analisis kemampuan membaca al- mahasiswa …
TRANSCRIPT
ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN (STUDI PADA
MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN BATUSANGKAR ANGKATAN 2017)
SKRIPSI
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
S-1
Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh
SESMILAWATI
14 101 116
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) BATUSANGKAR
2019
i
ABSTRAK
SESMILAWATI, NIM: 14 101 116 judul SKRIPSI “Analisis Kemampuan
Membaca Al-Qur’an (Studi pada Mahasiswa Jurusan PAI IAIN Batusangkar
Angkatan 2017)”, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Batusangkar 2019.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih adanya mahasiswa PAI
angkatan 2017 IAIN Batusangkar yang belum bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan
kaidah-kaidah tajwid. Adapuan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa jurusan PAI angkatan 2017
IAIN Batusangkar dan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research).
Sumber data dalam penelitian ini adalah dosen placement test dan dosen tahsin
mahasiswa PAI angkatan 2017 dan sumber data lainnya. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan data yaitu
secara daskriptif kualitatif. Analisa data yang digunakan yaitu reduksi data ,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan teknik keabsahan data dengan
triangulasi yaitu menggunakan berbagai sumber, seperti wawancara peneliti dengan
lebih dari satu orang informan dan dokumentasi.
Hasil penelitian yang didapatkan dilapangan terdiri atas temuan umum dan
temuan khusus. Temuan umum berkaitan dengan profil Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Batusangkar. Sedangkan temuan khusus berkaitan dengan kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-
kaidah tajwid, namun masih ada yang belum bisa membaca AlQur’an berdasarkan
kaidah-kaidah tajwid. Sebagian besar kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa
PAI angkatan 2017 berada pada tingkatan tartil. Dan faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017 adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Qur’an meliputi minat dan motivasi dari diri mahasiswa. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah orang
tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang sekolah mahasiswa tersebut.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
BIODATA
HALAMAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK………………...…...……………………………………………….....i
KATA PENGANTAR…….…………………………………………………...…ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….............ix
BAB I PENDAHULUAN ································································ 1
A. Latar Belakang ····································································· 1
B. Fokus Penelitian ···································································· 8
C. Rumusan Masalah ·································································· 9
D. Tujuan Penelitian ··································································· 9
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ··················································· 9
F. Definisi Operasional ······························································ 10
BAB II KAJIAN TEORI······························································· 11
A. Landasan Teori ··································································· 11
1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an········································· 11
2. Tingkat Kemampuan Membaca Al-Qur’an ······························ 27
3. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ·········································· 28
B. Penelitian Relevan ································································ 29
BAB III METODE PENELITIAN ·················································· 31
A. Jenis Penelitian ··································································· 31
B. Metode Penelitian ································································ 31
C.Latar dan Waktu Penelitian ······················································ 32
D. Subjek Penelitian ································································· 32
E. Sumber Data ······································································· 32
iii
F. Instrument Penelitian ····························································· 33
G. Teknik Pengumpulan Data ······················································ 33
H. Teknik Penjamin Keabsahan Data ············································· 34
I. Teknik Analisis Data ····························································· 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ························· 38
A. Hasil Penelitan ···································································· 38
1. Temuan Umum ······························································· 38
2. Temuan Khusus ······························································ 40
a. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa…...…...41
b. Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa...……….64
B. Pembahasan……………………………………………………...……….70
BAB V PENUTUP ······································································ 78
A. Kesimpulan········································································ 78
B. Saran ··············································································· 79
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..……….80
LAMPIRAN……………………………………………………………………..82
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.KlasifikasiNilaiPlacement Test………………………………………….6
Tabel 2.NilaiPlacement Test Mahasiswa PAI……………………………………8
v
DAFTAR LAMPIRAN
1. SuratIzin Penelitian……………………………………………………....82
2. Kisi-kisi Wawancara…………………………………………...…...……83
3. Pedoman Wawancara………………………………………………….....85
4. Transkip Wawancara………………………………………………...…...87
5. Daftar Asal Sekolah Mahasiswa Tahsin………………..………………101
6. Klasifikasi Nilai Placement Test…………………………………..…...102
7. Daftar Nilai Placement Test Mahasiswa PAI…………………..….……103
8. Daftar Nilai Tahsin Mahasiswa PAI Angkatan 2017………….…..……107
9. Dokumentasi….………………………………………………….……..109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupanmanusia, dimana pendidikan selalu mendampingi manusia dari
semenjak manusia dilahirkan sampai meninggal dunia. Manusia dan
pendidikan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena dengan
pendidikanlah seseorang mendapatkan berbagai pengetahuan untuk
kehidupan masa sekarang maupun untuk kehidupan dimasa yang akan
datang. Dengan pendidikan manusia juga dapat mengembangkan potensi
yang telah dimilikinya dan mendapatkan kemampuan baru yang dapat
berguna bagi kehidupan.
Salah satu bentuk pendidikan dalam dunia Islam adalah Pendidikan
Al-Qur’an. Pendidikan Al-Qur’an menjadi sangat penting dalam
kehidupan ini karena Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman hidup
bagi manusia. Ketika manusia bisa berpegang teguh kepada Al-Qur’an
maka selamat dan bahagialah kehidupannya, baik itu didunia maupun di
akhirat.
Pendidikan Al-Qur’an merupakan dasar penting yang harus
diajarkan kepada anak sejak dini. Hal ini merupakan salah satu pondasi
Islam untuk mengembangkan Al-Qur’an sesuai dengan fitrahnya. Dengan
mempelajari Al-Qur’an seorang anak akan mendapatkan cahaya-cahaya
hikmah di dalam hatinya untuk menuntunnya menjalani kehidupan yang
baik.
Menurut Ramli Abdul Wahid Al-Qur’an adalah kitab suci umat
Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pedoman
bagi hidup manusia. Sedangkan menurut Hasan Zaini dan Radhiatul
Hasnah Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang lafaznya memiliki kemukjizatan, membacanya
2
termasuk ibadah, dirurunkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf
dimulai dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas. (Hasan Zaini: 2011, 3)
Al-Qur’an merupakan anugrah yang diberikan kepada umat Islam
sebagai petunjuk untuk kehidupan dunia dan akhirat. Allah memberikan
banyak kemudahan bagi yang mau mempelajarinya. Baik dalam segi
membaca, menghafal, tafsir dan berbagai bidang keilmuan lainnya.
Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt dalam surah Al-
Qamar (54) ayat 17 yang berbunyi:
Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al-Qur’an dan Terjemahan,
2013: 529)
Ayat di atas menjelaskan bahwa “Demi Allah, sungguh telah kami
mudahkan Al-Qur’an ini untuk dihafal, direnungkan dan dijadikan
pedoman mengingat isi kandungannya yang memuat aneka ragam
petunjuk dan pelajaran. Ayat ini pada intinya menjadi dorongan, pemicu
dan pemacu bagi siapa pun untuk mempelajari Al-Qur’an. Allah Swt
benar-benar memudahkan dan meringankan bagi siapapun yang akan
mempelajari Al-Qur’an baik itu dibaca, dihafal, ditafsirkan dan dipahami
isi Al-Qur’an tersebut. (Muhammad Amin Suma, 2013: 29-30)
Begitu pentingnya Al-Qur’an dalam kehidupan manusia, maka
setiap muslim wajib untuk membaca, menghafal, mempelajari, memahami
dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Satu hal yang tak kalah
penting adalah mengajarkan kembali Al-Qur’an tersebut kepada orang
lain, karena sebaik-baik muslim adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an
dan mengajarkannya. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
يلةحد عوؼبنأبج أخبػرنا بنحراف ثػناعبدالل و الص و اؼحد إبػراىيم بن إسحق ثػناقاؿقاؿرسوؿالل وصل ىالل و عنأبموسىالشعري كنانة بنمراؽعنأب عنزياد
فيوعلي الغال غي القرآف كحامل المسلم يبة الش ذي ـ إكرا الل و إجلؿ من إف كسل م وـذيالسلطافالمقسط كالافعنوكإكرا
3
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Ash
Shawwaf berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Humran
berkata, telah mengabarkan kepada kami Auf bin Abu Jamilah dari Ziyad
bin Mikhraq dari Abu Kinanah dari Abu Musa Al Asy'ari ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Termasuk dari
keagungan Allah adalah dimuliakannya seorang muslim yang telah
beruban, para pembaca Al-Qur'an yang tidak bersikap belebihan di
dalamnya (dalam membacanya memahaminya dengan mengikuti ayat-ayat
mutsyabihat) dan tidak pula bersikap jauh darinya (dari membacanya,
memahami maknanya dan mengamalkannya) dan penguasa yang adil.”
(Lidwa E Software, Kitab Abu Daud, no.4203)
Perlu diketahui dalam belajar Al-Qur’an itu dapatlah
dikelompokkan kedalam beberapa tingkatan. Yaitu: pertama, belajar
membaca sampai lancar dan baik, menuruti kaidah yang berlaku maupun
tajwidnya. Kedua, mempelajari arti dan maknanya hingga mengetahui
maksud dan maknanya. Dan ketiga adalah menghafal diluar kepala
sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah. (Yunus Hanis
Syam, 2008: 74-75)
Jadi dapat dipahami untuk mempelajari Al-Qur’an maka seseorang
harus terlebih dahulu membaca Al-Qur’an, sebagaimana surat yang
pertama kali diturunkan mendorong manusia untuk membaca yaitu surah
Al-Alaq ayat 1-5:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
Menciptakan,Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(Al-Qur’an dan Terjemahan, 2013: 591)
Di dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan manusia untuk
membaca karena dengan membacalah seseorang dapat memperoleh ilmu
pengetahuan. Kehidupan manusia akan maju apabila manusia mau
membaca dan mempelajari apa yang ada di jagat raya ini. Membaca disini
menurut penulis tidak hanya membaca ayat-ayat kauliah (Al-Qur’an)
namun juga membaca ayat-ayat kauniyah (alam semesta). Dengan
4
demikian dengan membaca seseorang akan menjadi maju dan dapat
mengembangkan potensi dirinya.
Membaca Al-Qur’an adalah melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada. Membaca Al-
Qur’an disini tidak hanya melihat dan menyuarakan namun juga
memahami makna dari Al-Qur’an tersebut.
Oleh karena itu dalam membaca Al-Qur’an seseorang tidak boleh
asal baca saja, harus disesuaikan dengan kaidah-kaidah tajwid yang telah
ada. Jadi sudah kewajiban bagi seorang muslim membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar, karena apabila salah dalam membaca Al-Qur’an
akan merubah makna dari bacaan Al-Qur’an tersebut. Sebagaimana kita
ketahui bahwa sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur’an dan apabila kita
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar akan mendapatkan pahala dari
Allah Swt.
Saat ini yang menjadi permasalahan adalah begitu banyak orang
yang bisa membaca Al-Qur’an namun tidak memperhatikan kaidah-kaidah
tajwid yang ada. Banyak diantara mereka yang membaca dengan terbata-
bata disebabkan karena jarang membaca Al-Qur’an.
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar memiliki empat fakultas
yang masing-masing fakultas memiliki jurusan tersendiri. Salah satunya
adalah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang memiliki jurusan
Pendidikan Agama Islam yang merupakan jurusan yang menitikberatkan
kepada pendidikan dan keguruan agama Islam yang nantinya mahasiswa
pada jurusan ini akan lebih diharapkan untuk mengajarkan tentang
keagamaan. Sebagaimana mahasiswa yang akan menjadi guru agama
tentunya harus didukung dengan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid yang telah ada.
Pada dasarnya guru Pendidikan Agama Islam harus pandai
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Karena pelajaran dalam
Pendidikan Agama Islam sebagian besar bersumber Al-Qur’an. Tidak
5
hanya membaca Al-Qur’an guru PAI juga harus mampu mengajarkan Al-
Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid.
Sebagaimana yang diketahui dalam proses pembelajaran tentunya
guru harus pandai dari siswanya. Apabila guru PAI tidak pandai membaca
Al-Qur’an akan menjadi masalah bagi dirinya sendiri serta akan berakibat
kepada siswa yang diajarkannya. Jika guru tidak pandai membaca dan
mengajarkan Al-Qur’an maka pelajaran tidak akan tersampaikan dengan
baik dan proses pembelajaran akan terganggu sehingga akan berakibat
kepada pengetahuan siswa dan hasil belajar siswa.
Ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran
dengan baik sesuai dengan yang telah disusun sebelumnya. Sehingga dapat
dipahami untuk mencapai tujuan pembelajaran dan menjadikan manusia
yang cerdas dan berakhlak mulia maka seorang guru harus menguasai
pelajaran yang akan diajarkannya. Maka seorang guru PAI harus benar-
benar mampu membaca Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada siswa.
Namun yang terjadi di lapangan adalah masih ada mahasiswa PAI
yangmemiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang kurang baik. Ada di
antara mereka yang masih terbata-bata dalam melafazkan bacaan Al-
Qur’an dan ada pula yang membaca Al-Qur’an tanpa memperhatikan
kaidah-kaidah tajwid.
Seperti fenomena yang terjadi di IAIN Batusangkar dalam test
membaca Al-Qur’an pada jurusan PAI angkatan 2017, masih ada
mahasiswa yang tidak lulus dalam test tersebut. Test membaca Al-Qur’an
ini berguna untuk mempersiapkan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah
PPI. Apabila ada mahasiswa yang tidak lulus dalam hasil test ini maka
mahasiswa tersebut harus mengikuti kuliah Tahsin selama satu semester.
Setelah lulus dalam mata kuliah tahsin ini mahasiswa baru bisa
melaksanakan PPI pada semester berikutnya. Dalam test ini yang dinilai
adalah kelancaran membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid
yang ada.
6
Tabel 1.Klasifikasi Nilai Placement Test
No Indikator Nilai Kategori Ket
1 Mampu membaca Al-Qur’an
sesuaiilmu tajwid dan dengan
irama/ lagu yang benar
85-100 Baik
Sekali
Lulus
2 Mampu membaca Al-Qur’an sesuai
ilmu tajwid dan dengan bacaan
tartil
65-84 Baik Lulus
3 Tidak mampu membaca Al-Qur’an
sesuai ilmu tajwid dan tartil
Kurangdari
65
Kurang Tidak
lulus
Berdasarkan wawancara penulis dengan salah seorang dosen yang
memberikan test membaca Al-Qur’an kepada mahasiswa PAI angkatan
2017, bahwa masih ada mahasiswa yang tidak lulus setelah mengikuti test
membaca Al-Qur’an (Placement Test). Banyak diantara mereka yang
sudah lancar membaca Al-Qur’an dan juga masih ada yang belum lancer
membaca Al-Qur’an. Masih ada mereka yang membaca Al-Qur’an tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid yang ada. Kaidah tajwid tersebut
terbagi atas makhrijul huruf, shifathul huruf, , ahkamul huruf, mad wal
qasar dan waqaf wal ibtida‟.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Menurut dosen pengampu yang penulis wawancarai dalam
membaca Al-Qur’an terlebih dahulu harus memperhatikan kaidah-kaidah
tajwid. Karena kalau salah dalam membaca Al-Qur’an akan merubah
makna dari ayat Al-Qur’an tersebut. Namun setelah melaksanakan test
tersebut masih ada mahasiswa yang membaca Al-Qur’an tidak
memperhatikan kaidah-kaidah tajwid diantaranya yaitu makhrijul huruf ,
hukum mad dan waqaf wal ibtida‟ yang ada dalam ayat Al-Qur’an.
