kontribusi daya ledak otot lengan dan...
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKKAN
PINGGANG TERHADAP KEMAMPUAN PUKULAN LOB OVERHEAD
PEMAIN BULUTANGKIS UKO UNP
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang
Oleh:
EKA PURNAMA YULIYANNY
2008/00863
JURUSAN KEPELATIHAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
UN
IVE
RS
ITA
S N EGE
R
IP
AD
AN
G
U N P
“Allah Meninggikan Orang yang beriman diantara kamu dan orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”.(QS Al-Mujadalah :II)
“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari
suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan lainnya. Dan hanya kepada Allah
lah hendaknya kamu beharap”. (QS AlamHasyrah : 6-8)`
Puji syukur pada mu ya Allah, penguasa alam semesta,, yang memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga karya kecil ini tercipta. Serta solawat dan salam selalu
tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW.
Tiada aksara yang dapat ku ukir, tak ada kata ataupun mutiara terindah
yang kuberi dengan segala kerendahan hati seiring rasa syukurku padamu ya
Allah, kupersembahkan karya kecilku ini untuk yang teristimewa kedua orang
tuaku “Papaqu Yunardi & Mamaqu Irdaliyanny”. Orang terhebat dalam hidupku,
yang selalu menaungiku dengan kasih dan menjadi motivasiku dalam mengarungi
kehidupan ini. Terima kasih untuk semua curahan kasih darimu, terima kasih atas
semua pengorbanan dan linangan air matamu yang tiada henti, terima kasih atas
ribuan recehan yang telah engkau kumpulkan dari tiap tetes keringatmu, sehingga
membuat diriku menjadi orang yang merasa sangat bahagia saat ini.
Ku menyadari sepenuhnya sampai saat ini belum mampu membalas semua yang
telah engkau beri. Hanya doa saat ini yang bisa kupersembahkan untuk kalian
berdua, hanya tangisku sebagai saksi atas rasa cintaku pada kalian.
Buat adekqu, Dwi Prasatyo & Dharma Illahi Yunardi terima kasih atas
segala dukungan yang kalian berikan selama ini. Semoga keberhasilan kecil ini
mampu memenuhi sejuta harapan, karena kasih sayang dan pengorbanan yang
tulus tak akan hilang dengan sia-sia.....
Spesial buat Dedet Fernando yang telah membantu dan memberikan
motivasi untuk menyeleseikan skripsi ini. Biar qt gak bareng wisudanya buat
Dedet Fernando harus semangat jangan mau kalah dari eka, ok Dedet Fernando?
eka tunggu wisuda maret 2013
Terima kasih kepada :
Bapak Drs. Busli Jamal yang telah membimbingku sejak awal di
UNP hingga skripsi ini terselesaikan, kepada bapak Donie, S.Pd,
M.Pd yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbingku dan
menyelesaikan skripsi ini, serta bapak Umar MS, AIFO, bapak
Drs. Maidarman, M.Pd. bapak Roma Irawan, S.Pd, M.Pd selaku
tim penguji skripsi yang telah memberikan masukan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
Untuk warga kos belibis blok A no 6 (KAK UCI, KAK DINA, KAK
AMY, NIA, AMINAH, LENA, WENI, NOPI, DILLA, ROZA,
RIRI). Mudah-mudahan kita tetap menjadi teman untuk selamanya.
Kawan-kawan di fIK UNP angkatan 2008 Khususnya anak-anak
KEPELATIHAN semoga kita bisa sukses bersama. FERDI, UPIY,
EL, TIA, REZI, SEPTRISNO FAUZAN dan teman2 yg wisuda
kepelatihan 2008 terima kasih atas bantuan kalian semua akhirnya
kita wisuda juga kawan...
Terimakasih jg untuk senior2 yang bareng wisuda september 2012
(bg romi, bg cpuk, bg ferdi, bg heru, bg fauzi, bg aang, bg dhe2)
dan senior lainny yang telah membantu dan mendukung eka dalam
menyeleseikan skripsi ini
serta teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Terima kasih aku ucapkan........
Special From : Eka Purnama Yuliyanny
ABSTRAK
Eka Purnama Yuliyanny (2012) : Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan
dan Kelentukan Pinggang Terhadap
Kemampuan Pukulan Lob Overhead
Pemain Bulutangkis UKO UNP.
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap fenomena yang terjadi di
lapangan, bahwa kemampuan lob overhead masih rendah. Masalah inil diduga
disebabkan karena rendahnya daya ledak otot lengan dan rendahnya kelentukan
pinggang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya ledak otot lengan,
kelentukan pinggang, kemampuan lob overhead pemain bulutangkis UKO
UNP, dan untuk mengetahui kontribusi daya ledak otot lengan dan kelentukan
pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis
UKO FIK UNP.
Jenis penelitian ini adalah korelasional. Populasi penelitian ini semua
pemain bulutangkis UKO UNP 25 orang, sedangkan sampel diambil secara
purposive sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 22 orang. Penelitian
ini dilaksanakan 13 Juni tahun 2012, sedangkan tempat penelitian
dilaksanakan di lapangan bulutangkis asrama haji. Data daya ledak otot lengan
diperoleh dari one hand medicine ball throw, Data kelentukan pinggang
diambil dengan extension- D, sedangkan kemampuan lob overhead diambil tes
kemampuan pukulan lob overhead. Data dianalisis dengan menggunakan
teknik analisis korelasi product moment dan rumus kontribusi (r² x 100%)
dengan taraf signifikan α 0,05.
Berdasarkan hasil perhitungan teknik analisis diperoleh kontribusi
yaitu: 1.) Daya ledak otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob overhead
sebesar 35,88%. 2.) Kelentukan pinggang terhadap kemampuan pukulan lob
overhead sebesar 29,81%. 3.) Daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang
secara bersama-sama terhadap kemampuan pukulan lob overhead sebesar
55,65%.
Kata Kunci: Daya Ledak Otot lengan, Kelentukan pinggang, Kemampuan
pukulan Lob Overhead
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillaahirobbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan dan
Kelentukan Pinggang terhadap Kemampuan Pukulan Lob Overhead Pemain
Bulutangkis UKO UNP”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Strata Satu pada
Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Drs. H. Arsil, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Padang.
2. Bapak Drs. Maidarman, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga
3. Bapak Drs.Busli Jamal selaku Pembimbing I, dan bapak Donie, S,Pd. M.Pd
selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
saran dan masukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Umar, MS. AIFO, Drs. Maidarman, M.Pd, dan Roma Irawan, S.Pd.
M.Pd selaku tim penguji.
5. Teristimewa orangtua Yunardi (ayah) dan Irdaliyanny (ibu), dan keluarga
penulis yang telah memberikan dukungan moril maupun materil selama penulis
dalam masa pendidikan.
6. Untuk semua pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, dan motivasi,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sepenuhnya sempurna, oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga Allah senantiasa menaungi kita
dalam rahmat dan kasih sayang yang berlimpah. Amin..
Padang, 31 Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 8
C. Pembatasan masalah ........................................................................... 9
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Permainan Bulutangkis .................................................... 12
2. Pukulan Lob Overhead backhand ................................................. 16
3. Daya Ledak Otot Lengan............................................................... 18
4. Kelentukan pinggang ..................................................................... 22
B. Kerangka Konseptual ................................................................... 25
C. Hipotesis ...................................................................................... 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................... 30
B. Tempat dan Waktu penelitian ............................................................ 30
C. Populasi dan Sampel .......................................................................... 30
D. Definisi Operasional ........................................................................... 32
E. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 33
F. Instrument Penelitian.......................................................................... 33
G. Teknik pengumpulan Data ................................................................. 34
H. Teknik Analisis Data .......................................................................... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskriptif Data ................................................................................... 44
B. Pengujian persyaratan Analisis .......................................................... 49
C. Pengujian Hipotensis .......................................................................... 50
D. Pembahasan ........................................................................................ 55
BAB V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan......................................................................................... 64
B. Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
LAMPIRAN .......................................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1: Populasi Pemain Bulutangkis UKO UNP.. .............................................. 31
Tabel 2: Sampel Pemain Bulutangkis UKO UNP.................................................. 32
Tabel 3: Tes One Hand Medicine Ball Throw ....................................................... 35
Tabel 4: Tes Extension-D....................................................................................... 37
Tabel 5: Tes Kemampuan Pukulan Lob Overhead ................................................ 39
Table 6: Daftar Nama Panitia Pelaksana Tes ........................................................ 40
Tabel 7: Distribusi Frekuensi Daya Ledak Otot Lengan ...................................... 45
Tabel 8: Distribusi Frekuensi kelentukan pinggang............................................... 46
Tabel 9: Distribusi Frekuensi Kemampuan Lob Overhead.................................... 48
Tabel 10: Rangkuman Uji Normalitas Sebaran Data dengan Uji Liliefors ............ 49
Table 11: Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi Daya Ledak Otot
Lengan ( X₁ ) Terhadap Kemampuan Lob Overhead( Y)...................... 51
Table 12: Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi Kelentukan Pinggang
(X₂) Terhadap Kemampuan Lob Overhead( Y) .................................... 52
Table 13: Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi Daya Ledak Otot
Lengan( X₁ ) Dan Kelentukan Pinggang ( X₂ ) Secara Bersama-Sama
Terhadap Kemampuan Lob Overhead( Y) ............................................ 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1: Otot-Otot Lengan Bawah Kanan, Pandangan Anterior........................ 20
Gambar 2: Otot-Otot Lengan Bawah Kanan, Pandangan Posterior ....................... 21
Gambar 3: Kerangka Konseptual ........................................................................... 29
Gambar 4: Pelaksanaan Tes One Hand Medicine Ball Throw .............................. 35
Gambar 5: Lapangan Tes Lob Overhead ............................................................... 38
Gambar 6: Histogram Daya Ledak Otot Lengan ................................................... 46
Gambar 7: Histogram Kelentukan Pinggang ........................................................ 47
Gambar 8: Histogram Kemampuan Lob Overhead ............................................... 49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1: Data Hasil Peneliti ............................................................................ 67
Lampiran 2: Analisis Normalitas Daya Ledak Otot Lengan Melalui Uji
Liliefors (X) ..................................................................................... 68
Lampiran 3: Analisis Normalitas Kelentukan Pinggang Melalui Uji
Lilliefors (X₂) ................................................................................... 69
Lampiran 4: Analisis Uji Normalitas Lob Overhead Melalui Uji Lilliefors (Y) . 70
Lampiran 5: Korelasi Sederhana dan Korelasi Berganda (Variabel (X₁), (X₂)
dan (Y) ............................................................................................. 71
Lampiran 6: Pengujian Hipotensis 1 ..................................................................... 72
Lampiran 7: Pengujian Hipotensis 2 ..................................................................... 74
Lampiran 8: Korelasi Sederhana Antara Variabel (X₁) Dan (X₂) ....................... 76
Lampiran 9: Pengujian Hipotensis 3 ..................................................................... 77
Lampiran 10: Pengujian Signifikan Korelasi Ganda ........................................... 78
Lampiran 11: Kategori Tes Daya Ledak Otot Lengan Tes .................................. 79
Lampiran 12: Kategori Tes Kelentukan Pinggang ............................................... 80
Lampiran 13: Kategori Tes Lob Overhead ........................................................... 81
Lampiran 14: Gambar Pelaksanaan Tes One Hand Medicine Ball Throw ........... 82
Lampiran 15: Gambar Pelaksanaan Tes Kelentukan Pinggang ........................... 83
Lampiran 16: Gambar Pelaksanaan Tes Lob Overhead ........................................ 84
Lampiran 17: Foto Bersama Pemain UKO UNP .................................................. 85
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu kegiatan untuk mencapai kebugaran
jasmani.Untuk memperoleh hasil yang maksimal, pelaksanaan olahraga harus
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Selain untuk mencapai
kebugaran jasmani, pelaksanaan olahraga juga bertujuan untuk mencapai
prestasi hal tersebut dijelaskan dalam UU RI N0 3 Tahun 2005 pasal 4
tentang Sistem Keolahragaan Nasional yang berbunyi:
“Keolahragaan nasional bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia,
menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa,
memperkukuh ketahanan nasional serta mengangkat harkat,
martabat dan kehormatan bangsa”.(2005:7)
Selanjutnya salah satu olahraga prestasi yang popular di Indonesia
ialah cabang olahraga bulutangkis yang merupakan cabang olahraga yang
berasal dari India. Kepopuleran permainan bulutangkis disebabkan permainan
ini dapat dimainkan oleh siapa saja baik perempuan maupun laki-laki. Selain
itu pertandingan bulutangkis juga sering diadakan mulai dari pedesaan hingga
ke daerah yang lebih maju (kota).
Untuk menjadi pemain bulutangkis yang berprestasi perlu dilakukan
pembinaan prestasi yang jelas. Dalam UU RI NO 3 Tahun 2005 pasal 27 ayat
1 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional dinyatakan bahwa “Pembinaan dan
pengembangan olahraga prestasi dilaksanakan dan diarahkan untuk mencapai
prestasi olahraga pada tingkat daerah, Nasional dan Internasional” (2005:16).
Berdasarkan pasal di atas, diketahui bahwa prestasi olahraga tingkat
daerah, Nasional dan Internasional akan tercapai apabila adanya pembinaan
prestasi yang terstruktur dengan jelas. Pelaksanaan pembinaan tersebut akan
lebih baik apabila dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten
dibidangnya. Pembinaan yang dilakukan untuk pencapaian prestasi olahraga
dapat berupa pembinaan kondisi fisik, teknik, mental dan sebagainya.
Menurut Donie (2009: 112) "kondisi fisik olahraga diartikan sebagai
kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan
melalui kesanggupan pribadi ( kemampuan dan motivasi )". Semakin baik
kondisi atau kemampuan fisik seseorang, maka akan semakin besar
peluangnya untuk berprestasi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat
kondisi fisiknya maka semakin sulit ia untuk meraih prestasi.
Pembinaan kondisi fisik dalam pencapaian prestasi cabang olahraga
bulutangkis merupakan pembinaan dasar yang harus dilakukan. Hal tersebut
disebabkan permainan bulutangkis membutuhkan kondisi fisik yang sangat
kompleks.
