analisis kasus
TRANSCRIPT
ANALISIS KASUS
1. ANAMNESIS
a. Identitas
Nama : bpk. Nurcholis
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Suku bangsa : indonesia
Pendidikan : kuliah ekonomi
Pekerjaan : wiraswasta
Status perkawinan : sudah menikah
ANALISIS :
Usia :
Diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada usia 40 tahun atau lebih, dan
prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya umur. Usia lanjut pada
sebuah penduduk menjadi sebuah alasan umum terjadinya diabetes melitus tipe
2. Hampir semua diabetes melitus pada orang tua adalah diabtes melitus tipe 2.
Jenis kelamin :
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes
Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah
faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan
desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM
lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula
pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi
pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki
(38,2%).
Suku bangsa :
Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang
cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Prevalensi
diabetes melitus tipe 2 sangat bervariasi antara kelompok ras dan etnis. Diabetes
mellitus tipe 2 lebih umum di kalangan penduduk asli Amerika, Afrika Amerika,
dan Asia tenggara serta Pasifik barat. Memang, penyakit ini hampir menjadi
pandemi dalam beberapa kelompok penduduk asli Amerika. Risiko retinopati dan
nefropati tampaknya lebih besar pada orang kulit hitam dan penduduk asli
Amerika.
b. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : tangan dan kaki kesemutan
Keluahan tambahan : sakit gigi dan gusi bengkak serta lesi di tepi mukusa
mulut.
Analisis :
Keluhan utama :
Kesemutan pada tangan dan kaki terjadi karena kadar glukosa
darah yang tidak terkontrol dengan baik dalam waktu yang lama sehingga
pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh tubuh mengalami gangguan
fungsi akibatnya ketidak cukupan suplai darah ke jaringan sehingga aliran
darah tidak laancar menyebabakan darah yang mengalir di ujung-ujung saraf
terhambatdan berkurang karena penekanan yang terus menerus dala waktu
lama.
Keluhan tambahan :
Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi
pada email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi,
bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula
(termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email
akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan
menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses
demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies
pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak
bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan
dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena
karies oleh dokter gigi. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang
semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi
lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi akan terasa
nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan suhu yang dingin, dan makanan
atau minuman yang manis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 10 bulan terakhir ini, pasien sering merasakan jari kaki dan
tangan kesemutan. Tangan kesemutan sebelah kanan di jarinya. 10 bulan
yang lalu pasien mengalami kadar gula darah hingga 475 mg/dl. Dia
merasakan mudah lemas, letih dan jika minum air dingin sering buang air
kecil 10-11 kali dalam sehari dan jarang buang air besar, kadang 2 hari sekali
buang air besar karena fesesnya keras sehingga sering mengkonsumsi vegeta
untuk melancarkan buang air besar. Nafsu makan biasa saja tetapi berat
badan terus bertambah. Pasien sudah pernah berobat ke dokter, dia diberi
obat glibenklamid untuk mengatasi keluhan kadar gula darah yang meningkat
tersebut. Namun pasien minum obatnya tidak sesuai dengan anjuran dokter,
dia selalu melebihi dosis yang telah diberikan dari dokter.
Sudah 6 bulan yang lalu pasien menjalani operasi usus buntu.
sekarang pasien telah sembuh dari usus buntu.
Anamnesis Sistem :
Cerebrospinal : sakit kepala(-), pusing(-), demam(-)
Kardiovaskuler : berdebar-debar(-), sesak napas(-), nyeri dada(-)
Respirasi : sesak napas(-), batuk(-), pilek(-)
Digesti : mual(-), muntah(-), nafsu makan biasa dan BB
bertambah(+), BAB keras (+)
Urogenital : sering BAK (+)
Integumentum : kulit kering(-), nyeri otot(-) mudah lemas dan letih.
