makalah prilaku kekerasan
Post on 01-Dec-2015
1.209 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Makalah Prilaku Kekerasan (PK)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana yang tidak habis-habisnya , baik dibuat oleh manusia maupun kejadian alam merupakan sumber stressor yang berat yang dapat mengakibatkan terjadinnya berbagai masalah kesehatan jiwa dari yang ringan sampai yang berat. Salah satunya yaitu masalah kesehatan jiwa prilaku kekerasan atau yang sering disebut PK, merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
a. Apa pengertian dari perilaku kekerasan ?
b. Bagaimana Rentang Respon masalah kesehatan jiwa PK ?c. Bagaimana Hierarki Agresif masalah kesehatan jiwa PK ?d. Bagaiman Skema Proses / Mekanisme Penyesuaian Klien Marah?e. Apa saja tanda dan gejala dari masalah kesehatan jiwa PK ?
f. Bagaimana pohon masalah pada masalah kesehatan jiwa PK ?
g. Apa saja Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji pada masalah kesehatan jiwa PK ?
h. Bagaimana Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada masalah kesehatan jiwa PK ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
- Untuk memenuhi tugas perkuliahan dari mata kuliah Keperawatan Jiwa.
- Untuk mengetahui secara rinci materi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
- Agar dapat mengetahui secara rinci materi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.
- Untuk menambah wawasan mengenai secara rinci materi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya Perilaku Kekerasan.
1.5 Metode Penulisan Makalah
Metode yang digunakan berdasarkan sumber buku Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa dari Dr. Budi Anna, dkk
maupun situs internet.
BAB II
KONSEP TEORI
1.1 Definisi Perilaku Kekerasan Marah adalah suatu bentu kemurkaan atau permusuhan yang seirng dinyatakan dalam betuk agresi. (MIF Baihaqi 2005 : 113). Marah adalah satu emosi, yang merentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat, yang dialami oleh semua
orang (Kaplan, Hamid 1 1998 : 135). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
diri sendiri orang lain maupun lingkungan (Mary C townsend 1998 : 150). Perilaku kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilang kontrol dimana individu dapat merusak
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. (Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh Keperawatan Departemen Kesehatan RI Pusat, Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1998 : 4).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan adalah manifestasi dari perasaan marah yang bersifat maladapatif dimana seorang individu dapat membahayakan secara fisik baik bagi diri sendiri, orang lain dan lingkungannya.
1.2 Rentang Respon
Respon adaptif Respon Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuka. Respon marah yang adapatif meliputi :
1) Pernyataan (asertif) adalah respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain yang akan memeberikan ketegangan bagi individu.
2) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat individu, gagal mencapai tujuan, kepuasan atau rasa aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu yang tidak menemukan alternatif lain.
b. Respon marah yang maladapatif meliputi : 1) Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami, untuk menghindari
tuntutan kebutuhan yang dihadapi. 2) Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut sesuatu yang dianggapnya benar
dalam bentuk destruktif namun masih terkontrol. 3) Perilaku kekeraasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat merusak
disertai dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan
1.3 Hierarki Agresif
1. Memperlihatkanpermusuhan rendah2. Kerasmenuntut3. Mendekatiorang lain dengan ancaman4. Memberikata-kata ancaman tanpa niat melukai
5. Menyentuhorang lain dengan cara yang menakutkan6. Memberikata-kata ancaman dengan rencana melukai7. Melukaidalam tingkat ringan tanpa membutuhkan perawatan medis8. Melukaidalam tingkat serius dan memerlukan perawatan medis
1.4 Skema Proses / Mekanisme Penyesuaian Klien MarahStressor
StresCemas
MarahMerasa kuat Diungkapkan Merasa tidak adekuatMenentang Waspada/ sadar kebutuhan Melarikan diriPemecahan masalah kurang Lega Menolak keparahan
Marah berkepanjangan Ketegangan turun Ekpresi marah Rasa marah teratasi
Bermusuhan
Kronik
Depresi/ penyakit somatik Agresi/ AmukProses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.Gejala klinis Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi :
a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien.b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan
kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.
a. Faktor Predisposisi1. Psikoanalisa2. Biologis/ neurobiologik3. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk.4. Perilaku, reinforcement yang diteima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang
menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan5. Sosial Budaya; budaya tertutup, control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku
kekerasan diterimab. Factor Penyebab Amuk Kliena) Sosial budayab) Gangguan mentalc) Putus asa dan ketidakberdayaand) Penyakit fisike) Usia dan jenis kelamin Lingkungana) Ributb) Padatc) Banyak waktu luangd) Staf yang bermusuhan Interaksia) Provokasib) Antisipasi
c) Konflikc. Faktor Presipitasi
Semua faktor ancaman internala. kelemahanb. rasa percaya yang kurangc. takut sakitd. hilang kontrol eksternale. penganiayaan fisikf. kehilangan orang yang dicintai/ pentingg. kritik
2. PenyebabUntuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga
diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Perbandingan Perilaku Pasif, Asertif dan AgresifPasif Asertif Agresif
Isi bicara Negatif menghina dapatkah saya lakukan dapatkah ia lakukan
positif menghargai diri sendiri saya dapat/akan
lakukan
berlebihan menghina orang lain anda selalu/ tidak
pernahNada suara diam
lemah merengek
diatur tinggi menuntut
Posture/ sikap tubuh
melotot menundukkan kepala
tegak rileks
tenang bersandar ke depan
Personal space orang lain dapat masuk pada teritorial
Menjaga jarak yang mneyenangkan
Memasuki teritorial orang lain
pribadinya Mempertahankan hak tempat/ teritorial
Gerakan Minimal Lemah Resah
Memperlihatkan gerakan yang sesuai
Mengancam, ekspansi gerakan
Pasif Asertif AgresifKontak mata Sedikit atau tidak Sekali-sekali
(intermiten) Sesuai dengan
kebutuhan interaksi
melotot
1.5 Tanda dan Gejala1. Fisik muka merah pandangan tajam napas pendek keringat sakit fisik penyalahguanan zat tekanan darah2. Emosi tidak adekuat tidak aman rasa terganggu marah (dendam) jengkel3. Intelektual Mondominasi Bawel Berdebat Meremahkan orang lain4. Sosial
Menarik diri Pengasingan Penolakan Kekerasan Ejekan Humor5. Spiritual Kemahakuasaan Kebajikan/ kebenaran diri Keraguan Kebejatan Kreativitas terhambat
3. AkibatKlien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.
1.6 Pohon Masalah
Risti mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku Kekerasan Core Problem
Gangguan konsep diri: HDR
1.7 Rentang Tindakan Keperawatan dalam manajemen Agresif
Strategi Prevensi Strategi antisipasi Strategi Pembatasan gerak
1. Kesadaran diri 4. Komunikasi 8. Manajemen krisis2.Pendidikan kesehatan/5. Perubahan lingkungan 9. Pengasingan
Manajemen perilaku 6. Tindakan perilaku 10. Pengekangan Kekerasan 7. Psikofarmaka
3.Latihan asertif
1.8 Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikajia. Masalah keperawatan:1). Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan2). Perilaku kekerasan / amuk3). Gangguan harga diri : harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji:1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan1). Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.2). Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.
2. Perilaku kekerasan / amuk1). Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2). Data Obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.3. Gangguan harga diri : harga diri rendah1). Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
2). Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
c. Diagnosis KeperawatanDiagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat. Diagnosis keperawatan risiko perilaku kekerasan
dirumuskan jika pasien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.
Tindakan KeperawatanSetelah menegakkan diagnosis keperawatan,perawatan melakukan beberapa tindakan keperawatan,baik pada pasien maupun keluarga.
a) Tindakan keperawatan pada pasien 1. tujuan keperawatana) pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasanb) pasien dapat mengidentifikasikan tanda-tanda perilaku kekerasanc) pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannyad) pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannyae) pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengendalikan perilaku kekerasan.
f) Pasien dapat mencegah/mengendalikan perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,sosial dan dengan terapi psikofarmaka.2. tindakan keperawatana) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya, pasien harus merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan yang saling percaya adalah :
1. mengucapkan salam terapeutik2. berjabat tangan3. menjelaskan tujuan interaksi4. membuat kontrak topik,waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.b) Diskusikan bersama pasien penyebab penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang laluc) Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan1. diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik2. diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis3. diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial4. diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual5. diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektuald) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah:1. verbal2. terhadap orang lain3. terhadap diri sendiri4. terhadap lingkungane) Diskusikan bersama pasien pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukanf) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan,yaitu dengan cara berikut.1. fisik : pukul kasur/bantal, tarik nafas dalam2. obat3. sosial/verbal : menyatakan secara asertif rasa marahnya4. spiritual : beribadahnya sesuai keyakinan pasien.g) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik:1. latihan nafas dalam dan pukul kasur/bantal2. susun jadwal latihanan dalam dan pukul kasur/bantalh) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal1. bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dan meminta dangan baik,mengungkapkan perasaan dengan baik2. buat jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
i) Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual :1. bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa dilakukan2. buat jadwal latihan ibadah dan berdoaj) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan dengan patuh minum obat :1. bantupasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat,benar cara cara minum
obat,benar waktu dan benar dosis obat)2. susun jadwal minum secara teraturk) Ikut sertakan pasien TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan perilakud. Diagnosa Keperawatana. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk.b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.
e. Rencana TindakanTujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasanTujuan Khusus:
1). Klien dapat membina hubungan saling percaya.Tindakan:
1.1. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.1.2. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.1.3. Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.Tindakan:
2.1. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.2.2. Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.2.3. Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.Tindakan :
3.1. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal.3.2. Observasi tanda perilaku kekerasan.3.3. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.Tindakan:
4.1. Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.4.2. Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.4.3. Tanyakan "Apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai ?"