(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10
September 2018)
Banyak mahasiswa menyamaratakan panjang pendek dalam bacaan
Al-Qur’an, yang seharusnya dibaca panjang mereka membacanya pendek
dan sebaliknya. Begitu juga dalam bacaan Al-Qur’an yang seharusnya
7
dengung namun mereka tidak mendengungkannya. Dan dalam melafazkan
huruf mahasiswa juga tidak sesuai dengan makhraj yang benar. (Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September
2018)
Bukan hanya itu,dari wawancara yang penulis lakukan dengan
dosen pengampu bahwa penyebab dari kurangnya kemampuan mahasiswa
PAI dalam membaca Al-Qur’an adalah dasar membaca Al-Qur’an yang
kurang memadai. Karena pada masa sekolah tidak ada mata pelajaran
khusus mengenai membaca Al-Qur’an, walaupun ada disekolah yang
mempelajari PAQ namun jam pelajaran untuk mata pelajaran tersebut
sangat sedikit. Sebagian sekolah ada yang mengadakan tahsin tapi
diperuntukkan kepada siswa yang minat saja,sehingga banyak siswa-siswa
lain yang tidak mengikuti. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 10 September 2018)
Berdasarkan keterangan dari dosen pengampu bahwa sekolah asal
dari mahasiswa akan mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’annya.
Mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantren akan lebih baik
kemampuan membaca Al-Qur’annya dibandingkan dengan mahasiswa
yang berasal dari sekolah umum. Jadi dapat dipahami kemampuan
membaca Al-Qur’an seseorang akan baik apabila ia mengikuti pendidikan
Al-Qur’an yang baik juga, seperti diawali dengan belajar Al-Qur’an di
TPA dan berlanjut ketika menempuh pendidikan disekolah. (Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 10 September
2018)
Hal ini juga terlihat dari hasil placement test mahasisiwa PAI
angkatan 2017 masih ada mahasiswa yang tidak lulus setelah mengikuti
test tersebut.
8
Tabel 2. Nilai Placement Test Mahasiswa PAI Institut Agama
Islam Negeri Batusangkar angkatan 2017/ 2018
No Nilai
Mutu
Nilai
Angka
Jumlah
Mahasiswa
Keterangan
1 A 85-100 25 orang Lulus
2 A- 80-84 21 orang Lulus
3 B+ 75-79 25 orang Lulus
4 B 70-74 28 orang Lulus
5 B- 65-69 - -
6 C+ 60-64 19 orang Lulus
7 C 55-59 9 orang Tahsin
8 D 45-54 3 orang Tahsin
9 E <45 21 orang Tahsin
Berdasarkan data di atas jelas mahasiswa yang mengikuti
placement test sebanyak 151 orang dan mahasiswa yang dinyatakan lulus
sebanyak: 118 orang dan mahasiswa tidak lulus sebanyak: 33 orang.
Berdasarkan wawancara penulis dengan mahasiswa yang tidak
lulusplacement test, salah satu penyebab tidak lulusnya mereka disebabkan
karena sebagian besar mereka berasal dari sekolah umum. Ketika sekolah,
mereka kurang mendapatkan mata pelajaran yang dapat meningkatkan
kemamuan membaca Al-Qur’an.Adapun mata pelajaran yang mengajarkan
Al-Qur’an yaitu PAQ, namun jam pelajarannya hanya 2 jam dalam satu
minggu.Dn ini tidak memadai dalam meningkatkan kemampun membaca
Al-Qur’an dari mereka.Jadi dapat dipahami masih ada mahasiswa PAI
yang belum bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik meneliti
tentang: “ANALISIS KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN
(STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN PAI IAIN
BATUSANGKAR ANGKATAN 2017)”.
9
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka dapat
dikemukakan fokus masalah sebagai berikut:
1. Kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017
IAIN Batusangkar.
2. Analisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan
2017 IAIN Batusangkar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan
2017 IAIN Batusangkar?
2. Bagaimana analisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI
angkatan 2017 IAIN Batusangkar?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mendeskripsikankemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa
PAI angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
2. Untuk menganalisis kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI
angkatan 2017 IAIN Batusangkar.
E. Manfaat dan Luaran Penelitian
1. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah:
a. Untuk memperdalam pengetahuan penulis tentang kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar.
b. Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Batusangkar
10
c. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat tentang kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar.
d. Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa yang meneliti
permasalahan yang berkaitan dengan judul ini.
2. Luaran Penelitian ini adalah:
Peneliti berharap penelitian ini dapat menjadi syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan dapat di proyeksikan untuk
memperoleh Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
F. Definisi Operasional
Dalam penulisan ini terdapat beberapa istilah yang digunakan,
yaitu:
1. Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kita berusaha
dengan diri sendiri (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 623).
Yang penulis maksud adalah kemampuan mahasiswa dalam menghafal
dan menuliskan Al-Qur’an dengan baik dan benar.
2. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril a.s, membacanya
dianggap ibadah, yangdimulai dari awal surah Al-Fatihah sampai akhir
surah An-Nas yang disampaikan dari generasi kegenerasi secara
mutawatir.
3. Membaca Al-Qur’an
Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis
(dengan melisankan atau hanya dalam hati). (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan: 72). Membaca Al-Qur’an adalah melafazkan ayat-
ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid yang telah
ada.Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan seseorang
dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
dengan kaidah tajwid.
11
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Sedangkan membaca
adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan
melisankan atau hanya dalam hati). (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: 72 & 623)
Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena
tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca lima ribu
tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim
bacaan yang sempurna lagi mulia itu. (Muhammad Quraish Shihab,
1998: 3)
Secara terminologi, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril,
sampai kepada kita secara mutawatir. Ia dimulai dengan surah Al-
Fatiha dan diakhiri dengan surah An-Nas, dan dinilai ibadah
(berpahala) bagi setiap orang yang membacanya. (Kadar M. Yusuf,
2014: 1)
Jadi kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kesanggupan
seseorang dalam melafazkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan
benar sesuai kaidah tajwid yang telah ada. Dalam hal ini membaca
Al-Qur’an tidak hanya melafazkan atau menyuarakan ayat yang
ada dalam Al-Qur’an namun juga termasuk dalam memahami
makna Al-Qur’an dengan baik.
12
b. Adab-adab Membaca Al-Qur’an
Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu
memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan
kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:
1) Tidak membaca dan menyentuh Al-Qur’an, kecuali sedang suci
dari hadas dan najis.
2) Dianjurkan untuk bersiwak dan membersihkan sisa-sisa
makanan disela-sela gigi sebelum membaca Al-Qur’an
3) Membaca sambil duduk-duduk dengan tenang dan tegak,
kecuali dalam sholat.
4) Memakai pakaian yang bersih dan indah karena sedang
bermunajat (mengobrol) dengan Allah Swt.
5) Menyimpan Al-Qur’an diatas labunan atau sesuatu yang tinggi
saat membaca. (Deden M. Makhyaruddin, 2013: 189)
6) Memilih tempat yang bersih
Dianjurkan tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an.
Oleh karenanya, sebagian ulma mensunnahkan membaca Al-
Qur’an didalam mesjid, karena terkumpul didalammnya
kebersihan dan merupakan yang terbaik.
7) Disunatkan membaca Al-Qur’an sambil menghadap kiblat
8) Membaca ta‟awudz
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang
terkutuk”
9) Membaca basmallah
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang”
10) Khusyu’
Apabila telah memulai membaca Al-Qur’an, maka
pusatkanlah pikiran dan perhatian kepada bacaannya. Seperti
13
firman Allah SWT dalam surah Ash-Shad ayat 29: (Abu
Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf, 2007: 82-84)
“Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran”.
11) Membaca Al-Qur’an secara tartil
Makna membaca dengan tartil adalah dengan perlahan-
lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya. As-
Suyuthi mengatakan bahwa disunnahkan membaca Al-Qur’an
dengan tartil. (Yusuf Al-Qaradhawi, 2000: 231). Sebagaimana
firman Allah dalam surah Al-Muzammil ayat 4:
“Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan”.
12) Disunnahkan membaca Al-Qur’an dengan irama dan suara
yang indah
13) Membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid
14) Dan tutuplah dengan membaca shadaqalah
Shodaqollah Hul‟azhiim
15) Berdoalah setelah membaca Al-Qur’an kepada Allah Swt
(Firdaus Mansur RS, 2005: 9)
c. Tajwid
Tajwid menurut bahas berasal dari kata د د–يجو جو -تجويدا
yang berarti bagus atau membaguskan. Sedangkan menurut istilah
ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara
membaca Al-Qur’an dengan baik. Dalam ilmu qiraah, tajwid
14
berarti mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan
sifat-sifat yang yang dimilikinya. Jadi, ilmu tajwid adalah suatu
ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan atau
mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an.
Tujuan ilmu tajwid sendiri adalah untuk memelihara bacaan
Al-Qur’an dari kesalahan dan perubahan dan untuk memelihara
lisan (mulut) dari kesalahan membaca. Jadi untuk membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar, maka diharuskan untuk belajar
tajwid.(Arif Hidayat, 2011: 43)
Hukum tajwid dalam membaca Al-Qur’an:
1) Makhrijul Huruf
Makhrijul huruf berasal dari kata makhoj dan huruf.
Makhroj adalah daerah artikulasi (dalam pengucapan/sistem
ajaran), sistem pengucapan yang tepat, ketepatan ucapan dalam
melafalkan rangkaianhuruf-huruf. Jadi makhorijul huruf adalah
tempat-tempat keluarnya huruf-huruf hijaiyah.
Makhraj (tempat keluarnya) huruf secara umum ada 5
tempat, yaitu :
a) Rongga Mulut )الخوؼ(
Huruf: ايك
b) Tenggorokan)الحلق(
(1) Pangkal tenggorokan:ءق
(2) Tengah tenggorokan:عح
(3) Puncak tenggorokan:غخ
15
c) Lidah ()الساف
(1) Pangkal lidah mengenai langit:ؽ
(2) Pangkal lidah yang akan kedepan mengenai langit-
langit: ك
(3) Tengah lidah mngenai tengah langit-langit: ج ش ح ي
(4) Sisi (kanan kiri ) lidah mengenai gigi geraham atas
sebelah dalam lidah memanjang: ض
(5) Sisi bagian depan lidah mengenai seri pertama: ل
(6) Ujung lidah mengenai seri pertama yang atas: ن
(7) Ujung lidah agak kedalam mengenai gusi seri pertama ل
ر :
(8) Ujung lidah mengenai pangkal seri pertama atas sampai
mengenai gusinya:طدت
(9) Ujung lidah menghadap dan mendekat diantara gigi seri
atas dan bawah:صسر
(10) Ujung lidah mengenai dua gigi seri pertama atas:ظد
ث
d) Dua Bibir )الشفتاف(
(1) Bibir bawah bagian dalam mengenai 2 gigi seri atas: ف
(2) Kedua bibir atas bawah:كبـ
e) Rongga Hidung ((الخنشوـ
Rongga pangkal hidung:حرؼتق
2) Shifatul Huruf
Tujuan mempelajari sifat huruf adalah agar huruf yang
keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan keaslian
huruf-huruf Al-Qur’an. Huruf yang sudah tepat makhrajnya
16
belum tentu benar sifatnya. Sifat huruf dalam Al-Qur’an secara
umum dibagi 2, yaitu :
a) Sifat huruf yang memiliki lawan
(1) Dari Segi Nafas (Hams >< Jahr)
(2) Dari Segi Suara (Syiddah >< Rakhawah)
(3) Dari Posisi Pangkal Lidah (Isti‟la‟ >< Istifaal)
(4) Dari Menutup-tidaknya Lidah ke Langit-langit (Ithbaq
>< Infitah)
(5) Dari Susah-mudahnya Huruf Dikeluarkan (Idzlaq ><
Ishmaat)
b) Sifat huruf yang tidak memiliki lawan
(1) Shafiir
(2) Qalqalah
(3) Lain
(4) Inhiraf
(5) Takrir
(6) Tafasyi
(7) Istithalah
3) Ahkamul Huruf
a) Hukum Nun sukun dan tanwin
(1) Idhar (terang atau jelas)
(a) Idhar Halqi
Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun
sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf
halqi yang enam, yaitu ,ء,ق,ح,ع,غ,خ maka
hukum bacaannya idhar halqi. Disebut dengan
huruf halqi karena makhrajnya atau tempat keluar
suara dari mulut, ada pada kerongkongan atau
tenggorokan. Contoh: منو,غفورحليم
17
(b) Idhar wajib
Hukum bacaan ini adalah ketika terdapat nun
sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf
yang empat, yaitu: ك , ـ ف, , dalam satu kalimatي
maka harus dibaca dengan jelas dan terang. Contoh:
دنػيا
(2) Idhgham(memasukkan atau mentasdidkan)
Jadi saat ada tulisan jenis ini maka hukum
bacaannya adalah harus masukkan atau ditasdidkan
kedalam huruf yang mengikutinya.
(a) Idhgham bi ghunnah
Hukum bacaan ini manakala berlaku dalam
kata atau kalimat ada nun mati dan tanwin bertemu
dengan salah satu huruf yang empat, yaitu ,ف , ـ ,
منم نع :Contoh .كي
(b) Idgham bila ghunnah
Hukum bacaan ini berlaku manakala ada nun
sukun dan tanwin bertemu dengan huruf: ؿ dan . ر
Jika hal itu dijumpai maka hukum bacaannya adalah
dengan jalan memasukkan ke huruf berikutnya
tanpa dengan mendengung. Contoh: منل
(3) Iqlab(membalik atau menukar)
Jika ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan
huruf بmaka cara membacanya adalah dibaca dengan
dibalik atau ditukar dengan ـ. Contoh: بػررة كراـ
18
(4) Ikhfa(menyamar atau sembunyikan)
Hukum bacaan ini berlaku apabila nun mati dan
tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang 15,
diantaranya:,ت,ث,ج,د,ذ,ز,س,ش,ص,ض,ط,ظ
ؾ Apabila terdapat tulisan yang mengandung unsur .ؽ,
diatas, maka cara membacanya adalah samar-samar.
