analisa kinerja thermal heat pipe air conditioning … · dipasang pemanas (heater) ... heat pipe...

7
Prosiding Konferensi Nasional Engineering Perhotelan IX - 2018 (277-283) ISSN 2338 – 414X korenpondensi: Tel./Fax.: 081916356509 E-mail: wayan.nata@gmail.com Teknik Mesin Universitas Udayana 2018 ANALISA KINERJA THERMAL HEAT PIPE AIR CONDITIONING (HPAC) DENGAN DAN TANPA BAGIAN ADIABATIK YANG DIPASANG PADA POSISI HORIZONTAL I Made Dwi Janu Wanantha 3 , Wayan Nata Septiadi 1,2* , Hendra Wijaksana 1 1 Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana, Badung-Bali 2 Laboratorium Perpindahan Panas, Program Studi Teknik Mesin, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali 803611 3 Mahasiswa Sarjana (S1) Program Studi Teknik mesin Universitas Udayana Abstrak Pipa kalor merupakan alat penukar kalor dengan dimensi yang kecil tetapi dapat memindahkan kalor yang besar. Banyak penelitian mengenai pipa kalor, guna memperoleh peningkatan kinerja termalnya dengan memvariasikan bagian adiabatik dan tanpa bagian adiabatik. Dalam penelitian ini pipa kalor dibuat dari pipa tembaga berdiameter 1 cm dan panjang 71 cm dan dengan fluida air didalamnya. Tujuan dari penelitian ini untuk memperkecil kinerja kompresor pada AC dan memberikan kinerja pada AC yang lebih baik. Variasi pengujian menggunakan 3 variasi pengujian yaitu posisi heat pipe horizontal, heat pipe dengan adiabatik dan heat pipe tanpa bagian adiabatic dengan temperatur pada kabin 20C, 18C, dan 16C untuk melihat pengaruh terhadap beban pendinginan pada AC. Dalam proses penelitian yang dilakukan bagian evaporator dipasang pemanas (heater) dengan daya 1000 watt yang bertujuan untuk memanaskan udara didalam kabin sehingga konstan 30C sebelum memulai pengujian, kecepatan udara didalam ducting konstan sebesar 1,3 m/s yang diukur dengan air flow meter . Dari hasil pengujian ditemperatur 16C tanpa heat pipe membutuhkan waktu 1542 detik dengan konsumsi daya 0,103 kWh dan beban pendinginan evaporator 7,663 kJ/s. Penggunaan heat pipe tanpa adiabatik membutuhkan waktu 1211 detik dengan konsumsi daya 0,081 kWh dan beban pendinginan evaporator 9,706 kJ/s. dan heat pipe dengan bagian adiabatic membutuhkan waktu 1189 detik dengan konsumsi daya 0,079 kWh dan beban pendinginan evaporator 8,684 kJ/s. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan heat pipe adiabatic lebih bagus dan lebih mengefisiensikan waktu pencapaian temperatur kabin. Kata Kunci : pipa kalor, adiabatic, horizontal Abstract Heat pipe is a heat exchanger with a small dimension but can move a large heat. Much research on heat pipe, in order to obtain improved thermal performance by varying the adiabatic portion and without adiabatic portions. In this research heat pipe is made from copper pipe diameter 1 cm and length 71 cm with water fluidinside. The purpose of this study is to minimize the performance of compressors in air conditioners and provide better AC performance. The test variation uses three test variations: horizontal heat pipe position, heat pipe with adiabatic and heat pipe without adiabatic portion with temperature at cabin 20C, 18C, and 16C to see the effect of cooling load on AC. In the experimental process the evaporator section is installed with 1000 watts heater which aims to heat the air inside the cabin so that the constant is 30C before starting the test, the air velocity inside the ducting constant is 1.3 m / s as measured by the air flow meter. From the test results at 16C temperature without heat pipe takes 1542 seconds with power consumption of 0.103 kWh and 7.663 kJ / s evaporator cooling load. The use of heat pipe without adiabatik takes 1211 seconds with power consumption of 0.081 kWh and evaporator cooling load 9,706 kJ / s. and heat pipe with adiabatic section takes 1189 seconds with power consumption of 0.079 kWh and evaporator cooling load 8,684 kJ / s. This indicates that the use of heat pipe adiabatic better and more efficient when the temperature of cabin achievement. Keywords : heat pipe, adiabatic, horizontal 1. Pendahuluan Pada perkembangan beberapa akhir tahun ini, biaya oprasional bangunan telah habis hingga 45% digunakan untuk pengkondisian udara. Sebagai salah satu cara untuk memberikan efisiensi energi pada pengkondisian udara adalah dengan cara menambahkan heat pipe sebagai precooling dan humidifier pada sistem pengkondisian udara, juga penambahan heat pipe pada udara inlet pendingin kondensor system refrigerasi, dimana tanpa memerlukan system tambahan dari luar system. Heat Pipe atau pipa kalor sebagai solusi untuk alat penukar kalor yang tidak membutuhkan konsumsi daya tambahan. Heat pipe merupakan sebuah alat heat exhanger dengan kemampuan transfer panas yang sangat baik. [2] Heat Pipe atau pipa kalor sebagai solusi untuk alat penukar kalor yang tidak membutuhkan konsumsi daya tambahan. Heat pipe merupakan sebuah alat heat exhanger dengan kemampuan transfer panas yang sangat baik. Pertama kali heat pipe dikenalkan oleh Gaugler (Gaugler.R.S 1944) pada tahun 1942 dan terus berkembang hingga saat ini. Beberapa kajian tentang heat pipe pada pengkondisian udara yang telah dilakukan, menunjukan bahwa heat pipe dapat berfungsi sebagai precooler dan reheater, sehingga dapat menghemat energy. [3]

