nurjannah ^umayyah^
Post on 24-Dec-2014
2.459 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangBani Umayyah adalah salah satu dari keluarga suku quraisy,
keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf. Pada umumnya
sejarawan memandang negatif terhadap Muawiyah pendiri dinasti,
disamping cara perolehan legalitas kekuasaannya identik dengan tipu
muslihat, kelicikan juga diperkuat dengan adanya kebijakan yang
mengejutkan, yang tidak pernah dilakukan sebelumnya yaitu
pemberlakuan sistem monarchihereditas (kerajaan turun temurun).
Namun demikian, kontribusi dinasti Umayyah pun tidak bisa
diabaikan, salah satunya adalah tentang expansi atau perluasan wilayah ini
yang bisa dikatakan berhasil meskipun ditengah-tengah kondisi politik
yang kurang mendukung. Hal inilah yang menyebabkan bahwa masa
khalifah Umayyah diidentikkan dengan masa perluasan wilayah.
Oleh karena itu, pada makalah ini kami akan membahas masalah
bagaimana sejarah berdirinya bani Umayyah, suksesi kepemimpinan masa
Umayya, biografi khlaifa-khalifah pada pemerintahan bani Umayyah,
kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsihnya terhadap islam, serta
sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah.
B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah munculnya daulah Umayyah?
2. Bagaimana suksesi kepemimpinan masa Umayyah?Bagaimana
biografi para khalifah daulah Umayyah?
3. Bagaimana kemajuan daulah bani Umayyah dan sumbangsinya
terhadap islam?
4. Apakah sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah?
C. TujuanTujuan penulisan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah muncunya daulah Umayyah.
2. Untuk mengetahui suksesi kepemimpinan masa Umayyah.
3. Untuk megetahui biiografi para khalifah daulah Umayyah.
4. Untuk megetahui kemajuan daulah bani Umayyah dan
sumbangsinya terhadap islam.
5. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran daulah Umayyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Daulah Umayyah
Hampir semua sejarawan membagi dinasti Umayyah menjadi dua,
yaitu yang pertama dinasti Umayyah yang dirintis dan didirikan oleh
Muawiyyah bin Abi Sufyan yang berpusat di Damaskus (Siria). Fase ini
berlangsung sekitar satu abad dan mengubah sistem pemerintahan dari sistem
khalifah pada sistem Mamlakat (kerajaan atau monarki). Dan kedua, Dinasti
Umayyah di Andalusia (Siberia) yang pada awalnya merupakan wilayah
taklukan Umayyah di Andalusia pimpinan seorang gubernur pada zaman
Walid bin Abdul Malik.1
Nama “Daulah Umayyah” berasal dari nama “Umayyah ibnu ‘Abdi
Syam ibnu’Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin-pemimpin
kabilah Quraisy di zaman Jahiliyah. Umayyah ini senantiasa bersaing dengan
pamannya, Hasyim ibnu Abdi manaf, untuk merebut pimpinan dan
kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang memiliki cukup
unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa di zaman jahiliyah itu, karena ia
berasal dari keluarga bangsawan, serta mempunyai cukup kekayaan dan
sepuluh orang putra-putra yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang
yang memiliki ketiga macam unsur-unsur ini di zaman jahiliyah, berarti telah
mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan .
Sesudah datang agama Islam berubahlah hubungan antara bani
Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka Bani Hasyim, oleh karena
persaingan-persaingan untuk merebut kehormatan dan kekuasaan tadi
berubah sifatnya menjadi permusuhan yang lebih nyata. Bani Umayyah
dengan tegas menentang Rasulullah dan usaha-usaha beliau untuk
mengembangkan agama islam. Sebaliknya bani Hasyim menjadi penyokong
1Dedi Supriyadi,Sejarah Peradaban Islam,Bandung,Pustaka Setia,2008,hlm 103.
dan pelindung Rasulullah, baik mereka yang telah masuk islam ataupun yang
belum.
Bani Umayyah barulah masuk agama islam setelah mereka tidak
mnemukan jalan lain, selain memasukinya, yaitu ketika Nabi Muhammad
bersama beribu-ribu pengikutnya yang benar-benar percaya kepada kerasulan
dan pimpinannya, menyerbu masuk ke kota Makkah.
Bani Umayyah adalah orang-orang yang terakhir masuk
agama islam, dan juga merupakan musuh-musuh yang paling keras terhadap
agam ini pada masa-masa sebelum mereka memasukinya. Tetapi setelah
masuk islam mereka-mereka dengan segera dapat memperlihatkan semangat
kepahlawanan yang jarang tandingannya.
