makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
Post on 02-Mar-2018
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
1/93
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
2/93
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
3/93
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, 30 November 2010
Dian Rawar Prasetyo, NIM : 106101003313
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las
Di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
xii+ 79 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 1 lampiran
Abstrak
Penurunan kapasitas vital paru dapat diakibatkan oleh pencemaran partikel debu, hal ini
dapat dialami oleh para pekerja bengkel las dengan pola restriksi, terutama pada bengkel las di
sektor informal yang masih belum memiliki pengendalian bahaya untuk menurunkan resikopenurunan KVP. Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja
bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi sebanyak
6 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2010 pada bengkel las yang ada di
Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel Penelitian sebanyak 37 orang dari total populasi
50 orang pekerja las. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan KVP adalah (Umur, masakerja, penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
dan riwayat penyakit). Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa
Spirometer, timbangan injak, microtoisedan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan
uji statistik dengan rumus chi square dan t independent.Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang mengalami restriksi KVP sebanyak 14
pekerja (37,8 %). Berdasarkan hasil analisis uji statistik diketahui bahwa penggunaan APD
memiliki Pvalue sebesar (0,001), kebiasaan merokok memiliki Pvalue sebesar (0.001), umurmemiliki Pvalue sebesar 0,001 dan masa kerja memiliki Pvalue sebesar (0,000) KVP.
Untuk menurunkan resiko restriksi KVP pada pekerja las, karena itu disarankan agar
penggunaan dan perawatan APD dengan benar. Bagi para pekerja yang memiliki kebiasaanmerokok, sebaiknya berhenti merokok.
Daftar bacaan : 41 (1985 2007)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
4/93
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduated Thesis, December 16 2010
Dian Rawar Prasetyo, NIM: 106101003313
Factors Associated With Force Vital Capacity of welders At Weld Workshop In Pisangan,
Ciputat Year 2010
xxi 79 pages, 9 tables, 2 images, 1 attachment
Abstract
.
Decrease in force vital capacity(FVC) can be caused by dust particles pollution, this canbe experienced by welder with the pattern of restriction, especially in the welding workshop in
the informal sector, which no hazards control implemented to reduce the risk of decreasing FVC.
Based on the results of preliminary studies conducted on 10 welders at Pisangan Ciputat, it isknown that 60% welders who experience restriction.
This research is quantitative, with cross sectional approach. That was conducted in July-
November 2010 on informal welding workshop in Pisangan, Ciputat, South Tangerang. There
the amount of sample in this research are 37 welders from total population 50 welders. Factorsassociated with KVP is suspected (age, periode of work, using of PPE (mask), smoking habits,
exercise habits, nutritional status (BMI), and disease history). The instrument to Collect data
using a spirometer, the pair of scale, microtoise and questionare. The data obtained was thenperformed statistical tests using the formula chi square and t independent.
The results show that 37,8% welders who experienced FVC restriction. Based on the
results of statistical analysis known that the using of PPE, smoking habits, and age has a pvalue
of (0.001) and periode of work has a pvalue of (0.000) KVP.To reduce the risk of KVP restrictions on welders, suggested to use and maintenance of
PPE correctly. For welders who have the habit of smoking, you should to stop smoking.
Reference: 41 (1985 - 2007)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
5/93
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis ucapkan padamu ya
Rabb, karena akhirnya penyusunan laporan magang ini selesai. Tak lupa penulis haturkan
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa umatnya dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang. Dengan penuh kesadaran penyusun yakin bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi Tentang Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las Di Pisangan Ciputat, Tahun 2010
Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penyusun, melainkan banyak
pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil, sekiranya patutlah bagi penyusun
untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang kasih sayangnya tak pernah habis-habis dalam
memberikan nikmatnya kepada manusia.
2. Nabi tercinta, Muhammad SAW yang selalu berjuang tak pernah henti membela
kebenaran islam walaupun banyak rintangan dan halangan yang selalu menghalangi.
3. Kepada Bapak, Mama dan Adikku Tercinta yang memberikan doa dan ketulusan serta
rasa sayang yang tak terbatas terhadap diriku .
4.
Om Nurul Huda, Tante Fitri, Tante Endar, Tante Nina, Om Gunung, Om Bodi, Om
Siswo dan semua keluarga besar yang juga turut mendukung dan memotivasi serta
memberikan nasehat kepada penulis.
5. Kepala Jurusan Kesmas dr. Yuli Satar Prapanca, MARS yang selalu berusaha dengan
keikhlasannya memajukan jurusan kesmas agar bisa berdiri diatas dari jurusan-
jurusan lain
6. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK dan Ibu Yuli Amran,
SKM, MKM yang selalu memberikan motivasi karena pada hakikatnya motivasiadalah awal dari pembentukan sebuah mimpi yang pasti.
7. Dosen Penguji dr. Rachmania Diandini, M.K.K yang telah menguji skripsi saya
dengan penuh kebijaksanaan.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
6/93
iv
8. Bapak Gozali yang selalu membuatkan surat izin pada saya semoga atas
keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.
9. Kawan-kawan di Istana Kertamukti; Kang Surma Adnan, Mas Fajar Iqbal, Mas
Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak Rizwan dan
Kakak Bagol.
10.Segenap Insan Pergerakan dan Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu Yakin
Usaha Sampai.
11.Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.
12.
Khushushon ilaaJamiyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy Wheelsof
zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian Rawar, Dauly,
Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin, Yunus, Musthafa Iban, Said
Muchsin, Trimunggara,My junior brotherErsa).
Selalu bergerak dalam kreatifias..!
Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penyusun berharap semua kebaikan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Terakhir kiranya penyusun berharap semoga laporan Magang bermanfaat bagi penyusun
dan pembaca umumnya.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
7/93
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGUJI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
ABSTRAK...................................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C.
Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7
D. Tujuan ...................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ................................................................................. 8
2. Tujuan Khusus ................................................................................ 9
E. ManfaatPenelitian ...................................................................................... 10
1.Manfaat Bagi Pengelola bengkel las .................................................. 10
2.Manfaat Bagi Peneliti ......................................................................... 11
F. Ruang Lingkup........................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapasitas Vital Paru ..................................................................................... 12
B. Sistem Pernapasan Manusia..................................................................... 14
1.
