sistem penunjang keputusan untuk …repository.amikom.ac.id/files/publikasi_07.12.2162.pdf ·...
Post on 16-Sep-2018
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN JURUSAN PADA SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA
Naskah Publikasi
diajukan oleh
Wahyu Eko Saputra
07.12.2162
kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM YOGYAKARTA
2011
DECISION SUPPORT SYSTEM FOR PROGRAMME SELECTION
IN SMA 10 YOGYAKARTA
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN UNTUK PENENTUAN JURUSAN
PADA SMA 10 YOGYAKARTA
Wahyu Eko Saputra
Jurusan Sistem Informasi
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
The development of increasingly advanced technologies that have now made a lot
of organizations or institutions use it as data processing media, it supported the ability of
computers in data processing has been very supportive in presenting an information that
is easy, accurate and quality.
As with any organization or other agencies, SMA Negeri 10 Yogyakarta as one
pendididkan institution located on Jl. No.5 Gandekan Yogyakarta need a system that can
improve the quality of their students. Improved quality can be done in many ways, one of
which is to place students in classrooms in which there are some students who do have
good performance. It required a class of random decision support system to assist the
school in making decisions. The process of randomization of this class is based on three
aspects, namely based on the number of Parent Students, Values, and Psychological
Value of each student. These three aspects will be randomized in accordance with the
needs of the school.
From the results of the implementation of the system used, expected later this
software can help the process of making the right decision in increasing-quality
education, especially students in high schools 10 Yogyakarta. This software is created
using DBMS MYSQL for database and Microsoft Visual Basic 6.0 as its tool.
Keywords : DSS, Decision Support System, Programme Selection, SMA.
1. Pendahuluan
Sistem Pendukung Keputusan atau Decision Support System (DSS) merupakan suatu
sistem terkomputerisasi yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas dalam
pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur dan
tidak terstruktur sehingga dalam proses pengambilan keputusan yang dilakukan dapat
lebih berkualitas.
Pengambilan keputusan untuk penentuan jurusan dalam suatu sekolah harus
akurat, begitu juga di SMA Negeri 10 Yogyakarta, penjurusan dilakukan pada saat siswa
berada di kelas X (sepuluh) dan akan naik ke kelas XI (sebelas). Setelah wali kelas
menerima seluruh nilai semester maka wali kelas akan memutuskan apakah siswa
tersebut naik atau tidak. Jika siswa tersebut dinyatakan naik maka selanjutnya akan
dilakukan proses penjurusan. Masalah yang sering terjadi dalam proses penjurusan
adalah kesulitan dalam mekanisme penilaian yang masih menggunakan sistem manual
sehingga membutuhkan waktu yang lama.
Untuk mengetahui pengambilan keputusan tersebut akurat atau tidak, harus
dilakukan penilaian dengan kriteria yang telah ditentukan selain dari nilai semester
kriteria lain yang dibutuhkan dalam sistem penjurusan adalah minat dan hasil psikotest
siswa yang bersangkutan. Sehingga dari hasil penilaian tersebut pihak sekolah dapat
mengambil sebuah keputusan sebagai bahan evaluasi untuk menentukan jurusan yang
tepat bagi siswanya.
2. Landasan Teori
2.1 Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses memilih tindakan (di antara berbagai alternatif)
untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan. Sedangkan pengambilan keputusan
dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses komunikasi dan partisipasi yang
terus menerus dari keseluruhan organisasi.
Menurut Simon (1997) terdapat 3 fase utama dalam proses pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut.
1. Fase Inteligensi
2. Fase Desain
3. Fase Kriteria (Pilihan)
Sebenarnya Simon menambahkan fase keempat, yakni implementasi. Monitoring dapat
dianggap sebagai fase kelima yang merupakan bentuk umpan balik. Akan tetapi,
monitoring sebagai fase intelegensi yang diterapkan pada fase implementasi.
