keberhasilan perawatan ortodontik …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/skripsi6.pdf ·...
Post on 09-Jul-2018
307 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN
BERDASARKAN MOTIVASI PASIEN
DI KLINIK ORTODONSIA
RAHMA TIKA DEWI
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.008
F A K U L T A S K E D O K T E R A N G I G I
U N I V E R S I T A S M A H A S A R A S W A T I
D E N P A S A R
2 0 1 4
ii
KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN
BERDASARKAN MOTIVASI PASIEN DI KLINIK ORTODONSIA
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Nama : Rahma Tika Dewi
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.008
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
PEMBIMBING I
drg. Surwandi Walianto, M.Kes., Sert.Ort., FISID
NPK : 826 792 186
PEMBIMBING II
drg. Norman Hidajah, M.Biomed
NPK : 827 205 223
iii
Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul : KEBERHASILAN PERAWATAN
ORTODONTIK LEPASAN BERDASARKAN MOTIVASI PASIEN DI
KLINIK ORTODONSIA, yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon
sarjana yang bersangkutan pada tanggal 27 Maret 2014.
Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, Maret 2014
Tim Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
drg. Surwandi Walianto, M.Kes., Sert.Ort., FISID
NPK : 826 792 186
Anggota : Tanda Tangan
1. drg. Norman Hidajah, M.Biomed
NPK : 827 205 223
1………………………..
2. drg. Yudha Rahina, M.Kes., Sert.KGI
NPK : 826 693 189
2………………………..
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
drg. Putu Ayu Mahendri Kusumawati, M.Kes., FISID
NIP. 19590512 198903 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang
berlimpah kepada penulis sehingga bisa merampungkan kewajiban akademik ini
dengan segenap perjuangan dan berbagai pengalaman luar biasa yang penulis
dapatkan sehingga skripsi dengan judul: KEBERHASILAN PERAWATAN
ORTODONTIK LEPASAN BERDASARKAN MOTIVASI PASIEN DI KLINIK
ORTODONSIA, akhirnya dapat diselesaikan.
Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas
Mahasaraswati Denpasar, Bali. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan sebuah karya ilmiah dalam
bentuk dan materi sebaik-baiknya, namun penulis menyadari akan keterbatasan
sebagai seorang manusia yang baru belajar sehingga tidak lepas dari kesalahan
dan kekurangan.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis juga menghanturkan terima kasih yang
sebesar-sebesarnya kepada :
1. Seluruh responden atas ketersediaannya meluangkan waktu untuk
melakukan wawancara bersama penulis.
2. drg. Wiwekowati, M.Kes selaku Kepala Bagian Laboratorium Ortodonsia
yang telah memberikan ijin untuk penulis melakukan penelitian di klinik
Ortodonsia serta arahan dan petunjuknya dalam penulisan skripsi ini.
3. drg. Surwandi Walianto, M.Kes., Sert.Ort., FISID selaku pembimbing
pertama dan motivator yang telah membagikan waktu dan pemikirannya
v
untuk memberikan bimbingan dan petunjuk yang sangat bermanfaat dalam
penulisan skripsi ini.
4. drg. Norman Hidajah, M.Biomed selaku pembimbing kedua dan motivator
yang telah membagikan ilmu dan pengetahuan serta dukungan mental
yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
5. drg. Yudha Rahina, M.Kes., Sert.KGI selaku dosen penguji juga inspirator
yang turut memberikan bimbingan, petunjuk, masukan juga dukungan
hingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.
6. Kepada seluruh dosen pengajar yang telah mendidik dan mengasuh juga
yang telah mengantarkan penulis kepada tahap terakhir yaitu penulisan ini.
7. Teristimewa untuk keluarga besar, terutama ibu dan bapak tersayang yang
tiada hentinya memberikan dukungan luar biasanya untuk segala hal, luar
dan dalam.
8. Sahabatku dan saudaraku yang terlibat terimakasih untuk segalanya,
bantuannya, kekuatan, kebersamaan, doa, teguran dan kebahagiaan dalam
masa perjuangan ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan baik moral maupun spiritual selama proses penyelesaian
skripsi ini.
Semoga segala amal kebaikan dan kerelaannya serta keikhlasan membantu
dalam proses pembelajaran dan penulisan skripsi ini akan mendapatkan balasan
baik yang manis dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Segala
kritik dan saran dari pembaca dan masyarakat yang sifatnya membangun, diterima
vi
dengan senang hati, demi kesempurnaan dan kemajuan bersama. Penulis berharap
semoga skripsi ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
kedokteran gigi.
Denpasar, Februari 2014
Penulis
vii
KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN
BERDASARKAN MOTIVASI PASIEN DI KLINIK ORTODONSIA
Abstrak
Pasien yang dirawat di klinik Ortodonsia oleh mahasiswa koas kedokteran
gigi umumnya memiliki perbedaan motivasi atau kebutuhan untuk melakukan
perawatan. Motivasi pasien yang melakukan perawatan tersebut akan
berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan perawatan ortodontik
lepasan. Perilaku yang baik dan kooperatif dari pasien merupakan salah satu hal
yang akan mempengaruhi keberhasilan dari suatu perawatan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui motivasi serta perilaku pasien dalam melakukan
perawatan ortodontik lepasan serta keberhasilan perawatannya. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara yang diberikan dalam bentuk kuesioner terbuka
kepada 30 orang yang merupakan pasien yang terdaftar di klinik Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati yang sudah menggunakan
alat ortodontik lepasan lebih dari 5 bulan dan kemudian dilakukan analisis
dokumen pasien untuk mengetahui keberhasilannya. Keberhasilan perawatan akan
dinilai berdasarkan kemajuan perawatan yang terjadi selama 5 bulan atau lebih
yang dibagi menjadi berhasil dan tidak berhasil. Pasien di klinik Ortodonsia
memiliki berbagai latar belakang, dikategorikan menjadi orang yang menjadi
pasien karena keinginan sendiri, ditawarkan oleh mahasiswa koas, dan menjadi
pasien karena jasa pencarian pasien. Hasil yang diperoleh adalah di klinik
Ortodonsia kebanyakan pasien yang melakukan perawatan merupakan pasien
yang ditawarkan oleh mahasiswa koas untuk menjadi pasiennya yang umumnya
pasien tidak memiliki motivasi kuat dari dalam dirinya untuk melakukan
perawatan. Berdasarkan prosentase, pasien dari jasa pencarian pasien memiliki
keberhasilan perawatan mencapai 100% dibandingkan dengan kategori pasien
keinginan sendiri dan ditawarkan menjadi pasien oleh mahasiswa koas.
Kata Kunci: Motivasi, Perilaku, dan Keberhasilan Perawatan
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN DEKAN ....... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku ...................................................................................... 5
1. Domain Perilaku ................................................................. 6
2. Teori Perubahan Perilaku .................................................... 9
3. Proses Perubahan Perilaku ................................................... 13
B. Motivasi ...................................................................................... 14
1. Macam Motivasi ................................................................... 15
2. Fungsi Motivasi .................................................................... 16
3. Bentuk dan Cara Menumbuhkan Motivasi ........................... 17
C. Ortodonsia ................................................................................. 18
1. Tujuan Perawatan Ortodontik ............................................... 20
2. Piranti Ortodontik Lepasan ................................................... 21
D. Kerangka Konsep ....................................................................... 26
ix
BAB III HIPOTESIS .................................................................................... 27
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 30
B. Identifikasi Variabel ................................................................. 30
C. Definisi Operasional .................................................................. 30
D. Subyek Penelitian ..................................................................... 31
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 31
F. Waktu dan Lokasi Penelitian .................................................... 32
G. Analisis Data .............................................................................. 32
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden ............................................................ 33
B. Analisis Variabel
1. Motivasi Pasien Datang ke Klinik Ortodonsia .................... 35
2. Perilaku Pasien dalam Melakukan Perawatan ..................... 37
3. Keberhasilan Perawatan ...................................................... 39
4. Hubungan Motivasi Pasien dan Keberhasilan Perawatan ... 40
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 43
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................ 50
B. Saran ............................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xii
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
dan pekerjaan................................................................................. 33
Tabel 5.2 Distribusi mengenai relasi responden dengan mahasiswa koas
diluar perawatan ............................................................................ 34
Tabel 5.3 Distribusi mengenai alasan pasien dirawat mahasiswa koas ........ 35
Tabel 5.4 Distribusi mengenai hubungan responden dan mahasiswa koas
terhadap motivasi dalam melakukan perawatan............................ 36
Tabel 5.5 Distribusi mengenai prosentase perilaku pasien dalam melakukan
kunjungan/kontrol di klinik Ortodonsia ........................................ 37
Tabel 5.6 Distribusi mengenai prosentase perilaku pasien dalam mengguna-
kan alat dirumah ............................................................................ 38
Tabel 5.7 Distribusi mengenai jumlah responden yang berhasil dirawat...... 39
Tabel 5.8 Distribusi mengenai alasan, motivasi, dan perilaku terhadap
keberhasil perawatan ..................................................................... 41
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka konsep
Gambar 2 Rumus perhitungan prosentase karakteristik responden
berdasarkan umur, jenis kelamin dan pekerjaan
Gambar 3 Rumus perhitungan prosentase distribusi mengenai alasan,
motivasi dan perilaku terhadap keberhasilan perawatan
Gambar 4 Wawancara Responden
Gambar 5 Telaah kartu status dan kartu kontrol
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era modern sekarang ini, tuntutan kebutuhan akan perawatan
ortodontik semakin meningkat. Kepopuleran ortodontik di tengah masyarakat
membuat perawatan ortodontik tidak lagi hanya sebagai solusi dalam
memperbaiki posisi susunan gigi geligi namun juga sebagai salah satu upaya
seseorang untuk terlihat menarik. Sebaliknya, pada beberapa orang yang
sebenarnya membutuhkan perawatan tetapi tidak tertarik untuk dirawat karena
merasa perawatan ortodontik bukan merupakan kebutuhannya, disisi lain ada
orang mau dirawat tetapi tidak mempunyai cukup biaya untuk melakukan
perawatan ortodontik (Maulani 2009).
Berbeda dengan mahasiswa koas kedokteran yang tidak perlu
direpotkan dengan mencari pasien karena pada umumnya setiap hari Rumah Sakit
memiliki banyak pasien yang ingin berobat, mahasiswa koas kedokteran gigi
dalam masa pendidikannya harus mencari pasien yang sesuai dengan target untuk
dilakukan perawatan. Menurut survei sederhana yang dilakukan pada beberapa
orang di lingkungan Universitas Mahasaswati, mereka tidak bersedia menjadi
pasien disebabkan karena ketakutan terjadinya malpraktek mengingat yang
melakukan tindakan perawatan adalah mahasiswa yang masih belajar.
Pasien yang bersedia melakukan perawatan ortodontik lepasan memiliki
motivasi yang berbeda. Hasil perawatan yang baik didapatkan dari proses yang
baik. Konsepnya, seseorang akan terdorong untuk melakukan hal yang di
2
harapkan apabila orang tersebut merasa ada suatu kebutuhan dan ingin memenuhi
kebutuhannya. Mahasiswa koas kedokteran gigi yang ingin berhasil dalam
melakukan perawatan ortodontik harus mampu mengatasi perilaku pasien yang
datang dengan motivasinya masing-masing. Dalam proses mengatasi perilaku
pasien maka harus mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan dari pasien, setelah
itu baru kemudian mempersiapkan hal yang dapat diberikan untuk memenuhi
kebutuhan pasien tersebut (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002).
