strategi humas yayasan husnul khotimah dalam...
Post on 22-Feb-2018
263 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STRATEGI HUMAS YAYASAN HUSNUL KHOTIMAH
DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM UNGGULAN
PONDOK PESANTREN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Diana Amelia NIM : 1112051000004
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ABSTRAK Nama : Diana Amelia NIM : 1112051000004 Judul : Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah dalam Mensosialisasikan
Pondok Pesantren Hubungan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan Humas adalah
merupakan unsur pendukung kegiatan organisasi atau lembaga. Selain itu humas juga sebagai pusat informasi yang bisa diterima oleh masyarakat luas. saat ini pondok pesntren pun mempunyai humas dalam upaya mensosialisasikan pondok pesantren, tidak terkecuali dengan pondok pesantren Husnul Khotimah. Husnul Khotimah memiliki humas juga dalam upaya mensosialisasikan pondok pesantren. Dengan adanya humas, pondok pesantren bisa jauh lebih maju dan dikenal oleh masyarakat.
Berdasarkan konteks diatas, maka tujuan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana perumusan strategi humas Yayasan Husnul Khotimah dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren? Bagaimana implementasi strategi humas Yayasan Husnul Khotimah dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren? Bagaiamana evaluasi strategi humas Yayasan Husnul Khotimah dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik analisis data deskriftif. Di dalam data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi penulis kumpulkan, olah serta sajikan dengan cara melaporkan data yang telah terkumpul secara apa adanya lalu disimpulkan. Sedangkan teori yang digunakan penulis sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah konsep strategi yang dikemukakan oleh Fred R. David dalam Manajemen Startegi Konsep. Dalam konsep tersebut, Fred mengemukakan bahwa strategi memiliki tiga tahapan. Pertama perumusuan strategi, kedua implementasi strategi dan yang ketiga evaluasi strategi.
Strategi yang dilakukan oleh humas Husnul Khotimah dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren diawali dengan perumusan strategi berupa pendekatan kepada lembaga-lembaga yang ada di Indonesia seperti kemenag daerah, provinsi, dan pusat. Kemudian untuk mengimplementasikannya, humas Husnul Khotimah membuat agenda untuk silaturrahim kepada lembaga-lembaga tersebut. terakhir mengevaluasi semua kegiatan yang berjalan dan tidak berjalan dengan baik tentang mensosialisasikan Pondok Pesantren.
Secara garis besar, strategi dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren ini ada pada saat humas Husnul Khotimah melakukan perumusan strategi dengan memberikan informasi tentang bagaimana alumni-alumni yang sukses setelah mengenyam pendidikan di Yayasan Husnul Khotimah. Selain itu dengan memberikan informasi melalui websitenya tentang kegiatan yang dilakukan santri seperti mengikuti perlombaan dan meraih juara.
Kata kunci: Strategi, Humas, Yayasan Husnul Khotimah, Pondok Pesantren dan mensosialiasikan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamiin
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah
diberkan kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah dalam
Mensosialisasikan Pondok Pesantren”. Sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhamma SAW, teladan bagi seluruh umat manusia.
Alhamdulillah, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Hj. Roudhonah, M.Ag Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta
Dr. Suhaimi, M.Si Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran, MA dan Fita Fathurokhmah, M.Si Ketua dan Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran islam.
3. Prof. Dr. M. Yunan Yusuf, MA Dosen Pembimbing Akademik.
4. Zakaria, M.Ag Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
membimbing dan memberikan banyak masukan serta saran selama
penyusunan skripsi ini.
ii
5. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah mendidik serta memberi ilmu kepada penulis selama
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi untuk keperluan
penelitian yang penulis lakukan.
7. Seluruh staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah melayani dalam
peminjaman referensi untuk keperluan penelitian yang penulis lakukan.
8. Pondok Pesantren Husnul Khotimah, kepala Divisi Humas dan Dakwah
Husnul Khotimah, Sarwani, SH serta Dian Ekawati, SK yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
9. Ayahanda Usup Saleh dan Ibunda Tati Susilawati, terima kasih atas segala
doa, semangat serta dukungan moral maupun materi yang telah diberikan
kepada penulis selama ini. Semoga rahmat dan karunia Allah SWT
senantiasa bersama kalian.
10. Teman-teman KPI A angkatan 2012 yang telah memberi motivasi dan
semangat.
11. Kepada Ellya Pratiwi, Nurul Hidayanti, Siti Hanah, terima kasih tanpa
dukungan dan masukan dari kalian penulis tidak akan sampai sejauh ini,
kalian adalah perempuan-perempuan luar biasa. Terima kasih kepada
Faizah yang senantiasa menemani penulis dalam melakukan penelitian di
Husnul Khotimah. Mia Kartikasari dan Ajeng Eka NKP teman
iii
seperjuangan penulis dalam mengerjakan skripsi. Abdul Wahab terima
kasih atas waktu, semangat, dan kesabarannya terhadap penulis.
12. Kepada keluarga Aspi 2012 Shaila Mauludia, Indah Wulandari, Atik
Mustika, Suci Ani Rohmawati, Sri Wahyuni, Intan Ramadila Putri, Syifa
Khairunnisa, Euis Faradilla, Ajeng Eka NKP dan Morita Oktaviani.
Terima kasih atas segala dukungannya.
13. Kepada teman-teman KKN REAKTIF terutama Ria Nitami, Wiwi
Alawiyah, Janurary Rizcky F, Rachmania Auditya, Nurlisma, Suci
Mawarati, Siska Seftiani dan Friska Sary yang telah memberikan
dukungan dan semangat.
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Dengan segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini, penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca, baik
bidang akademik maupun praktis.
Jakarta, 01 Desember 2016
Diana Amelia
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6 D. Metodologi Penelitian ............................................................. 7 E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 10 F. Sistematika Penulisan.............................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Strategi .................................................................................... 14
1. Pengertian Strategi ............................................................. 14 2. Tahapan Strategi ................................................................ 16
B. Humas ..................................................................................... 18 1. Pengertian Humas .............................................................. 18 2. Tujuan Humas .................................................................... 22 3. Macam-macam Humas ...................................................... 22
C. Strategi Humas ........................................................................ 24 1. Strategi Pokok Humas ....................................................... 26 2. Strategi Operasional Humas .............................................. 26 3. Model Perencanaan Humas ............................................... 27
D. Definisi Sosialisasi .................................................................. 32 E. Definisi Pondok Pesantren ...................................................... 35
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN HUSNUL KHOTIMAH A. Sejarah Singkat Yayasan Husnul Khotimah ........................... 37 B. Visi, Misi Yayasan Husnul Khotimah .................................... 39 C. Struktur Organisasi Yayasan Husnul Khotimah ..................... 40 D. Fasilitas Yayasan Husnul Khotimah ....................................... 41 E. Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah ......... 43
1. Struktur Organisasi Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah .................................................................... 43 2. Visi dan Misi Divisi Humas dan Dakwah .......................... 44
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN STRATEGI HUMAS YAYASAN HUSNUL KHOTIMAH A. Perumusan Strategi.................................................................. 47 B. Implementasi Strategi.............................................................. 51 C. Evaluasi Strategi...................................................................... 60
v
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 70 B. Saran ........................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Berita tentang santri yayasan husnul khotimah juara kompetisi sains
tingkat internasional ......................................................................................... 47
Gambar 4.2 Brosur penerimaan santri baru ..................................................... 48
Gambar 4.3 Alumni husnul khotimah .............................................................. 51
Gambar 4.4 Forum wali santri ......................................................................... 58
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan berkembangnya zaman Pondok Pesantren kini ikut
berkembang dalam hal mempublikasikan, divisi yang paling tepat untuk
mempublikasikan pondok pesantren adalah divisi humas (hubungan
Masyarakat). Tidak banyak pondok pesantren yang memiliki humas untuk
mengenalkan pondok pesantrennya, padahal dengan adanya divisi humas
tersebut sangat penting dalam sebuah lembaga, apalagi pondok pesantren
adalah termasuk kepada lembaga pendidikan. Dengan demikian, akan sangat
baik jika pondok pesantren memiliki divisi humas untuk mengenalkan pondok
pesantren.
Salah satu Pondok Pesantren yang jelas memiliki divisi humas adalah
Pondok Pesantren Husnul Khotimah (PPHK), Pesantren Modern ini berbasis
Dakwah dan Tarbiyah dengan sistematis dan terpadu, namun tanpa
meninggalkan pola salafiyah.1 PPHK berlokasi di desa maniskidul Kecamatan
Jalaksana Kab. Kuningan Jawa Barat, tempat yang tidak cukup banyak orang
tahu tetapi bisa menarik banyak minat dari masyarakat utuk menimba ilmu.
Alumni PPHK setelah lulus diharapkan menjadi sosok Generasi Muslim
yang beraqidah lurus, Beribadah yang benar, Berakhlaq mulia, berilmu dan
berwawasan luas, Berbadan sehat dan kuat, Sanggup berusaha, terampil dan
1 http://www.cumikriting.com/2012/02/pesantren-husnul-khotimah-cirebon.html diakses pada Tanggal 11 Agustus 2016 Pukul 10.42 WIB
1
2
mandiri, Sanggup mengendalikan hawa nafsu, mampu mengatur waktu
dengan efisien, Teratur dan rapi dalam segala urusannya, Bermanfaat bagi
masyarakat (menjadi da’i yang produktif).2
PPHK memiliki alumni yang melanjutkan pendidikannya ke perguruan
tinggi terkemuka seperti UGM, UNPAD, UPI, UI, dan lain-lain. Selain
perguruan tinggi terkemuka yang ada di dalam negeri alumni HK juga ada
yang melanjutkan ke luar negeri seperti Mesir, Madinah, Jerman, Thailand
dan Taiwan. Tidak hanya melanjutkan pendidikannya ke sekolah-sekolah
terkemuka, karier alumni PPHK bisa dibilang cukup sukses seperti contoh
salah satu alumni PPHK yang bernama Ashif Aminulloh Fathnan, M. Eng.
Dia melanjutkan pendidikan S1 di Teknik elektro UGM, lalu melanjutkan S2
di Asia University Taiwan jurusan teknologi integrated circuit (IC). Sekarang
dia menjadi Pemred Akyas generasi kedua dan sebelumnya pernah bekerja di
Network Engineer (Coop Program), PT. TELKOM, Div. Infratel Yogyakarta
2009, Integration Engineer (Summer intern) Taiwan Semiconductor
Manufacturing Company (TSMC) 2012, Peneliti, Pusat Penelitian Elektronika
dan Telekomunikasi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bandung,
2015. Selain Ashif masih banyak lagi alumni PPHK yang sukses dalam hal
kuliah dan bekerja yang penulis tidak bisa sebutkan semuanya. Hasil dari
santri yang belajar dengan giat di pesantren berbuah dengan baik, walaupun
Pondok Pesantren Husnul Khotimah terkenal dengan susahnya masuk dan
lulus dari sana tapi dengan jerih payah santrinya maka akan menghasilkan
2 http://www.cumikriting.com/2012/02/pesantren-husnul-khotimah-cirebon.html diakses pada Tanggal 11 Agustus 2016 Pukul 10.42 WIB
3
benih-benih yang bagus seperti contoh alumni sukses yang penulis sebutkan
tadi.3
Pesantren ini memiliki santri kurang lebih dari 2000 orang dan dari
berbagai macam-macam daerah seperti Medan, Riau, Palembang, Lampung,
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Kalimantan Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku/Ambon, Jawa Timur,
Jawa Tengan dan Jayapura/Timika. Selain memiliki santri di dalam negri
(Indonesia) pesantren husnul khotimah juga memiliki santri dari luar negri
yaitu seperti negara Jepang sebanyak 7 orang, Thailnd 7 orang dan Malaysia
pun sebanyak 7 orang.4
Program pendidikan yang menjadi unggulan di PPHK adalah
Tahsin/tahfidz Al-Quran, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Halaqah Tarbawiyah
dan Prestasi Akademik. MA dan MTs Terakreditasi “A” Program Persiapan
Madrasah Aliyah (I’DAD). Untuk mengakomodir lulusan SLTP Umum yang
ingin melanjutkan di Madrasah Aliyah (MA) Husnul Khotimah. Jangka waktu
satu tahun, kurikulum memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan Islam dan
Bahasa Arab. Sekolah Tinggi Agama Islam (SETIA HK).5 Dengan adanya
Sekolah Tinggi di PPHK santri yang ingin tetap menimba ilmu di pesantren
bisa melanjutkan pendidikannya disana.
3 http://husnulkhotimah.sch.id/category/santri/alumni Diakses pada Tanggal 11 Agustus 2016 Pukul 10:30 WIB
4 http://www.radarcirebon.com/warga-jepang-nyantri-di-ponpes-husnul-khotimah.html Diakses pada Tanggal 11Agustus 2016, Pukul 13:52 WIB
5 http://www.cumikriting.com/2012/02/pesantren-husnul-khotimah-cirebon.html diakses pada Tanggal 11 Agustus 2016 Pukul 13.55 WIB
4
Dengan suksesnya para alumni dan santri yang berprestasi dan sejumlah
program-program unggulan yang ada di PPHK ini tidak akan berhasil tanpa
campur tangan dari humas yang ada di Pondok Pesantren Husnul Khotimah
tersebut. Sesuai dengan fungsi humas yang dijelaskan dalam buku
“Manajemen Humas” yaitu unsur pendukung kegiatan organisasi dan sebagai
pusat informasi,6 humas yang ada di pondok pesantren ini berfungsi untuk
memberikan informasi kepada masyarakat luas seputar pondok pesantren dan
kegiatan-kegiatan, prestasi, lomba-lomba yang dilakukan oleh santri husnul
khotimah dan masih banyak lagi informasi yang diberikan humas pondok
pesantren tersebut. Tidak hanya itu humas memberikan informasi tentang
penerimaan santri baru husnul khotimah, humas di pondok pesantren ini
disatukan dengan divisi lainnya yaitu divisi dakwah sehingga disingkat
menjadi HUDA (Humas dan Dakwah).
Setelah penulis menjelaskan latar belakang diatas, maka penulis tertarik
untuk meneliti Pondok Pesantren Husnul Khotimah sebagai subjek penelitian
penulis dengan judul “Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah dalam
Mensosialisasikan Program Unggulan Pondok Pesantren”.
A. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar lebih terarah dan sesuai masalah yang dikemukakan dengan
pembahasan, maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini
6 Mahiddin Mahmud, dkk, Manajemen Humas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), cet. 6, hal.2.4
5
penulis memfokuskan hanya pada strategi humas yayasan Husnul
Khotimah dalam mensosialisasikan program unggulan pondok pesantren.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaiamana perumusan strategi humas Yayasan Husnul Khotimah
dalam mensosialisasikan program unggulan Pondok Pesantren?
b. Bagaimana implementasi strategi humas Yayasan Husnul
Khotimah dalam mensosialisasikan program unggulan Pondok
Pesantren?
c. Bagaiamana evaluasi strategi humas Yayasan Husnul Khotimah
dalam mensosialisasikan program unggulan Pondok Pesantren?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui
perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi yang
dilakukan oleh humas Yayasan Husnul Khotimah hingga bisa menarik
masyarakat untuk bersedia menimba ilmu di Husnul Khotimah.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Dari sisi intelektual dan pengetahuan akademis, maka penelitian ini
dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu komunikasi
khususnya yang berkaitan dengan bidang ilmu tersebut, serta
memberikan pengetahuan dan wawasan dalam bidang humas.
6
b. Manfaat praktis
Dengan penelitian ini dapat memperbanyak jenis penelitian
komunikasi yang menggunakan strategi humas yang ada di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dan penulis berharap dalam
penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu di Komunikasi
Penyiaran Islam.
C. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Agar data yang diperoleh sesuai dengan yang diperlukan, maka penulis
menggunakan metode kualitatif deskriptif analisis, yaitu metode yang
memiliki beberapa langkah penerapan.7 Langkah pertama adalah
mendeskripsikan gagasan primer yang menjadi bahan utama. Langkah
kedua adalah membahas gagasan primer yang pada hakikatnya adalah
memberikan penafsiran penulis terhadap gagasan yang dideskripsikan.
Bagdan dan Taylor dalam buku penelitian kualitatif mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati.8
7 Mastuhu, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Pusjarlit dan Nuans, 1998), hal.45
8 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 1993), hal.3
7
Analisis deskriptif yang dimaksud disini adalah data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan berupa angka-angka.
Hal ini sesuai dengan penerapan metode kualitatif.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Pondok Pesantren Husnul Khotimah
yang berlokasi di Desa Maniskidul Kecamatan Jalaksana Kab. Kuningan
Jawa Barat. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada tanggal 31 Agustus
sampai dengan 30 September 2016.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Humas
Pondok Pesantren Husnul Khotimah, sedangkan yang menjadi objek
penelitian ini adalah strategi yang dilakukan oleh humas dalam
mensosialisasikan Pondok Pesantren.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang diperlukan.9 Teknik observasi dalam penelitian ini penulis
melakukan kunjungan pada tanggal 15 juli 2016 dan mengamati
kegiatan yang dilakukan humas, serta terjun langsung ke lapangan
pada obyek yang dilteliti, yaitu pondok pesantren husnul khotimah.
9 Winayno Suyakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsiti, 1986), cet. Ke-7, hal.162
8
Mengumpulkan data, mencatat semua yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
b. Wawancara
Pada teknik pengumpulan data ini penulis melakukan tanya jawab
sambil bertatap muka. Dalam hal ini subyek yang akan penulis
wawancarai adalah kepala divisi humas Pondok Pesantren husnul
khotimah yang bernama ustadz Sanwani S.H, sekretaris divisi humas
ustadzah Dian Ekawati SKM dan salah satu orang tua santri yang
bernama Rizal yaitu bapak Ali Nurdin.
c. Dokumentasi
Penulis disini akan mengumpulkan beberapa foto kegiatan yang
nantinya penulis teliti dan beberapa lampiran dokumen dari situs-situs
yang berkaitan dengan penelitian tersebut salah satu situsnya adalah
Website, Facebook dan Twitter.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja berupa data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistemantiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.10
10 Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya, 2009), hal.186
9
Penulis akan menguraikan dan merumuskan semua data yang penulis
dapatkan dari hasil pengamatan, hasil wawancara, serta dokumentasi yang
terkait dengan strategi humas yang dilakukan Yayasan Husnul Khotimah
dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren. Penulis menganalisis dengan
teori yang digunakan, yakni konsep strategi yang memiliki beberapa
tahapan.
6. Pedoman Penulisan
Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karangan Hamid Nasuhi,dkk
yang diterbitkan oleh CeQDA UIN Jakarta tahun 2012.
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan pengecekan di
perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
repository universitas-universitas lainnya. Penulis menemukan ada beberapa
skripsi yang membahas tentang humas ataupun public relations.
Namun yang diteliti mahasiswa sebelumnya berbeda dengan isi atau
konten permasalahan yang penulis teliti. Oleh karena itu, untuk menghiindari
dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mengikuti karya orang lain, maka
penulis mempertegas perbedaan antara masing-masing yang membahas
tentang humas atau public relations penulis uraikan sebagai berikut:
Skripsi yang pertama dengan judul “Strategi Public Relations Rabbani
dalam Mensosialisasikan Busana Muslim Modern” dalam skripsi tersebut
10
penulisnya menjelaskan bahwa strategi publik relations yang digunakan
Rabbani melalui program-program menarik, menjaga citra positif dan
promosi. Dalam prose perencanaan public relations kegiatan yang pertama
kali dilakukan adalah menentukan sasaran penerima, menentukan tujuan,
menentukan pesan apa yang ingin disampaikan dan tahap terakhr adalah
evaluasi. Faktor pendukung dalam mensosialisasikan busana muslim Rabbani
yaitu memiliki banyak outlet yang tersebar diseluruh daerah, adanya kerja
sama diantaranya para pegawai, serta sarana dan prasarana yang memadai.
Faktor penghambatnya ialah masih adanya masyarakat yang beranggapan
busana muslim itu kuno, sulit untuk digunakan, kondisi harga yang sedikit
lebih mahal dibandingkan dengan busana non syar’i , dan masih kurangnya
minat masyarakat untuk menggunakan busana muslim.11
Skripsi yang kedua dengan judul “Strategi Humas Front Pembela Islam
(FPI) dalam Memperbaiki Citra Publik Melalui Media Massa” dalam
skripsi tersebut menjelaskan strategi yang dilakukan oleh humas FPI adalah
mengkomunikasikan segala program dan kegiatan FPI baik dengan internal
maupun eksternal, akan tetapi strateg yang dilakukan oleh FPI dalam
melaksanakan kegiatan dan mencapai tujuan belum terstruktur dengan baik.
Belum tersusunnya tahapan-tahapan yang ingin dilaksanakan dalam
melakukan strategi, terutama dalam perumusan strategi. Belum adanya tujuan
11Maesa Mulyaningsih, Strategi Public Relations Rabbani dalam Mensosialisasikan Busana Muslim Modern, (UIN Jakarta: tidak diterbitkan, 2014)
11
dan sasaran yang secara khusus ingin dilaksanakan dan dicapai dengan
menggunakan strategi yang diterapkan.12
Selanjutnya adalah tesis dengan judul “Pengelolaan Pendidikan
Karakter Berbasis Islam: Studi Kasus Pengelolaan Pendidikan Akhlak
Mulia pada MA Husnul Khotimah Kuningan, SMA al-Mutazam
Kuningan dan SMA Sekar Kemuning Cirebon” dalam tesis ini
menjelaskan bahwa sekolah melakukan pengembangan program pendidikan
karakter akhlak mulia, menyusun kurikulum terpadu, mengintegrasikan nilai
karakter dalam pembelajaran, melakukan pembinaan pendidikan akhlak mulia,
menerapkan kepemimpinan yang demokratis. Monitoring dan evaluasi
dilakukan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program, berlangsung terus
menerus terhadap seluruh aspek kegiatan dengan pendekatan holistik.
Indikator keberhasilan pendidikan karakter yang tampak berupa perilaku
disiplin, patuh pada peraturan, jujur, prestasi belajar meningkat dan minimnya
kasus pelanggaran yang terjadi. Dampak yang dirasakan adalah meningkatnya
kepercayaan masyarakat dan menjadikan lembaga pendidikan semakin
berkembang.13
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam 5 bab.
Dari masing-masing bab terdapat sub-sub bab, adapun pembahasan tersebut
ditulis secara sistematis secara berikut:
12 Fitri Silviah, Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam Memperbaiki Citra Publik Melalui Media Massa, (UIN Jakarta: tidak diterbitkan, 2014)
13 http://repository.upi.edu/15387/ Diakses pada Tanggal 7 Juni 2016, Pukul 11:40 WIB
12
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan
Masalah, Manfaat dan Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Membahas tentang definisi strategi, tahapan Strategi, definisi humas,
macam-macam humas, strategi humas dan menjelaskan tentang definisi
sosialisasi.
BAB III: GAMBARAN UMUM
membahas mengenai profil pondok pesantren Husnul Khotimah
diantranya kapan terbentuknya pondok pesantren Husnul Khotimah, visi
dan misi pondok pesantren Husnul Khotimah, struktur organisasi Husnul
Khotimah, struktur organisasi Humas dan Dakwah Husnul Khotimah serta
visi misi dari divisi Humas dan Dakwah.
BAB VI: ANALISIS HASIL TEMUAN
membahas tentang strategi humas pondok pesantren husnul khotimah
berdasarkan penjelasan dari humas dan pengurus lainnya, serta kelemahan
dari strategi ini.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-
saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi
menjadi bagian terpadu dari suatu rencana dan rencana merupakan produk
dari suatu perencanaan. Perencanaan yang cermat dan matang merupakan
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu organisasi atau
program kegiatan. Kegiatan yang dilakukan tidak akan tercapai dengan
baik tanpa adanya strategi dan perencanaan yang digunakan. Strategi apa
dan bagaimana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
diinginkan.1
Menurut JL. Thompson (1995) mendefiniskan strategi sebagai cara
untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut tujuan dan
sasaran organisasi. Bannet (1996) menggambarkan strategi sebagai arah
yang dipilih organisasi untuk diikuti dalam mencapai misinya. Mintzberg
menjelaskan lima kegunaan dari kata strategi yaitu sebuah rencana (suatu
arah tindakan yang diinginkan secara sadar), sebuah cara (suatu manuver
spesifik yang dimaksudkan untuk mengoceh lawan atau kompetitor),
sebuah pola (dalam suatu rangkaian tindakan), sebuah posisi (suatu cara
menempatkan organisasi dalam sebuah lingkungan), sebuah perspektif
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet ke 4, hal.1092
13
14
(suatu cara yang terintegrasi dalam memandang dunia). Melihat hubungan
antara lima kegunaan Mintzberg selalu menekankan bahwa penting dalam
menggali berbagai persfektif yang berbeda dari sebuah organisasi dan
aktivitasnya yang diberikan oleh tiap-tiap kegunaan.2
Sedangkan menurut Stephen Robbins (1990) mendefinisikan strategi
sebagai penentuan tujuan jangka panjang perusahaan dan memutuskan
arah tindakan serta mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan, baik
tujuan jangka panjang atupun jangka pendek yang dijalankan suatu
organisasi. Dalam menjalankan strategi perlu adanya tindakan-tindakan
yang dilakukan dan sumber-sumber yang menjadi faktor pendorong dalam
mewujudkan tujuan.3
Strategi adalah pendekatan keseluruhan untuk suatu program. Strategi
adalah faktor pengkoordinasi, prinsip yang menjadi penuntun, ide utama,
dan pemikiran dibalik program taktis. Strategi menjadi kunci penting
dalam mencapai tujuan suatu organisasi atau program. Bagaimana strategi
yang dijalankan dengan baik akan berpengaruh besar terhadap
terlaksananya program untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Strategi apa dan bagaimana yang akan ditempuh merupakan bagian dari
salah satu unsur yaitu perencanaan. Strategi menjadi faktor pengkoordinasi
unsur penting lainnya dalam manajamen dan menjadi ide atau pemikiran
utama untuk mewujudkan tujuan. Tujuan-tujuan yang dicapai oleh
2 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal.2 3 Morissan, Pengantar Public Relation Strategi Menjadi Humas Professional, (Jakarta:
Ramdina Prakasa, 2006), hal.134
15
organisasi diharapkan mampu memberikan keberhasilan terhadap suatu
organisasi.4
Setiap organisasi satu dengan organisasi lainnya memiliki perbedaan
dalam pemikiran maupun strategi yang diterapkan. Pembuatan strategi
umumnya menggunakan tiga tingkat, yaitu tingkat korporasi, unit bisnis
dan tingkat operasional. Strategi antara berbagai tingkat dalam satu
organisasi harus konsisten agar terciptanya keseimbangan. Oleh karena itu,
peran humas adalah untuk memastikam bahwa konsistensi diterapkan
sebagai on message.5
Penulis dapat menyimpulkan bahwa strategi merupakan faktor paling
pentig dalam melancarkan suatu program yang akan dijalankan dan
memberikan fokus terhadap usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Jika strategi yang dilakukannya baik maka hasilnya pun akan baik pula.
2. Tahapan Strategi
Strategi melakukan berbagai tahapan dalam prosesnya, strategi melalui
tiga tahapan yaitu perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi
strategi. Penjelasannya sebagai berikut:6
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang
akan dilakukan. Dalam tahap ini para pencipta, perumusan dan
4 Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal.98-99
5 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2006), hal.3 6 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, (New
Jersey: Pearson Education Inc, 2007), hal.37
16
pengkonsep harus berpikir matang mengenai misi atau pengembangan
tujuan karena misi atau tujuan merupakan dasar dari perumusan
strategi itu sendiri, lalu mengidentifikasi peluang dan juga ancaman
lingkungan eksternal dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
lingkungan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menentukan
strategi alternatif dan pemilihan strategi untuk dilaksanakan.7
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi merupakan tahapan pelaksanaan strategi
yang telah ditetapkan, atau disebut juga dengan tahap aksi dalam
manajemen strategi. Tahapan ini untuk menggerakkan strategi yang
telah dirumuskan menjadi aksi. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang
telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam
pelaksanaan strategi yang tertuang dalam budaya organisasi atau
perusahaan, jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi
hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.8
c. Evaluasi Strategi
Tahap akhir dalam strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam
aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, pertama meninjau
faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan. Kedua
mengukur prestasi yakni membandingkan hasil yang diharapkan
7 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, (New Jersey: Pearson Education Inc, 2007), hal.38
8 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, hal.38
17
dengan kenyataan. Dan yang terakhir adalah mengambil tindakan
korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.9
Pada intinya tahapan strategi ini diawali dengan perumusan strategi
yang akan dilaksanakan, kemudian melaksanakan strategi yang telah
ditentukan dan kemudian melakukan evaluasi terhadap apa yang telah
dilaksanakan.
