumen dapat dilihat pada
Lampiran 9.
Perubahan kemungkinan gagal bayar (probability of default)
dan standar deviasi dari tahun 2005 sampai tahun 2006 pada tiap
kelompok konsumen diakibatkan oleh perkembangan kredit
sepeda motor Honda dan ruang lingkup manajemen kredit di PT.
PQR Finance (kebijakan kredit, prosedur, sistem, dan hal-hal yang
terkait dengan transaksi kredit) yang terjadi selama kurun waktu
tersebut di PT. PQR Finance. Standar deviasi pada Lampiran 9
menyatakan tingkat kerugian maksimum yang tidak dapat
diperkirakan bagi tiap kelompok konsumen tetapi masih dapat
ditolelir. Sedangkan nilai value at risk merupakan unexpected loss
yang berarti tingkat kerugian maksimum (katastropik) yang tidak
dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 99 persen.
Persentase kerugian dari penetapan kemungkinan gagal bayar
(probability of default) dan standar deviasi pada Lampiran 9 telah
dikurangi dengan kemungkinan recovery rate.
2. Penghitungan Expected Loss (EL) dan Unexpected Loss (UL)
Expected Loss (EL) merupakan potensi kerugian yang dapat
diperkirakan selama kurun waktu tertentu. Lampiran 10
menunjukkan nilai expected loss pada tahun 2005 mencapai
Rp 624.209.403.115,00 atau 11 persen dari total exposure yang
diperkirakan sebesar Rp 5.676.476.499.458,44. Hal ini berarti
total potensi kerugian yang diperkirakan untuk tahun 2005 dari 54
kelompok konsumen dengan total 38.524 konsumen mencapai
Rp 624.209.403.115,00. Unexpected loss (UEL) menggunakan
tingkat kepercayaan 99 persen seperti yang disarankan oleh Credit
77
Suisse Group Boston (1997). Pada tahun 2005, nilai unexpected
loss mencapai Rp 2.291.182.236.209,00 yang berarti merupakan
kerugian katastropik (terburuk) yang harus mampu ditutupi oleh
PT. PQR Finance agar mampu bertahan dalam persaingan di
industri pembiayaan. Nilai expected loss, unexpected loss dan
economic capital dapat dilihat pada Gambar 18.
0,00%
1,00%
2,00%
3,00%
4,00%
5,00%
6,00%
0 500.000.000.000 1.000.000.000.000 1.500.000.000.000 2.000.000.000.000 2.500.000.000.000 3.000.000.000.000 3.500.000.000.000 4.000.000.000.000
Gambar 18. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2005
Lampiran 11 menunjukkan nilai expected loss pada tahun
2006 mencapai Rp 1.336.277.928.654,00 atau 14,96 persen
dari total exposure yang diperkirakan sebesar
Rp 8.934.926.821.495,23. Hal ini berarti total potensi kerugian
yang diperkirakan untuk tahun 2006 dari 54 kelompok
konsumen dengan total 38.879 konsumen mencapai
Rp 1.336.277.928.654,00. Pada tahun 2006, nilai unexpected loss
pada tingkat kepercayaan 99 persen mencapai
Rp 4.579.060.206.464,00. Nilai expected loss, unexpected loss
dan economic capital dapat dilihat pada Gambar 19.
Unexpected Loss (99%) Expected Loss Economic Capital
Rp 2.291.182.236.209,00 Rp 624.209.403.115,08
Probabilitas
Jumlah kerugian risiko kredit (rupiah)
78
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
3,00%
3,50%
0 1.000.000.000.000 2.000.000.000.000 3.000.000.000.000 4.000.000.000.000 5.000.000.000.000 6.000.000.000.000 7.000.000.000.000
Gambar 19. Grafik probabilitas kerugian risiko kredit tahun 2006
Dari 54 kelas konsumen, kelas konsumen DP<5.1 dan
DP<5.2 memiliki tingkat exposure dan kemungkinan gagal bayar
(probability of default) yang tinggi sehingga kedua kelas
konsumen tersebut memiliki expected loss tertinggi. Oleh karena
itu, PT. PQR Finance perlu memberikan perhatian yang khusus
terhadap kedua kelas konsumen tersebut karena memiliki tingkat
risiko kerugian kredit yang tinggi yaitu dengan menetapkan suku
bunga yang lebih tinggi secara merata terhadap calon konsumen
pada kedua kelas tersebut dengan pertimbangan risiko
kemungkinan gagal bayar dan melakukan pengawasan yang ketat
secara periodik.
Ditinjau dari persentase kemungkinan gagal bayar
(probability of default) pada Lampiran 9, kelas konsumen DP<5.9
dan DP5-10.9 memiliki persentase tertinggi. Hal ini menunjukkan
tingkat profitabilitas rendah yang berarti tingkat kolektibilitas PT.
PQR Finance untuk kedua kelas konsumen tersebut tergolong
rendah dibandingkan kelas konsumen lainnya. Oleh karena itu,
PT. PQR Finance pun perlu memberikan perhatian khusus untuk
kelas konsumen DP<5.9 dan DP5-10.9 karena memiliki tingkat
profitabilitas yang rendah dan tingkat risiko yang sangat tinggi
seperti penetapan tingkat suku bunga yang tinggi, pemilihan
Jumlah kerugian risiko kredit (rupiah)
Probabilitas
Economic Capital Unexpected Loss (99%) Expected Loss Rp 4.579.060.206.464,00 Rp 1.336.277.928.653,90
79
terhadap calon konsumen secara sangat selektif dan pengawasan
secara periodik terhadap transaksi kredit konsumen yang termasuk
kelas konsumen tersebut.
Peningkatan kerugian yang terjadi pada tahun 2006 baik
expected loss maupun unexpected loss diakibatkan pertumbuhan
kredit di PT. PQR Finance itu sendiri dan faktor eksternal seperti
kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga BBM. Nilai
expected loss dapat ditutupi dengan persentase recovery rate yang
dilakukan oleh PT. PQR Finance, perolehan laba kemudian
cadangan (provisi) yang ditetapkan setiap periode, dan sejumlah
dana yang dapat diperoleh dari mitigasi risiko seperti asuransi.
Persentase penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan
penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta
penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan dapat
dilihat pada Gambar 20.
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Jan-
05
Feb-
05
Mar
-05
Apr
-05
May
-05
Jun-
05
Jul-0
5
Aug
-05
Sep
-05
Oct
-05
Nov
-05
Dec
-05
Jan-
06
Feb-
06
Mar
-06
Apr
-06
May
-06
Jun-
06
Jul-0
6
Aug
-06
Sep
-06
Oct
-06
Nov
-06
Dec
-06
Gambar 20. Persentase cadangan penghapusan piutang, kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan terhadap total real loss tahun 2005-2006 (PT. PQR Finance, 2007)(diolah)
written off nett loss from sale and diminution in market value of repossessed collateral recovery rate
80
Nilai expected loss dapat tercermin dalam persentase
kecukupan laba dan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu
(written off doubtful accounts), kerugian dari penjualan dan
penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih (net
loss from sale and diminution in market value of repossessed
collateral) dan penerimaan kembali piutang yang telah
dihapusbukukan (recovery of written off receivables) pada
Lampiran 15. Gambar 20 menunjukkan persentase penghapusan
piutang ragu-ragu (written off) terhadap total real loss dengan
rata-rata tahun 2005 sebesar 67,70 persen dan tahun 2006 sebesar
61,30 persen. Persentase kerugian dari penjualan dan penyisihan
penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih (net loss from sale
and diminution in market value of repossessed collateral) terhadap
total real loss untuk tahun 2005 dengan rata-rata sebesar 43,69
persen dan tahun 2006 dengan rata-rata sebesar 52,03 persen.
Persentase penerimaan kembali piutang yang telah
dihapusbukukan (recovery of written off receivables) terhadap
total real loss untuk tahun 2005 dengan rata-rata sebesar -11,29
persen dan tahun 2006 dengan rata-rata sebesar -13,33 persen.
Nilai rata-rata recovery rate tersebut memiliki implikasi bahwa
semakin negatif nilai recovery rate maka semakin besar
persentase kerugian dari kredit macet yang dapat dikurangi.
Kecenderungan rata-rata persentase Gambar 20 di atas dapat
dijadikan indikator penghapusan piutang, kerugian dari penjualan
dan penyisihan penurunan nilai pasar agunan yang diambil alih
serta penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan
yang akan ditetapkan berdasarkan perhitungan expected loss.
3. Penghitungan modal ekonomi (economic capital)
Informasi mengenai economic capital (Lampiran 1)
diperlukan sebagai ukuran risiko yang harus ditanggung oleh PT.
PQR Finance dari kerugian kredit macet yang tidak terduga.
Economic capital merupakan selisih dari nilai unexpected loss
81
(tingkat kepercayaan 99 persen) dan expected loss. Tahun 2005,
economic capital mencapai Rp 1.666.972.833.094,00. Tahun
2006, economic capital mencapai Rp. 3.242.782.277.810,00.
Economic capital tersebut dapat ditetapkan sebagai indikator yang
harus mampu diperoleh dari pendapatan kegiatan perkreditan,
perolehan dari asuransi yang dibayarkan konsumen setiap periode
transaksi dan modal yang ditetapkan oleh PT. PQR Finance
sebagai antisipasi dari kerugian macet yang harus ditanggung
terhadap kejadian yang tidak terduga.