Permainan bulutangkis sangat membutuhkan kualitas kondisi fisik
yang baik. Komponen-komponen dasar dari kondisi fisik tersebut meliputi
kekuatan (strength), kecepatan (speed), kelentukan (flexibility), kelincahan
(agility), daya tahan (endurance), daya ledak (power) dan koordinasi
(coordination) gerak yang baik (Syafruddin, 1999:36). Peningkatan prestasi
olahraga bulutangkis merupakan hal yang sangat rumit dan kompleks, karena
sangat banyak faktor yang mempengaruhi untuk mencapai prestasi yang
maksimal, salah satunya faktor kondisi fisik tersebut.
Daya ledak otot merupakan suatu komponen biomotorik dalam
kegiatan olahraga, karena daya ledak otot menetukan seberapa keras orang
memukul, seberapa jauh orang melempar dan menendang, seberapa tinggi
orang melompat serta seberapa cepat orang berlari dan lain sebagainya.
Selain daya ledak otot, dalam bermain bulutangkis dibutuhkan
kelentukan pinggang. Kelentukan menurut Syafruddin (1999:58) adalah salah
satu unsur kondisi fisik yang menentukan dalam a) mempelajari
keterampilan-keterampilan gerakan, b) mencegah cedera, dan c)
mengembangkan kemampuan kekuatan, kecepatan, daya tahan dan
koordinasi. Berdasarkan hal tersebut, kelentukan memegang peranan penting
dalam pencapaian hasil yang optimal.
Mempersiapkan kondisi fisik, seorang pemain bulutangkis yang baik
dan berprestasi dituntut untuk memahami dan menguasai salah satu
komponen dasar yaitu teknik dasar permainan bulutangkis. Teknik dasar
dalam permainan bulutangkis adalah penguasaan pokok yang harus dipahami
dan dikuasai oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain
bulutangkis (Tohar, 1992: 34). Ada beberapa teknik dalam bulutangkis yang
harus dikuasai oleh pemain yang meliputi; pegangan reket (grip), olah kaki
(footwork), teknik pukulan seperti servis, lob, smash, drop shop dan drive.
Salah satu teknik yang harus dikuasai oleh setiap pemain bulutangkis adalah
teknik pukulan lob overhead.
Sehubung dengan penjelasan di atas, salah satu teknik yang harus
dikuasai oleh setiap pemain bulutangkis adalah teknik pukulan lob overhead.
Menurut Hua dan Aryanto (2007: 39) lob overhead adalah kok yang dipukul
dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan
keatas pada bagian belakang lapangan lawan. Pukulan lob overhead ini
biasanya dilakukan dengan cara forehand dan backhand. Dalam melakukan
pukulan lob overhead ini shuttlecock yang dipukul haruslah jatuh jauh di
belakang garis lawan, karena salah satu tujuan dari pukulan lob overhead ini
membuat lawan bergerak kebelakang sehingga memperluas daerah sasaran
pukulan berikutnya.
Pukulan lob overhead merupakan pukulan yang dilakukan dengan
tujuan menerbangkan shuttlecock jauh kebelakang daerah lawan agar dalam
bermain lawan akan melakukan gerakan kebelakang sehingga daerah depan
lawan menjadi lebih luas. Tujuan bermain bulutangkis salah satunya
menjatuhkan shuttlecock di dalam daerah lawan, dengan melakukan pukulan
lob overhead daerah lawan menjadi lebih luas sehingga upaya untuk
menjatuhkan shuttlecock kedaerah lawan menjadi lebih mudah.
Pukulan lob overhead menjadi pukulan yang sering dilakukan pada
saat bermain bulutangkis. Dengan melakukan pukulan lob overhead daerah
lawan akan lebih luas dan juga pada saat bermain posisi pemain terkadang
tidak dalam keadaan yang tepat dengan melakukan pukulan lob overhead
waktu permainnan akan menjadi lebih lama sehingga pemain dapat bergerak
ke posisi daerah yang benar dan posisi tubuh menjadi siap dengan berbagai
gerakan yang dilakukan nantinya.
Unit Kegiatan Olahraga Bulutangkis UNP (Universitas Negeri
Padang) merupakan unit kegiatan yang berada di dalam naungan UNP
(Universitas Negeri Padang). Pemain pada Unit Kegiatan Olahraga
Bulutangkis UNP sudah cukup ternama di kalangan Universitas – Universitas
yang ada di Sumatera, khususnya di dalam provinsi Sumatra Barat yang
dibuktikan dengan perolehan juara dalam mengikuti event-event turnamen
yang telah di adakan.
Dari hasil pengamatan peneliti pada pemain Unit Kegiatan Olahraga
Bulutangkis UNP (Universitas Negeri Padang) dapat di lihat data tentang
berbagai prestasi yang telah di peroleh oleh Unit Kegiatan Olahraga
Bulutangkis UNP dalam berbagai kejuaraan tingkat umur antara lain:
NO
Nama
Kejuaraan
Atlet
Prestas
i
Emas Perak Perungg
u
1 POMDA 2007
dipadang
Ilham rosyadi dan Arip
kurniawan.(ganda putra)
1 - -
Arif rahman dan Yunita (ganda
campuran
1
2. Politeknik
UNAND
Andi Rido (Tunggal putra)
1
Andi Rido dan Ilham Rosyadi
(ganda putra)
1
Arif Kurniawan dan Arif
Rahman (ganda putra)
1
3. KEJURNAS
Bulutangkis
antar
Perguruan
Tinggi se
Sumatra 2008
Arif Rahman (tunggal Putra) 1
Andi Rido (Tunggal putra) 1
Ilham Rosyadi dan Andi Rido
(ganda putra)
1
Arif Kurniawan dan Arif
Rahman (ganda putra)
1
Andi Rido dan Silvi Rahayu
(ganda campuran)
1
4. KEJURNAS
Bulutangkis
antar
PerguruAN
Tinggi se
Sumatra 2009
Arif Rahman (Tunggal putra) 1
Andi Rido dan Ilham Rosyadi
(ganda putra)
1
Andi Rido dan Silvi Rahayu
(ganda campuran)
1
5. KEJURNAS
Bulutangkis
antar
Perguruan
Tinggi se
Sumatra 2010
Ilham Rosyadi dan Aldiansyah
(ganda putra)
1
Ilham Rosyadi dan Silvirahayu
(Ganda Campuran)
1
Dari data yang ada dapat di lihat bahwa prestasi pemain Bulutangkis
UNP dalam beberapa tahun terakhir terjadi penurunan yang terbukti dengan
berkurangnya prestasi pemain Bulutangkis UNP. Banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi olahraga, diantaranya adalah fisik, teknik, taktik dan
mental. Faktor teknik sangat berperan penting dalam bermain bulutangkis,
salah satunya yaitu pukulan lob overhead.
Berdasarkan observasi dilapangan yang dilakukan oleh peneliti
didapatkan bahwa pemain bulutangkis Unit Kegiatan Olahraga UNP untuk
kemampuan pukulan lob overhead ini kurang memperoleh hasil yang
optimal, sehingga dalam prakteknya shuttlecock yang dipukul tersebut tidak
tinggi dan jatuhnya shuttlecock tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu
garis belakang lawan akibatnya shuttlecock yang dihasilkan rendah dan
tanggung jatuhnya di daerah lawan.
Dengan keadaan shuttlecock yang melambung rendah dan tanggung
di daerah lawan tersebut mengakibatkan lawan akan lebih leluasa melakukan
pukulan smash ke daerah kita sehingga, dalam usaha pengembalian
shuttlecock ke daerah lawan menjadi sulit.
Ketidakmampuan pemain dalam melakukan pukulan lob overhead
secara optimal merupakan masalah yang sangat penting dalam bermain
bulutangkis. Kekalahan dalam bermain bulutangkis banyak disebabkan oleh
shuttlecock yang diarahkan tidak sesuai dengan yang seharusnya, sehingga
pukulan yang dihasilkan menjadi masalah bagi pemain dalam memperoleh
keberhasilan dalam bermain bulutangkis. Dalam melakukan pukulan lob
overhead, kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang
sangat berpengaruh dalam tercapainya keberhasilan dalam melakukan
pukulan lob overhead. Dengan memiliki daya ledak otot lengan yang baik
dan kelentukan pinggang yang baik peneliti beranggapan bahwa akan
menghasilkan kemampuan pukulan lob overhead yang bagus pula. Sehingga
dapat diprediksikan bahwa daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang
memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain
bulutangkis Unit Kegiatan Olahraga UNP.
Kompleknya faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas
kemampuan pukulan lob overhead maka penelitian ini akan melihat seberapa
besar kontribusi atau sumbangan daya ledak otot lengan dan kelentukan
pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis
Unit Kegiatan Olahraga UNP.
Melalui uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian seberapa besar”Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan dan
Kelentukan Pinggang terhadap Kemampuan Pukulan Lob Overhead
Pemain Bulutangkis UKO UNP”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan pukulan lob overhead seorang pemain
bulutangkis. Faktor-faktor tersebut dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Apakah daya ledak otot lengan dapat memberikan kontribusi terhadap
kemampuan pukulan lob overhead?
2. Apakah kelentukan pinggang dapat memberikan kontribusi terhadap
kemampuan pukulan lob overhead?
3. Apakah daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-
sama dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob
overhead?
4. Apakah kecepatan dapat memberikan kontribusi terhadap pukulan lob
overhead?
5. Apakah daya tahan dapat memberikan kontribusi terhadap pukulan lob
overhead?
6. Apakah kelincahan dapat memberikan kontribusi terhadap pukulan lob
overhead?
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak faktor yang
mempengaruhi kemampuan pukulan lob overhead. Namun agar lebih
fokusnya penelitian ini peneliti membatasi pada daya ledak otot lenga dan
kelentukan pinggang sebagai variabel bebas dan kemampuan pukulan lob
overhead sebagai variabel terikat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan
pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO Universitas Negri
Padang?
2. Seberapa besar kontribusi kelentukan pinggang terhadap kemampuan
pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO Universitas Negri
Padang?
3. Seberapa besar kontribusi antara daya ledak otot lengan dan kelentukan
pinggang secara bersama-sama terhadap kemampuan pukulan lob
overhead pemain bulutangkis UKO Universitas Negri Padang?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Seberapa besar kontribusi daya ledak otot lengan terhadap kemampuan
pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO Universitas Negri Padang.
2. Seberapa besar kontribusi kelentukan pinggang terhadap kemampuan
pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO Universitas Negri
Padang.
3. Seberapa besar kontribusi daya ledak otot lengan dan kelentukan secara
bersama-sama terhadap kemampuan pukulan lob overhead pemain
bulutangkis UKO Universitas Negri Padang.
F. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
diantaranya :
1. Bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dan memenuhi
syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
2. Bagi Dosen sebagai bahan acuan dalam mengajarkan teknik kemampuan
pukulan lob overhead dalam bulutangkis.
3. Bagi pemain sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan daya ledak
otot lengan dan kelentukan pinggang terhadap pukulan lob overhead
dalam bulutangkis.
4. Bagi mahasiswa sebagai bahan referensi di Perpustakaan Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teoritis
1. Hakekat Permainan Bulutangkis
Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang populer di
dunia. Bulutangkis sudah banyak mengalami perubahan dan perkembangan
dari bentuk sederhana dan primitis sampai menjadi permainan bulutangkis
moderen yang sangat digemari dan disenangi banyak orang. Baik anak anak,
orang tua, orang dewasa bahkan wanita memainkan olahraga ini di dalam
ruangan maupun di luar ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang
persaingan. Bola bulutangkis tidak dipantulkan dan harus dimainkan diudara
sehingga permainan ini merupakan permainan yang cepat dan
membutuhkan gerak reflek yang baik yang tingkat kebugaran yang tinggi,
pemain bulutangkis juga dapat mengambil keuntungan dari pemain ini segi
sosial, hiburan, dan mental.
Bulutangkis merupakan olahraga yang dimainkan dengan
menggunakan net, raket dan bola dengan teknik pemukulan yang bervariasi
mulai dari relatif lambat, hingga yang paling atau sangat cepat disertai
dengan gerakan tipuan sebenarnya.
Menurut catatan sejarah permainan bulutangkis merupakan olahraga
yang dilakukan secara tunggal (Singles) dan ganda (Doubles). Olahraga ini
berasal dari Negera India yang dinamakan “Poona”. Istilah poona diambil
dari salah satu suku atau penduduk yang berdomisili di Bombay. Permainan
ini menjadi salah satu kegiatan dalam mengisi waktu luang pada siang hari.
Selanjutnya pada tahun 1873 permainan ini dibawa Negara Inggris
kenegaranya.
Perkembangan bulutangkis di Inggris cukup pesat hingga menyebar
ke daratan Eropa diberbagai negara seperti Perancis, Skotlandia, Irlandia
serta Negara-negara jajahan Inggris seperti Indonesia. Perkembangan
bulutangkis di Indonesia juga sangat pesat hingga terbentuk organisasi
PBSI yang merupakan organisasi tertinggi yang mengatur bulutangkis di
Indonesia.
Kemajuan dan perkembangan bulutangkis di berbagai negara
mengharuskan dibentuknya organisasi yang berhak untuk mengatur
perbulutangkisan didunia. Selanjutnya tepat pada tanggal 5 juli 1934
dibentuk Federasi bulutangkis internasional (International Badminton
Federation) IBF yang diprakasai oleh 9 negara yang terdiri dari Inggris,
Irlandia, Skotlandia, Canada, Seladia Baru, Wales, Denmark, Belanda dan
Perancis. IBF Rresmi mengganti nama menjadi BWF (World Badminton
Federation) pada tanggal 24 September 2006
Donie (2009: 6) adapun tugas terpenting dari IBF atau BWF adalah
secara regular mengatur enam kejuaraan bulutangkis internasional yang
meliputi:
a. Olimpiade yang bekerjasama dengan Komite Olimpiade Dunia
(IOC)
b. Kejuaraan Dunia (World Championship)
c. Kejuaraan Dunia Junior ( World Championship)
d. Kejuaraan Dunia Bulutangkis Beregu Petra (Thomas Cup)
e. Kejuaraan Dunia Bulutangkis Beregu Putri (Uber Cup)
f. Kejuaraan Dunia Bulutangkis Beregu Campuran (Sudirman Cup)
Indonesia resmi masuk menjadi anggota BWF yang dulu bernama
IBF (International Badminton Federation) yaitu pada bulan maret 1953
melalui PBSI dan berhak untuk mengikuti pertandingan-pertandingan
Internasional. PBSI sebagai organisasi bulutangkis tertinggi di Indonesia
resmi didirikan pada tanggal 5 mei 1951. Organisasi ini diprakasai oleh
Sudirman, Liem Sioe Liong, Tjoa Seng Tiong, E.Sumantri, Rameli Rikin
dan lain lain, yang diketuai langsung oleh Rochdi Partaatmadja. Dengan
adanya organisasi perkembangan permainan bulutangkis semakin baik serta
memiliki wadah yang jelas untuk mencapai prestasi olahraga dan cita-cita
bersama.
