perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib … · siswa - siswi kelas vii smp bopkri 2...
Post on 03-Mar-2019
260 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI
TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH
PADA SISWA - SISWI KELAS VII
SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
NAMA :
NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.
011114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
i
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI
TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH
PADA SISWA - SISWI KELAS VII
SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
NAMA :
NI LUH PUTU KEMALA DEWI N.
011114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Doa Yabes (1 Tawarikh 4:9)
”Kiranya Engkau memberkati aku berlimpah-limpah dan memperluas
daerahku, dan kiranya tangan-Mu menyertai aku dan melindungiku
daripada malapetaka sehingga kesakitan tidak menimpa aku”.
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Kedua orangtuaku yang telah memberikan doa, materi, dan semangat untuk
menyelesaikan skripsi ini.
2. Someone, atas segala pengorbanan, semangat dan motivasi, cinta dan kasih sayang
yang selama ini sudah diberikan.
3. Sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya sehingga
aku dapat menyelesaikan skripsiku ini.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : NI LUH PUTU KEMALA DEWI N. Nomor Mahasiswa : 011114039
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 April 2008 Yang menyatakan
vi
ABSTRAK
PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH
PADA SISWA - SISWI KELAS VII SMP BOPKRI 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Ni Luh Putu Kemala Dewi N.
Bimbingan dan Konseling
2008
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran tentang tingkat perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada
siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Masalah
penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata
tertib sekolah pada siswa- siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun Ajaran
2007/2008?. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 42 orang. Angket penelitian ini merupakan
modifikiasi kuesioner penyesuaian diri yang disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006).
Modifikasi kuesioner yang dilakukan peneliti yaitu penambahan empat item pertanyaan
pada bagian aspek lingkungan sekolah secara umum. Angket ini terdiri atas lima aspek
yaitu peraturan akademik, peraturan administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan
diri siswa, peraturan kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah secara umum.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa putra dengan penyesuaian diri baik
berjumlah 11 orang (26,19%) dan penyesuaian diri kurang baik berjumlah 13 orang
(30,95%). Sedangkan siswi putri penyesuaian diri baik berjumlah 13 orang (30,95%) dan
penyesuaian diri kurang baik berjumlah 5 orang (11,90%). Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah
siswa dan siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007/2008
(X 2 empiris = 2,8326, taraf signifikan 5 % dengan db = 1).
vii
ABSTRACT
THE DISTINCTION OF THE SELF-ADJUSMENT ON SCHOOL’S REGULATION AMONG THE SEVENTH GRADE STUDENTS
OF BOPKRI II JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
ACADEMIC YEAR 2007/2008
Ni Luh Putu Kemala Dewi N.
Guidance and Counseling
2008
This research used descriptive research type that aimed to get the description of the
distinction level of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade students
of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The problem in this
study was whether is a distinction level of self-adjusment on school’s regulation among the
seventh grade students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year
2007/2008?. The subjects of this research were 42 students of the seventh grade of BOPKRI
II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008. The question of this study was
the modification of self-adjustment questionnaire which was assembled by Agnes Dwi Eryani
(2006). The modification of questionnaire which was undertaken by the researcher was the
addition of four items of questi on the part of environmental aspect of school in general. This
questionnaire consisted of five aspects academic regulation, administrative regulation,
maintenance and student’s self- treatment regulation, school activity regulation and school
environment regulation in general.
The result of this research that the male students with the good self-adjustment were 11
persons (26,19 %) and the not-good-enough self-adjustment were 13 persons (30,95%).
While the female students with the good self-adjustment were 13 persons (30,95%) and the
not-good-enough self-adjustment were 5 persons (11,90%). The result of showed that there
was no distinction of self-adjustment on school’s regulation among the seventh grade
students of BOPKRI II Junior High School Yogyakarta academic year 2007/2008 (empirical
of X² = 2,8326, significant level of 5 % with db = 1)
viii
KATA PENGANTAR
Penulis menghaturkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua
kebaikan, bimbingan dan penyertaan-Nya selama penulisan skripsi ini. Didalam
penyertaan dan bimbingan-Nya, penulis mendapatkan kekuatan dan semangat sehingga
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, perhatian dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma dan selaku sebagai dosen tamu.
2. Drs. Puji Purnomo,M.Si., sebagai dosen pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan bimbingan, petunjuk, saran
dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Drs. J. Sumedi, sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan
penuh kesabaran dan memberikan banyak masukkan-masukkan yang
bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
Dharma yang telah banyak memberikan bekal dan bantuan pada penulis dalam
menjalani tugas studi.
5. Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP Kanisius Sumber Muntilan yang
telah membantu penulis untuk memberikan ijin mengadakan uji coba.
6. Kepala Sekolah dan keluarga besar SMP BOPKRI 2 Yogyakarta, yang telah
membantu penulis untuk memberikan ijin mengadakan penelitian.
ix
7. Kedua orangtua penulis yang selalu memberikan cinta kasih, dukungan doa,
semangat dan materi.
8. Lek Nano dan Lek Nani yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan
selama uji coba penelitian berlangsung.
9. Someone, yang selalu memberikan semangat, dukungan doa, kesabaran.
10. Sahabat penulis Rani, Pri, Arny, Indira, Bety, Lia, Mas Bayu, Astri, Barnas,
Bertus, Nur, dan semua teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang selalu memberikan semangat kepada penulis, terima kasih atas
segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kepada berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dan sumbangan saran kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Tetapi penulis
berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia bimbingan di sekolah dan bagi
para pembaca.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................... . viii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1 A.
Latar Belakang Masalah.................................................................... 2
B. Perumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Masalah.................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 3
E. Batasan Istilah..................................................................................... 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA......................................................................... 5
A. Penyesuaian Diri................................................................................. 5
1. Pengertian Penyesuaian Diri................................................... 5
2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri....................................................... 5
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi proses Penyesauian Diri............ 10
C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik................................................. 12
D. Penyesuaian Diri di Sekolah............................................................... 13
E. Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan Perempuan............................. 15
1. Penyesuaian Diri Pada Anak Laki- laki................................... 15
2. Penyesuaian Diri Pada Anak Perempuan............................... 16
F. Tata Tertib Sekolah............................................................................ . 17
1. Pengertian Tata Tertib Sekolah............................................... 17
2. Tata Tertib bagi Siswa............................................................. 17
xi
3. Bidang-bidang Tata tertib...................................................... 18
4. Penyesuaian Diri terhadap Tata Tertib.................................. 20
5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki- laki dan
Siswi Perempuan Terhadap Tata Tertib Sekolah.................. 22
G. Hipotesis............................................................................................ 24
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 25
A. Jenis Penelitian.................................................................................. 25
B. Populasi dan Sampel Penelitian........................................................ 25
C. Alat Pengumpul Data........................................................................ 26
D. Alat Pengumpulan Data.................................................................... 28
E. Teknis Analisis Data......................................................................... 29
1. Reliabilitas............................................................................ 29
2. Validitas................................................................................ 31
F. Uji Hipotesis..................................................................................... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................. 35
A. Hasil Penelitian.................................................................................. 36
1. Penyesuaian Diri Siswa Keseluruhan dan Jenis Kelamin..... 35
2. Bidang Penyesauian Diri dan Jenis Kelamin........................ 35
3. Chi Kuadrat........................................................................... 40
B. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................ 41
BAB V. PENUTUP...................................................................................... 44
A. Kesimpulan....................................................................................... 44
B. Saran................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 46
LAMPIRAN................................................................................................. 48
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk uji coba penelitian.......... 26
2. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes.......... 31
3. Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian....................... 32
4. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin......................... 36
5. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin per aspek........ 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Angket penyesuaian diri siswa SMP terhadap tata tertib sekolah............ 49
2. Hasil perhitungan reliabilitas dan validitas angket penyesuaian diri....... 54
3. Hasil perhitungan chi-kuadrat secara keseluruhan................................... 57
4. Data mentah uji coba angket penyesuaian diri siswa............................... 58
5. Data hasil pengolahan kedalam bentuk diskrit
uji coba angket penyesuaian diri siswa................................................... 60
6. Data mentah per aspek angket penyesuaian diri siswa........................... 62
7. Tabel data uji coba validitas angket angket penyesuaian diri siswa....... 64
8. Data mentah penelitian angket penyesuaian diri siswa........................... 67
9. Data mentah penelitian per aspek angket penyesuaian diri siswa.......... 69
10. Data hasil pengolahan penelitian kedalam bentuk diskrit
Angket penyesuaian diri siswa................................................................. 74
11. Surat ijin permohonan penelitian............................................................. 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan antara masa kanak-kanak
kemasa dewasa. Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber,
yaitu umur kurang lebih antara 12-14 tahun. Masa puber atau permulaan
remaja adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembang
sangat cepat. Pertengahan masa remaja adalah masa yang lebih stabil untuk
menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja, kira-
kira umur 14 tahun sampai umur 16 tahun. Remaja akhir yang kira-kira
berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai
bertanggung jawab, membuat pilihan, dan berkesempatan untuk mulai menjadi
dewasa (Djiwandono, 2002: 93-94).
