lapkas gigi
Post on 04-Aug-2015
456 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (=
jaringan periodontium). Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan
antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Bila ini terjadi, gusi
dapat mengalami penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi
terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyangan karena
adanya kerusakan tulang.1.
Periodontitis Apikal adalah peradangan jaringan Periodontal oleh karena adanya
karies pada gigi yang berdekatan. Periodontitis Apikal dapat disebabkan oleh karena
ada gigi yang terkena Pulpitis, Gangren Pulpa, dan Gangren Radix. Pada kondisi
nekrosis yang tidak dirawat, bakteri akan berpenetrasi melalui foramen apikalis dan
menimbulkan inflamasi diperiapeks dan disebut periodontitis apikalis.
Bila suatu gigi yang Gangren dibiarkan, maka dia akan menjadi kronis dan tidak
menimbulkan keluhan apa-apa karena saraf yang berada di dalam ruang pulpa sudah
tidak lagi berfungsi seperti yang seharusnya. Penderita hanya merasa bahwa giginya
pernah sakit, tetapi kemudian sakitnya hilang (yaitu gigi berubah dari vital menjadi
nonvital). Bila hal ini terjadi pada gigi yang mahkotanya lebih dari sepertiga, maka
dinamakan kronik Periodontitis oleh karena Gangren Pulpa, sedangnkan bila hal ini
terjadi pada gigi yang mahkotanya kurang dari sepertiga maka dinamakan
Periodontitis oleh karena Gangren Radix.5
Kematian pada pulpa atau saraf gigi tersebut dapat disebabkan oleh infeksi kronis
pada gigi sehingga berlanjut pada perusakan jaringan penyangga (tulang dan gusi)
atau infeksi kronis karang gigi yang menyebabkan kerusakan pada jaringan gigimikro
organisme yang menyebabkan kerusakan jaringan penyangga kemudian menginfeksi
saraf gigi hingga saraf gigi mati.7
1
BAB II
DESKRIPSI KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Ny.U
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Bergota, Randusari
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No. CM : 00.08852
II. KELUHAN SUBYEKTIF / ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 4 Juli 2011 Jam
08.30 WIB
a. Keluhan utama
Gusi kanan atas sakit
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu yang lalu gusi bengkak dan keluar cairan putih
seperti nanah. Kemudian pasien meminum obat antibiotic. 3
hari kemudian, bengkak menghilang tetapi gusi masih terasa
sakit. Akhirnya pasien memeriksakan diri ke Puskesmas
Pandanaran.
Saat datang, terlihat kemerahan pada gusi gigi 1.3. Gigi 1.3
tidak terasa sakit, mahkota gigi sudah tidak ada lagi.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemis.
2
c. Riwayat Penyakit Dahulu
- Dahulu pasien pernah sakit gigi di tempat yang sama tetapi hanya
di obati “Ponstan” setiap sakit. Keluhan sakit pada gigi terutama
apabila makan dan minum minuman dingin. Apabila sakit, pasien
sering minum obat tersebut dan sakitpun berkurang, tetapi akan
kembali sakit apabila obat dihentikan. Pasien mengeluh terkadang
sakit kepala saat gigi sakit
- Sekarang gigi tersebut sudah tidak pernah sakit lagi
d. Riwayat Penyakit Keluarga
- Di keluarga tidak ada yang sakit seperti ini
e. Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien merupakan pasien JAMKESMAS
III. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Keadaan Gizi : cukup
2. Ekstra Oral
a. Pipi : tak ada kelainan
b. Bibir : tak ada kelainan
c. Wajah : simetris, pembengkakan (-)
d. Kelenjar submandibula :
Kanan : tak ada pembesaran
Kiri : tak ada pembesaran
3
3. Intra Oral
a. Jaringan Lunak
- Mukosa : tak ada kelainan
- Lidah : tak ada kelainan
- Gingiva : Ginggiva 1.3 lebih hiperemis
- Palatum : tak ada kelainan
b. Jaringan Keras
Tulang rahang / alveolar : tak ada kelainan, tepi teraba
Gigi geligi
1.2; 1.3
Inspeksi : gangrene radix
Sondage : Profunda, Nyeri –
Perkusi : Nyeri -
Tekanan : Nyeri -
Palpasi : Nyeri -
Thermal Test : Nyeri –
IV. DIAGNOSA KELUHAN UTAMA
Periodontitis kronis at causa gangrene radix
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium : Urin reduksi. Hasilnya negative (-)
VI. TERAPI
R/ Amoxilin No. X
ʃ 3 dd 1 tab
R/ Antalgin No. X
4
ʃ 3 dd 1 tab
VII. NOMENKLATUR WHO
5.5 5.4 5.3 5.2 5.1 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5
1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8
4.8 4.7 4.6 4.5 4.4 4.3 4.2 4.1 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8
8.5 8.4 8.3 8.2 8.1 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5
Ket :
: gangrene radix
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga
gigi (= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi
adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen
periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya
dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang). Suatu
keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan periodontal
dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (= tulang yang
menyangga gigi) juga mengalami kerusakan. Bila ini terjadi, gusi dapat
mengalami penurunan, sehingga permukaan akar terlihat dan sensitivitas gigi
terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami kegoyangan
karena adanya kerusakan tulang.1.
