analisa teoritik pembiasaan membaca asma'ul husna dan akhlak siswa
TRANSCRIPT
24
BAB II
ANALISA TEORITIK TENTANG PEMBIASAAN MEMBACA
ASMA’UL HUSNA TERHADAP AKHLAK SISWA.
A. Pembiasaan dan Permasalahannya
Secara etimologis kata “pembiasaan” berasal dari kata “biasa”. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata biasa berati lazim, biasa dan umum, seperti
sediakala sebagaimana yang sudah-sudah, sudah merupakan hal yang tidak
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, sudah menjadi adat, sudah seringkali. Jadi,
kata pembiasaan berasal dari kata dasar “biasa” yang memperoleh imbuhan
prefiks “pe” dan sufiks “an”, yang berarti proses membiasakan, yang pada
akhirnya akan menghasilkan suatu kebiasaan atau adat. Pembiasaan adalah sebuah
upaya sehingga terjadinya sebuah kebiasaan. Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa
dikerjakan, pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang
dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal
yang sama (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php)
Pada konteks pembiasaan sebagai upaya menjadikan kebiasaan, maka
kebiasaan itu adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis, tanpa
direncanakan dulu, serta berlaku begitu saja tanpa dipikir lagi” ( Edi Suardi,
tt.123).
Kata “kebiasaan” berarti sesuatu yang telah biasa dilakukan, atau adat
(Poerwadarminta, 2007: 153).
Adapun istilah pembiasaan dilihat dari dimensi Pendidikan memiliki
beberapa indikator. Adapun indikator tersebut adalah:
25
1. Pembiasaan mengandung unsur Tuntutan Kebiasaan
Dalam proses pembiasaan, unsur tuntutan kebiasaan berperan penting
dalam hal pendidikan Akhlak. Dalam kajian pendidikan akhlaq bentuk tuntutan
ini lebih dikenal dengan dressur /pendidikan bersifat paksaan. (Fadil Yani; 2007 :
17).
Dalam proses pendidikan perlu adanya sebuah latihan dan pembiasaaan
dengan konsisten dan disiplin. Hal ini berdasar pada sebuah kutipan:
“ berdisiplin selain akan membuat seorang memiliki kecakapan mengenai
cara belajar yang baik, juga merupakan suatu proses ke arah
pembentukan watak yang baik.watak yang baik dalam diri seseorang akan
mencipatakan suatu kepribadian yang luhur.” (The Liang Gie, 1985 : 59)
Seperti dari layaknya seorang prajurit yang terampil (professional) dalam
menggunakan senjata berat, ternyata sebelumnya mereka dilatih dengan metode
drill dan penuh disiplin. Sehingga ketika menghadapi musuh di medan tempur
mereka sangat mudah dan tanpa pemikiran yang lambat bahkan terjadi karena
spontanitas (http://www.kodam-jaya.mil.id/arsif-artikel-kontribusi/967).
Dengan alasan tersebut, begitu pentingnya disiplin hingga Allah
berfirman pada Surah Ash-Shaaf:4 yang di tuturkan pula oleh seorang panglima
besar yakni imam Ali bin Abi Thalib r.a mengingatkan bahwa
"Kebenaran yang tidak terorganisasi dengan rapi, dapat dikalahkan oleh
kebatilan yang diorganisasi dengan baik". (Muhammad Syakir Sula:610)
Dengan demikian tampaklah bahwa tuntutan akan nilai kedisiplinan,
sangat penting dalam proses pendidikan.
26
Hal lebih lanjut tentang kedisiplinan dijelaskan Merriam pada Webster’s
New Dictionary (1984:248) sebagai berikut:
1) Latihan yang mengembangkan pengendalian diri, karakter atau
keadaan serba teratur dan efisiensi.
2) Hasil latihan serupa itu mengembangkan diri, perilaku tertib
3) Penerimaan atau ketundukan kepada kekuasaan dan kontrol
4) Suatu cabang ilmu pengetahuan.
2. Bersifat Lazim.
Sebuah pembiasaan berarti pula sebagai pelaziman. lazim berarti sedia
kala dan umum adanya (KBBI:2010). Konsep pembiasaan berarti pula
membiasakan kembali atau melanjutkan sesuatu yang menjadi kelaziman bagi
komunitas tertentu. Bagi seluruh ummat muslim membaca asma’ul husna adalah
hal yang lazim, sedangkan pembiasaan membaca asma’ul husna juga lazim
dilakukan di kalangan ummat muslim (ESQ 165 Magazine : 2010). Perintah Allah
mengenai Pengamalan Asma’ul husna dapat ditemukan pada Al-Quran:
�ه� �ل م�اء و�ل �س� ن�ى األ �ح�س� �ه�ا ف�اد�ع�وه� ال � ب وا �ح�د�ون� ال ذ�ين� و�ذ�ر� �ل ف�ي ي
�ه� م�آئ �س� و�ن� أ �ج�ز� ي � م�ا س� �وا �ان �ون� ك �ع�م�ل (180: األعراف) ي
Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Departemen Agama Republik Indonesia,1987:252)
27
Lebih lanjut tentang pembiasaan dalam membaca asma’ul husna
berdasarkan hadits rasulullah SAW :
“ : وتسعون تسعة الله أسماء إن دخل أحصاها من اسما
”الجنة
“Sesungguhnya nama-nama Allah ada 99 nama, barangsiapa yang membaca
menghafalkannya akan masuk surga.”(.Sa'id Qahthani, 2005)
Dalam penafsiran hadits di atas Syaikh Al‘Alaamah Muhammad bin
Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menegaskan pendapatnya pada kitab Al
Qowa’idul fi Shifatillahi wa Asmail Husna bahwasanya
“Makna yang terkandung dalam hadist tersebut adalah barangsiapa yang
menjaga (menghafalkan dan memahami) 99 nama tersebut maka Allah
akan memasukkannya ke dalam surga.” (Syaikh Al‘Alaamah Muhammad
bin Sholeh Al ‘Utsaimin)
Pengamalan Asma’ul husna sebagai bagian yang telah digariskan dalam
Al-Quran dan As-Sunnah adalah sebuah kelaziman mengingat pembiasaan
membaca asma’ul husna adalah bagian ibadah bagi setiap muslim dan memiliki
dasar hukumnya jelas dari Al-Quran dan Sunah nabi. Sedangkan Al-Quran dan
As-Sunnah adalah hal yang lazim adanya di kalangan ummat muslim. Hal ini
berdasar pada hadits nabi yang ditemukan pada kitab Muwattha Malik Juz 5
halaman 381 yang berbunyi:
�ي و �ن ن ه� م�ال�ك ع�ن� ح�د ث� �غ�ه� أ �ل �ن ب ول� أ س� الل ه� ص�ل ى الل ه� ر�
�ه� �ي ل م� ع�ل �ت�ت ق�ال� و�س� ك �م� �ر� �ن� ف�يك ي م�ر�� �ن أ Jوا �ل �ض�ل م�ا ت
28
�م� �ت ك �م�س �ه�م�ا ت �اب� ب �ت ن ة� الل ه� ك Nه� و�س� �ي �ب وذار الحاكم )رواه ن
القطن(
“Telah ku tinggalkan bagi kalian dua perkara sehingga kalian tak akan
sesat selagi kalian berpegang teguh kepada keduanya yakni kitab Allah
dan sunnah nabi-Nya.”
(Syekh M. Hisyam Kabbani, 2008:182)
Dengan demikian Pembiasaan membaca asma’ul husna adalah hal yang
lazim, mengingat ia bersumber dari Al-Quran dan sunnah rasul, adanya perintah
untuk membiasakannya dan pembiasaan ini telah dilakukan oleh ummat muslim.
3. Pembiasaan Terjadi Berulang-ulang
Pengulangan ini telah digariskan oleh Allah secara tersirat diantaranya di
dalam Al Quran ayat pertama surah Al-Alaq. Secara implisit metode ini
menggambarkan dari cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5). Malaikat Jibril
menyuruh Muhammad Rasulullah SAW dengan mengucapkan ا“ �ق�ر� ”إ
(“bacalah!”) dan Nabi menjawab: ‘ �ق�ار�ئ ب �ا �ن ا ,(“saya tidak bisa membaca“ ) ”م�ا
lalu malaikat Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan
yang sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5
dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi tentang apa yang
disampaikan Jibril tersebut ( Erwita Aziz, 2003: 81).
Mengenai pentingnya pengulangan dan kesinambungan dalam pembiasaan
sebagai mana Dikutip dari buku Ajengan Cipasung (K.H Moh. Ilyas Ruhiyat)
mengenai hadits rasul yang berbunyi
29
قل وان ادوامها الله الى االعمال احب
“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara rutin
walaupun sedikit.” (Iip Yahya, 2006:12)
Ungkapan hadits yang sederhana namun syarat makna ungkapan
sederhana ini bila dikaitkan dengan konsep tiga tujuan pembaelajaran yaitu
knowing (mengetahui), doing (keterampilan melaksanakan yang diketahui) dan
being (pengetahuan yang menjadi satu dengan kepribadiannya) (Iip D. Yahya,
2006: 12)
Adapun kaidah pengulangan dalam ibadah lebih menekankan hitungan
ganjil. Hal ini seperti telah digariskan oleh Allah pada hitungan satu rakaat pada
shalat witir, tiga kali pada wudlu, lima waktu pada shalat fardu, tujuh keliling
pada thawaf dan sebelas pada shalat witir. adalah perumpamaan keutamaan pada
wudlu (www..rwa2an.net./vb/showthread.php?t=10098).
Berkaitandengan pengulangan dengan bilangan ganjil Nabi Muhamad
SAW. pun bersabda:
: وتوضأ مرتين، أجره الله أتاه مرتين مرتين توضأ من ثالثا
: ووضوء قبلي من األنبياء ووضوء وضوئي وقال: هذا ثالثا
الســــــالم عليه إبراهيم الرحمن خليل
“Barang siapa yang berwudlu dua kali dua kali, maka Allah memberikan
pahal abaginya dua kali dan berwudlunya seseorang dengan tiga kali-tiga
kali inilah wudlu ku dan wudlunya para nabi sebelumku dan wudlunya
kekasih Alllah yang maha pengasih yakni nabi Ibrahim a.s.”
30
(Imam Al-Ghazali, tt: 1/145)
Kajian lebih lanjut Allah mengisyaratkan bahwa Sebuah amal yang baik
selalu dianjurkan untuk diulang dengan hitungan ganjil. Sebagai mana sabda
rasulullah SAW dalam sebuah hadits :
عليه( )متفق الوتر يحب وتر الله أن
“sesungguhnya allah itu esa dan menyukai yang ganjil.”
(Muslim ibn al-Hajjaj al-Qushayri: 1994)
4. Pembiasaan Bersifat Praktis
Dalam hal pembiasaan sebagai hal yang bersifat praktis maka rasulullah
Syeikh Ibrahim ibn Ismail menegaskan pada kitab Syarh Ta'lim al-Muta'allim:
الحال حفظ العمل وافضل الحال علم العلم افضل
“Ilmu yang paling utama adalah ilmu perbuatan dan sebaik-baiknya
perbuatan adalah menjaga tingkah laku.” (Syeikh Ibrahim ibn Ismail:tt:4)
Penanaman kebiasaan yang baik , sebagaimana sabda Rasulullah SAW di
atas, sangat penting dilakukan sejak awal kehidupan anak. Agama Islam sangat
mementingkan pendidikan kebiasaan, dengan pembiasaan itulah diharapkan
peserta didik mengamalkan ajaran agamanya secara berkelanjutan. Bahkan nabi
sendiri yang memerintahkan kepada para orang tua, dalam hal ini para pendidik
agar mereka menyuruh anak-anak mengerjakan sholatsejak dini ( Ramayulis,
2005 : 129 ). Hal tersebut berdasarkan hadits di bawah ini:
31
و�ا �م� م�ر� �د�ك و�ال� �ة� أ �االص ال �اء� و�ه�م� ب �ن �ب �ع� أ ب �ن� س� �ي ن �و�ه�م� س� و�اض�ر�ب
�ه�ا �ي �اء� و�ه�م� ع�ل �ن �ب ر� أ ، ع�ش� �ن� �ي ن ق�و�ا س� Nو�ف�ر �ه�م� �ن �ي �الم�ض�اج�ع� يف ب
(أبوداوود )رواه
“Suruhlah anak-anak kalian untuk melaksanakan sholat ketika mereka
berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila meninggalkannya
ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur
mereka.”( Maktabah Syamillah)
5. Pembiasaan dalam upaya pendidikan dan pembinaan
Pendidikan Islam adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik berdasarkan aturan
islam (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Pendidikan islam merupakan kebutuhan mutlak untuk dapat
melaksanakan islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah, berasarkan makna
ini, maka pendidikan yang diterapakan islam yaitu mempersiapkan diri manusia
guna melaksanakan amanat yang dipikulkan kepadanya, ini berarti sumber-
sumber islam dan pendidikan islam itu sama yakni yang terpenting, Al-qur’an dan
sunnah rasulullah (Abdurrahman An-Nahlawi, 1992: 41 )
Berkaiatan dengan pendidikan, D. Marimba mengatakan: “ Pendidikan
Agama Islam pada prinsipnya adalah untuk membentuk kepribadian muslim
(1980: 46)
32
Pendapat senada dikatakan oleh arief Ichwani adalah: “Tujuan Pendidikan
Islam adalah untuk membina mental spritual dalam rangka mengabdi kepada
Allah sesuai dengan ajaran islam” (1986: 4).
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan nilai. Karena lebih
banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan,
yang hendak ditanamkan atau ditumbuhkembangkan ke dalam diri peserta didik
sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya (Muhaimin:
159).
Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta
didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam
kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai.
Upaya dari pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran
Islam kepada diri peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya
tersebut adalah dengan metode pembiasaan di lingkungan sekolah. Metode
pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius di sekolah,
karena kegiatan–kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan yang
dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam secara baik
kepada peserta didik.
Nilai adalah suatu penetapan atau kualitas obyek yang menyangkut suatu
jenis aspirasi atau minat (Nur Syam: 133). Pendidikan agama Islam merupakan
pendidikan nilai di mana peserta didik diharapkan dapat bertindak, bergerak dan
berkreasi dengan nilai-nilai tersebut.
33
Nilai ajaran Islam merupakan sistem yang diwujudkan dalam amal
perilaku para pemeluknya, termasuk dalam hal ini anak, peserta didik maupun
masyarakat pada umumnya. Sistem nilai agama Islam adalah suatu keseluruhan
tatanan yang terdiri dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi dan
mempunyai keterpaduan yang bulat yang berorientasi pada nilai Islam. Jadi
bersifat menyeluruh, bulat dan terpadu
Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya, ia tidak hanya
membekali anak dengan pengetahuan agama, atau mengembangkan intelek anak
saja dan tidak pula mengisi dan menyuburkan perasaan (sentimen ) agama saja,
akan tetapi ia menyangkut keseluruhan diri pribadi anak, mulai dari latihan-latihan
(amaliah) sehari-hari, yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan
alam, serta manusia dengan dirinya sendiri (Darajat: 107).
Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan nilai. Karena lebih
banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun nilai kemanusiaan,
yang hendak ditanamkan atau ditumbuhkembangkan ke dalam diri peserta didik
sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya (Muhaimin:
159).
Proses Internalisasi nilai ajaran Islam menjadi sangat penting bagi peserta
didik untuk dapat mengamalkan dan mentaati ajaran dan nilai-nilai agama dalam
kehidupannya, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam tercapai. Upaya dari
pihak sekolah untuk dapat menginternalisasikan nilai ajaran Islam kepada diri
peserta didik menjadi sangat penting, dan salah satu upaya tersebut adalah dengan
metode pembiasaan di lingkungan sekolah.
34
Metode pembiasaan tersebut adalah dengan menciptakan suasana religius
di sekolah, karena kegiatan–kegiatan keagamaan dan praktik-praktik keagamaan
yang dilaksanakan secara terprogram dan rutin (pembiasaan) diharapkan dapat
mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai ajaran Islam secara baik
kepada peserta didik.