4. Uji validitas dengan backtesting
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan backtesting
dari nilai expected loss terhadap kerugian aktual (real loss) untuk
periode 2005 dan 2006. Total real loss dari seluruh kelompok
konsumen tahun 2005 yaitu sebesar Rp 631.490.838.000,00 dan
tahun 2006 sebesar Rp 1.280.904.003.460,00. Jika dibandingkan
dengan nilai potensi kerugian yang diperkirakan, terdapat selisih
sebesar Rp 7.281.434.885,00 (penyimpangan sekitar 1,15 persen)
pada tahun 2005 dan Rp 55.373.925.194,00 (penyimpangan
sekitar 4,32 persen) pada tahun 2006. Jika selisih antara potensi
kerugian dengan real loss masih berada di bawah enam persen,
berarti penghitungan potensi kerugian masih dapat diterima
(Jorion dalam Iqbal, 2007). Dengan demikian, kemungkinan gagal
bayar (probability of default) dari seluruh kelompok konsumen
cukup akurat untuk memperhitungkan potensi kerugian yang
terjadi dan metode CreditRisk+ dapat digunakan sebagai input
alternatif perhitungan potensi kerugian akibat kredit macet.
4.5. Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Kredit Sepeda Motor Honda PT. PQR Finance
Sebagai perusahaan pembiayaan sepeda motor terbesar di Indonesia,
PT. PQR Finance harus memiliki pengelolaan yang baik terhadap
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian risiko kredit. PT. PQR
Finance yang memiliki 104 cabang di seluruh Indonesia memiliki sistem
82
pengelolaan online dan terintegrasi dalam proses kredit yang cepat dengan
pengendalian yang ketat.
Program mitigasi risiko merupakan program pengarah yang dilakukan
oleh suatu perusahaan untuk menghilangkan, mengurangi, menetapkan atau
justru meningkatkan risiko yang ada. Program mitigasi risiko yang dilakukan
PT. PQR Finance berupa kebijakan terkait dengan risiko kredit yang
dirumuskan oleh manajemen tingkat atas, pemantauan secara ketat terhadap
manajemen kredit di kantor-kantor cabang dan pembangunan sistem
terintegrasi. Keseluruhan penggunaan sistem ini dilakukan secara terpusat
atas dasar efisiensi dan peningkatan produktivitas berdasarkan visi, misi dan
tujuan perusahaan tersebut.
Program mitigasi risiko dapat juga berupa asuransi, pembentukan
sistem pengukuran kerugian dari risiko kredit, penyisihan penghapusan
piutang ragu-ragu (written off doubtful accounts) dan penerimaan kembali
piutang yang telah dihapusbukukan (recovery of written off receivables)
sebagai ukuran risiko atas kejadian yang tidak terduga. Sebagai bagian dari
pengendalian risiko kredit, program mitigasi risiko yang dilakukan oleh PT.
PQR Finance telah dirumuskan dengan baik. Program mitigasi tersebut
diterapkan menjadi pengelolaan dan pengendalian.
Pengelolaan risiko kredit sebagai antisipasi terjadinya kerugian dari
terjadinya risiko kredit yang dilakukan oleh PT. PQR Finance dinamakan
acquisition, yaitu sebagai proses pengelolaan yang dilakukan secara terpusat
terhadap seluruh kantor cabang yang tersebar di seluruh wilayah di
Indonesia. Proses acquisition yang diterapkan oleh PT. PQR Finance antara
lain sebagai berikut :
1. Membangun supply chain management yang baik antara kantor pusat maupun kantor cabang
Supply chain management (Lampiran 1) yang diterapkan oleh PT.
PQR Finance antara konsumen, dealer, dan departemen-departemen
kantor pusat atau cabang yang terkait dengan kegiatan usaha perusahaan
tersebut untuk mencapai efektivitas dan efisiensi. Dalam kegiatan
perkreditannya, PT. PQR Finance berhubungan erat dengan dealer-
dealer resmi sepeda motor Honda dan konsumen-konsumennya. Order
83
management merupakan suatu proses yang terkait dengan dealer
mengenai penawaran penyediaan fasilitas kredit untuk konsumen dealer
yang telah memenuhi kriteria layak dan penyediaan dana secara tunai
berdasarkan nilai yang telah disepakati untuk konsumen yang telah layak
menerima fasilitas kredit dari PT. PQR Finance. Hal-hal yang terkait
dengan order management yaitu origination (keaslian dan kebenaran
suatu transaksi atau perjanjian), credit approval (penerimaan fasilitas
kredit bagi calon konsumen yang layak), documentation (dokumentasi
mengenai calon konsumen) dan disbursement (pembayaran down
payment dari konsumen sebagai perjanjian awal transaksi).
Proses order management didukung oleh proses product
development, promosi, printing, dan networking. Account management
merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian dan
pengendalian terhadap konsumen agar dapat melakukan pembayaran
secara penuh sesuai kesepakatan dan tepat waktu, serta apabila konsumen
melakukan penyimpangan maka dapat diambil tindakan cepat sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk mendukung proses
account management maka dilakukan collateral management. Collateral
management merupakan proses perencanaan, pengorganisasian dan
pengendalian terhadap jaminan konsumen sebagai bagian dari proses
transaksi kredit, dalam hal ini PT. PQR Finance mensyaratkan BPKB
sebagai jaminan wajib.
Proses yang terkait dengan account management antara lain
kendali piutang (account receivables control), pengumpulan angsuran
kredit (credit collection), pengendalian penyimpangan dari konsumen
(remedial) dan pemasaran kembali unit sepeda motor yang telah ditarik
dari konsumen yang tidak mampu membayar kembali dengan ketentuan
yang telah disepakati (remarketing). Untuk mengambil alih BPKB dari
dealer bagi calon konsumen yang telah layak mendapatkan fasilitas
kredit, maka PT. PQR Finance melakukan proses pendanaan dalam
rangka mempersiapkan dana secara tunai untuk dealer melalui proses
order management dan selanjutnya BPKB disimpan di PT. PQR Finance
84
hingga transaksi kredit telah selesai kemudian diberikan kepada
konsumen. Keseluruhan proses didukung oleh departemen-departemen
yang terkait yang dinamakan business support, seperti human resource
departement, informasi dan teknologi, accounting, audit dan business
support departement (fasilitas).
2. Penetapan prosedur dan kebijakan yang terkait dengan transaksi kredit.
PT. PQR Finance menetapkan dan mengelola prosedur transaksi
kredit, yang meliputi proses transaksi, proses penagihan piutang, dan
proses remedial. Proses transaksi kredit yang terdapat pada Lampiran 12
menjelaskan bahwa konsumen dapat mengajukan permohonan kredit
sepeda motor Honda melalui kantor cabang PT. PQR Finance, kantor
pos, ataupun dealer. Konsumen dapat mengisi form aplikasi pembayaran
atau dokumen pendukung yang kemudian akan dianalisis oleh
manajemen kredit melalui credit scoring dan survei. Konsumen yang
tidak layak dalam persetujuan kredit akan dimasukkan dalam data bad
customer file. Sedangkan konsumen yang layak untuk diberikan kredit,
akan menerima kontrak dan unit sepeda motor akan dikirimkan kepada
konsumen yang bersangkutan melalui dealer ataupun PT. PQR Finance.
Bagi transaksi melalui dealer, PT. PQR Finance akan secara langsung
mentransfer sejumlah dana kepada dealer tersebut berdasarkan
persyaratan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Bagian
keuangan akan melakukan pencatatan proses transaksi kredit dengan
konsumen berdasarkan persyaratan yang telah disepakati.
Proses penagihan piutang sebagaimana yang terdapat pada
Lampiran 13 menjelaskan bahwa konsumen dapat melakukan
pembayaran melalui bank, kantor cabang PT. PQR Finance, ataupun
kantor pos dengan tanda bukti berupa slip setoran dan kwitansi. Apabila
konsumen melanggar pembayaran (terlambat membayar selama 10 hari
dan 23 hari), maka konsumen yang bersangkutan akan terkena somasi.
Pembayaran yang terlambat lebih dari 30 hari (overdue lebih dari 30
hari) akan ditangani oleh pihak Departemen Account Receivable dan
85
Departemen Remedial. Proses penagihan terhadap konsumen akan
dilakukan oleh bagian kolektor.
Proses remedial (Lampiran 14) dilakukan bagi konsumen yang
melanggar pembayaran terlambat lebih dari 60 hari. Data konsumen
diterima dari Departemen Account Receivable menuju Departemen
Remedial, kemudian akan dimasukkan ke dalam daftar problem account
dan dianalisis menggunakan remedial tool. Pada proses selanjutnya, debt
collector akan melakukan proses penagihan. Apabila konsumen telah
terlambat membayar pada jangka waktu lebih dari 150 hari, maka akan
dilakukan penarikan unit sepeda motor (pick up) dan proses transaksi
kredit akan dihentikan oleh eksekutor. Sepeda motor yang telah ditarik
dan diterima dari konsumen yang telah melanggar kontrak akan diproses
sebagai sepeda motor bekas (used motorcycle).
3. Pembangunan sistem terintegrasi
Sistem terintegrasi digunakan sebagai sistem credit scoring dengan
prinsip 5C terhadap calon konsumen dan business intelligence system
untuk keakuratan dan kecepatan informasi dalam keputusan bisnis
strategis serta jaringan komunikasi internal perusahaan yang ekstensif.
