edisi revisi bahan ajar...edisi revisi bahan ajar metode penelitian dan penulisan hukum kode mk : (...
Post on 19-Jan-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
EDISI REVISI BAHAN AJAR
METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM
KODE MK : ( BNI4224 )
OLEH :
I GUSTI NGURAH DHARMA LAKSANA, S.H., M.Kn
I GUSTI AGUNG MAS RWA JAYANTIARI, S.H., M.Kn
ANAK AGUNG ISTRI ARI ATU DEWI, S.H., M.H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR 30 JUNI 2016
i
KATA PENGANTAR
Atas asung kertha wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa
proses penyelesaian buku bahan ajar Metode Penelitian dan Penulisan Hukum edisi revisi
ini dapat diselesaikan sesuai harapan. Penyempurnaan buku bahan ajar ini dilakukan karena
pentingnya panduan pe-ngajaran pada Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar
berkaitan dengan mata kuliah metode penelitian dan penulisan hukum. Hal ini kita sadari
bersama bahwa mengingat hingga saat ini belum banyak karya tulis yang secara
komprehensif tentang metode penelitian dan penulisan hukum yang baku sebagai pedoman
khususnya bagi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Udayana yang tengah menempuh
mata kuliah ini dan mempersiapkan penyusunan skripsi.Hadirnya buku bahan ajar ini
diharapkan yang dapat memberikan gambaran yang jelas dan sistematis mengenai proses
penelitian dari awal perencanaan dalam bentuk usulan proposal hingga penulisan laporan
penelitian sesuai dengan kaidah penulisan akademik.
Buku bahan ajar ini memuat uraian intisari kuliah metode penelitian dan penulisan
hukum yang didasari oleh berbagai sumber referensi berupa literatur terkait sehingga
terangkai menjadi satu kesatuan yang sistematis. Hal ini tentu akan mempermudah
mahasiswa dalam mempelajarinya karena dapat mremahami secara utuh terhadap metode
penelitian dan penulisan hukum yang nantinya dapat digunakan sebagai landasan dalam
penyusunan skripsinya.
Dalam mewujudkan buku bahan ajar ini, tim penyusun telah berusaha maksimal agar
hasil sesuai dengan harapan. Tetapi dengan segala keterbatasan yang ada, penyusun
menyadari bahwa buku bahan ajar ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran
dari berbagai pihak sangat membantu penyempurnaan hasil revisi ini. Atas kritik dan saran
dari semua pihak tersebut kami ucapkan banyak terima kasih. Tidak lupa, Terimakasih kami
ii
sampaikan pula kepada teman-teman dan pada guru besar khususnya pada bagian hukum dan
masyarakat yang telah memberikan masukan dalam penyusunan bahan ajar ini.
Akhir kata kami tujukan kepada para mahasiswa untuk mempelajari bahan ajar ini
dengan baik sehingga dapat memperoleh pemahaman mengenai metode penelitian dan
penulisan hukum ini dengan baik. Sehingga pada akhirnya akan mampu dan cakap dalam
menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa Fakultas Hukum dengan menghasilkan skripsi
yang baik dan berkontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Denpasar, 30 Juni 2016
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1. Berbagai Cara Menemukan Kebenaran .................................. 1
2. Pengertian Penelitian .............................................................. 3
3. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
4. Jenis-Jenis Penelitian .............................................................. 5
BAB II PENELITIAN HUKUM ............................................................ 7
1. Pengertian Penelitian Hukum ................................................. 7
2. Jenis – Jenis Penelitian ............................................................ 8
a. Penelitian Hukum Normatif ............................................. 9
b. Penelitian Hukum Empiris ............................................... 11
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 15
1. Langkah Umum Penelitian ..................................................... 15
2. Perencanaan Penelitian ........................................................... 18
3. Pengumpulan Data .................................................................. 26
4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 29
BAB IV METODE PENULISAN HUKUM ........................................... 31
1. Obyek dan Jenis Penulisan Hukum ......................................... 31
2. Metode Penulisan Skripsi ....................................................... 31
DAFTAR BACAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Berbagai cara menemukan kebenaran
Manusia dalam hidupnya selalu disertai oleh rasa ingin tahu terhadap apa yang ada
disekitarnya, mulai dari saat ia mengenal lingkungan di waktu balita hingga meninggal dunia.
Rasa ingin tahu itu membawa manusia kepada upaya untuk memperoleh jawaban, baik
dengan melalui cara bertanya maupun cara-cara lainnya sesuai dengan perkembangan
dirinya. Pada tahapan selanjutnya rasa ignin tahu itu mengarahkan manusia kepada satu
upaya untuk mendapatkan satu kebenaran akan sesuatu atau kemanfaatannya.
Dalam kehidupan manusia dijumpai beberapa cara atau upaya yang ditempuh untuk
mendapatkan kebenaran yang memberikan manfaat baik bagi diri pribadi maupun bagi
kehidupan bersama.Hasrat ingin tahu manusia terpenuhi, manakala ia memperoleh
pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakan ( permasalahan). Dan pengetahuan yang
diinginkannya adalah pengetahuan yang benar atau kebenaran. Untuk memperoleh
pengetahuan tadi, manusia dapat melakukan baik melalui pendekatan non ilmiah maupun
pendekatan ilmiah. ( Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004 : 2)
Pendekatan nonilmiah dilakukan antara lain menggunakan akal sehat,
prasangka/dugaan, intuisi, atau penemuan kebetulan atau coba-coba ( trial and error).
Penemuan jenis ini diperoleh tanpa kepastian, karena merupakan kegiatan coba-coba yang
dilakukan tanpa sadar. Temuannya terjadi secara kebetulan. Tata kerja dan cara
pemecahannya masih dicari-cari dengan berproses. Observasi yang dilakukan sifatnya sangat
sederhana dan belum ada langkah-langkah sistematis dan terkontrol. Sedangkan pendekatan
ilmiah menuntut dilakuannya cara-cara atau langkah-langkah yang runtut dan sistematis,
sehingga dicapai pengetahuan yang benar. ( Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004 : 2-3)
Lebih lengkapnya, peneliti menemukan kebenaran dengan berbagai cara yaitu :
1.1. Cara tidak ilmiah (atau semi ilmiah) yang meliputi :
a). Dengan melalui peristiwa kebetulan,
b). Dengan cara coba-coba (trial and error),
c). Dengan spekulasi,
d). Dengan mengikuti pendapat otoritas, atau pendapat umum (common sense)
e). Dengan berpikir kritis (logika/nalar),
f). Dengan berdasarkan pada pengalaman.
2
1.2. Cara Ilmiah.
Cara ilmiah merupakan cara yang biasa diikuti dalam ilmu pengetahuan.
Sebagaimana diketahui bahwa ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan tentang
sesuatu yang tersusun secara sistematis dan bulat dengan landasan metode ilmiah. Ilmu
pengetahuan memiliki tiga unsur yaitu : obyek, sistem dan metode. Ketiga unsur ini
sebenarnya tidak hanya dimiliki oleh ilmu pengetahuan tetapi juga oleh pengetahuan lainnya
seperti filsafat, agama dll. Apa yang membedakan ilmu dengan pegetahuan lainnya itu adalah
pada metodenya. Metode ilmu bercirikan logika dan empiri, dalam artian cara kerjanya
memadukan antara kegiatan logika dan dukungan pengalaman, sehingga metode ilmiah
dikatakan sebagai cara kerja yang memiliki sifat rasional empiris. Dalam implementasinya,
metode ilmiah mengikuti alur : logico – hipotetico – verifikatif. Maknanya adalah : bahwa
apabila hendak menjawab suatu masalah pertama-tama masalah itu didekati dengan
menggunakan logika yaitu dengan mencari teori-teori yang dianggap relevan dengan masalah
yang diteliti dan melalui proses logika (deduksi) diambil suatu kesimpulan sementara yang
disebut hipotesis. Selanjutnya hipotesis dicocokkan dengan kenyataan yang ada (verifikasi)
untuk selanjutnya diambil kesimpulan akhir yang disebut dengan thesis. Thesis ini adalah
kesimpulan akhir yang bersifat ilmiah.
