peran pembiayaan murabahah dalam ...etheses.iainponorogo.ac.id/9799/1/e thesis.pdfsumber: laporan...
Post on 04-Aug-2021
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM
MENGEMBANGKAN USAHA NASABAH
(Studi pada PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan)
SKRIPSI
Oleh:
EKA DWI TRI LESTARI
NIM: 210816055
Dosen Pembimbing:
Dr. SHINTA MAHARANI, S.E., M.Ak.
NIP. 197905252003122002
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ABSTRAK
Eka Dwi Tri Lestari, Peran Pembiayaan Murabahah dalam Mengembangkan
Usaha Nasabah (Studi pada PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan). Skripsi.
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Program Studi Perbankan Syariah
Kata Kunci: Jumlah Plafon, Jumlah Margin, Volume Penjualan, dan
Omzet Penjualan.
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang paling diminati oleh
masyarakat. Pengadaan barang pada PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan dilakukan
dengan mewakilkan langsung kepada nasabah. Faktor yang menimbulkan
pembiayaan kurang lancar pada nasabah PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
diantaranya besarnya nilai pembiayaan (Plafon) yang diterima nasabah. Jumlah
plafon juga mempengaruhi besarnya jumlah margin yang ditetapkan. Karena tidak
semua nasabah menggunakan pembiayaan yang diterima untuk pengembangan
usahanya. Kehadiran PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan diharapkan dapat
nenurunkan jumlah margin pembiayaan murabahah, sehingga nasabah tidak
sampai mengalami keterlambatan dalam angsuran serta berperan pembiayaan
murabahah dapat membantu nasabah dalam memenuhi kebutuhan modal berupa
barang melalui pembiayaan murabahah sehingga nasabah dapat meningkatkan
volume penjualan dan omzet penjualan. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan tentang bagaimana peran pembiayaan murabahah dalam
mengembangkan usaha nasabah? Dan bagaiama penentuan margin pembiayaan
murabahah? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis peran
pembiayaan murabahah dalam mengembangkan usaha nasabah dan penentuan
margin pembiayaan murabahah.
Dalam penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian ini peneliti sebagai narasumber secara langsung di PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan untuk melakukan wawancara langsung kepada pihak bank
sehingga dapat menghasilkan data-data yang peneliti inginkan baik berupa lisan
maupun tulisan.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembiayaan murabahah yang
dilaksanakan oleh PT.BRPS Ummu Bangil Pasuruan dapat membantu siklus
usaha nasabah tetap berjalan, serta membantu meningkatkan omzet penjualan.
Meningkatnya omzet penjualan dibuktikan dengan bertambahnya jumlah barang
dagangan dan bertambah pula jumlah karyawan yang disebabkan karena jumlah
pembelian meingkat. Hasil penelitan selanjutnya menunjukkan bahwa Penetapan
jumlah margin yang ditentukan oleh pihak bank adalah sebesar 2%, namun
nasabah masih saja menegosiasi hingga menjadi 1,7%. Hal tersebut dikarenakan
besarnya margin dapat mempengaruhi besarnya angsuran. Pihak PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan memberlakukan sistem denda bagi nasabah yang mengalami
keterlambatan dalam proses angsuran. Nasabah yang mengalami keterlambatan
dalam proses angsuran disebabkan karena dalam pembiayaan nasabah menerima
uang secara langsung bukan berupa barang. Sehingga uang tersebut bisa
disalahgunakan, tidak sepenuhnya digunakan untuk pengembangan usaha.
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang Bertandatangan dibawah ini:
Nama : Eka Dwi Tri Lestari
Nim : 210816055
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul : Peran Pembiayaan Murabahah dalam Mengembangkan Usaha
Nasabah (Studi pada PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan)
Menyatakan bahwa naskah skripsi/tesis telah diperiksa dan disahkan oleh dosen
pembimbing. Selanjutnya, saya bersedia naskah tersebut di publikasikan oleh
perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di etheses.iainponorogo.ac.id
adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dari penulis.
Demikian pernyataan saya untuk dipergunakan semestinya.
Ponorogo, 29 Mei 2020
EKA DWI TRI LESTARI
NIM 210816055
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia memasuki era yang
sangat pesat tentunya membutuhkan peran dari lembaga keuangan syariah.
Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan mempromosikan dan
mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam, syariah dan tradisinya
ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta usaha yang terkait.
Lembaga keuangan itu sendiri berfungsi untuk menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan ke pihak yang
membutuhkan dana. Maka dari itu lembaga keuangan sangat berperan
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.1
Lembaga keuangan syariah yang menganut prinsip syariah
dilandasi oleh nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan dan
keuniversalan (rahmatan lil ‘alamin).2 Nilai keadilan tercermin dari
penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin
keuntungan yang disepakati bersama antara lembaga keuangan dan
nasabah. Konstribusi lembaga keuangan syariah dalam mengembangkan
ekonomi nasional yang diperankan mencerminkan nilai kemanfaatan.
Penempatan nasabah sebagai mitra usaha yang berbagi keuntungan dan
resiko secara seimbang mencerminkan nilai keseimbangan. Sedangkan
nilai keuniversalan tercermin dari dukungan bank syariah yang tidak
1 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 29. 2 Ibid., 33.
2
membedakan antara suku, agama, ras, golongan agama dalam masyarakat
dengan prinsip islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Lembaga keuangan terbagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan
bank dan lembaga keuangan non bank. Lembaga keuangan bank terdiri
dari Bank Umum Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Sedangkan lembaga keuangan non bank terdiri dari pasar uang, pasar
modal, perusahaan asuransi, dan dana pensiun. Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan
dan perdesaan. Jenis produk yang ditawarkan oleh bank pembiayaan
rakyat syariah relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum,
bahkan ada beberapa jenis jasa bank yang tidak boleh diselenggarakan
oleh bank pembiayaan rakyat syariah, seperti pembukaan rekening giro
dan kliring.3
Suatu lembaga keuangan pastinya mempunyai tujuan supaya
lembaga tersebut kedepannya dapat berjalan dan berkembang lebih pesat.
Baik dilihat dari segi penampilan maupun pengelolaan, maka lembaga
keuangan tersebut mampu memberikan pembiayaan usaha untuk nasabah
yang membutuhkan dana. Pemberian pembiayaan diharapkan sesuai
dengan kemampuan usaha bagi nasabah tersebut. Pelaksanaan dari
pemberian pembiayaan diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan
yang dihadapi oleh nasabah.4
3 Ibid., 44. 4 Andrianto & Anang Firmansyah, Bank Syariah Implementasi Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Qiara Media, 2019), 29.
3
Sebagai lembaga keuangan PT.BPRS Ummu Bagil Pasuruan
memiliki peran dan fungsi yang sama dengan bank-bank syariah lainnya
yakni penghimpuna dan penyaluran dana kepada masyarakat. PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan salah satu kantor yang terletak di tepi jalan raya
dekat dengan pasar Bangil. Lokasi yang strategis menjadikan PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan sebagai salah satu alternatif pilihan para pedagang
pasar Bangil. Pasar Bangil merupakan kawasan yang potensial untuk
penyaluran pembiayaan usaha, karena sebagian besar usaha produktif di
pasar Bangil adalah usaha dagang. Kegiatan yang dilakukan oleh nasabah
dikawasan ini pada umumnya adalah pedagang sayuran, pedagang
pakaian, pedagang tas dan sepatu, dan kebutuhan harian lainnya.5
Menurut bapak Ferdy Imanzah selaku Direktur PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan menjelaskan bahwa pembiayaan murabahah adalah
pembiayaan yang paling diminati oleh masyarakat bahkan hampir 95%
pembiayaan yang diambil adalah pembiayaan murabahah.6 Pembiayaan
murabahah adalah akad pembiayaan untuk pengadaan suatu barang atau
modal kerja lainnya dengan menegaskan harga belinya (harga perolehan)
kepada pembeli dan pembeli membayarkannya secara angsuran dengan
harga lebih sebagai laba. Dalam pembiayaan murabahah di perbankan
syariah, bank syariah bertindak sebagai penjual, sedangkan nasabah
bertindak sebagai pembeli. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa
implementasi murabahah dalam lembaga pembiayaan melibatkan
5 Observasi, 9 November 2019. 6 Ferdy Imanzah, Wawancara, 6 November 2019
4
beberapa unsur, yaitu penjual, pembeli, barang, harga barang, dan
keuntungan.7 Di bawah ini tabel tentang pembiayaan murabahah yang
disalurkan PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan sebagai berikut:
Tabel 1.1
Pembiayaan Murabahah PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019
No Bulan Pembiayaan Murabahah
1 Maret Rp. 4.357.427.000
2 Juni Rp. 4.972.775.000
3 September Rp. 5.609.992.000
Sumber: Laporan Publikasi Triwulan PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan publikasi triwulan
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan menyatakan bahwa jumlah pembiayaan
yang disalurkan oleh PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan mengalami
peningkatan dari bulan maret-september 2019. PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan merupakan lembaga keuangan yang salah satu kegiatannya yaitu
mengembangkan usaha-usaha produktif dalam meningkatkan kualitas
kegiatan pengusaha mikro melalui pemberian pembiayaan murabahah.8
Dalam sebuah bisnis modal sangat diperlukan, karena dalam
berbisnis harus ada modal yang cukup agar bisnis dapat berjalan dengan
baik. Menurut bapak Agus Imam Samsul selaku Kepala Bagian (Ka.Bag)
Marketing PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan, nasabah yang melakukan
pembiayaan murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan dalam
7 Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015),
20. 8 Data Laporan Keuangan PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruaan Tahun 2019
5
menjalankan usahanya kekurangan modal berupa barang dagang, sehingga
mengakibatkan pelaku usaha kurang mampu untuk meningkatkan volume
penjualan dari usaha yang dimiliki yang berakibat pada omzet penjualan
dan pendapatan penjualan yang diperoleh. Kehadiran PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan
sosialisasi kepada nasabah tentang pentingnya ekonomi islam, sehingga
dapat menjauhkan masyarakat dari praktik ekomoni yang tidak islami
seperti memimjam uang kepada rentenir yang masih identik dengan riba
atau bunga. Hal itu dapat dilakukan PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
melalui pemberian layanan yang sesuai dengan syariah islam, dapat
memberikan pinjaman dana dengan cepat sehingga mampu memenuhi
keinginan nasabah.9
Dalam menyikapi masalah kurangnya akses permodalan yang
sedang dialami nasabah, maka dalam hal ini PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan diharapkan dapat menjalankan perannya dalam membantu para
nasabah memenuhi kebutuhan modalnya melalui pemberian pembiayaan
yang mudah dan cepat. Pembiayaan yang paling diminati oleh nasabah
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan adalah pembiayaan murabahah, baik
untuk kegiatan konsumsi maupun produksi. Pemberian pembiayaan
murabahah kepada nasabah bertujuan untuk membantu para pelaku usaha
9 Agus Imam Samsul, Wawancara, 8 November 2019
6
dalam memenuhi kebutuhan modalnya sehingga usaha yang dijalankan
dapat berkembang.10
Perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya
peningkatan omzet penjualan. Perkembangan usaha dapat diukur dari
modal usaha, jumlah omzet penjualan, dan jumlah tenaga kerja. Suatu
usaha dapat dikatakan berkembang apabila modal yang dikeluarkan
banyak, usaha yang dijalankan lancar, dan omzet penjualan naik. Ketika
omzet penjualan mengalami kenaikan artinya jumlah pelanggan juga
bertambah. Ketika jumlah pelanggan bertambah pelaku usaha akan
menambah jumlah tenaga kerja untuk melayani pelanggan.11
Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal. Pembiayaan
ini diberikan dalam jangka waktu satu tahun dan maksimal empat tahun
sesuai dengan kesepakatan nasabah dan bank pada saat akad pembiayaan.
Tetapi bisa juga terjadi jika nasabah ingin melakukan pelunasan
dipercepat. Asalkan dalam akad sudah diatur bahwa terjadi kesepakatan
baru antara nasabah dan bank. Namun ada juga pelunasan yang di luar
jadwal yang telah ditetapkan dalam akad pembiayaan karena pembiayaan
bermasalah.12
10 Dina Camelia, “Peran Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha dan
Kesejahteraan Pelaku UMKM Pasar Tradisional,” Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1 No. 3 (2018), 198. 11 Fitriani Prastiawati dan Emile Setia Darma, “Peran Pembiayaan Baitul Maal Wat
Tanwil Terhadap Perkembangan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Anggotanya dari Sektor
Mikro Pedagang Pasar Tradisional,” Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 17 No. 2, (2016). 200. 12 Muhammad Lathief Ilham, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Medan:FEBI
UIN-SU Press, 2018), 140.