B. Humas
1. Pengertian Humas
Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relation (IPR),
yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan
bulan November 1987, “Humas adalah keseluruhan upaya yang
dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu
organisasi dengan segenap khalayaknya”. Jadi, humas adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu
rangkaian kampanye atau program terpadu dan semuanya itu berlangsung
secara berkesinambungan dan teratur. Kegiatan humas sama sekali tidak
bisa dikaukan secara sembarangan atau dadakan. Tujuan humas itu sendiri
adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan kiprah organisasi yang
bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang
berkepentingan.10
9 Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, hal.38 10 M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia,
(Jakarta: PT Bumi Aksara) Ed. 1, Cet. 4, hal.1
18
Sedangkan menurut kamus Fund and Wagnal, America Standard Desk
Dictionary terbitan 1994, istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan
dan teknik/kiat yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk
menciptkan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari
pihak luar terhadap keberadaan dan sepakterjangnya. Istilah “kiat” dalam
definisi ini mengindikasikan bahwa humas harus menggunakan metode
manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives).11
Didalam buku Humas Membangun Citra dengan Komunikasi
menyatakan ada sejumlah definisi mengenai humas. Webster’s New World
Dictionary mendefinisikannya sebagai “Hubungan dengan masyarakat
luas, seperti melalui publisitas; khususnya fugsi-fungsi korperasi,
organisasi dan sebagainya yang berhubungan dengan usaha untuk
menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan untuk dirinya
sendiri”. Definisi yang lebih spesifik yang menekankan tanggung jawab
khususnya, diberikan oleh Public Relations News: “Humas adalah fungsi
manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedur seorang individu atau
sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan suatu
program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.12 Definisi
berikutnya, “Humas adalah suatu filsafat sosial dan manajemen yang
dinyatakan dalam kebijaksanaan beserta pelaksanaannya, yang melalui
interpretasi yang peka mengenai peristiwa-peristiwa berdasarkan pada
11 M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia, (Jakarta: PT Bumi Aksara) Ed. 1, Cet. 4, hal.2
12 Frazier Moore, Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), cet.2 hal.6
19
komunikasi dua arah denga publiknya, berusaha untuk memperoleh saling
pengertian dan itikad baik.13
Menurut Frank Jefkins humas atau public relations (PR) adalah semua
bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar,
antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling
pengertian.14
Meskipun ada perbedaan dalam penekanan unsur-unsur pokoknya
dalam setiap definisi humas di atas, yakni baik dari batasan pengertian
humas yang berasal Institute of Public Relations sampai definisi humas
menurut Frank Jafkins, definisi humas banyak kesamaannya, yaitu unsur-
unsur utama yang menyangkut fungsi manajemen, suatu proses yang
mencakupi hubungan timbal balik antara organisasi dan publiknya,
analisis dan evaluasi melalui penelitian lapangan terhadap sikap, opini dan
kecenderungan sosial, unruk mengkomunikasikannya kepada pihak
manajemen atau pimpinan, konseling manajemen agar dapat dipastikan
bahwa kebijaksanaan, tata cara kegiatan dapat dipertanggungjawabkan
secara sosial dalam konteks demi kepentingan bersama bagi kedua belah
pihak, pelaksanaan atau menindaklanjuti program aktivitas yang
terencana, mengkomunikasikan, dan mengevaluasi, kemudian perencanaan
agar saling pengertian dan penerimaan dari pihak publiknya (internal dan
13 Frazier Moore, Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005), cet.2 hal.6
14 Frank Jefkins & Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima, (Jakarta: Erlangga, 2003), hal.9
20
eksternal) sebagai hasil akhir dari aktivitas humas. Jadi unsur utama
menunjukan adanya hubungan kait mengait secara holistik yang
merupakan proses berkesinambungan dalam fungsional humas yang
integral dengan manajemen organisasi, dalam upaya mencapai tujuan dan
sasaran utama organisasi.15
Menurut Edward L. Bernay humas mempunyai tiga fungsi utama yaitu
memberikan penerangan kepada masyarakat, melakukan persuasi untuk
mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung, berupaya
untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan atau lembaga
sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya.16
Dalam memberikan penerangan yang berupa pemahaman kepada
masyarakat mengenai berbagai macam persoalan yang berkembang, fungsi
humas adalah mengetahui dan menjelaskan informasi agar dapat
disampaikan kepada masyarakat. Setelah informasi dapat diterima oleh
masyarakat, humas memandu masyarakat dalam mengubah sikap dan
perbuatan sehingga mampu mengintegrasikan sikap suatu organisasi yang
sama dengan sikap masyarakat. Kemudian munculnya komunikasi dua
arah timbal balik antara organisasi dengan masyarakat dan tercapainya
tujuan yang diinginkan.
Sedangkan menurut Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public
relation Principles and Problema, mengemukakan Humas berfungsi untuk
15 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke 4, hal.19
16 H.A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet ke 5, hal.54
21
mengabdi kepentingan publik, memeliharra komunikasi yang baik dan
menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik.17
2. Tujuan Humas
Tujuan dari humas disini adalah mengembangkan hubungan yang
harmonis dengan pihak lain yakni public (umum, masyarakat). Selain itu
tujuannya adalah untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi
yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan
dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal
balik.18
3. Macam-macam Humas
Kajian dan ilmu kehumasan semakin berkembang yang ditandai
dengan semakin banyak permasalahan manajemen yang terselesaikan
dengan pendekatan kehumasan. Pendekatan kehumasan telah memasuki
bermacam-macam sektor. Mulai dari sektor bisnis dan industri, sektor
pemerintahan, sektor sosial, pendidikan, kesehatan, politik dan sebagainya.
Sektor-sektor tersebut menggunakan humas sebagai bagian dari
manajemen, sehingga munculnya bermacam-macam humas. Akan dibahas
3 macam humas yakni humas industri dan bisnis, humas pemerintahan dan
humas sosial. Penjelasannya sebagai berikut:19
17 H.A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet ke 5, hal.54
18 H.A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, cet ke 5, hal.55
19 Firda Kusumastuti, Dasar-dasar Hubungan Masyarakat, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hal.37-43
22
a. Humas Industri dan Bisnis
Humas industri dan bisnis telah diterima oleh perusahaan-
perusahan besar. Humas yang merupakan fungsi manajemen turut
menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan. Humas industri tidak
dapat dilepaskan dari prinsip ekonomi dan keuntungan (profit).
Dengan demikian, humas industri harus memiliki suatu daftar
prioritas, sehingga sumber daya yang tersedia dapat dipergunakan
seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
b. Humas Pemerintahan
Humas pemerintahan pada dasarnya tidak bersifat politis. Humas
di institusi pemerintahan dibentuk untuk mempublikasikan kebijakan-
kebijakan yang dijalankan. Memberi informasi secara teratur mengenai
kebijakan, rencana-rencana, serta hasil-hasil kerja institusi serta
memberi pengertian kepada masyarakat tentang peraturan dan
perundang-undangan dan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat. Humas dalam pemerintahan dan politik tidak
dapat dilepaskan dari opini publik.
c. Humas Sosial
Banyak aktivitas humas yang menyangkut kesejahteraan umum
terpisah dari implikasi-implikasi komersial yang biasa. Humas adalah
subjek yang sangat luas. Misi utama humas adalah mengembangkan
saling pengertian, kepercayaan dan bantuan atau kerja sama.
23
Praktik humas dalam organisai-organisasi sosial, latar belakang
dan penerapan-penerapannya terbagi kedalam humas penegak hukum
yaitu termasuk humas yang berada dalam kepolisian, humas organisasi
keagamaan yaitu organisasi-organisasi keagamaan yang sekarang
mulai menyadari pentingnya media massa untuk mencapai jamaah dan
mempropagandakan doktrin-doktrin mereka, humas profesi yaitu
profesi kedokteran dan berbagai macam profesi yang tidak kalah
menggunakan humas untuk berkomunikasi dengan masyarakat, humas
organisasi sukarela yaitu ada banyak organisasi sukarela, puluhan,
ratusan bahkan mungkin ribuan dan kebanyakan mereka membutuhkan
dana terus-menerus.
Dalam penelitian ini menurut penulis lebih kepada humas sosial
dilihat dari pengertiannya sendiri bahwa humas sosial ini mencakup
organisasi-orgamisasi atau lembaga-lembaga sosial yang terbagi
menjadi tiga bagian yaitu humas penegak hukum, humas profesi dan
humas organisasi sukarela sedangkan pesantren sendiri termasuk
kedalam humas sosial yang penegak hukum.
C. Strategi Humas
Menurut Onong Udjana Effendi mengemukakan strategi pada hakikatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen (managgement) untuk
mencapai suatu tujuan. Sebuah organisasi harus memiliki perencanaan dalam
menyusun strategi untuk mencapai tujuan. Perencanaan atau program yang
dimiliki manajemen dalam mencapai tujuan organisasi tidak akan berjalan
24
dengan baik tanpa adanya bantuan dari praktisi humas. Humas membantu
manajemen dalam mengatasi berbagai macam persoalan atau krisis yang
dihadapi oleh organisasi.20
Menurut Ahmad S. Adnanputra pakar humas dalam naskahnya berjudul
PR Strategy, mengatakan bahwa strategi adalah bagian terpadu dari suatu
rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan
(planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar
dari proses manajemen. Selain perencanaan yang dimiliki oleh manajemen,
terhadap beberapa unsur pengorganisasian (organizing) dan pengendalian
(controlling). Semua unsur manajemen harus berjalan dengan baik agar tujuan
bersama dapat tercapai dan sesuai dengan apa yang diinginkan, serta
mencegah terjadinya kekeliruan dari apa yang direncanakan semula.21
Perencanaan, pengorganisasian, pengawakan, pengarahan, pengendalian
merupakan unsur yang sangat penting dalam manajemen. Salah satu unsur
yang berkaitan erat dengan strategi yaitu unsur perencanaan, karena strategi
bagian terpadu dalam perencanaan. Suatu perencanaan yang dilakukan
manajemen yaitu dengan menggunakan strategi untuk mencapai
tujuan.strategi apa dan bagaimana yang akan digunakan sehingga semua yang
diinginkan berjalan dengan baik daan sesuai dengan rencana yang dibuat.
20 Onong Udjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Rosdakarya,2004), cet ke 4, hal.29
21 Rosady Ruslan, Manajemen Humas & Komunikasi Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), cet ke 4, hal.120
25
1. Strategi pokok humas
Strategi pokok humas diarahkan untuk mengikatkan mekanisme
komunikasi dua arah antara lembaga dengan sasaran humas agar hasil-
hasil yang dicapai oleh lembaga dapat dikenal oleh sasaran humas,
sehingga sasaran humas akan ikut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan
tujuan lembaga khususnya dan tujuan pembangunan nasional umumnya.
2. Strategi Operasional Humas
Humas berfungsi untuk menimbulkan iklim yang dapat
mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi seluruh sasaran humas
untuk ikut serta mewujudkan tujuan. Strategi operasional yang digunakan
Humas adalah sebagai berikut:22
a. Pendekatan kemasyarakatan
Pelaksanaan program humas dilakukan dengan dengan pendekatan
kemasyarakatan, melalui mekanisme sosiol-kultural. Ini berarti bahwa
opini publik yang tersurat dalam berbagai media massa merupakan
pencerminan dari pendapat dan kehendak masyarakat.
b. Pendekatan koordinatif dan integratif
Pendekatan ini dilakukan dengan koordinasi dan integrasi di dalam
Badan Koordinasi Kehumasan (BAKOHUMAS) untuk mempercepat
tercapainya program humas.
c. Pendekatan edukatif dan persuasif
22 H.A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) cet ke 5, hal.60
26
Pendekatan edukatif dan persuasif ini mempunyai peranan penting
untuk mencapai perubahan sikap mental yang negatif dari pasar
sasaran humas, terutama dari media massa, agar lebih berperan serta
secara positif dalam ikut mewujudkan tujuan pembangunan.
d. Penyelenggaraan sistem penerangan terpadu
Penerangan terpadu dan berkesinambungan dimaksudkan untuk
meningkatkan gerak langkah operasional antara humas dan petugas
yang berkenaan dengan kehumasan sehingga terarah ke tercapainya
tujuan kehumasan.
3. Model Perencanaan Humas
Salah satu model perencanaan humas adalah apa yang disebut sebagai
“model enam langkah”. Model ini sudah diterima secara luas oleh praktisi
humas profesional. Adapun keenam tahapannya yaitu sebagai berikut:23
a. Pengenalan Situasi
Kunci utama dalam menyusun suatu rencana secara logis adalah
pemahaman terhadap situasi yang ada. Ada beberapa tujuan humas
yang ingin dicapai adalah mengubah sikap negatif menjadi positif yang
diharapkan menumbuhkan pengetahuan yang akan menjadi
pemahaman. Untuk memahami situasi yang ada dengan menggunakan
satu metode yaitu pengumpulan pendapat atau studi sikap (attitude
23 Frank Jefkins & Daniel Yadin, Public Relatons edisi Kelima, (Jakarta: Erlangga, 2003) hal.56
27
study). Maka akan dapat mengenali masalah yang ada serta mencari
cara untuk memecahkannya.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan memahami situasi yang
ada. Humas harus mengetahui situasi yang berada disekitar, terutama
salah satu tujuan yang ingin dicapai humas adalah mengubah sikap
negatif menjadi positif. Dengan mengubah sikap menjadi positif,
diharapkan dapat dengan mudah menerima pengetahuan yang
menumbuhkan pemahaman. Metode pengumpulan data merupakan
metode yang tepat untuk diterapkan dalam pengenalan situasi yang
ada. Dengan mengetahui pendapat dari satu dengan lainnya yang
berbeda, akan diperoleh berbagai masalah yang berbeda pula. Setelah
mengetahui masalah yang ada kemudian diperoleh solusi untuk
permasalahan.
b. Penetapan Tujuan
Dari sekian banyak tujuan dalam kegiatan hunas, beberapa
diantaranya adalah untuk mengubah citra umum di mata khalayak,
untuk menyebarluaskan cerita sukses yang telah dicapai oleh
organisasi kepada masyarakat, untuk memperkenalkan organisasi
kepada masayarakat luas, untuk memperbaiki hubungan antara
organiasi dengan khalayaknya, untuk menyebarluaskan informasi
mengenai aktivitas dan partisipasi para pimpinan organisasi dalam
kehidupan sosial sehari-hari. Mengingat jenis dan karakter organisasi
28
itu berbeda-beda, maka tujuannya pun sangat bervariasi dan tidak
terbatas.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan penetapan tujuan. Semua
organisasi memiliki tujuan yang ingin dicapai dan humas membantu
dalam melaksanakan pencapaian tujuan tersebut. banyak langkah yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, terutama keinginan dan
harapan yang ingin dicapai organisasi kepada khalayaknya. Kegiatan
humas membantu memperbaiki citra organisasi di mata khlayaknya
dan membangun hubungan yang baik diantara keduanya.
c. Definisi Khalayak
Pentingnya bagi suatu organisasi mengenali dan membatasi
khalayaknya. Sebesar apapun suatu organisasi tidak mugkin
menjangkau semua orang. Walaupun beberapa jenis khalayak masih
dapat dijangkau dengan teknologi dan berbagai macam media.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan mengenali khalayak. Setiap
organisasi pasti mengharapkan organisasinya tersebar luas dan
menjangkau semua orang. Seiring dengan perkembangan teknologi
dan munculnya berbagai macam media yang membantu memberikan
informasi kepada khalayak, organisasi juga memilih teknologi dan
media untuk menjangkau beberapa khalayak yang luas. Dengan
bantuan teknologi dan media, khalayak dapat mengetahui pemahaman
yang diinginkan mengenai organisasi. Dalam membatasi khalayak
29
yang terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat, organisasi
membatasi agar upaya menjangkau khalayak luas dapat terwujud.
d. Pemilihan Media dan Teknik-teknik PR
Salah satu contoh media yaitu jurnalis, sedangkan sebagai
tekniknya yaitu penyelanggaraan acara resepsi pers. Baik kampanye
periklanan maupun kampanye humas sama-sama dapat menggunakan
berbagai macam media. Kampanye periklanan biasanya terbatas pada
media-media tertentu yang diharapkan, dunia humas dapat
menggunakan berbagai media khusus seperti jurnal-jurnal internal,
buletin, atau sekedar majalah dinding.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan pemilihan media dan
teknik-teknik. Tidak hanya kampanye periklanan yang muncul
diberbagai media, humas melakukan kampanye sama halnya dengan
periklanan. Baik kampanye periklanan maupun humas sama-sama
menggunakan media sebagai penghubung kepada khalayak. Akan
tetapi, terdapat perbedaan dari keduanya yaitu kampanye periklanan
menggunakan media tertentu untuk mewujudkan keinginan yang ingin
dicapai secara maksimal dan humas hanya menggunakan media-media
khusus. Dalam pelaksanaannya kampanye periklanan hanya
bekerjasama dengan pimpinan media saja, sedangkan humas
bekerjasama dengan jurnalis, editor, maupun pimpinan media.
30
e. Perencanaan Anggaran
Dalam perencanaan anggaran dapat dipahami bahwa humas
merupakan kegiatan yang padat karya, sehingga pengeluaran terbesar
dihabiskan untuk membayar pemakaian jam kerja yaitu gaji pegawai.
Pengeluaran lain yang cukup besar termasuk pemakaian alat
operasional.
Untuk menyusun rencana yaitu dengan perencanaan anggaran.