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.Tindakan:
5.1. Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.5.2. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.5.3. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon thd kemarahan.Tindakan :
6.1. Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.6.2. Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur.6.3. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.6.4. Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.Tindakan:
7.1. Bantu memilih cara yang paling tepat.7.2. Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.7.3. Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.7.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
7.5. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah.
8. Klien mendapat dukungan dari keluarga.Tindakan :
8.1. Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melaluit pertemuan keluarga.8.2. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).Tindakan:
9.1. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping).9.2. Bantu klien mengpnakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).9.3. Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
1.9 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1SP 1 pasien : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyeba marah, tanda dan gejala yang dirasakan,perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama (latihan nafas dalam)Orientasi
“Selamat pagi pak,perkenalkan nama saya AK, panggil saya A. Saya perawat yang dinas di ruangan soka ini. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Saya yang akan merawat bapak, selama bapak di rumah sakit ni. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”Baiklah , sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah Bapak”
“Berapa lama Bapak mau kita brerbincang bincang?Bagaimana kalau 20 menit? ““Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang tamu?”
Kerja“ Apa yang menyebabkan Bapak A marah? Apakah sebelumnya Bapak A pernah marah? Terus penyebabnya apa? Samakan
dengan yang sekarang? O,,,,iya jadi ada 2 penyebab marah A.”“ Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak A pulang ke rumah dan istroi belum menyiapkan makanan (misalnya ini
penyebab marah pasien),apa yang bapak A rasakan?” (tunggu respon pasien).
“Apakah Bapak A merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”.
“ setelah itu apa yang Bapak A lakukan?”.“Jadi Bapak A memukul istri dan memecahkan piring? Apakah dengan cara ini makanan terhidang? Betul, istri jadi sakit dan
takut, piring-piring pecah.”“ Menurut Bapak A adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak A belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik
tanpa menimbulkan kerugian?”.“Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan, Pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi, melalui kegiatan fisik,
rasa marah disalurkan.”“ Ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”“Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak A rasakan, Bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar,
lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.....,tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak A sudah bisa melakukannya, bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini Bapak A lakukan secara rutin sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak A sudah terbiasa melakukannya.”Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak A setelah berbincang-bincang tentang kemarahan Bapak?”“Iya, jadi ada 2 penyebab Bapak A marah...(sebutkan) dan yang Bapak rasakan...(sebutkan) dan yang Bapak lakukan....
(sebutkan) serta akibatnya...(sebutkan).”“coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak yang lalu, apa yang Bapak lakukan kalau marah yang
belum kita bahas dan jangan lupa latihan nafas dalam, ya Pak.”“Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Pak, berapa kali sehari Bapak mau latihan nafas dalam?”“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang laijn untuk mencegah/mengendalikan marah.”“Tempatnya disini saja, ya Pak?”“Selamat pagi.”
SP 2SP2 pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua [pukul kasur dan bantal], menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua).
Peragakan komunikasi di bawah ini!Orientasi
“Selamat pagi Pak, sesuai dengan dengan janji saya kemarin, sekarang kita ketemu lagi. Bagaimana Pak, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Berkurangkah rasa marahnya?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya. Bagus! Nah, kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri, tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan, tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Kalau tidak dilakukan, tulis T, artinya belum dapat melakukan.”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah?”“Di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau ditempat yang sama?”“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja“Kalau ada yang menyebabkan Bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam
bapak dapat memukul kasur dan bantal.”“Sekarang , mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya!”
“Kekesalan lampiaskan kekasur atau ke bantal.”“Nah, cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapihkan tempat tidurnya.”
Terminasi“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi? Bagus!”“Mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari bapak. Pukul berapa bapak mau mempraktikan memukul
kasur/bantal? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore. Lalu, kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara yang tadi ya pak.
“Besok jam 10 pagi, kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai jumpa!”
SP 3SP 3 pasien : membantu pasien latihan mengendalikan prilaku kekerasan secara social/verbal (evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan, latiahan mengungkapkan rasa marah secara verbal [menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik], susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal).Peragakan komunikasi dibawah ini!Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin , sekarang kita ketemu lagi. Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Berkurangkah rasa marahnya?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya. Bagus! Nah, kalau tarik napas dalamnya dilakukan sendiri, tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan, tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Kalau tidak dilakukan , tulis T, artinya belum dapat melakukan.”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah?”“Dimana kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau ditempat yang sama?”“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 30 menit?”
Kerja“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam
atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya Pak :1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapakbilang
penyebab marahnya karena istri tidak memberi uang. Coba bapak minta uang dengan baik, katakan, “Bu, saya perlu uang untuk membeli teh,”. Coba Bapak praktikkan, Bagus Pak!”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan Bapak tidak ingin melakukannya, katakan, “Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan.” Coba Bapak praktikkan. Bagus Pak!
3. Mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal, Bapak dapat mengatakan, “Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu.” Coba praktikkan. Bagus!”Terminasi
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita lakukan kita bercakap-cakap tentang cara mengendalikan marah dengan bicara yang baik.”
“Coba Bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari! Bagus sekali! Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari Bapak mau latihan bicara yang baik?”
“Coba masukkan ke dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu?”“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah Bapak, yaitu dengan cara lain untuk mengatasi rasa
marah Bapak, yaitu denngan cara ibadah, Bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik, sampai nanti ya!”SP 4SP4 pasien : Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal, latihan beribadah dann berdoa, buat jadwal latihan ibadah/berdoa).
Peragakan komunikasi dibawah ini!
Orientasi“Selamat pagi Pak, sesuai dengan janji saya dua jam, yang lalu sekarang saya datang lagi.”
“Bagaimana Pak, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasanya marah?”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mengendalikan rasa marah yaitu dengan ibadah sesuai dengan agama Bapak?”
“Di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat tadi?”“Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincanng?”“Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang bisasa Bapak lakukan! Bagus.”“Baik, yang mana mau di coba?”“Nah, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik nafas dalam.”“Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks.”“Apa kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan?”“Kegiatan ibadah mana yang mau dicoba selama di rumah sakit? Coba pilih dua kegiatan yang ingin Bapak lakukan.”“Mari coba lakukan, Bagus sekali!”“Bapak bisa melakukan ibadah secar teratur untuk meredakan kemarahan.”
Terminasi“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”“Jadi, sudah berapa cara mengendalikan marah yang kita pelajari? Bagus!”“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan Bapak. Mau berapa kali Bapak beribadah.”“Coba Bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat Bapak lakukan saat Bapak merasa marah.”“Setelah ini, coba Bapak lakukan jadwal ibadah sesuai jadwal yang telah kita buat tadi dan perhatikan apakah rasa marah
Bapak berkurang.”“Besok kita ketemu lagi ya Pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengendalikan rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.
Jam berapa Bapak ada waktu?”“Di mana kita berbincang? Bagaimana kalau di tempat ini lagi?”“Samapai jumapa, Pak!”
SP 5SP5 pasien : Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan minum obat (bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar [benar nama pasien/pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat] disertai guna obat dan akibat berhenti minum obat, susun jadwal minum obat secara teratur).
Peragakan komunikasi dibawah ini!Orientasi
“Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya yang kemarin, hari ini kita bertemu lagi. Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta ibadah? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba kita lihat cek kegiatannya. Bagus! Berkurang rasa marahnya?”
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengendalikan rasa marah?”“Di mana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin? Berapa lama kita berbincang-bincanng? Bagaimana
kalau 15 menit?”Kerja
(Perawat membawa obat pasien).“Bapak sudah dapat obat dari dokter? Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum?”“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya
THP agar Bapak rileks dan tidak tegang, dan yang merah jambu ini namanya HPL agar rasa marah berkurang. Semuanya ini harus Bapak minum 3 kali sehari pukul 7 pagi, 1 siang, 7 malam.”