3. Analisis dan Perancangan Sistem
3.1 Sejarah Berdirinya SMA Negeri 10 Yogyakarta
Pada awalnya sekolah ini bernama SMA ABC Fakultas pedagogik yang
didirikan oleh Fakultas Sastra Unirvesitas Gajah Mada Jurusan Pedagogik, pada tanggal
1 September 1952 dengan SK Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 38115/Kab, tanggal 21 Oktober 1952 terus berkembang hingga
menempati gedung di Wijilan milik Yayasan Pancasila.
Pada awal berdirinya pimpinan dipegang oleh Prof. Drs. Sutedjo Brodjonegoro (
alm ) dan tokoh-tokoh lainnya, antara lain Prof. Drs. Abdullah Sigit dan tahun 1958
jurusan B dipindahkan ke Sekipsehubungan dengan perkembangan sekolah, jurusan AC
tetap di jalan Sagan 1 Yogyakarta dipimpin oleh Broto Hamidjojo sedangkan jurusan B di
jalan Sekip juga dipegang oleh Broto Hamidjojo, sampai tahun 1966. Pada tahun 1965
berganti nama lagi menjadi SMA FIP IKIP Yogyakarta dan pada tahun 1966 ada
pergantian pimpinan SMA FIP II IKIP Yogyakarta dipimpin oleh Drs. Soetomo hanya 1
tahun. Tahun 1967 pimpinan dipegang oleh Hardjono. Tahun 1969 berganti nama lagi
menjadi SMA Percobaan II IKIP Yogyakarta, karena sekolah ini dijadikan percobaan ujian
sekolah seperti halnya 8 ( delapan ) SMA IKIP lainnya di Indonesia.
Pada 1971 dengan SK No. 173/1971 tanggal 21 September 1971 berganti
nama lagi menjadi SMA Pembangunan dan melaksanakan tugas Proyek Perintis Sekolah
Menengah Pembangunan (PPSP)yang dimulai tahun 1972 terdiri dari jalur stream
Akademik, stream Vokasional, stream Kesekretariatan, stream Tata Niaga, dan stream
Ketehnikan. Pada tanggal 28 Agustus 1973 SMA Pembangunan pindah dari sagan ke
jalan Gadean No. 5 Ngupasan Yogyakarta, tahun 1974 berganti nama lagi menjadi SMA
II IKIP Jurusan Eksakta masih dalam program PPSP, maka SMA IKIP memakai
kurikulum PPSP klasikal dengan jurusan Pengetahuan Alam, Matematika, IPA (Palma)
hingga tahun 1983. SMA II IKIP Yogyakarta menurut SK Mendikbud No. 0710/10/0/1986
tanggal 10 Oktober 1986 SMA II IKIP menjadi SMA 10 Yoyakarta.
Rektor IKIP Yogyakarta menyerahkan kepada Kepala Kanwil Debdikbud Prop.
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal, 22 Januari 1987. Tanggal 1 Februari 1987
sekolah ini resmi menggunakan nama SMA 10 Yogyakarta.
3.2 Visi dan Misi SMA Negeri 10 Yogyakarta
Visi
Terwujudnya generasi yang beriman, berilmu, terampil dan berakhlak mulia
(GEMA MULIA).
Misi
1. Menumbuhkan iman dan taqwa untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama
sesuai dengan yang dianutnya.
2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
3. Memotivasi dan membantu siswa untuk mengenal potensi dirinya sehingga dapat
berkembang secara optimal.