Pembangunan yang sistem terintegrasi ini memungkinkan keakuratan
dalam menentukan tingkat gagal bayar konsumen (probability of default)
dan standar deviasi melalui credit scoring sehingga kegagalan konsumen
yang diperkirakan dapat diantisipasi pada awal persetujuan. Keakuratan
sistem tersebut dapat ditunjukkan dengan meningkatnya tingkat
kolektibilitas selama beberapa bulan terakhir pada tahun 2006 seperti
yang terdapat pada Tabel 12.
86
Tabel 12. Persentase kolektibilitas portofolio kredit terhadap total kredit PT. PQR Finance selama tahun 2006
Periode Kredit Lancar (tepat
waktu)
Kredit Dalam
Perhatian Khusus
(overdue 30)
Kredit Kurang Lancar (overdue 60)
Kredit Diragukan
(overdue 90)
Kredit Macet (overdue 150)
Januari 89,78% 6,04% 2,46% 1,30% 0,42% Februari 89,39% 6,06% 2,63% 1,41% 0,51% Maret 89,41% 5,98% 2,53% 1,52% 0,57% April 90,08% 5,58% 2,32% 1,43% 0,59% Mei 90,76% 5,25% 2,06% 1,27% 0,65% Juni 91,85% 4,69% 1,86% 1,10% 0,51% Juli 92,43% 4,52% 1,61% 0,95% 0,49% Agustus 92,91% 4,33% 1,54% 0,86% 0,36% September 93,32% 4,12% 1,42% 0,80% 0,34% Oktober 91,82% 5,49% 1,57% 0,82% 0,30% November 92,59% 4,79% 1,52% 0,81% 0,30% Desember 92,74% 4,55% 1,56% 0,86% 0,29% Rata-rata 91,42% 5,12% 1,92% 1,09% 0,44% Sumber : PT. PQR Finance, 2007 (diolah)
Tabel 12 menjelaskan bahwa rata-rata tingkat kolektibilitas untuk
kredit lancar mengalami perkembangan yang cukup baik selama tahun
2006. Rata-rata persentase kredit lancar PT. PQR Finance selama tahun
2006 mencapai 91,42 persen, dan lebih tinggi dibandingkan kategori
kredit yang lain seperti kredit macet yang mencapai 0,44 persen. Hal ini
dapat menunjukkan bahwa PT. PQR Finance memiliki sistem
manajemen kredit yang baik sehingga sebagian besar angsuran kredit dan
sisa hutang konsumen dapat dibayar secara penuh pada periode yang
telah ditetapkan.
Pengendalian atas kemungkinan kerugian dari terjadinya risiko kredit
yang akan diterima oleh PT. XYZ. Finance antara lain :
1. Rescheduling dan reconditioning
Rescheduling dan reconditioning yang dilakukan oleh Departemen
Account Officer (AO) dan Departemen Remedial di kantor cabang.
Rescheduling dilakukan melalui penjadwalan ulang dimana konsumen
yang terlambat membayar diberi jangka waktu tertentu untuk membayar
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan PT. PQR Finance.
Reconditioning dilakukan dengan cara mengubah berbagai persyaratan
dan prosedur seperti penundaan pembayaran bunga sampai dengan
87
waktu tertentu, dimana penundaan pembayaran hanya berlaku untuk
bunga pinjaman, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayarkan
seperti biasa.
2. Kerjasama dengan PT. Asuransi Astra Buana
Kerjasama ini dapat mengurangi kemungkinan kerugian dari
konsumennya. Dalam setiap transaksi konsumen diwajibkan membayar
premi asuransi dengan persentase yang telah ditetapkan oleh PT. PQR
Finance. Asuransi tersebut akan diberikan kepada PT. PQR Finance
untuk menutupi kerugian akibat kecelakaan sepeda motor Honda
konsumen selama masa transaksi.
3. Menetapkan penyisihan penghapusan piutang ragu-ragu, penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan dan modal ekonomi (economy capital).
Penetapan penyisihan piutang ragu-ragu dan perolehan penerimaan
kembali piutang yang telah dihapusbukukan (recovery rate) tergantung
pada seberapa baik manajemen PT. PQR Finance memperoleh
pendapatan dari piutang yang telah dihapusbukukan. Departemen
Account Receivables (AR) dan Remedial berperan dalam perkembangan
recovery rate setiap konsumen yang gagal bayar.
Penetapan modal ekonomi (economic capital) sebagai informasi
yang diperlukan untuk mengukur risiko yang harus ditanggung oleh PT.
PQR Finance dari kerugian kredit macet yang tidak terduga. Economic
capital tersebut harus mampu diperoleh dari pendapatan kegiatan
perkreditan, perolehan dari asuransi yang dibayarkan konsumen setiap
periode transaksi dan modal yang telah ditetapkan oleh PT. PQR
Finance sebagai antisipasi dari kerugian macet yang harus ditanggung
terhadap kejadian yang tidak terduga. Keakuratan penetapan economic
capital dapat berdasarkan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Oleh
karena itu, sistem credit scoring untuk menentukan kemungkinan gagal
bayar (probability of default) bagi tiap konsumen harus cukup akurat dan
tepat.
88
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit PT. PQR Finance yaitu
faktor internal perusahaan (sumber daya manusia, teknologi dan informasi,
kebijakan perusahaan, dan keuangan), faktor business partner (dealer dan
konsumen), lingkungan eksternal (kebijakan pemerintah, persaingan dalam
industri pembiayaan sepeda motor, dan kondisi ekonomi serta keamanan
negara). Faktor-faktor konsumen meliputi overdue, down payment, jangka
waktu kredit (tenor), pendapatan konsumen, moral dan morale hazard.
2. Peringkat risiko di PT. PQR Finance tergolong low to moderate yang berarti
dengan kualitas manajemen risiko kredit yang kuat maka PT. PQR Finance
masih dapat dengan baik mengelola risiko kredit yang terjadi. Nilai expected
loss pada tahun 2005 mencapai Rp 624.209.403.115,00 dan tahun 2006
mencapai Rp 1.336.277.928.654,00. Pada tahun 2005, nilai unexpected loss
mencapai Rp 2.291.182.236.209,00 dan tahun 2006 mencapai Rp
4.579.060.206.464,00 yang berarti kerugian katastropik yang harus mampu
ditutupi oleh PT. PQR Finance dengan tingkat kepercayaan 99 persen. Kelas
konsumen DP<5.1 dan DP<5.2 memiliki tingkat exposure dan probability of
default yang tinggi sehingga kedua kelas konsumen tersebut memiliki
expected loss tertinggi.
3. Pengelolaan risiko kredit yang dilakukan PT. PQR Finance adalah
membangun supply chain management yang baik antara kantor pusat
maupun kantor cabang, penetapan prosedur dan kebijakan transaksi kredit
dan pembangunan sistem terintegrasi (credit scoring dan business
intelligence system). Pengendalian terhadap risiko kredit yang dilakukan PT.
PQR Finance yaitu rescheduling dan reconditioning oleh departemen
Account Officer (AO) dan Departemen Remedial, kerjasama dengan PT.
Asuransi Astra Buana, serta menetapkan penyisihan penghapusan piutang
ragu-ragu dan penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan.
89
B. Saran
1. PT. PQR Finance sebaiknya mengelola dengan baik faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi risiko kredit terutama faktor-faktor yang berasal dari
sisi konsumen melalui penetapan kebijakan dan prosedur transaksi kredit
seperti dengan memperbesar rata-rata persentase down payment konsumen
dan memperketat penentuan jangka waktu kredit bagi calon konsumen.
2. Untuk mengurangi kuantitas risiko kredit PT. PQR Finance perlu lebih
meningkatkan kualitas manajemen risiko kredit. Hal ini dapat dilakukan
dengan perbaikan secara terus menerus untuk aspek-aspek yang mengurangi
efisiensi dan efektivitas kinerja seperti dari segi SDM dan sistem analisis
terhadap konsumen serta prosedur dan kebijakan transaksi kredit. Metode
CreditRisk+ dapat ditetapkan sebagai alternatif perhitungan di PT. PQR
Finance, dengan overdue 30 hari sebagai early warning tool dan penetapan
tingkat probability of default tiap konsumen untuk tahun 2007 dan tahun-
tahun selanjutnya. Berdasarkan kemungkinan tingkat gagal (probability of
default) dan expected loss yang tinggi, PT. PQR Finance perlu memberikan
perhatian khusus terhadap konsumen pada kelas konsumen DP<5.1 dan
DP<5.2 yaitu dengan menetapkan suku bunga yang lebih tinggi dan
pengawasan yang ketat secara periodik.
3. Pengendalian atas kemungkinan kerugian risiko kredit dapat dilakukan
dengan meningkatkan recovery rate terhadap konsumen gagal bayar.
Kualitas kolektor dan eksekutor dapat ditingkatkan sehingga diharapkan
recovery rate mampu ditingkatkan untuk tahun 2007 dibandingkan tahun
2005 (11,29 persen) dan tahun 2006 (13,33 persen). Modal ekonomi dapat
ditetapkan di PT. PQR Finance sebagai indikator awal bagi perolehan
tingkat pendapatan dari kegiatan perkreditan yang harus dapat dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. 2006. Kondisi Perusahaan Pembiayaan Tahun 2006 dalam Economic Review Journal. http://www.google.com. [ 24 Februari 2007 ].
Coyle, B. 2000. Framework For Credit Risk Management. CIB Publishing.