“Jika nanti setelah minum obat mulut Bpak terasa kering, untuk membantu mengatasinya Bapak bisa mengisap-isap es batu atau mionum air putih dan jika mata terasa berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas dulu.”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini, Bapak lihat dulu label dikotak obat apakah benar nama Bapak tertulis di label itu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sisni minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat terjadi kekambuhan.”“Sekarang kita masukkan jadwal waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya Pak.”
Terminasi“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”“Coba, Bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”“Nah, sudah berapa cara mengendalikan perasaan marah yang kita pelajari? Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya
dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya.”“Baik, besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauh mana Bapak melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah
rasa marah. Sampai jumpa!.”
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik
terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang
tidak konstruktif.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis harapkan mahasiswa dapat memahami dan dapat mempelajari masalah kesehatan jiwa
khususnya perilaku kekerasan (PK). Banyak sekali pengetahuan yang dapat kita pelajari dari materi ini. Penulis dalam pembuatan
makalah ini belum sempurna, untuk itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEKERASAN RESIKO TINGGI TERHADAP ORANG LAIN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEKERASAN RESIKO TINGGI TERHADAP ORANG LAIN
Pengertian
Amuk merupakan respon kemarahan yg paling maladaptif yg ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yg kuat disertai hilangnya
kontrol,dimana individu dpt merusak diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Keliat,1991).
Faktor-faktor yang mempengaruhi amuk
Tingkah laku amuk dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.Dalam beberapa teori,faktor ini dibagi 3 pandangan yaitu :
1.Model Teori Importation :
Teori ini mencerminkan kedudukan klien dalam membawa atau mengadopsi nilai-nilai tertentu,sikap,pola tingkah laku kondusif terhadap amuk kedalam situasi pengobatan dan perawatan (Armstrong,1978 dalam wilson,1988).
Faktor-faktor penyebab/mempengaruhi tingkah laku amuk adalah sebagai berikut :
a. Faktor sosial dan kultural
Staus emosi yg rendah,adanya riwayat penganiayaaan pd masa anak- anak,pengalaman hidup dari sub kultur yg mengatasi konflik dng kekerasan,riwayat perilaku kekerasan.
b. Penyakit gangguan mental seperti schizofrenia,gangguan kepribadian,gejala/ sindroma psikotik organik.
c. Mental retardasi
d. Akibat menderita penyakit yg berat atau terminal
e. Demografi:Usia dan jenis kelamin, lelaki muda cenderung meningkat tingkah laku amuk.
f. Seseorang yg putus asa dan tidak berdaya.
2.Model Situasionism
Amuk adalah respon terhadap keunikan,kekuatan dan lingkungan ruamh sakit yg terbatas yg membuat klien merasa tak berharga dan tdk diperlakukan secara manusiawi.Model menggambarkan bagaimana lingkungan dpt mendukung terjadinya kondisi amuk seperti : ruang & kondisi,kesibukan,penempatan klien diunit tersebut,penggunaan waktu,design arsitektur ruangan,pola staf,tingkat kegiatan dan komposisi jumlah klien.
3.Model Interaksi
Model ini menguraikan bagaimana proses interaksi yg terjadi antara klien dan perawat dpt memicu atau menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk,Model ini memfokuskan pd 3 elemen tjdnya cetusan amuk yaitu : Provokasi,Expectasi (harapan) dan Konflik.
Proses Terjadinya Amuk
Amuk adalah respon marah terhadap adanya stres,rasa cemas,harga diri rendah,rasa bersalah,putus asa dan ketidak berdayaan.respon ini dpt diekspresikan secara internal maupun eksternal. Secara internal dpt berperilaku yg tdk asertif & merusak diri,sedangkan secara eksternal dpt berupa perilaku destruktif agresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui 3 cara Yaitu : Secara verbal,Menekan dan menantang.
Bagan 1. Konsep Marah (Beck,Rawlins,Williams,1986,hal 447 dikutif oleh Keliat, 1991).
Ancaman atau kebutuhan
↓
stress
↓
Cemas
↓
Marah
↓
Merasa kuat Mengungkapkan scr verbal Merasa tdk adekuat ↓ ↓ ↓
Menantang Menjaga keutuhan org lain Menantang
↓ ↓ ↓
Masalah tak selesai Lega Mengingkari marah
↓ ↓ ↓
Marah berkepanjangan Ketegangan menurun Marah tdk terungkap
Rasa marah teratasi
Muncul rasa bermusuhan
↓
Rasa bermusuhan menahun
Marah pada diri sendiri Marah pd org lain/lingkungan
Depresi psikomatik Agresif mengamuk
Pengkajian
1. Identitas klien
2. Alasan masuk biasanya berperilaku aneh berupa marah-marah tanpa sebab, menya-kiti diri sendiri dan org lain serta merusak lingkungan.
3. Faktor predisposisi
Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang Riwayat pendidikan
Riwayat pekerjaan Penggunaan waktu luang Hubungan antar manusia Tindakan anti sosial Penyakit yg pernah diderita Riwayat gangguan jiwa dimasa lalu Pengobatan sebelumnya Kekerasan dl keluarga Trauma krn aniaya fisik/tindakan kriminal
4. Apakah ada anggota keluarga yg mengalami gangguan jiwa5. Apakah ada pengalaman masa lalu yg tdk menyenangkan
6. Bagaimana keadaan fisik klien scr umum (S,N,Tensi,RR,TB,BB Serta keluhan fisik lainnya).
7. Bagaimana Kondisi Psikosoial klien : Genogram keluarga,Konsep diri klien,Hubungan sosial klien,spiritual klien.
8. Bagaimana status mental klien: Penampilan,pembicaraan,aktivitas motorik,alam perasaan, afek,interaksi selama wawancara,persepsi klien,proses pikir,isi pikir, tingkat kesadaran, memori,Tingkat konsentrasi dan berhitung,kemampuan penilaian daya tilik diri.
9. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
10. Kemampuan klien dalam kegiatan kehidupan sehari-hari
11. Kebersihan diri klien
12. Nutrisi klien
13. Tidur/istirahat klien
14. Apakah klien memiliki sistem pendukung
15. Apakah klien menikmati saat bekerja,yg menghsilkan atau hobbi
16. Mekanisme koping adaptif atau tdk
17. Apakah klien memiliki masalah psikososial atau lingkungan
18. Bagaimana pengetahuan klien & klg ttg penyakit jiwa.
Diagnosa Keperawatan
1. Kekerasan resiko tinggi b.d adanya gangguan proses pikir
2. Gangguan sosialisasi b.d hambatan komunikasi verbal
3. Resiko Tinggi melukai orang lain b.d Ketidak mampuan mengontrol diri
4. Koping keluarga inefektif b.d kurangnya kemampuan merawat amuk.
Rencana Keperawatan
1.Kekerasan resiko tinggi b.d adanya gangguan proses pikir
Tujuan Jangka Pendek :
Klien mempertahankan agitasi pada tingkat yg dpt dikendalikan shg tdk menjadi kekerasan pd waktu lain.
Tujuan Jangka Panjang :
Klien tdk membahayakan diri sendiri,org lain dan lingkungan saat dirumah sakit maupun dirumah.
Intervensi
1).Bangun kepercayaan dengan klien
Jangan mengemukakan alasan,berdebat atau menentang waham
Yakinkan klien bahwa dia berada dlm keadaan aman & tdk berbahaya
Jangan tinggalkan klien sendiri
Sarankan klien u/ mengungkapkan perasaannya
Tunjukan penerimaan thd kebutuhannya spt membicarakan pengalaman yg memicu timbulnya waham
Tetap tenang
Rasional
U/ menghindari kecurigaan dan menumbuhkan kepercayaan/keterbukaan
2).Kaji Tingkat ansietas klien
Rasional
Dengan mengenali prilaku ini perawat dpt mengatasi sebelum kekerasan terjadi.
3).Kaji sensori yg menimbulkan keinginan u/ melakukan kekerasan
Rasional
U/ mengetahui ttg perubahan isi pikiran yg menimbulkan perubahan perilaku.
4).Jangan menerima /mengkritik isi pikir klien yg salah
Rasional
Karena akan mengurangi kepercayaan & memunculkan konflik antar klien perawat yg dpt menghambat hubungan terapeutik
5).Pertahankan tingkat rangsang yg rendah pd lingkungan klien
Rasional
Ansietas meningkat pd rangsangan yg tinggi.