Anatomi ............................................................................................. 14
2.Fisiologi......................................................................................... 18
3.Penyakit Paru ..................................................................................... 18
4.Cara Ukur Kapasitas Vital Paru ......................................................... 20
C. Kapasitas Paru .............................................................................................. 20
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
8/93
viii
1.Kapasitas Inspirasi ............................................................................. 20
2.Kapasitas Residu Fungsi .................................................................... 21
3.Kapasitas Paru Total .......................................................................... 21
D.
Debu .............................................................................................................. 21
1.Padat (solid)........................................................................................ 21
2.Cair (liquid) ........................................................................................ 22
3.Ukuran Partikel Debu ......................................................................... 23
E. Faktor yang mempengruhi kapasitas paru .................................................... 24
1. Umur .................................................................................................. 24
2. Jenis Kelamin .................................................................................... 25
3. Riwayat Penyakit ............................................................................... 25
4. Riwayat pekerjaan ............................................................................. 26
5. Kebiasaan Merokok ........................................................................... 26
6. Kebiasaan Olahraga ........................................................................... 27
7. Status Gizi .......................................................................................... 28
8. APD (Masker).................................................................................... 30
9. Masa Kerja ......................................................................................... 33
10. Pengelasan ........................................................................................ 34
F.
Kerangka Teori ............................................................................................. 42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 43
B. Definisi Operasional ................................................................................ 44
C. Hipotesis .................................................................................................. 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. DesainPenelitian ...................................................................................... 47
B.
Tempat Dan WaktuPenelitian .................................................................. 47
C. Populasi Dan SampelPenelitian ............................................................... 47
D. InstrumenPenelitian ................................................................................. 48
1. Pengumpulan Data ............................................................................. 49
a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru ............................................... 49
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
9/93
ix
b. Perhitungan IMT ........................................................................ 50
c. Data Berat Badan ......................................................................... 51
d, Data Tinggi Badan ...................................................................... 51
e. Kuesioner Pnelitian ...................................................................... 51
2. Pengolahan Data ................................................................................ 51
3. Teknik Analisis data .......................................................................... 53
a. Analisis Univariat ....................................................................... 53
b. Analisis Bivariat ......................................................................... 53
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat ......................................................................................... 55
1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan ............... 55
2. Gambaran Karakteristik Pekerja Las di Pisangan ........................... 55
a. Gambaran Penggunaan APD Pekerja Las di Pisangan ................ 56
b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan ............... 57
c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan ................ 57
3. Gambaran Umur Pekerja Las di Pisangan ...................................... 57
4. Gambaran Masa Kerja pekerja Las di Pisangan ............................. 58
5. Gambaran Gaya Hidup Pekerja Las di Pisangan ............................ 59
a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan ............ 59
b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan ............ 60
B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 61
1. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja dengan Kapasitas Vital
Paru Pekerja Las di Pisangan .......................................................... 61
a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 61
b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
10/93
x
2. Hubungan Antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Las
di Pisangan....................................................................................... 63
3. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja
Las di Pisangan ................................................................................ 63
4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital Paru
Pekerja Las di Pisangan ................................................................... 64
a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las
di Pisangan .................................................................................. 64
b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las
di Pisangan .................................................................................. 65
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 66
B. Kapasitas Vital Paru ................................................................................. 67
C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan KVP...................................... 68
1. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP ............................ 68
2. Hubungan Antara Umur dengan KVP ................................................ 70
3. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP ......................... 71
4. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP ......................... 73
5. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP ............................ 74
6. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP ............................. 75
7. Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP....................................... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ............................................................................................. 77
B.Saran ....................................................................................................... 78
Daftar Pustaka
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
11/93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan nafas (Corwin, 2001). Menurut Guyton (1997) kapasitas
vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan
volume cadangan ekspirasi. Sedangkan menurut Tambayong (2001) kapasitas vital paru
adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi
secara maksimal. Menurut ATS (American Thoracis Society) ada beberapa kategori
gangguan fungsi paru; dikatakan berat bila KVP (Kapasitas Vital Paru) 50%,
dikatakan sedang jika KVP antara 5159%, dan dikatakan ringan jika KVP antara 60
79 %. Gangguan fungsi paru akibat paparan pencemaran partikel debu dapat berupa
restriksi dan obstruksi atau keduanya, restriksi dan obstruksi berarti penyempitan jalur
pernafasan sehingga mengurangi KVP seseorang. Gejala-gejala antara lain batuk kering,
sesak nafas, kelelahan umum, banyak dahak dan lain-lain. Pemaparan debu mineral di
ketahui dapat menimbulkan perubahan khas dalam mekanik pernafasan dan volume paru
dengan pola restriksik. (Warpaji, 1994).
Pearce (1991) mengatakan bahwa Kapasitas paru berkurang pada penyakit paru-
paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru) dan pada kelemahan otot
pernapasan. Gill (2005) menyatakan fungsi paru berubah-ubah akibat sejumlah faktor
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
12/93
2
non-pekerjaan diantaranya adalah oleh usia, jenis kelamin, ukuran paru, etnik, tinggi
badan, kebiasaan merokok, toleransi latihan, kekeliruan pengamat, kekeliruan alat.
Perhatian atas dampak pajanan bahan-bahan berbahaya di tempat kerja dan
lingkungan terhadap kesehatan sejak beberapa dekade terakhir tampak makin meningkat
karena peranannya terhadap gangguan fungsi paru. Penyakit paru kerja penting dikenali
karena dapat dicegah dan diobati. Pajanan bahan berbahaya di tempat kerja dapat
menyebabkan atau memperburuk penyakit seperti asma, kanker, dermatitis atau
tuberculosis (Cullen, 1990). Diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat kerja di
Amerika Serikat 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun dan terjadi 5,3 juta kecelakaan
kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 trilyun dolar pertahun (Rosenstock,
1991). Penyakit akibat kerja dapat dijumpai di tempat industri dan pertanian (Yeung,
1995). Kejadian penyakit yang disebabkan oleh debu mineral menurun di negara-negara
pasca industri dan asma muncul sebagai penyakit paru kerja yang utama (Becket, 2000).
