keterampllan petani dalam aplikasi teknologi …
Post on 04-Oct-2021
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KETERAMPlLAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGIBUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA MAMPU
KECAMATAN ANGGERAJAKABUPATEN ENREKANG
KAHARUDDINNIM : 105 960 874 11
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2015
KETERAMPILAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGIBUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA MAMPU
KECAMATAN ANGGERAJAKABUPATEN ENREKANG
KAHARUDDINNIM : 105 960 874 11
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
i
ii
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Induk Mahasiswa
Konsentrasi
Pembimbing I
Dr.Ir.Irwan Mado,
Dekan Fakultas Pertanian
Ir. Saleh Molla,
HALAMAN PENGESAHAN
: Keterampilan Petani Dalam Aplikasi TeknologiBudidaya Bawang Merah Di Desa MampuKecamatan Anggeraja Kabupaten
: Kaharuddin
Nomor Induk Mahasiswa : 105 960 0874 11
: Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian
Disetujui
Pembimbing I
Dr.Ir.Irwan Mado, MP.,
Pembimbing II
Dewi puspitasari, S
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Ir. Saleh Molla, M.M.
Ketua Prodi Agribisnis
Amruddin, S.Pt., M.Si
i
Keterampilan Petani Dalam Aplikasi TeknologiBudidaya Bawang Merah Di Desa Mampu
Kabupaten Enrekang
Pertanian
Pembimbing II
, S.P.,M.Si
Ketua Prodi Agribisnis
Amruddin, S.Pt., M.Si
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
Nomor Induk Mahasiswa
Konsentrasi
Fakultas
Nama
1. Dr.Ir.Irwan Mado,Ketua Sidang
2. Dewi PuspitasariSekretaris
3. Prof. Dr. Ir. SyafiuddinAnggota
4. Ardi RumallangAnggota
Tanggal Lulus : ....................................................
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI
: Keterampilan Petani Dalam Aplikasi TeknologiBudidaya Bawang Merah Di Desa MampuKecamatan Anggeraja Kabupaten
: Kaharuddin
Nomor Induk Mahasiswa : 105 960 0874 11
: Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
: Pertanian
SUSUNAN PENGUJI
Tanda Tangan
Dr.Ir.Irwan Mado, MPKetua Sidang
( ........................... )
Dewi Puspitasari, S.P., M.Si ( ........................... )
Prof. Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si (....... ........................
Ardi Rumallang, S.P., M.M ( ........................... )
Tanggal Lulus : ....................................................
ii
Keterampilan Petani Dalam Aplikasi TeknologiBudidaya Bawang Merah Di Desa Mampu
Kabupaten Enrekang
Pertanian
Tanda Tangan
( ........................... )
( ........................... )
....... ........................ )
( ........................... )
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
KETERAMPILAN PETANI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI
BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DESA MAMPU KECAMATAN
ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG adalah benar merupakan hasil
karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, Juni 2015
KAHARUDDIN105 960 874 11
iv
ABSTRAK
KAHARUDDIN. 10596087411. Keterampilan petani dalam aplikasi teknologibudidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja KabupatenEnrekang di bawah bimbingan Irwan Mado dan Dewi Puspitasari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keterampilan petani dalamaplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan AnggerajaKabupaten Enrekang. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling.Analisis data menggunakan analisa deskriptif.
Populasi adalah semua kelompok tani yang terdiri dari 5 kelompok yangterlibat dalam aplikasi teknologi bawang merah. yang dimana setiap kelompoktani terdiri dari 25 orang maka total populasi pada penelitian ini sebanyak 125orang. Nama Kelompok tani tersebut di antaranya yaitu : 1. Tani Ra’cak, 2. WaiSarran, 3. Tani Karya, 4. Tani Buntu Tondok, 5.Tani Bubun Tanjung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keterampilan petani dalam aplikasiteknologi budidaya bawang merah,Di Desa Mampu Kecamatan AggerajaKabupaten Enrekang.menggunakan lima kategori yaitu Keterampilan petanidalam melakukan persiapan untuk memulai usahataninya dimulai dari persiapanbenih dengan nilai rata-rata 2,51% termasuk dalam kategori tinggi . Kemudiandalam pengelolaan lahan mendapatkan nilai rata-rata 2,04% yang termasuk dalamkategori sedang .Selanjutnya penanaman bawang merah memiliki nilai rata-rata2,60% termasuk dalam kategori tinggi.Untuk Pemeliharaan dan pemupukandengan nilai rata-rata 2,57% , petani cukup terampil dalam memelihara tanamanbawang merahnya. Selanjutnya pengendalian hama dan penyakit pada tanamanbawang merah memiliki nilai rata-rata 2,31% termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarakan hasil penelitian di Desa Mampu Kecamatan AnggerajaKabupaten Enrekang mengenai keterampilan petani dalam aplikasi teknologibudidaya bawang merah, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan petanidalam aplikasi teknologi bawang merah dari segi pengetahuan keseluruhanresponden memperoleh nilai rata-rata 2,41 yang termasuk dalam kategori tinggi,dari segi keterampilan memperoleh nilai rata-rata 2,41 kategori tinggi
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, dengan segala kerendahan hati puji
syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Dimana skripsi ini
diajukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar sarjana di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna
baik penyusunan, penulisan, maupun isinya. Hal tesebut dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, pengalaman, dan Keterampilan yang penulis miliki. Meskipun
demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang
diperoleh adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ayahanda dan ibunda serta saudara-saudaraku yang selalu memberikan
dukungannya, serta terima kasih atas do’a, motivasi dan kepercayaan yang
telah ayahanda dan ibunda berikan sehingga penulis dapat menyelesiakan
skripsi ini.
2. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar
yang telah memberikan bantuan dan pengembangan kemampuan dan
keterampilan kepemimpinan kepada penulis.
vi
3. Bapak Ir. H. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar berserta staf.
4. Bapak Amiruddin S.Pt, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Agribisnis Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr.Ir. Irwan Mado, MP selaku Pembimbing I dan Dewi Puspitasari,
S.P.,M.Si. selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan selama menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh masyarakat di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
penulis melakukan penelitian..
7. Terakhir buat seluruh teman-teman angkatan “011 Pertanian” terima kasih
atas dukungan, semangat, bantuan pikiran, dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sederhana serta jauh dari
kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan
skripsi ini senantiasa diharapkan, mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan
yang setimpal atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, Amin.
Makassar, Juni 2015
KAHARUDDIN
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7
2.1 Keterampilan Petani ................................................................ 7
2.2 Tanaman Bawang Merah ........................................................ 9
2.3 Teknologi Budidaya Bawang Merah ................................... 11
2.4 Petani .................................................................................... 19
2.5 Kerangka Pikir ...................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ............................................................... 22
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 22
3.2 Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 22
viii
3.3 Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 23
3.4 Jenis Data .............................................................................. 23
3.5 Metode Analisa Data ............................................................. 24
3.6 Definisi Operasional .............................................................. 24
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 27
4.1 Luas dan Letak Geografis ...................................................... 27
4.2 Letak Wilayah ....................................................................... 27
4.3 Keadaan Penduduk ................................................................ 28
4.4 Sarana dan Prasarana .............................................................. 31
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 33
5.1 Identitas Responden ............................................................... 33
5.2 Keterampilan Petani dalam Aplikasi Teknologi
Budidaya Bawang Merah ........................................................ 39
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 50
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 50
6.2 Saran........................................................................................ 50
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 52
ix
DAFTAR TABEL
No HalamanTeks
1. Jumlah Penduduk .................................................................................... 28
2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur .................................... 29
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................ 30
4. Mata Pencaharian Penduduk .................................................................. 32
5. Sarana dan Prasaran ............................................................................... 29
6. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat umur .................................... 34
7. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pendidikan ....................... 35
8. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi
Jumlah Tanggungan Keluarga................................................................. 36
9. Pengalaman Berusahatani Bawang Merah.............................................. 38
10. Jumlah Responden Berdasarkan Luas Lahan ......................................... 39
11. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai Teknologi
Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang .............................................................................. 42
x
DAFTAR LAMPIRAN
No HalamanTeks
1. Identitas responden di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang. ............................................................................................ . . 55
2. Kuisoner Penelitian ..........................................................................…. 55
3. Foto kegiatan selama penelitian.......................................................... . . 64
4. Surat-surat izin penelitian ................................................................... . . 67
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sangat fluktuatif harga maupun produksinya. Hal ini terjadi karena pasokan
produksi yang tidak seimbang antara panenan pada musimnya serta panenan di
luar musim, salah satu diantaranya disebabkan tingginya intensitas serangan hama
dan penyakit terutama bila penanaman dilakukan di luar musim. Selain itu
bawang merah merupakan komoditas yang tidak dapat disimpan lama, hanya
bertahan 3-4 bulan padahal konsumen membutuhkannya setiap saat.
Masalah utama usahatani bawang merah di luar musim adalah tingginya resiko
kegagalan panen karena lingkungan yang kurang menguntungkan , terutama
serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit penting pada bawang merah
antara lain : ulat bawang (Spodoptera exigua) dan Thrips , sedangkan penyakitnya
meliputi antraknose, fusarium dan trotol.
Keberadaan hama dan penyakit tersebut menyebabkan petani
menggunakan pestisida secara berlebihan karena petani beranggapan bahwa
keberhasilan usahatani ditentukan oleh keberhasilan pengendalian hama dan
penyakit, yaitu dengan meningkatkan takaran, frekuensi dan komposisi jenis
campuran pestisida yang digunakan. Akibatnya biaya usatani bawang merah
semakin tinggi dan keuntungan yang diperoleh tidak seimbang serta tidak
memperhatikan konsep pertanian ramah lingkungan. Dampak lain penggunaan
pestisida yang berlebihan yaitu ledakan dari hama sekunder.
2
Untuk mengantisipasi masalah di atas salah satu usaha yaitu mencari dan
menggali varietas-varietas bawang merah yang mempunyai sifat-sifat unggul
terutama dalam hal produksi serta ketahanan terhadap hama dan penyakit utama
sehingga varietas bawang merah tersebut mampu berproduksi walaupun serangan
hama dan penyakit cukup berat. Bilamana varietas unggul yang tahan terhadap
hama dan penyakit diperoleh maka varietas tersebut dapat ditanam pada luar
musim sehingga kesinambungan produksi bawang merah dapat terjamin.
Dari 141 varietas bawang merah yang ada termasuk varietas introduksi
belum didapatkan varietas yang tahan terhadap penyakit di atas kecuali varietas
Sumenep yang relatif tahan terhadap penyakit “Otomatis” tetapi tidak tahan
terhadap penyakit “Alternaria”. Sayangnya varietas ini tidak mampu berbunga
dan belum diketahui cara merangsang bunganya, serta berumur panjang walaupun
mempunyai kualitas terbaik untuk bawang goreng (Permadi, 1992). Beberapa
galur somaklonal dari varietas Sumenep sudah dihasilkan oleh Balitsa Lembang
dan sudah dilakukan uji daya hasilnya di beberapa lokasi. Hasil somaklonal dari
varietas Sumenep mempunyai umbi yang lebih besar dengan warna yang lebih
mengarah kemerah muda dibandingkan varietas Sumenep yang asli. Diharapkan
galur somaklonal Sumenep tetap mempunyai sifat tahan terhadap hama dan
penyakit utama serta mempunyai umbi besar , warna menarik dan rasa bawang
goreng yang lebih enak
Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang sudah sejak lama di
usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian ini merupakan sumber
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup
3
tinggi terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai
ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah telah
menyebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di
terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih
ditemui berbagai kendala. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis.
Komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja
yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi
wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka pengusahaan budidaya
bawang merah telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Meskipun
minat petani terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses
pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik kendala yang bersifat
teknis maupun ekonomis.
Bawang merah merupakan salah satu sumber devisa Negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat petani.selain dapat digunakan sebagai
makanan,bumbu dapur dan obat-obatan, bawang merah merupakan senyawa yang
cukup penting dalam industri dan pasar ( Istini, 1998). Selanjutnya (Suswandi,
1992) menyatakan sebagian besar bawang merah di Indonesia diekspor ke seluruh
wilayah yang ada di Indonesia
Budidaya bawang merah telah dikelolah dan dikembangkan oleh petani
budidaya bawang merah yang ada di Sulawesi selatan, termasuk Kabupaten
Enrekang, tetapi pengembangannya mulai pesat sekitar 10 tahun yang lalu.Pada
mulanya, para petani bawang merah melakukan budidaya secara perorangan
,namun dengan melihat keberhasilan petani yang satu kemudian diikuti dengan
4
petani yang lain,demikian seterusnya sampai usaha budidaya bawang merah ini
semakin banyak diusahakan oleh petani bawang merah bermukim disekitar
pegunungan.Namun demikian,tidak sedikit petani yang gagal atau tidak mampu
bertahan dengan berbagai masalah yang timbul seperti rendahnya produksi serta
penyakit bawang merah ( Pattang dkk, 2009).
Para petani bawang merah memiliki keterbatasan seperti pengetahuan
seperti budidaya bawang merah.Mereka lebi banyak mengandalkan pengalaman
yang dilakukan seorang petani bawang merah kemudian diikuti oleh petani
bawang merah.Demikian pulah dengan persoalan menejmen yang juga tergolong
masi kurang.
Solusi yang seharusnya dilakukan dalam mengatasi hal tersebut yaitu
sebaiknya petani dibimbing dalam hal budidaya bawang merah agar pengetahuan
petani bisa menjadi lebih meningkat. Selain itu, mendirikan penyuluhan kepada
petani bawang merah tentang hal-hal yang harus dilakukan saat melakukan
budidaya bawang merah.Dengan adanya penyuluhan yang diterapkan kepada
petani akan memperluas pengetahuan petani lebi mengembangkan budidaya
bawang merah. Akan tetapi, petani bawang merah juga bisa diberi informasi
tentang pemasaran bisa lebi meningkat.Karna selama ini petani di Desa Mampu
hanyah memasrkan bawang merahnya di daerahnya.
Masalah utama usahatani bawang merah di luar musim adalah tingginya
resiko kegagalan panen karena lingkungan yang kurang menguntungkan, terutama
serangan hama dan penyakit. Hama dan penyakit penting pada bawang merah
antara lain : ulat bawang (Spodoptera exigua) dan Thrips, sedangkan penyakitnya
5
meliputi antraknose, fusarium dan trotol. Dengan memperhatikan hal tersebut
upaya dalam membantu penyelesaian permasalahan tersebut salah satunya dengan
peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas, dan kelestarian
sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas.
Budidaya tanaman bawang merah ini diharapkan juga berdampak
terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani khususnya di
Kabupaten Enrekang yang merupakan salah satu penghasil tanaman bawang
merah terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan, penyuluh dan pelaku bisnis dalam
mengadopsi teknologi budidaya tanaman sejenis. Sehingga usaha agrobisnis
bawang merah akan berkembang lebih besar. Hal tersebut tentunya sangat baik
untuk dilakukan penelitian tentang Keterampilan Petani Dalam Aplikasi
Teknologi Budidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah
pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan petani dalam
mengaplikasikan teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui keterampilan petani dalam mengaplikasikan teknologi budidaya
bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
6
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, agar dapat memahami lebih jauh tentang aplikasi teknologi
budidaya bawang merah untuk meningkatkan keterampilan petani di Desa
Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
2. Bagi Pemerintah dan Instansi yang terkait diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan selanjutnya.
3. Bagi petani, dapat memberikan pengetahuan mengenai aplikasi teknologi
budidaya bawang merah untuk meningkatkan keterampilan petani.
7
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keterampilan Petani
Petani sebagai seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang
tanah yang dia sendiri sudah lama terikat oleh ikatan-ikatan tradisi dan perasaan.
Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangka hubungan yang
telah berdiri lama. Suatu masyarakat petani bisa terdiri sebagian atau bisa juga
seluruhnya dari para penguasa atau bahkan menggarap paksa tanah bila mana
mereka menguasai tanah sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka
menjalankan cara hidup biasa dan tradisional yang di dalamnya pertanian, mereka
masuk secara intim, akan tetapi bukan sebagai penanam modal usaha demi
keuntungan (Hernanto, 2003).
Khusus petani di Indonesia pada umumnya bukan termasuk farmer
dengan berhektar-hektar tanah pertanian tetapi kebanyakan merupakan peasant
dengan sebidang kecil sawah atau ladang, bahkan kadang-kadang hanya sekedar
buruh tani saja.
Petani sebagai pelaku utama dalam peningkatan produktifitas
pendapatan hasil pertanian sebagian besar dinilai kurang dalam sumber daya
manusia, dengan minimnya tingkat pendidikan petani tersebut banyak program-
program pemerintah yang dilaksanakan bertujuan meningkatkan peran utama dan
fungsi petani (Jaya, 1999).
8
Dalam usahatani mengembangkan keterampilan petani secara bertahap
sangat diperlukan agar para petani memiliki pengetahuan yang semakin
meningkat, meningkatkan keterampilan petani, serta perbendaharaan informasi
yang memadai dan keterampilan mengaplikasikan teknologi yang dibutuhkan
sehingga akhirnya mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang
terbaik untuk usahataninya.
Sedangkan keterampilan merupakan pengetahuan mengenai metode,
proses, prosedur, dan teknik untuk melakukan sebuah kegiatan khusus, dan
keterampilan untuk menggunakan alat-alat yang relevan bagi kegiatan tersebut
(Soekanto, 1996). Keterampilan petani dalam penelitian ini adalah kecakapan
yang dimiliki petani untuk melakukan tugas-tugas dalam usahataninya dan
berbagai kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi
para petani.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan petani yaitu dengan melakukan pemberdayaan petani. Dengan
adanya kegiatan pemberdayaan petani, segala upaya untuk meningkatkan
keterampilan petani untuk melaksanakan usahatani yang baik melalui pendidikan
dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, pengembangan sistem dan sarana
pemasaran hasil pertanian, konsolidasi dan jaminan luasan lahan pertanian,
kemudahan akses ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, serta penguatan
kelembagaan petani.
9
2.2 Tanaman Bawang Merah
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang
sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini
termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai
bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditas ini juga
merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontibusi
cukup tinggi terhadap perkembangan perekonomian wilayah (Wibowo, 1999).
Bawang merah adalah salah satu rempah multiguna. Paling penting
didayagunakan sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari dan penyedap berbagai
masakan. Kegunaan lain dari umbi bawang merah adalah sebagai obat tradisional
untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Sudah sejak lama, nenek moyang
menggunakan umbi bawang merah sebagi obat nyeri perut dan penyembuhan luka
atau infeksi. Selain itu banyak digunakan untuk penyembuhan penyakit demam,
kencing manis dan batuk.
Tumbuhan bawang merah adalah sejenis tumbuhan semusim yang
memiliki. Tumbuhan bawang merah (Allium cepa L. var. ascalonicum (L.)Back.),
famili Alliaceae adalah spesies dengan nilai ekonomi yang penting, yang
dibudidayakan secara luas di seluruh dunia khususnya di benua Asia dan Eropa
(Rahayu dan Berlian, 2004).
Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang
bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klon-klon yang spesifik
dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan bawang merah di daerah iklim
10
sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan di daerah tropis
(Anonim, 2013).
Dalam tiap 100 gram umbi bawang merah segar mengandung kalori 39,0
kalori, protein 1,5 gram, lemak 0,3 gram, karbohidrat 0,2 gram, kalsium 36,0 mg,
fosfor 40,0 mg, zat besi 0,8 mg, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C 2,0 mg, dan air
88,0 gram. Selain kaya akan kandungan gizi, umbi bawang merah juga banyak
mengandung senyawa kimia seperti proplonaldehida, metil alkohol, dan propil
merkaptan, serta sedikit sampai sedikitnya senyawa-senyawa yang terdiriatas
hydrogen sulfida, asetaldehida, sulfur dioksida, dipropil alkohol, 4-heksana-1-
alkohol, dan 2-hidroksil propantiol (Sunaryono dan Soedomo, 1983).
Struktur morfologi tanaman bawang merah terdiri atas akar, batang,
umbi, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman bawang merah termasuk tanaman
semusim (annual), berumbi lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa,
memiliki batang sejati (diskus) yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek
sebagai tempat melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh).
Tanaman bawang merah ini dapat ditanam dan tumbuh di dataran rendah
sampai ketinggian 1000 meter dpl. Walaupun demikian, untuk pertumbuhan
optimal adalah pada ketinggian 0-450 meter dpl. Komoditas sayuran ini umumnya
peka terhadap keadaan iklim yang buruk seperti curah hujan yang tinggi serta
keadaan cuaca yang berkabut. Tanaman bawang merah membutuhkan penyinaran
cahaya matahari yang maksimal (minimal 70% penyinaran), suhu udara 25º-32ºC
serta kelembaban nisbi yang rendah (Sunaryono dan Soedomo, 1983).
11
Dengan morfologi tersebut tanaman bawang merah tergolong tanaman
yang rentan terhadap hama dan penyakit dan mempunyai karakter peka terhadap
hama dan penyakit. Sehingga keberhasilan petani dalam budidaya bawang merah
adalah tergantung pada produksi dan harga produk. Dengan perilaku harga yang
sangat fluktuatif serta daya simpan yang pendek, maka perlu dilakukan
pengamatan produktifitas serta permintaan pasar yang tepat.
Varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia cukup banyak
macamnya, tetapi umurnya produksi varietas tersebut masih rendah (kurang dari
10 ton/ha). Beberapa hal yang membedakan varietas bawang merah satu dengan
yang lain biasnya didasrkan pada bentuk, ukuran, warna, kekenyalan, aroma umbi,
umur tanam, ketahanan terhadap penyakit serta hujan, dan lain-lain. Adapun
beberapa varietas bawang merah tersebut antara lain : Varietas Bima Brebes,
Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Kuning Gombong, Bangkok,
Klon Bawang Merah No. 88 , Klon Bawang Merah No. 86, dan Klon Bawang
Merah No. 33 (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).
