studi& perancangan& alat pengering biomassa& …
Post on 05-Oct-2021
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia 1
STUDI PERANCANGAN ALAT PENGERING BIOMASSA
DENGAN PEMANFAATAN GAS PANAS HASIL
PEMBAKARAN DI FLUIDIZED BED COMBUSTOR (FBC)
Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M. Eng.; Prayudi Satriavi ; Dennis Adriansyah R. Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
A r t i k e l I n f o
A B S T R A K
Januari 2013
Begitu besar potensi energi non fosil yang ada di Indonesia, salah satunya adalah energi biomassa. Sumber energi inilah yang digunakan pada system Fluidized Bed Combustor (FBC) di Universitas Indonesia. Tetapi pada system ini masih memiliki kekurangan yaitu temperature keluar yang masih begitu tinggi dan belum dimanfaatkan. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin tinggi temperature keluar dari suatu system pembakaran maka efisiensi semakin rendah. System FBC UI selama ini memiliki temperature keluar sekitar 400 oC – 500 oC. Oleh karena itu energi panas yang masih besar tersebut ingin dimanfaatkan untuk pengeringan biomassa. Desain pengering ini menggunakan data saat kondisi self sustained combustion selama 1 jam dengan memasukkan bahan bakar daun kering yang laju pengumpanannya sebesar 30 kg per jam. Kapasitas pengeringan yang didapatkan adalah sekitar 18 kg daun per hari. Dengan desain pengering tersebut diharapkan terjadinya system yang kontinyu pada FBC UI dan system tersebut lebih ramah lingkungan dan efisien.
Kata Kunci:
Fluidized Bed Combustor, efisiensi,
Pengeringan biomassa, self sustained combustion, daun kering.
1 . Pendahuluan
Energi biomassa di Indonesia
memiliki cadangan sekitar 49810 MWe tetapi baru dimanfaatkan sekitar 445 MWe. Nilai itu baru sekitar 0.89 % dari total energy yang tersedia. Memperhatikan hal tersebut tentunya energi biomassa harus ditingkatkan penggunaaannya. Ini dikarenakan selain belum tereksplorasi secara maksimal, energi biomassa juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan energi lain. Keunggulan pertama adalah sifat dari energi biomassa yang dapat diperbaharui secara terus-‐menerus, energi ini juga lebih ramah lingkungan. Emisi gas buang
hasil pembakaran energi biomassa lebih rendah terutama jika diperhatikan dari karbondioksida. Seperti yang kita tahu karbondioksida merupakan factor utama dalam proses pemanasan global. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan biomassa agar dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Teknologi pembakaran yang digunakan harus simpel, efisien, tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitar, serta biaya instalasinya relatif tidak terlalu mahal. Teknologi yang memenuhi kriteria tersebut adalah Fluidized bed combustor (FBC).
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 2
Fluidized Bed Combustor (FBC) merupakan salah satu teknologi pembakaran yang mempunyai keunggulan mengkonversi berbagai jenis bahan bakar baik sampah, limbah, biomassa ataupun bahan bakar fosil berkalori rendah. Teknologi ini menggunakan konsep turbulensi benda padat yang terjadi pada proses pembakaran, dimana dalam mekanisme pembakarannya tersebut terjadi perpindahan panas dan massa yang tinggi.
Fluidized Bed Combustor (FBC) di Universitas Indonesia merupakan unit teknologi pemanfaatan limbah yang masih dalam pengembangan. Temperature keluar dari system FBC UI masih tinggi dan belum dimanfaatkan. Selama ini bahan bakar dari FBC UI yaitu daun kering masih dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Oleh karena permasalahan itu dibutuhkan sebuah system pengeringan untuk bahan bakar. System pengeringan tersebut memanfaatkan panas hasil pembakaran dari fluidized bed combustor. Sehingga dengan terciptanya system pengeringan tersebut, proses pembakaran menggunakan fluidized bed combustor jadi berkelanjutan dan gas buang hasil proses pembakaran menggunakan fluidized bed combustor menjadi lebih ramah lingkungan.
2 . Eksperimen
2.1 Bahan Bakar Biomassa
Ada 2 bahan bakar biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar pada penelitian ini, yaitu: cangkang kelapa dan daun kering.
