layanan konseling individu untuk menumbuhkan … file... bimbingan konseling (b k) ... atau pendapat...
Post on 06-Jul-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAYANAN KONSELING INDIVIDU UNTUK MENUMBUHKAN MINATMEMBACA PESERTA DIDIK DI SMPN-14 PALANGKA RAYA
SKRIPSI
OLEH
RITA MANDARI
NPM. 10.21.11919
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
TAHUN 2015
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : RITA MANDARI
NIM : 10.21.11919
Program Studi : Bimbingan Konseling (BK)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya
sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dari sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Palangka Raya,2015
Yang membuatpernyataan
RITA MANDARINIM.10.21.11919
ABSTRAK
RITA MANDARI, 2015, Tentang Layanan Konseling Individual untukMengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik di SMP Negeri 14 Palangka Raya.Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Palangka Raya. Pembimbing (1) Drs. M.Fatchurahman, M.Pd, M.Psi. (2) Dina Fariza TS, M.Psi.
Kata Kunci : Konseling individu, kesulitan belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Untuk mengetahui faktor-faktorpenyebab kesulitan belajar membaca dalam hal membaca mengeja, (2) Untukmengetahui pelaksanaan layanan konseling individu dalam mengatasi kesulitanbelajar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus kualitatif,dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dandokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru bimbingankonseling, peserta didik, guru mata pelajaran, dan orang tua.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Pelaksanaan layanan bimbingandan konseling di sekolah khususnya pelaksanaan konseling individu di SMPN 14Palangkaraya sudah dilaksanakan oleh guru BK meskipun tidak terjadwal, (2)Faktor penyebab yang mempengaruhi dalam mengatasi kesulitan belajar membacakarena faktor kelelahan, faktor lingkungan seperti kurang perhatian didalamkeluarga, dan merasa malu sehingga tidak ada minat dan motivasi untukbelajar.(3) Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan minat membaca dapatdilakukan dengan teknik atau metode pengajaran yang baru agar dalam prosespembelajaran membaca anak tidak bosan dan menyenangkan karena dapatmenumbuhkan minat dan motivasi anak untuk belajar.
ABSTRACT
RITA MANDARI, 2015, Individual Counseling Service to overcome TheStudents’ Learning Difficulties at SMP Negeri 14 Palangka Raya, Guidance andCounseling Study Program Faculty of Teacher Training and Education ofMuhammadiyah University of palangka Raya, Advisers (1) Drs. M.Fatchurahman, M.Pd, M.Psi. (2) Dina Fariza TS, M.Psi.
Key words : Individual Counseling, Learning difficulties.
This research aims to : (1) To know the Causative factors of readinglearning difficulties in spelling, (2) To know the implementation of individualcounseling service in learning difficulties.
The method used is qualitative case studies with data collection techniqueby observation, interview, and documentation. Subject is the principal, teachercounseling, students, subject teacher, and parents.
The results showed that : (1) Guidance and counseling service at schoolalready implemented by the teacher, especially individual counseling at SMPN 14Palangka Raya although not scheduled, (2) Causal factors that influenced inovercoming reading learning difficulties because of fatigue, environmental factorssuch as lack of attention in the family, and feel ashamed that there is no interestand motivation to learn, (3) Efforts are being made to foster interest in readinglearning difficulties can be done with techniques or new teaching methods instudents’ reading learning process is not bored and fun that can foster students’interest and motivation to learn.
LEMBAR PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Yang atas Qudrat sertaIradat saya yang saat inio telah menjadi bagian dari mahasiswa UM-Palangkarayayang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk menambahilmu.
Salawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi dan utusan termulia,Baginda Muhammad SAW serta ahlulbait ( keluarga ) Nya yang mulia dan sucidimana atas ketauladanan Beliau umat islam berupaya menjadi insan terbaik di mukabumi melalui bergabai macam cara termasuk melalui pendidikan, tuntunlah ilmu daribuaian hingga liang lahat ( hadist )
Segala sesuatu yang telah diraih saat ini tidak akan diraih tanpa dukungan,harapan, dan kasih sayang sebagai pembangkit semangat disaat lentera perjuanganmulai meredup dan hampir padam. Yang karena mereka saya selalu yakin bahwa jalanhidup yang salah pilih adalah benar dan tak ada alasan untuk mundur, tersisih, jatuhdan terinjak.
Dari dalam hati yang paling dalam saya merasa pencapaian yang telah sayanikmati ini tidak terlepas dari orang-orang terdekat, untuk itu saya ucapkan terimakasih kepada :
A. Keluarga Tercinta1. Ayahanda tercinta Herman2. Ibunda tercinta Siti Amanah3. Ayah mertua Rusman Salam4. Suami terkasih Ahmadi
B. Guru-guru dan Dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatuC. Almamaterku, UMP yang kubanggakanD. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 S1 Bimbingan dan Konseling
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Rita Mandari
NPM : 10.21.11919
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Palangka Raya, Januari 2015
Pembimbing I
Drs. M. Fatchurahman M.Pd, M.Psi
Palangka Raya, Januari 2015
Pembimbing II
Dina Fariza TS. M.Psi
LEMBAR PENGESAHAN
LAYANAN KONSELING INDIVIDU UNTUK MENUMBUHKAN MINATMEMBACA PESERTA DIDIK DISMPN-14 PALANGKA RAYA
RITA MANDARINPM : 10.21.11919
Dipertahankan di depan Tim Penguji SkripsiFakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Bimbingan KonselingTanggal 23 Januari 2015
Tim Penguji :
Nama Jabatan Tanda Tangan
Drs. H. Sunaryo Al, M.Pd Ketua ........................................
Drs. M. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi Sekretaris ........................................
Dina Fariza TS, M.Psi Anggota ........................................
Drs. H. Supardi, M.Pd Anggota ........................................
Karyanti, M.Pd Anggota ........................................
Palangka Raya, Januari 2015Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Palangka Raya
Drs. M. Fatchurahman M.Pd, M.PsiNIP. 19660805 199412 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atau Tuhan Yang MahaEsa, atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga skripsi ini dapatterselesaikan dengan baik.
Skripsi ini mengungkapkan Layanan Konseling Individu untuk MengatasiKesulitan Belajar Peserta Didik di SMP Negeri 14 Kota Palangkaraya, ProvinsiKalimantan Tengah.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasihsedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupaarahan dan dorongan selama peneliti studi. Oleh karena itu penelitimenyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. H. Bulkani, M.Pd selaku Rektor Universitas MuhammadiyahPalangkaraya
2. Bapak Drs. M. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi selaku Dekan Fakultas Keguruandan Ilmu Pendidikan
3. Alm. Achmad Sabur Karim, M.Pd selaku ketua Program Studi BimbinganKonseling
4. Bapak Drs. M. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi selaku dosen pembimbing I danDina Fariza Tryani Syarif, M.Psi selaku dosen pembimbing II, yang telahmembantu mengarahkan, membimbing dan memberi dorongan sampai skripsiini terwujud,
5. Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Kepala Sekolah SMPN-14Palangkaraya, Guru-guru disekolah dan Peserta Didik di SMPN-14 yang telahmembantu kelancaran selama penelitian.
6. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Program Studi Bimbingan KonselingUniversitas Muhammadiyah Palangkaraya dan berbagai pihak yang tidakdapat kami sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan morilsehingga peneliti selesai studi.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yangberlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagisiapa saja yang membacanya.
Amiin
Palangkaraya, 2015
RITA MANDARI
DAFTAR ISIHalaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iABSTRAK ...................................................................................................... iiABSTRACT .................................................................................................... iiiLEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ ivLEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... vLEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... viKATA PENGANTAR .................................................................................... viiDAFTAR ISI................................................................................................... viiiDAFTAR TABEL .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1B. Fokus Penelitian........................................................................................ 5C. kegunaan Penelitian .................................................................................. 5D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6E. Definisi Operasional ................................................................................. 6
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual dan Sub Fokus Penelitian ...................................... 81. Belajar .................................................................................................. 8
a. Pengertian Belajar............................................................................ 8b. Tujuan Belajar ................................................................................. 9c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ...................................... 11d. Prinsip-prinsip belajar ..................................................................... 14e. Cara Belajar yang efektif ................................................................. 15
2. Kesulitan Belajar .................................................................................. 17a. Pengertian kesulitan belajar............................................................. 17b. Cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan
belajar .............................................................................................. 17c. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar...................................... 19d. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar ................................................... 21
3. Membaca .............................................................................................. 24a. Pengertian Membaca ....................................................................... 24b. Faktor-Faktor yang dapat Menyebabkan Anak Mengalami
Kesulitan Membaca ............................................................. 25c. Ciri-ciri anak berkesulitan dalam membaca .................................... 27d. Cara mengatasi anak dalam berkesulitan membaca ........................ 27
4. Minat Baca ........................................................................................... 28a. Pengertian Minat ............................................................................. 28b. Minat Membaca............................................................................... 29c. Cara Meningkatkan Minat Membaca .............................................. 30
5. Konseling Individual ............................................................................ 31a. Pengertian Konseling....................................................................... 31b. Pengertian Konseling Individual ..................................................... 32c. Tujuan Konseling Individual ........................................................... 33d. Pendekatan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar ........... 33
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................................. 39B. Alur Penelitian .......................................................................................... 39C. Metode dan Prosedur Penelitian ............................................................... 40
1. Metode ............................................................................................... 402. Prosedur Penelitian ............................................................................ 40
D. Data Dan Sumber Data ............................................................................. 40E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data.................................................. 41F. Prosedur Analisis Data.............................................................................. 42
1. Observasi............................................................................................ 422. Wawancara......................................................................................... 433. Dokumentasi ...................................................................................... 43
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................... 431. Uji Kredibilitas................................................................................... 432. Uji Transferability.............................................................................. 453. Pengujian Defendability..................................................................... 454. Pengujian Konfirmability................................................................... 45
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum...................................................................................... 47B. Temuan Penelitian .................................................................................... 50C. Pembahasan............................................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 72B. Saran ......................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan suatu
bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu
dapat menunjang pembangunan disegala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya
pemahaman arti pendidikan secara mendalam. Apabila kita telah
memahaminya, peneliti yakin bahwa kita bisa memajukan pendidikan secara
baik.
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau pendagogie
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai
usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi
dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 (dalam buku Hasbullah,
2003:4), mengatakan bahwa :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasanabelajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pendidikan yang bermutu salah satunya didukung oleh pengembangan
kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan
mengambil keputusan demi mencapai cita-citanya. Sekolah merupakan
lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi
peserta didik, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Sekolah merupakan suatu sistem yang komponen-komponen di
dalamnya terintegrasi dengan baik. Bimbingan dan konseling adalah salah
satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah
yang dihadapi. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik baik secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri
dan berkembang secara optimal dalam pengembangan kehidupan pribadi,
sosial, dan kemampuan belajar, melalui berbagai jenis layanan, salah satunya
layanan belajar
Kegiatan belajar mengajar memerlukan adanya suatu keterampilan yang
menunjang proses belajar mengajar salah satunya adalah keterampilan
membaca dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses belajar sangat
tergantung pada kemampuan membaca. Oleh karena itu minat baca yang
dimiliki peserta didik harus dimotivasi secara terus menerus dan ditumbuhkan
sejak dini. Peserta didik yang memiliki minat membaca yang rendah pada
masa-masa sekarang ini dipengaruhi faktor internal dan eksternal.
Hal yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri dapat berupa alat
penglihatan dan pendengaran peserta didik kurang berfungsi dengan baik
peserta didik kurang menguasai cara-cara membaca dan belajar yang baik
sedangkan yang berasal dari luar yang bersumber dari lingkungan keluarga
dan bersumber dari lingkungan sekolah. Dari kedua hal inilah yang
mempengaruhi minat membaca peserta didik.
Minat membaca juga berpengaruh terhadap bahan bacaan atau tulisan
yang dibaca dengan sepenuh hati dan perasaan karena adanya daya tarik dari
bahan bacaan tersebut. Membuat peserta didik tidak mudah bosan dan
terdorong untuk selalu ingin membaca dan memperoleh informasi yang
menjadi kebutuhan mereka dalam belajar.
