laporan bakteri koefisien fenol
Post on 28-Dec-2015
654 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB Is
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah
menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai
macam cara telah dilakukan untuk menghilangkan pencemaran oleh mikroorganisme
terhadap benda-benda baik hidup maupun mati. Pencemaran oleh mikroba dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit baik bagi manusia maupun di sekitarnya.
Mikroba-mikroba tersebut dapat dikendalikan dengan cara mematikan atau
menghambat pertumbuhannya dengan berbagai cara dari proses fisik maupun kimia.
Biasanya masyarakat sering menggunakan bahan kimia untuk menanggulangi
pencemaran oleh mikroba. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan
yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang
berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba yang sering dikenal sebagai
disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud
disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa. Namun pada kenyataannya tidak semua
bahan desinfektan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman.
Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan
protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan
tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan
standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.
Untuk mengetahui daya hambat suatu antiseptik atau desinfetan terhadap
pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan uji koefisien fenol. Uji koefisien fenol
merupakan uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas antimicrobial suatu
senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah
pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan pembanding
fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril. Sejumlah kultur murni
mikroorganisme standar untuk tes ditambahkan pada setiap tabung. Subkultur dari
mikroorganisme tersebut dibuat dari setiap pengenceran desinfektan uji dalam media
cair steril pada interval waktu 5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme dimasukkan
1
pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan
diamati keberadaan atau ketidak beradaan pertumbuhannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui teknik uji koefisien fenol?
2. Bagaimana cara mengetahui hasil uji koefisien fenol terhadap keefektifan
desinfektan yang diperiksa?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teknik uji koefisien fenol.
2. Untuk mengetahui hasil uji koefisien fenol terhadap keefektifan desinfektan yang
diperiksa.
1.4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Data - data dan hasil laporan pada praktikum kali ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah wawasan, informasi dan pengetahuan penulis dalam
bidang bakteriologi serta laporan penulis dapat dijadikan sebagai pedoman dan
acuan dalam pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Mahasiswa dapat memahami teknik uji koefisien fenol.
b. Mahasiswa dapat memahami hasil uji koefisien fenol terhadap keefektifan
desinfektan yang diperiksa
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Desinfektan
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti
bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau
kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang masing-masing
memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan
merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam
keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme,
tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan
penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen.
Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua
desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum.
Desinfektan tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak
mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang
hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap
mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil
mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat,
sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing
desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini
disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam
protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.
Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki toksisitas
selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi
juga terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh
mikroorganisme pada lingkungan mati.
Sifat-sifat penting Desinfektan
Beberapa sifat-sifat penting desinfektan, antara lain :
1. Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.
3
2. Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.
3. Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak.
4. Memiliki daya tembus yang tinggi.
5. Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.
6. Tidak mengganggu proses kesembuhan.
7. Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.
Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga sifat-
sifat berikut :
1. Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan organik,
sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih tinggi.
2. Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan
dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi.
3. Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.
4. Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih
baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang
daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Pada umumnya
desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai
desinfektan bekerja baik tidak lebih dari 1100F.
Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini:
1. Golongan aldehid
Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain
formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara
denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%
. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi
akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Formaldehid
pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan
memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi
37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat
(Rismana, 2008).
4
Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding formaldehid,
Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi
karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau
0,1 mg/l. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum
aplikasi yang luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam
ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.
Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat
dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa
kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk
formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan,
mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya
protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).
2. Golongan alcohol
Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan
aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol.
Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam
rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit.
Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini
tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid.
Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan
kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak
merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit
menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa
kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap
(Rismana, 2008).
3. Golongan pengoksidasi
Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam
dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen
peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil
peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan
cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya
aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk
5
membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada
spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai
sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil,
korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta
perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transport
(Rismana, 2008).
4. Golongan halogen
Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti
larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah
senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus
klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi
proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai
desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).
Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi
adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam campuran air pada konsentrasi
70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang
efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk
permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini
adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang
cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan
protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap
api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana,2008).
2.2. Fenol
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang
dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol alifatik
lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan
NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik
6
lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital
antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban
negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui
oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga
dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai
antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan
antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol
atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi
beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,
pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan
pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan
pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II.
Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-
Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena)
di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung
(Aditya, 2009).
Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai
antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol.
Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30
menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi
proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk
membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai
dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau
peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan dari golongan golongan
fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap
beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi,
bersifat racun, dan korosif. Golongan garam amonium kuarterner Beberapa bahan kimia
yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida,
dan setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).
Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu
sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-
7
5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus
terutama untuk desinfeksi peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium
kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak
berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat
terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang
efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan
tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak
dan senyawa fosfat. Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim
efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik
yang sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).
2.3. Koefisien Fenol
Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri
dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari
komponen-komponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan
secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni bakteri
yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut
dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua
subkultur dieramkan pada suhu 37O selama 48 jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya
uji koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku
terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah
dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu.
Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah
dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan
takaran. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial
tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih
dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.
Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba
suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan
berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya
terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol. Koefisien fenol ditentukan dengan
cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan mikroorganisme dalam
10 menit tetapi tidak mematikan dalam 5 menit terhadap pengencaran tertinggi bahan
8
mikrobial Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji
keefektifannua. Cara untuk menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan
melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu
produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai
pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu
biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus. (Rismana, 2008)
2.4. Media Pertumbuhan Bakteri
Media pertumbuhan bakteri adalah suatu campuran bahan yang mengandung
nutrisi untuk pembiakan atau pertumbuhan, menyeleksi dan mempertahankan bakteri
yang dibiakkan secara in vitro (di luar tubuh) sehingga dapat diketahui jenis bakterinya.
Media sebagai sumber makanan bagi bakteri mengadung nutrisi yang diperlukan bagi
bakteri. Media harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan muka, temperatur, dan pH
yang agar bakteri dapat tumbuh dengan baik (Merta, 2013).
Macam – macam media menurut Dwidjoseputro (1964), media dibedakan menjadi :
o Media cair misalnya kaldu.
o Media kental (padat) menggunakan kentang yang dipotong.
o Media yang diperkaya.
o Media yang sintetik berupa ramu –ramuan zat anorganik.
o Media kering berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air.
Menurut Pelczar et al (1986), media dibedakan menjadi:
o Media yang diperkaya komponennya yaitu lumpur, ekstra serum dari tanaman atau
hewan.
o Media selektif yaitu bagian kimiawi secara spesifik untuk NA agar dapat tumbuh
bakteri tanpa adanya halangan dari apapun.
o Media yang berbeda yaitu menyatukan reagen atau zat kimia di media untuk
menghasilkan pertumbuhan yang baik setelah diinkubasi dan diinokulasi dengan
mengizinkan 2 pertumbuhan bakteri yang berbeda.
Menurut Hadioetomo (2010), media dibedakan menjadi 2 menurut komposisi
kimiawinya yaitu media sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium
sintetik dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat,
sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti.
9
Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa macam medium, antara lain medium
umum, medium selektif dan medium diferensial.
Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah
zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain
sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung
kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif
tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif. Media ini selain mengandung nutrisi
juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan
pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
Berdasarkan komposisi kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan
medium sintetik. Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan
yang diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam
media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja. (Iyandri, 2011)
Sedangkan media diferensial adalah media untuk mengklasifikasikan kelompok
jenis bakteri. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi
jenis bakteri tertentu. (Iyandri, 2011)
Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan
mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu,
diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik
inokulasi biakan. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan
dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang.
Berikut ini media pertumbuhan yang digunakan untuk pengujian Koefisien fenol:
Media Nutrient Agar
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang
dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum
digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk
pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan
untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g,
air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan
10
disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah
sesuai yang dibutuhkan.
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang
merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat
dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat.
Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku
dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan
oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan
dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient
Agar (NA) merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi
yang padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai
medium untuk menumbuhkan bakteri
2.5. Teknik Okulasi
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih
dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar
tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.Ada beberapa tahap yang
harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanamanbakteri (inokulasi) yaitu :
1. Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan
serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca
(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu
jalan agar tekena sinar ultraviolet.
2. Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk
diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi.
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga
boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman
11
bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup
dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam
nyala. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan
murnimikroorganisme yaitu :
Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,
tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum
digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum
pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang
cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.
Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng.
Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya
terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu
untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.
Ada beberapa teknik menggores yang biasa digunakan :
1. Goresan Sinambung
Cara kerja :
o Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai
setengah permukaan agar.
o Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai
habis.
o Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni
tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.
2. Goresan T
Cara kerja :
12
Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker
Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag
Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-
zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh
goresan yang sempurna
Lakukan hal yang sama pada daerah 3
3. Goresan Kuadran (Streak quadrant)
Cara kerja :
Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak
sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari
goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah
menjadi koloni tunggal.