7
Ketidak lancaran dalam membayar pokok maupun margin
pembiayaan mengakibatkan adanya kolektibilitas pembiayaan
dikategorikan menjadi lima macam yaitu:
Tabel 1.2
Kategori Kualitas Pembiayaan pada Perbankan Syariah
Kualitas Pembiayaan Kategori Masa Keterlambatan
Kolektibilitas 1 Lancar 0 hari
Kolektibilitas 2 Perhatian Khusus 1-90 hari
Kolektibilitas 3 Kurang Lancar 91-160 hari
Kolektibilitas 4 Diragukan 161-270 hari
Kolektibilitas 5 Macet >270 hari
Sumber: data yang diolah dari PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan.13
Berdasarkan tabel diatas kualitas pembiayaan tidak lancar yang
sampai ke rentan NPF (Non Performing Financing) yaitu apabila nasabah
mengalami kolektibilitas lima. Akan tetapi, angka kolektibilitas tiga dan
empat bank juga harus melakukan pengawasan yang lebih mendalam
kepada basabah. Karena angka kolektibilitas pembiayaan tersebut sudah
menjadi tanggung jawab bank untuk dapat mencarikan solusi kepada
nasabah yang mengalami keterlambatan dalam membayar angsuran setiap
bulannya agar tidak terjadi pembiayaan macet atau pembiayaan
bermasalah yang nantinya akan berdampak negatif bagi kesehatan
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan.
13 Dokumentasi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019.
8
Faktor yang menimbulkan pembiayaan kurang lancar pada nasabah
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan diantaranya besarnya nilai pembiayaan
(Plafon) yang diterima nasabah. Jumlah plafon juga mempengaruhi
besarnya jumlah margin yang ditetapkan. Karena tidak semua nasabah
menggunakan pembiayaan yang diterima untuk pengembangan usahanya,
ada nasabah yang menyalahgunakan pembiayaan yang mereka terima
untuk kegiatan pribadi.14
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penulis
tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana peran
pembiayaan murabahah khususnya dalam pengembangan usaha nasabah.
Maka dari itu penulis menarik kesimpulan mengambil judul “Peran
Pembiayaan Murabahah dalam Mengembangkan Usaha Nasabah (Studi
pada PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan)”.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan usaha nasabah sebelum dan sesudah
melakukan pembiayaan murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan?
2. Bagaimana penentuan margin keuntungan pembiayaan murabahah di
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan?
14 Observasi, 9 November 2019.
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis perkembangan usaha
nasabah sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan murabahah di
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan.
2. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis penentuan margin
keuntungan pembiayaan murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengharapkan adanya manfaat secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Pelaksanaan penelitian ini diharapkan mampu memberikan
masukan bagi lembaga keuangan syariah khususnya PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan sehingga dapat meningkatkan kualitas
profesionalnya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dalam
pengembangan teori untuk mendalami konsep prinsip-prinsip
perbankan.
c. Sebagai bahan masukan untuk lembaga keuangan syariah yang
bersangkutan agar dapat mengoreksi dan mengevaluasi kembali
apa yang penulis teliti.
10
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharpakan dapat menambah dan memperluas
wawasan mengenai Ilmu Perbankan Syariah pada umumnya dan
khususnya mengetahui peran pembiayaan murabahah dalam
mengembangkan usaha nasabah (Studi pada PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan). Harapan penulis hasil penelitian ini menjadi bahan
masukan bagi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan dan lembaga
keuangan syariah lainnya.
E. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari beberapa bagian yang disusun secara
sistematis meliputi:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Landasan Teori Peran Pembiayaan Murabahah dalam
mengembangkan usaha nasabah
Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan dan
berkaitan penelitian yang meliputi teori tentang perkembangan usaha
nasabah sebelum dan sesudah melakukan pembiayaan dan teori penentuan
margin keuntungan pembiayaan murabahah.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, lokasi
penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
11
pengelolaan data, teknik analisis data dan teknik pengecekan keabsahan
data.
Bab IV Data dan Analisa
Dalam bab ini membahas tentang gambaran umum PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan dan hasil analisis dari data yang telah didapat
berkaitan dengan perkembangan usaha nasabah sebelum dan sesudah
melakukan pembiayaan dan penentuan margin keuntungan pembiayaan
murabahah.
Bab V Penutup
Dalam bab terakhir ini akan ditarik kesimpulan dari semua teori
yang telah dijelaskan dalam bab-bab sebelumnya, yang meliputi dua ide
pokok yaitu kesimpulan dan saran.
12
BAB II
PENGEMBANGAN USAHA NASABAH DAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH
A. Deskripsi Teori
1. Perkembangan Usaha
a. Pengertian Pengembangan Usaha
Usaha adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling
menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan
perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu
sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik dan agar
mencapai pada satu titik atau puncak kesuksesan. Perkembangan
usaha dilakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat
ada kemungkinan untuk lebih maju lagi. Perkembangan usaha
merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan omzet
penjualan.1
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
adalah kemampuan seorang pengusaha kecil untuk
mensosialisasikan dirinya kepada kebutuhan pangsa pasar sehingga
ada perbaikan taraf hidup pada diri seorang pengusaha.
Pengembangan UMKM buksn sekedar masalah bantuan oprasional
atau fasilitas. Pengembangan tersebut harus bersifat strategis dan
mempunyai dampak jangka panjang. Pengembangan haruslah
1 Purdi E Chandra, Trik Sukses Menuju Sukses, (Yogyakarta: Grafika Indah, 2000), 21.
13
bersifat meningkatkan kemampuan dan produktivitas UMKM, hal
ini menunjuk pada investasi dan peningkatan kesempatan
perluasan usaha.
b. Strategi Pengembangan Usaha
Setelah merintis dan mengelola usaha, tahap selanjutnya yang
harus dilakukan adalah mengembangkan usaha. Dalam perjalanan
sebuah usaha, pengusaha harus menyadari bahwa segala sesuatu
tidak ada yang mudah, sesui dengan rencana dan terus tumbuh.
Banyak strategi yang dapat dilakukan oleh pengusaha untuk
mengembangkan usahanya, diantaranya adalah:
1) Melakukan kerjasama dengan agen/distributor untuk
memasarkan barang dan jasa.
2) Menambah jumlah produksi.
3) Melakukan kemitraan dengan pihak lembaga keuangan, baik
bank maupun non bank.
4) Mengembangkan kreasi dan inovasi produk.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan perkembangan usaha adalah suatu bentuk kegiatan yang
dilakukan pengusaha agar usahanya dapat menjadi lebih baik, juga
mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.2
2 Agung Sudjatmoko, Cara Cerdas Menjadi Pengusaha Hebat, (Jakarta: Visi media,
2009), 95.
14
c. Indikator Perkembangan Usaha
Tolak ukur tingkat keberhasilan dan perkembangan usaha dapat
dilihat dari peningkatan omzet penjualan. Tolak ukur
perkembangan usaha haruslah parameter yang dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan. Semakin kongkrit tolak ukur itu semakin
mudah bagi ssemua pihak untuk memehami serta membenarkan
atas diarihnya keberhasilan tersebut.3
Menurut para penelitian Lee dan Miller 1996 menjelaskan
bahwa usaha dikatakan berkembang apabila omzet penjualan naik,
tenaga kerja bertambah dan pertumbuhan pelanggan sebagai
pengukur perkembangan usaha. Adapun indicator yang dipakai
dalam penelitian ini adalah:4
1) Modal Usaha
Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok
(induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya. Harta
benda (uang, barang dan sebagainya) yang dapat dipergunakan
untuk menghasilan sesuatu yang menambahkan kekayaan.
Modal dalam pengertian ini dapat diiterpretasikan sebagai
sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan
bisnis.
3 Muhammad Sholeh, Analisis strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Perusahaan, (Semarang:UNDIP, 2008), 25. 4 Wina Saparingga, Analisis Perbandingan Tingkat Perkembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Fasilitas Pembiayaan Mikro (studi kasus di BRI
Syariah KCP Kopo Bandung), (Bandung: UINSBA, 2015), 38.
15
Modal usaha terdiri dari tiga macam yaitu:
a) Modal Sendiri
Modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal
sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, dan lain
sebagainya.
b) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang
biasanya diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya
diperoleh dari pinjaman. Sumber dana dari modal asing
adalah pinjaman dari perbankan dan pinjaman dari lembaga
keuangan non bank seperti koperasi, pegadaian, atau
lembaga pembiayaan.
c) Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan
modal usaha dengan cara berbagi kepemilikan usaha
dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara
modal sendiri dan modal orang lain.5
2) Omzet Penjualan
Omzet berarti jumlah, sedangkan penjualan adalah kegiatan
menjual barang yang bertujuan mencari laba atau pendapatan.
Penjualan adalah usaha yang dilakukan manusia untuk
menyampaikan barang dan jasa kebutuhan yang telah
5 Jackie Ambadar, Membentuk Karakter Pengusaha, (Bandung: Kaifa, 2010), 15.
16
dihasilkan kepada mereka yang membutuhkan dengan imbalan
uang menurut harga yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan omzet penjualan berarti jumlah penghasilan atau
laba yang diperoleh dari hasil menjual barang atau jasa dalam
kurun waktu tertentu, yang dihitung berdasrkan jumlah uang
yang diperoleh.6
3) Keuntungan Usaha
Secara teoritis tujuan utama perusahaan adalah untuk
memanfaatkan sumber daya (alam dan manusia) duna
mendapatkan manfaat (benefit) darinya, dalam pengertian
komersial manfaat bisa berupa manfaat negatif yang sering
diistilahkan rugi (loss) atau manfaat positif yang sering disebut
untung. Ukuran yang sering digunakan untuk menilai berhasil
atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dengan
melihat laba yang diperoleh perusahaan. Laba bersih
merupakan selisih keuntungan atas penjualan dikurangi biaya-
biaya dan pajak.
4) Tenaga Kerja
Tenaga keja adalah semua orang yang bersedia untuk
sanggup bekerja. Tenaga kerja meliputi mereka yang bekerja
untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak
menerima bayaran berupa upah atau mereka yang
6 Sutamto, Teknik Menjual Barang, (Jakarta: Balai Aksara, 1997), 10.
17
sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti
mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada
kesempatan kerja.
Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan atau industry tertentu,
permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat
upah dan perubahan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan hasil produksi, antara lain naik turunnya
permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang
bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi dan
harga barang-barang modal.7
d. Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah
Kriteria skala usaha didasarkan pada dua hal yakni besarnya
kekayaan dan jumlah hasil penjualan. Namun kriteria tersebut
nominalnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
perekonomian. Adapun kriteria UMKM secara terperinci adalah
sebagai berikut:8
1) Kriteria Usaha Mikro
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000
7 Sumarsono, Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), 4. 8 Mulyadi Nitisusantro, Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil, 269.
18
2) Kriteria Usaha Kecil
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000 tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000
sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000
3) Kriteria Usaha Menengah
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha.
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000.9
e. Permasalahan Usaha Mikro Kecil Menengah
1) Keterbatasan Finansial
Pada umumnya modal awal bersumber dari modal sendiri,
namun sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam
bentuk kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun begitu
banyak skim-skim kredit maupun pembiayaan dari perbankan
atau lembaga keuangan lainnya, sumber pendanaan dari sector
informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan
UMKM.
9 Ibid.,
19
2) Kesulitan Pemasaran
Pemasaran sering dianggap sebagai satu kendala yang kritis
bagi perkembangan UMKM. UMKM yang tidak melakukan
perbaikan yang cukup disemua aspek yang terkait pemasaran
seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi,
cukup sulit bagi UMKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam
era perdagangan bebas.10
3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu kendala serius bagi UMKM di Indonesia adalah
keterbatasan SDM dalam aspek manajemen, teknik produksi,
pengembangan produk, organisasi bisnis, dan lain sebagainya.
Semua keahlian sangat dibutuhkan untuk mempermudah atau
memperbaiki kualitas produk, meningkatakan efisiensi dan
produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan
menembus pasar barang.
4) Masalah Bahan Baku
Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam
memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius
bagi UMKM di Indonesia. Hal ini dapat menyebabkan harga
yang relative mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti
dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya
akibat masalah keterbatasan bahan baku.
10 Musa Hubies, Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis, (Jakarta:Ghalia
Indonesia, 2009), 4.
20
5) Keterbatasan Teknologi
UMKM di Indonesia umumnya masih menggunakan
teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-
alat produksi yang bersifat manual. Hal inin membuat produksi
menjadi rndah, efisiensial menjadi kurang maksimal, dan
kualitas produk relatif rendah.