Cara-cara menemukan kebenaran yaitu dengan melakukan penelitian memiliki
keterkaitan dengan upaya seseorang memperoleh pengetahuan. Hubungan antara penelitian
dengan ilmu pengetahuan adalah erat sekali. Keeratan ini dapat diumpamakan zat dengan
sifat, bagaikan gula dengan manisnya. Oleh karena itu, penelitian adalah proses, sedangkan
hasil dari proses adalah ilmu. Hal ini oleh Zainuddin Ali (2014) digambarkan sebagai berikut
:
Proses Hasil
Guna hasil akhir yaitu kebenaran, didalami lagi bahwa bila dilihat dari aspek filsafat
ilmu, dapat dikatakan penelitian dan ilmu merupakan proses. Sehingga gambar di atas
dapat dilengkapi sebagai berikut :
Penelitian Ilmu
3
Proses Proses Hasil
Ilmu merupakan proses untuk mencapai kebenaran sebagai suatu tujuan yang
dapat dicapai, namun pada umumnya kajian yang dilakukan seseorang dan/atau beberapa
orang dalam menemukan pengetahuan yang benar selalu diintai oleh kekeliruan. Oleh karena
itu , kebenaran hasil temuan melalui penelitian bersifat nisbi. Dalam hal ini apa yang
dianggap benar hari ini mungkin besok sudah berubah menjadi kekeliran dan kesalahan.
Namun demikian dalam situasi ini yang menonjol adalah sikap moral dan intelektual
ilmuawan terhadap kebenaran, sehingga kegiatan ilmuwan pada jiwanya merupakan
komitmen moral dan intelektual untuk mencoba mendekati kebenaran dengan cara yang
sejujur-jujurnya. ( Zainuddin Ali, 2014 :5 )
2.Pengertian Penelitian
Penelitian adalah kegiatan yang tergolong ilmiah. Dilihat dari akar katanya,
penelitian berasal dari kata teliti yang mendapat awalan pe, dan akhiran an, membentuk kata
kerja yang menggambarkan kegiatan yang didasari oleh ketelitian. Penelitian merupakan
terjemahan dari bahasa Inggris : research, yang mengandung makna menemukan (search)
kembali (re) artinya kegiatan ini berisikan upaya untuk menemukan dan menemukan kembali
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi manusia.
Penelitian sebagai aktivitas ilmiah merupakan bagian dari proses pengembangan
ilmu pengetahuan dan pencerdasan manusia. Ilmu pengetahuan pada hakekatnya dibangun,
dipelajari serta dikembangkan untuk memberi kemanfaatan bagi umat manusia agar tercipta
sebuah tatanan hidup dinamis dan harmonis. Untuk membangun ilmu pengetahuan ,
menuntut prosesi penelitian yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan
parameter kebenaran ilmiah. Prinsip-prinsip penelitian seperti konsistensi, sistematis dan
terukur harus selalu dijadikan pegangan bagi para reserach staff supaya hasil yang diberukan
digunakan dan terus dikembangkan sebagai dasar berpijak bagi kajian dan penelitian
selanjutnya. ( Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013 : 2)
Penelitian Ilmu Kebenaran
4
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli melalui tulisan-tulisannya, dan
tidak ada satu definisipun yang sama dengan defisini yang lainnya. Sebagai contoh misalnya
definisi yang dikemukakan oleh Koetjaraningrat dalam bukunya Metode Metode Penelitian
Masyarakat yang mengutip pandangan dari LIPI bahwa:
Penelitian dalam ilmui-ilmu sosial dan kemanusiaan adalah segala aktivitas
berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, mengklaskan, menganlisa dan
menafsir fakta-fakta serta hubungan-hubungan antara fakta-fakta alam,
masyarakat,kelakuan, dan rohani manusia guna menemukan prinsip-prinsip
perngetahuan dan metode-metode baru dalam usaha menganggapi hal-hal tersebut.
Sutrisno Hadi dalam bukunya Metodologi Research mengungkapna bahwa:
Penelitian adalah kegiatan ilmiah guna menemukan, mengembangkan dan menguji
kebenaran ilmu pejgetahuan.
Apabila definisi-definisi itu dicermati lebih dalam lagi maka penelitian dapat diartikan
sebagai satu kegiatan ilmiah untuk menjawab masalah. Sebagai satu kegiatan ilmiah,
penelitian sudah jelas berada dalam lingkungan ilmu pengetahuan, karena sifat ilmiah ada
dalam ilmu pengetahuan. Sebagai kegiatan ilmiah tentunya penelitian menggunakan metode
ilmiah seperti telah dikemukakan di atas, yaitu menggunakan metode rasional-empiris. Setiap
penelitian pasti bertujuan untuk memecahkan masalah, dengan kata lain tidak ada penelitian
tanpa masalah, apakah masalah itu sebagai sesuatu yang dihadapi dalam kehidupan
masyarakat (bersifat praktis) ataukah yang berada dalam lingkungan ilmu atau dalam pikiran
manusia (bersifat teoritis). Masalah merupakan sesuatu yang memerlukan jawaban atau jalan
keluar untuk mengatasinya, dan hasil dari jawaban itu dapat berupa teori, dalil, atau sesuatu
yang dapat memberikan manfaat. Masalah itu biasanya terwujud dalam pertanyaan-
pertanyaan yang perlu dicari jawabannya melalui penelitian.
3. Manfaat Penelitian
Sebagai satu kegiatan ilmiah, penelitian memiliki manfaat, seperti halnya manfaat
yang dapat diberikan oleh ilmu pengetahuan pada umumnya, yaitu manfaat bagi ilmu
pengetahuan dan bagi masyarakat.
Manfaat yang dapat diberikan bagi ilmu pengetahuan yang disebut pula dengan
manfaat teoretis, adalah dalam bentuk penemuan (ilmu pengetahuan baru), pengembangan
dan pengujian (ilmu pengetahuan yang ada. Dengan penelitian, ilmu pengetahuan akan
berkembang terus dan tidak pernah mengenal berhenti dan dengan demikian ilmu
5
pengetahuan akan dapat dirasakan manfaatnya secara terus menerus oleh masyarakat. Dengan
kata lain melalui penelitian, ilmu pengetahuan akan dapat terus mengisi fungsi pragmatisnya,
yaitu memberikan manfaat bagi masyarakat.
Manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian bagi masyarakat disebut dengan
manfaat praktis, dapat dibedakan dalam dua macam yaitu:
1. manfaat dalam aspek (yang bersifat) kausalitas dan
2. manfaat dalam aspek (yang bersifat) instrumentalis.
Manfaat dalam aspek (yang bersifat) kausalitas artinya bahwa penelitian dapat menyebabkan
atau mendorong gerak dan laju perkembangan masyarakat. Dalam hubungan ini penelitian
memberikan manfaatnya secara tidak langsung, yaitu melalui ilmu dan teknologi. Artinya
penelitian mengembangkan ilmu dan teknologi dan selanjutnya ilmu dan teknologi
tersebutlah yang mengakibatkan atau mendorong gerak laju perkembangan masyarakat.
