yuni refkas 1 tifoid.doc
Post on 31-Jan-2016
295 Views
Preview:
TRANSCRIPT
REFLEKSI KASUS I
Seorang Anak dengan Demam Tifoid dan Status Gizi Baik
oleh :
Yuni Ismulyati
012116555
Pembimbing:
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A
dr. Neni Sumarni, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2015
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. N.S.
Umur : 12 tahun
Berat Badan : 37 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Telogomulyo RT 2/RW2
Pendidikan : SD
Bangsal : Nakula (3.5)
Masuk RS : 14 November 2015
Nama Ayah : Tn. R
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Dagang
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. K
Umur : 38 Tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SMA
II. DATA DASAR
1. Anamnesis ( Alloanamnesis )
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan pasien dan dengan ibu pasien
dilakukan pada tanggal 15 November 2015 pukul 15.30 WIB di Bangsal Nakula
dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan Utama : Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit :
7 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien demam, demam naik turun.
Demam dirasakan lebih tinggi pada saat malam hari kemudian mulai turun
pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu normal. Pasien tampak lemah
dan mengeluh pusing. Saat demam muncul pasien tidak mengigau, tidak
1
mengggigil, tidak kejang, tangan dan kaki tidak dingin. Ibu pasien
mengatakan pasien tidak teratur makan, mempunyai kebiasaan makan pedas
dan banyak minum es. Pasien mengatakan setiap kali makan merasa mual
tapi tidak sampai muntah. Keluhan batuk pilek disangkal pasien. BAB
seperti biasa sekali sehari, warna kekuningan, konsistensi lunak, tidak ada
lendir dan darah. BAK lancar seperti biasa dan tidak nyeri. Ibu pasien
mengaku jika anaknya sering jajan sembarangan dan jarang mencuci tangan
sebelum makan.
1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,
demam lebih tinggi dan pasien tampak menggigil, tampak lemah, nyeri ulu
hati, nafsu makan menurun dan mual muntah setiap makan minum. Pasien
belum BAB selama 3 hari, namun BAK lancar seperti biasa. Sesuai anjuran
dokter keluarga, ibu membawa anak ke IGD RSUD Kota Semarang.
Saat dirumah sakit
Pasien datang dalam keadaan lemah, demam, nyeri ulu hati, akral
dingin dan disertai mual muntah. Oleh dokter IGD RSUD Kota Semarang
pasien disarankan untuk mondok.
Setelah masuk bangsal :
Sehari setelah dirawat, demam turun setelah diberikan obat penurun
panas, nafsu makan masih menurun, pasien belum bisa BAB, namun BAK
seperti biasa, lancar dan tidak nyeri. Mual dan muntah mulai berkurang.
Pasien baru bisa BAB setelah 3 hari di rawat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat sering jajan sembarangan di akui pasien.
- Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien tidak pernah
dirawat di rumah sakit.
- Riwayat pasien dan anggota keluarga berkunjung ke daerah endemis
malaria disangkal.
- Riwayat anak nyeri saat kencing disangkal.
- Riwayat batuk lebih dari 3 minggu disangkal, riwayat demam lebih dari 2
minggu disangkal, riwayat berat badan tidak naik-naik atau turun
disangkal, riwayat kontak dengan penderita TBC disangkal.
- Riwayat alergi disangkal.
2
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Keluarga pasien tidak memiliki keluhan yang sama
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan kedua kakaknya. Pasien
anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayah pasien bekerja sebagai pedagang, ibu
pasien sebagai ibu rumah tangga. Biaya pengobatan ditanggung sendiri. Air
untuk minum dan keperluan sehari-hari berasal dari PAM. Rumah dengan 3
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi di dalam rumah terletak di dekat
dengan dapur. Dinding rumah dari tembok. Rumah saling berdampingan
dengan tetangga lainnya
Kesan : Sosial ekonomi cukup
f. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Anak perempuan lahir dari ibu P3A0, hamil 37 minggu, lahir spontan di
rumah sakit, langsung menangis, berat badan lahir 2700 gram, panjang badan
saat lahir, lingkar kepala dan lingkar dada saat lahir ibu tidak ingat,tidak ada
kelainan bawaan.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan per vaginam, vigorous baby
g. Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Ibu memeriksakan kandungannya secara teratur ke puskesmas terdekat.
Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 9 bulan pemeriksaan
dilakukan 1x/bulan. Selama hamil ibu telah mendapat suntikan TT. Ibu
mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat
perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
h. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
3
i. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 2700 gram, panjang badan tidak diketahui. Berat badan
sekarang 32 kg, tinggi badan sekarang 135 cm.
Perkembangan :
- Senyum : 2 bulan
- Miring : 3 bulan
- Tengkurap : 5 bulan
- Duduk : 8 bulan
- Berdiri : 10 bulan
- Berjalan : 12 bulan
- Berbicara 1 kata : 12 bulan
- Menyusun kalimat : 2 tahun
Saat ini anak berusia 12 tahun, berbicara lancar, interaksi dengan teman-teman
baik, tidak ada gangguan emosional.
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan sesuai umur.
j. Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun. Setelah usia 6 bulan,
selain ASI anak juga mendapat diberikan makanan pendamping ASI berupa
pisang yang dilumat halus, bubur susu, nasi tim, dan buah. Setelah 2 tahun
anak mendapat tambahan susu formula dan diberikan makanan padat seperti
anggota keluarga yang lain.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik
k. Riwayat Imunisasi :
BCG : 1x (1 bulan ), scar (+) di lengan kanan atas
DPT : 3x (2, 4, 6 bulan)
Polio : 4x (0, 2, 4, 6 bulan)
Hepatitis B : 3x (0,1,6 bulan)
Campak : 1x (9 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu.
4
l. Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita menggunakan steril.
m.Pemeriksaan Status Gizi
Anak perempuan, usia 12 tahun
Berat badan 32 kg
Tinggi badan 135 cm
WAZ = BB - Median = 32– 41,5 = - 1,36 SD (normal)
SD 7,0
HAZ = TB - Median =135 – 151,5 = - 2,42 SD (pendek)
SD 6,8
WHZ = BB - Median = 32 – 30,1 = - 0,35 SD (normal )
SD 5,4
Kesan : status gizi baik dengan perawakan pendek
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 15 November 2015 pukul 17.00 WIB
Anak perempuan usia 12 tahun, berat badan 32 kg, tinggi badan 135cm.
1. Keadaan Umum :composmentis, lemah, tampak sakit ringan, gizi baik.
2. Tanda vital :
- Tekanan Darah : 110/80 mm Hg
- Nadi : 100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal
kanan kiri.
- Laju nafas : 25x/ menit
- Suhu : 38,5° C ( aksila )
3. Status Internus
a. Kepala : Normocephale, ubun-ubun besar tidak menonjol, kulit kepala tidak
ada kelainan, rambut hitam dan distribusi merata
b. Kulit : Tidak sianosis, turgor kembali cepat <2 detik, ikterus (-), petechie (-)
c. Mata : Pupil bulat, isokor, Ø 4mm/ 4mm, refleks cahaya (+/+) normal,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
d. Hidung : bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
e. Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri (-/-)
5
f. Mulut : bibir kering (+), sianosis (-), pendarahan gusi (-) lidah kotor di tengah,
tepi hiperemis, tidak tremor
g. Tenggorok : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
tidak hiperemis, faring hiperemis (-)
h. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
i. Thorax
Paru
- Inspeksi : Hemithoraks dextra et sinistra simetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, retraksi suprasternal, intercostal dan
epigastrial (-).
