teori kepribadian

15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak Jarang dalam kehidupan sehari-hari kita banyak ter jadi kesalahpahaman dengan orang-orang di sekitar entah dengan keluarga, tetangga, teman kampus, atau rekan kerja. Kita sering tidak mengerti apa maksud dari perilaku-perilaku orang lain kemudian timbul lah perseteruan walau kadang hanya karena hal yang sepele. Banyak orang tidak menyadari bahwa karakter pribadi tiap orang itu unik, khas. Dan seharusnya kita memberikan perlakuan yang berbeda terhadap tiap individu. Oleh karena itu kita perlu mempelajari karakter diri sendiri dan karakter orang lain agar dapat memahami dan menempatkan diri dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga tidak terjadi kesalahpahaman. Rumusan Masalah Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: 1. Definisi kepribadian?

Upload: agil

Post on 06-Aug-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Definisi Keprbadian, Kepribadian, Definisi, Teori Kepribadian

TRANSCRIPT

Page 1: Teori Kepribadian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak Jarang dalam kehidupan sehari-hari kita banyak ter jadi

kesalahpahaman dengan orang-orang di sekitar entah dengan keluarga,

tetangga, teman kampus, atau rekan kerja. Kita sering tidak mengerti

apa maksud dari perilaku-perilaku orang lain kemudian timbul lah

perseteruan walau kadang hanya karena hal yang sepele.

Banyak orang tidak menyadari bahwa karakter pribadi tiap orang itu

unik, khas. Dan seharusnya kita memberikan perlakuan yang berbeda

terhadap tiap individu. Oleh karena itu kita perlu mempelajari karakter

diri sendiri dan karakter orang lain agar dapat memahami dan

menempatkan diri dalam berkomunikasi dengan orang lain sehingga

tidak terjadi kesalahpahaman.

Rumusan Masalah

Adapun rumsan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

1. Definisi kepribadian?

2. Teori-teori kepribadian?

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah

1. Untuk memahami konsep-konsep kepribadian.

Page 2: Teori Kepribadian

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Kepribadian

Kata “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin: pesona.

Pada mulanya kata personaini menunjuk pada topeng yang biasa

digunakan oleh pemain sandiwara di zaman romawi dalam memainkan

perannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi satu

istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh

individu dari kelompok masyarakat, kemudian individu tersebut

diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran

sosial yang diterimanya.

Karena tiap-tiap kepribadian adalah unik, maka sukar sekali dibuat

gambaran yang umum tentang kepribadian. Yang dapat kita lakukan

adalah mencoba mengenal seseorang dengan mengetahui struktur

kepribadiannya. Struktur kepribadian ini dapat diketahui melalui

pemeriksaan terhadap sejarah hidup, cita-cita, dan persoalan-persoalan

yang dihadapi seseorang.

B. Pembentukan Kepribadian

Mengenai pengalaman-pengalaman yang ikut membentuk

kepribadian, kita dapat membedakannya dalam dua golongan :

1. Pengalaman yang umum, yaitu yang dialami oleh tiap-tiap individu

dalam kebudayaan tertentu. Pengalaman ini erat hubungannya

dengan fungsi dan peranan seseorang dalam masyarakat. Misalnya,

Page 3: Teori Kepribadian

sebagai laki-laki atau wanita seseorang mempunyai hak dan

kewajiban tertentu. Beberapa dari peran itu dipilih sendiri oleh

orang yang bersangkutan tetapi masih tetap terikat pada norma-

norma masyarakat, misalnya jabatan atau pekerjaan. Meskipun

demikian, kepribadian seseorang tidak dapat sepenuhnya diramalkan

atau dikenali hanya berdasarkan pengetahuan tentang struktur

kebudayaan dimana orang itu hidup. Hal ini disebabkan karena :

a. Pengaruh kebudayaan terhadap seseorang tidaklah sama

karena medianya (orang tua, saudara, media massa dan lain-lain)

tidaklah sama pula pada setiap orang. Setiap orang tua atau

media massa mempunyai pandangan dan pendapatnya sendiri

sehingga orang-orang yang menerima pandangan dan pendapat

yang berbeda-beda itu akan berbeda-beda pula pendiriannya.

b. Tiap individu mempunyai pengalaman-pengalaman yang khusus,

yang terjadi pada dirinya sendiri.

2. Pengalaman yang khusus, yaitu yang khusus dialami individu

sendiri. Pengalaman ini tidak tergantung pada status dan peran

orang yang bersangkutan dalam masyarakat.

Pengalaman-pengalaman yang umum maupun yang khusus di atas

memberi pengaruh yang berbeda-beda pada tiap individu-individu itu

pun merencanakan pengalaman-pengalaman tersebut secara berbeda-

beda pula sampai akhirnya ia membentuk dalam dirinya suatu stuktur

kepribadian yang tetap (permanen). Proses integrasi pengalaman-

pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama makin dewasa,

disebut proses pembentukan identitas diri.