Bani Ummaiyyah pada hakekatnya dari semulah terlah
mengiginkan jabatan kekhalifahan, tetapi mereka belum mempunyai harapan
untuk mencapai cita-cita itu pada masa Abu Bakar dan Umar. Dan setelah
Umar kena tikam, dan ia menyerahkan permusyawaratan untuk memilih
Khalifah yang baru kepada enam orang sahabat, diantaranya Utsman, diwaktu
itulah baru muncul harapan besar bagi Bani Umaiyyah, dan mereka lalu
meyokong pencalonan Utsaman secarah terang-terangan, dan akhirnya
Utsman terpilih. Semenjak itu mulailah Bani Umaiyaah meletakkan dasar-
dasar untuk menegakkan “khalifah Umaiyyah”, sehingga dikatakn bahwa:
Khalifah Umaiyyah itu pada hakekatnya telah mulai berdiri sejak
pengangkatan Ustman menjadi khalifah. Dan ketika khalifah Utsman
terbunuh, Muawiyah masih tetap memegang kekuasaan disana. Hal ini
memungkinkan baginya untuk dapat berjuang terus melawan Ali, sampai
akhirnya Ali dapat dikalahkannya. Dan dengan demikian berpindahlah
jabatan khalifah secara resmi kepada Muawiyyah.2
B. Suksesi Kepemimpinan Masa Umawiyyah
2
Dinasti Umayyah membangun peradaban di luar jazirah Arab
yang dimulai dari adanya upaya 3 pembunuhan yaitu di Kufa oleh Abd
rahman bin Muljam untuk membunuh Ali, Yerussalem Ibn Abdillah al-
Tamimi untuk membunuh Amr bin Ash. Penguasa Umayyah yang
berjumlah 14 orang melaksanakan sistem pemerintahan Persia dan Roma,
Byzantium. Di masa Umayyah, suasana kesukaan pra islam muncul
kembali. Hal ini terlihat jelas di awal pemerintahan dinasti Umayyah
dimana kekhalifahan Mu’awiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi,
dan tipu daya, tidak dengan pemilihan suara terbanyak. Menjalankan
politik Arabisasi yaitu mengutamakan unsur Arab dalam pembinaan
kebudayaan.
Dinamika politik Masa Umayyah
Pemerintahan Bani Umayyah selalu dipenuhi dengan intrik-intrik
politik, sejak awal berkuasa sampai masa berakhirnya kekuasaan
Bani Umayyah.
No. Masa Intrik politik
1. Masa
Muawiyah
1. Peristiwa Tahkim yang menghasilkan
3 golongan, yaitu:
a) Sunni
b) Syiah
c) Khawarij/kharijiah
2. Terjadinya Amul Jamah, antara Hasan
bin Ali ke Muawiyah para
pendukungnya (masyarakat Arabiyah,
Irak, dan Iran) banyak mengecam
tindakannya.
3. Mengenalkan tradisi baru, pergantian
khalifah ke anaknya. Meskipun ini
ditentang oleh sejumlah para sahabat
seperti Husain bin Ali, Abdullah bin
Zubair, Abdullah bin Abbas, Abdullah
bin Umar, Abdurrahman bin Abu
Bakar.
4. Adanya tantangan dari khawarij.
2. Masa Yazid 1. Peristiwa Karbala
2. Terjadinya peristiwa Harrah
3. Peristiwa pelemparan Ka’bah dengan
Manjaniq.
3. Muawiyah II 1. Munculnya fanatisme kesukuan antara
bangsa Arab Utara (Kabilah Qais)
yang mendukung pemerintahan Zubair
dan bangsa Arab Selatan (Kabilah
Qalb) yang mendukung
kepemimpinan Bani Umayyah.
4. Marwan 1. Awal pemerintahannya terjadi
perpecahan di Arab Selatan.
2. Terdapat kelompok yang menentang
Marwan, dan wilayah yang
melepaskan diri.
5. Abdul Malik
bin Walid
1. Menundukkan Abdullah ibn Zubair
yang telah memproklamirkan diri
sebagai khalifah.
2. Menumpas pemberontakan kaum
Syiah dan khawarij.
6. Sulaiman Lebih banyak terjadi konflik internal,
dimana Sulaiman menyibukkan diri untuk
membalas dendam terhadap pihak yang
dianggap menentangnya.
7. Yazid II Terjadi pemberontakan yang dipimpin
oleh Yazid ibn Muhallab yang dituduh
menggelapkan harta rampasan.
8. Hisyam 1. Terjadi pemberontakan yang
dipimpin oleh Zaid bin Ali Zainal
Abidin.
2. Timbulnya fanatisme kesukuan di
Khurasan.
3. Adanya serangan orang Berber.
4. Adanya serangan suku bangsa
Khazar.
9. Walid II 1. Memicu kemarahan rakyat karena
bermoral rendah, terbukti
menggauli ibu tirinya.
10. Yazid III 1. Pemberontakan penduduk Hims
untuk membalas kematian al-Walid
II
Dari tabel diatas dapatlah dipahami tentang dinamika perpolitikan
Bani Umayyah selalu diwarnai tarik ulur kekuasaan. Akibatnya, sangat
mudah terjadi pemberontakan baik itu atas nama golongan keagamaan
(seperti yang dilakukan oleh khawarij dan Syiah) atau atas nama pribadi
seperti perebutan hak sebagai khalifah. Bila ditelusuri intrik politik diatas
setidaknya disebabkan 2 hal yaitu:
1. Ketidakrelaan atau ketidaklegawaan dalam menerima
segala bentuk konsekuensi politik yang ada.
2. Pelecehan atau penghinaan terhadap golongan keagamaan,
status sosial.
Bila kedua hal tidak dilakukan maka perpolitikan masa Bani Umayyah
dapat dikatakan stabil.3
Penaklukan di Masa Pemerintahan Muawiyah
3Abu Bakar,Istianah,Sejarah Peradaban Islam,Malang,UIN-Malang Press,2008,Hal.55-58.