Perlu diperhatikan adalah mengenai motivasi pasien dalam melakukan
perawatan. Pasien yang berada di klinik Ortodonsia terdiri dari berbagai latar
belakang, ada yang merupakan teman atau kerabat mahasiswa koas, teman atau
kerabat dari temannya mahasiswa koas, atau bahkan orang lain yang didapatkan
dari jasa pencarian pasien. Orang yang di dapatkan dari jasa pencarian pasien
umumnya menjadi pasien karena adanya dasar kebutuhan ekonomi, mereka
bersedia menjadi pasien dengan syarat imbalan tertentu. Motivasi berbeda ditemui
pada pasien yang dirawat karena kemauan sendiri, mereka cenderung termotivasi
karena sadar akan kebutuhan perawatan ortodontik itu penting untuk dirinya,
sedangkan kerabat atau teman dari mahasiswa koas kedokteran gigi bersedia
menjadi pasien karena faktor kekeluargaan yang diperkuat oleh kesadaran akan
kebutuhan perawatan ortodontik. Pasien yang memiliki motivasi yang berbeda-
beda dalam menggunakan piranti ortodontik lepasan akan mempengaruhi perilaku
pasien dalam pelaksanaan perawatan ortodontik yang juga akan berefek pada
perkembangan dari perawatan ortodontik lepasan tersebut.
Berbagai tantangan yang di hadapi mahasiswa koas kedokteran gigi
untuk memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan harapan pasien dalam
3
melakukan perawatan ortodontik lepasan tersebut memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda berdasarkan latar belakang keinginan pasien tersebut. Uraian di atas
mengawali terlaksananya penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari berbagai
motivasi pasien terhadap perilaku dalam melakukan perawatan ortodontik lepasan
dan potensinya dalam mempengaruhi keberhasilan perawatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka suatu masalah yang timbul
adalah “Apa motivasi dan perilaku pasien serta bagaimana keberhasilan perawatan
ortodontik lepasan yang ada di klinik Ortodonsia?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi dan
perilaku perilaku serta keberhasilan paerawatan dalam menjalani perawatan di
klinik Ortodonsia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan berupa :
1. Bagi Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Ortodonsia
a. Masukkan mengenai manajemen pasien berdasarkan motivasi pasien
dalam melakukan perawatan ortodontik lepasan di klinik Ortodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati.
b. Masukkan tentang bagaimana meningkatkan mutu pelayanan dalam
melakukan perawatan ortodontik sehingga di harapkan mampu untuk
menyelesaikan target kasus dengan hasil yang baik.
4
2. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan kemampuan akademik dalam melakukan penelitian
kesehatan dan menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah.
b. Mempersiapkan diri sebagai mahasiswa koas kedokteran gigi dalam
memanajemen pasien di klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Masaraswati Denpasar.
c. Menambah kepustakaan dalam bidang manajemen kedokteran gigi dan
menjadi acuan untuk diteliti lebih lanjut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi
manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh dan pada dasarnya
terdiri atas sudut pandang psikologi, fisiologi, dan sosial. Kenyataannya, ketiga
sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap
pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk. 1984 cit. Budiharto 2008).
Perilaku manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua
komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku. Sikap atau mental
merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia. Mental diartikan sebagai
reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa, sedangkan tingkah laku
merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi terhadap keadaan atau
situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat positif dapat pula
negatif. Menggambaran sikap pasien yang ada di klinik, perlu pula ditekankan
bahwa sikap seseorang dalam merespon atau menanggapi suatu perawatan yang
akan dilakukan, selain dipengaruhi oleh masalah gigi geligi yang dimilikinya, juga
dipengaruhi lingkungan ataupun kebutuhan umum lainnya (Herijulianti, Indriani
dan Artini 2002).
Perilaku seseorang dipengaruhi atau dibentuk dari faktor-faktor yang
ada dalam diri manusia atau unsur kejiwaan. Perlu diingat bahwa faktor
lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan
6
perilaku. Lingkungan sosial atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap
pembentukkan perilaku. Termasuk dalam lingkungan sosial atau budaya adalah
sosial ekonomi, sarana dan prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan
agama (Budiharto 2008).
Perubahan perilaku yang terjadi dalam diri seseorang akan dimulai
dengan terbentuknya persepsi yang artinya pengalaman yang dihasilkan melalui
panca indera, seseorang yang bersedia menjadi pasien mahasiswa koas
mempunyai persepsi yang berbeda walaupun akan melakukan perawatan yang
sama. Terbentuknya sebuah persepsi positif akan memberikan sebuah motivasi
untuk bertindak mencapai suatu tujuan yang salah satunya dapat terwujud dalam
bentuk perilaku baik. Selanjutnya, akan terbentuklah sebuah aspek psikologi yang
mempengaruhi emosi seseorang dan berhubungan erat dengan keadaan jasmani
yang pada hakikatnya emosi dari seseorang merupakan faktor bawaan
(Notoatmodjo 2007).
1. Domain Perilaku
Notoatmodjo (2007) mengatakan perilaku adalah bentuk respon
terhadap stimulus dari luar, namun dalam memberikan respon sangat
bergantung pada karakteristik atau faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Artinya, meski diberikan stimulus yang sama setiap orang akan memberikan
respon yang berbeda. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus
yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat
dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yakni
karakteristik orang yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, dan jenis kelamin. Sedangkan, faktor eksternal
7
berhubungan dengan lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Perilaku pasien dalam melakukan perawatan ortodontik adalah
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan
hasil bersama antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal.
Perilaku seseorang sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang
sangat luas.
Benyamin Bloom (1908) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007)
membagi perilaku manusia dan kemudian dimodifikasi untuk pengukuran
hasil pendidikan kesehatan. Menurut Bloom, seorang individu akan memulai
sesuatu dari sebuah bentuk hasil dari tahu yang disebut dengan pengetahuan,
yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra
penglihatan pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan sebelum orang
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan. Proses pertama yang dirasakan adalah seseorang sadar akan
adanya stimulus, dan akan muncul rasa tertarik pada stimulus. Ketertarikan
akan stimulus yang ada akan memancing orang tersebut untuk
mempertimbangkan baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Selanjutnya, responden akan
8
mencoba perilaku yang baru, dan kemudian subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan yang didapat, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus. Kemudian, seseorang yang sudah mulai memiliki pengetahuan akan
suatu hal akan memberikan suatu sikap terhadap hal tersebut. Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Dalam bersikap terhadap suatu perawatan
ortodontik yang umumnya merupakan hal yang baru bagi orang biasa yang
bersedia dirawat oleh mahasiswa koas, seseorang akan mengalami berbagai
tingkatan. Dimulai dari sikap menerima stimulus yang diartikan bahwa
seseorang akan mulai bersedia dan memperhatikan penawaran perawatan
ortodontik yang ditawarkan. Diterimanya stimulus yang diberikan maka
membuat seseorang akan mulai memberikan respon, memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan apa yang sudah diberikan
adalah suatu indikasi dari seseorang telah merespon baik perawatan yang
akan dilakukan. Tingkatan selanjutnya orang akan mulai menghargai dan
merasa nyaman mendiskusikan masalah gigi geliginya secara terbuka dengan
mahasiswa koas merupakan suatu indikasi sikap ketiga. Kemudian orang
tersebut akan mulai bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko yang dihadapi merupakan sikap yang paling
tinggi yang paling diharapkan oleh mahasiswa koas kedokteran gigi dalam
menangani pasien yang sedang dirawatnya. Suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
9
diperlukan faktor dukungan dari pihak lain. Praktik dalam pilihan melakukan
perawatan ortodontik lepasan dimulai dengan terbentuknya persepsi
mengenal segala hal yang berhubungan dengan tindakan ortodontik yang
akan dilakukan dan akan menentukan pilihannya untuk melakukan perawatan
ortodontik. Kemudian akan terjadi sebuah respon yang membuat orang
tersebut akan melakukan instruksi yang telah diberikan oleh mahasiswa koas
dalam pemakaian alat ortodontik lepasan sesuai dengan ketentuan yang benar
dan sesuai dengan contoh yang telah diberikan. Seseorang yang telah dapat
melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis sesuatu itu sudah
merupakan kebiasaan, maka orang tersebut sudah masuk kedalam sebuah
mekanisme perawatan yang tepat dan akan memperbesar keberhasilan
perawatan ortodontik. Terakhir, orang tersebut akan mengadaptasi suatu
praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik tanpa mengurangi
kebenaran dari tindakan tersebut.
2. Teori Perubahan Perilaku
Hal terpenting dalam sebuah perilaku adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku yang merupakan suatu tujuan dalam pencapaian suatu
target yang telah ditentukan. Menurut Notoatmodjo (2007) banyak teori
tentang perubahan perilaku, antara lain:
a. Teori Stimulus Organisme
Teori ini didasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan
perilaku tergantung kepada kualitas stimulus yang berkomunikasi dengan
organisme. Mahasiswa koas yang memiliki kemampuan berkomunikasi
dengan baik untuk meyakinkan pasien melakukan perawatan akan
10
menjadikan mahasiswa koas terlihat berkualitas dan dapat dipercaya di mata
pasien. Kualitas dari sumber komunikasi yang dihasilkan oleh mahasiswa
koas kepada pasien akan berperan penting dalam menentukan keberhasilan
perubahan perilaku pasien yang ditanganinya dengan memberikan informasi
yang lengkap tentang cara penggunaan alat ortodontik lepasan.
Menurut Hosland dkk. (1953) perubahan perilaku pada hakikatnya
adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
menggambarkan proses belajar pada seorang individu yang dimulai dengan
diterima atau ditolaknya stimulus yang diberikan kepada seseorang.
Stimulus akan ditolak apabila stimulus tersebut tidak efektif mempengaruhi
pasien. Stimulus akan diterima oleh individu apabila ada perhatian dari
individu tersebut dan itu berarti stimulus yang diberikan efektif. Stimulus
yang telah mendapatkan perhatian dari individu akan diolah sehingga
individu tersebut menjadi pasien mahasiswa koas demi mencapai stimulus
yang telah diterimanya. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan
dari lingkungan maka stimulus tersebut berefek pada perubahan perilaku.
Teori Stimulus Organisme mengatakan bahwa perilaku dapat
berubah hanya apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari
stimulus sebelumnya. Stimulus yang dapat melebihi stimulus sebelumnya
ini berarti harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan
organisme faktor reinforcement memegang peranan penting. Reinforcement
adalah peristiwa khusus bagi perilaku yang diikuti dengan konsekuensi yang
akan memperkuat perilaku tersebut.
11
b. Dissonance Theory
Teori dissonance (cognitive dissonance theory) diajukan oleh
Festinger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Keadaan
cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis yang
diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan
kembali. Apabila sudah terjadi keseimbangan di dalam diri individu, maka
berarti sudah terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut
consonance (keseimbangan).
Ketidakseimbangan terjadi karena dalam diri individu terdapat dua
elemen kognisi yang saling bertentangan. Elemen kognisi meliputi
pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Seseorang yang menghadapi suatu
stimulus berupa tawaran untuk dilakukan perawatan ortodontik yang hampir
sama dengan yang dilakukan dokter gigi, namun stimulus yang diberikan
bertentangan dengan keyakinan orang tersebut mengenai perawatan yang
dilakukan oleh mahasiswa koas yang bukan merupakan tenaga professional,
maka terjadilah ketidakseimbangan di dalam dirinya. Pertentangan yang ada
di dalam diri akan menimbulkan konflik pada individu itu sendiri.
Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri
secara kognitif. Penyesuaian diri ini maka menjadikan persepsi individu
seimbang kembali. Keberhasilan yang ditunjukkan dengan tercapainya
keseimbangan kembali menunjukkan adanya perubahan sikap orang tersebut
seperti mulai menerima perawatan, dan akhirnya akan terjadi perubahan
perilaku seperti menjadi kooperatif dan aktif.
