analisis kasus asrori
DESCRIPTION
Analisis kasus Asrori setelah pada pengadilan divonis bersalah dan kemudian ditemukan novum bahwa pembunuh asrori adalah Ryan jagal dari jombangTRANSCRIPT
1
BAB I FAKTA-FAKTA
FAKTA 1
Para Terpidana
Terpidana I
- Nama : IMAM CHAMBALI alias KEMAT
- Tempat, Tanggal Lahir: Jombang, 6 Oktober 1972
- Umur : 35 Tahun
- Kebangsaan : Indonesia
- Tempat Tinggal : Dusun Kalangan, Desa Kalangsemanding,
Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Swasta
Terpidana II
- Nama : DEVID EKO PRIYANTO
- Tempat, Tanggal Lahir: Jombang, 13 Desember 1988
- Umur : 19 Tahun
- Kebangsaan : Indonesia
- Tempat Tinggal : Dusun Ngemplak, Desa Pagerwojo,
Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Swasta
FAKTA 2
Bahwa ia Terdakwa IMAM CHAMBALI alias KEMAT sebagai orang yang melakukan, yang
menyuruh lakukan atau turut melakukan perbuatan itu bersama dengan Devid Eko Priyanto
(dalam perkara lain / displitz) baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama pada
hari Sabtu tanggal 22 September 2007 sekira jam 22.30 WIB atau setidak-tidaknya pada
waktu-waktu lain dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2007
bertempat di rumah kosong (yang belum selesai dibangun) di Dsn. Kalangan, Ds.
1
Kalangsemanding, Kec. Perak, Kab. Jombang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain
yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jombang, dengan sengaja dan
dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain yaitu korban Moch.
Asrori, perbuatan tersebut
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
o Mula-mula Terdakwa mengetahui saksi korban Moch. Asrori mempunyai pacar
seorang laki-laki yang menurut Terdakwa lebih tampan dari pada pacar / cowok
Terdakwa dan Terdakwa juga menyukai laki-laki pacar saksi korban tersebut,
sehingga Terdakwa merasa sakit hati dan cemburu terhadap saksi korban,
selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak dapat diingat lagi dengan pasti kira-kira
3 hari sebelum kejadian ketika Devid Eko Priyanto berada di Salon Ayu Terdakwa
menyampaikan niatnya untuk menghabisi korban Moch. Asrori karena Terdakwa
merasa sakit hati /cemburu dengan korban yang mempunyai cowok lebih ganteng,
niat Terdakwa tersebut disetujui oleh Devid Eko Priyanto kemudian mereka berdua
menentukan hari pelaksanaannya yaitu hari Sabtu malam Minggu tanggal 22
September 2007 ;
o Pada hari dan tanggal yang telah ditentukan sekitar pukul 21.30 WIB Terdakwa
bersama-sama dengan Devid Eko Priyanto mencari korban dengan mengendarai
mobil Carry warna biru No. Pol. LP 1057 KD milik Terdakwa, Devid duduk dibangku
depan kiri sedangkan Terdakwa yang mengemudikan kendaraan, akhirnya mereka
bertemu dengan korban di depan Mitra Swalayan Jalan Wachid Hasyim depan
Kebonrojo Jombang setelah bertemu korban diajak Terdakwa pulang kemudian
korban pulang dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Yupiter No. Pol S 4088
WJ yang diikuti Terdakwa dan Devid Eko Priyanto dari belakang dengan mengendarai
mobil Carry menuju Salon Ayu ;
o Sesampai di Salon Ayu Devid Eko Priyanto memasukkan sepeda motor milik korban
ke dalam Salon Ayu setelah itu korban masuk ke dalam mobil Carry duduk dibangku
tengah, Devid Eko Priyanto duduk dibangku depan danTerdakwa yang
mengemudikan kendaraan Carry menuju rumah kosong yang telah ditentukan yaitu
di Dusun Kalangan, Ds. Kalangsemanding, Kec. Perak, Jombang, sesampai di tempat
tujuan sekitar pukul 22.30 WIB Terdakwa menghentikan mobilnya lalu memaksa
1
korban untuk turun mobil lalu disuruh masuk ke rumah kosong kemudian Terdakwa
bersama Devid Eko Priyanto juga masuk ke dalam rumah kosong, setelah berada di
dalam dengan menggunakan penerangan sinar bulan yang masuk melalu jendela
Devid Eko Priyanto mendekap tubuh dan menyumbat mulut saksi korban dengan
menggunakan tangan supaya korban tidak berteriak kemudian Terdakwa dari
samping kiri memukul korban dengan menggunakan kayu balok bekas bangunan
kebagian belakang leher korban dengan keras sebanyak satu kali mengakibatkan
korban jatuh ke tanah dan tidak berdaya / tidak sadarkan diri setelah itu Terdakwa
bersama Devid Eko Priyanto mengangkat tubuh korban ke luar rumah lalu
dimasukkan ke dalam mobil Carry dibangku tengah lalu dibawa menuju ke Desa
Bandar Kedungmulyo, sesampai di Dusun Braan Terdakwa menemukan tempat yang
dianggap aman yaitu di tengah sawah bekas tanaman tebu yang telah ditebang,
kemudian Terdakwa dan Devid Eko Priyanto menurunkan korban yang dalam
keadaan tidak berdaya ke tempat bekas tebangan tebu lalu Terdakwa melepas
celana dan celana dalam yang dipakai korban setelah itu Terdakwa mengambil pisau
yang ada di dalam mobil lalu Terdakwa menusuk dan merobek perut korban hingga
ususnya ke luar dan untuk memastikan korban sudah meninggar dunia Devid
mengambil oli bekas yang ada di dalam mobil kemudian oli tersebut oleh Terdakwa
disiramkan ke muka korban dengan tujuan untuk menghilangkan identitas korban,
setelah itu Terdakwa melepas jaket switer yang dipakainya dan Devid Eko Priyanto
melepas jaket parasite warna biru yang dipakainya kemudian diletakkan disamping
korban sedangkan celana dalam, 2 HP, dompet yang berisi uang dibawa Terdakwa
untuk disimpan setelah itu Terdakwa dan Devid Eko Priyanto menutupi tubuh korban
dengan daun tebu kering hingga tidak kelihatan. Akibat perbuatan Terdakwa korban
Moch. Asrori meninggal dunia sebagaimana Visum Et Repertum Jenazah No.