Penaklukan di masa pemerintahannya demikian luas dan meliputi dua front
utama yaitu:
a. Wilayah Barat
Wilayah Romawi (Turki). Ketika itu selalu dilakukan pengintaian dan
ekspedisi kesana. Maksud dan tujuannya adalah menaklukkan Konstantinopel.
Kota itu dikepung pada tahun 50 H/670 M kemudian pada tahun 53-61 H/672-
680 M, namun tidak berhasil ditaklukkan.
Muawiyah membentuk pasukan laut yang besar yang siaga di Laut
Tengah dengan kekuatan 1.700 kapal. Dengan kekuatan itu dia berhasil memetik
berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada
tahun 49 H/669 M, kepulauan Rhodesia pada tahun 53 H/673 M, kepulauan
Kreta pada tahun 55 H/624 M, kepulauan Ijih dekat Konstantinopel pada tahun
57 H/680 M.
Di Afrika, Benzarat berhasil ditaklukkan pada tahun 41 H/661 M,
Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin
Nafi’ berhasil menaklukkan pada tahun yang sama. Uqbah bin Nafi’ berhasil
menaklukkan Sirt dan Mogadishu, Tharablis, dan menaklukkan Wadan kembali.
Kota Qayrawan dibangun pada tahun 50 H/670 M. Kur sebuah wilayah di Sudan
berhasil ditaklukkan. Akhirnya, penaklukkan ini sampai ke wilayah Maghrib
Tengah (Aljazair). Uqbah bin Nafi adalah komandan yang paling terkenal di
kawasan ini.
b. Kawasan Timur
Kawasan Timur (Negeri Asia Tengah dan Sindh). Negeri-negeri
Asia Tengah meliputi kawasan yang berada diantara sungai Sayhun dan Jayhun.
Diantara kerajaan yang paling penting adalah Thakharistan dengan ibukotanya
Balkh, Shafaniyan dengan ibukota Syawman, Shaghad dengan ibukota
Samarkand dan Bukhari, Farghanah dengan ibukota Jahandah, Khawarizm
dengan ibukota Jurjaniyah, Asyrusanah dengan ibukota Banjakat, Syasy dengan
ibukota Bankats.
Mayoritas penduduk di kawasan itu adalah kaum paganis. Pasukan Islam
menyerang wilayah Asia Tengah pada tahun 41 h/661 M. Pada tahun 43 H/663
M mereka mampu menaklukkan Sajistan dan menaklukkan sebagian wilayah
Thakharistan pada tahun 45 H/665 M. Mereka sampai ke wilayah Quhistan.
Pada tahun 44 H/664 M Abdullah bin Ziyad tiba di pegunungan Bukhari.
Pada tahun 44H/664 M kaum muslimin menyerang wilayah Sindh dan
India. Penduduk di tempat itu selalu melakukan pemberontakan sehingga
membuat kawasan itu tdak selamanya stabil kecuali di masa pemerintahan Walid
bin Abdul Malik.4
C. Biografi Para Khalifah Daulah Umawiyyah
Dinasti Umawiyyah berkuasa hampir satu abad, selama 90 tahun
mempunyai 14 khalifah. Adapun urutan khalifah Umawiyyah adalah sebagai
berikut:
1. Muawiyyah bin Abi Sufyan (41-60)H
Muawiyyah bin Abi Sufyan dilahirkan kira-kira 15 tahun sebelum
Hijrah, dan masuk islam pada hari penaklukan kota Makkah bersama-sama
penduduk kota Makkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun.
Muawiyyah lalu diangkat menjadi anggota dari sidang penulisan wahyu .
Muawiyyah banyak meriwayatkan hadis, baik yang langsung dari
Rasulullah, ataupun dari para sahabat yang terkemuka, dan dari Abdullah
ibnu Abbas, Sa’id ibnu Musaiyab, dan lain-lainnya.
Muawiyyah adalah seorang pemimpin yang berpribadi kuat dan
amat jujur, serta ahli dalam lapangan politik. Inilah yang menyebabkan
khalifah Umar suka kepadanya. Dan selanjutnya dimasa khalifah Utsman
semua daerah Syam itu diserahkan kepada Muawiyyah. Dengan demikian,
Muawiyyah telah telah berhasil memegang jabatan Gubernur selama 20
tahun. Dan sesudah itu ia menjadi khalifah selama 20 tahun pula.
Pembantu-pembantu utama Muawiyyah ialah Al-Mughirah ibnu
Syu’bah, Ziyah ibnu Abihi, dan ‘Ubaidillah ibnu Ziyad.
4Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam,Jakarta,Akbar Media Eka Sarana,2003,Hal.188-189.
Adapun Al-Mughirah ibnu Syu’bah itu, ia perna menjadi gubernur
Muawiyyah di Kufah. Adapun Ziyad ibnu Abihi, ia perna diangkat oleh
khalifah Ali menjadi gubernur di Persia. Dany Ziyad rela membai’ah
Muawiyyah, setelah Muawiyyah mengirimkan surat jaminan keamanan
bagi dirinya. Nasib Ziyab kepada Abu Sufyan ini barulah diakui pada
masa pemerintahan khalifah Muawiyyah, tahun 44 H, dimana Muawiyyah
mengakui bahwa Ziyad adalah saudaranya sebapak, justru karena ia ingin
mengambil keuntungan dari kecakapan dan kepahlawanan Ziyad. Dan
mulai semenjak itu, kepada Ziyad diberikan sebutan “Ziyad ibnu Abi
Sufyan” dan mengangkatnya menjadi gubernur untuk Bashrah, khurasan,
dan sijistan.
