anak agung putu putra wibawa, s.pt., m.si. (doc) dengan berat badan homogen.. rancangan penelitian...
TRANSCRIPT
Anak Agung Putu Putra Wibawa, S.Pt., M.Si.
PENDAHULUANPertumbuhan yang cepat pada ayam broiler sering diikuti dengan perlemakan yang
tinggi. Tingginya kandungan lemak dalam tubuh, khususnya kandunan lemak jenuh, akan
diikuti dengan tingginya kandungan kolesterol dan hal tersebut akan menjadi masalah bagi
konsumen yang menginginkan daging yang berkualitas baik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan kandungan lemak dan kolesterol pada tubuh
broiler..
Hal yang menarik untuk dikaji khasiatnya dalam upaya untuk menurunkan
kandungan lemak dan kolesterol dalam daging broiler adalah pemanfaatan khasiat
bawang putih (Allium sativum). Bawang putih mendapatkan kepercayaan dari banyak
ilmuwan dan pengobatan di seluruh dunia untuk pencegahan dan pengobatan banyak
penyakit dan secara luas tersebar dan dikonsumsi sebagai bumbu dan herbal obat dari
ribuan tahun yang lalu. Bawang putih telah terbukti memiliki aktivitas anti-trombotik, lipid
darah, tekanan darah, dan memiliki efek melindungi jantung (Kasuga et al., 2001; Sigaly et
al., 1994), sifat antibakteri, dan ampuh inhibitor patogen makanan (Sivam, 2001; Lee et al.,
2003). Mekanisme bawang putih telah terbukti sebagai antioksidan yang efektif (Yang et
al., 1993) dan kemampuannya untuk merangsang respon kekebalan (Reeve et al., 1993).
Alasan tersebut di atas menginspirasi peneliti untuk mempelajari efek dari ekstrak
bawang putih melalui air minum yang diberikan terhadap kinerja ayam, penurunan
kandungan lemak abdomen, dan kadar kolesterol dalam daging broiler.
Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2016), Kuta, Bali, INDONESIA, 15 – 16 Desember 2016
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium
sativum) MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS,
JUMLAH LEMAK ABDOMEN, DAN KADAR KOLESTEROL DAGING
BROILERA.A.P. Putra Wibawa, I A Putri Utamu, Dan I G N G Bidura
Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar
E-mail: [email protected]
Metode PenelitianKandang dan Ayam
Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem battery colony dari bilah bambu
sebanyak 18 buah. Masing-masing petak kandang berukuran panjang l m, lebar 1,0 m,
dan tinggi 0,5 m. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan kandang
dengan atap genteng. Tiap-tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan
dan air minum. Ayam yang digunakan diperoleh dari Poultry Shop setempat, umur satu
hari (DOC) dengan berat badan homogen..
Rancangan Penelitian
Penelitian ini secara feeding trial menggunakan 180 ekor ayam broiler umur satu hari
(DOC) dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan 6 kali ulangan.
Ketiga perlakuan tersebut adalah pemberian air minum tanpa ekstrak bawang putih
sebagai kontrol (A); air minum dengan 2% ekstrak bawang putih (B); dan air minum
dengan 4% ekstrak bawah putih (C). Tiap unit percobaan meggunakan 10 ekor ayam
broiler umur satu hari (DOC) dengan berat badan homogen.
Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati atau di ukur dalam penelitian ini adalah: konsumsi ransum, berat
badan akhir, pertambahan berat badan, Feed Conversion Ratio (FCR), distribusi lemak .
Dan Kadar Kolesterol
Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabilia diantara perlakuan
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan uji jarak
berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, l989).
KesimpulanDari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 2,5%-5,0% ekstrak
air bawang putih (Allium sativum) melalui air minum yang diberikan, nyata dapat
meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu. Namun, secara
nyata menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol serum darah
ayam
Daftar PustakaAdibmoradi, M., B. Navidshad, J. Seifdavati and M. Royan. 2006. Effect of
dietary garlic meal on histological structure of small intestine in broiler chickens.
Jpn. Poult. Sci. 43:378-383.
Bidura, I.G.N.G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan ternak. UPT
Penerbit Universitas Udayana, Denpasar
Bidura, I.G.N.G., D.A. Candrawati, dan D.P.M.A. Candrawati. 2010. Pakan
Unggas. Konvensional dan Inkonvensional. Penerbit Udayana University Press,
Denpasar.
Kasuga, S., N. Uda, E. Kyo, M. Ushijima, N. Morihara and Y. Itakura. 2001.
Pharmacologic activities of aged garlic extract in comparison with other garlic
preparations. J. Nutr. 131: 1080-1084.
Lee, Y. L., T. Cesario, Y. Wang, E. Shanbrom and L. Thrupp. 2003. Antibacterial
activity of vegetables and juices. Nutrition 19: 994-996.
Sivam, G. P. 2001. Protection against Helicobacter pylori and other bacterial
infections by garlic. J. Nutr. 131:1106-1108.
Rasyaf, M. 2004. Seputar Makanan Ayam Kampung. Cetakan ke-8, Penerbit
Kanisius, Yogyakarta
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd
Ed. McGraw-Hill International Book Co., London.
Selle, P. H., K. H. Huang and W. I. Muir. 2003. Effect of Nutrient Specifications
and Xylanase plus Phytase Supplementation of Wheta Bared Diets on Growth
Performance and Carcass Traits of Broiler Chicks. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 16
(10): 1501 - 1509
Ucapan Terima KasihPada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Rektor
Universitas Udayana, dan Dekan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana,
Denpasar atas dana yang diberikan melalui dana DIPA PNBP Universitas
Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian
Nomor: 500A/UN14.1.25/PNL/2016, tanggal 4 April 2016.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih nyata
meningkatkan (p<0,05) pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan pakan,
serta tidak ada perubahan yang nyata (P> 0,05) pada konsumsi pakan. Pemberian
ekstrak bawang putih nyata menurunkan (p<0,05) jumlah lemak perut dan kolesterol
serum darah ayam.
Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak air bawang putih melalui air minum terhadap
penampilan, jumlah lemak abdomen dan serum kolesterol ayam broiler umur 2-6
minggu
Variabel Perlakuan 1) SEM 2)
A B C
Konsumsi ransum (g/ekor/5 minggu) 3022.81a1) 3123.58a 3113.80a 40.802
Pertamb berat badan (g/ekor/5 mgg) 1574.38a 1784.90b 1810.35b 38.097
FCR 1.92a 1.75b 1.72b 0.037
Lemak abdomen (% berat badan) 2.15a 1.82b 1.85b 0.069
Serum kolesterol (mg/dl) 175.37a 142.64b 144.85b 8.082Keterangan :
Air minum tanpa ekstrak air bawang putih sebagai kontrol (A); air minum dengan 2% ekstrak air
bawang putih (B), dan air minum dengan 5% ekstrak air bawang putih
SEM :”Standard Error of Treatment Means”
Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05)
Gambar 1. Ayam hasil Penelitian Gambar 2. Karkas Ayam
Gambar 3. Kandang Penelitian Gambar 4. Pencampuran ransum
Bidang Ungulan: Ketahanan Pangan
Kode/Nama Bidang Ilmu: 218/Produksi dan Teknologi Pakan Ternak
LAPORAN AKHIR
HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium
sativum) MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS,
JUMLAH LEMAK ABDOMEN, DAN KADAR KOLESTEROL
DAGING BROILER
Oleh
ANAK AGUNG PUTU PUTRA WIBAWA, SPt., Msi (NIDN.0022066902)
IR. IDA AYU PUTRI UTAMI, MSi (NIDN. 0007085905)
Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor:
500A/UN14.1.25/PNL/2016, tanggal 4 April 2016
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
ABSTRAK ..................................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Khusus ............................................................................................ 7
1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian ................................................................. 7
1.4 Potensi Hasil yang Didapat pada Akhir Penelitian ..................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 9
2.1 Bawang Putih (Allium sativum) .................................................................. 9
2.2 Senyawa Fitokimia tanaman ...................................................................... 14
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................................. 16
3.1 Road Map Penelitian ................................................................................... 16
3.2 Materi .......................................................................................................... 16
3.3 Metode ........................................................................................................ 17
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........ .......................................................... 20
4.1 Hasil ........................................................................................................... 20
4.2 Pembahasan.................................................................................................. 21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 30
LAMPIRAN .................................................................................................................... 36
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK AIR BAWANG PUTIH (Allium sativum)
MELALUI AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN, JUMLAH LEMAK
ABDOMEN DAN KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH BROILER
ANAK AGUNG PUTU PUTRA WIBAWA AND IDA AYU PUTRI UTAMI
Faculty of Animal Science, Udayana University, Jalan PB Soedirman, Denpasar, Bali,
Indonesia
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak air bawang putih melalui air
minum terhadap performans, lemak abdomen, dan kolesterol serum broiler umur 2-6
minggu. Seratus delapan puluh ekor ayam broiler umur 2 minggu ditempatkan pada
kandang battery colony. Ekstrak air bawang putih dibuat dengan pencampuran siung
bawang putih segar dengan air suling (1: 1, w/w). Ayam secara acak dibagi menjadi tiga
kelompok yang sama; satu perlakuan sebagai kontrol dan dua kelompok perlakuan lainnya
yaitu pemberian 2,5% dan 5% ekstrak bawang putih dalam air minum. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang putih nyata meningkatkan (p<0,05)
pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan pakan, serta tidak ada perubahan yang
nyata (P> 0,05) pada konsumsi pakan. Pemberian ekstrak bawang putih nyata menurunkan
(p<0,05) jumlah lemak perut dan kolesterol serum darah ayam. Dapat disimpulankan
bahwa pemberian 2,5% -5,0% ekstrak bawang putih pada air minum meningkatkan kinerja
dan menurunkan lemak abdomen dan serum kolesterol broiler.