Pelaksanaan permainan bulutangkis membutuhkan beberapa
peralatan. Menurut Zarwan dan Donie (2009: 17) peralatan yang dibutuhkan
dalam permainan bulutangkis terdiri dari lapangan, net (jaring), Shuttlecock
(kok), raket, sepatu dan costum. Dengan peralatan yang lengkap seseorang
akan lebih leluasa untuk melakukan permainan bulutangkis dengan leluasa.
Menurut Donie (2009: 26) peralatan yang memenuhi standar dalam
permainan bulutangkis memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Kok (Shuttlecock)
Shuttlecock terbuat dari bahan alamiah yang memiliki
karakteristik terbang dengan memiliki 16 bulu yang tertancap
pada gabus. Bulu tersebut berukuran antara 62 mm – 70 mm
dengan ujung ujung bulu membentuk sebuah lingkaran yang
berdiameter 58 mm – 68 mm. Selanjutnya bulu tersebut harus
diikat kokoh pada gabus yang memiliki diameter 25 mm – 28 mm
hingga dibentuk sampai selesai dengan berat shuttlecock 4,74 gr
– 5,50 gr.
b. Jaring (Net)
Berbentuk jaring jaring yang terbuat dari tali halus berwarna
gelap dan dipuncak netnya diberi pita putih selebar 75 mm diatas
secara rangkap diatas tali atau kabel. Lebar net 760 mm dan
panjang minimum 610 mm.
c. Raket
Raket yang digunakan dalam permainan bulutangkis terdiri
dari gagang (handle), area yang disenari harus datar dan berpola
(stinged area) dengan ukuran panjang 280 mm dan lebar 220 mm,
kepala raket (head), leher raket (throat), batang raket (shaft) dan
kerangka raket (frame) berukuran 680 mm lebar 230 mm.
Kesemua bagian bagian tersebut harus ada pada raket yang akan
digunakan dalam permainan bulutangkis yang baik dan tidak
boleh adanya tonjolan yang dapat mengganggu penggangan.
Selanjutnya peralatan yang lain disesuaikan dengan kebutuhkan
seperti costum dan sepatu disesuaikan dengan penggunanya dan harus
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Disamping peralatan tersebut,
lapangan yang digunakan dalam permainan bulutangkis harus berbentuk
empat persegi panjang dengan garis-garis yang mudah dikenali. Lapangan
tersebut memiliki panjang 13, 4 meter dan lebar 5,1 meter dengan dua tiang
sebagai peletak net dengan ukuran 1,55 meter terhitung dari permukaan
lapangan. Dengan peralatan yang lengkap dan lapangan yang sesuai standar
diharapkan para pemain bulutangkis dapat melakukan permainan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Adapun peraturan yang terdapat dalam permainan bulutangkis dan
harus dipahami diantaranya peraturan dengan game 15. Dalam
perjalanannya peraturan ini telah mengalami perubahan mulai dari peraturan
game 15 sampai pada peraturan terbaru yakni sistem rally point (game 21).
Perbedaan yang menonjol antara peraturan game 15 dan rally point selain
pada skor juga terdapat pada cara memperoleh point dan service dalam
permainan.
Pada peraturan game 15 point, yang mendapatkan point dari setiap
bola mati adalah pemain yang mendapat giliran service, sedangkan pada
game 21 setiap pemain berkesempatan mengumpulkan point sehingga
pertandingan pada game ini berlangsung lebih cepat. Selanjutnya pada
peraturan game 21 service tidak lagi dimulai dari sisi kanan seperti pada
peraturan game 15, tetapi sesuai dengan point yang didapatkan angka ganjil
atau genap dan peraturan ini masih resmi digunakan baik tingkat kabupaten,
Nasional maupun Internasional serta belum mengalami perubahan.
Adanya kejelasan peraturan tersebut menjadikan permainan
bulutangkis sebagai olahraga dunia yang berkelas serta memiliki tujuan
yang jelas yaitu pencapain prestasi.
2. Pukulan Lob Overhead
a. Pengertian Lob Overhead
Menurut Hua dan Aryanto (2007: 39) lob overhead adalah kok yang
dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan
diarahkan keatas pada bagian belakang lapangan lawan. Pukulan ini dapat
dilakukan dari atas kepala (overhead) atau dari bawah (underarm) baik dari
sisi forehand maupun dari sisi backhand.
Berdasarkan pengertian tersebut diketahui bahwa tujuan utama dari
pukulan lob overhead ialah shuttlecock harus diterbangkan setinggi
mungkin yang jatuhnya kearah lapangan lawan. Menurut Hua dan Aryanto
(2007: 39) hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pukulan lob
overhead sebagai berikut::
a. Pergunakan pegangan forehand, pegang raket dan posisinya
disamping bahu.
b. Posisi badan menyamping ( vertikal ) dengan arah net.
c. Posisi badan diusahan selalu berada dibelakang kok.
d. Kok dipukul seperti gerakan melempar.
e. Pada saat raket menyentuh kok, tangan harus lurus.
f. Lecutkan raket saat menyentuh kok dengan memaksimalkan
gerak sendi pergelangan tangan.
g. Untuk menjangkau kok yang berada jauh dibelakang kepala kita,
pertama badan diputar dengan melangkahkan kaki kebelakang
sambil badan dan raket diputar untuk menjangkau kok sampai
terjadi perpindahan berat badan dan kok dapat terjangkau.
b. Adapun jenis-jenis pukulan lob yaitu:
1. Menurut Donie (2009: 88) pukulan lob ada berbentuk:
a) lob bertahan atau defensive clear adalah pukulan yang
diberikan jauh kebelakang dari sisi permainan lawan,
biasanya pukulan lob yang dilakukan merupakan
pukulan penuh.
b) lob serang atau (attacking clear) merupakan pukulan
yangmelambung kebelakang yang memiliki karakter
menekan atau mendesak lawan
2. Menurut Tohar (1992; 47) pukulan lob ada berbentuk:
a) Overhead lob merupakan pukulan yang dilakukan dari
atas kepala dengan cara menerbangkan shuttlecock
melambung kearah belakang.
b) Underhand lob merupakan pukulan lob dari bawah,yang
dilakukan dengan memukul shuttlecock yang berada
dibawah badan dan dilambungkan tinggi ke belakang.
3. Daya Ledak otot Lengan
a. Pengertian Daya Ledak Otot
Merupakan gabungan beberapa unsur kondisi fisik yaitu: kekuatan
dan unsur kecepatan. Artinya kemampuan daya ledak otot dapat dlihat dari
hasil suatu aktivitas gerak yang dilakukan dengan cepat dan menggunakan
tenaga yang kuat. Wujud daya ledak otot lengan dapat dilihat dari hasil
lemparan.
Menurut PBSI (1985:142) daya ledak otot adalah kualitas yang
memungkinkan otot atau kelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik
secara eksplosif. Pendapat tersebut menyatakan bahwa daya ledak merupakan
unsur kondisi fisik yang digunakan pada waktu yang sangat cepat, tepat,
akurat. Selanjutnya menurut Asril (1999: 73) daya ledak merupakan
kemampuan menggunakan kekuatan pada momentum gerak tertentu dengan
waktu yang secepat cepatnya.
Berdasarkan pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa daya
ledak merupakan kemampuan individu untuk menggunakan kekuatan dengan
waktu yang sesingkat-singkatnya pada pelaksanaan gerakan tertentu. Dari
pengertian tersebut dapat diketahui bahwa daya ledak otot lengan merupakan
hasil kontraksi sekelompok otot lengan untuk menghasilkan kekuatan yang
digunakan dalam waktu yang sesingkat singkatnya pada gerakan tertentu.
Dalam pelaksanaan pukulan lob overhead daya ledak otot lengan ini
sangat dibutuhkan, karna tanpa adanya daya ledak otot yang baik maka akan
terjadi gerakan yang salah dalam melakukan pukulan lob overhead .
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya ledak otot
Menurut Hendri (2010: 81) kemampuan daya ledak ditentukan oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Jenis serabut otot pada tubuh manusia memiliki 2 serabut yaitu
serabut otot bewarna merah beraksi lebih-lambat dan serabut otot
bewarna putih beraksi lebih cepat.
2) Panjang serat otot yang memiliki panjang daya kontraksinya lebih
cepat dibandingkan otot yang mempunyai serat pendek
3) Kekuatan otot yang lebih kuat bergerak atau beraksi lebih cepat dari
pada otot yang lemah.
4) Bentuk otot yang berjalan sejajar terhadap sumbu longitudinal,
mempunyai daya yang berkontraksi lebih tinggi dari pada otot yang
berjalan diagonal terhadap sumbu longitudinal.
5) Suhu otot mempengaruhi tingkat kesiapan otot. Otot yang berada
pada suhu panas akan beraksi (berkontraksi) lebih cepat
dibandingkanotot dalam suhu yang dingin
6) Jenis kelamin juga mempengaruhi kecepatan
7) Kelelahan otot sangat mempengaruhi kontraksi otot
8) Koordinasi intermuskuler merupakan interaksi otot sewaktu
melakukan aktivitas.
9) Koordinasi intramuskuler dimana kekuatan juga tergantung pada
fungsi syaraf otot dalam tugas aktifitas fisik.
10) Reaksi otot terhadap rangsangan syaraf menghasilkan kekuatan
secara propesional saja. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik,
maka tingkat rangsangan dalam latihan harus tinggi.
11) Sudut sendi, kekuatan maksimun akan dicapai apabila sendi yang
terlibat saat aktifitas benar-benar lurus.
c. Anatomi Otot Lengan
Susunan otot tangan terdiri dari dua bagian, otot pangkal lengan atas
dan lengan bagian bawah. Otot pangkal lengan atas berpangkal dari sendi
bahu dan berujung pada sendi siku, sedangkan lengan bagian bawah
berpangkal dari sendi siku dan berujung pada sendi pergelangan tangan
Syaifuddin (2006:96). Lengan atas dan lengan bawah terdiri dari susunan
kelompok otot yaitu :
1) Biceps yaitt otot yang memiliki dua kepala, otot ini meliputi dua
buah sendi dan mempunyai dua buah kepala (kaput).
2) Triceps yaitu otot lengan berkepala tiga.
3) Deltoid yaitu otot pangkal lengan yang melekat lengan bawah
pada tulang pangkal lengan.
4) Flexor yaitu otot untuk membengkokan pergelangan tangan dan
jari-jari.
5) Exstensor yaitu otot yang meluruskan atau merentangkan tangan
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar otot lengan berikut ini:
1. Otot lengan dilihat dari sisi luar.
Gambar 1.Otot-otot lengan bawah kanan, pandangan Anterior.
Sumber: Syaifuddin (2006: 98)
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa otot otot yang terkait
dalam kontraksi otot lengan dilihat dari sisi bagian luar terdiri dari sepuluh
otot diantaranya otot Biseps brakii, brakialis, supinator, pronator teres,
brakioradialis, fleksor karpi radialis, Palmaris longus, ekstensor karpi
radialis longus, fleksor karpi ulnaris, fleksor digitorum profundus. Semua
otot tersebut, sangat berperan dalam melakukan kontraksi otot lengan.
2. Otot lengan dilihat dari bagian dalam.
Gambar 2. Otot-otot lengan bawah kanan, pandangan Posterior
Sumber: Syaifuddin (2006: 99)
Berdasarkan gambar di atas, diketahui otot lengan yang
menghasilkan kontraksi otot jika dilihat dari lengan bagian dalam terdiri
dari tujuh diantaranya trisep brakii, Brakioradialis, ekstensor karpiradialis
longus, fleksor karpi ulnaris, ekstensor digitorum, ekstensor karpi ulnaris.
Kesemua otot tersebut sangat berperan dalam menciptakan kontraksi otot
lengan yang baik.
d. Kegunaan Daya Ledak Otot Lengan Dalam Permainan Bulutangkis.
Menurut Donie (2009: 120) manfaat kekuatan otot terhadap
performaatlet bulutangkis antara lain:
1) Lompatan akan lebih tinggi.
2) Langkah akan lebih ringan dan gesit.
3) Pukulan akan lebih keras, cepat dan akurat.
4) Gerakan akan lebih lincah dan lentur.
4. Kelentukan Pinggang
Kelentukan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang
sangat penting untuk dipertimbangkan dalam suatu penampilan gerak,
terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan
keluwesan gerak. Kelentukan merupakan suatu persendian beserta otot –
otot disekitarnya untuk melakukan gerak secara maksimal. Dilihat dari
seseorang yang kurang memiliki kelentukan biasanya gerakannya akan
kaku, kasar dan lamban. Dalam cabang olahraga bulutangkis keletukan
pinggang sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang baik dalam
penguasaan teknik bulutangkis yang optimal.
Menurut Philips dalam Asril ( 1999 ) menyatakan bahwa kelentukan
dapat didefenisikan sebagai gerak di antara tulang dan sendi atau rangkaian
tulang dan sendi. Selanjutnya menurut Hendri ( 2010 : 57 ) mengungkapkan
kelentukan adalah kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh
suatu persendian.
Lentuk berarti mudah dibengkokkan atau lentur. Kelentukan suatu
sifat dari benda yang mudah dibengkokkan. Kelentukan pinggang adalah
sifat dari pinggang manusia yang mudah dilentukkan, kelentukan meliputi
seluruh sendi manusia. Dengan demikian kelentukan terdapat di beberapa
lokasi dari tubuh manusia, dari beberapa lokasi kelentukan yang akan diteliti
pada penelitian ini adalah kelentukan di daerah pinggang, karena yang
paling menentukan untuk semua gerakan adalah kelentukan di daerah
pinggang. Pinggang merupakan daerah gerak di togok manusia, maka
kelentukan pinggang disebut kelentukan togok. Kelentukan togok adalah
sifat dari togok manusia yang mudah dikelukkan. Hasil latihan kelentukan
togok adalah kemampuan togok untuk dilentukkan / kelukkan sedalam
mungkin sesuai dengan kemampuan.