Masa pemerintahan Muawiyyah adalah yang paling cemerlang
diantara masa-masa khalifah islamiyah seluruhnya, dimana keamanan
dalam negara begitu baiknya, dan segala anasir-anasir yang bersikap
permusuhan terhadap Muawiyyah telah dapat dibasmi. Masa
pemerintahannya adalah masa kemakmuran dan kekayaan yang berlimpah-
limpah.
2. Yasid bin Muawiyyah (60-64)H
Namanya, “Yasid ibnu Muawiyyah”, ibunya “Maisun al
Kalbiyah”, yaitu seorang wanita padang pasir yang dikawini Muawiyyah
sebelum ia menjadi khalifah. Pikiran tentang pengangkatan Yasid menjadi
putra mahkota mulai timbul pada tahun 49 H. Sebagai gagasan dari Al-
Mughirah ibnu Syu’bah.
Muawiyyah membai’ah Yizid di masjid dimana rakyat telah
berkumpul. Sesudah Muawiyyah meninggal dunia, pembai’ahan Yazid itu
diulang lagi.
Masa pemerintahan Yazid hanya berlangsung 3 tahun saja. Ia mati
dalam usia muda. Ia tidak sempat merasakan kenikmatan sebagai khalifah
barang seharipun. Begitu ia naik tahta dihadapannya telah berkecamuk
bermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit-prnyakit berat bagi
negaranya.
Akhirnya Yazid meninggal dunia, dengan meninggalkan beban
pusaka yang berat. Dan putranya pun tak berdaya pula untuk memikulnya.
Maka Marwan ibnul Hakamlah yang memikulnya selama satu tahun,
kemudian beralih kepundak Abdul Malik ibnu Marwan.
3. Muawiyyah II bin Yazid (64 H)
Muawiyyah II hanyalah seorang pemuda yang lemah. Masa
jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian ia mengundurkan diri
karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya di rumah, sampai ia
meninggal tiga bulan kemudian.
4. Marwan bin al-Hakam (64-65)H
Setelah perang jamal selesai, Marwan lalu mengundurkan diri dari
gelanggang politik. Ia memberikan bai’ah dan sumpah setianya atas
pengangkatan Ali menjadi khalifah, kemudian ia menetap di Madinah.
Setelah muawiyyah menjadi khalifah, ia mengangkat Marwan sebagai
pengakuan atas segala bantuan yang telah diberikan Marwan kepadanya,
ketika Marwan memegang jabatan sebagai pemegang stempel Utsman.
Dan juga karena muawiyyah percaya bahwa Marwan telah melakukan
suatu perang penting dalam peristiwa perang jamal, yaitu melemahkan Ali
dan juga telah menewaskan Thalhah dengan panahnya.
Muawiyyah mengangkat Marwan menjadi gubernur di Madinah.
Dimasa pemerintahan Yazid, Marawan juga menjadi pembantunya yang
terdekat, serta menjadi salah seorang penasehatnya di Damaskus.
Marwan meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia
membujuk lebih dahulu dua orang putranya untuk menggantikannya
berturut-turut yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz.
Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikir tajam, fasih
berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Qur’an, da banyak
meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah yang terkemuka,
terutama dari Umar bin Khathab dan Utsman bin Affan. Ia juga telah
berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan.
Orang orang penting yang telah menjadi tangan kanannya antara
lain ialah: Ubaidullah bin Ziyad, Abdul Malik bin Marwan dan Abdul
Aziz bin Marwan.
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86)H
Abdul Malik dipandang sebagai pendiri yang kedua bagi Daulah
Umawiyyah. Katika ia diangkat menjadi khalifah, alam islam sedang
berada dalam keadaan terpecah belah. Ibnu Zubair di Hijaz telah
memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Kaum Syi’ah mengadakan
pembarontakan dirinya. Dan kaum Khawarijmembangkng pula.
Abdul Malik telah berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat
kepada kekuasaannya. Begitu pula ia telah dapat menumpas segala
pembengkangan dan pemberontakan. Sebab itu ia berhak disebut sebagai
“Pendiri yang kudua” bagi Daulah Umawiyyah.
Abdul Malik memperoleh pendidikan tinggi, dan ia dipandang
sebagai salah seorang dari hli-ahli fiqih yang kenamaan di Madinah,
setaraf dengan Sa’ad ibnul Musaiyab dan Urwan ibnu Zubair.
Ayahnya telah mengangkatnya sebagai putra mahkota tak lama
sesudah terjadinya mu’tamar Al Jabiyah. Disamping itu pribadi Abdul
Malik sendiri memang melebihi hampir semua orang-orang terkemuka
dimasa itu. Tak seorangpun yang menantang pengangkatan Abdul Malik
itu, kecuali Amrun bin Sa’ad. Dan sebagai resiko dari tantangannya itu ia
telah kehilangan kepalanya.
6. Walid bin Abdul Malik (89-96)H
Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Ia mempelajari kebudayaan
islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga
ia berbicara kurang fasih. karena yang dapat memimpin bangsa Arab
hanyalah orang yang baik bahasanya maka ia mengumpulkan ulama-ulama
nahwu, lalu ia belajar kepada mereka dengan rajinnya.