2.3 Teknologi Budidaya Bawang Merah
Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman semusim yang
banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan bawang merah
semakin meningkat karena hampir semua masakan membutuhkan komoditas
rempah-rempah ini. Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman bawang
merah yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian, antara lain: (a) tiga varietas
unggul bawang merah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1, Kramat-2 dan
Kuning, (b) budidaya bawang merah di lahan kering maupun lahan sawah, secara
12
monokultur atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT - budidaya tanaman sehat,
pengendalian secara fisik/mekanik; pemasangan perangkap; pengamatan secara
rutin; dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian, serta (d)
bentuk olahan-tepung dan bubuk (Putrasamedja dan Suwandi, 1996).
Pada periode tahun 1986-1990, Indonesia merupakan salah satu negara
pengekspor bawang merah, tetapi kini negara kita menjadi pengimpor komoditas
ini bahkan di tahun 2013 ini jumlah impornya sampai ribuan ton (Anonim, 2013).
Hal ini disebabkan lahan-lahan di sentra-sentra produksi bawang merah, seperti
Brebes, Tegal, Nganjuk dan Cirebon mengalami degradasi hara. Daerah-daerah
lain sebenarnya berpeluang cukup besar untuk pengembangan bawang merah,
misalnya di lahan kering. Selama ini bawang merah lebih banyak dibudidayakan
di lahan sawah dan jarang diusahakan di lahan kering/tegalan. Secara teknis,
bawang merah mampu beradaptasi baik jika ditanam di dataran rendah, baik di
lahan irigasi maupun di lahan kering bahkan lahan berpasir sekalipun bisa tumbuh
dengan baik.
Untuk memenuhi hal tersebut maka proses budidaya perlu dilakukan
secara baik. Adapun tata cara atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi
teknologi budidaya bawang merah yaitu (Rukmana, 1995) :
a. Persiapan Benih
Benih merupakan salah satu kunci utama dalam keberhasilan suatu
usahatani. Adapun persyaratan benih bawang merah yang baik antara lain :
1) Umur simpan benih cukup yaitu sekitar 3-4 bulan, walaupun untuk umur
simpan yang lebih muda benih tetap tumbuh namun pada pertumbuhan
13
berikutnya akan lebih rendah hasilnya dibandingkan benih yang telah
siap tanam (telah cukup umur simpannya).
2) Umur panen saat calon umbi benih ditanam di lapang tepat , untuk
varietas Bauji maupun Super Philip sebaiknya 75-80 hari.
3) Ukuran benih sedang, sekitar 5-6 gram. Sedangkan untuk Batu Ijo
berkisar 12-18 gram. Penggunaan benih yang berukuran terlalu besar
akan meningkatkan biaya karena kebutuhan semakin banyak. Kebutuhan
benih setiap hektar berkisar 800 – 1000 kg, tergantung dari ukuran umbi.
4) Umbi benih berwarna cerah dengan kulit mengkilat.
5) Umbi benih bernas, sehat, padat, tidak keropos dan tidak lunak. Bila ada
umbi benih yang tidak mempunyai sifat demikian sebaiknya tidak
digunakan.
6) Umbi benih tidak terserang hama dan penyakit.
7) Sebelum ditanam, umbi benih dibersihkan dulu dari kulit-kulit yang
kering dan bila pertunasan belum kelihatan diujung umbi, maka
sebaiknya ujung umbi dipotong 1/3 agar mempercepat munculnya
tunas.
b. Pengolahan Lahan
Bawang merah membutuhkan kondisi tanah yang lebih gembur
dibanding tanaman sayuran lainnya. Oleh karenanya pengolahan tanah pada
bawang merah dilakukan sampai beberapa kali hingga tanah benar-benar
menjadi gembur. Bila tanah yang digunakan merupakan tanah bekas ditanami
14
jagung maupun tebu, maka sisa tanaman tersebut harus dibersihkan hingga
akar-akarnya supaya tidak mengganggu pertumbuhan bawang merah.
Tanah diolah dengan cara dibajak lebih dari 4 kali hingga tanah menjadi
gembur dan tanah dikeringkan lebih dari seminggu kemudian tanah dihaluskan
lagi, setelah remah/gembur dapat dibuat bedengan (untuk tanah debu berpasir)
dengan ukuran: lebar bedengan 180 - 200 cm, panjang menyesuaikan kondisi
lahan. Jarak antar bedengan 50 - 60 cm dan kedalaman 30 cm. Got keliling
dengan lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.
Pada budidaya bawang merah sangat diperlukan pembentukan bedengan,
dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak selalu
tergenang air, dan air yang disiramkan segera habis terserap. Setelah bedengan
terbentuk, maka ditaburi pupuk organik (pupuk kotoran ternak/kompos). Dosis
untuk kotoran ayam sebanyak 5 ton/ha, sedangkan untuk kotoran sapi maupun
kambing sekitar 10-15 ton/ha. Namun dosis ini bisa menjadi lebih banyak
maupun lebih sedikit tergantung dari kesuburan tanah.
Pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha atau kompos 5 ton/ha yang diberikan
bersamaan dengan pembuatan bedengan merupakan perlakuan pemberian
pupuk dasar. Selain itu diberikan juga pupuk SP 36 dengan dosis 200 kg/ha
sebagai pupuk dasar yang ditaburkan merata pada seluruh permukaan
bedengan. Setelah tanah dipupuk maka tanah diairi agar pupuk dapat meresap
ke dalam tanah.
c. Penanaman
Tanaman bawang merah memerlukan tanah berstruktur remah, tekstur
sedang sampai liat, drainase/aerasi baik, mengandung bahan organik yang
15
cukup, dan reaksi tanah tidak masam (pH tanah : 5,6 – 6,5). Saat tanam yang
tepat untuk bawang merah yaitu pada akhir musim hujan bulan Maret – April
dan musim kemarau Mei – Juni, tetapi di daerah pusat produksi dapat
dijumpai penanaman bawang merah tanpa mengenal musim untuk
penanaman di luar musim (off season) perlu memperhatikan pengendalian
hama dan penyakit lebih cermat.
Penanaman dilakukan setelah tanah dan benih dipersiapkan, dimana
sebelum dilakukan penanaman, tanah harus diari agar saat penanaman kondisi
tanah gembur seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa benih
sebelum ditanam lebih baik dibersihkan dan diseleksi terlebih dulu agar
pertumbuhan tanaman menjadi baik. Bila tidak diseleksi ditakutkan
tercampurnya benih yang jelek karena terserang penyakit seperti Fusarium
sehingga mengakibatkan pertanaman hancur karena Fusarium tersebut.
Untuk mempercepat proses penanaman, maka sebaiknya bedengan yang
akan ditanami sudah digariti sesuai dengan jarak tanam yang digunakan,
sehingga penanaman lebih mudah dilaksanakan. Jarak tanam yang dianjurkan
yaitu 20 cm x 15 cm, namun bila umbi benih besar maka dapat menggunakan
jarak tanam 20 x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan cara menanam 2/3
bagian umbi ke dalam tanah, sedangkan 1/3 bagiannya muncul di atas tanah.
d. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pengairan, pemupukan, serta
perlindungan (proteksi) tanaman dari gangguan hamadan penyakit.
1) Pengairan
16
Faktor ketersediaan air sangat menetukan keberhasilan panen bawang
merah. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian air 7,5 – 15 mm
dengan frekuensi 1 (satu) hari sekali rata-rata memberikan bobot basah
umbi tertinggi. Pada fase awal pertumbuhan keadaan tanah harus cukup
lembap, sehingga pengairan dapat dilakukan 1-2 kali sehari tergantung
pada keadaan iklim, kandungan air tanah, tingkat pertumbuhan tanaman,
dan sifat perakaran tanaman. Waktu pengaiaran yang paling baik adalah
pada pagi atau sore hari. Cara mengairi adalah dengan melakukan
penyiraman -+30 menit atau disiram dengan alat bantu kincir air hingga
tanahnya cukup basah (lembab).
2) Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan 2 kali, yaitu pada umur 10-15 hari setelah
tanam (hst) dan diulangi pada umur 30 hst. Jenis dan dosis pupuk yang
diberikan terdiri atas urea, ZA, dan KCI. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemupukan bawang merah dengan dosis 180 kg N (1/2 urea+N
ZA) dikombinasikan dengan 90 kg P2O5 dan 50-100 kg K2O/ ha dapat
meningkatkan produktivitas dan mutu bawang merah. Pupuk diberikan
secara larikan dan dibenamkan ke dalam tanah atau ditutup dengan tanah
setebal lebih kurang 10 cm.
3). Perlindungan (proteksi) Tanaman
Perlindungan tanaman terhadap gangguan hama dan penyakit dilakukan
secara terpadu, yaitu meliputi perpaduan : Menggunakan benih atau bibit
yang sehat, Mengolah tanah yang baik dan memperbaiki drainase tanah,
17
Mengatur pergiliran tanaman dan waktu tanam secara serempak,
Memasang perangkap hama dan mengamati tanaman secara kontinu,
serta Mengaplikasikan pestisida secara selektif.
e. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah
antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak
ungu (Alternaria porli), busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum,
busuk daun Stemphylium dan virus (Duriat dkk, 1994).
1. Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau S.litura).
Hama ulat bawang (Spodoptera spp). Serangan hama ini ditandai dengan
bercak putih transparan pada daun. Telur diletakkan pada pangkal dan
ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur
dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang
ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan.
Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera
exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut/kalung hitam di leher.
Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengumpulkan telur
dan ulat lalu dimusnahkan. Memasang perangkap ngengat (feromonoid
seks) ulat bawang 40 buah/ha. Jika intensitas kerusakan daun ditemukan
1 paket telur/10 tanaman, dilakukan penyemprotan dengan insektisida
efektif, misalnya Meksikan 40 EC, Rampage 50 EC, Metindo 50 EC
2. Ulat tanah, ulat ini berwarna coklat-hitam.
Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena
18
dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga
kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya.
Pengendalian ulat tanah dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan cara
melakukan pergiliran tanaman, mengatur tanam secara serantak,
pengolahan tanah yang baik, dan mengumpulkan dan mematikan ulat.
Selain itu, dapat juga melakukan pemasangan umpan beracun dengan
insektisida triceroform, dengan takaran 2-4 kg bahan aktif dicampur
dengan 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah dan 20 liter air, disebar merata
pada areal seluas 1 ha. Terakhir dengan aplikasi insektisida yang
disemprotkan pada sore atau malam hari.
3. Trip (Thrips sp.) Gejala serangan hama thrip ditandai dengan adanya
bercak putih beralur pada daun. Penanganannya dengan penyemprotan
insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC.
4. Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah
penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan
cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau
dibakar di tempat yang jauh Preventif kendalikan dengan GLIO.
5. Penyakit layu Fusarium Ditandai dengan daun menguning, daun
terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala
demikian, tanaman dicabut dan dimusnahkan.
6. Penyakit otomatis atau antraknose gejalanya bercak putih pada daun,
selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan
daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya, semprot dengan fungisida
19
Saaf 70 WP atau Antracol 70 WP.
7. Penyakit trotol ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik
pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif, antara lain Antracol
70 WP, Saaf 70 WP, dll untuk membasminya.
2.4 Petani
Istilah petani dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan
pengertian dan definisi yang beragam. Sosok petani ternyata banyak dimensi
sehingga berbagai kalangan memberi pandangan sesuai dengan ciri-ciri yang
dominan. Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam bidang dalam
arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan (termasuk
penangkapan ikan) dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola
usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisasi faktor-faktor
produksi yang diketahui (Hernanto, 2003).