Menurut Herman Wahadaniah ( dalam buku Sareb, 2008:16)
mengatakan bahwa :
Minat membaca adalah suatu perhatian yang buat dan mendalamdisertai dengan perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehinggadapat mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannyasendiri atau dorongan dari luar. Minat membaca juga merupakanperasaan senang seseorang terhadap bacaan karena adanya penilaianbahwa dengan membaca itu dapat kemanfaatan bagi dirinya.
Fenomena kesulitan belajar peserta didik biasanya tampak jelas dengan
menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Kriteria kesulitan belajar
seperti sulitnya mengeja secara benar, mengenal kelompok huruf, merangka
kata atau menghubungkan huruf dengan bunyi, dalam melafalkan huruf
sering terbalik dan masih saja sering menghindar dari tugas-tugas membaca
Menurut Mercer ( dalam Mulyadi, 2010:154) mengatakan bahwa
kesulitan belajar seperti: a) kekeliruan mengenal kata; b) Sulit mengeja secara
benar; c) Sulit menyuarakan fonem ( satuan bunyi) dan memadukannya
menjadi sebuah kata; d) Kesulitan dalam memahami apa yang dibaca; e)
Sering terbalik dalam mengucapkan kata
Berdasarkan pengamatan peneliti di SMPN-14 Palangka Raya dan hasil
wawancara dengan guru BK dan guru mata pelajaran terdapat peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar membaca karena tidak ada minat untuk
belajar membaca dengan alasan malas, diam saat peserta didik disuruh
membaca dalam kelas, dan dampaknya apabila tidak ditangani akan terjadi
seperti malu ketika disekolah karena sering di ejek, rendahnya percaya diri,
dan akhirnya berpengaruh dengan nilai raportnya ada yang tidak mencapai
KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal).
Hal ini mengindikasikan perlu adanya upaya pendekatan selain proses
pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah belajar membaca. Upaya
tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan
diluar situasi proses pembelajaran yaitu dengan layanan konseling individu.
Menurut Wardati dan Jauhar (2011:104) mengatakan bahwa “Konseling
individu adalah layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan
masalah pribadinya”.
Konseling dapat memberikan perubahan terhadap semua permasalahan yang
dihadapi peserta didik.dan layanan konseling individu dapat dengan mudah
mengadakan pendekatan dengan peserta didik. Dalam hal ini peserta didik dibantu
memahami dirinya sendiri, keadaan sekarang, dan kemungkinan keadaan masa
depan dengan menggunakan potensi yang dimiliknya serta dapat belajar bagaimana
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “layanan konseling individu untuk menumbuhkan minat membaca
peserta didik di SMPN 14 Palangkaraya”.
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah bagaimana layanan konseling individu untuk
menumbuhkan minat membaca peserta didik di SMPN-14 Palangka Raya
C. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi pengembangan pengetahuan, penelitian ini memberikan
sumbangan teoretis untuk dapat mengetahui penyebab kesulitan
belajar peserta didik yang tidak ada minat membaca, maka dapat
dipakai sebagai bahan dalam mengembangkan pengetahuan.
b. Bagi pengembangan keilmuan, penelitian ini dapat memberikan
sumbangan teoretis dalam mengatasi kesulitan belajar pada peserta
didik yang tidak ada minat membaca.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
membantu guru mata pelajaran, dan guru bimbingan dan konseling
dalam menumbuhkan minat membaca peserta didik
b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan
layanan konseling individu untuk memberikan dorongan atau motivasi
kepada peserta didik pentingnya menumbuhkan minat membaca dan
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan layanan konseling, sehingga
pelaksanaan konseling kedepannya lebih baik dalam meningkatkan
pelayanan bimbingan dan konseling khususnya konseling individu
terhadap peserta didik.
c. Bagi Guru Mata Pelajaran
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan
kerjasamanya dengan guru BK guna menumbuhkan minat membaca
peserta didik.
d. Bagi Peserta didik
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar dapat
menumbuhkan minat membaca
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui pelaksanaan layanan konseling individu untuk menumbuhkan
minat membaca peserta didik.
E. Definisi Operasional
Untuk menjelaskan variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini,
dapat peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Layanan Konseling Individual
Layanan Konseling individual merupakan salah satu pemberian bantuan
secara perseorangan dan secara langsung. Dalam cara ini pemberian
bantuan dilakukan secara face to face ( hubungan muka ke muka) antara
konselor dan konseli.
2. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan dimana peserta didik
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.
3. Minat membaca
Minat membaca adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai
perasaan senang terhadap kegiatan membaca sehingga dapat
mengarahkan seseorang untuk membaca dengan kemauannya sendiri.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual dan Sub Fokus Penelitian
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Aktivitas kehidupan manusia sehari-hari tidak terlepas dari
kegiatan belajar baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,
maupun di dalam suatu kelompok tertentu dan sebagian besar aktivitas
di dalam kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar.
Dengan demikian dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu
dimana manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan
itu berarti pula bahwa belajar tidak pernah dibatasi usia, tempat
maupun waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas
belajar itu juga tidak pernah berhenti.
Menurut Djamarah (2008:13), mengatakan bahwa: “belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif,
dan psikomotor”.
Menurut Hamalik (2010 : 27), mengatakan bahwa : “belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2008 : 127), mengatakan
bahwa : “belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas)
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengertian belajar adalah proses dimana perubahan tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
b. Tujuan Belajar
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem
lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan
berkaitan dengan mengajar.
Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sebenarnya sangat banyak
dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk
mencapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan dengan
instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan
keterampilan.
Menurut pendapat Sardiman (2001:25-28), maka tujuan belajar
itu ada tiga jenis yaitu :
1. Untuk mendapatkan pengetahuanHal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikanpengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapatdipisahkan. Dengan kata lain tidak dapat mengembangkankemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknyakemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.
2. Penanaman konsep dan keterampilanPenanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukansuatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat jasmanimaupun rohani.
3. Pembentukan sikapDalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anakdidik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.Untuk ini dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi danberpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendirisebagai contoh atau model.
Menurut pendapat Dalyono (2009:49-50), tujuan belajar adalah
sebagai berikut :
1. Mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku2. Mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik3. Untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif4. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan5. Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu misalnya
tidak membaca, menulis dan berhitung.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012:20-22), Tujuan belajar ada
tiga aspek yaitu :
1. Aspek kognitifa. Ingatan atau pengetahuan, yaitu kemampuan mengingat bahan
yang dipelajarib. Pemahaman, yaitu kemampuan menangkap pengertian, dan
menerjemahkanc. Penerapan, yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah
dipelajari dalam situasi baru dan nyata.d. Analisis ,yaitu kemampuan menguraikane. Sintesis, yaitu kemampuan menyimpulkanf. Penilaian, yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu.
2. Aspek Afektifa. Penerimaan, yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk
menerima atau memperhatikan pada suatu perangsang.b. Penanggapan, yaitu keturutsertaan, memberi reaksi,
menunjukkan kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.c. Penghargaan, yaitu kepekatanggapan terhadap nilai atas suatu
rangsangan, tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.d. Pengorganisasian, yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang
berbeda, memecahkan konflik antar nilai dan membangunsistem nilai, serta pengkonseptualisasikan suatu nilai.
e. Pengkarakterisasian, yaitu proses afeksi di mana individumemiliki suatu sistem nilai sendiri yang mengendalikanperilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gayahidupnya, hasil belajar ini berkaitan dengan pola umumpenyesuaian diri secara personal, sosial, dan emosional.
3. Aspek Psikomotora. Persepsi, yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing
efektifitas gerak.b. Kesiapan, yaitu kesediaan untuk mengambil tindakan.c. Respon terbimbing, yaitu tahap awal belajar keterampilan lebik
kompleks, meliputi peniruan gerak yang dipertunjukkand. Mekanisme, yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses
dimana gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima ataudiadopsi menjadi kebiasaan sehingga dapat ditampilkan denganpenuh percaya diri dan mahir.
e. Respons nyata komplek, yaitu penampilan gerakan secara mahirdan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktivitas motorikberkadar tinggi.
f. Penyesuaian, yaitu keterampilan yang telah dikembangkansecara lebih baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan danmenyesuaikannya dengan tuntutan dan kondisi yang khususdalam suasana yang lebih problematis.
g. Penciptaan, yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuaidengan situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan belajar untuk menambah pengetahuan dan perubahan yang ada
dalam diri peserta didik kearah yang positif.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Belajar merupakan kebutuhan setiap manusia. Belajar juga
merupakan hasil dari pengalaman dan latihan yang berkelanjutan.
Belajar harus terarah untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
itu, haruslah terlebih dahulu menentukan program belajar. Dengan
program belajar yang telah ditentukan, peserta didik akan memiliki
berbagai pilihan atau alternatif tindakan atau cara untuk mencapai
tujuan.
Menurut Syah (2011:129) Secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
1. Faktor internal ( Faktor dari dalam diri peserta didik), yaknikeadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
2. Faktor eksternal ( Faktor dari luar peserta didik), yakni kondisilingkungan di sekitar peserta didik.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenisupaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yangdigunakan peserta didik untuk melakukan kegiataan pembelajaranmateri-materi pelajaran.
Menurut Sukmadinata (2011:162-163) faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor dari dalam diri individuBanyak faktor yang ada dalam diri individu atau si pelejar yangmempengaruhi usaha dan keberhasilan belajarnya. Faktor-faktortersebut menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dariindividu.
2. Faktor-faktor lingkunganKeberhasilan belajar juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar diri peserta didik, baik faktor fisik maupun sosial/psikologisyang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Dalyono (2009:55-60), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal ( yang berasal dari dalam diri )a. Kesehatan
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnyaterhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat,sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapatmengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.
b. Inteligensi dan bakatSeseorang yang memiliki inteligansi baik umumnya mudahbelajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yanginteligensinya rendah, cenderung mengalami kesukaran dalambelajar. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukankeberhasilan belajar
c. Minat dan motifasiMinat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datangdari hati sanubari. Motifasi adalah daya penggerak ataupendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
d. Cara belajarCara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasilbelajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktorfisiologis, pisikologis dan ilmu kesehatan akan memperolehhasil yang kurang memuaskan.
2. Faktor eksternal ( yang berasal dari luar diri )a. Keluarga
Keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anak serta famili yangmenjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besarpengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar.
b. SekolahKeadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkatkeberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya,kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaanfasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlahpesrta didik per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah dansebagainya.
c. MasyarakatKeadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Biladisekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dariorang-orang yang berpendidikan, teruatama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akanmendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabilatinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidakbersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangisemangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehinggamotivasi belajar berkurang.
d. Lingkungan sekitarKeadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalammempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunanrumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dansebagainya.
Berdasarkan paparan tersebut dapat diketahui bahwa faktor yang
mempengaruhi belajar yaitu faktor internal (dari dalam diri peserta
didik) yakni kondisi jasmani dan rohani individu dan faktor ekternal
(dari luar diri peserta didik) yang berada pada lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
d. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Slameto (2013:27-28), Prinsip-prinsip belajar itu
Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, sebagai berikut :
1. Dalam belajar setiap peserta didik harus diusahakan partisipasiaktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuaninstruksional
2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yangkuat pada peserta didik untuk mencapai tujuan instruksional
3. Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapatmengembangkan kemampuannya bereksporasi dan belajar belajardengan efektif
4. Belajar perlu ada interaksi peserta didik dengan lingkungannya.
Menurut Dalyono (2009:51-54), prinsip-prinsip belajar adalah
sebagai berikut :
1. Kematangan jasmani dan rohaniKematang jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umurserta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatanbelajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuansecara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Memiliki kesiapanSetiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harusmemiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baikfisik, mental maupun perlengkapan belajar.
3. Memahami tujuanSetiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, kemanaarah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya.
4. Memiliki kesungguhanOrang yang belajar harus memiliki kesungguhan untukmelaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperolehhasil yang kurang memuaskan
5. Ulangan dan latihanPrinsip yang tak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan.Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak,sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Sebaliknyabelajar tanpa diulang hasilnya akan kurang memuaskan.
Menurut Uno (2008:184-185), ada lima prinsip belajar yaitu :
1. Mengenali betul apa yang menarik untuk kitaJika kita mengetahui betul apa sesungguhnya yang menarik bagikita, tentu akan lebih mudah mencari ragam informasi penting yangakan kita pelajari.