Khalifah Marwan bin Hakam dulunya telah mengangkat dua orang
putranya sebagai putra mahkota yang akan menggantinya menjadi khalifah
berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan dan Abdul Aziz. Tetapi Abdul Aziz
telah meninggal sebelum wafat Abdul Malik. Maka Abdul Malik lalu
menunjuk pula dua orang putranya yaitu Al Walid kemudian Sulaiman. Ini
terjadi pada tahun 85 H. Ia mengirimkan surat ke daerah-daerah,
menerangkan hal ini. Maka rakyat tidak keberatan untuk memberikan
bai’ah dan sumpah setia. Yang enggan hanyalah Said bin Musaiyab di
Madinah. Dan sesudah wafat Abdul Malik, rakyat mengulangi sekali lagi
bai’ah sumpah setia mereka kepada Al Wahid
Al Walid adalah orang yang terbaik untuk menerima kerajaan dan
orang yang terbesat untuk memelihara warisan itu. Selain dari itu dapat
pula dikatakan bahwa Abdul Malik adalah seorang yang justru muncul
pada suatu masa yang sangat memerlukan perjuangannya. Sedang Al
Wahid adalah seorang yang suka damai dan menginginkan perbaikan-
perbaikan, justru ia muncul di zaman damai, maka diadakannyalah
perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Masa pemerintahan Al Walid pada umumnya dapat disebut masa
kemakmuran, keamanan dan ketentraman. Dengan adanya kekayaan dan
kesatuan yang bulat, terutama karena keteguhan iman Al Walid, maka
agama islam dapat ditambah luas sampai meliputi Andalusia di Barat dan
Sind di Timur, dan daerah-daerah lainnya.
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99)H
Sulaiman bin Abdul Malik dilahirkan pada tahun 54 H. Ia dilantik
menjadi khalifah setelah saudaranya Al Walid meninggal dunia. Sebelum
wafatnya, Al Walid perna bermaksud untuk memecat Sulaiman dari
kedudukannya sebagai putra mahkota, karena ia ingin mengangkat
putranya sendiri yang bernama Abdul Aziz.
Usaha Al Walid untuk menggeser putra mahkota itu telah
merupakan suatu peristiwa yang berakibat jelek, sehingga permulaan masa
pemerintahan sulaiman diliputi suasana kebencian, dan menyebebkan
periode pertama dari pemerintahannya itu penuh rasa dendam kesumat
terhadapnya, terutama dari para panglima terkemukayang nama mereka
terkenal di daerah-daerah.
Sulaiman amat senang kepada istana padang pasirnya di Ramlah,
dan ia menghabiskan lebih banyak waktunya disana. Sulaiman terkenal
dengan keremajaan yang segar dan keindahan jasmani yang istimewa. Ia
sendiri merasa kagum pada dirinya sendiri bila ia berkaca, dan sering
terhambur dari mulutnya “Sungguh, aku ini adalah Raja Remaja!”.
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101) H
Umar bin Abdul Aziz dilahirkan di kota Hulwan, tidak jauh dari
Kairo. Ketika itu ayahnya yang jadi gubernur di Mesir. Tetapi Ibnu Abdul
Hakam meriwayatkan bahwa Umar dilahirkan di Madinah. Silsilah
keturunannya dari pihak ibunya, bersambung dengan khalifah yang kedua
Umar bin Khathtab
Setelah ia meningkat usia remaja, ia kawin dengan Fathimah, putri
Abdul Malik, pamanya sendiri. Umar turunana Bani Umawiyyah, ayahnya
Abdul Aziz bin Marwan, pamannya khalifah agung Abdul Malik bin
Marwan, sedan istrinya Fatimah binti Abdul Malik, saudara dari Al Walid.
Harta kekayaannya berlimpah-limpah sehingga ia memiliki tanah-tanah
perkebunan di Hejaz, Syam, Mesir, Yaman dan Bahrain. Dari sana ia
peroleh penghasilan yang besar sebanyak 40.000 dinar setiap tahun.
Sebelum menjadi khalifah, Umar telah mengenal minyak wangi
dan pakaian sutera, sebagaimana ia mengenal nyanyian-nyanyian. Ia
senang mendengar mendengarkan nyanyian-nyanyian dan bertepuk tangan
untuk para penyanyi, bahka ia sendiri turut bernyanyi dan mengubah not-
not lagunya.
Masa pemerintahan Umar ini terkenal dengan perbaikan-perbaikan
yang banyak dilaksanakannya yang menunjukkan atas kematangan
pikirannya serta pengertiannya yang sempurna, menyusun rencana Da’wah
islamiyah (penyebaran islam), membuat aturan-aturan mengenai
pertahanan.
Salah satu perbaikan yang dilakukan Umar ialah perbaikan tanah-
tanah pertanian, penggalian sumur-sumur dan pembangunan jalan-jalan
dan menyediakan tempat-tempat penginapan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan, memperbanyak mesjid-mesjid, serta meliputi dinas pos.
Umar meninggal dunia tatkla badannya menjadi kurus, karena
terlalu banyak mencurahkan tenaganya, dan terlalu mengekang nafsunya
sampai hidupnya menderita.