6).Singkirkan objek yg berpotensi membahayakan
Rasional
Dlm keadaan dissorientasi klien dpt menggunakan objek ini u/tindakan kekerasan
2.Kerusakan interaksi sosial b.d hambatan komunikasi verbal
Tujuan jangka pendek
Klien mengembangkan hubungan saling percaya dng staf,mengajak interaksi dng staf
Tujuan Jangka Panjang
Klien dng sukarela mau melakukan aktivitas kelompok bersama klien yg lain & staf
Klien dpt menahan diri u/ tdk melakukan perilaku egosentris yg menyinggung org lain & tdk mendukung suatu hubungan saat pulang
Intervensi
1).Luangkan waktu u/ berinteraksi dng klien
Rasional
U/ membentuk persepsi klien agar merasa berharga/dihargai
2).Kembangkan hubungan terapeutik melalui kontak yg sering,singkat & menerima
Rasional
Kehadiran,penyampaian & penerimaan menolong meningkatkan harga diri/kepercayaan klien
3).Ajak klien u/ melakukan aktivitas kelompok,berikan klien kesempatan meng-ambil keputusan sendiri u/meninggalkan kelompok.
Rasional
U/memberikan rasa aman scr emosional kepada klien
4).Berikan umpan balik langsung dari interaksi yg telah dilakukan klien dng org lain
Rasional
U/ mengubah perilaku klien kearah positif.
5).Ajarkan tehnik asertif & cara berespon serta ketrampilan dlm melakukan hubung an dng org lain
Rasional
Pengetahuan ttg tehnik asertif dpt meningkatkan hubungan klien dng org lain
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa : Yasmin Asih, Edisi 6, EGC, Jakarta, 1998
Keliat, B. A., Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC, Jakarta, 1999
Rawlins, R.P. & Patricia Evans Heacock, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, 2 nd Edition, Mosby Year Book, St. Louis, 1993
Stuart, G.W. & Michele T. Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th Edition, Mosby Company, St. Louis, 1998
Towsend, Mary C., Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan,
Alih Bahasa : Novy Helena C.D., Edisi 3, EGC, Jakarta, 1998\
Stuart, G. W. & Sandra J. Sundeen, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 1 st Edition, Mosby Company, St. Louis, 1995
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
pada tahap pengkajian ini dilakukan wawancara langsung dengan klien, ibu klien dan Ayah klien, serta menganalisa catatan medik dan catatan keperawatan untuk mendapatkan data, disamping mengobservasi langsung tehadap klien.
1. Indentitas
N a m a : Tn. A.R
U m u r : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Tdk tamat SMK (Hanya sampai Kls I)
Pekerjaan : Tdk bekerja
Alamat : Mergoayu RT.2/5 Ngranggot,Nganjuk
Tgl. MRS : 29 Nopember 2001
Tgl. Pengkajian : 4 desember 2001
Diagnosa Medis : Skhizofrenia hebefrenik
Nomor Register : 10108465
Informan : Ny.K (Ibu),Tn. S (Ayah)
Penggung jawab klien : Orang Tua.
2. Alasan Masuk
Klien Marah-marah tanpa sebab,memecahkan semua kaca jendela rumah dan memukul ayahnya.keluarga sudah membawanya berobat kedokter dinganjuk tapi tdk berhasil klien tetap marah-marah.
3. Faktor Predisposisi
Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu (+ 1 tahun yang lalu) pengobatan sebelumnya jarang berhasil karena pasien tidak kontrol dan putus obat. Klien pernah mengalami penolakan dari lingkungan (ditinggal orang yang dicintai). Dalam anggota keluarga lain.
4. Dimensi Fisik
a. Aktivitas fisik sehari – hari
1. Nutrisi
Klien saat di rumah makan tiga kali sehari secra teratur, di RS klien klien makan teratur sesuai dengan jadwal yang telah berlaku, klien makan di dalam kamar dan porsi makan yang diberikan selalu dibagikan bahwa klien merasa kurang . Klien tidak mendapatkan program diet khusus masalah keperawatan?
2. Istirahat tidur
Kebiasaan tidur klien dirumah tidak teratur (klien begadang sampai larut malam). Di rumah sakti klien tidur mulai pukul 22.00 – 04.00 klien sering terbangun suara – suara yang mengajak ia bicara klien juga sering bangun terlalu pagi. Masalah keperawatan ?
3. Aktivitas Fisik
Di RS klien mau mengikuti kegiatan yang sudah terprogram di ruang jiwa C. Jika diajak melakukan aktivitas, klien tidak menolak tapi hanya sebentar saja terus bilang lelah/malas kemudian pergi jalan-jalan.
Dalam berpenampilan, klien kelihatan tidak rapi, rambut acak- acakan
b. Pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran klien berubah dengan tanda – tanda vital T. 120/80 mmHg, suhu 370C pernafasan 20 x / menit nadi 84 x/mnt. Pada klien tidak ditemukan adanya kelainan maupun keluhan fisik yang dirasakan.
5. Dimensi Psikososial
1. Genogram
Didalam keluarga Tn.A.R tidak ada yang menderita gangguan jiwa, klien merupakan anak pertama dari 3 bersaudara 1 perempuan 2 laki – laki, klien tinggal bersama kedua orang tua dan 1 kemenakan laki – laki
2. Konsep kasus
Identitas diri : Klien dapat menyebutkan identitas dirinya yaitu nama,umur, jenis kelamin, pekerjaan dengan bebas.
b. Harga diri : Klien sebelum mereka menilai dirinya sebagai orang yang sehat,klien bingung mengapa ia dibawa ke RS
c. Ideal diri : Klien berkeinginan kalau sembuh klien ingin merawat dan membahagiakan kedua orang tuanya yang sakit.
d. Gambaran diri : Klien memandang dirinya tidak ada kalainan fisik
e. Peran : Klien berperan sebagai anak.
3. Hubungan sosial
Menurut klien orang yang berarti adalah kedua orang tuannya dan adik kandung perempuannya, dirumah klien berperan serta dalam kegiatan kelompok siskamling dan kadang – kadang dan klien merasa tidak ada hambatan dalam berhubungan/berinteraksi dengan orang lain.tapi belakangan klien bergaul dng teman yg tdk sekolah/bekerja yg membawa pengaruh buruk bagi klien.Klien suka menolong org lain terutama teman.
4. Dimensi spiritual
Klien beragama islam klien melakukan kewajiban sholat secara rutin 5 waktu dalam sehari, klien berpandangan bahwa sakit adalah suatu cobaan / ujian dari tuhan.Tapi belakangan klien tdk mau lagi melakukan semua itu karena malas.
VI Status mental
1. Penampilan Tn.A.R terkesan tidak rapi rambut klien acak – acakan pakaian ganti tapi dipasang sembarangan.Kadang klien mengganti pakaian didepan org lain tanpa merasa malu/sungkan.
2. Pembicaraan klien cepat, klien bicara sendiri pembicaraan terarah tapi non realistik karena tidak ada lawan bicara.
3. Aktivitas motorik
Klien tampak tenang tanpa menunjukan aktivitas motorik yang berlebihan dan berarti.
4. Alam perasaan
Klien merasa bingung kenapa dibawa ke rumah sakit,ia merasa tdk sakit,klien cuek terhadap keberadaan ibu & ayahnya. .
5. Afek datar
Klien tidak bereaksi terhadap stimulus / ragsangan dari luar
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata klien kurang, klien menerima kahadiran orang lain artinya klien tidak mematuhi / marah pada orang lain yang mendekati klien tidak berespon terhadap kehadiran orang.
7. Persepsi
Terdapat halusinasi pendengaran, klien seolah – olah sedang diajak bercakap – cakap & ditemui seseorg
8. Proses pikir
Klien mengalami perubahan proses pikir sirkumtansial pembicaraan klien berbelit belit tapi tidak mencapai tujuan.
9. Isi pikir
Klien mengalami gangguan isi pikir (obsesi) pikiran yang selalu muncul, walaupun klien berusaha untuk menghilangkanna adanya halusinasi pendengaran. Ide pikir tidak jelas.
10. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien berubah orientasi klien terhadap orang tempat dan waktu baik
11. Tingkat konsentrasi
Klien mudah beralih berbicara dengan topik yang tidak menetap (berganti – ganti)
12.Kemampuan penilaian
Klien mengalami gangguan ringan artinya klien masih mampu pengambilan suatu keputusan
13. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat saat ini jangka panjang, pendek
VII.Kebutuhan Persiapan Pulang1. Kemampuan klien memenuhi / menyediakan kebutuhan klien hanya mampu memenuhi kebutuhan makanan dan keamanan dalam pemenuhan
kebutuhan yang lain klien masih membutuhkan bantuan orang lain.
