analisa penyebab terjadinya keretakan sprocket...
TRANSCRIPT
ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KERETAKAN
SPROCKET PADA UNIT BULLDOZER D155A-2
DI PT. UNITED TRACTORS TBK SITE SEPARI
TUGAS AKHIR
OKY WIBIANT SAPUTRA
NIM:150309261291
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
2018
ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KERETAKAN
SPROCKET PADA UNIT BULLDOZER D155A-2
DI PT. UNITED TRACTORS TBK SITE SEPARI
TUGAS AKHIR
KARYA TULIS INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU
SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA
DARI POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
OKY WIBIANT SAPUTRA
NIM:150309261291
PROGRAM STUDI ALAT BERAT
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
2018
v
Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Mulud Bianto dan Wigiarti,
Dosen-Dosen Pembimbing terbaik Saya
Subur Mulyanto, S.Pd., M.T. dan Hadi Hermansyah, S.Si., M.Si.
Seluruh karyawan PT. United Tractors Tbk Site Separi,
Rekan-rekan mahasiswa Prodi Teknik Mesin Alat Berat
Politeknik Negeri Balikpapan tahun angkatan 2015,
Seluruh Dosen beserta jajaran Staff Politeknik Negeri Balikpapan
vi
ABSTRACT
Bulldozer is a tractor which has great traction. This unit can be perform various
jobs such as digging, dragging, leveling, pulling and can be operated on a muddy
field, rocky, hilly terrain, and in forested areas. The field is belong to heavy. It is
of course directly affect the component that is directly tangent to the ground that
is undercarriage. One of the undercarriage components is a sprocket that serves
to forward the motion of track through bushing and turns the rotation into a roll
on the track for the unit to move. When the researcher conducted On Job Training
at PT. UNITED TRACTORS TBK SITE SEPARI for 5 months, there were some
related issues about undercarriage, especially the crack in sprocket. Therefore,
the researcher interested in conducted research which have aims to analyze the
causes of the occurrence of cracks on the sprocket as an attempt to prevent
breakdown in the unit. The research methodology that was used was field
research which had aims to determine the cause of the crack in the sprocket.
Beginning to the problem was the slack on the track link so that the unit made it
difficult to turn, and slip occured on the undercarriage component. The results
obtained based on the sprocket measurements made in the field is 6.0 mm using a
sprocket wear gauge. Based on the results of the analysis, the sprocket
experienced a brittle fracture. Brittle fractures occured mark by faster crack
propagation with less energy absorption, and not accompanied by plastic
deformation. The main factor in the occurrence of a brittle fault on the sprocket
was the excessive impact load between the bushing and the sprocket. Therefore,
that the nut that binds the sprocket loosely, because of the binding of the sprocket
just use the impact wrench without adding torque to each sprocket fixing nut. To
anticipate problems with the sprocket, it was necessary to carry out daily
maintenance that was good and scheduled. Then did adjust tension track if track
link slacked.
Keywords: Bulldozer, Undercarriage, Sprocket, Crack, Brittle fracture
vii
ABSTRAK
Bulldozer adalah traktor yang mempunyai traksi besar. Unit ini dapat melakukan
berbagai pekerjaan seperti menggali, menggusur, meratakan, menarik dan dapat
dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu, berbukit, dan di daerah yang
berhutan. Medan yang ditempuh tergolong sangat berat. Hal tersebut tentu saja
berefek langsung pada komponen yang bersinggungan langsung dengan tanah
yaitu undercarriage. Salah satu komponen undercarriage bulldozer adalah
sprocket yang berfungsi untuk meneruskan tenaga gerak ke track melalui bushing
dan merubah putaran menjadi gulungan pada track agar unit dapat bergerak.
Sewaktu penulis melaksanakan OJT (On Job Training) di PT. UNITED
TRACTORS TBK SITE SEPARI selama 5 bulan, terdapat beberapa permasalahan
yang terkait tentang undercarriage, terutama retaknya pada sprocket. Oleh karena
itu penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisa
penyebab terjadinya keretakan pada sprocket sebagai upaya untuk mencegah
breakdown pada unit. Jenis penelitian ini adalah field research yang bertujuan
untuk mengetahui penyebab terjadinya keretakan pada sprocket. Awal mula
permasalahan tersebut adalah adanya kekendoran pada track link sehingga
mengakibatkan unit sulit untuk berbelok, dan terjadi slip pada komponen
undercarriage. Hasil pengukuran pada sprocket yang dilakukan dilapangan adalah
sebesar 6,0 mm menggunakan sprocket wear gauge. Berdasarkan hasil analisa,
sprocket mengalami patahan brittle. Patahan brittle terjadi dengan ditandai
perambatan retak yang lebih cepat dengan penyerapan energy yang lebih sedikit,
dan tidak disertai dengan deformasi plastis. Faktor utama terjadinya patahan
brittle pada sprocket adalah impact load yang berlebihan antara bushing dengan
sprocket. Sehingga nut yang mengikat sprocket kendor, karena pengikatan
sprocket hanya menggunakan impact wrench tanpa menambah torque pada setiap
nut pengikat sprocket. Untuk mengantisipasi permasalahan pada sprocket, perlu
dilakukan daily maintenance yang baik dan terjadwal. Kemudian lakukan adjust
tension track apabila track link kendor.
Kata kunci : Bulldozer, Undercarriage, Sprocket, Keretakan, Patahan getas
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir
ini. Shalawat serta salam semoga senentiasa terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir
zaman amin.
Penulisan tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Diploma pada Program Studi Teknik Mesin Alat Berat
Politeknik Negeri Balikpapan. Judul penulis ajukan adalah “ANALISA
PENYEBAB TERJADINYA KERETAKAN SPROCKET PADA UNIT
BULLDOZER D155A-2 DI PT. UNITED TRACTORS TBK SITE SEPARI”.
Dalam penyusunan dan penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Bapak Ramli, S.E., M.M. selaku Direktur Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Bapak Zulkifli, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Program
Studi Alat Berat Politeknik Negeri Balikpapan.
3. Bapak Subur Mulyanto, S.Pd., M.T. selaku pembimbing 1.
4. Bapak Hadi Hermansyah, S.Si., M.Si. selaku pembimbing 2.
5. Ayah dan Ibu atas do’anya.
6. Rekan kerja PT.United Tractors Tbk Site Separi, Kalimantan Timur.
7. Teman seperjuangan Jurusan Teknik Mesin Program Studi Alat Berat
angkatan 2015.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan tugas
akhir ini.
ix
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati. Hanya kepada Allah SWT penulis serahkan
segalanya, semoga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi
pembaca.