12
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu
tergantung pada kebutuhan dari individu tersebut. Stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat di
mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Tawaran untuk
melakukan perawatan ortodontik kepada seseorang yang sebelumnya tidak
tertarik melakukan perawatan ortodontik, apabila diberikan suatu stimulus
sederhana yang mampu di terima oleh orang tersebut maka akan
membuatnya merasa membutuhkan perawatan ortodontik.
Teori fungsi berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk
menghadapi dunia luar dari individu, dan senantiasa menyesuaikan diri
dengan lingkungan berdasarkan kebutuhannya. Dalam kehidupan manusia
perilaku itu tampak terus-menerus berubah secara relatif.
d. Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan.
Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan tersebut di dalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan
terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang, yaitu apabila kekuatan
pendorong meningkat, ini terjadi karena adanya stimulus yang mendorong
terjadinya perubahan perilaku. Stimulus ini berupa informasi sehubungan
dengan perilaku yang bersangkutan. Apabila, Kekuatan penahan menurun,
ini terjadi karena adanya suatu stimulus yang membuat lemah kekuatan
penahan tersebut. Dan yang terakhir apabila, kekuatan pendorong
13
meningkat, kekuatan penahan menurun. Dengan keadaan semacam ini akan
terjadi perubahan perilaku.
3. Proses Perubahan Perilaku
Mengubah perilaku seseorang sangat diperlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus karena untuk mengubah tingkah laku selalu melibatkan
proses perubahan mental. Berdasarkan paham yang dicetuskan oleh Roger
yang dikutip dari Azwar (1983), seseorang akan menganut perilaku yang
baru, harus melalui beberapa tingkatan yaitu tingkat kesadaran, tingkat
perhatian, tingkat evaluasi, tingkat percobaan, dan tingkat adopsi. Tingkat
kesadaran, untuk mencapai tahap ini seseorang perlu mengetahui terlebih
dahulu tentang sesuatu hal sebelum berbuat sesuatu untuk hal tersebut. Pada
tingkat ini seseorang baru menyadari akan adanya suatu gagasan yang baru.
Tingkat perhatian akan mulai terjadi setelah seseorang sadar akan keinginan
untuk mengetahui gagasan itu, bagaimana gagasan tersebut untuk
kebutuhannya, dan adakah keuntungan bila gagasan tersebut diterima untuk
dirinya secara pribadi maupun untuk keluarganya Dalam tingkat ini
diperlukan data dan informasi yang lebih lengkap sehingga orang tersebut
akan mencari informasi lebih lanjut tentang gagasan lebih lanjut. Kemudian
seseorang akan ada dalam tingkat evaluasi apabila ia merasakan bahwa
gagasan itu baik, orang tersebut akan mempertimbangkan dengan baik
keuntungan dan kerugian dipandang dari beberapa hal, serta bagaimana kesan
atau pandangan orang terhadap tindakan tersebut. Seseorang memerlukan
dukungan moril dari orang lain yang lebih berpengalaman serta perlu contoh
nyata untuk mencapai tingkat selanjutnya. Setelah melalui tingkat evaluasi
14
seseorang akan mencoba gagasan baru tersebut, tingkat ini disebut tingkat
percobaan. Dalam tingkat percobaan diperlukan informasi berupa
pengalaman positif dan adanya komunikasi yang baik antar personal.
Pengalaman yang cukup menyenangkan pada tingkat percobaan, akan
membuat seseorang menerima gagasan tersebut, diterimanya gagasan oleh
seseorang disebut sebagai tingkat adopsi. Pemberian motivasi yang teratur
diperlukan agar seseorang dapat memperkuat keyakinan.untuk menerima
gagasan yang diberikan (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002)
Dalam proses perubahan perilaku, setiap individu di dalam masyarakat
mempunyai perbedaan kecepatan untuk mencapai tingkat yang satu dengan
tingkat yang di atasnya, sampai tingkat adopsi, tetapi ada yang tidak pernah
mencapai tingkat adopsi atau dengan kata lain gagasan yang pernah di terima
ditolak karena tidak sesuai dengan dirinya. Faktor lingkungan merupakan
penunjang keberhasilan dari gagasan tersebut (Herijulianti, Indriani dan
Artini 2002).
B. Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin moreve yang berarti dorongan dari dalam
diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas
dari kata kebutuhan. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang
perlu direspon (Notoatmodjo 2007).
Motivasi berarti dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri
seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan atau aktifitas.
Didalam konsep manajemen atau konsep perilaku kata motivasi didefinisikan
sebagai suatu upaya untuk memunculkan dari dalam semangat orang lain agar
15
mau bekerja keras guna mencapai tujuan organisasi melalui pemberian atau
penyediaan pemuasan (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002).
1. Macam Motivasi
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah sebuah motivasi yang timbul dari dalam
diri seorang individu, yaitu semacam dorongan yang bersumber di dalam
diri tanpa harus menunggu adanya rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik
merupakan suatu stimulus yang bersifat konstan dan tidak mudah
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Para ahli berpendapat bahwa motivasi
intrinsik akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku. Sebagian
orang berpendapat bahwa motivasi intrinsik identik dengan panggilan
jiwa. Panggilan jiwa adalah dorongan yang timbul dari dalam diri
seseorang dan akan menjadi bagian dari dirinya. Motivasi intrinsik dapat
dibangun dari motivasi ekstrinsik, artinya menumbuhkan motivasi di
dalam diri seseorang dengan cara memberikan informasi atau usaha yang
berulang-ulang, dirangsang, diawasi dan diarahkan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya
stimulus dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanisfestasikan bermacam-
macam sesuai dengan karakter, pendidikan, latar belakang orang yang
bersangkutan. Kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa
didukung oleh lingkungan, fasilitas, orang yang mengawasi, sebab
kesadaran dari dalam diri individu belum tumbuh (Herijulianti, Indriani
dan Artini 2002).
16
2. Fungsi Motivasi
Dalam melakukan sesuatu hal seseorang harus memikirkan cara untuk
menciptakan kondisi agar yang diinginkan tercapai. Untuk dapat melakukan
hal tersebut dengan baik diperlukan proses dan motivasi yang baik,
memberikan motivasi kepada seseorang berarti menggerakkannya agar ingin
melakukan sesuatu yang di kehendaki. Seseorang akan terdorong untuk
melakukan sesuatu apabila dirasakan ada suatu kebutuhan dan ingin memenuhi
kebutuhannya. Seseorang yang ingin berhasil mengubah perilaku target, maka
harus dicari terlebih dahulu apa kebutuhannya, baru kemudian mempersiapkan
materi apa yang dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan itu timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang atau tidak
serasi yang menuntut suatu kepuasan, apabila kebutuhannya sudah terpenuhi
biasanya aktivitas akan berkurang. Sesuai dengan dinamika kehidupan
manusia, maka akan timbul kebutuhan lain lagi (Herijulianti, Indriani dan
Artini 2002).
Motivasi akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses
pencapaian suatu target. Menurut Herijulianti dkk. (2002) fungsi motivasi
dalam pencapaian suatu target adalah untuk mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu, sehingga menyebabkan seseorang tergerak di setiap kegiatan
yang akan di kerjakan. Kemudian motivasi untuk menentukan arah perbuatan
kearah tujuan yang hendak dicapai, sehingga seseorang akan menyeleksi
perbuatannya, yakni menentukan perbuatan apa yang harus di kerjakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan dan perbuatan apa yang dapat
menghambatnya untuk mencapai tujuan tersebut.
17
3. Bentuk dan Cara untuk Menumbuhkan Motivasi
Menumbuhkan motivasi secara ekstrinsik harus meminimalisir
kesalahan karena akan merugikan bagi orang lain. Herijulianti, Indriani dan
Artini (2002) memberikan berbagai contoh cara untuk menumbuhkan motivasi,
yang pertama dengan pemberian hadiah yang dapat menumbuhkan keinginan
seseorang untuk mempertahankan sikap kooperatifnya. Kedua, meningkatkan
kualitas dalam melakukan perawatan terhadap pasien. Ketiga, Ego
involvement, menumbuhkan kesadaran bagi pasien agar melaksanakan
pentingnya bertanggungjawab dan membuatnya menerima tanggungjawab
tersebut sebagai tantangan untuk bekerjasama untuk hasil yang lebih baik.
Keempat, memberikan pujian, merupakan reinforcement positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Kelima, memberikan teguran untuk pasien,
merupakan reinforcement negatif tetapi jika dilakukan secara cepat dan
bijaksana, merupakan motivasi yang baik. Keenam, meningkatkan keinginan
pasien untuk mau bekerjasama, berarti mahasiswa koas menciptakan secara
sengaja sebuah unsure agar pasien mau diajak belajar bersama, hal ini akan
lebih baik. Dan yang terakhir dengan meningkatkan minat pasien, merupakan
alat komunikasi yang tepat.
Motivasi dari seseorang akan didasari oleh kebutuhan yang ada pada
setiap individu. Dikutip oleh Notoatmodjo (2007) sebuah teori motivasi Eltom
Mayo (1880-1949) yang dikembangkan oleh Maslow (1943) seorang ahli
psikologi membedakan kebutuhan manusia berdasarkan kebutuhan materil
(biologis) dan kebutuhan non-materil (psikologis). Maslow mengembangkan
teorinya setelah ia mempelajari kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat.
18
Dalam teori Maslow menyatakan bahwa manusia adalah suatu makhluk sosial
yang memiliki keinginan, dan keinginan ini menimbulkan kebutuhan yang
perlu dipenuhi. Kebutuhan ini bersifat terus-menerus, dan selalu meningkat.
Kebutuhan yang telah terpenuhi, mempunyai pengaruh untuk menimbulkan
keinginan lain dan yang lebih meningkat. Kebutuhan yang meningkat itu
menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu waktu
tertentu. Satu motif yang lebih tinggi tidak akan dapat mempengaruhi tindakan
seseorang, sebelum kebutuhan dasar terpenuhi. Dengan kata lain, motif yang
bersifat psikologis tidak akan mempengaruhi perbuatan seseorang, sebelum
kebutuhan biologisnya terpenuhi. Kebutuhan satu dan kebutuhan yang lain
saling berkaitan, namun keterkaitan tersebut terkadang tidak terlalu dominan.
Tantangan nyata yang dihadapi oleh mahasiswa koas adalah pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan pasien dengan motif perawatan ortodontik yang berbeda-
beda sehingga dapat membuat pasien merasa nyaman dalam melakukan
perawatan gigi-geliginya dan dapat menjadikan pasien tersebut kooperatif,
yang pada akhirnya akan memberikan efek pada kemajuan dari perawatan yang
dilakukan. Kepercayaan, royalitas, dan pemahaman mendalam tentang setiap
kebutuhan antara pasien dan mahasiswa koas merupakan kunci awal
keberhasilan pencapaian target kedua belah pihak.
C. Ortodonsia
Ortodonsia adalah istilah yang sudah di Indonesiakan untuk kata
Orthodontics. Ortho berasal dari bahasa Yunani yang artinya lurus atau benar,
sedangkan donsi artinya gigi (Maulani 2009). Menurut The British Society of
Orthodontics (1922 cit. Sulandjari 2008) ortodonsia adalah ilmu yang
19
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka dan tubuh pada
umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Ortodontik juga
mempelajari adanya aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun pengaruh dalam
terhadap perkembangan, serta pencegahan dan perawatan terhadap perkembangan
yang mengalami gangguan atau hambatan dan pengaruh jelek.
