analisis fitokimia sampel bunga kumis kucing kelompok 7

12
ANALISIS FITOKIMIA EKSTRAK BUNGA KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus). Alvin Valentino G. 1 , Nurfajri Utami 1 , Aulia Nilawati 1 , Nurlindah Kamrudin 1 , Siti Nurfaidah 1 , Hemi Amalia A 1 , Andi Mintasari 1 , Dian Megawati A.P. 2 1. Praktikan Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia 2. Asisten Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengujian analisis kandungan dari ekstrak bunga kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan senyawa kimia yang terdapat pada sampel yang dapat memberikan efek farmakologis. Proses ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut methanol. Teknik pemisahan senyawa dilakukan dengan metode partisi ECC pada ekstrak metanol dan dilanjutkan menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Analisis kualitatif kandungan senyawa dari ekstrak metanol kumis kucing menggunakan uji pendahuluan atau uji warna, dan analisis kuantitatif kandungan senyawa menggunakan KLT-Densitometri dan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil yang diperoleh yaitu : ekstrak methanol bunga kumis kucing (Orthosiphon stamineus) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan terpenoid, dengan nilai absorbansi polifenol total 0.4879 nm dan absorbansi flavonoid total 0.2797 nm. Kata Kunci : Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus), KLT (Kromatografi Lapis Tipis), Densitometri, dan Spektrofotometri UV-Vis. PENDAHULUAN Keanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak hanya digunakan sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahannya saja, tetapi dapat juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam, namun hanya sebagian kecil yang diteliti serta dimanfaatkan (1). Direktorat jendral POM (1991), menemukan ada 283 spesies tumbuhan obat yang sudah terdaftar digunakan oleh industri obat tradisional di Indonesia. WHO (World Health Organization) pada tahun 1985 memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah

Upload: nurfajriutami

Post on 22-Sep-2015

90 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

ANALISIS FITOKIMIA EKSTRAK BUNGA KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus).Alvin Valentino G.1, Nurfajri Utami1, Aulia Nilawati1,

Nurlindah Kamrudin1, Siti Nurfaidah1, Hemi Amalia A1, Andi Mintasari1,

Dian Megawati A.P.2

1. Praktikan Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

2. Asisten Laboratorium Farmakognosi-FitokimiaJurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, MakassarABSTRAKTelah dilakukan penelitian tentang pengujian analisis kandungan dari ekstrak bunga kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan senyawa kimia yang terdapat pada sampel yang dapat memberikan efek farmakologis. Proses ekstraksi tanaman dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut methanol. Teknik pemisahan senyawa dilakukan dengan metode partisi ECC pada ekstrak metanol dan dilanjutkan menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Analisis kualitatif kandungan senyawa dari ekstrak metanol kumis kucing menggunakan uji pendahuluan atau uji warna, dan analisis kuantitatif kandungan senyawa menggunakan KLT-Densitometri dan Spektrofotometri UV-Vis. Hasil yang diperoleh yaitu : ekstrak methanol bunga kumis kucing (Orthosiphon stamineus) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid dan terpenoid, dengan nilai absorbansi polifenol total 0.4879 nm dan absorbansi flavonoid total 0.2797 nm.Kata Kunci : Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus), KLT (Kromatografi Lapis Tipis), Densitometri,

dan Spektrofotometri UV-Vis.PENDAHULUANKeanekaragaman hayati yang ada di bumi ini tak hanya digunakan sebagai bahan pangan ataupun untuk dinikmati keindahannya saja, tetapi dapat juga bermanfaat sebagai bahan untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam, namun hanya sebagian kecil yang diteliti serta dimanfaatkan (1). Direktorat jendral POM (1991), menemukan ada 283 spesies tumbuhan obat yang sudah terdaftar digunakan oleh industri obat tradisional di Indonesia. WHO (World Health Organization) pada tahun 1985 memprediksi bahwa sekitar 80% penduduk dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk pemeliharaan kesehatan primernya (2). Kandungan senyawa kimia yang beragam pada berbagai tumbuhan dijumpai secara tersebar ataupun terpusat pada organ tubuh tumbuhan seperti daun, bunga, buah, biji, akar, rimpang, atau kulit batang (3). Beberpa tanaman berkhasiat di Indonesia yang sering digunakan untuk pengobatan penyakit secara tradisional salah satunya adalah bunga kumis kucing (Orthosiphon stamineus). Berdasarkan sejumlah penelitian pada tanaman obat dilaporkan bahwa banyak tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek antioksidan terutama disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti flavonoid, dan asam fenolat. Biasanya senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan adalah senyawa fenol yang mempunyai gugus hidroksi yang tersubstitusi pada posisi orto dan para terhadap gugus OH dan OR (4). Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua tumbuhan (5). Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, anti radang, antialergi, dan antikanker (6). Efek antioksidan senyawa ini disebabkan oleh penangkapan radikal bebas melalui donor atom hidrogen dari gugus hidroksil flavonoid. Beberapa penyakit seperti arterosklerosis, kanker, diabetes, parkinson, alzheimer, dan penurunan kekebalan tubuh telah diketahui dipengaruhi oleh radikal bebas dalam tubuh manusia (7). Flavonoid menjadi perhatian karena peranannya bersifat obat dalam pencegahan kanker dan penyakit kardiovaskular.

Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum serapan ultra violet dan serapan tampak merupakan cara tunggal yang paling bermanfaat untuk mengidentifikasi struktur flavonoid (5). Flavonoid mengandung sistem aromatis yang terkonjugasi dan dapat menunjukkan pita serapan kuat pada daerah UV-Vis (8). Metode tersebut juga dapat digunakan untuk melakukan uji secara kuantitatif untuk menentukan jumlah flavonoid yang terdapat dalam ekstrak metanol juga dilakukan dengan spetrofotometer UV-Vis yaitu dengan mengukur nilai absorbansinya (10). Absorbansi sebagai analisa kuantitatif dilakukan berdasarkan Hukum Lambert-Beer.Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi yang ada dalam suatu sampel, dimana molekul yang ada dalam sel sampel disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya mengenai sampel, sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan. Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah transmittansi atau absorbansi.Untuk menentukan kadar flavonoid pada berbagai jenis tanaman obat berdasarkan nilai absorbansi digunakan data larutan standar. Data larutan standar ini digunakan untuk membuat persamaan regresi yaitu persamaan yang digunakan untuk menghitung kadar flavonoid :Y = ax + bDengan : y = nilai absorbansi

x = kadar flavonoid

a, b = konstantaMETODE PENELITIANAlat

Alat-alat yang digunakan adalah capor, chamber, beaker 100 ml, KLT-densitometer, labu erlenmeyer (Pyrex), labu tentukur 5 ml, Lempeng KLT GF 254 nm, pipa kapiler, pipet tetes, silica gel, spektrofotometer Uv-Vis, botol vial, tabung reaksi, tabung centrifuge, dan toples.Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah BJA (butil jenuh air), etanol, etil asetat, ekstrak sampel, hexan, kloroform dan methanol, AlCl3 5%, FeCl3, H2SO4, NaCl, pereaksi dragendorff, pereaksi Liebermann-burchard, pereaksi mayer, pereaksi sitoborat, pereaksi vanillin-asam sulfat, dan pereaksi wagner.

Prosedur PenelitianPengambilan dan Penyiapan Sampel

Sampel bunga kumis kucing diambil dan dikumpulkan. Selanjutnya sampel tersebut disortir dan dicuci, kemudian diiris tipis-tipis untuk sampel mengkudu. Kemudian bunga kumis kucing dikeringkan selama 2-3 hari.

Pembuatan Ekstrak Sampel

Sampel yang telah kering kemudian dimaserasi selama 3x24 jam dengan methanol (bunga kumis kucing) dalam toples tertutup rapat, sambil sesekali dikocok. Setelah, 3 hari, maserat kemudian dikeluarkan dan disaring dalam cawan porselen dan diuapkan pelarutnya.

Partisi Sampel

Sebanyak 2 g ekstrak masing-masing sampel ditimbang. Pada sampel kumis kucing digunakan metode partisi ECC (ekstrak cair-cair) yang menggunakan dua pelarut yaitu BJA dan hexan, sampel dilarutkan dan kemudian di centrifuge selama 15 menit selanjutnya dipisahkan ekstrak yang larut hexan, tidak larut hexan dan larut BJA.KLT-Densitometri

Ekstrak sampel kumis kucing ditotol sebanyak 4L, dan dielusi pada lempeng KLT GF 254 nm menggunakan eluen kloroform : etil asetat (15:1) pada chamber. Kemudian dilakukan pengamatan pada sinar UV 254 nm dan 366 nm. Serta diukur kadar konsentrasinya pada densitometry.

Uji Pendahuluan

Dilakukan uji kandungan senyawa kimia pada sampel kumis kucing. Komponen yang diuji adalah : Alkaloid

a. Metode Semprot : Di larutkan ekstrak sampel dengan pelarut, kemudian ditotol pada lempeng KLT, dielusi dengan eluen, dan disemprotkan reagen dragendorf, kemudian diamati hasil positif warna jingga.b. Metode tabung : Diambil sampel dari larutan stock, dimasukkan ke dalam 3 tabung masing-masing 2 ml, ditambahkan 1 ml HCl 2N, ditambahkan 10 ml air, ditambahkan reagen dragendorf (tabung l), mayer (tabung ll), wagner (tabung lll), diamati. Dragendorf (+) jingga, mayer (+) putih, wagner (+) coklat. Saponin

a. Metode semprot : Di larutkan sampel dengan pelarut, ditotol pada lempeng KLT, dielusi dengan eluen, disemprotkan reagen vanillin asam sulfat, diamati hasil positif warna kuning.b. Metode tabung : Diambil sampel dari larutan stock, ditambahkan 10 ml air panas, dikocok 10 menit, diamati (+) busa tetap.

