rectocel referat (autosaved)
Post on 05-Jul-2015
425 Views
Preview:
TRANSCRIPT
RECTOCELE
I. PENDAHULUAN
Prolaps organ pelvik (POP) adalah suatu kondisi umum yang kejadiannya sedang meningkat.
Banyak kasus prolaps dinding vagina posterior terjadi bersama dengan adanya kecacatan
panggul. Ahli bedah yang merawat kasus-kasus rectocele harus memahami benar mengenai
anatomi dari dasar panggul itu sendiri, interaksi dari jaringan ikat dan otot panggul, serta
hubungan antara anatomi dan fungsinya. Penyakit POP ini biasanya timbul tanpa gejala.
Tekanan dari panggul, hubungan seksual terganggu, sulit buang air besar, dan fecal
incontinence adalah beberapa gejala yang biasanya terjadi pada pasien dengan rectocele.
Gejala dan penyebab dari prolaps itu sendiri belum pasti.(1)
Rectocele digambarkan sebagai suatu herniasi intravaginal rektum akibat melemahnya
otot septum rektovaginal. Selain itu bisa juga dikarenakan kelumpuhan dari fascia prerectal
dan pararectal yang juga terkait dengan pembentukan rectocele. Keadaan relaksasinya septum
rektovaginal juga mendukung suatu keadaan rectocele. Secara umum, ada beberapa wilayah
disepanjang septum rektovaginal dimana kelemahan sering ditemukan. Situs yang paling
umum terjadi adalah pemisahan melintang yang tepat terjadi di atas lapisan septum di daerah
permukaan perineum, yang menghasilkan rectocele rendah. Kelemahan dari garis
pertengahan vertikal biasanya kemungkinan besar merupakan akibat dari episiotomi yang
buruk dan sukar untuk sembuh. Serta jarang kita dapat melihat pemisahan lateral yang terjadi
pada satu sisi.(2)
Gejala rectocele sering berhubungan dengan fungsi usus dan hubungan seksual,
termasuk sensasi kepenuhan di vagina, massa yang menggembung melalui introitus, kesulitan
dalam mengeluarkan defekasi, sembelit. Diagnosis prolaps dinding vagina posterior dibuat
dengan pemeriksaan fisik. Sebuah rectocele bermanifestasi sebagai tonjolan yang
membentang dari dinding posterior vagina, yang bisa lebih baik diidentifikasi dengan
menempatkan setengah-spekulum anterior untuk mendukung dinding vagina anterior dan
kandung kemih selama pemeriksaan. Pemeriksaan bimanual rektovaginal menunjukkan
redaman signifikan dari septum rektovaginal. Selain itu, kehilangan konfigurasi antara sudut
kanan normal antara segmen proksimal vagina dengan segmen distal. Serupa dengan
1
enteroceles, rectoceles dapat didiagnosis melalui radiografi oleh kehadiran gas usus dibawah
ramus pubis inferior pada radiografi polos atau dengan pencitraan resonansi magnetik
panggul. Sangat jarang ditemukan suatu prolaps dinding posterior yang terisolasi atau suatu
rectocele, karena memerlukan identifikasi terkait kelumpuhan otot dasar panggul sebelum
perencanaan koreksi bedah.(2)
Gambar 1. Gambaran rectocel high rectocel dan low rectocel
Definisi
Kelainan umum akibat kelemahan dukungan panggul termasuk rectocele dan cystocele,
enterocele, dan prolaps uterus, yang menggambarkan suatu kegagalan akibat kelemahan
daripada jaringan ikat endopelvik dan dukungan dari otot levator ani maupun keduanya, yang
menyebabkan terjadinya perpindahan pada rektum, usus kecil, kandung kemih, dan rahim.
rectocele adalah penonjolan rektum ke dalam lumen vagina akibat kelemahan pada dinding
otot rektum dan jaringan musculoconnective paravaginal, yang memegang rektum di tempat
posterior.(3)
Enterokel adalah suatu herniasi dari usus peritoneum dan merupakan hernia yang
terjadi akibat gangguan dukungan panggul. Kebanyakan enterocele terjadi akibat penurunan
antara ligamen uterosakral dan ruang rektovaginal, tetapi mereka juga mungkin terjadi
terutama dikarenakan akibat dari telah dilakukannya suatu histerektomi sebelumnya.
Cystocele adalah herniasi dari kandung kemih melalui dinding vagina anterior.
Cystocele biasanya terjadi ketika jaringan musculoconnective pubocervical dimana yang
menghubungkan antara garis tengah ataupun titik lateral bagian superior melemah.