Mahmud (1990: 42) mengatakan bahwa masa remaja, disebut juga masa
adolesensi berlangsung kira-kira antara umur dua belas tahun sampai dengan
delapan belas tahun, usia sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah
lanjutan tingkat atas. Remaja awal mengalami masa transisi dari setelah tamat
sekolah dasar ke sekolah menengah pertama. Ketika siswa melakukan transisi
dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama,
mereka mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas
(di sekolah dasar, mereka adalah murid-murid yang paling tua, paling besar,
dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan atau
sekolah menengah pertama, menjadi murid-murid yang paling muda, paling
2
kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16). Pada saat itu remaja
harus menyesuaiakan diri lagi di sekolahnya yang baru, guru, teman sebaya.
Disini peneliti ingin meneliti penyesuaian diri terhadap tata tertib di sekolah.
Tata tertib memuat beberapa aturan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas.
Seperti siswa harus meminta ijin terlebih dahulu kepada guru yang sedang
mengajar apabila siswa hendak mau keluar dari kelas, siswa dilarang buang
sampah sembarangan, siswa harus memakai kaos kaki putih dan sepatu hitam,
dan lain- lain. Apabila siswa tidak dapat mematuhi tata tertib di sekolah maka
siswa akan mendapatkan sanksi dari sekolah, mulai dari sangsi ringan hingga
berat.
Siswa yang dapat menyesuaikan diri di sekolah maka akan diterima oleh
teman-temannya di lingkungan sekolah. Sedangkan siswa yang kurang mampu
menyesuaikan diri maka akan cenderung bersifat pasif terhadap perubahan
yang terjadi sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun
perkembangan kepribadiannya. Bagi siswa yang kurang mampu menyesuaikan
diri terhadap lingkungan maka akan mengalami hambatan sehingga
membutuhkan bimbingan dari konselor sekolah. Siswa ada yang penyesuian
dirinya cepat dan lambat. Bagi siswa yang penyesuaian dirinya cepat maka
tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan dalam hal belajar
maupun perkembangan kepribadiannya. Sedangkan bagi siswa yang lambat
penyesuian dirinya akan merasa canggung dan akan mengalami hambatan
dalam perkembangan belajar ataupun perkembangan kepribadiannya.
Salah satu faktor penyebab siswa kurang dapat menyesuaikan diri dengan
baik adalah faktor peran gender. Menurut Atkinson (1996:126) mengatakan
bahwa di masyarakat anak laki- laki selalu identik dengan berperan aktif,
3
berani, tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin,
dan lain- lain. Sedangkan anak perempuan identik dengan lebih pasif,
menghindari situasi berbahaya, gampang menyerah, feminism, dan lain- lain.
Dari permasalahan tersebut sehingga peneliti ingin mengetahui penyesuain
diri siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008 terhadap tata tertib sekolah.
B. Perumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib
sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun
Ajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat penyesuaian
diri terhadap tata tertib sekolah pada siswa - siswi kelas VII SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru pembimbing SMP dan
pengelola studi Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan pelayanan
bimbingan, khususnya mengenai penyesuaian diri di sekolah.
4
E. Batasan Istilah
Ada istilah- istilah yang perlu dipertegas :
1) Penyesuaian diri siswa adalah kemampuan untuk dapat berperilaku dan
bersikap yang sesuai dengan tuntutan yang berlaku di sekolah pada lima aspek
peraturan, yang berhubungan dengan pengalaman siswa dalam mengikuti
kegiatan di sekolah, yaitu: a) Peraturan akademik adalah yang menyangkut
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah,
seperti kegiatan belajar-mengajar, waktu belajar, dan pelaksanaan ujian; b)
Peraturan administratif adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk
dan tidak masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan peraturan
mengenai sangsi-sangsi; c) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa
adalah menyangkut pemeliharaan dan merawat tubuh dan kerapian dalam
berpakian selama di lingkungan sekolah; d) Peraturan kegiatan sekolah adalah
yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah
seperti ekstrakulikuler, upacara bendera, peringatan hari raya besar nasional
dan keagamaan; e) Peraturan lingkungan sekolah secara umum adalah yang
berhubungan siswa dengan perangkat sekolah dan sesama siswa dalam
menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah.
2) Jenis kelamin adalah laki- laki dan perempuan.
3) Tata tertib atau peraturan sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur
kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Sebagai mahluk sosial, remaja dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan
sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang
berlaku.
Menurut ahli psikologi istilah adjustment adalah penyesuaian pada
berbagai macam kondisi atau hubungan-hubungan inter-personal dalam
lingkungan sosial masyarakat. Dalam penyesuaian sosial manusia
melakukan reaksi terhadap tuntutan-tuntutan dan tekanan-tekanan
lingkungan sosial yang mengenai dirinya. Tuntutan-tuntutan ini dapat dari
luar dan dari dalam diri manusia, kepada siapa manusia atau individu harus
beraksi. Penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan dan kondisi-
kondisi luar, itulah tuntutan-tuntutan dari luar. Sedangkan tuntutan-
tuntutan dari dalam misalnya menghadapi lapar, haus, dan lain- lain. Jika
mereka tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dari dalam tersebut,maka
ia merasa tidak enak dan tidak nyaman (Fudyartanta, 2002:296).
Penyesuaian diri menurut Hurlock (1997) adalah perilaku yang
ditujukan untuk memenuhi tuntutan kelompok. Hal ini mencerminkan
kemauan individu untuk menyesuaikan perilaku, sikap, dan nilainya sesuai
dengan tuntutan kelompok. Melalui teman sebaya remaja belajar berpikir
6
secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima pandangan dan
nilai-nilai yang asalnya bukan dari keluarga mereka dan mempelajari pola
perilaku yang diterima kelompok.
Menurut Mu’tadin (2002) mengatakan bahwa kemampuan penyesuian
diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah meninjak
masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah
memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman
dan lingkungan akan sangat menentukan. Pengaruh teman sebaya dapat
menjadi positif dan negatif. Pengaruh yang kuat dari kelompok teman
sebaya pada masa remaja sebagian berasal dari keinginan remaja untuk
dapat diterima oleh kelompok dan sebagian lagi dari kenyataan bahwa
anak menggunakan waktu lebih banyak dengan teman sebaya.
Penerimaan dari teman-teman sebaya atau kelompoknya membuat
remaja merasa nyaman. Remaja juga mempunyai nilai baru dalam
menerima atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok
sebaya seperti geng atau kelompok besar. Nilai ini didasarkan pada nilai
kelompok sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota
kelompok.
Remaja, segara mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama
dengan yang digunakan untuk menilai orang lain. Penerimaan bergantung
pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yaitu sindroma penerimaan yang
disenangi remaja dan dapat menambah gengsi dari kelompok besar yang
diidentifikasinya. Demikian pula, tidak ada satu sifat atau pola perilaku
yang menjauhkan remaja dari teman-teman sebayanya. Namun ada
7
pengelompokan sifat-sindroma aliensi- yang membuat orang lain tidak
menyukai dan menolaknya (Hurlock, 1994:216).
Setiap remaja ingin menjadi populer. Ada dua macam tipe anak-anak
yang populer dimata teman-teman sebayanya: anak-anak yang diabaikan
dan anak-anak yang ditolak (Santrock, 2002:347). Anak-anak yang
diabaikan (neglected children) menerima sedikit perhatian dari teman-
teman sebaya mereka, tetapi tidak berarti mereka tidak disukai oleh teman-
teman sebaya mereka. Anak-anak yang ditolak (rejected children) adalah
anak-anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka
cenderung lebih bersifat mengganggu dan agresif dibandingkan anak-anak
yang diabaikan. Anak-anak yang ditolak seringkali mengalami masalah
penyesuian diri yang lebih serius dikemudian hari dalam hidupnya
dibandingkan anak-anak yang diabaikan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut diatas penulis menyimpulkan
bahwa penyesuaian diri sangat penting bagi remaja karena disana akan
menentukan apakah dia diterima oleh teman-teman sebayanya atau tidak.
Remaja yang sulit menyesuaikan dirinya didalam kelompoknya atau teman
sebayanya maka akan bersifat pasif terhadap perubahan yang terjadi
sehingga akan menghambat perkembangan belajar ataupun perkembangan
kepribadiannya. Sedangkan bagi remaja yang cepat menyesuaikan diri
tidak akan mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadiannya.
