pengembangan modul pembelajaran matematika …repository.umrah.ac.id/1382/5/artikel ilmiah...
Post on 22-Aug-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS PMRI PADA TOPIK BARISAN UNTUK SISWA KELAS XI
SMA
Sri Bintang Nasrani1, Nur Izzati,
2 Linda Rosmery T
3
bintangnasranitobing@gmail.com
Program Studi Pendidikan Matematika
FKIP – Universitas Maritim Raja Ali Haji
2018
ABSTRAK
Kata Kunci: Bahan Ajar, PMRI, Barisan
Tujuan dari penulisan ini adalah menghasilkan modul berbasis PMRI pada
materi barisan untuk siswa kelas XI SMA dan mendeskripsikan kualitas modul
PMRI pada materi barisan kelas XI SMA, ditinjau dari aspek kelayakan,
efektifitas, dan kepraktisannya. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan
pengembangan (Research and Development) dengan pendekatan ADDIE
(Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Produk yang
dihasilkan dari penelitian ini adalah modul pembelajaran matematika berbasis
PMRI pada topik barisan untuk siswa kelas XI SMA. Modul diuji kelayakannya
oleh ahli konten dan ahli desain. Berdasarkan penilaian ahli konten dan ahli
desain, modul dinyatakan layak. Berdasarkan hasil tes hasil belajar siswa,
diketahui rata-rata kelas adalah 97,5. Ketuntasan hasil belajar siswa adalah 97.2%
atau sebanyak 35 siswa yang tuntas dari 36 siswa yang mengikuti post tes dan
dapat dinyatakan bahwa modul barisan matematika yang dikmbangkan efektif.
Dari hasil angket respon siswa diperoleh rata-rata 88,3 dengan kategori sangat
baik, maka modul dapat dinyatakan praktis. Hal ini membuktikan bahwa modul
pembelajaran matematika berbasis PMRI pada topik barisan untuk siswa kelas XI
SMA layak, efektif, dan praktis.
Pendahuluan
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun
2007 tentang Standar Proses, salah satunya
mengatur tentang perencanaan proses
pembelajaran yang secara implisit
menyatakan bahwa guru diharapkan dapat
mengembangkan bahan ajar sebagai salah
satu sumber belajar. Dengan adanya bahan
ajar siswa dapat mempelajari suatu
kompetensi secara mandiri, runtut, dan
sistematis sehingga siswa mampu
memahami dan menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu.
Dengan demikian, perlu dikembangkan
bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
Dhoruri, (2010:8) menyatakan
bahwa modul yang dikembangkan
sendiri oleh pendidik dapat disesuaikan
dengan karakteristik peserta didik
seperti, budaya, sosial, dan geografis.
Serta dapat mencakup tahap
perkembangan peserta didik,
kemampuan peserta didik, potensi, dan
lain-lain yang berkaitan dengan peserta
didik. Dengan adanya pengembangan
modul dapat membantu siswa menjawab
dan memecahkan masalah atau kesulitan
dalam belajar. Dalam proses
pembelajaran, terdapat beberapa materi
pembelajaran yang seringkali sulit
dirasa peserta didik untuk dipahami
ataupun dijelaskan. Kesulitan atau
masalah tersebut dapat terjadi karena
materi pembelajaran masih abstrak. Di
sinilah peran modul untuk membantu
siswa menjelaskan atau
menggambarkan hal yang abstrak
tersebut, dapat menggunakan gambar,
skema, bagan, dan lainnya. Sehingga
materi yang rumit dapat disajikan dan
dijelaskan dengan cara yang lebih
sederhana dan lebih mudah dipahami.
Dengan diterapkannya penggunaan
modul, pembelajaran lebih terencana
dan menghasilkan hasil yang jelas.
Barisan merupakan salah satu materi
pelajaran matematika yang diajarkan pada
siswa kelas XI SMA. Dalam matematika
materi tersebut mencakup barisan
aritmetika, barisan geometri, deret
aritmetika, dan deret geometri. Hardiyanti
(2016:6) menyatakan bahwa yang masih
menjadi kesulitan siswa adalah menentukan
rumus suku ke-n dari suatu barisan
aritmetika dan geometri, siswa kurang
memahami konsep suku pertama dari suatu
barisan, dan siswa kurang memahami
maksud dari soal yang diberikan sehingga
sulit untuk menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan serta menentukan langkah
penyelesaian dari soal mengenai barisan
aritmetika dan geometri. Hal ini juga
didukung oleh Farida (2015:49) yang
mengemukakan bahwa kesalahan yang
dilakukan oleh siswa diantaranya adalah
siswa tidak bisa menentukan rumus,
kesalahan dalam menghitung, kesalahan
dalam mengubah informasi ke dalam bentuk
matematika, miskonsepsi dan kelalaian
dalam menuliskan kesimpulan.