Balikpapan, 16 Agustus 2018
Oky Wibiant Saputra
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ..ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................... .iii
SURAT PERSETUJUAN ................................................................................... .iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................ ..iv
ABSTRACT .......................................................................................................... .vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ……..x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ..xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ….xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. ……………..1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................... ……………….6
2.1 Bulldozer ............................................................................................................ 6
2.2 Undercarriage Bulldozer ................................................................................... 8
2.3 Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerja Komponen Undercarriage ........................ 9
2.3.1 Track Frame .................................................................................................... 9
2.3.2 Track Link ..................................................................................................... 10
2.3.3 Front Idler ..................................................................................................... 12
2.3.4 Track Roller .................................................................................................. 14
2.3.5 Carrier Roller ............................................................................................... 15
2.3.6 Track Shoe ..................................................................................................... 16
2.3.7 Recoil Spring dan Track Adjuster ................................................................. 17
2.3.8 Sprocket ......................................................................................................... 18
2.4 Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU)................................................... 21
2.4.1 Pengukuran Carrier Roller .......................................................................... 22
xi
2.4.2 Pengukuran Grousher ................................................................................... 22
2.4.3 Pengukuran Link High .................................................................................. 23
2.4.4 Pengukuran Outer Bushing ........................................................................... 23
2.4.5 Pengukuran Idler ........................................................................................... 24
2.4.6 Pengukuran Sprocket ..................................................................................... 24
2.4.7 Pengukuran Link Pitch .................................................................................. 25
2.4.8 Pengukuran pada Track Roller ...................................................................... 26
2.4.9 Adjust Tension Track .................................................................................... 27
2.5 Macam – Macam Kerusakan Pada Undercarriage Bulldozer ......................... 28
2.5.1 Kerusakan Pada Track Link .......................................................................... 28
2.5.2 Kerusakan Pada Sprocket .............................................................................. 29
2.5.3 Kerusakan Front Idler ................................................................................... 29
2.5.4 Kerusakan Pada Carrier Roller ..................................................................... 30
2.5.5 Kerusakan Pada Track Roller ....................................................................... 30
2.5.6 Kerusakan Pada Track Shoe .......................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 32
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 32
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................................... 32
3.3 Objek Penelitian ............................................................................................... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 32
3.5 Diagram Alir Penelitian ................................................................................... 34
3.5.1 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 35
3.5.2 Pengumpulan Data ........................................................................................ 35
3.5.3 Analisa dan Pembahasan ............................................................................... 35
3.5.4 Hasil dan Kesimpulan ................................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 37
4.1 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 37
4.2 Pengumpulan Data ........................................................................................... 37
4.2.1 Pengumpulan Data Primer ............................................................................ 37
4.2.2 Pengumpulan Data Sekunder ........................................................................ 40
4.3 Pengolahan Data............................................................................................... 40
4.4 Analisa dan Pembahasan .................................................................................. 41
4.4.1 Analisa Gejala Kerusakan ............................................................................. 41
4.4.2 Analisa Penyebab Kerusakan ........................................................................ 42
xii
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 44
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 44
5.2 Saran ................................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Contoh Pekerjaan Unit Bulldozer ....................................................... 1
Gambar 2.1 Bulldozer D155A-2 ............................................................................. 6
Gambar 2.2 Undercarriage Unit Bulldozer D155A-2 ............................................ 8
Gambar 2.3 Track Frame ........................................................................................ 9
Gambar 2.4 Pin ..................................................................................................... 10
Gambar 2.5 Bushing .............................................................................................. 11
Gambar 2.6 Seal Assy ............................................................................................ 11
Gambar 2.7 Macam-Macam Type Master Link .................................................... 12
Gambar 2.8 Front Idler ......................................................................................... 12
Gambar 2.9 Komponen Front Idler ...................................................................... 13
Gambar 2.10 Track Roller..................................................................................... 14
Gambar 2.11 Carrier Roller .................................................................................. 15
Gambar 2.12 Track Shoe ....................................................................................... 16
Gambar 2.13 Recoil Spring ................................................................................... 17
Gambar 2.14 Sprocket ........................................................................................... 18
Gambar 2.15 Solid Type ........................................................................................ 19
Gambar 2.16 Segment Type................................................................................... 20
Gambar 2.17 Flow Chart Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU) .............. 21
Gambar 2.18 Pengukuran Carrier Roller ............................................................. 22
Gambar 2.19 Pengukuran Grousher ..................................................................... 22
Gambar 2.20 Pengukuran Link High ..................................................................... 23
Gambar 2.21 Pengukuran Outer Bushing ............................................................. 23
Gambar 2.22 Pengukuran Idler ............................................................................. 24
Gambar 2.23 Pengukuran Sprocket ....................................................................... 24
Gambar 2.24 Pemasangan Tool Pin ...................................................................... 25
Gambar 2.25 Kekencangan Track Link Menggunakan Tool Pin .......................... 25
Gambar 2.26 Pengukuran pada Link Pitch ............................................................ 26
Gambar 2.27 Pengukuran Track Roller ................................................................ 26
Gambar 2.28 Adjust tension track ......................................................................... 27
Gambar 2.29 Clearance Tension Track ................................................................ 28
Gambar 2.30 Thread Wear .................................................................................... 28
Gambar 2.31 Forward drive side wear ................................................................. 29
Gambar 2.32 Kerusakan pada Front idler............................................................. 29
Gambar 2.33 Kerusakan pada Carrier roller ........................................................ 30
Gambar 2.34 Tread wear and Flange wear .......................................................... 31
Gambar 2.35 Plat Wear......................................................................................... 31
Gambar 4.1 Unit Bulldozer D155A-2 ................................................................... 38
Gambar 4.2 Area kerja unit Bulldozer D155A-2 .................................................. 39
Gambar 4.3 Pengukuran terhadap sprocket .......................................................... 40
xiv
Gambar 4.4 Patahan brittle pada sprocket Bulldozer D155A-2 ........................... 42
Gambar 4.5 Pecahnya boss sprocket ..................................................................... 43
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Populasi Unit D155A di PT. United Tractors Tbk Site Separi ............... 2
Tabel 1.2 Data trouble sprocket Bulldozer D155A-2 tahun 2017 .......................... 3
Tabel 2.1 Data Unit Bulldozer ................................................................................ 7
Tabel 4.1 Data Profil Unit ..................................................................................... 38
Tabel 4.2 Pengukuran Komponen Undercarriage Unit Bulldozer D155A-2 ……41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Standard Torque Pada Sprocket Unit D155A-2
Lampiran 2 Mechanic Activity Report
Lampiran 3 Work Order
Lampiran 4 Data P2U Unit D155A-2
Lampiran 5 Emergency Trouble Record
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bulldozer merupakan alat berat yang memiliki traksi besar dan digunakan
untuk mendorong, menggusur, mengeruk dan sebagainya. Bulldozer mampu
beroperasi pada tanah kering hingga lembab. Pada kondisi tanah yang sangat
lunak atau belumpur dapat menggunakan swamp bulldozer. Swamp bulldozer
mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai yang keras. Untuk daerah
yang sangat sangat keras bulldozer perlu dibantu dengan ripper dan alat
garuk. Berikut contoh pekerjaan yang dapat dilakukan oleh bulldozer terlihat
seperti gambar 1.1 yaitu saat meratakan tanah.
Gambar 1.1 Contoh Pekerjaan Unit Bulldozer
Di PT. United Tractors Tbk Site Separi memiliki populasi unit Bulldozer
D155A-2 sebanyak 5 unit. Berikut populasi unit Bulldozer D155A yang
berada di PT United Tractors Tbk Site Separi seperti terlihat pada tabel 1.1.