9. Yazid II bin Abdul Malik (101-105) H
Yazid adalah orang yang sangat bejat moralnya, jatuh cinta kepada
dua orang hamba sahaya, barnama Salamah dan Hababah. Ia
menghabiskan waktunya dengan kedua wanita itu. Dan tatkala Hababah
jatuh sakit Yazid sangat terharu, dan tampak padanya rasa putus asa yang
mendalam. Dan setelah Hababah meninggal dunia Yazid kehilangan
kendali akalnya, dan ia menjadi bodoh.
Muslamah, saudara Yazid menasehatinya supaya jangan muncul
dihadapan umum, karena kuatir kalau-kalau mereka mengetahui
kebodohan dan kegoncangan batin yang sedang menimpanya. Sebab itu
Yazid selalu menjauhkan diri dari khalayak ramai sesudah meninggalnya
Hababah ini. Demikianlah keadaannya, sehingga ia meninggal pula tujuh
hari setelah meninggalnya Hababah. Tinggallah kini hamba sahaya yang
kedua mendendangkan selalu ucapan penyair, dalam tangisnya meratapi
tuannya dan kejayaan masa lalunya yang telah lenyap.
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125) H
Pada mulanya Yazid bermaksud untuk menunjuk puteranya Al
Walid sebagai putera mahkota, yang akan menjadi khalifah sesudahnya.
Tetapi penasehat-penasehatnya menasehatkan kepadanya bahwa Al Walid
masih terlalu muda usianya, dan belum sanggup memikul tugas negara
yang berat itu. Berdasarkan nasehat itu Yazid akhirnya menunjuk
saudaranya, yaitu Hisyam, sebagai putra mahkota, dengan ketentuan
bahwa Al Wahidlah kelak yang jadi khalifah sesudah Hisyam. Sesuai
dengan ketentuan ini maka diangkatlah Hasyim sebagai khalifah
menggantikan Yazid. Dalam sebagian besar waktunya ia bertempat tinggal
di kota Ar Rushafah, yang terletak di pinggir sungai Furat.
Masa pemerintahan Hisyam adalah cukup lama, yaitu kira-kira dua
puluh tahun. Hisyam termasuk khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal
sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya, serta sangat taqwa.
Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan
perhitungan keuangan negara dengan amat teliti.
Di masa pemerintahan khalifah Hisyam Daulah Umawiyyah telah
menjurus ke jurang kelemahannya, karena timbulnya faham kesukuan
antara bangsa Arab Selatan, lebih-lebih di Khurasan. Hal ini telah
membantu golongan Syi’ah untuk mendapatkan kemenangan-kemenangan
baru di daerah itu.
11. Walid bin Yazid (125-126) H
Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat
menjadi khalifah, Al Walid berusia sebelas tahun. Dan ketika ayahnya
menderita sakit yang terakhir, Al Walid sudah berumur limabelas tahun.
Al Walid moralnya tidak begitu tinggi, ia mempunyai sifat tergila-
gila, yaitu sifat yang diwarisnya dari ayahnya. Sebab itu banyak orang
yang marah kepadanya. Hal ini memaksanya untuk menetap di luar kota
Damaskus. Ia selalu bertempat tinggal di daerah pedalaman, disuatu
perkebunan yang terletak di daerah Yordania. Kebetulan pula yang jadi
pengasuhnya adalah Abdus Shamad bin Abdul A’la yang juga mempunyai
akhlak yang tercela. Hal itulah yang mendorong pemuda itu untuk
menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan
hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya
perempuan, bergemilang dosa dan maksiat.
Al Walid adalah seorang penyair yang istimewa. Bakat seninya itu
disalurkannya kepada pembicaraan tentang khamar dan wanita. Dan
setelah ia jadi khalifah, bakatnya itu diarahkannya kepada syair-syair yang
berisi caci makian terhadap Hisyam.
12. Yasid bin Walid (126) H
Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai khalifah, yang
telah dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-
terangan. Masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan.
Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan khalifah dalam
masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya Ibrahim
untuk menjadi khalifah sesudahnya.
13. Ibrahim bin Walid (126) H
Kalau dulunya Yazid bin Walid tidak mendapatkan keadaan yang
stabil, begitu pulalah kini saudaranya, Ibrahim. Kedudukannya sebagai
khafilah tidak disepakati kaum muslimin. Ia tidak mendapatkan bai’ah dari
segenap lapisan rakyat. Sebab itu sebagian rakyat memanggilnya
“khalifah”, dan yang lain memanggilnya “Amir”. Yang terpenting diantara
pemberontakan yang telah berkobar terhadapnya ialah pemberontakan
Marwan bin Muhammad, gubernur di Al Jazirah dan Armenia.
14. Marwan bin Muhammad (127-132) H
Marwan barulah mendapatkan stabilitas pada tahun 127 H, setelah
melalui masa beberapa bulan yang penuh dengan perjuangan sengit. Hal
itu disebabkan karena Marwan menduduki kursi khalifah bukanlah
berdasarkan bai’ah yang diberikan oleh rakyat kepadanya sebelum itu, tapi
hanyalah semata-mata dengan ketajaman mata pedangnya. Sebab itu ia
barulah mendapatkan bai’ah yang sempurna setelah melalui suatu masa
yang penuh dengan perjuangan.
Dalam pada itu setelah ia mendapat bai’ah, pemberontakan-
pemberontakan terhadapnya terus saja berkobar yang dicetuskan oleh
golongan Khawarij dan oleh rakyat di Hejaz. Sedang golongan sya’ih juga
memperhebat perjuangan mereka di daerah Khurasa.
