analisis keruangan pemanfaatan …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_skripsi/1_risky... ·...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS KERUANGAN PEMANFAATAN PELAYANAN
SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB)
DI KOTA PAYAKUMBUH
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satusyarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Strata Satu (S1) pada Jurusan Geografi FIS UNP
RISKY RAMADHAN
NIM/BP: 02229/2008
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
i
ABSTRAK
Risky Ramadhan (2013): Analisis Keruangan Pemanfaatan Pelayanan
Sekolah Sepak Bola (SSB) Di Kota Payakumbuh
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pemanfaatan
pelayanan sekolah sepak bola di Kota Payakumbuh,dilihat dari: Pemanfaatan
keruangan dari pelayanan sekolah sepak bola beserta faktor yang mempengaruhi
siswa untuk bersekolah di sekolah sepak bola yang ada di Kota Payakumbuh .
Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dimana penelitian ini
melakukan deskripsi data dan dibandingkan satu sama lainnya untuk mendapatkan
hasil akhir yang merupakan suatu kesimpulan . Tempat penelitian dilakukan di
seluruh sekolah sepak bola yang ada di Kota Payakumbuh dan teknik analisa yang
digunakan adalah analisis tetangga terdekat dalam software arc gis 9.3 .
Penelitian ini menemukan: Pemanfaatan keruangan dari pelayanan sekolah
sepak bola (SSB) di kota Payakumbuh dilihat dari alamat siswa itu berasal.
Sekolah sepak bola di manfaatkan oleh masyarakat di kota Payakumbuh. Dalam
hal ini di manfaatkan oleh penduduk usia 9-18 tahun. Pelayanan sekolah sepak
bola dimanfaatkan oleh 45 kelurahan dari 76 kelurahan di Kota Payakumbuh,
Namun pelayanan yang tersedia tidak mencukupi untuk masyarakat yang ada.
Menurut SNI 03-1733-2004 jumlah pelayanan yang harus tersedia untuk kota
Payakumbuh adalah 25 sekolah sedangkan pelayanan yang ada hanya 14 sekolah.
Hal ini menyebabkan sekolah kelebihan siswa dan terjadi ketidak merataan siswa.
Pola persebaran siswa sekolah sepak bola di Kota Payakumbuh didominasi oleh
pola mengelompok dengan 11 sekolah , dan 3 sekolah dengan pola acak.
Kemudian faktor jarak, aksesibilitas dan rute angkot mempengaruhi siswa
memilih sekolah sepak bola yang ada di kota Payakumbuh.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul “Analisis Keruangan Pemanfaatan Pelayanan Sekolah Sepak
Bola (SSB) Di Kota Payakumbuh”.
Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari segi materi maupun teknik penulisannya. Semua ini karena keterbatasan
kemampuan dan pengelaman yang ada pada peneliti. Oleh sebab itu peneliti
membuka diri terhadap saran dan masukan dari berbagai pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapat banyak bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Paus Iskarni sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan dorongan sampai terwujudnya skripsi ini.
2. Bapak Febriandi, S.Pd, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, koreksi dan pengarahan, bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi
ini.
3. Bapak Dr. Khairani M.Pd , Drs. Surtani .M.Pd , Dra Rahmanelli, M.Pd selaku
dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi
kesempurnaan penyusunan skripsi ini.
4. Ketua dan Sekretaris Jurusan Geografi FIS UNP yang telah memberikan
bantuan, dorongan, petunjuk dan kemudahsn-kemudahan lainnya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
iii
5. Dekan FIS yang telah memberikan izin penelitian.
6. Walikota Payakumbuh, Kesbangpol dan Limnas yang telah memberikan izin
penelitian
7. Pengcab PSSI Kota Payakumbuh yang telah memberikan waktu untuk peneliti
melakukan penelitian.
8. Kepada pihak-pihak responden yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teristimewa penulis persembahkan kepada kedua Orang Tua Ku tercinta
(Ayah Asril dan Mama Mimi), dan adik-adikku (Dini, Rahmad, dan Naila),
serta anggota keluarga lainnya yang telah memberikan dorongan serta
semangat pada penulis demi kelancaran skripsi ini serta terwujudnya cita-cita
penulis.
10. Sahabat seperjuangan angkatan 2008, khususnya Geo 2008 RA, RB,NR A,
NR B serta adik-adik junior yang senantiasa memberikan semangat dan
motivasi bagi peneliti
Akhir kata dengan kerendahan hati dan kekurangan yang ada pada
penulis berharap semoga skripsi ini mempunyai arti dan memberikan manfaat
bagi pembaca.
Padang, 20 Desember 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR PETA ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ...................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ....................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II KERANGKA TEORI ....................................................................... 9
A. Kajian Teori ................................................................................... 9
B. Kerangka Konseptual ..................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 22
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 22
B. Alat dan Bahan ............................................................................... 24
C. Jenis Data ....................................................................................... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 25
E. Tahap Penelitian ............................................................................. 25
v
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ....................................... 28
A. Kondisi Geografis Payakumbuh .................................................... 28
B. Topografi ........................................................................................ 29
C. Kependudukan dan Sosial .............................................................. 30
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 31
A. Temuan khusus .............................................................................. 31
B. Pembahasan ................................................................................... 86
BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 91
A. Kesimpulan .................................................................................... 91
B. Saran ............................................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1: Jumlah Sekolah Sepak Bola Menurut Kecamatan ....................... 6
Tabel 2.1: Fasilitas Ruang Terbuka dan Lapangan Olahraga......................... 14
Tabel 4.1 : Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan ..................................... 29
Tabel 4.2 : Luas Penggunaan Tanah Menurut Jenisnya .................................. 30
Tabel 4.3 : Jumlah Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatannya ........... 30
Tabel 5.1 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Sonyak Pratama ............ 32
Tabel 5.2 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB SKB .............................. 33
Tabel 5.3 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Global ........................... 35
Tabel 5.4 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Palano Jaya ................... 37
Tabel 5.5 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Simper .......................... 38
Tabel 5.6 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Remamer ...................... 40
Tabel 5.7 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB KBS .............................. 41
Tabel 5.8 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Mandala ........................ 43
Tabel 5.9 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Putra Sicincin ............... 44
Tabel 5.10 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Putra Buana ................. 46
Tabel 5.11 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Perisai.......................... 47
Tabel 5.12 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Gasper ......................... 49
Tabel 5.13 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Mudastop .................... 50
Tabel 5.14 : Alamat Siswa Yang Bersekolah Di SSB Porsid .......................... 52
Tabel 5.15 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Sonyak Pratama ... 77
Tabel 5.16 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB SKB ...................... 78
vii
Tabel 5.17 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Global ................... 78
Tabel 5.18 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Palano Jaya........... 79
Tabel 5.19 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Simper .................. 80
Tabel 5.20 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB KBS ...................... 80
Tabel 5.21 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Mandala................ 81
Tabel 5.22 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Putra Sicincin ....... 82
Tabel 5.23 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Putra Buana .......... 82
Tabel 5.24 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Perisai ................... 83
Tabel 5.25 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Gasper .................. 83
Tabel 5.26 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Mudastop ............. 84
Tabel 5.27 : Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Porsid ................... 84
Tabel 5.28 : Pemanfaatan Keruangan Dari Pelayanan SSB ............................ 87
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Pola Mengelompok (Clustered) ................................................ 11
Gambar 2.2 : Pola Acak (Random) ................................................................. 11
Gambar 2.3 : Pola Seragam ............................................................................ 11
Gambar 2.4 : Skema Kerangka Konseptual .................................................... 21
Gambar 5.1 : Jaringan Jalan SSB Sonyak Pratama ......................................... 62
Gambar 5.2 : Jaringan Jalan SSB SKB ........................................................... 63
Gambar 5.3 : Jaringan Jalan SSB Global ....................................................... 64
Gambar 5.4 : Jaringan Jalan SSB Palano Jaya ................................................ 65
Gambar 5.5 : Jaringan Jalan SSB Simper ....................................................... 66
Gambar 5.6 : Jaringan Jalan SSB Remamer ................................................... 67
Gambar 5.7 : Jaringan Jalan SSB KBS ........................................................... 68
Gambar 5.8 : Jaringan Jalan SSB Mandala ..................................................... 69
Gambar 5.9 : Jaringan Jalan SSB Putra Sicincin ............................................ 70
Gambar 5.10: Jaringan Jalan SSB Putra Buana .............................................. 71
Gambar 5.11: Jaringan Jalan SSB Perisai ....................................................... 72
Gambar 5.12: Jaringan Jalan SSB Gasper ...................................................... 73
Gambar 5.13: Jaringan Jalan SSB Mudastop .................................................. 74
Gambar 5.14: Jaringan Jalan SSB Porsid ........................................................ 75
ix
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 3.1 : Lokasi Penelitian ........................................................................ 23
Peta 5.1 : Persebaran Siswa Seluruh SSB ................................................ 54
Peta 5.2 : Jarak Terjauh Siswa SSB ........................................................... 61
Peta 5.3 : Jaringan Jalan Seluruh SSB .................................................... 76
Peta 5.4 : Rute Angkot Yang Melewati Seluruh SSB ............................... 85
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala
di muka bumi, baik yang menyangkut fisik maupun makhluk hidup beserta
permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan kewilayahan
untuk kepentingan, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto dan
Surastopo Hadisumarno, 1979). Manusia dalam pandangan ilmu geografi
merupakan salah satu elemen penting dari rantai kehidupan dimuka bumi ini.
Dalam kehidupannya manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan.
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah kebutuhan untuk memperoleh
pendidikan yang layak.
Dalam perkembangan Ilmu Geografi, manusia merupakan unsur yang
tak dapat diabaikan, sebab dalam geografi yang dipelajari adalah manusia
sebagai subyek yang menempati dan memanfaatkan bumi ini secara timbal
balik untuk berkembang lebih jauh dan tidak hanya pada hubungan manusia
dengan manusia melainkan juga manusia dengan unsur-unsur fisiknya. Makin
majunya ilmu geografi terasa perlu suatu wadah yang dapat mengembangkan
studi kependudukan.
Hampir semua orang mengakui bahwa sepak bola adalah olah raga
paling polpuler di muka bumi ini, meskipun untuk Indonesia belum
memberikan warna terang sebagai pengenal dan alat promosi. Dalam
perhelatan sepak bola dunia, khususnya Piala Dunia, bangsa Indonesia adalah
2
penonton terbanyak dari kelompok negara-negara yang tidak berpartisipasi
setelah India. Dari sisi bisnis-kapitalis, orang Indonesia termasuk
“penyumbang” terbesar dengan ikut berpartisipasi sebagai “penyelenggara”
nonton bareng (nobar) di cafe, stadion, lapangan terbuka, dan kantor (dengan
alasan lembur), membeli asesoris asli dan palsu (kaos, bola, stiker, mug,
boneka, minuman berkarbonasi yang mensponsori, dlsb). Secara tersirat, hal
ini sebenarnya menunjukkan adanya “potensi” untuk pendanaan sepak bola
yang luar biasa dari para penggila bola individu di Indonesia.
(syukriy.wordpress.com/)
Dalam GBHN 1993, tentang kebijaksanaan sektor olahraga, antara lain
meliputi arah pembangunan sektor olahraga, penciptaan budaya berolahraga,
dan iklim yang sehat yang mendorong peran serta aktif masyarakat,
penyediaan sarana dan prasarana yang memadai dan pengembangan sistem
pembinaan secara professional. Untuk mencapai sasaran dan kebijaksanaan
sektor olahraga, perlunya pembinaan olahraga prestasi, antaralain olahraga
sepakbola yang merupakan olahraga yang paling populer dan diminati
diIndonesia. Pembinaan sepakbola pada dasarnya ditujukan kepada
terbentuknya tim nasional yang tangguh dengan prestasi yang membanggakan
bangsa dan negara. Pembinaan dilakukan dengan berdasarkan dan
berlandaskan pada trikerangka sistem pembinaan sepakbola yaitu pembinaan
pemain, pembinaan klub dan pembinaan kompetisi. (eprints.undip.ac.id/)
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai asosiasi tunggal
sepak bola nasional. Pada tahun 1981 PSSI mengeluarkan program PPSN
3
(Pola pembinaan Sepakbola Nasional). Melalui program ini, dasar pembinaan
digariskan secara pasti yakni, menangguk dan mengembleng bibit unggul dan
pembinaan disentralisasi. Dari program tersebut Direktorat Keolahragaan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga
Depdikbud bekerjasama dengan KONI, dan Pemerintah Daerah
memprogramkan pembibitan persepakbola melalui Pusdiklat sepakbola untuk
membina persepakbola berbakat yang tersebar diberbagai propinsi
Kebijaksanaan Pemerintah mengenai otonomi daerah, menjadikan
daerah-daerah di Indonesia ingin menonjolkan fanatisme kedaerahan dengan
mengeksploitasi potensi-potensi di daerah masing-masing di semua bidang
termasuk olahraga.