Pendidikan Iislam berorientasi pada pendidikan nilai sehingga perlu
adanya proses internalisasi tersebut. Jadi internalisasi merupakan ke arah
pertumbuhan batiniah atau rohaniah peserta didik. Pertumbuhan itu terjadi ketika
siswa menyadari sesuatu “nilai” yang terkandung dalam pengajaran agama dan
kemudian nilai-nilai itu dijadikan suatu “ sistem nilai diri” sehingga menuntun
segenap pernyataan sikap, tingkah laku, dan perbuatan moralnya dalam menjalani
kehidupan ini.
Menurut Muhaimin, tahap-tahap dalam internalisasi nilai adalah:
a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik
kepada siswa, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal.
b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dan
guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini tidak hanya menyajikan
informasi tentang nilai yang baik dan yang buruk, tetapi juga terlibat
untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata,
dan siswa diminta memberikan respons yang sama, yakni menerima
dan mengamalkan nilai itu.
35
c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam daripada
sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru di hadapan
siswa bukan lagi sosok fisiknya, melainkan sikap mentalnya
(kepribadiannya). Demikian juga siswa merespons kepada guru
bukan hanya gerakan/penampilan fisiknya, melainkan sikap mental
dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam
transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang
masing-masing terlibat secara aktif.
Jadi, internalisasi nilai sangatlah penting dalam pendidikan agama Islam
karena pendidikan agama Islam merupakan pendidikan nilai sehingga nilai-nilai
tersebut dapat tertanam pada diri peserta didik, dengan pengembangan yang
mengarah pada internalisasi nilai-nilai ajaran Islam merupakan tahap pada
manifestasi manusia religius. Sebab tantangan untuk arus globalisasi dan
transformasi budaya bagi peserta didik dan bagi manusia pada umumnya adalah
difungsikannya nilai-nilai moral agama.
Pada tahap-tahap internalisasi ini diupayakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut (Thoha: 94):
a. Menyimak, yakni pendidik memberi stimulus kepada peserta didik dan
peserta didik menangkap stimulus yang diberikan.
b. Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan kecintaan
terhadap tata nilai tertentu, sehingga memiliki latar belakang
teoritik tentang sistem nilai, mampu memberikan argumentasi
36
rasional dan selanjutnya peserta didik dapat memiliki komitmen
tinggi terhadap nilai tersebut.
c. Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem
kepribadiannya disesuaikan dengan nilai yang ada.
d. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur disesuaikan dengan
sistem nilai tertentu dan dilaksanakan berturut –turut, maka akan
terbentuk kepribadian yang bersifat satunya hati, kata dan
perbuatan. Teknik internalisasi sesuai dengan tujuan pendidikan
agama, khususnya pendidikan yang berkaitan dengan masalah
aqidah, ibadah, dan akhlak.
Metode Pembiasaan sebagai Upaya Internalisasi Nilai Ajaran Islam
Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat
diartikan sebagai perbuatan atau ketrampilan secara terus-menerus, secara
konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan ketrampilan itu benar-
benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit
ditinggalkan, atau bisa juga kebiasaan diartikan sebagai gerak perbuatan yang
berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya.
Perbuatan ini terjadi awalnya dikarenakan pikiran yang melakukan
pertimbangan dan perencanaan, sehingga nantinya menimbulkan perbuatan dan
apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.
Jadi kebiasaan di sini merupakan hal-hal yang sering dilakukan secara berulang-
ulang dan merupakan puncak perwujudan dari tingkah laku yang sesungguhnya,
di mana ketika seseorang telah memiliki kemampuan untuk mewujudkan lewat
37
tindakan dan apabila tindakan ini dilakukan secara terus-menerus, maka ia akan
menjadi kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan mewujudkan karakter.
Pendidikan agama Islam sebagai pendidikan nilai maka perlu adanya
pembiasaan-pembiasaan dalam menjalankan ajaran Islam, sehingga nilai-nilai
ajaran Islam dapat terinternalisasi dalam diri peserta didik, yang akhirnya akan
dapat membentuk karakter yang Islami. Nilai-nilai ajaran Islam yang menjadi
karakter merupakan perpaduan yang bagus (sinergis) dalam membentuk peserta
didik yang berkualitas, di mana individu bukan hanya mengetahui kebajikan,
tetapi juga merasakan kebajikan dan mengerjakannya dengan didukung oleh rasa
cinta untuk melakukannya.
Pembentukan karakter seseorang (terutama peserta didik) bersifat tidak
alamiyah, sehingga dapat berubah dan dibentuk sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Kaidah umum dalam pembentukan karakter seperti diutarakan oleh
Anis Matta adalah sebagai berikut :
a.Kaidah kebertahapan, proses perubahan, perbaikan, dan pengembangan
harus dilakukan secara bertahap.
b.Kaidah kesinambungan, anda harus tetap berlatih seberapapun kecilnya
porsi latihan tersebut, nilainya bukan pada besar kecilnya, tetapi
pada kesinambungannya.
c.Kaidah momentum, pergunakan berbagai momentum peristiwa untuk
fungsi pendidikan dan latihan. Misalnya menggunakan bulan
Ramadhan untuk mengembangkan sifat sabar, kemauan yang kuat,
kedermawanan dan seterusnya.
38
d.Kaidah motivasi intrinsik, jangan pernah berfikir untuk memiliki
karakter yang kuat dan sempurna, jika dorongan itu benar-benar
lahir dalam diri anda sendiri, atau dari kesadaran anda akan hal itu.
e.Kaidah pembimbing, pembiasaan mungkin bisa dilakukan seorang diri,
tetapi itu tidak akan sempurna. Jadi, pembiasaan membutuhkan
kawan yang berfungsi sebagai guru/ pembimbing.
Dari kaidah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa selain kebiasaan
diberikan juga pengertian secara kontinyu, sedikit demi sedikit dengan tidak
melupakan perkembangan jiwanya, dengan melihat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pembentukan karakter dengan melihat nilai-nilai apa yang
diajarkan serta bersikap tegas dengan memberikan kejelasan sikap, mana yang
harus dikerjakan dan mana yang tidak. Memperkuatnya dengan memberikan
sangsi dengan kesalahannya dan juga tidak kalah pentingnya dengan adanya
teladan atau contoh yang diberikan
Pendidikan merupakan usaha sadar manusia dalam mencapai tujuan
tertentu. Banyak para tokoh yang mengemukakan definisi pendidikan, tetapi pada
intinya pendidikan mempunyai beberapa unsur utama, yaitu:
a.Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan, atau pertolongan
yang dilakukan secara sadar
b.Ada pendidik, pembimbing atau penolong
c.Ada yang dididik atau si terdidik
d.Adanya dasar atau tujuan dalam bimbingan tersebut
39
Dari unsur pendidikan di atas dapat diketahui bahwa fungsi metode sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Karenanya terdapat suatu prinsip yang
umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar pengajaran dapat
disampaikan dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan,
dan motivasi, sehingga pelajaran atau materi pendidikan yang akan disampaikan
itu dapat dengan mudah diberikan.
Beberapa metode dapat diaplikasikan dalam pembiasaan ini seperti kata
Ramayulis.
”Metode mengajar yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih dan
digunakan dalam pendekatan pembiasaan antara lain ialah metode
Latihan (Drill) ”( Ramayulis, 2005 : 129 )
Alasan penggunaan metode drill yang dikutip dari pendapat Zuhairini,
dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut sebagai berikut:
1. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkan
2. Para murid akan memiliki pengetahuan siap.
3. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin
dan disiplin.
Dari uraian diatas maka dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan
tahapan proses, unsur utama kegiatan pendidikan, serta metotode yang digunakan
maka pembiasaan adalah hal yang sangat efektif dalam pendidikan agama, nilai
dan akhlak pada dimensi pendidikan Islam.
B. Membaca dan Permasalahannya
40
Kata “membaca” artinya mengenali kata, (Chambers dan Lowry: 1984),
berdoa, (Kamus Besar Bahasa indonesia : 2010) menghafal, menyelami makna
(Burns, dkk., 1996: 6), Meneladani (Petty & Jensen, 1980). Maka membaca
asma’ul husna dipandang berpengaruh terhadap akhlak siswa.
Perintah Allah untuk membaca dalam konteks membaca adalah
berdasarkan ayat Allah dalam Al-Quran berikut ini:
� أ � اق�ر� م �اس� Nك� ب ب �ق� ال ذ�ي ر� ل ان� خ�ل�ق�(1)خ� �س� �قe م�ن� اإلن �(2)ع�ل أ اق�ر�
Jك� ب م� و�ر� �ر� (1:3( )العلق3) األك
"Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang telah menciptakan (1)
Allah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) bacalah dan
tuhamnu yang maha pemurah."
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1079)
Dari devinisi yang diungkapkan diatas maka pada penelitian ini kegiatan
membaca memliki indikator sebagai berikut:
1. Mengenali kata-kata
Pengetian membaca yang dikutip dari pendapat Burn, Roe dan Ross
(1984) adalah membaca dengan arti mengenali kata-kata. Mengenali berasal dari
kata kenal yang berarti tahu dan teringat kembali. Sedangkan mengenali berarti
mengetahui tanda-tanda atau ciri-ciri. Adapun pengertian “kata-kata” adalah
bentuk jama dari “kata” yang berarti unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa (http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Dari uraian diatas maka mengenali kata dapat diartikan sebagai usaha
untuk mengetahui dan mengingat kembali berbagai tanda atau ciri yang menjadi
41
unsur bahasa yang diucapkan atau yang dituliskan yang merupakan perwujudan
kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat di gunakan dalam berbahasa.
Maka dari pengertian mengenali kata dapat kita simpulkan beberapa point
penting yang harus ada dalam mengenali kata ketika membaca asma’ul husna
adalah:
a. Upaya mengetahui dan mengingat (menghfal)
Mengetahui dan mengingat Asmaulhusna sebagai kajian utama berarti
mengetahui asma’ul husna dan mengingat kembali. Pada tingkatan ini membaca
asma’ul husna berati pula sekaligus memahami arti yang dibacanya.
Farris (1993: 304) Mengemukakan bahwa membaca sebagai pemrosesan
kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh
pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal
pembaca. Dengan demikian, pemahaman diperoleh bila pembaca mempunyai
pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang
terdapat di dalam bacaan
b. Identifikasi Simbol dan ciri sebagai unsur bahasa
Simbol dan ciri sebagai unsur bahasa dalam membaca asma’ul husna
adalah asma-asma Allah yang terdapat dalam asma’ul husna yang menggunakan
hufuf hjaiyah berbahasa arab baik secara langsung ataupun secara tidak langsung.
Damarjati Supadjar menjelaskan bahwa pada hakekatnya membaca adalah
suatu aktivitas membatin dari suatu hal yang lahir. . Maksud dari lahir disini
adalah benda dalam artian fisik, kongkrit maupun abstrak yang dapat diindera
oleh panca indra manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung
dalam pengertian melalui penglihatan, perabaan, penciuman, pengecapan, maupun
42
pendengaran. Sedangkan tidak langsung dapat diartikan melalui ciri-ciri suatu
benda atau keadaaan, ataupun dengan peralatan bantu tertentu.
Sebagai Contoh adalah membaca tulisan. Tulisan adalah suatu bentuk fisik
kongkrit yang melalui indra penglihatan, atau bisa juga melalui perabaan bagi
saudara kita yang tuna netra, kita jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak
berdasarkan referensi pengetahuan yang pernah diajarkan (pelajaran mengenai
abjad) untuk kemudian disimpan dalam memori.
Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang dapat
kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan
penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara batin.
c. Unsur bahasa yang dibaca dapat diucapkan atau dituliskan
Asma’ul husna yang berbahasa arab sebagai bahasa Al-quran dapat
diucapkan atau dituliskan. Untuk itu tentu kemampuan membaca tulis berbahasa
arab ini merupakan syarat pokok bagi seseorang dalam membaca asma’ul husna,
mengingat kegiatan membaca adalah suatu proses komunikasi antara pembaca
dan penulis dengan bahasa tulis, hal tersebut dikemukakan oleh Kolker (1983: 3).
Unsur tulisan ini secara tersirat
ان� ع�ل م�( 4ؤ) �س� �م� م�ا اإلن �م� ل �ع�ل (5) يYang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam(4) Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5). (Departemen Agama
Republik Indonesia:1989: 1079)
43
Baik membaca secara langsung atau tidak langsung atau membaca secara
lahir atau batin seperti diungkapkan Damarjati Supadjar, tetap pada prosesnya
membaca berasal dari sesuatu yang dapat dibaca dan di ucapkan.
d. Membaca Merupakan Perwujudan Kesatuan Perasaan dan Pikiran
Dari pendapat para ahli tentang membaca maka bagi orang yang membaca
asma’ul husna, maka perwujudan kesatuan, perasaan dan fikiran adalah hal yang
urgen karena tanpa itu ia hanyalah sebuah pelafalan dan tidak mencapai arti
membaca yang sempurna.
Fredick Mc Donald (dalam Burns, 1996: 8) mengatakan bahwa membaca
merupakan rangkaian respon yang kompleks, di antaranya mencakup respon
kognitif, sikap dan manipulatif. Membaca tersebut dapat dibagi menjadi beberapa
sub keterampilan, yang meliputi: sensori, persepsi, sekuensi, pengalaman,
berpikir, belajar, asosiasi, afektif, dan konstruktif. Menurutnya, aktiivitas
membaca dapat terjadi jika beberapa sub keterampilam tersebut dilakukan secara
bersama-sama dalam suatu keseluruhan yang terpadu
Membaca Menurut Klein, dkk. (dalam Farida Rahim, 2005: 3), Pertama,
membaca merupakan suatu proses. Maksudnya adalah informasi dari teks dan
pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam
membentuk makna. Kedua, membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif
menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks
dalam rangka meng-kontruksi makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi
sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Ketiga, membaca merupakan
interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang
yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa
44
tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami
(readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks
Dengan uraian diatas mengenai membaca, baik dipandang sebagai respon
yang kompleks (melibatkan emosional) atau membaca dipandang sebagai proses,
strategis dan interaktif (bentuknya logis) semuanya adalah perwujudan Kesatuan
Perasaan dan Pikiran karena tanpa perwujudan perasaan dan fikiran maka
membaca dipandang tidak sempurna.
2. Berdoa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berdoa adalah sub makna dari
melafalkan sebagai makna dari membaca. Dengan kata lain berdoa adalah
membaca kalimat doa berbentuk pemintaan dan permohonan kepada tuhan (Allah)
Pengertian Membaca yang diungkapkan Damarjati Supadjar adalah suatu
aktivitas batin dari suatu hal yang lahir. Dimensi lahir (yang di indera) kita
jadikan sebagai input untuk diolah oleh otak berdasarkan referensi pengetahuan
yang pernah diajarkan (pelajaran mengenai abjad) untuk kemudian disimpan
dalam memori. Dari memori tersebut kemudian tersusunlah kata dan kalimat yang
dapat kita keluarkan melalui ucapan, atau bisa jadi kita hentikan sampai tahapan
penyimpanan makna dalam memori jika kita membaca secara batin.
Dalam konteks membaca adalah doa maka asma’ul husna adalah isi dari
doa tersebut. Seperti firman Allah dalam Al-Quran :
و� الل ه� اد�ع�وا ق�ل�� ح�م�ن� اد�ع�وا أ kا الر �ي �د�ع�وا م�ا أ �ه� ت م�اء�الا ف�ل �س�
�ى ن �ح�س� ه�ر� و�ال� ال �ج� �ك� ت ت �ص�ال� �خ�اف�ت� الو� ب �ه�ا ت �غ� ب �ت �ن� و�اب �ي �ك� ب ذ�ل
�ي ب {110:}اإلسراالس�
45
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-
nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah
di antara kedua itu." (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:440)
Dalam konteks asma’ul husna sebagai doa, berikut adalah fadhilah dari
pembacaan doa dengan asma’ul husna yang dipetik dari tajuk buku Khasiat
Asmaul-Husna & Himpunan Ayat-Ayat Al-Quran, susunan Abu Nur Husnina,
terbitan Pustaka Ilmi :
1. “Ya Allah!” apabila dizikirkan 500 x setiap malam, lebih-lebih lagi selepas solat tahajjud atau solat sunat 2 rakaat mempunyai pengaruh yang besar di dalam mencapai segala yang dihajati.
