standar operasional prosedur...
Post on 19-Aug-2019
305 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)SEKSI PEMELIHARAAN TERNAK (PT)
BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANGDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
BET
Balai
Embrio Ternak C
ip
elang
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
SEKSI PELAYANAN TEKNIS PEMELIHARAAN TERNAK
Tugas utama di dalam pemeliharaan ternak meliputi sanitasi ternak dan lingkungan
kandang, pemberian pakan ternak baik hijauan maupun pakan tambahan (konsentrat),
penyediaan air minum, pemeliharaan ternak berdasarkan umur atau status ternak (sapi
donor, resipien, dara, bunting, pejantan, dan pedet), melakukan pengukuran berat badan,
BCS (Body Condition Score), dan uji performance serta rekording segala kegiatan
berhubungan dengan kondisi ternak. Uraian kegiatan yang dilakukan unit perawatan
ternak sapi adalah sebagai berikut:
A. PROSEDUR PEMELIHARAAN SAPI DONOR DAN RESIPIEN
1. Prosedur Sanitasi Kandang
Secara umum kegiatan harian perawatan sapi donor dan resipien meliputi, pembersihan
kandang dan lingkungannya, pembersihan tempat pakan dan minum, memandikan sapi,
perawatan/pemotongan kuku dan bulu, serta melakukan pelepasan sapi untuk kegiatan
exercise.
Pembersihan atau sanitasi kandang dilakukan 2 kali dalam 1 hari oleh petugas kandang
yaitu pada pagi mulai jam 06.30 dan sore hari pada jam 14.30. Kegiatan pembersihan
kandang meliputi pembersihan kotoran ternak (faeces) yang ditampung pada tong ataupun
langsung dialirkan melalui saluran pembuangan menuju kebun rumput. Kotoran yang
ditampung di tong akan dijadikan sebagi pupuk organik untuk tanaman rumput. Kegiatan
selanjutnya adalah menyemprot dan menyikat lantai dan dinding kandang sampai bersih
dengan menggunakan sikat dan air yang diikuti oleh kegiatan membersihkan sisa pakan
dari tempat pakan dan mengganti dan membersihkan tempat air minum. Selain kegiatan
diatas dilakukan juga pembersihan langit-langit dan tembok di sekitar lingkungan kandang
satu minggu sekali.
2. Prosedur Sanitasi Ternak
Sanitasi ternak dilaksanakan bersamaan dengan proses sanitasi kandang dan dilakukan
dua kali setiap hari oleh petugas kandang pada pagi dan sore hari. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pembersihan sisa kotoran/feces yang menempel pada tubuh ternak
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 2
dengan cara menyemprot dan menyikat tubuh ternak mulai dari badan hingga kaki/kuku
ternak. Tujuannya yaitu agar performance dan kondisi ternak selalu dalam keadaan bersih
dan terawat.
3. Prosedur Pemberian Hijauan Pakan Ternak (HPT) da n Konsentrat.
Pemberian pakan hijauan dilakukan setelah pekerjan sanitasi kandang dan ternak telah
selesai dilakukan. Pemberian pakan hijauan dilakukan 2 kali dalam sehari. Pemberian
pagi hari dilakukan jam 08.00 dan pemberian sore hari dilakukan pada jam 15.00.
Pemberian pakan hijauan untuk sapi donor dan resepien sebanyak 10 % dari bobot badan
atau di sesuaikan dengan kondisi fisiologinya. Jenis pakan hijauan yang tersedia adalah
King grass, Brachia Decumbens, Star Grass dan rumput lapang lain. Pada saat terjadi
kekurangan HPT maka pakan hijauan akan ditambahkan silase tidak lebih dari 20%
hijauan.
Gambar 1. Pemberian HMT
Pemberian pakan konsentrat diberikan satu kali dalam sehari yaitu pada siang sekitar jam
13.00. Pemberian konsentrat untuk sapi donor dan resepien yaitu sebanyak 1 % dari bobot
badan atau disesuaikan dengan kondisi fisiologisnya. Pakan konsentrat yang diberikan
untuk sapi donor mempunyai kandungan protein kasar minimal 16% dan untuk sapi
resipien minimal 14%.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 3
Gambar 2. Pemberian Konsentrat
4. Prosedur Pemberian Air Minum
Pemberian air minum dilakukan setelah bak air minum dibersihkan setiap hari. Air minum
diberikan secara adlibitum dan ketersediaannya harus selalu ada dalam kondisi bersih dari
kotoran atau sisa pakan yang tersisa.
B. PROSEDUR PEMELIHARAAN SAPI BUNTING DAN SAPI DARA (CALON BIBIT).
1. Prosedur Pemeliharaan Sapi Bunting
a) Perawatan Sapi Bunting
Pemelihraan sapi bunting merupakan hal yang penting dalam manejemen pemeliharaan.
Sapi yang telah dinyatakan bunting pada pemeriksaan kebuntingan dipisahkan dalam
kandang khusus sapi bunting. Hal ini diperlukan untuk mempermudah perawatan secara
intensif dan mencegah terjadinya trauma.
b) Pemberian Hijauan, Konsentrat dan Air Minum
Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi bunting adalah pemberian
pakan hijauan dan konsentrat yang baik dan sesuai. Hal ini sangat berkaitan dengan
proses perkembangan janin atau fetus yang sedang dikandung dan persiapan kelahiran
yang prima. Pada bulan pertama sampai tiga bulan sebelum melahirkan, ternak diberi
pakan hijauan dan konsentrat lebih banyak. Dua bulan sebelum melahirkan pakan
konsentrat dikurangi agar tidak menyebabkan kegemukan yang akan menghambat
proses kelahiran. Gerak jalan atau exercise diperlukan bagi ternak yang sedang bunting.
Prosedur pemberian pakan sapi bunting atau laktasi akan ditampilkan pada Tabel 1
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 4
Tabel 1 . Prosedur Pemberian Pakan Sapi Bunting at au Laktasi
c) Prosedur Kelahiran
Proses kelahiran merupakan peristiwa penting untuk mempertahankan agar induk dan
pedet selamat. Beberapa prosedur yang dilakukan dalam proses kelahiran adalah
sebagai berikut:
a) Posisikan induk pada kandang individu
b) Siapkan beding (rumput kering/serbuk gergaji) pada lantai kandang
c) Siapkan peralatan dan obat obatan yang di butuhkan
d) Periksa kondisi induk dan pedet yang dikandungnya (posisi)
e) Kondisikan sapi pada posisi berbaring/rebah
f) Tarik pedet secara perlahan kearah keluar dan kearah bawah dari induk
g) Segera berikan cairan infuse apabila kondisi induk lemah dan berikan vitamin k-3
apabila induk mengalami pendarahan
h) Induk diberi injeksi Antibiotika dan analgesic serta vitamin tambahan
i) Apabila induk mengalami distokia, segera putuskan untuk melakukan tindakan
medik selanjutnya
Masa Fisiologis Hijauan (kg) Silase (kg) Konsentrat
(kg) Keterangan
1. Masa Kering
2 minggu sebelum partus
45 – 55
9-11
0
Atau setara dengan
10 % BB sapi
2. Awal La ktasi
0 – 20 hr pasca partus
20 – 90 hr pasca partus
50 – 60
50 – 60
10-12
0 – 4
6 – 8
Atau setara dengan
10 % dari BB sapi
3. Tengah Laktasi
90 – 120 hr pasca partus
120 – 210 hr pasca partus
45 – 55
45 – 55
9-11
8
6 – 4
4. Akhir Laktasi
210 – 305 hr pasca partus
45
9
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 5
j) Pengamatan plasenta,pastikan plasenta keluar dengan sempurna
k) Apabila plasenta tidak keluar maksimal 48 jam,lakukan tindakan medik selanjutnya.