2. Kegiatan hidup sehari – hari
a. perawatan diri
Klien masih membutuhkan bantuan minimal BAB / mandi kebersihan ganti pakaian. Klien masih sering di ingatkan / diperintah dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
b. Nutrisi
Klien tidak mengalami perubahan pola mutrisi baik dirumah / di RS klien makan 3 x sehari sesuai jadwal pemberian nafsu makan baik klien selalu menghabiskan porsi makanan dari RS bahkan klien sering merasa kurang B klien 58 kg tidak ada program diit khusus dr. RS.
c. Tidur
Menurut ibu klien. Klien ada masalah dalam tidur klien sulit tidur, sering terbangun seolah – olah ada yang membangunkan dan mengajakan berbicara klein tampak kurang segar. Klien bangun terlalu pagi yang menolong untuk tidur yaitu setelah klien minum obat.
3. Klien Belum mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
4. Klien memiliki sistim pendukung
Sistem pendukung klien yaitu keluarga, profesional / terampil
VIII. Mekanismen KopingPertahanan diri (koping) yang digunakan dalam mengatasi masalah yaitu klien berusaha mencederai diri & org lain
a) Masalah Psikososial dan LingkunganTidak ada masalah dengan dukungan kelompok, pendidikan, perumahan ekonomi dan pekerjaan, klien mempunyai masalah dengan pelayanan kesehatan klien tidak kontrol karena malu dan putus obat, masalah lainnya klien bergaul dng org yg memberi efek negatif baginya spt: merokok,minum-minum keras,obat-obat terlarang serta kadang main perempuan.
b) Aspek MedikDiagnosa medic : Skizofrenia Hebefrenik
Terapi medik : Obat – obat – Frifluperazim 2 x 5 mg
- Chlopromazine 3 x 100 mg
- Tryhexy pheridin 2 x 2 mg
- Injectie largactil 50 mg lm jika perlu
Terapi gerak : Klien mau ke ruang olah raga tapi tidak mau melakukan aktivitas olah raga (klien hanya duduk dan bicara sendiri)
Terapi aktivitas kerja : Klien mau ke ruang terap kerja tapi tidak mau melakukan aktivitas bermain gitar & bernyanyi sembarangan (syair tdk jelas) bila td di ajak/disuruh.
ANALISA DATA
KLASIFIKASI DATA MASALAH
05 Desember 2001
Klien marah-marah merebut barang milik orang lain.
Jika bicara mata sering melotot
Sering tampak tegang
Kurang bersahabat, curiga pada klien lain
Bicara kacau
Nada suara tinggi dan cepat
Vena jugularis menonjol,saat bicara.
Kalau lagi marah jalan-jalan dan menghampiri klien lain.
Adanya curiga pada klien lain yaitu
Marah yang tidak konstruktif.
pada klien E ( disangka mengambil uang dan membuat bajunya sobek).
Menyuruh klien lain membersihkan ruangan.
Pernah bersitegang dengan klien lain gara-gara tempat sampah yang ada didekat kamarnya diambil oleh klien lain.
Desember 2001
Klien tidak ganti baju. Baju yang dipakai pada pertemuan tanggal 10 masih dipakai hari ini.
Gigi klien kuning.
Kulit agak bersisik.
Rambut kotor banyak ketombe.
Klien tidak rapi sering duduk di lantai.
Klien menyatakan malas mandi.
Potensial melukai orang lain /Amuk.
Penampilan diri kurang adekuat
Setiap kali berinteraksi dengan Mahasiswa ,pk.10.00 WIB Klien belum mandi.
Kurang berminat dalam kebersihan.
Tanggal 17-4-97
Klien cuti,pulang ke rumah.
Tanggal 24-4- 97
Klien sering sendiri di ruangan ,tempat tidurnya .
Klien tidak pernah berinteraksi dengan klien /orang lain.
Klien senang melamun dibawah tempat tidur nya sambil merokok.
Gangguan hubungan sosial; menarik diri
Klien selalu menyatakan orang lain malas tidak pernah bersih-bersih,hanya dia sendiri yang bersih-bersih.
Klien mengatakan barangnya hilang ,bajunya sobek,klien lain yang mengambil dan merobek bajunya.
Kalau ada orang lain yang sedang ngomong-ngomong,tingkahnya seperti menyelidik.
Klien selalu jalan-jalan ke kamar klien lain ,melihat-lihat tanpa berinteraksi.
Ada klien M yang asyik duduk ,tiba-tiba klien marah-marah dan memukul klien M.
Curiga.
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
NO/ Diagnosa Perencanaan
Tgl Keperawatan Tunjuan Kriteria Evaluasi Timdakan Keperawatan
I
05-12-01 Resikol melukai diri sendiri dan orang lain/amuk s/d Ketidak mampuan klien mengungkapkan marah secara konstruktif.
Klien mengatakan kesal sama orang-orang ditumah karena dia tidak pernah diberikan kerjaan yang enak
Klien mengatakan kesal sama orang-orang di RS. Uangnya hilang ada yang mengambil.
Klien mengatakan kesal, orang-orang dirumah sakit bikin kotor saja, habis dibersihkan , kotor lagi.
DO :
Jika bicara dengan orang lain mata sering melotot.
Kadang klien tampak tegang.
Jalan tanpa tujuan.
Klien sering marah dengan suara keras.
Bicara kacau & tdk jelas.
Sering membentak orang.
Tupan : Tidak melukai orang lain, diri sendiri dan mampu mengung-kapkan marah yang konstruktif.
Tupen :
1. Klien dapat membina hubu-ngan saling percaya dengan perawat
1.1. Setellah dua kali pertemuan klien mau berinteraksi dengan perawat
Membalas salam.
Berjabat tangan.
Berkomunikasi verbal.
Dapat menyebutkan nama perawat.
1.1.1. Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal
Perkenalkan diri.
Jelaskan tujuan pertemuan .
Terima klien apa adanya.
Ciptakan suasana tenang dan relaks.
Hargai privasi klien.
1.1.2. Pertahankan sikap pera-wat secara konsisten.
Menepati janji.
Hubungan saling percaya akan menurunkan rasa keterancaman klien terhadap stimulus yang berasal dari perawat , sehingga tercipta hubungan terapeutik.
Sikap yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat, dan klien
Mempertahankan kontak mata dan posisi yang terbuka.
Hndari komunikasi yang ber-sifat rahasia didepan klien .
Perhatikan kebutuhan klien .
merasa bahwa perawat tahu akan kebutuhannya.
2. Klien dapat mengidentifikasi sumber marah dan mengenal rasa marahnya.
2.1. Setelah dua kali pertemuan klien dapat mengungkapkan apa yang membuat dia marah.
Mengatakan dalam dalam situasi apa klien marah.
Mengatakan penyebab klien marah.
Klien mengatakan dan mengetahui bahwa dirinya sedang marah
2.1.1. Beri respon pd klien dgn tenang dan tidak mengancam.
Bicara perlahan dan jelas
Menggunakan kalimat yang mudah dimengerti klien.
Bersikap terbuka.
2.1.2. Dorong klien untuk meng-ungkapkan hal-hal yang menye-babkan marah.
Tunjukkan prilaku empati
Bicara mudah dimengerti
Memberi respon pd klien menandakan perawat mene-rima kehadiran klien secara utuh, halini merupakankomunikasi yg terapeutik dan mempermudah intervensi selanjutnya.
Dengan bantuan perawat diharapkan klien mampu mengungkapkan penyebab marahnya dan klien dapat mengenal marahnya.
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda- 3.1. Setelah Dua kali pertemuan klien mampu menyebutkan minimal
3.1.1 Dorong klien untuk meng-ungkapkan / mengenal tanda-tanda
Dgn mampunya mengemu-kakan / mengenal tanda-tanda
tanda marah. 3 tanda-tanda marah dari tanda-tanda fisik yang biasa terjadi.
Wajah merah.
Mata melotot.
Tekanan darah meningkat.
Otot-otot tegang/ menggetar.
Tangan dikepal.
Muka tegang.
Nada suara meninggi.
saat klien marah yg diketahui klien.
3.1.2. Diskusikan dgn klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pd orang marah.
saat klien marah, klien dapat mengidentifikasirahnya.
Dgn tahunya tanda-tanda marah bagi klien dapat mengidentifikasi diri sendiri dan orang lainkondisi spt itu adalah sedang marah.
4. Klien dapat mendemontrasikan koping yg biasa digunakan apabila klien marah.
4.1. Setelah 4x pertemuan klien mampu mendemontrasikan cara-cara klien dalam mengatasi marah yang selama ini dilakukan.
4.1.1 Dorong klien untuk menga-takan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
Jangan menyinggung klien
Terima apapun yang diungkap-kan klien.
Fokusing dan klarifikasi bila klien melantur.
4.1.2. Perhatikan klien dan ber-sikap terbuka menerima saat klien sedang mendemontrasikan koping-nya.
Dgn mengetahui cara-cara yang telah dilakukan klien sebagai bahan untuk inter-vensi selanjutnya, dan dgn menghargai upaya klien akan terbina hubungan saling percaya antara perawat dan klien.