4
Uterine prolapse umumnya terjadi akibat hasil dari berkurangnya dukungan ligamen kardinal
atau uterosakral, yang memungkinkan tonjolan ke bawah dari serviks dan uterus ke arah
introitus.(3)
Gambar 2. Potongan sagital dari gambaran anatomi pelvik normal. B: cystokel dan rectokel.
II. INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian POP sekitar 10-20 % dari semua operasi ginekologi menurut studi
epidemiologi. Sekitar 11% perempuan Amerika memerlukan operasi prolaps organ panggul
dan dari jumlah ini, sekitar 25-30% angka kejadian kekambuhan masih tinggi. rectocele
adalah bentuk prolaps organ panggul dimana terjadi herniasi atau penonjolan dari dinding
posterior vagina dengan dinding anterior dari rektum yang malformasi dari dinding epitel
vagina. Meskipun prevalensi rectocele tidak diketahui seutuhnya, Olsen et al mencatat bahwa
76% dari perempuan dengan prolaps organ panggul didokumentasikan memiliki rectocele. Di
4
masa lalu, perbaikan bedah rectocele umumnya sukses dalam "memperbaiki" vagina yang
menonjol. Namun, karena kurangnya pemahaman umum korelasi antara anatomi dan
dukungan serta kelainan fungsional dari panguul itu sendiri, hasil fungsional belum
sepenuhnya ditangani.
Hari ini, seperti halnya penduduk lansia terus tumbuh dan menjadi lebih aktif, hasil
tindakan operasipun harus mencakup tidak hanya keberhasilan memulihkan anatomi, tetapi
juga memulihkan quality of life dari wanita yang menderita POP. termasuk gejala yang
berkaitan dengan prolaps dan pemeliharaan atau pemulihan fungsi visceral dan seksual.
Tujuan bab ini adalah untuk meninjau anatomi dan patofisiologi rectokel serta perkembangan
terakhir dalam diagnosis dan manajemen dari POP itu sendiri.(2)
Anatomi panggul
Selama akhir tahun 1800 diyakini bahwa dukungan utama uterus adalah vagina, yang
pada gilirannya didukung oleh penyisipan dari otot-otot levator ke dalam bagian perineal
body. Berdasarkan pada karya DeLancey, diketahui ada tiga tingkatan dasar dukungan untuk
vagina adalah: Tingkatan 1 terdiri dari dukungan oleh serviks dan vagina bagian atas, serta
dinding otot-otot levator oleh kompleks kardinal-uterosakral, Tingkatan 2 menggambarkan
dukungan terhadap vagina bagian tengah oleh dukungan by lateral connections, oleh arcus
tendinous fascia pelvis. Tingkatan 3 menggambarkan dukungan terhadap vagina bagian
bawah.
Kelemahan ataupun kelumpuhan dalam berbagai derajat dapat mengakibatkan
terjadinya rectocele yang sesuai dengan derajat kelemahan otot yag terjadi. High Rectokel
yang sering disebabkan oleh karena peregangan atau gangguan dari ketiga dasar otot dinding
vagina dan ligamen kardinal uterosakral yang berhubungan dengan hilangnya daya dukungan
antar descensus rahim. Middle rectokel yang sering dihubungkan dengan gangguan ketiga
atas dinding vagina dan kompleks ligamen kardinal-uterosakral, dan berhubungan pula
dengan hilangnya dukungan rahim dan descensus kelamin.
Mid rectokel yang sering dipengaruhi oleh kelahiran, terkait dengan pemisahan septum
rektovaginal dan hilangnya dukungan dasar panggul. Low rectokel berhubungan dengan
gangguan dari tubuh perineum dan diduga akibat cedera sekuder saat melahirkan
sebelumnya yang tidak sembuh sempurna atau karena overdistension saat melahirkan.