Asma kerja merupakan penyakit paru kerja yang sering dijumpai di Negara berkembang,
prevalensinya bervariasi antara 2-20 % (McDonald, 2000).
Industri las yang kini banyak ada termasuk industri sektor informal. Industri
sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Ciri-ciri
kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke dalam sektor informal antara lain
sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan,
maupun penerimaan. 2) Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun
omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4) Pada umumnya
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
13/93
3
tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal. 5)
Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar. 6) Pada umumnya
dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7)
Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes dapat
menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan. 8) Umumnya
tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan,
atau berasal dari daerah yang sama (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).
Menurut Rahma Iryanti (2010), Direktur Tenaga Kerja dan Penciptaan Kesempatan
Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa timbulnya sektor
informal ini adalah akibat dari rendahnya peluang kerja di sektor formal sehingga
pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja.
Akibatnya, banyak pencari kerja yang mengadu nasib di sektor informal, saat ini ada
sekitar 70 % pekerja Indonesia yang bekerja di sektor informal. Akan tetapi, kelompok
masyarakat pekerja sektor informal masih belum memperoleh perhatian dalam hal
kesehatan kerjanya. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara
umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Seperti tindakan pencegahan dan
pengendalian yang ada belum di sesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak
dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja
lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama
sekali (Nur, 2005).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
14/93
4
Pada industri las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap pembakaran dan
paparan panas, debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi
selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas
dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun
(Depkes RI, 2003). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia
telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Sumamur,
1996).
Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu
pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini
sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu kapasitas vital
paru (Sumamur, 1996). Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat
menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi
faal paru bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2003).
Menurut Mila (2006), kapasitas vital paru dipengaruhi oleh beberapa hal. Yaitu:
umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan pekerjaan, kebiasaan
merokok dan olahraga, serta status gizi dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mila
(2006), menunjukkan ada hubungan antara masa kerja, pemakaian APD dengan KVP
pada tenaga kerja pengamplasan PT. Ascent House Pecangaan Jepara. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Adi (2007) didapatkan bahwa ada hubungan antara penggunaan
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
15/93
5
masker dan kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru karyawan perusahaan
genteng Malindo Sokka Kebumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati
(2007) diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok, dan
riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital paru.
Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja
bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi
kapasitas vital paru ringan sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas
vital paru sedang sebanyak 1 orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40%
memiliki kapasitas vital paru normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa
pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru. Penurunan kapasitas vital paru
merupakan salah satu gejala terjadinya gangguan fungsi paru bila dibiarkan terus
menerus tanpa adanya tindakan preventif yang dilakukan, hal tersebut bisa menjadi
potensi penyakit akibat kerja seperti pneumoconiosis akibat penumpukan debu pada
paru.
Berdasarkan hal di atas perlu dibuktikan apa saja faktor-faktor yang
berhubungan terhadap kapasitas vital paru di dalam suatu penelitian. Untuk itu penulis
bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan terhadap
kapasitas vital paru pekerja bengkel las. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian
ini dapat dilakukan tindakan preventif seperti pelatihan atau penyuluhan pada pekerja
las untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja pada
pekerja di bengkel las.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
16/93
6
B. Rumusan Masalah
Pada bengkel las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan
dampak kesehatan terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap
pembakaran dan paparan panas. Menurut (Depkes RI, 2003) debu dapat menyebabkan
kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi selama bekerja terus menerus. Bila alveoli
mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga
kemampuan mengikat oksigen menurun.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja bengkel las
di Pisangan, diketahui pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan
sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas vital paru sedang sebanyak 1
orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40% memiliki kapasitas vital paru
normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa pekerja las yang mengalami
restriksi kapasitas vital paru.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian di atas disinyalir ada faktor-faktor
yang berhubungan dengan kapasitas vital paru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kapasitas vital paru antara lain adalah : umur, jenis kelamin, penggunaan APD, riwayat
penyakit dan pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi. Dengan
demikian diperlukan adanya suatu penelitian yang membuktikan adanya faktor-faktor
yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
17/93
7
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
2. Bagaimana gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
5. Bagaimana gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
6. Bagaimana gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?
7. Bagaimana gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
8. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010 ?
9. Apakah ada hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
10. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
11.
Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010?
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
18/93
8
12. Apakah ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
13.
Apakah ada hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
14. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
15. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
D.Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru
pada pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010
2. Tujuan Khusus
a.
Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
b. Diketahuinya gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di
Pisangan Tahun 2010
c. Diketahuinya gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
d. Diketahuinya gambaran kebiasaan merorok pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
e. Diketahuinya gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
19/93
9
f. Diketahuinya gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di
Pisangan Tahun 2010
g.
Diketahuinya gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
h. Diketahuinya gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010
i. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
j. Diketahuinya hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas
vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010
l. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
m. Diketahuinya hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas
vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
n. Diketahuinya hubungan riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010
o. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
20/93
10
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Pengelola bengkel las
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
pengelola bengkel las mengenai penurunan kapasitas vital paru yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman. Sehingga pekerja secara
mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja
dan terhindar dari penyakit akibat kerja.
2.
Manfaat Bagi Peneliti
Melatih pola pikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah khusunya
dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan menjadi referensi bagi
penelitian yang selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2010. Adapun
lokasinya bengkel las yang ada di sekitar kelurahan Pisangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitaif
dengan desain cross sectional (potong lintang). Sasaran penelitian adalah pekerja
bengkel las yang ada di sekitar Pisangan dengan jumlah sampel 37 orang.
Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pekerja bengkel las di sekitar Pisangan, diketahui ada 4 pekerja
mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan. Data-data yang diperoleh berasal
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
21/93
11
dari data primer. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian
ataupun responden selama penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare untuk melihat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
22/93
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapasitas vital paru
Kapasitas vital paru (KVP) sama dengan volume cadangan inspirasi
ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 mL) (Guyton, 1997).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan
inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan
menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan
sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Tambayong,
2001).
Tabel 2.1
(Sumber: ATSAmerican Thoracis Society)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
23/93
13
Tabel 2.2
(Sumber: Koesyanto & Eram TP, 2005)
Menurut Saptari dalam Simaela (2000) mengatakan bahwa KVP dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
1. Normal: KVP > 75%
2. Restriksi : KVP< 75%
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
24/93
14
Berdasarkan hasil penelitian Rini (1998) di mojokerto menunjukan bahwa
penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu, dengan gangguan
restriksi sebesar 67%, ia menyimpulakn bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi
karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu
yang diduga mengandung silica. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Adi (2007)
pada pabrik pembuatan genteng, diketahui 35 (85%) pekerja mengalami restriksi dari
41 orang pekerja.
B. Sistem pernapasan manusia
1. Anatomi
Menurut Syaifudin (1997) anatomi pernapasan terdiri dari :
a. Rongga hidung
Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama,
mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya
akanpembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring
udara pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan
oleh mukosa (Syaifudin,1997).
b. Faring/tekak
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
25/93
15
tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang
leher (Syaifudin, 1997). Dalam faring terdapat tuba eustachii yang
bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan. Pada
daerah laringo farings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan.Udara
melalui bagian anterior ke dalam laring, dan makanan lewat posterior ke
dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Tambayong, 2001).
Faring mempunyai fungsi sebagai saluran bersama bagi sistem
pernapasan maupun pencernaan.
c. Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan
itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu
kitamenelan makanan menutupi laring (Syaifudin, 1997). Dalam laring
terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.Suara
dibentuk dari getaran pita suara.Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang
dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan
posisi bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2001).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
26/93
16
d. Batang tenggorok
Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang
berbentuk seperti kaki kuda (huruf C). Trakea dilapisi epitel bertingkat
dengan silia dan sel goblet.Sel goblet menghasilkan mukus dan silia
berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung,
ke arah faring untuk kemudian ditelan / diludahkan / dibatukkan. Panjang
trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001). Batang tenggorok dapat
berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama
udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia.
e. Cabang tenggorok
Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke 4 dan ke 5. Bronkus
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama (Syaifudin, 1997). Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan
terdiri dari 6-8 cincin, punya 3 cabang.Bronkus kiri lebih panjang dan
ramping, dan terdiri dari 9-12 cincin punya 2 cabang.Bronkus bercabang-
cabang yang lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa / alveoli (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
27/93
17
f. Paru
Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa / alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen
masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah.
Pembagian paru ada 2, yaitu : paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru),
lobus pulma dekstra superior, lobus media dan lobus superior. Tiap lobus
tersusun oleh labulus. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih
kecil bernama segmen (Syaifudin,1997). Paru terletak pada rongga dada
datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.
Pada bagian tengah itu terdapat tumpuk paru / hilus. Pada media stinum
depan terletak jantung. Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2, yaitu :
1)
Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
2)Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum pleura).
(Syaifudin,1997) Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi
dalam pertukaran gas O2 dengan CO2 dalam darah (Tambayong,
2001).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
28/93
18
2. Fisiologi
Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernapasan eksterna.Oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997).
Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :
a. Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke
bagian alveoli dari paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah
disekitar alveoli.
c. Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel
d.
Pengaturan ventilasi (Guyton, 1997).
3. Penyakit Paru
Menurut Guyton, (1997) menyatakan bahwa penyakit yang dapat
mempengaruhi kapasitas paru meliputi :
a. Emfisema paru kronik
Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi
kronik, kelebihan mukus dan edema pada epitel bronkiolus yang
mengakibatkan terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru yang kompleks
sebagai akibat mengkonsumsi rokok.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
29/93
19
b. Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu: 1)
penurunan luas permukaan membran napas, 2) menurunnya rasio
ventilasi perfusi Kedua efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas
paru.
c. Atelektasi
Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya
terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan
terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru
berkurang.
d. Asma
Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi
dan volume inspirasi.
e. Tuberkulosis
Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul daerah
fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional sehingga
mengurangi kapasitas paru.
f. Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik (Ikhsan, 2001).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
30/93
20
Beberapa penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah: asma,
bronkitis akut, bronkitis kronik, karsinoma bronkogenik dan bisinosis
(Ikhsan, 2001)
4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru
Cara pengukuran kapasitas vital paru pekerja las adalah menggunakan alat
spirometerAutospiroMinato AS 505.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b.
Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
c. Pilih tombol FVC pada spirometer
d. Lakukan inspirasi maksimal
e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer
f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak
(MinatoMedical Science., Ltd).
C. Kapasitas paru
Menurut Guyton (1997), kapasitas paru dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kapasitas inspirasi
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum (kira-kira 3500 mL)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
31/93
21
2. Kapasitas residu fungsional
Adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kira-kira 2300 mL).
3. Kapasitas paru total
Adalah volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).
D. Debu
Paparan debu dalam bengkel las ada beberapa macam, antara lain asap
pembakaran, uap logam, paparan panas. Uap itu sendiri berasal dari sisa pengelasan,
grinding, dan cutting. Menurut Fardiaz (1999), debu adalah partikel yang dihasilkan
oleh proses mekanisme seperti penghancuran batu, pengeboran, peledakan pada tambang
timah putih, batu bara dan lain sebagainya.
1. Padat (solid)
a.
Dust
Terdiri ukuran submikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya
adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernafasan (< 100 mikron )
dapat terhisap ke dalam tubuh (Fardiaz, 1999).
b. Smoke
Adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak
sempurna dan berukuran 0,5 mikron (Fardiaz, 1999).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
32/93
22
c. Fumes
Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau
kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang
kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes (Fardiaz,
1999).