2. “Ya Rahman!” apabila dizikirkan sesudah solat 5 waktu sebanyak 500x, maka hati kita akan menjadi terang, tenang & sifat-sifat pelupa & gugup akan hilang dengan izin Allah.
3. “Ya Rahim!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap hari, InsyaAllah kita akan mempunyai daya penarik yang besar sekali hingga manusia merasa cinta & kasih serta sayang terhadap kita.
4. “Ya Malik!” apabila dizikirkan sebanyak 121 x setiap pagi atau setelah tergelincirnya matahari, segala perkerjaan yang dilakukan setiap hari akan mendatangkan berkat & kekayaan yang diredhai Allah.
5. “Ya Quddus!” apabila dizikirkan sebanyak 100 x setiap pagi setelah tergelincir matahari, maka hati kita akan terjaga dari semua penyakit hati seperti sombong, iri hari, dengki dll.
6. “Ya Salam!” apabila dizikirkan sebanyak 136 x, InsyaAllah jasmani & rohani kita akan terhindar dari segala penyakit sehingga badan menjadi segar sihat & sejahtera.
7. “Ya Mukmin!” apabila dizikirkan sebanyak 236 x, InsyaAllah diri kita, keluarga & segala kekayaan yang dimiliki akan terpelihara & aman dari segala macam gangguan yang merosakkan.
46
8. “Ya Muhaimin!” apabila dizikirkan sebanyak 145 x sesudah solat fardhu
Isyak, Insyaallah fikiran & hati kita akan menjadi terang & bersih.
9. “Ya ‘Aziz!” apabila dizikirkan sebanyak 40 x sesudah solat subuh, InsyaAllah, kita akan menjadi orang yang mulia, disegani orang kerana penuh kewibawaan.
10.”Ya Jabbar!” apabila dizikirkan sebanyak 226 x pagi & petang, semua musuh akan menjadi tunduk & patuh dengan izin Allah.
11. “Ya Mutakabbir!” apabila dizikirkan sebanyak 662 x, maka dengan kebijaksanaan bertindak, kita akan dapat menundukkan semua musuh, bahkan mereka akan menjadi pembantu yang setia.
12.”Ya Khaliq!” dibaca mengikut kemampuan atau sebanyak 731x, InsyaAllah yang ingin otak cerdas, cepat menerima sesuatu pelajaran , amalan ini akan memberikan otak kita cerdas dan cepat tangkap (faham).
13.”Ya Baarii’!” sekiranya kita berada didalam kesukaran atau sedang sakit, dibaca sebanyak 100 x selama 7 hari berturut-turut, InsyaAllah kita akan terlepas dari kesukaran & sembuh dari penyakit tersebut.
14.”Ya Musawwir!” sekiranya seorang isteri yang sudah lama belum mempunyai anak, maka cubalah ikhtiar ini dengan berpuasa selama 7 hari dari hari Ahad hingga Sabtu. Di waktu hendak berbuka puasa, ambil segelas air & dibacakan “Ya Musawwir” sebanyak 21 x, kemudian diminum air tersebut untuk berbuka puasa. Bagi sang suami, hendaklah berbuat perkara yang sama tetapi hanya dengan berpuasa selama 3 hari. Kemudian pada waktu hendak berjimak, bacalah zikir ini sebanyak 10 x, InsyaAllah akan dikurniakan anak yang soleh.
15.”Ya Ghaffaar!” sambil beri’tikaf (diam dalam masjid dalam keadaan suci) bacalah zikir ini sebanyak 100 x sambil menunggu masuknya waktu solat Jumaat, InsyaAllah akan diampunkan dosa-dosa kita.
16.”Ya Qahhaar!” dizikir menurut kemampuan atau sebanyak 306 x, maka hati kita akan dijaga dari ketamakkan & kemewahan dunia & InsyaAllah orang-orang yang selalu memusuhi kita akan sedar & tunduk akhirnya.
17. “Ya Wahhaab!” dizikir sebanyak 100 x sesudah solat fardhu, barang siapa yang selalu didalam kesempitan, Insya Allah segala kesulitan atau kesempitan dalam soal apa pun akan hilang.
18. “Ya Razzaq!” dizikir mengikut kemampuan sesudah solat fardhu khususnya solat subuh, Insya Allah akan dipermudahkan rezeki yang halal
47
& membawa berkat. Rezeki akan datang tanpa diduga!! tetapi perlulah dilakukan dengan ikhtiar yang zahir.
19. “Ya Fattah!” dizikir sebanyak 71 x sesudah selesai solat subuh, InsyAllah hati kita akan dibuka oleh Allah, sehingga mudah menerima nasihat agama.
20. “Ya ‘Aalim!” dizikir sebanyak 100 x setiap kali selesai solat Maktubah, Insya Allah akan mendapat kemakrifatan yang sempurna.
21. “Ya Qaabidhu!” dizikirkan 100 x setiap hari, maka dirinya akan semakin dekat dengan Allah & terlepas dari segala bentuk ancaman.
22. “Ya Baasithu!” Bagi mereka yang berniaga atau mempunyai usaha2 lain, kuatkanlah usaha & berniaga itu dengan memperbanyakkan membaca zikir ini setiap hari, InsyaAllah rezeki akan menjadi murah.
23. “Ya Khaa’fidh!” dizikirkan sebanyak 500 x setiap hari, dalam keadaan suci, khusyuk & tawaduk, InsyaAllah segala maksud akan ditunaikan Allah. Juga apabila mempunyai musuh, musuh itu akan jatuh martabatnya.
24. “Ya Raafi!” dizikirkan setiap hari, baik siang atau malam sebanyak 70 x, InsyaAllah keselamatan harta benda di rumah, di kedai atau di tempat-tempat lain akan selamat & terhindar dari kecurian.
25. “Ya Mu’izz!” dizikirkan sebanyak 140 x setiap hari, Insya Allah akan memperolehi kewibawaan yang besar terutama ketua-ketua jabatan atau perniagaan.
26. “Ya Muzill!” Perbanyakkanlah zikir ini setiap hari, sekiranya ada orang berhutang kepada kita & sukar untuk memintanya, InsyaAllah si penghutang akan sedar & membayar hutangnya kembali.
27. “Ya Samii’!” Sekiranya inginkan doa kita makbul & pendengaran telinga kita tajam, biasakanlah zikir ini setiap hari menurut kemampuan, lebih-lebih lagi sesudah solah Dhuha, InsyaAllah doa akan mustajab.
28. “Ya Bashiir!” Dizikirkan sebanyak 100 x sebelum solat Jumaat, InsyaAllah akan menjadikan kita terang hati, cerdas otak & selalu diberikan taufik & hidayah dari Allah.
29. “Ya Hakam!” dizikirkan sebanyak 68 x pada tengah malam dalam keadaan suci, InsyaAllah dapat membuka hati seseorang itu mudah menerima ilmu-ilmu agama & membantu kecepatan mempelajari ilmu-ilmu agama.
48
30. “Ya Adllu!” dizikirkan sebanyak 104 x setiap hari sesudah selesai solat 5 waktu, InsyaAllah diri kita selalu dapat berlaku adil.
31. “Ya Lathiif!” Dengan memperbanyakkan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah bagi para peniaga, ikhtiar ini akan menjadikan barangan jualannya menjadi laris & maju.
32. “Ya Khabiir!” Dengan memperbanyakkan zikir ini setiap hari, terkandung faedah yang teramat banyak sekali sesuai dengan maksud zikir ini antara lain faedahnya ialah dapat bertemu dengan teman atau anak yang telah terpisah sekian lama.
33. “Ya Haliim!” Dizikirkan sebanyak 88 x selepas solat lima waktu, bagi mereka yang mempunyai kedudukan di dalam pemerintahan, syarikat atau apa saja, InsyaAllah dipastikan kedudukannya tidak akan dicabar atau diungkit-ungkit atau tergugat.
34. “Ya ‘Aziim!” dizikirkan sebanyak 12 x setiap hari untuk orang yang sekian lama menderitai sakit, InsyaAllah akan sembuh. Juga apabila dibaca 12 x kemudian ditiupkan pada tangan lalu diusap-usap pada seluruh badan, maka dengan izin Allah akan terhindar dari gangguan jin, jin syaitan & sebagainya.
35. “Ya Ghafuur!” bagi orang yang bertaubat, hendaklah memperbanyakkan zikir ini dengan mengakui dosa-dosa & beriktikad untuk tidak mengulanginya, InsyaAllah akan diterima taubatnya oleh Allah.
36. “Ya Syakuur!” dizikirkan sebanyak 40 x sehabis solat hajat, sebagai pengucapan terima kasih kepada Allah, InsyaAllah semua hajat kita akan dimakbulkan Allah. Lakukanlah setiap kali kita mempunyai hajat yang penting & terdesak.
37. “Ya ‘Aliy!” Untuk mencerdaskan otak anak kita yang bebal, tulislah zikir ini sebanyak 110 x (** di dalam bahasa Arab bukan Bahasa Malaysia!!) lalu direndam pada air yang dingin & diberikan si anak meminumnya, InsyaAllah lama kelamaan otak si anak itu akan berubah cemerlang & tidak dungu lagi. InsyaAllah mujarab.
38. “Ya Kabiir!” Bagi seseorang yang kedudukannya telah dirampas atau dilucut gara-gara sesuatu fitnah, maka bacalah zikir ini sebanyak 1,000 x selama 7 hari berturut-turut dalam keadaan suci sebagai pengaduan kepada Allah. Lakukanlah sesudah solat malam (tahajud atau hajat).
39. “Ya Hafiiz!” dizikir sebanyak 99 x, InsyaAllah diri kita akan terlindung dari gangguan binatang buas terutamanya apabila kita berada di dalam hutan.
49
40. “Ya Muqiit!” Sekiranya kita berada di dalam kelaparan seperti ketika sesat di dalam hutan atau di mana sahaja sehingga sukar untuk mendapatkan bekalan maknan, maka perbanyakkan zikir ini. InsyaAllah badan kita akan menjadi kuat & segar kerana rasa lapar akan hilang.
41. “Ya Hasiib!” Untuk memperteguhkan kedudukan yang telah kita jawat, amalkan zikir ini sebanyak 777 x sebelum matahari terbit & selepas solat Maghrib, InsyaAllah akan meneguhkan kedudukan kita tanpa sebarang gangguan.
42. “Ya Jaliil!” Barangsiapa mengamalkan zikir ini pada sepertiga malam yang terakhir, InsyaAllah kita akan mendapati perubahaan yang mengkagumkan – perniagaan akan bertambah maju. Andai seorang pegawai, maka tanpa
disedari kedudukan kita akan lebih tinggi dan terhormat & begitulah seterusnya dengan izin Allah.
43. “Ya Kariim!” Untuk mencapai darjat yang tinggi & mulia di dunia mahupun di akhirat kelak, maka amalkan zikir ini sebanyak 280 x ketika hendak masuk tidur. Nescaya Allah akan mengangkat darjat mereka yang mengamalkan zikir ini.
44. “Ya Raqiib!” Bagi meminta pertolongan kepada Allah terhadap penjagaan barang yang dikhuatirkan, maka zikirkan sebanyak 50 x setiap hari dengan niat agar barang-barang yang dikhuatirkan yang berada di tempat yang jauh & sukar dijaga terhindar dari sebarang kecurian mahupun gangguan lainnya. Bertawakkal & yakinlah kepada Allah. InsyaAllah….
45. “Ya Mujiib!” Sesungguhnya Allah adalah Zat yang menerima doa hambaNya & agar doa kita mustajab & selalu diterima Allah, hendaklah mengamalkan zikir ini sebanyak 55 x sesudah solat subuh. Insyaallah Tuhan akan mengabulkan doa kita.
46. “Ya Waasi!” Apabila di dalam kesulitan maka amalkan zikir ini sebanyak 128 x setiap pagi & petang, InsyaAllah segala kesulitan akan hilang berkat pertolongan Allah. Andai zikir ini sentiasa diamalkan, InsyaAllah Tuhan akan menjaga kita dari hasad dengki sesama makhluk.
47. “Ya Hakiim!” Bagi pelajar atau sesiapa sahaja yang memperbanyakkan zikir ini setiap hari, InsyaAllah akalnya akan menjadi cerdas & lancar didalam menghafal & mengikuti pelajaran. Amalkanlah sekurang-kurangnya 300x setiap hari.
48. “Ya Waduud!” Amalkan zikir ini sebanyak 11,000 x pada setiap malam. InsyaAllah kita akan menjadi insan yang sentiasa bernasib baik,
50
disayangi & rumahtangga kita akan sentiasa berada didalam keadaan harmoni.
49. “Ya Majiid!” Untuk ketenteraman keluarga di mana setiap anggota keluarga sentiasa menyayangi & menghormati & khasnya kita sebagai ketua keluarga, maka amalkan zikir ini sebanyak 99 x, sesudah itu hembuskan kedua belah tapak tangan & usap ke seluruh muka. InsyaAllah semua anggota keluarga kita akan menyayangi & menghormati kita sebagai ketua keluarga.
50. “Ya Baa’its!” Zikirkan sebanyak 100 x dengan meletakkan kedua tangan ke dada, InsyaAllah akan memberi kelapangan dada dengan ilmu & hikmah.
51. “Ya Syahiid!” Apabila ada di kalangan anggota keluarga kita yang suka membangkang dan sebagainya, maka zikirkan sebanyak 319 x secara berterusan setiap malam sehingga si pembangkang akan sedar & berubah perangainya.
52. “Ya Haq”! Perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah ianya sangat berfaedah sekali untuk menebalkan iman & taat di dalam menjalankan perintah Allah.
53. “Ya Wakiil” Sekiranya terjadi hujan yang disertai ribut yang kuat, atau terjadi gempa, maka ketika itu perbanyakkan zikir ini, InsyaAllah bencana tersebut akan menjadi reda & kembali seperti sediakala.
54. “Ya Qawiy!” Amalkan zikir ini sebanyak mungkin agar kita tidak gentar apabila berdepan dengan sebarang keadaan mahupun berdepan dengan si zalim.
55. “Ya Matiin!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin kerana ianya mempunyai fadhilat yang besar sekali, antaranya untuk mengembalikan kekuatan sehingga musuh merasa gentar untuk mengganggu.
56. “Ya Waliy!” Barangsiapa yang menjawat sebarang jawatan atau kedudukan, maka amatlah elok sekali mengamalkan zikir ini sebanyak mungkin kerana dengan izinNya,kedudukan kita akan kukuh & terhindar dari sebarang gangguan oleh orang-orang yang bersifat dengki.
57. “Ya Hamiid!” Perbanyakkan zikir ini sebagai pengakuan bahawa hanya Allah sahaja yang paling berhak menerima segala pujian.
58. “Ya Muhshiy!” Sekiranya kita inginkan diri kita digolongkan didalam pertolongan yang selalu dekat dengan Allah (muraqabah), maka amalkan zikir ini sebanyak mungkin sesudah solat 5 waktu.
51
59. “Ya Mubdiu!” Agar segala apa yang kita rancangkan akan berhasil, maka zikirkan sebanyak 470 x setiap hari. InsyaAllah….
60. “Ya Mu’id!” Andai ada anggota keluarga yang menghilangkan diri dan sebagainya, amalkan zikir ini sebanyak 124 x setiap hari sesudah solat. InsyaAllah dipertunjukkan akan hasilnya.
61. “Ya Muhyiy!” amalkan zikir ini sebanyak 58 x setiap hari, InsyaAllah kita akan diberikan kemuliaan darjat dunia & akhirat kelak.
62. “Ya Mumiit!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah akan dipermudahkan didalam perniagaan, berpolitik dan sebagainya.
63. “Ya Hayyu!” Untuk mencapai kekuatan mental/batiniah didalam menjalani kehidupan, perbanyakkanlah zikir ini.
64. “Ya Qayyuum!” Telah berkata Imam Ghazali bahawa barangsiapa yang ingin memperolehi harta yang banyak lagi berkat, ingin dikasihi oleh setiap manusia, ingin berwibawa, ditakuti musuh & ingin menjadi insan yang terhormat, maka berzikirlah dgn “Ya Hayyu Ya Qayyuum…” sebanyak 1,000 x setiap malam atau siang hari. Hendaklah melakukannya secara berterusan, Insya Allah akan tercapai segala hajat.