4. Menerapkan managemen keteladanan, partisipan, transparan dan akuntabel.
5. Menumbuhkan semangat bersaing dalam bidang Imtaq dan Iptek.
6. Menumbuhkan semangat bersaing dalam bidang olah raga, seni dan budaya.
7. Menumbuhkan rasa cinta budaya, tanah air dan lingkungan.
3.3 Struktur Organisasi SMA Negeri 10 Yogyakarta
1. Kepala Sekolah
2. Wakasek Kurikulum
a. Sie Administrasi Kurikulum
b. Sie Peningkatan Mutu Akademis
c. Sie MGMP dan Mutu Guru
d. Sie Laboratorium IPA
3. Wakasek Kesiswaan
a. Sie Upacara Bendera
b. Sie Pembina OSIS
c. Sie 7 K
d. Sie UKS
e. Sie Koperasi Siswa
f. Sie Ekstrakulikuler
4. Wakasek Sarana dan Prasarana
a. Sie Rumah Tangga
b. Sie Pembangunan Fisik
c. Sie Perpustakaan
5. Wakasek Humas
a. Sie Kegiatan Sosial dan Darma Wanita
b. Sie Publikasi / Dokumentasi
6. Koordinator BP / BK
7. Keuangan Komite Sekolah
3.4 Sistem Kenaikan Kelas dan Penjurusan di SMA Negeri 10 Yogyakarta
3.4.1 Kenaikan Kelas
1. Dilaksanakan pada setiap akhir tahun pelajaran atau setiap semester genap
2. Kenaikan kelas didasarkan pada penilaian hasil belajarpada semester genap, dengan
pertimbangan seluruh SK/KD yang belum tuntas pada semester ganjil, harus
dituntaskan sampai mencapai KKM yang ditetapkan, sebelum akhir semester genap.
Hal ini sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning), dimana peserta yang
belum mencapai ketuntasan belajar sesuai dengan KKM yang ditetapkan, maka yang
bersangkutan harus mengikuti pembelajaran remidi sampai yang bersangkutan
mampu mencapai KKM yang dimaksud.
3. Peserta didik dinyatakan tidak naik kelas XI (sebelas), apabila yang bersangkutan
tidak mencapai ketuntasan belajar minimal, lebih dari tiga mata pelajaran.
4. Satuan pendidikan dapat menambah kriteria kenaikan kelas sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan setiap satuan pendidikan, melalui rapat dewan pendidik.
3.4.2 Penjurusan
Sistem penjurusan di SMA Negeri 10 Yogyakarta mengikuti peraturan dari
Mentri Pendidikan, yaitu sebagai berikut :
1. Waktu penentuan dan pelaksanaan penjurusan
a. Penentuan jurusan bagi peserta didik untuk program IPA, IPS dan Bahasa
dilakukan mulai akhir semester 2 (dua) kelas X (sepuluh).
b. Pelaksanaan KBM sesuai program jurusan, dimulai pada semester 1 (satu) kelas
XI (sebelas).
2. Kriteria program penjurusan
Penentuan penjurusan program dilakukan dengan mempertimbangkan potensi, minat
dan kebutuhan peserta didik, yang harus dibuktikan dengan hasil prestasi akademik
yang sesuai dengan kriteria nilai yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Apabila
terjadi perbedaan antara potensi/minat dengan nilai akademik seorang peserta didik,
maka guru harus mengkaji dan melakukan perbaikan dalam memberikan layanan
belajar kepada yang bersangkutan.
a. Potensi dan Minat Peserta Didik
Untuk mengetahui potensi dan minat peserta didik dapat dilakukan melalui
angket/kuesioner dan wawancara, atau cara lain yang dapat digunakan untuk
mendeteksi potensi, minat, dan bakat.
b. Nilai Akademik
Peserta didik yang naik ke kelas XI dan akan mengambil program tertentu yaitu :
Ilmu Pengetahuan IPA (IPA) atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Bahasa,
boleh memiliki nilai yang tidak tuntas paling banyak 3 (tiga) mata pelajaran pada
mata pelajaran yang bukan ciri khas program tersebut.
Peserta didik yang naik ke kelas XI, dan yang bersangkutan mendapat nilai tuntas
3 (tiga) mata pelajaran, maka nilai tersebut harus dijadikan dasar untuk
menentukan program yang dapat diikuti oleh peserta didik, contoh :
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Kimia dan Geografi (2
mata pelajaran ciri khas program IPA dan 1 ciri khas program IPS), maka siswa
tersebut secara akademik dapat masuk ke program Bahasa.