371/04/415.39/X/2007 tanggal 25 Oktober 2007 yang dibuat dan ditandatangani
oleh dr. Rudy Prayudiya Ariyanto dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Jombang.
o 1 (satu) hari setelah perbuatan pembunuhan Terdakwa membawa sepeda motor
Yamaha Yupiter No. Pol. S 4088 WJ milik korban dan dititipkan ditempat penitipan
sepeda motor Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang, pada tanggal 29 September 2007
Terdakwa dan Devid Eko Priyanto mendengar jasad korban ditemukan warga
1
setempat, untuk menghilangkan jejak barang- barang yang masih disimpan oleh
Terdakwa dibuang ke sungai yang airnya mengalir di Dusun Barong, Ds.
Barongsawahan, Kec. Bandarkedungmulyo namun sebelumnya HP milik korban
sempat digunakan oleh Terdakwa untuk membalas SMS kepada keluarga korban
pada hari Sabtu tanggal 29 September 2007 jam 04.57 WIB dengan menggunakan
bahasa Jawa yang isinya “ Aku nok Magetan aku gak onok sing nekan nek aku ora iso
goleh duet minggu iki sepedahe tak dol aku gak mulih sepeda tak gawe sangu lungo
golek kerjo sing adoh “ (saya berada di Magetan saya tidak ada yang menekan kalau
saya tidak bisa mencari uang minggu ini sepedanya saya jual saya tidak pulang
sepedanya saya pakai biaya mencari pekerjaan yang jauh).
FAKTA 3
Bahwa ia Terdakwa Devid Eko Priyanto sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh
melakukan atau turut melakukan perbuatan itu bersama dengan Imam Chambali als. Kemat
(dalam berkas tersendiri) baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama pada
hari Sabtu tanggal 22 September 2007 sekira jam 22.30 WIB atau setidak-tidaknya pada
waktu-waktu lain dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2007
bertempat di rumah kosong (baru) / belum ditempati pemiliknya di Dusun Kalangan, Desa
Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang atau setidak- tidaknya pada suatu
tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hokum Pengadilan Negeri Jombang, dengan
sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain yaitu korban
Moch. Asrori dilakukan dengan cara sebagai berikut :
o Pada awalnya Terdakwa mempunyai hubungan khusus (homo) dengan Sdr. Imam
Chambali als. Kemat, yang sebelumnya Sdr. Imam Chambali als. Kemat sudah
mempunyai hubungan khusus (homo) bersama korban Moch. Asrori dan
hubungannya putus karena korban mempunyai cowok lagi yang lebih tampan dari
Sdr. Imam Chambali als. Kemat, selanjutnya pada hari dan tanggal tidak dapat
diingat 3 hari sebelum kejadian di Salon Ayu Sdr. Imam Chambali als. Kemat
menyampaikan niatnya kepada Terdakwa untuk menghabisi korban Moch. Asrori,
karena Sdr. Imam Chambali als. Kemat sakit hati / cemburu dengan korban yang
telah mempunyai cowok lebih ganteng, dan niat tersebut disetujui oleh Terdakwa
1
(pasangan homo Sdr. Imam chambali als. Kemat yang baru dan telah berjalan selama
3 bulan) kemudian ditentukannya hari pelaksanaannya yaitu hari Sabtu malam
Minggu tanggal 22 September 2007 ;
o Pada hari dan tanggal yang telah ditentukan sekitar pukul 21.30 WIB Terdakwa
bersama-sama Sdr. Imam Chambali als. Kemat mencari korban dengan mengendarai
mobil Carry warna biru No. Pol. LP 1057 KD milik Sdr. Imam Chambali als. Kemat,
Terdakwa duduk dibangku depan kiri sedang Sdr. Imam Chambali als. Kemat yang
mengemudikan kendaraan, akhirnya bertemu korban di depan Mitra Swalayan dekat
Kebun Rojo Jombang selanjutnya korban diajak Sdr. Imam Chambali als. Kemat
pulang dan kemudian Terdakwa, Sdr. Imam Chambali als. Kemat, korban pulang
membawa sepeda motor Yamaha Yupiter No. Pol. S 4088 WJ yang diikuti Terdakwa
dengan Sdr. Imam chambali als. Kemat dari belakang dengan membawa mobil Carry
menuju Salon Ayu
o Sesampainya di Salon Terdakwa memasukkan sepeda motor milik korban ke dalam
Salon Ayu selanjutnya korban masuk / naik mobil Carry duduk dibangku tengah,
Terdakwa duduk dibangku depan dan Sdr. Imam Chambali als. Kemat memegang stir
menuju rumah kosong yang telah ditentukan yaitu di Dusun Kalangan, Desa
Kalangsemanding, Keceamatan Perak, Kabupaten Jombang, sesampainya di tempat
tujuan sekitar pukul 22.30 WIB Sdr. Imam chambali als. Kemat menghentikan
mobilnya dan memaksa korban untuk turun dari mobil masuk ke rumah kosong yang
akhirnya Terdakwa bersama Sdr. Imam Chambali als. Kemat dan korban masuk ke
rumah kosong setelah sampai di dalam dengan penerangan sinar bulan yang masuk
melalu fentilasi / jendela selanjutnya Terdakwa mendekap tubuh korban dan
menyumbat mulutnya dengan tangan supaya korban tidak berteriak kemudian Sdr.