Banyaknya kegiatan tidak terlepas dari banyaknya anggaran yang
harus dikeluarkan. Anggaran dana harus dipersiapkan secara matang
dan profesional agar berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang
direncanakan. Apabila anggaran dan tidak dirancang dengan baik dan
benar, maka akan menghambat keseluruhan aktivitas. Pengeluaran
untuk membayar gaji pegawai yang memiliki jam kerja padat maupun
pemakaian alat operasional. Pemakaian alat operasional memiliki
pengeluaran yang besar karena sebagai alat pendukung kerja. Baik
pegawai maupun alat kerja yang dipakai dalam aktivitas merupakan
faktor yang harus selalu diperhatikan. Apabila anggaran dana tidak
dirancang dengan baik dan benar, maka akan menghambat keseluruhan
aktivitas. Setiap aktivitas yang dilakukan akan sulit untuk dilaksanakan
karena terbatas dengan anggaran, maka sangat penting untuk
diperhatikan.
31
f. Pengukuran Hasil
Pengukuran hasil merupakan faktor yang keenam. Mengevaluasi
berbagai hasil yang telah dicapai dengan teknik-teknik penelitian yang
digunakan untuk mengenali situasi. Metode-metode evaluasi hasil
biasanya diterapkan pada tahapan perencanaan. Target-target untuk
mencapai tujuan dapat digunakan sebagai tolok perbandingan, baik
untuk mengetahui apakah citra organisasi dengan khalayaknya sudah
lebih baik, serta hasil-hasil nyata yang telah dicapai.
Untuk menyusun rencana terakhir yaitu dengan pengukuran hasil.
Setelah perencanaan-perencanaan kegiatan humas dilakukan, maka
dapat mengevaluasi berbagai hasil yang telah dicapai dengan lebih
mengenal khalayak dan situasi untuk memberikan pemahaman dalam
mengubah sikap. Hasilnya dapat dilihat dari apakah tercapainya
uapaya dalam memperbaiki citra organisasi di mata khalayak,
tercapainya tujuan-tujuan yang di harapkan atau diinginkan, serta
terciptanya hubungan yang baik antara organisasi dengan khalayak.
D. Definisi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses pemberitahuan, pengumuman secara besar-
besaran, menggambarkan pada khalayak ramai tentang sesuatu yang urgent,
sesuatu yang harus segera diketahui khalayak. Media social bermacam-macam
yakni seminar, iklan pemberdayaan di media cetak maupun elektronik, juga
dapat diposter-poster.
32
Selain itu juga sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup
bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi
cara-cara hidup, nilai-nilai dan norma-norma social yang terdapat dalam
masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakat.
Menurut Peter Berger sosialisasi diartikan sebagai suatu proses dimana
seorang menghayati serta memahami norma-norma dalam masyarakat tempat
tinggalnya sehingga akan membentuk kepribadiannya. Menurut Soerjono
Soekanto sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan kebudayaan kepada
waarga masyarakat yang baru.
Sedangkan menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses yang
membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan pandangan diri,
bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan
berfungsi dengan kelompoknya.
Sosialisasi dapat terjadi melalui interaksi social secara langsung ataupun
tidak langsung. Proses sosialisasi dapat berlangsung melalui kelompok social,
seperti keluarga, teman sepermainan dan sekolah. Lingkungan kerja, maupun
media massa. Adapaun media yang dapat menjadi ajang sosialisasi adalah
keluarga, sekolah, teman bermain, media massa dan lingkungan kerja.
Pada dasarnya sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi
kehidupan kita. Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi
terciptanya partisipasi yang efektif dalam masyarakat. Kedua memungkinkan
lestarinya suatu masyarakat karena tanpa sosialisasi akan hanya ada satu
generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.
33
Dalam sosialisasi terdapat proses-proses yang menurut George Hubert
Mead menyatakan bahwa sosialisasi dapat dibedakan melalui tahpan-tahapan
sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dimulai sejak manusia dilahirkan
2. Tahap Meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai seorang anak meniru peran-peran yang dilakukan oleh
orang dewasa.
3. Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada tahap peniruan yang dilakukan mulai berkurang dan bergantikan oleh
peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesabaran.
4. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Stage)
Pada tahap ini seorang telah dianggap dewasa dan telah menjadi warga
masyarakat sepenuhnya. Agen sosialisasi diantaranya adalah:
a. Keluarga
b. Teman Pergaulan (Peers Group)
c. Lembaga Pendidikan Formal (Sekolah)
d. Media Massa
e. Masyarakat dan Negara
34
f. Agen lainnya seperti institusi agama, lingkungan pekerjaan, atau
institusi lain.24
Berdasaarkan jenisnya sosialisasi dibagi menjadi dua macam:
1. Sosialisasi Primer, ini terjadi pada masa pertumbuhan. Yakni dengan cara
mengucapkan kalimat, cara bersikap dan lain sebaginya. Pada masa ini
agen sosialisai utamanya adalah keluarga. Diharapkan meniurt Peter L.
Berger dan Kuckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai
sosialisasi pertama yang dijalani individu menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan
orang lain disekitarnya. Selain itu, disebut primer juga karena kelompok
ini bisa menjadi instrument penting untuk control social. Sebagai agensi
sosialisasi, kelompok primer berusaha menjaga agar norma dan social
yang dianut bersama bisa membentuk sikap dan prilaku anggota kelompok
seperti masyarakat.
2. Sosialisasi Sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Menurut Goffman kedua proses tersebut
berlangsung dalam institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam
situasi yang sama. Terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu
tertentu. Bersama-sama menjalani hidup terkukung dan diatur secara
formal.25
24 https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi diakses pada Tanggal 14 September 2016 Pukul 12.00 WIB
25 https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi diakses pada Tanggal 14 September 2016 Pukul 12.33 WIB
35
E. Definisi Pondok Pesantren
Pesantren yang dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai lembaga
pendidikan agama, merupakan institusi pendidikan yang banyak berkembang
di kalangan masyarakat Islam Jawa. Nurcholish Madjid mengatakan bahwa
pola pendidikan ini tidak hanya identik dengan makna keIslaman, bahkan juga
mengandung makna keaslian Indonesia (Indigenous). Sebab, lembaga ini telah
ada sejak zaman Hindu-Budha. Sehingga Islam hanya tinggal meneruskan dan
mengislamkannya saja.26
Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan agama ini sudah ada sejak
zaman Hindu-Budha. Sehingga masyarakat Islam hanya tinggal
mengislamkannya saja. Pesantren biasanya banyak berkembang di daerah-
daerah Jawa karena biasanya di daerah Jawa banyak yang terlahir sebagai
ulama-ulama.
Istilah Pondok Pesantren sendiri, dapat didefinisikan dalam beberapa
makna, namun disini akan diketengahkan definisi sebagaimana pengertian
Zamakhsyari Dhofier. Sebelum tahun 1960-an, pusat pendidikan pesantren di
Jawa dan Madura lebih dikenal dengan nama Pondok. Istilah Pondok berasal
dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut Pondok atau tempat
tinggal yang terbuat dari bambu, atau berasal dari kata arab Funduq, yang
berarti hotel atau asrama.27 Ringkasnya pondok pesantren adalah tempat
26 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), hal.3
27 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3FS, 1983), hal.18
36
tinggal para santri-santri yang menimba ilmu di pesantren atau lebih dikenal
dengan asrama-asrama santri yang menimba ilmu disana.
Perkataan Pesantren, berasal dari kata santri yang berarti orang yang
menuntut ilmu agama, dari kata santri kemudian mendapat awalan pe dan
akhiran an, yang berarti tempat yang dituju para santri. Mengambil pendapat
Prof. Johns, Zamakhsyari mengungkapkan28, bahwa istilah santri berasal dari
bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji. Sedangkan C.C.Berg, sebagaimana
dikutip olehnya, berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari istilah sashtri
yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku agama Hindu.
Kata sashtri berasal dari kata sashtra yang berarti buku-buku suci, buku-buku
agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan.29 Bisa disimpulkan
pesantren adalah tempat yang kaya akan pengetahuan seputar agama,
mengkaji semua ilmu tentang islam dan tempat untuk para santri belajar.
28 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang pandangan Hidup Kyai, hal.18 29 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang pandangan Hidup Kyai, hal.19
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN HUSNUL KHOTIMAH
A. Sejarah Singkat Yayasan Husnul Khotimah
Pondok Pesantren Husnul Khotimah yang telah berdiri sejak tahun 1994,
di atas lahan 6 (enam hektar) dan berlokasi di desa Maniskidul Kecamatan
Jalaksana Kab. Kuningan Jawa Barat ini, berupaya memenuhi harapan dan
kebutuhan tersebut dengan mengedepankan pola Tarbiyah Islamiyah yang
modern, Sistematis dan terpadu, namun tanpa meninggalkan pola Salafiyah.
Yayasan Husnul Khotimah Kuningan adalah Lembaga Pendidikan Islam yang
diwakafkan oleh salah satu pendirinya yaitu H. Sahal Suhana, SH dan
keluarga, berdiri pada tahun 1994. Sejak awal berdiri telah berkonsentrasi di
bidang pendidikan Islam dengan menyelenggarakan pendidikan tingkat
Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Hal ini dilakukan dalam rangka
mencerdaskan bangsa dan turut serta menyukseskan dunia pendidikan di
Negeri Indonesia yang tercinta ini.
Kegiatan Pondok Pesantren Husnul Khotimah dimulai sejak tahun ajaran
1994, dan sebagai Mudir/Pimpinan Pondok KH. Ade Syabul Huda, Lc.
(alumnus Universitas Al-Azhar Kairo) sampai dengan Agustus 1996, dan
dilanjutkan oleh KH. Achidin Noor, MA. (alumnus Universitas Imam
Muhammad Ibnu Saud Riyadh dan Madinah KSA) samapai dengan tahun
2006. Dari tgl 12 Juli 2006 sampai dengan 23 Oktober 2008 dipimpin oleh
Ust. Sufyan Nur Lc. (alumnus LIPIA Jakarta). Kemudian dilanjutkan oleh
KH. Jajang Aisyul Muzakki, Lc. M.Pd.I. (alumni LIPIA Jakarta) sampai
37
38
dengan tahun 2009. Dan tahun 2009 s.d. tahun 2010 dilanjutkan oleh KH.
Mu’tamad, Lc. M.Pd. Al- Hafizh (alumni LIPIA Jakarta). Setelah itu dari
tahun 2010 s.d. tahun 2015 dilanjutkan oleh KH. Amam Baruttamam, Lc.
(alumni Universitas Al-Azhar Kairo). Dan saat ini Pimpinan Pondok
Pesantren dipimpin oleh KH. Mohammad Sabiqin, Lc. (alumns LIPIA
Jakarta).
Pada awalnya pendidikan di Pondok Pesantren Modern Husnul Khotimah
baik yang intra ataupun ekstra merupakan suatu kesatuan yang integral yang
tidak dapat terpisahkan, namun seiring dengan semakin banyaknya jumlah
santri dan garapan, maka Yayasan Husnul Khotimah menginisiasi pembagian
tugas dan wewenang agar segala permasalahan santri bisa terkelola dengan
baik.1
Divisi Pesantren ini ditangani oleh KH. Amam Badruttamam,Lc. Dalam
Melaksanakan tuga-tugas harian Divisi ini, beliau dibantu Oleh Unit-unit yang
berada di bawahnya yaitu:
1. Unit sekretariat yang bertugas membantu tugas Mudir Ma’had dan
membawahi Pusat Informasi Pesantren (PIP) dan Dapur Umum
2. Madrasah Aliyah
3. Madrasah Tsanawiyah
4. Unit Pembinaan Putra
5. Unit Pembinaan Putri
1 http://husnulkhotimah.sch.id/profil-pondok-pesantren-husnul-khotimah.html Diakses pada Tanggal 20 Juli 2016, Pukul 11:03 WIB
39
6. Urusan Pengasuhan yang Bertugas membimbing santri agar menjadi
santri disiplin, bertanggungjawab dan berperilaku Islami dalam meraih
masa depannya.
7. Urusan Bahasa yang menangani dan Membimbing santri dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Arab dan Inggris dan
mengkoordinir kegiatan bahasa santri,
8. Urusan Ruhiyyah dan Halaqah Tarbawiyah ( RUHAL) yang
Membimbing Ibadah Mentoring santri untuk dapat menjadi manusia
yang berakhlaq dan sebagai kader da’wah yang produktif. Urusan
Organisasi santri dan Kepanduan (OSPAN) yang membimbing
leadersip Organisai santri, life skill, dan kepanduan santri sehingga
kelak mereka menjadi pemimpin yang handal dan mempunyai mental
kewiraan.
9. Dan Urusan Keasramaan Memberikan perhatian dan mengelola
kegiatan santri dalam kehidupan di asrama.2
B. Visi, Misi Yayasan Husnul Khotimah
1. Visi
Menjadi lembaga pendidikan Islam yang berkualitas sebagai
kontributor terdepan dalam mencetak kader da’i.
2 http://www.cumikriting.com/2012/02/pesantren-husnul-khotimah-cirebon.html Diakses pada Tanggal 21 Juli 2016 Pukul 11.08 WIB
40
2. Misi
Menanamkan nilai-nilai Islam dan Akhlaqul Karimah, Membekali Al-
Qur’an, Ilmu Pengetahuan Syari’ah, Umum dan Bahasa, dan Mengarahkan
masyarakat menuju kehidupan yang Islami.3
C. Struktur Organisasi Yayasan Husnul Khotimah
Keterangan:
1. Pembina
KH. Abdul Malik Musir, Lc. (ketua)
Prof. DR. H. Ahmad Satori Ismail, MA.
KH. DR. Achsin Sakho Muhammad, MA.
KH. Yusuf Supendi, Lc.
3 http://husnulkhotimah.sch.id/profil-pondok-pesantren-husnul-khotimah.html Diakses pada Tanggal 20 Juli 2016, Pukul 11:09 WIB
41
KH. Achidin Noor, MA.
2. Pengawas
KH. Kosasih Thoyyib, Lc. MH. (ketua)
Drs. Diding Tarmidi, M.Si
3. Pengurus dan Anggota Pengurus
a. Pengurus
Ketua Umum : KH. Mutamad, Lc. M.Pd
Ketua I : H. Maman Kurman, SH.
Sekretaris : H. Asep Saputra
Bendahara : H. Wawan Setiawan, S.Sos.
b. Anggota Pengurus
Kepala Divisi Kepesantrenan: KH. Mohamad Sabikin, Lc.
Wakil Kepala Divisi Kepesantrenan
HK 2 Pancalang: KH. Amam Badruttamam, Lc.
Kepala Divisi Humas dan Dakwah: Sanwani, SH
Kepala Divisi Ekonomi dan Usaha: Didin Mulyanto, SE
Kepala Divisi HRD/Personalia: H. Imam Nur Suharno, M.Pd.
Kepala Divisi Sarana dan Bangunan: Dwi Basyuni Natsir, Lc.
Kepala Divisi Perguruan Tinggi: H. Alfan Syafi’i, Lc. M.Pd.I4
D. Fasilitas Yayasan Husnul Khotimah
Pondok Pesantren Husnul Khotimah memiliki beberapa fasilitas
diantaranya:
1. Sekolah 82 ruang kelas dan 90 kamar (asrama) yang representatif
4 Dokumen pribadi yayasan Husnul Khotimah
42
2. Mesjid putra putri
3. Laboratorium IPA
4. Laboratorium komputer putra dan putri
5. Internet
6. Perpustakaan
7. Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren Putra dan Putri)
8. Gedung pertemuan
9. Lapangan olahraga (sepakbola, basket, futsal, badminton, volley dan
tenis meja)
10. Waserda Putra-Putri
11. Kiospon Putra-Putri
12. Kanton Putra-Putri
E. Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul Khotimah
1. Struktur Organisasi Divisi Humas dan Dakwah Yayasan Husnul
Khotimah5
5 Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian Ekawati pada Tanggal 31 Agustus 2016
43
Keterangan:
Kepala Divisi: Sanwani, SH
Sekretaris: Dian Ekawati, SKM
Kaur Humas dan Media: Afriadi Nurwanto, S.Pi
Kaur Dakwah: Nj. Siti Mahmudah, M.Pd
Staf Humas: Dwinarto Mardjoko
Dede Nopiyudin
Staf Media: Ahmad Dhani, A.Md.