8
2. Ciri-ciri Penyesuaian Diri
Ali (2005: 176) mengatakan bahwa seseorang dikatakan memiliki
kemampuan penyesuaian diri baik jika mampu melakukan respon-respon
yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya
mampu melakukan respons dengan mengeluarkan tenaga dan waktu
sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respons-respons yang
dilakukannya sesuai dengan hakikat individu, lembaga, atau kelompok
antar individu, dan hubungan antara individu dengan penciptanya. Bahkan
dapat dikatakan bahwa sifat sehat ini adalah gambaran karakteristik yang
paling menonjol untuk melihat atau menentukan bahwa suatu penyesuaian
diri itu dikatakan baik. Sedangkan menurut Warga (1983:24) mengatakan
bahwa ciri-ciri orang yang penyesuaian diri baik adalah
a.) Memperlakukan orang lain sebagai individu.
b.) Bekerja dengan kemampuan penuh.
c.) Produktif dalam masyarakat.
d.) Mampu menikmati banyak hal.
e.) Mampu memecahkan masalah internal dan eksternal.
f.) Mengenal, menerima dan memahami orang lain.
Selain itu Hurlock (1999) menyebutkan ciri-ciri orang yang
berpenyesuaian baik adalah
a.) Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab yang sesuai dengan
usia.
b.) Berpartisipasi dengan gembira dalam kegiatan yang sesuai untuk tiap
tingkat usia.
9
c.) Bersedia menerima tanggung jawab yang berhubungan dengan peran
mereka yang hidup.
d.) Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian.
e.) Senang memecahkan dan mengatasi berbagai hambatan yang
mengancam kebahagiaan.
f.) Mengambil keputusan dengan senang, tanpa konflik dan tanpa banyak
meminta nasehat.
g.) Tetap pada pilihannya sampai diyakinkan bahwa pilihan itu salah.
h.) Lebih banyak memperoleh kepuasan dari prestasi yang nyata
ketimbang dari prestasi yang imajiner.
i.) Dapat menggunakan pikiran sebagai ala t untuk merencanakan cetak
biru tindakan, bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari
suatu tindakan.
j.) Belajar dari kegagalan dan tidak mencari-cari alasan untuk
menjelaskan kegagalan.
k.) Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau menerapkannya pada
bidang yang tidak berkaitan.
l.) Mengetahui bagaimana bekerja bila saatnya bekerja dan bermain bila
saatnya bermain.
m.) Dapat mengatakan “Tidak” dalam situasi yang membahayakan
kepentingan sendiri.
n.) Dapat mengatakan “Ya” dalam situasi yang pada akhirnya
menguntungkan.
o.) Dapat menunjukkan amarah secara langsung bila tersinggung atau bila
hak-haknya dilangar.
10
p.) Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan
takaran yang sesuai.
q.) Dapat menahan sakit dan frustasi emosional bila perlu.
r.) Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan.
s.) Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting.
t.) Menerima kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung
berakhir.
Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa siswa yang dapat menyesuaikan diri adalah siswa yang dapat
menempatkan dirinya pada lingkungan sekitarnya seperti pergaulan
dengan teman sebayanya, bagaimana siswa dapat berinteraksi dengan
keadaan sekitarnya, dan lain- lain.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri
Scneiders (Ali, 2005:181) mengatakan bahwa setidaknya ada lima faktor
yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja yaitu
1. Kondisi fisik
Penyesuaian diri seseorang akan lebih mudah dilakukan dan
dipelihara dalam kondisi fisik yang sehat daripada yang tidak sehat.
Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya
diri, harga diri, dan sejenisnya yang akan menjadi kondisi yang sangat
menguntungkan bagi proses penyesauian diri. Sebaliknya kondisi fisik
yang tidak sehat dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kurang
percaya diri, atau bahkan menyalahkan diri sehingga akan berpengaruh
kurang baik bagi proses penyesuian diri.
11
2. Kepribadian
Penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah
dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap, dan karakteristik sejenis
lainnya. Oleh sebab itu, semakin kaku dan tidak adanya kemauan serta
kemampuan untuk merespon lingkungan, semakin besar
kemungkinannya untuk mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri.
Kemauan dan kemampuan untuk berubah ini akan berkembang melalui
proses belajar.
3. Proses belajar
Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyelesaian
diri individu karena pada umumya respon-respon dan sifat-sifat
kepribadian yang diperlukan bagi penyelesaian diri diperoleh dan
menyerap kedalam diri individu melalui proses belajar.
4. Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri.
Lingkungan disini meliputi lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat.
Di lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat
penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Unsur-
unsur didalam keluarga seperti interaksi orangtua dengan anak,
interaksi antaranggota keluarga, peran sosial didalam keluarga, dan
gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri
individu anggotanya. Sedangkan di lingkungan sekolah juga dapat
menjadi kondisi yang memungkinkan berkembangnya atau
terhambatnya proses perkembangan penyesuaian diri.
12
Pada umumnya, sekolah dipandang sebagai media yang sangat
berguna untuk mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
intelektual, sosial, nilai-nilai, sikap, dan moral siswa. Dan di
lingkungan masyarakat juga dapat menjadi berpengaruh terhadap
perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai-nilai, sikap, aturan-
aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat akan diidentifikasi oleh
individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan
berpengaruh terhadap proses perkembangan penyesuaian diri.
5. Agama serta budaya
Agama berkaitan erat dengan faktor budaya. Agama
memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktek-praktek yang
memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan
keseimbangan hidup individu.
C. Kriteria Penyesuaian Diri Yang Baik:
Heuken (1992:49) mengatakan bahwa mengajak kita untuk menyadari
beberapa petunjuk penyesuaian diri sebagai berikut:
1. Seseorang memenuhi kebutuhan penyesuaian diri yang baik dengan
mempelajari perbuatannya sendiri.
2. Rintangan dalam mencapai kebutuhan penyesuaian diri adalah sesuatu
hal yang wajar.
3. Orang akan merasa gelisah dan tegang jika mengalami hambatan untuk
memenuhi kebutuhan penyesuain diri.
13
4. Rintangan dalam penyesuaian diri yang muncul perlu dihadapi dengan
tenang agar tidak timbul kesulitan lebih besar pada rintangan yang
baru.
5. Setiap cara memecahkan masalah penyesuaian diri entah benar dan
entah tidak yang cenderung diulang akan menjadi suatu kebiasaan.
D. Penyesuaian Diri di Sekolah
Setiap awal tahun ajaran baru, siswa baru dihadapkan pada MOS (Masa
Orientasi Siswa). Dimana siswa diperkenalkan pada lingkungan baru
sekolahnya. Siswa diberi kesempatan untuk beradaptasi pada lingkungan
barunya meliputi kadaan lingkungan sekolah, tata tertib sekolah, dan
pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah serta relasi dengan guru dan teman
sebaya.
Prayitno (2004) mengatakan bahwa penyesuaian diri dengan lingkungan
sekolah berarti meliputi siswa di lingkungan sekolah seperti sikap terhadap
sekolah, tata tertib, fasilitas sekolah, interaksi dengan teman sebaya. Kegiatan
akademik meliputi belajar perorangan, belajar kelompok. Pelaksanaan belajar
di kelas meliputi terhadap guru, terhadap mata pelajaran dan persiapan
ulangan.
Penyesuaian diri dengan lingkungan sekolah yaitu mengenal seluk beluk
gedung sekolah, menggunakan fasilitas sekolah untuk mendukung semua
kegaitan belajar siswa serta memelihara keindahan, keamanan, dan ketenangan
lingkungan sekolah sehingga siswa dapat belajar dengan baik.
Penyesuaian diri siswa dengan tata tertib sekolah berarti siswa mampu
memahami dan berusaha untuk mentaati peraturan-peraturan sekolah yang
14
berlaku. Seperti mengenai kehadiran di sekolah, larangan merokok,
pembayaran iuran sekolah tepat pada waktunya, siswa harus memakai atribut
sekolah sesuai dengan peraturan sekolah.
Siswa menggunakan fasilitas sekolah seperti siswa menggunakan ruang
laboratorium sekolah, menggunakan lapangan basket, menggunakan lapangan
sepakbola, dan lain- lain untuk kegiatan siswa dan bagaimana siswa menjaga
kebersihan fasilitas sekolah. Di sekolah, siswa belajar bagaimana berinteraksi
dengan teman sebaya dan guru.