Manfaat dalam aspek (yang bersifat) instrumentalis merupakan manfaat yang dapat diberikan
secara langsung oleh penelitian kepada masyarakat, yaitu sebagai alat (instrumen) untuk
memecahkan masalah-nasalah yang dihadapi oleh masyarakat, misalnya penelitian untuk
mengentaskan kemiskinan dsb. Jadi melalui penelitian tersebut, masyarakat akan dapat
menjawab/memecahkan masalah yang dihadapinya dengan menemukan jalan keluar yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
4. Jenis-Jenis Penelitian
Dilihat dari berbagai aspek yang menyertai kegiatan penelitian, dikenal beberapa jenis
penelitian yaitu:
1. Dilihat dari obyeknya ada berbagai macam penelitian seperti penelitian hukum,
penelitian sejarah, penelitian kedokteran dan sebagainya.
2. Dilihat dari sifatnya dikenal jenis-jenis penelitian :
a. penelitian eksploratoris (menjelajah, menjajagi), yaitu penelitian tahap awal
yang berupaya mengumpulkan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai
sesuatu hal yang baru atau langka;
b. penelitian deskriptif (menggambarkan), yaitu penelitian yang berupaya untuk
menggambarkan secara lengkap mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti;
c. penelitian eksplanatoris (menjelaskan), yaitu penelitian yang mencoba untuk
menjelaskan mengenai kemungkinan adanya hubungan antar dua variabel
6
(faktor) atau lebih. Penelitian ini sudah tergolong sebagai penelitian
mendalam.
3. Dilihat dari sumber data dikenal ada jenis penelitian :
a. penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang datanya bersumber pada bahan-
bahan pustaka atau bahan tertulis.
b. penelitian lapangan, yaitu penelitian yang sumber datanya adalah masyarakat,
dan lingkungan alam.
c. Penelitian laboratorium , yaitu penelitian yang sumber datanya ada di
laboratorium yang biasanya dilakukan dengan percobaan-percobaan
(eksperimen). Dalam arti luas, penelitian ini dapat dimasukkan dalam jenis
penelitian lapangan.
4. Dilihat dari manfaat yang diperoleh ada:
a. penelitian murni, yaitu penelitian yang memberikan manfaat semata-mata bagi
ilmu pengetahuan;
b. penelitian terapan, yaitu penelitian yang memberikan manfaat bagi
masyarakat.
Banyak lagi jenis-jenis penelitian lainnya yang dibedakan menurut aspek-aspeknya
yang lain.
7
BAB II
PENELITIAN HUKUM
1. Pengertian Penelitian Hukum
Penekitian Hukum ( Legal Research ) mempunyai peran yang sangat penting di dalam
kerangka pengembangan ilmu hukum dan mengungkapkan faktor penyebab timbulnya
masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum. Dari hasil penelitian itu, dapat diketahui
faktor penyebab dan bagaimana pemecahan dari masalah yang diteliti tersebut. Is.tilah
penelitian hukum berasal dari bahasa Inggris, yaitu legal reseach, bahasa Belandanya
ondrezoek de wet, sedangkan dalam bahasa Jermannya disebut dengan forschung das gesetz. (
H Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014 : 5)
Salim HS ( 2014) menguraikan rumusan definisi penelitian hukum yaitu penelitian
yang mengkaji dan menganalisis tentang norma-norma hukum dan bekerjanya hukum dalam
masyarakat yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, pemeriksaan
secara mendalam, pemecahan masalah dan mempunyai tujuan tertentu.
Suatu penelitian ilmiah yang mempelajari suatu gejala hukum tertentu dengan
menhanalisisnya atau melakukan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum untuk
kemudian mengusahan suatu pemecahan atas permasalahan yang timbul dari gejala yang
bersangkutan. Gejala dan fakta hukum memang memberikan ruang yang cukup untuk
menginterpretasikan hukum secara lebih luas. ( Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, 2013 : 27)
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji (1983) menyebutkan paradigma kerangka
konsepsional dalam suatu penelitian hukum meliputi :
1. Masyarakat hukum
2. Subyek hukum
3. Hak dan kewajiban
4. Peristiwa hukum
5. Hubungan hukum
6. Obyek hukum
Dalam penelitian hukum, adanya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka
teoritis menjadi syarat yang sangat penting. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan
beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian
hukum, dan di dalam landasan kerangka teoritis diuraikan segala sesuatu yang terdapat
dalam teori sebagai suatu sistem aneka “ theorema “ atau ajaran. ( Soerjono Soekanto dan
Sri Mamudji, 1983 : 7)
8
Lebih lanjut pengembangan konsep dalam penelitian hukum mempergunakan
paradigma kerangka konsepsional maupun landasan atau kerangka teoritis. Sebagai
contoh oleh Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji mengetengahkan perihal kerangka
konsepsional sebagai berikut :
1. Subyek hukum
Hukum kegunaannya adalah untuk menciptakan kedamaian, maupun untuk mencegah
dan menindak ketidak damaian antar pribadi. Pribadi hukum lazimnya disebut subyek
hukum yakni pendukung hak dan kewajiban.
2. Hak dan Kewajiban
Subyek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban; artinya subyek hukum
mempunyai :
a. Peranan yang harusdilaksanakan
b. Peranan yang tidak harus dilaksanakan
3. Peristiwa hukum
Disamping keadaan dan kejadian, maka sikap dalam hukum merupakan peristiwa
hukum. Sikap tindak dalam hukum terdiri dari tiga kelompok, yaitu :
a. Sikap tindak menurut hukum
b. Penyelewengan hukum
c. Sikap tindak lainnya
4. Hubungan Hukum
Klasifikasi hubungan hukum dikenal dalam :pembedaan hubungan sederajat dan
hubungan beda derajat dan pembedaan hubungan timbal nalik dan hubungan timpang
biasanya sepihak.
5. Obyek hukum
Obyek hukum yang meliputi misalnya bagaimana hukum dipahami dalam perannya
untuk menyelesaikan sengketa.
2. Jenis-Jenis Penelitian Hukum
Penelitian hukum merupakan satu jenis penelitian yang berobyekkan
hukum atau penelitian yang dilakukan terhadap hukum. Penelitian hukum tidak dapat
dilepaskan dari ilmu hukum sebagai dasarnya, sehingga jenis penelitian hukum juga
mengikuti jenis ilmu hukum yang mendasarinya.
Ilmu hukum dalam perkembangannya dibedakan dalam dua macam yaitu:
9
a). ilmu hukum normatif atau ilmu hukum dogmatik yang menelaah hukum dalam
kedudukannya sebagai norma (das sollen);
b). ilmu hukum empiris atau ilmu hukum non-dogmatik yang menelaah hukum dalam
kedudukannya sebagai gejala sosial atau sebagai satu kenyataan dalam masyarakat (das sein).
Dengan berdasar kepada kedua jenis ilmu hukum ini maka penelitian hukum juga dapat
dibedakan dalam dua macam yaitu :
a). penelitian hukum normatif, yang penelitian terhadap hukum dalam ke-dudukannya
sebagai norma. Sebagai contoh:
1. penelitian terhadap aturan hukum untuk peristiwa tertentu;
2. penelitian terhadap asas-asas hukum;
3. penelitian mengenai konsistensi aturan hukum;
4. penelitian mengenai sinkronisasi aturan hukum baik vertikal mau-pun horizontal;
5. penelitian terhadap sistematika aturan hukum;
6. penelitian terhadap sejarah hukum;
7. penelitian perbandingan hukum.
Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang ada dalam
( ilmu ) penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Data sekunder tersebut mempunyai
ruang lingkup sangat luas, meliputi surat-surat pribadi, buku-buku harian, buku-buku sampai
pada dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah.( Soerjono Soekanto, 1983 : 24)
Zainuddin Ali menyebut berdasarkan sudut pandang penelitian atas sebuah
sistematika mengenai macam-macam penelitian dan tujuannya , peneliti umumnya
mengumpulkan data yang bisa diperoleh langsung melalui wawancara dan survei di lapangan
yang berkaitan dengan perilaku masyarakat. Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui bahan pustaka. Di dalam penelitian hukum yang berkaitan dengan penelitian normatif
10
ini penggunaan bahan hukum dikategorikan menjadi 3 (tiga) karakteristik kekuatan
mengikatnya, yaitu sebagai berikut :
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri atas :
a. Norma atau kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD 45
b. Peraturan Dasar
c. Batang Tubuh UUD 1945
d. Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
e. Peraturan Perundang-undangan
f. Undang-Undang dan Peraturan setaraf
g. Peraturan pemerintah dan peraturan setaraf
h. Keputusan Presiden dan peraturan yang setaraf
i. Keputusan Menteri dan peraturan yang setaraf
j. Peraturan peraturan daerah
k. Bahan-bahan hukum yang belum dikodifikasikan, hal yang bisa ditemukan
dalam hukum islam dan hukum adat
l. Yurisprudensi
m. Traktat
n. Bahan hukum yang ada sejak zaman penjajahan Belanda yang sampai saat ini
masih berlaku, misalnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, dan sebagainya
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap
bahan hukum primer, misalnya : rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian,
hasil karya dari pakar hukum dan sebagainya.
11
3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap
bahan hukum primer dan sekunder. Misalnya : kamus, ensiklopedia, indeks
kumulatif, dan sebagainya.
Untuk penelitian hukum normatif, bahan- bahan hukum ini dipergunakan baik dalam
penelitian berikut :
1. Penelitian asas-asas hukum yang bertujuan menemukan asas hukum dan doktrin
hukum positif yang berlaku. Lazimnya disebut studi dogmatic atau penelitian doktinal
( doktrinal research).Untuk penelitian asas hukum tersebut, dapat memnfaatkan
metose historis, deskriptif, dan eksperinental. Pemanfaatan metode ini berkaitan
dengan dimensi waktu yang meliputi :
a. Penjelasan tentang masa lampau
b. Penjelasan tentang apa yang sekarang sedang berlangsung/berlaku
c. Penjelasan tentang masa yang akan datang
2. Penelitian tentang sistematika hukum
Ini dilakukan terhadap peraturan perundang-undangan tertentu atau hukum tertulis.
Tujuannya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertian pokok/dasar
hak dan kewajiban , peristiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum.
3. Penelitian terhadap Taraf Sinkronisasi Hukum yaitu penelitian terhadap taraf
sinkronisasi yang menjadi objek penelitian adalah sampai sejauh mana hukum positif
tertulis yang ada sinkron atau serasi satu sama lainnya. Hal ini dapat dilakukan
melalui dua faktor yaitu vertikal dan horisontal.(Zainuddin Ali, 2014)
b). Penelitian hukum empiris atau sosiologis (socio-legal research), yaitu merupakan salah
satu jenis penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji bekerjanya di dalam
masyarakat. Bekerjanya hukum dalam masyarakat dapat dikaji dari tingkat efektivitasnya
hukum, kepatuhan hukum, peranan lembaga atau institusi hukum didalam penegakan
12
hukum, implementasi aturan hukum, pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial
tertentu atau sebaliknya, pengaruh masalah sosial terhadap aturan hukum. ( Salim HS dan
Erlies Septiana Nurbani, 2014 : 20)
Penelitian terhadap hukum sebagai bagian dari kenyataan masyarakat, antara lain:
1. penelitian mengenai penerapan aturan hukum;
2. penelitian mengenai effektivitas aturan hukum;
3. penelitian mengenai pengaruh timbal balik antara hukum dengan gejala sosial
lainnya.
Khusus mengenai penelitian terhadap penerapan aturan hukum yang dijumpai di lembaga-
lembaga penegak hukum yang semata-mata dikaji dari sudut pandang aturan hukum yang
ada (berlaku), dapat disebut sebagai penelitian hukum yang bersifat empiris-yuridis,
sedangkan penelitian dalam hubungannya dengan perilaku warga masyarakat (seperti
penelitian mengenai efektivitas hukum) dan atau mengenai hubungan timbal balik antara
hukum dengan gejala sosial lainnya tergolong penelitian hukum yang empiris-sosiologis
(socio-legal research).
Soetandyo Wignyosoebroto, dalam tulisannya yang berjudul Tipologi Penelitian
Hukum, mencoba untuk membuat satu tipologi penelitian hukum dengan mengemukakan
bahwa setidak-tidaknya ada 4 tipe penelitian hukum yaitu :
1. Inventarisasi hukum positif, yang dilakukan dengan mengumpulkan dan
mengklasifikasi aturan-aturan hukum positip dalam bidang tertentu . Dalam
penelitian ini diperlukan konsep yang jelas mengenai hukum positip yang akan
diinventarisasikan, apakah mengikuti konsep hukum yang legalistik, sosiologis atau
antropologis.
2. Penelitian terhadap asas-asas dan doktrin hukum yaitu penelitian yang berupaya
menemukan azas-asas yang melandasi norma hukum positip yang berlaku, atau
13
menemukan ajaran-ajaran (doktrin) hukum. Penelitian ini disebut dengan penelitian
hukum doktriner.
3. Penelitian terhadap aturan hukum in concreto, yaitu penelitian terhadap aturan
hukum positip yang berlaku berkenaan dengan kasus-kasus riil yang terjadi di
masyarakat. Contoh penelitian terhadap putusan-putusan pengadilan (yurisprudensi).
4. Penelitian mengenai proses terbentuknya dan bekerjanya hukum dalam masyarakat.
Penelitian ini dinamakan pula dengan penelitian hukum sosiologis (socio legal
research) atau penelitian hukum non doktriner, karena tidak lagi bertumpu pada
ajaran-ajaran umum tentang hukum (dogmatik hukum) melainkan melihat hukum
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini hukum dilihat dalam
dua posisi yaitu : pertama dalam penelitian mengenai proses terbentuknya hukum,
hukum dilihat sebagai dependent variable yaitu sebagai variabel terikat yang
dipengaruhi oleh gejala-gejala sosial lainnya; kedua yaitu dalam penelitian mengenai
proses bekerjanya hukum dalam masyarakat, hukum dilihat sebagai independent
variable atau sebagai variabel bebas yang mempengaruhi gejala-gejala sosial lainnya
Sintesis pendapat beberapa ahli hukum tentang jenis penelitian ini oleh Salim HS
dijabarkan bahwa ada dua hal yang menjadi fokus kajian dalam penelitian hukum
empiris yaitu :
a. Subyek yang diteliti
b. Sumber data yang digunakan.
Subjek yang diteliti dalam penelitian ukum empiris yaitu perilaku hukum ( legal
behavior). Legal behavior yaitu perilaku nyata dari individu atau masyarakat yang
sesuai dengan apa yang dianggap pantas oleh kaidah-kaidah hukum yang berlaku.
Sementara itu sumber data yang digunakan untuk mengkaji penelitian hukum empiris
yaitu data primer. Data primer untuk mengkaji penelitian hukum ini merupakan data
14
yang berasal dari sumber utama, yaitu masyarakat atau orang-orang yang terkait
secara langsung dengan objek penelitian.