Salah satu terjadinya periodontitis dapat disebabkan oleh karena ada gigi
yang sudah mati tetapi tidak segera dilakukan perawat terhadap gigi tersebut.
Karena jaringan yang nekrosis merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, bila bakteri terus berkembang biak dan infeksi menjalar
melalui foramen apikal menuju jaringan periodontal / periradikuler, maka
terjadilah periodontitis.2,3
II. ETIOLOGI
Periodontitis dapat dibedakan menjadi 3 menurut etiologinya yaitu:
6
Periodontitis Apikal
Periodontitis Apikal adalah peradangan jaringan periodontal yang
berhubungan dengan adanya karies pada gigi yang berdekatan.
Periodontitis Apikal dapat disebabkan oleh karena ada gigi yang terkena
Pulpitis, Gangren Pulpa, dan Gangren Radix. Proses terjadinya Gangren
Pulpa diawali oleh proses terjadinya karies. Karies dentis adalah suatu
penghacuran struktur gigi (email, dentin, dan cementum) oleh aktivitas
jasad renik atau mikroorganisme dalam dental plak. Jadi proses karies
hanya dapat dibentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih
yaitu faktor bakteri, karbohidrat, kerentanan permukaan gigi dan waktu.4
Karies yang tidak diobati kemudian menjadi gangren. Pada waktu
matinya pupla, mula-mula tidak ada keluhan apa-apa tetapi lama kelamaan
peradangan dapat menjalar terus ke jaringan periodontal sehingga
menimbulkan keluhan periodontitis. Dalam hal ini, jaringan periodontal
akan menjadi sangat sensitif terhadap suhu dan tekanan. Pada kenaikan
suhu, pembuluh-pembuluh darah yang terdapat pada jaringan periodontal
akan mengalami dilatasi atau pelebaran sehingga menekan urat saraf dan
menimbulkan rasa nyeri.3
Periodontitis Marginalis
Pada Periodontitis Mariginalis, jaringan periodontal meradang oleh
karena plak. Berawal dari akumulasi plak, lama kelamaan terjadi
pematangan plak subgingiva yang mengandung bakteri-bakteri tertentu,
hal ini menyebabkan terjadinya peradangan dan peradangan tersebut
merusak jaringan ikat sehinga perlekatan antara jarigan ikat berkurang.5
Periodontitis Perikoronal
7
Periodontisis Perikoronal dapat disebabkan oleh karena adanya gigi
Molar 3 yang tumbuhnya tidak sempurna atau dikenal sebagai istilah
impacted teeth. Pada pertumbuhan gigi yang normal, seluruh mahkota gigi
atau crown akan tumbuh seluruhnya, sejajar dengan gigi yang
bersebelahan. Tetapi pada gigi yang impaksi, tidak seluruh mahkota
tumbuh, ada sebagian mahkota gigi yang terbenam di dalam gusi sehingga
menimbulkan peradangan jaringan periodontal.
Sebagian besar penyakit periodontal inflamatif disebabkan oleh infeksi
bakteri atau mikroorganisme yang berkolonisasi di permukaan gigi (plak
bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya). Ada factor local yang
bersama-sama dengan plak bakteri menyebabkan penyakit kronis jaringan
periodontal.6
III. PATOFISIOLOGI
Periodontitis Apikal adalah peradangan jaringan Periodontal oleh karena
adanya karies pada gigi yang berdekatan. Periodontitis Apikal dapat
disebabkan oleh karena ada gigi yang terkena Pulpitis, Gangren Pulpa, dan
Gangren Radix. Jaringan nekrotik di saluran akar yang tidak terambil dan
tidak diisi dengan hermetis akan memicu reaksi inflamasi di periapeks. Pada
kondisi nekrosis yang tidak dirawat, bakteri akan berpenetrasi melalui
foramen apikalis dan menimbulkan inflamasi diperiapeks dan disebut
periodontitis apikalis. Respon jaringan periodontium terhadap bakteri meliputi
beberapa fase. Fase pertama, periodontitis apikalis memperlihatkan gambaran
akut dan penyebaran yang cepat. Gambaran yang nyata adalah resorbsi tulang
untuk membei ruang bagi lesi inflamasi jaringan lunak pada ujung akar. Pada
beberapa kasus dapat menyebabkan osteomielitis. Setelah fase akut, prose
berlanjut kekeseimbangan tubuh dan respon jaringan. Bakteri terus menerus
menyerang, penyembuhan tidak dapat terjadi dan reaksi pertahanan tubuh
8
berlanjut sehingga memasuki masa kronis dan inflamasi terus berlanjut. Kata
yang biasa untuk menyebut keadaan ini adalah granuloma periapeks, yang
mengacu pada jaringan granulasi yang terbentuk pada proses tersebut. Pada
jangka panjang, granuloma periapeks dapat berkembang menjadi kista
radikular.