Payakumbuh yang merupakan salah satu kota di Indonesia. Luas
Kotamadya Payakumbuh adalah 80,43 km2
yang terdiri dari 5 kecamatan,
yaitu Kecamatan Lamposi Tigo Nagari, Kecamatan Payakumbuh Barat,
Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kecamatan Payakumbuh Timur, dan
Kecamatan Payakumbuh Utara dengan jumlah penduduk 116.910 jiwa (Kota
Payakumbuh dalam angka 2010).
Kota Payakumbuh memiliki potensi berupa pemain-pemain muda yang
berbakat. Keberhasilan sepanjang 2010-2011, prestasi puncak tim sepakbola
Payakumbuh, runner up Porprov Sumbar XI. Kemudian, tim Divisi III
Persepak melaju keputaran final PSSI Regional Sumatera, di NAD.
Sementara, tim usia 18 tahun berhasil melaju ke putaran delapan besar Piala
Suratin Cup 2011. Dalam penyisihan grup B di Jakarta, Persepak satu grup
4
dengan PSIS Semarang dan PSMS Medan, dua tim yang telah malang
melintang dalam putaran final Suratin. Satu tim lagi, Villa 2000, wakil Persija
Jakarta. Terakhir Sekolah Sepak Bola (SSB) Kota Biru Payakumbuh keluar
sebagai juara pada Festival Sepak Bola Sedunia Anak Usia 12 tahun Danone
Nations Cup Indonesia tahun 2011 dan membawa propinsi Sumatera Barat ke
piala danone tingkat nasional.
Menurut Ketua Umum Pengkot PSSI Payakumbuh H. Syamsul Bahri,
di Payakumbuh sekarang ini, tercatat 14-an SSB yang aktif menjalani latihan
di sejumlah lapangan di lima kecamatan se-Kota Payakumbuh. Untuk
memacu prestasi SSB, Pengkot PSSI Payakumbuh menggelar kejuaraan antar-
SSB tiap tahun. Selain itu, klub-klub kelurahan di Payakumbuh juga banyak
aktif, dan nyaris tiap bulan di kota ini, menggelar turnamen antar klub.
Untuk mengelola potensi-potensi tersebut secara optimal, diperlukan
sarana olahraga yang secara kualitas dan kuantitas mampu mendukung proses
pengelolaan potensi-potensi tersebut dan mampu menjamin kelangsungan
pendidikan dan latihan pemain-pemain muda tersebut. Sarana olahraga
tersebut adalah sarana pembinaan pemain-pemain muda berupa Pusat
Pendidikan dan Latihan Sepakbola. Dengan tersedianya sarana yang
memungkinkan proses pembinaan pemain berjalan dengan baik, maka
pemain-pemain muda berbakat dan berpotensi dapat dipantau, dibina dan
dikembangkan sejak dini.
Mengingat pendidikan sepak bola sangat luas cakupannya maka di
dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Sekolah Sepak Bola (SSB) yang
5
terdapat di lima kecamatan Kota Payakumbuh, Distribusi/ penyebaran sekolah
sepak bola di kota-kota besar sering menjadi masalah karena ada
pengelompokan daerah-daerah tertentu atau penyebarannya tidak merata.
Selain itu juga masalah ketidakseimbangan jumlah sekolah sepak bola dengan
jumlah yang memanfaatkan fasilitas sekolah sepak bola antara daerah yang
satu dengan daerah yang lain. Hal ini disebabkan karena jumlah sekolah
berbeda, jumlah murid, keadaan ekonomi keluarga, sarana dan prasarana serta
jarak.
Tersebarnya kecamatan di Kota Payakumbuh akan membawa
perbedaan dalam hal jumlah penduduk. Hal ini disebabkan oleh
terkonsentrasikannya penduduk pada wilayah yang memiliki potensi
kecamatan yang besar atau pusat aktifitas penduduk dan pemerintah.
Perbedaan yang lain yang terjadi terutama jumlah penduduk yang
terkonsentrasi pada daerah-daerah yang memiliki potensi yang besar dalam
menjadikan aktivitas kehidupan sehari-hari, terutama pelayanan masyarakat
tentu akan berbeda pula, khususnya pemanfaatan pelayanan pendidikan sepak
bola. Pelayanan sekolah sepak bola dalam penyebarannya harus sesuai dengan
jangkauan siswa sebagai pengguna.
Permasalahan di daerah penelitian adalah kurang meratanya pelayanan
pendidikan sepak bola sehingga kebanyakan dari mereka kurang
memanfaatkan pelayanan di daerah sendiri. Adapun Jumlah fasilitas
pendidikan sepak bola di daerah penelitian terdapat 14 sekolah sepak bola,
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
6
Tabel 1.1 Jumlah Sekolah Sepak Bola Menurut Kecamatan
No Kecamatan Nama SSB
Home Base
Jumlah
Siswa 1 Payakumbuh Barat Sonyak P Lapangan Sonyak 117 orang 2 Payakumbuh Barat SKB Sb. Batuang 170 orang 3 Payakumbuh Barat Global Kubu Gadang 123 orang 4 Payakumbuh Barat Talang Tl. Mandela 128 orang 5 Payakumbuh Barat Simper Poliko 101 orang 6 Payakumbuh Utara Remamer Padang Kaduduak 88 orang 7 Payakumbuh Timur KBS Koto Baru 106 orang 8 Payakumbuh Timur Batalion Lp Batalion 95 orang 9 Payakumbuh Timur Putra Sicincin Sicincin 100 orang 10 Payakumbuh Selatan Putra Buana Sari Bulan 113 orang 11 Lamposi Tigo Nagari Perisai Perisai 147 0rang 12 Lamposi Tigo Nagari Gasper Parambahan 119 orang 13 Lamposi Tigo Nagari Muda Stop Koto Panjang 115 orang 14 Lamposi Tigo Nagari Porsid Sungai Durian 103 orang
Sumber: Pengcab PSSI Kota Payakumbuh
Untuk melihat secara mendalam bagaimana tingkat pemanfaatan
fasilitas pendidikan sepak bola di Kota Payakumbuh, melihat jangkauan
fasilitas pendidikan sepak bola terhadap masyarakat yang memanfaatkan di
Kota Payakumbuh, dan SSB yang di favoritkan penduduk Kota Payakumbuh,
maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul”Analisis
Keruangan Pemanfaatan Pelayanan Sekolah Sepak Bola (SSB) di Kota
Payakumbuh”.
B. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pemanfaatan keruangan dari pelayanan sekolah sepak bola
beserta faktor yang mempengaruhi siswa untuk bersekolah di sekolah
sepak bola yang ada di Kota Payakumbuh?
7
2. Bagaimana ketersediaan pelayanan SSB di Kota Payakumbuh?
3. Bagaimana pola pemanfaatan pelayanan SSB di Kota Payakumbuh?
C. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan lebih terarah maka penulis membatasi masalah
penelitian di Kota Payakumbuh tentang pemanfaatan keruangan dari
pelayanan beserta faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk bersekolah di
SSB yang ada di Kota Payakumbuh.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka sesuai dengan kemampuan
pengetahuan dan waktu yang dimiliki maka permasalahan yang akan diteliti
adalah sebagai berikut ini:
1. Bagaimanakah pemanfaatan keruangan dari pelayanan sekolah sepak bola
beserta faktor yang mempengaruhi siswa untuk bersekolah di sekolah
sepak bola yang ada di Kota Payakumbuh?
E. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pemanfaatan keruangan pelayanan sekolah sepak bola
beserta faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk bersekolah di
Sekolah Sepak Bola yang ada di Kota Payakumbuh.
8
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
1. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Strata satu
di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Univeritas
Negeri Padang.
2. Untuk sumbangan kepustakaan dan informasi serta bahan studi terutama
yang berkaitan dengan wilayah pelayanan pendidikan sepak bola.
3. Memberikan informasi bagi instansi terkait tentang sejauh mana wilayah
pengaruh dari SSB yang ada di Kota Payakumbuh.
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teori
1. Analisis Spasial
Menurut Ebdon (1985) dalam Agus Sayuthi (2010), meskipun
terdapat beberapa ketidaksetujuan mengenai detail sifat dan tujuan
geografi tetapi dapat diperdebatkan bahwa kebutuhan pokok adalah
distribusi fenomena di permukaan bumi. Cukup banyak jenis statistic yang
diterapkan ahli geografi pada pengumpulan data berbasis area namun
teknik yang biasa digunakan para ahli geografi untuk analisis distribusi
spasial data berbasis area hanya sedikit.
Pola merupakan salah satu tipe fenomena yang dapat diukur. David
Ebdon (1985) dalam Agus Sayuthi (2010) mengatakan bahwa adanya pola
pada distribusi spasial fenomena pada permukaan bumi merupakan
pendorong pokok bagi banyak pekerjaan ahli geografi. Para ahli geografi
membahas mengenai pola pemukiman, pola penggunaan lahan, dan pola
drainase. Dalam setiap kasus, pola menekankan adanya keteraturan
spasial, kemudian dilihat sebagai tanda dari bekerjanya sebuah proses
yang teratur.
Pengenalan dan pengukuran pola merupakan hal yang sangat
penting bagi para ahli geografi, meskipun teknik untuk hal tersebut masih
belum berkembng dengan baik. Salah satu teknik yang telah digunakan
secara luas adalah nearest-neighbour analisys.
10
Nearest-neighbour analysis adalah teknik yang dikembangkan oleh
ahli lingkungan hidup yaitu Clark dan Evans (1954), yang dirancang
secara khusus untuk pengukuran pola, dalam artian susunan dari distribusi
satu kumpulan titik dalam 2 atau 3 dimensi. Inti dari teknik ini cukup jelas.
Teknik ini melibatkan perhitungan rata-rata dari jarak semua titik dengan
tetangga terdekat mereka.
Analisis ini memerlukan data tentang jarak antara satu obyek
dengan obyek tetangganya yang terdekat. Pada hakekatnya analisis
tetangga terdekat ini adalah sesuai untuk hambatan alamiah yang belum
dapat teratasi. Indeks yang dihasilkan akan memiliki hasil antara 0-2,15.
Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga
terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random.
Untuk memperoleh jarak rata-rata dengan menjumlahkan semua jarak
tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada.
Parameter tetangga terdekat T (nearest neighbor statistic T) tersebut dapat
ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan untuk mempermudah
perbandingan antar pola titik (Bintarto, 1979).
Analisa ini dapat digunakan untuk mengkaji penyebaran, hasil
pengkajian tersebut dapat mengungkapkan apa faktor penyebab
penyebaran itu demikian. Untuk merencanakan suatu fasilitas atau
pelayanan sosial seperti sekolah, pelayanan kesehatan dan fasilitas lainnya
pada daerah penyebaran, Atas dasar analisa tetangga terdekat, lokasi
fasilitas atau pelayanan sosial tadi dapat ditempatkan pada titik yang
secara optimum dapat dicapai oleh penduduk dari daerah yang dimaksud.
11
Untuk mengetahui pola persebaran SSB yang dianalisis termasuk
mengelompok, random atau seragam dibandingkan dengan continuum
(rangkaian kesatuan) nilai parameter tetangga terdekat (T) untuk masing-
masing pola,yang diperlihatkan sebagai berikut::
a. Pola Mengelompok (clustered)
Gambar 2.1 Pola Mengelompok (clustered) apabila T= 0 sampai 0,7
b. Pola Acak (random)
Gambar 2.2 Pola acak (random) apabila T= 0,7 sampai 1,4
c. Pola Seragam
Gambar 2.3 Pola seragam (reguler) apabila T= 1,4 sampai 2,15
Keterangan: T = Indeks Tetangga Terdekat
12
2. Jangkauan Pemanfaatan Pelayanan Sekolah Sepak Bola
Konsep keterjangkauan menurut Bakaruddin (2010) dalam Desra
Eka Putra (2011) berkaitan dengan kondisi medan atau ada tidaknya
sarana angkutan atau komunikasi yang sering juga di sebut accesbility
antara satu tempat ke tempat lain. Rintangan medan tersebut berupa
pegunungan, rawa-rawa, gurun-gurun, hujan lebat, terlalu curam/terjal,
banyak sungai dan hambatan lainnya, sehingga untuk mencapai daerah-
daerah tersebut sangat sukar.