2. Kenalilah kepribadian diri sendiriJika kita tahu betul siapa kita dan apa yang kita inginkan, makamempelajari sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kepribadiankita menjadi lebih mudah dilakukan. Sebab, apapun yang akan kitapelajari dan pahami, sering kali menjadi sia-sia jika ternyata taksesuai dengan kepribadian kita.
3. Rekam informasi dalam kataLangkah yang paling mudah untuk memahami, mengingat danmempelajari sesuatu adalah dengan kata.
4. Belajar bersama orang lainCara termudah untuk belajar sesungguhnya adalah apabila kitamelakukannya secara bersama-sama.
5. Hargai diri sendiriBelajar memahami dan menyerap informasi akan menjadi lebihterasa bermanfaat dan berarti apabila kita menghargainya.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
peserta didik harus mengenali kepribadiannya terlebih dahulu agar
memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan belajar sehingga
diusahakan partisipasi aktif agar dapat meningkatkan minat dan
motivasi pada peserta didik.
e. Cara Belajar yang efektif
Menurut Slameto (2013:73), cara belajar yang efektif adalah
sebagai berikut :
1. Perlunya bimbinganSelain memberi petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar, baikpula peserta didik diawasi dan dibimbing sewaktu mereka belajar.
2. Kondisi dan strategi belajarBelajar yang efektif dapat membantu peserta didik untukmeningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuanyang ingin dicapai.
3. Metode belajarMetode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapaisuatu tujuan tertentu. Belajar bertujuan untuk mendapatkanpengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, cara-cara yangdipakai itu akan menjadi kebiasaan.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012:57), cara belajar yang
efektif sangat ditentukan oleh faktor internal dan eksternal peserta
didik
1. Faktor InternalFaktor internal yang mempengaruhi belajar efektif, di antaranya :a. Kecerdasanb. Bakatc. Minatd. Motivasie. Rasa percaya dirif. Stabilits Emosig. Komitmenh. Kesehatan fisik
2. Faktor EksternalFaktor Ekternal yang mempengaruhi belajar efektif, di antaranya :a. Kompetensi gurub. Kualifikasi guruc. Sarana pendukungd. Kualitas teman sejawate. Atmosfir belajarf. Kepemimpinan kelasg. Biaya
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
dalam belajar peserta didik perlu adanya pengawasan ketika belajar,
dan kompetensi guru dalam memberikan strategi belajar, metode
belajar serta sarana pendukung di sekolah, sehingga sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai.
2. Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar, yakni
peserta didik yang menunjukkan pola-pola perilaku dan sikap yang
menyimpang. Menurut Dalyono (2005: 229), mengatakan bahwa:
“kesulitan belajar adalah keadaan dimana anak didik atau peserta
didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.
Menurut Djamarah (2008:235), mengatakan bahwa: “kesulitan
belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar
secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun
gangguan dalam belajar”.
Menurut Dalyono (2010 : 229), mengatakan bahwa : “kesulitan
belajar adalah aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya
dapat berlangsung secara wajar, kadang-kadang dapat cepat
menangkap apa yang dipelajari kadang-kadang terasa amat sulit”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai
hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
b. Cara-cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar
Menurut Djamarah (2008: 246-247), Beberapa gejala sebagai
indikator adanya kesulitan belajar peserta didik yaitu:
1. Menunjukkan prestasi belajar yang rendah, di bawah rata-rata nilaiyang dicapai oleh kelompok anak didik di kelas
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yangdilakukan
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar4. Anak didik menunjukkan sikap yang kurang wajar5. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang tidak seperti biasanya
ditunjukkan kepada orang lain6. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara
potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi,tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yangrendah
7. Anak didik yang selalu menujukkan prestasi belajar yang tinggiuntuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasibelajarnya menurun drastis.
Menurut Syah (2011:172), banyak langkah diagnostik yang
dapat ditempuh guru dalam mengenal anak didik yang mengalami
kesulitan belajar antara lain :
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpangpeserta didik ketika mengikuti pelajaran
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran peserta didik khususnyayang diduga mengalami kesulitan belajar
3. Mewawancarai orang tua atau wali peserta didik untuk mengetahuihal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untukmengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepadapeserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar
Menurut Dalyono ( 2009:247-248), beberapa gejala sebagai
pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya :
1. Menunjukkan prestasi yang rendah atau dibawah rata-rata yangdicapai oleh kelompok kelas
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh,
berpura-pura, dusta dan lain-lain5. Menunjukkan tingkah laku yang belainan seperti mudah
tersinggung, pemarah, murung, kurang gembira dan selalu sedih.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yaitu menunjukkan
prestasi belajar rendah meskipun hasil yang dicapai tidak sesuai
dengan usaha yang dilakukan dan selalu lambat dalam mengerjakan
tugas.
c. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar
Menurut Yusuf (2011:223), Faktor faktor penyebab kesulitan
belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Faktor InternalAda beberapa faktor yang harus dipenuhi agar belajarnya berhasil.Syarat-syarat itu meliputi fisik dan psikis. Yang termasuk faktorfisik, diantaranya nutrisi (gizi makanan), kesehatan dankeberfungsian fisik (terutama panca indera). Sementara yangmasuk faktor psikis diantaranya adalah kecerdasan, motivasi,minat, sikap, dan kebiasaan belajar, dan suasana emosi.Faktor-faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalahsebagai berikut :a. Ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental seperti
kurang perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha,kurang enerji untuk bekerja dan belajar karena kekuranganmakanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadapkebiasaan belajar dan hal-hal fundamental serta kesiapan dirikurang matang.
b. Gangguan fisik seperti kurang berfungsinya organ-organperasaan, alat-alat bicara, dan gangguan kesehatan (sakit-sakitan)
c. Gangguan emosi, seperti merasa tidak aman, kurang bisamenyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi maupunkebutuhan. Adanya perasaan yang kompleks, perasaan takutyang berlebihan,perasaan ingin melarikan diri atau menghindardari masalah yang dialami dan ketidakmatangan emosi.
2. Faktor EksternalFaktor ini meliputi aspek-aspek sosial dan non sosial. Yangdimaksudkan dengan faktor sosial adalah faktor manusia, baik yanghadir secara langsung (bertatap muka atau berkomunikasilangsung), maupun kehadirannya secara tidak langsung sepertiberupa foto, suara dalam radio, TV, dan tape recorder. Sedangkanfaktor non sosial adalah keadaan suhu udara (panas,dingin), waktu(pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising, ramai)keadaan tempat (kualitas gedung, luas ruangan, kebersihan,ventilasi, dan kelengkapan mebeler), kelengkapan alat-alat atau
fasilitas belajar (ATK, alat peraga, buku-buku sumber, dan mediakomunikasi lainnya).
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah-
masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh peserta didik
sendiri. Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
membantu peserta didik agar berhasil dalam hal belajar. Untuk itu
hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada peserta didik dalam
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar. Di
sinilah penting dan perlunya program bimbingan dan konseling untuk
membantu agar mereka berhasil dalam belajar.
Menurut Dalyono (2009:78-79), faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu
berikut ini
1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yangmeliputi :a. Faktor Fisiologisb. Faktor Psikologi
2. Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi :a. Faktor-faktor non-sosialb. Faktor-faktor sosial
Menurut Syah (2011:170), secara garis besar, faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu :
1. Faktor Intern peserta didik, yakni hal-hal atau keadaan-keadaanyang datang dari dalam peserta didik sendiri.
2. Faktor Ekstern peserta didik, yakni hal-hal atau keadaan-keadaanyang datang dari luar peserta didik.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor
penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal meliputi fisiologis dan
psikologis dan faktor ekternal meliputi sosial dan non-sosial.
d. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Dalam rangka mengatasi kesulitan belajar tidak dapat
dipisahkan dari faktor kesulitan belajar, karena itu mencari sumber
penyebab utama dan penyebab peserta lainnya adalah menjadi mutlak
dilakukan secara akurat, afektif, dan efisien.
Menurut Djamarah (2008:250-254), langkah-langkah yang perlu
ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik,
dapat dilakukan enam tahap, yaitu :
1. Pengumpulan DataUntuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukanbanyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakanpengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Teknikinterviu (wawancara) dan teknik dokumentasi dapat dipakai untukmengumpulkan data.Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulan databisa melalui kegiatan sebagai berikuta. Kunjungan rumahb. Studi Kasusc. Sejarah Kasusd. Daftar Pribadie. Meneliti Pekerjaan Anakf. Meneliti Tugas Kelompokg. Melaksanakan tes
2. Pengolahan DataData yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolahsecara cermat. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didikjelas tidak dapat diketahui, karena data yang terkumpul itu masihmentah, belum dianalisis dengan seksama. Langkah-langkah yangdapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagaiberikut :a. Identifikasi Kasusb. Membandingkan Antar Kasus
c. Membandingkan dengan Hasil Tesd. Menarik Kesimpulan
3. DiagnosisDiagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenal hasil daripengolahan data. Tentu saja keputusan yang diambil itu setelahdilakukan analisis terhadap data yang diolah itu.
4. PrognosisKeputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasarpijakan dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukankegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenaibantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunyakeluar dari kesulitan belajar.
5. TreatmentTreatment adalah perlakuan. perlakuan di sini dimaksudkan adalahpemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitanbelajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahapprognosis.
6. EvaluasiEvaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatmentyang telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan,yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitanbelajar, atau gagal sama sekali.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:96-100) ada enam tahap
cara mengatasi kesulitan belajar yaitu:
1. Pengumpulan dataUntuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukanbanyak informasi. Untuk memoperoleh informasi tersebut, makaperlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut denganpengumpulan data.Dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metodediantaranya :1. Observasi2. Kunjungan rumah3. Studi Kasus4. Sejarah Kasus5. Daftar Pribadi6. Meneliti Pekerjaan Anak7. Tugas Kelompok8. Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi).
2. Pengolahan dataData yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut,tidak ada artinya jika tidak ada pengolahan secara cermat. Semua
data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.Dalam pengolahan data, langkah yang dapat antara lain adalah :a. Identifikasi Kasusb. Membandingkan Antar Kasusc. Membandingkan dengan Hasil Tesd. Menarik Kesimpulan
3. DiagnosisDiagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil daripengolahan data.
4. prognosisprognosis artinya “ramalan” apa yang telah ditetapkan dalam tahapdiagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun danmenetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikankepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
5. Treatment (perlakuan)Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepadaanak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuaidengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
6. EvaluasiEvaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatmentyang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya adakemajuan atau bahkan gagal sama sekali.
Menurut Dalyono (2009:251-255), Ada enam langkah mengatasi
kesulitan belajar yaitu :
1. Pengumpulan dataUntuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukanbanyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, makaperlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut denganpengumpulan data.Dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah :a. Observasib. Kunjungan rumahc. Studi Kasusd. Sejarah Kasuse. Daftar pribadif. Meneliti pekerjaan anakg. Tugas kelompokh. Melaksanakan tes (baik tes IQ maupun tes prestasi)
2. Pengolahan dataData yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut,tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat.
Semua data harus diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pastisebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh anak.Dalam pengolahan data, langkah yang dapat antara lain adalah :a. Identifikasi Kasusb. Membandingkan Antar Kasusc. Membandingkan dengan Hasil Tesd. Menarik Kesimpulan
3. DiagnosisDiagnosis adalah keputusan penentuan mengenai hasil daripengolahan data.
4. Prognosisprognosis artinya “ramalan” apa yang telah ditetapkan dalam tahapdiagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun danmenetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikankepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
5. Treatment (perlakuan)Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepadaanak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuaidengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut.
6. EvaluasiEvaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatmentyang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya adakemajuan atau bahkan gagal sama sekali.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik, dapat dilakukan enam tahap,
yaitu Pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis,
treatment (perlakuan), dan evaluasi.
3. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan
sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh
informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas
pengetahuan bahasa seseorang.
Menurut Anwar (2003:265), mengatakan bahwa: “ membaca
adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan
melaksanakan atau hanya dalam hati”. Menurut Rahim (2008:2),
mengatakan bahwa: “ membaca pada hakikatnya adalah suatu yang
rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan
tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif”.