Penyesuaian diri siswa terhadap pelaksanaan kegiatan pendidikan sekolah
yaitu siswa perlu menyesuaikan dan mengikuti kegaitan pendidikan di
sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun kegaitan ekstrakulikuler. Kegiatan
kurikuler mencakup penguasaan mata pelajaran yang menuntut pemahaman
dan pengetahuan siswa. Kegiatan ekstrakulikuler mencakup keterampilan-
keterampilan dan pelatihan diluar jam belajar formal seperti kegiatan pramuka
olah raga, dan kesenian. Nasution (1983:79) mengatakan bahwa pada kegiatan
akademik, meliputi bagaimana siswa mengikuti pelajaran di dalam kelas,
mendengarkan guru saat mengajar, mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan
penuh tanggung jawabnya, berlaku jujur dalam ulangan, membaca ulang
pelajaran di sekolah ketika telah usai pulang dari sekolah, siswa tidak
diperbolehkan bercakap-cakap dalam kelas atau berjalan mondar-mandir
karena mengganggu jalan pelajaran, dan lain- lain.
Penyesuaian diri terhadap guru adalah siswa berusaha menerima serta
memahami cara guru mengajar, cara guru memperlakukan siswa selama di
kelas ataupun dalam lingkungan sekolah dan cara guru mengatasi persoalan
yang berkaitan dengan interaksi guru dan siswa, sehingga siswa akan mampu
15
dan memahami apa yang diberikan oleh guru. Penyesuaian diri dengan teman
sebaya berarti siswa mampu bergaul dengan teman di sekolah dengan tidak
memandang asal, suku, agama, budaya, tingkat sosial dan mampu
mengembangkan sikap tenggang rasa, setia kawan, dan bisa memahami orang
lain.
E. Karakteristik Siswa Laki-laki dan Perempuan
1. Karakteristik Anak Laki-laki
Pada umumnya jenis kelamin laki- laki berbeda dengan jenis kelamin
perempuan. Perbedaan ini dapat kita lihat dari fisik, harapan-harapan
orangtua, serta kebiasaan-kebiasaan yang harus menunjukkan bahwa dia
adalah seorang pria.
Hurlock (1999:159) mengatakan bahwa pria mempunyai tubuh yang
lebih besar, otot yang lebih kua t, dan kekuatan otot yang lebih besar.
Sehingga pria mampu melakukan hal-hal yang menuntut tenaga yang lebih
besar.
Harapan-harapan orangtua kepada anak laki- laki adalah supaya
anaknya kelak menjadi figur ayah yang mampu mengayomi seluruh
keluarganya dan menjadi seorang manusia yang berkualitas (Winarti,
2005:24). Sedangkan Atkinson (1996:129) berpendapat bahwa
dimasyarakat anak laki- laki selalu identik dengan berperan aktif, berani,
tangguh menghadapi kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan
lain- lain. Dalam Winarti (2005:24) menyatakan lagi bahwa kebiasaan-
kebiasaan yang ditanamkan orangtua kepada anak laki- lakinya sejak kecil
adalah bahwa anak laki- laki harus tegar, tidak boleh cenggeng, tidak boleh
16
cepat menyerah dalam mengerjakan sesuatu, dalam bekerja lebih
menggunakan otak daripada perasaan, tegas dalam mengambil setiap
keputusan serta menjadi pribadi yang mandiri. Ini berarti pria lebih mampu
mengendalikan emosi dari wanita.
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa anak laki-
laki dituntut untuk bersikap tegar, maskulin, bertanggung jawab,
pemberani. Sehingga anak laki- laki akan cenderung dapat menyesuaikan
dirinya terhadap perubahan lingkungan daripada anak perempuan.
2. Karakteristik Anak Perempuan
Peran anak perempuan terhadap anak laki- laki sangat berbeda didalam
kehidupan sehari-hari. Perbedaan tersebut meliputi bidang penampilan,
fisik, emosional, dan tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan.
Hurlock (1999:158) menyatakan bahwa pakaian yang melambangkan
keterbatasan seperti ketidak mampuan untuk berjalan jauh karena tumit
yang tinggi atau melakukan pekerjaan yang mudah robek dianggap sesuai
bagi wanita.
Di masyarakat pada umumnya anak perempuan mempunyai tubuh
yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga. Anak perempuan
menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih sensitif daripada
anak laki- laki.
Tuntutan-tuntutan orangtua terhadap anak perempuan seperti anak
perempuan tidak boleh agresif, feminim, menghindari sesuatu yang
berbahaya. Dari kenyataan yang telah diungkapkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa apabila anak perempuan sudah menginjak masa remaja
17
dikemudian hari dan anak tersebut dituntut untuk cepat menyesuaikan diri
dilingkungan sekolahnya. Maka anak tersebut akan mengalami hambatan.
Karena peran anak perempuan yang menuntut mereka untuk lebih
feminim, pasif, dan mempunyai kedudukan dibawah pria.
F. Tata Tertib Sekolah
1. Pengertian Tata Tertib Sekolah
Setiap sekolah mempunyai tata tertib yang beda-beda satu dengan
lainnya. Subroto (1984:65) mengatakan bahwa tata tertib atau peraturan
sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah
sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarannya. Sangsi yang
diberikan mulai dari sangsi ringan hingga berat. Sangsi tersebut diberikan
apabila siswa telah melanggar tata tertib yang sudah berlaku di sekolahnya.
2. Tata Tertib Bagi Siswa
Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 1 Mei 1974,
No.14/U/1974 (dalam Subroto, 1984:65), tata tertib untuk murid adalah
sebagai berikut :
a.) Tugas dan kewajiban dalam kegiatan Intra Sekolah:
1.) Murid harus datang ke sekolah sebelum pelajaran dimulai.
2.) Murid harus sudah siap menerima pelajaran sesuai dengan jadwal
sebelum pelajaran dimulai.
3.) Murid tidak dibenarkan tinggal didalam kelas pada saat jam
istirahat kecuali jika keadaan tidak mengijinkan misalnya hujan.
4.) Murid boleh pulang jika pelajaran telah selesai.
18
5.) Murid wajib menjaga kebersihan dan keindahan sekolah.
6.) Murid wajib berpakaian sesuai dengan yang ditetapkan oleh
sekolah.
7.) Murid harus juga memperhatikan kegiatan ekstrakulikuler seperti :
kepramukaan, kesenian, palang merah remaja, dan lain- lain.
b.) Larangan- larangan yang harus diperhatikan :
1.) Meninggalkan sekolah/ jam pelajaran tanpa ijin kepala sekolah/
guru yang bersangkutan.
2.) Merokok di sekolah.
3.) Berpakaian tidak senonoh/ bersolek yang berlebihan.
4.) Kegiatan yang mengganggu jalannya pelajaran.
c.) Sangsi bagi murid dapat berupa:
1.) Peringatan lisan secara langsung.
2.) Peringatan tertulis dengan tembusan pada orangtua.
3.) Diberhentikan sementara.
4.) Dikeluarkan dari sekolah
3. Bidang-bidang Tata Tertib
Peraturan-peraturan yang terdapat pada lingkungan sekolah dibagi
menjadi 2 bagian yaitu peraturan akademik dan peraturan non-akademik
(Bernadus, 2001). Yaitu:
a. Peraturan Akademik
Adalah yang menyangkut kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Seperti kegiatan belajar-mengajar, waktu
belajar, dan pelaksanaan ujian.
19
b. Peraturan Non-Akademik
Menurut Ali (2005: 170) mengatakan bahwa sekolah perlu
memberikan kesempatan melaksanakan kegiatan-kegiatan non-
akademik melalui berbagai perkumpulan, misalnya perkumpulan
penggemar olahraga sejenis, kesenian, dan lain- lain
Dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1.) Peraturan administratif.
Adalah yang menyangkut peraturan perijinan masuk dan tidak
masuk sekolah, peraturan mengenai pembayaran SPP, dan
peraturan mengenai sangsi-sangsi bagi siswa.
2.) Peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa.
Adalah yang menyangkut tentang perihal pemeliharaan dan
merawat tubuh dan perihal tentang kerapian dalam berpakaian
selama di lingkungan sekolah seperti aturan tidak boleh berambut
panjang dan memakai anting-anting untuk siswa putra, dan lain-
lain.
3.) Peraturan kegiatan sekolah.
Adalah yang menyangkut peraturan yang berhubungan dengan
kegiatan sekolah seperti ekstrakulikuler, upacara bendera,
peringatan hari raya besar nasional/keagamaan.
4.) Peraturan lingkungan sekolah secara umum.
Adalah yang berhuungan siswa dengan perangkat sekolah dan
dengan sesame siswa dalam menjaga kebersihan dan kerapian
lingkngan sekolah.