Upload: dangbao

Post on 02-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Prosiding Konferensi Nasional Engineering Perhotelan IX - 2018 (277-283) ISSN 2338 – 414X

korenpondensi: Tel./Fax.: 081916356509 E-mail: [email protected] Teknik Mesin Universitas Udayana 2018

ANALISA KINERJA THERMAL HEAT PIPE AIR CONDITIONING (HPAC) DENGAN DAN TANPA BAGIAN ADIABATIK YANG DIPASANG

PADA POSISI HORIZONTAL

I Made Dwi Janu Wanantha3, Wayan Nata Septiadi1,2*, Hendra Wijaksana1

1Program Studi Teknik Mesin Universitas Udayana, Badung-Bali 2Laboratorium Perpindahan Panas, Program Studi Teknik Mesin, Universitas Udayana

Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali 803611 3Mahasiswa Sarjana (S1) Program Studi Teknik mesin Universitas Udayana

Abstrak

Pipa kalor merupakan alat penukar kalor dengan dimensi yang kecil tetapi dapat memindahkan kalor yang besar. Banyak penelitian mengenai pipa kalor, guna memperoleh peningkatan kinerja termalnya dengan memvariasikan bagian adiabatik dan tanpa bagian adiabatik. Dalam penelitian ini pipa kalor dibuat dari pipa tembaga berdiameter 1 cm dan panjang 71 cm dan dengan fluida air didalamnya. Tujuan dari penelitian ini untuk memperkecil kinerja kompresor pada AC dan memberikan kinerja pada AC yang lebih baik. Variasi pengujian menggunakan 3 variasi pengujian yaitu posisi heat pipe horizontal, heat pipe dengan adiabatik dan heat pipe tanpa bagian adiabatic dengan temperatur pada kabin 20C, 18C, dan 16C untuk melihat pengaruh terhadap beban pendinginan pada AC. Dalam proses penelitian yang dilakukan bagian evaporator dipasang pemanas (heater) dengan daya 1000 watt yang bertujuan untuk memanaskan udara didalam kabin sehingga konstan 30C sebelum memulai pengujian, kecepatan udara didalam ducting konstan sebesar 1,3 m/s yang diukur dengan air flow meter . Dari hasil pengujian ditemperatur 16C tanpa heat pipe membutuhkan waktu 1542 detik dengan konsumsi daya 0,103 kWh dan beban pendinginan evaporator 7,663 kJ/s. Penggunaan heat pipe tanpa adiabatik membutuhkan waktu 1211 detik dengan konsumsi daya 0,081 kWh dan beban pendinginan evaporator 9,706 kJ/s. dan heat pipe dengan bagian adiabatic membutuhkan waktu 1189 detik dengan konsumsi daya 0,079 kWh dan beban pendinginan evaporator 8,684 kJ/s. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan heat pipe adiabatic lebih bagus dan lebih mengefisiensikan waktu pencapaian temperatur kabin.