Daerah jangkauan dalam dalam sistem pergerakan pendidikan
adalah suatu daerah geografis yang di layani oleh sebuah sekolah.
Syamsudin(1999) dalam Desra Eka Putra (2011) menjelaskan daerah
jangkauan pada umumnya ditentukan rol jarak tempuh antara tempat
tinggal murid dengan sekolah yang dapat di tempuh oleh murid dalam arti
waktu yang di perlukan untuk kesekolah yang tidak terlalu lama.
Bentuk dan luas jangkauan di tentukan oleh waktu yang di
perlukan anak dari rumah kesekolah dan bukan waktu yang harus di
tempuh oleh anak, kondisi tersebut tergantung faktor
komunikasi/transportasi yang ada, waktu terlama yang dapat di setujui
untuk mencapai sekolah dibeberapa Negara adalah bentuk/luas daerah
jangkauan di tentukan oleh waktu terlama yang di gunakan untuk
mencapai sekolah, peralatan transportasi yang di gunakan serta
kecepatannya.
13
Konsep di atas adalah kondisi ideal tampa hambatan, faktor-faktor
yang mempengaruhi sistem pergerakan pelayanan khususnya angkutan
sebagai sarana transportasi yang digunakan, maka tingkat kecepatan rata-
rata, jenis mobil yang di gunakan, tingkat kepadatan lalu lintas, jaringan
trayek MPU, dan kapasitas jalan adalah factor yang sangat siknifikan
dalam system pergerakan pendidikan, sehingga karakteristik wilayah
jankauan sangat berpengaruh terhadap pergerakan pendidikan.
3. Jangkauan Fasilitas Menurut Teori Walter Christaller
Suatu permukiman hendaknya dapat menyediakan berbagai macam
kegiatan pelayanan lingkungan. Seorang ahli geografi, Walter Christaller
menghasilkan sebuah teori yang dikenal sebagai Central Place Theory
(teori tempat pusat atau teori kependudukan pusat), dimana teori ini
menjelaskan peran sebuah kota sebagai pusat pelayanan, baik pelayanan
barang maupun jasa bagi wilayah sekitarnya(Nursid Sumaatmdja:1988)
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain
baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006:77).
Salah satu hal banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh
jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu lokasi yang memiliki
daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang masih ingin
14
mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan
besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan
pusat tersebut.
Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan
apakah suatu pelayanan lingungan dimanfaatkan atau tidaknya adalah
tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk
mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan,
2006:78).
Menurut buku petunjuk perencanaan kawasan perumahan kota
(1987:4) yang dimaksud dengan pelayanan lingkungan adalah
kelengkapan lingkungan berupa pelayanan pendidikan, kesehatan,
perbelanjaan, pemerintahan dan pelayanan umum seperti tempat
peribadatan, rekreasi dan kebudayaan. Selanjutnya buku petunjuk
perencanaan kawasan perumahan kota sarana lingkungan mempunyai
hubungan dengan perumahan penduduk yaitu berupa kelengkapan
berbagai fasilitas diantaranya fasilitas Rekreasi. Fasilitas rekreasi dalam
hal ini lapangan sepakbola menurut permen PU No 41 tahun 2004 tentang
krriteria kawasan budidaya harus disatukan dengan fasilitas pendidikan.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1. Fasilitas Ruang terbuka, Lapangan Olahraga
No Jenis Minimum penduduk
pendukung
Radius
pencapaian
1
2
3
Taman Kota
Pusat Olahraga
Taman Bermain
2500
4800
250
1000 m
1000 m
100 m
Sumber: SNI 03-1733-2004 Tata cara perencanaan lingkungan kota
15
Aksesbilitas berkaitan dengan beberapa unsur, diantaranya:
a. Berdasarkan kontruksinya, jalan dibedakan atas:
1) Jalan bermetal, yaitu jalan yang memiliki permukaan kuat dan
keras, umumnya terbuat dari semen, aspal, beton dan batu bara
berasapal.
2) Jalan non metal, yaitu jalan yang permukaannya tidak begitu kuat,
terbuat dari kerekel, batu pecah/koral dan terletak diatas tanah.
3) Jalan tanah, yaitu jalan tanpa kerekel, aspal dan batu pecah
(Departemen PU: 1987).
b. Jenis angkutan/transportasi
Pengangkutan menurut Siregar (1990) dalam Anwar (1999:9)
merupakan usaha pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke
tempat tujuan.
Hurst dalam Anwar (1995:15) mengatakan bahwa setiap
pergerakan dan perkembangan wilayah selalu diikuti oleh
perkembangan transportasinya, dan terdapat tiga hal penting dalam
transportasi yaitu (1) barang/muatan, (2) kendaraan, (3) jalan sebagai
prasarana.
Jenis angkutan dibedakan atas angkutan penumpang, angkutan
barang, angkutan pos. Jenis fasilitas dan kemampuan angkutan ini akan
memyebabkan biaya transportasi berbeda-beda.
16
4. Konsep Aksesibilitas Wilayah
Aksesibilitas mempunyai kaitan sangat erat dengan lokasi dan
jarak yaitu derajat tingkat kemudahan kelokasi lain, artinya peran jarak
dan waktu sangat berpengaruh dalam menentukan derajat aksesibilitas ini.
Disamping itu aksesibilitas sangat tercermin pada kondisi medan sebuah
lokasi yang jarak ekonomi juga berperan untuk meningkatkan
pembangunan prasarana jalan sebuah daerah.
Salah satu variable yang dapat dinyatakan untuk menentukan tinggi
rendahnya tingkat aksesibilitas dapat dilihat dari banyaknya system
jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak system
jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah
aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat
aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu dijangkau dari
daerah lain nya. (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008)
Tingkat aksesibilitas wilayah juga bisa diukur berdasarkan pada
beberapa variable yaitu ketersediaan jaringan jalan, jumlah alat
transportasi, panjang, lebar jalan, dan kualitas jalan. Selain itu yang
menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas adalah pola penggunaan
tata lahan. Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara satu
wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti keberagaman pola pengaturan
fasilitas umum secara geografis, dan berbeda jenis dan intensitas
kegiatannya. Kondisi ini membuat penyebaran lahan dalam suatu wilayah
menjadi tidak merata (heterogen) dan factor jarak bukan satu satunya yan
17
menentukan tingkat tinggi rendahnya aksesibilitas. (Miro,2004 dalam
Dewi,2008)
Adanya aksesibilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa
hambatan mobilitas, baik yang berhubungan dengan mobilitas fisik,
misalnya mengakses jalan raya, pertokoan, gedung perkantoran, sekolah,
pusat kebudayaan, lokasi industry, dan rekreasi baik aktivitas non fisik
seperti kesempatan bekerja, memperoleh pendidikan, mengakses
informasi, mendapat perlindungan dan jaminan hukum. (Kartono,2001
dalam Nasution,2005)
Faktor yang mempengaruhi fungsi rendahnya aksesibilitas adalah
topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi kelancaran untuk
mengadakan interaksi di suatu daerah. Keadaan hidrologi seperti sungai,
danau, rawa dan laut juga sangat berpengaruh terhadapa perkembangan
dan pembangunan pertanian, perikanan, perhubungan, perindustrian, dan
kepariwisataan. Jadi tingkat rendahnya wilayah sangat tergantung apada
morfologi, topografi, dan laut juga system jaringan jalan,serta tersedianya
sarana dan prasarana pendukung untuk memperlancar berbagai hubungan
dengan sekitarnya. (Sumaatmadja,1988 dalam Nasution,2005)
5. Sekolah Sepak Bola (SSB)
Pada tahun 1981 PSSI mengeluarkan PPSN (pola pembinaan
sepakbola nasional). Melalui program ini, dasar pembinaan digariskan
secara pasti yakni menangguk dan menggembleng bibit unggul dan
desentralisasi. Dari program itu Direktorat Keolahragaan, Direktorat
18
Pendidikan Luar Sekolah, pemuda dan olahraga DEPDIKBUD, KONI,
serta pemerintah daerah memprogramkan pembinaan melalui pusdiklat
sepakbola diberbagai propinsi untuk menyaring pesepakbola berbakat
berusia dini.
Fenomena banyaknya sekolah sepakbola sebagi tempat pembinaan
pemain usia dini yang menjamur diseluruh propinsi Indonesia bertujuan
untuk meningkatkan prestasi persepakbolaan Indonesia. Sekolah sepakbola
sangat diperlukan untuk menjaring pemain berbakat. Prose kegiatan
menjaring pemain berbakat melalui SSB tidak dapat berjalan dengan baik
dan sekolah sepakbola yang ada tidak menjamin kelangsungan pendidikan
dan latihan pemain. Kebutuhan sarana berupa pusat pendidikan dan latihan
sepakbola yang dapat menampung proses kegiatan pembinaan pemain
dengan baik, sangat diperlukan guna menampung, menyalurkan serta
membina pendidikan dan prestasi pemain muda yang akhirnya memberi
kontribusi bagi prestasi sepakbola nasional.
Program standarisasi pendirian sekolah sepakbola meliputi aspek
sarana dan prasarana untuk kelengkapan latiahan,manajemen dan
administrasi yang professional. Berikut ini standarisasi sarana dan
prasarana sekolah sepakbola adalah (www.Google.com. Standarisasi
Sarana dan Prasarana pendirian SSB):
a. Lapangan Tempat SSB berlatih & Jadwal Latihan. Sebaiknya
seminggu 3x, 2 jam setiap latihan.
b. Bola semua ukuran, Gawang, Cones, Ladder, Tiang Pembatas, dll
19
c. Kurikulum Latihan (termasuk Tata Tertib & filosofi SSB)
d. Rapor masing-masing peserta didik
e. Kartu Identitas, Iuran Bulanan, Absen dll.
Kemudian mengenai administrasi sekolah sepakbola juga memilki
standarisasi yang ditetapkan ole PSSI adalah sebagai berikut:
a. Pengeluaran: Perkirakan dulu biaya Sewa Lapangan & Gaji Pengurus,
Pelatih, Administrasi, Pembantu Umum. Contoh: Sewa Lapangan per
bulan Rp. 500.000, Gaji Pelatih Rp. 350.000.
b. Baru tentukan Pemasukannya. Pastikan Pemasukan lebih besar dari
Pengeluaran. Tujuannya adalah untuk pengembangan, seperti
penambahan perlengkapan, mengadakan Coaching Clinics, mengikuti
Turnamen, Subsidi untuk Siswa Berbakat tapi tidak mampu dsb.
c. Pendaftaran: peserta didik seharusnya dapat Jersey + Kaos Kaki, Kartu
Identitas, Kartu Iuran bulanan. Daftar Ulang bisa dilakukan bila pindah
kelompok umur, seperti dari SD (U12) ke SMP (U15) atau SMP (U15)
ke SMA (U18)
d. Iuran Bulanan (Contoh Rp. 25.000), Iuran per kedatangan latihan
(Contoh Rp. 2000), Iuran Orang Tua murid (untuk snack waktu
latihan, Contoh Rp. 20.000 per bulan), Iuran Try Out (Contoh Rp.
20.000 per Try Out), dsb.
e. Biaya Transfer: untuk murid berbakat yang disubsidi, bila diminta oleh
SSB lain untuk sementara (ikut suatu turnamen) atau tetap.
20
f. Pemasukan dari Turnamen HUT: HUT SSB bisa dijadikan ajang
Turnamen antar SSB setiap kelompok umur tiap tahunnya. Semakin
banyak peserta yang ikut semakin besar pemasukannya (demikian juga
pengeluarannya). Pastikan uang pendaftaran peserta turnamen melebihi
dari semua pengeluaran (lapangan, wasit, administrasi, hadiah dll).
B. Kerangka Konseptual
Untuk mengetahui Analisis Pemanfaatan Pelayanan SSB di
Kotamadya Payakumbuh hal yang perlu dilihat adalah Keterjangkauan
pelayanan pendidikan SSB di Kotamadya Payakumbuh terhadap penduduk
dan Faktor apa yang paling dominan mempengaruhi masyarakat untuk
bersekolah di SSB yang ada di Kotamadya Payakumbuh di antaranya: jarak
pelayanan SSB dilihat dari jarak terjauh yang memanfaatkan pelayanan SSB
yang ada di Kotamadya Payakumbuh, waktu terlama yang dibutuhkan oleh
responden sampai ke pelayanan SSB di Kotamadya Payakumbuh, Akses ke
pelayanan SSB dengan fasilitas SSB yang di favoritkan masyarakat.