Kata kunci: Bawang putih, kinerja, lemak perut, kolesterol
THE EFFECT OF GARLIC (Allium sativum) EXTRACT ON PERFORMANCE,
ABDOMINAL FAT AND SERUM CHOLESTEROL OF BROILER
ABSTRACT
The present study was conducted to determine the effects of garlic extract on performance,
abdominal fat, and serum cholesterol of broiler up to six weeks of age. One hundried and
eighty 2-wk-old broiler were colony caged in an environmentally controlled house to
evaluate the effect of garlic (Allium Sativum) extract administration on performance,
abdominal fat, and serum cholesterol. Garlic extract was prepared by blending pealed
garlic cloves with distilled water (1:1, w/w). Birds were randomly divided into three equal
groups; one served as a control and the other two groups were offered 2.5% and 5% Garlic
extract of drinking water. Garlic extract increased (p<0.05) body weight ganis and feed
efficiencies with no change (P>0,05) in feed consumption. Garlic extract administration
recorded lower (p<0.05) abdominal fat and serum cholesterol contents. In conclution,
2.5%-5.0% garlic extract on drinking water improved performance and may decrease both
abdominal fat and serum cholesterol of broiler up to six weeks of age.
Key words: Garlic, performance, abdominal fat, cholesterol
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler sering diikuti dengan perlemakan yang
tinggi. Tingginya kandungan lemak dalam tubuh, khususnya kandunan lemak jenuh, akan
diikuti dengan tingginya kandungan kolesterol dan hal tersebut akan menjadi masalah bagi
konsumen yang menginginkan daging yang berkualitas baik. Oleh karena itu, perlu
dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan kandungan lemak dan kolesterol pada tubuh
broiler.
Hal yang menarik untuk dikaji khasiatnya dalam upaya untuk menurunkan
kandungan lemak dan kolesterol dalam daging broiler adalah pemanfaatan khasiat bawang
putih (Allium sativum). Bawang putih mendapatkan kepercayaan dari banyak ilmuwan
dan pengobatan di seluruh dunia untuk pencegahan dan pengobatan banyak penyakit dan
secara luas tersebar dan dikonsumsi sebagai bumbu dan herbal obat dari ribuan tahun yang
lalu. Studi terbaru menunjukkan khasiat obat dari bawang putih dikaitkan dan potensinya
untuk menurunkan risiko penyakit. Bawang putih telah terbukti memiliki aktivitas anti-
trombotik, lipid darah, tekanan darah, dan memiliki efek melindungi jantung (Kasuga et
al., 2001; Sigaly et al., 1994), sifat antibakteri, dan ampuh inhibitor patogen makanan
(Sivam, 2001; Lee et al., 2003). Mekanisme bawang putih telah terbukti sebagai
antioksidan yang efektif (Yang et al., 1993) dan kemampuannya untuk merangsang respon
kekebalan (Reeve et al., 1993).
Bawang putih (Allium sativum) telah banyak digunakan sebagai rempah-rempah
dalam makanan dan untuk tujuan kesehatan karena dianggap berkhasiat sebagai antibiotik
antivirus, dan antijamur (Silvam, 2001). Bawang putih menunjukkan khasiat sebagai
antibiotik spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Khasiat lain
bawang putih adalah sebagai penurun kadar kolesterol, tekanan darah, pencegahan kanker,
sistem kekebalan tubuh, dan pengobatan infeksi, serta sebagai antioksidan (Silvam,
2001).
Bawang putih mengandung senyawa sulfur, seperti allicin, diallyl disulfida
(DADS) dan diallyll trisulphida (DATS), yang bertanggung jawab untuk sebagian besar
sifat farmakologi bawang putih, sedangkan senyawa non-sulfur dari bawang putih
termasuk allixin, flavonoid, saponin, dan fruktans (Silvam, 2001). Senyawa Allicin pada
bawang putih adalah senyawa yang menyebabkan bau menyengat dan dihasilkan dari
senyawa alliina turunan dari sistein osebagai aktifator enzim (Silvam, 2001). Bawang
putih menghasilkan allicin untuk melindungi diri dari bakteri dan penyakit lain dan
antioksidan (Reuter et al., 1996). Bawang putih juga mengandung mineral dan vitamin,
yang merupakan bagian penting untuk manfaat kesehatan .
Bawang putih dipelajari dalam berbagai bentuk ekstrak: air, etanol, dan bubuk
kering. Bawang putih mengandung berbagai senyawa organosulfur, seperti allicin,
ajoene, S-allylcysteine, diallyl disulfide, S-methylcysteine sulfoxide and S-allylcysteine
(Lim et al., 2006). Studi pada bawang putih sebagai alternatif dari promotor pertumbuhan
produksi ternak dilakukan dan efek menguntungkan pada pertumbuhan, daya cerna
(Bampids et al., 2005; Tatara et al., 2008). Bawang putih dalam ransum sebagai promotor
pertumbuhan ikan (Oreochromis niloticus), meningkatkan pertumbuhan, berat badan,
asupan pakan, dan efisiensi pakan (Shalaby et al., 2006). Hasil penelitian Obochi et al.
(2009) menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih merangsang sekresi gonadotropin dan
hormon yang dihasilkan oleh ovarium, serta dapat menghambat proliferasi sel kanker.
Di antara komponen aktif yang paling berpotensi diakui dalam bawang putih
adalah allicin. Lawson dan Hughes (1992) menunjukkan bahwa allicin tidak stabil dan
sulit diserap dari saluran pencernaan. Proses pemanasan atau pelarutan bawang putih
ternyata dapat menginaktifkan enzim allinase. Memadukan siung bawang putih dengan
air suling tersedia waktu yang cukup untuk allinase dibebaskan dan membentuk allicin
dari alliin.
Alasan tersebut di atas menginspirasi peneliti untuk mempelajari efek dari ekstrak
bawang putih melalui air minum yang diberikan terhadap kinerja ayam, penurunan
kandungan lemak abdomen, dan kadar kolesterol dalam daging broiler.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah penambahan pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) melalui air
minum yang diberikan mampu meningkatkan kinerja produksi dan sebaliknya mampu
menurunkan kadar kolesterol serta penimbunan lemak tubuh ayam broiler.
1.3 Tujuan Khusus
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan khusus, yaitu meningkatkan kuantitas dan
kualitas daging (rendah lemak dan kolesterol) ayam broiler yang efisien melalui
pemanfaatan khasiat fitokimia bawang putih (Allium sativum) melalui air minum yang
diberikan.
1.4 Urgensi (Keutamaan) Penelitian
a. Pengembangan ternak ayam broiler dihadapkan pada kendala potensi sumberdaya
pakan yang tidak sesuai dengan kuantitas, kualitas, dan kontinuitas, sehingga
penanganannya perlu mendapat perhatian serius, karena pakan merupakan salah
satu faktor penting dalam usaha ternak. Penerapan teknologi untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas produk unggas dalam rangka meningkatkan daya saing
produk (Bali merupakan daerah tujuan wisata) akan berdampak pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan bangsa Indonesia.
b. Konsep utama penelitian ini adalah adanya indikasi bahwa produk yang tinggi
kandungan lemak dan kolesterolnya kurang disukai oleh konsumen, khususnya
produk-produk yang sasaran utamanya adalah hotel. Konsumen takut
mengkonsumsi produk unggas yang tinggi kandungan lemak dan kolesterolnya,
karena erat hubungannya dengan penyakit arterioklerosis.
c. Penelitian ini juga akan melibatkan mahasiswa, sehingga kegiatan penelitian dapat
menjadi media pendukung proses belajar mengajar dan percepatan waktu
kelulusan mahasiswa, mengingat hasil penelitian akan dimanfaatkan sebagai tugas
akhir mahasiswa. Melalui kegiatan penelitian ini, tugas institusi dalam mencetak
sumber daya manusia yang trampil dan berkualitas akan lebih mudah tercapai, dan
mutu lulusan yang dihasilkan akan semakin baik.
d. Penelitian ini merupakan langkah dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dibidang bioteknologi herbal, sehingga akan mengembangkan
institusi Fakultas Peternakan khususnya, dan Universitas Udayana secara umum
dalam berkontribusi dalam pembangunan di dunia pendidikan serta pemberdayaan
masyarakat melalui aktivitas pengabdian dengan cara desiminasi teknologi yang
dihasilkan, khususnya dalam mendukung pencapaian target swasembada daging
sapi nasional.
1.5 Potensi Hasil yang Didapat pada Akhir Penelitian
1. Teknologi herbal melalui air minum yang diberikan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi ayam ang efisien
2. Percepatan masa studi lulusan melalui keterlibatan mahasiswa dalam penelitian ini
3. Publikasi ilmiah di jurnal internasional dan nasional
II. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang merupakan tanaman umbi-umbian, termasuk genus Allium atau Liliace,
yang terbagi atas kelas: bawang merah (Allium cepa), bawang putih (Allium sativum),
perai (Leeks) dan selada (chives) (Sudibia, l997), yang banyak digunakan sebagai bahan
makanan untuk penambah rasa dan juga banyak digunakan sebagai tanaman obat yang
berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit karena mengandung suatu zat
kimia yang sangat luar biasa khasiatnya yaitu: allyl sulfida aktif yang disebut dengan
propenecysteine sulphoxide.
