analisis kemampuan berpikir tingkat tinggi ...digilib.unila.ac.id/56760/4/3. skripsi full tanpa...
TRANSCRIPT
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADAMATERI FISIKA KELAS X SMA DI BANDARLAMPUNG
(Skripsi)
OlehNur Faizah Akmala
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ii
ABSTRAK
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADAMATERI FISIKA KELAS X SMA DI BANDARLAMPUNG
Oleh
Nur Faizah Akmala
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa pada materi Fisika kelas X SMA di Bandarlampung. Jenis penelitian yang
dipakai adalah penelitian kuantitatif yang diujikan kepada 456 responden yang
berada di Bandarlampung dengan menggunakan instrumen tes yang telah di uji
validitas untuk mengetahui layak tidaknya instrumen yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan persentase kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa pada materi Fisika kelas X SMA di Bandarlampung
terkategori rendah dengan nilai rata-rata sebesar 4,4. Selanjutnya digolongkan
berdasarkan indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu pada level berpikir
C4 (menganalisis) terkategori cukup tinggi dengan nilai rata-rata 6,5, C5
(mengevaluasi) , dan C6 (mencipta) terkategori rendah dengan nilai rata-rata 2,8
dan 2,9. Selanjutnya menggunakan uji Independent sampel T-Test untuk
menentukan berbedaan nilai rata-rata yang dimiliki siswa laki-laki dan perempuan
iii
Nur Faizah Akmalayaitu mendapatkan hasil sebesar 0,63 > 0,05 dan dinyatakan tidak terdapat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa pada materifisika kelas X SMA di Bandarlampung,
Kata kunci: Analisis, Hukum Newton, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi,
Fisika SMA
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA PADAMATERI FISIKA KELAS X SMA DI BANDARLAMPUNG
OlehNur Faizah Akmala
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan FisikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 25 Juli 1997 sebagai anak
keempat dari empat bersaudara pasangan Bapak Muhammad Fauzi (alm) dan Ibu
Umaroh. Penulis mengawali pendidikan bermain di TK Negeri Pembina pada
ahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2003, melanjutkan pendidikan formal di
SD Negeri 3 Sukaraja pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2009,
melanjutkan di MTs Negeri 1 Bandarlampung pada tahun 2009 yang diselesaikan
pada tahun 2012, lalu melanjutkan studi pada tahun 2012 di SMA Negeri 10
Bandarlampung diselesaikan pada tahun 2015. Pada mei 2015 penulis dinyatakan
diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Riwayat organisasi yang pernah dijalani penulis antara lain pernah menjadi
anggota marching band MTs Negeri 1 Bandarlampung. Pernah menjabat sebagai
Sekretaris 1 OSIS SMA Negeri 10 Bandarlampung pada tahun 2013-2014,
Sekretaris Umum Rohani Islam (Rohis) SMA Negeri 10 Bandarlampung pada
tahun 2012-2014. dan aktif menjadi anggota Aliansi Mahasiswa Pendidikan Fisika
(ALMAFIKA).
ix
MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
“Untuk sukses, kamu perlu mempercayai dirimu sendiri, terutama disaat
tidak ada seorangpun yang percaya padamu”
(Chairul Tanjung)
“Do’a, usaha, dan yakin suatu saat impianmu akan terwujud”
(Nur Faizah Akmala)
x
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang selalu memberikan
limpahan rahmat-Nya dan semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Dengan kerendahan hati, penulis
mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti kasih tulus dan
mendalam kepada :
1. Orang tuaku tercinta, Bapak Muhammad Fauzi (alm) yang telah sepenuh hati
membesarkan, mendidik, dan mendo’akan, sehingga bisa membuat anakmu
ini menjadi perempuan yang kuat. Teruntuk wanita terhebatku Ibu Umaroh
yang telah sepenuh hati berjuang membesarkan, mendidik, mendo’akan, serta
mendukukung segala bentuk perjuangan anaknya. Semoga Allah senantiasa
menguatkan langkahku untuk selalu membahagiakan, membanggakan kalian
dan bisa membawa kalian masuk di Jannah-Nya.
2. Kakak-kakakku, Taufik Urohman, Ertikha, Futu Hyyah, dan kakak iparku
Resy Afrilya, serta ponakanku tercinta Daffa Naufal Ahza, Arkha Aditya
Mauza, M. Luthfi Fadil Ibrahim, Putri Zasckia Anggraini, Prabu Sakha
Erlangga, dan Atika Zahra Ratifa, selalu mengkhawatirkanku, menyayangi,
memberikan doa dan semangatnya.
3. Para pendidik yang senantiasa memberikan didikan dan bimbingan terbaik
kepadaku dengan tulus dan ikhlas.
xi
4. Semua sahabat-sahabatku yang begitu sabar menemani langkah juangku dan
senantiasa saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
5. Almamater tercinta Universitas Lampung.
xii
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala, karena atas
nikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di
FKIP Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. I Wayan Distrik, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika sekaligus Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik
yang bersifat positif dan membangun dan kesediaannya untuk memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi.
5. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberikan saran dan kritik yang bersifat positif, motivasi dan
bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
xiii
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah
membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dewan guru SMAN 8, SMAN 5, SMAN 7, SMA YP
Unila, dan SMA Yadika Bandarlampung, beserta staf tata usaha yang
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
8. Almamater tercinta Universitas Lampung.
9. Sahabat seperjuanganku, Rika Dwi Kurniati, Haza Kurnia Dinantika, Annisa
Marina Putri, Noval aditya, dan Dini Anggreini yang selalu memberikan
dukungan yang luar biasa dan senantiasa menemani setiap proses
perkuliahan.