Menurut Syafruddin( 1999 :58 ) mengatakan bahwa kelentukan
adalah salah satu komponan kondisi fisik yang menentukan dalam : (1).
Mempelajari keterampilan–keterampilan gerak (2). Mencegah cedera
(3).Mengembangkan kemampuan kekuatan, kecepatan, daya ledak dan
koordinasi. Dengan demikian jelas bahwa kelentukan memegang peranan
yang sangat besar dalam mempelajari keterampilan–keterampilan dan dalam
mengoptimalkan kemampuan fisik yang lain, bahkan untuk
mengembangkan kemampuan kecepatan, kelentukan merupakan unsur yang
menentukan keberhasilan kecepatan, dengan kata lain tanpa kelentukan
kecepatan tidak berkembang secara optimal. Di samping itu, kelentukan
juga sangat menentukan kualitas gerakan seseorang seperti dalam olahraga
lempar cakram, senam dan loncat indah.
Dilihat dari pendapat para ahli di atas maka sangat jelaslah bahwa
kelentukan sangat menentukan keberhasilan seorang pemain pada setiap
cabang olahraga pada umumnya dan olahraga bulutangkis pada khususnya
kelentukan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang tidak bisa
dipisahkan dengan unsur kondisi fisik lainnya dalam melakukan suatu
keterampilan gerak.
a. Jenis Kelentukan
Ada dua jenis kelentukan yaitu statis dan dinamis. Kelentukan statis
adalah ruang gerak dari suatu persendian, hal ini akan dapat diukur dengan
menggunakan Extension-D. Sedangkan kelentukan dinamis adalah
perlawanan atau tahanan dari suatu persendian untuk bergerak. Dengan kata
lain, berkaitan dengan tenaga pada saat melawan gerakan melalui beberapa
dari ruang itu sendiri.
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi kelentukan
Untuk menampilkan gerak yang baik, dipengaruhi oleh banyak
faktor. Menurut Hendri (2010: 57) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kelentukan itu antara lain adalah (1). Bentuk, jenis dan
struktur sendi, (2). Tingkat elastitas (3) usia (4) jenis kelamin (5). suhu (6).
Kekuatan otot (7). Kelelahan dan keadaan emosional.
Menurut Jonath dan Krempel (1981) dalam Syafruddin ( 1999 ),
kemampuan kelentukan dibatasi oleh bebrapa faktor antara lain : (1).
Koordinasi otot sinergis dan antagonis (2). Bentuk persendian (3).
Temperatur otot (4). Kemampuan otot dan ligament (5). Kemampuan proses
pengendalian fisiologi persyarafan dan (6). Usia dan jenis kelamin.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas kelentukan sangat erat
kaitannya dengan bakat seseorang dari lahir dan potensi yang dimiliki
pemain satu sama lain sangat berbeda – beda.
B. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kajian teori yang telah dijelaskan di atas maka disusun
kerangka konseptual yang mana daya ledak adalah perpaduan kekuatan dan
kecepatan, dimana meningkatnya kekuatan otot lengan secara tidak
langsung berpengaruh terhadap daya ledak otot.
1. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan Terhadap Kemampuan Pukulan
Lob Overhead
Faktor penunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi olahraga
yang tinggi diantaranya adalah faktor daya ledak yang merupakan
komponen fisik yang terjadi dari gabungan kekuatan dan kecepatan. Hampir
semua cabang olahraga memerlukan daya ledak. Untuk itu daya ledak harus
diberikan kepada olahragawan dalam usaha meningkatkan prestasi.
Kemampuan ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan
kecepatan atau power. Kekuatan kecepatan sangat dominan dibutuhkan pada
olahraga yang menuntut ledakan (Eksplosif) tubuh, seperti cabang olahraga
tolak peluru, lempar dan lompat dalam atletik, lompat dan smash dalam bola
voli, bulutangkis, servis tennis, dan lain-lain.
Aspek kecepatan dalam bulutangkis sangat penting. Pemain harus
dapat memukul dengan cepat untuk mendapatkan hasil pukulan yang
optimal dan sesuai dengan yang diharapkan. Sebagaimana yang telah
diketahui bahwa daya ledak merupakan perpaduan antara unsur kekuatan
dengan kecepatan, baik kecepatan rangsangan syaraf maupun kecepatan
kontraksi otot. Jadi cara untuk dapat memukul dengan cepat adalah melatih
kecepatan lengan karena pemain harus cekatan dalam memukul dan
mengarahkan shuttlecock ke arah yang diinginkan tepat dan sesuai sehingga
penempatan shuttlecock akan menjadi tepat dan tujuan dari pukulan lob
overhead akan menjadi tercapai nantinya.
Dengan demikian bila otot mempunyai kekuatan yang baik akan
mempunyai daya ledak yang baik pula, sebaliknya daya ledak yang besar
akan mempunyai kekuatan yang besar.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa daya ledak otot
lengan yang dimiliki oleh seorang pemain bulutangkis akan mempengaruhi
pelaksanaan keberhasilan pukulan lob overhead.
2. Kontribusi Kelentukan Pinggang Terhadap Kemampuan Pukulan Lob
Overhead
Sama halnya dengan daya ledak otot lengan, kelentukan
merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat penting dalam
kegiatan olahraga. Menurut pakar olahraga, kelentukan memegang peranan
penting yang sangat besar dalam mempelajari keterampilan-keterampilan
gerakan dan dalam mengoptimalkan kemampuan fisik yang lain.
Kelentukan adalah kemampuan pergerakan atau persendian untuk dapat
melakukan gerakan-gerakan kesemua arah secara optimal.
Pada olahraga bulutangkis, kelentukan pinggang merupakan suatu
komponen kondisi fisik khusus yang sangat diperlukan sekali yaitu pada
saat melakukan pukulan lob overhead. Dengan memiliki kelentukan
pinggang yang baik memungkinkan dalam melakukan pukulan lob overhead
akan lebih optimal dan lebih terarah terbangnya shuttlecock ke daerah
lawan.
Dengan demikian untuk melakukan pukulan lob overhead diperlukan
kelentukan pinggang agar pelaksanaan dapat terlaksana dengan mudah dan
baik. Tanpa kelentukan yang baik akan mendapatkan kesulitan dalam
melakukan gerakan keterampilan dalam pelaksanaan pukulan lob overhead.
3. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan dan Kelentukan Pinggang Secara
Bersama-sama Terhadap Kemampuan Pukulan Lob Overhead
Faktor penunjang keberhasilan dalam mencapai prestasi olahraga
yang tinggi diantaranya adalah faktor daya ledak yang merupakan
komponen kondisi fisik yang terjadi dari gabungan kekuatan dan kecepatan.
Hampir semua cabang olahraga memerlukan daya ledak. Untuk itu daya
ledak harus diberikan kepada olahragawan dalam usaha meningkatkan
prestasi.
Kelentukan dalam melaksanakan gerakan merupakan hal penting
dalam menentukan keberhasilan gerakan yang dihasilkan. Kelentukan yang
baik memungkinkan akan tercapainya keberhasilan yang baik pula.
Kelentukan juga akan memudahkan dalam melakukan berbagai macam
gerakan dan juga akan menghindari terjadinya berbagai cidera dalam
gerakan tersebut.
Pada olahraga bulutangkis, daya ledak dan dan kelentukan pinggang
merupakan suatu komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan sekali
yaitu pada saat melakukan pukulan lob overhead. Dengan memiliki daya
ledak otot lengan dan kelentukan pinggang yang baik akan memperoleh
keberhasilan pukulan lob overhead yang baik pula. Sehingga upaya dalam
memperoleh keakurasian yang baik dan ketepatan dalam menerbangkan
shuttlecock ke daerah lawan menjadi lebih baik dan optimal nantinya.
Dalam kemampuan pukulan lob overhead pemain harus memiliki
daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang yang baik sehingga
memungkinkan bagi pemain tersebut untuk menghasilkan pukulan lob
overhead secara optimal. Seorang pemain harus mampu melakukan pukulan
lob overhead karena bagian terpenting dalam permainan bulutangkis yang
tidak bisa ditinggalkan.
Dengan kemampuan pukulan lob overhead yang baik ini,
memungkinkan akan tercapainya pencapaian prestasi yang diharapkan yaitu
prestasi yang maksimal. Semua ini membutuhkan latihan dan kesabaran
dalam berlatih.
Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan dalam skema di bawah ini :
Gambar 3. : Kerangka Konseptual
C. Hipotesis
Berdasarkan uraian dalam tinjauan pustaka dan kerangka berpikir
maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
1) Daya ledak otot lengan memberikan kontribusi yang berarti terhadap
kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP.
2) Kelentukan pinggang memberikan kontribusi yang berarti terhadap
kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP
3) Daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama
memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemampuan pukulan lob
overhead pemain bulutangkis UKO UNP.
Daya ledak otot lengan
Kelentukan pinggang
Kemampuan pukulan
lob overhead
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yang bertujuan
untuk melihat sejauh mana hubungan antara variable bebas (X) dengan
variable (Y) yang diprediksi berdasarkan koefisien korelasi. Hal ini
diungkapkan oleh Sukardi (2003: 166) yang menyebutkan penelitian korelasi
adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna
menentukan,apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih. Selanjutnya variabel bebas dalam penelitian ini adalah daya ledak
otot lengan dan kelentuka pinggang, variabel terikatnya berupa kemampuan
pukulan lob overhead pada cabang olahraga bulutangkis.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dan waktu penelitian ini dilakukan 13 Juni 2012
pada pemain bulutangkis Unit Kegiatan Olahraga UNP di lapangan
bulutangkis Asrama Haji
C. Populasi Sampel
1. Populasi
Menurut Sukardi (2003: 53) populasi merupakan semua anggota
kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama
dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil
akhir suatu penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam
penelitian ini adalah pemain bulutangkis Unit Kegiatan Olahraga Universitas
Negeri Padang yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 3
orang wanita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Table 1. Populasi pemain bulutangkis UKO UNP
No Kelompok Jumlah
1. Laki-laki 22 Orang
2. Wanita 3 Orang
Total 25 Orang
Sumber: Unit Kegiatan Olahraga (UKO)
2. Sampel
Menurut Sukardi (2003: 54) sampel merupakan sebagian dari jumlah
populasi yang dipilih untuk sumber data. Berdasarkan tingkat daya ledak otot
lengan dan kelentukan pinggang antara perempuan dan laki-laki berbeda
maka penelitian ini di ambil laki-laki saja. Dengan menggunakan teknik
Purposive Sampling yaitu teknik menentukan sampel dengan pertimbangan
tertentu, maka pengambilan sampel hanya untuk laki-laki saja. Oleh sebab itu
seluruh pemain bulutangkis Unit Kegiatan Olahraga Universitas Negeri
Padang untuk jenis kelamin laki-laki yang berjumlah 22 orang dijadikan
sebagai sampel. Untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada table di bawah ini:
Table 2. Sampel pemain bulutangkis UKO UNP
No Kelompok Jumlah
1 Laki-laki 22 Orang
Total 22 Orang
D. Definisi operasional
Untuk menghindari perbedaan dalam memberikan makna terhadap
istilah dalam penelitian ini,penulis mendefinisikan istilah-istilah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Daya ledak otot lengan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kontraksi sekelompok otot lengan yang menghasilkan kekuatan yang
digunakan pada gerakan tertentu dengan waktu yang sangat singkat dan
dapat diukur dengan One Hand Medicine Ball Trow yang merupakan salah
satu tes untuk mengukur daya ledak otot lengan dengan penilaian jarak
dalam satuan meter hasil lemparan bola medicine dengan cara yang
digunakan dalam tes tersebut.
2. Kelentukan pinggang adalah sifat dari pinggang manusia yang mudah
dilentukan. Kelentukan dipengaruhi oleh elastisitas otot-otot serta
persendian manusia. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas
sempitnya ruang gerak sendi-sendinya. Jadi kelentukan adalah kemampuan
untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang
gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot,
tendon, dan ligamen. Dalam penelitian ini kelentukan pinggang diukur
dengan ”Extension D”.
3. Pukulan lob overhead dalam penelitian ini adalah cock yang dipukul dari
atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan
keatas pada bagian belakang lapangan lawan. Dengan tujuan
melambungkan shuttlecock sejauh dan setinggi mungkin sesuai ukuran
lapangan. Pengukuran kemampuan pukulan lob overhead penelitian ini
dapat dilakukan dengan tes pukulan lob overhead dengan penilaian skor
yang diperoleh testee.
E. Jenis dan Sumber data
Berdasarkan jenisnya, data yang di peroleh dalam penelitian ini
adalah data primer data yang langsung diperoleh melalui tes, yaitu data tes
daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama
terhadap hasil pukulan lob overhead. Sedangkan sumber data seluruhnya
didapatkan melalui pemain bulutangkis Unit Kegiatan Olahraga UNP yang
berjumlah 22 orang.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dalam
penelitian ini ialah tes yang terdiri dari :
1. Daya ledak otot lengan menggunakan tes one hand medicine ball throw
2. Kelentukan pinggang menggunakan tes Extension-D
3. Kemampuan lob overhead menggunakan tes pukulan lob overhead
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Daya ledak otot lengan
Untuk mengukur seberapa besar daya ledak otot lengan dilakukan tes
dengan menggunakan one hand medicine ball throw. dengan validitas 0,74
dan reliabelitas 0,79
a. Alat yang digunakan :
1) Bola medicine 5 kg
2) Meteran
3) Formulir pencatatan data
b. Pelaksanaan :
1) Testee berdiri dibelakang garis lemparan, dan menghadap kearah
lemparan.
2) Testee mengambil bola medicine dan berdiri dalam sikap lemparan,
kaki tumpu berada didepan, bola dipegang sebelah tangan disamping
leher.
3) Testee berusaha melemparkan bola medicine sejauh-jauhnya kedepan
dan kaki tidak boleh melewati garis lemparan.
4) Pada saat titik pertama kali bola jatuh ditandai dan diukur dari garis
lemparan.
Gambar pelaksanaan tes dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4. Pelaksanaan Test
Sumber: Mensfitness.com
c. Penilaian :
1) Jarak dari garis lemparan sampai dengan titik pertama bola jatuh
diambil ukurannya dan jauh lemparan diukur dengan satuan meter.