Hamzah Arifin
Teddy Rachman, S.kom
Staf Dakwah: H. Rian Nugraha, Lc, M.Pd.
Mudiantoro, M.Pd.
Firdaus, S.Pd.I.
2. Visi dan Misi Divisi Humas dan Dakwah
Visi
Sebagai pelopor dakwah yang mengarahkan masyarakat kepada
kehidupan islami.
44
Misi
a. Memberikan kontribusi dalam membangun masyarkat dengan
dakwah Islamiyah yang rahmatan lil alamin.
b. Meningkatkan dan memperluas jaringan kerjasama dakwah
dengan eksternal.
c. Membangun komunikasi positif, internal dan eksternal demi
terwujudnya ukhuwwah Islamiyah.
d. Menyebarkan opini Islam Kepada masyarakat.
e. Membangun citra positif yayasan melalui berbagai media
f. Memberikan pembelaan terhadap Islam dan kaum muslimin.6
6 Hasil Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian Ekawati pada Tanggal 31 Agustus 2016
BAB IV
ANALISIS HASIL TEMUAN STARTEGI HUMAS YAYASAN HUSNUL
KHOTIMAH
Hubungan masyarakat (humas) dapat mengembangkan hubungan yang
baik dengan masyarakat, selain dengan masayarakat humas juga mengembangkan
hubungan dengan lembaga satu pihak ataupun dengan pihak lain. Termasuk pada
humas yayasan Husnul Khotimah. Dalam humas yayasan Husnul Khotimah juga
mempunyai tujuan untuk menjalin hubungan dengan masyarakat luas dan
lembaga-lembaga yang lainnya. Selain menjalin hubungan juga memberikan
informasi mengenai pondok pesantrennya.1
Informasi-informasi yang disampaikan oleh humas Husnul Khotimah
kepada masyarakat adalah proses strategi humas dalam mensosialisasikan
program unggulan pondok pesantren. Untuk mengenalkan bagaimana pendidikan
yang diajarkan Husnul Khotimah kepada santrinya. Dengan demikian, masyarakat
bisa mengetahui apa saja yang menjadi keunggulan yang ada di Yayasan Husnul
Khotimah sebelum masuk pondok pesantren tersebut.
Bab ini menganalisa strategi humas Yayasan Husnul Khotimah dalam
mensosialisasikan Pondok Pesantren dan apa saja yang menjadi faktor
penghambat dan faktor pendukung yang ada di humas Husnul Khotimah. Karena
itu, pembahasan dalam bab ini akan dibagai menjadi tiga bagian, yaitu perumusan
strategi humas Yayasan Husnul Khotimah dalam mensosialisasikan program
unggulan pondok pesantren, perumusan strategi humas yayasan Husnul Khotimah
1 Lihat: H.A.W Widjaja, komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, hal.54
45
46
dalam mensosialisasikan program unggulan pondok pesantren dan evaluasi
strategi humas yayasan Husnul Khotimah dalam mensosialisasikan program
unggulan pondok pesantren.
Dalam mensosialisasikan Pondok Pesantren Husnul Khotimah juga
melakukan beberapa strategi. Strategi yang digunakan dibagi dalam tahapan
strategi sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fred R. David yakni, Perumusan
Strategi, Implementasi Strategi dan Evaluasi Strategi.2
A. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi ini, untuk mencapai tujuan yang diharapkan
Yayasan Husnul Khotimah melakukan berbagai persiapan yang berkaitan
dengan pelaksanaan sosialisasi. Berbagai persiapan ini dilakukan agar
masyarakat diluar sana bisa mendapatkan informasi penting tentang pondok
pesantren. Adapun berbagai persiapan yang dilakukan antara lain:
1. Kerjasama dengan media
Kerjasama dengan media baik yang lokal maupun yang nasional
dilakukan humas Husnul Khotimah agar sosialisasi yang dilakukannya
berhasil dan efektif.3 Penulis menemukan adanya strategi operasional
humas dari segi penyelenggaraan sistem terpadu yaitu humas husnul
khotimah meningkatkan gerak langkah operasional humas dengan media
2Lihat Fred R. David, Strategic Management Concepts and Cases Thirteenth Edition, hal.37
3Wawancara pribadi dengan Sarwani, S.H, Kepala Humas Husnul Khotimah, 25 September 2016.
47
yang bekerja sama dengannya supaya tercapai kepada tujuan humas
Husnul Khotimah.4
Disini humas Husnul Khotimah melakukan kerjasama dengan media
yaitu seperti Radar Cirebon, Radar Cirebon adalah media lokal yang ada di
daerah Cirebon. Di Radar Cirebon ini memberikan berita-berita seputar
kegiatan yang ada di Yayasan Husnul khotimah dan info tentang
pendaftran santri baru.
Gambar 4.1
Berita tentang empat santri yayasan husnul khotimah juara kompetisi
sains tingankat internasional5
4Lihat H.A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, hal.60 5http://www.radarcirebon.com/4-santri-juara-kompetisi-sains-tingkat-internasional.html
Diakses pada Tanggal 28 Oktober 2016, Pukul 11:07 WIB
48
Gambar 4.2
Brosur penerimaan santri baru6
2. Website
Husnul khotimah memiliki website sendiri yang perfungsi sebagai alat
sosialisasi tentang husnul khotimah, baik dari segi prestastinya maupun
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di husnul khotimah.7 Disini juga penulis
menemukan adanya model perencanaan humas dari segi pemilihan media
dan teknik-teknik PR, pemilihan media adalah salah satu alat sebagai
penghubung kepada khalayak. Di dunia humas dapat menggunakan
berbagai media khususnya seperti jurnal-jurnal, buletin, atau sekedar
majalah dinding.8 Husnul khotimah selain memakai website juga
mempunyai facebook, twitter buletin, majalah dinding, majalah, dan radio
6http://husnulkhotimah.sch.id/wp-content/uploads/2016/10/banner300psb.gif Diakses pada Tanggal 28 Oktober 2016, Pukul 11:18 WIB
7Wawancara pribadi dengan Sarwani, S.H, Kepala Humas Husnul Khotimah, 25 September 2016.
8Lihat Frank Jefkins & Daniel Yadin, Public Relations edisi kelima, hal.56
49
sebagai sarana informasi yang dilakukan humas kepada khalayak. Menurut
kepala humas husnul khotimah media yang paling efektif dalam
mensosialisasikan pondok pesantren adalah website karena sekarang ini
sudah cukup banyak yang mengakses website tersebut dan yang kedua
media yang efektif adalah hubungan dengan HRD media-media lokal
seperti radar cirebon. Humas husnul juga mengakses informasi di koran
radar cirebon.
Penulis setelah melakukan wawancara dengan salah satu orang tua
santri menemukan bahwa website ataupun media-media onlien lainnya
yang dikelola humas husnul khotimah untuk mensosialisasikan pondok
pesantren justru kurang efektif, dikarenakan tidak semua masyarakat atau
orang tua santri tidak menggunakan media-media tersebut.
“Kalau untuk yang berhubungan dengan informasi digital kami tidak pernah mengaksesnya karena memang saya dan istri saya tidak tahu bagaimana cara untuk mengaksesnya, ya bisa dibilang gaptek untuk masalah teknologi apalagi internet. Jadi kami tidak pernah mengakses salah satu informasi yang ada di internet tersebut”.9
3. Kerjasama dengan Lembaga-lembaga Indonesia
Bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang ada di indonesia adalah
perumusan strategi terakhir yang dilakukan humas husnul khotimah. Ini
dilakukan untuk menjelaskan bagaimana husnul khotimah sebenarnya.
Karena, pandangan dari orang luar tentang husnul ini bermacam-macam
baik yang positif maupun yang negatif. Oleh karena itu bekerja sama
9Wawancara pribadi dengan Ali Nurdin, Orang Tua Santri, 26 September 2016.
50
dengan lembaga-lembaga tersebut dilakukan humas untuk membangun
citra yang positif di lembaga tersebut.
“Yang ketiga kita melakukan kerjasama dengan berbagai lembaga yang ada di indonesia, yang pertama kita lewat silaturahim ke kemenag pusat untuk menjelaskan Husnul Khotimah yang sebenarnya, karena mereka tidak tau, seolah-olah kesan dari sana bahwa husnul khotimah itu anti NKRI”.10
Dari penjelasan diatas penulis menemukan adanya strategi operasional
humas dari segi pendekatan edukatif dan persuasif, dimana humas
berupaya untuk mengubah sikap atau pandangan masyarakat luas dari
yang negatif ke arah yang positif untuk mencapai tujuan
pengembangannya.11
B. Implementasi Strategi
Menurut Fred R. David tahap implementasi adalah tahap di mana terdapat
kegiatan menjalankan atau mengimplementasikan sebuah rencana yang sudah
dirumuskan menjadi aksi.Untuk mensosialisasikan pondok pesantren kepada
masyarakat, humas yayasan Husnul Khotimah melakukan kegiatan baik dari
segi internal maupun eksternal.12
1. Kegiatan dari Segi Internal
Kegiatan yang dikerjakan dari segi internal ini adalah melakukan
publikasi tentang kegiatan-kegiatan santri dan kegiatan-kegiatan yang ada
10Wawancara pribadi dengan Sarwani, S.H, Kepala Humas Husnul Khotimah, 25 September 2016
11Lihat H.A.W Widjaja, Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat, hal.60 12Wawancara pribadi dengan Sarwani, S.H, Kepala Humas Husnul Khotimah, 25
September 2016
51
di Husnul Khotimah. baik dari segi pendidikannya ataupun hal yang
lainnya.
Dalam observasi yang dilakukan oleh penulis, penulis menemukan
bahwa dalam mempublikasikan kegiatan-kegiatan di Yayasan Husnul
Khotimah lebih sering mempublikasikan prestasi-prestasi yang diraih oleh
santrinya, baik dari segi pendidikan umum ataupun dari segi pendidikan
keagamaan. Selain prestasi para santrinya ada juga publikasi alumni-
alumni yang berhasil dan sukses sebagai strategi untuk mensosialisasikan
Pondok Pesantren Husnul Khotimah.
Gambar 4.3
Keterangan: Ashif Aminulloh, salah satu alumni Husnul Khotimah yang sukses. Sekarang
dia menjadi Pemred Akyas generasi kedua.13
Selain itu dalam observasi yang dilakukan penulis dengan cara
melihat dokumen pribadi divisi humas dan dakwah husnul khotimah
13 http://husnulkhotimah.sch.id/wp-content/uploads/2016/10/banner300psb.gif Diakses pada Tanggal 28 Oktober 2016, Pukul 11:18 WIB
52
menemukan beberapa kegiatan yang harus dilakukan di tahun 2016 ini
seperti:
a. Pengelolaan websaite
Pada kegiatan pengelolaan website ini pihak humas
berkewajiban mempubliskan semua kegiatan-kegiatan yang
dilakukan, dimulai dengan kegiatan yang dilakukan oleh para
pengurus atau ustadz yang ada di Husnul Khotimah sampai
kegiatan yang dilakukan oleh santrinya sendiri.
Selain mempublis kegiatan-kegiatan, humas juga diwajibkan
mempublis informasi terkait penerimaan santri baru, kapan
pelaksanaanya test masuk pondok pesantren Husnul Khotimah
akan dilakukan dan kapan penutupan pendaftaran santri baru.
Bentuk kegiatan pengelolaan website Husnul Khotimah ini
frekuensinya dilakukan pekanan dengan penangggung jawabnya
(pj) Hamzah.
53
Gambar 4.4
Screenshot Website Husnul Khotimah14
b. Penerbitan majalah hk
Di sini penanggung jawab kegiatan penerbitan majalah harus
menerbitkan majalah Husnul Khotimah yang nantinya akan
disebarkan di lingkungan pesantren sendiri dan masyarakat sekitar.
Penerbitan majalah hk dilakukan setiap bulan dengan demikian
kegiatan yang dilakukan santri maupun pengurus-pengurusnya bisa
diterbitakn dimajalah hk tersebut. Penanggung jawab dari kegiatan
penerbitan majalah ini adalah pemred yang ada di humas Husnul
Khotimah dan Afriadi selaku anggota dari divisi humas dan
dakwah.
14http://husnulkhotimah.sch.id/ Diakses pada Tanggal 5 Januari 2017, Pukul 09.51 WIB
54
c. Produksi off air
Kegiatan produksi off air ini dilakukan tidak hanya oleh pihak
humas, tapi juga santri berkontribusi untuk kegiatan produksi off
air ini. Para santri belajar bagaimana cara membuat naskah untuk
off air dan mencari tema untuk pembahasan yang akan dibawakan.
Kegiatan off air ini berupa jingle, ceramah, insert, nasyid, murotal,
dan lain-lain. Kegiatan ini biasa dilakukan setiap akhir pekan. Pada
kegiatan ini nantinya akan di bimbing oleh penanggung jawab
Ahmad Dani.
d. Siaran on air
Selain kegiatan off air ada juga kegiatan on air, kegiatan on air
ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan off air yang penulis jelaskan
sebelumnya, kegiatan on air juga dilakukan oleh para santri yang
sudah diberikan jadwal untuk melakukan siaran on air. Nanum
kegiatan on air ini lebih sering dilakukan dari pada off air yaitu
kegiatan on air ini dilakukan setiap hari. Penanggung jawab dari
kegiatannya pun tidak berbeda yaitu Ahmaad Dani.
e. Talk show di radio
Kegiatan ini masih berkaitan dengan dua kegiatan yang
sebelumnya, talk show di radio biasanya mengundang para santri
ataupun mahasiswa yang sedang mengikuti lomba dan santri atau
mahasiswa yang berprestasi. Kegiatan ini melatih santri untuk
mempunyai rasa percaya diri dan pemikiran yang kreatif. Kegiatan
55
talk show ini biasa dilakukan bulanan, talk show ini dibahawah
pengawasan dan tanggung jawab Ahmad Dani, Afriadi dan
mudiantoro.
f. Pengiriman tulisan ke media
Pengiriman tulisan ke media ini adalah termasuk dari kegiatan
yang bekerja sama dengan media-media lokal seperti Radar
Cirebon. Pada kegiatan ini, Afriadi selaku penangguung jawab
harus mengirimkan tulisan-tulisan ke media-media yang bekerja
sama dengan mereka untuk diterbitkan di media tersebut. Upaya ini
dilakukan untuk melakukan strategi humas dalam
mensosialisasikan program unggulan pondok pesantren.
Pengiriman tulisan ke media ini dilakukan insidental.
g. Pelatihan jurnalistik
Pelatihan jurnalistik tidak hanya dilakukan oleh para pengurus
humas saja tapi juga para santri. Penanggung jawab Afriadi,
nantinya mengundang para jurnalis dari media-media yang
bekerjasama dengan Husnul Khotimah untuk melatih para santri
ataupun pengurus-pengurus humas bagaimana menjadi seorang
jurnalis yang baik dan benar. Pelatihan jurnalistik dilakukan
tahunan.
56
2. Kegiatan dari Segi Eksternal
Kegiatan yang dikerjakan dari segi eksternal ini adalah melakukan
kunjungan ke lembaga-lemabaga yang memang bersangkutan dengan
yayasan Husnul Khotimah. Salah satu lembaga tersebut adalah Kementrian
Agama (kemenag), baik yang pusat maupun cabangnya.