Kata Kunci : pipa kalor, adiabatic, horizontal

Abstract

Heat pipe is a heat exchanger with a small dimension but can move a large heat. Much research on heat pipe, in order to obtain improved thermal performance by varying the adiabatic portion and without adiabatic portions. In this research heat pipe is made from copper pipe diameter 1 cm and length 71 cm with water fluidinside. The purpose of this study is to minimize the performance of compressors in air conditioners and provide better AC performance. The test variation uses three test variations: horizontal heat pipe position, heat pipe with adiabatic and heat pipe without adiabatic portion with temperature at cabin 20C, 18C, and 16C to see the effect of cooling load on AC. In the experimental process the evaporator section is installed with 1000 watts heater which aims to heat the air inside the cabin so that the constant is 30C before starting the test, the air velocity inside the ducting constant is 1.3 m / s as measured by the air flow meter. From the test results at 16C temperature without heat pipe takes 1542 seconds with power consumption of 0.103 kWh and 7.663 kJ / s evaporator cooling load. The use of heat pipe without adiabatik takes 1211 seconds with power consumption of 0.081 kWh and evaporator cooling load 9,706 kJ / s. and heat pipe with adiabatic section takes 1189 seconds with power consumption of 0.079 kWh and evaporator cooling load 8,684 kJ / s. This indicates that the use of heat pipe adiabatic better and more efficient when the temperature of cabin achievement.

Keywords : heat pipe, adiabatic, horizontal

1. Pendahuluan

Pada perkembangan beberapa akhir tahun ini, biaya oprasional bangunan telah habis hingga 45% digunakan untuk pengkondisian udara. Sebagai salah satu cara untuk memberikan efisiensi energi pada pengkondisian udara adalah dengan cara menambahkan heat pipe sebagai precooling dan humidifier pada sistem pengkondisian udara, juga penambahan heat pipe pada udara inlet pendingin kondensor system refrigerasi, dimana tanpa memerlukan system tambahan dari luar system. Heat Pipe atau pipa kalor sebagai solusi untuk alat penukar kalor yang tidak membutuhkan konsumsi daya tambahan. Heat pipe

merupakan sebuah alat heat exhanger dengan kemampuan transfer panas yang sangat baik. [2]

Heat Pipe atau pipa kalor sebagai solusi untuk alat penukar kalor yang tidak membutuhkan konsumsi daya tambahan. Heat pipe merupakan sebuah alat heat exhanger dengan kemampuan transfer panas yang sangat baik. Pertama kali heat pipe dikenalkan oleh Gaugler (Gaugler.R.S 1944) pada tahun 1942 dan terus berkembang hingga saat ini. Beberapa kajian tentang heat pipe pada pengkondisian udara yang telah dilakukan, menunjukan bahwa heat pipe dapat berfungsi sebagai precooler dan reheater, sehingga dapat menghemat energy. [3]

I Made Dwi Janu Wanantha et al. • Prosiding KNEP IX – 2018 • ISSN 2338 – 414X

278

Skema pipa kalor seperti terlihat pada gambar 1.1, dimana kalor diserap pada bagian evaporator sehingga fluida kerja yang terdapat pada bagian evaporator terpanaskan dan mengalami perubahan fasa menjadi uap.

.

Uap mengalir kembali melalui lintasan uap pipa kalor menuju bagian kondensor dan mengalami kondensasi. Fluida kondensat mengalir ke bagian evaporator melalui struktur sumbu kapiler yang cukup untuk proses ini akan berlanjut selama ada tekanan kapiler yang cukup untuk membawa cairan kembali ke daerah evaporator .

Pada penelitian terdahulu Sigit Julius Setyawan, telah melakukan penelitian untuk mengenai aplikasi Heat Pipe pada pengkondisian udara dengan variasi Mass Flow Rate udara dan orientasi heat pipe [1]. Dan juga pada penelitian Mcfarland , telah melakukan penelitian untuk mengetahui efek heat pipe pada pengkondisian udara.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja thermal pipa kalor dengan memvariasikan bagian adiabatic dan tanpa bagian adaibatik pada posisi horizontal untuk melihat beban pendinginan pada evaporator AC dan juga temperature masuk udara ke dalam ruangan.