Untuk lebih memantapkan kerangka konseptual ini, dapat dilihat
melalui skema berikut ini: Gambar 2.4 Skema Kerangka Konseptual
21
Peta Administrasi
Distribusi SSB
Peta Lokasi SSB
Faktor Yang
Mempengaruhi
- Jarak
- Akses
- Rute angkot
Data sekunder
Hasil/ Kesimpulan
Peta Jaringan Jalan
Jarinagan Peta Rute Angkot
Peta Garis Tahun 2000
Analisis Pemamfaatan Pelayanan
Sekolah Sepakbola
Di Kota Payakumbuuh
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian seperti yang telah di ungkapkan pada
bab sebelumnya maka jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yaitu melakukan deskripsi data dan diperbandingkan satu dengan lainnya
untuk mendapatkan suatu hasil yang mana hasil akhirnya merupakan suatu
kesimpulan (Sulistiyono dalam Ardi, 2007)
Tempat penelitian ini yaitu seluruh Sekolah Sepak Bola (SSB) yang
ada di Kota Payakumbuh. SSB-SSB yang menjadi wilayah penelitian di Kota
Payakumbuh yaitu Sonyak P, SKB, Global,Remamer,Simper, Talang, KBS,
Batalion, Putra Buana, Putra Sicincin, Perisai, Gasper, Muda Stop, Persid.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September –Desember 2012. Untuk
lebih jelasnya mengenai wilayah penelitian dapat dilihat pada peta wilayah
penelitian Kota Payakumbuh (peta 3.1) berikut:
24
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Seperangkat Komputer
2. Softwer ArcGIS 9.3
3. Kamera
Bahan yang diperlukan adalah:
1. Peta Topografi Kota Payakumbuh skala 1: 50.000
2. Peta Jaringan Jalan.
3. Peta Trayek Rute Angkot
4. Data Alamat Siswa Sekolah Sepak Bola
C. Jenis Data
Ditinjau dari sumbernya, maka data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Data-
data tersebut adalah:
1. Peta Garis yang dibuat dari foto udara pemotretan tahun 2000
2. Peta Topografi Kota Payakumbuh skala 1: 50.000
3. Peta jaringan jalan Kota Payakumbuh.
4. Data alamat siswa SSB tahun 2012
5. Peta dan Data Trayek Rute Angkot dari Dinas Perhubungan Kota
Payakumbuh
25
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
dilakukan 2 tahap sebagai berikut:
1. Kajian pustaka
Kajian pustaka dilakukan untuk mendapatkan penguasan teori,
materi dan metode yang dijadikan landasan berfikir dalam penelitian ini.
Kajian teori ini dilakukan terhadap buku-buku teori dan referensi.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mendapatkan bahan
dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data sekunder yang
dikumpulkan berupa peta-peta dan data yang berkaitan dengan penelitian
seperti data alamat siswa, data trayek dan rute angkot dengan rincian
sebagai berikut:
a. Peta sebaran lapangan
b. Peta Jaringan jalan
c. Data alamat siswa semua SSB Kota Payakumbuh
d. Data trayek angkot Kota Payakumbuh
E. Tahap-tahap Penelitian
1. Pemanfaatan Keruangan Dari Pelayanan Sekolah Sepak Bola (SSB)
Pengolahan data dilakukan melalui digitasi dan interpretasi dengan
mengunakan bantuan SIG. Sistem Informasi Geografi data tersimpan
dalam format digital, jumlah data yang besar dapat disimpan dan dipanggil
kembali secara cepat dengan basis data spasial. Basis data spasial terbagi
26
menjadi atas dua bagian, yaitu sub himpunan data grafis (peta digital) dan
sub himpunan data atribut. Penelitian ini menggunakan Software ArcGis
9.3 untuk menganalisis pola persebaran SSB. Langkah-langkah yang
digunakan dalam menentukan pola persebaran permukiman antara lain
sebagai berikut:
a. Buka ArcMap dengan mengklik Start > Program > ArcGis > ArcMap
kemudian akan tampil start up dialog seperti Gambar di bawah,
kemudian pilih opsi A new empty map, lalu klik OK.
b. Masukkan data yang akan dianalisis maka perintah yang dilakukan
adalah dengan mengklik Add Data.
c. Kemudian akan muncul tabel Add Data, lalu pilih data yang akan
dianalisis yaitu data batas administrasi wilayah dan persebaran
permukaan dalam bentuk titik
d. Setelah data tampil, lakukan analisis tetangga terdekat untuk
menentukan nilai T dengan klik Arc Toolbox > Spatial Statistics Tools,
maka akan muncul tampilan
e. Kemudian klik Arc Toolbox > Analyzing Patterns > Average Nearest
Neighbour.
f. Kemudian akan tampil Average Nearest Neighbour
g. Pilih titik sebaran permukiman yang telah ditampilkan pada Input
Feature Class. Lalu pilih Euclidean Distance Pada kotak Distance
Method dan aktifkan kotak Display Output Graphically (optional),
kemudian klik OK
h. Selanjutnya akan langsung muncul nilai T yang dapat dilihat pada
Observed Mean Distance/Expexted Mean Distance = 0,7
27
2. Faktor yang mempengaruhi siswa untuk bersekolah di Sekolah Sepak
Bola (SSB)
Melalui indikator yang ada penulis telah membagi menjadi 3
faktor, yaitu jarak, aksesibilitas, rute angkot.
a. Jarak, Untuk mengukur jarak penulis telah menentukan jarak dari
tempat tinggal siswa ke pelayanan adalah 1000 meter. Apabila lebih
dari itu maka sebuah SSB telah dimamfaatkan oleh masyarakat.
Penulis mengambil jarak terjauh dari yang memamfaatkan SSB
tersebut.
b. Aksesibilitas, Salah satu variable yang dapat dinyatakan untuk
menentukan tinggi rendahnya tingkat aksesibilitas dapat dilihat dari
banyaknya system jaringan yang tersedia pada daerah tersebut.
Semakin banyak system jaringan yang tersedia pada daerah tersebut
maka semakin mudah aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya
semakin rendah tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit
daerah itu dijangkau dari daerah lain nya.
c. Rute angkot, Tingkat aksesibilitas dikatakan lancar apabila layanan
transportasi menuju daerah tersebut lancar. Layanan nya berupa
angkutan kota, bus kota. untuk mengetahui rute angkot maka penulis
mengumpulkan data sekunder berupa trayek angkot yang di buat oleh
dinas perhubungan. Kemudian dengan menggunakan peta jaringan
jalan penulis dapat membuat dan menganalisis peta rute angkot yang
melalui SSB di Kota Payakumbuh.
28
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Kondisi Geografis Kota Payakumbuh
Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 00˚ 10 „
sampai dengan 00˚ 17 „ LS dan 100˚ 35 „ sampai dengan 100˚ 45 „ BT. Luas
wilayah Kota Payakumbuh yaitu 80,43 Km2 atau setara dengan 0,19 persen
dari luas propinsi Sumatera Barat.(BPS Kota Payakumbuh 2011)
Adapun batas-batas daerah Kota Payakumbuh:
a. Sebelah utara : Kecamatan Harau dan Kecamatan Payakumbuh
Kabupaten 50 kota
b. Sebelah selatan : Kecamatan Luak dan Kecamatan Situjuah,Kabupaten
50 kota
c. Sebelah Barat : Kecamatan Payakumbuh dan Kecamatan Akabiluru,
Kabupaten 50 kota
d. Sebelah timur : Kecamatan Luak dan Kecamatan Harau, Kabupaten
50 kota
Letak Kota Payakumbuh sangat strategis bila dilihat dari segi lalu
lintas angkutan darat Sumbar-Riau. Kota Payakumbuh merupakan pintu
gerbang masuk dari arah Pekanbaru menuju kota-kota penting di proinsi
Sumatera Barat. Jarak kota Payakumbuh ke Pekanbaru 188 Km dan dapat
selama ± 4,5 jam perjalanan dengan angkutan pribadi, sedangkan jarak ke kota
Padang sejauh 124 Km, dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi selama ±
2,5 jam perjalanan.
29
Kota Payakumbuh terdiri dari 5 kecamatan yang terbagi menjadi 76
kelurahan. Dengan Payakumbuh utara yang memiliki kelurahan terbanyak
yaitu 25 kelurahan dan lamposi tigo nagari yang paling sedikit dengan 6
kelurahan, karena kecamatan ini merupakan pemekaran dari kecamatan
Payakumbuh utara Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.1:
Tabel 4.1 Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
No Kecamatan Ibukota
Kecamatan
Kelurahan
1 Payakumbuh Barat Tanjung Pauh 22
2 Payakumbuh Timur Balai Batimah 14
3 Payakumbuh Utara Padang Kaduduak 25
4 Payakumbuh Selatan Sawah Padang 9
5 Lamposi Tigo Nagari Sungai Durian 6
Jumlah 76
Sumber:BPS Kota Payakumbuh 2012
B. Topografi
Keadaaan topografi kota Payakumbuh sebagian besar adalah daratan,
dengan sedikit perbukitan. Ketinggian kota Payakumbuh 514 meter diatas
permukaan laut. Dilihat dari penggunaah tanah di kota Payakumbuh, 34,45
persen merupakan tanah sawah, 2,46 persen kolam, sisanya 63,09 persen tanah
kering. Sebagian besar tanah kering dimamfaatkan untuk bangunan yaitu
sebesar 35,58 persen. Sisanya digunakan untuk kebun, hutan rakyat,
penggembalaan dan lainnya (hutan Negara,semak belukar) sebesar 27,50
persen.
Berdasarkan penggunaan tanah diatas, tanah untuk bangunan dan
sekitarnya merupakan areal terluas yaitu 35,58 persen. Jumlah ini melebihi
areal tanah untuk sawah yaitu 34,45 persen. Lihatlah pada tabel 4.2
30
Tabel 4.2 Luas Penggunaan Tanah Menurut jenis
No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Sawah 2,771 34,45
2 Tanah untuk bangunan 2,826 35,58
3 Kebun/ Ladang 1,225 15,23
4 Kolam 198 2,46
5 Hutan rakyat 360 4,48
6 Padang rumput 47 0,59
7 Lainya 580 7,21
Sumber: Dinas Pertanian Payakumbuh 2011
C. Kependudukan dan Sosial
Penduduk adalah pasar kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal
dasar pembangunan, karena penduduk tidak hanya berperan sebagai pelaksana
tetapi juga menjadi sarana pembangunan. Tahun 2011 penduduk kota
Payakumbuh berjumlah 120.051 jiwa yang terdiri 59.493 jiwa penduduk laki-
laki dan 60. 558 penduduk perempuan dengan sex ratio 98. Dibandingkan
tahun 2010, terjadi peningkatan jumlah penduduk sebanyak 1,81 persen.
Peningkatan jumlah penduduk berdampaka langsung kepada kepadatan
yaitu dari 1.466 jiwa per kilometer persegi pada tahun 2010 menjadi 1.493
jiwa per kilometer persegi pada tahun 2011. Kecamatan Payakumbuh barat
dengan kecamatan terpadat dan kecamatan payakumbuh selatan dengan
kecamatan yang kepadatannya terkecil. Lihat lah tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Jumlah kepadatan penduduk dan kepadatan
N
o
Kecamatan Luas
(Km2)
Penduduk Kepadatan
1 Payakumbuh Barat 19.66 47.080 2.395
2 Payakumbuh Timur 22.73 25.165 1.107
3 Payakumbuh Utara 14.53 29.286 2.016
4 Payakumbuh Selatan 1409 9.631 684
5 Lamposi tigo nagari 9.42 8.889 944
Jumlah 80.43 120.051 1.493
Sumber: BPS kota Payakumbuh 2011
31
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Khusus
1. Pemanfaatan Keruangan Dari Pelayanan Sekolah Sepak Bola (SSB) di
Kota Payakumbuh
Untuk mengetahui sejauhmana pemamfaatan keruangan dari pelayanan
SSB yang ada di Kota Payakumbuh dapat kita lihat dari variasi siswa SSB
yang memamfaakan pelayanan, kuncinya adalah tempat tinggal yang di diami
oleh siswa setiap harinya. Untuk pencapaian kepelayanan telah di tentukan
radius 1000 m dari pusat pelayan. Jika lebih dari jarak 1000 m maka sebuah
SSB dimanfaatkan oleh masyarakat. Kemudian dilakukan analisis data
dengan analisis tetangga terdekat untuk menentukan pola persebaran siswa
SSB di Kota Payakumbuh. Untuk memudahkan penulis dalam menganalisis,
penulis menggunakan Software ArcView 3.3 dan Software ArcGis 9.3.
a. Sekolah Sepak Bola Sonyak Pratama
SSB Sonyak Pratama berdiri pada tahun 2000. SSB ini terletak di
kelurahan Padang Tangah, kecamatan Payakumbuh barat. Berdasarkan
data yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012,
jumlah siswa kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 117 siswa yang
tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.1 dibawah ini:
32
Tabel 5.1 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Sonyak Pratama
NO KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Padang Tangah 47
2. Parit Rantang 19
3. Piliang 16
4. Limbukan 1
5. Kubu Gadang 9
6. Sungai Panago 12
7. Ibuh 13
Jumlah 117
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Sonyak Pratama
dimamfaatkan oleh 7 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Padang Tangah dengan 47
orang dan kelurahan Limbukan yang paling sedikit dengan 1 orang. Pola
persebaran siswa SSB Sonyak Pratama hasil analisis menggunakan
analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan
dibawah ini:
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
33
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Sonyak Pratama adalah 0,61dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Sonyak Pratama adalah mengelompok
(clustered).
b. Sekolah Sepak Bola SKB (Subarang Betung)
SSB SKB Berdiri pada tahun 2000, SSB ini terletak di kelurahan
Subarang Betung, kecamatan Payakumbuh barat. Berdasarkan data yang
penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa
kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 140 siswa yang tersebar di
kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.2 dibawah ini:
Tabel 5.2 Alamat siswa yang bersekolah di SSB SKB
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Subarang Betung 98
2. Padang Datar 21
3. Tanah Mati 9
4. Payolansek 11
5. Bunian 8
6. Ibuh 2
7. Nan Kodok 1
Jumlah 140
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB SKB
dimamfaatkan oleh 7 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Subarang Betung
dengan 98 orang dan kelurahan Nan Kodok yang paling sedikit dengan 1
orang. Pola persebaran siswa SSB SKB hasil analisis menggunakan
analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan
dibawah ini:
34
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB SKB adalah 0,67 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB SKB adalah mengelompok (clustered).
c. Sekolah Sepak Bola Global
SSB Global Merupakan salah satu SSB tertua di kota Payakumbuh.