2
Tabel 1.1 Populasi Unit D155A di PT. United Tractors Tbk Site Separi
NO MODEL UNIT PRODUCT SN CODE UNIT
1 D155A-2 KOMATSU 52605 DZ 01
2 D155A-2 KOMATSU 52606 DZ 02
3 D155A-2 KOMATSU 72185 DZ 06
4 D155A-2 KOMATSU 72238 DZ 07
5 D155A-2 KOMATSU 72672 DZ 09
6 D155A-6 KOMATSU 85350 DZ 08
7 D155A-6 KOMATSU 13816 DZ 10
8 D155A-6 KOMATSU 85834 DZ 11
9 D155A-6 KOMATSU 86098 DZ 028
10 D155A-6 KOMATSU 86140 DZ 029
11 D155A-6 KOMATSU 85304 DZ 110
Sumber : (PT. United Tractors Tbk)
Berdasarkan pergerakan, unit bulldozer diperlukan engine, transmission,
final drive dan undercarriage. Undercarriage merupakan komponen bagian
bawah unit bulldozer, dimana komponen tersebut berfungsi sebagai media
penggerak unit untuk perpindahan ke tempat lainnya, dan juga berfungsi
sebagai media penahan dan meneruskan berat dari unit bulldozer ketanah.
Sewaktu penulis melaksanakan OJT (On Job Training) di PT. UNITED
TRACTORS TBK SITE SEPARI selama 5 bulan, terdapat beberapa
permasalahan yang terkait tentang undercarriage, terutama retaknya pada
sprocket yang akan mengakibatkan unit breakdown. Berikut permasalahan
yang terjadi pada sprocket unit Bulldozer D155A-2 dengan kode unit DZ 06
tahun 2017 seperti terlihat pada tabel 1.2.
3
Tabel 1.2 Data trouble sprocket Bulldozer D155A-2 tahun 2017
DATA TROUBLE SPROCKET TAHUN 2017
Tanggal Waktu Trouble
21 Maret 2017 08:00 Wita Boss sprocket LH crack
23 Juli 2017 08:00 Wita Boss sprocket LH crack dan
teeth sprocket crack
Sumber : (PT. Mahakam Sumber Jaya)
Sehingga penulis membuat karya ilmiah sekaligus menjadi tugas akhir
dengan judul : “ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KERETAKAN
SPROCKET PADA UNIT BULLDOZER D155A-2 DI PT. UNITED
TRACTORS SITE SEPARI”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan retaknya sprocket pada unit Bulldozer
D155A-2 ?
2. Apa pengaruh dari retaknya sprocket terhadap kinerja unit Bulldozer
D155A-2 ?
3. Bagaimana cara mengatasi agar tidak terjadi keretakan pada sprocket
unit Bulldozer D155A-2 ?
1.3 Batasan Masalah
Karena luasnya permasalahan tentang penelitian ini, maka penulis
memberi batasan masalah pembahasannya tidak menyimpang jauh dari
yang diharapkan dan sesuai dengan materi yang telah didapatkan penulis
saat melakukan OJT di PT. United Tractors Site Separi dan mendapat job
site di PT. Mahakam Sumber Jaya. Pada karya tulis ini penulis hanya akan
membahas bagian undercarriage yaitu sprocket pada unit Bulldozer
D155A-2 dan penyebab permasalahan tersebut dapat terjadi.
4
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1. Mengetahui penyebab terjadinya keretakan sprocket unit Bulldozer
D155A-2
2. Menganalisa penyebab terjadinya keretakan sprocket unit Bulldozer
D155A-2
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian tentang analisa penyebab terjadinya keretakan pada sprocket
diharapkan memiliki manfaat yaitu :
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis serta sebagai bahan
perbandingan untuk meneliti penyebab terjadinya keretakan sprocket
pada unit D155A-2 bagi pembaca untuk pengerjaan selanjutnya.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi perusahaan untuk
meningkatkan kualitas dan menghindari penyebab terjadinya keretakan
sprocket pada unit bulldozer D155A-2.
3. Sebagai salah satu referensi tentang analisa penyebab terjadinya
keretakan sprocket kepada mahasiswa politeknik negeri balikpapan
yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.
4. Mengaplikasikan teori-teori yang pernah diperoleh dengan
menerapkan dalam penelitian secara langsung.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari tugas akhir
ini, maka penulis menyusun tugas akhir ini menjadi 5 (lima) bab. Berikut
adalah penjelasan tentang isi dari bab-bab yang ada dalam tugas akhir ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penulis.
5
BAB II : LANDASAN TEORI
Di dalam bab ini penulis akan menjelaskan tentang teori-teori dasar
yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan
tugas akhir ini penjelasan teori-teori dasar yang berupa pengertian,
fungsi, dan struktur-strukturnya.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam bab ini berisi tentang menyajikan secara sederhana
menguraikan variable penelitian dan definisi secara operasional.
Penentuan pengujian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan
data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini diuraikan deskripsi objek penelitian analisis data
dan pembahasan hasil penelitian
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Di dalam bab ini disajikan kesimpulan berdasarkan hasil analisa
yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada dan
saran yang dapat digunakan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bulldozer
Gambar 2.1 Bulldozer D155A-2
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Bulldozer adalah traktor yang mempunyai traksi besar. Unit ini dapat
melakukan berbagai pekerjaan seperti menggali, menggusur, meratakan, menarik
dan dapat dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu, berbukit, dan di
daerah yang berhutan. Pada saat pembukaan lahan pertambangan yang baru, maka
unit bulldozer inilah yang pertama kali dipakai. Bulldozer mempunyai roda rantai
(track shoe) untuk pekerjaan serbaguna yang memiliki kemampuan traksi yang
tinggi. Mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai daerah yang keras
sekalipun. Dengan swamp dozer untuk daerah yang sangat lunak, dan daerah yang
sangat keras perlu dibantu dengan ripper (alat garuk), atau dengan blasting
(peledakan dengan tujuan pemecahan pada ukuran tertentu). Mampu beroperasi
pada daerah yang miring dengan sudut kemiringan tertentu, berbukit, apalagi
didaerah yang rata. Jarak dorong efisien berkisar antara 25-40 meter dan tidak
lebih dari 100 meter. Jarak mundur tidak boleh terlalu jauh, bila perlu gerakan
mendorong dilakukan secara estafet. Mendorong pada daerah turunan lebih efektif
dan produktif daripada di daerah tanjakan.
.
7
Attachment yang biasanya menyertainya antara lain: bermacam-macam
blade, towing, winch, ripper, tree pusher, harrow, disc plough, towed scraper,
sheep foot roller, peralatan pipe layer, dan lain-lain.
Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai
penggerak utamanya, artinya traktor yang dilengkapi dozer attachment dalam hal
ini perlengkapan attachment adalah blade. Sebenarnya, bulldozer adalah nama
jenis dari dozer, selain mendorong lurus ke depan, juga memungkinkan untuk
mendorong ke samping dengan sudut 250 terhadap kedudukan lurus.
Tabel 2.1 Data Unit Bulldozer
Sumber : ( PT. United Tractors. Tbk : 2011 Technical Training Department )
Kode Keterangan
D Huruf yang mengindikasikan kode Bulldozer Komatsu.
D : Dozer
15 Size/Ukuran
5 Sistem Penggerak
A Huruf yang menunjukkan bentuk dasar dari bulldozer
A : Angle Dozer / Straight Dozer
2 Angka yang menunjukkan berapa kali alat tersebut
sudah dilakukan modifikasi
8
2.2 Undercarriage Bulldozer
Undercarriage merupakan komponen bagian bawah unit bulldozer,
dimana komponen tersebut berfungsi sebagai media penggerak unit tersebut untuk
perpindahan dari tempat satu ketempat lainnya. Undercarriage tersebut juga
berfungsi sebagai media penahan dan meneruskan berat dari unit bulldozer ke
tanah.