20
4. Penyesuaian Diri Terhadap Tata Tertib
Ketika siswa kelas 1 baru memasuki sekolah menengah pertama. Siswa
harus menyesuaikan diri terhadap sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri
siswa salah satunya adalah penyesuaian diri terhadap tata tertib atau
peraturan sekolah. Karena ketika siswa melakukan transisi dari sekolah
dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, mereka
mengalami top-dog phenomenon, keadaan bergerak dari posisi teratas (di
sekolah dasar, mereka adalah murid-murid yang paling tua, paling besar,
dan paling berkuasa di sekolah) ke posisi terendah (di sekolah lanjutan
atau sekolah menengah pertama, menjadi murid-murid yang paling muda,
paling kecil, dan paling lemah di sekolah) (Santrock, 2002:16).
Sekolah terikat dengan beberapa peranan dan peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis. Tetapi biasanya peranan yang diharapkan guru,
murid, dan staf administrasi sekolah tertulis dalam peraturan sekolah.
Sedangkan dalam keluarga tidak ada peraturan yang tertulis, namun
harapan orangtua terhadapnya adalah supaya anaknya sukses (Bahar,
1989).
Prayitno (2004:16) mengatakan bahwa penyesuian diri terhadap tata
tertib sekolah artinya siswa mampu memahami dan berusaha untuk
mentaati peraturan-peraturan sekolah yang berlaku. Peraturan-peraturan
tersebut seperti mengikuti jadwal pelajaran sekolah, aturan ijin masuk dan
keluar selama pelajaran sekolah, membuat surat ijin tidak masuk sekolah,
ketentuan seragam sekolah, dan pembayaran..
Dari beberapa pendapat ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa masa transisi setelah tamat dari sekolah dasar ke sekolah menengah
21
pertama memerlukan penyesuaian diri di sekolahnya yang baru. Diamna
penyesuian tersebut meliputi penyesuaian diri terhadap tata tertib atau
peraturan sekolah.
Tata tertib atau peraturan sekolah dari sekolah yang satu dengan
sekolah yang lainnya berbeda-beda. Apabila siswa tidak mematuhi tata
tertib tersebut, maka siswa akan dikenai sangsi yang berlaku di sekolah
tersebut. Untuk itu siswa harus menyesuaikan dirinya di sekolahnya yang
baru.
5. Perbedaan Penyesuaian Diri Siswa Laki-laki dan Siswi Perempuan
Terhadap Tata Tertib Sekolah
Setiap sekolah memiliki tata tertib sekolah dimana semua siswa wajib
mematuhinya. Tata tertib sekolah mengandung tugas dan kewajiban,
larangan- larangan, dan sangsi bagi siswa yang melanggar tata tertib
tersebut. Siswa kelas satu membutuhkan penyesuaian diri di lingkungan
sekolahnya yang baru. Penyesuaian diri tersebut meliputi tata tertib,
pergaulan dengan teman sebaya, lingkungan sekolah seperti gedung
sekolah, ruangan kelas, dan guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut.
Atkinson (1996:129) mengatakan bahwa dimasyarakat anak laki- laki
selalu diidentikkan dengan peran aktif, berani, tangguh menghadapi
kesulitan, membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Harapan-
harapan orangtua terhadap anak laki- laki adalah supaya kelak anaknya
menjadi figure ayah dan dapat mengayomi seluruh keluarganya. Hurlock
(1992:230) mengatakan bahwa penguasaan tugas perkembangan yang
berkaitan dengan belajar bergaul dengan lawan jenis lebih dikarenakan
22
peran seks. Belajar melakukan peran seks yang diakui lebih mudah bagi
laki- laki daripada bagi perempuan. Pertama, sejak awal masa kanak-kanak,
laki- laki telah disadarkan akan perilaku seksual yang patut dan didorong,
didesak atau bahkan dipermalukan sebagai upaya penyesuaian diri dengan
standart-standart yang diakui. Kedua, dari tahun ke tahun laki- laki
mengetahui bahwa peran laki- laki memberi martabat yang lebih terhormat
daripada peran perempuan. Sedangkan anak perempuan identik dengan
lemah lembut, tidak boleh agresif, feminim, memiliki perasaan lebih
sensitif daripada laki- laki, dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat diatas tersebut maka penulis dapat mengambil
kesimpulan yaitu ruang gerak dan lingkup siswa laki- laki lebih banyak
daripada siswi perempuan. Siswa laki- laki identik dengan pemberani,
maskulin, mandiri, dan sedangkan siswi perempuan identik dengan lemah
lembut, feminim, tidak boleh agresif dan lain- lain. Oleh karenanya, siswi
perempuan tidak banyak memiliki kesempatan untuk berkembang.
Karakteristik tersebut dapat berpengaruhi pada penyesuaian diri terhadap
tata tertib sekolah antara siswa laki- laki dengan perempuan. Pada siswa
laki- laki disebutkan di atas memiliki sifat pemberani, maskulin, dan lain-
lain. Dari sifat tersebut dapat mendorong siswa laki- laki untuk lebih
mudah bergaul dengan guru-guru maupun teman-teman sebayanya
sehingga mereka menjadi lebih cepat menyesuaikan dirinya di lingkungan
sekolah. Mereka tidak segan bertanya kepada guru-guru maupun teman-
teman mereka apabila mereka ingin menanyakan sesuatu hal. Oleh karena
kedekatan dengan guru-guru ini, maka penyampaian informasi mengenai
tata tertib sekolah menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa laki- laki.
23
Sedangkan pada siswi perempuan, mereka dikatakan lebih penurut,
pemalu, feminim, dan lain- lain. Oleh karena sifat pemalunya, maka hal itu
membuat ruang gerak siswi untuk beradaptasi dengan lingkungan di
sekitarnya menjadi lembih sempit.
Penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah berarti siswa mampu
memahami dan mentaati aturan-aturan sekolah. Aturan-aturan yang
dimaksud antara lain mengikuti jadwal pelajaran sekolah, aturan ijin
masuk dan keluar kelas pada jam-jam pelajaran sedang berlangsung,
menyerahkan surat ijin tidak masuk sekolah, mengikuti ketentuan
mengenakan pakaian seragam sekolah. Untuk siswa putra tidak
diperbolehkan memakai anting, kalung dan gelang, untuk siswa putri tidak
diperkenalkan memakai make-up dan perhiasan yang berlebihan. Aturan-
aturan lain adalah pembayaran administrasi sekolah, aturan parkiran bagi
siswa yang membawa kendaraan sepeda, menjaga nama baik sekolah serta
siswa harus bersedia menerima sangsi bila ternyata melakukan
pelanggaran tata tertib di lingkungan sekolah (Sarmento, 2000). Tata tertib
atau peraturan sekolah yang satu dengan sekolah yang lainnya berbeda.
Vembriarto (1993) mengatakan bahwa tiap-tiap sekolah mempunyai
kebudayaannya sendiri yang bersifat unik. Tiap-tiap sekolah mempunyai
aturan tata tertib, kebiasaan-kebiasaan, upacara-upacara, mars/ hymne
sekolah, pakaian seragam dan lambang-lambang yang memberikan corak
khas kepada sekolah yang bersangkutan. Dari situlah maka penyesuaian
diri antara siswa laki- laki dan siswi perempuan terdapat perbedaan.
24
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah
Ada perbedaan tingkat penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada
siswa – siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran
2007/2008 .
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan termasuk penelitian deskriptif yaitu
penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala
pada saat penelitian dilakukan dan diarahkan untuk menerapkan sifat suatu
situasi pada waktu penelitian dilakukan (Furchan, 1982). Dalam kaitan ini
penelitian ini dirancang untuk memperleh gambaran tingkat penyesuaian diri
siswa-siswi kelas VII terhadap kehidupan sekolah di SMP BOPKRI 2
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
B. Populasi dan Sample Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian populasi. Subjek penelitian ini adalah
seluruh siswa dan siswi kelas satu SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Siswa & siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta terdiri dua kelas yaitu
kelas VII A dan kelas VII B, dengan jumlah 42 orang siswa. Rincian subjek
penelitian yaitu siswa kelas VII A terdiri atas 21 orang dan siswa kelas VII B
terdiri atas 21 orang. Untuk uji coba angket penelitian dilakukan di SMP
Kanisius Sumber Muntilan, mengambil dua kelas VII A dan VII B. Rincian
subjek uji coba yaitu siswa kelas VII A sebanyak 28 orang tetapi yang masuk
hanya 27 orang dan siswa kelas VII B sebanyak 27 orang.
26
Subjek penelitian dipilih kelas satu dengan alasan kelas satu dianggap
sedang dalam proses penyesuaian diri, terutama penyesuaian diri terhadap
lingkungan sekolah yang baru dimasukinya.
