fisiologi kelenjar adrenal ske. 3

Post on 27-Jan-2016

236 Views

Category:

Documents

4 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

Fisiologi Kelenjar Adrenal

TRANSCRIPT

Anatomi Kelenjar Adrenal

Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar

endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes,

"ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis

kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin.

Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior

(depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung

thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Tiap kelenjar berbobot

sekitar 4 gram.

Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks

berbobot sekitar 90% dari [massa] kelenjar, pada orang dewasa bagian ini diklasifikasi lebih

lanjut menjadi tiga lapisan zona: zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.

Tiap zona menghasilkan hormon steroid masing-masing :

a. Zona glomerulosa: sekresi mineralokortikoid-aldosteron. Sekresi aldosteron diatur oleh

konsentrasi angiotensin II dan kalium ekstrasel.

b. Zona fasikulata: lapisan tengah dan terlebar, sekresi glukokortikoid-kortisol,

kortikosteron, dan sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal. Sekresi diatur oleh

axis hipotalamus-hipofisis oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH).

c. Zona retikularis: sekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron (DHEA) dan

androstenedion, dan sejumlah kecil esterogen dan glukokortikoid. Sekresi diatur oleh

ACTH, dan faktor lain seperti hormon perangsang-androgen korteks yang disekresi oleh

hipofisis.

Gambar 1: Kelenjar Adrenal

Dari korteks adrenal dikenali lebih dari 30 jenis hormon steroid, namun hanya dua

jenis yang jelas fungsional, yaitu aldosteron sebagai mineralokortikoid utama dan kortisol

sebagai glukokortikoid utama. Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit

(mineral) cairan ekstrasel, terutama natrium dan kalium. Sedangkan glukokortikoid

meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan pada metabolisme protein dan lemak

seperti pada metabolisme karbohidrat.

Bagian dalam kelenjar disebut medula mengandung sel kromafin yang merupakan

sumber penghasil hormon jenis katekolamin yaitu hormon adrenalin dan norepinefrin,

dengan jenjang reaksi yang distimulasi kelenjar hipotalamus sbb:

Tirosina → DOPA → dopamina → norepinefrin → adrenalin

Hormon kortisol dari zona fasikulata yang menjadi medulla akan menstimulasi

sintesis enzim phenylethanolamine-N-methyltransferase yang mempercepat konversi

norepinefrin menjadi adrenalin. Sekarang akan dibahas lebih lanjut mengenai hormon

kortisol yang berkaitan dengan Cushing syndrome dan Addison diseasae.

Hormon Glukokortikoid

Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan hasil

dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil

aktivitas glukokortikoid yang cukup penting diatur oleh kortikosteron.

Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut: 1)

perangsangan glukoneogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan pengangkutan

asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot; 2) penurunan pemakaian glukosa

oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH untuk membentuk NAD+; dan 3)

peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal” dengan menurunkan sensitivitas

jaringan terhadap insulin.

Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut: 1) pengurangan

protein sel; 2) kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma; dan 3) peningkatan

kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam amino ke sel-sel ekstrahepatik,

dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-sel hati. Jadi, mungkin sebagian besar efek

kortisol terhadap metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan kortisol untuk

memobilisasi asam amino dari jaringan perifer, sementara pada waktu yang sama

meningkatkan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.

Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut: 1) mobilisasi asam

lemak akibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak sehingga

menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan 2) obesitas akibat kortisol berlebihan

karena penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan kepala, sehingga badan bulat

dan wajah “moon face”, disebabkan oleh perangsangan asupan bahan makanan secara

berlebihan disertai pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih

cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.

Selain efek dan fungsi yang terkait metabolisme, kortisol penting dalam mengatasi

stres dan peradangan karena dapat menekan proses inflamasi bila diberikan dalam kadar

tinggi, dengan mekanisme menstabilkan membran lisosom, menurunkan permeabilitas

kapiler, menurunkan migrasi leukosit ke daerah inflamasi dan fagositosis sel yang rusak,

menekan sistem imun sehingga menekan produksi limfosit, serta menurunkan demam

terutama karena kortisol mengurangi pelepasan interleukin-1 dari sel darah putih. Kortisol

juga dapat mengurangi dan mempercepat proses inflamasi, menghambat respons inflamasi

pada reaksi alergi, mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit darah, serta meningkatkan

produksi eritrosit, walaupun mekanismenya yang belum jelas.

Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut: 1)

hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel; 2) hormon berikatan dengan reseptor

protein di dalam sitoplasma; 3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna

urutan DNA pengatur spesifik, yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk

membangkitkan atau menekan transkripsi gen; dan 4) glukokortikoid akan meningkatkan

atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein

yang memperantarai berbagai pengaruh fisiologis.

Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis.

ACTH ini merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh

CRF/CRH (Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus. ACTH ini

mengaktifkan sel adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik

adenosin monofosfat (cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif

terhadap sekresi ACTH dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis dan

hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH, dan kortisol kembali menjadi normal.

Berlawanan dengan aldosteron, kortisol pada keadaan tertentu dapat menyebabkan

retensi Na+ dan meningkatkan ekskresi K+, tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada

aldosteron. Hal ini disebabkan karena kortisol dapat menambah kecepatan filtrasi glomeruli;

selain itu kortisol juga dapat meningkatkan sekresi tubuli ginjal.

Sumber : Guyton

Komplikasi

Komplikasi dari penyakit Addison berkaitan dengan penyakit dasarnya. Pada kasus yangti d a k d i t a n g a n i d e n g a n b a i k , d a p a t m e n g a k i b a t k a n k r i s i s a d d i s o n i a n , y a n g d i t a n d a i dengan penurunan tekanan darah, penurunan glukosa darah, dan peningkatan kalium.

top related