Kunjungan ini salah satu cara silaturahim antara yayasan Husnul
Khotimah dengan lembaga-lembaga tersebut, selain itu kunjungan ini juga
salah satu ajang untuk lebih mengenalkan secara langsung tentang yayasan
Husnul Khotimah itu sendiri. Selain berkunjung dari pihak yayasan Husnul
Khotimah ke kemenag, pihak Husnul juga mengundang orang-orang
kemenag untuk mengisi salah satu seminar yang dilakukan Husnul. Upaya
yang dilakukan humas husnul ini adalah bentuk strategi juga dalam
mensosialisasikan pondok pesantren dan untuk mengenal lebih dekat
tentang Husnul Khotimah.
Dalam observasi ini, penulis juga menemukan kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan pada tahun 2016 ini dalam dokumentasi pribadi yaitu
seperti:
a. Membangun kemitraan dengan PEMDA, bentuk kegiatan
silaturrahim dengan Bupati dan Wakil Bupati, silaturrahim dengan
KAPOLRES, silaturrahim dengan KODIM dan silaturrahim
dengan Pimpinan DPRD. Frekuensi waktunya adalah tahunan
dengan tim pelaksana pimpinan yayasan dan pondok, penanggung
jawabnya adalah kadiv.
57
b. Membangun kemitraan dengan kemenag daerah, provinsi dan
pusat, bentuk kegiatan silaturrahim dengan kantor kemenag
Kuningan, silaturrahim dengan KANWIL kemenag Jawa Barat,
silaturrahim dengan Kementrian Agama RI. Frekuensi waktunya
adalah tahunan dengan tim pelaksana pimpinan yayasan dan
pondok, penanggung jawab kadiv.
c. Membangun relasi dengan Ormas (MUI, NU, PUI,
Muhammadiyah), bentuk kegiatan silaturrahim dengan MUI
Kabupaten Kuningan, silaturrahim dengan PC NU Kuningan dan
silaturrahim dengan Muhammadiyah Kuningan. Frekuensi
waktunya adalah tahunan dengan tim pelaksana pimpinan yayasan
dan pondok, penanggung jawab kadiv.
d. Silaturrahim tokoh masyarakat, bentuk kegiatan silaturrahim
dengan tokoh masyarakat Kecamatan/Desa Penyangga,
silaturrahim dengan tokoh masyarakat Kabupaten Kuningan dan
silaturrahim dengan Ulama-ulama besar di wilayah III Cirebon.
Frekuensi waktunya adalah tahunan dengan tim pelaksana
pimpinan yayasan dan pondok, penanggung jawab kadiv.
e. Membangun relasi dengan pondok pesantren, bentuk kegiatan
mengundang saat kegiatan yayasan. Frekuensi waktunnya adalah
insidentil dengan tim pelaksana pimpinan yayasan dan pondok,
penanggung jawab kadiv.
f. Penokohan Pengurus YHK dan pimpinan pondok, dengan bentuk
kegiatan menghadiri berbagai undangan kegiatan-kegiatan berskala
58
Kabupaten dan Provinsi. Frekuensi waktunya adalah insidentil
dengan tim pelaksana pimpinan yayasan dan pondok, penanggung
jawab kadiv.
g. Silaturrahim walisantri blankspot, dengan bentuk kegiatan
mensosialisasikan aturan pondok terkait blankspot. Frekuensi
waktunya adalah tahunan dengan tim pelaksana pimpinan yayasan
dan pondok, penanggung jawab kadiv.15
Selain silaturrahmi dengan walisantri blank spot, ada juga forum wali
santri yang diadakan setiap setahun sekali, upaya ini dilakukan selain
menjalin tali silaturrahim dengan wali santri, kegiatan ini juga dilakukan
untuk mensosialisasikan pondok pesantren. Kegiatan ini dulunya memang
dipegang dan yang membuat program tersebut adalah divisi humas pphk
sendiri, namun sekarang program ini dipegang langsung oleh yayasan
Husnul Khotimah sendiri.
“Sebenarnya kita mengadakan forum wali santri setiap setahun sekali, dulunya sih itu program yang diadakan humas cuman sekarang forum tersebut sudah dipegang sama yayasan sendiri”16
Forum wali santri ini juga sebagai media humas husnul khotimah dalam
memberikan informasi kepada masyarakat seperti informasi tentang
pembukaan pendaftaran santri baru, dari pihak yayasan husnul khotimah
yang menyampaikan bahwa pendaftaran santri baru akan dibuka dan
nantinya para wali santri memberikan informasi tersebut kepada
keluarganya, sahabatnya, dan tetangganya. Forum wali santri ini memiliki
15 dokumentasi pribadi divisi humas dan dakwah 16Wawancara pribadi dengan Sarwani, S.H, Kepala Humas Husnul Khotimah, 25
September 2016
59
group WA sebagai media komunikasinya. Selain informasi yang didapat di
acara forum wali santri informasi-infomasi lainnya didapat dari group WA
tersebut. Forum wali santri ini juga menjadi wadah untuk para orang tua
santri untuk memberikan pendapat dan masukan kepada yayasan baik dari
segi fasilitas ataupun yang lainnya.
“Kami Alhamdulillah menjalin hubungan baik dengan pengurus-pengurus husnul, karena disana mengadakan acara pertemuan antara pengurus husnul dengan orang tua santri, dan disana juga kita bias sharring memberikan pendapat dan masukan apa yang kurang dari husnul baik dari segi fasilitasnya ataupun yang lainnya.”17
Salah satu contoh dari memberikan pendapat dan masukan dari wali
santri itu sendiri adalah dengan membuat kupon untuk pengambilan nasi
dan lauk ketika jam makan santri. Dulunya sebelum ada kupon tersebut
para santri mengambil nasi dan lauk untuk makan dengan seenaknya
sehingga membuat kotor dan dan berantakan, namun dengan adanya
kupon tersebut semua santri yang akan mengambil makan tertib dan tidak
berantakan. Masukan yang dilakukan oleh orang tua santri tersebut sangat
bermanfaat dan dari pihak pesantren pun menerima masukan tersebut.
17Wawancara pribadi dengan Ali Nurdin, Orang Tua Santri, 26 september 2016
60
Gambar 4.4
Kegiatan Forum Wali Santri
Keterangan: ibu-ibu yang mengikuti pertemuan wali santri kelas x, gambar diambil dari
dari dokumen humas dan dakwah Yayasan Husnul Khotimah. gambar diambil dari
website Husnul Khotimah.
Keterangan: bapak-bapak yang mengikuti pertemuan wali santri kelas x, gambar
diambil dari dari dokumen humas dan dakwah Yayasan Husnul Khotimah.
gambar diambil dari website Husnul Khotimah.
61
C. Evaluasi Strategi
Menurut Fred R. David, evaluasi strategi merupakan tahapan di mana
keberhasilan yang telah tercapai dapat diukur kembali. Terdapat tiga hal yang
dilakukan dalam tahapan ini, diantaranya meninjau kembali faktor internal
dan ekternal, mengukur hasil, serta pengambilan aksi-aksi untuk dijadikan
perbaikan. Evaluasi yang dilakukan oleh divisi humas dan dakwah yayasan
husnul khotimah dalam mensosialisasikan pondok pesantren diantaranya
pengambilan aksi-aksi untuk dijadikan perbaikan. Di yayasan Husnul
Khotimah evaluasi kegiatan dinamai dengan musyawarah kegiatan.
Pada tahap strategi yang ketiga ini, pihak yang sering melakukan evaluasi
adalah divisi-divisi dari anggota humas. Dalam pelaksanaannya, evaluasi
kegiatan mensosialisasikan pondok pesantren ini dilakukan setiap tiga bulan
sekali.
“Tentu saja ada, kami setiap kegiatan melakukan evaluasi untuk menemukan solusi dari setiap kegiatan yang tidak berjalan dengan lancar dan kami pun mengadakan evaluasi setiap divisi karena setiap divisi mempunyai tanggung jawab masing-masing. Evaluasi disini dinamakan musyawarah kegiatan. Acara evaluasi ini dilakukan setiap tiga bulan sekali.”18
Dalam melakukan observasi dan wawancara yang penulis lakukan terdapat
tiga kegiatan yang dievaluasikan, yaitu seperti forum wali santri, pengelolaan
website dan pelatihan jurnalistik.
Dari ketiga kegiatan tersebut terdapat tiga tahapan dalam melakuka
evaluasi di yayasan Husnul Khotimah yaitu seperti:
18 Wawancara pribadi dengan Sarwani S.H, kepala humas Husnul Khotimah, 25 September 2016
62
1. Pelaporan
Pada tahap pelaporan hasil kegiatan, setiap divisi yang menjadi
penanggung jawab melaporkan setiap hasil dari kegiatan yang yang telah
berjalan. Salah satu contoh pada kegiatan forum wali santri, penanggung
jawab melaporkan setiap wali santri yang memberikan masukan dan
pendapat untuk pondok pesantren dan melaporkan jumlah pengeluaran
dana dari kegiatan tersebut.
Kegiatan lainnya yaitu pengelolaan website, para penanggung jawab
melaporkan kegiatan-kegiatan apa saja yang telah mereka posting di
webstie Husnul Khotimah, baik kegiatan dari pondok maupun kegiatan
yang dilakukan di luar pondok pesantren.
Kegiatan yang terakhir dalam pelaporan ini adalah pelatihan
jurnalistik, disini penanggung jawab melaporkan apakah pengurus-pengur
yang mengikuti pelatihan jurnalistik ini berhasil mengaplikasikannya atau
tidak.19
2. Musyawarah
Setelah pelaporan dari masing-masing penanggung jawab dari setiap
kegiatan evaluasi ini mengambil keputusan bersama yang telah disepakati
dalam memecahkan suatu masalah. Seperti pada kegiatan forum wali
santri para pengurus memusyawarahkan pendapat-pendapat dari para
orang tua, apakah meraka akan menerima pendapat dan masukan tersebut
19 Wawancara pribadi dengan Sarwani S.H, kepala humas Husnul Khotimah, 25 September 2016
63
atau tidak. Dan akhir dari musyawarah ini para pengurus setuju untuk
menerima masukan para wali santri dan melaksanakan masukan tersebut.20
3. Menemukan solusi
Dalam menemukan solusi, langkah yang dilakukan oleh para pengurus
yang mengikuti evaluasi adalah dengan mengetahui faktor pendukung dan
faktor penghambat, yaitu:21
a. Faktor pendukung
Dalam pelaksanaannya, ada beberapa faktor pendukung yang
membuat sosialisasi ini dapat terlaksana dengan baik. Di antara faktor
pendukung tersebut adalah sebagai beriku:
1. Adanya media-media yang bisa mempublikasikan
Media-media yang ada di yayasan Husnul Khotimah ini adalah
salah satu faktor pendukung dalam mensosialisasikan pondok
pesantren, apalagi di zaman yang serba digital sekarang ini media-
media yang digunkan humas yayasan husnul khotimah ini
menjadikan masyarakat lebih mudah untuk mengaksesnya, karena
bukan hanya bisa diakses didalam negri saja tapi juga bisa diakses
di luar negri juga. Terbukti dengan adanya santri dari luar negri
yang mondok di yayasan Husnul Khotimah ini.
20 Wawancara pribadi dengan Sarwani S.H, kepala humas Husnul Khotimah, 25 September 2016
21 Wawancara pribadi dengan Sarwani S.H, kepala humas Husnul Khotimah, 25 September 2016
64
Media-media yang yayasan husnul khotimah punya yaitu
seperti radio, majalah, bulletin, mading, website dan group Whats
App. Media-media tersebut digunakan untuk memberikan
informasi seputar pondok pesantren, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan santri dan pengurus. Selain itu media tersebut juga
membuka pendaftaran santri baru, ini lebih kepada website yang
bisa mengaksesnya.
2. Adanya dukungan dari alumni-alumni yayasan Husnul
Khotimah
Akses lain yang menjadi faktor pendukung dari
mensosialisasikan pondok pesantren ini adalah alumni-alumni yang
telah sukses. Dengan para alumni ini mereka juga memberika
informasi yang lebih detail mengenai pondok pesantren dari
pengalaman mereka mondok.
Alumnni-alumni ini dijadikan faktor pendukung karena dari
divisi humas dan dakwah ini memang ada programnya yaitu dari
divisi dakwahnya, divisi dakwah ini bertanggung jawab atas semua
alumni-alumni yayasan. Dengan begitu divisi dakwah ini bisa
menyuruh mereka untuk memberikan informasi kepada keluarga,
teman dan tetanggganya.
“Faktor pendukungnya yaitu dengan adanya media-media yang bisa mempublikasikan apa saja kegiatan-kegiatan yang ada di pondok pesantren ini dan terlebih lagi kami juga menjalin tali
65
silaturrahim dengan para alumni sehingga informasi tentang pesantren ini juga bisa di dapat dari para alumni pphk ini.”22
3. Adanya dukungan dari pihak intansi pemerintahan
Intensi pemerintahan seperti kapolres, bupati, kodim dan
DPRD ikut andil dalam sosialisasi pondok pesantren dan
memberikan dukungan selama prosesnya. Misalnya dengan intensi
pemerintahan tersebut bersilaturrahim ke yayasan itu sudah
menjadi daya tarik masyarakat untuk memondokan anak-anak
mereka ke yayasan Husnul Khotimah. Selain dukungan dari intansi
pemerintah juga ada lembaga-lembaga yang mendukung seperti
kemenag Kuningan, kemenag Jawa Barat, kemenag RI, MUI
Kuningan, PC NU Kuningan, Muhammadiyah Kuningan dan
yayasan-yayasan lainnya.
b. Faktor penghambat
1. Faktor dari dalam
Dalam melakukan sosialisasi pondok pesantren ini pihak humas
hanya mengalami sedikit hambatan ketika pelaksanaannya, yaitu
kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dikarenakan
anggota-anggota dari humas sendiri sudah memiliki bagiannya masing-
masing sehingga ketika pelaksanaan sosialisasi di lakukan kurang.
22 Wawancara pribadi dengan Sarwani S.H, kepala humas Husnul Khotimah, 25 september 2016
66
2. Faktor dari luar
Selain faktor penghambat dari dalam, penulis menemukan bahwa
adanya faktor penghambat dari luar seperti kabar-kabar negatif yang
beredar di masyarakat, diantaranya:
a. Husnul khotimah anti NKRI
Sesuai dengan wawancara dengan kepala humas sendiri bahwa
pandangan dari masyarakat dan kemenag pusat terhadap yayasan
Husnul Khotimah bahwa Husnul ini anti nkri, namun nyatanya
tidak. Kabar negatif ini dibantah oleh pihak yayasan dengan
membuat solusi dari permasalahan ini seperti mengundang orang-
orang kemenag untuk mengisi seminar yang telah diagendakan
oleh pihak humas. Setelah pihak dari kemenag ini mengisi seminar
tersebut mereka jadi tahu bahwa Husnul Khotimah ini mendukung
NKRI.
Dengan beredarnya berita negatif bahwa Husnul itu anti NKRI
menjadi salah satu penyebab sosialisasi yang dilakukan humas
Husnul Khotimah mengalami hambatan, namun dengan bijak
mereka dapat mengatasinya.
b. Husnul khotimah menganut alirah ahmadiyah
Selain beredarnya bahwa husnul ini anti NKRI ada juga kabar
negatif bahwa Husnul menganut aliran Ahmadiyah, kabar ini
beredar dikarenakan letak pondok pesantren husnul berdekatan
67
dengan masjid Ahmadiyah yang berdiri tegak dengan besarnya dan
memang masyarakat di sekitar masjid tersebut adalah orang-orang
Ahmadiyah.