Imam Chambali als. Kemat dari samping kiri memukul korban dengan menggunakan
kayu balok bekas bangunan kearah bagian belakang leher korban dengan keras
sebanyak satu kali mengakibatkan korban jatuh ke tanah tidak berdaya / tidak
sadarkan diri selanjutnya Terdakwa mengangkat tubuh korban bersama Sdr. Imam
Chambali als. Kemat ke luar rumah lalu dimasukkan ke mobil Carry dibangku tengah
lalu dibawa menuju ke Desa Bandar Kedung Mulyo sesampainya di Dusun Braan
terdapatsawah bekas tanaman tebu ditebang cocok untuk membuang korban,
selanjutnya Terdakwa bersama Sdr. Imam Chambali als. Kemat menurunkan korban
1
yang dalam keadaan tidak sadar ke tempat bekas tebangan tebu dan Sdr. Imam
Chambali als. Kemat melepas celana dan celana dalam milik korban (korban dalam
keadaan telanjang) selanjutnya Sdr. Imam Chambali als. Kemat mengambil pisau
yang berada di dalam mobil selanjutnya Sdr. Imam Chambali als. Kemat menusuk
dan merobek perut korban hingga ususnya ke luar terburai dengan pisau untuk
memastikan korban telah meninggal dunia kemudian Terdakwa mengambil oli bekas
yang berada di mobil kemudian oli tersebut disiramkan oleh Sdr. Imam Chambali als.
Kematke muka korban untuk menghilangkan identitas korban, dengan luka
sebagaimana Visum Et Repertum Jenazah No. 371/04/415.39/X/2007 25 Oktober
2007 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Rudy Prayudiya Ariyanto, dokter
Rumah Sakit Daerah Kab. Jombang
o Selanjutnya Terdakwa melepas jaket parasit warna biru miliknya serta Sdr. Imam
Chambali als. Kemat melepas jaket switer hitam miliknya dijadikan satu dengan
celana jin warna biru milik korban kemudian diletakkan disamping korban sedangkan
celana dalam, 2 (dua) HP, dompet dan uangnya dibawa Sdr. Imam Chambali als.
Kemat untuk disimpan selanjutnya Terdakwa bersama Sdr. Imam Chambali als.
Kemat menutupi tubuh korbandengan daun tebu kering hingga tidak kelihatan ;
o 1 (satu) hari setelah kejadian pembunuhan Sdr. Imam Chambali als. Kemat
membawa sepeda motor Yamaha Yupiter No. Pol. S 4088 WJ milik korban dan
dititipkan di tempat penitipan sepeda motor Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang, pada
tanggal 29 September 2007 Terdakwa dan Sdr. Imam Chambali als. kemat
mendengar jasad korban ditemukan warga setempat selanjutnya untuk
menghilangkan jejak barang-barang yang masih disimpan oleh Sdr. Imam Chambali
als. Kemat dibuang ke dalam sungai yang airnya mengalir di Dusun Barong, Desa
Barong Sawahan, Kecamatan Bandar Kedung Mulyo namun sebelumnya HP milik
korban sempat digunakan oleh Sdr. Imam Chambali als. Kemat untuk membalas SMS
kepada keluarga korban pada hari Sabtu tanggal 29 September 2007 jam 04.57 WIB
dengan menggunakan bahasa jawa yang isinya “ Aku nok Magetan aku gak onok sing
nekan nek aku ora iso goleh duet minggu iki sepedahe tak dol aku gak moleh
sepedahe tak gawe sangu lungo golek kerjo sing adoh “ (saya berada di Magetan
saya tidak ada yang menekan kalau saya tidak bisa mencari uang minggu ini
1
sepedanya saya jual saya tidak pulang sepedanya saya pakai biaya mencari pekerjaan
yang jauh).
FAKTA 4
Terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah
diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau
putusan lepas dari tuntutan
hukum ; Bahwa maksud keadaan baru dalam ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP
tersebut sesungguhnya bukan keadaannya yang baru, akan tetapi diketahuinya yang baru
atau baru diketahui. Keadaan yang dimaksudkan itu sesungguhnya sudah ada pada saat
perkara pokoknya diperiksa di Pengadilan ; Bahwa dari ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf a
KUHAP, pengertian keadaan baru dapat disimpulkan, ialah : suatu keadaan yang
sesungguhnya (secara materiil) sudah ada, namun ketika perkara sedang diperiksa belumlah
dibuktikan / diketahui tentang keberadaannya itu. Untuk membuktikan adanya keadaan itu
haruslah dengan alat bukti, yang jika alat bukti itu diperiksa di muka persidangan maka
terbuktilah tentang keadaan tersebut. Dengan telah terbuktinya adanya keadaan yang
demikian, maka putusan terhadap perkara itu akan berbeda dengan putusan yang
sekarang ;
Novum 1 : Pengakuan dari Very ldham Heryansyah alias Ryan yang mengaku telah
membunuh Moh. Asrori ;
Bahwa keadaan baru yang pertama yang dijadikan dasar permohonan peninjauan kembali
ini adalah pengakuan Very ldham Heryansyah alias Ryan pada tanggal 17 Agustus 2008 yang
menyatakan bahwa mayat / korban ke 11 (sebelas) (yang saat itu belum diketahui
identitasnya (disebut Mr. X) yang dikubur di pekarangan belakang rumah orang tuanya di
Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembeleng, Kabupaten Jombang adalah bernama
Asrori dan dibunuh sekitar bulan Oktober 2007 atau setidak- tidaknya dalam tahun 2007.
