dampak pemukiman kumuh.docx
Post on 19-Jan-2016
58 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bagi kota-kota besar di Indonesia, persoalan kemiskinan merupakan
masalah yang serius karena dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya kantong-
kantong kemiskinan yang kronis dan kemudian menyebabkan lahirnya berbagai
persoalan sosial di luar kontrol atau kemampuan pemerintah kota untuk
menangani dan mengawasinya. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial
di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program
dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai
permukiman masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan
ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu,
pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di lahan-lahan pinggir jalan
sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya menimbulkan
kemacetan jalanan kota. Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai
problematika sosialnya sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan
solusi terbaik bagi kesejahteraan mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah
kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi kota namun karena faktor-
faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi ancaman
bagi eksistensi kota yang mensejahterahkan.
Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai permukiman
masyarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap
sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan. Terbentuknya pemukiman kumuh,
yang sering disebut sebagai slum area sering dipandang potensial menimbulkan
banyak masalah perkotaan, karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai
perilaku menyimpang, seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
1
Karena itulah saya tertarik untuk membahas tentang pemukiman kumuh dan
upaya untuk mengatasinya di perkotaan.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah pengertian dan karakteristik permukiman kumuh?
b) Bagaimanakah sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh?
c) Apa masalah-masalah yang timbul akibat permukiman kumuh?
d) Bagaimana upaya untuk mengatasi permukiman kumuh?
3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a) Untuk mengetahui pengertian dan karakteristik permukiman kumuh.
b) Untuk mengetahui sebab dan proses terbentuknya permukiman kumuh.
c) Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul akibat permukiman
kumuh.
d) Untuk mengetahui upaya untuk mengatasi permukiman kumuh.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian dan Karakteristik Permukiman Kumuh
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung,
dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal/hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan.
Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan
sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak
teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan
kumuh.
Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua
bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena
keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul
kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman
berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang kedua
ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak
perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh. Yang menjadi
penyebabnya adalah mobilitas sosial ekonomi yang stagnan.
Karakteristik Permukiman Kumuh : (Menurut Johan Silas)
1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6
m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena
tidak tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada,
maka fasilitas lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
2. Permukiman ini secara fisik memberi manfaat pokok, yaitu dekat tempat
mencari nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas
3
keterjangkauan) baik membeli atau menyewa. Manfaat permukiman disamping
pertimbangan lapangan kerja dan harga murah adalah kesempatan
mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir setiap orang tanpa syarat yang
bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan membayar apapun, selalu
dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat “residu” seperti
residivis, WTS dan lain-lain.
Kriteria Umum Permukiman Kumuh:
1. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang
perlu dibenahi.
2. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas,
namun masih dapat ditingkatkan.
3. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata
pencaharian tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan
rendah
4. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang
paling bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan
pemerintah, kecuali dibuka peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.
5. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program
pembangunan kota pada umumnya.
6. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang
satu, tetapi tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
Kriteria Khusus Permukiman Kumuh:
1. Berada di lokasi tidak legal
2. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah
(miskin)
3. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota
4
4. Tdak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan)
5. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal),
ada sistem angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum
walau tidak selalu murah.
Khomarudin (1997) lingkungan permukiman kumuh dapat didefinisikan
sebagai berikut :
1. Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 orang per Ha),
2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah,
3. Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya dibawah standar,
4. Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan kesehatan,
5. Hunian dibangun diatas tanah milik negara atau orang lain dan diatur
perundang undangan yang berlaku.
Gambaran lingkungan kumuh, (Khomarudin,1997) adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan permukiman yang kondisi tempat tinggal atau tempat huniannya
berdesakan,
2. Luas rumah tidak sebanding dengan jumlah penghuni,
3. Rumah hanya sekedar tempat untuk berlindung dari panas dan hujan,
4. Hunian bersifat sementara dan dibangun di atas tanah bukan milik penghuni,
5. Lingkungan dan tata permukimannya tidak teratur tanpa perencanaan,
6. Prasarana kurang (mck, air bersih, saluran buangan, listrik, jalan lingkungan),
7. Fasilitas sosial kurang (sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan),
8. Mata pencaharian yang tidak tetap dan usaha non-formal,
9. Pendidikan masyarakat rendah.
5
2. Sebab dan Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh
Dalam perkembangannya pertumbuhan permukiman kumuh ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos A.Doxiadis (1968),
disebutkan bahwa pertumbuhan permukiman kumuh dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
- Growth of density (pertambahan penduduk)
Dengan adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan
adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru. Secara
manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Dengan
demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman
tersebut yang menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
- Urbanization (Urbanisasi)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi
desa ke kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja
di pusat kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja
memiliki untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan
menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.
a. Sebab Terbentuknya Permukiman Kumuh Dalam perkembangan suatu kota,
sangat erat kaitannya dengan mobilitas penduduknya. Masyarakat yang
mampu, cenderung memilih tempat huniannya keluar dari pusat kota.