6) Kemampuan Manajemen
Keterbatasan pengusaha kecil untuk menentukan pola
manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap
pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi
terbatas.
7) Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian kerja sama antara
pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara
pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri
mengandung arti walaupun tingkatannya berbeda, hubungan
yang terjadi adalah hubungan yang setara (sebagai mitra
kerja).11
f. Faktor-faktor yang Menyebabkan Kegagalan Usaha
Resiko yang timbul di masa yang akan datang di sebabkan
karena di masa yang akan datang penuh dengan berbagai
ketidakpastian. Yang paling penting di sini untuk diperhatikan
11 Ibid., 6.
21
adalah memprediksi resiko yang bakal terjadi nantinya. Adapun
factor-faktor yang menyebabkan kegagalan terhadap hasil yang
dicapai adalah sebagai berikut:
1) Data dan Informasi tidak Lengkap
2) Tidak Teliti
3) Salah Perhitungan
4) Pelaksanaan Pekerjaan Salah
5) Kondisi Lingkungan
6) Unsur Kesengajaan12
g. Faktor yang Mempengaruhi Nasabah dalam Melakukan
Pembiayaan Macet
1) Nasabah Menyalahgunakan Pembiayaan
Pemakaian Pembiayaan yang menyimpang akan
mengakibatkan nasabah tidak bisa mengembalikan pembiayaan
sebagaimana mestinya.
2) Nasabah Kurang Mampu Mengelola Usaha
Nasabah yang telah menerima fasilitas pembiayaan,
ternyata dalam praktiknya tidak mengelola usaha yang dibiayai
dengan pembiayaan bank. Nasabah tidak profesional dalam
melakukan pekerjaan karena kurang menguasai secara teknis
usahanya. Akibatnya hasil kurang maksimal dan kurang
berkualitas. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi penghasilan
12 Kasmir, Studi Kelayakan Bisnis, (Jakarta: Kencana, 2012), 9.
22
sehingga berpengaruh pula terhadap kelancaran pelunasan
pembiayaan.
3) Nasabah Beritikad Tidak Baik
Ada nasabah yang mungkin sengaja dengan segala upaya
mendapatkan pembiayaan dari bank, namun digunakan begitu
saja tanpa dapat dipertanggung jawabkan.13
2. Pembiayaan Murabahah
a. Pembiayaan
1) Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan diartikan sebagai suatu kegiatan pemberian
fasilitas keuangan atau finansial yang diberikan satu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung kelancaran usaha maupun
untuk investasi yang telah direncanakan. Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga pembiayaan sepeti bank syariah
kepada nasabah. Sedangkan pembiayaan dalam arti luas adalah
financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.14
Pembiayaan bank syariah adalah sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan
pengontrolan sumber daya yang dilakuakn oleh bank yang
13 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 269. 14 Muhammad Lathief Ilham, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 1.
23
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
dalam hal pemberian fasilitas keuangan/finansial kepada pihak
lain berdasarkan prinsip-prinsip syariah untuk mendukung
kelancaran usaha maupun untuk investasi yang telah
direncanakan.
2) Bentuk-bentuk Pembiayaan Bank Syariah
Dalam perbankan syariah akad jual beli barang dengan
menyatakan haraga diterapkan dalam bank syariah yaitu:
a) Pembiayaan Murabahah dan Isthisna’
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin)
yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini
merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts,
karena dalam murabahah ditentukan berapa keuntungan
yang diperoleh. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan
pesanan atau tanpa pesanana.
Pembiayaan istisna’ adalah transaksi jual beli
cicilan seperti transaksi murabahah muajjal. Namun
berbeda dengan jual-beli murabahah dimana barang
diserahkan dimuka sedangkan uangnya dibayar cicilan,
dalam jual-beli istisna’ barang diserahkan dibelakang
walaupun uangnya sama dibayar secara cicilan.15
15 Ibid., 2.
24
b) Pembiayaan ijarah dan Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT)
Transaksi ijarah adalah hak untuk memanfaatkan
barang/jasa dengan membayar imbalan tertentu. Menurut
fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
Ijarah Muntahia Bittamlik (IMBT) merupakan rangkaian
dua buah akad, yakni akad al-Bai’ dan akad IMBT. Al-Bai’
adalah akad jual-beli, sedangkan IMBT adalah kombinasi
antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual-beli atau hibah di
akhir masa sewa.
c) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh
umat muslim sejak zaman nabi, bahkan telah dipraktikan
oleh bangsa Arab sebelum turunya Islam. Ketika Nabi
Muhammad SAW berprofesi sebagai pedagang, ia
melakukan akad mudharabah dengan Khadijah.16
3) Unsur-unsur Pembiayaan
Setiap pemberi pembiayaan, jika dijabarkan secara
mendalam mengandung beberapa arti yang meliputi unsur-
unsur sebagai beikut:
16 Ibid., 3-4.
25
a) Kepercayaan yaitu diberikan kepada debitur baik dalam
bentuk uang, jasa maupun barang akan benar-benar dapat
diterima kembali oleh bank dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.17
b) Kesepakatan: kesepakatan ini dituangkan dalam satu
perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani
hak dan kewajiban. Kesepakatan penyaluran pembiayaan
dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani
oleh kedua belah pihak yaitu bank dengan nasabah.
c) Jangka waktu: setiap pembiayaan yang diberikan
mempunyai jangka waktu masing-masing sesuai dengan
kesepakatan. Jangka waktu ini mencakup waktu
pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Hampir
dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak
memiliki jangka waktu.
d) Resiko: dalam memberikan pembiayaan kepada pengusaha,
bank tidak selamanya mendpatkan keuntungan, bank juga
bisa mendapat resiko kerugian. Seperti ketika terjadinya
kelalaian, kesalahan yang disengaja, maupun
penyembunyian keuntungan nasabah. Suatu resiko tidak
tertagih, demikian pula sebaliknya.
17 Muhammad Turmudi, “Pembiayaan Mikro BRI Syariah: Upaya Pemberdayaan dan
Peningkatan UMKM oleh BRI Syariah Cabang Kendari”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol 2
No. 2 (2017), 23.
26
e) Balas jasa adalah keuntungan atas pemberian suatu
pembiayaan atas jasa tersebut yang kita kenal dengan bagi
hasil. Balas jasa dalam bentuk bagi hasil ini dan biaya
administrasi merupakan keuntungan yang diperoleh bank.18
4) Tujuan Pembiayaan
Dalam praktiknya tujuan pemberian pembiayaan adalah
sebagai berikut:
a) Mencari Keuntungan
Tujuan utama pemberian pembiayaan adalah untuk
memperoleh keuntungan atau pendapatan. Hasil pendapatan
dapat diperoleh berupa bagi hasil atau margin keuntungan
yang didapat dari pembiayaan. Keuntungan yang diperoleh
dapat membesarkan usaha bank.
b) Membantu Usaha Nasabah
Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja.
Dengan pembiayaan tersebut maka nasabah dapat
mengembangkan dan memperluas usahanya. Dalam hal ini
pihak bank maupun nasabah sama-sama mendapatkan
keuntungan.19
18 Ibid., 24. 19 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 116.
27
5) Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi
membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam
meningkatkan usahanya. Secara terperinci pembiayaan
memiliki fungsi antara lain:
a) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar-mukar barang
dan jasa. Dalam hal ini seandainya belum tersedia uang
sebagai alat pembayaran, maka pembiayaan akan
membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang dan
jasa.
b) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga. Ekspansi
pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang
yang beredar, dan peningkatan peredaran uang akan
mendorong kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan
pembiayaan akan berpengaruh pada jumlah uang yang
beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat
memiliki dampak penurunan harga.20
6) Jenis-jenis Pembiayaan
Pembiayaan bank syariah dibedakan menjadi beberapa jenis
antara lain:
20 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 109.
28
a) Pembiayaan Dilihat dari Tujuan Penggunaan
Jika dilihat dari segi penggunaannya, pembiayaan
dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
(1) Pembiayaan Investasi adalah Pembiayaan investasi
bertujuan untuk pendirian perusahaan atau proyek baru
maupun proyek pengembangan, modernisasi mesin dan
peralatan, pembelian alat angkutan yang digunakan
untuk kelancaran usaha, serta perluasan usaha.
Pembiayaan investasi diberikan dalam nominal besar,
serta jangka panjang dan menengah.21
(2) Pembiayaan Modal Kerja adalah Pembiayaan yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
yang biasanya habis dalam satu siklus usaha, selama-
lamanya satu tahun. Kebutuhan yang dapat dibiayaai
dengan menggunakan modal kerja antara lain:
kebutuhan bahan baku, biaya upah, pembelian barang-
barang dagangan, dan kebutuhan dana lain yang
sifatnya hanya digunakan selama satu tahun, serta
kebutuhan dana yang diperlukan untuk menutupin
piutang perusahaan.
21 Ibid., 114.
29
(3) Pembiayaan Konsumsi adalah Pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah untuk membeli barang
keperluan pribadi dan tidak untuk keperluan usaha.
b) Pembiayaan dilihat dari jangka waktunya
(1) Pembiayaan Jangka Pendek adalah Pembiayaan yang
diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.
(2) Pembiayaan Jangka Menengah adalah pembiayaan yang
diberikan jangka waktu antara satu tahun hingga tiga
tahun.
(3) Pembiayaan Jangka Panjang adaah pembiayaan yang
diberikan dalam jangka waktu lebih dari tiga tahun.22
c) Pembiayaan Dilihat dari Cara Penarikan
(1) Sekaligus yaitu fasilitas pembiayaan dengan penarikan
yang dilaksanakan satu kali sebesar limit pembiayaan
yang telah disetujui. Penarikan dilakukan dengan cara
tunai.
(2) Bertahap sesuai jadwal yang ditetapkan, yaitu fasilitas
pembiayaan dengan penarikan yang dilakukan sesuai
jadwal yang ditetapkan oleh bank, baik berdasarkan
tingkat kemajuan / penyelesaian proyek maupun
kebutuhan pembiayaan nasabah pembiayaan.
22 Andrianto & Anang Firmansyah, Bank Syariah Implementasi Teori dan Praktek, 336.
30
(3) Rekening Koran atau penarikan sesuai kebutuhan yaitu
fasilitas pembiayaan dengan penarikan yang
dilaksanakan sesuai kebutuhan nasabah pembiayaan.
Penarikan dilakukan dengan cara tunai.23
d) Pembiayaan dilihat dari segi jaminan
(1) Pembiayaan dengan jaminan adalah jenis pembiayaan
yang didukung dengan jaminan (agunan) yang cukup.
Jaminan dapat digolongkan menjadi jaminan
perorangan, jaminan benda berwujud dan jaminan tidak
berwujud.
(2) Pembiayaan tanpa jaminan adalah pembiayaan yang
diberikan atas dasar kepercayaan. Pembiayaan tanpa
jaminan ini resikonya tinggi karena tidak ada pengaman
yang dimiliki oleh bank apabila nasabah wanprestasi.
e) Pembiayaan dilihat dari jumlahnya
(1) Pembiayaan Retail adalah pembiayaan yang diberikan
kepada individu atau pengusaha dengan skala usaha
sangat kecil. Jumlah pembiayaan yang dapat diberikan
hingga Rp 350.000.000. pembiayaan ini dapat diberikan
dengan tujuan konsumsi, investasi kecil, dan
pembiayaan modal kerja.
23 Ibid., 334.
31
(2) Pembiayaan Menengah adalah pembiayaan yang
diberikan kepada pengusaha pada level menengah,
dengan batasan antara Rp 350.000.000 – Rp
500.000.000.24
(3) Pembiayaan Korporasi adalah pembiayaan yang
diberikan kepada nasabah dengan jumlah nominal yang
besar dan diperuntukkan kepada nasabah sebasar
(korporasi). Dengan jumlah pembiayaan lebih dari Rp
500.000.000.25
7) Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang
dilakukan oleh bank syariah untuk menilai suatu permohonan
pembiayaan yang telah diajukan oleh calon nasabah. Tujuan
utama dari analisis permohonan pembiayaan adalah untuk
memperoleh keyakinan apakah nasabah punya kemauan dan
kemampuan memenuhi kewajiban secara tertib, baik
pembayaran pokok pinjaman maupun nisbah bagi hasil sesuai
dengan kesepakatan dengan bank.26
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum
memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh
calon nasabah dikenal dengan prinsip 5C, antara lain adalah:
24 Ismail, Perbankan Syariah, 118-119. 25 Ibid., 26 Andrianto & Anang Firmansyah, Bank Syariah Implementasi Teori dan Praktek, 316.