Jadi Novum I yang dimaksud adalah Pengakuan dari Very ldham Heryansyah alias Ryan yang
mengaku telah membunuh Asrori ;
1
Novum 2 : DNA Mr..X yang dikubur di belakang rumah orang tua Very ldham Heryansyah
alias Ryan identik dengan dengan DNA M. Jalal (ayah kandung Moh. Asrori) dan Dewi
Muntari (ibu kandung Moh. Asrori) ;
Bahwa setelah munculnya pengakuan Very ldham Heryansyah, pada tanggal 21 Agustus
2008 pihak Kepolisian langsung bertindak mengambilnya sample /contoh darah dari orang
tua Asrori (M. Jalal dan Dewi Muntari) yang dilakukan oleh Kedokteran dlan Kesehatan
Polda Jatim yang kemudian dikirim tanggal 22 Agustus 2008 ke Mabes Polri untuk digunakan
dalam Uji DNA atau tes atas asal-usul seseorang secara genetika dan hasilnya dicocokkan
dengan DNA Mr. X yang diketemukan di halaman belakang rumah Ryan ;
Berdasarkan surat hasil test Laboratorium DNA No. Pol. :
R/08012.D/DNA/VIII/2008/Biddokpol tanggal 27 Agustus 2008 oleh tim yang diketuai Drs.
Putut T. Wibowo, DFM, Msi., perihal hasil pemeriksaan DNA salah satu korban pembunuhan
yang dilakukan oleh Very Idham Heryansyah alias Ryan yang dikenal dengan Mr. X,
disimpulkan bahwa dengan nilai kebenaran pemeriksaan DNA lebih dari 99,999 % bahwa
Mr. X yang dibunuh oleh Ryan teridentifikasi sebagai Moh. Asrori alias Aldo ;
Bahwa dengan demikian terbukti mayat yang ditemukan di kebun tebu di Desa Braan,
Desa / Kec. Bandar Kedungmulyo, Kab. Jombang pada tanggal 29 September 2007 bukanlah
Moh. Asrori alias Aldo, dan oleh pihak Kepolisian mayat ini diberi nama Mr. XX (belakangan
baru diketahui bahwa mayat yang ditemukan di kebun tebu Desa Braan adalah Fauzin
Suyanto alias Antonius) ;
Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan surat permohonan untuk
mendapatkan copy hasil pemeriksaan DNA dari pihak Mabes POLRI atas nama jenazah Moh.
Asrori dan Mr. XX (yang belakangan diketahui bernama Fauzin Suyanto alias Antonius) dan
telah ditindak lanjuti oleh pihak Mabes POLRI melalui surat kepada Pusdokkes POLRI (Bukti
PK-5), akan tetapi karena sampai dengan memori Peninjauan Kembali ini Pemohon
Peninjauan Kembali daftarkan copy hasil DNA tersebut belum Pemohon Peninjauan Kembali
dapatkan, maka Pemohon Peninjauan Kembali mengacu pada keterangan Kasatpidum Polda
Jatim AKBP Susanto yang dimuat dalam media massa yaitu Koran Harian Pagi JAWA POS
terbit tanggal 28 Agustus 2008 dengan judul "Asrori Korban ke-11 Ryan " (foto copy Kliping
Koran Bukti PK-6) dan Koran Harian Pagi SURYA terbit Kamis tanggal 28 Agustus 2008
1
dengan Judul " Tragedi Sengkon Karla Terulang “ (foto copy Kliping Koran Bukti PK-7) dan
Koran Harian Pagi SURYA terbit Kamis tanggal 28 Agustus 2008 dengan Judul " 3 Orang Tak
Bersalah Dibui" (foto copy Kliping Koran Bukti PK-8), yang pada intinya menegaskan bahwa
berdasarkan hasil pemeriksaan DNA terhadap Mr. X menunjukkan bahwa Mr. X adalah Moh.
Asrori ;
Dengan demikian, jelas bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah dibebani
pertanggungjawaban hukum atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya, oleh karena
itu sudah sepantasnya apabila Pemohon PK dibebaskan dari segala bentuk pemidanaan
terhadap dirinya ;
Novum 3 : DNA Mr. XX yang ditemukan di Kebun tebu Desa Braan, Kabupaten Jombang
identik dengan Ny. Suyati selaku ibu kandung Fauzin Suyanto alias Antonius ;
Bahwa setelah hasil test Laboratorium DNA No. Pol. : R/08012.D/DNA/VIII/2008/Biddokpol
tanggal 27 Agustus 2008 menyimpulkan dengan nilai kebenaran pemeriksaan DNA lebih dari
99,999 % bahwa Mr. X yang dibunuh oleh Ryan teridentifikasi sebagai Moh. Asrori alias
Aldo, maka pihak Kepolisian menindaklanjuti dengan melakukan pembongkaran makam Mr.
XX yang sebelumnya diyakini sebagai mayat Moh. Asrori di Dusun Kalangan, Desa Kalang
Semanding, Kec. Perak, Kab. Jombang yang dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2008 ;
Bahwa kemudian terhadap mayat Mr. XX yang semula diyakini sebagai Moh. Asrori tersebut
telah dilakukan tes DNA dengan pembanding DNA keluarga / orang tua Fauzin Suyanto yang
mengakui telah kehilangan anak laki-laki yang bernama Fauzin Suyanto sejak tahun 2007.
Hasilnya padas tanggal 17 September 2008 Mabes POLRI melalui Kadiv Humas Polda Brigjen
Pol. R. Abubakar Nataprawira, Direktur I Keamanan dan Trans Nasional Bareskrim Polda
Brigjen Pol. Badrodin Haiti, dan Kabid Dokpol Pusdokkes Polri Kombes Pol Mussadeq Ishaq
di Mabes Polda berdasarkan Surat Pemeriksaan DNA No.
R/08012.E/DNA/-IX/2008/Biddokpol, tanggal 16 September 2008 menyatakan bahwa hasil
tes DNA mayat di kebun tebu (Mr. XX) di Desa Braan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kab.