Cangkang kelapa digunakan saat proses pemanasan awal sampai terjadinya kondisi self sustained combustion. Cangkang kelapa yang digunakan pada Fluidized Bed Combustor (FBC) Universitas Indonesia perlu dihancurkan agar menjadi ukuran kecil
menggunakan mesin pencacah. Menurut penelitian (Nanda Prima, 2011) penggunaan tempurung kelapa ukuran 1 x 1 cm sebagai pemanasan awal lebih baik dalam hal tingkat kestabilan temperatur
Gambar 1. Cangkang Kelapa
Sedangkan daun kering digunakan sebagai bahan bakar pada saat self sustained combustion. Daun yang didapatkan dari sekitar hutan kota kampus UI Depok dihancurkan terlebih dahulu supaya lebih cepat proses pengeringannya. Karena daun tidak semuanya kering sehingga sebelum digunakan perlu dikeringkan dengan cara dijemur di panas matahari lebih dahulu. Atau sun drying.
Gambar 2. Daun Kering
2.2 Pasir Pasir yang digunakan sebagai
hamparan (bed) FBC UI adalah jenis pasir silika. Pemilihan pasir sangat penting karena sangat berpengaruh terhadap hasil dari penelitian ini.
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 3
Gambar 3. Skematik Fluidized Bed Combustor
Proses fluidisasi akan berhasil jika pemilihan pasir ini sudah tepat. Menurut penelitian (Azmi Muntaqo, 2011) pasir silika dengan ukuran mesh 20-‐40 memiliki temperatur lebih tinggi pada kondisi kerja
Tabel 1 Sifat Fisik, Termal, dan Mekanik
Pasir Silika
Properties Silica Sand
Particle density ( kg/m3 ) 2600 Bulk density ( kg/m3 ) 1300 Thermal conductivity ( Wm-‐1K ) 1.3 Tensile strength ( MPa ) 55 Compressive strength ( MPa ) 2070 Melting point ( oC ) 1830 Modulus of elasticity ( GPa ) 70 Thermal shock resistance Excellent
Gambar 4. Pasir Silika yang Digunakan pada FBC UI
2.3 Termokopel Terdapat 6 buah termokopel yang
dipasang pada furnace. Dengan mengacu pada distributor, termokopel ditempatkan dengan konfigurasi sebagai berikut: T1 = 31,5 cm dibawah distributor T2 = 3,5 cm diatas distributor T3 = 24,5 cm diatas distributor T4 = 63,5 cm diatas distributor T5 = 144,5 cm diatas distributor T6 = 219,5 cm diatas distributor 2.4 Prosedur Pengujian
Setelah semua bahan bakar siap dan seluruh peralatan telah terhubung, Blower tiup (Forced Draft Fan) dan blower hisap (induced draft fan)
T6 T5
T4
T3
T2
T1 T7
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 4
dihidupkan. Setelah itu burner juga dihidupkan. 7-‐10 menit setelah burner dihidupkan dan ketika temperaturnya telah stagnan, dimulai pemasukan bahan bakar menggunakan tempurung kelapa sebagai pemanasan awal.
Pemasukan bahan bakar meningkat secara perlahan dari 0,25 – 1 kg. Setelah mencapai kondisi dimana hamparan pasir (bed) yang telah berubah warna menjadi merah menyala seperti lava bergolak membara yang disebut dengan self sustained combustion maka burner dimatikan. Setelah itu dimulai
pemasukan bahan bakar menggunakan daun kering dengan laju pemasukan bahan bakar tetap sebesar 0,25 kg/1/2 menit. Mulai dari burner dihidupkan sampai dengan selesai percobaan, semua data disimpan dengan menggunakan data acquisition (DAQ).