Menurut (Hernanto, 2003) menyatakan bahwa petani digolongkan
menjadi golongan petani berdasarkan tanahnya. Keempat golongan tersebut
adalah golongan petani luas (>2 Ha), golongan petani sedang (0,5-2 Ha),
golongan petani sempit (< 0,5 Ha) dan golongan buruh tani tidak bertanah.
Ciri petani pedesaan yang subsisten dan tradisional ini kerap dituding
sebagai penyebab terhambatnya proses modernisasi pertanian karena dengan ciri
hidup yang bersahaja dan bermotto yang didapat hari ini untuk hidup hari ini,
maka tidak mudah bagi petani untuk mengadopsi teknologi di bidang pertanian
20
yang bisa dibilang menghilangkan kesahajaan mereka. Dalam perkembangannya,
diadopsinya teknologi seperti traktor sedikit demi sedikit mengikis budaya gotong
royong dan barter tenaga di antara petani karena umumnya teknologi hanya
membutuhkan sedikit tenaga kerja manusia. Selanjutnya nilai-nilai keakraban
yang lama terbina mulai luntur seiring dengan berkurangnya rasa saling
tergantung antarpetani.
Petani memegang dua peranan penting dalam menjalankan usahataninya,
yaitu :
a. Sebagai juru tani (cultivator), petani memelihara tanaman dan
hewanguna mendapatkan hasil-hasilnya yang berfaedah.
b. Sebagai pengelola (manager), mencakup kegiatan pikiran di dorong oleh
kemauan, tercakup didalamnya pengambilan keputusan ataupenetapan
pilihan alternatif-alternatif yang ada. Keputusan diambil selaku
pengelola antara lain, menentukan pilihan diantara berbagai tanaman
yang mungkin ditanam pada setiap bidang tanah, menentukan ternak apa
yang sebaiknya dipelihara dan menentukan bagaimana membagi waktu
kerja diantara berbagai tugas.
Kelompok tani adalah kumpulan sejumlah petani yang terikat secara
informal dan mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Kumpulan petani
disebut dengan kelompok tani apabila mereka telah sepakat untuk berhimpun dan
bersama-sama melakukan pekerjaan demi kepentingan dan tujuan bersama. Jika
kelompok tani telah memiliki sikap demikian, maka mereka akan dengan mudah
mencapai apa yang menjadi tujuan mereka (Kartasapoetra, 2001).
21
Kelompok tani merupakan tempat petani untuk berbagi pengalaman,
menukarkan pengetahuan, saling mengungkapkan masalah dan menanggapi suatu
masalah.
2.5 Kerangka Pikir
Upaya untuk memudahkan dan membantu petani dalam meningkatkan
produksi usahatani sayuran harus ditunjang dengan mempersiapkan sumber daya
manusianya. Adanya Penyuluh Pertanian Lapangan merupakan salah satu upaya
untuk memudahkan dan meningkatkan produksi usahatani salah satunya yang
dilakukan melalui serangkaian kegiatan demplot.
.
Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu :
Gambar 1: Kerangka Pikir Keterampilan Petani Dalam Aplikasi Teknologi
Budidaya Bawang Merah
Petani Bawang Merah di Desa Mampu
Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang
Teknologi Budidaya Bawang Merah :1. Persiapan Benih2. Penyiapan Lahan3. Penanaman4. Pemeliharaan Tanaman dan Pemupukan5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Keterampilan Petani Bawang Merah
22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang. Waktu Penelitian yang dibutuhkan sekitar dua bulan yaitu
dari bulan Mei sampai dengan Juli 2015.
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah semua kelompok tani yang terdiri dari 5 kelompok yang
terlibat dalam aplikasi teknologi bawang merah yang dimana setiap kelompok tani
terdiri dari 25 orang maka total populasi pada penelitian ini sebanyak 125 orang.
Nama Kelompok tani tersebut di antaranya yaitu : 1. Tani Ra’cak, 2. Wai Sarran,
3. Tani Karya, 4. Tani Buntu Tondok, 5.Tani Bubun Tanjung
Adapun penentuan jumlah sampel penelitian menggunakan teknik
pengambilan sampel secara lansung (purposive sampling) dengan cara mengambil
subyek bukan didasarkan atas adanya tujuan tertentu dalam hal ini seluruh petani
yang terlibat dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah.
Jadi dalam penelitian ini sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang
digunakan, maka peneliti mengambil sampel dari setiap kelompok tani sebanyak 5
orang sehingga total responden dalam penelitian ini berjumlah 25 orang
responden sebagai sampel.. Yang mewakili diantaranya yaitu : Ketua, sekertaris
dan anggota.
23
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini teknik pengambilan data dilakukan dalam pengambilan data
primer. Adapun cara pengambilan data sebagai berikut:
a. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.
Adapun objek yang diteliti adalah petani bawang merah.
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara wawancara
responden, sehingga antara peneliti dengan responden dapat berkomunikasi
secara langsung. Adapun para respondennya adalah petani yang
mengusahakan tanaman bawang merah.
c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar
pertanyaan yang harus dijawab responden, disusun secara sistematis sehingga
dapat berfungsi sebagai interview schedule dalam penelitian.
3.4 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder yaitu :
a) Data primer diperoleh dengan mengadakan tanya jawab langsung dengan
petani bawang merah terhadap aplikasi teknologi budidaya bawang merah
dengan menyebar daftar pertanyaan atau kuisioner di wilayah penelitian.
b) Data sekunder diperoleh dari kantor kecamatan dan kantor desa serta instansi
terkait maupun aparat pemerintah yang mempunyai aktivitas dalam kegiatan
kelompok tani di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
24
3.5 Metode Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
deskriptif yaitu metode untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai
data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan. Setelah data-data dapat
dikumpulkan dan diolah secara sistematis, maka langkah berikutnya sebagai tahap
yang sangat penting adalah bagaimana data-data dianalisis sehingga dapat
mewujudkan suatu jawaban yang bertujuan dalam penelitian tersebut.
Analisis data untuk menjawab pertanyaan adalah analisis pengukuran
terhadap indikator pengamatan dengan menggunakan “Ratin scale” atau skala
nilai (Singaribium dan Efendy , 1999), dengan ketentuan:
Jawaban Terampil : 3
Jawaban Kurang Terampil : 2
Jawaban Tidak Terampil : 1
Dengan kategori pengukuran
Tinggi : 2,34 – 3,00
Sedang : 1,67 – 2,33
Rendah : 1,00 – 1,66
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Petani adalah orang yang bekerja atau melakukan kegiatan usaha bawang
merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
25
2. Kelompok tani adalah kumpulan petani di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang yang membentuk satu atau lebih kelompok yang
dibentuk karena adanya asas kepentingan bersama.
3. Keterampilan merupakan sebuah kemapuan dalam mengoperasikan pekerjaan
secara lebih mudah dan tepat.
Ciri-ciri terampil yang harus dipahami dalam budidaya bawang merah :
1. Meniru (tahu)
2. Melakuakan tanpa contoh
3. Melakukan dengan alamiah
4. Mahir
4. Aplikasi Teknologi adalah suatu penerapan atau penggunaan yang dapat
berupa benda atau konsep yang dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan
terapan. Teknologi yang digunakan berupa traktor dan penyemprotan mesin
5. Teknologi Budidaya Bawang Merah Yang Di Persiapkan Antara lain:
1. Persiapan Benih adalah suatu persiapan yang dilakukan petani seblum
melakukan penanaman bawang merah
2. Penyiapan Lahan adalah sebidang tanah yang dipersiapkan petani untuk
digarap seblum melakukan penanaman bawang merah
3. Penanaman adalah suatu proses dimana lahan dan beni suda dipersiapak
oleh petani seblum melakukan budidaya penanaman bawang merah
4. Pemeliharaan Tanaman adalah proses dimana petani melakukan
perawatan, pengairan, pemupukan,serta perlindungan tanaman dari
gangguan hama dan penyakit
26
5. Pengendalian Hama dan Penyakit adalah dimana petani berperan penting
untuk menghindari serangan penyakit yang menganggu pada tanaman
bawang merah
27
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Mampu merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan dengan luas wilayah
Desa Mampu adalah 10,64 km.
Secara Geografis Desa Mampu merupakan daerah yang berbukit-bukit
dan berada di dataran tinggi dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut.
Kondisi tanah di Desa ini cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman,
baik tanaman holtikultura maupun tanaman jangka panjang. Potensi pengairan di
Desa Mampu juga cukup tersedia sehingga daerah ini dianggap sangat cocok
sebagai wilayah pertanian dan perkebunan. Desa Mampu juga memiliki suhu
udara rata-rata harian 32 ºC, curah hujan 2.520 mm dengan jumlah bulan hujan 6
bulan.
4.2 Letak Wilayah
Secara administrasi, Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang, dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kalosi.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Bubun Lamba.
c. Sebelah timur berbatasan dengan Tampo.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Salu Dewata.
28
Desa Mampu terbagi atas 4 dusun yaitu antara lain :
1. Dusun Lo’ko Jarun
2. Dusun Mampu
3. Dusun Ra’cak
4. Dusun Sangeran
4.3 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan faktor penentu terbentuknya suatu negara atau
wilayah dan sekaligus sebagai modal utama suatu negara dikatakan berkembang
atau maju, bahkan suksesnya pembangunan disegala bidang dalam negara tidak
bisa terlepas dari peran penduduk, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik,
budaya dan pendidikan, sekaligus sebagai faktor utama dalam pembangunan fisik
maupun nonfisik. Oleh karena kehadiran dan peranannya sangat menentukan bagi
perkembangan suatu wilayah, baik dalam skala kecil maupun besar.
Jumlah penduduk di Desa Mampu yaitu berjumlah 1.560 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 793 jiwa dan perempuan sebanyak 767 jiwa yang
tersebar dalam 4 dusun dengan perincian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Desa Mampu Tahun 2015
NO RW Jumlah Jiwa Total (orang)
L P
1
2
3
4
Lo’ko Jarun
Mampu
Ra’cak
Sangeran
147
178
283
185
162
174
248
183
309
352
531
368
Jumlah 793 767 1.560
Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka 2015
29
Keadaan penduduk Desa Mampu terhitung mulai angka bayi sampai
umur berlanjut. Keadaan penduduk Desa Mampu masih sangat potensial untuk
mengembangkan satu titik usaha yang maksimal karena masih banyak didominasi
oleh umur yang masih produktif, sehingga pola pikir untuk mengembangkan
usaha di bidang pertanian terkhusus pada penciptaan ekonomi sampingan pada
tahapan-tahapan usaha-usaha sampingan. Pada tabel 2 menunjukkan bahwa umur
yang terbanyak ada pada 0-11 tahun yaitu 358 orang, sedangkan umur terendah
ada pada >80 tahun yaitu 12 orang. Keadaan penduduk Desa Mampu dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Mampu Tahun2015.