United Kingdom. Credit Suisse First Boston Group. 1997. CreditRisk+ A Credit Risk Management
Framework. http://www.csfb.com. [ 13 Maret 2007 ]. Crouhy, M dan Dan Galai et al. 2000. Risk Management. Mc Graw Hill, Inc. New
York Darmawi, H. 2004. Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta. Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2006. Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan melalui Keputusan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006. http://www.pajak.go.id. [ 23 September 2006 ].
Dewi. 2005. Tren Industri Pembiayaan di Indonesia dalam Economic Review
Journal No.201. September 2005. http://www.bni.co.id/document. [ 23 November 2006 ].
Djinarto, B. 2000. Banking Asset Liability Management. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Djohanputro, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM.
Jakarta. Hasbullah, Yudistira. 2004. Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Kredit di
Perbankan dalam rangka Good Corporate Governance. Jurnal pada Usahawan No.12 edisi Desember.
Institute of Risk Management. 2002. http://www.irm.com. [ 16 Oktober 2006 ]. Iqbal, A. 2007. Analisis Risiko Pembiayaan Syariah, Pendekatan Metode
CreditRisk+ Portofolio (Studi Kasus: BMT Prima Dinar Cabang Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah). Skripsi pada Departemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kountur, R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Penerbit PPM. Jakarta.
91
Lam, J. 2003. Enterprise Risk Management From Incentives to Controls.Wiley Finance. New Jersey.
Muljono, TP. 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. BPFE-
Yogyakarta. Yogyakarta. Olof, R. 2006. Penerapan Metode Credit Risk+ dalam Pengukuran Risiko Kredit
pada Pembiayaan Kendaraan Bermotor (Studi Kasus PT. XYZ). Tesis pada Magister Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.
PT. PQR Finance. 2006. Corporate Social Responsibility PT. PQR Finance. PT.
PQR Finance Cabang Bogor. Bogor ________. 2007. Financial Report PT. PQR Finance 31 Desember 2001 - 2003.
http://www.bes.co.id. [ 12 Maret 2007 ]. ________. 2007. Financial Report PT. PQR Finance 31 Desember 2004 - 2006.
http://www.bes.co.id. [ 12 Maret 2007 ]. ________. 2007. Risk Portofolio Segmentation PT. PQR Finance Periode 2004 -
2007. http://www.bes.co.id. [ 15 April 2007 ]. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Tampubolon, R. 2005. Risk and System Based Internal Auditing. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta. Wibowo, F. 2004. Pemahaman Risk Management. Makalah Seminar Pemahaman
dan Implementasi Risk Management Dalam Surat Utang. 18 Februari 2004. Jakarta. http://sinarmas.co.id. [ 16 Desember 2006 ].
Winarni, Endang Sri dan Cut Indriani. 2004. Probabilitas Transisi Kualitas Kredit
dan Besarnya Risiko Kredit dengan Macro Simulation Approach. Jurnal pada Usahawan No. 06 edisi Juni.
www.infobanknews.com. [ 28 Desember 2006 ]. www.aisi.co.id. [ 28 Desember 2006 ]. www.bi.go.id. [ 06 Juli 2007 ]
Business Support DirectorBusiness Support Director
Board of CommissionersBoard of Commissioners
President DirectorPresident DirectorA U D I TA U D I T
Marketing DirectorMarketing Director Operating DirectorOperating Director
Marketing DivisionMarketing Division
RemidialRemidial and Legal and Legal DivisionDivision
Operating DivisionOperating Division IT DivisionIT Division
Corporate Development Corporate Development DivisionDivision
Board of DirectorsBoard of Directors
Finance DivisionFinance Division
Corporate Corporate CommunicationCommunication
Lam
piran1. Struktur
OrganisasiK
antorPusatPT
. PQR
Finance94
Area Department
Branch Marketing Field
Remedial
AR(Account Receivable)
PBS (Personnel & Business Support)
Credit
Finance
UMC (Used Motorcycle)
Marketing Service
NMC
UMC
Electronic
Lam
piran2. Struktur
OrganisasiK
antorC
abangPT
. PQR
Finance95
CUSTOMER
BRANCH
POS
DEALER
CREDIT OPERATION
SURVEYOR
CREDITOPERATION
CREDITOPTR.
CREDITCOMMITTEE
CUSTOMER
DATABASEA/R
- Mengisi aplikasi- Mengisi dokumenpendukung
- customer dataentry
Mengirim aplikasi konsumenkepada PQR Finance
Bad customer file
for blacklist
-credit scoring-document checking
- survey- Tanda tangan kontrak
- document checking
no
Marginal
no
yes
Persetujuan pembiayaan ( PO )
Pengiriman unit sepeda motor
Collectingprocess
- customer dataentry
- Mencetakkontrak
FINANCE
CROSSCHECK
FINANCEHO
- Permintaan dana
Direct Transfer to dealer
Rp.
Up date statusA/R
yes
Tagihan dealer
Lam
piran12. Proses
ProsesT
ransaksiT
ransaksi Kredit
Kredit
110
CUSTOMERBRANCH
POS
rupiah
KOLEKTOR
BANK SLIPSETORAN
KWITANSI DATABASEA/R
KWITANSI
DAFTARKUNJUNGAN
HARIAN
SOMASI
PROSESREMEDIAL
A/R overdue over 30 days
- 10 hari- 23 hari
Lam
piran13. Proses
ProsesPenagihanPenagihan
PiutangPiutang
111
96
Lampiran 4. Tabel Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit
Pernyataan Mengenai
Kualitas Manajemen Risiko Kredit Taksiran Potensi Kualitas Manajemen Risiko Kredit
(K-M-L)
Rating Bobot
1 Kebijakan kredit yang ada K 5 10 2 Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan
dan pemilihan risiko M 3 11
3 Pelaksanaan analisis kredit K 5 7 4 Risk rating dan problem loan identification K 5 15 5 Credit scoring K 5 6 6 Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM) K 5 14 7 Pengawasan aktif manajemen K 5 5 8 Budaya kredit M 3 3 9 Penyusunan strategi atau business plan K 5 4 10 Kemampuan pejabat kredit K 5 13 11 Struktur kompensasi K 5 12
TOTAL BOBOT 100 Keterangan :
K = Kuat (5) M = Memuaskan (3) Lemah = (1)
Skala total nilai kualitas risiko : weak (100-200); satisfactory (210-390); strong (400-500)
Nilai kualitas = [(5 x 10) + (3 x 11) + (5 x 7) + (5 x 15) + (5 x 6) + (5 x 14) + (5 x 5) +
(3 x 3) + (5 x 4) + (5 x 13) + (5 x 12)] = 472 (Strong)
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO KREDIT
SEPEDA MOTOR HONDA PADA PT. PQR FINANCE
97
Lampiran 5. Keterangan Indikator Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit
Indikator Kuat (Strong) Memuaskan (Satisfactory)
Lemah (Weak)
1 Kebijakan kredit yang ada
Efektif, menunjukkan secara jelas tujuan portofolio, toleransi risiko dan standar pemilihan risiko
Pada dasarnya cukup. Perlu beberapa perbaikan khusus toleransi risiko
Kebijakan tidak memadai dan butuh perbaikan. Tidak cukup jelas atau terlalu umum dalam mengkomunikasikan tujuan portofolio, risk tolerance, dan seleksi risiko
2 Pelaporan penyimpangan terhadap kebijakan, dan pemilihan risiko
Diidentifikasi, disetujui, dipantau dan dilaporkan secara efektif per individu dan agregat kredit
Memerlukan sedikit analisis trend untuk menentukan dampaknya pada kualitas portofolio kredit
Ada kebijakan penyimpangan, namun tidak dilaporkan atau tidak dianalisis dampaknya terhadap kualitas portofolio kredit atau penyimpangan tidak mendapat persetujuan
3 Pelaksanaan analisis kredit
Lengkap dan berhati-hati, tepat waktu baik saat underwriting atau penilaian berkala berikutnya
Analisis setelah underwriting memerlukan beberapa perbaikan
Analisis kredit tidak memadai, dilakukan secara formal dan mengabaikan risiko kunci dan data kredit tidak lengkap
4 Risk rating dan problem loan identification
Dilaksanakan dengan akurat dan tepat waktu. Berfungsi sebagai early warning tool dan mendukung penetapan suku bunga berbasis risiko, loan loss provision, dan proses alokasi modal
Masih memadai untuk mendeteksi kredit bermasalah yang berkembang. Perlu perbaikan untuk mendukung penetapan suku bunga berbasis risiko, loan loss provision, dan proses alokasi modal
Masalah kredit tidak teridentifkasi tepat waktu dan risiko portofolio salah disajikan. Loan grading tidak memadai untuk penetapan suku bunga, loan loss provision, dan alokasi modal
5 Credit scoring Belum menunjukkan masalah manajemen portofolio kredit
Menunjukkan kurang baiknya manajemen portofolio kredit
Menunjukkan administrasi kredit yang buruk
6 Peran Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Menyajikan informasi portofolio, untuk penyimpanan secara akurat, lengkap dan tepat waktu dan berguna bagi manajemen untuk mengelola risiko kredit
Manajemen menerima laporan yang memadai untuk menganalisis risiko kredit tetapi masih dibutuhkan penyempurnaan
SIM tidak akurat, tidak lengkap dan tidak tepat waktu. Manajemen dapat salah dalam mengambil keputusan dan menilai profil risiko kredit
7 Pengawasan aktif manajemen
Baik dalam pengelolaan risiko kredit dengan tanggung jawab dan akuntabilitas yang jelas
Manajemen mengelola risiko secukupnya, namun masih dibutuhkan tambahan kemampuan
Manajemen tidak memiliki kemampuan untuk mengelola risiko kredit. Tanggung jawab tidak jelas
98
8 Budaya kredit Terdapat budaya kredit yang jelas dan sehat. Toleransi risiko dari manajemen dikomunikasikan dan dimengerti secara jelas
Terdapat budaya kredit namun kurang dikomunikasikan atau diinformasikan secara jelas
Budaya kredit tidak memadai atau gagal. Toleransi risiko tidak dipahami dengan benar
9 Penyusunan strategi atau business plan
Konsisten dengan kecenderungan risiko dan menghasilkan keseimbangan antara pengambilan risiko dengan pertumbuhan pendapatan. Produk dan inisiatif baru diriset secara mendalam dan diuji sebelum diimplementasikan
Konsisten dengan kecenderungan risiko. Terjadi kepanikan untuk meningkatkan pendapatan dengan risiko yang lebih tinggi meski pengambilan risiko tetap seimbang dengan pertumbuhan dan tujuan menambah pendapatan
Strategi atau business plan menganjurkan tingkat risiko yang tidak moderate karena kurangnya waktu untuk mencari pendapatan yang tinggi. Strategi yang dibuat dengan memasuki usaha atau produk baru tanpa antisipasi yang cukup
10 Kemampuan pejabat kredit
Jumlah dan kemampuan sesuai dengan kompleksitas portofolio kredit. Turnover pegawai rendah dan pendidikan memungkinkan pengalihan tanggung jawab rendah
Kemampuan pejabat masih sesuai dengan besar dan kompleksitas portofolio kredit. Turnover pegawai moderat dapat menghasilkan gap dengan pejabat. Inisiatif training mungkin tidak konsisten
Jumlah staf atau keterampilan pejabat kredit tidak memadai, turnover dan gap tinggi serta tidak didukung training yang memadai
11 Struktur kompensasi
Kompensasi memadai dibandingkan dengan produktivitas hasil kredit, kualitas kredit dan pengelolaan portofolio termasuk risiko
Manajemen kredit dan struktur kompensasi pegawai memberi keseimbangan antara produksi loan/revenue, kualitas kredit dan administrasi kredit
Pengelolaan kredit dan struktur kompensasi tidak seimbang dengan produktifitas loan/revenue.