Bila suatu gigi yang Gangren dibiarkan, maka dia akan menjadi kronis
dan tidak menimbulkan keluhan apa-apa karena saraf yang berada di dalam
ruang pulpa sudah tidak lagi berfungsi seperti yang seharusnya. Penderita
hanya merasa bahwa giginya pernah sakit, tetapi kemudian sakitnya hilang
(yaitu gigi berubah dari vital menjadi nonvital). Bila hal ini terjadi pada gigi
yang mahkotanya lebih dari sepertiga, maka dinamakan kronik Periodontitis
oleh karena Gangren Pulpa, sedangnkan bila hal ini terjadi pada gigi yang
mahkotanya kurang dari sepertiga maka dinamakan Periodontitis oleh karena
Gangren Radix.5
Pada gigi dengan kronik Periodontitis, walaupun penderita tidak merasa
sakit, tapi proses radang tidak berhenti karena ada toksin-toksin kuman dari
kanal pulpa melalui foramen apikal sehingga terjadi iritasi dan dapat
menimbulkan Granuloma pada apex gigi. Granuloma adalah suatu jaringan
granulasi pada apex gigi yang berbentuk bulat, terdiri dari produk suatu
peradangan, kuman-kuman, pus dan jaringan gigi yang mati.5
Kematian pada pulpa atau saraf gigi tersebut dapat disebabkan oleh
infeksi kronis pada gigi sehingga berlanjut pada perusakan jaringan
penyangga (tulang dan gusi) atau infeksi kronis karang gigi yang
menyebabkan kerusakan pada jaringan gigimikro organisme yang
menyebabkan kerusakan jaringan penyangga kemudian menginfeksi saraf gigi
hingga saraf gigi mati.7
IV. GEJALA
9
Pasien dengan periodontitis kadang tidak merasakan rasa sakit ataupun
gejala lainnya. Biasanya tanda-tanda yang dapat diperhatikan adalah :
Gusi berdarah saat menyikat gigi
Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak.
Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi.
Terdapat nanah di antara gigi dan gusi.
Gigi goyang.
Gejala yang didapat dari Gangren Radix sendiri bisa terjadi tanpa keluhan
sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi
menjadi kecokelatan atau keabu-abuan. Pada Gangren Radix dapat disebut
juga nonvital dimana gigi terebut tidak memberikan reaksi terhadap tes suhu
dan pada lubang perforasi tercium bau busuk. Namun, bila Gangren Radix
disertai dengan Periodontitis, maka penderita dapat mengeluh nyeri disekitar
gigi yang Gangren, terutama saat diperkusi. Nyeri yang dimaksudkan disini
jelas disebabkan oleh gusi yang meradang, bukan karena gigi yang masih
vital. Bila gigi diperkusi dengan ujung sonde, maka rangsangan getar dari gigi
tersebut akan diteruskan ke gusi yang melekat dibawahnya sehingga timbul
nyeri.5
V. DIAGNOSA
Pemeriksaan subyektif :
Pada kondisi akut, muncul keluhan sakit. Pada kondisi kronis tidak ada
keluhan. Seperti yang sudah diketahui, bahwa pada Gangren radix, pasien
tidak akan mengeluh nyeri oleh karena gigi tersebut sudah dalam keadaan
mati atau nonvital. Rasa nyeri baru timbul bila ada peradangan
10
periapikal. Rasa nyeri dapat timbul spontan, ataupun dengan rangsangan,
terutama apabila makan, dan minum dingin.
Pemeriksaan Obyektif:
Inspeksi: Karies profunda, perforasi pulpa, kadang terdapat
perubahan warna. Jika telah berlangsung lama, bisa hanya berupa sisa
akar
Sondage: Profunda, sakit –
Perkusi: Bisa +/-
Tekanan: Bisa +/- tergantung keakutannya
Palpasi: Luksasi +
Thermal Test: Nyeri – .5
VI. PENGOBATAN
Periodontitis apical umumnya disebabkan oleh adanya produk toksik
yang dihasilkan oleh bakteri yang ada di saluran akar, sehingga keberhasilan
perawatan tergantung pada eliminasi bakteri pada gigi yang bersangkutan.