Menurut Block (l985), senyawa yang dapat di ekstrak dari bawang putih adalah:
air, protein, lemak, vitamin, karbohidrat, kalsium, fosfor dan zat-zat aktif seperti: allicin,
skordinin, alliil dan diallyl sulfida. Bawang putih juga dapat menghambat pertumbuhan
beberapa jenis mikroba, karena mengandung zat yang disebut allicin, yaitu zat
antimikroba yang cukup kuat.
Tumbuhan bawang putih mempunyai mekanisme khusus dalam pembentukan
komponen bersulfur, dan bau khas dari sulfur ini baru timbul setelah bawang terluka
jaringannya, misalnya karena dikupas, dipotong atau tergores (Wijaya, l997). Dilaporkan
juga bahwa pada bawang utuh, hanya ada prekursor dari komponen itu yang kurang aktif,
dengan penanganan yang tepat, enzim seperti alliinase pada bawang putih akan memicu
perubahan komponen prekursor menjadi berbagai komponen sulfur dan hal inilah yang
kemudian dilaporkan berkhasiat antikolesterol, antitrombotik, antihiperlipidimia,
antihepatosik, antidiabetes dan antikanker.
Beberapa peneliti melaporkan terjadi penurunan kolesterol kuning telur karena
penggunaan bawang putih (Sharma et al., 1979; Chowdhury et al., 2002), sementara yang
lain tidak. Reddy et al. (1991) menyimpulkan bahwa suplementasi minyak bawang putih
di tingkat 0,02% dalam ransum ternyata tidak mempengaruhi kandungan kolesterol kuning
telur. Demikian pula, Birrenkott et al. ( 2000) melaporkan bahwa suplementasi ransum
dengan 3% tepung bawang putih tidak efektif dalam menurunkan kolesterol kuning atau
komponen lipid lain dari serum ayam petelur, bahkan ketika pemberiannya selama delapan
bulan.
Pemberian jus bawang putih nyata meningkatkan berat telur, tinggi albumen dan
perbaikan Haugh unit, serta dapat menurunkan jumlah E. coli dalam telur. kandungan
kolesterol kuning telur tidak dipengaruhi oleh jus bawang putih. Hal ini menyimpulkan
bahwa jus bawang putih meningkatkan karakteristik kinerja produksi telur dan dapat
meningkatkan masa simpan telur, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan kualitas telur
dan jumlah bakteri yang lebih rendah. Tingkat jus bawang putih yang digunakan dalam
penelitian ini tidak cukup untuk mempengaruhi kolesterol telur kuning (Mahmoud et al.,
2010).
Telah lama dianggap bahwa bawang putih (Allium sativum) memiliki beberapa
efek yang menguntungkan bagi manusia dan hewan, antara lain sebagai antimikroba,
antioksidan, serta sifat antihipertensi (Konjufca et al., 1997; Sivam, 2001). Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa fungsi-fungsi ini terutama disebabkan oleh komponen
bioaktif dari bawang putih, termasuk senyawa yang mengandung sulfur, seperti alliin,
diallylsulphides, dan allicin (Amagase et al., 2001). Oleh karena itu, persiapan bawang
putih yang digunakan dalam berbagai penelitian mungkin salah satu alasan untuk hasil
yang tidak konsisten.
Yalcin et al. (2006) melaporkan bahwa suplementasi bubuk bawang putih di
tingkat 5 atau 10 g/kg dalam ransum menunjukkan peningkatan angka produksi telur ayam
(HD) dan peningkatan yang signifikan dalam berat telur. Khan et al. (2007) melaporkan
bahwa ayam petelur yang diberi bawang putih kering (2-8%) menunjukkan produksi telur
yang lebih tinggi. Namun, berat telur tidak berubah secara signifikan bila dibandingkan
dengan kelompok kontrol.
Adibmoradi et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian bawang putih ternyata
dapat meningkatkan tinggi villus dan kedalaman crypt (crypt depth), serta menurunkan
ketebalan epitel dan jumlah sel goblet di duodenum, jejunum, dan ileum burung (Nusairate
(2007). Ramakrishna et al. (2003) melaporkan bahwa suplementasi bawang putih ternyata
dapat meningkatkan aktivitas enzim pankreas, sehingga dapat meningkatkan penyerapan
zat makanan pada tikus.
Kurangnya efek dari jus bawang putih pada kolesterol kuning telur berbeda dari
hasil Sharma et al. (1979), yang melaporkan penurunan kolesterol kuning telur dengan
memberi makan 1% atau 3% tepung bawang putih. Reddy et al. (1991) menyimpulkan
bahwa suplementasi ransum dengan minyak bawang putih di tingkat 0,02% tidak
mempengaruhi kolesterol kuning telur. Chowdhury et al. (2002) menyimpulkan bahwa
pasta bawang putih dalam ransum ayam petelur nyata dapat menurunkan kandungan
kolesterol dalam serum dan kuning telur, tanpa mempengaruhi kinerja produksi telur.
Khan et al. (2007) melaporkan bahwa bubuk kering bawang putih dalam ransum ayam
petelur dapat mengurang kandungan kolesterol serum dan kuning telur. Birrenkott et al.
(2000) menunjukkan bahwa suplementasi 3% tepung bawang putih dalam ransum tidak
efektif dalam menurunkan kuning kolesterol (mg/g) atau komponen lipid lain dari serum
ayam petelur. Baru-baru ini, Yalcin et al. (2006) melaporkan bahwa kolesterol total
kuning tidak terpengaruh oleh suplemen bawang putih. Hargis (1988) mengutip banyak
laporan tentang proses metabolisme kolesterol kuning telur di unggas domestik dan faktor
memodifikasi mereka juga. Faktor pengendali utama dalam sintesis kolesterol adalah
dalam pembentukan asam mevalonat melalui HMG-CoA reduktase. Vargas et al. (1986)
menyimpulkan bahwa ayam petelur mampu mensintesis kolesterol lebih dari dari yang
dibutuhan untuk deposisi kuning telur melalui aktivitas HMG Co-A reduktase.
Khasiat sebagai antibakteri dari bawang putih adalah nyata (Sivam, 2001; Lee et
al., 2003). Ekstrak jus bawang putih ternyata dapat menekan jumlah bakteri E.coli dalam
telur dan saluran pencernaan. Senyawa antimikroba utama pada bawang putih telah
diidentifikasi adalah allicin, yang terbentuk ketika siung bawang putih dihancurkan (Ankri
dan Mirelman, 1999).
Penambahan bubuk bawang putih yang difermentasi mengurangi konsentrasi
kolesterol plasma dan tidak menyebabkan efek buruk pada kinerja produksi. Selain itu,
penambahan 3,0% bawang putih bubuk menurun SFA (asam lemak jenuh ), tetapi
meningkat PUFA (polyunsaturated fatty acids) dalam kuning telur (Ao et al., 2010).
Sharma et al. (1979) melaporkan bahwa kadar kolesterol kuning telur mengalami
penurunan bila diberi ransum yang mengandung 1% atau 3% serbuk bawang putih selama
3 minggu. Sklan et al. (1992) melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol dalam hati bila
diberi ransum mengandung 2% bawang putih. Aktivitas enzim 3-hydroxy-3-
methylglutaryl koenzim A reduktase dalam hati mengalami penurunan sebesar 50-69%
pada broiler berusia 12 minggu dan sebesar 72-83% pada ayam Leghorn umur 12 minggu,
sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol serum dari 7-25 dan 20-25%, bila diberi
ransum yang mengandung 3,8% pasta bawang putih (Qureshi et al., 1983).
Chowdhury et al. (2002) mengamati tidak ada efek pada produksi telur tetapi
secara signifikan menurun kolesterol serum dengan penambahan bawang putih. Namun,
Birrenkott et al. (2000) melaporkan bahwa tidak ada efek signifikan pada kuning telur
dan kolesterol serum konsentrasi dengan penambahan 3% tepung bawang putih dalam
ransum ayam petelur diberi makan diet selama 8 bulan. Produksi telur, berat telur,
efisiensi pakan, jumlah lipid plasma, kolesterol plasma dan kolesterol kuning telur tidak
terpengaruh selama 8 minggu diberi makan minyak bawang putih (Reddy et al., 1991).
Plasma kolesterol total menurun nyata dengan meningkatnya tingkat bubuk
bawang putih dalam ansum. Hasil ini konsisten dengan efek menguntungkan dari bawang
putih pada metabolisme kolesterol dalam kesehatan manusia (Ao et al., 2010).
Chowdhury et al. (2002) melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol plasma mengalami
penurunan secara berturutan rata-rata sebesar 15%, 28%, 33%, dan 43% dengan
meningkatnya tingkat pasta bawang putih, yaitu 2%; 4%; 6%, atau 8% dalam ransum.