Objek kajian hukum empiris meliputi :
a. efektivitas hukum;
b. kepatuhan terhadap hukum;
c. peranan lembaga atau institusi hukum di dalam penegakan hukum;
d. implementasi aturan hukum;
e. pengaruh aturan hukum terhadap masalah sosial tertentu atau sebaliknya dan;
f. pengaruh masalah sosial terhadap aturan hukum. ( Peter Mahmud Marzuki, 2009
:87)
15
BAB III
METODE PENELITIAN HUKUM
1. Langkah-Langkah dalam Penelitian Hukum.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, cara kerja ilmiah yang memiliki sifat
rasional-empiris, dalam penelitian digambarkan dalam satu proses yang mengikuti alur:
logico-hipotetico-verifikatif. Alur proses ini menjadi dasar dalam menetapkan langkah-
langkah yang harus diikuti dalam melakukan penelitian. Apabila alur proses tersebut
dijabarkan dalam penelitian maka dapat dilihat langkah pokok dari penelitian adalah:
1. menetapkan masalah
2. menyusun kerangka pikir (logika)
3. merumuskan hipotesis
4. melakukan pengujian hipotesis (verifikasi)
5. mengambil kesimpulan.
Langkah-langkah ini merupakan langkah pokok dari penelitian yang dalam
pelaksanaannya masih memerlukan langkah-langkah tambahan yang fungsinya menjabarkan
atau mendahului langkah pokok tesebut. Sebagai contoh, sebelum menyusun kerangka pikir
diperlukan langkah tambahan berupa membaca buku atau tulisan-tulisan yang relevan dengan
masalah yang diteliti. Demikian pula dalam rangka melakukan pengujian hipotesis diperlukan
langkah-langkah sebagai penjabarannya yaitu: mengumpulkan data serta mengolah dan
menganalisis data dan sebelumnya perlu ditetapkan metode yang tepat untuk itu. Apabila
langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk penjabarannya maka dapatlah dirumuskan
langkah operasional dari penelitian sebagai berikut:
1. menetapkan masalah
2. memeriksa tulisan-tulisan yang relevan
3. menyusun kerangka pemikiran teoretis
16
4. merumuskan hipotesis
5. menetapkan metode penelitian
6. mengumpulkan data
7. mengolah dan menganalisis data
8. menetapkan kesimpulan
9. menuliskan laporan penelitian
Langkah-langkah yang dikemukakan di atas merupakan langkah-langkah dalam
penelitian yang bersifat eksplanatoris atau eksperimental. Untuk penelitian yang bersifat
eksploratoris dan deskriptif dijumpai penentuan langkah yang berbeda dan lebih sederhana
dibandingkan dengan penelitian eksplanatoris. Adapun langkah-langkah pokok untuk
penelitian eksploratoris dan deskriptif tersebut adalah :
1. menetapkan masalah
2. mengumpulkan data
3. mengolah dan menganalisis data
4. mengambil kesimpulan.
Apabila langkah-langkah pokok ini dijabarkan lagi dalam langkah yang lebih
operasional maka dapat dirumuskan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menetapkan masalah
2. memeriksa tulisan yang relevan
3. menetapkan metode penelitian
4. mengumpulkan data
5. mengolah dan menganalisis data
6. mengambil kesimpulan
7. menulis laporan penelitian.
17
Langkah-langkah yang dikemukakan di atas, baik untuk penelitian eksplanatoris
maupun eksploratoris dan deskriptif, dapat dikelompokkan lagi dalam 4 tahapan penelitian
yaitu :
1. Perencanaan Penelitian
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan dan Analisis Data
4. Penulisan Laporan Penelitian.
Setiap tahapan penelitian ini memiliki makna yang sama dalam mendukung
berhasilnya penelitian, sehingga harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya mulai dari
tahapan pertama sampai terakhir.
Penelitian hukum dapat berupa penelitian yang sifatnya deskriptif maupun
eksplanatoris. Karenanya manakala penelitian bersifat deskriptif maka langkah-langkah yang
diikuti adalah langkah-langkah untuk penelitian deskriptif seperti dikemukakan di atas.
Sedangkan apabila penelitiannya bersifat eksplanatoris maka diikuti langkah-langkah untuk
penelitian eksplanatoris. Penelitian hukum yang bersifat normatif umumnya bersifat
deskriptif, sedangkan penelitian hukum yang bersifat empiris bisa berupa penelitian deskriptif
atau eksplanatoris. Baik dalam penelitian hukum normatif maupun empiris dapat dilihat
penggunaan metode yang bersifat rasional empiris (dalam arti luas norma itupun merupakan
bagian dari pengalaman manusia, jadi bersifat empiris pula), hanya penggunaannya berbeda
antara penelitian hukum yang bersifat eksplanatoris dengan penelitian deskriptif. Dalam
penelitian hukum yang eksplanatoris penggunaan logika dimulai sejak awal dan hingga akhir
(analisis), sedangkan dalam penelitian hukum yang deskriptif penggunaan logika kelihatan
dalam tahapan analisisnya.
Kembali kepada tahapan penelitian seperti dikemukakan di atas berikut ini akan
dibahas satu persatu dari tahapan-tahapan penelitian tersebut.
18
2. Perencanaan Penelitian
Apabila diperhatikan langkah-langkah yang dikemukakan di atas, tampaknya dalam
penelitian yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak disertai dengan penyusunan
kerangka pemikiran teoretis dan perumusan hipotesis seperti yang dilakukan dalam
penelitian eksplanatoris. Dalam pembahasan mengenai perencanaan penelitian ini pokok
bahasan diarahkan pada penelitian yang bersifat eksplanatoris yang memiliki langkah-
langkah yang lebih lengkap.
Perencanaan penelitian sebagai tahapan awal dari kegiatan penelitian meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
1. menetapkan masalah
2. memeriksa tulisan yang relevan
3. menyusun kerangka teori
4. merumuskan hipotesis
5. menetapkan metode penelitian
Kegiatan perencanaan penelitian ini dalam prakteknya menghasilkan suatu usulan
penelitian yang perlu disampaikan kepada pemberi dana atau kepada lembaga yang terkait
untuk dinilai dan disetujui. Usulan penelitian ini disusun dengan mengikuti format tertentu
yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan.
1. Menetapkan Masalah
Masalah merupakan unsur utama dari suatu penelitian, karena penelitian tersebut
bertujuan untuk memecahkan/menjawab masalah dengan menggunakan metode tertentu.
Oleh karena itu dalam setiap penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu masalah yang akan
diteliti.
Dalam langkah menetapkan masalah ini ada tiga hal yang harus dilakukan oleh
peneliti yaitu:
19
1. mengidentifikasi masalah
2. menetapkan ruang lingkup masalah
3. merumuskan masalah
1. Identifikasi Masalah.
Masalah merupakan sesuatu persoalan yang memerlukan jawaban. Masalah itu
muncul karena adanya gap atau kesenjangan antara dan sollen dengan dan sein atau antara
harapan dan kenyataan, antara apa yang diinginkan dan apa yang dicapai, antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataannya dsb. Adanya kesenjangan ini didasarkan
pada penilaian peneliti sendiri yang dapat berada dalam kehidupan praktis (di masyarakat)
atau dalam lingkungan akademis (di bidang ilmu) dengan menunjukkan apa yang merupakan
das sollen dan apa yang menjadi das sein. Inilah yang merupakan hakekat dari masalah yang
akan diteliti dan dalam usulan penelitian dikemukakan sebagai latar belakang masalah.
Sebelum menetapkan satu masalah yang akan diteliti, peneliti harus menguji terlebih
dahulu mengenai layak tidaknya masalah tersebut untuk diteliti dengan menggunakan
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria
yang biasa digunakan dapat dibedakan dalam dua macam yaitu:
1. masalah tersebut harus dapat diteliti (researchable)
2. penelitian terhadap masalah tersebut dapat dilakukan (managable).