Proses pembentukan identitas diri harus melalui berbagai tingkatan.

Salah satu tingkat yang harus dilalui adalah identifikasi, yaitu dorongan

untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, misalnya dengan ayah,

ibu, kakak, saudara, guru, dan sebagainya. Pada masa remaja, tahap

identifikasi ini dapat menyebabkan kebingungan dan kekaburan akan

peran sosial, karena remaja-remaja cenderung mengidentifikasikan

Page 4: Teori Kepribadian

dirinya dengan beberapa tokoh sekaligus, misalnya dengan ayahnya,

bintang film kesayangannya, tokoh politik favoritnya dan sebagainya.

Kalau kekaburan akan peranan sosial ini tidak dapat dihapuskan sampai

remaja itu menjadi dewasa, maka besar kemungkinannya ia akan

menderita gangguan-gangguan kejiwaan pada masa dewasanya. Karena

itu penting sekali diusahakan agar remaja dapat menentukan sendiri

identitas dirinya dan berangsur-angsur melepaskan identifikasinya

terhadap orang-orang lain untuk akhirnya menjadi dirinya sendiri.

C. Teori-Teori Kepribadian

Ada empat teori kepribadian utama yang satu sama lain tentu saja

berbeda, yakni teori kepribadian psikoanalisis, teori-teori sifat (trait),

teori kepribadian behaviorisme, dan teori psikoligi kognitif.

1. Teori Kepribadian Psikoanalisis

Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud

membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan

menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga

sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu.

Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut

pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.

Id bekerja menggunakan prinsip kesenangan, mencari pemuasan

segera impuls biologis; ego mematuhi prinsip realita, menunda

pemuasan sampai bisa dicapai dengan cara yang diterima masyarakat,

dan superego (hati nurani;suara hati) memiliki standar moral pada

individu. Jadi jelaslah bahwa dalam teori psikoanalisis Freud, ego

harus menghadapi konflik antara id ( yang berisi naluri seksual dan

agresif yang selalu minta disalurkan) dan super ego (yang berisi

larangan yang menghambat naluri-naluri itu). Selanjutnya ego masih

harus mempertimbangkan realitas di dunia luar sebelum

menampilkan perilaku tertentu.

Page 5: Teori Kepribadian

Namun, dalam psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego bukannya

menghadapi konflik antara id dan superego, melainkan harus

mengelola dorongan-dorongan yang datang dari ketidak sadaran

kolektif (yang berisi naluri-naluri yang diperoleh dari pengalaman

masa lalu dari masa generasi yang lalu) dan ketidaksadaran pribadi

yang berisi pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran.

Berbeda dengan Freud, Jung tidak mendasarkan teorinya pada

dorongan seks.

Bagi erikson, misalnya meskipun ia mengakui adanya id, ego, dan

superego, menurutnya, yang terpenting bukannya dorongan seks dan

bukan pula koflik antara id dan superego. Bagi Erikson, manusia

adalah makhluk rasional yang pikiran, perasaan, dan perilakunya

dikendalikan oleh ego. Jadi ego itu aktif, bukan pasif seperti pada

teori freud, dan merupakan unsur utama dari kepribadian yang lebih

banyak dipengarihi oleh faktor sosial daripada dorongan seksual.

2. Teori-Teori Sifat (Trait Theories)

Teori sifat ini dikenal sebagai teori-teori tipe (type theories) yang

menekankan aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil atau

menetap. Tepatnya, teori-teori ini menyatakan bahwa manusia

memiliki sifat atau sifat-sifat tertentu, yakni pola kecenderungan

untuk bertingkah laku dengan cara tertentu. Sifat-sifat yang stabil ini

menyebabkan manusia bertingkah laku relatif tetap dari situasi ke

situasi.

Allport membedakan antara sifat umum (general trait) dan

kecenderungan pribadi (personal disposition). Sifat umum adalah

dimensi sifat yang dapat membandingkan individu satu sama lainnya.

Kecenderungan pribadi dimaksudkan sebagai pola atau konfigurasi

unik sifat-sifat yang ada dalam diri individu. Dua orang mungkin

sama-sama jujur, namun berbeda dalam hal kejujuran berkaitan

dengan sifat lain. Orang pertama, karena peka terhadap perasaan

Page 6: Teori Kepribadian

orang lain, kadang-kadang menceritakan “kebohongan putih” bagi

orang ini, kepekaan sensitivitas adalah lebih tinggi dari kejujuran.

Adapun orang orang kedua menilai kejujuran lebih tinggi, dan

mengatakan apa adanya walaupun hal itu melukai orang lain. Orang

mungkin pula memilki sifat yang sama, tetapi dengan motif berbeda.

