teori kepribadian
Post on 06-Aug-2015
35 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak Jarang dalam kehidupan sehari-hari kita banyak ter jadi
kesalahpahaman dengan orang-orang di sekitar entah dengan keluarga,
tetangga, teman kampus, atau rekan kerja. Kita sering tidak mengerti
apa maksud dari perilaku-perilaku orang lain kemudian timbul lah
perseteruan walau kadang hanya karena hal yang sepele.
Banyak orang tidak menyadari bahwa karakter pribadi tiap orang itu
unik, khas. Dan seharusnya kita memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap tiap individu. Oleh karena itu kita perlu mempelajari karakter
diri sendiri dan karakter orang lain agar dapat memahami dan
menempatkan diri dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman.
Rumusan Masalah
Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Definisi kepribadian?
2. Teori-teori kepribadian?
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah
1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Kepribadian
Kata “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin: pesona.
Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa
digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan
perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi satu
istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh
individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut
diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran
sosial yang diterimanya.
Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat
gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan
adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur
kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui
pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan
yang dihadapi seseorang.
B. Pembentukan Kepribadian
Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk
kepribadian, kita dapat membedakannya dalam dua golongan :
1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu
dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya
dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya,
sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan
kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh
orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-
norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun
demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan
atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur
kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :
a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama
karena medianya (orang tua, saudara, media massa dan lain-lain)
tidaklah sama pula pada setiap orang. Setiap orang tua atau
media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri
sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat
yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.
b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus,
yang terjadi pada dirinya sendiri.
2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu
sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran
orang yang bersangkutan dalam masyarakat.
Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas
memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu
pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-
beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur
kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-
pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa,
disebut proses pembentukan identitas diri.
Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan.
Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan
untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah,
ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap
identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan
peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan
dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya,
bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya.
Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai
remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan
menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena
itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri
identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya
terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.
C. Teori-Teori Kepribadian
Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja
berbeda, yakni teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait),
teori kepribadian behaviorisme, dan teori psikoligi kognitif.
1. Teori Kepribadian Psikoanalisis
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud
membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan
menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga
sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu.
Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut
pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.
Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan
segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda
pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat,
dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada
individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego
harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan
agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi
larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih
harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum
menampilkan perilaku tertentu.
Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya
menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus
mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran
kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman
masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi
yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran.
Berbeda dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada
dorongan seks.
Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan
superego, menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan
bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia
adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya
dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada
teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih
banyak dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.
2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)
Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang
menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau
menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia
memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan
untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini
menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke
situasi.
Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan
kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah
dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya.
Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi
unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin
sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan
dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan
orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan putih” bagi
orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran.
Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan
mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang
mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda.
Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat
orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan
kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.
Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori
dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori
topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan
menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan
dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang
memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan
tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini
menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai
somatotipe. Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi
temperamental adalah sebagai berikut :
a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang
tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar
kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.
b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi
memiliki sifat-sifat seperti berpetualang dan berani mengambil
resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang,
agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung
menguasai dan membuat gaduh.
c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia
dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak
menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki
kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia
memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.
3. Teori Kepribadian Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh
perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen
penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin
yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-
sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada
individu tersebut.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada
penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme
dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang
digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain
adalah sebagai berikut :
1) Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan
fisik.
Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri
dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang
melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi
seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol
dan menyerang orang tersebut secara fisik.
2) Bantuan fisik (physical aids)
Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol
perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk
meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh
perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk
memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang
memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang
bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat
badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga
dapat mengekang diri sendiri.
4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional
conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan
emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya,
beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi
stess.
5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan
perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain.
Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang
sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang
tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.
6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku
menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita
menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai.
Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah
belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan
menonton film yang bagus.
7) Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal
mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa
menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan
baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.
4. Teori Psikologi Kognitif
Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan
berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat
bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar
mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya,
tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan
diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal
dari suatu perilaku.
Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi
kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang
satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi).
Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena
keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini
dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili)
dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.
D. Tipe-Tipe Kepribadian
Pada dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu
sama lain. Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli
sejak dulu kala. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang
mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan
menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.
1)Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak
empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu
bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa
curiga.
2)Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak
darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah
berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.
3)Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya.
Orang-orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu
pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah
berubah.
4)Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang
bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar
mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.
C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat
pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa
perhaian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang
disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi,
menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar,
yaitu :
1)Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan
keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat.
2)Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada
dirinya.
Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat: berhati
terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan
lingkungan besar sekali. Mereka mudah memegaruhi dan mudah pula
dipengaruhi oleh lingkungannya. Adapun orang-orang yang tergolong
introvert memiliki sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam, sukar
diselami batinnya, suka mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang
lain.
Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman,
mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan
sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam empat golongan
menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :
1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap,
berdada lebar.
2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit,
lengan, dan kaki kecil.
3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher
pejal.
4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe
diatas.
Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah
schizothim, yang menurut Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain
: sulit bergaul, mempunyai kebiasaan yang tetap, sukar menyesuaikan
diri dengan situasi baru, kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin
berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu berpikir
terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak.
Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau
tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah
mudah bergaul, suka humor, mudah berubah-ubah stemming-nya,
mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, lekas memaafkan
kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.
Menurut teori Sheldon, manusia bisa digolongkan menjadi tiga
macam tipe yaitu :
a. Tipe Endomorp
Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorp-nya tinggi,
sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat
dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm)
memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorph
dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan
gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.
b.Tipe Mesomorph
Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorph,
komponen mesomorphnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi
rendah. Karena itu, bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari
mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain;
misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat,
jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh,
keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan
tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.
c. Tipe Ectomorph
Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorph ini
adalah organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama
berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe entomorph
adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan
langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak
berkembang.
top related