Menurut Tarigan (2008 :7), mengatakan bahwa: “ membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah kegiatan dari pembaca dalam menerapkan suatu
keterampilan mengolah tuturan tulisan atau bacaan yang dibacanya
dalam rangka memahami isi dari apa yang ditulis.
b. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami
kesulitan membaca
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami
kesulitan membaca menurut Sidiarto (2007:96) yaitu :
1. Anak yang lahir prematur dengan berat lahir rendah dapat
mengalami kerusakkan otak sehingga mengalami kesulitan belajar
atau gangguan pemusatan perhatian.
2. Anak kurang memahami perintah karena lingkungan di rumah atau
di sekolah menggunakan beberapa bahasa
3. Anak yang sering pindah sekolah karena tugas orang tuanya yang
pindah-pindah kota dengan sistem mengajar membaca yang
berbeda.
4. Anak yang sering absen karena sakit atau ada masalah dalam
keluarga.
5. Anak yang pandai dan berbakat tidak jarang merasa bosan atau
tidak tertarik dengan pembelajaran bahasa sehingga kurang
konsentrasi dan banyak membuat kesalahan.
Menurut Tampubolon (1993:91), faktor-faktor yang
menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar membaca yaitu :
1. Faktor endogenYang dimaksud dengan faktor endogen adalah faktor-faktorperkembangan, baik yang bersifat biologis maupun psikologis danlinguistik (bahasa) yang timbul dalam diri anak.
2. Faktor eksogenYang dimaksud dengan faktor-faktor eksogen ialah hal-hal ataukeadaan diluar diri anak yang dapat berpengaruh negatif padaperkembangan anak, khususnya perkembangan pikiran dankepribadiannya. Secara umum faktor-faktor yang dimaksud dapatdibagi atas tiga bagian (1). Keluarga, (2). Sekolah, (3) Lingkungan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
anak yang mengalami kesulitan membaca karena kurangnya
memahami perintah yang diberikan karena menggunakan perbedaan
bahasa dan penggunaan sistem pembelajaran membaca yang berbeda-
beda serta penyesuaian diri dengan keluarga, sekolah dan lingkungan.
c. Ciri-ciri anak berkesulitan dalam membaca.
Menurut Holt (2012:152), ciri-ciri anak berkesulitan dalam
membaca adalah :
1. Kurang terbiasa dengan bentuk-bentuk huruf dan kata2. Kesulitan mengurutkan huruf-huruf dalam kata.3. Sulit menyuarakan fonem dan memadukannya menjadi sebuah
kata.4. Sulit mengeja secara benar.
Menurut Aziz (2006:16), ciri khusus anak berkesulitan
membaca di antaranya:
1. memori visual (penglihatan) dan auditorial (pendengaran) yangmiskin,
2. kelemahan memori jangka pendek dan jangka panjang,3. kesulitan mengingat hari dalam satu minggu dan waktu,4. kesulitan membedakan kiri dan kanan,5. kurang koordinasi dan keseimbangan,6. sulit mengeja kata dan huruf,7. kurang bisa membaca simbol bunyi, dan8. lemahnya kemampuan berpikir konseptual
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri kesulitan membaca adalah kesulitan mengeja huruf atau kata
secara benar karena kurang biasa dengan bentuk huruf dan kurang bisa
membaca simbol bunyi disebabkan karena lemahnya kemampuan
berpikir.
d. Cara mengatasi anak kesulitan dalam membaca.
Menurut Nuttal ( dalam Abidin 2012), anak yang mengalami
kesulitan membaca dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
1. Memberanikan anak membaca2. Mendorong anak membaca3. Menjajaki kemampuan baca anak agar mengetahui kelemahan anak
dalam membaca
4. Modeling membaca: mendemontrasikan cara-cara yang dibutuhkananak dalam membaca
5. Klarifikasi: memberikan contoh baca, menjelaskan strategimembaca dan memberikan pembelajaran secara eksplisit jikadiperlukan.
Menurut Widiatmoko (2011: 43-45), cara mengatasi kesulitan
dalam membaca adalah sebagai berikut :
1. Agar lebih berkonsentrasi2. Meningkatkan motivasi dalam membaca3. Menghilangkan rasa kekhawatiran dalam menghadapi bacaan4. Menghilangkan kebiasaan buruk dalam membaca seperti
vokalisasi, gerakan bibir, gerakan kepala, dan sub vokalisasi.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
cara mengatasi kesulitan dalam membaca harus memberanikan anak
membaca agar dapat menghilangkan kekhawatiran dalam menghadapi
bacaan dan meningkatkan motivasi dalam membaca.
4. Minat Baca
a. Pengertian Minat
Minat adalah keinginan yang ada dalam diri seoramg dalam
melakukan sesuatu, sehingga tujuan yang ingin dilakukan seseorang
tersebut akan terlaksana karena adanya keinginan tersebut.
Menurut Hamalik (2010:174), mengatakan bahwa:”minat yaitu
kebutuhan atau kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang
menimbulkan dorongan dan menimbulkan kelakuan untuk mencapai
tujuan”.
Menurut Slameto (2003:180), yaitu :
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu halatau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalahpenerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatudiluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakinbesar minat.
Menurut Arikunto (2010:217), mengatakan bahwa : “minat
adalah kesadaran peserta didik adalah kesadaran seseorang, bahwa
suatu objek, suatu soal atau suatu situasi yang mengandung sangkut
paut dengan dirinya”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
minat adalah kebutuhan seseorang dalam diri untuk mencapai tujuan
sebab pada dasarnya semakin kuat hubungan antara diri dan diluar diri
semakin besar minat.
b. Minat Membaca
Minat membaca merupakan kemauan atau hasrat dari seseorang
untuk mempelajari suatu sumber bacaan yang ada kaitan dengan
kepentingan pribadinya.
Menurut Sutarno (2006:27), mengatakan bahwa:”minat baca
seseorang dapat diartikan sbagai kecenderungan hati yang tinggi orang
tersebut kepada suatu sumber bacaan tertentu”.
Menurut Rahim (2008:28), mengatakan bahwa:” minat baca
adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk
membaca”.
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
minat membaca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan penuh
ketekunan dan cenderung menetap serta dilakukan dengan penuh
kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira.
c. Cara meningkatkan minat membaca
Menurut rubin (dalam Rahim, 2008:130) yang dapat dilakukan
dalam menumbuhkan mnat membaca adalah :
1. Setiap siswa harus membaca2. Guru juga harus membaca ketika siswa membaca3. Siswa tidak perlu membuat laporan apapun tentang apa yang telah
mereka baca4. Siswa membaca untuk periode waktu tertentu5. Siswa memilih bahan bacaan yang mereka sukai
Menurut Wardani (dalam Rahim, 2008:131) menumbuhkan
minat membaca adalah :
1. Guru menganjurkan siswa untuk membaca buku2. Guru menceritakan satu kejadian yang dibaca dari berbagai sumber
(misalnya buku, koran, majalah) sebagai titik tolak pembelajaran3. Guru meminta siswa menceritakan peristiwa yang pernah mereka
baca4. Memberi siswa tugas membaca secara berkesinambungan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
menumbuhkan minat membaca yaitu guru sebagai contoh dalam
membaca dan dalam memilih bahan bacaan yang disukai peserta
didik.
5. Konseling Individual
a. Pengertian Konseling
Suasana hubungan konseling ini meliputi penggunaan
wawancara untuk memperoleh dan memberikan berbagai informasi,
melatih atau mengajar, meningkatkan kematangan, memberikan
bantuan melalui pengambilan keputusan dan usaha-usaha
penyembuhan (terapi).
Menurut American School Counselor Association ( dalam Yusuf
2010:8), mengatakan bahwa
Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasiapenuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan darikonselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuandan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasimasalah-masalahnya”.
Menurut Walgito ( 2010 : 8), mengatakan bahwa : “
Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu untukmemecahkan masalah kehidupannya dengan cara wawancaradan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapiindividu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Menurut Willis (2013:18), mengatakan bahwa :
Konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorangpembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadapindividu-individu yang membutuhkannya, agar individu tersebutberkembang potensinya secara optimal, mampu mengatasimasalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkunganyang selalu berubah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
Konseling adalah hubungan tatap muka yang diberikan oleh
pembimbing yang berpengalaman kepada klien dalam mengentaskan
permasalahannya secara optimal.
b. Pengertian Konseling Individual
Layanan konseling individual merupakan layanan langsung
yang dilakukan secara tatap muka dengan guru BK bertujuan untuk
membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialami peserta
didik.
Menurut Hallen (2002:128), menyatakan bahwa :
Layanan konseling individual yaitu layanan bimbingan dankonseling yang memungkinkan peserta didik mendapat layanankonseling tatap muka (secara perorangan) dengan gurupembimbing dalam rangka pengentasan permasalahan pribadiyang dideritanya.
Menurut Tohirin (2007:163) menyatakan bahwa : ”Konseling
individual adalah layanan konseling yang diselenggarakan oleh
seorang pembimbing (konselor) terhadap seorang klien dalam rangka
pengentasan masalah pribadi”.
Menurut Willis (2013:159), mengatakan bahwa :
Konseling individual adalah mempunyai makna spesifik dalamarti pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimanaterjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dankonselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembanganpribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-masalahyang dihadapinya.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
layanan konseling individual adalah layanan yang diberikan secara
langsung secara tatap muka dalam rangka pengentasan permasalahan
yang dihadapi klien.
c. Tujuan Konseling Individual
Menurut Tohirin (2009:164), mengatakan bahwa: “Tujuan
layanan konseling individual adalah agar klien memahami kondisi
dirinya, lingkungannya, permasalahan yang dialaminya, kekuatan dan
kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya”.
Menurut Suhesti (2012), mengatakan bahwa: “Layanan
konseling Individual bertujuan untuk membantu mengatasi
permasalahan yang sedang dihadapi klien”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
layanan konseling individual adalah membantu mengentaskan
masalah yang dialami klien, sehingga individu tersebut dapat
mengembangkan persepsinya kearah positif.
d. Pendekatan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Terapi kognitif bekerja dengan sangat baik pada klien-klien
yang dapat memfokuskan pikiran otomatisnya dan bertanggung jawab
untuk membantu dirinya. Kognitif termasuk proses-proses yang
melibatkan mengidentifikasi dan memprediksi berbagai hubungan
komplek di antara berbagai kejadian untuk tujuan adaptasi.
Teknik merupakan suatu cara yang dapat dilakukan konselor
untuk membantu konseli dalam pemberian layanan bimbingan dan
konseling
a. Cara atau teknik Pelaksanaan Pendekatan Layanan Konseling
Individual dalam Mengatasi kesulitan belajar membaca dapat
menggunakan teori terapi kognitif adalah sebagai berikut:
1) Terapis membantu mengidentifikasi permasalahan klien
2) Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
3) Terapis memfasilitasi klien mengembangkan keterampilan
dalam membantu dirinya
4) Klien lebih ditekankan mengubah pola pikir
5) Sesi-sesi terapi kognitif pada umumnya berlangsung selama 45
menit.dalam 16 sesi
b. Tujuan Terapi
Terapi kognitif memiliki tujuan eksplisit mengisi kembali
energi reality testing system (sistem pengujian realitas) klien.
Menurut Richard Nelson (2006 :573) tujuan terapi adalah
sebagai berikut :
1) Memonitor pikiran otomatik negatifnya
2) Mengenali hubungan antara kognitif, afek dan perilaku
3) Memeriksa dan menguji realitas bukti-bukti yang mendukung
dan berlawanan dengan pikiran otomatik yang terdistorsi
4) Mengganti kognitif-kognitif terbias dengan interprestasi-
interprestasi yang realitas
5) Belajar mengidentifikasi dan mengubah keyakinan yang
mempredisposisikannya untuk mendistorsi pengalamannya
c. Prosedur Pelaksanaan Konseling Individu Untuk Mengatasi
Kesulitan Belajar Peserta Didik
1) Membantu mengidentifikasi permasalahan klien
a) Klien menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: “Apa saja
bagian dari keseluruhan permasalahan?”, “Bagaimana
perasaan klien dengan masalahan itu?”, “Dalam situasi apa
saja permasalahan itu terjadi?”, “Dalam menghadapi
permsalahan diberikan jangka waktu seberapa lama yang
diberikan?”, Seberapa sering menggunakan layanan
bimbingan konseling di sekolah?”, dan “Apa saja akibat
yang akan terjadi?”.
b) Mengidentifikasi pikiran-pikiran dan bayangan-bayangan
klien ketika sebuah emosi dipicu: “Seberapa jauh klien
merasa mampu mengontrol pikiran dan bayangannya?”, dan
“Prediksi tentang seberapa jauh kemungkinan masalahnya
untuk timbul dan apa yang akan terjadi?”.
2) Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi
a) Memberikan dasar pemikiran untuk terapi
b) Menghilangkan gejala
c) Memunculkan informasi penting
d) Proses terapi dibatasi waktu
3) Memfasilitasi klien mengembangkan keterampilan membantu
dirinya
a) Cobalah belajar menganalisis masalah yang sudah terjadi
pada anda atau orang lain, dari sini anda akan menemukan
suatu kesimpulan
b) Membuat tugas-tugas PR yang cocok
4) Klien lebih ditekankan mengubah pola pikir
a) Pikiran: berusaha menunjukkan permasalahan yang klien
hadapi berhubungan dengan pola pikir yang negatif,
menunjukkan bagaimana klien harus bepikir positif,
mampu memisahkan pola pikir negatif dengan positif.
Setelah klien menyadari permasalahan yang dihadapi
bersumber dari pikiran negatif, maka konselor menunjukkan
pemikiran yang positif, dan klien berusaha mengubah pola
pikir menjadi positif.
b) Perasaan: menyusun situasi yang menimbulkan kecemasan
dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan klien,
memberi latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan
hingga otot kaki, dan klien diminta membayangkan situasi
yang menyenangkan seperti di pantai, di tengah taman yang
hijau, dan lain-lain.
c) Perilaku: menciptakan kondisi yang sedemikian rupa seperti
suasana yang tenang dan nyaman pada saat dalam proses
konseling sehingga konseli dapat mengubah perilakunya
serta memecahkan masalahnya
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang sesuai dengan topik penelitian yang peneliti
lakukan adalah sebagai berikut :
Pada tahun 2014 Jumani melakukan penelitian tentang peran konselor
dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik kelas III SDIT Sahabat alam
Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran yang
dilakukan konselor dalam mengatasi kesulitan belajar membaca terhadap
peserta didik kelas III SDIT Sahabat Alam Palangka Raya Tahun Pelajaran
2013/2014
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai peneliti akan menggunakan
bentuk penelitian pendekatan kualitatif hasil penelitian ini adalah berdasarkan
hasil perpanjangan pengamatan tersebut, maka peran konselor dalam
mengatasi kesulitan belajar sudah cukup karena data yang peneliti dapat dari
beberapa sumber sudah cukup kuat bahwa peran konselor dalam mengatasi
kesulitan belajar sangat penting dengan demikian peserta didik merasa
diperhatikan dan dapat mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh guru pada saat pembelajaran di ruang kelas.
Pada tahun 2010 Meny Kusworo melakukan penelitian tentang faktor-
faktor penyebab kesulitan membaca peserta didik pada pelajaran bahasa
indonesia di SDN 1 kalampangan tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan membaca
peserta didik pada pelajaran bahasa indonesia di SDN 1 kalampangan tahun
pelajaran 2009/2010
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai peneliti akan menggunakan
bentuk penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan suatu gambaran mengenai suatu kenyataan. Hasil penelitian ini
adalah berdasarkan hasil tes membaca yang diberikan terhadap 32 peserta
didik dapat diketahui bahwa 18 (56,2%) peserta didik yang membaca kata
demi kata, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka faktor membaca
kata demi kata dikategorikan “sedang”, sebagai faktor penyebab kurangnya
kemampuan membaca peserta didik kelas 3 SDN 1 Kalampangan kemudian
sebanyak 8(25%) peserta didik yang melakukan penghubungan huruf atau
kata sehingga dikategorikan “sangat kurang” dominan sebagai faktor
penyebab kurangnya kemampuan membaca peserta didik kelas 3 di SDn1
Kalampangan. Selanjutnya dapat diketahui sebanyak 13(40,6%) peserta didik
yang melakukan pengulangan kata dalam membaca. Berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan maka faktor pengulangan kata dikategorikan “kurang”
dominan sebagai faktor penyebab kurangnya kemampuan membaca peserta
didik kelas 3 SDN 1 Kalampangan.
Sedangkan penelitian ini berjudul tentang layanan konseling individual
untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik di SMPN 14 Palangka Raya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian
layanan konseling individu untuk mengatasi kesulitan belajar dan untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dalam hal membaca dan
mengeja di SMPN 14 Palangka Raya
BAB III
METODOLOGI PENELITAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN-14 Palangka Raya pada
peserta didik kelas VII-B tahun pelajaran 2013/2014.
Adapun penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan pengamatan
hasil observasi dan wawancara diketahui bahwa ada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar membaca di kelas VII-B SMPN-14
Palangka Raya,
2. Waktu Penelitian
Jadwal terlampir dilampiran
B. Alur Penelitan
Penelitian ini dimulai dari mengantarkan Surat Penelitian dari Dinas
Pendidikan kepada Kepala SMP Negeri 14 Palangkaraya. Di hari berikutnya
peneliti memulai untuk penelitian dengan kegiatan observasi di lingkungan
sekolah dan memulai mengambil foto lingkungan SMP Negeri 14
Palangkaraya, kegiatan Guru BK saat memberikan konseling individu.
Setelah didapatkan hasil dari observasi maka peneliti melakukan kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah,
Guru BK, guru mata pelajaran, peserta didik dan orang tua.
Setelah hasil dari wawancara dengan Kepala Sekolah, Guru BK , guru
mata pelajaran dan orang tua didapatkan oleh peneliti maka peneliti
melanjutkan dengan memberikan konseling individu kepada peserta didik
tersebut. Setelah semua data selesai didapatkan oleh peneliti maka
selanjutnya peneliti memulai penyusunan laporan.
C. Metode dan Prosedur Penelitan
1. Metode
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif yang dipakai dalam
penelitian ini yaitu studi kasus.
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yaitu ; pertama, dengan membuat surat
permohonan ijin penelitian ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya dengan melampirkan proposal
penelitian yang telah diseminarkan. Kedua, membuat surat ijin penelitian
ke Dinas Pendidikan dan akan ditandatangani oleh Dosen Pembimbing.
Ketiga, menyerahkan ijin penelitian kepada Kepala SMPN 14 Palangka
Raya.
D. Data dan Sumber Data
Data yang ingin dikumpulkan oleh peneliti dalam penelitian ini dengan
melakukan observasi tentang lingkungan SMP Negeri 14 Palangkaraya,
kegiatan peserta didik di sekolah kemudian melakukan wawancara dan
pengambilan gambar atau dokumentasi.
Sumber data yang dikumpulkan berasal dari wawancara dengan Kepala
Sekolah, Guru BK, guru mata pelajaran, orang tua dan Peserta Didik, serta
dokumentasi tentang lingkungan sekolah, dan dokumentasi hasil wawancara
dengan Kepala Sekolah, Guru BK, guru mata pelajaran, orang tua dan Peserta
Didik.
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini, teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi
keberhasilan penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara
mengumpulkan data, siapa sumbernya, dan apa alat yang digunakan.
Jenis sumber data adalah mengenai dari mana data diperoleh. Apakah
data diperoleh dari sumber langsung (data primer) atau data diperoleh dari
sumber tidak langsung (data sekunder).
Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan penggunaannya melalui wawancara, observasi, dokumentasi
dan sebagainya.
Sedangkan instrument pengumpul data merupakan alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrument dapat
berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi.
Adapun tiga teknik pengumpulan data yang biasa digunakan adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak berbatas pada orang, tetapi juga obyek –
obyek yang lain.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data
maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Peneliti
melakukan wawancara dengan kepala sekolah, guru BK, guru mata
pelajaran, orang tua dan peserta didik
Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
:
a. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti
apa informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar
pertanyaannya sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat
menggunakan alat bantu tape recorder, kamera photo, dan material
lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.
b. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang
akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting
masalah yang ingin digali dari responden.
F. Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Observasi
Peneliti dalam melakukan observasi mengamati tentang lingkungan
SMP Negeri 14 Palangkaraya seperti jumlah kelas, perpustakaan, tempat
parkir. Selain mengamati lingkungan SMP Negeri 14 Palangkaraya dan
sekitarnya peneliti juga mengamati tentang peserta didik dan kegiatannya
seperti saat berada didalam kelas dan diluar kelas. Selain peserta didik
peneliti juga mengamati guru BK saat memberikan konseling individu
kepada peserta didik, pada saat itu guru BK dalam pelaksanaan konseling
individu melakukan wawancara konseling dan memberikan nasehat.
2. Wawancara
Peneliti melakukan tanya jawab dengan guru BK, dan Kepala
Sekolah, guru mata pelajaran, peserta didik, dan orang tua tentang proses
kegiatan pemberian konseling individu dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca dan tentang tempat saat pemberian konseling individu di
sekolah.
3. Dokumentasi
Peneliti mengambil dokumentasi tentang lingkungan SMP Negeri
14 Palangkaraya, guru BK saat memberikan konseling individu kepada
peserta didik.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
1. Uji Kredibilitas
a. Perpanjangan pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan ulang seperti melakukan
observasi dan wawancara dengan sumber data ataupun data yang baru.
Dengan melakukan pengamatan ini maka hubungan peneliti dengan
peserta didik, guru BK (narasumber) narasumber akan semakin akrab
dan saling terbuka sehingga tidak ada rahasia lagi.
b. Meningkatkan ketekunan
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali apakah data yang
ditemukan tentang pemberian konseling individu kepada peserta didik
sudah sesuai atau tidak dalam kegiatan pengumpulan data baik seperti
wawancara.
c. Triangulasi
Peneliti melakukan pengecekan data dari berbagai sumber
seperti Kepala Sekolah, Guru BK, guru mata pelajaran, orang tua dan
peserta didik tentang kesulitan belajar membaca dan pemberian
konseling individu. Apakah data yang diperoleh sudah sesuai atau
tidak.
d. Analisis Kasus Negatif
Peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bisa
bertentangan dengan data yang sudah dikumpulkan oleh peneliti.
Misalnya data tentang kesulitan belajar membaca dan pemberian
konseling individu. Apabila tidak ada lagi data yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan data yang sudah didapatkan peneliti maka data
yang sudah dikumpulkan tentang kesulitan belajar membaca dan
pemberian konseling individu sudah dapat dipercaya.
e. Menggunakan Bahan Referensi
Peneliti mengumpulkan data dengan observasi dan wawancara.
Agar hasil penelitian dari peneliti dapat dipercaya maka peneliti
memberikan bukti autentik seperti foto – foto tentang pemberian
konseling individu oleh guru BK, foto wawancara dengan Kepala
Sekolah, Guru BK, guru mata pelajaran, orang tua dan Peserta Didik.
f. Mengadakan Member Check
Peneliti mengecek data yang sudah diperoleh dengan apa yang
diberikan oleh narasumber seperti Peserta Didik, Kepala Sekolah, dan
Guru BK, guru mata pelajaran, dan orang tua.
2. Uji Transferability
Penelitian kualitatif peneliti membuat laporannya harus
memberikan uaraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
Dengan demikian, pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut,
sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan
hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian
memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya suatu hasil penelitian
dapat diberlakukan transferability, maka laporan tersebut memenuhi
standar transferabilitas.(Sanafiah, dalam Sugiyono 2008).