Contoh:منكم
b) Hukum Mim sukun
(1) Ikhfa syafawi
Yang dimaksud disini adalah cara membaca huruf
mim sukun ketika bertemu huruf baa maka hukum
bacaannya adalah ikhfa syafawi . saat membacanya
haruslah samar-samar di bibir dan didengungkan.
Contoh:دخلتمبن
(2) Idhgham mimi
Hukum bacaan ini berlaku apabila ada mim sukun
kemudian disusuloleh huruf mim kembali, cara
membacanya adalah dengan jalan memasukkan
kedalam huruf selanjutnya. Contoh:اذذ ىن
(3) Idhar syafawi
Hukum ini berlaku disaat ada mim sukun bertemu
dengan salah satu huruf dari semua huruf hijaiyah
kecuali mim dan baa, cara membacanya adalah dibaca
dengan terang dibibir dengan mulut tertutup. Contoh:لم
فػيو
19
c) Idhgam
(1) Idhgham Mutamatsilain
Hukum bacaan ini berlaku dengan situasi dimana
ada dua huruf yang benar-benar sama, sedangkan huruf
yang pertama dalam keadaan sukun dan huruf yang
kedua dalam keadaan hidup. Contoh: اضرببػعصاؾ
(2) Idhgham Mutaqoribain (dua berdekatan)
Jika ada huruf kembar yang bertemu, juga ada
huruf yang berdekatan. Maksudnya walaupun hurufnya
berlainan tetapi tetapi cara pelafalnya sangat mendekati.
Hukum ini berlaku apabila:
(a) تbertemuذ
(b) بbertemuـ
(c) فbertemuك Untuk situasi yang demikian cara membacanya
adalah dengan memasukkan kedalam huruf yang kedua.
Contoh: يػلهثذ لك
(3) Idhgham mutajanisain
Cara membaca ketika menemui huruf mati dalam
kalimat yang mengandung beberapa huruf sebagai
berikut:
(a) تbertemu ط
(b) تbertemuد
(c) ط bertemuت
(d) د bertemuت
(e) ؿ bertemuر
20
(f) ذ bertemuظ
Maka cara membacanya adalah memasukkan
kedalam huruf yang kedua. Contoh: لقدت اب
d) Ghunnah
Dalam kalimat biasa ditemui huruf mim bertasdid
atau huruf nun bertasdid. Dalam hal ini cara membacanya
adalah dengan memunculkan bunyi dengungan. Contoh:
الن اس
e) Lam Ta‟rief
(1) Lam ta‟rief sebagai idhar qomariah
Idhar qomariah adalah alif lam tersebut dibaca
terang. Hal ini apabila alif lam tersebut bertemu dengan
salah satu huruf 14: خ ؼ ؽ ي ـ ق ء ب غ ع ح ج ؾ .ك
Contoh:النة
(2) Lam ta‟rief sebagai idhgham syamsiyah
Ini terjadi apabila alif lam bertemu dengan huruf
yang 14 yakni selain huruf qomariyah, yang dikenal
dengan huruf syamsiyah. Contoh:ـ الس ل
f) Lam tebal dan tipis
(1) Apabila lam dalam perkataan Allah didahului oleh
harkat fathah atau dhomah maka harus dibaca tebal atau
“woh”. Contoh:رسوؿاللو
(2) Apabila lam dalam perkataan Allah itu didahului oleh
harkat kasroh, dan semua lam yang tidak dalam
perkataan Allah heruslah dibaca dengan tipis
(muraqqoqoh). Contoh: بسمللو
21
g) Qolqolah
Qolqolah dalam bahasa Arabberarti getaran suara.
Maksudnya adanya getaran suara seperti harus membaik
atau berkumandang ketika huruf-huruf qolqalah itu sukun
dan matinya berasal matinya berasal dari kata-kata bahasa
Arab atau berhenti karena waqaf. Huruf qolqolah yang
dimaksud adalah: ؽطبجد. Contoh: ابػرأىيم,نعل
h) Bacaanraa
(1) Membaca huruf raa yang ditebalkan (mufakhamah)
(a) Raa fathah, contoh:ربػ نا
(b) Raa dhomah, contoh:رزقب
(c) Raa sukun sedangkan huruf sebelumnya berbaris
fathah atau dhomah, contoh:مرضية
(2) Raa sukunyang dibaca tipis (muraqqaqah) adalah:
(a) Apabila huruf raa berharkat kasrah baik dalam
permulaan kata maupun dalam pertengahan kata
atau penghabisan kata. Contoh:رزقا
(b) Apabila sebelum raa itu ada yaa sukun, contoh:قديػر
4) Mad wal Qashar
a) Mad (bacaan panjang)
(1) Mad Ashali
Yaitu Mad thabi‟i. Dari perkataannya dapat
diartikan, mad (panjang) dan thabi‟i (biasa). Jadi cara
membacanya adalah sepanjang 2 harakat (satu alif).
22
Dalam hal ini dapat ditunjukkan dengan:
(a) Ada alif sesudahfathah, contoh: ماؿ
(b) Ada yaa sukun sesudah kasrah, contoh:فيو
(c) Ada waw sukun sesudah dhamah, contoh:قػولوا
(2) Mad Far‟i
Adalah panjang bacaan yang bertambah dari
ukuran mad ashli, dengan sebab disambut oleh hamzah
atau sukun. (Ismail Tekan, 2006: 102)
Macam-macam Mad Far‟i:
(a) Mad wajib muttashil
Mad ini terbentuk sebagai akibat dari pertemuan
antara mad thabi‟i dengan hamzah didalam satu
kata (kalimat). Cara membacanya adalah wajib
membaca sepanjang 5 harakat.Contoh:سواء
(b) Mad jaiz munfashil
Ketika ada mad thabi‟i bertemu dengan hamzah
tetapi hamzah itu berada pada lain kalimat (kata).
Cara membacanya adalah boleh dipanjangkan
sebanyak lima harakat dan boleh juga seperti mad
thabi‟i, namun yang terbaik adalah dibaca lima
harakat. Contoh:كلاأنػتم
(c) Mad lazim mutsaqqal kilmi
Dalam hal ini berlakunya dikarenakan adanya
pertemuan antara mad thabi‟i dengan tasydid dalam
satu perkataan (kalimah). Cara membacanya adalah
herus panjang yaitu enam harakat. Contoh:كلاالض آلي
23
(d) Mad lazim mukhafaf kilmi
Mad ini timbul sebagai akibat dari pertemuan
antara mad thabi‟i bertemu dengan huruf mati. Cara
membacanya adalah sepanjang 6 harakat. Didalan
Al-Qur’an kata yang mengandung hukum ini
hanyalah ada satu perkataan saja yaitu: الاف, yang
terdapat dalam QS Yunus.
(e) Mad layin
Apabila ada huruf waw atau yaa‟ sukun
sedangkan harakat pada huruf sebelumnya adalah
fathah maka berlaku hukum bacaan ini. Cara
membacanya adalah sekedar lunak atau lemas.
Contohnya:زيد
(f) Mad aridh lissukun
Hukum bacaan ini berlaku apabila terdapat
waqaf atau pemberhentian saat membaca,
sedangkan sebelum waqaf tersebut adalah mad
thabi‟i atau mad layin. Untuk cara membacanya ada
tiga macam yaitu:
(a) Lebih utama supaya dibaca panjang (enam
harakat)
(b) Yang pertengahan dibaca 4 harakat
(c) Yang pendek, yakni dibaca dua harakat.
Contoh: المحسني
(g) Mad shilah qashirah
Hukum bacaan ini hanya berlaku apablia ada
haa‟ dhomir (لو) sedangkan sebelumnya adalah
24
huruf hidup (berharakat), cara membacanya adalah
panjang seperti mad thabi‟i (dua harakat). Contoh:
انػ هكاف
(h) Mad shilah thowilah
Hukum bacaan mad ini berlaku apabila dalam
satu kalimat ada mad shilah qoshirah yang bertemu
dengan hamzah. Cara membacanya adalah
dipanjangkan seperti mad jaiz munfasil (lima
harakat). Contoh: وأخلدهمال
(i) Mad iwad
Hukum mad iwal ini berlaku apabila terdapat
fathatain yang jatuh pada waqaf (pemberhentian)
pada akhir kalimat. Cara membacanya adalah
seperti mad thobi‟i. Contoh: اعليماحكيم
(j) Mad lazim harfi musyabba‟
Bacaan ini dapat diberlakukan ketika kita
menjumpai pada permulaan surat Al-Qur’an,
dimana terdapat satu atau lebih huruf-huruf yang
delapan: مفؽصعسؿؾ . Contoh:ال
(k) Mad lazim harfi mukhaffaf
Bacaan ini dapat diberlakukan ketika kita
menjumpai pada permulaan surat Al-Qur’an,
dimana terdapat satu atau lebih huruf-huruf yang
lima: ر ق ط ي Untuk aturan membacanya .ح
adalah sepanjang mad tabi’i atau 2 harakat.
Contoh:الر
25
b) Qashar
Qashr menurut bahasa artinya “menahan”.
Sedangkan menurut istilah qashr adalah membaca huruf
panjang tidak lebih dari satu alif. (Ahmad Munir, 1994: 48)
5) Waqafwal Ibtida‟
a) Waqaf
Yang dimaksud dengan waqaf adalah cara
menyembunyikan kalimat ketika berhenti. Waqaf adalah
menghentikan pembacaan, baik untuk tidak diteruskan atau
untuk mengambil nafas, agar dapat diteruskan pembacaan
itu. (Yaldi Sandra, 2014: 37)
Secara umum waqaf dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
(1) Waqaf Idhtiraari
Waqaf ini artinya terpaksa. Biasanya dilakukan
oleh qari‟ bila kehabisan nafas, batuk, lupa dan
sebagainya.
(2) Waqaf intidzhaari
Artinya waqaf yang dipilih karena menunggu.
Maksudnya, pembaca berhenti pada sebuah kata yang
perlu, untuk menghubungkan dengan kalimat wajah lain
pada bacaannya, ketika ia menghimpun beberapa
bacaan karena adanya perbedaan riwayat.
(3) Waqaf Ikhtibaari
Artinya berhenti karena diuji. Maksudnya adalah
ketika pembaca menerangkan kata yang terpotong.
(4) Waqaf Ikhtiyaari
Artinya berhenti yang dipilih, tidak seperti waqaf-
waqaf sebelumnya.
26
Tanda-tanda waqaf:
(1) Huruf ـ (waqaf lazim) artinya lebih utama diwaqafkan.
(2) Hurufلا(laa waqfa fiihi) artinya lebih utama washol
(3) Hurufط (muthlaq) artinya lebih utama waqaf
(4) Hurufج (waqaf jaiz) artinya lebih utama waqaf
(5) Hurufقف (waqaf aula) artinya lebih utama waqaf
(6) Hurufقل (alwaqfu aula) artinya lebih utama waqaf
(7) Hurufصل(alwashlu aula) artinya lebih utama washol
(8) Hurufز (waqaf mujawwaz) artinya lebih utama washol
(9) Hurufص (waqaf murakhash) artinya lebih utama washol
(10) Huruf artinya lebih utama (qiila „alaihi waqfu) ؽ
washol
(11) Titik tiga (waqaf mu‟anaqah) artinya berhenti pada
salah satu tanda
artinya berhenti sejenak tanpa nafas (saktah)سكتو (12)
(Arif Hidayat, 2011: 62-68)
b) Ibtida‟
Adalah memulai pembacaan kembali sesudah
menghentikannya seketika untuk mengambil nafas. (Ismail
Tekan, 2006: 127)
d. Kemampuan Membaca Al-Qur’an
1) At-Tahqiq
Yaitu membaca seperti halnya tartil tetapi lebih tenang
dan perlahan-lahan. Tempo ini hanya boleh dipakai untuk
27
belajar (latihan) dan mengajar. Dan tidak boleh dipakai pada
waktu sholat atau menjadi imam.
2) At Tartil
Yaitu Membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan
setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat
yang dimilikinya, bak asli maupun baru datang (hukum-
hukumnya) serta memperhatikan makna (ayat). Dalam
pandangan Abdullah bin Ahmad an-Nasafi “tartil” adalah
memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah, memelihara tempat-
tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan memyempurnakan
harokat dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin Abi Thalib
menyamakan “tartil” dengan tajwid, yaitu membaguskan
bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat
berhenti (waqaf). Berbeda dengan Ibnu Katsir yang
mengartikan “tartil” sebagai bacaan perlahan-lahan yang dapat
membantu menuju tingkat pemahaman dan perenungan Al-
Qur’an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam
tafsirnya mengatakan “tartil” adalah memperjelas dan
menyempurnakan bacaan semua huruf dengan memberikan
semua hak-haknya dengan cara tidak tegesa-gesa dalam
membaca Al-Qur’an.
3) Al-Hadr
Yaitu membaca dengan cepat tetapi masih menjaga
hukum-hukumnya. Perlu diingat yang dimaksud dengan cepat
disini adalah dengan meggunakan ukuran terpendek dalam
batas peraturan tajwid.
4) At-Tadwir
Yaitu tingkat pertengahan antara tartil dan hard. Bacaan
ini lebih dikenal dengan bacaan sedang tidak terlalu cepat juga
28
tidak terlalu pelan, tetapi pertengahan antara keduanya.
(Muhammad Rizki: 2015, 25)
e. Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Bagi umat Islam membaca Al-Qur’an merupakan satu
perbuatan yang sangat mulia. Bahkan melalui sabda Rasulullah
Saw dinyatakan bahwa dengan membaca Al-Qur’an maka akan
memdapatkan pahala yang berlipat. Bukan dinilai dari banyaknya
atau kata yang dibaca, tetapi akan mendapatkan pahala dari setiap
hurufnya.
Dengan membaca Al-Qur’an akan mendapatkan satu
manfaat, bukan saja sebagai amal kebajikan namun juga bisa
menjadi obat bagi mereka yang sedang dirundung sakit baik
jasmani atau rohani. (Yunus Hanis Syam, 2008: 38-39)
Banyaknya ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah Saw yang
mendorong kita untuk membaca Al-Qur’an dengan menjanjikan
pahala dan balasab besardengan membacanya itu:
Allah berfirman dalam surah Faathir ayat 29-30:
29. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi,
30.Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka
dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri
Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda:
29
عل كىو فيو كيػتتػعتع القرآف يػقرأ كال ذي البػررة الكراـ الس فرة مع بالقرآف لويوالماىر شاؽ أجراف
"Orang mukmin yang mahir membaca Al Qur`an, maka
kedudukannya di akhirat ditemani oleh para malaikat yang mulia.