2. Prosedur Perawatan Sapi Dara (Calon Bibit)
a) Perawatan Sapi Dara
Sapi dara atau sapi calon bibit adalah sapi yang berumur antara 7 – 12 bulan. Pada
masa ini diperlukan perhatian yang khusus dalam sistem pemeliharaan dan sistem
pemberian pakan. Calon sapi bibit yang baik sangat tergantung dari perawatan saat
masa mulai lepas sapih sampai siap kawin (umur 12 - 16 bulan) dengan target bobot
badan sapi 285 – 300 kg. Perawatan sapi dara meliputi kegiatan sanitasi ternak,
kandang dan manajemen pemberian pakan. Pekerjaan sanitasi ternak meliputi kegiatan
membersihkan tubuh ternak minimal 1 kali setiap harinya dan pembersihan kandang
baik di dalam maupun diluar.
Gambar 3. Perawatan Sapi Dara - Resipien
b) Pemberian Pakan Hijauan, Konsentrat dan Air Minu m
Pemberian hijauan pakan ternak dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada jam 8.00 –
10.00 dan jam 15.00-16.00 dengan banyaknya pemberian antara 10 – 20 kg per hari
tergantung umur ternak dan bobot badan ternaknya. Pemberian konsentrat di berikan
dua kali sehari pada jam 8.00 – 10.00 dan jam 15.00-16.00dengan banyaknya
pemberian 1.5 – 2 kg per hari (sistem pemberian dapat dilihat di Tabel 2.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 6
Tabel 2. Pemberian Pakan pada Sapi Dara Calon Bibit
Umur Estimasi Pemberian Pakan dan Air
Berat badan Rumput Segar Konsentrat Air
7 bulan 175 kg 10 -12 kg 1.5 kg
Adlibitum
8 bulan 198 kg 12 - 14 kg 1.5 kg
9 bulan 224 kg 14 - 15 kg 1.5 kg
10 bulan 250 kg 15- 18 kg 1.5 kg
11 bulan 274 kg 18 - 20 kg 2.0 kg
12 bulan 297 kg > 20 kg 2.0 kg
C. PROSEDUR PEMELIHARAAN SAPI PEDET HASIL TRANSFER EMBRIO
Pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam suatu
proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Prosedur pemeliharaan sapi pedet dimulai dari
proses kelahiran pedet tersebut sampai ternak tersebut mengalami proses lepas sapih
( 4 bulan). Penanganan yang baik dan benar di saat sapi baru lahir sampai lepas sapih
sangat berpengaruh terhadap perkembangan ternak selanjutnya.
Gambar 4. Sapi Pedet Hasil Transfer Embrio
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 7
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan sapi pedet diantaranya :
1. Manajemen Penanganan Pedet pada saat Lahir
a) Membersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung demikian pula yang ada
pada tubuhnya dengan menggunakan handuk yang bersih sehigga pedet dalam
kondisi kering.
b) Membantu pernafasan pedet apabila pedet sulit bernafas dengan cara ; a).
Memasukkan jari ke dalam rongga mulut untuk mengeluarkan lendir, 2). Jika pedet
masih tidak bisa mengangkat kepalanya, angkat dan turunkan pedet berulang-ulang
(3-5 kali) melalui kaki belakangnya sehingga lendir keluar dari rongga hidung dan
rongga mulut, 3). Jika pedet masih tidak bisa mengangkat kepalanya, siram pedet
degan air dingin.
c) Memotong tali pusar dengan menyisakan ±2 cm dari pangkal pusar dan tali pusar
disuci hamakan (desinfeksi) dengan iodin untuk mencegah infeksi lalu diikat.
d) Berikan jerami (rumput kering) sebagai alas.
e) Beri kolostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir, pastikan induk
mengeluarkan susu/kolostrum yang cukup.
f) Bila susu/kolostrum induk kurang/tidak ada berikan susu dari induk lain.
g) Segera dilakukan penimbangan terhadap pedet yang baru lahir dan mencatat semua
data yang diperlukan.
Gambar 5. Penanganan Kelahiran Pedet
2. Manajemen Pemberian Kolostrum.
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan,
berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal. Komposisi kolostrum
terdiri dari a). Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan
proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 8
normal, b).Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan
pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan), c).Kolostrum
mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare, d). Mengandung inhibitor
trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein, e). Kolostrum kaya akan zat
antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi, f). Kolostrum
dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena
mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu Kolostrum dapat ditunjukkan dari warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya
(kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin).
Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 4
minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan
puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah.
Kolostrum diberikan pada saat pedet baru lahir hingga pedet berusia 4 hari, rangkaian
kegiatan yang perlu dilakukan pada manajemen pemberian kolostrum adalah sebagai
berikut :
1. Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan
air hangat.
2. Usahakan pedet dapat segera menyusu pada induknya ( dalam waktu kurang dari 15
– 30 menit ). Induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung
menyusu pada induknya. Selain itu dengan menyusu, akan merangsang sekresi
oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga kotoran yang ada dalam
uterus induk setelah melahirkan dapat dibersihkan.
3. Bila pedet tidak dapat menyusu sendiri pada induknya maka induk diperah
kolostrumnya sebanyak 1 liter dan diberikan kepada pedet.
4. Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 30 menit.
5. Berikan kembali kolostrum dalam dua kali pemberian berikutnya masing-masing 1-1,5
liter/pemberian dalam waktu 12 – 24 jam berikutnya sejak lahir.
6. Kapasitas normal pedet yang baru lahir adalah 1-1,5 liter, dengan demikian kolostrum
tidak dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari.
g) Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6 liter/hari
dalam 3 kali pemberian (1.5 – 2 liter /pemberian).
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 9
h) Kualitas kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang
memadai peluang hidup 30 % dan bila baik dapat menjadi 95%.
3. Prosedur Pemberian Susu dan Pakan Pedet
a. Pemberian susu, Milk Replacer, dan Milk Stater
Pedet yang dipelihara di BET semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang
optimal. Nutrisi yang baik saat pedet akan memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara
dan siap jadi bibit yang prima sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.
Pemberian susu induk kepada pedet dimulai sejak hari ke-4 dimana masa pemberian
kolostrum telah berakhir. Pemberian susu dan pakan pedet dilakukan secara bertahap
sesuai umur pedet dan berat badan pedet tersebut. Standar prosedur pemberian susu
pada pedet tertera seperti dibawah ini
1. Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 4 – 5 hari.
2. Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8 – 10 % bobot badan pedet. Misalnya pedet
bobot badannya 50 kg, maka air susu yang diberikan 4 – 5 liter/ekor/hari.
3. Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari dilakukan 2 kali pemberian.
4. Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai menginjak usia 2 bulan
(8 minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke fase
penyapihan di usia 4 bulan (16 minggu). (dapat dilihat di tabel 3.).
