makalah agama 2
Post on 29-Dec-2015
13 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini
terjadi karena keinginan pasangan suami-istri yang tidak bias memiliki keturunan secara alamiah
untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. Dan juga menolong suami-istri yang memiliki
penyakit atau kelainan yang menyebakan kemungkinan tidak memperoleh keturunan. Tetapi
dalam hal ini menjadi suatu tantangan bagi norma agama.
Metode bayi tabung yang dipelopori sejumlah dokter Inggris ini untuk pertama kali
berhasil menghadirkan bayi perempuan bernama Louise Brown pada tahun 1978. Sebelum
ditemukannya teknik bayi tabung, untuk menolong pasutri tak subur digunakan teknik inseminasi
buatan, yakni dengan cara penyemprotan sejumlah cairan semen suami ke dalam rahim dengan
bantuan alat suntik. Dengan cara ini diharapkan sperma lebih mudah bertemu dengan sel telur.
Sayang, tingkat keberhasilannya hanya 15%. Pada teknik bayi tabung atau in vitro fertilization
yang melahirkan Louis Brown, pertama-tama dilakukan perangsangan indung telur sang istri
dengan hormon khusus untuk menumbuhkan lebih dari satu sel telur. Perangsangan berlangsung
5 - 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup matang dan sudah saatnya diambil. Selanjutnya,
folikel atau gelembung sel telur diambil tanpa operasi, melainkan dengan tuntunan alat
ultrasonografi transvaginal (melalui vagina). Sementara semua sel telur yang berhasil diangkat
dieramkan dalam inkubator, air mani suami dikeluarkan dengan cara masturbasi, dibersihkan,
kemudian diambil sekitar 50.000 - 100.000 sel sperma. Sperma itu ditebarkan di sekitar sel telur
dalam sebuah wadah khusus di dalam laboratorium. Sel telur yang terbuahi normal, ditandai
1
dengan adanya dua sel inti, segera membelah menjadi embrio. Sampai dengan hari ketiga,
maksimal empat embrio yang sudah berkembang ditanamkan ke rahim istri. Dua minggu
kemudian dilakukan pemeriksaan hormon Beta-HCG dan urine untuk meyakinkan bahwa
kehamilan memang terjadi.
Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF)
semakin populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali
diterapkan di Rumah Sakit Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi
tabung yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama,
Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988. Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di antaranya
dua kelahiran kembar empat.
Sukses besar teknik bayi tabung (IVF) konvensional ternyata masih belum memuaskan
dunia kedokteran, apalagi kalau mutu dan jumlah sperma yang hendak digunakan kurang. Maka
dikembangkanlah teknik lain seperti PZD (Partial Zona Dessection) dan SUZI (Subzonal Sperm
Intersection). Pada teknik PZD, sperma disemprotkan ke sel telur setelah dinding sel telur dibuat
celah untuk mempermudah kontak sperma dengan sel telur. Sedangkan pada SUZI sperma
disuntikkan langsung ke dalam sel telur. Namun,teknik pembuahan mikromanipulasi di luar
tubuh ini pun masih dianggap kurang memuaskan hasilnya.
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses
pembuahan dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan
menimbulkan risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun
pembuahan buatan lain dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann
menghimbau komisi kedokteran di Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun
penelitian data secara sistimatis.
2
Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi
tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang diperlukan
yang dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”. Hak hidup embrio yang
dibuang inilah yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan
pembunuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Bayi Tabung?
2. Bagaimana pandangan Agama Hindu terhadap Bayi Tabung?
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah upaya pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Teknologi
ini telah dirintis oleh PC Steptoe dan RG Edwards pada 1977. Hingga kini, banyak pasangan
yang kesulitan memperoleh anak, mencoba menggunakan teknologi bayi tabung. Prosedur
bayi tabung ini dimulai dengan perangsangan indung telur istri dengan hormon. Ini untuk
memacu perkembangan sejumlah folikel. Folikel adalah gelembung yang berisi sel telur.
Perkembangan folikel dipantau secara teratur dengan alat ultrasonografi dan pengukuran
kadar hormon estradional dalam darah.
Pengambilan sel telur dilakukan tanpa operasi, tetapi lewat pengisapan cairan folikel
dengan tuntunan alat ultrasonografi transvaginal. Cairan folikel tersebut kemudian segera
dibawa ke laboratorium. Seluruh sel telur yang diperoleh selanjutnya dieramkan dalam
inkubator.
Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya ( dari pertemuan antara sel telur dan sperma)
yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium.
Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan
tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga
temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosenya mula-mula dengan suatu alat
khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru
saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang
4
sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah
pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai pada
suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan
embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tsb
akan mengalami kehamilan, perkembangan selama kehamilan seperti biasa.
2.2 Tujuan Penemuan Bayi Tabung
Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri
yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya
mengalami kerusakan yang permanen. Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana
kemudian program ini diterapkan pula pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya
yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh keturunan.
2.3 Pandangan Agama Hindu Terhadap Bayi Tabung
Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia
(PDHI) dan Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi Sangha Agung
Indonesia (KASI).
Embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur dan sperma, ruh Brahman sudah
ada didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik
secara alarm" (hamil karena hubungan seks/tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan
kehamilan non alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi tabung) merupakan
suatu hasil ciptaan Tuhan dan hasil ciptaan manusia.
5
Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar
ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar kewajaran Tuhan (Tuhan)
untuk menciptakan manusia.
Bayi Tabung:
1. Inseminasi atau pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak sesuai
dengan tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan Tuhan.
Walaupun bayi tabung bisa dilakukan oleh pasangan suami isteri yang siap dan
mengingini anak, Agama hindu kaharingan tidak mengizinkan atau memperbolehkan
teknologi fertilisasi ini. Karena perbuatan ini sudah melanggar hak cipta yang yang
dilakukan oleh Tuhan.
Seperti yang diakui oleh umat hindu bahwa Ranying Hatala Katamparan yaitu
Tuhan yang telah menciptakan manusia. Pada mulanya Tuhan menciptakan nenek
moyang (disebut Raja Bunu) di Pantai danum Sangiang, sebelum diturunkan ke
Pantai Danum Kalunen Tuhan terlebih dahulu membekali Raja Bunu dengan segala
aturan, tata cara, bahkan pengalaman langsung untuk menuju ke kehidupan sempurna
yang abadi.
6
BAB III
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah melanggar hak
cipta Tuhan.
2.5 Saran
Dari segi positif, Kita perlu mencintai dan menghargai semua ciptaan Tuhan baik itu
berupa bayi tabung dan sebagainya sebab karena manusia adalah ciptaan Tuhan. Tuhan
menciptakan manusia dengan akal dan budi dan dapat mengembangkan diri ke arah
penemuan baru tetapi tanpa meleset dari aturan dari Keagamaan.
7
DAFTAR PUSTAKA
http://www.antaranews.com/view/?i=1217079979&c=TEKS
1988. Pesan–Pesan Baku Program Kesehatan Menurut Agama. Jakarta : Departemen
Kesehatan.
Harfanto, hanafi. 2004. Keluarga Beralih Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.
8
top related