Dan orang yang membaca Al Qur`an dengan gagap, ia sulit dalam
membacanya, maka ia mendapat dua pahala."(HR Muslim)
Hadits diatas menjelaskan bahwa seseorang yang mengalami
kesulitan dalam membaca Al-Quran ia akan mendapatkan dua
pahala. Karena ia diberikan pahala dengan membacanya dan
mendapatkan pahala dengan kesulitan yang ia rasakan dalam
membaca yang menunjukkan kesungguhan membaca Al-Qur’an
dan kekuatan semangatnya, meskipun sulit ia rasakan. (Yusuf Al-
Qaradhawi, 2000: 225-226)
Dari penjelasan diatas dapat dipahami seseorang yang
membaca Al-Qur’an akan banya mendapatkan manfaat dan
mendapatkan pahala dari setiap huruf yang dibacanya.
B. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang akan penulis lakukan, terdapat
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian
saudariAs’AdiyahJurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2008) dengan judul
“Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Siswi SMP IT Ihsanul Fikri
Pabelan Kabupaten Magelang yang Berasal dari MI dan SD”.
Dalam penelitian ini, ada relevansi antara kemampuan membaca
AlQur’an yang dibahas oleh saudari As’Adiyah dengan penelitian yang
akan peneliti lakukan, akan tetapi ada perbedaan yang mendasar dari dua
penelitian ini. Penelitian yang akan penulis lakukan ini lebih terfokus
kepada kemampuan membaca Al-Qur’an Al-Qur’an mahasiswa PAI.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah terdapat pada penelitian
saudara Muhammad Ubaidillah Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negri Antasari Banjarmasin (2015) dengan judul
30
“Kamampuan Membaca Al-Qur’an Dikalangan Mahasiswa Jurusan
Pendidikan Agama Islam Angkatan 2014 Institut Agama Islam Negri
Antasari Banjarmasin”.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian lapangan
adalah penelitian yang dilakukan di suatu lokasi, ruang yang luas atau
ditengah-tengah masyarakat. Penelitian ini akan dilakukan di IAIN
Batusangkar pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2017.
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,
pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau
efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
(Lexy J. Moleong, 2009: 6)
Sedangkan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena yang sedang terjadi secara alamiah (natural)
dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi secara alamiah. Konsep ini
lebih menekankan pentingnya sifat data yang diperoleh oleh penelitian
kualitatif, yakni data alamiah. Data alamiah ini utamanya diperoleh dari
hasil ungkapan langsung dari subjek peneliti. (Rulam Ahmadi, 2014: 15)
Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menemukan dan memahami gejala dan
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar serta menjelaskan gambaran
yang terjadi dalam bentuk kata-kata. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui dan
menggambarkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an (Studi pada
Mahasiswa Jurusan PAI Angkatan 2017 IAIN Batusangkar).
32
C. Latar dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini maka peneliti akan melakukan
penelitian di IAIN Batusangkar. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober
2018 sampai bulan November 2018.
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah orang-orang
yang mengetahui, berkaitan dan menjadi pelaku dari sesuatu kegiatan yang
diharapkan dapat memberikan informasi atau lebih ringkasnya ialah
sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.
Subjek dalam penelitian ini adalah dosen yang memberikan test membaca
Al-Qur’an (placement test) dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan
2017.
E. Sumber Data
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(Sugiyono, 2013: 225)
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer adalah dosen sebanyak 3 orang, yaitu dosen
placement test dan dosen tahsin mahasiswa PAI angkatan 2017.
2. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data seperti melalui orang lain
atau dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah nilai placement test mahasiswa PAI angkatan 2017.
33
F. Instrument Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai
instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif itu siap
melakukan penelitian dan selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi
terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk masuk pada objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti itu
sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode,
penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta
kesiapan dan bekal dalam memasuki lapangan.
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang
diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dngan data yang
telah ditemukan melalui wawancara. Dan instrument yang peneliti
gunakan adalah kisi-kisi wawancara dan pedoman wawancara.Peneliti
akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap
focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan
membuat instrumen. (Sugiyono, 2013: 222-224)
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan
adalah: (Riduwan, 2005: 74-77)
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini
digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam serta jumlah responden sedikit.
34
Dalam penelitian ini yang menjadi informannya adalah dosen yang
memberikan tes membaca Al-Qur’an (placement test) kepada
mahasiswa PAI angkatan 2017 dan dosen tahsin mahasiswa PAI, untuk
mengetahui tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa dan
mengetahui faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-
Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung
dari tempat penelitian , meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film documenter, dan data yang
relevan dengan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti akan mempelajari dokumen yang
berkaitan dengan data nilai hasil placement test baca Al-Qur’an
mahasiswa dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan 2017, untuk mengetahui
tingkat kemampauan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI angkatan
2017.
H. Teknik Penjaminan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat
kepercayaan keabsahan data dapat diadakan pengecekan dengan teknik
pengamatan yang tekun dan triangulasi. Teknik pengamatan yang tekun
merupakan peningkatan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal
peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca
berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca
buku maka wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat
digunakan untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau tidak.
35
Dalam menvalidasi dan reliabilitas data, peneliti juga mengunakan
teknik triangulasi, yaitu teknik pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu.
Triangulasi yang digunakan yaitu triangulasi sumber dan
triangulasi waktu. Triangulasi sumber adalah mengecek data yang telah
diperoleh mealui beberapa sumber. Kemudian triangulasi waktu, yaitu data
yang dikumpulkan degan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data
yang lebih validsehingga lebih kredibel. (Sugiyono, 2013: 272-274)
I. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan, analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
observasi dan lain-lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. (Sugiyono, 2016: 88)
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
pengelolahan dan analisis data. Yang dimaksud dengan analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dan membuat kesimpulan sehingga mudah di pahami diri sendiri dan juga
orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data
kualitatif, maka dalam analisis data peneliti menggunakan model Miles
dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman ada tiga tahap dalam
menganalisis data, yaitu:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah melakukan melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
36
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka
akan memudahkan untuk memahami apa yang akan terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut.
Oleh karena itu data yang telah didapat melalui wawancara,
observasi dan dokumentasi akan dianalisis sehingga dapat
memuculkan deskripsi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasisiwa
PAI angkatan 2017.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan dan
verivikasi. Dimana kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal , didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data. maka kesimpulan yang dikemukakan
adalah kesimpulan yang kredibel.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang
atau masih gelap sehingga menjadi jelas. (Sugiyono, 2013: 247-253)
Dari keterangan yang dijabarkan diatas, maka langkah-langkah
yang akan ditempuh setelah melakukan wawancara dan observasi ialah
melakukan teknik analisis data. Dimana data yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi akan penulis analisis berdasarkan langkah-
langkah diatas, yakni dengan memilih data yang dibutuhkan dan kemudian
dikelompokkan berdasarkan tema-tema yang sesuai dengan permasalahan
yang sedang diteliti. Setelah itu penulis akan menyajikan dalam kata-kata
yang bersifat narasi sehingga lebih memudahkan dalam penarikan
37
kesimpulan. Hasil kesimpulan ini merupakan jawaban terhadap
permasalahan yang diteliti yaitu tentang analisis kemampuan membaca Al-
Qur’an (studi pada mahasiswa jurusan PAI IAIN Batusangkar angkatan
2017).
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Temuan Umum (Profil Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Batusangkar)
a. Visi-Misi dan Tujuan IAIN Batusangkar
1) Visi IAIN Batusangkar
“ INTEGRATIF DAN INTERKONEKTIF DALAM
KEILMUAN, BERKEARIFAN LOKAL, BEREPUTASI
GLOBAL ”
2) Misi IAIN Batusangkar
a) Menghasilkan lulusan yang cerdas secara intelektual,
spritual, emosional, sosial, dan berdaya saing dalam dunia
kerja.
b) Mewujudkan pendidikan tinggi Islam yang berdaya saing
internasional untuk kepentingan umat, bangsa, dan
kemanusiaan.
c) Mewujudkan pendidikan/pengajaran secara integratif dan
interkonektif yang relevan dengan perkembangan keilmuan
internasional dan tuntutan pengguna serta kearifan lokal.
d) Menghasilkan penelitian yang berbasis integratif,
interkonektif, dan berbasis kearifan lokal.
e) Mempelopori kegiatan pengabdian pada masyarakat yang
berbasis riset dan kearifan lokal.
3) Tujuan
a) Terwujudnya program studi yang unggul dalam
pengembangan keilmuan yang interaktif dan inter-konektif.
b) Terbangunnya iklim akademik yang mendukung terhadap
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi berbasis riset
dan kearifan lokal.
39
c) Terwujudnya hasil riset yang kompetitif dan berdaya guna
untuk umat, bangsa dan kemanuasiaan.
d) Penguatan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan
yang cerdas dan professional.
e) Terwujudnya lulusan yang cerdas secara intelektual,
spiritual, emosional, sosial dan berdaya saing dalam dunia
kerja.
f) Terbangunnya tata kelola yang akuntabel, bersih dan
modern berbasis ICT (Information, Communication and
Technology).
g) Bertambahnya kerjasama dengan berbagai pihak dalam
pencapaian visi dan misi institusi.
b. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
1) Visi Jurusan PAI
Menjadi Program Studi yang unggul dalam bidang
Pendidikan Agama Islam yang Integratif, interkonektif, dan
berkearifan lokal, pada tahun 2020.
2) Misi Jurusan PAI
a) Menyelanggarakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang integratif dan interkonektif.
b) Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan
penelitian dalam bidang Pendidikan Agama Islam yang
integratif, interkonektif, dan berkearifan lokal.
c) Menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan
pengabdian masyarakat dalam bidang Pendidikan Agama
Islam yang integratif dan interkonektif.
d) Melaksanakan kerjasama dengan user atau stakeholders
dalam rangka mengembangkan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat di bidang Pendidikan Agama Islam.
40
3) Tujuan Jurusan PAI
a) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, serta
bertanggung jawab.
b) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang menguasai materi
PAI di madrasah/sekolah.
c) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang mampu
merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
madrasah/sekolah.
d) Menghasilkan tenaga pendidik PAI yang mampu
melakukan penelitian dalam bidang agama Islam di
sekolah/madrasah.
e) Menghasilkan penelitian dengan melibatkan mahasiswa
agar menghasilkan tenaga pendidik PAI yang dapat
mengembangkan kemampuannya dalam bidang Pendidikan
Agama Islam di sekolah/madrasah.
f) Terimplementasinya hasil penelitian melalui pengabdian
masyarakat dalam bidang Pendidikan Agama Islam melalui
kolaborasi dengan Program Studi PAI pada perguruan
tinggi lain dengan melibatkan mahasiswa agar mampu
berkiprah dalam masyarakat.
2. Temuan Khusus
Seperti yang telah dikatakan pada pembahasan sebelumnya, dalam
penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif.Dimana
peneliti secara langsung terjun kelapangan melihat fenomena-
fenomena yang terjadi dilapangan.Penelitian ini dilakukan di IAIN
Batusangkar.
Data-data yang peneliti peroleh melalui dua metode, yaitu: metode
wawancara dan dokumentasi. Dari beberapa sumber data yang terdiri
41
dari informan I selaku dosen placement test mahasisiwa PAI angkatan
2017, informan II selaku dosen placement test mahasisiwa PAI
angkatan 2017 dan informan III selaku dosen tahsin mahasisiwa PAI
angkatan 2017.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai kemampuan mahasiswa
PAI membaca Al-Qur’an, maka hasil penelitian dapat dipaparkan
sebagai berikut:
a. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa
1) Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid
Terkait dengan kemampuan membaca Al-Qur’an ada
beberapa hal yang harus ditanyakan, yaitu:
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an berdasarkan
makhrijul huruf, informan I mengatakan:
Bahwa kemampuan mahasiswa membaca Al-Qur’an
berdasarkan makhrijul huruf itu bervariasi, ada yang
bagus dan ada yang kurang, tapi yang bagus bacaanya
lebih banyak dari pada yang kurang. Karena
mahasisiwa PAI ini adalah calon guru atau orang yang
berkeinginan menjadi guru Pendidikan Agama Islam,
sehingga pada umumnya mereka sudah bisa membaca
Al-Qur’an. Dan adapun mereka yang susah
mengucapkan huruf-huruf berdasarkan macam-macam
makhrijul huruf yaitu al-halaq dan huruf-huruf yang
berdekatan, seperti: شص س ث ت, ط د, M. Yusuf) .ض
Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, beliau mengatakan:
Karena beragam latar belakang sekolah, ada yang dari
SMA, SMK, MAN dan pesantren, sehingga
kemampuan mahasiswa PAI dalam membaca Al-
Qur’an berdasarkan makhrijiul huruf juga beragam.