65. “Ya Waajid!” Andai berkeinginan keperibadian yang kukuh, tidak mudah terpengaruh & teguh pendirian, maka perbanyakkan zikir ini.
66. “Ya Maajid!” Demi kecerdasan otak dan agar dipermudahkan hati untuk menerima pelajaran, maka hendaklah pelajar tersebut memperbanyakkan zikir ini setiap hari.
67. “Ya Waahid!” Bagi pasangan yang belum mempunyai cahayamata & tersangat ingin untuk menimangnya, amalkanlah zikir ini sebanyak 190 x setiap kali selesai menunaikan solat 5 waktu selama satu bulan & selama itu juga hendaklah berpuasa sunat Isnin & Khamis, Insya Allah…
68. “Ya Somad! Ketika dalam kelaparan akibat sesat atau kesempitan hidup, maka pohonlah kepada Allah dengan zikir ini sebanyak mungkin. InsyaAllah, diri akan berasa segar & sentiasa.
69. “Ya Qaadir!” Apabila kita berhajatkan sesuatu namun ianya selalu gagal, maka amalkan zikir ini sebanyak 305 x setiap hari, Insya Allah segala hajat akan berhasil.
70. “Ya Muqtadir!” Agar tercapai tujuan yang dikehendaki, selain dari berikhtiar secara lahariah, maka berzikirlah dengan zikir ini seberapa mampu sehingga ikhtiar kita itu berhasil kerana zikir ini akan mempercepatkan keberhasilan hajat kita.
52
71. “Ya Muqaddim!” Menurut Imam Ahmad bin Ali Al-Buuniy, beliau berkata “Barangsiapa yang berzikir dengan zikir ini sebanyak 184 x setiap hari, InsyaAllah, nescaya segala usahanya akan berhasil.”
72. “Ya Muahkhir”! Bagi meninggikan lagi ketaatan kita kepada Allah, perbanyakkanlah zikir ini.
73. “Ya Awwal!!” Barangsiapa yang mengamalkan zikir ini sebanyak 37 x setiap hari, InsyaAllah segala apa yang dihajati akan diperkenankan Allah.
74. “Ya Aakhir!” Amalkan berzikir sebanyak 200 x sesudah solat 5 waktu selama satu bulan, InsyaAllah Tuhan akan membuka pintu rezeki yang halal.
75. “Ya Dhaahir!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 1,106 x selesai solat waktu di tempat yang sunyi (khalwat), nescaya Allah akan membuka hijab padanya dari segala rahsia yang pelik & sukar serta diberi kefahaman ilmu.
76. “Ya Baathinu!” Seperti no. 75 jugak, tetapi amalkan sebanyak 30 x sesudah solat fardhu.
77. “Ya Waaliy!” Memperbanyakkan zikir ini setiap pagi & petang boleh menyebabkan seseorang itu menjadi orang yang ma’rifat, iaitu hatinya dibuka oleh Allah. Difahamkan para wali Allah selalu memperbanyakkan zikir ini
78. “Ya Muta’aAliy!” Sekiranya kita akan berjumpa dengan mereka yang berkedudukan tinggi atau mereka yang sukar untuk ditemui, maka bacalah zikir ini sebanyak mungkin sewaktu mengadap. InsyaAllah dengan mudah kita akan berjumpa dengannya & segala hajat yang penting-penting akan berhasil.
79. “Ya Bar!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin setiap hari, InsyaAllah segala apa yang kita hajati akan terlaksana dengan mudah.
80. “Ya Tawwaab!” Bagi orang yang selalu membuat dosa & ingin bertaubat maka hendaklah memperbanyakkan zikir ini supaya dengan mudah diberikan petunjuk kembali ke jalan yang lurus.
81. “Ya Muntaqim!” Jika kita berhadapan dengan orang yang zalim, supaya dia tidak melakukan kezalimannya terhadap kita, maka hendaklah kita memperbanyakkan zikir ini setiap kali sesudah solat fardhu. Insyaallah, kita akan mendpt pertolongan Allah.
82. “Ya ‘Afuww!” Barangsiapa memperbanyakkan zikir ini, nescaya dia akan diampuni segala dosanya oleh Allah.
53
83. “Ya Rauuf!” Bagi sesiapa yang inginkan dirinya disenangi oleh teman atau sesiapa sahaja yang memandangnya, amalkan zikir ini seberapa mampu samada pada waktu siang mahupun malam.
84. “Ya Maalikul Mulki!” Seseorang pengarah atau ketua yang ingin kedudukan yang kekal & tetap tanpa diganggu gugat, hendaklah selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 212 x sesudah solat fardhu & 212 pada setiap malam selama sebulan. InsyaAllah akan mendapat pertolongan Allah.
85. “Ya Zul Jalaali wal Ikraam!” Amalkanlah zikir ini sebanyak 65 x setiap hari selama sebulan, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai dengan pertolongan Allah.
86. “Ya Muqsith!” Berzikirlah dengan zikir ini mengikut kemampuan, InsyaAllah Tuhan akan menganugerahkan sifat adil kepada mereka yang mengamalkannya.
87. “Ya Jaami’!” Sekiranya ada dikalangan keluarga kita atau isteri kita yang lari dari rumah, maka amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin pada setiap hari dengan niat semoga Allah menyedarkan orang tersebut. Dengan izin Allah orang yang lari itu akan pulang dalam jangka waktu yang singkat.
88. “Ya Ghaniy!” Amalkanlah zikir ini pada setiap hari sebanyak mungkin, InsyaAllah apa yang kita usahakan akan cepat berhasil & kekayaan yang kita perolehi itu akan mendapat berkat.
89. “Ya Mughniy!” Mintalah kekayaan yang bermanfaat untuk kehidupan dunia & akhirat kepada Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, InsyaAllah segala hajat kita akan tercapai.
90. “Ya Maani’!” Andai kita selalu mengamalkan zikir ini sebanyak 161 x pada waktu menjelang solat subuh setiap hari, InsyaAllah kita akan terhindar dari orang-orang yang zalim & suka membuat angkara.
91. “Ya Dhaarr!” Asma ini sangat berguna didalam ikhtiar kita untuk menyembuhkan sesuatu penyakit yang mana sudah lama dihidapi & telah puas dihidapi & telah puas diubati. Amalkanlah zikir ini sebanyak 1001 x pada setiap hari, InsyaAllah dengan ikhtiar ini penyaki itu akan cepat sembuh.
92. “Ya Naafi’ “! Menurut Imam Ahmad Al-Buuniy, barangsiapa mengamalkan zikir ini setiap hari, maka bagi orang yang sakit, sakitnya akan sembuh, & bagi orang yang susah akan dihilangkan kesusahannya dengan izin Allah.
54
93. “Ya Nuur!” Menurut Sheikh Ahmad bin Muhammad As Shawi, barangsiapa yang menghendaki kemuliaan yang agung & memperolehi apa yang dimaksudkan baik kebaikan dunia mahupun kebaikandi akhirat kelak, maka hendaklah selalu berzikir dengan zikir ini setiap pagi & petang.
94. “Ya Haadiy!” Bagi sesiapa yang dalam perjalanan ke suatu tempat tertentu, kemudian ia tersesat, hendaklah ia memohon petunjuk Allah dengan memperbanyakkan zikir ini, Insya Allah akan diberikan pertolongan Allah akan cepat lepas dari kesesatan tersebut.
95. “Ya Baadii!” Andai kita mempunyai rancangan yang sangat penting & bagi memastikan rancangan kita itu berjaya & berjalan lancar, maka berzikirlah dengan zikir ini sebanyak 500 x selepas solat fardhu. InsyaAllah Tuhan akan memberikan pertolongan hingga rancangan kita berjaya & berjalan lancar.
96. “Ya Baaqy!” Amalkanlah zikir ini sebanyak mungkin tanpa mengira batas waktu, InsyaAllah dengan ikhtiar ini semua perkerjaan yang telah menjadi punca rezeki tidak akan mudah terlepas, perniagaan tidak akan rugi atau bankrap dengan berkat zikir ini.
97. “Ya Waarits!” Sekiranya kita berzikir sebanyak 500 x selepas solat fardhu atau sebagainya, supaya segala urusan kita itu berjalan lancar, maka hendaklah pada setiap malam berzikir dengan zikir ini sebanyak 707 x. InsyaAllah berkat zikir ini Allah akan memberi petunjuk sehingga usaha kita akan berhasil dengan baik & memberangsangkan.
98. “Ya Rasyiid!” Walaupun kita tergolong didalam golongan yang cerdas otak, namun biasakanlah zikir ini sebanyak mungkin, nescaya otak kita akan menjadi bertambah cerdas.
99. “Ya Shabuur!” Agar kita diberi kesabaran oleh Allah dalam segala hal, maka perbanyakkanlah zikir ini menurut kemampuan. Dengan sifat sabar & penuh pengharapan kepada Allah, maka segala usaha & upaya akan mencapai kejayaan.
Fadhilah membaca asma’ul husna lebih lanjut diungkapkan oleh Yusuf Ibn
Ismail An-Nahani pada kitab Sa’adah Ad-Daroin pada bab “khowashil Asma’il
Ilahiyah yang terdapat di lembar lampiran.
Berdoa dengan asma’ul husna juga dianjurkan rasulullah SAW. dalam
hadist yang terkenal dengan hadist syafa’at yang diriwayatkan imam Bukhari,
55
dalam shahihnya, “Kitabut Tauhid”, Bab “Kalamurrabi ‘Azza Wa Jalla Yaumal
Qiyamati Ma’al Anbiyai Wa Ghairihim.” (hadist no. 7510), yang berbunyi:
اآلن, فأحمــدهبتلك تحضــرني ال بها أحمده محامد ويلهمني ساجدا له المحامد, أخر� ...….
( البخارى رواه )
“ ….Akan diilhamkan kepadaku (pada hari kaimat), pujian-pujian (kepada Allah), yang pada saat ini aku tidak memuji dengan pujian tersebut. Aku akan memuji Allah dengan pujian-pujian tersebut, dalam keadaan aku bersungkur sujud kepada Allah,….”(Imam Al-Bukhari)
3. Membaca Mengandung Unsur Menghafal
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “menghafal” berasal dari
kata “hafal” yang berarti telah masuk di ingatan (tentang pelajaran), dapat
mengucapkan di luar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).
Menghafal adalah devinisi membaca tanpa symbol-sismbol atau lambing
materil akan tetapi menggunakan symbol non materil.
Membaca seperti ini adalah bagian dari produk membaca (Burns, dkk.
(1996: 6) lebih lanjut ia mengatakan membaca adalah mengingat apa yang
dipelajari sebelumnya dan memasukkan gagasan-gagasan dan fakta-fakta baru,
membangun asosiasi, menyikapi secara personal kegiatan/tugas membaca sesuai
dengan interesnya, mengumpulkan serta menata semua tanggapan indera untuk
memahami materi yang dibaca.
Sebuah penegasan tentang adanya hubungan kausal antara membaca
dengan menghafal adalah melalui firman Allah SWT yang berbunyi:
�ك� �ق�ر�ئ ن � س� �ن�سي ف�ال (6)االعلى: ت
56
“ Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka
kamu tidak akan lupa.” (Departeman Agama Republik Indonesia, 1987:1051)
Secara implisit pengertian membaca dengan makna menghafal juga terjadi
saat wahyu pertama diturunkan Allah lewat malaikat jibril kepada nabi
Muhammad di Goa Hira yang persisnya nabi membaca tanpa tulisan dan ia
membaca setelah di ulang sebanyak 3 kali. Singkat ceritanya adalah ketika
Malaikat Jibril menyuruh Muhammad Rasulullah SAW dengan mengucapkan
ا �ق�ر� �ق�ار�ئ :dan Nabi menjawab (!baca) إ ب �ا �ن ا lalu ,( saya tidak bisa membaca ) م�ا
malaikat Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang
sama. Hal ini terulang sampai 3 kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan
mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan
Jibril tersebut ( Erwita Aziz, 2003: 81)
Membaca asma’ul husna berarti pula mengafal hal ini diperkuat oleh
kutipan tentang penafsiaran ulama ahlussunah waljamaah mengenai asma’ul
husna yakni:
مالها وحفظ األسماء تلك معاني احترام " "
“memulyakan makna dari asma’ul husna dan menghafal apa yang ada
di pada asma’ul husna”(Muhammad bin Khalifah bin Ali:1999)
4. Menyelami makna
Penjabaran arti membaca lebih lanjut oleh Burns, dkk. (1996: 6) bahwa
aktifitas membaca terdiri atas dua bagian, yaitu proses membaca dan produk
membaca. Dalam proses membaca ada sembilan aspek yang jika berpadu dan
berinteraksi secara harmonis akan menghasilkan komunikasi yang baik antara
57
pembaca dan penulis. Komunikasi antara pembaca dan penulis itu berasal dari
pengkonstruksian makna yang dituangkan dalam teks dengan pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya.
Maka pengertian membaca dalam kontes menyelami makna asma’ul husna
berarti membaca adalah memberi arti kepada asma’ul husna itu sendiri sedangkan
Makna asma’ul husna lebih lengkap dalam tafsir-tafsir para ulama seperti pada
kitab Sa’adah Ad-Daroin karangan Yusuf Ismail An-Nahani pada bab As-Saadah
fi Khoasi Al-asmail Ilahiyah hal: 519, namun secara sederhana daftar makna
terjemah dari asma’ul husna dengan menggunakan dua bahasa sebagai bahan
komparasi konteks makna akan di bahas pada Bab II sub bahasan asma’ul husna
sebagai sifat Allah.
5. Meneladan
Kata “meneladan” berasal dari kata “teladan” yang berarti sesuatu yang
patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan
sebagainya) meneladan berarti meniru atau mencontoh.
(http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).
Hakekat meneladan memlalui membaca pun diungkapkan oleh Adib
Susila Siraj bahwa, ada tiga hal yang akan terjadi ketika seseorang sebagai
produk membaca yakni afektif, kognitif, dan bahasa. Perilaku afektif mengacu
pada perasaan, perilaku kognitif mengacu pada pikiran, dan perilaku bahasa
mengacu pada bahasa pembaca.
Membaca diartikan didevinisikan oleh Chambers dan Lowry (Burn, Roe
dan Ross, 1984) bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali kata-kata tetapi
58
juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan beberapa
keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memunuhi keinginan, memilih
cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan atau
cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. hal
tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir.
Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan
transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu,
membaca dapat digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan
perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan proses pengayaan
pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memahami
problem orang lain, mengembangkan konsep diri dan sebagai suatu kesenangan.
Dari uraian diatas maka membaca asamul husna (asma dan sifat Allah)
adalah kegiatan meneladan karena yang di baca adalah perbuatan, kelakuan, sifat,
Allah yang patut diteladani oleh makhluknya seperti yang di ungkapkan imam
Al-Ghazali dengan istilah “tahkolluq”. Meneladani ini melalui proses afektif,
kognitif, dan bahasa sehingga mampu membangun konsep dalam dirinya sehingga
perbuatannya telah menjadi konsep dan watak pada dirinya.
3. Asma’ul husna dan Kandungan maknanya
Secara etimologis asma'ul husna berasal dari bahasa arab yakni االسماء
dalam bentuk jamak dari kata اسم artinya nama-nama dan الحسنى artinya baik
(Al-Marbawi,1927:21). Secara terminology kata ini dapat ditemukan pada
beberapa tafsir surat Al-A’raf ayat 180, Asma’ul husna berasal dari kata االسماء
artinya nama-nama dan -artinya baik berjumlah 99 nama (Tafsir Al الحسنى
59
Jalalein), yang merupakan lafadz bahkan sifat (Tafsir Al-Baidhawi) yang
sebagiannya wajib di implementasikan dalam akhlak (Tafsir Nasfi).
Secara lugas asma’ul husna diartikan sebagai seluruh asma Allah yang
maha indah, berbentuk asma dan sifat, menunjukan pelbagai sifat, memiliki
dilalah dalam dzat dan sifat-Nya yang ditetapkan berdasarkan wahyu yang bukan
menjadi ranah akal, yang tidak terbatas pada jumlah tertentu dan tidak boleh
diselewengkan dan diingkari kebenarannya
(M. Syafei Antonio, 2008: 22).