3. Pengujian Defendability
Penelitian kualitatif, uji defendability dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh
auditor yang independen atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan
aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Pengujian Konfirmability
Penelitian kualitatif mirip dengan uji dependability sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability
berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi
hasilnya ada.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Profil Sekolah
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Palangka Raya yang
beralamat jalan tingang ujung palangkaraya adapun profil SMP Negeri
14 Palangka Raya yaitu :
a. Nama Sekolah : SMP Negeri 14 Palangkaraya
b. Alamat Sekolah : JalanTingang Ujung Palangkaraya
Nomor Telepon : (0536) 338809 - 3384098
c. Nama Kepala Sekolah : ARIMATEA SANDHER, S.Pd
1. No Telp/ Hp : 081349019627
2. KategoriSekolah : SBI/ SSN/ Rintisan SSN/ REGULER
3. NSS / NIS / NDS : 20. 1. 14. 60. 01. 014/ 200300
d. Tahun didirikan : 2005
e. Tahun beroperasi : 2005/ 2006
f. Kepemilikan Tanah : Pemerintah Daerah
1. Status tanah : SuratKeterangan Tanah (S. K. T)
2. Luas tanah : 8.000 meter Persegi (100 x 80 m)
3. Status bangunan : Milik Pemerintah
4. Luas bangunan : 1575 Meter
2. Visi dan Misi SMP Negeri 14 Palangka Raya
Adapun Visi dan Misi SMP Negeri 14 Palangkaraya adalah sebagai
berikut :
a. Visi :
Menjadi sekolah yang memiliki keunggulan sehingga dipercaya oleh
masyarakat dan menjadi sekolah favorit.
b. Misi :
1. Menegakkan disiplin sekolah
2. Meningkatkan kualitas proses belajar mengajar untuk mencapai
prestasi akademis maupun non akademis yang tinggi.
3. Secara bertahap mencukupi sarana dan prasarana pendidikan.
4. Secara bertahap meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan.
3. Lokasi dan Sarana Prasarana
a. Lokasi
Sekolah Menengah Pertama Negeri-14 Palangka Raya, berlokasi
di jalan Tingang Ujung (Lingkar Luar) Palangka Raya
b. Sarana Prasarana
1. Gedung
Gedung SMPN-14 Palangka Raya terdiri dari 6 kelas, kondisi
gedung sekolah yang cukup terawat membuat suasana
pembelajaran sebenarnya dapat belangsung dengan nyaman. Secara
rinci jumlah ruangan dan penunjang kegiatan di SMPN-14
Palangka Raya adalah sebagai beikut :
Tabel 1Gedung dan Ruang Penunjang
No Ruang Jumlah
1 Ruang Kelas 6
2 Ruang Kepsek 1
3 Ruang Guru 1
4 Perpustakaan 1
5 Toilet Guru 1
6 Toilet Peserta Didik 1
Sumber data : tata usaha (TU) SMPN-14 Palangka Raya
2. Fasilitas Sekolah
Fasilitas yang dimiliki oleh SMPN-14 Palangka Raya saat ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 2Daftar fasilitas sekolah
No Nama Fasilitas Jumlah Keadaan
1 Lapangan Volly 1 Baik
2 Lapangan Sepakbola 1 Baik
3 Parkir 1 Baik
Sumber data : tata usaha (TU) SMPN-14 Palangka Raya
c. Data Kepegawaian
Jumlah tenaga pengajar yang berada di SMPN-14 Palangka Raya
berjumlah sebanyak 31 orang, yang terbagi
1. 1 orang kepala sekolah
2. 27 orang guru tenaga pengajar (PNS)
3. 5 orang tenaga honor
B. Temuan Penelitian
Temuan atau hasil dalam penelitian ini didapat berdasarkan hasil
observasi dan wawancara yang diberikan oleh pihak sekolah diantaranya
Kepala Sekolah, guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran, orang
tua, dan peserta didik yang berkaitan dengan pelaksanaan layanan konseling
individu di SMPN-14 Palangka Raya, dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Hasil Observasi ( pengamatan )
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu observasi
ke sekolah pada tanggal 21 April 2014 bertemu dengan kepala sekolah
dan guru BK meminta ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah
tersebut. Setelah itu peneliti bertemu dengan kepala sekolah untuk
memberikan ijin penelitian pada tanggal 28 April 2014. Peneliti kembali
dan bertemu guru BK meminta arahan untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan layanan konseling individu, dalam melaksanakan
penelitian di SMPN-14 Palangka Raya baru diijinkan dimulai sejak
tanggal 29 April 2014.
Berdasarkan arahan dari guru BK, peneliti diperbolehkan
melakukan penelitian dan pendekatan kepada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar membaca yaitu yang berada dikelas VII-B
SMPN-14 Palangka Raya, selama melaksanakan penelitian tentang
pelaksanaan konseling individu untuk mengatasi kesulitan belajar
membaca di SMPN-14 Palangka Raya, peneliti mewawancarai peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar membaca, guru BK, Kepala
Sekolah, guru mata pelajaran dan orang tua untuk memperkuat data
dalam penelitian.
Selama penelitian, tidak ada kendala yang peneliti jumpai karena
peneliti dapat melakukan observasi dan dokumentasi di ruang kelas
maupun di ruang guru. Selama melaksanakan penelitian peneliti
melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara di sekolah, peneliti
melihat keadaan sekolah cukup kondusif dan nyaman bagi peserta didik
dalam proses belajar mengajar, serta prasarana yang memadai dalam
melaksanakan belajar mengajar di sekolah. Peneliti juga melakukan
dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data-data tentang sekolah dan
foto-foto sebagai bukti telah melakukan penelitian di sekolah dalam
melaksanakan wawancara, peneliti juga melakukan foto bersama dengan
nara sumber dan merekam pembicaraan yang dilakukan.
Adapun hasil observasi terhadap peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar membaca adalah sebagai berikut :
a. Peserta didik
Peneliti melihat ke dalam kelas proses belajar mengajar yang
sedang berlangsung. Selama pembelajaran berlangsung suasana
ruangan berjalan dengan kondusif. Peserta didik yang menjadi subjek
penelitian duduk sendirian, Selanjutnya dalam pembelajaran peserta
didik tersebut termasuk anak yang pendiam dan memperhatikan guru
ketika menjelaskan di depan kelas meskipun sering menunduk, pada
saat itu peserta didik tersebut disuruh menjawab pertanyaan oleh guru
disaat itu peserta didik tidak dapat menjawab dan ada temannya yang
mengejek dan peserta didik tersebut langsung marah dengan wajah
cemberut. Pada hari selanjutnya peserta didik sedang meminjam
catatan temannya, jadi pada saat guru menjelaskan di depan kelas
peserta didik tersebut sedang menulis sendiri di mejanya. Di luar kelas
peserta didik tersebut sangat baik bergaul dengan teman sebayanya,
mereka bemain dan bercanda dengan teman-temannya di teras depan
kelas.
b. Guru Bimbingan dan Konseling
Pada saat peneliti melakukan observasi guru BK menceritakan
ada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca, awal
diketahui pada saat pembelajaran bahasa indonesia, peserta didik
disuruh membaca satu persatu ke depan kelas setelah dites disuruh
membaca ternyata benar peserta didik tersebut mengalami kesulitan
belajar membaca. Pada hari berikutnya guru BK memanggil peserta
didik untuk melaksanakan konseling individu, konseling individu
dilakukan di ruang guru karena tidak adanya ruang BK. Guru BK juga
berperan aktif mengontrol semua peserta didik dengan berkeliling
disekitar sekolahan untuk mengetahui apakah ada peserta didik yang
berkeliaran karena keadaan sekolah yang tidak memiliki pagar jadi
dengan mudah peserta didik bermain ketika pembelajaran
berlangsung. Pada saat istirahat guru BK sering jalan-jalan disekitar
kelas dan pada saat itu sesekali guru BK menegur peserta didik untuk
memasukkan baju, karena ada ditemukan peserta didik yang sering
mengeluarkan bajunya ( berpakaian kurang rapi ).
2. Hasil Wawancara
a. Peserta didik
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik berkaitan dalam
permasalahan kesulitan belajar yang dilakukan oleh peneliti kepada
peserta didik kelas VII-B SMPN-14 Palangka Raya, Sebagaimana
peneliti dapatkan dari fris,10 mei 2014 sebagai berikut :
“ Ya kesulitan belajar membaca ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa peserta didik tersebut
mengalami kesulitan belajar membaca
Terkait dengan permasalahan kesulitan belajar membaca guru
bimbingan dan konseling memberikan konseling individu.
Sebagaimana peneliti dapatkan dari fris,10 mei 2014 sebagai berikut :
“ Ya bu saya pernah dipanggil guru BK, masalah kesulitanbelajar membaca, guru BK menyuruh giat belajar ja dirumah ”.
Dari paparan tersebut di atas, peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar membaca yang dilakukan guru BK menyuruh lebih
giat belajar
Berdasarkan wawancara berkaitan dengan faktor penghambat
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca.
Sebagaimana peneliti dapatkan dari fris,13 mei 2014 sebagai berikut :
“ Saya sering malas belajar karena kecapean setiap subuhngantarin kakak belanja jadi banyak waktu untuk tidurkalau di rumah apalagi kalau belajar sering dimarah-marahin dan malu juga sama adik yang sudah lancarmembaca. Saya masih kesulitan belajar membaca mengejadan saya kesulitan melafalkan huruf M dan N karena seringterbalik. apalagi kalau disuruh membaca maju satu persatukedepan kelas saya sering merasa gugup-gugup dan kalaudidikte saya tidak bisa jadi pinjam catatan teman “.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa berbagai macam faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca seperti kelelahan,
dalam melafalkan huruf sering salah, kurang konsentrasi dan tidak ada
minat untuk belajar.
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik yang berkaitan
dalam mengatasi kesulitan belajar membaca. Sebagaimana peneliti
dapatkan dari PD,13 mei 2014 sebagai berikut :
“ Dalam belajar membaca saya harus mempunyai keinginanuntuk belajar setidaknya mempunyai minat agar tidakmalas lagi dan dapat mengatur waktu untuk belajar, sayaakan mencoba memulai membaca buku yang diberikan olehibu, saya akan membacanya dengan mengeja terlebihdahulu sampai lancar setelah itu merangkainya menjadisebuah kalimat ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa peserta didik berusaha
mengatasi kesulitan belajar membaca dengan cara memotivasi dirinya
agar dapat membaca.
Dari paparan tersebut di atas, kesimpulannya adalah peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar membaca disebabkan oleh
berbagai macam faktor baik fisiologis maupun psikologis tetapi
setidaknya peserta didik tersebut berusaha mengatasi kesulitan
belajarnya dengan cara memotivasi dirinya.
b. Guru Bimbingan dan Konseling
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, konselor dalam
pelaksanaan layanan konseling individu diberikan kepada peserta
didik dalam mencapai tujuan konseling secara baik. Sebagaimana
peneliti dapatkan dari GBK.6 mei 2014 sebagai berikut :
“ Layanan konseling individu kalau memang anaknya maudatang sendiri kapan saja tapi kalau untuk yang dipanggilbiasanya kalau ada anak yang bermasalah, karena untukkonseling individu tidak terjadwal ”.
Dari paparan tersebut di atas, dalam melaksanakan layanan
konseling individu tidak ada jadwal kegiatan yang khusus.
Penggunaan teknik dalam memberikan layanan konseling
individu yang datang atas kesadaran dirinya sendiri Sebagaimana
peneliti dapatkan dari GBK.6 mei 2014 sebagai berikut :
“ Kalau memang masalah anak yang datang sendiri teknikyang kita gunakan kita biarkan anak itu bicaramengeluarkan apa yang ingin disampaikan ”.
Dari paparan tersebut di atas, pelaksanaan konseling individu
atas dasar kesadarannya sendiri itu dibiarkan mengungkapkan
permasalahannya.
Teknik dalam memberikan layanan konseling individu yang
datang karena dipanggil dalam pelaksanaan konseling. Sebagaimana
peneliti dapatkan dari GBK.6 mei 2014 sebagai berikut :
“ Kalau yang dipanggil tekniknya menanya dulu, kemudiandinasehati, kemudian ditanya lagi apa maunya, apa diasanggup mengikuti peraturan. Oleh yang dipanggil itu yangbermasalah kalau konseling individu yang datang sendiri ituyang mudah tetapi jarang ”.
Dari paparan tersebut di atas, peserta didik yang dipanggil untuk
melaksanakan konseling individu adalah peserta didik yang
bermasalah untuk diberikan arahan
Respon atau tanggapan peserta didik dalam pelaksanakan
konseling individu. Sebagaimana peneliti dapatkan dari GBK.6 mei
2014 sebagai berikut :
“ Tanggapannya bagus aja karena kebanyakkan tidak maumengungkapkan masalahnya dengan dipanggil ada masalahkecil jadi kita langsung tanyakan masalah pribadi, masalahkeluarga. Mereka senang karena bisa cerita, awalnyamereka tidak datang sendiri karena malu, tetapi kalaudipanggil mereka bisa cerita panjang lebar “.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa respon peserta didik
terhadap pelaksanaan konseling sudah baik, meskipun peserta didik
dalam mengungkapkan permasalahan itu harus dipanggil terlebih
dahulu karena jarang yang datang atas kesadaran dirinya sendiri.