10. Sahabat SMA terbaikku Aprily Ayu Anbar, Ulfah Luthfi Zhafira, dan Windy
Novia Maharani yang memberikan semangat canda tawa di setiap keadaan
dan menemani ketikaku membutuhkan masukan dan saran.
11. Sahabatku Iqlima Zahra, terimakasih telah setia mendengarkan keluh kesah
dan memberikan masukan positif disetiap kendala yang dihadapi.
12. Sahabat 45 hariku Aulia Shafira Vanessa dan Rima Destia yang senantiasa
memberi masukan yang positif untuk selalu semangat.
13. Sahabat perjuangan microteaching, Dwi Kusdayanti, Reny Widyanti, Novia
Anggraini, Novi Dwi, Syifa Nabila, Alda Novita Sari, jasa kalian tak pernah
terlupakan.
14. Sahabat kelas B, Nanda, Uwik, dan Reni yang selalu menjadi penyemangat
dan memberikan masukan masukan positif yang membangun dan
mengajarkan ku istiqhomah di jalan Allah SWT .
xiv
15. Teman-teman skripsi yang selalu menyemangati dan memberi dukungan,
Mirda, Rika, Novia, Titin, Syifa, Zara, dan Prima.
16. Teman-teman Fisika 2015 (Alien) baik kelas A maupun kelas B yang
senantiasa memberikan kekuatan dan doanya
17. Sahabat KKN Pekon Tangkit Serdang, Aulia Shafira Vanessa, Rima Destia,
Rizza Sepitriana, Ratu anggita, Fana Lestari, Indah Rahmawati, Aditya Sandi
Wijaya, Dwi Hananta.
18. Ponakanku tersayang Daffa Naufal Ahza, Arkha Aditya Mauza, dan M.
Luthfi Fadil Ibrahim yang selalu menggangu sekaligus menjadikan semangat
untuku.
19. Teruntuk teman bahagiaku, Rendy Yolanda terimakasih telah menemani,
memberikan semangat canda tawa dan membantu di setiap proses pengerjaan
skripsi ini dan selama proses perkuliahan, dan mengajarkan arti dari
kesabaran, perjuangan dan kesetiaan.
20. Kepada semua pihak yang telah membantu perjuangan terselesaikannya
skripsi ini.
Penulis berdoa semoga atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, 25 April 2019Penulis,
Nur Faizah Akmala
xv
DAFTAR ISI
HalamanCOVER LUAR................................................................................. iABSTRAK ...................................................................................... .. iiCOVER DALAM.. ........................................................................... ivLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................ vLEMBAR PENGESAHAN ............................................................. viSURAT PERNYATAAN ................................................................. viiRIWAYAT HIDUP .......................................................................... viiiMOTTO ............................................................................................ ixPERSEMBAHAN............................................................................. xSANWACANA ................................................................................. xiiDAFTAR ISI..................................................................................... xvDAFTAR TABEL ............................................................................ xviiDAFTAR GAMBAR........................................................................ xviii
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah........................................................ 1B. Rumusan Masalah ................................................................. 4C. Tujuan Pengembangan.......................................................... 5D. Manfaat Pengembangan........................................................ 5E. Ruang Lingkup Pengembangan ............................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Berpikir Tingkat Tinggi ........................................................ 7B. Indikator Berpikir Tingkat Tiinggi ....................................... 9
III. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian...................................................................... 18B. Populasi Sampel.................................................................... 18C. Data Penelitian ...................................................................... 19D. Instrumen Penelitian ............................................................. 19E. Analisis Instrumen Penelitian ............................................... 20F. Teknik Analisis Data............................................................. 22
IV. HASIL PENEITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian ..................................................................... 23
1. Nilai Rata-rata, Nilai Minimum, Nilai Maksimum,dan
xvi
Simpangan Baku Berdasarkan Indikator Berpikir TingkatTinggi .............................................................................. 24
2. Perbedaan Nilai Laki-laki dan Perempuan MenggunakanIndependent Sampel T-Test ............................................ 27
B. Pembahasan........................................................................... 27
V. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ............................................................................... 31B. Saran ..................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Kata Kunci dan Kata Kerja Operasional Revisi2. Taksonomi Bloom Untuk Kemampuan Berpikir Tingkat3. Tinggi ..................................................................................... 124. Ukuran Nilai Alpha ................................................................ 225. Persentase Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi .... 226. Nilai Rata-rata, nilai Minimum, dan Simpangan baku7. Berdasarkan Indikator berpikir Tingkat Tinggi ..................... 24
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Persentase Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada2. Materi Fisika Kelas X SMA di Bandarlampung........................ 26
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan pondasi utama dalam kehidupan manusia. Dalam
setiap proses perkembangannya, pendidikan terus mengalami perubahan
kurikulum. Hal tersebut ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan
informasi. Seiring dengan berjalannya waktu pendidikan memasuki masa
era baru yang bernama era pendidikan Abad 21. Abad 21 merupakan abad
pengetahuan, abad dimana informasi banyak tersebar dan teknologi selalu
berkembang. Karakteristik abad 21 ditandai dengan semakin bertautnya
dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi yang di dapat diantaranya
menjadi semakin cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi di dunia pendidikan, telah terbukti dengan semakin
menyempit dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama ini
menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan ilmu pengetahuan oleh
umat manusia (BSNP, 2010). Abad 21 juga ditandai dengan (1) informasi
yang tersedia dimana saja dan dapat diakses kapan saja; (2) komputasi
yang semakin cepat; (3) otomasi yang menggantikan pekerjaan-pekerjaan
rutin; dan (4) komunikasi yang dapat dilakukan dari mana saja dan
kemana saja (Litbang Kemdikbud, 2013).