- Palpasi : stem fremitus dextra et sinistra simetris
- Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
- Auskultasi : suara dasar : vesikuler
suara tambahan : ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi: Ictus cordis tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar,tidak kuat angkat
- Perkusi batas jantung :
atas : ICS II linea parasternalis sinistra
pinggang : ICS III linea parasternalis sinistra
kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V, 2 cm medial linea mid claviculasinistra
- Auskultasi :BJ I-IInormal, murmur (-), gallop (-), bising (-)
j. Abdomen :
- Inspeksi : datar
- Auskultasi : BU (+) normal
- Perkusi : timpani (+)
- Palpasi : supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada regio epigastrium,
hepar dan lien dalam batas normal
k. Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
l. Ekstremitas :
Superior Inferior
6
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
Udem -/- -/-
Petechie -/- -/-
Capillary Refill Time <2" <2"
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Pemeriksaan Serologi
Widal :
- S. typhi O : (+) 1/160
- S. typhi H : (+) 1/160
Ig M Salmonella typhi : +4
Kesan : infeksi demam typhoid aktif
Usulan Pemeriksaan :
- Pemeriksaan hitung jenis leukosit
- Pemeriksaan kultur darah
V. RESUME
7
Pemeriksaan 14/11/2015 15/11/2015 16/11/2015
Hb 14,8 g/Dl 12.8 g/dL 11,2 g/dL
Ht 42,40 % 37 % 33,90 %
Leukosit 5400/ mm3 5300/ mm3 3500/ mm3
Trombosit 181.000/ mm3 120.000/ mm3 107.000/ mm3
Telah diperiksa seorang anak perempuan usia 12 tahun, BB 32 kg, TB 135 cm
dengan keluhan demam naik turun sejak 7 hari SMRS. Demam dirasakan lebih tinggi
pada saat malam hari kemudian mulai turun pada pagi hari meskipun tidak sampai suhu
normal. Pasien tampak lemah dan mengeluh pusing. Saat demam muncul pasien tidak
mengigau, tidak mengggigil dan tidak kejang. Ibu pasien mengatakan pasien tidak
teratur makan, mempunyai kebiasaan jajan sembarangan dan jarang mencuci tangan
sebelum makan. Pasien mengatakan setiap kali makan merasa mual tapi tidak sampai
muntah. Keluhan batuk pilek disangkal pasien. BAB seperti biasa sekali sehari, warna
kekuningan, konsistensi lunak, tidak ada lendir dan darah. BAK lancar seperti biasa dan
tidak nyeri. 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan pasien masih demam naik turun,
demam lebih tinggi dan pasien tampak menggigil, tampak lemah, nyeri ulu hati, nafsu
makan menurun dan mual muntah setiap makan minum. Pasien belum BAB selama 3
hari, namun BAK lancar seperti biasa. Sesuai anjuran dokter keluarga, ibu membawa
anak ke IGD RSUD Kota Semarang.
Hasil Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum :composmentis, lemah, tampak sakit ringan, gizi baik
- Tanda vital :
Tekanan Darah : 110/80 mm Hg
Nadi : 100 x/ menit, reguler, isi dan tegangan cukup, equal
kanan kiri
Laju nafas : 28x/ menit
Suhu : 38,7° C ( aksila )
- Status Internus
Mulut : bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor (+)
Abdomen : nyeri tekan epigastrium
Hasil Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin : leukositosis
- Serologi : Widal S. typhi O 1/160
S. typhi H 1/160
Ig M Salmonella typhi +4
VI. DIAGNOSIS BANDING
Observasi febris ≥ 7 hari :
8
1. Demam tifoid
2. Malaria
3. ISK
4. TBC
VII. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Demam tifoid
2. Status gizi baik
VIII. TERAPI
Non medikamentosa
- Tirah baring
- Diet :
Diet lunak (bisa bubur atau nasi, dengan syarat dikunyah hingga lembut)
Rendah serat (sayur bayam, sop wortel,buncis muda)
Tinggi protein ( hati ayam, daging, telur rebus, tempe,tahu, susu)
Menghindari makanan pedas, berbumbu tajam atau merangsang
Banyak minum air putih
Anjurkan kompres jika demam
Medikamentosa
Infus RL 3 cc/kgBB/jam 96 tpm
Injeksi :
Inj. Chloramphenicol 3 x 50 mg selama 10-14 hari
Inj. Ranitidin 2 x ¾ amp
Inj. Ondansetron 3 x ½ amp
Inj. Vit.C 1 x 100 mg
Per oral : PCT syr 3 x ¾ tab (500 mg)
IX. EDUKASI :
1. Tirah baring dan istirahat cukup.
2. Menjaga higiene personal, keluarga dan sanitasi lingkungan termasuk cuci tangan
sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan BAK.
3. Makan makanan rendah serat,lunak (bubur), lalu berangsur-angsur pindah ke
makanan biasa (nasi) atau boleh makan nasi tetapi dikunyah lembut.
9
4. Mengurangi jajan sembarangan.
5. Menjelaskan kepada keluarga mengenai perjalanan penyakit dan komplikasi yang
bisa terjadi.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
10
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN.
Typhus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut
yang biasaya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Ngastiyah, 1999).
Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit
mononuclear dan membutuhkan tatanama yang terpisah. (Horrison, 1999)
Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme
salmonella tertentu (Nelson, 1999).
Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari
kotoran ke mulut melaluiu makanan dan minuman dan air yang tercemar dan sering
timbul dalam wabah (Markum, 1991).