Kendala pelaksanaan konseling individu, Sebagaimana peneliti
dapatkan dari GBK.6 mei 2014 sebagai berikut :
“ Kalau kendalanya tidak ada karena kalau untuk dipanggildatang aja terus, kalau kendala umumnya tidak mau datangsendiri aja, misalnya kalau diadakan konseling individu
siapa yang punya masalah, sapa yang mau cerita sendiri itutidak ada yang mau ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa kendala pada umumnya
peserta didik tidak ada yang datang atas kesadarannya sendiri untuk
melaksanakan konseling individu
Cara mengatasi kendala pelaksanaan konseling individu,
Sebagaimana peneliti dapatkan dari GBK.6 mei 2014 sebagai berikut :
“ Biasa saya panggil saya tunggu beberapa kali, tapi sayamengadakan tidak di depan guru-guru yang lain karenamereka malu dengan masalahnya dan ada yang ngga maudatang didengar guru yang lain karena biasanya konselingdi ruang tersendiri, makanya dipanggil ditunggu dandipanggil ditunggu mencari tempat yang memang saya dansiswa ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa guru Bk mengupayakan
agar dalam pelaksanakan konseling individu berjalan dengan baik
dengan mencari tempat untuk melaksanakan konseling individu
karena tidak adanya ruang BK khusus untuk melaksanakan konseling
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca,
Sebagaimana peneliti dapatkan dari GBK.6 mei 2014 sebagai berikut :
“ Iya memang ada karena ada yang ngga bisa membaca, adayang tidak mengenal huruf dan ada yang hanya mengenalhuruf kalau diselidiki memang kurang belajarnya di rumah,kurang perhatian dari orang tua untuk membimbinganaknya di rumah ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa peserta didik yang
mengalami kesulitan membaca karena tidak mempunyai keinginan
atau minat untuk belajar dan kurang perhatian dari orang tuanya.
Upaya yang dilakukan guru Bk dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca, Sebagaimana peneliti dapatkan dari GBK.6 mei
2014 sebagai berikut :
“ Kalau yang pernah ada, waktu anak itu tau ngga bisamembaca saya adakan kunjungan rumah ternyata di rumahanak itu dibiarkan belajar sendiri kemudian disekolah sayacoba untuk mengasih tau dia agar dia mau belajar karenangga mungkin kita membelajari anak lagi dari A , itupelajaran anak SD, bahkan sekarang TK sudah ada, jadidiberikan dorongan dan motivasi untuk anak itu sendirisupaya dia semangat agar ia mau untuk belajar membacatapi ada juga untuk tindakannya misalnya dua bulankemudian ditanya lagi disuruh membaca bagaimanakemajuannya ”.
Dari paparan tersebut di atas, guru BK mengadakan kunjungan
rumah untuk mengetahui penyebab permasalahannya dan guru BK
juga memonitoring perkembangan peserta didik agar dapat
mengetahui perubahan permasalahan dalam hal kesulitan belajar
membaca.
Dari paparan tersebut di atas, kesimpulannya adalah
pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak ada jadwal yang khusus.
Dalam teknik pelaksanakan konseling peserta didik yang datang atas
kesadarannya sendiri dibiarkan mengungkapkan permasalahannya
sedangkan yang dipanggil adalah peserta didik yang bermasalah itu
diberikan arahan tetapi kendala pada umumnya jarang sekali peserta
didik memanfaatkan layanan konseling individu atas kesadarannya
sendiri. Pelaksanaan konseling individu untuk mengatasi kesulitan
belajar membaca diketahui bahwa peserta didik tersebut tidak ada
motivasi belajar dan kurangnya perhatian, dengan hal ini guru BK
mengadakan kunjungan rumah untuk mengetahui penyebabnya dan
selalu memonitoring perkembangannya untuk mengetahui
perubahannya.
c. Kepala Sekolah
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
kepala sekolah SMPN-14 Palangka Raya dapat dipaparkan hasilnya
yang berkaitan tentang layanan bimbingan dan konseling diberikan.
Sebagaimana peneliti dapatkan dari KS, 7 Mei 2014 sebagai berikut :
“ Ya, tentu tau karena mereka setiap kegiatannya itukantentunya lewat petunjuk kepala sekolah, biasanya layanankonseling dan kunjungan rumah tentunya anak yangbermasalah itu diintrogasi diberikan petunjuk oleh gurunya”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa layanan yang diberikan itu
adalah layanan konseling dan kunjungan rumah untuk peserta didik
yang bermasalah.
Pelaksanaan konseling individu itu diberikan kepada peserta
didik Sebagaimana peneliti dapatkan dari KS, 7 Mei 2014 sebagai
berikut :
“ Kalau ada masalah ja, tidak terus menerus misalnyakesulitan belajar tentu mereka diberi arahan ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa pelaksanaan konseling
individu dilakukan kalau ada permasalahan jadi tidak dilakukan secara
terus menerus
Respon atau tanggapan peserta didik dalam pelaksanakan
konseling individu. Sebagaimana peneliti dapatkan dari KS, 7 Mei
2014 sebagai berikut :
“ Kalau penerimaan secara pribadi tidak ngerti juga Cumayang pasti bahwa untuk tidak mengulang yang sudahterjadi, tetapi biasanya kalau orang tidak menerima bisamarah bisa berbuat aneh-aneh, tapi sementara ini tidak adayang komplain”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa respon peserta didik dalam
pelaksanaan konseling individu sudah cukup baik karena selama ini
tidak ada yang.menyampaikan keluhannya.
Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah berkaitan
dengan kendala pelaksanaan konseling individu dalam mengatasi
kesulitan belajar. Sebagaimana peneliti dapatkan dari KS, 7 Mei 2014
sebagai berikut :
“ Kalau soal prakteknya saya tidak tau Cuma yang pastipelaksanaannya sudah kita arahkan dengan guru BK,senantiasa melakukan bimbingan kepada anak yangbermasalah kalau kesulitan atau kendalanya saya kurangngerti karena bukan bidang saya, Cuma setiap anak yangbermasalah itu diberi bimbingan agar tidak mengulangkembali kesalahan-kesalahan apa yang mereka telahlakukan”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa kepala sekolah sepenuhnya
mengarahkan kepada guru BK untuk memberikan bimbingan kepada
anak yang mempunyai permasalahan agar tidak mengulang
perbuatannya.
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca.
Sebagaimana peneliti dapatkan dari KS, 7 Mei 2014 sebagai berikut :
“ Ya itu ada salah satu siswanya kelas satu yang kemarenwaktu kita ulangan, terutama salah satu guru bahasaindonesia komplain karena menerima siswa yang ngga bisamembaca itu”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa ada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar membaca.
Hanya saja faktor penghambat yang biasa terjadi dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca . Sebagaimana peneliti dapatkan
dari KS, 7 Mei 2014 sebagai berikut :
“ Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membacayaitu tidak adanya minat untuk belajar jadi kita harus tahujuga permasalahan yang terjadi di rumah misalnyakurangnya perhatian orang tua karena faktor lingkunganitu sangat mempengaruhi kesulitan belajar membaca padapeserta didik.”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa faktor lingkungan sangat
mempengaruhi permasalahan peserta didik yang mengalami kesulitan
belajar membaca
Berdasarkan wawancara yang berkaitan dengan tindakan yang
dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar membaca KS, 7 mei
2014, sebagai berikut :
“ Kemaren kami sudah meminta guru Bknya untuk bisamenghubungi orang tuannya apa permasalahannyasehingga dia itu tidak ada minat untuk belajar”.
Dari paparan tersebut di atas, dalam menangani permasalahan
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca harus ada
kerjasama antara orang tua dan guru BK.
Dari paparan tersebut di atas, kesimpulannya adalah layanan
bimbingan dan konseling yang sering dilaksanakan adalah layanan
konseling dan kunjungan rumah. Dalam pelaksanaan konseling
individu tidak dilakukan secara terus menerus dan selama ini berjalan
dengan baik, tidak adanya keluhan dari peserta didik. Peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar dapat dipengaruhi oleh faktor
linghkungannya sehingga dalam mengatasinya perlu adanya
kunjungan rumah agar dapat mengetahui faktor penyebabnya dan
kerjasama antara orang tua dan pihak sekolah.
d. Guru mata pelajaran
Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
guru mata pelajaran bahasa indonesia dapat dipaparkan hasilnya yang
berkaitan tentang permasalahan kesulitan belajar membaca peserta
didik dalam pembelajaran bahasa indonesia. Sebagaimana peneliti
dapatkan dari GMP, 13 mei 2014 sebagai berikut :
“ Kalau kesulitan atau permasalahan pada dalam pelajaranmembaca khususnya bahasa indonesia (1) anak kurangpunya kemampuan atau minat mengembangkan dirinyamembaca, (2). Dari awal anak ini memang tidak lancarmembaca, (3) dari anak itu sendiri kurang termotivasiuntuk belajar khususnya membaca atau jarang sekali baikmenambah referensi buku supaya dia berminat membaca,kurang berminat melatih diri untuk membaca”.
Dari paparan tersebuat di atas, bahwa peserta didik yang tidak
dapat membaca karena kurangnya motivasi sehingga tidak mampu
untuk mengembangkan dirinya dalam membaca.
Metode atau strategi yang digunakan dalam pembelajaran
bahasa indonesia untuk mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
Sebagaimana peneliti dapatkan dari GMP, 13 mei 2014 sebagai
berikut :
“ Kalau soal metode itu biasanya dalam satu kali pertemuanatau setiap pertemuan kita bisa menggunakan berbagaimetode yang kadang-kadang satu metode itu adakekurangan dan kelebihannya jadi kalau satu metode sajayang diterapkan itu agak sulit jadi kita variasikan metodesatu dengan yang lainnya, sehingga pada saat diterapkanmetode yang punya kekurangan bisa dilengkapi denganmetode lainnya, sehingga kita begitu menyampaikan materikekurangan-kekurangan itu bisa kita atasi. Metode itumisalnya kalau tanya jawab kita selingi dengan penugasanatau bisa dengan demonstrasi atau bisa juga dengan diskusijadi metode itu kita padukan supaya kegiatan pembelajaranitu bisa berjalan dengan baik”.
Dari paparan tersebut di atas, guru mata pelajaran dalam
pembelajaran bahasa indonesia menggunakan berbagai macam metode
agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran tersebut sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa indonesia, ada
berbagai macam respon peserta didik. Sebagaimana peneliti dapatkan
dari GMP, 13 mei 2014 sebagai berikut :
“ Kalau soal respon anak didik ini ada berbagai tipe, (1) adayang antusias, (2) kadang biasa saja atau menganggap tidakterlalu penting, kemudian ada juga yang pertengahanantusiasnya ada dan yang cueknya juga ada, kalaumengatasi permasalahan seperti ini, ya pandai-pandaigurunya misalnya kalau ada ada anak yang cuek mungkindirangsang supaya bagaimana dia tertarik dengan materiyang kita sampaikan misalnya pada saat dia tidak terlalufokus kita beri pertanyaan barangkali kita tambahkan juga
tugas-tugas sehingga nanti mereka ikut terlibat dalamproses belajar itu sendiri”.
Dari paparan tersebut di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran
bahasa indonesia guru harus bisa membaca situasi di kelas agar
peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Adapun faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran
bahasa indonesia berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
berkaitan dengan kesulitan belajar membaca. Sebagaimana peneliti
dapatkan dari GMP, 13 mei 2014 sebagai berikut :
“ Yang paling pertama ini, ada anak yang memang tidakbisa membaca, artinya boleh saya katakan buta huruf jugatidak tetapi memang tidak bisa merangkai kata dalam halmengeja jadi itu kesulitannya, kedua, ada anak yang tidaklancar, anak yang tidak lancar membaca kemungkinan anakini kurang kosakata, jarang membaca otomatis kalau anakitu kurang membaca kosakatanya minim jadi kurangperkembangan dalam masalah kosakata, kemudian yangpasti terakhir itu kurang latihan dalam membaca jadikendala anak ini kalau sudah jarang membaca kemudianjarang melatih diri jadi kelihatan sekali kesehariannya itupada saat kegiatan belajar khususnya membaca ini padasaat mengeja atau menyebutkan kata yang ada di teks itusudah kadang tidak tepat pengucapannya”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa peserta didik yang
mengalami kesulitan membaca itu tidak dapat merangkai kata dalam
hal mengeja, kurang latihan membaca dan jarang melatih diri
membaca, sehingga dalam membaca mengeja bisa tidak tepat
pengucapannya.