2. METODE PENELITIAN2.1 Bahan dan Alat

Dalam proses penelitian ini bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : Heat Pipe, Kipas (fan), alumunium ducting, pemanas (heater), pipa PVC, sambungan pipa L, isolasi ducting, lem, silicon, kabel dan sekrup.

Alat yang digunakan yaitu AC, Modul NI 9213, thermocouple type K, air flow meter, dan tang amphere.

2.2 Tahap Design dan Perancangan Alat 2.2.1 Perancangan Sistem HPAC

Gambar 2.1 dibawah ini merupakan rancangan dari system Heat Pipe Air Conditioning dengan variasi tanpa adiabatic dan tanpa adiabatik

2.3 Skematik Pengujian Skematik pengujian pipa kalor terlihat pada gambar 2.3

, komponen tersebut terdiri dari : (1) Heater, (2) fan, (3) heat pipe Evaporator, (4) Sistem AC, (5) ducting inlet, (6) kabin, (7) ducting outlet, (8) heat pipe kondensor, (9) fan, (10) alat ukur.

Bagian evaporator dipasang pemanas (heater) yang bertujuan untuk memanaskan udara didalam kabin sehingga konstan 30C sebelum memulai pengujian. Pengambilan data temperature akan direkam menggunakan modul NI 9213, pengukuran suhu menggunakan thermocouple tipe K dengan 8 buah pengukuran temperature. Dimana (T1) temperatur pada kabin, (T2) temperatur setelah heater, (T3) temperatur evaporator, (T4) temperatur pipa keluaran dari evap, (T5) temperatur pipa keluaran dari kabin, (T6) temperatur ducting outlet, (T7) temperatur kondensor, dan (T8) temperature lingkungan, setelah semua thermocouple terpasang dengan baik selanjutnya dilakukan pengujian dengan mengkonstankan temperature didalam kabin dengan cara menghidupkan heater.

Daya kompresor dapat dihitung dengan menggunakan rumus

. . (1)

Untuk menghitung debit udara yang masuk ke dalam ducting

. (2)

Menghitung laju aliran massa udara digunakan rumus

. (3)

Menghitung Beban Pendinginan pada evaporator dan kondensor digunakan rumus

. . ∆ (4)

Gambar 1.1 Skema Pipa Kalor

Gambar 2.3 Skematik Pengujian

Gambar 2.2 Rancangan Bagian Adiabatik (kiri) dan

Tanpa Adiabatik (kanan)

Gambar 2.1 Rancangan system Heat Pipe

Air Conditioning

I Made Dwi Janu Wanantha et al. • Prosiding KNEP IX – 2018 • ISSN 2338 – 414X

279

. . ∆ (5)

Pengujian system Heat Pipe Air Conditioning ini dilakukan dengan memvariasikan posisi Heat Pipe dan Temperatur pada kabin. Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Persiapkan peralatan dan perlengkapan yangakan digunakan, pasang thermocouple ditempat yang sudah ditentukan.

b. Catat temperatur awal pada kabin sampaimencapai 30°C dan temperature lingkungansebelum proses sistem dimulai.

c. Hidupkan alat dan catat temperatur padathermocouple yang sudah terpasang

d. Perhatikan temperatur hingga mencapai 20°Ce. Hitung beban pendinginan Heat Pipe

Evaporator dan Heat Pipe Kondensor,f. Hitung juga konsumsi daya dengan tang

ampere dan tunggu hingga 5 menit sebelumalat dimatikan.

g. Matikan alat dan tunggu temperatur kabinmencapai 30°C

h. Lakukan pengulangan c-d untuk temperatur18°C

i. Lakukan pengulangan e-gj. Lakukan pengulangan c-d untuk temperature

16°Ck. Lakukan pengulangan e-g.