2
Pada sistem pembelajaran abad 21 mengalami suatu peralihan, kurikulum
yang berlaku sekarang (Kurikulum 2013 versi 2016) menuntut guru untuk
melakkukan pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpikir
tingkat tinggi dan memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking skills) atau HOTS. HOTS sangat erat hubungannya dengan
berpikir kritis. Penelitian (Carlgreen, 2013) menyimpulkan siswa
menghadapi hambatan dalam berkomunikasi, berpikir kritis, dan
pemecahan masalah yang disebabkan karena tiga faktor yaitu struktur
sistem pendidikan saat ini, kompleksitas keterampilan siswa, dan
kompetensi guru dalam mengajar (Carlgren 2013). Disamping itu hasil
penelitian menunjukkan bahwa jika guru secara sadar dan terus menerus
berlatih menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi misalnya, mengajar
sesuai dengan kondisi nyata, mendorong diskusi kelas secara terbuka, dan
mendorong belajar inkuisi maka hal tersebut dapat pengembangan
kemampuan berpikir kritis siswa (Avargil 2012). Di Indonesia penelitian
tentang berpikir kritis telah banyak dilakukan pada umumnya tentang
pengaruh atau penggunaan strategi, metode, model atau media
pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis (Kurniawati 2014,
Pratiwi 2016, Sarwi 2012, Setyorini 2012).
Dalam visi pendidikan nasional tahun 2025 diharapkan terlahirnya peserta
didik yang cerdas dan terampil. Kecerdasan dan keterampilan menjadi
prasyarat pendidikan abad 21. Proses pendidikan yang diterima peserta
didik pada hari ini akan menentukan bagaimana bersaing di dunia nyata di
kemudian hari.
3
Menurut survei yang dilakukan oleh Organisation for Economic
Coperation and Development (OECD) menggunakan tes Programme
Internatonale for Student Assesment (PISA) tahun 2015, pendidikan di
Indonesia menduduki ranking 69 dari 76 negara yang mengikuti tes PISA
dan Indonesia mendapatkan skor 403 pada tahun 2015, hal tersebut
menunjukkan pentingnya guru mengarahkan peserta didiknya untuk
berpikir tingkat tinggi agar mampu bersaing dengan negara – negara lain.
Salah satu faktor yang menyebabkan kemampuan berpikirnya masih
rendah adalah kurang terlatihnya anak indonesia dalam menyelesaikan tes
atau soal-soal yang sifatnya menuntut analisis, evaluasi, dan kreativitas.
Sola-soal yang memiliki karakteristik tersebut adalah soal-soal HOTS
(Dewi, 2016).
Hal ini perlu diantisipasi dengan cerdik oleh para praktisi di lapangan,
bukan dengan cara sekadar membantu siswa latihan soal, melainkan
dengan cara membekalkan keterampilan menerapkan dan bernalar
(berpikir tingkat tinggi dan mencermati data yang disajikan dalam berbagi
bentuk tampilan). Keterampilan membaca pemahaman siswa Indonesia
sangat kurang dan perlu dibantu, karena banyak soal essay yang tidak
direspon. Kalaupun direspon, responnya masih menunjukkan penalarannya
tingkat rendah, linier, dan terpisah-pisah (tidak komprehensif).
Menurut penelitian Nuris dan Edi (2015) hasil analisis data di simpulkan
bahwa perencanaan pembelajaran fisika berbasis HOTS yang disusun oleh
guru fisika kelas X pada SMA Negeri di Kota Yogykarta berada pada
4
kategori terlaksana sedang. Sedangkan menurut penelitian Iffa, Fakhrudin,
dan Yennita (2017) bahwa soal yang berkategori HOTS dalam ujian
Nasional Fisika memiliki persentase dengan rentan 8,75 – 11,5% dan daya
serap HOTS siswa dalam mengerjakan soal Ujian Nasional Fisika masih
tergolong cukup rendah dengan persentase 44,2%.
Hal ini tentu saja menjadi pertanyaan mengapa hasil penelitian tersebut
terjadi perbedaan apakah terdapat faktor yang mempengaruhi kedua
penelitian tersebut atau metode yang di gunakan berbeda sehingga hasil
yang di peroleh berbeda, maka dari itu peneliti ingin mengkaji kembali
dengan menggunakan metode penelitian yang diujikan berdasarkan
indikator level berpikir HOTS siswa, dan menguji berdasarkan jenis
kelamin apakah terdapat perbedaan berpikir tingkat tinggi siswa laki-laki
dengan siswa perempuan, sehingga hasil yng didapat lebih relevan dan
lebih akurat. Oleh kareaitu, peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada Materi Fisika
Kelas X SMA di Bandarlampung” untuk mengetahui bagaimana
keterampilan dan proses berpikir tingkat tinggi siswa pada materi fisika
kelas X SMA di Bandarlampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah yang
dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa pada materi fisika kelas X SMA di
Bandarlampung?