Gambar 2.2 Undercarriage Unit Bulldozer D155A-2
Sumber : (Shop Manual Komatsu D155A-2)
9
2.3 Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerja Komponen Undercarriage
2.3.1 Track Frame
Track frame merupakan tulang punggung daripada undercarriage, sebagai
tempat kedudukan komponen-komponen undercarriage (kecuali sprocket yang
dihubungkan secara langsung ke final drive). Pada setiap crawler tractor terdapat
2 buah track frame yang dipasang pada bagian kiri dan kanan unit. Track frame
merupakan gabungan baja yang dibentuk menyerupai kotak (box) yang disusun
saling menyilang dan dirakit dengan plat baja yang di las. Track frame khusus
dirancang agar mampu melawan beban kejut baik dalam kondisi kerja ringan
maupun berat. Pada unit bulldozer dibagian belakang track frame dihubungkan
terhadap chasis menggunakan pivot shaft sedangkan bagian depannya
dihubungkan dengan equalizer bar. Equalizer bar yang berfungsi seperti halnya
system suspensi yang mengurangi kejutan yang terjadi karena ketidak rataan
permukaan jalan (medan operasi).
Gambar 2.3 Track Frame
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2006)
10
2.3.2 Track Link
Track link pada unit bulldozer memiliki fungsi sebagai penumpu dari total
beban pada track roller sehingga memungkinkan crawler tracktor dapat berjalan.
Dimana track link dihubungkan antara link satu dengan link yang lain dengan pin
dan bushing, serta dihubungkan dengan track shoe dengan bolt dan nut. Dimana
tumpuan track link terletak pada track roller, carrier roller dan front idler.
Adapun komponen-komponen track link sebagai berikut :
a. Pin
Pin berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan link satu dengan
link berikutnya disamping juga sebagai tempat kedudukan bushing, seal assy, plug
dan sprocket. Struktur pada pin di bagian permukaan diproses panas (heat
treatment) yang tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu
sehingga proses keausan karena gesekan terjadi lebih lama.
Gambar 2.4 Pin
Sumber : (PT. united Tractors Tbk : 2011)
b. Bushing
Bushing berfungsi untuk sebagai media persinggungan antara diameter
luar bushing dengan permukaan teeth sprocket,dan merupakan fungsi fleksibel
dari pada track saat bergerak menggulung. Struktur pada bushing dibagian
diameter dalam dan diameter luar juga diproses panas (heat treatment) yang
tujuannya agar didapatkan bahan dengan kekerasan tertentu sehingga proses
keausan karena gesekan terjadi lebih lama. Type-type bushing yang berfungsi
sebagai fleksibel dari track sebagai berikut :
Surface hardened laver
11
Gambar 2.5 Bushing
Sumber : (PT. united Tractors Tbk : 2011)
c. Seal Assy
Berfungsi untuk mencegah masuknya debu dari luar ke dalam clearance
antara bushing dan pin
Gambar 2.6 Seal Assy
Sumber : (PT. united Tractors Tbk : 2011)
12
d. Link
Link berfungsi sebagai penumpu berat unit ke landasan sekaligus sebagai
tempat kedudukan pin, bushing dan track shoe. Dimana link juga berfungsi
sebagai tempat persinggungan dengan roller saat crawler tractor diam maupun
bergerak. Link ini menghubungkan dan memutuskan proses assembly dan
disassembly, maka pada track link dibuat master link.
Gambar 2.7 Master Link
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
2.3.3 Front Idler
Front idler berfungsi untuk membantu mengencangkan atau
mengendorkan track dan juga meredam kejutan.
Gambar 2.8 Front Idler
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2006)
13
Fungsi komponen-komponen antara lain :
Cover bersama dengan ketebalan shim mengatur kelurusan idler antara guide
plate dan track frame. Jika clearance besar untuk mengatur sesuai standard
clearance ( 0.5 mm – 1.0 mm ) dengan cara mengurangi ketebalan shim.
Begitu sebaliknya jika clearance kecil untuk mengaturnya dengan cara
menambahkan shim sesuai dengan ketebalan tertentu.
Support bersama dengan ketebalan shim mengatur kerataan sisi idler kiri
dengan sisi idler kanan.
Gambar 2.9 Komponen Front Idler
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2006)
1. Bolt 14-4. Shim 22-4. Dowel pin
2. Spring washer 14-5. Bracket ( R.H ) 22-5. O-ring
3. Scraper ( L.H ) 15. Seal ring 22-6. Bearing
4. Bolt 16. O-ring 23. Bolt
5. Spring washer 17-1. Bolt 24. Lock washer
6. Scraper ( R.H ) 17-2. Spring washer 25-1. Shaft
7. Bolt 17-3. Guide plate 25-2. O-ring
8. Spring washer 17-4. Shim 25-3. O-ring
9. Yoke 17-5. Bracket ( L.H ) 25-4. Seal ring
14
10. Nut 18. Seal ring 25-5. O-ring
11. Spring washer 19. O-ring 25-6. Bearing
12. Washer 20. Bolt 25-7. Dowel pin
13. Bolt 21. Lock washer 25-8. O-ring
14-1. Bolt 22-1. Seal ring 25-9. Bearing
14-2. Spring washer 22-2. O-ring 26. Idler
14-3. Guide plate 22-3. Bearing
2.3.4 Track Roller
Track roller yang terdapat pada sebuah undercarriage berfungsi sebagai
pembagi berat unit ke track dan sebagai pengarah track link, bukan untuk
menggulung track. Track roller terdiri atas dua jenis, yaitu single flange dan
double flange. Dua jenis track roller tersebut dipasang dengan susunan tertentu
pada masing-masing track pada crawler tractors. Jumlah track roller yang
terpasang pada sebuah undercarriage sangat tergantung dari panjangnya track,
semakin panjang track maka semakin banyak pula susunan track roller yang
terpasang. Berikut ini ditunjukkan salah satu contoh susunan track roller pada unit
bulldozer D155.
Gambar 2.10 Track Roller
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2006)
15
2.3.5 Carrier Roller
Carrier roller merupakan salah satu komponen undercarriage yang
berfungsi untuk menahan gulungan bagian dari track shoe assembly agar tidak
melentur ke bawah dan menjaga kelurusan antara track shoe assembly dengan
idler.
Gambar 2.11 Carrier Roller
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2006)
1. Bolt 6-2. O-ring 7-6. O-ring
2. Spring washer 6-3. Shaft 7-7. Seal
3-1. Cover 7-1. Seat 7-8. Dowel pin
3-2. O-ring 7-2. O-ring 7-9. Bearing
4. Snap ring 7-3. O-ring 8-1. Bearing
5. Nut 7-4. Seal ring 8-2. Bearing
6-1. Snap ring 7-5. Seal ring 8-3. Carrier roller
16
2.3.6 Track Shoe
Track shoe hampir sama dengan landasan sepatu yang kita gunakan. Kita
harus sesuaikan landasan sepatu dengan kondisi tanah tempat kita berjalan. Sepatu
yang kita gunakan untuk mendaki gunung tentu berbeda dengan sepatu yang kita
gunakan di ruang kantor. Hal tersebut sama ketika kita melakukan pemilihan ntuk
track shoe pada sebuah crawler tractors. Crawler tractors yang digunakan untuk
bekerja di daerah rawa tentu memiliki track shoe yang berbeda dengan crawler
tractors yang digunakan untuk bekerja di daerah bebatuan. Track shoe berfungsi
untuk menimbulkan traksi dan kemudahan dalam bermanuver pada sebuah
crawler tractors. Seperti halnya kita dalam memilih jenis sepatu, jika kita salah
dalam memilih track shoe, maka akan berakibat alat kita akan mudah slip dan
gaya dorong serta gaya tarik yang dihasilkan akan kecil.