Lanjutan Lampiran 5. Keterangan Indikator Register Kualitas Manajemen Risiko Kredit
99
Lampiran 6. Tabel Register Kuantitas Risiko Kredit
Sumber Risiko Pernyataan Mengenai Risiko
Taksiran Potensi
Dampak Risiko
(H-M-L)
Taksiran Potensi Terjadi Risiko
(H-M-L)
Nilai Risiko
1 Loan dan Total Asset
Level of Loan to Total Asset H L 7
2 Rasio Loan terhadap Modal
Loan to Capital Ratio H L 7
3 Pertumbuhan Kredit
Pertumbuhan kredit terhadap rencana sesuai pertumbuhan ekonomi, demografi dan persaingan
M L 3
4 Pendapatan kredit Diversifikasi dan independensi pendapatan terhadap kredit
M L 3
5 Penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu
Persentase penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu terhadap total kredit
M L 3
6 Risk and Return Risk and Return H L 7 7 Kebijakan kredit Kebijakan kredit, pemilihan risiko
dan prosedur kredit M L 3
8 Struktur kredit Struktur kredit M L 3 9 Kolateral Persyaratan dan dokumentasi
kolateral L L 1
10 Pendapatan bunga Pendapatan bunga yang masih harus diterima berbanding total kredit
H L 7
11 Portofolio kredit Perubahan bauran portofolio kredit H L 7 12 Penyisihan
Penghapusan Piutang Ragu-ragu
Kecukupan Penyisihan Penghapusan Piutang Ragu-ragu
H L 7
13 Migrasi kredit konsumen
Trend migrasi kredit khususnya antar kategori lancar
M L 3
14 Kredit jatuh tempo konsumen
Tingkat kredit jatuh tempo antara 30 hingga 150 hari
H L 7
15 Kredit jatuh tempo konsumen
Tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo >150 hari
H L 7
Total Nilai Risiko 75 Keterangan : H = High (5) M = Moderate (3) L = Low (1) Skala dampak dan probabilitas : Rendah (1-3); Moderate (4-7); Tinggi (9-10). Rata-rata = jumlah nilai risiko = 75 = 5 (Moderate) sumber risiko 15
100
Lampiran 7. Keterangan Indikator Register Kuantitas Risiko Kredit
Indikator Rendah (Low) Sedang (Moderate) Tinggi (High) 1 Level of Loan to
Total Asset Relatif rendah Relatif moderat Relatif tinggi
2 Loan to Capital Ratio
Rendah Sedang Tinggi
3 Pertumbuhan kredit terhadap rencana sesuai pertumbuhan ekonomi, demografi dan persaingan
Sesuai rencana Melampaui rencana Jauh melampaui rencana
4 Diversifikasi dan independensi pendapatan terhadap kredit
Terdiversifikasi dengan baik dan dependensi rendah
Ketergantungan pada kredit namun terdiversifikasi
Ketergantungan penuh pada bunga kredit dengan dampak trend siklis
5 Persen penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu terhadap total kredit
Tinggi Moderate Rendah
6 Risk and Return Seimbang dan loan yields moderat
Risk and Return sedikit seimbang dan loan yields moderat
Risiko lebih tinggi dari pengembaliannya dan loan yields tinggi
7 Kebijakan kredit, pemilihan risiko dan prosedur kredit
Konservatif yang tercermin dari kredit yang diberikan atau diperpanjang
Antara konservatif dan moderat
Kebijakan yang terlalu liberal atau terlalu menyimpang dari kebijakan
8 Struktur kredit Struktur kredit kuat dengan sedikit penyimpangan prosedur kredit
Terdapat sedikit kelemahan dalam struktur dan penyimpangan prosedur kredit, seimbang dengan tekanan persaingan
Banyak struktur kredit lemah atau penyimpangan terhadap prosedur kredit yang sangat berisiko
9 Persyaratan collateral
Dimintakan dalam prosedur kredit dan dinilai secara tepat waktu
Syarat kolateral sedikit dilanggar.
Syarat kolateral yang liberal atau banyak penyimpangan dan tanpa penilaian
10 Pendapatan bunga berbanding total kredit
Rendah Moderate Mengarah tidak tertagih dengan jumlah besar
11 Perubahan bauran portofolio kredit
Rendah dengan risiko yang netral atau dikurangi
Cenderung meningkat namun masih moderat
Tinggi dan meningkatkan risiko portofolio
101
12 Kecukupan penyisihan dan penghapusan piutang ragu-ragu
Stabil Moderat, pencadangan harus ditingkatkan
Rendah. Butuh tambahan cadangan besar
13 Trend migrasi kredit khususnya antar kategori lancar
Rendah dan mengarah ke peringkat yang lebih tinggi
Trend migrasi naik dan cenderung risiko moderat
Banyak terjadi penurunan ke peringkat rendah
14 Tingkat kredit jatuh tempo antara 30 hingga 150 hari
Rendah dengan trend stabil
Moderate, trend stabil atau sedikit meningkat
Moderate ke tinggi dengan trend cepat
15 Tingkat dan kecenderungan kredit jatuh tempo >150 hari
Rendah dengan trend stabil
Moderate, trend stabil atau sedikit meningkat
Moderate ke tinggi dengan trend cepat
Lanjutan Lampiran 7. Keterangan Indikator Register Kuantitas Risiko Kredit
102Lampiran 8. Exposure Tahun 2005 dan 2006 (dalam Rupiah)
Kelas Konsumen Total Exposure Tahun 2005 DP25-30.9 1.347.735.711,59 DP>30.9 1.578.762.398,74 DP20-25.9 1.703.111.823,93 DP5-10.9 3.033.660.578,56 DP<5.9 3.252.047.207,30 DP25-30.3 6.616.418.007,50 DP10-20.9 8.497.365.194,79 DP25-30.6 8.661.315.753,85 DP>30.6 9.153.473.096,59 DP25-30.7 9.255.758.866,59 DP25-30.1 9.461.304.425,30 DP25-30.8 9.876.756.593,93 DP>30.3 10.974.460.084,07 DP25-30.4 12.356.655.457,09 DP>30.1 13.373.394.001,47 DP20-25.6 13.389.651.004,40 DP20-25.3 13.526.966.528,89 DP>30.8 13.643.613.112,83 DP25-30.5 14.132.900.747,99 DP>30.7 14.870.083.254,70 DP20-25.8 16.320.677.711,30 DP20-25.1 16.897.171.767,99 DP>30.5 18.606.618.578,87 DP20-25.7 19.167.249.507,20 DP20-25.4 22.045.026.723,25 DP>30.4 23.213.259.490,25 DP20-25.5 27.418.411.507,58 DP25-30.2 37.823.096.156,83 DP>30.2 45.216.524.856,07 DP20-25.2 64.926.684.778,34 DP5-10.8 79.679.763.812,37 DP10-20.8 82.083.353.603,48 DP<5.7 83.110.012.939,22 DP10-20.3 83.649.454.424,55 DP10-20.6 94.278.442.959,89 DP10-20.4 102.241.238.067,36 DP5-10.7 109.811.790.664,57 DP5-10.5 117.959.647.452,87 DP5-10.4 124.763.764.200,04 DP5-10.6 129.631.136.098,80 DP10-20.7 130.561.025.726,77 DP10-20.5 138.418.916.647,88 DP<5.4 149.803.915.601,52 DP5-10.3 153.854.117.547,40 DP<5.5 176.369.795.926,75 DP<5.8 196.422.719.360,09 DP<5.6 220.483.003.567,92 DP10-20.1 233.327.785.407,51 DP5-10.1 280.571.610.814,96 DP<5.3 297.139.449.094,06 DP10-20.2 349.882.107.444,67 DP<5.1 398.959.589.748,50 DP5-10.2 571.125.569.541,88 DP<5.2 902.008.133.877,62 Total exposure 5.676.476.499.458,44
103Lanjutan Lampiran 8. Exposure Tahun 2005 dan 2006 (dalam Rupiah)