Rantai samping dari allyl tak jenuh ini mudah direduksi menjadi rantai propyl
jenuh dan proses reduksi ini mengakibatkan penurunan reduced NAD dan NADP dalam
tubuh. Selain itu allicin juga dianggap mampu berikatan dengan gugus -SH yang
merupakan bagian fungsional dari Co-A dalam proses pembentukkan kolesterol dalam
tubuh (Bidura, 2007). Dilaporkan juga oleh Bidura dan Suwidjayana (l997) bahwa
penggunaan tepung jerami bawang putih dalam ransum pada tingkat 7 %, ternyata dapat
meningkatkan warna kuning dan menurunkan kadar kolesterol telur ayam. Dilaporkan
juga oleh Jufri (l987) bahwa penggunaan ekstrak umbi bawang merah sebesar 250 kg/kg
berat badan kelinci, ternyata dapat menurunkan kadar gula darah normal sebesar 23,46%.
Suplementasi 0,5% dan 1,0% tepung bawang putih dalam ransum nyata
menurunkan konsentrasi kolesterol plasma (Sakine dan Onbasilar, 2006). Pengurangan
konsentrasi kolesterol plasma dengan penambahan bubuk bawang putih juga diamati pada
tikus dan ayam pedaging (Myung, 1982; Qureshi et al., 1983.). Penurunan konsentrasi
kolesterol plasma dengan bubuk suplemen bawang putih mungkin karena pengurangan
aktivitas enzim dalam hati, yaitu enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA reduktase,
kolesterol 7α-hidroksilase, fatty acid synthetase (Qureshi et al., 1983). Sebaliknya, Reddy
et al. (1991) melaporkan bahwa makan 0,02% minyak bawang putih tidak memiliki efek
pada plasma dan kolesterol kuning telur.
2.2 Senyawa Fitokimia
Menurut Karyadi (l997), phytochemical berasal dari kata phyto yang berarti
tumbuhan dan chemical berarti zat kimia atau zat kimia yang berasal dari sumber nabati
yang mempunyai fungsi faali luar biasa. Dilaporkan juga bahwa senyawa fitokimia ini
tidak termasuk ke dalam zat gizi, karena bukan berupa karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral.
Menurut struktur kimiawi dan karakteristik fungsionilnya, yang termasuk senyawa
fitokimia adalah: karotenoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, inhibitor
protease, monoterpen, fitoestrogen, sulfida, dan asam fitat (Harbone, l987).
Kombinasi senyawa fitokimia di dalam tubuh ternyata dapat menghasilkan enzim-
enzim penangkal racun, merangsang sistem kekebalan, mencegah penggumpalan keping-
keping darah (trombosit), menghambat sintesa kolesterol, meningkatkan metabolisme
hormon, pengenceran dan pengikatan zat karsinogen dalam liang usus, efek antibakteri,
efek antivirus, antioksidan, mengatus gula darah dan antikanker (Karyadi, l997).
Kandungan bahan alami tumbuhan berkhasiat adalah bahan organik sekunder yang
dihasilkan melalui reaksi sekunder dari bahan organik primer seperti karbohidrat, protein
dan lemak (Santoso, l993). Dilaporkan juga bahwa bahan organik sekunder dikenal juga
sebagai metabolik sekunder yang menurut garis besarnya dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu fenolik, alkaloid, dan terpenoid, serta pigmen dan porfirin termasuk di
dalamnya. Menurut Sumarno (l992), metabolit sekunder dibedakan menjadi golongan
antibiotik, alkaloid, glikosid, steroid, dan terpenoid.
Tanin dapat dijumpai di beberapa bagian tumbuhan terutama dalam daun,
periderm, berkas pengangkut, buah muda dan kulit biji dalam jaringan yang terserang
patogen. Diduga tanin berfungsi untuk melindungi tumbuhan terhadap dehidrasi, proses
pembusukan serta perusakan hewan. Secara mikroskopis biasanya tampak sebagai massa
granula atau benda-benda berwarna kuning, merah atau coklat (Sumarno, l992).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Road Map Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan metode force feeding pada ayam
broiler. Bagan alur penelitian tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Road map penelitian
3.2 Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian di laksanakan di Stasiun Penelitian, Fakultas Peternakan Unud, dan Lab.
Kimia Nutrisi, Fapet Unud. Penelitian berlangsung selama delapan bulan, yaitu mulai dari
persiapan sampai dengan penyusunan laporan.
3.3 Kandang dan Ayam
Kandang yang digunakan adalah kandang dengan sistem battery colony dari bilah
bambu sebanyak 18 buah. Masing-masing petak kandang berukuran panjang l m, lebar
1,0 m, dan tinggi 0,5 m. Semua petak kandang terletak dalam sebuah bangunan kandang
dengan atap genteng. Tiap-tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan
air minum. Ayam yang digunakan diperoleh dari Poultry Shop setempat, umur satu hari
(DOC) dengan berat badan homogen.
BAWANG PUTIH
Allicin
Menurunkan
kolesterol dan meningkatkan
pertumbuhan (Bidura
dan Suwidjayana, 1997; 1998), serta
antibakteri (Lee et
al., 2003)
BROILER
Pertumbuhan cepat
Rentan penyakit
Lemak Tinggi
Kolesterol tinggi
Ekstrak Bawang
Putih melalui
Air minum yg
Diberikan
allinase
dibebaskan dan
membentuk
allicin dari alliin
BROILER
Pertumbuhan
cepat
Sistim imun
tinggi
Efisiensi
penggunaan ransum tinggi
Rendah lemak
dan rendah kolesterol
Karkas tinggi
Feed
suplement
Publikasi
Internasional
3.4. Ransum dan air Minum
Ransum yang digunakan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan Tabel
komposisi zat-zat makanan menurut Scott et al. (l982), dengan menggunakan bahan
seperti: jagung kuning, tepung ikan, bungkil kelapa, kacang kedelai, NaCl, dan premix.
Semua ransum disusun isokalori (ME: 2900 kkal/kg) dan isoprotein (CP: 20 %).
3.5. Persiapan Ekstraks Bawang putih (Allium sativum)
Persiapkan masing-masing 20 g dan 40 g siung bawang putih segar (Allium
sativum) masing-masing untuk perlakuan B dan C yang diperoleh dari Pasar Setempat
untuk digunakan dalam penelitian. Selanjutnya siung bawang putih tersebut digiling halus
dan dicampurkan dalam 1.000 ml air yang terlebih dahulu sudah direbus dan disimpan
semalam. Ekstrak bawang putih kemudian disaring menggunakan kain satin dan siap
digunakan dalam penelitian, yaitu deberikan kepada ayam melalui air minum.
3.6 Rancangan Percobaan
Penelitian ini secara feeding trial menggunakan 180 ekor ayam broiler umur satu
hari (DOC) dalam rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan 6 kali
ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah pemberian air minum tanpa ekstrak bawang
putih sebagai kontrol (A); air minum dengan 2% ekstrak bawang putih (B); dan air minum
dengan 4% ekstrak bawah putih (C). Tiap unit percobaan meggunakan 10 ekor ayam
broiler umur satu hari (DOC) dengan berat badan homogen.
3.7. Variabel yang Diamati
Konsumsi ransum: konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali, yaitu selisih
antara jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum.
Konsumsi air minum: konsumsi air minum di ukur setiap hari dengan
menggunakan gelas ukur.
Pertambahan berat badan: pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi
berat badan akhir dengan berat badan minggu sebelumnya. Sebelum penimbangan
terlebih dahulu ayam dipuasakan selama kurang lebih 12 jam.
Feed Conversion Ratio (FCR): merupakan perbandingan antara jumlah ransum
yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Merupakan tolok ukur untuk
menilai tingkat efisiensi penggunaan ransumperbandingan. Semakin rendah nilai
FCR, semakin tinggi efisiensi penggunaan ransumnya, demikian sebaliknya.
Bobot karkas: berat potong dikurangi dengan berat darah, bulu, kepala, kaki dan
jeroan.
Distribusi lemak tubuh: lemak subkutan adalah lemak yang ada di bawah kulit
termasuk kulit, “pad-fat” merupakan lemak bantalan perut, “mesenteric fat”
merupakan lemak yang ada disekitar usus, dan lemak empedal yang terdapat pada
empedal.
Kadar kolesterol darah dan daging: pengamatan kadar kolesterol darah dilakukan
sekali, yaitu pada minggu terakhir penelitian dengan menggunakan darah yang
diambil pada bagian sayap dan daging pada bagian dada. Analisis kolesterol
menggunakan metode Lieberman-Burchad dari Plummer (l977). Larutan sterol
dalam kloroform dieraksikan dengan asam asetat anhidrat asam sulfat pekat.
Dalam uji nanti dihasilkan warna dari hijau kebiruan sampai warna hijau,
tergantung kadar kolesterol sampel. Larutan yang dihasilkan tertera pada
spektrofotometer untuk mendapatkan densitas optik (DO). Hasil tersebut kemudian
dibandingkan dengan DO dari larutan standar, sehingga dapat dihitung besarnya
kadar kolesterol sampel.
3.8. Analisis Statistika
Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perbedaan
yang nyata (P<0,05) di antara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari
Duncan (Steel and Torrie, l989).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1. Konsumsi Ransum dan Air Minum
Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama empat minggu penelitian oleh
ayam yang diberi perlakuan kontrol (A) adalah 3136,42 g/ekor/4 minggu (Tabel 3). Rataan
ransum yang dikonsumsi oleh ayam yang diberi ransum mengandung 3 % tepung daun
bawang putih (B) dan 6 % tepung daun bawang putih (C), masing-masing adalah : 5,04 %
dan 6,70 % nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kontrol.