Meskipun sebelumnya keberadaan septum rektovaginal masih kontroversi, bedah serta
spesimen histologi telah mengkonfirmasi lapisan jaringan padat antara rektum dan vagina
yang terdiri dari kolagen, otot polos dan serat elastin. Lapisan fasia ini yang pertama kali
4
dijelaskan oleh Denonvilliers pada tahun 1839 yang dikenal sebagai fasia rektovaginal, fasia
Denonvillier’s, fasia prerektal, fasia vagina, dan septum rectogenital. Sebelumnya mengenai
keberadaan septum rektovaginal, bedah dan pembedahan kadaver serta spesimen histologis
telah mengkonfirmasi lapisan padat jaringan antara rektum dan vagina, yang terdiri dari
kolagen, otot polos dan serat elastin. Lapisan ini fasia, yang pertama kali dijelaskan pada pria
oleh Denonvilliers. Dan meluas dari sakrum ke perineum dan ke arah lateral yang menyatu ke
dalam meliputi otot-otot fasia iliococcygeus dan pubococccygeus.
pada tahun 1839, dikenal sebagai fasia rektovaginal, fasia Denonvillier's, fasia
prerectal, fasia vagina, dan septum rectogenital. Yag meluas dari sakrum ke perineum dan
lateral menyatu ke dalam meliputi otot-otot fasia iliococcygeus dan pubococcygeus.
Richardson menunjukkan lima jenis septum yag terisolasi diseptum rektovagial pada pasien
denganrektocel. Yang paling umum terjadi kelemahan daerah melintang di daerah perineum,
yang meyebabkan terjadinya low rectokel. Diikuti dengan kelemahan garis vertikal tengah
sehingga menyebabkan midvaginal rectokel.(2)
Gambar 3. Anatomi pelvis wanita, tampak potongan sagital dan kandung kemih, dan uterus, gambaran
bagian anterior dan posterior fibromuskular dari vagina, lapisa fasia da lapisa bagia bawah dari pelvik.
4
III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Sebagian besar peyebab dari suatu rectocele adalah hasil dari suatu persalinan
pervaginam yang terus menerus yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdominal
yang terjadi secara terus menerus pada wanita yang multiparitas. Pada beberapa penelitian
terhadap pasien dengan rectocele diperkirakan rectocele berkembang bisa dari keturunan dan
kelemahan otot dasar panggul yang medukung vagina maupun isinya.(4)
Kehamilan dan melahirkan
Kehamilan dan melahirkan adalah penyebab paling umum untuk terjadinya suatu
rectocele. Hal ini dikarenaka oleh otot-otot, ligamen dan fasia yang memegang dan
mendukung vagina Anda menjadi teregang dan melemah selama kehamilan, persalinan dan
melahirkan. Maka dari itu kehamilan sampai saat ini masih dikatakan sebagai pemeran utama
untuk terjadinya rektocele sehingga ibu yang sering mengandung dan melahirkan memiliki
angka kejadian rektocele yang lebih besar
Namun tidak semua orang yang telah mengandung dan melahirkan bayi akan
mengalami rectocele. Beberapa wanita memiliki otot-otot, ligamen, dan lapisan fasia yang
lebih kuat dan tidak bermasalah. Wanita yang yang melahirkan secara sectio cesaria memiliki
angka kejadian suatu rektocele lebih kecil dari pada wanita yang melahirkan pervaginam.
Peningkatan tekanan otot panggul
Keadaan dan kondisi lain yang dapat memberikan tekanan pada otot-otot paggul dan
dapat meyebabka terjadiya rectocele meliputi:(1)
Sembelit krois dan kebiasaa mengedan keras saat buang air besar
Batuk atau bronkitis kronis
Angkat barang berat yang terlalu sering
Kelebihan berat badan atau obesitas
Kelainan genetik
Aktivitas fisik yang terlalu berat
4
IV. PATOFISIOLOGI
Rectocele adalah suatu kelemahan oleh septum rektovaginal tetapi tidak pada rektum.
Ahli bedah panggul harus mengetahui anatomi dasar panggul dan dukungan lain dari vagina
dalam rangka untuk mendiagnosa dan mengobati gangguan ini. Dukungan otot panggul
adalah dari diafragma panggul. Diafragma panggul terdiri dari sekelompok pasangan otot
yang mencakup otot levator ani dan otot Coccygeus. Otot levator ani terdiri dari puborectalis,
pubococcygeus, dan otot ileococcygeus. Otot-otot ini berasal dari rami kemaluan di kedua
sisi garis tengah pada tingkat levator ani arcus tendineus.
Serat otot yang berasal dari otot levator ani yang berada pada lateral vagina dan anus,
yang bersilangan disekitar hiatus. Mereka juga yang membangun lantai pelvis posterior dan
lateral. Jaringan ikat tipis membran dalam septum rektovaginal (disekitar tabung seluruh
vagina) disebut aponeurosis Denonvilliers (fascia) atau fasia endopelvic yang berhamburan
pada bagian bawah dinding vagina posterior. Fasia rektovaginal ini meluas ke bawah dari
aspek posterior serviks dan ligamen kardinal-uterosakral pada bagian atas tubuh perineum,
kemudian pada bagian lateral meluas ke fasia atas otot levator ani. Ligamen kardinal dan
uterosakral menarik vagina bagian horizontal menuju sacrum.