Jombang adalah identik dengan keluarga Fauzin Suyanto alias Antonius artinya Mr. XX
adalah anak Biologis Ny. Suyati orang tua Fauzin Suyanto alias Antonius ;
1
Bahwa terhadap hasil tes DNA yang menyatakan DNA Mr. XX (mayat di kebun tebu) identik
dengan DNA keluarga /orang tua Fauzin Suyanto yang dilakukan oleh Mabes Polri tersebut
di atas Kuasa Hukum Pemohon PeninjauanKembali sudah melayangkan surat kepada Mabes
POLRI pada tanggal 9 September 2008, untuk mendapatkan salinan resmi hasil pemeriksaan
DNA Mr. XX / Fauzin Suyanto dari Mabes POLRI dan telah ditindaklanjuti oleh Mabes POLRI
(Vide bukti PK-5) akan tetapi sampai dengan memori PK ini Pemohon Peninjauan Kembali
daftarkan surat tersebut belum Pemohon Peninjauan Kembali terima ;
Bukti lain yang menguatkan fakta bahwa Mr. XX adalah Fauzin Suyanto, adalah bukti baru /
Novum berupa :
1. Berita Acara Penyerahan / Pengembalian Mayat (Jenazah) Fauzin Suyanto als.
Antonius tertanggal 19 September 2008 (Bukti PK-9) dengan uraian singkat jalannya
penyerahan / pengembalian (mayat) sebagai berikut : " Pada hari Kamis tanggal 28
Agustus 2008 Penyidik Ditreskrim Polda Jatim telah melakukan penggalian di makam
Islam Desa Kalang Semanding, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang yang
sebelumnya ditemukan di TKP Kebun Tebu DusunBraan, Desa / Kecamatan Bandar
Kedungmulyo, Kabupaten Jombang pada tanggal 29 September 2007 yang diduga
merupakan korban pembunuhan. Kemudian setelah dilakukan identifikasi, otopsi
atau pemeriksaan forensik guna kepentingan penyidikan oleh Penyidik Polda Jatim,
maka diketahui identitas atau jati diri jenazah tersebut dan selanjutnya dimasukkan
ke dalam peti dan diserahkan / dikembalikan kepada pihak keluarga " ;
2. Berita Acara Pemakaman Mayat (Jenazah) a.n. Fauzin Suyanto als. Antonius
tertanggal 19 September 2008 (IFRS 08.030) (Bukti PK-10) ;
3. Surat Keterangan Pemeriksaan Kematian (Form. B) atas nama Jenazah Fauzin
Suyanto tertanggal 19 September 2008 (Bukti PK-11) ;
4. Surat Keterangan Pemeriksaan Kematian (Form. A) atas nama Jenazah Fauzin
Suyanto tertanggal 19 September 2008 (Bukti PK-12) ;
Bahwa sehari sebelumnya, Kadiv Humas POLRI R. Abubakar Nataprawira bersama-sama
dengan Direktur I Keamanan dan Trans Nasional Bareskrim POLRI Brigjen Pol. Badrodin
Haiti, dan Kabid Dokpol Pusdokkes POLRI Kombes Pol. Mussadeq Ishaq di Mabes POLRI
melalui media massa juga mengumumkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan forensik
1
terhadap Mr. XX diketahui bahwa Mr. XX adalah Fauzin Suyanto, yang antara lain dikutip
oleh Koran Harian Pagi JAWA POS terbit Kamis tanggal 18 September 2008 dengan judul "
Tes DNA Pastikan Mr. XX Fauzin " (foto copy Kliping Koran Bukti PK-13) dan Koran Harian
Pagi SURYA, terbit Kamis tanggal 18 September 2008 dengan Judul " Mayat Kebun Tebu 100
% Fauzin " (foto copy Kliping Koran Bukti PK-14) ;
Bahwa dengan demikian jelas bahwa mayat yang diketemukan di Desa Braan, Desa /
Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang bukanlah mayat Moh. Asrori
melainkan mayat Fauzin Suyanto, sehingga dengan adanya Novum ini sudah sewajarnya
Pemohon PK dapat dibebaskan dari penjara, karena selama ini Pemohon PK telah dizalimi
melalui suatu perangkap sistem peradilan yang sesat, tidak fair dan tidak berdasarkan
hukum.
FAKTA 5
ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA
Putusan Pengadilan Negeri Jombang No. 48/Pid.B/2008/PN.JMB. tanggal 8 Mei 2008
mengandung suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata ;
Pemohon Peninjauan Kembali berpendapat bahwa dalam memutus perkara No.
48/Pid.B/2008/PN.JMB., Judex Facti telah melakukan kekhilafan dan kekeliruan yang nyata
dalam memberikan pertimbangan hukumnya, sehingga putusan tersebut dalam
pertimbangannya tidak sempurna (Onvoldoende Gemotiveerd), dan terdapat kekeliruan
yang nyata dalam amar putusannya yang sangat merugikan Pemohon Peninjauan Kembali ;
Akan tetapi, sebelum Pemohon Peninjauan Kembali mengemukakan alasan kekhilafan
Hakim atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan hukum Judex Facti Pengadilan
Negeri Jombang yang mengakibatkan amar putusannya keliru pula, Pemohon Peninjauan
Kembali terlebih dahulu mengemukakan pengertian kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang
nyata sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP ; Penjelasan ini
perlu disampaikan dengan maksud agar kita tidak ke luar dari koridor kewenangan upaya
hukum peninjauan kembali. Oleh karena itu, perlu kiranya ditarik batas-batas di mana letak
penerapan kekhilafan atau kekeliruan yang nyata sesuai dengan maksud dari ketentuan
Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP ; Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP tidak mengatur
pengertian istilah kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata. Pasal 263 ayat (2) huruf c
1
KUHAP hanya mengatur mengenai rumusan umum dari salah satu dasar atau alasan
pengajuan permohonan peninjauan kembali ;
Pengertian umum menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S.