Jadi tifus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
salmonella typhi dan terdapat pada saluran pencernaan yang disertai dengan demam lebih
dari satu minggu, dan gangguan kesadaran.
11
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Gambar 1
Anatomi Saluran Cerna
12
Gambar: http:www.medicastore.com
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkanya untuk asimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-
bagian berikut:
13
1. Mulut
Adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua
bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang diantara gusi serta gigi dengan
bibir dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi disisi-sisinya oleh
tulang maxilaris dan semua gigi dan disebelah belakang bersambung dengan awal
farinx.
Gambar 2
Anatomi Mulut
Gambar:
http:www.medicastore.com
a. Bagian luar yang sempit/vestibula yaitu ruang diantara gusi,gigi,bibir,dan pipi :
1) Bibir
Disebelah luarmulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi
oleh selaput lendir (mukosa)Otot orbikularis oris menutupi bibir. Levator
anguli oris mengakat dan depressor anguli oris menekan ujung mulut.
2) Pipi,dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung
papila,otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
3) Gigi
b. Bagian rongga mulut atau bagian dalam,yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris, palatum dan mandibularis disebelah belakang
bersambung dengan faring.
14
1) Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu: Palatum Durum (palatum keras) yang
tersususn atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris dan lebih
kebelakang terdiri dari 2 tulang palatum. Palatum Mole (palatum lunak)
terletak dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat
bergaerak,terdiri atas jaringan Fibrosa dan selaput lendir.
2) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot lidah
ini dapat digerakkan kesegala arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian:
a). Radiks Lingua = pangkal lidah
b). Dorsum lingua = punggung lidah
c). Apeks Lingua = ujung lidah
Pada pangkal lidah yang belakang terdapat epligotis, Punggung lidah (dorsum
lingua),terdapat putting-putting pengecap/ ujung saraf pengecap, Frenulum
lingua,merupakan selaput lendir yang terdapat pada bagian bawah kira-kira
ditengah-tengah, jika lidah digerakkan ke
atas nampak selaput lendir. Flika sub lingua, terdapat disebelah kiri dan kanan
frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir.
Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari glandula parotis,
sub maksilaris dan glndula sub lingualis.
1) Kelenjar Ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama duktus wartoni
dan duktus stnsoni. Kelenjar ludah ada2, yaitu:
a). Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang terdapat di
bawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
b). Kelenjar ludah bawah ludah (kelenjar sublingualis) yang terdapat
disebelah depan dibawah lidah.
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah
lidah. diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari lidah disebut
koronkula. sublingualis serta hasil sekresinya berupa kelenjar luadah
15
(saliva). Saliva dihasilkan didalam rongga mulut disekitar rongga mulut.
Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah yaitu:
i. Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara prosesus
mastoid kiri dan kanan os mandibular,duktusnya duktus
stensoni.Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju kerongga
mulut melalui pipi (muskulus buksinator)
ii. Kelenjar submaksilaris,terletak dibawah rongga mulut bagian
belakang,duktusnya bernama duktus wartoni,bermuara di rongga mulut
bermuara didasar rongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh saraf-
saraf tak sadar.
2) Otot lidah
Otot ekstrinsik lidah berasal darirahang bawah (M.mandibularis,oshitoid dan
prosesus steloid) menyebar kedalam lidah membentuk anyaman bergabung
dengan otot intrinsik yang terdapat pada lidah. M.Genioglossus merupakan
otot lidah yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang
menyebar sampai ke radiks lingua.
2. Farinx
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus),didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit.
Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan makanan,letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaran
lubang bernama koana.
Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaran lubang
yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari:
a. Bagian superior (nasofaring ),bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga.
16
b. Bagian media (orofaring),berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
superior disebut faring = faring yang menghubungkan tekak dengan
tenggorokan (trakea).
c. Bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan faring
3. Esofagus
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,panjangnya +
25 cm,mulai dari faring sampai masuk kardiac dibawah lambung.
Lapisan dinding esofagus dari dalam ke luar terdiri dari : lapisan selaput lendir
(mukosa),lapisan submukosa,lapisan otot melingkar sirkuler dan lapisan otot
memanjang longitudinal. Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam abdomen
menyambung dengan lambung.