Sedangkan bagi masyarakat yang kurang mampu akan cenderung memilih
tempat tinggal di pusat kota, khususnya kelompok masyarakat urbanisasi yang
ingin mencari pekerjaan dikota. Kelompok masyarakat inilah yang karena tidak
tersedianya fasilitas perumahan yang terjangkau oleh kantong mereka serta
kebutuhan akan akses ke tempat usaha, menjadi penyebab timbulnya
lingkungan pemukiman kumuh di perkotaan.
Latar belakang lain yang erat kaitannya dengan tumbuhnya permukiman
kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di kota-kota besar, baik karena
urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak terkendali. Lebih lanjut, hal ini
6
mengakibatkan ketidakseimbangan antara pertambahan penduduk dengan
kemampuan pemerintah untuk menyediakan permukiman-permukiman baru,
sehingga para pendatang akan mencari alternatif tinggal di permukiman kumuh
untuk mempertahankan kehidupan di kota.
b. Proses Terbentuknya Permukiman Kumuh Dimulai dengan dibangunnya
perumahan oleh sektor non-formal, baik secara perorangan maupun
dibangunkan oleh orang lain. Pada proses pembangunan oleh sektor non-formal
tersebut mengakibatkan munculnya lingkungan perumahan kumuh, yang padat,
tidak teratur dan tidak memiliki prasarana dan sarana lingkungan yang
memenuhi standar teknis dan kesehatan.
3. Masalah-masalah yang Timbul Akibat Permukiman Kumuh
Perumahan kumuh dapat mengakibatkan berbagai dampak. Dari segi
pemerintahan, pemerintah dianggap dan dipandang tidak cakap dan tidak peduli
dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat. Sementara pada dampak sosial,
dimana sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah
dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah dianggap sebagai sumber
ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area.
Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan,
karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,
seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Penduduk di permukiman kumuh tersebut memiliki persamaan, terutama
dari segi latar belakang sosial ekonomi-pendidikan yang rendah, keahlian terbatas
dan kemampuan adaptasi lingkungan (kota) yang kurang memadai. Kondisi
kualitas kehidupan yang serba marjinal ini ternyata mengakibatkan semakin
banyaknya penyimpangan perilaku penduduk penghuninya. Hal ini dapat
diketahui dari tatacara kehidupan sehari-hari, seperti mengemis, berjudi, mencopet
dan melakukan berbagai jenis penipuan. Terjadinya perilaku menyimpang ini
7
karena sulitnya mencari atau menciptakan pekerjaan sendiri dengan keahlian dan
kemampuan yang terbatas, selain itu juga karena menerima kenyataan bahwa
impian yang mereka harapkan mengenai kehidupan di kota tidak sesuai dan
ternyata tidak dapat memperbaiki kehidupan mereka.
Mereka pada umumnya tidak cukup memiliki kamampuan untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan kurangnya keterampilan, tanpa
modal usaha, tempat tinggal tak menentu, rendahnya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, rendahnya daya adaptasi sosial ekonomi dan pola
kehidupan kota. Kondisi yang serba terlanjur, kekurangan dan semakin
memprihatinkan itu mendorong para pendatang tersebut untuk hidup seadanya,
termasuk tempat tinggal yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
Permukiman kumuh umumnya di pusat-pusat perdagangan, seperti pasar
kota, perkampungan pinggir kota, dan disekitar bantaran sungai kota. Kepadatan
penduduk di daerah-daerah ini cenderung semakin meningkat dengan berbagai
latar belakang sosial, ekonomi, budaya dan asal daerah. Perhatian utama pada
penghuni permukiman ini adalah kerja keras mencari nafkah atau hanya sekedar
memenuhi kebutuhan sehari-hari agar tetap bertahan hidup, dan bahkan tidak
sedikit warga setempat yang menjadi pengangguran. Sehingga tanggungjawab
terhadap disiplin lingkungan, norma sosial dan hukum, kesehatan, solidaritas
sosial, tolong menolong, menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan.