Ad. 1. Masalah harus researchable. Kriterianya adalah :
1. harus ada data yang dapat dicari atau dikumpulkan. Data merupakan syarat yang
bersifat mutlak, karena tanpa data tidak mungkin untuk melakukan penelitian.
2. harus jelas batas-batasnya. Dengan batas yang jelas maka penelitian akan dapat
dikontrol dengan sebaik-baiknya.
20
3. harus dapat memberikan sesuatu yang baru. Kriteria ini berkaitan dengan tujuan untuk
mengembangkan hasil-hasil penelitian, sehingga tidak hanya merupakan pengulangan
saja dari apa yang telah dilakukan sebelumnya.
4. harus dapat memberikan manfaat. Ini sesuai dengan hakekat penelitian yang
diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi ilmu maupun masyarakat.
5. harus menarik untuk diteliti. Kriteria ini bersifat subyektif karena berkaitan dengan
peneliti sendiri di dalam melakukan penelitiannya. Apabila masalahnya menarik tentu
si peneliti menjadi serius dan tekun dalam melakukan penelitiannya.
Ad.2. Penelitian terhadap masalah harus managable. Kriterianya adalah:
1. harus ada kemampuan untuk meneliti masalah tersebut, secara akademik yang
menyangkut penguasaan teori dan metodologi.
2. harus ada kemampuan finansiil untuk mendukung pelaksanaan penelitian yang
meliputi biaya, tenaga dan waktu.
2. Menetapkan ruang lingkup masalah
Langkah ini merupakan jabaran dari upaya memperjelas batas-batas masalah yang
diteliti, dengan menunjukkan aspek-aspek dari masalah tersebut yang akan diteliti
(menyangkut materi masalahnya atau obyek penelitiannya) dan mengenai batas-batas lingkup
wilayah penelitiannya. Penetapan ruang lingkup masalah ini erat kaitannya dengan
kemampuan finansiil (biaya, tenaga dan waktu) yang dimiliki si peneliti.
3. Merumuskan masalah
Setiap masalah memerlukan jawaban melalui penelitian. Oleh krrena itu masalah
lazimnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan (dengan kalimat tanya), yang
dirumuskan secara singkat dan menggambarkan secara jelas variabel-variabelnya. Dengan
kata lain perumusan masalah harus memperhatikan syarat sebagai berikut:
1. dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
21
2. rumusannya singkat
3. jelas variabelnya.
2. Memeriksa Tulisan-Tulisan yang Relevan.
Langkah ini memiliki makna mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada sangkut
pautnya dengan masalah yang diteliti, baik dalam rangka mempertajam masalah tersebut
maupun dalam rangka menyusun kerangka teoretis. Langkah ini sering disebut dengan studi
eksploratoris karena berupaya mengumpulkan bahan yang sebanyak-banyaknya berkenaan
dengan masalah yang diteliti. Dalam rangkaian proses penelitian, langkah ini memiliki fungsi
:
1. untuk memperjelas dan mempertajam masalah
2. membantu penyusunan kerangka pemikiran teoretis dan perumusan hipotesis
3. menghindarkan terjadinya penelitian ulangan.
Di dalam memilih bahan-bahan pustaka tersebut ada dua prinsip yang harus
diperhatikan yaitu :
1. prinsip relevansi, artinya bahwa bahan pustaka yang diperiksa harus benar-benar
dekat hubungannya dengan masalahnya.
2. prinsip recency (kemutakhiran) artinya, bahan-bahan yang diperiksa berasal dari
publikasi yang terakhir (terbaru).
3. Menyusun Kerangka Teoretis (Kerangka Berpikir).
Langkah ini sering disebut dengan Kerangka Teori karena mengungkap teori-teori
yang dipandang relevan dengan masalah, atau Kerangka Pemikiran Teoretis (Kerangka
Teoretis) karena baru dalam taraf pemikiran-pemikiran peneliti sendiri tanpa adanya teori-
teori yang relevan atau hanya mengacu kepada pendapat-pendapot yang ada (bukan teori).
Kerangka teori (teoretis) ini merupakan suatu uraian yang cukup panjang yang
memberikan gambaran mengenai pemikiran dari peneliti, dengan menggunakan logika
22
deduksi, berkenaan dengan masalah yang diteliti. Dengan bertitik tolak pada teori-teori yang
ada atau pendapat-pendapat dari para ahli (sarjana), peneliti mencoba untuk menelaah
masalahnya untuk akhirnya sampai pada kesimpulan teoretis yang disebut dengan hipotesis.
4. Merumuskan Hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang sifatnya teoretis karena dihasilkan
melalui suatu pemikiran yang bersifat teoteris. Dikatakan sebagai jawaban sementara karena
masih diperlukan pengujian-pengujian lebih lanjut melalui proses verifikasi untuk
menghasilkan jawaban akhir (tesis).
Dilihat dari fungsinya, hipotesis dapat dibedakan dalam dua macam yaitu :
1. hipotesis kerja, yang berfungsi untuk memberikan arah kepada penelitian dalam
proses selanjutnya.
2. hipotesis penguji yaitu hipotesis yang disusun secara berlawanan dengan hipotesis
kerja yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis kerja tersebut. Rumus-
rumus statistik yang ada lazimnya disusun untuk pengujian hipotesis penguji,
sehingga apabila hipotesis penguji diterima berarti hipotesis kerja tidak dapat diterima
(ditolak).
Dilihat dari rumusannya, dikenal dua macam hipotesis, sejalan dengan
pengelompokan menurut fungsinya. Hipotesis yang dimaksud adalah:
1. hipotesis alternatif, yang lazimnya digunakan untuk rumusan hipotesis kerja, karena
mengemukakan alternatif jawaban yang dianggap tepat bagi masalahnya. Hipotesis
alternatif ini dapat dibedakan lagi dalam : hipotesis yang directional yaitu yang
menggambarkan secara jelas hubungan yang ada antara variabel yang diteliti, dan
hipotesis non-directional yaitu yang tidak menggambarkan secara jelas pola
hubungan yang dimaksud. Hipotesis yang directional dapat dibedakan lagi dalam dua
23
macam yaitu hipotesis directional yang direct yaitu yang menggambarkan hubungan
yang sejalan, dan hipotesis directional yang inverse yaitu yang berlawanan arah.
Contoh:
“Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula tingkat kesadaran
hukumnya” (hipotesis directional yang direct).
“Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah tingkat kesadaran
hukumnya”(hipotesis directional yang inverse).
“Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesadaran hukum”
(hipotesis non-directional)
2. hipotesis nol, yang digunakan untuk rumusan hipotesis penguji dengan rumusan yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan atau perbedaan antara variabel yang diteliti.
Contoh:
“tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesadaran hukum”.
5. Menetapkan Metode Penelitian
Langkah ini merupakan persiapan untuk melakukan pengujian hipotesis, dengan
langkah-langkah yang sangat variatif sekali tergantung pada instansi/lembaga yang terkait
sebagai penyandang dana atau pelaksana pendidikan. Pada pembahasan ini disesuaikan
dengan pedoman yang ada mengenai penyusunan skripsi bagi mahasiswa S1 di Fakultas
Hukum UNUD.
a. Jenis Penelitian : Sesuai dengan bahasan dalam Bab II Buku bahan ajar ini dengan
mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan secara lebih mendalam, mahasiswa akan dapat
mengkategorikan jenis penelitiannya yaitu apakah yang kemudian difokuskan pada jenis
penelitian hukum normatif ataukah jenis penelitian hukum empiris.