Perhatian yang penuh akan memungkinkan klien untuk lebih percaya diri dalam mengekpresikan prilakunya.
Pilihan baik dan buruk sangat penting saat klien untuk
4.1.3. Diskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baiknya.
mempertimbanglkan, sehingga klien sendiri yang akan memutuskan.
5. Klien dapat menilai koping/ cara mengatsi marah mana yang baik untuk dirinya atau yang tidak baik ( mengungkapkan marah secara konstruktif ).
5.1. Setelah 6x pertemuan, klien mampu menilai dan menjelaskan cara marah yang konstruktif.
Tidak menyinggung perasaan orang lain.
Tidak melukai orang lain.
Tidak merusak.
Tidak membuat takut suasa-na.
5.1.1. Diskusikan dgn klien cara mengungkapkan marah yang konstruktif.
Latihan Asertif; bagaimana diri sebagai orang yg mengalami marah.Mengekplorasi diri untuk mengungkapkan penyebab ma-rah.
Menyalurkan energi kemarahan secara kontruktif.
Tehnik relaksasi; Membaca, menggambar, mendengar mu-sik, nonton tv dll.
Penyelesaian masalah ; Menceritakan pada perawat atau orang lain yang dapat memberikan jalan keluar.
Aktivitas fisik ; olahraga, pekerjaan rumah tangga.
Spiritual ; berdoa.
Bermain peran.
Membantu klien untuk mema-hami atau meningkatkan pengetahuan klien tentang cara mengungkapkan marah yang bisa diterima orang lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
5.12. Dorong minat klien untuk belajar mengungkapkan marah secara konstruktif.
5.1,3. Anjurkan dan dorong klien untuk memberi contoh marah yang konstruktif
Adanya motivasi akan menimbulkan sikap yang konstruktif dlm mengeks presikan marah.
Menunjukkan realita marah yang konstruktif.
6. Klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara-cara mengekpresikan marah yang konstruktif.
6.1. Setelah 6x pertemuan klien dapat memperlihatkan prilaku yang menunjukkan cara pengungkapan marah yang konstruktif.
Expresi wajah tyidak tegang.
Nada suara tidak ringgi.
Mata tidak melotot.
Nafas tidak cepat.
Tidak menggunakan kata-kata kasar.
Prilaku tidak agresif.
6.1.1.Diskusikan dgn klien tentang upaya untuk menciba menerapkan cara-cara yang telah dipelajari dalam berhubungan dengan orang lain.
6.1.2. Anjurkan pd klien untuk mengungkapkan marah secara verbal yang dapat diterima orang lain.
6.1.3. Ingatkan klien untuk berlatih
Menerapkan hal yang telah dipelajari berarti klien belajar mengidentifikasikan dirinya sendiri sehubungan dgn perkembangan di dalam proses berubah.
Tidak membuat orang lain tersinggung berarti tidak menambah konflik baru.
terus cara mengungkapkan marah secara konstruktif.
Dgn berlatih terus maka akan terpola dalam perilakunya.
7. Keluarga dapat memiliki sikap yg mendukung atas keadaan perkembangan kesehatan klien
7.1. Setelah satu kali pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifi-kasi sikap-sikap yang membuat klien marah.
7.1.1. Anjurkan keluarga untuk mengidentifikasi sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.
7.1.2. Beri kesempatan pada keluarga untuk menilai sikap yang telah dilakukan terhadap klien selama ini.
Kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi sikap, me-mungkinkan keluarga mampu melakukan penilaian terhadap perlakuan yang membuat klien marah.
Penilaian terhadap sikap sendiri akan meningkatkan kesadaran keluarga.
09-12-01 Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
DS :
Klien selalu mengatakan , klien yang
Tupan :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
lain malas-malas.
Klien mengatakan klien p mengejeknyal.
DO :
Klien sering menyendiri di tempat tidurnya.
Klien tidak berinteraksi dengan klien lain.
Klien sering melamun dilantai disamping tempat tidurnya.
Tupen :
1. Klien dapat mengungkapkan perasaan dan persepsinya dengan rasa aman.
1.1. Setelah 4x pertemuan klien mau menceritakan perasaan dan persepsinya secara spontan.
1.2. Ekspresi wajah klien tampak tenang.
1.1.1. Bina hubungan saling perca-ya :
Tepati janji.
Jelaskan tujuan intrvensi.
Berlaku konsisten.
Perilaku bersahabat.
Empaty.
1.1.2. Pelihara ketenangan ling-kungan , suasana hangat dan ber-sahabat.
1.2.1. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya (menggunakan perta-nyaan terbuka)
1.1.2. Dengarkan klien dengan penuh rasa empaty.
Terbukanya hubungan saling percaya antara klien dan perawat akan mempermudah klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Suasana lingkungan tenang dan hangat , bersahabat akan mendukung dalan komunikasi terapeutik.
Dengan pertanyaan terbuka memberikan kesempatan pd klienperasaannya.
Akan meningkatkan hubungan saling percaya.
2. Klien mengenal curiganya. 2.1. Setelah 5 - 7 X pertemuan klien dapat mengenal perasaan
2.1.1. Adakan kontak yang sering dan Untuk menstimulus hal-hal yang konstruktif dan menghin-darkan
curiganya. singkat
2.1.2. Terima perasaan curiga sebagai hal yang nyata bagi klien tetapi tidak nyata bagi perawat.
persaan curiga
Menghargai pendapat klien dan menjelaskan apa yang dirasakan dan dilihat, diharap-kan hubungan saling percaya tetap terbina dan klien tidak terlena dengan kecurigaanya.
2.2. Klien dapat mengungkapkan situasi apa yang membuat klien curiga setelah 5-7x pertemuan.
2.2.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaan curiga.
Mengetahui penyebab terjadi-nya curiga, sebagai bahan untuk intervensi selanjutnya.
2.3. Klien dapat menyampaika n pada perawat saat terjadinya curiga.
2.3.1. Tanyakan pada klien, dalam keadaan bagaimana curiga itu timbul.
Menigkatkan kerja sama klien dan perawat dalam mengatasi curiganya.
3. Klien dapat mengontrol curiganya. 3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan meningkatkan perhatian klien pd rangsangan realita.
3.1.1. Tingkatkan respon klien pd realita ; misalnya ajak klien untuk berinteraksi diyakinkan bahwa ling-kungannya tidak mendukung tim-bulnya curiga.
Meningkatkan kerja sama perawat- klien utk mengontrol curiganya dan lingkungan terapeutik akan mengurangi perasaan curiga klien.
3.2. Klien dapat mengerjakan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.
3.2.1. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan aktivitas yang disenangi.
Dgn kegiatan sehari-hari fokus curiganya akan ber-kurang.
Reinforcement positif sangat-lah
3.3. Klien dapat memulai dan mempertahankan hubungan dgn orang lain.
3.2.2. Puji klien apabila klien sudah mau ikut melakukan kegiatan sehari-hari.
3.31. Perkenalkan klien dgn klien lain dan mengikutsertakan dalam kegiatan bersama seperti makan, memelihara kebersihan.
3.3.2. Berikan stimulus yang konstruktif bahwa lingkungan cu-kup bersahabat.
3.3.3. Dorong klien untuk ber-komunikasi dengan lingkungan secara bertahap.
3.3.4. Lakukan terapi aktifitas kelompok yg bertujuan untuk membina hubungan sosial dan interaksi dgn
penting dalam dalam meningkatkan kepercayaan klien.
Apabila klien sudah bisa berinteraksi dan mengenal lingkungan yang tidak mem-buatnya menjadi curiga, klien akan terhindar dari perasaan curiga.
Hal ini akan mengurangi ke-curigaan klien yang sudah terpola.
Secara bertahap disesuaikan dgn kemampuan interaksi klien.
Terapi aktivitas kelompok dgn sosialisasi sangat berarti sekali untuk klien yg menarik diri.
lingkungan.
4. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol perasaan curiga klien.
5. Klien dapat mengikuti program pengobatan.
4.1. Setelah satu kali home visit keluarga dapat :
Menjelaskan proses terjadinya curiga.
Tanda-tanda curiga.
Cara mengontrol curiga.
4.2. Keluarga dapat membantu menurunkan perasaan curiga klien.
5.1. Kolaborasi; pemberian obat psikofarma.
4.1.1. Diskusi dgn keluarga tentang ;
Kecurigaan yang terjadi pada klien.
Tanda-tanda curiga.
Cara mengontrol supaya tidak terjadi curiga.
4.2.1. Berikan motivasi keluarga agar bersikap empati dan bersahabat serta tidak membuat klien tambah curiga.
5.1.1. Menjelaskan kepada klien tujuan pengobatan.
Awasi klien apakah obat dima-kan.
