laporan bokashi kotoran ternak 4cg 2013
Post on 10-Aug-2015
468 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMBUATAN BOKASHI PUPUK KANDANG
Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah Biologi Terapan
Kelompok 6 :
Annisa Puspita R. 2119090021
Dian Soesilawati 2119090060
Eni Maryani 2119090070
Susi Sulastri 2119090201
Wahyu Ardha N. 2119090218
Kelas 4CG
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2013
0
I. JUDUL PRAKTIKUM
PEMBUATAN BOKHASI PUPUK KANDANG
II. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum pembuatan bokhasi pupuk kandang dimulai pada hari
Rabu, 14 November 2012 pukul 09.00-12.00 WIB sampai Jumat, 11
Januari 2013. Bertempat di Laboratorium Umum Prodi Biologi Fakultas
Kegurun dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh Ciamis.
III. TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah:
Mempraktikkan cara pembuatan pupuk bokashi dari kotoran ternak
Membuktikan bahwa aktivator EM4 dapat digunakan untuk
mendekomposisi bahan organik
IV. DASAR TEORI
A. Pupuk Bokashi
Bokashi (Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati) adalah pupuk
kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan
organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4).
Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos)
dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan
cara konvensional. EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp.,
Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik, dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar
lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk
kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan
sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat
gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.
Ada beberapa jenis bokashi, yaitu :
1. Bokashi Jerami
Bahan yang digunakan:
1
a. Jerami sebanyak 10 kg (bisa juga rumput atau tanaman kacangan)
yang telah dipotong-potong sehingga jerami berukuran panjang
sekitar 5-10 cm.
b. Dedak sebanyak 0,5 kg dan sekam sebanyak 10 kg.
c. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml).
d. Molases atau gula sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air
secukupnya.
Cara pembuatan :
a. Pertama-tama dibuat larutan dari EM4, molasses/ gula dan air
dengan perbandingan 1 ml : 1 ml :1 liter air.
b. Bahan jerami, sekam dan dedak dicampur merata di atas lantai
yang kering.
c. Selanjutnya bahan disiram larutan EM4 secara perlahan dan
bertahap sehingga terbentuk adonan. Adonan yang terbentuk jika
dikepal dengan tangan, maka tidak ada air yang keluar dari
adonan. Begitu juga bila kepalan dilepaskan maka adonan kembali
mengembang (kandungan air sekitar 30%).
d. Adonan selanjutnya dibuat menjadi sebuah gundukan setinggi 15-
20 cm. Gundukan selanjutnya ditutup dengan karung goni selama
3-4 hari. Selama dalam proses, suhu bahan dipertahankan antara
40-500 C. Jika suhu bahan melebihi 500 C, maka karung penutup
dibuka dan bahan adonan dibolak-balik dan selanjutnya gundukan
ditutup kembali.
e. Setelah empat hari karung goni dapat dibuka. Pembuatan bokashi
dikatakan berhasil jika bahan bokashi terfermentasi dengan baik.
Ciri-cirinya adalah bokashi akan ditumbuhi oleh jamur yang
berwarna putih dan aromanya sedap. Sedangkan jika dihasilkan
bokashi yang berbau busuk, maka pembuatan bokashi gagal.
f. Bokashi yang sudah jadi sebaiknya langsung digunakan. Jika
bokashi ingin disimpan terlebih dahulu, maka bokashi harus
dikeringkan terlebih dahulu dengan cara mengangin-anginkan di
2
atas lantai hingga kering. Setelah kering bokashi dapat dikemas di
dalam kantung plastik.
Penggunaan : Bokashi jerami sangat baik digunakan untuk melanjutkan
proses pelapukan mulsa dan bahan organik lainnya di lahan pertanian.
Bokashi jerami juga sesuai untuk diaplikasikan di lahan sawah.
2. Bokashi Pupuk Kandang
Bahan yang digunakan :
a. Pupuk kandang sebanyak 15 kg.
b. Sekam sebanyak 10 kg dan dedak sebanyak 0,5 kg.
c. Molases atau gula sebanyak dua sendok makan (10 ml).
d. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya.
Cara pembuatan : Cara pembuatan bokashi pupuk kandang mirip dengan
pembuatan bokashi jerami, hanya jerami digantikan dengan pupuk
kandang.