Dari uraian di atas dapat kita fahami bahwa asma’ul husna diindikasikan
pada beberapa indikator:
a. Asma’ul husna adalah Seluruh Asma Allah Yang Maha Indah
Dalam Hal ini Antonio Syafei (2008:23) mengungkapkan:
Makna “husna” adalah puncak kebaikan dan keindahan . Asma-Nya
maha indah dan sempurna, karena di dalamnya tidak terknadung
kekurangan sedikit pun, baik secara eksplisit maupun secara implisit.
Sebagai contoh kata hayy (yang maha hidup) merupakan dalah satu nama
Allah yang mengandung pengertian kehidupan sempurna, yang tidak
sidahului dengan ketiadaan, dan tidak diikuti dengan sirnanya.”
(2008:23)
b. Asma’ul husna Terdiri dari Asma dan Sifat,
Dalam kajian nama Allah maka nama diandang dari indikasinya (dalalah)
kepada dzat dan sifat dipandang dari indikasinya kepada makna. Berdasarka
pengertian pertama maka seluruh asma adalah mutharodif (sinonim) karena
60
indikasinya hanya kepda satu dzat, Allah. Sedangkan dari pengertian kedua,
semua asma Allah adalah mutabayinah (diferensial), karena setiap asma
mempunyai indikasi (dalalah) makna tersendiri.
Sebagai contoh : Al-Hayy, Ar-Rahim, Ar-Rahman , Al-Bashir, As-Sami’
semuanya adalah asma untuk yang satu, Allah. Akan tetapi makna Al-Hayy tidak
sama dengan makna Al-A’lim, dan Al-Alim tidak sama dengan Al-Qodir,
demikianlah seterusnya, demikianlah seterusnya. Asma Allah disebut sebagai
nama dan sifat-Nya merupakan petunjuk dari Al-Quran.
Berikut ini adalah pendapat ulama tentang pembagian asma’ul husna yang
berdasarkan pendapat Al-Sa'id Al-Sayyid Ibadah (1983) pada kitab yang
dicetakan asli dari University Of California berikut ini:
باعتبار تنقسم الحسنى األسماء: الحسنى األسماء أقسام ثالثةأقسام إلى الله على إطالقها
عليه يطلق أن يسوغ وضابطها: ما, المفردة ماءـــاألس .1 مثالهــا: اءـــــــــــاألسم غــالب في يقــع مفــردا. وهـــذا
القدير،الملك الرحيم، السميع، الرحمن،2. �طلــق وضابطها: ما, المقترنة اءـــاألسم مقترنــا عليــه ي
اء.ـــاألسم غــالب في يقــع أيضــا األسماء. وهــذا من بغيره الـرحيم، الـرحمن الـرحيم، الغفـور الحكيم، مثالها: العزيز
الحسنى الله اءـــأسم جاءت القرآن البصير. وفي السميع ــا ــة. غالب ــأسم)مقترن ــه اءـــ في جــاءت كمــا الحســنى الل
دعى أن يسوغ والثاني األول القسم من لـــ وك(القرآن ــ� ي م،ــــحكي يــا أو عزيــز، فتقول: يــا بغيره، ومقترنا مفردا، به
أو عليه اءـــالثن حال في ذاـعم. وهكـــرحي أويا غفور، أويا الجم أو األفراد لك يسوغ اــبم عنه الخبر
3. �طلــق ال وضــابطها: مــا, المزدوجــة اءـــــاألسم عليــه ي كــل اقــتران في الـــالكم ألن بمقابله؛ مقرونا بل بمفرده
المعــز, النافع الضار, المانع المعطي: يقابله بما منها سما المذلاعتبار إلى العلم أهل من جمع ذهب, المضافة األسماء .4
قال الحسنى، األسماء ضمن من وعدNها المضافة األسماء مثل المضافة أسماؤه تيمية: "وكذلك ابن اإلسالم شيخ يوم مالك, العالمين رب, الغافرين خير, الراحمين أرحم فيه ريب ال ليوم الن اس جامع, الخالقين أحسن, الدNين والسن ة، الكتاب في ثبت مم ا ذلك وغير القلوب مقلNب المسلمين بإجماع بها الدJعاء في وثبت
61
c. menunjukan pelbagai sifat,
Jika asma Allah menunjukan keberbagaian sifat (transitif atau muta’addi),
maka asma-Nya mengandung tiga hal :
1. ketetapan asma terebut untuk Allah
2. ketetapa sifat yang terkadung oleh asma ini untuk Allah.
3. ketetapan hukum-Nya dan tuntunan-Nya dari sifat tersebut
Mengacu pada kaidah ini para ahli ilmu menetapkan gugurnya hudud pada
perampok, misalnya yang telah mengungkapkan pertaubatan secara sungguh-
sungguh (Q. S. Almaidah : 34) pemahaman untuk contoh tersebut dapat difahami
dari makna As-Sami’ (maha mendengar), yang mengandung ketetapan bahwa
nama ini hanya untuk Allah (mendengar kesungguhan orang yang bertaubat)
sekaligus menetapkan bahwa Allah juga memiliki sifat sama’ (mendengar).
“Dan Allah mendengar antara percakapanmu berdua. Sesungguhnya
Allah maha mendengar dan maha melihat .”(Ary Ginanjar,2009)
Jika nama Allah menunjukan makna intransitif (lazim), maka nama-nama-
Nya hanya mengandung dua hal, Pertama: ketetapan makna tersebut untuk Allah
Kedua, ketetapan sifat yang terkandung oleh makna ini untuk Allah .
Sebagai contoh nama Al-Hayy (yang maha hidup) menandung ketetapan
bahwa nama tersebut untuk Allah, sekaligus ketetapan adanya sifat “Hayyah”
(hidup) bagi Allah. Yang paling penting dalam memahami sifat Allah adalah
berpatokan pada kaidah :
1. Semua sifat Allah sempurna tanpa kekurangan (Q.S.An-Nahl : 60)
62
2. Pembahasan sifat Allah lebih luas dari pada maknanya.(Q.S.
Lukman : 26, Al-Fajr : 22, Al Baqarah: 210, Ali-Imran : 11, Al-
Hajj: 65, Al Buruj : 22, Al-Baqarah : 185)
3. Sifat Allah terbagi dalam Tsubutiyah dan Salbiyah. (Syeik Ibrahim
Al-Bajuri : 1)
4. Sifat Tsubutiyah adalah sifat terpuji dan sempurna
5. Sifat Tsubutiyah terbagi kepada dzatiyah dan Fi’liyah
6. Penetapan sifat Allah harus terlepas dari tamtsil dan takyif
(Q.S.Al-Ikhlash : 4 dan Thaha : 110)
7. Sifat sifat Allah adalah tauqifi dan tidak dapat diperdebatkan.
d. Asma’ul husna Memiliki Dilalah dalam Dzat dan Sifat-Nya
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan
kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis
"Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan
Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keteranga Al-Qur'an
tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan
dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada
Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu.
Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti
tercantum dalam surat Al-Ikhlas berikut ini :
�ح�د الل ه� ه�و� ق�ل� �م�( 2) الص م�د� الل ه�( 1) أ �د� ل �ل �م� ي �د� و�ل �ول (3) ي
�م� �ن� و�ل �ك �ه� ي �ف�و:ا ل د ك �ح� (4-1: )االخالص( 4) أ
63
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1118)
Adapun dzilalah sifat dari asma’ul husna yang diterjemahkan ke bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris adalah sebagia berikut :
Tabel 2. Dilalah Sifat Allah pada Asma’ul Husna
No. Nama Arab Indonesia Inggris
1 Ar Rahmanــرحم ال
نYang Memiliki Mutlak sifat Pemurah
The All Beneficent
2 Ar Rahiim الرحيم Yang Memiliki Mutlak sifat Penyayang
The Most Merciful
3 Al Malik الملكYang Memiliki Mutlak sifat Merajai/Memerintah
The King, The Sovereign
No. Nama Arab Indonesia Inggris
4 Al Quddusــدو القـ
سYang Memiliki Mutlak sifat Suci
The Most Holy
5 As Salaam السالمYang Memiliki Mutlak sifat Memberi Kesejahteraan
Peace and Blessing
64
6 Al Mu`minالمـــؤم
ن
Yang Memiliki Mutlak sifat Memberi Keamanan
The Guarantor
7Al
Muhaiminالمهيم
نYang Memiliki Mutlak sifat Pemelihara
The Guardian, the Preserver
8 Al `Aziiz العزيز Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
The Almighty, the Self Sufficient
9 Al Jabbar الجبار Yang Memiliki Mutlak sifat Perkasa
The Powerful, the Irresistible
10Al
Mutakabbirــب المتك
ر
Yang Memiliki Mutlak sifat Megah, Yang Memiliki Kebesaran
The Tremendous
11 Al Khaliq الخالق Yang Memiliki Mutlak sifat Pencipta
The Creator
12 Al Baari` البارئ
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melepaskan (Membuat, Membentuk, Menyeimbangkan)
The Maker
No. Nama Arab Indonesia Inggris
13Al
Mushawwirالمصو
ر
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Membentuk Rupa (makhluknya)
The Fashioner of Forms
65
14 Al Ghaffaar الغفار Yang Memiliki Mutlak sifat Pengampun
The Ever Forgiving
15 Al Qahhaar القهار Yang Memiliki Mutlak sifat Memaksa
The All Compelling Subduer
16 Al Wahhaabالوهـــا
بYang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Karunia
The Bestower
17 Ar Razzaaq الرزاق Yang Memiliki Mutlak sifat Pemberi Rejeki
The Ever Providing
18 Al Fattaah الفتاح Yang Memiliki Mutlak sifat Pembuka Rahmat
The Opener, the Victory Giver
19 Al `Aliim العليمYang Memiliki Mutlak sifat Mengetahui (Memiliki Ilmu)
The All Knowing, the Omniscient
20 Al Qaabidhالقــــاب
ض
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Menyempitkan (makhluknya)
The Restrainer, the Straightener
21 Al Baasithــ الباسـ
ط
Yang Memiliki Mutlak sifat Yang Melapangkan (makhluknya)
The Expander, the Munificent
No. Nama Arab Indonesia Inggris
22Al Khaafidh
الخـــاف Yang Memiliki Mutlak The Abaser
66
ضsifat Yang Merendahkan (makhluknya)
23 Ar Raafi` الرافعYang Memiliki Mutlak sifat Yang Meninggikan (makhluknya)
The Exalter
24 Al Mu`izz المعزYang Memiliki Mutlak sifat Yang Memuliakan (makhluknya)
The Giver of Honor
25 Al Mudzil المذلYang Memiliki Mutlak sifat Yang Menghinakan (makhluknya)
The Giver of Dishonor
26 Al Samii`ــمي الس
عYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendengar
The All Hearing
27 Al Bashiir البصير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melihat
The All Seeing
28 Al Hakam الحكم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menetapkan
The Judge, the Arbitrator
29 Al `Adl العدل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil
The Utterly Just
No. Nama Arab Indonesia Inggris
67
30 Al Lathiifــ اللطيـ
فYang Memiliki Mutlak sifat Maha Lembut
The Subtly Kind
31 Al Khabiir الخبيرYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengetahui Rahasia
The All Aware
32 Al Haliim الحليم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penyantun
The Forbearing, the Indulgent
33 Al `Azhiimالعظي
مYang Memiliki Mutlak sifat Maha Agung
The Magnificent, the Infinite
34 Al Ghafuur الغفور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengampun
The All Forgiving
35 As Syakuurالشكو
ر
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pembalas Budi (Menghargai)
The Grateful
36 Al `Aliy العلى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi
The Sublimely Exalted
37 Al Kabiir الكبير Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Besar
The Great
38 Al Hafizhــ الحفيـ
ظ
Yang Memiliki Mutlak
sifat Maha MenjagaThe Preserver
No.Nama
Arab Indonesia Inggris
68
39 Al Muqiitالمقي
ت
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Kecukupan
The Nourisher
40 Al Hasiibالحســي
ب
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Membuat Perhitungan
The Reckoner
41 Al Jaliil الجليل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
The Majestic
42 Al Kariim الكريم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemurah
The Bountiful, the Generous
43 Ar Raqiibــرقي ــ ال
بYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengawasi
The Watchful
44 Al Mujiibالمجي
ب
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengabulkan
The Responsive, the Answerer
45 Al Waasi` الواسع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Luas
The Vast, the All Encompassing
46 Al Hakiim الحكيم Yang Memiliki Mutlak sifat Maka Bijaksana
The Wise
47 Al Waduud الودود Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencinta
The Loving, the Kind One
69
No. Nama Arab Indonesia Inggris
48 Al Majiid المجيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
The All Glorious
49 Al Baa`its الباعثYang Memiliki Mutlak sifat Maha Membangkitkan
The Raiser of the Dead
50 As Syahiid الشهيدYang Memiliki Mutlak sifat Maha Menyaksikan
The Witness
51 Al Haqq الحق Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Benar
The Truth, the Real
52 Al Wakiil الوكيل Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memelihara
The Trustee, the Dependable
53 Al Qawiyyu القوى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kuat
The Strong
54 Al Matiin المتين Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kokoh
The Firm, the Steadfast
55 Al Waliyy الولى Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Melindungi
The Protecting Friend, Patron, and Helper
56 Al Hamiid الحميد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Terpuji
The All Praiseworthy
70
No. Nama Arab Indonesia Inggris
57 Al Mushiiالمحص
ى
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengkalkulasi
The Accounter, the Numberer of All
58 Al Mubdi` المبدئ Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memulai
The Producer, Originator, and Initiator of all
59 Al Mu`iid المعيدYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengembalikan Kehidupan
The Reinstater Who Brings Back All
60 Al Muhyiiــي المحـ
ى
Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Menghidupkan
The Giver of Life
61 Al Mumiituالممي
تYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mematikan
The Bringer of Death, the Destroyer
62 Al Hayyu الحي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Hidup
The Ever Living
63 Al Qayyuum القيوم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mandiri
The Self Subsisting Sustainer of All
64 Al Waajid الواجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penemu
The Perceiver, the Finder, the Unfailing
71
No. Nama Arab Indonesia Inggris
65 Al Maajid الماجد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mulia
The Illustrious, the Magnificent
66 Al Wahiid الواحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Tunggal
The One, The Unique, Manifestation of Unity
67 Al `Ahad االحد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Esa
The One, the All Inclusive, the Indivisible
68 As Shamad الصمدYang Memiliki Mutlak sifat Maha Dibutuhkan, Tempat Meminta
The Self Sufficient, the Impregnable, the Eternally Besought of All, the Everlasting
69 Al Qaadir القادرYang Memiliki Mutlak sifat Maha Menentukan, Maha Menyeimbangkan
The All Able
70 Al Muqtadirالمقتــد
رYang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkuasa
The All Determiner, the Dominant
71Al
Muqaddim المقدمYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mendahulukan
The Expediter, He who brings forward
72Al
Mu`akkhir ــؤخ الم Yang Memiliki Mutlak sifat Maha
The Delayer, He
72
ر Mengakhirkan who puts far away
No. Nama Arab Indonesia Inggris
73 Al Awwal األول Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Awal
The First
74 Al Aakhir األخر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Akhir
The Last
75 Az Zhaahir الظاهر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Nyata
The Manifest; the All Victorious
76 Al Baathin الباطن Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Ghaib
The Hidden; the All Encompassing
77 Al Waali الوالي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Memerintah
The Patron
78Al
Muta`aaliiالمتعال
يYang Memiliki Mutlak sifat Maha Tinggi
The Self Exalted
79 Al Barri البر Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Penderma
The Most Kind and Righteous
80 At Tawwaab التوابYang Memiliki Mutlak sifat Maha Penerima Tobat
The Ever Returning, Ever Relenting
81Al
Muntaqim المنتق Yang Memiliki Mutlak The Avenger
73
م sifat Maha Penyiksa
82 Al Afuww العفو Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemaaf
The Pardoner, the Effacer of Sins
No. Nama Arab Indonesia Inggris
83 Ar Ra`uufــرؤو الـ
فYang Memiliki Mutlak sifat Maha Pengasih
The Compassionate, the All Pitying
84Malikul
Mulk مالـــــكالملك
Yang Memiliki Mutlak sifat Penguasa Kerajaan (Semesta)
The Owner of All Sovereignty
85Dzul Jalaali
Wal Ikraam
ذو الجالل
واإلكرام
Yang Memiliki Mutlak sifat Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan
The Lord of Majesty and Generosity
86 Al Muqsithالمقس
طYang Memiliki Mutlak sifat Maha Adil
The Equitable, the Requiter
87 Al Jamii` الجامعYang Memiliki Mutlak sifat Maha Mengumpulkan
The Gatherer, the Unifier
88 Al Ghaniyy الغنىYang Memiliki Mutlak sifat Maha Berkecukupan
The All Rich, the Independent
74
89 Al Mughnii المغنىYang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Kekayaan
The Enricher, the Emancipator
90 Al Maani المانع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Mencegah
The Withholder, the Shielder, the Defender
No. Nama Arab Indonesia Inggris
91 Ad Dhaar الضارYang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Derita
The Distressor, the Harmer
92 An Nafii` النافعYang Memiliki Mutlak sifat Maha Memberi Manfaat
The Propitious, the Benefactor
93 An Nuur النورYang Memiliki Mutlak sifat Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya)
The Light
94 Al Haadii الهادئYang Memiliki Mutlak sifat Maha Pemberi Petunjuk
The Guide
95 Al Baadii البديع Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pencipta
Incomparable, the Originator
96 Al Baaqii الباقي Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Kekal
The Ever Enduring and Immutable
75
97 Al Waarits الوارث Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pewaris
The Heir, the Inheritor of All
98 Ar Rasyiid الرشيد Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Pandai
The Guide, Infallible Teacher, and Knower
99 As Shabuur الصبور Yang Memiliki Mutlak sifat Maha Sabar
The Patient, the Timeless
Sumber penerjemahan Asma’ul husna pada tabel diatas diambil dari
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/asmaul_husna Sebagian referensi tentang
pengalihan bahasa ke bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mengenai asma’ul
husna diatas adalah berasal dari Muhammad Syafiie Antonio (2008 37-454)
pendiri Lembaga Pendidikan Ekonomi Islam TAZKIA dan Ary Ginanjar
Agustian (2001: 69-71) Pendiri ESQ leadership Center.
e. Ditetapkan berdasarkan wahyu.