2. Cair (liquid)
Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan
melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray dan atau obat
nyamuk semprot (Fardiaz, 1999). Debu industri yang ada di udara:
a. Particulatte matter
Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan
segera mengendap karena daya tarik bumi.
b. Suspended particulatte matter
Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah
mengendap (Fardiaz, 1999).
3. Ukuran partikel debu
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada
saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
organ sebagai berikut :
a. 510 mikro, akan tertahan olah cilia pada saluran pernapasan bagian
atas
b. 35 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
33/93
23
c. 13 mikron, sampai di permukaan alveoli
d. 0,51 mikron, hinggap di permukaan alveoli, selaput lendir sehingga
menyebabkan fibrosis paru
e. 0,10,5 mikron, melayang di permukaan alveoli
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme
laring (penghentian pernapasan). Kalau zat-zat ini menembus ke dalam paru-paru
dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru atau pneumonitis (WHO, 1993).
Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran
0,1 5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang
membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Pudjiastuti, 2003). Berdasarkan
Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002, tanggal 19 November 2002
tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran yaitu meliputi
semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya yang merupakanbagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja untuk perkantoran. Kandungan debu
maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah
sebesar 0,15 mg/m3untuk debu total dengan suhu 18-28oC. Sedangkan untuk
persyaratan kesehatan lingkungan di industri yang meliputi semua ruangan dan
area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja untuk memproduksi barang hasil industri adalah sebesar 10 mg/m3
untuk debu total dengan suhu 18-3000C (Depkes RI, 2002).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
34/93
24
E. Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru Pekerja Bengkel Las
Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis
sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan
faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara lain :
1. Umur
Dikatakan bahwa fungsi pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat
pada masa anak anak dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian
akan menurun lagi sesuai dengan pertambahan umur. Kapasitas difusi paru,
ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal paru
yang lain akan menurun sesuai dengan pertambahan umur, setelah mencapai titik
maksimal pada usia dewasa muda (Pollock ML, 1971)
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.
Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan
fungsi paru (Suyono, 2001). Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan
akan berkurang sebanyak 20 % setelah usia 40 tahun (Pusparini, 2003).
Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40
tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya
kekuatan fisik.
Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan
dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali
per menit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar
30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi pernapasan
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
35/93
25
lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi KVP pada
orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak dan bayi. Dalam kondisi tertentu
hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa
bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997). Dalam penelitian Siti M
(2006), semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital
paru seseorang. Begitupun hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada
pabrik genteng menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur
seseorang dengan kapasitas vital paru.
2. Jenis kelamin
Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita
kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada
atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
astenis. Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria
lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.
3. Riwayat penyakit
Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.
Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit (Ganong, 2002).
Seperti asma, pasca Tb, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), penyakit
sistemik. Terdapat riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan
mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan
dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja
(Sumamur, 1996). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
36/93
26
pabrik genteng, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit
pernafasan dengan kapasitas vital paru.
4.
Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat
kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan
gangguan paru (Sumamur, 1996) seperti debu hasil penggerindaan, pemotongan,
dan pengampelasan pada proses pengelasan. Hubungan antara penyakit dengan
pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir
minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja,
setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat
kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar
dengan pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada musim-
musim tertentu, dan lain-lain (Ikhsan, 2002).
5. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan
faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,7 mL untuk non
perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif.
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar
sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).
Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap rokok
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
37/93
27
mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan
akibat kerja (Suyono, 2001). Seseorang dapat dikatakan perokok ringan apabila
merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila
merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok berat apabila merokok
lebih dari 20 batang perhari. Dr. M.N. Bustan (2000)
6. Kebiasaan Olah raga
Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik,
gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya,
latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang
yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan
kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang meningkat (Sahab, 1997).
Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang
melakukan olahraga. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-
paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru
dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Menurut penelitian
(Adriskanda, dkk 1997), nilai kapasitas vital paru orang Indonesia yang tidak
olahraga adalah 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah
4,2 liter. Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan
kekuatan dan efisiensi otot (Cooper, 1977). Kapasitas vital pada seorang atlet
akan lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997).
Menurut Guyton (1997), kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas vital
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
38/93
28
paru 30 40 %. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007)
terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru.
7.
Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi
seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh,
perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga
untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan
(Sumamur P.K, 1996). Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi
untuk bekerja akan diambil dari cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang
terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu (Depkes RI,
1990).
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18
tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Akibat
kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi
akan habis dan terjadi kemerosotan jaringan, dengan meningkatnya defisiensi zat
gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zatzat gizi dalam darah,
berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi
peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada
kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
39/93
29
terjadinya perubahan fungsi tubuh yang tanda-tandanya, yaitu kelemahan,
pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain (Nyoman, 2001).
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang
kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek
(Nyoman, 2001), status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak
dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru
akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun (Nyoman, 2001).
Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2.3
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT IMT
Kurus Kekurangan BB tk Berat
Kekurangan BB tk Ringan
< 17
17,018,5
Normal > 18,525,00
Gemuk Kelebihan BB tk Ringan
Kelebihan BB tk Berat
25,0027,0
> 27,0
Sumber: (Nyoman, 2001)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
40/93
30
8. Alat Pelindung Diri (Masker)
Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat penting
sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai akibat dari
kelalaian atau kondisi yang tidak diperkirakan. Alat pelindung diri adalah
seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau
seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan. Alat ini digunakan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun
dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat
melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang
mungkin terjadi (Budiono, 2003).
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun,
kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya,
sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri haruslah enak
dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
(Sumamur, 1996).
Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu sekali
pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan kapan
alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat membahayakan
pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan pemakian juga diperlukan,
tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga harus tersedia fasilitas
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
41/93
31
pemeliharaan dan pembersihan (Gill, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Adi (2007) menunjukan ada hubungan antara penggunaan APD
(masker) dengan kapasitas vital paru.
a. Jenis Alat Pelindung Diri (Masker)
1) Masker
Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-
partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat
dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
a)Masker penyaring debu
Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap
pembakaran, dan debu.
b)Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai
ukuran 0,5 mikron.
c)Masker bertabung
Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker
barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi
pernafasan dari gas tertentu.
