seminar+tb+ +permasalahan+tb+di+indonesia
Post on 20-Oct-2015
64 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Oleh:Benedicta Mutiara Suwita,
0906639713Calvin Kurnia Mulyadi, 0906639726
Christopher Rico Andrian, 0906554251
Deriyan Sukma Widjaja, 0906554270Dwi Wicaksono, 0906487764
PERMASALAHAN TUBERKULOSIS DI
INDONESIA
Penyakit menular kronisMycobacterium tuberculosis (complex)Basil tahan asam (BTA)Penularan melalui udara (microdroplet nuclei) Infeksi tuberkulosis primer dan pascaprimer
(sekunder)Faktor yang mempengaruhi kerentanan seseorang
menjadi penyakit TB: Imunokompromis Status gizi buruk
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI (2)
Tabel 2.1 Prevalensi, Insidensi dan Mortalitas TB di Indonesia tahun 1990 dan 20094
Indonesia merupakan negara urutan keempat dengan kasus TB terbanyak pada tahun 2010 setelah India, Cina, dan Afrika Selatan
Tahun 2007, prevalensi kasus TB sebesar 244 per 100.000 dan insidensi untuk semua tipe TB adalah 228 per 100.000. Insiden untuk kasus TB-BTA positif sebesar 102 per 100.000 dan angka kematian mencapai 39 kasus per 100.000 atau sekitar 250 orang perhari.
EPIDEMIOLOGI (3)
PERMASALAHAN TB DI INDONESIA
Faktor Sarana• Tersedianya obat yang cukup dan kontinyu• Koordinasi sistem yankes• Regimen OAT yang adekuat
Faktor Penderita/pasien• Tingkat pengetahuan• Menjaga daya tahan tubuh• Menjaga kebersihan diri dan mencegah penularan• Perasaan rendah diri karena infeksi TB• Kesadaran dan usaha untuk sembuh
Faktor Keluarga, Lingkungan, dan Masyarakat• Memberi dukungan/motivasi• Menjadi PMO• Mencegah penularan pada
keluarga• Memeriksakan diri jika ada gejala
kecurigaan TB
PERMASALAHAN TB DI INDONESIA (2)
Tuberkulosis Resisten Ganda (multidrug resistance TB/MDR-TB) Resisten minimal terhadap rifampisin dan isoniazid dengan atau
tanpa OAT lainnya Suspek TB-MDR, jika:
Kasus TB paru kronik Pasien TB paru gagal pengobatan kategori 2 Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti
kuinolon dan kanamisin Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1 Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan dengan kategori 1 TB paru kasus kambuh Pasien TB yang kembali setelah lalai/default pada pengobatan
kategori 1 dan atau kategori 2 Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien TB-
MDR konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal TB-MDR
TB-HIV
PERMASALAHAN TB DI INDONESIA (3)
Penyebab terjadinya TB-MDR: Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan TB Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan
resistensi. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama, terutama pada daerah dengan angka resistensi tinggi.
Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan menyebabkan penyebaran galur resistensi obat.
Pasien dengan TB-MDR diterapi dengan OAT jangka pendek akan tidak sembuh dan akan menyebarkan kuman. Pengobatan TB-MDR sulit diobati serta memerlukan pengobatan jangka panjang dengan biaya mahal.
Pasien dengan OAT yang resisten terhadap kuman tuberkulosis yang mendapat pengobatan jangka pendek dengan monoterapi akan menyebabkan bertambah banyak OAT yang resisten (amplifier effect). Hal ini menyebabkan seleksi mutasi resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan tidak efektif (addition syndrome).
HIV akan mempercepat terjadinya terinfeksi TB mejadi sakit TB dan akan memperpanjang periode infeksius
PERMASALAHAN TB DI INDONESIA (4)
• Resistensi natural• Resistensi didapat• Virulensi kuman
Mikrobiologik
• Penyelenggara Kesehatan• Obat• Pasien
Klinik
• Program DOTS belum berjalan dengan baik• Biaya yang besar• Tidak ada laboratorium untuk biakan dan uji kepekaan
Program Kesehatan
• Kemungkinan TB-MDR lebih besar• Gangguan penyerapanFaktor HIV/AIDS
• Daya tahan hidup lebih tinggiFaktor Kuman
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA MDR-TB
Pencapaian: Kontrol TB dimasukkan dalam pengembangan nasional
dengan dana yang terjamin Pemberantasan TB merupakan prioritas dari strategi
rencana Menkes Intervensi TB/HIV dimasukkan ke dalam keputusan
kementrian pada Desember 2009 Strategi Pengendalian TB Nasional 2010-2014
diselesaikan dengan tema “Breakthrough toward Unviersal Access”
Ekpansi DOTS meliputi 30% dari rumah sakit umum dan swasta
Pendirian laboratorium rujukan di tujuh provinsi baru
PENCAPAIAN DAN KENDALA DI INDONESIA
Pencapaian:Ekpansi Programmatic Management of Drug Resistance (PMDT) dari dua situs ke tiga situs baru
Lima laboratorium sudah teruji kualitasnya untuk biakan dan uji kepekaan obat lini pertama dan kedua
Survey resistensi obat (Drug resistance surveillance, DRS) sudah selesai di Jawa Tengah dan sedang dalam tahap pengumpulan data di Jawa Timur
Aktivitas kolaboratif tentang TB/HIV sudah mencakup provinsi dengan prevalensi HIV yang tinggi