Artinya ada yang mampu, cukup, kurang mampu
bahkan tidak mampu sama sekali dalam melafazkan
huruf berdasarkan makhrijul huruf. Untuk makhrijul
42
huruf kalau dalam bentuk tunggal sebagian besar sudah
bisa, tetapi kalau sudah berbentuk lafaz ada mereka
yang bisa dan ada yang tidak bisa.(Dr.Devy Aisyah,
M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28
November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Kalau mahasiswa yang mengikuti tahsin ini memang
rata-rata tidak bisa membaca Al-Qur’an sesuai dengan
makhrijul huruf, seperti membaca huruf-huruf ini: ,ق,حظ Untuk pelajaran tahsin ini benar-benar dimulai ط,
dari huruf hijaiyah, karena mereka memang belum bisa
membaca Al-Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.(Rifqa
Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
Dapat dipahami dari penjelasan diatas bahwa sebagian
besar dari mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan makhrijul huruf.Namun juga ada yang masih
kurang bisa dan ada yang tidak bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan makhrijul huruf. Contoh makhrijul huruf yang
susah diucapkan oleh mahasiswa PAI yaitu huruf yang keluar
dari tenggorokan (al-halq). Adapun huruf-huruf yang keluar
dari tenggorokan adalah tenggorokan bagian bawah: ء ,ق
tenggorokan bagian tengah: ع dan tenggorokan bagian ,ح
atas:خغ
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum nun mati, informan I mengatakan:
Secara umum mereka bisa, namun sebagian ada yang
tidak bisa.Sebagian besar mereka sudah bisa
membedakan antara idzhar, idgham, ikhfa dan iqlab
serta mereka sudah mengetahui huru-huruf dari masing-
masing hukum nun mati tersebut. Namun juga ada yang
43
grogi ketika membaca Al-Qur’an, ini disebabkan
mereka sudah lama tidak membaca Al-Qur’an. Sebab
Al-Qur’an itu unik, dia pada dasarnya bisa membaca,
namun karena tidak diulang-ulang mereka bisa terbata-
bata membacanya. Jangankan satu minggu, dua hari
atau tiga hari tidak dibaca sudah berpengaruh kepada
kemampuan membaca mahasiswa tersebut.(M. Yusuf
Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Untuk teori mendasar ada nun mati dan tanwin, kalau
basic mereka madrasah atau pesantren mereka akan
lebih bisa. Tapi jika mereka dari SMA atau SMK
banyak yang belum bisa. Namun pada umumnya
mahasiswa PAI sudah bisa dibagian ini (hukum nun
mati).(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa
membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan
hukum nun mati.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
berdasaan hukum nun mati. Tapi masih ada yang kurang atau
belum bisa sama sekali. Jika mereka berasal dari Madrasah atau
Pesantren mereka akan lebih bisa dibandingkan dengan
mahasiswa yang berasal dari sekolah umum. Dan sebagian
besar sudah bisa membedakan antara idzhar, idgham, ikhfa dan
iqlab serta mereka sudah mengetahui huruf-huruf dari masing-
masing hukum nun mati tersebut. Contoh dari hukum-hukum
44
tersebut adalah idzhar halqi: غفورحليم idhgham biggunnah:من
بػررة :dan iqlabمنكم:ikhfa م نع كراـ
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum mim mati, informan I mengatakan:
Sama halnya dengan hukum nun mati tadi, sebagian
besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan hukum mim mati. Mereka sudah
bisa membedakan anatara idhar syafawi dan ikhfa
syafawi serta mereka juga mengetahui huru-huruf dari
setiap hukum nun mati.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Sama seperti mim mati dan tanwin tadi, sebagian besar
mereka sudah bisa. Namun masih ada yang kurang bisa
dan belum bisa sama sekali. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November
2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa
membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan
hukum mim mati.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sebagian
besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan hukum mim mati.Mereka juga sudah membedakan
antara idhar syafawi dan ikhfa syafawi serta mengetahui huruf-
huruf dari setiap hukum nun mati tersebut.Contoh dari hukum
45
mim mati tersebut adalah ikhfa syafawi: بن idhgham ,دخلتم
mimi: اذذ ىن , idzhar syafawi:كىمفيػها
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum idhgam, informan I mengatakan:
Karena idhgam ini sudah mulai susah, seperti:
mutamatsilain, mutaqoribain, dan mutajanisain.
Nantinya aka ada simbol-simbol dari setiap hukum
tersebut, apabila mereka tidak memahami, mereka akan
kesulitan untuk melafazkan huruf yang menggunakan
hukum tajwid idhgam ini. Namun bagi mahasiswa yang
jeli dan bisa memahami mereka akan mudah
melafazkannya. (M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan II, bahwa:
Ada yang bisa dan ada yang tidak bisa. Tapi yang jelas
yang bisa membaca banyak dari pada yang tidak bisa
membaca sama sekali. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November
2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa
membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan
hukum idgham.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas dapat dipahami, bahwa
mahasiswa PAI ada yang bisa dan ada yang tidak bisa
membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum idgham.Bagi mereka
yang jeli dan memahaminya maka mereka akan bisa
melafazkan Al-Qur’an berdasarkan hukum idhgam ini. Contoh
46
dari hukum idhgham ini adalah idhgham mutamatsilain :اضرب
ذ لك:idhgham mutaqaribain , بػعصاؾ idhgham , يػلهث
mutajanisain:لقدت اب
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum ghunnah, informan I mengatakan:
Sebagian besar mahasiswa sudah bisa, namun masih
ada yang beum bisa.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa
Ada yang sudah bisa dan ada yang belum bisa.
Contohnya ketika mereka membaca hukum
wajibulghunnah: ان ا, ada yang membaca inna saja tanpa
mendengungkan. Jadi wajibulghunnah ada dua
hurufnya yaitu ,Dr.Devy Aisyah, M.Ag)ـ dan ف
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November
2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa
membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan
hukum ghunnah.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI
sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum ghunnah.
Namun masih ada yang tidak mendengungkan ketika bertemu
hukum ghunnah.Contoh hukum ghunnah ini adalah الن اس
47
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum qolqalah, informan I mengatakan:
Sebagian besar mahasiswa sudah bisa. Pada umumnya
mahasiswa yang bisa qalqolah diakhir, tapi qalqolah
ditengah ada mahasiswa yang bisa dan juga mahasiswa
yang tidak bisa.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Secara umum mahasiswa PAI sudah bisa, namun ada
yang belum bisa. Huruf qalqolah ada lima, yaitu: ,ب,جؽ ط, Secara teori mereka paham, namun didalam . د,
praktek ada yang belum bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November
2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin ini belum bisa
membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid, termasuk membaca Al-Qur-an sesuai dengan
hukum qalqolah.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan hukum qalqolah.Namun ada mahasiswa PAI yang
belum bisa mempraktekkan hukum qalqolah ini. Contoh
hukum qolqolah ini adalahابػرأىيم,نعل
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum huruflam, informan I mengatakan:
Mahasiswa PAI sudah bisa melafazkan lam jalalah ini.
Ada tafkhim (tebal) dan ada yang tarqiq (tipis). Kalau
48
yang tafkhim apabila huruf lam berbaris fathah dan
dhommah, dan yang tarqiq apabila huruf lam berbaris
kasrah. Rata-rata mahasiswa PAI sudah bisa
membedakan dan melafazkannya.(M. Yusuf Salam,
M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27
November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Hukum lam ini ada yang tafkhim (tebal) da ada tarqiq
(tipis). Hampir seluruhnya mahasiswa yang sudah
belajar tajwid, mereka paham teori namun dalam
praktek masih ada yang tidak bisa. Ini dikarenakan
banyak diantara mahasiswa yang tidak mengulang
membaca Al-Qur’an setiap hari.(Dr.Devy Aisyah,
M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28
November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Sebagian mahasiswa tahsin sudah bisa membaca Al-
Qur’an berdasarkan hukum lam ini, namun masih ada
yang tidak bisa. (Rifqa Dewi, M.Pd. I,Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas, dapat dipahamibahwa sebagian
besar mahasiswa sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan
huruf lam, namun sebagian kecil ada yang belum bisa. Ini
dikarenakan mereka tidak mengulang membaca Al-Qur’an
setiap hari. Hukum bacaan lam ini ada dua yaitu tafkhim:رسوؿ
بسمللو:dan tarqiqاللو
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum bacaan raa, informan I mengatakan:
Rata-rata mahasiswa sudah bisa membaca A-Qur’an
berdasarkan hukum bacaan raa.Mereka sudah bisa
membedakan hukum bacaan raa yang mana harus
dibaca tebal dan mana yang harus dibaca tipis.Diantara
49
hukum bacaa raa yang harus dibaca tebal apabila huru
raa berbaris didepan dan berbaris dhommah, sedangkan
huruf raa yang harus dibaca tipis diantaranya apabila
huruf raa berbaris dibawah.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan II, bahwa:
Sama dengan lam tadi, ada yang tafkhim (tebal)dan ada
yang tarqiq (tipis), ada yang muraqqaqah dan ada yang
mufakhamah. Mereka hafal tajwidnya, namun kadang-
kadang terpeleset dalam melafazkannya. Cuma ketika
mereka membaca karena gugup atau tidak serius, jadi
ketika membaca Al-Qur’an mereka tidak
mempraktekkan hukum-hukum tajwid tersebut. Secara
umum mereka bisa atau banyak yang bisa dari pada
yang tidak bisa. Tapi yang sama sekali tidak bisa
membaca berdasarkan hukum tajwid juga ada, namun
sedikit.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Sama halnya dengan hukum lam tadi, sebagian
mahasiswa sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan
hukum raa ini. (Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan hukum raa. Mereka sudah bisa membedakan mana
hukum raa yang dibaca tafhkim seperti: ربػ نا dan mana hukum
raa yang harus dibaca tarqiq sperti: رزقا
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukummad, informan I mengatakan:
50
Yang namaya mad itu banyak, ada mad yang panjang
satu alif dan ada juga mad yang panjangnya tiga alif.
Sekitar 60% mahasiswa PAI sudah bisa menguasainya
dan mempraktekkannya didalam membaca Al-
Qur’an.Namun masih ada mahasiswa yang seharusnya
dibaca panjang tiga alif, mereka membacanya panjang
satu alif. Seperti mad wajib muttasil dan mad jaiz
munfasil panjangnya tiga ali, ada yang membacanya
hanya satu alif. dan sebagian besar mereka sudah bisa
menguasai mad tabi’i dan membacanya panjang satu
alif. (M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN
Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Pada umumnya mahasiswa sudah bisa, tapi masih ada
yang patut dipanjangkan mereka membacanya pendek
dan yang patut dipendekkan mereka membacanya
panjang. Mad ini juga ada bagiannya, kadang mad
wajib muttasil dikatakan mad jaiz munfasil, berapa
panjang masing-masing mad itu pun mereka ada yang
tidak tau.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh
informan III, beliau mengatakan:
Sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa
menguasainya, namun ada mereka yang membaca
panjang yang seharusnya tidak dipanjangkan dan
membaca pendek yang seharusnya dipanjangkan. (Rifqa
Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami, bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan hukum mad.Namun masih ada mereka yang
memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca pendek dan
memendekkan bacaan yang seharusnya dibaca panjang.Juga
ada mahasiswa yang membaca panjang tiga alif padahal hukum
bacaannya hanya satu alif dan juga ada begitupun sebaliknya
mereka memanjangkan satu alif padahal harus dibaca panjang 3
51
alif. Contoh hukum mad yang dibaca panjang satu alif adalah
ولواقػ (mad tabi‟i) dan mad yang dibaca panjang tiga alif
seperti:كلاأنػتم (mad jaiz munfashil)
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum qasar, informan I mengatakan:
Hukumqasar ini sebagian besar sudah bisa dikuasai
oleh mahasiswa PAI, karena ini merupakan paling dasar
sekali dalam membaca Al-Qur’an.Namun masih ada
yang bisa menguasainya, tapi jarang sekali.(M. Yusuf
Salam, M.A, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Sebagian besar mahasiswa sudah bisa, namun masih
ada yang tidak bisa.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November
2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh
informan III, beliau mengatakan:
Sebagian mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin
sudah bisa, namun masih ada yang tidak bisa.(Rifqa
Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
Dapat dipahami bahwa sebagian besar mahasiswa PAI
sudah bisa menguasai hukum qasar ini.Yaitu mahasiswa sudah
bisa menahan atau membaca huruf panjang tidak lebih dari satu
alif.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai
dengan hukum waqaf, informan I mengatakan:
Hukum waqaf berat sekali bagi mahasiswa, karena ada
yang wajib dan ada yang washol. Mahasiswa kurang
52
bisa karena tidak menguasai simbol, seperti: قل (lebih
baik berhenti), صل (lebih baik lanjut), لا (lebih baik
lanjut). Sebagian besar mahasiswa tidak memahami
simbol-simbol seperti ini. Dan ini sangat erat
hubungannya dengan bahasa Arab, karena banyak
mahasiswa PAI tidak menguasai arti dari kata-kata dan
tujuan dari kalimat didalamnya sehingga mereka tidak
bisa menggunakan hukum waqaf ini dengan baik. Jadi
seorang mahasiwa PAI harus memahami bahasa Arab
agar bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Karena hukum waqaf ini banyak yang tidak memahami,
maka banyak yang tidak mempraktekkan dalam
membaca Al-Qur’an. Karena memang hukum wakaf ini
agak rumit, sehingga mereka kurang memahami hukum
tajwid ini.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh
informan III, beliau mengatakan:
Mahasiswa sangat kesulitan dalam hukum waqaf ini,
karena mereka tidak mengetahui dari hukum tersebut.
(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN
Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa
mahasiswa PAI tidak mengetahui atau tidak memahami hukum
waqaf ini, sehingga mereka tidak mempraktekkannya dalam
membaca Al-Qur’an. Mereka tidak mengetahui simbol-simbol
dari waqaf tersebut, seperti: قل (lebih baik berhenti), صل (lebih
baik lanjut), لا (lebih baik lanjut). Selain tidak mengetahui
simbol-simbol tersebut, banyak mahasiswa PAI tidak
menguasai bahasa Arab sehingga mereka tidak mengetahui arti
kata dari simbol tersebut dan tidak mengetahui tujuan dari
53
kalimat dalam ayat Al-Qur’an. Contoh simbol dari waqaf ini
adalah apabila dalam membaca Al-
Qur’an simbol waqaf sepertiجmaka lebih utama berhenti.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan
kemampuan mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an sesuai ibtida‟
yang benar, informan I mengatakan:
Berhubungan dengan waqaf tadi, ibtida‟ yang diawal
rata-rata mahasiswa PAI bisa. Namun apabila sudah
membaca, dimana lagi dimulai kembali mereka banyak
yang tidak bisa. Ini dikembalikan lagi kepada
pemahaman mereka terhadap hukum waqaf tadi.
Karena mahasiswa tidak memahami jumlah atau
kalimat dalam bahasa Arab, oleh sebab itu ibtida‟
mereka agak berantakan.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Ibtida‟ artinya memulai atau bagaimana memulai yang
baik. Secara umum sama dengan waqaf tadi, makna
ibtida‟ itupun mereka tidak tau. Jadi mereka memahami
tajwid tersebut hanya pada tataran makhrijul huruf,
idhgam, iqlab, izhar, mad. Hanya itu saja yang mereka
kuasai dan itu yang mudah mereka tau. Mereka tidak
familiar dengan kebiasaan membaca berdasarkan
ibtida‟, jadi hukum tajwidnya terbatas saja.(Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh
informan III, beliau mengatakan:
Sama dengan hukum waqaf tadi mahasiswa tidak
mengenal hukum ibtida‟ ini.Sehingga mereka tidak bisa
mempraktekkannya dalam membaca Al-Qur’an.(Rifqa
Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
27 November 2018)
54
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI belum bisa menggunakan
ibtida‟ dengan baik. Karena mereka tidak memahami waqaf
dan bahasa Arab dengan baik, sehingga ini berpengaruh kepada
kemampuan membaca berdasarkan ibtida‟ yang benar.
Contohnya seperti dalam surah Al-Baqarah ayat 6 yaitu
أف ال ذينكفرا
Dapat dipahami bahwa, sebagian besar mahasiswa PAI
sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah
tajwid. Ini juga terlihat pada nilai hasil placement test
mahasiswa PAI sebagaimana yang terlampir dilampiran, telah
banyak mahasiswa yang lulus dalam melaksanakan placement
test. Sebanyak 151 orang mahasiswa PAI angkatan 2017,
terdapat mahasiswa yang lulus sebanyak 118 orang dan
mahasiswa yang tidak lulus sebanyak 33 orang.