2) Respirator
a)Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu
pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru
menjadi penggeraknya.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
42/93
32
b)Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik
dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki
cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta
uap.Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
c)Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan
dirancanguntuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium
filter dipasang didalam kanister yang langsung disambung
dengan sambungan lentur.Dengan kanister yang sesuai, alat ini
cocok untuk debu, gas dan uap.Bagian muka mempunyai
tekanan negatif, karena paru menghisap disana.
d)Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka,
dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan
positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan
bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa
dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk yang
disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.
e)Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter
yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah
bawah, diatas muka pekerja di dalam topeng yang
menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng
pinggir, yang dapat diukur untuk mencocokkan dengan muka
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
43/93
33
pekerja.Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan filter
dan adsorbent tersedia dan jenis untuk pengelas juga tersedia
(Gill, 2005).
9. Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor,
badan dan sebagainya (KBBI, 2001). Menurut Mila (2006), masa kerja adalah
lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan
perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam
peneiltian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja
dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan.
Menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa
masa kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Masa kerja baru (< 5 tahun )
2. Masa kerja lama ( 5 tahun )
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Sumamur,
1996). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Ulinta (1998) di bandung,
mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung banyak
debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
44/93
34
10.Pengelasan
Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan
diperlukan bebebrapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni (Sriwidharto,
1987):
a. Bahwa benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas
b. Bahwa antar benda-benda padat yang disambung tersebut terdapat
kesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan
sambungan tersebut
c. Bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan
tujuan penyambungan
1. Klasifikasi proses pengelasan
Dewasa ini teknologi pengelasan telah berkembang begitu pesat, lebih
dari 40 jenis pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktek
penyambungan logam. Karena begitu banyaknya jenis-jenis pengelasan maka
dibuatlah klasifikasi. Menurut cara pelaksanaan sambungannya, proses
pengelasan diklasifikasikan menjadi las cair (las gas), las listrik, dan solder
atau brazing (sriwidharto, 1987)
a.
Las Gas
Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk
pengelasan diperoleh dari nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan
oksigen (zat asam). Bahan bakar gas yang biasa digunakan pada
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
45/93
35
pengelasan gas adalah gas asetilen (gas karbit). Untuk pekerjaan yang
tidak memerlukan suhu terlalu tinggi digunakan jenis gas lain, misalnya
propan, gas alam (methan) dan LPG (liquid petroleum gas). Gas-gas
tersebut mempunyai nilai panas yang rendah dari gas asetilen. Bahan
bakar gas yang paling banyak digunakan dalam proses pengelasan adalah
gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las
oksiasetilen.
b. Las Listrik
Las listrik atau las busur adalh cara pengelasan dengan menggunakan
tenaga listrik sebagai sumber panasnya . beberapa macam proses las yang
termasuk pada kelompok las listrik adalah las listrik terak, las listrik gas,
las resisitansi listrik, las resistansi titik.
c. Solder atau Brazing
Penyolderan adalah cara penyambungan logam dibawah pengaruh
penyaluran panas dengan bantuan logam menyambung (solder) yang
mempunyai titik lebur rendah dari pada logam yang akan disambungkan.
Pada proses solder atau brazing, hanya bahan penyambungannya saja
yang dicairkan , sedangkan bahan dasrnya dipanaskan sampai suhu cair
bhan penyambung tersebut.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
46/93
36
d. Spot Welding
Las titik atau spot welding biasanya banyak digunakan dalam
pembuatan mobil. Kurang lebih 4000 las titik terdapat dalam pengelasan
satu kendaraan utuh. Spot welding merupakan salah satu jenis dari las
tahanan listrik. Las tahanan listrik adalah suatu cara pengelasan dimana
permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada sat
yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi
panas dan mencair karena adanya resistansi listrik
2. Potensi Bahaya Pengelasan
Potensi bahaya pengelasan yang dapat ditimbulkan dari proses
pengelasan antara lain meliputi (National Safety Council, 2002) :
a. Bahaya cahaya dan sinar berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan.
Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak,
sinar ultraviolet dan sinar infra merah. Karena hal ini maka pencegahan
terhadap bahaya dari cahaya harus dipersyaratkan.
1)
Sinar ultra violet
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
47/93
37
terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka
pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya.
Dalam waktu antar 6 sampai 12 jam kemudian mata menjadi sakit
selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang
setelah 48 jam.
2) Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan
oleh lensa dan kornea ke retina. Bila cahaya ini terlalu kuat maka
mata akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan
menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga sementara.
3) Sinar infra merah
Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata,
karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak
terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata
sama dengan pengaruh panas, yaiutu menyebabkan pembengkakan
mata pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang
terlalu dini dan terjadinya kerabunan. Jelas disini bahwa akibat dari
pada sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya
yang lainnya.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
48/93
38
b. Bahaya Arus Listrik
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya
arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
dengan besar arus adalah sebagai berikut :
1) Arus 1mA hanya menimbulakn kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
2) Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada
otot dan menimbulkan rasa sakit.
3) Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit hebat.
4) Arus 20 mA akan menyebakan terjadi pengerutan otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan
orang lain.
5) Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.
6)
Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.
c. Bahaya gas dalam asap las
Gas-gas berbahya yang terjadii pada waktu pengelasan adalh gas
karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Ozon (O3) dan gas
nitrogen dioksida (NO2). Disamping itu mungkin ada gas-gas beracun
yang terbentuk karena penguraian dari bahan-bahan pembersih dan
pelindung terhadap karat.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
49/93
39
1) Gas Karbon monoksida
Gas CO mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin
yang dengan sendirinya akan menurunkan daya penyerapannya
terhadap oksigen. Harga TLV untuk gas ini adalah 50 ppm.