Kabar negatif ini lebih fatal dari kabar bahwa husnul anti
NKRI, karena aliran Ahmadiyah ini adalah aliran yang sesat
menurut agama Islam. Namun, humas Husnul membantahnya
dengan mengatakan bahwa dengan adanya yayasan Husnul
Khotimah ini untuk mencegah adanya Ahmadiyah di desa Manis
Kidul dan pihak humas juga melakukan kerja sama dengan
masyarakat supaya membuka usaha untuk para santri-santri Husnul
Khotimah seperti mini market, laundry dan lain-lain.
Selain dengan melakukan kerja sama dengan masyarakat, pihak
humas juga mengadakan pengajian bagi masyarakat Manis Kidul
supaya mereka lebih memahami Islam yang sebenarnya. Karena
pernah ada masyarakat yang mulai mengikuti aliran Ahmadiyah.
Evaluasi ini menjadi kegiatan yang penting bagi divisi humas,
karena dengan diadakannya evaluasi ini para penanggung jawab
(PJ) setiap kegiatan dapat melakukan pembaharuan-pembaharuan
demi kelangsungan kegiatan mensosialisasikan pondok pesantren.
Salah satunya adalah pengelolaan website. Dengan pengelolaan
website ini humas bisa memberikan berbagai informasi seputar
pondok pesantren kepada masyarakat dan kini masyarakat pun bisa
68
mengakses informasi tersebut dengan mudah walau di daerah-
daerah yang berbeda.
Selain dari segi pembaharuan dalam pengelolaan website,
melalui tahapan evaluasi ini juga mendapatkan ide untuk
menambahkan beberapa kegiatan untuk memaksimalkan sosialiasi
pondok pesantren kepada masyarakat luas, yaitu dengan berupa
kegiatan pelatihan jurnalistik. Pelatihan jurnalistik ini dibuat
sekitar beberapa tahun yang lalu untuk memaksimalkan sosialisasi,
dengan pelatihan ini dari pihak humas mengundak beberapa
jurnalis untuk mengajarkan ilmu jurnalistik yang baik dan benar.
Selain mengevaluasi semua hasil kinerja para divisi, dalam
evaluasi kegiatan sosialisasi ini juga dilakukan transparasi
keuangan berupa pemasukan dan pengeluaran selama kegiatan-
kegiatan yang berlangsung. Transparansi ini dilakukan oleh
bendahara.
Seteleh melakukan penelitian ini penulis juga menemukan
perubahan dari sebelum dan sesudah divisi humas Husnul
Khotimah membuat strategi untuk memsosialisasikan program
unggulan pondok pesantren yaitu, sebelum humas di Husnul
Khotimah melakukan atau merencanakan strategi-strategi yang
dijelaskan sebelumnya untuk mensosialisasikan program unggulan
pondok pesantren itu cukup sulit. Namun, setelah adanya
perumusan strategi implementasi dan evaluasi tersebut divisi huma
69
cukup berhasil, seperti salah satu strateginya yaitu pengelolaan
website. Dari pengelolaan website ini masyarakat bisa tahu apa
saja yang menjadi keunggulan dari pondok pesantren Husnul
Khotimah ini, selain itu strategi forum wali santri juga dikatakan
cukup berhasil, karena dengan adanya kegiatan tersebut, para wali
santri bisa menjalin tali silaturrahim dengan para pengurus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan temuan data dalam penelitian ini, maka
penulis dapat menarik kesimpulan dari strategi humas Yayasan Husnul
Khotimah dalam mensosialisasikan pondok pesantren, yakni:
1. Perumusan Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah
Tahapan pertama, perumusan strategi humas yang dilakukan adalah
dengan bekerja sama dengan media baik yang lokal maupun yang non
lokal. Disini humas Husnul Khotimah bekerja sama dengan Radar
Cirebon. Kemudian, mengelola website yang dimiliki oleh yayasan Husnul
Khotimah. Website ini digunakan untuk memberikan informasi seputar
kegiatan pondok pesantren. Terakhir, bekerja sama dengan lembaga-
lembaga yang ada di indonesia salah satunya yaitu dengan kemenag, baik
yang pusat maupun yang di daerah.
2. Implementasi Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah
Tahap kedua, implementasi strategi humas yang dilakukan adalah
melakukan kegiatan dari segi internal dan kegiatan dari segi eksternal.
Kegiatan yang masuk kedalam internal adalah seperti melakukan publikasi
tentang kegiatan-kegiatan santri di yayasan Husnul Khotimah ataupun
kegiatan santri yang mengikuti lomba. Seain kegiatan santri juga kegiatan-
kegiatan yang dilakukan yayasan Husnul Khotimah.
70
71
Sedangkan kegiatan yang masuk kedalam eksternal adalah melakukan
kunjungan-kunjungan ke lembaga-lembaga yang memang bersangkutan
dengan yayasan Husnul Khotimah seperti kemenag pusat, kemenag daerah
dll. Selain melakukan kunjungan ke ke lembaga-lembaga, ada juga
kegiatan yang lainnya seperti pelatihan jurnalistik. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara mengundang seorang jurnalis untuk mengajari divisi humas
dalam bidang jurnalistik. Dan terakhir ada juga kegiatan forum wali santri
yaitu untuk menjalin silaturrahmi yang erat. Dengan adanya kegiatan ini
orang tua saantri bisa memberikan masukan dan pendapat untuk yayasan.
3. Evaluasi Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah
Tahap ketiga, evaluasi strategi humas yang dilakukan adalah melihat
faktor pendukung dan faktor penghambat, baik itu yang terdapat dalam
internal maupun yang eksternal. Faktor pendukung tersebut adalah adanya
media-media yang bisa dipublikasikan yaitu seperti radio, majalah,
bulletin, mading, website, dan group whats app. Media-media tersebut
digunakan untuk memberikan informasi seputar pondok pesantren baik
kegiatan santi maupun pengurusnya. Selain itu media tersebut juga
membuka pendaftaran santri baru, ini lebih kepada website yang
mengaksesnya.
Adanya dukungan dari alumni-alumni yang telah membaur dengan
masyarakat ini juga menjadi faktor pendung dari mensosialisasikan ondok
pesantren. Karena para alumni ini juga bisa memberikan informasi tentang
72
Husnul Khotimah. Terakhir adalah adanya dukungan dari pihak intansi
pemerintahan.
Evaluasi dapat dilakukan setelah kegiatan selesai atau evaluasi dapat
dibahas pada musyawarah kegiatan yang dilakukan setiap tiga bulan
sekali. Dengan para divisi harus melaporkan apa hasil dari kegiatan-
kegiatan tersebut.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini peneliti mencoba memberika beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Kepada humas yayasan Husnul Khotimah meski dengan dukungan dari
website yang dirasa oleh pihak humas adalah salah satu alat yang
paling efektif untuk mensosialisasikan pondok pesantren, ada baiknya
untuk memberikan banyak informasi melalui majalah, brosur dll untuk
masyarakat yang tidak mengerti informasi digital.
2. Kepada para akademisi, strategi humas yang dapat diterapkan atau
dilakukan oleh para humas dapat berbeda-beda dari setiap humas yang
ada di lembaga ataupun organisasi yang lain. Perlu juga
memperhatikan dasar atau asas dalam menentukan strategin humas
yang akan dilakukan. Para akademisi dapat menentukan hal-hal apa
saja yang harus atau wajib ada dalam pembahasan strategi humas.
73
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anggoro, M. L. Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
David, F. R. (2007). Strategic Management Concepts and Cases Thriteenth Edition. New Jersey: Pearson Education Inc.
Dhofier, z. (1983). Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3FS.
Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Rosdakarya.
Geogory, A. (2004). Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Jakarta: Erlangga.
H. Frazier Moore, P. (2005). Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Jefkins, F., & Yadin, D. (2003). Public Relations edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Kamus Besar Indonesia edisi ketiga. (2007). Jakarta: Balai Pustaka.
Kusumastuti, F. (2002). Dasar-dasar Hubungan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.
Madjid, N. (1997). Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.
Mahmud, M., & dkk. (2007). Manajemen Humas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Mastuhu. (1998). Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, Tujuan Antar Disiplin Ilmu. Bandung: Pusjarlit dan Nuans.
Meoloeng, L. J. (1993). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Morissan. (2006). Pengantar Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional. Jakarta: Ramdina Prakasa.
Mulyaningsih, M. (2014). Strategi Public Relations Rabbani dalam Mensosialisasikan Busana Muslim Modern. UIN Jakarta: tidak diterbitkan.
Oliver, S. (2006). Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga.
Ruslan, R. (2002). Manajemen Humas & Komunikasi Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
74
Silviah, F. (2014). Strategi Humas Front Pembela Islam (FPI) dalam Memperbaiki Citra Publik Melalui Media Massa. UIN Jakarta: tidak diterbitkan.
Suyakhmad, W. (1986). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsiti.
Widjaja, H. (2008). Komunikasi: Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.
B. Wawancara Pribadi dan Dokumentasi Pribadi
Dokumen pribadi Divisi Humas dan Dakwah
Dokumen pribadi Yayasan Husnul Khotimah
Wawancara pribadi dengan Ali Nurdin, orang tua santri yayasan husnul khotimah, pada 26 September 2016, di kediaman Ali Nurdin Cirebon.
Wawancara Pribadi dengan Dian Ekawati, SKM, Sekretaris Humas dan Dakwah yayasan husnul khotimah, pada 31 Agustus 2016, di kantor Divisi Humas dan Dakwah Kuningan.
Wawancara pribadi dengan Sarwanai, SH, Kepala Humas dan Dakwah yayasan husnul khotimah, pada 25 September 2016, di kantor Divisi Humas dan Dakwah Kuningan.
C. Internet
http://www.cumikriting.com/2012/02/pesantren-husnul-khotimah-cirebon.html diakses pada Tanggal 11 Agustus 2016 Pukul 10.42 WIB
http://husnulkhotimah.sch.id/category/santri/alumni Diakses pada Tanggal 11 Agustus 2016 Pukul 10:30 WIB
http://www.radarcirebon.com/warga-jepang-nyantri-di-ponpes-husnul-khotimah.html Diakses pada Tanggal 11Agustus 2016, Pukul 13:52 WIB
http://repository.upi.edu/15387/ Diakses pada Tanggal 7 juni 2016, Pukul 11:40 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi diakses pada Tanggal 14 September 2016 Pukul 12.00 WIB
http://husnulkhotimah.sch.id/profil-pondok-pesantren-husnul-khotimah.htmlDiakses pada Tanggal 20 Juli 2016, Pukul 11:09 WIB
http://www.radarcirebon.com/4-santri-juara-kompetisi-sains-tingkat-internasional.html Diakses pada Tanggal 28 Oktober 2016, Pukul 11:07 WIB
http://husnulkhotimah.sch.id/wp-content/uploads/2016/10/banner300psb.gif Diakses pada Tanggal 28 Oktober 2016, Pukul 11:18 WIB
Hasil Wawancara
Narsum : Sarwni, S.H (kepala humas PPHK)
Hari/Tgl : Minggu, 25 september 2016
Tempat : Kantor divisi humas dan dakwah
1. Q: Bagaimana strategi yang dilakukan humas pondok pesantren?
A: kalo strategi yang kami lakukan untuk memasarkan atau
mensosialisasikan pesantren itu yang pertama kita menjalin kerja sama
dengan media baik yang lokal maupun yang nasional, kita kerja sama
dengan radar Cirebon, pikiran rakyat dan dengan media-media yang lain.
Kemudian yang kedua kita juga punya website husnul khotimah itu yang
kita jadikan ajang sosialisasi tentang husnul khotimah. Baik dari segi
prestasinya maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan di husnul khotimah
dan sebagainya. Kemudian yang ketiga kita juga melakukan kerja sama
dengan berbagai lembaga yang ada indonesia ya, yang pertama kita lewat
silaturhim ke kemenag pusat untuk menjelaskan husnul khotimah yang
sebenarnya karena mereka tidak tahu ya, seolah-olah itu kesan dari sana
husnul khotimah itu anti NKRI katanya, itu kesan dari kemenag dan dari
luar tapi pas kita silaturahim kesana oh ternyata kemudian kita undang
yang dari kemangnya itu ke husnul khotimah langsung, dia disuruh jadi
pembicara disini dalam sebuah seminar dan menyaksikan seperti apa
husnul khotimah, nah dengan demikian berubahlah persepsi mereka
tentang husnul. Oh ternyata husnul bukan antri NKRI justru husnul
khotimah mendukung NKRI di pondok pesantren. Itulah strategi yang kita
lakukan untuk mensosialisasikan pesantren.
2. Q: Adakah tahap-tahap tertentu untuk melakukan strategi?
A: kalo untuk tahap-tahapan untuk melakukan strategi itu seperti yang tadi
saya jelaskan kami memiliki tiga tahapan yang penting yang saya sebutkan
tadi.
3. Q: Adakah hambatan saat melakukan sosialisasi pesantren ? bagaimna
solusinya?
A: ya pastinya ada hambatan yang terjadi saat melakukan kegiatan-
kegiatan yang kami lakukan, seperti kurangnya SDM yang ada disini
sehingga tidak bisa utuk melakukan semua kegiatan dengan maksimal.
Solusi yang kami lakukan yaitu dengan mencoba memaksimalkan apa
yang bisa kami lakukan sehingga kegiatan yang kami lakukan bisa
terlaksanakan dengan baik dan bisa diterima oleh semua orang.
4. Q: Apa saja yang menjadi faktor pendukung dari strategi tersebut? A: faktor pendukungnya ya itu dengan adanya media-media yang bisa
mempublikasikan apa saja kegitan-kegiatan yang ada di pondok pesantren
ini dan terlebih lagi kami juga menjalin tali silaturahmi dengan para
alumni sehingga informasi tentang pesantren ini juga bisa di dapat dari
para alumni pphk ini.
5. Q: apa peran dan fungsi humas di pondok pesantren husnul khotimah?
A: untuk peranan humas sendiri disini bisa dikatan kalau humas
bertugaskan untuk memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan di pondok pesantren ini. Namun kalo untuk fungsi dari humas
itu sendiri yaitu untuk menarik simpati masyarakat agar lembaga dapat
dikenal publik dengan baik. Ya bisa dilihat nanti di dokumen yang ada di
humas selebihnya.
6. Q: Apa saja kegiatan yang telah dilakukan dalam mensosialisasikan
pondok pesantren baik dari segi internal maupun eksternal?
A: kalo dari segi internal sih kita sudah melakukan publikasi tentang
kegiatan-kegiatan santri ataupun kegiatan-kegiatan yang ada di pphk ini
contohnya kemarin pas hari raya idhul adha kami mempublikasikan
perayaan qurban yang dilakukan disini. Selain itu, humas juga
mempublikasikan lomba-lomba yang di ikuti santri dan juara-juara yang
mengikutin lomba dari manapun dan dari bidang apapun. Kalo dari segi
eksternalnya sih kami melakukan kunjungan ke kemenag untuk tetap
menjalin silaturahmi dan untuk lebih mengenalkan secara langsung
tentang pphk kepada mereka.
7. Q: Adakah evaluasi dari semua kegiatan?
A: tentu saja ada kami setiap kegiatan melakukan evaluasi untuk
menemukan solusi dari setiap kegiatan yang tidak berjalan dengan lancar
dan kamipun mengadakan evaluasi setiap divisi karena setip divisi
mempunyai tanggung jawab masing-masing. Evaluasi disini dinamakan
musyawarah kegiatan dan acara evaluasi ini dilakukan setia tiga bulan
sekali.