2) Kemampuan Mahasiswa PAI Angkatan 2017 dalam Membaca
Al-Qur’an
Setiap mahasiswa PAI akan memiliki kemampuan
berbeda dalam membaca Al-Qur’an. Ada beberapa tingkatan
dalam membaca Al-Qur’an, diantaranya yaitu at tahqiq
(perlahan-lahan), at-tartil, al-hadr (cepat) dan at-tadwir
(pertengahan). Untuk mengetahui tingkat kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI, maka peneliti akan
menanyakan pertanyaan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan apakah ada
mahasiswa membaca Al-Qur’an dengan sangat tenang dan
perlahan-lahan, informan I mengatakan:
Ada. Mereka membaca perlahan karena kurang lancar
dalam membaca Al-Qur’an.(M. Yusuf Salam, M.A,
55
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Mahasiswa PAI banyak membaca Al-Qur’an dengan
perlahan-lahan. Sebagian mereka perempuan membaca
Al-Qur’an sangat tenang. Juga ada mereka yang
membaca perlahan-lahan karena gugup atau
malu.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Perlahan-lahan ada. Karena memang mereka tidak bisa
membaca sama sekali atau ada yang membaca Al-
Qur’an yang masih terbata-bata. Seperti yang telah Ibu
sampaikan sebelumnya mahasiswa yang ikut tahsin ini
benar-benar mahasiswa yang kurang pandai membaca
Al-Qur’an.(Rifka Dewi, M.Pd. I, M.Ag, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dapat dipahami bahwa ada mahasiswa PAI yang
membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Ada yang
membacanya sudah sesuai dengan hukum tajwid dan juga ada
membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan karena gugup dan
tidak lancar membaca Al-Qur’an. Contohnya ada mahasiswa
yang membaca sangat lambat atau ada mahasiswa yang
membaca Al-Qur’an dengan mengeja huruf demi huruf.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan Apakah
ada mahasiswa membaca Al-Qur’an dengan tartil dan sesuai
hukum tajwid, informan I mengatakan:
Pada umumnya mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an
dengan tartil. Kebanyakan nilai yang 85 keatas itu
menggunakan tartil.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh Ibu
informan II, bahwa:
56
Alhamdulillah ada, PAI ini mahasiswanya banyak.
Kebanyakan mereka memiliki keunggulan tahfidzul
qur‟an dan membaca Al-Qur’an dengan tartil. Karena
pada dasarnya jurusan PAI ini terkait dengan
penguasaan materi keagamaan, tentunya mereka banyak
yang bagus-bagus dalam membaca Al-Qur’an.(Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
28 November 2018)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan oleh
informan III, bahwa:
Belum ada mahasiswa tahsin yang membaca Al-Qur’an
secara tartil, karena mereka masih banyak membaca Al-
Qur’an dengan terbata-bata.(Rifqa Dewi, M.Pd. I,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Dapat dipahami bahwa banyak mahasiswa PAI yang
membaca Al-Qur’an dengan tartil. Dan mereka sudah
menggunakan hukum tajwid dengan baik. Mahasiswa PAI ini
banyak yang mempunyai keunggulan dalam membaca Al-
Qur’an. Contohnya mahasiswa yang membaca Al-Qur’an
dengan tenang dan membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-
kaidah tajwid yang benar.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan apakah ada
mahasiswa membaca Al-Qur’an dengan cepat namun tetap
menjaga hukum tajwid, informan I mengatakan:
Mahasiswa PAI yang membaca cepat tidak ada.
Mungkin ini dikarenakan ketidaktahuan mereka dalam
membaca cepat.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
57
Tidak ada mahasiswa PAI yang membaca Al-Qur’an
dengan cepat. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
III, bahwa:
Tidak ada mahasiswa PAI yang membaca Al-Qur’an
dengan cepat, sedangkan lambat saja masih terbata-
bata.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN
Batusangkar: 27 November 2018)
Dapat dipahami bahwa belum ada mahasiswa PAI yang
membaca Al-Qur’an dengan cepat. Ini dikarenakan
ketidaktahuan mereka cara membaca cepat dan karena kurang
pandainya membaca Al-Qur’an.orang yang membaca Al-
Qur’an dengan cepat adalah orang yang menggunakan ukuran
terpendek dalam batas peraturan tajwid namun tetap menjaga
hukum-hukum tajwid.
Berdasarkan hasil wawancara terkait dengan Apakah
ada mahasiswa membaca Al-Qur’an antara tartil dan hard
(pertengahan), informanI mengatakan:
Ada, namun mahasiswa PAI lebih banyak membaca Al-
Qur’an dengan tartil.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Ada, pada umumnya mahasiswa membaca sudah
banyak yang bagus dan tidak terburu-buru.(Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
28 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
III, bahwa:
Tidak ada mahasiswa tahsin yang membaca Al-Qur’an
sepertiini, banyak yang masih terbata-bata.(Rifqa Dewi,
58
M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27
November 2018)
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa mahasiswa PAI
ada yang membaca Al-Qur’an antara tartil dan hard
(pertengahan). Banyak mahasiswa PAI yang membaca Al-
Qur’an dengan bagus dan tidak terburu-buru. Orang yang
membaca Al-qur’an dengan at tadwir ini adalah orang yang
membaca Al-Qur’an tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan,
tetapi pertengahan antara keduanya.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui
bahwa sebagian besar mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an
dengan tartil.Mereka yang membaca Al-Qur’an dengan tartil
ini sudah sesuai dengan hukum tajwid. Dan tidak ada
mahasiswa PAI yang membaca Al-Qur’an dengan cepat, ini
dikarenakan ketidaktahuan mereka dalam membaca cepat dan
juga karena ketidaklancaran mereka dalam membaca Al-
Qur’an.
3) Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an
Demi meningkatkan kemampun membaca Al-Qur’an
seseorang diperlukan faktor-faktor yang mendorong dirinya
untuk membaca Al-Qur’an. Seperti faktor internal (faktor yang
berasal dari diri seseorang tersebut) yang meliputi: inteligensi,
perhatian, bakat dan motivasi. Selain faktor internal, faktor
eksternal (faktor yang berasal dari luar diri seseorang) juga
berperan penting dalam meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur’an seseorang.Faktor eksternal ini, meliputi: keluarga,
teman sebaya dan lingkungan sekitar. Untuk mengetahui
seberapa pentingnya faktor-faktor tersebut maka peneliti
melakukan wawancara sebagai berikut:
59
Berdasarkan wawancara dengan informan I mengenai
pengaruh faktor internal dalam meningkatkan kemampuan
membaca Al-Qur’an yaitu:
Faktor internal sangat berpengaruh kepada kemampuan
membaca Al-Qur’an bagi mahasisiwa. Sebagaimana
yang bapak sampaikan tadi mahasiswa yang tidak
berminat membaca Al-Qur’an akan berpengaruh
terhadap kemampuan membacanya. Seperti ada yang
tidak mengulang-ulang membaca Al-Qur’an, ini sangat
berpengaruh kepada kelancaran membaca Al-Qur’an
mahasiswa itu sendiri.Jangankan tidak membaca Al-
Qur’an selama satu minggu, dua hari atau tiga hari saja
itu sudah berpengaruh kepada kemampuan membaca
Al-Qur’an mahasiswa.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Faktor internal tentu mempengaruhi seseorang dalam
membaca Al-Qur’an.Seperti bakat yang ada dalam diri
seseorang, bakat itu adalah sesuatu yang telah melekat
di dalam diri seseorang. Jadi apabila sudah ada bakat
mereka akan mudah dalam melafazkan dan
mengekspresikan lidahnya sesuai dengan makhrijul
huruf. Dan bakat ini juga akan bisa memotivasi
seseorang untuk membaca Al-Qur’an. (Dr.Devy
Aisyah, M.Ag, Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar:
28 November 2018)
Hal ini juga sependapat dengan yang diungkapkan oleh
informan III, beliau mengatakan:
Faktor internal sangat berpengaruh terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an. Contohnya motivasi
dan keinginan yang ada dalam diri seseorang untuk
membaca Al-Qur’an, dengan adanya motivasi dan
keinginan ini maka seseorang akan tergerak hatinya
untuk membaca Al-Qur’an. (Rifqa Dewi, M.Pd. I,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
60
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa faktor
internal ini sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca
Al-Qur’an mahasiswa. Seperti minat yang dimiliki oleh
mahasiswa untuk membaca Al-Qur’an, maka ia akan terdorong
untuk membaca Al-Qur’an tanpa harus dipaksa. Selain minat,
faktor internal lainnya yang juga mendorong mahasiswa untuk
membaca Al-Qur’an adalah bakat dan motivasi yang
dimilikinya. Jika seseorang telah memiliki bakat, minat, dan
juga motivasi untuk membaca Al-Qur’an, maka ia akan terus-
menerus untuk membaca Al-Qur’an. Dengan membaca Al-
Qur’an dengan rutin maka kemampuan seseorang dalam
membaca Al-Qur’an akan bertambah baik.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh orang
tua dan keluarga dalam meningkatkan kemampuan membaca
Al-Qur’an mahasiswa yang dikemukakan oleh informan I,
beliau mengatakan:
Kalau bagi kalangan mahasisiwa, untuk membaca Al-
Qur’an dikembalikan kepada pribadi masing-masing.
Karena mahasiswa banyak yang tinggal jauh dari orang
tua, sebagian besar mahasiswa tinggal dikontrakan atau
kos. Namun ketika masih kecil atau masih anak-anak
orang tua sangat berpengaruh besar untuk mendorong
anak membaca Al-Qur’an, jika orang tua membaca atau
menyuruh anak membaca Al-Qur’an, maka anak akan
mengikuti orang tuanya. (M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada
informan II, bahwa:
Tentunya iya, faktor eksternal sangat berpengaruh
apalagi lingkungan keluarga.Ini yang sangat
mendominasi.Banyak diantara mahasiswa berasal dari
keluarga yang tidak terlampau mendukung untuk
membaca Al-Qur’an dengan baik, mereka tidak ikut
mengaji di TPA itu dibiarkan saja dan juga banyak yang
tidak mengaji malam.Ini adalah faktor orag tua karena
61
tidak mengawasi dan mengontrol anak dirumah untuk
membaca Al-Qur’an.(Dr.Devy Aisyah, M.Ag,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November
2018)
Pendapat tersebut juga didukung oleh informan III,
beliau mengatakan:
Sangat berpengaruh, kenapa?Bisa terbiasa membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar sesuai hukum tajwid itu
kebiasaan tersebut harus dari kecil. Kalau tida ada
dukungan dari orangtua untuk anak dirumah, maka
tidak akan membantu anak untuk meningkatkan
motivasi dalam membaca Al-Qur’an. Tapi kalau
seandainya orang tua gigih memotivasi anak, insyaallah
itu bisa membuat anak pandai membaca Al-Qur’an.Dan
juga orang tua yang menyuruh anaknya mengaji di TPA
pada waktu kecil maka ini juga berpengaruh terhadap
kemampuan baca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan
kaidah tajwid.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Dari penjelasan diatas mengenai pengaruh orang tua
dalam kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa, dapat
dipahami bahwa: orangtua dan keluarga juga berpengaruh
tehadap kemampuan membaca Al-Qur’an seseorang. Jika
orang tuanya rajin membaca Al-Qur’an atau selalu mendorong
anak untuk membaca Al-Qur’an, maka seorang anak akan ikut
membaca Al-Qur’an. Dan juga orang tua yang menyuruh
anaknya mengaji di TPA pada waktu kecil maka ini juga
berpengaruh terhadap kemampuan seorang anak dalam
membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh
lingkungan dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an mahasiswa yang dikemukakan oleh informan I, beliau
mengatakan:
Iya.Lingkungan sangat berpengaruh kepada minat
baca.Kalau orang disekitarnya rajin membaca Al-
62
Qur’an sehingga mereka termotivasi untuk membaca
Al-Qur’an.(M. Yusuf Salam, M.A, Wawancara Pribadi,
IAIN Batusangkar: 27 November 2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, beliau mengatakan:
Sama dengan keluarga, lingkungan juga menjadi faktor
terpenting untuk mendorong seseorang untuk membaca
Al-Qur’an, seperti teman atau karib kerabat. Kalau
temannya tidak membaca Al-Qur’an itu akan
berpengaruh kepada seseorang untuk tidak membaca
Al-Qur’an juga. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, Wawancara
Pribadi, IAIN Batusangkar: 28 November 2018)
Pendapat tersebut juga didukung oleh informan III,
beliau mengatakan:
Iya. Sangat berpengaruh, sama dengan peran orangtua
tadi. Seperti mahasiswa yang tinggal di kos, kalau
biasanya temannya baca Al-Qur’an, pasti mereka juga
akan termotivasi membaca Al-Qur’an/ melihat
temannya yang qori atau qori’ah seseorang juga akan
tertarik membaca Al-Qur’an. Tapi jika temannya dalam
satu kamar tidak membaca Al-Qur’an, mereka juga
akan terbawa-bawa untuk tidak membaca Al-Qur’an.