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dalam penelitian ini
adalah mengetahui keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada
materi fisika kelas X SMA di Bandarlampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi sekolah, sebagai informasi tentang keterampilan dan proses
berpikir tingkat tinggi siswa yang dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi untuk meningkatkan kualitas akademik siswa terutama pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2. Bagi guru, sebagai bahan referensi dalam menganalisis keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa sehinga dapat diketahui bagaimana
keterampilan serta proses berpikir tingkat tinggi siswa kategori atas,
tengah, dan bawah. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi pembelajaran dan referensi bagaimana mengubah pola
berpikir siswa kategori bawah.
3. Bagi peneliti, sebagai referensi dalam menganalisis keterampilan dan
proses berpikir tingkat tinggi siswa dan dapat menjadi referensi
lanjutan dalam penelitian mengenai keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan proses berpikir siswa.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian pengembangan ini adalah :
6
1. Keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam penelitian ini ditinjau
dari keterampilan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta
berdasarkan Taksonomi Bloom terevisi.
2. Perangkat instrumen yang diterapkan menggunakan instrumen yang
telah dibuat oleh Solekhah (2018). Pengembangan Instrumen Tes
kemampuan berpikir Tingkat Tinggi Materi Hukum Newton Tentang
Gerak
3. Pada tahap memangmbil sampel data akan dilaksanakan di 5 Sekolah
Menengah Atas di Bandarlampung dilihat dari Barat, Timur, Utara,
Selatan Tengah Kota Bandarlampung yaitu SMA Negeri 7
Bandarlampung, SMA Negeri 5 Bandarlampung, SMA Yadika
Bandarlampung, SMA Negeri 8 Bandarlampung dan SMA YP Unila
Bandarlampung.
4. Materi yang akan dianalisis yaitu materi fisika SMA/MA kelas X
semester genap yaitu pokok bahasan Hukum Newton sesuai yang
tercantum dalam silabus Kurikulum 2013
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Berpikir Tingkat Tinggi
Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi
dijelaskan oleh Conklin (2012: 14) yaitu characteristicsof higher order
thinking skills:higherorder thinking skills encompass both critical thinking
and creative thinking.Kemampuan berpikir kritis dan kreatif merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai penggunaan
pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan baru.Kemampuan
berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang untuk menerapkan
informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan memanipulasi informasi
untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi baru (Heong,
2011). Berpikir tingkat tinggi adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari
pada sekadar menghafalkan fakta atau mengatakan sesuatu kepada
seseorang persis seperti apa yang disampaikan kepada kita. Wardana
mengemukakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses
berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha mengeksplorasi
pengalaman yang kompleks, reflektif dan kreatif yang dilakukan secara
8
sadar untuk mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan yang meliputi
tingkat berpikir analitis, sintesis, dan evaluatif.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher order Tingking Skill – HOTS)
merupakan proses berpikir yang tidak sekadar menghafal dan
menyampaikan kembali informasi yang diketahui. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi merupakan kemampuan menghubungkan, memanipulasi, dan
mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki untuk
berpikir secara kritis dan kreatif dalam upaya menentukan keputusan dan
memecahkan masalah pada situasi baru.
Secara umum, terdapat beberapa aspek yang menunjukkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang yaitu kemampuan
berpikir kritis, berpikir kreatif, serta memecahkan masalah. Arifin
(2010:185) mengemukakan bahwa berpikir kritih sebuah proses
terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi,
logika, dan bahasa yang mendasari pemikiran orang lain. Kemampuan
berpikir kreatif yang disarikan Thomas, Thorne and Small dari Center for
Development and learning menyatakan bahwa berpikir kreatif meliputi
mengkreasikan, menemukan, berimajinasi, menduga, mendesain,
mengajukan alternatif, menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Membentuk
ide yang kreatif berarti muncul dengan sesuatu yang tidak biasa, baru, atau
memunculkan solusi atas suatu masalah. Kemampuan seseorang untuk
berpikir kreatif dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator, misalnya
9
mampu mengusulkan ide baru, mengajukan pertanyaan, berani
berekperimen dan merencanakan strategi.
B. Indikator Berpikir Tingkat Tinggi
Berbicara mengenai kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka taksonomi
Bloom dapat digunakan sebagai landasan utama. Kemampuan berpikir
tingkat tinggi pertama kali dimunculkan pada tahun 1990 lalu kemudian
direvisi oleh Anderson & Krathwohl agar lebih relevan digunakan oleh
dunia pendidikan abad ke-21. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
dikemukakan oleh Bloom menggunakan kata benda yaitu : Pengetahuan,
Pemahaman, Terapan, Analisis, Sintesis, Evaluasi. Sedangkan dimensi
kognitif setelah diirevisi diubah menjadi kata kerja yakni : Mengingat,
Memahami, Menerapkan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.
Dalam Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathworl & Anderson
(2001) menjelaskan indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu:
1. C4 (menganalisis), memecahkan materi konsep menjadi beberapa bagian,
menentukan bagaimana bagian yang berhubungan atau saling berhubungan
satu sama lain atau untuk keseluruhan struktur atau tujuan.