32
a) Character
Character merupakan gambaran watak dan
kepribadian calon nasabah. Bank perlu melakukan analisis
terhadap karakter calon nasabah dengan tujuan untuk
mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai keinginan
untuk memenuhi kewajiban membayar kembali
pembiayaan yang telah diterima hingga lunas. Cara yang
perlu dilakukan oleh bank untuk mengetahui character
calon nasabah antara lain : BI Checking dan informasi dari
orang lain.
b) Capacity
Capacity merupakan analisis kemampuan nasahab
dalam mengelola keuangan. Kemampuan keuangan calon
nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama
pembayaran. Semakin baik kemampuan keuangan calon
nasabah, maka akan semakin baik kemungkinan kualitas
pembayaran. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam
mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah antara
lain: melihat laporan keuangan, memeriksa slip gaji dan
rekening tabungan, dan survey ke lokasi usaha calon
nasabah.27
27 Ismail, Perbankan Syariah, 121.
33
c) Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam
objek pembiayaan perlu dilakukan analisis yang lebih
mendalam. Semakin besar modal yang dimiliki dan
disertakan oleh calon nasabah dalam objek pembiayaan
akan semakin menyakinkan bagi bank akan keseriusan
calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan
pembayaran kembali. Cara yang ditempuh oleh bank untuk
mengetahui capital antara lain: melihat laporan keuangan
calon nasabah dan uang muka.28
d) Collateral
Collateral merupakan agunan yang diberikan oleh calon
nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan
merupakan sumber pembayaran kedua. Apabila nasabah
tidak dapat membayar angsurannya, maka bank dapat
melakukan penjualan terhadap agunan. Secara terperinci
pertimbangan atar collateral dikenal dengan MAST,
maksudnya adalah:
(1) Markerability adalah agunan yang diterima oleh bank
haruslah agunan yang mudah diperjualbelikan dengan
harga yang menarik dan meningkat dari waktu ke
waktu.
28 Ibid., 122.
34
(2) Ascertainability of value adalah agunan yang diterima
memiliki standar harga yang lebih pasti.
(3) Stability of value adalah agunan yang diserahkan bank
memiliki harga yang stabil, sehingga ketika agunan
dijual, maka hasil penjualan bisa meng-cover kewajiban
debitur.
(4) Transferability adalah agunan yang diserahkan bank
mudah dipindahtangankan dan mudah dipindahkan dari
satu tempat ke tempat lainnya.
e) Condition of Economy
Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha nasabah
dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Bank perlu melakukan
analisis dampak kondisi ekonomi terhadap usaha calon
nasabah dimasa yang akan datang, untuk mempengaruhi
kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah.29
Selain analisis prinsip pembiayaan, 6 aspek pembiayaan
juga perlu dilakukan analisis sebelum melakukan pembiayaan,
diantaranya yaitu:30
a) Analisis Apek Hukum
Pada dasarnya analisis aspek hukum dilkukan untuk
evaluasi terhadap legalitas calon nasabah. Dalam perjanjian
pembiayaan terdapat dua pihak yaitu pihak bank sebagai
29 Ibid., 125. 30 Ismail, Manajemen Perbankan dari teori Menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2011),
118.
35
pemberi pembiayaan dan pihak nasabah sebagai penerima
pembiayaan. Jika dilihat dari segi hukum pada dasarnya
nasabah itu dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:
perorangan, badan hukum dan bukan badan hukum.
b) Analisis Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran merupakan aspek yang sangat
penting untuk dianalisis lebih mendalam, karena hal ini
terkait dengan aktivasi pemasaran produk calon nasabah.
Bank dapat mengetahui sejauh mana calon nasabah
diterima oleh pasar dan berapa lama produk tersebut dapat
bertahan.
c) Analisis Aspek Teknis
Analisis aspek teknis merupakan analisis yang
dilakukan bank dengan tujuan untuk mengetahui fisik dan
lingkungan usaha calon nasabah serta produksi. Dengan
menganalisis aspek teknis bank dapat menyimpulkan
apakah perusahaan dapat menjalankan aktivitas
produksinya secara efisien. Analisis aspek ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap: lokasi
usaha, proses produksi dan ketersediaan bahan baku.31
31 Ibid., 120.
36
d) Analisis Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupaka aspek yang sangat
penting sebelum bank memberikan rekomendasi atas
permohonan pembiayaan nasabah. Beberapa faktor yang
perlu dilakukan penilaiaan diantaranya: struktur organisasi,
job description, sistem dan prosedur, penataan sumber daya
manusia dan pengalaman usaha.
e) Analisis Aspek Keuangan
Aspek yang diperlukan bank untuk mengetahui
kemampuan keuangan usaha calon nasabah dalam
memenuhi kewajiban baik kewajiban jangka pendek
maupun panjang.
f) Analisis Aspek Sosial ekonomi
Aspek sosial ekonomi merupakan analisis yang dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan informasi tentang lingkungan
terkait dengan usaha calon nasabah.32
b. Pembiayaan Murabahah
1) Pengertian Murabahah
Kata murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-
ribhu ( الربع) yang berarti kelebihan atau tambahan
(keuntungan). Sedangkan menurut istilah murabahah adalah
salah satu bentuk jual beli barang pada harga asal dengan
32 Ibid., 121.
37
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam pengertian lain
murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual
beli murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun kredit.
Hal inilah yang membedakan murabahah dengan jual beli
lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli
harga barang pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan
yang diperoleh.33
2) Rukun dan Syarat Murabahah
Rukun jual beli adalah
a) Penjual (Ba’i), adalah pihak yang mempunyai barang
dagangan atau yang menawari sesuatu barang yang
diperlukan oleh pembeli.
b) Pembeli (Musytari) adalah orang yang melakukan
permintaan terhadap suatu barang yang ditawarkan oleh
penjual.
c) Objek jual Beli (mabi’) adalah komoditi, benda, objek yang
diperjualbelikan. Objek murabahah (barang) halal
diperjualbelikan dan harus ada di pihak penjual (hak
kepemilikan barang itu berada di tangan penjual). Meskipun
barang itu belum ada di pihak penjual, tetapi secara yuridis
33 Fithriana Syarqawie, Fikih Muamalah, (Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2015), 65.
38
barang itu ada dalam kekuasaan penjual. Misalnya barang
tersebut masih dititipkan kepada pemasok yang telah dibeli
oleh penjual.
d) Harga (tsaman) adalah unsur terpenting dalam jual beli
karena menjadi suatu nilai tukar dari barang yang akan atau
sudah dijual.
e) Ijab qabul yang dituangkan dalam akad.34
Syarat jual beli adalah:
a) Pihak yang berakad sama-sama rida/ikhlas, mempunyai
kekuasaan untuk melakukan jual beli.
b) Barang/objek. Barang itu ada meskipun tidak di tempat.
Akan tetapi, ada pernyataan kesanggupan untuk
mengadakan barang itu. Barang itu milik sah penjual,
barang yang diperjualbelikan masih berwujud, tidak
termasuk kategori yang diharamkan, dan sesuai dengan
pernyataan penjual.
c) Harga. Harga jual bank adalah harga beli ditambah
keuntungan. Harga jual tidak boleh berubah selama masa
perjanjian. Sistem pembayaran dan jangka waktunya
disepakati bersama.35
34 Ibid., 35 Herry Sutanto & Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2013), 188.
39
3) Jenis Murabahah
Dilihat dari proses pengadaan barang murabahah dapat
dibagi menjadi:
a) Murabahah Tanpa Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan
obyek jual beli dilakukan tanpa memberitahukan ada yang
pesan atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak, jika
barang dagangan sudah menipis, penjual akan mencari
tambahan barang dagangan.
b) Murabahah Berdasarkan Pesanan
Dalam jenis ini pengadaan barang yang merupakan
obyek jual beli, dilakukan atas dasar pesanan yang diterima
(bank syariah sebagai penjual). Apabila tidak ada yang
pesan maka tidak dilakukan pengadaan barang. Hal ini
dilakukan untuk menghindai persediaan barang yang
menumpuk dan tidak efesien.36
Dilihat dari cara pembayaran, murabahah dibagi menjadi:
a) Pembayaran Tunai, yaitu pembayaran dilakukan secara
tunai saat barang diterima.
36 Wiroso, Produk Perbankan Syariah, (Jakarta: LPFE Usakti, 2009), 177.
40
b) Pembayaran Tangguh atau Cicilan, yaitu pembayan
dilakukan kemudian setelah penyerahan barang baik secara
tangguh sekaligus dibelakang atau secara angsuran.37
4) Manfaat Murabahah dalam Perbankan
Transaksi murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian
juga resiko yang harus diantisipasi. Murabahah memberikan
banyak manfaat kepada bank syariah. Salah satunya adalah
keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem ini juga
sangat sederhana, hal tersebut memudahkan penanganan
administrasinya di bank syariah.38
Selain itu ada beberapa resiko yang harus diantisipasi antara
lain:
a) Default atau kelalaian: nasabah sengaja tidah membayar
angsuran.
b) Fluktuasi harga komparatif, ini terjadi bila harga suatu
barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk
nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga beli tersebut.
c) Penolakan nasabah: barang yang dikirim bisa saja ditolak
oleh nasabah karena berbagai sebab.
d) Dijual: karena murabahah bersifat jual beli dengan utang,
maka ketika kontrak ditandatangani barang tersebut menjadi
37 Ibid., 178. 38 Nur Rianto, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, (Bandung: Alfabeta, 2010), 45.
41
milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap
asset miliknya tersebut termasuk untuk menjualnya.
5) Beberapa Ketentuan Umum Murabahah
a) Jaminan
Jaminan bukanlah satu rukun atau syarat yang
mutlak dipenuhi dalam murabahah. Jaminan dimaksudkan
untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan
pesanan. Si pembeli (bank) dapat meminta si pemesan
(nasabah) suatu jaminan untuk dipegangnya. Dalam teknis
oprasionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi
salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran
utang.39
b) Penundaan Pembayaran oleh Debitur
Seorang nasabah yang mempunyai kemampuan
ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam
murabahah. Bila pemesan menunda penyelesaian utang
tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan, mengambil
prosedur hokum untuk mendapatkan kembali utang itu dan
mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat
penundaan.
39 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), 105.
42
Rasulullah SAW. Pernah mengingatkan
pengutangan yang mampu tetapi lalai dalam salah satu
hadisnya:
ظلم يحل عر ضه وعقوبته مطل الغني
Artinya: “Yang melalaikan pembayaran utang (padahal ia
mampu) maka dapat dikenakan sanksi dan dicemarkan
nama baiknya (semacam black list-pen).”
Prosedur dan mekanisme penyelesaian sengketa
antara bank syariah dan nasabahnya telah diatur melalui
Badan Arbitrase Muamalah Indonesia (BAMUI), suatu
lembaga yang didrikan bersama antara Kejaksaan Agung
Republik Indonesia dan MUI.40
6) Pengertian Margin Keuntungan
Margin adalah laba kotor atau tingkat selisih antara biaya
produksi dan harga jual dipasar. Berdasarkan definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa margin adalah tingkat selisih atau
kenaikan nilai dari asset yang mengalami peningkatan nilai dari
biaya produksinya dan harga jual. Adapun metode penentuan
margin menurut Muhammmad diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Mark-uppricing, adalah penentuan tingkat harga dengan
mencakup biaya produksi komoditas yang bersangkutan
40 Ibid., 106.
43
b) Target-return pricing, adalah harga jual produk yang
bertujuan mendapatkan tingkat return atas besarnya modal
yang diinvestasikan dalam bahasan keuangan dikenal
dengan return.
c) Value pricing, adalah kebijakan harga yang kompetitif atas
barang yang berkualitas tinggi. Dengan ungkapan “ono rego
ono rupo” artinya barang yang baik pasti harganya mahal.
Cara yang dilakukan Rasulullah SAW ini dapat dipakai
sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan
harga jual produk murabahah.41
7) Konsep Margin dalam Murabahah
Konsep margin diberlakukan pada pembiayaan dengan skin
jual beli (murabahah). Margin adalah keuntungan yang
diperoleh bank dari penjual barang kepada nasabah. Adapun
urutan skim dalam jual beli murabahah adalah sebagai berikut:
a) Nasabah memilih barang yang akan dibeli
b) Nasabah mengajukan pembiayaan ke bank untuk
membiayaai pembelian barang tersebut
c) Apabila disetujui proses pengajuannya, bank kemudian
membeli barang yang dipilih oleh nasabah dari si penjual
barang (misalnya developer, dealer, atau perorangan)
dengan harga X lalu menjualnya kepada nasabah dengan
41 Andrianto & Anang Firmansyah, Bank Syariah Implementasi Teori dan Praktek,479.
44
harga (X+margin) yang dinamakan harga jual bank kepada
nasabah
d) Nasabah membayar dengan cara mengangsur sebesar
(X+margin) dibagi jangka waktu.