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang)
123456789
0 – 1112 - 2122 - 3132 - 4142 - 5152 - 6162 - 7172 - 80˃ 80
358321276205187102712812
Total 1.560
Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2015
4.3.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Slamet (2003) mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk
menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku manusia. Perubahan perilaku yang
ditimbulkan oleh proses pendidikan dapat dilihat melalui (1) perubahan dalam hal
pengetahuan, (2) perubahan dalam keterampilan atau kebiasaan dalam melakukan
30
sesuatu, dan (3) perubahan dalam sikap mental terhadap segala sesuatu yang
dirasakan. Keterampilan seseorang di dalam berusaha tani maupun ikut kegiatan di
lingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik
yang bersifat formal maupun informal. Oleh karena itu, data penduduk
berdasarkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting untuk diketahui. Data
penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Mampu dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa MampuTahun 2015
Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2015
4.3.2 Mata pencaharian penduduk
Mata pencaharian penduduk Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang sebagian besar adalah petani. Namun tidak semua penduduk
Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang bermata pencaharian
sebagai petani karena ada juga sebagian masyarakat yang mata pencahariannya
sebagai buruh tani, PNS, pengrajin industri, peternak, dan pengusahan kecil dan
menengah, untuk lebih jelasnya dilihat pada Tabel 4.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
123456
SDSLTPSLTAD3S1S2
317774612342
Jumlah 488
31
Tabel 4. Mata Pencaharian Penduduk di Desa Mampu Kecamatan AnggerajaKabupaten Enrekang 2015
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (orang)
1234567
PetaniBuruh TaniPNSPengrajin IndustriPeternakPengusaha kecil dan menengahPensiunan PNS/TNI/POLRI
2024830301419
Jumlah 334
Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2015
Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Mampu
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang mempunyai mata pencaharian dari
sektor pertanian sebanyak 202 orang. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
perekonomian didominasi oleh sektor pertanian.
4.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat di
butuhkan oleh masyarakat karena amat berhubungan dengan berbagai segi
kehidupan jasmani maupun rohani. Jenis sarana yang ada di Desa Mampu
Kecamatan Angeraja Kabupaten Enrekang antara lain sarana pendidikan, sarana
kesehatan, sarana tempat ibadah, sarana pemerintahan dan sarana transportasi,
dapat diketahui bahwa Petani bawang merah tidak mengalami kesulitan dalam
memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil pertanian, sarana transportasi
sudah cukup tersedia yang ketersediaannya dapat dilihat pada Tabel 5.
32
Tabel 5. Sarana dan Prasarana di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja KabupatenEnrekang
No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)
123456789
Kantor DesaTK (PAUD)TPASDPosyanduPustuMesjidRoda duaKoperasi
1142114
2231
Jumlah 240
Sumber : Kantor Desa Mampu dalam angka, 2015
Pada Tabel 5. Menunjukan bahwa sarana dan prasarana penduduk Desa
Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang mempunyai sarana dan
prasarana roda dua sebanyak 223 unit. Hal ini menunjukan bahwa sarana dan
prasarana didominasi oleh roda dua.
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Petani Responden
Identitas petani responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan
serta status dari petani tersebut. Identitas petani responden yang diuraikan dalam
pembahasan berikut dapat memberikan informasi dari berbagai aspek keadaan
petani yang diduga memiliki hubungan karasteristik petani dengan keterampilan
petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu
Kecamatan Anggerja Kabupaten Enrekang. Informasi – informasi mengenai
identitas petani responden sangat penting untuk diketahui. Berbagai aspek
karakteristik yang di maksud dapat dilihat dari segi umur, pendidikan, jumlah
tanggungan keluarga dan pengalaman menanam bawang merah.
5.1.1 Umur Petani Responden
Umur sangat berpengaruh terhadap kegiatan usahatani, terutama dalam
keterampilan fisik dan pola pikir. Umumnya petani yang berusia lebih muda
cenderung lebih berani mengambil resiko jika dibandingkan dengan petani yang
berusia tua. Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi
petani yang menanam bawang merah. Umur sangat mempengaruhi keterampilan
fisik dan cara berifikir sehingga mempengaruhi dalam pengambilan keputusan
dan daya serap informasi pengetahuan dari penyuluh.
Menurut Patong dan Soeharjo (1986) dalam Willybrodus H. panggal
(2010) umur memiliki pengaruh bagi kemanpuan fisik seseorang dalam mengelola
usahataninya, usia produktif seseorang berada pada kisaran 15 - 54 tahun petani
34
yang lebih muda relatif lebih mudah menerima dan melaksanakan petunjuk-
petunjuk oleh penyuluh pertanian dibanding dengan umur yang lebih tua hal
tersebut dimungkinkan karena biasanya umur-umur yang lebih muda lebih cepat
menerima atau mengadopsi sesuatu yang baru. Selain itu juga mempunyai
pengaruh terhadap keterampilan bekerja.
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa
umur responden, mulai dari 25 sampai 50 tahun kelompok tani bawang merah,
komposisi umur kelompok tani bawang merah disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Identitas Petani Responden berdasarkan Tingkat Umur di Desa MampuKecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
No Umur (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%)
12345
25 – 2930 - 3435 - 3940 - 4445 – 50
95632
36,0020,0024,0012,008,00
Jumlah 25 100,00
Sumber : data primer setelah diolah 2015
Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa jumlah kelompok tani bawang merah
responden yang terbanyak berada pada kelompok umur 25 – 29 tahun yaitu
berjumlah 9 orang atau 36%. Melihat hal tersebut sangat bagus karena umur yang
masih sangat produktif sangat mampu menyerap informasi dari penyuluh untuk
sampai pada satu titik produktifitas yang memadai atau cukup, sedangkan jumlah
paling sedikit berada pada umur 44 - 50 tahun berjumlah 2 orang atau 8%. Maka
dengan ini menunjukkan bahwa umur petani secara responden sangat ditentukan
pada kelompok umur 25 - 30 tahun. Sehingga umur merupakan satu titik tolak
ukur menyerap dan bertindak secara cepat dan produktif. Petani yang berumur
35
produktif pada umumnya mempunyai keterampilan fisik dan keterampilan bekerja
yang lebih besar sehingga lebih mudah dalam menerima inovasi baru. Dengan
demikian bahwa kelompok umur petani yang ada pada kelompok tani bawang
merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dalam usia
produktif.
5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden juga sangat mempengaruhi pola
pengolahan usahatani. Pendidikan dapat mempengaruhi keterampilan pola pikir
petani dalam pengembangan usahanya terutama dalam menyerap dan
mengaplikasikan teknologi baru dalam rangka pencapaian tingkat produksi yang
optimal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh
responden maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan responden terhadap
teknologi, maka tabulasi data tingkat pendidikan dapat dilihat Table 7 sebagai
berikut.
Tabel 7. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan diDesa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2015
No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
123
SDSMPSMA
1357
52,0020,0028,00
Jumlah 25 100,00
Sumber : Data Primer Setelah diolah 2015
Pada Tabel 7. terlihat bahwa tingkat pendidikan petani responden di
Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang masih sangat rendah.
Ini menunjukkan bahwa dilihat dari tingkat pendidikan petani responden yang
36
dominan adalah Sekolah Dasar sebanyak 13 orang (52%), Sekolah Menengah
Pertama sebanyak 5 orang (20%), dan Sekolah Menengah Atas sebanyak 7 orang
atau 28%.
5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Responden
Tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keputusan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin banyak
anggota keluarga yang ditanggung, maka semakin besar pula tuntutan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Disisi lain semakin banyak tanggungan keluarga,
akan membantu meringankan kegiatan usahatani yang dilakukan, karena sebagian
besar petani masih menggunakan tenaga keluarga.
Hasil analisa data menunjukkan petani responden memiliki jumlah
tanggungan keluarga terdistribusi ke dalam beberapa kelas dari jumlah
tanggungan keluarga. Adapun klasifikasi jumlah keluarga yang di tanggung oleh
responden di Desa Mampu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Jumlah TanggunganKelurga di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang 2015
No Jumlah TanggunganKeluarga (orang)
Jumlah (Orang) Persentase (%)
1234
0 – 12 - 34 - 56 – 7
41353
16,0052,0020,0012,00
Jumlah 25 100,00
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
37
Pada Tabel 8. menunjukkan bahwa petani responden memiliki
tanggungan lebih besar antara 2 – 3 orang sebanyak 13 orang responden atau
52%, sedang jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga lebih
sedikit dari 6 – 7 orang hanya 4 orang responden atau 12%.
5.1.4 Pengalaman Berusaha Tani Bawang Merah
Pengalaman berusahatani dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah
dijalani, dirasakan, ditanggung oleh petani dalam menjalankan kegiatan usahatani
dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai tujuan
usahatani, yaitu memperoleh pendapatan bagi kebutuhan hidup petani dan
keluarganya.
Keputusan petani yang diambil dalam menjalankan kegiatan usahatani
lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun
pengalaman petani lain. Pengalaman berusaha tani merupakan faktor yang cukup
menunjang seorang petani dalam meningkatkan produktivitas dan keterampilan
kerjanya dalam berusaha tani, di samping itu pengalaman berusaha tani juga
memberikan dampak terhadap tingkat aplikasi teknologi khususnya usahatani
budidaya bawang merah. Adapun klasifikasi jumlah pengalaman berusahatani
bawang merah oleh responden di Desa Mampu dapat dilihat pada Tabel 9.
38
Tabel 9. Jumlah Responden berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Berusahatanibawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang 2015
No Pengalaman Usahatani(tahun)
Jumlah (Orang) Persentase (%)
12345
5 – 10
11 – 16
17 – 22
23 – 28
29 – 34
8
10
4
1
2
32,00
40,00
16,00
4,00
8,00
Jumlah 25 100,00
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
Pada Tabel 9. menunjukkan bahwa pengalaman berusahatani bawang
merah dari 25 orang petani responden yaitu yang mengalami pengalaman bertani
paling banyak didomonasi oleh pengalaman antara 11 – 16 tahun sebanyak 10
orang responden atau sekitar (40%), selanjutnya pengalaman 5 – 10 tahun ada 8
orang responden (32%) antara 17 – 22 tahun sebanyak 4 orang responden (16%),
dan 29 – 34 tahun sebanyak 2 orang responden (8%) dan yang terakhir
pengalaman 23 – 28 sebanyak 1 orang responden (4%) dari keseluruhan jumlah
responden.
5.1.5 Luas Lahan Garapan
Luas lahan garapan merupakan faktor yang sangat menentukan selain
adanya faktor-faktor lain yang mendukung, dengan memiliki lahan yang luas serta
dimanfaatkan secara optimal, tentunya merupakan peluang besar untuk
memperoleh hasil yang lebih besar dengan sendirinya akan memperoleh hasil
yang lebih besar dengan sendirinya akan memperoleh pendapatan yang lebih
39
tinggi. Adapun klasifikasi jumlah luas lahan garapan berusahatani bawang merah
oleh responden di Desa Mampu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Responden berdasarkan Luas Lahan Bawang merah di DesaMampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang 2015
No Luas Lahan(Ha)
Jumlah (Orang) Persentase (%)
1234
0,5 – 0,80,9 – 1,21,3 – 1,61,7 – 2,0
71143
28,0044,0016,0012,00
Jumlah 25 100,00
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
Pada Tabel 10. menunjukkan bahwa luas lahan bawang merah garapan
responden bervariasi dari 0,5 – 2,0 ha, sebagian besar responden mempunyai
luasan 0,9 - 1,2 ha 11 orang (44%) sedangkan yang terendah luasan 1,7 – 2,0
hektar sebanyak 3 orang (12%).