24
b. Pendekatan masalah
Langkah ini disesuaikan dengan tipe penelitian yang dilakukan yaitu apakah
penelitian hukum normatif ataukah empiris. Jika penelitiannya bersifat normatif maka
pendekatannya adalah pendekatan normatif yang bertumpu pada norma-norma atau teori-
teori yang ada berkenaan dengan hal itu. Sedangkan, jika penelitiannya bersifat empiris maka
pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan empiris (sosiologis) dengan bertumpu pada
teori dan fakta-fakta yang ada di masyarakat.
Dapat pula terjadi kedua pendekatan ini digunakan secara bersamaan, tergantung pada
masalahnya.
c. Sumber data.
Sumber data yang dimaksud adalah sebagai sumber dari mana data diperoleh. Sumber
ini dapat berupa bahan-bahan tertulis (bahan pustaka), dan dapat pula berupa lingkungan
alam/masyarakat. Apabila sumber data tersebut adalah lingkungan masyarakat, maka secara
konkrit sumber data tersebut berupa orang-orang yang mengetahui atau dianggap mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Orang-orang ini sebagai sumber data
dapat dibedakan dalam dua macam yaitu : 1), Responden adalah orang-orang yang
memberikan data (keterangan) berkenaan dengan dirinya dan apa yang dialaminya sendiri;
dan 2). Informan yaitu orang-orang yang memberikan keterangan mengenai orang lain.
d. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data juga tergantung pada jenis penelitian dilihat dari sumber
data di atas. Apabila sumber datanya dalah bahan-bahan pustaka maka teknik pengumpulan
datanya menggunakan teknik pengumpulan data kepustakaan yang lazimnya berupa teknik
kutipan dan teknik ringkasan (saduran). Apabila sumber datanya di masyarakat maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data lapangan yang meliputi
teknik observasi (pengamatan), wawancara (interview) dan kuesioner (angket). Pemilihan
25
teknik pengumpulan data tersebut disesuaikan dengan masalah penelitiannya dan kondisi
lapangannya. Mengenai hal ini lebih lanjut akan dibahas dalam tahapan pengumpulan data.
d. Teknik Pengolahan dan Analisis data.
Pada bagian ini digambarkan mengenai teknik pengolahan data yang digunakan
setelah data terkumpul, apakah akan menggunakan teknik pengolahan yang bersifat kualitatif
ataukah kuantitatif. Demikian pula mengenai analisisnya apakah akan menggunakan analisis
berdasarkan statistik ataukah hanya berupa analisis isi (content analysis). Lebih lanjut hal ini
akan dibahas dalam tahapan Pengolahan dan Analisis Data.
Demikialah langkah-langkah yang diikuti dalam tahapan Perencanaan Penelitian yang
nantinya dirumuskan dalam satu usulan penelitian (proposal) yang formatnya menyesuaikan
dengan kepentingan lembaga terkait. Untuk pembuatan skripsi, penyusunan proposal/usulan
penelitian mengikuti pedoman yang telah disusun sebagai acuan agar ada keseragaman .
Lebih jauh bila mahasiswa yang memprogram tugas akhir berupa skripsi pedoman bakunya
yaitu sesuai dengan lihat pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana Edisi yang
terakhir yaitu Tahun 2013.
26
3. PENGUMPULAN DATA
3.1. Pengertian data
Langkah pengumpulan data merupakan langkah selanjutnya setelah perencanaan
penelitian selasai dikerjakan dalam satu wujud proposal untuk penelitian tersebut. Sebelum
melakukan pengumpulan data yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis atau
memberikan jawaban atas masalah penelitian yang bersangkutan, peneliti harus memahami
hakekat dari data yang akan dikumpulkannya.
Apakah yang dimaksud dengan data?
Data mengandung makna plural (jamak) dengan asal kata datum (bentuk tunggal/singular)
dapat diartikan sebagai segala informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau
menjawab masalah yang diteliti. Informasi ini dapat diperoleh dari orang-orang yang terkait
atau dari sumber tertulis dan dalam berbagai bentuk dan sifatnya. Atas dasar berbagai aspek
yang menyertai data tersebut maka data dapat dibedakan dalam beberapa macam.
3.2. Jenis-jenis data.
Data dapat dikelompokkan ke dalam berbagai macam/jenis dilihat dari aspek-aspek
tertentu yang terkait dengannya yaitu:
a. dilihat dari sifatnya data dapat dibedakan dalam:
1. data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama
2. data skunder, yuaitu data yang diperoleh dari sumber kedua.
b. dilihat dari sumbernya, data dapat dibedakan dalam:
1. data pustaka, yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis, yang berupa
buku-buku ilmiah, buku pelajaran, majalah dan lain sebagainya.
2. data lapangan, yaitu data yang diperoleh dari lingkungan masyarakat berupa
orang-orang atau lingkungan alam dengan segala isinya.
c. dilihat dari bentuknya data dapat dibedakan dalam:
27
1. data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka atau dapat diangkakan.
2. data kualitatif, yaitu data yang tidak berupa angka-angka atau tidak dapat
diangkakan.
3.3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data terkait dengan jenis data dilihat dari sumbernya yaitu data
kepustakaan dan data lapangan. Jenis data ini diikuti oleh teknik pengumpulan data yang
tersendiri.
Untuk data kepustakaan, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan sistem
kartu, artinya peneliti membuat kartu-kartu yang digunakan untuk mencatat data dari bahan
pustaka tersebut. Setidaknya ada 3 jenis kartu yang dapat digunakan yaitu : kartu kutipan,
kartu ringkasan, dan kartu saduran. Dalam setiap kartu dicantumkan sumber data pustaka
yang bersangkutan mulai dari judul, penulis, penerbit, tempat penerbit, tahun, dan halaman.
Kartu kutipan berisikan kutipan yang diambil dari satu bahan pustaka. Yang dimaksud
dengan kutipan adalah pengambilan bagian tertentu dari bahan pustaka yang disalin sesuai
dengan aslinya tanpa penambahan dan pengurangan. Kartu ringkasan berisikan ringkasan dari
bahan yang diambil, dengan mengurangi beberapa kata/kalimat yang dipandang tidak perlu.
Kartu saduran berisikan uraian yang hanya memuat intisari dari bahan pustaka yang diambil,
dengan menggunakan kalimat sendiri.
Untuk data lapangan dapat digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
a. observasi, yaitu satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan disertai
dengan pencatatan secara sistematis. Obnservasi dilakukan untuk peristiwa yang sedang
terjadi/berlangsung. Karena keterbatasan kemampuan peneliti untuk mengamati segala
aspek dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat maka peneliti dapat
menggunakan alat bantu berupa video atau photo kamera, tape recorder dan sebagainya
atau dengan menggunakan tenaga yang banyak untuk keperluan itu. Observasi dapat
28
dibedakan dalam dua macam yaitu: obersvari partisipasi dan observasi non-portisipasi.
Observasi partisipasi adalah observasi yang dilakukan dengan menjadikan diri peneliti
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat yang dijadikan obyek observasi. Dengan
observasi seperti ini diharapkan segala situasi yang terjadi berlangsung secara alamiah
sebagaimana adanya. Namun observasi ini dalam pelaksanaannya harus juga
memperhatikan unsur moralitas. Observasi non-partisipasi adalah observasi yang
dilakukan oleh peneliti sebagai orang luar terhadap lingkungan masyarakat yang
diobservasinya. Teknik ini digunakan manakala waktu observasi agak terbatas.
b. wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara
sepihak antara peneliti (pengumpul data) dengan sumber data (responden/informan).