Tubuh perineum terletak diantara introitus vagina dan anus. Ini adalah lampiran untuk
membran perineum (otot bulbocavernosus, otot perineum dangkal yang melintang, dan fasia
investasi), sebagian dari otot levator ani, sphincter anal eksternal, dan fasia (endopelvic)
rektovaginal. Melalui lampiran ligamen kardinal dan uterosakral, septum rektovaginal
menstabilkan tubuh perineum, yang pada dasarnya tergantung dari sacrum. Tubuh perineum
lebih stabil melalui lampiran lateral membran perineal untuk ramus ischiopubic. Antara
dukungan lateral dan mobilitas ke bawah tubuh perineum terbatas. Namun, jika lampiran ini
dipisahkan, seperti yang bisa terjadi selama persalinan, tubuh perineum dapat menjadi lebih
mobile, yang mengarah ke rectocele dari perineum.(1)
V. GEJALA DAN TANDA
Sebagian besar pasien dengan rectocele tidak menunjukkan gejala. Bahkan, Shorvon et
al. menemukan bahwa 76% dari sukarelawan nulipara yang mengalami rectokel tanpa gejala,
4
yang telah didefecography studi. Namun, gejala secara bertahap dapat timbul sebagai suatu
rectokel yang berlangsung karena tonjolan atau massa yang menonjol pada daerah vagina,
yang dapat menyebabkan tekanan dan nyeri panggul, dispareunia, dan nyeri pinggang(2)
Suatu rectocele ringan, dibuktikan di hampir semua pasien multipara, biasanya tidak
menyebabkan gejala. Dengan relaksasi lebih luas (yaitu, dengan rectocele yang lebih besar),
sensasi tekanan vagina, kepenuhan dubur, dan evakuasi lengkap merupakan keluhan yang
khas. Pasien dapat melaporkan bahwa perlu dengan cara manual dapat mengurangi keluhan
rectokel saat ingin buang air besar. ekstraksi feces keras kadang-kadang diperlukan. Gejala
spesifik lain seperti nyeri pinggang, dispareunia, atau inkontinensia dapat dilaporkan.(5)
Inspeksi daerah tersebut, dengan pasien yang mungkin mengalami sedikit tekanan pada
perineum, mengungkapkan suatu massa lunak menggembung ke dalam septum rektovaginal
dan distending introitus vagina. Pemeriksaan (terbaik dicapai rectovaginally, dengan jari
telunjuk dalam vagina dan jari tengah di dubur) mengungkapkan septum rektovaginal
berdinding tipis juga memproyeksikan ke dalam vagina. Cacat septum mungkin hanya
melibatkan sepertiga bagian bawah dinding vagina posterior, tetapi sering terjadi diseluruh
sepanjang septum rektovaginal. Jari di rektum menegaskan sacculation anterior ke dalam
vagina. Sebenarnya, saku jauh ke dalam badan perineal mungkin perlu dicatat, sehingga pada
aposisi dari jari di rektum dan ibu jari di luar, tubuh perineal tampaknya hanya terdiri dari
kulit dan dinding dubur.
Laserasi perineal sebelumnya belum diakui atau diperbaiki mungkin telah hampir
menghancurkan otot-otot yang biasanya tebal dan kuat dari perineal body. Tidak
jarang, atenuasi traumatis melibatkan beberapa atau semua sfingter anal. Jarang terjadi pada
rektovaginal kecil (atau rectoperineal) fistula juga dapat hadir. Hati-hati mempertanyakan
tentang incontinence dari feses atau flatus dan pemeriksaan hati-hati daerah tersebut harus
mengungkapkan cacat ini terkait. (5,1)
VI. DIAGNOSA
Rectocele mungkin diidentifikasi dengan cara menarik dinding vagina anterior ke atas
dengan menggunakan setengah dari Graves atau spekulum Pederson. rektum akan
menonjolan ke dalam vagina, dan tonjolan ini dapat menonjol melalui introitus. Dokter
kemudian harus menempatkan satu jari di rektum dan satu di vagina dan meraba hernia.