4. Lambung (gaster)
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama
didaerah epigaster lambung, terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan
esofagus melalui orifisium pilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan
limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari:
a. fundus ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteom kardium dan
biasanya penuh berisi gas.
b. korpus fentrikuli
Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan pada bagian
bawah kurfatura minor.
c. antrum vilorus
Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang
tebal membentuk spinter pilorus.
d. Kurvatura minor
Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari
osteom kardiak sampai ke pilorus.
17
e. kurvatura mayor
Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi
kiri osteom kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju kekanan sampai ke
pilorus inferior. Ligamentum gastro lenalis terbentang dari bagian atas
kurvatura mayor sampai ke limfa.
f. Osteom kardiakum
Osteom kardiakum merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Gambar 3
Anatomi Lambung
Gambar: http:www.medicastore.com
5. Usus halus (intesinum minor)
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus
dan berakhir pada seikum, panjangnya kurang lebih 6 m merupakan saluran paling
panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus terletak
didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar dibagi dalam beberapa bagian.
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm, berbentuk seperti
sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan ini terdapat pangkreas.
b. Yeyenum dan illium
18
Mempunyai panjang sekitar 6 m, dua perlima bagian atas adalah (yeyenum)
dengan panjang 2-3 m dan ilium dengan panjang 4-5 m. Lekukan yeyenum dan
ilium melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan. peritonium
yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium. (Syaifuddin, 1992)
Gambar 4
Anataomi Usus Halus
Gambar:
http:www.medicastore.com
6. Usus besar
panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm, bagian-bagian usus besar:
a. Seikum
Dibawah seikum terdapat apendik vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm.
b. Kolon asenden
Panjangnya 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur
keatas dari ilium kebawah hati.
19
c. Apendik
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum mempunyai
pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi
usus.
d. Kolon tranfersum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai ke kolon
desenden, berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat flektura hepatika dan
sebelah kiri terdapat flektura lienalis.
e. Kolon desenden
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri, membujur dari
atas ke bawah dari flksura lienalis sampai kedepan ilium kiri bersambung dengan
kolon sigmoid.
f. Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desenden terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
Gambar 5
Kolon Sigmoid
Gambar: http:www.medicastore.com
7. Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan
anus, terletak dalam rongga pelvis didepan os sakrum dan os koksigis
20
8. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar (udara luar) terletak didasar pelvis didingnya diperkuat oleh 3 spinter:
a. Spinter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak.
b. Spinter Levator Ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c. Spinter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak (Syaifuddin,
1992).
Gambar 6
Anatomi Anus
Gambar: http:www.medicastore.com
Fungsi primer saluran pencernaan adalah menyediakan suplai terus-menerus
pada tubuh akan air, elektrolit dan zat gizi. Sistem pencernaan dimulai pada saat
makanan masuk kedalam mulut dan di hancurkan oleh gigi.Penglihatan, penciuman
dan pengecap makanan mencetuskan saliva oleh reflek saraf. Seliva melumaskan
makanan dan memungkinkan makanan untuk diubah menjadi massa yang lunak atau
bolus. Sebagian makanan dihancurkan kemudian dapat lebih menstimulasi reseptor-
reseptor pengecap.Selain fungsi ini saliva juga mengandung enzim ptialin yang
memulai pemecahan karbohidrat menjadi gula sederhana. Saliva di sekresi oleh 3
kelenjar utama: Kelenjar parotis yang menghasilkan saliva yang banyak mengandung
air. Kelenjar sublingual dan kelenjar submandibular yang menghasilkan saliva berair
dan berlendir (Monica Ester, 1999).
21
Menelan dimulai sebagai kerja volunter yang kemudian bergabung berlahan
menjadi reflek ivolunter. Menelan terjadi dalam tiga tahapan :
1. Fase oral
Makanana yang telah dikunyah oleh mulut-dinamakan bolus-didorong ke
belakang mengenai dinding posterior faring oleh gerakan volunteer lidah.Akibat
yang timbul dari peristiwa ini adalah rangsangan untuk gerakan reflek menelan.
2. Fase faringeal
Platum mole dan uvula bergerak secara reflek menutup rongga hidung.Pada
saat yang sama, laring teranfkat dan nmenutup glottis, mencegah makanan
memasuki trakea. Kontraksi otot kontriktor faringeus mendorong bolus melewati
epiglotis menuju ke faring bagian bawah dan memasuki esophagus. Gerakan
retroversi epiglotis diatas orifisum. Laringius adalah tindak lanjut untuk
melindungi saluran pernapasan tetapi terutama untuk menuutup glottis sehingga
mencegah makanan memasuki trakea. Pernapasan secara serentak di hambat untuk
mengurangi kemungkinan aspirasi. Sebenarnya hampir tidak mungkin secara
Volunter menarik napas dan menelan secara bersamaan.