Tata Kata
T o,f Temperature keluar furnace
Ein Energi yang dimasukkan
T i Temperature masuk pengering
Eout Energi keluar LHV nilai kalor bawah bahan bakar
ṁk laju massa daun kering
T tebal daun
ṁb laju massa daun basah Kaw kadar air awal
Ḃk Beban kebasahan
Kak kadar air akhir
To temperature keluar pengering L panjang daun
ΔT Selisih temperature
W lebar daun
V volume daun C kalor jenis
A luas permukaan daun
ɳ efisiensi fbc
Vdaun/s volume partikel daun per detik T∞ Temperature ruang pengering
N number of leaf's particle
Taw Temperature daun basah
hfg enthalpy pembentukan gas
Tak Temperature daun kering
Pakhir tekanan air jenuh saat menguap
Ρ massa jenis daun
Qs daun kalor sensibel daun ṁ laju pengumpanan
Qs air kalor sensibel air
T temperature
Ql air kalor laten air RH relative humidity
H Enthalpy
V volume specific
W humidity ratio Dab, T Difusivitas massa
Sc Schmidt Number
Psat 70 Tekanan uap cair jenuh pada 70 oC
P∞ Tekanan ambient
ρakhir massa jenis akhir
R konstanta gas ideal hm koefisien perpindahan massa
Sh Sherwood Number
Nu Nusselt Number
Pr Prandtl Number H koefisien perpindahan panas
Bi Biot Number
Fo Fourier Number 3. Hasil dan Analisis
Dengan data yang diketahui sebagai berikut :
Tabel 2 Data yang Diketahui Diketahui
T 4 478 oC T 5 258 oC LHV 4334 kCal / kg
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 5
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67 69 71 73 75
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
Waktu (menit)
Grafik Pembakaran Daun Setelah Self Sustained Combus1on Selama 1 Jam
Tempe
rature (oC)
t 0.5 mm Kaw 79.38 % Kak 20 % L 20 mm W 5 mm Cp 3.22 kJ / kg oC ɳ 60 % Taw 36.3 oC Tak 30.4 oC ρ 150 kg / m3 ṁ 30 kg per jam
Distribusi Temperature rata-‐rata
yang didapat dari percobaan pada ketujuh
titik selama satu jam setelah kondisi self
sustained combustion adalah :
Tabel 3
3.1 Pemilihan Jenis Pengering Jenis pengering yang kami ambil adalah tray drying. Dengan ketentuan sebagai berikut :
• Daun yang akan dikeringkan ditaruh di atas semacam nampan yang terbuat dari plat besi setebal 2 mm.
Gambar 5. Grafik pembakaran daun setelah self sustained combustion selama 1 jam
Self Sustained Combustion
Thermocouple Temperature Rata-‐rata (oC)
T1 40.28115789 T2 563.9430294 T3 771.5896053 T4 478.4301797 T5 258.3792632 T6 196.0708421 T7 188.9734342
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 6
• Nampan yang sudah terisi daun dimasukkan ke dalam suatu lemari atau ruang pengering. Da lam ruang pengering tersebut bisa diisi beberapa nampan tergantung dimensi yang diinginkan.
• Ruang pengering memiliki inlet dan outlet sebagai tempat masuk dan keluarnya udara sebagai media pengering.
• Sumber kalor yang digunakan adalah gas hasil pembakaran Fluidized Bed Combustor.
3.2 Efisiensi FBC UI Dengan efisiensi dari Fluidized
Bed Combustor di Universitas Indonesia sekitar 60% dan Lower Heating Value (LHV) dari daun berdasarkan Tekmira adalah 4334 kCal / kg atau 18145.59 kJ / kg maka daya yang dikeluarkan oleh alat ini bisa dihitung menggunakan :
! = !"# − !"#$
!"#
!!"# = 60.48 !"
3.3 Perhitungan Kerugian Panas Dengan adanya jarak dari T4 ke
T5 (temperature sebelum masuk ruang
pengering) sebesar 10237.25 mm berarti
ada kerugian panas yang terjadi. Kerugian
panas tersebut menyebabkan daya atau
energi yang dihasilkan pada perhitungan
sebelumnya mengalami penurunan nilai.
Perhitungan kerugian panas
diasumsikan sebagai berikut :
1) Kondisi tunak.
2) Constant properties.
3) Ideal gas behavior.
4) Disipasi viskos dan variasi
tekanan diabaikan.
5) Hambatan dinding pipa
diabaikan.
6) Koefisien perpindahan panas di
luar pipa seragam.
7) Jarak dari T4 ke T5 dianggap
sebagai pipa yang panjang dan
berdiameter sama.
Dari pengamatan kami oksigen
yang masih besar jumlahnya dikarenakan
banyak udara yang ikut terhisap ke dalam
sistem sebelum idf seperti dari feeder,
dan yang terutama adalah dari cyclone.
Karena kami merasakan hisapan yang
besar saat kami memegang lubang bagian
bawah cyclone.