Seseorang mungkin berhati-hati karena ia takut terhadap pendapat

orang lain, dan orang lain mungkin hati-hati karena mengekspresikan

kebutuhannya untuk mempertahankan keteraturan hidup.

Termasuk dalam teori-teori sifat berikutnya adalah teori-teori

dari Willim Sheldom. Teori Sheldom sering digolongkan sebagai teori

topologi. Meskipun demikian ia sebenarnya menolak pengotakkan

menurut tipe ini. Menurutnya, manusia tidak dapat digolongkan

dalam tipe ini atau tipe itu. Akan tetapi, setidak-tidaknya seseorang

memiliki tiga komponen fisik yang berbeda menurut derajat dan

tingkatannya masing-masing. Kombinasi ketiga komponen ini

menimbulkan berbagai kemungkinan tipe fisik yang isebutnya sebagai

somatotipe. Menurut Sheldom ada tiga komponen atau dimensi

temperamental adalah sebagai berikut :

a. Viscerotonia. Individu yang memiliki nilai viscerotonia yang

tinggi, memiliki sifat-sifat, antara lain suka makan enak, pengejar

kenikmatan, tenang toleran, lamban, santai, pandai bergaul.

b. Somatotonia. Individu dengan sifat somatotonia yang tinggi

memiliki sifat-sifat seperti berpetualang dan berani mengambil

resiko yang tinggi, membutuhkan aktivitas fisik yang menantang,

agresif, kurang peka dengan perasaan orang lain, cenderung

menguasai dan membuat gaduh.

c. Cerebretonia. Pribadi yang mempunyai nilai cerebretonia

dikatakan bersifat tertutup dan senang menyendiri, tidak

menyukai keramaian dan takut kepada orang lain, serta memiliki

kesadaran diri yang tinggi. Bila sedang di rundung masalah, Ia

memiliki reaksi yang cepat dan sulit tidur.

Page 7: Teori Kepribadian

3. Teori Kepribadian Behaviorisme

Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh

perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen

penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin

yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-

sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada

individu tersebut.

Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada

penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme

dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.

Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang

digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain

adalah sebagai berikut :

1) Pengekangan fisik (psycal restraints)

Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan

fisik.

Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri

dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang

melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi

seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol

dan menyerang orang tersebut secara fisik.

2) Bantuan fisik (physical aids)

Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol

perilaku yang tidak dinginkan. Misalnya, pengendara truk

meminum obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh

perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk

memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang

memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.

3) Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)

Page 8: Teori Kepribadian

Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang

bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat

badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga

dapat mengekang diri sendiri.

4) Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional

conditions)

Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan

emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya,

beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi

stess.

5) Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)

Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan

perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain.

Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang

sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang

tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.

6) Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)

Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku

menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita

menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai.

Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah

belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan

menonton film yang bagus.

7) Menghukum diri sendiri (self punishment)

Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal

mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa

menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan

baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.

4. Teori Psikologi Kognitif

Menurut para ahli, teori psikologi kognitif dapat dikatakan

berawal dari pandangan psikologi Gestalt. Mereka berpendapat

Page 9: Teori Kepribadian

bahwa dalam memersepsi lingkungannya, manusia tidak sekadar

mengandalkan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya,

tetapi masukan dari pengindraan itu, diatur, saling dihubungkan dan

diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal

dari suatu perilaku.

Pandangan teori kognitif menyatakan bahwa organisasi

kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang

satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi).

Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena

keduanya termasuk dalam kognisi manusia. Bahkan, dengan teori ini

dimungkinkan juga faktor-faktor diluar diri dimasukkan (diwakili)

dalam lapangan psikologis atau lapangan kesadaran seseorang.

D. Tipe-Tipe Kepribadian

Pada dasarnya setisp orang memiliki kepribadian yang berbeda satu

sama lain. Penelitian tentang kepribadian manusia dilakukan para ahli

sejak dulu kala. Kita mengenal Hippocrates dan Galenus yang

mengemukakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi empat golongan

menurut keadaan zat cair yang ada dalam tubuhnya.

1)Melancholicus (melankolisi), yaitu orang-orang yang banyak

empedu hitamnya, sehingga orang-orang dengan tipe ini selalu

bersikap murung atau muram, pesimistis dan selalu menaruh rasa

curiga.

2)Sanguinicus (sanguinisi), yakni orang-orang yang banyak

darahnya, sehingga orang-orang tipe ini selalu menunjukkan wajah

berseri-seri, periang atau selalu gembira, dan bersikap optimistis.

3)Flegmaticus (flegmatisi), yaitu orang-orang yang banyak lendirnya.

Orang-orang seperti ini sifatnya lamban dan pemalas, wajahnya selalu

pucat, pesimis, pembawaannya tenang, pendiriannya tidak mudah

berubah.