Penggunaan: Penggunaan bokashi pupuk kandang sama dengan
penggunaan bokashi jerami. Selain itu bokashi pupuk kandang baik untuk
digunakan di dalam pembibitan tanaman. Dalam hal tersebut bokashi
pupuk kandang diaplikasikan dengan tanah pada perbandingan 1:1.
3. Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Arang
Bahan yang digunakan :
a. Pupuk kandang sebanyak 10 kg, dedak sebanyak 0,5 kg, arang
sekam/arang serbuk gergaji sebanyak 5 kg.
b. Molases\gula sebanyak dua sendok makan (10 ml).
c. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya.
Cara pembuatan : Cara pembuatan bokashi pupuk kandang ditambah
arang mirip dengan pembuatan bokashi jerami, hanya jerami digantikan
dengan kotoran hewan (pupuk kandang) dan arang sekam\arang serbuk
gergaji.
3
4. Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Tanah
Bahan yang digunakan :
a. Pupuk kandang sebanyak 5 kg dan tanah sebanyak 10 kg.
b. Arang sekam\arang serbuk gergaji sebanyak 5 kg dan dedak halus
sebanyak 5 kg.
c. Molases/gula sebanyak dua sendok makan (10 ml).
d. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya.
Cara pembuatan : Cara pembuatan bokashi pupuk kandang tanah mirip
dengan pembuatan bokashi pupuk kandang-arang, hanya perlu
ditambahkan tanah.
Penggunaan: Bokashi pupuk kandang-tanah baik untuk digunakan di
dalam pembibitan tanaman. Dalam hal tersebut bokashi pupuk kandang
cukup dicampur dengan tanah pada perbandingan 1:1.
5. Bokashi Ekspres (24 jam)
Bahan yang digunakan :
a. Jerami kering, daun kering, serbuk gergajian dan bahan lainnya
sebanyak 10 kg.
b. Pupuk kandng sebanyak 5 kg dan dedak sebanyak 1 kg.
c. Molases\gula pasir sebanyak dua sendok makan (10 ml).
d. EM4 sebanyak dua sendok makan (10 ml) dan air secukupnya.
Cara pembuatan : Cara pembuatan bokashi ekspres sama dengan cara
pembuatan bokashi pupuk kandang-tanah, hanya bahan-bahan yang akan
difermentasikan dicampur dengan bokashi yang sudah jadi dan dedak
secara merata. Proses fermentasi hanya berlangsung selama 24 jam dan
sesudahnya bahan dapat diaplikasikan sebagai pupuk organik.
Penggunaan : Bokashi ekspres sangat baik untuk dijadikan mulsa pada
pertanaman sayuran dan buah-buahan.
Cara penggunaan :
1. Untuk lahan tegalan dan sawah
4
Penggunaan bokashi untuk setiap meter perseginya adalah sekitar 3-4
genggam bokashi, kecuali pada tanah yang kurang subur dapat dilebihkan.
Bokashi disebar merata di atas permukaan tanah. Pemberian dapat juga
dilakukan dengan cara mencampur bokashi dan tanah. Hal ini dapat
dilakukan pada waktu pengolahan tanah. Sedangkan pada tanah sawah
pemberian bokashi dilakukan saat pembajakan dan setelah tanaman
berumur 14 hari dan 30 hari.
2. Untuk tanaman buah-buahan
Bokashi disebar secara merata di permukaan tanah atau di sekitar daerah
perakaran. Selanjutnya larutan EM4 disiramkan dengan dosis 2 ml per
liter air setiap dua minggu sekali.
3. Untuk pembibitan
Lahan yang akan dijadikan sebagai tempat pembibitan disiram dengan
larutan EM4 dengan dosis 2 ml per liter air. Selanjutnya lahan dibiarkan
selama satu minggu sebelum lahan siap untuk digunakan.
B. Kegunaan Lain EM4
Selain untuk pembuatan bokashi, EM4 dapat juga digunakan
sebagai pestisida organic seperti EM5, super EM5, EMRAS dan pestisida
alami dari ekstrak tanaman. EM5 digunakan sebagai pestisida untuk
penanggulangan hama dan penyakit tahap awal. Sedangkan Super EM5
digunakan untuk menanggulangi hama dan penyakit pada tahap kronis.
1. EM5 dan Super EM5
Bahan yang digunakan :
a. Molases/gula, cuka makan/cuka aren 5%, alcohol 40% masing-
masing sebanyak 100 ml.
b. EM4 100 ml dan air sebanyak 1 liter. (Khusus untuk pembuatan
super EM5 tidak digunakan air).