Potensi lahan yang luas jauh lebih menguntungkan karena banyaknya
jumlah tanaman bawang merah sehingga berdampak pada ketinggian hasil
produksi. Namun luasnya lahan garapan yang dimiliki petani tidak selamanya
menjamin bahwa luas lahan tersebut lebih produkif dibandingkan lahan usahatani
yang sempit dalam menentukan hasil produksi.
5.2 Keterampilan Petani dalam Aplikasi Teknologi Budidaya Bawang
Merah
Keterampilan merupakan sebuah kemapuan dalam mengoperasikan
pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Keterampilan petani dalam usahatani
bawang merah menjadi suatu keharusan dalam meningkatkan produksi untuk
40
menjadi pemenuhan kebutuhan dalam rumah tangga sendiri ataupun dalam negeri
yang tinggi dan terus menerus meningkat, juga untuk mengisi peluang pasaran
dunia karena permintaan bawang merah secara global dan ragional juga besar dan
terus meningkat, untuk mencapai keberhasilan dalam mengelolah usahatani
bawang merah maka yang mesti diperhatikan ialah mulai dari pembenihan sampai
pada panen kemudian pembinaan pendampingan secara kontiniu, kompotensi
petani dalam mengelolah usahatani bawang merah terletak pada budidaya, dan
memperhatikan pemeliharaan secara serius, bawang merah yang ada di Desa
Mampu sangat penting mengembangkan keterampilannya dalam pengetahuan,
sikap/tingkah laku dan keterampilannya sehingga dapat mengembangkan manfaat
dari setiap kesempatan yang terbaik dan terbuka hasilnya, berusaha membuat
usahataninya seproduktif mungkin dengan mendapat keuntungan yang terus
bertambah, pengembangan bawang merah akan memberikan hasil yang cukup
tinggi secara ekonomi apabila petani mampu dalam mengambil sikap atau
tindakan dan lebih terampil untuk menerapkan teknologi.
Sebagian besar petani bawang merah di Desa Mampu Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang sudah sejak lama, namun keterampilan petani
dalam usahatani bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang memiliki keterampilan yang masih sedang dari unsur keterampilan,
pengetahuan kesadaran dan kemauan petani untuk mengelola usahatani bawang
merah sangat tinggi namun karena adanya keterbatasan dalam hal permodalan dan
pemanfaatan teknologi yang masih menjadi kendala petani hingga saat ini yang
41
menjadikan keterampilan dalam menerapkan teknik budidaya yang baik dan benar
kurang optimal.
5.2.1 Keterampilan Petani dari Segi Pengetahuan
Pengetahuan adalah aspek perilaku yang terutama berhubungan dengan
keterampilan mengingat materi yang telah dipelajari dan keterampilan
mengembangkan intelegensia. Menurut (Padmowihardjo, 1994), yang dimaksud
pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhyul
(superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations).
Pengetahuan mencakup ingatan tentang hal-hal yang pernah dipelajari
dan disimpan dalam ingatan, keterampilan untuk menerapkan suatu kaidah atau
metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang konkret dan baru,
keterampilan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, keterampilan
untuk membentuk suatu pola baru, keterampilan untuk membentuk suatu pendapat
bersama dengan pertanggungjawaban pendapat tersebut, yang didasarkan pada
kriteria tertentu.
Pengetahuan petani dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang
diketahui oleh petani berkenaan dengan keterampilan petani dalam aplikasi
teknologi budidaya bawang merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang. Di bawah ini menunjukkan rata-rata tingkat pengetahuan
petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang merah dalam tabel 11.
42
Tabel 11. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai TeknologiBudidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
No Indikator Skor Kategori
1.Persiapan
benih
Umur simpan benih 3-4 bulan 2,56 TinggiUmur panen saat calon umbibenih ditanam 75-80 hari
2,32 Tinggi
Sebelum ditanam umbi benih
dibersihkan terlebih dahulu
dari kulit-kulit dan bila
pertunas belum kelihatan
diujung umbi, maka sebaiknya
ujung umbi dipotong 1/3 agar
mempercepat munculnya
tunas
2,64 Tinggi
Jumlah 7,52Tinggi
Rata-rata 2,51
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterampilan petani dalam indikator
persiapan benih di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
memiliki nilai rata-rata 2,51 yang termasuk dalam kategori tinggi, ini
menggambarkan bahwa keterampilan petani dalam usahatani bawang merah dari
segi keterampilan persiapan benih cukup tinggi dalam mengelolah usahatani
bawang merah.Karna petani memperhatikan informasi yang disampaikan oleh
penyuluh tentang mengenai budidaya bawang merah
43
Tabel 12. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai TeknologiBudidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
No Indikator Skor Kategori
1.Pengolahan
Lahan
Lebar bedengan 180-200 cm 2,04 Sedang
Jarak antara bedengan 50-60
cm2,04 Sedang
Got keliling 60 cm dan
kedalaman 50 cm1,96 Sedang
Penaburan pupuk kandang
saat pembuatan bedengan2,08 Sedang
Penaburan pupuk kandang
saat pembuatan bedengan2,08 Sedang
Jumlah 10,2Sedang
Rata-rata 2,04
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterampilan petani dalam indikator
Pengelolahan Lahan Di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
memiliki nilai rata-rata 2,04 yang termasuk dalam kategori sedang , ini
menggambarkan bahwa keterampilan petani dalam usahatani bawang merah dari
segi keterampilan pengelolaan tanah kurang optimal dalam mengelolah usahatani
bawang merah. Kurang optimalnya pengolahan lahan tersebut disebabkan kondisi
lingkungan berupa daerah pegunungan dan berbatu, sehingga kondisi
pertumbuhan tanaman bawang merah kurang optimal.
44
Tabel 13.Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai TeknologiBudidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
No Indikator Skor Kategori
1. Penanaman
Jarak tanaman 20 cm x 15 cm 2,64 Tinggi
Jarak tanaman umbih besar
20x20 cm2,56 Tinggi
Penanaman dengan menanam
2/3 bagian umbi kedalam
tanah 1/3 bagiannya di atas
tanah
2,48 Tinggi
Benih sebelum ditanam
lebibaik dibersikan dan
diselesaikan terlebih dahuluh
agar pertumbuhan tanaman
lebi baik
2,72 Tinggi
Jumlah 10,4Tinggi
Rata-rata 2,60
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterampilan petani dalam indikator
Penanaman Di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
memiliki nilai rata-rata 2,06 yang termasuk dalam kategori tinggi ini
menggambarkan bahwa keterampilan petani dalam usahatani bawang merah dari
segi keterampilan Penanaman cukup optimal dalam mengelolah usahatani bawang
merah.Karna petani memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh penyuluh
pertanian
45
Tabel 14. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai TeknologiBudidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
No Indikator Skor Kategori
1. Pemeliharaan
dan pemupukan
Tanaman
Cara mengairi dengan
penyiraman selama -+30
menit atau disiram dengan alat
bantu kincir air
2,6 Tinggi
Pemberian pupuk dilakukan
secara larikan dan dibenamkan
kedalam tanah atau ditutupi
dengan tanah setebal lebih
kurang 10 cm
2,64 Tinggi
Penyaluman dilakukan secepat
nya bagi tanaman yang
mati/sakit dengan menganti
tanaman yang sakit dengan
bibit yang baru
2,48 Tinggi
Perlindungan tanaman terhadap
gangguan hama dan penyakit
dilakukan secara terpadu yaitu:
menggunakan benih atau bibit
yang sehat,mengelolah tanah
yang baik dengan memperbaiki
drainase tanah, mengatur
pergiliran tanaman dan waktu
tanaman secara serentak,
memasang perangkap hama
dan mengamati tanaman secara
kontinu, serta mengaplikasikan
pestisida secara selektif
2,56 Tinggi
Jumlah10,28
Tinggi
Rata-rata2,57
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
46
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterampilan petani dalam indikator
Pemeliharaan Tanaman Di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang memiliki nilai rata-rata 2,57 yang termasuk dalam kategori tinggi ini
menggambarkan bahwa keterampilan petani dalam usahatani bawang merah dari
segi keterampilan Pemeliharaan Tanaman cukup tinggi dalam mengelolah
usahatani bawang merah.Karna petani mengaplikasikan informasi yang
disampaikan oleh penyuluh pertanian.
Tabel 15. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai TeknologiBudidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
No Indikator Skor Kategori
1. Pengend
alian
Hama
dan
Penyakit
Pengendalian hama dan ulat bawang
merah dapat dilakukan dengan dengan
mengumpulkan telur dan ulat lalu
dimusnakan
2,6 Sedang
Pengendalian ulat tanah dapat
dilakukan secara terpadu, yaitu dengan
cara melakukan pergiliran
tanaman,mengatur tanaman secara
serentak, pengelolahan tanaman yang
baik, dan mengumpulkan dan
mematikan ulat
2,64 Sedang
Penyakit layu Fusarium, tanaman yang
terserang dicabut lalu dibuang atau
dibakar ditempat yang jauh Prepentiv
kendalikan dengan dengan GLIO 2,04 Sedang
Penyakit trotol, gunakan fungsida efekti
antara lain Antracil 70WP, Docanil 70
WP1,96 Sedang
Jumlah 9,24Sedang
Rata-rata 2,31
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
47
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterampilan petani dalam
indikator Pengendalian Hama dan Penyakit Di Desa Mampu Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang memiliki nilai rata-rata 2,31 yang termasuk
dalam kategori kurang ini menggambarkan bahwa keterampilan petani dalam
usahatani bawang merah dari segi keterampilan Pengendalian Hama dan Penyakit
Kurang optimal dalam mengelolah usahatani bawang merah.Karna petani tidak
memperhatikan pengaplikasian yang disampaikan penyuluh sehingga petani tidak
terlalu mengenal hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman bawang
merah.
Tabel 15. Rekapituasi Rata-rata Keterampilan Responden Mengenai TeknologiBudidaya Bawang Merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
No Keterampilan Petani Skor Rata-rata Kategori
1
2
3
4
5
Persiapan Benih
Pengolahan Lahan
Penanaman
Pemeliharaan Tanaman dan Pemupukan
Pengendalian Hama dan Penyakit
2,51
2,04
2,60
2,57
2,31
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Jumlah 12,03TinggiRata-rata 2,41
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2015
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keterampilan petani dilihat dari segi
keterampilan di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
memiliki nilai rata-rata 2,41 yang termasuk dalam kategori tinggi, ini
menggambarkan bahwa keterampilan petani dalam usahatani bawang merah dari
segi keterampilan sangat optimal dalam mengelolah usahatani bawang merah.