Pertumbuhkembangan adalah proses kimia fisik yang berhubungan dengan
bertumbuh besarnya suatu organisme. Dalam suatu proses pertumbuhkembangan
menunjukkan suatu perubahan berupa peningkatan ukuran yang terdiri dari
histologi, morfologi, fungsional, dan maturasi dari perubahan tersebut. Dalam
perkembangan oklusi sejak lahir sampai dewasa terjadi perubahan yang
bermakna. Para klinisi perlu mengenal dan mengerti perubahan yang terjadi
perubahan oklusi yang terjadi pada lingkup normal ataupun kelainan yang terjadi.
Karena itu, pertumbuhkembangan gigi dan mulut perlu dipelajari karena
maloklusi bukan merupakan suatu penyakit tetapi suatu penyimpangan
pertumbuhkembangan (Salzmann 1974).
Menurut Salzman (1974) maloklusi berhubungan dengan susunan gigi
geligi dalam lengkung gigi, hubungan antar lengkung dengan dasar kranium yang
mengalami penyimpangan dari konsep dasar oklusi normal manusia. Oklusi
normal adalah suatu hubungan yang dapat diterima oleh gigi geligi pada rahang
yang sama dan rahang yang berlawanan, apabila gigi geligi dikontakkan dan
kondilus berada dalam fosaglenoidea.
Diagnosis terjadinya maloklusi harus memperhatikan hubungan antara
kronologi, fisiologi, usia gigi, jenis kelamin, etnik, serta keadaan umum dari
individu tersebut. Berbagai hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
20
suatu diagnosis dan rencana perawatan ortodontik yang harus mendasar dan
terperinci. Pertama, kenali berbagai karakter maloklusi dan deformitas dentofasial.
Kedua, tentukan sifat dari permasalahan yang terjadi termasuk etiologinya. Dan
yang ketiga, desain strategi perawatan berdasarkan kebutuhan dari setiap individu
(Salzmann 1974, Graber dan Swain cit Proffit dan Ackerman 1985).
Salah satu faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik adalah
tipe maloklusi. Tipe maloklusi tersebut dapat diukur dengan beberapa Indeks
Maloklusi yang ada, diantaranya yang paling populer karena keadaan maloklusi
dapat dilihat secara langsung adalah menggunakan klasifikasi Angle. Klasifikasi
ini dibuat berdasarkan hubungan anteroposterior lengkung gigi geligi rahang atas
dan rahang bawah (hubungan gigi molar pertama). Fungsi dari klasifikasi
maloklusi ini adalah untuk menegakkan diagnosis dan rencana perawatan
(Salzmann 1974, Graber dan Swain 1985).
1. Tujuan Perawatan Ortodontik
Menurut Sulandjari (2008) tujuan perawatan ortodontik adalah untuk
mencegah terjadinya keadaan abnormal dari bentuk muka yang disebabkan
oleh kelainan rahang dan gigi. Perawatan ortodontik juga memiliki berbagai
alasan lain, seperti mempertinggi fungsi pengunyahan yang baik dan benar.
Dapat juga untuk meningkatkan daya tahan gigi terhadap terjadinya karies
karena akan mengkoreksi gigi berdesakan yang rentan terjadinya impaksi
makanan. Menghindarkan terjadinya kerusakan gigi terhadap penyakit
periodontal. Memperbaiki cara bicara yang tidak benar. Perawatan ortodontik
yang dilakukan sejak dini berguna untuk mencegah adanya perawatan
ortodontik yang kompleks pada usia lebih lanjut. Memperbaiki persendian
21
temporomandibuler yang abnormal yang berhubungan dengan fungsi kunyah.
Memperbaiki cara pernafasan yang abnormal dari segi perkembangan gigi.
Serta dapat menimbulkan rasa percaya diri yang besar pada seseorang yang
melakukan perawatan.
2. Piranti Ortodontik Lepasan
Piranti ortodontik lepasan merupakan suatu alat yang didesain agar
dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh penderita sehingga mudah
dibersihkan. Sarana ini membawa keuntungan tertentu tetapi juga ada
kekurangannya. Tipe piranti ini mempunyai kegunaan yang terbatas, yang
perlu dipertimbangkan dengan cermat sewaktu merencanakan perawatan
(Foster 1997).
a. Keuntungan dan Kekurangan Piranti Lepasan
Keuntungan utama dari piranti ortodontik bila dibandingkan
dengan sistem piranti cekat, yaitu piranti ini bisa dilepas oleh pasien
sehingga memudahkan pasien untuk menjaga kebersihan alatnya. Gigi
geligi dan struktur rongga mulut juga bisa dipertahankan kebersihannya
dan kesehatannya selama terapi. Adapun keuntungan lain yang bisa
didapatkan dari piranti ortodontik lepasan, pertama, konstruksi pesawat
lepasan sebagian besar dilakukan di laboratorium, dan hanya
membutuhkan sedikit waktu di klinik. Kedua, maloklusi yang memerlukan
pergerakan tipping hasilnya akan cukup baik. Ketiga, dapat menggerakkan
beberapa gigi terutama pergerakan tipping dan mengurangi tumpang gigit.
Keempat, pengontrolan lebih mudah. Kelima, piranti ortodontik lepasan
relatif lebih murah dibandingkan dengan piranti cekat. Enam, pasien lebih
22
mudah mengatur kebersihan mulutnya. Apabila terjadi kerusakan pada saat
pemakaian alat, pasien dapat melepaskan alat sendiri dan membawanya ke
dokter gigi yang melakukan perawatan ortodontik (Foster 1997, Syahrul
dkk. 2012).
Seperti piranti ortodontik lainnya, piranti lepasan juga memiliki
kekurangan. Piranti lepasan hanya bisa memberikan tipe pergerakan gigi
yang terbatas. Gerak utama yang bisa diperoleh dengan tipe piranti ini
adalah gerakan tipping. Gerak bodily atau gerak torquing apikal sulit
diperoleh, atau bahkan tidak mungkin diperoleh dengan menggunakan
piranti ini. Selanjutnya, penjangkaran dalam pergerakan gigi kadang sulit
dilakukan, karena gigi penjangkaran dengan menggunakan piranti ini tidak
bisa dicegah untuk tidak bergeser miring. Gigi penjangkar yang digunakan
pada piranti lepasan biasanya diberikan tegangan yang lebih kecil daripada
piranti cekat. Retensi dari piranti lepasan juga lebih sulit dibanding dengan
piranti cekat. Dibutuhkan derajat kerja sama yang tinggi dan keterampilan
yang dituntut dari pihak pasien untuk dapat memasang dan melepas serta
membersihkan alat dengan jeda yang teratur sesuai dengan instruksi yang
telah diberikan oleh operator (Foster 1997).
b. Komponen Piranti Ortodontik Lepasan
Menurut Foster (1999) piranti lepasan terdiri dari komponen aktif,
komponen retensi dan komponen penjangkaran. Komponen tersebut
dihubungkan oleh rangka penghubung yang biasanya terbuat dari bahan
resin akrilik.
23
1) Komponen Aktif
Komponen aktif merupakan alat untuk meneruskan tekanan
pada piranti ortodontik lepasan untuk memperoleh pergerakan gigi yang
diharapkan. Tekanan yang timbul pada komponen aktif diperoleh dari
pegas, elastik band, atau dengan aksi welding terkontrol dari sekrup
(Adams 1991).
Menurut Adams (1991) pegas biasanya terbuat dari kawat
tahan karat. Kawat logam yang memiliki derajat elasitas tinggi dan
kombinasi panjang dan ketebalan yang tepat akan mendapatkan derajat
tekanan dan aksi dari pegas yang optimal. Bass dan Stevens (1970 cit.
Foster 1993) telah meneliti beberapa sifat pegas. Pertama, Arah koil
tidak banyak menimbulkan perbedaan dalam keefektifan pegas. Kedua,
penambahan panjang kawat melalui pembuatan koil akan menambah
kelenturan pegas. Ketiga, koil ganda memberikan penambahan panjang
yang lebih besar dari kelenturan pada pegas.
Elastik biasanya berupa latek, rubber band dan plastic spring,
yang diregangkan dan digunakan sebagai penghasil tekanan pada piranti
ortodontik lepasan. Elastik lebih jarang digunakan pada piranti lepasan
daripada pegas karena cendurung naik ke atas gigi dan merusak
jaringan gingiva, namun elastik dapat memberikan komponen tekanan
pada situasi tertentu. Kerjasama dari pihak pasien berperan penting,
karena elastik perlu diganti lebih sering dan harus dipasang dengan
benar untuk menghindari trauma gingiva (Adams 1991, Foster 1993).
24
Sekrup dari berbagai tipe dapat digunakan untuk menghasilkan
tekanan berkesinambungan pada piranti ortodontik lepasan. Sekrup
mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dikendalikan oleh pasien
daripada pegas. Sekrup dapat diputar oleh pasien maupun orang lain
dengan jeda tertentu. Kelebihan lain dari sekrup adalah karena
menghasilkan piranti lepasan yang lebih stabil untuk menggerakkan
beberapa gigi berdekatan ke arah yang sama (Foster 1993).
2) Komponen Retensi
Peranti lepasan membutuhkan retensi atau stabilitas yang baik
dengan menggunakan cengkeram. Retensi yang kurang baik
menyebabkan peranti mudah lepas, pasien sukar memasang peranti
sehingga peranti jarang dipakai. Pada gigi premolar dan insisif dapat
menggunakan cengkeram Adam yang dimodisikasi sehingga diperoleh
retensi yang cukup (Sulandjari 2008, Rahardjo 2009, Foster 1993).
3) Komponen Penjangkaran
Pada piranti ortodontik lepasan, penjangkaran diperoleh dari
daerah yang melawan tekanan yang dihasilkan komponen aktif. Sumber
utama penjangkaran intraoral adalah gigi geligi yang tidak digerakkan
dibantu oleh komponen retensi, yaitu cangkolan Adam. Penjangkar
yang baik harus memperhatikan faktor ukuran dan jumlah gigi
penjangkar yang berkaitan dengan tekanan penggerak, serta
memperhitungkan jumlah ruang yang tersedia untuk pergerakan gigi
(Adams 1991, Foster 1997).
25
4) Plat Dasar/Akrilik
Plat dasar pada piranti ortodontik lepasan biasanya terbuat dari
resin akrilik. Fungsi utamanya adalah untuk basis dari komponen lain
dari piranti, dan berguna untuk membantu menambah retensi dan
penjangkaran. Plat dasar ini ditahan pada lengkung gigi oleh cengkeram
dan berfungsi untuk mendukung komponen membentuk tekanan yang
bekerja pada gigi-gigi bila gigi digerakkan. Plat dasar juga berfungsi
untuk meneruskan reaksi dari komponen aktif ke gigi-gigi dan jaringan
ditahan oleh plat dasar (Foster 1993, Adams 1991).
26
D. Kerangka Konsep
Motivasi
1. Estetik
2. Membantu mahasiwa
koas
3. Adanya imbalan
Perilaku
1. Kooperatif
2. Kurang Kooperatif
Keberhasilan Perawatan
Gambar 1. Kerangka Konsep
Waktu
Pasien di klinik Ortodonsia
1. Keinginan sendiri
2. Ditawarkan untuk menjadi
pasien oleh mahasiswa koas
3. Ditawarkan menjadi pasien
melalui jasa pencari pasien
27
BAB III
HIPOTESIS
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi
manusia dengan lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh, dan pada dasarnya
terdiri atas sudut pandang psikologi, fisiologi, dan sosial. Perilaku manusia tidak
berdiri sendiri. Perilaku manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau
mental dan tingkah laku. Perilaku ini dapat bersifat positif dapat pula negatif
tergantung dari situasi yang dihadapi serta lingkungan maupun kondisi saat itu
(Notoatmodjo dkk. 1984 cit. Budiharto 2008, Herijulianti dkk. 2002).
Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku adalah bentuk respon atau reaksi
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme, namun dalam memberikan
respon sangat bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang
yang bersangkutan. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang
berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku tersebut dibagi menjadi
Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yakni karakteristik orang
yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, dan jenis kelamin. Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Faktor lingkungan
merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Mengubah perilaku individu sangat diperlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus karena untuk mengubah tingkah laku individu selalu
melibatkan proses perubahan mental. Dalam proses perubahan tersebut diatas,
28
setiap individu di dalam masyarakat mempunyai perbedaan kecepatan untuk
mencapai tingkat yang satu dengan tingkat yang di atasnya, tetapi ada juga
individu yang tidak pernah menerima suatu gagasan karena tidak sesuai dengan
dirinya. Faktor lingkungan merupakan penunjang keberhasilan dari gagasan
tersebut (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002).
Perilaku setiap individu diperngaruhi oleh motivasinya untuk melakukan
suatu tindakan. Motivasi tersebut merupakan sebuah dorongan atau daya
penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu tindakan atau aktifitas tertentu. Motivasi ini diagi menjadi
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik, adalah motivasi
yang timbul dari dalam diri seorang individu, yaitu semacam dorongan yang
bersumber di dalam diri tanpa harus menunggu rangsangan dari luar. Motivasi
intrinsik merupakan suatu stimulus yang bersifat konstan dan tidak mudah
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh adanya stimulus dari luar. Rangsangan tersebut bisa
dimanisfestasikan bermacam-macam sesuai dengan karakter, pendidikan, latar
belakang orang yang bersangkutan (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002).
Motivasi awal pasien yang datang ke klinik Ortodonsia berbeda-beda.
Berbagai motivasi tersebut akan mempengaruhi perilaku pasien dalam melakukan
perawatan ortodontik. Dalam pelaksanaan perawatan ortodontik, seorang
mahasiswa koas kedokteran gigi harus memikirkan cara untuk menciptakan
kondisi agar target pasien yang diharapkan dapat tercapai. Melakukan hal tersebut
dengan baik dan benar diperlukan proses dan pembentukan motivasi yang baik
kepada pasien untuk menggerakkannya agar ingin melakukan sesuatu yang
29
dikehendaki. Pasien akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabila dirasakan
ada suatu kebutuhan dan ingin memenuhi kebutuhannya (Herijulianti, Indriani dan
Artini 2002).
Seseorang yang bersedia datang ke klinik Ortodonsia sebagai pasien
mahasiswa koas memiliki berbagai alasan. Alasan setiap pasien akan
mempengaruhi motivasi pasien untuk mau melakukan perawatan Ortodontik.
Motivasi yang berbeda akan mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan
perawatan tersebut. Salah satu hal yang menjadi masalah adalah keinginan pasien
untuk tetap kooperatif dalam melakukan perawatan sampai perawatan dinyatakan
selesai, sementara dalam melakukan perawatan ortodontik lepasan akan ditemui
berbagai macam kendala seperti tidak nyamannya alat, terganggunya fungsi
bicara, alat yang sakit bila dilepas, dan berbagai kendala lain yang mungkin
dirasakan pasien baik yang berasal dari alat tersebut maupun yang berasal dari
gangguan lain seperti malas untuk menggunakan, sering lupa, dan bahkan
berkurangnya motivasi untuk melakukan perawatan.
Berdasarkan telaah teori yang telah dikemukakan maka hipotesis yang
dapat diajukan adalah perawatan ortodonsia lepasan akan menunjukkan sebuah
keberhasilan karena adanya motivasi yang berasal dari keinginan pasien sendiri.
30
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasi deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan pada satu
periode tertentu dan pengamatan subyek studi hanya dilakukan sekali selama
penelitian (Sugiyono 2011).
B. Identifikasi Variabel
Variabel pengaruh : Motivasi dan Perilaku Pasien
Variabel terpengaruh : Keberhasilan Perawatan
C. Definisi Operasional
1. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk mau
melakukan suatu perawatan. Motivasi seseorang untuk mau dirawat oleh
mahasiswa koas memiliki beberapa kemungkinan yaitu kebutuhan estetik,
membantu mahasiswa koas, atau pasien memiliki motivasi karena adanya
imbalan dari mahasiswa koas.
2. Perilaku merupakan sikap pasien dalam melakukan perawatan Ortodontik
baik saat di ruang klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati maupun perilaku pasien di rumah. Perilaku pasien meliputi
kooperatif dan kurang kooperatif. Pasien yang rutin melakukan
kunjungan/kontrol ke klinik Ortodonsia dan rutin menggunakan alat
dirumah dinilai sebagai pasien yang kooperatif. Pasien yang jarang
melakukan kunjungan/kontrol ke klinik Ortodonsia dan jarang
31
menggunakan alat ortodontik lepasan dirumah dinilai sebagai pasien yang
kurang kooperatif.
3. Keberhasilan perawatan dinilai berdasarkan kemajuan dari perawatan
selama lebih dari 5 bulan. Keberhasilan perawatan dibagi menjadi berhasil
dan tidak berhasil. Berhasil apabila selama lebih dari 5 bulan terjadi
kemajuan dari perawatan yang dilakukan maka diasumsikan sebagai
berhasil, dan apabila selama lebih dari 5 bulan tidak ada kemajuan maka
perawatan diasumsikan tidak berhasil.
D. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang terdaftar menggunakan
alat ortodonsia lepasan di klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah Purposive Sampling.
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien yang terdaftar di klinik Ortodonsia
2) Menggunakan alat ortodontik lepasan selama lebih dari 5 bulan
3) Bersedia diwawancara
b. Kriteria Ekslusi
Menggunakan alat ortodontik lepasan kurang dari 5 bulan
E. Instrumen Penelitian
1. Kartu status dan kartu kontrol pasien.
2. Kuesioner terbuka.
32
F. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 4 Januari 2014
sampai tanggal 18 Januari 2014.
2. Lokasi penelitian : Penelitian dilakukan di lingkungan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
G. Analisis Data
Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif.
33
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini merupakan pasien yang terdaftar di klinik
Ortodonsia Fakultas Kedoteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar
sebanyak 30 orang yang menggunakan alat ortodontik lepasan selama lebih dari 5
bulan. Pengumpulan data dan informasi mengenai pasien dengan wawancara yang
diberikan dalam bentuk kuesioner terbuka kepada responden, dikembalikan semua
tanpa ada penolakan sehingga responrate dalam penelitian ini adalah 100 persen.
Pasien yang terdaftar di klinik Ortodonsia sangat bervariasi, mulai dari
anak-anak, remaja, sampai dewasa, baik pria maupun wanita. Ada pasien yang
masih duduk di bangku sekolah, kuliah, dan bekerja. Berikut data pasien yang
menjadi responden di penelitian ini:
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
No. Umur Jenis kelamin Pekerjaan
Responden Prosentase Pria Wanita S M K
1. 11 - 14 1 4 5 0 0 5 17%
2. 15 - 19 2 5 2 3 2 7 23%
3. 20 - 23 10 8 0 10 8 18 60%
Jumlah 13 17 7 13 10 30 100%
Keterangan:
S = Siswa; M = Mahasiswa; K = Kerja
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa pasien yang terdaftar di klinik Ortodonsia
terdiri dari berbagai macam usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Ditunjukkan pada
Tabel 5.1 bahwa pasien yang paling banyak berumur 20 - 23 tahun yaitu
sebanyak 60% dari total responden dalam penelitian, dengan jenis kelamin
34
terbanyak adalah wanita sebanyak 17 orang, serta dari 30 responden tersebut
terdapat 13 orang mahasiswa, 10 orang bekerja, dan yang paling sedikit responden
yang masih sekolah yaitu sebanyak 7 orang. Rumus yang digunakan pada
perhitungan prosentase pada Tabel 5.1 tersebut adalah sebagai berikut:
Di klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Mahasaraswati, pasien yang melakukan perawatan ortodontik lepasan oleh
mahasiswa koas bukan merupakan seseorang yang tiba-tiba saja sudah ada di
klinik Ortodonsia atau dalam kata lain bahwa mahasiswa koas untuk melakukan
perawatan ortodontik lepasan harus mencari pasien dan membawa pasien tersebut
untuk dilakukan perawatan di klinik Ortodonsia. Berikut ini adalah hubungan
yang terjalin antara mahasiswa koas dan responden di luar klinik Ortodonsia
dalam diluar perawatan ortodontik lepasan.
Tabel 5.2 Distribusi mengenai relasi responden dengan mahasiswa koas diluar
perawatan
No. Relasi Responden Prosentase
1. Teman atau kerabat 21 70%
2. Dikenalkan teman atau kerabat 7 23%
3. Berkenalan dari jasa pencarian pasien 2 7%
Jumlah 30 100%
Tabel 5.2 menunjukkan mayoritas responden yang dirawat oleh mahasiswa
koas merupakan seseorang yang memiliki hubungan pertemanan atau kerabat dari
Gambar 2. Rumus perhitungan prosentase karakteristik responden berdasarkan
umur, jenis kelamin dan pekerjaan
35
mahasiswa koas yaitu sebanyak 21 orang, 7 orang diantara 30 responden
menyatakan bahwa baru mengenal mahasiswa koas karena dikenalkan oleh teman
atau keluarga mereka yang mengenal mahasiswa koas, dan 2 orang yang
mengakui bahwa mereka dikenalkan dengan mahasiswa koas melalui jasa
pencarian pasien.
B. Analisis Variabel
1. Motivasi Pasien Datang ke Klinik Ortodonsia
Pasien yang datang ke klinik Ortodonsia di dapatkan dari berbagai
macam kalangan dan latar belakang. Setiap pasien memiliki motivasi
tersendiri untuk melakukan perawatan di klinik Ortodonsia yang
perawatannya dilakukan oleh mahasiswa koas kedokteran gigi.
Berdasarkan berbagai macam kalangan dan latar belakang akan
mendasari alasan seseorang untuk menjadi pasien mahasiswa koas
kedokteran gigi. Berikut ini didapatkan hasil dari penelitian mengenai alasan
pasien mau melakukan perawatan ortodotik lepasan yang perawatannya
dilakukan oleh mahasiswa koas kedokteran gigi.
Tabel 5.3 Distribusi mengenai alasan pasien dirawat mahasiswa koas
No. Pernyataan Responden Prosentase
1. Keinginan sendiri 13 43%
2. Ditawarkan untuk menjadi pasien
oleh mahasiswa koas
15 50%
3. Ditawarkan menjadi pasien
melalui jasa pencarian pasien
2 7%
Jumlah 30 100%
Tabel 5.3 menunjukkan 43% responden menyatakan melakukan
perawatan ortodontik lepasan karena keinginan sendiri, 50% ditawarkan
36
oleh mahasiswa koas untuk menjadi pasien, dan 7% merupakan pasien dari
jasa pencarian pasien.
Pasien yang datang memiliki berbagai macam latar belakang dalam
melakukan perawatan, baik pasien yang merupakan teman atau kerabat
mahasiswa koas, pasien yang dikenalkan teman atau kerabat mahasiswa
koas, atau pasien yang didapatkan mahasiswa koas dari jasa pencarian
pasien. Berikut ini tabel tentang hubungan 30 responden dengan mahasiswa
koas serta bagaimana motivasi dalam melakukan perawatan sebelumnya:
Tabel 5.4 Distribusi mengenai hubungan responden dan mahasiswa koas
terhadap motivasi dalam melakukan perawatan
No. Hubungan Motivasi
Jumlah a b c
1. Teman atau kerabat 7 14 0 21
2. Dikenalkan teman atau kerabat 5 2 0 7
3. Berkenalan dari jasa pencarian pasien 1 0 1 2
Jumlah 13 16 1 30
Keterangan:
a = Estetik; b = Membantu mahasiswa koas; c = Ada imbalan
Dari Tabel 5.4 menunjukkan dari 21 orang teman atau kerabat
mahasiswa koas yang menjadi pasien ada 7 orang yang dirawat karena
keinginan sendiri dan ada 14 orang yang ingin membantu saudara atau
temannya untuk menyelesaikan target klinik, kemudian dari 7 responden
yang mengaku dikenalkan oleh teman atau kerabatnya dengan mahasiswa
koas terdapat 5 orang dirawat karena keinginan sendiri dan 2 orang karena
ingin membantu, serta dari 2 orang responden yang didapatkan dari jasa
pencarian pasien 1 orang mengakui dirawat karena keinginan sendiri dan 1
orang mengaku karena ada imbalan dari mahasiswa koas.