5. Hindari pemberian susu berlebih dan berganti-ganti waktu secara mendadak. Over
feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan
kering dan akan mengakibatkan diare.
6. Jangan memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena infeksi
(suhu tubuhnya meningkat).
Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan
susu pengganti (Milk Replacer). Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan
pertambahan bobot badan yang sama dengan jika diberi air susu sampai umur 4 minggu.
Namun kadang-kadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa
kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari
bahan baku yang berasal dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak
susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat
pedet sudah berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 10
kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum bisa mencerna pati-
patian dan protein selain casein (protein susu).
Milk replacer yang baik mempunyai standar komposisi sebagi berikut :Protein 20%, lemak
12%, serat kurang dari 0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare.
Selain itu antibiotik juga dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu
yang halus, pertambahan bobot badan dan efisien penggunaan pakan. Anti biotik yang
sering digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Frekuensi pemberian sama
dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1 hari dan yang terpenting harus
teratur waktu dan jumlahnya.
Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan).
Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan
padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 12 minggu. Tetapi untuk
sapi – sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah
mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot
pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik
adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8
minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan: Protein Kasar 16 – 20%, TDN 75 – 80%,
Ca dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked.
b) Pemberian Pakan Hijauan pada Pedet
Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, bertujuan untuk pengenalan atau
adaptasi guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum
dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan.
Berikut adalah tahapan prosedur pengenalan pakan hijauan pada pedet:
1. Perkenalkan pemberian hay/rumput dapat dimulai sejak pedet berumur 2 – 3 minggu.
Berikan rumput yang berkualitas baik dan bertekstur halus.
2. Hijauan yang diberikan diusahakan dalam bentuk hijauan kering/hay.
3. Jangan memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa
memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
4. Pemberian hijauan harus mulai ditingkatkan setelah memasuki fase penyapihan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 11
Berikut ini adalah Tabel yang menyajikan pemberian pakan pededet berdasarkan umurnya:
Tabel 3. Pemberian Pakan untuk Pedet
Umur
Estimasi
Bobot
badan
Pemberian Pakan dan Air
Air susu Rumput
kering/hay
Rumput
segar
Konsentrat/
calf starter Air
Lahir 30-40 kg kolostrum - - -
1 minggu 30-40 kg 4 liter
adlibitum
2 minggu 34-44 kg 4 liter 0.1 kg
2-4 minggu 41-51 kg 4 liter 0.5 kg 0.2 kg
4-6 minggu 48-58 kg 5 liter 0.6 kg 0.3 kg
6-8 minggu 55-65 kg 6 liter 0.8 kg 0.5 kg
8-10 minggu 62-72 kg 6 liter 1.0 kg 5 kg 0.8 kg
10-12 minggu 69-79 kg 4 liter 2.0 kg 6 kg 1.0 kg
12-14 minggu 76-86 kg 2 liter 3.0 kg 7 kg 1.0 kg
14-16 minggu 83-93 kg 1 liter 4.0 kg 8 kg 1.0 kg
c) Prosedur Pemeliharaan Sapi Lepas Sapih (4 bul an – 6 bulan)
Awal masa sapih rumen sapi sudah mulai berfungsi layaknya hewan dewasa, namun
belum mencapai kapasitas maksimal. Sejak disapih pemberian calf starter diteruskan
sebanyak 1 kg, lalu ditingkatkan menjadi 2 kg sampai umur 6 bulan. Batasi pemberian calf
starter sampai 2 kg/ekor/hari, agar anak sapi jangan terlalu gemuk.
Konsumsi rumput akan meningkat dari hari ke hari perkiraan konsumsi rumput dimulai dari
6-8 kg/hari (sejak disapih) menjadi kurang lebih 10-12 kg/hari (pada umur 6 bulan).
Rumput yang diberikan harus berkualitas baik bisa dengan cara pemberian campuran
leguminosa dengan rumput lapangan. Selain itu anak sapi pada fase ini perlu diberi air
secara ad-libitum dan mineral jilat yang baik.
d) Prosedur Pemeliharaan Sapi 6 Bulan sampai dengan 1 Tahun
Setelah berusia 6 bulan, rumen akan berkembang dan berfungsi secara maksimal. Pada
saat ini konsumsi hijauan dapat dimaksimalkan. Kadar zat makanan yang dibutuhkan pada
saat pembesaran sapi ini adalah Protein kasar 9%, TDN = 56%,Ca 0.37 dan P 0.32.
Dengan kata lain rumput saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada fase
pertumbuhan ini maka diperlukan penambahan konsentrat. Pada umur 6 – 12 bulan
berikan konsentrat sebanyak 2 – 3 kg/ekor/hari dan air minun secara ad-libitum. Perkiraan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 12
konsumsi rumput adalah 15 – 25 kg/ekor/hari. Pemberian seperti ini memungkinkan
pertumbuhan sapi yang optimal. Prosedur pemberian pakan hijauan dan konsentrat dapa
dilihat pada Tabel 2.
Gambar 6. Pemeliharaan Sapi 6 Bulan sampai dengan 1 Tahun
D. Prosedur Pembuntingan
Program pembuntingan merupakn proses membuntingkan sapi dalam rangka
menyediakan bibit baik jantan maupun betina. Program pembuntingan dapat dilakukan baik
melalui Inseminasi Buatan (IB) pada donor yang diistirahatkan dan calon donor maupun
aplikasi Transfer Embrio (TE) pada resipien. Berikut adalah prosedur pembuntingan:
Aplikasi Inseminasi Buatan (IB)
1. Pengamatan birahi pada sapi donor yang di istirahatkan dari produksi dan calon
donor
2. IB dilaksanakan ± 8 jam setelah menunjukan gejala berahi
3. Posisikan ternak pada posisi diam
4. Thawing straw semen dengan menggunakan air hangat (34°C - 36°C) selama 25 –
30 detik
5. Straw semen di lap dengan menggunakan tissue kering
6. Masukan straw semen kedalam AI gun kemudian potong bagian penutup straw
7. selubungkan plastic shet IB pada AI gun
8. Posisikan tangan kiri memegang cervix
9. Vulva di lap menggunakan tissue non alcohol hingga bersih dari kotoran
10. Disposisikan semen pada posisi cincin ke 4 dari cervix
11. Melakukan pencatatan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 13
Aplikasi Transfer Embrio (TE)
1. Pengamatan berahi sapi resipien
2. Palpasi per rectal 7 hari ± 1 hari setelah berahi atau 5 hari setelah met estrus dan di
catat pada form seleksi resipien
3. Posisikan sapi pada posisi diam
4. Anastesia epidural (bius local) pada coccigea atau tulang ekor ke satu atau ke dua
dengan menggunakan jarum ukuran 18G dan lidocain HCl 2 % sebanyak 2 – 4 ml
5. Thawing straw embrio di udara selama 10 – 12 detik dilanjutkan dengan air hangat
(34°C - 36°C) selama 25 – 30 detik
6. Straw Embrio yang telah di thawing di lap dengan tissue, label embrio di ambil dan
dicatat pada form aplikasi transfer embrio
7. Masukan straw embrio kedalam ET gun kemudian bagian penutup straw embrio di
potong ± 5 mm
8. Selubungkan plastic sheet dan outer sheet pada ET gun
9. Posisikan tangan kiri memegang cervix
10. Vulva di lap menggunakan tissue non alcohol
11. Masukan ET gun secara intra uteri dan disposisikan embrio pada cornu uteri dimana
terdapat CL fungsional (TE tunggal), cross cornu uteri (TE twinning)
E. Prosedur Pengukuran Berat Badan dan Penilaian Body Condition Score (BCS)
Pengukuran berat badan dilakukan sejak sapi lahir hingga usia dewasa. Pengukuran berat
badan sangat penting artinya untuk pelaksanaan uji performans suatu individu ternak.
