referat pioderma (autosaved)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau
Staphylococcus aureus. Kalangan awam menggunakan terminologi Koreng untuk
manamakan infeksi kulit. Dalam praktek sehari-hari Pioderma dengan berbagai bentuk dan
jenisnya, masih kerap dijumpai, terutama pada anak-anak.
Pioderma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Penyakit ini berhubungan
erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang cenderung terkena
pioderma. Pioderma dapat menyerang laki-laki maupun perempuan pada semua usia. 1
1
BAB II
PEMBAHASAN
PIODERMA
A. Definisi
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh kedua-duanya.1
B. Etiologi
Sebenarnya infeksi kulit dapat pula disebabkan oleh kuman negative-Gram, misalnya
Pseudomonas aerugunosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Escherichia coli dan
Klebsiella. Penyebab yang umum ialah kuman positif-Gram yaitu Staphylococcus B
hemolyticus dan Streptococcus aureus. 1
C. Epidemiologi
Pioderma merupakan penyakit yang paling sering dijumpai. Penyakit ini berhubungan
erat dengan keadaan social ekonomi. Tidak ada ras tertentu yang cenderung terkena
pioderma. Pioderma dapat menyerang laki-laki maupun perempuan pada semua usia. 1
D. Faktor Predisposisi
Higiene yang kurang
Menurunnya daya tahan tubuh, biasanya karena kelelahan, anemia, atau penyakit-
penyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma, dan diabetes mellitus
Telah ada penyakit lain di kulit, hal ini dapat merangsang terjadinya pioderma
yang hampir bisa dipastikan akan memperparah penyakit kulit sebelumnya
tersebut, hal itu juga terjadi karena fungsi kulit sebagai pelindung yang terganggu
oleh penyakit. Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai
pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya infeksi. 1
E. Klasifikasi
2
Pioderma Primer
Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya
biasanya satu macam mikroorganisme.
Pioderma Sekunder
Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak khas dan
mengikuti penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder
disebut impetigenisata, contohnya: dermatitis impetigenisata, scabies
impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus, kustul, bula purulen,
krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening regional,
leukositosis, dapat pula disertai demam. 1
F. Pengobatan Umum
Sistemik
Contoh obat untuk pengobatan pioderma
a. Penisilin G prokain dan semi-sintetiknya
- Penisilin G prokain, dosisnya 1,2 juta/hari i.m, obat ini sudah tidak dipakai
lagi karena dianggap tidak praktis dan pemakaiannya sering menimbulkan
syok anafilaktik
- Ampisillin, dosis 4×500 mg, ante cunam
- Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai post-cunam dan
absorbsinya lebih cepat sehingga kadar dalam plasma lebih tinggi.
- Golongan obat penisilin resisten-penisillinase, contohnya adalah oksasillin,
kloksasillin, dikloksasillin, flukloksasillin. Dosis 3×250 mg/hari ante-
cunam. Kelebihan obat ini adalah juga berkashiat
pada Staphylococcus yang telah membentuk penisilinase.
b. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin, 3×500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi lebih banyak
karenanya dosisnya lebih kecil yaitu 4×150 mg/hari/os, pada infeksi berat
dosisnya 4×300-450 mg/hari. Linkomisin agar tidak dipakai lagi dan
digantikan oleh Klindamisin karena potensial antibakterinya lebih besar dan
efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu terhambat oleh adanya
makanan dalam lambung.
c. Eritromisin
3
Dosis 4×500 mg/hari/os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
Linkomisin/klindamisin dan obat golongan penisilin resisten-penisillinase.
Cepat menyebabkan resistensi dan kadang terjadi tak enak di lambung.
d. Sefalosporin
Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas tidak menunjukan hasil
maka dipakailah Sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat untuk
kuman gram positif yaitu generasi I juga generasi IV. Contohnya adalah
sefadoksil dari generasi I dengan dosis dewasa, 2×500 mg atau 2×1000
mg/hari
Topikal
Bermacam obat topical dapat digunakan untuk pioderma, contohnya basitrasin,
neomisin, mupirosin. Neomisin berkhasiat juga untuk bakteri gram negative,
Neomisin dituliskan sering mengalami sensitisasi, sedangkan teramisin dan
kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu efektif namun sering dipakai karenanya
harganya murah. Obat-obatan ini biasanya berbentuk salep atau krim.
Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan
permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium povidon 7,5 %
yang dilarutkan 10 kali. 1
G. Pemeriksaan
Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis. Pada kasus yang kronis
dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya
bukan stafilokokus melainkan kuman negative-Gram. Hasil tes resistensi hanya bersifat
menyokong, invivo tidak selalu sesuai dengan in vitro. Terdapat leukositosis pada
pemeriksaan lab. Pada kasus yang sulit sembuh dilakukan kultur dan tes resistensi.
Ada kemungkinan penyebabnya buka kedua bakteri penyebab pioderma yang sering
terjadi. 1
H. Bentuk Pioderma
1. IMPETIGO
Impetigo adalah pioderma superficial (terbatas pada epidermis). Terdapat 2 bentuk
impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
4
a) Impetigo krustosa
Penyakit ini disebut juga Impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tillbury
FoX. Penyebabnya biasanya Streptococcus B hemolyticus.Tidak disertai gejala umum,
hanya terdapat pada anak-anak. Tempat predileksi di muka, yakni disekitar lubang hidung
dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut. Kelainan kulit berupa eritema
dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita dating berobat yang terlihat ialah
krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan akan tampak erosi di bawahnya.
Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah glomerulonefritis (2-5%) yang disebabkan oleh
sero tipe tertentu. Penyakit ini harus dibedakan dari ektima.Jika krusta sedikit, dilepaskan dan
diberi salep antibiotic, kalau banyak diberi pula antibiotic sistemik. 1
Terapi antibiotik yang disarankan jika lesi banyak dan disertai gejala konstitusi
(demam,dll) adalah dengan diberikan antibiotic sistemik, misalnya penisilin, kloksasilin, atau
sefalosporin. Untuk antibiotik topikal dapat menggunakan polimiksin, neomisin, dan basitrasin. 2,3
o Impetigo bulosa
Disebut juga impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet. Biasanya karena Staphylococcus
aureus. Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung.
Sering bersama-sama merialia. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit berupa
eritema, bula dan bula hipopin. Kadang-kadang waktu penderita dating berobat, vesikel/bula
telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa. Jika
vesikel/bula telah pecah dan hanya terdapat koleret dan eritema, maka mirip dermafitosis.
Pada anamnesa hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lumpuh. Jika ada,
diagnosanya adalah impetigo bulosa. Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula, dipecahkan
lalu diberi salap antibiotic atau cairan antiseptic. Kalau banyak diberi pula antibiotic sitemik.
Faktor predisposisi dicari, jika karena banyak keringat, ventilasi diperbaiki. 1
Terapi antibiotik yang disarankan adalah diberi salep antibiotic (kloramfenikol 2% atau
eritromisin 3%). Jika ada demam, sebaiknya diberi antibiotic sistemik, misalnya penisilin 30-50
mg/kgBB atau antibiotic yang sensitive.3
5
o Impetigo neonatorum
Penyakit ini merupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonates. Kelainan
kulit serupa impetigo bulosa hanya likasinya menyeluruh, dapat disertai demam.
Diagnosa banding dengan sifilis congenital. Pada penyakit ini bula juga terdapat
ditelapak tangan dan kaki, terdapat pula snuffle nose, saddle nose, dan pseudo paralisis
parrot. Antibiotic harus diberika secara sistemik. Topical dapat diberikan bedak salisil
2%.1
2. FOLIKULITIS
Folikulitis adalah radang folikel rambut.penyebabnya adalah Staphylococcus aureus.
Folikulitis superfisialis: terbatad di dalam epidermis.
Sinonim : Impetigo Bockhart
Gejala klinis : Tempat predileksi di tungkai bawah. Kelainan berupa paul atau pustule
yang eritomatosa da di tengahnya terdapat rambut, biasanya multiple.
Folikulitis profunda: sampai ke subkutan.