Dari data-‐data yang kami
dapatkan di atas, kami mendapatkan nilai
kalor jenis (cp) untuk pengambilan data A
sebesar 1.049 kJ / kg K, sedangkan untuk
pengambilan data kedua yaitu B
didapatkan kalor jenis sebesar 1.050 kJ /
kg K, dan yang pengambilan data ketiga
yaitu C didapatkan kalor jenis sebesar
1.049 kJ / kg K. Kami menggunakan nilai
rata-‐rata dari ketiga data tersebut untuk
digunakan pada perhitungan kami. Yaitu
nilai kalor jenis (cp) sebesar 1.050 kJ / kg
K.
Di atas terlihat jumlah oksigen
yang tidak jauh berbeda. Tetapi jumlah
CO dan temperature inlet berbeda. Dari
pengamatan kami oksigen yang masih
besar jumlahnya dikarenakan banyak
udara yang ikut terhisap ke dalam sistem
sebelum idf seperti dari feeder, dan yang
terutama adalah dari cyclone. Karena
kami merasakan hisapan yang besar saat
kami memegang lubang bagian bawah
cyclone.
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 7
Gambar 6 Skema gas analyzer dan
kebocoran yang terjadi
Dari data-‐data yang kami
dapatkan di atas, kami memutuskan
menggunakan kalor jenis (cp) udara,
karena kemiripan karakteristik
pembacaan gas analyzer saat dilakukan
kalibrasi maupun pengambilan sampel.
Kalor jenis udara yang
digunakan adalah saat Tm yaitu
temperature rata-‐rata antara 2 titik, yaitu
:
!! = !! + !!
2
!! = 478.43 + 258.38
2
!! = 368.405 ! = 641.555 !!
Pada temperature ini, udara
memiliki kalor jenis sebesar 1.061 kJ/kg
K.
Laju massa, ṁ gas buang
diasumsikan sama dengan laju massa
pengumpanan ditambah dengan laju
massa udara dari forced draft fan. Laju
massa pengumpanan adalah 0.25 kg per
30 detik atau 8.33 x 10-‐3 kg per detik.
Sedangkan laju massa forced draft fan
pada 3200 rpm dan temperature rata-‐rata
40.28 oC adalah sebesar 0.1034 kg per
detik.
ṁ = ṁ!"#$# + ṁ!!
ṁ = 0.112 !" !
Sehingga kerugian panas yang terjadi
adalah :
!!"## = ṁ ! !! ! ∆!
!!"## = 26.164 !"
!!"!#$ = ! − !!"##
!!"!#$ = 34.316 !"
3.4 Koefisien Perpindahan Kalor
Mulai dari sini semua
perhitungan menggunakan sifat udara
pada tekanan atmosfer dan pada
temperature masuk ruang pengering
yaitu 258.38 oC. Untuk mengetahui
seberapa banyak kalor yang akan
diterima oleh daun maka harus diketahui
dulu koefisien perpindahan kalornya.
Dengan menggunakan persamaan :
ℎ = !" ! !!
Untuk mencari bilangan Nusselt
maka dibutuhkan bilangan Reynolds yang
didapatkan dari persamaan :
!" = ! ! !!
!" = 48272.6
Setelah mendapatkan bilangan
Reynolds kemudian menghitung bilangan
Nusselt dengan persamaan :
!" = 0.0296 !"! !!"! !
!" = 147.63
Kemudian setelah mendapatkan
bilangan Nusselt baru kita mencari
Lokasi kebocoran sehingga banyak oksigen yang terhisap dan terdeteksi
Lokasi Pengambilan Data
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 8
koefisien perpindahan kalor dengan
persamaan yang telah disebutkan di atas.
ℎ = 6.13 ! !!!
Sehingga untuk mendapatkan
kalor yang diterima oleh daun dapat
dicari dengan menggunakan persamaan :
! = ℎ ! (!!"#$# − !!"#$.!"!!")
!!"#$# = 3774.35 ! = 3.774 !"
3.5 Laju Pengeringan Untuk mendapatkan laju
pengeringan ṁevap menggunakan
persamaan :
ṁ!"#$ = !! ! ! ! ! ! !!(!!"#$.!"!!"− !!"#$#)
Langkah pertama adalah untuk
mendapatkan Difusivitas massa, DAB yaitu
dengan persamaan :
!!",! = !!",!"# ! ! !
298 !
!/!
!!",! = 0.0000267
Langkah kedua adalah untuk
mendapatkan Schmidt number yaitu
dengan persamaan :
!" = !!!"