ANALISIS :
Kadar gula darah meningkat 475 mg/dl terjadi karena gaya hidup
pasien yang pola makan tidak teratur. Pasien lebih banyak mengkonsumsi
makan yang bersumber dari karbohidrat terutama makanan dan minuman
yang manis-manis. Hal ini menyebabkan kadar gula darah meningkat tajam
sehingga tubuh memberi kompensasi dalam menurunkan kadar gula darah
yang meningkat tersebut dengan cara mensekresikan banyak insulin sehingga
menyebabkan hiperinsulinemia tetapi jumlah reseptor berkurang akibatnya
insulin tidak bisa bekerja menyebabkan kelelahan sel beta sehingga terjadi
peningkatan kadar glukosa darah. ini terjadi akibat obesitas yang
berhubungan langsung dengan peningkatan derajat resistensi insulin.
Mudah lemas dan letih disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah
yang tinggi menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam sel-sel tubuh dan
glukosa tetap berada dalam pembuluh darah sehingga sel-sel tidak dapat
mengubah glukosa menjadi energi akibatnya tubuh kehabisan energi karena
energi tidak terbentuk sehingga terjadi lemas dan letih. Oleh karena itu,
banyak glukosa yang terbuang ke dalam urin yang disebut glilkosuria.
Sering buang air kecil 10- 11kali disebabkan oleh kadar gula darah
yang tinggi yang akan dibuang melelui urin menyebabkan urin menjadi lebih
kental sehingga membutuhkan air untuk mengencerkannya, air yang
digunakan di ambil dalam tubuh akibatnya tubuh menjadi dehidrasi sehingga
membutuhkan banyak minum akibatnya sering buanga air kecil yang disebut
poliuria. Sering buang air kecil menyebabkan kehilangan air yang banyak
menimbulkan keadaan hiperosmolaritas dimana akan ditanggapi oleh
hipotalamus sebagai keaadaan dehidrasi yang menyebabkan bertambahnya
rasa haus sehingga timbul gejala banyak minum yang disebut polidipsia.
Buang air besar keras disebabkan karena pasien kurang suka makan
makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan sehingga tinjanya
sulit dicerna dan menumpuk di dalam usus dan ketika di keluarkan lewat
anus sulit. Oleh karena itu, pasien konsumsi vegeta untuk melancarkan buang
air besar. Selain itu, pasien punya riwayat operasi usus buntu. Usus buntu
bisa disebabkan oleh pengerasan bahan tinja (fekalit) akibatnya fekalit
terperangkap di dalam saluran apendiks sehingga terjadi sumbatan pada
saluran apendiks dan bisa menyebabkan apendiksitis.
Nafsu makan biasa saja tetapi berat badan terus bertambah terjadi
karena kompensasi sel-sel tubuh yang merasa kelaparan akibat tidak adanya
glukosa yang masuk kedalam sel.
Pasien diberi obat glibenklamid untuk menurunkan kadar glukosa
darah yang meningkat, namun minum obatnya tidak sesuai dengan anjuran
dokter, pasien selalu selalu melebihi dosis yang telah diberikan dari dokter.
bila ini terus terjadi bisa menyebabkan hipoglikemia akibat peningkatan
kadar insulin yang kurang tepat karena kelebihan dosis akibat kesalahan
pasien yang ketidak sesuaian kebutuhannya sehingga kadar glukosa darah
menjadi rendah.Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut pada
diabetes melitus.
Riwayat penyakit dahulu
10 bulan yang lalu pasien cek gula darah yaitu 475 mg/dl.
6 bulan yang lalu pasien menjalani operasi karena usus buntu.
ANALISIS :
Pasien cek gula darah karena pasien pada saat itu di hari lebaran dan
pada saat itu pasien banyak sekali konsumsi yang manis-manis dan makan
makanan yang berlemak sehingga pasien merasa badannya lemas. Oleh
karena itu pasien diminta bawa le dokter untuk cek gula darah, saat di cek
gula darahnya meningkat yaitu 475 mg/dl.
6 bualn yang lalu pasien menjalani operasi usus buntu, ketika mau di
operasi kadar glukosa pasien masih tinggi dan operasi ditunda sampai kadar
glukosa darah menjadi normal.
Riwayat penyakit keluarga
Istri pasien mengalami keluhan yang serupa.