Pada bank syariah margin sudah ditetapkan dan disepakati
antara pihak nasabah dengan bank sebesar nominal tertentu.
Nominal tersebut tidak akan berubah sampai dengan masa
selesai pembiayaan.42
8) Beberapa deviasi pembiayaan murabahah yang perlu digaris
bawahi:
a) Kurangnya informasi dari pihak bank untuk menjelaskan
secara penuh esensi dari pembiayaan murabahah
b) Dalam pembiayaan murabahah, pengikatan akad jual beli
umumnya dilakukan mendahului kepemilikan barang. Hal
ini jelas menyalahi prinsip fikih maupun hukun universal.
c) Dalam pembiayaan murabahah terdapat praktik perwakilan
yang secara jelas telah menyalahi dua prinsip, yaitu
pertama, esensi penjual yang memiliki kewajiban dan
kesanggupan untuk menyediakan barang. Kedua, esensi
murabahah itu sendiri. (Murabahah: kesepakatan untuk
membeli barang untuk pihak ketiga yang memesan.43
42 Ibid., 487-488. 43 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 222.
45
B. Kajian Pustaka
Pada skripsi Ila Kartini, 2017. Dengan judul “Analisis Peran
Pembiayaan Modal Kerja Usaha terhadap Peningkatan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) dalam Persfektif Ekonomi Islam di BMT
Muhamadiyah Bimu Bandar Lampung”.44 Perbandingan penelitian yang
dilakukan peneliti dengan penelitian yang dilakukan oleh Ila Kartini
terdapat persamaan dan perbedaan yaitu: persamaannya adalah penelitian
ini membahas tentang perkembangan usaha mikro kecil menegah setelah
adanya bantuan pembiayaan modal usaha.
Perbedaan penelitian Ila Kartini dengan penelitian yang peneliti
lakukan adalah kontek penelitiannya yang berbeda yaitu membahas
tentang pembiayaan modal kerja usaha secara keseluruhan baik membahas
tentang pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah, dan lain-lain
yang diberikan oleh BMT Muhamadiyah Bimu Bandar Lampung terhadap
peningkatan usaha, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
membahas tentang peran pembiayaan murabahah dalam mengembangkan
usaha nasabah (Studi Kasus PT BPRS Ummu Bangil pada Usaha Dagang
dan Jasa di Pasar Bangil).
Selain kontek penelitian juga ada lokasi penelitiannya yang
berbeda yaitu penelitian yang dilakukan Ila Kartini berlokasi di BMT
Muhamadiyah Bimu Bandar Lampung sedangkan penelitian yang
dilakukan peneliti berlokasi di PT BPRS Ummu Bangil. Hasil
44 Ila Kartini, “Analisis Peran Pembiayaan Modal Kerja Usaha terhadap Peningkatan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Persfektif Ekonomi Islam di BMT Muhamadiyah
Bimu Bandar Lampung,” Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2017), 89.
46
penelitiannya adalah pembiayaan modal usaha yang diberikan BMT
berpengaruh positif terhadap peningkatan usaha mikro kecil menengah dan
pembiayaan pun sesuai dengan kebutuhan usaha bukan untuk kebutuhan
pribadi juga dalam mengembangkan usaha nasabah mengalami
perkembangan dibandingkan dengan sebelum melakukan pembiayaan,
begitupula dengan tingkat keuntungan juga penyaluran pembiayaan sesuai
dengan ketentuan syariah islam.45
Pada skripsi Merry Yanti, 2018. Dengan judul “Peran Pembiayaan
Murabahah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Pedagang Kaki Lima di
Pasar Sukoharjo 3 (Studi pada BMT Assyafi’iyah Sukoharjo Pringsewu)”.
Perbandingan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang
dilakukan oleh Merry Yanti terdapat persamaan dan perbedaan yaitu:
persamaannya adalah penelitian ini membahas tentang peran pembiayaan
murabahah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan
Merry Yanti adalah mengenai kesejahteraan nasabah setelah menerima
pembiayaan murabahah di BMT Assyafi’iyah Sukoharjo, sedangkan
penelitian yang dilakukan peneliti membahas tentang peran pembiayaan
murabahah dalam mengembangkan usaha nasabah (Studi Kasus PT BPRS
Ummu Bangil pada Usaha Dagang dan Jasa di Pasar Bangil). Dan hasil
penelitian ini adalah BMT Assyafi’iyah Sukoharjo telah memberikan
pembiayaan murabahah sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan.
Dengan bertambahnya modal maka akan diikuti dengan volume penjualan
45 Ibid.,
47
yang tinggi sehingga peran pembiayaan murabahah memberikan dampak
yang baik terhadap peningkatan kesejahteraan penjualan.46
Pada skripsi Gusni, 2016. Dengan judul “Perkembangan Usaha
Kecil melalui Pembiayaan Murabahah di BMT L-Risma Ipuh”.
Perbandingan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang
dilakukan Gusni Yunita terdapat persamaan dan perbedaan yaitu:
persamaannya adalah membahas tentang perkembangan usaha nasabah
melalui pembiayaan murabahah, sedangkan perbedaanya adalah lokasi
penelitian, penelitan Gusni berada di BMT L-Risma Ipuh. Sedangkan
penelitian peneliti berada di PT BPRS Ummu Bangil. Hasil penelitian
adalah sebelum melakukan pembiayaan usahanya tidak mengalami
perkembangan namun setelah mendapat pembiayaan murabahah dari
BMT L-Risma Ipuh usahanya mengalami peningkatan yang baik. Artinya
terdapat perkembangan usaha kecil setelah melakukan pembiayaan
murabahah.47
Pada skripsi, Ahmad Hid Pratama, 2018 Dengan judul “Peran
Pembiayaan Murabahah dalam Peningkatan Omzet Penjualan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (Studi pada Koperasi Simpan Pinjam
Pembiayaan Baitul Tanwil Muhammadiyah BiMU Bandar Lampung)”.
Perbandingan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang
dilakukan Ahmad Hid Pratama terdapat persamaan dan perbedaan yaitu:
46 Merry Yanti, “Peran Pembiayaan Murabahah dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Sukoharjo 3 (Studi pada BMT Assyafi’iyah Sukoharjo Pringsewu),”
Skripsi (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2018), 129. 47 Gusni Yunita, “Perkembangan Usaha Kecil melalui Pembiayaan Murabahah di BMT
L-Risma Ipuh,” Skripsi ( Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2016), 55.
48
persamaannya adalah membahas tentang pembiayaan murabahah,
perbedaannya adalah penelitian Ahmad Hid Pratama membahas tentang
peningkatan omzet nasabah setelah melakukan pembiayaan murabahah.
Sedangkan penelitian peneliti membahas tentang perkembangan usaha
nasabah setelah melakukan pembiayaan murabahah. Selain itu lokasi
penelitian Andi dilakukan di Baitul Tanwil Muhammadiyah BiMU Bandar
Lampung, sedangkan penelitian peneliti di PT BPRS Ummu Bangil. Hasil
Penelitiannya adalah peningkatan omzet usaha nasabah menjadi lebih baik
setelah mendapatkan pembiayaan murabahah.48
Pada Penelitian Nonie Afrianty, 2018. Dengan judul
“Perkembangan Usaha Mikro Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan Murabahah dari BMT Kota Mandiri Bengkulu”.
Perbandingan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang
dilakukan Nonie Afrianty terdapat persamaan dan perbedaan yaitu:
persamaannya adalah membahas tentang perkembangan usaha dalam
melakukan pembiayaan murabahah, sedangkan perbedaannya penelitian
Nonie berlokasi di BMT Kota Mandiri Bengkulu. Sedangkan penelitian
peneliti berada di PT BPRS Ummu Bangil. Hasil penelitiannya adalah
perkembangan usaha mikro mengalami penurunan karena kondisi fisik
nasabah yang melemah, pindahnya tempat usaha serta dana murabahah
48 Ahmad Hid Pratama, “Peran Pembiayaan Murabahah dalam Peningkatan Omzet
Penjualan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi pada Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan
Baitul Tanwil Muhammadiyah BiMU Bandar Lampung),” Skrpisi (Lampung: UIN Raden Intan
Lampung , 2018), 110.
49
yang diberikan bukan untuk modal kerja akan tetapi untuk kebutuhan
konsumsi.49
Penelitian ini mengkaji tema tentang peran pembiayaan
murabahah dalam mengembangkan usaha nasabah pada PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan, yang juga dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Penelitian ini mengembangkan teori tentang peran pembiayaan murabahah
dalam mengembangan usaha yang diperoleh Muhammad dalam bukunya
yang berjudul Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di
Indonesia. Penelitian sebelumnya mengembangkan teori peran
pembiayaan murabahah dalam meningkatkan kesejahteraaan yang
menggunakan teori Adi Fahrudin dalam buku yang berjudul Pengantar
Kesejahteraaan Sosial. Penelitian sebelumnya mengembangkan teori
tentang peran pembiayaan untuk meningkatkan omzet penjualan usaha
yang menggunakan teori Basu Swastha dan Irawan dalam buku
manajemen pemasaran modern.
49 Nonie Afrianty, Perkembangan Usaha Mikro Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan Murabahah dari BMT Kota Mandiri Bengkulu, “Jurnal Ekonomi dan Perbankan
Syariah Vol. 3 No 1 (2018), 127.
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Penekatan Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan
yaitu dengan cara mencari data secara langsung di PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan. Sedangkan pendekatan yang penulis gunakan adalah
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai
instrumen kunci dan juga menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang
dialami.1 Dalam penelitian ini peneliti sebagai narasumber secara
langsung di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan untuk melakukan
wawancara langsung kepada pihak bank sehingga dapat menghasilkan
data-data yang peneliti inginkan baik berupa lisan maupun tulisan.
B. Lokasi/tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan. Lokasi penelitian terletak di Jl. Mangga No 857, Bangil
Pasuruan, Jawa Timur 67153, Indonesia. Alasan memilih lokasi
tersebut karena sedikit tahu tentang permasalahan yang ada dibank
dikarenakan pernah melakukan praktikum di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan.
1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2016), 9.
51
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Segala informasi yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan
penelitian yang berasal dari hasil wawancara atau tindakan orang
diamati.2 Untuk mempermudah penelitian ini, penulis berupaya
menggali data dari lapangan untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan yaitu: Data tentang peran pembiayaan murabahah
dalam mengembangkan usaha nasabah PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan dan penentuan margin pembiayaan murabahah.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data primer, yang diperoleh dari penelitian langsung
melalui wawancara dengan:
a. Responden, yang terdiri dari direksi PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan, kepala bagian marketing, dan AO (Account officer)
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan.
b. Informan, yang terdiri dari para nasabah yang melakukan
pembiayaan murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan.
2 Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing,
2015), 67.
52
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Penelitian ini dalam mengumpulkan data menggunakan
teknik wawancara.3 Wawancara ini dilakukan secara terkontrol
yaitu dengan memilih informan yang mengetahui tentang masalah
penelitian dalam hal ini adalah Kepala bagian Marketing, AO
(Account officer), dan Kepala bagian Legal PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan. Sehingga proses wawancara bisa mengarah
kepada diperolehnya data-data valid sesuai yang dibutuhkan.
2. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
mengamati secara langsung kegiatan yang ada di kantor PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan.4 Terutama untuk mengetahui bagaimana
penentuan margin pembiayaan murabahah. Serta peran
pembiayaan murabahah dalam mengembangkan usaha nasabah
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini selain menggunakan teknik wawancara dan observasi juga
menggunakan teknik dokumentasi.5 Teknik dokumentasi
3 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)
186. 4 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014), 211. 5 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), 177.
53
digunakan untuk memperoleh data meliputi letak geografis,
sejarah, visi, misi, tujuan, serta struktur organisasi di PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan.
E. Teknik Pengelolaan Data
1. Reduksi Data
Penelitian ini dalam mengelola data menggunakan teknik
Reduksi data. Penelitian ini memproses pengolah data melalui
lapangan dengan memilah dan memilih, serta menyederhanakan
data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan fokus
masalah penelitian.6 Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Penulis
mereduksi data yang disampaikan pihak PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan terkait peran pembiayaan murabahah dalam
mengembangkan usaha nasabah dan penetapan margin pembiayaan
murabahah.