Jelaskan kepada klien tentang reaksi obat.
Perhatikan prinsip 5 benar pada pemberian obat.
Observasi reaksi setelah pem-berian obat.
Dengan meningkatkan penge-tahuan keluarga tentang gangguan berhubungan curi-ga yang terjadi pada klien akan membantu keluarga dalam memberi perawatan kepada klien baik di rumah atau di rumah sakit.
Dukungan keluarga sangat dibutuhkan sekali pd klien gangguan berhubungan dgn perilaku curiga.
Hal ini dilakukan untuk meng-hindari kecurigaan klien. Dengan perhatian perawat dalam pengobatan maka terapi akan lebih tepat guna dan efektif sesuai sasaran.
3.
09-12-01
Penampilan diri kurang adekuat sehubungan dengan kurang minat dalam kebersihan diri.
D.O :
Penampilan diri kurang rapih.
Baju yang dipakai itu-itu saja tampak kotor.
Kulit agak bersisik & kering
Rambut kotor, banyak ketombe.
Setiap berinteraksi dgn mahasiswa klien belum mandi.
Kuku panjang dan hitam.
D.S.
Klien mengatakan malas mandi.
Klien mengatakan waktu pulang malas mandi karena takut menghabiskan air.
Tupan :
Penampilan klien rapih dan bersih.
Tupen :
1. Klien mampu mengungkapkan pentingnya merawat kebersihan diri sendiri.
2. Klien mampu meningkatkan kemampuan dalam merawat diri sendiri secara bertahap.
1.1. Setelah dijelaskan tentang pentingnya perawatan diri sendiri, klien dapat menyebutkan kembali tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri, dan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
2.1. Selama klien di rawat.
Klien dapat mandi sendiri setiap hari dgn menggunakan sabun mandi, gosok gigi pakai odol, klien tampak bersih.
Klien dapat mengganti baju tiap hari dan pakai pakaian bersih.
Klien dapat memperlihatkan kebersihan rambut, wajah dan kuku.
2.2. Setelah 4x pertemuan klien dapat melakukan point 2.1
1.1.1. Diskusikan dengan klien tentang tujuan dan pentingnya merawat diri sendiri.
1.1.2. Berikan motivasi klien untuk melakukan perawatan diri.
2.1.1. Dorong klien untuk mandi sendiri 2x sehari, menggunakan sabun mandi, ganti baju, dan menggunakan yang bersih, serta memperhatikan kebersihan, badan wajah, dan kukunya.
Denman mengetahui hal ini klien akan kooperatif dalam merawat diri sendiri.
Motivasi sebagai stimulus external yang dapat meng-gerakkan klien.
Dengan dorongan dan mem-perhatikan kemampuan klien secara bertahap klien dapat mandiri dalam merawat diri sendiri.
3. Keluarga dapat berperan dalam mengontrol dan memberikan dukungan terhadap perewatan kebersihan diri sendiri.
4. Klien dapat mengikuti kegiatan TAK dengan tujuan untuk meningkatkan kebersihan, klien termotivasi melakukan keber-sihan.
dengan inisiatif sendiri.
3.1. Setelah satu kali pertemuan home visit keluarga dapat mengerti tentang, manfaat kebersihan bagi klien dapat memberikan dorongan bagi klien untuk melakukan perawatan kebersihan diri.
4.1. Setelah 4x pertemuan klien dapat mengikuti TAK . Cara me-rawat kebersihan, memakai baju, membersihkan tempat tidur klien.
2.2. Observasi tingkat kemajuan klien dalam merawat diri sendiri.
3.1.1. Diskusikan dengan keluarga tentang konsep kebersihan/ self care pada klien
4.1.1. Lakukan TAK mengenai merawat kebersihan diri, pakai baju yang rapih, membersihkan tempat tidur.
Klien merasa dihargai dari apa yang selama ini dila-kukannya.
Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam rangka self care bagi klien.
Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan membi-asakan klien dalam mela-kukan perawatan kebersihan diri.
CATATAN KEPERAWATAN
No Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
Keperawatan Resspon Klien (S dan O)
1 05-12-01 Resiko melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungkap kan marah secara kons truktif.
1.1.1. membina hubungan saling percaya dengan klien.
Mengucapkan salam.
Memperkenalkan nama.
Berjabat tangan .
Kontak mata.
menyampaikan tujuan pertemuan.
Klien menerima perknalan dengan mahasiswa.
Membalas salam.
Membalas jabat tangan.
Berrespon secara verbal.
Interaksi tetap dipertahankan.
05-12-01 Resiko melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam puan klien mengungka kan marah secara kons truktif.
1.1.1. Membina hubungan saling percaya dengan klien (melanjutkan ).
1.1.1. Memelihara ketenangan lingkungan, suasana hangat dan bersahabat.
Hubungan saling percaya sudah terbina selama 3-5x pertemuan.
Klien menerima kehadiran pera wat.
Dipertahankan.
Dipertahankan.
1.1.2. Mempertahankan sikap perawat secara konsisten. Dalam setiap interaksi dengan klien perawat selalu menepati janji dan berikan kontrak yang jelas, time out, serta memperhatikan kebutuhan klien.
O. Klien tampak senang setelah diberikan pujian terhadap apa yang sudah positif pada dirinya.
Dipertahankan.
S. Waktu ditanya mengenai man di klien mengatakan sudah, dan ketika ditawarkan untuk perte muan lagi klien mengatakan ya.
2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka, menanyakan pada klien apa yang membuat klien marah.
O. Klien tampak cemberut, tegang, matanya datar, vena jugularisnya tampak jelas, nada suara agak tinggi pada saat mengungkapkan perasaannya.
S. Klien mengatakan habis orang lain disini pada kotor, engga mau bersih-bersih, ke marin aja uang saya hilang dicuri sama klien E.
Dilanjutkan dan mengekplorasi lagi perasaan klien.
09-12-01 Resikol melukai diri sen diri atau orang lain/ amuk s/d. Ketidak mampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.
1.1.1. Membina hubungan saling percaya, meng ucapkan salam, menanyakan perasaannya hari ini, menanyakan tentang kabarnya dirumah (karena klien habis cuti ) apa yang dilakukan klien di rumah, dan menanyakan perasaan klien setelah pulang.
O. Klien tampak senang diper hatikan., dan menerima kehadir an perawat.
S. Klien menjawab salam , “ selamat pagi “, baik-baik saja.
Dipertahankan.
1.1.2. Mempertahankan sikap perawat yang konsisten, menepati janji, kontrak yang jelas setiap pertemuan, dan melakukan time out, serta mempertahankan kebutuhan klien, dan memberikan pujian.
O. Klien tampak senang, senyum -senyum, apabila diberikan puji an.
Dipertahankan.
2.1.2. Mendorong klien untuk mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien marah dengan pertanyaan terbuka.
O. Klien tampak serius, berapi-api dalam mengungkapkan perasaannya.
Dipertahankan dan dilanjutkan dgn explorasi yg lain.
S. Klien menjawab apa yang membuat klien marah yaitu “ Habis orang-orang di sini ( klien) malas-malas tidak mau bantu kerja “.
5.1.1. Menanyakan pada klien , apa yang dilakukan klien bila klien marah.
O. Tampak klien tidak terbuka dan menutupi dan mengingkari apa yang sudah dilakukannya.
Klien tampak cemberut dan tertunduk.
S. Klien hanya mengatakan
Dipertahankan dan perlu memo difikasidengan memcari waktu yg tenang bagi klien.
Tidak tahu dan saya tidak ingin membuat masalah.
Gangguan hubungan sosial : menarik diri S/D curiga.
1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap konsisten, dan memelihara ketenangan lingkungan seperti Dx I.
1.1.2. Mendengarkan setiap klien bercerita dengan empati.
O. Klien tampak bersemangat untuk bercerita, tapi kadang-kadang melantur.
Dipertahankan dengan memper hatikan komu nikasi dengan fokusing.
2.2.1. Bersama klien mendiskukan tentang curiga pada klien. O. Klien tampak marah ketika menjawab yang membuat dia jengkel.
Dipertahankan
S. Klien menjawab “Orang-orang bikin kesel”, kagak mau kerja, bisanya bikin kotor, habis klien M sepertinya mengejek.
Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri.
1.1.1. Membina hubungan saling percaya, bersikap empati, konsisten serta memelihara ketenangan lingkungan. ( seperti Dx yang lain ).
1.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang :
Manfaat kebersihan.
Cara memelihara kebersihan.
Tanda-tanda badan yang bersih.
Akibat dari tidak terpeliharanya kebersihan diri.
O. Klien tampak tersenyum dan garuk-garuk kepala
S. Klien mengatakan kalau mandi satu hari sekali dan kadang-kadang engga mandi. Dan klien mengatakan alasan engga mau mandi “ habisnya malas “.