Ibu pasien menderita paru basah tetapi sekarang sudah meninggal.
ANALISIS :
Istri pasien mengalami keluhan yang serupa ini terjadi karena gaya hidup di
keluarga pasien yang suka konsumsi makanan dan minuman yang manis sehingga
membuat keluarga pasien terkena diabetes melitus, namun kami hanya sedikit
menanyakan tentang keluhan kepada istri pasien karena pasien sedang sibuk.
Ibu pasien menderita paru basah, namun ibunya tidak tinggal satu rumah
dengan pasien dan sekarang ibunya telah meninggal.
Pola makan/minum
Jika pasien dalam keadaan sehat pola makan sering tidak teratur
dan sebaliknya jika sedang sakit makan lebih dari 5-6 kali dalam
sehari. Sering makan bersantan 2 kali seminggu. Pasien sering
makan daging kambing 1 kali seminggu.
ANALISIS :
Makan tidak teratur dapat berupa terlambat makan atau tidak makan
pada waktu makan utama, makan seadanya tanpa memperhatikan mutu
makanan, serta makan di luar jam makan utama. Faktor pencetus pola makan
tidak teratur, antara lain adanya gaya hidup yang berubah-rubah,kondisi
lingkungan yang mendesak, atau stres. Kalau makan tidak teratur bisa
menyebabkan asupan zat gizi berkurang atau zat gizi yang di konsumsi jadi
tidak seimbang. Jika itu terus terjadi bisa menyebabkan sakit mag.
Perkembangan pola makan yang salah arah mempercepat peningkatan
jumlah penderita DM di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang
menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya
kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa)
muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya
konsumsi minuman yang kaya gula
Sebaliknya jika makan yang berlebihan bisa menyebabkan obesitas
karena lebih suka makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat
(gula), tinggi lemak, kolesterol, dan protein. Obesitas adalah salah satu faktor
resiko diabetes melitus type 2 karena obesitas dapat menutupi reseptor
insulin, sehingga insulin tidak bisa melekat pada reseptornya dan reseptor
pada orang obesitas menjadi sedikit akibat tertutup lemak. Konsumsi kalori
lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan
dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga
glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran
darah.
Kebiasaan
Pasien mempunyai kebiasaan merokok 3 bungkus per hari bahkan lebih
dan sering olahraga 2 kali seminggu.
ANALISIS :
Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi
glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskuler dari
intoleransi glukosa dan DM tipe 2. Karena merokok dapat mempengaruhi kadar HDL
dalam pembuluh darah sehingga bisa menyebabkan arteriklerosis. HDL berfungsi
mengangkut kolesterol yang berlebihan di pembuluh darah supaya kolesterol tidak
menumpuk dalam pembuluh darah.
Pasien dengan diabetes melitus type 2 yang disertai peningkatan
berat badan atau obesitas sangat di anjurkan olahraga untuk memecah lemak
yang ada dalam tubuh. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara
teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah
terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat
tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk
dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang
dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang
jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar,
tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses
perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon
insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul
gejala DM. Olah raga teratur seminggu 2 kali minimal 30 menit agar terjadi
pembongkaran lemak.
2. Pemeriksaan Fisik
Tinggi badan : 166 cm
Berat badan : 72 kg
ANALISIS :
Tinggi badan dan berat badan dhitung untuk menentukan status gizi
berdasarkan indeks massa tubuh(IMT) pasien. IMT dihitung berdasarkan pembagian
berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter ) kuadrat.
Setelah di hitung hasilnya pasien dengan obes 1 yaitu 26,12, yang mana berat badan
normal 18,5-22,9.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 75x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,7 C
Keadaan umum : Sadar, tidak tampak lemas dan kesakitan.
Keadaan gizi : lebih dari cukup
Mata : tidak ada gangguan penglihatan.
konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-).
Mulut : Mukosa mulut ada lesi.
Sering sakit gigi dan gusi bengkak.