2. Penyajian Data
Dalam penyajian data laporan yang sudah direduksi dilihat
kembali gambaran secara keseluruhan, sehingga dapat tergambar
konteks data secara keseluruhan, dan dari situ dapat dilakukan
penggalian data kembali apabila dipandang perlu untuk lebih
mendalami masalahnya. Penyajian data ini amat penting karena
6 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, 218.
54
dapat menentukan langkan selanjutnya yaitu penarikan
kesimpulan.7 Pengambilan tindakan penyajian data biasanya
menggunakan bentuk narasi, bagan, atau matrik. Dalam hal ini
yang disajikan berupa narasi atau keterangan pihak PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan terkait peran pembiayaan murabahah
dalam mengembangkan usaha nasabah dan penentuan margin
pembiayaan murabahah.
3. Penarikan Kesimpulan
Menarik kesimpulan pada awal hingga akhir pengumpulan
data. Dalam penelitian ini peneliti mencari beberapa kesimpulan
awal sampai akhir sehingga dapat disusun secara urut dan runtut
menjadi suatu konfigurasi tertentu. Kesimpulan disajikan dalam
bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian
penelitian.8 Sehingga ini adalah langkah terakhir dalam teknik
pengolahan data.
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis secara
kualitatif deskriptif, merupakan analisis yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati dengan metode yang telah ditentukan,
dengan tujuan untuk membuat deskripsi mengenai objek penelitian
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat
7 Ibid., 219. 8 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, 212.
55
serta fenomena yang diselidiki. Kemudian, data tersebut diolah dan
dianalisis dengan pola piker induktif, yaitu pola piker yang berpijak
pada fakta-fakta yang bersifat khusus untuk kemudian diteliti,
dianalisis, dan disimpulkan sehingga mampu berlaku secara umum.
Fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
mengenai bagaimana peran pembiayaan murabahah dalam
mengembangkan usaha nasabah dan bagaimana penentuan margin
keuntungan pembiayaan murabahah.
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan/Validity sangat diperlukan dalam penelitian
kualitatif demi keaslian dan keandalan serta tingkat kepercayaan data
yang telah terkumpul. Teknik keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik triangulasi. Hali ini merupakan salah satu
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.9
Uji keabsahan/Validity ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi
sumber. Dengan triangulasi sumber maka peneliti akan menjadikan
Kepala Bagian Marketing serta Account Officer PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan sebagai sumber pengumpulan data sebagai tolak ukur
keabsahan data yang akan diolah menggunakan teknik triangulasi.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 273.
56
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data
1. Gambaran Umum PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
a. Sejarah PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Ummu
merupakan bank syariah yang saham terbesarnya dimiliki oleh
koprasi BMT UGT Sidogiri dan Koprasi BMT Maslaha. Dulunya
bernama Koprasi Bank Perkreditan Rakyat (KBPR) Untung
Surapati. Setelah saham terbesarnya dimiliki oleh koprasi BMT
UGT Sidogiri dan koprasi BMT Maslahah namanya diganti
menjadi PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Ummu dan
mengganti bank konvensional menjadi bank syariah. Dengan motto
“Memelihara Amanah Meraih Berkah” PT.BPRS Ummu bertekad
untuk memberikan layanan bank syariah terbaik kepada
masyarakat.
Perubahan dari sistem konvensional membawa berkah
sehingga berhasil bangkit dari bank yang merugi menjadi bank
yang beruntung.1 Tepat pada tanggal 29 November 2011 terbitlah
Surat Keputusan Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia Pusat
nomor: 13/6/KEP.Dir.Pbs/2011 yang isinya memberikan izin usaha
yang baru kepada BPRS Untung Surapati dengan nama baru yaitu
PT.BPRS Ummu.
1 Dokumen PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun2019.
57
b. Visi dan Misi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
1) Visi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Menjadikan bank syariah yang amanah, menguntungkan
dan terbaik di tingkat Nasional.
2) Misi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
a) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pasuruan dan
sekitarnya khususnya stake holders PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan.
b) Memberikan pelayanan prima yang maksimal, kecepatan
dan kemudahan bagi mitra-mitra PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan.
c) Memberdayakan pengusaha menengah, kecil dan mikro.
d) Mendukung ekonomi keummatan melalui pemberantasan
praktik renternir dan ribawi di masyarakat.2
c. Produk PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Bank Penghimpunan Rakyat Syariah Ummu Bangil
mempunyai beberapa produk yang ditawarkan kepada masyarakat
dan nasabahnya diantaranya:
1) Produk Simpanan/Tabungan
a) Tabungan Umum iB Syariah adalah tabungan yang dikelola
dengan prinsip syariah dengan menggunakan akad wadiah
yad dhamanah. Nasabah dapat menyetorkan dan menarik
2 Dokumen PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019.
58
dananya kapan saja dikehendaki dengan mendapatkan
bonus bagi hasil dari Bank yang kompetitif.
b) Tabungan iB Mudharabah Berjangka adalah tabungan
berjangka dimana nasabah dapat menyetor dananya kapan
saja dan hanya dapat diambil dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati oleh pihak nasabah dan bank dengan
menggunakan akad mudharabah mutlaqah. Adapun yang
termasuk tabungan iB mudharabah berjangka adalah:
(1) Tabungan iB Pendidikan Siswa
(2) Tabungan iB Idul Fitri
(3) Tabungan iB Ibadah Kurban dan Akikah
(4) Tabungan iB Walimah (Khitan dan Nikah)
(5) Tabungan iB Ziarah/Wisata
(6) Tabungan iB Haromain (Haji da Umroh)
c) Deposito iB Barakah adalah bentuk investasi berjangka dari
masyarakat kepada bank dengan akad mudharabah
mutlaqah dengan penarikan sesuai jangka waktu yang
disepakati yaitu : 1 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Bagi hasil
yang didapat sangat kompetitif dan menarik, serta dapat
diterima secara bulanan.3
3 Brosur PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019.
59
2) Produk Pembiayaan
a) Pembiayaan Talangan Haji adalah fasilitas pinjaman dana
bagi nasabah yang hendak menunaikan ibadah haji, yang
mana bertujuan untuk menutupi kekurangan dana guna
memperoleh kursi haji saat pelunasan biaya perjalanan
ibadah haji. Kemudian nasabah diwajibkan mengembalikan
sejumlah uang pinjaman dalam jangka waktu tertentu.
b) Pembiayaan UMKM adalah pembiayaan yang dikhususkan
untuk para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Pembiayaan yang cocok dan tepat untuk
meningkatkan omset usaha/bisnis pelaku UMKM. Baik
dibidang perdagangan, home industry, pertanian, ritail dan
bidang jasa adalah pembiayaan mudharabah berupa
investasi modal kerja atau mudal usaha, pembiayaan
musyarakah berupa sharing modal atau penyertaan modal
kerja, pembiayaan murabahah berupa jual-beli dan ijarah
muntahiya bit tamlik (IMBT) berupa sewa barang yang
berakhir dengan kepemilikan di akhir cicilan.4
c) Pembiayaan Multi Guna adalah transaksi upah mengupah
(ijarah) atas suatu jasa yang diberikan dalam waktu tertentu
melalui pembayaran imbalan jasa (ujrah) yang disepakati
oleh pihak bank dan nasabah.
4 Brosur PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019.
60
d. Struktur Organisasi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Gambar 4.1
Struktur organisasi PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan5
Dari gambar diatas dapat dijelaskan:
1) Direktur PT.BPRS Ummu Bangil adalah Bapak Ferdy Imanzah
2) Kepala Bagian Marketing PT.BPRS Ummu Bangil adalah
Bapak Agus Imam Samsul, yang membawahi AOF adalah
Bapak Hakim dan Bapak David, sedangkan AOL adalah Bapak
Rokhim dan Bapak Mauslim.
5 Dokumen PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019.
Direksi
Ferdy Imanzah
Ka.Bag. Marketing
Agus Imam Samsul
Ka.Bag. Remedial
Nanang Agus
Ka.Bag. Oprasional
Yulia Agustina
Teller
Zurotus
Customer
Service
Hikma
Adm. Pby
Badrus
Acconting
Dina
Account Officer
Funding
Dwi Hakim
M. David
Account Officer
Lending
Abdur Rokhim
M. Muslim
61
3) Kepala Bagian Remidial atau penagihan PT.BPRS Ummu
Bangil adalah Bapak Nanang Agus
4) Kepala Bagian Oprasional PT.BPRS Ummu Bangil adalah Ibu
Yulia Agustina. Dan yang membawahi Teller oleh Mbak
Zurotus, CS oleh Mbak Hikma, Admin Pembiayaan oleh Bapak
Badrus dan Accounting oleh Ibu Dina
e. Job Deskription PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Tabel 4.1
Deskripsi tugas PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan6
Posisi Tugas
Direksi Mengkoordinir, merancanakan serta menjadikan
kantor berkembang pesat.
Kepala
bagian
Marketing
Membuat usulan rencangan pemasaran, memantau
efektifitas dan kolekifitas pembiayaan, melakukan
monitoring dan evaluasi.
Account
Officer
Menangani pemberian pembiayaan serta mangawasi
pembiayaan yang diberikan berdasarkan kelayakan
pembiayaan yang sehat, melakukan pemasaran baik
dalam rangka penghimpunan dana maupun alokasi
pembiayaan kepada nasabah secara efektif dan efisien.
Kepala
Bagian
Remidial
Merancang dan melaksanakan strategi remedial,
melakukan penagihan terhadap nasabah yang
bermasalah, menguasai tahapan dan prosedur legalitas.
Kepala
Bagian
Oprasional
Melakukan supervise semua kegiatan, mengajukan
rancangan pembelanjaan, mengkoordinasikan kegiatan
pelayanan, melakukan pembukuan akhir seluruh
transaksi.
Teller Melakukan penerimaan setoran tunai maupun
penarikan pembayaran yang dilakukan oleh nasabah,
6 Dokumen PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan Tahun 2019.
62
membuat laporan penerimaan maupun pengeluaran,
mengkontrol secara ketat terhadap posisi kas dan surat
berharga.
Customer
Service
Melayani para nasabah yang akan melakukan
pembukaan dan penutupan rekening, menjelaskan
kepadana nasabah mengenai produk serta layanan
yang diberikan bank.
Admin
Pembiayaan
Memeriksa kelengkapan administrasi dokumen
pembiayaan, membuat akad pembiayaan, menerima
jaminan dan mengecek keasliannya, melakukan
perhitungan dan membuat memo pelunasan
pembiayaan.
Accounting Mencatat atau membukukan saldo nasabah,
menentukan besar kecilnya dana yang harus
dibayarkan ke nasabah, memberi konfirmasi kepada
pihak marketing mengenai dana nasabah yang kurang.
2. Pengembangan Usaha Nasabah Sebelum dan Sesudah melakukan
Pembiayaan Murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan sebagai salah satu bank syariah
yang memberikan pembiayaan kepada nasabah. Pembiayaan adalah
kegiatan penyediaan dana untuk investasi atau kerjasama permodalan
antara bank dengan nasabah yang mewajibkan penerima pembiayaan
itu untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima kapada pihak
bank sesuai akad dengan pembayaran sejumlah bagi hasil dari
pendapatan/laba.
Pembiayaan Murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga asal dan keuntungan (margin) yang disepakati
63
antara penjual dan pembeli.7 Program pembiayaan murabahah
merupakan program yang diberikan PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
untuk membantu usaha kecil yang bersifat produktif. Pembiayaan yang
diberikan untuk penambahan modal usaha. Peran prmbiayaan
murabahah dalam mengembangkan usaha nasabah PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan dilihat dari hasil wawancara penulis kepada nasabah
adalah sebagai berikut:
a. Ibu Zumrotun sebagai pedagang sembako di pasar Bangil
mengatakan bahwa:8
“saya melakukan pembiayaan di BPRS Ummu sebesar Rp
5.000.000 untuk membeli bahan bangunan karna toko saya
kemarin itu habis terkena bencana alam mbak. Jadi saya
memerlukan modal tambahan selain untuk dagang juga
memperbaiki toko saya. Dengan pembiayaan itu saya rasa
ada peningkatan mbak, sebelumnya saya hanya
memperoleh keuntungan kurang dari satu juta rupiah tapi
sekarang setelah melakukan pembiayaan bisa mencapai
satu juta lima ratus bahkan kadang-kadang juga lebih.
Karena keterkaitan pembeli melihat isi stok saya yang lebih
banyak dibandingkan sebelumnya.”
Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa ibu
Zumrotun merupakan pedagang di pasar Bangil yang memiliki
usaha toko sembako. Usahanya tersebut merupakan usaha yang
diturunkan oleh orangtuanya. Ibu Zumrotun melakukan
pembiayaan di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan untuk pembelian
bahan bagunan guna merenovasi tempat usahanya. Sebelum
melakukan pembiayaan omzet penjualan ibu Zumrotun sebesar Rp
7 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001),101. 8 Zumrotun, Wawancara, 25 November 2019
64
1.000.000 dan setelah mendapatkan pembiayaan murabahah dari
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan omzet penjualannya bertambah
menjadi Rp 1.500.000 bahkan lebih.
b. Ibu Ida Rahma sebagai pedagang yang menjual pakaian
mengatakan bahwa:9
“saya melakukan pembiayaan di BPRS Ummu itu kalo
mendekati Idul Fitri mbak. Pembiayaan yang saya ajukan
sebesar Rp 7.000.000 itu semua saya gunakan untuk
membeli stok pakaian lebaran. Hasilnya ya kelihatan
sekarang barang dagangan saya nambah banyak dan lebih
bervariasi dibandingkan dengan sebelumnya. Dulu saya itu
jualannya sendiri, setelah saya rasa toko saya semakin rame
jadi saya menambah karyawan mbak untuk membantu saya
jualan. Untuk omzet penjualan saya juga bertambah mbak
jika sebelumnya saya memperoleh omzet sebesar Rp
2.000.000 setelah melakukan pembiayaan menjadi
bertambah sebesar Rp 3.000.000 bahkan bisa lebih mbak
karna kan mau lebaran jadi pada banyak yang cari pakaian
sehingga itu peluang buat saya untuk mencari keuntungan.”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa ibu Ida
Rahma sebagai pedagang pakaian di pasar Bangil melakukan
pembiayaan di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan untuk membeli
stok baju lebaran. Dengan pembiayaan tersebut usaha bu Ida
Rahma mengalami peningkatan dari sebelumnya mendapatkan
omzet penjualan sebesar Rp 2.000.000 kini setelah melakukan
pembiayaan bertambah menjadi Rp 3.000.000 bahkan lebih. Selain
itu bu Ida Rahma juga bisa menambah karyawan untuk membantu
9 Ida Rahma, Wawancara, 25 November 2019
65
dalam berjualan karena merasa bahwa tokonya semakin ramai
pembeli sebab dagangannya bertambah banyak dan bervariasi.
c. Ibu Sumiyatun sebagai pedagang sayur dipasar Bangil mengatakan
bahwa:10
“Saya melakukan pembiayaan sebesar Rp 3.000.000 mbak,
itu semua saya gunakan untuk membeli dagangan sayur.
Sebelum melakukan pembiayaan itu dagangan saya hanya
sayur trus setelah melakukan pembiayaan, Alhamdulillah
bisa bertambah. Sekarang dagangan saya tambah lengkap,
bumbu-bumbu dapur sekarang juga ada ditoko saya. omzet
penjualan juga semakin bertambah, yang dulunya itu
perhari mendapatkan Rp 3.00.000 sekarang menjadi
bertambah meskipun tidak banyak terkadang nambah Rp
100.000 kadang Rp 200.000 tidak pasti sih mbak.tapi yang
jelas ada peningkatan.”
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa ibu
Sumiyatun sebagai pedagang sayur di pasar Bangil, melakukan
pembiayaan murabahah untuk membeli dagangan sayuran.
Usahanya tersebut merupakan warisan dari orangtuanya. Sebelum
melakukan pembiayaan omzet penjualan sehari biasanya
mendapatkan Rp 300.000 namun sekarang setelah mendapatkan
pembiayaan dari PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan bertambah
menjadi Rp 400.000/hari bahkan bisa lebih.
d. Bapak Budiono usaha toko sepatu dan tas dipasar Bangil
mengatakan bahwa:11
“saya melakukan pembiayaan murabahah kalo mau liburan
semester mbak, biasanya setiap liburan itukan anak-anak
10 Sumiyatun, Wawancara, 26 November 2019. 11 Budiono, Wawancara, 26 November 2019.
66
sekolah pasti pada ganti tas ganti sepatu gitukan. Untuk itu
saya melakukan pembiayaan untuk menabah stok barang
berupa tas dan sepatu ditoko. Omzet penjualan sudah tentu
bertambah, karena ramenya orang belanja tas dan sepatu itu
saat liburan. Sebelum melakukan pembiayaan omzet
penjualan sehari sebesar Rp 3.000.000 dan sekarang pernah
mencapai Rp 5.000.000. dan saya juga bisa menambah
karyawan lagi.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Budiono
selaku pemilik toko tas dan sepatu dipasar bangil menyatakan
bahwa dengan melakukan pembiayaan murabahah pada saat
liburan semester, usahanya menjadi meningkat hal tersebut
ditandai dengan bertambahnya jumlah karyawan yang ada di toko
tas dan sepatu. Bapak Budiono melakukan pembiayaan sebesar Rp
10.000.000 itu semua digunakan untuk menambah stok barang tas
dan sepatu yang akan dijual kembali.
e. Ibu Lasmi pedagang yang berjualan ikan lele dipasar Bangil
mengatakan bahwa:12
“dengan adanya pembiayaan dari BPRS Ummu itu saya
merasa terbantu mbak. Proses angsurannya mudah kalo
keberatan membayar bulanan bisa mencicil setiap harinya.
Karena ada petugas yang setiap hari itu keliling untuk
melayani orang yang mau nabung atau mengangsur, jadi
saya tidak harus repot datang kekantor. Pembiayaan
murabahah itu saya gunakan untuk membali ikan lele dan
sekarang setelah melakukan pembiayaan dapat menambah
dagangan berupa ayam potong.”
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Lasmi selaku
pedagang ikan lele dipasar Bangil. dengan melakukan pembiayaan
12 Lasmi, Wawancara, 27 November 2019.
67
murabahah ibu Lasmi dapat menambah barang dagangannya, yang
dulunya hanya berjualan ikan lele kini juga menjual ayam potong.
Selain itu ibu Lasmi juga merasa sangat terbantu dengan adanya
layanan jemput bola. Sehingga tidak perlu datang langsung
kekantornya.
f. Ibu Siti Sundari pedagang kue di pasar Bangil mengatakan
bahwa:13
“setelah saya melakukan pembiayaan murabahah omzet
penjualan saya bertambah. Awalnya sehari itu mendapatkan
sekitar Rp 200.000 sekarang bisa nyampek Rp 250.000 –Rp
300.000. sebelumnya saya itu berjualanya ngontrak.
Sekarang sudah bisa membeli lapak di pasar Bangil. proses
angsurannya saya lakukan setiap hari biar nggak keberatan,
karena ada petugas bank yang bersedia menarik setiap
harinya.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
omzet penjualan ibu Siti Sundari mengalami peningkatan dengan
adanya pembiayaan murabahah. Hal tersebut ditandai dengan
tempat usahannya yang dulunya masih ngontrak sekarang sudah
milik sendiri.
3. Penentuan Margin Keuntungan Pembiayaan Murabahah di
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Harga jual pada pembiayaan murabahah di PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan dilakukan dengan metode menambahkan harga
perolehan yang dipesan oleh nasabah dengan tingkat margin
keuntungan yang telah diberikan oleh pihak PT.BPRS Ummu Bangil
13 Siti Sundari, Wawancara, 27 November 2019.
68
Pasuruan sesuai standarisasi yaitu 2%, lalu ke dua belah pihak
membuat kesepakatan bersama jika nasabah sudah menyetujui
standarisasi margin yang sudah diberikan kepada pihak PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan. Penetapan margin tersebut sudah ditentukan
berdasarkan keputusan dari rapat Dewan Komisaris dan Direksi.
Dalam menentukan margin, pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
tidak menentukan ketentuan-ketentuan tertentu sesuai besaran
pinjaman. Karena penetapan margin di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan berdasarkan kesepakatan antar nasabah dan bank, serta
menyebutkan harga pokok dan harga jual. Sehingga nasabah
mengetahui besaran margin yang diperoleh bank. Hal ini diungkapkan
oleh bapak Agus Imam Samsul selaku Ka.Bag Marketing PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan sebagai berikut:14
“Dalam penentuan margin keuntungan di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan tidak ada ketentuan tertentu sesuai besaran pembiayaan
karena penetapan margin di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Jadi sebelum
kami menetukan marginnya, kami melakukan negosiasi terlebih
dahulu kepada nasabah dengan menawarkan standarisasi margin
2% dan minimal 1,5% yang mana standarisasi tersebut sudah
ditentukan berdasarkan keputusan Dewan Komisaris dan Direksi.
Kebanyakan dari nasabah menego margin tersebut menjadi 1,7%.
Sehingga antara nasabah mengetahui besaran margin yang
diperoleh bank.”
Sedangkan untuk penetapan plafon pembiayaan murabahah
berdasrkan taksiran jaminan. Nilai jaminan merupakan pengalihan hak
dan kekuasaan atas sejumlah barang dengan nilai tertentu, yang
14 Agus Imam Samsul, Wawancara, 10 November 2019.
69
diserahkan kepada pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan guna
menjamin pelunasan hutangnya sesuai dengan kesepakatan awal. Nilai
jaminan yang digunakan adalah nilai rata-rata yang harus dijaminkan
oleh nasabah guna mendapatkan pembiayaan murabahah di PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan, nilai dalam bentuk persentase dari nilai
taksiran jaminan, karena nilai jaminan pembiayaan murabahah akan
mempengaruhi pada besar kecilnya permintaan pembiayaan
murabahah. hal ini diungkapkan oleh bapak Agus Imam Samsul
selaku Ka.Bag marketing PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan sebagai
berikut:15
“Dalam menetapkan plafon pembiayaan murabahah di PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan berdasarkan penaksiran jaminan, yang
biasanya digunakan adalah taksiran agunan. Karena nilai taksiran
agunan berpengaruh pada besar kecilnya pembiayaan. Seperti
taksiran nilai agunan motor untuk plafon pembiayaan sebesar 50-
70%. Dan untuk taksiran nilai agunan sertifikasi sebesar 70%.”
Mekanisme pembiayaan murabahah PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan yaitu pihak BPRS sebagai penjual barang yang dibutuhkan
nasabah, dan nasabah sebagai pembeli dengan cara pembayaran
diangsur atau cicilan. Dalam transaksi pembelian barang-barang
tertentu misalnya bahan pokok seperti beras, pihak bank dapat
mewakilkan kepada nasabah untuk membeli sendiri barang tersebut.
Dalam contoh ini mekanisme yang diterapakn PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan adalah nasabah menandatangani akad wakalah terlebih
dahulu, karena pihak bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
15 Agus Imam Samsul, Wawancara, 8 November 2019.
70
barang sendiri. Setelah selesai akad wakalah, maka akad murabahah
bisa dilakukan untuk pembayaran tersebut, baik secara tunai ataupun
angsuran. Hal ini diungkapkan oleh bapak Badrus Sholeh selaku
Kepala Bagian Legal sebagai berikut:16
“Pembiayaan murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan ada
beberapa pembiayaan yang menggunakan pembiayaan dengan cara
akad wakalah terlebih dahulu, seperti pembiayaan pembelian beras,
lalu kami yang mencarikan beras yang sesuai keinginan nasabah
kan repot dan tidak ada waktu juga untuk mencarinya, maka dari
itu nasabah menandatangani akad wakalah terlebih dahulu, karena
bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli beras sendiri.
Setelah selesai akad wakalah maka akad murabahah bisa
dilaksanakan untuk pembayaran tersebut baik secara tunai maupun
angsuran.”
B. Analisis Data
1. Pengembangan Usaha Nasabah Sebelum dan Sesudah melakukan
Pembiayaan Murabahah di PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Sebagaimana pemaparan data diatas PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan adalah lembaga keuangan syariah yang menjalankan produk
pembiayaan murabahah dengan tujuan untuk mengembangkan usaha
nasabah agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Target utama
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan adalah para pedagang pasar Bangil.
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan memiliki pelayanan dengan
sistem jemput bola. Dengan sistem ini pedagang yang berada di pasar
Bangil merasa lebih terbantu dalam mengakses lembaga keuangan.
Pedagang yang berada di pasar Bangil bisa dengan mudah mengajukan
pembiayaan murabahah melalui petugas PT.BPRS Ummu Bangil
16 Badrus Sholeh, Wawancara, 11 November 2019.
71
Pasuruan yang setiap hari keliling di pasar. Sistem jemput bola
memudahkan pedagang dalam melakukan pembayaran pembiayaan.
Pembayaran pembiayaan dilakukan melalui potongan tabungan
nasabah. Pedagang menyetor dana tabungan setiap harinya kepada
petugas PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan yang datang di pasar.