Gambar 2.12 Track Shoe
Sumber : http://www.komatsuamerica.com/komatsu-parts/undercarriage/komatsu-
undercarriage/track-shoes.
17
2.3.7 Recoil Spring dan Track Adjuster
Recoil spring yang terdapat pada komponen undercarriage berfungsi
untuk meredam kejutan yang berasal dari front idler, sehingga hal ini akan dapat
memperpanjang umur komponen dan menambah kenyamanan operator dalam
mengoperasikan alat. Selama unit berjalan front idler akan bergerak sliding maju
atau mundur, beban kejut dari idler itulah yang diserap oleh recoil spring.
Track adjuster berfungsi untuk mengatur agar kondisi kekencangan track
shoe assembly tetap terjaga. Track adjuster adalah piston yang diisi grease yang
terdapat didalam silinder. Ketegangan track dapat disetel dengan mengisi atau
merelease grease pada silinder.
Gambar 2.13. Recoil Spring
Sumber : (PT. United Tractor Tbk : 2006)
Bagian-bagian recoil spring :
1. Yoke 7. Recoil Spring 13. Oil seal
2. Rod 8. Rear pilot 14. Wear ring
3. Cylinder 9. Nut 15. Packing
4. Piston 10. Cover 16. Grease fitting
5. Cover 11. Collar 17. Plug
6. Front pilot 12. Bushing
18
2.3.8 Sprocket
Fungsi dari sprocket adalah meneruskan tenaga gerak ke track melalui
bushing dan merubah putaran menjadi gulungan pada track agar unit dapat
bergerak.
Sprocket teeth berkaitan dengan track chain bushing untuk menyalurkan
tenaga dari final drive agar unit dapat bergerak maju atau mundur. Semua produk
sprocket dari Komatsu menggunakan hunting tooth design, yang memiliki jumlah
roda gigi ganjil. Hal ini memungkinkan setiap roda gigi bertemu dengan bushing
pada setiap rotasinya.
Sprocket pitch adalah jarak antara setiap roda gigi sepanjang pitch circle
yang melewati garis tengah dari bushing ketika bushing berkaitan sempurna
dengan sprocket teeth. Root adalah titik terdalam sepanjang lengkungan sprocket.
Gambar 2.14 Sprocket
Sumber : http://docplayer.info/46173812-Pt-united-tractors-tbk-tc-sangatta.html
19
Klasifikasi Sprocket
a. Solid Type
Sprocket dengan tipe solid terbuat dari cast steel yang merupakan satu
kesatuan, sehingga jika ada salah satu teeth pada sprocket yang mengalami
kerusakan, maka untuk menggantinya harus dilakukan pemotongan dan dilas
kembali. Biasanya digunakan pada small crawler dan excavators.
Gambar 2.15 Solid Type
Sumber : Technical Training Department PT. United Tractors Tbk
20
b. Segment Type
Pada segment type ini untuk mengganti teeth tidak perlu melepas track link
sehingga mempermudah dan mempercepat proses penggantian komponen
tersebut.
Gambar 2.16 Segment Type
Sumber : Technical Training Department PT. United Tractors Tbk
21
2.4 Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU)
Tujuan Dilakukan PPU adalah sebagai tindakan preventive maintenance.
Agar kita dapat mengetahui tingkat keausan pada Undercarriage dan sebagai
tolak ukur usia pakai komponen.
Gambar 2.17 Flow Chart Program Pemeriksaan Undercarriage (PPU)
Sumber : (PT.United Tractors Tbk)
PPU pada Bulldozer dilakukan setiap 500 hours meter. Prosedur pertama
sebelum dilakukan pengukuran adalah:
1. Bersihkan All Component Undercarriage.
2. Siapkan tools Measurement.
Semua prosedur sudah dilaksanakan, maka lakukan pengukuran pada setiap
komponen undercarriage sebagai berikut:
22
2.4.1 Pengukuran Carrier Roller
Pengukuran pada carrier roller menggunakan outside caliper, metodenya
adalah tentukan titik tengahnya apabila sudah mendapatkan titik tengahnya ukur
bagian tengahnya menggunakan vernier caliper.
- Standart : 37.5 mm
- Limit : 28.0 mm
Gambar 2.18 Pengukuran Carrier Roller
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
2.4.2 Pengukuran Grousher
Pengukuran grousher menggunakan alat depth gauge, sebelumnya
bersihkan terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran kemudian taruh depth
gauge antara kedua grouser ambil di tengah shoe. Kemudian ukur menggunakan
vernier caliver.
- Standart : 97.0 mm
- Limit : 47.0 mm
Gambar 2.19 Pengukuran Grousher
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
23
2.4.3 Pengukuran Link High
Pengukuran ini menggunakan depth gauge, seperti biasa bersihkan terlebih
dahulu sebelum melakukan pengukuran kemudian taruh di antara link dan ukur
kembali menggunakan Vernier caliper.
- Standard : 39.5 mm
- Limit : 26.5 mm
Gambar 2.20 Pengukuran Link High
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
2.4.4 Pengukuran Outer Bushing
Pengukuran Outer bushing menggunakan Outside Caliper. bersihkan
terlebih dahulu kemudian ukur dan ukur kembali menggunakan vernier caliper.
- Standart : 15.8 mm
- Limit : 9.8 mm
Gambar 2.21 Pengukuran Outer Bushing
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
24
2.4.5 Pengukuran Idler
Pengukuran ini dilakukan menggunakan depth gauge, bersihkan lokasi
yang akan di ukur kemudian ukur dan setelah di ukur gunakan vernier caliper.
- Standard : 21.0 mm
- Limit : 11.5 mm
Gambar 2.22 Pengukuran Idler
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
2.4.6 Pengukuran Sprocket
Pengukuran pada komponen ini sedikit berbeda dengan komponen lain.
Pengukuranya mengguanakan wear gauge. Ambil tiga point keausan pada gambar
apabila sudah mencapai limitnya maka segera diganti.
- Standard : 0.0 mm
- Limit : 6.0 mm
Gambar 2.23 Pengukuran Sprocket
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
25
2.4.7 Pengukuran Link Pitch
Sebelum melakukan pengukuran pastikan kebersihanya agar pengukuran
maksimal.dan kencangkan track dengan mengganjal menggunakan pin agar
pengukuran lebih akurat. Pengukuran ini bertujuan untuk mengukur panjang dari
pada link pitch. Tarik meteran di 5 pin 4 shoe dan ukur panjang keausanya.
- Standard : 915.4 mm
- Limit : 935.4 mm
Gambar 2.24 Pemasangan Tool Pin
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011 )
Gambar 2.25 Kekencangan Track Link Menggunakan Tool Pin
Sumber: (PT. United Tractors Tbk : 2011)
26
Gambar 2.26 Pengukuran pada Link Pitch
Sumber: (PT. United Tractors Tbk : 2011)
2.4.8 Pengukuran pada Track Roller
Pengukuran ada dua cara yaitu menggunakan Multi Scale dan Outside
Caliper. Untuk Multi Scale penggunaannya tarik dari bawah link sampai tengah
track roller. Setelah menemukan hasilnya gunakan rumus ini : (B - C) x 2 maka
akan dapat diameter track roller. Apabila menggunakan Outside Diameter
prosesnya sama seperi mengukur Carier Roller.