C. Alat Pengumpul Data
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa angket
penyesuaian diri siswa. Angket ini merupakan pemodifikasian dari kuesioner
yang telah disusun oleh Agnes Dwi Eryani (2006). Isi angket yang semula
berjumlah 70 item diubah menjadi 74 item karena peneliti menambahkan 4
pertanyaan pada aspek peraturan lingkungan sekolah secara umum. Angket
terdiri dari dua bagian yaitu identitas, petunjuk pengisian dan bagian
pertanyaan tentang penyesuian diri siswa di sekolah, angket tersebut
berdasarkan kelima bidang aspek tata tertib sekolah/ peraturan sekolah yang
sudah ditentukan.
Pernyataan dipusatkan pada bidang-bidang peraturan akademik, peraturan
administratif, peraturan pemeliharaan dan perawatan diri siswa, peraturan
kegiatan sekolah, dan peraturan lingkungan sekolah se cara umum.
Tabel 1 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk uji coba penelitian.
No. Item No. Aspek
Positif Negatif
Jumlah
Item
1. Peraturan akademik :
a. Kegiatan belajar
b. Penggunaan waktu belajar
c. Pelaksanaan ujian
1,2,3
7,8
11,12
4,5,6
9,10
13,14
6
4
4
27
2. Peraturan administratif 15,16,17,18,
19,20,21
22,23,24,25,
26,27,28
14
3. Peraturan pemeliharaan dan
perawatan diri siswa :
a. Pemeliharaan dan perawatan
tubuh
b. Kerapian berpakaian
29,30,31
37,38,39,40
32,33,34,
35,36
41,42
8
6
4. Peraturan kegiatan sekolah :
a. Kegiatan ekstrakulikuler
b. Upacara bendera
c. Kegiatan hari besar nasional
dan keagamaan
43,44
47,48,49
53,54
45,46
50,51,52
55,56
4
6
4
5. Peraturan lingkungan sekolah
secara umum :
a. Kebersihan dan kerapian
b. Hubungan dengan aparatur
sekolah
c. Hubungan dengan siswa
57,58,59
63,64
66,67,71,72
60,61,62
65
68,69,70,
73,74
6
3
9
Total 74
Masing-masing item dilengkapi 5 kemungkinan jawaban: selalu, sering,
kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Pernyataan-pernyataan yang
disajikan ada yang positif dan ada yang negatif. Item positif adalah pernyataan
yang berisi tentang perilaku siswa yang diharapkan sedangkan item negatif
28
adalah pernyataan yang berisi tentang perilaku siswa yang tidak diharapkan.
Pada saat mengisi kuesioner, siswa diminta memilih satu dari lima alternatif
pilihan jawaban untuk tiap item. Setiap alternatif jawaban diberi skor yang
besarnya berbeda-beda berdasarkan sifat item.
Skor pernyataan positif : Skor pernyataan negatif :
Selalu = 4 Selalu = 1
Sering = 3 Sering = 2
Kadang-kadang = 2 Kadang-kadang = 3
Tidak pernah = 1 Tidak pernah = 4
D. Alat Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data peneliti melakukan tiga tahapan :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini penulis melakukan berbagai persiapan untuk
melakukan penelitian yang sebenarnya. Persiapan yang dilakukan
peneliti adalah memodifikasi angket yang diadaptasi dari Agnes Dwi
Eryani dengan mengkonsultasikan pada dosen pembimbing, kemudian
peneliti memberitahukan kepada kepala sekolah SMP Kanisius Sumber
Muntilan bahwa peneliti ingin mengadakan uji coba penelitian.
2. Tahap Uji Coba
Peneliti mengadakan uji coba angket untuk menentukan validitas dan
reliabilitas angket penelitian. Uji coba dilakukan di SMP Kanisius
Sumber Muntilan dengan mengambil dua kelas dengan 54 responden.
Angket uji coba ini dilaksanakan di kelas VII A dan VII B pada
tanggal 20 Agustus 2007, pengisian angket mengambil pada jam mata
29
pelajaran fisika dengan didampingi oleh Ibu Sri Rahayu dan pengisian
ini berlangsung kurang lebih 45 menit. Dari hasil uji coba tersebut,
maka peneliti melakukan perbaikan item-item yang gugur atau valid.
3. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti meminta ijin kepada Bapak Kepala Sekolah SMP BOPKRI 2
Yogyakarta. Peneliti mengadakan penelitian di SMP BOPKRI 2
Yogyakarta, pada tanggal 22 Oktober 2007. Penelitian ini menggambil
dua kelas dengan 42 responden. Pengisian angket penelitian ini
dilakukan di kelas VII A dan kelas VII B dengan mengambil jam mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan jam mata pelajaran matematika dengan
didampingi oleh Ibu Win. Pengisian angket ini berlangsung kurang
lebih 45 menit.
E. Teknik Analisis Data
1. Reliabilitas dan Validitas Angket Penyesuaian Diri
Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur
mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan
dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil (Masidjo, 1995: 209).
Untuk mengukur tingkat reliabilitas, peneliti menggunakan metode
belah dua atau metode gasal-genap. Menurut Masidjo (1995: 218)
mengatakan bahwa metode ini dipakai untuk suatu tes pada sekelompok
siswa. Dimana hasil dari suatu tes dibagi atau dibelah menjadi dua bagian,
yaitu bagian pertama yang dapat berupa hasil atau skor yang berasal dari
30
item-item bernomer gasal dan bagian kedua berupa hasil atau skor yang
berasal dari item-item bernomor genap.
Hasil angket penyesuaian diri terhadap tata tertib ini disusun dalam
bentuk skala diskrit. Skala diskrit adalah skor angka 1 dan 2 diubah
menjadi 0 dan skor angka 3 dan 4 diubah menjadi 1. Reliabilitas angket
penyesuaian diri siswa ditentukan dengan cara.
Langkah 1 : Menghitung koefisien korelasi skor item ganjil dan skor
item genap dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson dengan
rumus :
( )( )( ){ } ( ){ }2222 ∑∑∑∑
∑∑∑−−
−=
yyNxxN
yxxyNrxy
Keterangan :
xyr = Koefisien ganjil-genap
N = Jumlah subjek
X = Belahan ganjil
Y = Belahan genap
Langkah II : Menghitung reliabilitas skor item ganjil dan skor item
genap angket penyesuaian diri dengan rumus Spearman-Brown sebagai
berikut :
rggxrgg
rtt +=
12
Keterangan :
=ttr Koefisien reliabilitas
rgg = Koefisien korelasi ganjil-genap
31
Tabel 2 : Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu tes
Koefisien korelasi Klasifikasi
00,191,0 ±−± Sangat Tinggi
90,071,0 ±−± Tinggi
70,041,0 ±−± Cukup
40,021,0 ±−± Rendah
Negatif - 20,0± Sangat Rendah
Sumber : Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 209.
Validitas
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995:242). Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan validitas konstruksi atau konsep. Validitas konstruksi adalah
suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat
pengukur sesuai dengan suatu konsep yang seharusnya menjadi isi tes atau
alat pengukur tersebut atau konstruksi teoritis yang mendasari disusunnya
tes atau alat pengukur tersebut (Masidjo, 1995: 244).
Untuk mencari validitas butir setiap item dengan mengkorelasikan skor
setiap butir item dengan skor total peraspek. Selanjutnya proses
menghitung validitas setiap item menggunakan rumus koefisien validitas.
Rumus koefisien validitas yaitu :
( )( )( ){ } ( ){ }2222 ∑∑∑∑
∑∑∑−−
−=
yyNxxN
yxxyNrxy
32
Keterangan :
xyr = Koefisien Korelasi antara X dan Y
N = Jumlah Subjek
X = Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya
Y = Skor total dari item per aspek
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total, biasanya
menggunakan batasan .30,0≥ixr Apabila jumlah item yang lolos ternyata
masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, kita dapat
mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batasan 30,0≤ixr (Azwar,
1999: 65).
Setelah dilakukan uji coba penelitian di SMP Kanisius Sumber,
Muntilan pada tanggal 20 Agustus 2007. Maka didapatkan item-item yang
valid dan gugur. Jumlah item-item yang valid terdapat 52 buah. Sedangkan
jumlah item-item yang gugur dari 74 item yang diuji cobakan, terdapat 22
buah. Dan dari 22 buah item-item yang gugur, peneliti mengambil 10 buah
item yang gugur untuk revisi. Rinc ian aspek dan nomer-nomer item untuk
penelitian dapat dilihat pada tabel 7 halaman 64.
Tabel 3 : Rincian aspek dan nomer-nomer item untuk penelitian.
