fisiologi kelenjar adrenal ske. 3
DESCRIPTION
Fisiologi Kelenjar AdrenalTRANSCRIPT
Anatomi Kelenjar Adrenal
Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar
endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes,
"ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis
kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin.
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior
(depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung
thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis. Tiap kelenjar berbobot
sekitar 4 gram.
Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian korteks
berbobot sekitar 90% dari [massa] kelenjar, pada orang dewasa bagian ini diklasifikasi lebih
lanjut menjadi tiga lapisan zona: zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.
Tiap zona menghasilkan hormon steroid masing-masing :
a. Zona glomerulosa: sekresi mineralokortikoid-aldosteron. Sekresi aldosteron diatur oleh
konsentrasi angiotensin II dan kalium ekstrasel.
b. Zona fasikulata: lapisan tengah dan terlebar, sekresi glukokortikoid-kortisol,
kortikosteron, dan sejumlah kecil androgen dan esterogen adrenal. Sekresi diatur oleh
axis hipotalamus-hipofisis oleh hormon adrenokortikotropik (ACTH).
c. Zona retikularis: sekresi androgen adrenal dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
androstenedion, dan sejumlah kecil esterogen dan glukokortikoid. Sekresi diatur oleh
ACTH, dan faktor lain seperti hormon perangsang-androgen korteks yang disekresi oleh
hipofisis.
Gambar 1: Kelenjar Adrenal
Dari korteks adrenal dikenali lebih dari 30 jenis hormon steroid, namun hanya dua
jenis yang jelas fungsional, yaitu aldosteron sebagai mineralokortikoid utama dan kortisol
sebagai glukokortikoid utama. Aktivitas mineralokortikoid mempengaruhi elektrolit
(mineral) cairan ekstrasel, terutama natrium dan kalium. Sedangkan glukokortikoid
meningkatkan glukosa darah, serta efek tambahan pada metabolisme protein dan lemak
seperti pada metabolisme karbohidrat.
Bagian dalam kelenjar disebut medula mengandung sel kromafin yang merupakan
sumber penghasil hormon jenis katekolamin yaitu hormon adrenalin dan norepinefrin,
dengan jenjang reaksi yang distimulasi kelenjar hipotalamus sbb:
Tirosina → DOPA → dopamina → norepinefrin → adrenalin
Hormon kortisol dari zona fasikulata yang menjadi medulla akan menstimulasi
sintesis enzim phenylethanolamine-N-methyltransferase yang mempercepat konversi
norepinefrin menjadi adrenalin. Sekarang akan dibahas lebih lanjut mengenai hormon
kortisol yang berkaitan dengan Cushing syndrome dan Addison diseasae.
Hormon Glukokortikoid
Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan hasil
dari sekresi kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil
aktivitas glukokortikoid yang cukup penting diatur oleh kortikosteron.
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut: 1)
perangsangan glukoneogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan pengangkutan
asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot; 2) penurunan pemakaian glukosa
oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH untuk membentuk NAD+; dan 3)
peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal” dengan menurunkan sensitivitas
jaringan terhadap insulin.
Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut: 1) pengurangan
protein sel; 2) kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma; dan 3) peningkatan
kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam amino ke sel-sel ekstrahepatik,
dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-sel hati. Jadi, mungkin sebagian besar efek
kortisol terhadap metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan kortisol untuk
memobilisasi asam amino dari jaringan perifer, sementara pada waktu yang sama
meningkatkan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.
Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut: 1) mobilisasi asam
lemak akibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak sehingga
menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan 2) obesitas akibat kortisol berlebihan
karena penumpukan lemak yang berlebihan di daerah dada dan kepala, sehingga badan bulat
dan wajah “moon face”, disebabkan oleh perangsangan asupan bahan makanan secara
berlebihan disertai pembentukan lemak di beberapa jaringan tubuh yang berlangsung lebih
cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.
Selain efek dan fungsi yang terkait metabolisme, kortisol penting dalam mengatasi
stres dan peradangan karena dapat menekan proses inflamasi bila diberikan dalam kadar
tinggi, dengan mekanisme menstabilkan membran lisosom, menurunkan permeabilitas
kapiler, menurunkan migrasi leukosit ke daerah inflamasi dan fagositosis sel yang rusak,
menekan sistem imun sehingga menekan produksi limfosit, serta menurunkan demam
terutama karena kortisol mengurangi pelepasan interleukin-1 dari sel darah putih. Kortisol
juga dapat mengurangi dan mempercepat proses inflamasi, menghambat respons inflamasi
pada reaksi alergi, mengurangi jumlah eosinofil dan limfosit darah, serta meningkatkan
produksi eritrosit, walaupun mekanismenya yang belum jelas.
Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut: 1)
hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel; 2) hormon berikatan dengan reseptor
protein di dalam sitoplasma; 3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna
urutan DNA pengatur spesifik, yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk
membangkitkan atau menekan transkripsi gen; dan 4) glukokortikoid akan meningkatkan
atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein
yang memperantarai berbagai pengaruh fisiologis.
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis.
ACTH ini merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh
CRF/CRH (Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus. ACTH ini
mengaktifkan sel adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik
adenosin monofosfat (cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif
terhadap sekresi ACTH dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis dan
hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH, dan kortisol kembali menjadi normal.
Berlawanan dengan aldosteron, kortisol pada keadaan tertentu dapat menyebabkan
retensi Na+ dan meningkatkan ekskresi K+, tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada
aldosteron. Hal ini disebabkan karena kortisol dapat menambah kecepatan filtrasi glomeruli;
selain itu kortisol juga dapat meningkatkan sekresi tubuli ginjal.
Sumber : Guyton
Komplikasi
Komplikasi dari penyakit Addison berkaitan dengan penyakit dasarnya. Pada kasus yangti d a k d i t a n g a n i d e n g a n b a i k , d a p a t m e n g a k i b a t k a n k r i s i s a d d i s o n i a n , y a n g d i t a n d a i dengan penurunan tekanan darah, penurunan glukosa darah, dan peningkatan kalium.