2.4 Cara Kerja Alat

a. Cara kerja AC tanpa menggunakan heat pipe.Udara masuk dari luar menuju reheater, fungsi

reheater tersebut bertujuan untuk memanaskan udara agar udara yang masuk ke sistem konstan, kemudian udara yang sudah dipanaskan dari reheater akan masuk ke evaporator AC yang bertujuan untuk mendinginkan udara yang tadinya di panaskan dari reheater. Setelah udara dingin, kemudian udara tersebut akan masuk ke dalam ruangan kabin. Udara yang yang ada di ruangan akan keluar ke saluran outlet ducting, udara tersebut akan keluar karena diserap oleh fan outdoor. b. Cara kerja AC dengan menggunakan heat pipe

pada posisi horizontalUdara masuk dari luar menuju reheater, fungsi

reheater tersebut bertujuan untuk memanaskan udara masuk, kemudian udara yang sudah dipanaskan dari reheater akan masuk ke evaporator heat pipe yang bertujuan untuk mendinginkan udara yang tadinya di panaskan dari reheater. Setelah udara dingin, kemudian udara tersebut akan masuk ke evaporator AC, dan kemudian udara tersebut akan masuk ke ruangan. Udara yang terdapat dari ruangan akan keluar ke saluran outlet, dimana udara tersebut akan keluar menuju kondensor heat pipe.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan terdapat tiga penelitian yang digunakan yang pertama adalah penelitian tanpa menggunakan heat pipe, kedua mengaplikasikan heat pipe tanpa adiabatik, dan ketiga mengaplikasikan heat pipe dengan adiabatik. Tujuan dari melakukan penelitian ini dapat melihat performa heat pipe pada pengkondisian udara dengan

memposisikan heat pipe pada posisi horizontal. Dapat dilihat pengukuran dibeberapa titik seperti tabel berikut:

Tabel 1. Data Perbandingan Temperatur 20°C, 18°, dan 16° Tanpa Menggunakan Heat Pipe posisi Horizontal

Tabel 2. Perbandingan temperatur yang digunakan pada temperatur 20°C, 18°C dan 16°C menggunakan heat pipe tanpa adiabatik posisi horizontal

Tabel 3. Perbandingan temperatur yang digunakan pada temperatur 20°C, 18°C dan 16°C dengan menggunakan heat pipe adiabatik posisi horizontal

Dari data tabel diatas menunjukkan distribusi temperatur yang ada didalam ducting, konsumsi daya kompresor dan juga beban pendinginan pada evaporator dan beban pendinginan pada kondensor. Temperatur sepanjang heat pipe menurun dari posisi evaporator sampai pada kondensor. Dapat kita lihat pada tabel diatas dalam penggunaan heat pipe adiabatik temperatur pada evaporator semakin rendah hingga mencapai tempeatur suhu 10C pada titik pengukuran T4 dengan daya kompresor 0,079 kWh. Hal ini mengindikasi bahwa penggunaan heat pipe adiabatik dalam pengkondisian udara sangat memiliki pengaruh yang cukup bagus dalam mereduksi temperatur pada saat evaporator bekerja. Dan juga untuk konsumsi daya, semakin rendah dalam mencapai temperatur setting yang diinginkan, semakin besar pula konsumsi daya yang dibutuhkan.

I Made Dwi Janu Wanantha et al. • Prosiding KNEP IX – 2018 • ISSN 2338 – 414X

280

3.2 Data Kecepatan Aliran Udara 3.2.1 Kecepatan aliran udara dialam ducting heat

pipe

Kecepatan udara dapat ukur dengan menggunakan air flow meter dengan kecepatan 1,3 m/s