Pengukuran dilakukan 1 bulan 1 kali, untuk sapi yang baru lahir sampai denganvumur 1
tahun dilakukan pula pengukuran lingkar dada (LD), tinggi gumba (TG), Panjang Badan
(PB), dan tinggi panggul (TP). Alat untuk melaksanakan pengukuran berat badan dapat
dilakukan dengan pita ukur ataupun timbangan sapi elektrik.
Penilaian kondisi tubuh atau BCS dilakukan dengan pengamatan dan perabaan bagian
tulang belakang (backbone), loin dan pinggul (rump). Pengamatan dilakukan untuk melihat
deposit (cadangan) lemak dibagian punggung, pinggul dan ekor.
Nilai kondisi tubuh adalah 1.0 – 5.0 (Gambar 11.) dengan skala kenaikan 0.25. Sapi dengan
skor kondisi tubuh 1.0 adalah sangat kurus sekali dan tidak ada cadangan lemak sama
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 14
sekali, sedangkan sapi dengan skor 5.0 kondisi tubuhnya sapi gemuk sekali dan
overcondition.
Gambar 7. Angka Score Penilaian BCS
Pada Gambar 12. diperlihatkan irisan punggung, yang terdiri dari kulit, tulang punggung
(backbone), lemak (fat cover), otot (muscle), tulang rusuk pendek (short rib). Bagian ini
paling ideal untuk diamati dalam melihat kondisi tubuh.
Gambar 11. Bagian tulang punggung dan lokasi perabaan
Gambar 8. Daerah pengamatan penilaian kondisi tubuh dari samping
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 15
Pengamatan kondisi tubuh relatif mudah dilakukan. Pertama lakukan penekanan dengan
menggunakan tangan pada bagian punggung, pin bone dan hip bone. Pegang bagian loin
dimana tulang rusuk pendek bagian atas untuk merasakan seberapa banyak perlemakan
yang ada. Penekanan dengan tangan merupakan indikator yang baik untuk melihat
perlemakan tubuh.
Penilaian kondisi tubuh hendaknya dilakukan oleh orang yang bertanggungjawab dalam
pemberian pakan. Untuk menjadi agar sapi dalam kondisi tubuh yang baik, nilai kondisi
tubuh harus disesuaikan dengan standar (Factsheet) seperti pada Gambar 4, dan selalu
didiskusikan dengan akhli nutrisi dan veteriner. Penilaian kondisi tubuh harus dilakukan
secara teratur untuk melihat perkembangan cadangan lemak tubuh.
Dengan pengalaman, penilaian kondisi tubuh hanya membutuhkan waktu 10-15 detik tiap
sapi, namun dapat memberikan informasi yang baik dalam menentukan kesehatan dan
manajemen pemberian pakan.
F. Prosedur Penetapan Calon Pejantan dan Donor
a) Penetapan Calon Pejantan
1. Pendataan silsilah calon pejantan dua generasi keatas.
2. Seleksi awal dilakukan melalui uji performan dan kesehatan hewan yaitu pada umur 6
(enam) bulan.
3. Seleksi dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.
4. Dilakukan strandarisasi umur 205 dan 365 hari.
5. Setelah 365 hari dilakukan uji performan hingga umur 18 bulan.
6. Penetapan calon pejantan dilakukan oleh pengawas bibit ternak.
b) Penetapan Donor
1. Pendataan silsilah calon donor dua generasi keatas.
2. Seleksi awal dilakukan melalui uji performan dan kesehatan hewan yaitu pada umur 6
(enam) bulan
3. Status reproduksi baik dan normal yang diutamakan hasil palpasi rectal oleh petugas
yang ditunjuk
4. Seleksi dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.
5. Dilakukan standarisasi umur 205-365 hari untuk menentukan calon donor
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 16
6. Setelah 365 hari dilakukan uji performan hingga umur 18 bulan.
7. Calon donor di IB pada umur 15-18 bulan
8. Setelah partus dilakukan kempali seleksi performan dan kesehatan.
9. Penetapan Donor dilakukan oleh wasbitnak.
G. Prosedur Pemotongan Tanduk
Pemotongan tanduk dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: secara manual dan
elektrik. Pemotongan tanduk secara manual biasanya menggunakan alat gergaji besi yaitu
dengan memotong tanduk jarak 2 cm dari pangkal tanduk, pamotongan dengan cara ini
dilakukan terhadap tanduk yang sudah tumbuh. Pemotongan dengan gergaji tidak
dilakukan pada pangkal tanduk untuk mencegah tanduk tumbuh kembali.
Sedangkan pemotongan tanduk secara elektrik adalah dengan menggunakan electric
dehorner. Alat ini digunakan untuk pencegahan tumbuhnya tanduk pada pedet umur
kurang lebih 3 minggu pada saat bakal tanduk mulai tampak dengan adanya pengerasan
kulit sebelumnya, dalam pelaksanaannya electric dehorner dipanaskan dengan aliran listrik
selama 15-20 menit, kemudian bakal tanduk yang sudah mulai mengeras ditekan dengan
electric dehorner selama 5-10 detik hingga bakal tanduk terbakar membentuk lingkaran
sedalam 2mm, sehingga tanduk tidak akan tumbuh. Dengan demikian, untuk memperoleh
hasil yang baik dalam melakukan pemotongan tanduk perlu dipahami pengetahuan akan
anatomi tanduk guna mengurangi resiko yang akan timbul.
Gambar 9. Pemotongan Tanduk secara Elektrik
H. Prosedur Pemotongan Kuku
Sapi yang dikandangkan kukunya cenderung akan cepat tumbuh. Apabila dibiarkan kuku
akan bertambah panjang, membengkok , atau melebar ke atas, Kondisi ini bisa
menyebabkan ketegangan otot kaki dan syaraf sehingga membuat sapi menjadi lemah,
berjalan pincang dan kakiknya menjadi sakit. Dampak lanjut dari kejadian ini adalah
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 17
terjadinya gangguan pertumbuhan sapi, kuku sapi akan mudah keropos dan beercelah-
celah sehingga mudah terserang penyakit kuku (panaritium), bagi sapi bunting jika kuku
bermasalah maka akan membuat sapi tidak tahan berdiri lama dan mudah sekali terjatuh
yang dapat mengakibatkan terjadinya abortus, sementara pada sapi-sapi laktasi hasil susu
akan menurun. Oleh karena itu manajemen pemeliharaan kuku perlu diperhatikan.