Gambaran klinisnya seperti di atas, hanya teraba infiltrate di subkutan. Contohnya
sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas dan dagu, bilateral.Diagnosa banding nya
adalah tinea barbe, lokasinya di mandibula/ submandibula, unilateral. Pada tenia
barbe sediaan dengan KOH positif. Pengobatan dengan antibiotic sistemik/ topical. 1
Terapi antibiotik yang disarankan ialah antibiotic sistemik jika luas : eritromisi 3x250 mg selama 7 –
14 hari ; atau penisilin 600.000 – 1,5 juta IU intramuscular selama 7 – 14 hari. Antibiotic topical,
isalnya kemicetin 2% ; jika eksudasi kompres PK 1/5.000.3
3. FURUNKEL/KARBUNKEL
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari sebuah disebut
furunkulosis, Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus
aureus. Keluhan yang muncul adalah nyeri, dengan kelainan berupa nodus eritem berbentuk
6
kerucut dengan pustule ditengahnya. Kemudian melunak menjadi abses berisi pus dan
jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Predileksi adalah tempat yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong. Pengobatan jika hanya sedikit furunkel, cukup dengan
antibiotic topical, jika banyak perlu gabungan dengan antibiotic sistemik. Jika terjadi
furunkulosis atau karbunkel berulang-ulang cari faktor predisposisi, misalnya diabetes
mellitus. 1
Terapi antibiotik untuk furunkel yang disarankan adalah antibiotic sistemik : eritromisin
4 x 250 mg atau penisilin , jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi dan selanjutnya dikompres
atau diberi salep kloramfenikol 2%. Sedangkan antibiotik yang diberikan pada karbunkel adalah
eritromisin 4x250 mg selama 7 - 14 hari ; penisilin 600.000 IU selama 5 - 10 hari. Antibiotik yang
masih sensitif memberi hasil yang memuaskan seperti sefalosporin atau golongan kuinolon. Basitrasin
topikal juga efektif untuk pengobatan furunkel.3,4
4. EKTIMA
Ektima ialah ulkus superficial dengan krusta diatasnya disebabkan infeksi
Streptococcus, biasanya Streptococcus B hemolyticus. Gejala yang tampak adalah krusta tebal
berwarna kuning berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relative banyak trauma. Jika
krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang dangkal. Diagnosis bandingnya adalah
impetigo krustosa, perbedaannya, impetigo krustosa sering terjadi pada anak dan berlokasi di
muka dan dasarnya adalah erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi
tungkai bawah dan dasarnya adalah ulkus. Pengobatan yang dipakai adalah krusta diangkat
dan disalep antibiotic. Jika banyak, gabungkan dengan antibiotic sistemik. 1
Terapi antibiotik yang diberikan jika lesi sedikit : salep kloramfenikol 2% ; jika luas
diberikan antibiotik sistemik penisilin 600.000 - 1,5 juta IU intramuskular selama 5-10 hari.3
5. PIONIKA
Radang sekitar kuku oleh piokokus. Penyebabnya biasanya Staphylococcus dan/atau
Streptococcus B hemolyticus. Gejala klinis dari penyakit ini adalah didahului trauma, mulai
infeksi pada lipatan kuku, terlihat tanda-tanda radang dan menjalar ke matriks dan lempeng
kuku, dapat terbentuk abses subungual. Pengobatan kompres dengan larutan antiseptic dan
berikan antibiotic sistemik. Jika terjadi abses subungual, kuku diekstraksi. 1
7
6. ERISIPELAS
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus B
hemolyticus. Gejala klinis, demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang ialah epidermis dan
dermis, didahului dengan trauma, tempat predileksinya tungkai bawah. kelainan yang utama
adalah eritema merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda radang
akut. Dapat disertai edem, vesikel dan bula. Terdapat leukosistosis. Jika sering residif
ditempat yang sama dapat terjadi elephantiasis. 1
Diagnosis bandingnya adalah selulitis, namun pada penyakit ini infiltratnya di
subkutan. Pengobatan terutama adalah istirahat, tungkai bawah dan kaki yang diserang
ditinggikan (elevasi), pengobatan sistemik dengan antibiotic, topical diberikan kompres
terbuka dengan larutan antiseptic. Jika terjadi edem diberikan diuretic. 1
Terapi antibiotik yang diberikan adalah penisilin 0,6 - 1,5 mega unit selama 5 - 10
hari, sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari memberi hasil yang baik.3
7. SELULITIS
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan laboratorium, dan
terapi sama dengan erysipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate difus di subkutan dengan
tanda-tanda radang akut. 1
Rekomendasi untuk pengobatan selulitis adalah flucloxacillin 1g qds jika diberikan
intra vena, sedangkan flucloxacilin 500 mg qds apabila ingin diberikan terapi peroral. Terapi
ini diberikan selama 5-7 hari. Pada kondisi yang berat dapat ditambahkan clindamycin 300-
450 mg per oral qds. Apabila pasien alergi terhadap penicillin atau suspect MRSA dapat
diberikan vancomycin intra vena atau doxycycline 200 mg per oral pada hari pertamaa lalu
dilanjutkan dengan 100 mg per oral.5
8. FLEGMON
Selulitis yang mengalami supurasi. Terapi sama dengan selulitis hanya saja ditambah
dengan insisi. 1
8
9. ULKUS PIOGENIK
Berbentuk ulkus, gambaran klinisnya tidak khas dengan disertai pus diatasnya.
Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman gram negative sehingga perlu
dilakukan kultur. 1
Antibiotik yang disarankan untuk pengobatan secara sistemik adalah penisilin
600.000 - 1,2 juta IU intramuskular selama 5 - 7 hari; eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari.
Siprofloksasin atau sefalosporin memberi hasil yang baik.3
10. ABSES MULTIPEL KELENJAR KERINGAT
Infeksi yang biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, pada kelenjar keringat
berupa abses multiple tak nyeri berbentuk kubah. Didapati pada anak dengan faktor
predisposisi berupa daya tahan tubuh yang menurun juga banyak keringat, sehingga sering
bersama denga miliaria. Kelainan berupa nodus eritema, multiple, tidak nyeri, berbentuk
kubah dan lama memecah. Lokasinya di tempat yang banyak keringat.
Diagnosis bandingnya adalah furunkulosis, namuan furunkulosis terasa nyeri dan
bentuknya seperti kerucut, dengan pustule ditengah dan lebih cepat memecah. Pengobatan
yaitu antibiotic topical dan sistemik dengan tidak lupa memperhatikan faktor predisposisi. 1
11. HIDRADENITIS
Infeksi kelenjar apokrin biasanya oleh Staphylococcus aureus. Sering didahului oleh
trauma, dengan gejala konstitusi berupa demam, malaise. Ruam berupa nodus, dengan kelima
tanda radang akut (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolesa). Kemudian dapat melunak menjadi
abses, dan memecah membentuk fistel yang disebut hidradenitis supuratif. Pada yang
menahun dapat terbentuk abses, fistel, sinus yang multiple. Terbanyak berlokasi di ketiak,
juga di perineum. Terdapat leukositosis. Diagnosis bandingnya adalah skrofuloderma,
perbedaannya pada hidradenitis didahului tanda radang akut dan terdapat gejala konstitusi.
Pengobatan yang digunakan adalah antibiotic sistemik, jika telah terbentuk abses, diinsisi.
Jika belum melunak diberi kompres terbuka, pada kasus yang kronik residif, kelenjar apokrin
dieksisi. 1
9
Antibiotik di pakai untuk mengatasi stage II dari hidradenitis supurativa. Terapi
kombinasi yang disarankan adalah klondamycin dan rifampicin, 300 mg 2 kali sehari selama
6 bulan.6
12. S4 (STAPHYLOCOCCAL SCALDED SKIN SYNDROME)
S4 pertama kali oleh Ritter von Rittershain, sehingga sering disebut penyakit Ritter.