Poerwadarminta pada halaman 504, " khilaf “ mempunyai pengertian " keliru / salah ",
sedangkan " kekhilafan " mempunyai pengertian " kekeliruan / kesalahan ". Dan selanjutnya
" kekhilafan " yang nyata diartikan dengan " kekeliruan / kesalahan " yang menyolok dan
serius ; Pengertian tersebut kemudian diintrodusir ke dalam pengertian kekhilafan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP, di mana pengertian "
kekhilafan yang nyata " dalam praktek hukum dimaksudkan sebagai salah atau cacat dalam
pertimbangan atau perbuatan (an error or defect of judgment or conduct). Atau, dengan
kata lain, tidak sempurna pertimbangan putusan yang diambil (incomplete judgment). Atau
juga diartikan bahwa putusan atau tindakan yang diambil atau diartikan atau dilakukan,
menyimpang dari ketentuan yang semestinya (any deviation). Bahkan pertimbangan yang
ringkas (shortcoming) yang tidak cermat dan menyeluruh, dikualifikasikan sebagai putusan
yang mengandung kekhilafan. Oleh karena itu, kurang cermat dan kurang hati-hati
mempertimbangkan semua faktor dan aspek yang relevan dan urgen dikualifikasikan
sebagai kekhilafan yang mengabaikan fungsi mengadili (under general liability principle of
judiciary), kekhilafan adalah pelanggaran atas implementasi hukum yang mesti
dipertimbangkan dan diterapkan dalam memberikan putusan dalam suatu perkara ;
Berkaitan dengan kekhilafan yang dilakukan oleh Judex Facti dalam perkara a quo, hukum
acara pidana yang merupakan undang-undang adalah bersifat imperative atau memaksa,
sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Putusan Mahkamah Agung adalah merupakan suatu
panutan untuk kepentingan peradilan di bawahnya. Apabila keputusan Judex Facti tersebut
menyimpang, maka kepastian hukum yang ada akan menjadi rancu. Bahwa kekhilafan yang
dilakukan oleh Judex Facti dalam perkara a quo adalah sebagai berikut :
Tidak dipenuhinya batas minimal pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP ;
A. Tidak ada saksi fakta dalam perkara a quo, saksi yang diajukan adalah saksi De Auditu,
saksi Verbalisen (saksi Polisi Pemeriksa Perkara / Penyidik) dan saksi mahkota yang
bertentangan dengan hukum pembuktian ;
Bahwa saksi-saksi yang dihadirkan di muka persidangan pada tingkat pertama yang
terdiri dari H. Ishak Hidayat, Suyoto, Jalal, Agung Wibowo, Kasyono, Bambang
Hermanto, Supandi, Bambang Sucipto, Alex Hadi Saputro, H. Djaimudin, Abdul Wahid,
1
Imam Chambali adalah untuk memberikan keterangan terkait dengan berkas perkara
tindak pidana pembunuhan berencana terhadap korban Moh. Asrori (yang ditemukan di
kebun tebu Desa Braan, Kabupaten Jombang). Bahwa apabila Judex Facti mencermati
catatan sidang mengenai keterangan paras saksi tersebut di atas, jelas bahwa
pengetahuan atas pernyataan yang mereka sampaikan di atas tidak diperoleh dari
pengetahuannya sendiri (de auditu), tidak ada saksi fakta yang mampu menjelaskan cara
kejahatan, waktu kejahatan dan tempat kejahatan yang tepat dilakukan oleh Pemohon
PK. Pengajuan saksi Verbalisen adalah dagelan gaya kampung yang dilakukan sekedar
untuk memenuhi syarat formil jumlah saksi, apalagi dalam perkara ini terungkap bahwa
baik Pemohon Peninjauan Kembali maupun Imam Chambali alias Kemat dalam perkara
ini mengalami penyiksaan untuk mengaku sebagai pelaku pembunuhan sampai muncul
pemeriksaan saksi mahkota dengan memanfaatkan kebingungan dan ketidaktahuan
hukum dari masing-masing pelaku ;
Bahwa dengan demikian jelas bahwa Judex Facti telah melanggar ketentuan Pasal 1 ayat
(26) tentang Klasifikasi Seorang Saksi sebagai orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana
yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri ; Bahwa keterangan saksi-saksi
tersebut di atas juga tidak bersesuaian antara satu dengan lainnya sehingga apabila
Judex Facti mengikuti sidang dengan cermat, maka Judex Facti tidak akan sampai pada
kesimpulan bahwa Pemohon Peninjauan Kembali bersalah dan akhirnya dihukum
dengan pidana penjara selama 12 tahun ;
Bahwa dalam menjatuhkan putusan Majelis Hakim Perkara No. 48/Pid.B/2008/PN.JMB.,
Judex Facti hanya mendasarkan pada keterangan Terdakwa yang diberikan karena di
intimidasi dan disiksa dan hasil Visum Et Repertum Jenazah atas nama Moh. Asrori No.