Salah satu hal yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan adalah siswa
belum dapat menyelesaikan hal-hal yang
bersifat abstrak. Siswa belum dapat
menggunakan objek-objek yang ada dalam
kehidupan sehari-hari dengan suatu
permasalahan. Oleh sebab itu, dalam proses
pembelajaran diperlukan suatu pendekatan
yang dapat membantu atau memfasilitasi
siswa untuk menghubungkan materi
pelajaran yang sekiranya masih abstrak
dengan hal-hal nyata dalam kehidupan
sehari-hari. Jika siswa mendapat
kemudahan dalam memahami konsep-
konsep matematika, maka siswa akan
tertarik untuk mempelajari dan mendapat
makna dalam proses pembelajarannya.
Berdasarkan uraian diatas, pendekatan yang
dirasa tepat adalah Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI).
Menurut Astika,(2014:23) PMRI
merupakan pendekatan yang
menghubungkan pengalaman dan kejadian
yang dekat dengan siswa sebagai sarana
umtuk memahami persoalan matematika.
Dengan PMRI, siswa dapat dengan mudah
memulai pembelajaran dengan persoalan
dalam kehidupan nyata atau realistik. Pada
pendekatan ini, siswa dipandang memiliki
pengetahuan atau pengalaman sebagai hasil
dari interaksi terhadap lingkungan. Oleh
karena itu siswa diharuskan aktif membaca
dan mengembangkan pengetahuan yang
dimilikinya.
Dengan demikian, peneliti memiliki
ketertarikan untuk mengembangkan bahan
ajar pada materi barisan dengan pendekatan
PMRI. Bahan ajar yang diterapkan berupa
modul. Menurut Astika, (2014:6) modul
adalah bahan ajar yang di dalamnya
mencakup isi materi, metode, dan evaluasi
yang tersusun secara sistematis dan menarik
sehingga dapat digunakan secara mandiri
pada bahan ajar berupa modul ini materi
yang disajikan disesuaikan dengan prinsip
dan karakteristik PMRI yang berbasis pada
masalah realistik.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
akan melaksanakan penelitian dengan judul
“PENGEMBANGAN MODUL
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS PMRI PADA TOPIK
BARISAN UNTUK SISWA KELAS XI
SMA”
a. Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia (PMRI)
Pendidikan Matematika Realistik
(PMR) dikembangkan pada tahun
1971 di Intitut Freudenthal, Belanda.
Professor Hans Freudenthal (1905-
1990), seorang penulis, pendidik,
dan matematikawan berkebangsaan
Jerman/Belanda merupakan pendiri
Institut Freudenthal juga
pengembang pendekatan teoritis
terhadap pembelajaran matematika
yang dikenal dengan RME (Realistic
Mathematics Education). PMR
menggabungkan pandangan tentang
apa itu matematika, bagaimana
siswa belajar matematika, dan
bagaimana matematika harus
diajarkan. Freudenthal berkeyakinan
bahwa siswa tidak boleh dipandang
sebagai passive receivers of ready-
made mathematics (penerima pasif
matematika yang sudah jadi atau
diolah). Menurut Freudenthal
pendidikan harus mengarahkan
siswa kepada penggunaan berbagai
situasi dan kesempatan untuk
menemukan kembali matematika
dengan cara mereka sendiri.
Pendidikan Matematika Realistik
(PMR) dikenal di Indonesia setelah
RK Sembiring dan Pontas
Hutagalung membawa gagasan itu
sekembali dari menghadiri
Konferensi ICMI (International
Conference on Mathematical
Instruction) di Shanghai, China,
pada 1994. Gagasan tentang PMR
disampaikan Sembiring kepada
sejumlah pakar pendidikan
matematika di Indonesia, yaitu R.
Soejadi, Suryanto, ET Ruseffendi,
dan Yansen Marpaung. Pada 20
Agustus 2001, secara resmi
dideklarasikan Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) di Gunung Tangguban
Perahu, Jawa Barat.