Pelaksanaan pemotongan kuku pada sapi dewasa dilakukan 2 kali dalam satu tahun,
terkecuali untuk sapi-sapi yang mengalami masalah kesehatan. Berikut ini adalah tahapan
pemotongan kuku;
a) Sebelum melaksanakan pemotongan kuku, tempatkan sapi pada lantai yang datar,
kemudian dilakukan penilikkan dari depan, samping, dan belakang. Setelah itu sapi
dibawa berputar-putar kekiri dan kanan sehingga dapat diketahui kondisi sapi selama
berjalan dan dapat diputuskan cara pemotongan yang baik bagi sapi tersebut.
b) Setelah membuat keputusan, sapi dimasukkan dalam kandang jepit, bagian depan dan
belakang diikat dengan tali tambang dan usahakan seluruh kuku berpijak pada lantai.
c) Pemotongan dimulai pada bagian dinding kuku dengan menggunakan kampak dan
palu. Saat memotong, usahakan bidang kampak tegak lurus dengan bidang kuku. Kuku
dari depan dibentuk bulat telur, sedangkan kuku dari kaki belakang dibentuk oval
sehingga secara umum kuku yang baik telah terbentuk. Apabila kuku sudah terlalu
panjang dan tebal sebaiknya dilakukan secara bertahap dalam selang waktu 2 atau tiga
bulan,selain itu jangan memotong lebih dari 1.5 cm, karena kita belum dapat
mengetahui dimana white line berada. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendarahan.
Selain menggunakan kampak dapat juga menggunakan tang pemotong kuku. Jika
menggunakan alat ini kaki harus diangkat dan diikat di bagian bawah kuku asesoris
sebelum dilakukan pemotongan kuku.
d) Setelah seluruh kuku telah dipotong dengan kampak, angkatlah kakinya untuk melihat
bagian telapak. Agar sapi tidak cepat lelah, sebaiknya dimulai dari kaki belakang
kemudian secara diagonal ke kaki depan. Bersihkan telapak kaki dengan menggunakan
rennet. Dengan cara meletakkan jari telunjuk ndan jari tengah pada dinding kuku
sebelah atas, perhatikan bagian teracak kanan dan kiri dengan melakukan penilikan dari
titik tumit sehingga dapat diketahui seberapa jauh kemiringan kuku, ketebalan, dan
panjang dinding kuku.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 18
e) f) Gambar 14. Batasan Potong Kuku
g) Bagian teracak yang paling tebal dipotong terlebih dahulu dengan menggunakan kama
gata tei to. Pemotongan dilakukan dengan cara mengiris tipis-tipis searah dengan mata
pisau, pengirisan dilakukan sedikit demi sedikit hingga batas white line dapat dilihat.
Pengirisan dihentikan apabila telapak kuku terutama didaerah white line sudah berwarna
kemerahan.
h) Apabila kedua belah teracak sudah sama rata, dibuat cekungan dengan cara pengirisan.
i) Pada bagian dinding kuku yang lebar ditipiskan dengan menggunakan kikir hingga 0.5
cm - 1 cm dari batas white line. Penipisan dimulai dari dinding kuku sebelah belakang
menuju ke depan sejajar dengan batas white line.
Gambar 15. Cara Mengangkat Kaki
H. KESEHATAN HEWAN
Tugas utama dari bagian kesehatan hewan adalah melaksanakan tindakan pencegahan
dan pemberantasan penyakit hewan serta tindak karantina terutama bagi ternak baru
yang akan masuk, memeriksa status kesehatan setiap individu ternak, mencegah,
mengidentifikasi / mendiagnosa jenis penyakit yang terjadi pada ternak serta mengobati
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 19
ternak jika ada ternak yang sakit dan melakukan tindakan isolasi bagi ternak yang diduga
menderita sakit yang membahayakan.
1. Perlakuan bagi ternak yang akan masuk ke BET Cipela ng
b) Untuk mencegah masuk, keluar dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina,
pemerintah dan pihak lain dapat menyediakan instalasi karantina didalam maupun
diluar tempat pemasukan atau pengeluaran. Sebelum hewan ternak datang perlu
adanya persiapan sarana dan prasarana. Sarana utama yang harus ada adalah
tempat isolasi Hewan, meliputi :
1. Kontruksi bangunan instalasi harus kuat dan memenuhi persyaratan sehingga
dapat menjamin keamanan hewan maupun petugas dan pekerja.
2. Dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat minum yang mudah dibersihkan
dan disuci hamakan
3. Memiliki sistem penampungan limbah cair dan limbah padat
4. Memiliki sarana pengolahan limbah, untuk menghindari pencemaran
lingkungan dan kemungkinan penyebaran hama penyakit hewan karantina.
5. Lantai Kandang harus kuat dan tidak licin untuk menjamin keselamatan hewan,
memudahkan pembersihan dan pensucihamaan
6. Atap Kandang terbuat dari bahan yang bisa menutupi sebagian atau
keseluruhan kandang dan tidak bocor, serta mempunyai ketinggian yang
menjamin sirkulasi udara berjalan dengan baik.
7. Pagar pembatas antara kandang terbuat dari bahan yang kuat dan menjamin
hewan karantina tidak lepas serta dilengkapi dengan pintu
8. Daya Tampung Kandang cukup untuk menampung hewan karantina secara
nyaman, leluasa, sehingga bisa mendapatkan pakan dan minum sesuai
kebutuhan.
c) Selama tindakan karantina/isolasi dilakukan pengambilan sampel darah untuk
dilakukan pemeriksaan secara laboratoris dan dikirim ke laboratorium penyidikan
penyakit hewan, untuk mencegah terjadinya penyakit yang berbahaya masuk ke
wilayah BET Cipelang.
d) Ternak-ternak yang akan masuk ke wilayah BET Cipelang harus terbebas penyakit –
penyakit yang dipersyaratkan dalam health protocol.
e) Perlakuan selama tindakan karantina/isolasi adalah pemberian multivitamin dan
pemberian obat-obatan lainnya yang mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang
merugikan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 20
f) Memberikan izin/rekomendasi bagi ternak yang telah selesai dilakukan tindakan
karantina/isolasi.
g) Melakukan identifikasi status praesent setiap ternak baik catatan kesehatan ternak
ataupun status ternak secara individu.
2. Perlakuan pada ternak yang sudah ada
a) Melakukan pemeriksaan dan pengontrolan kesehatan ternak secara kontinyu dan
berkesinambungan setiap hari.
b) Memberikan obat-obatan pencegahan, seperti obat cacing yang diberikan setiap 6
(enam) bulan sekali, pemberian multivitamin lainnya seperti ADE sekurang-
kurangnya 1 (satu) bulan sekali.
c) Melakukan diagnosa penyakit pada ternak yang sakit. Jika hasil dari diagnosa
menyatakan penyakit tersebut tidak menular maka tindakan selanjutnya adalah
melakukan pengobatan sesuai dengan jenis obat, dosis obat, dan jenis perlakuan
yang akan digunakan.
d) Melakukan Isolasi ternak sakit apabila terdapat ternak yang terdiagnosa penyakit
menular. Kemudian mempersiapkan tempat/kandang isolasi untuk ternak yang
terdiagnosa penyakit menular. Setelah itu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan jenis penyakit. Selama masa isolasi harus tetap melakukan
pengamatan dan pengawasan sampai perlakuan akhir.