Banyak karies gigi dan penanggalan gigi
THT : Telinga : indera pendengaran masih normal. Pembengkakan dan
kemerahan (-)
Hidung : indera penciuman masih normal. Pembengkakan (-)
Tenggorokan : nyeri dan pembesaran limfonodi (-)
Leher : Leher kanan dan kiri tampak simetris.
Benjolan (-), nyeri tekan atau menelan (-), massa (-), defisiasi (-)
dan tanda-tanda inflamasi(-).
Thorax : Dinding dada kanan dan kiri terlihat simetris. Tidak ada benjolan,
tidak ada luka dan tidak ada bekas operasi.
Jantung : Inspeksi :
Iktus cordis pasien tidak terlihat. Tidak ada bekas
operasi, benjolan dan kemerahan.
Palpasi :
Area apeks teraba di SIC 5 linea midclavicula sinistra.
Area trikuspidal, area septal, area pulmonal, area aorta tidak
teraba.
Perkusi : Batas Jantung :
Batas jantung kanan terletak di SIC 5 linea sternalis dextra.
Batas jantung kiri teletak di SIC 5 linea midclavikularis sinistra.
Batas jantung atas terletak di SIC 2 sternal sinistra.
Batas pinggang jantung terletak di SIC 3 linea parasternal sinistra.
Auskultasi :
Area apeks terdengar bunyi jantung 1,2 dan tidak ada suara
tambahan.
Area trikuspidal terdengar bunyi jantung 1 dan tidak ada suara
tambahan.
Area septal terdengar bunyi jantung 2 dan tidak ada suara
tambahan.
Area pulmonal terdengar bunyi jantung 1,2 dan tidak ada suara
tambahan.
Area aorta terdengar bunyi jantung 1,2 dan tidak ada suara
tambahan.
Area arteria carotis kanan dan kiri terdengar frekuensi denyutan
normal dan tidak ada peningkatan.
Paru : Inspeksi :
Dinding dada kanan dan kiri terlihat simetris. Dinding dada dan
dinding abdomen terlihat simetris. Bentuk dinding dada tidak ada
kelainan (funnel chest, barrel chest, pigeon chest).
Pemeriksaan thorax posterior :
Inspeksi : tidak ada devisiasi tulang belakang (kifosis, skoliosis,
lordosis). Tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Perbandingan gerakan napas kanan
dan kiri tidak ada ketinggalan gerak. Vokal fremitus kanan dan kiri
hasilnya kuat dan sama (normal).
Perkusi : perbandingan paru kanan dan kiri dari atas ke bawah tidak
ada perbedaan. Batas pengembangan paru normal.
Askultasi : pada dinding punggung normal tidak ada suara bising.
Pemeriksaan thorax anterior :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan benjolan atau massa tidak
teraba. Perbandingan gerakan napas kanan dan kiri tidak ada
ketinggalan gerak. Vokal fremitus kanan dan kiri normal sama kuat.
Perkusi : perbandingan paru kanan dan kiri dari atas ke bawah tidak
ada perbedaan (normal). Batas paru dan hati di SIC 6 linea
midclavicula dextra.
Abdomen : Perut tampak buncit dan ada bekas operasi usus buntu.
Palpasi tidak ada nyeri tekan
lien dan hepar tidak teraba.
Gerakan peristaltik normal.
Ektremitas : Akral dingin (-)
Kelemahan anggota gerak (+)
Nyeri otot (-)
Kesemutan di tangan dan kaki (+)
ANALISIS :
Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada
email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi,
bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula
(termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email
akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik
bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan
menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses
demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies
pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak
bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan
dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena
karies oleh dokter gigi. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang
semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi
lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi akan terasa
nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan suhu yang dingin, dan makanan
atau minuman yang manis.
Kelemahan anggota gerak disebabkan oleh peningkatan kadar gula
darah yang tinggi menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam sel-sel tubuh
dan glukosa tetap berada dalam pembuluh darah sehingga sel-sel tidak dapat
mengubah glukosa menjadi energi akibatnya tubuh kehabisan energi karena
energi tidak terbentuk sehingga terjadi lemas dan letih. Oleh karena itu,
banyak glukosa yang terbuang ke dalam urin yang disebut glilkosuria.