Didalam PMR, pembelajaran
harus dimulai dari sesuatu yang riil
sehingga siswa dapat terlibat dalam
proses pembelajaran secara
bermakna. Hadi (2017:37) peran
guru hanya sebagai pembimbing dan
fasilitator bagi siswa dalam proses
rekonstruksi ide dan konsep
matematika. Pembelajaran
matematika dengan pendekatan
PMR meliputi aspek-aspek berikut
(De Lange, 1995):
1. Memulai pelajaran dengan
mengajukan masalah (soal)
yang “riil” bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan
tingkat pengetahuannya,
sehingga siswa segera
terlibat dalam pelajaran
secara bermakna;
2. Permasalahan yang diberikan
tentu harus diarahkan sesuai
dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pelajaran
tersebut;
3. Siswa mengembangkan atau
menciptakan model-model
simbolnya secara informal
terhadap persoalan/masalah
yang diajukan;
4. Pengajaran berlangsung
secara interaktif: siswa
menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap
jawaban yang diberikannya,
memahami jawaban
temannya (siswa lain), setuju
terhadap jawaban temannya,
menyatakan ketidaksetujuan,
mencari alternatif
penyelesaian yang lain, dan
melakukan refleksi terhadap
setiap langkah yang
ditempuh atau terhadap hasil
pelajaran.
b. Modul
Modul merupakan bahan ajar cetak yang
dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri
oleh pembaca. Menurut Depdiknas (2008:3)
modul merupakan alat atau sarana pembelajaran
yang berisi materi, metode, batasan-batasan,
dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan sesuai dengan
tingkat kompleksitasnya. Adapun karakteristik
modul, yaitu :
a. Self Intructional, mampu menggunakan
secara mandiri tanpa harus bergantung
oleh pihak lain. Karakteristik self
instructional, yaitu:
a) Berisi tujuan yang dijelaskan secara
jelas;
b) Berisi materi pembelajaran yang
dikemas ke dalam unit-unit
kecil/spesifik sehingga memudahkan
belajar secara tuntas;
c) Menyediakan contoh dan ilustrasi
yang mendukung kejelasan
pemaparan mpembelajaran;
d) Menampilkan soal-soal latihan,
tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan pengguna
memberikan respon dan mengukur
tingkat penguasaannya;
e) Kontekstual, yaitu materi-materi
yang disajikan terkait dengan
suasana atau konteks tugas dan
lingkungan penggunaannya;
f) Menggunakan bahasa yang
komunikatif dan sederhana;
g) Terdapat rangkuman materi
pembelajaran ;
h) Terdapat instrumen penilaian/
assessment;
i) Terdapat instrumen yang digunakan
untuk mengukur atau mengevaluasi
tingkat penguasaan materi;
j) Terdapat umpan balik atas penilaian,
sehingga pengguna mengetahui
tingkat penguasaan materi; dan
k) Tersedia informasi tentang
rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran
b. Self Contained, yaitu seluruh materi
pembelajaran dari satu unit kompetensi
atau sub kompetensi yang dipelajari
terdapat di dalam satu modul secara
utuh. Tujuan dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan untuk
mempelajari materi secara tuntas,
karena dikemas satu kesatuan yang utuh.
Jika harus dilakukan pembagian atau
pemisahan materi dari satu unit
kompetensi harus dilakukan dengan
hati-hati dan memperhatikan keluasan
kompetensi yang harus dikuasai.
c. Stand Alone (berdiri sendiri), yaitu
modul yang dikembangkan tidak
tergantung pada media lain atau tidak
harus digunakan bersama-sama dengan
media pembelajaran lain.
d. Adaptive, dapat menyesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta fleksibel digunakan.
Dengan memperhatikan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
pengembangan modul hendaknya “up to
date”
e. User Friendly, setiap instruksi dan
paparan informasi yang tampil bersifat
membantu dan bersahabat dengan
penggunanya, termasuk kemudahan
pengguna dalam merespon, mengakses
sesuai dengan keinginan. Penggunaan
bahasa yang sederhana, mudah
dimengerti, serta menggunakan istilah
yang umum merupakan salah satu
bentuk user friendly.
c. Barisan
Didalam matematika, barisan bilangan
adalah daftar terurut dari suatu bilangan. Seperti
layaknya himpunan, suatu barisan juga
memiliki anggota (elemen) yang disebut suku.
Contoh:
1) (1,1,1,1,1,...)