Dipertahankan dan terus diberi kan stimulus.
10-12-01 Resikol melukai diri sendiri atau orang lain /amuk s/d ketidakmam-puan mengungkapkan marah secara konstruktif.
1.1.1. Membina hubungan saling percaya sama seperti hari-hari sebelumnya.Tetap bersikap konsisten.
7. Mendiskusikan tentang keadaan keluarganya.
Bagaimana keadaan keluarga dalam menerima keadaan klien.
O. Klien tampak terdiam , perasaan datar.
S. Klien bercerira tentang keluarganya, bahwa sebenarnya ingin pulang kerumah tapi keluarga tidak mengijinkan , hanya bilang entar-entar aja.
Diperthankan dan direncanakan utk melakukan kunju ngan rumah. Utk memvalidasi data.
11-12-01 Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
1.2.1. Mendorong klien untuk mengungkapkan apa saja yang membuat klien curiga.
O. Tampak klien menutupi perasaannya, dan banyak diam.
S. Klien hanya mengatakan tidak apa-apa.
dipertahankan dan perlu memo difikasi dengan memberikan sti mulus yg kons truktif.
3.1.1. Meningkatkan respon klien terhadap realita dengan menginteraksikan klien dengan klien lain, langsung pada saat klien sedang berkumpul, memberikan pujian bila klien melakukan hal yang positif.
O Klien tampak ketawa, tampak senang.
S. Klien hanya ketawa “he..he..”
Penampilan diri kurang adekuat s/d. kurang minat dalam kebersihan diri.
5.1.1. Memberikan obat dan mengawasi respon klien, serta menjelaskan kepada klien .
1.1.2. Pada saat mahasiswa datang, tampak klien habis ganti pakaian yang bersih dan baru. langsung perawat memberikan pujian dan langsung mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan dan bagaimana caranya memelihara kebersihan , serta menunjukkan kepada klien tanda-tanda kalau badan bersih, dan penampilan bersih.
O.Klien tampak memakan obat yang diberikan,
S. Klien mengatakan kalau selalu minum obat, bahkan kalu cuti klien selalu membawa obat.
O. Dengan pujian klien tampak senang, dan tersenyum-senyum, dan langsung mengambil alat-alat mandi.
S. Klien mengatakan saya belum mandi, kalau begitu mandi yah.
Dipertahankan.
Dipertahankan.
1.1. Memperhatikan kebersihan klien setelah mandi dan memberikan pujian, serta memberikan contoh langsung kalau tanda badan bersih.
O. Klien tampak tersenyum, dan merapihkan rambutnya yang masih basah.
S. Klien mengatakan kalau habis mandi seger dan engga gatal.
Dipertahankan.
12-12-01 Resikol melukai diri sendiri atau orang lain/amuk s/d ketidakmampuan mengungkapkan marah secara konstruktif.
1.1.1 Menciptakan suasana menerima klien.
Menjalin hubungan saling percaya.
Bersama klien menentukan tempat yang nyaman untuk melakukan interaksi.
3.1.2. Mendiskusikan dengan klien tentang tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
4.1.1. Mendorong klien untuk mengatakan cara-cara yang dilakukan bila klien marah.
Menanyakan kepada klien bagaimana perasaan klien setelah marah.
Mendiskusikan bersama klien tentang aspek negatif bila mengekpresikan marah cara tidak konstruktif dan bagaimana cara-cara yang baik.
O. Klien tersenyum dan mem balas salam dari perawat. Klien menentukn sendiri tempat untuk berkomunikasi, dan klien tampak senang.
S. Klien mengatakan senang.
O. Iklien tampak berantusias untuk menjawab
S. Dengan suara tegas klien mengatakan kalau marah, cemberut, muka merah, dada terasa sesak, tubuh gemetar.
O. Klien tampak tegang.
S. Klien mengatakan kalau marah, ngamuk, kadang-kadang pengen mukul orang, banting pintu dan suara keras.Serta klien mengatakan kalau marah engga enak cape.
O. Klien mencontohkan tehnik relaksasi dengan menarik napas dalam, klien tersenyum, dan menunduk.
S. Klien mengatakan enak habis tarik
Dipertahankan.
Dipertahankan
Dipertahankan
5.1.1. Mendiskusikan dengan klien cara meng-ungkapkan marah yang konstruktif yaitu melatih untuk relaksasi, memberikan pujian kepada klien atas keberhasilannya.
7.1.1. Pada saat kunjungan Jam 19.00 WIB Menganjurkan kepada keluarga untuk meng identifikasi yang sudah dilakukan keluarga pada saat klien marah.
Diskusikan dengan keluarga penanganan klien marah.
napas.
O. Keluarga tampak terbuka.
S. Keluarga mengatakan kalau klin sedang marah keluarga diam.
Dipertahankan
Dipertahankan
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga.
Penampilan diri kurang adekuat s/d kurang minat dalam kebersihan diri
1.1.1 Membina hubungan saling percaya seperti pada Dx. I.
2.3.1. Bersama-sama klien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan curiga.
3.1.1. Mendiskusikan dengan klien tentang pen-tingnya kebersihan diri. Mendorong klien untuk mau mengurus kebersihan diri.Memberikan pujian pada klien dengan niat untuk kebersihan diri.
O. Klien tampak menunjukkan ketegangan.
S. Klien mengatakan merasa kesal sama teman-teman klien lain karena mereka malas-malas, klien mengatakan engga tahu.
O. Klien tersenyum dan sambil garok-garok kepala.
S. Klien mengatakan mau mandi. klien mengatakan malas mandi.
Dipertahankan.
Dipertahankan.
13-12-01 Resikol melukai diri sendiri dan orang lain/ amuk s/d ketidak mam puan klien mengung kapkan marah secara konstruktif.
1.1.2. Menciptakan suasana menerima klien :
menjalin hubungan saling percaya.
bersama klien menentukan tempat yang nyaman untuk melakukan interaksi.
O. Klien tampak tersenyum, senang.
S: “Selamat pagi”
“Ngobrol disana saja”
“Ya, kita bcara cara marah yang
5.1.1.Mendiskusikan dgn klien cara meng ungkapkan marah secara konstruktif misalnya dgn :
penyaluran energi dengan memfokuskan pada ADL ,brsih-bersih dll.
Teknik rrelaksasi
Ikut dalam kegiatan bermain dalam kelompok
Penyelesaian masalah dengan menceritakan kepada perawat /orang ain yang dapat dipercaya.
baik”
O: Klien ikut dalam kegiatan Klien aktif dalam kegiatan TAK namun suaranya kadang masih keras.
TAK dalam rangka membuat selingan aktivitas
S: “Kalau lgi marah saya ngamuk”
Gangguan hubungan sosial : menarik diri s/d curiga
1.1.1. Membina hubungan saling percaya (sepert diagnosa no.1)
1.1.2. Memelihara lingkungan yang hangat dan ersahabat
2.1.2. menerima curuga sebagai hal yang nyata pada klien dan memberi penapat bahwa situasi yang dilihat tidak membua perawat curuigadan tak membahayakan.
3.3.4. Mengikut sertakan klien dalam TAK “Sosialisasi” dan
O: Nada suara klien tidak tinggi S : “Saya senang tempat yang tenangtidak ramai”
S: “Mereka malas semua ,tidak mau kerja”
O.
Tampak tegang,cemberut
Klien mau memperkenalkan diri dan mau menerima perkenalan klien lain
Pertahankan
Pertahankan
menunjukkan pada klien bahwa klien yang lain cukup bersahabat.
O. Klien dapat mengikuti TAK sosialisasi.
S. Klien mengatakan senang mengikuti TAK.
Diposkan oleh El. Febriardi Lha~veen di 01.15
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan KomentarPosting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
El. Febriardi Lha~veen
Praya, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
berawaL darrii sebuahh tulisan :)
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2012 (16) o ▼ Oktober (16)
ASKEP TETANUS/LOCKJAW Chemotheraphy ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS KEBUTUHAN ELIMINASI URINE DENGAN GANGUAN “RETENSI... ASKEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN ISOLASI... ASUHAN KEPERAWATAN JIWA NN. M DENGAN ISOLASI... ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KEKERASAN RES... ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN NY.D. DENGAN MASALAH UTAM... Asuhan Keperawatan Klien dengan Perilaku Curiga” Penyebab Diare dan Gejala Diare ASKEP PADA PASIEN ANSIETAS PEMERIKSAAN FISIK SISTEM SARAF pemeriksaan fisik sistem persyarafan ----- Neurose... KMB (ENDOKRIN) ASUHAN KEPERAWAAN PADA KLIEN POST T... PEMERIKSAAN FISIK
top related