Jumlah air minum yang dikonsumsi oleh ayam control adalah 6970,39 ml/ekor/4
minggu (Tabel 3). Terjadi peningkatan konsumsi air minum pada ayam perlakuan B dan
C masing-masing : 7,05 % dan 5,12 % nyata lebih tinggi daripada kontrol.
5.1.2. Konsumsi Protein dan Asam Amino Lysin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan protein yang dikonsumsi oleh ayam
yang diberi ransum control adalah 627,60 g/ekor/4 minggu (Tabel 3). Sedangkan ayam
perlakuan B dan C, masing-masing mengkonsumsi protein sebesar : 5,14 % dan 6,96 %
nyata lebih tinggi daripada kontrol.
Jumlah asam amino lysin yang dikonsumsi oleh ayam control adalah 33,56
g/ekor/4 minggu (Table 3). Terjadi peningkatan konsumsi asam amino lysine yang nyata
(P<0,05) pada ayam yang diberi perlakuan B dan C masing-masing : 7,00 % dan 13,68 %
lebih tinggi daripada kontrol.
5.1.3. Berat Badan Akhir dan Pertambahan Berat Badan
Rata-rata berat badan ayam broiler umur enam minggu yang diberi ransum control
adalah 1615,92 g/ekor (Tabel 3). Rataan berat badan akhir ayam yang diberi ransum B
dan C masing-masing : 10,20 % dan 9,41 % nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada ayam
kontrol.
Rataan pertambahan berat badan ayam control selama empat minggu penelitian
adalah 1340,35 g/ekor/4 minggu (Tabel 3). Pemberian tepung jerami bawang putih pada
level 3 % (B) dan 6 % (C), secara nyata (P<0,05) meningkatkan pertambahan berat badan
ayam, masing-masing : 12,23 % dan 11,46 % lebih tinggi daripada ayam kontrol.
Tabel 1. Pengaruh pemberian ekstrak air bawang putih melalui air minum terhadap
penampilan, jumlah lemak abdomen dan serum kolesterol ayam broiler umur 2-6
minggu
Variabel Perlakuan1)
SEM2)
Group A Group B Group C
Konsumsi ransum (g/ekor/4 minggu) 3022.81a1)
3123.58a 3113.80a 40.802
Prtambahan berat badan (g/ekor/4 minggu) 1574.38a 1784.90b 1810.35b 38.097
FCR (konsumsi ransum : pertambahan berat badan) 1.92a 1.75b 1.72b 0.037
Lemak abdomen (g/100 g berat badan) 2.15a 1.82b 1.85b 0.069
Serum kolesterol (mg/dl) 175.37a 142.64b 144.85b 8.082
Notes:
1. Air minum tanpa ekstrak air bawang putih sebagai kontrol (A); air minum dengan 2%
ekstrak air bawang putih (B), dan air minum dengan 5% ekstrak air bawang putih
2. SEM :”Standard Error of Treatment Means”
3. Nilai dengan huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
(P>0.05)
4.2 Pembahasan
Penggunaan tepung daun bawang putih dalam ransum ternyata dapat
meningkatkan pertambahan berat badan ayam. Hal ini disebabkan karena adanya senyawa
fitokimia pada bahan tersebut. Pada daun bawang putih, senyawa alliinase akan memicu
perubahan komponen prekursor menjadi komponen sulfur dan hal inilah yang kemudian
dilaporkan berkhasiat memacu pertumbuhan (Wijaya, 1997). Pertambahan berat badan
yang semakin meningkat tersebut juga disebabkan karena peningkatan konsumsi protein.
Protein sangat diperlukan sekali untuk menunjang pertumbuhan ayam (Wahju, 1988).
Menurut Sugahara dan Kubo (1992), konsumsi protein dan asam amino metionin yang
tinggi akan dapat meningkatkan retensi energi sebagai protein dalam tubuh. Pendapat ini
didukung oleh Sibbald dan Wolynetz (1986), bahwa retensi energi sebagai protein
meningkat, sedangkan retensi energi sebagai lemak tubuh menurun dengan semakin
meningkatnya konsentrasi asam amino metionin dalam tubuh sebagai akibat
meningkatnya konsumsi protein.
Komponen bersulfur pada bawang putih akan meningkatkan ketersediaan asam
amino yang mengandung sulfur seperti metionin dalam tubuh ayam. Menurut Seaton et al.
(l978), meningkatnya konsentrasi asam amino metionin dalam tubuh akan dapat
meningkatkan pertumbuhan ayam. Kombinasi senyawa fitokimia di dalam tubuh dapat
menghasilkan enzim-enzim penangkal racun, merangsang sistem kekebalan, mencegah
penggumpalan keping-keping darah (trombosit), meningkatkan metabolisme hormon, dan
pengikatan zat karsinogen dalam usus, efek antibakteri, dan antioksidan (Karyadi, l997)
yang semuanya akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ayam.
Penggunaan tepung jerami bawang putih sampai tingkat 6 % dalam ransum, secara
nyata dapat meningkatkan berat potong dan berat karkas ayam. Hal ini disebabkan karena
pada jerami bawang putih terkandung senyawa aktif, seperti yang terdapat pada umbinya,
yaitu allyl sulfida aktif yang disebut dengan propenecysteine sulphoxide (Sudibia, l997).
Senyawa aktif ini ternyata mempunyai khasiat faali yang sangat luar biasa, antara lain :
sebagai antimikroba, antioksidasi, merangsang sistem imun, dan menurunkan kolesterol
tubuh (Karyadi, l997). Adanya khasiat jerami bawang putih sebagai antimikroba, akan
dapat menekan pertumbuhan bakteri coliform atau bakteri yang merugikan, dan hal ini
akan memberikan peluang pertumbuhan mikroorganisme yang menguntungkan di dalam
saluran pencernaan ayam optimal, sehingga pemanfaatan zat makanan untuk pertumbuhan
dapat maksimal.
Berat badan akhir, berat potong, berat karkas, dan persentase daging karkas ayam
meningkat dengan penggunaan tepung daun bawang putih dalam ransum. Hal ini
disebabkan karena alliinase pada bawang putih akan memicu perubahan komponen
prekursor menjadi komponen sulfur dan hal inilah yang kemudian dilaporkan berkhasiat
antikolesterol dan memacu pertumbuhan ayam (Wijaya, 1997). Meningkatnya berat
potong, berat karkas, dan persentase daging karkas ayam, juga tidak terlepas dari
meningkatnya konsumsi ransum. Meningkatnya konsumsi ransum, maka secara absolut
zat makanan yang mempunyai nilai cerna tinggi khususnya asam amino, akan meningkat
pula yang terabsorpsi. Meningkatnya konsumsi asam amino lysin dan asam amino yang
mengandung sulfur akan dapat meningkatkan pertumbuhan ayam (Sugahara dan Kubo,
l992). Adanya senyawa bersulfur pada jerami bawang putih akan mendukung ketersediaan
asam amino yang mengandung sulfur, seperti sistin, sistein, dan metionin. Metionin
misalnya, ternyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan karkas ayam (Astuti, l996).
Dilaporkan oleh Sibbald dan Wolynetz (1986), bahwa retensi energi sebagai protein
meningkat, sedangkan retensi energi sebagai lemak tubuh menurun dengan semakin
meningkatnya konsentrasi asam amino lysin dalam tubuh sebagai akibat meningkatnya
konsumsi protein atau asam amino lysin.
Distri busi lemak dalam tubuh ayam menurun dengan adanya daun bawang putih
dalam ransum. Penurunan ini sebagai akibat dari peningkatan konsumsi protein dan asam
amino lysin. Seperti dilaporkan oleh Al-Batshan dan Hussein (1999), meningkatnya
konsumsi protein secara nyata akan meningkatkan berat karkas, persentase karkas, dan
persentase daging dada (“breast meat”), dan nyata menurunkan lemak abdomen
(“abdominal fat”). Penurunan akumulasi lemak dan kadar kolesterol plasma tersebut dapat
juga disebabkan karena saponin pada daun bawang putih ternyata dapat mengikat garam-
garam empedu endogenus (endogenus bile cholesterol). Saponin menurunkan kadar lipida
dan kolesterol darah dengan jalan menghambat penyerapan kembali dari koletserol
endogenus diatas. Saponin ternyata dapat menghambat aktivitas enzim pankreas dan
metabolitnya, serta membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dengan Zn (Ferket dan
Middelton, 1999). Dilaporkan juga oleh Wibowo (l990) bahwa kerja scordinin pada
bawang putih ternyata sama dengan enzim oksido-reduktase. Scordinin berfungsi sebagai
enzim pendorong pertumbuhan yang efektif pada ternak. Hal ini telah dibuktikan pada
tikus dan kelinci, ternyata scordinin mampu menekan kandungan lipida dan koletserol
dalam darah kelinci jantan.. Garam-garam empedu sangat dibutuhkan sekali untuk
mengemulsikan lemak yang akan dimakan sehingga bisa dicerna oleh enzim lipase
(Siregar et al., 1982).
Komponen bersulfur pada bawang putih akan meningkatkan ketersediaan asam
amino yang mengandung sulfur seperti metionin dalam tubuh ayam. Menurut Seaton et al.