2. C5 (mengevaluasi), membuat penilaian berdasarkan kriteria atau standar.
3. C6 (menciptakan), meletakkan elemen bersama untuk membentuk
keseluruhan koheren dan fungsional, reorganisasi elemen ke pola baru atau
menghasilkanstruktur menyeluruh,dan memproduksi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dengan menggunakan
indikator berpikir tingkat tinggi yang telah direvisi oleh Anderson &
10
Krathwohl (2001). Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal
hanya satu dimensi tetapi dalam taksonomi Anderson & Krathwohl
menjadi dua dimensi. Dimensi pertama yaitu Knowledge Dimension
(dimensi pengetahuan) dan Cognitive Process Dimension (dimensi proses
kognisi). Dimensi proses kognisi terdapat 6 kategori, yaitu kemampuan
mengingat, memahami, dan menerapkan yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat rendah. Selain itu kemampuan menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Adapun penjelasan dimensi proses kognisi dari kemampuan berpikir
tingkat tinggi sebagai berikut:
1. Analisis (C4)
Menganalisis adalah kemampuan menguraikan suatu materi atau
konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Kemampuan
menganalisis adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam
proses tujuan pembelajaran. Analisis adalah usaha memilah suatu
menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian kecil sehingga jelas
hierarkinya atau susunannya (Munaf, 2001: 71). Dengan analisis
diharapkan peserta didik mampu mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan terpadu. Contoh kata kerja operasional yang dapat
digunakan pada ranah ″analisis″ adalah menganalisa, membedakan,
menemukan, mengklasifikasikan, membandingkan (Munaf, 2001: 72).
11
2. Evaluasi (C5)
Evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan keputusan berdasarkan
kriteria dan berdasarkan standar yang telah ditetapkan. Kriteria yang
digunakan adalah kriteria berdasarkan kualitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria tersebut berlaku untuk guru dan peserta didik. Pada
tahap evaluasi, peserta didik diharapkan mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan criteria tertentu. Tingkatan ini terdapat dua
macam proses kognitif, yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik
(critiquing). Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada
jenjang evaluasi yaitu menilai, membandingkan, menyimpulkan,
mengkritik, membela, menjelaskan, mendiskriminasikan, mengevaluasi,
menafsirkan, membenarkan, meringkas, dan mendukung.
3. Menciptakan (C6)
Menciptakan adalah proses kognitif yang melibatkan kemampuan
mewujudkan suatu konsep ke dalam suatu produk. Peserta didik
dikatakan mempunyai kemampuan proses kognitif menciptakan, jika
peserta didik tersebut dapat membuat suatu produk baru yang
merupakan reorganisasi dari beberapa konsep. Oleh karena itu, berpikir
kreatif dalam konteks ini merujuk pada kemampuan peserta didik dalam
mensintesis informasi atau konsep ke dalam bentuk yang lebih
menyeluruh. Proses kognitif pada menciptakan meliputi penyusunan
(generating), perencanaan (planning), dan produksi
12
(producing).Deskripsi kata kunci dan kata kerja operasional setiap
kategori revisi taksonomi Bloom & Andersoon dapat dilihat dalam.
Tabel 1. Deskripsi Kata Kunci dan Kata Kerja Operasional RevisiTaksonomi Bloom Untuk Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kategori(HOTS)
Proses Kognitif Kata KerjaOperasinal
Definisi
Menganalisis(C4) adalahmemecahmaterimenjadibagian-bagianpenyusunyadanmenetukanhubunganantara bagian-bagian secarakeseluruhan
C5 adalahmengambilkeputusanberdasarkankriteria ataustandar
Membedakan
Mengorganisasi
Mengatribusikan
Memeriksa
MenyendirikanMemilihMemfokuskanMemilah
MenemukanKoherensiMemadukanMembuatGaris BesarMendiskripsikanPeran
Mendekonstruksi
MengordinasiMendeteksiMemonitorMenguji
Membedakanmateripelajaran yangrelevan dariyang tidakrelevanbagiam yangpenting dariyang tidakpenting
Menetukanbagaimanaelemen-elemenbekerja atauberfungsidalam sebuahstruktur.
Menetukansudut pandangbias, nilai ataumaksuddibalik materipelajaran
Menemukankonsistensiatau kesalahandalam suatuproses atauproduk, danmenemukanefektifitasprosedur yangsedang
13
Mencipta (C6)adalahmemadukanbagian-bagianuntukmembentuksesuatu yangbaru dankoheren atauuntukmembuatsesuatu yangorisinil
Mengkritik Menilai
dipraktikan
Menemukankonsistensiantara sebuahproduk dankriteriaeksternal danmenemukanketepatansuatu proseduruntukmenyelesaikanmasalah
Membuathipotesisberdasrkankriteria
Dimensi yang kedua adalah dimensi pengetahuan, yang terdiri dari 4
kategori pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengetahuan Faktual
Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang
terpisah-pisah atau suatu unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin
ilmu tertentu.
Ada dua macam pengetahuan faktual, yaitu (1) pengetahuan tentang
terminologi (knowledge of terminology): mencakup pengetahuan
tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun
non verbal; dan (2) pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-
unsur (knowledge of specific details and element) yaitu mencakup
pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang
sifatnya sangat spesifik.