S.S.S.S ialah infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus tipe tertentu dengan ciri yang khas
ialah terdapatnya epidermolisis. Penyakit ini terutama terdapat pada anak dibawah 5 tahun,
pria lebih banyak dari wanita. Etiologinya ialah Staphylococcus aureus grup II faga 52, 55
dan/atau faga 71. Sumber infeksi penyakit ini ialah infeksi pada mata, hidung, tenggorok, dan
telinga. Eksotoksin yang dikeluarkan bersifat epidermolitik (epidermolin, eksofoliatin) yang
beredar di seluruh tubuh sampai pada epidermis dan menyebabkan kerusakan. Pada kulit
tidak selalu ditemukan kuman penyebab. Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk
mengekskresikan eksofoliatin, pada bayi diduga fungsi ginjal belum sempurna sehingga
penyakit ini terjadi pada golongan usia tersebut. 1
Pada umumnya terdapat demam yang tinggi disertai infeksi disaluran nafas bagian
atas. Kelainan kulit yang pertama timbul adalah eritema, yang timbul mendadak pada muka,
leher, ketiak dan lipat paha, kemudian menyeluruh dalam waktu 24 jam. Dalam waktu 1-2
hari akan muncul bula-bula berdinding kendur, tanda nikolsky positif. Dalam 2-3 hari terjadi
pengeriputan spontan disertai pengelupasan lembaran-lembaran kulit sehingga tanpak daerah
erosif. Akibat epidermolisis tersebut gambarannya mirip dengan kambustio. Daerah-daerah
tersebut akan mongering dalam beberapa hari dan terjadi deskuamasi. Penyembuhan penyakit
akan terjadi setelah 10-14 hari tanpa disertai sikatriks. Meskipun dapat sembuh spontan,
dapat pula terjadi komplikasi seperti selulitis, pneumonia dan septicemia. Jika terdapat
infeksi ditempat lain maka dapat dilakukan pemeriksaan bakteriologi. Juga dilihat tipe kuman
karena tidak semua Satphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit ini, hanya tipe
tertentu. Pada kulit tidak ditemukan kuman penyebab karena kerusakan kulit akibat toksin. 1
Pada pemeriksaan histopatologi akan terdapat gambaran yang khas yaitu terlihat lepuh
intraepidermal, celah terdapat di stratum granulosum, meskipun ruang lepuh sering
mengandung sel-sel akantolitik, epidermis sisanya tampaknya utuh tanpa disertai nekrosis sel.
Penyakit ini mirip N.E.T (Nekrolisis Epidermal Toksik, bahkan pada awalnya disebut N.E.T
sebelum dilaporkan oleh Ritter). Perbedaannya S4 umumnya menyerang anak-anak dibawah
10
usia 5 tahun, mulainya kelainan kulit didaerah muka, leher, dan lipat paha, mukosa umumnya
tidak diserang dan angka kematian lebih rendah (meskipun begitu penyakit ini adalah
pioderma penyebab kematian paling mungkin). Kedua penyakit ini sulit dibedakan sehingga
ada baiknya dilakukan pemeriksaan histopatologi secara frozen section agar hasilnya cepat
diketahui, karena prinsip pengobatan keduanya berbeda. Perbedaan terletak pada celah, S4 di
stratum granulosum, N.E.T di sub epidermal. Perbedaan lain pada N.E.T terdapat nekrosis
disekitar celah dan terdapat sel radang. 1
Pengobatan antibiotic, kortikosteroid tidak perlu. Penisilin cukup efektif, misalnya
kloksasillin dengan dosis 3x250 mg untuk orang dewasa/hari/os. Pada neonatus, dosisnya
3x50 mg/hari/os. Obat lain yang dapat diberikan ialah klindamisin dan sefalosporin generasi
I. topical dapat diberikan sufratulle, atau krim antibiotic. Diperhatikan juga keseimbangan
cairan dan elektrolit. 1
Kematian dapat terjadi terutama pada bayi berusia kurang dari 1 tahun dengan
prevalensi sekitar 1-10%. Penyebab utama kematian adalah tidak adanya keseimbangan
cairan dan elektrolit juga karena sepsis. 1
Pilihan obat pada penyakit Stafilokokus Scalded Skin Syndrom adalah derivat
penicilin misalnya nafcilin. Alternaif lain adalah generasi pertama sefalosporin. Tetapi jika
pasien alergi dengan penisilin dapat diberikan golongan makrolid atau aminoglikosid.
Vancomycin juga dapat menjadi salah satu pilihan apabila pasien tidak berespon pada
nafcilin. 7
11
BAB III
KESIMPULAN
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh kedua-duanya. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Faktor
Predisposisi adalah higiene yang kurang, lingkungan yang kotor, menurunnya daya tahan
tubuh, telah ada penyakit lain di kulit.
