laput fix 2
Post on 20-Jan-2016
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
“KEBERADAANKU TIDAK TERSISIHKAN, NAMUN AKU
PERLU DILESTARIKAN”
“Sexy dancer dan seafood”, dua kata itu mungkin tidak asing dilihat,
didengar, dan dicerna arti pelafalannya dalam interaksi di kancah pariwisata
Indonesia. Dalam dunia pariwisata kini mulai menjamur kosa kata asing yang
digunakan di dalam interaksi yang terjadi antara para wisatawan dengan para
pekerja di sektor pariwisata.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Bali merupakan daerah pariwisata atau
disebut surganya pariwisata dunia. Sebagai daerah pariwisata, wisatawan
berkunjung ke Bali bersifat universal, baik wisatawan lokal maupun internasional.
Tidak dipungkiri pengaruh arus globalisasi akan menjadi bumbu penyedap
perkembangan pariwisata Indonesia khususnya pariwisata Bali.
Sejak zaman nenek moyang, Indonesia memang telah termaktub dan
mendapat pengakuan bahwa bahasa nasional Indonesia adalah bahasa Indonesia,
dan ditegaskan dalam naskah ke-3 sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
bahasa Indonesia merupakan identitas nasional yang wajib dikenal, dipahami, dan
digunakan oleh setiap warga negara Indonesia disamping keberadaan bahasa
daerah. Jika saat ini kita telisik lebih dalam, keberadaan bahasa Indonesia seakan
tersisihkan dengan posisi bahasa asing yang diprioritaskan dalam dunia
pariwisata.
Bahasa Inggris yang diakui sebagai bahasa internasional seakan menjadi
payung utama dalam komunikasi dikancah pariwisata dunia. Hal tersebut
tercermin dari penggunaan bahasa asing khususnya bahasa Inggris yang
mendominasi diksi dalam penggunaannya di sektor pariwisata, seperti dalam
penulisan daftar menu makanan, nama restoran ataupun tempat hiburan yang
menggunakan bahasa Inggris sebagai identitasnya. Padahal seyogianya bahasa
Indonesia lah yang harus digunakan secara lebih optimal.
Menurut Pak Joger alias bapak si Pendiri Joger (Pendiri Pabrik Kata-Kata
Joger), tanpa dipungkiri bahasa Indonesia memang telah dinomor duakan.
Mengapa?, hal tersebut tidak dapat dipungkiri juga disebabkan oleh pengaruh
dikenalnya Bali hingga ke kancah internasional. “Lagi pula tidak semua
wisatawan asing mengerti bahasa Indonesia.” Ujar Pak Joger. Namun, secara
optimal di dalam penulisan daftar makanan yang disediakan sudah ada upaya
untuk membuat bahasa Indonesia tersebut tetap ada dan tidak tergeser oleh bahasa
Inggris dengan membubuhi bahasa Indonesia di sebelah nama makanan yang
ditulis dalam bahasa Inggris.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahawa kita juga biasa
menjumpai kata sexy dancer, chiken steak, dan lain-lain yang menggunakan
bahasa Inggris. Terbersit pertanyaan lagi bahawa mengapa kata-kata tersebut tidak
menggunkan bahas Indonesia yang baik dan benar saja? Maksudnya apakah yang
terkandung dalam bahasa tersebut?
Ketika dikonfirmasi mengenai hal tersebut, Pak Joger menyatakan bahwa
sebenarnya pihak kita (Indonesia) mengambil budaya mereka, contohnya chicken
steak jika di bahasa Indonesia-kan menjadi ayam panggang, akan tetapi bumbu
steak yang digunakan untuk memasaknnya berasal dari luar negeri. “Kalau begitu,
bagaimana mau menjadikannya bahasa Indonesia? tentu janggal, bukan? Kalau
sudah begitu secara tidak langsung budayanya saja (bumbu masaknya) sudah
berasal dari luar Indonesia.
Jadi maksud beliau terkadang terasa janggal dan sulit untuk diingat serta
dicerna, karena dari awal diperkenalkan sudah menggunakan bahasa asing yang
pada prosesnya pun menggunakan bumbu atau budaya asing.
Namun di sisi lain, pemicu bahasa Indonesia di daerah pariwisata pada
khususnya menjadi bahasa yang kedua adalah bahasa Inggris yang bersifat
flesikbel atau tidak kaku serta identitas yang dikalahkan oleh trend yang ada.