Dengan adanya pembiayaan murabahah yang ada pada PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan, masalah dalam permodalan yang dialami oleh
nasabah dapat teratasi. Seperti yang kita ketahui bahwa modal
merupakan faktor utama yang diperlukan untuk mengembangkan
usaha nasabah. Bagi pedagang pasar Bangil yang menjadi salah satu
pelaku usaha mikro, pembiayaan sudah tidak lagi sulit untuk
didapatkan.
Pembiayaan murabahah pada PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
dapat membantu siklus usaha mikro tetap berjalan, serta membantu
meningkatkan omzet penjualan. Dalam hasil wawancara dengan
nasabah penerima pembiayaan murabahah pada PT.BPRS Ummu
Bangil Pasuruan yang merupakan pedagang di Pasar Bangil,
merasakan bahwa dengan adanya pembiayaan murabahah bisa
membeli barang dagangan untuk dijual kembali selain untuk membeli
barang dagang nasabah juga dapat merenovasi tempat usaha yang
sebelumnya rusak karena bencana alam. Dengan adanya tambahan
barang dagang maka semakin bertambah omzet penjualan yang
dihasilkan oleh pedagang, terdapat selisih omzet penjualan selama
72
sebelum melakukan pembiayaan dan sesudah melakukan pembiayaan.
Bertambahnya omzet penjualan juga dibuktikan dengan bertambahnya
jumlah karyawan disebabkan karena jumlah pembeli meningkat
sehingga perlu bantuan karyawan untuk menjualkan barang
dagangannya.
2. Penentuan Margin Keuntungan Pembiayaan Murabahah di
PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
Pembiayaan murabahah yang ada di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan dalam pengadaan barangnya mewakilkan langsung kepada
nasabah. Proses pembiayaan seperti ini dirasa lebih praktis, karena
mempermudah PT.BPRS Ummu Bangil dalam menyediakan barang
yang hendak dijadikan objek. Pihak bank tidak harus mencari supplier
penyedia barang yang sesuai dengan apa yang diinginkan nasabah.
Pencarian dan pembelian barang yang dijadikan objek pembiayaan
oleh pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan akan memakan waktu
yang cukup lama.
Pencarian dan pembelian objek pembiayaan yang dilakukan oleh
nasabah akan menghemat waktu. Selain itu nasabah juga akan
langsung mengetahui fisik barang yang menjadi objek pembiayaan
tersebut dan pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan tidak akan
mendapatkan keluhan tentang cacatnya barang karena nasabah yang
membeli sendiri. Timbulnya saling percaya di antara pihak PT.BPRS
73
Ummu Bangil Pasuruan dengan nasabah, memberikan kuasa pada
orang lain merupakan bukti adanya kepercayaan.
Pembiayaan murabahah yang terdapat di PT.BPRS Ummu Bnagil
Pasuruan juga menerapkan sistem denda bagi yang mengalami
keterlambatan dalam angsuran, yang dilakukan seperti lembaga
keuangan pada umumnya. Namun sistem denda yang diterapkan dalam
pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan sesuai dengan kemapuan
nasabah, nasabah sendiri yang menentukan tidak ada paksaan dari
pihak bank. Apabila mampunya Rp 5.00 rupiah perhari ya silahkan, Rp
1.000 rupiah perhari juga silahkan. Jumlah denda yang masuk tersebut
tidak dimasukkan dalam laba bank, namun akan masuk dalam infak
yang nantinya akan disumbangkan kepada orang yang lebih
membutuhkan.
Berkaitan dengan penetapan keuntungan PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan atas pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah, akad
murabahah merupakan akad dimana angsuran pokok dibayar
bersamaan dengan keuntungan yang telah disepakati. Besaran
keuntungan yang diterapkan oleh PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan
adalah sebesar 2%. Penetapan keuntungan seperti ini menurut peneliti
tidak masalah, karena dalam ajaran Islam tidak ada aturan terperinci
tentang seberapa besar keuntungan yang boleh diambil. Asalkan kedua
belah pihak saling menyetujui dan bebas dari unsur riba. Namun
nasabah tetap saja menego jumlah margin yang ditetapkan hingga
74
1,7%. Besarnya margin dan harga pokok juga dapat berpengaruh pada
besarnya angsuran. Dalam proses angsuran terdapat nasabah yang
mengalami keterlambatan dengan alasan belum ada uang atau alasan
yang lain. Karena tidak semua nasabah memanfaatkan pembiayaan
yang minta untuk mengembangkan usaha. Ada juga yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Sehingga angsuran mengalami
kemacetan.
Pembiayaan murabahah yang ada di PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan mensyaratkan calaon debitur untuk membuka rekening
tabungan terlebih dahulu. Batasan nominal pembiayaan murabahah
yang bisa diajukan oleh nasabah yang baru mengajukan pembiayaan
sebesar Rp 3.000.000. adanya batasan dalam pengajuan pembiayaan
awal adalah untuk meminimalisir kerugian PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan ketika nasabah mengalami kemacetan angsuran. PT.BPRS
Ummu Bangil Pasuruan bisa melihat karakter nasabah ketika nasabah
melakukan pembayaran angsuran. Saat nasabah telah dinilai lancar
dalam pembayaran, selanjutnya dalam pengajuan pembiayaan
murabahah berikutnya bisa mengajukan pembiayaan sesuai dengan
besaran yang diinginkan.
Penerapan pembiayaan murabahah seperti yang dilakukan oleh
pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan kurang sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Ascarya.17 yang menyebutkan bahwa dalam
17 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 222.
75
pembiayaan murabahah, terdapat praktik perwakilan/wakalah yang
secara esensi telah menyalahi dua prinsip yaitu penjual yang memiliki
kewajiban menyediakan barang dan kesepakan pihak ketiga untuk
membeli barang.
Jika mengikuti teori yang dikemukakan oleh Ascarya tersebut
maka pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan harus memiliki barang
terlebih dahulu yang akan dijadikan objek pembiayaan murabaha.
Pembiayaan uang tunai dan mewakilkan pembelian barang bisa
menyebabkan terjadinya penyalahgunaan dana. Jika memang
PT.BPRS Ummu Bangil Pasusuan mewakilkan pembelian barang akad
pada nasabah maka akad murabahah harusnya dilakukan setelah
barang tersebut ada.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat
ditarik kesimpulan dari penelitian Peran Pembiayaan Murabahah dalam
Mengembangkan Usaha Nasabah (Studi pada PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan) adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan murabahah yang dilakukan PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan berperan dalam mengembangkan usaha nasabah. Pembiayaan
murabahah digunkaan untuk menambah modal berupa barang maupun
bahan untuk usaha. Pembiayaan murabahah pada PT.BPRS Ummu Bangil
Pasuruan dapat membantu siklus usaha nasabah tetap berjalan, serta
membantu meningkatkan omzet penjualan. Peningkatan omzet penjualan
dapat dilihat dari jumlah omzet sebelum melakukan pembiayaan dan
sesudah melakukan pembiayaan, dalam hal ini sesudah melakukan
pembiayaan terdapat tambahan omzet sehingga dapat dikatakan bahwa
usahanya mengalami pengembangan. Meningkatnya omzet penjualan
dibuktikan dengan bertambahnya jumlah barang dagangan dan bertambah
pula jumlah karyawan yang disebabkan karena jumlah pembeli meningkat.
2. Penetapan jumlah margin yang ditentukan oleh pihak bank adalah sebesar
2%, namun nasabah masih saja menegosiasi hingga menjadi 1,7%. Hal
tersebut dikarenakan besarnya margin dapat mempengaruhi besarnya
77
angsuran. Pihak PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan memberlakukan sistem
denda bagi nasabah yang mengalami keterlambatan dalam proses
angsuran. Jumlah denda tersebut ditentukan sendiri oleh nasabah sesuai
dengan kemampuannya. Nasabah yang mengalami keterlambatan dalam
proses angsuran disebabkan karena dalam pembiayaan nasabah menerima
uang secara langsung bukan berupa barang. Sehingga uang tersebut bisa
disalahgunakan, tidak sepenuhnya digunakan untuk pengembangan usaha.
B. Saran/Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba untuk memberikan
saran/rekomendasi yang mungkin bermanfaat bagi lembaga keuangan
tersebut, diantaranya adalah:
1. PT.BPRS Ummu Bangil Pasuruan harus bisa mempertahankan atau lebih
baik dalam memberikan pelayanan kepada nasabah dalam memberikan
pembiayaan untuk modal usaha.
2. PT.BPRS Ummu Bangi Pasuruan hendaknya memberikan pengawasan
dalam menggunakan pembiayaan tersebut sehingga benar-benar untuk
kebutuhan modal usaha bukan untuk kebutuhan pribadi. Dan nasabah
PT.BPRS Ummu Bangil diharapkan tidak mencampur adukkan
penggunaan modal pembiayaan dengan kebutuhan pribadi, supaya
pemanfaatan modal pembiayaan menjadi lebih efisien sehingga dapat
membantu mengembangkan usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ambadar, Jackie. Membentuk Karakter Pengusaha. Bandung: Kaifa, 2010.
Andrianto & Anang Firmansyah. Bank Syariah Implementasi Teori dan Praktek.
Yogyakarta: Qiara Media, 2019.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Chandra, Purdi E. Trik Sukses Menuju Sukses. Yogyakarta: Grafika Indah, 2000.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara, 2015.
Hubies, Musa. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis.
Jakarta:Ghalia Indonesia, 2009.
Ismail. Manajemen Perbankan dari teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana,
2011.
Ismail. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana, 2011.
J Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Janwari, Yadi. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015.
Kasmir, Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana, 2012.
Kasmir. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Lathief Ilham, Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Medan:FEBI
UIN-SU Press, 2018.
Rianto, Nur. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta, 2010.
Saparingga, Wina. Analisis Perbandingan Tingkat Perkembangan Usaha Mikro
Kecil Menengah Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Fasilitas
Pembiayaan Mikro (studi kasus di BRI Syariah KCP Kopo Bandung).
Bandung: UINSBA, 2015.
Sholeh, Muhammad. Analisis strategi Inovasi dan Dampaknya Terhadap Kinerja
Perusahaan. Semarang:UNDIP, 2008.
Siyoto, Sandu. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Sudjatmoko, Agung. Cara Cerdas Menjadi Pengusaha Hebat. Jakarta: Visi
media, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2016.
Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
Sumarsono, Ekonomi Sumber Daya Manusia Teori dan Kebijakan Publik,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Sutamto, Teknik Menjual Barang. Jakarta: Balai Aksara, 1997.
Sutanto, Herry & Khaerul Umam. Manajemen Pemasaran Bank Syariah.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2013.
Syafii Antonio, Muhammad. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Syarqawie, Fithriana. Fikih Muamalah. Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 2015.
Wiroso. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti, 2009.
Jurnal dan Skripsi
Ahmad Hid Pratama, “Peran Pembiayaan Murabahah dalam Peningkatan Omzet
Penjualan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Studi pada Koperasi
Simpan Pinjam Pembiayaan Baitul Tanwil Muhammadiyah BiMU
Bandar Lampung),” Skrpisi. Lampung: UIN Raden Intan Lampung ,
2018.
Dina Camelia, Peran Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha dan
Kesejahteraan Pelaku UMKM Pasar Tradisional, Jurnal Ekonomi Islam,
Vol. 1 No. 3 2018.
Fitriani Prastiawati dan Emile Setia Darma, Peran Pembiayaan Baitul Maal Wat
Tanwil Terhadap Perkembangan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan
Anggotanya dari Sektor Mikro Pedagang Pasar Tradisional, Jurnal
Akuntansi dan Investasi, Vol. 17 No. 2, 2016.
Gusni Yunita, “Perkembangan Usaha Kecil melalui Pembiayaan Murabahah di
BMT L-Risma Ipuh,” Skripsi. Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2016
Ila Kartini, “Analisis Peran Pembiayaan Modal Kerja Usaha terhadap Peningkatan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam Persfektif Ekonomi Islam
di BMT Muhamadiyah Bimu Bandar Lampung,” Skripsi. Lampung: UIN
Raden Intan Lampung, 2017.
Merry Yanti, “Peran Pembiayaan Murabahah dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Pedagang Kaki Lima di Pasar Sukoharjo 3 (Studi pada BMT
Assyafi’iyah Sukoharjo Pringsewu),” Skripsi. Lampung: UIN Raden
Intan Lampung, 2018.
Nonie Afrianty, Perkembangan Usaha Mikro Sebelum dan Sesudah Memperoleh
Pembiayaan Murabahah dari BMT Kota Mandiri Bengkulu, “Jurnal
Ekonomi dan Perbankan Syariah Vol. 3 No 1. 2018.
top related