37
2. Perilaku Pasien dalam Melakukan Perawatan
Pasien yang melakukan perawatan ortodontik lepasan memiliki
berbagai macam perilaku. Perilaku pasien tersebut dapat mempermudah
atau menyulitkan operator dalam melakukan perawatan. Pasien dengan
tingkat kooperatif yang baik akan menjadi penentu kesuksesan perawatan,
disamping faktor lainnya dalam melakukan perawatan di bidang Ortodonsia.
Berikut ini data yang didapatkan dari responden mengenai
perilakunya dalam melakukan kunjungan/kontrol di klinik Ortodonsia, serta
mengenai perilaku dan sikap pasien dalam menggunakan alat ortodontik
lepasan di rumah sesuai dengan instruksi yang telah diberikan oleh operator.
Tabel 5.5 Distribusi mengenai prosentase perilaku pasien dalam
melakukan kunjungan/kontrol di klinik
No. Pernyataan Jumlah Pendapat
Responden Prosentase
1. Rutin 23 77%
2. Jarang 7 23%
Jumlah 30 100%
Pada Tabel 5.5 sebanyak 77% responden menyatakan bahwa ia rutin
dalam melakukan kontrol di klinik Ortodonsia sesuai jadwal yang telah di
sepakati. Interaksi yang terjadi antara responden, mahasiswa koas, dan pihak
ketiga dalam mengatur kesepakatan untuk melakukan kontrol di lakukan
beberapa hari sebelumnya, dan jadwal akan disepakati berdasarkan
ketersediaan jadwal dari responden. Kemudian sebanyak 23% responden
menyatakan jarang melakukan kontrol karena beberapa kendala seperti
kesibukan yang sama sekali tidak bisa di tinggalkan, tidak adanya
38
kendaraan, dan beberapa responden menyatakan tentang berkurangan
motivasi dalam melakukan perawatan.
Tabel 5.6 Distribusi mengenai prosentase perilaku pasien dalam
menggunakan alat lepasan di rumah
No. Pernyataan Jumlah Pendapat
Responden Prosentase
1. Rutin 21 70%
2. Jarang 9 30%
Jumlah 30 100%
Pada Tabel 5.6 sebanyak 21 responden menyatakan rutin
menggunakan alatnya di rumah berdasarkan instruksi operator karena
merasa sadar akan tanggung jawabnya sebagai pasien, dan sebanyak 9
responden menyatakan jarang menggunakan alatnya karena merasa tidak
nyaman dan sudah tidak termotivasi dengan perawatan yang dilakukan.
Perilaku kooperatif pasien yang tercermin dari cara pasien untuk
memenuhi instruksi operator dalam melakukan perawatan ortodontik
lepasan berhubungan dengan kenyamanan dan kepuasan pasien dalam
melakukan perawatan ortodontik lepasan. Apabila alat yang didesain oleh
operator dinilai nyaman maka pasien akan menunjukkan sikap positifnya
dalam menggunakan alat secara teratur sesuai dengan instruksi yang telah
diberikan, sehingga dapat dinilai bahwa pasien kooperatif dalam melakukan
perawatan ortodontik lepasan. Hal ini diperkuat apabila pasien merasakan
akan adanya sebuah kepuasaan tersendiri ketika melakukan perawatan
bersama mahasiswa koas kedokteran gigi, kepuasan pasien ini dapat
berhubungan dengan kualitas mahasiswa koas dalam memberikan pelayanan
terbaik bagi pasien.
39
3. Keberhasilan Perawatan
Analisis dokumen untuk mengetahui keberhasilan perawatan oleh
peneliti dilihat berdasarkan kartu status dan kartu kontrol pasien. Kriteria
responden yang telah ditentukan merupakan pasien di klinik Ortodonsia
yang sudah menggunakan alat ortodontik lepasan lebih dari 5 bulan.
Penentuan akan rentan waktu ini karena dinilai pasien yang melakukan
perawatan secara berkelanjutan selama lebih dari 5 bulan umumnya akan
merasa mulai jenuh dan bosan dengan perawatan yang dilakukan oleh
mahasiswa koas kedokteran gigi, sehingga akan pasien akan mulai
memunculkan berbagai alasan yang akan menghalangi melakukan
perawatan. Kemajuan dalam perawatan akan di asumsikan sebagai
keberhasilan perawatan. Penilaian akan keberhasilan perawatan ini di bagi
menjadi 2 kategori, yaitu berhasil dan tidak berhasil.
Tabel 5.7 Distribusi mengenai jumlah responden yang berhasil dirawat
No. Selama Keberhasilan Jumlah
Responden
Prosentase
Keberhasilan B TB
1. 5 bulan 3 1 4 10%
2. 6 bulan 22 2 24 73%
3. 7 bulan 2 0 2 7%
Jumlah 27 3 30 100%
Keterangan:
B = Berhasil; TB = Tidak berhasil
Dari Tabel 5.7 didapatkan 27 responden berhasil dalam perawatan
ortodontik lepasan, dan sebanyak 3 responden yang tidak berhasil.
Responden yang berhasil melakukan perawatan terdiri dari 3 orang yang
melakukan perawatan ortodontik lepasan selama 5 bulan, 22 orang yang
40
melakukan perawatan selama 6 bulan, dan 2 orang yang melakukan
perawatan selama 7 bulan.
4. Hubungan Motivasi, Perilaku Pasien dan Keberhasilan Perawatan
Motivasi yang baik dalam melakukan perawatan ortodontik akan
mempengaruhi keberhasilan perawatan. Seseorang yang mau melakukan
perawatan ortodontik ada yang memang menginginkan perawatan tersebut
langsung dari dalam dirinya, ada juga pasien yang melakukan perawatan
karena stimulus dari luar individu. Pasien yang lain akan melakukan
perawatan ortodontik karena diberikan stimulus lebih berupa imbalan
tertentu yang akan menyebabkan pasien tertarik dan mungkin pasien akan
mengutamakan imbalan tersebut dibandingkan perawatan yang dilakukan,
pasien seperti ini biasanya didapatkan dari jasa pencarian pasien.
Berikut data yang didapatkan berdasarkan relasi antara mahasiswa
koas kedokteran gigi dengan pasien ortodontik lepasan, motivasi dan
perilaku pasien, dan keberhasilan dalam melakukan perawatan ortodontik
leoasan. Pada bagian perilaku pasien , pasien yang rutin melakukan
kunjungan/kontrol di klinik Ortodonsia akan dinilai sebagai pasien yang
Kooperatif (K) dan pasien yang jarang melakukan kunjungan/kontrol di
klinik Ortodonsia akan dinilai Kurang Kooperatif (KK), serta pasien yang
rutin menggunakan alat ortodontik lepasan dirumah sesuai dengan instruksi
yang telah diberikan oleh operator kepada pasien akan dinilai sebagai pasien
yang Kooperatif (K) sedangkan pasien yang jarang menggunakan alat
ortodontik lepasan di rumah dinilai sebagai pasien yang Kurang Kooperatif
(KK).
41
Tabel 5.8 Distribusi mengenai alasan, motivasi dan perilaku terhadap
keberhasilan perawatan
Alasan
n Motivasi
Perilaku
Keberhasilan
(%) Klinik Rumah B TB
1 2 3 K KK K KK
a 12 8 4 0 10 2 10 2 11 1 92
b 16 4 12 0 11 5 9 7 14 2 88
c 2 1 0 1 2 0 2 0 2 0 100
Jumlah 30 13 16 1 23 7 21 9 27 3
Keterangan :
n = Sampel
Alasan
a = Keinginan sendiri; b = Ditawarkan mahasiswa koas; c = Ditawarkan jasa pencarian
pasien
Motivasi
1 = Estetik; 2 = Membantu mahasiswa koas; 3 = Imbalan
Perilaku
K = Kooperatif; KK = Kurang Kooperatif
Keberhasilan
B = Berhasil; TB = Tidak Berhasil
Pada perhitungan prosentase Tabel 5.8 dihitung dengan
membandingkan responden yang berhasil dirawat dengan popolusi setiap
kategori. Kategori alasan terdiri dari keinginan sendiri, ditawarkan
mahasiswa koas, dan ditawarkan oleh jasa pencarian pasien. Perhitungan
rumus prosentase pada Tabel 5.10 adalah sebagai berikut:
2. Populasi = Responden yang berhasil + Tidak berhasil
Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukkan bahwa data responden yang
berhasil dalam melakukan perawatan ortodontik lepasan berdasarkan alasan
dan motivasi pasien didapatkan data 92% responden yang ingin dirawat
Gambar 3. Rumus perhitungan prosentase distribusi mengenai alasan,
motivasi dan perilaku terhadap keberhasilan perawatan
42
karena keinginan sendiri berhasil melakukan perawatan, 88% responden
yang ditawarkan menjadi pasien oleh mahasiswa koas berhasil melakukan
perawatan, dan 100% responden dari jasa pencarian pasien berhasil
melakukan perawatan.
43
BAB VI
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar terhadap 30 responden yang merupakan
pasien terdaftar di klinik Ortodonsia yang sudah menggunakan alat ortodontik
lepasan selama lebih dari 5 bulan.
Dari penelitian di dapatkan bahwa 43% responden melakukan perawatan
ortodontik lepasan karena keinginan sendiri, karena adanya penawaran perawatan
dari mahasiswa koas sebanyak 50%, dan sebanyak 7% mengakui melakukan
perawatan karena di tawarkan oleh jasa pencarian pasien.
Dalam penelitian ini di dapatkan dari 30 responden terdiri dari 21 orang
teman atau kerabat mahasiswa koas, 7 orang dikenalkan oleh teman atau kerabat
dari mahasiswa koas, dan 2 responden mengakui bahwa mereka dikenalkan
dengan mahasiswa koas melalui jasa pencarian pasien. Sedangkan dari 30 orang
responden tersebut terdiri dari 13 orang yang dirawat karena termotivasi untuk
memperbaiki estetik, 16 orang karena ingin membantu mahasiswa koas, dan 1
orang karena adanya imbalan dari perawatan yang dilakukan.