2) (1,2,3,4,…)
3) (2,4,6,8,…)
Barisan bilangan terdiri dari barisan aritmatika dan
barisan geometri. Suku-suku yang berdekatan dari
suatu barisan aritmatika selalu memiliki selisih yant
tetap/konstan dan disebut dengan beda. Barisan
geometri hasil bagi suku-suku yang saling
berdekatan selalu tetap/konstan dan disebut dengan
rasio
a) Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah barisan yang
selisih antara suku-suku yang berdekatan
tetap/konstan. Rumus umum suku ke-n
adalah Un = a + (n-1)b dengan a = U1
adalah suku awal atau suku pertama dan b =
U2 – U1 = U3 – U2= … merupakan selisih
suku-suku yang berdekatan.
b) Barisan Geometri
Barisan geometri adalah barisan yang
hasil bagi suku-suku barisan tersebut selalu
tetap/konstan. Rumus suku ke-n adalah
Un= arn-1
dan
d. .Penelitian dan Pengembangan
Menurut Sugiyono(2016:28)penelitian dan
pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan
mengembangkan produk. Memvalidasi produk,
berarti produk itu telah ada, dan peneliti hanya
meneliti efektifitas atau validitas produk tersebut.
Mengembangkan produk dalam arti yang lua
dapat berupa memperbarui produk yang telah ada
(sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan
efisien) atau menciptakan produk baru (yang
sebelumnya belum pernah ada). Metode
penelitian dan pengembangan dapat diartikan
sebagai cara ilmiah untuk meneliti, merancang,
memproduksi, dan menguji validitas produk yang
telah dihasilkan.
Bahan dan Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan yang merupakan cara ilmiah
untuk meneliti, merancang, memproduksi, dan
menguji produk yang telah dihasilkan.
b. Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui
angket dan tes hasil belajar. Angket pada
penelitian ini terdiri dari angket validasi modul
dan angket repon siswa.
1) Angket Penilaian Modul
Angket yang digunakan merupakan angket jenis
kombinasi terbuka dan tertutup. Angket
penilaian modul diisi oleh ahli konten dan ahli
desain. Angket penilaian modul merupakan alat
ukur untuk melihat kelayakan modul yang
dikembangkan.
2) Angket Respon Siswa
Angket digunakan untuk mengukur
kepraktisan modul. Jenis angket yang
digunakan adalah angket tertutup, yaitu dengan
menyajikan pertanyaan dan menyediakan
pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek
penelitian.
3) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui
hasil ketuntasan belajar siswa setelah
menggunakan modul yang dikembangkan. Tes
hasil belajar juga digunakan sebagai alat ukur
untuk melihat keefektifan modul yang
dikembangkan. Soal tes yang diberikan terdiri
dari 5 soal tes uraian
Hasil
Dari hasil post test diketahui
rata-rata kelas adalah 97,5.
Ketuntasan hasil belajar siswa
adalah 97.2% atau sebanyak 35
siswa yang tuntas dari 36 siswa
yang mengikuti post test dan
berdasarkan tabel kriteria
ketuntasan tes hasil belajar pada
tabel 3.6 termasuk dalam kategori
sangat baik. Beberapa jawaban post
test dan penyekoran post test dapat
dilihat pada lampiran.
Hasil angket respon siswa
ditentukan dengan menghitung
skor rata-rata dari responden yaitu
kelas XI IPA 2 yang mengikuti
pembelajaran dengan
menggunakan modul menggunakan
aplikasi Ministep dengan model
Rasch. Berdasarkan hasil angket
respon siswa diperoleh skor rata-
rata yaitu 88.3 yang termasuk
kategori sangat baik. bebrapa hasil
pengisian angket respon siswa
dapat dilihat pada lampiran
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah diuraikan, langkah-
langkah pengembangan modul
pembelajaran matematika berbasis
PMRI pada topik barisan untuk
siswa kelas XI SMA menggunakan
3 tahap pengembangan ADD yaitu
tahap analysis (analisis), design
(perancangan), dan development
(pengembangan).
Pada tahap analysis (analisis),
dilakukan analisis kurikulum dan
analisis karakteristik siswa. Dari
hasil analisis kurikulum dan
analisis karakteristik siswa
diperoleh bahwa modul yang
dikembangkan cocok
menggunakan pendekatan PMRI.