Oleh karena para pemukim pada umumnya terdiri dari golongan-golongan
yang tidak berhasil mencapai kehidupan yang layak, maka tidak sedikit menjadi
pengangguran, gelandangan, pengemis, yang sangat rentan terhadap terjadinya
perilaku menyimpang dan berbagai tindak kejahatan, baik antar penghuni itu
sendiri maupun terhadap masyarakat lingkungan sekitanya. Kondisi kehidupan
yang sedang mengalami benturan antara perkembangan teknologi dengan
keterbatasan potensi sumber daya yang tersedia, juga turut membuka celah
timbulnya perilaku menyimpang dan tindak kejahatan dari para penghuni
pemukiman kumuh tersebut. Kecenderungan terjadinya perilaku menyimpang
(deviant behaviour) ini juga diperkuat oleh pola kehidupan kota yang lebih
8
mementingkan diri sendiri atau kelompokya yang acapkali bertentangan dengan
nilai-nilai moral dan norma-norma sosial dalam masyarakat.
Perilaku menyimpang pada umumnya sering dijumpai pada permukiman
kumuh adalah perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial, tradisi dan
kelaziman yang berlaku sebagaimana kehendak sebagian besar anggota
masyarakat. Wujud perilaku menyimpang di permukiman kumuh ini berupa
perbuatan tidak disiplin lingkungan seperti membuang sampah dan kotoran di
sembarang tempat. Kecuali itu, juga termasuk perbuatan menghindari pajak, tidak
memiliki KTP dan menghindar dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, seperti
gotong-royong dan kegiatan sosial lainnya. Bagi kalangan remaja dan
pengangguran, biasanya penyimpangan perilakunya berupa mabuk-mabukan,
minum obat terlarang, pelacuran, adu ayam, bercumbu di depan umum, memutar
blue film, begadang dan berjoget di pinggir jalan dengan musik keras sampai pagi,
mencorat-coret tembok/bangunan fasilitas umum, dan lain-lain. Akibat lebih
lanjut perilaku menyimpang tersebut bisa mengarah kepada tindakan kejahatan
(kriminal) seperti pencurian, pemerkosaan, penipuan, penodongan, pembunuhan,
pengrusakan fasilitas umum, perkelahian, melakukan pungutan liar, mencopet dan
perbuatan kekerasan lainnya.
Keadaan seperti itu cenderung menimbulkan masalah-masalah baru yang
menyangkut: (a) masalah persediaan ruang yang semakin terbatas terutama
masalah permukiman untuk golongan ekonomi lemah dan masalah penyediaan
lapangan pekerjaan di daerah perkotaan sebagai salah satu faktor penyebab
timbulnya perilaku menyimpang, (b) masalah adanya kekaburan norma pada
masyarakat migran di perkotaan dan adaptasi penduduk desa di kota, (c) masalah
perilaku menyimpang sebagai akibat dari adanya kekaburan atau ketiadaan norma
pada masyarakat migran di perkotaan. Disamping itu juga pesatnya pertumbuhan
penduduk kota dan lapangan pekerjaan di wilayah perkotaan mengakibatkan
semakin banyaknya pertumbuhan pemukiman-pemukiman kumuh yang
menyertainya dan menghiasi areal perkotaan tanpa penataan yang berarti.
9
Masalah yang terjadi akibat adanya permukiman kumuh ini, khususnya
dikota-kota besar diantaranya wajah perkotaan menjadi memburuk dan kotor,
planologi penertiban bangunan sukar dijalankan, banjir, penyakit menular dan
kebakaran sering melanda permukiman ini. Disisi lain bahwa kehidupan
penghuninya terus merosot baik kesehatannya, maupun sosial kehidupan mereka
yang terus terhimpit jauh dibawah garis kemiskinan (Sri Soewasti Susanto, 1974)
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman kumuh
adalah:
ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard untuk
bangunan layak huni
rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat wilayah permukiman
rawan akan bahaya kebakaran
sarana jalan yang sempit dan tidak memadai
tidak tersedianya jaringan drainase
kurangnya suplai air bersih
jaringan listrik yang semrawut
fasilitas MCK yang tidak memadai
4. Upaya Mengatasi Permukiman Kumuh
Kemiskinan merupakan salah satu penyebab timbulnya pemukiman
kumuh di kawasan perkotaan. Pada dasarnya kemiskinan dapat ditanggulangi
dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan, peningkatan
lapangan pekerjaan dan pendapatan kelompok miskin serta peningkatan pelayanan
dasar bagi kelompok miskin dan pengembangan institusi penanggulangan
kemiskinan. Peningkatan pelayanan dasar ini dapat diwujudkan dengan
peningkatan air bersih, sanitasi, penyediaan serta usaha perbaikan perumahan dan
lingkungan pemukiman pada umumnya.