Marwan adalah orang besar, berani dan memiliki kebijaksanaan
serta kelicinan dan mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang
pertempuran.
Marwan tewas terbunuh di Mesir disuatu disuatu desa yang disebut
Bushair, di daerah Sha’id, pada tahun 132 H. Setelah melalui kehidupan
yang penuh dengan perjuangan dan ketabahan hati. Dengan wafatnya
Marwan berakhirlah sudah riwayat Daulah Umawiyyah.5
D. Kemajuan Daulah Bani Umayyah dan Sumbangsihnya Terhadap Islam
Meskipun masa kepemimpinan Bani Umayyah sarat dengan intrik
politik internal maupun eksternal yang kemudian menghasilkan perluasan
wilayah Islam, mereka tidak melupakan aspek perkembangan intelektual
mengingat masa Umayyah merupakan benih bagi munculnya the Golden Age
di masa Abbasiyah nanti. Perhatian terhadap dinamika intelektual ini dapat
dipahami dari tabel berikut:
No. Nama Khalifah Peran atau Sumbangsihnya terhadap
Islam
1. Muawiyah bin Abi
Sufyan (41-60 )H
1. Pendiri Dinasti dan terkenal sebagai
sang inovator
2. Menaklukkan Tunisia, khurasan,
sungai Oxus, Afghanistan, Kabul.
3. Memperkuat angkatan bersenjata..
4. Mencetak mata uang.
5. Membentuk Dewan al-Khatim.
6. Menulis wahyu Rasulullah dan
meriwayatkan sedikitnya 163 hadits.
2. Yasid bin Muawiyah
(60-64)H
Meninggal pada usia muda dan tidak sempat
merasakan kenikmatan sebagai khalifah
barang seharipun. Jadi tidak ada peran
ataupun sumbangsihnya terhadap islam, pada
saat kepemimpinannya.
3. Muawiyah II bin
Yazid (64 H)
Hanya merupakan pemuda yang lemah,
jabatannya tidak lebih dari 40 hari, kemudian
mengundurkan diri karena sakit, akhirnya ia
mengurung dirinya dirumah sampai ia
5Prof. Dr. A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam jilid-2, Jakarta, PT. Al Husna Zikra, 1993, hlm 30-139
meninggal. Dan tidak ada satu pun
sumbangsih ataupun perannya terhadap
islam, di masa kepemimpinannya.
4. Marwan bin al-
Hakam (64-65)H
1. Ahli dalam pembacaan Al-Qur’an.
2. Meriwayatkan banyak hadits dari para
sahabat Rasulullah, terutama dari
Umar bin Khattab dan Utsman bin
Affan.
3. Menertibkan alat-alat takaran dan
timbangan.
5. Abdul Malik bin
Marwan (65-86)H
1. Pendiri kedua Bani Umayyah karena
mampu menyatukan kembali wilayah
Bani Umayyah setelah terjadinya
banyak pemberontakan dan
pembangkangan.
2. Menguasai Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana, Samarkand,
dan India dengan menguasai
Balukhistan, Sind, Punjab, dan
Maltan.
3. Mencetak mata uang sendiri sebagai
mata uang persia dan Byzantium
tahun 659 M.
4. Menertibkan admisnistrasi dan
menjadikan bahasa Arab sebagai
bahasa resmi administrasi
pemerintahan Islam.
5. Menyempurnakan tulisan Mushaf al-
Qur’an dengan membubuhkan tanda
titik pada hurf tertentu.
6. Memperbaiki sistem irigasi dengan
mengalirkan air sungai Tigris dan
Eufrat sehingga kesuburan tanah
terjamin.
7. Membuat alat pengukur Sungai Nill.
8. Membangun jembatan.
9. Memperluas masjid Jami Amr bin As
10. Penggunaan angka Arab yang menjadi
solusi bagi perkiraan dagang, karena
angka Romawi saat itu dirasa sulit
kemudian dikenal dengan Arabic
Number.
6. Walid bin Abdul
Malik (89-96)H
1. Menciptakan suasana tentram.
2. Telah memberikan sumbangan berupa
pemisahan antara ahli tentang
penyebab penyakit dengan ahli
tentang pengobatan.
3. Melanjutkan ekspansi sampai wilayah
Afrika Utara, dan Spanyol, Sind
(India).
4. Memperhatikan kesejahteraan rakyat
seperti membangun panti untuk orang
cacat, mengumpulkan anak yatim,
memberikan jaminan hidup,
menyediakan guru, mendirikan
bangunan khusus untuk orang kusta.
5. Membangun infrastruktur Negara
seperti jalan.
6. Membangun masjid Agung Damaskus
dan al-Aqsha yang masih ada hingga
sekarang.
7. Sulaiman bin Abdul Tidak ada sumbangsihnya ataupun perannya
Malik (96-99) H dalam islam.
8. Umar bin Abdul
Aziz (99-101) H
1. Menstabilkan perpolitikan dalam
negeri berupa keberhasilan
menghentikan aksi pemberontakan
yang dilakukan kaum Syiah dan
Khawarij dan menghentikan celaan
terhadap Ali.
2. Telah memindahkan sekolah
kedokteran dari Iskandariah ke
Antiokhia.