13
BAB III
METODE
3.1. ALAT DAN BAHAN
3.1.1. Alat
1. Neraca analitik 12. Bola hisap
2. Gelas beaker 13. Rak tabung reaksi
3. Spatel 14. Botol steril
4. Gelas ukur 15. Benang pulung
5. Pengaduk kaca 16. Incubator
6. Botol semprot 17. Ose bulat
7. Erlenmeyer 18. Plate
8. Kompor listrik 19. Wadah sampel
9. Tabung reaksi
10. Api spiritus
11. Autoclave
3.1.2. Bahan
14
1. Sampel desinfektan
2. Koloni bakteri
3. Aluminium foil
4. Kapas berlemak
5. Label
6. Tissue
7. Akuadest
8. Tusuk sate
3.1.3. Media
1. Media NA
(Nutrient Agar)
2. Aquadest
15
3.2. CARA KERJA
3.2.1. Pembuatan Pengenceran Fenol ( Standar Baku )
1. Tabung reaksi disiapkan 3 buah dan dilabeli
2. Pada masing- masing tabung dibuat :
- Pengenceran 1: 70 : 6,9 ml aquades steril + 0,1 ml fenol
- Pengenceran 1 : 80 : 7,9 ml aquades steril + 0,1 ml fenol
- Pengenceran 1 : 90 : 8,9 ml aquades steril + 0,1 ml fenol
3.2.2. Pembuatan Pengenceran Desinfektan
1. Tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah dan di labeli
2. Pada masing-masing tabung dibuat :
- Pengenceran 1: 100 : 9,9 ml aquades steril +0,1 ml desinfektan
- Pengenceran 1 : 150 : 14,9 ml aquades steril +0,1 ml Desinfektan
- Pengenceran 1: 200 : 19,9 ml aquades steril + 0,1 ml
desinfektan
3.2.3. Pembuatan formulasi bakteri
1. Disiapkan 1 buah tabung reaksi
2. 3,5 ml aquades steril dimasukkan kedalam tabung
3. 1-2 ose koloni bakteri diambil dengan ose bulat steril dan dihomogenkan
pada aquades steril tersebut hingga terbentuk kekeruhan yang diinginkan
3.2.4. Tahap pengujian
1. Sebanyak 0,5 ml formulasi bakteri dimasukkan kedalam masing –masing
pengenceran fenol dan desinfektan serta dihomogenkan ( dengan
perhitungan waktu tidak lebih dari 5 menit )
2. Cawan petri yang berisi nutrient agar diberi kode pengenceran untuk
fenol dan desinfektan
3. Setelah 5 menit, setiap pengenceran fenol dan desinfektan diinokulasikan
pada media nutrient agar dengan ose bulat ( digoreskan )
16
4. Setelah 10 menit, setiap pengenceran fenol dan desinfektan
diinokulasikan padea media nutrient agar yang baru dengan ose bulat
( digoreskan )
5. Setelah semua ditanam kemudian diinkubasi pada incubator selama 48
jam dengan suhu 37 ◦ c
6. Dilihat pertumbuhan bakteri pada masing-masing waktu dan
pengenceran fenol dan desinfektan
7. Dihitung nilai koefisien fenolnya
KF = D
F
Keterangan :
KF : koefisien Fenol
D : Pengenceran tertinggi desinfektan yang mematikan kuman dalam
10 menit
Tapi tidak mematikan kuman dalam 5 menit
F : Pengenceran tertinggi fenol yang mematikan kuman dalam 10
menit
Tapi tidak mematikan kuman dalam 5 menit
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Tabel hasil inokulasi
PengenceranWaktu
5 menit 10 menit 15 menit
Fenol 1:70 + - +
1:80 - + -
1:90 - - -
Vixal 1:100 - + -
1:150 - - -
1:200 - - +
4.1.2. Gambar Hasil Pengamatan
NO GAMBAR KETERANGAN
1.
Vixal 5 menit. hasil
positif pada fenol
1:70
18
Keterangan:
(+) = tumbuh koloni bakteri
(-) = tidak tumbuh koloni bakteri
2. Vixal 10 menit. hasil positif
pada fenol 1:80, desinfektan
1:100
3.
Vixal 15 menit, hasil positif
pada Fenol 1:70, dan
Desinfektan 1:200.
Lingkaran merah
menunjukkan adanya
koloni.