3.3 Menghitung Debit dan Laju Aliran Massa Udara Dari table psychometric chart pada udara didapat:

= 1,2 kg/ Cp = 1,03 kJ/kg.K

Perbandingan daya kompresor pada saat temperatur setting kabin telah tercapai dalam melakukan variasi tanpa heat pipe, heat pipe tanpa adiabatic, dan juga heat pipe dengan adiabatic dapat dilihat pada gambar 4.1. Dapat dilihat pada gambar untuk pencapaian temperatur kabin 20C penggunaan heat pipe dengan adiabatik memerlukan daya 0,036 kWh , untuk heat pipe tanpa adiabatik memerlukan daya 0,041 kWh, sedangkan tanpa heat pipe memerlukan daya sebesar 0,046 kWh. Untuk temperatur kabin 18C penggunaan heat pipe dengan adiabatik membutuhkan daya 0,045 kWh, heat pipe tanpa adiabatik sebesar 0,047 dan tanpa heat pipe membutuhkan daya sebesar 0,070 kWh. Dan untuk pencapian temperatur kabin 16C heat pipe dengan adiabatik membutuhkan daya sebesar 0,079 kWh, heat pipe tanpa adiabatik sebesar 0,081 kWh dan untuk tanpa heat pipe membuthkan daya sebesar 0,103 kWh. Dari semua kondisi yang terlihat penggunaan heat pipe adiabatik pada sistem air conditioning (HPAC), heat pipe dengan adiabatik lebih efektif untuk digunakan dibandingkan heat pipe tanpa adiabatik dan juga tanpa heat pipe

Perbandingan beban pendinginan evaporator pada saat temperatur setting kabin telah tercapai dalam melakukan variasi tanpa heat pipe, heat pipe tanpa adiabatic, dan juga heat pipe dengan adiabatic dapat dilihat pada gambar 4.2. Dapat dilihat pada gambar untuk pencapaian temperatur kabin 20C penggunaan heat pipe dengan adiabatik memerlukan daya 6,136 kW , untuk heat pipe tanpa adiabatik memerlukan daya 8,174 kW, sedangkan tanpa heat pipe memerlukan daya sebesar 7,663 kW. Untuk temperatur kabin 18C penggunaan heat pipe dengan adiabatik membutuhkan daya 8,174 kW, heat pipe tanpa adiabatik sebesar 8,684 kW dan tanpa heat pipe membutuhkan daya sebesar 7,633 kW . Dan untuk pencapian temperatur kabin 16C heat pipe dengan adiabatik membutuhkan daya sebesar 8,684 kW, heat pipe tanpa adiabatik sebesar 9,706 kW dan untuk tanpa heat pipe membuthkan daya sebesar 8,174 kW. Dari semua kondisi yang terlihat penggunaan heat pipe adiabatik pada sistem air conditioning (HPAC), heat pipe dengan adiabatik lebih sedikit memerlukan daya dibandingkan heat pipe tanpa adiabatik dan juga tanpa heat pipe , karena penggunaan adiabatik pada heat pipe mengisolasi terjadinya temperatur suhu didalam sistem keluar ke lingkungan dan juga mengatasi terjadinya pengaruh suhu dari lingkungan masuk ke dalam sistem, dan hasilnya temperatur yang masuk ke dalam evaporator AC lebih dingin sehingga kerja kompresor AC menjadi lebih ringan.

3.4 Data Grafik Garis Tanpa Menggunakan Heat Pipe

Pada Temperatur 20C, 18C, dan 16C pada

Posisi Horizontal Gambar 3.1. Grafik Beban Kompresor

Gambar 3.2. Grafik Beban Pendinginan EVaporator

Gambar 3.3 Grafik Tanpa Heat Pipe 20C

Gambar 3.4 Grafik Tanpa Heat Pipe 18C

I Made Dwi Janu Wanantha et al. • Prosiding KNEP IX – 2018 • ISSN 2338 – 414X

281

Gambar 3.3, 3.4 dan 3.5 merupakan grafik hubungan antara temperatur (C) terhadap fungsi waktu, menurunnya temperatur bersamaan dengan bertambahnya waktu. Grafik diatas merupakam distribusi temperatur sistem air conditioning tanpa menggunakan heat pipe pada temperatur kabin 20C, 18C dan 16C dari gambar 4.3, 4.4 dan 4.5 dapat dilihat bahwa waktu untuk mencapai temperatur kabin 20C, 18C, 16C dari temperatur 30C diperoleh waktu masing-masing 643 detik, 886 detik dan 1542 detik