Permasalahan mengenai nama dan sifat Allah merupakan perkara
tauqifiyah, artinya tidak ada tempat bagi akal seseorang untuk berijtihad
menentukan nama dan sifat Allah. Tidaklah kita menetapkan nama dan sifat bagi
Allah, melainkan dengan apa yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya, baik
berdasarkan Al Quran Al Kariim maupun berdasarkan dengan apa yang
dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Nama dan sifat Allah adalah termasuk dalam perkara ghaibiyah, sehingga
seseorang tidak akan bisa mengetahui dan menerka-nerka dengan akal dan pikiran
semata. Allah menegaskan melalui firmannya :
76
�ق�ف� و�ال� �س� م�ا ت �ي �ك� ل �ه� ل �م ب ل �ن ع� م�ع� إ �ص�ر� الس �ب �ف�ؤ�اد� و�ال �لJ و�ال ك
�ك� �ئ �ول �ان� أ �ه� ك �ول: ع�ن ئ (36)االسراء: م�س�
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
( Q.S Al Isra : 36)
Adapun referensi Asma’ul husna dari wahyu Allah (Al-Quran Al-Karim)
adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Referensi Asma’ul husna dalam Al-Qur’an
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
1الرحم
ن
Al-Faatihah:
334 الغفور Aali ‘Imran: 89 67 االحد
Al-Ikhlaas:
1
2 الرحيمAl-Faatihah:
335
الشكو
رFaathir: 30 68 الصمد
Al-Ikhlaas:
2
3 الملكAl-
Mu’minuun:
11
36 العلى An-Nisaa’: 34 69 القادرAl-Baqarah:
20
4القدو
س
Al-Jumu’ah:
137 الكبير Ar-Ra’d: 9 70 المقتدر
Al-Qamar:
42
5 السالم Al-Hasyr: 23 38 الحفيظ Huud: 57 71 المقدم Qaaf: 28
77
6المؤم
نAl-Hasyr: 23 39 المقيت An-Nisaa’: 85 72 المؤخر
Ibraahiim:
42
7المهيم
نAl-Hasyr: 23 40
الحسي
بAn-Nisaa’: 6 73 األول Al-Hadiid: 3
8 العزيزAali ‘Imran:
6241 الجليل
Ar-Rahmaan:
2774 األخر Al-Hadiid: 3
9 الجبار Al-Hasyr: 23 42 الكريم An-Naml: 40 75 الظاهر Al-Hadiid: 3
10المتكب
رAl-Hasyr: 23 43 الرقيب Al-Ahzaab: 52 76 الباطن Al-Hadiid: 3
11 الخالق Ar-Ra’d: 16 44المجي
بHuud: 61 77 الوالي Ar-Ra’d: 11
12 البارئ Al-Hasyr: 24 45 الواسعAl-Baqarah:
26878 المتعالي Ar-Ra’d: 9
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
13المصو
رAl-Hasyr: 24 46 الحكيم Al-An’aam: 18 79 البر
Ath-Thuur:
28
14 الغفارAl-Baqarah:
23547 الودود Al-Buruuj: 14 80 التواب
An-Nisaa’:
16
15 القهار Ar-Ra’d: 16 48 المجيد Al-Buruuj: 15 81 المنتقمAs-Sajdah:
22
16الوها
ب
Aali ‘Imran:
849 الباعث Yaasiin: 52 82 العفو
An-Nisaa’:
99
17 الرزاق Adz- 50 الشهيد Al-Maaidah: 83 الرؤوف Al-Baqarah:
78
Dzaariyaat: 58 117 207
18 الفتاح Sabaa’: 26 51 الحق Thaahaa: 114 84 مالك
الملك
Aali ‘Imran:
26
19 العليمAl-Baqarah:
2952 الوكيل
Al-An’aam:
10285
الجالل ذو
اإلكرام و
Ar-
Rahmaan: 27
20القاب
ض
Al-Baqarah:
24553 القوى Al-Anfaal: 52 86
المقس
ط
An-Nuur:
47
21الباس
طAr-Ra’d: 26 54 المتين
Adz-
Dzaariyaat: 5887 الجامع Sabaa’: 26
22الخاف
ض
Hadits at-
Tirmizi55 الولى An-Nisaa’: 45 88 الغنى
Al-Baqarah:
267
23 الرافعAl-An’aam:
8356 الحميد An-Nisaa’: 131 89 المغنى
An-Najm:
48
24 المعزAali ‘Imran:
2657
المحص
ىMaryam: 94 90 المانع
Hadits at-
Tirmizi
25 المذلAali ‘Imran:
2658 المبدئ Al-Buruuj: 13 91 الضار
Al-An’aam:
17
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
No Nama
Antara lain
terdapat
dalam
26
السمي
عAl-Israa’: 1 59 المعيد Ar-Ruum: 27 92 النافع Al-Fath: 11
27 البصير Al-Hadiid: 4 60 المحيى Ar-Ruum: 50 93 النورAn-Nuur:
35
79
28 الحكمAl-Mu’min:
4861
الممي
تAl-Mu’min: 68 94 الهادئ Al-Hajj: 54
29 العدلAl-An’aam:
11562 الحي Thaahaa: 111 95 البديع
Al-Baqarah:
117
30
اللطي
فAl-Mulk: 14 63 القيوم Thaahaa: 11 96 الباقي Thaahaa: 73
31 الخبيرAl-An’aam:
1864 الواجد
Adh-Dhuhaa:
6-897 الوارث Al-Hijr: 23
32 الحليمAl-Baqarah:
23565 الماجد Huud: 73 98 الرشيد Al-Jin: 10
33
العظي
م
Asy-Syuura:
466 الواحد
Al-Baqarah:
13399 الصبور
Al-Fathir :
45
Keterangan: tabel referensi asma’ul husna diatas diambil dari sumber :
http://www.artislam.com/esma/ayetler
Referensi lebih lanjut pada penelitian ini akan dilampirkan pada lembar
lampiran
f. Asma’ul husna Tidak Terbatas Pada Jumlah Tertentu
dikutip dari pendapa seorang ulama masyhur dari madzhab hambali yang
bernama Ibnul Qayim rahimahullah dari kitabnya “Faidatun Jaliilatun fi
Qowa’idil Asmail Husnaa, Ibnu Qayim Al Jauziyah.” yakni:
80
فإن بعدد، تحد وال حصر تحت تدخل ال الحسنى الله أسماء
ال عنده الغيب علم في بها استأثر وصفات ماءــأس لله
مرسل نبي وال مقرب ملك يعلمها
“Sesungguhnya nama-nama yang baik bagi Allah tidaklah dibatasi oleh
batasan dan bilangan tertentu, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa
ta’ala masih merahasiakan nama-nama-Nya yang ada dalam ilmu ghaib
di sisi-Nya. Nama-nama tersebut tidak diketahui oleh malaikat yang
terdekat dengan Allah sekalipun dan tidak diketahui oleh nabi yang
diutus-Nya.”
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam Hadist
ini merupakan hadist shohih, merupakan penggalan dari hadits panjang dari
shahabat Ibnu Mas’ud r.a:
…. كتابه، في أنزلته أو نفسك، به سميت اسم بكل أسألك
�مته الغيب علم في به استأثرت أو خلقك من أحدا أوعل
.… عندك
“…Aku memohon kepada-Mu dengan perantara seluruh Nama yang
dengannya Engkau namai Diri-Mu, Nama yang Engkau turunkan di dalam
Kitab-Mu, Nama yang Engkau ajarkan kepada salah satu diantara
makhluk-Mu dan juga Nama yang Engkau sembunyikan pengetahuannya
dalam ilmu ghaib di sisi-Mu…..”
(HR. Imam Ahmad, dalam musnadnya dan yang lainnya.)
Berdasarkan hadist tersebut, Ibn Al-Qayim rahimahullah menjelaskan
dalam kitab Faidatun Jaliilatun fi Qowa’idil Asmail Husnaa, Ibnu Qayim Al
81
Jauziyah mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan nama-nama-
Nya menjadi tiga jenis.
1.Nama-nama yang Allah menamakan dirinya dengan nama tersebut dan
Allah memberitahukan nama-nama tersebut kepada para malaikat
yang dikehendaki-Nya. Nama jenis pertama ini tidak Allah kabarkan
dalam Kitab-Nya.
2.Nama-nama yang dikabarkan oleh Allah kepada hamba-Nya dalam
Kitab-Nya yang mulia. Nama-nama ini diketahui oleh para hamba-
hamba-Nya. Dan yang
3.Nama yang Allah bersendirian (dalam pengetahuan-Nya) tentang nama
tersebut dalam ilmu ghaib di sisi-Nya, dan tidak ada satu pun dari
hamba-Nya yang mengetahui nama-nama tersebut”
Hal senada juga diutarakan oleh Imam An-Nawawi pada pada Kitab Syarh
Shahih Muslim yang memberikan komentar tentang hadits nabi berikut ini :
" ا، وتسعين تسعة لله إن من واح��د�ا، إال مائة� اسم�
الجنة دخل أحصاها "
عليه متفق )).
: النووي اإلمام قال تســعة للــه إن النــبي قــول على تعليقــا
: وتسعين : إال مائة اسما واحدا ،
حصر فيه ليس الحديث هذا أن على العلماء قال: " واتفق
أســماء لــه ليس معناه: أنــه فليس والله، سبحانه ألسمائه
هذه أن الحديث مقصود وإنما والتسعين، التسعة هذه غير
اإلخبــار فالمراد الجنة، دخل أحصاها من والتسعين التسعة
ــذا األسماء، بحصر اإلخبار ال بإحصائها الجنة دخول عن وله
82
بــه ســميت اســم بكــل اآلخــر: " أســألك الحــديث في جاء
ذكـر وقـد عنـدك"، الغيب علم في بـه اسـتأثرت أو نفسك
قــال: أنــه بعضــهم عن المالكي العربي بن بكر أبو الحافظ
فيها. والله قليل العربي: وهذا ابن قال اسم، ألف الله لله
.أعلم
في وغــيره الترمــذي في جاء فقد األسماء هذه تعيين وأما
كاالســم التعــيين مخفيــة وقيــل: إنهــا خالف، أسمائه بعض
صــحيح شــرح ونظائرهــا. " أهـ. من القــدر وليلــة األعظم،
مسلم
الحزن: دعاء في الرسول قول النووي اإلمام كالم أيد وقد
أنزلته أو نفسك، به سميت لك، هو اسم بكل "... أسألك
في به استاثرت أو خلقك، من احدا علمته أو كتابك، في
صحيح. فهذا حديث وهو أحمد عندك". رواه الغيب علم
وتسعين تسعة من أكثر أسماء لله أن على يدل الحديث
Kutipan dari Penafsiaran Hadist di atas adalah hadist yang shahih dengan
kesepakatan para ulama ahli hadist. Akan tetapi menjadikan hadist tersebut
sebagai dalil untuk membatasi nama-nama Allah hanya berjumlah 99 nama,
adalah suatu kekeliruan.
Walau pun demikian ada sebagian ulama yang berpendapat berbeda
mengenai jumlah asma’ul husna diantaranya diungkapkan dalam Al Is’aad fi
Syarhi Lum’atil I’tiqod, Syaikh Abu Musa ‘Abdur Rozaaq bin Musa Al Jazaairi
bahwa Ibnu Hazm rahimahullah wa ghofarallahu pun berbeda pendapat dalam
memahami hadist ini. Beliau berpendapat bahwa adanya batasan bilangan untuk
nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau berkata, ”Seandainya Allah
83
subhanaahu wa ta’ala memiliki nama selain 99 nama tersebut, maka perkataan
Rasulullah “seratus kurang satu” menjadi perkataan yang sia-sia (tidak ada
bermakna).
Pendapat Ibnu Hazm ini disangkal oleh pendapat jumhur ‘ulama. Jumhur
‘ulama berpendapat bahwa tidak adanya batasan bagi nama-nama Allah
subhanaahu wa ta’ala. Mereka memahami bahwa pembatasan yang disebutkan
dalam hadist Abu Hurairah adalah berkaitan dengan janji yang diberikan bagi
orang yang menjaga nama-nama tersebut. Sehingga kalimat “jika seseorang
menjaganya”, menjadi penyempurna yang memiliki kaitan makna dengan kalimat
sebelumnya.”
Wacana tentang penafisiran hadits tentang jumlah asma’ul husna yang
diungkapkan Ibnu Hazm R.A ternyata memiliki perbedaan dengan Syaikh
Al‘Alaamah Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan
bahwa hadist tersebut tidaklah menunjukkan pembatasan bagi nama-nama Allah
dengan bilangan 99. Seandainya yang dimaksudkan dari hadist tersebut adalah
pembatasan bagi nama-nama Allah tentu lafadz hadist tersebut berbunyi:
“ : وتسعون تسعة الله أسماء إن دخــل أحصــاها من اســما
”الجنة
“Sesungguhnya nama-nama Allah ada 99 nama, barangsiapa yang
membacalmenghafalkannya akan masuk surga.”
Dalam penafsiran hadits di atas Syaikh Al‘Alaamah Muhammad bin
Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah menegaskan pendapatnya pada kitab Al
Qowa’idul Mutslaa fi Shifatillahi wa Asmail Husna bahwasanya “Makna yang
benar yang terkandung dalam hadist tersebut adalah barangsiapa yang menjaga
84
(menghafalkan dan memahami) 99 nama tersebut maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga. Sehingga bilangan 99 bukanlah menunjukkan
adanya pembatasan bagi nama-nama Allah.
Untuk melengkapi uraian diatas maka Syaikh Abdur Rozaaq bin ‘Abdil
Muhsin Al Badr hafidhohullahu menjelaskan dalam rekaman salah satu
muhadhoroh beliau Syaikh Abdur Rozaaq bin ‘Abdil Muhsin Al Badr
hafidhohullahu ketika beliau men-syarah kitab Faidatun Jaliilatun fi Qowa’idil
Asmail Husnaa karya Ibnu Qayim Al Jauziyah hadist tersebut dengan
memberikan penjelasan dan alnalogi yang sangat bagus. Beliau menjelaskan
bahwa hadist Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam tersebut adalah berupa satu
kalimat utuh. Penggalan kalimat yang pertama ( sesungguhnya Allah memiliki 99
Nama -seratus kurang satu) disempurnakan maknanya oleh penggalan kalimat
yang kedua ( apabila seseorang menjaganya niscaya dia masuk surga). Artinya
barangsiapa yang menghafalkan 99 nama tersebut maka orang tersebut akan
masuk surga. Hadist tersebut bukanlah terdiri dari dua kalimat terpisah, yang
masing-masing penggalan kalimat memiliki makna sendiri-sendiri. Kesalahan
seseorang dalam memahami hadist ini adalah seseorang memahami, bahwa hadist
tersebut terdiri dari dua kalimat terpisah. Penggalan kalimat yang pertama
menunjukkan pembatasan nama-nama Allah, kemudian penggalan kalimat yang
kedua adalah perintah untuk menjaga (menghafalkan) nama-nama tersebut.
Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru”
Kemudian beliau Syaikh Abdur Rozaaq bin ‘Abdil Muhsin Al Badr
hafidhohullahu mengungkapkan pendapat senada dengan Al-Khatabi dalam
85
memberikan contoh untuk memudahkan pemahaman terhadap hadist ini. Beliau
menggambarkan:
“Sesungguhnya saya memiliki 100 kitab yang akan saya hadiahkan
kepada Anda”. Apakah dengan pernyataan ini menunujukkan bahwa
“saya hanya memiliki 100 kitab…?” Tentu jawabanya adalah “tidak”.
Pemahaman yang benar adalah “hanya ada 100 kitab yang akan saya
hadiahkan kepada Anda”. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa
masih tersimpan lebih dari 100 kitab di maktabah saya. Begitu juga
dengan hadits Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam, “Sesungguhnya
Allah memiliki 99 Nama -seratus kurang satu- yang apabila seseorang
menjaganya niscaya dia masuk Surga, hal ini juga bukan menunjukkan
adanya batasan nama Allah hanya 99 nama saja.”
Khusus mengenai pengenalan terhadap satu per satu asama Allah yang
berjumlah 99, sebenarnya ditepuh melalui proses ijtihad. Pada akhir abad II
hingga awal abad III Hijriyah, tiga perawi hadits yaitu Al-Walid bin Muslim,
Abdul Malik As-shanani dan Abdul Aziz bin Hashin ber-ijtihad dalam
mengungkap 99 ama’ul husna ini.(Mahmud Abdul Raziq Ar Ridhwani, 2008).
Dari ketiga perawi diatas, Al-Walid bim muslim (wafat tahun 195 H)
merupakan yang paling terkenal dengan susunan 99 asma seperti yang banyak
dihadapi saat ini.(berawal dengan Ar-Rahman dan berakhir dengan As-Shabur)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah kembali mengingatkan “ nama-nama Allah
yang telah dikenal di kalangan umat islam adalah riwayat At-Tirmidzi yang
diriwayatkan dari Al-Walid bin Muslim As-Syuaib dari abu hamzah. Lam Hadits
86
berkata, “Penentuan (nama-nama Allah – pen) tersebut adalah hasil ijtihad Al-
Walid bin Muslim.” (Ibnu Fatimiyah Al-Fatawa Al-Kubra, 1/127)
Kemudian sebagai khalshoh mengenai asma’ul husna berikut ini adalah
point-poin penting Aqidah Ahlussunah mengenai asma’ul husna pada kitab Al-
Asna fi Syarh Asma' Allah Alhusna wa shifatihi yang juga bisa ditemui pada
jejaring (http://forum.kku.edu.sa/archive/index.php/t-51.html) sebagai berikut:
وصفاته الحسنى الله أسماء شرح في : ألسنى
في إجماله يمكن واعتقادهم والجماعة، السنة أهل قول
التالية النقاط
(1) القرآن في الواردة الحسنى األسماء بثبوت اإليمان
الله بأن اإليمان( 2.)1نقصان وال زيادة غير من والسنة
فالله خلقه، من أحد يسميه وال نفسه، يسمي الذي هو
وليست منه، وأسماؤه ألسماء, ابهذه تكلم الذي هو
مخلوقة محدثة
غاية في معاني على دالة األسماء هذه بأن اإليمان (3)
الجامدة كاألعالم وليست وأوصاف، أعالم فهي الكمال،
احترام. المعتزلة يزعم كما معناها، باعتبار توضع لم التي
هذا في حرمة من مالها وحفظ األسماء تلك معاني
والتعطيل بالتحريف المعاني لتلك التعرض وعدم الجانب
الكالم أهل شأن هو كما
87
ترتب وما اآلثار من األسماء تلك تقتضيه بما اإليمان (4)
األحكام من عليها .
إيمانا الله بأسماء يؤمنون السنة أهل فإن وبالجملة
ووفق والسنة القرآن نصوص به أمرت ما وفق صحيحا
الذين الباطل أهل بخالف األمة، سلف فهم عليه كان ما
كليا إلحادا الله أسماء في فألحدوا وعطلوه، ذلك أنكروا
جزئيا أو .
a) Iman terhadap ketetapan jumlah nama-nama ilahi yang terkandung
dalam Al-Quran dan Sunnah dengan tidak menambah dan tidak
mengurangi..Keyakinan bahwa Allah yang menyebut dirinya, dan
tidaklah boleh menamainya dengan nama makhluknya, Allah lah
yang berbicara dengan namanya tetapi tidak boleh membuat nama
baru baginya.
b) Keyakinan bahwa nama-nama ini menunjukan pada maha
kesempurnaan , dia yang maha tahu dan maha suci dan maha tahu
dan bukan lah secara wujud dan tak ada perumpamaannya.
c) Memuliakan terhadap makna nama-nama dan kesucian aspek ini
menjaga segala dan non-paparan, dari penyimpangan arti dan arti
berlawanan.
d) beriman sebagaimana yang yang ditentukan dalam hadits dan
hukum. Singkatnya, kaum Sunni percaya pada iman yang benar
88
dari nama-nama Allah seperti diperintahkan oleh Al-Qur'an dan
Sunnah, dan menurut kaum salafi (pendahulu)
(Muhammad ibn Ahmad Qurtub, 2001)
g. Tidak ada penyelewengan dan pengingkaran kebenarannya
Pemahaman asma’ul husna dengan benar tentu akan melahirkan
keimanan yang benar pula. Maka dalam memahami asmal husna senantiasa
menghidari ilhad (pengingkaran) dan setiap pengingkaran terhadap asama Allah
tentu merupakan sebuah penyelewengan.
Berikut ini adalah berbagai macam pengingkaran terhadap Asma Allah
yang telah dirangkum oleh Syafie Antonio (2008:27):
1. mengingingkari sesuatu dari asma Allah, hokum dan sifat yang
terkandung di dalamnya. Kaum Jahmiyah dan golongan ahli ta’thil,
misalnya menyebut lafadz Allah dengan lafadz yang kosong, tidak
mengandung sifat dan makna. Mereka memberi nama kepada-Nya: As-
Sami’, Al-Bashir, Al-Hayy. Tetapi mereka mengatakan; “tiada kehidupan
bagi-Nya”, “Tida Pendengaran”, “Tiada Penglihatan”. Ini adalah ilhad
paling besar pada asma Allah, baik secara akal, syara’, bahasa, dan
fithrah.
2. Menjadikan Asma Allah memiliki indikasi (dalalah) yang serupa dengan
sifa makhluk. Hal ini seperti pendapat Ahlu Tasybih (antrophomisme),
yang mengingkari sifat Allah dan menolak sifat kesempurnaan-Nya.
3. Menamai Allah dengan nama-nama yang tidak di sebutkan oleh-Nya, dan
tidak pula dijelaskan oleh rasu-Nya dalam hadits yang shahih. Seperti
89
halnya kaum Nasrani yang menamai Allah dengan “Bapak” dengan
anggapan sebagai filosof yang menyebutnya ‘Al-Illah Al-
Faai’lah’(efficient Cause). Karena Asma allah adalah tauqifiyah maka
menamai-Nya tetapi tidak bersumber dari-Nya atau dari rasul-Nya
merupakan penyelewenganterhadap kebenaran Asma Allah
4. memberikan nama berhala dari Asma Allah . di jaman jahiliyah, kaum
musyrikin menamai berhala mereka yang mereka sembah dengan nama
‘Uzza’. Padahal perkataan tersebut berasal dari kata Al-Aziz.
5. Menyifati Allah dengan sifat yang bertentangan. Hal ini seperti
diungkapakan oleh orang yahudi: “Innahu Faqir “(bahwasanya dia fakir),
atau perkataan mereka yang menegaskan bahwa “Dia berisirahat
Demikianlah ilhad dengan segala macamnya adalah haram. Hal ni
berdasar kepada Al-Quran yang menyatakan:
�ه� �ل م�اء و�ل �س� ن�ى األ �ح�س� �ه�ا ف�اد�ع�وه� ال � ب وا �ح�د�ون� ال ذ�ين� و�ذ�ر� �ل ف�ي ي
�ه� م�آئ �س� و�ن� أ �ج�ز� ي � م�ا س� �وا �ان �ون� ك �ع�م�ل (180: األعراف) ي
“Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:252)
C. Akhlak
Kata “akhlak” secara etimologis berasal dari bahasa arab yaitu betuk
jama dari kata “khuluq”. kata khuluq sering diartikan dengan moral, budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat . Kalimat tersebut mengandung segi-
90
segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat
hubungan dengan Khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan. (M. Yunus, 1989 :120).
Perumusan devinisi akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan
makhluk seperti pada Risalah, 40/38. Seperti halnya ditemui dalam al-Quran,
�ن ك� �ع�ل�ى و�إ �قe ل ل e خ� (4)القلم: ع�ظ�يم
“Sesungguhnya engkau (muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang
mulia.” (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:960)
Salah satu komponen penting yang harus dibangun pada diri seorang
muslim adalah akhlak. Allah SWT. mengutus Rasulullah SAW. salah satu tujuan
utamanya adalah menyempurnakan akhlak manusia menjadi akhlak yang mulia.
الله رسول الـــ ق:قال عنه الله رضى هريرة أبى عن
االخالق مكارم التمم بعثت اـــانم وسلم عليه الله صلى
البيهقي( )رواه
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak
(Sokhi Huda, 2008:282)
Ibnu Maskawih mengatakan bahwa yang disebut dengan akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa berfikir dan melalui pertimbangan terlebih dahulu (Humaidi,
1979:8). Sedangkan Arif Ali bin Muhammad Al-Jarjani memberkan definisi
akhlak adalah sebagai berikut:
عنها تسدر راسخة لنفس هيئة عن : عبارة االخالق
وروية الفكر الى حاجة غير من ويسر بسهولة االفعال
91
“Akhlak yaitu adalah suatu ibarat perilaku yang bersemi dalam jiwa
seseorang hingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa pikiran dan renungan.” (Al-Jarjani, 101)
Pengertian akhlak lebih lanjut dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali tentang
pengertian akhlak yakni sebagai berikut:
“bahwa akhlak adalah suatu kemantapan (jiwa) yang meghasilkan
perbuatan atau pengalaman dengan mudah dan tanpa harus direnungkan
dan disengaja.jika ia menghasilkan amal-amal yang baik yaitu akhlak
terpuji menurut akal dan syariah maka ini disebut akhlak yang baik, jika
amal-amal yang tercelalah yang muncul dari keadaan (kemantapan) itu,
maka dinamakan akhlak yang buruk.” (M. Abdul quasam: 1988:2)
Mengaitkan arti kebahasaan dengan apa yang didefenisikan, Imam Al-
Ghazali memberikan makna substantif yang saling melengkapi, yang di dalamnya
kita akan menemukan setidaknya lima ciri perbuatan akhlak, yaitu:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, bahwa perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,
tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang
dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Ketiga,
bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara
Keempat, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata
92
karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu
pujian. Kelima, akhlak memiliki sandaran yang jelas yaitu al-Quran dan sunnah.
Sehingga ukuran baik tidaknya sebuah akhlak berdasarkan ketersesuiannya
dengan al-quran dan sunnah.
Meskipun akhlak memiliki kedekatan makna dengan moral, budi pekerti,
tetapi pada dasarnya memiliki perbedaan dan ketidaksamaan. Antara lain
1. Akhlak dalam Islam senantiasa berdasarkan nilai-nilai al-Quran dan
sunnah. Sebab itu, ia bersifat universal. Misalnya akhlak orang Islam
Amerika sama dengan akhlaknya orang Islam di Arab, Afrika, maupun
di Indonesia. Berbeda dengan moral, etika atau budi pekerti adalah
kebaikan yang lahir dari kesepakatan budaya sekelompok manusia
tertentu. Sebab itu, kadangkala ada perbuatan menurut orang Amerika
adalah baik dan beretika, tetapi tidak bagi orang Asia.
2. Akhlak dilaksanakan dengan keikhlasan diri yang tujuannya semata
mengharapkan ridha Allah swt. Sedangkan budi pekerti, etika tidak
selamanya demikian.
3. Yang baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna sesuai
dengan nilai dan norma agama Islam dan memberikan kebaikan bagi
diri dan orang lain. sedangkan yang menentukan baik buruknya suatu
perbuatan menurut etika dan moral adalah adat istiadat dan kebiasaan
sekelompok orang tertentu di waktu tertentu
4. Akhlak bersifat mutlak dan berlaku selamanya, sedangkan etika, moral
dan budi pekerti bersifat nisbi atau relatif
93
Dari penafisran Ibnu Maskawih dan Imam Ghazali mengenai akhlak maka
tampak lah beberapa indikasi seseorang yang berakhlak:
1. Perbuatan Semata Mata Karena Allah
Pada tatanan psikologis manusia pada umumnya akan bertindak sesuai
dengan sesuatu yang dianggap benar dan diakuinya.
Fenomena ini bersifat universal dan menembus sekat-sekat agama, bangsa,
ras, da golongan. Inilah yang disebut dengan “universal agreement”: seluruh
manusia mngakui dan menyukai sifat-sifat tersebut. Pengakuan tersebut berasal
dari suara hati manusia yang pada dasarnya juga bersifat universal . dengan
catatan manusia tersebut telah mencapai titik Zero dan terbebas dar belenggu
fikiran (Ary Ginanjar Agustian : 2007: 86).
Perbuatan yang semata-mata karena adalah devinsi akhlak makhluk yang
erat kaitan dengan penciptanya yaitu Allah. (Halim Mahmud :456). Berikut ini
adalah kutipannya :
رســما كــان لو ألنه خلق، ولكنه علما، وال رسما التصوف ليس
تخلــق ولكنه بالتعليم، لحصل علما كان ولو بالمجاهدة، لحصل
أو بعلم اإللهية األخالق على تقبل أن تستطيع ولن الله، بأخالق
المدرســة التصــوف، وقضــية محمــود الحليم عبــد)رســم"
(426ص محمود، الحليم عبد الشاذلية، )
“Tashauf bukanlah gambaran (bentuk) dan keilmuan, tetapi ciptaan
(tercipta) karena apabila ia adalah gambaran maka bisa diraih dengan
mujahadah (usaha) dan apabila ia adalah keilmuan maka ia dapat
diperoleh dengan belajar akan tetapi tashawuf hanya dengan
berakhlakhlak ilahi, yang tidak kompromi dengan (ijtihad keilmuan ) dan
gambaran .”
94
Hubungan yang erat antara makhluk dan khalik (Allah) juga ditemui pada
Al-Quran mengenai penegasan Allah dalam firmanya:
�ن ك� �ع�ل�ى و�إ �قe ل ل (4)القلم: ع�ظ�يم خ�
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang
mulia.” (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:960):
Atas dasar kedekatan hubungan makhluq dengan sang khalik (Allah) maka
Imam Ghazali menjelaskan :
فيهــا أمــر الــتي الصــفات في وجل عز ربه من العبد قرب
قيــل: تخلقــوا حــتى الربوبيــة، بــأخالق والتخلــق باالقتــداء
(.4/324 الغزالي،) الله بأخالق
“Adanya kedekatan hamba dari segi sifat-sifat rububiyah yang telah
diperintahkan untuk menirunya dan berakhlak dengan akhlak rab (Allah).
Sehingga ia berkata berkahlaklah dengan Akhlak Allah.”(Imam al-
Ghazali,tt:4230)
Dari kesimpulan Imam Ghazali tentang konsep berakhlak dengan akhlak
Allah adalah bertolak dari penafsirannya.