Responden yang melakukan perawatan karena keinginan sendiri untuk
memperbaiki estetik umumnya memang menargetkan untuk dirawat oleh
mahasiswa koas yang di ketahui memang akan melakukan perawatan ortodontik
lepasan di klinik Ortodonsia, dan responden yang ingin membantu mahasiswa
koas walaupun pada dasarnya merasa tidak membutuhkan perawatan ortodontik
lepasan umumnya merupakan teman atau kerabat mahasiswa koas yang saat di
44
berikan stimulus untuk melakukan perawatan sudah mengetahui tentang
bagaimana proses yang harus dilalui mahasiswa koas untuk menyelesaikan
pendidikannya, sehingga responden tersebut bersedia dan ikhlas untuk dilakukan
perawatan. Sedangkan ada beberapa orang yang ingin melakukan perawatan
ortodontik dan mengetahui bahwa biasanya mahasiswa koas kedokteran gigi
mencari pasien untuk dirawat ortodontik lepasan, namun mereka tidak ada
satupun mengenal mahasiswa koas kedokteran gigi. Maka orang tersebut mencari
tahu tentang mahasiswa kedokteran gigi yang sedang mencari pasien untuk alat
ortodontik lepasan dan dikenalkan melalui teman atau kerabatnya dengan
mahasiswa yang merawatnya sekarang, sedangkan pasien karena ingin membantu
umumnya memang ingin melakukan perawatan ortodontik bukan dengan
mahasiswa koas melainkan dengan dokter gigi, namun karena pemberian stimulus
yang baik dan kesan yang baik dari mahasiswa koas saat pertama perkenalan
mengubah persepsi dan motivasi responden menjadi ingin melakukan perawatan
sambil membantu mahasiswa koas. Responden lain yang datang dari jasa
pencarian pasien pada penelitian ini hanya terdapat 2 orang, responden pertama
memang ingin melakukan perawatan namun terhalang biaya, lalu secara tidak
sengaja di tawarkan oleh jasa pencarian pasien untuk melakukan perawatan
dengan mahasiswa koas dengan adanya imbalan dari perawatan, dari hasil
wawancara di dapatkan bahwa responden pertama dari jasa pencarian pasien ini
mengutamakan keinginan yang sangat besar untuk dirawat dari imbalan yang
diberikan. Responden kedua dari jasa pencarian pasien mengakui ingin melakukan
perawatan karena awalnya tertarik dengan imbalan yang diberikan, lalu
45
keuntungan ganda dipertimbangkan yaitu berupa perawatan alat ortodontik
lepasan yang gratis.
Perbedaaan motivasi pasien untuk melakukan perawatan ortodontik
lepasan di klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran gigi Universitas Mahasaraswati
Denpasar akan mencerminkan perilaku pasien dalam melakukan kunjungan/
kontrol ke klinik Ortodonsia sesuai jadwal dan perilaku pasien dalam mentaati
instruksi penggunaan alat di rumah seperti yang di informasikan oleh operator.
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa 90% responden yang melakukan
perawatan ortodontik lepasan memiliki kemajuan dalam perubahan susunan gigi
geliginya setelah melakukan perawatan selama 5 bulan atau lebih bersama
mahasiswa koas kedokteran gigi. Rutinitas pasien dalam melakukan
kunjungan/kontrol di klinik Ortodonsia dan seberapa rutin pasien menggunakan
alat ortodonsia lepasan di rumah merupakan salah satu indikator keberhasilan
perawatan, selain faktor-faktor lain yang berpengaruh. Teori ini dibuktikan
dengan hasil penelitian yang menemukan 10% responden yang tidak memiliki
kemajuan sama sekali dalam melakukan perawatan yang diartikan bahwa tidak
berhasil melakukan perawatan. Pasien yang tidak berhasil dalam perawatan ini
berdasarkan hasil wawancara merupakan pasien yang dinilai kurang kooperatif,
dan berdasarkan alasan pasien tentang perilaku mereka berhubungan dengan
kurang nyamannya penggunaan alat dan tidak termotivasi atau tidak adanya
sebuah pengharapan besar akan perawatan ortodontik ini baik sebelum perawatan
maupun saat perawatan.
Keberhasilan sebuah perawatan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu
faktor yang mempengaruhi perawatan adalah sikap seseorang dalam merespon
46
atau menanggapi perawatan yang dilakukan. Seseorang yang mendapatkan
penyakit dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan termotivasi untuk
bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Sikap lainnya, apabila mereka
diserang penyakit dan juga merasakan bahwa itu sakit, maka baru akan timbul
berbagai macam perilaku dan usaha. Pada bidang Ortodonsia di kedokteran gigi,
ini berarti bahwa apabila ada seseorang yang memiliki kelainan dalam susunan
gigi geliginya tidak akan berusaha untuk melakukan perawatan ortodontik apabila
ia tidak merasa terganggu dengan keadaan gigi geliginya, sedangkan seseorang
lain yang merasakan kelainan gigi geliginya tersebut merupakan sebuah gangguan
akan berusaha untuk mencari dan mendapatkan perawatan yang baik untuk
memperbaiki keadaan gigi geliginya (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002,
Notoatmodjo 2007)
Berdasarkan teori Stimulus Organisme dalam hubungannya dengan
penelitian ini dinyatakan bahwa perubahan perilaku seseorang tergantung kepada
kualitas mahasiswa koas kedokteran gigi dalam berkomunikasi dan memberikan
stimulus positif terhadap pasiennya. Mahasiswa koas yang memiliki kemampuan
baik dalam berkomunikasi dan memberikan stimulus berupa semangat dan
keyakinan terhadap pasiennya yang melakukan perawatan ortodontik lepasan akan
menjadikan mahasiswa tersebut terlihat berkualitas dan dapat dipercaya bagi
pasien. Ini berarti bahwa sebuah keyakinan positif akan keberhasilan perawatan
telah terbangun didalam diri pasien yang dalam prosesnya juga akan
mempengaruhi perilaku pasien untuk tetap kooperatif hingga perawatan
dinyatakan selesai (Notoatmodjo 2007).
47
Perawatan ortodontik lepasan bagi calon pasien merupakan hal yang baru.
Baik seseorang yang sudah mengenal mahasiswa koas maupun di kenalkan oleh
orang lain, persetujuan akan perawatan dimulai oleh diberikannya stimulus dari
mahasiswa koas. Stimulus akan diterima lebih mudah bagi seseorang yang
sebelumnya sudah pernah memikirkan tentang kebutuhan akan adanya stimulus
tersebut, dan stimulus akan lebih sulit untuk diterima oleh orang yang merasa
belum membutuhkan hal tersebut. Setelah menerima stimulus target akan
memberikan sebuah respon, dan apabila responnya positif maka orang tersebut
akan mulai bisa diajak untuk bekerjasama (Notoatmodjo 2007).
Menyangkut kronologis hubungan keinginan pasien terhadap perawatan
dan hasil perawatan selama lebih dari 5 bulan, dari 3 orang responden yang tidak
memiliki kemajuan perawatan, terdiri dari 1 orang yang mengaku melakukan
perawatan karena keinginan sendiri, dan 2 orang yang mengaku awalnya diminta
untuk menjadi pasien oleh mahasiswa koas karena tidak enak hati untuk menolak.
Setelah dilakukan penelusuran melalui wawancara, responden yang tidak berhasil
dalam perawatan tersebut menuturkan berbagai faktor kendala mereka untuk dapat
kooperatif dalam perawatan seperti dari segi alat seperti mengganggu artikulasi,
memacu terjadinya hipersaliva, rentan panas dalam dan sariawan, juga rasa sakit
saat alat dilepaskan. Dari segi motivasi beberapa responden mengakui bahwa
adanya motivasi dan keinginan yang menurun setelah ditemui berbagai
ketidaknyamanan dalam pemakaian alat, responden lain menyatakan tidak
menemukan masalah yang berarti dengan kondisi gigi geliginya yang itu berarti
bahwa tidak adanya motivasi atau harapan untuk memperbaiki giginya, ini juga
diperburuk dengan keadaan mahasiswa koas yang tidak meyakinkan saat
48
melakukan perawatan sehingga meningkatkan tingkat ketakutan akan terjadinya
malpraktek yang dikhawatirkan akan membuat keadaan gigi menjadi parah, dan
adanya banyak hal yang dianggap jauh lebih penting di luar sana untuk dilakukan
daripada melakukan perawatan di klinik bersama mahasiswa koas.
Adanya banyak alasan pasien yang menjadikan faktor penyebab kesulitan
pasien untuk menjadi kooperatif diatas, berhubungan dengan bagaimana kualitas
dari mahasiswa koas itu sendiri. Pasien yang tidak memiliki motivasi atau merasa
tidak memiliki kebutuhan akan perawatan ortodontik akan sulit untuk mentolerir
rasa sakit, atau bahkan sebaliknya rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien
akan mengurangi motivasi pasien dalam melakukan perawatan (Jati 2012).
Dalam melakukan sesuatu hal seseorang harus memikirkan cara untuk
menciptakan kondisi agar yang diinginkan dapat tercapai. Hubungan yang baik
antara mahasiswa koas kedokteran gigi dan pasien dan bahkan orang ketiga, akan
berpengaruh terhadap keberhasilan perawatan. Pasien yang merasakan bahwa
mahasiswa koas merupakan individu yang nyaman untuk diajak bekerjasama
sesuai dengan kebutuhannnya akan memberikan sebuah sikap kooperatif yang
baik. Untuk menjaga sebuah profesionalitas dalam perawatan, terutama perawatan
ortodontik lepasan yang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, apabila
mahasiswa koas ingin berhasil dalam mengubah perilaku target, maka mahasiswa
koas harus mencari tahu dahulu apa yang dibutuhkan oleh pasien. Setelah itu,
dibutuhkan pencerminan sikap yang baik dari mahasiswa koas seperti mampu
menciptakan diri sebagai orang yang dapat dipercaya, menciptakan kondisi
nyaman bagi pasien, berperilaku yang baik dan sopan terhadap pasien dan orang
49
sekitar pasien, dan mampu memotivasi pasien dan terus memperbaharui semangat
pasien hingga akhir perawatan (Herijulianti, Indriani dan Artini 2002).
50
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Keberhasilan sebuah perawatan didapatkan dari kerjasama yang baik dari
semua pihak. Hasil yang baik dari perawatan didasari dari motivasi atau dorongan
yang kuat dari dalam diri pasien yang berhubungan dan dipengaruhi oleh kualitas
juga sikap konsisten dari mahasiswa koas kedokteran gigi dalam memenuhi
kebutuhan dan harapan pasien dalam melakukan perawatan. Berdasarkan hasil
penelitian motivasi pasien yang datang untuk dirawat ortodontik lepasan, pasien
yang termotivasi karena ingin memperbaiki estetik dan mendapatkan imbalan dari
mahasiswa koas memiliki keberhasilan yang lebih tinggi dibandingan dengan
pasien yang termotivasi karena ingin membantu mahasiswa koas kedokteran gigi.
B. SARAN
1. Untuk memperkuat pernyataan tentang hubungan keinginan pasien dan
keberhasilannya diharapkan penelitian selanjutnya mengambil rentan
waktu lebih lama dengan jumlah sampel yang lebih besar.
2. Untuk membandingkan tingkat keberhasilan perawatan antara pasien yang
datang karena keinginan sendiri, dikenalkan oleh mahasiswa koas, dan
dikenalkan oleh jasa pencarian pasien, perlu dilakukan penelitian dengan
jumlah sampel masing-masing kategori dengan jumlah yang seimbang.
3. Untuk mengatur strategi kepaniteraan klinik, di harapkan mahasiswa koas
kedokteran gigi untuk terus meningkatkan kualitas diri terutama
menyangkut tentang kemampuan dalam melakukan perawatan dan
51
pencitraan diri sebagai seorang tenaga kesehatan yang mampu dipercaya
dan meyakinkan bagi pasien.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Adams, C.P. 1984, Desain, Konstruksi dan Kegunaan Pesawat Ortodonti Lepas,
Ed. Ke-5, Penerjemah: Lilian Yuwono, Widya Medika., Jakarta.
Budiharto. 2010, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan
Gigi, EGC Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta.
Foster, T.D. 1993, Buku Ajar Ortodonsi, Ed. Ke-3, Penerjemah: Lilian Yuwono,
EGC Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta.
Graber, T.M and Swain, B.F. 1985. Orthodontics, Current Priciples and
Techniques, The C.V Mosby Compony., ST. Louis.
Hadipratomo, Notoatmodjo, S. 1984, Penelitian di Bidang Pendidikan dan Ilmu
Perilaku, Available : http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-
content/buku-ajar-orto-i-th-2008.pdf [20 September 2013].
Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S. 2002, Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC
Penerbit Buku Kedokteran., Jakarta.
Jati. 2012, September 3-last update, Merubah sakit menjadi motivasi, Available :
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/09/03/merubah-sakit-
menjadi-motivasi-486345.html [13 Februari 2014].
Maulani, C. 2009, Seluk Beluk Kawat Gigi, Alex Media Komputindo., Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan., PT Asdi Mahasatya.,
Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka
Cipta., Jakarta.
Praktiknya, W.A. 1986, Dasar Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran, PT Raja
Grafindo Persada., Jakarta.
Salzmann, J.A. 1974, Orthodontics in Daily Practice, J.B Lippincott Company.,
Philadelphia.
Siang, J.J. 2003, Kiat Jitu Sukses Menyusun Skripsi, Penerbit Andi., Yogyakarta.
Sugiyono. 2011, Metode Penelitian Kesehatan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitiatif, dan R&D, Alfabeta., Bandung.
Sulandjari, H. 2008, Buku Ajar Ortodonsia I KGO I, Available:
http://cendrawasih.a.f.staff.ugm.ac.id/wp-content/buku-ajar-orto-i-th-
2008.pdf [20 September 2013].
xiii
Syahrul, D., Wiwekowati., Walianto, S., Budijanana, I.D.G., Hidajah, N., Ayu,
K.V. 2012, Buku Pedoman Kepaniteraan Klinik Ortodonsia, Denpasar.
xii
LAMPIRAN 1
KUESIONER MENGENAI PENGARUH MOTIVASI PASIEN TERHADAP
PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN
Kode Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Kuesioner Terbuka
A. Motivasi Pasien yang datang ke klinik Ortodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Mahasaraswati
1. Jelaskan bagaimana hubungan anda dengan mahasiswa koas yang merawat
anda ini di luar perawatan yang dilakukan?
2. Jelaskan tentang alasan anda tertarik melakukan perawatan ortodontik
lepasan?
3. Mengapa anda bersedia menjadi pasien mahasiswa klinik?
4. Apa yang memotivasi anda dalam melakukan perawatan dengan
mahasiswa koas?
xiii
B. Perilaku Pasien dalam melakukan perawatan
1. Setelah sekian lama di rawat oleh mahasiswa klinik, seberapa rutin
anda datang ke klinik ortodonsia untuk melakukan perawatan?
2. Jelaskan tentang siapa yang biasanya mengatur jadwal perawatan?
Apakah mahasiswa klinik yang menghubungi anda langsung?
3. Alasan apa yang biasanya dihadapi yang membuat anda tidak bisa
datang melakukan perawatan di klinik ortodonsia?
4. Apakah anda rutin menggunakan kawat gigi lepasan di rumah sesuai
dengan instruksi yang diberikan mahasiswa klinik? Alasannya?
5. Apakah perawatan kawat gigi ini sesuai harapan anda sebelumnya?
6. Bagaimana kenyamanan anda dalam menggunakan alat ortodontik
lepasan? Sertai alasannya
7. Bagaimana kepuasan anda dalam perawatan yang diberikan oleh
mahasiswa koas? Berikan alasannya
xiv
C. Keberhasilan Perawatan
Masalah Gigi Geligi Insersi Keberhasilan
Perawatan
A. Berhasil
B. Tidak
xv
LAMPIRAN
xii
LAMPIRAN 2
PETUNJUK WAWANCARA
Nama : Ditulis dengan nama samaran untuk kenyamanan pasien saat di
wawancara. Namun, peneliti mempunyai data lengkap pasien di
lembar lain agar memudahkan dalam telaah dokumen pasien.
Umur : Data tambahan
Alamat : Mengetahui lingkungan tempat tinggal serta faktor lain yang
mungkin mempengaruhi motivasi dan perilaku pasien.
Pekerjaan : Mengetahui dan untuk memperkuat hasil penelitian berdasarkan latar
belakang pekerjaan yang berhubungan dengan kebutuhan perawatan
ortodontik yang dilakukan.
xiii
PENJELASAN PENGISIAN DAN PENILAIAN:
KUESIONER MENGENAI PENGARUH MOTIVASI PASIEN TERHADAP
PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN ORTODONTIK LEPASAN
A. Motivasi Pasien
No Aspek yang
Dinilai
Keterangan yang
Dibutuhkan dari Pasien Kriteria Jawaban
1
Hubungan
pasien dan
mahasiswa
koas
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
hubungan responden
dengan mahasiswa koas
di luar perawatan yang
dilakukan.
Pernyataan pasien di golongkan
menjadi 3 kategori :
1. Berteman atau bersaudara
2. Tidak mengenal dan berkenalan
melalui teman atau saudara
3. Di kenalkan oleh calo pasien
2
Alasan
tertarik
melakukan
perawatan
Keterangan yang
dibutuhkan adalah alasan
pasien dalam melakukan
perawatan. Korek lebih
dalam hingga pasien
tertentu menceritakan hal
sebenarnya.
Pernyataan bebas, korek sejauh
mungkin informasi yang bisa di
ambil, pancing pasien untuk merasa
nyaman bercerita.
3
Motivasi
pasien mau
menjadi
pasien
mahasiswa
klinik
Keterangan yang
dibutuhkan adalah alasan
utama pasien kenapa ia
bersedia menjadi pasien
mahasiswa koas.
Pernyataan pasien di golongkan
menjadi 3 kategori, yaitu :
1. Kemauan sendiri
2. Membantu mahasiswa koas
3. Adanya imbalan
4
Hal yang
memotivasi
perawatan
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
tentang motivasi atau
kebutuhan yang
mendasari pasien
melakukan perawatan.
Pernyataan ini bebas, dengarkan
keterangan pasien. Dapatkan
informasi kunci tentang harapannya
dalam melakukan perawatan
tersebut.
xiv
B. Perilaku Pasien
No Aspek yang
Dinilai
Keterangan yang
Dibutuhkan dari Pasien Kriteria Jawaban
1 Perilaku di klinik
Ortodonsia
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
tentang seberapa rutin
pasien datang untuk
melakukan perawatan
sesuai dengan jadwal
yang disepakati.
Pernyataan bebas.
Digolongkan menjadi :
1. Rutin
2. Jarang
Sertai alasan pasien yang
mendasari perilakunya
tersebut.
Rutin diasumsikan sebagai
kooperatif, dan jarang
diasumsikan sebagai
kurang kooperatif.
2
Keaktifan pasien,
mahasiswa klinik,
atau calo dalam
mengatur jadwal
perawatan
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
pernyataan pasien
tentang siapa diantara
pihak pihak yang
bersangkutan aktif dalam
mengatur jadwal
perawatan, disertai
masing-masing
alasannya.
Kriteria jawaban di
golongkan menjadi 3
objek, yaitu :
1. Pasien
2. Mahasiswa koas
3. Jasa pencarian pasien
3
Kendala yang
dihadapi pasien
untuk menjadi
kooperatif di
klinik Ortodonsia
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
kendala apa yang
dihadapi pasien untuk
datang melakukan
kontrol perawatan di
Pernyataan pasien bebas.
Jawaban yang diberikan
bisa saja berdasarkan
banyak faktor kendala atau
bahkan tidak ada kendala
sama sekali. Korek detail
xv
klinik Ortodonsia. hingga pasien
membeberkan alasan
utamanya.
4 Perilaku di rumah
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
rutinitas pasien
menggunakan kawat gigi
lepasannya di rumah,
apakah sesuai dengan
instruksi, dan jika tidak
kenapa pasien tidak
menggunakannya sesuai
instruksi mahasiswa
klinik.
Pernyataan pasien bebas.
Jawaban yang diberikan
bisa saja berdasarkan
banyak faktor kendala atau
bahkan tidak ada kendala
sama sekali.
Digolongkan menjadi :
1. Rutin
2. Jarang
Sertai alasan pasien yang
mendasari perilakunya
tersebut.
Rutin diasumsikan sebagai
kooperatif, dan jarang
diasumsikan sebagai
kurang kooperatif
5
Harapan pasien
melakukan
perawatan dengan
mahasiswa koas
Berhubungan dengan
poin 4 pada bagian A.
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
bagaimana harapan
tersebut terpenuhi atau
tidak.
Dapatkan alasan kunci
pasien yang mana
pernyataan ini mungkin
akan berhubungan dengan
banyak hal.
xvi
6 Kenyamanan
pasien
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
kenyamanan pasien
dalam menggunakan alat
dan alasan yang
mendasari penilaian
Minta pasien memberikan
tingkat kenyaman dalam
menggunakan alat, yaitu:
1. Kurang nyaman
2. Nyaman
3. Sangat Nyaman
4. Sertai alasan pasien
7. Kepuasan pasien
Keterangan yang
dibutuhkan adalah
kepuasaan pasien yang
berhubungan dengan
pelayanan dari perawatan
yang diberikan oleh
mahasiswa koas.
Keterangan ini akan
berhubungan dengan
harapan dan motivasi
pasien dalam melakukan
perawatan. Korek jauh
apabila adanya
kecenderungan
ketidakpuasan atau bahkan
pasien yang merasa sangat
puas.
Minta pasien memberikan
nilai dengan kategori nilai
yang sama dengan
kenyamanan
xvii
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI
Gambar 2. Wawancara responden
Gambar 3. Telaah dokumen pasien di dampingi
mahasiswa koas
18
No. Kode
Nama Umur J.K
Pekerjaan Relasi Alasan Motivasi Perilaku Nyaman Puas Keberhasilan
Siswa Mahas Kerja A B C 1 2 3 i ii iii Klin Rmh
KN N SN K
P P SP B TB
R J R J
1 A1 19 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 A2 16 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 A3 20 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 A4 22 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 B1 21 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 B2 12 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 B3 19 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 C1 12 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 C2 21 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 D1 18 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
11 E1 20 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 E2 21 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
13 E3 11 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 E4 22 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 E5 20 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
16 F1 22 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 F2 19 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
18 G1 22 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
19 G2 21 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
20 G3 22 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
21 G4 19 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
22 G5 12 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
23 I1 21 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
24 I2 22 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
25 I3 19 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
26 J1 21 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
27 J2 12 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 K1 22 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
29 K2 23 P √ √ √ √ √ √ √ √ √
30 K3 20 L √ √ √ √ √ √ √ √ √
A = Teman atau kerabat; B = Dikenalkan teman atau kerabat; C = Dikenalkan dari jasa pencarian pasien
1 = Keinginan sendiri; 2 = Ditawarkan mahasiswa koas; C = Ditawarkan calo
i = Estetik; ii = Membantu mahasiswa koas; iii = Ada imbalan
19
LAMPIRAN 4
DATA PENELITIAN
No. Kode
Nama Umur J.K Waktu perawatan
1 A1 19 P 6 bln
2 A2 16 L 6 bln
3 A3 20 L 7 bln
4 A4 22 L 6 bln
5 B1 21 P 6 bln
6 B2 12 P 6 bln
7 B3 19 L 6 bln
8 C1 12 P 6 bln
9 C2 21 P 6 bln
10 D1 18 P 6 bln
11 E1 20 P 6 bln
12 E2 21 L 5 bln
13 E3 11 P 6 bln
14 E4 22 P 6 bln
15 E5 20 L 5 bln
16 F1 22 P 6 bln
17 F2 19 P 6 bln
18 G1 22 P 5 bln
19 G2 21 L 5 bln
20 G3 22 P 6 bln
21 G4 19 P 6 bln
22 G5 12 L 6 bln
23 I1 21 L 6 bln
24 I2 22 L 7 bln
25 I3 19 P 6 bln
26 J1 21 L 6 bln
27 J2 12 P 6 bln
28 K1 22 L 6 bln
29 K2 23 P 6 bln
30 K3 20 L 6 bln
top related