Page 10: Teori Kepribadian

4)Cholericus (kolerisi), yakni yang banyak empedu kuningnya. Orang

bertipe ini bertubuh besar dan kuat, namun penaik darah dan sukar

mengendalikan diri, sifatnya garang dan agresif.

C.G. Jung, seorang ahli penyakit jiwa dari Swiss, membuat

pembagian tipe manusia dengan cara lain lagi. Ia menyatakan bahwa

perhaian manusia tertuju pada dua arah, yakni keluar dirinya yang

disebut extrovert, dan kedalam dirinya yang disebut introvert. Jadi,

menurut jung tipe manusia bisa dibagi menjadi dua golongan besar,

yaitu :

1)Tipe extrovert, yaitu orang-orang yang perhatiannya lebih diarahkan

keluar dirinya, kepada orang-orang lain dan kepada masyarakat.

2)Tipe introvert, orang-orang yang perhatiannya lebih mengarah pada

dirinya.

Orang yang tergolong tipe extrovert mempunyai sifat-sifat: berhati

terbuka, lancar dalam pergaulan, ramah, penggembira, kontak dengan

lingkungan besar sekali. Mereka mudah memegaruhi dan mudah pula

dipengaruhi oleh lingkungannya. Adapun orang-orang yang tergolong

introvert memiliki sifat-sifat : kurang pandai bergaul, pendiam, sukar

diselami batinnya, suka mnyendiri, bahkan sering takut kepada orang

lain.

Kretschmer, ahli penyakit jiwa berkebangsaan Jerman,

mengemukakan adanya hubungan yang erat antara tipe tubuh dengan

sifat dan wataknya. Ia memebagi manusia dalam empat golongan

menurut tipe atau bentuk tubuhnya masing-masing, yaitu berikut ini :

1) Atletis, dengan ciri-ciri tubuh: besar, berotot kuat, kekar dan tegap,

berdada lebar.

2) Astenis, dengan ciri-ciri: tinggi, kurus, tidak kuat, bahu sempit,

lengan, dan kaki kecil.

3) Piknis, dengan ciri-ciri: bulat, gemuk, pendek, muka bulat, leher

pejal.

Page 11: Teori Kepribadian

4) Displastis, merupakan bentuk tubuh campuran dari ketiga tipe

diatas.

Tipe watak orang yang berbentuk atletis dan astenis adalah

schizothim, yang menurut Kretschmer mempunyai sifat-sifat, antara lain

: sulit bergaul, mempunyai kebiasaan yang tetap, sukar menyesuaikan

diri dengan situasi baru, kelihatan sombong, egoistis dan bersifat ingin

berkuasa, kadang-kadang optimis, kadang pula pesimis, selalu berpikir

terlebih dahulu masak-masak sebelum bertindak.

Lain halnya dengan orang yang memiliki bentuk tubuh piknis, atau

tipe wataknya sering disebut siklithim. Sifat orang-orang ini adalah

mudah bergaul, suka humor, mudah berubah-ubah stemming-nya,

mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru, lekas memaafkan

kesalahan orang lain, tetapi kurang setia, dan tidak konsekuen.

Menurut teori Sheldon, manusia bisa digolongkan menjadi tiga

macam tipe yaitu :

a. Tipe Endomorp

Menurut Sheldon, orang yang komponen endomorp-nya tinggi,

sedangkan kedua komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat

dalam dan seluruh sistem digestif (yang berasal dari endoderm)

memegang peranan penting. Sheldom menyebut tipe endomorph

dengan kecenderungan pada kebulatan, keluwesan, kehalusan, dan

gemuknya tubuh, serta tangan-kaki yang lembut dan kecil.

b.Tipe Mesomorph

Dalam pandangan Sheldon, orang yang bertipe mesomorph,

komponen mesomorphnya tinggi, sedangkan komponen lainnya lagi

rendah. Karena itu, bagian-bagian tubuhnya yang berasal dari

mesoderm relatif berkembang lebih baik ketimbang yang lain-lain;

misalnya: otot-ototnya dominan, pembuluh-pembuluh darah kuat,

jantung juga dominan. Orang tipe ini punya kecenderungan kokoh,

keras, otot tampak bersegi-segi, tahan sakit. Termasuk pada golongan

tipe ini, misalnya, para olahragawan, pengelana, dan tentara.

Page 12: Teori Kepribadian

c. Tipe Ectomorph

Orang-orang yang termasuk pada golongan tipe ectomorph ini

adalah organ-organ mereka berasal dari ectoderm yang terutama

berkembang, yaitu kulit, sistem saraf. Kecenderungan tipe entomorph

adalah pada tangan dan kaki yang lurus, tubuhnya tampak lemah dan

langsing, jangkung, dada pipih, dan otot-otot hampir tidak tampak

berkembang.