371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto
Dokter Bedah pada Rumah Sakit Umum Jombang dengan hasil pemeriksaan tanggal 1
Oktober 2007 jam 10.00
Bahwa terhadap hasil Visum Et Repertum tersebut terdapat beberapa ketidaksesuaian
antara lain :
Keterangan yang diberikan oleh kakak kandung Moh. Asrori yang bernama Agung
Wibowo yang mengatakan Moh. Asrori memiliki gigi tulang sebelah kiri agak keluar
(gingsul) tetapi berdasarkan hasil Visum Et Repertum No. 371/04/415.39/X/2007
1
tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto menyatakan hasil
pemeriksaan luar terhadap Kepala : gigi tonggos, adalah suatu pengetahun yang
bersifat umum (notoir feiten) bahwa keadaan antara gigi tulang sebelah kiri agak
keluar (gingsul) dan gigi tonggos adalah berbeda, tonggos adalah bentuk gigi yang
cenderung maju ke depan, sedangkan gingsul adalah gigi tulang yang lebih menonjol
dari gigi lainnya pada barisan depan gigi manusia ;
Terhadap hasil pemeriksaan dipersidangan Pemohon Peninjauan Kembali
mengatakan Maman Sugianto memukul kepala korban bagian belakang dari arah
samping korban yang mengakibatkan korban jatuh kelantai tidak sadarkan diri tetapi
berdasarkan hasil Visum Et Repertum No. 371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25
Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto menyatakan hasil pemeriksaan luar
leher : tidak ada kelainan, terdapat pertentangan terhadap hasil Visum yang
menyatakan tidak ada kelainan dan fakta dipersidangan leher dipukul dengan balok
kayu yang seharusnya akan timbul luka atau patah tulang terhadap leher tersebut
sebagai akibat di pukul dengan balok kayu ;
Bahwa terhadap hasil VER pemeriksaan luar dinyatakan " pada bagian perut ada
robekan 5 Cm di atas pusar, 1 Cm dari garis tengah tubuh berbentuk ellips dengan
sudut tajam di kedua sudutnya dengan ukuran 2 Cm x 4 Cm .... dst ", apabila
dikaitkan dengan barang bukti berupa pisau dapur yang disita dari rumah Imam
Chambali alias Kemat maka luka berbentuk ellips tersebut pada VER adalah bukan
karena ditusuk dengan pisau dapur yang memiliki satu sudut tajam, lebih-lebih
terhadap pisau dapur yang dijadikan barang bukti tersebut tidak pernah diperiksa
forensik apakah terdapat bekas-bekas darah yang identik dengan darah korban ;
Dari fakta-fakta tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil Visum Et Repertum No.
371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto
bertentangan dengan keterangan-keterangan yang disampaikan oleh saksi Agung Wibowo
dan saksi Imam Chambali alias Kemat, yang seharusnya dicermati oleh Majelis Hakim yang
memeriksa perkara No. 49/Pid.B/2008/PN.JMB. sehingga dapat dipastikan apakah :
1. Mayat yang telah menjalani Visum tersebut mayat Moh. Asrori atau mayat orang lain ?,
2. Apakah ada persesuaian antara keterangan saksi dan barang bukti dengan hasil Visum Et
Repertum No. 371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy
Prayudiya Ariyanto ;
1
Jawabannya adalah tidak, tidak satupun alat bukti yang diajukan dalam persidangan ini
memiliki persesuaian satu sama lain, sehingga kesimpulan Majelis Hakim yang memeriksa
perkara No. 49/Pid.B/2008/PN.JMB. yang telah menghukum Pemohon Peninjauan Kembali
adalah keliru. Perkara No. 49/Pid.B/2008/PN.JMB. telah diputus dengan tidak memenuhi
batas minimum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP ;
Mengenai alasan peninjauan kembali ad. 1 :
Bahwa alasan peninjauan kembali tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti
(Pengadilan Negeri) salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan sebagai berikut :
a. Adanya bukti-bukti PK.4, PK.13 dan PK.14, yang menjelaskan bahwa korban mati yang
digali dari kebun rumah Riyan ternyata dari hasil sample darah adalah anak pasangan
Dwi Mentari dan Djalal yang bernama Asrori ;
b. Korban yang di kebun tebu adalah anak dari pasangan Suyati yang bernama Suyanto ;
c. Terdakwa didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap Asrori sedangkan dalam
kasus perkara itu kemudian ditemukan tersangka yang mengakui bernama Riyan adalah
pelakunya, sebagaimana terangkum dalam bukti-bukti (PK.6, PK.7 dan PK.8) ;
d. Sesuai bukti-bukti PK.9, PK.10, PK11 dan PK.12 ternyata mayat yang ditemukan oleh
masyarakat teridentifikasi bernama “ Moch. Asrori sebagai korban pembunuhan Riyan,
sedangkan kemudian ternyata korban mati yang di kebun tebu adalah Fauzin Suyanto
als. Antonius “ ;
Dengan demikian jika Terpidana Devid Eko Priyanto telah diperiksa dan dihukum pidana
serta berkekuatan hukum tetap sebagai “ telah membunuh Asrori “ padahal ternyata yang
diketemukan di kebun tebu tersebut adalah mayat “ Fauzin Suyanto als. Antonius “ ;
Dapat disimpulkan bahwa dalam kasus a quo telah terjadi error in subyektif kesalahan
Terdakwanya dan terjadi kesalahan menangkap ;
Dengan adanya Novum tersebut maka Terpidana harus dinyatakan tidak terbukti dan
karenanya harus dibebaskan. Oleh karena alasan peninjauan kembali yang mendasarkan
atas adanya Novum dapat dibenarkan maka pertimbangan tentang alasan peninjauan
kembali selebihnya dipandang tidak relevan lagi ;
Alasan peninjauan kembali karena kekeliruan nyata dari Judex Facti (Pengadilan Negeri)
adalah sebagai akibat dari alat-alat bukti yang ada dan diyakini cukup dapat dijadikan dasar
pemidanaan maka harus dipandang alas an tersebut tidak dapat dibenarkan. Walaupun
1
seolah-olah dengan adanya Novum tersebut, Judex Facti (Pengadilan Negeri) telah salah
menerapkan hukum pembuktian, karena Judex Facti (Pengadilan Negeri) telah memeriksa
dan mengadili perkara tersebut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan khususnya
hukum pembuktian
1
BAB II ANALISIS
Asas praduga tak bersalah dan akusator menempatkan tersangka/terdakwa sebagai
subjek yang harus diperlakukan secara manusiawi. Penyidik sering melalaikan asas tersebut
sampai mengakibatkan salah tangkap, seperti yang terjadi pada penyidikan terhadap Imam
Chambali, Devid Eko Priyanto, dan Maman Sugianto. Data hasil penelitian memperlihatkan
bahwa penyidik menangkap Imam Chambali, Devid Eko Priyanto, dan Maman Sugianto
tanpa bukti permulaan yang cukup sampai mengakibatkan salah tangkap. Penyidik juga
melakukan tindakan kekerasan selama penyidikan supaya mereka mengakui perbuatan yang
dituduhkan. Kenyataan yang terjadi menunjukkan masih seringnya penyidik melakukan
pelanggaran terhadap aturan dalam proses penyidikan, dan kurang tegasnya sanksi yang
diberikan kepada penyidik.