Cara pembuatan :
a. Semua bahan dimasukkan ke dalam botol/jerigen. Selama 15 hari
selanjutnya wadah dikocok pada pagi dan sore harinya. Unttuk
5
membebaskan gas yang terbentuk selama proses fermentasi, tutup botol
dibuka sebentar.
b. Kegiatan pengocokan dihentikan pada hari ke 15 setelah tidak ada lagi
gas yang terbentuk. Selanjutnya dibiarkan selama tujuh hari. Selanjutnya
EM5 dapat digunakan.
Dosis pemakaian :
a. EM5: 10-50 ml (2-10 sdm)/l air + 10-50 ml molasses.
b. Super EM5: 5 ml (1 sdm)/l air + 5 ml molasses.
Waktu pengaplikasian : Waktu pengaplikasian EM5 dan super EM5
sebaiknya dilakukan pada sore hari. EM5 dan super EM5 digunakan
paling lama tiga bulan.
2. EMRAS (EM4 dengan air beras)
Bahan yang digunakan : Bahan yang digunakan terdiri dari air beras
sebanyak 1 l, molasses\gula sebanyak 10 ml dan EM4 sebanyak 10 ml (2
sdm).
Cara pembuatan dan aplikasi : Bahan-bahan tersebut di atas
dicampurkan semuanya dan selanjutnya dibiarkan selama dua hari.
Setelah itu EMRAS dapat diaplikasikan. Namun EMRAS harus sudah
habis diaplikasikan pada hari ketiga (satu hari setelah proses pembuatan
selesai). Selain sebagai pestisida, EMRAS dapat juga digunakan sebagai
pupuk.
Dosis pemakaian:
Dosis yang digunakan adalah 5 ml/l air.
3. Pestisida Alami dari Ekstrak Tanaman
Bahan yang digunakan :
a. Daun legum/kacang-kacangan (kacang babi), terutama yang masih
muda.
b. EM4 sebanyak 20 ml/l air.
Cara pembuatan : Daun-daunan dicincang dan selanjutnya diberi larutan
EM4. Bahan selanjutnya direndam selama 3-5 hari. Selama direndam
6
bahan ditutupi dengan plastik hitam. Setelah lima hari larutan dapat
digunakan sebagai pestisida.
Dosis pemakaian : Dosis pemakaian adalah 5 ml/l air.
V. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Karung
- Ember
- Pengaduk
- Gelas ukur
- Timbangan
- Sarung tangan
- Kantung plastik
- Soil tester
- Thermometer
Bahan pembuatan pupuk kandang organik dengan takaran 5kg :
- Kotoran hewan 4kg
- Dedak 1kg
- EM4 20ml
- Air 50ml
VI. CARA KERJA
a. Mencampurkan kotoran hewan dengan dedak secara merata
b. Air dan EM4 dimasukkan ke dalam adonan dengan takaran yang
telah ditentukan
c. Mencampurkan adonan sampai berbentuk seperti bubur yang agak
padat. Sehingga jika adonan yang terbentuk dikepal dengan tangan,
maka tidak ada air yang keluar dari adonan. Begitu juga bila kepalan
dilepaskan maka adonan kembali mengembang (kandungan air
sekitar 30%).
d. Memasukan adonan yang telah jadi ke dalam ember lalu tutup
dengan rapat
7
e. Proses fermentasi pupuk kompos terjadi di dalam adonan, ditandai
dengan kenaikan suhu/temperatur adonan. Selama dalam proses,
suhu bahan dipertahankan antara 40-50 oC. Jika suhu bahan melebihi
50oC, maka penutup dibuka, bahan adonan dibolak-balik, dan
selanjutnya adonan ditutup kembali.
f. Mengecek adonan secara berkala hingga adonan tersebut pada
kondisi bila dipegang tidak lengket, tidak berbau, tidak terasa panas,
dilihat berwarna lebih gelap dan sedikit mengkilat.
g. Pupuk yang sudah mencapai kondisi pada point (f) menandakan
pupuk tersebut sudah jadi. Selanjutnya dilakukakan pengayakan
menggunakan ayakan bambu lalu dijemur di bawah terik matahari
sampai kadar airnya berkurang.
h. Pupuk dikemas dan siap digunakan.