3.5 Data Grafik Garis Heat Pipe Tanpa Adiabatik

Pada Temperatur 20C, 18C, dan 16C pada

Posisi Horizontal

Gambar 3.6 , 3.7 dan 3.8 merupakan grafik distribusi temperatur sistem heat pipe air conditioning tanpa adiabatik posisi horizontal pada pencapaian temperatur kabin 20C, 18C, dan 16C. Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa untuk mencapai temperatur 20C dari temperatur 30C diperlukan waktu 688 detik. Hal ini lebih cepat 40 detik dibandingkan tanpa penggunaan heat pipe . Temperatur udara setelah melewati heat pipe (temperatur masuk evaporator Ac) selisih 27C dimana terjadi penurunan temperatur oleh heat pipe sebesar 3C. Adanya penurunan temperatur mengakibatkan kerja evaporator AC lebih ringan sehingga pencapaian temperatur kabin lebih cepat dibandingkan sistem air conditioning tanpa menggunakan heat pipe . Pencapaian temperatur kabin 18C dan 16C masing-masing memerlukan waktu 703 detik dan 1211 detik. Hal ini terlihat pada gambar 3.7 dan 3.8. Seperti halnya pada pencapaian temperatur kabin 20C sistem heat pipe air conditioning mencapai temperatur kabin 18C dan 16C lebih cepat dibandingkan dengan tanpa menggunakan heat pipe. Adanya waktu yang dibutuhkan masing-masing 183 detik dan 331 detik lebih cepat dibandingkan tanpa menggunakan heat pipe. Adanya heat pipe sebelum evaporator AC mampu mereduksi temperatur sebesar 5C dan 6C.

3.6 Data Grafik Garis Heat Pipe Adiabatik Pada

Temperatur 20C, 18C, dan 16C pada Posisi

Horizontal

Gambar 3.5 Grafik Tanpa Heat Pipe 16C

Gambar 3.6 Grafik Heat Pipe Tanpa Adiabatik 20C

Gambar 3.7 Grafik Heat Pipe Tanpa Adiabatik 18C

Gambar 3.8 Grafik Heat Pipe Tanpa Adiabatik 16C

Gambar 3.9 Grafik Heat Pipe Adiabatik 20C

I Made Dwi Janu Wanantha et al. • Prosiding KNEP IX – 2018 • ISSN 2338 – 414X

282

Gambar 3.9 , 3.10 dan 3.11 merupakan grafik distribusi temperatur sistem heat pipe air conditioning adiabatik posisi horizontal pada pencapaian temperatur kabin 20C, 18C, dan 16C. Dari gambar 3.9 dapat dilihat bahwa untuk mencapai temperatur 20C dari temperatur 30C diperlukan waktu 535 detik. Hal ini lebih cepat 153 detik dibandingkan tanpa penggunaan heat pipe . Temperatur udara setelah melewati heat pipe (temperatur masuk evaporator Ac) selisih 27C dimana terjadi penurunan temperatur oleh heat pipe sebesar 3C. Pencapaian temperatur kabin 18C dan 16C masing-masing memerlukan waktu 670 detik dan 1189 detik. Hal ini terlihat pada gambar 3.10 dan 3.11. Seperti halnya pada pencapaian temperatur kabin 20C sistem heat pipe air conditioning mencapai temperatur kabin 18C dan 16C lebih cepat dibandingkan dengan tanpa menggunakan heat pipe. Adanya waktu yang dibutuhkan masing-masing 216 detik dan 353 detik lebih cepat dibandingkan tanpa menggunakan heat pipe. Adanya heat pipe sebelum evaporator AC mampu mereduksi temperatur sebesar 5C dan 4C.

3.7 Data Grafik Perbandingan Tanpa Heat Pipe, Heat

Pipe tanpa Adiabatik, dan Heat Pipe Adiabatik

Temperatur Kabin 20C , 18C, dan 16C

Pada gambar 3.12, 3.13 dan 3.14 merupakan distribusi temperatur kabin pada sistem air conditioning tanpa menggunakan heat pipe, sistem air conditioning heat pipe tanpa adiabatik dan sistem air conditioning heat pipe dengan