3. Menyamakan kedudukan muslim
tanpa memandang status.
4. Mengambil kebijakan fiskal berupa
keringanan pajak sehingga banyak
non muslim yang memeluk Islam.
5. Melakukan perbaikan dan
pembangunan saran pelayanan umum
seperti perbaikan lahan pertanian,
penggalian sumur baru, pembangunan
jalan, penyediaan tempat penginapan,
memperbanyak masjid dan lainnya.
6. Menghapus berbagai formalitas
protokoler bagi yang menghadap
khalifah dan menyatakan dirinya sama
kedudukannya dengan rakyat biasa.
9. Yazid II bin Abdul
Malik (101-105)H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
10. Hisyam bin Abdul
Malik (105-125) H
1. Terkenal sebagai khalifah yang
cermat dan teliti
2. Terkenal dengan negarawan yang
cakap dan ahli strategi militer ynag
handal
3. Memperbaiki administrasi keuangan
negara sehingga pemasukan dan
pengeluaran berjalan dengan teratur
tanpa terjadi penggelapan atas uang
baitul mal.
11. Walid bin Yazid
(125-126) H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
12. Yasid bin Walid
(126) H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
13. Ibrahim bin walid
(126) H
Tidak ada sumbangsih dan perannya pada
masa pemerintahannya.
14. Marwan bin
Muhammad (127-
132) H
1. Berpengalaman luas dalam bidang
pertempuran.
E. Sebab-Sebab Kemunduran Daulah Umawiyyah
Kemunduran Bani Umawiyyah dapat diketahui secara jelas dari dinamika
politiknya. Faktor mendasar yang menyebabkan kemunduran Bani Umawiyyah
menurut Muhammad Nasir adalah rapuhnya ikatan kekeluargaan Bani
Umawiyyah, secara detail faktor-faktor kemunduran Bani Umawiyyah adalah
sebagai berikut:
1. Pengangkatan lebih dari 1 putra mahkota/pengaturan yang tidak jelas
dalam proses pergantian khalifah.
2. Timbulnya fanatisme kesukuan.
3. Kehidupan para khalifah yang melampaui batas.
4. Fanatisme kearaban Bani Umawiyyah.
5. Munculnya kekuatan baru baik dari golongan keagamaan (Syiah) dan
keturunan al-Abbas.6
Kekuasaan wilayah yang sangat luas dalam waktu yang singkat tidak
berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan kadang-kadang
suatu wilayah situasi keamanan dan kejadian-kejadian tidak segera diketahui oleh
pusat. Selanjutnya adalah mengenai lemahnya para khalifah. Diantara empat belas
khalifah dari dinasti Umaiyyah hanya beberapa khalifah yang cakap, kuat, dan
pandai mengendalikan negara, selain Muawiyyah, Abd al-Malik, al-Walid I,
Sulaiman, Umar II, dan Hisham kesemuanya adalah lemah dan memiliki banyak
kekurangan dan kelemahan dalam hal mengurusi dan memimpin negara yang
begitu luas. Sisanya lagi sangat lemah dan tidak mampu mengatur negara bahkan
mereka terkurung di istana dengan hidup bersama gundik-gundik, minum-
minuman keras, dan tenggelam dalam musik.
Islam yang dibawah oleh Nabi, sebagai perdamaian dunia, di kemudian
hari pada masa Umawiyyah, islam justru dijadikan sebagai agama untuk alat dan
simbol politik penguasa Umawiyyah tidak untuk perdamaian.7
BAB III
6Istianah Abu Bakar, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam, Malang, UIN-Malang Press, 2008, hlm 60-61.
7Ahmad Syafii Maarif dan M. Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam,Yogyakarta, Pustaka Book Publisher, 2007, hlm 139
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada hasil makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Nama “Daulah Umawiyyah” berasal dari nama “Umaiyyah
ibnu ‘Abdi Syam ibnu ‘Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari
pemimpin-pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah.
2. Dinasti Umaiyyah membangun peradaban di luar jazirah Arab
yang dimulai dari adanya upaya 3 pembunuhan yaitu di kufa
oleh Abd Rahman bin Muljam untuk membunuh Ali,
yerussalem ibnu Abdillah untuk Muawiyah dan fustat oleh
barak bin Abdillah al-Tamimi untuk membunuh Amr bin Ash.
Penguasa Umaiyyah yang berjumlah 14 orang melaksanakan
system pemerintahan persiah dan Romas,Byzantium.
3. Dinasti Umawiyyah berkuasa hampir satu abad, selama 90
tahun mempunyai 14 khalifah, yaitu Muawiyyah bin Abi
Sufyan, Yazid Bin Muawiyah, Muawiyah II bin Yazid,
Marwan bin al-Hakam, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin
Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul
Malik, Walid II bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik,
Walid II bin Yazied, Yazied III bin Walid, Ibrahim bin Walid,
dan Marwan II al-Ja’diy.
4. Kemajuan daulan Bani Umaiyyah, dapat dilihat dengan
berkembangnya ilmu intelektual, seperti dibidang kedokteran,
arsitek,keagamaan,sejarah,dan masih banyak bidang yang lain.
5. Kemunduran daulah Bani Umaiyyah disebabkan karena
dinamika politik, dan faktor utama kemunduranya yaitu
rapuhnya ikatan kekeluargaan Bani Umaiyyah.
top related