4
Seringkali septum rektovaginal seperti kertas-tipis, dan rectocele bisa teraba pada margin
atasnya. Jika pada pemeriksaan tampak enterocele, dimungkinkan untuk membedakannya
dari rectocele.(6)
Awalnya pasien diperiksa dalam posisi lithotomy, Semua segmen otot pendukung
vagina harus dinilai secara spesifik, dengan menggunakan pisau bedah dan spekulum Graves
atau spekulum Sims. Untuk memvisualisasikan dinding vagina posterior digunakan
spekulum. Pasien kemudian diminta untuk melakukan manuver Valsava atau batuk keras, dan
jika dari dinding vagina posterior keluar patut dicurigai suatu rectokel. Kecacatan tubuh
perineum terkait dengan melebarnya bagian dari perineum dan melebarnya introitus.dan
jaraknya menurun antara margin anterior dan posterior antara introitus vagina dan margin
anterioranus. Pengukuran perineum dan hiatus kelamin dimasukkan sebagai standar
pengukuran dalam sistem POP-Q. Evaluasi rutin fungsi otot dasar panggul juga harus
dilakukan dengan meminta pasien untuk secara selektif untuk mengendurkan otot-otot dasar
panggul dengan jari-jari pemeriksa divagina.(2,6)
VII. PENATALAKSANAAN
Pasien dengan rectoceles dapat hadir dengan penonjolan tanpa gejala yang ditemukan
selama pemeriksaan panggul atau pasien datang dengan suatu gejala. Terapi nonsurgical dan
metode operasi yang tersedia untuk mengobati pasien dengan gejala rectocele adalah teraapi
yang paling pertama yang harus dilakukan oleh dokter umum. Umumnya, perawatan
ditentukan oleh usia pasien, keinginan untuk kesuburan masa depan, keinginan untuk fungsi
coital, tingkat keparahan gejala, derajat kecacatan, dan adanya komplikasi medis.
Salah satu tanggung jawab dokter adalah untuk memberi wanita pilihan pengobatan
mereka dan potensi manfaat dan risiko dari setiap pilihan. Pilihan pengobatan medis untuk
wanita dengan gejala terutama terdiri dari manajemen dengan pessaries.(1)
A. Pendekatan pembedahan Nonsurgical
Tindakan profilaksis untuk mencegah rectocele mencakup diagnosis dan pengobatan
gangguan pernapasan dan metabolisme kronis, koreksi sembelit, dan gangguan intra-
abdomen yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal kronis diperut.
Counseling pasien tentang efek pencegahan pengendalian berat badan, nutrisi yang tepat,
berhenti merokok, dan menghindari pekerjaan berat dan menekankan bahwa dapat merusak
sistem pendukung panggul. Mengajarkan dan mendorong perempuan untuk melakukan
4
latihan otot panggul sebagai metode untuk memperkuat diafragma panggul maupun latihan
senam saat sedang hamil untuk mencegah terjadinya suatu rectocele.
Untuk derajat ringan, terutama pada wanita muda segera setelah melahirkan, latihan
otot levator, kadang-kadang disebut latihan kegel, sangat membantu dalam memulihkan
fungsi otot-otot dasar panggul. Instruksikan pasien cara tepat untuk otot puborectalis. Pasien
harus mengulangi latihan ini sekitar 75 kali dalam sehari. Seperti kebanyakan bentuk terapi
fisik, ini biasanya lebih efektif pada wanita premenopause dibandingkan pada wanita yang
lebih tua yang umumnya atropi otot kerangka telah terjadi.
Terapi konservatif secara khusus terdiri atas rehabilitasi terhadap lantai dasar pelvic
(panggul) untuk tiap derajat prolaps, dan inisiasi dari estrogen untuk jaringan vagina yang
mengalami atrofi. Sebuah alat pessary dapat pula digunakan untuk mengatasi suatu prolaps,
Selain memperkuat otot panggul, pessaries vagina Banyak yang tersedia yang dirancang
untuk mendukung jenis tertentu prolaps organ panggul. Pessaries menekan dinding vagina
dan ditahan di dalam vagina oleh jaringan outlet vagina. Jika tidak ada pilihan terapi lain
yang tersedia untuk pasien seperti ini, perineorrhaphy yang dapat dilakukan dengan pasien di
bawah anestesi lokal, sehingga konstriksi outlet vagina memungkinkan untuk
mempertahankan otot-otot penyangga vagina bagian posterior.