2) Gas karbon dioksida (CO2)
Sebenarnya gas CO2 sendir tidak berbahaya terhadap tubuh,
tetapi bila konsentrasinya terlalu tinggi konsentrasi oksigen di udara
akan menurun dan dapat membahayakan, terutama dalam ruang
tertutup. Harga TLV untuk gas ini adalah 5.000 ppm.
3) Gas ozon (O3)
Bila seseorang bernapad dengan udara yang mengandung 0,5
ppm O3 selama 3 jam maka akan merasakan sesak napas. Bila
konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam waktu 2 jam akan
merasa pusing, sakit dada dan kekeringan pada pipa pernapasan.
Harga TLV untuk gas ini adalah 0,1 ppm.
4) Gas Nitrogen monoksida ( NO)
Gas NO yang masuk kedalam pernapasn tidak merangsang,
tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb). NO akan mengikat
oksigen yang dibawa oleh hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan
kekurangan oksigen system syaraf. Harga TLV untuk NO adalah 25
ppm.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
50/93
40
5) Gas Nitrogen dioksida ( NO2)
Gas NO2 dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap
mata dan lapisan pernapasan yang dapat menyakitkan mata dan
menyebabkan batuk-batuk dan sakit dada. Disamping itu NO2 dapat
menimbulkan luka-luka pada pipa pernapasan dan paru-paru. Harga
TLV untuk gas ini adalah 5 ppm.
d. Bahaya Percikan dan Terak Las
Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan dan terak
las. Percikan dan terka las apabila mengenai kulit dapat menyebakan luka
bakar. Karena itu juru las harus dilindungi terhindar hal ini terutama
apabila harus melakukan pengelasan tegak dan atas kepala.
e. Bahaya Ledakan
Dalam mengelas tangki, sebelum dilakukan pengelasan, tangki
harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang dapat
terbakar. Apabila dalam hal ini pemberiannya kurang sempurnaakan
terjadi ledakan yag sangat membahayakan. Untuk mencegah hal ini
sebelum pengelasan harus dilakukan pemeriksaaan terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa tidak terjadi ledakan . karena itu pemeriksaan tidak
boleh hanya berdasarkan perkiraan saja tetapi harus dengan deteksi untuk
gas yang mudah terbakar.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
51/93
41
f. Bahaya Kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bhan-bahan yang mudah
terbakar seperti bensin, solar, minyak, cat, kayu, kertas dan bahan lainnya
harus ditempatkan ditempat khususyang tidak akan terkena percikan las.
Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas
yang disebabkan oleh hubungan yang kurang baik , kabel yang tidak
sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
g. Bahaya Sinar X dan Sinar Y
Sinar X dan sinar Y tidak mempunyai hubungan langsung dengan
proses mengelas, tetapi kebanyakan dari pemeriksaan hasil lasan
menggunakan kedua sinar tersebtu. Karena itu bahya akibat dari sinar ini
harus dihindari. Kedua sinar ini bila terserap oleh tubuh dapat merusakan
darah dan dapat menimbulkan penyakit yang membahayakan. Karena itu
dalam pelaksnaan pemeriksaan yang menggunakan sinar x dan sinar y,
tempat pengujiannya harus betul-betul terlindung. Sehingga tidak ada
sinar yang terpencar keluar.
h. Bahaya Jatuh
Didalam pekerjaan pengelasan dimana ada pengelasan ditempat
yang tinggi akan selalu ada bahya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini
dapat menimbulkan luka berat atau kematian, karena itu usaha
pencegahannya harus betul-betul diperhatikan.
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
52/93
42
F. Kerangka Teori
Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Depkes RI, 2003; Guyton,1997; Corwin, 2001; Dewa, 2001; Suyono, 2002;
Budiono, 2002; Sumamur, 1996; Gill, 2005; Syaifudin, 1997; Fardiaz, 1992;
Sriwidharto, 1987; Tambayong, 2001.
Gambar 2.1.
Kerangka Teori
Kapasitas Vital
ParuPekerja
Las
Umur
Status Gizi (IMT)
Masa Kerja
PenggunaanMasker
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Olah raga
Jenis Kelamin
Paparan Debu
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Penyakit
Jenis Las
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
53/93
43
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.
Kerangka Konsep
Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah (Umur, masa kerja,
penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
riwayat penyakit). Sedangkan variabel terikatnya adalah kapasitas vital paru Pekerja Las
di Pisangan Tahun 2010. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah Jenis kelamin
(karena variasinya homogen), Riwayat pekerjaan (karena sudah terwakili oleh variabel
masa kerja meski tidak secara spesifik) dan paparan debu terkait dengan jenis las
(Penggunaan las yang tidak pasti, karena setiap pekerja terkadang menggunakan las
karbit atau las listrik padahal kedua jenis las tersebut memiliki paparan yang berbeda)
seperti terlihat pada bagan di bawah.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Kapasitas Vital
Paru Pekerja
Las
Umur
Status Gizi (IMT)
Masa Kerja
Penggunaan Masker
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Olah raga
Riwayar Penyakit
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
54/93
44
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala
1. Kapasitas
vital paru
Volume cadangan inspirasi +
volume alun napas + volume
cadangan ekspirasi. Atau jumlah
udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seorang dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan
dikeluarkan sebanyak-
banyaknya. (Guyton, 1997)
Spirometer Membaca hasil pada
Spirogram
0. Restriksi
1. Tidak Restrkisi
Ordinal
2. Penggunan
APD (Masker)
APD yang dipakai
sebagai penutup hidung
guna melindungi paparan
debu saat bekerja.
(Sumamur, 1996)
Pengamatan
langsung
Observasi 0. Tidak pakai
1. Pakai
Ordinal
3. Umur Lama Waktu hidup pekerja
(dalam tahun)dari sejak lahir
sampai penelitian berlangsung
(Pusparini, 2003)
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Ratio
4. Kebiasaan
Olahraga
Kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam
berolahraga oleh Pekerja las
minimal 3 hari dalam seminggu
untuk berolahraga.