14
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan keterkaitan antara unsur-unsur
dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi
bersama sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model
pemikiran, dan teori baik yang implisit dan eksplisit. Ada tiga
macam pengetahuan konseptual diantaranya pengetahaun tentang
klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan
generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan prosedural yaitu pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Seringkali
pengetahuan prosedural berisi tentang langkah-langkah atau tahapan
yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Perolehan
pengetahuan prosedural dapat dilakukan melalui suatu metode
penyelidikan dengan menggunakan keterampilan-keterampilan,
teknik dan metode serta kriteria tertentu.
4. Pengetahuan Metakognisi
Metakognisi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan atau aktivitas
yang meregulasi kognisi. Konsep ini secara luas mencakup
“pengetahuan individu mengenai keberadaan dasarnya sebagai
individu yang memiliki kemampuan mengenali, pengetahuan
mengenai dasar dari tugas-tugas kognitif yang berbeda dan
pengetahuan mengenai strategi-strategi yang memungkinkan untuk
15
dapat mengahadapi tugas-tugas yang berbeda. Dengan demikian,
individu tidak hanya dapat berpikir mengenai objek-objek dan
perilaku, namun juga mengenai kognisi itu sendiri.
Indikator untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi
meliputi kemampuan menganalisa, mengevaluasi, dan menciptakan
(Anderson dan Krathwohl, 2001). Output siswa yang memiliki
keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak hanya dikembangkan
dalam proses pembelajaran, tetapi juga harus didukung dengan
evaluasi atau tes yang mencerminkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi karena evaluasi atau tes merupakan bagian yang menyatu
dengan pembelajaran di kelas. Evaluasi dapat digunakan untuk
mengukur keberhasilan pencapaian indikator pembelajaran yang
dilakukan (Arikunto, 2007).
Indikator pembelajaran dapat berupa indikator kognitif produk,
kognitif proses, psikomotorik, dan afektif. Evaluasi yang digunakan
untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi didasarkan
pada indikator kognitif. Instrumen evaluasi yang mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat menggunakan berbagai
tipe penilaian seperti modified multiple choice,konstruksi jawaban
singkat, dan konstruksi jawaban panjang seperti yang telah
dilakukan oleh Ramirez dan Ganaden (2008). Salah satu alternatif
Modified multiple choice yang dapat digunakan untuk mengukur
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah bentuk two tier multiple
16
choice question (pilihan ganda bertingkat). Bentuk soal two-tier
multiple choice question dikembangkan oleh Treagust (2006).
Treagust menggunakan soal pilihan ganda bertingkat untuk
mendiagnosis kemampuan siswa memahami konsep IPA. Bentuk
soal terdiri dari dua tingkatan soal, tingkatan pertama merupakan isi
soal yang memiliki dua alternatif jawaban dan tingkatan kedua
merupakan alasan jawaban yang dipilih atas dasar pilihan pertama.
Pengembangan instrument evaluasi two-tier multiple choice
question dilakukan dengan mengaitkannya pada materi hukum
Newton tentang gerak.
Halaydina dan Downing (1989), Treagust (2006) mengemukakan
keunggulan bentuk soal two-tier multiplechoice question, salah
satunya digunakan untuk tujuan tes yang mengukur kemampuan
kognitif siswa pada level yang lebih tinggi (Higher OrderThinking).
Bentuk soal two-tier multiple choice question dapat digunakan
untuk membantu menguji pemahaman siswa serta membantu
mengidentifikasi miskonsepsi yang mungkin dimiliki oleh siswa.
Cullinane (2011) menggemukakan penyertaan alasan pada tingkatan
kedua dari bentuk soal two-tier multiple choice question dapat
digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi
dan melihat kemampuan siswa dalam memberi alasan. Penyertaan
alasan pada tingkatan kedua soal ini dapat digunakan untuk
mengurangi terjadinya untung-untungan yang sering menjadi
17
kelemahan dari bentuk soal pilihan ganda biasa. Penilaian soal yang
objektif, mudah, dan cepat menjadi keunggulan two-tier multiple
choice question dengan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi
yang lainnya contohnya soal essay. Kelemahan dari soal two-tier
multiple choice question yaitu tidak mampu digunakan untuk
mengukur kemampuan verbal siswa seperti soal essay.
18
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-
bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian yang
menggunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat
menganalisis dan melakukan kajian penelitian.
(Suriasumantri, 2005)
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di lima sekolah yang berada di wilayah
Bandarlampung yaitu SMA Negeri 5 Bandarlampung, SMA Negeri 7
Bandarlampung, SMA Negeri 8 Bandarlampung, SMA YP Unila
Bandarlampung dan SMA Yadika Bandarlampung khususnya seluruh
siswa kelas X IPA yang berjumlah 456 siswa, kelima sekolah ini
ditentukan dengan melihat letak geografis kota bandarlampung yg
berada di barat, timur, utara, selatan, dan tengah kota Bandarlampung
dan diambil 1 sampel dari setiap wilayah tersebut dengan kriteria
kurikulum dan akreditas sekolah yang sama.
19
C. Data Penelitian
Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah diantaranya data
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada kategori tinggi, sedang
dan rendah. Data tersebut diperoleh melalui data kuantitatif yang
berasal dari jawaban siswa melalui instrument tes yang telah
dilaksanakan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang dikembangkan oleh
Solekhah, dkk. (2018) yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas
dengan nilai Alpha Cronbrach sebesar 0,85 dengan jumlah responden
sebanyak 65 siswa dengan jumlah soal sebanyak 20 butir soal
menggunakan model rasch dengan aplikasi winsteps 3.73 sehingga
instrumen tersebut layak digunakan.