VII. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1
Hasil Pengamatan Pupuk Bokashi Kotoran Ternak
Diukur dalam Beberapa Parameter
NO TANGGAL pHKADAR AIR (%)
SUHU(0C)
Warna Bau Struktur
1.14 Nov 2012
4 80 31
Belum ada perubahan, masih tampak seperti warna kotoran kambing (coklat tua)
Bokashi tidak berbau
Bentuk bulat, belum ada perubahan.
215 Nov 2012
3,5 95 42
Belum ada perubahan, masih tampak seperti warna kotoran kambing (coklat tua)
Bokashi tidak berbau
Bentuk bulat, belum ada perubahan.
3.17 Nov 2012
5,6 84 46
Belum ada perubahan, masih tampak seperti warna kotoran kambing (coklat tua)
Bokashi berbau menyengat
Belum terjadi perubahan bentuk, masih bulat. Bokashi lembab dan menjadi lebih padat
8
4.20 Nov 2012
6,4 82 42
Belum terjadi perubahan, masih berwarna coklat
Bokashi berbau menyengat
Belum terjadi perubahan bentuk, masih bulat. Bokashi lembab dan menjadi lebih padat
5.26 Nov 2012
6,7 40 30
Warna coklat lebih gelap
Bau sudah berkurang
Sebagian kecil sudah hancur, masih banyak yang tidak mengalami perubahan bentuk. Bokashi masih lembab.
6. 04 Des 20125,25
58 28
Warna coklat lebih gelap
Bau sudah berkurang
Sebagian kecil sudah hancur, masih banyak yang tidak mengalami perubahan bentuk. Bokashi lembab .
7. 20 Des 2012 4,9 48 28
Warna coklat kehitaman
Bokashi sudah tidak berbau
Sebagian besar sudah hancur. Bokashi sudah lebih kering
8. 05 Jan 2013 4,5 40 26
Warna coklat kehitaman seperti tanah
Bokashi sudah tidak berbau
Bokashi bagian tengah dan bawah sudah hancur sempurna (lalu diayak). Akan tetapi, sebelah atas masih berbentuk bulat (diberi EM4 lagi).
9. 10 Jan 2013 4,5 38 26
Warna coklat kehitaman seperti tanah
Bokashi sudah tidak berbau
Bokashi yang tadi diberi EM4 lagi, bentuknya sudah hancur sempurna.
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 Kelas 4CG FKIP BIO UNIGAL 2013
9
Tabel 1.2
Hasil Pengukuran Keadaan Awal dan Akhir
Pembuatan Bokashi Kotoran Hewan
Parameter yang diamati
Kondisi Awal(14 Nov 2012)
Kondisi Akhir(11 Jan 2013)
1. Massa (kg) Basah 5 4 Kering - 3
2. Kadar Air (%) 80 353. Suhu (0C) 31 264. Ph 4 5,85. Warna Coklat Coklat kehitaman (seperti
tanah)6. Bau Bau kotoran kambing Tidak berbau7. Struktur Bulat Remah/gembur
Sumber : Hasil Pengamatan Kelompok 6 Kelas 4CG FKIP BIO UNIGAL 2013
VIII. PEMBAHASAN
Bokashi adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi
atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective
Microorganisms 4). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk
organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat
dibandingkan dengan cara konvensional. EM4 sendiri mengandung
Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur
pengurai selulosa (Habibi, 2008).
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di
sekitar lahan pertanian, seperti kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), jerami,
rumput, tanaman kacang-kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk
gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan
pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat
baik untuk mikroorganisme (Habibi, 2008). Dalam pembuatan Bokashi kali ini
kelompok kami menggunakan bahan baku kotoran ternak yaitu kotoran
kambing yang memiliki rasio C/N 20:1 (Habibi, 2008). Dedak digunakan
sebagai bahan tambahan dan mengatur kadar air Bokashi agar tidak terlalu
basah.
Massa Bokashi yang kelompok kami buat totalnya adalah 5 Kg.
Menurut Habibi, 2008 berlangsungnya proses pengomposan akan lebih
10
cepat dan lebih baik jika ukuran bahan baku yang dikomposkan diperkecil..
Dengan memperkecil ukuran bahan baku, mikroorganisme akan lebih mudah
beraktivitas mengolah dan membentuk koloni pada substrat dibandingkan
dengan bahan dengan ukuran besar. Selain itu ukuran yang kecil akan
meningkatkan porositas tumpukan bahan dan memperlancar masuknya
oksigen kedalam tumpukan bahan.