Kelas Konsumen Total Exposure Tahun 2006 DP25-30.9 2.425.500.657,17 DP>30.9 2.534.176.337,05 DP20-25.9 3.057.347.451,93 DP25-30.3 6.479.352.729,89 DP25-30.7 7.588.646.351,25 DP25-30.6 8.672.738.593,18 DP<5.9 8.829.950.784,89 DP>30.3 9.284.328.536,70 DP5-10.9 9.821.890.469,49 DP>30.7 9.953.878.792,17 DP>30.6 10.101.213.105,22 DP25-30.1 10.823.514.929,31 DP20-25.6 11.263.947.267,62 DP20-25.3 12.777.519.311,12 DP20-25.7 14.341.052.065,91 DP10-20.9 14.955.942.458,16 DP>30.1 16.273.715.314,28 DP25-30.8 16.274.023.697,73 DP25-30.5 18.017.352.219,47 DP20-25.1 18.683.312.807,76 DP>30.8 20.096.302.861,11 DP>30.5 21.011.675.540,96 DP25-30.4 22.224.788.443,07 DP20-25.8 24.528.517.218,70 DP25-30.2 30.508.017.374,86 DP20-25.5 31.458.234.200,62 DP>30.2 39.464.709.031,54 DP20-25.4 41.582.709.722,59 DP>30.4 44.953.695.094,33 DP20-25.2 58.690.306.610,15 DP<5.7 66.313.948.793,41 DP10-20.3 93.497.936.688,37 DP5-10.7 97.071.773.831,76 DP10-20.7 98.659.929.608,09 DP10-20.6 101.953.408.316,83 DP<5.6 134.258.493.835,72 DP10-20.8 153.886.650.137,63 DP10-20.5 180.025.832.563,20 DP10-20.4 204.559.840.983,15 DP5-10.5 205.432.388.397,30 DP10-20.1 216.019.883.953,36 DP<5.4 243.558.206.914,18 DP<5.5 251.745.417.096,26 DP5-10.8 278.131.898.676,21 DP5-10.4 284.410.195.938,60 DP5-10.6 313.007.673.661,11 DP5-10.3 347.709.604.952,36 DP10-20.2 374.361.292.489,74 DP<5.8 416.506.127.323,77 DP5-10.1 512.652.189.601,10 DP<5.3 592.288.013.017,18 DP5-10.2 792.235.179.441,22 DP<5.1 1.113.844.390.105,66 DP<5.2 1.316.118.185.190,81 Total Exposure 8.934.926.821.495,23
104Lampiran 9. Probability of Default Tahun 2005 dan 2006
Kelas Konsumen Probability of default Tahun 2005 Standar Deviasi Tahun 2005 DP25-30.9 4,55% 4,29% DP>30.9 3,73% 3,96% DP20-25.9 6,22% 5,56% DP5-10.9 24,06% 4,74% DP<5.9 34,43% 10,79% DP25-30.3 3,34% 3,27% DP10-20.9 21,87% 10,04% DP25-30.6 1,76% 1,60% DP>30.6 1,34% 1,36% DP25-30.7 2,15% 1,85% DP25-30.1 5,36% 5,41% DP25-30.8 4,10% 4,05% DP>30.3 1,99% 2,09% DP25-30.4 3,23% 3,17% DP>30.1 2,70% 2,99% DP20-25.6 2,27% 2,03% DP20-25.3 3,37% 3,12% DP>30.8 3,34% 3,54% DP25-30.5 2,28% 2,09% DP>30.7 1,47% 1,42% DP20-25.8 4,35% 3,92% DP20-25.1 6,04% 5,66% DP>30.5 1,51% 1,60% DP20-25.7 2,33% 1,96% DP20-25.4 3,48% 3,13% DP>30.4 2,25% 2,32% DP20-25.5 2,43% 2,19% DP25-30.2 2,56% 2,42% DP>30.2 1,73% 1,79% DP20-25.2 3,07% 2,71% DP5-10.8 14,38% 2,12% DP10-20.8 11,58% 2,38% DP<5.7 8,96% 1,26% DP10-20.3 8,99% 1,99% DP10-20.6 5,78% 1,23% DP10-20.4 9,29% 1,89% DP5-10.7 6,68% 0,94% DP5-10.5 10,08% 1,14% DP5-10.4 11,00% 1,15% DP5-10.6 8,83% 1,54% DP10-20.7 5,91% 1,50% DP10-20.5 6,44% 1,18% DP<5.4 11,03% 1,64% DP5-10.3 14,40% 4,87% DP<5.5 12,85% 2,27% DP<5.8 17,26% 2,13% DP<5.6 10,59% 2,00% DP10-20.1 11,22% 4,51% DP5-10.1 15,34% 4,14% DP<5.3 18,87% 5,61% DP10-20.2 8,05% 1,66% DP<5.1 17,83% 3,14% DP5-10.2 8,89% 1,72% DP<5.2 11,30% 2,60%
105Lanjutan Lampiran 9. Probability of Default Tahun 2005 dan 2006
Kelas Konsumen Probability of default Tahun 2006 Standar Deviasi Tahun 2006 DP25-30.9 1,52% 2,43% DP>30.9 0,94% 2,26% DP20-25.9 3,71% 3,05% DP25-30.3 1,34% 1,94% DP25-30.7 1,80% 3,72% DP25-30.6 0,74% 1,13% DP<5.9 39,95% 11,72% DP>30.3 0,55% 1,27% DP5-10.9 40,83% 11,19% DP>30.7 1,04% 2,80% DP>30.6 0,37% 0,79% DP25-30.1 1,56% 2,11% DP20-25.6 1,90% 1,62% DP20-25.3 2,68% 2,11% DP20-25.7 2,94% 2,78% DP10-20.9 15,94% 6,20% DP>30.1 0,57% 1,20% DP25-30.8 1,30% 1,73% DP25-30.5 0,86% 1,38% DP20-25.1 3,74% 2,83% DP>30.8 0,66% 1,37% DP>30.5 0,46% 1,07% DP25-30.4 0,91% 1,17% DP20-25.8 2,97% 2,29% DP25-30.2 1,29% 1,86% DP20-25.5 1,60% 1,21% DP>30.2 0,61% 1,35% DP20-25.4 2,02% 1,63% DP>30.4 0,44% 0,89% DP20-25.2 2,65% 1,96% DP<5.7 18,54% 4,54% DP10-20.3 9,60% 2,59% DP5-10.7 14,17% 2,32% DP10-20.7 8,86% 1,51% DP10-20.6 7,27% 1,68% DP<5.6 15,17% 3,50% DP10-20.8 10,15% 2,63% DP10-20.5 6,41% 1,48% DP10-20.4 8,33% 3,30% DP5-10.5 13,44% 1,50% DP10-20.1 8,98% 2,38% DP<5.4 13,04% 3,23% DP<5.5 14,73% 3,12% DP5-10.8 17,86% 3,08% DP5-10.4 11,36% 2,52% DP5-10.6 13,18% 1,69% DP5-10.3 13,34% 2,34% DP10-20.2 8,77% 2,18% DP<5.8 18,68% 4,08% DP5-10.1 16,62% 3,84% DP<5.3 17,53% 5,07% DP5-10.2 13,73% 3,40% DP<5.1 25,10% 7,80% DP<5.2 17,42% 5,60%
106 Lampiran 10. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005
Outputs - Percentiles and loss distribution 2005 Kelas Konsumen Expected Loss Standar Deviasi Risk Contribution
DP25-30.9 61.381.378,17 57.753.289,36 259.282.291 DP>30.9 58.834.209,78 62.488.494,77 220.764.856 DP20-25.9 105.891.049,44 94.691.984,76 376.057.854 DP5-10.9 729.996.318,75 143.766.749,18 1.775.605.962 DP<5.9 1.119.659.796,72 350.852.884,39 2.615.706.464 DP25-30.3 221.222.878,61 216.054.898,05 366.508.623 DP10-20.9 1.858.734.991,91 853.117.406,17 2.809.228.356 DP25-30.6 152.778.817,68 138.863.215,27 229.425.820 DP>30.6 122.331.594,98 124.853.889,42 251.445.453 DP25-30.7 198.876.144,98 171.155.534,89 406.458.670 DP25-30.1 507.036.489,08 511.923.112,53 1.024.772.444 DP25-30.8 404.759.540,56 399.973.112,36 800.675.375 DP>30.3 217.875.433,56 229.041.723,02 409.673.944 DP25-30.4 398.804.433,25 392.191.326,66 710.606.628 DP>30.1 361.309.834,93 400.355.140,11 622.320.511 DP20-25.6 303.305.590,16 271.760.923,29 522.147.898 DP20-25.3 455.792.813,68 421.377.839,30 781.319.942 DP>30.8 455.625.043,88 482.556.515,42 778.250.269 DP25-30.5 321.883.385,61 295.042.298,73 541.916.163 DP>30.7 218.396.564,17 211.383.645,64 360.286.806 DP20-25.8 709.820.159,21 639.092.912,29 1.129.995.217 DP20-25.1 1.020.446.024,66 957.059.761,93 1.603.885.953 DP>30.5 280.323.036,92 298.608.806,86 520.578.163 DP20-25.7 446.684.740,41 375.842.198,40 818.324.909 DP20-25.4 766.959.667,12 690.209.986,62 1.321.768.318 DP>30.4 521.293.125,38 539.692.353,58 879.411.991 DP20-25.5 665.612.299,73 599.124.298,98 1.228.906.568 DP25-30.2 967.028.146,32 914.290.948,36 1.770.619.662 DP>30.2 784.333.276,96 811.622.868,27 1.489.074.579 DP20-25.2 1.991.469.999,37 1.762.312.283,80 3.891.153.962 DP5-10.8 11.461.383.710,35 1.692.518.115,08 22.111.954.024 DP10-20.8 9.504.795.291,82 1.955.516.361,22 19.593.053.979 DP<5.7 7.446.733.238,16 1.046.404.513,94 15.252.956.724 DP10-20.3 7.516.199.136,32 1.667.285.018,04 15.344.431.336 DP10-20.6 5.444.667.421,25 1.159.748.502,53 11.287.429.161 DP10-20.4 9.502.211.567,85 1.936.602.209,99 20.300.973.884 DP5-10.7 7.337.276.538,17 1.029.405.980,18 16.169.275.981 DP5-10.5 11.887.240.953,97 1.343.589.923,54 26.916.961.288 DP5-10.4 13.722.122.100,63 1.431.312.357,30 30.125.606.490 DP5-10.6 11.451.715.848,55 1.996.531.941,63 26.211.206.149 DP10-20.7 7.719.172.355,02 1.960.871.578,43 17.597.133.387 DP10-20.5 8.910.906.025,93 1.635.953.655,70 20.883.380.229 DP<5.4 16.525.742.572,25 2.455.713.593,85 39.234.084.941 DP5-10.3 22.154.891.731,36 7.491.032.792,47 54.798.260.276 DP<5.5 22.671.328.138,52 3.997.829.077,91 57.543.806.261 DP<5.8 33.892.926.875,96 4.188.986.606,00 89.068.851.711 DP<5.6 23.348.939.235,55 4.399.011.029,49 65.683.322.215 DP10-20.1 26.173.203.635,19 10.530.262.117,33 74.224.738.497 DP5-10.1 43.028.737.773,40 11.610.523.327,49 138.171.374.554 DP<5.3 56.065.019.039,51 16.663.704.996,77 179.799.756.420 DP10-20.2 28.174.531.429,60 5.812.539.486,09 99.726.260.056 DP<5.1 71.144.682.188,26 12.546.251.546,61 277.336.497.284 DP5-10.2 50.747.500.063,02 9.845.782.253,98 249.293.782.937 DP<5.2 101.949.009.458,49 23.427.218.337,85 693.990.964.774 Total 624.209.403.115,08 145.241.655.726 2.291.182.236.209