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris dan Fisika (2 mata pelajaran ciri khas program Bahasa dan 1 ciri khas
program IPA), maka siswa tersebut secara akademik dapat masuk ke program
IPS.
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Ekonomi, Sosiologi, Bahasa
Inggris (2 mata pelajaran ciri khas program IPS dan 1 ciri khas program Bahasa),
maka siswa tersebut secara akademik dapat masuk ke program IPA.
• Apabila mata pelajaran yang tidak tuntas adalah Fisika, Ekonomi, dan Bahasa
Indonesia (mencakup semua mata pelajaran yang menjadi ciri khas ketiga
program di SMA) maka peserta didik tersebut :
- Perlu diperhatikan minat peserta didik.
- Perlu diperhatikan prestasi Pengetahuan, Praktik dan Sikap pada mata pelajaran
yang menjadi ciri khas program IPA seperti Fisika, Kimia dan Biologi
dibandingkan dengan mata pelajaran yang menjadi ciri khas program IPS
(Ekonomi, Geografi, Sosiologi) dan dibandingkan dengan mata pelajaran yang
menjadi ciri khas program Bahasa (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris).
Perbandingan nilai prestasi siswa dimaksud dapat dilakukan melalui program
remidial dan diakhiri dengan ujian. Apabila nilai dari setiap mata pelajaran yang
menjadi ciri khas program tertentu terdapat nilai prestasi yang lebih unggul
daripada program lainnya, maka siswa tersebut dapat dijuruskan ke program
yang nilai prestasi mata pelajarannnya lebih unggul tersebut. Apabila antara
minat dan prestasi ketiga aspek tidak cocok atau sesuai, wali kelas dengan
pertimbangan masukan dari guru Bimbingan dan Konseling dapat memutuskan
program apa yang dapat dipilih oleh peserta didik.
3. Bagi peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk masuk ke semua program,
diberi kesempatan untuk pindah jurusan apabila ia tidak cocok pada program semula
atau tidak sesuai dengan kemampuan dan kemajuan belajarnya. Sekolah harus
memfasilitasi agar peserta didik dapat mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang harus dimiliki di kelas baru.
4. Batas waktu pindah program di tentukan oleh sekolah paling lambat 1 bulan.
5. Satuan pendidikan dapat menambah kriteria penjurusan sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan setiap satuan pendidikan.
Hal yang sudah disebutkan diatas merupakan peraturan yang diberikan oleh Mentri
pendidikan, namun SMA Negeri 10 mempunyai beberapa peraturan tampahan seperti :
• SMA Negeri 10 Yogyakarta hanya menyediakan 2 (dua) program penjurusan yaitu
program penjurusan IPA dan IPS.
• SMA Negeri 10 Yogyakarta menambahkan 1 (satu) kriteria lagi untuk setiap program
penjurusan menjadi :
- Fisika, Kimia, Biologi ditambahkan dengan Matematika untuk kriteria program
penjurusan IPA.
- Geografi, Sosiologi, Ekonomi ditambahkan dengan Sejarah untuk kriteria program
penjurusan IPS.
3.5 Analisis Sistem
3.5.1 Identifikasi Masalah dan Penyebab Masalah
Dari subyek masalah yang terjadi dapat diidentifikasi beberapa penyebab
masalah, yaitu sebagai berikut :
1. Proses penilaian dan penentuan jurusan masih dilakukan secara manual sehingga
unsur subyektifitas masih tinggi dan membutuhkan banyak waktu untuk menentukan
setiap jurusan.
2. Dengan proses penilaian yang masih manual sering terjadi kesalahan perhitungan
karena kurangnya ketelitian, sehingga laporan yang dihasilkan akan kurang
mendukung dalam proses pengambilan keputusan.
3. Data penilaian dalam penentuan jurusan masih disimpan dalam bentuk arsip,
sehingga memungkinkan terjadinya kehilangan data dan dalam proses pencarian juga
membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
4. Tidak adanya proteksi untuk masing-masing data.
3.5.2 Analisis Kebutuhan Sistem
3.5.2.1 Kebutuhan Fungsional
1. Sistem harus dapat membatu dalam pengambilan keputusan untuk menentukan
jurusan yang sesuai dengan nilai semester, minat dan nilai psikotest yang
diperoleh masing-masing siswa.