10
Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:
1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan
membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta
menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.
Bentuk Bentuk Peremajaan Kota Di Indonesia:
1. Perbaikan lingkungan permukiman.
Disini kekuatan pemerintah/public investment sangat dominan, atau sebagai
faktor tunggal pembangunan kota.
2. Pembangunan rumah susun sebagai pemecahan lingkungan kumuh.
3. Peremajaan yang bersifat progresif oleh kekuatan sektor swasta seperti
munculnya super blok (merupakan fenomena yang menimbulkan banyak
kritik dalam aspek sosial yaitu penggusuran, kurang adanya integrasi jaringan
dan aktifitas trafik yang sering menciptakan problem diluar super blok).
Faktor tunggalnya adalah pihak swasta besar.
Pemerintah juga telah membentuk institusi yaitu Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas). Tugas Pokok dan Fungsi Bappenas
diuraikan sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun
2002 tentang Organisasi dan tata kerja Kantor Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, tugas
pokok dan fungsi tersebut tercermin dalam struktur organisasi, proses
pelaksanaan perencanaan pembangunan nasional, serta komposisi sumber
daya manusia dan latar belakang pendidikannya. Dalam melaksanakan
tugasnya, Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat Utama, Staf Ahli dan
Inspektorat Utama, serta 7 deputi yang masing-masing membidangi bidang-
bidang tertentu.
11
Yang di usahakan adalah: perkembangan ekonomi makro, pembangunan
ekonomi, pembangunan prasarana, pembangunan sumber daya manusia,
pembangunan regional dan sumber daya alam, pembangunan hukum,
penerangan, politik, hankam dan administrasi negara, kerja sama luar negeri,
pembiayaan dalam bidang pembangunan, pusat data dan informasi
perencanaan pembangunan, pusat pembinaan pendidikan dan pelatihan
perencanaan pembangunan (pusbindiklatren), program pembangunan
nasional(propenas), badan koordinasi tata ruang nasional,
landasan/acuan/dokumen pembangunan nasional, hubungan eksternal.
12
BAB III
ANALISIS
Warga kumuh kerap digusur, tanpa adanya solusi bagi mereka selanjutnya.
Seharusnya, pemerintah bisa mengakomodasi hal ini dengan melakukan relokasi
ke kawasan khusus. Dengan penyediaan lahan khusus tersebut, pemerintah bisa
membangun suatu kawasan tempat tinggal terpadu berbentuk vertikal (rumah
susun) yang ramah lingkungan untuk disewakan kepada mereka. Namun,
pembangunan rusun tersebut juga harus dilengkapi sarana pendukung lainnya,
seperti sekolah, tempat ibadah, dan pasar yang bisa diakses hanya dengan berjalan
kaki, tanpa harus menggunakan kendaraan.
Bangunan harus berbentuk vertikal (rusun) agar tidak menghabiskan
banyak lahan. Sisanya, harus disediakan pula lahan untuk ruang terbuka hijau,
sehingga masyarakat tetap menikmati lingkungan yang sehat. Dalam hal ini
masyarakat harus turut serta untuk menanam dan memelihara lingkungan hijau
tersebut.
Pemerintah dapat menerapkan program rekayasa sosial, di mana tidak
hanya menyediakan pembangunan secara fisik, tetapi juga penyediaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat, sehingga mereka dapat belajar survive. Perlu
dukungan penciptaan pekerjaan yang bisa membantu mereka survive, misalnya
dengan pemberdayaan lingkungan setempat yang membantu mereka untuk
mendapatkan penghasilan, sehingga mereka memiliki uang untuk kebutuhan
hidup.