(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN
Batusangkar: 27 November 2018)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan juga termasuk faktor yang mendorong seseorang
untuk membaca Al-Qur’an. Jika orang sekeliling mahasiswa
tersebut membaca Al-Qur’an setiap hari, maka akan muncul
keinginan dari mahasiswa tersebut untuk membaca Al-Qur’an
juga.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pengaruh latar
belakang sekolah terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
mahasiswa yang dikemukakan oleh informan I, beliau
mengatakan:
Iya.Latar belakang sekolah dalam artian sekolah yang
lebih banyak melakukan kegiatan/ program dalam
63
membaca Al-Qur’an itu lebih bagus bacaan Al-Qur’an
siswanya.Sekolah yang tidak memiliki program untuk
membaca Al-Qur’an, tentunya kemampuan siswanya
dalam membaca Al-Qur’an agak kurang dibandingkan
dengan sekolah yang memiliki program membaca Al-
Qur’an. Mahasiswa yang dari madrasah akan berbeda
kemampuan membaca Al-Qur’annya dengan
mahasiswa yang dari sekolah umum, karena di
madrasah akan banyak program-program dalam
membaca Al-Qur’an.(M. Yusuf Salam, M.A,
Wawancara Pribadi, IAIN Batusangkar: 27 November
2018)
Penjelasan yang sama juga diungkapakan oleh informan
II, bahwa:
Latar belakang sekolah juga berpengaruh terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an seseorang.Apalagi
pada saat sekolah dasar mereka tidak memasukkan
program mengaji atau PAQ, sehingga anak-anak tidak
membaca Al-Qur’an sesuai dengan tajwid. Kebanyakan
anak-anak tidak bisa membaca Al-Qur’an karena
kebanyakan gurunya sendiri tidak membiasakan
membaca Al-Qur’an sebelum memulai proses belajar
mengajar. Kadang guru tidak mengajarkan makhrijul
huruf atau ilmu tajwid lainnya, berbeda dengan sekolah
dasar Islam terpadu. Pada sekolah ini banyak program-
program dalam membaca Al-Qur’an, seperti: kegiatan
tahfidzul qur’an, kegiatan muroja’ah dan muatan-
muatan pelajaran agamanya lebih banyak dan
mempengaruhi kepada siswa untuk lancer membaca Al-
Qur’an. (Dr.Devy Aisyah, M.Ag, IAIN Batusangkar: 28
November 2018)
Pendapat tersebut juga didukung oleh informan III,
bahwa:
Iya, karena biasanya anak yang dari madrasah akan
lebih bisa membaca Al-Qur’an dari pada anak yang
berasal dari sekolah umum. Karena dimadrasah banyak
pelajaran yang berhubungan dengan Al-Qur’an, apalagi
yang jurusannya keagamaan ada pelajaran fiqih, Al-
Qur’an hadits, akidah akhlak dan semua pelajaran
tersebut berbahasa Arab, juga ada ayat-ayat yang harus
dihafal.Berbeda dengan sekolah umum yang jarang
64
mata pelajarannya khusus untuk membaca Al-
Qur’an.(Rifqa Dewi, M.Pd. I, Wawancara Pribadi, IAIN
Batusangkar: 27 November 2018)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan, bahwa
latar belakang sekolah juga mempengaruhi kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa. Mahasiswa yang berasal dari
Madrasah atau Pesantren akan berbeda kemampuan membaca
Al-Qur’annya dengan mahasiswa yang berasal dari sekolah
umum. Mereka yang berasal dari Madrasah atau Pesantren
akan lebih baik kemampuan membaca Al-Qur’annya, ini
dikarenakan di Madrasah atau Pesantren banyak program-
progran khussus untuk membaca Al-Qur’an dan mempelajari
Al-Qur’an. Sehingga mereka memiliki kemampuan yang baik
untuk membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui
bahwa, faktor internal dan faktor eksternal sangat
mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa.
Jika sudah ada faktor-faktor yang mendorong mahasiswa untuk
membaca Al-Qur’an, maka akan tumbuh semangat untuk
membaca Al-Qur’an.
b. Analisis terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan di IAIN
Batusangkar, diperoleh hasil penelitian mengenai kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI IAIN Batusangkar angkatan
2017, yaitu:
1) Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid
a) Mahasiswa yang Lulus Placement Test
Berdasarkan temuan diatas terkait kemampuan
mahasiswa PAI membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-
kaidah tajwid, bahwa sebagian besar mahasiswa PAI sudah
65
bisa membaca Al-Qur’an menggunakan kaidah-kaidah
tajwid dengan baik dan benar.
Namun masih ada mahasiswa PAI yang belum bisa
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan kaidah-kaidah
tajwid. Ada diantara mereka yang mengerti teori mengenai
tajwid, namun belum bisa mempraktekkan dalam membaca
Al-Qur’an. Seperti mengucapkan huruf-huruf hijaiyah
belum sesuai dengan makhrijul huruf dan juga ada
membaca Al-Qur’an yang seharusnya panjang dibaca
pendek atau sebaliknya ada yang seharusnya pendek dibaca
panjang. Dan dalam hukum ghunnah masih ada mahasiswa
tidak mendengungkan bacaannya. Hal ini bisa disebabkan
karena gugup dalam membaca dan juga bisa disebabkan
karena mahasiswa itu sendiri tidak mengulang membaca
Al-Qur’an setiap hari.
Jadi dapat dipahami sebagian besar mahasiswa PAI
sudah bisa membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah
tajwid. Diantara hukum tajwid yang telah dikuasai
mahasiswa PAI adalah makhrijul huruf, ahkamul huruf,
mad wal qasar. Namun yang paling sulit mereka
praktekkan adalah hukum waqaf wal ibtida‟. Ini disebabkan
karena mereka tidak menguasai simbol-simbol waqaf dan
tidak menguasai Bahasa Arab. Apabila mereka menguasai
symbol-simbol wakaf dan Bahasa Arab maka mereka akan
mudah menggunakan waqaf wal ibtida‟ini dalam membaca
Al-Qur’an.
b) Mahasiswa yang Mengikuti Kuliah Tahsin
Berdasarkan wawancara dan nilai placement test
mahasiswa PAI, masih ada mahasiswa yang belum lulus
dalam tes baca Al-Qur’an. Mahasiswa yang tidak lulus ini
dikarenakan membaca Al-Qur’an terbata-bata dan tidak
66
sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Mahasiswa yang tidak
lulus placement test terdapat sebanyak 33 orang. Namun
tidak semuanya yang mengikuti kuliah tahsin, karena
banyak diantara mereka yang tidak kuliah atau sudah
berhenti kuliah. Dan mahasiswa PAI yang mengikuti kuliah
tahsin hanya sebanyak 18 orang.
Kuliah tahsin adalah mata kuliah yang mengajarkan
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan
kaidah-kaidah tajwid. Kuliah tahsin akan dilaksanakan
selama satu semester.Mahasiswa yang mengikuti mata
kuliah tahsin ini benar-benar mahasiswa yang tidak pandai
membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum tajwid. Banyak
diantara mereka yang tidak memahami kaidah-kaidah
tajwid sehingga mereka tidak bisa mempraktekkannya
dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga mereka belajar
membaca Al-Qur’an dimulai dari huruf hijaiyah dan dosen
yang mengajarkan tahsin benar-benar kembali mengajarkan
hukum tajwid dari awal, seperti: makhrijul huruf, ahkamul
huruf, mad wal qasardan waqaf wal ibtida‟.
Dalam pembelajaran tahsin ini mahasiswa akan
membaca Al-Qur’an secara bergiliran untuk mengetahui
perkembangan kemampuan mahasiswa dalam membaca Al-
Qur’an. Tidak hanya mengajarkan membaca Al-Qur’an
sesuai hukum tajwid, dalam pembelajaran tahsin ini juga
diajarkan membaca Al-Qur’an dengan irama atau lagu yang
benar.
Setelah mengikuti kuliah tahsin, mahasiswa sebanyak
18 orang telah memiliki kemampuan yang baik dalam
membaca Al-Qur’an.Ini dibuktikan dengan sebagian besar
mahasiswa mendapatkan nilai antara 75-92.
67
2) Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa
a) Mahasiswa yang Lulus Placement Test
Berdasarkan temuan di atas terkait tingkat
kemampuan membaca Al-Qur’an, dapat dipahami bahwa
kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa PAI beragam.
Ada yang membaca Al-Qur’an dengan perlahan-lahan, ada
juga yang tartil serta ada yang membaca Al-Qur’an antara
tartil dan hard (pertengahan). Namun berdasarkan
wawancara yang peneliti lakukan tidak adanya mahasiswa
PAI yang membaca Al-Qur’an dengan cepat, ini
disebabkan karena ketidaktahuan mereka cara membaca
cepat.
Diantara tingkat kemampuan membaca Al-Qur’an
tersebut, mahasiswa PAI sebagian besar tingkat
kemampuan membaca Al-Qur’annya yaitu berada
ditingkatan tartil. Ini juga terlihat pada nilai placement test
bahwa banyak mahasiswa yang mendapatkan nilai antara
65-84. Mahasiswa yang mendapatkan nilai antara 65-84 ini
adalah mahasiswa yang membaca Al-Qur’annya dalam
kategori baik, yang mampu membaca Al-Qur’an sesuai
kaidah tajwid dan dengan bacaan tartil.
Bagi mahasiswa yang membaca pada tingkatan tartil
ini, mereka sudah membacanya sesuai dengan kaidah
tajwid. Mahasiswa PAI ini juga banyak yang unggul dalam
membaca Al-Qur’an.Diantara mereka ada yang qori dan
juga ada yang tahfidz, sehingga mereka sudah bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
b) Mahasiswa yang Mengikuti Kuliah Tahsin
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan,
bahwa mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin adalah
68
mahasiswa yang tingkat kemampuan membaca Al-
Qur’annya berada di tingkat at tahqiq.
Mahasiswa yang mengikuti tahsin ini membaca Al-
Qur’an dengan perlahan-lahan bahkan ada yang mengeja
karena ketidak lancaran dalam membaca Al-Qur’an. Dan
mahasiswa yang mengikuti tahsin belum sesuai dengan
kaidah tajwid yang benar. Ini juga terlihat dari nilai
placement test mahasiswa PAI, bahwa yang mengikuti
kuliah tahsin ini mendapatkan nilai kurang dari 65.
Mahasiswa yang mendapatkan nilai kurang dari 65 ini
termasuk kategori kurang dalam membaca Al-Qur’an,
mereka membaca tidak sesuai dengan kaidah tajwid.
3) Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Berdasarkan temuan diatas terkait faktor yang
mempengaruhi kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa
adalah:
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri
seseorang yang mendorongnya untuk membaca Al-Qur’an.
Faktor internal ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan
kemampuan membaca mahasiswa dalam meningkatkan
kemampuan membaca Al-Qur’an. Diantara faktor internal
yang mempengaruhi seseorang untuk membaca Al-Qur’an
adalah minat, bakat, motivasi dan perhatian.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi
seseorang untuk membaca Al-Qur’an adalah minat. Minat
sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an, karena apabila mahasiswa minat dalam membaca
Al-Qur’an maka ia akan membacanya dengan sungguh-
sungguh dan berusaha membaca Al-Qur’an lebih baik lagi.
69
Selain minat motivasi juga berpengaruh terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Apabila
seseorang telah memiliki motivasi untuk membaca Al-
Qur’an maka ia akan bergerak atau akan segera membaca
Al-Qur’an.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari
luar diri seseorang yang bisa mendorongnya untuk
membaca Al-Qur’an. Faktor eksternal ini juga sangat
berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
seseorang. Diantara faktor eksternal tersebut adalah orang
tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang sekolah
mahasiswa tersebut.
Orang tua sangat berpengaruh terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an seseorang. Karena apabila orang
tuanya selalu membaca Al-Qur’an dan meyuruh anaknya
untuk membaca Al-Qur’an sejak kecil, maka seorang anak
akan mengikuti apa yang diperintahka orang tuanya. Dan
jika orang tua menyerahkan anaknya untuk belajar Al-
Qur’an di TPA pada waktu keci, anak akan pandai
membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-
kaidah tajwid.
Selain orang tua lingkungan juga sangat
berpengaruh terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an
mahasiswa. Apabila orang sekitar atau teman-temannya
selalu membaca Al-Qur’an, maka ia juga akan termotivasi
untuk membaca Al-Qur’an. Dengan mengulang-ngulang
membaca Al-Qur’an ini maka kemampuan membaca
mahasiswa akan menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Dan yang juga berpengaruh terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an mahasiswa adalah latar belakang
70
sekolah mahasiswa tersebut. Mahasiswa yang berasal dari
madrasah atau pesantren akan berbeda kemampuan
membaca Al-Qur’annya dengan mahasiswa yang berasal
dari sekolah umum. Biasanya mahasiswa yang berasal dari
madrasah atau pesantren akan memiliki kemampuan
membaca lebih baik dibandingkan mahasiswa yang berasal
dari sekolah umum. Karena ketika belajar di madrasah atau
pesantren mereka lebih banyak belajar Al-Qur’an, dan juga
ada program-program khusus untuk belajar Al-Qur’an
seperti tahfizd dan tahsin.
Berbeda dengan sekolah umum, yang jarang
memiliki program khusus untuk belajar Al-Qur’an,
walaupun ada mata pelajaran yang mengajarkan Al-Qur’an
yaitu PAQ, itu hanya diajarkan selama 2 jam dalam
seminggu.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan
dengan mahasiswa PAI angkatan 2017, bahwa sebagian
besar mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin berasal dari
sekolah umum yaitu SMA dan SMK.Jadi dapat dipahami
mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantern
mempunyai kemampuan lebih baik membaca Al-Qur’an
dibandingkan mahasiswa yang berasal dari sekolah umum.
B. Pembahasan
Setiap mahasiswa PAI seharusnya memiliki kemampuan membaca
Al-Qur’an yang baik. Karena mahasiswa PAI adalah orang yang
dipersiapkan untuk mengajarkan ilmu agama pada nantinya, yang sangat
berkaitan dengan Al-Qur’an. Sebelum mengajarkan Al-Qur’an tentu
terlebih dahulu seseorang harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.
Seseorang bisa dikatakan bisa membaca Al-Qur’an dengan baik apabila ia
sudah membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Ilmu
71
tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara membunyikan
atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an.(Arif Hidayat, 2011: 43)
Tujuan ilmu tajwid sendiri adalah untuk memelihara bacaan Al-
Qur’an dari kesalahan dan perubahan dan untuk memelihara lisan (mulut)
dari kesalahan membaca. Jadi untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar, maka diharuskan untuk belajar tajwid.
Dari penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti dapat
memberikan analisis mengenai kemampuan membaca Al-Qur’an
mahasiswa PAI angkatan 2017, yaitu:
1. Membaca Al-Qur’an dengan Kaidah-Kaidah Tajwid
Berdasarkan temuan diatas terkait kemampuan mahasiswa PAI
membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid, bahwa
sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
menggunakan kaidah-kaidah tajwid dengan baik dan benar. Namun
masih ada mahasiswa PAI yang belum bisa membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan kaidah-kaidah tajwid. Banyak diantara mereka
yang mengerti teori mengenai tajwid, namun belum bisa
mempraktekkan dalam membaca Al-Qur’an. Hal ini bisa disebabkan
karena gugup dalam membaca dan juga bisa disebabkan karena
mahasiswa itu sendiri tidak mengulang membaca Al-Qur’an setiap
hari.
Adanya mahasiswa PAI yang belum bisa membaca Al-Qur’an
berdasarkan kaidah tajwid ditandai dengan masih ada mahasiswa PAI
yang mengikuti mata kuliah tahsin. Mata kuliah ini diperuntukkan
untuk mahasiswa yang tidak lulus tes baca Al-Qur’an atau placement
test. Mereka yang mengikuti mata kuliah tahsin ini benar-benar
mahasiswa yang tidak pandai membaca Al-Qur’an dengan hukum
tajwid. Sehingga mereka belajar membaca Al-Qur’an dimulai dari
huruf hijaiyah.