adiabatik. Pada gambar 4.12 terlihat untuk pencapaian temperatur kabin 20C masing – masing membutuhkan waktu 634 detik, 608 detik dan 535 detik. Untuk mencapai temperatur kabin 18C tanpa menggunakan heat pipe membutuhkan waktu 886 detik, untuk heat pipe tanpa adiabatik membutuhkan waktu 703 detik dan untuk heat pipe dengan adiabatik membutuhkan waktu 670 detik. Untuk sistem air conditioning tanpa heat pipe, HPAC dengan adiabatik dan tanpa adiabatik pada posisi horizontal seperti terlihat pada gambar 3.12, 3.13 dan 3.14 merupakan penurunan distrubusi temperatur pada sistem air conditioning tanpa heat pipe, heat pipe tanpa adiabatik dan heat pipe dengan adiabatik. Dari gambar tersebut tanpa menggunakan heat pipe membutuhkan waktu 154, untuk penggunaan heat pipe tanpa adiabatik membutuhkan waktu 1211 detik dan untuk penggunaan heat pipe dengan adiabatik membutuhkan waktu 1189 detik untuk mencapai temperatur kabin 16C. Dari semua kondisi terlihat bahwa pemakaian heat pipe pada sistem air conditioning (HPAC), heat pipe dengan adiabatik lebih efektif untuk digunakan dibandingkan dengan pemakaian heat pipe tanpa adiabatik dan tanpa heat pipe. Dimana waktu yang dibutuhkan heat pipe dengan adiabatik untuk mencapai temperatur kabin 20C 73 detik dibandingkan dengan heat pipe tanpa adiabatik dan 108 detik lebih cepat dibandingkan tanpa menggunakan heat pipe. Untuk mencapai temperatur kabin 18C dengan heat pipe adiabatik membutuhkan waktu 33 detik lebih cepat dibandingkan heat pipe tanpa adiabatik dan 216 detik lebih cepat dibandingkan tanpa menggunakan heat pipe. Untuk mencapai temperatur kabin 16C dengan heat pipe adiabatik membutuhkan waktu 22 detik lebih cepat dibandingkan dengan heat pipe tanpa adiabatik, dan lebih cepat 353 detik dibandingkan dengan tanpa menggunakan heat pipe.

Gambar 3.10 Grafik Heat Pipe Adiabatik 18C

Gambar 3.11 Grafik Heat Pipe Adiabatik 16C

Gambar 3.12 Grafik Perbandingan Temperatur 20C

Gambar 3.13 Grafik Perbandingan Temperatur 18C

I Made Dwi Janu Wanantha et al. • Prosiding KNEP IX – 2018 • ISSN 2338 – 414X

283

4 KESIMPULAN Penggunaan heat pipe sangat berpengaruh dengan

baik dalam mereduksi temperatur udara masuk keevaporator AC, bahkan dapat mereduksi temperatursampai dengan 10C dibandingkan tanpamenggunakan heat pipe.

Penggunaan heat pipe secara horizontal denganadanya bagian adiabatic lebih baik dibandingkantanpa adanya bagian adiabatik yakni bebanpendinginan dan konsumsi daya kompresor masing-masing menvapai 8,864 kW , 0,079 kWh serta 9,706kW dan 0,081 kWh.

Waktu yang dibutuhkan system HPAC untuktemperatur kabin 16C penggunaan heat pipe padaposisi horizontal dengan adanya bagian adiabaticmembutuhkan waktu 100 detik lebih cepatdibandingkan dengan penggunaan heat pipe tanpabagian adiabatic, dimana dengan adiabatikmembutuhkan waktu 1189 detik dan tanpa bagianadiabatik membutuhkan waktu 1211 detik.

Beban pendinginan dan konsumsi daya systemHPAC pada heat pipe posisi horizontal denganadanya bagian adiabatic lebih rendah 8,7 % dan2,4% untuk daya kompresor tanpa bagiana diabatikpada pencapian temperatur kabin 16C.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Julius Setyawan Sigit, 2012 aplikasi Heat Pipe pada pengkondisian udara dengan variasi Mass Flow Rate udara dan orientasi heat pipe Skripsi. Fakultas Teknik Mesin Universitas Indonesia, Jakarta.

[2] Krishan, Arvin Dkk (2001), “Climate Responsive Architecture ; A Design Handbook for Energy Efficient Buildings”, Tata McGraw Hill, New Delhi

[3] Yau, Y. H. (2006). Application of a Heat pipe Heat Exchanger to Dehumidification Enhancement in a HVAC System for Tropical Climates —a Baseline Performance

Characteristics Study. International Journal of Thermal Sciences 46, 164-17.

Gambar 3.14 Grafik Perbandingan Temperatur 16C