(Adi, 2007)
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0. Tidak Rutin
1. Rutin
Ordinal
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
55/93
45
5. Kebiasaan
Merokok
Kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam
menghisap rokok mulai dari
satu batang ataupun lebih dalam
satu hari.
(Bustan, 2000)
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0. Berat (> 20
batang/hari)
1. Sedang (10-20)
batang/hari)
2. Ringan (< 10 batang
/hari)
3. Tidak merokok (0
batang/hari)
Ordinal
6. Status Gizi
(IMT)
Suatu kondisi yang
menggambarkan keadaan gizi
pada orang dewasa dengan
memperhitungkan indeks masa
tubuh (IMT)
(Nyoman, 2001)
Kuisioner
Timbangan
injak
Microtoise
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Melihat jarum ukur
pada timbangan
Melihat jarum ukur
pada microtoise
0. Gemuk
1. Normal
2. Kurus
Ordinal
7. Riwayat
Penyakit
Keadaan dimana
karyawan pernah / tidakmengalami penyakit
saluran pernapasan akut,
kronis
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepadapekerja
0. Pernah
1.
Tidak pernah
Ordinal
8. Masa kerja Lama pekerja las bekerja
(tahun) sejak mulai
bekerja sampai penelitian
ini berlangsung.
(Mila, 2006)
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Ratio
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
56/93
46
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara penggunaan masker dengan KVP Pekerja las
2.
Ada hubungan antara umur dengan KVP Pekerja las
3. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP Pekerja las
4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP Pekerja las
5. Ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP Pekerja las
6. Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP Pekerja las
7. Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP Pekerja las
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
57/93
47
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional
(potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan
diamati pada waktu (periode) yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan JuliNovember 2010 pada bengkel las yang
ada di Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bengkel las yang ada di sekitar
kelurahan Pisangan , Ciputat, Tangerang Selatan yang berjumlah 50 orang.
Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja las yang mewakili populasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai
berikut:.
n =
{z1- 2P (1-P ) + z1- P1 (1-P1)+P2(1-P2)
}2
(P1-P2)
Keterangan :
n : Besar sampel
P : Rata-rata proporsi pada populasi (Afriani, 2002)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
58/93
48
P1 : Proporsi Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
merokok
P2 : Proporsi yang Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
tidak merokok
z1- : Derajat kemaknaan pada uji 1sisi = 5%
Z
1- : Kekuatan uji 80 %
n =
{1,96 2x0,26 (1-0,26)+ 0,73 0,73(1-0,73)+0,26(1-0,26)}
(0,26- 0,73)
= 17 x 2 = 34 (orang)
Untuk menghindari terjadinya drop out atau missingjawaban dari responden maka
peneliti menambahkan jumlah sampel tersebut sesuai dengan kebutuhan, sehingga
jumlah sampel keseluruhan sebesar 37 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer
AutospiroMinato AS 505, timbangan injak, microtoise dan kuesioner.
1. Spirometer digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru Pekerja las.
2. Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan Pekerja las.
3. Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan Pekerja las.
4. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pribadi Pekerja las berupa
nama, umur, dan jenis kelamin
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
59/93
49
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti
sendiri dan dibantu oleh beberapa rekan.
Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui
a. Pengukuran kapasitas vital paru
Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja las menggunakan
alat spirometerAutospiroMinato AS 505 secara langsung terhadap responden.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
c. Pilih tombol FVC pada spirometer
d.
Lakukan inspirasi maksimal
e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer
f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak
(MinatoMedical Science., Ltd).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
60/93
50
b. Perhitungan IMT
Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan
menghitung IMT dengan rumus:
Kategori berat badan menurut IMT :
1. Kekurangan berat badan tingkat berat : 18,5-25,0
4. Kelebihan berat badan tingkat ringan : >25,0-27,0
5. Kelebihan berat badan tingkat berat : >27,0
Langkah pengukurannya sebagai berikut :
a. Mengukur berat badan dengan menggunakan kuesioner,
sedangkan timbangan berat badan digunakan apabila
responden tidak mengetahui berat badannya.
b. Mengukur tinggi badan dengan menggunakan kuesioner,
sedangkan microtoise digunakan apabila responden tidak
mengetahui tinggi badannya.
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
61/93
51
c. Data Berat Badan
Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara melakukan
penimbangan berat badan langsung menggunakan timbangan badan pada
saat sebelum beraktifitas. Langkah-langkah pengukuran tersebut adalah:
1. Pastikan jarum pada displai ada pada posisi nol
2. Lepaskan sepatu atau alas kaki lainnya
3. Berdiri di atas timbangan
4.
Baca hasil pada displayyang ditunjukkan oleh jarum metal
d. Data Tinggi Badan
Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan
langsung menggunakan meteran/alat pengukur tubuh. Kemudian
Catat hasil pengukuran yang ada.
e.
Kuesioner Penelitian
Bagi para pekerja sebagai sampel, disusun daftar pertanyaan
untuk memperoleh data pendukung oleh peneliti.
2. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder
akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Mengkode data (data coding)
Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban responden,
dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
62/93
52
selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner, jika restriksi KVP
pengkodean = 0, jika tidak restriksi KVP = 1. Semua variabel independen
pun dikodekan. Yaitu :
1) Penggunaan APD (Masker) ; Tidak pakai Masker = 0, Memakai
Masker = 1
2) Kebiasaan Olahraga ; Tidak rutin = 0, Rutin = 1
3) Kebiasaan Merokok ; Merokok = 0, Tidak Merokok = 1
4) Status Gizi ; Gemuk = 0, Tidak Gemuk =1
b. Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
c. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada
masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan
memasukan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan
analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum), dan bivariat
(mengetahui variabel yang berhubungan).
-
7/26/2019 makalah yg berhubungan dengan kapasitas paru
63/93
53
d. Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
siap diolah dan dianalisis.
3. Teknik Analisis Data
a. Analisa Univariat
Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variable dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel
bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala
data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Squareatau kai
kuadrat. Syarat uji Chi Squareadalah tidak ada sel yang nilai obsserved-
nya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expectedkurang dari 5 maksimal
20% da
top related