e) Melakukan pengambilan sampel darah, vagina swab, feces sekurang-kurangnya 2
(dua) kali dalam setahun atau bila dirasa ada yang diduga penyakit membahayakan
dilakukan pengambilan sampel darah setiap bulannya untuk identifikasi dan
pencegahan terutama untuk penyakit-penyakit yang membahayakan seperti
Brucellosis dll.
f) Melakukan tindak lanjut paling lambat 1 (satu) minggu setelah hasil laboratorium
diterima.
g) Tindakan pemeriksaan menggunakan metode pengujian yang lebih spesifik. Khusus
untuk sapi donor, apabila didapatkan hasil pengujian positif akan dilakukan
pengujian terhadap embrio untuk melihat tingkat infeksi penyakit.
h) Untuk penyakit tertentu, pengambilan sampel disesuaikan dengan kaidah kesehatan
hewan yang berlaku.
i) Hasil pemeriksaan laboratorium menjadi dasar rekomendasi bagi pengambilan
keputusan berikutnya.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 21
j) Melakukan pemotongan bulu, tanduk dan kuku sekurang-kurangnya 2 (dua) kali
dalam setahun .
k) Memberikan rekomendasi bagi setiap individu ternak yang akan dilakukan SOV
ataupun perlakuan lainnya yang secara medis dianggap perlu seperti tidakan caesar
dan tindakan-tindakan lainnya.
3. Biosecurity
a) Dalam rangka mencegah masuknya penyakit, maka dilakukan pembatasan dan
pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuk area Balai. Adapun prosedur yang
dilakukan sebelum memasuki/keluar Balai Embrio Ternak Cipelang adalah sebagai
berikut:
1. Setiap kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 atau lebih yang hendak memasuki
kawasan BET, wajib dilakukan desinfeksi di pos jaga
2. Desinfectan Sprayer harus selalu dalam keadan hidup
3. Tangki berisi cairan desinfeksi selalu terisi
4. Penggantian air desinfektan di bak sanitasi dilakukan setiap hari
b) Setiap petugas Balai Embrio Ternak Cipelang yang telah bertugas di kawasan
peternakan rakyat (Village Breeding Centre) melakukan prosedur sebagai berikut:
1. Wearpack, sepatu boot dan peralatan lapangan lainnya di suci hamakan
terlebih dahulu sebelum di pergunakan kembali di area kandang
2. Kendaraan oprasional harus di suci hamakan sebelum masuk Balai Embrio
Ternak Cipelang.
I . PENYEDIAAN PAKAN TERNAK
Penyediaan pakan ternak merupakan proses yang penting dalam manajemen
pemeliharaan ternak. Kebutuhan pakan yang tercukupi baik dari segi jumlah maupun
nutrisi menjadi factor utama dalam menghasilkan ternak yang memili produksi dan
reproduksi yang optimal. Penyediaan pakan ternak terdiri dari penyediaa HPT dan
konsentrat.
1. Hijauan Pakan Ternak
Tugas utama bagian Hijauan Pakan Ternak adalah melaksanakan dan menjamin
ketersediaan pakan ternak terutama Hijauan sepanjang tahun, melakukan pembukaan
lahan baru untuk pananaman hijauan, melaksanakan perawatan kebun secara kontinyu
yang meliputi perawatan saluran drainase, pengaturan pengairan, pembabatan gulma,
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 22
pendangiran dan penyulaman serta melaksanakan pemupukan baik pupuk organik
maupun an-organik dan melaksanakan pengawetan hijauan makanan ternak baik secara
basah ( silase ) maupun secara kering (hay) sehingga menjamin ketersediaan hijauan
makanan ternak sepanjang tahun. Adapun tahapan standar operasional dalam kegiatan
penyediaan Hijauan Pakan Ternak adalah sebagai berikut :
c) Pembukaan Lahan Baru
1. Pembukaan lahan baru dilaksanakan pada saat akhir musim kemarau menjelang
awal musim penghujan hal ini bertujuan untuk mempercepat proses
pertumbuhan rumput yang akan ditanam karena pada saat musim hujan
ketersediaan air yang cukup akan berperan dalam proses pertumbuhan rumput
yang akan ditanam sedangkan pengolahan tanah dilakukan pada saat musim
kemarau bertujuan agar lahan yang telah disediakan sudah siap pakai pada saat
musim hujan tiba.
2. Pembersihan lahan , bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma sampai
mati sehingga memudahkan pada saat pembajakan (pencangkulan).
Pembersihan lahan ini dapat dilakukan dengan cara kimia ataupun dengan cara
mekanis (manual), untuk pembersihan lahan secara kimia dapat dilakukan
dengan cara menyemprotkan herbisida sedangkan secara mekanis (manual)
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pertanian ringan (sabit),
3. Pembajakan / pencangkulan , bertujuan untuk merubah tanah menjadi
bongkahan-bongkahan besar selain itu guna memperbaiki sistem aerasi dan
memutuskan air kapiler tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur, dan
membalik tanah agar sinar matahari dapat masuk kedalam tanah sehingga
kandungan vitamin D dalam tanah semakin meningkat.
4. Pemupukan dasar / Pengapuran , bertujuan untuk memberikan unsur hara
pada tanah sehingga tanah menjadi lebih subur dan dilakukan sebelum
pelaksanaan penggaruan. Pemupukan dasar ini menggunakan pupuk organik
dengan dosis antara 3000 – 3500Kg/ ha atau lebih tergantung ketersediaan,
sedangkan untuk pengapuran dilakukan tergantung derajat keasaman (pH)
tanah, namun dosis yang dianjurkan antara 100 – 250 Kg/Ha lahan.
5. Penggaruan / Pelarikan , bertujuan untuk memecah bongkahan-bongkahan
besar tanah menjadi tekstur yang lebih gembur dan menjadi partikel lebih kecil,
selain itu bertujuan pula untuk mencampur pupuk dasar. Pada saat dilakukan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 23
penggaruan dilakukan pelarikan hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam
pengukuran dan pengaturan jarak tanam sehingga memudahkan dalam
penanaman rumput yang akan ditanam.
6. Penyediaan Bibit , dilakukan dengan pemilihan batang indukan yang kondisinya
bagus dan penyediaan bibit ini dapat dilakukan dengan stek, stolon ataupun
pols. Untuk penyediaan bibit stek biasanya untuk jenis rumput yang berbatang
(rumput gajah) dengan patokan 2 buka 3 mata, sedangkan untuk jenis stolon dan
pols biasanya untuk jenis rumput lapangan diantaranya Star Grass, Brachiaria
Decumbens (BD) dll. Adapun pengertian stolon adalah bagian tanaman yang
menjulur dari tanaman sedangkan pols adalah sobekan dari rumpun indukan.
7. Penanaman , dilakukan dengan jarak tanam 25 x 25 cm atau lebih tergantung
dari tingkat kesuburan tanahnya, jika tanah semakin subur maka jarak tanamnya
semakin lebar sedangkan jika kondisi tanahnya kurang subur maka jarak tanam
yang dianjurkan semakin dekat. Untuk penanaman dengan stek dapat dilakukan
dengan cara menancapkan stek dengan kemiringan antara 35 – 45o atau stek
dapat langsung ditidurkan lalu ditutup dengan tanah, sedangkan untuk jenis
rumput lapangan / bibit rumput berupa pols / stolon dilakukan dengan membuat
lubang dengan ukuran 30 x 30 cm atau lebih dekat tergantung dari tingkat
kesuburan tanahnya.