No. Item No. Aspek
Positif Negatif
Jumlah
Item
1. Peraturan akademik :
a. Kegiatan belajar
b. Penggunaan waktu belajar
1,2,3
7,8
4,5,6
9
6
3
33
c. Pelaksanaan ujian 10,11
12,13 4
2. Peraturan administratif 14,15,16,
17,18,19
20,21,22,
23,24,25
12
3. Peraturan pemeliharaan dan
perawatan diri siswa :
a. Pemeliharaan dan perawatan
tubuh
b. Kerapian berpakaian
26,27,28
30,31,32
29
4
3
4. Peraturan kegiatan sekolah :
a. Kegiatan ekstrakulikuler
b. Upacara bendera
c. Kegiatan hari besar nasional
dan keagamaan
33,34
37,38,39
43,44
35,36
40,41,42
45,46
4
6
4
5. Peraturan lingkungan sekolah
secara umum :
a. Kebersihan dan kerapian
b. Hubungan dengan aparatur
sekolah
c. Hubungan dengan siswa
47,48
52
54,55,
59,60
49,50,51
53
56,57,58,
61,62
5
2
9
Total 62
34
F. Uji Hipotesis
Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik chi-kuadrat.
Teknik chi-kuadrat digunakan untuk mengetahui perbedaan antara frekuensi
berbagai subjek, objek, kejadian, dan lain- lainnya yang termasuk dalam
berbagai kategori (Furchan, 1982). Tetapi sebelum menguji hipotesis maka
peneliti harus menempuh langkah pertama yaitu mencari mean.
Langkah 1 : Rumus Mean
NX∑
=
Keterangan :
=∑ X Jumlah keseluruhan total skor
N = Jumlah seluruh subjek
Langkah 2 : Rumus chi-kuadrat adalah sebagai berikut
X =2{ }
( )( )( )( )dbcadcbabcadN
++++− 2
Keterangan:
X =2 Chi-kuadrat
X =2 Jumlah seluruh objek
a = Jumlah pada kolom 1 baris 1
b = Jumlah pada kolom 2 baris 1
c = Jumlah pada kolom 1 baris 2
d = Jumlah pada kolom 2 baris 1
35
Langkah 3 : Besarnya derajat kebebasan diketahui dengan rumus
df = ( )( )11 −− RC
Keterangan :
df = Jumlah derajat kebebasan
C = Jumlah kolom
R = Jumlah baris
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian secara
sistematis guna untuk menjawab rumusan masalah yang dibuat peneliti yaitu “Apakah
terdapat perbedaan tingkat penyesuaian diri antara siswa putra dan siswi putri kelas
VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2007-2008 terhadap tata tertib
sekolah?”.
A. Hasil Penelitian
1. Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin
Pada penyesuaian diri terhadap tata tertib ini dibagi menjadi dua
kategori yaitu penyesuaian diri yang baik dan penyesuaian diri yang
kurang baik. Siswa dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik
apabila memperoleh skor sama dengan atau lebih tinggi dari rata-rata skor
total. Dan sedangkan siswa dikatakan penyesuaian diri yang kurang baik
apabila siswa memperoleh skor dibawah rata-rata skor total. Dari hasil
mean secara keseluruhan maka didapat rata-rata skor total pada angket
tersebut adalah 209. Data hasil penyesuaian diri siswa secara keseluruhan
dapat disajikan dalam tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4 Penyesuaian diri siswa keseluruhan dan jenis kelamin
Penyesuaian diri Jenis
kelamin Baik Kurang baik
Total
Putra 11 (26,19%) 13 (30,95%) 24 (57,14%)
Putri 13 (30,95%) 5 (11,90%) 18 (42,86%)
Total 24 (57,14%) 18 (42,86%) 42 (100%)
37
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan :
a. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik ( )[ ]%19,2611
lebih sedikit daripada jumlah siswa yang menyesuaikan diri dengan
kurang baik ( )[ ]%95,3013 .
b. Jumlah siswa putri yang menyesuaiakan diri dengan baik ( )[ ]%95,3013
lebih banyak daripada jumlah siswa putri yang menyesuaikan diri
dengan kurang baik ( )[ ]%90,115 .
c. Secara keseluruhan jumlah siswa yang menyesuaiakan diri dengan baik
( )[ ]%14,5724 lebih banyak daripada jumlah siswa yang menyesuaikan
diri dengan kurang baik ( )[ ]%86,4218 .
2. Bidang penyesuaian diri dan jenis kelamin
Penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah terdiri atas lima aspek
yaitu aspek peraturan akademik, aspek peraturan administratif, aspek
pemeliharaan dan perawatan diri siswa, aspek peraturan kegiatan sekolah,
aspek peraturan lingkungan sekolah. Peneliti ingin menguraikan perbedaan
penyesuaian diri terhadap pada tata tertib yaitu dengan cara mencari nilai
total skor secara keseluruhan dan kemudian nilai total skor peraspek,
setelah itu peneliti mencari nilai rata-rata mean secara keseluruhan dan
nilai rata-rata mean peraspek. Kemudian peneliti mencari hasil penelitian
dengan cara mencari chi-kuadrat keseluruhan dan chi-kuadrat peraspek.
Dari hasil penelitian tersebut maka peneliti dapat menjawab semua
pertanyaan rumusan masalah.
38
Data hasil penyesuaian diri siswa secara keseluruhan dapat disajikan
dalam tabel 5 dibawah ini :
Penyesuaian diri Jenis
kelamin
Bidang penyesuaian diri Baik Kurang baik
Total
peraturan akademik 9 (21,43%) 15 (35,71%) 24 (57,14%)
peraturan administratif 15 (35,71%) 9 (21,43%) 24 (57,14%)
pemeliharaan dan perawatan
diri siswa
14 (33,33%) 10 (23,81%) 24 (57,14%)
kegiatan sekolah 11 (26,19%) 13 (30,95%) 24 (57,14%)
Putra
lingkungan sekolah 13 (30,95%) 11 (26,19%) 24 (57,14%)
peraturan akademik 11 (26,19%) 7 (16,67%) 18 (42,86%)
peraturan administratif 10 (23,81%) 8 (19,05%) 18 (42,86%)
pemeliharaan dan perawatan
diri siswa
15 (35,71%) 3 (7,14%) 18 (42,86%)
kegiatan sekolah 14 (33,33%) 4 (9,52%) 18 (42,86%)
Putri
lingkungan sekolah 14 (33,33%) 4 (9,52%) 18 (42,86%)
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
peraturan akademik ( )[ ]%43,219 lebih sedikit daripada jumlah siswa
putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%71,3515 .
b. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
peraturan administratif ( )[ ]%71,3515 lebih banyak daripada jumlah
siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%43,219 .
c. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
pemeliharaan dan perawatan diri siswa ( )[ ]%33,3314 lebih banyak
39
daripada jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan kurang
baik ( )[ ]%81,2310 .
d. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
kegiatan sekolah ( )[ ]%19,2611 lebih sedikit daripada jumlah siswa
putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%95,3013
e. Jumlah siswa putra yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan sekolah ( )[ ]%95,3013 lebih banyak daripada jumlah siswa
putra yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%19,2611 .
f. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
peraturan akademik ( )[ ]%19,2611 lebih banyak daripada jumlah siswi
putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%67,167 .
g. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
peraturan administratif ( )[ ]%81,2310 lebih banyak daripada jumlah
siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%05,198 .
h. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
pemeliharaan dan perawatan diri siswa ( )[ ]%71,3515 lebih banyak
daripada jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan kurang
baik ( )[ ]%14,73 .
i. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
kegiatan sekolah ( )[ ]%33,3314 lebih banyak daripada jumlah siswi putri
yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%52,94 .
40
j. Jumlah siswi putri yang menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungan sekolah ( )[ ]%33,3314 lebih banyak daripada jumlah siswi
putri yang menyesuaikan diri dengan kurang baik ( )[ ]%52,94 .
3. Chi kuadrat
Setelah peneliti mencari chi-kuadrat secara keseluruhan, maka peneliti
dapat menjawab hipotesis penelitian ini. Hasil dari chi-kuadrat secara
keseluruhan adalah 2,8326. Hasil tersebut selengkapnya dapat dilihat pada
lembaran lampiran halaman 57
Hipotesis penelitian :
Ada perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah pada
siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008.
Hipotesis statistika :
Ada perbedaan frekuensi penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah
pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008.
Hipotesis nol :
Tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah
pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008.
Nilai X2 empiris = 2,8326 taraf signifikan 5 % dengan db = 1.