- Standard : 60.0 mm
- Limit : 47.5 mm
Gambar 2.27 Pengukuran Track Roller
Sumber : (PT. United Tractors Tbk : 2011)
27
2.4.9 Adjust Tension Track
Metode mengencangkan atau mengendorkan track link, sangat penting
diketahui. Hal ini sangat berpengaruh pada tingkat keausan idler. Karena apabila
terlalu kencang track link akan menekan idler dan final drive berdampak pada
keausan semakin cepat. Apabila terlalu kendor track link akan membebani
komponen lain, dan gerakan track link bisa snaky (tidak lurus) sehingga
berdampak pada keausan lebih cepat untuk semua komponen undercarriage
menyebabkan line clearing tidak maksimal.
Lakukan adjust track apabila track terlalu kencang atau terlalu kendor.
Apabila mengalami kekendoran. Travel unit maju dan mundur di area datar
kemudian jangan di brake, gunakan speed rendah. Biarkan unit berhenti dengan
sendirinya. Apabila sudah berhenti, taruh pengaris panjang di antara carier roller
depan dengan idler. Masukan grease ke dalam grease fitting. Yang akan
mendorong idler ke depan dan ukur clearance antar mistar dan grousher dengan
vernier caliper di bagian tengah yang paling kendor dengan standart clearance
20 – 30 mm. Apabila kekencangan buka grease fitting kemudian biarkan grease
keluar sampai standart clearance yang sudah ditentukan. Setelah itu tutup
kembali.
Gambar 2.28 Adjust tension track
Sumber: (PT. United Tractors Tbk : 2011)
28
Gambar 2.29 Clearance Tension Track
Sumber: (PT. United Tractors Tbk : 2011)
2.5 Macam – Macam Kerusakan Pada Undercarriage Bulldozer
2.5.1 Kerusakan Pada Track Link
Kerusakan yang sering terjadi pada track link yaitu terdapat pada
permukaan link dan bushing, Keausan normal disebabkan persinggungan antara
track roller dan track link. Keausan lain diakibatkan karena tanah, pasir dan
partikel-partikel abrasive lainnya.
Gambar 2.30 Thread Wear
Sumber : Basic Mechanic Course Final Drive and Undercarriage
29
2.5.2 Kerusakan Pada Sprocket
Kerusakan pada sprocket dikarenakan bersinggungan langsung dengan
track link.
Gambar 2.31 Forward drive side wear
Sumber : Basic Mechanic Course Final Drive and Undercarriage
2.5.3 Kerusakan Front Idler
Kerusakan akibat keausan yang merata akibat bergesekan dengan
permukaan track link merupakan keausan normal. Akan tetapi terjadi retak akibat
benturan yang tinggi dan track link akibat kekencangan track link yang terlalu
kendor ini merupakan keausan tidak normal.
Gambar 2.32 Kerusakan pada Front idler
Sumber : Dokumentasi Pribadi
30
2.5.4 Kerusakan Pada Carrier Roller
Kerusakan pada permukaan carrier roller dengan merata akibat
bersinggungan dengan permukaan track link ini merupakan kerusakan normal.
Akan tetapi bila terjadi keausan pada flange akibat bersinggungan dengan
sisi track link ini merupakan salah satu kerusakan tidak normal yang bisa
diminimalisir. Hal tersebut diakibatkan gerakan snaky track maupun in-out. Tanah
yang menempel saat unit beroperasi dan mengeras mengakibatkan carrier
roller tidak dapat berputar saat unit sedang berjalan. Hal ini yang dapat
menyebabkan keausan pada permukaan carrier roller tidak merata atau pada satu
sisi permukaan dan pastinya menyebabkan keausan kebatas maksimal akan lebih
cepat, dan juga akan terjadi kebocoran pada seal group.
Gambar 2.33 Kerusakan pada Carrier roller
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2.5.5 Kerusakan Pada Track Roller
Kerusakan secara umum hampir sama dengan kerusakan yang terjadi
pada carrier roller. Akan tetapi bila terjadi kerusakan pada flange akibat
bersinggungan dengan track guard yang memiliki jarak yang cukup lebar ini
merupakan salah satu kerusakan tidak normal yang diakibatkan gerakan snaky
track. Tread wear pada track roller disebabkan kontak normal antara track roller
dengan link tread. Flange wear pada track roller disebabkan karena kontak
normal dengan bagian sisi link.
31
Gambar 2.34 Tread wear and Flange wear
Sumber : Basic Mechanic Course Final Drive and Undercarriage
2.5.6 Kerusakan Pada Track Shoe
Kerusakan secara normal dikarenakan shoe menopang berat unit dan
meneruskan ke permukaan tanah disebut plat wear. Selain karena itu juga
disebabkan karena persinggungan dengan permukaan tanah dan bebatuan yang
berakibat patah pada track shoe. Grouser akan bertemu dengan permukaan tanah
dan meningkatkan traksi agar unit dapat bergerak.
Gambar 2.35 Plat Wear
Sumber : Basic Mechanic Course Final Drive and Undercarriage
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian tugas akhir ini adalah field research yang bertujuan untuk
menganalisa penyebab terjadinya keretakan sprocket pada unit Bulldozer
D155A-2.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Mining Area PT. Mahakam Sumber Jaya
Site Separi, Tenggarong Seberang.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada 1 Juli – 30 November 2017.
3.3 Objek Penelitian
Objek yang diambil pada penelitian ini adalah bagian undercarriage yaitu
sprocket pada unit Bulldozer D155A-2 dengan kode unit DZ 06 dengan Hours
Meters 22.539
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam menyusun Tugas Akhir ini, penulis menggunakan data TSR, ETR,
dan hasil pengukuran komponen undercarriage beserta foto keretakan sprocket
pada unit Bulldozer D155A-2. Dalam penggunaan data ini ada beberapa teknik
yang diterapkan oleh penulis yaitu sebagai berikut :
33
a) Metode Literatur, yaitu penelitian dilakukan untuk mengumpulkan
berbagai macam data-data baik berupa buku-buku dan shop manual.
a. Buku Referensi
Shop Manual Komatsu D155A-2
Basic Maintenance. Penerbit PT. United Tractors, Jakarta, 2011.
Sistem Final Drive dan Undercarriage. Penerbit PT. United
Tractors, Jakarta 2011.
Mechanic Development PT. United Tractor Tbk, Jakarta 2006.
Undercarriage System KUC Prosedur Manual Komatsu
b. Internet : Pengumpulan data untuk menambah referensi dan hal-hal lain
yang biasa di jadikan bahan pertimbagan dalam menganalisa
komponen-komponen pendukung serta teori kerjanya.
c. Shop Manual : sumber pedoman pada suatu unit untuk mengetahui serta
menganalisa suatu masalah dan juga mengetahui suatu komponen-
komponen seperti sprocket serta cara kerjanya. Buku yang digunakan
penulis adalah Shop Manual D155A-2.