!" = 1.62
Kemudian langkah ketiga adalah
mencari Sherwood number yaitu dengan
persamaan :
!ℎ = 0.0296 !"! !!"! !
!ℎ = 194.03
Setelah mendapatkan Sherwood
number kita menghitung nilai Kc dengan
persamaan :
!" = !ℎ ! !!"
!
!" = 5.04 ! 10!! ! !
Kemudian kita menghitung
konsentrasi molar dari uap air yaitu C,
dengan menggunakan persamaan :
! = !
! ! !
! = 40.171 !"! !!
Dengan Xudara yaitu udara
pengering yang memiliki temperature
258.38 oC kemudian diplot pada
psychrometric chart high temperature
dengan mengasumsikan kelembaban
relative sekitar 0.08 %, dan memliki nilai
humidity ratio, ω sebesar 0.02 kg / kg dry
air. Kami mengasumsikan kelembaban
relative sebesar itu karena temperature
yang begitu tinggi dan menurut referensi
biasanya jika temperature di atas 200 oC
sangat sulit untuk diukur dan ketelitian
alat ukurnya ± 1%. Jika dilihat dari
psyhcrometric chart maka akan terlihat
pada titik merah seperti di bawah :
!!"#$# = !
0.63 + !
!!"#$# = 0.031
Kemudian untuk mencari Xbahan
kita harus mengetahui tekanan jenuh
pada permukaan bahan menggunakan
tabel sifat air jenuh pada buku
termodinamika teknik jilid 1 edisi
keempat.
Tekanan uap jenuh pada
permukaan bahan saat temperature 30.4 oC adalah sebesar 0.04346 bar. Sehingga
untuk menghitung Xperm.bahan digunakan
persamaan :
!!"#$.!"!!" = !!"# !"#$%&'
!!"#
!!"#$.!"!!" = 0.043
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 9
Dengan luas area, A sebesar 1 m x
0.54 m x 5 = 2.7 m2. Sehingga :
ṁ!"#$ = !! ! ! ! ! ! !!(!!"#$.!"!!"− !!"#$#)
ṁ!"#$ = 0.425 !"/!"#
Gambar 12. Psychometric chart high temperature 3.6 Kalor uap air dari daun ke udara
Dengan laju penguapan sebesar
0.425 kg/jam (diubah erlebih dahulu ke
kg/s) dan jika melihat pada buku
termodinamika teknik jilid 1 edisi
keempat bahwa enthalpy penguapan (hfg)
pada temperature 30.4 oC adalah sebesar
2429.54 kJ/kg. maka kalor penguapan air
bisa dicari dengan persamaan :
! = ṁ ! ℎ!"
!!"#$ = 0.29 !" 3.7 Kapasitas Pengeringan
Untuk mendapatkan kapasitas
bahan kita harus menentukan terlebih
dahulu waktu yang diinginkan untuk
mengeringkan daun tersebut. Kami
mengasumsikan lama pengeringan adalah
24 jam atau 1 hari. Lalu untuk
mendapatkan massa bahan yang
dikeringkan bisa dengan menggunakan
persamaan :
ṁ!"#$ = !!"!!"(!!"!# − !!"!!")
!
!!"!!" = 17.18 !" = 18 !"
Dengan massa jenis daun kering
yang telah dicacah sebesar 150 kg/m3
maka diperkirakan dimensi dari ruang
pengering adalah 1.2 m x 1 m x 0.54 m.
Dengan dimensi seperti di atas
diharapkan mampu menampung 18 kg
daun setiap harinya dengan tinggi
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 10
susunan daun yang telah dicacah adalah 5
cm tiap tray dari tray paling bawah
sampai kedua dari atas sedangkan untuk
tray paling atas hanya 2 cm.
3.8 Hasil Desain Hasil desain dari perhitungan ini
bisa dilihat pada gambar di bawah ini baik
secara keseluruhan sistem laboratorium
FBC UI maupun desain pengeringnya saja.