(l978), meningkatnya konsentrasi asam amino metionin dalam tubuh akan menurunkan
deposisi lemak dalam tubuh. Augusti (l977) menyatakan bahwa pengaruh bawang putih
terhadap lipida darah, kemungkinan disebabkan oleh senyawa-senyawa yang mengandung
sulfur yang terdapat di dalamnya, seperti allicin yang kadarnya memang tinggi pada
bawang putih. Senyawa ii termasuk disulfida oksid tak jenuh. Rantai samping dari allyl
tak jenuh ini mudah direduksi menjadi rantai propyl jenuh dan proses reduksi ini
mengakibatkan penurunan reduced NAD dan NADP dalam tubuh. Selain itu allicin juga
dianggap mampu berikatan dengan gugus -SH yang merupakan bagian fungsional dari Co-
A dalam proses pembentukkan kolesterol dalam tubuh.
Dalam penelitian ini, efek dari pemberian ekstrak air bawang putih melalui air
minum pada broiler terhadap performans dan serum kolesterol dalam darah broiler di kaji.
Chowdhury et al. (2002) melaporkan pemberian 2-10% tepung bawang putih dalam
ransum ayam petelur. Tak satu pun dari studi ini rinci perubahan yang signifikan dalam
kinerja produksi ayam. Dalam penelitian yang lebih baru, Yalcin et al. (2006)
menunjukkan bahwa suplementasi bubuk bawang putih di tingkat 5 atau 10 g/kg
menunjukkan peningkatan kinerja ayam petelur. Dilaporkan juga oleh Khan et al. (2007)
bahwa ayam petelur yang diberi bawang putih kering (2-8%) menunjukkan intensitas
telur-produksi yang lebih tinggi. Keragaman persiapan dan cara pemberian bawang putih
membuat hasil yang diperoleh beragam. Bubuk bawang putih memiliki efek signifikan
pada ayam broiler, yaitu terjadi peningkatan berat badan, feed intake, dan konversi pakan
(Issa dan Omar, 2012). Hasil ini bertentangan dengan penelitian sebelumnya, dimana
suplementasi 1% bubuk bawang putih menghasilkan berat karkas bagian paha yang paling
tinggi dibandingkan dengan 3% tepung bawang putih. Kelompok ayam yang diberi 1%
tepung bawang putih secara signifikan memiliki berat daging dada yang lebih tinggi
daripada yang lain (Raeesi et al., 2010). Respons pada ayam broiler, dilaporkan bahwa
bawang putih, sebagai aditif alami pakan, meningkatkan pertumbuhan broiler dan rasio
konversi pakan (FCR), dan penurunan angka kematian (Tollbav dan Hassan, 2003).
Peningkatan kinerja broiler dan berat karkas dapat dicapai dengan suplementasi
ransum dengan tepung bawang putih (Demi et al, 2003; Lewis et al., 2003; Sivam, 2001),
berat badan meningkat adalah karena khasiat bawang putih dapat meningkatkan daya
cerna protein dan bahan kering ransum, seperti dilaporkan oleh Issa dan Omar (2012)
bahwa kecernaan bahan kering (DM), protein kasar (CP), dan ekstrak eter (EE) meningkat
dengan pemberian tepung bawang putih. Hernandes et al. (2004) melaporkan bahwa
pemberian ekstrak tanaman nyata dapat kecernaan zat makanan dalam saluran pencernaan
unggas. Adibmoradi et al. (2006) melaporkan bahwa pemberian bawang putih nyata dapat
meningkatkan tinggi villus dan kedalaman crypt, serta penurunan ketebalan epitel dan
jumlah sel goblet di duodenum, jejunum, dan ileum unggas (Nusairate, 2007).
Ramakrishna et al. (2003) melaporkan bahwa suplementasi bawang putih dapat
meningkatkan aktivitas enzim pankreas dan tersedia mikro-lingkungan untuk pemanfaatan
nutrisi yang lebih baik pada tikus.
Ransum yang mengandung tepung bawang putih di tingkat 1,5%, 3%, dan 4,5%
tidak berpengaruh pada kinerja ayam (Konjufca et al., 1997). Tidak adanya pengaruh
bawang putih terhadap feed intake dan kinerja ayam, karena bau spesifik bawang putih,
sehingga diperlukan masa adaptasi ayam terhadap pakan yang diberikan (Horton et al.,
1991). Derivat isoprena, flavonoid, glucosinolates, dan metabolit tanaman lainnya dapat
mempengaruhi fungsi fisiologis dan kimia dari saluran pencernaan ayam. Efek stabilisasi
pada mikroflora usus mungkin berhubungan dengan metabolisme zat makanan (Jamroz et
al., 2003).
Ekstrak bawang putih ekstrak pada tingkat 2,5%-5,0% pada air minum telah
mengakibatkan penurunan yang signifikan kadar kolesterol dalam daging dada dan lemak
perut ayam. Tingkat ekstrak bawang putih tidak cukup untuk mempengaruhi kadar
kolesterol dalam kuning telur dan bakteri E. coli dalam telur (Mahmoud et al., 2010).
Suplemen tepung bawang putih secara signifikan menurunkan konsentrasi kolesterol
plasma bila ayam petelur diberi ransum yang mengandung 0,5 dan 1,0% tepung bawang
putih (Sakine dan Onbasilar, 2006). Penurunan konsentrasi kolesterol plasma dengan
adanya suplementasi tepung bawang putih disebabkan karena menurunnya aktivitas enzim
yang mensintesis kolesterol. Dilaporkan oleh Qureshi et al. (1983), bahwa penurunan yang
signifikan aktivitas enzim dalam hati, seperti 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA
reduktase,7α-hidroksilase kolesterol, dan fatty acid synthetase, (3-hydroxy-3-
methylglutaryl-CoA reductase, cholesterol 7α-hydroxylase, fatty acid synthetase)
disebabkan karena adanya fraksi bawang putih yang terlarut dalam air. Eidi et al. (2006)
melaporkan bahwa ekstrak bawang putih secara signifikan menurun kandungan kolesterol
total dan trigliserida pada tikus yang menderita diabetes.
Ao et al. (2010) melaporkan bahwa plasma kolesterol total menurun dengan
meningkatnya tingkat bubuk bawang putih dalam ransum. Chowdhury et al. (2002)
melaporkan bahwa konsentrasi kolesterol plasma mengalami penurunan rata-rata sebesar
15%, 28%, 33%, dan 43% dengan meningkatnya tingkat tepung bawang putih dalam
ransum pada level: 2%, 4%, 6%, atau 8%. Prasad et al. (2009) melaporkan temuan serupa
adalah total kolesterol dan trigliserida, yang menurun secara signifikan oleh suplemen
bawang putih dalam ransum ayam hingga umur 8 minggu dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Khan et al. (2007), melaporkan bahwa tepung bawang putih dalam ransum ayam
petelur komersial nyata menurunkan serum dan konsentrasi kolesterol dalam kuning telur
dan nyata meningkatkan produksi telur ayam.
Issa dan Omar (2012) melaporkan bahwa bubuk bawang putih secara signifikan
menurunkan kadar trigliserida darah ayam. Tepung bawang putih menurunkan kadar
trigliserida dibandingkan kadar trigliserida ayam dari kelompok kontrol. Efek ini dapat
dijelaskan oleh penghambatan kemungkinan enzim sintetase asetil CoA yang diperlukan
untuk biosintesis asam lemak (Qureshi et al., 1983).
Ini mungkin karena mekanisme aksi dari hypocholesterolaemic dan hipolipidemik
sebagai akibat adanya senyawa dari bawang putih yang dapat menekan aktivitas enzim
pada hati, yaitu enzim lipogenik dan cholesterogenic, seperti malic enzyme, fatty acid
synthase, glucose-6-phosphatase dehydrogenase (Cavallito et al., 1994) dan 3-hidroksil-3-
methyl-glutaryl-CoA (HMG-KoA) reduktase (Qureshi et al., 1983). Hasil ini konsisten
dengan efek menguntungkan dari bawang putih pada metabolisme kolesterol dalam
kesehatan manusia.
Birrenkott et al. (2000) menunjukkan bahwa suplementasi 3% tepung bawang
putih dalam ransum tidak efektif dalam menurunkan kuning kolesterol telur (mg/g) atau
komponen lipid lain dari serum ayam petelur, bahkan ketika umur hingga 8 bulan dan juga
pada ayam broiler (Amooz dan Dastar, 2009). Baru-baru ini, Yalcin et al. (2006)
melaporkan bahwa kolesterol total pada kuning telur tidak terpengaruh oleh suplemen
bawang putih. Temuan serupa dilaporkan pada tikus di mana bubuk bawang putih gagal
mempengaruhi profil lipid pada tikus (Islam dan Choi, 2008). Raeesi et al. (2010)
melaporkan bawang putih di tingkat 1% dan 3% tidak memiliki efek signifikan pada bobot
relatif karkas, pad-fat, atau organ pencernaan antara perlakuan yang berbeda kecuali untuk
usus kecil.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 2,5%-5,0% ekstrak
air bawang putih (Allium sativum) melalui air minum yang diberikan, nyata dapat
meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu. Namun, secara nyata
menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol serum darah ayam
5.2 Saran
Dapat disarankan kepada peternak ayam broiler bahwa untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas produksi ayam broiler dapat dilakukan dengan pemberian ekstrak
air bawang putih melalui air minum pada level 2,5 cc/100 cc air minum yang diberikan.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Rektor Universitas
Udayana, dan Dekan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar atas dana yang
diberikan melalui dana DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian
Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 500A/UN14.1.25/PNL/2016, tanggal 4 April
2016
DAFTAR PUSTAKA
Afwan. l992. Pengaruh Sari Bawang Putih Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Kelinci di Bandingkan dengan Metformin Hidroksida. Laporan Penelitian, Jurusan
Farmasi, FMIFA., USU., Medan.