Pada tahap desaign
(perancangan) dilakukan beberapa
kegiatan yaitu menyusun garis
besar isi modul, menyiapkan buku,
referensi, gambar, materi, soal-
soal, menentukan spesifikasi modul
untuk memudahkan peneliti dalam
mengembangkan modul, serta
menyusun instrumen penilaian
modul yang akan digunakan
sebagai alat ukur kualitas modul
yang dikembangkan. Instrument
penelitian meliputi angket
penilaian modul, tes hasil belajar,
dan angket respon siswa. Instumen
penilaian disusun dan direvisi
sesuai saran dosen hingga siap
digunakan.
Tahap selanjutnya adalah tahap
development (pengembangan).
Pada tahap ini, peneliti
mengembangkan modul
matematika dengan topik barisan
sesuai dengan desain awal yang
dirancang. Selama modul
dikembangkan, banyak saran dan
masukan yang diberikan oleh
dosen pembimbing. Setelah selesai,
modul dinilai oleh ahli konten dan
ahli desain menggunakan angket
penilaian modul. Berdasarkan
penilaian, ahli konten dan ahli
desain menyatakan bahwa modul
layak untuk diujicobakan di
lapangan tanpa ada revisi.
Sehingga, dapat dinyatakan bahwa
modul pembelajaran matematika
pada topik barisan layak untuk
digunakan sebagai bahan belajar
untuk siswa. Selanjutnya, modul
diujicobakan pada pembelajaran
matematika di sekolah. Uji coba
dilakukan sebanyak 3 kali. Siswa
merasa senang dan bersemangat
dalam mengerjakan modul barisan
matematika. Pada uji coba yang
ketiga siswa mengerjakan tes hasil
belajar dan mengisi angket respon
siswa.
Dari hasil tes hasil belajar
diketahui rata-rata kelas adalah
97,5. Ketuntasan hasil belajar
siswa adalah 97.2% atau sebanyak
35 siswa yang tuntas dari 36 siswa
yang mengikuti post test dan
berdasarkan tabel kriteria
ketuntasan tes hasil belajar pada
tabel 3.3 termasuk dalam kategori
sangat baik. Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa modul
barisan matematika yang
dikembangkan efektif.
Hasil angket respon siswa
diperoleh rata-rata 88,3 yang
termasuk dalam kategori sangat
baik. Berdasarkan hasil angket
respon siswa, dapat disimpulkan
bahwa modul yang dikembangkan
praktis yaitu modul mudah
digunakan dalam kegiatan
pembelajaran disekolah.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Dewi Nasiroh, yang menyimpulkan
bahwa pembelajaran menggunakan
modul membuat siswa bisa belajar
kapan saja, dimana saja, dan
disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing sesuai dengan
karakteristik siswa. Modul yang
didesain dengan menggunakan
konteks nyata dapat membiasakan
siswa mempelajari hal-hal yang
ada dikehidupan nyata bukanlah
materi abstrak yang tidak berkaitan
namun sangat memiliki manfaat
bagi siswa.
Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Nur Hidayat,
menyatakan bahwa dengan adanya
pengembangan modul dapat
menambah ketersediaan sumber
belajar serta membantu para
pendidik dalam memberikan
pemahaman kepada peserta didik
mengenai materi yang akan
dipelajari. Dalam hal ini jelas
bahwa modul sebagai media
pembelajaran dapat membantu
siswa dalam mempelajari setiap
materi yang akan dipelajari. Modul
pembelajaran matematika berbasis
PMRI pada topik barisan ini,
dirancang untuk memudahkan
siswa dalam mempelajari topik
barisan yang berkaitan dengan
konteks nyata lingkungan siswa
sehingga siswa akan memaknai apa
yang dipelajarinya. Modul ini
dilengkapi dengan fitur-fitur yang
mendukung siswa aktif sehingga
kegiatan pembelajaran yang
tercipta merupakan kegiatan
pembelajaran yang difokuskan
pada kegiatan siswa belajar bukan
guru mengajar. Dengan demikian.
Modul yang telah dikembangkan
dapat digunakan sebagai alternatif
bahan ajar dan dapat di diseminasi
sesuai saran perbaikan dari
pengguna modul.
Kesimpulan
Pengembangan modul
pembelajaran matematika berbasis
pendekatan PMRI pada topik
barisan untuk siswa kelas XI SMA
menggunakan pengembangan
ADD yang terdiri dari tiga tahap
yaitu, (1) analysis (analisis), (2)
design (perancangan), dan (3)
development (pengembangan).