Namun ada pula efek samping dari penggunaan pessaries dapat menyebabkan iritasi
vagina dan ulserasi. Bersihkan dan masukkan kembali pessaries vagina secara periodik,
apabilahal tersebut tidak terlaksana dengan baik dapat mengakibatkan konsekuensi serius,
termasuk pembentukan fistula. Pasien dapat diobati dengan alat tersebut selama bertahun-
tahun. Indikasi untuk operasi termasuk keinginan untuk koreksi bedah definitif, ulcerations
vagina berulang karena penggunaan pessaries, atau incontinence.(1,2)
B. Terapi operatif
Berbagai teknik bedah telah diuraikan, termasuk colporrhaphy posterior, untuk
memperbaiki kelemahan yang terjadi, penggantian fasia posterior, dan perbaikan transanal.
Secara historis, terapi bedah utama untuk rectocele adalah colporrhaphy posterior. Tujuan
utama dari perbaikan posterior adalah untuk memperbaiki daerah posterior dari vagina yang
terjadi pada saat melahirkan secara pervaginam. Penutupan perineum dirancang untuk
mempersempit kaliber introitus vagina, mengembangkan susunan perineum, dan sebagian
menutup hiatus. Penjahitan dari otot levator ani anterior rektum, perbaikan tubuh perineum,
dan koreksi enterocele ada atau pencegahan enterocele potensial, yang kurang lebih sama otot
levator di garis tengahnya, meningkatkan ukuran dari dudukan levator, dan memendekkan
4
longitudinal dan transversal dari hiatus kelamin, serta meningkatkan kompetensi katup
panggul. Ini, bagaimanapun, adalah pendekatan nonanatomical untuk disfungsi dasar panggul
dan perbaikan rectocele.(2)
C. Posterior colporrhaphy
Tergantung pada kebutuhan untuk rekonstruksi perineum yang akan diperbaiki,pada
daerah kulit akan diinsisi berbentuk huruf V diatas perineum atau melintang sepanjang
margin eksternal fourchette. Dinding vagina dari fourchette yang tajam membedah dari
jaringan dibawah perineal body. Ruang rektovaginal dimasukkan dan dibedah ke puncak
vagina pada daerah yang luas, di luar bagian atas rectocele tersebut.
Sebuah bagian dari dinding vagina bagian posterior dijepit dengan menggunakan penjepit
Allis ke atas di garis tengah dinding posterior vagina distal di lokasi tonjolan rektum. Traksi
diterapkan kearah lateral dan ke luar untuk membuat segitiga datar. Dinding vagina kemudian
dibedah dari dinding anterior rektum.
4
Pada gambar A, dengan menggunakan jari kelima menetapkan akses langsung ke levator ani
bilateral. In B. Pada gambar B klem Allis ditempatkan di kedua sisi, traksi di klem ini
digunakan untuk mengangkat dinding posterior vagina dan tempat-tempat persimpangan dari
dinding dubur dan vagina di bawahnya. Sayatan dengan pisau bedah di situs ini memisahkan
rektum dari dinding vagina posterior dengan yang lainnya.
Pada titik ini, mencari sebuah enterocele sangat diperlukan sebagai syarat perbaikan
yang baik pada kasus rectocele. Fasia pararectal akan dikaitkan diatas dubur dengan jahitan
terputus, tertunda, menyerap atau permanen dari puncak vagina untuk introitus tersebut.
gambar A dan B, rectocele terimbrikasi. Beberapa lapisan mungkin diperlukan. Jaringan ikat
padat harus diidentifikasi dan dilepaskan dari tempatnya. gambar C, levator ani ditarik ke
daerah tengah dari posisi lateral dan dijahit di garis tengah, anterior rektum. Beberapa penulis
menghilangkan langkah sekunder untuk nyeri pasca operasi.
Seperti setiap jahitan ditempatkan, diameter vagina dinilai untuk memastikan tidak ada
penyempitan melintang yang terjadi yang mungkin mengakibatkan dispareunia. Linear,
lateral, sayatan ringan meringankan setiap constrictions yang terjadi. Jika perlu, redundansi
untuk menutup dinding posterior vagina dipangkas dan perawatan diambil untuk menjaga
kaliber vagina. Potongan dimulai dari pinggiran dari bagian atas dinding vagina posterior
yang diperkirakan di garis tengah. Jika perineum mengalami kecacatan, jaringan ikat adalah
pengikat di garis tengah. Plicating otot itu sendiri tidak diperlukan, melainkan dilakukan uji
coba penerapan kapsul otot. Plicating kapsul otot yang paling sering melibatkan otot rectalis
pubo. Tepi-tepi dari sisa-sisa potongan dinding vagina posterior dan perineum yang didekati
4
Gambar A, jahitan kedua ditempatkan ke levator ani untuk mengurangi lebarnya hiatus
kelamin. Pada gambar ini jahitan dilakukan lebih ke arah anterior, yang bertujuan membuat
hiatus semakin mengecil. Gambar B, dinding vagina berlebihan digunting.