SSB yang terletak di kelurahan nunang, kecamatan Payakumbuh barat ini
berdiri pada tahun 2000. Namun SSB Global memiliki lapangan di
kelurahan Kubu gadang kecamatan payakumbuh utara.. Berdasarkan data
yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah
siswa SSB Global kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 123 siswa yang
tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.3 dibawah ini:
35
Tabel 5.3 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Global
No KELURAHAN Jumlah Siswa
1. Nunang 51
2. Ibuh 21
3. Payobasung 1
4. Balai Jariang 2
5. Tanjung Anau 1
6. Koto baru 1
7. Sungai Pinago 1
8. Nan Kodok 1
9. Padang Tiakar hilir 1
10. Kubu Gadang 13
11. Balai kaliki 1
12. Taruko 5
13. Parit rantang 5
14. Labuah Baru 1
Jumlah 123
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Global
dimamfaatkan oleh 15 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh.
Kelurahan yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Nunang
dengan 51 orang dan ada 8 kelurahan yang memamfaatkan paling sedikit
dengan 1 orang yaitu Kelurahan Payobasung, Balai Jariang, Tanjung
Anau, Koto Baru, Sungai Pinago, Nan Kodok, Padang Tiakar hilir, dan
labuah baru. Pola persebaran siswa SSB Global hasil analisis
menggunakan analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada
tampilan dibawah ini:
36
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Global adalah 0,65 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Global adalah mengelompok (clustered).
d. Sekolah Sepak Bola Palano Jaya (Talang)
SSB Palano Jaya terletak di kelurahan Talang, kecamatan
Payakumbuh barat. SSB Palano jaya berdiri pada tahun 2008 dan
merupakan SSB termuda di kota Payakumbuh. Berdasarkan data yang
penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa
SSB Palano Jaya kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 128 siswa yang
tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.4 dibawah ini:
37
Tabel 5.4 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Palano Jaya
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Talang 80
2. Payolansek 30
3. Padang Sikabu 10
4. Sungai Durian 8
Jumlah 128
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Palano Jaya
dimamfaatkan oleh 4 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Talang dengan 80
orang dan paling sedikit dengan 8 orang yaitu Kelurahan sungai Durian.
Pola persebaran siswa SSB Palano Jaya hasil analisis menggunakan
analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan
dibawah ini:
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
38
SSB Palano Jaya adalah 0,64 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Palano Jaya adalah mengelompok (clustered).
e. Sekolah Sepak Bola Simper
SSB Simper yang terletak di kelurahan Parit Rantang, kecamatan
Payakumbuh barat ini berdiri pada tahun 2006. Namun SSB Simper
memiliki lapangan di kelurahan Bunian kecamatan Payakumbuh utara..
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh
tahun 2012, jumlah siswa SSB Simper kelompok umur 9-18 tahun
sebanyak 101 siswa yang tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana
tabel 5.5 dibawah ini:
Tabel 5. 5 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Simper
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Parit Rantang 80
2. Sungai Pinago 10
3. Nan Kodok 1
4. Padang Datar 5
5. Labuah Basilang 5
Jumlah 101
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Simper
dimamfaatkan oleh 5 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Parit Rantang dengan
80 orang dan paling sedikit dengan 1 orang yaitu Kelurahan Nan Kodok.
Pola persebaran siswa SSB Simper hasil analisis menggunakan analisis
tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan dibawah ini:
39
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Simper adalah 0,43 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Simper adalah mengelompok (clustered).
f. Sekolah Sepak Bola Remamer
SSB Remamer berdiri pada tahun 2010, SSB terletak di kelurahan
Padang Kaduduak, kecamatan Payakumbuh utara ini adalah salah satu dari
SSB yang baru bergabung pada dua tahun sebelumnya. Berdasarkan data
yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah
siswa SSB Remamer kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 88 siswa yang
tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.6 dibawah ini:
40
Tabel 5.6 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Remamer
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Cubadak Air 3
2. Padang Kaduduak 51
3. Nan Kodok 12
4. Talawi 11
5. Napar 2
6. Labuah baru 2
7. Taruko 3
8. Balai Baru 4
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Remamer
dimamfaatkan oleh 8 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Padang Kaduduak
dengan 51 orang dan paling sedikit dengan 2 orang yaitu Kelurahan Napar
dan Labuah baru. Pola persebaran siswa SSB Remamer hasil analisis
menggunakan analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada
tampilan dibawah ini:
41
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Remamer adalah 0,53 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Remamer adalah mengelompok (clustered).
g. Sekolah Sepak Bola KBS
SSB KBS terletak di kelurahan koto baru, kecamatan Payakumbuh
timur ini berdiri pada tahun 2000. Berdasarkan data yang penulis peroleh
dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa SSB KBS
kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 106 siswa yang tersebar di
kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.7 dibawah ini:
Tabel 5. 7 Alamat siswa yang bersekolah di SSB KBS
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Koto Baru 43
2. Payobasung 27
3. Balai batimah 17
4. Kubu Gadang 19
Jumlah 106
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB KBS
dimamfaatkan oleh 4 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Koto Baru dengan 43
orang dan paling sedikit dengan 17 orang yaitu Kelurahan Balai batimah.
Pola persebaran siswa SSB KBS hasil analisis menggunakan analisis
tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan dibawah ini:
42
Gambar di atas menunjukkan bahwa pola persebaran siswa SSB
KBS dihasilkan jarak rata-rata (Expected mean distance) permukiman =
0.98. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pola persebaran siswa SSB KBS
adalah acak (random). Penentuan pola sesuai dengan teori Bintarto (1979)
apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0.7-1.4, maka pola
persebaran adalah pola acak (random).
h. Sekolah Sepak Bola Mandala (Batalion)
SSB Mandala terletak di kelurahan Labuah Baru, kecamatan
Payakumbuh utara. Namun, lapangan berlatih SSB Mandala yang berdiri
pada tahun 2000 ini terletak di lokasi batalion 131 wirasakti, yang berada
di kelurahan Balai Batimah, kecamatan Payakumbuh Timur. Berdasarkan
data yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012,
jumlah siswa sebanyak 95 siswa yang tersebar di kelurahan-kelurahan
sebagaimana tabel 5.8 dibawah ini:
43
Tabel 5.8 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Mandala
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Labuah Baru 23
2. Kubu Gadang 29
3. Ibuh 6
4. Muaro 11
5. Payolansek 4
6. Balai Batimah 9
7. Bunian 9
Jumlah 95
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Mandala
dimamfaatkan oleh 7 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Kubu Gadang dengan
29 orang dan kelurahan Payolansek yang paling sedikit dengan 4 orang.
Pola persebaran siswa SSB Mandala hasil analisis menggunakan analisis
tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan dibawah ini:
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
44
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Mandala adalah 0,60 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Mandala adalah mengelompok (clustered).
i. Sekolah Sepak Bola Putra Sicincin
SSB Putra Sicincin berdiri pada tahun 2008 dan terletak di
kelurahan Sicincin Mudik, kecamatan Payakumbuh timur. Berdasarkan
data yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012,
jumlah siswa SSB Putra Sicincin kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 100
siswa yang tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.9
dibawah ini:
Tabel 5.9 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Putra sicincin
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Sicincin Mudik 18
2. Sicincin Hilir 30
3. Tanjung pauh 19
4. Tiakar hilir 16
5. Sawah Padang 3
6. Padang Datar 1
7. Limbukan 5
8. Ibuh 3
9. Padang Kerambil 4
Jumlah 100
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Putra Sicincin
dimamfaatkan oleh 9 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan 30 orang dan
kelurahan Padang Datar yang paling sedikit dengan 1 orang. Pola
persebaran siswa SSB Putra Sicincin hasil analisis menggunakan analisis
tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan dibawah ini:
45
Gambar di atas menunjukkan bahwa pola persebaran siswa SSB
Putra sicincin dihasilkan jarak rata-rata (Expected mean distance)
permukiman = 1,07. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pola persebaran
siswa SSB putra Sicincin adalah acak (random). Penentuan pola sesuai
dengan teori Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat
antara 0.7-1.4, maka pola persebaran adalah pola acak (random).
j. Sekolah Sepak Bola Putra Buana
SSB Putra Buana terletak di kelurahan Padang Tiakar Mudik,
kecamatan Timur. SSB ini berdiri pada tahun 2008. Berdasarkan data yang
penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa
SSB Putra Buana kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 113 siswa yang
tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.10 dibawah ini:
46
Tabel 5.10 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Putra Buana
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Padang Tiakar Mudik 45
2. Tanjung Pauh 25
3. Limbukan 3
4. Padang Kerambil 11
5. Sawah Padang 5
6. Ibuh 4
7. Balai Baru 1
8. Balai Panjang 11
9. Sicincin Hilir 3
Jumlah 113
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Putra Buana
dimamfaatkan oleh 10 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh.
Kelurahan yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Padang
Tiakar Mudik dengan 45 orang dan kelurahan Balai Baru yang paling
sedikit dengan 1 orang. Pola persebaran siswa SSB Putra Buana hasil
analisis menggunakan analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat
pada tampilan dibawah ini:
47
Gambar di atas menunjukkan bahwa pola persebaran siswa SSB
Putra Buana dihasilkan jarak rata-rata (Expected mean distance)
permukiman = 0,72. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pola persebaran
siswa SSB Putra Buana adalah acak (random). Penentuan pola sesuai
dengan teori Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat
antara 0.7-1.4, maka pola persebaran adalah pola acak (random).
k. Sekolah Sepak Bola Perisai
SSB Perisai berdiri pada tahun 2000 dan SSB ini terletak di
kelurahan Parik Muko Aia, kecamatan Lamposi Tigo Nagari. Berdasarkan
data yang penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012,
jumlah siswa SSB Perisai kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 147 siswa
yang tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.11 dibawah ini:
Tabel 5.11 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Perisai
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Parik Muko Aia 73
2. Parambahan 4
3. Napar 25
4. Padang Datar 17
5. Tanah Mati 11
6. Tanjung Pauh 1
7. Tarok 2
8. Taruko 2
9. Balai Gurun 1
10. Sungai Durian 1
11. Talang 2
12. Bunian 4
13. Padang sikabu 1
14. Koto panjang 1
15. Lundang 2
Jumlah 147
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
48
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Perisai
dimamfaatkan oleh 15 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh.
Kelurahan yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Parik
Muko Aia dengan 70 orang dan ada 5 kelurahan yang paling sedikit
dengan 1 orang yaitu Kelurahan Koto Panjang, Sunggai durian, Padang
sikabu, balai Gurun. Pola persebaran siswa SSB Perisai hasil analisis
menggunakan analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada
tampilan dibawah ini:
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Perisai adalah 0,6 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Perisai adalah mengelompok (clustered).