Flavonoid

a. Metode semprot : Di larutkan ekstrak sampel dengan pelarut , ditotol pada lempeng KLT, dielusi dengan eluen, disemprotkan reagen sitroborat, diamati hasil positif warna kuning.b. Metode tabung : Diambil sampel dari larutan stock, ditambahkan 2 ml AlCl3 5%, kemudian di panaskan, diamati hasil (+) warna merah terang. Tanin

a. Metode semprot : Di larutkan sampel dengan pelarut, ditotol pada lempeng KLT, dielusi dengan eluen yang sesuai, disemprotkan reagen FeCl3, diamati hasil positif warna biru kehitaman.b. Metode tabung : Diambil sampel dari larutan stock, ditambahkan 10 ml air panas, ditambah NaCl, kemudian disaring, diambil filtratnyadan di tambahkan FeCl3, diamati (+) hijau (katekol), (+) biru-hijau (pirogilol).

Steroid/terpenoida. Metode Semprot : Di larutkan sampel dengan pelarut, ditotol pada lempeng KLT, dielusi dengan eluen, disemprotkan reagen LB, dan diamati hasil positif warna hijau-biru (steroid) dan merah-ungu (terpenoid).

b. Metode Tabung : Diambil sampel dari larutan stock, ditambahkan pereaksi LB. diamati (+) hijau (steroid), (+) merah tua (terpenoid).

Uji kadar total flavonoid dan polifenol.

Ekstrak sampel dianalisis kandungan total flavonoid dan polifenol dengan cara mengukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 370 nm.HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan telah dilakukan pungujian analisis fitokimia pada tanaman bunga kumis kucing (Orthosiphon stamineus), Pada hasil ekstraksi bunga kumis kucing menggunakan pelarut metanol diperoleh ekstrak sebanyak 10 gr. Kemudian dilakukan teknik pemisahan senyawa pada sampel ekstrak metanol bunga kumis kucing, dengan metode partisi ECP (Ekstrak Cair-Padat), dan dipisahkan bagian yang larut hexan, tidak larut hexan dan dan larut BJA,

Gambar 1. Sebelum dicentrifuge

Gambar 2. Ekstrak saat dicentrifuge

Gambar 3. Ekstrak setelah dicentrifugeGambar 4. Ekstrak larut hexan

Gambar 5. Ekstrak tidak larut hexan

Selanjutnya, ekstrak yang diperoleh dari hasil partitsi ditotolkan pada lempeng GF 254 nm, dan diamati pada lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm dan 366 nm. Hasilnya diperoleh pemisahan senyawa yang baik dilihat dari nilai Rfnya.

SampelPerbandingan eluenNilai Rf (ekstrak)

awallarut hexanTidak larut hexan

Bunga Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus)Kloroform : etil Asetat (15:1)

0,09

0,22

0,55

0,6

0,65

0,71

0,830,22

0,55

0,58

0,73

0,83

0,91

0,23

0,6

Tabel 1. Nilai Rf ekstrak bunga kumis kucing

366 nm 254 nm disemprot H2SO4Gambar 6. Pengamatan noda pada lampu UV

Untuk uji kualitatif komponen senyawa yang terdapat pada ekstrak etanol buah mengkudu menggunakan uji pendahuluan untuk senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, dan steroid/terpenoid diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Metode Semprot

Tabel 3. Metode Tabung

Untuk mendapatkan hasil analisis yang kuantitatif digunakan metode KLT-Densitometri dan Spektrofotometri UV-Vis.

Pengukuran ekstrak ini pada densitometer dilakukan menggunakan lempeng silica gel GF 254 nm 5 x 10 cm sesuai dengan prosedur kerja yang telah dijelaskan sebelumnya. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 366 nm. Hasil didapatkan adalah sebagai berikut :Grafik 1. Track ekstrak awal, ekstrak larut heksan, ekstrak tidak larut heksan

Tabel 4. Track ekstrak awal

Tabel 5. Track ekstrak larut heksan

Tabel 6. Track ekstrak tidak larut heksan

Selanjutnya Kandungan fenolik total pada masing-masing ekstrak dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent (GAE). Dari data hasil perhitungan, ekstrak kumis kucing memiliki total fenolik, yaitu 93,6560 6,1666 mg GAE/g. Untuk ekstrak kumis kucing memiliki total flavonoid, yaitu 55,3779 3,6974 mg GAE/g. Artinya, dalam setiap gram ekstrak setara dengan 55,3779 mg kuarsetin.

Tabel 7. Pengukuran polifenol total

Tabel 8. Pengukuran flavonoid totalLampiran.

Metode Partisi : Ekstraksi Cair Padat

2 gram ekstrak + 15 ml heksan

Sentrifuge 15 menit

Filtrat + residu

uapkan + 10 ml heksan

Filtrat

ResiduReaksi : Uji Pendahuluan / Uji WarnaGambar 1. Reaksi Uji Meyer

Gambar 2. Reaksi Uji Dragendroff

Gambar 3. Reaksi Uji Kedde

Gambar 4. Reaksi Uji Saponin

Gambar 5. Reaksi Uji Wagner