2) Setiap testee diberikan 2 kali kesempatan melaksanakan tes.
3) Data yang diambil adalah angka tertinggi dari 2 kali pelaksanaan tes.
Tabel 3: Norma test one hand medicine ball trow
Kategori Score ( meter)
Baik sekali 7,9 >
Baik 6,2-7,9
Sedang 3,7-6,1
Kurang 2,75-3,6
Sangat Kurang 0-2,74
2. Tes Kelentukan pinggang
Untuk mengukur kelentukan dilakukan dengan menggunakan alat
extension D. tes ini memiliki validitas 0,77 da reliabelitasnya 0,80 dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Peralatan yang dibutuhkan dalam melaksanakan tes:
1) Alat extension D
2) Pena dan kertas
3) Fomulir pencatatan data
b. Pelaksanaan:
1) Testee tidur telungkup dengan keadaan posisi tangan diatas kepala dan
kaki testee ditahan atau dipegang supaya tidak naik keatas.
2) Testee diminta mengangkat tubuh bagian atas perlahan-lahan sampai
batas maksimum.
3) Testee memiliki 2 kali kesempatan dan nilai yang tertinggilah yang
diambil.
c. Penilaian
1) Setiap testee diberikan 2 kali kesempatan melaksanakan tes.
2) Data yang diambil adalah angka yang tertinggi dari 2 kali pelaksanaan
tes
Tabel 4: Norma test Extension-D
Kategori Score (centimeter)
Sangat Baik >45 cm
Baik 36-45 cm
Sedang 26-35 cm
Kurang 20-25 cm
Jelek <20 cm
3. Tes pukulan lob overhead
Menurut Tohar (1992: 145) tes pukulan ini bertujuan untuk
mengetahui dan mengukur kemampuan melakukan pukulan lob overhead
secara baik, dan jauh kebelakang dalam permainan bulutangkis. Tes ini
memiliki validitas 0,78 dan reabilitasnya 0,82.
a. Perlengkapan
1) 2 buah reket
2) 10 buah shuttlecock dalam kondisi yang baik
3) Lapangan
4) Kapur
5) Alat tulis
6) Pencatat skor
b. Petunjuk pelaksanaan
1) Lapangan untuk penilaian ditandai dengan skor yang telah ditentukan
antara 1,2,3,4 dan 5.
2) Testee berdiri dilapangan bagian tengah (dengan memegang reket).
3) Testee memukul dengan pukulan lob overhead jauh diudarakearah
lawan dan jauh dilapangan lawan.
4) Penguji berdiri dilapanganbagian tengah, berdiri ditengah dengan
reket yang telah disiapkan.
5) Disediakan 10x pukulan, 5x kanan dan 5x kiri
Berikut gambar lapangan yang digunakan dalam tes lob overhead
Gambar 5. Lapangan Tes Lob Overhead
Sumber: Sapta (2010: 36)
Pelaksanaan tes lapangan untuk permainan singles
Keterangan :
1) Panjang lapangan 13,4 m
2) Lebar lapangan 5,1 m
3) Tinggi tiang net 1,55 m
4) Lebar net 760 mm
5) Lebar masing-masing kotak point 0,79 m
6) Panjang net 6,10 mm
1
1,55 M L = 0,79
M
L = 5,1 M
P = 13,4 M
c. Penilaian
1) Poin dari daerah yang ditentukan oleh shuttlecock adalah nilainya.
2) 10 pukulan yang dinilai, 5x dari kanan 5x dari kiri.skor terbaik adalah
50.
Tabel 5: Norma test Kemampuan Pukulan Lob Overhead
Kategori Score
Sangat Baik 41-50
Baik 31-40
Sedang 21-30
Kurang 11-20
Jelek 0-10
Dalam penelitian ini langkah-langkah yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mendapat surat izin melakukan penelitian dari dekan fakultas ilmu
keolahragaan.
b. Menyiapkan tenaga pengawas dan tenaga pembantu.
Untuk kelancaran penelitian ini,peneliti perlu menyiapkan panitia
pelaksana tes yang bertujuan untuk mengawasi dan membantu dalam
pengambilan data. Adapun nama-nama pengawas dan tenaga yang membantu
dalam penelitian ini antara lain:
Tabel 6: Daftar nama panitia pelaksana tes
NO Nama Jabatan
1. Donie, M.Pd Pengawas
2. FerdiAryanto Mengukur
3. Dedet Fernando Pencatat skor
4. Eval Edmizal Dokumentasi
5. Eka Purnama Yuliyanny Koordinator
6 Sepnia susila Pencatat skor
c. Persiapan format isian
Sebelum mengambil data terlebih dahulu disiapkan format tes yang
diperlukan untuk mempermudah dalam pencatatan data dan menghindari
terjadinya kekeliruan data.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tes ini akan dilakukan dalam waktu 1 hari dan akan
dilaksanakan pada jam 20:00 WIB. Sebelum tes dilaksankan peneliti
terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai tes yang akan
dilaksanakan yaitu:
a. Tes daya ledak otot lengan ( One HandMedicine Ball Throw ).
b. Tes kelentukan pingang (Extension D)
c. Tes pukulan lob overhead
H. Teknik Analisi Data
Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari tiga unit
analisis yaitu :
1. Data hasil tes one hand medicine ball trowh (daya ledak otot lengan)
2. Data hasil tes extension D (kelentukan pinggang)
3. Data hasil tes kemampuan pukulan lob overhead
Data yang telah diperoleh dari ketiga hasil tes tersebut dianalisis
dengan menggunakan teknik korelasi product moment oleh Pearson dalam
Adnan (2012: 24) dapat dilihat sebagai berikut
Kemudian dilakukan uji koenfisien antara variabel-veriabel untuk
menguji signifikansi dari r yang diperoleh. Untuk mengetahui besar
kontribusi ditentukan dengan koefisien determinasi dengan rumus :
K = r2 x 100 % (Sugiyono, 2010: 231)
Keberartian korelasi sederhana menggunakan uji t sebagai berikut:
2r-1
2-nrt (Sugiyono, 2010: 230)
Sedangkan untuk korelasi ganda, digunakan untuk mengetahui
hubungan variabel daya ledak otot lengan (X1) dan kelentukan pinggang
(X2) secara bersama-sama terhadap kemampuan pukulan lob overhead
pemain bulutangkis UKO UNP. Dengan rumus korelasi ganda adalah
sebagai berikut :
Ry12 = Sedangkan untuk korelasi ganda, digunakan untuk
mengetahui hubungan variabel daya ledak otot lengan (X1) dan kelentukan
pinggang (X2) secara bersama-sama terhadap kemampuan pukulan lob
overhead pemain bulutangkis UKO UNP. Dengan rumus korelasi ganda
adalah sebagai berikut :
Ry12 =
Untuk signifikansi korelasi multiple (ganda),agar diketahui apakah
antara variabel yang telah dihitung signifikan atau tidak, maka dilakukan
langkah mencari uji F, dengan rumus :
F
Untuk signifikansi korelasi multiple (ganda),agar diketahui apakah
antara variabel yang telah dihitung signifikan atau tidak, maka dilakukan
langkah mencari uji F, dengan rumus :
F
Keterangan :
R = Korelasi Ganda
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dengan variabel y
∑X = Jumlah data x
∑Y = Jumlah data y
∑X2 = Jumlah data kuadrat x
∑Y2 = Jumlah data kuadrat y
n = Jumlah data (sampel)
r = Korelasional
t = Signifikan korelasi
K = nilai koefisien diterminan
r² = nilai koefisien korelasi dikuadratkan
F = distribusi pengujian untuk korelasi ganda
K = derajat kebebasan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskriptif Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari: kemampuan lob overhead (Y)
sebagai varibel terikat, daya ledak otot lengan (X1) dan kelentukan Pinggang
(X2) sebagai variabel bebas. Untuk masing-masing tabel di bawah ini akan
disajikan nilai rata-rata, simpangan baku, median, modus, distribusi frekuensi,
serta histogram dari setiap variabel.
1. Daya ledak otot lengan (X1)
Berdasarkan hasil tes daya ledak otot lengan, diperoleh skor
maksimum adalah 7.40 dan skor minimum 4.44. Disamping itu diperoleh
nilai mean (rata-rata) = 6, median = 6.03, dan Standar Deviasi = 0,68. Dengan
demikian data berdistribusi normal. Karena selisih nilai antara nilai mean
(rata-rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi. Agar
lebih jelasnya deskripsi data daya ledak otot lengan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 7. Distribusi Frekuensi daya ledak otot lengan (X1)
No Kelas Interval
Frekuensi
Absolut
(Fa) Relatif (%)
1 4.44 – 5.03 2 9 %
2 5.04 – 5.63 5 23 %
3 5.64 – 6.23 7 32 %
4 6.24 – 6.83 6 27 %
5 6.84 – 7.43 2 9 %
Jumlah 22 100 %
Berdasarkan perhitungan yang tertera pada tabel di atas dari 22 orang
sampel yang memiliki daya ledak otot lengan antara lain: 2 orang (9%)
memiliki daya ledak otot lengan berkisar antara (4.44– 5.03), 5 orang
(23%)memiliki daya ledak otot lengan berkisar antara (5.04– 5.63), 7
orang(32%) memiliki daya ledak otot lengan berkisar antara (5.64- 6.23), 6
orang (27%) memiliki daya ledak otot lengan berkisar antara (6.24- 6.83), 2
orang (9%) memiliki daya ledak otot lengan berkisar antara (6.84- 7.43).
Jadi, berdasarkan nilai rata-rata dari hasil pengukuran kemampuan daya
ledak otot lengan di atas yaitu sebesar 6, dapat disimpulkan bahwa daya
ledak otot lengan berada pada pada kelas interval (5.64- 6.23). Untuk lebih
jelasnya, distribusi frekuensi daya ledak otot lengan juga dapat di lihat pada
histogram di bawah ini :
Gambar 6 : Histogram daya ledak otot lengan (X1)
2. Kelentukan Pinggang (X2)
Berdasarkan hasil tes kelentukan Pinggang yang dilakukan, diperoleh
skor maksimum = 49.40 dan skor minimum = 28.90 disamping itu diperoleh
nilai mean (rata-rata) = 37.83, median = 37.80, dan Standar Deviasi = 5.61.
Dengan demikian data berdistribusi normal. Karena selisih nilai antara nilai
mean (rata-rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi.
Agar lebih jelasnya data tes kelentukan Pinggang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 8. Distribusi frekuensi kelentukan Pinggang (X2)
No Kelas Interval
Frekuensi
Absolut
(Fa) Relatif (%)
1 28,9 – 33 5 23 %
2 34 – 38,1 7 32 %
3 38.2 – 42.3 5 23 %
4 42.4 – 46.5 3 13 %
5 46.6– 50.7 2 9 %
Jumlah 22 100 %
Fre
kuen
si A
bso
lut
0
1
2
3
4
5
6
7
4.44-5.03 5.04-5.63 5.64-6.23 6.24-6.83 6.84-7.43
East
Berdasarkan perhitungan yang tertera pada tabel di atas dari 22 orang
sampel, yang memiliki kelentukan pinggang antara lain: 5 orang (23%)
memiliki kelentukan pinggang berkisar antara (28.9 – 33), 7 orang (32%)
memiliki kelentukan pinggang berkisar antara (34- 38.1), 5 orang (23%)
memiliki kelentukan pinggang berkisar antara(38.2- 42.3), 3 orang (13%)
memiliki kelentukan pinggang berkisar antara (42.4- 46.5), 2 orang (9%)
memiliki kelentukan pinggang berkisar antara (46.6- 50.7). Jadi, berdasarkan
nilai rata-rata dari hasil pengukuran kelentukan pinggang di atas yaitu sebesar
37.83 dapat disimpulkan bahwa kelentukan pinggang berada pada kelas
interval (34-38.1). Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi kelentukan
pinggang juga dapat di lihat pada histogram di bawah ini :
Gambar 7 : Histogram kelentukan Pinggang (X2)
3. Keterampilan Kemampuan lob overhead (Y)
Berdasarkan hasil tes kemampuan lob overhead, diperoleh skor
maksimum = 48 dan skor minimum = 25. Disamping itu diperoleh nilai mean
Fre
kuen
si A
bso
lut
0
1
2
3
4
5
6
7
28.9-33 34-38.1 38.2-42.3 42.4-46.5 46.6-50.7
East
(rata-rata) = 36.68, median = 38, dan Standar Deviasi = 7.53. Dengan
demikian data berdistribusi normal. Karena selisih antara nilai mean (rata-
rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi. Agar lebih
jelasnya hasil kemampuan lob overhead dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Distribusi frekuensi Kemampuan lob overhead (Y)
No Kelas Interval
Frekuensi
Absolut (Fi) Relatif (%)
1 25 – 29.6 5 22 %
2 29.7 – 34.3 4 18 %
3 34.4 – 39 3 14 %
4 40 – 44.6 7 32 %
5 44.7 – 49.3 3 14 %
Jumlah 22 100
Berdasarkan perhitungan yang tertera pada tabel di atas dari 22 orang
sampel yang memiliki kemampuan pukulan lob overhead antara lain: 5 orang
(22%) memiliki kemampuan pukulan lob overhead berkisar antara (25- 29.6),
4 orang (18%) memiliki kemampuan pukulan lob overhead berkisar antara
(29.7- 34.3), 3 orang (14%) memiliki kemampuan pukulan lob overhead
berkisar antara (34.4- 39), 7 orang (32%) memiliki kemampuan pukulan
berkisar antara (40- 44.6), 3 orang (14%) memiliki kemampuan pukulan lob
overhead berkisar antara (44.7- 49.3). Jadi, berdasarkan nilai rata-rata dari
hasil pengukuran kemampuan lob overhead di atas yaitu sebesar 36,68 dapat
disimpulkan bahwa kemampuan lob overhead berada pada kelas interval (40-
44.6). Untuk lebih jelasnya, distribusi frekuensi kemampuan lob overhead
juga dapat di lihat pada histogram di bawah ini:
Gambar 8 : Histogram Kemampuan lob over head(Y)
B. Pengujian Persyaratan Analisis
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas masing-masing distribusi frekuensi dilakukan
dengan uji liliefors. Hasil pengujian normalitas distribusi skor daya ledak otot
lengan (X1), kelentukan Pinggang (X2) dan kemampuan lob overhead dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 10. Rangkuman uji normalitas sebaran data dengan uji lilliefors
No Variabel N Lo Ltab Distribusi
1 Daya ledak otot lengan (X1) 22 0.0784 0,189 Normal
2 Kelentukan Pinggang (X2) 22 0.1274 0,189 Normal
3 Kemampuan Lob Overhead (Y) 22 0.1022 0,189 Normal
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk daya ledak
otot lengan (X1), skor Lo = 0,0784 dengan n = 22, sedangkan Ltab pada taraf
pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0,189 yang lebih besar dari Lo
Fre
kuen
si A
bso
lut
0
1
2
3
4
5
6
7
25-29.6 29.7-34.3 34.4-39 40-44.6 44.7-49.3
East
sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari daya ledak otot
lengan berdistribusi normal.