4.2. Pembahasan
Koefisien fenol adalah salah satu cara untuk menentukan efektifitas suatu
desinfektan dalam membunuh bakteri. Hal ini akan sangat membantu dalam
kehidupan sehari-hari. Uji koefisien fenol merupakan uji yang digunakan untuk
membandingkan aktifitas antimikrobial suatu senyawa kimia dibandingkan dengan
fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah pengenceran seri dari bahan kimia yang
akan di uji dilakukan dengan pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung
reaksi steril. Sejumlah kultur murni mikroorganisme standar unuk tes
seperti Staphylococcus aureus atau Salmonella typhi ditambahkan pada setiap tabung.
Subkultur dari mikroorganisme tersebut dibuat dari setiap pengenceran desinfektan uji
dalam media cair steril pada interval 5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme
dimasukkan pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24
jam dan diamati keberadaan atau ketidakberadaan pertumbuhannya.
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan
antimicrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol
sering digunakan untuk mematikan mikroorganisme. Koefisien fenol ditentukan
19
dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan bakteri dalam
10 menit tetapi tidak mematikannya dalam lima menit terhadap pengenceran tertinggi
bahan antimicrobial yang mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak
dalam lima menit.
Bahan antimikrobial atau desinfektan yang diuji koefisien fenolnya pada
praktikum kali ini adalah sabun pembersih lantai merk VIXAL. Media yang
digunakan untuk menumbuhkan bakter pada praktikum adalah Nutrient Agar (NA).
Media ini dipilih karena media NA merupakan media umum untuk menumbuhkan
berbagai jenis mikroba. Media ini digunakan hanya untuk mengetahui apakah ada
mikroba yang tumbuh yang tumbuh pada media tersebut tanpa memilih jenis mikroba
yang ditumbuhkan. Nutrient Agar (NA) adalah media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri (penyimpanan kuman-kuman/bakteri). Media ini berfungsi untuk
menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi
dan perhitungan jumlah mikroba. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas
dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.
Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan
agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur
bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan, untuk membawa stok kultur,
untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam
kultur murni.
Pada penentuan koefisien fenol pada desinfektan, langkah pertama yang
dilakukan adalah pembuatan larutan pengenceran fenol dengan berbagai konsentrasi.
Pengenceran ini berfungsi untuk menentukan pada konsentrasi manakah yang efektif
untuk mengahambat pertumbuhan bakteri. Pengenceran fenol yang dibuat ada 3 yaitu
1:70, 1:80, dan 1:90. Disiapkan 3 buah tabung reaksi steril yang masing-masing
tabung reaksi berisi aquadest steril sebanyak 6,9 ml, 7,9 ml, dan 8,9 ml. Setelah itu
dimasukkan fenol sebanyak 0,1 ml pada setiap tabung. Pemipetan fenol menggunakan
mikropipet karena ukurannya yang kecil agar mendapatkan volume yang sesuai.
Variasi pengenceran fenol ini untuk memperoleh konsentrasi fenol yang baik yang
dapat membunuh kuman. Pengenceran ini sudah melalui penelitian yang dapat
membunuh kuman dalam waktu 10 menit tapi tidak membunuh kuman dalam 5 menit.
Langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan pengenceran desinfektan.
Pengenceran yang dibuat ada 3 yaitu 1:100, 1:150, dan 1:200. Dalam pembuatan
20
larutan pengenceran desinfektan, disiapkan 3 buah tabung reaksi steril yang telah
berisi aquadest steril 9,9 ml, 14,4 ml, dan 19,9 ml, kemudian ditambahkan 0,1 ml
desinfektan. Sama seperti fenol, pemipetan desinfektan ini menggunakan mikropipet.
Kemudian dilakukan pembuatan formulasi kuman. Kuman yang digunakan adalah
kuman Staphylococcus sp. Koloni diambil beberapa ose, kemudian dimasukkan pada
tabung reaksi yang berisi aquadest steril sebanyak 3,5 ml dan dihomogenkan hingga
terbentuk kekeruhan. Kekeruhan dalam aquades steril tersebut menandakan pada
aquadest steril tersebut sudah terdapat koloni kuman. Pembuatan formulasi bakteri ini
digunakan untuk menguji keefektifan desinfektan terhadap bakteri. Jika banyak
bakteri yang tumbuh, kinerja desinfektan kurang efektif.
Tabung yang telah berisi pengenceran fenol dan pengenceran desinfektan
ditambahkan suspensi bakteri Salmonella sp. sebanyak 0,5 ml pada setiap tabung.