34
3.5 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Tabel 3.1 Diagram Alir Penelitian
Tahan Persiapan
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literature
Pengumpulan Data
Analisa
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Studi Lapangan
35
Berikut penjelasan dari diagram alir seperti yang terlihat pada gambar 3.1
3.5.1 Identifikasi Masalah
Adalah proses untuk menentukan masalah yang terjadi pada penelitian
tersebut dan bagaimana nantinya masalah yang terdapat pada penelitian ini dapat
terselesaikan. Dan untuk membantu proses penyelesaiannya tentu akan
membutuhkan data-data dukung ataupun beberapa referensi, seperti :
Studi Lapangan
Data-data yang didapat dari studi lapangan antara lain adaah berupa data
observasi lapangan, data dokumentasi, maupun data wawancara.
Studi Literature
Sedangkan data-data ataupun referensi yang didapat dari studi literature
bisa bersumber dari internet dan buku-buku yang terkait dengan masalah
tersebut seperti shop manual book, hystorical unit, maupun data-data
laporan dari trouble pada unit tersebut.
3.5.2 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang dikumpukan dari observasi secara langsung pada objek penelitian, dapat
berupa dokumentasi seperti foto-foto dan pengukuran dengan trouble yang terkait
di PT.United Tractors Tbk Site Separi.
3.5.3 Analisa dan Pembahasan
Setelah didapatkan data-data pendukung pada masalah tersebut, maka
selanjutnya melakukan analisa dan pembahasan pada objek penelitian yang
diambil.
3.5.3.1 Instrument Pengambilan Data
Instrument penelitian ini berguna untuk memperlancar dan memudahkan
jalannya penelitian tentang analisa penyebab terjadinya keretakan sprocket pada
unit Bulldozer D155A-2. Dan instrument pengambilan data adalah alat-alat yang
digunakan untuk mengambil data-data didalam penelitian adalah Measuring Tool
Kit.
36
3.5.4 Hasil dan Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisa dan pembahasan sebelumnya maka untuk
menentukan langkah perbaikannya atau penyelesaian masalah tersebut telah jelas
dan tidak meluas untuk tindakan penyelesaian masalah tersebut, karena
berdasarkan data-data yang telah didapatkan dari kondisi real pada unit yang
mengalami masalah dan telah melalui tahap analisa.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Masalah
Pada salah satu unit Bulldozer D155A-2 yang beroperasi pada lokasi
tambang batu bara PT. Mahakam Sumber Jaya mengalami permasalahan pada
tanggal 23 Juli 2017, ditemukan keretakan suatu komponen pada bagian
undercarriage saat operator melakukan P2H. Kemudian penulis melakukan
pengecekan bersama mekanik, ternyata sprocket pada unit Bulldozer D155A-2
mengalami keretakan, lalu penulis melakukan analisa terhadap permasalahan
tersebut sesuai data-data yang dikumpulkan. Hal ini untuk mencegah terjadinya
permasalahan secara berlanjut, sehingga tidak mengganggu dari produksi batu
bara di PT. Mahakam Sumber Jaya Site Separi.
4.2 Pengumpulan Data
Setelah mengetahui permasalahan yang terdapat pada unit tersebut
berdasarkan laporan dari customer, maka langkah selanjutnya yang dilakukan
adalah melakukan pengumpulan data, baik data primer maupun sekunder dan juga
melakukan pengukuran terhadap komponen yang terkait dengan masalah yang
terjadi pada unit tersebut.
4.2.1 Pengumpulan Data Primer
Adapun data-data primer yang dikumpulkan meliputi data profil unit, hasil
pemeriksaan dan pengukuran terhadap permasalahan yang sedang dialami unit
tersebut, seperti yang dijelaskan dibawah ini mengenai data-data primer yang
dikumpulkan.
38
4.2.1.1 Data Profil Unit
Gambar 4.1 Unit Bulldozer D155A-2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Data mengenai informasi unit alat berat Bulldozer yang menjadi objek
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Profil Unit
1 Customer PT. Mahakam Sumber Jaya
2 Unit Model D155A-2
3 Unit Code DZ 06
4 Serial No Unit 72185
5 Hours Meter 22539
6 Location Separi Site, Tenggarong Seberang
7 Date 23 Juli 2017
8 Working Area Mining Area
9 Trouble Terjadi keretakan pada bagian
undercarriage yaitu sprocket
39
Area kerja dari unit Bulldozer D155A-2 pada objek penelitian ini berada di
area pertambangan, unit ini berfungsi untuk mendorong, mengeruk, dan
menggusur tanah pada area tersebut sehingga mampu memudahkan unit lainnya
pada saat proses leading. Berikut adalah area kerja unit Bulldozer D155A-2 ini
seperti terlihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Area kerja unit Bulldozer D155A-2
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.1.2 Pengukuran Sprocket Menggunakan Sprocket Wear Gauge
Sebelum melakukan pengukuran, bersihkan sprocket dari kotoran, untuk
mengukur sprocket digunakan alat khusus untuk mengukur keausan sprocket yaitu
sprocket wear gauge yang sesuai dengan model unit yang diukur sehingga hasil
pengukuran tepat. Pastikan untuk menggunakan sprocket wear gauge dengan
benar. Tempatkan sprocket wear gauge di atas dua gigi sprocket dan pastikan
bagian atas dan bawah pada garis standar. Luruskan pengukur sehingga jumlah
keausan pada kedua gigi hampir sama. Pada sprocket garis standar tidak terlalu
jelas. Dalam hal ini harus memakai diestimasi berdasarkan profil gigi. Di bawah
ini merupakan pengukuran terhadap sprocket unit Bulldozer D155A-2, terlihat
seperti pada gambar 4.3.
40
Gambar 4.3 Pengukuran terhadap sprocket
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.2.2 Pengumpulan Data Sekunder
Adapun data-data sekunder yang dikumpulkan meliputi :
- Emergency Trouble Report
- Data Hystorical Unit
- Technical Service Report
- P2U Report
Yang mana data-data tersebut berhasil dikumpulkan dan didapat dari
pengumpulan data primer hasil pemeriksaan dan pengukuran terhadap
permasalahan pada unit yang ada di lapangan. Dan mengenai data-data sekunder
tersebut akan dilampirkan pada lembar lampiran.
4.3 Pengolahan Data
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan baik itu data primer
ataupun data sekunder, karena dengan data-data tersebut nantinya akan
menentukan tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan oleh mekanik untuk
dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi pada unit tersebut. Dan
dengan data tersebut juga PT. United Tractors Tbk selaku pihak dealer dapat
meyakinkan pihak customer bahwa pada unit tersebut mengalami kegagalan
fungsi dari suatu komponen yang nantinya jika perlu dilakukan penggantian
komponen tersebut, pihak customer tidak akan melakukan complain yang
nantinya akan menghambat proses perbaikan terhadap permasalahan yang sedang
terjadi pada unit tersebut.