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan pendapat orang,
mengenai peristiwa yang sudah terjadi dan sebagainya. Teknik wawancara ada dua macam
yaitu : wawancara bebas dimana peneliti melakukan wawancara tanpa bantuan daftar
pertanyaan yang tertulis melainkan langsung dilakukan sesuai dengan kemampuan yang
ada dalam dirinya (pikirannya). Kemudian ada wawancara berstruktur yaitu wawancara
yang dilakukan dengan berpatokan pada satu pedoman wawancara (interview guide) atau
pada satu daftar pertanyaan yang lengkap (interview schedule). Dalam melaksanakan
wawancara diharapkan peneliti menjalin hubungan yang kondusif dengan sumber data
agar data yang diperoleh sesuai dengan apa adanya.
c. kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
memberikan/mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh sumber data. Daftar
pertanyaan tersebut disusun secara lengkap, bisa dirumuskan secara tertutup (dengan
alternatif jawaban) atau terbuka (jawaban bebas dari sumber data)
Dalam satu penelitian ketiga teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan secara
bersama-sama atau secara sendiri-sendiri tergantung pada masalahnya dan sumber datanya.
29
4. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
4..1. Pengertian Pengolahan data
Pengolahan data mengandung pengertian sebagai satu langkah atau upaya untuk
membuat data (mentah) yang diperoleh di lapangan menjadi bermakna (berbicara) dalam
artian memberikan jawaban atas masalah yang diteliti. Pengolahan data dapat bersifat
kualitatif dan kuantitatif tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Kedua jenis
pengolahan data ini mengikuti pola yang berbeda, namun dalam beberapa hal menunjukkan
kesamaan.
4.2. Langkah-langkah Pengolahan data
Langkah-langkah pengolahan data, khususnya yang bersifat kuantitatif (dalam
beberapa hal juga dilakukan untuk yang bersifat kualitatif) adalah :
1. Editing : yaitu memeriksa data yang berkaitan dengan kejelasan, konsistensi dan
keseragaman ukuran yang digunakan.
2. Coding : yaitu memberikan kode kepada jawaban yang diperoleh, khususnya untuk
pertanyaan-pertanyaan yang terbuka (jawabannya diserahkan sepenuhnya kepaa
sumber data). Pemberian kode ini gunanya untuk memudahkan nantinya dalam
melakuikan perhitungan frekwensi jawaban yang bersangkutan. Untuk pertanyaan
yang sifatnya tertutup langkah ini sudah dilakukan sebelumnya (pada saat penyusunan
pertanyaan) dan disebut dengan pra-coding
3. Tallying : menghitung frekwensi (kehadiran) jawaban dari seluruh responden yang
telah terisikan dalam daftar pertanyaan yang dikumpulkan.
4. Tabulating (tabulasi) yaitu membuat tabel-tabel sesuai dengan hasil perhitungan
frekwensi jawaban sebelumnya. Tabel-tabel yang dibuat dapat berupa tabel frekwensi
(saja) atau tabel silang yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Dari tabel-tabel
30
tersebut akan dapat dibaca jawaban-jawaban yang ada yang nantinya dapat
dihubungkan dengan masalah yang diteliti.
4.3. Analisis data
Dari hasil pengolahan data ini yang berupa tabel-tabel nantinya dapat dilakukan satu
analisis yaitu menilai atau memberikan interpretasi pada hasil yang diperoleh dengan
menggunakan logika, baik didasarkan pada alat-alat bantu statistik ataupun tidak, untuk
nantinya sampai pada kesimpuilan mengenai jawaban dari masalahnya. Jadi dari
pengolahan dan analisis data tersebut nantinya dapat disimpulkan apa jawaban dari
masalah yang diteliti. Untuk data kualitatif, analisis data biasanya dilakukan dengan
analisis isi (content analysis) atau dapat pula dengan analisis situasional (situational
analysis).
5. Penulisan Laporan.
Penulisan laporan penelitian merupakan langkah akhir dari penelitian sebagi satu bentuk
pertanggung-jawaban peneliti mengenai apa yang telah dilakukannya. Dengan adanya
laporan penelitian ini semua pihak yang memiliki perhatian mengenai masalah penelitian
tersebut akan dapat memberikan tanggapan, sehingga segala kekurangan dari proses
penelitian itu dapat diperbaiki ke arah kesempurnaan.
Ada berbagai pola dalam penulisan laporan ini, tergantung pada instansi/lembaga
penyandang dana, namun secara umum memiliki kesamaan. Mengenai hal ini akan dibahas
lebih lanjut dalam Bab IV tentang Penulisan Hukum.
31
BAB IV
METODE PENULISAN HUKUM
1. Obyek dan jenis penulisan hukum
Penulisan hukum sebagai satu istilah yang menunjukkan satu karya ilmiah di bidang
hukum tentunya memiliki obyek yang berkaitan dengan permasalahan dibidang hukum baik
yang sifatnya normatif maupun empiris. Jadi pada hakekatnya penulisan hukum tersebut
merupakan satu bentuk/nama lain dari hasil karya ilmiah di bidang hukum yang didahului
dengan satu penelitian.
Di kalangan akademik, ada beberapa jenis/bentuk karya ilmiah yang lazim dibuat,
tergantung pada jenjang pendidikannya dan juga luas serta dalamnya kajian yang dilakukan.
Beberapa jenis karya yang dimaksud adalah:
1. Paper/makalah : merupakan karya tulis yang mencakup permasalahan yang sempit
dengan kajian yang sederhana atau mendalam.
2. Skripsi : satu bentuk karya ilmiah yang harus diselesaikan dalam jenjang pendidikan
S1, dengan lingkup permasalahan yang agak luas dan kajian/analisis lebih bersifat
deskriptif.
3. Thesis : satu karya ilmiah untuk jenjang pendidikan S2, dengan analisis yang sudah
menggunakan landasan teori.
4. Disertasi : karya ilmiah untuk jenjang pendidikan S3, yang sudah menghasilkan teori
atau dalil-dalil.
Setiap bentuk karya tulis tersebut di atas mengikuti pola penulisan yang berbeda-beda
tergantung pada institusinya.
2. Metode Penulisan Skripsi
Tujuan utama dari mata kuliah ini adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada mahasiswa tentang penelitian dan penulisan karya ilmiah di bidang hukum,
khususnya dalam penyelesaian studi akhir dalam bentuk Skripsi.
Dalam penulisan Skripsi, ada satu pedoman yang telah dibuat oleh Fakultas sebagai
satu bentuk/model yang digunakan demi keseragaman. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penulisan skripsi seperti telah ditetapkan dalam Buku Pedoman Fakultas
Hukum Univ. Udayana Edisi Terakhir Tahun 2013 (hal 71-91). Adapun bagian-bagian yang
dimaksud adalah :
32
1. Kerangka Skripsi : dibagi menjadi tiga bagian :
a. bagian awal
b. bagian isi
c. bagian akhir
2. Bentuk/Format Skripsi meliputi :
a. ukuran kertas
b. margin
c. alinea baru
d. nomor halaman
e. penomoran bab
f. penulisan sub. bab.
3. Penulisan Kutipan :
a. Kutipan Langsung
b. Kutipan tidak langsung (ringkasan/saduran)
4. Penulisan Footnote/Catatan kaki.
5. Menyingkat Footnote
6. Penulisan dan Penyusunan Daftar Pustaka
33
DAFTAR BACAAN
Amiruddin dan H Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers,
Jakarta
H Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Rajawali Pers, Jakarta
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif
&Empiris, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Peter Mahmud Marzuki, 2009, Penelitian HuKum,Kencana, Jakarta
Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana Tahun 2013
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1986, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta
Sabian Utsman, 2014, Metode Penelitian Hukum Progresif, Pustaka Pelajar Yogyakarta
Zainuddin Ali, 2014, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika Jakarta
top related