Kriteria soal yang digunakan yaitu soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS) yaitu yang mempunyai Indikator level berpikir C4 (menganalisis),
C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta), dari 20 soal tersebut pada level
berpikir C4 (menganalisis) terdapat pada nomor soal 1,2,3,4,5,6,7, dan 8.
Pada level berpikir C5 (mengevaluasi) terdapat pada nomor soal
9,10,11,13,14, dan 15. Pada level berpikir C6 (mencipta) terdapat pada
nomor soal 12,16,17,18,19, dan 20.
20
E. Analisis Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini analisis instrumen yang digunakan yaitu menggunakan
sampel, instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang
dikemabangkan oleh peneliti terdahulu yang telah tervalidasi. Selanjutnya,
untuk mengkonfirmasi apakah instrumen tersebut benar layak di gunakan
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi
fisika kelas X SMA di Bandarlampung maka di uji konfirmasi dengan
menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Supaya memperoleh data yang valid, instrumen maupun alat untuk
mengevaluasinya harus juga valid. Menurut Arikunto (2008: 72)
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Jika sebuah tes dinyatakan
validitas maka hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki
kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Untuk menguji
validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearseon dengan rumus:
2222 YYNXXN
YXXYNrXY
Keterangan:
XYr : koefisien korelasi yang menyatakan validitas
X : Skor butir soal
Y : Skor total
N : jumlah sampel
21
Kriteria untuk pengujian instrumen, jika korelasi antar butir dengan
skor total (correlated item – total correlation) lebih dari 0,3, maka
instrumen tersebut dapat dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Jika > dengan α = 0,05
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
2. Uji Reliabilitas
Instrumenakan digunakan didalam sampel harus reliabel. Instrumen
yang reliabel merupakan instrumen jika digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan memperoleh hasil data yang sama.
Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen dapat
digunakan rumus alpha: (Arikunto, 2008:109)
r11 =
2
1
211
1
n
n
Keterangan:
r11= reliabilitas yang dicari
Σσi2= jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2= varians total
Instrumen dapat dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien
alpha, sehingga digunakan ukuran kemantapan alpha yang
diinterprestasikan sebagai berikut:
22
Tabel 2. Ukuran Nilai Alpha
Nilai Alpha Cronbach’s(1)
Kategori(2)
0,00 – 0,20 Kurang Reliabel0,21 - 0,40 Agak Reliabel0,41 – 0,60 Cukup Reliabel0,61 - 0,80 Reliabel
0,80 – 1 Sangat Reliabel
setelah instrumen memperoleh hasil yang valid dan reliabel, kemudian
instrumen akan diujikan kepada sampel penelitian. Skor total dari setiap
siswa akan memperoleh dengan menjumlahkan skor setiap nomor soal
F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan
melihat siswa saat menjawab soal tes yang diberikan yaitu jika jawaban
benar alasan benar maka diberi nilai 2, jika jawaban benar alasan salah
diberi nilai 1, jika jawaban salah alasan benar diberi nilai 1, dan jika
jawaban salah alasan salah diberi nilai 0. Selanjutnya hasil yang didapat
dikategorikan kedalam persentase tingkatan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Berikut tabel persentase tingkatan kemampuan berpikir tingkat
tinggi:
Tabel 3. Persentase Tingkatan Kemampuan Berpikir Tingkat TinggiPersentase Kategori0 - 50% Rendah51% - 75% Cukup76% - 87% Sedang88% - 100% Tinggi
(Sumintono, 2015: 70)
31
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikut:
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi fisika Kelas X SMA di
Bandarlampung tergolong dalam kategori rendah, hal ini ditunjukkan dari
hasil penelitian yang mendapatkan rata-rata nilai sebesar 4,4, hasil tersebut
didapatkan dari 456 responden. Apabila dirinci, kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa dengan kategori sangat tinggi, tinggi, cukup tinggi, dan rendah
secara berturut-turut adalah 2%,5%,18%, dan76%. Jika dilihat berdasarkan
indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi pada level berpikir C4
didapatkan nilai rata-rata sebesar 6,5 masuk ke dalam kategori cukup baik
dan pada level berpikir C5 didapatkan nilai rata-rata sebesar 2,8 masuk
kedalam kategori rendah dan pada level berpikir C6 didapatkan nilai rata-rata
sebesar 2,9 masuk kedalam kategori rendah. dari hasil yang di dapatkan maka
dapat menjadi indikasi bahwa siswa/siswi SMA/MA di Bandarlampung
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi yang tergolong rendah pada
pembelajaran fisika materi hukum gravitasi tentang gerak, selanjutnya
didapatkan hasil sebesar 0,63 > 0.05 untuk uji independent sample t-test
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan anatara prestasi belajar
siswa laki-laki dan perempuan untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi
materi fisika kelas X SMA di Bandarlampung.
B. Saran
Saran dari penelitian survei ini sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak diajarkan dalam
mata pelajaran atau topik yang terpisah, melainkan dikembangkan dalam
proses pembelajaran ketika mengaplikasikan materi. Oleh karena itu,
hendaknya siswa dilibatkan secara aktif dalam berpikir tingkat tinggi
ketika proses pembelajaran berlangsung. Selain itu tambahan soal-soal
yang berikan hendaknya menekankan analisis, evaluasi, dan sintesis serta
pengembangan kemampuan berpikir.