Pada saat menambahkan suspensi bakteri, digunakan pipet volume dan harus dalam
keadaan aseptis untuk mencegah kontaminasi dari luar sehingga hasil yang didapat
menjadi lebih akurat. Pada saat memasukkan bakteri itulah perhitungan waktu
dimulai. Waktu dihitung 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Bakteri yang telah
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pengenceran fenol dan pengenceran
desifektan tadi kemudian diinokulasi pada media Nutrient Agar. Penginokulasikan
dilakukan pada 5 menit tepat dan tidak boleh lebih dari 5 menit agar hasilnya dapat
baik. Ketika sudah menginokulasi pada waktu 5 menit, dilanjutkan perhitungan waktu
hingga 10 menit, kemudian 15 menit. Semua pengenceran desinfektan dan fenol harus
diinokulasi pada waktu-waktu tersebut sehingga diperhatikan manajemen waktu agar
tidak melebihi waktu yang ditentukan dan tidak menyusahkan pada saat
menginokulasikan. Inokulasi diperhatikan label pada media dan label pada tabung
pengenceran agar tidak tertukar.
Penanaman pada media Nutrient Agar pada praktikum ini dilakukan dengan
metode cawan gores. Metode cawan gores (Streak Plate) bertujuan untuk mengisolasi
mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.
Cara penanaman bakteri dengan metode gores adalah ose terlebih dahulu dipijarkan
sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali
kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala api. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat
sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati.
Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak
21
terkontaminasi dengan bakteri dari udara. Kemudian digoreskan ose ke permukaan
media agar dengan pola lurus atau zigzag secara hati-hati tanpa ditekan sehingga tidak
merusak permukaan agar. Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang
cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Proses penggoresan ini
dilakukan secara bertahap pada masing-masing media yaitu dalam waktu 5 menit dan
10 menit. Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37ºC.
Proses inkubasi dilakukan pada suhu tersebut karena suhu 37ºC merupakan suhu
bakteri dapat tumbuh secara optimal. Setelah diinkubasi diamati ada tidaknya koloni
bakteri yang tumbuh.
Dari praktikum uji koefisien fenol yang dilakukan pada sabun pembersih
lantai merk Vixal pada 24 jam didapat hasil sebagai berikut:
PengenceranWaktu
5 menit 10 menit 15 menit
Fenol 1:70 + - +
1:80 - + -
1:90 - - -
Vixal 1:100 - + -
1:150 - - -
1:200 - - +
Koloni yang tumbuh pada media ciri-cirinya adalah bentuknya bulat, kecil,
pinggirannya halus dan warnanya menyerupai media. Pada fenol dengan pengeceran
1:70, bakteri dihambat pada menit ke-10, sedangkan pada menit ke 5 dan 15 terdapat
koloni bakteri. Pada fenol dengan pengenceran 1:80 tumbuh koloni pada menit ke-10
sedangkan pada menit ke-5 dan ke-15 bakteri dihambat. Pada fenol dengan
pengenceran 1:90 tidak ada koloni yang tumbuh.
Pada desinfektan merk Vixal, pengenceran 1:100 tumbuh koloni pada menit
ke-10 sedangkan pada menit ke-5 dan ke-15 bakteri dihambat. Pada pengenceran
22
Keterangan:
(+) = tumbuh koloni bakteri
(-) = tidak tumbuh koloni bakteri
1:150 tidak ada koloni yang tumbuh. Pada pengenceran 1:200 tumbuh koloni pada
menit ke-15 sedangkan pada menit ke-5 dan 10 bakteri dihambat.
Berdasarkan hasil tersebut terdapat banyak kesalahan dalam hasil.
Berdasarkan literatur, semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama paparan akan
meningkatkan efektivitas senyawa desinfektan. Dari hasil praktikum, hal tersebut
tidak sesuai karena pada pengenceran 1:100 dan 1:150, konsentrasi desinfektan
tertinggi adalah 1:100 tetapi tumbuh koloni sedangkan pada pengenceran yang lebih
rendah (1:150) tidak tumbuh koloni sama sekali. Pada pengenceran 1:100 waktu 5
menit tidak tumbuh koloni sedangkan pada waktu 10 menit tumbuh koloni juga
berbeda dari literatur. Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat
digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya
cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan
mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan
luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada
pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme.