Pada gigi yang masih dapat dipertahankan dapat dilakukan perwatan saluran
akar. Sedangkan pada gigi yang tidak dapat dilakukan restorasi maka harus
dilakukan ekstraksi. Pada gigi yang dirawat saluran akar perlu dilakukan
evaluasi pada tahun pertama dan kedua untuk memastikan apakah lesi
bertambah besar atau telah sembuh.1
Tindakan yang dilakukan pada Periodontitis kronik karena Gangren
Radix adalah mengatasi rasa sakitnya terlebih dahulu dengan Medikamentosa
(antibiotik dan analgesik). Setelah nyeri diatasi, terapi yang tepat adalah
mengekstraksi gigi karena pada kondisi ini gigi sudah menjadi nonvital
sehingga dapat menjadi sumber infeksi yang dapat menyebabkan penyakit-
penyakit.
Kegagalan proses penyembuhan bisanya disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain :
11
berubah menjadi bentukan kista
kegagalan perawatan saluran akar
fraktur akar vertical
adanya penyakit periodontal. 1
BAB IV
PEMBAHASAN
12
Pasien datang dengan keluhan sakit gusi sebelah kanan atas sejak 1 minggu yang
lalu. 1 minggu yang lalu gusi bengkak dan keluar cairan putih seperti nanah.
Kemudian pasien meminum obat antibiotic. 3 hari kemudian, bengkak menghilang
tetapi gusi masih terasa sakit. Akhirnya pasien memeriksakan diri ke Puskesmas
Pandanaran. Saat datang, terlihat kemerahan pada gusi gigi 1.2 dan1.3. Gigi 1.2dan
1.3 tidak terasa sakit, mahkota gigi sudah tidak ada lagi. Dahulu pasien pernah sakit
gigi di tempat yang sama tetapi hanya di obati “Ponstan” setiap sakit. Keluhan sakit
pada gigi terutama apabila makan dan minum minuman dingin. Apabila sakit, pasien
sering minum obat tersebut dan sakitpun berkurang, tetapi akan kembali sakit apabila
obat dihentikan. Pasien mengeluh terkadang sakit kepala saat gigi sakit. Sekarang
gigi tersebut sudah tidak pernah sakit lagi. Pada pemeriksaan obyektif ditemukan :
Gigi geligi 1.2 dan 1.3
Inspeksi : gangrene radix
Sondage : Profunda, Nyeri –
Perkusi : Nyeri -
Tekanan : Nyeri -
Palpasi : Nyeri -
Thermal Test : Nyeri –
Berdasarkan pemeriksaan di atas, pasien pernah mengalami hiperemi pulpa yang
kemudian melanjut menjadi pulpitis dan tidak pernah dilakukan perawatan sehingga
berlanjut menjadi gangren radix. Gangren radix ini juga tidak dilakukan perawatan
sehingga berlanjut menjadi periodontitis. Bila suatu gigi yang Gangren dibiarkan,
maka dia akan menjadi kronis dan tidak menimbulkan keluhan apa-apa karena saraf
yang berada di dalam ruang pulpa sudah tidak lagi berfungsi seperti yang seharusnya.
Penderita hanya merasa bahwa giginya pernah sakit, tetapi kemudian sakitnya hilang
13
(yaitu gigi berubah dari vital menjadi nonvital). Karena dari pemeriksaan obyektif
tidak ada keluhan dari pasien, maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami
periodontitis kronis karena Gangren Radix.
BAB V
KESIMPULAN
14
Pasien ini menderita periodontitis kronik karena Gangren Radix pada gigi 1.2
dan 1.3 Penatalaksanaan pada Periodontitis kronik karena Gangren Radix adalah
mengatasi rasa sakitnya terlebih dahulu dengan Medikamentosa (antibiotik dan
analgesik). Setelah nyeri diatasi, terapi yang tepat adalah mengekstraksi gigi karena
pada kondisi ini gigi sudah menjadi nonvital sehingga dapat menjadi sumber infeksi
yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Anonim, 2010 , Periodontiti , dalam www.klikdokter.com. Dikutip tanggal 4 Juli
2011
2. Anonim, 2008, Infeksi Odontogen, dalam www.kapitaselekta.com. Dikutip
tanggal 4 Juli 2011
3. Damayanti, Setijono, Husodo, Kumpulan Kuliah Stomatologi, Jakarta; Fakultas
Kedokteran Tarumanegara
4. Prayitno, 2003, Periodontologi Klinik, Jakarta; Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
5. BEM UNDIP, 2007, Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, Semarang; Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro
6. Feld, P., dkk., 2004, Silabus Periodonti, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC
7. www. holisticare-dentalclinic.com
16
top related