Gambar A, peritonal body diperbaiki. Gambar B, perineum dibangun. Gambar C dan D,
dinding vagina posterior ditutup.
D. Perbaikan Transanal
Low rectocele dengan septum rectovaginal yang melemah sering diperbaiki dengan
metode operasi colorectal dalam upaya untuk merawat anorectal secara simultan, seperti
hemorrhoids, fissures, papillae, dan anal stenosis. Pada tahun 1965 metode anorectal ini
berkembang sepanjang waktu dari kegagalan yang terdahulu sebuah perbaikan vagina, untuk
mengoreksi sebuah pelembungan dinding anus bagian anterior.
4
Gambar 6. dengan jari dalam dubur tersebut, dinding vagina posterior dipotong dari dinding
vagina anterior.
Redding mengakui bahwa rectocele dapat menyebabkan sebuah gejala-gejala
anorectal, dan pada tahun 1967, Marks melaporkan bahwa satu-satunya focus pada kelainan
bentuk vaginal tidak mengurangi gejala-gejala yang timbul. Bahwa dengan melepaskan
lapisan bagian dalam rectocele dengan menggunakan tehnik colporrhaphy posterior yang
digabungkan dengan sebuah keinginan untuk membuang air besar, dia merekomendasikan
sebuah perbaikan vagina yang dikombinasikan dengan sebuah reseksi transanal dari
mukosa anus yang berlebihan. Namun demikian, teknik ini dapat mengakibatkan terjadinya
fistula rectovaginal dengan angka kejadian yang tinggi.
Berdasarkan Sullivan et al.’s perbaikan endorectal dari sebuah rectocele, dengan
pendekatan operasi colorectal secara khusus melibatkan endorectal plication dengan
mengggunakan benang bedah untuk mengurangi ukuran lebarnya luminal vagina. Ini bisa
diindikasikan untuk pasien-pasien dengan kelainan kongenital pada anus atau hernia anus
yang digabungkan dengan penipisan submucosa anus dan ukuran reservoir anus bertambah
Namun demikian, hal ini tidak sesuai untuk pasien dengan high rectocele dan
enterocele yang bersamaan. Sebagaimana halnya yang digambarkan oleh Nicholas, mukosa
dan submukosa yang berlebihan dan dari dinding dubur anterior yang melemah merupakan
indefifikasi pertama setelah memasukan inserting sebuah retractor anus. Dua lapisan
obliterative yang kemudian digabungkan pada dinding anus pada sambungan otot
4
mucocutaneous. Yang lainnya juga telah menggambarkan goresan mukosa anus dengan arah
melintang dan kemudian tergantung pada ukuran rectocele, untuk mengeluarkan bagian
mukosa segi empat yang telah diinsisi.
Perbaikan-perbaikan keseluruhan transanal yang telah ditunjukkan mengurangi ukuran
rectoceles pada proctography. Meskipun telah tidak konsisten berpengaruh pada tekanan-
tekanan anal, mereka cenderung menyebuhkan sensasi dubur, akibatnya pada sebuah
keinginan untuk membuang air besar pada volume yang rendah dan menyebuhkan sembelit
dan incontinence. Sebuah evaluasi prospektif menggunakan sebuah pendekatan transanal,
Murthy et al. Menemukan perkembangan dalam constipation, incontinence, dan symptom-
symptom dari massa vagina. Namun demikian dalam sebuah perbandingan yang restropektif ,
Arnold et al
Gambar 7. gambar 4 sebuah kerusakan melitang yang rendah antara perineum dan sisi distal
dari fascia rectovaginal, ditutup pada kebiasaan khusus buang air besar dengan jahitan pada luka yang
terganggu.
Tanpa perbedaan yang signifikan antara pendekatan transanal dan colporrhaphy
posterior traditional dalam memandang pada sembelit, fecal incontinence, dan dyspareunia.
Satu-satunya perbedaan adalah frekuensi yang besar dari rasa sakit paska-operasi dengan
4
pendekatan vagina. Sebuah studi prospektif yang lebih bari mengkonfirmasikan hasil-hasil
ini.
F. Metode Laparoscopic
Indikasi-indikasi tesebut untuk sebuah metode laparoscopic sama dengan metode
sebuah perbaikan vaginal atau transanal. Paraiso et al. Menegaskan penggunaan
electrocautery, harmonic scalpel, atau laser untuk membuka septum rectovaginal,
Pembedahan yang tumpul dan/atau yang runcing digunakan pada ruang rectovaginal
menyebabkan perinal body memanjang.