Salah tangkap yang menimpa terpidana Imam Chambali tersebut menimbulkan
konsekuensi hukum bagi para terpidana, selain dia dapat mengajukan Peninjauan kembali
dan menuntut pembebasannya karena terpaksa menjalani hukuman atas tuduhan
kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan. Para terpidana ini juga dapat menuntut Ganti
kerugian Rehabilitasi. Dalam pasal 95 ayat (1) KUHAP dijelaskan tentang Ganti kerugian
sebagai berikut :
“Tersangka, terdakwa, atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan Undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.”
Selanjutnya tentang Rehabilitasi dijelaskan dalan pasal 97 ayat (1) sebagai berikut :
“seorang berhak memperoleh Rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.”
Konsekuensi hukum dalam kasus salah tangkap tersebut seharusnya tidak hanya bagi
pihak korban yang menjadi korban salah salah tangkapnya saja namum seharusnya demi
memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat semestinya juga ada tanggung jawab dari polisi
penyidiknya sendiri. Tanggung jawab hukum dari penegak hukum dalam hal ini yaitu
Kepolisian Negara Republik Indonesia mengacu kepada ketentuan dalam peraturan tentang
Kepolisian yaitu dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik
1
Indonesia. Isi dari Undang undang ini mengatur tentang fungsi, tugas dan wewenang dari
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai penegak hukum.
Berdasarkan pada kasus yang telah diuraikan sebelumnya jelas terlihat adanya unsur
kelalaian dari polisi penyidik yang tidak profesional menangani suatu kasus pidana. Terbukti
dengan adanya kesalahan dalam proses identifikasi mayat korban Fauzin sebagai mayat
Asrori. Namun Polisi dengan tergesa-gesa melakukan penangkapan terhadap tersangka
sebelum memastikan bahwa permulaan bukti yang didapat tersebut sudah benar-benar
cukup kuat atau tidak. Sebab untuk melakukan penangkapan penyidik harus benar-benar
memperhatikan ketentuan atau aturan hukumnya. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi
penyidik ketika hendak melakukan penangkapan berdasarkan pasal 17 KUHAP yaitu :
1. Seorang tersangka yang diduga keras melakukan tindak pidana.
2. Dugaan yang kuat itu harus didasarkan pada permulaan bukti yang cukup.
Yang dimaksud bukti permulaan yang cukup menurut penjelasan pasal 17 adalah
bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana. Selanjutnya dalam penjelasan pasal
17 juga menunjukan bahwa penangkapan tidak bisa dilakukan sewenang-wenang tetapi
hanya ditujukan bagi mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana.
Terdakwa Maman S yang saat itu masih menjalani proses pengadilan juga memohon
pembebasan atas dirinya. Dengan dasar kebijakan para hakim tersebut yang mengacu pada
Putusan Mahkamah Agung yang mengabulkan PK terhadap Imam Chambali dan Devid Eko
Priyanto maka pengadilan atas Maman Sugianto tidak bisa dilanjutkan. Putusan PK
menunjukkan adanya error in persona pada persidangan yang telah memidanakan Imam
dan Devid. Demikian Pula halnya dengan Maman Sugianto yang saat itu masih dalam proses
pengadilan juga dibebaskan.
1
BAB III KESIMPULAN
Dari uraian pada bab sebelumnya terdapat bebrapa hal yang dapat kita ambil
sebagai kesimpulan, dimana telah terjadi suatu mekanisme penegakan hukum yang
seharusnya dapat memberikan suatu keadilan akan tetapi disalah gunakan oleh beberapa
oknum penegak hukum sehingga tidak mencerminkan suatu keadilan yang seharusnya.
Hukum adalah suatu sistem dimana dalam sistem tersebut terdiri dari sub sistem-
sub sistem yang mana jika salah satu atau beberapa dari sub sistem tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya maka akan mempengaruhi tidak berjalannya sistem itu sendiri. Salah
satu sub sistem tersebut adalah aparatur penegak hukum itu sendiri, yang jika tidak berjalan
sebagaimana mestinya maka hukum itu sendiri tidak akan dapat berjalan sehingga keadilan
yang seharusnya menjadi output dari sistem tersebut tidak akan ada.
Hal inilah yang terjadi pada kasus penangkapan tindak pidana pembunuhan yang
dialami oleh Imam Chambali alias Kemat CS yang sejak dalam masa penyidikan hingga di
vonis oleh hakim ‘dipaksa’ dengan segala macam cara hingga pada akhirnya mereka
terpaksa mengaku perbuatan yang tidak pernah dia perbuat setelah mengalami berbagai
macam sisksaan secara fisik untuk mengakui bahwa merekalah yang telah membunuh
Asrori.
Sudah seharusnyalah bahwa perlindungana hukum bagi yang diduga kuat melakukan
tindak pidana harus sudah dimulai dari proses penyelidikan. Proses penyelidikan sangatlah
penting guna menghindari adanya pelanggaran HAM. Korban salah tangkap banyak berasal
dari masyarakat kurang mampu yang awam atas hak-hak yang diberikan hukum.