2. Sistem harus dapat menangani pengolahan data siswa
3. Sistem harus dapat menangani pencarian data siswa
4. Sistem harus dapat melakukan pengaturan-pengaturan yaitu:
a. Menambah atau mengurangi kriteria dalam penentuan jurusan.
b. Menambah atau mengurangi jumlah jurusan.
c. Merubah nilai ketuntasan minimal.
5. Sistem harus dapat melakukan perhitungan-perhitungan, meliputi:
a. Perhitungan nilai siswa agar dapat menentukan jurusan yang sesuai dengan
hasil nilai yang diperoleh.
b. Perhitungan nilai psikotest dan penyesuaian dengan minat siswa yang juga
mendukung dalam pemilihan jurusan.
6. Sistem harus dapat melakukan beberapa pelaporan, meliputi:
a. Laporan siswa yang masuk dalam jurusan IPA dan IPS
b. Laporan total nilai siswa “ranking”
3.5.3 Analisis Manajemen Database
Berikut adalah data-data yang dibutuhkan dalam membentuk sebuah
komponen manajemen database, dalam rangka membangun SPK guna membantu
pencarian informasi mengenai karyawan yang berpeluang besar dalam menduduki suatu
jabatan yang lowong, terdiri dari:
1. Data Internal
Berupa data aturan penjurusan, data siswa, data nilai semester, data nilai psikotest serta
data lain yang mendukung dalam menentukan proses penjurusan. Data ini merupakan
aturan penjurusan yang sudah ditentukan oleh SMA Negeri 10 Yogyakarta.
2. Data Privat
Penentuan item-item dari aspek-aspek yang telah ditentukan sebelumnya (nilai rapor,
nilai psikotest, dan minat).
3.6 Perancangan Sistem
3.6.1 Perancangan Proses
3.6.1.1 Flowchart Sistem
jurusan mapel nilai_siswa siswa aturan tempjurusan
Input data jurusan Input data mapelInput data nilai
siswaInput data siswa Input data aturan
Data jurusan Data mapel Data Nilai siswa Data siswa Data aturan
Pengolahan data
jurusan
Pengolahan data
mapel
Pengolahan data
nilai siswa
Pengolahan data
siswa
Pengolahan data
aturan
Laporan nilai
siswa
Proses
perhitungan nilai
Proses ketuntasan Proses penjurusan
Laporan
penjurusan
Lap. Hasil
Penjurusan,
Lap.Data Siswa,
Dll
3.6.1.2 Flowchart Program
START
END
Cek Naik Kelas
LOOP
NIS Awal
Hitung Ketuntasan
Nilai Total
Insert
tmp_jurusan
membaca
Minat dan Psiko
Jika jurusan yang layak
= banyak jurusan
Jika jurusan yang layak
< banyak jurusan
Jika jurusan hanya 1
jurusan yang layak
Jika tidak ada jurusan
yang layak
LOOP
Penjurusan
LOOP
Penjurusan
Hitung Nilai Rata-
rata perjurusan
Hitung Nilai Rata-
rata perjurusan
Hitung Nilai Rata-
rata perjurusan
Hitung Nilai Rata-
rata perjurusan
LOOP
Penjurusan
Penentuan
Jurusan yang
Layak
Penentuan
Jurusan yang
Layak
Penentuan
Jurusan yang
Layak
Update Data
Siswa
NIS ++
Tidak
Ya Ya YaYa
Ya
Tidak Tidak Tidak
3.6.1.3 Data Flow Diagram (DFD)
1. DFD Level 0 (nol)
2. DFD Level 1 (satu)
Sistem
Penentuan
Jurusan
GuruBagian
Kurikulum
Lap. Hasil
Penjurusan
- Data Jurusan
- Data Aturan
- Data Siswa
- Data Nilai Siswa
Lap. Hasil
Penjurusan
Kepala
Sekolah
Lap. Hasil
Penjurusan
Bagian Kurukulum
4.0
Input Nilai
Siswa
Jurusan Nilai Siswa
6.0
Proses
Ketuntasan
7.0
Proses
Perhitungan
Nilai
8.0
Proses
Penjurusan
2.0
Input Data
Mapel
3.0
Input Data
Siswa
Mapel siswa
9.0
Pembuatan
Laporan
Temp.