Pada percobaan yang kami lakukan terjadi sedikit kendala. Bokashi
yang berada di bagian tengah hancur sempurna dengan kondisi kelembaban
yang baik, sedangkan pada bagian bawah, walaupun sudah hancur
sempurna, kadar airnya sangat tinggi. Hal lain adalah pada bagian atas
bokashi teksturnya masih bulat, walaupun warnanya sudah hitam seperti
tanah. Untuk menyiasati keadaan tersebut, kami melakukan pengayakan
pada bokasi sehingga untuk yang masih memiliki tekstur bulat padat kami
menambahkan EM4 lagi. Pada pupuk yang sudah berhasil diayak kemudian
kami jemur sampai kadar airnya berkurang. Sedangkan pada pupuk yang
kami beri EM4 lagi, butuh waktu 5 hari agar teksturnya menjadi lebih halus
seperti tanah. Selanjutnya diayak dan dijemur di bawah terik matahari dan
hasilnya disatukan dengan bokashi yang sudah jadi sebelumnya.
Dari hasil pengamatan, diperoleh:
Massa basah bokashi basah menyusut menjadi 4kg (2,5kg dan 1,5kg)
dan masaa keringnya sebanyak 3kg (2kg dan 1kg) dengan sisa
sebanyak 0.3kg. Sehingga hasil rendemen sebesar 36
x 100 %=50 %,
prosentase sisa sebesar 0,36
x 100%=5%, dan penyusutannya sebesar
(6−3,3)6
x100 %=45 %.
Pada proses pengomposan, kadar air awal bahan Bokashi adalah 80%.
Kondisi kadar air selama pengomposan terus meningkat hingga
mencapai 100% karena adanya aktivitas mikroorganisme dalam bahan
Bokashi menyebabkan terdapat uap air dalam bahan Bokashi. Kondisi
kadar air seperti itu harus dipertahankan saat berlangsungnya
pengomposan agar mikroorganisme dalam kompos dapat bekerja
dengan baik dan tidak mati. Kadar air yang sesuai sangat membantu
pergerakan mikroba dalam bahan, transportasi makanan untuk mikroba,
dan reaksi kimia yang ditimbulkan oleh mikroba.
11
Apabila kadar air terlalu banyak dapat menyebabkan bahan semakin
padat, melumerkan sumber makanan bagi mikroba dan dan
menghalangi masuknya O2 ke dalam bahan. Namun jika air terlalu
sedikit maka bahan baku akan menjadi kering dan tidak mendukung
kehidupan mikroba. Selain itu, untuk menjaga kadar air kompos
disimpan di tempat teduh dan terlindung dari air hujan maupun sinar
matahari langsung. Hujan dapat menyebabkan kadar air berlebihan dan
sinar matahari dapat menyebabkan penguapan sehingga kadar air
terlalu sedikit. Pada saat pengomposan juga timbul belatung, hal ini
mungkin ditularkan dari Soil Tester yang digunakan untuk mengukur
secara bersama-sama sehingga spora belatung tersebut mungkin
menempel di Soil Tester. Namun hal ini dapat diatasi dengan cara
menjemur bahan bokashi agar bellatung tersebut mati.
Suhu yang terukur pada Bokashi kotoran ternak yang kami buat terus
meningkat dari awal pengomposan hingga mencapai suhu maksimum
46 oC yaitu pada tanggal 17 November 2011, selanjutnya suhunya
menurun hingga dicapai suhu akhir 26 oC. Suhu ini tergolong suhu ideal
dalam pembuatan kompos Bokashi. Suhu yang terlalu rendah akan
dapat mengakibatkan aktivitas mikroorganisme menurun, hal ini dapat
diatasi dengan menambahkan lagi aktivator. Begitu pula jika kondisi
suhu bahan terlalu tinggi maka proses pengomposan juga akan
terganggu. Suhu yang terlalu tinggi ini dapat diatasi dengan cara
membalik-balikkan bahan.
Pengukuran pH awal menunjukan pH asam yaitu 4, selama proses
pengomposan keadaan pH relatif stabil, dalam arti tidak naik atau turun
secara signifikan, yaitu berkisar antara 3,5-6,7. Untuk mengatasi pH
yang asam dapat ditambahkan kapur pada bahan atau dengan cara
membolak-balik bahan kompos untuk mempertahankan kondisi pH agar
tetap netral.