72
Membaca Al-Qur’an berdasarkan makhrijul huruf pada
umumnya mahasiswa PAI sudah bisa. Makhraj adalah tempat
keluarnya huruf , dimana suara akan berhenti pada tempat tersebut,
sehingga dapat dibedakan antara satu huruf dengan hurum lainnya
(Abu Ya’la Kurnaedi, 2010: 18).Namun masih ada diantara mereka
yang kesulitan membaca huruf-huruf yang berdekatan, seperti: ضد,ط
.ت,ثسشص
Berdasarkan hukum nun mati dan mim mati sebagian besar
mahasiswa PAI sudah bisa. Mereka sudah bisa mengetahui huruf-huruf
dari tiap-tiaphukum tersebut.
Dalam membaca Al-Qur’an juga ada mahasiswa yang
memanjangkan bacaan yang seharusnya dibaca pendek. Begitupun
sebaliknya ada mahasiswa yang memendekkan bacaan yang
seharusnya dibaca panjang. Tidak hanya itu juga ada mahasiswa yang
membaca panjang hanya satu alif, padahal bacaan tersebut harus
dibaca panjang 3 alif.
Untuk hukum ghunnah juga ada mahasiswa yang tidak
mendengungkan bacaannya, padahal harus dibaca dengung. Seperti
ketika mereka membaca hukum wajibulghunnah: ان ا, ada yang
membaca inna saja tanpa mendengungkan. Namun sebagian besar
sudah banyak yang bisa.
Dalam membaca Al-Qur’an berdasarkan hukum lam dan hukum
raa rata-rata mahasiswa sudah bisa menguasainya. Mereka sudah bisa
membedakan mana yang harus dibaca tafkim (tebal) dan mana yang
harus dibaca tarqiq (tipis). Mereka sudah memahaminya dengan baik
dan sudah bisa mempraktekkan dengan baik juga.
Untuk hukum waqaf dan ibtida‟ pada umumnya mahasiswa PAI
agak susah untuk mempraktekkannya. Waqaf merupakan
menghentikan bacaan sejenak untuk mengambil napas lalu
73
melanjutkannya kembali. Sedangkan ibtida‟ adalah memulai bacaaan
dari awal atau setelah waqaf. (Abu Ya’la Kurnaedi, 2010: 80-81)
Mahasiswa kurang bisa menggunakan hukum waqaf wal ibtida‟
ini dikarenakan mereka tidak memahami smbol-simbol dari waqaf
tersebut, seperti: قل (lebih baik berhenti), صل (lebih baik lanjut) لا (lebih
baik lanjut). Selain tidak mengetahui simbol-simbol tersebut, banyak
mahasiswa PAI juga tidak menguasai bahasa Arab sehingga mereka
tidak mengetahui arti kata dari simbol tersebut dan tidak mengetahui
tujuan dari kalimat ayat Al-Qur’an.
Jadi dapat dipahami sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa
membaca Al-Qur’an berdasarkan kaidah-kaidah tajwid. Diantara
hukum tajwid yang telah dikuasai mahasiswa PAI adalah makhrijul
huruf, ahkamul huruf, mad wal qasar. Namun yang paling sulit mereka
praktekkan adalah hukum waqaf wal ibtida‟. Ini disebabkan karena
mereka tidak menguasai simbol-simbol waqaf dan tidak menguasai
Bahasa Arab.
2. Tingkat Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa
Berdasarkan temuan di atas terkait tingkat kemampuan membaca
Al-Qur’an, dapat dipahami bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an
mahasiswa PAI beragam. Ada yang membaca Al-Qur’an dengan
perlahan-lahan, ada juga yang tartil serta ada yang membaca Al-
Qur’an antara tartil dan hard (pertengahan). Namun berdasarkan
wawancara yang peneliti lakukan tidak adanya mahasiswa PAI yang
membaca Al-Qur’an dengan cepat, ini disebabkan karena
ketidaktahuan mereka cara membaca cepat. Diantara tingkat
kemampuan membaca Al-Qur’an tersebut, mahasiswa PAI sebagian
besar tingkat kemampuan membaca Al-Qur’annya yaitu berada
ditingkatan tartil.
Tartil yaitu membaca dengan pelan dan tenang, mengeluarkan
setiap huruf dari makhrajnya dengan memberikan sifat-sifat yang
74
dimilikinya, bak asli maupun baru datang (hukum-hukumnya) serta
memperhatikan makna (ayat). Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad
an-Nasafi “tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah,
memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan
memyempurnakan harokat dalam bacaan.(Muhammad Rizki, 2015:
25)
Bagi mahasiswa yang membaca pada tingkatan tartil ini, mereka
sudah membacanya sesuai dengan kaidah tajwid. Mahasiswa PAI ini
juga banyak yang unggul dalam membaca Al-Qur’an. Diantara mereka
ada yang qori dan juga ada yang tahfidz, sehingga mereka sudah bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Qur’an
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca
Al-Qur’an ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri
seseorang yang mendorongnya untuk membaca Al-Qur’an. Faktor
internal ini sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan
membaca mahasiswa. Diantara faktor internal yang mempengaruhi
seseorang untuk membaca Al-Qur’an adalah minat, bakat, motivasi
dan perhatian.
Salah satu faktor internal yang mempengaruhi seseorang
untuk membaca Al-Qur’an adalah minati. Minat adalah perasaan
suka dan rasa keterlibatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada
yang menyuruh. (Iwandi, 2009: 13). Minat juga berpengaruh
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an, karena apabila
mahasiswa minat dalam membaca Al-Qur’an maka ia akan
membacanya dengan sungguh-sungguh.
Selain minat motivasi juga berpengaruh terhadap
kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Motivasi merupakan
istilah yang lebih umum yang menunjukkan pada seluruh proses
75
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul
dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan
atau akhir dari gerakan atau perbuatan. Karena itu, bisa juga
dikatakan bahwa motivasi membangkitkan motif, membangkitkan
daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk
berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau
tujuan. (Alex Sobur, 2003: 268)
Jadi apabila seseorang telah memiliki motivasi untuk
membaca Al-Qur’an maka ia akan bergerak atau akan segera
membaca Al-Qur’an. Dan dengan motivasi itu juga seseorang akan
rutin untuk membaca Al-Qur’an agar tercapai tujuan yang
diinginkannya, seperti: ia akan lebih lancar dalam membaca Al-
Qur’an karena rutin membacanya. Jika seseorang telah memiliki
motivasi yang baik dalam dirinya maka akan timbul dorongan dan
hasrat untuk belajar yang lebih baik, seseorang dapat mengetahui
apa gunanya belajar dan apa tujuan yang hendak dicapai dalam
pelajaran itu.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari uar diri
seseorang yang bisa mendorongnya untuk membaca Al-Qur’an.
Faktor eksternal ini juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an seseorang. Diantara faktor eksternal tersebut
adalah orang tua atau keluarga, lingkungan dan latar belakang
sekolah mahasiswa tersebut.
Seorang anak akan menghabiskan paling banyak waktunya
dalam keluarga dibandingkan, misalnya, dengan di tempat bekerja,
dan keluarga adalah wadah anak-anak sejak dini dikondisikan dan
dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan peranannya dalam
dunia orang dewasa. Individu-individu yang baru berkembang,
yang dilahirkan dalam suatu keluarga, harus mengalami proses
belajar dalam keluarga. (Alex Sobur, 2003: 248)
76
Bimbingan dari orang tua tidaklah mungkin ditiadakan
dalam kehidupan seseorang sejak kelahirannya. Orang tua
memberikan bantuan sebanyak-banyaknya kepada anak-anak
mereka untuk membawa mereka kearah pertumbuhan dan
perkembangan baik secara alamiyah maupun kulturil. (Iwandi,
2009: 18)
Jadi orang tua sangat berpengaruh terhadap kemampuan
membaca seseorang. Karena apabila orang tuanya selalu membaca
Al-Qur’an dan meyuruh anaknya untuk membaca Al-Qur’an sejak
kecil, maka seorang anak akan mengikuti apa yang diperintahka
orang tuanya. Dan jika orang tua menyerahkan anaknya untuk
belajar Al-Qur’an di TPA pada waktu keci, anak akan pandai
membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah
tajwid.
Selain orang tua lingkungan juga sangat berpengaruh
terhadap kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa. Lingkungan
merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Selama hidup anak
didik tidak bisa terhindar diri dari lingkungan alam dan lingkungan
sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini
selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. (Iwandi, 2009:
19)
Apabila orang sekitar atau teman-temannya selalu
membaca Al-Qur’an, maka ia juga akan termotivasi untuk
membaca Al-Qur’an. Dengan mengulang-ngulang membaca Al-
Qur’an ini maka kemampuan membaca mahasiswa akan menjadi
lebih baik dari hari ke hari.
Dan yang juga berpengaruh terhadap kemampuan membaca
Al-Qur’an mahasiswa adalah latar belakang sekolah mahasiswa
tersebut. Mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantren
akan berbeda kemampuan membaca Al-Qur’annya dengan
mahasiswa yang berasal dari sekolah umum. Biasanya mahasiswa
77
yang berasal dari madrasah atau pesantren akan memiliki
kemampuan membaca lebih baik dibandingkan mahasiswa yang
berasal dari sekolah umum. Karena ketika belajar di madrasah atau
pesantren mereka lebih banyak belajar Al-Qur’an, dan juga ada
program-program khusus untuk belajar Al-Qur’an seperti tahfizd
dan tahsin.
Berbeda dengan sekolah umum, yang jarang memiliki
program khusus untuk belajar Al-Qur’an, walaupun ada mata
pelajaran yang mengajarkan Al-Qur’an yaitu PAQ, itu hanya
diajarkan selama 2 jam dalam seminggu. Jadi dapat dipahami
mahasiswa yang berasal dari madrasah atau pesantern mempunyai
kemampuan lebih baik membaca Al-Qur’an dibandingkan
mahasiswa yang berasal dari sekolah umum.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di lapangan tentang kemampuan membaca Al-
Qur’an mahasiwa jurusan PAI angkatan 2017 dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Deskripsi Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa PAI angkatan
2017
Sebagian besar mahasiswa PAI sudah bisa membaca Al-Qur’an
menggunakan kaidah-kaidah tajwid dengan baik dan benar.Dan
kemampuan membaca Al-Qur’an mahaiswa PAI angkatan 2017 berada
ditingkatan tartil. Dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an mahasiswa sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal dari mahasiswa tersebut
2. Analisis terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa
Mahasiswa yang tidak lulus dalam placement testakan mengikuti
kuliah tahsin. Sebagian besar mahasiswa yang mengikuti kuliah tahsin
berAsal dari sekolah umum yaitu SMA dan SMK.Dan setelah
mengikuti kuliah tahsin mereka sudah memiliki kemampuan yang baik
dalam membaca Al-Qur’an ini ditandai dengan sudah bagusnya nilai
yang mereka dapatkan.
B. Saran
Agar kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa Pendidikan
Agama Islam menjadi lebih baik, maka disarankan:
1. Mahasiswa
Kepada mahasiswa agar lebih meningkatkan lagi kemampuan
membaca Al-Qur’annya dengan cara mendalami lagi ilmu tajwid dan
mengulang-ngulang membaca Al-Qur’an setiap hari. Dan juga
79
mahasiswa diharapkan untuk saling memberikan motivasi kepada
tema-temannya untuk membaca Al-Qur’an.
2. Orang Tua
Selalu memotivasi anak untuk membaca Al-Qur’an, agar anak
tergerak hatinya untuk membaca Al-Qur’an.Karena orang tua sangat
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an
anak.
3. Institusi
Kepada institusi diharapkan lebih selektif lagi menerima
mahasiswa jurusan PAI.Setiap calon mahasiswa hendaknya diberikan
tes baca Al-Qur’an sebelum diterima menjadi mahasiswa jurusan PAI
di IAIN Batusangkar.
78
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Pertama. Cetakan
Pertama. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1999. Kaifa Nata‟amalu Ma‟a Al-Qur‟ani Al-Azhim. Edisi
Pertama. Daarusy Syuruq. Kairo. Terjemahan Abdul Hayyie Al-Kattani.
2000. Berinteraksi dengan Al-Qur‟an. Cetakan Kedua. Gema Insani Press.
Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi
Revisi. Cetakan kedua. Balai Pustaka.
Hidayat, Arif. 2011. Cara Kilat Pandai Membaca Al-Qur‟an. Edisi Pertama.
Cetakan Pertama. Basmallah. Cibubur.
Iwandi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa dalam
Membaca Al-Qur’an di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru. Skripsi.
Pekanbaru.
Kurnaedi, Abu, Ya’la. 2010. Metode Asy-Syafi‟I Ilmu Tajwid Praktis. Edisi
Pertama. Cetakan Kesembilan. Pustaka Imam Asy-Syafi’i. Jakarta.
Makhyaruddin, D, M. 2013. Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Qur‟an. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. PT Mizan Publika. Jakarta.
Moleong, L, J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Najati, M, U. 2005. Psikologi dalam Al-Qur‟an (Terapi Qur‟ani dalam
Penyembuhan Gangguan Kejiwaan). Edisi Pertama. Cetakan Pertama. CV
Pustaka Setia. Bandung.
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti
Pemula. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Alfabeta. Bandung.
79
Sandra, Yaldi. 2014. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Melalui Media
Komputer pada Mata Pelajaran Pendidikan Al-Qur’an di SDN 05
Pabalutan Kec. Rambatan Kab. Tanah Datar. Skripsi. Program Sarjana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negri Batusangkar. Batusangkar.
Shihab, M, Q. 1998. Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟I atas Pelbagai
Persoalan Umat. Edisi Refisi. Cetakan VII. Mizan. Bandung.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. CV
Pustaka Setia. Bandung.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Edisi
Revisi. Cetakan ke-18. Alfabeta. Bandung.
Syam, Y, H. 2008. Fasih Baca Al-Qur‟an Ilmu Tajwid Bagi Pemula. Edisi
Pertama. Cetakan Pertama. Tugu Publisher.
Yahya, A, Z, M. 2007. At-Tibyan Fii Adai Hamalatil Qur‟an. Muassasah Al-Iqra.
Terjemahan Abu Abdillah Ibnu Rasta. 2007. Adab Penuntut Ilmu dan
Penghafal Al-Qur‟an. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Pustaka An-Nur.
Jatimalang.
Yusuf, K, M. 2014. Studi Al-Qur‟an. Edisi Revisi. Cetakan Kedua. Amzah.
Jakarta.
Zaini, Hasan. 2011.‟Ulum Al-Qur‟an. STAIN Betusangkar Press. Batusangkar.