Bahasa inggris memang lebih fleksibel digunakan karena tidak
memandang aturan kesopanan yang jelas secara langsung dapat dikategorikan
tidak kaku. Kemudian bahasa Inggris juga menjadi trend saat ini, jadi bahasa
Indonesia yang terkesan kaku dianggap kuno. “Sebenarnya kita agak susah
menggunakan bahasa Indonesia untuk dunia pariwisata apalagi dengan bahasa
Indonesia yang sesuai Ejaan Yang Disempurnakan.” Ujar Pak Joger.
Namun taukah anda, bahasa Indonesia juga tidak kalah saing dengan
bahasa Inggris, khususnya untuk daerah pariwisata. Tidak sedikit kita menemui
para wisatawan asing alias bule yang cakap dalam berbahasa Indonesia ya
walaupun belum tentu bahasa yang digunakan baik dan benar. Maka dari itu, kita
bisa menghapus anggapan bahwa bahasa Indonesia itu kaku atau tidak fleksibel.
Bule saja bisa dan mau belajar serta menggunakan bahasa Indonesia, kenapa
Indonesia tidak apalagi warga di daerah pariwisata. Kenalkanlah bahasa Indonesia
yang sopan, baik, dan benar untuk memperkenalkan Indonesia, khususnya Bali
sehingga kita makin dihargai, dikenal, serta semakin dihormati.
Kata gengsi memang suatu kata yang sangat sulit untuk ditepis
pengaruhnya. Pengaruh gengsi benar-benar menjadi momok yang berat untuk
dilawan. Namun tahukah anda bahwa gengsi tidak akan menghasilkan suatu
keuntungan yang besar untuk kita. Gengsi tidak akan membuat Indonesia makin
terkenal khususnya Bali sebagai daerah pariwisata. Pernahkah anda mendengar
bahwa Bali itu terkenal karena budayanya, keramahannya, serta adat istiadatnya.
Kemudian budaya dapat kita maknai sebagai cipta, karsa, dan hasil karya yang
bersifat tradisional dan turun temurun. Bahasa pun mampu kita masukkan dalam
kategori budaya. Secara tidak langsung bahasa Indonesia juga merupakan budaya
Indonesia. Oleh karena itu, bahasa Indonesia juga menjadi bahasa yang disukai,
digemari dan menarik untuk semakin dilestarikan, dipelajari, dan dipahami.
Bukan berarti hanya karena daerah pariwisata yang tentunya banyak dipengaruhi
globalisasi berupa bahasa asing, kita jadi enggan menggunakan bahasa Indonesia.
Bahkan disinilah jika kita mampu melihat peluang untuk melestarikan dan
membuat bahasa Indonesia semakin menjadi nomor satu. Ciptakanlah trend kita
sendiri, tentunya trend Indonesia. Apakah mungkin bahasa Indonesia menjadi
trend? Mengapa tidak?, tentu bisa. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
bahasa Indonesia itu kental dengan kesopanan dalam berbahasa yang mungkin
untuk beberapa orang hal tersebut membuat bahasa Indonesia menjadi kaku dan
tidak fleksibel. Namun, tahukah anda disinilah peluang cemerlang bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia dapat mengajarkan orang lain baik sengaja maupun
tidak sengaja mengenai kesopanan baik jika kita gunakan untuk berbahasa dalam
lisan dan tulisan. Ketika kesopanan tercermin dalam dalam bahasa yang
digunakan dan disertai dengan tutur kata yang tepat serta menarik maka orang lain
akan menjadi tertarik untuk mengetahui. Dan ketika orang-orang tertarik
mengetahui maka hal tersebut akan semakin menyebar dan meluas. Dan misalnya
yang tertarik itu adalah wisatawan asing maka mereka akan pelajari terus-menerus
dan seperti yang dikatakan sebelumnya hal tersebut meluas dan menyebar. Secara
tidak langsung, hal itu sudah membuat bahasa Indonesia semakin lestari. Dan
ketika mereka pulang ke negaranya, mereka akan bercerita ke keluarga, teman
atau orang lainnya sehingga mereka bisa menggunakan bahasa Indonesia, lebih
bagus lagi jika bahasa Indonesia yang mereka tahu, pelajari, dan gunakan adalah
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bukan tidak mungkin ketika mereka
kembali mengunjungi Bali pada khususnya, mereka akan menggunakan bahasa
Indonesia. Jadi bahasa Indonesia akan menjadi bahasa utama, namun jika belum
optimal terlaksana, setidaknya bahasa Indonesia dapat digunakan lebih banyak,
lebih baik dan semakin berkembang terutama di daerah pariwisata seperti Bali.
top related