49
l. Sekolah Sepak Bola Gasper
SSB Gasper terletak di kelurahan Parambahan, kecamatan Lamposi
Tigo Nagari. Gasper berdiri pada tahun 2000 bertepatan dengan berdirinya
ikatan SSB kota Payakumbuh. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari
pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa SSB Gasper
kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 119 siswa yang tersebar di
kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.12dibawah ini:
Tabel 5.12 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Gassper
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Parambahan 60
2. Balai Batimah 8
3. Koto Panjang 42
4. Talang 1
5. Payolansek 2
6. Labuah Baru 1
7. Tambago 1
8. Tanjung Pauh 1
9. Padang tangah 1
10. Napar 1
Jumlah 119
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Gasper
dimamfaatkan oleh 10 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh.
Kelurahan yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan
Parambahan 60 orang dan ada 6 kelurahan paling sedikit dengan 1
orang.yaitu Kelurahan Napar, Padang Tangah, Tanjung Pauh, tambago,
labuah baru, dan Talang. Pola persebaran siswa SSB Gasper hasil analisis
menggunakan analisis tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada
tampilan dibawah ini:
50
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Gasper adalah 0,6 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Gasper adalah mengelompok (clustered).
m. Sekolah Sepak Bola Mudastop
SSB Mudastop berdiri pada tahu 2000 dan terletak di kelurahan
Koto Panjang, kecamatan Lamposi Tigo Nagari. Berdasarkan data yang
penulis peroleh dari pengcab PSSI Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa
SSB Mudastop kelompok umur 9-18 tahun sebanyak 115 siswa yang
tersebar di kelurahan-kelurahan sebagaimana tabel 5.13 dibawah ini:
Tabel 5.13 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Mudastop
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Koto Panjang 90
2. Sungai Durian 5
3. Parambahan 9
4. Tambago 11
Jumlah 115
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
51
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Mudastop
dimamfaatkan oleh 4 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan Koto Panjang dengan
90 orang dan kelurahan sungai Durian yang paling sedikit dengan 5 orang.
Pola persebaran siswa SSB Mudastop hasil analisis menggunakan analisis
tetangga terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan dibawah ini:
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Mudastop adalah 0,66 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Mudastop adalah mengelompok (clustered).
n. Sekolah Sepak Bola Porsid
SSB Porsid merupakan SSB termuda yang baru berdiri pada tahun
2010. SSB ini terletak di kelurahan Sungai Durian, kecamatan Lamposi
Tigo Nagari. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari pengcab PSSI
52
Payakumbuh tahun 2012, jumlah siswa SSB Porsid kelompok umur 9-18
tahun sebanyak 103 siswa yang tersebar di kelurahan-kelurahan
sebagaimana tabel 5.14 dibawah ini:
Tabel 5.14 Alamat siswa yang bersekolah di SSB Porsid
No KELURAHAN JUMLAH SISWA
1. Sungai Durian 101
2. Nan Kodok 2
Jumlah 103
Sumber: Pengcab PSSI Payakumbuh
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa SSB Porsid hanya
dimamfaatkan oleh 2 kelurahan yang ada di kota Payakumbuh. Kelurahan
yang terpadat yang memamfaatkan adalah kelurahan 101 orang dan
kelurahan Nan Kodok yang paling sedikit dengan 2 orang. Pola
persebaran siswa SSB Porsid hasil analisis menggunakan analisis tetangga
terdekat secara visual dapat dilihat pada tampilan dibawah ini:
Dalam menentukan pola persebaran siswa berdasarkan teori
Bintarto (1979) apabila interval indeks tetangga terdekat antara 0-0.7,
maka pola nya adalah pola mengelompok (clustered). Hasil analisis di
53
atas diperoleh jarak rata-rata (Expected mean distance) persebaran siswa
SSB Porsid adalah 0,61 dengan demikian dapat disimpulkan pola
persebaran siswa di SSB Porsid adalah mengelompok (clustered).
Setelah penulis mengemukakan keseluruhan pemanfaatan
keruangan dari pelayanan sekolah sepak bola yang ada di kota
Payakumbuh, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta persebaran
seluruh siswa sekolah sepak bola di kota Payakumbuh (peta 5.1) berikut
ini:
55
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siswa Bersekolah Di Sekolah Sepak
Bola Kota Payakumbuh
a. Jarak
1) Jarak Pelayanan SSB Sonyak Pratama Dilihat Dari Jarak Terjauh
Yang Memamfaatkan SSB Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Sonyak
Pratama adalah 5092 M. Kelurahan Limbukan adalah kelurahan
terjauh dari alamat siswa yang memamfaatkan SSB Sonyak Pratama.
Menurut SNI 03- 1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam
hal ini lapangan sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut
teoritis tidak sama dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan
pelayanan SSB sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
2) Jarak Pelayanan SSB SKB Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB SKB adalah
5,004 Km. Kelurahan Nan Kodok adalah kelurahan terjauh dari alamat
siswa yang memamfaatkan SSB SKB. Menurut SNI 03- 1733- 2004
mengenai perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan radius
pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan sepakbola adalah
1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama dengan skala
kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB sudah diluar
jangkauan pelayanan menurut teoritis.
56
3) Jarak Pelayanan SSB Global Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Global
adalah 4,246 Km. Kelurahan tanjung anau adalah kelurahan terjauh
dari alamat siswa yang memamfaatkan SSB Global. Menurut SNI 03-
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
4) Jarak Pelayanan SSB Palano Jaya Dilihat Dari Jarak Terjauh
Yang Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Palano jaya
adalah 4,352 Km. Kelurahan Sungai durian adalah kelurahan terjauh
dari alamat siswa yang memamfaatkan SSB Palano jaya. Menurut SNI
03- 1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
5) Jarak Pelayanan SSB Simper Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Simper
adalah 2,657 Km. Kelurahan Nan kodok adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Simper. Menurut SNI 03-
57
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
6) Jarak Pelayanan SSB Remamer Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh.
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Remamer
adalah 2,862 Km. Kelurahan Taruko adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Remamer. Menurut SNI 03-
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
7) Jarak Pelayanan SSB KBS Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB KBS adalah
3,610 Km. Kelurahan Kubu gadang adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB KBS. Menurut SNI 03- 1733-
2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan sepakbola
adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama dengan
skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB sudah diluar
jangkauan pelayanan menurut teoritis.
58
8) Jarak Pelayanan SSB Mandala Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Mandala
adalah 5,109 Km. Kelurahan Payolansek adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Mandala. Menurut SNI 03-
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
9) Jarak Pelayanan SSB Putra Sicincin Dilihat Dari Jarak Terjauh
Yang Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Putra
Sicincin adalah 4,511 Km. Kelurahan Limbukan adalah kelurahan
terjauh dari alamat siswa yang memamfaatkan SSB Putra Sicincin.
Menurut SNI 03- 1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan
perumahan di perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam
hal ini lapangan sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut
teoritis tidak sama dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan
pelayanan SSB sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
10) Jarak Pelayanan SSB Putra Buana Dilihat Dari Jarak Terjauh
Yang Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh.
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Mandala
adalah 4,282 Km. Kelurahan Balai Baru adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Putra Buana. Menurut SNI 03-
59
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
11) Jarak Pelayanan SSB Perisai Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Perisai
adalah 4,163 Km. Kelurahan Taruko adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Perisai. Menurut SNI 03-
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
12) Jarak Pelayanan SSB Gasper Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Gasper
adalah 4,259 Km. Kelurahan Balai batimah adalah kelurahan terjauh
dari alamat siswa yang memamfaatkan SSB Gasper. Menurut SNI 03-
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
60
13) Jarak Pelayanan SSB Mudastop Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Mudastop
adalah 4,334 Km. Kelurahan Tambago adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Mudastop. Menurut SNI 03-
1733- 2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan
sepakbola adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama
dengan skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB
sudah diluar jangkauan pelayanan menurut teoritis.
14) Jarak Pelayanan SSB Porsid Dilihat Dari Jarak Terjauh Yang
Memamfaatkan SSB Yang Ada Di Kota Payakumbuh
Jarak terjauh yang memamfaatkan pelayanan SSB Porsid
adalah 3,077 Km. Kelurahan Nan Kodok adalah kelurahan terjauh dari
alamat siswa yang memamfaatkan SSB Porsid. Menurut SNI 03- 1733-
2004 mengenai perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
radius pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan sepakbola
adalah 1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama dengan
skala kenyataan. Jadi yang memamfaatkan pelayanan SSB sudah diluar
jangkauan pelayanan menurut teoritis.
Untuk lebih jelas mengenai jarak pelayanan terjauh masing-
masing sekolah sepak bola dikota Payakumbuh, dapat dilihat pada peta
(5.2) berikut ini:
62
b. Aksesibilitas
1) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Sonyak Pratama
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Sonyak Pratama sangat
banyak,karena SSB ini terletak di pusat kota Payakumbuh. Semakin
banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas
didapat (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB Sonyak
Pratama sangat baik dengan keberadaan nya di pusat kota membuat
jarak nya tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau dengan berbagai alat
transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Sonyak
Pratama dapat dilihat pada gambar (Gambar 5.1) berikut ini:
63
2) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola SKB
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB SKB cukup banyak, karena SSB ini
terletak di jalan bypas kota Payakumbuh. Semakin banyak jaringan
jalan yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat
(Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya yang baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan, karena kualitas jalan yang harus baik karena selalu dilalui
oleh mobil- mobil besar. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB
SKB sangat baik dengan keberadaan nya di bypas membuat jarak nya
tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau dengan berbagai alat
transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB SKB dapat
dilihat pada gambar (Gambar 5.2) dibawah ini:
64
3) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Global
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Global cukup banyak,karena SSB ini
terletak tidak jauh dari pusat kota Payakumbuh. Semakin banyak
jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat
(Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB Global sangat
baik dengan keberadaan nya dekat dari pusat kota membuat jarak nya
tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau dengan berbagai alat
transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Global dapat
dilihat pada gambar (Gambar 5.3) dibawah ini:
65
4) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Palano jaya
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Palano jaya cukup banyak. Semakin
banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah daerah itu
dijangkau (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jenis jalan
bermetal yang kondisi nya kurang baik dengan ditemukanya lobang-
lobang dijalanan. Layanan transportasi menuju SSB Palano jaya tidak
cukup baik dengan keberadaan nya jauh dari pusat kota membuat
daerah tersebut tidak memiliki alat transportasi umum yang
cukup,namun tidak mempengaruhi minat siswa untuk bersekolah.
Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Palano jaya dapat dilihat
pada gambar (Gambar 5.4) dibawah ini:
66
5) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Simper
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Simper sangat banyak,karena SSB ini
terletak di pusat kota Payakumbuh. Semakin banyak jaringan jalan
yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat
(Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya baik namun ditemukanya lobang-lobang kecil
dijalanan. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB Simper sangat
baik dengan keberadaan nya di pusat kota membuat jarak nya tidak
terlalu jauh dan mudah dijangkau dengan berbagai alat transportasi.
Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Simper dapat dilihat pada
gambar (Gambar 5.5) dibawah ini:
67
6) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Remamer
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Remamer cukup banyak. Semakin
banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas
didapat (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan. Layanan transportasi umum menuju SSB Remamer tidak
baik dengan keberadaan nya jauh dari pusat kota. Untuk lebih jelasnya
jaringan jalan ke SSB Remamer dapat dilihat pada gambar (Gambar
5.6) dibawah ini:
68
7) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola KBS
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB KBS cukup banyak. Semakin banyak
jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat
(Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB KBS sangat
baik dan mudah dijangkau dengan berbagai alat transportasi. Untuk
lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB KBS dapat dilihat pada gambar
(Gambar 5.7) dibawah ini:
69
8) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Mandala
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Mandala banyak,karena SSB ini
terletak tidak jauh dari pusat kota. Semakin banyak jaringan jalan yang
tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat (Bintarto,1989
dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang kondisi jalan nya
sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang dijalanan. Begitu
juga layanan transportasi menuju SSB Mandala sangat baik dengan
keberadaan nya tidak jauh dari pusat kota membuat jarak nya tidak
terlalu jauh dan mudah dijangkau dengan berbagai alat transportasi.
Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Mandala dapat dilihat pada
gambar (Gambar 5.8) dibawah ini:
70
9) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Putra Sicincin
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Putra Sicincin cukup banyak ,karena
SSB ini terletak jauh dari pusat kota. Semakin banyak jaringan jalan
yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat
(Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB Putra Sicincin
cukup baik dengan keberadaan nya jauh dari pusat kota membuat
jarak nya sulit dijangkau namun bisa ditempuh dengan berbagai alat
transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Putra Sicincin
dapat dilihat pada gambar (Gambar 5.9) dibawah ini:
71
10) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Putra Buana
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Putra Buana cukup banyak,karena
SSB ini terletak tidak jauh dari pusat kota. Semakin banyak jaringan
jalan yang tersedia maka semakin mudah aksesibilitas didapat
(Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan bermetal yang
kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak ditemukanya lobang-lobang
dijalanan. Begitu juga layanan transportasi menuju SSB Putra Buana
sangat baik dengan keberadaan nya tidak jauh dari pusat kota membuat
mudah dijangkau dengan berbagai alat transportasi. Untuk lebih
jelasnya jaringan jalan ke SSB Putra Buana dapat dilihat pada gambar
(5.10) dibawah ini:
72
11) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Perisai
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB Perisai banyak,karena SSB ini
terletak di pinggiran kota dan berada di perbatasan dengan kabupaten
50 kota. Semakin banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin
mudah aksesibilitas didapat (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan
jalan bermetal yang kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak
ditemukanya lobang-lobang dijalanan. Layanan transportasi menuju
SSB Perisai sangat baik dan mudah dijangkau. Untuk lebih jelasnya
jaringan jalan ke SSB Perisai dapat dilihat pada gambar (Gambar
5.11) dibawah ini:
73
12) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Gasper
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB cukup banyak,karena SSB ini terletak
dipinggir kota yang berbatasan langsung dengan kabupaten 50 kota.
Semakin banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah
aksesibilitas didapat (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan
bermetal yang kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak
ditemukanya lobang-lobang dijalanan. Begitu juga layanan transportasi
menuju SSB Gasper sangat baik mudah dijangkau dengan berbagai alat
transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Gasper dapat
dilihat pada gambar (Gambar 5.12) dibawah ini:
74
13) Akses ke Pelayanan SSB Mudastop
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB cukup banyak,karena SSB ini terletak
dipinggir kota yang berbatasan langsung dengan kabupaten 50 kota.
Semakin banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah
aksesibilitas didapat (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan
bermetal yang kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak
ditemukanya lobang-lobang dijalanan. Begitu juga layanan transportasi
menuju SSB Mudastop sangat baik mudah dijangkau dengan berbagai
alat transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Mudastop
dapat dilihat pada gambar (Gambar 5.13 dibawah ini:
75
14) Akses ke Pelayanan Sekolah Sepak Bola Porsid
Jaringan jalan dan layanan transportasi sebagai perwakilan
aksesibilitas, sangat berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
SSB. Jaringan jalan menuju SSB cukup banyak,karena SSB ini terletak
dipinggir kota yang berbatasan langsung dengan kabupaten 50 kota.
Semakin banyak jaringan jalan yang tersedia maka semakin mudah
aksesibilitas didapat (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008). Dengan jalan
bermetal yang kondisi jalan nya sangat baik dengan tidak
ditemukanya lobang-lobang dijalanan. Begitu juga layanan transportasi
menuju SSB Porsid sangat baik mudah dijangkau dengan berbagai alat
transportasi. Untuk lebih jelasnya jaringan jalan ke SSB Porsid dapat
dilihat pada gambar (Gambar 5.14) dibawah ini:
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai aksesibilitas ke
masing-masing sekolah sepak bola dikota Payakumbuh dapat dilihat
pada peta jaringan jalan menuju sekolah sepak bola di kota
Payakumbuh(Peta 5.3) berikut ini:
77
c. Rute Angkot
1) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan Sekolah Sepak Bola Sonyak Pratama
Rute angkot tidak begitu berpengaruh terhadap pemamfaatan
pelayanan terutama SSB Sonyak Pratama, karena pada umumnya
siswa berasal dari kelurahan yang berada di sekitar pusat pelayanan.
Hanya ada 25 orang siswa yang berasal dari kelurahan yang berada di
luar kecamatan Payakumbuh barat, akan tetapi jumlah angkutan umum
yang melalui pelayanan ini sangat banyak, dapat dilihat pada tabel 5.15
di bawah ini:
Tabel 5.15 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Sonyak
Pratama
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 401 Pasar Payakumbuh-Koto Nan IV-
Balai Panjang
6,4 Km 12 unit
2 403 Pasar Payakumbuh-Terminal Koto
nan IV
4,3 Km 92 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Sonyak Pratama adalah 104 unit.
2) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan Sekolah Sepak Bola SKB
Rute angkot tidak berpengaruh terhadap pemamfaatan
pelayanan terutama SSB SKB, karena pada umumnya siswa berasal
dari kelurahan yang berada di sekitar pusat pelayanan dan sebagian
lagi siswa berasal dari kelurahan yang berada di luar kecamatan
Payakumbuh barat. Jumlah angkutan umum yang melalui pelayanan
78
ini sangat sedikit mengakibatkan rute angkot tidak berpengaruh untuk
pelayanan SSB SKB ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
5.16 di bawah ini:
Tabel 5.16 Jumlah Angkutan umum yang melewati SSB SKB
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 506 Pasar Payakumbuh-Napar-Padang
tinggi-Talang-Subarang Batuang
5,13 Km 2 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB SKB adalah 2 unit.
3) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan Sekolah Sepak Bola Global
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Global, karena SSB Global memiliki lapangan yang
berada di daerah Kubu gadang, kecamatan Payakumbuh utara,
sedangkan pusat nya kantor nya berada di kelurahan
Nunang,kecamatan Payakumbuh barat maka rute angkot
mempengaruhi siswa menuju sekolah atau lapangannya. Maka jumlah
angkutan umum yang melalui pelayanan ini cukup banyak, dapat
dilihat pada tabel 5.17 di bawah ini:
Tabel 5.17 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Global
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 101 Pasar Payakumbuh-
Kubu gadang -Tiakar-
Payobasung -Koto Panjang
6,68 Km 20 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
79
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Global adalah 20 unit.
4) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Palano Jaya
Rute angkot tidak berpengaruh terhadap pemamfaatan
pelayanan terutama SSB Palano jaya. karena pada umumnya siswa
yang bersekolah disana berasal dari kelurahan yang ada disekitar pusat
pelayanan, hanya ada sedikit siswa yang berasal dari kelurahan yang
bukan termasuk kecamatan Payakumbuh barat. Namun alangkah
baiknya kita melihat jumlah angkutan umum yang melalui pelayanan
ini, dapat dilihat pada tabel 5.18 di bawah ini:
Tabel 5.18 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Palano
Jaya
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 506 Pasar Payakumbuh-Napar-Padang
tinggi-Talang-Subarang Batuang
5,13 Km 2 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Palano jaya adalah 2 unit.
5) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Simper
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Simper, karena lapangan berlatih berada di kelurahan
Bunian, sedangkan siswa pada umumnya berasal dari kelurahan Parit
rantang dan sekitarnya yang membutuhkan alat transportasi untuk
ketujuannya dan SSB ini juga berpusat di kelurahan Parit rantang.
Untuk lebih jelasnya kita lihat jumlah angkutan umum yang melalui
pelayanan ini sangat banyak, dapat dilihat pada tabel 5.20 di bawah ini:
80
Tabel 5.19 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Simper
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 401 Pasar Payakumbuh-Koto Nan IV-
Balai Panjang
6,4 Km 12 unit
2 403 Pasar Payakumbuh-Terminal Koto
nan IV
4,3 Km 92 unit
3 502 Pasar Payakumbuh-Parambahan-
Koto panjang-Lampasi
6,43 Km 9 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Simper adalah 113 unit.
6) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Remamer
Rute angkot tidak berpengaruh terhadap pemamfaatan
pelayanan terutama SSB Remamer, karena pada umumnya siswa
berasal dari kelurahan yang berada di sekitar pusat pelayanan. Siswa
hanya menggunakan alat transportasi pribadi, karena angkutan umum
tidak ada yang melalui daerah pelayanan.
7) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB KBS
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB KBS, karena pada umumnya siswa berasal dari beberapa
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan. Akan tetapi jumlah
angkutan umum yang melalui pelayanan ini cukup sedikit, dapat
dilihat pada tabel 5.20 di bawah ini
Tabel 5.20 Jumlah Angkutan umum yang melewati SSB KBS
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 401 Pasar Payakumbuh - Koto baru -
Muaro-Taruko
6,53Km 2 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
81
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB KBS adalah 2 unit.
8) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Mandala
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Mandala, karena pada umumnya siswa berasal dari
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah angkutan
umum yang melalui pelayanan ini sangat banyak, dapat dilihat pada
tabel 5.21 di bawah ini:
Tabel 21. Jumlah Angkutan umum yang melewati SSB Mandala
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 401 Pasar Payakumbuh-Kubu Gadang-
Tiakar-Payobasung-Koto Panjang
6,68 Km 20 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Mandala adalah 20 unit.
9) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Putra Sicincin
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Putra Sicincin, karena pada umumnya siswa tersebar
dari kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah
angkutan umum yang melalui pelayanan ini hanya sedikit tidak
sebanding dengan siswa yang memamfaatkan, dapat dilihat pada tabel
5.22 di bawah ini:
82
Tabel 5.22 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Putra
Sicincin
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 202 Pasar Payakumbuh-Balai jariang-
Pakan salasa-Bukit Sitabur
4,75 Km 5 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Putra Sicincin adalah 5 unit.
10) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Putra Buana
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Putra buana, karena pada umumnya siswa tersebar dari
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah angkutan
umum yang melalui pelayanan ini cukup banyak, dapat dilihat pada
tabel 5.23 di bawah ini:
Tabel 5.23 Jumlah Angkutan umum yang melewati SSB Putra
Buana
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 304 Pasar Payakumbuh-Sawah Padang-
Limbukan-Kubang Gajah
6,75 Km 11 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Putra Buana adalah 11 unit.
11) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Perisai
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Perisai, karena pada umumnya siswa tersebar dari
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah angkutan
umum yang melalui pelayanan ini cukup banyak, dapat dilihat pada
tabel 5.24 di bawah ini:
83
Tabel 5.24 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Perisai
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 502 Pasar Payakumbuh-Parambahan-
Koto Panjang-Lampasi
6,43 Km 9 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Perisai adalah 9 unit.
12) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Gasper
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Gasper, karena pada umumnya siswa tersebar dari
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah angkutan
umum yang melalui pelayanan ini cukup banyak, dapat dilihat pada
tabel 5.25 di bawah ini:
Tabel 5.25 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Gasper
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 502 Pasar Payakumbuh-Parambahan-
Koto Panjang-Lampasi
6,43 Km 9 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Gasper adalah 9 unit.
13) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Mudastop
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Mudastop, karena pada umumnya siswa tersebar dari
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah angkutan
umum yang melalui pelayanan ini cukup banyak, dapat dilihat pada
tabel 5.28 di bawah ini:
84
Tabel 5.26 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Mudastop
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 502 Pasar Payakumbuh-Parambahan-Koto
Panjang-Lampasi
6,43 Km 9 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Mudastop adalah 9 unit.
14) Rute Angkot yang Menghubungkan Asal Murid Dengan
Pelayanan SSB Porsid
Rute angkot berpengaruh terhadap pemamfaatan pelayanan
terutama SSB Porsid, karena pada umumnya siswa tersebar dari
kelurahan yang berada jauh dari pusat pelayanan., Jumlah angkutan
umum yang melalui pelayanan ini cukup banyak, dapat dilihat pada
tabel 5.27 di bawah ini:
Tabel 5.27 Jumlah angkutan umum yang melewati SSB Porsid
No Kode
Trayek
Trayek Panjang
Trayek
Jumlah
1 502 Pasar Payakumbuh-Parambahan-
Koto Panjang-Lampasi
6,43 Km 9 unit
Sumber: Dinas Perhubungan kota Payakumbuh 2012
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa angkutan umum
yang melewati SSB Porsid adalah 9 unit.
Untuk lebih jelas mengenai trayek angkot ke masing-masing
sekolah sepak bola di kota Payakumbuh dapat dilihat pada peta rute
angkot kota Payakumbuh (Peta 5.3) berikut ini:
86
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di wilayah
studi pada tanggal 22 September 2012 sampai 12 Desember 2012. Daerah
penelitian adalah Kota Payakumbuh, dimana subjek penelitian adalah Sekolah
Sepakbola (SSB) yang ada di Kota Payakumbuh. Data yang penulis
kumpulkan baik berdasarkan hasil observasi, data sekunder, ataupun data yang
diperoleh dari instansi-instansi terkait, maka hasil analisis mengenai
pertanyaan penelitian pada pokok bahasan sebelumnya akan penulis bahas
lebih lanjut dalam bentuk uraian berikut:
1. Pemanfaatan Keruangan dari Pelayanan Sekolah Sepak Bola Di Kota
Payakumbuh
Menurut Budi D. Sinulingga dalam Ira Meutia (2005: 10)
menjelaskan bahwa suatu permukiman harus mempunyai pelayanan sosial
dan pelayanan umum yang di antara nya pelayan SSB. Ketersediaan
pelayanan SSB di Kota Payakumbuh terdiri dari 14 SSB seperti Sonyak P,
SKB, Global, Remamer,Simper, Palano jaya, KBS, Mandala, Putra Buana,
Putra Sicincin, Perisai, Gasper, Muda Stop, Persid.