Terapi antibiotic yang diberikan harus sesuai dengan jenis pioderma dan
penyebabnya. Impetigo krustosa diberikan antibiotic sistemik, misalnya penisilin, kloksasilin, atau
sefalosporin. Untuk antibiotik topikal dapat menggunakan polimiksin, neomisin, dan basitrasin.
Impetigo bulosa diberi salep antibiotic (kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%). Jika ada demam,
sebaiknya diberi antibiotic sistemik, misalnya penisilin 30-50 mg/kgBB atau antibiotic yang sensitive.
Folikuitis dapat diberikan eritromisi 3x250 mg selama 7 – 14 hari ; atau penisilin 600.000 – 1,5 juta
IU intramuscular selama 7 – 14 hari. Antibiotic topical, isalnya kemicetin 2% ; jika eksudasi kompres
PK 1/5.000. Terapi antibiotik untuk furunkel yang disarankan adalah antibiotic sistemik :
eritromisin 4 x 250 mg atau penisilin , jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi dan selanjutnya
dikompres atau diberi salep kloramfenikol 2%. Sedangkan antibiotik yang diberikan pada karbunkel
adalah eritromisin 4x250 mg selama 7 - 14 hari ; penisilin 600.000 IU selama 5 - 10 hari. Antibiotik
yang masih sensitif memberi hasil yang memuaskan seperti sefalosporin atau golongan kuinolon.
Basitrasin topikal juga efektif untuk pengobatan furunkel.Terapi antibiotik yang diberikan pada
ektima jika lesi sedikit adalah salep kloramfenikol 2%, jika luas diberikan antibiotik sistemik
penisilin 600.000 - 1,5 juta IU intramuskular selama 5-10 hari. Terapi antibiotik yang
diberikan pada pasien erisipelas adalah penisilin 0,6 - 1,5 mega unit selama 5 - 10 hari,
sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari memberi hasil yang baik. Rekomendasi untuk
pengobatan selulitis adalah flucloxacillin 1g qds jika diberikan intra vena, sedangkan
flucloxacilin 500 mg qds apabila ingin diberikan terapi peroral. Terapi ini diberikan selama 5-
7 hari. Pada kondisi yang berat dapat ditambahkan clindamycin 300-450 mg per oral qds.
Apabila pasien alergi terhadap penicillin atau suspect MRSA dapat diberikan vancomycin
intra vena atau doxycycline 200 mg per oral pada hari pertamaa lalu dilanjutkan dengan 100
mg per oral. Antibiotik yang disarankan untuk pengobatan ulkus piogenik secara sistemik
adalah penisilin 600.000 - 1,2 juta IU intramuskular selama 5 - 7 hari; eritromisin 4 x 500 mg
selama 7 hari. Siprofloksasin atau sefalosporin memberi hasil yang baik. Antibiotik di pakai
12
untuk mengatasi stage II dari hidradenitis supurativa. Terapi kombinasi yang disarankan
adalah klondamycin dan rifampicin, 300 mg 2 kali sehari selama 6 bulan. Pilihan obat pada
penyakit Stafilokokus Scalded Skin Syndrom adalah derivat penicilin misalnya nafcilin.
Alternaif lain adalah generasi pertama sefalosporin. Tetapi jika pasien alergi dengan penisilin
dapat diberikan golongan makrolid atau aminoglikosid. Vancomycin juga dapat menjadi
salah satu pilihan apabila pasien tidak berespon pada nafcilin.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. dkk. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi VI. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
2. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC
3. R.S. Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC
4. Bambang Suhariyanto. 2011. Antibiotik Topikal untuk Penyakit Kulit pada Wisatawan. Surabaya
5. Guideline for the Empirical Treatment of Infections in Adults. 2013. Diunduh dari
http://www.ruh.nhs.uk/about/policies/documents/clinical_policies/blue_clinical/
Blue_796.pdf 10 Juli 2014
6. Jemec, G. Hidradenitis Suppurativa. N Engl J Med 2012;366:158-64
7. King, R.W. Staphylococca scalded skin syndrome medication. 2014. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1073117-medication#110 Juli 2014.
14