Gambar 10. Penanaman Kebun HMT
8. Pemupukan , pemupukan pertamakali dilakukan dengan menggunakan pupuk
TSP dan urea dengan perbandingan 2:1. Hal ini bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan perakaran karena sifat dari TSP yang dapat merangsang
pertumbuhan perakaran, menguatkan batang sedangkan urea berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan daun. Pemupukan pertama kali dilakukan dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 24
cara di tebar di samping setiap rumpun / batang yang ditanam. Untuk
pemupukan pertama kali dalam 1 Ha lahan menggunakan 100 Kg TSP dan 50
Kg Urea.
Gambar 11. Pemupukan
9 Potong paksa , dilakukan pada saat usia tanaman berumur antara 40 – 60 hari
apapun kondisi rumputnya harus tetap dilakukan pemotongan paksa, hal ini
bertujuan untuk mempercepat proses anakan sehingga akan mempercepat
proses pertumbuhan selanjutnya.
10. Perawatan , tanaman yang sudah ditanam perlu dilakukan perawatan dengan
cara membersihkan gulma atau tanaman penggangu lainnya, melarik di sela-
sela tanaman dengan tujuan untuk membunuh tanaman pengganggu/gulma,
sehingga penyerapan hara oleh tanaman inti dapat diserap dengan sempurna.
11. Pengaturan pemanenan , harus dilakukan dengan tujuan agar pertumbuhan
rumput menjadi lebih optimal dan memudahkan dalam perawatan serta
pencatatan produksinya. Tanaman yang kita tanam semakin hari semakin
kurang optimal pertumbuhannya demikian pula dengan kondisi tanah akan
semakin berkurang kesuburannya. Oleh karena itu idealnya perlu dilakukan
peremajaan tanaman setelah berumur antara 8-10 tahun.
b) Perawatan Kebun Hijauan Makanan Ternak, Meli puti:
1. Perbaikan dan pengaturan saluran drainase , bertujuan untuk merawat aliran
air dari kandang sehingga tanaman rumput yang ada terairi secara merata oleh
aliran air yang ada sehingga pertumbuhannya menjadi lebih optimal dan
menyebar secara merata.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 25
Gambar 12. Pengaturan saluran drainase
2. Pembersihan Gulma , biasanya dalam lahan yang ditanami banyak terdapat
gulma / tanaman pengganggu, hal tersebut akan mempengaruhi penyerapan
hara oleh tanaman inti sehingga pertumbuhannya menjadi kurang optimal. Maka
gulma tersebut perlu dibersihkan dan pembersihannya dilakukan dengan cara
mekanis (manual) dengan menggunakan alat pertanian ringan (sabit dan
cangkul) yaitu dengan cara membabat dan mencabut gulma sampai sistem
perakaran gulma tercabut dengan sempurna.
3. Penyulaman , dalam tanaman biasanya ada tanaman yang mati sehingga perlu
diganti dengan tanaman yang baru (disulam). Penyulaman ini bertujuan untuk
mengganti tanaman yang mati dengan tanaman yang baru sehingga dapat
tergantikan. Penyulaman ini dapat menggunakan stek ataupun pols.
4. Pendangiran , bertujuan untuk memperbaiki saluran drainase dan memperbaiki
sistem aerasi tanah sehingga kesuburan tanah tetap terjaga dan tanaman dapat
tumbuh secara optimal selain itu guna membunuh tanaman pengganggu
(gulma).
5. Pemanenan , dilakukan pada saat umur tanaman antara 60 – 70 hari atau
menjelang masa vegetasi (menjelang masa berbunga), hal ini bertujuan untuk
menjaga kualitas dari nutrisi yang terkandung dalam tanaman rumput karena jika
sudah berbunga nutrisi yang terkandung dalam rumput menjadi rendah
sedangkan serat kasarnya meningkat sedangkan jika masih terlalu muda kadar
airnya yang masih tinggi sehingga akan mengakibatkan mencret pada ternak.
Pemotongan rumput ini menyisakan sisa batang dengan ketinggian 2-3 cm. Hal
ini bertujuan untuk mempercepat proses anakan dari rumput tersebut.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 26
Gambar 13. Pemanenan
6. Pemupukan , kesuburan tanah setiap waktunya akan semakin menurun
sehingga perlu dilakukan pemupukan secara kontinyu. Pemupukan ini dibagi
menjadi dua cara yaitu dengan menggunakan pupuk organik dan pupuk an-
organik (kimia). Pemupukan organik dilakukan dengan menggunakan pupuk
kandang, penggunaan pupuk kandang dilakukan dengan menggunakan pupuk
kotoran ayam dengan dosis sekitar 500 karung / ha sedangkan untuk
penggunaan pupuk kandang yang berasal dari ternak sapi diberikan dengan
dosis tidak terbatas dengan catatan semua lahan yang ada terbagi secara
merata. Pemupukan organik dengan pupuk kotoran sapi dapat dilakukan setiap
saat sedangkan untuk pemupukan organik menggunakan kotoran ayam
dilakukan pada saat ketersediaan air terpenuhi (musim hujan) karena sifat dari
kotoran ayam tersebut yang bersifat panas karena kadar N yang sangat tinggi
sehingga akan mengakibatkan kematian tanaman jika diberikan pada saat
ketersediaan air kurang. Pemupukan dengan menggunakan pupuk kimia
diberikan pupuk urea dengan dosis antara 150-200Kg/Ha. Adapun cara
pemupukannya adalah dengan cara disebar merata pada tanaman rumput yang
telah dipanen pada saat tanaman berumur 7 hari setelah pemanenan.
Penyebaran pupuk an-organik harus dilakukan dengan cara mengikuti arah
angin karena jika berlawanan dengan arah angin penyebaran pupuknya tidak
akan tersebar dengan sempurna. Pemberian pupuk TSP diberikan jika kondisi
tanaman yang ada batangnya sudah rapuh dan ditandai dengan banyaknya
tanaman yang roboh, dan dosis yang dianjurkan sebanyak 50-100Kg/Ha dan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 27
pemberiannya menyesuaikan dengan kondisi rumput namun dapat dilakukan
setiap 3-4 tahun sekali. Perlu diperhatikan pemberian pupuk an-organik
(urea/kimia lainnya) lebih baik diberikan pada saat musin hujan sehingga
ketersediaan air cukup atau kondisi tanah yang basah karena jika dilakukan
pada saat kondisi tanah kering akan membunuh tanaman. Hal ini disebabkan
kandungan N pada urea yang tinggi yang akan mengakibatkan kematian pada
tanaman.
7. Pelaksanaan perawatan kebun rumput dilakukan secara kontinyu setiap
harinya terutama pengairan, pembersihan gulma, penyulaman dan pendangiran.
c) Pembuatan Silase
Pembuatan silase dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dibawah ini:
1. Pembuatan silase dapat dilakukan setiap saat tergantung dari
ketersediaan/produksi hijauan yang ada.