Kesemutan pada tangan dan kaki terjadi karena kadar glukosa
darah yang tidak terkontrol dengan baik dalam waktu yang lama sehingga
pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh tubuh mengalami gangguan
fungsi akibatnya ketidak cukupan suplai darah ke jaringan sehingga aliran
darah tidak laancar menyebabakan darah yang mengalir di ujung-ujung saraf
terhambatdan berkurang karena penekanan yang terus menerus dalam
waktu lama.
3. Pemeriksaan penunjang
ANALISIS :
Pemeriksaan kadar glukosa darah
Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan
untuk melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi.
Guna mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula
darah puasa, glukosa 2 jam post prandial atau glukosa darah pada waktu
yang lain secara berkala sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan A1C
Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin
atau hemoglobin glikosilasi (A1C) merupakan cara yang digunakan untuk
menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini tidak dapat
digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan A1C
dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam setahun.
Pemeriksaan glukosa urine
Pengukuran glukosa urin memberikan penilaian yang tidak langsung. Hanya
digunakan pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau memeriksa kadar
glukosa darah. Batas ekskresi glukosa renal rata-rata sekitar 180 mg/dL,
dapat bervariasi pada beberapa pasien, bahkan pada pasien yang sama
dalam jangka waktu lama. Hasil pemeriksaan sangat tergantung pada fungsi
ginjal dan tidak dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan terapi.
Pemantaun benda keton
Pemantaun benda keton dalam darah maupun dalam urine cukup penting terutama
pada penyandang DM tipe 2 yang terkendali buruk (kadar glukosa darah >300
mg/dL). Pemeriksaan benda keton juga diperlukan pada penyandang diabetes yang
sedang hamil. Tes benda keton ini mengukur kadar asetoasetat, sementara benda
keton yang penting adalah asam beta hodroksibutirat. Saat ini telah dapat dilakukan
pemeriksaan kadar asam beta hidroksibutirat dalam darah secara langsung dengan
menggunakan strip khusus. Kadar asam beta hidroksibutirat darah <0,6 mmol/L
dianggap normal,
4. Terapi
ANALISIS :
Metformin
Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita
diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin
yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas
hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta
menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya
mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak
menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak
menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan
kehilangan berat badan. Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi
glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa
perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.
Indikasi:
1. Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat
badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja. Dapat dipakai sebagai
obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan sulfonilurea.
2. Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap
insulin yang simptomnya sulit dikontrol.
Kontra indikasi :
1. Hipersensitif terhadap obat ini.
2. Koma diabetik dan ketoasidosis.
3. Gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati.
4. Penyakit hati kronis, kegagalan jantung dan miokardial infark, alkoholisme, riwayat
atau keadaan yang berkaitan dengan laktat asidosis seperti syok atau insufisiensi
pulmonal, dan keadaan yang berhubungan dengan hipoksemia.
5. Kehamilan dan menyusui.
Dosis :
Metformin harus diberikan bersama dengan makan atau sesudah makan dalam dosis
terbagi.
Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari.
Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat
mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai sampai
dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan
secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari). Bila gejala diabetes telah dapat
dikontrol, dosis dapat diturunkan.
Efek samping :1. Metformin dapat digunakan pada pasien dengan hanya sedikit gangguan
gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol.
2. Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya.
3. Anoreksia, mual, muntah, diare. 4. Berkurangnya absorbsi vitamin B12.
PSYLLIUMSetiap 100 gram psyllium mengandung 71 gram serat larut sementara oat dalam
jumlah yang sama hanya mengandung 5 gram serat larut. Serat merupakan unsur
penting bagi kesehatan. Serat membantu memperlancar pembuangan dan menjaga
kebersihan dan kesehatan kolon. Kolon yang sehat merupakan salah satu kunci
pertahaan melawan serangan patogen yang masuk ke dalam tubuh.