8. Q: Seberapa berpengaruh humas di pphk ini?
A: yah kalo dilihat dari grafiksih ya ngga ketahuan ya soalnya dari luarkan
tidak ketahuan, tapi kalo dilihat dari segi kepengurusan ya mungkin
pengaruh humas di pphk cukup besar, karena bagaimanapun humaslah
yang cukup banyak mengambil peran dalam memberikan informasi
seputar pondok pesantren.
9. Q: Apakah sarana untuk menjalankan tugas humas sudah memadai di
pphk?
A: kalo untuk masalah sudah memadai atau tidak sarana yang dimiliki
saya sebagai kepala humas tidak bisa menentukan, ya mungkin bisa
dibilang kalo sarana yang kami punya cukup memadai. Walaupun masih
ada yang kurang.
10. Q: Jenis media apa saja yang digunakan untuk mensosialisasikan pondok
pesantren? dan mana yang lebih efektif?
A: media yang kami gunakan adalah radio, majalah, bulletin, mading,
website dan hubungan dengan wartawan. Kalo yang lebih efektif menurut
saya yang pertama adalah website karena sekarang-sekarang ini cukup
banyak juga masyarakat yang mengakses website kami dan yang kedua
media yang efektif yaitu hubungan dengan HRD media-media lokal
seperti radar Cirebon kan kami juga mengakses informasi dikoran radar
Cirebon.
11. Q: Apakah bapak juga melakukan pendekatan kepada wali santri? Kalo iya
bagaimana caranya?
A: sebenarnya kita mengadakan forum wali santri setiap setahun sekali,
dulunya sih itu adalah program yang diadakan humas cuman sekarang
forum tersebut sudah dipegang sama yayasan sendiri. Forum wali santri ini
sebenarnya juga media humas untuk memberikan informasi kepada
masayarakat, contonya kemarin pas pembukaan pendaftaran santri baru
kami memberitahukan informasi tersebut kepada wali santri dan nanti wali
santri tersebut membagikan informasi tersebut ke teman-teman mereka.
Selain itu forum wali santri ini sendiri memiliki group Whats App (WA)
sehingga mereka bisa tetap menjalin komunikasi yang baik dengan pihak
pesantren. Namun group WA itu cuman wali santri dengan guru-guru wali
kelas anak-anak mereka sehingga kami tidak tahu informasi
selenggakapnya mengenai forum wali santri itu.
12. Q: Bagaimana pandangan dari masyarakat luar tentang pphk
sepengetahuan bapak?
A: ya seperti yang tadi saya bilang kalo pandangan masyarakat luar
tentang pphk ini belum tentu yang positif semua ada yang juga negatifnya
seperti yang saya contohkan tadi kalo pphk ini anti RKRI dan sebagainya.
13. Q: Sebelumnya pernah beredar kabar kalo pphk menganut aliran ahmadi
apakah benar? Solusinya bagaimana?
A: justru dengan adanya pphk ini untuk mencegah adanya ahmadiah di
desa manis kidul ini, jadi sebenarnya masyarakat yang menganut
ahmadiah ini kan di daerah manislor nah sedangkan pphk ini di desa manis
kidul jadi itulah yang membedakannya. Pphk ini sangan anti ahmadiah
karena ahmadiah ini kan bukan agama islam ajarannya pun sesat dan
ahmadiah ini kan lahir bukan karena pemahaman masyarakat tapi karena
turunan juga. Nah dari itu pphk ini selalu mengadakan pengajian untuk
menjelasakan kepada masyarakat yang ada di desa manis kidul agama
islam yang sebenarnya itu bagaimana karena memang pernah ada
masyarakat disini yang mulai mengikuti ajaran tersebut dan akhirnya
membaca syahadat lagi menyadari kalo ajarannya sesat. desa manis kidul
ini memang bertetanggaan dengan desa manislor dan kamipun sempat
mengadakan kumpulan dengan para ketua-ketua ahmadi untuk
memberikan solusi. yah namun mereka tetap dengan keyakinan mereka.
Penulis Narasumber
(Diana Amelia) (Sarwani S.H)
Hasil Wawancara
Narsum : Ali Nurdin (orang tua santri)
Hari/Tgl : Senin, 26 september 2016
Lokasi : Kediaman bapak Ali, di Cirebon
1. Q: Apa yang menjadi alasan mendaftarkan anak bapak di pesantren husnul
khotimah?
A: alasan untuk mendaftarkan di pindok pesantren itu ya otomatis kita ada
niali plus, ada nilai lebihnya. Jadi kalo disekolahkan di sma atau di smp itu
hanya kebanyakan mengisinya hanya ilmu pengetahuan saja sementara
kalo ke pondok pesantren ada banyak nilainya seperti keagamaan, belum
lagi kalau di pondok maaf kewajiban orang tua kepada anaknya itu kan
adalah memenuhi ilmu pengetahuan dan teknologi, kemudian memadati
hatinya dengan iman dan takwa, kemudian mengisi perutnya dengan
makanan yang halal dan yang keempat ini untuk membungkus badannya
dengan pakaian yang rapih itu kewajiban orang tua kepada anakanya. Nah
maka otomatis banyak orang tua yang tidak mampu mendidik anaknya,
kadang-kadang anak melawan sama orang tuanya karena kesibukan orang
tuanya. Sehingga orang tua kurang kontrol terhadap anaknya agamanya,
ataupun solatnya, maka kita harus bekerja sama dengan pondok pesantren
jadi nanti kita menitipkan anak kita kepada pondok pesantren. Nih pak
kiayi saya titip anak saya silahkan pak kiayi padati otaknya dengan ilmu
agama dan teknologi, padati hatinya dengan iman dan takwa biar kami
sebagai orang tua yang membungkus badannya dengan pakaian yang rapih
dan mengisi perutnya dengan makanan yang halal. Jadi kita kerja sama
orang tua hanya bisa memberikan makanan yang halal dan membungkus
badannya dengan pakaian yang rapih sedangkan pesantren mengisi otak
dan hatinya dengan agama iman dan takwa. Itu yang kadang-kadang kita
tidak mampu. Kalau di pesantrenkan ngaji dan ibadah anak kita sudah
terjamin, apalagi di husnul kan ada bahasa arabnya, bahasa inggrisnya
komputernya, kemudian kalau dipondokkan belajar mandiri, belajar jauh
dari orang tua. Jadi akan ada bedanya antara anak yang keluaran pondok
pesantren dengan yang tidak keluaran dari pondok pesantren. Jadi itulah
kenapa kami memasukan anak ke pondok pesantren.
2. Q: Bagaimana pendapat bapak tentang pondok pesantren husnul
khotimah?
A: ya pondok pesantren husnul khotimah tadi kan punya nilai plus
dibandingkan dengan pesantren yang lain, pondoknya pondok modern
mungkin lah anak cabang dari ini dari gontor, kalo misalkan dimana tuh di
ciwaringin sama dibuntet dia keluarannya tidak maaf nih di Ciwaringin
apa di Buntet hafalan al-Qurannya pun tidak diperhatikan. Tetapi kalau di
husnul tentang hafalan al-Quran atau tahfidz Quran itu sangat diperhatikan
bahkan setiap ada wisudaan di husnul itu kan suka ditampilkan yang
hafidz berapa orang yang hafal satu juz atau tiga juz itu suka ditampilkan
beda dengan misalnya di Ciwaringin atau di Buntet itukan tidak
ditampilkan. Jadi ada nilai plusnya kemudian di pondok salaf itu masalah
bahasa pun kurang diperhatikan, namanya juga di pondok salaf berbeda
dengan di husnul bahasa inggris dan bahasa arabnya sehari-hari kemudian
anaknya itu dituntuk untuk hafal al-quran. Jadi pondok pesantren husnul
itu baguslah, hanya mungkin karena pondok ini modern jadi tidak hanya
satu paham yang diambil, tentunya berbagai paham beda kalo dengan
pondok salaf seperti di Ciwaringin dan Buntet itu hanya mengambil satu
paham saja yaitu paham Imam Syafi’i, kalau dalam bidang aliran aliran itu
kan dalam bidang aqidah, kalo bidang aqidah itu jelas ahli sunah wal
jamaah. Jadi di Indonesia itu ada organisasi-organisasi islam seperti NU,
Muhamadiyah, PERSIS itu kan organisasi-organisasi Islam yang ada di
Indonesia, kalau dalam bidang aqidahnya itun semua ahli sunah wal
jamaah, kan aliran-aliran itu ada aliran ahli sunah wal jamaah, ada al-
maturidiyah, ada syi’ah, zabariah, qodariyah kemudian ada jizmiyah dsb.
Nah nanti semua aliran dan semua organisasi Islam yang ada di indonesia
itu pemikirannya itu tetap ahli sunah wal jamaah. Adapun dalam bidang
fiqihnya dalam bidang ibadah itu madzhabnya kepada Imam as-Syafi’i,
karena empat madzhab ini yang diakui oleh dunia yaitu Imam as-Syafi’i,
Maliki, Hanafi dan Hambali. Jadi kalau di pesantren salaf itu hanya satu
dalam bidang aqidahnya ahlu sunah wal jamaah, dalam bidang fiqih nya
madzhab Imam as-Syafi’i, sementara di husnul semua madzhab diambil.
Jadi itulah yang menjadi nilai plus husnul khotimah.
3. Q: Apakah sosialisasi yang dilakukan humas di pphk sudah maksimal?
A: kalau masalah apakah sosialisasi yang dilkukan humas husnul sudah
maksimal apa belum, ya menurut saya sih sudah bagus, bisa dilihat dari
segi manajemennya husnul sudah bagus dibanding dengan pondo-pondok
lain yang ada disini, terbukti juga husnul itu mengenai muridnya itu
banyak, bahkan antara yang daftar dengan yang diterima bisa melebihi
quota, itu membuktikan bahwa daya tarik mereka dan informasi mereka
itu sudah banyak yang sampai entah itu melalui internet dan sebagainya itu
bisa saja banyak yang tahu tentang di husnul, lain halnya dengan pondok-
pondok yang lain contoh pondok pesantren ‘Ainu ar-Rafiq walaupun
pesantren ini juga luas namun untuk mensosialisasikannya kurang
sehingga informasi tentang pondok tersebut tidak sampai kepada
masyarkata banyak, karena di pondok pesantren yang tradisionalkan hanya
mengkaji ngajinya, adabnya, adabnya bagaimna bertemu dengan orang tua
bagaimna bersosialisasi dengan masyarakat. Kalau di husnulkan itu ada
orang tua santri yang menjenguk tidak pernah ingin tahu, disana kalau kita
lihat ya. Ya kalu di pondok-pondok tradisional itu siapapun orang tua yang
mereka lihat, mereka sangat santun, sangat hormat, tapi kalu di husnul sih
kalau mau lewat ya dia lewat saja, dia mau lari ya lari saja di depan orang
tua santri, itu mungkin yang tidak mereka terapkan di husnul. Jadi kalau
mengenai akhlaknya itu kurang, termasuk anak saya sendiri. Waktu itu
kalau ga salah ketika dia masih kelas dua smp masa dimana lagi bandel-
bandelnyakan, saya duduk disini, dia lewat, lewat saja sekali saya diemin
kedua kalinya saya selengkat kakinya sampai dia mau jatoh, seperti itu
kamu diajarkan di pondok. Jadi ada plus minusnya anatar pondok
pesantren husnul dengan pondok yang lain.
4. Q: Bapak tahu dari mana pondok pesantren husnul ini?
A: tahu pondok pesantren husnul itu saya kan punya program di rumah ini
anak saya harus masuk pondok semua nah terus pemikiran saya waktu itu
gini ga mungkin anak yang seumuran anak saya, anak nakal baru
dipondokin itu pemikiran orang tua yang lain dan kenapa anak baik
dipondokin, dia kan kebetulan pinter diantara temen-temennya, orang tua
yang lain pada nanya ngapain pak anaknya dimasukin pondok, nah saya
waktu itu menemukan pondok itu pas anak saya kelas empat SD, kita
jalan-jalan itu ke pondok lihatnya, pondok ini, pondong itu sampai di
pondok husnul, kita main kesana dan ternyata kaya yang dimalang ko kaya
di wijaya suasananya, nah dari situ kita ngobrol ternyata ada pondok
disitu, dan ngobrol sama sodara yang memang baru masuk husnul juga.
Jadi intinya kita tahu pondok pesantren ini awalnya dari jalan-jalan.
Sebelumnya sudah ke pondok-pondok yang lain kurang pas, namun ketika
melihat husnul saya tertarik untuk memasukan anak saya disitu, anaknya
juga tertarik juga mondok disitu dan kebetulan juga ada mamangnya yang
baru masuk disitu. Banyak sih pertimbangan waktu itu karena anak saya
itu apik banget, ga bisa kalau gelas ataupun piring itu bercampur dengan
yang lain. Jadi saya itu khawatir bisa ga ya dia mondok dan saya saat itu
mencari pondok yang memang anak saya bisa beradaptasi disana.
5. Q: Pphk ini memiliki beberapa media untuk informasi seperti FB, Website,
Twitter dll, apakah bapak pernah mengaksesnya? Kalau pernah
tanggapannya bagaimana?
A: kalau untuk yang berhubungan dengan informasi digital ini kami tidak
pernah mengaksesnya karena memang saya dan istrinya tidak tahu
bagaimna cara untuk mengaksesnya, ya bisa dibilang gaptek untuk
masalah teknologi apalagi internet. Jadi kami tidak pernah mengakses
salah satu dari informasi yang ada di internet tersebut.
6. Q: Apakah bapak pernah mendengar berita negatif tentang pphk?
Bagaimana tanggapannya?
A: kalau mendengar berita negatif sih, negatif kalau yang memandangnya
itu pondok yang salaf itu. Karena beda fahamnya itu jadi ada berita
negatifnya, misalkan seperti NU dan Muhamadiah mereka memandang
satu sama lain ada negatifnya sama halnya dengan pondok pesantren
husnul dan pondok lain, dan cuman kalau di husnul itu anatara pengurus
yang satu dengan yang lainnya itu kurang harmonis walaupun dari segi
manajemennya bagus ya. Ya tapi belom tahu juga sih sebenarnya
bagaimana di dalam kepengurusannya bagaiamana. Jadi kalau ingin
menghindari berita negatif ya kita harus menyesuaikan dengan masyarakat
disekitar kita sehingga terhindar dari berita-berita negatif.
7. Q: Apakah bapak sebagai wali santri menjalin hubungan baik dengan
pengurus-pengurus pphk?
A: ya kami alhamsulillah menjalin hubungan baik dengan pengurus-
pengurus husnul, karena disana mengadakan acara pertemuan antara
pengurus dengan orang tua santri, dan disana juga kita bisa sharring
memberikan pendapat dan masukan apa yang kurang dari husnul baik dari
fasilitasnya ataupun yang lainya. Jadi kita dengan pertemuan orang tua
santri itu kita menjalin hubungan baik dengan pengurus-pengurus yang
ada di husnul.
8. Q: Pphk ini kan berbasis dakwah dan tarbiyah, apakah menurut bapak
sudah memenuhi kriteria tersebut?
A: kalau tarbiyahnya sih itu sudah jelas, sudah memenuhi lah ya sudah
keliatan bagus, anak-anaknya juga hasil keluarannya juga bagus, kalau
dakwahnya pun juga mungkin agak kurang kelihatan, bisa saja mungkin
misalnya ustadz maulana keluaran darimna, karena memang kita tidak tau
orang-orang yang tukang dakwah itu kan banyak jadi kalau menurut saya
dari segi dakwahnya tidak terlalu kelihatan dibandingkan dengan
kerarbiyahannya yang ada di husnul khotimah.
Penulis Narasumber
(Diana Amelia) (Ali Nurdin)
Lampiran
Bapak Sarwani, SH selaku kepala humas
top related