Gambar 13 Laboratorium FBC UI dengan box pengering
Gambar 14. Desain box pengering
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 11
3.9 Hasil Pembuatan
Berikut ini adalah foto dari hasil pembuatan box pengering yang didesain
Gambar 15. Box Pengering beserta trolley
4. Kesimpulan
Temperature yang keluar dari
boiler atau T4 setelah 1 jam pembakaran
daun pada kondisi self sustained
combustion dengan penggunaan induced
draft fan adalah sekitar 475 oC. Dengan
temperature yang masih tinggi tersebut
dihasilkan energi panas sebesar sekitar
60 kW. Untuk memanfaatkan gas panas
hasil pembakaran selama 1 jam pada
kondisi self sustained combustion
didapatkan temperature sebelum ruang
pengering sebesar ± 250 oC. Dengan
perbedaan temperature seperti di atas
diperkirakan terjadi kerugian panas
sebesar 34.316 kW.
Dengan semua properties yang
ada panas yang baru bisa dimanfaatkan
hanya untuk mengeringkan daun
sebanyak 18 kg daun per hari.
Dengan peningkatan efisiensi
dari system fluidized bed combustor
tersebut bisa dibilang fluidized bed
combustor dapat dijadikan solusi energi
yang terbarukan di Universitas Indonesia
dengan bahan bakar limbah biomassa.
Dan dengan adanya alat pengering
menunjukkan system ini bisa
berkelanjutan dalam proses pengeringan,
pembakaran, dan penghematan energi.
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
Universitas Indonesia 12
5 . Referensi [1] Howard, J. R., Fluidized Beds –
Combustion and Applications. London: Applied Science Publishers,1983.
[2] Oka, Simeon N. “Fluidized Bed Combustion” (Marcel Dekker, Inc. 2004)
[3] Bruce R. Munson, Donald F. Young, Mekanika Fluida, terj. Harinaldi, Budiarso (Jakarta: Erlangga, 2003).
[4] Surjosatyo, Adi. “Fluidized Bed Incineration of Palm Shell & Oil Sludge Waste.” Tesis, Program Magister Engineering Universiti Teknologi Malaysia, 1998.
[5] Basu, Prabir. “Combustion and Gasification in Fluidized Beds” (Taylor & Francis Group 2006).
[6] Muntaqo, Azmi. “Studi Karakteristik Pembakaran Biomassa Tempurung Kelapa pada Fluidized Bed Combustor UI dengan Partikel Hamparan Pasir Berukuran Mesh 20-‐40.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2011.
[7] Prima, Nanda. “Studi Karakteristik Pengujian Pembakaran Biomassa Tempurung Kelapa Ukuran 1x1 cm dan 1,5x1,5 cm pada Fluidized Bed Combustor UI.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2011.
[8] Rahmat, Riza. “Studi Variasi Supply Udara Blower untuk Pencapaian Self Sustained Combustion pada Eksperimen Uji Bahan Bakar Fluidized Bed Combustor UI.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2011.
[9] Arya “Studi Kinerja Fluidized Bed Combustor Dengan Diversifikasi Bahan Bakar Cangkang Kelapa ke Pemanfaatan Limbah Biomassa Daun Kering di Lingkungan Kampus UI Depok.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2012.
[10] Permata, Eggi Ikhsan “Fluidized Bed Combustion Performance Studies With Biomass Fuel Diversification From Coconut Shell to Utilization Leaf Dry Around University of Indonesia And Compared Both Fuel After Self Sustain Take Place.” Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI, Depok, 2012.
[11] Basu, Prabir. Combustion and Gasification in Fluidized Beds.Taylor & Francis Group, 2006.
[12] Borman, G.L., dan Ragland, K.W.. Combustion Engineering. McGraw-‐Hill Book Co., Singapore,1998
[13] Bruce R. Munson, Donald F. Young, Mekanika Fluida, terj. Harinaldi, Budiarso. Jakarta: Erlangga,2003.
[14] Oka ,N Simeon : Fluidized Bed Combustion, Marcel Deker New York,2004
[15] Energy Information Administration (EIA) -‐ US, International Energi Annual 2006
[16] Howard, J. R., Fluidized Beds – Combustion and Applications. London: Applied Science Publishers,1983.
[17] A .A. Khana , W. de Jonga, P.J. Jansensb, H. Spliethoff ,Biomass combustion in fludized bed combustion Potential problems and remedies.
[18] Incropera, F.P., Dewitt, D.P., Bergman, T.L., & Lavine, A.S. (2007). Fundamentals of Heat and Mass Transfer. Sixth Edition. John Wiley & Sons.
Studi perancangan…, Prayudi Satriavi, FT UI, 2013
top related