2. Jenis hijauan , jenis yang dipakai adalah semua hijauan makanan ternak yang
mempunyai batang seperti rumput gajah, jagung dll,
3. Umur panen , dilakukan pada saat menjelang masa vegetasi (menjelang
berbunga) atau biasanya pada saat tanaman berumur antara 60-70 hari, karena
pada saat tersebut kandungan nutirisi yang ada didalam rumput masih banyak
belum dipergunakan untuk perkembangbiakan (berbunga) bagi rumput tersebut,
karena jika sudah berbunga kandungan nutrisi (terutama protein) akan berkurang
dan jika umur panen melebihi batas waktunya kandungan serat kasar yang
meningkat.
4. Pelayuan , bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam rumput
tersebut dilakukan selama 24 jam, karena jika kandungan kadar airnya tinggi
maka akan mempengaruhi kualitas dari silase.
Gambar 14. Pelayuan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 28
5. Pencacahan (penchoperan) dilakukan dengan tujuan menghancurkan rumput
menjadi lebih kecil dengan ukuran 2-3 cm sehingga memudahkan dalam
pengisian silo dan pemadatan.
Gambar 15. Penchoperan
6. Pengisian silo dilakukan dengan cara menurunkan rumput yang sudah dichoper ke
dalam silo dengan ketebalan 15 – 20 cm.
7. Penambahan bahan lain , dengan menggunakan tetes yang telah diencerkan
dengan perbandingan 1:10. Penambahan ini dilakukan dengan cara menyebarkan
secara merata diatas permukaan rumput yang telah dicacah. penambahan tetes ini
dilakukan pada setiap ketebalan 15 – 50 cm rumput dan dilakukan secara berlapis-
lapis.
8. Pemadatan , dilakukan dengan cara menginjak-injak rumput yang telah dichoper
dengan tujuan untuk mengurangi / menghilangkan rongga udara yang ada didalam
rumput, karena jika ada rongga udara maka akan menurunkan kualitas dari silase
dan pada akhirnya akan meningkatkan kerusakan dari silase.
9. Penutupan , dilakukan setelah semua proses pengisian dan pemadatan silo selesai
dilaksanakan, penutupan ini harus dilakukan secepatnya dan serapat mungkin
sehingga tidak ada udara yang masuk karena jika ada udara yang masuk maka akan
mengganggu proses ensilase.
10. Penyimpanan , dilakukan selama 40 – 50 hari atau sampai proses ensilase telah
selesai dan siap untuk dipanen.
11. Pemanenan , dilakukan setelah proses ensilasi selesai dengan cara membuka silo
dan mengangin-anginkannya terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi kandungan
gas nitrit yang akan merugikan bagi kesehatan ternak.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 29
d) Pembuatan Hay
Dalam pembuatan hay beberapa prosedur yang perlu diperhatikan adalah seperti
berikut ini:
1. Pembuatan Hay ini dilaksanakan pada saat musim kemarau, karena diperlukan
sinar matahari yang cukup untuk proses pengeringannya,
2. Jenis hijauan , yang dipergunakan dalam proses pembuatan hay ini adalah jenis
rumput lapangan atau hijauan yang mempunyai tekstur kecil yang mudah kering
contohnya adalah Star Grass, Brachiaria Decumbens, Setaria, Panicum maximum
dll,
3. Umur panen , dilakukan menjelang masa vegetasi (menjelang masa berbunga) atau
rumput berumur antara 40 – 60 hari, hal ini bertujuan agar kandungan nutrisi yang
terkandung didalam rumput masih tinggi karena jika terlalu tua serat kasarnya yang
tinggi kandungan nutrisinya yang rendah.
4. Penjemuran , dilakukan dengan menggunakan sinar matahari langsung dan jika
cuaca panas penjemuran dapat dilakukan selama 5 – 7 hari, dan penjemuran ini
dilakukan sampai kadar air mencapai 15-20%.
5. Pembalikan , hay yang dibuat perlu dibalik setiap harinya hal ini bertujuan agar
proses pengeringannya berlangsung secara merata.
6. Penyimpanan , hay yang telah selesai dibuat harus disimpan ditempat terlindungi
dari air dan lembab hal ini bertujuan agar kualitasnya tetap terjaga.
7. Penggunaan hay dapat diberikan secara langsung pada ternak tanpa ada perlakuan
apapun.
10. Penyediaan konsentrat
Tugas utama bagian penyedia konsentrat adalah menyediakan konsentrat sesuai
kebutuhan fisiologis ternak. Berikut adalah prosedur yang dilakukan dalam kegiatan
penyediaan konsentrat:
a) Penerimaan Bahan Baku
Setiap penerimaan bahan baku harus dilakukan pemeriksaan terhadap jenis bahan,
jumlah bahan, kualitas bahan pengemasan, pengambilan sampel untuk uji kualitas di
laboratorium.
b) Tahap Persiapan
1. Sebelum digunakan, mesin pencampur pakan (mixer) diperiksa kelayakannya
agar mixer benar-benar dalam kondisi prima saat dan setelah digunakan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 30
2. Pemeriksaan mixer dilakukan dengan memeriksa volume dan kondisi
pelumas (oli) mesin dan oli gardan, Pastikan kondisi dan volume oli dalam
keadaan baik dan cukup volumenya.
3. Periksa juga kondisi roda pemutar mixer. Pastikan putarannya berjalan
normal.
4. Petugas pembuat konsentrat wajib menggunakan pakaian kerja (wearpack)
dan bersepatu lars serta menggunakan masker.
5. Bahan-bahan pakan yang akan digunakan dalam kondisi baik sesuai hasil
pemeriksaan bentuk, warna, bau (uji organoleptik).
c) Tahap Pembuatan Pakan
1. Timbang bahan pakan dan premix/feed additive yang akan digunakan sesuai
dengan jumlah/persentase yang tersusun dalam formulasi ransum yang telah
dibuat.
2. Masukkan bahan-bahan pakan dan premix/feed additive yang telah ditimbang
jumlahnya ke dalam mixer dan biarkan selama 30 menit sampai bahan-bahan
pakan dan premix/feed additive tersebut tercampur secara homogen.
3. Setelah bahan-bahan pakan dan premix/feed additive tercampur secara
homogen (konsentrat), kemudian dikeluarkan dari mixer dan dimasukkan ke
dalam karung bersih.
4. Konsentrat yang telah dimasukkan ke dalam karung tersebut selanjutnya
ditimbang seberat 40 kg, setelah itu karung dijahit menggunakan alat jahit
khusus.
5. Konsentrat yang telah ditimbang disimpan di dalam gudang penyimpanan
sebelum didistribusikan ke kandang.
6. Jumlah produksi konsentrat yang dihasilkan dicatat pada Buku Produksi
Konsentrat.
7. Konsentrat jadi dilakukan uji laboratorium setiap 4 (empat) bulan sekali.
d) Pasca produksi
1. Setelah proses pembuatan konsentrat selesai, petugas wajib memeriksa
kembali mixer yang telah digunakan. Bersihkan sisa-sisa konsentrat yang
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeliharaan Ternak 2015 31
menempel pada roda pemutar mixer sampai bersih. Periksa juga volume
bahan bakar, pelumas, dan air
2. Petugas wajib membersihkan lingkungan sekitar tempat produksi dari sisa-
sisa konsentrat yang tercecer.
e) Distribusi Konsentrat
1. Konsentrat didistribusikan ke masing-masing kandang dengan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan masing-masing kandang.
2. Penanggungjawab kandang mengisi form penerimaan konsentrat dan
menandatangani form tersebut.
top related