107Lanjutan Lampiran 10. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2005 Outputs - Percentiles and loss distribution 2005
Percentile Credit loss amount Mean 624.209.403.115
50,00 495.799.596.099 75,00 897.446.581.084 95,00 1.640.464.049.270 97,50 1.929.463.850.634 99,00 2.291.182.236.209 99,50 2.552.457.354.312 99,75 2.807.817.105.097
99,90 3.135.971.653.000
Percentile Credit loss amount Credit loss amount per Expected loss
Mean 624.209.403.115 1,0050,00 495.799.596.099 0,7975,00 897.446.581.084 1,4495,00 1.640.464.049.270 2,6397,50 1.929.463.850.634 3,0999,00 2.291.182.236.209 3,6799,50 2.552.457.354.312 4,0999,75 2.807.817.105.097 4,50
99,90 3.135.971.653.000 5,02 Hasil Pengolahan Minitab 14 Probability Density Function Poisson with mean = 1 x P( X = x ) 0,00 0,367879 0,50 0,000000 0,79 0,000000 1,00 0,367879 1,44 0,000000 1,50 0,000000 2,00 0,183940 2,50 0,000000 2,63 0,000000 3,00 0,061313 3,09 0,000000 3,50 0,000000 3,67 0,000000 4,00 0,015328 4,09 0,000000 4,50 0,000000 5,00 0,003066 5,02 0,000000
Expected Loss
Unexpected Loss
Economic Capital Tahun 2005
Cumulative Distribution Function Poisson with mean = 1 x P( X <= x ) 0,00 0,367879 0,50 0,367879 0,79 0,367879 1,00 0,735759 1,44 0,735759 1,50 0,735759 2,00 0,919699 2,50 0,919699 2,63 0,919699 3,00 0,981012 3,09 0,981012 3,50 0,981012 3,67 0,981012 4,00 0,996340 4,09 0,996340 4,50 0,996340 5,00 0,999406 5,02 0,999406
108 Lampiran 11. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006
Outputs - Percentiles and loss distribution 2006 Kelas Konsumen Expected Loss Standar Deviasi Risk Contribution
DP25-30.9 36.752.789,86 59.018.690,75 117.392.415 DP>30.9 23.711.139,48 57.252.537,34 73.504.929 DP20-25.9 113.573.226,47 93.279.766,76 311.265.981 DP25-30.3 86.780.725,83 125.693.890,55 158.058.026 DP25-30.7 136.336.112,07 282.627.187,88 231.946.741 DP25-30.6 63.809.012,13 98.060.525,59 102.963.843 DP<5.9 3.527.425.573,39 1.034.443.129,42 5.653.405.513 DP>30.3 51.407.264,26 118.202.095,33 80.874.105 DP5-10.9 4.010.053.195,17 1.098.990.919,91 6.182.827.583 DP>30.7 103.115.007,28 278.225.683,56 158.245.150 DP>30.6 37.574.027,46 79.668.332,06 57.369.861 DP25-30.1 168.506.717,91 228.135.562,64 251.359.765 DP20-25.6 214.004.219,37 182.365.342,36 315.113.568 DP20-25.3 343.045.179,67 268.984.149,04 485.922.850 DP20-25.7 421.496.417,55 398.986.768,62 763.417.792 DP10-20.9 2.384.408.000,38 926.920.267,24 4.239.135.707 DP>30.1 92.846.345,25 195.910.804,93 159.219.349 DP25-30.8 211.740.125,59 281.215.567,62 363.103.777 DP25-30.5 154.374.761,34 248.087.308,41 254.052.621 DP20-25.1 699.537.281,21 528.182.309,45 1.135.119.712 DP>30.8 133.421.777,07 274.539.613,73 210.658.516 DP>30.5 96.565.178,32 224.844.160,26 150.030.629 DP25-30.4 201.979.362,16 260.151.600,49 307.705.590 DP20-25.8 728.478.169,45 561.637.731,98 1.073.986.578 DP25-30.2 392.410.593,07 567.787.282,01 635.966.664 DP20-25.5 503.238.735,73 379.885.513,93 806.147.573 DP>30.2 239.902.501,69 531.324.783,33 355.008.537 DP20-25.4 841.911.010,57 676.926.248,23 1.393.166.381 DP>30.4 199.237.965,89 398.861.958,15 319.909.861 DP20-25.2 1.553.965.277,33 1.148.256.524,27 2.520.617.391 DP<5.7 12.297.236.560,87 3.009.817.451,62 20.972.139.903 DP10-20.3 8.977.662.101,40 2.420.660.716,04 15.727.210.283 DP5-10.7 13.753.648.137,18 2.248.911.099,96 23.713.168.344 DP10-20.7 8.737.448.173,92 1.487.382.344,41 14.962.705.167 DP10-20.6 7.410.840.768,79 1.716.011.635,30 12.520.350.216 DP<5.6 20.362.288.175,86 4.705.264.780,43 37.498.505.147 DP10-20.8 15.624.485.348,71 4.052.474.358,80 28.742.347.719 DP10-20.5 11.535.621.961,74 2.669.349.607,91 22.082.231.819 DP10-20.4 17.045.356.244,87 6.758.593.658,30 34.039.357.567 DP5-10.5 27.605.226.378,17 3.072.989.802,19 55.010.386.277 DP10-20.1 19.408.589.672,91 5.142.454.592,10 39.633.409.242 DP<5.4 31.761.398.330,42 7.862.967.680,87 67.022.684.692 DP<5.5 37.070.986.662,78 7.844.837.400,64 80.441.899.664 DP5-10.8 49.673.813.960,65 8.565.093.837,63 111.425.759.215 DP5-10.4 32.306.165.354,74 7.166.562.256,63 71.580.983.885 DP5-10.6 41.259.226.532,58 5.303.432.631,81 94.110.726.845 DP5-10.3 46.372.630.063,19 8.140.553.807,49 111.877.054.961 DP10-20.2 32.834.846.593,94 8.152.551.107,21 81.623.322.695 DP<5.8 77.797.331.913,10 17.013.313.922,12 201.321.502.714 DP5-10.1 85.217.822.917,32 19.695.351.657,98 241.657.384.159 DP<5.3 103.847.559.101,67 30.032.309.537,20 326.416.199.038 DP5-10.2 108.758.731.170,49 26.931.099.689,40 402.024.593.624 DP<5.1 279.613.294.454,98 86.867.123.773,18 1.280.359.900.659 DP<5.2 229.234.110.380,70 73.678.324.644,78 1.175.428.885.621 Total 1.336.277.928.653,90 356.145.898.249,88 4.579.060.206.464
109Lanjutan Lampiran 11. Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 Hasil Pengolahan Spreadsheet CreditRisk+ CSFB Tahun 2006 Outputs - Percentiles and loss distribution 2006
Percentile Credit loss amount Mean 1.336.277.928.654
50,00 1.126.132.184.808 75,00 1.915.065.751.816 95,00 3.357.081.055.569 97,50 3.903.360.059.112 99,00 4.579.060.206.464 99,50 5.069.976.460.015 99,75 5.543.449.545.739
99,90 6.150.747.923.834
Percentile Credit loss amount Credit loss amount per Expected loss
Mean 1.336.277.928.654 1,0050,00 1.126.132.184.808 0,8475,00 1.915.065.751.816 1,4395,00 3.357.081.055.569 2,5197,50 3.903.360.059.112 2,9299,00 4.579.060.206.464 3,4399,50 5.069.976.460.015 3,7999,75 5.543.449.545.739 4,15
99,90 6.150.747.923.834 4,60 Hasil Pengolahan Minitab 14 Probability Density Function Poisson with mean = 1 x P( X = x ) 0,00 0,367879 0,50 0,000000 0,84 0,000000 1,00 0,367879 1,43 0,000000 2,50 0,000000 2,51 0,000000 2,92 0,000000 3,00 0,061313 3,43 0,000000 3,50 0,000000 3,79 0,000000 4,00 0,015328 4,15 0,000000 4,50 0,000000 4,60 0,000000
Expected Loss
Unexpected Loss
Economic Capital Tahun 2006