Anonymous. l997. Bawang Putih Lebih Baik. Harian Kompas, Minggu, 20 Juli l997. Hal :
l5, Kolom : 8-9. PT. Gramedia, Jakarta.
Arcana, I. N. 1992. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih Terhadap Profil Darah
Kelinci. Laporan Penelitian Fakultas Kedokteran, Univ. Udayana, Denpasar
Augusti, K.T. l977. Hypocolesterolemic Effect of Garlic (Allium sativum). 211-214. Linn.
Indian. J. Axp. Biol. l5 : 489-490
Adibmoradi, M., B. Navidshad, J. Seifdavati and M. Royan. 2006. Effect of dietary garlic
meal on histological structure of small intestine in broiler chickens. Jpn. Poult. Sci.
43:378-383.
Amagase, H., Petesch, B.L., Matsuura, H., Kasuga, S. and Itakura, Y. (2001) Intake of
garlic and its bioactive components. Journal of Nutrition, 131: 955-962.
Amooz Mehr, A. and Dastar, B. 2009. Effects of alcoholic extract of two herbs (garlic and
thymus) on the performance and blood lipids of broiler chickens. Journal of
Agricultural Sciences and Natural Resources, 16, 61-72.
Ankri, S. and D. Mirelman. 1999. Antimicrobial properties of allicin from garlic.
Microbes Infect. 2:125-129.
Ao, X., J. S. Yoo, J. H. Lee, H. D. Jang, J. P. Wang, T. X. Zhou and I. H. Kim. 2010.
Effects of Fermented Garlic Powder on Production Performance, Egg Quality,
Blood Profiles and Fatty Acids Composition of Egg Yolk in Laying Hens. Asian-
Aust. J. Anim. Sci. Vol. 23, No. 6 : 786 – 791
Bampidis, V. A., V. Christodoulou, E. Christaki, P. Florou-Paneri and A. B. Spais. 2005.
Effect of dietary garlic bulb and garlic husk supplementation on performance and
carcass characteristics of growing lambs. Anim. Feed Sci. Technol. 121:273-283.
Bidura, I G.N.G., dan I N. Suwidjayana. l997. Pemanfaatan Tepung Daun Bawang Putih
(Allium sativum) dan Serbuk Gergaji Kayu dalam Ransum Terhadap Produksi dan
Kadar Kolesterol Telur Ayam. Laporan Penelitian. Fapet. Unud.-Ditbinlitabmas,
Dikti., Jakarta.
Bidura, I.G.N.G. dan I N. Suwidjayana. l998. Khasiat Tepung Jerami Bawang Putih
(Allium sativum) Meningkatkan Penampilan dan Efisiensi Penggunaan Ransum
Itik. Laporan Penelitian Berbagai Bidang Ilmu, Ditbinlitabmas-Dikti, Fak.
Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Bidura, I.G.N.G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan ternak. UPT Penerbit
Universitas Udayana, Denpasar
Birrenkott, G., G. E. Brockenfel, M. Owens and E. Halpin. 2000. Yolk and blood
cholestrol levels and organolptic assement of eggs from hens feds a garlic
supplemented diet. Poult. Sci. 79(Suppl. 1):75(Abstr.).
Block, E. l985. The Chemistry of Garlic and Onions. Scientific America 252 : 94-l00
Bohac, C.E., K.S. Rhee, H.R. Cross and K. Ono, 1988. Assessment of methodologies for
colorimetric cholesterol assay of meats. J. Food. Sci., 53: 16421644.
Bidura, I G.N.G., dan I N. Suwidjayana. l997. Pemanfaatan Tepung Daun Bawang Putih
(Allium sativum) dan Serbuk Gergaji Kayu dalam Ransum Terhadap Produksi dan
Kadar Kolesterol Telur Ayam. Laporan Penelitian. Fapet. Unud.-Ditbinlitabmas,
Dikti., Jakarta.
Bidura, I.G.N.G. dan I N. Suwidjayana. l998. Khasiat Tepung Jerami Bawang Putih
(Allium sativum) Meningkatkan Penampilan dan Efisiensi Penggunaan Ransum
Itik. Laporan Penelitian Berbagai Bidang Ilmu, Ditbinlitabmas-Dikti, Fak.
Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar.
Block, E. l985. The Chemistry of Garlic and Onions. Scientific America 252 : 94-l00
Cavallito, C.J., J.B. Bailey and J. Buck. l959. American Chemistry. W.H. Freeman and
Co., San Francisco.
Cavallito, C.J., Buck, J.S. and Suter, C.M. (1994) Allicin, the antibacterial principle of
Allium sativum. Determination of the chemical composition. Journal of the
American Chemical Society, 60, 1952-1958.
Chowdhury, S. R., S. D. Chowdhury and T. K. Smith. 2002. Effects of dietary garlic on
cholesterol metabolism in laying hens. Poult. Sci. 81:1856-1862.
Chowdhury, S. R., S. D. Chowdhury and T. K. Smith. 2002. Effects of dietary garlic on
cholesterol metabolism in laying hens. Poult. Sci. 81:1856-1862.
Demir, E., Sarica, S., Ozcan M.A. and Suicmez, M. (2003) The use of natural feed
additives as alternatives for an antibiotic growth promoter in broiler diets. British
Poultry Science, 44, S44-S45. doi:10.1080/00071660301944
Eidi, A., Eidi, M. and Esmaeili, E. (2006) Antidiabetic effect of garlic (Allium sativum L.)
in normal or streptozotocin-induced diabetic rats. Phytomedicine, 9, 624-629.
doi:10.1016/j.phymed.2005.09.010
Fahn, A. 1982. Anatomi Tumbuhan. Diterjemahkan oleh Soediareta, A. Edisi Ke Tiga,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Ferket, P.R., and T. Middelton. 1999. Antinutritive in Feedstuffs. Poultry International,
March, 1999. 38 (3) : 46 – 55
Harbone, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Edisi Kedua, Diterjemahkan Oleh K. Padmawinata
dan I. Soediro. Penerbit ITB, Bandung.
Hargis, P. S. 1988. Modifying egg yolk cholesterol in domestic fowl-A review. Worlds
Poult. Sci. J. 44:17-29.
Hernandez, F., Madrid, J., Garcia, V., Orengo, J. and Megías, M.D. (2004) Influence of
two plant extracts on broilers performance, digestibility, and digestive organ size.
Poultry Science, 83, 169-174.
Horton, G.M.J., Fennell, M.J. and Prasad, B.M. (1991) Effects of dietary garlic (Allium
sativum) on performance, carcass composition and blood chemistry changes in
broiler chickens. Canadian Journal of Animal Science, 71, 939-942.
doi:10.4141/cjas91-113
Islam, M.S. and Choi, H. (2008) Comparative effects of dietary ginger (Zingiber
officinale) and garlic (Allium sativum) investigated in a type 2 diabetes model of
rats. Journal of Medicinal Food, 11, 152-159. doi:10.1089/jmf.2007.634
Issa, K.J., J. M. Abo Omar. 2012. Effect of garlic powder on performance and lipid
profile of broilers. Open Journal of Animal Sciences Vol.2 (2): 62-68
http://dx.doi.org/10.4236/ojas.2012.22010
Jain, R.G., and D.B. Konar. l98l. Blood Sugar Lowering Activity of Garlic (Allium
sativum). Medikon l977, VI : 3-l5
Jamroz, D., Orda, J., Kamel, C., Wilicziewicz, A., Wertelecki, T. and Skorupinska, J.
(2003) The influence of phytogenic extracts on performance, nutrient digestibility,
carcass characteristics, and gut microbial status in broiler chickens. Journal of
Animal and Feed Sciences, 12, 583-596.
Jufri, S.M. 1987. Pengaruh Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa) Takaran 250
mg/kg berat badan terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Normal Kelinci.
Laporan Penelitian, Jurusan Farmasi, FMIPA, UNHAS, Ujung Pandang
Karyadi, E. l997. Khasiat Fitokimia Bagi Kesehatan. Harian Kompas, Minggu, 20 Juli
l997. Hal: l5, Kol: 1-7, PT. Gramedia, Jakarta.
Kasuga, S., N. Uda, E. Kyo, M. Ushijima, N. Morihara and Y. Itakura. 2001.
Pharmacologic activities of aged garlic extract in comparison with other garlic
preparations. J. Nutr. 131: 1080-1084.
Khan, S. H., R. Sardar and M. Anjum. 2007. Effects of dietary garlic on performance and
serum and egg yolk cholesterol concentration in laying hens. Asian J. Poult. Sci.
1:22-27.
Konjufca, V.H., Pesti, G.M. and Bakalli, R.I. (1997) Modulation of cholesterol levels in
broiler meat by dietary garlic and copper. Poultry Science, 76, 1264-1271.
Kriswiyanti, E., N.M. Puspawati, N.N. Darsini, N.W. Bogoriani, dan I.G.M.O. Nurjaya.