Cara kerja psyllium :
Saat dicampur dengan air, sekam berserat dari biji psyllium akan membentuk
gumpalan menyerupai gel yang menyerap kelebihan cairan dari usus halus dan
menghasilkan tinja yang lebih besar dan halus. Cara ini bisa membantu mengatasi
konstipasi karena membuat tinja bergerak lebih cepat.
Psyllium membantu menormalkan fungsi usus dari berbagai gangguan, termasuk
konstipasi, diverticulosis, wasir, dan sindrom iritasi usus. Meskipun tidak bisa
menyembuhkan wasir sepenuhnya, serat psyllium membantu mengurangi iritasi dengan
memperlancar aliran tinja di area yang sensitif. Begitu memasuki kolon, psyllium akan
menghasilkan gumpalan menyerupai spons yang bekerja menyerap racun. Gumpalan
psyllium menyerap kelebihan air dan mengembang, saat pecah maka akan menyerap sisa
racun yang terperangkap di celah dalam usus. Gumpalan serat ini selanjutnya menstimulasi
kontraksi yang perlu untuk gerakan usus dan mengeluarkan sampah.
Kalium Deklofenak
Kalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan mengandung
garam kalium dari diklofenak. Pada kalium diklofenak, ion sodium dari sodium
diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya adalah sama dengan sodium
diklofenak. Obat ini mempunyai efek analgesik dan antiinflamasi. Tablet kalium
diklofenak memiliki mula kerja yang cepat. Penghambatan biosintesa prostaglandin,
yang telah dibuktikan pada beberapa percobaan, mempunyai hubungan penting
dengan mekanisme kerja kalium diklofenak. Prostaglandin mempunyai peranan
penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan demam. Pada percobaan-
percobaan klinis Kalium Diklofenak juga menunjukkan efek analgesik yang nyata
pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang disebabkan oleh trauma
atau setelah operasi, kalium diklofenak mengurangi nyeri spontan dan nyeri pada
waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak secara in
vitro tidak menekan biosintesa proteoglikan di dalam tulang rawan pada konsentrasi
setara dengan konsentrasi yang dicapai pada manusia.
Indikasi:
Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi - kondisi akut sebagai berikut:
Nyeri inflamasi setelah trauma, seperti karena terkilir.
Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi tulang atau gigi.
Sebagai ajuvan pada nyeri inflamasi yang berat dari infeksi telinga, hidung
atau tenggorokan, misalnya faringotonsilitis, otitis.
Kontraindikasi :
Penderita tukak lambung, penderita yang mempunyai hipersensitivitas
terhadap bahan aktif dari obat.
Penderita yang terkena serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut yang
disebabkan oleh asam asetilsalisilat atau oleh obat lain yang mempunyai
aktivitas penghambatan terhadap pembentukan prostaglandin.
Dosis
Pada kasus ringan, dosis dewasa dan anak-anak diatas 14 tahun adalah 75-100
mg/hari, dibagi dalam 2-3 dosis. Untuk kasus yang lebih berat, dosis harus
dinaikkan sampai 100-150 mg/hari. Kalium diklofenak tablet tidak
direkomendasikan penggunaannya pada anak-anak. Sebaiknya digunakan bersama
dengan minuman, terutama sebelum makan.
Efek samping :
Saluran cerna :
Kadang-kadang : nyeri epigastrik, gangguan saluran cerna lain seperti mual,
muntah, diare, kram perut, dispepsia, flatulen, anoreksia.
Jarang: perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena, tukak peptik
dengan atau tanpa perdarahan atau perforasi, diare berdarah.
Kasus khusus: gangguan saluran cerna bagian bawah seperti kolitis hemoragik
non-spesifik dan eksaserbasi kolitis ulseratif atau proktokolitis Crohn’s,
stomatitis aftosa, glositis, lesi esofagus, konstipasi.
Sistem saraf pusat dan perifer :
Kadang-kadang : sakit kepala, pusing atau vertigo.
Kasus khusus : gangguan perasaan (sensation), termasuk parestesia,
disorientasi, gangguan memori, gangguan penglihatan (penglihatan kabur,
diplopia) dan kurang pendengaran.