3. fase esophageal
Mulai saat otot krikofaringeus relaksasi sejenak dan memungkinkan bolus
masuk esophagus.Setelah relaksasi yang singkat ini gelombang peristaltic primer
yang dimulai dari faring dihantarkan ke otot krikofaringeus, menyebabkan
esophagus mendorong bolus menuju sfingter esophagus bagian distal. Adanya
lolus sejenak merelaksasikan otot sfingter distal ini sehingga memungkinkan
bolus masuk kelambung (prince, sylvia Anderson,2002).
Absorbsi didalam lambung sangat terbatas tetapi glukosa dan alkohol
diabsorbsi sangat baik. Di dalam lambung makanan diubah oleh berbagai bentuk
sekresi dari kelenjar lambung menjadi cairan seperti susu yang disebut kimus,
yang cocok untuk dapat melewati usus halus. Fundus dan korpus lambung
mempunyai kelenjar berduktus pendek dan asini panjang. Kelenjar ini dilapisi
oleh sel-sel peptic yang mensekresi pepsinogen suatu enzim yang diubah menjadi
pepsin dan dengan demikian dimulailah proses pemecahan protein.
Sel-sel oksintik yang mensekresi gas hidroklonik dan menghasilkan gas
berkonsentrasi tinggi di dalam lambung. Keasaman yang tinggi dapat mengubah
pepsinogen menjadi pepsin. Mensterilkan makanan membuat kalsium dan zat besi
22
cocok untuk diserap. Didalam antrum lambung kelenjar mempunyai duktus yang
panjang dan asini pendek berpilin kelenjar ini menghasilkan mukus bersifat basa
dan gastrin. Hormon yang sangat berguna yang mengontrol sekresi asam.
Kimus memasuki duodenum melalui pilorus dicampur oleh sekresi dinding
duodenum, empedu dan getah pankreas. Sekresi duodenum dari kelenjar mukosa
dan dari kelenjar submukosa bruners yang mengandung bikarbonat dan bersifat
basa, sehingga membantu menetralkan kimus yang asam. Empedu 1600 ml per
hari disekresi oleh sel-sel hepar dan disimpan dan dipekatkan (sekitar 10 kalinya)
didalam kandung empedu. Adanya makanan dalam duodenum menyebabkan
kandung empedu berkontraksi dan mengeluarkan empedu ke duktus sistikus dan
duktus empedu melalui ampula pada duodenum dan jejenum, mukosa terbenam
didalam lipatan-lipatan dan fili panjang dan sangat rapat. Mengarah lke ilium,
lapisan mukosa lebih sedikit lipatanya dan dindingnya lebih tipis dan vilinya lebih
pendek dan lebih panjang.
Pada sel-sel yang melapisi vili terjadi hal-hal berikut:
a. Proteas
Memecahkan peptida menjadi asam amino yang diserap melalui
kapiler-kapiler kedalam aliran darah.
b. Lactase
Laktase, sucrose, memecahkan disakarida menjadi monosakarida
(terutama glukosa) yang diserap melalui kapiler-kapiler kedalam aliran darah.
c. Lipase
Bekerja pada pemecahan lemak untuk membentuk ;
1) Asam-asam lemak sederhana dan gliserol yang diserap melalui kapiler
kapiler kedalam aliran darah
2) Asam-asam lemak rantai panjang dan gliseral yang bergabung kembali
untuk membentuk lemak trigliserida dan melewati kedalam lacteal limfatik
sebagai droplet yang sangat halus (kilomikron) bersamaan dengan vit A
dan D yang larut dalam lemak.
3) Garam-garam empedu yang direabsorbsi dalam ilium bagian bawah.
4) Vitamin-vitamin larut dalam air diserap langsung kedalam aliran darah.
5) Zat besi diserap terutama dalam duodenum bagian atas.
23
6) Vitamin B12 (berikatan dengan factor-faktor intrinsik) diserap pada ilium
bagian bawah.