Pertumbuhan koloni bakteri pada fenol dan desinfektan merk Vixal
menyebabkan koefisien fenol tidak dapat dihitung karena koefisien fenol ditentukan
dari membandingkan pengenceran tertinggi desinfektan dapat membunuh kuman
dalam 10 menit tapi tidak membunuh kuman dalam 5 menit dengan pengenceran
tertinggi fenol dapat membunuh kuman dalam 10 menit tapi tidak membunuh kuman
dalam 5 menit. Jadi, apabila tidak ada nilai pengenceran tertinggi fenol dan
desinfektan dalam membunuh kuman, maka koefisien fenol tidak dapat dihitung.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengujian koefisien fenol:
1. Pelabelan
Pelabelan adalah hal dasar sebelum melakukan pengujian. Tabung
pengenceran, wadah media harus dilabeli terlebih dahulu. Label tabung berisi bahan
(desinfektan atau fenol), dan jumlah pengenceran. Label wadah media berisi waktu,
bahan (desnfektan atau fenol), serta jumlah pengenceran. Pada saat memipet selalu
dicocokan label tabung dengan medianya agar tidak salah.
23
2. Kontaminasi
Kontaminasi adalah kesalahan yang sangat sering terjadi dalam pengujian
mikrobiologi karena mikroba berada disekitar kita. Untuk meminimalisasi
kontaminasi, semua alat gelas yang digunakan harus disterilkan dengan autoklaf
terlebih dahulu. Pengerjaan juga dilakukan di dekat api (api spiritus) untuk
mengurangi kontaminasi. Diusahakan tidak terlalu banyak bicara pada saat praktikum.
Semua pengerjaan seperti memipet dilakukan didekat api spiritus.
Kesalahan inilah yang terjadi selama praktikum, dimana di dalam
laboratorium terdapat banyak orang sehingga sulit mengontrol pekerjaan.
3. Pengenceran
Pemipetan untuk pengenceran harus tepat agar mendapatkan konsentrasi yang
diinginkan.
4. Penginokulasian
Inokulasi dilakukan dengan menggunakan ose. Caranya dengan memfiksasi
atau membakar hingga terbentuk bara pada kawat ose, didiamkan sebentar agar
suhunya turun sehingga bakteri yang diambil tidak mati, kemudian dicelupkan pada
tabung reaksi kemudian diinokulasikan ke media. Kesalahan yang terjadi adalah suhu
ose yang belum turun setelah difiksasi sehingga bakteri yang diambil sudah mati
sehingga tidak tumbuh.
Waktu penginokulasian juga diperhatikan agar tidak melewati batas waktu
yaitu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Manajemen waktu sangat penting agar
pekerjaan dapat teratur dan tepat waktu.
5. Keadaan bahan harus baik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Media yang
digunakan harus dalam keadaan layak pakai dan tidak rusak. Pada praktikum media
yang digunakan sudah mengeras sehingga kurang baik untuk digunakan.
24
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Koefisien fenol adalah salah satu cara untuk menentukan efektifitas suatu
desinfektan dalam membunuh bakteri.
2. Hasil praktikum pertumbuhan koloni bakteri pada fenol dan desinfektan merk
Vixal menyebabkan koefisien fenol tidak dapat dihitung karena tidak ada nilai
pengenceran tertinggi fenol dan desinfektan dalam membunuh kuman, maka
koefisien fenol tidak dapat dihitung.
3. Kesalahan yang terjadi adalah adanya kontaminasi akibat pengerjaan yang
tidak aseptis dan proses inokulasi yang salah serta kondisi media.
5.2. Saran
Dalam melakukan praktikum uji fenol, harus diperhatikan waktu inokulasi ke
dalam media NA agar waktu yang telah ditentukan tidak lebih dari batas waktu yang
ditentukan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Surabaya
Fardiat, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Hadieoetomo, 2010. Media. online, http://belajarmikro.co.cc/ Diakses pada tanggal 29 Maret
2014
Jawetz, MD Ernest. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Kusharyanti, Dyah Fitri. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Biologi Unsoed.
Purwokerto
Lay, Bibian. 1990. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta
Maksum, Radji. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC.
Trianto,Putut.2012.Koefisien Fenol.online.http://trianzzer.blogspot.com/2012/05/makalah-
koefisien-fenol.html (Diakses Tanggal 16 Mei 2014)
Uni,Murni.2012.Uji Koefisien Fenol.onlinehttp://serbamurni.blogspot.com/2012/03/uji-
koefisien-fenol-contoh-laporan-uji.html (Diakses Tanggal 16 Mei 2014)
26
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 23 Mei 2014
Praktikan
a.n. Kelompok 4
( )
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Nyoman Mastra, S.KM.,SPd.,M.Si) (I Nyoman Jirna, S.KM.,M.Si)
Pembimbing III
(Luh Ade Wilam Krisna, S.Si.,M.Ked)
27
top related