1997. Identifikasi, Struktur Anatomi dan Studi Pendahuluan Golongan Senyawa
Kimia Daun Pelengkap Bumbu Lawar dan Betutu. Laporan, FMIPA, UNUD,
Denpasar
Kubena, L.F., J.W. Deaton, F.C. Chen, and F.N. Reece. 1974. Factors Influencing The
quality of Abdominal Fat in Broilers. 2. Cage Versus Floor Rearing. Poultry Sci.
53 : 574 -576
Lawson, L. and B. G. Hughes. 1992. Characterization of the formation of allicin and other
thiosulfinates from garlic. Planta Med. 58:345-350.
Lewis, M.R., Rose, S.P., Mackenzie, A.M. and Tucker, L.A. (2003) Effects of dietary
inclusion of plant extracts on the growth performance of male broiler chickens.
British Poultry Science, 44, S43-S44.
Lee, Y. L., T. Cesario, Y. Wang, E. Shanbrom and L. Thrupp. 2003. Antibacterial activity
of vegetables and juices. Nutrition 19: 994-996.
Lim, K. S., S. J. You, B. K. An and C. W. Kang. 2006. Effects of dietary garlic powder
and copper on cholesterol content and quality characteristics of chicken eggs.
Asian-Aust. J. Anim. Sci. 19:582-590.
Mahmoud, K.Z., Saad M. Gharaibeh, Hana A. Zakaria and Amer M. Qatramiz. 2010.
Garlic (Allium sativum) Supplementation: Influence on Egg Production, Quality,
and Yolk Cholesterol Level in Layer Hens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol. 23, No.
11 : 1503 – 1509
Malik, Z.A. and S. Siddique. l98l. Hypotensive effect of Freeze Dried Garlic (Allium
sativum). SAP. In : Dog. JPMA. 31 : 12-13
Nye, A.R. l990. Garlic and Health. Medical Progress No. : l7, August : 7-l0.
Nusairat, B. M. 2007. Dietary supplementation of garlic (Allium Sativum): Influence on
performance parameters, meat quality and humoral immune response in broiler
chicks. M.S. Thesis, Jordan University of Science and Technology, Irbid, Jordan.
Obochi, G.O., S.P. Malu, M. Obi-Abang, Y. Alozie and M.A. Iyam. 2009. Effect of
Garlic Extracts on Monosodium Glutamate (MSG) Induced Fibroid in Wistar Rats.
Pakistan Journal of Nutrition 8 (7): 970-976
Parry, J.W. l969. Spices. Vol. II. Publishing Co. Inc. New York.
Prasad, R., Rose, M.K., Vermani, M., Garg, S.L. and Puri, J.P. (2009) Lipid profile of
chicken (Gallus domesticus) in response to dietary supplementation of garlic
(Allium sativum). International Journal of Poultry Science, 8, 270-276.
doi:10.3923/ijps.2009.270.276
Qureshi, A. A., Z. Z. Din, N. Abuirmeileh, W. C. Burger, Y. Ahmad and C. E. Elson.
1983. Suppression of avian hepatic lipid metabolism by solvent extracts of garlic:
Impact on serum lipids. J. Nutr. 113:1746-1755.
Raeesi, M., Hoeini-Aliabad, S.A., Roofchaee, A., Zare Shahneh, A. and Pirali, S. (2010)
Effect of periodically use of garlic (Allium sativum) power on performance and
carcass characteristics in droiler chickens. World Academy of Science,
Engineering and Technology, 68, 1213- 1219.
Ramakrishna, R. R., K. Platel and K. Srinivasan. 2003. In vitro influence of spices and
spice-active principles on digestive enzymes of rat pancreas and small intestine.
Nahrung 47: 408-412.
Reddy, R. V., S. F. Lightsey and D. V. Maurice. 1991. Effect of feeding garlic oil on
performance and egg yolk cholesterol concentration. Poult. Sci. 70:2006-2009.
Reeve, V. E., M. Bosnic, E. Rosinova and C. Boehm-Wilcox. 1993. A garlic extract
protects from ultraviolet B (280-320 nm) radiation-induced suppression of contact
hypersensitivity. Photochem. Photobiol. 58:813-817.
Reuter, H.D., H.P. Koch and D.L. Lawson, 1996. Therapeutic Effects and Applications of
Garlic: The science and Therapeutic Applications of Allium Sativum L. and related
species. 2nd Edn. In: Koch H.P. and D.L. Lawson (Eds.), Baltimore, M.D:
Williams and Wilkins, pp: 135-212.
Santoso. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Biologi. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Santoso, U. 2000. Mengenal Daun Katuk Sebagai Feed Additive pada Broiler. Poultry
Indonesia, Juni/Nomor 242 : 59 – 60
Sakine Yalc and E. Ebru Onbasilar. 2006. Effect of garlic powder on the performance, egg
traits and blood parameters of laying hens. J. Sci. Food Agric. 86:1336-1339.
Safaa, M. Hosam. 2007. Effect of dietary garlic or fenugreek on cholestrol metabolism in
laying hens. Egypt. Poult. Sci. 27:1207-1221.
Shin, S. H. and M. K. Kim. 2004. Effect of dired powders or ethanol extracts of garlic
flesh and peel on lipid metabolism and antithrombogenic capacity in 16-month-old
rats. Hanguk Yongyang Hakhoechi. 37:515-524.
Sivam, G. P. 2001. Protection against Helicobacter pylori and other bacterial infections by
garlic. J. Nutr. 131:1106-1108.
Scott, M.L., M.C. Nesheim and R.J. Young. l982. Nutrition of The Chickens. Dept. of
Poultry Sci. and Graduate School of Nutrition Cornel Univ. of Ithaca, New York.
Sharma, R. K., R. A. Singh, R. N. Pal and C. K. Aggarwal. 1979. Cholesterol content of
chicken eggs as affected by feeding garlic, sarpagandha, and nicotinic acid.
Haryana Agric. Univ. J. Res. 9:263-265.
Sklan, D., Y. N. Berner and H. D. Rabinowitch. 1992. The effect of dietary onion and
garlic on hepatic lipid concentrations and activity of antioxidative enzymes in
chicks. J. Nutr. Biochem. 3:322-325.
Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statstics. McGraw-Hill
Book Co., New York.
Sudibia, I M. l997. Kandungan Zat Kimia Pada Bawang Merah (Allium cepa) dan bawang
Putih (Allium sativum). Majalah Ilmiah UNUD. No. l5l/September : 15-16
Sumarno. 1992. Petunjuk Laboratorium Analisis Metabolit Sekunder dengan HPLC.
PAU-Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Soekarman dan S. Riswan. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia.
Perpustakaan Nasional RI dan Litbang Botani, Puslitbang LIPI, Bogor, dalam
Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Cisarua, Bogor, 19 – 20
Februari LIPI dan Lembaga Perpustakaan Nasional RI. Hal : 1 – 7
Sumarno. 1992. Petunjuk Laboratorium Analisis Metabolit Sekunder dengan HPLC.
PAU-Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Tatara, M. R., E. Sliwa, K. Dudek, A. Gawron and T. Piersiak. 2008. Aged garlic extract
and allicin improve performance and gastrointestinal tract development of piglets
reared in artificial sow. Ann. Agric. Environ. Med. 15:63-69.
Tollba, A.A.H. and Hassan, M.S.H. (2003) Using some natural additives to improve
physiological and productive performance of broiler chicks under high temperature
conditions. Black cumin (niglla sativa) or Garlic (allium sativum). Poultry Science,
23, 327-340.
USDA. 1977. Poultry Gradding Manual. US. Government Printing Office, Wasington DC.
Vargas, R. E., J. B. Allred, M. D. Biggert and E. C. Neber. 1986. Effect of dietary 7-
ketocholesterol, pure, or oxidized cholesterol on hepatic 3-hepatic 3-hydroxy-3-
methylgiutarylconenzyme A reductase activity, energy balance, egg cholesterol
concentration and 15C-acetate incorporation into yolk lipids of laying hens. Poult.
Sci. 65:1333-1342.
Wibowo, S. 1990. Budidaya Bawang. Bawang Putih, Bawang Merah, Bawang Bombay.
Cetakan III. Penebar Swadaya, Anggota IKAPI, Jakarta.
Wijaya, C.H. l997. Mengoptimalkan Khasiat Bawang. Harian Kompas, Minggu, 25 Mei
l997, Hal: l5, Kol: 6-9. PT. Gramedia, Jakarta.
Yalcin, S., E. E. Onbasilar, Z. Reisli and S. Yalcin. 2006. Effect of garlic powder on the
performance, egg traits and blood parameters of laying hens. J. Sci. Food Agric.
86:1336-1339.
Yalcin, S., I. Onbaslar, A. Sehu and S. Yalcin. 2007. The effect of dietary garlic powder
on the performance, egg triats and blood serum cholesterol of laying quails. Asian-
Aust. J. Anim. Sci. 20:944-950.
Zhang, Z.F., T.X. Zhou and I.H. Kim, 2013. Effects of dietray olive oil on growth
performance, carcass parameters, serum characteristics and fatty acid composition
of breast and drumstick meat in broilers. Asian-Aust. J. Anim. Sci., 26: 416-422
Zivkovic, D., V. Peric, M. Barac and M. Perunovic, 2002. Cholesterol content in meat of
some Cyprinidae. J. Agric. Sci., 47: 179-187.