Selanjutnya hasil tes kelentukan Pinggang (X2), skor Lo = 0,1274
dengan n = 22, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05
diperoleh 0,189 yang lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa
skor yang diperoleh dari kelentukan Pinggang berdistribusi normal.
Kemudian diperoleh hasil kemampuan lob Overhead (Y), skor Lo = 0,1022
dengan n = 22, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05
diperoleh 0,189 yang lebih besar dari Lo sehingga disimpulkan skor yang
diperoleh dari lob overhead berdistribusi normal. Data yang dikatakan
berdistibusi normal dengan persyaratan analisis data Lo lebih kecil dari Ltab.
Berdasarkan uraian di atas ternyata semua variabel X1, X2 dan Y
datanya tersebar secara normal, karena masing-masing variabel skor Lo nya
lebih kecil dari pada Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05. Hal ini
berarti bahwa data masing-masing variabel penelitian ini normal.
C. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Satu
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah daya
ledak otot lengan (X1) terhadap kemampuan lob overhead (Y). Untuk
mengetahui kontribusi tersebut, pertama sekali dilakukan analisis korelasi
sederhana. Rangkuman hasil penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi daya
ledak otot lengan (X1) Terhadap kemampuan lob overhead (Y)
Korelasi
Koefisien
korelasi
(r)
Koefisien
Determinasi
(r2x 100%)
Taraf
Signifikan
α = 0,05
Daya ledak otot lengan
terhadap kemampuan
lob overhead
0,599
35.88
0,537
Hasil perhitungan pada tabel di atas jika r hitung > r tabel terdapat
hubungan berarti yang menunjukan bahwa koefisien korelasi antara daya
ledak otot lengan terhadap kemampuan lob overhead adalah positif. Hal ini
terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar
0,599 dan r tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0,537 dengan demikian r hitung > r
tabel. Ini berarti terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot lengan
dengan kemampuan lob overhead.
Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi daya ledak otot
lengan terhadap kemampuan lob overhead adalah dengan menguadratkan nilai
koefisien korelasi (r) dan dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik
yang dilakukan diperoleh nilai (R) = 35.88, berarti daya ledak otot lengan
memberikan kontribusi terhadap kemampuan lob overhead sebesar 35.88%.
Oleh sebab itu hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima kebenarannya
secara empiris.
Sedangkan untuk menguji signifikan koefisien korelasi antara daya
ledak otot lengan terhadap kemampuan lob overhead adalah dengan
menggunakan rumus t = 21
2
r
nr. Dari hasil analisis statistic yang dilakukan
diperoleh t hitung = 3,3455 dan t table =1,89, karena t hitung > dari t table
maka dapat disimpulkan terdapat kontribusi yang signifikan antara X1
terhadap Y
2. Hipotesis Dua
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kelentukan
Pinggang (X2) terhadap kemampuan lob overhead (Y). Untuk mengetahui
kontribusi ini pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana.
Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 12. Rangkuman hasil Analisis Korelasi kelentukan Pinggang
(X2)Terhadap Kemampuan Lob Overhead (Y)
Korelasi
Koefisien
korelasi
(r)
Koefisien
Determinasi
(r2x 100%)
Taraf
Signifikan α
= 0,05
Kelentukan Pinggang
terhadap Kemampuan
Lob Overhead
0,546
29.81
0,537
Hasil perhitungan pada tabel di atas jika r hitung > r tabel terdapat
hubungan bearti yang menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara
kelentukan Pinggang terhadap Kemampuan lob overhead adalah positif, hal
ini terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh r hitung
sebesar 0,546 dan r tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0,537 dengan demikian
r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat hubungan yang berarti antara kelentukan
Pinggang dengan Kemampuan lob overhead. Untuk mengetahui besarnya
koefisien determinasi kelentukan Pinggang terhadap Kemampuan lob
overhead adalah dengan mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan
seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai
(R) = 29.81, berarti kelentukan Pinggang memberikan kontribusi terhadap
Kemampuan lob overhead sebesar 29.81%. Oleh sebab itu hipotesis kedua
dalam penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.
Sedangkan untuk menguji signifikan koefisien korelasi antara
kelentukan pinggang terhadap kemampuan lob overhead adalah dengan
menggunakan rumus t = 21
2
r
nr. Dari hasil analisis statistic yang dilakukan
diperoleh t hitung = 2,9147 dan t table =1,89, karena t hitung > dari t table
maka dapat disimpulkan terdapat kontribusi yang signifikan antara X2
terhadap Y
3. Hipotesis Tiga
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah daya ledak
otot lengan (X1) dan kelentukan Pinggang (X2) secara bersama-sama
terhadap Kemampuan lob overhead (Y). Untuk mengetahui kontribusi
tersebut akan dilakukan dengan analisis korelasi ganda. Rangkuman hasil
penghitungan analisis koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi daya ledak
otot lengan (X1) dan kelentukan Pinggang (X2) secara
bersama-sama terhadap Kemampuan Lob Overhead (Y)
Korelasi
Koefisien
Korelasi
(R)
Koefisien
Determinasi
(R2x 100%)
Taraf
Signifikan
α = 0,05
Daya Ledak Otot Lengan dan
Kelentukan Pinggang terhadap
Kemampuan Lob Overhead
0,746 55.65 0,537
Hasil perhitungan tabel diatas menunjukan bahwa analisis korelasi
ganda antara daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara
bersama-sama terhadap kemampuan lob overhead adalah positif. Hal ini
terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh R hitung sebesar
0,746 dan r tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0,537, dengan demikian R hitung >
r tabel. Ini berarti terdapat hubungan yang berarti antara daya ledak otot lengan
dan kelentukan pinggang secara bersama-sama terhadap kemampuan lob
overhead.
Untuk mengetahui besarnya kontribusi daya ledak otot lengan dan
kelentukan pinggang secara bersama-sama terhadap kemampuan lob
overhead adalah dengan menguadratkan nilai koefisien korelasi nilai (r)
dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang dilakukan
diperoleh nilai (R) = 55.65, berarti daya ledak otot lengan dan kelentukan
pinggang memberikan kontribusi secara bersama-sama terhadap Kemampuan
lob overhead sebesar 55.65%. Oleh sebab itu hipotesis tiga dalam penelitian
ini diterima kebenarannya secara empiris.
Sedangkan untuk menguji signifikan korelasi ganda antara daya ledak
otot lengan dan kelentukan pinggang terhadap kemampuan lob overhead
adalah dengan menggunakan rumus F = 1/()121(
/122
2
knyR
kyR
Dari hasil analisis statistic yang dilakukan diperoleh F hitung = 11.92
dan F table =3,68, dengan kata lain Fhitung > Ftabel, maka dapat disimpulkan
terdapat hubungan yang signifikan antara X1 dan X2 secara bersama-sama
terhadap Y
D. Pembahasan
1. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan Terhadap Kemampuan Lob
Overhead Pemain Bulutangkis UKO UNP
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
kontribusi yang signifikan daya ledak otot lengan terhadap kemampuan
pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP. Untuk mengetahui
kontribusi ini pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana.
Hasil perhitungan analisis korelasi sederhana untuk data menunjukkan
bahwa koefisien korelasi antara daya ledak otot lengan terhadap kemampuan
pukulan lob overhead adalah positif, hal ini terlihat bahwa dari analisis
statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,599 dan r tabel dalam taraf
α = 0,05 sebesar 0.537 dengan demikian r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat
hubungan yang berarti antara daya ledak otot lengan terhadap kemampuan
pukulan lob overhead.
Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi antara daya ledak
otot lengan terhadap kemampuan pukulan lob overhead adalah dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari
hasil analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai (r) = 35,88, berarti daya
ledak otot lengan memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob
overhead sebesar 35,88%. Oleh sebab itu hipotesis satu untuk data dalam
penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa unsur daya
ledak otot lengan berkontribusi terhadap kemampuan pukulan lob overhead
sebesar 35,88%, sehingga 64,22% ialah kontribusi dari faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kemampuan pukulan lob overhead.
Agar seorang pemain atau atlet bulutangkis dapat memiliki daya ledak
otot lengan yang lebih baik lagi dan berkontribusi lebih besar lagi terhadap
kemampuan pukulan lob overhead dapat dilakukan dengan latihan-latihan
daya ledak otot lengan seperti : dengan melempar beban 1/5 kekuatan
maksimal 10-20 kali, push up, latihan dengan mengunakan medicine ball dan
berbagai variasi latihan lainya untuk meningkatkan daya ledak otot lengan,
karena semakin baik daya ledak otot lengan seorang pemain atau atlet
bulutangkis, maka akan semakin mudah baginya untuk melakukan pukulan
lob overhead, sehingga tubuhnya dalam melakukan pukulan lob overhead
tersebut dapat terlihat lebih siap dibanding seorang pemain atau atlet
bulutangkis yang tidak memiliki daya ledak otot lengan.
Menurut PBSI (1985:142) “Daya ledak otot lengan adalah kualitas
yang memungkinkan otot atau kelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik
secara eksplosif”. Lalu menurut Asril (1999 : 73) daya ledak merupakan
kemampuan menggunakan kekuatan pada momentum gerak tertentu dengan
waktu yang secepat-cepatnya.
Berdasarkan pendapat kedua ahli maka disimpulkan bahwa daya ledak
otot lengan ialah kemampuan individu untuk menghasilkan kekuatan dengan
waktu sesingkat-singkatnya.
Sebelum seorang atlet melakukan latihan daya ledak, maka terlebih
dahulu harus memiliki suatu tingkat kekuatan yang baik. Kalau kekuatan
tidak diiringi dengan kecepatan, maka daya ledak tidak akan dapat tercapai
dengan baik.
Gerakan tangan yang dilakukan dapat bergerak di sebabkan adanya
kontraksi otot. Unit dasar dari sistem otot adalah serat otot. Beberapa serabut
otot membentuk suatu unit motor yang masing-masing unit mempunyai
kemampuan khusus yaitu berkontraksi dengan baik, sehingga suatu gerakan
akan terlaksana.
Dalam olahraga bulutangkis khususnya dalam melakukan pukulan lob
overhead, daya ledak otot lengan sangat diperlukan sebab tujuan utama dalam
melakukan pukulan lob overhead adalah atlet mampu melakukan pukulan
lob overhead untuk menerbangkan cock ke daerah bagian belakang lawan
dengan kuat dan cepat.
2. Kontribusi Kelentukan Pinggang terhadap Kemampuan Pukulan Lob
Overhead Pemain UKO UNP.
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
kontribusi yang signifikan kelentukan pinggang terhadap kemampuan
pukulan lob overhead pemain UKO UNP. Untuk mengetahui kontribusi
tersebut, pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana.
Hasil perhitungan analisis korelasi sederhana untuk data menunjukkan
bahwa koefisien korelasi antara kelentukan pinggang terhadap kemampuan
pukulan lob overhead adalah positif, hal ini terlihat bahwa dari analisis
statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,546 dan r tabel dalam taraf
α = 0,05 sebesar 0.537 dengan demikian r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat
hubungan yang berarti antara kelentukan pinggang terhadap kemampuan
pukulan lob overhead.
Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi antara kelentukan
pinggang terhadap kemampuan pukulan lob overhead adalah dengan
mengkuadratkan nilai koefisien korelasi (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari
hasil analisis statistik yang dilakukan diperoleh nilai (r) = 29,81, berarti
kelentukan memberikan kontribusi terhadap kemampuan pukulan lob
overhead sebesar 29,81%. Oleh sebab itu hipotesis satu untuk data dalam
penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa unsur
kelentukan pinggang berkontribusi terhadap kemampuan pukulan lob
overhead sebesar 29,81%, sehingga 70,19% ialah kontribusi dari faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kemampuan pukulan lob overhead.
Kelentukan pinggang yang dihasilkan dari latihan merupakan suatu
persendian beserta otot-otot disekitarnya untuk melakukan gerak secara
maksimal. Bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kelentukan pinggang adalah dengan latihan seperti: back up, kayang dan
berbagai variasi latihan lainya untuk meningkatkan kelentukan pinggang,
karena jika semakin baik kelentukan pinggang seorang pemain atau atlet
bulutangkis, maka akan semakin mudah baginya untuk melakukan pukulan
lob overhead, sehingga tubuhnya dalam melakukan pukulan lob overhead
tersebut dapat terlihat lebih siap dibanding seorang pemain atau atlet
bulutangkis yang tidak memiliki kelentukan pinggang yang bagus.
Kondisi fisik yang harus dimiliki oleh pemain atau atlet yang
berprestasi hendaknya memperhatikan unsur-unsur kondisi fisik yang
dimaksud seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, koordinasi dan
beberapa unsur lainnya. Menurut Philip dalam Asril (1999) “Kelentukan
dapat didefinisikan sebagai gerak diantara tulang dan sendi atau rangkaian
tulang dan sendi”. Lalu menurut Hendri (2010 : 57) “Kelentukan adalah
kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian”
Berdasarkan pendapat kedua ahli maka disimpulkan bahwa
kelentukan ialah kemampuan maksimal suatu persendian beserta otot-otot
disekitarnya untuk melakukan gerak secara maksimal
Kelentukan penting dilaksanakan sehari-hari, lebih-lebih bagi seorang
atlet suatu cabang olahraga yang menentukan keuletan gerak seperti senam,
atletik, gulat, dan bulutangkis, seseorang yang lentur maka akan lebih lincah
gerakannya sehingga akan lebih baik prestasinya. Dengan kata lain
kelentukan merupakan kemampuan pergelangan/ persendian untuk dapat
melakukan gerakan-gerakan kesemua arah secara optimal. Istilah lain yang
sering dikonotasikan sama dengan kelentukan adalah keluwesan, kelenturan
dan flexibilitas.