Struktur Bokashi pada awal pengomposan berupa bulatan-bulatan kecil
sebagaimana bentuk kotoran kambing, berwana coklat dan tidak
berbau. Selama proses pengomposan aktivitas mikroorganisme dalam
bahan kompos bokashi diuraikan sedikit demi sedikit sehingga menjadi
hancur dan di akhir pengomposan bentuknya berupa remah dan
gembur. Bau Bokasi pun selama pengomposan sangat menyengat
12
karena reaksi kimia akibat aktivitas mikroorganisme tersebut akan
menghasilkan Amonia, H2S, CH4, alkohol, CO2, H2, Asam organik dan
Fenol. Warnanya pun menjadi coklat kehitaman seperti tanah dan sudah
tidak berbau.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pengomposan, maka
dapat disimpulkan:
Aktivator EM4 dapat digunakan untuk mendekomposisi bahan
organik dan membuat pupuk bokashi dalam waktu yang relatif
singkat yaitu dua bulan.
Proses pengomposan dapat menyebabkan penyusutan bahan
sebanyak 40%
Hasil akhir pupuk kompos bokashi memiliki struktur remah/gembur,
berwarna coklat kehitaman dan tidak berbau
X. DAFTAR PUSTAKA
Habibi, Lafran. 2008. Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah
Tangga. Bandung: Titian Ilmu.
Mugni, Ali. 2009. Cara Membuat Pupuk Cair dari Sabut Kelapa
(diakses dari
http://www.manyaran.wonogiri.org/2009/01/27/kumpulan-resep-
pupuk-organik tanggal 21 Oktober 2011)
Simanungkalit, R. D.M. et al. 2009. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati
(Organic Fertilizer and Biofertilizer). Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian
13
LAMPIRAN
14
Pencampuran Bahan
Pengayakan Pertama
Penjemuran Pendinginan setelah dijemur
15
Pengayakan Ke-2
Penimbangan Dan Pengemasan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tercurah ke hadirat Allah SWT., karena berkat rahmat
dan ridhonya penyusun dapat menuliskan sebuah goresan kecil yang akan
selalu menjadi pengalaman berharga di kehidupan mendatang. Sholawat dan
salam terlimpah kepada baginda agung Nabi Muhammad SAW sebagai
sumber inspirasi penyusun dalam setiap langkah yang penyusun jalani.
Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Biologi Terapan FKIP Biologi Universitas Galuh Ciamis.
Penyusun telah berusaha secara optimal dan mempersembahkan yang
terbaik namun bukan sesuatu yang sempurna. Itu semua karena kedangkalan
dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penyusun miliki. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, penyusun harapkan
demi perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak halangan dan rintangan
yang penyusun hadapi. Tetapi berkat kerja keras, keuletan, motivasi, dan
bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikan laporan
ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penyusun ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Hj Jety Rachmawati, Ir., M.P. selaku salah satu dosen mata kuliah
Bologi Terapan yang telah memberikan tugas ini, semoga tugas ini
menjadi bermanfaat kedepanya.
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya
untuk keberhasilan dalam segala hal.
3. Rekan-rekan FKIP Universitas Galuh Ciamis Program Studi Pendidikan
Biologi kelas 2C dan 2G atas kekompakannya dalam pelaksanaan
praktikum, sehingga dapat berjalan dengan lancar.
4. Semua pihak yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang
telah membantu penyusun baik berupa moril maupun materil dalam
penyusunan laporan ini. Semoga dorongan, bimbingan, bantuan, dan
dukungan yang telah diberikan mendapat imbalan yang sesuai dari
Allah SWT.
16i
Terselip kata dan sedikit harapan semoga laporan ini dapat bermanfaat
untuk penyusun khususnya, pembaca pada umumnya, dan apa yang telah kita
lakukan mendapat balasan dan ridho serta berkah dari Allah SWT.
Amiin.
Ciamis, Januari 2013
Penyusun
17ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar............................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................... iii
I. Judul Praktikum................................................................. 1
II. Waktu dan Tempat............................................................. 1
III. Tujuan................................................................................ 1
IV. Dasar Teori......................................................................... 1
V. Alat dan Bahan................................................................... 7
VI. Cara Kerja.......................................................................... 7
VII. Hasil Pengamatan............................................................... 8
VIII. Pembahasan........................................................................ 10
IX. Kesimpulan ....................................................................... 13
X. Daftar Pustaka.................................................................... 13
Lampiran...................................................................................... 14
18iii
top related