Nilai X 2 tabel = 3,841. Jadi hipotesis nol diterima dan hipotesis
statistik ditolak. Berarti tidak adanya perbedaan penyesuaian diri
41
terhadap tata tertib sekolah pada siswa-siswi kelas VII SMP BOPKRI
2 Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti akan membahas hasil penelitian, angket penyesuaian diri tersebut
terdiri atas lima aspek. Dimana kelima aspek tersebut meliputi aspek peraturan
akademik, aspek peraturan administratif, aspek pemeliharaan dan perawatan
diri siswa, aspek kegiatan sekolah, aspek peraturan lingkungan sekolah secara
umum. Dari hasil penelitian tersebut dapat menjawab semua hipotesis yang
dibuat oleh peneliti. Dari hasil kelima aspek tersebut diatas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata
tertib sekolah pada siswa-siswi SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran
2007/2008. Hal tersebut tidak sejalan dengan hipotesis peneliti selama ini.
Tidak adanya perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib pada siswa-
siswi disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, letak lokasi sekolah dimana
tempat peneliti mengadakan penelitian. Letaknya yaitu berada di tengah kota
Yogyakarta. Dimana cara berpikir masyarakatnya sudah mulai terbuka.
Seiring dengan modernisasi dan banyaknya informasi di masyarakat, maka
hal tersebut dapat membuka wacana dan pemikiran masyarakat selama ini.
Sehingga peran gender antara laki- laki dan perempuan yang berlaku selama ini
semakin hari semakin berkurang. Dahulu dimasyarakat anak laki- laki selalu
identik dengan berperan aktif, berani, tangguh menghadapi kesulitan,
membangun segala sesuatu, maskulin, dan lain- lain. Dan harapan-harapan
orangtua terhadap anak laki- laki adalah supaya kelak anaknya menjadi figure
ayah dan dapat mengayomi seluruh keluarganya (Atkinson 1996:129).
42
Sedangkan anak perempuan dimasyarakat pada umumnya anak perempuan
mempunyai tubuh yang lebih kecil, otot yang lebih kecil, kurang bertenaga.
Anak perempuan menggunakan perasaan sehingga anak perempuan lebih
sensitif daripada anak laki- laki. Sedangkan Byrne (2003:193) mengatakan
bahwa laki- laki seharusnya kuat, dominan, asertif, sementara perempuan
seharusnya perhatian, sensitif, dan apresif secara emosional. Tuntutan-tuntutan
orangtua terhadap anak perempuan seperti anak perempuan tidak boleh
agresif, feminim, menghindari sesuatu yang berbahaya.
Kedua, Berkembangnya media seperti film dan iklan yang dapat
mempengaruhi pola pikir masyarakat akhir-akhir ini. Byrne (2003:201)
mengatakan bahwa saat ini anak-anak dapat membaca cerita tentang pahlawan
perempuan yang berani dan cerdas berperang, kalau perlu menyelamatkan
laki- laki yang berada dalam bahaya. Selain itu juga didalam film-film dan
program-program TV, perempuan semakin ditemui dalam peran yang aktif,
asertif, dan terkadang agresif. Dari pernyataan tersebut dapat membuat
masyarakat menjadi sadar bahwa perempuan mempunyai hak yang sama
seperti laki- laki dan perempuan pun dapat berperan didalam masyarakat.
Ketiga, Memperoleh pendidikan yang sama antara laki- laki dan
perempuan. Menurut Hurlock (1999: 162) mengatakan bahwa sejak
pendidikan yang sama telah menggantikan ”pendidikan anak laki- laki” dan
”pendidikan anak perempuan” sejak taman kanak-kanak sampai universitas,
nampak bahwa bilamana perempuan diberikan kesempatan pendidikan yang
sama, mereka dapat mencapai hasil akademik yang sama dengan laki- laki.
Pada kelima aspek dalam kehidupan sekolah menunjukkan bahwa tidak
adanya perbedaan yang terlalu menonjol antara siswa putra dan siswa putri
43
dalam hal penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah. Siswa putra
penyesuaian diri baik lebih sedikit daripada siswa putra yang penyesuaian
dirinya kurang baik. Begitu pula sebaliknya siswi putri penyesuaian dirinya
baik lebih banyak daripada siswi putri peyesuaian dirinya kurang baik. Dengan
demikian jelas sudah bahwa perempuan mempunyai kesempatan yang sama
seperti laki- laki, hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perempuan yang
memperoleh pendidikan dan kesempatan yang sama sehingga hal tersebut
berdampak pada banyaknya jenis pekerjaan yang dapat dimasuki oleh
perempuan dan mereka dapat menunjukkan prestasi ditempat kerja mereka dan
disegala bidang.
Dari beberapa pendapat diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa
seiring dengan perkembangan jaman, orangtua mulai sadar bahwa tidak ada
lagi perbedaan antara anak laki- laki dan anak perempuan dalam segala hal.
Sehingga anak perempuan mendapatkan hak yang sama seperti anak laki- laki.
44
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan
memuat hasil penelitian sedangkan pada bagian saran memuat saran-saran
untuk SMP BOPKRI 2 Yogyakarta.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian adalah
1. Penyesuaian diri ini berdasarkan jenis kelamin yaitu putra dan putri secara
keseluruhan, pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan penyesuaian diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa putra
dan siswa putri.
2. Uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan penyesuaian
diri terhadap tata tertib sekolah antara siswa putra dan siswi putri.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penyesuaian diri terhadap tata tertib
sekolah, maka peneliti akan menyampaikan beberapa saran-saran yaitu :
1. Kepala sekolah agar tetap meningkatkan pelayanan bimbingan di sekolah
yaitu dengan mengadakan program khusus bimbingan klasikal bagi siswa
kelas tujuh mengenai sosialisasi tata tertib sekolah yang berlaku. Sehingga
siswa diharapkan agar siswa mematuhi dan mentaati tata tertib yang
45
berlaku di sekolah tersebut. Dan siswa dapat mengurangi melakukan
kesalahan di sekolah tersebut.
2. Program Konseling akademik perlu ditingkatkan dalam rangka membantu
para siswa yang bermasalah dalam penyesuaian dirinya terhadap tata tertib
sekolah. Dengan cara pemberian konseling individual maupun kelompok
bagi siswa yang bermasalah.
3. Para pendidik dan guru pembimbing dapat mempergunakan angket
penelitian ini untuk membantu mengetahui sejauhmana siswa memahami
tata tertib yang sudah berlaku di sekolah tersebut Sehingga sekolah dapat
terus meningkatkan mutu dan kualitas sekolah.
46
Daftar Pustaka
Akinson, Rita L & Richard C. 1996. Pengantar Psikologi 1. Jakarta : Erlangga.
Ali & Asrori, Mohammad. 2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : PT Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bahar, Drs. H. Aswandi. 1989. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Bernadus, D. 2002. Perilaku Menyimpang Para Siswa Di Lingkungan Sekolah SMU Sanjaya XIV Naggulan Kulon Progo Tahun Ajaran 2001/2002. Yogyakarta: Skripsi. Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Fudyartanta, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
Hadi, S. (1981). Statistik jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM. Hartono. (2004). Statistika untuk penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mahmud. Drs. M. Dimyati. 1990. Pikologi Pendidikan. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta.
Masijo, I. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius.
Mu’tadin, Zainun. 2002. Mengembangkan Ketrampilan Sosial Pada Remaja. Jakarta : www.e-psikologi.com
Nasution, Dr.S. 1983. Sosiologi Pendidikan. Bandung : Jemmars Bandung.
Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan. (Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak (Jilid 1). (Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
47
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak (Jilid 2). (Terjemahan). Jakarta :
Erlangga.
Prayitno, Yohanes. 2004. Deskripsi Penyesuaian Diri Siswa Kelas Satu SMU Sanjaya Tahun Ajaran 2003/2004 Pada Kehidupan Sekolah Ditinjau dari Jenis
Kelamin dan Status Ekonomi Keluarga. Yogyakarta : Skripsi.
Santrock, John W. 2002. Life-span development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 1). Jakarta : Erlangga.
Santrock, John W. 2002. Life-span development (Perkembangan Masa Hidup Jilid 2). Jakarta : Erlangga.
Sarmento, Rosa Bruno. 2000. Deskripsi Penyesuaian Siswa Terhadap Kehidupan Di Sekolah Studi Pada Siswa I SMU Tiga Maret (GAMA). Yogyakarta : Skripsi. Vembriarto, St. 1993. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Grasindo.
Warga, Richard G. 1983. Personal Awarness A. Psichology of Adjustment .
(Terjemahan). Buston : Houghton Mifflin Company.
Winarti, Ratna. 2005. Perbedaan Penyesuaian Diri Dalam Kehidupan Sekolah Pada Siswa Dan Siswi Kelas 1 SMU Negri 1 Gamping Tahun Ajaran 2005/2006 Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Status Ekonomi. Yogyakarta : Skripsi.
LAMPIRAN
49
50
51
52
53
54
55
56
57
DATA UJI COBA
58
59
60
61
62
63
64
65
66
DATA PENELITIAN
67
68
69
70
71
72
73
74
Lam
pira
n 14
75
76
77
top related