ــق إدراك مع الحسنى األسماء أحصى فمن معانيها, والتخل
الـــدنيا في يعيش المـــؤمن اإلنســـان تجعـــل بأخالقهـــا
فهم مــع حفظهــا "يعــني114 ص قــال وكــذا برضاه"ا.هـــ
95
آخــر موضــع في كالمــه وقيــد بآدابهــا"ا.هـــ والتخلJق معناها
(114:الغزالي) بها التخلق لإلنسان يصح التي بالصفات .
“ Siapa saja yang memelihara serta menyelami maknanya dan berakhlak
dengan akhlaknya maka niscaya kehidupan manusia tersebut berada pada
ridha-Nya” Begitu pula di ungkapkn pada halaman 114 “yakni
menghafalnya disertai pemahaman maknanya dan beakhlak dengan adab-
Nya.” dan “siapa saja menghafal serta memahami maknanya dan
berakhlak (bertata cara hidup) sesuai dengan asma’ul husna.” kemudian
beliau memberikan qiyad tentang sifat sifat yang sah untuk di tiru oleh
manusia”(Al-Gahazali, tt:114)
Adapun dimensi lain dari berakhlaq dengan akhlaq Allah adalah untuk
mengekspresikan potensi pada diri manusia dengan mengasah nilai keagungan
tuhan dan nilai-nilai kasih sayang. Hal ini dikutip oleh Al-Jilli :
الهياكــل في المودعــة أســراره لتبرز الله؛ بأخالق تخلقوا
حــق ويعلم الربانيــة، العــزة علــو بــذلك فيظهــر اإلنسانية،
(2/19 الجيلي، الكامل، الرحمانية"]اإلنسان المرتبة
Berakhlaklah dengan akhlak Allah, untuk menampakan rahasia Allah
yang terpendam pada diri manusi hingga muncul dengan cara mengasah,
nilai keagungan tuhan dan nilai-nilai kasih sayang.”
(Al Jilli, Insan Kamil : 2/19)
96
Sedangkan proses internalisasi nilai-nilai diatas terjadi karena adanya
proses mencintainya seorang makhluk (manusia) kepada yang di cintainya (Allah)
hal ini di ungkapkan Imam Al-Qusyairi :
ــوب صــفات فقال: دخول المحبة، عن الجنيد سئل على المحب
(615: 2) المحب صفات من البدل
“Ditanya Imam Al-Jundi tentang cinta maka ia menjawab :Internalisasi
sifat yang dicintai atas duplikasi sifat yang mencintai.”(Imam Al-Jundi
2/615)
وطلبا الناس: مدحا، بين عليه متفق "الخلق" أمر
“Konteks akhlak merupakan hal telah menjadi kesepakatan tentangnya
yakni memuji atau meminta”
Dalam pemaparan lebih lanjut mengenai kesepakatan di kalangan umat
Islam pada analisa teoritik yang digunakan dalam penelitian ini dalam kontek
memahami istilah “berakhlak dengan akhlak Allah”, maka berkut ini adalah
tukilan yang di sajikan dengan teks asli dari Badai'i al-fawa'id., Muhammad ibn
Abi Bakr Ibn Qayyim al-Jawziyah :
المسلمين: بين عليه والمتفق
والربوبيــة. لــه األلوهيــة، وله والرب، وهو: اإلله، تعالى، الله أن-
المخلوقين. كأوصاف ليست به، تليق أوصاف
97
اللـــه كأوصـــاف ليســـت بـــه، الئقـــة أوصـــاف لـــه واإلنســـان-
ــه ــالى.لقول ــالى: تع ــه ليس(تع ــيء كمثل ــو ش ــميع وه الس
[11 . ]الشورى)البصير
األقوال: هذه في يلحظ والذي
)= أخالق. بتعبــيرهم( صــفات اإلنســان تقرر: اكتساب أنها -
تعالى. الله
التصوف. هي: موضوع التخلقية االكتسابية العملية هذه وأن -
اسـتثناء، دون من األئمـة، هـؤالء كالم في واضـحة النتيجـة هـذه
اســتعملها الــتي غــير كلمات استعمل وإن الجنيد، كالم في حتى
البقية.
تعالى. لله إال ليست الربيوبية. والربوبية قالوا: أخالق فتارة-
له. شريك ال وحده، له قالوا: اإللهية. واإللهية وتارة-
الخاص. باالسم تعالى. مصرحين الله قالوا: أخالق ثالثة وفي-
ــة العملية: أنها هذه لمحتوى الجنيد: وصف تعريف وفي- عملي
، eالمحبــوب صــفات يســتبدل فــالمحب تبــادل، وليســت بــدل
ــفاته؛ ــنى بص ــه بمع ــترك أن ــفاته ي ــا، ويتخلص ص ليتلبس منه
ــه، بصــفات ــا بهــا. والمحب ويتخلــق محبوب اإلنســان، هــو هن
ــا اللــه هــو والمحبــوب هــذه احتوتهمــا أمــران، تعــالى.فهاهن
التعريفات:
98
)= أخالقــه. تعــالى اللــه صــفات اإلنســان : اكتســاباألول
تعالى. الله صفات واكتسابه صفاته، تركه بتعبيرهم(. أو
االســتبدالية: التخلقيــة، االكتســابية، العمليــة هــذه : أنالث��اني
جزئية. ناقصة ليست كلية، كاملة عملية
أنــه تقدم ولذا التفسير؛ هذا في المالحظ الجديد هو المعنى هذا
ــألوف، أمر والخلق التخلق فمجرد خلق. أو تخلق، مجرد ليس م
وحــتى الغرابــة، من ففيهــا الزائــدة، المعــاني هــذه معروف. أما
يلي: فيما نلخصه االعتراض يخفى. وهذا ال ما النزاع
إلى منســوب جديــد، مصــطلح اللــه"، : قــولهم: "أخالق أوال
ــه، انفــردوا الــذين المتصــوفة، قبــل يعــرف لم الشــريعة، ب
اللـه، قبيـل: أسـماء من مصـطلحات اسـتعمال فــالمعروف
معــاني والمصــدر. تتضــمن المورد قرآنية الله. وهي صفات
ــو بل بذلك، يمتاز فال هذا تعالى. أما بالله الئقة ــتزع ه من من
انظــر:)الطاقــة. قــدر على باإللــه بالتشــبه الفالســفة، قول
(1/164 الفوائد بدائع ،73ص التعريفات
ــو: محذور، فيه باألخالق اإللهية األوصاف عن التعبير : أنثانيا ه
لألخالق، مكتســب فــالمتخلق مكتســبة؛ أحــوال األخالق، أن
إلى ينسـب أن يليــق فال وعليــه عليه، الغالب المعنى هو هذا
مكتسبة. غير ذاتية، أوصافه ألن تعالى؛ الله
ــع تحصــيل اإلنسان بقدرة يفيد: أن المصطلح هذا : أنثالثا جمي
فيه ليس تعبيرهم، بحسب تخلقا، أو اتصافا، اإللهية األوصاف
99
وتعميم. والمحــذور إطالق بــل تحديــد، وال تخصــيص، وال قيد،
من أنواع ثالثة على تعالى الله أوصاف فإن يخفى؛ ال هذا في
العبد: اتصاف جهة
مماثلة، دون بمعناها، االتصاف اإلنسان قدرة في نوع -1
الرحمة. مثل عليه، ويحمد
مماثلــة، دون بمعناها، االتصاف اإلنسان قدرة في نوع -2
كالتكبر. عليه، ويذم
كــالخلق، بمعناها، االتصاف اإلنسان على يستحيل نوع -3
عـــدة ،11/226 البـــاري فتح )والتصـــوير. والـــبرء،
هــذا يفيــد ال المصــطلح وهــذا (283ص الصــابرين
بــه، االتصــاف يمكن ما إلى إشارة فيه فليس التفصيل،
شامل، عام فهو يذم، وما عليه، يحمد وما يمكن، ال وما
في المماثلــة إلى يفضي ألنه منحرف؛ المعنى بهذا وهو
؛ تعــالى: محــال. قــال وهــو صــفاته، عــدد في أي الكم�
الصمد[ أحد{. ]سورة كفوا له يكن }ولم
اإلنســان قــدرة في كــذلك: أن يفيــد المصــطلح هــذا : أن رابعا
ــه فيكــون كيفها، في نفسها، اإللهية الصفات تحصيل نفس ل
كرحمتــه، رحمته فتكون تعالى، لله هي كما صفة، كل حدود
المع��نى وه��ذا كقدرتــه..إلخ، وقدرتــه كوجــوده، ووجــوده
ــة لبطالن ،فاس��د ــة في أي الكيــف؛ في المماثل ــه كيفي وكن
ســميا{. ]مــريم لــه تعلم يقــول: }هــل تعــالى والله صفاته،
65]
100
2. Akhlak selalu bersandar kepada Al-Quran dan As-Sunnah
Pemahaman Islam mengenai criteria Akhlak adalah selalu bersandar dari
Al-Quran yang didemontrasikan dengan sempurna oleh nabi Muhammad SAW,
hingga Siti Aisyah r.a berkata:
عائشة( )رواه القران خلقه كان
“ sungguh akhlak rasulullah adalah Al-Quran”
(Jalaluddin Rakhmat, 2007:143)
3. Perbuatan yang sesungguhnya, bukan main-main
Akhlak muhsinin sebagai cerminan asma’ul husna bukan hanya dilakukan
tanpa motivasi dan keinginan, akan tetapi bersama ruhul jihad dan motivasi yang
tinggi.
Dalam konteks berakhlak dengan asma’ul husna ini maka ruhul jihad
sebagai power sekaligus solusi untuk meraih petunjuk Allah. sehingga dalam hal
ini Allah berfirman :
�ا ج�اه�د�وا �ال ذ�ين�و �ن ه�م� ف�ين د�ي �هــ� �ن �ا ل �ن �ل ب �ن ســ� ه� و�إ ــ ع� الل �مــ� �ين� ل ن �م�ح�ســ� ال
( 69)العنكبوت:
" Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-
benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik"
(Departemen Agama RepublikIndonesia, 1987:636)
4. Akhlak ialah sesuatu yang telah tertanam dalam jiwa sehingga telah
menjadi kepribadiannya.
Dalam dunia pendidikan akhlak merupakan sesuatu yang berusaha untuk
di tanamkan dalam hati sehingga benar-benar memberi keyakinan yang mantap
101
(Nafsul Muthma’innah) hingga Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Fajr
ayat 25-30) yang berbunyi :
eذ� �و�م�ئ �ع�ذNب� ال ف�ي �ه� ي �ح�د ع�ذ�اب �ق� و�ال (25)أ �وث �اق�ه� ي د و�ث �ح� �ا(26) أ ي
�ه�ا ي ت� �ن ة� الن ف�س� أ �م�ط�م�ئ ج�ع�ي (27) ال �ل�ى ار� Nك� إ ب �ة: ر� اض�ي ض�ي ة: ر� م�ر�
�اد�ي ف�ي ف�اد�خ�ل�ي(28) ب ن ت�ي و�اد�خ�ل�ي(29) ع� ( )الفجر30)ج�
25-29)
“ Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya
(25) dan tiada seorang pun yang mengikat seperti ikatan-Nya (26) Hai
jiwa yang tenang (27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
puas lagi diridai-Nya (28) Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-
hamba-Ku (29) dan masuklah ke dalam surga-Ku (30). “
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1059)
Pembiasaan membaca asma’ul husna adalah sebuah proses sedangkan
hasil yang kebiasaan yang di harapkan adalah terbentuknya manusia yang
memiliki kepribadian rabbani.
Seperti yang di ungkapkan Fadil Yani (2007, 18) bahwa untuk mengatasi
masalah kepribadian manusia dibutuhkan kepribadian rabbani. Istilah “rabbani”
berasal dari kata “rabb” yang berarti tuhan yaitu tuhan yang memiliki,
memperbaiki, mengatur, menambah, menunaikan menumbuhkan,
mengembangkan memelihara dan mematangkan sikap mental.
Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa Istilah rabbani dalam konteks ini
memiliki ekuivalensi dengan istilah Illahi yang berarti ketuhanan. Kepribadian ini
adalah kepribadan individu yang didapat setelah setelah mentransformasikan asma
102
(nama-nama) dan sifat tuhan kedalam dirinya untuk kemudian dinternalisasi dan
ditranformasikan dalam dunia nyata.
Pengertian akhlak rabbani secara sederhana di ungkapkan oleh al-Razi
dalam Mujib (2006: 188:-189) adalah kepribadian individu yang mencerminkan
sifat-sifat ketuhanan.
5. Akhlak berasal keinginan sendiri
Manusia sebagai makhluk psikologis senantiasa bertindak sesuai dengan
motifasi baik motif internal maupun motif eksternal (Muhammad Asrori,
2008:183). Sedangkan akhlaq adalah berada pada dimensi internal.
Menurut pendapat para ahli tentang akhlak maka dalam penelitian ini
motifasi di indikasikan kepada mahabbah atau kecintaan (Al-Jundi), tadzhir as-
shifatil Ilahiyah atau penampakan (Al-Jilli), thalban wa madahan atau meminta
dan mengidolakan (ittifaq muslimin)
Allah menjanjikan ketenangan secara psikologis bagi manusia yang
konsisten dalam kebaikan sehingga dalam Al-Quran Allah berfirman :
�ن �وا ال ذ�ين� إ �ا ق�ال Jن ب �م الل ه� ر� �ق�ام�وا ث ت ل� اس� �ز �ن �ت �ه�م� ت �ي �ة� ع�ل �ك �م�الئ �ال ال أ
اف�وا �خ� �وا و�ال ت ن �ح�ز� وا ت ر� �ش� �ب ن ة� و�أ �ج� �ال �م� ال ت�ي ب �ت �ن �وع�د�ون ك (30)ت
�ح�ن� �م ن �اؤ�ك �ي و�ل� �اة� ف�ي أ ي �ح� �ا ال �ي ة� و�ف�ي الدJن �م� اآلخ�ر� �ك م�ا ف�يه�ا و�ل
�ه�ي ت �ش� �م� ت ك �ف�س� �ن �م� أ �ك �د ع�ون� ف�يه�ا و�ل (31-30)الفصلت: م�ات
“ Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (30) Kami lah
103
Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya
kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di
dalamnya apa yang kamu minta. (31)”
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:777)
6. Akhlaq adalah semata-mata karena Allah
Akhlak seseorang tidak terpaku pada ibadah mahdhah saja akan tetapi
akhlak meluas kepada hal, tindakan dan ibadah ghair mahdoh yang tidak lepas
dari tujuan untuk semata-mata mencari ridha Allah. Dalam hal ini Allah
berfirman:
�ن م�ا ق�ل� �ا إ �ن ر أ �ش� �م� ب �ك �ل �وح�ى م�ث �ي ي �ل ن م�ا إ� �م� أ �ه�ك �ل �ه إ �ل د إ ف�م�ن� و�اح�
�ان� ج�و ك �ر� �ق�اء� ي Nه� ل ب �ع�م�ل� ر� �ي ا ع�م�ال ف�ل �ح: ر�ك� و�ال ص�ال �ش� �اد�ة� ي �ع�ب Nه� ب ب ر�
�ح�د:ا (110)الكهف: أ
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan
Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada
Tuhannya". (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:460)
Akhlak yang menjadi salah satu misi untuk mencari ridha Allah harus
bertujuan mencari keridhan Allah semata. Allah berfiman dalam Al-Quran:
وا و�م�ا �م�ر� �ال أ �د�وا إ �ع�ب �ي ل�ص�ين� الل ه� ل �ه� م�خ� (5: )البينة الدNين� ل
104
“Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus”. (Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:1084)
Kemudian Allah tegaskan salah satu perintahnya adalah berindak dengan
penuh permohonan dan ratapan melalui keagungan nama-Nya yakni asmaulhusna.
Allah tegaskan kembali pada kitab suci Al-Quran :
�ه� �ل م�اء و�ل �س� ن�ى األ �ح�س� �ه�ا ف�اد�ع�وه� ال � ب وا �ح�د�ون� ال ذ�ين� و�ذ�ر� �ل ف�ي ي
�ه� م�آئ �س� و�ن� أ �ج�ز� ي � م�ا س� �وا �ان �ون� ك �ع�م�ل (180: األعراف) ي
Hanya milik Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(Departemen Agama Republik Indonesia, 1987:252)