Perineal body dijahit pada septum rectovaginal dan kerusakan fascial rectovaginal
ditutup dengan menggunakan benang yang tidak menyerap No. 0. Jika fascia rectovaginal
dilepaskan dari fascia iliococcygeus, ini disambung dengan jahitan No. 0 yang tidak
menyerap, Aspek-aspek perbaikan dari otot-otot levator ani juga bisa di plicated. Lyons dan
Winer menggabungkan polyglactin mesh dari kompleks sendi tulang uterosacral pada
perineal body dalam perabaikan rectocele laparoscopic-nya. Komponen-komponen tersebut
dievaluasi secara prospektif terhadap 20 pasien yang telah dioperasi. Setelah 1 tahun
kemudian menunjukkan perbaikan yang berarti dengan angka menurunnya gejala sebesar
95%.(2,7,8,9)
VIII. KOMPLIKASI
Komplikasi segera termasuk reaksi anestesi yang merugikan, perdarahan, infeksi daerah
operasi atau saluran kemih bawah dan cedera organ yang berdekatan, pembuluh darah, atau
saraf. komplikasi infeksi jarang biasanya terjadi (3-6). Komplikasi jangka panjang termasuk
prolaps organ panggul berulang dan dispareunia pada 20-30% wanita.
Operasi vagina pada umumnya termasuk perdarahan, infeksi, memperpendek vagina,
dan dinding vagina pembentukan kista inklusi. Komplikasi khusus untuk perbaikan rectocele
termasuk yang terkait proctotomy dan selanjutnya pengembangan fistula rektovaginal, yang
telah dilaporkan pada sampai dengan 5% dari pasien. retensi urin merupakan komplikasi
yang sering terjadi tetapi sementara, terjadi pada 12,5% pasien. Insiden dispareunia, yang
telah dilaporkan kepada terjadi pada 30% pasien, mengalami penurunan dalam insiden pada
penelitian yang lebih baru.
4
Awal kambuh diduga disebabkan oleh kegagalan untuk mengidentifikasi dan
memperbaiki seluruh kerusakan dukungan, sementara kambuh terlambat mungkin disebabkan
oleh melemahnya jaringan mendukung berkaitan dengan penuaan, kronis tegang, defisit
neurologis yang berhubungan dengan cedera panggul, defisiensi estrogen, atau signifikan
perubahan akses vagina.(10)
4
DAFTAR PUSTAKA
1. Howard Shaw A, MD, MBA rectocele [online].2010 [cited 2010 february 10] [3
screens]. Available from: url: http:// www.emedicine.com
2. Dekker marcel. Evaluation and management of rectoceles. In: Sandip P. Vasavada,
M.D,eds. Female Urology, Urogynecology, and Voiding Dysfunction United states
of america: marcel dekker; 2005 p. No 735-57
3. Novak emil, Dr. Pelvic organ prolaps. In: S. Jonathan bere, eds. Berek and Novak’s
gynecology California: Lippincott Williams & Wilkins; 2007 p. No 897-930.
4. Weston. Rectoceles. In: Ghoniem Gamal Dr dan Davila Wily Dr,eds. Practical guide
to female pelvic medicine united state of american: taylor and francis group; 2006 p.
No 148-57.
5. Okdokey. Rectocele. In: Alan H. DeCherney dan Nathan Lauren,eds. Obstetri &
Gynecologic Diagnosis & Pengobatan tepat Los angeles california: The McGraw-
Hill Companies; 2003 p. No 484-5
6. John F. Kennedy. Disorders of pelvic support. In: Vern L. Katz, MD dan Gretchen
M. Lentz, MD,eds. Katz: Comprehensive Gynecology, 5th ed philadelphia: mosby;
2007.
7. S. Gene McNeeley, MD. Pelvic relaxation syndrome [online]. 2008 [cited 2011 02
10]. [screens 1-2]. Available from : URL: http://www.google.com
8. CB Clayman. Rectocele [online]. 2006 [cited 2011 02 10]. [screen 1-3]. Available
from: URL: http://www.facs.org/
9. Mayo Foundation untuk Pendidikan dan Penelitian Medis. Rectocele [online]. 2010
[cited 2011 02 10]. [halaman]. Available from: URL: http://www.google.com
10. MBA MD, A Howard Shaw. Rectocele pengobatan.[online] 2010 [cited 2011 02 11].
[halaman]. Available from: URL: http://www.google.com
4
top related