3. Kontribusi Daya Ledak Otot Lengan dan Kelentukan Pinggang
secara bersama-sama terhadap Kemampuan Pukulan Lob Overhead
Pemain UKO UNP
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat
kontribusi yang siginifikan secara bersama-sama antara daya ledak otot
lengan dan kelentukan pinggang terhadap kemampuan lob overhead pemain
bulutangkis UKO UNP. Untuk mengetahui kontribusi tersebut akan
dilakukan dengan analisis korelasi ganda.
Penelitian membuktikan bahwa terdapat kontribusi daya ledak otot
lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama terhadap kemampuan
lob overhead dengan tingkat persentase = 55,65%. Artinya daya ledak otot
lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama berkontribusi terhadap
kemampuan pukulan lob overhead pemain bulutangkis UKO UNP.
Setelah itu dilakukan pengujian signifikansi korelasi ganda diperoleh
Fhitung = 11,92 dan Ftabel=3,68 maka hasilnya ialah Ho ditolak, Ha diterima.
Karena Fhitung >Ftabel sehingga kesimpulannya terdapat hubungan yang berarti
antara X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y.
Berdasarkan pembahasan tersebut jelas bahwa unsur daya ledak otot
lengan dan kelentukan pinggang memberikan kontribusi kepada pemain
bulutangkis, sehingga atlet bulutangkis tersebut mampu untuk melakukan
kemampuan lob overhead menjadi lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin baik kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan
pinggang seorang pemain bulutangkis maka akan semakin mudah baginya
untuk menghasilkan kemampuan lob overhead yang baik, begitu sebaliknya
jika kemampuan daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang kurang
baik, maka untuk memperoleh kemampuan lob overhead akan sulit
dijangkaunya.
Sehubungan dengan hal itu, agar tercapai kemampuan lob overhead
yang sangat bagus lagi, selain melatih kemampuan daya ledak otot lengan
dan kelentukan pinggang, seorang pemai bulutangkis juga harus
memperhatikan dan melatih faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi dan
memberikan berkontribusi hingga 100 % terhadap kemampuan lob overhead,
seperti : koordinasi gerakan melakukan pukulan lob overhead juga sangat
menentukan terhadap kemampuan kecepatan. Selain itu, kemampuan kondisi
fisik, teknik, taktik dan mental juga mempengaruhi prestasi olahraga,
termasuk terhadap prestasi bulutangkis. Sehubungan dengan itu faktor
psikologis, seperti mental, percaya diri, semangat juang, motivasi juga sangat
berpengaruh terhadap penampilan seorang pemain di dalam pertandingan.
Kemudian, Selain faktor tersebut sarana dan prasarana, program latihan juga
dapat memberikan kontribusi terhadap kemampuan lob overhead pemain
bulutangkis.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya untuk
mencapai tingkat kemampuan lob overhead yang lebih baik, para pemain
bulutangkis hendaknya juga memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Kekuatan merupakan salah satu kemampuan biomotorik (unsur
konsisi fisik) yang sangat penting dalam olahraga. Menurut PBSI (1985)
“Kekuatan adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan ketegangan
otot, dapat bersifat statis dan bersifat dinamis”. Mamfaat kekuatan terhadap
peforma pemain bulutangkis ialah lompatan lebih tinggi, langkah akan lebih
ringan dan gersit, pukulan akan lebih keras, cepat,dan akurat, gerakan lebih
lincah dan lentur.
Dalam upaya melatih kekuatan dalam olahraga bulutangkis khususnya
lob overhead terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu kondisi
fisik, teknik, sarana prasarana, motivasi, dan program latihan yang akan
dilakukan. Dari beberapa faktor yang disebutkan faktor yang paling sangat
mempengaruhi ialah faktor kondisi fisik atlet tersebut seperti, kekuatan, daya
ledak, kelincahan, kelentukan, kecepatan, daya tahan, koordinasi.
Oleh karena itu kekuatan perlu dimiliki dan dikembangankan oleh
para pemain bulutangkis khususnya dalam penelitian ini yang berkaitan
tentang kemampuan lob overhead.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :
1. Daya ledak otot lengan memberikan kontribusi sebesar 35.88% terhadap
Kemampuan lob overhead
2. Kelentukan pinggang memberikan kontribusi sebesar 29.81 % terhadap
Kemampuan lob overhead
3. Daya ledak otot lengan dan kelentukan pinggang secara bersama-sama
memberikan kontribusi sebesar 55.65% terhadap Kemampuan lob
overhead
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan
saran-saran yang dapat membantu mengatasi masalah yang ditemui dalam
pelaksanaan Kemampuan lob overhead, yaitu :
1. Pemain untuk dapat meningkatkan kemampuan daya ledak otot lengan dan
kelentukan pinggang dalam melakukan pukulan lob overhead, perlu
adanya latihan khusus untuk meningkatkan daya ledak otot lengan dan
kelentukan pinggang.
2. Selain mempelajari tehnik dasar bulutangkis seperti, lob, drive,
dropshort,smash, netting unsur kondisi fisik juga sagat perlu diperhatikan,
agar dalam pelaksanaan permainan bulutangkis pemain tidak merasa
kesulitan.
3. Bagi pelatih untuk dapat menyusun program latihan lob overhead dengan
baik.
4. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan informasi dan meneliti dengan jumlah
populasi atau sampel yang lebih besar serta di daerah
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, fardi. 2012. Statistika Dasar/2. Padang. FIK UNP
Asril. 1999. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : DIP-UNP
Donie. 2009. Bulutangkis Dasar. Padang: FIK UNP
Hua, Huang dan Aryanto Sugeng. 2007. Olahraga Kegemaranku
Bulutangkis.Klaten: PT Macanan Jaya Cermerlang
Hendri, Irawadi. 2010. Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang: FIK UNP
Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia. (1985). Pola Pembinaan Bulutangkis
Nasional. Jakarta: PB. PBSI.
Purnama, Sapta Kunta. 2010. Kepelatihan Bulu Tangkis Modern. Surakarta:
Yuma Pustaka
Sugiyono.Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.Yogyakarta: Bumi Aksara
Syafruddin. 1999. Dasar-Dasar Kepelatihan. Padang: DIP Proyek UNP
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Tohar. 1992. Olahraga Pilihan Bulutangkis.Jakarta: Depdikbud
UURI No. 3 Tahun (2005) Tentang Sistim Keolahragaan Nasional
Zarwan & Donie. (2009). Bulutangkis Dasar. Padang: Sukabima
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Hasil Penelitian
NO NAMA BALL
MEDICINE EXTENSION-D LOB OVERHEAD
1 Alvrima 6.1 m 39.1 cm 42
2 Andre 5.1 m 45.6 cm 33
3 Angel 5.77 m 35.8 cm 42
4 Candra 6.5 m 29.2 cm 48
5 Dedet Fernando 6.4 m 49.4 cm 32
6 Dira 7.4 m 47.3 cm 37
7 Egi Saputra 6.18 m 36.3 cm 25
8 Eval Edmizal 6.82 m 31.2 cm 31
9 Ferdy Aryanto 6.42 m 31.8 cm 31
10 Fery 5.93 m 39.3 cm 45
11 Heriyanto 6.2 m 28.9 cm 28
12 Joni Saprianto 5.96 m 37.3 cm 47
13 Migrel 4.97 m 30.1 cm 26
14 Nofra 4.44 m 38.4 cm 43
15 Oki 5.63 m 42.9 cm 42
16 Prahari 5.5 m 38.1 cm 44
17 Primayandi 6.89 m 35.6 cm 26
18 Ramidil 5.91 m 42.8 cm 38
19 Roki 6.54 m 36.1 cm 40
20 Siboy 6.37 m 38.2 cm 26
21 Sastra 5.55 m 37.5 cm 38
22 Riki 5.43 m 41.3 cm 43
jumlah 132.01 832.20 807.00
mean 6.00 37.83 36.68
sd 0.68 5.61 7.53
max 7.40 49.40 48.00
min 4.44 28.90 25.00
median 6.03 37.80 38.00
modus 26.00
Lampiran 2
Tabel
Analisis Normalitas Daya Ledak Otot Lengan Melalui Uji Liliefors (X1)
No x1 Zi Table f(zi) s(zi) [f(zi) -
s(zi)]
1 4.44 -2.28 0.4887 0.0113 0.0455 0.0342
2 4.97 -1.51 0.4345 0.0655 0.0909 0.0254
3 5.1 -1.32 0.4066 0.0934 0.1364 0.0430
4 5.43 -0.83 0.2967 0.2033 0.1818 0.0215
5 5.5 -0.73 0.2673 0.2327 0.2273 0.0054
6 5.55 -0.66 0.2454 0.2546 0.2727 0.0181
7 5.63 -0.54 0.2054 0.2946 0.3182 0.0236
8 5.77 -0.34 0.1331 0.3669 0.3636 0.0033
9 5.91 -0.13 0.0557 0.4443 0.4091 0.0352
10 5.93 -0.10 0.0386 0.4614 0.4545 0.0069
11 5.96 -0.06 0.0239 0.4761 0.5000 0.0239
12 6.1 0.15 0.0636 0.5636 0.5455 0.0181
13 6.18 0.26 0.1026 0.6026 0.5909 0.0117
14 6.2 0.29 0.1141 0.6141 0.6364 0.0223
15 6.37 0.54 0.2054 0.7054 0.6818 0.0236
16 6.4 0.58 0.219 0.719 0.7273 0.0083
17 6.42 0.61 0.2291 0.7291 0.7727 0.0436
18 6.5 0.73 0.2673 0.7673 0.8182 0.0509
19 6.54 0.79 0.2852 0.7852 0.8636 0.0784
20 6.82 1.20 0.3849 0.8849 0.9091 0.0242
21 6.89 1.30 0.4032 0.9032 0.9545 0.0513
22 7.4 2.05 0.4798 0.9798 1.0000 0.0202
jumlah 132.01
mean 6.000455
Sd 0.683412
L o tertinggi= 0.0784
Dengan n = 22 dan taraf nyata α = 0.05 didapat L tab = 0.189
Berarti L o < L tab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana
sampel diambil berdistribusi normal.
Lampian 3
Tabel
Analisis Uji Normalitas Kelentukan Pinggang Melalui Uji Liliefors (X2)
No x2 Zi tabel f(zi) s(zi) f(zi) -
s(zi)
1 28.9 -1.59 0.4441 0.0559 0.0455 0.0104
2 29.2 -1.54 0.4382 0.0618 0.0909 0.0291
3 30.1 -1.38 0.4162 0.0838 0.1364 0.0526
4 31.2 -1.18 0.381 0.119 0.1818 0.0628
5 31.8 -1.08 0.3599 0.1401 0.2273 0.0872
6 35.6 -0.40 0.1554 0.3446 0.2727 0.0719
7 35.8 -0.36 0.1406 0.3594 0.3182 0.0412
8 36.1 -0.31 0.1217 0.3783 0.3636 0.0147
9 36.3 -0.27 0.1064 0.3936 0.4091 0.0155
10 37.3 -0.09 0.0359 0.4641 0.4545 0.0096
11 37.5 -0.06 0.0239 0.4761 0.5000 0.0239
12 38.1 0.05 0.0199 0.5199 0.5455 0.0256
13 38.2 0.07 0.0279 0.5279 0.5909 0.0630
14 38.4 0.10 0.0386 0.5386 0.6364 0.0978
15 39.1 0.23 0.091 0.591 0.6818 0.0908
16 39.3 0.26 0.1026 0.6026 0.7273 0.1247
17 41.3 0.62 0.2324 0.7324 0.7727 0.0403
18 42.8 0.89 0.3133 0.8133 0.8182 0.0049
19 42.9 0.91 0.3186 0.8186 0.8636 0.0450
20 45.6 1.39 0.4177 0.9177 0.9091 0.0086
21 47.3 1.69 0.4545 0.9545 0.9545 0.0000
22 49.4 2.06 0.4803 0.9803 1.0000 0.0197
jumlah 832.2
mean 37.82727
Sd 5.6052
L o tertinggi = 0.1274
Dengan n = 22 dan taraf nyata α = 0.05 didapat L tab = 0.189
Berarti L o < L tab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana
sampel diambil berdistribusi normal.
Lampiran 4
Tabel
Analisis Uji Normalitas Lob Over Hand Melalui Uji Liliefors (Y)
No y Zi tabel f(zi) s(zi) f(zi) -
s(zi)
1 25 -1.55 0.4394 0.0606 0.0455 0.0151
2 26 -1.42 0.4222 0.0778 0.1363 0.0585
3 26 -1.42 0.4222 0.0778 0.1363 0.0585
4 26 -1.42 0.4222 0.0778 0.1363 0.0585
5 28 -1.15 0.3749 0.1251 0.2273 0.1022
6 31 -0.75 0.2734 0.2266 0.2954 0.0688
7 31 -0.75 0.2734 0.2266 0.2954 0.0688
8 32 -0.62 0.2324 0.2676 0.3636 0.0960
9 33 -0.49 0.1879 0.3121 0.4091 0.0970
10 37 0.04 0.016 0.516 0.4545 0.0615
11 38 0.18 0.0754 0.5754 0.5227 0.0527
12 38 0.18 0.0754 0.5754 0.5227 0.0527
13 40 0.44 0.17 0.67 0.5909 0.0791
14 42 0.71 0.2612 0.7612 0.6818 0.0794
15 42 0.71 0.2612 0.7612 0.6818 0.0794
16 42 0.71 0.2612 0.7612 0.6818 0.0794
17 43 0.84 0.2996 0.7996 0.7954 0.0042
18 43 0.84 0.2996 0.7996 0.7954 0.0042
19 44 0.97 0.334 0.834 0.8636 0.0296
20 45 1.10 0.4634 0.9634 0.9091 0.0543
21 47 1.37 0.4147 0.9147 0.9545 0.0398
22 48 1.50 0.4332 0.9332 1.0000 0.0668
jumlah 807
mean 36.68182
Sd 7.53017
L o tertinggi = 0.1022
Dengan n = 22 dan taraf nyata α = 0.05 didapat L tab = 0,189
Berarti L o < L tab, sehingga hipotesis nol diterima bahwa populasi dari mana
sampel diambil berdistribusi normal.