41
Di bawah ini terdapat hasil-hasil pengukuran terhadap komponen
undercarriage unit Bulldozer D155A-2 di lapangan, maka hasilnya dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Komponen Undercarriage Unit Bulldozer D155A-2
Component Rebuild Limit Left Right
Link Pitch 915,4 – 935,4 941,6 941,6
Link Height 39,5 – 26,5 23,5 23,9
Bushing OD 15,8 – 9,8 Damage Damage
Grouser Height 97,0 – 47,0 47,1 47,1
Carrier Roller 37,5 – 28,0 25,1 26,5
Track Roller 60,0 – 47,5 42,1 42,1
Idler 21,0 – 11,5 Damage 7,6
Sprocket 0,0 – 6,0 6,0 6,0
Berdasarkan data hasil pengukuran terhadap kinerja dari undercarriage
unit Bulldozer D155A-2 tersebut, maka pihak PT. United Tractors Tbk dapat
meyakinkan bahwa terdapat adanya ketidaknormalnya salah satu komponen
undercarriage yang terdapat pada unit tersebut yaitu sprocket yang bekerja tidak
sesuai dengan seharusnya. Sehingga dengan ketidaknormalnya fungsi dari
sprocket tersebut nantinya akan dapat menyebabkan terjadinya keretakan, yang
tentunya masalah-masalah tersebut dapat menurunkan jumlah produksi dari pihak
customer tersebut.
4.4 Analisa dan Pembahasan
4.4.1 Analisa Gejala Kerusakan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, telah ditemukan beberapa gejala
kerusakan pada komponen undercarriage saat unit Bulldozer D155A-2
dioperasikan. Awal mula permasalahan tersebut adalah adanya kekendoran pada
track link sehingga mengakibatkan unit sulit untuk berbelok, dan terjadi slip pada
komponen undercarriage. Setelah unit dioperasikan, mekanik melakukan
pengecekan pada unit tersebut. Lalu ditemukan permasalahan yang serius pada
salah satu komponen undercarriage yaitu adanya patahan brittle pada sprocket.
42
Dengan itu penulis akan menganalisa permasalahan yang menyebabkan
terjadinya patahan brittle pada sprocket. Berikut merupakan patahan brittle pada
sprocket terlihat seperti pada gambar 4.4.
Gambar 4.4 Patahan Brittle Pada Sprocket
Sumber : Dokumentasi Pribadi
4.4.2 Analisa Penyebab Kerusakan
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, pada komponen undercarriage
sering mengalami kerusakan, terutama pada bagian sprocket dikarenakan saling
bersinggungan langsung dengan track link. Pada saat proses pengecekan
undercarriage, mekanik menemukan keadaan sprocket yang mengalami patahan
brittle terlihat seperti pada gambar 4.4. Sehingga langkah selanjutnya adalah
menganalisa penyebab terjadinya patahan brittle pada sprocket.
Dari hasil analisa tersebut, terjadi patahan brittle pada komponen
sprocket. Patahan brittle terjadi dengan ditandai perambatan retak yang lebih
cepat dengan penyerapan energy yang lebih sedikit, dan tidak disertai dengan
deformasi plastis. Faktor utama terjadinya patahan brittle pada sprocket adalah
impact load yang berlebihan antara bushing dengan sprocket. Sehingga nut yang
mengikat sprocket kendor. Berdasarkan hasil wawancara dengan mekanik,
pengikatan sprocket hanya menggunakan impact wrench tanpa menambah torque
pada setiap nut pengikat sprocket. Dampak dari pengikatan sprocket yang tidak
sempurna. Secara langsung mengakibatkan pembebanan pada satu titik sprocket,
sehingga pendistribusian beban yang diterima oleh setiap nut pengikat sprocket
tidak merata karena torque yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan pada
Shop Manual Komatsu D155A-2.
43
Apabila unit dioperasikan dalam keadaan sprocket yang mengalami
patahan brittle, maka akan mengakibatkan boss sprocket pecah. Berikut pecahnya
boss sprocket terlihat seperti pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Pecahnya boss sprocket
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada gambar 4.5 bisa dilihat dimana boss sprocket sudah dalam kondisi
pecah, dan dipastikan komponen tersebut tidak bisa digunakan dalam jangka
waktu yang lama. Sesuai data yang telah dikumpulkan, penulis menyimpulkan
bahwa pecahnya boss sprocket disebabkan pada saat pemasangan tidak diberikan
torque, sehingga penekanan yang diterima oleh setiap nut pada sprocket tidak
merata. Ketika unit dibiarkan beroperasi dalam kondisi tersebut, akan
mengakibatkan ketidakstabilan pada sprocket saat berputar karena beban nut yang
diterima tidak merata sehingga lambat laun sprocket akan mengalami keausan dan
keretakan.
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan di lapangan dengan data-data
yang telah dikumpulkan dan diolah, maka dengan itu dapat ditarik kesimpulan
seperti berikut.
1. Setelah dilakukan pemeriksaan dan pengukuran pada komponen
undercarriage unit Bulldozer D155A-2, diperoleh hasil pengukuran
sprocket yaitu 6,0 mm dengan menggunakan sprocket wear gauge dimana
hasil pengukuran yang diperoleh telah mencapai rebuild limit dan pada
bagian sprocket mengalami patahan brittle.
2. Faktor utama terjadinya patahan brittle pada sprocket adalah impact load
yang berlebihan antara bushing dengan sprocket. Sehingga nut yang
mengikat sprocket kendor.
3. Berdasarkan hasil wawancara dengan mekanik, pemasangan sprocket
hanya menggunakan impact wrench tanpa menambah torque pada setiap
nut pengikat sprocket.
45
5.2 Saran
Dalam hal ini penulis dapat memberikan sebuah masukan berupa saran
yang nantinya dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun yang akan melakukan
penelitian selanjutnya, adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai
berikut.
1. Untuk yang akan melakukan penelitian selanjutnya, harus lebih aktif lagi
untuk memperoleh informasi-informasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang terjadi, baik itu didapat dari proses wawancara
maupun berupa dokumentasi.
2. Selain informasi pada point 1, kumpulkan dan lengkapi data-data laporan
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang terjadi pada objek
penelitian, baik berupa laporan ETR, TSR, dan lain-lain. Agar pada saat
melakukan penyusunan tugas akhir tidak terkendala dengan masalah
kekurangan data.
3. Untuk mengantisipasi keretakan sprocket, perlu dilakukan pemeriksaan
dan perawatan harian (P2H) atau daily maintenance yang baik dan
terjadwal. Kemudian lakukan adjust tension track apabila track link
kendor.
46
DAFTAR PUSTAKA
Komatsu.(2002):Shop Manual Bulldozer D155A-2,Komatsu.
Komatsu. KUC Procedure Manual, Undercarriage System Training. Penerbit
Komatsu
PAMA PERSADA, 2003. Final Drive System and Undercarriage, Mechanic
Development. Penerbit PT. Pama Persada Nusantara.
UNITED TRACTORS, 2011. Basic Maintenance, Technical Training
Department. Penerbit PT. United Tractors Tbk
UNITED TRACTORS, 2006. Mechanic Development. Penerbit PT. United
Tractors Tbk
UNITED TRACTORS, 2008. Final Drive and Undercarriage, Basic Course I
Penerbit PT. UNITED TRACTORS TBK
Karim, Abdul. (2017): Analisa Life Time Track Shoe Pada Unit D375A-5
Menggunakan Metode Deskriptif Di PT. Pama Persada Nusantara Site PT.
Kideco Jaya Agung Batu Kajang.
Muis, Akbar. (2011). Analisa Penyebab Retaknya Sprocket Pada Unit D375A-5
Di PT. Dermaga Perkasa Pratama Teluk Tebang.
http://www.komatsuamerica.com/komatsu-parts/undercarriage/komatsu
undercarriag e/track-shoes.
http://docplayer.info/46173812-Pt-united-tractors-tbk-tc-sangatta.html