Apabila kita bandingkan, jumlah penduduk usia 9-18 tahun di Kota
Payakumbuh sebanyak 14.241 orang. Menurut SNI 03- 1733- 2004
mengenai perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan radius
pencapaian Ke pusat olahraga dalam hal ini lapangan sepakbola adalah
1000 M. Skala pelayanan menurut teoritis tidak sama dengan skala
kenyataan, jadi SSB yang seharusnya berdiri di Kota Payakumbuh lebih
kurang 25 SSB. Sedangkan jumlah SSB yang ada hanya 14 SSB, hal ini
berarti sekolah kelebihan siswa.
87
Siswa pada umumnya berasal dari Kota Payakumbuh ini dapat
dilihat dari variasi alamat siswa. SSB sebagai pusat pelayanan sesuai
dengan konsep Central Place Theory walter Cristhaller teori tempat pusat
atau kedudukan pusat, dimana teori ini menjelaskan peran sebuah kota
sebagai pusat pelayanan barang maupun jasa bagi wilayah sekitarnya.
Faktor pola distribusi dimaksudkan untuk menganalisis penyebaran
SSB dengan melihat kesesuaian terhadap daya tampung sekolah tersebut.
Analisis terhadap pola distribusi ini dilakukan untuk meminalisir
kesenjangan antarwilayah untuk rasio jumlah penduduk usia 9-18 tahun
dengan jumlah sekolah, ketidakseimbangan antara sekolah yang satu
dengan yang lainya dalam Kota Payakumbuh.
Untuk lebih jelasnya mengenai pemanfaatan keruangan dari
pelayanan sekolah sepak bola di kota Payakumbuh dapat dilihat pada tabel
pemanfaatan keruangan dari pelayanan SSB di Kota Payakumbuh (tabel
5.28 berikut ini:
Tabel 5.28 Pemanfaatan keruangan dari pelayanan sekolah sepak
bola di kota Payakumbuh
NO SSB Jumlah
Siswa
Kelurahan Pola Persebaran
Terpadat Terjarang
1. Sonyak
Pratama
117 Padang
tangah
Limbukan Mengelompok
2. SKB 170 Seberang
betung
Nan kodok Mengelompok
3. Global 123 Nunang Payobasung, Mengelompok
4. Palano jaya 128 Talang Sungai durian Mengelompok
5. Simper 101 Parit rantang Nan kodok Mengelompok
6. Remamer 88 Padang
kaduduak
Napar,
Labuah baru
Mengelompok
7. KBS 106 Koto baru Balai batimah Acak
8. Mandala 95 Kubu gadang Payolansek Menegelompok
9. Putra
Sicincin
100 Sicincin hilir Padang datar Acak
88
10. Putra buana 113 Padang tiakar
mudik
Balai baru Acak
11. Perisai 147 Parik muko
aia
Koto
panjang,
padang
sikabu,
Sungai durian
Mengelompok
12. Gasper 119 Parambahan Napar,
padang
tangah,
tanjung pauh,
tambago,
labuah baru,
talang
Mengelompok
13. Mudastop 115 Koto panjang Sungai durian Mengelompok
14. Porsid 103 Sungai
durian
Nan kodok Mengelompok
Sumber: Hasil Analisis data,2013
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siswa Bersekolah Di SSB Kota
Payakumbuh
a. Jarak
Pengembangan sarana diprioritaskan menyebar mengikuti
persebaran daerah permukiman. Lokasi sarana pelayanan diharapakan
berada dalam jarak optimum terhadap kawasan penduduk atau daerah
permukiman, supaya penduduk tidak memerlukanjarak perjalanan
yang jauh untuk menjangkau sarana fasilitas sehingga masyarakat
dapat memamfaatkan saran lingkungan yang terdapat didalam unit
tersebut (Buku Perencanaan Kawasan Lingkungan dan Perumahan
Kota, 2004)
Sekolah sepakbola berkaitan erat dengan siswanya, karena
kedekatan lokasi sekolah dengan tempat tinggal siswa akan
menjadikan salah satu factor yang mempengaruhi siswa memilih SSB.
Skala pelayanan SSB secara teoritisdalam hal ini, sarana
Lapangan olahraga menurut SNI 03- 1733- 2004 mengenai
89
perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan harus berdekatan
dengan sarana pendidikan yaitu 1000 M. Dalam kenyataanya skala
pelayanan SSB terjauh adalah 5109 M, jadi skala pelayanan teoritis
tidak sama dengan skala kenyataan. Yang memamfaatkan pelayanan
SSB di Kota Payakumbuh berada diluar jangkauan pelayanan menurut
teoritis namun masih berada dalam kawasan Kota Payakumbuh.
b. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah salah satu factor yang sangat
mempengaruhi apakah suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau
tidak. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat kemudahan didalam
mencapai dan menuju arah suatu lokasi di tinjau dari lokasi
disekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibiltas
dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan seperti jalan,
dan tingkat keamanan dan kenyamanan untuk melalui lokasi tersebut.
Salah satu variable yang dapat dinyatakan untuk menentukan tinggi
rendahnya tingkat aksesibilitas dapat dilihat dari banyaknya system
jaringan yang tersedia pada daerah tersebut. Semakin banyak system
jaringan yang tersedia pada daerah tersebut maka semakin mudah
aksesibilitas yang didapat begitu pula sebaliknya semakin rendah
tingkat aksesibilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu
dijangkau dari daerah lain nya. (Bintarto,1989 dalam Dewi 2008).
Jaringan jalan yang banyak menuju SSB-SSB yang ada di
kota. Payakumbuh membuat masyarakat yang ada memamfaatkan
90
pelayanan SSB di kota Payakumbuh. Jaringan jalan dikatakan baik
dengan kondisi jalan aspal bermetal, walaupun ada sedikit jalan yang
berlobang tidak mempengaruhi akses menuju SSB. Didukung dengan
alat transportasi baik alat transportasi pribadi maupun umum, sehingga
siswa dapat dengan lancar menuju ke sekolah.
c. Rute Angkot
SSB yang ada dikota Payakumbuh hampir keseluruhan dilalui
angkutan umum, hanya ada satu SSB yang tidak dilalui oleh angkutan
umum, yaitu SSB Remamer. Namun akibat dari perkembangan zaman
angkutan umum lambat laun sudah ditinggal kan oleh masyarakat
karena sudah tersaingi oleh kendaraan pribadi dengan banyak nya
sepeda motor dan mobil. Dari data yang penulis ambil pada dinas
perhubungan dikota Payakumbuh tahun 2012, angkutan umum yang
beroperasi hanya 153 unit yang tersebar pada 8 trayek dengan daerah
tujuan yang tidak menyeluruh di kota Payakumbuh. Hanya beberapa
daerah yang dilalui oleh angkutan umum. Angkutan umum melalui
jalan sudirman yang paling banyak dengan 104 unit.
91
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis
kemukakan pada bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan:
Pemanfaatan keruangan dari pelayanan sekolah sepak bola (SSB) di
kota Payakumbuh dilihat dari alamat siswa itu berasal. Sekolah sepak bola di
manfaatkan oleh masyarakat di kota Payakumbuh. Dalam hal ini di
manfaatkan oleh penduduk usia 9-18 tahun. Pelayanan sekolah sepak bola
dimanfaatkan oleh 45 kelurahan dari 76 kelurahan di Kota Payakumbuh,
Namun pelayanan yang tersedia tidak mencukupi untuk masyarakat yang ada.
Menurut SNI 03-1733-2004 jumlah pelayanan yang harus tersedia untuk kota
Payakumbuh adalah 25 sekolah sedangkan pelayanan yang ada hanya 14
sekolah. Hal ini menyebabkan sekolah kelebihan siswa dan terjadi ketidak
merataan siswa. Pola persebaran siswa sekolah sepak bola di Kota
Payakumbuh didominasi oleh pola mengelompok dengan 11 sekolah, dan 3
sekolah dengan pola acak. Kemudian faktor jarak, aksesibilitas dan rute
angkot mempengaruhi siswa memilih sekolah sepak bola yang ada di kota
Payakumbuh.
92
B. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, penulis
menyarankan kepada pemerintah khususnya pengcab PSSI Kota
Payakumbuh,untuk penambahan sekolah sepak bola di Kota Payakumbuh
sesuai SNI 03-1732-2004 sebanyak 25 sekolah yang harus tersedia
sedangkan sekarang hanya ada 14 sekolah, agar tidak terjadi lagi kelebihan
siswa sehingga menyebabkan ketidakmerataan siswa dan pendistribusian
sekolah sepak bola yang merata di setiap kecamatanya sesuai segi
keruangan agar tidak terjadi lagi pemusatan sekolah sepak bola di wilayah
perkotaan.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis menyarankan
kepada masyarakat untuk mendukung pengembangan sekolah sepak bola
ke kelurahan-kelurahan yang yang ada di Kota Payakumbuh, sehingga
lebih meningkatkan atmosfer sepakbola di Kota Payakumbuh.
3. Kepada siswa untuk memilih sekolah sepak bola yang dapat dijangkau
dengan mudah, agar siswa tidak memerlukan biaya yang banyak, jarak
yang jauh untuk bersekolah supaya siswa dapat meningkatkan pretasinya.
93
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Dodiet. 2009. Hand out Mata Kuliah Metodologi Research. Surakarta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta
Anwar, 1995. Pengaruh aksesibilitas terhadap pergerakan penduduk di kota
bogor. Bandung: UNPAD
Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh (2011). Kota Payakumbuh Dalam Angka
2008. BPS Kota Payakumbuh. Payakumbuh
Bappeda Kota Payakumbuh. Peta Kota Payakumbuh. 2008
Buku Perencanaan Kawasan Perumahan Kota. Halaman 4. 1987
Dinas Tata Kota Payakumbuh, Permen PU NO 41 tahun 2007, Mengenai
pembudidayaan lingkungan perumahan di perkotaan, 2012
Dewi, 2008. Kontribusi Kendaraan Angkutan Umum Terhadap Pengembangan
Wilayah di kota Binjai. Medan: USU Medan
H,Surastopo, Bintarto,R. 1978. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES
Jayadinata, Johara T, 1999, Tata Guna Tanah dalam Perencanaan
Pedesaan,Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.
Jayadinata.1999. Standar Jarak Dalam Kota. Jakarta
Mardalis. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Nasution. 2005.. Peran Angkutan Umum Dikota Pematang Siantar dan Kaitannya
dengan Pengembangan Wilayah. Medan: USU Medan
Nofriyanti. 2001. Studi Kondisi Perumahan Penduduk Pinggiran Pantai
Kecamatan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah. Padang: UNP Padang
Pabundu Tika, Prof. Dr.(2005).Metode Penelitian Geografi.Bumi Aksara.Jakarta.
Permen PU No 41/ PRT/M/2007 tentang pedoman kriteria teknis kawasan
budidaya
Permen PU No 05/ 2008 tentang ruang terbuka hijau
94
Putra, Eka, Desra. 2011. Analisis Pemamfaatan Pelayanan SMP Negeri di
kecamatan Koto Tangah. Padang: UNP Padang
Sayuthi, Agus. 2008. Analisis Pola Persebaran Demam Berdarah Dengue Dikota
Yogyakarta Tahun 2008. Surakarta:Universitas Muhamadiyah Surakarta
Sugiyono. 2007. Metode Penenlitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R &
D.Bandung: Alfabeta
Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi
Aksara.
www.eprints.undip.ac.id. GBHN 1993 tentang pembinaan sepakbola. Diakses
tanggal 23/03/2012
www.Google.com. Standarisasi Sarana dan Prasarana pendirian SSB. Diakses
tanggal 4/4/2012, 14:56
www.Google.com, Teori neighbourshood statistik. Diakses tanggal
25/4/2012,15.30.
www.Google, Teori Christaller. Diakses tanggal 25/4/2012.15.30
www.Pssifootball.com. PSSI dengan pembinaan sepakbola. Diakses tanggal
01/03/2012
www.Syukriy.wordpress.com. Bisnis sepakbola. Diakses tanggal 23/03/2012