Lampiran 5
Tabel
Korelasi Sederhana dan Korelasi Berganda ( Variabel X1, X2 Dan Y )
No x1 x2 Y x12 x22 y2 x1y x2y x1x2
1 6.1 31.8 42 37.21 1011.24 1764 256.2 1335.6 193.98
2 5.1 45.6 33 26.01 2079.36 1089 168.3 1504.8 232.56
3 5.77 35.8 32 33.2929 1281.64 1024 184.64 1145.6 206.566
4 6.5 37.3 42 42.25 1391.29 1764 273 1566.6 242.45
5 6.4 47.3 47 40.96 2237.29 2209 300.8 2223.1 302.72
6 7.4 49.4 48 54.76 2440.36 2304 355.2 2371.2 365.56
7 6.18 31.2 31 38.1924 973.44 961 191.58 967.2 192.816
8 6.82 39.1 42 46.5124 1528.81 1764 286.44 1642.2 266.662
9 6.42 36.3 45 41.2164 1317.69 2025 288.9 1633.5 233.046
10 5.93 30.1 28 35.1649 906.01 784 166.04 842.8 178.493
11 6.2 38.1 26 38.44 1451.61 676 161.2 990.6 236.22
12 5.96 29.2 31 35.5216 852.64 961 184.76 905.2 174.032
13 4.97 38.4 37 24.7009 1474.56 1369 183.89 1420.8 190.848
14 4.44 39.3 25 19.7136 1544.49 625 111 982.5 174.492
15 5.63 38.2 43 31.6969 1459.24 1849 242.09 1642.6 215.066
16 5.5 28.9 26 30.25 835.21 676 143 751.4 158.95
17 6.89 42.8 44 47.4721 1831.84 1936 303.16 1883.2 294.892
18 5.91 36.1 26 34.9281 1303.21 676 153.66 938.6 213.351
19 6.54 42.9 43 42.7716 1840.41 1849 281.22 1844.7 280.566
20 6.37 35.6 40 40.5769 1267.36 1600 254.8 1424 226.772
21 5.55 41.3 38 30.8025 1705.69 1444 210.9 1569.4 229.215
22 5.43 37.5 38 29.4849 1406.25 1444 206.34 1425 203.625
Jumlah 132.01 832.2 807 801.9281 32139.64 30793 4907.12 31010.6 5012.882
Lampiran 6
Pengujian Hipotesis 1
Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan Y
Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan Y
Korelasi sederhana antara variabel (X1) dengan Y
r x1y = 222
1
2
1
11
YYn XXn
YX-YXn
r = 22 )807(30793.22 )01.132(928.801.22
07)(132.01)(822.4907.12
r = 651249-677446 17426.64-17642
106532.07-107956.64
r = 26197 215.776
1424.57
r = 872.5652683
1424.57
r= 2377.53
1424.57
ro = 0,599
rtab (α = 0,05) = 0,537
Ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)
Menentukan Kontribusi variabel X1 dengan Y di gunakan Rumus ;
K = r2 x 100% = 0,599² x 100% = 35.88 %
Menguji Signifikan Koefisien korelasi antara X1 dengan Y digunakan
Rumus :
t = 21
2
r
nr=
3588.01
20599,0
t = 8007,0
6788,2
t = 3.3455
thitung(3.3455) > ttabel (0,189), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara X1 terhadap Y.
Lampiran 7
Pengujian Hipotesis 2
Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X2 dan Y
Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X2 dan Y
Korelasi sederhana antara variabel (X2) dengan Y
r x2y = 222
2
2
2
22
YYn XXn
YX-YXn
r = 22 )807(30793.22 .)2.832(6.32139.22
7)(832.2)(80-22.31010.6
r = 651249-677446 692556.84-707071
671585.4-682233.2
r = 26197 14514.36
10647.6
r= 92380232688.
10647.6
r = 19499.556
10647.6
ro = 0.546
rtab (α = 0,05) = 0.537
Ternyata ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)
Menentukan Kontribusi variabel X1 dengan Y di gunakan Rumus ;
K= r2 x 100% = 0,546² x 100% = 29.81 %
Menguji Signifikan Koefisien korelasi antara X2 dengan Y digunakan
Rumus :
t = 21
2
r
nr=
2981,01
20546,0
t = 8377,0
4417,2
t = 2.9147
thitung(2,9147) > ttabel (0,189), maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara X2 terhadap Y.
Lampiran 8
Korelasi sederhana antara variabel (X1) dengan (X2)
Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2
Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2
Korelasi sederhana antara variable (X1) dengan (X2)
r x1 x2 = 2
2
2
2
2
1
2
1
2121
XXn XXn
XX-XXn
r = 22 )2.832(32139.22 )01.132(928.801.22
32.2)(132.01)(8-22.5012.88
r = 692556.84)-707071.2 17426.64-17642.416
109858.722-110283.36
r = 14514.36 215.776
638.424
r= 3131850.54
424.638
r = 1769.7
424.638
ro = 0.239
rtab (α = 0,05) = 0.537
Lampiran 9
Pengujian Hipotesis 3
Ho = tidak terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 dengan Y
Ha = terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 dengan Y
Korelasi ganda antara variabel (X1) dan (X2) terhadap variabel Y
R x1 x2 y = 21
2
21212
2
1
2
x xr-1
xrx yrx yrx2-yxryxr
= 2
22
239,01
)239,0)(546,0)(599,0(2546,0599,0
= 089401,01
)074895366,0(2298116,0358801,0
= 910599,0
149790732,0656917,0
= 556914,0
R 0 = 0,746
rtab (α = 0,05) = 0.537
Ternyata Ro > r tab , akibatnya Ho ditolak (Ha diterima)
Lampiran 10
Menentukan Kontribusi variabel X1, X2 terhadap variabel Y digunakan
Rumus ;
K= r2 x 100% = 0,746² x 100% = 55,65 %
Pengujian Signifikan Korelasi Ganda
F = 1/()121(
/122
2
knyR
kyR
F= 1222/()746,01(
2/)746,0(2
2
F= 19/)443484,0(
278258,0
F= 50233412631,0
278258,0
F= 11.92
Fhitung(11.92) > Ftabel(3,68)
H0 ditolak Ha diterima
Kesimpulannya terdapat hubungan yang berarti antara X1 dan X2 secara
bersama-sama dengan Y
Lampiran 11
Kategori Tes daya ledak otot lengan
Rentangan : Max – Min : 7,40 – 4,44 = 2,96
Banyak Kelas Interval : 1 + 3,3 Log n
1 + 3,3 (Log 22) = 5,4210
5,4210 dibulatkan menjadi 5 kelas
Panjang kelas : rentangan / banyak kelas
: 2,96/ 5 = 0,59
Interval Kelas Frekuensi Persentase
4.44 – 5.03 2 9 %
5.04 – 5.63 5 23 %
5.64 – 6.23 7 32 %
6.24 – 6.83 6 27 %
6.84 – 7.43 2 9 %
JUMLAH 22 100 %
Lampiran 12
Kategori Tes kelentukan pinggang
Rentangan : Max – Min : 49.4– 28,9 = 20.2
Banyak Kelas Interval : 1 + 3,3 Log n
1 + 3,3 (Log 22) = 5,4210
5,4210 dibulatkan menjadi 5 kelas
Panjang kelas : rentangan / banyak kelas
: 20.2/ 5 = 4.1
Interval Kelas Frekuensi Persentase
28.9 – 33 5 23 %
34 – 38.1 7 32 %
38.2 – 42.3 5 23 %
42.4 – 46.5 3 13 %
46.6 – 50.7 2 9 %
JUMLAH 22 100 %
Lampiran 13
Kategori Tes pukulan lob overhead
Rentangan : Max – Min : 48 – 25 = 23
Banyak Kelas Interval : 1 + 3,3 Log n
1 + 3,3 (Log 22) = 5,4210
5,4210 dibulatkan menjadi 5 kelas
Panjang kelas : rentangan / banyak kelas
: 23/ 5 = 5
Interval Kelas Frekuensi Persentase
25 – 29.6 5 22 %
29.7 – 34.3 4 18 %
34.4 – 39 3 14 %
40 – 44.6 7 32 %
44.7 – 49.3 3 14 %
JUMLAH 22 100 %
Lampiran 14
Pelaksanaan Tes One Hand Medicine Ball Throw
Lampiran 15
Pelaksanaan Tes Kelentukan Pinggang
Lampiran 16
Pelaksanaan Tes Lob Overhead
Lampiran 17
Foto Bersama Pemain UKO UNP
Daftar
Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors
Ukuran
Sampel
Taraf Nyata
0.01 0.05 0.10 0.15 0.20
4 0.417 0.381 0.352 0.319 0.300
5 0.405 0.337 0.315 0.299 0.285
6 0.364 0.319 0.294 0.277 0.265
7 0.348 0.300 0.276 0.258 0.247
8 0.331 0.285 0.261 0.244 0.233
9 0.311 0.271 0.249 0.233 0.223
10 0.294 0.258 0.239 0.224 0.215
11 0.284 0.249 0.230 0.217 0.206
12 0.275 0.242 0.223 0.212 0.199
13 0.268 0.234 0.214 0.202 0.190
14 0.261 0.227 0.207 0.194 0.183
15 0.257 0.220 0.201 0.187 0.177
16 0.250 0.213 0.195 0.182 0.173
17 0.245 0.206 0.289 0.177 0.169
18 0.239 0.200 0.184 0.173 0.166
19 0.235 0.195 0.179 0.169 0.163
20 0.231 0.190 0.174 0.166 0.160
25 0.200 0.173 0.158 0.147 0.142
30 0.184 0.161 0.144 0.136 0.131
1.031 0.886 0.805 0.768 0.736
n >30 n n n n n
Sumber : Conover, W.J, Practical Nonparametric Statistics, John Wiley & Sons,
In,1973
Tabel dari Harga Kritik dari Product-Moment
N
(1)
Interval Kepercayaa
n
N
(1)
Interval Kepercayaan N
(1)
Interval kepercayaan
95%
(2)
99%
(3)
95%
(2)
99%
(3)
95%
(2)
99%
(3)
3 0.997 0.999 26 0.388 0.4905 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 27 0.381 0.487 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 28 0.374 0.478 65 0.244 0.317
6 0.811 0.912 29 0.367 0.470 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 30 0.361 0.463 75 0.227 0.296
8 0.707 0.874 31 0.355 0.456 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 32 0.347 0.449 85 0.213 0.278
10 0.632 0.762 33 0.344 0.442 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 34 0.339 0.436 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 35 0.334 0.430 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 36 0.329 0.424 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 37 0.325 0.418 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 38 0.320 0.413 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 39 0.316 0.408 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 40 0.312 0.403 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 41 0.308 0.396 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 42 0.304 0.393 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 43 0.301 0.389 600 0.080 0.105
21 433 0.549 44 0.297 0.384 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 45 0.294 0.380 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 46 0.291 0.276 900 0.065 0.085
24 0.404 0.515 47 0.288 0.372 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 48 0.264 0.368
1.031 0.886 49 0.281 0.364
50 0.297 0.361
J=Jumlah pasangan yang digunakan untuk menghitung r
Daftar Luas dibawah Lengkungan Normal Standar Dari 0 Ke Z
Z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0.0 0000 0040 0080 0120 0160 0199 0239 0279 0319 0359
0.1 0386 0483 0478 0557 0596 0636 0675 0714 0754 0360
0.2 0793 0832 0871 0910 0948 0987 1026 1064 1103 1141
0.3 1179 1217 1255 1293 1331 1368 1406 1443 1480 1517
0.4 1554 1591 1628 1664 1700 1736 1772 1808 1844 1879
0.5 1915 1950 1985 2019 2054 2088 2123 2157 2190 2224
0.6 2258 2291 2324 2357 2389 2422 2454 2486 2418 2549
0.7 2580 2612 2642 2673 2704 2734 2764 2794 2823 2852
0.8 2881 2910 2939 2967 2996 3023 3051 3078 3106 3133
0.9 3159 3186 3212 3238 3264 3289 3315 3340 3365 3389
1.0 3413 3438 3461 3485 2508 3531 3554 3577 3599 3621
1.1 4634 3665 3686 3708 3729 3749 3770 3790 3810 3830
1.2 3849 3869 3888 3907 3925 3944 3962 3980 3997 4015
1.3 4032 4049 4066 4082 4099 4115 4131 4147 4162 4177
1.4 4192 4207 4222 4236 4251 4265 4279 4292 4306 4319
1.5 4332 4345 4357 4370 4382 4394 4406 4418 4429 4441
1.6 4452 4463 4474 4484 4495 4505 4515 4525 4535 4545
1.7 4554 4564 4573 4580 4591 4599 4608 4626 4625 4633
1.8 4641 4649 4656 4664 4671 4678 4686 4692 4699 4633
1.9 4713 4719 4726 4732 4738 4744 4750 4756 4761 4767
2.0 4772 4778 4783 4788 4793 4798 4803 4808 4812 4817
2.1 4821 4826 4830 4838 4838 4842 4846 4850 4854 4857
2.2 4861 4864 4868 4871 4875 4878 4881 4884 4887 4890
2.3 4893 4896 4898 4901 4904 4906 4909 4911 4913 4916
2.4 4918 4920 4922 4925 4927 4929 4931 4932 4934 4936
2.5 4938 4940 4941 4943 4945 4946 4948 4949 4951 4952
2.6 4953 4955 4956 4957 4959 4960 4961 4962 4963 4964
2.7 4965 4966 4967 4968 4969 4970 4971 4972 4973 4974
2.8 4974 4975 4976 4977 4977 4978 4979 4979 4980 4981
2.9 4981 4982 4982 4983 4984 4984 4985 4985 4986 4986
3.0 4987 4987 4987 4988 4988 4989 4989 4989 4990 4990
3.1 4990 4991 4991 4991 4992 4992 4992 4992 4993 4993
3.2 4993 4993 4994 4994 4994 4994 4994 4995 4995 4995
3.3 4995 4995 4995 4996 4996 4996 4996 4996 4996 4997
3.4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998
3.5 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998 4998
3.6 4998 4998 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3.7 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3.8 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999 4999
3.9 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000 5000
Sumber : Theory And Problems of Statistics, Spigel, M.R.,PhD.,Schaum
Publishing., New York, 1961