Semua pencernaan dan penyerapan yang penting terjadi didalam usus
halus baik lambung maupun usus besar dapat diangkat seluruhnya tanpa
menyebabkan dampak yang serius kira-kira sampai sepertiga usus halus dapat
diangkat tanpa memberikan efek pada pencernaan dan daya tahan hidup masih
dapat dimungkinkan dengan kira-kira 1 meter usus halus kedalam keadaan
utuh.
Kimus bergerak dan ilium menuju sekum melalui katup ileo-sekal,
lipatan mukosa dalam cekum yang cenderung mencegah aliran balik kimus 5
cm terakhir leum bekerja sebagi sfingter. Sfingter ini biasanya berkontraksi
pengisian lambung membuat sfingter ini relaksasi dan isi ilium masuk
kedalam sekum. Reflek gastrokolik ini sering berkaitan denagn gerakan masa.
Gerakan masa adalah gerakan cepat tiba-tiba dari peristaltik dimulai dalam
kolon tengah. Gerakan ini menggerakkan isi usus besar ke dalam kolon
bawah atau bahkan ke rektum. Gerakan mencarmpur sekmental juga terjadi
dalam usus besar.
Rektum normalnya kosong dari faces tetapi ketika faces melewati
rektum akibat distensi dari dinding rectum membangkitkan sensasi kesadaran.
Keputusan volunter kemudian dibuat apakah untuk membiarkan reflek defekasi
dengan merelaksasi sfingter Ani ekternal.
Defekasi disertai dengan kontraksi peristaltik kuat dari kolon desenden
dan kolon relvis dan rektum dan kontraksi volonter otot abdomen meningkatkan
tekanan intra abdomen.
C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Faktor etiologi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang
tercemar oleh salmonella typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan
24
melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila klien makan
tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah, makan makanan yang
tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari WC dan
menyiapkan makanan.( www.emedicine.com)
Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen
O (Ohne Hauch) yaitu somatic antigen (tidak menyebar), terdiri dari zat kompleks
lipopolisakarida, antigen H (Hauch/menyebar) terdapat pada flagella, antigen Vi
merupakan polisakarida kapsul verilen.
`Ketiga jenis antigen tersebut didalam tuibuh manusia akan menimbulkan
pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin (Ngastiyah,1997).
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella
yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang
terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.Pada masa
penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung
empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi
karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian
besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain
termasuk urinary type. Kekambuhan yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada
karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas .
D. PATOFISIOLOGI
Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella paratyphi
A, Salmonella paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Selanjutnya akan ke dinding usus
halus melalui aliran limfe ke kelenjar mesentrium menggandakan/multiplikasi
(bacterium). Biasanya pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimptomatik) seperti
mual, muntah, tidak enak badan, pusing karena segera diserbu sel system retikulo
endosetual. Tetapi kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke
dalam peredaran darah mengalami bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk
mengeluarkan sel piogon akibatnya terjadi lekositopenia. Dari sel piogon inilah yang
mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan
25
apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam
berbagai tingkat. Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-oragan tubuh
(hati, limfa, empedu) sehingga timbul peradangan yang menyebabkan membesarnya
organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfosid berangsur-angsur
mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ
sehingga timbul komplikasi dan dapat memperburuk kondisi pasien (Rachmat
juwono,1999).
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly
(lalat), dan melalui Feses (tinja).
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella
thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana
lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila
orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan
mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial
ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh
endotoksemia.Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa
endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia
berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus
halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
(www.medscape.com).
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang
dewasa. Masa tunas: 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui
26
makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi
mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik
yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten
dan suhu tidak tinggi sekali.Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur
naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari.Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam keadaan demam; pada
minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah.Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya
kiemerahan, jarang disertai tremor.Pada abdomen ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus).Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan.Biasanya sering
terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen.Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya
berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).Disamping gejala-gejala tersebut
mungkin terdapat gejala lainnya.Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit, yang
dapat ditemukan pada minggu pertama demam.Kadang-kadang ditemukan pula
bradikardia dan epistaksis pada anak besar (Ngastiyah, 1997).
F. PENATALAKSAAN KLINIS
Pengobatan demam tifoid terdiri atas 3 bagian yaitu:
1. Perawatan
27
Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan
pengobatan.Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih selama 14 hari.Maksud tirah baring adalah untuk mencegah terjadi
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan secara
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah-ubah
pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan
dekubitus.Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang terjadi
obstipasi dan retensi air kemih.
2. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan
cair melalui sonde lambung . Jika kesadaran dan nafsu makan baik dapat juga di
berikan makanan lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan
padat dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat di berikan dengan aman .
3. Obat
Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat
dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4x500 mg sehari
oral atau intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan
kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tipid sama dengan
kloramfenikol komplikasi pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih
jarang dari pada kloramfenikol. Dengan tiamfemikol demam pada demam tifoid
turun setelah rata-rata 5-6 hari.
c. ko-trimoksazol (kombinasi dan sulfamitoksasol)
28
Dosis itu orang dewasa, 2 kali 2 tablet sehari, digunakan sampai 7 hari
bebas demam (1 tablet mengandung 80 mg trimitropin dan 400 mg
sulfametoksazol). Dengan kontrimoksazol demam pada demam tifoid turun rata-
rata setelah 5-6 hari.
d. Ampicillin dan Amoksisilin
Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam tifoid dengan
leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan
sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam. Dengan ampicillin dan
amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari.
e. Sefalosforin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga amtara lain
sefiperazon, seftriakson dan cefotaksim efektif untuk demam typid, tatapi dan
lama pemberian yang oktimal belum diketahui dengan pasti.
f. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk untuk demam typid, tetapi dosis dan lama
pemberian yang optimal belum diketahui dengan pasti.
Obat-obat Simtomatik:
a. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam
tifoid, karena tidak dapat berguna.
b. Kortikosteroid
Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid oral atau parenteral dalam
dosis yang menurun secara bertahap (Tapering off) selama 5 hari. Hasilnya
biasanya sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan suhu badan
cepat turun sampai normal. Akan tetapi kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa
indikasi, karena dapat menyebabkan perdarahan intestinal dan relaps (Ngastiyah,
1997).
G. KOMPLIKASI
Dapat terjadi:
1. Pada usus halus:
29
a. Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin.Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan
tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada
bagian distal ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan
bila terdapat udara dirangga peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat
udara diantara hati dan diagfragma pada foto Rontgen abdomen yang dibuat
dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis
Biasanya menyaertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus.Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu perut yang hebat, dinding abdomen
tegang (defense musculair) dan nyeri tekan.
2. Diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefalopati dan laiun-lain.Terjadi karena infeksi sekunder,
yaitu bronkopneumonia. (Ngastiyah, 1997)
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Contoh feses (pemeriksaan digunakan dalam diagnosa awal dan selama
kemajuan penyakit). Terutama yang mengandung mukosa, darah, pus, dan
organisme.
b. Protoksigmoitoskopi: Memperlihatkan ulkus, edema, hyperemia, dan
inflamasi (akibat infeksi sekunder mukosa dan submukosa). Area yang menurun
fungsinya dan perdarahan karena nekrosis dan ulkus terjadi pada 85%bagian pada
pasien ini.
c. Sitologi dan biopsy rectal: Membedakan antara proses infeksi dan
karsinoma (terjadi 10-20 kali lebih sering dari pada populasi umum ). Perubhan
neoplastik dapat dideteksi, juga karakter infiltrate inflamasi yang disebut abses
lapisan bawah.
30
d. Enema barium: Dapat dilakukan setelah pemeriksaan visualisasi
dilakukan,meskipun jarang dilakukan selama akut, tahap kambuh, karena dapat
membuat kondisi eksaserbasi.
e. Kolonoskopi: Mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding
(menyempit/tak teratur), menunjukan obstruksi usus.
f. Darah lengkap: dapat menunjukan anemia hiperkronik (penyakit aktif
umum terjadi sehubungan dengan kehilangan darah dan kekurangan besi),
leukositosis dapat terjadi, khusnya pada kasus berat atau komplikasi dan pada
pasien dengan terapi steroid.
g. Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
h. Masa protrombin : Memanjang pada kasus berat karena gangguan faktor
VII dan X disebabkan oleh kekurangan vitamin K.
i. Trombositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
j. Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit
berat.
k. Kadar bilirubin : Penurunan karena kehilangan protein
plasma/gangguan fungsi hati.
l. Alkali fosfatase : Meningkat, juga dengan kolesterol serum dan
hipoproteinemia, menunjukan gangguan funsi hati (misalkan Serosis)
m. Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses
inflamasi panjang (Doenges,1999).
31
top related