Cumulative Distribution Function Poisson with mean = 1 x P( X <= x ) 0,00 0,367879 0,50 0,367879 0,84 0,367879 1,00 0,735759 1,43 0,735759 2,50 0,919699 2,51 0,919699 2,92 0,919699 3,00 0,981012 3,43 0,981012 3,50 0,981012 3,79 0,981012 4,00 0,996340 4,15 0,996340 4,50 0,996340 4,60 0,996340
113
Lampiran 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PT. PQR FINANCE
NERACA 31 DESEMBER 2004, 2005 DAN 2006
(Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2004 2005 2006 AKTIVA Kas dan setara kas 149.549.588 411.809.590 471.958.267Efek 20.212.732 Piutang pembiayaan konsumen (bersih) 8.297.801.852 14.286.504.032 9.149.908.840Piutang lain-lain 88.822.531 298.777.585 332.591.348Pajak dibayar dimuka 160.593.933Biaya dibayar dimuka 9.088.075 20.788.079 44.046.553Aktiva pajak tangguhan (bersih) 100.699.991 209.698.277 184.021.151Aktiva tetap 54.716.822 88.993.809 123.485.339Aktiva lain-lain 14.385.081 15.542.896 21.679.194JUMLAH AKTIVA 8.735.276.672 15,332.114.268 10,488.284.625 KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN Hutang lain-lain 28.972.397 63.722.731 48.279.295Hutang premi asuransi 101.618.342 461.262.595 191.765.831Biaya yang masih harus dibayar 156.104.472 191.155.318 169.783.962Hutang pajak 130.711.535 113.217.995 43.977.809Pinjaman 5.491.124.611 10.978.692.695 6.580.898.244Hutang obligasi 1.763.741.515 2.014.288.146 1.667.001.024Pinjaman subordinasi 200.000.000 200.000.000 Kewajiban derivatif 8.375.323 117.800.429JUMLAH KEWAJIBAN 7.872.272.872 14.030.714.803 8.819.506.594EKUITAS Modal saham 80.000.000 80.000.000 280.000.000Saldo laba yang dicadangkan 200.000 300.000 400.000Saldo laba yang belum dicadangkan 782.803.800 1.221.099.465 1.388.378.031JUMLAH EKUITAS 863.003.800 1.301.399.465 1.668.778.031JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 8.735.276.672 15.332.114.268 10.488.284.625
114
Lanjutan Lampiran 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PT. PQR FINANCE LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 31 DESEMBER 2004, 2005 DAN 2006
(Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2004 2005 2006 PENDAPATAN Pembiayaan konsumen 2.079.759.746 3.373.671.011 3.788.920.367Administrasi 301.500.129 505.931.073 493.456.958Bunga dan denda 59.591.968 110.591.198 160.223.964Jumlah pendapatan 2.440.851.843 3.990.193.282 4.442.601.289BEBAN Beban usaha 631.612.719 1.078.446.146 1.333.235.533Beban bunga dan keuangan 942.130.709 1.364.839.464 1.539.845.668Penyisihan piutang ragu-ragu 254.521.290 683.336.003 680.334.121Beban lain-lain (bersih) 5.516.875 233.897.490 411.928.709Jumlah beban 1.833.781.593 3.360.519.103 3.965.344.031LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN 607.070.250 629.674.179 477.257.258BEBAN PAJAK PENGHASILAN 207.861.822 191.278.514 136.359.992LABA BERSIH 399.208.428 438.395.665 340.897.266LABA BERSIH PER SAHAM DASAR (Rupiah penuh) 4.990 5.480 1.217
115
Lanjutan Lampiran 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
PT. PQR FINANCE
LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL
31 DESEMBER 2004, 2005 DAN 2006 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain)
2004 2005 2006 ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI Penerimaan kas dari : Konsumen 10.046.856.163 11.078.693.832 15.502.175.537Pembiayaan bersama 371.186.796 3.266.699.235 6.208.988.221Pendapatan bunga 24.156.406 19.442.872 15.883.857Pinjaman karyawan 3.334.186 4.746.744 6.416.923Lain-lain 9.132.024 43.604.782 62.235.410Jumlah 10.454.665.575 14.413.187.465 21.795.699.948Pengeluaran kas untuk : Pembayaran kepada penyalur kendaraan (10.692.398.137) (13.885.750.817) (12.233.379.812)Pembayaran pembiayaan bersama (825.577.887) (3.037.240.860) (4.824.923.114)Pembayaran premi asuransi konsumen (325.304.374) (384.092.850) (834.361.428)Beban usaha (444.191.567) (928.099.515) (1.116.891.420)Beban bunga dan keuangan (967.524.198) (1.167.871.652) (1.355.688.911)Pajak penghasilan badan (205.465.390) (325.770.067) (343.136.933)Pinjaman karyawan (2.912.756) (6.057.219) (7.465.226)Lain-lain (28.082.266) (49.161.867) (98.503.728)Jumlah (13.491.456.575) (19.784.044.847) (20.814.350.572)Arus kas bersih diperoleh dari atau (digunakan untuk) aktivitas operasi -3.036.791.000 -5.370.857.382 981.349.376 ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Hasil penjualan aktiva tetap 789.321 1.696.752 2.679.194Hasil penjualan efek 376.368.325 669.000.000 -Pembelian aktiva tetap (29.004.315) (58.964.511) 67.817.781Pembelian efek (305.000.000) (649.000.000) -Arus kas bersih (digunakan untuk) atau diperoleh dari aktivitas investasi 43.153.331 -37.267.759 -65.138.587
116
Lanjutan Lampiran 15. Laporan Keuangan PT. PQR Finance Periode 31 Desember 2004, 2005, dan 2006
Sebagai jaminan atas piutang pembiayaan konsumen, Perseroan menerima jaminan dari
konsumen berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) dari kendaraan
bermotor yang dibiayai Perseroan.
(BEBAN) atau PENDAPATAN LAIN-LAIN (BERSIH) 31 DESEMBER 2006, 2005 DAN 2004 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2004 2005 2006 Penerimaan kembali piutang yang telah dihapusbukukan 44.453.262 71.568.190 162.881.286Selisih lebih penerimaan pembayaran dari konsumen 3.515.862 10.778.537 51.555.120Keuntungan dari penjualan aktiva tetap (bersih) 788.201 833.198 455.973Kerugian dari penjualan dan penyisihan penurunan - - -nilai pasar agunan yang diambilalih (53.550.540) (317.986.080) (631.306.790)Lain-lain (723.660) 908.665 4.485.702
-5.516.875 -233.897.490 -411.928.709
PIUTANG PEMBIAYAAN KONSUMEN (BERSIH) 31 DESEMBER 2006, 2005 DAN 2004 (Dalam ribuan Rupiah, kecuali dinyatakan lain) Cicilan piutang pembiayaan konsumen (bruto) yang akan diterima sesuai dengan tanggal jatuh
temponya :
2004 2005 2006 < 1 tahun 6.637.309.964 10.804.292.904 10.080.661.5721-2 tahun 3.756.192.866 6.835.636.730 6.813.160.195> 2 tahun 1.525.285.789 3.021.842.436 2.441.148.607 11.918.788.619 20.661.772.070 19.334.970.374 Perubahan pada penyisihan piutang ragu-ragu adalah sebagai berikut: 2004 2005 2006 Saldo awal 186.158.146 304.770.459 603.033.514Penambahan penyisihan piutang ragu-ragu 254.521.290 683.336.003 680.334.121Penghapusan piutang ragu-ragu 135.908.977 385.072.948 789.452.217Saldo akhir 304.770.459 603.033.514 493.915.418
A/R OD > 60PK
A/R DATABASE
Problem AccountList
REMED. OPS
Analyze by Remedial Tool
Executor Debt Collector
Distribute to
Pick Up
PROSESUMC
3
4
5
6a6b
Lam
piran14. Proses
ProsesRem
edial112