Masyarakat harus ikut dilibatkan dalam mengatasi permukiman kumuh di
perkotaan. Karena orang yang tinggal di kawasan kumuhlah yang tahu benar apa
yang menjadi masalah, termasuk solusinya. Jika masyarakat dilibatkan, persoalan
mengenai permukiman kumuh bisa segera diselesaikan. Melalui kontribusi
13
masukan dari masyarakat maka akan diketahui secara persis instrumen dan
kebijakan yang paling tepat dan dibutuhkan dalam mengatasi permukiman kumuh.
Dalam mengatasi permukiman kumuh tetap harus ada intervensi dari
negara, terutama untuk menilai program yang disampaikan masyarakat sudah
sesuai sasaran atau harus ada perbaikan. Kerja sama Pemerintah dan Swara (KPS)
dalam membenahi kawasan kumuh, terutama dalam hal penyediaan infrastruktur
pendukung dibutuhkan.
Permukiman kumuh tidak dapat diatasi dengan pembangunan fisik semata-
mata tetapi yang lebih penting mengubah prilaku dan budaya dari masyarakat di
kawasan kumuh. Jadi masyarakat juga harus menjaga lingkungannya agar tetap
bersih, rapi, tertur dan indah. Sehingga akan tercipta lingkungan yang nyaman,
tertip, dan asri.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Tumbuhnya permukiman kumuh adalah akibat dari ledakan penduduk di
kota-kota besar, baik karena urbanisasi maupun karena kelahiran yang tidak
terkendali. Lebih lanjut, hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara
pertambahan penduduk dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan
permukiman-permukiman baru, sehingga para pendatang akan mencari alternatif
tinggal di permukiman kumuh untuk mempertahankan kehidupan di kota.
Terbentuknya pemukiman kumuh, yang sering disebut sebagai slum area.
Daerah ini sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan,
karena dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang,
seperti kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya.
Secara umum permasalahan yang sering terjadi di daerah permukiman
kumuh adalah: ukuran bangunan yang sangat sempit, tidak memenuhi standard
untuk bangunan layak huni, rumah yang berhimpitan satu sama lain membuat
wilayah permukiman rawan akan bahaya kebakaran, sarana jalan yang sempit dan
tidak memadai, tidak tersedianya jaringan drainase, kurangnya suplai air bersih,
jaringan listrik yang semrawut, dan fasilitas MCK yang tidak memadai.
Cara Mengatasi Permukiman Kumuh:
1. Program Perbaikan Kampung, yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi
kesehatan lingkungan dan sarana lingkungan yang ada.
2. Program uji coba peremajaan lingkungan kumuh, yang dilakukan dengan
membongkar lingkungan kumuh dan perumahan kumuh yang ada serta
menggantinya dengan rumah susun yang memenuhi syarat.
15
2. Saran
Pemerintah selain memberikan rumah susun juga harus memberikan
lapangan pekerjaan bagi mereka yang belum punya pekerjaan. Dan masyarakat
harus selalu menjaga lingkungannya agar tetap indah, bersih, dan teratur.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ami-archuek. 2009. Permukiman Kota. (Online), (http://ami-
archuek06.blogspot.com, Diakses 23 Desember 2009).
Chyntiawati, deby. 2009. Masalah Sosial Permukiman Kumuh. (Online),
(http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/pemukiman-kumuh/, Diakses
23 Desember 2009).
Fitrilubis, Nurul. 2009. Pembangunan Dengan Sistem Partisipasi Masyarakat
Sebagai Salah Satu Usaha Untuk Meningkatkan Dan Memperbaiki
Kehidupan Masyarakat Permukiman Kumuh. (Online),
(http://nurulfitrilubis.wordpress.com/2009/04/18/pembangunan-dengan-
sistem- partisipasi-masyarakat-sebagai-salah-satu-usaha-untuk-
meningkatkan-dan-memperbaiki-kehidupan-masyarakat-permukiman-
kumuh/, Diakss 23 Desember 2009).
Qurow-yun. 2009. Fenomena Masyarakat Miskin Perkotaan. (Online),
(http://qurow- yun.blogspot.com/2009/05/fenomena-masyarakat-miskin-
perkotaan.html, Diakses 23 Desember 2009).
Rukmana, Deden.2008. Kemiskinan dan Permukiman Kumuh di Perkotaan.
(Online), (http://dedenrukmana.wordpress.com/, Diakses 23 Desember
2009).
17
top related