Jurusan
1.0
Input Data
Jurusan
5.0
Input
Aturan
Aturan
Kepala
Sekolah
Bagian
KurikulumGuru
Data
JurusanData
Mapel
Data
SiswaData Nilai
Siswa
Data
Aturan
Data
Jurusan
Data
Mapel
Data
Siswa
Data
Jurusan Data
Mapel Data Siswa
dan
Data Hsl Proses
Penjurusan
Data Nilai
SiswaData Nilai
Siswa
Data
Siswa
Lap. Hasil
Penjurusan
Lap. Hasil
Penjurusan
Lap. Hasil
Penjurusan
Data
Siswa
Update
Data Nilai
Siswa
Data
Siswa
Update
Data Siswa
3.6.1.4 Relasi Antar Tabel
4. Implementasi Sistem dan Pembahasan
4.1 Manual Program
Manual program digunakan sebagai panduan untuk menggunakan program
aplikasi. Manual program dibuat dengan komprehensif dan menyeluruh, sehingga
pengguna dapat menggunakan program dengan maksimal sesuai dengan fitur-fitur yang
tersedia di dalamnya.
4.1.1 Implementasi Dasar Sistem
1. Menu Login
2. Menu Utama
7. Input Nilai Siswa
8. Input Data Minat dan Psikotest
9. Proses Penentuan Jurusan
10. Proses Penentuan Ranking
11. Proses Pencarian Data Jurusan
12. Laporan Data Siswa
13. Laporan Data Hasil Proses Penjurusan
14. Laporan Hasil Proses Pencarian Data Jurusan
15. Laporan Ranking
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari Sistem Pendukung Keputusan untuk Penentuan
Juruan pada SMA 10 Yogyakarta, yakni antara lain:
1. Dengan dibuatnya sistem ini, dapat membantu pihak SMA 10 Yogyakarta dalam
menentukan siswa yang cocok untuk mengisi jurusan yang sesuai dengan
kemampuan dan minatnya.
2. Data siswa dan data jurusan dapat tersimpan dalam suatu database secara
elektronik, begitu juga dengan data kriteria penilaian siswa, yang jika suatu saat
diperlukan oleh pihak SMA 10 Yogyakarta dapat diproses langsung, dan tidak bersifat
manual lagi.
3. Memudahkan dalam proses perhitungan dan proses pencarian data.
5.2 Saran
Sistem Pendukung Keputusan ini sekiranya dapat dikembangkan dalam basis
web sesuai dengan kebutuhan pihak SMA Negeri 10 Yogyakarta, sehingga siswa yang
ingin melihat hasil jurusan yang mereka harapkan dapat langsung diakses tanpa harus
berada disekolah. Selain itu diharapkan pihak sekolah merubah sistem penyimpanan
databasenya di dalam satu tempat. Misalnya, semua database disimpan dalam
SQLserver jangan dipisah seperti yang ada saat ini (Excel, Accses dan arsip biasa), hal
tersebut mempersulit dalam perkembangan sistemnya nanti.
Daftar Pustaka
Andi Sunyoto., 2007, Pemrograman Database dengan Visual Basic dan Ms.SQL,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Hanif Al Fatta, 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Kusrini, 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Suryadi, Kadarsah, Dr. Ir. , Ir. Ali Ramdhani, M.T., Sistem Pendukung Keputusan, PT.
Remaja Rosdakarya, 2000
Turban, E., dkk.2005. Decision Support Systems and Inteligent Systems. Prentice Hall
Inc.
top related