IDI sudah terlibat sepenuhnya dalam meningkatkan profesionalisme tentang ISTC, termasuk dokter praktik swasta
PENCAPAIAN DAN KENDALA DI INDONESIA
Kendala: Komitmen dan kontribusi pemerintah daerah
terhadap pengendalian TB Masih ada populasi tidak terjangkau (wilayah
Indonesia Timur, penjara, pendatang di kota besar, dan populasi dengan risiko tinggi HIV)
Peningkatan jumlah jaringan laboratorium untuk biakan dan uji kepekaan di pulau lain selain Jawa dan EQA
Pengenalan metode diagnostik baru (LPA, Xpert MTB/RIF) dan integrasi ke dalam sistem
Pengembangan aktivitas kolaboratif mengenai TB/HIV untuk mencakup provinsi lain
Mencegah habisnya obat lini pertama dan lini kedua
PENCAPAIAN DAN KENDALA DI INDONESIA
Sejarah penanggulangan Telah dimulai dari zaman penjajahan Belanda sanatorium
untuk beristirahat dan terapi diet Tahun 1933 pendirian biro-biro konsultasi Tahun 1942 aktivitas pemberantasan TB terhenti pada
zaman pendudukan Jepang Tahun 1952 UNICEF dan WHO Tuberculose Demonstration
and Training Programme pengobatan dan penyuluhan Pelita I (1969) vaksinasi BCG anak usia 0-14 tahun tanpa
didahului tes Mantoux Pelita III (1975) paduan OAT yang lebih efektif dan masa
pengobatan pendek dengan Rifampisin Tahun 1994 WHO dan IUATLD strategi DOTS Tahun 1999 pencanangan Gerakan Terpadu Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis (Gerdunas TB)
STRATEGI PENANGGULANGAN TB DI INDONESIA
Upaya yang telah dilakukan: Vaksinasi BCG Strategi DOTS Pengobatan dan pengobatan ulang pada penderita TB Penyuluhan kesehatan Evaluasi program (sudah termasuk dalam DOTS).
Komponen DOTS: Komitmen pemerintah (politis) untuk menjalankan program TB
nasional Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan dahak mikroskopis
(BTA) Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung,
dikenal dengan istilah Directly Observed Therapy (DOT) Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu dan berkesinambungan Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara menyeluruh.
STRATEGI PENANGGULANGAN TB DI INDONESIA (2)
1. Aditama TJ , Subuh M. Pedoman Nasional Pengendal ian Tuberkulosis. 2011. Direktorat Jenderal Pengendal ian Penyakit dan Penyehat Lingkungan. Kementerian Kesehatan RI .
2. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E, Reviono, Soedarsono, et al . Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2011. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia .
3. World Health Organization. Global Tuberculosis Report. 2012. Avai lable on: http://apps.who.int/ i r is/bitstream/10665/75938/1/9789241564502_eng.pdf
4. TB Indonesia. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. Avai lable on: http:// tbindonesia.or. id/pdf/Data_tb_1_2010.pdf
5. WHO. Tuberculosis Control in South-East Asia Region. 2012. Avai lable on: http://www.searo.who.int/ l inkfi les/tuberculosis_who-tb-report-2012.pdf
6. WHO. Indonesia Tuberculosis Profi le. 2011. Avai lable on: https://extranet.who.int/sree/Reports?op=Replet&name=/WHO_HQ_Reports/G2/PROD/EXT/TBCountryProfi le&ISO2=ID&outtype=pdf.
7. Permatasari A. Pemberantasan penyakit TB dan strategi DOTS. 2005. Avai lable on: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3448/1/paru-amira.pdf.
8. Kompas. Pencegahan TB tersendat karena dana global macet. 2007. Avai lable on: www.unesco.or. id ..
DAFTAR PUSTAKA
9. Harahap SW. Masalah TBC di Indonesia. 2007. Avai lable on: http: / /edukasi .kompasiana.com/2010/11/02/masalah-tbc-di- indonesia .
10. Gupta KB, Gupta R, Atreja A, Verma M, Vishkarma S. Tuberculosis and nutr it ion. Lung India. 2009; 26(1): 9–16. Avai lable on: http: / /www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art ic les/PMC2813110/
11. National Inst itute of Al lergy and Infect ious Disease. Tuberculosis (TB). 2012. Avai lable on: http: / /www.niaid.nih.gov/topics/tuberculosis/understanding/Pages/
12. Default .aspx. 13. Aditama TY. Tuberkulosis: Diagnosis, Terapi, dan Masalahnya. Edisi V.
2005. Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.14. Sharma SK, Mohan A. Mult idrug-Resistant Tuberculosis: A Menace that
Threatens to Destabi l ize Tuberculosis Control . CHEST 2006; 130:261-72.15. TB Indonesia. Penanggulangan Tuberkulosis Terpadu: Struktur program
penanggulangan TB nasional. 2012. Avai lable on: http: / /www.tbindonesia.or. id/2012/03/20/struktur-program-tb/ .
16. Departemen Kesehatan RI . Pengendal ian TB di Indonesia mendekati target MDG. 2012. Avai lable on: http: / /www.depkes.go. id/ index.php/berita/press-release/857-pengendal ian-tb-di- indonesia-mendekati-target-mdg.html .
17. Departemen Kesehatan RI . Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi kedua. 2007. Avai lable on: http: / /www.kedokteran. info/downloads/Pedoman%20Nasional%20Penanggulangan%20Tuberkulosis%20Indonesia%202007.pdf
DAFTAR PUSTAKA (2)
top related