1. Bagi guru, proses berpikir siswa dalam menyelesaikan permasalahan
hendaknya dipahami oleh guru maupun siswa itu sendiri. Dengan
mengetahui bagaimana proses berpikir siswa maka guru dapat mencari
tahu penyebab kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan dapat
menyiapkan materi yang sesuai dengan struktur kognitif dan kesulitan
yang dihadapi siswa.
2. Bagi peneliti lain, sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak dan
ruang lingkup yang lebih luas, agar hasil yang di peroleh lebih akurat
31
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Avargil, S., Herscovitz, O., & Dori, Y. D. (2011) Teaching thinking skills incontext-based learning: Teachers’ challenges and assessment knowledge.Journal Science Education and Technology, Vol. 21: p. 207-225
Badan Standar Nasional Pendidikan (2010). Paradigma Pendidikan NasionalAbad-XXI. Jakarta:BNSP.
Barel, 2010. Handbook of Cosmetic Science and Technology, Third Edition,Informa Healthcare USA Inc., New York.
Carlgreen, T. 2013. Communication, Critical Thinking, Problem Solving : ASuggested Course For A High School Students in the 21st Century.Interchage, 1(44):63:81
Conklin, W. 2012. Higher Order Thinking Skills To Develop 21st CenturyLearners. Huntington Beach: Shell Educational Publishing, Inc.
Cullinane, Alison dan Maeve Liston. 2011. Two-tier Multiple Choice Question:AnAlternative Method of FormatifAssessment for First YearUndergraduateBiology Students. Limerick: National Center for ExcellenceIn Mathematics and Education Science Teaching and Learning (NCE-MSTL).
Iffa, U., Fakhrudin & Yennita. 2016. Analisis Higher Order Thinking Skill(HOTS) Siswa SMP Negeri 1 Salo dalam Menyelesaikan Soal UjianNasional IPA Fisika Tingkat SMP/MTs.Universitas Riau.
Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N.A. 2016. Kemampuan Berpikir TingkatTinggi Siswa SMP di Kabupaten Jember Dalam Menyelesaikan SoalBerstandar PISA. Jurnal Penelitain dan Evaluasi Pendidikan, 142-155.
Nisa, C.N., & Siswono, N.E. 2018. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)tentang Lingkungan Berdasarkan Latar Belakang Akademik Siswa.Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, 2580-9199..
Nisa, S.K., & Wasis. 2018. Analisis dan Pengembangan Soal Higher OrderThinking Skills (HOTS) Mata Pelajaran Fisika Tingkat Sekolah MenengahAtas (SMA). Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 2302-4496
Pratama, S.P., & Istiyono, E. 2015. Studi Pelaksanaan Pembelajaran FisikaBerbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS) Pada Kelas X di SMANegeri Kota Yogyakarta. Prosinding Seminar Nasional Fisika danPendidikan Fisika (SNFPF) 2302-7826.
Putri, R.R., Ahda, Y., & D, Rahmawati. 2018. Analisis Aspek KemampuanBerpikir Tingkat Tinggi pada Instrumen Penilaian Materi Protista untukPeserta Didik SMA/MA Kelas X. Jurnal BIODIK, 2580-0922.
Rochman, Syarifudin & Haryanto, Zainal. 2018. Analisis Higher Order ThinkingSkills (HOTS) Taksonomi Menganalisis Permasalahan Fisika. Science andPhysics Education Journal (SPEJ), 2598-2567.
Shidiq, A.S., Masykuri, M., dan Susanti V. H., E. 2014. Pengembangan PenilaianInstrumen Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengukur KemampuanBerpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills) Pada MateriKelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI.Jurnal Pendidikan Kimia. Vol 3, No 4, hal: 83-92.
Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2015. Aplikasi Model Rasch Untuk PenelitianIlmu-Ilmu Sosial. Cimahi: Trimkomunikata.
.Solekhah, F.M., Maharta, N., & Suana, W. 2018. Pengembangan Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Materi Hukum NewtonTentang Gerak. Journal of Physics and Science Learning Vol. 02 Nomor1, Juni 2018, ISSN : 2614-0950.
Sudrajat, Akhmad. 2009. Strategi Pembelajaran kooperatif Metode GroupInvestigation. http//www.Akhmad sudrajat.wordpress.com.
Sumintono, B., dan Widhiarso, W. 2015. Aplikasi Model Rasch Untuk PenelitianIlmu-Ilmu Sosial. Cimahi: Trimkomunikata.
Suriasumantri. 2005. Pengetian Penelitian Kuantitatif.http://dosensosiologi.com/pengertian-penelitian-kuantitatif-ciri-dan-jenisnya-lengkap/
Treagust, David F. 2006. Diagnostic Assesment In Science as A Means toImproving Teaching, Learning, and Retention. UniServe ScienceAssesmentSymposium Proceedings. The Universityof Sydney .
Wardani, R.K., Yamtinah, S., dan Mulyani, B. 2015. Instrumen Penilaian Two-Tier Test Aspek Pengetahuan Umtuk Mengukur Tingkat Keterampilan
Proses Sains (KPS) Pada Pembelajaran Kimia Untuk Siswa SMA/MAKelas X. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol 4, No 4, hal: 156-162.