48
Keterampilan petani dalam melakukan persiapan untuk memulai
usahataninya dimulai dari persiapan benih cukup baik tetapi masih ada beberapa
petani yang masih kurang terampil dalam hal penyimpanan. Petani tersebut
biasanya menyimpan benih selama 1-2 bulan dimana belum termasuk dalam umur
simpan benih yang cukup karena pada pertumbuhan berikutnya akan lebih rendah
hasilnya daripada benih yang telah siap tanam (telah cukup umur simpannya),
untuk pengolahan lahan sendiri para petani kurang terampil dalam mengolah
lahannya hal ini disebabkan karena petani kurang memperhatikan pembentukan
bedengan, dimana adanya bedengan berfungsi agar tanaman bawang merah tidak
selalu tergenang air, dan air yang disiramkan segera habis terserap.
Kemudian dalam penanaman bawang merah petani tidak terlalu
memperhatikan jarak tanam bawang merah tersebut karena di desa Mampu ini
kebanyakan petani menanam umbi benih yang berukuran besar namun petani
tidak memperhatikan jarak tanam untuk umbi benih yang besar dimana jarak
tanam yang dianjurkan yaitu 20 x 15 cm, tetapi petani banyak melakukan
penanaman dengan jarak 20 x 20 cm, ini hanya di anjurkan untuk jarak tanam
umbi yang berukuran besar.
Dan untuk pemeliharaannya, petani cukup terampil dalam memelihara
tanaman bawang merahnya hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata yang didapat
petani untuk cara pemeliharaannya cukup tinggi, ini membuktikan bahwa petani
terampil dalam melakukan pemeliharaan tanaman bawang merahnya. Walaupun
dalam penelitian ini saya mendapatkan beberapa petani yang kurang terampil
dalam melakukan perlindungan (proteksi) tanaman terhadap gangguan hama dan
49
penyakit yang tidak melakukan perpaduan dengan tidak mengolah tanah yang
baik dan memperbaiki drainase tanah, mengatur pergiliran tanaman dan waktu
tanam secara serempak. Hal tersebut dapat melindungi serangan hama dan
penyakit pada tanaman bawang merah.
Selanjutnya pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang
merah oleh petani kurang terampil karena dalam pengendalian hama dan penyakit
para petani perlu mengenali dengan baik hama dan penyakit apa yang sedang
menyerang tanaman bawang merah tersebut, Untuk mengetahui dengan baik jenis
hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah tersebut petani dapat
melakukan berbagai pengendalian seperti dengan mengumpulkan telur-telur hama
dan mencabut tanaman yang telah terserang penyakit kemudian
memusnahkannya, serta dapat memilih pestisida yang cocok untuk hama dan
penyakit yang menyerang tanaman bawang merah.
Dan untuk panen bawang merah itu sendiri, petani sudah cukup terampil
dalam melakukan panen dimana petani melakukan pemanenan pada saat tanah
kering dan cuaca cerah, ini dapat menghindari adanya serangan penyakit busuk
umbi pada saat umbi disimpan, selain itu juga petani sudah terampil dalam
menghindari adanya umbi yang tertinggal di dalam tanah dengan melakukan
penyiraman 1-2 hari sebelum dipanen.
50
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarakan hasil penelitian di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang mengenai keterampilan petani dalam aplikasi teknologi
budidaya bawang merah, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan petani
dalam aplikasi teknologi bawang merah dari segi pengetahuan keseluruhan
responden memperoleh nilai rata-rata 2,41 yang termasuk dalam kategori tinggi,
dari segi keterampilan memperoleh nilai rata-rata 2,41 kategori tinggi
6.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Penulis memberikan
sedikit saran yang dimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat kepada pihak-
pihak yang membutuhkan. Adapaun saran-saran tersebut yaitu :
1. Usahatani tanaman bawang merah merupakan salah satu komiditi sayuran
yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi untuk itu diharapkan para
petani bawang merah lebih meningkatkan, memperbaiki, dan
mengembangkan usahataninya agar para petani dapat lebih meningkatkan
pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi bagi
perkembangan ekonomi wilayahnya.
2. Diharapkan para petani lebih meningkatkan keterampilan dalam
mengelola usahatani bawang merah ini baik dari segi pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap dengan cara menggali dan mencari terus
menerus informasi tentang bagaimana cara budidaya tanaman bawang
51
merah yang baik dan benar agar para petani dapat lebih meningkatkan
produksinya dan diperoleh juga hasil tanaman bawang merah yang
bermutu baik.
3. Untuk para penyuluh agar lebih dan instansi-instansi yang terkait agar
selalu memberikan informasi, bimbingan dan inovasi baru kepada para
petani agar pengetahuan dan keterampilan masyarakat petani lebih
meningkat, sehingga dalam menjalankan usahataninya para petani tidak
mendapat kendala yang dapat menghambat usahataninya.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. enrekangkab.go.id/index.php/potensi/pertanian.
Anonim, 2015. Budidaya Bawang Merah, Pusat Pengembangan dan PenelitianHoltikutura Departemen Pertanian, Jakarta.
Anonim, 2015. Kementerian Pertanian Badan, Pengembangan SDM Pertanian,Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.
Departemen Pertanian. Statistik Produksi Hortikultura 2008-2012, Jakarta.
Duriat, AS., Soetiarso. L, Prabaningrum, R. Sutarya. 1994. PenerapanPengendalian Hama-penyakit Terpadu pada Budidaya Bawang Merah.Badan Litbang Petanian Puslitbang Hort, Balithort Lembang.
Hernanto, F. 2003. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya, Jakarta.
Jaya, 1999. Pengantar Agribisnis dan Aplikasinya. Unpad Press, Bandung.
Kartosapoetro, A.G, 2001. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bina Aksara,Jakarta.
Mardikianto, 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian. PusatPengembangan Agrobisnis dan Perhutanan Sosial, Surakarta.
Putrasamedja, S. dan Suwandi. 1996. Monograf no. 5; Varietas Bawang MerahIndonesia. Balitsa, Bandung.
Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Universitas Terbuka,Jakarta.
Rahayu, E., Berlian, N., 2004. Mengenal Varietas Ungul dan Cara BudidayaKontinyu Bawang Merah, Penebar Swadaya, Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Bawang merah Budidaya dan Pengolahan Pasca Panen.Kanisius, Jakarta.
Syafiuddin. 2010. Keterampilan Petani. Depdiknas. http://www.geogle.comKeterampilan-petani (diakses 4 Februari 2014).
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1999. Metode Penelitian Survei. Jakarta,PT Pustaka LP3ES.
53
Soeharjo dan Patong. 1913. Pengalaman Berusahatani. http://www.geogle.comPengalaman-Berusahatani (diakses 4 Februari 2014).
Soekanto, S. 1996. Kamus Sosiologi. CV Rajawali, Jakarta.
Soekarwati. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sunaryono, H dan P Soedomo. 1983. Budidaya Bawang Merah. CV Sinar Baru,Bandung.
Wibowo, S. 1999. Budidaya Bawang Putih, Bawang Merah dan Bawang Bombay.Penebar Swadaya, Jakata.
LAMPIRAN 2. KETERAMPILAN RESPONDEN MENGENAI TEKNOLOGI BUDIDAYABAWANG MERAH
NONAMA
RESPONDEN
TEKNOLOGIPERSIAPAN BENIH
A B CT KT TT T KT TT T KT TT
1 NASIR 2 2 32 JAFAR 3 1 33 SARIF 1 3 3 14 MAHMUD 3 3 35 HAKIM 2 36 JUMAIL 3 3 37 DAHLAN 1 2 38 GANING 3 1 39 AMMANG 2 3 310 HASAN 3 1 211 JUALI 3 3 312 SALAMA 3 1 313 HAIRUL 2 3 314 TAJUDDIN 3 3 215 LAHUDDIN 1 3 316 SUKARDI 3 2 317 SIRIMIN 2 3 318 ASSA 3 3 319 MUTTAR 3 3 120 BADDU 3 3 221 SAHAR 3 3 1 322 FAISAL 3 3 323 SAFRI 3 3 124 JAHARA 3 3 225 KAMAL 3 1 2
JUMLAH 51 10 3 45 6 7 135 10 2RATA-RATA 2,56 2,32 2,64
KRITERIA TINGGI TINGGI TINGGI
Keterangan:
Terampil (T) : 2,34 - 3,00
Kurang Terampil (KT) : 1,67 - 2,33
Tiadak Terampil (TT) : 1,00 - 1,66
LAMPIRAN 3. KETERAMPILAN RESPONDEN MENGENAI TEKNOLOGI BUDIDAYABAWANG MERAH
NO NAMARESPONDEN
TEKNOLOGIPENGELOLAAN LAHAN
A B C D ET KT TT T KT TT T KT TT T KT TT T KT T
T1 NASIR 3 2 3 1 32 JAFAR 2 3 2 3 23 SARIF 3 2 2 2 34 MAHMUD 2 2 3 3 25 HAKIM 3 2 2 2 26 JUMAIL 2 2 2 2 2
7 DAHLAN 2 2 3 1 2 2
8 GANING 2 2 2 3 2
9 AMMANG 1 3 2 2 3
10 HASAN 2 2 2 1 2
11 JUALI 3 2 1 2 2
12 SALAMA 1 2 3 2 3
13 HAIRUL 2 2 1 2 2
14 TAJUDDIN 1 2 2 3 2
15 LAHUDDIN 2 2 2 1 1
16 SUKARDI 2 2 1 2 2
17 SIRIMIN 3 2 2 2 2
18 ASSA 2 2 2 3 3
19 MUTTAR 2 2 2 2
20 BADDU 2 3 1 2 2 1
21 SAHAR 1 2 2 1 2
22 FAISAL 2 2 2 2 2
23 SAFRI 2 2 2 3 2
24 JAHARA 2 2 2 2 2
25 KAMAL 2 2 2 2 2
JUMLAH 15 32 4 9 40 2 9 36 4 18 30 4 15 34 3
RATA-RATA 2,04 2,04 1,96 2,08 2,08KRITERIA SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG
Keterangan:Terampil (T) : 2,34 - 3,00Kurang Terampil (KT) : 1,67 - 2,33Tiadak Terampil (TT) : 1,00 - 1,66
LAMPIRAN 4. KETERAMPILAN RESPONDEN MENGENAI TEKNOLOGI BUDIDAYABAWANG MERAH
NO NAMARESPONDEN
TEKNOLOGIPENANAMAN
A B C DT KT TT T KT TT T KT TT T KT TT
1 NASIR 1 3 3 22 JAFAR 3 2 1 33 SARIF 3 3 3 14 MAHMUD 3 2 1 35 HAKIM 3 3 3 36 JUMAIL 3 2 3 37 DAHLAN 2 3 1 38 GANING 3 3 3 39 AMMANG 2 1 1 310 HASAN 3 3 3 311 JUALI 3 1 3 112 SALAMA 1 3 2 313 HAIRUL 3 2 3 314 TAJUDDIN 3 3 3 315 LAHUDDIN 3 3 2 316 SUKARDI 3 3 3 317 SIRIMIN 3 2 2 318 ASSA 3 3 3 219 MUTTAR 3 1 2 320 BADDU 3 3 3 321 SAHAR 2 3 2 322 FAISAL 1 3 3 323 SAFRI 3 3 3 2
24 JAHARA 3 3 3 325 KAMAL 3 3 3 3
JUMLAH 57 6 3 51 10 3 48 10 4 60 6 2RATA-RATA 2,64 2,56 2,48 2,72
KRITERIA TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI
Keterangan:
Terampil (T) : 2,34 - 3,00
Kurang Terampil (KT) : 1,67 - 2,33
Tiadak Terampil (TT) : 1,00 - 1,66
LAMPIRAN 5. KETERAMPILAN RESPONDEN MENGENAI TEKNOLOGI BUDIDAYABAWANG MERAH
NO NAMARESPONDEN
TEKNOLOGIPEMELIHARAAN TANAMAN DAN PEMUPUKANA B C D
T KT TT T KT TT T KT TT T KT TT1 NASIR 2 3 3 32 JAFAR 1 3 2 33 SARIF 3 3 2 34 MAHMUD 3 3 3 25 HAKIM 3 3 2 36 JUMAIL 1 1 3 17 DAHLAN 3 3 1 18 GANING 2 3 3 39 AMMANG 3 3 1 310 HASAN 3 2 3 211 JUALI 3 3 3 312 SALAMA 2 2 3 313 HAIRUL 3 3 3 314 TAJUDDIN 3 3 3 315 LAHUDDIN 3 3 2 216 SUKARDI 3 3 3 317 SIRIMIN 3 3 1 218 ASSA 3 2 3 319 MUTTAR 1 2 2 320 BADDU 2 3 2 221 SAHAR 3 2 3 322 FAISAL 3 3 2 123 SAFRI 3 3 3 324 JAHARA 1 3 325 KAMAL 3 3 3
JUMLAH 54 8 3 54 10 2 45 14 3 51 10 3RATA-RATA 2,6 2,64 2,48 2,56
KRITERIA TINGGI TINGGI TINGGI TINGGI
Keterangan:
Terampil (T) : 2,34 - 3,00
Kurang Terampil (KT) : 1,67 - 2,33
Tiadak Terampil (TT) : 1,00 - 1,66
LAMPIRAN 6. KETERAMPILAN RESPONDEN MENGENAI TEKNOLOGI BUDIDAYABAWANG MERAH
NO NAMARESPONDEN
TEKNOLOGIPENGENDALAIAN HAMA DAN PENYAKIT
A B C DT KT TT T KT TT T KT TT T KT TT
1 NASIR 3 3 3 32 JAFAR 1 2 1 23 SARIF 3 2 2 24 MAHMUD 1 2 2 25 HAKIM 2 3 2 26 JUMAIL 2 2 3 27 DAHLAN 2 2 2 38 GANING 2 2 2 29 AMMANG 2 2 2 210 HASAN 2 2 2 211 JUALI 2 2 2 112 SALAMA 2 2 2 213 HAIRUL 2 3 2 214 TAJUDDIN 1 2 2 115 LAHUDDIN 2 2 2 216 SUKARDI 1 3 2 117 SIRIMIN 2 2 1 218 ASSA 1 2 2 319 MUTTAR 3 2 2 220 BADDU 2 3 2 221 SAHAR 1 2 2 222 FAISAL 2 2 2 223 SAFRI 2 1 2 224 JAHARA 2 1 2 1
25 KAMAL 2 1 2 2JUMLAH 9 32 7 15 34 3 9 40 2 9 36 4
RATA-RATA 1,92 2,08 2,04 1,96KRITERIA SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG
Keterangan:
Terampil (T) : 2,34 - 3,00
Kurang Terampil (KT) : 1,67 - 2,33
Tiadak Terampil (TT) : 1,00 - 1,66
I. Identifikasi Responden
a) Nama Responden :......................................................b) Umur :......................................................c) Pendidikan Akhir :......................................................d) Pengalaman Usaha Tani :......................................................e) Jumlah Tanggungan :......................................................f) Luas Lahan :......................................................
II. Keterampilan Responden Mengenai Teknologi Budidaya BawangMerah
No Teknologi BudidayaBawang Merah
Aspek yang Diuji T KT TT
1 Persiapan Benih Umur simpan benih 3-4 bulan. Umur panen saat calon umbi benih
ditanam 75-80 hari. Sebelum ditanam, umbi benih
dibersihkan terlebi dahulu dari kulit-kulit yang kering dan bila pertunasanbelum kelihatan diujung umbi, makasebaiknya ujung umbi dipotong 1/3agar mempercepat munculnya tunas.
2 Pengolahan Lahan Lebar bedengan 180-200 cm. Jarak antar bedengan 50-60 cm. Got keliling 60 cm dan kedalaman 50
cm. Penaburan pupuk kandang saat
pembuatan bedengan. Setelah tanah dipupuk maka tanah
diairi agar pupuk dapat meresap kedalam tanah.
3 Penanaman Jarak tanam 20 cm x 15 cm. Jarak tanam umbi benih besar 20 cm x
20 cm. Penanaman dengan menanam 2/3
bagian umbi kedalam tanah, 1/3bagiannya di atas tanah.
Benih sebelum ditanam lebih baikdibersihkan dan diseleksi terlebih duluagar pertumbuhan tanaman menjadibaik.
4 PemeliharaanTanaman
Cara mengairi dengan melakukanpenyiraman selama -+30 menit denganalat bantu ( kincir air) Pemberian pupuk dilakukan secara
larikan dan dibenamkan ke dalamtanah atau ditutup dengan tanahsetebal lebih kurang 10 cm.
Penyulaman dilakukan secepatnyabagi tanaman yang mati/sakit denganmengganti tanaman yang sakit denganbibit yang baru.
Perlindungan tanaman terhadapgangguan hama dan penyakitdilakukan secara terpadu, yaitumeliputi perpaduan : Menggunakanbenih atau bibit yang sehat, Mengolahtanah yang baik dan memperbaikidrainase tanah, Mengatur pergilirantanaman dan waktu tanam secaraserempak, Memasang perangkaphama dan mengamati tanamansecara kontinu, serta Mengaplikasikanpestisida secara selektif.
5 Pengendalian Hamadan Penyakit
Pengendalian hama ulat bawang dapatdilakukan dengan mengumpulkan telurdan ulat lalu dimusnahkan.
Pengendalian ulat tanah dapatdilakukan secara terpadu, yaitu dengancara melakukan pergiliran tanaman,mengatur tanam secara serantak,pengolahan tanah yang baik, danmengumpulkan dan mematikan ulat.
Penyakit layu Fusarium, tanamanyang terserang dicabut lalu dibuangatau dibakar di tempat yang jauhPreventif kendalikan dengan GLIO.
Penyakit trotol, gunakan fungisidaefektif antara lain Antracol 70 WP,Daconil 70WP
Keterangan :
Terampil (T) : 3 Kurang Terampil (KT) : 2 Tidak Terampil (TT) : 1
(...................................)
Lampiran 1. Identitas Responden Kelompok Tani Bawang Merah di DesaMampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
No Nama Umur(thn)
PendidikanTanggungan
Keluarga(jml)
PengalamanUsahatani
LuasLahanGarapan
1 NASIR 44 SD 5 20 1,5
2 JAFAR 43 SD 6 20 1,3
3 SARIF 25 SMA 0 5 0,75
4 MAHMUD 39 SMP 3 18 1,05 HAKIM 27 SMA 2 9 0,75
6 JUMAIL 34 SD 2 13 1,07 DAHLAN 25 SMP 1 6 0,75
8 GANING 33 SD 3 12 1,09 AMMANG 38 SMP 3 17 1,4
10 HASAN 37 SMP 5 10 1,0
11 JUALI 36 SD 3 16 1,212 SALAMA’ 50 SD 7 34 1,813 HAIRUL 32 SD 2 12 1,014 TAJUDDIN 29 SMA 5 11 1,115 LAHUDDIN 47 SD 4 30 1,516 SUKARDI 38 SMA 3 13 1,817 SIRIMIN 26 SD 1 8 0,518 ASSA’ 28 SMA 3 9 1,219 MUTTAR 29 SD 1 11 1,220 BADDU 37 SMP 2 15 1,021 SAHAR 34 SMA 7 14 1,022 FAISAL 28 SMA 3 7 0,7523 SAPRI 30 SD 3 14 0,524 JAHARA 44 SD 5 23 2,025 KAMAL 27 SD 3 10 0,75
Jumlah 889 87 368 26,05Rata-rata 35,56 3,48 14,72 1,042
Lampiran 2. Keterampilan Responden Mengenai Teknologi Budidaya BawangMerah
NoNamaResponden
Keterampilan Responden Total Rata-rata
I II III IV V
1 NASIR 2 2 3 2 1 12 2
2 JAFAR 2 2 3 3 2 14 2,33
3 SARIF 3 2 3 3 2 16 2,67
4 MAHMUD 2 2 2 3 2 13 2,17
5 HAKIM 3 2 2 2 3 15 2,5
6 JUMAIL 2 1 2 3 2 12 2
7 DAHLAN 3 2 2 2 2 13 2,17
8 GANING 2 1 3 2 1 11 1,83
9 AMMANG 3 3 2 2 2 15 2,5
10 HASAN 2 2 3 2 1 12 2
11 JUALI 2 2 3 2 2 14 2,33
12 SALAMA’ 3 2 2 3 2 14 2,33
13 HAIRUL 3 2 2 2 2 13 2,17
14 TAJUDDIN 3 3 3 3 3 18 3
15 LAHUDDIN 2 1 3 3 2 14 2,33
16 SUKARDI 3 2 3 2 3 16 2,67
17 SIRIMIN 2 1 2 2 2 12 2
18 ASSA’ 3 2 3 3 3 17 2,83
19 MUTTAR 3 2 3 2 2 15 2,5
20 BADDU 2 1 2 2 1 10 1,67
21 SAHAR 3 2 3 3 3 17 2,83
22 FAISAL 2 2 3 3 2 14 2,33
23 SAPRI 2 1 3 2 1 12 2
24 JAHARA 2 2 3 2 2 13 2,17
25 KAMAL 2 1 3 2 1 11 1,83
Jumlah 61 45 66 60 49 343 57,17
Rata-rata 2,44 1,8 2,64 2,4 1,96 13,72 2,29
Kriteria T S T T S S
Keterangan :
Rendah (R) : 1,00 - 1,66
Sedang (S) : 1,67 - 2,33
Tinggi (T) : 2,34 - 3,00
Gambar 1. Lahan yang siap di Tanami
Gambar 2 : Penanaman Bawang Merah
Gambar 3 . Bawang merah saat umur 10 hari
Gambar 4. Pemupukan Bawang merah saat umur 15 hari
Gambar 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Budidaya Tanaman
Bawang Merah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
KAHARUDDIN, dilahirkan di Mampu tanggal
10juli 1991, anak dari pasangan MAMMI dan MINTANG,
dan merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Jenjang
pendidikan formal yang pernah dilalui adalah sebagai
berikut :
a. Masuk di SDN 57 sangeran tahun 1999 dan lulus pada tahun 2005
b. Masuk di mts madrasatsanawia kalosi tahun 2005 dan lulus pada tahun
2008
c. Masuk di SMK N 1 ENREKANG’ tahun 2008 dan lulus pada tahun 2011
d. Pada tahun 2011 masuk pergururn tinggi Universitas Muhammadiyah
Makassar Fakultas Pertanian Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian.
Tugas akhir dalam Pendidikan Tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi
yang berjudul Keterampilan petani dalam aplikasi teknologi budidaya bawang
merah di Desa Mampu Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
top related