Kualitas modul pembelajaran
matematika berbasis pendekatan
PMRI pada topik barisan untuk
siswa kelas XI SMA yang telah
dikembangkan adalah sebagai
berikut.
Ditinjau dari aspek kelayakan,
yaitu penilaian dari ahli konten dan
ahli desain, modul yang
dikembangkan layak untuk
digunakan dan sudah sesuai dengan
standar buku teks pelajaran.
Ditinjau dari aspek keefektifan,
yaitu tes hasil belajar (post test)
diperoleh rata-rata kelas yaitu 97,5
dan ketuntasan tes hasil belajar
97,2% yang termasuk dalam
kategori sangat baik. Dapat
disimpulkan modul yang
dikembangkan telah efektif
digunakan dalam pembelajaran
matematika disekolah yaitu modul
yang dikembangkan memberikan
hasil yang baik.
Ditinjau dari aspek kepraktisan,
yaitu dari hasil angket respon siswa
diperoleh skor rata-rata 88,3 yang
termasuk dalam kategori sangat
baik. Dapat disimpulkan bahwa
modul yang dikembangkan praktis
yaitu modul mudah digunakan
dalam kegiatan pembelajaran
disekolah.
Ucapan Terima Kasih
1. Bapak Prof. Dr Syafsir Akhlus M.Sc. Sebagai rektor Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
2. Bapak Dr. H. abdul Malik, M.Pd. Sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
3. Bapak Febrian, S.Pd., M.Sc. sebagai Ketua Jurusan dan ibu Rezki Ramadhona,
S.Pd., M.Pd. sebagai Sekretaris Jurusan Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Si. dan Dra. Linda Rosmery Tambunan, S.Pd., M.Si.
selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
membimbing penulis.
5. Rezky Ramadhona, S/Pd., M.Pd dan Alona Dwinata, S.Pd., M.Sc.selaku penguji.
Terima kasih atas waktu, masukan dan arahannya.
6. Desi Rahmatina, S.Pd., M.Sc. sebagai penasehat akademik yang bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis.
7. Para dosen atas segala ilmu yang telah diberikan, staff akademik program studi
pendidikan matematika (Bang Rizki) yang banyak membantu penulis.
8. Dr. Darso S.Pd., M.Si. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Tanjungpinang yang
telah banyak membantu penulis selama penelitian.
9. A. Rahman S.Pd. I. selaku guru mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 4
Tanjungpinang yang telah banyak membantu penulis.
10. Seluruh majelis guru SMA Negeri 4 Tanjungpinang yang telah banyak membantu
penulis.
11. Siswa dan siswi kelas XI IPA 2 SMA Negeri 4 Tanjungpinang yang telah
membantu penulis selama penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Astika,F.F.(2014).skripsi pengembangan modul. Retrieved from
http://eprints.uny.ac.id/13264/1/SKRIPSI.pdf
Dhoruri, A. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik
(PMR). Makalah. Retrieved from
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Makalah%20PMRI%202010.pdf
Depdiknas. (2006). Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Menengah SMA-MA-SMK-MAK. Jakarta: Cipta Jaya.
Farida Nurul. (2015). analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika. file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/306-549-2-PB.pdf
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran dan Standar Sarana dan
Prasarana Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah SMA/ MA/ SMK/ MAK.
Jakarta: Depdiknas.
Hadi, S. (2017). Pendidikan Matematika Realistik (Teori, Pengembangan, dan
Implementasinya) (revisi). Jakarta: Rajawali Pers.
Hardiyanto Arif. (2016).analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal barisan dan deret
matematika.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/6944/8_82_Makalah%20Re
v%20Arif%20Hardiyanti.pdf;sequence=1
Krismanto Al. (2003). Beberapa Teknik, Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran
Matematia. Yogyakarta PPPG Matematika.
Setiawati, norma, zulkardi, & hiltrimartin, cecil. (2016). jurnal gantang. Retrieved
fromhttp://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/article/view/53/43
Sudarman Oki Hendra. (2015). skripsi eksperimen pembelajaran matematika pada bangun
ruang sisi lengkang dengan menggunakan pendekatan RME ditinjau dari motivasi
belajar siswa kelas IX. http://eprints.ums.ac.id/38896/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian & Pengembangan (Research and Development) (2nd
ed.). Bandung: Alfabeta.
top related