Berdasarkan wawancara dengan guru mata pelajaran dengan
peserta didik yang berkaitan dalam mengatasi kesulitan belajar
membaca. Sebagaimana peneliti dapatkan dari GMP,15 mei 2014
sebagai berikut :
“ Cara mengatasinya pertama anak tersebut kalaudiruangan dianggap paling sering disuruh membacakemudian yang kedua anak tersebut saya suruh jugamembaca kamus dan membuka kamus untuk melihatkosakata yang ada di dalam kamus dan kadang-kadangsekarang inikan alat informasi itukan lebih canggih,kadang-kadang kita suruh juga dia buka-buka internet atausmsan dengan demikian diharapkan anak tersebut bisalancar lagi membaca dan bisa lebih banyak lagi mengenalkosakata meskipun mungkin kosakata yang didapatmungkin kata-kata yang tidak baku”.
Dari paparan tersebut di atas, guru mata pelajaran memberikan
bimbingan dalam hal membaca agar peserta didik tersebut banyak
mempunyai kosakata.
Dari paparan tersebut diatas, kesimpulannya adalah peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar membaca karena kurannya
motivasi sehingga tidak mampu mengembangkan dirinya. Dalam
proses belajar mengajar guru menggunakan berbagai macam metode
agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, oleh karena itu guru
harus dapat membaca situasi di dalam kelas. Kendala yang dihadapi
untuk mengatasi kesulitan belajar membaca karena tidak dapat
merangkai kata dalam hal mengeja itu disebabkan karena kurangnya
latihan dan jarang melatih diri membaca sehingga tidak tepat
pengucapannya. Dengan hal demikian guru memberikan bimbingan
agar peserta didik tersebut banyak mempunyai kosakata.
e. Orang Tua
Berdasarkan wawancara dengan orang tua peserta didik dapat
dipaparkan hasilnya yang berkaitan permasalahan kesulitan belajar
membaca. Sebagaimana peneliti dapatkan dari OT, 11 mei 2014
sebagai berikut :
“ Ya mengetahui, kesulitan membaca ”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa orang tua mengetahui
anaknya mengalami kesulitan belajar membaca
Peserta didik perlu diperhatikan dan didampingi ketika belajar di
rumah untuk mengetahui bahwa sebenarnya tugas utama mereka
adalah belajar. Sebagaimana peneliti dapatkan dari OT, 11 mei 2014
sebagai berikut :
“ Ya saudaranya nomor tiga yang sering mendampingibelajar, kadang harus dimarah-marahi dahulu biar maubelajar”.
Dari paparan tersebut di atas, saudaranya yang mendampingi
ketika belajar meskipun harus dimarah-marahi terlebih dahulu biar
mau belajar
Dalam kondisi demikian, orang tua dan guru menjalin
komunikasi untuk mengatasi kesulitan belajar membaca. Sebagaimana
peneliti dapatkan dari OT, 11 mei 2014 sebagai berikut :
“ Ada datang kesini gurunya menyampaikan disekolahanseringnya agak diam, ngga bisa membaca kalau disuruh”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa guru ada menjalin
komunikasi kepada orang tua peserta didik yang mengalami kesulitan
membaca.
Berdasarkan wawancara berkaitan dengan faktor penghambat
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar membaca.
Sebagaimana peneliti dapatkan dari OT,11 mei 2014 sebagai berikut :
“ Sangat sulit kalau diajari, harus di marah-marahin dahulukarena kadada keinginan untuk belajar padahal saudaranyamau ja mendampingi belajar ”
Dari paparan tersebut di atas, tidak adanya motivasi dalam diri
peserta didik tersebut untuk belajar membaca
Berdasarkan wawancara dengan orang tua yang berkaitan dalam
mengatasi kesulitan belajar membaca Sebagaimana peneliti dapatkan
dari OT,11 mei 2014 sebagai berikut :
“ Di tegur, diberi nasehat kalau kamu harus rajin belajarmembaca dan menulis karena kalau kamu ngga bisa, kamungga naik kelas”.
Dari paparan tersebut di atas, bahwa orang tua memberikan arah
agar anaknya mau belajar membaca.
Dari paparan tersebut di atas, kesimpulannya adalah orang tua
mengetahu anaknya mengalami kesulitan belajar membaca. Dalam
belajar didampingi saudarannya meskipun harus dimarahi terlebih
dahulu karena peserta didik tersebut tidak ada motivasi untuk belajar
membaca, dan untuk mengatasi permasalahan tersebut orang tuanya
memberikan arahan dan nasehat agar anaknya mau belajar membaca.
C. Pembahasan
Pelaksanaan layanan konseling individu dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca di SMP Negeri 14 Palangka Raya sudah dilaksanakan
dengan baik dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik guru BK
melaksanakan konseling individu meskipun peserta didik itu harus dipanggil
terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti
pada saat penelitian, ada hal yang peneliti temukan yakni sebagai berikut :
Kesulitan belajar membaca dapat dibuktikan dengan munculnya
kelainan perilaku peserta didik seperti mudah tersinggung, cepat marah dan
kalau dalam proses pembelajaran lebih banyak diam dan pemurung. Untuk
mengatasi kesulitan belajar membaca sangatlah penting menjalin kerjasama
antara orang tua dan pihak sekolah terutama untuk memotivasi peserta didik
agar dapat mempunyai minat untuk belajar.
Seperti halnya pada pelayanan konseling individu, konselor dalam hal
ini guru bimbingan dan konseling berperan dalam upaya pemberian bantuan
terhadap peserta didik agar bisa berkembang secara mandiri dan dapat
menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan adanya
pelayanan konseling individu peserta didik dapat memperoleh keuntungan
dan manfaatnya dalam pengentasan masalah yang dihadapi meskipun tidak
terjadwal tetapi kita bisa kapan saja untuk memanfaatkannya.
Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat dalam pelaksanaan konseling
individu untuk mengatasi kesulitan belajar membaca peserta didik tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah
Tugas atau peran kepala sekolah dalam hal ini :
a. Mengkoordinir setiap pelaksanaan konseling individu agar dapat
mengetahui permasalahan yang dihadapi peserta didik.
b. Menyediakan fasilitas ruangan BK untuk melaksanakan kegiatan
konseling individu agar dapat terjaga kerahasiaannya sehingga tidak
perlu takut atau malu menggunakan layanan konseling individu dalam
pengentasan masalahnya.
c. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan konseling individu di
sekolah.
d. Memberikan bimbingan/mengarahkan guru BK untuk melaksanakan
konseling individu.
2. Guru BK
Konselor dalam menumbuhkan minat membaca harus berperan aktif
sesuai dengan situasi kondisi yang ada di sekolah. Dalam pelaksanaan
konsaeling iindividu konselor harus mempunyai strategi agar peserta
didik mau menggunakan layanan konseling individu atas kesadarannya
sendiri, meskipun tidak ada jadwal khusus untuk pelaksanaan konseling
individu, mengadakan hubungan dengan orang tua peserta didik, guru
atau pihak lain ( ahli ) dalam rangka membantu peserta didik menangani
masalahnya.
3. Guru Mata Pelajaran
Dalam proses belajar mengajar guru juga berperan aktif untuk
menumbuhkan minat membaca dengan cara disuruh sering membaca
agar mempunyai kemampuan mengembangkan dirinya untuk membaca
karena diketahui peserta didik tersebut kurang termotivasi untuk belajar.
4. Orang Tua
Untuk menumbuhkan minat membaca peran orang tua sangatlah penting
karena ketika anak belajar dirumah harus selalu didampingi dalam hal
belajar membaca. Setiap anak berbeda-beda, jadi orang tua harus lebih
sabar dalam memberikan nasehat/ arahan agar mau belajar.
5. Peserta Didik
Dengan permasalahan yang dihadapi yaitu kurangnya minat membaca
maka peserta didik dapat menumbuhkan minat belajar dengan cara
mencari bahan bacaan yang disukai atau menyenangkan
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti juga memberikan informasi
mengenai faktor penghambat dalam proses pelaksanaan konseling individu
untuk mengatasi kesulitan belajar adalah sebagai berikut :
1. Minimnya minat dan niat untuk memanfaatkan layanan konseling
individu di sekolah
Minat dan niat merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai hal.
Tanpa adanya minat dan dalam melaksanakan sesuatu, tentu akan sulit
untuk mengembangkan hal tersebut misalnya saja dalam hal belajar
membaca kalau tidak ada minat dan niat dari dalam diri sendiri, maka
tidak adanya pengembangan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
2. Faktor internal dan eksternal
Faktor internal adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam diri peserta
didik, sedangkan faktor eksternal adalah faktor penyebab yang berasal dari
luar diri peserta didik.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi untuk mengatasi kesulitan
belajar membaca adalah sebagai berikut :
a. Apabila peserta didik mengalami kelelahan maka tidak menguntungkan
peserta didik untuk belajar khususnya belajar membaca
b. Tidaknya adanya minat atau motivasi untuk belajar.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi untuk mengatasi kesulitan
belajar membaca adalah sebagai berikut :
a. Faktor lingkungan seperti kurangnya perhatian dari orang tua
b. Ketika belajar sering dimarah-marahi
Upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan minat membaca yaitu :
1. Menciptakan suasana yang menyenangkan
2. Sering latihan dalam membaca
3. Apabila diperlukan adakan kunjungan rumah untuk mengetahui penyebab
permasalahan yang dialami peserta didik
4. Diberikan nasehat atau arahan agar mau belajar membaca tanpa harus
memaksanya, ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
BAB V
PENUTUP
Berikut ini akan disampaikan beberapa kesimpulan dan saran saran
sesuai dengan hasil penelitian :
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan hasil penelitian ini :
1. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
khususnya pelaksanaan konseling individu di SMPN 14
Palangkaraya sudah dilaksanakan oleh guru BK meskipun tidak
terjadwal.
2. Faktor penyebab yang mempengaruhi dalam mengatasi kesulitan
belajar membaca karena faktor kelelahan, faktor lingkungan
seperti kurang perhatian didalam keluarga, dan merasa malu
sehingga tidak ada minat dan motivasi untuk belajar.
3. Upaya yang dilakukan dalam menumbuhkan minat membaca
dapat dilakukan dengan teknik atau metode pengajaran yang baru
agar dalam proses pembelajaran membaca anak tidak bosan dan
menyenangkan karena dapat menumbuhkan minat dan motivasi
anak untuk belajar.
B. SARAN
Adapun beberapa saran yang disimpulkan terkait dengan layanan
konseling individu dalam mengatasi kesulitan belajar membaca
1. Bagi Sekolah
a. Diharapkan kepada kepala sekolah menekankan kepada guru
bimbingan dan konseling untuk meningkatkan layanan
konseling individu pada proses kegiatan bimbingan dan
konseling juga menyediakan ruangan BK agar tetap terjaga
kerahasiaan dan dukungan dalam kepengawasan saat terjadi
bimbingan konseling
b. Bagi guru BK dalam pelaksanaan konseling individu
menggunakan teknik-teknik konseling.
c. Bagi guru diharapkan dapat mengetahui dan mengidentifikasi
kesulitan belajar dalam menumbuhkan minat membaca yang
dialami peserta didik, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara maksimal.
d. Bagi peserta didik hendaknya memanfaatkan konseling
individu dengan kesadaran sendiri agar dapat dengan mudah
diselesaikan apabila menghadapi suatu permasalahan
2. Bagi Orang Tua
a. Dapat mengerti bahwa anak itu mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda jadi orang tua harus memahami kemampuan
yang dimiliki anak.
b. Orang tua dapat lebih kooperatif dengan pihak sekolah
khususnya dengan guru kelas sehingga informasi dan guru
dapat digunakan sebagai dasar dalam pembentukkan
psikologi anak pada saat dirumah.
top related